You are on page 1of 12

ACARA IV KIMIA MANGAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum Mempelajari pembuatan senyawa mangan (VI), mangan (III), dan sifat-sifatnya.

2. Hari, Tanggal Praktikum Selasa, 20 November 2012

3. Tempat Praktikum Laboratorium Kimia, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Mangan merupakn salah satu anggota golongan transisi. Sifat kimia dan fisika unsur transisi ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Tingkat energi orbital d dan f kulit terluarnya hampir sama. Sehingga terjadi kombinasi orbital d dan f dalam konfigurasi elektronnya. Dalam senyawa unsur transisi selalu mempunyai bilangan oksidasi positif dan nilainya dapat bervariasi dari +1 sampai +8, dan kebanyakan unsur transisi mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi. Hal ini berlaku juga pada mangan. Mangan memiliki bilangan oksidasi dari +2 sampai +7. Tetapi senyawa mangan yang stabil dalam larutan adalah +2, berupa kompleks Mn(H2O)62+ (Syukri, 1999 : 615). Mineral mangan tersebar secara luas dalam bentuk diantaranya oksida, silikat, dan karbonat merupakan senyawa yang paling umum. Sumber mangan yang terbesar adalah di dasar lautan dengan kandungan sebesar 24% sehingga menjadi salah satu sumber mangan. Penemuan mangan di dasar lautan ini bersamaan dengan penemuan unsure lainnya walaupun dengan jumlah kandungan yang lebih sedikit. Irolusi dan rhodokhrosif adalah mineral mangan yang paling banyak dijumpai. Logam mangan dapat diperoleh dengan mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, alumunium, atau dengan proses elektrolisis (Petrucci, 1987).
25

Mangan bersifat metalik dengan titik leleh kira-kira 1244oC dan titik didih 1962oC. dalam keadaan murni logam mangan berwarna putih seperti perak, sangat keras tetapi mudah patah. Mangan mudah teroksidasi oleh udara, bereaksi lambat dengan air. Untuk memperoleh logam mangan murni, pirolusit diolah menurut proses termit. Dalam proses ini, pirolusit (MnO2) dipanaskan agar mengalami reduksi sebagian menjadi Mn3O4. Reaksi lebih lanjut dengan logam aluminium menghasilkan logam mangan yang dapat dipisahkan sebagai lelehannya. Pemurnian Mn lebih lanjut dilakukan secara destilasi (Sugiarto, 2001 : 34). Ion mangan (III) diperoleh dengan elektrolitik atau oksidasi persulfat larutan Mn2+ atau dengan reduksi MnO4-. Zat tersebut tidak dapat diperoleh dengan konsentrasi tinggi karena direduksi oleh air. Mangan juga sangat cenderung untuk terhidrolisis atau terdisproporsionasi dalam larutan asam lemah. Kompleks mangan (III) dan mangan (IV) mungkin penting dalam fotosintesis, dimana pengeluaran oksigen tergantung mangan (Cotton dan Wilkinson, 1989 : 460).

Senyawa mangan (VI) kalium manganat, dapat dibuat dengan cara memanaskan campuran KMnO4, MnO2, dan KOH padat. Suatu larutan yang mengandung mangan (III) dapat diperoleh dengan cara mengoksidasi mangan (II) dengan KMnO4 dalam larutan asam kuat. Garam mangan yang umum adalah MnSO4 dengan KMnO4. Garam KMnO4 biasanya digunakan dalam analisis volumetri. Namun karena larutan KMnO4 tidak dapat digunakan sebagai larutan baku primer, maka diperlukan larutan standar untuk menentukan konsentrasi larutan KMnO4. Untuk maksud ini dapat digunakan larutan besi (II) ammonium sulfat yang rumusnya dinyatakan dengan (NH4)2SO4FeSO4.nH2O. Harga n dapat ditentukan dengan mereaksikan larutan garam ini dengan larutan standar KMnO4 sesuai dengan persamaan rekasi (Purwoko, 2007: 10). MNO4- + 8 H+ + 5 Fe2+ Mn 2+ + 5 Fe 3+ + 4 H2O

