Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR
Tahun 2012, Arah Dasar (Ardas) Keuskupan Surabaya, menetapkan sebagai tahun Remaja dan Liturgi. Komisi Liturgi (Komlit) Keuskupan Surabaya menyambut penetapan tahun Liturgi ini dengan menyediakan bahan-bahan penjelasan per bagian dari Tata Perayaan Ekaristi, sebagai perwujudan prioritas program kedua Ardas yakni Katekese Liturgi bagi umat. Bahan-bahan penjelasan 53 tema sekitar Tata Perayaan Ekaristi ini akan mulai dibacakan selama tahun 2012 oleh petugas Liturgi (Lektor), 5 menit sebelum Perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Melalui penjelasan singkat ini, diharapkan umat beriman pada awalnya dapat terbantu untuk lebih memahami dan mengerti makna Ekaristi yang dirayakan; dan akhirnya mencintai Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup sebagai orang beriman kristiani. Oleh karena itu, pertama, kami menghimbau kepada seluruh umat untuk datang lebih awal, jangan terlambat ketika mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Kedua, mau mendengarkan penjelasan singkat yang dibacakan dengan seksama. Pejelasan singkat ini di mulai pada hari Minggu, 01 Januari 2012 ketika Gereja mengawali tahun dengan merayakan Santa Maria Bunda Allah. Bunda Maria terpilih dan menerimanya menjadi Bunda Penebus, sehingga memungkinkan Allah menjadi Allah-Beserta-Kita, Emanuel, dalam diri Yesus. Seturut teladan Bunda Maria, yang membuka diri terhadap rahmat ketika diangkat menjadi Bunda Penyelamat, hendaknya kita juga mempersilahkan Kristus berkembang di dalam diri kita dengan menerima-Nya secara penuh iman. Proses ini akan menuntut kesabaran dan kesetiaan. Semoga penjelasan 53 tema ini dapat membantu kita semua untuk terus berkembang dalam semangat ekaristis dalam upaya mewujudkan Gereja Persekutuan dalam Keluarga, Lingkungan, Paroki dan Keuskupan Surabaya. Percayalah Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda Ekaristi, akan membantu niat baik dan proses perjuangan kita semua dengan doanya. Dengan demikian, diharapkan umat semakin mencintai Ekaristi, sumber dan puncak hidupnya. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
DAFTAR ISI
- Cover - Pengantar ......01 - Daftar Isi .. .02
RITUS PEMBUKA
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Persiapan menjelang Perayaan Ekaristi ........................................... 04 Perarakan Masuk & Nyanyian Pembuka ............................................. 05 Penghormatan Altar & Pendupaan ................................................. 06 Tanda Salib ..................................................................................... 07 Salam .............................................................................................. 08 Kata Pengantar ............................................................................... 09 Tobat .............................................................................................. 10 Tuhan Kasihanilah Kami (Kyrie) ....................................................... 11 Madah Kemuliaan (Gloria) .............................................................. 12 Doa Pembuka .................................................................................. 13
LITURGI SABDA
Bacaan I ......................................................................................... 14 Mazmur Tanggapan ......................................................................... 15 Bacaan II ......................................................................................... 16 Bait Pengantar Injil ......................................................................... 17 Injil .................................................................................................. 18 Homili ............................................................................................. 19 Syahadat Aku Percaya (Credo) ..................................................... 20 Doa Umat ........................................................................................ 21
LITURGI EKARISTI
Persiapan Persembahan & Mempersiapkan Altar ........................... 22 Perarakan Persembahan ................................................................. 23 Nyanyian Persiapan Persembahan .................................................. 24 Doa Terpujilah Engkau .................................................................. 25 Pencampuran Air dan Anggur ......................................................... 26 Membasuh Tangan ......................................................................... 27 Pendupaan atas Bahan Persembahan ............................................. 28 Doa Persiapan Persembahan .......................................................... 29 Doa Syukur Agung (DSA) ................................................................. 30 Dialog Pembuka dan Prefasi ........................................................... 31 Kudus (Sanctus) .............................................................................. 32 Epiklese Konsekratoris .................................................................... 33
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53.
Kisah dan Kata-kata Institusi ........................................................... 34 Aklamasi Anamnesis ........................................................................... 35 Doa Anamnesis .................................................................................... 36 Doa Persembahan ................................................................................ 37 Epiklese Komuni ................................................................................... 38 Doa Permohonan ................................................................................. 39 Doxologi Penutup ................................................................................ 40 Bapa Kami ............................................................................................ 41 Embolisme ............................................................................................ 42 Ritus Damai .......................................................................................... 43 Pemecahan Hosti ................................................................................. 44 Pencampuran Pecahan Kecil Hosti ke Darah Kristus ......................... 45 Anak Domba Allah (Agnus Dei)............................................................ 46 Doa Persiapan dan Undangan untuk Komuni ..................................... 47 Komuni Imam ....................................................................................... 48 Komuni Umat ....................................................................................... 49 Nyanyian Komuni ............................................................................ 50 Pembersihan Bejana ....................................................................... 51 Doa Sesudah Komuni ........................................................................... 52
RITUS PENUTUP
Pengumuman ....................................................................................... 53 Berkat Tuhan ........................................................................................ 54 Pengutusan........................................................................................... 55 Perarakan Keluar & Nyanyian Penutup............................................... 56
Lampiran-lampiran Sejarah & Teologi Ekaristi ... 57 Sekitar Liturgi Ekaristi ... 59 Sekitar Pastoral & Pendukung .... 64 Tata Perayaan Ekaristi (TPE) 2005 ..69 Singkatan-singkatan ... 74 Doa Ardas Keuskupan Surabaya-2012 .. 75
TANDA SALIB
Tanda Salib adalah tata gerak khas katolik setiap kali mengawali doa atau ibadat; juga ketika jemaat katolik mengawali Perayaan Ekaristi. Sambil berdiri, imam bersama seluruh umat yang hadir memulai perayaan Ekaristi dengan membuat tanda salib dengan bersuara lantang: Dalam/Demi nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Umat juga membuat tanda salib dan menjawab:Amin Baik dilafalkan maupun dilagukan, jawaban Amin ini harus mantap. Jadi, pada dasarnya tanda salib dalam perayaan Ekaristi bersifat dialogal. Pemimpin tidak boleh memborong sampai dengan Amin. Karena kalau demikian, ia menggusur hak umat untuk mengamini, dan dapat ditafsirkan bahwa ia tidak menghendaki peran serta umat untuk ikut berpartisipasi. Maka, tata gerak tanda salib harus dilaksanakan dengan khidmat dan cermat, tidak serampangan atau sambil lalu saja. Kita memulai tanda salib dengan menyentuhkan tangan pada dahi, lalu pada dada, lalu pada bahu kiri, dan akhirnya pada bahu kanan. Tanda salib ini menyatakan dua pengakuan iman sekaligus. Pertama, tanda salib mengungkapkan tanda keselamatan kita, yakni Salib Kristus. Kekuatan dan kemegahan orang kristiani terletak pada Salib Tuhan kita Yesus Kristus(Gal 6:14). Para Bapa Gereja mengatakan bahwa keselamatan kita hanya berasal dari salib Kristus. Kedua, tanda salib dengan penyebutan Allah Tritunggal menunjuk inti misteri iman kita sebagaimana diakui dan dinyatakan pada saat pembaptisan kita. Melalui pembaptisan, kita dipersatukan dengan persekutuan Allah Tritunggal, sesuai dengan Sabda Tuhan sendiri pada waktu memberi perintah para murid: Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. (Mat 28:19) Dengan demikian, tanda salib dengan menyebut nama Allah Tritunggal secara liturgis sebenarnya menghubungkan kita dengan sakramen baptis.
SALAM Salam disampaikan imam sambil membuka tangan kepada umat beriman, sesudah membuat tanda salib; dengan rumusan: Tuhan bersamamu dan umat beriman menjawab: Dan bersama rohmu. Makna pokok salam tersebut ialah untuk menyatakan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah mereka dan juga mengungkapkan misteri Gereja yang sedang berkumpul. (PUMR 50) Maksudnya pada saat melaksanakan dialog salam imam dan jawaban dari pihak umat ini, imam dan umat sedang menyadari bahwa Tuhan benar-benar hadir di tengah kita; dan jawaban dari pihak umat memperlihatkan misteri Gereja yang sedang berkumpul. Cara pemimpin memberikan salam dan cara umat menanggapi salam ini sangat penting. Salam pada hakikatnya harus komunikatif: harus benar-benar ada komunikasi antara pemberi salam (imam) dan penerima salam (umat). Dari pihak imam, komunikasi diungkapkan lewat: pandangan mata, mimik, tata gerak tangan. Semua ini harus benar-benar menopang kata-kata salam. Untuk dapat memberikan salam secara mantap, imam harus menghafal kata-kata salam. Salam akan menjadi kurang menyapa kalau imam, pada saat memberi salam itu, membaca teks dari buku; apalagi kalau sementara memberi salam ia membalik-balik buku, mencari suatu teks. Umat pun harus menjawab salam imam dengan mantap, karena dengan jawaban itu umat sedang menyatakan imannya akan kehadiran Tuhan. Komunikasi dan kemantapan salam harus terungkap baik ketika salam itu dilagukan maupun dilafalkan. Maka umat mesti menghafal lagu untuk salam. Teks salam dalam perayaan Ekaristi ini diambil dari Alkitab. Salam alkitabiah itu hendaknya tidak diganti dengan salam sekular (Selamat pagi, bapak-ibu, anak-anak). Dengan salam sekular seperti ini kita membuyarkan suasana dan alur ibadat yang sudah dibangun lewat perarakan, nyanyian pembukaan, dan tanda salib, yang pada tahap ini menanjak pada kesadaran dan pernyataan iman akan kehadiran Allah.
KATA PENGANTAR
Pada bagian kata pengantar ini hanya mau mengantar umat beriman. Maka kata pengantar harus disampaikan suatu penjelasan amat singkat mengenai tema atau isi misteri iman yang dirayakan dalam perayaan Ekaristi saat itu. Oleh karena itu, kata pengantar ini mesti jelas, padat dan singkat, tidak berkepanjangan serta perlu dipersiapkan dengan baik. Adapun yang boleh menyampaikan kata pengantar ialah imam yang memimpin perayaan Ekaristi itu sendiri, atau imam lain atau diakon atau pelayan yang lain. PUMR menyatakan: Setelah imam menyampaikan salam kepada umat, imam atau diakon atau pelayan lain dapat memberikan pengantar sangat singkat kepada umat tentang perayaan Ekaristi yang akan dirayakan (PUMR no.50) Jadi, kata dapat dalam pernyataan di atas menunjukkan bahwa kata pengantar tidaklah mutlak, boleh dilewati Para ahli liturgi umumnya memberi catatan bahwa dalam pengantar ini sebaiknya tidak disampaikan ulasan (semacam homili singkat) mengenai bacaan yang akan didengarkan nanti. Akan tetapi, apabila isi bacaan itu memang menjadi sumber dan asal usul tema yang sedang dirayakan atau isi bacaan itu membantu persiapan tobat, maka pengantar boleh menyinggung bacaan. Yang penting ialah perlunya dibedakan dengan tegas antara pengantar dan homili. Yang tidak dianjurkan ialah pemindahan homili pada bagian pengantar ini, sementara umat belum mendengar bacaan. PUMR malah menyarankan bahwa antifon pembuka yang terdapat dalam Missale Romawi bisa dimanfaatkan sebagai isi pengantar ini (lih. PUMR 48)
TOBAT
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
Ritus tobat menjadi saat umat beriman menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan kesalahannya kepada Tuhan dan sesama. Tobat yang sejati mengalir dari tanggapan kita atas kasih dan kebaikan Allah yang lebih dahulu kita alami. Jadi, pertobatan kita bukanlah pertobatan demi menimbulkan belas kasih Allah, melainkan justru karena telah disapa oleh belas kasih Allah tersebut. TPE 2005 menyampaikan 4 bentuk ritus tobat. Tiga bentuk pertama memiliki struktur yang sama, yaitu: ajakan untuk bertobat, hening, pernya-taan tobat, dan permohonan pengampunan(absolusi). Absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam sakramen Tobat . Itu berarti, imam tidak boleh membuat gerakan yang sama seperti saat ia memberikan absolusi dalam penerimaan Sakramen Tobat. Cara 1, Imam mengajak umat menyesali dan mengakui dosa. Menanggapi ajakan tersebut, umat (berlutut dan) hening sejenak. Kemudian, seluruh umat mengakui dosanya disertai sikap tobat, yakni dengan rumusan kata-kata: Saya mengaku - kepada Allah yang mahakuasa . Baris berikut diucapkan sambil menebah dada. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa........ Sesudah pernyataan tobat, imam memohonkan pengampunan. Perlu dicamkan bahwa pengampunan di sini berbeda dengan absolusi yang diberikan imam dalam Sakramen Tobat. Maka, kita (imam dan umat) tidak membuat tanda salib ketika imam mengucapkan permohonan ampun . Dalam Tata Perayaan Ekaristi dengan jelas ditulis Dengan tangan terkatup imam mengucapkan rumus absolusi. Kebiasaan tanda salib ini berasal dari rumus tobat Misale Trente yang sudah dihapus dalam Missale Romanum 1970. Tobat cara 1 disusul Tuhan, kasihanilah kami. Cara 2: Ciri khas tobat cara 2 ialah umat menyatakan tobat dengan mendaras mazmur tobat. TPE 2005 menyediakan 4 macam tobat cara 2 yakni yang diambil dari Missale Romanum, Mzm 32, Mzm 51; Mzm 103. Tobat cara 2 disusul Tuhan, kasihanilah kami. Cara 3: Tobat cara 3 menggunakan pola litani Kyrie. Artinya, imam mengucapkan suatu pernyataan iman mengenai Kristus dan kemudian disambung dengan seruan pernyataan tobat yang bersifat penghormatan dan permohonan kepada Kristus: Tuhan (atau Kristus) kasihanilah kami, dan dijawab oleh umat: Tuhan (atau Kristus) kasihanilah kami. Kalau dipakai Tobat 3, tidak lagi diucapkan/dilagukan Tuhan Kasihanilah Kami secara tersendiri, karena sudah tercakup dalam tobat cara 3. Cara 4: Tobat cara 4 ini cocok digunakan pada hari Minggu atau hari raya, terutama masa Paskah karena menggunakan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan.
