You are on page 1of 11

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di Indonesia sering terjadi longsoran pada jaringan jalan, jaringan pengairan, dan daerah pemukiman. Prasarana tersebut di atas cukup vital, sehingga diperlukan penanggulangan dengan tepat, cepat, dan ekonomis untuk menanggulangi kerugian kerugian dalam pemanfaatan prasarana tersebut oleh masyarakat. Longsoran terutama terjadi pada lokasi dengan keadaan geologi, morpologi, hidrologi dan iklim yang kurang menguntungkan. Longsoran secara alami terjadi antara lain karena menurunnya kemantapan suatu lereng, akibat degradasi tanah/batuan bersamaan waktu dan usianya. Oleh karena itu dengan adanya praktikum ini diharapkan praktikan akan memperoleh pegangan dalam antisipasi longsoran secara tepat dan efektif yang tentu laporan tersebut merupakan hasil survey lapangan yang telah diperhitungkan baik secara analisis visual, grafis ataupun komputasi.

1.2 Tujuan
Untuk mendapatkan nilai strike & dip dari model kekar di lapangan dengan peralatan yang tersedia. Proyeksi stereografi kekar yang diperoleh ke dalam stereonet Menentukan tipe longsoran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Kekar adalah suatu retakan pada batuan yang tidak/belum mengalami pergerakan. Ada beberapa gaya yang bekerja pada pembentukan kekar, yang dapat dianalisis dari datadata yang diambil dari lapangan. Yaitu : a. Sigma 1 tersebut. b. Sigma 2 = merupakan gaya kedua yang dominan, yang tegak lurus dari gaya utama tadi. c. Sigma 3 = merupakan gaya yang tegak lurus dari gaya utama maupun gaya yang kedua. = merupakan gaya yang paling dominant dalam pembentukak kekar

Kekar dapat terbentuk sebagai: 1. Kekar pengkerutan, disebabkan oleh gaya pengkerutan yang timbul karena pendinginan atau pengeringan, biasanya berbentuk poligonal yang memanjang. 2. Kekar lembaran, sekumpulan kekar yang sejajar dengan permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuk karena hilangnya beban di atasnya. 3. Kekar tektonik, terbentuk karena proses tektonik, atau gaya-gaya akibat pergerakan permukaan bumi. Berdasar genesanya : 1. Kekar gerus: kekar yang terbentuk oleh gaya kompresi. Biasanya berpasangan,

pada breksi memotong fragmen, bidang kekar lurus dan rata. Batuan akan menjadi terkoyak atau menjadi rapuh. 2. Kekar tarik : terbentuk oleh gaya tarik. Biasanya tidak berpasangan, tiak

memotong fragmen pada breksi, bidang kekar biasanya tidak lurus dan tidak rata. Batuan menjadi terbuka

Berdasarkan Kedudukannya terhadap bidang lain 1. Dip joint : Jurusnya relatif sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan 2. Strike joint : Jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan 3. 4. Bedding joint : Bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan di sekitarnya Diagonal joint : Jurusnya memotong miring bidang perlapisan batuan sekitarnya

Analisis kekar pada suatu daerah, sangat bermanfaat dalam berbagai bidang, beberapa diantaranya : 1. Explorasi Dalam beberapa hal, analisis kekar dapat bermanfaat pula dalam pengidentifikasian suatu reservoir. Pada hal ini, yang lebih berpengaruh adalah system kekarnya, dimana system kekar tersebut bisa mempengaruhi proses-proses mineralisasi yang terjadi, yang merupakan saluran dan tempat berkumpulnya mineral-mineral berharga (seperti misalnya endapan hydrothermal : Au, Cu, Pb, Zn, dll).

2. Proyek pembangunan Setiap waktu, manusia selalu melekukan pembangunan, yang pastinya akan memakanlebih banyak lahan lagi. Disinilah analisis kekar juga berperan penting, dimana kita akan melihat bagaimana struktur geologi daerah tersebut. Misal daerah tersebut berkekar banyak, berarti bisa dikategorikan dalam daerah yang rawan, kareana adanya kekar-kekar (retakan-retakan_ tersebut, yang menyebabkan struktur tersebut labil, dan mudah bergeser apabila ada gaya yang bekerja, missal damal pembuatan jalan raya di daerah pegunungan, maka apabila daerah yang akan dibangun ditemui banyak kekar, maka sangat berbahaya karena guncangan-guncangan yang diberikan dari kendaraan yang lewat akan mempengaruhi pergeseran kekar-kekar tersebut.

3. Analisis geologi suatu daerah Dari analisis kekar tersebut, kita dapat menganilisis juga bagaimana geologi daerah tersebut.

