You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

ACARA I AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Rombongan : Trian Aprilianti : A1L010145 : 4 (Empat) : 1 (Satu)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO 2012 I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budidaya. Namun demikian, pada sejumlah kasus yang sering dianggap bagian dari pertanian dapat berarti ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukan agroforestri). Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Pertanian dalam arti sempit, juga diartikan sebagai kegiatan budidaya jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Cakupan objek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan. Sebagaimana dapat dilihat,

penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya : 1. Budidaya tanaman, dengan objek tumbuhan dan diusahakan

pada lahan yang diolah secara intensif. 2. Kehutanan, dengan objek tumbuhan atau diusahakan pada

lahan yang setengah liar. 3. 4. Peternakan, dengan objek hewan darat kering. Perikanan, dengan objek hewan perairan.

Beberapa hasil-hasil pertanian di Indonesia : 1. 2. Pertanian tanaman pangan : Padi Jagung Kedelai Kacang tanah Ubi jalar Ketela pohor Pertanian tanaman perdagangan Kopi Teh Kelapa Karet Kina Kapas Cengkeh Tembakau

Kelapa sawit Tebu

B. Tujuan 1. 2. 3. 4. sendiri Untuk mengetahui jenis dan fungsi agroeksistem Untuk mengenal komponen ekosistem pertanian Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem Untuk member kesempatan praktikkan menjadi ahli di lahannya

II. TINJAUAN PUSTAKA Secara umum, bentuk permukaan bumi mempunyai perbedaan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi yang diukur secara vertical disebut topografi atau relief makro. Relief makro dapat dibedakan menjadi dataran rendah, pegunungan rendah, pegunungan menengah, dan pegunungan tinggi. Kergaan relief makro secara berurutan dari pantai sampai ke puncak gunung disebut toposekuen atau katena lahan. Dalam toposekuen terdapat zona agroekosistem. Amien (1997), menyatakan, agroekosistem merupakan sekelompok wilayah yang keadaan fisik lingkungannya hampir sama dimana keragaan tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda nyata. Lapangan produksi ada bermacam-macam, antara lain adalah lahan terbuka yang terdiri dari beberapa sub sistem antara lain sawah, tegalan, kebun buah, kebun sayur. Sawah sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain adalah sawah berpengairan teknis, setengah teknis, dan tadah hujan. Perbedaan sawah dan tegalan adalah di lokasi sawah terdapat pematang namun pada tegalan ridak ditemukan pematang, hal ini diungkapkan oleh Supriyono (2002).

Menurut Beukering (1981), Subsistem perkebunan berupa lahan luas yang hanya terdapat satu komoditas pertanian yang diusahakan dan permanen. Sistem perkebunan perlu diutamakan tata rumah tangga yang sedikit atau sama sekali tertutup dimana d dalamnya terdapat suatu satuan unit tanah yang luas. Tanaman yang diusahakan biasanya kelapa sawit, karet, teh, kopi, dll. Bioma merupakan kategori dasar suatu komunitas dasar suatu komnitas yang memiliki cirri spesifik lingkungan abiotik dan organism yang dominan. Daftar bioma utama dunia dideskripsikan antara lain subsistem sawah, sungai, tegalan, talun, dan perkebunan. Setiap subsistem memiliki karakteristik yang berbeda. (Whittaker, 1975). Agroekosistem kebanyakan dipakai oleh negara atau masyarakat yang berperadaban agraris. Kata agro atau pertanian menunjukan adanya aktifitas atau campur tangan masyarakat pertanian terhadap alam atau ekosistem. Istilah pertanian dapat diberi makna sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan, energi dan bahan lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya. (Pranaji, 2006) Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangta ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat kemasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia. (Hanafiah, 2005)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini yaitu kantong plastic, gunting tanaman, kertas plano dan alat tulis. Bahan yang akan

digunakan pada praktikum kali ini yaitu pertanaman perkebunan, pertanaman pangan, dan pertanaman hortikultura. B. Prosedur Kerja Prosedur kerja dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut : 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam setiap rombongan. 2. Bahan dan alat disiapkan. 3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati komponen agroekosistem, yang meliputi agroekosistem tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura. 4. Keadaan umum agroekosistem yang diamati digambarkan. 5. Hasil pengamatan ditulis di kertas plano.

