You are on page 1of 13

ALZHEIMER (Dementia pada penyakit Alzheimer)

15MAR
1 Votes F00 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER Pedoman Dianostik Terdapatnya gejal demesia. Onset bertahap(insidious onset) dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu taraf stabil (plateu) secara nyata. Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriks aan khusus, yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia (misalnya hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vitamin B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematoma subdural). Tidak adanya serangan apoleptik mendadak, atau gejal neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hi;angnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi pada masa dini dari gangguan itu (walaupun fenomena ini kemudian hari dapat tumpang tindih). Diagnosis banding Gangguan depresif (F30-F39): (+)/(-) gejala somatik, terdapat perubahan aktivitas ( pada manic, pada hipomanik) Delirium (F05): terdapat gangguan kesadaran(berkabut-koma), gangguan psikomotor(kadang , kadang ), gangguan siklus tidur bangun (nightmare-insomnia) Sindroma amnestik organic (F04): daya ingat short term memory, amnesia (antegrad/retrograd), atesia dan kesadaran masih baik, terdapat cedera pada otak. Demensia primer pada penyakit lain YDK (F02.-): gangguan perilaku terlebih dahulu lalui diikuti gangguan daya ingat & terdapat atrofi pada lobus frontalis Demensia sekunder penyakit lain YDK (F02.8): terdapat gejala somatic dan gangguan serebral lainn ya. Retardasi mental (F70-F72): IQ (ringan 50-69 atau sedang 35-45), gangguan bahasa, sangat jarang diakibatkan oleh gangguan organik, autistic thingking & terdapat gangguan perilaku

Demensia Alzheimer + Vaskuler (F00.2)

Multiaksial: AKSIS I : F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer onset dini F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer onset lambat F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, Tipe tak khas atau Tipe Campuran (atypical or mixed type) F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (unspecified) KONDISI LAIN YANG MENJADI FOKUS PERHATIAN KLINIS R41.8 Penurunan fungsi kognitif berkaitan dengan usia AKSIS II : AKSIS III : Tidak ada (none) AKSIS IV : Masalah dengan primary support group (keluarga) AKSIS V : Awal 40-31, beberapa disabilitas dalam hubugan dgn realita & komunikasi, disbilitas berat dalam beberapa fungsi Akhir 30-21, disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer onset dini Pedoman diagnostik Dimensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun Perkembangn gejala cepat dan progresif (deteriorasi) Adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer merupakan faktor yang menyokong diagnosis etapi tidak harus dipenuhi F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer onset lambat Sama tersebut di atas, hanya onsetnya sesudah usia 65 tahun dan perjalanan penyakit yang lamban dan biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gamabran utamanya. F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, Tipe tak khas atau Tipe Campuran (atypical or mixed type) Yang tidak cocok dengan pedoman untuk F00.0 atau F00.1, tipe campuran adalah dementia Alzheimer + vaskular

Diagnosis Alzheimer a. Definisi Dementia progresif yang terjadi pada usia dewasa menengah atau lansia ditandai dengan daya ingat jangka pendek, deteriorasi intelektul & perilaku, dan lambat berpikir. b. Epidemiologi Lansia Perempuan > pria c. Etiologi Genetik: autosomal dominan, early onset kromosom 21q & late onset kromosom19, sporadic pada kromosom6 gangguan fungsi imunitas infeksi virus: terdapat antibodi reaktif & neurofibrillary tangles (NFT) (x: penyakit Creutzfeldt-Jacob & Kuru) plak amiloid SSP gagangguan fungsi luhur lingkungan: o polusi udara/industry o intoksikasi logam x: alanin, aluminium, silikon, merkuri, zinc,asam amino glutamat trauma: ditemukan banyak neurofibrillary tangles defisit formasi sel-sel filament imunologis: (+) kelainan serum protein albumin , -protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli neurotransmitter: 1. asetilkolin 2. noradrenalin 3. dopamin masih kontroversial 4. serotonin 5. MAO (monoamino oxidase)

d. Manifestasi klinis Gejala umum: 1. Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek. Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya. 2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa, seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan. 3. Kesulitan berbahasa. Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa. 4. Disorientasi waktu dan tempat. Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang. 5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif, misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau sebaliknya. 6. Salah menempatkan barang. Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula. 7. Perubahan tingkah laku. Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima. 8. Perubahan perilaku

Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu. 9. Kehilangan inisiatif Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya. Karakteristik dementia pada Alzheimer 1. Predementia: Gangguan kognitif ringan -8 tahun sebelum diagnosis ditegakkan Defisit memori apatis 2. Demensia onset awal gangguan learning & memori Gangguan bahasa, kosakata & kata, kemampuan bahasa oral & tulisan Gangguan persepsi (agnosia) Gangguan gerakan (apraxia) Terlihat bodoh Kurang inisiasi untuk melakukan aktivitas 3. Dementia moderat Deteriorasi progresif Tidak mampu membaca & menulis Gangguan long-term memory Subtitusi penggunaan kata (parafasia) Misidentifikasi Labil Mudah marah Delusi Inkontinen system urinaria 4. Dementia tahap lanjut (advanced) Tidak dapat mengurus diri secara Kehilangan kemampuan verbal total Agresif Apatis ekstrim Deteriorasi massa otot & mobilitas Kehilangan kemampuan untuk makan Berdasarkan stadium: Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun) Memori : defek daya ingat baru (leaning), gangguan recall ringan Kemampuan Visuospatial : disorientasi topografi, tidak mampu m embentuk komplex Bahasa : sulit membentuk kata baru, anomia Personalitas : indiferens,kadang-kadang mudah marah Manifestasi psikiatri: sedih atau beberapa delusi Sistem motorik : normal

EEG : normal CT/MRI : normal PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun) Memori : daya ingat baru (leaning) & gangguan recall berat Kemampuan Visuospatial: disorientasi spasial, poor contructions Bahasa : fluent aphasia kalkulasi : akalkulation Personality : indiferens & mudah marah Manifestasi psikiatri: delusi Sistem motorik: restlessness, pacing EEG : slow background rhythm CT/MRI : normal or ventricular and sulcal enlargeent PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun) Intelectual function : severely deteriorated Motor system : limb rigidity and flexion poeture Sphincter control : urinary and fecal EEG : diffusely slow CT/MRI : ventricular and sulcal enlargeent PET/SPECT : bilateral parietal and frontal hypometabolism/hyperfusion e. Patofisiologi

f. Cara menegakkan diagnosis Terdapat beberapa kriteria untukdiagnosa klinis penyakit alzheimer yaitu: 1. Kriteria diagnosis tersangka penyakit alzheimer terdiri dari: Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini mental atau beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test neuropsikologik Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi >2 Tidak ada gangguan tingkat kesadaran Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya 2. Diagnosis tersangka penyakit alzheimer ditunjang oleh: Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik seperti berbahasa, ketrampilan motorik , dan persepsi ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan neuropatologi Pada gambaran EEG memberikan gambaran normal atau perubahan non-spesifik seperti peningkatan

aktivitas gelombang lambat Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri 3. Gambaran lain tersangka diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab demensia lainnya terdiri dari: Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinentia, delusi, halu sinasi, emosi, kelainan seksual, berat badan menurun oKelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit padastadium lanjut dan termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan berjalan Terdapat bangkitan pada stadium lanjut 4. Gambaran diagnosa tersangka penyakit alzheimer yang tidak jela s terdiri dari: Awitan mendadak Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese, hipestesia, defisit lapang pandang dan gangguan koordinasi Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan 5. Diagnosa klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah: Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologik lain, gejala psikiatri atau kelainan sistemik yang menyebabkan demensia Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan demensia, defisit kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya 6. Kriteria diagnosa pasti penyakit alzheimer adalah gabungan dari kriteria klinik tersangka penyakit alzheimer dab didapatkan gambaran histopatologi dari biopsi atau otopsi: autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Neuropatologi Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan: atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr). Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari: a. Neurofibrillary tangles (NFT) Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia. b. Senile plaque (SP) Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik.

Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer. c. Degenerasi neuron Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer. d. Perubahan vakuoler Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak. e. Lewy body Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer. 2. Pemeriksaan neuropsikologik Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena: a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal. b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab. The Consortium to establish a Registry for Alzheimer Disease (CERALD) menyajikan suatu prosedur penilaian neuropsikologis dengan mempergunakan alat batrey yang bermanifestasi gangguan fungsi

kognitif, dimana pemeriksaannya terdiri dari: 1. Verbal fluency animal category 2. Modified boston naming test 3. mini mental state 4. Word list memory 5. Constructional praxis 6. Word list recall 7. Word list recognition Test ini memakn waktu 30-40 menit dan <20-30 menit pada kontrol 3. CT Scan dan MRI Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. CT scan: menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya g ejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental MRI: peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii. MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus. 4. EEG Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik 5. PET (Positron Emission Tomography) Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan: penurunan aliran darah metabolisma O2 dan glukosa didaerah serebral Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi 6. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin. 7. Laboratorium darah Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer.

Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang dilakukan secara selektif. g. Penatalaksanaan Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik: 1. Inhibitor kolinesterase Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigmin Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Al zheimer, mual & muntah, bradikardi, HCl, dan nafsu makan. 2. Thiamin pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. contoh: thiamin hydrochlorida dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama. 3. Nootropik Nootropik merupakan obat psikotropik. Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna. tapi mahal bokkkk 4. Klonidin Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis Dosis:maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif 5. Haloperiodol Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi: gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral Haloperiod 1 -5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut depresi : tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)

6. Acetyl L-Carnitine (ALC) Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria dengan bantuan enzym ALC transferase. Tujuan: meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif. Suportif 1. seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga 2. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Pencegahan resiko: Sayur, roti, gandum, sereal, minyak zaitun, ikan, & anggur merah Vitamin: B12, B3, C, & asam folat Pengguanaan NSAID jangka panjang resiko: Reiko yang berhubungan dengan kardiovaskular, hiperkolesterolmia, hipertensi, & diabetes Selain farmakoterapi, ada beberapa terapi lain, seperti : Dapat dilakukan oleh care-giver 1. Intervensi psikososial. Terapi ini dapat digunakan dalam masa mild sampai moderate dalam tahap demensia. Treatment meliputi konseling, psikoterapi, terapi orientasi, behavioral reinforcement, dan cognitive rehabilitation training. Terdiri dari beberapa pendekatan: Perilaku emosi kongisi stimulus 2. Imunoterapi, yakni menyuntikkan vaksin toksin beta-amyloid untuk melatih sistem imun tubuh sehingga dapat menghancurkan beta-amyloid dan menghentikan timbulnya penyakit ini. 3. Terapi pekerjaan dan gaya hidup. Modifikasi dari lingkungan dan gaya hidup pasien Alzheimer dapat memperbaiki kemampuan fungsional dan meringankan pekerjaan pengasuh, seperti memberi label pada perangkat rumah tangga, mengamankan perangkat yang berbahaya untuk mencegah terjadinya luka karena aktivitas sehari-hari, mengajak pasien untuk berinteraksi sosial, dan stimulasi visual seperti memberi warna pada perangkat rumah tangga, yang juga dapat menambah nafsu makan. 4. Terapi alternatif, menggunakan kombinasi ramuan herbal dengan suplemen diet, misalnya vit.E.

h. Prognosis Dari pemeriksaan klinis 42 penderita probable alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu: 1. Derajat beratnya penyakit 2. Variabilitas gambaran klinis 3. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit Alzheimer: mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder. i. Komplikasi Infeksi Malnutrisi Kematian j. Kesimpulan Penyakit alzheimer sangat sukar di diagnosa hanya berasarkan gejalagejala klinik tanpa dikonfirmasikan pemeriksaan lainnya seperti neuropatologi, neuropsikologis, MRI, SPECT, PET. Sampai saat ini penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi faktor genetik sangat menentukan (riwayat keluarga), sedangkan faktor lingkungan hanya sebagai pencetus ekspresi genetik. Pengobatan pada saat ini belum mendapatkan hasil yang memuaskan, hanya dilakukan secara empiris, simptomatik dan suportif untuk menyenangkanpenderita atau keluarganya.

You might also like