You are on page 1of 13

ACARA III PENYADAPAN TANAMAN KARET

I. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brazil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkalikali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Habibie, 2009). Menyadap ialah memotong atau menusuk sebagian kulit batang karet secara berturut-turut dan teratur dengan maksud mendapatkan lateks. Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental (Sadjad, 1983). B. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya praktikum acara III adalah mengetahui cara-cara melakukan penyadapan tanaman karet.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya (Habibie, 2009). Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas Keluarga Genus Spesies : Dicotyledonae : Euphorbiaceae : Hevea : Hevea brasiliensis

Karet alam adalah salah satu komoditas utama sub sektor perkebunan di Indonesia. Data tahun 2006 menunjukkan luas areal tanaman karet di Indonesia adalah seluas 3,31 juta hektar (ha) dan menempati areal perkebunan terluas ketiga setelah kelapa sawit (pertama) dengan luas 6,07 juta ha dan kelapa (kedua) dengan luas 3,82 juta ha. Setelah karet, kopi adalah tanaman perkebunan yang menempati posisi keempat dengan areal penanaman seluas 1,26 juta ha dan kakao (kelima) seluas 1,19 juta ha. Produksi nasional karet pada tahun 2006 adalah sebesar 2,27 juta ton karet kering (KK) dengan produksi terbanyak berasal dari Sumatera (termasuk Bangka-Belitung dan Riau Kepulauan) dengan total produksi sebesar 1,66 juta ton. Produktivitas karet nasional pada tahun tersebut mencapai 868 kg KK / ha dan telah mengalami peningkatan yang signifikan bila dibandingkan dengan satu dekade yang lalu yang hanya mencapai 575 kg KK / ha (tahun 1996) (Deptan, 2006). Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu

penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang. Penyadapan dilakukan dengan pola arah kemiringan irisan dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks dengan panjang setengah dari lingkaran batang. Sudut kemiringan tersebut berkisar antara 300 hingga 400 terhadap bidang datar pada bidang sadap bawah. Penyadapan juga dilakukan dengan arah yang sama pada setiap kali petani menyadapan. Penyadapan tersebut dilakukan pada pagi hari antara jam 05.00 hingga 07.30 (Gountra et al., 2008). Menurut Pendle, lateks mengandung beragam jenis protein katena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan dan karena terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut (Pendle, 1992). Sampai saat ini, formula penentuan buka sadap kebun karet masih dilakukan secara konvensional yaitu dihitung berdasarkan kriteria teknis matang sadap pohon kemudian dilanjutkan dengan menghitung matang sadap kebun. Formula buka sadapkonvensional tersebut adalah suatu kebun karet dianggap mencapai matang jika 60 % dari jumlah pohon karet per ha telah mempunyai lilit batang 45 cm (diukur pada ketinggian 100 cm diatas pertautan okulasi) (Junaidi dan Kuswanhadi, 2006). Formula buka sadap konvensional tersebut telah menjadi acuan sejak lama dan cocok pada zamannya, pada waktu pekebun banyak menggunakan klon slow starter. Namun karena saat ini perkebunan telah banyak menanam klon karet quick starter, acuan tersebut perlu ditinjau kembali (Hendarto dan Khaidir, 2008). Cara perbanyakan tanaman juga memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam produksi lateks yang pada umumnya menggunakan teknik okulasi. Produksi tanaman hasil okulasi akan baik bila terdapat kesesuaian karakter agronomis antara batang atas dan batang bawah. Menurut Dijkman (1951), penurunan produktivitas akibat ketidaksesuaian batang atas dan batang bawah dapat mencapai 40%.

III.

METODE PELAKSANAAN

Praktikum acara III Penyadapan Tanaman Karet ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2013 di laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Adapun bahan yang diperlukan adalah pohon karet dewasa, dan peralatan yang diperlukan adalah pisau sadap, mangkuku, sigmat, cincin mangkuk, meteran, pisau mal, talang lateks, dan tali cincin. Cara kerja dari praktikum ini adalah pertama-taman dipilih pohon karet yang sudah siap sadap atau memiliki kriteria sadap. Kemudian dibuat pola sadap: a) bukaan sadap ditentukan sekitar 90-100 cm dari permukaan tanah, dan b) digambar bidang sadap dengan bentuk spiral dari kiri atas ke kanan bawah membentuk sudur 20-45 terhadap garis horisontal. Penyadapan dilakukan dengan cara: a) kulit pohon dibersihkan, b) kulit pohon diiris dengan tebal irisan 1,5-2,0 mm, c) kedalaman irisan 1,0-1,5 mm, dan d) lateks ditampung dengan mangkuk sadap.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lateks alam merupakan polimer dari isoprene. Lateks ini berupa cairan (koloid) berwarna putih susu dan mengandung 20-30% butiran karet. Butiran lateks yang dilapisi protein, fosfolipid serta partikel-partikel lainnya menentukan kualitas lateks dan membuat cairan lateks menjadi bersifat lengket. Lateks/ Karet alam banyak digunakan dalam industri terutama industri ban. Ban berkualitas tinggi tidak terbuat dari karet sintetis melainkan karet alam. Inilah yang menyebabkan teknologi bahan tidak dapat menggantikan eksistensi perkebunan karet. Kualitas dan produksi karet ditentukan semenjak budidayanya. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam usaha budidaya tanaman karet (Havea brasiliensis).Tujuannya adalah untuk mengambil getah karet (lateks) dari pembuluh lateks kulit batang melalui pelukaan. Kesalahan dalam teknik penyadapan dapat menyebabkan kualitas dan hasil menjadi tidak optimal. Hal ini karena penyadapan memaksa tanaman mengorbankan