10
11
12
DOA PEMBUKA
Doa pembuka merupakan doa yang menutup Ritus Pembuka. Makna doa pembuka ini dapat ditinjau dari istilah yang biasa digunakan dalam tradisi liturgi. Doa pembuka ini biasa disebut oratio collecta atau doa kolekta, artinya doa ini bersifat mengumpulkan dan meringkas ujud-ujud doa dari umat beriman. Yang mengumpulkan dan meringkas doa-doa dari umat beriman itu tentu saja adalah imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Itulah sebabnya PUMR menyatakan: Imam mengajak umat untuk berdoa. Lalu semua yang hadir bersama dengan imam hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing. Kemudian, imam membawakan doa pembuka yang lazim disebut collecta, yang mengungkapkan inti perayaan liturgi hari yang bersangkutan (PUMR 54). Jadi, ada saat hening yang mestinya digunakan seluruh umat beriman, selain untuk menyadari kehadiran Tuhan, juga untuk mengungkapkan doa yang menjadi ujud mereka masing-masing dalam hati. Pada saat hening itulah umat berpartisipasi atau ambil bagian dalam doa pembuka ini. Saat hening tersebut perlu dibuat cukup, tidak terlalu cepat tetapi juga tidak perlu sangat lama. Selanjutnya, imam merumuskan doa yang berisi misteri iman yang dirayakan dan doa permohonan. Menurut tradisi Gereja awal, doa-doa selalu diarahkan kepada Allah Bapa. Demikian pula doa pembuka ini dirahkan kepada Allah Bapa. PUMR menyebut dengan tegas hal ini: Selaras dengan tradisi tua Gereja, doa pembuka diarahkan kepada Allah Bapa, dengan perantaraan Putra, dalam Roh Kudus (PUMR 54). Dengan demikian, doa-doa Gereja sejak dulu berciri trinitaris. Itulah sebabnya doa pembuka selalu ditutup dengan rumusan panjang yang trinitaris. Artinya, setiap doa pembuka memiliki rumusan penutup yang menyebut kepengantaraan Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus. Doa pembuka merupakan doa presidensial atau dalam bahasa Latin disebut Oratio, artinya berbicara, mengajar, dan mewartakan. Itulah sebabnya doa pembuka sangat terkait dengan tugas dan karisma pemimpin perayaan Ekaristi itu. Partisipasi umat dalam doa pembuka dengan aklamasi :Amin. Dengan jawaban Amin itu, umat menyetujui dan menjadikan doa yang disampaikan pemimpin itu sebagai doa mereka sendiri.
13
BACAAN PERTAMA
Pada hari Minggu, dan hari raya, kita memiliki tiga buah bacaan, yaitu bacaan pertama, bacaan kedua dan Injil. Untuk misa harian, hanya disediakan dua buah bacaan, yakni bacaan pertama dan Injil. Bacaan pertama pada hari Minggu dan hari raya diambil dari Perjanjian Lama. Bacaan pertama ini memiliki hubungan tematis dengan Injil sehingga terungkaplah kesinambungan sejarah keselamatan Allah dari Perjanjian Lama dan berpuncak pada diri Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil. Setiap pembacaan Kitab Suci dalam liturgi resmi Gereja harus selalu diakhiri dengan kata-kata: Demikianlah Sabda Tuhan. Katakata ini merupakan pernyataan resmi dan meriah bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri. Melalui pembacaan itu, Allah sendiri hadir dan berbicara kepada umat-Nya. Umat menjawab Syukur kepada Allah. Bacaan pertama dan bacaan kedua dibacakan oleh seorang lektor. Bacaan pertama dan bacaan kedua ini jangan pernah dibacakan oleh selebran utama. Bahkan apabila ada diakon tertahbis, diakon itulah yang membacakan Injil. Menurut tradisi, pembacaan pertama ini tidak menjadi tugas pemimpin perayaan (PUMR 59). Tradisi ini mau mengungkapkan bahwa pemimpin perayaan Ekaristi, yang bisanya juga menjadi penghomili bukan hanya seorang pewarta sabda Allah, melainkan juga seorang pendengar sabda Allah pula. Makna dirinya sebagai pendengar sabda itu ditunjukkan melalui tindakannya yang ikut mendengarkan pewartaan bacaan pertama dan bacaan kedua, serta Injil apabila dibacakan oleh seorang diakon tertahbis.
14
MAZMUR TANGGAPAN
Makna mazmur tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda, dan mempunyai makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan tanggapan ini bukan dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata Alkitab, yang telah dipilih secara saksama oleh para ahli liturgi. Struktur mazmur tanggapan terdiri dari ulangan dan ayat. Maksud yang terkandung di balik bentuk ini a.l.: 1. Ulangan dimaksudkan sebagai kunci penafsiran atau sebagai amanat inti dari bacaan yang baru saja didengar. 2. Ulangan memungkinkan umat ambil bagian secara aktif dalam permohonan, pujian, renungan, dll. sebagai tanggapan terhadap firman Allah. 3. Ayat/bait-bait bermaksud memperdalam amanat pewartaan. 4. Dialog antara ayat - ulangan, antara pemazmur - umat, antara pewarta dan penerima sabda, menggambarkan dialog antara Allah dan umat-Nya. Pelaksanaan mazmur tanggapan muncul dari suasana hening, tanpa keributan ataupun pengumuman. Itulah sebabnya ulangan sebaiknya dihafal, sehingga umat tidak harus membaca. Saat ini bukan saat untuk memegang buku atau membalik-balik kertas. Cara membawakan mazmur tanggapan adalah sbb: 1. Pemazmur melagukan [ayat-ayat] mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok. 2. Sesudah intro dari organis, pemazmur melagukan ulangan, kemudian umat menirukan pemazmur: melagukan ulangan. 3. Kemudian pemazmur melagukan ayat-ayat, dan sesudah setiap ayat, umat melagukan ulangan. 4. Hendaklah dihindari kebiasaan buruk: umat ikut bersenandung pada saat pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur. Tugas umat waktu pemazmur melagukan ayat adalah meresapkan syair ayat mazmur sehingga dapat menanggapi secara mantap waktu melagukan ulangan. 15
BACAAN KEDUA
Pada hari Minggu dan hari raya disediakan bacaan kedua yang diambil dari Perjanjian Baru. Biasanya bacaan kedua ini diambil dari surat Perjanjian Baru, sehingga bacaan ini sering disebut epistola (dari bahasa Latin epistola, epistula=surat). Penggunaan istilah epistola sudah ada pada abad XII. Bacaan kedua mewartakan iman akan Yesus Kristus menurut konteks permasalahan aktual Gereja Perdana. Secara liturgis, bacaan kedua berfungsi untuk mempersiapkan umat kepada puncak perayaan sabda, yakni Injil.
16
17
BACAAN INJIL
Bacaan Injil merupakan puncak Liturgi Sabda. Bacaan Injil lebih mulia daripada bacaan-bacaan lainnya (PUMR 60). Sudah sejak abad-abad pertama, Gereja menghormati bacaan Injil. Mengapa? Karena pada saat Injil dibacakan, Tuhan Yesus Kristus sendiri hadir dan bersabda kepada Gereja-Nya. Para Bapa Konsili Vatikan II berkata: Ia(Kristus) hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. (SC 7) Pembacaan Injil menunjuk realitas iman bahwa Yesus Kristus sendiri tetap hadir di tengah Gereja dan terus mewartakan Injil-Nya kepada segala makhluk. Injil secara langsung mewartakan sabda dan karya Yesus Kristus sendiri dan kini Ia tetap bersabda dan berkarya di tengah umatNya. Keistimewaan Injil tampak dalam berbagai ritus yang mengiringnya. Secara keseluruhan, ritus di sekitar jauh lebih meriah. Injil dibacakan oleh diakon atau imam Sebelum Injil, ada perarakan untuk membawa Injil oleh diakon atau imam. Diakon atau imam mempersiapkan diri dengan berdoa sebelum pembacaan Injil Injil dihormati dengan dupa-ratus (meskipun fakultatif) Sebelum pembacaan Injil, ada dialog antara pembaca Injil dan umat, yakni Tuhan sertamu Dan sertamu juga; Inilah Injil Yesus Kristus menurut... Dimuliakanlah Tuhan. Ada pembuatan tanda salib pada dahi, mulut dan dada, sebagai nasihat dan kesiapsediaan untuk bersaksi tentang sabda Allah dengan gagah berani, tanpa menyembunyikan wajah kita, untuk mengakui Injil ini dengan mulut dan memeliharanya dengan setia di dalam hati kita. Pembuatan tanda salib oleh pembaca pada Kitab mengungkapkan bahwa dalam Injil ini Salib Kristus diwartakan. Semua umat berdiri ketika Injil dibacakan Sesudah pembacaan Injil, diakon atau imam mengecup atau mencium Injil sambil berdoa dalam hati: Semoga karena pewartaan Injil ini dileburlah dosa-dosa kita.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
18
HOMILI
Homili berasal dari bahasa Yunani homilia (percakapan, komentar) Homili merupakan pewartaan sabda Allah yang bertolak dari bacaan Kitab Suci dan memberi komentar dan penjelasan mengenai bacaan Kitab Suci itu. Homili merupakan bagian liturgi sabda yang amat penting. Homili dimaksudkan untuk mewartakan dan mendalami misteri iman yang sedang dirayakan dengan bertolak dari Kitab Suci yang dibacakan sesuai dengan bahasa dan situasi aktual jemaat. Homili hendaknya menjelaskan dan mengajarkan misteri Kristus berdasarkan pewartaan Kitab Suci sehingga misteri iman itu relevan bagi hidup umat zaman ini. Homili juga dimaksudkan untuk memperteguh iman umat dan mengantar mereka ke misteri sabda dan sakramen yang dirayakan. Homili juga memuat ciri sakramental, dalam mana sabda Allah yang diwartakan berdaya untuk menyelamatkan umat. Akhirnya, homili mendorong umat untuk berani diutus mewartakan kabar baik kepada dunia. Pada mulanya homili merupakan tugas kewajiban uskup. Kemudian homili juga menjadi kewajiban imam. Biasanya homili dibawakan oleh selebran utama. Namun homili juga dapat dibawakan oleh salah seorang imam konselebran, kadang-kadang bahkan seorang diakon, atau seorang uskup atau imam yang hadir dalam Perayaan Ekaristi itu tetapi tidak ikut berkonselebrasi (PUMR 66). PUMR 66 juga memberi catatan bahwa awam tidak diperkenankan untuk menyampaikan dalam perayaan Ekaristi. Homili ini bersifat wajib diadakan pada hari-hari Minggu, hari raya, dan pesta-pesta yang terutama dihadiri umat beriman. Peniadaan homili pada kesempatan tersebut harus dengan alasan yang berat. Pada hari-hari biasa, terutama masa Adven, Prapaskah dan Paskah, homili sangat dianjurkan oleh Gereja (PUMR 66)
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
19
20
DOA UMAT
Doa umat merupakan bentuk pelaksanaan imamat umum seluruh umat beriman. Doa umat mengakhiri liturgi sabda. Dalam doa umat, jemaat menanggapi sabda Allah yang telah mereka terima dengan penuh iman dan memohon secara resmi untuk keselamatan semua orang dan bukan hanya untuk diri sendiri dan kepentingan kelompok. Dengan demikian, mereka mengamalkan tugas imamat umum yang mereka peroleh dalam pembaptisan. Menurut ketentuan liturgi, doa umat dibawakan dari mimbar atau tempat lain yang sesuai oleh petugas, entah diakon, lektor, atau petugas awam lainnya. Selama doa umat, umat berdiri. Pada umumnya urutan tradisional doa umat mencakup 4 hal: 1) Doa bagi Gereja, khususnya para pemimpin Gereja 2) Doa bagi pemimpin masyarakat dan keselamatan dunia 3) Doa bagi orang-orang yang sedang menderita 4) Doa bagi jemaat setempat (paroki, stasi, wilayah,lingkungan) Struktur - doa umat memiliki empat unsur: 1) Pembuka, berupa ajakan pemimpin yg ditujukan kepada jemaat. Pembuka ini bukanlah suatu doa yg dialamatkan kepada Tuhan. 2) Usulan ujud dan undangan untuk berdoa. Usulan ujud ini disampaikan oleh petugas kepada jemaat, maka selalu diakhiri dengan ajakan Marilah kita mohon atau sejenisnya. Kesalahan sering terjadi dalam doa umat spontan; meliputi rumusan, alamat, dan isi. Rumusan: usulan ujud diubah menjadi doa. Alamat: kepada jemaat diubah kepada Allah. Isi: Tidak jarang doa umat berubah menjadi doa syukur. Dalam situasi khusus, kita dapat menekankan ujud ini atau itu. Di samping ujud-ujud yang diucapkan, bisa juga diberikan kesempatan untuk ujud-ujud dalam hati. 3) Aklamasi oleh jemaat. Inilah bagian yang sungguh berwujud doa. Rumusannya sangat singkat, diserukan jemaat kepada Tuhan: Tuhan, kabulkanlah doa kami; Tuhan, dengarkanlah doa kami; Tuhan, kasihanilah kami, dlsb. 4) Penutup, berbentuk doa singkat sebagai rangkuman atas semua permohonan.
