Professional Documents
Culture Documents
Berikut adalah sepintas gambaran dinasti yang pernah berkuasa dalam sejarah Cina.
DINASTI PERIODE
21 - 16 SM
Satu legenda yang terkenal dari jaman ini adalah kisah Raja Jie
yang terpana oleh kecantikan Mei Xi, puteri Raja muda
setempat, Youshi.
Dinasti Xia (Hsia)
Dalam cerita dikatakan bahwa sebelumnya Raja Jie hampir
menghukum Youshi (ayah Mei Xi) yang kurang memberi upeti.
Untuk menyiasati hal tersebut Youshi mengirim anaknya Mei Xi
dan meminta anaknya untuk menggerogoti kekuatan Jie. Setelah
Jie dan Mei Xi menikah, Mei Xi meminta banyak hal dan semua
dituruti oleh Jie. Salah satu pembangunan yang terbesar adalah
Istana Miring. Ketika permintaan tak ada habisnya, Jie memilih
untuk mendapatkan tambahan dana dari wilayah sekitar. Atas
petunjuk Zhao Liang, salah satu mentrinya, disusunlah rencana
untuk menawan pangeran dari wilayah kaya Shang, Cheng
Tang. Rencana berhasil dan pembangunan terus dilaksanakan.
1
Dikutip dari http://www.travelchinaguide.com/intro/history; http://budaya-tionghoa.org,
http://logon.org; http://www.ccg.org bagian Mistisisme Bab 8 Asia Timur-Cina; dan Jepun dan berbagai
sumber lainnya.
Pada suatu saat ketika Cheng Tang berhasil memperkuat
kerajaannya, atas saran Yi Yin dari klan Youxin, ia menyerang
Xia dan menjatuhkan Jie dengan bantuan rakyat. Jie kemudian
ditangkap dan dipenjara di Nanchao sampai akhirnya tiga tahun
kemudian ia wafat.
16 - 11 SM.
Dinasti Zhou (Chou) Secara tradisional Dinasti Zhou terbagi menjadi dua periode:
221 - 206 SM
2
Shang Yang mengatakan bahwa manusia memiliki bakat atau kecenderungan jahat, oleh karena itu
ia harus dipimpin dengan cara-cara keras. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, oleh karena itu
disiplin dan mekanisme kontrol benar-benar harus diperhatikan. Reformasi Shang Yang ini sebenarnya di
terapkan pada masa Qin Shiaugong, sebelum masa Qin Shihhuang (bahkan setelah Qin Shiaugong
meninggal, Shang Yang dicincang sampai mati oleh para bangsawan yang membencinya karena mereka
kehilangan eksklusivitas setelah penerapan sistim ketatanegaraan yang baru). Sepuluh tahun setelah
reformasi Shang Yang, Qin berubah dari negara yang lemah menjadi negara yang kuat. Kira-kira seabad
kemudian barulah Ying Zheng lahir.
Pada suatu masa, Qin Shihuangdi pernah memerintahkan agar
buku karya para filsafat jaman sebelumnya dibakar dan mereka
yang menolak perintah ini dibakar hidup-hidup. Adapun alasan
pembakaran ini adalah untuk menjaga stabilitas dan mencegah
berkembangnya kritik yang dilancarkan oleh kaum Rujia
(Konfusian) yang telah dimanfaatkan oleh bangsawan-
bangsawan lama maupun musuh politik Zheng.3
3
Setelah mengusai satu wilayah, raja-raja terdahulu biasanya akan membagikan daerah kekuasaan
barunya itu kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya dengan Qin Shihhuang.
Struktur negara pun diringkas menjadi tiga perdana menteri dan sembilan menteri. Dengan demikian Zheng
mengubah sistem feodalisme istana menjadi sistem ketatanegaraan. Zheng juga kerap melakukan perjalanan
peninjauan dan pengawasan pembangunan negaranya, dia bahkah meninggal dalam perjalanan tugasnya dan
rupanya hal ini tidak menyenangkan banyak pihak, terutama mereka yang feodal.
4
Misalkan saja pada waktu Qin Shihuangdi ingin mengadakan upacara Feng Shan (upacara legitimasi
sebagai Kaisar oleh para leluhur) di Gunung Tai, ternyata para Rujia tidak mengetahui tata cara upacara
tersebut dan mereka justru bertengkar meributkan tata cara itu. Kasus yang sama juga menimpa Han Wudi.
5
Sangat masuk akal karena pada masa-masa setelah itu hegemoni berada di tangan kaum Rujia atau
para Konfusian dan mereka inilah yang membuat catatan sejarah.
