You are on page 1of 317

Kata Pengantar

Perangkat Pembelajaran (Tool for Teaching)

ii

Kata Pengantar

Kata Pengantar

iii

Perangkat Pembelajaran (Tool for Teaching)

SECOND EDITION

Barvara Gross Davis

iv

Kata Pengantar

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Buku Perlengkapan Mengajar (Tools for Teaching) menyediakan pengajar yang baru maupun berpengalaman di semua bidang ilmu dengan strategi-strategi praktis dan teruji untuk menghadapi semua aspek utama dari pengajaran di kampus dan universitas, mulai dari merencanakan perkuliahan hingga memberikan nilai akhir. Pengajar dari mahasiswa pascasarjana dan asisten pengajar juga akan memperoleh keuntungan dari pengetahuanpengetahuan dasar dan temuan-temuan penelitian yang dijelaskan dalam buku ini.

Edisi kedua ini berisi dua belas bab baru yang ditujukan untuk inovasi-inovasi dalam teknologi di ruang kelas dan tren-tren terkini di kampus-kampus Amerika. Sebagai tambahan, semua bab dari edisi pertama juga telah direvisi secara menyeluruh untuk menggabungkan penelitian terkini dalam pengajaran dan pembelajaran tingkat kampus. Sejumlah asumsi tentang Anda, pembaca, telah membimbing desain dan organisasi dari edisi kedua ini: Anda mengajar suatu perkuliahan yang pada dasarnya berupa kegiatan tatap muka dan menggunakan teknologi untuk tujuan administratif dan pendidikannya. Anda ingin mengetahui tentang strategi-strategi pengajaran khusus yang telah berhasil digunakan oleh para tenaga pengajar dan yang oleh para peneliti telah dibuktikan efektif dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan intelektual dan kognitif mahasiswa. Anda dapat mencari pemecahannya sendiri. Sekali Anda disajikan dengan intisari dari suatu strategi, Anda dapat mengadaptasinya untuk situasi dan kebutuhan khusus Anda atau menolaknya jika tidak sesuai untuk Anda dan mahasiswa Anda. Anda sibuk dan hanya memiliki sedikit waktu untuk membaca literatur tentang pengajaran dan pembelajaran yang terus bertambah banyak. Anda ingin dapat dengan cepat menemukan lokasi informasi dan strategi-strategi yang tepat untuk meningkatkan pengajaran Anda dan pembelajaran mahasiswa Anda.

Setiap bab berisi perkenalan singkat, serangkaian strategi-strategi umum, dan penjelasan yang padat tentang ide-ide pengajaran, yang didukung oleh hasil-hasil penelitian, yang dapat para pengajar adaptasi dan uji cobakan. Bentuknya sendiri telah membuat pengenalan hal-hal utama serta kegiatan membaca cepat atau mencari tahu menjadi mudah dan efisien. Setiap bab/bagian dapat dibaca secara terpisah dari lainnya, dan bab-bab dalam buku ini juga dapat dibaca secara tidak berurutan.

vi

Kata Pengantar

Kata Pengantar

vii

Banyak dari saran-saran yang diberikan dapat langsung diimplementasikan; tetapi ada juga yang membutuhkan perencanaan atau modifikasi dalam desain perkuliahannya. Mungkin tidak ada satu pengajar pun yang dapat menggunakan bahkan setengah dari ide-ide yang diajukannamun ada juga pengajar yang menginginkannya. Perlengkapan Mengajar (Tools for Teaching) sungguh merupakan kotak alat yang darinya dapat dipilih dan diadaptasi ide-ide yang cocok dengan gaya pengajaran Anda dan kebutuhan para mahasiswa. Bahkan, salah satu pemikiran dasar dari buku ini adalah bahwasanya tidak ada jawaban sempurna, perbaikan singkat, atau resep ampuh untuk pengajaran yang baik dan pembelajaran yang optimal, yang ada hanyalah cara-cara yang tak pernah habis untuk meningkatkannya.

pentingnya emosi serta semangat dalam proses pendidikan, serta Kalman (2008) untuk pengajaran Sains dan Keteknikan, Sholwater (2003) untuk literatur pengajaran, atau Buskist dan Davis (2005) untuk Psikologi Pengajaran.

Organisasi dari Perangkat Pembelajaran


Buku Perlengkapan Mengajar (Tools for Teaching) dirancang untuk digunakan sebagai buku acuan; ini tidak dimaksudkan untuk dibaca judul per judul. Kedua belas bagian mewakili, dalam urutan kronologis kasar, tanggung jawab-tanggung jawab dan kegiatankegiatan pengajaran utama dari pengajar pendidikan tinggi. Daftar isi, indeks, dan acuan internal dapat membantu Anda menemukan materi yang Anda butuhkan. Gambaran umum berikut ini juga dapat membantu Anda memutuskan di mana untuk mulai.

Sumber-sumber Perangkat Pembelajaran


Informasi dalam buku Perlengkapan Mengajar (Tools for Teaching) ini berasal dari banyak sumber: literatur penelitian tentang pengajaran dan pembelajaran di pendidikan tinggi; buku-buku yang dipublikasikan oleh akademisi, peneliti, dan ahli pengembangan tenaga pengajar tentang praktik-praktik pendidikan yang efektif; artikel-artikel tentang pedagogik oleh tenaga pengajar di kampus dan universitas; perbincangan dengan dan observasi kelas tenaga pengajar di Universitas California, Berkeley; situs-situs Web dari kampus-kampus dan universitas-universitas, khususnya sumber-sumber di teaching. berkeley.edu; dan listserv-listserv lokal dan nasional yang ditujukan untuk pengajaran.

Bagian Satu, Persiapan Perkuliahan, membahas tentang perencanaan: merancang suatu perkuliahan baru atau merevisi yang telah ada, menciptakan silabus, menyiapkan hari-hari awal di kelas, dan mengatur aturan dan tata perilaku dalam kelas. Bagian Dua, Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah, menawarkan saransaran untuk bekerja dengan mahasiswa yang berkebutuhan khusus, mahasiswa dari latar belakang etnis atau budaya yang berbeda dengan Anda, dan mahasiswa yang lebih tua yang kembali lagi berkuliah, Bab terakhir di bagian ini berfokus pada kelas-kelas di mana mahasiswa memiliki keterampilan dan kemampuan akademik yang sangat bervariasi. Bagian Tiga, Strategi-strategi Diskusi, menyediakan ide-ide untuk memimpin diskusi yang produktif, membuat kerangka dari pertanyaan-pertanyaan yang menantang, dan mendorong partisipasi mahasiswa, baik di kelas maupun secara online. Bagian Empat, Perkuliahan Kelas Besar , mengeksplorasi aspek-aspek dari metode ceramah: menyiapkan dan menyampaikan ceramah yang efektif, melibatkan mahasiswa dan menyediakan kesempatan untuk partisipasi mahasiswa, dan mempertahankan kualitas pengajaran meskipun dengan sumber daya yang terbatas. Bagian Lima, Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi, melanjutkan tema tentang partisipasi mahasiswa, memperlihatkan keuntungan-keuntungan dari kerja kelompok serta cara-cara untuk melibatkan mahasiswa dalam bermain peran, studi kasus, permainan, dunia virtual/maya, kerja lapangan, dan penelitian oleh mahasiswa tingkat sarjana. Kegiatn-kegiatan berbasis web sangat ditonjolkan dalam bagian ini. Bagian Enam, Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa, menyediakan pendekatan-pendekatan berdasarkan penelitian untuk membantu mahasiswa menjadi pembelajar yang lebih percaya diri, mandiri, dan termotivasi. Cara-cara informal untuk mengukur hasil pembelajaran dan penggunaan teknologi genggam juga dijelaskan. Bagian Tujuh. Menguatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Menulis dan Memecahkan Masalah, menjelaskan bagaimana para pengajar di semua departemen/jurusan dapat membantu para mahasiswanya mengembangkan keterampilan-keterampilan menulis mereka dan bagaimana melakukannya tanpa menghabiskan terlalu banyak

Saya telah melakukan setiap upaya untuk mengaitkan setiap masukan dengan sumber yang telah dipublikasikan atau untuk mengutip suatu referensi yang menyediakan rincian yang lebih, meskipun sumber yang dikutip tidaklah selalu merupakan asal mula dari strategi tersebut. Beberapa alat, meski begitu, merupakan bagian dari kebijaksanaan atau pencapaian saya tanpa sumber khusus. Jika saya telah salah mengartikan temuan atau kesimpulan apa pun atau jika saya gagal memberikan penghargaan yang pantas, saya harap para pembaca dapat menghubungi saya sehingga saya dapat membuat perbaikan di edisi mendatang. Meskipun buku ini berasal dari bagian yang penting dari penelitian dan teori, teks atau tulisannya berfokus pada praktik. Untuk para pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang asal dan pengujian dari strategi-strategi yang ada, daftar referensi di akhir bab/bagian dapat sebagai titik awal pencarian. Mereka yang mencari diskusi tentang teori dan filosofi, uraian tentang pengajaran yang baik, refleksi diri tentang pengalaman di ruang kelas, pemeriksaan tentang persona/wajah pengajaran, studi kasus tentang pengajaran di pendidikan tinggi, atau sudut pandang dari disiplin ilmu tertentu tentang pengajaran, akan tertarik untuk mencari tahu dalam sumber-sumber lainnya, yaitu ke berbagai buku-buku yang bagus tentang topik-topik tersebut. Sebagai contoh, lihatlah, salah satunya, analisis Bain (2004) tentang praktik pengajaran dari hampir seratus pengajar kampus dan universitas; panduan mingguan pribadi Lang (2008) yang ditujukan pada mereka yang mempersiapkan diri menghadapi pengalaman pertama dalam mengajar; eksplorasi Palmer (2007) tentang gambaran dalam diri pengajar dan

viii

Kata Pengantar

Kata Pengantar

ix

waktu dalam menilai dan menandai hasil tulisan mahasiswa. Bagian ini juga menawarkan strategi-strategi dalam merancang dan menilai rangkaian permasalahan. Untuk banyak tenaga pengajar, pengujian dan penilaian termasuk aspek-aspek pengajaran yang paling sulit. Bagian Delapan, Ujian dan Penilaian, menawarkan poin-poin tentang pengembangan ujian yang baik, meredakan kecemasan mahasiswa terhadap ujian, mengimplementasikan beragam metode penilaian, dan meningkatkan kejujuran akademik. Bagian Sembilan, Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian Materi, mengeksplorasi media teknologi rendah (flipchart, papan tulis), multimedia audio dan video, dan presentasi PowerPoint. Bagian Sepuluh, Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran menjelaskan bagaimana para pengajar dapat mengumpulkan dan mengartikan informasi yang akan membantu mereka menjadi pengajar yang lebih baik. Bagian ini mencakup metode-metode cepat untuk memperoleh umpan balik segera dari mahasiswa, seperti penggunaan rekaman video, observasi kolega, dan pengukuran diri. Bagian Sebelas, Mengajar di Luar Kelas, menawarkan ide-ide tentang jam kantor, komunikasi elektronik dengan mahasiswa, membimbing mahasiswa tingkat sarjana, dan bekerja sama dengan mahasiswa pascasarjana sebagai asisten pengajar. Bagian Dua belas, Penyelesaian, meliputi kegiatan-kegiatan akhir semester: sesi pembahasan ulang (review), penilaian oleh mahasiswa, dan surat rekomendasi.

Jika Anda telah memahami area-area yang ingin Anda tingkatkan, bacalah bab-bab yang secara langsung terkait dengan area-area tersebut. Jika Anda tidak yakin tentang kekuatan dan kelemahan pengajaran Anda, bacalah Bagian Sepuluh (Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran) untuk saran-saran tentang bagaimana mengukur pengajaran Anda. Begitu Anda telah menemukenali areaarea untuk ditingkatkan, carilah dari daftar isi dan indeks tentang topik-topik yang terkait.

Semua pengajar dapat memperoleh manfaat dari bab Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa (dalam Bagian Enam) dan Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran (dalam Bagian Sepuluh), yang memberikan saran-saran untuk mengukur pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan dan untuk memunculkan pendapat mahasiswa tentang kekuatan dan kelemahan dari pengajaran Anda.

Sebuah Permintaan
Saya terutama akan berterima kasih untuk komentar-komentar Anda tentang ide-ide dan sudut pandang-sudut pandang yang disajikan dalam buku ini. Beritahukanlah saya apa yang Anda pikirkan, dan tolong teruskanlah ide-ide bagus yang Anda gunakan dalam perkuliahan Anda sendiri (email: barbara@BarbaraGrossDavis.com).

Saran-saran Penggunaan Perangkat Pembelajaran


Karena setiap bab dirancang untuk dibaca terpisah, beberapa tema disebutkan dalam beberapa bab, suatu tumpang tindih yang saya harap tidak akan mengganggu pembaca yang teliti. Para pembaca juga akan memerhatikan bahwa tidak semua saran setara: mereka mewakili beragam strategi yang dapat dipilih. Untuk setiap pelaksana baru, langkah terbaik adalah dengan memilih satu atau dua kegiatan untuk memulai dan menambahkan hal-hal baru ke dalam perbendaharaan Anda seiring waktu berjalan.

Penghargaan
Buku edisi kedua dari tidak akan mungkin berhasil ditulis jika tanpa sumbangsih dari begitu banyak pihak, dan saya sangat berhutang budi untuk setiap mereka bagi bantuan dan dukungannya.

Jika Anda adalah pengajar baru, Anda mungkin ingin memulai dengan melihat Bagian Satu, Tiga, dan Empat (Persiapan Perkuliahan, Strategi-strategi Diskusi, dan Perkuliahan Kelas Besar). Anda kemudian dapat membaca bab-bab yang secara khusus tampak relevan dengan tanggung jawab mengajar Anda dan mengacu pada buku ini selama semester berlangsung ketika tantangan-tantangan yang berbeda muncul (misalnya, mendorong mahasiswa untuk berbicara pada waktu diskusi). Jika Anda secara umum merasa nyaman dengan pengajaran Anda, tetapi sedang mencari caracara untuk menyuntikkan sejumlah antusiasme ke dalam perkuliahan Anda, jelajahilah ke seluruh buku dan pilihlah topik-topik yang menarik bagi Anda. Atau mulailah dengan Bagian Tiga (Strategi-strategi Diskusi) dan Bagian Lima (Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi), yang keduanya menawarkan cara-cara untuk melibatkan mahasiswa secara aktif.

Untuk dengan bebas membagi pemikiran-pemikiran mereka tentang pengajaran yang baik: Saya berterima kasih pada para pengajar Universitas California, Berkeley. Diskusi mereka yang hidup, kedermawanan mereka dalam berbagi praktik-praktik pengajaran yang baik, dan sudut pandang mereka yang beragam tentang pengajaran, telah berkontribusi baik secara langsung maupun tak langsung pada buku ini. Terima kasih khusus saya sampaikan untuk mereka yang berpartisipasi dalam Listserv Kantor Pengembangan Pendidikan, yang telah menjadi sumber dari banyak ide bagus tentang pengajaran dan pembelajaran. Untuk mengkaji dan mengomentari rancangan tulisan di berbagai tahapan: Saya telah menerima saran-saran yang bijak, komentar-komentar yang mencerahkan, dan kritikkritik yang membangun dari tenaga pengajar dan tenaga administratif berikut di Universitas California, Berkeley: Connie Chiba, Steven Chin, Nancy Chu, Aaron S. Cohen, Kevis Goodman, Sarah J. Hawthorne, Bryan Mayberry, Michael H. Ohare, Oliver OReilly, Norma Partridge-Wallace, Eva Rivas, David O. Robinson, Larry Rowe, Susan Schweik, Diane Sigman, Cara Stanley, Philip B. Stark, Kim Steinbacher, Stephen K. Tollefson, Marc Treib, dan Linda von Hoene.

Kata Pengantar

Kata Pengantar

xi

Untuk memberikan sudut pandang mahasiswa: Banyak terima kasih untuk Molly McRoberts, Sam McRoberts, Kevin Poindexter, dan Sarah Firestone (mahasiswa tingkat sarjana saat ini dan masa datang) untuk pengkajian mereka di beberapa bab terpilih dan saran-saran hebat mereka tentang penggunaan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran. Untuk mengkaji dan mengomentari keseluruhan manuskrip: Larry Braskamp, Gary L. Firestone, dan Ole Hald menyediakan kritik-kritik yang terperinci dari manuskripnya dan telah menjadi sumber yang sangat berharga untuk ide-ide penting, konsep-konsep utama, dan sudut pandang yang berbeda-beda, yang membantu membentuk tulisan finalnya. Saya berterima kasih pada mereka karena telah menemukenali masalah-masalah yang ada, menantang saya untuk lebih jelas dan rinci, dan memberikan sumbangan penting pada isi dan nuansa dari buku ini. Untuk manajemen proyek, bibliografis, editorial, dan pembantu/asisten penelitian: Saya ingin menyampaikan penghargaan mendalam saya pada Jean Barker untuk keseimbangan bijaknya antara kesabaran dan kegigihan ketika menghadapi tenggat waktu yang hampir mustahil; perhatiannya yang selalu menjaga proyek ini untuk bergerak maju. Keterampilan pengaturannya yang luar biasa, kemahirannya dalam menempatkan ratusan sumber, dan penguasaannya yang mengagumkan atas pengeditan salinan yang kompleks telah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Saya juga berterima kasih pada Mark Rhynsburger dan Samuel Case atas bantuan mereka dalam memastikan/verifikasi kutipan-kutipan. Untuk pembantu editorial: Saya sangat berhutang budi pada Amy Einsohn, yang telah bekerja baik di edisi pertama maupun kedua dari buku ini, untuk keahliannya yang luar biasa dalam memadatkan dan memperjelas teks/tulisan, menangkap kejanggalan bahasa, dan menyediakan perpindahan yang teratur. Untuk tim saya di UC Berkeley: Kolega-kolega di kantor saya berhak memperoleh penghargaan khusus untuk dukungannya yang setia, kesabaran yang tinggi, dorongan yang terus-menerus, dan pemahaman yang menyeluruh. Kebaikan dan humor mereka yang bagus memungkinkan saya untuk menyelesaikan buku ini, dan saya menghargai mereka semua: Jean Barker, Debra Fong, Bryan Mayberry, Norma Partridge-Wallace, Julie Rivera, Michele Robinson, Kim Steinbacher, dan Steven K. Tollefson. Saya juga berterima kasih pada Christina Maslach dan Gibor Basri untuk dukungan mereka selama penulisan edisi kedua ini. Untuk tim saya di Jossey-Bass: Saya ingin menghargai saran yang ahli dan dukungan dari David Brightman, Cathy Mallon, Barbara Armentrout, dan Aneesa Davenport. Keterampilan-keterampilan editorial dan produksi mereka membimbing buku ini dengan baik hingga mencapai publikasi. Saya juga berterima kasih pada Alan Venable untuk bantuannya sebagai editor pengembangan di tahapan-tahapan awal dari proyek ini: Ia mempermudah kerja saya. Untuk pemeriksa kenyataan selama prosesnya: Rita Berro, Karen Gross McRoberts, Molly McRoberts, Sam McRoberts, Gary L. Firestone, Larry Braskamp, Ole Hald, Hilda Kessler, David Sweet, Jean Barker, Norma Partridge-Wallace, Steven K. Tollefson, dan

Amy Einsohn menjaga saya untuk tetap menjejak tanah, termotivasi, dan tetap di jalur yang tepat. Untuk bantuan mereka di edisi pertama: Saya juga ingin berterima kasih pada para pembahas dan pembantu penelitian yang telah membantu saya dengan edisi yang pertama dan yang sumbangannya terkait juga dengan konsep-konsep yang disajikan dalam edisi kedua ini: Natalie Bosworth, Larry Braskamp, Cherry Chaicharn, Frederick C. Crews, Sam Davis, Marian Diamond, W. Russell Ellis, Sally Fairfax, Debra Fong, Ole Hald, Gary Handman, Michael Hardie, Francisco Hernandez, Sheila Humphreys, Helen Johnson, Peter Kerner, Jo Keroes, Matt Kondolf, Leif Krauss, Kristin Luker, Michele Mattingly, Flora McMartin, Margarita Melville, William K. Muir, Rose Nash, John Ory, Kevin Padian, David Palumbo-Liu, McCrae Parker, David Patterson, Matthew Rabin, Vincent Resh, K. V. S. Sastry, Michael Scriven, Mary Ann Shea, Mary Deane Sorcinelli, Daniele Spellman, Richard Sutch, Marilla Svinicki, Ronald Takaki, Stephen K. Tollefson, Jon Wergin, Joanne Wile, Jana Woodard, dan Christi Zmich. Akhir kata, penghargaan dan penyampaian terima kasih pribadi saya sampaikan pada ITG, yang telah menjadi batu yang kokoh dari dukungan yang tanpa pamrih, betulbetul tidak egois dalam menyediakan bantuan di atas dan melebihi kontraknya. Untuk memberi saya kebebasan di hari-hari buruk, dan untuk membantu buku ini mencapai standar tertinggi yang mungkin dicapai, saya sangat berhutang budi padanya.

Referensi
Bain, K. What the Best College Teachers Do. Cambridge, MA: Harvard University Press. 2004. Buskist, W. and Davis, S. F. (eds.) Handbook of the Teaching of Psychology. New York: Wiley- Blackwell, 2005. Kalman, C. S. Successful Science and Engineering Teaching: Theoretical and Learning Perspectives. New York: Springer, 2008. Lang, J. M. On Course: A Week-By-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. Palmer, P . The Courage to Teach: Exploring the Inner Landscape of a Teachers Life. 10th Anniversary Edition. San Francisco: Jossey-Bass, 2007. Showalter, E. Teaching Literature. London: Blackwell, 2003.

xii

Kata Pengantar

Kata Pengantar

xiii

PENGHARGAAN

PENULIS

Kami berterima kasih atas izin yang diberikan untuk menggunakan materi sebagai berikut: Bab 1, hlm. 10 Wankat, P ., dan Oreovicz, F. Content Tyranny. ASEE Prism, 1998, 8(2), 15. Digunakan dengan izin dari American Society for Engineering Education. Bab 6, hlm 85 Universitas California, Berkeley, Pelayanan Konseling dan Psikologis. Digunakan dengan izin dari Associate Vice Chancellor Steve Lustig, Universitas California, Berkeley. Bab 9, hlm 103 Tiberius, R.G. Small Group Teaching: A Trouble-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999, hlm. 64. Digunakan dengan izin. Bab 13, hlm 138 Sprague, J., dan Stuart, D. Cengage Advantage Book: The Speakers Handbook (dengan SpeechBuilderExpress TM dan InfoTrac), 1E. 2006 Wadsworth, bagian dari Cengage Learning, Inc. Diproduksi ulang dengan izin. www.cengage. com/permissions Bab 26, hlm 247 Universitas California di Berkeley Task Force. Advancing Public Service. Berkeley: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pembelajaran Layanan, Universitas California, 2000. Digunakan dengan izin dari Professor Andrew Furco, sebelumnya di Universitas California, Berkeley. Bab 40, hlm 402 Listserv, Universitas California, Berkeley, Kantor Pengembangan Pendidikan. Digunakan dengan izin dari Direktur Stephen K. Tollefson, Universitas California, Berkeley. Bab 43, hlm 433 Scriven, M. Evaluation of Students. Manuskrip belum dipublikasikan, Universitas California, Berkeley, 1974. Digunakan dengan izin dari penulisnya. Bab 61, hlm 590 Swensen, E. V., dan Keith-Spiegel, P . Writing Letters of Recommendation for Students: How to Protect Yourself from Liability. Washington, D.C.: American Psychological Association, 1991, hlm. 2. Digunakan dengan izin dari E. V. Swenson.

