You are on page 1of 0

i

EFEKTIVITAS BIBLIOTHERAPY
UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA
PENDERITA KANKER
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
TAURISTIA MAYDIANA

04.40.0063
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2009
Perpustakaan Unika
ii
Perpustakaan Unika
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
K

Y

Y

Perpustakaan Unika
iv
MOTTO
RISIKO
Tertawa berisiko memperlihatkan kebodohan
Menangis berisiko memperlihatkan kecengengan
Mengemukakan gagasan dan mimpi Anda dihadapan umum
berisiko kehilangan mereka
Mencintai berisiko tidak dicintai
Hidup berisiko mati
Berharap berisiko putus asa
Tetapi risiko harus diambil karena bahaya terbesar dalam hidup
adalah
Tidak mengambil risiko apapun
H a p p y S . T j a n d r a
Ba hwa ma n usia d a p a t men guba h d ir in y a sen d ir i
D a n men gua sa i t a kd ir n y a sen d ir i a d a la h kesimp ula n a ka l y a n g sud a h
men y a d a r i kekua ta n p ikir a n y a n g ben a r
C hr istia n D. L a r so n ( 1 8 6 6 -1 9 5 4 )
Perpustakaan Unika
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis haturkan atas karunia yang melimpah dari
Bapaku sehingga penelitian Efektivitas Bibliotherapy Untuk Mengurangi
Kecemasan pada Penderita Kanker ini dapat terselesaikan dengan baik.
Bimbingan dan kasih dalam banyak cara telah penulis dapatkan dari banyak
pihak selama melakukan penelitian ini, maka dengan ketulusan hati penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Th.Dewi Setyorini S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Unika Soegijapranata Semarang.
2. Bapak Siswanto S.Psi, M.Si atas kesediaan tenaga dan waktunya
membimbing serta memberi masukan bagi penulis dengan penuh
kesabaran dan ketelitian.
3. Bapak Drs. Sumbodo Prabowo S.Psi, M.Si yang banyak memberi
semangat dan nasihat selama menjadi dosen wali.
4. Ibu Christine Wibowo S.Psi, M.Si yang telah memberikan inspirasi
dalam proses pemilihan terapi melalui mata kuliah pilihan Klinis
Kontemporer. Thanks buat bukunya.
5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata atas ilmu dan
bimbingan yang diberikan selama masa studi.
6. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata atas
bantuan dan pelayanan dalam segala urusan administrasi serta surat ijin
penelitian.
7. Nenekku (alm.) ibu Nuning Sugiarti dan temanku (alm.) Yohanes Bayu
yang telah memberikan inspirasi atas penelitian ini.
Perpustakaan Unika
vi
8. Papa, Mama dan Bapak tersayang yang senantiasa telah memberikan
waktu, doa, dukungan, perhatian, semangat, materi, fasilitas, kasih
sayang, serta nasihat yang sangat berharga bagi penulis.
9. Adikku Leni, yang telah menjadi adik sekaligus teman bagi penulis dan
terus memberikan semangat, dukungan dan doa bagi penulis.
10. Dr. Charles, Dr. Dhika, mas Bayu, pak George yang telah memberikan
banyak ilmu, dukungan dan masukan dalam proses kelancaran
penelitian penulis.
11. Para penderita kanker yang telah banyak membantu dan atas
kesediannya dalam proses penelitian penulis. GBU!!
12. Ardine, Maya, Anas, Galuh, Alin,Wiwid yang sejak awal kuliah hingga
kini selalu berbagi suka dan duka, saling memberikan semangat,
dukungan, kerja sama, bantuan dan selalu setia menjadi sahabat-sahabat
terbaik penulis.
13. Cie Eka, mas Galih, mas Bima, mas Arto, Paskalis, Lukas yang telah
menjadi teman sekaligus kakak yang selalu memberikan nasihat,
masukan dan dukungan bagi penulis.
14. Agnes, Rizky, Hari thanks untuk dukungannya selama masa studi.
15. Teman-teman BEM Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata periode
2005-2006 yang memberikan banyak ilmu-ilmu baru dan berbagai
pengalaman unik serta menarik bagi penulis.
16. Teman-teman SENAT Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata periode
2006-2007 yang selalu saling mendukung saat suka maupun duka dan
memberikan banyak pengalaman menarik bagi penulis.
Perpustakaan Unika
vii
17. Teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu,
terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
Semarang, 25 Mei 2009
Penulis
Perpustakaan Unika
viii
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
bibliotherapy dalam mengurangi kecemasan pada penderita kanker.
Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan kecemasaan yang
dialami penderita kanker, sebelum dan sesudah mendapatkan
bibliotherapy. Setelah mendapat bibliotherapy, kecemasan yang
dialami penderita kanker mengalami penurunan Subyek yang
digunakan yaitu dua orang penderita kanker yaitu kanker leher rahim
dan kanker kandungan. Pertemuan dilakuan sebanyak 15 pertemuan
sedangkan bibliotherapy diberikan sebanyak tiga kali pada penderita
kanker dan hasilnya terdapat penurunan kecemasan yang dialami
subyek terhadap penyakitnya. Hal ini terlihat adanya perbedaan skor
pada skala kecemasan (Hamilton anxiety scale dan Death anxiety
scale) yang diberikan, skor posttest semakin rendah setelah diberikan
bibliotherapy bila dibandingkan dengan skor saat pretest pertama
kali.
Kata kunci : bibliotherapy, kecemasan, penderita kanker
Perpustakaan Unika
ix
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL.i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iii
HALAMAN MOTTO...iv
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIHv
ABSTRAKSI .viii
DAFTAR ISI ..........ix
DAFTAR GRAFIK....xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
BAB I PENDAHULUAN......1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Tujuan Penelitian ..9
C. Manfaat Penelitian.9
1. Manfaat Praktis ...9
2. Manfaat Teoritis ....10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............11
A. Kecemasan pada Penderita Kanker 11
1. Kecemasan ..11
a. Pengertian kecemasan .11
b. Macam - Macam Kecemasan ..13
c. Faktor Faktor Kecemasan .15
d. Gejala Gejala Kecemasan .18
Perpustakaan Unika
x
2. Penderita Kanker 20
a. Pengertian Penderita Kanker ...20
b. Stadium Kanker ...22
c. Sifat sifat Neoplasma Ganas (Kanker) .23
d. Penyebab Kanker .24
e. Faktor faktor Kanker 25
1) Faktor yang Menyebabkan Mutasi Sel Kanker .25
2) Faktor Faktor yang Mempengeruhi Angka
Kejadian Kanker 25
f. Beberapa Cara Pengobatan Kanker .25
3. Kecemasan pada Penderita Kanker 26
B. Bibliotherapy ..27
1. Pengertian Bibliotherapy .27
2. Tujuan dari Bibliotherapy ...29
3. Teknik Teknik yang Digunakan dalam Bibliotherapy .30
C. Hubungan Bibliotherapy dengan Kecemasan pada
Penderita Kanker.32
D. Hipotesis .34
BAB III METODE PENELITIAN.35
A. Metode Penelitian ...35
B. Identifikasi Variabel Penelitian ..36
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...36
D. Subyek Penelitian ...38
E. Desain Eksperimen .38
F. Gambaran Pelaksanaan ...39
Perpustakaan Unika
xi
G. Metode Pengumpulan Data 46
1. Skala Kecemasan .46
2. Observasi .47
3. Wawancara ..47
H. Validitas dan Reliabilitas 47
1. Validitas Alat Ukur ..47
2. Reliabilitas Alat Ukur ..48
I. Metode Analisis Data .49
1. Analisis Kuantitatif ..49
2. Analisis Kualitatif ....49
BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN50
A. Orientasi Kancah Penelitian ...50
B. Persiapan Penelitian 51
1. Pemilihan Skala ...51
2. Penyusunan Treatment 51
3. Seleksi Subyek .51
4. Perijinan ...52
C. Pelaksanaan Penelitian ...52
1. Deskripsi Subyek Penelitian ..52
a. Subyek I ...52
b. Subyek II .54
2. Proses Pelaksanaan Terapi .56
a. Subyek I ...56
b. Subyek II .....62
3. Proses Pemilihan Subyek ...67
Perpustakaan Unika
xii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....70
A. Hasil Penelitian ...70
1. Skala Kecemasan ...70
2. Bibliotherapy ..81
B. Pembahasan 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....92
A. Kesimpulan .....92
B. Saran ...92
1. Bagi Penderita Kanker ..93
2. Bagi Penelitian Selanjutnya ..93
DAFTAR PUSTAKA .....94
LAMPIRAN98
Perpustakaan Unika
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Hamilton Anxiety Scale ..70
Grafik 1.1 Suasana hati yang cemas ...71
Grafik 1.2 Ketegangan ....71
Grafik 1.3 Ketakutan ...72
Grafik 1.4 Insomnia 73
Grafik 1.5 Intelect ...74
Grafik 1.6 Perasaan yang tertekan 75
Grafik 1.7 Somatic umum ...75
Grafik 1.8 Sistem kardiovaskuler 76
Grafik 1.9 Sistem pernafasan ..77
Grafik 1.10 Sistem Gastrointestinal ..77
Grafik 1.11 Sitem Gastrourinary ...78
Grafik 1.12 Sistem Automatic ...78
Grafik 1.13 Perilaku saat wawancara 79
Grafik 1.14 Tingkah Laku (secara fisik) ...80
Grafik 2 : Death Anxiety Scale ....80
Perpustakaan Unika
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Manual Skala Kecemasan dan Manual Bibliotherapy..99
A-1 Manual Skala Kecemasan ...100
A-2 Manual Bibliotherapy..101
Lampiran B : Skala Kecemasan 102
B-1 Hamilton Anxiety Scale ...103
B-2 Death Anxiety Scale 104
Lampiran C : Hasil Skala Kecemasan ......105
Lampiran D : Literatur Treatment .106
Lampiran E : Wawancara dan Observasi ..107
Lampiran F : Surat Surat Penelitian ...108
F-1 Surat Ijin Penelitian .109
F-2 Bukti Penelitian ...110
Perpustakaan Unika
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit kanker merupakan jenis penyakit yang banyak dialami
oleh kebanyakan orang terutama pada jaman seperti sekarang. Efek yang
biasanya dialami penderita kanker setelah mengetahui mengenai
penyakitnya tersebut adalah mereka akan merasa cemas. Kecemasan
yang mereka alami biasanya terus ada hingga sisa hidup mereka. Namun
kecemasan ini lebih terlihat jelas saat awal terdiagnosis dan saat
mengalami terminal illness. Sebuah jurnal menunjukkan bahwa dua
belas bulan pada tahun pertama menunjukkan bahwa sebanyak 53%
orang mengalami gangguan stres yang akut (Accut Stress Disorder)
setelah mereka didiagnosis kanker sedangkan enam bulan sesudahnya,
mereka yang didiagnosis tersebut akan mengalami PTSD / Post
Traumatic Stress Disorder (Kangas,dkk. 2005. h. 763).
Awalnya sel sel kanker berasal dari sel sel normal. Setiap orang
memiliki potensi untuk menderita kanker baik itu tua maupun muda,
namun bagaimana sel tersebut dapat tumbuh menjadi kanker atau
menjadi tumor, tergantung bagaimana seseorang memicunya yang salah
satunya berasal dari gaya hidup yang salah seperti merokok, minum
minuman beralkohol dalam jangka waktu yang lama dengan jumlah
yang banyak dan tergantung kuat lemahnya daya tahan tubuh (sistem
imun) yang dimiliki seseorang untuk melawan potensi dari sel kanker
Perpustakaan Unika
2
yang ada pada dirinya tersebut sehingga terjadi proses yang disebut
dengan proses kankerigenik.
Kanker sendiri merupakan suatu penyakit yang menyerang proses
dasar kehidupan sel yang hampir semua mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan pertumbuhan liar
dan penyebaran sel kanker. Penyebab perubahan genom ini adalah
mutasi (perubahan) salah satu gen atau lebih; atau mutasi sebagian besar
segmen utas DNA yang mengandung banyak gen; atau pada beberapa
keadaan, penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen
kromosom. (Guyton. 1990. h.31). Kanker merupakan istilah umum
yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma ganas. Sedangkan untuk
neoplasma jinak sering disebut sebagai tumor.
Normal saja ketika pertama kali seseorang divonis oleh dokter
mengalami kanker, orang tersebut akan merasa panik, cemas bahkan
merasa takut terhadap hidup mereka kelak. Pengetahuan penderita
mengenai kanker yang minim atau bahkan tidak tahu sama sekali juga
dapat memicu rasa cemas yang dialami penderita. Banyak bayangan
yang ditimbulkan atas efek apa saja yang akan penderita alami karena
penyakit yang hingga sekarang belum ditemukan obat yang paling
efektif untuk menyembuhkannya seratus persen. Masalah depresi dan
gangguan kecemasan merupakan hal umum yang ditemukan pada para
pasien yang menderita kanker. (Kangas,dkk. 2005. h. 768). Sel kanker
bersifat membunuh karena jaringan kanker bersaing dengan jaringan
normal dalam memperoleh makanan sehingga sebagai akibatnya
Perpustakaan Unika
3
jaringan normal lambat laun mengalami kematian karena
nutrisi.(Guyton. 1990. h.31).
Banyak usaha untuk menyembuhkan penyakit ini mulai dari
operasi pengangkatan jaringan yang mengandung kanker, radioterapi,
kemoterapi bahkan imunoterapi pun juga telah dicoba untuk mengobati
penyakit ini. Namun mulai dari operasi hingga berbagai macam
macam terapi medis yang diberikan tidak dapat menjanjikan atau
memberikan jaminan pada penderita kanker bahwa penderita kanker
akan terbebas seratus persen dari penyakitnya tersebut. Terutama pada
penderita kanker akut sebab sel kanker telah menyebar keseluruh bagian
tubuh mereka. Hal inilah yang menyebabkan penderita kanker terus
dibayang bayangi rasa takut sehingga mereka akan merasa cemas
mengenai hidupnya bahkan terkadang rasa cemas yang mereka
timbulkan merupakan rasa cemas yang berlebihan.
Kecemasan yang berlebihan inilah yang dapat membuat kondisi
seseorang menjadi lebih drop daripada sebelumnya (saat belum diberi
tahu penyakitnya) karena bayang bayang negatif yang dipikirkannya.
Hal mengenai takut akan kematian inilah yang menjadikan penderita
kanker memiliki kecemasan yang luar biasa. Kecemasan sendiri
merupakan semacam perasaan takut takut atau was was yang terus
menerus yang tidak tentu obyeknya dan tidak tentu pula alasannya.
(Dirgagunarsa. 1975. h.72) Tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh
seorang penderita kanker dalam menghadapi kondisinya tersebut.
Kecemasan yang mereka alami cenderung membuat mereka bingung
untuk harus berbuat apa terhadap diri dan penyakinya tersebut.
Perpustakaan Unika
4
Dokter atau keluarga pasien kanker ini memiliki harapan bila
pasien diberi tahu mengenai kondisi penyakitnya tersebut, diharapkan
pasien tersebut menjadi lebih siap dan menerima keadaan mereka
dengan lebih tenang sehingga menimimalis kecemasan yang akan
timbul bila pasien diberi tahu ketika kondisinya lebih buruk dalam artian
pasien sudah tidak bisa apa apa dan hanya bisa berbaring lemas
ditempat tidur. Diharapkan bila pasien diberi tahu mengenai kondisi
penyakitnya lebih awal, pasien dapat melakukan tahap tahap untuk
proses penyembuhan dengan lebih bersemangat. Hal ini berhubungan
dengan keinginan pasien untuk sembuh, meskipun tidak menutup
kemungkinan bila mereka diberi tahu justru membuat mereka
kehilangan semangat untuk hidup. Namun setidaknya bila mereka diberi
tahu, mereka dapat menjalani proses kesembuhan dengan presentasi
sembuh jauh lebih besar daripada mereka menjalani proses
penyembuhan tanpa tahu apa tujuan dari proses yang sedang
dijalaninya.
Tingkat kecemasan yang dialami oleh masing masing orang ini
berbeda beda tergantung dari stadium yang sedang mereka jalani dan
kapan penderita terdiagnosis kanker. Sedangkan stadium ini tidak dapat
ditentukan secara pasti karena tergantung dari jenis kanker apa yang
sedang dialaminya dan bagaimana kondisi tubuh pasien yang dalam hal
ini maksudnya adalah kekebalan tubuh pasien. Selain itu, stadium yang
dialami oleh pesien hanya dapat ditentukan dokter melalui pemeriksaan
medis secara lebih lanjut. Kecemasan yang dialami oleh pasien menurut
Lazarus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: frustasi, pengalaman
Perpustakaan Unika
5
tidak menyenangkan, konflik, lingkungan, dan self efficacy (dikutip
Nawangsari. 2001. h.14)
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengurangi sedikit
penderitaan dan membantu para penderita kanker ini untuk lebih
menerima kondisi yang sedang dialaminya melalui sebuah terapi yaitu
melalui terapi membaca atau bibliotherapy. Bibliotherapy merupakan
tehnik terapi dengan menggunakan kegiatan membaca. (Herink dan
Goleman. 1980. h.54). Terapi yang pertama kali muncul dari Yunani ini,
menggunakan buku sebagai proses dalam penyembuhannya. Dalam
bibliotherapy ini, buku digunakan untuk membantu seseorang untuk
mengatasi masalahnya dan mencari jalan keluar yang terbaik setelah
orang tersebut membaca suatu bacaan. Dalam prosesnya, antara
fasilitator dengan partisipan (dalam hal ini adalah penderita kanker)
dasarnya adalah saling bertukar pendapat atau sharing mengenai
literatur yang diberikan oleh fasilitator pada partisipan. (Pardeck. 1989).
Hasil sharing antara fasilitator dan partisipan akan membantu subyek
dalam menemukan insigt. Pemberian informasi dalam terapi ini dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan cara membaca
pustaka. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa membaca dapat
mempengaruhi sikap, perasaan dan perilaku seseorang. Pendekatan
membaca pustaka yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku
seseorang sehingga membuat perubahan berpikir disebut rational
bibliotherapy (Novitawati,dkk. 2001. h.253). Penemuan insigt ini akan
berpengaruh pada perilaku subyek dalam menanggapi masalah yang
dalam hal ini adalah kecemasannya terhadap penyakit kanker.
Perpustakaan Unika
6
Peneliti tertarik dengan terapi ini karena dengan Bibliotherapy,
orang diajak untuk menemukan insight yang sesuai dengan yang dibaca
dan membandingkan sendiri dengan pengalaman yang sedang
dialaminya. Selain itu juga membantu mengarahkan pemikiran negatif
yang telah ada pada yang dialami penderita kanker kemudian
menggantinya dengan pemikiran yang positif. Melalui Bibliotherapy,
seseorang diajak untuk lebih aktif untuk merubah pemikirannya menjadi
lebih positif, obyektif terhadap pengalamannya dan terbuka karena
memperoleh insight dari bacaan yang telah dibaca.
Jenis terapi ini dipilih karena diketahui bahwa para penderita
kanker ini kebanyakan juga memiliki masalah dalam hal berkomunikasi
dengan orang lain setelah mereka menderita kanker, para penderita
mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
(www. Bibliotherapy. Com). Rata rata dari mereka akan merasa tidak
berguna dan hanya menyusahkan orang orang disekitarnya saja. Hal
ini akan berakibat sikap menutup diri yang mereka lakukan akan
membuat rasa cemas yang mereka alami tidak akan tersalurkan dengan
baik. Sedangkan perasaan cemas yang tidak dapat tersalurkan tersebut
lama kelamaan akan membuat mereka frustrasi dan semakin jenuh
dalam penyakit yang mereka alami. Selain itu, hal ini juga akan
menghambat dalam proses penyembuhan mereka. Biasanya pasien
pasien yang jarang berkomunikasi akan membuat mereka tidak peduli
dengan hidupnya sehingga mereka tidak akan mau untuk menjalani
berbagai macam proses penyembuhan baik itu operasi maupun terapi
terapi medis lainnya.
Perpustakaan Unika
7
Terapi ini digunakan karena dengan terapi membaca, seorang
pasien penderita kanker dapat memanfaatkan waktunya tujuannya selain
untuk mengisi waktu luang, juga dapat mengalihkan perhatian atau
mengurangi fokus pada penyakitnya. Ketika membaca pasien akan lebih
fokus pada bacaannya dan dapat menenangkan dirinya karena pasien
tidak terlalu memikirkan secara lebih mendalam mengenai penyakitnya.
Dengan demikian penderita kanker ini pun mampu untuk menerima
kondisi yang terjadi dalam dirinya sekarang ini dan dengan penerimaan
diri inilah maka kecemasan yang dialami penderita kanker akan
berkurang sehingga penderita kanker dapat menikmati hidupnya dengan
sikap yang positif. Selain untuk mengisi waktu, melalui kegiatan
membaca pasien akan mengembangkan imajinasi pembacanya dan dapat
memperoleh sesuatu yang berbeda dari buku buku yang dibacanya.
Perolehan sesuatu yang berbeda ini merupakan tambahan insight untuk
membantunya mengurangi kecemasan yang dialaminya dan agar pasien
ini lebih mampu mengontrol emosinya sehingga pasien tidak selalu
merasa bersalah karena penyakit ini dengan berkurangnya kecemasan
yang dialami maka panderita ini pun merasa lebih optimis dengan
hidupnya sehingga efek yang lain adalah penderita mampu bersosialisasi
seperti sedia kala meskipun kadarnya tidak benar benar seperti semula.
Meskipun secara medis terapi ini tidak terbukti dapat
menyembuhkan penyakit para pasien kanker tersebut namun diharapkan
melalui terapi ini pasien dapat mengurangi atau meminimalis masalah
kecemasan yang mereka alami dan lebih dapat mengungkapkan
perasaannya terutama rasa cemas yang dialaminya (memperoleh insight)
Perpustakaan Unika
8
setelah membaca beberapa bacaan yang akan diberikan pada saat
penelitian. Salah satu tujuan dari terapi ini adalah untuk memberi dasar
berpikir pada individu sehingga mereka mengerti masalah yang sedang
mereka hadapi dan mengatasi berbagai hambatan dalam kepribadian
dengan cara mengganti anggapan yang salah dengan pendapat yang
benar (Novitawati,dkk. 2001. h.258) sehingga beban mental yang
dirasakan oleh penderita kanker setelah mereka divonis kanker oleh
dokter dapat berkurang karena penderita dapat mengungkapkan
perasaannya dengan lebih plong atau lebih lega dan bebas, penderita
kanker diharapkan mampu mengurangi kecemasan yang dialaminya dan
mampu untuk lebih menerima secara rasional penyakitnya tersebut.
Selain itu penderita kanker ini juga mampu untuk mengubah
perilakunya untuk lebih terbuka dengan orang orang disekitarnya.
Sebuah jurnal mengatakan, bibliotherapy memiliki jalan yang
potensial untuk mengurangi masalah yang sedang terjadi. Bibliotherapy
menjanjikan penemuan laporan yang menguntungkan pada langkah awal
dalam mengeksplorasi masalah kesehatan umum, hal ini ditunjukkan
bahwa bibliotherapy potensial untuk mengurangi kecemasan yang
dialami oleh anak-anak. (Rapee, dkk. 2006. h.443)
Bila kecemasan yang dialami penderita kanker ini tidak ditangani
dengan lebih intensif, pasien pasien kanker ini akan larut dalam
penderitaan mereka. Pasien pasien ini akan terus merasa tidak berguna
karena terkena penyakit ini, mereka akan putus asa dan yang lebih parah
akan menimbulkan frustrasi yang berkepanjangan. Efek dari hal hal
tersebut dapat membuat pasien kanker ini tidak mau menjalani proses
Perpustakaan Unika
9
penyembuhan. Pasien pasien penderita kanker ini akan cenderung
tidak mempedulikan kondisi fisik mereka dan pasrah pada kondisi yang
dialaminya.
Dalam sebuah jurnal dikemukakan fakta bahwa bibliotherapy pada
orang dewasa dapat membantu dirinya untuk menunjukkan timbal balik
yang baik. Dalam banyak kasus, effication merupakan standar yang
digunakan terapis dalam sebuah treatment yang saling berhubungan.
(Mains & Scogin. 2003)
Akhirnya peneliti tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut
untuk diteliti secara lebih lanjut agar mengetahui lebih detail mengenai
efek yang dapat diperoleh bila seorang penderita kanker memanfaatkan
waktunya untuk membaca dalam proses untuk mengurangi kecemasan
yang dialaminya.
B. Tujuan penelitian
Mengetahui efektivitas bibliotherapy dalam mengurangi kecemasan
pada penderita kanker.
C. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Membantu penderita kanker dalam mengurangi kecemasan
yang dialaminya akibat penyakit kanker yang diderita melalui
suatu terapi yaitu bibliotherapy.
Perpustakaan Unika
10
b. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan bagi perkembangan Psikologi
dibidang klinis dan dibidang kesehatan yang berupa pemanfaatan
bibliotherapy sebagai salah satu usaha dalam proses perolehan
insight dan penerimaan diri para penderita kanker sehingga
mampu mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh penderita.
Perpustakaan Unika
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan pada Penderita Kanker
1. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan
Kecemasan yaitu semacam perasaan takut takut atau was
was yang terus menerus yang tidak tentu obyeknya dan tidak
tentu pula alasannya. (Dirgagunarsa. 1975. h.72). Menurut Priest
kecemasan sebagai bentuk perasaan yang dialami seseorang
ketika berpikir bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan
terjadi. ( Priest. 1994. h.101)
Thallis (1992. h.5) mengemukakan bahwa kecemasan
merupakan tanggapan terhadap situasi yang mengandung
masalah, artinya rasa cemas dapat bertindak sebagai pertanda dan
mempersiapkan individu dalam menanggapi suatu masalah yang
berakhir dengan situasi yang tidak menyenangkan. Selain itu
kecemasan juga dapat diartikan sebagai gangguan alam perasaan
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan. (Hawari. 2001. h.18)
Hurlock mengatakan kecemasan adalah keadaan mental yang
tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang
dibayangkan, ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan dan
perasaan yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh
seseorang, disertai dengan perasaan tidak berdaya karena
Perpustakaan Unika
12
menemui jalan buntu dan disertai pula dengan ketidakmampuan
menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. (Hurlock. 1991.
h.221)
Menurut de Clerq, kecemasan menunjukkan pada keadaan
emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi
interpretasi subyektif dan arousal atau rangsangan fisiologis.
Reaksi badan secara fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat,
menjadi merah, jantung berdebar debar, berkeringat. (de Clerq.
1994. h.48)
Menurut Johnston, kecemasan merupakan suatu pengalaman
emosional yang dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak
menyenangkan, tidak jelas apa yang menyebabkan, yang timbul
karena adanya ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam
tubuh yang secara terus menerus, rasa frustasi, adanya ketidak
puasan, rasa tidak aman dan rasa bermusuhan. (dikutip Hartanti
dan Dwijanti. 1997. h.150)
Berdasarkan pengertian mengenai kecemasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kecemasan merupakan rasa takut atau rasa
khawatir yang mendalam dan berkelanjutan yang merupakan
tanggapan terhadap situasi yang mengandung masalah tetapi
tidak jelas penyebabnya. Hal ini disebabkan karena seseorang
berpikir bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi
dan dapat juga berkenaan dengan sakit yang mengancam atau
yang dibayangkannya disertai dengan perasaan tidak berdaya
Perpustakaan Unika
13
karena menemui jalan buntu dan dengan ketidakmampuan
menemukan pemecahan masalah yang dihadapi.
b. Macam Macam Kecemasan
Menurut Cattle dan Scheier (Dikutip De Clerq. 1994. h.49)
kecemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. State Anxiety
Merupakan reaksi emosi sementara yang timbul pada
situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman. State
Anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktunya.
Keadan ini ditentukan oleh perasaan dan ketegangan yang
subyektif.
2. Trait Anxiety
Kecemasan yang menunjukkan pada ciri atau sifat
seseorang yang cukup stabil untuk mengarahkan seseorang
mempersepsikan suatu keadaan sebagai suatu ancaman
yang disebut anxiety proneness (kecenderungan akan
kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan
berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang
membahayakan atau mengancam dan cenderung untuk
menanggapi dengan reaksi cemas.
Berdasarkan sumbernya, Freud (dalam Koeswara. 1986. h.45)
membagi kecemasan menjadi tiga macam yaitu:
Perpustakaan Unika
14
1. Kecemasan riil adalah kecemasan atau ketakutan individu
terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia
luar.
2. Kecemasan neurotik adalah kecemasan karena tidak
terkendalinya naluri naluri primitif oleh ego yang
nantinya bisa mendatangkan hukuman. Sumbernya berasal
dari dalam diri.
3. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat
tekanan super ego dan ego individu yang telah atau sedang
melakukan tindakan yang melanggar moral.
Menurut Kartono (1985. h.117) kecemasan dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
1. Kecemasan neurotis merupakan kecemasan yang erat
kaitannya dengan mekanisme pertahanan diri yang negatif.
Faktor penyebabnya adalah adanya perasan bersalah dan
berdosa serta mengalami konflik konflik emosional yang
serius dan kronis.
2. Kecemasan psikotis. Kecemasan ini dapat terjadi karena
adanya perasaan bahwa hidupnya terancam dan kacau
balau, adanya kebingungan yang hebat disebabkan oleh
depersonalisasi dan disorganisasi psikis.
Berdasarkan teori teori diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa macam macam kecemasan meliputi State Anxiety dan
Trait Anxiety. Sedangkan berdasarkan sumbernya, macam
kecemasan yaitu kecemasan riil, kecemasan neurotik, kecemasan
Perpustakaan Unika
15
moral dan kecemasan psikosis. Sedangkan yang dialami
penderita kanker adalah jenis State anxiety sebab merupakan
reaksi sementara yang dialami pasien ketika terdiagnosis kanker
yang dirasakan sebagai suatu ancaman dan ditentukan oleh
perasaan tegang yang subyektif. Perasaan cemas ini akan muncul
kembali saat pasien berada pada kondisi terminal illness. Selain
itu, penderita juga termasuk dalam jenis kecemasaan riil sebab
penderita kanker ini merasa bahwa dirinya terancam oleh
penyakit yang menggerogoti tubuhnya namun penderita tidak
mampu menanggulangi penyakit kankernya tersebut.
c. Faktor - Faktor yang Menimbulkan Kecemasan
Thallis (1992. h.19) menyebutkan beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya kecemasan, yaitu:
1. Faktor Individu, yaitu terdiri dari rasa kurang percaya diri,
masa depan tanpa tujuan, ketidak mampuan bekerja.
2. Faktor Lingkungan, yaitu hubungan individu dengan
orang lain, perasaan muncul karena individu merasa tidak
dicintai orang lain, tidak memiliki kasih sayang, tidak
memiliki dukungan.
Menurut Lazarus (dikutip Nawangsari. 2001. h.14) faktor
faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan adalah:
1. Frustrasi
Kecemasan disebabkan oleh trauma yang berkaitan
dengan ketidak berdayaan ego ketika dihadapkan dengan
Perpustakaan Unika
16
kenyataan. Keadaan dalam lingkungan kehidupan manusia
yang dipenuhi oleh berbagai perubahan dan peristiwa yang
menimbulkan ancamanancaman mengakibatkan manusia
menjadi tidak berdaya dan dapat menimbulkan
kecemasan.
2. Pengalaman tidak menyenangkan
Suatu pengalaman perasaan yang menyakitkan yang
ditimbulkan oleh ketegangan ketegangan dalam alat-alat
intern dari tubuh dapat menyebabkan kecemasan.
Ketegangan ketegangan tersebut akibat dari dorongan
dorongan dari dalam dan luar tubuh.
3. Konflik
Konflik timbul dalam situasi dimana terdapat dua atau
lebih kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan yang tidak
bersesuian dan menyebabkan salah satu organisme merasa
ditarik kearah dua jurusan yang berbeda sekaligus dan
menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak.
4. Lingkungan
Seseorang yang berada dalam sebuah lingkungan yang
tidak menyenangkan dan situasi tersebut berada di luar
kendali dan menekan, maka ia akan merasa cemas.
Penyesuaian diri dengan lingkungan, seperti bagaimana
cara pandang terhadap lingkungan akan mempengaruhi
tingkat kecemasan seseorang. Cara pandang manusia
terhadap lingkungan itu relatif, tergantung pada
Perpustakaan Unika
17
bagaimana interaksi yang terjadi antara individu beserta
seluruh sifat sifat pribadi dan pengalaman masa lalunya
dengan lingkungan dimana ia berada
5. Self efficacy
Individu dengan self efficacy yang tinggi cenderung
tidak mudah cemas dibandingkan dengan individu yang
self efficacy rendah. Hal ini disebabkan, individu yang
memiliki self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan
yang tinggi bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang
dianggapnya sebagai ancaman, termasuk kecemasan.
Menurut Scholten (2006) faktor faktor yang berpengaruh
terhadap kecemasan adalah:
1. Kemampuan individu dalam mengatasi stress
2. Pemakaian obat obatan yang mempengaruhi sistem
saraf (seperti kafein, alkohol, kokain, nikotin, amfetamin
dan beberapa tanaman obat)
3. Faktor biologis, seperti kimia otak yang tidak seimbang
dan sifat-sifat kepribadian.
4. Persepsi yang salah dan keyakinan irasional
5. Konflik emosional yang tidak terselesaikan.
6. Jenis kelamin. Wanita lebih mudah mengalami stress
dibanding pria
7. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan
kecemasan
8. Menghadapi situasi yang penuh dengan stress
Perpustakaan Unika
18
9. Strategi koping yang tidak efektif
10. Memiliki sejarah trauma fisik atau psikologis
11. Dukungan sosial dari keluarga dan teman
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan terdiri atas: Faktor
individu atau internal seperti frustrasi, pengalaman tidak
menyenangkan, self efficacy, kemampuan dalam mengatasi
stress, konflik emosional yang tidak terselesaikan, menghadapi
situasi yang penuh dengan stress, strategi koping yang tidak
efektif dan Faktor lingkungan atau eksternal seperti lingkungan
itu sendiri, memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan
kecemasan, dukungan dari keluarga dan teman, pemakain obat
obatan yang memiliki efek pada sistem syaraf.
Faktor kecemasan yang berkaitan dengan penderita kanker
adalah faktor individu, yaitu terdiri dari rasa kurang percaya diri
akan masa depan yang tanpa tujuan, menghadapi situasi yang
penuh dengan stress, frustrasi akan penyakit yang dialaminya.
Faktor Lingkungan, yaitu hubungan individu dengan orang lain,
merasa tidak memiliki dukungan baik dari keluarga maupun dari
orang lain
d. Gejala Gejala Kecemasan
Daradjat (dikutip Hartanti dan Dwijanti. 1997. h.151) dan
Schoten (2006) menyatakan bahwa gejala kecemasan terdiri dari:
1. Gejala Fisik
Perpustakaan Unika
19
Ujung ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur,
detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak
nyenyak, kepala pusing, nafsu makan hilang dan sesak
nafas.
2. Gejala Psikologis
Adanya rasa takut, perasaan akan tertimpa bahaya atau
kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak
berdaya, rendah diri, hilangnya rasa kepercayaan diri,
tidak tentram dan ingin lari dari kenyataan hidup.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III (1993. h.268) gajala-gejala
kecemasan meliputi:
1. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan prevasif
2. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih
rendah dari orang lain.
3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial.
4. Keengganan untuk melibatkan diri dengan orang lain
kecuali merasa yakin akan disukai
5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keadaan fisik
6. Menghindari aktifitas sosial atau pekerjaan yang banyak
melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Perpustakaan Unika
20
Menurut Hawari (2001. h. 66 67) gejala gejala yang sering
dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan,
antara lain:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
3. Takut sendirian, takut pada keramain, mudah terkejut
4. Gangguan pola tidur, mimpi mimpi yang menegangkan
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
6. Keluhan keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot
dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar
debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala.
Berdasarkan beberapa teori tersebut, dapat disimpulkan
bahwa gejala-gejala kecemasan dibagi dua yaitu gejala fisik yang
meliputi gangguan pola tidur, keluhan keluhan somatik seperti
berdebardebar, sesak nafas,gangguan pencernaan, sakit kepala,
pendengaran berdenging (tinitus), rasa sakit pada otot dan tulang.
Selain itu juga terdapat gejala psikologis yang meliputi perasaan
tegang dan takut yang menetap dan prevasif, cemas, khawatir,
firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
dan berusaha menghindari aktifitas sosial yang berhubungan
dengan dunia luar .
Perpustakaan Unika
21
2. Penderita Kanker

