You are on page 1of 11

BAB 1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Agroekosistem adalah sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk pertanian lain (Conway, 1987). Manusia, dalam hal ini sering disebut petani, melakukan intervensi terhadap system lingkungan dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Dalam perspektif yang lebih luas, masyarakat juga ikut mendukung intervensi semacam itu karena kepentingan yang lain, yakni untuk menghasilkan pangan dengan harga yang terjangkau bagi mereka-mereka yang tidak bekerja di sektor pertanian, Agroekosistem berbeda dengan ekosistem alam (nature ecosystem), karena dalam agroekosistem sumber energy tidak hanya terbatas pada sinar matahari, air dan nutrisi tanah, akan tetapi juga berasal dari sumber-sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk, pestisida, teknologi dan lain sebagainya. Hal lain yang membedakan adalah tingkat keanekaragaman hayati pada agroekosistem cenderung rendah, didominasi oleh varietas-varietas yang seragam, serta kontrol dikendalikan oleh faktor eksternal, dalam hal ini manusia, bukan oleh feedback system sebagaimana yang terjadi pada ekosistem alam. Dengan demikian, dalam agroekosistem, manusia adalah faktor yang memegang peranan sangat penting, untuk tidak mengatakan sentral. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem 2. Untuk mengetahui komponen ekosistem pertanian 3. Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem 4. Untuk memberi kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri

II. TINJAUAN PUSTAKA

Agroekosistem adalah sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk pertanian lain Agroekosistem berbeda dengan ekosistem alam (nature ecosystem), karena dalam agroekosistem sumber energy tidak hanya terbatas pada sinar matahari, air dan nutrisi tanah, akan tetapi juga berasal dari sumber-sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk, pestisida, teknologi dan lain sebagainya. Hal lain yang membedakan adalah tingkat keanekaragaman hayati pada agroekosistem cenderung rendah, didominasi oleh varietas-varietas yang seragam, serta kontrol dikendalikan oleh faktor eksternal, dalam hal ini manusia, bukan oleh feedback system sebagaimana yang terjadi pada ekosistem alam (Conway, 1987). Analisis agroekosistem (AAES) merupakan salah satu kegiatan terpenting (inti) dalam sekolah lapang-pengendalian hama terpadu (SL-PHT). Kegiatan AAES dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal-hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan tentang pengelolaan lahan/kebunnya. Keputusan pengelolaan tersebut misalnya sanitasi, pemangkasan, pemupukan, teknik pengendalian (mekanuis-fisik, budidaya, penyemprotan insektisida dsb). Agroekosistem, dengan demikian ditopang oleh dua system yang saling berinteraksi dan pengaruh mempengaruhi yakni system natural dan system sosial. Beberapa komponen natural dalam agroekosistem antara lain meliputi faktorfaktor biofisik seperti tanah, air, iklim, tumbuhan, hewan dan lain sebagainya yang satu sama lain berinteraksi dalam suatu mekanisme tertentu sehingga perubahan pada komponen yang satu akan berpengaruh pada keberadaan komponen yang lain.Memberikan pengaruh pada sebaran tumbuhan dan hewan yang ada di atasnya. Demikian juga dengan system sosial, beberapa komponen sosial seperti demografi, organisasi sosial, ekonomi, institusi politik dan system kepercayaan adalah hal-hal yang saling memberikan pengaruh pada terbentuknya karakter tertentu, daya tahan, stabilitas dan tingkat kemajuan (Rambo, 1983)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan Pertanaman pangan, perkebunan, hortikultura, jarring seranggah, kantong plastik, gunting tanaman, kertas plano dan alat tulis

