You are on page 1of 4

1

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

oleh: Ambar Prawoto Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia SMP Al-Muhajirin Purwakarta, Jln Veteran No.155 Purwakarta, KP.41115 Indonesia Email : ambar.leina@yahoo.com ; website : ambarprawoto.wordpress.com ABSTRAK Banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana sekalipun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Cara mengatasinya siswa perlu memonitori cara belajar dan cara berfikirnya. Upaya untuk meningkatkan kemampuan berfikir tersebut adalah untuk mengontrol proses kognitifnya sehingga mendapatnkan hasil belajar yang baik. Berdasarkan penjelasan diatas pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pendekatan Brain Based Learning yang terdiri dari 5 sistem pembelajaran utama yaitu sistem pembelajaran emosional, sosial, kognitif, sistem pembelajaran fisik dan reflektif. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pendekatan brain based learning mampu meningkatkan hasil belajar matematika. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika sehingga memerlukan pendekatan khusus guna meningkatkan hasil belajar tersebut serta mengetahui respon siswa terhadap pendekatan brain based learning. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test post- tes. Populasi penelitian ini adalah kelas VII SMP Al-Muhajirin yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas control dan kelas eksperimen. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS 16 diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendektan Brain Based Learning lebih baik dibanding siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Kata Kunci : Pendekatan Brain Based Learning, Hasil Belajar Matematika. 1. PENDAHULUAN pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Ruseffendi (1988:157) mengemukakan pendapatnya bahwa banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian sederhana sekalipun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Hal tersebut terjadi karena siswa belajar matematika hanya menerima saja konsep yang sudah jadi tanpa berpikir untuk memahami bagaimana konsep tersebut terbentuk. Hal ini akan mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa yang kurang bermakna. Maka siswa perlu memonitor proses belajar dan berpikirnya, dan pada saat itu juga mereka membuat perubahan dan adaptasi strategi ketika menyadari bahwa apa yang dilakukannya tidak benar. Untuk itulah, diperlukan refleksi diri, tanggung jawab pribadi dan inisiatif seperti halnya mempersiapkan tujuan dan manajemen waktu dalam belajar.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) menyatakan bahwa matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Lebih jauh disebutkan matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali anak dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Semua kemampuan yang telah dijelaskan pada KTSP 2006 merupakan modal yang sangat penting untuk siswa dalam mempelajari matematika. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan kita sebagai guru atau pengelola pendidikan matematika dapat memahami adanya hubungan matematika dengan berbagai ilmu lain atau kehidupan. Belajar matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu

Semua perilaku manusia dikendalikan oleh otak. Menurut Goleman (Suherman, 2008: 5) mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitas negatif, misal kenakalan atau lamunan, inilah yang disebut dengan sia-sia. Berdasarkan penjelasan di atas pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah pendekatan Brain Based Learning. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan Brain Based Learning kemampuan metakognisi siswa dapat dilihat pada sistem pembelajaran reflektif di mana pada sistem tersebut siswa dapat memahami diri sendiri dan memantau pemikiran mereka sendiri dengan mengembangkan kebiasaan untuk bertanya. Raka Joni (Suherman, dkk., 2001: 9) menyatakan bahwa guru dan siswa merupakan subyek karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan secara aktif. Pola interaksi tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental siswa secara optimal dalam merealisasikan pengalaman belajar. Pengertian inilah yang dinamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yang pada hakikatnya dapat dipulangkan kembali pada tujuan pendidikan yang hakiki, yaitu untuk peningkatan martabat kemanusiaan. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Dengan adanya pendekatan Brain Based Learning diharapkan dapat mengoptimalkan kerja otak siswa sehingga proses pembelajaran bermakna. Menurut Hudoyo (Susanti, 2008:3-4) menyatakan bahwa pengalaman pertama siswa dalam bidang studi matematika. Apabila pengalaman pertama matematika siswa berkesan, diharapkan siswa akan senang dan respons terhadap matematika. Sedangkan apabila pengalaman pertama yang buruk akan matematika, dalam artian siswa sudah tidak ada rasa senang dan merasa kesulitan maka ada kemungkinan siswa akan tidak senang terhadap matematika. Tingkah laku dikontrol oleh stimulasi dan respons yang diberikan siswa. Adapun pengertian dari Paulina (Setyowati, 2009:3) respons siswa adalah perilaku yang lahir sebagai hasil masuknya stimulus yang diberikan guru kepadanya atau tanggapan untuk mempelajari sesuatu

dengan perasaan senang. Oleh karena itu, respons siswa merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan belajar matematika. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pembelajaran dengan Pendekatan Brain Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Berdasarkan kepada masalah dan latar belakang masalah, maka rumusan dan batasan masalah penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Brain Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Brain Based Learning dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan brain based learning lebih baik jika dibanding dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Sistematika penulisan adalah sebagai berikut : pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan pendekatan Brain Based Learning. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan brain based learning dan kelompok kontrolnya adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran secara konvensional. Penelitian dilaksanakan hari Selasa 25 September di SMP Al-Muhajirin Purwakarta, dengan Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP AlMuhajirin Purwakarta. Dan Sampelnya adalah Kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen adalah kelas VII A sedangkan kelas kontrol adalah kelas VII C.

