You are on page 1of 7

Pemeriksaan Klinis A. Pemeriksaan Ekstra Oral a.

Pemeriksaan pada wajah Pada pemeriksaan wajah, yang diperiksa adalah sebagai berikut. Bentuk wajah House dan Loop, Frush dan Fisher, dan Williams mengklasifikasikan bentuk wajah berdasarkan outline wajah menjadi persegi, segitiga, segita persegi, dan oval. Memeriksa bentuk wajah membantu dalam memilih gigi.

Profil wajah Pemeriksaan profil wajah sangat penting karena dapat menentukan hubungan rahang dan hubungan oklusi. Angle mengklasifikasikan profil wajah menjadi: Klas I (normal atau profil lurus), Klas II (profil retrognati), Klas III (profil prognati).

Tinggi wajah bagian bawah Menentukan tinggi wajah bagian bawah penting dilakukan untuk menentukan hubungan rahang secara vertikal. Pada pasien yang telah memakai gigi tiruan penuh, tinggi wajah bagian bawah diperiksa saat oklusi. Penurunan dimensi vertikal menyebabkan adanya kerutan disekitar mulut. Peningkatan dimensi vertikal menyebabkan otot wajah terlihat menegang.

b. Pemeriksaan bibir Dukungan bibir Berdasarkan jumlah dukungan bibir, bibir dapat diklasifikasikan menjadi bibir dengan dukungan cukup dan bibir yang tidak mendukung. Ketebalan bibir Bibir yang tebal membutuhkan dukungan yang lebih sedikit dari gigi tiruan dan tepi labial. Bibir yang tipis bergantung pada posisi labiolingual gigi yang pas untuk dukungannya. Panjang bibir Bibir yang pendek cenderung lebih menunjukkan struktur gigi dan juga basis gigi tiruan. Berdasarkan panjangnya, bibir diklasifikasikan menjadi panjang, normal atau medium, dan pendek. c. Pemeriksaan TMJ TMJ berperan penting dalam pembuatan gigi tiruan penuh. TMJ harus diperiksa apakah mengalami sakit, atau berbunyi saat membuka dan menutup mulut. Sakit yang parah pada TMJ mengindikasikan peningkatan atau penurunan dimensi vertikal. B. Pemeriksaan Intra Oral a. Gigi yang tersisa Kondisi gigi yang tersisa penting bagi gigi tiruan penuh yang dipakai hanya pada satu rahang. Jumlah gigi yang tersisa mempengaruhi kesuksesan penggunaan overdenture yang didukung gigi. b. Mukosa Warna, kondisi, dan ketebalan mukosa harus diperiksa. Warna mukosa Mukosa seharusnya memiliki warna pink yang sehat. Jika warnanya kemerahan maka mengindikasikan terjadi perubahan inflamasi. Hal ini bisa

terjadi karena pemakaian gigi tiruan yang menyakitkan, merokok, infeksi atau penyakit sistemik. Jaringan yang mengalami inflamasi menyediakan catatan yang salah saat pembuatan cetakan. Kodisi mukosa House mengindikasikan kondisi mukosa menjadi Klas I (mukosa sehat), Klas II (mukosa mengalami irritasi), dan Klas III (mukosa yang patologis).

c. Saliva Viskositas saliva harus ditentukan. Saliva dapat diklasifikasikan menjadi : Klas I, kualitas dan kuantitas saliva normal, sifat kohesi dan adhesi dari saliva ideal. Klas II, terlalu banyak saliva. Dapat menyulitkan prosedur klinis. Klas III, xerostomia. Pasien yang xerostomia memberikan retensi yang rendah dan iritasi jaringan yang berlebih. d. Residual ridge Ketika memeriksa residual ridge, yang perlu diperhatikan adalah ukuran rahang, bentuk rahang, serta kontur ridge. Ukuran rahang Rahang harus diperhatikan karena perbedaan ukuran antara mandibula dan maksila dapat menyulitkan pernyususan gigi tiruan dan menurunkan stabilitas gigi tiruan yang bersandar pada rahang yang lebih kecil diantara keduanya. Ukuran rahang dapat diklasifikasikan menjadi : Klas I, besar (retensi dan stabilisasi yang ideal).

