You are on page 1of 42

TEKNIK-TEKNIK PERATURAN ZONASI

Disampaikan Oleh : IR. ANDI RENALD RIANDY, M.T

Dalam Rangka DIKLAT Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Balai DIKLAT PU Wilayah VI Jakarta, 30 Oktober 2007

DAFTAR ISI

1 2 3 4 5 6

Latarbelakang

Struktur Peraturan Zonasi


Tata Cara Penyusunan Peraturan Zonasi

Tata Cara Pelaksanaan Peraturan Zonasi


Tata Cara Penyusunan Raperda dan Penetapan Perda PZ Tata Cara Perubahan Peraturan Zonasi

1
LATAR BELAKANG

PERTIMBANGAN:
RTRW Kota (skala 1:10.000) dan RTRW Kabupaten (1: 100.000) BELUM OPERASIONAL sulit dijadikan rujukan dalam PENGENDALIAN penataan ruang; RDTR (skala 1:5000) Masih KURANG OPERASIONAL sebagai rujukan pengendalian pembangunan TIDAK DISERTAI dengan aturan pemanfaatan ruang yang lengkap; PERATURAN ZONASI = Zoning Regulation, merupakan perangkat aturan pada SKALA BLOK yang umum digunakan di negara maju, potensial untuk melengkapi aturan dalam pelaksanaan RDTR Kota agar LEBIH OPERASIONAL; APARAT PEMERINTAH DAERAH maupun KONSULTAN PERENCANA perlu MEMAHAMI materi Peraturan Zonasi, prosedur penyusunannya, serta penerapannya dalam melengkapi RDTRK pengendalian pembangunan kota dapat lebih efektif.

1
LATAR BELAKANG

PERSOALAN:
Banyaknya APARAT PEMERINTAH yang BELUM MEMAHAMI Peraturan Zonasi secara lengkap, beserta prosedur penyusunannya; Masih TERBATASNYA (sedikit) PRAKTEK penyusunan dan pelaksanaan Peraturan Zonasi yang dilakukan oleh aparat pemerintah daerah maupun konsultan perencana; BELUM TERSEDIA PEDOMAN penyusunan yang dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan dan pelaksanaan Peraturan Zonasi.

TUJUAN:

1
LATAR BELAKANG

Menyediakan rujukan teknis, pendekatan dan tata cara secara lengkap dan sistematis bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan konsultan perencana dalam penyusunan Peraturan Zonasi

SASARAN:
Memberikan pengertian dan lingkup Peraturan Zonasi; Memberikan rujukan teknis (kebutuhan dan standar) dalam pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk berbagai kegiatan kota. Menyediakan pendekatan dan prosedur penyusunan Peraturan Zonasi; Menyediakan pertimbangan dan pedoman dalam pelaksanaan Peraturan Zonasi; Menyediakan prosedur perubahan Peraturan Zonasi; Menyediakan pedoman penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Peraturan Zonasi

1
LATAR BELAKANG

KEDUDUKAN DALAM SISTEM PENATAAN RUANG:


PEMANFAATAN PENGENDALIAN Undang-undang Manajemen Lahan

PERENCANAAN

Kegiatan Intensitas Tata Massa Bangunan Sarana dan Prasarana Indikasi Program

Manajemen Lahan (Kawasan) Land Development (persil, blok, sektor) Peraturan, Perijinan, Pengawasan, Penertiban, Kelembagaan

Peraturan Zonasi: Peraturan dan Peta Kelembagaan dan Administrasi

1
LATAR BELAKANG

KAITAN PERATURAN ZONASI DAN RENCANA TATA RUANG:


RTRW Kota

RDTRK

Peraturan Zonasi

RTRK / RTBL

1
LATAR BELAKANG

KEDUDUKAN DALAM KERANGKA UMUM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG:


TEKNIK DALAM PERATURAN ZONASI Performance zoning Special zoning Bonus zoning TDR Negotioned Devt. Flood Plain Zoning Conditional Uses Non-conforming Uses Spot Zoning Floating Zoning Exclusionaary Zoning Contract Zoning Growth Control PERATURAN ZONASI DAN VARIANNYA
PANDUAN

RENCANA

RTRWN

STANDAR

RTRWP

Standar yang relevan dengan perencanaan dan pembangunan kota (e.g. kesehatan, keselamatan, keamanan, etc)

RTRWK

RDTRK

PERIJINAN

PEMBANGUNAN

RTRK/RTBL

Special Site Control. Site Plan Controls. Building, Housing and Sanitary Codes. Design and Historic Preservation.

