You are on page 1of 21

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.

Bandar Udara)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Potensi sebuah daerah dapat berkembang dengan maksimal jika didukung dengan

adanya akses yang baik. Akses yang baik membuat pergerakan dari dan menuju suatu daerah lebih mudah dan terjangkau. Salah satu outlet yang dapat memfasilitasi aksesibilitas yang baik tersebut adalah bandar udara.Pertumbuhan ekonomi sangat erat hubungannya dengan perkembangan transportasi. Peningkatan pendapatan konsumen mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan transportasi udara. Bandara Udara adalah lapangan yang digunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara. Tujuan pembangunan bandara udara antara lain sebagai transportasi manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, salah satu sarana perdagangan, perindustrian. Maka kebutuhan akan sarana bandara udara diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan bandara udara pada hakekatnya ditujukan untuk melayani serta mendorong pertumbuhan suatu daerah, namun dalam merencanakan bandara udara memerlukan penyediaan lahan yang cukup luas. Maka perlu diperhitungkan masalah tersebut dari awal sebelum merencanakan bandara udara dengan perencanaan yang matang. Perencanaan bandara udara merupakan sebuah proses yang kompleks dan saling tergantung satu sama lain karena sebuah lapangan terbang melingkupi kegiatan yang sangat luas, maka untuk mendapatkan hasil yang memuaskan harus mempertimbangkan beberapa faktor. Dalam pelaksanaannya bandara udara bukan hanya memperhitungkan kendaraan udara saja, tapi harus diperhitungkan kendaraan di darat termasuk penumpang. Dalam merencanakan dan merancang bandara udara harus mempertimbangkan beberapa hal seperti teknis operasi penerbangan, ekonomis, keuangan, politis dan kesejahteraan lingkungan.Dalam penentuan lokasi lapangan terbang terdpat beberapa hal yang perlu dijadikan bahan pertimbangan, yaitu : 1. Rencana Pengembangan Wilayah (Regional Plan)

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Misalnya suatu daerah yang sudah di rencanakan sebagai tempat pemukiman, maka tidak tepat untuk membangun lapangan terbang di daerah tersebut. 2. Kegunaan Lapangan Terbang (Airport Use) Kegunaan lapangan terbang untuk keperluan sipil akan berbeda dengan keprluan militer. 3. Jarak terhadap lapangan terdekat Agar operasi penerbangan di masing-masing lapangan terbang tidak saling mengganggu maka jarak antara satu lapangan terbang dengan lapangan terbang lain harus cukup jauh. 4. Pencapaian (aksesbilitas) dari dan ke transportasi darat Harus dipertimbangkan kemudahan pencapaiannya dari pusat pemukiman dan pusat pusat kegiatan ekonomi. 5. Kondisi site (topografi, geologi, iklim dan sebagainya) Harus dihindari pemilihan lokasi lapangan terbang di daerah berbukit atau di daerah yang terlalu rendah. 6. Halangan (obstacle) Lokasi lapangan terbang harus bebas dari halangan dan perlu di buat peraturan yamg ketat untuk membatasi munculnya bangunan-bangunan di sekitarnya. 7. Daya Pandangan (visibility) Daerah yang berkabut atau berasap akan mengurangi jarak pandangan. 8. Pertimbangan Lingkungan Sebelum di adakan pembangunan lapangan terbang harus dilakukan penelitian untuk mengukur pengaruh pembangunan dan operasi

penerbangan terhadap tingkat kualitas udara, air, kebisingan, siklus ekologi dan tata guna lahan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

1.2

Maksud dan Tujuan Perencanaan Bandar udara merupakan suatu terminal yang menghubungkan transportasi moda

udara dengan moda transportasi yang lain baik darat ataupun laut. Dewasa ini transportasi menggunakan moda udara telah menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang sangat membutuhkan pergerakan dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, diperlukan bandar udara yang dapat melayani kebutuhan masyarakat tersebut. Untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap pihak pengguna Bandar udara baik penumpang, pengirim cargo, perusahaan penerbangan maupun operator penerbangan maka perlu diadakan perencanaan yang benar-benar matang yang meliputi : Kebijakan perencanaan Perencanaan fisik Perencanaan lingkungan

Keberhasilan atau baik buruknya kinerja bandara sangat bergantung dari master plan-nya. Perencanaan yang efisien adalah perencanaan dengan biaya operasi terendah dan sesuai dengan kapasitas kebutuhannya.