a. Pengertian Penderita Kanker
Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang proses
dasar kehidupan sel, yang hampir semua mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan
pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker. Penyebab
perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen
atau lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang
mengandung banyak gen; atau pada beberapa keadaan,
penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen
kromosom. (Guyton. 1990. h.31)
Neoplasma secara harafiah berarti pertumbuhan baru, adalah
massa abnormal dari selsel yang mengalami proliferasi. Sel
sel neoplasma berasal dari selsel yang sebelumnya normal,
selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh
derajat otonomi tertentu. Kanker adalah istilah umum yang
dipakai untuk menunjukkan neoplasma ganas sedangkan tumor
adalah istilah untuk menyebut neoplasma jinak dan ada banyak
tumor atau noeplasma lain yang tidak bersifat kanker. (Price
dan Wilson. h. 114-115). Karsinogenesis ialah proses
pembentukan neoplasma atau tumor. (Pringgoutomo. 2002.
h.191)
Sel kanker bersifat membunuh karena jaringan kanker
bersaing dengan jaringan normal dalam memperoleh makanan.
Karena sel kanker melakukan proliferasi. Dapat dengan mudah
Perpustakaan Unika
22
dimengerti bahwa sel kanker pada hakekatnya segera menuntut
semua nutrisi yang tersedia untuk tubuh. Sebagai akibatnya
jaringan normal lambat laun mengalami kematian karena
nutrisi.(Guyton. 1990. h.31). Pasien adalah orang yang
menderita sakit atau orang yang dirawat oleh dokter. (Santoso
dan Priyanto. 1995. h.260) Penderita kanker adalah seseorang
yang menderita penyakit kanker.
Jadi pasien atau penderita kanker adalah orang yang
menderita penyakit kanker atau orang yang dirawat oleh dokter
yang memiliki penyakit yang menyerang proses dasar
kehidupan sel, yang hampir semua mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan
pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker
b. Stadium Kanker
Stadium pada penderita kanker ini tidak dapat diidentifikasi
secara jelas oleh orang awam sebab stadium ini tergantung pada
sistem kekebalan tubuh pada masing masing orang.
Pembagian stadium didasarkan pada perkiraan progresivitas
dari neoplasma yang berada didalam tubuh penderita dan hal ini
akan lebih akurat bila diperiksa menggunakan alat-alat medis
seperti radiologi. (Price dan Wilson. h. 125)
Penentuan derajad dan tingkat keganasan tumor ganas
(kanker) sangat penting karena berguna untuk: (a) perencanaan
pengobatan, (b) petunjuk prognosis, (c) pertukaran informasi
Perpustakaan Unika
23
antar berbagai pusat pengobatan kanker. Penentuan keganasan
secara holistik (grading) berdasarkan derajat diferensiasi suatu
tumor ganas dan jumlah mitosis yang dilihat pada pemeriksaan
mikroskopik. Pada umumnya dibagi atas 4 tingkat derajat
keganasan. Derajat keganasan I (rendah) sel tumor
berdiferensiasi baik dan mitosis sedikit, sedangkan derajat
keganasan IV (tinggi) sel tumor berdiferensiasi buruk atau tidak
berdiferensiasi dan jumlah mitosis tinggi. Kebanyakkan tumor
ganas berkembang ke tingkat yang lebih tinggi sebagai akibat
dari sel tumor yang semakin kurang diferensiasinya. Pada
umumnya tumor yang derajat keganasannya rendah,
prognosisnya baik. (Pringgoutomo. 2002. h.186)
Penentuan stadium suatu tumor ganas ialah penentuan klinis
dan histopatologik berdasarkan ukuran tumor primer, ada atau
tidak penyebaran ke kelenjar getah bening regional dan ada atau
tidak penyebaran jauh (metastatis). (Pringgoutomo. 2002.
h.186)
c. Sifat sifat neoplasma ganas (kanker)
1. Antisosial terhadap sel sel normal
2. Tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara
progresif jika tidak dibuang.
3. Tidak sekohesif sel jinak sehingga penyebarannya sering
kali sangat tidak teratur
Perpustakaan Unika
24
4. Cenderung tidak berkapsul dan biasanya tidak mudah
dipisahkan dari sekitarnya
5. Neoplasma ganas ini cenderung menyerbu dan bukan
mendesak kesamping sehingga bersifat destruktif
6. Sel sel neoplasma ganas yang berpoliferasi mampu
untuk melepaskan diri dari tumor induk dan memasuki
sirkulasi untuk menyebar ketempat lain
7. Memiliki kemampuan untuk menginvasi jaringan normal
dan kemampuan untuk membentuk metastasis.
(Price dan Wilson. h. 115-117)
d. Penyebab Kanker
Segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kanker disebut
karsinogen. Karsinogen dapat dibagi ke dalam 4 golongan:
(Pringgoutomo. 2002. h.201)
1. bahan kimia
kebanyakan karsinogen kimia adalah pro-karsinogen,
yaitu karsinogen yang memerlukan perubahan metabolis
agar menjadi karsinogen aktif sehingga dapat
menimbulkan perubahan pada DNA, RNA atau protein
sel tubuh. Contohnya kanker kulit.
2. virus
Virus yang bersifat karsinogen disebut virus onkogenik.
Berbagai penelitian dapat diketahui baik virus DNA
maupun virus RNA dapat menimbulkan transormasi sel.
Perpustakaan Unika
25
3. radiasi (ion dan nonionisasi)
Radiasi yang menimbulkan mutasi bertindak sebagai
inisiator dan hambatan imunitas bertindak sebagai
promotor.
4. agen biologik
disebabkan oleh hormon, mikotoksin dan parasit.
e. Faktor faktor penyebab kanker
1) Beberapa faktor yang menyebabkan mutasi sel kanker
a. Radiasi ionisasi
b. Zat kimia tertentu yang dimakan karsinogen
c. Beberapa virus
d. Iritasi fisik
e. Predisposisi herediter
(Guyton. 1990. h. 31)
2) Faktor faktor yang mempengaruhi angka kejadian
kanker, yaitu: jenis kelamin, umur, ras (suku bangsa),
lingkungan (jenis pekerjaan, kebiasaan sosial), geografik,
herediter, penyakit pre-neoplastik. (Pringgoutomo. 2002.
h.209)
f. Beberapa cara pengobatan kanker
Setiap cara berusaha untuk membuang jaringan kanker
sedemikian rupa sehingga banyaknya jaringan normal yang ikut
Perpustakaan Unika
26
dibuang atau dirusak masih dapat diterima. Cara cara tersebut
antara lain:
1. operasi pengangkatan jaringan yang mengandung kanker.
2. radioterapi yaitu memberikan ionisasi pada neoplasma
3. kemoterapi yaitu dengan memaparkan sel sel kanker
yang berpoliferasi dan sel sel normal terhadap berbagai
macam agen sitotoksik
4. pemberian obat secara sistemik
5. imunoterapi. Sel-sel kanker sering memiliki perbedaan
secara antigen dengan sel normal, perbedaan ini dapat
membangkitkan reaksi imunologik.
(Price dan Wilson. h.125-126)
3. Kecemasan pada Penderita Kanker

Berdasarkan pengertian mengenai kecemasan dan penderita
kanker yang telah dijabarkan sebelumnya maka yang dimaksud
dengan kecemasan pada penderita kanker adalah perasaan takut dan
khawatir yang mendalam dan berkelanjutan yang merupakan
tanggapan terhadap situasi yang mengandung masalah yang sedang
dialami oleh penderita kanker.. Hal ini disebabkan karena seseorang
berpikir bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dan
dapat juga berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang
dibayangkannya.
Hal ini disebabkan karena kanker tidak dapat disembuhkan
seratus persen sebab sel kanker bersifat membunuh karena jaringan
Perpustakaan Unika
27
kanker bersaing dengan jaringan normal dalam memperoleh
makanan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya obat yang pasti
untuk menyembuhkan penyakit kanker ini sehingga orang akan
cemas mengenai kelangsungan hidupnya.
B. Bibliotherapy
1. Pengertian Bibliotherapy