pertumbuhannya untuk menyesuaikan kebutuhan karbohidrat metabolis, yang akhirnya mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman itu sendiri. Teknik penyadapan yang dapat mencapai produksi optimal menurut Pusat Penelitian Karet, Getas, seharusnya mengikuti sistem sadap normatif (dengan memperhatikan potensi tanaman). Komponen teknik penyadapan ini dapat dibagi tiga, yaitu kriteria tanaman siap sadap, alat-alat, dan cara penyadapan. Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan umur dan lilit batang. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 56 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun. Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm

sebelum kambium.. Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30 dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah. Praktikum kali ini metode penyadapan yang baik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode sadap atas dan metode sadap bawah. Masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Keunggulan dari metode sadap atas adalah : 1. Lateks dapat mengalir dan menetes lebih cepat dibandingkan dengan merode sadap bawah, karena sadapan tepat memotong pembuluh lateks dengan kemiringan 90 sehingga lateks mengalir keluar dengan lancar. 2. Mempunyai tingkat kekeringan bidang sadap yang rendah karena daerah aliran lateks sebagian besar terletak pada bagian kulit yang akan disadap. Penyadapan berikutnya berada di atas irisan sadapan sehingga aliran lateks tidak terhalang. Keadaan ini hanya berlaku untuk kulit yang masih baru. 3. Sadapan atas juga dapat memperpanjang umur ekonomis pohon melalui penghematan penggunaan kulit. Metode sadapan bawah juga memiliki keungulan dalam nilai teknis dan aplikasi. Karena metode sadap bawah lebih mudah dilaksanakan dibanding metode sadap atas. Sehingga metode sadap bawah lebih sering digunakan. Namun jika dilihat dari tingkat efisiensi dan tingkat keefektifan hasil dari dua metode tidak beda jauh. Penyadapan dilakukan pada pagi hari antara pukul 05.00-06.00, sedangkan pengumpulan lateks dilaksanakan antara pukul 08.00--10.00. Sebelum penyadapan, kulit karet dibersihkan terlebih dahulu agar tidak terjadi pengotoran lateks. Pengotoran lateks dapat menyebabkan pra-koagulasi sehingga kualitas lateks menurun. Kemudian dibuat pola dengan terlebih dahulu mengukur tinggi bukaan sadap. Posisi pembuluh lateks pada umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas ke kiri bawah memutar berkebalikan arah jarum jam, sehingga agar pembuluh yang terpotong maksimum jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Saat pembuatan pola, sudut kemiringan irisan sadap harus

diperhatikan, karena ini berpengaruh terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antara 30-40 derajat terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap atas. Setelah bidang sadap selesai digambar kemudian talang dan mangkuk sadap dipasang. Pemasangannya diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 cm - 20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon. Pengirisan kulit dilakukan dengan pisau sadap. Tebal irisan sadap yang dianjurkan 1,5-2 mm sedalam kurang lebih 1,5 mm dari lapisan cambium atau tidak menyentuh kambium. Kedalaman penyadapan ini diukur dengan menggunakan alas sigmat atau paku yang dipipihkan. Alat sigmat harganya mahal, sehingga untuk petani dianjurkan menggunakan paku yang dipipihkan. Ujung paku yang dipipihkan mempunyai lekukan yang dalamnya pada satu sisi 1 mm dan pada sisi lainnya 1,5 mm. Hasil sadapan (lateks) yang telah berada di mangkok sadap kemudian dituangkan ke dalam ember aluminium bersih bertutup. Kontak dengan udara juga dapat menyebabkan lateks berkoagulasi (menggumpal). Pada perkebunan besar, lateks dalam ember dikumpulkan ke dalam tangki dan dibawa ke pengolahan dengan truk. Peralatan yang digunakan dalam penyadapan menentukan hasil penyadapan. Alatalat yang biasa digunakan antara lain: pisau sadap, mangkuk, sigmat, cincin mangkuk, meteran, pisau mal, talang lateks, dan tali cincin. 1. Pisau sadap