Larutan garam mangan bila dipanaskan dengan campuran NaOH dan hidrogen peroksida akan terjadi endapan coklat. Mangan (II) hidroksida yang terjadi dengan udara tanpa adanya hidrogen peroksida juga akan dioksidasi menjadi mangan (IV) oksihidrat
26

Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2 (s)

(putih)

Mn(OH)2 + H2O2 MnO(OH)2 (s) (cokelat) + H2O 2Mn(OH)2 + O2 2MnO(OH)2 Larutan garam mangan bila direaksikan dengan asam nitrat encer akan terjadi endapan putih yang dengan penambahan larutan alkali peroksida akan menjadi coklat dari ammonium menjadi fosfat (NH4)MnPO4. Jika larutan mangan dipanaskan dengan natrium metaferolat akan terajdi pewarnaan violet intensif (Roth, 1988:46).

Dalam suasana asam, ion Mn2+ bersifat tidak stabil,mudah mengalami swaredoks atau disproporsionasi, yaitu secara serentak teroksidasi menjadi MnO2 dan tereduksi menjadi M2+ oleh dirinya sendiri. Dengan demikian ion manganat, MnO42- juga tidak stabil dalam suasana asam mengalami disproporsionasi secara spontan. Namun demikian, sifat disproporrsionasi ini dalam suasana basa yang diperoleh hanya menghasilkan nilai Eo yang sangat kecil dan oleh karena itu, ion manganat dapat diperoleh dalam suasana basa. Ini berarti jika konsentrasi [OH-] dibuat cukup tinggi, reaksi tersebut dapat berlangsung kea rah sebaliknya sehingga konsntrasi MnO42- dalam larutan semakin tinggi (Kirk, 2005: 54).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-Alat Praktikum Tabung reaksi besar Tabung reaksi kecil Gelas ukur 100 mL Erlenmeyer 100 mL Gelas arloji Pipet tetes Penjepit tabung Timbangan analitik Corong

27

2. Bahan-Bahan Praktikum Larutan KMnO4 0,01 M Larutan KMnO4 0,1 M Larutan NaOH encer (1M) Larutan H2SO4 encer (1M) Larutan H2SO4 pekat Padatan MnO2 Padatan MnSO4 Aquades Air keran Kertas saring

D. SKEMA KERJA
1. Pembuatan senyawa Mangan (VI) 2 tabung reaksi Masing-masing dimasukkan 10 mL KMnO4 0,01 M Tabung I + 5 mL larutan H2SO4 encer (1M) + sedikit padatan MnO2 Dikocok selama 2 menit disaring Hasil Tabung II + 5 mL larutan NaOH encer (1M) + sedikit padatan MnO2 Dikocok selama 2 menit disaring Hasil

Ke dalam tabung yang menghasilkan larutan berwarna hijau, ditambahkan 5 mL larutan H2SO4 encer (1M) Hasil

28

2. Pembuatan Senyawa Mangan (III) 0,5 gram MnSO4 + 2 mL larutan H2SO4 encer (1M) + 10 tetes larutan H2SO4 pekat Hasil Didinginkan dengan air dingin + 5 tetes larutan KMnO4 0,1 M Hasil + 50 mL aquades Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan senyawa Mangan (VI) Tabung 1 Perlakuan 10 mL KMnO4 0,01 M + 5 mL H2SO4 encer (1M) + sedikit padatan MnO2 Larutan berwarna ungu tua dan ada endapan berwarna hitam Dikocok selama 2 menit, kemudian disaring Filtratnya berwarna ungu dan residunya berwarna hitam Hasil Larutan berwarna ungu muda

29

Tabung 2 Perlakuan 10 mL KMnO4 0,01 M + 5 mL NaOH encer (1M) + sedikit padatan MnO2 Larutan berwarna ungu tua dan ada endapan berwarna hitam Dikocok selama 2 menit, kemudian disaring Fitratnya ditambahkan 5 mL H2SO4 encer (1M) Filtratnya berwarna hijau dan residunya berwarna hitam Larutan berwarna merah Hasil Larutan berwarna ungu muda