Benjamin Rush (1915) dan John Galt (1853) adalah dua
dokter Amerika yang mengawali bibliotherapy. Mereka
merekomendasikan membaca sebagai bagian dari terapi yang
berdasarkan pada teori rational behavior therapy yang kemudian
disebut rational bibliotherapy.
Tujuannya adalah untuk memberi dasar berpikir kepada
individu sehingga mereka mengerti masalahnya, serta bertujuan
mengatasi berbagai hambatan dalam kepribadian dengan cara
mengganti anggapan anggapan yang salah dengan pendapat
pendapat yang benar. Rational behavior therapy berpendapat
bahwa perilaku manusia dibentuk oleh tiga komponen yaitu:
kognisi, emosi dan fisik (Novitawati,dkk. 2001. h.258 259)
Bibliotherapy merupakan turunan dari psikoanalisis. Terapi
ini mengunakan buku sebagai medianya. Baik itu berupa buku
bacaan maupun buku diary yang dapat digunakan untuk menulis
apapun yang dialami oleh seseorang. Bibliotherapy adalah tehnik
terapi dengan menggunakan kegiatan membaca. (Herink dan
Goleman. 1980. h.54)
Perpustakaan Unika
28
Bibliotherapi adalah teknik yang menggunakan bacaan dari
literatur. Dipercaya bahwa membaca dapat berakibat sikap,
perasaan dan tingkah laku individu menjadi lebih dewasa setelah
membacanya sendiri. (Sclabassi. 1973)
Bibliotherapy adalah teknik klinis yang merekomendasikan
buku pada klien untuk membimbing dalam memecahkan
masalahnya. Definisi yang lain mengatakan bahwa bibliotherapy
adalah teknik untuk berinteraksi secara terstruktur antara fasilitator
dan partisipan dengan dasar berbagi pengalaman yang saling
menguntungkan dari sebuah literatur. Bibliotherapy menampilkan
secara umum kesuksesan terapi dalam menyesuaikan diri. Buku
dapat membantu klien untuk berpandangan obyektif terhadap
pengalamannya, memahami secara lebih baik dan bergerak ke arah
perilaku dan hubungan dengan orang lain yang positif dalam
kehidupan. (Jake. 2001)
Bibliotherapy dapat didefinisikan sebagai penggunaan buku
untuk membantu orang dalam memecahkan masalahnya. Dalam
review sebuah literatur dari akibat bibliotherapy, ditemukan bahwa
mayoritas pembelajaran menunjukkan hasil yang bercampur dari
kemanjuran dari treatment yang terpisah dari bibliotherapy untuk
memecahkan masalah. Bibliotherapy menampilkan secara umum
kesuksesan terapi dalam menyesuaikan diri. (Aiex. 1993)
Bibliotherapy adalah menggunakan membaca buku sebagai
jalan untuk menyembuhkan dirimu, gain insight atau memecahkan
masalah. Bibliotherapy adalah proses yang dinamis, maksudnya
Perpustakaan Unika
29
adalah bahwa pembaca bertemu dengan pengarang dalam halaman
buku tersebut dan pembaca membacanya, dialog mulai
mendapatkan tempat diantara dua dari diri pembaca. Pembaca
menafsirkan apa yang dibacanya dalam penerangan dari
pengalamanmu dan dengan demikian menjadi bagian dari buku
tersebut. (White. 2000-2005)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bibliotherapy adalah sebuah teknik yang
menggunakan buku sebagai media dalam terapinya untuk
menyelesaikan masalah yang dialami oleh klien, teknik untuk
berinteraksi secara terstruktur antara fasilitator dan partisipan
dengan dasar berbagi pengalaman yang saling menguntungkan dari
sebuah literatur. Membaca buku juga dapat memberi jalan untuk
menyembuhkan diri dari sebuah masalah karena tujuan utamanya
adalah perolehan insight. Dengan perolehan insight yang sudah
disharingkan dengan terapis inilah yang menampilkan secara
umum kesuksesan terapi membaca ini dalam menyesuaikan diri
baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.
2. Tujuan dari Bibliotherapy

Tujuan yang dapat diperoleh dengan menggunakan
bibliotherapy adalah: (Jake. 2001 dan Aiex. 1993)
a. untuk membangun konsep diri secara individual.
b. untuk menambah pemahaman individu atas perilaku manusia
atau motivasi
Perpustakaan Unika
30
c. untuk mengasuh penilaian diri yang jujur dari individu
d. untuk mendapatkan keuntungan atas jalan untuk orang yang
menemukan ketertarikan diluar dirinya
e. untuk mengurangi tekanan emosional atau mental
f. untuk menunjukkan pada individu bahwa dia bukan yang
pertama atau hanya dia yang menjumpai masalah tersebut.
g. untuk menunjukkan pada individu bahwa disana (buku) ada
lebih dari satu solusi mengenai masalahnya.
h. untuk membantu orang mendiskusikan masalahnya secara
lebih bebas
i. untuk membantu individu merencanakan arah jalan yang
konstruktif dari aksi untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan tujuan - tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari bibliotherapy adalah untuk membantu individu dalam
membangun konsep diri dan menambah motivasi yang
diperolehnya dari buku karena didalam buku terdapat lebih dari
satu solusi mengenai masalahnya sehingga mampu mengurangi
tekanan emosional yang dialaminya.
3. Teknik Teknik yang Digunakan dalam Bibliotherapy

Richie Herink dan Goleman, Daniel. (1980. h.55) menentukan
teknik yang digunakan adalah:
a. Buku bacaan yang disarankan: bisa berupa buku buku
pendidikan dan dapat pula buku buku fiktif atau non fiktif
yang menampilkan perilaku manusia.
Perpustakaan Unika
31
b. Pembaca diminta mengambil inti dari cerita dan
mengaitkannya dengan masalah yang dihadapi.
Empat langkah dasar yang harus diikuti dalam penggunaan
bibliotherapy adalah: (White. 2000-2005)
a. Berharap. Perilaku penuh harapan dan keseriusan.
b. Membaca. Mulai membaca buku yang diberikan.
c. Mengevaluasi. Mengevalusi apa yang sudah diperoleh dari
bacaan tersebut bersama dengan terapis atau teman dekat.
d. Berkreasi. Menuangkan apa yang ada dalam pikiran
pembaca setelah memperoleh sesuatu dari yang dibacanya.
Hal ini bisa melalui tulisan, gambar atau yang lain.
Ada dua macam teknik yang dikemukan Maria Novitawati,dkk
(2001. h.259) dalam jurnalnya, yaitu:
a. Pustaka Didakti.
Bertujuan untuk memfasilitasi suatu perubahan didalam
individu melalui pemahaman diri yang lebih bersifat
kognitif.
b. Pustaka Imajinatif
Merujuk pada presentasi perilaku manusia dengan cara yang
dramatis
Berdasarkan penjabaran mengenai teknik teknik bibliotherapy
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik teknik yang dapat
digunakan adalah pustaka didakti dan pustaka imajinatif kemudian
pembaca diajak untuk mengambil inti dari buku yang dibacanya
tersebut. Tahap berikutnya adalah pembaca diajak untuk berharap,
Perpustakaan Unika
32
membaca, mengevaluasi hasil bacaannya dengan terapis dan
kemudian berkreasi sesuai dengan insight yang telah diperolehnya
dari bacaan yang telah dibacanya.
C. Hubungan Bibliotherapy dengan Kecemasan pada Penderita
Kanker
Sel kanker yang ada pada manusia memiliki sifat membunuh
sehingga mengakibatkan timbul kecemasan pada diri seseorang yang
menderita penyakit tersebut. Penderita merasa cemas karena harus
berhadapan dengan penyakit yang mematikan tersebut. Kecemasan yang
dialami oleh penderita kanker ini sebenarnya jelas bentuknya yaitu
kekhawatiaran akan penyakit kanker namun yang membuat penderita
kanker ini cemas adalah penderita tidak mampu menangani penyakit
dideritanya atau berbuat sesuatu untuk mengurangi rasa sakit yang
dialaminya, penyakit ini semakin lama membuat kekebalan tubuh
penderitanya menjadi melemah karena kekurangan nutrisi akibat berebut
dengan sel kanker.(Guyton. 1990. h.31).
Keadaan seperti inilah yang membuat penderita semakin
bertambah cemas setiap harinya ditambah lagi kekhawatiran akan
datangnya kematian akibat penyakit ini meskipun tidak datang dengan
cepat, namun rasa khawatir dan takut tersebut tetap ada. Kekhawatiran
ini juga disebabkan karena penderita tidak dapat menentukan sendiri
pada stadium berapa mereka saat ini. Oleh karena tidak dapat
memastikan dirinya pada stadium berapa, maka orang menjadi cemas
Perpustakaan Unika
33
karena pendeteksian stadium hanya dapat dilakukan melalui
pemerikasaan yang dilakukan dokter.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
meminimalis kecemasan yang dialami penderita kanker adalah dengan
menggunakan bibliotherapy. Bibliotherapy yang merupakan jenis terapi
melalui media buku sebagai proses perolehan insihgt, dalam penelitian
ini buku dianggap memiliki kemampuan untuk membantu seseorang
dalam perolehan insight tanpa bantuan orang lain yang kemudian
perolehan insight tersebut baru dikonsultasikan atau didiskusikan
bersama dengan terapis atau orang yang dianggap dekat dengan
pembaca. Buku dapat membantu klien untuk berpandangan obyektif
terhadap pengalamannya, memahami secara lebih baik dan bergerak ke
arah perilaku dan hubungan dengan orang lain yang positif dalam
kehidupan. (Jake. 2001). Penderita dibantu untuk lebih optimis dalam
menghadapi hidupnya dan diajak untuk kembali melakukan komunikasi
dengan lingkungan sekitarnya.
Apabila seseorang dapat secara aktif menggunakan bibliotherapy
untuk membantu mengatasi masalahnya maka terapi itu juga akan dapat
membantu orang tersebut untuk mendapatkan kekuatannya kembali.
Usaha orang tersebut untuk memahami apa yang telah dibacanya dan
usaha untuk membandingkan dan menyeimbangkannya pada suatu
pengalaman yang baru, dengan penuh harapan memperoleh keuntungan
dengan jalan berpikir dan merasakannya. (White. 2000-2005)
Salah satu jurnal menunjukkan bahwa Rational bibliotherapy yang
diberikan membawa perubahan yang signifikan dalam perubahan
Perpustakaan Unika
34
perilaku merokok. Hal ini menunjukkan bahwa upaya memberikan
informasi secara selektif, sistematik mengenai dampak negatif bagi fisik
terhadap perokok ringan dapat memunculkan kesadaran akan
pentingnya mengubah perilaku merokoknya. (Novitawati,dkk. 2001.
h.264). Jurnal lain juga menyebutkan bahwa Bibliotherapy menjadi
permasalahan penting karena mengarah pada pengurangan kecemasan
pada anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan. Bibliotherapy
juga dapat meminimalisir stigma terhadap anak-anak dan dapat
meningkatkan fleksibilitas yang tinggi bagi anak-anak. (Rapee dan
Lyneham. 2006. h.443)
Bibliotherapy dapat secara efektif mengurangi kecemasan pada
penderita kanker terutama bila dilakukan dengan intensitas yang lebih
rutin dan lebih sering.
D. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas maka hipotesis yang
diajukan adalah Ada perbedaan kecemasaan yang dialami penderita
kanker, sebelum dan sesudah mendapatkan bibliotherapy. Setelah
mendapat bibliotherapy, kecemasan yang dialami penderita kanker
mengalami penurunan.
Perpustakaan Unika
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini mengunakan metode penelitian yang sifatnya
kualitatif dan kuantitatif karena data yang diperoleh berupa data angka
dan data yang diuraikan secara deksriptif
1. Quasi Eksperimen
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase
experimental design) yang merupakan sebuah desain penelitian
untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan
kasus tunggal. Desain eksperimen kasus tunggal digunakan
untuk mengetahi efek suatu perlakuan dengan jalan
membandingkan kondisi atau performansi subyek dari waktu ke
waktu. (Latipun. 2002. h.99). suatu desain eksperimen tunggal
diperlukan dan diharuskan melakukan pengukuran keadaan awal
(baseline) sebagai fungsi pretest. Baseline berfungsi sebagai
landasan pembanding untuk menilai keefektifan suatu perlakuan.
(Latipun. 2002. h.101)
Penelitian ini menggunakan metode tersebut karena
diberikannya suatu treatment berupa terapi membaca atau
bibliotherapy pada subyek penderita kanker dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kecemasaan yang dialami
penderita kanker sebelum, selama dan sesudah mendapatkan
Perpustakaan Unika
36
bibliotherapy dan seberapa efektif penurunan kecemasan yang
dialami setelah mendapatkan treatment tersebut. Dalam
penelitian ini tidak menggunakan eksperimen murni sebab
subyek berada pada kondisi yang tidak terstruktur dalam arti
kondisi subyek (berkaitan dengan kondisi tubuhnya) tidak dapat
ditentukan dan dikontrol dengan pasti.
2. Deskriptif
Metode deskriptif adalah usaha mengungkapkan suatu
masalah apa adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan
fakta. (Wasito. 1997. h.10). Tujuan penelitian deskriptif yaitu
akan menghasilkan data yang sifatnya deskriptif seperti transkip
wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman video dan
lain sebagainya. (Poerwandari. 1998. h. 29)
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Tergantung : Kecemasan pada penderita kanker
2. Variabel Bebas : Bibliotherapy
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung: Kecemasan pada penderita kanker
Kecemasan pada penderita kanker adalah perasaan takut dan
khawatir yang mendalam dan berkelanjutan yang merupakan
tanggapan terhadap situasi yang mengandung masalah yang sedang
dialami oleh penderita kanker. Hal ini disebabkan karena
Perpustakaan Unika
37
seseorang berpikir bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan
terjadi dan dapat juga berkenaan dengan sakit yang mengancam
atau yang dibayangkannya misalnya saja kanker.
Kecemasan diukur dengan alat ukur Hamilton Anxiety Scale
dan Death Anxiety Scale (Schutte dan Malouff. 1995. h.156 157
dan h. 176). Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi kecemasan
yang dimiliki. Menurunnya kecemasan ditunjukkan dengan adanya
penurunan grafik pada data baseline (sebelum terapi), selama terapi
dan post test (setelah terapi).
2. Variabel Bebas: Bibliotherapy
Bibliotherapy adalah sebuah teknik yang menggunakan buku
sebagai media dalam terapinya untuk menyelesaikan masalah yang
dialami oleh klien, teknik untuk berinteraksi secara terstruktur
antara fasilitator dan partisipan dengan dasar berbagi pengalaman
yang saling menguntungkan dari sebuah literatur. Membaca buku
juga dapat memberi jalan untuk menyembuhkan diri dari sebuah
masalah karena tujuan utama dari terapi ini adalah perolehan
insight untuk mengubah perilaku yang telah ada.
Buku yang digunakan adalah Menjadikan Hidup Penuh
Makna: Bunga Rampai, 63 renungan hati untuk mencapai
ketenangan jiwa dan menyembuhkan penyakit karangan Darmo
Rahardjo (2006). Buku kedua yang digunakan yaitu The Secret,
Rahasia karangan Rhonda Byrne (2008). Judul judul yang
digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan penderita kanker
yang bertujuan untuk memperbanyak peroleh insight agar dapat
Perpustakaan Unika
38
mengurangi kecemasan yang dialaminya dan sebagai motivasi
hidup bagi penderita.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pasien yang baru divonis dokter menderita
kanker dan mengalami kecemasan. Subyek ini dipilih sebab pasien
kanker yang mengalami kecemasan biasanya adalah pasien yang baru
divonis dokter dan yang akan menjelang terminal. Namun tidak
digunakan pasien terminal sebab hal ini berkaitan dengan waktu
penelitian.
E. Desain Eksperimen
Desain Eksperimen yang digunakan adalah Single-Case
Experimental Design (quasi eksperiment) desain A-B-A (Shaughnessy
dan Zechmeister. 1994. h.314)
Pengukuran baseline (keadaan awal) diulangi sampai stabilitas
dianggap cukup, kemudian perlakuaan diberikan dan sejumlah
pengukuran dilakukan selama dan sesudah perlakuaan.
Desain
O1 O1 O1 X1 O2 X2 O2 X3 O2 O3 O3 O3
Pre Test Treatment Post Test
Keterangan:
O1 : Baseline (pre test)
Perpustakaan Unika
39
Merupakan tahap awal dalam pengukuran kecemasan yang
dialami penderita kanker. Tujuannya untuk mengetahui skor
awal kecemasan penderita sebelum mendapatkan treatment.
Pre test dilakukan beberapa kali hingga mendapatkan
keadaan yang cukup stabil
X1,2,3 : Treatment
Merupakan perlakuan yang diberikan pada subyek yang
berupa pemberian bacaan
O2 : Pengukuran kecemasan setelah treatment
untuk mengetahui kecemasan subyek selama pemberian
treatment
O3 : Baseline (post test)
Post test merupakan pengukuran akhir setelah diberikan
treatment /terapi. Post test menggambarkan perkembangan
kecemasan penderita kanker.
F. Gambaran Pelaksanaan: Bibliotherapy
1. Persiapan
a. Menyiapkan literatur/bacaan yang akan diberikan pada
subyek sebab setiap minggunya bacaan yang diberikan
berbeda beda.
b. Menanyakan kegemaran / hobi subyek. Tujuannya untuk
mempermudah tahap creating.
c. Menyiapkan peralatan untuk Tahap IV (Creating) yang
sesuai dengan masing masing subyek.
Perpustakaan Unika
40
2. Pelaksanaan Terapi
Terapi dilakukan sebanyak 15 kali pertemuan mulai dari pre
test hingga post test. Terdapat tiga kali pertemuan untuk pre test,
tiga kali pertemuan untuk terapi termasuk pengukuran kecemasan
selama treatment (O2) dan tiga kali pertemuan untuk post test.
Masing masing subyek diberi tiga macam bacaan yang diberikan
secara berkala setiap minggunya. Setiap bacaan yang diberikan
akan dibagi dalam empat tahap dan diselesaikan dalam dua kali
pertemuan dan dipertemuan yang ke tiga diadakan pengukuran
kecemasan (O2) mengenai perubahan kondisi kecemasan yang
dialami subyek setelah menjalani terapi atau treatment. sebelum
diberikan post test yang terakhir, akan diberikan waktu selama
seminggu untuk mengendapkan perolehan insight yang telah
didapat selama treatment kemudian diberikan post test untuk
mengukur kembali kecemasan yang dialami subyek.
Tahapan tahapan Bibliotherapy yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
Tahap I: Hoping / berharap
Pada tahap ini subyek diajak untuk berharap mengenai
penyakitnya, hasil apa yang akan dicapainya setelah
membaca dan harapan harapan lain yang ingin
dicapainya.
Perpustakaan Unika
41
Tahap II: Reading / membaca
Subyek mulai diajak untuk membaca literatur yang
diberikan dan membuat catatan kecil mengenai literatur
yang dibaca bila dianggap perlu atau penting bagi subyek.
Tahap III: Evaluating
Mendiskusikan apa yang sudah dibaca, sharing,
membahas apa yang dapat dilakukan setelah mendapatkan
insight dari literatur yang diberikan.
Tahap IV: Creating / membuat suatu kreasi (berkreasi)
Menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan insight yang
diperolehnya. Misalnya menggambar, menulis puisi, dll.
PERTEMUAN 1

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai tahap awal untuk mengetahui kecemasan
subyek sebelum diberikan Bibliotherapy
PERTEMUAN 2

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale. Tujuannya untuk mengetahui kecemasan subyek
sebelum diberikan Bibliotherapy
PERTEMUAN 3

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai penentu baseline kecemasan sebelum
pemberian treatment.
Perpustakaan Unika
42
PERTEMUAN 4

Tahap I = Pada tahap ini subyek diajak untuk berharap
mengenai penyakitnya, hasil apa yang akan
dicapainya setelah membaca dan harapan
harapan lain yang ingin dicapainya.

Tahap II = Subyek mulai diajak untuk membaca literatur
yang diberikan dan membuat catatan kecil
mengenai literatur yang dibaca bila dianggap
perlu atau penting bagi subyek. Judul bacaan
yang diberikan pada terapi yang pertama ini
yaitu Membantu Dokter Mendiagnosis
Penyakit; Penyakit Sering Kali Tidak Berdiri
Sendiri; Pengaruh Kebahagiaan Pada
Kesehatan Tubuh; Kebahagiaan Datangnya
Dari Dalam Bukan Dari Luar; Apa Yang Kita
Pikirkan Cenderung Terjadi; Berdoa, Bekerja
Dan Pasrah; Sesuatu Yang Tak Dapat Diubah
Harus Kita Terima; Mengapa Saya Mengalami
Semua Ini?; Menghadapi Cemas, Gelisah,
Takut, Panik; Kemauan Untuk Hidup; Hati
Yang Gembira Adalah Obat Yang Manjur.
Subyek diberikan tenggang waktu untuk
membaca hingga pertemuan berikutnya
(inkubasi).
Perpustakaan Unika
43
PERTEMUAN 5

Tahap III = Mendiskusikan apa yang sudah dibaca,
sharing, membahas apa yang dapat
dilakukan setelah mendapatkan insight dari
literatur yang diberikan.

Tahap IV = Menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan
insight yang diperolehnya. Hal ini dapat
berkaitan dengan hobi subyek.
PERTEMUAN 6

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai post test setelah pemberian treatment.
PERTEMUAN 7

Tahap I = Pada tahap ini subyek diajak untuk berharap
mengenai penyakitnya, hasil apa yang akan
dicapainya setelah membaca dan harapan
harapan lain yang ingin dicapainya.

Tahap II = Subyek mulai diajak untuk membaca literatur
yang diberikan dan membuat catatan kecil
mengenai literatur yang dibaca bila dianggap
perlu atau penting bagi subyek. Judul bacaan
yang diberikan pada terapi yang kedua ini
yaitu Bagaimana Jika Harus Menghadapi
Penyakit Yang Bandel?; Berjuang
Mempertahankan Hidup; Penderitaan Yang
Bukan Atas Kehendak Kita Sendiri.
Perpustakaan Unika
44
Subyek diberikan tenggang waktu untuk
membaca hingga pertemuan berikutnya
(inkubasi).
PERTEMUAN 8

Tahap III = Mendiskusikan apa yang sudah dibaca,
sharing, membahas apa yang dapat
dilakukan setelah mendapatkan insight dari
literatur yang diberikan.

Tahap IV = Menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan
insight yang diperolehnya.
PERTEMUAN 9

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai post test setelah pemberian treatment.
PERTEMUAN 10

Tahap I = Pada tahap ini subyek diajak untuk berharap
mengenai penyakitnya, hasil apa yang akan
dicapainya setelah membaca dan harapan
harapan lain yang ingin dicapainya.

Tahap II = Subyek mulai diajak untuk membaca literatur
yang diberikan dan membuat catatan kecil
mengenai literatur yang dibaca bila dianggap
perlu atau penting bagi subyek. Judul bacaan
yang diberikan pada terapi yang terakhir ini
yaitu Surat Pribadi, Darmo Rahardjo; Cathy
Goodman, Kisah Pribadi.
Perpustakaan Unika
45
Subyek diberikan tenggang waktu untuk
membaca hingga pertemuan berikutnya
(inkubasi).
PERTEMUAN 11

Tahap III = Mendiskusikan apa yang sudah dibaca,
sharing, membahas apa yang dapat
dilakukan setelah mendapatkan insight dari
literatur yang diberikan.