1.3

Batasan Masalah Perencanaan

Pada pembahasan laporan kali ini kami membatasi mengenai perencanan landasan pesawat terbang.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Data Perencanaan Design Aircraft Dalam Tugas ini akan direncanakan runway untuk melayani pesawat jenis B 737-

200, data data yang diketahui dan menjadi acuan untuk pembuatan lapangan terbang adalah : Elevasi Runway Temperature Lokasi Slope Runway Design Aircraft Operasi Runway Konfigurasi Parkir Pesawat Sistem Parkir Pesawat Tata Letak Terminal : 385 m : 36 C : 0.05 % : B -737- 200 : Non Precission approach Runway : Nose in/ Angle Nose in : Straight : Sentralisasi primer

Data ini di gunakan untuk perencanaan lebar landasan pacu, lebar apron, dan taxiway dari air-side suatu bandar udara.

2.2

Karakteristik Design Aircraft Pembangunan suatu lapangan terbang untuk memberikan pelayanan baik dan

optimal memerlukan perencanaan dan perancangan yang matang.Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan umum mengenai karakteristik pesawat terbang yang penting dalam merencanakan fasilitas-fasilitas untuk digunakan oleh pesawat terbang. Beberapa karakteristik pesawat yang penting dalam perancangan fisik bandara:

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Aeredrome Reference Field Length ( ARFL ) ARFL merupakan panjang lintasan minimum yang di perlukan oleh pesawat untuk lepas landas (take off) dimana pesawat tersebut berada pada keadaan standart, mengangkut beban maximum yang dimungkinkan, tanpa angin, pada tekanan atmosfer standart, landasan yang di gunakan datar (kemiringanya sama dengan nol) dan ketinggian landasannya sama dengan ketinggian permukaan air laut serta pada tekanan atmosfir standart, seperti yang tertera pada data setiap pesawat yang di keluarkan oleh masing-masing pabrik pembuatnya. Wingspan Wingspan adalah lebar bentang sayap utama pesawat dari ujung paling kanan ke ujung paling kiri, Gunanya dalam perencanaan aerodrome adalah untuk menentukan daerah bebas di kiri dan kanan lintasan. Selain itu, wingspan juga berguna dalam perencanaan taxiway. Panjang Wing Span ini untuk setiap pesawat berbeda-beda. Outer Main Gear Wheel Span OMGWS adalah jarak antara roda utama sebelah kanan roda dan roda utama sebelah kiri. Dalam perncanaan aerodrom data ini berguna dalam perencanaan lebar lintasan. lebar landasan pacu di representasikan dalam persamaan : Wr = Tm + 2C Dengan: Wr = Lebar landasan pacu Tm = Outer Main Gear C = Lebar daerah bebas halangan ( clearence) antara roda utama paling Luar dengan ujung pingir landasan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Gambar Sketsa

TM WR WING SPAN

C = Daerah bebas disamping roda utama TM = Outer Main Gear Wheel Span WR = Lebar Landasan

Data ini di gunakan untuk perencanaan lebar landasan pacu, lebar apron, dan taxiway dari air-side suatu bandar udara. Aerodrome Reference Code ( ARC ) Maksud dari ARC atau kode referensi adalah menyediakan suatu metode sederhana untuk menghubungkan beberapa spesifikasi yang mengacu pada karakteristik dari aerodrome, sehingga di dapatkan sejumlah fasilitas aerodrome yang cocok bagi pasawat terbang yang akan di operasikan dalam aerodrome. Yang di maksud dengan fasilitas di sini seperti panjang lintasan, lebar lintasan, ukuran taxiway dan fasilitas lain yang di perlukan. Kode ini di bentuk dari dua buah elemen yang berhubungan dengan karakteristik performasi Dan dimensi pesawat terbang. Elemen 1 adalah kode yang berbasis pada Aeroplane Reference Field Lengt(ARFL) dan elemen 2 adalah kode huruf yang berbasis pada Wing Span(WS)dan Outher Main Gear WheelSpan (OMG). Kode huruf atau angka dalam pesawat yang terpilih untuk tujuan desain akan berhubungan dengan karakteristik kritis pesawat terbang untuk pembangungan fasilitas penunjang .saat mengaplikasikan spesifikassi tertentu Institut Sains dan Teknologi Nasional 6

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

dalam annex 14,pertama kali pesawat tersebut akan diidentifikasikan baru kemudian dicarikan kode kedua elemennya.

