You are on page 1of 12

ANALISIS PENJUALAN SAHAM PT HM SAMPOERNA Tbk.

DAN AKUISISI OLEH PHILIP MORRIS INDONESIA


Disusun untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen

Oleh : Nama: RENY YUSTINA NIM : 0910230115 Kelas : CG

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2012

1. Mengapa PT. HM. Sampoerna Tbk. Menjual sahamnya ?

Pada tahun 2005 PT. HM. Sampoerna Tbk. (HMS) menjual sahamnya, padahal pada saat itu HMS sedang berkembang dan pemilik tidak dalam kesulitan keuangan. Bahkan kinerja HMS pada tahun 2004 dalam posisi sangat baik yaitu berhasil memperoleh pendapatan bersih Rp 15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Berikut adalah bagian laporan keuangan HMS dari tahun 2001 samapi 2005 (saat akuisisi) :

Dari cuplikan laporan keuangan HMS di atas, bisa dilihat bahwa penjualannya konstan naik dibarengi dengan naiknya aktiva lancar. Lantas mengapa HMS menjual sahamnya ? Untuk mengetahui motif HMS dalam menjual sahamnya, dapat kita lakukan analisa SWOT seperti berikut : Strenght: Kualitas bahan baku sudah terpercaya Menguasai pangsa pasar Tim manajemen yang kuat Penentuan harga yg efektif Dukungan pemasaran yang terarah (iklan) Program distribusi wilayah yang terfokus; Pemahaman Sampoerna yang mendalam tentang bisnis rokok kretek di Indonesia Mempunyai Corporate Social Responsibility (CSR) yang tinggi Memiliki modal yang kuat Culture yang baik. Kredibilitas perusahaan yang baik

Weakness : Biaya operasional naik, yaitu minyak tanah sebagai bahan bakar untuk alat pengering naik. Harga yang cukup mahal Lambatnya pertumbuhan rokok avolution Kalahnya pangsa pasar SKM filtered dari para pesaing Kurang diminatinya produk rokok SKM mild di Internasional

Opportunities : Ekonomi Indonesia sedang tumbuh Lapangan kerja baru telah banyak tercipta bisa menaikkan daya beli konsumen Indonesia Negara konsumsi rokok terbesar ke-5 di dunia. Trend pasar positif untuk rokok Low Tar Low Nicotine (LTLN) di Indonesia Banyaknya spot yang terdapat pada event untuk mempromosikan produk baru

Beralihnya customer rokok competitor ke rokok LTLN Sampoerna.

Threats : Aturan makin ketat seperti UU melarang iklan rokok dan merokok di tempat umum Cukai makin mahal, adanya tarif tambahan Kota-kota besar menuju bebas rokok (Sydney, Uni Eropa, Amerika, Jakarta, Hongkong) Tidak bisa mengharapkan pasar ekspor karena adanya kebijakan pemerintah di luar negeri untuk membatasi pasar rokok Ancaman dari YLKI, WITT dan WHO Semakin banyaknya edukasi tentang bahaya merokok kanker Melemahnya daya beli masyarakat akibat naiknya harga BBM.

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa HMS memiliki banyak kekuatan, namun untuk jangka panjang industri rokok tampak kurang berprospek mengingat banyaknya ancaman dari lingkungan luar (external). Grand Strategy HMS adalah kombinasi, yaitu melakukan unrelated difersification dengan masuk ke bisnis dan melepas kerajaan rokoknya.

Analisis SWOT tersebut sedikit banyak menunjukkan keadaan PT HM Sampoerna Tbk. Oleh karena itu HMS menjual sahamnya dengan alasan sebagai berikut : 1. Aliansi. HMS menjalin aliansi strategis dengan PMI. Chief Financial Officer Sampoerna Salman Hameed mengatakan adanya persetujuan membuka sinergi dan akan

