You are on page 1of 8

ACARA I MENGENAL MORFOLOGI DAUN DAN SIFAT SIFAT PESTISIDA

I.

TUJUAN Untuk dapat memahami sifat sifat morfologi daun dan sifat sifat fisik pestisida

II.

LANDASAN TEORI

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad jasad penggangu dalam bidang pertanian saja, Namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya dalam kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad penggangu tersebut adalah racun yang berbahaya, sehingga dapat mengancam kesehatan manusia. Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama hama tanaman dalam konsep pengendalian terpadu hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. (Subiyakto, 1991) Senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi semua jenis jasad penggangu dikenal sebagai pestisida. Bagi para petani, jasad penggangu dapat meliputi serangga dan kutu yang merusak dan memakan tanaman budidaya, gulma di sawah atau di kebun, gulma air yang menyumbat saluran air dan irigasi, semua penyakit tanaman budidaya yang disebabkan jamur payogen, bakteri dan virus, nematoda, siput, tikus, dan burung yang memakan kecambah dan biji bijian dalam jumalah yang sangat besar baik sewaktu di lapangan maupun di gudang. (Soetikno, 1992) Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya mataharimelalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun tanaman memiliki sifat morfologi yang beragam, diantanya lapisan lilin (tebal), berambut (trichoma), dan permukaan (bergelombang). Lapisan lilin pada daun mengurangi daya pelekatan dari pestisida. Rambut yang ada pada permukaan daun menghalangi kontak dan penyebaran pestisida sehingga menghambat peresapannya pada daun. Demikian juga permukaan daun yang tidak rata (bergelombang) dapat mengurangi perataan sebaran pestisida. Sifat-sifat daun tersebut menurunkan efektivitas pestisida utama racun kontak dan perut. (Blogspot.com, 2008)

III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain beaker glass, pipet, pengaduk, handsprayer, mikroskop, dan cawan petri B. Bahan Bahan yang digunakan dalam prakyikum kali ini antara lain daun tanaman (talas, Ketela rambat, jagung, kacang panjang, padi), jangkrik formulasi EC, S, AS, WP, dan sticker

IV.

PROSEDUR KERJA

1.Kecepatan dan kestabilan larutan pestisida a. Dituangkan masing masing formulasi ( EC, S, AS, WP) ke dalam 100 ml air pada beaker glass b. Diamati kecepatan pelarutan pestisida tersebut c. Diaduk larutan pestisida tersebut d. Diamati kestabilan larutan pestisida 2. Pengamatan morfologi permukaan daun a. Diamati bentuk morfologi daun mengenai kapadatan trikoma, kandungan lilin, dan perataan permukaan daun b. Ditetesi permukaan daun dengan air biasa c. Dilakukan cara yang sama dengan menggunakan larutan pestisida d. Diamati sifat sifta pelekatan dan sebaran pestisida dibawah mikroskop 3. Peningkatan pelekatan Pestisida a. Dibuat 2 larutan pestisida sesuai konsentrasi anjuran masing masing dalam 100 ml (Beaker glass A dan B) b. Ditambahkan sticker pada beaker glass A sedangkan pada beaker glass B tanpa bahn sticker c. Dicelupkan daun pada larutan pestisida beaker glass A maupun B

d. Daun dikering anginkan e. Disemprotkan air pada daun sebanyak 0, 10, 20, 30 kali semprot

f. Daun dikering anginkan kembali g. Diumpankan daun perlakuan pada 5 serangga uji

h. Diamati mortalitasnya

V.

HASIL PENGAMATAN Terlampir

VI. PEMBAHASAN Pengamatan morfologi daun yang dilakukan saat pelaksanaan praktikum yaitu menggunakan daun jagung, kacang panjang, padi, talas, dan ketela rambat. Daun-daun diamati jumlah trikoma, lapisan lilin dan bentuk permukaan (rata atau bergelembung). Daun yang mempunyai trikoma yaitu daun jagung sebanyak 56, kacang panjang sebanyak 10 dan padi sebanyak 27. Sedangkan untuk pengamatan lapisan lilin pada daun kacang panjang memiliki lapisan lilin sedikit, daun talas memiliki lapisan lilin yang sangat banyak dan ketela rambat memiliki lapisan lilin agak banyak. Bentuk permukaan daun dari hasil pengamatan yaitu daun yang memiliki permukaan rata adalah daun talas. Sedangkan daun yang memiliki permukaan bergelombang yaitu jagung, kacang panjang, padi, dan ketela rambat. Salah satu penggunaan pestisida yang cukup banyak adalah di bidang pertanian dan kesehatan. Di Bidang Pertanian, penggunaan pestisida banyak dipakai untuk memberantas hama pada tanaman buah, sayur dan sebagainya. Akhir-akhir ini penggunaan pestisida pada tanaman sayuran juga cukup tinggi. Para petani yang dulu tidak banyak mengenal pestisida, sekarang sudah akrab dan intensif mengguanakannya. Salah satu cara yang terbukti meningkatkan produksi hasil tanaman pangan adalah penggunaan pestisida, namum di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus, langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui pernafasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan dan air minum (Atmawidjaja Sudana,dkk.2004) Jumlah penduduk terus meningkat membuat kebutuhan pangan semakin besar di Indonesa mencanangkan printensifikasi tanaman pangan. Program ini ditunjang untuk : a. b. c. Perbaikan teknologi pertanian Varietas tahan Perbaikan teknik budidaya (pengairan, pemupukan.,pengndalian hama & penyakit)

