You are on page 1of 11

ACARA VI TITRASI REDOKS : PENENTUAN CAMPURAN Fe (III) DAN Fe (II) (TITRASI PERMANGANOMETRI)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan Praktikum : - Membuat larutan KMnO4 0,1 N. - Standarisasi larutan KMnO4 dengan asam oksalat. - Menentukan kadar Fe (II) dan Fe (III).

b. Waktu Praktikum : Selasa, 15 November 2011

c. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI Oksidasi adalah pelepasan satu atau lebih electron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau lebih electron oleh suatu atom, ion atau molekul. Tidak ada electron bebas dalam system kimia, dan pelepasan satu electron oleh suatu zat kimia selalu disertai dengan dengan penangkapan electron oleh bagian yang lain, dengan kata lain reaksi oksidasi selalu mengikuti reaksi reduksi (Rohman, 2006 : 21).

Permanganometri adalah metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganate yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Kalium permanganate merupakan suatu pereaksi yang digunakan secara luas sebagai oksidasi. Selama 100 tahun lebih, kalium permanganat merupakan suatu preaksi yang mudah diperoleh, tidak memerlukan suatu indicator kecuali jika digunakan larutan yang sangat encer (Underwood, 1986 : 286).

Asam sulfat merupakan asam yang paling sesuai, karena bereaksi dengan permanganate dalam larutan encer. Dengan asam klorida, akan ada kemungkinan terjadi reaksi : 2MnO4- + 2Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl+ 8H2O. Dan sedikit

permanganate dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan sedikit asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperature yang rendah dan titrasi yang lambat sambil mengocok-mengocok terus menerus; bahaya dari penyebab dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Preaksi kalium permanganate bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dilakukan pembakuan terlebih dahulu (Basset, 1994 : 56).

Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penetapan paling penting dalam titrasi permanganate. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida teroksidasi; hematit, Fe2O3, magnetit; Fe3O4, Goetit Fe3O3.H2O; limonit 2FeO3.3H2O. sebelum titrasi dengan permanganate besi (III) apapun harus direduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida atau dengan reduksi jones. Reduktor jones lebih disukai jika asam yang ada adalah asam sulfat, karena reduktor ini tidak memasukkan ion klorida. Jika larutan ini mengandung asam klorida, reduksi dengan timah (II) klorida akan nyaman. Timah klorida ini ditambahkan kedalam larutan sampel yang panas dan majunya reduksi diikuti dengan hilangnya warna kuning dari ion besi (II) : Sn2+ + 2Fe3+ Sn4+ + 2Fe2+ , ditambahkan timah (II) klorida sedikit sekali berlebih untuk memastikan lengkapnya reduksi. Kelebihan ini harus disingkirkan agar tidak bereaksi dengan permanganate dalam titrasi nanti. Untuk itu, larutan didinginkan dengan cara ditambahkan merkuri (II) klorida untuk mengoksidasi kelebihan ion timah (II) : 2HgCl2 + Sn2+ Hg2Cl2 + Sn4+ + 2Cl-. Besi (III) tidak dioksidasi oleh merkuri (II) klorida.endapan merkuri (II) klorida, jika hanya sedikit tidak mengganggu proses titrasi (Day, 1986 : 296).

Air sungai karang mumus berwarna cokelat kehitaman secara organeleptis tidak memenuhi syarat fisik apalagi secara kimiawi dan biologis. Salah satu polutan pada sungai karang mumus adalah senyawa besi. Besi jika dalam bentuk besi bervalensi tiga atau Fe (III) angat beracun bagi makhluk hidup sedangkan pada bahan cucian akan

menimbulkan noda cokelat. Senyawa ini merupakan komponen utama dalam besi berkarat. Kandungan Fe (III) dapatditentukan dengan beberapa metode, salah satunya yaitu metode yang cukup handal pada spekrofotometer adalah dengan penambah bakuan atau adisi standar. Metode ini merupakan suatu pengembangan metode spektrofotometri sinar tampak dengan biaya yang relative lebih murah (Catherine : 2008).

