Professional Documents
Culture Documents
Seminar Transmigrasi Dalam Perspektif Pengembangan Wilayah, Kependudukan dan Ekonomi Pedesaan Jakarta, 4 Desember 2013
OUTLINE PAPARAN
1. Arah Kebijakan Transmigrasi dalam RPJMN 20102014; 2. Permasalahan Transmigrasi Terkait Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 3. Konsep Pembangunan Kawasan Transmigrasi 4. Rencana Rinci Tata Ruang sebagai Penterjemahan Rencana Umum Tata Ruang 5. Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Pedesaan 6. Arahan Kebijakan dan Usulan Arahan Kebijakan
Pada Era Reformasi, 1998-sekarang, TRANSMIGRASI tidak lagi merupakan kebijakan nasional yang tersendiri, dan berubah menjadi sebuah INSTRUMEN pelaksanaan dari kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan.
Salah satu arah kebijakan pembangunan kawasan perdesaan (Bab IX, Sub Bab Pembangunan Perdesaan) adalah:
5. Meningkatkan kualitas & ketersediaan sarana & prasarana dilakukan dengan: a.meningkatkan ketersediaan rencana pembangunan kawasan dan rencana penataan persebaran penduduk. b.meningkatkan fungsi, ketersediaan sarana prasarana permukiman (jalan , drainase, sistem air bersih dan air minum , kelistrikan, pengembangan energi terbarukan, pengembangan bangunan fasilitas umum , internet sarana telekomunikasi, transportasi dan revitalisasi rumah).
c. meningkatkan pembangunan kawasan transmigrasi dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) atau Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) yang layak. d. pembangunan permukiman, pembangunan kawasan transmigrasi dan penataan ruang perdesaan.
PERMASALAHAN PENGELOLAAN TRANSMIGRASI TERKAIT BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN (1/3)
1. Belum semua daerah menyelesaikan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang sebagai amanat UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, sementara penyelenggaraan transmigrasi diwajibkan mengacu pada RTRW Provinsi dan Kabupaten/kota. 2. Belum diterbitkannya Hak Pengelolaan/HPL terhadap tanah lokasi transmigrasi. 3. Koordinasi K/L dengan pemda kurang efektif:
Target sertipikasi tanah yang diusulkan K/L ternyata tidak sesuai dengan kondisi di daerah. Subyek atau obyek sertipikasi belum teridentifikasi secara jelas atau belum siap. Target yang diusulkan K/L berbeda dengan yang diusulkan daerah.
6
PERMASALAHAN PENGELOLAAN TRANSMIGRASI TERKAIT BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN (3/3)
4. BPHTB sebagai disinsentif/penghambat minat mensertipikatkan tanah (UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kewenangan kepada pemda untuk menetapkan dan memungut BPHTB). 5. Penyediaan lahan untuk pembangunan kawasan transmigrasi belum clear and clean sehingga sering terjadi sengketa dan konflik lahan baik antarpemerintah maupun dengan masyarakat adat (lokal).
dasar
Mewujudkan
Saling Mengacu
Keterangan: KPB = Kawasan Perkotaan Baru (Pusat Pelayanan Kawasan) WPT = Wilayah Pengembangan Transmigrasi LPT = Lokasi Pemukiman Transmigrasi SKP = Satuan Kawasan Pengembangan
RENCANA RINCI TATA RUANG SEBAGAI PENTERJEMAHAN RENCANA UMUM TATA RUANG (1)
Rencana Umum Tingkat Pemerintahan Rencana Rinci RTR Pulau/Kepulauan RTR Kawasan Strategis Nasional RTR Kawasan Strategis Provinsi RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota
Nasional
Provinsi
RTRW Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota
Rencana rinci tata ruang di tingkat Nasional dan Provinsi disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang dan disusun apabila: a) rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau b) rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan.
UU 26/2007 Pasal 14
10
RENCANA RINCI TATA RUANG SEBAGAI PENTERJEMAHAN RENCANA UMUM TATA RUANG (2)
RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) ditetapkan untuk kawasan yang didorong pengembangannya (mis: nilai strategis ekonomi) maupun dibatasi pengembangannya (mis: nilai strategis lingkungan hidup). Penetapan RTR KSP dan KSK dapat menjadi penerjemahan lebih lanjut aturan insentif-disinsentif yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi dan Kab/Kota. Insentif ditetapkan untuk pemanfaatan ruang pada kawasan yang didorong pengembangannya. Disinsentif diterapkan pada pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi pengembangannya.
11
RENCANA RINCI TATA RUANG SEBAGAI PENTERJEMAHAN RENCANA UMUM TATA RUANG (3)
Rencana rinci tata ruang untuk RTRW Kabupaten/Kota adalah RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dan RDTR. Setiap RTRW Kab/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah Kab/Kota yang perlu disusun RDTRnya. Bagian wilayah tersebut dapat berupa:
Kawasan perkotaan (di kabupaten) Kawasan strategis kabupaten Kawasan strategis kota
a. Merupakan amanat UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. b. Kedudukan RTRW kawasan ini adalah sebagai : Merupakan bagian dari wilayah kabupaten dan merupakan bentuk detail dari penataan ruang wilayah kabupaten. Sebagai bagian dari Rencana Detail belum tersedia peraturannya. Dapat merupakan kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi, dan/atau kawasan strategis kabupaten
13
c. Urgensi penyusunan RTR kawasan perdesaan disusun apabila RTRW kabupaten dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan karena:
Kawasan perdesaan tersebut sebagai pusat pertumbuhan terkait dengan berkembangnya sistem dan usaha agrobisnis, agroindustri, desa pariwisata, dan non pertanian; Adanya penetapan sentra-sentra pengembangan kawasan produksi atau budidaya, pengolahan, pemasaran atau promosi, dan distribusi dalam kawasan perdesaan; dan Rencana umum tata ruang mengamanatkan bagian kawasan perdesaan tersebut merupakan kawasan strategis yang perlu disusun rencana rincinya.
14
16
18
TERIMA KASIH
19