Menyempurnakan wudhu adalah bagian dari iman; bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan amal perbuatan); tasbih dan takbir dapat memenuhi langit dan bumi. Shalat adalah nur (cahaya), zakat adalah bukti, sabar adalah penerang, dan al-Quran adalah hujjah bagimu atau hujjah terhadapmu. Setiap manusia berupaya di pagi hari, maka barang siapa yang menjual dirinya (demi mencapai keridhaan rab) berarti ia memerdekakannya (dari neraka), atau membinasakannya (bila ia menjual dirinya demi kerelaan setan). (Riwayat Ibn Hibban melalui Abu Malik al-Asyari)
HADITS di atas menunjukkan bahwa amalan-amalan yang terlihat mudah untuk dilakukan tapi mendatangkan pahala yang sangat besar. Menyempurnakan wudu artinya, mengerjakan wudhu dengan baik berikut sunat-sunatnya. Hal ini dikatakan sebagai bagian daripada iman karena dalam hadits yang lain disebutkan bahwa kebersihan itu adalah bagian dari iman. Ucapan Alhamdulillah pahalanya dapat memenuhi timbangan amal baik orang yang mengerjakannya. Lafal Alhamdulillah adalah pujian terhadap perbuatan yang baik kepada Allah. Karena Allah-lah yang memiliki pujian yang Agung, dari Dia-lah segala sumber kebaikan yang ditebarkaNya dimuka bumi ini. Lafal al-hamdu dan asy-syukru sering disebut secara bersamaan, namun para mufassir membedakan pengertian antara kedua lafal tersebut, al-hamdu adalah pujian terhadap perbuatan yang baik, sedangkan asy-syukru adalah pengakuan terhadap keutamaan, baik dengan hati, ucapan maupun dengan anggota badan lainnya. Mereka berpendapat bahwa bersyukur dengan ucapan adalah lebih tepat daripada dengan hati atau dengan anggota badan, sebab menyampaikan rasa syukur atau terima kasih dengan hati atau dengan anggota badan tidak dapat dimengerti. Ucapan tasbih dan takbir, yakni Subhanallah dan Allahu Akbar, pahalanya dapat memenuhi langit dan bumi. Janji pahala yang begitu besar dari Allah bagi siapa yang senantiasa mengucapkannya baik setelah shalat maupun dalam keadaan beraktifitas. Bukan berarti ucapan itu hanya dalam kata-kata, tapi kita dituntut untuk menyadari dan memahami maksud dari dua ucapan tersebut. Ucapan Subhanallah mengisyaratkan bahwa Allah itu Maha Suci yang berarti kita selalu dituntut suci di hadapanNya dari setiap noda dan dosa. Sedangkan ucapan Allahu Akbar, mengajarkan kepada kita betapa kerdilnya kita di hadapan-Nya, lalu apakah yang membuat hati kita sombong dan angkuh? Lupakah kita bahwa kita dan alam semesta ini bagaikan setetes air dari sebuah jarum yang dicelupkan di dalam laut dari nikmat dan kebesaran Allah? Lalu apakah yang menyebabkan ucapan itu terasa berat bagi kita? Sehingga kita enggan mengucapkannya? Shalat adalah nur atau cahaya bagi yang mengerjakannya, baik di dunia maupun di akhirat. Mendirikan shalat ialah melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya dan sesempurna atau mewujudkan ruh shalat dan hakikatnya dalam rupa lahirnya yang sempurna, serta mewujudkan bekas-bekasnya sesudah shalat itu. Zakat merupakan bukti keimanan seseorang. Bagi yang memiliki kelebihan harta, harus diingat bahwa dalam harta itu ada hak orang lain yang harus diberikan. Agar harta itu tidak dikuasai segelintir mereka yang kaya, sebagaimana yang diamanatkan dalam Al-Quran:
O. 4pO74C .1 4u-4 g7.41g4^N- 7Lg` _ Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu (Qs. Al- Hasyr ayat 7).
Harta merupakan salah satu yang sangat dicintai manusia di dunia ini. Maka Allah menjadikan zakat sebagai bukti, apakah seseorang itu beriman ataukah sebaliknya, kufur? Kalau dia beriman maka Allah lebih dicintainya daripada harta, dia akan dengan senang hati berbagi harta dengan orang lain. Tapi sebaliknya, jika kecintaan dia terhadap harta melebihi cinta dia kepada Sang Khaliq maka dengan keangkuhannya dia akan mengatakan harta yang saya miliki merupakan hasil jerih payah saya sendiri, lalu dia akan enggan untuk berbagi (berzakat). Sabar merupakan sinar yang menerangi pelakunya kelak di hari akhirat nanti. Karena melalui kesabaran maka seseorang itu akan lebih menyadari bahwa apapun yang menimpa dirinya, apakah dalam bentuk musibah dan kesusahan ataukah dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan itu merupakan ujian dari Allah. Apakah kita sabar dalam menjalaninya? Ada kalanya al-Quran menjadi hujjah bagi kita, apa bila kita membaca, memahami dan mengamalkannya. Tapi disisi lain al-Quran akan menjadi hujjah yang menyerang kita, kalau al- Quran yang dirumah kita hanya menjadi pajangan/perhiasan belaka yang tersimpan rapi dalam lemari. Setiap manusia berusaha di pagi hari untuk memenuhi kebutuhan. Maka ada diantara manusia yang menjual dirinya (demi mencapai keridaan Rabnya) dalam mencari nafkah dengan cara halalan tayyibah dan tidak lupa beribadah (shalat, zikir dan amar maruf) sebagai wujud mempersiapkan bekal untuk kampung akhirat, berarti ia telah arif dalam menyeimbangkan antara kebutuhan duniawiyah dan ukhrawiyah . Jika demikian ia telah memerdekakan dirinya dari neraka. Ada juga manusia memulai harinya dengan aktifitas yang sarat dengan intrik-intrik kebohongan, kecurangan, penindasan, dan semau gue yang penting duit, maka ia telah membinasakan dirinya dan menjual dirinya untuk kerelaan setan. Nauzubillahi min zalik.***