Barbara Gross Davis, Asisten Wakil Rektor untuk Pendidikan Tingkat Sarjana di Universitas California, Berkeley, memperoleh gelar B.A. dalam Psikologi, gelar M.A. dalam Psikologi Pendidikan, dan gelar Ph.D., juga dalam Psikologi Pendidikan, semua dari Universitas California, Berkeley. Area minat utama Davis adalah evaluasi program dan kurikulum, peningkatan pengajaran, dan pengembangan tenaga pengajar semuanya dalam pendidikan tinggi. Ia telah melaksanakan workshop-workshop dan seminarseminar dalam topik-topik yang terkait dengan pengajaran, pembelajaran, dan evaluasi. Ia juga telah menulis tentang evaluasi tenaga pengajar, pengukuran, dan peningkatan pengajaran.

xiv

Kata Pengantar

Daftar Isi

xv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Penghargaan Penulis

v xii xii

BAGIAN I: PERSIAPAN PERKULIAHAN 1 1. Mendesain Atau Merevisi Suatu Perkuliahan 2. Silabus Perkuliahan yang Komprehensif 3. Hari-hari Pertama di Kelas 4. Aturan dan Perilaku dalam Kelas 3 22 38 50 57 59 74

BAGIAN II: MERESPONS TUBUH MAHASISWA YANG BERUBAH 5. Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas 6. Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

7. Mahasiswa yang Masuk Kembali (Reentry Student) dan Mahasiswa Pindahan (Transfer Student) 88 8. Mengajar Mahasiswa yang Beragam Secara Akademis 94 99 101 111 118 125 135 141 143 157 167 172 178 185

BAGIAN III: STRATEGI-STRATEGI DISKUSI 9. Memimpin Diskusi 10. Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi 11. Diskusi Online 12. Mengajukan Pertanyaan 13. Menangani Pertanyaan Mahasiswa

BAGIAN IV: PERKULIAHAN KELAS BESAR 14. Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar 15. Menyampaikan Ceramah 16. Menjelaskan dengan Jelas 17. Personalisasi Perkuliahan Kelas Besar 18. Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar 19. Mempertahankan Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas

xvi

Daftar Isi

Daftar Isi

xvii

BAGIAN V: ALTERNATIF DAN PELENGKAP CERAMAH DAN DISKUSI 20. Web 2.0 21. Belajar dalam Kelompok 22. Kegiatan Belajar Kelompok Informal 23. Kegiatan Belajar Kelompok Formal 24. Studi Kasus 25. Simulasi: Bermain Peran, Permainan, dan Dunia Virtual (Maya) 26. Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat 27. Penelitian Tingkat Sarjana 28. Pembicara Tamu

191 193 202 220 227 235 242 247 258 265 271 273 288 293 306 314

BAGIAN IX: TEKNOLOGI-TEKNOLOGI PRESENTASI/PENYAJIAN 45. Flipchart 46. Papan Tulis Kapur dan Papan Tulis Putih 47. Papan Putih Interaktif 48. Proyeksi Overhead 49. Tayangan Slide 50. Rekaman Video dan Klip 51. Presentasi PowerPoint

455 457 460 466 468 473 476 479 485 487 499 509 519 521 528

BAGIAN X: EVALUASI UNTUK MENINGKATKAN PENGAJARAN 52. Umpan Balik Dini Untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran 53. Rekaman Video dan Observasi Kelas 54. Portofolio Pengajaran

BAGIAN VI: MENINGKATKAN PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI MAHASISWA 29. Membantu Mahasiswa Belajar 30. Gaya dan Preferensi Belajar 31. Memotivasi Mahasiswa 32. Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal 33. Mobile Learning (M. Learning)

BAGIAN XI: MENGAJAR DI LUAR KELAS 55. Menyediakan Jam Kantor 56. Surat Elektronik (E-mail), Pesan Singkat, dan Pesan Instan

BAGIAN VII: MENGUATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MENULIS DAN MEMECAHKAN MASALAH 34. Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan 35. Merancang Tugas Menulis yang Efektif 36. Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa 37. Tugas Rumah: Paket Permasalahan

57. Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana 535 58. Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar dari Mahasiswa Pascasarjana 549 561 563 568 586 593

321 323 333 345 355 363 365 383 397 413 425 433 444

BAGIAN XII: PENYELESAIAN 59. Hari-hari Terakhir di Kelas 60. Formulir Penilaian oleh Mahasiswa 61. Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

BAGIAN VIII: PENGUJIAN DAN PENILAIAN 38. Mendorong Kejujuran Akademik 39. Kuis, Tes, dan Ujian 40. Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian 41. Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan 42. Ujian Jawaban Singkat dan Uraian 43. Praktik Penilaian 44. Menghitung dan Memberikan Nilai

Indeks

xviii

Daftar Isi

Untuk ibuku, Rita Berro, guru pertama dan terbaikku

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

BAGIAN I

Persiapan Perkuliahan
1. 2. 3. 4. Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan Silabus Perkuliahan yang Komprehensif Hari-hari Pertama di Kelas Aturan dan Perilaku dalam Kelas

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

1
Mendesain Atau Merevisi Suatu Perkuliahan

Dalam mendesain atau merevisi suatu perkuliahan, pengajar harus mempertimbangkan materi apa yang akan diajarkan, bagaimana cara terbaik untuk mengajarkannya, dan bagaimana cara memastikan bahwa para siswa akan mempelajari apa yang diajarkan. Banyak pengajar berharap untuk menanamkan semua yang mereka ketahui tentang suatu subjek pada para siswanya. Akibatnya, mereka mencoba untuk memberikan materi yang terlalu banyak. Bahkan, salah satu tahap yang paling sulit dalam merencanakan suatu perkuliahan adalah tahap memutuskan topik-topik apa saja yang tidak perlu diberikan demi menjaga agar keseluruhan kegiatan perkuliahan mampu berjalan baik. Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda dalam membuat keputusan tentang isi perkuliahan Anda, struktur dan urutan kegiatan-kegiatan serta tugas-tugas, identifikasi hasil pembelajaran, serta pemilihan sumber-sumber pengajaran.

Strategi-strategi Umum
Biarkan keputusan-keputusan Anda dibimbing oleh apa yang Anda inginkan untuk dicapai oleh siswa. Daripada berpikir tentang topik-topik apa yang ingin Anda ajarkan, fokuslah
pada hasil pembelajaran: Anda ingin siswa Anda mampu melakukan apa setelah mereka mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugasnya? Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pola pikir apa yang Anda inginkan untuk dimiliki siswa selama periode belajarnya? (Sumber: Diamond, 1998; Fry dkk., 2003; Ramsden, 2003; Suskie, 2004).

Aplikasikan prinsip-prinsip yang akan meningkatkan pembelajaran dan perkembangan intelektual siswa. Prinsip-prinsip terpenting yang akan meningkatkan pembelajaran dan
perkembangan intelektual siswa ini akan dibahas pada Bab 29, Membantu mahasiswa Belajar. Sebagai contoh, Anda nantinya perlu memikirkan tentang bagaimana Anda dapat menyediakan kesempatan bagi siswa Anda untuk belajar aktif dan berinteraksi dengan teman sebayanya (peer interaction), bagaimana mengorganisasikan dan mengomunikasikan materi, bagaimana beban kerja yang masuk akal itu, dan bagaimana Anda dan siswa Anda akan mengawasi dan mengukur kemajuan mereka dalam proses belajar. (Sumber: Donnelly dan Fitzmaurice, 2005)

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

Rancang atau revisi perkuliahan Anda dengan selalu mempertimbangkan prinsip-prinsip rancangan/desain universal. Rancangan universal itu berdasarkan premis/pernyataan
dasar bahwa rancangan yang inklusif, bebas dari batasan-batasan, akan menguntungkan semua pihak, yaitu mereka yang memiliki dan tidak memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itulah, rancangan ini menghapuskan atau mengurangi kebutuhan akan asistansi (bantuan) dan akomodasi (lihat Bab 6, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus). Dalam kelas-kelas di universitas, pengajar dapat:

Pikirkan tentang bagaimana perkuliahan Anda bisa sesuai dengan kurikulum dan alur jurusan. Lihatlah silabus untuk mengetahui perkuliahan apa yang menjadi prasyarat
perkuliahan Anda dan perkuliahan Anda berfungsi sebagai prasyarat untuk perkuliahan apa. Mengetahui prasyarat perkuliahan Anda akan membuat Anda memahami apa yang siswa Anda sudah ketahui. Sedangkan mengetahui perkuliahan apa yang menjadi lanjutan dari mata kuliah Anda akan membantu Anda untuk mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan apa yang diharapkan untuk dicapai melalui perkuliahan Anda.

Menggunakan metode pengajaran yang beragam Menawarkan siswa sejumlah cara untuk menampilkan pemahaman mereka Menggunakan teknologi untuk meningkatkan aksesnya Menyediakan pilihan-pilihan untuk partisipasi dan presentasi Memberi peluang siswa untuk mengemukakan kebutuhan-kebutuhan mereka

Ketika merevisi sebuah perkuliahan yang Anda ajarkan, kumpulkan semua bahan lama yang Anda miliki. Anda perlu melihat kembali silabus, buku-buku ajar, dan bacaan,
handout, ujian, catatan dari tiap sesi kelas, serta sumber-sumber ajar lainnya yang Anda miliki. Kaji ulang evaluasi akhir semester siswa untuk mengingatkan diri Anda sendiri tentang kekuatan dan kelemahan perkuliahan. Periksa kembali bahan-bahan yang Anda miliki berdasarkan komentar-komentar siswa, perkembangan baru di bidang tersebut, dan perubahan minat Anda sendiri.

Jadikan keterkaitan dari elemen-elemen perkuliahan sebagai tujuan. Keterkaitan di sini berarti bahwa hasil pembelajaran, aktivitas pengajaran, dan pengukuran hasil belajar siswa konsisten dan saling mendukung satu sama lain. Penelitian menunjukkan bahwa belajar itu berkembang ketika terdapat keterkaitan antara apa yang guru ingin ajarkan, apa yang sesungguhnya mereka ajarkan, dan apa yang mereka ujikan. (Sumber: Whetten, 2007; Wulff, 2005)

Mengumpulkan Informasi Awal


Ketika menyiapkan suatu perkuliahan untuk pertama kalinya, bicaralah lebih dulu dengan rekan yang telah mengajar materi tersebut sebelumnya. Bertanyalah pada rekanrekan kerja Anda tentang silabus yang mereka miliki, halaman elektronik (Web pages) terkait perkuliahan, sumber-sumber bahan ajar, daftar tugas dan karya tulis/makalah, serta ujian-ujian lama. Cari tahulah tentang masalah-masalah umum yang dimiliki siswa di periode sebelumnya terkait materi perkuliahannya serta kesulitan-kesulitan lain yang dihadapi para pengajar sebelumnya. Evaluasi dari siswa sebelumnya juga akan membantu Anda dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari perkuliahan-perkuliahan sebelumnya. Jika halaman elektronik tentang perkuliahan itu juga tersedia, Anda dapat pula mempelajarinya.

Pertimbangkan karakteristik siswa-siswa Anda. Seiring perencanaan perkuliahan yang Anda lakukan, pikirkan pula tentang kemungkinan siswa Anda: Bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mungkin mereka bawa ke kelas? Apakah mereka baru mengenali bidang tersebut, mungkin akan mendalami bidang tersebut, telah mendalami bidang tersebut, atau justru tidak memilih bidang tersebut sebagai bidang yang didalaminya? Mata kuliah-mata kuliah apa yang telah mereka selesaikan? Pemikiranpemikiran awal dan kesalahan persepsi apa yang mungkin mereka miliki? Akankah semua atau sebagian besar siswa Anda baru lulus SMA atau justru lebih tua? Akankah beberapa siswa menjadi siswa paruh waktu karena bekerja atau memiliki tanggung jawab keluarga lainnya? Akankah mereka tinggal di lingkungan kampus ataukah mereka pulang pergi dari rumah ke kampus? Identifikasi hambatan-hambatan dalam perkuliahan. Seiring Anda mulai merancang perkuliahannya, tanyakanlah pada diri Anda sendiri: Berapa jam yang tersedia untuk kegiatan pengajaran? Berapa banyak siswa akan masuk ke dalam kelas Anda? Akankah Anda memiliki asisten laboratorium, pengajar dari siswa tingkat yang lebih tinggi (graduate student), atau pembaca (reader)? Teknologi seperti apa yang akan tersedia di ruang kelas? Akankah ada kesempatan untuk melaksanakan kerja lapangan atau magang? Hambatan-hambatan apa yang mungkin akan mengganggu pembelajaran siswa Anda?

Ketika menyiapkan suatu perkuliahan yang benar-benar baru, kajilah berbagai buku teks tentang topik tersebut dan bahan atau halaman elektronik tentang mata kuliah yang serupa dari universitas lainnya. Buku-buku ajar terkini akan menumbuhkan rasa
keterkaitan Anda pada tema-tema utamanya, topik-topiknya, dan isu-isu yang mungkin terkait dengan perkuliahan yang akan Anda berikan. Mengkaji ulang silabus-silabus dan halaman-halaman elektronik terkait akan membantu Anda mengetahui bagaimana pengajar lainnya mengajarkan topik-topik tersebut. Silabus untuk perkuliahan pengantar sering kali tersedia dari perkumpulan/asosiasi profesi. Beberapa universitas bahkan mempublikasikan silabus mereka secara online (sebagai contoh misalnya, halaman elektonik/website the MIT OpenCourseWare).

Memutuskan Apa yang Ingin Dicapai


Berpikirlah melampaui semester ini saja. Bayangkanlah diri Anda sedang mendengarkan
sekelompok wisudawan yang sebelumnya telah mengambil mata kuliah Anda. Mereka sedang mendiskusikan alasan mengapa mata kuliah Anda termasuk salah satu yang paling berharga yang pernah mereka ambil. Apa kira-kira yang akan mereka katakan tentang perkuliahan Anda? Atau, bayangkan bahwa beberapa siswa Anda akan menjadi pialang kekuasaan tingkat lokal atau nasional, atau separuh dari mereka akan putus sekolah (drop

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

out) sebelum wisuda. Apa yang Anda ingin jadikan peninggalan dari kuliah Anda terhadap siswa-siswa tersebut? Apa yang akan membedakan siswa yang telah mengambil kuliah Anda dengan yang tidak? (Sumber: Bergquist dan Phillips, 1977; Fink, 2003; Wiggins dan McTighe, 2005)

Gunakan taksonomi untuk membantu mengidentifikasi jangkauan tujuan pembelajaran.


Karya klasik Bloom, Taxonomy of Educational Objectives, atau Taksonomi Tujuan Pendidikan (1956), menyatakan adanya enam tingkat proses kognitif: mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Walaupun taksonomi Bloom terlalu menyederhanakan bagaimana proses belajar itu terjadi, dan hasil penelitian tidak mendukung struktur hierarkinya, tetapi teori ini menyediakan permulaan yang berguna dalam menjelaskan tujuan pembelajaran yang melampaui memorisasi atau hafalan fakta-fakta semata. Mengaplikasikan hasil penelitian terkini tentang perkembangaan pembelajaran dan kognitif pada taksonomi Bloom, Anderson dan Krathwohl (2001) mengajukan sebuah matriks yang sesuai dengan empat tipe pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif) melawan masing-masing dari enam proses kognitif (mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan). Dalam taksonomi yang direvisi ini, pembelajaran meningkat dari sekadar mengingat pengetahuan faktual/fakta-fakta menjadi penciptaan pengetahuan baru serta kemampuan untuk merefleksikan pembelajaran yang dialami diri.

telah membentuk masyarakat modern. Taksonomi yang lain lagi (dinamai SOLO yang dikembangkan oleh Biggs, tahun 2003) juga memiliki lima tingkatan: Prestructural (Pra-terstruktur), Unistructural (Struktur tunggal), Multistructural (Struktur majemuk), Relational (Hubungan), dan Extended Abstract (Abstraksi yang meluas). Berikut adalah sebuah contoh tujuan pembelajaran dari tingkatan Relasional, Ketika ditunjukkan sebuah grafik tentang tingkat keparahan serangan asma dalam sehari, kamu akan mampu memberikan saran pada pasien tentang bagaimana mengatasinya dengan variasi diurnal pada gejala-gejalanya. Taksonomi Marzano (2001) mengemukakan enam tingkatan proses mental: retrieval (pemanggilan kembali dari ingatan), comprehension (pemahaman), analysis (analisis), knowledge utilization (pemanfaatan pengetahuan), metacognition (metakognisi), dan selfsystem thinking (pemikiran mandiri). Berikut adalah contoh tujuan pembelajaran dari Metakognisi: Kamu akan mampu mengawasi/memonitor sejauh mana kamu mampu melaksanakan secara efektif sebuah eksperimen yang diperlukan untuk mengisolasi gen. Sejumlah kerangka kerja atau taksonomi telah dikembangkan untuk mendefinisikan bidang-bidang pembelajaran, perkembangan, dan kognisi (pemikiran). Untuk penjelasan mendetail mengenai sejumlah taksonomi tersebut, Anda dapat membaca Anderson dan Krathwohl (2001).

Fink (2003) mengembangkan taksonomi yang mempertimbangkan pula jenisjenis pembelajaran yang masih belum muncul di taksonomi Bloom maupun revisinya. Pembelajaran itu meliputi: kepemimpinan, keterampilan interpersonal (hubungan antar manusia), etika, toleransi, dan kemampuan untuk berubah. Ia mengajukan enam kategori yang tidak bertingkat (nonhierarchical), yaitu pengetahuan dasar, aplikasi, integrasi, dimensi kemanusiaan, kepedulian, serta belajar tentang bagaimana belajar. Berikut adalah contoh dari tujuan pembelajaran Dimensi Kemanusiaan: Kamu akan mampu untuk memberitahu dan mendidik orang lain tentang peranan mikrobiologi dalam kehidupan pribadi dan umum/publik; misalnya, dengan mengajarkan teman sekamarmu tentang cara-cara yang tepat dalam memasak hamburger. Erickson, Peters, dan Strommer (2006) telah mengembangkan sebuah kerangka kerja yang menggunakan bahasa sehari-hari dalam empat kategori: knowing (ingatan), understanding (kemampuan untuk mengenali), thinking (mengaplikasikan apa yang telah dipelajari), dan leaning how to learn (memahami cara belajar). Berikut adalah sebuah contoh tujuan pembelajaran dari Kategori Understanding: Kamu akan mampu mengidentifikasi manakah dari daftar rumus kimia yang sama dengan Hukum Konservasi Massa. Kerangka kerja lainnya (Fry dkk., 2003) mempertimbangkan penelitian tentang pendekatan mendalam dan dangkal (deep and surface) dalam belajar (lihat Bab 29, Membantu Siswa Belajar). Tiga tingkat pertama merupakan pendekatan dangkal: Penambahan pengetahuan, Menghafal, dan Pengetahuan tentang Prosedur. Dua tingkat terakhir merupakan pendekatan mendalam: Abstraksi Makna dan Pemahaman Realita. Berikut adalah contoh tujuan pembelajaran dari tingkat Abstraksi Makna: Kamu akan mampu menyediakan analisis sebab akibat dari peristiwa bersejarah semisal yang

Buat rancangan daftar tujuan pembelajaran. Apa yang Anda harapkan untuk diketahui, didemonstrasikan, atau dihasilkan oleh siswa Anda sebagai hasil dari mengikuti kelas Anda? Tuliskanlah tujuan-tujuan pembelajaran tersebut, yang akan membantu Anda untuk (1) memperjelas apa yang Anda ingin untuk dicapai oleh siswa; (2) menentukan hal-hal apa yang akan diperhitungkan sebagai bukti pencapaian siswa; dan (3) memilih metode pengajaran, materi-materi, dan tugas-tugas yang sesuai. Pada awal semester, Anda dapat mengacu pada tujuan pembelajaran tersebut ketika pertama kali memperkenalkan mata kuliah Anda kepada para siswa. Selain itu, siswa Anda juga dapat menggunakannya untuk mengawasi kemajuan yang mereka capai. (Sumber: Wiggins dan McTighe, 2005) Identifikasi baik tujuan terkait isi maupun tujuan tidak terkait isi bahan perkuliahan.
Tujuan terkait isi perkuliahan (content outcomes) berhubungan dengan pemahaman siswa tentang materi: Pada akhir perkuliahan ini, Anda akan mampu untuk meringkas faktor-faktor utama yang memengaruhi kebangkitan Cina sebagai kekuatan ekonomi. Sedangkan tujuan yang tidak terkait isi perkuliahan berhubungan dengan keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan pencapaian-pencapaian lainnya yang tidak terkait dengan penguasaan siswa tentang isi materi perkuliahan: Pada akhir perku liahan ini, Anda akan mampu bekerja sama/berkolaborasi dengan teman-teman sekelompokmu. Untuk setiap tujuan yang ditentukan, pikirkanlah tentang apa yang menyusun performa atau unjuk kerja yang dapat diterima dan bagaimana siswa-siswa Anda akan menunjukkan bahwa mereka telah mencapai tujuan tersebut. (Sumber: Fuhrmann dan Grasha, 1983)

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

Ketika menuliskan tujuan pembelajaran, gunakan bahasa sehari-hari yang jelas.


Ekspresikan tujuan pembelajaran Anda dalam sudut pandang orang kedua (Anda/ Kamu), dibandingkan sudut pandang orang ketiga (tiap siswa atau siswa), dan dalam keterangan waktu masa datang: Ketika diperlihatkan electrocardiogram, Anda akan mampu untuk mengidentifikasi durasi, amplitudo, dan bentuk dari kompleks QRS.

Mendefinisikan dan Membatasi Isi Perkuliahan


Kaji kembali daftar rancangan awal Anda tentang topik-topik materi dan buanglah muatan yang berlebih. Merancang sebuah perkuliahan sebenarnya agak menyerupai kegiatan
berkemas untuk perjalanan jauh. Pertama-tama, Anda perlu mendata semua hal yang Anda rasa penting untuk diketahui siswa, seperti halnya Anda mengeluarkan dari lemari semua pakaian dan barang-barang pribadi yang Anda rasa perlu dibawa untuk perjalanan. Kemudian, dengan tegas, kurangilah topik-topik yang telah Anda daftar tersebut hingga hanya topik-topik yang paling penting yang tersisa, seperti halnya Anda akan membatasi barang-barang yang akan dibawa, sehingga dapat termuat dalam satu atau dua kopor saja. Penelitian menunjukkan bahwa melibatkan terlalu banyak detail atau topik dalam satu perkuliahan justru akan mengganggu usaha siswa dalam mempelajari materi perkuliahan tersebut. (Sumber: Bransford dkk., 2000)

Fry, Ketteridge, dan Marshall (2003) dan Race (2007) menawarkan tips-tips berguna lainnya: Deskripsikan pembelajaran yang akan terjadi dari aktivitas yang dilakukan. Dibandingkan, Anda akan membaca satu artikel jurnal tentang aliran perdagangan, akan lebih baik jika Anda menulis Anda akan mampu mengaplikasikan analisis yang ditampilkan dalam artikel jurnal mengenai aliran perdagangan, dan memprediksi akibat-akibat dari harga komoditas yang lebih tinggi terhadap defisit perdagangan Amerika Serikat. Utamakan istilah-istilah yang pasti dan jelas (mengkritik, mendefinisikan, membedakan di antara, berargumen, mengidentifikasi, menyelesaikan, memprediksi) dibandingkan istilah-istilah yang ambigu (memahami, mengetahui, menghargai, menjadi familiar dengan) Buang butir pernyataan yang tidak terlalu penting dari daftar yang Anda buat; bantu siswa untuk berfokus pada tujuan pembelajaran yang paling penting. Berpikir jauh hingga ke ujian atau pengukuran hasil belajar. Seiring Anda menyusun setiap tujuan pembelajaran, tanyakanlah pada diri sendiri tentang bagaimana Anda akan mengukur sejauh mana siswa Anda telah mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Sadarilah bahwa sejumlah aspirasi pendidikan tidak dapat dievaluasi dengan pasti: apresiasi estetika atau kreativitas adalah contohnya (Toohey, 1999).