Han Timur (25 - 220)
220 – 280
Jaman Tiga Kerajaan Di masa akhirnya Dinasti Han diperintah oleh kaisar yang
(San Guo) lemah. Pemberontakan pun pecah, yang terbesar adalah
Pemberontakan Topi Kuning (Huang Qin), yang dipimpin tiga
bersaudara Zhang. Akhirnya klan Cao mengkudeta kaisar Han
6
Dinasti ini sempat terputus oleh kudeta dari Wang Mang, yang mendirikan Dinasti Xin, tetapi
Guang Wudi berhasil merestorasi kembali Dinasti Han. Oleh sebab itu Dinasti Han sebelum pemberontakan
Wang Mang disebut dengan Dinasti Han Barat (beribu kota di Chang an) dan Dinasti Han sesudahnya
disebut dengan Han Timur (beribu kota di Luoyang).
7
Hubungan ini berawal dari ekspedisi yang dipimpin Zhang Qian (utusan Han Wudi), awalnya
bertujuan untuk menjalin persekutuan dengan negara lainnya dalam menghadapi serangan bangsa barbar
(Xiongnu). Walau gagal, Zhang Qian berhasil mencapai Baktria dan Ferghana (Turkestan modern). Ia
kembali dengan membawa informasi mengenai Asia Tengah maupun Romawi. Tahun 104, 102, dan 42 SM,
tentara Cina melintasi Pegunungan Pamir, mencapai Ferghana serta bekas Kerajaan Yunani. DI sana mereka
mengalahkan pasukan Xiongnu dan Romawi. Perjalanan inilah yang pada akhirnya membuka jalur
perdagangan Barat-Timur. Jalur Sutera menjadi ramai dan ibu kota Han penuh dengan pedagang Barat dan
barang-barang mewah yang berasal dari sana.
terakhir, Han Xiandi (189-220). Ia berhasil merebut kekuasaan
dan mendirikan Kerajaan Wei.
Tak lama Jin pun runtuh. Cina kembali pecah dan masuk dalam
masa rawan. Sisa-sisa Dinasti Jin yang sempat melarikan diri
diri ke selatan karna serangan bangsa bar-bar di utara (kemudian
disebut dengan Jin Timur). Sementara peperangan di utara
dimenangkan oleh Wei Utara (386-534). Karena terbagi menjadi
Dinasti Selatan dan Utara
dua maka jaman ini disebut jaman Dinasti Utara (386 - 581)-
Selatan (420 - 589).
581 – 618
618 – 907
8
Korea dan Jepang mulai menggunakan karakter Han sebagai bahasa tulis mereka. Feodalisme Korea
dan Jepang juga mencontoh sistem kekaisaran Tang. Di selatan, pengaruhnya begitu kuat sehingga mereka
tidak lagi menganggap diri sebagai Han, melainkan sebagai Tang.
Seorang jenderal dari Dinasti Zhou Akhir, Zhao Kuangyin,
berhasil mempersatukan Cina dan mendirikan Dinasti Song.
Gelarnya adalah Song Taizu (960 - 976). Sejarah menceritakan
jika ia telah dipaksa para prajuritnya untuk mengenakan jubah
kekaisaran serta menjadi penguasa baru. Setelah menjadi kaisar,
karena merasa khawatir para anak buahnya memberontak
terhadap dirinya, ia kemudian membujuk mereka agar
mengundurkan diri secara sukarela. Iapun berhasil
menghapuskan kekuasaan para gubernur militer setempat,
sehingga politik menjadi lebih stabil.
Dinasti ini terbagi menjadi dua, yakni Song Utara (960 - 1126)
dan Song Selatan (1126 - 1279).
Dinasti Song (Sung) Dinasti Song membawa pada Cina apa yang disebut sebagai
revolusi perdagangan. Salah satunya adalah memperkenalkan
uang kertas, yang digunakan dalam perdagangan (pada masa ini
uang kertas pertama kali diberlakukan, menggantikan logam dan
dicetak di Chengdu, Sichuan, tahun 1024). Kota berkembang
sangat cepat, ke arah yang lebih besar seperti keadaan yang juga
sedang terjadi di Eropa pada saat yang sama.
9
Ilmu navigasi dan pembuatan kapal mencapai puncaknya. Kapasitas kapal Cina saat itu berkisar
antara 200 - 600 ton. Salah satu kapal Song yang ditemukan kembali, panjangnya mencapai 40 m dan
lebarnya kurang lebih 10 m.
10
Awalnya Mongol adalah taklukan Jin, tapi akhirnya mereka berhasil mendirikan kerajaan sendiri.