Tahap IV = Menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan
insight yang diperolehnya. Misalnya
menggambar, menulis puisi, dll
PERTEMUAN 12

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai post test setelah pemberian treatment.
JEDA Post Test

Tenggang waktu yang diberikan selama satu minggu dari
pemberian treatment terakhir. Tujuannya untuk
mengetahui keefektifan terapi yang telah diberikan
sebelumnya.
PERTEMUAN 13

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai tahap awal untuk mengetahui kecemasan
subyek setelah diberikan Bibliotherapy
Perpustakaan Unika
46
PERTEMUAN 14

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale. Tujuannya untuk mengetahui kecemasan subyek
setelah diberikan Bibliotherapy
PERTEMUAN 15

Pemberian Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety
Scale sebagai pengukuran akhir untuk mengetahui
kecemasan subyek setelah diberikan Bibliotherapy
(baseline post test)
Hasil dari skala kecemasan saat pre test dan post test kemudian
dibuat grafik skala kecemasan agar dapat dibandingkan perubahan
tingkat kecemasaanya. Judul judul yang digunakan untuk terapi
tersebut dipilih karena dianggap sesuai dengan apa yang diteliti dan
sesuai dengan kondisi subyek saat ini.
G. Metode Pengumpulan Data
Alat yang digunakan
1. Skala kecemasan
Data mengenai kecemasan akan diperoleh melalui skala
kecemasan. Skala yang digunakan adalah Hamilton Anxiety Scale
(Schutte dan Malouff. 1995. h.156 - 157) yang terdiri dari 14
cluster. Masing masing cluster terdiri dari simtom simtom
kecemasan umum dan kecemasan dari segi kognitif dan somatik.
Selain itu juga menggunakan Death Anxiety Scale (Schutte dan
Malouff. 1995. h.176) yang terdiri dari 15 item. Total jawaban
Perpustakaan Unika
47
dari subyek kemudian dibuat dalam bentuk grafik kecemasan.
Hal ini bertujuan agar memudahkan melihat kondisi subyek
sebelum, selama dan sesudah terapi.
2. Observasi
Observasi adalah suatu teknik dengan sengaja dan sistematis
mengamati aktivitas individu lain (Suryabrata. 1990. h.7).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara non partisipan.
Materi observasi pada penelitian ini adalah mengenai perilaku
subyek yaitu ekspresi, body language dan gejala kecemasan yang
ditunjukkan subyek selama mengisi skala, selama wawancara dan
selama terapi.
3. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara
adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. (Poerwandari. 1998. h.72). Dalam
penelitian ini peneliti mengadakan wawancara semi terstruktur
dengan tujuan mengetahui kecemasan yang dialami subyek
penderita kanker. Materi wawancara pada penelitian ini
diantaranya latar belakang, kecemasan yang dirasakan dan
perubahan yang terjadi, penerimaan diri subyek dan harapan.
H. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Alat Ukur
Validitas Hamilton Anxiety Scale yaitu Kobak et. Al. (1993)
Perpustakaan Unika
48
membandingkan skor skala dari individu dengan gangguan obsesif-
kompulsif, panik, gangguan kecemasan umum. Individu dengan
serangan panik dan gangguan kecemasan umum memiliki skor
yang sama tingginya, berbeda dengan gangguan obsesif-kompulsif
yang memiliki nilai relatif lebih rendah. Validitas Death Anxiety
Scale yaitu Templer (1970) menemukan bahwa Death Anxiety
Scale memiliki korelasi yang tinggi dengan aturan lain dari
kecemasaan akan kematian dan korelasi yang sedang dengan
kecemasan umum. Henderson (1990) menemukan bahwa individu
yang lebih dewasa memiliki banyak pandangan untuk lebih
mengontrol suatu proses kematian dengan membuat hidup tanpa
pengalaman pada kecemasan akan kematian sebagai aturan
skalanya. (Schutte dan Malouff. 1995. h.156 157 dan 174).
Validitas alat ukur yang digunakan untuk wawancara dan
observasi yaitu validitas isi. Validitas isi adalah taraf sejauh mana
isi atau item item alat ukur telah dianggap dapat mengukur hal
hal yang dapat mewakili keseluruhan isi yang hendak diukur oleh
alat ukur tersebut. (Mc. Guigan. 1990).
2. Reliabilitas Alat Ukur
Reabilitas Hamilton Anxiety Scale yaitu Individu dengan
gangguan kecemasan, depressi dan yang tanpa diagnosis
ditemukan internal konsistensinya dari skala total yaitu 92
(Kobak), Hamilton menemukan reabilitasnya 89 dan Maier et.al
menemukan reabilitasanya 74 dari skala total. Reabilitas Death
Anxiety Scale yaitu internal konsistensinya 76 dan tiga minggu test-
Perpustakaan Unika
49
retest reabilitasnya 83. (Schutte dan Malouff. 1995. h.156 157
dan 174)
I. Metode Analisis Data
1. Analisa kuantitatif
Menggunakan analisis dekriptif berupa grafik. Graphic
Analysis yaitu proses visual dimana perubahan dalam perilaku
dianggap berasal dari perubahan sistematis pada variabel bebas,
kesimpulan tersebut bergantung pada apakah perubahan perilaku
dapat diamati dengan jelas menggunakan pengamatan biasa. (Mc.
Guigan. 1990. h. 246)
2. Analisa kualitatif
Menggunakan interpretasi verbatim, yaitu penjabaran secara
detail hasil observasi selama penelitian berlangsung sampai
penyimpulan berupa data verbal maupun non verbal antara
penelitian dan subyek penelitian. (Poerwandari. 1998. h.89)
Perpustakaan Unika
50
BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
J. Orientasi Kancah Penelitian
Sebelum pelaksanaan penelitian, pertama yang harus dilakukan
adalah menentukan kancah atau tempat penelitian akan dilakukan serta
mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan kelancaran
jalannya penelitian. Subyek penelitian ini adalah pasien yang baru
divonis dokter menderita kanker dan mengalami stres. Subyek seperti
ini cukup sulit dijumpai dirumah sakit karena rata rata dari penderita
hanya datang saat pemeriksaan awal dan jarang yang intens untuk
datang ke rumah sakit sampai penderita siap untuk menjalani proses
pengobatan lebih lanjut. Peneliti kemudian menggunakan subyek yang
tidak menjalani rawat inap dirumah sakit melainkan subyek yang berada
dirumah namun sudah divonis dokter menderita kanker dan mengalami
kecemasan.
Pemilihan subyek penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut:
1. Subyek subyek tersebut memenuhi syarat untuk penelitian.
2. Subyek belum pernah diteliti dengan topik Efektivitas
Bibliotherapy Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Penderita
Kanker dan bersedia digunakan untuk penelitian.
3. Proses perijinan yang lebih mudah.
4. Pertimbangan efisien waktu dan biaya.
Perpustakaan Unika
51
Dengan pertimbangan pertimbangan tersebut, maka peneliti
menggunakan para pendererita kanker tersebut sebagai subyek
penelitian
K. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan penentuan kancah penelitian,
pemilihan alat ukur, penyusunan treatment dan perijinan pelaksanaan
penelitian.
1. Pemilihan Skala
Skala yang digunakan adalah Hamilton Anxiety Scale dan Death
Anxiety Scale (Schutte dan Malouff. 1995. h.156 157 dan h. 176).
Peneliti menggunakan skala tersebut karena skala tersebut sudah
teruji validitas dan reabilitasnya sehingga memudahkan peneliti
dalam proses pengambilan data untuk baseline.
2. Penyusunan Treatment
Treatment yang diberikan pada subyek berupa terapi
menggunakan buku bacaan. Proses ini, peneliti menyiapkan bacaan
yang akan diberikan yang kemudian dibuat seperti sebuah buku
kecil agar mudah dan nyaman untuk dibaca. Treatment diberikan
seminggu tiga kali
3. Seleksi Subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu
pada pasien yang baru divonis dokter menderita kanker dan
mengalami kecemasan. Subyek dipilih yang baru divonis, jika
dibandingkan dengan penderita yang sudah terminal meskipun pada
Perpustakaan Unika
52
dasarnya ke dua kondisi tersebut sama yaitu mengalami kecemasan
namun ini berkaitan dengan waktu yang dimiliki subyek. Peneliti
mengalami sedikit hambatan dalam mencari subyek karena
meskipun banyak subyek yang menderita kanker dan mengalami
kecemasan namun yang bersedia untuk diberi treatment sedikit.
4. Perijinan
Permohonan ijin peneliti dilakukan setelah pemilihan skala dan
menyusunan treatment. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan pendekatan dengan subyek yang akan diteliti dan
meminta ijin dahulu secara lisan. Langkah selanjutnya peneliti
meminta Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang untuk mengajukan permohonan ijin
penelitian. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang kemudian mengeluarkan surat ijin
penelitian dengan surat bernomor 1182/B.7.3/FP/VIII/2008 pada
tanggal 7 Agustus 2008. Penelitian dimulai dari tanggal 11 Agustus
22 November 2008 dan pada akhir penelitian, peneliti meminta
kesediaan subyek untuk menandatangani surat pernyataan bahwa
subyek benar-benar telah melakukan terapi dengan peneliti pada
tanggal 25 September 2008 dan 22 November 2008.
L. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian
a. Subyek I
Nama : ibu Ch
Perpustakaan Unika
53
Alamat : Karang Gawang Baru 192 RT09 RW06
Usia : 61 tahun
Jenis kanker : kanker leher rahim
Hobi : nonton tv
Penyakit yang diderita subyek awalnya sudah dirasa ada
keluhan sejak tahun 2005. Kurang lebih satu setengah tahun
yang lalu subyek terjatuh dalam posisi duduk dan sejak itulah
subyek mulai mengalami kencing yang keluar dengan
sendirinya kemudian pernah keluar seperti lendir tapi tidak
berbau. Subyek sudah berhenti menstruasi sejak usia 50 tahun
namun kalau sedang berhubungan dengan suami, subyek akan
keluar darah seperti menstruasi dan lamanya 2-3 hari. Subyek
mulai berobat awal tahun 2007 pada dokter umum biasa
kemudian dokter menyarankan untuk dilakukan papsmear
untuk mengetahui kondisi subyek lebih lanjut. Semula
mendengar saran tersebut subyek merasa takut, bukan pada
papsmearnya namun lebih pada dokter yang menangani
papsmear tersebut. Subyek merasa cemas mengenai
kondisinya setelah dilakukan papsmear. Subyek takut bila
terjadi sesuatu setelah menerima hasil papsmear sebab
subyek merasa takut untuk menjalani operasi karena menurut
subyek operasi kanker jarang yang berhasil.
Ketika menjalani papsmear bulan April 2008, subyek
ditemani oleh putra tunggalnya. Sejak awal subyek sudah
diberi tahu kalau hasil papsmear menunjukkan adanya sel
Perpustakaan Unika
54
ganas dalam leher rahim namun subyek tidak takut dengan
hasil tersebut karena belum mengerti yang dimaksud sel
ganas dan merasa seperti penyakit lainnya yang bisa sembuh
dengan minum obat. Setelah mengalami berbagai kejanggalan
dalam tubuhnya dan semakin menggangu aktivitas subyek,
maka subyek ke dokter lagi untuk menanyakan dengan jelas
hasil papsmear tersebut. Setelah mendengar penjelasan dari
dokter, subyek mulai cemas dan syok dengan kondisinya
tersebut. Sejak itu subyek hanya melakukan kegiatan yang
sifatnya monoton yaitu berangkat kerja lalu pulang dan hanya
berdiam diri dirumah sedangkan biasanya subyek senang
berkumpul dengan ibu ibu sekitar rumah. Putra subyek
kurang memberi dukungan secara mental pada subyek,
putranya sesekali mengantar kalau subyek ingin pergi ke
dokter namun untuk keseharian kurang begitu perhatian.
Subyek sebenarnya butuh teman yang bisa diajak cerita atau
hanya sekedar mendengarkan keluhan tentang penyakitnya.
Meskipun subyek menutup diri dengan lingkungannya namun
dengan peneliti subyek masih cukup terbuka dan menerima
peneliti.
b. Subyek II
Nama : ibu E.W
Alamat : Perum Klipang R1/12
Usia : 54 tahun
Jenis kanker : kanker kandungan
Perpustakaan Unika
55
Hobi : olah raga
Subyek merasakan ada yang kurang beres pada
perutnya Oktober tahun 2006, awalnya subyek merasakan
kemeng di daerah perutnya. Semula dikira subyek sebagai
kram perut biasa yang dirasakan bila terlalu capek atau saat
mentruasi namun rasa kemeng tersebut lama kelamaan
membuat subyek merasa tidak nyaman. Subyek berusaha ke
dokter menanyakan kondisinya tersebut, karena dokter takut
pemeriksaanya kurang akurat maka subyek disarankan untuk
menjalani papsmear. Januari 2007, subyek memberanikan diri
untuk menjalani papsmear dan ternyata yang dikhawatirkan
dokter terbukti. Hasil papsmear menunjukkan adanya flek
dalam kandungan subyek. Saat menerima hasil tersebut,
subyek ditemani oleh sang suami karena subyek merupakan
perawat senior di salah satu rumah sakit besar di Semarang
maka subyek bisa membaca sendiri hasil pemeriksaan
tersebut. Subyek mengalami syok berat hingga saat berjalan
dari ruang dokter hingga parkiran, subyek tidak menanggapi
sapaan dari teman subyek hingga akhirnya teman subyek
harus menepuk bahu subyek agar sadar. Sesampainya
dirumah subyek langsung mengurung diri dikamar dan hanya
menangis. Subyek tidak peduli dengan kondisi rumah dan
anak-anaknya yang masih kecil. Subyek sama sekali menutup
dirinya terhadap lingkungan sekitarnya, setiap hari subyek
hanya berada dikamar dan tidak mau menemui siapapun.
Perpustakaan Unika
56
Dukungan dari keluarga dan teman- teman subyek begitu
besar. Setiap hari selalu ada teman yang datang mengunjungi
dan memberi semangat pada subyek namun kunjungan
tersebut sering ditolak oleh subyek. Sekarang subyek sudah
mau beraktivitas lagi meskipun itu melalu proses yang cukup
panjang. Awalnya peneliti juga kesulitan ketika bertemu
dengan subyek karena subyek tidak ingin menceritakan
kondisinya pada sembarang orang. Namun setelah diberi
masukan dari peneliti dan suami subyek, kemudian subyek
mulai mau menerima kehadiran peneliti.
2. Proses Pelaksanaan Terapi
Penelitian ini dilakukan selama lima minggu dan satu minggu untuk
jeda sebelum posttest yang dimulai dari tanggal 11 Agustus 2008
sampai 19 September 2008 untuk subyek pertama dan tanggal 7 Oktober
sampai 22 November 2008 untuk subyek kedua. Penelitian dilakukan
seminggu tiga kali.
a. SUBYEK 1

PERTEMUAN 1 (11 Agustus 2008)
Pertemuan ini dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.00 wib.
Awalnya subyek diwawancarai mengenai data pribadi, latar belakang
penyakitnya dan kecemasan yang dialami subyek. Pertemuan kemudian
dilanjutkan dengan mengisi skala kecemasan. Awalnya subyek
diharapkan dapat mengisi sendiri namun karena subyek kurang jelas
Perpustakaan Unika
57
dengan pernyataan pernyataan yang ada maka peneliti membantu
untuk membacakan dan menjelaskan satu persatu.
PERTEMUAN 2 (13 Agustus 2008)
Pertemuan ini dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.15 wib. Pertemuan
yang kedua ini, subyek hanya mengisi quesioner yang diberikan tanpa
adanya wawancara seperti pertemuan yang pertama. Pengisian
quesioner kali ini pun, subyek masih dibantu peneliti untuk
membacakan dan menjelaskannya.
PERTEMUAN 3 (15 Agustus 2008)
Pertemuan ketiga dimulai pukul 19.00 hingga pukul 20.00 wib.
Pertemuan ini, subyek masih diminta untuk mengisi skala kecemasan
untuk menentukan baseline pretest. Pertemuan ini lebih cepat dari
pertemuan sebelumnya sebab subyek sudah mulai memahami
pernyataan pada quesioner skala kecemasan.
PERTEMUAN 4 (18 Agustus 2008)
Pertemuan ini dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.00 wib.
Pertemuan ini dimulai dengan tahap hoping. Subyek menceritakan
harapannya akan penyakitnya, buku bacaan yang akan dibaca dan
harapannya akan keluarga. Subyek ingin orang-orang sekitar dan
keluarganya bisa lebih membantunya dalam menghadapi penyakitnya
saat ini terlebih sekarang putra suyek tidak tinggal bersamanya karena
sudah berkeluarga sehingga subyek sedikit kerepotan kalau harus
kedokter. Tahap berikutnya adalah memperkenalkan pada subyek
bacaan yang akan dibaca subyek. Awalnya subyek merasa tidak yakin
Perpustakaan Unika
58
dengan bacaan yang diberikan padanya namun setelah mulai membaca,
tampak keengganan membaca pada wajah subyek perlahan mulai hilang.
PERTEMUAN 5 (20 Agustus 2008)
Pertemuan ini dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.30 wib.
Pertemuan kali ini, berisi tahap evaluating. Tahap ini, subyek
menceritakan pengalamannya setelah membaca. Subyek menceritakan
bahwa keengganannya diawal sebelum membaca akhirnya hilang
setelah subyek membaca bacaan yang diberikan. Subyek merasa apa
yang ada dalam bacaan sesuai dengan pengalaman yang sedang
dihadapinya saat ini. Subyek juga menceritakan bahwa ada satu khotbah
yang hampir sama dengan bacaan yaitu Tenanglah! Aku ini, jangan
takut! (Mat 14:22-33). Bacaaan tersebutlah yang semakin meyakinkan
subyek agar percaya pada Tuhan dan tidak bimbang lagi dengan segala
macam kemungkinan. Subyek kemudian merasa bersemangat untuk bisa
cepat sembuh dan tidak cemas dan takut lagi dengan penyakitnya.
Tahap berikutnya adalah creating, pada tahap ini subyek menolak
untuk membuat sesuatu namun subyek menggantinya dengan bercerita
mengenai apa saja yang dirasakan selama ini mengenai rasa tidak
percaya dirinya akan kesembuhan penyakitnya hingga akhirnya subyek
lebih terbuka dan optimis dengan kesembuhan penyakitnya setelah
membaca bacaan yang diberikan peneliti.
PERTEMUAN 6 (22 Agustus 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.00 wib. Pertemuan
ini, subyek mengisi questioner pada Hamilton Anxiety Scale dan Death
Anxiety Scale sebagai ukuran posttest setelah treatment (X1).
Perpustakaan Unika
59
PERTEMUAN 7 (25 Agustus 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.30. tahap hoping
pada treatment yang kedua ini, subyek lebih antusias untuk
menceritakan harapannya pada bacaan yang akan diberikan pada
treatment yang kedua ini. Subyek berharap pada bacaan yang akan
diberikan dapat membantu subyek untuk menghilangkan rasa takutnya
akan penyakitnya dan lebih percaya diri akan kesembuhannya meskipun
subyek sendiri mengaku takut untuk menjalani proses operasi tapi
subyek merasa akan ada jalan lain agar subyek bisa sembuh meskipun
tanpa menjalani operasi. Tahap berikutnya yang berupa pengenalan
bacaan, subyek tidak menolak seperti pada treatment yang pertama.
Kecemasan pada diri subyek perlahan mulai berkurang, hal ini terlihat
dari sikap subyek yang sudah tidak kemrungsung.
PERTEMUAN 8 (27 Agustus 2008)
Tahap evaluating dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.30 wib.
Subyek menceritakan pengalamannya setelah membaca. Subyek
mengatakan ada bagian yang dirasanya menarik yaitu subyek ingin
menjadi bagian dari 10% orang yang mendapat keistimewa untuk
sembuh, maka subyek tidak ingin terus terusan merasa cemas. Bagian
lain yang menarik menurut subyek adalah salah satu ayat yaitu dari Mat
19; 26 yaitu dengan Tuhan segala sesuatu mungkin. Subyek merasa
bahwa ada harapan untuk sembuh pada dirinya. Harapan ini sesuai
dengan tahap Hoping mengenai harapan akan bacaan dan akan
penyakitnya. Tahap creating, subyek tidak mau untuk membuat sesuatu
entah menulis surat kepada penulis maupun karya yang lain namun
Perpustakaan Unika
60
subyek kini semakin terbuka. Subyek menceritakan tentang
kehidupannya Bila pada treatment yang pertama cerita subyek lebih
pada kondisinya saat ini maka cerita pada treatment kali ini subyek
menceritakan kehidupan subyek sejak belum sakit hingga akhirnya
mengalami sakit kanker.
PERTEMUAN 9 (29Agustus 2008)
Pertemuan ini dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.00 wib. Subyek
mengisi skala yang diberikan untuk post test treatment yang kedua (X2).
Subyek sudah tidak kesulitan dengan skala yang diberikan.
PERTEMUAN 10 (1 September 2008)
Treatment kali ini dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.30 wib. Subyek
kali ini tidak hanya menceritakan harapan-harapannya seperti pada tahap
hoping tapi juga menceritakan bahwa subyek mulai suka dengan
membaca. Setiap sebelum tidur maupun saat sulit tidur, subyek mulai
membaca Alkitab. Subyek merasa ada sesuatu yang berbeda ketika
membaca, seperti ada harapan yang membantunya untuk jauh dari rasa
cemas. Subyek pun berharap agar bacaan pada treatment kali ini juga
dapat membantunya lebih banyak lagi. Tahap reading, dilakukan subyek
tanpa ragu dan penolakan.
PERTEMUAN 11 (3 September 2008)
Tahap evaluating dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.30 wib. Subyek
sharing bahwa bacaan kali ini, subyek merasa ada orang lain yang
senasib dengannya dan dapat berjuang untuk hidupnya. Harapan subyek
untuk sembuh semakin tinggi karena subyek merasa dari bacaan kali ini
dan bacaan yang kemarin, ada sesuatu yang mendorongnya untuk lebih
Perpustakaan Unika
61
percaya diri bahwa kesembuhan pasti bisa tercapai asalkan ada usaha
dari dalam dirinya dan dari luar. Tahap creating, subyek bercerita
bahwa subyek senang dengan bacaan yang telah diberikan. Terutama
untuk bacaan kali ini kerena subyek merasa yakin bahwa ada orang lain
yang mengalami hal serupa seperti yang dialami subyek saat ini dan bisa
sembuh asalkan punya kemauan untuk sembuh dan mau berusaha.
PERTEMUAN 12 (5 September 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.00 wib. Subyek
mengisi skala Hamilton anxiety dan death anxiety scale sebagai post test
(X3) untuk treatment terakhir.
PERTEMUAN 13 (15 September 2008)
Pertemuan ini dilakukan setelah jeda satu minggu dari pemberian
treatment terakhir. Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.30
wib. Subyek diberikan Hamilton anxiety scale dan death anxiety scale.
Selain mengisi skala, subyek juga menceritakan kegemaran barunya
yaitu membaca Alkitab setiap malam. Subyek merasa tenang dan
kecemasannya mulai berkurang setiap kali selesai membaca Alkitab.
PERTEMUAN 14 (17 September 2008)
Subyek diberikan skala untuk pengukuran baseline posttest. Pertemuan
dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.30 wib. Subyek masih senang
membaca Alkitab setiap malam. Subyek sekarang sudah terlihat lebih
tenang dan tidak terlalu cemas seperti pada pertama kali bertemu.
PERTEMUAN 15 (19 September 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.00. pertemuan kali ini
lebih cepat karena hanya berisi pemberian skala untuk baseline posttest.
Perpustakaan Unika
62
Subyek menceritakan bahwa subyek mulai memberanikan diri lagi
untuk ke dokter dan berobat lebih lanjut mengenai penyakitnya tersebut
meskipun belum berani untuk operasi namun subyek sudah rajin
menjalani terapi sesuai anjuran dokter.
b. SUBYEK 2