Bedakan antara materi yang penting dan yang tambahan. Bagilah konsep-konsep atau topik-topik yang ada ke dalam tiga kelompok: 1) materi-materi dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa, 2) materi-materi yang direkomendasikan, yang perlu dikuasai setiap siswa yang ingin memiliki pengetahuan mendalam tentang subjek yang dipelajari, dan 3) materi tambahan, yang sebaiknya dikuasai oleh siswa-siswa dengan minat atau kemampuan tertentu. Sesi-sesi/pertemuan dan ujian-ujian dalam perkuliahan harus berfokus pada topik-topik dasar. Topik-topik rekomendasi dan tambahan, dinamai demikian berdasar sudut pandang siswa, dapat dilibatkan dalam sesi-sesi/pertemuan kuliah, sumber dan bahan pelengkap yang diberikan pada siswa, serta dalam bahan bacaan yang digunakan. Gambarkan peta konsep. Untuk membantu Anda menentukan topik-topik mana yang paling penting, Anda dapat membuat peta konsep, sebuah bagan yang merangkum konsep-konsep utama, mayor, dan minor serta hubungan di antara mereka. Untuk menggambarkan peta konsep tersebut, Anda dapat mengikuti langkah sebagai berikut:
Tuliskanlah semua ide atau konsep dalam perkuliahan Anda yang tampaknya penting. Kurangilah daftar yang Anda buat tersebut dengan melingkari ide-ide yang paling penting. Tuliskanlah setiap konsep yang sudah dilingkari dalam kertas memo yang bisa ditempel. Klasifikasikan kertas-kertas memo tersebut dalam kelompok-kelompok yang bermakna. Beri nama pada setiap kelompok, dan tuliskan kembali setiap nama kelompok dalam kertas memo yang bisa ditempel pula. Susun nama-nama kelompok tadi (yang merupakan konsep-konsep kunci) sedemikian rupa yang bermakna bagi Anda. (Sumber: Amundsen dkk., 2004; Donald, 2002)

Kurangi daftar awal Anda tentang tujuan pembelajaran menjadi rangkaian yang realistis.
Pertimbangkanlah mengenai kemampuan, minat, dan harapan yang berbeda-beda dari siswa-siswa Anda serta jumlah waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar di kelas. Secara logis, berapa banyak tujuan pembelajaran yang dapat dicapai siswa Anda selama masa perkuliahan? (Sumber: Lowman, 1995)

Antisipasi pertanyaan siswa tentang tujuan pembelajaran. Para siswa mungkin ingin
mengetahui mengapa tujuan pembelajaran tertentu perlu dicapai atau menjadi penting. Ketika siswa Anda memahami manfaat jangka pendek dan jangka panjang dari pencapaian atau penguasaan suatu keterampilan atau kompetensi khusus, mereka akan cenderung lebih berusaha untuk meraihnya. Untuk menguatkan nilai penting suatu tujuan pembelajaran, Anda perlu mengungkapkannya selama masa perkuliahan. (Sumber: Race, 2007)

10

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

11

Beri penekanan pada konsep-konsep inti. Sebagai contoh, dalam ilmu teknik, seperti yang seorang professor sering kali tekankan, meskipun terdapat ribuan rumus, tetapi semuanya sebenarnya adalah variasi dari sejumlah kecil ide atau teori dasar. Di dalam satu perkuliahan, siswa mungkin akan menjumpai ribuan persamaan. Sekadar menghafalkannya tidaklah efektif karena tidak ada orang yang dapat mengingat sedemikian banyaknya persamaan. Sebaliknya, pengajar seharusnya terus menekankan konsepkonsep dasarnya dengan menunjukkan pada siswa bagaimana ribuan persamaan atau rumus sebenarnya berasal dari selusin persamaan atau rumus dasar saja. Berfokuslah pada ide besarnya. Sebuah ide besar adalah sebuah konsep, tema, teori, isu,
asumsi dasar, atau prinsip penting yang memberi arti terhadap serangkaian fakta, topik, penyelidikan, atau isu yang terpisah-pisah. Dalam bidang yang berbeda-beda, berikut adalah contoh-contoh ide besar: tantangan dalam mendefinisikan keadilan, pembedaan antara tulisan atau dokumen dan jiwa atau semangat hukum, adaptasi, dan perlunya komunikator untuk memfokuskan diri pada pendengar atau penonton dan tujuannya. (Sumber: Wiggins dan McTighe, 2005)

Mengatur (Strukturisasi) Perkuliahan


Berikan pengaturan yang logis pada isi/bahan perkuliahan. Bahan-bahan perkuliahan dapat disusun secara kronologis, oleh topik atau kategori, dari yang konkret ke yang abstrak atau sebaliknya, dari teori ke aplikasi atau sebaliknya, atau berdasar peningkatan tahapan keterampilan atau kompleksitasnya. Berikut adalah sejumlah prinsip pengorganisasian (Bergquist dan Phillips, 1977, hlm. 146-149):

Mikro/makro: mulailah dengan mendeskripsikan fenomena kompleks yang luas (sudut pandang makro) atau dengan menawarkan analisis yang mendetail dari satu aspek suatu fenomena (sudut pandang mikro). Bangunlah dasar yang umum dan luas dari suatu pengetahuan dan informasi (makro), atau berfokus pada kejadian atau pemikiran yang spesifik (mikro). Berjarak/dekat (distant/proximal): mulailah dengan menampilkan masalah yang terkini dan sangat mendesak (urgent) (sudut pandang proximal) atau dengan mendeskripsikan asal mula, peninggalan, atau konteks dari suatu fenomena (sudut pandang distal). Mulailah perkuliahan dengan mendiskusikan relevansi dari topik (proximal) atau dengan menampilkan sudut pandang teoretis atau sejarah (distal). Keseluruhan fenomena/bagian-bagiannya (phenomenon/structure): menekankan deskripsi dan analisis dari kejadian, orang, atau ide yang unik dan signifikan (fenomena) atau menekankan deskripsi dan analisis dari teori,tema-tema, dan aplikasi universal (struktur). Stark (2000) dan Toohey (1999) mengemukakan pola tambahan untuk menyusun topik-topik: bagaimana ide-ide telah berevolusi secara kronologi bagaimana hubungan terjadi di kenyataannya bagaimana siswa akan menggunakan informasi data setting sosial, pribadi, atau karier bagaimana konsep-konsep besar dan hubungan di antaranya diorganisasikan dalam disiplin ilmu terkait bagaimana para siswa mengembangkan kemampuan mereka (dari kemampuan prasyarat ke pengetahuan baru hingga ke taraf ahli) bagaimana pengetahuan diciptakan dalam bidang ilmu tersebut

Tekankan masalah-masalah klasik, atau nilai-nilai dan kebenaran yang paling abadi.
Sering kali isu-isu dan tema-tema yang paling menarik bagi mahasiswa strata satu adalah isu atau tema yang pertama kali menarik Anda ke dalam disiplin ilmu tersebut. Anda juga dapat berfokus pada keterampilan atau ide yang paling penting, dan membiarkan saja yang lainnya. Atau, berikanlah perhatian khusus pada ide-ide yang biasanya sulit dipahami oleh siswa. (Sumber: McManus, 2005)

Batasi isi perkuliahan pada lima jenis informasi. Ketika memperkecil daftar topik awal
yang sudah Anda buat, batasilah diri Anda pada: butir kunci dan tema umum; materi yang sering kali sulit-untuk-dimengerti; materi penting yang tidak diulas dalam bacaan atau sumber lainnya; contoh-contoh dan ilustrasi; materi yang sangat diminati siswa. (Sumber: Wankat dan Oreovicz, 1998)

1. 2. 3. 4. 5.

Libatkan sudut pandang dan bidang ilmu yang beragam. Sebuah bagian yang membahas tentang dampak Perang Dunia II dalam perekonomian Amerika, misalnya, dapat membahas pandangan dan pengalaman dari sejumlah etnis dan kelompok ekonomi yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya, Anda dapat melihat Bab 5, Keragaman dan Inklusivitas dalam Kelas. Pilihlah jumlah topik perkuliahan yang dapat ditangani. Pencipta pengajaran yang berpengalaman merekomendasikan empat sampai tujuh topik atau isu untuk kelas perkenalan selama satu semester. Sebagai contoh, dalam kelas perkenalan Biologi, topiktopik utamanya mungkin (1) molekul, sel, dan jaringan, (2) komunikasi antar sel dan aksi hormone, (3) reproduksi manusia, (4) jaringan batang (stem cells) dan perkembangan manusia, (5) fisiologi dari sistem organ, dan (6) disfungsi organ dan penyakit.

Anda juga perlu selalu ingat bahwa struktur yang tampak logis dan jelas bagi Anda (seorang ahli) bisa jadi bukanlah cara yang terbaik bagi pembelajaran siswa (seorang yang baru di bidang tersebut) (Ramsden, 2003). Dari sudut pandang siswa, mereka mungkin akan lebih memilih untuk memulai perkuliahan dengan topik yang akan memunculkan kepercayaan diri dan ketertarikan pada materi yang dipelajari. Para siswa cenderung akan lebih termotivasi untuk bekerja keras ketika mereka mengalami keberhasilan di awal periode perkuliahan dan ketika mereka dapat menghubungkan materi yang baru dengan sesuatu yang telah mereka ketahui.

12

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

13

Ciptakan jadwal. Tuliskanlah semua jadwal pertemuan atau kelas, jadwal libur universitas, jadwal libur hari besar agama, dan waktu-waktu acara kampus yang mungkin akan mengganggu pertemuan di kelas. Tuliskan pula kemungkinan waktu pelaksanaan dan topik untuk setiap ujian yang akan dilaksanakan. Ingatlah selalu ritme dari keseluruhan semester, dan berikan waktu luang, minimal sebagian dari satu pertemuan sebelum setiap ujian, untuk memberi kesempatan siswa mengejar ketertinggalan atau me-review (membahas kembali). Berikan waktu yang lebih panjang untuk topik-topik yang kompleks atau sulit. Jadwalkan waktu dalam pertengahan semester untuk siswa mengevaluasi singkat perkuliahan yang telah dilalui (lihat Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran). Berilah pula perhatian khusus untuk pertemuan-pertemuan di hari-hari pertama perkuliahan (lihat Bab 3, Harihari Pertama di Kelas), pertemuan tepat sebelum ujian, dan minggu terakhir dari perkuliahan (lihat Bab 59, Hari-hari Terakhir perkuliahan). Anda perlu memasukkan jadwal ini ke dalam silabus perkuliahan Anda (lihat Bab 2, Silabus Perkuliahan yang Komprehensif ). Pilih metode pengajaran untuk setiap pertemuan. Dibandingkan berfokus pada apa yang akan saya lakukan dalam perkuliahan, lebih baik Anda berfokus pada apa yang Anda ingin siswa-siswa Anda lakukan, pikirkan, atau rasakan. Lihatlah tujuan pembelajaran yang telah Anda susun dan pikirkan kegiatan atau aktivitas apa yang sesuai untuk mencapainya. (Aktivitas kelas yang akan dibahas dalam bagian-bagian berbeda dari buku ini meliputi ceramah, diskusi kelompok kecil, tugas mandiri, simulasi, debat, studi kasus, bermain peran/role-play, dan demonstrasi). Untuk setiap topik, tentukanlah bagaimana Anda akan memperkenalkan materi, menyajikan konsep-konsep baru, membuat siswa mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari, dan mengukur apakah siswa dapat mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari. (Sumber: Bligh, 2000) Desain tugas dalam kelas dan tugas rumah. Lihatlah Bab 35, Merancang Tugas Menulis yang Efektif; Bab 37, Tugas Rumah: Paket Permasalahan; Bab 21, Belajar dalam Kelompok; dan bab-bab lainnya dari buku ini.

yang bertentangan dengan apa yang dalam buku serta interpretasi yang berbeda-beda dari apa yang tertulis. [Sumber: National Research Council (Lembaga Penelitian Nasional AS), 1997)]

Hindarilah mewajibkan siswa untuk membeli buku ajar yang Anda tulis. Walaupun buku
tersebut merupakan sumber terbaik yang tersedia, fakta bahwa pengajar berusaha memperoleh keuntungan ekonomis dapat menimbulkan jarak antara Anda dengan siswa, terutama jika harga buku tersebut mahal, dan dapat dipandang sebagai atau memang benar-benar sebuah konflik kepentingan. Jika Anda memutuskan untuk mewajibkan siswa Anda untuk membeli buku ajar, pertimbangkanlah untuk menyumbangkan royalti yang Anda dapat ke bagian pemberian bantuan keuangan di kampus Anda, atau ke program atau jasa kampus lainnya.

Pertimbangkan serangkaian kriteria dalam memilih buku ajar. Jika terdapat sejumlah
buku ajar yang sesuai untuk mata kuliah Anda, gunakanlah kriteria-kriteria berikut untuk memilih mana buku yang akan Anda gunakan (diadaptasi dari Dake, 2007; Forsyth, 2003; Lowman, 1995; National Research Council, 1997; Robinson, 1994):

isi: akurasi, kekinian, koherensi, dan kejelasan; lingkup dan tata urutan dari topik (organisasi materi/bahan); tingkat kesulitan dan daya tarik pada siswa (sebaiknya yang menantang, tetapi tidak terlalu sulit); orientasi konseptual dan pendekatan terhadap materi; ketersediaan format media alternatif terhadap siswa berkebutuhan khusus; kualitas penulisan; desain pedagogik (judul dan sub-judul yang jelas, pengantar singkat dan ringkasan akhir di setiap bab, pertanyaan-pertanyaan untuk mengulang kembali (latihan soal), daftar istilah (glosarium), dan seterusnya); biaya (sampul kertas /paperback dibandingkan sampul karton/hardback; buku lebih murah namun kualitasnya setara); dampak lingkungan (menggunakan kertas yang pemrosesannya bebas chlorine; partisipasi pihak penerbit dalam gerakan pers hijau); ulasan oleh rekan sejawat yang telah menggunakan buku ajar tersebut (atau ulasan buku dan berita di website atau listservs dari asosiasi profesional; rating dalam website dari buku-buku terlaris dan pusat ajar (www.facultycenter.net), yang memiliki informasi tentang buku-buku ajar; komentar-komentar dari kolega); pendapat dari sejumlah siswa yang dianggap dapat mewakili, setelah mereka membaca buku-buku yang Anda pertimbangkan.

Memilih Buku Ajar, Bahan Bacaan, dan Materi-materi Perkuliahan


Pilihlah buku ajar dan tugas membaca yang merefleksikan tujuan pembelajaran Anda.
McKeachie dan Svinicki (2006) mengusulkan bahwa para pengajar sebaiknya memilih buku-buku ajar yang secara umum sesuai dengan gaya mereka sendiri dalam mendekati suatu materi. Siswa akan terganggu dan bingung jika Anda sering kali tidak sejalan dengan buku, dan beberapa akan bertanya-tanya mengapa mereka diminta untuk membeli dan membaca buku yang sedemikian tidak memuaskannya. Untuk memperkenalkan siswa pada persepsi yang berbeda-beda, Anda dapat menugaskan mereka untuk membaca artikel dan teks yang lebih pendek yang menampilkan (espouse) sudut pandang yang berbeda-beda. Untuk membantu siswa memahami bahwa buku ajar bukanlah jaminan kebenaran tertinggi tentang suatu topik, sesekali Anda dapat memberikan argumen

Daftar yang lebih detail dari kriteria-kriteria ini diberikan oleh Altman, Ericksen, dan Pena-Shaff (2006); Landrum dan Hormel (2002); dan Payne (2003).

14

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

15

Variasikanlah penggunaan buku dan artikel, yang melibatkan hal-hal terkini. Perkuliahan pada tingkat yang lebih tinggi biasanya melibatkan artikel-artikel jurnal, esai, dan laporan penelitian. Meskipun demikian, siswa di perkuliahan tingkat dasar seharusnya memiliki kesempatan untuk membaca, setidaknya sejumlah kecil artikel yang terkini. Sadarilah tingginya harga buku ajar/buku teks. Harga buku ajar/buku teks di Amerika Serikat meningkat sekitar 6 (enam) persen dan tahun 1987 hingga 2005 (Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS, 2005) (Government Accountability Office). Beberapa kampus telah memulai program pertukaran dan penyewaan buku ajar; kampus-kampus lainnya meminta para pengajarnya untuk mempertimbangkan ulang sebelum mengganti buku ajar atau mewajibkan edisi yang terbaru.

demikian, pastikanlah siswa Anda sadar bahwa mereka akan bertanggung jawab untuk menyesuaikan teks di buku mereka dengan tugas membaca yang nantinya diberikan). Indikasikan dalam silabus Anda tentang apakah Anda akan menggunakan teks tersebut kembali saat Anda mengajar perkuliahan tersebut sehingga siswa dapat mengetahui apakah mereka akan mendapatkan harga yang lebih tinggi jika menjual kembali buku mereka Donasikan buku-buku teks ke perpustakaan kampus Anda.

Anda dapat membantu siswa-siswa Anda dalam beberapa cara (diadaptasi dari Boyd, n.d.; diskusi listserv dari PsychTeacher dan POD): Pesanlah lebih awal buku yang akan Anda gunakan. Pemesanan awal akan memungkinkan toko buku setempat untuk membeli buku-buku bekas dari siswa dengan harga lebih tinggi dan menyimpannya untuk semester berikutnya (daripada mengirimkan buku-buku bekas tersebut kepada konsolidator). Selalu menyadari aspek biaya ketika Anda menyiapkan daftar bacaan yang diper- lukan. Pertahankan buku teks/buku ajar untuk jangka waktu yang lebih lama (tidak dengan cepat berpindah ke edisi terbaru), dan gunakanlah teks yang sama untuk mata kuliah yang berbeda, jika diperlukan. Sediakanlah daftar bacaan dengan baik, yang memiliki ISBN sebelum awal semester dimulai sehingga siswa dapat berbelanja dengan terlebih dulu dan bisa membandingkan antarbuku. Pilihlah alternatif yang lebih hemat biaya: buku ajar tanpa bonus yang tidak bermanfaat, buku ajar elektronik/online yang gratis (seperti Wikibooks atau melalui Creative Commons), dan sumber-sumber lain, seperti Proyek Jutaan Buku (Million Books Project) di Amerika Serikat, yang dipelopori oleh Universitas Carnegie Mellon, dan Proyek Teks Global (the Global Text Project), yaitu sebuah proyek pembuatan teks-teks elektronik bagi siswa-siswa di negara-negara khusus. Hindarilah buku yang berbentuk paket/bundled (dengan bonus-bonus seperti CD atau buku kerja) dan buku teks/buku ajar komersial. Sarankanlah berbelanja buku-buku teks melalui dunia maya (online shopping) pada siswa. Berilah informasi tentang perbandingan antarwebsite yang menjual buku sehingga mereka bisa menemukan versi termurah dari buku ajar yang akan digunakan (bisa dicari dengan kata kunci buku teks/buku ajar bekas). Ingatkan pula mereka agar berhati-hati terhadap sejumlah risiko jika berbelanja online (misalnya edisi yang salah, keterlambatan dalam penerimaan buku, atau kesulitan untuk mengembalikan buku jika tidak sesuai pesanan). Biarkanlah siswa membeli buku teks dalam versi yang lebih murah dan edisi terdahulu atau buku teks pilihan sendiri yang lebih murah, tetapi mirip (namun

Bandingkan keuntungan dan kerugian/biaya dari penggunaan buku teks elektronik dan kertas. Buku teks/ajar elektronik (e-books), yang dijual dalam bentuk CD (compact disc),
lebih murah, lebih ringan, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan buku teks kertas. Karena teksnya tersedia online, siswa dapat melaksanakan pencarian menggunakan kata kunci, menyesuaikan format tampilannya, dan menggunakan perangkat lunak pengubah teks ke suara (text-to-speech software). E-book dapat dibaca pada perangkat khusus pembaca e-book, layar komputer, telepon genggam, atau PDA.

Banyak e-book juga memberikan simulasi, klip audio dan video, jalur kaitan (link), dan alat diskusi (chat tools). Satu kerugiannya adalah bahwa siswa tidak bisa menjual kembali e-book-nya di akhir periode perkuliahan. Kerugian lainnya adalah terdapatnya sejumlah penerbit buku yang membatasi penggunaan e-book dengan membatasi masa berlakunya, jumlah orang yang dapat melihat halaman elektronik tersebut, dan fiturfitur pengaman lainnya yang membatasi penggunaannya hanya untuk satu komputer. Penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai kuliah antara siswa-siswa yang menggunakan buku teks/ajar kertas dengan yang menggunakan e-book, tetapi para siswa mengeluhkan bahwa e-book dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan sulit dibaca dalam waktu panjang. (Sumber: Nelson, 2008; Shepperd dkk., 2008)

Pertimbangkan paket perkuliahan. Paket perkuliahan (coursepack) adalah sejumlah fotokopi dari artikel jurnal, bab/bagian buku, dan bahan lainnya, yang dilindungi oleh hak cipta. Paket perkuliahan dapat menjadi bahan bacaan utama bagi kelas Anda, atau menjadi pelengkap bagi buku teks yang digunakan. Karena paket perkuliahan memiliki nilai jual kembali yang rendah, sejumlah instruktur melakukan apa yang mereka bisa lakukan untuk menanggung biaya paket perkuliahan mereka.
Berikut sejumlah tips yang dapat dilakukan jika Anda menyiapkan paket perkuliahan: Pilih dan batasi dengan hati-hati jumlah item yang menjadi bagian paket perkuliahan. Masukkan tabel/daftar isi atau pengantar yang menyediakan konteks untuk bacaannya; tanpa bimbingan, siswa Anda mungkin hanya akan melihat tumpukan artikel-artikel. Jika sesuai, masukkan daftar istilah (glosarium) dari istilah-istilah dan konsepkonsep teknis. Amankan semua izin hak cipta sebelum memperbanyak paket perkuliahannya.

16

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

17

Sebuah catatan dalam menggunakan bahan yang memiliki hak cipta: dalam aturan penggunaan yang wajar, pengajar dapat menggunakan bahan-bahan yang dilindungi hak cipta untuk kepentingan pengajaran, tetapi kesepakatan bersama untuk suatu kewajaran yang dapat diterima cukup kompleks. Untuk bantuan dalam membuat keputusan terkait aturan penggunaan yang wajar, berkonsultasilah dengan petugas perpustakaan dan website perpustakaan kampus Anda. Website perpustakaan Universitas Minnesota, contohnya, menawarkan alat analisis penggunaan yang wajar (Fair Use Analysis Tool), juga skenario tentang apa yang termasuk wajar dan apa yang tidak, dalam reproduksi foto atau karya seni digital, karya audiovisual untuk presentasi kelas, penyimpanan elektronik, paket perkuliahan, kopian dari artikel Anda sendiri, kopian dari karya tulis/makalah siswa, hasil pengunduhan dari internet, dan sejumlah bentuk penggunaan ulang lainnya. Website dari asosiasi perpustakaan Amerika (The American Library Association, www.ala.og) juga memiliki informasi yang bermanfaat tentang masalah hak cipta, termasuk aturan standar untuk saran hak cipta.

Kaji ulang secara rutin bahan-bahan bacaan di sepanjang periode perkuliahan/ semester, bukan menumpuk semuanya di saat-saat menjelang ujian. (Sumber: Boyd, n.d.; National Research Council, 1997)

Rencanakan bagaimana untuk menangani kesalahan-kesalahan di dalam buku teks/ ajar. Di luar niat terbaik dari pengarang dan penerbit buku, kesalahan-kesalahan
tetap akan ada di dalam buku ajar/teks, panduan belajar, dan buku kerja. Para peneliti melaporkan bahwa kesalahan tersebut dapat berdampak negatif pada proses belajar siswa. Buatlah daftar kesalahan-kesalahan yang Anda temukan, dan dorong siswa Anda untuk menemukannya pula. Kirimkan daftar yang Anda buat tersebut pada perwakilan penerbit atau pengarang. Pada beberapa kasus, penerbitnya akan melakukan koreksi dan mengirimkan versi online-nya, misalnya, panduan belajar. Jika koreksi segera tidak memungkinkan untuk dilakukan oleh penerbit, Anda dapat melakukan koreksi sendiri dan masukkan dalam websites perkuliahan Anda. Jika siswa yang menemukan kesalahannya dan penerbit memberi respons, pastikanlah Anda memberitahukan surat dari penerbit pada siswa Anda tersebut. (Sumber: National Research Council, 1997)

Sadarilah beban kerja siswa Anda. Sebagian besar kampus mengharapkan para siswanya untuk menghabiskan dua atau tiga jam untuk mengerjakan tugas mandiri untuk setiap jam perkuliahan di kelas. Bagi siswa yang hanya berkuliah saja (full-time students) yang mengambil lima belas jam perkuliahan setiap minggunya, mereka dituntut untuk mencurahkan waktu tiga puluh hingga empat puluh lima jam per minggu untuk belajar, tugas membaca, menyelesaikan rangkaian permasalahan, mengerjakan proyek, dan menyusun karya tulis. Namun demikian, di salah satu survei di AS (Survei Nasional tentang Keterlibatan Siswa, 2007), para siswa full-time menyatakan bahwa mereka hanya menghabiskan tiga belas hingga empat belas jam per minggu dalam menyiapkan diri untuk perkuliahan; banyak dari mereka memiliki pekerjaan paruh waktu dan memiliki keluarga atau tanggung jawab-tanggung jawab lainnya. Anda dapat mendiskusikan topik ini dengan siswa-siswa Anda dan berbagi dengan mereka mengenai hasil penelitian (Stinebrickner dan Stinebrickner, 2007) yang menunjukkan bahwa menambah waktu belajar selama satu jam per hari diperkirakan memiliki dampak yang sama pada nilai seperti halnya peningkatan lima poin dalam skor ACT. Seperti yang dikemukakan Laurillard (2002), para siswa membutuhkan perkiraan yang realistis tentang berapa banyak waktu yang sesuai untuk mereka luangkan dalam mengerjakan tugas, membaca bahan, dan belajar kelompok.

Mempelajari Sistem dan Kolaborasi Manajemen serta Lingkungan Pembelajaran


Cari tahu sistem apa yang digunakan oleh kampus. Sebagian besar kampus dan universitas menggunakan perangkat lunak komersil, aplikasi ciptaan lokal, atau solusi sumber terbuka (open source solution) untuk sistem pembelajaran dan manajemen mereka. Contoh dari perangkat lunak komersil, seperti Blackboard Learning System (yang dibeli WebCT pada 2006), eCollege Course Management System (dibeli oleh Pearson pada 2007), Desire2Learn Learning Environment, dan Angel. Contoh dari solusi sumber terbuka (yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi alat dan disebut lingkungan belajar dan kolaborasi) meliputi Sakai (kolaborasi yang dimulai oleh Universitas Michigan, MIT, Stanford, dan Universitas Indiana), dan Moodle (didistribusikan di bawah salah satu lisensi yang disetujui oleh Open Source Initiative). Biasakanlah diri Anda dengan fitur-fitur sistem yang berlaku di kampus Anda. Jenis alatalat sebagai berikut mungkin tersedia sebagai bagian dari sistem Anda (diadaptasi dari www.edutools.com): Komunikasi (forum diskusi, pertukaran dokumen di mana siswa dapat mengumpulkan karya tulis dan tugas-tugasnya secara online, surat elektronik/e-mail, daftar kelas, perbincangan langsung).

Persiapkan serangkaian tips untuk siswa terkait tentang bagaimana cara menggunakan buku teks dan bacaan yang digunakan. Siswa-siswa tingkat pertama dan siswa-siswa
dalam kelas perkenalan mungkin akan mendapatkan keuntungan dari saran-saran berikut:

Pelajarilah bacaan yang ditugaskan sebelum perkuliahannya. Buatlah catatan dari poin-poin kunci/ide-ide pokok dan tuliskan setiap pertanyaan yang terlintas dalam pikiran. Ketika membaca suatu tugas, berhentilah setiap kira-kira setengah jam untuk meringkas apa yang telah dibaca. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan bacaan dalam perkuliahan. Ketika kamu merasa tidak yakin tentang apakah kamu benar-benar telah mengerti teks yang ditugaskan, lihatlah bahan-bahan pelengkap/tambahan yang diberikan untuk mengecek bagaimana topik serupa disajikan. Untuk masalah terkait pekerjaan rumah: pelajari dan bahas ulang contoh-contoh yang telah dikerjakan sebelum kamu mulai mengerjakan tugas baru.