UU, PP, Perda

Perangkat Teknik

1
LATAR BELAKANG

CAKUPAN PERATURAN ZONASI:


Penggunaan lahan dan bangunan (penggunaan utama, penggunaan pelengkap, penggunaan bersyarat, penggunaan dengan pengecualian khusus, penggunaan yang dilarang); Intensitas pemanfaatan ruang atau kepadatan pembangunan (KDB, KLB, KDH, bangunan/Ha); Tata massa bangunan (tinggi bangunan, garis sempadan bangunan, jarak antarbangunan, luas minimum persil, dll); Prasarana, ketentuan mnimum eksterior, serta standar-standarnya; Pengendalian (eksternalitas negatif , insentif dan disinsentif, perijinan, pengawasan, penertiban).

1
LATAR BELAKANG

FUNGSI PERATURAN ZONASI:


Sebagai PERANGKAT PENGENDALIAN pembangunan. Peraturan zoning yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya. Sebagai PEDOMAN PENYUSUNAN rencana operasional. Ketentuan zoning dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci. Sebagai PANDUAN TEKNIS pengembangan tapak/pemanfaatan lahan. Ketentuan zoning mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tata massa bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN

2
STRUKTUR PERATURAN ZONASI

BAB 2 TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI


2.1. Pendekatan dan Tahapan Penyusunan 2.2. Penyusunan Klasifikasi Zonasi Lahan 2.3. Penyusunan Daftar Kegiatan 2.4. Penetapan Batas Blok/Subblok Peruntukan 2.5. Penyusunan Aturan Teknis Zonasi Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang Aturan Tata Massa Bangunan Aturan Prasarana Minimum Aturan Lain/Tambahan Aturan Khusus 2.6. Standar dalam Penataan Ruang 2.7. Penyusunan Aturan Pelaksanaan Aturan Varian Pemanfaatan Ruang Aturan Insentif dan Disinsentif Aturan Perubahan Pemanfaatan Ruang

2.8. Pelihan Teknik Pengaturan Zonasi 2.9. Penyusunan Aturan Dampak 2.10 Penyusunan Peta Zonasi 2.11 Peran Serta Masyarakat dalam Penyusunan PZ

2
STRUKTUR PERATURAN ZONASI

BAB 3 TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI


3.1. Kelembagaan Jenis-jenis Lembaga Tugas dan Kewenangan 3.2. Prosedur Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan 3.3. Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang 3.4. Prosedur Pengenaan/Penerapan Insentif dan Disinsentif 3.5. Prosedur Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan Peraturan 3.6. Prosedur Penilaian dan Penetapan Dampak Pembangunan

BAB 4 TATA CARA PENYUSUNAN RAPERDA DAN PENETAPAN PERDA TENTANG PERATUAN ZONASI
4.1. Tahap Persiapan Pembentukan Rancangan Peraturan 4.2. Tahap Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Peraturan Daerah Proses Penetapan Peraturan Daerah 4.3. Tahap Pengundangan 4.4. Tahap Penyebarluasan 4.5. Partisipasi Masyarakat

2
STRUKTUR PERATURAN ZONASI

BAB 5 TATA CARA PERUBAHAN PERATURAN ZONASI 5.1. Syarat Perubahan 5.2. Obyek Perubahan 5.3. Prakarsa Perubahan 5.4. Prosedur Perubahan

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PENDEKATAN PENYUSUNAN:

DEDUKSI: mempertimbangkan teori, kasus dan preseden peraturan zonasi yang telah digunakan kota-kota di luar negeri maupun dalam negeri.
INDUKSI: kajian yang menyeluruh, rinci dan sistematik terhadap karakterisitik penggunaan lahan dan persoalan pengendalian pemanfaatan ruang yang dihadapi suatu daerah.