21
22
PERARAKAN PERSEMBAHAN
Perarakan persembahan merupakan tata gerak umat beriman yang berarak mengantar bahan-bahan persembahan menuju altar. Dianjurkan agar umat beriman sendirilah yang mengantar bahanbahan persembahan itu menuju ke altar. Perarakan persembahan ini ada dua bentuk yakni perarakan yang sederhana dan perarakan yang meriah. Perarakan persembahan yang sederhana adalah jika hanya putra altar yang membawa atau mengantar bahan persembahan berupa roti dan anggur menuju altar; sedangkan perarakan persembahan yang meriah adalah jika ada beberapa petugas liturgi sebagai wakil dari umat beriman yang secara khusus bertugas mengantar bahan-bahan persembahan menuju altar. Seluruh proses perarakan persembahan ini mau melambangkan secara jelas bentuk keterlibatan aktif umat beriman dalam kurban Kristus di altar. Ada pun susunan atau urutan perarakan persembahan dari depan: 1. Pembawa roti (dalam sibori) dan anggur (dan air dalam ampul) 2. Pembawa hasil-hasil bumi, misalnya buah-buahan, sayuran dlsb. 3. Pembawa hasil kolekte Dalam perarakan persembahan ini, putra altar bila diperlukan dapat menjadi pengiring yang menjemput petugas perarakan persembahan tanpa menggunakan lilin; karena roti dan anggur yang dibawa belum dikonsekrir (diberkati). Mereka berjalan berdua-dua berarak menuju altar; sementara para putra altar bersiap disamping imam selebran yang telah siap di depan altar untuk menerimanya. Imam selebran atau diakon sendirilah yang langsung menerima bahan-bahan persembahan itu satu per satu dan menyerahkannya kepada putra altar untuk diletakkan pada tempat yang semestinya. Roti dan anggur dibawa ke altar; namun hasil-hasil bumi dan kolekte diletakan di tempat khusus di dekat altar (jangan diletakkan di atas altar). Setelah imam selebran menerima bahan-bahan persembahan, tidak perlu memberikan berkat kepada petugas, karena berkat untuk umat beriman hanya diberikan pada akhir perayaan Ekaristi.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
23
24
25
26
MEMBASUH TANGAN
Imam membasuh tangan melambangkan bahwa ia menginginkan hati yang bersih(PUMR 96) Ada dua doa pribadi yang diucapkan oleh imam selebran dengan suara lembut untuk memohon pembersihan dan kepantasan diri untuk meyampaikan persembahan saat Doa Syukur Agung nanti. Dalam kedua doa itu, imam tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk seluruh umat beriman. Doa yang pertama diucapkan imam dengan suara lembut sambil membungkuk: Dengan rendah hati dan tulus kami menghadap kepada-Mu, ya Allah, Bapa kami. Terimalah kami, dan semoga persembahan yang kami siapkan ini berkenan pada-Mu. Doa yang kedua diucapkan imam dalam hati dengan suara lembut sambil membasuh tangan di sisi meja altar: Ya Tuhan, bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan sucikanlah aku dari dosaku. (Mazmur 51:4) Pembasuhan tangan tersebut menjadi simbol luar dari persiapan batin bagi doa dan persembahan. Pembasuhan tangan bermakna simbolis , yaitu untuk penyucian diri sebelum memasuki Doa Syukur Agung (DSA).
27
28
29
30
31
KUDUS (SANCTUS)
Kudus merupakan seruan aklamasi umat yang Berpadu dengan para penghuni surga dalam memuliakan Allah (PUMR 79.b). Berpadu dengan penghuni surga itu tampak dalam kata-kata prefasi bagian akhir yang dinyanyikan atau diucapkan oleh imam: Bersama para malaikat dan orang kudus, kami memuliakan Dikau dengan tak henti-hentinya bernyanyi/berseru. Dengan menggabungkan diri dengan para penghuni surga, diungkapkan dengan jelas sifat liturgi Gereja yang merupakan antisipasi liturgi surgawi. Aklamasi Kudus ini seolah mau mengantar jemaat mengalami saat kemuliaan ilahi, bernyanyi bersama para malaikat (Serafim), pertemuan antara liturgi manusiawi dan surgawi. Inilah aklamasi terpenting dalam perayaan Ekaristi. Idealnya, aklamasi Kudus itu langsung dinyanyikan atau diucapkan seluruh umat beriman seketika imam selesai menyanyikan atau mengucapkan bagian akhir prefasi. Dengan demikian, tampak bahwa Kudus menjadi satu aliran tindakan dalam memuji dan memuliakan Allah sejak prefasi hingga bagian Doa Syukur Agung selanjutnya. Kudus memang bagian yang tak terpisahkan dari DSA, dan mesti dilambungkan oleh seluruh jemaat bersama imam. (PUMR 79.b.) Itulah sebabnya bagian aklamasi Kudus ini tidak boleh dihilangkan dan secara paling baik dinyanyikan sesuai dengan isinya yang melambungkan pujian kepada Allah. Isi aklamasi kudus tersusun dari dua teks Kitab Suci. Pertama, seruan aklamasi Kudus dihubungkan dengan seruan para Serafim dalam Yes 6:3b: Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh dengan kemuliaan-Nya! Kedua, seruan aklamasi Kudus ini ditambahi dengan seruan Hosana pada Mat 21:9 yang sebagian merupakan kutipan dari Mzm 118:26: Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi. Dalam TPE 2005, kata Hosana ini diterjemahkan dengan kata Terpujilah. Aklamasi seruan Kudus, kudus diarahkan kepada Allah Bapa, sedangkan Terpujilah Yang datang dalam nama Tuhan ditujukan kepada Tuhan Yesus Kristus.
32
EPIKLESE KONSEKRATORIS
Secara liturgis, epiklese berarti seruan doa permohonan kepada Allah agar mengutus Roh Kudus untuk menguduskan seseorang atau barang/hal tertentu. Seluruh Doa Syukur Agung bersifat epiklesis, yakni suatu doa syukur yang sekaligus permohonan agar Allah menghadirkan karya penyelamatan-Nya melalui Kristus dalam Roh Kudus pada Gereja. Namun, ada bagian Doa Syukur Agung yang secara eksplisit dan terfokus menyebut seruan permohonan turunnya Roh Kudus itu. Kita mengenal dua macam epiklese dalam Doa Syukur Agung (DSA). Pertama ialah epiklese konsekratoris yang memohon turunnya Roh Kudus untuk menyucikan bahan persembahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kedua ialah epiklese komuni yang memohon agar Roh Kudus itu mempersatukan umat beriman itu sebagai satu tubuh, satu communion, sebagaimana ditandakan dengan penerimaan komuni. Tentang kedua epiklese itu, PUMR menyatakan: Dalam doadoa khusus ini Gereja memohon kuasa Roh Kudus dan berdoa supaya bahan persembahan yang disampaikan oleh umat dikuduskan menjadi Tubuh dan Darah Kristus; juga supaya kurban murni ini menjadi sumber keselamatan bagi mereka yang akan menyambut-Nya dalam komuni. (PUMR no. 79c) Pada Doa Syukur Agung (DSA), epiklese konsekratoris diletakkan sebelum kisah Institusi, dan epiklese komuni ditempatkan sesudah kisah Institusi. Semangat Liturgi Konsili Vatikan II menempatkan seluruh DSA sebagai satu kesatuan doa yang bersifat anamnesis dan epiklesis. Kini dipahami bahwa peristiwa perubahan roti dan anggur yang menjadi Tubuh dan Darah Kristus berlangsung dalam keseluruhan Doa Syukur Agung itu sendiri.
33
34
AKLAMASI ANAMNESIS
Aklamasi berarti seruan, dan anamnesis berarti kenangan. Jadi yang dimaksud dengan aklamasi anamnesis dalam perayaan Ekaristi adalah seruan kenangan akan karya penebusan Kristus yang dihadirkan dalam Doa Syukur Agung. TPE 2005 menyediakan 6 buah aklamasi anamnesis. Aklamasi anamnesis ini paling baik kalau dilagukan. Imam mengangkat aklamasi dengan suara lantang. Kemudian umat menanggapinya dengan mantap dan lantang pula. Maka, lagu-lagu aklamasi anamnesis harus sungguh dihafal dan dilagukan dengan penghayatan yang penuh. Jangan dengan ragu-ragu atau setengah suara. Lagu ini berada pada puncak DSA; maka harus dibawakan dengan amat baik. Pengenangan karya penebusan Kristus itu terungkap jelas dalam semua rumus aklamasi anamnesis, misalnya: Wafat Kristus kita maklumkan, Kebangkitan-Nya kita muliakan, Kedatangan-Nya kita rindukan. Kristus telah wafat, Kristus telah bangkit, Kristus akan kembali; Wafat-Mu kami kenang, ya Tuhan yang bangkit mulia. Datanglah, umat-Mu menanti penuh iman dan harapan. Dengan mengucapkan atau melagukan aklamasi anamnesis, kita mengenangkan karya keselamatan yang dilaksanakan Tuhan, sehingga seluruh peristiwa penyelamatan yang dulu dikerjakan Tuhan kini sungguh hadir dan kita semua sebagai Gereja mengalami-nya (secara sakramental).
35
DOA ANAMNESIS
Bagian sesudah kisah dan kata-kata Institusi serta aklamasi anamnesis adalah doa anamnesis. Doa anamnesis adalah ungkapan iman akan Allah yang hadir dengan segala karya penyelamatanNya melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Dengan mengenangkan karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Kristus yang secara historis terjadi 2000 tahun yang lalu, yaitu kurban salib Kristus, umat beriman sekarang ini mengalami sendiri tindakan penyelamatan Allah melalui Kristus tersebut berkat atau dalam Roh Kudus. Namun, karya penyelamatan Allah yang dialami oleh umat beriman itu merupakan tindakan Allah melalui Kristus yang terus berlangsung menunju kepenuhannya pada akhir zaman. Dengan demikian, pengenangan yang kita lakukan memungkinkan kita berpartisipasi dalam karya penyelamatan Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus itu secara serentak dan sekaligus menurut ketiga dimensi waktu: masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Mengenai doa anamnesis ini, PUMR menyatakan: Dalam bagian ini Gereja memenuhi amanat Kristus Tuhan yang disampaikan melalui para rasul. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku! Maka Gereja mengenangkan Kristus, terutama sengsara-Nya yang menyelamatkan, kebangkitan-Nya yang mulia, dan kenaikan-Nya ke surga (PUMR no.79.e). Dari kutipan ini terungkap dengan jelas alasan mengapa kita mengadakan doa anamnesis. Di satu pihak seluruh DSA kita berciri anamnesis. Namun, di lain pihak ada bagian DSA yang secara khusus dan eksplisit menyebutkan tindakan pengenangan yang dilakukan Gereja atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Kristus sebagaimana memuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus itu. Dengan doa anamnesis ini, umat beriman mengalami sendiri secara hic et nunc (di sini dan kini) karya penebusan Kristus itu yang puncaknya berlangsung dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, dan kita ikut ambil bagian dalam kemuliaan-Nya (yang diungkapkan dalam kenaikan Yesus Kristus ke surga) dan sekaligus menantikan kepenuhan dan penyelesaian akhir dari karya penebusan Kristus itu pada akhir zaman, saat Dia datang kembali dengan mulia.
36
DOA PERSEMBAHAN
Pada semua DSA, doa anamnese sangat erat dihubungkan dengan doa persembahan atau doa kurban. Dengan anamnese, dihadirkan misteri kurban salib Kristus sendiri yang menyelamatkan itu pada saat ini dan di sini, yakni dalam konteks jemaat yang merayakan Ekaristi. Dalam Prakata Pedoman Umum Misale Romawi mengatakan: Keyakinan mengenai kehadiran kurban salib dalam perayaan Ekaristi dijabarkan secara cermat dan tepat dalam Doa-Doa Syukur Agung. Sebab bila dalam Doa Syukur Agung imam melakukan pengenangan (anamnesis), ia menghadap Allah, juga atas nama seluruh umat, bersyukur kepadaNya dan mempersembahkan kurban yang hidup dan suci, yang merupakan persembahan Gereja sebagai kurban sejati, yakni Putra-Nya sendiri, yang berkat kematian-Nya telah mendamaikan kita dengan Allah. Imam pun berdoa agar Tubuh dan Darah Kristus menjadi kurban yang berkenan pada Allah dan membawa keselamatan bagi seluruh dunia (PUMR 2) Dalam rumusan Doa-Doa Syukur Agung, tampak sekali bahwa doa persembahan disampaikan langsung sesudah doa anamnese, bahkan sering keduanya dirumuskan dalam satu kalimat. Misalnya dalam DSA II dirumuskan: Sambil mengenangkan wafat dan kebangkitan, kami mempersembahkan kepada-Mu, ya Bapa, roti kehidupan dan piala keselamatan. Sementara dalam DSA III, doa persembahan itu dirumuskan sendiri, namun langsung sesudah doa anamnese: Sambil mengharapkan kedatangan-Nya kembali, dengan penuh syukur kami mempersembahkan kepada-Mu kurban yang hidup dan kudus ini. Kami mohon, pandanglah persembahan Gereja-Mu ini dan indahkanlah kurban yang telah mendamaikan kami dengan Dikau ini. Pada bagian doa persembahan ini, PUMR merumuskan: Dalam perayaan-kenangan ini, Gereja, terutama Gereja yang sekarang sedang berkumpul, mempersembahkan kurban murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus. Maksud Gereja ialah supaya dalam mempersembahkan kurban murni ini umat beriman belajar juga mempersembahkan diri sendiri. Maka melalui Kristus, Sang Pengantara, dari hari ke hari umat beriman akan semakin sempurna bersatu dengan Allah dan dengan sesama umat, hingga akhirnya Allah menjadi segala-galanya dalam semua. (PUMR 79.h.)
