You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN

ENERGI SURYA

Oleh: Tentri Yera Idqa Ridmaningrum NIM A1H011084

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Energi surya merupakan energi yang berupa sinar dan panas dari matahari. Energi ini dapat dimanfaatkan menggunakan serangkaian teknologi

seperti pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik termal surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan. Energi surya telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan. Potensi masa depat energi surya hanya dibatasi oleh keinginan kita untuk menangkap kesempatan. Radiasi matahari (solar radiation) memegang peranan penting dalam banyak proses lingkungan hidup. Semua sumber yang dipergunakan oleh manusia memperoleh energi yang berasal dari matahari, dan tumbuh-tumbuhan bergantung pada energi matahari untuk fotosintesa serta pertumbuhannya. Walaupun energi matahari pada dewasa ini tidak dipakai untuk kegunaan industri, namun tercurah perhatian yang cukup mengenai penggunaan enargi matahari. Karena energi ini merupakan energi elektromagnetik yang sangat atraktif dan tidak bersifat polutif, disamping itu energi matahari juga berjumlah besar dan kontinue. Teknologi energi surya secara umum dikategorikan dalam dua kelompok, yakni teknologi pemanfaatan pasif dan teknologi pemanfaatan aktif.

Pengelompokan ini berdasarkan pada proses penyerapan, pengubahan, serta penyaluran energi surya. Contoh pada pemanfaatan energi surya secara aktif yaitu penggunaan panel fotovoltaik dan panel penyerap panas. Contoh pemanfaatan energi surya secara pasif meliputi mengarahkan bangunan menuju ke arah matahari, memilih bangunan dengan massa termal atau kemampuan dipersi cahaya yang baik, dan merancang ruangan dengan sirkulasi udara alami.

B.

Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan pyranometer 2. Mengetahui cara mengukur energi surya

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Energi surya merupakan sumber energi yang terdapat didalam, dimana tidak bersifat polutif, tidak habis dan gratis. Energi ini tersedia dalam jumlah yang besar dan bersifat kontinue bagi kehidupan makhluk di bumi. Untuk memanfaatkan energi surya diperlukan pengetahuan dan teknologi yang tinggi agar dapat efisiensi yang lebih baik serta ekonomis (Yazmendar et.al, 2008).
Energi surya adalah salah satu sumber energi alternatif yang dapat di manfaatkan untuk sumber energi listrik. Sumber energi ini belum dapat di manfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengaruh rotasi dan revolusi bumi. Pada saat bumi berevolusi, bumi juga melakukan gerak rotasi yaitu berputar pada porosnya. Salah satu gejala yang ditimbulkan saat bumi berotasi adalah peristiwa siang dan malam. Selama revolusi bumi condong atau miring dengan arah yang sama terhadap bidang ekliptika, terbentuk sudut 23,5 (Hendry et.al, 2012). Hendry (2012) mengatakan bahwa revolusi bumi salah satunya dapat mengakibatkan gerak semu tahunan matahari. Pengamatan yang dapat dilakukan adalah melihat kedudukan matahari yang seakan-akan bergerak dari katulistiwa ke 23,5LU kembali ke katulistiwa, terus ke 23,5LS, dan kembali lagi ke katulistiwa. Pergeseran kedudukan matahari yang demikian itu berlangsung setiap satu tahun.

Optimalisasi pemanfaatan energi matahari ini menjadi pemikiran bagi Bill Lane, Ia membuat sebuah penjejak matahari yang dapat mengikuti arah pergerakan matahari dari timur ke barat. Bill Lane menggunakan Cadmium sulfida (Csd) sebagai sensor pendeteksi arah datangnya cahaya matahari dan PIC16F877 sebagai mikrokontroller (Lane, 2008).