DEDUKSI DAN INDUKSI: memanfaatkan hasil kajian dengan pendekatan deduksi yang dikoreksi dan divalidasi dengan kondisi dan persoalan empirik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya

2. Penyusunan Daftar Kegiatan

1. Penyusunan Klasifikasi Zona

3. Penetapan Batas Blok/Subblok Peruntukan

4. Penyusunan Aturan Teknis Zonasi

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI
4.a. Kegiatan dan Penggunaan Lahan

Pendekatan: - Issue of Concerns - Scope of Isues

Jenis Aturan: - Preskriptif - Kinerja

4.b. Intensitas Pemanfaata n Ruang

4.c. Tata Massa Bangunan

4.d. Prasarana

4e. Aturan Lain

4.f. Aturan Khusus

5. Penyusunan Standar Peraturan Teknis Zonasi

9. Penyusunan Aturan Administrasi Zonasi

6. Penyusunan Aturan Pelaksanaan

7. Pilihan Teknik Pengaturan Zonasi

Bagan Alir Penyusunan Peraturan Zonasi

10. Penyusunan Aturan Dampak

8. Penyusunan Peta Zonasi

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN:


Klasifikasi zonasi disusun berdasarkan: a. Kajian literatur, peraturan-perundangan, dan perbandingan dari berbagai contoh; b. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku (standar Dept. PU); Menambah/melengkapi Klasifikasi Zonasi pada lampiran pedoman ini dengan mempertimbangkan: a. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya (kajian/ pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke dalam klasifikasi zona. b. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya yang belum terdaftar dalam Lampiran Pedoman ini. c. Jenis Zonasi yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya. Menghapuskan zonasi yang yang tidak terdapat di daerah

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

KODE ZONASI: Setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud. Klasifikasi zonasi dapat merujuk pada kode zonasi dalam Lampiran ini. Nama kode zonasi dapat disesuaikan dengan RTRW yang berlaku di daerah masing-masing Nama kode zonasi diupayakan bersifat universal seperti yang banya digunakan di luar negeri

PENETAPAN BATAS BLOK/SUBBLOK

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PERTIMBANGAN: Kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan. Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil. Orientasi Bangunan. Lapis bangunan.
GSJ GSJ GSB

BLOK PERUNTUKAN
GSB GSJ GSJ

PENETAPAN BATAS BLOK/SUBBLOK

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

Pembagian zona dengan pertimbangan batasan fisik jalan (termasuk 1 blok dengan batas jalan), gang, branhgang, batas kapling dan orientasi bangunan, lapis bangunan.

Pembagian zona dengan pertimbangan batasan fisik sungai, lapis bangunan, rencana jalan jalan), gang, batas kapling dan orientasi bangunan.

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:


ATURAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN LAHAN Klasifikasi pemanfaatan ruang I = Pemanfaatan diizinkan T = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas B = Pemanfaatan memerlukan izin x = Pemanfaatan yang tidak diijinkan Dasar Pertimbangan Pendekatan Pengaturan Umum, untuk semua jenis penggunaan lahan,: Khusus, untuk masing-masing karakteristik guna lahan, kegiatan ataukomponen yang akan dibangun

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

ATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG Cakupan aturan Pertimbangan KDBPertimbangan KLB Pertimbangan KDH Pertimbangan kepadatan bangunan dan penduduk Rujukan

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:


ATURAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN LAHAN

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

Cakupan garis sempadan bangunan (GSB) minimum jarak bebas antarbangunan minimum tinggi bangunan maksimum amplop bangunan tampilan bangunan (opsional) Pertimbangan GSB dan jarak bebas bangunan Pertimbangan tinggi bangunan Pertimbangan amplop bangunan Pertimbangan tampilan abngunan

ATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG


Cakupan parkir bongkar muat dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu Pertimbangan parkir Pertimbangan bongkar-muat Pertimbangan dimensi dan kelengkapan jalan Pertimbangan kelengkapan prasarana lainnya Rujukan

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:


ATURAN LAIN/TAMBAHAN Pemanfaatan Terbatas Pemanfaatan Bersyarat Pengenaan syarat Rujukan syarat Pemanfaatan Ruang Pelengkap Pertimbangan persyaratan Ketentuan Pelengkap Lain Pekarangan dan Area LansekapKetentuan lainnya

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

ATURAN KHUSUS Cakupan Aturan untuk Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Aturan untuk kawasan cagar budaya Aturan untuk kawasan rawan bencana Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Kawasan Cagar Budaya dan Kawasan Bersejarah Kawasan Rawan Bencana

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:


STANDAR DALAM PENATAAN RUANG Standar dalam Peraturan Zonasi Rujukan standar Dasar Pertimbangan Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) ketentuan ketentuan sektoral lainnya ketentuan lain yang bersifat lokal PENYUSUNAN ATURAN PELAKSANAAN Variansi Pemanfaatan Ruang minor variance non-conformin use interim development interim/temporary use Aturan Insentif dan Disinsentif Kriteria PengenaanJenis dan Kategori PengenaanContoh Bentuk-bentuk insentifContoh Bentuk-bentuk Disinsentif Perubahan Pemanfaatan Ruang

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PILIHAN TEKNIK PENGATURAN ZONASI Bonus Zoning / Incentive Zoning Performance Zoning Fiscal Zoning Special Zoning Exclusionary Zoning Contract Zoning Negotiated Development TDR (Transfer of Development Right) Design/historic preservation Overlay zone Floating Zone Flood Plain Zone Conditional UsesGrowth Control

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PENYUSUNAN ATURAN DAMPAK PEMANFAATAN RUANG (DAMPAK PEMBANGUNAN) Kategori gangguan intensitas gangguan tinggi Intensitas gangguan sedang Intensitas gangguan rendah tidak ada gangguan (gangguan diabaikan) Dampak Ekonomi Dampak terhadap pendapatan masyarakat. Dampak terhadap keuangan pemerintah daerah Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi kota Dampak Sosial Dampak Lingkungan Dampak lalu Lintas Biaya Pengenaan Dampak Cakupan dampak Rujukan

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PENYUSUNAN PETA ZONASI Kesamaan karakter blok peruntukan Dominasi penggunaan lahan yang ada Arahan fungsi baru sesuai RTRW Karakter khusus kawasan yang diinginkan Tipologi lingkungan/kawasan, Jenis pemanfaatan ruang/lahan, Ukuran tapak/persil, Intensitas bangunan/bangun-bangunan, Jenis kegiatan, Kepadatan penduduk/bangunan yang diinginkan Kesesuaian dengan daya dukung prasarana jalan yang tersedia kesesuaian dengan ketentuan Khusus yang sudah ada (KKOP, pelabuhan, terminal, dll) Karakteristik lingkungan (batasan fisik) dan administrasi

ATURAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG:

3
TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

PERAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

Hak masyarakat; Kewajiban masyarakat; Kelompok peran serta masyarakat; Tata cara peran serta masyarakat; Waktu peran serta masyarakat; Proses pemberdayaan masyarakat

KELEMBAGAAN:

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

Lembaga penataan ruang terdiri atas tiga kelompok, yaitu: Lembaga Pengambil Keputusan, yang terdiri atas: a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). b. Badan Perencanaan Daerah (Bappeda). c. Dinas Tata Kota. Lembaga lain yang mempunyai kewenangan memberi ijin dan/atau pemanfaatan ruang/bangunan: a. Dinas Bangunan b. Dinas Perhubungan c. Dinas Lingkungan Hidup, Badan Pengelolaan d. Lingkungan Hidup Daerah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Lembaga Pembuat Rekomendasi, dapat terdiri atas: a. Komisi Perencanaan, b. Komisi Transportasi, c. Komisi Arsitektur Kota, d. Komisi Amdal/Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PROSEDUR PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI:


Peraturan Zonasi diterapkan pada: Pembangunan baru. Peremajaan lingkungan. Perbaikan lingkungan. Pada kawasan yang sudah terbangun terdapat beberapa alternatif pelaksanaan Peraturan Zonasi; Dikenakan secara langsung; Dikenakan pada saat akan melakukan rehabilitasi/ pembangunan kembali; atau, Diberi jangka waktu untuk menyesuaikan dengan rencana.