37
EPIKLESE KOMUNI
Epiklese komuni ditempatkan langsung sesudah doa persembahan kurban. Epiklese komuni merupakan seruan doa permohonan agar dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus, Roh Kudus mempersatukan umat yang hadir itu dengan Kristus sendiri dan juga dengan seluruh umat beriman dalam kesatuan satu tubuh Kristus. Dalam Doa Syukur Agung (DSA) II, misalnya, kita menemukan doa epiklese komuni sebagai berikut: Kami mohon agar kami yang menerima Tubuh dan Darah Kristus dihimpun menjadi satu umat oleh Roh Kudus. Dalam Doa Syukur Agung (DSA) I, misalnya, kita menemukan doa epiklese komuni sebagai berikut: Kami mohon kepada-Mu, ya Allah yang mahakuasa: utuslah malaikat-Mu yang kudus mengantar persembahan ini ke altar-Mu yang luhur, ke hadapan keagungan ilahi-Mu, agar kami semua yang mengambil bagian dalam perjamuan ini dengan menyambut Tubuh dan Darah Putra-Mu, dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi. Dalam epiklese komuni, kita mohon kepada Allah Bapa, supaya mengutus Roh Kudus khususnya untuk mempersatukan. Dalam permohonan-permohonan ini tampak nyata bahwa Ekaristi dirayakan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, baik yang ada di surga maupun yang ada di bumi; dan juga jelas bahwa kurban Ekaristi diadakan bagi kesejahteraan seluruh Gereja dan semua anggotanya, baik yang hidup maupun yang telah mati, karena semuanya dipanggil untuk mengenyam hasil penebusan dan keselamatan yang diperoleh lewat Tubuh dan Darah Kristus.
38
DOA PERMOHONAN
Doa permohonan dalam Doa Syukur Agung ini jelas berbeda dengan doa permohonan pada doa umat. Doa permohonan dalam DSA terutama dimaksudkan untuk mendoakan kepentingan seluruh Gereja yang kudus, baik para pemimpin Gereja dan umat yang berkumpul, maupun seluruh anggota Gereja di mana pun juga entah yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Jadi, doa permohonan dalam DSA dipusatkan pada doa untuk kesejahteraan seluruh Gereja sendiri. Makna doa permohonan dalam DSA ini tampak sekali pada apa yang dinyatakan dalam PMUR: Dalam permohonan-permohonan ini, tampak nyata bahwa Ekaristi dirayakan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, baik yang ada di surga maupun yang ada di bumi; dan juga jelas bahwa kurban Ekaristi diadakan bagi kesejahteraan seluruh Gereja dan semua anggotanya, baik yang hidup maupun yang telah mati, karena semuanya dipanggil untuk mengeyam hasil penebusan dan keselamatan yang diperoleh lewat Tubuh dan Darah Kristus. (PUMR 79.g.) Doa permohonan dalam DSA, pertama-tama berdoa untuk Sri Paus sebagai pemimpin Gereja diseluruh dunia dan wakil Kristus di dunia, yang menyatakan kesatuan kita dengan seluruh Gereja di dunia. Kemudian nama uskup setempat, yang mengungkapkan kesatuan seluruh umat beriman di Gereja setempat yang dipimpin oleh uskup. Para imam dan diakon sebagai orang-orang yang ditahbiskan untuk membantu pelayanan uskup bagi umat beriman; dan siapapun dalam Gereja yang ambil bagian dalam pelayanan umat beriman dan tentu saja seluruh umat beriman sendiri. Pada doa permohonan dikenangkan pula para kudus di surga, selain untuk mengungkapkan kesatuan seluruh Gereja yang kudus, yang terdiri atas mereka yang masih hidup dan yang telah meninggal; juga mau mengungkapkan dimensi eskatologis dari hidup Gereja yang sedang berziarah sehingga kita boleh berharap pada bantuan doa mereka bagi kita yang masih hidup di dunia ini menuju tujuan akhir, yakni bersama dengan Allah di surga.
39
DOXOLOGI PENUTUP
Bagian terakhir dari semua Doa Syukur Agung adalah doxologi penutup. Kata doxology berasal dari kata Yunani doxa, yang berarti kemuliaan. Doxologi selalu berciri trinitaris, yaitu pujian kemuliaan yang diarahkan kepada Bapa melalui Putra dalam Roh Kudus. Rumusan doxology penutup pada semua Doa Syukur Agung dibuat sama. Imam menyanyikan atau mengucapkan: Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan, sepanjang segala masa. Dan umat menjawab dengan meriah, lantang dan mantap: Amin. Aklamasi Amin dapat diulangi beberapa kali sebagai sahutan kegembiraan yang menutup seluruh Doa Syukur Agung. Kata Amin itu berasal dari bahasa Ibrani amen, yang berarti: Setuju, ya demikianlah. Dengan demikian, kata tersebut menunjuk ungkapan pengakuan, pengambilalihan, dan persetujuan bahwa apa yang dikatakan oleh pemimpin doa berlaku pula untuk saya, mengikat saya! Apa yang di-amini? Yang di-amini adalah pujian syukur dan hormat kepada Allah Bapa yang mulia melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Pujian syukur ini sebenarnya sudah dilambungkan umat beriman kepada Allah Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus sepanjang Doa Syukur Agung sendiri. Hanya saja kini pada akhir DSA disampaikan pujian syukur penutup seolah-olah menyimpulkan dan menegaskan kembali apa yang telah diunjukkan selama DSA tadi. Itulah sebabnya doxologi pada akhir DSA ini disebut doxologi penutup. Dengan demikian, jawaban Amin dari umat sebenarnya tidak hanya mengamini pujian syukur pada doxologi penutup ini saja, tetapi juga untuk mengamini seluruh Doa Syukur Agung yang telah didoakan oleh imam.
40
BAPA KAMI
Doa Bapa Kami ini diucapkan atau dinyanyikan oleh seluruh umat beriman setelah ajakan berdoa dari imam. PUMR 81 menyatakan: Dalam doa Tuhan, Bapa Kami, umat beriman mohon rezeki sehari-hari. Bagi umat Kristen rezeki sehari-hari itu terutama adalah roti Ekaristi. Umat juga memohon pengampunan dosa supaya anugerah kudus itu diberikan kepada umat yang kudus. Imam mengajak jemaat untuk berdoa, dan seluruh umat beriman membawakan Bapa Kami bersama-sama dengan imam. Rumusan ajakan imam untuk berdoa Bapa Kami menunjuk pada pengakuan bahwa kita hanya mampu berdoa dan menyapa Allah sebagai Bapa karena rahmat ilahi saja. Pertama, itu karena perintah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Dan kedua, rahmat ilahi itu ialah Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita. Doa Bapa Kami masuk ke ritus komuni dari Liturgi Ekaristi, karena isinya sesuai dengan ritus komuni, yakni permohonan rezeki hari ini. Bagi umat beriman rezeki itu terutama adalah roti ekaristis. Permohonan pengampunan dan damai, sebagaimana diungkapkan dalam doa Bapa Kami, juga merupakan persiapan yang tepat untuk menyambut Kristus dalam komuni. Para Bapa Gereja melihat kaitan doa Bapa Kami dan Komuni bukan hanya berkaitan dengan isi doa Bapa Kami yang memohon rezeki saja, tetapi juga dalam kaitannya dengan doa permohonan atas pengampunan dosa, sebab tanpa pengampunan ini hidup persaudaraan dan persekutuan tidaklah mungkin. Permohonan ini menggarisbawahi rekonsiliasi, kerukunan, kesatuan dan damai. Barang siapa mau menyambut Tubuh Kristus, harus mempunyai kemauan untuk berdamai, untuk hidup rukun dan untuk mengampuni.
41
EMBOLISME
Embolisme adalah kata bentukan dari bahasa Yunani yang berarti sisipan. Doa embolisme ini disebut doa sisipan karena melanjutkan dan mengembangkan isi doa permohonan yang terakhir dari doa Bapa Kami, yakni: bebaskanlah kami dari yang jahat. Dengan demikian, doa ini disisipkan atau ditambahkan pada doa Bapa Kami supaya isi permohonan mengenai pembebasan dari kuasa jahat lebih diuraikan dan dikembangkan. Permohonan akan pembebasan dari yang jahat itu dihubungkan dengan permohonan damai dan perlindungan dari berbagai cobaan dan gangguan. Seluruh doa embolisme ini diucapkan atau dinyanyikan oleh imam. Embolisme ini diakhiri dengan seruan yang berciri eskatologis: Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama lamanya. Seruan yang terakhir ini diucapkan atau dinyanyikan oleh jemaat. Seruan ini sungguh-sungguh doa asli orang Kristen sejak kuno. Rumusan ini pengembangan dari teks 1 Taw 29:11 dan sudah diketemukan pada tulisan Didakhe atau Ajaran Dua Belas Rasul yang ditulis pada akhir abad pertama. Seruan itu menyatakan keyakinan iman yang kuat bahwa Kerajaan Allah akhirnya akan menang.
42
RITUS DAMAI
Sesudah doa Bapa Kami, imam memanjatkan doa damai: Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu. Jangan mem-perhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman GerejaMu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa, dan umat menjawab : Amin Penempatan ritus damai sesudah doa Bapa Kami dimaksudkan: Gereja memohon damai dan kesatuan bagi Gereja sendiri dan bagi seluruh umat manusia, sedangkan umat beriman menyatakan persekutuan dan cinta kasih satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus (PUMR 82) Dengan demikian Salam Damai yang dilangsungkan bukan pertama-tama demi saling memaafkan, namun lebih untuk mengungkapkan persekutuan dan kesatuan hidup bersama dalam jemaat. Ada tiga bagian dalam ritus damai ini. Pertama, undangan imam kepada jemaat untuk berdoa dan sekaligus doanya sendiri untuk memohon damai. Damai yang dimohonkan bukan sekadar suatu damai yang disebabkan karena tidak adanya perang atau konflik. Damai, menurut arti kata Ibrani-Aram shalom, menunjuk suatu pengertian yg mencakup seluruh dimensi penyelamatan Mesias, termasuk kesejahteraan lahir dan batin, jiwa dan badan. Kedua, sapaan imam kepada umat akan Damai Tuhan yang menyertai mereka. Damai Tuhan bersamamudan umat menjawab: Dan bersama rohmu. Saat imam mengucapkan Damai Tuhan bersamamu itu, ia mestinya merentangkan tangan secara lebar-lebar, seolah-olah hendak memeluk semua hadirin. Perentangan tangan tersebut mestinya berbeda dari rentangan tangan saat memimpin doadoa presidensial. Ketiga, sesudah ajakan untuk saling memberikan salam damai, imam dan umat beriman saling menyampaikan salam damai dalam bentuk konkret dan lahiriah, misalnya bersalaman atau saling membungkuk. Bagaimana sebaiknya salam damai disampaikan, itu diserahkan pada kekhasan dan kebiasaan masing-masing daerah sesuai dengan ketentuan dari Konferensi Uskup.
43
PEMECAHAN HOSTI
Ritus pemecahan hosti atau pemecahan roti merupakan tindakan upacara yang penuh simbol. Sebagaimana dibuat Yesus dalam perjamuan malam terakhir, sebelum dibagi-bagikan roti suci itu dipecah-pecahkan dahulu. Praktek pemecahan roti ini masih dipertahankan sebagaimana disebutkan dalam PUMR 83: Karena tata gerak Kristus dalam perjamuan malam terakhir ini, pada zaman para rasul seluruh perayaan Ekaristi disebut pemecahan roti. Pemecahan roti menandakan bahwa umat beriman yang banyak itu menjadi satu (1Kor 10:17) karena menyambut komuni dari roti yang satu. Penggunaan istilah pemecahan roti kiranya menunjuk Ekaristi sebagai perayaan kesatuan kita dengan Tuhan Yesus Kristus dan umat beriman lainnya karena kita semua merupakan satu tubuh. Di zaman para rasul perayaan Ekaristi disebut Pemecahan Roti, sebab kegiatan pemecahan roti itu melambangkan dengan jelas dan nyata, bahwa semua bersatu dalam satu roti. Selain itu, dilambangkan juga cinta persaudaraan, sebab roti yang satu dan sama itu dipecah-pecah dan dibagikan di antara saudara-saudara seiman. (PUMR 321) Jadi, pemecahan roti ini ini juga mengingatkan kita akan tugas yang dipercayakan kepada kita, yaitu tugas saling mencintai dalam kesatuan. Maka ketika imam memecahkan hosti, perlu kita sadari bahwa kita semua dipersatukan oleh cinta kasih Kristus, dan diharapkan menjadi duta kasih dan persatuan. Tak ada permusuh-an lagi antar kita, sebab kita semua membawa kasih dan damai Kristus dalam hati kita. Selanjutnya PUMR menyarankan agar pemecahan roti dilaksanakan secara khidmat dan yang terpenting ialah bahwa makna pemecahan roti itu tampak.
