You are on page 1of 29

Hubungan Antara Wawasan Kebangsaan, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea IV, dan Ketahanan Nasional

MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Jember

DISUSUN OLEH: Putri Avnita Machfudzoh 101610101002 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing: Kasim Sembiring, SH, M.Si UNIVERSITAS JEMBER 2012

I. WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang atau pemahaman tentang konsep dan aktualisasi nilai-nilai dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Wawasan kebangsaan memiliki dimensi yang sangat luas dan kompleks sesuai dengan luas dan kompleksnya dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Wawasan Kebangsaan diperlukan karena perlu adanya konsep dan aktualisasi manajemen kehidupan negara-bangsa yang bermartabat dan berkeadaban. Dimensi wawasan kebangsaan yang luas dan kompleks tersebut sering dipetakan dalam dua dimensi: Pertama, wawasan kebangsaan sebagai konsep geopolitik Kedua, wawasan kebangsaan sebagai konsep geostrategi. Wawasan kebangsaan sebagai konsep geopolitik yaitu konsep tentang persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan wilayah suatu negara-bangsa. Wawasan kebangsaan sebagai konsep geostrategi yaitu konsep tentang manajemen pembangunan nasional dalam rangka membangun Ketahanan Nasional untuk mempertahankan eksistensi kehidupan suatu negarabangsa. Konsep geostrategi berdimensi Astra Gatra. Astra Gatra terdiri dari dimensi trigatra alamiah dan pancagatra sosial. Trigatra alamiah, terdiri dari : geografi, sumber kekayaan alam, dan kependudukan. Sedangkan Pancagatra Sosial, terdiri dari : ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan.. Konsep wawasan kebangsaan telah dirumuskan dalam konsep Wawasan Nusantara, yang menurut Kelompok Kerja Lembaga Ketahanan Nasional 1997, dirumuskan sebagai berikut: Wawasan Nusantara atau Wawasan Nasional Indonesia adalah Carapandang dan sikap bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945, bertolak dari pemahaman kesadaran dan keyakinan tentang diri dan lingkungannya yang bhineka dan dinamis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, kesatuan wilayah yang utuh menyeluruh serta tanggungjawab terhadap lingkungannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Wawasan kebangsaan harus diupayakan bersama oleh segenap komponen forum lintas pelaku (stakeholders)

yang terdiri dari pemerintah, legislatif, perbankan, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi. Wawasan Kebangsaan merupakan pikiran-pikiran yang bersifat nasional dengan tujuan agar bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan bernegara yang jelas di era global. Perjuangan mengurangi kemiskinan takkan kunjung membuahkan hasil bila dilaksanakan secara parsial, bahkan individual. Kita membutuhkan komunal yang sadar akan semangat kebersamaan. Semangat untuk bersama kita harus bisa. Kesadaran nasional adalah perwujudan jatidiri bangsa; juga sebagai pengamalan kesadaran kesatuan dan kekeluargaan. Kesadaran kebangsaan merupakan kesadaran harga diri kolektif manusia yang terbentuk oleh alam (nusantara), sosio-budaya (tatanan nilai) dan sosio-psikologis rakyat. Wawasan kebangsaan Indonesia berkembang dalam dinamika sejarah yang amat panjang, sebagai terlukis dalam skema 1. Asas wawasan kebangsaan (wawasan nasional) sesungguhnya bersumber dan berakar dalam sejarah Indonesia yang panjang; seumur dengan nilai filsafat Pancasila. Mengutip pernyataan Bung Karno dalam pidato beliau di PBB 29 September 1961, antara lain: Berbicara tentang dasar negara Pancasila, kami menyatakan bagaimana nilai-nilai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sudah berkembang 2000 tahun berselang....... Artinya, kesadaran nasional (sila III Pancasila) seutuhnya adalah ajaran filsafat Pancasila yang telah tumbuh dan berkembang sejak 2000 tahun peradaban Indonesia, dan diwarisi oleh the founding fathers untuk kita warisi dan tegakkan (pembudayaan nilai Pancasila seutuhnya). Berdasarkan analisis filosofis-ideologis dimaksud, dapatlah dilukiskan perkembangan wawasan nasional Indonesia dalam skema berikut:

INTEGRITAS WAWASAN NASIONAL DALAM NKRI NKRI Sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila dengan Sistem Demokrasi Pancasila UUD Proklamasi 1945 Era Reformasi: NKRI Sebagai Negara Otoda (= federal) dengan demokrasi liberal UUD 1945 Amandemen I IV

NKRI NEGARA PROKLAMASI AGUSTUS 1945

20 MEI '08 DAN 28 OKT '28 KEBANGKITAN NASIONAL XVI XX (1596 1945) KOLONIALISME- IMPERIALISME Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia

MAJAPAHIT XIII XVI SRIWIJAYA VII XI TARUMANEGARA; MULAWARMAN V - VI

Kejayaan dan Keemasan = Indonesia Raya

RAKYAT INDONESIA SEBAGAI BANGSA DAN SDM INDONESIA NUSANTARA INDONESIA RAYA DALAM DINAMIKA GLOBALISASI LIBERALISASI POSTMODERNISME (MNS, 2007) skema 1 NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, negara Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah puncak kesadaran kebangsaan (nation state) yang optimal dan final. NKRI inilah rumah tangga bangsa keseluruhan yang menjamin kerukunan, kejayaan dalam keadilan. Skema ini melukiskan bagaimana integritas nasional Indonesia dalam sejarah budaya dan peradaban nasional dan internasional. Data sejarah menunjukkan kesadaran kebangsaan (wawasan nasional) telah berkembang sejak Sriwijaya dan Majapahit ---yang wilayah kedaulatannya melampaui kedaulatan

geopolitik NKRI--- sebagai nampak sampai dalam dinamika era globalisasi liberalisasi postmodernisme yang menggoda dan melanda......... Runtuhnya Majapahit ---akibat konflik internal nasional--- maka era kolonialisme-imperialisme 1596 1945 telah menindas semua potensi nasional Indonesia. Namun, kita tetap bersyukur dan bangga sebagai bukti bangsa besar yang mewarisi jiwa patriotisme, ksatria dan heroisme terbukti bangkitnya perang kemerdekaan nasional di seluruh nusantara. Artinya, kesadaran nasional senantiasa hidup dan mampu dengan semangat ksatria dan kemandirian merebut kemerdekaan. Tahapan perjuangan kemerdekaan nasional terekam mulai Kebangkitan Nasional 1908, dimantapkan dan dikukuhkan dengan Sumpah Pemuda 1928; kemudian berpuncak dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. Berkat tekad perjuangan: merdeka atau mati ---yang dijiwai moral Pancasila dan harga diri bangsa--- Indonesia Raya merdeka dan berdaulat dalam NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45. Asas-asas negara kebangsaan (nation state) ditegakkan dalam integritas NKRI dengan sistem negara kesatuan, negara bangsa, negara kekeluargaan dan asas wawasan nusantara. Asas normatif demikian dikembangkan dalam asas-asas ketahanan nasional (trigatra + pancagatra = astagatra) dengan wawasan geostrategis masa depan: memasuki trans-Pasific dalam dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme. (Perhatikan skema 1 di atas sebagai representasi integritas wawasan nasional dan negara Indonesia/NKRI). Dalam pembangunan nasional ke depan, peran pemerintah akan semakin bergeser dari pelaku tunggal yang bekerja sejak merancang, mengorganisir, melaksanakan, memimpin, mengendalikan, menjadi hanya mengatur dan memimpin. Dalam istilah David Osborne dan Ted Gaebler, dari pendayung (rowing) menjadi pengarah (steering). Dengan demikian pemerintah tidak perlu lagi menerjuni bidang-bidang yang memang tidak dikuasainya. Bahkan ke depan sebagian besar pekerjaan akan dilaksanakan oleh rakyat sendiri. Aspek visi, misi,

dan aksi tersebut akan sangat bergantung pada individu pelaksananya. Maka dibutuhkan individu yang mengerti jati diri bangsa, melalui pemahaman intelektual, emosional, dan spiritual. Pembangunan yang kita laksanakan, dengan demikian, harus mengacu pada pembentukan jati diri bangsa. Pemberdayaan ekonomi rakyat dalam kerangka wawasan kebangsaan adalah merupakan upaya memampukan rakyat untuk dapat memimpin, mengelola, mengatur rumahtangga, kehidupannya sendiri yang sejahtera, aman dan damai. Dunia yang damai adalah dunia yang hayu. Dunia yang "hayu" jika setiap pribadi, individu mampu mengelola, mengatur dan memimpin kehidupannya, meningkat ke lingkungan desa/kelurahan, daerah, negara dan dunia. Pemimpin yang hamemayu hayuning bawonoadalah mewujudkan kedamaian di dunia yang abadi, baldatun toyibatun warobun gophur.