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PROSEDUR PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI:


PERATURAN ZONASI

Sudah Terbangun?

Ketentuan diberlakukan secara langsung

Y Pencabutan ijin

Berhenti

Sesuai Ketentuan ?

Penertiban

Pembongkaran

T T

Pengenaan denda progresif/ disinsentif

Akan direhabilitasi/ pembangunan kembali oleh pemilik?

Ketentuan diberlakukan

Sudah mengikuti ketentuan?

Y T

Do Nothing

Pemberian tenggang waktu untuk menyesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan (mis. 5 tahun)

Berhenti

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PROSEDUR PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG: PRAKARSA PERUBAHAN: Masyarakat yang terdiri dari kelompok masyarakat termasuk perorangan, badan hukum, maupun badan usaha. Pemerintah Kota/Kabupaten. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota/Kabupaten. JENIS PERUBAHAN: Perubahan sementara. Perubahan tetap. Perubahan kecil. Perubahan besar.

Permohonan ijin pembangunan

Pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi

Lengkap?

Sesuai RTRW?

Prosedur biasa

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI
Perumusan Rekomendasi Evaluasi Syarat

Proses pelengkapan

T Pemeriksaan perubahan terhadap RTRW dan RDTR

Pemeriksanaan terhadap visi dan misi pembangunan kota

Rezoning

Pelaksanaan Dengar Pendapat

Penilaian teknis planologis dan sosial ekonomi

Spotzoning

Penambahan intensitas >10%

Pengambilan Keputusan

Diijinkan berubah?

Ditolak

Penambahan intensitas <10% perubahan teknis lainnya

Y Perumusan Rekomendasi Tidak bersyarat

Setuju dengan syarat?

Bersyarat penambahan sarana dan prasarana

Setuju syarat baru?

Penentuan besarnya retribusi

Diijinkan berubah?

T Pengenaan retribusi

Ditolak

Prosedur Teknis Perubahan Pemanfaatan Ruang

Berhenti

Setuju tarif baru?

Evaluasi tarif

Setuju dengan besarnya tarif?

Y Pembayaran retribusi

Pengesahan permohonan

Penerbitan Ijin Perubahan Pemanfaatan

Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan

PEMOHON Permohonan perubahan pemanfaatan lahan

TIM PENILAI Pemeriksaan terhadap visi dan misi pembangunan kota

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

TIM PENILAI INSTANSI YANG BERWENANG DALAM PENATAAN RUANG Pemeriksaan kelangkapan persyaratan administrasi Proses Pelengkapan Penilaian Teknis Planologis dan Sosial Ekonomi

TIM PENILAI Pelaksanaan Dengar Pendapat Lengkap? T TIM PENILAI Y Perumusan rekomendasi kepada Kepala Daerah/Walikota

INSTANSI YANG BERWENANG DALAM PENATAAN RUANG Pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi

KEPALA DAERAH Pengambilan keputusan

Rezoning Diijinkan berubah? Spot Zoning Y Penambahan Intensitas > 10% T Penambahan intensitas < 10 % dan perubahan ketentuan teknis lainnya Y TIM PENILAI Setuju dengan Syarat? Bersyarat

Ditolak

Tidak Bersyarat

Penentuan besarnya tarif retribusi INSTANSI YANG BERWENANG DALAM PENATAAN RUANG Perumusan rekomendasi

TIM PENILAI Evaluasi bersyarat

TIM PENILAI Evaluasi tarif T Setuju dengan Besarnya Tarif? Y

INSTANSI YANG BERWENANG DALAM PENATAAN RUANG

PEMOHON Setuju dengan Syarat Baru? Y Setuju dengan Besarnya Tarif Baru? Y Pembayaran retribusi

Prosedur Administrasi Perubahan Pemanfaatan Ruang

Pengambilan Keputusan T

KEPALA DAERAH Pengesahan permohonan

Diijinkan perubahan ?