C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat-alar Praktikum Erlenmeyer 250 mL Gelas kimia 250 mL Buret 50 mL Statif Klem Pipet tetes Pipet volume 10 mL Rubber bulb Hot plate Thermometer Labu takar 250 mL Corong

2. Bahan-bahan Praktikum Larutan sampel (Fe3+ dan Fe2+) Aquades Larutan KMnO4 standar Larutan Na-Oksalat Larutan H2SO4 1 N Larutan HCl pekat SnCl2 5 %

HgCl2 5%

D. SKEMA KERJA 1. Pembuatan Larutan KMnO4 3,2 8,25 gram KMnO4 Ditimbang dengan gelas arloji + aquades (dalam gelas piala hingga larut) Diencerkan hingga 1 L

KMnO4 encer selama 30 menit Didinginkan Disaring dengan corong

Hasil

2. Standarisasi larutan KMnO4 Na-Oksalat Dikeringkan pada T = 110OC Didinginkan Hasil (0,3 gram Na_Okslat) Dimasukkan dalam gelas kimia dengan 200 mL aquades dan 12,5 mL H2SO4 pada T 70 OC Ditetapkan volumenya dalam labu takar 250 mL Larutan Na-Oksalat

Diambil 25 mL pada Erlenmeyer Dititrasi dengan KMnO4 Hasil

3. Menentukan kadar Fe (III) 25 mL larutan sampel + 5 mL HCl (T = 70 OC) Didinginkan Larutan yang dihasilkan + SnCl2 5% + HgCl2 5% Larutan Diencerkan hingga 250 mL

Diambil 25 mL Dititrasi dengan KMnO4 Hasil

4. Penetapan kadar Fe (II) 25 mL larutan sampel + 25 mL H2SO4 1 N Dititrasi dengan KMnO4 standar

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi larutan Percobaan 25 mL larutan Na-Oksalat pada Erlenmeyer Dititrasi dengan KMnO4 Warna : merah anggur V awal : 33,6 mL V titran : 1,1 mL Hasil pengamatan

2. Menetapkan kadar Fe (II) Percobaan 25 mL larutan sampel + 25 mL H2SO4 1 N Dititrasi dengan KMnO4 standar Hasil pengamatan Warna : kuning keruh Warna : bening Warna : merah muda V awal : 32,2 mL V titran : 4,4 mL -

3. Menetapkan kadar Fe (III) Percobaan Hasil pengamatan

25 mL larutan sampel + 5 mL Warna : kuning pekat HCl. Dipanaskan T = 70 OC + 15 tetes SnCl2 5% + 35 tetes HgCl2 5% Diencerkan 250 mL Dititrasi dengan KMnO4 standar Warna : orange Warna : orange keruh Warna :kuning pekat (tidak ada endapan) Warna : kuning muda V titran = 0,03 mL Warna : merah muda

F. ANALISIS DATA 1. Persamaan Reaksi a. Pembuatan larutan KMnO4 KMnO4 + H2O(l) H2O H+ + OHKMnO4(aq) + H2O(l) KMnO4(s) + H2O(l) K+ + MnO4- + H+ + H2O(l)

b. Standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-Oksalat KMnO4 + NaC2O4 c. Penetapan Kadar Fe (II) d. Penetapan Kadar Fe (II) 2. Perhitungan G. PEMBAHASAN Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dimana metode ini menggunakan kalium permanganate. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suasana/suatu sampel. Kalium permanganate adalah oksidator yang yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Permanganometri juga digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit fosfit dan sebagainya.