II. Pembukaan Undang-Undang 1945 alinea IV

Indonesia sebagai Negara yang merdeka telah berdiri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam berdirinya Negara ini telah disepakati adanya empat pilar yang menyangga kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Bahkan beberapa partai politik dan organisasi kemasyarakatan telah bersepakat dan bertekad untuk berpegang teguh serta mempertahankan empat pilar kehidupan bangsa tersebut. Empat pilar dimaksud dimanfaatkan sebagai landasan perjuangan dalam menyusun program kerja dan dalam melaksanakan kegiatannya. Hal ini diungkapkan lagi oleh Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, pada kesempatan berbuka puasa dengan para pejuang kemerdekaan pada tanggal 13 Agustus 2010 di istana Negara. Empat pilar tersebut adalah (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar 1945, (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia dan (4)Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun hal ini telah menjadi kesepakatan bersama, atau tepatnya sebagian besar rakyat Indonesia, masih ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut adalah sekedar berupa slogan-slogan, sekedar suatu ungkapan indah, yang kurang atau tidak bermakna dalam menghadapi era globalisasi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut sekedar sebagai jargon politik. Yang diperlukan adalah landasan riil dan konkrit yang dapat dimanfaatkan dalam persaingan menghadapi globalisasi. Untuk itulah perlu difahami secara memadai makna empat pilar tersebut, sehingga kita dapat memberikan penilaian secara tepat, arif dan bijaksana terhadap empat pilar dimaksud, dan dapat menempatkan secara akurat dan proporsional dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berikut disampaikan secara singkat (a) arti pilar, (b) pilar Pancasila, (c) pilar UUD 1945, (d) pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia, (e) pilar Bhinneka Tunggal Ika, serta (f) peran dan fungsi empat pilar dimaksud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun sebelumnya, ada baiknya bila kita merenung sejenak bahwa di atas empat pilar tersebut terdapat pilar utama yakni Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Tanpa adanya pilar utama tersebut tidak akan timbul adanya empat pilar dimaksud. Antara proklamasi

kemerdekaan, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dilukiskan secara indah dan nyata dalam lambang negara Garuda Pancasila. Sejak tahun 1951, bangsa Indonesia, dengan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, menetapkan lambang negara bagi negara-bangsa yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ketetapan tersebut dikukuhkan dengan perubahan UUD 1945 pasal 36A yang menyebutkan: Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Garuda Pancasila mengandung konsep yang sangat esensial dan merupakan pendukung serta mengikat pilar-pilar dimaksud. Burung Garuda yang memiliki 17 bulu pada sayapnya, delapan bulu pada ekornya, 45 bulu pada leher dan 19 bulu pada badan di bawah perisai, menggambarkan tanggal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perisai yang digantungkan di dada Garuda menggambarkan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sementara itu Garuda mencengkeram pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal ika, menggambarkan keanekaragaman komponen bangsa yang harus dihormati, didudukkan dengan pantas dan dikelola dengan baik. Dengan demikian terjadilah suatu kesatuan dalam pemahaman dan mendudukkan pilar-pilar tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia mengandung konsep dan prinsip yang sangat mendasar yakni keinginan merdeka bangsa Indonesia dari segala macam penjajahan. Tidak hanya merdeka atau bebas dari penjajahan fisik tetapi kebebasan dalam makna yang sangat luas, bebas dalam mengemukakan pendapat, bebas dalam beragama, bebas dari rasa takut, dan bebas dari segala macam bentuk penjajahan modern. Konsep kebebasan ini yang mendasari pilar yang empat dimaksud. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Marilah kita bandingkan Pembukaan UUD 1945 dengan Preamble Konstitusi Amerika Serikat. Ada baiknya bila kita fahami dahulu prinsip-prinsip yang

terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk itu marilah kita cermati rumusan Pembukaan UUD 1945 dimaksud. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya; Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwa-kilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan srosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD : 1. Sumber Kekuasaan
Di

alinea ketiga disebutkan bahwa pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia itu atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, yang bermakna bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia itu semata-mata karena mendapat rahmat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa. Suatu pengakuan adanya suatu kekuasaan di atas kekuasaan manusia yang mengatur segala hal yang terjadi di alam semesta ini. Dengan kata lain bahwa kekuasaan yang diperoleh rakyat Indonesia dalam menyatakan kemerdekaan dan dalam mengatur kehidupan kenegaraan bersumber dari Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini ditegaskan lebih lanjut dalam dasar negara sila yang pertamaKetuhanan Yang Maha Esa.