T Ditolak

Berhenti

INSTANSI YANG BERWENANG DALAM PENATAAN RUANG INSTANSI YANG BERWENANG DALAM PENATAAN RUANG ATAU BANGUNAN Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan (perubahan IMB) Penerbitan Ijin Perubahan Pemanfaatan Lahan

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PENGENAAN/PENERAPAN INSENTIF DAN DISINSENTIF:


Insentif dan disinsentif diberikan dalam rencana tata ruang maupun pada saat ijin permohonan diajukan kepada pemerintah daerah.

PROSEDUR:
Pemerintah daerah yang berhak memberikan insentif dan disinsentif. Pemda menetapkan kegiatan/pemanfaatan ruang yang akan diberikan insentif atau disinsetif pada suatu kawasan/wilayah tertentu, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemerintah menetapkan jenis insentif dan disinsentif pada jenis kegiatan/pemanfaatan ruang pada kawasan/wilayah tersebut di atas. Pemerintah memberlakukan/menerapkan insentif dan disinsentif tersebut pada saat permohonan pembangunan diajukan baik oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum.

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PROSEDUR PERAN SERTA MASYARAKAT:


DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN PZ:
Pelaku Pembangunan Lembaga Pengambil Keputusan dalam Penataan Ruang Lembaga Pengambil Keputusan dan Rekomendasi dalam Penataan Ruang Masyarakat

Pemanfaatan Ruang

Pemantauan Pelaksanaan

Pemantauan Pelaksanaan Peraturan Zonasi

Penelitian (evaluasi) terhadap laporan penyimpangan pemanfaatan ruang

Informasi dan laporan perubahan/penyimpangan pemanfaatan ruang

DALAM PENGAWASAN PENERTIBAN PZ:


Pelaku Pembangunan Lembaga Pengambil Keputusan dalam Penataan Ruang Masyarakat dan Lembaga Pemberi Rekomendasi

Penyimpangan Peraturan Zonasi

Pemikiran, pertimbangan, dan usulan sanksi

Menerima Sanksi

Menentukan bentuk Sanksi

Pemberian sanksi: Administrasi. Perdata. Pidana

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PENILAIAN DAN PENETAPAN DAMPAK PEMBANGUNAN:


PERTIMBANGAN:
Rencana kegiatan yang tergolong berdampak besar dan penting diatur dengan Peraturan Walikota/Bupati atau berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting serta peraturan perundangan lainnya yang berlaku. Fakta empiris bahwa kegiatan tersebut menimbulkan dampak merugikan dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan.

PROSEDUR PENILAIAN, PENANGANAN DAN PENGENAAN BIAYA DAMPAK:


Masyarakat memantau, melaporkan pada instansi yang berwenangan dalam penataan ruang atau pemerintah sendiri melakukan pemantauan kegiatan-kegiatan pemanfaatan ruang yang menimbulkan dampak. Pemerintah membentuk tim penilai untuk melakukan evaluasi dan penilaian dampak serta penetapan dampak yang yang terjadi oleh pemanfaatan ruang tertentu. Tim penilai yang dibentuk menetapkan kategori dampak yang ditimbulkan (lingkungan, sosial, lalu lintas, ekonomi dsb). Tim penilai menetapkan besarnya biaya dampak dan subyek yang harus menanggung biaya dampak tersebut.

4
TATA CARA PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI

PENILAIAN DAN PENETAPAN DAMPAK PEMBANGUNAN:


PERHITUNGAN BIAYA DAMPAK: Didasarkan pada perhitungan biaya dan manfaat dari suatu pembangunan atau pemanfaatan ruang. Dampak dan manfaat yang dihitung didasarkan pada kriteria dampak yang terkait dan yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya.

