You are on page 1of 5

Analisis Masalah : 1. Dokter tidak menjelaskan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan 2.

Dokter tidak meminta persetujuan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan. 3. Dokter membocorkan kerahasiaan mengenai informasi pasien kepada orang lain. UU No 36 Tahun 2009
Pasal 56 (1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

(2)Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada: a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas; b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau c. gangguan mental berat.

(3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57 (1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. (2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal: a. perintah undang-undang; b. perintah pengadilan; c. izin yang bersangkutan; d. kepentingan masyarakat; atau

e. kepentingan orang tersebut.

Rumah Sakit Mitra Kemayoran : Batasan umur pasien anak di Indonesia adalah 12 Tahun. Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut undang undang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun

termasuk anak yang masih dalam kandungan

Permenkes 290/Menkes/PER/III/2008 :
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. 2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya. 3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
Pasal 2 (1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan. (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran dilakukan.

Penjelasan Pasal 7 (1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta. (2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar. (3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya mencakup: a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran; b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan; c. Altematif tindakan lain, dan risikonya; d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. f. Perkiraan pembiayaan. YANG BERHAK MEMBERIKAN PERSETUJUAN Pasal 13 (1) Persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau keluarga terdekat. (2) Penilaian terhadap kompetensi pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dokter pada saat diperlukan persetujuan

Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan perundangundangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas.

UU No. 29 Tahun 2004


Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi (1) (2) (3) Pasal 45 / Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup : a. diagnosis dan tata cara tindakan medis; b. tujuan tindakan medis yang dilakukan; c. alternatif tindakan lain dan risikonya; d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.

(4)

(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. (6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Melanggar KODEKI pasal 12 yaitu disebutkan setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
A. Hakikat Rahasia Rahasia adalah suatu hal yang tidak boleh atau tidak dikehendaki untuk diketahui oleh orang yang tidak berkepentingan atau tidak berhak mengetahui hal itu. 1 Masalah larangan membuka rahasia pasian oleh dokter merupakan salah satu masalah klasik dalam bidang kedokteran, sedemikian klasiknya sehingga dalam banyak naskah kedokteran/kesehatan kita dapati ketentuan yang pada prinsipnya melarang dokter untuk membuka rahasia pasiennya sudah ditentukan antara lain: 1. Sumpah Hippocrates Apapun, dalam hubungan dalam hubungan dengan jasa professional saya atau tidak dalam hubungan dengan jasa tersebut, yang saya lihat atau dengar, tentang kehidupan manusia, yang tidak harus dibuka ke pihak luar, saya tidak akan berkhianat, sebagai pengakuan bahwa semua itu harus dijaga kerahasiannya. 2. Deklarasi Genewa Saya akan menjaga rahasia yang diberikan kepada saya, bahkan setelah pasien meninggal dunia. Ruang Lingkup Kerahasiaan : 3. Rahasia tersebut bukanlah informasi yang memang tersedia untuk publik 4. Rahasia yang jika dibuka akan menimbulkan malu bagi pasien, dokter, atau pihak-pihak lain. 5. Rahasia yang jika dibuka akan merugikan pasiennya. 8. Bagi pasien, informasi tersebut sangat penting dan atau sensitif. 9. Jika dibuka rahasia tersebut, akan menimbulkan kemarahan/gejolak/atau sikap masyarakat yang merugikan kepentingan pasien dan atau mepersulit pengobatan.

Dokter melanggar prinsip etika dokter-pasien yaitu Confidentially (menjaga kerahasiaan pasien) World Medical Association - Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient (1991): Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya

Link-link : http://www.scribd.com/doc/80958406/Aspek-Hukum-Dalam-Ke http://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/hospital-liability/ http://gunturpayasan.blogspot.com/2010/07/aspek-midecolegal-rahasia-medik.html http://health.detik.com/read/2012/10/04/142715/2054577/763/

You might also like