18

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan

19

Produktivitas (kalender, pengumuman-pengumuman). Keterlibatan siswa (halaman/sites untuk kerja kelompok dan kolaborasi, jaringan komunitas, homepages siswa). Administrasi (keaslian/autentikasi, otorisasi, integrasi dengan sistem pendaftaran dan penerimaan kampus). Penyampaian perkuliahan (ujian dan kuis; alat pemberi nilai online, buku nilai online, penelurusan/tracking siswa). Pengembangan isi/bahan (kemudahan akses/accessibility, pengunggahan/upload dokumen seperti catatan kelas, presentasi PowerPoint, bahan bacaan perkuliahan).

menggunakan kehadiran sebagai faktor dalam penilaian, tetapi banyak juga yang tidak. Jika Anda ingin menghargai kehadiran yang baik di kelas, biarkanlah siswa mengetahui bagaimana Anda akan menentukan apakah mereka telah hadir di kelas atau tidak. Dibandingkan memberi penalti terhadap ketidakhadiran (dengan mengurangi nilai poin), berilah hadiah pada kehadiran yang sempurna atau yang-hampir-sempurna (dengan memberi poin bonus); angka yang dihasilkan akan sama, tetapi siswa akan merasa lebih baik terhadap kondisi yang kedua. Kemudian, berikanlah contoh yang baik dengan datang ke kelas lebih awal, memulai dan mengakhiri perkuliahan tepat waktu, dan tinggal lebih lama di kelas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul.

Beri tahukanlah pada siswa bagaimana Anda akan menggunakan sistem yang ada.
Akankah sistem tersebut menjadi alat utama dalam menyampaikan pengumumanpengumuman perkuliahan? Haruskah siswa mendaftar untuk umpan balik RSS (RSS feeds)? Apakah siswa diwajibkan atau didorong untuk berpartisipasi dalam forum diskusi online? Kapankah catatan PowerPoint dikirimkan?

Ujian Pengganti. Untuk saran dalam menawarkan adanya ujian pengganti pada siswa,
lihatlah Bab 40, Meredakan Kecemasan Siswa terhadap Ujian.

Keterlambatan kerja. Sejumlah pengajar menolak untuk menerima pekerjaan yang


terlambat dikumpulkan dan memberi siswa nilai F untuk tugas tersebut. Pengajar lainnya melaksanakan hukuman pengurangan nilai. Terkait hal ini, lihatlah Bab 43, tentang Praktik Penilaian.

Menetapkan Aturan-aturan Perkuliahan


Tugas-tugas Penambah Kredit/Nilai. Jika Anda menawarkan tugas-tugas penambah
nilai, umumkanlah hal ini dalam kelas Anda sehingga semua siswa menjadi sadar akan adanya pilihan tersebut. Sejumlah pengajar hanya membolehkan siswa-siswa yang melakukan pekerjaan dengan memuaskan (nilai C atau lebih tinggi) pada tugas-tugas reguler untuk mengambil tugas penambah nilai seperti ini. Berikut ini adalah sejumlah contoh pilihan penambah nilai: Tawarkan satu set angka nilai tambahan untuk aktivitas khusus (seperti kehadiran dalam konferensi profesional atau pengumpulan resensi buku dalam area topik tertentu). Tawarkan nilai tambahan untuk penyelesaian soal dalam buku teks yang sebe- narnya tidak dijadikan tugas rumah. Tawarkan nilai tambahan bagi pembuatan jurnal laporan hasil membaca (reading journal) yang mendokumentasikan artikel terkait setiap perkuliahan, buku, atau monograf, sebagai tambahan terhadap bacaan yang ditugaskan. Setiap jurnal yang diserahkan harus mencakup judul, nama penulis, tanggal, sumber, serta komentar siswa terhadap bacaan tersebut. (Pengajar biasanya mengecek singkat jurnal-jurnal tersebut tiap minggu dan membacanya secara detail di akhir semester).

Penilaian. Lihatlah Bab 43, Praktik Penilaian. Perilaku dalam Kelas. Lihatlah Bab 4, Aturan dan Perilaku dalam Kelas

Daftar Referensi
Altman W.S., Ericksen, K., and Pena-Shaff. J.B. "An Inclusive Process for Departmental Textbook Selection." Teaching of Psychology, 2006, 33(4), 228-231. Amundsen. C. Saroyan., A., and Donald, J. Analysis of Course Content. In A. Saroyan and C. Amundsen (Eds.), Rethinking Teaching in Higher Education: From a Course Design Worshop to a Faculty Development Framework, Sterling, VA: Stylus, 2004. Anderson, L.W. and Kratwohl, D.R. (Eds.). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing:A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York. Addison-Wesley Longman, 2011. Bergquist, W.H., and Philips, S.R. A Handbook for Faculty Development, Vol. 2. Washington, DC: Council for the Advancement of Small Colleges, 1977. Biggs. J. Teaching for Quality Learning at University. (2nd en.) New York: Open University Press/McGrawHill, 2003. Bligh. D.A. What's the Use of Lecture? San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W.H., and Krathwohl, D.R. (Eds.), Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: David McKay, 1956. Boyd, D.R. Using Textbooks Effectively: Getting Students to Read Them. Association for Psyhological Science, n.d. http://www.psychologicalscience.org/teaching/tips/tips_0603.cfm. Bransford, J. D., Brown, A. L., and Cocking, R. R. How People Learn: Brain, Mind, Experience,. and School. Washington, DC: National Academy Press, 2000. Dake,L. S. "Student Selection of the Textbook for an Introductory Physics Course." The Physics Teacher, Oct. 2007, 45(7), 416-419.

Kehadiran. Beritahukanlah pada siswa melalui silabus atau pemberitahuan di awal


semester bahwa Anda mengharapkan mereka untuk datang ke perkuliahan secara reguler. Lakukanlah yang terbaik untuk membuat waktu di kelas menjadi berhargasuatu waktu ketika usaha yang sebenarnya dilakukan. Para siswa juga akan lebih ingin datang ke kelas jika mereka tahu bahwa ujian akan mencakup pula butir-butir materi yang telah didiskusikan di kelas (dan tidak dinyatakan dalam bacaan). Beberapa pengajar

20

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan


Diamond, R. M. Designing and Assessing Courses and Curricula: A Practical Guide. (Rev. ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1998. Donald, J. Learning to Think: Disciplinary Perspectives. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Donnelly, R, and Fitzmaurice, M. Designing Modules for Learning. In G. O'Neill S. Moore, and B. McMullin (Eds.), Emerging Issues in the Practice of University Learning and Teaching-Dublin: All Ireland Society for Higher Education, 2005. (Released under Creative Commons License) Erickson, B.L., Peters, C. B., and Strommer, D.W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Fink, L.D. Creating Significant Learning Experiences: An Integrated Approach to Designing College Courses. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Forsyth, D.R. The Professor's Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Fry, H., Ketteridge. S., and Marshall, S. A Handbook for Teaching and Learning in Higher Education: Enhancing Academic Practice. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer; 2003. Fuhrmann, B.S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown, 1983. Government Accountability Office. College Textbooks: Enhanced Offerings Appear to Drive Recent Price Increases, July 2005. http://www.gao.gov/new.items/d05806.pdf Landrum, R.E., and Hormel, L. Textbook Selection: Balance between the Pedagogy the Publisher and the Student. Teaching of Psychology, 2002, 29(3), 245-248. Laurillard, D. Rethinking University Teaching: A Framework for the Effective Use of Learning Technologies (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer, 2002. Lowman. J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey Bass, 1995. Marzano, R. J. Designing A New Taxanomy of Educational Objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press, 2001. McKeachie, W.J., and Svinicki, M. McKeachie's Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. McManus. D.A. Leaving the Lectern: Cooperative Learning and the Critical First Days of Students Working in Groups. San Francisco: Jossey-Bass/Anker, 2005. National Research Council. Science Teaching Reconsidered: A Handbook. Washington, DC:National Academies Press, 1997. National Survey of Student Engagement. Experiences That Matter: Enhancing Student Learning and Success. Bloomington, IN: Center for Postsecondary Research, 2007. Nelson, M. R. E-Books in Higher Education.: Nearing the End of the Era of Hype? Educause Review, Mar/Apr 2008, 43(2), 40-56. Payrte, D.A. Applied Educational Assessment. (2nd ed.) Belmont, CA: Wadsworth/Thomson Learning, 2003. POD Listserv: A moderated online community for instructors and administrators with interests in teaching and learning in higher education; see http://podnetwork.org. Professional and Organizational Development Network in Higher Education. Bright Idea Network,1989. PsychTeacher listserv: A moderated online community for instructors involved in teaching psychology; see teachpsych.org/nesw/psychteacher.php. Race, P . The Lecturer's Toolkit. (3rd ed.) London: Routledge, 2007. Ramsden, P . Learning to Teach in Higher Education. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer, 2003. Robinson, D.H. Textbook Selection: Watch Out for "Inconsiderate" Texts. In K. W Prichard and R.M. Sawyer (Eds.), Handbook of College Teaching: Theory and Applications. Westport, CT: Greenwood Press, 1994.

Mendesain atau Merevisi Suatu Perkuliahan


21

Shepperd, J. A., Grace, J. L., and Koch, E. J. Evaluating the Electronic Textbook: Is It Time to Dispense with the Paper Text? Teaching of Psychology, 2008, 35(1), 2-5. Stark, J.S. Planning Introductory College Courses: Content, Context and Form. Instructional Science. Sept. 2000, 28, 413-438. Stinebrickner T., and Stinebrickner, R. The Causal Effect of Studying on Academic Performance. Working Paper W13341. Cambridge, MA: National Bureau of Economic Research, Aug. 2007. Suskie, L. A, Assessing Student Learning: A Common Sense Guide. Bolton, MA: Anker, 2004. Toohey; S. Designing Courser for Higher Education. Philadelphia: Society for Research into Higher Education and Open University Press, 1999. Wankat, P , and Oreovicz, E Content Tyranny. ASEE PRISM, 1998, 8(2), 15. Whetten, D. A. "Principles of Effective Course Design; What I Wish I Had Known About LearningCentered Teaching 30 Years Ago." Journal of Management Education, 2007, 31(3), 339-357. Wiggins, G., and McTighe, J. Understanding by Design. (expanded 2nd ed.) Alexandria, VA:Association for Supervision and Curriculum Development, 2005. Wulff, D.H. (Ed.). Aligning for Learning: Strategies for Teaching Effectiveness. San Francisco: Jossey-Bass/ Anker, 2005.

22

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

23

2
Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

pelatihan (workshop) pembuatan silabus secara online. Kampus Honolulu Community telah membuat cetakan/template silabus yang tersedia secara online. Sebagai tambahan, asosiasi profesional dalam bidang Anda mungkin telah membuat kumpulan silabus dalam perkuliahan pengantar dan tahap mahir (advanced).

Silabus perkuliahan, baik yang diunggah dalam dunia maya (Web), maupun yang dibagikan pada hari pertama perkuliahan, memberi siswa kesadaran tentang apa isi perkuliahan tersebut nantinya, apa yang akan mereka pelajari, dan bagaimana kemajuan akademik mereka akan dievaluasi. Semua perkuliahan dapat memperoleh manfaat dari sebuah silabus. Tindakan menyiapkan silabus membantu Anda mengorganisasikan perkuliahan Anda dan penetapan jadwal. Anda juga dapat menggambarkan pada siswa Anda apa yang perlu mereka ketahui dan lakukan untuk bisa berhasil di kelas.

Antisipasi pertanyaan-pertanyaan umum yang akan muncul di benak siswa. Apa yang kirakira ingin diketahui siswa terkait perkuliahan Anda? Tiga kekhawatiran paling utama dari siswa pada pertemuan pertamanya di kelas biasanya adalah, Akankah aku mampu melakukan tugas-tugasnya?, Akankah aku menyukai dosennya?, Akankah aku dapat berhubungan baik dengan teman-teman sekelasku?. Siswa juga mungkin akan bertanya pada dirinya sendiri, Mengapa aku harus mengambil mata kuliah ini?, Bagaimana perkuliahan ini akan sejalan dengan kurikulun yang lebih luas atau keseluruhan program pendidikan secara umum?, Ke manakah kuliah ini akan membawaku, secara intelektual dan praktikal?. (Sumber: Rubin, 1985) Jagalah fleksibilitas silabus Anda. Beberapa kelas bergerak lebih lambat dari yang lainnya. Anda dapat mengantisipasi variasi seperti itu dengan mengindikasikan topik yang akan dibahas dari minggu ke minggu dibandingkan dari sesi yang satu ke sesi lainnya. Atau, Anda juga dapat merencanakan untuk menerbitkan jadwal revisi di pertengahan semester demi memperhitungkan meningkatnya minat siswa pada topik-topik tertentu. Biarkan siswa-siswa Anda mengetahui bahwa jadwal perkuliahan bisa berubah, tetapi tanggal untuk ujian atau batas akhir (deadline) untuk tugas adalah tetap (fix). Unggah silabus Anda secara online sedini mungkin. Siswa-siswa berkebutuhan khusus mungkin akan memerlukan waktu yang lebih untuk mengubah materi bacaan tersebut ke format media alternatif.

Strategi-strategi Umum
Memahami peranan majemuk yang dimainkan oleh silabus yang komprehensif. Para ahli telah mengidentifikasi berbagai manfaat yang dapat diberikan sebuah silabus: kontrak tak tertulis akan adanya pengajaran-pembelajaran, menggambarkan peranan dan tanggung jawab timbal balik antara siswa dan pengajar; alat diagnosa, membantu siswa mengukur kesiapan mereka untuk sebuah perkuliahan, dengan mengidentifikasi tingkat persiapan akademik yang menjadi syarat dan dibutuhkan serta menjelaskan beban kerja dan tantangan-tantangan dalam perkuliahan; sumber yang pasti/tidak ambigu dari kebijakan dan prosedur melaksanakaan sebuah perkuliahan; alat pembelajaran, yang menarik minat siswa dan menyediakan mereka informasi, sumber-sumber, dan tautan (link) yang akan mereka butuhkan untuk berhasil di perkuliahan; serta satu set janjiapa yang pengajar janjikan akan dipelajari oleh siswa dan aktivitas-aktivitas apa yang akan dilakukan siswa demi memenuhi janji tersebut. (Sumber: Bain, 2004; Collins, 1997; Eberly dkk., 2001; Grunert OBrien dkk., 2008; Lang, 2008; Parkes dan Harris, 2002). Lihatlah silabus dari rekan-rekan pengajar lainnya. Jika departemen Anda tidak memiliki
standar format atau bentuk silabus, mintalah kolega Anda untuk menunjukkan silabus mereka. Sumber lain yang dapat dijadikan contoh meliputi Penemu Silabus (syllabus finder) dari Universitas George Mason dan Aula Perkuliahan Dunia (World Lecture Hall) Universitas Texas. Universitas Brown dan Universitas Minnesota menawarkan

Membuat Silabus
Libatkan bahan/materi lebih banyak dibandingkan kurang. Silabus Anda tidak perlu untuk mencakup semua komponen yang disebutkan dalam buku ini, tetapi para pengajar yang berpengalaman telah sepakat bahwa silabus yang komprehensif dapat menjadi alat pembelajaran yang berharga bagi siswa dan dapat menurunkan kecemasan awal yang mereka miliki tentang perkuliahannya. Meski demikian, berhati-hatilah, jangan masukkan terlalu banyak detail tentang aturan, konsekuensi suatu tindakan, serta hal yang boleh dan tidak yang justru membuat silabus kehilangan fokus intelektualitasnya. (Sumber: Collins, 1997; Garavalia dkk., 1999; Grunert OBrien dkk., 2008) Gunakan tampilan (tata letak) yang sederhana untuk bahan silabus yang tercetak.
Berikan judul, kotak teks, daftar dengan simbol, dan grafik untuk memberi penekanan pada informasi penting. Sejumlah pengajar menemukan bahwa membagikan satu halaman silabus yang bergrafik untuk melengkapi silabus yang komprehensif dapat membantu siswa memahami alur perkuliahan dan hubungan logis dan kronologis antara topik-topik yang dibahas. Sejumlah pengajar lainnya telah mengganti silabus berisi

24

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

25

tulisan yang mereka miliki dengan representasi grafik saja tentang perkuliahan mereka. (Sumber: Nilson, 2007)

Sediakan informasi dasar. Masukkan nama universitas, tahun ajaran dan semester terkini, judul perkuliahan dan kode angkanya, jumlah unitnya, serta lokasi dan waktu pertemuan. Beritahukan setiap pertemuan yang tidak dijadwalkan untuk dilaksanakan di ruangan tertentu yang ditetapkan. Daftar nama Anda (dan tuliskan bagaimana Anda ingin dipanggil/disebut), alamat kantor (termasuk juga sebuah peta jika alamat kantor Anda sulit ditemukan), nomor telepon kantor, nomor telepon departemen, nomor telepon genggam (jika Anda menginginkannya, dan tetapkan sejak awal apakah Anda mau menerima pesan suara atau teks saja), alamat surat elektronik (e-mail), nomor faksimile, dan keterangan waktu kerja kantor Anda. Terkait waktu kerja Anda, tentukanlah apakah siswa perlu untuk membuat janji lebih dulu atau bisa langsung datang saja jika ingin menemui Anda. Beritahukan pula pada siswa Anda cara komunikasi yang lebih Anda sukai: apakah melalui e-mail, telepon, pesan singkat (SMS), atau melalui sistem manajemen pembelajaran, atau justru melalui jaringan sosial. Beritahukan tautan (link) untuk masuk ke halaman jaringan elektronik (Web page) milik Anda atau Web page terkait perkuliahan Anda. Tuliskan juga hari, jam, dan alamat akses untuk bercakapcakap secara online (online chat), seandainya perkuliahan Anda juga memiliki komponen ini, serta alamat jaringan surat elektronik (mail-list) untuk kelas Anda jika sudah ada. Masukkan pula nama-nama, alamat kantor, e-mail, nomor telepon, dan alamat Web dari asisten pengajar atau asisten laboratorium Anda. Jelaskan persyaratan-persyaratan untuk perkuliahan tersebut. Bantu siswa untuk menguji kesiapan mereka untuk mengikuti perkuliahan Anda secara objektif, dengan membuat daftar mengenai pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman yang Anda harapkan telah mereka miliki atau perkuliahan-perkuliahan yang Anda harapkan telah mereka ambil. Berilah saran pada siswa tentang bagaimana mereka dapat menyegarkan atau melatih kembali keterampilannya jika mereka merasa kurang yakin atas kesiapannya mengikuti perkuliahan Anda. Tunjukkan bagaimana keterampilan dan pengetahuan yang mereka dapatkan dari pembelajaran sebelumnya akan berguna dalam perkuliahan Anda. Langkah lain yang juga bermanfaat adalah memperjelas siapa target dari perkuliahan Anda: apakah perkuliahan Anda ditujukan bagi mereka yang mendalami bidang Anda? Dibutuhkan bagi mereka yang mendalami bidang yang lain? Ataukah sebuah pilihan umum? Indikasikan kebutuhan teknologi apa pun yang diperlukan dalam perkuliahan. Perlukah
siswa membawa laptop ke kelas? Perlukah siswa mengetahui piranti lunak (software) tertentu? Jika ya, berilah informasi pada siswa tentang ke mana mereka bisa mendapatkan pelatihannya.

ambil? Seorang rekan pengajar pernah membuat esai tentang tujuan suatu perkuliahan dan kemudian memasukkannya dalam silabus perkuliahan tersebut. Secara berkala ia selalu mencoba untuk merujuk kembali pada esai tersebut selama satu semester perkuliahan. Rekan pengajar lainnya memulai silabusnya dengan cerita yang mengarah pada apa yang akan dipelajari siswa serta tantangan dan keuntungan yang akan mereka dapatkan. (Sumber: Bain, 2004; Shea, 1990)

Nyatakan sasaran, tujuan, atau hasil keluaran pembelajaran secara umum. Hal ini akan
memberi kejelasan pada siswa tentang apa yang akan mereka pelajari dan apa yang akan menjadi tolok ukur bagi evaluasi mereka. Buatlah daftar tentang tiga hingga lima tujuan pembelajaran utama yang Anda harapkan untuk diraih oleh siswa: Apa yang akan siswa ketahui atau mampu lakukan dengan lebih baik setelah menyelesaikan perkuliahan ini? Keterampilan atau kompetensi apa yang ingin Anda kembangkan pada siswa Anda? Dalam memformulasikan tujuan pembelajaran, gunakan kata kerja aktif (mengartikan, menjelaskan) dan mempertimbangkan keterampilan, pengetahuan, nilai, dan sikap. Sebuah contoh tujuan pembelajaran siswa adalah Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, kamu akan mampu menjelaskan beragam metode pengambilan sampel dan penentuan ukuran sampel. Terdapat beberapa rekan pengajar yang meminta siswanya untuk menentukan sendiri tujuan pembelajaran mereka: apa yang ingin mereka ketahui atau mampu lakukan setelah menyelesaikan perkuliahannya. (Sumber: Collins, 1997; Lang, 2008; Matejka dan Kurke, 1994; Smith, 1993; Smith dan Razzouk, 1993; Woolcock, 1997).

Perjelas struktur konseptual yang digunakan dalam mengorganisasikan perkuliahan.


Para siswa Anda perlu memahami mengapa Anda menyusun topik-topik dalam perkuliahan Anda dengan urutan demikian dan logika yang mendasari Anda memilih tema-tema atau konsep-konsep tersebut.

Gambarkan bentuk atau aktivitas dalam perkuliahan. Biarkanlah siswa mengetahui komponen-komponen dari perkuliahan Anda (misalnya, bagian diskusi, kegiatan kerja lapangan, praktik laboratorium) dan bagaimana mereka akan menghabiskan waktunya dalam kelas (Mendengarkan ceramah? Berpartisipasi dalam diskusi kelompok kecil? Memberikan presentasi secara lisan? Bekerja sama secara online?). Pilihlah kegiatan pengajaran di dalam dan luar kelas yang mendukung pembelajaran yang ingin Anda tanamkan pada siswa Anda. Nyatakan dengan spesifik informasi tentang buku ajar, bahan bacaan, dan paket bahan kuliah. Sebuah paket bahan kuliah/coursepack (juga biasa disebut sebagai reader atau course
reader) berisi kompilasi artikel yang diterbitkan pengajar, bab-bab buku, serta dokumendokumen yang belum dipublikasikan. Untuk menggunakan sebuah paket bahan kuliah, pengajar perlu memperoleh izin hak cipta atas bahan yang sudah dipublikasikan. Untuk buku teks/buku ajar, beri tahulah nama penulis, judul, edisi, ISBN, dan ketersediaan bentuk/format elektronik atau bentuk alternatif lainnya pada siswa berkebutuhan khusus, jika memang diketahui. Jika memungkinkan, tunjuk-kanlah hubungan antara bahan bacaan dengan tujuan pembelajaran, terutama jika Anda menugaskan bab tertentu dari

Berilah gambaran awal tentang tujuan perkuliahan. Berilah pengantar tentang materi
terkait subjek yang Anda ajarkan dan tunjukkan bagaimana perkuliahan Anda sesuai dengan kurikulum kampus atau fakultas. Jelaskanlah tentang apa isi perkuliahan Anda dan mengapa siswa akan tertarik untuk mempelajari materi tersebut. Bagaimana perkuliahan tersebut terkait dengan perkuliahan-perkuliahan lain yang telah siswa

26

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

27

buku di luar urutan seharusnya (Rubin, 1985). Beritahukanlah pada siswa jika mereka perlu untuk melakukan tugas membaca sebelum tiap pertemuan di kelas.

Identifikasi bahan atau peralatan tambahan yang diperlukan untuk perkuliahan. Sebagai contoh, apakah siswa membutuhkan peralatan laboratorium atau peralatan keamanan, bahan untuk karya seni, piranti lunak (software) tertentu, bahan-bahan untuk pembuatan sketsa (drafting)? Anda perlu spesifik terkait masalah keamanan: kenapa alat-alat tersebut terdapat di tempat tertentu dan mengapa mereka dibutuhkan. (Sumber: Collins, 1997). Buatlah daftar dari tugas, karya tulis/makalah, dan ujian. Nyatakan jenis dan bentuk
tugas yang akan diberikan, panjang esai yang diharapkan, dan tenggat waktunya. Tunjukkan bagaimana tugas-tugas yang diberikan terkait dengan tujuan pembelajaran. Beri tahu pula tanggal ujian dan secara singkat gambarkan bentuk ujiannya (pilihan ganda, esai, isian singkat, ujian untuk dikerjakan di rumah). Dalam menyusun silabus, usahakanlah untuk menjaga agar beban kerja di sepanjang semester dapat seimbang.