Alat dan bahan yang digunakan adalah proyektor, laptop, lembar kerja diskusi siswa, buku paket kelas VII. Percobaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : Peneliti menentukan dua kelas sebagi kelas eksperimen dan kelas kontrol, lalu kedua kelas diberikan tes berupa soal-soal guna mengetahui tingkat pengetahuan kedua kelas tersebut adalah sama Kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan pendekatan brain based learning, sedangkan kelas kontrol dengan cara konvensional. Setelah itu kedua kelas tersebut diberikan soal yang sama untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar setelah diberikan pendekatan yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: Kelas kontrol. Hasil belajar siswa tidak menunjukan peningkatan yang signifikan atau cenderung tetap. Kelas Eksperimen. Hasil belajar siswa menunjukan peningkatan jika dibandingkan ketika siswa belum dikenai pendekatan Brain based learning Pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tulis dengan kata-katamu teorema phytagoras sendiri pengertian

4. a. panjang tangga 6 m, dan jarak kaki tangga ke pohon 4,8 m, tentukan tinggi pohon! b.jarak kaki tangga ke pohon 8 m, dan tinggi pohon 6 m, tentkan panjang tangga! 5. Berikan 2 contoh soal dalam mata pelajaran kesenian dan keterampilan yang berhubungan dengan theorema phytagoras KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih baik dibanding dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Saran Sebagai tenaga pendidik dizaman modern seperti ini, sudah sepatutnya seorang pendidik memahami, menguasai, serta mampu mengaplikasikan metode, pendekatan, strategi pembelajran dalam setiap pembelajaran dikelas. Karena dengan demikian pembelajaran tidak monoton, serta siswa pun lebih semangat untuk belajar. Salah satu pendekatan yang harus dikuasai yaitu pendektan brain based learning. Karena pendektan ini merupakan modal utama untuk menjadi pendidik yang professional. DAFTAR PUSTAKA Agisti, N. S. (2009) Implementasi Strategi Means-Ends Analysis untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa SMP dalam Komunikasi Matematis. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Baharuddin. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruuz Media. Dennison, P., & Dennison, P. (2002). Brain Gym (Senam Otak). Jakarta: Grasindo. Depdiknas. (KTSP, 2006). Permendiknas No.22 tahun 2006. Jakarta: Depdiknas. Given, K. (2007). Brain-Based Teaching. Bandung: Kaifa.

2. hitung luas persegi pada setiap sisi segitga a. AB=3 BC=4 CA=5 b. AB=8 BC=6 CA=10 3. Untuk setiap segitiga siku-sku selalu berlaku : luas persegi pada hipotenusa sama dengan jumlah luas persegi pada sisi-sisi yang lain (sisi siku-sikunya). Buktikan !

Hasan, I. (2003). Pokok-pokok Materi Statistik 1. Jakarta: Bumi Aksara. Jacob, C. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif di SMAN 9 Bandung dan SMAN 1 Lembang. Bandung: Laporan Piloting. Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Latif, A. (2003). Pembelajaran Matematika Melalui Model Proses Dasar Keterampilan Berpikir Qualification dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Metakognisi Siswa. Skripsi Bandung: Tidak diterbitkan. Maulana. (2007). Altaenatif Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Muin, A. (2005). Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Siswa SMA. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Nurhayati, Aat. (2007) Pengaruh Penerapan Pendekatan Open-Ended pada Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Metakognisi Matematika Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Noornia, A. (2009). Pengaruh Penguasaan Kemampuan Metakognitif Terhadap Penyelesaian Soal Problem Solving. [Online]. Tersedia: http://karyailmiahbatang.blogspot.com/2009/11/pengaruhpenguasa an-kemampuan.html. [10 januari 2010]. Purwanto, N. M. (2008) Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Rosdakarya. Ruseffendi, E. T. (1988). Pengantar Kepada membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Ruseffendi, E. T. (1992). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ruseffendi, E. T. (2001). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: IKIP Semarang Press. Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sapaat,

You might also like