Pada percobaan ini terdapat 4 parlakuan/tahapan, yaitu pembuatan larutan KMnO4, stamdarisasi larutan KMnO4 dengan Na2C2O4 penentuan kadar Fe (II) dan panatapan kadar Fe (III). Akan tetapi percobaan yang dilakukan hanya standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-Oksalat, serta penetapan kadar Fe (II) dan Fe (III) saja. Untuk pembuatan larutan KMnO4 tidak dilakukan. Untuk diketahui, larutan KMnO4 ini merupakan zat pengoksidasi sangat kuat. Pada proses pembuatannya, setelah KMnO4 dilarutkan dalam aquades, larutan harus

dipanaskan dan setelah dingin disaring. Pemanasan ini sendiri bertujuan untuk melarutkan KMnO4 yang belum larut. KMnO4 memiliki (Underwood : 1986). Pada percobaan ini yaitu untuk menstandarisasi larutan KMnO4 dengan Na-Oksalat, dilakukan titrasi terhadap larutan Na-Oksalat dengan larutan KMnO4 yang berperan sebagai titran. Penentuan titik ekivalen titrasi ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan yaitu menjadi merah jambu (pink). Pada prinsipnya diketahui bahwa apabila larutan KMnO4 dititrasikan terhadap Na-Oksalat. Maka larutan akan mengalami oksidasi sehingga terjadi perubahan warna larutan (Na-Oksalat). Namun, dalam proses standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-Oksalat akan membutuhkan waktu yang relative lama, karena larutan KMnO4 sulit bereaksi denagn Na-Oksalat. Hal ini dapat dilihat dari lamanya proses perubahan warna saat titrasi. Kalium permanganate merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini langsung dapat digunakan sebagai titran tanpa penambahan indikator kecuali larutan yang digunakan sangat encer, karena permanganate mampu bertindak sebagai indicator. Oleh karena itu, dalam percobaan ini tidak ada penambahan indikator apapun (Rivai : 1995).

Permanganate merupakan pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II). Satu tetes larutan permanganat akan memberikan perubahan warna pada larutan yang dititrasi. Karena kelebihan sedikit saja dari permanganat pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Pada percobaan ini, semakin banyak KMnO4 yang diteteskan maka semakin cepat warna merah jambu (pink) menghilang. Ini terjadi karena ion mangan (II) bertindak sebagai katalis, sehingga apabila diteteskan larutan KMnO4 setetes demi setetes. Perubahan warnanya akan semakin cepat. Reaksi yang terjadi (Day : 1999). 2MnO4- + 5C2O42- + 16H+ 2Mn2+ + CO2 + 8H2O

Pada percobaan kedua yaitu penetapan kadar besi (II). Pada proses ini, larutan sampel yang warna awalnya orange, setelah ditambahkan dengan asam sulfat (H2SO4 1N) berubah menjadi warna bening. Tujuan penambahan asam sulfat adalah karena pada prinsipnya dalam titrasi permanganometri diperlukan larutan-larutan seperti H2SO4 atau

H3PO4 sebab dalam titrasi dengan KMnO4 ini adalah untuk menurunkan konsentrasi dari ion-ion besi sehingga membantu reaksi berjalan sampai selesai. Penambahan asam pada sampel juga bertujuan untuk mengubah warna sampel menjadi lebih muda atau bening, sehingga ketika dititrasi lebih mudah menentukan titik akhirnya.

Digunakannya asam kuat H2SO4 karena dapat mengionisasi sempurna dan dapat berfungsi untuk menciptakan suasana asam yang stabil bukan sebagai indicator, karena KMnO4 bersifat autoindikator. Dalam hal ini dipilih H2SO4 sebagai pencipta suasana asam yang paling baik dan juga berfungsi mengikat air. Dalam proses titrasi ini diperoleh volume titran yaitu 4,5 mL dan warna larutannya yaitu merah muda.