menguntungkan HMS. Ada lima transaksi usaha antara HMS dan perusahaan induk PMI atau perusahaan afiliasi. Transaksi itu meliputi bidang distribusi, penyediaan barang, penyediaan jasa, lisensi, dan pembiayaan. Di bidang distribusi, HMS bisa menunjuk atau ditunjuk sebagai distributor noneksklusif produk atau merek tertentu. Sedangkan transaksi penyediaan barang memungkinkan perusahaan mengadakan atau menyediakan mesin, suku cadang, dan bahan baku. Selain itu, HMS memperoleh lisensi untuk memproduksi atau mendistribusikan produk atau merek PMI di wilayah tertentu di luar Indonesia. Perusahaan juga dapat membuat perjanjian peminjaman atau meminjamkan dan perjanjian pengelolaan kas dengan perusahaan rokok asal Amerika itu. 2. Tawaran cash-nya cukup menggiurkan (harga premium). Mungkin banyak yang berpendapat hal ini adalah pikiran jangka pendek, namun harus dipertimbangkan bahwa tawaran yang baik belum tentu datang dua kali. 3. Prediksi bahwa harga saham ketika terjadi akuisisi akan terus menguat dan diburu oleh investor. 4. Keyakinan bahwa perusahaan ini akan lebih kuat dan mempunyai modal yang besar untuk bersaing dengan kompetitornya. 5. Masuknya Philip Morris membuat pangsa pasar Sampoerna lebih besar. Sampoerna akan mendapatkan manfaat langsung dari jaringan internasional Philip Morris. Sehingga untuk jangka panjang, ini akan berdampak pada peningkatan penjualan Sampoerna. 6. Proyeksi bahwa masa depan industri rokok di Indonesia akan makin sulit berkembang dan PT HM Sampoerna Tbk. ingin menjemput pasar masa depan yang hanya dapat diraih dengan langkah kreatif dan revolusioner dalam bisnisnya. Secara revolusioner yaitu mengubah bisnis intinya dari bisnis rokok ke agroindustri dan infrastruktur. Industri rokok yang diprediksi mulai terbenam, menurut penelitian BNI Securities, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan pendapatan perusahaan rokok di Bursa Efek Jakarta (BEJ) berada di bawah level 10%. Akan tetapi, saham perusahaan rokok masih diminati investor asing. Hal itu karena likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Namun, kondisi pertubuhan pendapatan membuat bisnis rokok sejatinya sudah tak bisa lari ke mana-mana lagi. Maka, tak mengherankan jika sejumlah pemilik perusahaan rokok memilih mengembangkan usahanya di luar bisnis rokok.

Tabel proyeksi :

7. Putera Sampoerna adalah pemimpin yang mampu melihat jauh ke depan. Ia melihat bahwa ke depannya, asap rokok kian menipis. Maka Putera Sampoerna mulai mengalihkan kemudi bisnisnya ke arah agroindustri, infrastruktur dan telekomunikasi. Diliriknya agroindustri, karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan.

2. Mengapa Philip Morris Indonesia (PMI) bersedia membeli saham PT. HM. Sampoerna Tbk. ? PT Philips Morris Indonesia merupakan bagian dari Philip Morris International, yaitu salah satu perusahaan rokok terkemuka di dunia. Perusahaan itu memproduksi rokok merek Marlboro Merah, Marlboro Menthol, Marlboro Lights Menthol, dan Longbeach Mild. Philips Morris International Inc harus membayar sebesar 5,2 miliar dolar AS atau Rp 48 triliun untuk akuisisi saham PT HM Sampoerna tbk. tersebut. Dengan nominal yang fantastis itu tentu ada banyak alasan yang mendasari PMI mengakuisisi HMS. Berikut adalah alasan tersebut : 1. PMI Perluas Bisnis Rokok Kretek di Indonesia. PMI memperluas bisnisnya pada rokok kretek. Strategi ini sebagai upaya memperkuat pangsa pasar di Indonesia yang 92 persen adalah konsumen rokok kretek. Dengan akuisisi, PMI dan HMS akan menguasai paling sedikit 25 pangsa pasar rokok di Indonesia. Secara volume dan pangsa pasar kedua