44
45
46
47
KOMUNI IMAM
Di beberapa tempat ada pandangan bahawa sebaiknya imam menyambut komuni untuk dirinya sendiri setelah ia selesai menerimakan komuni kepada umat beriman. Dengan demikian, imam itu menjadi tuan rumah yang baik, yang mempersilahkan tamu-tamunya dahulu untuk bersantap, dan imam itu juga menjadi pelayan yang baik dan rendah hati. Akan tetapi, pandangan ini tidak dibenarkan menurut tata liturgi Gereja. Pra Bapa Konsili Vatikan II sendiri mengajarkan: Dianjurkan dengan sangat partisipasi umat yang lebih sempurna dalam Misa, dengan menerima Tubuh Tuhan dari kurban itu juga sesudah imam menyambut komuni (SC 55) Secara sangat eksplisit, Instruksi Redemptionis Sacramentum menyebut: Tidak pernah imam selebran atau seorang konselebran boleh menunda penerimaan komuni sendiri sampai selesai komuni umat (RS 97) Ada beberapa alasan, mengapa imam selebran harus menerima komuni lebih dahulu: Pertama, praktek imam yang menerima komuni dahulu sebelum kemudian membagikan komuni kepada umat sudah merupakan praktek Gereja sejak awal mula. Hal itu juga sesuai dengan tradisi perjamuan makan Yahudi, dalam mana bapa keluarga yang memimpin perjamuan menyantap lebih dahulu roti dan minum piala. Kedua, Gereja Timur memandang sangat penting bahwa imam lebih dahulu menerima komuni sebelum ia membagikannya kepada umat. Yang tidak melakukan hal ini dianggap menyimpang dari tradisi liturgi dan dapat dihukum oleh Gereja Timur. Demikianlah praktek komuni imam yang mendahului komuni umat sudah merupakan praktek tradisional Gereja Barat dan Timur sejak dahulu. Ketiga, secara teologis perayaan Ekaristi tidak boleh disamakan begitu saja dengan perjamuan makan biasa seperti yang terjadi di berbagai bangsa dan budaya. Perayaan Ekaristi adalah perayaan yang mengenangkan dan membangkitkan kurban Kristus. Dalam perayaan Ekaristi tersebut, Kristuslah yang menjadi Tuan Rumah dan sekaligus Hidangannya. Dengan demikian, sang tuan tumah bukanlah sang imam selebran, melainkan Kristus sendiri.
48
KOMUNI UMAT
Komuni umat merupakan saat yang suci, penting dan agung. Melalui komuni, kita berpartisipasi dalam peristiwa penebusan Kristus yang dikenangkan dalam DSA dan kini diterima dalam bentuk tanda, yakni Tubuh (dan Darah) Kristus sendiri. Itulah sebabnya, tata cara komuni menjadi sangat penting dan harus dijalankan dengan sungguh-sungguh; tentu dimaksudkan untuk memelihara kesucian dan keagungan peristiwa tersebut. Umat menerima komuni setelah komuni imam. Pelayan komuni menerimakan komuni kepada umat dengan pertama-tama menunjukkan hosti suci itu dengan berkata: Tubuh Kristus dan umat sambil memberi tanda hormat menjawab Amin (PUMR 160-161). Penerimaan komuni oleh umat dapat dilakukan dengan menggunakan lidah atau tangan (lih. PUMR 161). Pada masa pra-Konsili Vatikan II komuni suci selalu diterimakan dengan menggunakan lidah. Praktek ini sebenarnya dimulai sejak abad pertengahan, khususnya sekitar abad IX, tatkala orang sangat mengagungkan kedudukan Ekaristi dan menekankan makna ketidakpantasan manusia. Selain itu, cara penerimaan komuni dengan lidah dipandang suatu cara yang amat bagus untuk menghindari kemungkinan jatuhnya serpihan kecil-kecil hosti suci itu dari tangan. Akan tetapi, ternyata praktek yang lebih tua justru adalah praktek penerimaan komuni dengan tangan, seperti terungkap dalam kesaksian Santo Sirilus dari Yerusalem pada akhir abad IV. Suasana yang perlu ditonjolkan dalam penerimaan komuni adalah kesatuan, kegembiraan hati, dan rasa persaudaraan. Komuni kudus bukanlah pertama-tama saat kesalehan pribadi, melainkan merupakan sebuah tindakan jemaat yang sedang berdoa, bersyukur, bersukacita, dan sedang dipersatukan lebih erat dengan Kristus dan melalui Kristus dengan rekan seibadat serta saudarasaudara seiman di seluruh dunia. Komuni mau memperlihatkan jemaat sebagai satu koinonia atau persekutuan. Justru komuni kudus merupakan tanda yang paling jelas dan paling bermakna dari koinonia itu. Pada saat kita menerima komuni, di saat itulah Gereja dinyatakan dan diteguhkan sebagai satu tubuh.
49
NYANYIAN KOMUNI
Pada saat imam menyambut komuni untuk dirinya, nyanyian komuni sudah dapat dinyanyikan. Acara komuni diiringi nyanyian komuni. Nyanyian komuni berlangsung terus selama umat menyambut, dan berhenti kalau dianggap cukup. PUMR 86 merumuskan maksud nyanyian komuni: (1) agar umat yang secara batin bersatu dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahir dalam nyanyian bersama, (2) menunjukkan kegembiraan hati, dan (3) menggarisbawahi corak jemaat dari perarakan komuni. Saran Untuk Praktik: Paling cocok, untuk nyanyian komuni dipilih nyanyian yang mengungkapkan serta membangun persekutuan dan sukacita. Kurang cocok kalau dipilih nyanyian-nyanyian devosional atau nyanyian sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus. Nyanyian komuni pada dasarnya adalah nyanyian jemaat. Maka, partisipasi jemaat dalam nyanyian komuni sangat penting dan sangat serasi untuk menggarisbawahi segi persekutuan. Untuk memudahkan partisipasi umat, disarankan nyanyian dengan pola ulangan ayat. Ulangan dilagukan oleh seluruh umat (juga yang sedang dalam perarakan) sedangkan ayat-ayat oleh kor. Tidak tepat kalau semua nyanyian komuni diborong oleh kor. Setelah penerimaan komuni selesai dan juga setelah pembersihan bejana usai, sebaiknya umat juga diberi waktu hening yang cukup sehingga memiliki waktu dan suasana untuk berdoa pribadi. Suasana yang serba terisi dengan musik dan nyanyian yang tanpa henti dan jeda tidak selalu mendukung untuk keheningan, meskipun keheningan sendiri tidak pertama-tama ditentukan oleh suasana sunyi senyap. PUMR memberi kemungkinan untuk madah syukur atau nyanyian pujian atau doa Mazmur oleh seluruh jemaat saat sesudah komuni umat selesai (no.88.164)
50
PEMBERSIHAN BEJANA
Pembersihan bejana dilaksanakan setelah pelayanan komuni untuk umat selesai. Imam atau diakon meminum Darah Kristus apabila masih ada yang tersisa di piala dan menyanap hosti suci jika julah sisanya tinggal sedikit. Kalau sisa cukup banyak, hosti suci dapat disimpan di tabernakel. Kemudian imam mengumpulkan remah-remah hosti, memasukkan ke piala, menuanginya dengan air, dan akhirnya meminumnya. Lalu imam atau diakon membersihkan piala sambil berdoa: Ya Tuhan, semoga anugerah-Mu yang tadi kami sambut sungguh meresap ke dalam hati dan memulihkan kekuatan iman kami. Apabila ada begitu banyak bejana yang harus dibersihkan, bejana-bejana itu dapat dibersihkan nanti sesudah Misa selesai. Bejana-bejana yang harus dibersihkan itu bisa dibiarkan di altar atau dibawa ke meja kredens (PUMR 163).
51
52
PENGUMUMAN
Tempat yang paling ideal untuk pengumuman memang pada bagian ini, yakni sebelum berkat dan pengutusan. Suasana umat beriman jelas sangat kondusif, karena mereka sudah hampir mengakhiri misa dan siap untuk menjalankan perutusannya di dunia. Dan pengumuman biasanya bersangkut-paut dengan berbagai hal yang menyangkut kegiatan umat beriman dalam rangka perutusannya. Tentu tidak tepat apabila pengumuman menjadi sangat panjang. Yang sangat perlu diumumkan terutama adalah hal-hal yang sangat penting saja, yakni yang menyangkut kepentingan bersama dan pengumuman perkawinan. Selebihnya, berbagai pengumuman yang macam-macam bisa dimasukkan ke dalam bulletin atau lembaran teks misa dan tidak perlu disampaikan di sini supaya perayaan Ekaristi tidak berlangsung terlalu lama hanya dikarenakan panjangnya pengumuman. Menjelang berkat dan pengutusan, Pedoman Umum Misale Romawi memperkenankan imam untuk memberikan pengantar dengan sangat singkat. (bdk. PUMR 31)
53
BERKAT TUHAN
Sebelum berkat Tuhan disampaikan, imam menyapa umat dahulu dengan rumusan dialog salam: Tuhan sertamu atau Tuhan bersamamu, dan umat menjawab: Dan sertamu juga atau Dan bersama rohmu. Dengan dialog itu, diungkapkan iman Gereja bahwa Tuhan sungguh hadir dan menyertai umat-Nya. Selanjutnya, disampaikan berkat Allah yang Mahakuasa dengan menyebut Allah Tritunggal, yaitu Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Makna berkat Tuhan ini bukanlah anugerah sesuatu yang bersifat barang, namun pertama-tama adalah diri Allah sendiri, yakni hidup Allah Tritunggal. Dengan menerima berkat, kita dianugerahi kesatuan hidup dengan persekutuan Allah Tritunggal. Artinya, kita dimasukkan ke dalam persekutuan Allah Tritunggal, sumber dan tujuan seluruh hidup manusia dan alam semesta. Pada ritus penutup di sini, berkat Tuhan yang diterima ini memungkinkan kita semua mampu melaksanakan tugas perutusan kita untuk menghadirkan apa yang telah kita rayakan dalam perayaan Ekaristi itu di dunia. TPE 2005 memberikan 3 alternatif berkat: Pertama: Berkat Sederhana. Artinya berkat Tuhan disampaikan dengan cara sederhana, yakni sesudah dialog salam, imam langsung memberikan berkat Tuhan dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Kedua: Berkat Meriah. Artinya berkat Tuhan disampaikan dengan cara meriah, yakni sesudah dialog salam, imam menandai dengan 3 pernyataan doa yang setiap kali dijawab Amin oleh umat, dan diakhiri berkat Tuhan dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Dalam TPE 2005, disediakan 15 alternatif berkat meriah yang disesuaikan dengan masa atau pesta liturgi. Ketiga: Berkat dengan doa untuk umat. Artinya berkat Tuhan disampaikan sesudah dialog salam, imam mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat sambil berdoa untuk umat dan diakhiri dengan jawaban Amin dari umat. Sesudah doa untuk umat selesai, imam memberikan berkat Tuhan dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Dalam TPE 2005, disediakan 41 alternatif model berkat ini.
54
PENGUTUSAN
Rumusan pembubaran sebagai pengutusan dalam teks Latin berbunyi: Ite, missa est, yang berarti: Pergilah, kalian diutus. Istilah misa berasal dari kata pengutusan missa ini. Kata missa ini berasal dari kata dimissio yang berarti: pengutusan, pengeluaran, pembebasan. Teks pengutusan pada TPE 2005 diawali dengan pernyataan: Saudara sekalian, perayaan Ekaristi sudah selesai, dan umat menjawab: Syukur kepada Allah. Kemudian disampaikan pengutusan itu: Marilah pergi! Kita diutus., dan umat menjawab: Amin
55
56
Lampiran-lampiran
57
lengkap sebagaimana dikenal dalam Misa Trente dan kemudian diperbarui dalam Missale Romanum 1970 yang darinya TPE baru kita berasal. 06. Kapan Perayaan Ekaristi menggunakan bahasa pribumi sebagai bahasa liturgi? Bahasa Latin mulai digunakan Gereja Barat sejak abad III; dan pada abad IV, Paus Damasus (380) memberlakukan bahasa latin sebagai bahasa liturgi. Baru pada Konsili Vatikan II (1962-1964) penggunaan bahasa pribumi sebagai bahasa liturgi diizinkan. 07. Apa yang dimaksud dengan Misa Pribadi oleh seorang imam? Misa Pribadi oleh seorang imam, yang biasanya hanya dilayani oleh seorang misdinar, telah dilaksanakan sejak Abad Pertengahan karena adanya ujud-ujud Misa dan kebiasaan biara-biara. 08. Apakah Misa Pribadi itu 'sah' dan boleh? Misa Pribadi itu tetap merupakan Perayaan Ekaristi yang sah dan boleh karena hakikatnya tetap merupakan perayaan seluruh Gereja. Hanya saja bentuknya berbeda dari Misa-Misa yang dihadiri umat. Misa Pribadi dirayakan dalam bentuk sederhana dan tidak dihadiri umat. 09. Apa yang dimaksud dengan istilah 'elevasi'? Kebiasaan imam mengangkat Hosti Suci sesudah kata-kata institusi atau konsekrasi (disebut elevasi), dimaksudkan agar dapat dipandang umat. Praktek ini terjadi sejak abad XIII. Sementara praktek pengangkatan piala sesudah kata-kata konsekrasi baru pada abad XVI. 10. Apa yang dimaksud dengan istilah 'komuni mata'? Memandang Ekaristi yang diangkat atau ditakhtakan dalam Adorasi Ekaristi sering juga disebut Komuni Mata atau Komuni Batin. Komuni Mata atau Komuni Batin ini menemukan puncaknya dalam penerimaan Komuni Tubuh (dan Darah) Kristus saat Misa Kudus. 11. Apa yang dimaksud dengan istilah 'realis praesentia'? Dalam teologi, istilah realis praesentia menunjuk kehadiran Tuhan Yesus Kristus yang real dan nyata dalam Ekaristi, yakni dalam rupa roti dan anggur. 12. Apa yang dimaksud dengan istilah 'Transsubstantiatio'? Dalam perayaan Ekaristi, perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus disebut 'Transsubstantiatio' ; Istilah ini diajarkan secara resmi pertama kali oleh Konsili Lateran IV tahun 1215.