2. Pembuatan Senyawa Mangan (III) Perlakuan 0,5 gram MnSO4 + 2 mL H2SO4 encer (1M) + 10 tetes H2SO4 pekat Hasil larutan berwarna bening dan terdapat endapan berwarna putih Terdapat 3 lapisan dimana bagian atas dan tengah berwarna bening dan bagian bawah berwarna putih + 5 tetes KMnO4 0,1 M Terdapat 3 lapisan dimana bagian atas berwarna coklat, bagian tengah berwarna bening dan bagian bawah berwarna putih + 50 mL aquades Larutan berwarna coklat

F. ANALISIS DATA
1. Pembuatan Senyawa Mangan (VI) Dalam suasana asam MnO4- + e- MnO4 2MnO2 + 2H2O MnO4 2- + 4H+ + 2e2MnO4- + 2e- 2MnO4 2MnO2 + 2H2O MnO4 2- + 4H+ + 2e2MnO4 + MnO2 + 2H2O 3MnO4
2-

x2 x1

Eo Eo Eo Eo

= +0,56 V = - 2,26 V = + 0,56 V = -2,26 V = - 1,70 V

+ 4H

Eosell

30

3MnO42- + 4H+ 2MnO4- + MnO2 + H2O Dalam suasana basa MnO4 - + e- MnO4 2MnO2 + 4OH- MnO4 2- + 4H2O + 2e2MnO4- + 2e- 2MnO4 2MnO2 + 2OH+ MnO4 2- + 2H2O + 2e2MnO4 2- + MnO2 + 4OH- 3MnO4 2- + 2H2O x2 x1 Eo Eo Eo Eo Eosell = + 0,56 V = - 0,59 V = + 0,56 V = - 0,59 V = - 0,03 V

3MnO4 2- + 2H2O 2MnO4 2- + MnO2 + 4OH-

2. Pembuatan Senyawa Mangan (III) Mn2+ Mn3+ + eMnO4 2- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O 5Mn2+ 5Mn3+ + 5eMnO4 2- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O 4Mn + MnO4 + 8H 5Mn + 4H2O 4Mn2+ + MnO4 - + 8H+ 5Mn3+ + 4H2O
2+ + 3+

x5 x1

Eo Eo Eo Eo Eosell

= - 1,51 V = +1,51 V = - 1,51 V = +1,51 V = 0 V

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan mangan (VI), mangan (III) dan sifat-sifatnya. Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan, yaitu pembuatan mangan (VI) yang dilakukan dalam suasana asam dan juga suasana basa, serta pembuatan mangan (III).

Pada percobaan pertama, yaitu pembuatan mangan (VI) untuk suasana asam dilakukan dengan cara mereaksikan 10 ml KMnO4 0,01 M yang ditambahkan dengan 5 mL H2SO4 encer dimana larutan yang terbentuk berwarna ungu muda, reaksi ini tidak menyebabkan perubahan warna, sebab warna ungu yang terbentuk pada larutan adalah warna semula KMnO4 0,01 M. Namun, ketika ke dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit padatan MnO2, warna larutan berubah menjadi ungu pekat dan terdapat endapan berwarna hitam di
31

bawah tabung. Adanya endapan hitam menunjukkan bahwa padatan MnO2 mengalami proses penguraian untuk bereaksi dengan campuran (KMnO4 0,01 M dan H2SO4 encer) meskipun penguraiannnya tidak terjadi secara sempurna.

Tahap selanjutnya adalah penyaringan dengan menggunakan kertas saring dimana residu yang diperoleh berwarna hitam yang merupakan sisa dari padatan MnO2 yang tidak bereaksi sempurna dengan campuran (KMnO4 0,01 M dan H2SO4 encer). Sedangkan filtratnya yang berwarna ungu menunjukkan bahwa pembentukkan produk berupa mangan (VI) sangat sulit untuk dilakukan, karena apabila terbentuk mangan (VI) maka filtratnya akan berwarna hijau. Sulitnya pembentukan mangan (VI) disebabkan karena ketika mangan (VI) berupa senyawa atau ion MnO42- mulai terbentuk, maka secara cepat atau spontan akan bereaksi dengan asam membentuk ion MnO4- yang berwarna ungu dan MnO2 yang berwarna coklat. Namun, produk akan bereaksi dan kembali membentuk zat pereaksinya atau reaktan. Kembalinya produk menjadi reaktan disebabkan oleh adanya ketidak stabilan reaksi pada pembentukan produk akibat reaksi disproporsionasi. Reaksi disproporsionasi ini terjadi karena adanya nilai potensial elektroda (Eo) yang sangat besar, yaitu 1,70V dimana nilai Eo yang besar ini menunjukkan bahwa sifat disproporsionasi pada reaksi sangat besar. Nilai Eo dapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai Eo pada anoda dan Eo pada katoda yang mana dengan ditulisnya persamaan reaksi reduksi dan oksidasi, maka diperoleh nilai Eosell sebesar 1,70 volt. Persamaan reaksi yang terjadi adalah: 2MnO4 + MnO2 + 2H2O 3MnO4 2- + 4H+ Eosell=-1,70 V