PERTEMUAN 1 (7 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.00 wib. Awalnya
subyek diwawancari mengenai nama, latar belakang penyakitnya,
kecemasan yang dialaminya. Setelah itu subyek diberikan Hamilton
anxiety scale dan death anxiety scale. Subyek dapat mengisi sendiri
skala yang diberikan dan menanyakan beberapa hal yang kurang jelas
saja.
PERTEMUAN 2 (9 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.00 wib. Awalnya
subyek diberikan skala kecemasan lalu peneliti mengadakan pendekatan
pada subyek agar subyek bisa lebih terbuka. Hal ini dilakukan karena
subyek sedikit tertutup dengan kondisinya. Nampak jelas kecemasan
yang dialami subyek sebab sempat beberapa kali saat diajak bicara
konsentrasi subyek buyar dan jawaban yang disampaikan tidak sesuai
dengan pertanyaan.
PERTEMUAN 3 (11 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 20.00 wib. Subyek diberikan skala
kecemasan sebagai baseline pretest. Setelah itu subyek mulai
menceritakan kesehariannya yang lebih senang berada dikamar daripada
Perpustakaan Unika
63
bertemu banyak orang seperti dulu. Subyek merasa tidak percaya diri
bertemu dengan banyak orang dengan kondisinya saat ini dan tidak
senang bila harus bercerita tentang penyakitnya.
PERTEMUAN 4 (14 Oktober 2008)
Tahap hoping dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.00 wib. Subyek
diajak untuk menceritakan harapannya. Subyek banyak berharap pada
kesembuhannya sebab masih ada anak anak yang masih membutuhkan
subyek, bila teringat pada anak-anaknya spontan subyek langsung
menangis. Subyek juga berharap keluarganya untuk terus memberikan
semangat pada subyek meskipun dari luar subyek tampak tidak peduli
namun dalam hati subyek sangat membutuhkan dukungan tersebut.
Tahap reading, peneliti mengenalkan bacaan yang akan dibaca subyek.
Semula subyek kurang berminat untuk membaca, namun setelah
ditunjukkan bacaannya akhirnya subyek bersedia membaca.
PERTEMUAN 5 (16 Oktober 2008)
Tahap evaluating dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.30 wib. Subyek
menceritakan pengalamannya setelah membaca, subyek merasa apa
yang telah dilakukannya sama dengan yang disampaikan dibuku namun
subyek belum bisa mengurangi rasa cemasnya seperti yang dibacanya
dibuku. Namun subyek sedang berusaha untuk sedikit demi sedikit
mengurangi rasa cemasnya tersebut. Anak-anak merupakan sumber
motivasi bagi subyek untuk sembuh dan sumber keinginan untuk
menghilangkan kecemasan yang dialami subyek.
Tahap creating tidak dilakukan subyek sama sekali. Subyek menolak
untuk menghasilkan sesuatu. Meskipun sudah diberikan penjelasan
Perpustakaan Unika
64
mengenai tahap ini, namun subyek tetap menolak dengan alasan sudah
terlalu capek. Peneliti tidak berani memaksa subyek karena akan
berakibat kurang maksimalnya hasil treatment yang didapat.
PERTEMUAN 6 (18 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.15 wib. Pertemuan
keenam ini, subyek mengisi questioner pada Hamilton Anxiety Scale dan
Death Anxiety Scale sebagai ukuran posttest setelah treatment (X1)..
PERTEMUAN 7 (21 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga 19.30 wib. Subyek menceritakan
harapannya untuk semakin cepat sembuh dan dukungan yang besar dari
keluarganya yaitu suami dan anak-anak merupakan harapan terbesar
subyek karena dukungan keluarga dapat meningkatkan rasa percaya diri
dan rasa dibutuhkan subyek. Sedangkan pada bacaan yang diberikan,
subyek tidak menaruh harapan yang besar karena dianggapnya biar
berjalan apa adanya setelah membaca nanti.
PERTEMUAN 8 (23 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 20.00 wib. Setelah
membaca subyek berharap dapat berbuat seperti yang ada dalam bacaan,
bisa menerima kondisinya sekarang, bisa berusaha untuk
kesembuhannya dan tidak selalu bersedih dengan kondisinya sekarang.
Bagian dari bacaan yang paling disenangi subyek adalah dengan Tuhan
segala sesuatu mungkin. Bagian tersebutlah yang membuat subyek jadi
ingin sembuh dengan apapun caranya dan sekecil apaun
kemungkinannya. Tahap creating tidak mau dilakukan subyek, namun
subyek bercerita tentang rasa penolakannya saat mendengar penyakitnya
Perpustakaan Unika
65
tersebut, termasuk rasa kesal subyek pada Tuhan yang telah
memberinya penyakit tersebut. Namun setelah membaca bacaan yang
diberikan peneliti, subyek jadi terbuka dan menyadari bahwa tidak
semuanya kesalahan Tuhan. Rasa cemas subyekpun dirasanya
berkurang.
PERTEMUAN 9 (25 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.00 wib. Pengisian skala
sebagai posttest setelah treatment (X2) dilakukan dengan cepat oleh
subyek.
PERTEMUAN 10 (28 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 sampai 19.30 wib. Pertemuan diawali
dengan tahap hoping, kali ini subyek memiliki harapan pada bacaan
yang diberikan. Subyek berharap agar bacaan kali inipun dapat
membuat dirinya lebih yakin akan kesembuhan penyakitnya. Dukungan
keluarga yang selalu diharapkan subyek disetiap pertemuan pada tahap
hoping, kali ini juga disampaikan kembali. Tahap Reading, subyek
membaca dengan seksama setiap pengalaman yang disampaikan pada
bacaan, tampak raca cemas subyek mulai berkurang karena subyek bisa
lebih tenang. Subyek juga menceritakan kalau sekarang subyek juga
sedang membaca beberapa buku buku khususnya tentang kanker.
PERTEMUAN 11 (30 Oktober 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga 20.00 wib. Tahap evaluating
disampaikan bahwa senang dengan pengalaman yang terdapat pada
bacaan. Subyek ingin seperti pengalaman orang-orang dalam bacaan
yaitu yang awalnya merasa tidak mungkin sembuh namun dengan
Perpustakaan Unika
66
kepercayaan yang luar biasa dan usaha keras maka sekarang dapat
sembuh. Subyek menginginkan rasa cemas, khawatir dan takut hilang
dari pikirannya meskipun hal tersebut dirasnya sulit tapi subyek
berusaha untuk menguranginya. Terlebih lagi bila melihat kondisi anak-
anak yang masih membutuhkan subyek, semangat hidup subyekpun
bangkit kembali meskipun sesekali saat teringat betapa ganasnya
penyakit yang diderita maka subyek masih kerapkali menangis. Tahap
creating dilakukan subyek dengan menulis sebuah kalimat singkat yaitu,
dengan Tuhan segala sesuatu mungkin dan aku ingin sembuh untuk
merasakan keajaiban dari Tuhan tersebut.
PERTEMUAN 12 (1 November 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 sampai 19.00 wib. Subyek mengisi
skala kecemasan untuk menentukan baseline posttest treatment terakhir.
(X3).
PERTEMUAN 13 (18 November 2008)
Pertemuan dilakukan setelah jeda satu minggu dan pertemuan ini
dimulai pukul 18.00 hingga 20.00 wib. Subyek mengisi skala
kecemasan yang diberikan. Subyek menceritakan bahwa sekarang
subyek senang membaca bermacam macam buku mengenai penyakit
kanker dan berbagai cara penyembuhan penyakit kanker. Semakin
banyak pengetahuan subyek tentang kanker membuat subyek merasa
kanker tidak terlalu menakutkan dan bisa disembuhkan dengan berbagai
cara salah satunya dengan operasi.
Perpustakaan Unika
67
PERTEMUAN 14 (20 November 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 hingga pukul 19.00 wib. Pengisian skala
dilakukan dengan cepat oleh subyek. Kemudian subyek menceritakan
keberaniannya untuk melakukan operasi pengangkatan kandungan demi
kesembuhan penyakitnya. Subyek sudah berencana untuk mengambil
jalan operasi agar kesembuhan penyakitnya semakin cepat.
PERTEMUAN 15 (22 November 2008)
Pertemuan dimulai pukul 18.00 sampai pukul 19.10 wib. Pengisian
skala kecemasan pada pertemuan kali ini diisi subyek dengan cepat.
Subyek menceritakan rencananya untuk masuk rumah sakit guna
persiapan operasi. Subyek tidak terlalu cemas menghadapi operasi sebab
subyek pernah menjalani operasi sebelumnya yaitu operasi caesar.
3. Proses Pemilihan Subyek
Selama proses penelitian, peneliti menggunakan total ada empat
subyek namun dua diantaranya berhenti sebelum proses penelitian
selesai. Subyek 1 adalah ibu Ch usia 61 tahun yang mengalami kanker
leher rahim. Subyek mengikuti setiap pertemuan dengan baik hingga
akhir pertemuan dengan kondisi kesehatan yang masih maik pula.
Subyek 2 semula adalah bapak Sl usia 76 tahun yang mengalami kanker
browis. Subyek 2 ini baru mengetahui penyakit yang dideritanya dalam
kondisi sudah terlanjur parah. Saat pertemuan pertama subyek masih
dalam kondisi yang baik karena dapat berinteraksi dengan baik, masih
dapat melakukan aktivitas dan masih dapat melakukan tahap pretest
(hingga tiga kali pertemuan pretest) dengan baik. Sebelum tahap
Perpustakaan Unika
68
treatment dimulai kondisi subyek mulai memburuk sehingga tahap ini
ditunda pemberiannya. Sebulan kemudian bapak Sl tidak dapat bertahan
dengan penyakit yang dideritanya sehingga akhirnya meninggal.
Subyek 3 adalah ibu E.W usia 52 tahun yang mengalami kanker
kandungan. Subyek 3 lebih sadar akan kesehatannya sehingga ketika
ada yang tidak beres dengan kandungannya, subyek langsung
membawanya ke dokter. Setelah mengetahui hasil pemeriksaan subyek
mengalami kecemasan yang luar biasa sehingga kondisinya benar- benar
tertutup dengan lingkungan sekitar dan lebih banyak mengurung diri.
Meskipun awalnya sulit mengajak subyek untuk mengikuti proses
treatment, namun akhirnya subyek mampu menyelesaikan tiap
pertemuan dengan baik dan dalam kondisi kesehatan yang masih baik.
Subyek 4 adalah ibu T usia 54 tahun yang mengalami kanker payudara.
Saat ditemui dirumah sakit 17 Desember 2008, subyek sedang
menunggu untuk proses kemoterapi yang pertama. Subyek sendiri baru
mengetahui kondisi penyakitnya tiga minggu sebelum kemo dimulai.
Subyek mengalami kecemasan baik pada penyakitnya maupun pada
kemoterapi yang akan dihadapinya. Subyek sempat diberikan pretest
sebanyak dua kali untuk menentukan baseline pretest namun pretest
yang ketiga belum sempat diberikan sebab subyek sudah menolaknya
dan kondisinya juga kurang baik. Subyek juga menolak untuk dilakukan
kemoterapi yang kedua. Kondisi subyek pun semakin parah dan
akhirnya meninggal.
Dari proses tersebut, akhirnya peneliti hanya menggunakan dua
subyek saja karena hanya dua subyek tersebut yang dapat melakukan
Perpustakaan Unika
69
proses penelitian hingga pemberian posttest terakhir. Subyek yang
digunakan adalah ibu Ch yang menderita kanker leher rahim dan ibu
E.W yang menderita kanker kandungan. Kondisi kesehatan kedua
subyek inipun cukup stabil sejak awal pertemuan yaitu pretest pertama
hingga pertemuan terakhir yaitu posttest ketiga karena tingkat keparahan
kanker keduanya belum terlalu mengkhawatirkan
Perpustakaan Unika
70
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pelitian
1. Skala kecemasan
Grafik 1
Grafik Hamilton Anxiety Scale

Keterangan:
B1-B3 : baseline pretest
X1-X3 : posttest setelah treatment
P1-P3 : baseline posttest
Grafik diatas dapat terlihat bahwa pemberian bibliotherapy
memberikan efek terhadap menurunnya tingkat kecemasan yang
dialami oleh subyek.
Dari skala kecemasan Hamilton tersebut, akan nampak
terlihat perbedaannya melalui skala dari tiap aspek dibawah ini:
Perpustakaan Unika
71
Grafik 1.1
Suasana Hati yang Cemas

Grafik diatas dapat terlihat penurunan yang cukup
mencolok baik pada subyek pertama maupun pada subyek
kedua. Setelah mendapatkan Bibliotherapy, kedua subyek
mengalami penurunan kecemasan. Dari bacaan, kedua subyek
mendapatkan perasaan yang lebih nyaman. Dengan bantuan
bacaan, kedua subyek merasa bahwa rasa cemas yang berlebih
akan kurang baik efeknya pada penyakit yang dialami keduanya.
Grafik 1.2
Ketegangan

Perpustakaan Unika
72
Grafik diatas dapat terlihat penurunan yang cukup
mencolok baik pada subyek pertama maupun pada subyek
kedua. Setelah mendapatkan Bibliotherapy, kedua subyek
mengalami penurunan kecemasan. Dari bacaan kedua subyek
memdapatkan perasaan yang lebih nyaman. Namun pada
posttest yang pertama, kecemasan pada subyek ketiga meningkat
kembali hal ini disebabkan adanya rasa jenuh yang dialami
subyek karena meras usahanya tidak menunjukkan hasil sesuai
dengan keinginnannya yaitu kesembuhan.
Grafik 1.3
Ketakutan

Bibliotherapy membantu subyek mengurangi kecemasan
yang dialaminya. Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan
skala pada grafik ketakutan diatas. Hal ini berkaitan juga dengan
suasana hati subyek. Saat suasana hatinya tidak mengalami
kecemasan atau merasa nyaman maka rasa takut yang
Perpustakaan Unika
73
dialaminya juga berkurang. Namun tidak hanya suasana hati saja
yang berpengaruh, karena ingatan subyek akan bahaya kematian
yang akan dialaminya bila tidak segera sembuh juga dapat
meningkatkan rasa cemasnya kembali
Grafik 1.4
Insomnia

Perubahan grafik pada aspek insomnia ini menunjukkan
tingkatan yang tidak stabil. Gangguan tidur memang sering kali
dialami oleh penderita penyakit kronis termasuk kanker. Subyek
dalam penelitian ini pun mengalami hal tersebut. Kesulitan tidur,
sering terganggu saat tidur bangun yang terlalu awal dan mimpi
buruk merupakan hal yang sering dialami subyek selama
menderita penyakit ini. Subyek dua bahkan mengatakan sering
mengalami rasa takut bila ingin tidur. Sedangkan subyek
pertama sering terbangun lebih awal dan tidak bisa tidur lagi
setelah itu.
Perpustakaan Unika
74
Grafik 1.5
Intelect

Grafik pada aspek ini menunjukkan hasil yang tidak stabil
pada subyek satu dan hasil yang tidak banyak perubahan pada
subyek dua. Kedua subyek mengalami kesulitan berkonstasi
sejak keduanya menderita menyakit kanker. Melamun
merupakan hal yang sering dilakukan keduanya terutama oleh
subyek kedua. Namun kondisi tersebut mengalami perubahan
setelah subyek kedua menyadari bahwa melalui insight yang
diperolehnya dari bacaan membuka pemikirannya untuk lebih
terbuka dan berpikiran positif.
Perpustakaan Unika
75
Grafik 1.6
Perasaan yang tertekan

Dari grafik diatas dapat terlihat pada subyek pertama
perasaannya mengalami nain turun hingga akhirnya stabil
setelah pemberian treatment yag terakhir. Melalui bacaan
subyek mulai mengurangi rasa tertekan yang selama ini
dirasakannya karena insight yang diperolehnya dari bacaan. Hal
serupa juga dirasakan oleh subyek kedua.
Grafik 1.7
Somatik umum

Perpustakaan Unika
76
Grafik diatas menunjukkan adanya penurunan yang stabil
antara subyek satu dengan subyek dua. Sistem-sistem somatic
yang dialami subyek mengalami perubahan setelah rasa
cemasnya mulai menurun karena rasa nyaman yang dialami
subyek dapat membantu menurunkan dan membuat stabil rasa
kekakuan pada ototnya, nyeri pada ototnya dan lain-lain
Grafik 1.8
Sistem kardiovaskuler

Grafik menunjukkan pada subyek pertama, grafiknya semakin
meningkat kemudian turun dan stabil. Selama proses pemberian
treatment, justru grafiknya meningkat hal ini disebabkan karena
merasa tidak beres pada tubuhnya namun hal ini dikatakan oleh
subyek bahwa tidak ada kaitannya dengan bacaan yang
dibacanya. Sedangkan pada subyek dua, Nampak kondisinya
lebih stabil.
Perpustakaan Unika
77
Grafik 1.9
Sistem pernafasan

Grafik pada pada system pernafasan menunjukkan kondisi
yang tidak stabil sejak awal hingga akhir baik pada subyek
pertama maupun pada subyek ke dua. Bila subyek merasa cemas
dengan kondisinya maka akan merasa seperti ada yang
mencekiknya. Atau sesekali subyek juga menghela nafas.
Namun bila bacaan yang dibacanya dianggap oleh subyek dapat
memberikan rasa nyaman, menghilangkan rasa khawatirnya
maka subyek semakin jarang menghela nafas atau meraasa sesak
nafas.
Grafik 1.10
Sistem gastrointestinal

Perpustakaan Unika
78
Meskipun pada grafik menunjukkan kondisi yang tidak
stabil namun pada dasarnya bacaan yang diberikan tidak
memberikan pengaruh pada system gastrointestinal sebab
kondisi ini memang sulit dirubah oleh subyek.
Grafik 1.11
Sistem gastrourinary

Tidak ada perubahan yang mencolok pada system
gastrourinary pada subyek. Sesekali memang terdapat perubahan
namun kemudian kembali lagi pada kondisi semula.
Grafik 1.12
Sistem autonomic

Perpustakaan Unika
79
Dari grafik diatas, tidak terlihat perubahan sistem
automatic dari awal pretest hingga posttest yang terakhir. Sistem
automatic tidak mendapatkan pengaruh dari bacaan yang
diberikan. Hal tersebut disebabkan karena saat pengisian skala,
kondisi (sistem automatic) subyek sedang stabil. Tidak terlihat
gejala-gejala yang menunjukkan perilaku yang mencolok sesuai
dengan item item yang terdapat dapat Hamilton Anxiety Skale.
Grafik 1.13
Perilaku saat wawancara

Nampak adanya perubahan perilaku pada subyek pertama
yang mengalami penurunan saat diberikan treatment. Subyek
Nampak lebih santai dan tidak terlalu menunjukkan tanda
tanda kecemasan saat diberikan treatment. Namun hal ini
berbeda dengan subyek kedua yang justru perubahan yang
terjadi justru meningkat. Hal ini disebabkan karena saat
diberikan skala, subyek sedang menunjukkan perilaku yang
kurang santai jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
Perpustakaan Unika
80
Grafik 1.14
Tingkah laku (secara fisik)

Dari grafik diatas, tidak terlihat perubahan perilaku dari
awal pretest hingga posttest yang terakhir. Bacaan kurang dapat
mengubah perilaku subyek sebab sejak awal hingga akhir
subyek kurang menunjukkan perilaku yang mencolok sesuai
dengan item item yang terdapat dapat Hamilton Anxiety Skale.
Grafik 2
Grafik Death Anxiety Scale