perusahaan ini menjadi terbesar kedua di Indonesia. Sementara khusus untuk rokok putih PMI sudah menguasai 50 persen pangsa pasar yang ada. Fokus yang akan dilakukan PMI yaitu menggarap pasar Indonesia. Namun tidak tertutup kemungkinan mengembangkan produk-produk yang ada untuk menembus pasar luar negeri seperti Cina, Vietnam dan Malaysia, karena ketiga negara tersebut hampir mempunyai kesamaan pangsa pasar sehingga nantinya Indonesia menjadi basis rokok kretek. 2. Sulitnya mengorbitkan merek baru karena karakter pasar di Indonesia semakin tersegmentasi. Oleh karena itu, para pemasar makin sulit karena promosi tak seefektif dulu. Ujung-ujungnya, mengorbitkan produk baru jadi lebih sulit dibanding dulu. Hal senada dikemukakan konsultan dan praktisi pemasaran Jahja B. Sunaryo dari Direxion Consulting, yang melihat perusahaan global memilih akuisisi merek lokal yang bagus demi memperpendek time to market. Dengan demikian, waktu yang dihabiskan untuk brand building lebih pendek sehingga lebih efisien. Untuk pemain global, merintis bisnis sendiri dari nol di Indonesia merupakan hal riskan. Jadi PMI, perusahaan rokok kaliber dunia lebih memilih mengakuisisi merek HMS yang sangat kuat di Indonesia. kretek is very very much local (business). 3. Dari sisi keuangan, agaknya strategi akuisisi layak dipilih. Di awal kelihatannya lebih mahal, tapi secara keseluruhan lebih murah dan efektif. PMI bisa beli satu merek bagus, dan uang sisanya lebih baik untuk menggenjot promosi agar kinerja mereknya lebih bagus lagi. Selain itu, membeli merek yang sudah jadi juga dinilai sebagai langkah tepat untuk mempertahankan profitabilitas. Ini sangat penting bagi perusahaan publik, sebab mereka dituntut terus mempertahankan tingkat profitabilitas di mata para pemegang saham. 4. PMI membeli saham HMS dengan tujuan untuk menduniakan rokok kretek, karenanya tidak akan menghentikan produksi rokok kretek, bahkan akan memperbesar produksi rokok kretek. PMI juga tidak akan memindahkan pabriknya ke luar negeri, juga kantor pusatnya tetap di Indonesia. Tidak akan dialihkan ke luar negeri. Sebagai pemegang saham baru, PMI tertarik membeli saham HMS karena mengetahui manajemen HMS sangat solid. Manajemen akan dipertahankan, selain itu, PMI berani membeli dengan harga mahal, karena memiliki tenaga kerja yang besar. 5. Karena HMS telah memiliki brand equity, finansial sehat dalam arti tidak sedang terlilit hutang, memiliki budaya perusahaan yang baik, karyawannya kompeten, sistem informasinya terintegrasi dengan baik, dan lain sebagainya. 6. Masuknya PMI adalah bagian dari pergeseran persaingan industri rokok internasional. Saat ini persaingan industri rokok global yang didominasi rokok putih cukup ketat.

Produsen rokok putih tadi bergeser ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di sisi lain, ini juga menunjukkan pasar rokok kretek Indonesia menjadi lahan investasi bagi produsen rokok putih. 7. PMI, tergiur kepiawaian Sampoerna menguasai pangsa pasar industri rokok di Tanah Air. Dengan produksi sekitar 41 miliar batang pada 2004, Sampoerna diperkirakan menguasai sekitar 19,4% pangsa pasar rokok, sedikit di bawah PT Gudang Garam Tbk dan PT Djarum. 8. Mengembangkan bisnis PMI karena industri rokok di negara maju, termasuk Amerika Serikat, masuk kategori sunset industry. Gross rate Philip Morris tidak terlalu besar, sehingga mereka cari peluang di Indonesia. 9. PMI memilih Sampoerna karena pertimbangan bisnis dan kekuatannya di sektor rokok putih. PMI bisa memanfaatkan jaringan dan sumber daya Sampoerna untuk mengembangkan produknya. Sebaliknya, Sampoerna ingin mengembangkan produknya ke kawasan regional. Namun, lanjut Roland, tidak ada nilai tambah lain yang bisa diperoleh dari akuisisi Philip Morris. Bahkan, beban biaya Sampoerna akan kembali meningkat. 10. Industri rokok saat ini belum termasuk sunset industry, tapi justru sedang mengalami perbaikan. Meski saat ini marak larangan merokok, kinerja perusahaan rokok tetap berpotensi membaik. Perusahaan rokok internasional ini kemungkinan