Jika Anda membuat daftar dari perilaku apa saja yang dapat diterima dan apa yang tidak, di dalam kelas, berikanlah alasannya (Tolong tidak makan di dalam kelas karena ini mengganggu, baik saya maupun siswa lainnya. Jika Anda memang perlu membawa makanan ke dalam kelas untuk kesehatan maupun alasan medis lainnya, silahkan menemui saya secara pribadi lebih dulu.). Memberikan alasan untuk aturan atau kebijakan Anda akan meningkatkan kemungkinan Anda memperoleh kerja sama dari siswa. Beberapa pengajar (DiClementi dan Handelsman, 2005) telah berhasil memberikan kesempatan pada keseluruhan kelas untuk bertindak sebagai pembuat aturan dan strategi dalam menangani pelanggaran aturan, terutama di sekitar masalah seperti makan di kelas, tidur di kelas, menggunakan telepon genggam dalam kelas, dan sejenisnya.

Nyatakan bagaimanakah siswa akan dievaluasi dan bagaimana nilai akan diberikan.
Perilaku siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara pembelajaraan mereka akan dievaluasi. Oleh karena itu, jelaskanlah tentang prosedur penilaian, meliputi komponenkomponen dari nilai akhir dan bobot yang diberikan pada tiap komponen (misalnya, pekerjaan rumah, makalah/karya tulis selama satu semester, ujian tengah semester/UTS, dan ujian akhir semester/UAS) serta bagaimana cara penghitungan untuk mendapatkan nilai akhir. Para siswa akan menghargai pengetahuan tentang pembobotan karena ini dapat membantu mereka dalam menganggarkan waktunya. Apakah penilaian Anda didasarkan pada kurva kelas atau menggunakan skala mutlak? Apakah Anda akan menerima pekerjaan tambahan untuk meningkatkan nilai? Lihatlah Bab 43, Praktik Penilaian. Bain (2004) mendorong rekan-rekannya sesama pengajar untuk berbagi dengan para siswanya tentang bagaimana mereka dapat bekerja sama untuk memahami kemajuan intelektual siswa selama semester tersebut.

Undang siswa berkebutuhan khusus untuk menghubungi Anda. Beritahukanlah pada siswa bahwa jika mereka membutuhkan akomodasi untuk jenis gangguan fisik atau kesulitan belajar apa pun, kebutuhan medis, atau alasan-alasan lainnya, mereka perlu mengatur waktu secepatnya untuk bertemu dengan bagian pelayanan siswa berkebutuhan khusus dan kemudian bertemu dengan Anda secara pribadi untuk mendiskusikan jenis modifikasi atau penyesuaian seperti apa yang dibutuhkan demi memastikan mereka dapat berpartisipasi penuh dalam perkuliahan. Minta siswa yang memiliki masalah dengan tanggal ujian (mengalami bentrok jadwal) untuk menghubungi Anda. Beberapa siswa mungkin akan kesulitan untuk mengikuti
ujian karena adanya konflik waktu yang dapat diprediksi, seperti wawancara sekolah medis/sekolah lanjutan (program S2/Master), kompetisi atletik, dan acara keagamaan. Mintalah siswa yang mengalami hal ini untuk membuat janji bertemu dengan Anda di minggu-minggu awal perkuliahan demi mendiskusikan pilihan-pilihan yang mereka miliki.

Sediakan kalender atau jadwal perkuliahan. Jadwal ini akan menunjukkan urutan
dari topik-topik perkuliahan, persiapan atau kegiatan membaca, dan waktu-waktu pengumpulan tugas. Jika memungkinkan, tariklah minat siswa dengan menampilkan pertanyaan-pertanyaan yang provokatif atau menggunakan judul yang kuat untuk sesisesi perkuliahan. Untuk kegiatan membaca, beritahukanlah nomor halaman sebagai tambahan, selain nomor bab-ini akan membantu siswa menganggarkan waktunya. Pertimbangkan pula untuk memberi siswa petunjuk-petunjuk (pointers) terkait bacaannya, seperlunya (Ini adalah artikel yang cukup menantang. Ini akan bermanfaat bagimu untuk mengkaji ulang Bab Lima dari teks/buku sebelumnya.).

Buatlah daftar dari tuntutan perkuliahan lainnya. Sebagai contoh, apakah para siswa diwajibkan untuk hadir dalam jam kerja, mengirimkan komentar ke papan diskusi, atau membentuk kelompok belajar dalam situs jejaring sosial? Diskusikan tentang aturan dan kebijakan dalam perkuliahan. Beritahukanlah aturanaturan Anda terkait kehadiran di kelas; keterlambatan/ketidakdisiplinan; partisipasi di kelas; keterlambatan pengumpulan tugas; tidak mengumpulkan pekerjaan rumah atau tidak mengikuti tes atau ujian; perbaikan; tambahan nilai; meminta perpanjangan waktu; melaporkan kondisi sakit; serta standar kejujuran akademik. Cobalah untuk menyatakan aturan dalam kalimat positif dan dengan nuansa yang bersahabat sehingga Anda tidak terlihat seperti tiran/diktator atau seperti orang yang berpikiran buruk pada siswa. Meskipun demikian, setidaknya ada satu pengajar (Warma, 1998) yang membuat beberapa paragraf dalam silabusnya untuk membicarakan tentang perilaku yang secara personal dianggapnya mengganggu, seperti datang terlambat ke kelas, keluar kelas lebih cepat, dan membicarakan hal pribadi saat pengajar tengah menyampaikan ceramahnya.

Pertimbangkan pula hari-hari libur dan kegiatan-kegiatan kampus. Usahakanlah untuk menjadwalkan ujian-ujian dan waktu-waktu batas pengumpulan tugas sehingga tidak berkonflik dengan hari-hari libur keagamaan dan kegiatan kampus yang signifikan. Daftar tentang hari-hari libur keagamaan tersedia di www.interfaithcalendar.org. Minta siswa untuk memberitahukan pada Anda secepatnya jika ada tanggal yang berkonflik yang mungkin terlewatkan oleh Anda. Selain itu, Anda juga perlu berhati-hati dalam menentukan topik yang Anda jadwalkan di tanggal segera setelah ujian tengah semester (UTS) atau batas waktu pengumpulan suatu proyek, karena ini adalah saat di mana level energi siswa mungkin tidak setinggi biasanya.

28

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

29

Jadwalkan waktu untuk meminta umpan balik dari siswa Anda. Tetapkan waktu di pertengahan semester, di mana Anda dapat menanyakan pada siswa tentang reaksi mereka terhadap perkuliahan sejauh ini. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran, untuk memahami cara-cara mendapatkan umpan balik dari para siswa. Anda juga dapat memasukkan satu atau dua contoh tentang bagaimana umpan balik siswa telah mengembangkan perkuliahan Anda. (Sumber: Chen dan Hoshower, 2003) Buatlah daftar tanggal-tanggal absen yang penting. Masukkan pula dalam jadwal perkuliahan tanggal dari hari terakhir siswa bisa membolos/tidak hadir pada perkuliahan tanpa mendapatkan hukuman. Perkirakan beban kerja siswa. Berilah kesempatan pada siswa untuk memperkirakan tentang seberapa banyak persiapan dan pekerjaan yang akan dilakukan dalam perkuliahan. Berapa banyak waktu yang akan mereka habiskan untuk tugas membaca, menyelesaikan tugas, menyusun laporan praktikum, atau melakukan penelitian? Lebih lanjut, lihatlah Bab 1, Mendesain atau Merevisi Sebuah Perkuliahan. Masukkan materi-materi pelengkap sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, pertimbangkanlah untuk menyediakan satu atau lebih dari hal-hal berikut:
Tips tentang bagaimana belajar, membuat catatan, dan menyiapkan diri menghadapi ujian. Daftar istilah (glosarium) dari istilah-istilah teknis. Catatan perkuliahan atau panduan belajar. Daftar pustaka (bibliografi) dari bahan-bahan bacaan tambahan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi atau lebih rendah, jikalau siswa merasa teks/buku yang digunakan terlalu mudah atau justru terlalu sulit. Salinan dari ujian-ujian yang lampau, contoh karya tulis/makalah atau proyek. Area-area yang menjadi kesulitan dari siswa-siswa di kelas periode sebelumnya. Karakteristik dan perilaku dari siswa-siswa yang mampu berhasil atau meraih hasil yang baik di kelas periode sebelumnya. Informasi tentang ketersediaan webcast atau podcast perkuliahan. Daftar tentang ketersediaan sumber daya untuk membimbing belajar, dukungan akademik, dan manajemen waktu di kampus (termasuk informasi kontaknya, keterangan lokasi keberadaannya, dan waktu operasinya/jam kerjanya). Kalender/jadwal dari ceramah/kuliah di kampus, pertunjukan drama, acara khusus, pameran, atau kegiatan-kegiatan lain yang memiliki relevansi dengan perkuliahan Anda.

Masukkan pernyataan tentang kemanusiaan dan kebebasan akademik. Beritahukanlah pada siswa Anda bahwa Anda mengharapkan mereka untuk mendengarkan dan menghargai sudut pandang orang lain yang berbeda dengan dirinya. Isi perkuliahan yang memiliki kemungkinan untuk menjadi kontroverisal bisa mendapatkan keuntungan dari catatan singkat karena sudut pandang siswa dapat ditantang dan mereka mungkin dapat menjumpai sikap, pendapat, dan informasi yang bertentangan dengan apa yang mereka percayai atau pikirkan. (Sumber: Parkes dan Harris, 2002) Jelaskan prosedur untuk keadaan darurat. Nyatakan apa yang perlu dilakukan jika terjadi gempa bumi, kebakaran, ancaman bom, atau kondisi darurat lainnya. Identifikasi lokasi dan nomor telepon dari bagian keamanan kampus. Jelaskan pula prosedur pemberitahuan terhadap kondisi cuaca yang di luar dugaan, yang dapat menyebabkan pembatalan kelas/ perkuliahan. Untuk silabus yang tercetak (hard-copy), sediakanlah bagian untuk mencatat nama dan informasi kontak dari dua atau tiga rekan sekelas. Dorong siswa-siswa Anda untuk
menentukan orang-orang di kelas yang dapat mereka hubungi/telepon jika mereka kelewatan satu sesi pertemuan atau ingin belajar bersama.

Sediakan pengecualian. Beritahukanlah pada siswa aspek-aspek yang mana dari jadwal
yang telah Anda buat yang dapat berubah (misalnya, pembicara tamu, topik-topik tertentu). Tanggal-tanggal ujian dan batas waktu pengumpulan tugas sebaiknya tidak berubah-ubah lagi. Jika jadwal tersebut akhirnya mengalami perubahan, segeralah informasikan pada siswa Anda, baik secara tertulis maupun lisan di kelas.

Akhiri silabus dalam gaya yang positif dan bersemangat. Sebagai contoh, gambarkan
bahwa kelas Anda akan menjadi kumpulan penemuan intelektual. Atau, akhiri silabus dengan kutipan yang bermakna, grafik atau gambar kartun yang relevan, sebuah pemikiran akhir, atau kata-kata penyemangat. (Sumber: Matejka dan Kurke, 1994)

Kaji ulang silabus Anda berdasar perbandingannya dengan contoh 2.1. berikut, untuk memutuskan apa-apa saja yang akhirnya akan Anda masukkan dalam silabus. Daftar
panduan berikut ini merangkum komponen-komponen kunci dari sebuah silabus yang komprehensif.

Masukkan pernyataan tentang hak cipta. Periksa dengan konselor hukum di kampus tentang tambahan pernyataan yang dapat memberikan Anda hak cipta dan kepemilikan dari isi dan elemen-elemen penyusun perkuliahan Anda, termasuk silabusnya.

30

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif


Kewajiban Ujian dan kuis - Berapa banyak jumlahnya - Apa jenisnya (misalnya open/ closed book; esai/pilihan ganda) - Jenis pengetahuan dan kemampuan yang diuji - Tempat, tanggal, dan waktu pelaksanaan ujian akhir Tugas/permasalahan/ proyek/ laporan/makalah penelitian: - Informasi umum tentang jenis, panjang, dan durasi pengerjaan (informasi yang detail dapat diberitahukan di dalam masa perkuliahan) - Hubungan antara tujuan pembelajaran dan tugas - Kriteria penilaian hasil karya siswa - Bentuk/format pengumpulan tugas (apakah online atau dalam bentuk tercetak/hard copy) - Untuk makalah penelitian dan proyek: Langkah-langkah pengerjaan proyeknya Kebijakan/Aturan Prosedur Penilaian - Jelaskan bagaimana siswa akan dinilai: berdasar kurva atau skala yang mutlak? - Jelaskan bobot dari komponen perkuliahan - Jelaskan kebijakan terkait nilai tidak lengkap, kelulusan, dan ketidaklulusan - Gambarkan daya tarik dari nilai Kehadiran dan keterlambatan Partisipasi dalam kelas Tata tertib dan etika dalam kelas Gangguan dalam ujian Ketidakhadiran dalam ujian/ujian pengganti Tugas yang terlewat Jadwal

31

Contoh 2.1. Daftar Panduan: Komponen-komponen dari Silabus Perkuliahan yang Komprehensif Informasi Dasar Nama universitas, semester, tahun Judul perkuliahan, kode angka, nilai unit Jumlah tatap muka dan lokasinya Pengajar: nama GSI Bagaimana untuk menghubungi pengajar/GSI: Jam kerja untuk bertemu langsung: waktu dan lokasi (dengan peta jika dibutuhkan); langsung datang atau dengan perjanjian? Jam kerja online: waktu dan bagaimana untuk mengakses (URL) Alamat e-mail Nomor telepon: kantor pribadi dan saluran fakultas/ departemen; telepon genggam, jika Anda inginkan, untuk pesan singkat/SMS Bentuk komunikasi yang lebih disukai (e-mail, telepon, pesan singkat, bertemu langsung, pesan instan (instant message), melalui sistem manajemen pembelajaran, melalui jaringan sosial, dan sebagainya.) Nomor faksimile Pilihan: waktu-waktu di luar jam kantor di mana pengajar bisa dihubungi Alamat halaman jaringan elektronik (URL Web page) pengajar Alamat halaman jaringan elektronik (URL Web page) mata kuliah Hari, jam, dan alamat akses perbincangan (chat) online, jika tersedia Alamat jaringan surat elektronik (mail-list) kelompok, jika tersedia Gambaran Perkuliahan Persyaratan - Mata kuliah sebelumnya - Pengetahuan/keterampilan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam perkuliahan ini - Apakah izin pengajar diperlukan? Kebutuhan teknologi - Laptop untuk kerja di kelas - Piranti lunak (software) - Clicker - Sistem manajemen pembelajaran Gambaran umum perkuliahan - Tentang apakah perkuliahan ini: tujuannya, logika dasarnya - Apakah topik atau fokus umumnya? - Bagaimanakah kesesuaian perkuliahan ini dengan perkuliahan lain di departemen atau di kampus? - Siapakah sasaran perkuliahan ini? - Mengapa siswa tertarik untuk mengambil perkuliahan ini dan mempelajari materinya? Tujuan pembelajaran siswa - Apa yang diharapkan siswa untuk mereka peroleh setelah mengikuti perkuliahan ini? - Kompetensi/keterampilan/ pengetahuan apa yang diharapkan siswa dapat mereka tampilkan di akhir perkuliahan ini? Metode pengajaran - Ceramah - Diskusi - Kerja kelompok - Kerja lapangan - Metode-metode lainnya Beban kerja - Jumlah waktu yang diperkirakan akan dihabiskan untuk kegiatan membaca dan memahami bahan perkuliahan - Jumlah waktu yang diperkirakan akan dihabiskan untuk mengerjakan tugas dan proyek perkuliahan Bahan/Materi Buku utama atau wajib/ bacaanbacaan untuk perkuliahan - Penulis, judul, edisi ISBN - Biaya, tempat tersedianya - Ketersediaan bentuk/format elektronik atau lainnya, untuk siswa berkebutuhan khusus Buku/bacaan tambahan atau pilihan Website (situs elektronik) dan link (alamat terkait) Bahan-bahan lainnya: - Peralatan laboratorium - Kebutuhan pembuatan karya seni - Piranti lunak komputer (software) - Jenis bahan lainnya

Kalender perkiraan tentang topik dan bacaan - Lebih baik per minggu daripada per sesi - Atau, biarkan beberapa sesi tetap kosong demi fleksibilitas Tanggal pasti untuk ujian dan tugas tertulis Tanggal dari kegiatan khusus/istimewa - Kunjungan lapangan - Pertunjukan - Pameran - Kegiatan khusus lainnya Hari terakhir untuk mengubah keputusan lulus/ tidak lulus

Pengumpulan tugas yang terlambat/ Hari terakhir untuk perpanjangan waktu mengundurkan diri dari Pemberitahuan kondisi sakit dan perkuliahan keadaan darurat dalam keluarga Kesempatan memperoleh nilai tambahan Kerja sama yang diizinkan dan yang tidak

Tugas yang lebih singkat yang membentuk makalah penelitian yang Standar kejujuran akademik dan hukuman/penalti bagi pelanggaran dimaksud Keterampilan dan pengetahuan yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan tugas penelitiannya Hubungan antara tugas penelitian dengan sasaran perkuliahan dan tujuan pembelajaran siswa Kewajiban lainnya: - Menghadiri jam kerja? - Mempublikasikan (posting) komentar ke papan diskusi

32
Sumber Daya

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan


Pernyataan tentang Akomodasi Evaluasi tentang Perkuliahan dan Pengukuran Hasil Belajar Siswa Strategi-strategi umpan balik dari siswa selama semester (selain kuis dan tes) Prosedur evaluasi di akhir perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

33

Menciptakan Silabus Online


Periksalah apakah departemen Anda memiliki panduan untuk silabus online. Beberapa kampus lebih memilih sistem manajemen pembelajaran (learning management system) atau lingkungan pembelajaran dan kolaboratif (collaborative and learning environment) untuk mengunggah silabusnya. Kampus-kampus lainnya memberikan kebebasan pada pengajarnya untuk merancang situs jaringan (website) perkuliahannya sendiri, sesuai keinginan mereka. Beberapa bagian atau departemen tidak lagi menanggung biaya memperbanyak silabus dalam bentuk tercetak (hard copy). Coba cek pada departemen Anda untuk mengetahui kebijakan yang berlaku dan sumber daya apa yang tersedia. Tambahkanlah tautan (link) ke sumber daya kampus. Berilah tautan terhadap halaman elektronik yang memuat aturan kampus (misalnya, kejujuran akademik, kebebasan akademik), toko buku, jasa dukungan akademik, bahan perpustakaan, jasa terhadap siswa berkebutuhan khusus, dan kegiatan kampus yang berkaitan. Beberapa kampus memiliki cetakan (template) terstandar yang mencakup tautan pada bagian akademik, perpustakaan, dan katalog perkuliahan. (Sumber: Palmiter dan Renjilian, 2003; Rankin, 2000) Tambahkanlah tautan (link) ke sumber daya luar kampus. Tautan ke situs yang relevan terhadap perkuliahan Anda, seperti pusat data (database) disiplin ilmu Anda, bibliografi per topik (tersedia melalui perpustakaan), atau panduan gaya penulisan dari asosiasi profesional ilmu Anda. Sediakan tautan (link) e-mail untuk siswa agar dapat menghubungi Anda. Masukkan
alamat e-mail Anda dan tautan yang dapat di-klik siswa untuk mengirim e-mail pada Anda. Ingatkan siswa bahwa Anda mungkin membutuhkan waktu selama 24-48 jam untuk merespons. (Sumber: Palmiter dan Renjilian, 2003; Rankin, 2000)

Tips untuk sukses Salinan dari ujian terdahulu atau makalah dari siswa yang menjadi contoh Daftar istilah (glosarium) dari istilah teknis Tautan terhadap bahan pendukung yang sesuai di Web (misalnya panduan gaya penulisan, hasil proyek siswa terdahulu, sumber yang berasal dari Web, dst.)

Permintaan akomodasi yang dirasa siswa perlu didiskusikan dengan pengajar: - Kesulitan fisik - Kesulitan medis - Kesulitan belajar

Pernyataan tentang akomodasi yang masuk akal demi kebutuhan siswa terkait kepercayaan agamanya, kegiatan observasi, dan kegiatan praktik; untuk Jasa pendukung akademik di kampus konflik yang dapat diprediksikan karena kompetisi atletik, Informasi tentang ketersediaan podcast wawancara sekolah medis/ atau webcast sekolah lanjutan (S2) Ruangan/kolom untuk siswa mencatat dua atau tiga nama teman sekelasnya serta informasi kontak mereka - Jika mereka tidak bisa hadir di kelas - Untuk membentuk kelompok belajar Hak dan Kewajiban Keamanan dan Persiapan Keadaan Darurat Pengecualian (Disclaimer) Silabus/jadwal dapat mengalami perubahan

Hak siswa dan pengajar terhadap Apa yang harus dilakukan pada kebebasan akademik (misalnya situasi gempa bumi, kebakaran, penghormatan terhadap hak orang lain tumpahnya zat yang berbahaya, untuk mengemukakan sudut pandang kecelakaan atau luka, ancaman mereka) bom, atau keadaan darurat lainnya Kepatuhan siswa dan pengajar terhadap prinsip-prinsip kampus tentang komunitas (misalnya sopan santun dalam interaksi personal) Pernyataan tentang perlindungan hak cipta atas isi perkuliahan, sewajarnya Prosedur pemberitahuan tentang cuaca buruk Prosedur evakuasi Peringatan keselamatan dalam Laboratorium

Sediakan data kelas. Jika seluruh anggota kelas setuju, dan cukup kecil, dan ini tidak melanggar kebijakan kampus, masukkan pula daftar nama semua siswa dalam perku liahan Anda serta informasi kontaknya. Jika kelas setuju, bisa juga ditambahkan foto para siswa. Ciptakan pojok pengumuman. Kapanpun Anda mengumumkan di kelas akan adanya perubahan dalam jadwal atau kegiatan baru, umumkan pula informasi tersebut secara online. Perjelas persyaratan online. Jelaskan harapan Anda: Akankah siswa mengumpulkan tugasnya secara online? Apakah siswa perlu untuk berpartisipasi dalam forum diskusi? Akankah mereka memiliki tugas yang menggunakan WIKI? Umumkan pertanyaan yang paling sering ditanyakan (Frequently Asked Question/FAQ).
Sediakanlah jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang paling sering ditanyakan terkait dengan prosedur dan kebijakan/aturan perkuliahan atau materi perkuliahan.

34

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif

35

Tambahkan tautan (link) dengan halaman tentang aturan dalam berinternet (netiquette).
Jika situs jaringan (Website) atau sistem manajemen pembelajaran perkuliahan Anda memiliki ruang diskusi yang aktif, umumkanlah di halaman jejaring sosial atau jaringan mail-list kelas. Ingatkan pula siswa akan etika dasar dari berinternet. Stewart (2000) menawarkan saran-saran berikut terkait e-mail:

Web menunjukkan adanya tautan. Sebaliknya, desainer merekomendasikan untuk menggunakan warna, huruf tebal, huruf miring (italic), atau ukuran huruf yang berbeda untuk memberikan penekanan. Ingatlah pula bahwa siswa mungkin mencetak dari situs Web, sehingga bentuk tercetaknya (hard copy) harus mudah dibaca seperti yang ada di situs Web. (Sumber: Richards, 2003)

Gunakan kalimat yang bermakna sebagai subjek Jangan gunakan HURUF BESAR semua Kutip bagian terpilih dari e-mail yang sebelumnya Jangan meneruskan (mem-forward) surat berisi gosip (e-hoax) atau surat berantai Hindari menempelkan berkas lain (attachment) Teruskan pesan hanya dengan izin dari pengirimnya Sadari bahwa pesan Anda mungkin saja diteruskan tanpa izin Anda

Memotivasi Siswa untuk Membaca dan Menggunakan Silabus


Beri penekanan pada informasi yang paling menarik bagi siswa. Bukanlah hal yang mengejutkan kalau dinyatakan bahwa siswa tidaklah memberi perhatian yang setara pada semua informasi dalam silabus. Ketika ditanyakan, siswa menyatakan bahwa mereka memberi perhatian terbesar pada informasi terkait ujian dan tugas (tanggalnya, bentuknya, dan panjangnya), daftar bacaan, dan jadwal serta kegiatan dalam perkuliahan. Lebih lanjut, terdapat pula perbedaan antara siswa yang baru dan siswa lanjutan. Di mana, siswa yang baru duduk di semester pertama biasanya lebih tertarik pada kewajiban dan jasa pendukung yang tersedia. (Sumber: Becker dan Calhoon, 1999; Garavalia dkk., 1999; Smith dan Razzouk, 1993) Tempatkan/Masukkan silabus di dalam paket bahan kuliah atau reader. Selain mendistribusikan silabus secara online atau dalam versi tercetak, pertimbangkan pula untuk menempatkan bentuk tercetak (hard copy) dari silabus dalam paket bahan kuliah sehingga siswa tidak akan kehilangannya dan dapat mengacu kembali padanya di selama semester berlangsung. Minta siswa untuk menempelkan bagian kalender/jadwal dari silabus Anda ke buku teks mereka. Salah seorang pengajar membawa jadwal kegiatan membaca serta tanggal
ujian dan pengumpulan tugas ke ruang kelasnya dengan satu roll selotip. Dia kemudian mengoperkan keduanya pada siswa dan meminta mereka untuk menempelkan silabus singkat tersebut ke bagian dalam buku teksnya. (Sumber: Smith, 1993)

Stewart (2000) juga memberikan tips untuk etika di ruang perbincangan (chat room) dan ruang diskusi: Hindari usaha penyerangan individu dan pengejekan Jangan ulangi pesan yang sama terus-menerus Jangan merayu di ruang perbincangan (chat room) Bersikaplah menerima dan sopan pada orang baru.

