You are on page 1of 10

PERBEDAAN JUMLAH COLIFORM PADA AIR MINUM ISI ULANG SETELAH PENGOLAHAN BERDASARKAN SUMBER AIR BAKU DI DEPOT

AIR MINUM ISI ULANG KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 Tika Herawati1) Anto Purwanto dan Andik Setiyono2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Universitas Siliwangi (hera_tika@yahoo.co.id)1) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Lingkungan (KL) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi2)

ABSTRAK Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan 492/MENKES/PER/IV/2010. Bakteri Coliform dijadikan indikator dalam menentukan kualitas bakteriologis air. Sumber air baku dapat diambil dari mata air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber lainnya yang telah direkomendasikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Diare adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang tidak berkualitas. Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory Reseach dengan menggunakan desain Cross Sectional. Jumlah Sampel 41 sampel. Pemeriksaan kualitas air meliputi pemeriksaan bakteriologi yaitu bakteri Coliform. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi dari variabel yang diteliti, analisis menggunakan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk air baku di depot air minum isi ulang Kota Tasikmalaya terdiri dari dua sumber air baku yaitu, PDAM dan sumur gali. Sumber air baku yang digunakan yaitu PDAM sebanyak 27 depot dan air sumur gali sebanyak 14 depot. Hasil pemeriksaan jumlah Coliform pada sampel air minum isi ulang berdasarkan sumber air baku, depot yang positif mengandung Coliform sebanyak 21 sampel dan yang tidak mengandung Coliform sebanyak 20 sampel. Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan jumlah Coliform pada air minum

isi ulang setelah pengolahan berdasarkan sumber air baku di depot air minum isi ulang Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

Kata Kunci : sumber air baku, jumlah Coliform

ABSRACT Drinking water is the most important human needs. To stay healthy, drinkingwatermust meet the physical, chemistryand biological requirementsin accordance withthe regulation 492/MENKES/PER/IV/2010. Coliformbacteriaused as the indicatortodetermine thebacteriologicalquality ofwater. The source ofraw watercan be takenfrom the springs, PDAM, boreholes, protected dug well, and other sources thathave beenrecommended by the health department of districts or cities. Diarrheaisone of the diseases that is caused bydrinkingnot qualified water. The research type isexplanatory research by usingcross-sectional design. The total sample is 41. The examination of water quality includes the bacteriologicalexaminationin coliformbacteria. The data obtainedare presentedin tables andnarrative form ofthe examined variables. The data analysis used is Mann-Whitney. The research result showsthat there are two water sources usedas araw wateratthe drinking waterrefilldepot in Tasikmalayacity, they are PDAM andwellsdug. The depots that use PDAM as the source is 27 depots, while the depots that use wells dug is 14 depots. The result of examining the number of coliform at the samples show that the depots which ispositively contining the coliform is 21 samples, while those are who not is 20 samples. The result of statistical test by theMann-Whitneyshowsthat H0 is rejected, and Ha is accepted. It means that there is a difference inthe amount ofcoliformin drinking waterrefillafter the processingtherawwatersource in Tasikmalaya drinking

waterrefilldepotin 2012. Key words : Raw Water Source, The Amount of Coliform

Pendahuluan Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan, hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri.Kebutuhan air untuk masyarakat Indonesia dapat diperinci untuk daerah perkotaan (kurang lebih 50.000 penduduk) dibutuhkan air sekitar 120-200 liter/per orang/hari, sedangkan untuk daerah pedesaan saat ini dibutuhkan air sekitar 60-80 liter/per orang/hari sudah dianggap memenuhi. Upaya untuk mempertahankan kualitas air minum agar aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan penyakit pada manusia, maka harus memenuhi persyaratan kualitas air secara fisik, kimia, biologis dan radiologis karena kualitas air yang tidak memenuhi kualitas air minum dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena air dapat sebagai Water BorneDiseases yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan oleh air yang tidak sehat, seperti diare, kolera, disentri, dan beberapa penyakit lainnya. Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum (Peraturan Pemerintah RI, Nomor 16 Tahun 2005). Sumber air baku dapat diambil dari mata air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber lainnya yang telah direkomendasikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masyarakat masih memiliki persepsi bahwa depot air minum isi ulang ini, air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, tetapi dalam kenyataannya air baku dapat diambil dari berbagai sumber yang mungkin kurang memenuhi syarat kualitas air minum Hasil penelitian 120 sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar di Indonesia oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2002 lalu menemukan bahwa, kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot dengan depot lainnya. Hasil penelitian itu mendapatkan, hampir 16% dari sampel tersebut terkontaminasi mikroorganisme, terutama bakteri Coliform. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Mengetahui kualitas air minum isi ulang yang di produksi depot air minum isi ulang di Kota Tasikmalaya berdasarkan persyaratan bakteriologis (jumlah Coliform) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan mengetahui sumber air baku di depot air minum isi ulang Kota Tasikmalaya.

Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan tanggal februari 2013.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan pemeriksaan laboratorium. Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory Reseach dengan menggunakan desain Cross Sectional yaitu penelitian yang variabelnya diamati pada saat itu dan hanya akan menunjukan apa yang ada pada waktu pemeriksaan. Populasi dalam penelitian ini adalah air minum yang berasal dari depot air minum isi ulang yang berada di Kota Tasikmalaya, yaitu sebanyak 150 depot air yang berdiri di Kota Tasikmalaya.Pengambilan sampel dari populasi 150 depot didapatkan hasil sebanyak 66 depot air minum isi ulang dengan rumus pengambilan sampel menurut Lameshow dengan objek penelitian air minum yang siap diproduksi untuk konsumsi masyarakat dari depot air minum isi ulang Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Angket, Format Pemeriksaan, Botol sampel, Termometer, pH meter, Alat ukur pemeriksaan bakteriologis air (pemeriksaan golongan Coliform).Data yang didapat kemudian dianalisis dan dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney.

Hasil dan Pembahasan Hasil pemeriksaan jumlah Coliform pada sampel air minum isi ulang berdasarkan sumber air baku yang terdiri dari 10 kelompok. Jumlah coliform yang paling rendah sebanyak 21 sampel (51,21%) sampel air minum yang tidak mengandung bakteri Coliform yaitu 0 MPN/100 ml air, jumlah Coliform tertinggi sebanyak 240 MPN/100 ml air yaitu 7 sampel (17,07%).

JumlahColiform 0 2 2.2 4.4 5 7.6 9 15 38 240 Jumlah

Sumber air baku PDAM 16 1 1 1 4 0 1 0 1 2 27 Sumur gali 5 0 0 0 1 1 1 1 0 5 14

Total 21 1 1 1 5 1 2 1 1 7 41

Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan Coliform pada 41 sampel air minum yang berasal dari depot air minum isi ulang di Kota Tasikmalaya sebanyak 21 sampel (51, 21%) tidak mengandung bakteri Coliform, yang berarti depot tersebut telah memenuhi syarat secara bakteriologis untuk diminum oleh konsumen. Sebanyak 20 sampel (48,79%) ternyata mengandung bakteri Coliform yang artinya depot tersebut tidak memenuhi syarat secara bakteriologis untuk air minum. Jumlah Coliform pada sampel bervariasi mulai dari nilai minimum 2 NPM/100 ml sampai dengan nilai maksimum 240 NPM/100 ml, dimana dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa dalam setiap 100 ml sampel air jumlah Coliformnya 0 MPN/100 ml air. Bakteri Coli merupakan jasad indikator di dalam substrat air, bahan makanan dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya. Bakteri Coli dalam jumlah tertentu di dalam air dapat digunakan sebagai indikator adanya jasad patogen. Sumber air baku yang digunakan pada depot air minum isi ulang di Kota Tasikmalaya, yaitu PDAM sebanyak 27 depot (65.5%), dan air sumur gali sebanyak 14 depot (34,1%).