tengah berusaha mencari pasar di negara-negara berkembang. Dalam hal ini, Indonesia dengan pasar yang begitu besar jelas menjadi sasaran yang menggiurkan 11. Sampoerna dikelola dengan sangat baik dan memiliki merek

bagus, infrastruktur bagus, hal ini memungkinkan PMI mendapatkan perkembangan yang bagus. 12. Indonesia adalah pasar rokok kretek dan PMI belum berkompetisi dalam segmen tersebut. Motivasi untuk investasi adalah untuk berkompetisi dalam segmen kretek. Sampoerna masuk akal karena merupakan perusahaan yang paling sukses dalam segmen kretek. PMI percaya bahwa investasi ini akan bagus untuk para pekerja, para pemegang saham, Indonesia dan bagus bagi PMI sendiri. Pada beberapa tahun

belakangan ada penurunan konsumsi rokok di Eropa Barat. PMI mengkompensasikan penurunan itu dengan meningkatkan produktivitas, pasar dan keuntungan. Investasi di Indonesia juga terkait dengan penurunan di Eropa Barat.

Hal-hal di atas adalah alasan PT HM Sampoerna Tbk. dan Philip Morris Indonesia dalam melakukan pengabungan usaha. Dengan berbagai alasan yang

mendasari dan harapan serta proyeksi agar ke depannya HMS dan PMI lebih dapat berkembang, maka saya melakukan analisis rasio atas laporan keuangan HMS pada saat 2 tahun sebelum akuisisi dan 2 tahun setelah akuisisi.

Perhitungan nilai Inventory turn over (sebelum dan sesudah diakuisisi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Periode L/K Sebelum Akuisisi Periode L/K Sesudah Akuisisi Maret 2003 0,71 Juni 2005 2,26 Juni 2003 1,47 September 2005 3,12 September 2003 2,15 Desember 2005 3,94 Desember 2003 3,15 Maret 2006 1,15 Maret 2004 0,93 Juni 2006 2,69 Juni 2004 2,01 September 2006 3,21 September 2004 2,73 Desember 2006 3,98 Desember 2004 3,59 Maret 2007 1,06 Maret 2005 1,07 Juni 2007 1,94 TOTAL 17,81 23,35 RATA-RATA 1,97 2,59 Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat inventory turn over setelah akuisisi meningkat

dibandingkan sebelum diakuisisi. Nilai tertinggi inventory turn over sebelum diakuisisi adalah 3,59 dan terendah adalah 0,71. Sedangkan setelah diakuisisi, nilai tertingginya adalah 3,98 dan nilai terendah 1,06. Kenaikan inventory turn over perusahaan dalam jumlah rata-rata sebelum dan sesudah diakuisisi adalah 1,97 dan 2,59 dan persentase kenaikannya adalah 31,47%.

Perhitungan nilai Total Asset turn over (sebelum dan sesudah diakuisisi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Periode L/K Sebelum Akuisisi Periode L/K Sesudah Akuisisi Maret 2003 0,35 Juni 2005 0,89 Juni 2003 0,68 September 2005 1,43 September 2003 1,05 Desember 2005 2,07 Desember 2003 1,44 Maret 2006 0,58 Maret 2004 3,74 Juni 2006 1,18 Juni 2004 0,72 September 2006 1,71 September 2004 1,11 Desember 2006 2,33 Desember 2004 1,51 Maret 2007 2,05 Maret 2005 0,46 Juni 2007 0,98 TOTAL 11,06 13,22 RATA-RATA 1,23 1,47 Kenaikan asset turn over perusahaan dalam jumlah rata-rata sebelum dan

sesudah diakuisisi adalah 1,23 dan 1,47 dan persentase kenaikannya adalah 19,53%.

