You are on page 1of 4

AVIAN INFLUENZA

Avian influenza merupakan suatu penyakit viral pada unggas, terutama kalkun dan burung liar, yang tersifat oleh adanya gangguan pernapasan, depresi dan penurunan konsumsi pakan dan minum, penurunan produksi telur dan penurunan daya tetas telur pada ayam bibit. Avian influenza yang menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada unggas dilaporkan pertama kali pada tahun 1878 dan dikenal dengan nama fowl plaque. Avian influenza mempunyai dampak ekonomik yang penting pada industry perunggasan oleh karena adanya mortalitas dan morbiditas yang tinggi, penurunan produksi, dan peningkatan biaya penanggulangan, khususnya biaya sanitasi/desinfeksi. Selain itu virus ini bersifat zoonosis sehingga cara penanggulangannya menjadi semakin kompleks dan mahal. 1. ETIOLOGI Avian influenza disebabkan oleh virus influenza yang tergolong family Orthomyxoviridae, yang merupakan virus RNA dan mempunyai aktifitas hemaglutinin dan neuramidase, virus influenza terdiri atas 3 tipe antigenic yang berbeda, yaitu A, B, C. setiap tipe dari virus influenza ditentukan oleh struktur antigenic protein nuclei dan matriks antigen, yang saling berhubungan erat di antara virus influenza tertentu. Virus influenza A ditemukan pada unggas, manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang pada mamalia lain, misalnya cerpelai, anjing laut dan ikan paus. Virus influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia. Berdasarkan atas struktur antigen permukaan, yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N), maka virus influenza A dikelompokkan lagi menjadi banyak subtype. Dewasa ini dikenal dengan 15 subtipe H dan 9 subtipe N. setiap isolate virus influenza dinyatakan dari kombinasi kedua antigen permukaan tersebut. Contohnya : virus influenza A yang diisolasi dari ayam di Hongkong pada tahun 1997 : A/chick/Hongkong/97 (HN). Istilah fowl plaque pada virus influenza dapat ditemukan dengan frekuensi yang tinggi dan teradi melalui 2 cara, yaitu drift dan shift. Drift antigentik terjadi oleh adanya perubahan struktur antigentik yang bersifat minor pada antigen permukaan H dan/atau N. Shift antigentik terjadi oleh adanya perubahan struktur antigenik yang bersifat dominan pada antigen permukaan H dan/atau N. Virus pada unggas dan mamalia diperkirakan merupakan mekanisme timbulnya srain baru virus pada manusia yang bersifat pandemic. Virus pada unggas dapat berperan pada perubahan struktur genetic virus influenza pada manusia dengan menyumbagkan gen pada virus galur manusia. Patogenisitas virus influenza pada unggas sangat bervariasi dan tidak dapat diramalkan berdasarkan hospesnya atau serotype antigenic dari virus tertentu. Virus pada unggas yang mempunyai subtype H atau H telah diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan penyakit yang bersifat parah pada ayam, kalkun, itik dan sejenis burung laut. Sebaliknya, banyak juga virus influenza A subtype H atau H yang bersifat tidak patogenik. HPAI ditandai oleh adanya proses penyakit yang cepat disertai mortalitas yang tinggi, gangguan produksi telur (berhenti atau menurun secara drastis); gangguan pernapasan (batuk, bersin, ngorok), lakrimasi (leleran dari mata) yang berlebihan; sinusitis; edema di daerah kepala dan muka; perdarahan