PROSEDUR PELAKSANAAN PENGENAAN BIAYA DAMPAK: Penanganan dampak dilaksanakan/diterapkan pada saat permohonan ijin dilakukan, selama proses pembangunan/pemanfaatan ruang dan selama berjalannya kegiatan pemanfaatan ruang. Pengenaan biaya dampak dikenakan selama berjalannya kegiatan pemanfaan ruang.

5
TATA CARA PENYUSUNAN RAPERDA DAN PENETAPAN PERDA PERATURAN ZONASI

PROSEDUR PENETAPAN PERDA:


DEFINISI RAPERDA DAN PERDA KEKUATAN HUKUM PRINSIP PENETAPAN RAPERDA MENJADI PERDA TAHAPAN: Persiapan Pembentukan Rancangan Peraturan Menyusun naskah akademis peraturan zonasi. Menyusun rancangan peraturan daerah. Penyampaian raperda kepada DPRD. Penyebarluasan rancangan peraturan daerah. Pembahasan dan Pengesahan Raperda Pembahasan Raperda oleh DPRD dengan walikota/bupati, melalui rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD bidang legislasi. Persetujuan Raperda melalui Rapat Paripurna. Penyampaian Raperda yang Disetujui oleh DPRD kepada walikota/bupati. Penetapan Raperda menjadi Perda . Pengundangan Penyebarluasan

5
TATA CARA PENYUSUNAN RAPERDA DAN PENETAPAN PERDA PERATURAN ZONASI

Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Daerah INSTANSI YANG BERWENANG MENYUSUN PERATURAN ZONASI

Penyampaian Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Daerah dan Surat Pengantar KEPALA DAERAH (BUPATI/WALIKOTA)

Penerimaan Naskah Akedemis dan Rancangan Peraturan Daerah oleh DPRD DPRD LEGISLASI

Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah

PERSIAPAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

SEKDA

Penyampaian Raperda yang Disetujui Oleh DPRD kepada Bupati/Walikota DPRD

Rapat Paripurna Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah

Rapat Komisi/Panitia/ Alat Kelengkapan DPRD yang Menangani Bidang Legislasi

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah DPRD DAN BUPATI/WALIKOTA BESERTA JAJARANNYA YANG TERKAIT

Penetapan menjadi Peraturan Daerah

Aspirasi Masyarakat, Perguruan Tinggi, Ahli, Asosiasi Profesi, dll.

BUPATI/WALIKOTA

PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN

Pengundangan dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah

SEKDA

PENGUNDANGAN

Penyebarluasan Peraturan Daerah

SEKDA

PENYEBARLUASAN

6
TATA CARA PERUBAHAN PERATURAN ZONASI

OBYEK PERUBAHAN:
Peta zonasi (zoning map) Peraturan zonasi (zoning text/statement) Peta zonasi (zoning map) sekaligus peraturan zonasi (zoning text/statement)

PRAKARSA PERUBAHAN:
Masyarakat yang terdiri dari kelompok masyarakat termasuk perorangan maupun badan hukum. Pemerintah kota/kabupaten. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota/Kabupaten

6
TATA CARA PERUBAHAN PERATURAN ZONASI

PROSEDUR PERUBAHAN PERATURAN ZONASI :


Masyarakat (perorangan, kelompok/badan hukum)

Lembaga Pembuat Rekomendasi Dengar Pendapat DPRD, Pemda dan masyarakat yang terkait langsung dan tidak langsung dengan perubahan

Peraturan Zonasi Tetap Tidak Penyempurnaan Materi Perubahan Hasil Dengar Pendapat (oleh Instansi yang berwenang dari Pemda)

Pemerintah Daerah

Dapat Berubah?

Ya

Rapat Pembahasan (eksekutif dan legislatif), penyiapan materi amandemen untuk dengar pendapat DPRD (Inisiatif)

Proses Legal Peraturan Zonasi (Revisi Perda)

TERIMA KASIH

You might also like