Perbaharui secara berkala silabus Anda dan buatlah daftar tanggal revisi terkininya. Satu keuntungan dari mengumumkan materi online adalah kemudahan untuk merevisinya demi merefleksikan perubahan yang terjadi dalam penjadwalan atau memberi penekanan. Berilah tanggal pada tiap halaman agar para siswa dapat mengetahui apakah informasinya baru/terkini. (Sumber: Rankin, 2000; Richards, 2003) Lindungi situs (site) Anda dengan kata kunci (password). Jika situs Anda meliputi pula informasi tentang siswa atau informasi yang sebaiknya tidak disebarluaskan, batasi akses hanya untuk mereka yang terdaftar di perkuliahan Anda saja. Simpan secara permanen salinan dari file Anda. Jika Anda menciptakan silabus online, pastikanlah untuk menyimpan file cadangan dan bentuk tercetaknya secara lengkap. Salinan bentuk tercetaknya ini akan berguna jika di lain waktu Anda menawarkan perkuliahan tersebut, dan Anda juga mungkin akan membutuhkannya untuk pembahasan akreditasi, analisis kurikulum, atau untuk perolehan nilai/poin, dan promosi. Jika Anda merancang sendiri silabus online Anda, berikanlah perhatian khusus pada tampilan halaman (layout). Para perancang Web profesional menyarankan untuk menjaga
Web sederhana, menggunakan warna, teksnya terpisah-pisah dengan jumlah grafik yang terbatas, dan memerhatikan alat bantu navigasinya. Mereka merekomendasikan pula menggunakan pigura/frame (tidak lebih dari tiga), dengan hanya satu jendela yang bisa digerakkan (scroll). Mereka juga menyarankan untuk menghindari penggunaan garis bawah untuk penekanan atau dalam kutipan karena menggarisbawahi dalam

Pertimbangkanlah untuk memberikan kuis singkat atau tugas pada siswa terkait silabus.
Beberapa pengajar memberikan tes pada siswanya tentang informasi yang ada dalam silabus, kemudian memberi nilai tambahan pada para siswa yang mampu memperoleh nilai di atas batasan tertentu atau memberi bobot nilai pada kuis tersebut sama seperti bobot nilai penyelesaian tugas. Ada juga seorang pengajar yang meminta siswanya untuk menulis sebuah paragraf tentang harapan mereka pada mata kuliah yang diambilnya ini, berdasarkan apa yang mereka ketahui tentang diri mereka sebagai pelajar. Dia juga meminta siswanya untuk mengemukakan aspek-aspek apa dari perkuliahan yang mereka nantikan dan aspek apa yang mereka khawatirkan. Tugas ini nantinya akan menjadi dasar untuk diskusi kelompok kecil di sesi kelas berikutnya. (Sumber: Hammons dan Shock, 1994; Raymark dan Connor-Greene, 2002)

Bahas informasi penting secara lisan di kelas. Beri penekanan pada informasi yang paling
penting dari silabus untuk diketahui siswa. Beritahukanlah pada mereka bagaimana cara menggunakan silabus dengan efektif. Rujuk kembali silabus selama semester

36

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Silabus Perkuliahan yang Komprehensif


37

berlangsung, baik dalam bentuk tercetak atau secara online, karena informasi dalam silabus pun menjadi semakin relevan. Sebagai contoh, sebelum waktu pengerjaan tugas berakhir, ingatkan kembali penalti/konsekuensi untuk keterlambatan pengumpulan. (Sumber: Grunert OBrien dkk., 2008)

Bereksperimenlah dengan silabus yang ditulis siswa. Salah seorang pengajar menggunakan sesi pertama dalam kelasnya, kelas komposisi bahasa Inggris, untuk bekerja dengan siswanya, yaitu untuk merancang silabus mereka sendiri. Silabus tersebut berisi kesepakatan bersama, tentang hasil yang ingin siswa capai dari perkuliahan, aturan tentang penilaian dan kehadiran, serta bentuk kegiatan di dalam dan luar kelas. Pengajar lainnya melakukan perpaduan dalam silabusnya. Mereka memulai kelasnya dengan hanya judul serangkaian bacaan sementara untuk minggu-minggu awal, dan memperbaiki silabusnya melalui kerja sama dengan siswa di sepanjang periode perkuliahannya. Namun demikian, Anda perlu memeriksa ulang ke bagian/departemen Anda untuk mengetahui apakah universitas memiliki kebijakan yang bertentangan. (Sumber: Dahlin, 1994; Singham, 2005).

Daftar Referensi
Bain, K. What the Best College Teachers Do. Cambridge. MA: Harvard University Press, 2004. Becker, A. H., and Calhoon, S. K. What Introductory Psychology Students Attend to on a Course Syllabus. Teaching of Psychology, 1999, 26(1), 6-11. Chen, Y., and Hoshower, L. B. Student Evaluation of Teaching Effectiveness: An Assessment of Student Perception and Motivation. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2003, 28(1), 71-88. Collins, T. For Openers ... An Inclusive Course Syllabus. In W. E. Campbell and K. A. Smith (Eds.), New Paradigm for College Teaching. Edina, MN: Interaction Book Company 1997. Dahlin, A. A Student-Written Syllabus for Second-Semester English Composition. Teaching English in the Two-Year College, 1994, 21(1), 27-32. DiClementi, J. D., and Handelsman, M. M. Empowering Students: Class-Generated Course Rules. Teaching of Psychology, 2005, 32(1), 18 21. Eberly, M. B., Newton, S. E., and Wiggins, R. A. The Syllabus as a Tool for StudentCentered Learning. Journal of General Education, 2001. 50(1), 56 74. Garavalia, L. S., Hummel, J. H., Wiley, L. P ., and Huitt, W G. Constructing the Course Syllabus: Faculty and Student Perceptions of Important Syllabus Components. Journal on Excellence in College Teaching, 1999, 10(l), 5 21. Grunert OBrien, J., Millis, B. J., and Cohen, M. W. The Course Syllabus. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2008. Hammons, J. O., and Shock, J. R. The Course Syllabus Re-Examined." Journal of Staff Program and Organizational Development, 1994, 12(l), 5-17. Lang, J. M. On Course: A Week By-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. Matejka, K., and Kurke, L. B. Designing a Great Syllabus. College Teaching,1994, 42(3), 115-117. Nilson, L. B. The Graphic Syllabus and the Outcomes Map: Cormnunicating Your Course. San Francisco: Jossey-Bass, 2007.

Pallmiter, D., and Renjilian, D. Improving Your Psychology Faculty Home Page: Results of a Student Faculty Online Survey. Teaching of Psychology, 2003, 30(2), 163-166. Parkes, J., and Harris, M. B. Purpose of a Syllabus. College Teaching, 2002, 50(2), 55-61. Rankin, W. A Survey of Course Web Sites and Online Syllabi. Educational Technology, MarchApril 2000, 38-42. Raymark, P . H., and Connor-Greene, P . A. The Syllabus Quiz, Teaching of Pychology, 2002, 29(4), 286-288. Richards, S. L. F. The Interactive Syllabus: A Resource-Based, Constructivist Approach to Learning. The Technology Source, July/August 2003.http://www.technologysource. org/article/interactive_ syllabus Rubin, S. Professors, Students and the Syllabus. Chronicle of Higher Education. Aug. 7, 1985, 56. Shea, M. A. Compendium of Good Ideas on Teaching and Learning. Boulder: Faculty Teaching Excellence Program, University of Colorado. 1990. Singham, M. Moving Away froms the Authoritarian Classroom. Change, May/June 2005, 50-57. Smith, M. F., and Razzouk, N. Y. Improving Classroom Communication: The Case of the Course Syllabus. Journal of Education for Business, 1993, 68(4), 215-221. Smith, R. A. Preventing Lost Syllabi. Teaching of Psyhology, 1993, 20(2), 113. Stewart, B. Commonsense Netiquette Rules. 2000. http://www.westpagepublishing.com/ netiqucttcrules.htm Warma, S. J. Classroom Demeanor: An Excerpt From One Syllabus. Chronicle of Higher Education, March 27. 1998, 12. Woolcock.M.J., Constructing a Syllabus: A Handbook for Faculty, Teaching Assistans and Teaching Fellows. Providence, RI: Sheridan Center for Teaching and Learning, Brown University, 1997. http://www. brown.edu/Adminstration/Sheridan_Center/publications/syllabus.html.

38

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Hari-hari Pertama di Kelas

39

3
Hari-hari Pertama di Kelas

ketertarikan Anda untuk bekerja sama dengan mereka di sepanjang semester. (Sumber: Astin, 1993)

Tanganilah kekhawatiran mahasiswa. Mahasiswa memasuki kelas yang baru dengan sejumlah pertanyaan dalam dirinya: Apakah ini mata kuliah yang tepat untukku? Apakah pengajarnya tampak kompeten dan adil? Berapa banyak usaha yang akan diperlukan? Bagaimana aku akan dievaluasi? Gunakanlah hari pertama untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dan tunjukkan komitmen Anda untuk membantu mahasiswa Anda belajar. (Sumber: Forsyth, 2003) Bangun nuansa untuk keseluruhan semester. Sapalah mahasiswa Anda saat mereka
memasuki ruang kelas. Mulai dan akhiri kelas Anda tepat waktu. Dorong mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan, dan beri mereka kesempatan untuk bicara. Tinggallah dulu setelah waktu perkuliahan di kelas berakhir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, atau ajak mahasiswa untuk berjalan bersama ke luar kelas menuju ruang kantor Anda. Mahasiswa dengan pengalaman hari pertama yang positif dilaporkan memiliki tingkat motivasi yang lebih tinggi dan meraih nilai lebih tinggi pula dibandingkan mahasiswa-mahasiswa dengan pengalaman hari pertama yang negatif. (Sumber: Wilson dan Wilson, 2007)

Hari-hari pertama di kelas akan menentukan suasana keseluruhan kelas di sepanjang semester. Oleh karena itu, wajar jika mahasiswa dan pengajar sama-sama menduga-duga, merasakan semangat, kecemasan, dan ketidakpastian. Untuk menarik minat mahasiswa, sampaikanlah antusiasme Anda terhadap topik-topik yang akan dibahas di sepanjang semester. Untuk membuat mahasiswa Anda merasa nyaman, usahakanlah untuk menciptakan ruangan kelas yang santai dan terbuka, serta kondusif untuk keingintahuan dan partisipasi mahasiswa. Biarkan mahasiswa tahu apa yaang Anda harapkan dari mereka dan apa yang bisa mereka harapkan dari Anda (pengajar) dan perkuliahan ini. Saransaran berikut, yang ditujukan untuk membantu Anda dalam memulai kelas dengan awal yang baik, membahas tiga tugas penting di hari pertama: menangani tugas administratif, termasuk aturan dan prosedur perkuliahan; menciptakan suasana kelas yang positif; dan menetapkan harapan dan standar perkuliahan.

Buatlah waktu di kelas berharga. Sesuai waktu yang tersedia, mulailah masuk ke dalam materi inti atau penting. Pilihlah sebuah topik atau aktivitas yang akan melibatkan mahasiswa: tampilkan demonstrasi/contoh, sebutkan isu yang kontroversial, buatlah argumentasi yang saling bertentangan, atau mengerjakan studi kasus yang menyerupai kondisi nyata. Bersiaplah terhadap munculnya kecanggungan. Semua pengajar, terutama yang baru mulai menjadi pengajar, akan merasa canggung sebelum kelas pertamanya. Lakukanlah yang terbaik yang bisa Anda lakukan untuk menampilkan sikap yang percaya diri. Ingatlah bahwa mahasiswa Anda akan menangkap ketegangan (nervous) Anda seperti halnya energi dan antusiasme Anda. Hadir di kelas lebih awal pada hari pertama dan berbincang secara informal dengan mahasiswa Anda dapat membuat Anda lebih santai.

Strategi-strategi Umum

Kunjungilah kelas sebelum perkuliahan dimulai. Periksa terlebih dulu pencahayaan, tirai,
pengatur suhu, kontak listrik, dan ventilasi di ruangan kelas. Cobalah pula setiap peralatan (pengeras suara, layar proyektor, papan tulis) yang akan Anda gunakan nantinya dan cari tahu bagaimana cara memperoleh bantuan jika ada peralatan yang tidak berfungsi. Jika ruangannya luas, berlatihlah terlebih dulu untuk berbicara di depan kelas hingga suara Anda terdengar hingga ke ujung belakang ruangan. Pastikan pula bahwa tulisan Anda di papan bisa terbaca oleh barisan paling belakang.

Menangani Tugas-tugas Administratif


Identifikasi nama dan nomor perkuliahan serta nama Anda di layar atau papan tulis.
Ini akan menyadarkan semua mahasiswa yang salah masuk ruang kelas untuk keluar sebelum Anda memulai perkuliahan. Jika nama Anda sulit untuk dibaca/diucapkan, tuliskan pula ejaan fonetik (bunyi)-nya.

Bangun rasa kebersamaan dalam kelas. Mahasiswa belajar lebih giat dan bekerja lebih
keras dalam kelas yang memicu keingintahuan intelektualnya dan memungkinkan adanya keterlibatan dan partisipasi aktif. Untuk hari pertama di kelas, rencanakanlah kegiatan yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk saling berbincang satu sama lain, atau untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Para mahasiswa juga cenderung berusaha lebih keras jika mereka merasa bahwa mengajar memandang mereka sebagai individu-individu, dibandingkan sebagai sekumpulan wajah-wajah tak dikenal. Sejak awal, berusahalah untuk mengenal mahasiswa-mahasiswa Anda dan tunjukkanlah

Lakukan absensi, jika ukuran kelasnya memungkinkan. Panggil (absen) nama mahasiswa
berdasar buku absen dan minta mereka menandatanganinya. Berikan izin/toleransi pada mahasiswa yang datang terlambat atau memiliki urusan lain setelah Anda jika daya tampung kelas tidak bisa mengakomodasi jumlah mahasiswa yang ada. Jika departemen/ jurusan Anda tidak memiliki kebijakan terkait penanganan jumlah pendaftar kuliah

40

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Hari-hari Pertama di Kelas

41

yang berlebih, Anda dapat memberikan pilihan pada mahasiswa pascasarjana (graduate student) yang senior atau mahasiswa mayor, atau, Anda juga bisa melakukan undian. Jika perkuliahan Anda adalah mata kuliah pilihan, pertimbangkanlah untuk mengizinkan beberapa mahasiswa tambahan sebagai kompensasi dari para mahasiswa yang mungkin akan membatalkan pilihannya.

Diskusikanlah silabus perkuliahan. Lihatlah Bab 2, Silabus Perkuliahan yang Komprehensif.

Sebutkan kebijakan pendaftaran kuliah di kampus Anda. Jelaskanlah aturan mengenai daftar tunggu, batas waktu untuk pengambilan dan pembatalan pilihan mata kuliah, dan sebagainya. Cari tahu ke mana Anda dapat merujuk mahasiswa yang memiliki masalah terkait area tersebut. Jelaskan kebijakan Anda terkait kehadiran. Para peneliti telah meneliti dampak dari kehadiran mahasiswa di kelas. Para mahasiswa yang menghadiri kelas secara rutin cenderung memperoleh nilai yang lebih tinggi dari mahasiswa yang datang ke kelas secara tidak teratur (sporadis). Lebih signifikan lagi, hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran di kelas memiliki efek yang lebih signifikan terhadap performa mahasiswa secara keseluruhan dibandingkan jumlah waktu belajar di luar kelas. Ketidakhadiran (absen)-yang mana, di universitas besar dapat mencapai 40% pada hari biasa, menurut Romer (1993)-menurun jika mahasiswa merasa bahwa isi perkuliahannya relevan dengan minat dan kebutuhan mereka, ketika kualitas pengajarannya tinggi, dan ketika harapan akan kehadiran mahasiswa dikemukakan secara eksplisit. (Sumber: Gump, 2005; Marburger, 2001; Rocca, 2003; Schimdt, 1983; Wyatt, 1992) Jelaskan prosedur untuk pembagian kelas (section). Jika perkuliahan Anda memiliki pembagian kelas, pastikanlah bahwa mahasiswa-mahasiswa Anda mengetahui pada kelas yang mana mereka terdaftar, siapa pengajar dari unsur mahasiswa pascasarjana yang mengajar/membimbing, serta di mana dan kapan kelas tersebut dijadwalkan untuk berlangsung. Jelaskan pula hubungan antara perkuliahan Anda dan bagiam-bagian kelas tersebut serta bagaimana pembagian akan dijalankan. Berilah kesempatan pada para pengajar dari unsur mahasiswa pascasarjana untuk memperkenalkan dirinya sendiri. Kaji ulang setiap persyaratan untuk perkuliahan Anda. Beritahukanlah pada mahasiswa Anda, keterampilan dan pengetahuan apa yang Anda harapkan untuk mereka miliki dan apakah pengalaman atau hasil perkuliahan alternatif/pengganti dapat diterima. Apakah bantuan tersedia bagi mereka yang tidak memiliki semua keterampilan yang dipersyaratkan? Sejumlah pengajar membuat daftar tugas yang seharusnya dapat mahasiswa selesaikan jika mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dipersyaratkan, dan mengumumkan bahwa ujian-ujian awal akan melibatkan tugas-tugas tersebut. (Sumber: Brent dan Felder, 1999) Bahas keseluruhan tuntutan perkuliahan dan perkiraan beban kerjanya. Diskusikan tentang
tugas-tugas tertulis dan ujian, tuntutan-tuntutan lainnya (sebagai contoh, partisipasi di kelas, kegiatan kelompok, kegiatan lapangan), dan perkiraan Anda tentang jumlah waktu yang perlu dicurahkan mahasiswa untuk kegiatan perkuliahan di luar kelas.

Jelaskanlah kebijakan penilaian Anda. Biarkan mahasiswa Anda tahu apa yang perlu mereka lakukan untuk dapat berhasil di kelas Anda. Mahasiswa yang percaya bahwa mereka dapat berhasil di perkuliahannya, akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bekerja lebih giat, berperan lebih aktif dalam perkuliahan, dan belajar lebih banyak. Jika memungkinkan, sediakan contoh distribusi/persebaran nilai dari perkuliahan terdahulu dan jelaskan apa yang telah dilakukan oleh mahasiswa di kelas yang lalu untuk bisa memperoleh nilai A. (Sumber: Forsyth, 2003) Beritahukanlah pada mahasiswa tentang kebijakan kampus terkait kejujuran akademik.
Nyatakan harapan Anda, dan biarkan mahasiswa mengetahui tindakan apa yang dianggap atau dikategorikan sebagai perbuatan curang dan kerja sama yang tidak diperbolehkan. Lihatlah Bab 38, Mendorong Kejujuran Akademik.

Undang mahasiswa untuk datang di jam kerja Anda. Beritahu mahasiswa di mana kantor
Anda berada dan dorong mereka untuk mampir dengan membawa pertanyaan dan permasalahan terkait perkuliahan. Tanyakanlah pada mahasiswa yang membutuhkan akomodasi akademik untuk keterbatasan fisik atau kemampuan belajar, untuk bertemu Anda pada minggu pertama atau kedua dari semester tersebut. Undanglah mahasiswa yang memiliki konflik yang telah dapat diprediksi, seperti mahasiswa yang menjadi atlet atau mahasiswa yang memiliki wawancara sekolah medis, untuk bertemu Anda demi mengatur jadwal untuk ujian atau tugas susulan/pengganti.

Kaji ulang peringatan keamanan dan prosedur keadaan darurat. Jika perkuliahan Anda
membutuhkan praktik laboratorium atau kerja lapangan, kaji ulang praktik keamanan dalam penggunaan peralatan dan bahan serta diskusikan prosedur untuk keadaan darurat. Tunjukkanlah pada mahasiswa bagaimana caranya untuk menggunakan peralatan dengan aman dan tepat. Beritahukanlah pada mahasiswa apa-apa yang perlu dilakukan dalam keadaan kebakaran, tornado, badai, gempa bumi, evakuasi, atau keadaan darurat lainnya.

Rekam sesi pertemuan Anda, jika dinilai perlu. Untuk mahasiswa yang melewatkan hari
pertamanya di kelas, sediakanlah webcast atau podcast yang dapat mereka kaji ulang sendiri. Jika merekam menyulitkan, mintalah para mahasiswa yang datang terlambat untuk meminjam catatan dari teman sekelasnya.

Berikanlah tugas yang menarik pada mahasiswa yang ingin menambah kelas setelah sesi pertama atau kedua. Untuk memastikan bahwa mahasiswa tertarik pada atau
memerhatikan tugas baca yang diberikan, seorang rekan pengajar meminta mahasiswa untuk mengumpulkan lima pertanyaan ujian pilihan ganda untuk setiap sesi kelas yang mereka lewatkan.

42

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Hari-hari Pertama di Kelas

43

Menciptakan Lingkungan Kelas yang Positif


Perkenalkanlah diri Anda kepada kelas. Biarkanlah mahasiswa Anda mengetahui panggilan seperti apakah yang Anda pilih (nama depan, atau nama belakang, dengan diawali oleh gelar Dr., Profesor, Bapak, Ibu atau Mbak). Anda juga bisa sedikit berbagi tentang darimana Anda berasal, nama sekolah tempat Anda pernah belajar, bagaimana awalnya Anda bisa tertarik dengan subjek yang diajarkan, hasil publikasi dan penelitian Anda, jangka waktu Anda telah bekerja di universitas, dan alasan mengapa Anda-lah yang mengajarkan perkuliahan tersebut. Ekspresikan pula antusiasme Anda terhadap bidang dan subjek yang ditekuni. Untuk banyak mahasiswa, antusiasme pengajar terhadap materi perkuliahan adalah sumber motivasi (motivator) kunci dalam pembelajaran. (Sumber: Wolcowitz, 1984). Kumpulkanlah informasi tentang mahasiswa-mahasiswa di kelas Anda. Jika ukuran kelas
sesuai dan memungkinkan, mintalah mahasiswa untuk melengkapi sebuah kuesioner di kelas atau lewat internet/online: nama (dan nama panggilan yang mereka inginkan), kota asal, alamat selama berkuliah, alamat e-mail, nomor telepon, dan metode kontak yang dipilih, angkatan, dan bidang mayor/fakultasnya. Beberapa rekan pengajar meminta siswanya untuk mendaftar mata kuliah-mata kuliah terkait atau persyaratan-persyaratan yang telah mereka selesaikan atau perkuliahan-perkuliahan lain yang juga mereka ambil dalam semester yang sedang berlangsung; alasan mereka mendaftar di perkuliahan ini atau apa yang mereka harapkan untuk dipelajari di perkuliahan ini; rencana karier tentitif; minat di luar perkuliahan, hobi, dan pekerjaan terkini. Beberapa rekan pengajar lainnya menanyakan hal yang berbeda pada mahasiswa: Seperti apa seharusnya kelas ini tidak menjadi? Bagaimanakah kondisi yang terbaik untuk Anda belajar? Pertanyaan apakah yang paling Anda pikirkan terkait perkuliahan ini? Seberapa siapkah Anda dalam menghadapi perkuliahan ini? Sekitar berapa jam-kah waktu belajar di luar kelas yang Anda rencanakan untuk perkuliahan ini?

dulu nama mereka ketika mengajukan pertanyaan di kelas, panggil mahasiswa dengan namanya ketika Anda mengembalikan pekerjaan rumah atau hasil kuis, dan seringlah menggunakan nama mahasiswa di kelas. Walaupun Anda tidak dapat mempelajari nama semua orang, tetapi mahasiswa akan menghargai usaha yang Anda lakukan. Berikut adalah beberapa strategi lainnya untuk mempelajari nama para mahasiswa: Foto. Minta mahasiswa untuk berpose dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima mahasiswa. Publikasikan secara online foto-foto tersebut disertai nama para siswanya. Jika kampus Anda menyediakan foto dari para mahasiswa pendaftar, masukkan foto ini ke dalam file online Anda. Atau, dengan izin mahasiswa, publikasikan foto mahasiswa secara individual (sendiri-sendiri) di dalam situs Web perkuliahan. Kartu nama. Untuk kelas seminar, tempatkan kartu nama di depan setiap mahasiswa. Dalam perkuliahan di studio atau laboratorium, taruh nama mahasiswa di atas tempat kerjanya. Diagram/peta tempat duduk. Minta mahasiswa untuk duduk di kursi yang sama selama beberapa minggu pertama, dan siapkanlah peta dari tempat duduk mereka. Cobalah untuk mengingat empat atau lima nama di setiap sesi kelas. Urutan abjad. Dalam kelas yang kecil, minta mahasiswa mengatur dirinya sendiri di depan sepanjang salah satu dinding kelas, secara berurutan berdasarkan urutan abjad dari nama depannya. Perkenalan. Dalam kelas yang besar, di awal setiap periode kelas, minta enam hingga delapan mahasiswa untuk memperkenalkan dirinya sendiri. (Sumber: McGlynn, 2001; Ricci, 2004; Smith dan Malee, 1995)

Beri mahasiswa Anda kesempatan untuk mengetahui siapa saja yang ada di kelas.Minta
mahasiswa untuk mengangkat tangannya jika jawaban mereka terhadap pertanyaan yang Anda ajukan adalah ya (dan jika mereka merasa nyaman untuk membagi informasi dengan seluruh kelas). Contoh pertanyaannya meliputi tahun angkatannya di sekolah, fakultasnya, tim olah raga favoritnya, tempat kelahirannya, bahasa sehari-hari yang digunakan.