B. Prosedur Kerja 1. Mahasiswa di bagi menjadi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam setiap rombongan 2. Persiapkan bahan dan alat 3. Penugasan mahasiswa ke lapangan untuk mengamati komponen agroekosistem, meliputi agroekosistem tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura 4. Digambar keadaan umum agroekosistem yang di amati 5. Hasil pengamatan ditulis pada kertas plano 6. Koleksikan serangga yang bertindak sebagai hama dan musuh alami, juga tanaman/ bagian tanaman yang bergejala sakit. 7. Presentasi hasil pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Padi sawah KOMPONEN A. Biotik 1. 2. 3. 4. Tanaman Pokok Tanaman lainnya Hama Keong mas Belalang Musuh alami Kodok Semut Kumbang macan Gulma Rumput teki Krokot Kangkung liar Bayam duri Ki ambang + + + + +++ +++ + + +++ Padi sawah Cabai KEBERADAAAN/ KETERANGAN

+ B. Abiotik 1. 2. 3. 4. Tanah Cuaca Air Kelembaban Subur, tidak berteras Hujan Irigasi teknis Basah

Ubi jalar

KOMPONEN A. Biotik 1. 2. Tanaman Pokok Tanaman lainnya

KEBERADAAAN/ KETERANGAN

Ubi jalar Ketela pohon Mangga Pisang klandingan

3.

Hama Lembing batu Belalang Bekicot + +

4.

Musuh alami Kadal Tomcat

++ 5. Gulma Rumput teki babandotan Bayam duri ++ ++++ ++ B. Abiotik 1. 2. 3. 4. Tanah Cuaca Air Kelembaban Subur, Tidak Berteras Cerah Tadah Hujan Lembab +

B. Pembahasan

Agroekosistem adalah hubungan timbal balik antara sekelompok manusia atau masyarakat dan lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia. Agroekosistem merupakan sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk pertanian lain. Manusia, dalam hal ini sering disebut petani, melakukan intervensi terhadap system lingkungan dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Konsep dari agroekosistem yaitu : Terjadi interaksi antara komponen pertanian Interaksi normal agar terjadi keseimbangan Timbul masalah bila tak seimbang interaksinya (homeostasis) terganggu biotik

Faktor faktor yang berpengaruh terhadap agroekosistem adalah faktor dan abiotik yaitu:

Faktor biotik adalah faktor yang mempengaruhi didalam ekosistem tersebut. Contoh produsen : Tanaman kacang panjang, Tanaman buncis, Tanaman jagung, Tanaman wijen, Tanaman cabai, Tanaman papaya, Tanaman pisang, Tanaman kangkung, dll. Faktor abiotik adalah faktor yang tidak hidup atau mati dalam suatu ekosistem tersebut. Contohnya: cahaya matahari, air, tanah, Suhu, Batu, Udara atau oksigen,dll. Analisis agro-ekosistem (AAES) merupakan salah satu kegiatan terpenting (inti) dalam sekolah lapang-pengendalian hama terpadu (SL-PHT). Kegiatan AAES dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal-hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan tentang pengelolaan lahan/kebunnya. Keputusan pengelolaan tersebut misalnya sanitasi, pemangkasan, pemupukan, teknik pengendalian (mekanuis-fisik, budidaya, penyemprotan insektisida dsb).