Namun

di sisi lain, pada alinea ke-empat disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia tersusun dalam bentuk kedaulatan rakyat, yang berarti bahwa sumber kekuasaan juga terletak di tangan rakyat. Hal ini ditegaskan lebih lanjut dalam Bab I, pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa Kedaulatan adalah di tangan rakyat, . . . Dari frase-frase terbut di atas jelas bahwa sumber kekuasaan untuk mengatur kehidupan kenegaraan dan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan Rakyat. Terdapat dua sumber kekuasaan yang diametral. Perlu adanya suatu pola sistem penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang bersumber dari dua sumber kekuasaan tersebut. Perlu pemikiran baru bagaimana meng-integrasikan dua sumber kekuasaan tersebut sehingga tidak terjadi kontroversi. 2. Hak Asasi Manusia Dalam Pembukaan UUD 1945, pernyataan mengenai hak asasi manusia tidak terumuskan secara eksplisit. Namun bila kita cermati dengan seksama akan nampak bahwa dalam Pembukaan UUD 1945 memuat begitu banyak frase yang berisi muatan hak asasi manusia. Berikut disampaikan beberapa rumusan yang menggambarkan tentang kepedulian para founding fathers tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Kemerdekaan yang dinyatakan oleh rakyat dan bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan kehidupan kebangsaan yangbebas,salah satu hak asasi manusia yang selalu didambakan, dan dituntut oleh setiap manusia. Kemerdekaan Negara Indonesia berciri merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, merupakan gambaran tentang negara yang menjunjung hak asasi manusia. Hak kebebasan danmengejar kebahagiaan diakui di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keseluruhan alinea kesatu Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu pernyataan tentang hak asasi manusia, yakni kebebasandan kesetaraan. Kemerdekaan, perikemanusiaan dan perikeadilan merupakan realisasi hak kebebasan dan kesetaraan. Sementara pasal 27, 28, 29, 30dan 31 dalam batang tubuh UUD 1945 adalah pasal-pasal yang merupakan penjabaran hak asasi manusia.

Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, dan beberapa pasal dalam UUD 1945 telah memuat ketentuan mengenai hak asasi manusia. Tidak benar bila UUD 1945 yang asli tidak mengakomodasi

hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi setelah diadakan perubahan UUD. 3. Sistem Demokrasi Sistem pemerintahan bagi bangsa Indonesia terdapat dalam dalam alinea ke-empat yang menyatakan: maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepadaKetuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan srosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Frase ini menggambarkan sistem pemerintahan demokrasi. Istilah kedaulatan rakyat atau kerakyatan adalah identik dengan demokrasi. Namun dalam penerapan demokrasi disesuaikan dengan adat budaya yang berkembang di Negara Indonesia. Sumber kekuasaan dalam berdemokrasi adalah dari Tuhan Yang Maha Esa sekaligus dari rakyat. Dalam menemukan sistem demokrasi di Indonesia pernah berkembang yang disebut demokrasi terpimpin, suatu ketika demokrasi Pancasila, ketika lain berorientrasi pada faham liberalisme. 4. Faham Kebersamaan, Kegotong-royongan Dalam Pembukaan UUD 1945 tidak diketemukan istilah individu atau orang, berbeda dengan konstitusi Amerika Serikat, bahwa konstitusinya adalah untuk mengabdi pada kepentingan individu. Begitu banyak istilahbangsa diungkap dalam Pembukaan UUD 1945. Nampak dengan jelas bahwa maksud didirikannya Negara Republik Indonesia yang utama adalah untuk melayani kepentingan bangsa dan kepentingan bersama. Hal ini dapat ditemukan dalam frase sebagai berikut: Misi Negara di antaranya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, bukan untuk melindungi masing-masing individu. Namun dengan rumusan tersebut tidak berarti bahwa kepentingan individu diabaikan. Yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara Indonesia adalah ;suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indnesia. Sekali lagi dalam rumusan tersebut tidak tersirat dan tersurat kepentingan pribadi yang ditonjolkan, tetapi keseluruhan rakyat Indonesia.

Dari uraian yang disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan beberapa pasalnya mengandung prinsip-prinsip

yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Prinsipprinsip tersebut adalah sebagai berikut :

Mendudukkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, wajib bersyukur atas segala rahmat dan karuniaNya. Sehingga merupakan hal yang benar apabila manusia berterima kasih atas kasih sayangNya, tunduk pada segala perintahNya dan mengagungkan akan kebesaranNya. Manusia memandang manusia yang lain dalam kesetaraan dan didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai ciptaan Tuhan. Manusia diakui akan hak-haknya, diakui perbedaannya, namun diperlakukan dalam koridor hakikat yang sama. Keanekaragaman individu ditempatkan dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika. Pengakuan keanekaragaman adalah untuk merealisasikan amanah Tuhan Yang Maha Esa, yakni untuk menciptakan kebaikan, kelestarian dan keharmonian dunia. Manusia yang menempati puluhan ribu pulau dari Sabang sampai Merauke, dan dari pulau Miangas sampai pulau Rote membentuk suatu kesatuan geographical politics, memiliki sejarah hidup yang sama, sehingga terbentuk karakter yang sama, memiliki cita-cita yang sama, merupakan suatu bangsa yang disebut Indonesia yang memiliki jatidiri sebagai pembeda dengan bangsa yang lain. Jatidiri tersebut tiada lain adalah Pancasila yang menjadi acuan bagi wargabangsa dalam bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi berbagai tantangan dalam berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapi bersama, memilih cara yang disebut musyawarah untuk mencapai mufakat, suatu cara menghormati kedaulatan setiap unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama. Hal ini yang merupakan dambaan bagi setiap manusia dalam hidup bersama. Manusia dalam kehidupan bersama bercita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan. Bagi bangsa Indonesia cita-cita tersebut adalah kesejahteraan bersama, kemakmuran bersama. Tiada akan ada artinya terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran pribadi tanpa terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