58
13. Apa yang diajarkan Konsili Konstanz dan Trente tentang Komuni Dua Rupa? * Konsili Konstanz (th. 1415) menolak ajaran Yohanes Hus yang menuntut komuni dua rupa sebagai keharusan mutlak dalam Misa. Gereja mengajarkan bahwa komuni yang hanya dengan satu rupa juga tetap sah karena Kristus hadir dalam setiap rupa roti ataupun anggur. * Konsili Trente (th. 1551) mengajarkan bahwa seluruh Kristus (Christus totus) ada dalam setiap rupa dan dalam setiap bagian dari setiap rupa. Dengan demikian, pada komuni dalam bentuk apa pun, entah dua rupa atau satu rupa, dalam jumlah banyak atau potongan kecil, kita tetap menerima Kristus yang satu dan sama, seluruhnya dan seutuhnya . 14. Apa yang dimaksud dengan istilah 'Konselebrasi'? * Dalam arti luas, konselebrasi menunjuk suatu pelaksanaan perayaan liturgis bersama dari beberapa imam atau uskup. * Dalam arti sempit, konselebrasi menunjuk pelaksanaan Perayaan Ekaristi dari beberapa imam atau uskup sekaligus, dan hanya satu yang menjadi selebran utama. 15. Apa pandangan Konsili Vatikan II tentang praktek 'Misa Konselebrasi'? Konsili Vatikan II meneguhkan praktek Konselebrasi ini (SC 57) sebab dipandang cocok untuk menampakkan kesatuan imamat. Dalam suatu Misa Konselebrasi para imam yang dipimpin oleh uskup dan dihadiri oleh umat, terjadi suatu kesatuan umat Allah yang ideal dan lengkap. Dari sanalah terjadi kesatuan imamat, kesatuan kurban, dan kesatuan seluruh umat Allah (PUMR 199). "Konselebrasi menandakan dan meneguhkan ikatan persaudaraan antar imam; karena 'berkat tahbisan suci yang sama-sama mereka terima, mereka semua diikat dalam persaudaraan yang amat erat" (Eucharisticum Mysterium, 47)
59
dan pulang mendahului tentulah tidak sesuai dengan makna keutuhan Misa tersebut. 03. Apa yang dimaksud dengan TPE baru? Tata Perayaan Ekaristi (TPE) kita sekarang adalah TPE yang sebenarnya merupakan edisi bahasa Indonesia untuk TPE Gereja Roma Katolik tahun 1970. Ternyata proses pengajuan TPE Indonesia yang definitif memakan waktu lama dan baru selesai tahun 2004. TPE Baru itu diberlakukan pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus 29 Mei 2005. Istilah yang benar menurut TPE Baru 2005 ini ialah Lagu Pembuka, bukan Lagu Pembukaan; Doa Pembuka, bukan Doa Pembukaan; Lagu Persiapan Persembahan, bukan Lagu Persembahan; Doa Sesudah Komuni, bukan Doa Penutup. 04. Apa yang ingin diungkapkan dengan membuat 'Tanda Salib'? 'Tanda Salib' mengungkapkan inti iman kita akan Allah Tritunggal, sekaligus memasukkan kita ke dalam persekutuan Allah Tritunggal. 05. Berapa kali seharusnya membuat 'Tanda Salib' selama Perayaan Ekaristi? 'Tanda Salib' yang resmi dalam Perayaan Ekaristi hanya dua kali, yakni pada awal Misa Kudus dan penutup Misa Kudus yaitu saat menerima Berkat Tuhan. Namun, apabila ada umat beriman membuat 'Tanda Salib' di beberapa bagian lain selama Misa Kudus, hal itu dapat di-pandang sebagai devosi pribadi dan tidak dilarang. 06. Bagaimana sebaiknya umat menjawab 'Amin' pada saat membuat 'Tanda Salib'? Jawaban 'Amin' dari umat pada saat membuat 'Tanda Salib' pada awal Misa Kudus itu bila dinyanyikan mestinya: 'A' diucapkan pendek, sedangkan 'min' yang panjang, dan bukan sebaliknya. 07. Bagaimana dengan kata 'Amin' pada Aklamasi Anamnesis I TPE Baru? Kata 'Amin' pada Aklamasi Anamnesis I telah dihilangkan pada TPE baru. Jadi, mestinya kita hanya menyanyikan atau mengucapkan: Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan, kedatangan-Nya kita rindukan. 08. Apa sifat 'Doa Presidensial' dalam Perayaan Ekaristi? Doa Syukur Agung (DSA) merupakan 'Doa Presidensial' utama dalam Perayaan Ekaristi. Doa yang bersifat presidensial berarti bahwa doa itu hanya diucapkan oleh pemimpin perayaan.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
60
09. Dalam Perayaan Ekaristi doa-doa apa saja yang bersifat presidensial menurut TPE Baru? Doa-doa yang bersifat presidensial lain-nya dalam Perayaan Ekaristi menurut TPE Baru ialah Doa Pembuka, Doa Persiapan Persembahan, dan Doa Sesudah Komuni. 10. Mengapa dalam 'Doa Pembuka' diberi waktu 'hening sejenak'? Apa maksud-nya? Doa Pembuka dibuka oleh imam dengan kata-kata "Marilah berdoa". Lalu ada waktu 'hening sejenak'. Waktu 'hening sejenak' ini adalah saat bagi umat untuk menyampaikan ujud doa masing-masing dalam hati pada Misa Kudus itu; dan imam mempersatukan ujud-ujud pribadi itu melalui 'Doa Pembuka' atau doa kolekta. 'Doa Pembuka' yang mengakhiri Ritus Pembuka selalu diakhiri dengan rumusan penutup panjang yang Triniter, misalnya: "Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa." Umat menjawab: Amin. 11. Bacaan-bacaan Misa selalu diambilkan dari mana? Bacaan-bacaan Misa Kudus selalu diambilkan dari teks Kitab Suci dan tidak pernah diambilkan dari bacaan yang non-Kitab Suci. 12.Bagaimana seharusnya Lektor membaca diawal bacaan-bacaan Misa ? Lektor tidak perlu mengucapkan: "Bacaan I ........." atau "Bacaan II ..........", melainkan langsung : "Bacaan dari Kitab Yesaya....." atau "Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma ......." 13. Apa sifat dari 'Mazmur Tanggapan'? 'Mazmur Tanggapan' bersifat menanggapi bacaan yang baru saja diwartakan. 'Mazmur Tanggapan' mesti diutamakan daripada Nyanyian Tanggapan. Hendaknya tidak pernah lagi mengguna-kan istilah Lagu Antar Bacaan. 14. Apa maksud 'Bait Pengantar Injil'? 'Bait Pengantar Injil' atau Alleluia untuk mempersiapkan bacaan Injil dan harus selalu dinyanyikan. Namun kalau tidak dinyanyikan, 'Bait Pengantar Injil' atau Alleluia ini ditiadakan saja. 15. Rangkaian bentuk tanda apa saja yg mewarnai dalam 'Bacaan Injil'? 'Bacaan Injil' merupakan puncak Liturgi Sabda, maka dihormati dengan berbagai rangkaian bentuk tanda: umat berdiri, ada pengantar salam, tanda salib kecil pada dahi-mulut-dada, pembaca Injil dalam Misa Kudus juga petugas tertahbis.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
61
16. Apa perbedaan Homili dan Khotbah? Homili merupakan pewartaan yang mengupas isi bacaan Kitab Suci yang dibacakan, dan homili selalu dibawakan dalam konteks liturgi atau ibadat. Khotbah merupakan pewartaan mengenai iman dan susila yang tidak selalu mengupas isi Kitab Suci, dan khotbah tidak selalu dalam rangka liturgi atau ibadat. 17. Apa makna 'Doa Umat'? 'Doa Umat' merupakan bentuk pelaksa-naan imamat umum seluruh umat beriman, yakni umat beriman berdoa secara resmi tidak hanya untuk diri sendiri dan kelompok, tetapi untuk seluruh Gereja semesta. 18. Apa isi dan urutan 'Doa Umat'? 'Doa Umat' sebaiknya disusun sendiri agar isi doa sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan zaman. Urutan doa umat pada Misa hari Minggu umumnya sebagai berikut: untuk Gereja, negara atau pemerintah, orangorang yang menderita, umat setempat sendiri. 19. Apa makna dan isi 'Doa Syukur Agung'? 'Doa Syukur Agung' (DSA) adalah pusat dan puncak seluruh Perayaan Ekaristi. DSA juga disebut doa syukur dan pengudusan, yaitu saat Misteri Penebusan Tuhan dihadirkan di altar dan saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Doa Syukur Agung I dalam TPE kita disebut juga Kanon Romawi. DSA I ini merupakan satu-satunya DSA selama kurang lebih 15 abad sejak abad IV-VI hingga tahun 1970 ketika terbit TPE sesuai dengan amanat Konsili Vatikan II 20. Apa maksud 'Nyanyian Kudus' dan bagaimana selayaknya dinyanyikan? 'Nyanyian Kudus' adalah seruan aklamasi umat bersama semua orang kudus di surga untuk memuliakan Allah, setelah bagian Prefasi. Karena 'Nyanyian Kudus' ini merupakan bagian dari DSA, maka 'Nyanyian Kudus' layak dinyanyikan oleh umat, meskipun tetap dimungkinkan untuk diucapkan. Pengumuman 'Nyanyian Kudus' sebaik-nya disampaikan sebelum Prefasi, jangan sesudah Prefasi karena akan memotong alur pujian Prefasi. 21. Apa yg dimaksud dengan 'Epiklese' & ada berapa macam 'Epiklese'? 'Epiklese' berarti seruan permohonan atas turunnya Roh Kudus. Roh Kuduslah yang mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus saat DSA didoakan.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
62
Ada dua macam Epiklese. Pertama, Epiklese Konsekratoris, yakni permohonan agar Roh Kudus mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kedua, Epiklese Komuni, yakni permohonan agar Roh Kudus mempersatu-kan umat beriman yang menerima Tubuh (dan Darah) Kristus itu menjadi satu tubuh. 22. Mengapa dalam DSA menyebut nama Paus dan Uskup? Penyebutan nama Paus dalam DSA mengungkapkan kesatuan umat beriman yang merayakan Ekaristi dengan Gereja di seluruh dunia. Penyebutan nama Uskup dalam DSA mengungkapkan kesatuan umat beriman yang merayakan Ekaristi dengan Gereja setempat. Nama Uskup yang disebut selalu nama Uskup di tempat Misa Kudus itu dirayakan. 23. Bagaimana seharusnya mendoakan atau menyanyikan 'Doa Bapa Kami' dalam Perayaan Ekaristi? 'Doa Bapa Kami' masuk ke bagian Komuni setelah Doa Syukur Agung sejak abad IV. 'Doa Bapa Kami' merupakan doa bersama yang dinyanyikan atau diucapkan oleh imam bersama seluruh umat. Itulah sebabnya 'Doa Bapa Kami' dalam Misa Kudus tidak diakhiri dengan kata "Amin". Lagu Bapa Kami yang digunakan dalam Misa Kudus tidak boleh sembarang Lagu Bapa Kami. Pertama, isi syair Bapa Kami mesti sama dengan syair Doa Bapa Kami yang resmi. Kedua, melodi lagu Bapa Kami mesti liturgis dan bukan model pop atau profan lainnya. 24. Bagaimana seharusnya mendoakan 'Doa Damai' dalam Perayaan Ekaristi? 'Doa Damai' sebenarnya doa yang hanya diucapkan oleh imam saja, dan umat men-jawab dengan kata "Amin". Kebiasaan umat yang ikut mengucapkan 'Doa Damai' tidak sesuai dengan makna liturgi doa ini. 25. Apa yang dimaksud dengan pernyataan 'Salam Damai' dalam Perayaan Ekaristi? 'Salam Damai' di antara umat beriman bukanlah untuk saling memaafkan, tetapi pertama-tama untuk menyatakan persekutuan dan cinta kasih umat satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus. 26. Apa makna 'Penerimaan Komuni' ? 'Penerimaan Komuni' adalah partisipasi kita dalam peristiwa karya penebusan Tuhan yang dihadirkan pada waktu DSA yang dibawakan oleh imam. Komuni atau Hosti Suci yang kita terima, menghubungkan dan memasukkan kita dalam karya penebusan Tuhan itu.