Analisis agroekosistem secara umum, hama utama yang menyerang tanaman padi diantaranya adalah Penggerek batang, Wereng Batang Coklat, Wereng Hijau, Walang sangit dan tikus . Sedangkan hama sekundernya adalah Pelipat daun, hama putih, orongorong, ulat, ganjur, keong mas, belalang dan burung. Pada saat pengamatan padi sawah tidak ditemukan satupun dari hama utama, hal ini dikarenakan umur tanaman padi yang relatif muda ( 20 Hst) sehingga keberadaan hama tersebut belum begitu nampak. Meskipun demikian, hama-hama utama ini tidak boleh diremehkan. Pencegahan sejak dini merupakan cara yang paling baik untuk menekan populasi dari hama tersebut. Beberapa jenis hama yang muncul hanya berupa hama sekunder yaitu keong mas dan belalang, populasi belalang yang ada relatif sedikit sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian mengingat di lokasi juga ada predator belalang seperti katak dan kadal. Populasi keong mas cukup banyak sehingga perlu dilakukan pengendalian, siklus hidup keong mas dari telur sampai dewasa (mampu bereproduksi) adalah 60 hari dengan umur mencapai 3 thn, kemampuan bertelur antara 1000-1200 telur/bulan. Telur diletakkan berkelompok, 200-600/kelompok, diletakkan diatas garis air, 7-14 hr menetas, telur merah terang & lebih pucat ketika akan menetas. Hama ini aktif pada malam hari dengan Gejala serangan: tanaman habis, rumpun hilang, daun sisa berserak di permukaan air. Stadia yang paling merusak adalah mulai dari ukuran biji jagung sampai dewasa (bola pingpong) Selain hama ditemukan juga beberapa gulma yang dominan diantaranya adalah krokot, kangkung liar, dan ki ambang. Gulma ini dapat menjadi pesaing tanaman pokok maupun inang dari beberapa jenis hama sehingga perlu dilakukan pengendalian sejak dini. Rencana tindak lanjut Perlu diadakan tindakan pengendalian terhadap hama keong mas mengingat jumlah populasinya yang sudah cukup banyak. Tindakan pengendalian secara terpadu yang dapat dilakukan adalah dengan cara manual (mengambil dengan tangan) untuk keong yang berukuran besar (dewasa) serta dilakukan pelepasan itik pada lahan supaya memakan telur dan keong keong yang masih kecil. Selanjutnya pada pangkal saluran irigasi diberi saringan untuk

mencegah masuknya keong dari saluran irigasi. Selain itu, penggunaan saringan juga dapat menjaga kebersihan lahan dari sampah plastik yang terbawa aliran air pada lahan. Analisis agroekosistem dari pengamatan di lahan ubi jalar ditemukan beberapa jenis serangga dan reptil baik yang berperan sebagai hama, netral ataupun predator. Serangan hama yang ditimbulkan oleh beberapa hama yang ada (lembing batu, belalang, bekicot) tidak begitu kelihatan karena populasi dari hama-hama tersebut sangat sedikit sementara keberadaan musuh alami seperti kadal dan katak lumayan banyak. terlepas dari hal tersebut, keberadaan gulma pada sekitar tenaman justru sangat lebat, gulma yang dominan diantaranya adalah bandotan, teki dan bayam duri, gulma ini dapat menjadi pesaing tanaman pokok serta memungkinkan untuk dijadikan inang bagi hama dan penyakit sehingga harus segera dikendalikan. Rencana tindak lanjut perlu dilakukan tindakan pengendalian gulma secepat mungkin untuk mengurangi tingkat persaingan dengan tanaman pokok serta pencegahan munculnya hama dan penyakit karena gulma tersebut dapat dijadikan sebagai inang beberapa hama dan dapat pula meningkatkan kelembaban lingkungan sekitar sehingga memacu pertumbuhan jamur. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul sekalian dilakukan pembumbunan pada tanaman pokok.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Agroekosistem adalah hubungan timbal balik antara sekelompok manusia atau masyarakat dan lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia. Agroekosistem merupakan sebuah sistem lingkungan yang telah dimodifikasi dan dikelola oleh manusia untuk kepentingan produksi pangan, serat dan berbagai produk pertanian lain Pada lahan padi sawah yang diamati tidak ditemukan hama utama yang menyerang tanaman padi. Hama yang menyerang berupa hama sekunder yaitu keong mas dan belalang. Keberadaan hama masih dibawah ambang ekonomi sehingga tidak perlu dilakukan tindakan pengendalian. Rencana tindak lanjut Perlu diadakan tindakan pengendalian terhadap hama pada tanaman agar menekan perkembangan hama sehingga dapat meminimalisir kerugian yang di dapat terhadap hasil budidaya yang kita peroleh di lahan persawahan atau kebun.

B. Saran Dalam melakukan praktikum asisten seharusnya memberikan penjelasan yang sejelas jelasnya, sehingga parktikan dengan mudah akan melaksanakan praktikum dengan tanpa melakukan pertanyaan pada saat praktikum, sehingga efektif waktu yang digunakan selama praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like