Perpustakaan Unika
81
Keterangan:
B1-B3 : baseline pretest
X1-X3 : posttest setelah treatment
P1-P3 : baseline posttest
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa pemberian
bibliotherapy memberikan efek terhadap menurunnya tingkat
kecemasan yang dialami oleh subyek.
Hal ini ditunjukkan melalui adanya perbedaan skor yang
diperoleh subyek pada pertemuan pretest, treatment dan posttest
baik itu pada Hamilton Anxiety Scale maupun pada Death
Anxiety Scale. Dimana rata-rata skor yang diperoleh semakin
menurun dari mulai dari pemberian treatment pertama hingga
posttest yang terakhir jika dibandingkan dengan skor pada
pretest awal.
2. Bibliotherapy
Terapi dilaksanakan sebanyak 15 kali pertemuan selama lima
minggu dan satu minggu sebagai jeda sebelum diberikan
posttest. Pelaksanaan terapi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
pertemuan 1-3 untuk mengetahui baseline pretest, pertemuan 4-
12 untuk pemberian treatment termasuk posttest setelah
treatment dan pertemuan 13-15 untuk menentukan baseline
posttest. Ratarata pada awalnya subyek penelitian
menunjukkan rasa enggan untuk membaca namun setelah
mengetahui bacaan yang diberikan rasa enggan tersebut mulai
Perpustakaan Unika
82
hilang dan akhirnya kini justru subyek subyek tersebut senang
dengan kegiatan membaca.
B. Pembahasan
Berdasarkan data dari grafik skala kecemasan seperti yang terlihat
pada hasil penelitian, skor yang diperoleh subyek pada setiap
pertemuan mengalami penurunan meskipun jumlah penurun skor
kecemasannya tidak terlalu banyak pada setiap pertemuan. Hal tersebut
terlihat perbedaannya antara skor kecemasan subyek diawal pertemuan
dengan skor subyek diakhir pertemuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bibliotherapy
memberikan efek yang positif terhadap penurunan kecemasan yang
dialami penderita kanker dan mampu memberikan pemikiran positif
terhadap kelangsungan hidup penderita kanker berikutnya, hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Jake bahwa buku dapat
membantu klien untuk berpandangan obyektif terhadap
pengalamannya, memahami secara lebih baik dan bergerak ke arah
perilaku dan hubungan dengan orang lain yang positif dalam
kehidupan. (Jake. 2001). Dengan pemikiran yang positif maka akan
berakibat kepercayaan diri subyek untuk sembuh pun meningkat.
Perolehan insight yang dialami subyek perlahan lahan mulai
meningkatkan rasa percaya diri subyek melalui bacaan bacaan yang
diberikan selama proses treatment. Subyek berusaha memahami hal
hal positif yang dilakukan terhadap penyakitnya dapat memberikan
efek yang baik begitu pula sebaliknya sehingga hal buruk seperti
Perpustakaan Unika
83
mudah menangis, tidak berani menghadapi penyakit, tertutup terhadap
lingkungan dan keluarga dapat menimbulkan efek yang kurang baik
bagi diri sendiri dan penyakit yang diderita. Menurut Lazarus individu
yang memiliki self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang dianggapnya sebagai
ancaman, termasuk kecemasan (dikutip Nawangsari. 2001. h.14).
Perolehan insight dapat meningkatkan kepercayaan diri subyek
sehingga membantu mengurangi kecemasan yang sedang dialami
subyek. Tanpa adanya kesadaran atau tanpa perolehan insight akan
susah untuk dapat mengurangi kecemasan yang dialami subyek. Seperti
yang dialami subyek dua, cukup lama waktu yang dibutuhkan untuk
meyakinkan subyek agar mau membaca bacaan yang diberikan saat
treatment. Subyek tidak yakin bahwa membaca dapat membantukan
menemukan sesuatu yang lain dalam diri subyek seperti kepercayaan
diri atau keinginan untuk sembuh bahkan sempat terjadi penolakan
untuk membaca.
Pada awal pemberian treatment, subyek rata rata kurang
menanggapinya dengan antusias. Keengganan ini berkaitan dengan
kondisi subyek yang sudah tidak yakin dulu dengan bacaan yang akan
diberikan. Rata-rata subyek akan beranggapan bahwa bacaan yang
diberikan hanya merupakan bacaan biasa yang bersifat membosankan
namun setelah membaca, anggapan subyek diawalpun jadi tidak
terbukti. Setelah membaca rata-rata subyek akan mengatakan bahwa
yang tertulis dalam bacaan tersebut sesuai dengan yang sedang dialami
subyek saat ini. Subyek merasa dengan adanya bacaan bacaan
Perpustakaan Unika
84
tersebut, subyek dapat lebih menerima dengan kondisi yang sedang
dihadapi. Kecemasan kecemasan yang diawal pertemuan masih
nampak dalam wajah subyek pun, setelah membaca menjadi berkurang.
Apabila subyek dapat secara aktif menggunakan bibliotherapy
untuk membantu mengatasi masalahnya maka terapi itu juga akan dapat
membantu subyek untuk mendapatkan kekuatannya kembali. Usaha
subyek untuk memahami apa yang telah dibacanya dan usaha untuk
membandingkan dan menyeimbangkannya pada suatu pengalaman yang
baru, dengan penuh harapan memperoleh keuntungan dengan jalan
berpikir dan merasakannya. (White. 2000-2005). setelah peneliti
memberikan treatment bibliotherapy sebanyak tiga kali kondisi
kecemasan subyek nampak berkurang dan akan lebih efektif lagi bila
subyek dengan sendirinya melanjutkan kegiatan membaca ini sendiri
dan dapat mendiskusikannya dengan orang orang yang dipercaya
seperti suami, anak atau teman.
Membaca buku dapat memberi jalan untuk menyembuhkan diri
dari sebuah masalah karena tujuan utamanya adalah perolehan insight.
Dengan perolehan insight yang sudah disharingkan dengan orang lain
inilah yang menampilkan secara umum kesuksesan terapi membaca ini
dalam menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri maupun dengan
lingkungannya. (White. 2000-2005) Tujuan dari bibliotherapy adalah
untuk membantu individu dalam membangun konsep diri dan
menambah motivasi yang diperolehnya dari buku karena didalam buku
terdapat lebih dari satu solusi mengenai masalahnya sehingga mampu
mengurangi tekanan emosional yang dialaminya. Semakin banyak buku
Perpustakaan Unika
85
yang dibaca subyek maka akan membantu subyek memikirkan jalan lain
dari masalah yang sedang dihadapinya yaitu kanker. Seperti yang
dilakukan oleh subyek 2 setelah treatment yang diberikan selesai,
subyek banyak membaca buku tentang kesehatan khususnya tentang
penyakit kanker sehingga dari bukulah maka subyek mencoba
menyembuhkan penyakitnya dengan jalan operasi. Sedangkan untuk
subyek 1, cenderung untuk menata dirinya dengan berusaha berserah
diri pada Tuhan sebab bacaan yang dibacanya kemudian (setelah
pemberian treatment selesai) adalah Alkitab. Namun kedua subyek
memiliki tujuan akhir yang sama yaitu ketenangan batin dan membuang
rasa cemas yang dialami selama ini karena kanker.
Pada tahap evaluating yang diberikan saat proses biblioterapy, setiap
subyek memiliki kata-kata dari bacaan yang mampu membuatnya
memperoleh insight untuk lebih terbuka menghadapi penyakit kanker.
Subyek pertama, saat tahap evaluating pada treatment pertama senang
dengan Mat 14:22-33 karena dianggap serupa dengan isi bacaan yang
diberikan peneliti. Bacaan yang diberikan membuat subyek mulai
meningkatkan keyakinannya bahwa dengan yakin pada Tuhan maka
subyek akan sembuh dengan cara apapun. Pada treatment kedua subyek
sangat senang dengan kata-kata meskipun kesempatan sembuh hanya
fifty-fifty atau bahkan hanya 10% saja, namun siapa tahu justru kita
tergolong yang mendapat keistimewaan 10% itu. (Rahardjo. 2006.
h.23). Kata-kata tersebut membuat subyek merasa bahwa selalu ada
kemungkinan sekecil apapun terhadap penyakit kanker yang diderita
subyek. Oleh sebab itu, subyek semakin bertambah tenang dan mulai
Perpustakaan Unika
86
berkurang lagi kecemasan yang dialaminya sebab subyek semakin yakin
dengan kehadiran Tuhan dan berbagai macam kemungkinan yang dapat
membuat subyek sembuh. Pada treatment ketiga, pengalaman
pengalaman yang disampaikan dibuku membuat subyek senang dan
yakin dengan kesembuhannya. Subyek yakin bisa sembuh asalkan
punya kemauan untuk sembuh dan mau berusaha. Subyek memperoleh
sesuatu yang lain dari setiap bacaan yang diberikan. Insight yang paling
menonjol yang dapat meengurangi kecemasan subyek adalah
keyakinannya akan kesembuhan penyakit kanker. Meskipun subyek
takut menjalani operasi namun subyek berusaha meyakinkan dirinya
bahwa dengan obat-obatan yang rutin diminum setiap hari dan punya
kemauan serta berusaha, akan membantu memperlambat pertumbuhan
penyakit tersebut.
Pada pemberian treatment yang pertama, subyek kedua merasa yang
diceritakan dalam bacaan sesuai dengan yang dialaminya namun subyek
belum dapat mengurangi kecemasannya seperti yang dilakukan pada
bacaan. Subyek memperoleh kekuatan untuk tetap bertahan dengan
penyakit tersebut karena anak-anak subyek masih membutuhkan
kehadiran subyek. Anak anak menjadi sumber kekuatan terbesar bagi
subyek untuk bisa sembuh dari kanker. Pada pemberian treatment yang
kedua, subyek memperoleh insight dari bacaan melalui kata - kata
dengan Tuhan segala sesuatu mungkin. Subyek mencoba meningkatkan
rasa percaya dirinya kembali untuk dapat sembuh. Pada treatment ketiga
subyek mengatakan bahwa subyek ingin seperti pengalaman orang-
orang dalam bacaan yaitu yang awalnya merasa tidak mungkin sembuh
Perpustakaan Unika
87
namun dengan kepercayaan yang luar biasa dan usaha keras maka
sekarang dapat sembuh. Subyek menginginkan rasa cemas, khawatir dan
takut hilang dari pikirannya meskipun hal tersebut dirasa sulit tapi
subyek berusaha untuk menguranginya. Terlebih lagi bila melihat
kondisi anak-anak yang masih membutuhkan subyek. Semangat hidup
subyekpun bangkit kembali meskipun sesekali saat teringat betapa
ganasnya penyakit yang diderita maka subyek masih kerapkali
menangis. Tahap creating dilakukan subyek dengan menulis sebuah
kalimat singkat yaitu, dengan Tuhan segala sesuatu mungkin dan aku
ingin sembuh untuk merasakan keajaiban dari Tuhan tersebut. Pada
subyek kedua ini, kecemasan subyek berkurang karena adanya pengaruh
bacaan yang memberikan insight bagi subyek dan ada pengaruh lain
yaitu dari keluarga (keinginan untuk selalu bersama anak-anak subyek).
Selama proses treatment berlangsung, tahap creating berjalan kurang
optimal. Kedua subyek lebih banyak menolak tahap ini. Keduanya
enggan menghasilkan atau membuat sesuatu yang menunjukkan
perolehan insight yang telah didapat selama membaca. Banyak hal yang
dapat mempengaruhi keengganan kedua subyek untuk melakukan tahap
ini yang salah satunya disebabkan pemilihan subyek yang usianya sudah
tua. Tahap pra studi pun seharusnya dilakukan agar dapat dilakukan
proses screnning sehingga peneliti dapat mengetahui yang seharusnya
dapat dilakukan dengan kondisi subyek yang sudah tua, memiliki
penyakit kanker dan jenis bacaan yang sesuai dengan hal-hal tersebut.
Pemilihan bacaan pada penelitian ini sebenarnya kurang lintas
budaya sebab pada bacaan terdapat hal hal yang mengarah pada
Perpustakaan Unika
88
bacaan yang bersifat nasrani. Hal ini tidak akan memberikan dampak
apapun pada penelitian ini karena kedua subyek merupakan nasrani.
Namun untuk dapat membuat penelitian ini lebih general lagi, maka
akan lebih baik jika bacaa-bacaan yang dipilih tidak hanya mengarah
pada satu ajaran agama saja namun lebih bersifat umum.
Meskipun posttest yang diberikan hasil yang didapat lebih pada
hasil skala kecemasan namun subyek sendiri menyadari dengan
membaca membantu subyek untuk dapat mengurangi kecemasan.
Sehingga walaupun treatment yang diberikan sudah selesai, namun
subyek masih menyenangi kegiatan membaca. Meskipun yang dibaca
kedua subyek ini berbeda yaitu yang satu Alkitab sedangkan yang lain
bukubuku tentang kanker namun tujuan akhirnya sama yaitu perolehan
insight untuk mengurangi kecemasan terhadap penyakit kanker. Selain
itu subyek juga dapat berinteraksi tidak hanya dengan buku yang
dibacanya saja namun juga dengan orang orang disekitarnya karena
dapat berbagi cerita dan mensharekan hasil bacaan. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukan olek Jake bahwa tujuan lain bibliotherapy
adalah untuk membantu orang mendiskusikan masalahnya secara lebih
bebas dan untuk membantu individu merencanakan arah jalan yang
konstruktif dari aksi untuk memecahkan masalah. (Jake. 2001)
Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety scale pada proses
pelaksanaan penelitian memiliki tingkat penurunan yang berbeda. Pada
Death Anxiety scale tingkat penurunan skornya jauh lebih terlihat jelas
jika dibandingkan dengan Hamilton Anxiety Scale sebab rata-rata
subyek yang memiliki penyakit kanker akan cenderung takut untuk
Perpustakaan Unika
89
menghadapi kematiannya daripada cemas terhadap kondisi fisiknya
secara umum. Subyek lebih khawatir meninggalkan keluarganya jika
dibandingkan dengan kondisi penyakit yang diderita. Pada Death
Anxiety scale, pernyataan-pernyataan yang diajukan lebih mengarah
pada ketakutan / kecemasan subyek dalam menghadapi kematian.
Meskipun subyek memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kanker
namun rasa cemas terhadap kematian masih membayangi para
penderita kanker karena pandangan umum penderita kanker bahwa
penyakit kanker ini jarang sembuh seratus persen bahkan rata-rata
penderita kanker akan berakhir dengan kematian.
Pada penelitian ini, skor Death Anxiety penurunannya lebih terlihat
jelas karena berkaitan dengan efek dari bacaan yang dibaca subyek
setelah mendapat treatment. Subyek merasa memperoleh insight yang
dapat membuat perasaannya nyaman dan kemudian yakin dengan
kesembuhannya dan merasa bahwa kematian tidak akan menakutkan
bila dihadapi dengan kesiapan. Bacaan bacaan yang dianggap sesuai
atau mengena bagi subyek dapat meningkatkan keyakinan subyek
untuk sembuh dan dengan keyakinan tersebut membuat kecemasan
yang dialami subyek terutama kecemasannya dalam menghadapi
kematian menjadi berkurang. Bacaan yang membantu subyek merasa
dapat mengurangi kecemasannya terhadap kematian yang disebabkan
oleh kanker, pada treatment pertama terdapat pada judul kemauan
untuk hidup yang menceritakan perjuangan anak untuk hidup setelah
mengalami luka bakar serius dan dengan kemauannya yang luar biasa
besar mampu menentang segala statistika kedokteran dan akhirnya
Perpustakaan Unika
90
dapat hidup dan sembuh. Bacaan yang membantu pada treatment kedua
terdapat pada judul bagaimana jika harus menghadapi penyakit yang
bandel? yaitu pada kalimat: apabila memang waktu kita telah habis di
dunia ini, biarlah kita berangkat dengan tenang dan bahagia, tidak
dengan penuh ketakutan dan kegelisahan. Bacaan pada treatment ketiga
cenderung berisi pengalaman dari orang-orang yang pernah mengalami
penyakit berat termasuk kanker. Pengalaman-pengalaman tersebut
membantu subyek untuk memperolah insight agar tidak terus merasa
cemas karena pengalaman-pengalaman tersebut menceritakan
kesuksesan seseorang dalam menghadapi penyakit tersebut dan
akhirnya dapat sembuh.
Sedangkan skor pada Hamilton Anxiety scale nilai penurunannya
tidak terlalu mencolok karena subyek merasa bacaan-bacaan yang
diberikan lebih dapat membuat kecemasannya terhadap kematian
berkurang daripada kecemasan terhadap perubahan fisik yang dialami
setelah menderita kanker. Bacaan bacaan yang diberikan membuat
subyek merasa bahwa penyakit kanker bukanlah penyakit mengerikan
dan berakhir dengan kematian yang menyakitkan. Kecemasan pada
hamilton scale yang lebih mengarah pada kecemasaan fisik tidak
banyak terpengaruh oleh bacaan yang diberikan pada subyek sebab
kecemasan akan fisik subyek akan berkurang bila subyek menjalani
pengobatan dan terjadi perubahan fisik sehingga subyek dapat melihat
perbedaan fisiknya dengan hilangnya penyakit kanker tersebut.
Penelitian ini tidak lepas dari kelemahan kelemahan meskipun
peneliti sudah berusaha mengurangi kelemahan kelemahan yang
Perpustakaan Unika
91
muncul. Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti kurang
memperhitungkan kondisi subyek saat penelitian yaitu mood subyek
yang mudah berubah seperti mudah menangis, mudah lelah dan usia
subyek yang sudah tua sehingga pada tahap creating subyek enggan
melakukan sendiri oleh subyek. Kurang perhatiannya peneliti terhadap
tahap pra studi menjadikan hal tersebut menjadi salah satu kelemahan
dari penelitian ini karena tahap pra studi seharusnya dapat membantu
peneliti dalam menetukan bacaan yang sesuai dengan kondisi subyek
dan penyaktnya. Selain itu juga dapat meminimalis berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi selama proses penelitian yang
sebenarnya.
Perpustakaan Unika
92
BAB VI
PENUTUP
E. Kesimpulan
Berdasarkan skala kecemasan yang ditunjukkan melalui grafik
kecemasan maka hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang diajukan diterima, bahwa ada perbedaan
kecemasaan yang dialami penderita kanker, sebelum dan sesudah
mendapatkan bibliotherapy. Setelah mendapat bibliotherapy, kecemasan
yang dialami penderita kanker mengalami penurunan. Dimana rata-rata
skor yang diperoleh pada skala kecemasan baik itu pada Hamilton
Anxiety Scale maupun pada Death Anxiety Scale semakin menurun
mulai dari pemberian treatment pertama hingga posttest terakhir jika
dibandingkan dengan skor pada pretest awal.
Selama proses pemberian treatment, subyek menunjukkan
perubahan kecemasan yang terlihat dari skala kecemasan yang
diberikan. Selain itu minat subyek untuk membaca juga tidak berhenti
hingga pemberian treatment terakhir saja. Hingga posttest terakhir usai,
subyek menceritakan akan kesenangannya membaca terutama pada
buku-buku yang dapat membantu mengurangi rasa cemas serta
membuatnya merasa nyaman dan nrimo dengan kondisi yang
dialaminya.
F. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, peneliti
memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:
Perpustakaan Unika
93
4. Bagi Penderita Kanker
Peneliti menyarankan agar penderita kanker mulai menggemari
kegiatan membaca karena bacaan yang tepat dapat mengurangi
suasana hati yang cemas seperti yang telah dialami oleh subyek
penelitian. Sedangkan untuk kondisi yang lain disarankan untuk
mengunakan alternatif terapi yang lain.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya yang berminat dengan penelitian
serupa dan ingin mengetahui lebih mendalam, hendaknya menyadari
bahwa kecemasan tidak menurun secara instan terutama pada
penderita penyakit kronis seperti kanker namun dibutuhkan sebuah
proses dengan demikian sebaiknya
a. penelitian dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama sehingga
efektivitas dari terapi ini dapat lebih terlihat.
b. Sebelum melakukan penelitian, akan lebih baik bila didahului
dengan pra studi terutama untuk bacaan yang akan diberikan. Hal
ini akan membantu peneliti untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat penelitian yang
sebenarnya
c. Pemilihan isi bacaan harus disesuaikan dengan tujuan dan subyek
penelitian.
Perpustakaan Unika
94
DAFTAR PUSTAKA
Aiex, Nola Kortner. 1993. Bibliotherapy. www.Bibliotherapy.htm. 29 April
2007
Byrne, Rhonda. 2008. The Secret, Rahasia. Alih Bahasa: Susi Purwoko
Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
De Clerq, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal dari Sudut Pandang
Perkembangan. Jakarta: Grasindo.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik. 1993. Pedoman Penggolongan Diagnisis Gangguan Jiwa di
Indonesia III.
Dirgagunarsa, Singgih. 1975. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit
(Human Psysiology and Mechanisms of Disease) ed 3-. Alih
Bahasa: Petrus Andrianto. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hartanti dan Dwijanti, J.E. 1997. Hubungan Antara Konsep Diri dan
Kecemasan Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial
Anak Anak Madura. Anima, Volume XII, Nomor 46, Januari
Maret.
Hawari, H.D. 2001. Managemen Stress dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Herink, Richie dan Daniel Goleman. 1980. The Psychotherapy Handbook.
New American Library.
Hurlock, E.B. 1991. Perkembangan Anak Jilid I. Alih Bahasa: Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.
Perpustakaan Unika
95
Jake, Laurie. 2001. Bibliotherapy Applications for Recreation Therapy.
www.Bibliotherapy.com 29 April 2007
Kangas, Maria. Jane L. Henry and Richard a. Bryant. 2005. The Course of
Psychological Disorder in the 1
st
Year After Cancer Diagnosis. The
American Psychological Association. Journal of Consulting and
Clinical Psychology. Volume 73 Nomor 4.
Kartono, K. 1985. Gangguan - Gangguan Psikis. Edisi I. Bandung: Sinar
Dunia.
Koeswara, E. 1986. Teori Teori Kepribadian. Bandung: P.T. Eresco.
Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: Universitas
Muhammadiyah
Mains, J. A. & Scogin, F. R. 2003. The Effectiveness of Self-administered
Treatments: A practice-friendly review of the research. Journal of
Clinical Psychology, 59, 237-246.
Mc.Guigan, F.J. 1990. Experimental Psychology. New Jersey: Prentice hall
Nawangsari, N.A.F. 2001. Pengaruh Self Efficacy dan Expectancy Value
terhadap Kecemasan Menghadapi pelajaran Matematika. Insan Media
Psikologi. Volume 3 Nomor 2.
Novitawati, Maria. Suryantini Rahayu dan Hari K. Lasmono. 2001.
Pengaruh Rational Bibliotherapy Terhadap Penurunan Perilku
Merokok Dengan The Transtheoretical Model of Behavior Change
Sebagai Acuan Pengukuran. Anima. Volume 16 Nomor 3.
Pardeck, John T. and Jean A. Pardeck. 1989. Bibliotherapy: A Tool for
helping Preschool Children deal with Developmental Change
Related to Family Relationships. Early Child Development and
Care, 47, 107 29. EJ 401 179.
Perpustakaan Unika
96
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologis. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Universitas Indonesia
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 4 Buku 1. Alih
Bahasa: Peter Anugerah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Priest, R. 1994. Stress dan Depresi. Alih Bahasa: Istiwiwidajati. Semarang:
Dahara Prize.
Pringgoutomo, Sudarto. Sutisna Himawan dan Achmad Tjarta. 2002. Buku
Ajar Patologi I (Umum) edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto
Rahardjo, Darmo. 2006. Menjadikan Hidup Penuh Makna: Bunga
Rampai, 63 renungan hati untuk mencapai ketenangan jiwa dan
menyembuhkan penyakit. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Rapee, Ronald M. Maree J. Abbott dan Heidi J. Lyneham. 2006.
Bibliotherapy for Children With Anxiety Disorders Using Written
Materials for Parents: A Randomized Controlled Trial. The
American Psychological Association. Journal of Consulting and
Clinical Psychology. Volume 74 Nomor 3.
Santoso, Ananda dan S. Priyanto. 1995. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Surabaya: Kartika.
Scholten, A. 2006. Anxiety. www.google.com. 29 April 2007
Schutte, Nicola S dan John M. Malouff. 1995. Sourcebook of Adult
Assessment Strategies. New York: Plenum Press.
Sclabassi, Sharon Henderson. 1973. Literature as a Therapuntic Tool: A
Review of the Literature on Bibliotherapy. American Journal of
Psychotherapy. Vol. 27
Perpustakaan Unika
97
Shaughnessy, John J dan Eugene B. Zechmeister. 1994. Research Methods
In Psychology, third edition. Singapore: Mc. Graw-Hill,inc
Suryabrata, Sumadi. 1990. Pembimbing Kepsikodiagnostik (ed.2).
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Thallis., F. 1992. Mengatasi Rasa Cemas. Alih Bahasa: Tjandrasa
Meitasari. Jakarta: Arcan.
White, P. G. 2000-2005. Bibliotherapy for Bereaved Sibling. www.Sibling
Connection.htm 29 April 2007
Wasito, H. 1997. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: APTIK dan
Gramedia Pustaka
Perpustakaan Unika
98
LAMPIRAN
Perpustakaan Unika
99
LAMPIRAN A :
MANUAL SKALA KECEMASAN DAN
MANUAL BIBLIOTHERAPY
Perpustakaan Unika
100
A-1 MANUAL SKALA KECEMASAN
Hamilton Anxiety Scale dan Death Anxiety Scale
Perpustakaan Unika
101
Hamilton Anxiety Scale
Hamilton Anxiety Scale terdiri dari 14 cluster yang terdiri dari
simtom simtom kecemasan yang umum yaitu kecemasan umum dan
kecemasan dari segi kognitif dan somatic
Administrasi dan scoring

Setiap cluster akan diberi nilai dari 0 - 4 point. Hal ini tergantung
dari apa yang sedang dirasakan subyek. Skor yang tinggi mengindikasikan
kecemasan yang besar pada subyek.
Tingkatan nilai: 0 = tidak ada
1 = ringan
2 = rata - rata
3 = berat
4 = terlalu berat
Death Anxiety Scale
The Death Anxiety Scale terdiri dari 15 item
Administrasi dan scoring

Subyek pada dasarnya hanya menjawab benar atau salah pada setiap
pernyataan. Skor pada item nomor 2,3,5,6,7 dan 15 adalah Unfavoreble
kemudian seluruh nilai pada setiap item dijumlahkan. Rentang nilai dari 0
15, skor yang tinggi mengindikasikan kecemasan akan kematian yang
berlebihan.
Perpustakaan Unika
102
A-2 MANUAL BIBLIOTHERAPY
Perpustakaan Unika
103
MANUAL BIBLIOTHERAPY
PERSIAPAN

1. Menyiapkan literatur/bacaan yang akan diberikan pada subyek sebab
setiap minggunya bacaan yang diberikan berbeda beda.
2. Menanyakan kegemaran / hobi subyek. Tujuannya untuk
mempermudah tahap Creating.
3. Menyiapkan peralatan / media untuk Tahap IV (Creating) yang
sesuai dengan hobi masing masing subyek.
PELAKSANAAN