63
27. Bagaimana praktek dengan tangan atau lidah dalam 'Penerimaan Komuni'? Praktek 'Penerimaan Komuni' dengan menggunakan tangan jauh lebih tua dari pada praktek 'Penerimaan Komuni' dengan lidah. Pada zaman Gereja awal, umat menerima Komuni dengan menggunakan tangan. Praktek 'Penerimaan Komuni' dengan lidah baru dilakukan sejak abad IX. Gereja mengizinkan praktek 'Penerimaan Komuni' entah dengan tangan ataupun dengan lidah (PUMR 161). 28. Bagaimana praktek 'Penerimaan Komuni' dengan dua rupa ? Gereja sangat mendukung 'Penerimaan Komuni' dua rupa kepada umat beriman. Yang perlu diatur hanyalah bagaimana komuni dua rupa itu diterimakan. Uskup mempunyai wewenang untuk menentukan kaidah Komuni dua rupa (PUMR 283); yang penting ialah bahwa umat telah diberi pengarahan yang baik dan tidak ada bahaya pencemaran terhadap kekudusan Ekaristi, seperti Darah Kristus jatuh di lantai, dsb. 29. Apa makna Perutusan Ekaristis? Pembubaran umat pada akhir Misa Kudus berbunyi: Ite, Missa Est! Arti harafiah: Pergilah, kalian diutus! Dalam teks TPE kita: Marilah kita pergi, kita diutus! Inilah perutusan kepada kehidupan konkret sehari-hari agar kita menghadirkan bagi sesama apa yang telah kita terima dari Tuhan: kasih dan hidup-Nya! Perutusan Ekaristis berarti kesediaan untuk membagikan hidup kita kepada sesama bukan karena kita baik atau ingin baik, melainkan karena kita telah lebih dahulu diberi Hidup Allah yang telah dibagikan melalui Perayaan Ekaristi yang telah kita rayakan! Minggu depan, kita akan membahas tentang 'Sekitar Pastoral dan Pendukung'
64
02. Bagaimana dengan Homili yang sering-kali kurang 'menyentuh'? Homili yg baik tentu sangat membantu agar Perayaan Ekaristi menyentuh. Namun, perlu disadari bahwa homili sendiri bukan bagian pusat dan puncak Perayaan Ekaristi. Penilaian sebuah Perayaan Ekaristi yang baik karena homilinya 'menyentuh' adalah sebuah penyempitan makna Ekaristi. 03. Bagaimana dengan penggabungan dalam Perayaan Ekaristi? Buku-buku liturgi mengizinkan ber-bagai ritus, khususnya perayaan sakramen-sakramen, dengan Perayaan Ekaristi. Artinya, perayaan-perayaan tersebut dilaksanakan dalam rangka Perayaan Ekaristi. Namun, Gereja tidak mengizinkan suatu penggabungan yang mengurangi nilai dan keagungan Perayaan Ekaristi, misalnya: Ibadat Jalan Salib yang langsung dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi, yakni pada bagian Persiapan Persembahan menjelang DSA (Doa Syukur Agung). 04. Apakah diperkenankan Ibadat Sabda yang dilanjutkan dengan Komuni? Pada dasarnya, penerimaan Komuni yang paling ideal ialah dalam rangka Perayaan Ekaristi sendiri. Sebab Komuni tidak pernah bisa dipisahkan dari DSA dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Namun, Ibadat Sabda yang dilanjutkan dengan Komuni tetap dimungkinkan dan diperkenankan, misalnya saja pada Perayaan Sabda Hari Minggu yang tanpa Imam. Sebaliknya, jangan sampai asal setiap Ibadat Sabda di Lingkungan langsung dilanjutkan dengan pemberian Komuni. 05. Bagaimana sebaiknya musik atau nyanyian yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi? Musik atau nyanyian yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi, hendaknya musik dan nyanyian liturgi dan bukan asal musik dan nyanyian yang disukai oleh peserta Misa saja. Seperti halnya pakaian, nyanyian diciptakan oleh pengarang untuk maksud dan keperluan tertentu. Musik Liturgi ialah musik yang diguna-kan untuk mendukung perjumpaan umat dengan Tuhan . Sebaiknya kita mengatur kapan ada nyanyian atau tidak menurut tingkatan pesta liturginya. Gereja tidak menyarankan bahwa setiap hari kita selalu menggunakan nyanyian pada setiap Perayaan Ekaristi. 06. Bagaimana sebaiknya memilih dan mengumumkan nyanyian dalam Perayaan Ekaristi? Nyanyian dalam Perayaan Ekaristi hendak-nya dipilih menurut asasasas dan jiwa liturgi Gereja, antara lain: melayani seluruh umat beriman, melibatkan umat, mengungkapkan iman akan misteri Kristus yang
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
65
dirayakan, sesuai dengan masa dan tema liturgi, sesuai dengan hakikat masing-masing bagian, dan pertimbang-an pastoral. Pengumuman nyanyian liturgi sebaiknya jelas dan komunikatif. Apabila diumumkan secara verbal, hendaknya judul nyanyian disebutkan lebih dahulu, dan baru nomornya pada buku nyanyian yang digunakan. 07. Mengapa dalam penyelenggaraan Perayaan Ekaristi perlu Tim Liturgi? Apakah tidak cukup hanya Seksi Liturgi? Sebaiknya penyelenggaraan Perayaan Ekaristi di paroki diurus oleh Tim Liturgi dan bukan sekadar Seksi Liturgi. Model Seksi Liturgi cenderung mengurus Perayaan Ekaristi ala kadarnya, dan Seksi Liturgi cuma membagi tugas saja. Model Tim Liturgi Paroki menunjuk cara kerja dalam Tim yg melibatkan banyak orang dari sejak persiapan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Tim Liturgi Paroki selain bertanggung jawab atas persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi perayaan liturgi paroki, juga bertanggung jawab atas peningkatan pemahaman dan keterlibatan umat dalam liturgi; serta pengadaan dan pemeliharaan sarana peribadatan. 08. Apa syarat-syarat bahan roti dan anggur untuk Perayaaan Ekaristi ? Roti yang digunakan untuk Perayaan Ekarisi harus tidak beragi, masih baru, belum basi, dan seluruhnya terbuat dari gandum tanpa campuran apa pun dari bahan lain, selain tentu saja air yg digunakan untuk mengolahnya. Anggur yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi haruslah anggur yang masih alamiah, berasal dari buah anggur murni, tidak masam dan tidak tercampur bahan lain. Anggur obat yang dijual di toko-toko umum tentu saja tidak boleh digunakan untuk Perayaan Ekaristi. 09. Mengapa Awam diharapkan ikut serta berpartisipasi sebagai Petugas Liturgi dalam Perayaan Ekaristi? Awam berpartisipasi dalam tugas-tugas Perayaan Ekaristi bukan karena di situ terjadi kekurangan imam, tetapi partisipasi awam itu termasuk hakikat liturgi sendiri yang menuntut partisipasi penuh, sadar, dan aktif dari umat.(Sacrosanctum Consilium 14) 10. Apakah hanya 'laki-laki' yang boleh ikut berpartisipasi sebagai Petugas Liturgi? Awam yang boleh menjadi petugas liturgi bukan hanya laki-laki saja tetapi juga perempuan. 11. Dan meliputi tugas apa saja, Awam boleh ikut serta berpartisipasi sebagai Petugas Liturgi dalam Perayaan Ekaristi? Awam boleh menjadi Petugas Liturgi Awam dalam Perayaan Ekaristi, seperti meliputi petugas Misdinar atau Putra-Putri Altar, Asisten Imam,
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
66
Lektor, Pemazmur, Dirigen, Organis, Paduan Suara, Pembaca Doa Umat, Petugas Pengumpul Kolekte, Pembawa Bahan Persembahan, Pembaca Pengumuman, Komentator dan Pengatur Umat. 12. Tiga pusat apa saja yang seharusnya dimiliki Panti Imam? Panti Imam memiliki tiga pusat. Pertama, altar yang diletakkan di tengah; Kedua, mimbar tempat Sabda diwartakan (cukup satu mimbar saja); dan Ketiga, tempat duduk imam yang sebaiknya dekat/ menghadap umat. Yang paling ideal ialah bahwa imam melaksanakan seluruh bagian Ritus Pembuka dan Ritus Penutup di tempat duduk imam, melaksanakan seluruh bagian Liturgi Sabda di mimbar, dan melaksanakan seluruh Liturgi Ekaristi di altar. Apabila ruangan gereja atau kapel tidak memungkinkan, hal ini tentu saja dapat disesuaikan. 13. Bagaimana sebaiknya menghias altar? Altar hendaknya dihias dengan tidak berlebihan dan tidak menghalangi pandangan umat. Altar bagian atas harus ditutup dengan taplak kain altar yang berwarna putih. Bentuk, ukuran, dan hiasannya hendaknya cocok dengan altar itu. 14. Peralatan apa saja yang boleh diletakkan di atas altar? Di atas altar hanya boleh diletakkan barang-barang yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi, seperti salib kecil (diletakkan menghadap imam), lilin, Evangeliarium, peralatan Piala Misa (piala, purifikatorium, patena, hosti dan anggur, pala, korporal), sibori, buku TPE, buku nyanyian, dan mike (pengeras suara). 15. Apa syarat-syarat yang seharusnya dilakukan sekitar bejana-bejana kudus? Bejana-bejana kudus, seperti piala, patena, dan sibori hendaknya dibuat dari logam mulia. Kalau bejana itu dibuat dari logam yang dapat berkarat atau lebih rendah dari emas, hendaknya dilapis emas. Konferensi Uskup dapat menentukan bahan-bahan lain untuk bejana kudus, asalkan bahannya bermutu, pantas, tidak mudah pecah, dan tidak mudah rusak. 16. Apa tujuan menyimpan Sakramen Mahakudus di dalam Takbernakel? Dari sejarah, tujuan pertama penyimpanan Sakramen Mahakudus ialah untuk mengirim komuni untuk orang-orang sakit atau yang di penjara. Baru tujuan kemudian ialah untuk praktek sembah sujud atau penghormatan kepada Sakramen Mahakudus.
67
17. Bagaimana sebaiknya tempat dan suasana yang dipakai untuk menyimpan Sakramen Mahakudus? Tempat-tempat suci untuk penyimpanan Sakramen Mahakudus mesti tempat yang aman dan ada penjaganya, sehingga bahaya profanasi atau sakrilegi (=dosa pencemaran atas kekudusan Sakramen Maha-kudus), bisa dihindarkan. Ada orang yang secara teratur mengadakan peng-hormatan kepada Sakramen Mahakudus, dan sedapat mungkin di situ diadakan sekurangkurangnya dua kali Misa Kudus sebulan. 18. Ada berapa macam bentuk devosi Ekaristi? Ada dua bentuk devosi Ekaristi. Pertama : devosi Ekaristi yang dilaku-kan bersama-sama, meliputi: Adorasi Ekaristi, Prosesi Sakramen Mahakudus, Kongres Ekaristi. Kedua : devosi yang dilakukan secara pribadi seperti visitasi dan doa syukur sesudah Misa Kudus. 19. Bagaimana kita memahami klasifikasi sekitar Penanggalan Liturgi atau Kalendarium Liturgi? Ada perbedaan antara tahun masehi (kalender umum) dengan tahun liturgi Gereja (kalender liturgi). Karena tahun masehi berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember; sedangkan tahun liturgi Gereja berawal pada hari Minggu Adven I dan berakhir pada Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Sistem penanggalan Gereja Katolik disebut Kalendarium Liturgi / Penanggalan Liturgi yang disusun secara teratur untuk satu tahun untuk keperluan Liturgi Panitia khusus di Roma telah menyusun sistem penanggalan tahun liturgi tersebut agar seluruh Kitab Suci dibacakan dan direnungkan dalam Perayaan Ekaristi selama kurang lebih 3 tahun. Maka panitia khusus tersebut membuat 2 klasifikasi dalam menyusun tahun liturgi yakni Tahun A / B / C dan Tahun I / II Dalam tahun liturgi A, dimaksudkan bacaan Injil pada hari-hari Minggu diambil dari Injil Matius Dalam tahun liturgi B, dimaksudkan bacaan Injil pada hari-hari Minggu diambil dari Injil Markus Dalam tahun liturgi C, dimaksudkan bacaan Injil pada hari-hari Minggu diambil dari Injil Lukas.
