You are on page 1of 4

NAMA NIM

: RENY YUSTINA : 0910230115

FORENSIC ACCOUNTING AND FRAUD EXAMINATION

Masif Fraud di Phar Mor Inc. Sejarah mencatat kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang me-legenda dikalangan auditor keuangan. Eksekutif di Phar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan keuntungan financial yang masuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan. Phar Mor Inc, termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan bangkrupt pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S. Bangkruptcy Code. Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di hampir seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan. Produk yang dijual sangat bervariasi, dari obat-obatan, furniture, electronik, pakaian olah raga hingga videotape. Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat 2 laporan ganda. Satu laporan inventory, sedangkan laporan lain adalah laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Satu set laporan inventory berisi laporan inventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentang inventory yang di adjustment dan ditujukan untuk auditor use only. Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang berlimpah. Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang kemudian dipromosikan menjadi Vice President bidang financial dan kontroler, yang dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam fraud tersebut.

OPINI : Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu fungsi control environment tidak ada. Control environment sangat ditentukan oleh attituted dari manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan mendeklarasikan dukungan itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar Mor, tidak menunjukkan attitude yang baik. Manajemen kemudian malah merekrut staf auditor dari KAP Cooper & Librand untuk turut dimainkan dalam fraud. Langkah ini bukan tanpa perencanaan matang. Staf mantan auditor kemudian dipromosikan menduduki jabatan penting, tetapi dengan imbalan harus membuat laporan-laporan keuangan ganda. Sejauh ini manajemen Phar Mor telah membuktikan tentang teori : The Fraud Triangle. Yaitu teori yang menerangkan tentang penyebab fraud terjadi. Menurut teori ini, penyebab fraud terjadi akibat 3 hal : Insentive/Pressure, Opportunity dan Rationalization/Attitude. Insentive/Pressure adalah ketika manajemen atau karyawan mendapat insentive atau justru mendapat tekanan (presure) sehingga mereka berkomitmen untuk melakukan fraud. Opportunity adalah peluang terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektivenya control sehingga membuka peluang terjadinya fraud. Sedangkan Rationalization/Attitude menjelaskan teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi karena kondisi nilai-nilai etika lokal yang membolehkan terjadinya fraud. Dalam kasus Phar Mor, setidak-tidaknya top manajemen telah membuktikan satu dari tiga penyusun triangle, yaitu : top manajemen telah melakukan Insentive/Pressure. Fungsi internal audit akan lebih efektif jika berada tepat di bawah top management atau di atas top management (komite audit), bukannya berada di bawah suatu fungsi / departement tertentu seperti dalam Phar Mor (staf KAP menjadi Vice President bidang financial dan kontroler). Karena internal audit memastikan bahwa middle dan lower management comply dengan peraturan yang disusun oleh top management dan mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa internal control berjalan dengan baik dan tidak terjadi fraud. Sehingga jika posisi internal audit dibawah atau diatas top management, dapat mendeteksi fraud. Dan jika masih belum terdeteksi, ada dua penyebab. Yang pertama strategi auditnya yang tidak mampu mendeteksi fraud, dan yang kedua mental auditornya yang kurang independen. Teori : Dr Donald Cressy Fraud Triangle

Pengertian profesional scepticism dan perubahan tujuan audit dalam hubungannya dengan akuntan. Professional skepticism in auditing implies an attitude that includes a questioning mind and a critical assessment of audit evidence without being obsessively suspicious or skeptical. The Auditors are expected to exercise professional skepticism in conducting the audit, and in gathering evidence sufficient to support or refute managements assertion [AU 316 AICPA]. Robertson dan Louwers dalam bukunya Auditing & Assurance Services, menyatakan bahwa: Professional Skepticism is an auditors tendency not to believe management assertions, a tendency to ask management to prove it (with evidence). Dalam Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 230 [PSA No. 04] (paragraf 06), menyatakan bahwa: Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Sikap skeptisme profesional diperlukan karena adanya Konflik kepentingan potensial antara auditor independen dan manajemen. Manajemen selalu ingin terlihat baik di mata stakeholders (meskipun dengan cara yang salah), sedangkan auditor bertanggung jawab untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa asersi manajemen bebas dari salah saji materiil baik yang disengaja atau yang tidak disengaja. Skeptisme profesional merupakan manifestasi dari objektivitas. Skeptisme profesional bukanlah merupakan sifat yang sinis, terlalu kritis, dan penuh kecurigaan. Sikap ini harus diimbangi dengan pikiran yang terbuka mengenai integritas manajemen. Kunci skeptisme profesional adalah pada pengumpulan bukti kompeten yang diperlukan untuk mencapai keputusan audit yang beralasan dan berdasar. Hubungannya dengan akuntan adalah profesionalisme akuntan (akuntan publik) dan perannya dalam hal pengungkapan kecurangan. Fungsi dan tanggung jawab profesional Akuntan Publik dinyatakan dalam Seksi SA 110 [PSA No. 02], Akuntan Publik memberikan suatu keyakinan bahwa asersi yang dibuat oleh manajemen bebas dari salah saji materiil, dalam hal ini khususnya yang diakibatkan oleh kecurangan. Hal-hal yang berkaitan dengan profesionalisme diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Khususnya dalam Standar umum yang berkaitan dengan kualitas diri, profesionalisme profesi Akuntan Publik (persyaratan keahlian, sikap mental independen, dan kemahiran profesional). Sikap profesionalisme Akuntan Publik juga dinyatakan dalam Aturan Etika-Kompartemen Akuntan Publik. Seorang Akuntan Publik dapat terus bertahan di dalam bisnis dikarenakan oleh kepercayaan publik (public trust). Kehormatan seorang Akuntan Publik dapat dilihat dari kredibilitasnya, karena kredibilitas merupkan poduk yang mereka jual (lending of credibility). Akuntan Publik memegang suatu peran sosial yang penting dalam masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan Akuntan Publik tidak lepas dari ekspektasi/tuntutan publik. Oleh karena itu, sikap profesionalisme merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam pemenuhan tanggung jawab profesional Akuntan Publik, khususnya dalam pengungkapan kecurangan. Profesionalisme Akuntan Publik dan peran Akuntan Publik dalam pengungkapan kecurangan merupakan dua hal yang berkaitan. Seorang Akuntan Publik dengan

profesionalisme yang tinggi akan memiliki kemampuan dan keahlian teknis, serta menggunakan kemahiran profesionalnya dalam pengungkapan kecurangan. Akuntan Publik akan memiliki kemampuan untuk menghindari hal-hal yang mengganggu independensi, integritas dan objektifitasnya, khususnya dengan pelaksanaan tanggung jawab berkaitan dengan kecurangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Akuntan Publik akan semakin berperan dalam pengungkapan kecurangan bila memiliki profesionalisme yang tinggi.

You might also like