jaringan subkutan yang diikuti oleh sianosis pada kulit, terutama di daerah kaki, kepala da pial; diare dan gangguan saraf. Gejala-gejala tersebut dapat ditemukan pada satu kasus tetapi dapat juga merupakan kombinasi berbagai kasus. Pada kasus tertentu, penyakit ini dapat berlangsung sangat cepat dan ayam dapat mati mendadak tanpa didahului oleh gejala tertentu. Pada ayam bibit, produksi telur biasanya menurun drastic, disertai oleh penurunan daya tetas telur. Di samping itu, pigmentasi pada telur juga menghilang pada sekitar 20% dari ayam dalam kelompok tertentu. Pada avian influenza bentuk ringan (bentuk yang kurang virulen) yang tidak diikuti oleh infeksi sekunder, akan terlihat adanya penurunan atau produksi telur yang terhenti, gangguan pernapasan, anoreksia, depresi, sinusitis dan mortalitas yang rendah tetapi cenderung meningkat. Jika terdapat infeksi sekunder oleh bakteri atau ayam dalam keadaan stress akibat lingkungan, gejala klinik dapat menjadi parah. Sejumlah subtype virus influenza A dapat menimbulkan penyakit yang parah pada spesies unggas tertentu, tetapi pada spesies unggas lainnya tidak menimbulkan penyakit tertentu atau penyakit yang timbul bersifat sangat ringan. Demikian juga, virus yang mempunyai strukrur antigenic yang sama, dapat menimbilkan efek yang berbeda pada spesies unggas yang berbeda. Morbiditas dan mortalitas bervariasi dan tergantung pada spesies unggas, virus, umur, lingkungan (kadar amoniak, vebtilasi) dan adanya infeksi sekunder. Morbiditas dapat sangat tinggi, tetapi sebaliknya mortalitas hanya rendah. Pada avian influenza yang disebabkan oleh virus yang sangat patogenik, maka morbiditas dan mortalitas dapat mencapai 100%. Mortalitas biasanya meningkat antara 10-50 kali dari hari sebelumnya dan mencapai puncaknya pada hari ke-6 sampai ke-7 setelah timbulnya gejala. 2. PERUBAHAN PATOLOGIK a. Perubahan makroskopik Perubahan makroskopik ang ditemukan pada unggas sangat bervariasi menurut lokasi lesi dan derajat keparahannya dan tergantung pada spesies unggas dan patogenisitas virus influenza yang terlibat. Bentuk ringan Pada sinus mungkin ditemukan adanya salah satu atau campuran eksudat kataralis, fibrinus, serofibrinus, mukopurulen atau kaseus. Trakea mungkin akan menunjukkan adanya edema yang disertai oleh pembentukan eksudat yang bervariasi dari serus sampai kaseus. Kantong udara mungkin menebak dan mengandung eksudat fibrinus atau kaseus. Pada peritoneum mungkin akan ditemukan adanya peritonitis fibrinus dan egg peritonitis. Pada sekum dan/atau usus mungkin ditemukan adanya enteritis kataralis sampai fibrinus. Pada petelur, mungkin ditemukan adanya eksudat di dalam oviduk. Bentuk akut (Avian Influenza yang sangat patogenik, HPAI) Jika unggas mati dalam waktu yang singkat, maka biasanya tidak ditemukan adanya perubahan makroskopik tertentu oleh karena lesi pada jaringan belum sempat berkembang. Pada sejumlah kasus HPAI dapat ditemukan adanya kongesti, hemoragik, transudasi dan nekrosis. Contoh : lesi yang ditimbulkan oleh virus influenza A subtype HN, HN, HN, HN. berbagai subtype virus influenza

tersebut dapat menimbulkan lesi pada stadium awal, yang meliputi edema pada kepala yang disertai oleh pembengkakan sinus; sianosis, kongesti dan hemoragik pada pial dan balung. Kongesti dan hemoragik mungkin ditemukan juga pada kaki. Jika penyakit ini melanjut, maka kerapkali akan ditemukan adanya foci nekrotik pada hati, limpa, ginjal dan paru. Perubahan makroskopik pada ayam yang ditemukan pada leupan avian influenza di Pennsylvania (subtype HN) tersifat oleh adanya pembengkakan pada pial dan balun, yang disertai oleh edema periorbitalis. Lesi pada balung dapat berbentuk vesikula sampai pembengkakan pada kaki, yang disertai oleh bintik perdarahan ekimosis. Lesi pada organ visceral meliputi petekie pada berbagai permukaan serosa dan mukosa, terutama mukosa dari proventrikulus dekat perbatasan dengan ventrikulus. Pankreas kerapkali menunjukkan adanya daerah yang berwarna merah tua dan kuning muda. Perubahan makroskopik pada unggas yang terserang avian influenza kerapkali diikuti oleh lesi yang ditimbukan oleh bakteri, sehingga perubahan yang ditemukan mungkin merupakan akibat infeksi virus avian influenza dan bakteri. b. Perubahan mikroskopik Lesi yang ditimbulkan oleh fowl plaque ditandai dengan adanya edema, hyperemia, hemoragik dan perivascular cuffing sel limfoid, terutama pada miokardium, limpa, paru, otak, balung dan dengan frekuensi yang lebih rendah pada hati dan ginjal. Perubahan degenerasi dan nekrosis dapat ditemukan pada limpa, hati dan ginjal. Lesi pada otak meliputi foci nekrosis, perivascular cuffing sel limfoid, gliosis, proliferasi pembuluh darah dan degenerasi/ nekrosis neuron. Beberapa virus avian influenza A yang bersifat sangat patogenik kerapkali menimbulkan nekrosis miokardium dan miokarditis. Perubahan histopatologik pada ayam atau kalkun yang disebabkan pleh virus HPAI mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan lesi yang ditimbulkan oleh fowl plaque. Perubahan histopatologik pada ayam yang terinfeksi secara alami dengan virus avian influenza subtype HN (tergolong virus HPAI) meliputi ensefalitis nonsupuratifa difus yang bersifat ringan sampai moderat; pancreatitis nekrotikan; miositis nekrotikan subakut yang bersifat sangat ringan sampai berat pada berbagai otot skelet, terutama otot ocular eksternal dan otot paha. Perubahan histopatologik biasanya lebih parah pada ayam pedaging dibandingkan dengan petelur

Dapus Tabbu, Charles Rangga, Prof.drh, M.Sc.,Ph.D. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. I. 2000. Kanisius : Yogyakarta

You might also like