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69% dari total energi yang dipancarkan matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 0,5 miliar energi matahari atau kira-kira 1,3 x 1017 Watt (Sigalingging, 1994).
Melihat energi yang dikeluarkan dari pancaran matahari yang begitu besar, pemanfaatan energi matahari menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk dilakukan. Salah satu pemanfaatan energi matahari adalah penggunaan sel surya yang berfungsi mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Sigalingging (1994) mengatakan bahwa dalam proses konversi energi pada sel surya dipengaruhi banyak faktor yang dapat mengurangi optimalisasi pada proses konversi energi. Diantaranya adalah faktor orientasi terhadap matahari yang selalu berubah-ubah dapat mengurangi optimalisasi sel surya dalam proses konversi energi matahari menjadi energi listrik. Sel surya akan menghasilkan daya maksimal ketika posisinya saling tegak lurus dengan cahaya matahari.

Energi surya merupakan radiasi gelombang pendek yang diserap oleh pelat penyerap sebuah kolektor surya yang diubah menjadi panas. Selain itu energi matahari dapat dikonversi langsung menjadi bentuk energi lain dengan tiga proses yang terpisah yaitu : proses heliochemical, proses helioelektrikal, dan proses heliothermal. Reaksi heliochemical yang utama adalah fotosintesis, proses helioelektrikal yang utama adalah proses produksi listrik oleh sel surya, sedangkan proses heliothermal yang utama adalah proses penyerapan radiasi matahari dan pengkonversian energi ini menjadi energi thermal (Soebiyakto, 2011).

Beberapa penggunaan energi matahari yang sudah banyak ditemukan di Indonesia salah satunya adalah untuk pemanas air di rumah-rumah, hotel, rumah sakit, kantor, dan lain-lain. Sedangkan dibidang agroindustri akhir-akhir ini mulai banyak pengembangan kegunaan energi surya untuk pengeringan hasil panen para petani. Sebab masih banyak para petani yang menggunakan bahan bakar atau energi listrik untuk mengeringkan hasil panen mereka tetapi tidak hanya para petani, para peternak pun menggunakan cara yang sama guna memanasi telurtelur yang baru menetas, padahal hal tersebut perlu biaya yang tidak sedikit dan tidak ramah lingkungan (Soebiyakto, 2011). Menghitung komponen langsung dari pemasukan radiasi surya pada sebuah permukaan miring dari data radiasi pada sebuah permukaan horisontal, posisi matahari pada tiap saat harus diketahui (Arismunandar, 1985). Radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bidang miring dengan sudut kemiringan , Ht bisa dihitung sebagai (Cao. 2011: 2362): Ht = Ht,b + Ht,d...(1) Sedangkan, radiasi matahari pada permukaan horizontal (Cao. 2011: 2362): Ht = Hb + Hd.(2) Dimana H merupakan radiasi melembung total pada permukaan horizontal, Ht,b adalah radiasi matahari bare, Ht,d adalah radiasi matahari menyebar dan Ht,r adalah radiasi matahari dipantulkan. Mereka bisa dihitung oleh tiga persamaan berikut: Ht,b = HbRb(3) Ht,d = HdRd(4)

Ht,r = ref HRr.(5) Dimana Hb adalah radiasi bare total pada permukaan horizontal, Hd adalah radiasi tersebar total pada permukaan horizontal, ref adalah refleksi tanah. Menurut literature Muneer itu, ref adalah 0,25. Dan Rb, Rd, dan Rr adalah koefisien. Semua dapat dihitung dalam persamaan berikut (Duffie, 2005:104): Rb = Rd = Rr =
( ) ( ( ) ) ( )

...(6)

Rb + (1 -

) (1 + cos).(7)

....(8)

Dimana adalah sudut deklinasi, sudut garis lintang, adalah sudut kemiringan kolektor dan adalah sudut jam.

III.

METODOLOGI

A.