Minta mahasiswa-mahasiswa Anda untuk menuliskan surat perkenalan diri. Beberapa


pengajar meminta siswanya untuk menuliskan satu atau dua paragraf tentang diri mereka serta melampirkan foto dirinya, surat ini tidak dinilai atau dikembalikan. (Sumber: Armstrong, 2008).

Mulailah mempelajari nama para mahasiswa Anda. Mempelajari nama mahasiswamahasiswa Anda menunjukkan minat Anda terhadap unjuk kerja/performa mereka dan meningkatkan motivasi serta partisipasi mereka dalam kelas. Jika Anda memanggil/ mengabsen mahasiswa secara bergantian, tanyakanlah cara pengucapan yang benar dari nama mereka dan bagaimanakah mereka ingin dipanggil. Universitas Polikteknik Negara Bagian California, Pomona, telah mengembangkan panduan cara pengucapan nama-nama mahasiswa yang berasal dari Kamboja, Kanton, Filipina, Mandarin, Indonesia, Jepang, Korea, Thailand, dan Vietnam. Jika kelas Anda menerima mahasiswa kurang dari dua puluh atau tiga puluh mahasiswa, panggil/absen mahasiswa satu per satu secara bergantian pada beberapa pertemuan kelas untuk membantu Anda mempelajari nama para mahasiswa. Selama semester, minta mahasiswa untuk menyebutkan lebih

Minta mahasiswa untuk saling mewawancara di luar kelas. Jika perkuliahan Anda kecil dan memiliki komponen menulis, tugaskan para mahasiswa untuk menuliskan deskripsi singkat tentang teman sekelasnya. Kelas dapat menyepakati pertanyaan-pertanyaan wawancara yang akan diajukan, atau mahasiswa dapat berimprovisasi. (Sumber: SchollBuckwald, 1985) Minta kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi karakteristik pembelajaran efektif.
Pada putaran pertama, setiap kelompok menghasilkan daftar tentang tiga atau empat kebiasaan terbaik dari mahasiswa yang berhasil. Kelompok-kelompok yang ada kemudian dipasangkan untuk saling berbagi tentang daftar yang mereka miliki dan membuat kesepakatan tentang satu daftar bersama yang berisi empat kebiasaan. Kegiatan membuat daftar bersama ini dapat diulangi beberapa kali, sesuai kebutuhan, dan daftar terakhir/ final dapat diumumkan untuk seluruh kelas.

44

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Hari-hari Pertama di Kelas

45

Minta kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi karakteristik pengajaran efektif.


Pada putaran pertama, setiap kelompok menghasilkan daftar tentang tiga atau empat kebiasaan terbaik dari pengajar yang berhasil. Kelompok-kelompok yang ada kemudian dipasangkan untuk saling berbagi tentang daftar yang mereka miliki dan membuat kesepakatan tentang satu daftar bersama yang berisi empat kebiasaan. Kegiatan membuat daftar bersama ini dapat diulangi beberapa kali, sesuai kebutuhan, dan daftar terakhir/ final dapat diumumkan untuk seluruh kelas dan untuk Anda komentari.

Menetapkan Harapan dan Standar Perkuliahan


Diskusikanlah tujuan-tujuan perkuliahan. Beritahu mahasiswa Anda apa yang Anda rencanakan untuk dicapai dan mengapa, dan tanyakan apa yang ingin mereka pelajari dari Anda. Pastikan bahwa Anda bereaksi secara hati-hati terhadap kontribusi para mahasiswa. Bagaimana Anda berespons terhadap pemikiran siswa di hari pertama akan menentukan nuansa partisipasi mahasiswa di sepanjang semester. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006) Minta mahasiswa untuk membuat daftar sasaran yang mereka harapkan bisa dicapai dengan mengambil perkuliahan Anda. Minta mahasiswa, dalam kelompok kecil atau
perseorangan, untuk mendaftar dua atau tiga sasaran dalam bentuk pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, minat, atau sikap. Mahasiswa juga dapat mengurutkan sasarannya tersebut berdasarkan tingkat kesulitan pencapaiannya, menurut mereka. Gunakanlah daftar tersebut untuk mengetahui minat kelas dan area yang kemungkinan menjadi masalah. (Sumber: Angelo dan Cross, 1993)

Pertimbangkanlah untuk menggunakan kegiatan pemecah kebekuan (icebreaker).


Icebreaker dapat menolong orang untuk saling mengenal satu sama lain dan membuat mahasiswa terlibat dalam kelas dengan cepat. Meskipun demikian, penelitian mengungkapkan bahwa ada kemungkinan mahasiswa tidak menyukai icebreaker (Perlman dan McCann, 1999) karena mereka telah terlibat dalam icebreaker di berbagai bagian kehidupan kampusnya, dan dapat mengalami kelelahan terhadap icebreaker (Lang, 2008). Jika Anda memutuskan untuk menggunakan icebreaker, Anda perlu memastikan bahwa ini tidak akan membuat para mahasiswa merasa tidak nyaman atau membongkar informasi yang tidak ingin mereka bagi. Mengaitkan icebreaker Anda dengan isi perkuliahan mungkin dapat membuat kegiatan tersebut menjadi lebih menyenangkan bagi mahasiswa. Berikut adalah sejumlah contoh icebreaker yang dikumpulkan dari Web: Sahabat Ulang Tahun (Birthday buddies). Minta mahasiswa untuk menemukan seseorang dalam kelas yang hari ulang tahunnya paling dekat dengan hari ulang tahun mereka (hari dan bulannya saja). Kemudian, minta pasangan yang terbentuk untuk menemukan dua kesamaan mereka yang terkait akademik atau perkuliahan. Menemukan seseorang (Find Someone). Para mahasiswa menuliskan tiga pernyataan terkait isi perkuliahan di satu kartu kecil, seperti Biologi laut telah menjadi minatku sejak aku mengunjungi Akuarium Monterey ketika aku berusia 12 tahun; Saya adalah penyelam scuba yang tersertifikasi;Di Hawaii, aku pernah berenang bersama dengan lumba-lumba. Kartu-kartu tersebut kemudian dibagikan sehingga tidak ada yang memegang miliknya sendiri. Kemudian, para mahasiswa berkeliling untuk mencari dan menemukan orang yang memegang kartu mereka. Betul atau salah (True or false). Para mahasiswa menuliskan tiga pernyataan tentang diri mereka: satu di antaranya betul dan dua lainnya salah. Dalam kelompok kecil, para mahasiswa harus menentukan manakah pernyataan yang betul dari setiap orang.

Jelaskan bagaimana usulan Anda tentang cara penggunaan waktu di kelas. Bagaimana sesi-sesi akan dilaksanakan? Bagaimana diskusi akan diatur? Akankah ada waktu khusus yang disediakan untuk sesi pertanyaan, atau bolehkah mahasiswa mengajukan pertanyaan setiap kali pertanyaan itu terpikir? Haruskah pertanyaan yang membutuhkan waktu panjang dalam menjawabnya disimpan untuk waktu kerja di luar kelas? Berilah mahasiswa Anda saran tentang cara untuk berhasil di kelas Anda. Diskusikanlah strategi-strategi untuk menguasai materi dan untuk proses belajar, serta berilah contoh-contoh pertanyaan yang mungkin mahasiswa pikirkan. Beritahu mahasiswa berapa banyak waktu yang akan perlu mereka sediakan untuk belajar demi perkuliahan, dan biarkan mereka mengetahui tentang jasa dukungan akademik di kampus. Beberapa rekan pengajar memberikan saran-saran yang berasal dari para mahasiswa mata kuliah ini di periode sebelumnya. Jika Anda mengajar perkuliahan yang menerima pendaftar dalam jumlah besar, Anda dapat menyebutkan hasil temuan penelitian tentang lokasi duduk dan performa dalam perkuliahan: para mahasiswa yang duduk di dekat bagian depan ruang kelas memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapat nilai A dibandingkan mahasiswa yang duduk di bagian belakang ruangan, dan mahasiswa yang memilih untuk duduk di belakang, tetapi kemudian maju ke depan cenderung untuk menerima nilai yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tetap duduk di belakang. (Sumber: Benedict dan Hoag, 2004; Brent dan Felder, 1999; Brinthaupt, 2004; Perkins dan Wieman, 2005). Berilah ujian awal atau survei singkat untuk mendiagnosis. Administrasikan latihan soal yang singkat, memiliki skor, tetapi tidak masuk ke dalam penilaian, yang akan menunjukkan pada Anda dan mahasiswa Anda, topik atau keterampilan apa saja yang telah mereka kuasai. Beberapa disiplin ilmu sains telah banyak menggunakan tes/ujian diagnostik (sebagai contoh, Inventori Konsep Kekuatan dalam Fisika/the Force Concept Inventory in Physics dan Tes Diagnostik Kimia California/the California Chemistry Diagnostic Test). Survei Pengetahuan/The Knowledge Survey dari Pusat Sumber Pendidikan Sains (the

Bagikanlah data kelas. Dengan persetujuan para mahasiswa, publikasikan secara online
data kelas dan informasi kontak. Dorong mahasiswa untuk menghubungi teman sekelasnya tentang kelas yang terlewat, pekerjaan rumah, dan kelompok belajar. Atau, mintalah para mahasiswa untuk saling bertukar informasi kontak dengan dua atau tiga teman sekelasnya.

46

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Hari-hari Pertama di Kelas

47

Science Education Resource Center/SERC) di Carleton College meminta siswanya untuk menilai tingkat kepercayaan dirinya dalam beragam topik perkuliahan. Jika bidang Anda tidak memiliki tes yang terstandar, Anda dapat mengembangkan tes buatan Anda sendiri. Sebagai contoh, Anda dapat menciptakan daftar konsep, fakta, dan angka kunci, atau ide-ide utama, dan minta mahasiswa untuk menentukan seberapa familiar mereka dengan masing-masing hal tersebut. Atau Anda dapat meminta mahasiswa menyelesaikan permasalahan, mendefinisikan istilah, dan menyelesaikan pertanyaan dengan jawaban singkat. Dalam perkuliahan menulis, Anda dapat menugaskan mahasiswa untuk membuat esai/karangan singkat yang dapat membantu Anda memahami kekuatan dan kelemahan mahasiswa. Ujian awal diagnostik atau survei pengetahuan dapat digunakan dalam beragam cara. Beberapa pengajar memberikan latihan soal yang sama di akhir semester lalu mengembalikan hasil ujian awal pada mahasiswa sehingga mereka bisa melakukan perbandingan. Pengajar lainnya meminta mahasiswa untuk mengerjakan ujian tanpa menuliskan nama (anonim), dan beberapa pengajar memberikan jawabannya di pertemuan-pertemuan berikutnya sehingga mahasiswa dapat mengukur kesiapan mereka untuk mengikuti perkuliahan ini. Beberapa pengajar memasukkan pula pertanyaan untuk mengukur motivasi dan kebiasaan belajar mahasiswa, apalagi karena para mahasiswa yang mendapatkan hasil buruk di tes diagnostik bisa saja menunjukkan performa yang baik di kelas selama mereka memperoleh dukungan akademik yang memadai dan belajar dengan disiplin. (Sumber: Eckert dkk., 1997; Lang, 2008; Nuhfer dan Knipp, 2003; Ochs, 1998)

contoh sehari-hari: mengayunkan tangkai pemukul golf, memandang cermin, menjatuhkan helaian bulu. Seorang pengajar Sosiologi menggunakan demonstrasi untuk menunjukkan bagaimana konteks dapat didefinisikan dengan meminta seorang mahasiswa meletakkan sedikit air liurnya di sendok steril. Pengajar kemudian menanyakan apakah ada mahasiswa yang mau menelan air liur di sendok tersebut. Ketika semua mahasiswa menolak, pengajar tersebut kemudian mengajak berdiskusi tentang bagaimana berbagi minuman dari gelas/kaleng yang sama atau berciuman adalah pertukaran air liur yang dapat diterima, tetapi menelan satu sendok air liur tidak. Pengajar Kimia menjelaskan sebuah studi kasus tentang penemuan zat berbentuk bubuk putih di dekat produk pembersih alat rumah tangga dan bubuk berbentuk kristal tak berbau di ruang makanan. Para mahasiswa kemudian diminta untuk menjelaskan percobaan/eksperimen yang akan membantu mereka mengetahui bahan atau zat apakah itu.

Berilah tugas untuk sesi berikutnya. Dengan segera bergerak menuju topik perkuliahan yang pertama, Anda menunjukkan pada mahasiswa bahwa perkuliahan Anda terorganisasi dengan baik dan memiliki pengaturan waktu yang baik pula. Meskipun demikian, hindarilah memberikan tugas untuk dinilai, karena mahasiswa bisa saja baru akan mengambil atau membatalkan mengikuti perkuliahan Anda di minggu pertama atau kedua. (Sumber: Povlacs, 1986) Minta mahasiswa untuk menuliskan reaksi mereka terhadap pertemuan hari pertama.
Sediakan dua menit di akhir sesi pertemuan di kelas untuk meminta mahasiswa menuliskan komentar tanpa menuliskan nama tentang apa yang telah berjalan baik dan pertanyaan atau kekhawatiran apa yang mereka miliki terkait perkuliahan tersebut. Periksa komentar-komentar mahasiswa dan umumkan kembali pada mahasiswa di pertemuan berikutnya, koreksi setiap pemikiran yang keliru atau tidak akurat. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Minta mahasiswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Mulailah untuk mengajarkan mahasiswa bagaimana untuk berpartisipasi di kelas Anda. Melibatkan mahasiswa dalam tugas perkuliahan di sesi pertama akan memberikan gambaran pada mereka tentang seperti apa kelas Anda nantinya. Berikut adalah beberapa saran dari pengajar di beragam bidang (Brent dan Felder, 1999; Erickson dkk., 2006; Henderson dan Mirafzal, 1999; Higgins, 1999; Keeports, 2000; Scholl-Buckwald, 1985):
Beberapa pengajar memilih kata-kata kunci dari judul perkuliahan, meminta mahasiswa untuk mengajukan ide-ide yang terkait, dan menggunakan respons para mahasiswa tersebut untuk memberikan gambaran singkat tematik dari perkuliahan. Seorang pengajar Sosiologi meminta sekelompok kecil mahasiswa untuk membuat daftar tentang 10 (sepuluh) kejadian (atau orang) paling penting dalam sejarah. Setelah sepuluh hingga lima belas menit, jawaban kelompok dituliskan di papan tulis untuk menjadi bahan diskusi dan interpretasi. Seorang pengajar bahasa Inggris membagi kelasnya menjadi kelompok-kelompok kecil dan memberikan setiap anggota kelompok satu kalimat dari puisi, kemudian kelompok diminta untuk menyusunnya. Seorang pengajar Fisika mendiskusikan dengan kelasnya bagaimana observasi/ pengamatan biasa dapat mengarahkan pada kesimpulan yang salah tentang gravitasi, kecepatan, kondisi diam (inertia), dan hukum alam lainnya, dengan menggunakan

Daftar Referensi
Angelo, T. A., and Cross, K. P . Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Armstrong; J. Write Me a Letter: Challenging Anonymity in Large-Enrollment Classes. College Teaching, 2008, 56(1), 63. Astin, A. W. What Matteis in College.? Four Critical Years Revisited. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Benedict, M. E., and Hoag, J. Seating Location in Large Lectures: Are Seating Preferences or Location Related to Course Performance?, Journal of Economic Education, 2004, 35(3), 215-231. Brent, R., and Felder, R. M. Its a Start. College Teaching. 1999, 47(1), 14-18. Brinthaupt; T M. Providing a Realistic Course Preview to Students. Teaching of Psychology, 2004, 31(2), 109-106. Eckert, C. M., Bower, D. J., Hinkle, A. J., Stiff, K. S., and Davis, A. R. Students Knowledge and Faculty Members Expectations: The Case for Classroom Assessment. Teaching Sociology, 1997, 25(2), 150-159.

48

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan


Erickson, B.L., Peters, C. B., and Strommer, D. W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Gump, S. E. The Cost of Cutting Class: Attendance as a Predictor of Student Success. College Teaching, 2005, 53(1), 21-26. Henderson, L. L., and Mirafzal, G. A. A First-Class Meeting Exercise for General Chemistry: Introduction to Chemistry through an Experimental Tour. Journal of Chemical Education, 1999, 76(9), 1221 -1223. Higgins, P . Unconventional First Days: Encouraging Students to Wonder about Social Life and Learning. Teaching Sociology. 1999, 27(3), 258-263. Keeports, D. Addressing Physical IntuitionA First Day Event. The Physics Teacher, 2000, 38(5), 318-319. Lang, J. M. On Course: A Week-By-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. Marburger, D. R. Absenteeism and Undergraduate Exam Performance. Journal of Economic Education, 2001, 32(2), 99 -109. McGlynn, A. P . Succesful Beginnings for College Teaching: Engaging Your Students from the First Day. Madison, WI: Atwood, 2001. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin. 2006. Nuhfer, E., and Knipp, D. The Knowledge Survey: A Tool for All Reasons. In C. M. Wehlburg and S. Chadwick-Blossey (Eds.), To Improve the Academy. Vol. 21. San Francisco: Jossey-Bass/Anker, 2003. Ochs, R. S. The First-Day Quiz as a Teaching Technique. Journal of Chemical Education, 1998, 75(4), 401-403. Perkins, K. K., and Wieman, C. E. The Surprising Impact of Seat Location on Student Performance. The Physics Teacher, 2005, 43(1), 30-33. Perlman, B., and McCann, L. I. Student Perspectives on the First Day of Class. Teaching of Psychology, 1999, 26(4), 277-279. Povlacs, J.T, 101 Things You Can Do the First Three Weeks of Class. Teaching at the University of Nebraska, Lincoln, 1986, 8(1), 1-4. (Newsletter available from the Teaching and Learning Center, University of Nebraska, Lincoln). Ricci, C. W The Impacts of Professors Knowledge of Students Names. Journal on Excellence in College Teaching, 2004, 15(3), 85-104. Rocca, K. A. Student Attendance: A Comprehensive Literature Review. Journal on Excellence in College Teaching, 2003, 14(1), 85-107. Romer, D. Do Students Go to Class? Should They? Journal of Economic Perspectives, Summer 1993, 7(3), 167-174. Schmidt, R. M. Who Maximizes What? A Study in Student Time Allocation. American Economic Review, May 1983, 73(2), 23-28. Scholl-Buckwald, S. The First Meeting of the Class. In J. Katz (Ed.), Teaching As Though Students Mattered. New Directions for Teaching arid Learning, no. 21. San Francisco: Jossey-Bass, 1985, pp. 13-21. Smith, D. H., and Malec, M. M. Learning Students Names in Sociology Classes: Interactive Tactics, Who Uses Them, and When. Teaching Sociology, 1995, 23(3), 280-286.

Hari-hari Pertama di Kelas


49

Wilson, J. H., and Wilson, S. B. The First Day of Class Affects Student Motivation: An Experimental Study. Teaching of Psychology, 2007, 34(4); 226-230. Wolcowitz, J. The First Day of Class. In M. M. Gullette (Ed.), The Art and Craft of Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 1984. Wyatt, G. Skipping Class: An Analysis of Absenteeism among First-Year College Students. Teaching Sociology, 1992, 20(3), 201-207.

50

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Aturan dan Perilaku dalam Kelas

51

4
Aturan dan Perilaku dalam Kelas

Tekankanlah pentingnya ketertiban/kesopanan. Bantulah mahasiswa untuk menyadari akibat dari tindakan mereka pada orang lain. Berbagilah tanggung jawab untuk menjaga norma dengan para mahasiswa; beritahukanlah pada mahasiswa bahwa mereka berhak untuk mengingatkan mahasiswa lain yang banyak bicara agar tenang. (Sumber: Forsyth, 2003) Berikanlah contoh yang baik. Para peneliti telah menemukan perilaku-perilaku pengajar yang dapat memberikan kesan negatif pada para mahasiswa serta memengaruhi perkembangan akademik dan intelektual mereka. (Braxtou, dkk., 2004; Butmer, 2004):
Persiapan yang tidak memadai. Kegagalan untuk memesan buku teks atau reader yang dibutuhkan secara tepat waktu, komunikasi yang tidak memadai tentang tanggal batas pengumpulan tugas atau tentang kebijakan terkait ujian yang terlewat atau ujian pengganti; silabus yang belum selesai. Buruknya interaksi dengan mahasiswa dalam kelas. Memperlakukan mahasiswa dengan cara yang mempermalukan, tidak peka atau tidak baik; menjatuhkan mental mahasiswa di depan seluruh kelas. Kurangnya integritas. Memberi nilai tugas mahasiswa berdasarkan suatu kriteria terstandar, dan bukan sekadar kebaikan; memperlakukan mahasiswa dengan tidak adil. Kegagalan untuk menyediakan bantuan. Mengabaikan pertanyaan mahasiswa atau bereaksi dengan marah atau membela diri saat ditentang atau dipertanyakan; menolak untuk memberi bantuan terkait tugas Berulang kali datang terlambat, mengadalan kelas hingga lewat waktunya, atau mengakhiri kelas lebih cepat.

Feldman (2001: 137) mendefinisikan perilaku merugikan dalam kelas sebagai setiap tindakan yang mengganggu atmosfer belajar yang harmonis dan kooperatif dalam kelas. Contoh dari perilaku mahasiswa yang merugikan adalah tindakan mengganggu orang lain, seperti datang terlambat atau pulang lebih cepat; merapikan buku sebelum kelas berakhir; tidur di kelas; membaca koran; makan atau minum dengan berisik; memeriksa situs jejaring sosial atau berbelanja atau bermain di laptop; berkirim pesan singkat (SMS) dengan telepon genggam, berbincang-bincang tentang hal di luar perkuliahan; atau menampilkan sikap melawan secara terang-terangan terhadap aturan dan prosedur perkuliahan.

