You are on page 1of 33

Definisi Aidil Fitri Dalil al-Quran / kefardhuan aidil fitri Sunnah Dalam Menyambut Aidil Fitri Bidah di Aidil

Fitri Susulan Aidil Fitri

: : : . :

Ibnu Arabi mengatakan: Id1 dinamakan demikian karena setiap tahun terulang dengan kebahagiaan yang baru. (Al-Lisan hal. 5) Ibnu Taimiyyah berkata: Id adalah sebutan untuk sesuatu yang selalu terulang berupa perkumpulan yang bersifat massal, baik tahunan, mingguan atau bulanan. (dinukil dari Fathul Majid hal. 289 tahqiq Al-Furayyan) Id dalam Islam adalah Idul Fitri, Idul Adha dan Hari Jumat.

Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah datang ke Madinah dalam keadaan orangorang Madinah mempunyai 2 hari (raya) yang mereka bermain-main padanya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata: Apa (yang kamu lakukan) dengan 2 hari itu? Mereka menjawab: Kami bermain-main padanya waktu kami masih jahiliyyah. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri. (Shahih, HR. Abu Dawud no. 1004, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

: : . :

Yang terkuat dari pendapat yang ada wallahu alam adalah pendapat ketiga dengan dalil berikut:

Dari Ummu Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun yang haid maka dia menjauhi tempat shalat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah muslimin. Aku berkata: Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab? Nabi menjawab: Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya. (Shahih, HR. AlBukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim Kitabul Idain Bab Dzikru Ibahati Khurujinnisa)

:
Sunan Ibnu Majah 1711: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ya'la At Taimi dari Abdul Malik bin Umair dari Qaza'ah dari Abu Sa'id dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau melarang puasa pada hari raya Iedul Fitri dan Iedul Adlha. "

Hadith daripada Anas Ibnu Malik bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda;

Hiasilah dua hariraya dengan tahlil, takbir, tahmid dan taqdis (tasbih). (Riwayat AdDailami)

Dari Malik dari Nafi, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan). (Shahih, HR. Malik dalam AlMuwaththa` dan Al-Imam Asy-Syafii dari jalannya dalam Al-Umm) Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada Ali radhiallahu anhu tentang mandi, maka Ali berkata: Mandilah setiap hari jika kamu mau. Ia menjawab: Tidak, mandi yang itu benar-benar mandi. Ali radhiallahu anhu berkata: Hari Jumat, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri. (HR. Al-Baihaqi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa`, 1176-177))

Dari Musa bin Uqbah, dari Nafi bahwa Ibnu Umar mandi dan memakai wewangian di hari Idul fitri. (Riwayat Al-Firyabi dan Abdurrazzaq) Al-Baghawi berkata: Disunnahkan untuk mandi di hari Id. Diriwayatkan dari Ali bahwa beliau mandi di hari Id, demikian pula yang sejenis itu dari Ibnu Umar dan Salamah bin Akwa dan agar memakai pakaian yang paling bagus yang dia dapati serta agar memakai wewangian. (Syarhus Sunnah, 4/303)

: : . : Dari Abdullah bin Umar bahwa Umar mengambil sebuah jubah dari sutera yang

dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, lalu Umar radhiallahu anhu berkata: Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun berkata: Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat). (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitabul Jumah Bab Fil Idain wat Tajammul fihi dan Muslim Kitab Libas Waz Zinah) Ibnu Rajab berkata: Hadits ini menunjukkan disyariatkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini perkara yang biasa di antara mereka. (Fathul Bari)

Sunan Ibnu Majah 3547: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Ashbagh bin Zaid Telah menceritakan kepada kami Abu Al 'Ala dari Abu Umamah dia berkata, " Umar bin Al Khaththab memakai baju baru, kemudian dia mengucapkan, 'ALHAMDULILLAHILLADZII KASAANI MAA UWAARIBIHI 'AURATII WA ATAJAMMALU BIHI FII HAYAATI (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian untuk menutupi 'auratku dan menghiasi diriku didalam kehidupanku) '. Kemudian dia berkata, "Aku mendengar RAsulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memakai baju baru lalu mengucapkan 'ALHAMDULILLAHILLADZII KASAANI MAA UWAARIBIHI 'AURATII WA ATAJAMMALU BIHI FII HAYAATI (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian untuk menutupi auratku dan menghiasi diriku didalam kehidupanku) ', kemudian dia mengambil pakaian yang telah usang atau yang sudah di tinggalkan, dan menyedekahkannya, maka hidup dan matinya, ia akan selalu berada dalam naungan Allah dan perlindungan Allah serta di dalam penjagaan Allah baik." Beliau mengulanginya hingga tiga kali".

Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja bin Raja berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: Nabi memakannya dalam jumlah ganjil. (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab Al-Idain Bab Al-Akl Yaumal Idain Qablal Khuruj) Ibnu Rajab berkata: Majoriti ulama menganggap sunnah untuk makan pada Idul Fitri sebelum keluar menuju tempat Shalat Id, di antara mereka Ali dan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma. Di antara hikmah dalam aturan syariat ini, yang disebutkan oleh para ulama adalah: a. Menyelisihi Ahlul kitab, yang tidak mau makan pada hari raya mereka sampai mereka pulang. b. Untuk menampakkan perbedaan dengan Ramadhan. c. Karena sunnahnya Shalat Idul Fitri lebih siang (dibanding Idul Adha) sehingga makan sebelum shalat lebih menenangkan jiwa. Berbeda dengan Shalat Idul Adha, yang sunnah adalah segera dilaksanakan. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/89)

: : . :

Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar di Hari Raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus takbir. (Shahih, Mursal Az-Zuhri, diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh AlAlbani dengan syawahidnya dalam Ash-Shahihah no. 171)
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: Dalam hadits ini ada dalil disyariatkannya apa yang diamalkan kaum muslimin yaitu bertakbir dengan keras selama perjalanan menuju tempat shalat walaupun banyak di antara mereka mulai menggampangkan sunnah (ajaran) ini, sehingga hampir-hampir menjadi sekedar berita (apa yang dulu terjadi). Hal itu karena lemahnya mental keagamaan mereka dan karena rasa malu untuk menampilkan sunnah serta terang-terangan dengannya. Dan dalam kesempatan ini, amat baik untuk kita ingatkan bahwa mengeraskan takbir di sini tidak disyariatkan padanya berpadu dalam satu suara sebagaimana dilakukan sebagian manusia2 (Ash-Shahihah: 1 bagian 1 hal. 331)

: :

Banyak ulama menyebutkan bahwa petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam shalat dua hari raya adalah beliau selalu melakukannya di mushalla. Mushalla yang dimaksud adalah tempat shalat berupa tanah lapang dan bukan masjid, sebagaimana dijelaskan sebagian riwayat hadits berikut ini.

Dari Al-Bara Ibnu Azib ia berkata: Nabi pergi pada hari Idul Adha ke Baqi lalu shalat 2 rakaat lalu menghadap kami dengan wajahnya dan mengatakan: Sesungguhnya awal ibadah kita di hari ini adalah dimulai dengan shalat. Lalu kita pulang kemudian menyembelih kurban. Barangsiapa yang sesuai dengan itu berarti telah sesuai dengan sunnah (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-Idain Bab Istiqbalul Imam An-Nas Fi Khuthbatil Id)

: :

Dari Jabir bin Samurah ia berkata: Aku shalat bersama Rasulullah 2 Hari Raya (yakni Idul Fitri dan Idul Adha), bukan hanya 1 atau 2 kali, tanpa adzan dan tanpa iqamah. (Shahih, HR. Muslim)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dan Jabir bin Abdillah Al-Anshari keduanya berkata: Tidak ada adzan pada hari Fitri dan Adha. Kemudian aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang itu, maka ia mengabarkan kepadaku bahwa Jabir bin Abdillah Al-Anshari mengatakan: Tidak ada adzan dan iqamah di hari Fitri ketika keluarnya imam, tidak pula setelah keluarnya. Tidak ada iqamah, tidak ada panggilan dan tidak ada apapun, tidak pula iqamah. (Shahih, HR. Muslim)