6. Serangga/hewan yang bertindak sebagai hama dan musuh alami dan juga tanaman/bagian tanaman yang bergejala sakit dikoleksi. 7. Hasil pengamatan dipresentasikan.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengamatan


1) Agroekosistem Tanaman Mangga

Hari, Tanggal Lokasi

: Kamis, 1 November 2012 : Desa Langentirto

Luas Waktu Pengamatan

: 230 m2 : 11.45 WIB

Komponen Biotik

Tanaman Pokok Tanaman Lainnya Hama Musuh Alami Serangga Netral Gulma

: Padi : Albasia, Kelapa : Keong mas, Wereng : Keong predator, Bebek : Semut, Kupu-kupu, Jangkrik : Teki, Babandotan, Rumput liar

Komponen Abiotik

Tanah Cuaca Air Kelembapan

: Subur, dengan pola berteras : Cerah : Setengah teknis : Lembab : Monokultur : Ada (sedikit)

Sistem pertanaman Kondisi naungan

2) Agroekosistem Tanaman Jagung

Hari, Tanggal Lokasi Luas Waktu Pengamatan

: Selasa, 30 Oktober 2012 : Desa Sumbang : 250 m2 : 11.00 WIB

Komponen Biotik

Tanaman Pokok Tanaman Lainnya Hama Musuh Alami

: Jagung : Padi, Cabai : Belalang, Kepik hijau : Mantis, Laba-laba, Tomcat

Serangga Netral Gulma

: Semut hitam : Teki, Babandotan, rumput liar

Komponen Abiotik

Tanah Cuaca Air

: Subur : Mendung : Teknis : Lembab : Monokultur : Tidak ada B. Pembahasan

Kelembapan Sistem pertanaman Kondisi naungan

Lingkungan merupakan sistem yang komplek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertmbuhan tanaman maka perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan dapat digolongkan menjadi faktor biotic dan abiotik. Faktor abiotik terdiri atas tanah, air, udara, kelembaban udara, angin, cahaya matahari, dan suhu. Sedangkan lingkungan

biotik terdiri dari organism-organisme hidup di luar lingkungan abiotik (manusia, tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme). Organisme hidup di dalam sebuah sistem yang ditopang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh. Sistem inilah yang disebut dengan ekosistem. Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik. Agroekosistem secara teoritis telah dipahami, namun perlu pemahaman lebih dalam bagaimana hubungan antara subsistem dengan agroekosistem. Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Di dalam komunitas pencampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di antara mereka. Agroekosistem merupakan ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan atau sandang. Untuk menunjang pemanfaatan tersebut setiap agroekosistem mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung sifat ekologis agroekosistem yang ada. Namun dalam penanganannya,pengembangan suatu sumber daya alam harus didekati secara

komprehensif sehingga harus menekankan pada hubungan satu sama lain antara pengaruh suatu sumberdaya alam terhadap sumber daya lain Salah satu kondisi yang berpengaruh pada suatu ekosistem adalah tutupan lahan oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam penanganan pengelolaan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Dalam pengeloalaan agroekosistem, data vegetasi meliputi tanaman budidaya maupun tumbuhan yang tumbuh di ekosistem. Penutupan tersebut dapat dilihat dengan metode perhitungan menggunakan analisis vegetasi. Pengamatan agroekosistem ini dilaksanakan pada dua desa dengan komoditas tanaman yang berbeda, yaitu tanaman padi di desa Langentirto, dan tanaman jagung di desa Sumbang. Pengamatan agroekosistem padi dilaksanakan pada hari Kamis (1 November 2012) pukul 11.45 WIB. Pada agroekosistem padi, ditemukan berbagai macam serangga yang berperan sebagai hama, musuh alami, dan serangga alami. Serangga hama yang menyerang adalah keong mas dan wereng coklat, sedangkan yang berperan sebagai musuh alaminya adalah keong predator dan bebek. Selain itu, serangga netral yang terdapat di agroekosistem ini adalah semut, kupu-kupu, dan jangkrik. Pola pertanaman yang terdapat pada agroekosistem ini adalah monikultur, dengan padi sebagai tanaman pokoknya dan tanaman lain yang ada merupakan komoditas berbeda (kelapa dan albasia). Sawah ini menggunakan pengairan setengah teknis, dengan kondisi kelembaban cukup tinggi dan tanah

