You are on page 1of 7

KHUTBAH JUMAT

MASJID NURUL IMAN DESA LEUWIKIDANG


25 Januari 2013


Maasyirol Muslimin Rohimakumullah!
Betapa kita layak mensyukuri kenikmatan Allah swt yang begitu melimpah kita
rasakan, utamanya iman dan islam; iman yang menggerakkan diri kita untuk banyak
berkarya kabajikan di tengah masyarakat, Islam yang menunjukkan dan menjadi
pedoman setiap langkah yang kita ambil serta bagaimana kita menuntaskannya. Begitu
pula kenikmatan sehat yang pada hakekatnya juga merupakan ujian, semoga kita
mampu mensikapinya dengan syukur dan sabar. Maka marilah kita panjatkan puji dan
syukur kita kepada Allah swt, karena Dialah yang memberi izin kita melewati masa-
masa dalam perjalanan ibadah kita selama ini. Semoga dengan syukur kita, nikmat besar
tersebut mampu menghantarkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.
Ketaqwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai himpitan persoalan hidup dan
mengangkat serta meninggikan derajat kita menjadi hamba mulia dihadapan Allah swt.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw,
beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya yang gigih memperjuangkan nilai-nilai
kebenaran agar tegak di bumi-Nya hingga hari akhir nanti.

Hadirin Jamaah Shalat Jumah Rohimakumullah!
Setiap manusia dalam mengarungi kehidupannya di dunia kemungkinan besar
pernah berbuat salah. Baik yang disengaja atau yang tidah terasa olehnya, kesalahan
dalam melakukan suatu perbuatan yang melanggar aturan Allah pernah dia rasakan.
Dengan demikian, setelah melakukan kesalahan; apapun bentuk kesalahan itu manusia
harus menyadari akan ada dampak dari kesalahan yang dia perbuat selama hidupnya.
Dampak dari berbuat salah itu adalah mendapatkan dosa. Beda halnya seperti Nabi dan
Rosul, setiap melakukan kesalahan beliau selalu mendapat bimbingan dari Allah berupa
wahyu.
Oleh karena itu kita jumpai banyak dalil yang menunjukkan bahwa para Nabi
dan Rasul pernah berbuat dosa. Namun jika kita perhatikan setiap dalil yang
menunjukkan para Nabi dan Rasul berbuat dosa selalu digandengkan dengan taubat dan
rujunya mereka.
Nabi Adam dan istrinya Alaihimassalam berkata, yang kita dapatkan dalam Al
Quran surat Al Araf ayat 23:

~ 4L+4O .E4u 4L=O^
p)4 - Og^> 4L
E4;EOO>4 E=O74L =}g`
=}C)OOEC^- ^g@
Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami,
niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.
Nabi Nuh Alaihissalam berkata:
4~ p4O EO)E+) OONN C)
up CU4*c 4` "^1 Oj gO)
EUgN W )4 Og^> Oj
/j_;EOO>4 } =}g)`
=}C)OOEC^- ^j_
Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari
memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan
Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak) menaruh belas kasihan
kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi." (QS Huud Ayat : 47).
Allah Taala menceritakan tentang Nabi Daud Alaihissalam :
O}4 1N-E1 E^^ +OE44-
4OE^4-c +O+4O OE=4
4g-4O =4^4 ^gj
4^OE4 +O ElgO W Ep)4
N. 4^ELgN _O>^+O =}ONO4
l4*4` ^g)
.................. dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni
baginya kesalahannya itu. dan Sesungguhnya Dia mempunyai kedudukan dekat pada
sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (Shad : 24-25).
Begitu juga Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Banyak terdapat hadits dari
yang menunjukkan bahwa beliau tidak lepas dari kesalahan. Sebagaimana hadits:
: .
: . !
Aisyah ditanya tentang doa yang biasa diamalkan oleh Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam. Ia menjawab: Beliau sering berdoa: Ya Allah, aku
berlindung dari keburukan yang telah aku perbuat dan keburukan yang belum aku
perbuat. Dalam riwayat lain: Dari keburukan yang aku belum tahu (HR. Muslim
no.2716)
Oleh karena itu beliau tidak pernah bosan bertaubat. Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam bersabda:


Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sungguh aku biasa bertaubat
kepada Allah seratus kali dalam sehari (HR. Muslim no.7034)
Hadirin Rohimakumullah!
Perlu kita ketahui bahwa; dosa kecil itu dapat juga menjadi besar dengan adanya
berbagai sebab, misalnya ialah karena diteruskan melakukannya atau dikekalkan tanpa
adanya usaha untuk menghentikannya. Oleh sebab itu ada yang mengatakan Bukan
dosa kecil lagi jikalau dikekalkan dan bukan dosa besar lagi jikalau dimohonkan
pengampunannya.
Mengapa demikian? Jawabannya ialah karena sesuatu dosa besar yang lalu
diputuskan atau dihentikan sama sekali dan tidak diikuti oleh dosa yang lain seperti itu,
apalagi jikalau setelah itu lalu orang yang melakukannya tadi memohonkan
pengampunan kepada Allah dengan sesungguh-sungguhnya, maka untuk diampuninya
itu harapannya adalah sangat besar sekali. Sebaliknya, sekalipun hanya dosa-dosa kecil
jikalau dilakukan secara terus menerus dan dikekalkan, tentulah lebih sukar untuk
diampuni. Jadi lebih besar harapan diampuninya dosa besar yang segera minta ampun
kepada Allah dibandingkan dosa kecil yang terus menerus dilakukannya. Hal ini sama
saja dengan tetesan air yang berulang kali jatuh diatas batu, lama kelamaan pastilah
akan nampak bekasnya. Beda halnya jika batu itu dituangi air yang besar sekaligus,
mungkin hanya basah saja batu itu dilihatnya.
Dalam hal ini Rosulullah SAW pernah bersabda dalam soal amal baik :