Ibnu Hajar mengatakan: Kami meriwayatkan dalam AlMuhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: Para shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain: Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu. (Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)

Disunnahkan mengiringi puasa Ramadlan dengan puasa enam hari di bulan Syawal dan itu sebanding dengan puasa selama setahun. Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadlan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun.[1]

Dari Tsauban radliyallaahu anhu, dari Rasulullah shallallaahu alaihi beliau bersabda : wa sallam,

Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadlan maka puasa sebulan itu sama dengan sepuluh bulan; dan dengan puasa enam hari setelah berbuka (Iedul-Fithri), maka ia melengkapi puasa setahun.[2]

. . .

Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughniy (4/438) :

Kesimpulan dari hal itu adalah bahwa puasa enam hari pada bulan Syawwal disunnahkan sebagaimana pendapat kebanyakan ulama dan hal itu diriwayatkan dari Kaab Al-Ahbar, AsySyabi, dan Maimun bin Mihran; dan hal ini adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafiiy [selesai].

Istiqamah terhadap semua amalan baik


Sedekah

Solat
Baca al-Quran

Membanyakkan amalan sunnah


Menutup aurat

Tidak meninggalkan mandi ketika mendatangan hari raya Tidak meninggalkan menjamahkan makanan sebelum datang ke tempat solat Ketika datang menunaikan solat aidil fitri, datang dalam keadaan bertakbir

Amalan Rasulullah S.A.W Pada Hari Raya Aidilfitri Solat sunat tasbih: Rasulullah menyarankan kepada kita melakukan solat sunat tasbih pada tiap-tiap malam. Andai kata tidak mampu, sekali seminggu. Andai tidak mampu jugak, sekali sebulan. Andai tidak mampu lagi, sekali setahun. Andai tidak mampu2 lagi, kerjakanlah sekali seumur hidup. Qiamullail: Imam syafie pernah menyebut dalam kitabnya Al-um, bahawasanya ada 5 malam yang mana sangat mustajab untuk berdoa. 1) malam jumaat 2) malam aidil fitri 3) malam aidil adha 4) malam awal bulan rejab 5) malam nisfu syaaban. Mandi sunat aidil fitri: ianya sangat mudah untuk dilakukan. Sebelum mandi mestilah berniat seperti sahaja aku mandi sunat hari raya fitrah kerana Allah taala. Ia bukanlah terbatas setakat itu sahaja, bahkan segala apa sahaja amalan yang kita lakukan jika diniatkan kerana Allah, nescaya ianya akan dikira sebagai ibadah. Makan sebelum menunaikan solat sunat aidilfitri: ada riwayat yang menceritakan bahawa sebelum pergi bersolat sunat aidilfitri nabi akan makan buah tamar. Dan buah tamar yang dimakan oleh nabi adalah dalam bilangan ganjil. Ada yang menyebut 3. Ada jugak yang menyebut 5. Wallahualam. Memakai pakaian yang suci: ia merupakan lambang kepada kemenangan seorang muslim selepas Berjaya menahan dugaan dan nafsu selama sebulan. Sesetengah ulama berpendapat bahawa jubah putih dan serban putih adalah pakaian hari raya yang terbaik. Namun begitu, pakaian yang lain tidaklah dilarang untuk dipakai asalkan ianya adalah pakaina terbaik yang dimiliki. Memakai wangi-wangian: ia disunatkan kepada lelaki sahaja. Wanita tidak boleh memakai wangian yang baunya keterlaluan kerana boleh menjadi fitnah. Banyakkan bertakbir: sebaik saja masuknya malam pertama bulan Syawal kita digalakkan untuk bertakbir sehingga imam mengangkat takbir sembahyang raya. Ini kerana selepas solat sunat fitrah stidak lagi disunatkan untuk bertakbir seperti mana sebelumnya. Menunaikan zakat fitrah pada pagi hari raya: nabi pernah bersabda bahawa waktu yang paling afdhal untuk menunaikan zakat fitrah ialah pada pagi hari raya fitrah. 0leh sebab itu solat sunat hari raya sunat dilambatkan bagi memberi peluang menunaikan zakat fitrah. Pergi ke masjid melalui jalan yang berlainan dengan jalan pulang ke rumah: islam adalah agama yang mementingkan ukhuwah. Tujuan nabi pergi ke masjid melalui jalan yang berbeza dengan jalan pulang ke rumah adalah untuk berjumpa dengan lebih ramai orang untuk bermaaf-maafan. Lihatlah betapa senangnya untuk memperoleh pahala tetapi semuanya bergantung kepada ilmu seseorang.