Pisau sadap atas

Pisau sadap bawah

Deskripsi: Umumnya pisau sadap yang digunakan ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk sadap bawah. Hal tersebut disesuaikan untuk bidang sadap sesuai ketingian yang dapat dijangkau penyadap. Pisau sadap atas digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bagian atas dengan ketinggian di atas 130 cm. Sedangkan pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap

bawah, dengan ketinggian kurang dari 130 cm hingga ke bidang sadap dibawahnya yang masih dapat untuk disadap. Pisau ini mempunyai ketajaman yang tinggi. Hal tersebut aka mempengaruhi kecepatan dalam menyadap dan kerapihan alur sadapan yang terbentuk. Beberapa pisau sadap ada yang mempunyai tangkai yang panjang, dengan tujuan untuk mempermudah penyadapan pada bagian bidang sadap yang tidak terjangkau (Siregar, 1995). 2. Mangkok atau cawan

Deskripsi: Mangkok atau cawan ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari irisan melalui talang lateks. Selain itu mangkuk ini merupakan tempat penampungan sementara sebelum dikumpulkan oleh penyadap untuk diproses ke tahap selanjutnya. Mangkok ini biasanya terbuat dari tanah liat, plastik atau aluminium. Mangkuk yang paling baik digunakan adalah mangkuk yang terbuat dari aluminium dikarenakan tahan lama dan bisa menjamin kualitas lateks yang terkumpul. Mangkok tersebut dipasang 10 cm di bawah talang, dengan artian bahwa lateks dari talang tersebut akan menetes kedalam mangkuk (Siregar, 1995). 3. sigmat

Deskripsi: Sigmat berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau

pembuluh empulurnya. Sigmat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum dengan panjang 1-1,5 mm (Siregar, 1995). 4. Cincin mangkok

Deskripsi: Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin. Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar mangkok bisa masuk ke dalam cincin (Siregar, 1995). Cincin mangkok terbuat dari kawat baja yang kuat dan lentur serta tahan lama. Produk ini digunakan untuk mengikat mangkok sadap ke batang pohon karet yang akan di sadap. Ada dua ukuran diameter cincin mangkok sadap sesuai dengan kapasitas mangkok sadap yang digunakan yaitu ukuran 500 ml dan 750 ml (Hartanto, 2003). 5. Meteran gulung

Deskripsi: Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap (meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran yang digunakan terbuat dari kayu dengan panjang 130 cm dan dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga meteran gulung dengan panjang 150-200 cm (Siregar, 1995).

6. Pisau mal

Deskripsi: pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995). 7. Talang lateks

Deskripsi: Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap agar tepat menetes ke dalam mangkok yang telah disediakan sebagai tampungan. Talang lateks biasanya terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Talang lateks dipasang pada pohon karet dengan cara menancapkan talang tersebut sebatas 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak lapisan kambium atau pembuluh empulur karet (Siregar, 1995).

8. Tali cincin

Deskripsi : Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok, jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks, kedudukan tali cincin juga berubah tiap periode tertentu (Siregar, 1995).

V. KESIMPULAN 1. Penyadapan merupakan suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. 2. Secara teknis penyadapan atas lebih efektif daripada metode sadap bawah, dengan perhitungan kecepatan lateks mengalir sehingga memperkecil adanya pembekuan lateks. 3. Metode penyadapan yang baik yaitu dengan metode sadap atas dan metode sadap bawah 4. Penyadapan dilakukan pada tanaman yang memiliki kriteria sadap yaitu lilit batang 45 cm dengan ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi). 5. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain: pisau sadap, mangkuk, sigmat, cincin mangkuk, meteran, pisau mal, talang lateks, dan tali cincin.

DAFTAR PUSTAKA Deptan. 2006. Basis Data Statistik Pertanian (http://www.database.deptan.go.id/). Diakses tanggal 5 Mei 2009. Dijkman, M.J. 1951. Hevea thirty years of research in the Far East.University of Miami Press, Miami. Gountra, Djatmiko B, Djiptadi. 1976. Dasar Pengolahan Karet. Departemen Fetemata : Bogor Habibie. 2009. Mengenal Tanaman Karet. <http://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanaman-karet/> . Diakses tanggal 30 Maret 2013. Hartanto, T. 2003a. Pisau Sadap Atas. < http://antakowisena.indonetwork.co.id/3183151/pisau-sadap-atas.htm>. Diakses 1 Mei 2012. Hendarto, S. dan Khaidir A. 2008. Formula Buka Sadap kebun Karet pada Kondisi Perekonomian yang Dinamis. Jurnal Penelitian Karet 26(1): 65-75. Junaidi, u. Dan Kuswanhadi. 2006. Penyadapan Tanaman karet. Saptabina Usahatai Karet Rakyat Edisi ke-4, Balai penelitian Sembawa, Palembang. Pendle. P.D. 1992. The Production, composition, and chemistry of natural latex concentrates in sensitivity to latex in medical device (FDA Ed.). Program and Proceedings of International Latex Conference, Baltimore, November 5-7,13. Sadjad, S . 1983. Empat Belas Tanaman Perkebunan Untuk Agro-Industri. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Siregar, T. H. S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

You might also like