Lebih jauh, ARC harus berdasar (sesuai) dengan referensi tabel yang tertera dibawah. Suatu klasifikasi dari referentasi pesawat terbang dengan kode huruf akan dijelaskan dalam Appendix 1(Aerodrom Design Manual , part I Runway,halaman 1-45-50). Untuk menentukan ARC dipergunakan suatu tabel seperti yang tercantum di bawah ini: Tabel 1-2 (ICAO, Annex 14-Aerodrome Reference Code Element 2 ) Aerodrome Referensi Code KODE ELEMEN 1 Kode Angka 1 2 3 4 Aero Length X >300 m 800 m X < 1200 m 1200 m X < 1800 m 1800 m plane KODE ELEMEN 2 Field Kode Angka A B C D E F Fuselage Length Fuselage length adalah geometri dari pesawat yang menunjukkan panjang pesawat sampai ekor pesawat atau sebaliknya. Geometri ini mempunyai pengaruh dalam pelebaran taxiway pada bagian belokan, ukuran apron dan hangar. Heigth Height adalah bentuk geometri lain dari pesawat yang menunjukkan tinggi pesawat dan diukur dari dasar roda ke titik tertinggi pada pesawat atau sebaliknya. Height ini mempunyai pengaruh pada penentuan tinggi pintu hangar dan segala macam instalasi yang ada didalam hangar. X < 15m 15 m X < 24 m 24 m X < 36 m 36 m X <52 m 52 m X <65 m 65 m X < 80 m Wing Span Outer Main suatu pesawat

GearWheel Span X < 4.5m 4.5 m X< 6 m 6mX<9m 9 m X <14 m 9 m X < 14 m 14 m X < 16 m

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Distance Between Main Gears Distance between main gears adalah geometri dari bagian pergerakan pesawat yang menunjukkan jarak bentang antara roda roda belakang. Geometri ini menentukan jari jari minimum dari pesawat. Wheel Base Wheel base adalah geometri dari bagian pergerakan pesawat yang menunjukkan jarak antara roda depan dengan roda belakang atau sebaliknya. Wheel base mempunyai pengaruh dalam penentuan jari jari belokan taxiway. Tail Width Tail Width ini merupakan geometri dari badan pesawat yang menunjukkan jarak bentang sayap belakang diukur dari ujung sayap belakang sebelah kiri ke ujung sayap belakang sebelah kanan atau sebaliknya. Geometri ini menentukan ukuran parking dan apron.

2.3

Macam-Macam Istilah Berat Pesawat Berat pesawat dan komponen-komponen berat pesawat adalah yang paling menentukan dalam menghitung panjang landas pacu dan kekuatan perkerasan. Ada 6 macam pengertian berat pesawat, yaitu : a. Operating Weight Empty adalah berat dasar pesawat, termasuk didalamnya Crew dan peralatan pesawat tetapi tidak termasuk bahan bakar dan penumpang/barang yang membayar. Besarnya tergantung konfigurasi tempat duduk. b. Pay Load adalah produksi muatan ( barang/penumpang ) yang membayar, diperhitungkan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Termasuk didalamnya penumpang, barang, surat, paket,bagasi tambahan. c. Zero Fuel Weight adalah batasan berat spesifik pada tiap jenis pesawat, di atas batasan berat itu tambahan berat harus berupa bahan bakar, sehingga ketika

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

pesawat sedang terbang, tidak terjadi momen lentur yang berlebihan pada sambungan. d. Maximum Ramp Weight ( Maximum Design Taxi Weight ) adalahberat maximum pesawat diizinkan untuk taxi. Pada saat pesawat taxiing dari apron menuju ujung landasan dia berjalan dengan kekuatannya sendiri, membakar bahan bakar sehingga kehilangan berat. e. Maximum Structural Landing Weigth ( Max Design Landing Weight )adalah kemampuan structural pesawat pada saat mendarat. f. Maximum Structural Take Off Weight ( Max Design Take off Weight ) adalah Berat maximum pesawat termasuk crew, berat pesawat kosong, bahan bakar, pay load yang diizinkan oleh pabrik, sehingga momen tekuk yang terjadi pada bagian badan pesawat, rata-rata masih dalam batas kemampuan material pembentuk pesawat.