Salah satunya, dari analisis kekar, bisa diketahui gaya-gaya yang bekerja pada saat pembentukan kekar tersebut, dan itu berarti dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk bisa mngidentifikasi proses-proses geologi yang dahulu pernah terjadi, entah itu secara local maupun regional, dan ini bisa membantu dalam membuat genesa suatu daerah. Dari analisis ini, juga bisa diselidiki lebih lanjut, untuk perkiraan adanya lipatan yang terbentuk, karena biasanya kekar terbentuk dari suati proses pelipatan suatu bahan, yang dimana bahan tersebut tidak mampu lagi menahan gaya, maka terbentuklah kekar, dan juga dapat menjadi bahan acuan adanya zona sesar yang sudah terjadi setelah kekar ini (,eskipun kadang tidak selalu).

4.

Lain-lain Selain itu semua, dari analisis kekar, kita juga bisa menyelidiki akan adanya suatu jalan

bagi aliran air tanah, karena kita tahu, apabila suatu kekar yang terus-menerus dialiri oleh air, maka kekar itu bisa berkembang menjadi suatu aliran air (bisa jadi itu merupakan sungai) dapat pula menentukan tipe longsoran,adapun jenis-jenis longsor yang dikenal dalam tambang terbuka adalah: a. Longsor bidang

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang : Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus lebih kecil daripada kemiringan lereng Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah lereng (maksimum berbeda 200). Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya. Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.

b. Longsoran baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut : Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A. Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.

c.

Longsoran busur

Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .
5

d. Longsoran guling Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok terletak pada bidang miring.

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-Alat

Papan Scanner Kompas Brunton Alat Tulis Meteran GPS Paku Picik Palu Geologi Jangka

3.1.2 -

Bahan-bahan

Kertas Kalkir Schmidt Net Kalsbeek Net

3.2 Prosedur Percobaan


Ditentukan titik-titik kekar yang akan diukur. Dicari arah kemiringan kekar. Dibuat garis horizontal. Diukur strike & dip dari kekar. Diukur jarak masing-masing patahan. Dicatat hasil pengukuran. Diambil sampel batuan Diproyeksikan stereografi kekar yang diperoleh ke dalam stereonet. Ditentukan tipe longsoran
7

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil pengamatan
Jarak (m) 0 3,1 6 8 16,6 25,1 28,35 34 Dip 35 41 38 29 64 22 40 40 Strike 276 305 304 308 316 109 94 95 Tebal Bidang (cm) 5 6,5 3,4 6 2 0,6 0,9 0,6 Infiling material Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Kondisi Air kering jenuh jenuh jenuh kering jenuh jenuh lembab Tingkat Pelapukan sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang

4.2 Pembahasan
Strike adalah jurusan suat pelapisan yang ada pada singkapan, umumnya strike diukur tegak lurus terhadap dip. Dip adalah arah kemiringan sudut pelapisan dan sesuai dengan arah aliran air. Kekar adalah suatu celah-celah yang terdapat pada suatu singkapan juga disebut retakan-retakan yang ada, dapat dihitung strike & dipnya. Sesar adalah suatu patahan yang terdapat pada suatu singkapan yang berupa lipatan & patahan atau bidang tekanan (zona rekahan) pada batuan yang telah mengalami pergeseran. Perbedaan antara kekar & sesar yaitu kekar belum mengalami pergeseran pada bidang rekahan sedangkan sesar sudah mengalami pergeseran. Pengukuran Strike & Dip ( bidang perlapisan ) Kompas ditempel pada lapisan bidang kekar bagian atas dengan bagian kompas yang ditempel bertanda E untuk kompas Brunton. Sedangkan untuk mengukur Dip, kompas
8

Brunton ditempelkan tegak lurus dengan strike dengan bagian kompas ditempel bertanda W, sesuai dengan arah aliran air. Berdasarkan proses longsornya, longsoran dibagi menjadi empat macam yaitu : 1. longsoran bidang longsoran bidang adalah suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang sesar, rekahan, maupun bidang perlapisan batuan. 2. Longsoran baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. 3. longsoran busur Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur disebut longsoran busu. Longsoran busur hanya akan terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. 4. Longsoran guling Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum dapat disimpulkan bahwa data strike & dip pada kekar yang diuji sebagai berikut : Jarak (m) 0 3,1 6 8 16,6 25,1 28,35 34 Dip 35 41 38 29 64 22 40 40 Strike 276 305 304 308 316 109 94 95 Tebal Bidang (cm) 5 6,5 3,4 6 2 0,6 0,9 0,6 Infiling material Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Pasir kasar Kondisi Air kering jenuh jenuh jenuh kering jenuh jenuh lembab Tingkat Pelapukan sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang

Setelah dilakukan proyeksi pada streonet dari data-data strike/dip yang diperoleh dilapangan diperoleh tipe Longsoran yaitu Longsoran Baji

5.2 saran
Disarankan untuk memperoleh tipe longsoran yang tepat maka pengukuran harus dilakukan dengan teliti dan kekar yang diukur harus banyak

10

DAFTAR PUSTAKA
Diktat Penuntun Praktikum Mekanika Batuan Jurusan Teknik Pertambangan UNISBA Blog.Dasuha's MINER.html

11

You might also like