Apabila prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila ini diterapkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan, maka akan tercipta suasana kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang, sehingga akan terasa suasana nyaman, nikmat dan adil.

Selaras atau harmoni menggambarkan suatu situasi yang tertib, teratur, damai, tenteram dan sejahtera bahagia. Hal ini disebabkan oleh karena masing-masing unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama memahami dengan sungguh-sungguh kedudukan, hak dan kewajiban serta perannya dalam kehidupan bersama sesuai dengan kodrat dan sifat alami yang dikaruniakan oleh Tuhan. Apa yang dikerjakan tiada lain adalah semata-mata demi kemaslahatan ummat manusia dan alam semesta. Situasi semacam ini yang akan mengantar manusia dalam situasi kenikmatan duniawi dan ukhrowi.

III. KETAHANAN NASIONAL

PENDAHULUAN U U D 45 dalam Pembukaannya alinea a l i n e a 4 menyatakan untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan..

PASAL 30 UUD 45 Tiap-tiap Warga Negara Berhak Dan Wajib Ikut Serta Dalam Usaha Pertahanan Dan Keamanan Negara,- Usaha Pertahanan Dan Keamanan Negara Dilaksanakan Melalui Sistem Pertahanan Dan Keamanan Rakyat Semesta Oleh Tni Dan Polri Sebagai Kekuatan Utama, Dan Rakyat Sebagai Kekuatan Pendukung,- (3) TNI TERDIRI ATAS AD, AL dan AU Sebagai ALAT NEGARA DAN BERTUGAS MEMPERTAHANKAN, KEUTUHAN DAN MELINDUNGI MEMELIHARA

KEDAULATAN NEGARA , (4) KEPOLISIAN NEGARA RI SEBAGAI ALAT NEGARA YANG MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT BERTUGAS MELINDUNGI, MENGAYOMI, MELAYANI MASYARAKAT, SERTA MENGEKKAN HUKUM (5) Susunan Dan Kedudukan Tni, Polri, Hubungan Kewenangan Tni Dan Polri, Syarat-syarat Keikutsertaan Warga Negara Dalam Usaha Perthanan Dan Keamanan Negara , Serta Hal-hal Yang Terkait Dengan Pertahanan Dan Keamanan Diatur Dengan Undang-undang

KETAHANAN NASIONAL KETAHANAN NASIONAL MERUPAKAN KONDISI DINAMIK SUATU BANGSA YANG BERISI KEULETAN DAN KETANGGUHAN YANG KEKUATAN ENGANDUNG NASIONAL KEMPUAN DALAM DAN MENGEMBNAGKAN MENGHADAPI

ANCAMAN,

GANGGUAN,

HAMBATAN

TANTANGAN BAIK INTERNAL MAUPUN EXTERNAL, SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG MEMBAHAYAKAN INTEGRITAS, IDENTITAS, KELANGSUNGAN HIDUP BANGSA DAN NEGARA SERTA PERJUANGAN MENCAPAI TUJUAN

NASIONALNYA. HAL INI MERUPAKAN DOKTRIN NASIONAL GUNA MENJAMIN SATUNYA POLA PIKIR, POLA TINDAK DAN CARA KERJA BANGSA INDONESIA,

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI POLA PIKIR, POLA DASAR DAN SEBAGAI. METODE Sebagai Pola Pikir; Ketahanan Nasional merupakan suatu langkah awal yang mempersatupadukan usaha bersama bangsa yang bersifat intersek-toral dan multifisipliner Sebagai. Pola dasar: Ketahanan Nasional merupa-kan arah pedoman dalam setiap rancangan pembangunan , Sebagai. Metode; Ketahanan Nasional Negara Indonesia menggunakan metode komprehensif integral (menyeluruh dan terpadu), yaitu metode yang berdasarkan Astagratra sebagai pengejawan tahan P. Sila dan Uud 45, yang melahirkan keuletan ketangguhan dan kemampuan bangsa dan negara dalam pemertahankan esistensi atau kelangsungan hidup