TAHAP I: HOPING (60 menit)
Pada tahap ini subyek diajak untuk:
1. Berharap mengenai penyakitnya
Bagaimana kondisi penyakitnya (akankah membaik /
memburuk), keinginannya untuk sembuh, kecemasan yang
dirasakannya, keinginan untuk dapat menerima dirinya dengan
kondisinya saat ini, keinginan untuk dapat beraktivitas seperti
sebelum sakit, keinginan agar penyakitnya tidak merepotkan dirinya
maupun orang lain, dll.
2. Hasil apa yang akan dicapainya setelah membaca
Apakah berharap setelah membaca dapat menerima dirinya
dengan lebih terbuka, apakah berharap buku dapat membantunya
mengurangi rasa cemasnya akan penyakitnya, keinginan untuk
Perpustakaan Unika
104
bersosialisasi seperti kondisi sebelum sakit, apakah mendapat
semangat baru dari buku yang telah dibacanya, dll
3. Harapan harapan lain yang ingin dicapainya.
Harapan tentang pasangan hidupnya, harapan tentang
keluarganya, harapan harapan lain tentang dirinya setelah berada
dalam kondisinya saat ini, caranya bersosialisasi dengan lingkungan
baik itu dengan keluarga maupun dengan lingkungan sekitar, dll.
Hasil dari tahap ini dapat digunakan pula untuk membandingkan
harapan pada tahap Hoping dengan harapan setelah membaca. Bantu atau
motivasi subyek untuk meningkatkan kepercayaan dirinya agar apa yang
diharapkannya dapat lebih mudah terwujud. Keuntungan yang diperoleh
dari Bibliotherapy yaitu, subyek memperoleh pikiran yang lebih terbuka.
TAHAP II: READING (60 menit)
Subyek diberikan bacaan yang mencerminkan pengalaman dirinya.
Pada tahap ini peneliti memperkenalkan literatur yang akan dibaca subyek
dan memberi waktu pada subyek untuk membaca literatur tersebut. Subyek
dapat membuat catatan kecil mengenai literatur yang dibaca bila dianggap
perlu atau penting bagi dirinya.
Buku yang digunakan adalah Menjadikan Hidup Penuh Makna:
Bunga Rampai, 63 renungan hati untuk mencapai ketenangan jiwa dan
menyembuhkan penyakit karangan Darmo Rahardjo. Buku kedua yang
digunakan yaitu The Secret, Rahasia karangan Rhonda Byrne. Beberapa
judul dari kedua buku tersebut kemudian dibagi dalam tiga bagian dan
Perpustakaan Unika
105
setiap bagiannya diberikan secara bertahap setiap minggunya. Kedua buku
ini dipilih karena dirasa sesuai dengan kondisi yang sedang dialami oleh
subyek saat ini.
Bagian bagian buku yang digunakan dalam bibliotherapi kali ini adalah:
Bagian I: Membantu Dokter Mendiagnosis Penyakit; Penyakit Sering
Kali Tidak Berdiri Sendiri; Pengaruh Kebahagiaan Pada
Kesehatan Tubuh; Kebahagiaan Datangnya Dari Dalam
Bukan Dari Luar; Apa Yang Kita Pikirkan Cenderung
Terjadi; Berdoa, Bekerja Dan Pasrah; Sesuatu Yang Tak
Dapat Diubah Harus Kita Terima; Mengapa Saya Mengalami
Semua Ini?; Menghadapi Cemas, Gelisah, Takut, Panik;
Kemauan Untuk Hidup; Hati Yang Gembira Adalah Obat
Yang Manjur
Bagian II: Bagaimana Jika Harus Menghadapi Penyakit Yang Bandel?;
Berjuang Mempertahankan Hidup; Penderitaan Yang Bukan
Atas Kehendak Kita Sendiri.
Bagian III: Surat Pribadi, Darmo Rahardjo; Cathy Goodman, Kisah
Pribadi; Morris Goodman.
Antara tahap II: Reading dan tahap III: Evaluating, ada masa yang disebut
INKUBASI. Tujuannya untuk mengendapkan apa yang telah dibaca dan
menemukan insight yang sesuai dengan kondisinya. Masa inkubasi pada
menelitian ini yaitu dua hari
Perpustakaan Unika
106
TAHAP III: EVALUATING (90 menit)
Mendiskusikan apa yang sudah dibaca, sharing, membahas apa yang
dapat dilakukan setelah mendapatkan insight dari literatur yang diberikan.
Hal ini dapat dilakukan pada siapapun yang dianggap subyek dapat
diajaknya diskusi, namun kali ini proses lebih ditujukan pada peneliti
dengan subyek.
Tujuan tahap ini yaitu membandingkan dan mengontraskan cerita
dalam buku dengan pengalaman yang sedang dirasakan saat ini dan
mengatakan pada diri sendiri (subyek) pelajaran apa yang didapat setelah
membaca buku literatur tersebut.
Jika kesulitan untuk memulai diskusi, maka dapat menggunakan
panduan dibawah ini dengan cara melengkapi pernyataan yang telah ada.
1. Sebelum aku membaca, harapanku ___________________________
2. Pengalamaku berbeda dengan buku yang telah dibaca, karena _____
3. Pengalamanku sama dengan buku yang telah dibaca, karena _______
4. Bagian cerita yang paling aku suka yaitu ______________________
5. Aku berharap bahwa ______________________________________
6. Aku akan membicarakan padamu apa yang aku rasakan __________
7. Aku merasa kecemasanku __________________________________
TAHAP IV: CREATING (120 menit)
Menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan insight yang diperoleh
subyek. Menyediakan sarana yang dapat menunjang sesuatu yang akan
diciptakan oleh subyek. Misalnya subyek yang ingin menggambar maka
disediakan peralatan untuk menggambar atau subyek ingin menulis baik itu
Perpustakaan Unika
107
menulis puisi, cerita atau hanya sekedar buku harian maka disediakan
media yang sesuai, dll.
Tujuan tahap ini yaitu agar subyek dapat merealisasikan insight yang
telah diperolehnya dalam bentuk nyata. Yang terpenting pada tahap ini
adalah bukan terletak pada baik buruk dari apa yang dihasilkan subyek
melainkan bagaimana subyek dapat menghasilkan sesuatu yang
mencerminkan insight yang diperolehnya dari buku yang dibacanya.
Bila pada tahap ini tidak ditemukan ide untuk menciptakan sesuatu
maka terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan, yaitu:
1. Bila tidak menyukai atau tidak bisa menggambar maka dapat
menggunakan suatu gambar yang berhubungan dengan bacaan atau
kondisi subyek kemudian subyek ditanya mengenai pendapatnya
tentang gambar tersebut.
2. Buatlah catatan mengenai kata kata dalam buku yang dapat
menggambarkan perasaan subyek dan buatlah sebuah puisi
menggunakan kata kata tersebut.
3. Cobalah dengan membuat kumpulan gambar dari majalah atau
koran yang dapat menunjukkan bagaimana pengalaman yang terjadi
dalam diri subyek.
4. Buatlah surat pada penulis buku tersebut ( meskipun surat tersebut
mungkin tidak benar benar dikirimkan pada penulis) dan katakan
pada penulis mengenai cerita hidupmu dan bagaimana buku tersebut
sesuai dengan pengalamanmu atau memberikan inspirasi pada
hidupmu.
Perpustakaan Unika
108
LAMPIRAN B :
SKALA KECEMASAN
Perpustakaan Unika
109
B-1 HAMILTON ANXIETY SCALE
Perpustakaan Unika
110

Perpustakaan Unika
111

Perpustakaan Unika
112

Perpustakaan Unika
113
B-2 DEATH ANXIETY SCALE
Perpustakaan Unika
114

Perpustakaan Unika
115
LAMPIRAN C :
HASIL SKALA KECEMASAN
Perpustakaan Unika
116
HASIL SKALA KECEMASAN