68
20. Bagaimana cara menentukan tahun liturgi A/B/C? Cara menentukan tahun liturgi A/B/C memakai rumusan sbb: Tahun Masehi Bila dibagi 3, sisa satu berarti tahun A Bila dibagi 3, sisa dua berarti tahun B Bila dibagi 3, habis berarti tahun C 21. Apa yang dimaksud dengan tahun liturgi I dan II? Dalam tahun liturgi I, dimaksudkan bacaan Ekaristi hari Biasa -misa harian- diambil dari buku Tahun I Dalam tahun liturgi II, dimaksudkan bacaan Ekaristi hari Biasa -misa harian diambil dari buku Tahun II 22. Bagaimana cara menentukan tahun liturgi I dan II? Cara menentukan tahun liturgi I dan II memakai rumusan sbb: Tahun I : Bila angka bilangan Tahun Masehi ganjil. Tahun II : Bila angka bilangan Tahun Masehi genap. Contoh: tahun 2012 (genap) berarti tahun liturgi II, tahun 2012 dibagi 3 = 670 (sisa dua) berarti tahun 2012 merupakan tahun liturgi B. Jadi tahun 2012 menurut penanggalan Liturgi: tahun B/II.
69
yaitu kembali ke teologi dan semangat pra-Vatikan II, tentu terburu-buru dan tidak tepat. 03. Berapa jumlah Doa Syukur Agung (DSA) dalam TPE 2005 dan apakah ada per-bedaan dengan TPE 1979? TPE 2005 memiliki 10 DSA, jumlah DSA yang sama dengan TPE 1979. Namun, ada perbedaan penempatan atau urutan: DSA V TPE 1979 menjadi DSA VI TPE 2005; DSA VI TPE 1979 menjadi DSA V TPE 2005; DSA VIII TPE 1979 menjadi DSA X TPE 2005; DSA X TPE 1979 menjadi DSA VIII TPE 2005. 04. Bagaimana dengan jumlah prefasi TPE 1979 dan 2005, apa juga sama? Prefasi yang dimiliki TPE 1979 secara keseluruhan berjumlah 80 buah; sedangkan TPE 2005 memiliki 72 buah prefasi, yang terbagi atas 61 buah pada bagian kumpulan prefasi dan 11 buah yang disatukan dalam DSA (masing-masing 1 prefasi pada DSA II, IV, V, VI, VIII, IX dan X; dan 4 buah prefasi sebagai pilihan pada DSA VII). 05. Apa struktur dasar dari Perayaan Ekaristi sebagai perayaan kehadiran Tuhan? Perayaan Ekaristi merupakan perayaan kehadiran Tuhan Yesus Kristus dan seluruh karya penebusan-Nya secara sakramental dalam persekutuan umat beriman (bdk. Sacrosanctum Concilium 7; Ecclesia de Eucharistia 9). Struktur dasar Perayaan Ekaristi terdiri atas dua bagian pokok, yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi, dan kedua bagian pokok itu diapit oleh Ritus Pembuka dan Ritus Penutup. Keempat bagian tersebut berhubungan begitu erat sehingga seluruhnya menjadi satu tindakan ibadat (bdk. Sacrosanctum Concilium 56). 06. Apa makna dasar, tujuan, ciri khas & rincian bagian 'Ritus Pembuka' ? Makna dasar bagian 'Ritus Pembuka': kehadiran Tuhan di tengah umat beriman yang sedang berdoa. Tujuan: mempersatukan dan mempersiapkan umat melalui tobat dan doa-doa. Ciri khas bagian ini sebagai pembuka, pengantar dan persiapan. Rincian: Perarakan Masuk (dengan Nyanyian Pembuka), Tanda Salib; Salam; Pengantar; Tobat; Kyrie; Gloria; Doa Pembuka. 07. Apa makna dasar, tujuan, dan rincian bagian 'Liturgi Sabda' ? Makna dasar bagian 'Liturgi Sabda': kehadiran Tuhan dan karya penebusan-Nya bagi Gereja melalui Sabda-Nya. Tujuan: pewartaan Sabda Allah, renungan dan tanggapan umat beriman atas Sabda Allah.
70
Rincian: Bacaan I; Mazmur Tanggapan; Bacaan II; Bait Pengantar Injil/Alleluya; Aklamasi Sebelum Injil; Injil; Aklamasi Sesudah Injil; Homili; Syahadat ; Doa Umat. 08. Apa makna dasar bagian 'Liturgi Ekaristi', dan tujuan 'Persiapan Persembahan' dan rinciannya? Makna dasar bagian 'Liturgi Ekaristi' : kehadiran Tuhan dan karya penebusan-Nya bagi Gereja secara sakramental, yaitu dalam rupa roti dan anggur. Tujuan 'Persiapan Persembahan', yaitu mempersiapkan bahan-bahan persembahan, terutama roti dan anggur. Itulah bahan-bahan yang sama yang juga digunakan oleh Kristus. Rincian: Kolekte dan Mempersiapkan altar; Perarakan Persembahan; Nyanyian Persiapan Persembahan; Mengunjukkan roti; Mengunjukkan Piala; Pendupaan; Pembasuhan Tangan; Berdoalah............; Doa Persiapan Persembahan. 09. Apa tujuan 'Doa Syukur Agung' dan rinciannya? Tujuan: 'Doa Syukur Agung', yaitu ucapan puji-syukur kepada Allah Bapa atas seluruh karya penyelamatan-Nya melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit; kepada-Nya dipersembahkan roti dan anggur yang menjadi Tubuh dan Darah Kristus; dan doa-doa permohonan. Rincian: Prefasi; Kudus; Post-sanctus; Epiklese Konsekratis; KISAH DAN KATA-KATA INSTITUSI; Aklamasi Anamnesis; Anamnese; Persembahan; Epiklese Komuni; Permohonan; Doxologi. 10. Apa tujuan 'Komuni' dan rinciannya? Tujuan: 'Komuni', yaitu kesatuan umat beriman dengan Tuhan dan sesama. Meskipun banyak, umat disatukan oleh Tubuh Kristus yang satu dan sama. Rincian: Bapa Kami; Embolisme; Aklamasi; Doa Damai; Salam Damai; Agnus Dei; Ajakan Menyambut Komuni; Penerimaan Komuni; Hening; Madah Syukur; Doa Sesudah Komuni 11. Apa makna dasar, tujuan, ciri khas & rincian bagian 'Ritus Penutup' ? Makna dasar bagian 'Ritus Penutup' : kehadiran Tuhan yang mengutus Gereja dan yang menyertainya dengan berkat-Nya. Tujuan: menyampaikan berkat Tuhan kepada seluruh umat beriman sebagai kekuatan-bekal dalam tugas menjalankan perutusan Gereja di tengah dunia. Ciri khas bagian ini sebagai penutup dengan berkat dan pengutusan. Rincian: Pengumuman; Berkat Tuhan; Pengutusan; Perarakan Meninggalkan altar (dengan Nyanyian Penutup). Kita sudah memiliki Tata
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
71
Perayaan Ekaristi (TPE) yang baru. Apa yang baru dari TPE tersebut? Bagaimana kita sebaiknya menyikapi dan memahami TPE baru ini? Buku 'Mengenal Tata Perayaan Ekaristi Baru, Penjelasan atas Perubahan-Perubahan' ini merupakan salah satu buku sumber atas beberapa penjelasan perubahan yang perlu diketahui umat beriman dalam halaman 'Katekese Liturgi' No. 5 ini. 12. Apa perubahan rumusan dlm bagian 'Ritus Pembuka' TPE Baru 2005? 12.1. Rumusan Salam Pembuka baru: Rumusan Salam Pembuka ini bersifat deklaratif, bukan invokatif atau permohonan. Artinya, salam tidak didahului dengan kata "semoga" tetapi langsung, misalnya: I : Tuhan bersamamu. U : Dan sertamu juga. I : Tuhan bersamamu. U : Dan bersama rohmu. Rumusan khusus untuk uskup I : Damai bersamamu. U : Dan bersama rohmu. Rumusan Salam Pembuka yang diakhiri dengan kata-kata "beserta kita" diganti dengan rumusan "besertamu", dan umat menjawab: "Dan sertamu juga" bukan "Sekarang dan selama-lamanya" misalnya: I : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus besertamu. (bukan "beserta kita") U : Dan sertamu juga. (bukan "Sekarang dan selama-lamanya") 12.2. Rumusan Tobat (cara 1) yang baru: U : Saya mengaku kepada Allah yang..... saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa.................... 13. Apa perubahan dalam 'Liturgi Sabda' TPE Baru 2005? 13.1. Rumusan aklamasi umat pada dialog sebelum bacaan Injil: I : Inilah Injil Yesus Kristus menurut.... U : Dimuliakan Tuhan (terjemahan dari: Gloria tibi, Domine) 13.2. Rumusan aklamasi umat pada dialog sesudah bacaan Injil: I : Berbahagialah orang yang men-dengarkan Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. U : Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami. Atau I : Inilah Injil Tuhan U : Terpujilah Kristus (Laus tibi, Christi) Atau I : Inilah Injil Tuhan kita
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
72
U : Sabda-Mu sungguh mengagumkan 13.3. Sikap Umat saat Syahadat, pada kata : "Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia" =>Umat membungkuk (khusus Hari Raya Natal: berlutut) 13.4. Jawaban pada Doa Umat I : Marilah kita mohon, U : Tuhan, dengarkanlah umat-Mu. Atau I : Marilah kita mohon, U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan. 14. Apa perubahan dalam 'Liturgi Ekaristi' TPE Baru 2005? 14.1. Rumusan Dialog Pembuka Prefasi I : Tuhan bersamamu. U : Dan bersama rohmu. 14.2. Rumusan Doa Syukur Agung (DSA) => Umat tidak ikut mengucapkan kalimat apa-apa selama DSA, kecuali: a. Beberapa kali mengucapkan kata Amin, sesuai petunjuk TPE Baru. b. Setelah Konsekrasi ikut mengucapkan atau menyanyikan 'Anamnesis', mis: I : Marilah menyatakan iman kita. U : Wafat Kristus kita maklumkan...dst. Tetapi dalam DSA VIII, IX dan X ada beberapa aklamasi yang diucapkan atau dinyanyikan oleh umat selama DSA itu. 14.3. Kata-kata institusi Kata-kata institusi pada DSA dari TPE 2005 juga mengalami perubahan; yang disesuaikan dengan teks aslinya. 14.3.1. Kata-kata institusi atas 'roti' => TERIMALAH DAN MAKANLAH! INILAH TUBUHKU YANG DISERAHKAN BAGIMU 14.3.2. Kata-kata institusi atas 'anggur' => .... DEMI PENGAMPUNAN DOSA. LAKUKANLAH INI UNTUK MENGENANGKAN DAKU 14.4. Doxologi I : Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia bagiMu, Allah Bapa yang maha-kuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa. U : Amin.
Ekaristi: Sumber Dan Puncak Hidup Kristiani
73
Kita lihat di sini bahwa kata perantaraan diganti dengan kata pengantaraan, dan kata dalam Dia ditambahkan pada Doxologi DSA dari TPE 2005. Rumusan aktif "kami menyampaikan kepada-Mu ..." diganti dengan rumusan pasif sesuai teks Latinnya "bagi-Mu...." Dengan demikian secara keseluruhan perubahan baru Doxologi DSA dari TPE 2005 dapat lebih setia dan sesuai dengan teks Latinnya. 14.5. Bapa Kami => ... dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi... 14.6. Doa mohon damai hanya didoakan oleh imam 14.7. Salam Damai Ajakan salam damai di-sampaikan secara deklaratif bukan invocatif atau permohonan. Artinya, salam tidak di-dahului dengan kata "semoga" tetapi langsung. Misalnya: I : Damai Tuhan bersamamu. U : Dan bersama rohmu. Atau I : Damai Tuhan besertamu. U : Dan sertamu juga. 15. Apa perubahan dalam 'Ritus Penutup' TPE Baru 2005? Pengutusan dirumuskan dengan kata-kata yang bersifat mengutus. TPE 2005 menyampaikan rumusan: I : Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai U : Syukur kepada Allah. I : Marilah pergi! Kita diutus. U : Amin.
74
Daftar Singkatan
DSA EE : Doa Syukur Agung : Ecclesia de Eucharistia, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II mengenai Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja, 17 April 2003 MR : Missale Romanum PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi RS : Redemptionis Sacramentum SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi TPE : Tata Perayaan Ekarisri
75
DOA ARDAS KEUSKUPAN SURABAYA Tahun 2012 sebagai Tahun REMAJA dan LITURGI
Ya Bapa, kami bersyukur atas penyertaan-Mu memasuki tahun ketiga bersama Arah Dasar yang Kau amanahkan, untuk mewujudkan Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan missioner agar kami melangkah menuju kehidupan yang berkelimpahan. Tuhan Yesus Kristus, seluruh rahasia keselamatan-Mu dihidupi, didoakan dan dirayakan oleh seluruh Gereja dalam LITURGI SUCI. Semoga Engkau membangkitkan semangat pelayanan serta mutu pembinaan bagi para PELAYAN dan PETUGAS liturgi. Kami semua berniat untuk secara rendah hati, tekun dan berkomitmen belajar terus menerus kekayaan liturgi Gereja-Mu. Ya Roh Kudus, Engkau mengetahui betapa deras dan kuatnya arus dunia yang dihadapi kaum remaja. Bangkitkanlah dalam diri kaum remaja rasa tanggungjawab untuk mengenal dan mengembangkan diri serta lingkungan pergaulannya. Semoga remaja Katolik Keuskupan Surabaya semakin mampu menjawabi panggilan hidupnya sebagai orang beriman. Sambil memohon penyertaan Bunda Maria, dalam Tahun Remaja dan Liturgi ini, kami memohon agar semakin banyak orang peduli dan tergerak dalam katekese Liturgi dan pendampingan kaum remaja di Keuskupan Surabaya demi Kristus Penyelamat kami. Amin.
76