Awal program yaitu tahunh 1970-1980 digunakan berbagai jenis dan formula pestisida dengan aneka bahan aktifnya: senyawa karbon chlor (Dieldrin, Toxaphen, DDT), bahan aktif pospor (Diazinon % malathion). Pestisida saat itu untuk memberantas bukan mengendalikan, pemberantasan tanpa memperhatikanada tidaknya serangan dan ekosistem

Menurut PP N0.7 th 1997 pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus digunakan untuk: a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, b. Memberantas rerumputan, c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman e. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan f. Memberantas atau mencegah hama-hama air g. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga h. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit yang perlu dilindungi. Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai (Suwahyono,untung.2010): 1. Cair a. EC ( Emulsifiable Concentrate ) : Xylene dan minyak mineral

b. S/WSC/SC ( Soluble/Water Concentrate/Soluble Concentrate ) : dilarutkan dalam organik aerosol. 2. Tepung a. WP ( Wettable Powder ) Xylene & minyak mineral merupakan bahan aktif ( active inreedient ), bahan pembasah ( wetting agent ), dan bahan perekat ( sticker ). b. SP ( Solube Powder ) merupakan bahan aktif ( active inreedient ), bahan perekat ( sticker ) dan perata ( spreader). c. Dust

berkadar rendah 1-10%, sebagai pembawa ( tepung tempurung kelapa, mineral, profit, bentolt,dan talk ). 3. Granula ( butiran ) merupakan bahan aktif yang melekat ke butiran, berkadar rendah 2-45%. Gas

Merupakan bahan perekat ( sticker ), membentuk gas jika dibuka, biasanya digunakan di gudang dan solisterilan. Aerosol

Merupakan pelarut minyak, mudah melarut dan menguap, merupakan butiran kecil 10 mikrometer. Umpan Merupakan umpan yang beracun ( poisonus bait = B ) pada tikus. Fumigansia Merupakan zat campuran yang menghasilkan gas, uap, dan bau. Pengamatan pestisida yang dilakukan saat praktikum yaitu mengamati nama pestisida, formulasi, bahan aktif, sasaran dan konsentrasi. Nama-nama pestisida yang diperkenalkan pada saat pratikum berlangsung adalah Ec.Deas, S.Sevin, As.Folirfos, Wp.Betadon, Basmilang, Ec.Trebon, Sc.Marshal, Ec.Sidamethrin, Oithane M-45, Wp.Agrimgcin, Sc.Virtako, Florbac, Metindo, Wp.Mipcindo, Furadan, dan Verticillum. Dalam pengenalan pesisida ditemui yang namanya dosis dan konsentrasi. Dosis dalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat tubuh organisme sasaran). Konsentrasi adalah perbandingan (persentase, precentage antara bahan aktif dan pengencer, pelarut atau pembawa) . Pada kemantapan kelarutan jenis pestisida : EC kecepatan palarutannya lambat dan kestabilan larutannya agak stabil, WP kecepatan palarutannya agak cepat dan kestabilan larutannya tidak stabil, S kecepatan palarutannya cepat dan kestabilan larutannya agak stabil, AS kecepatan palarutannya sangat cepat dan kestabilan larutannya sangat stabil. Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu. Pada pratikum mortalitas hama dilakukan dua jenis perlakuan yakni penggunaan pestisida+sticker dan hanya menggunakan pestisida saja. Hasil pengamatan pada mortalitas hama dengan pemberian pestisida yang ditambah stiker lebih mematikan jumlah banyaknya serangga dibandingkan dengan

pemberian pestisida tanpa stiker karena stiker merupakan zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.

VII. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimiia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangga serangga, jamur,bakteri, virus, dan hama lainya seperti tikus, bekicot dan nematoda (cacing) serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk. 2. Morfologi daun yang dilakukan saat pelaksanaan praktikum yaitu menggunakan daun jagung, kacang panjang, padi, talas, dan ketela rambat. Pengamatan yang dilakukan adalah menghitung jumlah trikoma, dan bentuk permukaan daun. 3. Jumlah trikoma yang paling banyak yaitu daun jagung dan lapisan lilin paling banyak yaitu daun talas. 4. Nama-nama pestisida yang diperkenalkan pada saat pratikum berlangsung adalah Ec.Deas, S.Sevin, As.Folirfos, Wp.Betadon, Basmilang, Ec.Trebon, Sc.Marshal, Ec.Sidamethrin, Oithane M-45, Wp.Agrimgcin, Sc.Virtako, Florbac, Metindo, Wp.Mipcindo, Furadan, dan Verticillum. B. Saran Praktikum biopestisida sebaiknya ada asistensi terlebih dahulu, supaya mahasiswa dapat mengetahui cara-cara praktikum dan lebih paham mengenai praktikum biopestisida

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Sifat Morfologi Daun. Http//: www.blogspot.com. Diakses tanggal 15 April 2010 Muljo Wachjadi dan Tardjoko. 2004. Buku Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasinya. Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Pertanian. Purwokerto. Mulyani, Soetedjo. 1989. Hama Tanaman Keras dan Alat Pemebrantasnya. Jakarta : Bina Aksara Sastrautomo, S. Soetikno. 1992. Dasar Dasar dan Dampak Penggunaan Pestisida. Jakarta : PT. Gramedia Pustakan Utama http://julaycuking.blogspot.com/2012/04/laporan-pestisida-biopestisida-acara-1.html

You might also like