KARAKTERISTIK PESAWAT DESIGN AIRCRAFT B737-200 Boeing series 737 ( B737-200 ) Produksi Boeing. Dimention ARFL Outer Main Gear Wheel Span Length Wingspan Tail Width Wing area Wheelbase Weight : : 52400 kg : 46700 kg : 29600 kg : 43100 kg : 23 mph : : 2295 m : 6.4 m : 30.5 m : 28.4 m : 11.23 m : 91.1 m2 : 11.38 m

Maximum take-off weight Maximum landing weight Operating weight empty Maximum zero fuel weight Crosswind Maximum

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Maximum payload Standard fuel capacity Performance ARC Range with max payload Cruise speed Maximum operating altitude Take-off field length Landing field length Engines Fuel efficiency Fuel flow rate Cabin data Passengers Cabin width :

: 15700 kg : 19500 litres

: 4C : 2090-2960 km : 780 km/h : 11300 m : 1990 m : 1350 m : P&W JT8D-15A, 2x15480 lb : 23.2 g/pass.km : 2800 kg/h

: 102-130 : 3.53 m

(Sumber : 727-200 Airplane Characteristic for Airport Planning) ( www.boeing.com )

2.4

Lingkungan Lapangan Terbang Lingkungan sekitar pesawat terbang sangat berpengaruh terhadap perencanaan

panjang landasan. Perhitungan panjang landasan mengunakan suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Lenght (ARFL). ARFL merupakan panjang lintasan minimum yang di perlukan oleh pesawat untuk lepas landas (take off) dimana pesawat tersebut berada pada keadaan standart, mengangkut beban maximum yang dimungkinkan, tanpa angin, pada tekanan atmosfer standart, landasan yang di gunakan datar (kemiringanya sama dengan nol) dan ketinggian landasannya sama dengan ketinggian permukaan air laut serta pada tekanan atmosfir standart, seperti yang tertera pada data setiap pesawat yang di keluarkan oleh masingmasing pabrik pembuatnya.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

10

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Pada kenyataanya keadaan lapangan terbang tidak tepat seperti yang di nyatakan pada ARFL, maka panjang runway perlu di koreksi dengan faktor koreksi umum. Macam-macam koreksi yang mungkin di laksanakan adalah: a. Temperatur Pada tempertur yang tinggi dibutuhkan landasan yang lebih panjang sebab semakin tinggi temperatur density udara semakin rendah, sehingga menghasilkan output daya dorong yang rendah. Menurut ICAO panjang landasan harus dikoreksi sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1C atau 0.56% setiap kenaikan 1F. Sebagai standar temperatur adalah 59F = 15C (temperatur diatas muka laut).

b. Ketinggian Altitude Untuk setiap kenaikan 300m (1000 ft), maka angka koreksinya sebesar 7%. c. Kemiringan Landasan Kemiringan keatas memerlukan landasan yang lebih panjang dibanding landasan yang dasar atau menurun. Faktor kemiringan sebesar 10% setiap kemiringan 1%, berlaku untuk nomer kode 2,3,4 pesawat bermesin turbo jet, sedangkan pesawat bemesin piston koreksinya 20%. d. Angin Permukaan Bila angin yang bertiup angin haluan (head wind) landasan yang diperlukan lebih pendek di banding bila angin yang bertiup angin buritan (tail wind). e. Kondisi Permukaan Landasan Pacu Kondisi permukaan landasan pacu harus bebas dari genangan aor karena akan menyebabkan permukaan licin membahayakan operasi pesawat. Oleh karena itu sistem drainase lapangan terbang harus baik. Selain itu perkerasan landasan pacu diberikan groove arah transversal, bagian bawahnya digunakan untuk menampung air dan bagian atasnya digunakan untuk lalu lintas roda pesawat.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