Konsepsi Ketahanan Nasional Pendekatan Kemanusian melalui upaya peningkatan kesejahteraan hidup dan penghidupannya, yang meliputi : a. Aspek Alamiah; - Letak dan Kedudukan Geografis Negara - Keadaan dan Kekayaan Alam (gatra SDA - Keadaan dan Kemampuan Pddk (gatra demografi) b. Aspek Sosial kemasyarakatan; - Ideologi, - Politik, - Ekonomi, - Sosbud dan - Hankam- Ag

HUBUNGAN ANTAR GATRA Antara Trigatra dan Pancagatra serta antar gatra itu sendiri terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat, bersifat hubungan saling terkait, saling mengisi dan saling bergantungan satu sama lain, sehingga Ketahanan Nasional merupakan suatu pengertian keseluruhan secara utuh bagikan suatu badan yang tak boleh dipisahkan

Pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan Konsepsi Ketahanan Nasional menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan, yaitu; suatu pendekatan disimpulkan Berdasarkan pemikiran dan tindakan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan rakyat, bangsa dan negara, hal ini dapat bahwa konsepsi ketahanan Nasional pada hakikatnya

merupakan konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan Kesejahteraan dan keamanan merupakan dua hal yang hanya dapat dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, dimana Penyelenggaraan kesejahteraan memerlukan tingkat keamanan tertentu, dan sebaliknya penyelenggaraan keamanan memerlukan kesejahteraan terntentu pula.

Sifat Ketahanan Nasional Manunggal Mawas ke dalam Kewibawaan Dinamis Tidak bersandar pada kekuasaan dan kekuatan Percara diri

Trigatra dan Pancagatra Trigatra, merupakan aspek alamiah yang meliputi; Gatra geografis, gatra sumber daya alam/kekayaan alam, dan gatra demografis Pancagatra, merupakan aspek sosial kehidupan nasional Indonesia yang meliputi IPOLEKSOSBUDHANKAMAG

GATRA IDEOLOGI Merupakan seperangkat nilai dasar yang diyakini kebenarannya dan digunakan sebagai dasar menata mesyarakat dalam negara, yang terkandung konsep dasar tentang wujud kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Ketahanan Nasional do bodamg ideologi adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembang-kan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik internal maupun external, yang membahayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara.

Gatra Politik Ketahanan di bidang Politik Indonesia a. Politik dalam negeri b. Politik luar negeri 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi a. Kepemimpinan Nasional b. Pelaksanaan Pemilu

Gatra Ekonomi Ketahanan di bidang Ekonomi, ekonomi dapat diartikan sebagai segala kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam mengelola faktor produksi, yakni tanah, sumber alam, tenaga kerja, modal dan teknologi guna

memproduksi barang dan jasa demi kesejahteraan rakyat, Faktor-faktor yang mempengaruhi; SDA, tenaga kerja, dan faktor modal usaha,

Gatra Sosial Budaya Istilah sosbud menunjuk pada dua segi utama kehidupan bersama manusia, yaitu segi kemasya-rakatan dimana manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama dengan sesama manusia dan segi kebudayaan yang merupakan keseluruha cara hidup, yang manifestasinya nampak dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembagakan

Ketahanan di bidang Sosial Budaya Kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Indonesia adalah kehidupan yang menyangkut aspek kemasyarakatan dan kebudayaan yang dijiwai oleh falsafah dasar Pancasila, Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor agama dan tradisi-tradisi adat, serta Pendidikan masyarakat.

Gatra Pertahanan Keamanan Pertahanan keammanan adalah upaya rakyat semesta dengan ABRI sebagai inti-nya dan merupakan salah satu fungsi utama pemerintah dan Negara RI dalam rangka menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan mencapai keamanan bangsa dan Negara.

Ketahanan di bidang pertahanan Keamanan Adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan keku atan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan internal maupun external yang mem bahayakan pertahanan dan keamanan bangsa dan negara. 2. Faktor-faktor yang memperngaruhi Geografi Kondisi Internasional Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Hubungan Ketahanan Nasional dan Pembangunan Nasional Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional. Selanjut nya ketahanan nasional yang tangguh akan lebih mendorong lagi pembangunan nasional secara luas dan merata. Konsepsi Ketahanan Nasional dalam rangka