Perpustakaan Unika
117
LAMPIRAN D :
LITERATUR TREATMENT
Perpustakaan Unika
118

T R EAT MEN T
1
Perpustakaan Unika
119
MEMBANTU DOKTER MENDIAGNOSIS PENYAKIT
Apabila kita sakit, tindakan pertama paling bijaksana yang harus kita
lakukan adalah pergi ke dokter. Dokterlah yang paling mengetahui apa
masalah kita, tindakan apa yang harus diambil, obat apa yang harus
dimakan dan sebagainya. Sudah tentu kita harus membantu dokter dengan
memberikan segala keterangan yang diperlukan, karena tanpa keterangan
jelas, dokter akan lebih sukar menolong kita.
PENYAKIT SERING KALI TIDAK BERDIRI SENDIRI
Memang banyak penyakit yang Anda rasakan pada tubuh tidak
selalu berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan ketenangan jiwa dan
kebahagiaan Anda.
PENGARUH KEBAHAGIAAN PADA KESEHATAN TUBUH
Ingin saya tekankan bahwa kebahagiaan itu penting dan sangat besar
pengaruhnya bagi kesehatan. Kebahagiaan dalam kehidupan sehari hari,
dalam pekerjaan dan dalam lingkungan kita terutama dalam rumah tangga
kita.
KEBAHAGIAAN DATANGNYA DARI DALAM, BUKAN DARI LUAR
Kebahagiaan itu penting, lebih penting dari apapun dan untuk
menjadi bahagia tidak diperlukan prasyarat: artinya tidak perlu seseorang
itu kaya raya misalnya untuk dapat berbahagia. Bahkan harta benda bukan
jaminan seseorang menjadi bahagia
APA YANG KITA PIKIRKAN CENDERUNG TERJADI
Apabila sedang sakit kita bisa memilih apa yang kita bayangkan, ini
pilihan bebas: jika penyakit kita makin parah, maka terjadilah seperti apa
yang kita bayangkan. Kita dapat pula membayangkan, besok kita lebih baik
dari hari ini, bulan depan lebih baik dari bulan ini dan seterusnya dan
seperti apa yang kita bayangkan kita cenderung lebih cepat sembuh.
Apalagi kalau kita menyatakan saya pasti sembuh. Thoughts and words
are things that have magic power.
Perpustakaan Unika
120
BERDOA, BEKERJA DAN PASRAH
Rasanya di dalam hidup ini tiga hal diatas ini sama pentingnya: kita
harus bekerja keras untuk maju tapi pengetahuan kita sangat terbatas dan itu
harus kita akui dengan segala kerendahan hati.
Oleh karena itu, kita memerlukan bimbingan bimbingan dari
sumber yang maha tahu, maha pengasih, maha kuasa sehingga sehingga
kita tidak akan salah lagi. Jangan pikirkan akan apa hasilnya nanti, untuk itu
kepasrahan adalah unsur mutlak ketiga, karena dengan kepasrahan (pasrah
bukan nrimo dalam bahasa jawa) kita terbebas dari ketegangan dan
kegelisahan dan kita bisa merasakan ketenangan jiwa yang mendalam.
SESUATU YANG TAK DAPAT DIUBAH, HARUS KITA TERIMA
Ada keadaan keadaan tertentu yang tidak dapat kita ubah
(misalnya meninggalnya seseorang yang kita kasihi) dan keadaan ini harus
dapat kita terima dengan rela, ikhlas dan bahagia.
Doa ketenangan dari Reinhold Niebuhr: Tuhan berilah aku
ketenangan jiwa untuk dapat menerima apa yang tidak dapat kuubah;
berilah aku keberanian untuk mengubah apa yang kudapat; berilah aku
keberanian untuk mengenali bedanya!
MENGAPA SAYA MENGALAMI SEMUA INI?
Apabila kita mengalami musibah, apalagi jika musibah ini datangnya
bertubi tubi, sering kali terdengar keluhan: mengapa saya, mengapa saya
yang harus mengalami semua ini, mengapa, mengapa?
Seolah-olah kita mau bilang: Tuhan bagaimana ini, apa Kau tidak
salah? Tuhan, yang benar saja!
Seringkali kita lupa yang kita alami itu mungkin adalah hasil dari
ulah kita sendiri, mungkin kita lalai, ceroboh, tidak jaga diri, over-estimate
diri sendiri atau kita ingin mencapai sesuatu dengan jalan pintas. Dalam hal
ini rasanya tidak adil kalau menyalahkan Tuhan.
Mungkin juga musibah ini terjadi walaupun kita sudah hati hati,
bahkan dalam tindak tanduk kita selalu mohon bimbinganNya. Tentunya
apabila demikian, pasti ada hikmahnya, mungkin ini suatu blessing in
disguise. Tenanglah dan bersyukurlah dan make the best of the situation.
Biasanya bila Tuhan menutup sebuah pintu, Dia akan membukakan pintu
yang lebih besar bagi kita. Anjuran saya: jangan kuatir menghadapi cobaan
dari Tuhan!
Perpustakaan Unika
121
MENGHADAPI CEMAS, GELISAH, TAKUT, PANIK
Saya yakin tidak seorangpun terbebas dari perasaan ini. Yang
penting adalah bagaimana kita dapat membatasi perasaan perasaan ini
dalam batas yang wajar, dengan kata lain: cemas dan takut tidak apa-apa,
tetapi jangan sampai panik.
Panik adalah keadaan, di mana kita sudah tidak dapat lagi berpikir
rasional. Lalu bagaimana mengatasinya? Dalam hal ini jelas bahwa iman
seseorang memegang peran sangat penting. Tuhan maha pengasih, maha
tahu, maha kuasa, takkan terjadi pada diri kita sesuatu diluar kehendaknya,
asal kita bekerja dan mohon bimbingannya.
Misalnya, kita divonis mengidap kanker, suatu penyakit yang sangat
bandel. Bayangkan pengaruh jahat penyakit itu mempunyai nilai -100 bagi
kesehatan dan bayangkan kita mempunyai daya tahan bernilai +300. Besar
sekali kemungkinan kita dapat mengatasi musibah itu
Tapi bayangkan sekarang bahwa pengetahuan tentang adanya kanker
ini membuat kita gelisah, takut, panik, kecewa, marah (pada Tuhan,
mengapa aku) dan putus asa, apabila masing masing perasaan ini
mempunyai nilai akan terlihat seperti berikut:
Gelisah -300
Takut -100
Panik -500
Kecewa -500
Putus asa -1000
Jumlah -2400
Daya tahan tubuh kita +300
Dalam hal ini besarkah kemungkinan kita sembuh?
Kanker itu adalah kenyataan (-100) plus pikiran negatif ciptaan kita sendiri
(-2400), sehingga sudah kanker ditambah lagi pikiran negatif, sehingga
perbandingan daya tahan (+300) terhadap kanker + +(-2400) menjadi -2500.
secara suka rela kita memperkecil kans kesembuhan kita.
Kurangilah kemungkinan kemungkinan musibah untuk terjadi,
banyak sekali masalah yang dapat kita hindari dan banyak pula yang dapat
diantisipasi dan jika kita mengantisipasinya dengan baik, setidaknya apabila
masalah itu datang juga, paling tidak kita sudah lebih siap.
Memang ada hal hal tertentu yang tak terhindarkan, misalnya saja
kematian, meninggalkan atau ditinggalkan. Apabila kita mengakui adanya
keabadian, menerima harmoni yang ada dalam Rencana Besar Tuhan, maka
kita bersedia melihat segala sesuatu dalam rangka yang lebih besar.
Rasanya kita akan tetap takut, tapi dalam batas-batas yang wajar. Kiranya
tak perlu kita takutkan, kapan saat itu tiba tapi lebih perlu kita pikirkan,
bagaimana kita dapat membaktikan diri kepada sesama dalam waktu yang
Perpustakaan Unika
122
masih tersisa. Benar pantas kita takutkan, apabila sisa hidup kita tidak akan
mempunyai arti.
KEMAUAN UNTUK HIDUP
Dalam Readers digest dikisahkan dua kasus:
1. Seorang anak berumur 11 tahun mengalami musibah; ia terbakar dan
luka bakarnya sedemikian luasnya, sehingga secara medis dia pasti
mati. Ia masih dapat bicara dan mengatakan pada dokternya: Dok,
Anda tak akan membiarkan saya mati, kan?, yang dijawab oleh
dokternya: Pasti tidak, kamu akan hidup! Anak ini dengan
kemauannya yang luar biasa besar untuk hidup menentang segala
statistik kedokteran dan akhirnya dapat tetap hidup dan sembuh.
2. Seorang pria umur 35 tahun dirawat di rumah sakit karena menderita
flu. Jantung dan organ organ lainnya dalam keadaan normal, hanya
saja dia memiliki banyak masalah dalam keluarganya. Sewaktu dokter
jaga sedang berkeliling, ia mengatakan: Dok, saya yakin besok saya
pasti mati ; jawab dokternya: Ah, Anda gila, mana ada orang hanya
flu begini bisa mati! Ternyata esok harinya ia benar benar mati.
Dari kedua kasus ini kita lihat betapa besar pengaruh kemauan untuk hidup,
perjuangan untuk bertahan hidup terhadap kesembuhan seseorang.
HATI YANG GEMBIRA ADALAH OBAT YANG MANJUR
Hati yang gembira adalah obat yang manjur tetapi semangat yang
patah, mengeringkan tulang. Kata kata tersebut diambil dari Alkitab,
Amsal 17:22. Benar sekali, kegembiraan / kebahagiaan mempunyai daya
sembuh yang sangat besar, sedangkan patah semangat adalah sesuatu yang
fatal. Kita boleh kehilangan apa saja, tetapi jangan putus harapan, jangan
patah semangat; seringkali secara berkelakar saya mengatakan kepada tamu
tamu saya, bahwa kata-kata putus asa, tak ada harapan, gagal total, nasi
telah menjadi bubur dan sebagainya tak terdapat dalam perbendaharaan kata
saya atau dalam kamus saya.
Dalam segala usaha boleh saja kita gagal, karena jika takut gagal,
kita takkan pernah maju, jatuh bangun boleh-boleh saja, asal kita jatuh 10
kali, kita bangun untuk ke-11 kalinya. Kalau toh nasi telah menjadi bubur,
buatlah bubur itu menjadi bubur ayam yang enak sekali.
Janganlah kita menjadi kecut karena kegagalan, tetapi berterima
kasihlah kepada Tuhan untuk kemungkinan-kemungkinan yang ada pada
saat itu. Biasanya musibah membuka cakrawala baru.
Perpustakaan Unika
123
T R EAT MEN T
2
Perpustakaan Unika
124
BAGAIMANA JIKA HARUS MENGHADAPI PENYAKIT YANG
BANDEL?
Saya tidak menggunakan istilah terminal. Terminal berarti
terakhir, artinya penderita ini pasti tak akan sembuh. Penyakit kanker yang
sudah lanjut, misalnya, disebut terminal dan ilmu kedokteran mempunyai
alasan untuk menyebutnya demikian berdasarkan stastistik yang ada.
Bagaimana kita menghadapi ini? Saya juga tidak tahu, hanya bisa
berteori, karena belum pernah mengalami sendiri. Kita semua akan
meninggal dan akan ditinggalkan dan rasanya ditinggalkan lebih berat
daripada meninggal, walaupun sepintas ini terdengar agak agois. Memang
ada istilah: Segera setelah dilahirkan, kita sudah siap untuk mati dan mati
tidak mengenal usia. Agama mengajarkan kita bahwa masih ada kehidupan
setelah kita meninggal, ada kehidupan kekal. Lepas dari itu, saya pikir,
karena meninggal itu telah dialami oleh semua pendahulu kita dan akan
dialami oleh semua orang, maka rasanya it can not be too bad, bukan
sesuatu yang harus ditakutkan sekali. Tentunya Tuhan sudah mengatur
semua ini. Sekali lagi, ini hanya teori. Jika saya sendiri menghadapi itu,
saya tidak tahu apakah saya masih bisa bicara begini dan tidak merasa
takut.
Bagaimanapun, marilah kita lihat: umumnya sakit yang seberat apa pun
biasanya tidak semuanya tak ada harapan. Statistik kedokteran pun sering
menyatakan bahwa kemungkinan sembuh, fifty/fifty, atau bahkan hanya
10% saja: Andaikata kasus kita termasuk yang gawat, siapa tahu justru kita
tergolong yang mendapat keistimewaan 10% itu. Saya sendiri berkali-kali
menyaksikan karya besar Tuhan yang penuh kuasa terjadi. Mungkin ada
baiknya jika kita mencoba menganalisa sikap bagaimana yang memberikan
kita kemungkinan terbesar untuk dapat mengatasi penyakit yang bandel
itu. Menurut dugaan saya:
1. Bila dapat tetap tenang, apapun vonis dokter, kita tidak akan jatuh dalam
depresi atau putus asa, tidak akan menyerah kalah;
2. Kita tidak kecewa dengan nasib, kita tidak berdoa agar Tuhan mengubah
diagnosa kita;
3. Kita tidak dengan segala kekuatan dan kepanikan melawan kanker
atau penyakit kita, tetapi kita bersyukur atas segala yang Tuhan berikan
dan percaya bahwa Tuhan sedang bekerja untuk yang terbaik bagi kita;
4. Di samping usaha kedokteran yang kita teruskan, kita pasrah dan
percaya bahwa Tuhan akan memberikan kita yang Dia kasihi yang
terbaik dari yang paling baik;
Perpustakaan Unika
125
5. Kita membayangkan, apabila Tuhan menghendaki, maka jaringan kita
yang sakit makin hari akan makin sembuh, besok akan lebih baik dari
hari ini, bulan depan lebih baik dari bulan ini dan seterusnya.
6. Kita berdoa agar Tuhan selalu membimbing kita, memperhitungkan
segala kelemahan kita, membimbing semua dokter, perawat, dan orang-
orang yang terlibat dalam usaha menyembuhkan kita.
7. Kita memelihara semangat dan rasa humor kita dan kita selalu optimis
dan riang gembira bersama orang-orang di sekeliling kita yang kita
kasihi.
8. Kita makan yang enak, tidur yang tenang dan bersyukur untuk hal-hal
yang biasa-biasa sekalipun, misalnya untuk fajar yang baru
menyingsing, suara burung berkicau, aneka bunga yang berwarna-warni.
Ketenangan jiwa membantu metabolisme badan sehingga dapat
memperbaruhi sel-sel yang rusak.
Lagi pula kita tidak perlu memikirkan bagaimana nantinya, apakah kita bisa
sembuh. Serahkan saja itu kepadaNya. Tuhan memberikan yang terbaik:
Dia tidak hanya menyembuhkan badan kita tapi seluruh badan, jiwa dan roh
kita.
Apabila memang waktu kita telah habis di dunia ini, biarlah kita
berangkat dengan tenang dan bahagia, tidak dengan penuh ketakutan dan
kegelisahan. Saya yakin di sini kita mengucapkan selamat tinggal, pada saat
yang bersamaan di seberang sana, orang-orang yang kita kasihi akan
menyambut kita dengan riang gembira untuk mengadakan reuni yang bukan
main meriahnya.
Saya merasa tidak ada yang perlu kita takutkan. Kita berziarah di
sini dan jika ziarah kita selesai, Tuhan akan memanggil kita pulang. Kapan
waktunya tak perlu kita pikirkan. Yang perlu kita pikirkan adalah
bagaimana kita bisa sebaik mungkin mengamalkan sisa hidup kita, apakah
itu masih sebulan atau tiga puluh tahun lagi. Saya ingat pepatah orang
Indian: Sewaktu kamu dilahirkan, kamu menangis dan dunia bersorak-
sorai; hiduplah sedemikian rupa, sehingga jika kamu nanti mati, dunia
menangis dan kamu bersorak-sorai.
BERJUANG MEMPERTAHANKAN HIDUP
Sekali lagi saya tekankan di sini, kita wajib berjuang
mempertahankan hidup sejauh mungkin dan dalam usaha ini ketenangan
jiwa menolong banyak, artinya ketenangan jiwa juga apabila menurut para
dokter memang tak ada harapan lagi. Dalam hal ini kita hanya berdoa dan
kita renungkan apa yang kita baca di Alkitab Mat. 19;26, yaitu: DENGAN
TUHAN SEGALA SESUATU MUNGKIN.
Perpustakaan Unika
126
Apabila memang benar demikianlah yang Tuhan putuskan,
betapapun kita mencintai dunia ini (dengan segenap isinya), Tuhan masih
mempunyai sesuatu yang jauh lebih baik bagi anak-anaknya yang Dia
kasihi. Mari kita renungkan Yoh. 14:2-3 Di rumah BapaKu banyak tempat
tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku tidak mengatakannya kepadamu dan
seterusnya...
Ada beberapa anekdot yang rasanya bermanfaat untuk kita renungkan:
Sewaktu mantan presiden Amerika Serikat John Quincy Adam,
berusia 80 tahun, menderita sakit, seorang kawan lama bertanya, Halo
John, bagaimanakah keadaan kamu sekarang? John menjawab, Baik-baik
saja, terima kasih! Cuma saja rumah yang dia tinggali rupanya sudah sangat
rapuh. Saya kira John Quincy Adams tak lama lagi harus pindah dari rumah
itu, tapi dia sendiri masih baik-baik saja.
Helen Keller menulis: Aku pula pernah mengasihi dan pernah
kehilangan. Aku juga harus berjuang keras mempertahankan iman yang tak
tergoyahkan. Apabila aku gagal mendengarkan suara ilahi, imanku mulai
goyah, tapi aku tahu aku harus mempertahankannya, karena tanpa iman,
takkan ada terang di dunia. Iman menunjukkan kita ke dunia yang lebih
bahagia, tempat orang-orang yang kita kasihi menunggu kedatangan kita.
Mac Donald Clarke mengatakan, Kematian bagi orang yang baik
adalah sekedar melalui jalan masuk yang gelap, keluar dari sebuah kamar
sempit dari Rumah Bapanya dan masuk ke ruang yang indah dan luas,
bercahaya dan membahagiakan dan penuh kebesaran ilahi.
Mati tidak mengenal usia, yang penting bukan panjangnya usia, tapi
apa yang kita lakukan dengan hidup kita. Tuhan Yesus sendiri hanya
berusia 33 tahun ketika Dia memberikan nyawanya untuk menebus dosa-
dosa kita, temasuk dosa mereka yang membunuhnya. Sambil saya menulis
ini (November 1998), belasan mahasiswa yang masih muda usianya dengan
hari depan yang begitu cerah telah rela memberikan nyawanya untuk tanah
airnya. Hidup mereka jelas tidak sia-sia walaupun begitu pendek. Dalam
ucapan selamat jalan kepada mereka, saya menulis
Kepada Adik-adik mahasiswa yang gugur dan semua pahlawan reformasi:
Horace yang hidup di tahun 65-8 SM menulis, Adalah manis dan
terhormat untuk mau mati bagi Tanah Air (Dulce et decorum est pro
patria mori). Pengorbanan Anda takkan sia-sia.
Winston Churchill menulis seusai Perang Dunia II: Tak pernah ada
dalam sejarah umat manusia begitu banyak berhutang budi begitu banyak
kepada begitu sedikit (Never in the history of mankind so many owe so
much to but so few). Semoga keluarga Anda tabah dan selamat jalan
pahlawan!
Perpustakaan Unika
127
PENDERITAAN YANG BUKAN ATAS KEHENDAK KITA SENDIRI
Judul ini kedengarannya aneh: mana ada penderitaan yang datang atas
kehendak kita sendiri?
Betapapun anehnya, memang benar banyak penderitaan adalah hasil
ciptaan kita sendiri. Contohnya cukup banyak, misalnya saja seseorang
yang sengaja menyiksa dirinya untuk mendapatkan sesuatu kesaktian atau
seorang istri yang menyiksa diri untuk menghukum suaminya yang tidak
mau menuruti keinginannya. Contoh-contoh lain boleh ditambah sendiri.
Tapi yang akan kita bahas di sini adalah penderitaan yang tak
terelakkan dan bukan atas kemauan kita sendiri. Contohnya, orang-orang
yang diculik karena membela kebenaran dan tak dapat berbuat apa-apa
menghadapi kenyataan harus hidup mendampingi suami yang sangat egois
dan bertindak semena-mena dan bahkan mempunyai safe deposit berupa
wanita lain, orang yang menghadapi istri yang sangat egois dan pemboros
tanpa menghiraukan kemampuan suaminya yang terbatas, atau orang tua
yang menghadapi anaknya pecandu ganja, penjudi, suka berhutang yang
melibatkan orang tuanya.
Keadaan yang sering kita lihat adalah orang-orang yang menderita
kelumpuhan, menderita kesakitan yang luar biasa karena kanker, misalnya.
Mereka dan dokter-dokter mereka tidak bisa berbuat banyak, mereka
menghadapi keadaan d luar kemampuan mereka.
Lalu, apa yang harus mereka lakukan? Berusaha sekuat tenaga
sebatas kemampuan manusia dan berdoa? Jelas itu sangat bijaksana, tapi
dengan cara bagaimana bisa mengurangi penderitaannya?
Bacalah doa ketenangan jiwa dari Niebuhr: Tuhan berilah aku
ketenangan jiwa untuk dapat menerima apa yang tidak dapat kuubah;
berilah aku keberanian untuk mengubah apa yang kudapat; berilah aku
keberanian untuk mengenali bedanya!
Dengan berpegangan pada logoterapi, bila kita menghadapi suatu
keadaan yang tidak mungkin kita ubah, ada satu hal yang tetap dapat kita
ubah menurut kehendak kita, kita tetap kuasa untuk mengubahnya. Apa itu?
Yang dapat kita ubah adalah sikap kita.
Dalam contoh penyakit yang membandel tadi kita dapat bersikap
kesal, kecewa, merasa diperlakuakn tidak adil oleh keluarga kita, oleh
dokter kita, oleh Tuhan ..., benci, dendam, bahkan benci kepada apa dan
siapa saja termasuk kepada diri sendiri. Kita bisa pesimis, putus asa dan
uring-uringan, mengapa harus aku yang mendapat penderitaan ini?
Sikap demikian jelas tidak mendukung dan tak akan mengurangi
penderitaan kita, bahkan menambah beban dan penderitaan serta
mengurangi kemungkinan sembuh.
Apabila sedang sakit, kita membutuhkan segala tenaga dan daya
sembuh yang ada di dalam tubuh dan jiwa kita untuk mendukung
Perpustakaan Unika
128
penyembuhan kita dan segala pikiran negatif akan mengurangi daya
sembuh ini. Jika kita mengubah sikap dari negatif menjadi positif, maka
kita berubah dari pesimis menjadi optimis, dari putus asa menjadi penuh
harapan lagi. Kita mengganti kekecewaan dengan kerelaan dan rasa
bersyukur, bersyukur walau dalam penderitaan. Ini aneh rasanya.
Memang benar, orang yang mempunyai ketenangan jiwa cenderung
memperhitungkan berkah-berkahnya yang tetap berlimpah-limpah dalam
keadaan yang bagaimanapun sulitnya. Ia tidak memfokuskan diri pada
kekurangannya, tapi merasa bahagia dengan apa yang masih ada, ia tetap
dapat merasa bahagia. Sikap ini dapat dan pasti mendukung
kesembuhannya dalam batas-batas yang masih mungkin. Tetapi bila
memang waktunya telah tiba, paling tidak sikap ini akan membuat tahun-
tahun atau bahkan hari-hari yang masih tersisa menjadi sangat penuh arti.
Kita sendirilah yang harus menentukan sikap apa yang akan kita
ambil dalam menghadapi musibah yang tak terelakkan
Perpustakaan Unika
129
T R EAT MEN T
3
Perpustakaan Unika
130
SURAT PRIBADI, DARMO RAHARDJO
Ditujukan kepada tamu tamu saya yang mengidap kanker atau
penyakit penyakit lain yang bandel:
Bulan Juni lalu, sepulang dari inggris untuk menengok anak-anak,
saya batuk hebat dan badan merasa kurang fit. Sya ke dokter dan dianjurkan
melakukan Thorax X-ray, USG dan periksa darah, termasuk kadar PSA di
darah. Kadar PSA yang normal antara 0 sampai 4, tapi nilai saya ternyata di
atas 40. saya sadar ada sesuatu yang tidak beres , kemungkinan ada sesuatu
yang ganas pada prostat saya.
Bulan September saya pergi ke Pert dan dokter saya menganjurkan
saya melkukan biopsi dan bone-scan. Hasil biopsi ternyata benar. Ada
kanker pada prostat saya. Untung hasil bone-scan menunjukkan tulang-
tulang saya masih bersih, belum terkena matastasis/penyebaran.
Saat itu saya ditemani anak saya. Saya tidak kaget, tidak panik, tidak
gelisah dan walaupun sadar akan seriusnya keadaan saya, pertanyaan saya
pertama pada anak saya estela dari dokter hdala, kita mau makan
dimana? Malam harinya, seperti biasa dalam waktu lima menit saya sudah
pules.
Sekian banyak klien-klien: , tamu-tamu saya juga mengidap tumor
ganas/kanker atau penyakit lain yang tidak kurang bandelnya atau
mengalami kecelakaan atau stroke yang meninggalkan cacat yang lama.
Saya cenderung mengatakan pada klien-klien saya, Sudah
waktunya kita membentuk kanker-club, perkumpulan pengidap kanker,
mangapa tidak? Kedengarannya memang aneh, tapi yang saya maksud kan
adalah klub imajiner yang terdiri atas orang orang yang telah mengalami
sesuatu yang berat, tapi tidak menjadi kecil hati, pesimis, kecewa, minder
atau menyerah kalah pada keadaan mereka, tetapi mempunyai jiwa yang
telah membaja dan bersedia dengan ketenangan jiwa melawan penyakitnya
yang ganasitu. Anggota-anggotanya saling memberi dorongan moril untuk
tidak menyerah kalah tanpa bertanding.
Dari para anggotanya diharapkan memenuhi sifat-sifat seperti dibawah ini:
1. Ia harus mengidap penyakit kanker, penyakit bandel lain atau cacat
permanen;
2. Ia tidak panik ketika mendengar vonis dari dokternya, tapi langsung
dapat menerima;
3. Ia bertekad untuk berobat sebaik-baiknya. Ingat, badan kita adalah
kenisah yang Tuhan berikan kepada kita dan oleh karenanya harus
kita rawat sebaik mungkin; ia tidak harus nrimo, tapi pasrah dengan
apa yang Tuhan putuskan, karena Tuhan Maha Pengasih, Maha Kuasa;
4. Ia harus tetap riang gembira, tetap obtimis, tetap mempunyai rasa humor
dalam keadaan apa saja.
Perpustakaan Unika
131
5. Ia dapat menghitung berkah-berkah yang ia dapat walaupun diberi
tambahan... kanker sedikit.
6. Ia tidak harus mempertanyakan mengapa Tuhan memberikan penyakit
ini kepadanya. Ia tidak mempertanyakan mengapa begini, tapi lebih dulu
ia mempertanyakan apa tujuannya Tuhan memberikan cobaan ini. Apa
yang bisa ia pelajari dari ini.
7. Ia tidak kecewa, tidak kecewa pada diri sendiri, tidak kecewa pada
orang lain, tidak kecewa pada Tuhan. Jika Anda telah menjaga diri baik-
baik tapi tetap mendapatkan cobaan juga, cobalah mencari hikmatnya.
8. Ia tidak membiarkan munculnya rasa kasihan pada diri sendiri.
9. Ia sadar hanya sekadar kanker, ia tidak ada alasan untuk gelisah dan
mengorbankan haknya, untuk tetap mempunyai ketenangan jiwa dan
bahagia (bukankah dikatakan bahwa kerajaan surga ada di dalam diri
kita sendiri);
10. Ia sadar bahwa dengan panik, sedih dan ketakutan, kankernya tidak akan
sembuh, karena rasa panik dan cemas ini lebih gawat daripada
kankernya sendiri.
11. Ia tetap ingin bermakana, berguna, berkarya, mandiri dan terhormat
dampai hari-hari terakhir yang Tuhan berikan.
12. Ia tetap ingin memberikan yang terbaik kepada sesama, siapa pun
mereka itu dan dimana pun.
Demikianlah sifat-sifat yang diharapkan ada pada para anggota
kanker-klub yang eksklusif ini.
Saya percaya bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, asal
kita percaya. Memang Tuhan mempunyai rencana besar. Dia mempunyai
masterplan dan saya kira perjalanan kita di dunia ini untuk sekolah dan
dengan berjalannya waktu kita harus belajar makin banyak dan pada saat
kita lulus sebagian besar mata kuliah, kita tentu di-wisuda dan menunggu
penempatan di sekolah yang lebih tinggi atau langsung di tempatkan di
lapangan, tempat kita boleh berkarya, berkarya dalam satu pekerjaan yang
sangat rewarding, yang sangat mengasyikkan dan membahagiakan.
Mata kuliah yang harus kita tempuh dikampus kehidupan ini saya kira
antara lain adalah:
1. Rasa rendah hati, tidak sombong, tidak gengsi, tidak mengklaim sesuatu
sebagai jasa kita, tapi mengakui bahwa segala sesuatu yang baik berasal
dari Tuhan;
2. Tidak egois;
3. Tidak menggunakan kata-kata kasar dan menyakiti hati;
4. Rasa bersyukur atas segala kemurahan Tuhan;
5. Rasa keadilan, tenggang rasa, terutama jika menghadapi orang-orang
yang lebih lemah;
Perpustakaan Unika
132
6. Selalu siap menolong sesama, dimana kita mendapat kesempatan untuk
menolong;
7. Selalu bersedia mengampuni sesama, seperti kita juga sangat
memerlukan pengampunan Tuhan.
8. Selalu berjuang untuk maju tapi dengan menempuh jalan-jalan yang
etis;
9. Memelihara intregitas yang tinggi;
10. Memelihara kesetiaan terhadap keluarga, kawan dan siapa pun;
11. Dapat melepaskan diri bila perlu dari segala materi, dari segala
kemapanan (detachment);
Jadi, apa pun yang akan terjadi dengan kanker atau penyakit kita, kita
tetap ,mempunyai alasan untuk bahagia. Kita harus menciptakan prasarana
yang baik untuk sembuh dan selebihnya kita serahkan kepada Tuhan.
Semoga Tuhan membimbing dan memberkahi Anda.
DR
Perth, September 1999
CATHY GOODMAN, KISAH PRIBADI
Saya didiagnosis kanker payudara. Dalam hati, dengan iman yang
kuat, saya sungguh percaya bahwa saya sudah sembuh. Setiap hari saya
berkata, Terima kasih untuk penyembuhan saya. saya mengucapkannya
berulang-ulang. Terima kasih untuk penyembuhan saya. Dalam hati saya
percaya bahwa saya sudah sembuh. Saya memandang diri seakan- akan
kanker tidak pernah ada dalam tubuh saya.
Salah satu hal yang saya lakukan untuk menyembuhkan diri adalah
menonton setiap film lucu. Dan kami akan tertawa, tertawa dan tertawa.
Kami tidak bisa menambah stres ke dalam hidup saya karena kami tahu
stres adalah salah satu hal terburuk yang dapat Anda lakukan ketika Anda
berusaha menyembuhkan diri.
Dari saat didiagnosis sampai saat saya sembuh, waktunya adalah
sekitar tiga bulan. Dan itu sama sekali tanpa radiasi dan kemoterapi.
Kisah yang indah dan mengilhami dari Cathy Goodman ini
menunjukkan kerja dari tiga kekuatan besar: Kekuatan sikap syukur untuk
menyembuhkan, kekuatan iman untuk menerima dan kekuatan tawa serta
kegembiraan untuk melenyapkan penyakit dalam tubuh.
Cathy terilhami untuk melibatkan tawa sebagai bagian dari
penyembuhannya setelah mendengar kisah Norman Cousins.
Perpustakaan Unika
133
Norman telah didiagnosis mengalami penyakit yang tak
tersembuhkan. Dokter mengatakan bahwa hidupnya tinggal beberapa
bulan saja. Norman memutuskan untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Selama tiga bulan, yang ia lakukan hanyalah menonton film lucu dan
tertawa. Penyakit meninggalkan tubuhnya dalam tiga bulan dan dokter
menyatakan kesembuhannya sebagai keajaiban.
Ketika tertawa, Norman melepaskan semua negativitas dan
melepaskan penyakit. Tertawa sungguh-sungguh obat yang terbaik.
MORRIS GOODMAN
Kisah saya dimulai pada 10 Maret 1981. Hari ini sungguh-sungguh
mengubah seluruh hidup saya. Ini adalah hari yang tidak pernah akan saya
lupakan. Saya menabrak pesawat terbang. Saya berakhir dirumah sakit
dalam keadaan lumpuh total. Tulang punggung saya remuk, tulang leher
pertama dan kedua patah , refleks menelan saya hancur, saya tidak dapat
makan atau minum, diafragma saya hancur, saya tidak dapat bernapas.
Yang dapat saya lakukan hanyalah mengedipkan mata. Tentu saja dokter
mengatakan bahwa saya akan lumpuh sepanjang usia. Yang bisa saya
lakukan hanyalah mengedipkan mata. Itulah gambaran diri saya yang
mereka lihat, tetapi tidak menjadi masalah apa pun yang mereka pikirkan.
Yang terpenting adalah apa yang saya pikir. Saya menggambarkan diri saya
sebagai orang yang normal kembali, berjalan keluar dari rumah sakit itu.
Satu-satunya hal yang perlu saya olah di rumah sakit adalah pikiran
saya dan sekali Anda mendapatkan akal Anda, Anda dapat menyatukan
segalanya kembali.
Saya disambung ke alat bantu napas dan mereka berkata saya tidak
akan pernah bisa bernapas sendiri karena diafragma saya hancur. Tetapi
sebuah suara kecil terus berkata pada saya, Bernapaslah dalam-dalam,
bernapaslah dalam-dalam. Dan akhirnya saya dilepaskan dari alat bantu
napas. Mereka tidak dapat menjelaskan. Saya tidak membiarkan segala
sesuatu yang dapat mengalihkan saya dari tujuan atau visi memasuki benak
saya.
Saya menetapkan tujuan untuk berjalan keluar dari rumah sakit pada
hari Natal. Dan saya melakukannya. Saya berjalan keluar dari rumah sakit
dengan kedua kaki saya sendiri. Mereka bilang itu tidak mungkin. Itulah
hari yang tidak pernah akan saya lupakan.
Untuk orang-orang yang saat ini sedang duduk dan kesakitan di luar
sana, jika saya ingin meringkas hidup saya dan meringkas apa yang dapat
mereka lakukan dalam hidup, saya akan meringkasnya dalam enam kata,
Manusia mewujud seperti apa yang dipikirkannya.
Perpustakaan Unika
134
Morris Goodman dikenal sebagai Manusia Ajaib. Kisahnya dipilih
untuk film The Secret karena menunjukkan kekuatan yang tak terbayangkan
dan potensi yang tak terbatas dari pikiran manusia. Morris mengenal
kekuatan didalam dirinya untuk mewujudkan apa yang ia pilih untuk
dipikirkan. Segala sesuatu itu mungkin. Kisah Morris Goodman telah
mengilhami ribuan orang untuk berfikir, membayangkan dan merasakan
jalan mereka kembali ke kesehatan. Ia mengubah tantangan terbesar dalam
hidupnya menjadi karunia terbesar.
Dalam hal kesehatan saya ingin mengakhiri dengan kata-kata yang
mencerahkan dari Dr. Ben Johnson: Sekarang kita sedang memasuki era
kedokteran energi. Segala sesuatu di Semesta memiliki frekuensi dan yang
perlu Anda lakukan hanyalah mengubah frekuensi atau menciptakan
frekuensi yang sebaliknya. Sebegitu mudahnya mengubah segala sesuatu di
dunia, terlepas dari apakah itu penyakit atau isu-isu emosional atau apa pun.
Ini sangat besar. Ini adalah hal terbesar yang pernah kita jumpai.
Perpustakaan Unika
135
LAMPIRAN E :
WAWANCARA dan OBSERVASI
Perpustakaan Unika
136
WAWANCARA
(SEMI TERSTRUKTUR)
SEBELUM TREATMENT
1. Identitas subyek
a. Nama :
b. Alamat :
c. Usia :
d. Jenis Kanker :
e. Hobi :
2. Sejak kapan Anda merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada
tubuh Anda?
3. Ceritakan latar belakang bagaimana Anda menderita penyakit
tersebut ?
4. Setelah diberi tahu oleh dokter mengenai kondisi kesehatan Anda,
bagaimana respon/tanggapan Anda terhadap penyakit tersebut ?
5. Apakah saat ini Anda merasa cemas?
6. Apakah ada harapan/dukungan dari orang lain yang memotivasi
kesembuhan Anda ?
SELAMA TREATMENT
1. Apakah setelah mendapat treatment kecemasaan pada diri Anda
sekarang mulai berkurang?
2. Apakah Anda sekarang sudah dapat menerima kondisi Anda saat ini?
Perpustakaan Unika
137
3. Adakah sesuatu dari buku yang Anda baca kemarin mengena di hati
Anda? Mengapa? Dapatkah bagian yang menarik tersebut mampu
mengurangi kecemasan Anda?
SETELAH TREATMENT
1. Bagaimana perasaan / kondisi Anda saat ini?
2. Apakah Anda masih merasakan kecemasaan yang berlebihan pada
diri Anda seperti saat saya baru pertama kali menemui Anda?
3. Apakah Anda masih terus membaca berbagai macam buku untuk
membantu mengurangi kecemasan Anda?
4. Apakah sekarang anda sudah dapat tidur nyenyak, makan teratur,
lebih sering tertawa dan tetap berdoa pada Tuhan untuk berpasrah
diri?
OBSERVASI
1. Ekspresi subyek
2. Body languange / gerak gerik yang ditunjukkan subyek
3. Gejala gejala kecemasan yang muncul
Perpustakaan Unika
138
LAMPIRAN F :
SURAT SURAT PENELITIAN
Perpustakaan Unika
139
F-1 SURAT IJIN PENELITIAN
Perpustakaan Unika
140

Perpustakaan Unika
141
F-2 BUKTI PENELITIAN
Perpustakaan Unika
142
Perpustakaan Unika
143

Perpustakaan Unika

You might also like