11

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

BAB III PENENTUAN ORIENTASI ARAH RUNWAY

3.1

Pengertian Windrose Windrose adalah grafik yang menunjukkan distribusi kecepatan dan prosentase

arah angin pada suatu daerah yang digunakan untuk membantu perencanaan atau design lapangan terbang dalam menentukan jumlah dan orientasi runway. Secara umum, jumlah landasan pacu ( runway ) tergantung pada volume lalulintas dan orientasi tergantung pada arah angin dan kadang-kadang pada luas daerah yang tersedia untuk pengembangan Bandar udara. Gedung-gedung terminal untuk melayani penumpang harus terletak sedemikian rupa sehingga penumpang dengan mudah dan cepat dapat mencapai landasan pacu.nTerdapat banyak konfigurasi runway. Kebanyakan merupakan kombinasi dari beberapa konfiguraswi dasar. Konfigurasi dasar tersebut adalah : 1. Runway Tunggal 2. Runway Sejajar 3. Runway bersilang 4. Runway V terbuka

3.2

Faktor Dalam Menentukan Orientasi Runway Arah angin adalah hal yang mendasar bagi perencanaan runway. Pada umumnya,

runway utama di Bandar udara sedapat mingkin harus searah dengan mata angin yang dominan. Pada saat mendarat dan lepas landasn pesawat terbang dapat melakukan manufer diatas runway sepanjang komponen angin yang tegak lurus arah bergeraknya pesawat (didefinisikan sebagai angin sisi) tidak berlebihan. Angin sisi maksimum yang diperbolehkan tidak hanya tergantung pada ukuran pesawat, tetapi juga pada susunan sayap dan keadaan permukaan landasan. FAA menentukan bahwa runway harus diorientasi, sehingga pesawat dapat mendarat paling sedikit 95% dari waktu dengan angin sisi tidak melebihi 15 Mph. ICAO juga menentukan bahwa runway harus di orientasi sehingga sedikit 95% dari waktu dengan kecepatan komponen angin sisi 23 Mph untuk landasan pacu sepanjang 1500 m Institut Sains dan Teknologi Nasional 12

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

atau lebih, 15 Mph untuk landasan pacu antara 1200 dan 1500 m dan 11,5 Mph untuk landasan pacu yang panjangnya kurang dari 1200m. Setelah komponen angin sisi maksimum yang diperbolehkan dipilih, arah paling baik dari runway bagi liputan angin dapat ditentukan dengan penelitian karakteristik angin untuk kondisi berikut : 1. Seluruh liputan angin tanpa memperhatikan jarak penglihatan atau tinggi angin. 2. Kondisi angin ketika tinggi angin berada diantara 200 dan 1000 kaki dan jarak peglihatan di antara 0,5 dan 3 mile. Kondisi yang pertama menyatakan keseluruhan jarak penglihatan, dari yang terbaik sampai yang terburuk. Kondisi yang kedua menyatakan berbagai tingkat jarak penglihatan yang buruk yang membutuhkan instrument untuk pendaratan. Mengetahui kecepatan angin diperlukan untuk jarak penglihatan terbatas. Pada umumnya, apabila jarak penglihatan mencapai 0,5 mile dan tinggi awan 200 kaki, tiupan angin kecil, jarak penglihatan berkurang karena kabut, asap atau campuran debu dan kabut.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

13

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

3.4

Cara Penentuan Orientasi Arah Runway Langkah-langkah penetuan orientasi runway : 1. Cari data persentase arah angin. Pada tugas ini diperoleh data kecepatan angin : Presentase of Wind 4-15 mph 3.5 6.9 7.1 2.4 1.5 4.7 3.5 1.1 2.9 5.2 7.4 4.1 1.0 2.3 1.9 1.2 15-31 mph 1.9 4.7 3.2 1.8 0.2 2.4 2.4 0.4 2.1 4.9 3.8 2.7 0.5 1.1 0.7 0.6 0-4 mph TOTAL 31-47 mph 0.1 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 0.2 0.1 0.6 0.4 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 Total 5.5 11.9 10.5 4.5 2.0 7.4 6.3 1.7 5.1 10.7 11.6 7.0 1.6 3.5 2.7 1.9 6.1 100,0

Wind Direction N NNE NE ENE E ESE SE SSE S SSW SW WSW W WNW NW NNW Calms

2. Dari data tersebut dapat dibuat windrose dengan cara :

Institut Sains dan Teknologi Nasional

14

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Membuat lingkaran-lingkaran dengan jari-jari adalah batas terakhir dari pengelompokan kecepatan angin ( 4,15 ,31 ,47 mph ) dengan skala tertentu.