Perhitungan nilai Current Ratio (sebelum dan sesudah diakuisisi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Periode L/K Sebelum Akuisisi (%) Periode L/K Sesudah Akuisisi (%) Maret 2003 344,89 Juni 2005 208,35 Juni 2003 261,50 September 2005 159,57 September 2003 306,28 Desember 2005 170,60 Desember 2003 406,78 Maret 2006 193,71 Maret 2004 373,97 Juni 2006 194,29 Juni 2004 188,77 September 2006 177,36 September 2004 216,17 Desember 2006 168,06 Desember 2004 209,67 Maret 2007 205,09 Maret 2005 276,18 Juni 2007 177,97 TOTAL 2584,21 1655 RATA-RATA 287,13 183,89 Dalam perbandingan sebelum dan sesudah akuisisi, current ratio perusahaan

mengalami penurunan. Penurunan nilai current ratio dari jumlah rata-rata kinerja adalah 278,13% dan 183,89%, sedangkan persentase penurunannya adalah 35,96%.

Perhitungan nilai Return On Investment (sebelum dan sesudah diakuisisi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Periode L/K Sebelum Akuisisi Periode L/K Sesudah Akuisisi Maret 2003 4,51 Juni 2005 12,38 Juni 2003 7,65 September 2005 18,97 September 2003 11,67 Desember 2005 19,97 Desember 2003 13,79 Maret 2006 7,62 Maret 2004 5,08 Juni 2006 15,29 Juni 2004 9,31 September 2006 22,59 September 2004 14,67 Desember 2006 27,89 Desember 2004 17,23 Maret 2007 8,65 Maret 2005 6,62 Juni 2007 14,07 TOTAL 90,53 147,43 RATA-RATA 10,06 16,38 Berbeda dengan hasil perhitungan current ratio yang mengalami penurunan,

sebaliknya ROI mengalami kenaikan sebesar 62,85%. Perhitungan nilai Return On Equity (sebelum dan sesudah diakuisisi) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Periode L/K Maret 2003 Juni 2003 September 2003 Desember 2003 Maret 2004 Juni 2004 September 2004 Desember 2004 Maret 2005 TOTAL RATA-RATA Sebelum Akuisisi 8,24 15,41 21,97 24,39 8,97 19,84 28,23 40,98 13,38 181,41 20,16 Periode L/K Juni 2005 September 2005 Desember 2005 Maret 2006 Juni 2006 September 2006 Desember 2006 Maret 2007 Juni 2007 Sesudah Akuisisi 29,91 51,91 52,08 17,20 33,91 53,61 62,04 16,11 29,09 345,86 38,43

Sama dengan hasil perhitungan ROI, ROE mengalami kenaikan sebesar 90,65%. Dari perhitungan-perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja PT HM Sampoerna Tbk. yang telah diakuisisi atau memiliki holding company Philip Morris Indonesia (PMI), untuk variabel Total Asset Turn over, ROI, dan ROE secara deskriptif hasilnya lebih baik atas perubahan kinerja keuangan yang diharapkan. Sedangkan untuk variabel Inventory Turn over dan Current Ratio, kinerja keuangan PT HM Sampoerna Tbk. dapat dikatakan belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.

Namun jika dikaji secara menyeluruh, tujuan dari akuisisi itu sendiri telah tercapai yaitu pengembangan kekayaan para pemegang saham dan perluasan serta pengembangan usaha. Dengan adanya bantuan dari PMI sebagai holding company, HMS dapat meningkatkan kinerja dan manajemen yang lebih baik serta mampu membuat perusahaan lebih efektif dalam mengelola seluruh asset dan dapat memperluas pangsa pasar.

SUMBER REFERENSI : http://www.sampoerna.com/id_id/about_us/investor_information/disclosures_and_rep ort/pages/financial_reports.aspx Keluarga Sampoerna Raup Rp 18,5 T. JAKARTA, Investor Daily Online. Selasa, 15 Maret 2005 03:10 WIB Untuk Akuisisi HM Sampoerna, Philips Morris Bayar Rp 48 T. Nurul Qomariyah detikfinance. Senin, 14/03/2005 15:54 WIB Philips Morris Akuisisi 40% Saham Sampoerna.Suara Merdeka. Selasa, 15 Maret 2005 why Putera sold his Sampoerna?.by agneskurniawan on March 26, 2009

You might also like