You are on page 1of 23

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

Definisi Emboli Cairan


Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernapasan yang akut dan shock (Mitayani, 2009). Emboli air ketuban (EAK) adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya (lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental) ke dalam sirkulasi darah ibu.

Etiologi
1. 2.

3.

Multiparitas dan usia lebih dari 30 tahun proses persalinan lebih sulit Janin besar intrauteri ruptur uteri saat persalinan, sehingga cairan ketuban dapat masuk melalui pembuluh darah Kematian janin intrauteri perdarahan internal ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu

Etiologi (cont.)
4. 5.

6.

Menconium dalam cairan ketuban Kontraksi uterus yang kuat Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau ruptur uteri, menyebabkan pecahnya cairan ketuban dan dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi Prosedur operasi: pembukaan pembuluh darah ketuban pecah masuk ke pembuluh darah ibu (Mitayani, 2009)

Faktor Resiko
1. 2.

3.
4. 5. 6.

7.
8. 9. 10. 11. 12. 13.

Meningkatnya usia ibu Multiparitas (banyak anak) Adanya mekoneum Laserasi serviks Kematian janin dalam kandungan Kontraksi yang terlalu kuat Persalinan singkat Plasenta akreta Air Ketuban yang banyak Robeknya Rahim Adanya riwayat alergi atau atopi pada ibu Adanya infeksi pada selaput ketuban Bayi besar (Mitayani, 2009)

Epidemiologi
Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 1:30.000 dan sampai saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85% meskipun telah diadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal hal ynag dapat menurunkan mortalitas,kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian ke III di negara berkembang.

Manifestasi Klinis
1.

2.

3. 4. 5.

Hipotensi ( syok ), disebabkan reaksi anafilaksis terhadap adanya bahan bahan air ketuban dalam darah, terutama emboli meconium yang bersifat lethal. Gawat janin ( bila janin belum dilahirkan ) janin bradikardia (DJJ menurun hingga < 110 bpm) Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa. Henti kardiopulmoner Rahim atoni mengakibatkan perdarahan berlebihan

Manifestasi Klinis (cont.)


6. 7. 8. 9.

Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia Koagulopati (83 % terjadi DIC) Dispnea / sesak nafas yang sekonyong konyongnya Kejang; pada perdarahan akibat DIC, kejang merupakan tanda awal emboli cairan. (Fahy, 2001)

Pemeriksaan Diagnostik
1. 2.

3.

Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon. Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal , menunjukkan DIC.

4. 5.

6.

EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut. Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.

Penatalaksanaan
1.

2. 3. 4.

5.

Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ). Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan. Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri. Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses perbekuan.

6.
7.

8. 9.

Amniofilin ( 250 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme. Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus, dan peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan perlahan lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira kira 100 mmHg. Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan menghambat proses pembekuan.

10.
11.

12.

13.

14.

Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian trombosit. Defek koagulasi harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen. Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah. Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung.

Upaya Preventif
1. 2.

3.

Perhatikan indikas iinduksi persalinan Memecahkan ketuban saat akhir his, sehingga tekanannya tidak terlalu besar dan mengurangi masuk ke dalam pembuluh darah. Saat seksiosaserea, lakukan pengisapan air ketuban perlahan sehingga dapat mengurangi: a. Asfiksia intra uteri b. Emboli air ketuban melalui perlukaan lebarin sisi operasi.

Komplikasi
Bagi Ibu : 1. Koagulasi intravaskuler diseminata (Disseminnated Intravascular Coagulupati, DIC) cenderung terjadi pada 30 menit sejak awal kolaps akibat perdarahan hebat. 2. Gagal ginjal akut, merupakan komplikasi kehilangan darah yang berlebihan dan hipotensi hipovolemik yang terlalu lama Bagi Janin resiko mortalitas atau morbiditas tinggi

Pengkajian
1. Sirkulasi a. Tekanan darah menurun/hipotensi. b. Jantung melambat pada respons terhadap curah jantung. c. Bisa terjadi syok. d. Gagal jantung kanan akut dan edema paru. e. Sianosis

2. Keamanan a. Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa berkontraksi. b. Peningkatan suhu (infeksi pada adanya pecah ketuban lama). c. Cairan amnion kehijauan karena ada mekonium. d. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir. e. Peningkatan tekanan intrauterus. f. Merupakan penyebab utama kematian ibu intrapartum.

3. Makanan dan cairan a. Kehilangan darah normal akibat pendarahan. b. Nyeri dan ketidaknyamanan,khususnya nyeri dada. c. Gangguan pernapasan,takipnea. 4. Genetalia a. Darah berwarna hitam dari vagina b. Peningkatan pendarahan vagina dan tempat yang mengalami trauma pada saat melahirkan

Intervensi Keperawatan #1
Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan hipoksia jaringan pendarahan dan profil darah abnormal. Intervensi : 1. Kaji jumlah darah yang hilang, pantau tanda dan gejala syok. 2. Pantau respons yang merugikan pada pemberian produk darah seperti alergi dan hemolisis 3. Periksa petekie atau pendarahan gusi pada ibu

4.

Catat suhu,hitung sel darah putih,serta bau dan warna vagina.

Kolaborasi 5. Dapatkan golongan darah dan pencocokan silang. 6. Pantau pemeriksaan koagulasi 7. Berikan O2 dengan ventilasi mekanis jika ibu tidak sadar. 8. Berikan heparin bila diindikasikan.

Intervensi Keperawatan #2
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovelemia,penurunan aliran dari vena. Intervensi : 1. Pantau tekanan darah dan nadi. 2. Kaji tekanan arteri rata-rata,kaji krekels,dan perhatikan frekuensi pernapasan. 3. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring ke kiri.

4.

Kaji perubahan sensori cemas,depresi,dan bisa tidak sadar.

Kolaborasi : 5. Pantau parameter hemodinamik invasive. 6. Periksa nyeri tekan betis,menurunya nadi pedal, pembengkakan, kemerahan local, pucat, dan sianosis.

You might also like