Bagi lingkaran-lingkaran tersebut sesuai dengan arah mata angin ( 16 arah ).

Masukan data persentase arah angin sesuai dengan arah dan kecepatan anginya.

Gambar Windrose

Buat cross wind dengan tiga garis paralel,garis batas kanan kirinya menunjukan batas kecepatan sesuai dengan jenis pesawat kelas yang ditentukan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

15

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Pembagian jenis kelas pesawat berdasarkan panjang runway ( L ) yang disyaratkan,yaitu :

Tabel 3.2 Cross wind KODE HURUF A B C D E PANJANG RUNWAY X 2100 m ( 7000 ft ) 1500 m ( 5000 ft ) X < 2100 m ( 7000 ft ) 900 m ( 3000 ft ) X < 1500 m ( 5000 ft ) 600 m ( 2500 ft ) X < 900 m ( 3000 ft ) 600 m ( 2500 ft ) X < 900 m ( 3000 ft ) MAXIMUM CROSSWIND 23 mph 23 mph 15 mph 11,5 mph 11,5 mph

Pembagian jenis kelas pesawat berdasarkan panjang runway, dalam hal ini pesawat B737-200 masuk dalam kelas A karena panjang runway = 3105 m. Letakkan crosswind diatas sumbu melalui pusat lingkaran. Daerah yang ditutupinya adalah jumlah prosentase arah anginnya pada sumbu tersebut. Dalam tugas ini jarak satu sumbu dengan sumbu lainnya adalah 10, diukur mulai dari 0 ( North ) bergerak searah jarum jam. 1. Cari Orientasi runway yaitu prosentase arah angin terbesar yang memenuhi persyaratan usability factor ( 95 % ).

Institut Sains dan Teknologi Nasional

16

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

3.5

Tabel Hasil Perhitungan Jumlah Prosentase Arah Angin


Usability Factor ( % ) 4-15 15-31 mph mph 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 55,9 28,88 29,25 29,36 29,41 29,37 29,32 29,33 29,31 27,40 25,82 24,21 23,68 22,27 22,41 23,46 25,36 27,03 28,13

Arah ( ) 0-180 10-190 20-200 30-210 40-220 50-230 60-240 70-250 80-260 90-270 100-280 110-290 120-300 130-310 140-320 150-330 160-340 170-350

0-4 mph 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9

31-47 mph 1,52 1,64 1,76 1,88 2,01 1,66 1,81 1,62 1,50 1,43 1,41 1,40 1,57 1,30 1,22 1,15 1,30 1,38

Total ( % ) 91,20 91,69 91,92 92,09 92,18 91,79 91,94 91,73 89,70 88,05 86,43 85,88 84,65 84,50 85,49 87,31 89,13 90,31

3. Berdasarkan tabel di atas di dapatkan jumlah prosentase kecepatan angin yang terbesar adalah 92.18%. Jadi orientasi arah runway yaitu 40-220.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

17

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

BAB IV KARAKTERISTIK FISIK AERODROME

Karakteristik fisik aerodrome terbagi atas beberapa bagian, yaitu : Runways Runway shoulders Runway Strip Runway and safety area Clearways Stopways Take off run available Take off distance available Accelerate stop distance available Landing distance available Taxiway Apron Holding Bay Masing-masing bagian terbagi atas beberapa sub-bagian dengan koreksi persubbagian. Semuanya ini disesuaikan dengan jenis pesawat yang akan dipergunakan. Sehingga akan diperoleh karakteristik fisik aerodrome yang tepat dan layak untuk digunakan. 4.1 Runway Runway adalah suatu daerah yang berbentuk empat persegi panjang pada daerah aerodrome yang dipergunakan untuk daerah pendaratan (landing) atau untuk lepas landas (take off) suatu pesawat. Panjang runway yang diambil adalah kebutuhan runway yang terpanjang dari kebutuhan runway untuk mendarat dan untuk lepas landas pesawat rencana. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat, orientasi dan jumlah runway, seperti : Cuaca, faktor ini termasuk didalamnya distribusi angin dan kabut ( mempengaruhi jarak pandang pilot ). Topografi dari aerodrome. Institut Sains dan Teknologi Nasional 18

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Jenis pesawat terbang yang akan menggunakan aerodrome tersebut Lingkungan, hal ini berkaitan dengan polusi suara yang akan ditimbulkan oleh pesawat terbang yang akan mendarat maupun yang akan lepas landas.