pembangunan nasional berfungsi sebaga pola dasar pembangunan nasional pada hakekatnya adalah arah pembangunan secara terus menerus. Pembangunan nasional dalam konsepsi ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan pengaturan dan penyeleng-garaan hubungan interaksi dan interdepedensiyang se-imbang dan serasi antara gatra menuju sasaran yang diinginkan Manusia dikatakan mahluk sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal, dan ketrampilan, senantiasa berjuang mempertahankan eksistensi, pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya, berupaya memenuhi baik materil maupun spiritual. Oleh karena itu manusia berbudaya akan selalu mengadakan hubungan-hubungan dengan: Agama, Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Seni/Budaya, IPTEK, dan Hankam. Untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya, manusia perlu mengadakan hubungan - hubungan, antara lain : - Hubungan manusia dengan Tuhannya, yang kemudian melahirkan agama. - Hubungan manusia dengan cita-cita yang kemudian melahirkan ideologi. - Hubungan manusia dengan kekuatan atau kekuasaan yang kemudian melahirkan politik. - Hubungan manusia dengan pemenuhan kebutuhan yang kemudian melahirkan ekonomi. - Hubungan manusia dengan manusia yang kemudian melahirkan sosial. - Hubungan manusia dengan keindahan yang kemudian melahirkan kesenian atau dalam arti sempit dinamakan budaya. - Hubungan manusia dengan pemanfaatan fenomena alam yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. - Hubungan manusia dengan rasa aman yang kemudian melahirkan pertahanan keamanan.

Dan diantara kesemuanya kita membutuhkan hukum yang benar untuk mempertahankan hubungan-hubungan tersebut. Sejak merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu menegakkan wibawa pemerintahan dari gerakan separatis. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi dengan posisi geografis, sumber daya alam dan jumlah serta kemampuan penduduk telah menempatkan Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh antar negara besar. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan sehingga dapat mempengaruhi dan membahayakan kelangsungan hidup dan eksitensi NKRI. Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga berhasil mengatasi setiap bentuk tantangan ancaman hambatan dan gangguan dari manapun datangnya. Tujuan nasional menjadi pokok pikiran ketahanan nasional karena sesuatu organisasi dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah internal dan eksternal sehingga perlu kondisi yang siap dihadapi. Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh berlandaskan Pancasila, UUD 45 dan Wasantara.

Kesejahteraan adalah kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata rohani dan jasmani. Keamanan adalah kemampuan bangsa Indonesia melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.Contoh bentukbentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) : 1. Ancaman di dalam negeriContohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat indonesia. 2. Ancaman dari luar negeriContohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri. Agar kita lebih memahami apa yang dimaksud dengan Ketahanan itu sendiri, maka yang merupakan Ciri Ciri Ketahanan Nasional adalah merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi negara berkembang. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek kehidupan nasional tercermin dalam sistematika astagarata yang terdiri atas 3 aspek alamiah (trigatra) yang meliputi geografi, kekayaan alam, dan kependudukan dan lima aspek sosial (pancagatra) yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Berpedoman pada wawasan nasional, Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan nasional. Sedangkan untuk Sifat Sifat Ketahanan Nasional Indonesia sendiri antara lain:

Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.

Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.

Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula kewibawaannya.

Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa. Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata)

kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek

relatif berubah menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama pada aspekaspek dinamis sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan komplek.Konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan, yaitu: 1. Aspek alamiah (Statis) a. Geografi b. Kependudukan c. Sumber kekayaan alam 2. Aspek sosial (Dinamis) Ideologi Politik Ekonomi Sosial budaya Ketahanan keamanan PENGARUH ASPEK IDEOLOGI juga masih tentu ada disini dan sangat berpengaruh. Ideologi merupakan suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan motivasi.Dalam Ideologi terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri. Ideologi-ideologi yang ada di dunia antara lain: 1. Liberalisme(Individualisme) Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang (individu) dalam masyarakat (kontraksosial). Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa terkecuali atas persetujuan dari yang bersangkutan. Paham liberalisme mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan kepentingan pribadi

yang menuntut kebebasan individu secara mutlak. Tokoh: Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, Herbert Spencer, Harold J. Laski 2. Komunisme(ClassTheory) Negara adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Golongan borjuis menindas golongan proletar (buruh), oleh karena itu kaum buruh dianjurkan mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum kapitalis & borjuis, dalam upaya merebut kekuasaan / mempertahankannya, komunisme,akan: 1. Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. 2. Atheis, agama adalah racun bagi kehidupan masyarakat. 3. Mengkomuniskan dunia, masyarakat tanpa nasionalisme. 4. Menginginkan masyarakat tanpa kelas, hidup aman, tanpa pertentangan, perombakan masyarakat dengan revolusi. 3. Paham Agama Negara membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat spiritual religius. Bersumber pada falsafah keagamaan dalam kitab suci agama. Negara melaksanakan hukum agama dalam kehidupan dunia. Di Indonesia kita menggunakan IDEOLOGI PANCASILA yang merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung didalamnya.Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi

bangsa dan negara serta pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut: Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan diaktualisasikan agar mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar. Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain Pertahanan Keamanan Indonesia mengandung perngertian kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem ketahanan keamanan negara dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan negara RI. Pertahanan keamanan negara RI dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan, menggerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah satu fungi utama dari pemerintahan dan negara RI dengan TNI dan Polri sebagai intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional Indonesia. Wujud ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara (Hankamneg) yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya

serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman.Postur kekuatan pertahanan keamanan mencakup: Struktur kekuatan Tingkat kemampuan Gelar kekuatan Untuk membangun postur kekuatan pertahanan keamanan melalui empat pendekatan : 1. Ancaman 2. Misi 3. Kewilayahan 4. Politik Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luar dan menjadi tanggung jawab TNI. Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi tanggung jawab Polri. TNI dapat dilibatkan untuk ikut menangani masalah keamanan apabila diminta atau Polri sudah tidak mampu lagi karena eskalasi ancaman yang meningkat ke keadaan darurat. Secara geografis ancaman dari luar akan menggunakan wilayah laut dan udara untuk memasuki wilayah Indonesia (initial point). Oleh karena itu pembangunan postur kekuatan pertahanan keamanan masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan pertahanan keamanan secara proporsional dan seimbang antara unsur-unsur utama. Kekuatan Pertahanan bangsa Indonesia adalah Angkatan Darat, Aangkatan Laur, Aangkatan Udara. Dan unsur utama Keamanan adalah Polri. Gejolak dalam negeri harus diwaspadai karena tidak menutup kemungkinan mengundang campur tangan asing (link up) dengan alasanalasan: Menegakkan HAM Demokrasi Penegakan hukum

Lingkungan hidup Mengingat keterbatasan yang ada, untuk mewujudkan postur kekuatan pertahanan keamanan kita mengacu pada negara-negara lain yang membangun kekuatan pertahanan keamanan melalui pendekatan misi yaitu untuk melindungi diri sendiri dan tidak untuk kepentingan invasi (standing armed forces): 1. Perlawanan bersenjata = TNI, Polri, Ratih (rakyat terlatih) sebagai fungsi perlawanan rakyat. 2. Perlawanan tidak bersenjata = Ratih sebagai fungsi dari TIBUM, KAMRA, LINMAS 3. Komponen pendukung = Sumber daya nasional sarana dan pra sarana serta perlindungan masyarakat terhadap bencana perang. Semua hal pertahanan baik wilayah ataupun nasional bersangkutan dengan Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Terhadap Bela Negara.Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian hari. Contoh Hak Warga Negara Indonesia: - Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum. - Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. - Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan. - Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai. - Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran. - Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.

- Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang- undang yang berlaku. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia: - Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh. - Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda). - Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya. - Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia. - Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik. Seperti yang kita ketahui di Indonesia saat ini sedang terjadi banayk penyimpangan di bidang hukum, baik itu dalam hal politik seperti korupsi atau dalam bidang yang lainnya. Kesamaan semua orang di mata hukum yang dulu kelihatannya sangat di junjung tinggi, saat ini pun mengalami pergeseran menjadi kesenjangan di mata hukum di mana orang-orang yang tidak mampu menjadi korbannya. Uang menjadi tolak ukur hukum saat ini, contohnya ada anak yang mencuri sandal jelek saja di hukum selama 5tahun, namun para koruptor dibiarkan merajalela, hal inilah yang menjadikan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum di Negara ini. Keinginan masyarakat dan kaum muda untuk berpartisipasi kadang ditunjukkan dengan maraknya demonstrasi yang terjadi, namun keinginan menyampaikan inspirasi-inspirasi secara langsung ini pun akhirnya menimbulkan masalah karena oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab yang akhirnya memicu hal-hal yang anarkis.

Kasus terbaru yang terjadi di Halmahera Maluku Utara terjadi selisih paham antara warga dan aparat hukum tentang masalah pembangunan markas brimob. Dari hal ini terlihat bahkan aparat hukum yang seharusnya melindungi dan mendahulukan kepentingan rakyat namun justru kurang bijaksana dalam memberikan pengertian kepada masyarakat terkait hak dan keajiban, yang dalam hal ini adalah sengketa tanah. Jadi kita harus menjunjung tinggi hukum yang ada di Negara Indonesia yang tercinta ini, namun kita harus tetap berfikir logis, rasional, dan menghormati hak-hak asasi orang lain, sebelum menyampaikan aspirasi kita, agar tercipta kondisi yang damai,sentosa, dan keadaan merdeka yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA ------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta http://gs-renungan.blogspot.com/2008/07/mencerahkan-wawasan-kebangsaan.html [diakses pada tanggal 5 Mei 2012] http://www.slideshare.net/alfarish/ketahanan-nasional-7443615 [diakses pada tanggal 5 Mei 2012] http://www.slideshare.net/imp0et/ketahanan-nasional [diakses pada tanggal 5 Mei 2012] Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratorium Pancasila. Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.

You might also like