Sumber air baku PDAM Sumur gali Jumlah

Jumlah 27 14 41

% 65,9 34,1 100

Sumber air PDAM yang digunakan pada depot air minum isi ulang yang berada di Kota Tasikmalaya berasal dari PDAM Tirta Sukapura. Sumber air yang digunakan oleh PDAM tersebut berasal dari mata air Cipondok dan Cikawali. Sistem pendistribusian yang dilakukan oleh PDAM tersebut menggunakan tangki pengangkut air baku. Kelebihan dari PDAM yaitu air PDAM telah mengalami pengolahan sehingga kandungan bakteriologi pada sumber air PDAM telah diupayakan seminal mungkin. Kekurangan dari air PDAM tidak bersifat ekonomis sehingga untuk mendapatkan air PDAM tersebut harus mengeluarkan biaya yang cukup besar yang nantinya akan mempengaruhi terhadap pendapatan bagi pemilik dopot. Hasil penelitian di lapangan dengan jumlah sampel sebanyak 41 depot yang menggunakan sumber air dari PDAM sebanyak 27 depot (65,9%). Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah dari akuifer yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum. Sumur gali mempunyai kelebihan dan kekurangan dimana kelebihan dari sumur gali yaitu lebih ekonomis atau terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup.Kekurangannya sumur gali mudah tercemar dari rembesan septic tank yang berada pada sumur gali tersebut apabila jarak sumur gali dengan sumber pencemar berdekatan.Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan di Kota Tasikmalaya dari jumlah sampel sebanyak 41 depot, yang menggunakan sumber air dari sumur gali yaitu yaitu 14 depot (34,1%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 20 (48,79%) dari 41 sampel tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 yaitu mengandung bakteri Coliform. Bakteri Coliform terdapat pada lingkungan alami, pada feses manusia dan binatang.Kelompok bakteri ini umumnya tidak membahayakan kesehatan, tapi kehadiran bakteri Coliform

mengindikasikan bahwa air tersebut sudah tercemar.Hal ini juga mengindikasikan buruknya kualitas mutu produk air minum isi ulang yang dihasilkan depot air minum. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian tentang kualitas air minum isi ulang

sebelumnya. Hasil analisis laboratorium Institut Pertanian Bogor tahun 2002, dari 120 sampel Air Minum isi ulang dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,Medan, dan Denpasar) ditemukan sekitar 16% sampel terkontaminasi bakteri Coliform. Perbedaan ini mungkin terjadi karena sumber air baku yang digunakan depot pada penelitian sebelumnya mempunyai kualitas lebih baik, peralatan yang digunakan baik dan terawat, dan penangan terhadap wadah pembeli serta kebersihan operator depot lebih diperhatikan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk air yang dihasilkan adalah bahan baku, penanganan terhadap wadah pembeli, kebersihan operator, dan kondisi depot. Hasil pengukuran pH air minum isi ulang setelah pengolahan memiliki rata-rata pH 7,017 dengan pH minimum 6,6 dan pH maksimum 7,8 yang berarti kadar pH tersebut masih memenuhi syarat kesehatan untuk air minum, dimana pH yang diperkenankan adalah antara 6,5 sampai 8,5 sesusai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.Kondisi pH pada air dapat memungkinkan bakteri akan tumbuh optimal pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada pH sekitar 7, meskipun dapat tumbuh pada kisaran pH 5 - 8. pH air dari hasil pemeriksaan di lapangan pada air minum dari depot air minum isi ulang memiliki pH rata-rata yaitu 7,017, sehingga Coliform dapat tumbuh dengan cepat. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap sampel air minum isi ulang, diperoleh suhu air sampel yang diperiksa rata-ratanya 26,9730C dengan nilai minumum 26,40C dan nilai maksimum 27,90C.Suhu tersebut masih dalam suhu yang baik untuk air minum, karena suhu air yang normal adalah berkisar 20 0C - 260C. Hasil pengukuran pada 41 sampel air minum isi ulang menunjukkan bahwa temperatur sampel air minum isi ulang berada pada kisaran temperatur 26,40C 270C, kisaran ini secara alami normal untuk baku mutu air minum yang dianjurkan. Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum diantara 00 C - 200 C disebut psikrofil, miikroorganisme yang tumbuh cepat pada kisaran suhu 200 C - 500 C disebut mesofil, sedangkan mikroorganisme yang tumbuh pada kisaran suhu 500 C - 1000 C disebut thermofil. Data di lapangan menunjukkan bahwa mikroorganisme yang tumbuh pada air minum depot isi ulang di Kota Taskmlaya adalah mikrooganisme mesofil. Hasil penelitian menunjukkan 65,9% depot air minum menggunakan bahan baku yang berasal dari PDAM dan 34,1% berasal dari sumur gali, hasil yang didapatkan pada

