You are on page 1of 2

Awal mula 1997 Asian Financial Crisis Asian Financial Crisis of 1997 dimulai di Thailand pada tanggal 2 Juli

1997, saat pemerintah Thailand memutuskan untuk berhenti mempertahankan nilai tukar Baht Thailand terhadap Dollar Amerika Serikat. Sebuah skandal perbankan oleh Bangkok Bank of Commerce pada pertengahan tahun 1996 sebenarnya telah merugikan Thailand secara besarbesaran. Artikel dalam International Herald Tribune menyebutkan, devaluasi Baht terhadap Dollar Amerika Serikat berakar dari skandal Bangkok Bank of Commerce di Thailand.1 Pada tahun 1996, Bangkok Bank of Commerce dinyatakan insolvent/ pailit karena berhutang sebanyak 3 Milyar Dollar Amerika Serikat. Hutang ini sebagian besar diinvestasikan pada sektor yang ternyata merugi. Kerugian bank ini ditanggung oleh pemerintahan Thailand karena pejabat pemerintahan Thailand yang terlibat di dalamnya. Penanggungan dilakukan dengan menarik lebih banyak pinjaman. Tindakan ini ternyata membawa nilai tukar Baht Thailand terhadap Dollar Amerika Serikat merosot sebanyak 20 persen, dikarenakan cadangan devisa yang menipis dan kepercayaan investor yang turun, juga hutang jangka pendek yang raksasa (Sebanyak 20 milyar Dollar Amerika Serikat) dan tidak terbayar (hutang jangka pendek sebanyak 20 milyar Dollar Amerika Serikat diinvestasikan pada proyekproyek properti yang hanya bisa menghasilkan keuntungan jangka-panjang, sehingga saat masa maturation debt pada akhir 1997, Thailand belum memiliki uang yang cukup untuk membayar hutang jangka pendek tersebut). Perekonomian Thailand yang hancur diikuti pula oleh Indonesia. Apa saja yang terjadi di Indonesia (dari segi ekonomi)? Selain Thailand, Indonesia (juga Malaysia dan Filipina) memiliki rasio hutang jangkapendek dengan total hutang luar negeri yang berbahaya bagi perekonomian masing-masing negara. Total hutang luar negeri negara tersebut terlalu besar untuk menampung kegagalan yang muncul jika hutang jangka-pendek tidak berhasil dibayar sesuai tenggat pengembalian. Angka defisit neraca hutang Indonesia pada tahun 1997 adalah 8.8 milyar Dollar Amerika Serikat2. Akibat dari kondisi defisit ini pada perekonomian nasional Indonesia adalah3: 1) Indonesia tidak memiliki alokasi yang cukup untuk cadangan devisa 2) Nilai tukar rupiah terhadap dollar (AS) turun, mengakibatkan semua transaksi valuta asing cenderung merugikan Indonesia. 3) Bank-bank besar dan institusi keuangan swasta tidak mampu membayar hutang luar negeri. Bank-bank besar dan institusi keuangan swasta merugi karena termakan spekulasi George Soros yang mengumumkan tren ekonomi yang ternyata merugi. Penyebab lain yang juga berkontribusi pada krisis moneter Indonesia adalah skandal-skandal, kolusi, komisi ilegal, dan kasus-kasus korupsi yang muncul sejak 1980 di empat raksasa ekonomi ASEAN (Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina). Kasus korupsi dan skandal ini melibatkan pemerintahan dan perusahaan swasta (Termasuk bank), menyebabkan tidak
1

Keith B. Richburg and Steven Mufson, Warning Signs Unheeded on Road to Asian Crisis, International Herald Tribune, 5 January 1998 2 Steven Radelet and Jeffrey Sachs, The Onset of the East Asian Financial Crisis, citing Bank of International Settlement data, 1998 3 Prof. Zainuddin Djafar, Rethinking Indonesian Crisis, Pustaka Jaya, Jakarta (Indonesia), 2006, Chapter 3: Southeast Asia in the late 1990s: From One Crisis to Another

transparannya laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut, yang menyebabkan tidak terdeteksinya musibah keuangan yang akan muncul. Untuk penggambaran yang ekstrem, rasio hutang luar negeri Indonesia dengan cadangan devisa Indonesia adalah 170% dengan hutang luar negeri yang lebih besar daripada cadangan devisa.

You might also like