Pada percobaan ketiga, yaitu penentuan kadar besi (III). Pada proses penambahan SnCl2 5% pada proses sebelumnya, larutan sampel ditambahkan HCl. Tujuan penambahan HCl adalah agar reaksi berjalan dalam suasana asam. Setelah penambahan HCl larutan ini dipanaskan. Tujuannya agar ion-ion pengganggu atau pengotor yang terdapat pada larutan bisa hilang sehingga tidak mempengaruhi hasil yang dicapai. Selain itu juga, proses pemanasan bertujuan untuk memperbesar energy disosiasi sehingga kualitas larutan lebih baik dan kualitas campurannya lebih bagus. Pada proses penambahan HCl terjadi reaksi : Fe3+ + 3HCl FeCl3 + 3H+

Selanjutnya adalah pebambahan SnCl2, sebelum dititrasi dengan KMnO4 setiap besi harus direduksi oleh SnCl2 dari besi (III) menjadi besi (II). Reaksinya adalah (Underwood : 1986) : Sn2+ + 2Fe3+ Sn4+ + 2Fe2+

Pada hasil pengamatan terlihat perubahan warna menjadi orange menjadi lebih keruh (memudar) yang menunjukkan ion besi (II) juga tereduksiselanjutnya adalah penambahan HgCl2 , penambahan dilakukan sampai larutan berada pada keadaan lewat jenuh, sehingga terbentuk endapan. Namun pada percobaan ini tidak terbentuk endapan. Hal ini dikarenakan larutan yang ditambahkan masih dalam keadaan panas. Shingga terjadi penguraian ion-ion tersebut yang menyebabkan terbentuknya senyawa yang larut.

Untuk diketahui tujuan dari penambahan HgCl2 ini adalah untuk mengoksidasi kelebihan ion timah (II) (Underwood :1986). Karena apabila dalam larutan terdapat kelebihan ion timah (II) bisa bereaksi dengan permanganate pada saat titrasi. Adapun reaksi yang terjadi antara HgCl2 dengan timah (II) adalah : HgCl2 + Sn2+ 2Hg + 2Cl- + Sn4+ Seperti halnya percobaan kedua, standarisasi larutan dengan KMnO4 akan menyebabkan terjadinya perubahan warna menjadi merah muda, dengan volume titran 0,03 mL. jauh lebih kecil dari volume untuk penetapan Fe(II).

Berdasarkan analisis data, kadar Fe (II) dalam sampel yaitu 1,026 gram dan kadar Fe(III) adalah 1,019 gram. Dapat dikatakan bahwa kadar Fe(III) dalam sampel lebih kecil dibandingkan kadar Fe (II) dalam sampel.

H. KESIMPULAN Larutan KMnO4 yang dibuat digunakan sebagai titran. Tujuan dari standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-Oksalat yaitu untuk memperoleh normalitas KMnO4 secara pasti. - Kadar Fe (II) dalam sampel yaitu 1,026 gram. - Kadar Fe (III) dalam sampel yaitu 1,019 gram.

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta : Erlangga. Catherine, Masjee. Watulingas. 2008. Aplikasi Teknik Adisi Standar pada Penetapan kadar besi (III) dalam Air Sungai Karang Mumus dengan Spectronic 21-D. http://www.jurnal-kimia-vol//6/1/08-mulawarman01154/m-tag.aplikasi-teknikadisi-besi-III/m-022598.pdf. Samarinda : Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Mulawarman. Day, R. A and Underwood, A. L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Rivai, Harzinul. 1995. Azas Pemeriksaan Unsur. Jakarta : UI Press. Rohman, A. Mursyidi. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analitik : Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta : Yayasan Farmasi Indonesia, Pustaka Pelajar. Underwood, A. L,. Day, R. A. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

You might also like

  • Pembatas
    Pembatas
    Document7 pages
    Pembatas
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara Vii
    Acara Vii
    Document11 pages
    Acara Vii
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara Ii
    Acara Ii
    Document10 pages
    Acara Ii
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara Ii
    Acara Ii
    Document10 pages
    Acara Ii
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Acara I
    Acara I
    Document8 pages
    Acara I
    pwarnaningsari
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document6 pages
    Kata Pengantar
    Ayu Wahyuni Rangkuti
    No ratings yet