Atau dapat pula ditulis sebaliknya akibat pembentukan kembali reaktan, yaitu 3MnO4 2- + 4H+ 2MnO4 + MnO2 + 2H2O Eosell=+1,70 V

Masih pada percobaan pembuatan mangan (VI) namun untuk suasana basa dilakukan dengan cara mereaksikan 10 ml KMnO4 0,01 M yang ditambahkan dengan 5 mL NaOH encer dimana larutan yang terbentuk berwarna ungu muda, reaksi ini tidak menyebabkan perubahan warna, sebab warna ungu yang terbentuk pada larutan adalah warna semula KMnO4 0,01 M. Namun, ketika ke dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit padatan MnO2, warna larutan berubah menjadi ungu pekat dan terdapat endapan berwarna hitam di bawah tabung. Larutan ini kemudian disaring dan diperoleh residu yang berwarna hitam dengan filtrat yang berwarna hijau. Filtrat yang berwarna hijau ini menunjukkan bahwa
32

telah terbentuk mangan (VI) yang stabil dimana tingkat kestabilan pembentukannya lebih tinggi dibandingkan dengan pembentukan produk mangan (VI) pada percobaan sebelumnya, yaitu pada suasana asam. Terbentuknya Mn(VI) pada suasana basa dikarenakan potensial reduksi (Eo) yang dihasilkan lebih kecil daripada (Eo) pada suasana asam, yaitu 0,03V. Filtrat ini kemudian ditambahkan dengan 5 mL H2SO4 encer dimana larutan yang semula berwarna hijau berubah menjadi merah. Ini menunjukkan adanya pembentukkan mangan (IV), MnO2 dimana masih terdapat adanya sifat disproporsionasi. Masih adanya sifat disproporsianasi dalam suasana basa ini dikarenakan Eosell yang diperoleh sebesar 0,03 V. Karena hasil dari Eosell yang sangat kecil, maka produk berupa mangan (VI) (ion MnO42-) masih dapat diisolasi dalam suasana basa. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah: 3MnO42- + 4H+ 2MnO4- + MnO2 + H2O Yang setelah ditambahkan H2SO4 reaksi yang terjadi secara singkat adalah: 3MnO42- + 4H+ 2MnO4- + MnO2 + H2O

Dari persamaan reaksi yang ada, untuk percobaan atau perlakuan pada tabung 1 dan 2. Jika konsentrasi [MnO4-] ataupun [H+] diperbesar, maka kemungkinan untuk membentuk mangan (VI) sangatlah sedikit sebab dalam suasana asam, kecenderungan untuk membentuk kembali mangan (IV) MnO2 dan MnO4- jauh lebih besar dibandingkan terbentuknya produk berupa mangan (VI). Berbeda halnya dengan tabung 1, pada tabung 2 dari persamaan reaksi yang ada, jika konsentrasi [OH-] ataun [MnO4-] dibuat cukup tinggi, maka reaksi tersebut dapat berlangsung ke arah sebaliknya sehingga konsentrasi MnO42yang diperoleh dalam larutan menjadi semakin tinggi.