1. Engkau bersolat sunat aidilfitri tetapi meninggalkan solat subuh yang wajib. Perihal seumpama ini memang mudah berlaku. Biasanya masjid di desa dan di kota akan dibanjiri oleh umat Islam walaupun perkara yang sama tidak berlaku ketika solat fardu dilaksanakan. Remajaku yang dalam kategori ini akan memberi alasan mengantuk untuk bangun subuh kerana malamnya sibuk mencari rezeki di bazar Ramadan atau bersungguh-sungguh membantu ibu didapur menyiapkan juadah raya.

2. Pagi aidilfitrimu dimulakan dengan maksiat. Remajaku yang khayal bercinta mula mengatur temu janji untuk berdating di panggung wayang. Sayang sekali, sebulan Ramadan kalian menahan diri, namun segalanya musnah di pagi aidilfitri.

3. Engkau bertudung litup sepanjang ramadan, tetapi buka-bukaan pada hari lebaran. Begitulah gambaran yang boleh diberikan kepada remajaku yang dulunya bertudung litup sepanjang Ramadan. Alasannya menghormati bulan Ramadan. Tiba sahaja hari lebaran pakaian yang dipilih boleh menjejaskan kehormatan. Ada yang jarang, yang ketat, yang terdedah sana-sini dan auratmu tidak terjaga lagi.

: " : " . . : " : ". .

4. 'Hari terbuka'mu penuh dengan acara yang lagha. Ziarah-menziarahi adalah amalan mulia, apatah lagi mengadakan hari terbuka agar dapat mengukuhkan ukhuwah dengan saudara-mara. Namun apa ertinya hari terbuka yang dipenuhi dengan pelbagai pelbagai perkara yang boleh melalaikan, pergaulan tanpa batasan dengan hiburan yang keterlaluan?

5. Engkau berjimat kala Ramadan, namun melakukan pelbagai pembaziran ketika menyambut perayaan. Sikap sebegini amat merugikan. Bukankah sudah berkali-kali diberi pesan, membazir amalan syaitan?

6. Engkau melakukan sesuatu untuk menunjuknunjuk agar mendapat pujian. Ini satu lagi penyakit yang melanda apabila tiba musim perayaan. Yang dewasa atau remaja, masingmasing bersaing dan berlumba-lumba mengikut cara masing-masing. Daripada pakaian, perabot, kereta, telefon bimbit hinggalah kepada pakaian raya sekeluarga, kadang kala ia bercampur aduk dengan niat yang salah. Kata orang, biar papa asal bergaya!

7. Engkau mengumpat dan menfitnah sebagai hiburan dan pengisi acara ziarah-menziarahi. Hal ini merupakan satu lagi dosa yang mudah kita lakukan semasa meraikan saudara-mara serta rakan taulan yang datang berziarah. Memang seronok bercerita tentang hal orang lain, tambahan pula jika ada kisahkisah sensasi. Namun ramai yang tidak mengerti, hal seumpama ini pasti akan membawa permasalahan apabila ada yang mengadu domba sesama sendiri. Ada hati yang akan terguris dan perasaan benci yang bertandang. Ukhuwah yang dibina boleh rosak dengan mudah sekali hanya kerana kegairahan berkongsi kisah sensasi orang lain.

8. Engkau menonton filem-filem dan rancangan hiburan yang merosakkan melalui televisyen, VCD, pawagam atau lain-lain sehingga lalai untuk beribadah. Kita maklum semua siaran televisyen dan pawagam menyiarkan bermacam-macam rancangan yang menyeronokkan sepanjang Ramadan. Memang kita boleh terlalai dengan semua hiburan yang dihidangkan ini jika kita tidak bertakwa.

You might also like