subur. Kondisi gulma di lahan sawah ini tidak banyak karena sudah dilakukan pengendalian, jenis gulma yang umum ditemukan adalah teki, babandotan, dan rumput liar. Pada agroekosistem tanaman jagung, yang dilaksanakan di desa Sumbang pada hari Selasa (30 Oktober 2012) pukul 11.00 WIB, pola pertanaman monokultur jagung ditemukan pada sepetak lahan seluas 250 m2, meskipun di sekitar lahan jagung tersebut terdapat tanaman padi dan cabai, tetapi tidak dapat disebut sebagai pertanaman tumpang sari karena tidak dilakukan dalam satu areal lahan. Hama yang menyerang pada agroekosistem ini adalah belalang dan kepik hijau, dengan musuh alami yang berperan adalah mantis, laba-laba, dan tomcat. Sedangkan yang berperan sebagai serangga netral adalah semut hitam dan kupu-kupu. Lahan ini menggunakan pengairan teknis, dengan kondis kelembaban cukup tinggi dan tanah subur. Kondisi gulma cukup banyak karena tidak dilakukan pengendalian rutin. Jenis gulam yang terdapat pada lahan ini adalah teki, babandotan, dan rumput liar. Agroekosistem, dengan demikian ditopang oleh dua system yang saling berinteraksi dan pengaruh mempengaruhi yakni system natural dan system sosial. Beberapa komponen natural dalam agroekosistem antara lain meliputi faktor-faktor biofisik seperti tanah, air, iklim, tumbuhan, hewan dan lain sebagainya yang satu sama lain berinteraksi dalam suatu mekanisme tertentu sehingga perubahan pada komponen yang satu akan berpengaruh pada

keberadaan komponen yang lain. (McNaugton ,s.j, dan Larry L. Walf. 1978) Aktivitas pertanian merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungan alam yang memberikan arti bagi ekologi pertanian. Analisis agroekosistem merupakan hal baru yang dikembangkan untuk memperbaiki kapasitas kita dalam melihat persoalan-persoalan yang muncul dari penerapan berbagai teknologi di bidang pertanian. Khususnya persoalan yang muncul sejak Revolusi Hijau (Marten, 1998).

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Lingkungan merupakan sistem yang komplek yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 2. Organisme hidup di dalam sebuah sistem yang ditopang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh. Sistem inilah yang disebut dengan ekosistem. 3. Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik. 4. Salah satu kondisi yang berpengaruh pada suatu ekosistem adalah tutupan lahan oleh vegetasi yang merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam penanganan pengelolaan baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. B. Saran

1. Sebaiknya saat dilakukan pengamatan agroekosistem, praktikan dapat bertemu langsung dengan petani untuk melakukan interaksi sosial. 2. Untuk tanaman pangan, sebaiknya dicari daerah yang terdapat sernagan hama penyakit cukup tinggi, agar diperoleh data pengamatan yang akurat. 3. Praktikan harus lebih mengetahui setiap komponen yang ada dalam agroekosistem yang diamatinya, sehingga dapat membuat analisis dan rencana tindak lanjut yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA Amien, I. 1997. Karakterisasi dan Analisis Zone Agroekologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Beukering, 1981. Keragaman dan Analisis Pengkajian Sistem Usaha Tani Berbasis Padi di Kabupaten Lamongan. Jurnal Teknologi dan Informasi. 3 (1) : 43 47.

McNaugton ,s.j, dan Larry L. Walf. 1978. Ekologi umum edisi II.Universitas Gajah Mada. New york

Hanafiah, 2005. Tanah Sawah. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 16 November 2012.

Supriyono, 2002. Agroekosistem Sawah dan Tegal. Jurnal Pengantar Ilmu Pertanian. 5 (3) : 48 51.

Whittaker. 1975. Agroekosistem Lahan Gambut. http://faizbarcia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 November 2012.

You might also like