Alat dan Bahan

1. Pyranometer 2. Stopwatch 3. Termometer bola basah dan bola kering 4. Multimeter 5. Kalkulator 6. Alat tulis 7. Radiasi matahari

B. Prosedur Kerja

1. Menaruh Pyranometer perlakuan dibawah matahari lansung 2. Menghubungkan Pyranometer dengan multimeter 3. Mengamati perubahan radiasi surya setiap 15 menit sekali 4. Mencatat hasil pengamatan

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

Tabel 1. Data pengamatan Radiasi Waktu (W/m2) NO pengamatan (jam) Langsung 1. 06.40 0,7 2. 06.55 0,16 3. 07.10 2,0 4. 07.25 4,5 5. 07.40 3,8 6. 07.55 6,8 7. 08.10 7,8 8. 08.25 0,8 9. 08.40 10,4 10. 08.55 11,2

Cuaca Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Tbb 28 28 29 31 33,5 35,5 36 38 38,5 40

Suhu Lingkungan Tbk 27 29 28,5 31,5 34 37 38,5 41 41,5 44

RH 96% 95% 90% 82% 73% 70% 72% 65%

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Waktu pengamatan (jam) 09.10 09.25 09.40 09.55 10.10 10.25 10.40 10.55 11.10 11.25

Radiasi (W/m2) Langsung 7,0 11,4 6,4 12,7 7,8 18,5 14,14 1,6 12,6 13,6

Cuaca Cerah Cerah Berawan Cerah Berawan Cerah Berawan Mendung Berawan Cerah

Suhu Lingkungan Tbb Tbk RH 41 45 62,5% 42 46 65% 42 46 65% 44 47 77,5% 45 48 79% 44 47 77,5% 43 47 77,5% 43 45 82,5% 40 43 78% 43 47 70%

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Waktu pengamatan (jam) 11.40 11.55 12.10 12.25 12.40 12.55 13.10 13.25 13.40 13.55

Radiasi (W/m2) Langsung 13,0 10,4 11,0 7,9 10,6 1,6 10,3 1,1 8,5 4,6

Cuaca Cerah berawan Cerah Cerah Berawan Cerah Mendung Cerah Berawan Cerah Berawan

Suhu Lingkungan Tbb Tbk 42 49 40,4 48,5 40,1 50,2 43 50 42 51 37 43 41 47 36 43 40 47,5 57 44,5

RH 50% 45% 37% 48% 42% 50% 55% 43% 45% 43%

B.

Pembahasan

Krisis energi yang terjadi beberapa dekade dan tumbuhnya kesadaran akan lingkungan, menimbulkan upaya yang lebih besar untuk mengoptimasikan sumberdaya energi di segala sektor aktivitas. Untuk menyeimbangkan antara persediaan dan permintaan energi dibutuhkan energi yang terbarukan serta ramah lingkungan. Energi surya mampu menjawab tuntutan energi yang dibutuhkan saat ini, disamping energi ini terbarukan hasil buangan dari energi ini dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Beberapa hal inilah yang membuat energi matahari sebagai salah satu pilihan energi di masa yang akan datang. Namun sama halnya dengan energi-energi yang lain, energi ini memiliki beberapa kekurangan karena sangat dipengaruhi oleh tutupan awan yang ada di atassel penangkapnya/sel photovoltaic. Kondisi tutupan awan yang ada, juga sangat mempengaruhi insolasi yang diterima. Saat awan menutupi matahari, level pencahayaan berkurang, hal ini tidak menghentikan proses produksi energi pada PV. Namun jika terdapat cukup

cahaya dari bayangan yang ada, maka PV dapat menghasilkan energi sekitar setengah dari kemampuan produksinya. Semakin tebal awan semakin berkurang juga energi yang dihasilkan, bahkan jika terdapat awan yang sangat tebal, tidak menutup kemungkinan solar panel menhasilkan sangat sedikit energi. Letak Indonesia yang berada didaerah tropis, diapit oleh dua samudera dan benua membuat pertumbuhan awan konventif cukup tinggi sepanjang tahunnya. Oleh karena itu faktor analisis tutupan awan sangat berpengaruh dalam pembuatan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Indonesia. Dengan diketahuinya faktor tutupan awan maka dapat ditentukan potensi energi matahari yang diterima di daerah tersebut, sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan energi yang diperoleh dari photovoltaic. Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif. Sayangnya biaya pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena sampai saat ini piranti utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik (modul fotovoltaik) masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar

negeri. Walaupun pemanfaatan PLTS belum optimal, tetapi sudah cukup banyak dimanfaatkan pada perumahan atau sering disebut Solar Home System (SHS), pompa air, televisi, komunikasi, dan lemari pendingin di PUSKESMAS di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di wilayah terpencil yang jauh dari jaringan listrik PLN. PLTS merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena tidak melepaskan polutan seperti halnya pembangkit listrik tenaga fosil. Komponen utama dari pyranometer dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sensor terdiri dari beberapa lempeng logam yang di cat hitam dan putih dan terkadang hanya di cat hitam saja di dalamnya terdapat tumpukan termal kawat konstan yang dilapisi tembaga. b. Pengatur level (perata-rata air)/water pass. c. Bagian internal terdiri dari diagram circuit thermo dan kontainer silica gel. Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor cahaya yang akan diteruskan pada tampilan komputer dalam bentuk simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya tersebut. Nilai maksimum yang memberikan fluks terbesar jika cahaya menghantam sensor sejajar dengan bidang vertikal dan nilai terkecil fluks cahaya saat cahaya jatuh sejajar bidang horizontal, sehingga besarnya simpngan fluks bergantung pada sudut cosinus terhadap sumbu vertikal selain dari besarnya muatan elektron yang menghantam sensor dari radiasi cahaya. Dengan adanya muatan elektron tersebut dapat diukur dengan rumus medan listrik sehingga simpangan fluks

magnet berbanding lurus dengan peningkatan arus akibat penumpukan elektron. Pada saat kalibrasi digunakan saat diletakkan pyranometer di dalam ruangan gelap yang tidak ada cahaya dan pengaruh medan listrik maupun medan magnet sebagai keadaan ideal saat keadaan normal atau keadaan nol. Prinsip kerja dari pyranometer adalah sinar matahari atau radiasi yang datang secara langsung maupun yang dipancarkan oleh atmosfer serta yang dihamburkan oleh langit akan menembus glass dome. Radiasi dengan panjang gelombang sampai dengan 3.0m akan diteruskan ke lempeng logam hitam dan putih. Lempeng logam hitam akan mengabsorbsi panas radiasi sementara lempeng putih akan memantulkan radiasi sehingga terjadi perbedaan temperature diantara kedua jenis lempeng logam ini, selain itu di letakan juga di daerah pengukuran thermometer bola basah dan bola kering untuk mengetahui suhu dan kekembaban pada tempat tersebut. Pengukuran nilai radiasi berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa nilai radiasi yang diukur dengan menggunakan pengukuran secara langsung dari pukul 06.40-13.55 menghasilkan nilai yang berubah-ubah. Berikut disajikan grafik perbandingan Antara radiasi dengan waktu:

Grafik perbandingan antara radiasi terhadap waktu


radiasi (W/m2)
20 15 10 5 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 waktu (/15 menit)

Gambar 1. Grafik Perbandingan Radiasi Matahari Langsung terhadap waktu. Grafik yang disajikan diketahui besarnya radiasi matahari langsung terhadap waktu yang menunjukkan nilai yang fluktuatif setiap menitnya. Dari perlakuan yang dilakukan saat praktikum dalam pengamatan energi surya menunjukkan bahwa besarnya nilai radiasi berbanding terbalik dengan besarnya nilai kelembaban. Besarnya nilai kelembaban dipengaruhi oleh besarnya suhu lingkungan, semakin tinggi suhunya menyebabkan nilai RH rendah. Besarnya radiasi juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan sudut sinar datang matahari. Ketika kondisi cuaca berawan, maka besarnya radiasi yang diterima akan kecil dan sebaliknya, ketika kondisi cuaca cerah maka radiasi yang diterima akan banyak. Pada waktu pagi hari, radiasi yang diterima juga lebih kecil jika dibandingkan saat siang hari, ini karena sudut datang dari sinar matahari yang mendekati tegak lurus dengan permukaan bumi, sehingga radiasi akan naik.