Klas II, medium (retensi dan stabilisasi yang baik).

Klas III, kecil (susah untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi yang baik).

Bentuk rahang Bentuk rahang berperan pada dukungan gigi tiruan dan pemilihan gigi. Perbedaan antara bentuk rahang maksila dan mandibula dapat menyulitkan saat penyusunan gigi. House mengklasifikasikan bentuk rahang menjadi : Klas I, persegi.

Klas II, segitiga.

Klas III, oval.

Kontur ridge Kontur ridge harus dilihat dan dipalpasi. Ridge harus di palpasi untuk mengetahui adanya spikula tulang yang akan menyebabkan sakit saat dipalpasi. Berdasarkan konturnya, ridge dapat diklasifikasikan mejadi : Ridge yang tinggi dengan crest yang datar dan sisi yang paralel (paling ideal).

Ridge yang datar.

Ridge yang runcing.

e. Palatum keras Bentuk palatum dapat diklasifikasikan menjadi :

f.

g.

h.

i.

j.

U-shaped : ideal untuk retensi dan stabilisasi. V-shaped : retensi kurang. Datar : berkurang resistensi untuk tekanan lateral dan rotasi. Palatum lunak Ketika memeriksa palatum lunak, penting untuk melihat hubungan antara palatum lunak dan palatum keras. Palatum lunak dapat diklasifikasikan menjadi : Klas I, berbentuk horizontal dan memperlihatkan sedikit pergerakan otot. Pada kasus ini, lebih memungkinkan banyaknya penutupan jaringan untuk posterior palatal seal. Klas II, palatum lunak membentuk sudut 450 terhadap palatum keras. Penutupan jaringan untuk posterior palatal seal lebih sedikit dibandingkan Klas I. Klas III, palatum lunak membentuk sudut 700 terhadap palatum keras. Penutupan jaringan untuk posterior palatal seal minimum. Torus Torus merupakan tonjolan tulang abnormal yang terlihat pada tengah palatum atau pada sisi lingual mandibula pada area premolar. Torus maksila tidak selalu harus dioperasi, kecuali ukurannya terlalu besar. Untuk mencegah injuti pada mukosa tipis yang melapisi torus, harus dilakukan permbebasan pada area tersebut saat pembuatan gigi tiruan penuh. Frenulum Frenulum harus diperiksa terhadap hubungannya dengan puncak ridge. Pada kasus dengan resorpsi residual ridge yang berlebih, frenulum labial sering terlihat dekat dengan puncak ridge. Frenulum dapat diklasifikasikan menjadi: Klas I, frenulum terletak jauh dari puncak ridge. Klas II, frenulum terletak lebih dekat ke puncak ridge. Klas III, frenulum mengganggu puncak ridge dan mungkin dapat mengganggu denture seal. Pada kasus seperti ini, mungkin akan diperlukan koreksi bedah. Lidah Pada lidah, pemeriksaan yang dilakukan melihat ukuran lidah. Besarnya ukuran lidah mengurangi stabilisasi dari gigi tiruan dan juga mempersulit proses mencetak. Lidah yang kecil tidak memberikan penutupan tepi yang cukup. Dasar mulut Hubungan dasar mulut terhadap puncak ridge berperan penting dalam menentukan prognosis gigi tiruan penuh untuk rahang bawah. Pada beberapa kasus, dasar mulut terlihat dekat ke puncak ridge, terutama pada regio sublingual dan mylohyoid. Hal ini akan menurunkan stabilisasi dan retensi dari gigi tiruan. Dasar mulut dapat diukur dengan probe. Saat pemeriksaan, pasien diinstruksikan untuk menyentuh bibir atas dengan lidah untuk mengaktivasi otot pada dasar mulut.

Sumber Deepak Nallaswamy. Textbook of Prosthodontics. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers. 2003. P.16-31

You might also like