pemeriksaan

bakteriologi

menunjukkan

adanya

perbedaan,

dimana

48,79%

menunjukkan hasil negatif terhadap total bakteri Coliform yang berarti mempunyai produk air yang berkualitas, sementara 51,21% menunjukkan hasil positif mengandung bakteri Coliform. Hasil positif yang didapatkan ini menunjukkan bahwa efektifitas proses pengolahan bahan baku menjadi produk air minum mungkin juga mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Proses yang dimaksud disini meliputi

penampungan/penyimpanan bahan baku, penyaringan, desinfeksi/sterilisasi, dan higiene sanitasi tempat pengolahan air minum atau sistem distribusi pada pipa penyalur air minum, serta kondisi peralatan yang digunakan pada proses pengolahan tersebut. Bakteri Coliform ada di dalam air minum dikarenakan adanya kontaminasi pada peralatan pengolahan air minum, pengetahuan akan hygiene pemilik depot air masih kurang, sanitasi tempat pengolahan air minum isi ulang atau sistem distribusi pada pipa penyalur air minum. Kualitas bahan baku tentu sangat menentukan kualitas produk air minum yang dihasilkan. Bahan baku utama yang seharusnya digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya, yaitu terlindungi dari cemaran kimia dan bakteriologi yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan, serta diperiksa secara berkala terhadap organoleptik (bau, rasa, warna), fisika, kimia, dan bakteriologi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan SPSS, didapatkan Z hitung (-2,150) terletak di daerah Ho ditolak dengan nilai Asymp.Sig.(2tailed) sebesar 0.032. Hasil uji Mann-Whitney ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan jumlah Coliform pada air minum isi ulang setelah pengolahan berdasarkan sumber air baku di depot air minum isi ulang Kota Tasikmalaya tahun 2012.

Simpulan dan Saran 1. Simpulan Jumlah Coliform pada 41 sampel air minum isi ulang berdasarkan sumber air baku sebanyak 21 depot (51,21%) air minum yang tidak mengandung bakteri Coliform, sedangkan 20 depot (48,79%) mengandung bakteri Coliform. Jumlah Coliform tertinggi sebanyak 240 MPN/100 ml air dan terendah adalah 0 MPN/100 ml air.Sumber air baku yang digunakan pada depot air minum isi ulang di Kota

Tasikmalaya berasal dari 2 sumber air baku, yaitu PDAM sebanyak 27 depot (65.5%), air sumur gali sebanyak 14 depot (34,1%).Ada perbedaan jumlah Coliform pada air minum isi ulang setelah pengolahan berdasarkan sumber air baku di depot air minum isi ulang Kota Tasikmalaya 2. Saran a. Bagi pihak pengelola depot 1) Perlu diadakannya pelatihan bagi tenaga kerja depot. 2) Pemeriksaan kualitas air minum isi ulang harus dilakukan secara berkala sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV Tahun 2010. b. Bagi Dinas Kesehatan 1) Mengoptimalkan pengawasan dari tingkat Puskesmas atau Dinas Kesehatan dengan menempatkan tenaga khusus terampil untuk pengawasan air minum isi ulang. 2) Pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha depot air minum perlu ditingkatkan mengingat banyaknya depot yang tidak memeriksakan mutu produk air masih beroperasi dan melayani konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2003. Pedoman dan Pengawasan Higiene Sanitasi Depot Air Minum, Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi WHO dan Depkes RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, 2004. Keputusan Menteri Perindusrtian dan Perdagangan No. 651 Tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2004. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Jawa Barat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Pitoyo, 2005. Dua Jam Anda Tahu Cara Memastikan Air yang Anda Minum Bukan Sumber Penyakit, Solo. Soemirat Slamet, Juli, 2004. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press, 2004 Suprihatin, 2003. Hasil Studi Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang. Makalah pada Seminar Sehari Permasalahan Depot Air Minum dan Upaya Pemecahannya. Suriawiria, U, 2008. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Bandung :Penerbit Alumni.

You might also like