Sebaik-baik amalan itu ialah yang berkekal sekalipun hanya sedikit.
Jadi hal-hal yang menyebabkan dosa kecil itu menjadi besar adalah yang
pertama yaitu karena dosa-dosa yang kecil itu dilakukan terus menerus dan dikekalkan
dalam artian tidak ditaubati, dan yang kedua yaitu karena ada anggapan kecil pada dosa
yang dilakukan itu. Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa: dosa itu jikalau oleh orang yang
melakukannya dianggap amat besar, maka disisi Allah akan dianggap sebagai dosa
kecil. Sebabnya ialah karena anggapan besar itu timbul dari hati yang sebenarnya tidak
suka untuk melakukannya. Jadi sebenarnya orang yang berbuat dosa itu ingin
menjauhinya, tetapi karena satu dan lain hal lalu dilakukannya, seperti besarnya godaan
dan lain-lain. Ketidaksukaan melakukan inilah yang menyebabkan sangat sedikit bekas
yang tertanam dalam kalbunya.
Sebaliknya jikalau dosa itu selalu dianggap kecil, maka tidak lain sebabnya
hanyalah karena hatinya amat condong melakukannya. Kecondongan inilah yang
menyebabkan sangat membekas didalam hati.
Sebagaimana dimaklumi bahwa yang dituntut untuk hati kita ialah supaya diberi
cahaya ketaatan, kebaktian, dan amalan-amalan shalih. Sebaliknya harus berhati-hati
jangan sampai hati ini dikotori, digelapi atau dihitamkan karena adanya kejahatan,
kesalahan dan kemaksiatan.

Dalam sebuah hadits disebutkan :
Seorang mukmin itu dapat melihat dosanya sebagaimana melihat gunung yang
ada diatasnya, ia takut sekali kalau-kalau gunung itu jatuh diatas dirinya. Adapaun
orang munafik itu melihat dosanya sebagaimana meilhat lalat yang terbang melalui
hidungnya, maka ia usir supaya terbang jauh (Bukhori....dari Bimb. Mukmin)
Allah SWT berfirman:
p) W-O+:g[4^_` 4Oj*.4: 4`
4pOOgu+> +Ou44N Og]+^ 744N
7g>4*jOEc :U=;+^4
1EE=;G` VC@OE ^@
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (An Nisa : 31)

Hadirin Ikhwatu Iman Rohimakumullah!
Dengan menyadari betul akan banyaknya kesalahan yang kita perbuat selama
mengarungi hidup ini, baik yang disengaja maupun diluar kesadaran kita untuk
melakukan sebuah dosa, seyogyanya kita cepat-cepat minta ampun kepada Allah swt.
dengan memohon seikhlas-ikhlasnya agar dosa yang selama ini kita perbuat diampuni
oleh Allah swt. Jika kesalahan itu hubungannya dengan sesama manusia marilah kita
saling mohon maaf dan saling memaafkan, jika diantara kita ada kesalahn
Khusus bagi diri saya, setidaknya kurang lebih 11 tahun, baik sebagai khatib
atau sebagai anggota jamaah dan masyarakat saya mohon maaf apabila dalam
berkomunikasi, atau dikala menyampaikan khutbah atau ceramah terdapat kesalahan
kepada jamaah sekalian.
Kepada Allah swt saya mohon ampun dan kepada jamaah sekalian saya mohon
ditinggalkan jika yang disampikan oleh saya itu ada kesalahan. Dan saya berharap,
semoga Allah masih memberi kesempatan kepada saya untuk berkhutbah pada waktu-
waktu yang yang akan datang. Sekali lagi saya mohon maaf kepada semua jamaah atas
kesalahan saya selama ini, dan Insya Allah dengan keikhlasan, saya juga sudah
memaafkan jika ada kesalahan diantara kita.
Terakhir, melalui mimbar ini. Khatib memohon dorongan doa dari jamaah
sekalian untuk ke 14 Calon Jamaah Haji Desa Leuwikidang yang Insya Allah akan
berangkat pada tahun ini dan Jamaah Haji Indonesia pada umumnya. Semoga dalam
melakukan Ibadah Haji ini, Allah memberi kesehatan sehingga dapat menjalankan
Ibadah dengan sebaik-baiknya, dan sekembalinya nanti dapat membawa predikat Haji
yang Mabrur dan Mabruroh. Amin Ya Robbal Alamin.












Khutbah Ke 2

You might also like