Percobaan terakhir, yaitu pembuatan senyawa mangan (III)

dimana tahap awal

percobaan ini adalah mereaksikan 2 mL H2SO4 encer dengan 0,5 gram MnSO4 dan terjadi pembentukkan larutan berwarna bening serta endapan yang berwarna putih dimana endapan tersebut merupakan MnSO4 yang tidak larut secara sempurna. Tidak larutnya MnSO4 secara sempurna pada H2SO4 dikarenakan H2SO4 yang digunakan memiliki konsentrasi atau tingkat kepekatan yang sangat rendah, sehingga dalam proses reaksi atau penguraian, reaksi oksidasi Mn2+ sulit berlangsung dan untuk itulah harus ditambahkan H2SO4 pekat untuk dapat bereaksi membentuk Mn3+ secara cepat dan optimal. Ketika ditambahkan dengan 10 tetes H2SO4 pekat larutan tersebut membentuk 3 lapisan dengan
33

warna yang semakin putih dan keruh serta MnSO4 melarut seluruhnya. Terjadinya perubahan warna ini menunjukkan bahwa larutan tersebut telah mengalami reaksi oksidasi, dimana setelah ditambahkan H2SO4, Mn2+ dari MnSO4 yang memiliki bilangan oksidasi +2 mengalami peningkatan bilangan oksidasi menjadi +3 yang berupa ion Mn3+. Dengan terjadinya reaksi oksidasi ini menunjukkan bahwa H2SO4 pekat berperan sebagai oksidator kuat dalam reaksi dengan MnSO4. Sementara itu, melarutnya MnSO4 selurunya dikarenakan H2SO4 pekat dapat meningkatkan konsentrasi asam sehingga kemungkinan untuk terbentuknya mangan (III) menjadi semakin besar.

Pada proses selanjutnya ke dalam campuran larutan keruh putih ini dilakukan proses pendinginan dengan tujuan untuk menormalisasikan suhu atau keadaan reaksi. Sebab reaksi antara MnSO4 dengan asam berlangsung secara eksoterm dan bereaksi menghasilkan panas atau suhu yang tinggi. Dengan adanya pendinginan, maka proses reaksi berjalan secara sempurna menghasilkan produk berupa Mn3+. Dalam proses selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan setelah campuran ditambahkan dengan KMnO4 0,1M terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna coklat. Hal ini dikarenakan penambahan KMnO4 menyebabkan konsentrasi atau jumlah Mn3+ yang terbentuk semakin besar. Baik warna putih keruh ataupun warna coklat yang terbentuk dalam larutan, menunjukkan adanya mangan (III) yang dihasilkan, hanya saja jumlah Mn(III) yang dihasilkan memiliki konsentrasi yang berbeda, dimana warna coklat dalam larutan menunjukkan jumlah Mn3+ yang lebih banyak terbentuk dibandingkan perlakuan sebelumnya (larutan putih keruh). Ini berarti bahwa penambahan KMnO4 berperan dalam mengoptimalkan dan meningkatkan konsentrasi mangan (III) yang terbentuk, yang mana dalam proses ini penambahan KMnO4 menyebabkan mangan (IV) mengalami reduksi membentuk mangan (III).

Proses selanjutnya, ke dalam larutan berwarna coklat yang terbentuk, ditambahkan 50 ml aquades dimana penambahan H2O ini bertujuan untuk menunjukkan ada atau tidaknya perubahan warna yang terjadi pada produk. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah ditambahkan air, warna larutan tetap coklat namun agak pudar. Dari hasil yang diperoleh, dapat ditentukan bahwa produk yang dihasilkan tidak mengalami reaksi disprporsionasi atau sifat disproporsionasi membentuk senyawa lain. Hal ini juga lebih diperjelas dari tidak
34

diperolehnya nilai Eosell (Eosell = 0 V) yang menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi sangatlah stabil.

H. KESIMPULAN
1. Mangan (VI) dapat dibuat dengan mereaksikan KMnO4, MnO2 dengan NaOH (suasana basa). 2. Mangan VI lebih stabil dalam dalam keadaan basa dibandingkan dalam keadaan asam. 3. Pembuatan mangan (III) dapat dibuat dengan mereaksikan MnSO4 dengan KMnO4 dalam suasana asam (H2SO4 pekat dan encer)

35

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F.A. dan G,Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press. Kirk, Othmen. 2005. Encyclopedia of Chemical Technology 5th Edition New York : John Willey and Sons. Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga : Jakarta. Purwoko, A.A. 2007. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar Anorganik II. Mataram : Universitas Mataram. Roth, Hirmann, J dan Bluchke, Gortfried. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press. Sugiarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press. Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

36

You might also like