Kendala yang dihadapi saat praktikum adalah adanya alat yang mati pada saat pengukuran berlangsung yang menyebabkan nilai dari radiasi menjadi tidak valid. Radiasi dapat dibedakan ke dalam tiga klasifikasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Radiasi Solar Radiasi solar adalah Radiasi yang dikeluarkan oleh Matahari. Kira-kira 99.9 persen dari radiasi ini berupa energi elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0,15 s/d 4,0 microns dengan persentasi tertinggi pada intensitas 0,4 s/d 0,7 microns berupa cahaya. Selebihnya berupa energi elektromagnetik Inframerah dan ultraviolet (UV). Radiasi Solar yang menembus lapisan terendah atmosfer dapat juga dibedakan dalam beberapa kelas, yaitu : a. Radiasi Solar Langsung yaitu Radiasi Solar yang datang dari sudut bulat cakram matahari. b. Radiasi Solar Global yaitu Radiasi Solar yang diterima oleh permukaan horizontal berupa radiasi solar langsung dan radiasi yang dihamburkan ke arah bawah sewaktu melewati lapisan atmosfer. c. Sky Radiasi yaitu Radiasi Solar yang dihamburkan ke arah bawah oleh lapisan atmosferr (bagian kedua dari radiasi global). d. Radiasi Solar Yang Dipantulkan yaitu Radiasi Solar yang dipantulkan ke arah atas oleh permukaan bumi dan dihamburkan oleh lapisan atmosfer antara permukaan bumi dan titik pengamatan.

2.

Radiasi Terrestrial Radiasi terrestrial adalah radiasi yang dikeluarkan oleh planet bumi

termasuk atmosfernya, sehingga radiasi terrestrial dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu: a. Radiasi Permukaan Terrestrial adalah radiasi yang dikeluarkan oleh permukaan bumi. b. Radiasi Atmosfer adalah radiasi yang dikeluarkan oleh atmosphir. 3. Radiasi Total Radiasi total adalah Jumlah Radiasi Solar dan Terrestrial. Biasanya dibedakan dalam dua pengertian sesuai kebutuhan, yaitu : radiasi gelombang pendek < 4 m dan radiasi gelombang panjang > 4 m. Keuntungan dari penggunaan energi surya dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut:
1.

Energi surya merupakan sumber energi terbarukan. Matahari hampir tak terbatas sebagai sumber energi, dan energi surya tidak dapat habis, tidak seperti bahan bakar fosil yang akhirnya akan habis. Setelah bahan bakar fosil habis, dunia akan memerlukan alternatif sumber energi yang baik, dan energi surya jelas terlihat sebagai salah satu alternatif terbaik.

2.

Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang dihasilkan dari matahari berarti kita telah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, dan dengan demikian kita benar-benar telah mengurangi dampak perubahan iklim.

Penelitian terbaru melaporkan bahwa rata-rata sistem rumah surya mampu mengurangi 18 ton emisi gas rumah kaca di lingkungan setiap tahunnya. Energi surya juga tidak memancarkan oksida nitrogen atau sulfur dioksida yang berarti tidak menyebabkan hujan asam atau kabut asap.
3.

Matahari merupakan sumber energi yang benar-benar bebas untuk digunakan oleh setiap orang. Tidak ada yang memiliki Matahari, jadi setelah Anda menutupi biaya investasi awal, pemakaian energi selanjutnya dapat dikatakan gratis.

4.

Lebih banyak energi matahari yang kita gunakan maka semakin sedikit kita bergantung pada bahan bakar fosil. Ini berarti akan meningkatkan ketahanan dan keamanan energi, karena akan mengurangi kebutuhan impor minyak dari pihak asing.

5.

Dalam jangka panjang energi surya akan menghemat pengeluaran uang untuk energi. Biaya awalnya memang cukup signifikan, namun setelah beberapa waktu Anda akan memiliki akses ke energi yang benar-benar gratis, dan jika sistem rumah tenaga surya menghasilkan energi yang lebih dari yang Anda butuhkan, di beberapa negara perusahaan listrik dapat membelinya dari Anda, yang berarti ada potensi keuntungan ekstra terlibat. Ada juga banyak negara yang menawarkan insentif keuangan untuk menggunakan energi surya.

6.