Genghis Khan membawa Mongol merebut Xianyang, yang menjadi benteng pertahanan utama Song. Hal itu
terjadi pada masa Duzong (1265 - 1274) selanjutnya pengganti Duzong: Gongzong (1275), Duanzong (1276
- 1278), dan Bingdi (1279), menghabiskan hidup mereka dalam pelarian dan kejaran pasukan Mongol. Pada
tahun 1279, sisa dinasti Song berlari hingga menuju laut. Namun pasukan Mongol berhasil mengepung
mereka dan ketika dirasa tidak lagi ada harapan, salah satu menteri yang mengiringi keluarga tersebut, Lo
Shiufa, memeluk Bingdi, keduanya menceburkan diri ke laut.
Pada masa-masa penaklukan, Islam Cina berkembang cukup
pesat. Ini karena tentara Mongol terdiri dari berbagai kalangan
suku, diantaranya adalah beberapa kelompok Muslim yang
kemudian berhasil membangun diri menjadi komunitas yang
solid. Penempatan para prajurit diseluruh kawasan Cina rupa-
rupanya mendukung persebaran tersebut. Kelompok ini secara
sosial berada di bawah bangsa Mongol namun demikian berada
di atas Han dan hal tersebut memang dengan sengaja dibuat.
Keuntungan penyekatan sekaligus pemberian tempat kepada
kelompok ini adalah untuk membatasi aktifitas kaum Han dan
upaya menahan pemberontakan mereka.
11
Waktu itu seluruh armadan tenggelam di laut Jepang karena dihantam taifun yang tiap tahun
menerpa Jepang pada bulan Juli.
di Afrika Timur dengan pelayaran Zheng He, yang berada di
bawah mandat Kaisar Yong Le.12
12
Yongle digantikan oleh putera tertuanya Hongxi (1425), yang hanya memerintah setahun, namun ia
memiliki rasa ketertarikan pada astronomi. Ia telah berhasil mengenali bintik matahari, jauh sebelum bangsa
Barat mengenalnya. Kaisar Dinasti Ming yang terkenal berikutnya adalah Wanli (1573 - 1620).
13
Walau demikian keruntuhan Dinasti ini kelak dianggap menyebabkan komunitas Islam Cina
menderita baik dari segi politik atau sosial. Dinasti selanjutnya, Manchu disebut-sebut telah bersikap tidak
adil dan melakukan penindasan terhadap Islam. Antara lain dengan melarang orang Islam menunaikan Haji,
melarang orang Islam membangun Masjid serta melarang para ulama luar memasuki negara China .Selain
itu, Dinasti Manchu juga melaksanakan dasar 'pecah dan perintah'. Mereka sentiasa berlaku tidak adil dengan
memihak kepada orang Cina bukan Islam ketika berlaku pertelingkahan antara orang Islam dan bukan Islam.
Inilah yang mengakibatkan kebangkitan orang Islam menentang kerajaan Dinasti Manchu
(http://suarajumaat.kym.edu.my/ suarajumaat/sanasini.html).
14
Kaisar Dinasti Ming terakhir adalah Chongzhen (1628 - 1644), pada jamannya terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Li Zicheng. Ia berhasil merebut Beijing, ibukota Dinasti Ming pada
Bulan April 1644, menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mendirikan Dinasti Xun. Kaisar Chongzhen bunuh
diri dengan cara menggantung diri dan pada saat yang sama dengan kematiannya, berakhir pulalah Dinasti
Ming. Jenderal Wu Sangui yang ditugaskan menjaga perbatasan masih setia pada Dinasti Ming, maka ia
meminta tolong Bangsa Manchu yang saat itu dipimpin Shunzhi (1644 - 1661) untuk mengusir Li Zicheng.
Tetapi ternyata setelah Li berhasil diusir, Bangsa Manchu tidak bersedia meninggalkan Tiongkok, sehingga
dengan demikian berawalah kekuasaan Dinasti Qing di Tiongkok.
Intelektual neo-Konfusianisme mulai mendapat tempat dan
menjadi semakin popular. Berkait dengan Muslim Cina, Ming
tampaknya dualis. Disatu sisi mereka mendukung pembangunan
Masjid-masjid tetapi di lain sisi Ming memberi batasan kepada
para Hui-hui yang merupakan majoritas Muslim Cina.13
15
Penggunaan serbuk mesiu yang meluas pada masa Song dan Ming sempat dilarang oleh Dinasti
Qing tak lama setelah mereka mengambil alih Cina.
Amerika Serikat yang berhasil mengalahkan Cina akhirnya
berhasil memperoleh hak istimewa perdagangan. Cina
mengalami kerugian besar akibat perang candu ini karena ia
harus membayar ganti rugi biaya perang. Ekonomi kacau
(terutama karena banyaknya aliran dana keluar dalam
perdagangan candu). Huru-hara menjadi fenomena sehari-hari
dan makin meningkat karena dinasti ini tidak mengambil
tindakan yang cukup untuk menangani masalah. Selain itu
perasaan dihinakan hampir menjadi gejala umum setelah selama
beratus abad Orang Cina menikmati hegemoninya di Asia
maupun Dunia.