Gambar Runway Bandar Udara Contoh perhitungan panjang runway dengan spesifikasi sebagai berikut: Elevasi Runway ARFL Temperatur lokasi Temperatur standar Slope Runway Design Aircraft = 385 m = 2295 m = 29 0 C = 15 0 C = 0,05 % = Boeing 737 200

a. Runway actual take off Untuk menghitung panjang landasan yang diperlukan untuk lepas landas, data yang diperlukan adalah data ARFL yaitu sebesar 2295 m, yang dikoreksi terhadap ketinggian aerodrome, suhu referensi aerodrome, dan kelandaian landasan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

19

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

1. Faktor koreksi terhadap ketinggian aerodrome ICAO mensyaratkan ARFL bertambah 7% setiap kenaikan 300 m,dihitung dari ketinggian muka air laut ( Aerodrome Manual Part I, hal 1 -16). Rumus factor koreksi terhadap ketinggian ini dapat ditulis sebagai berikut : Fe = ( ARFL x 0.07 H/300 ) + ARFL Fe = ( 2295 x 0.07 x 385/300 ) + 2295 Fe = 2501,17 m 2. Faktor Koreksi terhadap elevasi dan suhu Pada temperature yang lebih tinggi, dibutuhkan landasan yang lebih panjang. Sebab jika temperature tinggi, maka kepadatan udara rendah, menghasilkan output daya dorong yang rendah. Sehingga standar temperature dipilih temperature diatas muka air laut sebesar 59F = 15 C. Menurut ICAO landasan harus dikoreksi terhadap temperaturesebesar 1% setiap kenaikan 1F. Sedangkan untuk tiap kenaikan 1000 m dari muka air laut rata-rata temperature turun 6.5 C.Sehingga factor koreksi terhadap suhu ini dirumuskan sebagai berikut : Ft = Fe + Fe ( T (15 0.0065 H)) x 0.01 Ft = 2501,17+ 2501,17 ( 36 ( 15 0.0065 x 385)) x 0.01 Ft = 3089,01 m 3. Faktor koreksi terhadap elevasi, suhu dan kemiringan landasan Kemiringan ke atas memerlukan landasan yang lebih panjang dibanding landasan yang datar atau yang menurun. Landasan akan bertambah 10 % tiap kemiringan niform 1 %. Jadi factor koreksi ini dapat dituliskan sebagai berikut : Fs = ( Ft x s x 0.1 ) + Ft Fs = (3089,01 x 0.05 x 0.1 ) + 3089,01 Fs = 3104.45 m

Institut Sains dan Teknologi Nasional

20

Sistem Perencanaan Dan Prasarana Transportasi (Perc.Bandar Udara)

Keterangan : -H -T -s : Elevasi Runway : Temperature Lokasi : Kelandaian Landasan Pacu

Dari perhitungan diatas setelah mengalami berbagai koreksi, maka panjang runway yang diperoleh adalah dari panjang take off yang sudah dikoreksi. Panjang runway yang dipakai adalah 3104,45 m sehingga bila dibulatkan keatas menjadi 3105 m.

b. Runway actual untuk landing L = LFL + ( LFL x 0.07 x H/300 ) L = 1350 + ( 1350 x 0.07 x 385/300 ) L = 1471.28 m Jadi panjang runway yang dipakai adalah panjang runway take-off yaitu 3105 m c. Lebar Runway Lebar Runway dapat ditentukan dari aerodrome reference code. Kode yang diperoleh untuk disain ini adalah 4C. Penentuan lebar runway minimum bergantung kepada kode dari masing masing pesawat, yang dapat kita lihat pada table di bawah ini : Tabel 4-4 Lebar Runway
KODE NOMOR 1 2 3 4 A 18 m 23 m 30 m KODE HURUF B C D 18 m 23 m 23 m 30 m 30 m 30 m 45 m 45 m 45 m E 45 m

Institut Sains dan Teknologi Nasional

21

You might also like