Panel surya beroperasi tanpa mengeluarkan suara (tidak seperti turbin angin besar) sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Panel surya biasanya memiliki umur yang sangat lama, minimal 30 tahun, dan biaya

pemeliharaannya sangat rendah karena tidak ada bagian yang bergerak. Panel surya juga cukup mudah untuk diinstal.
7.

Energi surya adalah salah satu pilihan energi terbaik untuk daerah-daerah terpencil, bilamana jaringan distribusi listrik tidak praktis atau tidak memungkinkan untuk di-instal. Sedangkan kelemahan penggunaan dari energi surya dapat dijabarkan

sebagai berikut: 1. Kelemahan utama dari energi surya adalah biaya awal yang tinggi. Panel surya terbuat dari bahan mahal, bahkan dengan penurunan harga yang terjadi hampir setiap tahun, harganya tetap terasa mahal. 2. Panel surya juga perlu untuk ditingkatkan efisiensinya. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang memadai dibutuhkan lokasi instalasi yang luas, dan panel surya ini idealnya diarahkan ke matahari, tanpa hambatan seperti pohon dan gedung tinggi, untuk mencapai tingkat efisiensi yang diperlukan. 3. Energi surya membutuhkan solusi penyimpanan energi murah dan efisien karena matahari adalah sumber energi intermiten (tidak kontinyu). 4. Proyek-proyek energi surya skala besar (pembangkit listrik tenaga surya yang besar) akan membutuhkan lahan yang luas, dan banyak air untuk tujuan pendinginan. 5. Banyak daerah di dunia yang tidak memiliki cukup sinar matahari untuk menjadikan energi surya bernilai ekonomis. Karena itu, solusi ilmiah yang lebih maju sangat diperlukan untuk membuat energi surya menjadi komersial di daerah-daerah tersebut.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

1.

Prinsip kerja dari pyranometer adalah sinar matahari atau radiasi yang datang secara langsung maupun yang dipancarkan oleh atmosfer serta yang dihamburkan oleh langit akan menembus glass dome. Radiasi dengan panjang gelombang sampai dengan 3.0m akan diteruskan ke lempeng logam hitam dan putih. Lempeng logam hitam akan mengabsorbsi panas radiasi sementara lempeng putih akan memantulkan radiasi sehingga terjadi perbedaan temperature diantara kedua jenis lempeng logam ini, selain itu di letakan juga di daerah pengukuran thermometer bola basah dan bola kering untuk mengetahui suhu dan kekembaban pada tempat tersebut.

B.

Saran

Dalam suatu analisis laporan tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan, baik dalam segi penyampaian isi. Di bawah ini merupakan saran yang dapat diajukan penulis : 1. Karena penulisan laporan ini merupakan penulisan awal, penulis berharap agar dapat dikembangkan agar diperoleh gambaran lebih lanjut perihal energi surya.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto. 1985. Teknologi Rekayasa Surya. PT. Pradnya paramita. Jakarta. Bill, Lane. 2008. Solar Tracker. Department of Electrical and Computer Engineering Cleveland State University Cleveland. Ohio. Cao., Fei., Liejin, Guo. 2011. Simulation of a sloped solar chimney power plant in Lanzhou. ELVESIER. Duffie, John,A., William, A., Beckam. 2006. Solar engineering of thermal processes. John Wiley & Sons. New Jersey. Eko, Hendry., Reza, Satria. 2012. Perancangan Prototype Penjejak Cahaya Matahari Pada Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Jurnal Ilmiah Foristek. 2 (2): 208-215. Karmon, Sigalingging. 1994. Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Tarsito. Bandung. Rosa, Yazmendra., Rino, Sukma. 2008. Rancang Bangun Alat Konversi Energi Surya Menjadi Energi Mekanik. Jurnal Teknik Mesin. 5 (2):54-65. Subiyakto, Gatot. 2011. Optimasi Kerja Kolektor Tipe Seng Gelombang Menggunakan Heat Storage Pada Alat Pengering Energi Matahari. Jurnal Teknik Mesin. 3 (1): 6-12.

You might also like