16
Awalnya Barat bersimpati pada pemberontakan ini, namun setelah mengetahui bahwa Hong
mempunyai doktrin yang agak "miring", dengan menyatakan diri sebagai adik Yesus Kristus, maka bangsa
Baratpun berbalik mendukung Dinasti Qing. Pemberontakan ini pada akhirnya berhasil dipadamkan dengan
bantuan barat sehingga menunjukkan makin bergantungnya Tiongkok pada barat.
17
Mereka ini adalah kaum reformis anti imperialis konservatif yang mencoba memulihkan Cina
kepada kejayaan lama.
oleh kerajaan campuran yang terdiri dari ketua tentara provinsi
yang berubah-ubah.
Sinolog I Wibowo (2004: 26) mengatakan bahwa sepanjang rentang tersebut Cina telah
mengalami empat kali proses ‘globalisasi’. Pertama adalah pada masa awal masehi ketika Cina
membangun relasi dagang dengan kekaisaran Roma, khususnya melalui jalur perdagangan sutera,
yang kemudian diikuti dengan masuknya agama Budha.
Globalisasi kedua terjadi ketika masa Dinasti Ming (1368-1644), yakni ketika Cina
berhubungan dengan bangsa Barat. Hal ini terutama ditandai dengan masuknya misionaris Jesuit ke
daratan Cina. Selain menyebarkan agama, persinggungan dengan tehnologi, seni dan berbagai ilmu
menjadi puncak perkenalan Cina dengan konsep ‘dunia’. Kedekatan ini terus berlanjut hingga awal
kepemimpinan Qing (1644-1911) namun terpenggal oleh kebijakan pintu tertutup yang
diberlakukan oleh Kaisar Kingxi. Para misionaris menghadapi tuduhan bahwa mereka telah
menghina Kaisar dan kebudayaan Cina. Hampir 100 tahun Cina hanya dapat ‘dikunjungi’ melalui
Canton (Guangzhou).
Perang Candu (1840) menjadi titik bagi globalisasi ketiga. Pada periode ini Inggris berhasil
memaksa Cina untuk menandatangani serangkaian perjanjian yang menandai dibukanya perbagai
pelabuhan dan kota-kota di Cina. Masa itu adalah masa gelap kekaisaran Cina karena mereka
merasa dihina dan direndahkan. Konflik antar golongan memuncak hingga masa-masa pasca
Perang Dunia II. Kepercayaan kepada Kaisar berkurang dan puncaknya adalah tumbangnya
Kekaisaran Cina digantikan oleh sistem konstitusi republik yang modern. Secara ideologis mereka
meninggalkan “Da Tong” atau harmoni agung dan memilih konsep masyarakat tanpa kelas–
Komunisme (Partai Komunis Cina didirikan tahun 1921). Sun Yat Sen pun menjadi Presiden
pertama.
Dan akhirnya berkuasanya Partai Komunis Cina (1949) menandai proses globalisasi
keempat. Kemenangan kaum Bolshevik, 1917 di Rusia merangsang semangat Mao Zedong dan
kaum intelektual Cina untuk mengalahkan Barat dengan ‘cara’ Barat pula.
Pada masa ini Cina membongkar struktur hirarkis tradisional dan menggantinya dengan
monoculture a la Marxisme/Komunisme. Kata sosialis dan revolusioner menjadi panji yang
melegitimasi pengerusakan segala sesuatu yang berbau tradisi dan dianggap reaksioner. Semua itu
diberlakukan bukan saja pada manusia tapi juga pada bidang kebudayaan: bangunan, makanan,
pakaian, bacaan, dan lainnya. Klimaks dari situasi ini adalah “Revolusi Kebudayaan“, tahun 1966.
Rupanya Cina berusaha mendekonstruksi seluruh masa lalunya yang berumur ribuan tahun.
Mereka menghancurkan tradisi dan menggantikannya dengan ideologi yang berakar dari Eropa
Barat—walau ideologi itu sendiri tidak pernah muncul di Eropa—dan hanya menyisakan satu
elemen saja, yakni bahasa. Deng Xiaoping yang kemudian menggantikan Zedong akhirnya
mempercepat sekian laju yang telah terbangun. Gaige, Kaifang (reformasi) dan membuka diri
menjadi slogan utama yang mendorong Cina untuk merangkul neoliberalisme. Deng Xiaoping juga
berhasil membawa Cina keluar dari krisis pasca pembantaian Tiananmen, 4 Juni 1989 dan
menganjurkan “Perjalanan ke Selatan” untuk meneruskan perjalanan globalisasi mereka. Sejak
saat itulah Cina melesat dan terus ‘bersatu’ (integrated) dengan dunia.