Saran-saran berikut ini dimaksudkan untuk membantu Anda menjaga nuansa keteraturan/kesopanan dalam kelas Anda. Ketika terjadi pelanggaran/ketidaksopanan, Anda perlu segera menyatakannya; semakin lama suatu tindakan yang salah dibiarkan terjadi, maka akan semakin sulit untuk menghentikannya. (Sorcinelli, 1994)

Strategi-strategi Umum
Jelaskan dan distribusikan aturan perkuliahan pada permulaan semester. Beberapa pengajar menghabiskan sejumlah waktu di pertemuan pertama di kelas untuk menghasilkan panduan kelas mengenai perilaku apa yang dapat dan tak dapat diterima. Pertimbangkanlah untuk meminta para mahasiswa dalam kelompok kecil untuk memberikan contoh perilaku spesifik yang menunjukkan usaha terbaik dan saling menghargai. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menjadi lebih tertib dan sopan jika mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan peraturan mereka sendiri beserta sanksinya. Beberapa pengajar lainnya menetapkan sendiri standar mereka dan menjelaskan detailnya di silabus dan situs Web perkuliahannya. Tetapkanlah hanya aturan dan sangsi yang memang Anda sendiri setujui dan sanggup melaksanakan. Adalah lebih baik untuk tegas di awal dan kemudian melonggarkan kebijakan Anda dibandingkan berusaha untuk memaksakan aturan yang lebih ketat seiring berjalannya waktu di semester tersebut. (Sumber: Bayer, 2004; DiClementi dan Handelsman, 2005)

Menangani Pelanggaran dan Ketidaksopanan


Hadapailah pelanggaran secara cepat dan konsisten. Merespons dengan segera dan konsisten terhadap perilaku yang salah akan mengurangi timbulnya kembali pelanggaran di masa datang. Cobalah untuk mengevaluasi kerangka berpikir (misalnya tidak terlibat, tidak tertarik, tidak hormat, merugikan, menyimpang, mengganggu) dan intensi mahasiswa. Tegur mahasiswa dengan sopan dan tenang, sebutkan apa perilakunya yang mengganggu, dan beritahukanlah dengan jelas instruksi atau pilihan tentang perilaku yang Anda ingin mahasiswa lakukan. Jika permasalahannya lebih kompleks/rumit, minta mahasiswa tersebut untuk menemui Anda di luar kelas pada jam kerja (Sumber: Boice, 1996; Feldmann, 2001; Gonzalez dan Lpez, 2001) Antisipasi adanya masalah dari bagian belakang ruangan. Bagian belakang kelas, sejak lama telah menjadi tempat berkumpulnya para mahasiswa yang bosan dan berperilaku mengganggu. Jika kelas Anda memiliki banyak kursi kosong/tidak digunakan, mintalah mahasiswa untuk duduk hanya di beberapa baris kursi pertama saja, dimulai dari barisan kursi yang paling depan. Nyatakan hasil penelitian yang menemukan bahwa mahasiswa yang duduk di baris depan biasanya memperoleh nilai yang lebih tinggi. Atau Anda juga

52

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Aturan dan Perilaku dalam Kelas

53

bisa mempertimbangkan untuk meminta mahasiswa mengubah posisi tempat duduknya secara berkala, mintalah mahasiswa yang duduk di belakang untuk pindah duduk ke depan di pertemuan berikutnya. (Sumber: Benedict dan Hoag, 2004; McKeachie dan Svinicki, 2006; Perkins dan Wieman, 2005)

Buatlah pengganggu ketertiban sadar akan adanya masalah. Mahasiswa yang meng ganggu bisa jadi tidak menyadari akan masalah yang mereka sebabkan. Untuk memotong perbincangan yang tidak terkait perkuliahan, Anda bisa bergerak ke arah mahasiswa yang sedang berbincang, membuat kontak mata; atau bertanya pada mahasiswa apakah mereka bersedia membagi pemikirannya dengan seluruh kelas, atau Anda dapat berhenti bicara sejenak hingga semua orang diam dan katakanlah, Ketika orang berbicara tentang hal lain, sulit bagi yang lainnya untuk berkonsentrasi. Tolong disimpan dulu saja untuk nanti, di luar kelas. Untuk mencegah para pemilik laptop bermain permainan online, mengunduh atau memeriksa Facebook atau YouTube, dan sejenisnya, biarkan mahasiswa tahu bahwa hal tersebut mengganggu orang lain yang duduk di belakang dan di samping mereka. (Untuk lebih banyak lagi saran terkait etika laptop, lihatlah Bab 33, Belajar Melalui Telepon Genggam) Minta pula mahasiswa untuk mematikan bunyi telepon genggam/handphone-nya. Monitorlah mahasiswa yang masuk dan keluar. Beberapa pengajar menyarankan siswanya untuk duduk di kursi dekat pintu jika mereka datang terlambat atau berencana untuk keluar kelas lebih dulu. Seorang pengajar mengurangi keterlambatan datang dengan memanggil nama mahasiswa yang terlambat sebelum dia duduk, dan mengajukan pertanyaan, dengan cara yang baik, tentang suatu hal yang masih relevan dengan perkuliahan terkait pengalaman pribadi mahasiswa, yang kemudian diikuti dengan lebih banyak pertanyaan terkait pada mahasiswa tersebut. (Sumber: Carbone, 1999) Sadari emosi negatif, tetapi jangan bahas hal tersebut di kelas. Ketika pelanggaran/
ketidaksopanan mahasiswa ditandai lebih dulu dengan munculnya emosi negatif, tunjukkan empati Anda dengan menyebutkan perasaan tersebut (Saya rasa kamu marah karena kamu merasa ini tidak adil), dan ajak mahasiswa untuk mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Anda setelah kelas berakhir. Hindarkan diri dari menunjukkan rasa marah, tidak sabar, atau sikap bermusuhan. (Sumber: Meyers, 2003)

Tanganilah konsumen yang penggerutu. Beberapa mahasiswa merasa, karena mereka telah membayar biaya kuliah, bahwa Anda adalah penyedia jasa, dan keinginan mereka harus didahulukan dibanding aturan dalam kelas Anda. Jangan memperbesar argumentasi semacam itu di kelas, tetapi undanglah mahasiswa untuk menemui Anda secara pribadi. Pada saat itulah, Anda beritahukan padanya peranan dan tanggung jawab Anda terhadap semua mahasiswa di kelas dan bagaimana Anda memandang peranan Anda dalam kaitannya dengan mahasiswa (misalnya, sebagai ahli dan pembelajar, bukan penyedia jasa dan konsumen). Persiapkan diri terhadap keluhan lewat dunia maya, tetapi tetapkan batasannya. Blog
dan situs Web, seperti YouTube dan Facebook memberi mahasiswa jalan baru untuk menilai/menganalisis dan berekspresi terkait pengajar dan perkuliahannya. Cobalah untuk menerima setiap komentar negatif dengan humor yang baik. Biarkanlah mahasiswa Anda mengetahui jika kampus atau universitas Anda memiliki kebijakan yang melarang untuk merekam/mem-film-kan pengajar dalam kelas tanpa izin atau jika hukum di daerah Anda juga menyatakan bahwa merekam seseorang secara diam-diam adalah ilegal/ melanggar hukum. Ketika keluhan menyebar menjadi ancaman, tekanan, atau perilaku yang merugikan, atau jika mahasiswa menirukan atau memeragakan Anda secara online, bawalah permasalahan ini pada pimpinan jurusan/departemen. (Sumber: Summerville dan Fischetti, 2005)

Jelaskan proses pengaduan keluhan mahasiswa. Semua kampus seharusnya telah memiliki prosedur/tata cara untuk menyelidiki keluhan dan kekhawatiran mahasiswa, jika memang tidak bisa diselesaikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Cari tahulah tentang proses ini di kampus Anda, dan, jika diperlukan, rujuk mahasiswa ke pihak/sumber daya yang sesuai. Hal yang sama juga berlaku untuk Anda, cari tahulah pilihan atau solusi apa yang kampus Anda miliki untuk pengajar yang menghadapi mahasiswa yang tidak bersahabat, tidak patuh, dan agresif.

Mengajar pada Saat Krisis dan Tragedi


Pikirkanlah tentang bagaimana Anda dapat membantu mahasiswa menghadapi dan mengatasi kejadian tragis. Krisis internasional, penyerangan bersenjata di kampus,
bencana alam, kematian tak terduga dari seorang rekan mahasiswa atau pengajar, dan peristiwa-peristiwa lainnya dapat menyebabkan penyelenggaraan kelas seperti biasa menjadi sulit. Penelitian yang dilaksanakan setelah tanggal 11 September 2001 menemukan bahwa di beberapa kampus Amerika, kurang dari dua per tiga pengajar menyebutkan tentang serangan teroris di kelas, dan ketidakpekaan ini mengejutkan, mengganggu, dan mengecewakan sebagian besar mahasiswa. Para mahasiswa menyatakan bahwa mereka merasa bersyukur dan terbantu ketika pengajar mengakui adanya tragedi tersebut dan menceritakan bagaimana itu memengaruhi diri mereka. (Sumber: Huston dan DiPietro, 2007)

Bicaralah dengan mahasiswa secara pribadi. Dalam kelas, implementasi-kanlah aturan


Anda. Jika diperlukan, aturlah pertemuan di luar kelas untuk berbincang secara pribadi dengan mahasiswa yang mengganggu/melanggar, baik di tempat yang netral atau di kantor Anda. Jelaskan permasalahannya menurut sudut pandang Anda dan tanyakanlah sudut pandang mahasiswa. Jika mahasiswa menjadi agresif, gelisah, dan sangat membela diri (difensif), hentikanlah perbincangan dan atur pertemuan di lain waktu. Carilah persamaan dalam kaitannya dengan minat mahasiswa dan alasanalasan yang mendasari mahasiswa mengambil mata kuliah tersebut. (Sumber: Downs, 1992)

Jika diperlukan, batalkanlah kelas. Jika Anda merasa ragu tentang pembatalan kelas, pastikanlah terlebih dulu dengan kepala departemen/jurusan Anda. Jika Anda tidak

54

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

Aturan dan Perilaku dalam Kelas

55

bisa memberitahu semua mahasiswa dalam kelas Anda sebelum hari H-nya, datanglah ke kelas sesuai jadwal dan jelaskan pada mahasiswa yang hadir tentang mengapa Anda membatalkan kelas-jangan hanya menempelkan catatan di pintu kelas. Beritahukan pada mahasiswa tentang sumber daya kampus apa saja yang tersedia untuk mereka, dan tetaplah berada di kampus untuk menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin mereka miliki.

Saat Anda bertemu dengan mahasiswa di kelas, akuilah tentang terjadinya tragedi tersebut.
Beberapa pengajar menyebutkan tentang peristiwa tragis tersebut, tetapi memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut di kelas; beberapa pengajar lainnya meluangkan sejenak waktu di kelas untuk melakukan pembahasan. Beberapa pengajar lainnya lagi menanyakan pada mahasiswa di awal sesi perkuliahan, apakah mereka mau membahas kejadian itu pada sebagian waktu di sesi pertemuan tersebut. Beberapa pengajar bahkan mengundang mahasiswa-mahasiswa yang khawatir untuk datang menemuinya di waktu khusus selama jam kerja.

Beberapa mahasiswa Anda mungkin ingin membicarakan dan berusaha memahami tentang apa yang telah terjadi, sementara yang lainnya mungkin akan merasa bahwa membicarakan dan mendengarkan tentang hal itu akan membuat mereka marah atau sedih. Beberapa mahasiswa mungkin akan mengungkapkan perasaannya, sedangkan yang lainnya mungkin akan merasa tidak nyaman dengan hal tersebut, dan mahasiswa yang lain mungkin akan lebih terbuka untuk menjalankan kembali rutinitas seperti biasa yang dapat memberikan rasa aman. Cobalah untuk membuka dan menutup sesi pertemuan dengan catatan yang mendukung; misalnya Anda dapat memulai dengan menjelaskan alasan Anda melaksanakan diskusi tersebut dan mengakhiri dengan memberitahu mahasiswa bagaimana mereka bisa melanjutkan diskusi tersebut di lokasi kampus lainnya. Bantu kelas Anda untuk menetapkan aturan dasar diskusinya: saling menghormati setiap sudut pandang, termasuk pilihan mahasiswa yang ingin untuk diam saja; menghindari spekulasi dan gosip/kabar burung; saling mengingatkan dengan sopan untuk tidak memonopoli pembicaraan. Para ahli juga memberikan beberapa panduan lainnya: Ajukan satu atau dua pertanyaan untuk memulai diskusi: Mengapa hal ini sulit untuk dibicarakan? Dalam cara seperti apa kamu dipengaruhi oleh peristiwa ini? Bagaimana kira-kira peristiwa ini memengaruhi tindakan dan perilakumu di masa datang? Pertanyaan dan ketakutan apa yang kau miliki? Bagaimana kamu bisa menjadi lebih terinformasi? Tindakan positif apa yang bisa dilakukan tiap orang sebagai reaksi terhadap peristiwa ini? Perimbanglah aspek intelektual dan emosional dari diskusi dan bantulah mahasiswa untuk membedakan antara keduanya. Persilakan mahasiswa yang tidak ingin berpartisipasi dalam diskusi untuk meninggalkan kelas. Berilah kesempatan mahasiswa untuk mencatat sebelum bicara. Hentikanlah diskusi jika sudah mulai menyimpang ke arah yang tidak produktif. (Sumber: situs Web Universitas Michigan, Universitas Washington, Universitas Vanderbilt, Universitas California, Berkeley)

Berikut adalah sejumlah cara lain yang dapat dilakukan pengajar sebagai respons terhadap peristiwa tragis: Menyisihkan sedikit waktu untuk mengheningkan cipta, mengenang para korban. Membacakan puisi atau bagian dari buku yang inspirasional atau menenangkan. Mengumpulkan tanda tangan dan mengirimkan kartu untuk para mahasiswa di kampus yang terkena pengaruhnya. Mengumumkan informasi tentang kontak pusat konseling di kampus, sehingga mahasiswa mengetahui bahwa ada sumber daya yang tersedia. Tundalah ujian; perpanjang batas waktu untuk tugas dan pekerjaan rumah. Ubahlah silabus untuk beberapa minggu setelahnya demi mengakomodasi beban kerja yang dikurangi. Minta mahasiswa untuk menuliskan perasaan dan reaksinya. Ceritakan pada mahasiswa acara penyalaan lilin dan kegiatan peringatan (memorial) lainnya. Beritahu mahasiswa tentang berbagai cara untuk membantu (donor darah, mengumpulkan sumbangan, menjadi sukarelawan). Bahas ulang dengan mahasiswa prosedur/tata cara untuk keadaan darurat dan keamanan.

Jika sesuai dan diperlukan, kembangkanlah tugas kelas yang berkaitan dengan bencana/ tragedi. Beberapa pengajar meminta para siswanya untuk mengumpulkan sejumlah
surat kabar dari berbagai penjuru dunia dan memeriksa sikap yang diekspresikan dalam berita mereka tentang peristiwa tersebut; untuk mengikuti secara online pemberitaan yang dilakukan oleh satu atau dua surat kabar selama beberapa hari perkuliahan; untuk menulis sebuah catatan/memoar tentang tanggapan mereka sendiri terhadap peristiwa tersebut, dengan pemikiran bahwa mereka mungkin akan membaca kembali cerita mereka tersebut pada dua puluh lima atau tiga puluh tahun mendatang.

Sadarilah bahwa beberapa mahasiswa mungkin membutuhkan dukungan lebih. Beberapa mahasiswa mungkin terpengaruh secara pribadi oleh kejadian lokal, nasional, atau internasional, dan mereka mungkin membutuhkan rujukan, jasa psikologis, perpanjangan waktu pengerjaan tugas untuk mengakomodasi rencana perjalanan yang mendadak. Jika Anda membahas kejadian tersebut di kelas, dorong mahasiswa untuk menjadi pendengar/pemerhati yang empatik. Mulailah diskusi dengan menyatakan bahwa
manusia memiliki berbagai cara untuk mengatasi krisis dan semuanya itu sah.

Berjuanglah untuk mengembalikan suasana/nuansa yang normal. Cobalah untuk menghindari menampilkan reaksi yang berlebihan terhadap peristiwa bencana. Berita-

56

BAGIAN I: Persiapan Perkuliahan

hukanlah pada mahasiswa bahwa tahun ajaran perkuliahan akan tetap berlangsung. Dukung kembali mereka jika mereka memiliki masalah untuk berkonsentrasi, dan minta mereka untuk berbicara dengan Anda terkait pilihan yang dimiliki terkait penyelesaian semesternya.

Daftar Referensi
Bayer, A.E. "Promulgating Statements of Student Rights and Responsibilities." New Directions for Teaching and Learning. no. 99. San Francisco: Jossy-Bass, 2004, pp. 77-87. Benedict, M.E., and Hoag. J. "Seating Location in Large Letures: Are Seating Preferences or Location Related to Course Performance?" Journal of Economic Education, 2004, 35(3), 215-231. Boice, B. "Classrom Incivilities." Research in Higher Education, 1996, 37(4). Braxton, J.M., Bayer, A.E., and Noseworthy, J.A. "The Influence of Teaching Norm Violations on the Welfare of Students as Clients of College Teaching." New Directions for Teaching and Learning, no, 99. San Francisco: Jossey-Bass, 2004, 41-46. Buttner, E.H. "How Do We 'Dis' Students? A Model of (Dis) respectful Business Instructor Behavior." Journal of Management Education, 2004, 28(3), 319-334. Carbone, E. "Students Behaving Badly in Large Classes." In S. M. Richarson (Ed)., Promoting Civility: A Teaching Challenge, New Directions for Teaching and Learning, no. 77. San Fransisco: JosseyBass, 1999. DiClementi, J.D., and Handelsman,M.M. "Emprowering Students: Class-Generated Course Rules." Teaching of Psychology, 2005, 32(1), 18-21. Downs J.R. "Dealing with Hostile and Oppositional Students." College Teaching, 1992, 40(3), 106108. Feldman, L.J. "Classroom Civility Is Another of Our Instructor Responsibilities." College Teaching, 2001, 49(4), 137-140. Forsyth, D.R. The Professor's Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: America Psyhological Association, 2003. Gonzalez, V., and Lopez, E. "The Age of Incivility: Countering Disruptive Behavior in the Classroom." AAHE Bulletin, April 2001. Huston, T.A., and DiPietro, M. In the Eye of the Storm: Studens' Perceptions of Helpful Faculty Actions Following a Collective Tragedy. In D.R. Rovertson and L.B. Nilson (Eds.), To Improve the Academy. Vol. 25. San Francisco: Jossey-Bass?Anker, 2007. McKeachie, W.J., and Svinicki, M. McKeachie's Teaching Tips. (12th ed.). Boston: Houghton Mifflin. 2006. Meyers, S.A., "Strategies to Prevent and Reduce Conflict in College Classroom." College Teaching, 2003, 51(3), 94-98. Perkins, K.K., and Wieman, C.E. "The Surprising Impact of Seat Location on Student Performance." The Physics Teacher, 2005, 43(1), 30-33. Sorcinelli, M.D. Dealing with Troublesome Behaviors in the Classroom. In K.W. Prichard and R.M. Sawyer (Eds.), Handbook of College Teaching: Theory and Applications. Westport. CT: Greenwood Press, 1994. Summerville, J., and Fischeeti, J.G. "How to Foil Cyberbullies." Chronicle of Higher Education, June 24, 2005, 51(42).

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

57

BAGIAN II

Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah


5. 6. 7. Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas Mahasiswa Berkebutuhan Khusus Mahasiswa yang Masuk Kembali (Reentry Student) dan Mahasiswa Pindahan (Transfer Student)

8. Mengajar Mahasiswa yang Beragam Secara Akademis

58

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

59

5
Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

Seiring dengan makin beragamnya warga di kampus, para pengajar perlu lebih memerhatikan mengenai prasangka, salah sangka, dan perilaku diskriminatif-oleh mereka sendiri atau oleh mahasiswa mereka. Sejumlah mahasiswa yang kurang terwakilkan dalam sejarah (minoritas) menggambarkan perasaan seperti orang luar yang tidak diterima dan menjumpai sejumlah bentuk ringan dari salah sangka dan komentar tidak sengaja yang tidak peka dari teman sebayanya dan pengajar, yang kemudian menyebabkan timbulnya rasa terasing dan terkucilkan (Carroll, 1998; Davis dll., 2004; Engberg, 2004; Harris dan Nettles, 1996; Nora dan Cabrera, 1996; Steele, 1997; Suarez-Balcazar dll., 2003; Sue dkk., 2007). Anda dapat mulai mengeksplorasi/mencari tahu sikap dan perilaku yang ada dengan menanyakan pada diri Anda sendiri (atau mahasiswa-mahasiswa Anda) pertanyaan-pertanyaan berikut ini (diadaptasi dari Adams dkk., 1997; Chin dkk., 2002; dan Gay, 2000): Apakah Kamu berinteraksi dengan laki-laki dan perempuan dalam cara yang menunjukkan standar ganda? Apakah Kamu tanpa sengaja meremehkan komentar yang dikeluarkan oleh pembicara yang bahasa Inggrisnya memiliki aksen berbeda darimu? Apakah Kamu berasumsi bahwa para mahasiswa dari kelompok ras atau etnis tertentu membutuhkan bantuan tambahan? Atau bahwa mahasiswa dari kelompok ras atau etnis tertentu dapat berperforma lebih baik dari yang lain? Apakah Kamu merasa nyaman berada di sekitar orang yang identitas ras, etnis, atau jenis kelaminnya berbeda darimu? Apakah Kamu merasa nyaman berbagi pengetahuan dan pengalamanmu tentang keragaman? Bagaimana Kamu menangani keraguanmu terkait masalah keragaman budaya (multikultur)?

Anda juga akan menemukan bahwa untuk sebagian mahasiswa, masalah-masalah yang terkait identitas kelompok merupakan hal yang sangat penting karena kampus memberikan kesempatan pertama bagi mereka untuk memperkuat identitas mereka dan bergabung dalam organisasi atau kelompok yang beridentitas tunggal.

60

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

61

Ide-ide berikut ini, berdasarkan praktik mengajar dari sejumlah pengajar dan hasil penelitian terkini, ditujukan untuk membantu Anda bekerja secara efektif dalam menghadapi luasnya keragaman mahasiswa yang mendaftar di kelas Anda.

topik-topik seperti iklim kelas, isi dan persyaratan perkuliahan, biaya kelulusan dan penempatan, kegiatan luar perkuliahan/ekstrakurikuler, orientasi mahasiswa baru, jasa pelayanan akademik, dan kesempatan untuk penelitian atau pengalaman belajar memberi pelayanan bagi mahasiswa universitas/sekolah tinggi tingkat pertama (undergraduate).

Strategi-strategi Umum

Kenalilah kompleksitas dari keragaman. Keragaman di sini dapat mencakup ras,


etnisitas, budaya, gender, jenis kelamin, kecacatan/kebutuhan khusus, usia, agama dan spiritualitas, bahasa, tanggung jawab keluarga, status imigrasi (pendatang atau penduduk asli), status sosial-ekonomi, pandangan terhadap dunia, pendekatan politik, persiapan akademis, serta identitas nasional dan regional. Sebagai tambahan, bahkan kategori seperti kelompok etnis dapat memiliki banyak perbedaan dalam kelompok. Sebagai contoh, sensus Amerika Serikat (AS) di tahun 2000 mendata 60 (enam puluh) kategori untuk penduduk dari kepulauan Asia/Pasifik, Penduduk Latin dapat berasal dari salah satu di antara 25 (dua puluh lima) negara atau daerah yang berbicara dengan bahasa Spanyol, yang kesemuanya berbeda secara budaya. Di tahun 2007, pemerintah AS menemukan 561 suku asli Amerika, masing-masing dengan bahasa, tradisi, dan kebiasaannya sendiri.

Sadarilah setiap bentuk salah sangka dan pe-label-an (stereotype) yang mungkin telah Anda serap. Kita semua dibentuk dan dipengaruhi oleh latar belakang dan
pengalaman kita, yang juga telah mengarahkan kita pada prasangka dan asumsi tentang diri kita sendiri dan orang lain. Sikap dan nilai-nilai yang Anda miliki tidak hanya memengaruhi sikap dan nilai para mahasiswa Anda, tetapi juga dapat memengaruhi cara Anda mengajar, terutama asumsi Anda tentang para mahasiswa berdasarkan ras atau etnisitas mereka, yang dapat menggiring pada ketidaksetaraan hasil pembelajaran para mahasiswa di kelas Anda. (Sumber: American Psychological Association (Asosiasi Psikologi Amerika), 2003; Bensimon, 2005; Fouad dan Arredondo, 2006; Hurtado dkk., 1999; Sue, 2001)

Perlakukanlah setiap mahasiswa sebagai seorang individu. Setiap kita memiliki sejumlah
kesamaan karakteristik/ciri dengan mereka yang sama jenis kelamin, ras, daerah asal, dan kelompok sosial-budaya-nya. Akan tetapi, kesamaan ini ditutupi oleh banyaknya perbedaan antar anggota kelompok-kelompok tadi. Kita cenderung untuk lebih mengenali hal ini tentang kelompok kita sendiri (Aku tidak seperti orang Texas lain yang mungkin Kau kenal), tetapi kita terkadang gagal untuk menyadari akan hal ini pada orang lain. Cobalah untuk tidak memproyeksikan/menyamakan pengalaman Anda dengan, perasaan tentang, atau harapan akan suatu kelompok secara keseluruhan, pada mahasiswa Anda yang manapun.

Awasilah iklim dalam kelas Anda. Mintalah mahasiswa untuk memberitahu Anda jika
Anda tanpa sengaja menyinggung mereka, dan katakanlah pada mereka bahwa Anda juga akan memberitahu mereka jika mereka, tanpa sengaja, menyinggung Anda. Mintalah mahasiswa untuk mengirimi Anda sebuah catatan (bisa diberi nama atau tidak), atau tambahkanlah satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan berikut pada ujian tengah semester perkuliahan Anda (diadaptasi dari Hyde dan Ruth, 2002):

Para mahasiswa memasuki kampus dengan identitas yang beragam, terus berkembang, dan berubah. Beberapa karakteristik/ciri kelompok bersifat menetap (misalnya, usia), tetapi lainnya berubah-ubah (misalnya, tingkat pendapatan); beberapa identitas lebih menonjol dibandingkan lainnya (misalnya, ras dibandingkan agama) dan dapat berubah dari satu ke lainnya, tergantung konteks (kecacatan/kebutuhan khusus di antara orang-orang tanpa kecacatan lebih menonjol, tetapi di antara orang-orang cacat/berkebutuhan khusus, orientasi seksual menjadi lebih menonjol) atau tergantung pula pada masa kehidupan mahasiswa yang berbeda-beda. Hindarilah membuat asumsiasumsi tentang para mahasiswa hanya berdasarkan salah satu ciri kelompoknya dan mengabaikan kompleksitas dalam hidup dan pengalaman mereka. Ingatlah selalu bahwa perbedaan dalam kelompok dapat sebesar atau bahkan lebih besar daripada perbedaan antar kelompok. (Sumber: Sue, 2001; Tatum, 2003; Torres dkk., 2003)

Mengomunikasikan dan Memupuk Rasa Hormat


Perhatikanlah penggunaan istilah (terminologi). Istilah berubah terus seiring waktu, seiring dengan upaya berkelanjutan dari kelompok-kelompok etnis dan budaya untuk mendefinisikan identitas mereka, sejarah mereka, dan hubungan mereka dengan kelompok lainnya. Kategori berdasarkan ras biasanya diciptakan, dijalani, diubah, dan dihancurkan (Omi dan Winant, 1994, hlm. 55), dan para individu dalam kelompok bisa saling berbeda tentang label/nama yang dipilih. Tanyalah para mahasiswa atau petugas keragaman di fakultas Anda tentang istilah-istilah (terms) yang digunakan di kampus Anda. Sebagai contoh, istilah mahasiswa minoritas (minority student) telah ketinggalan zaman, terutama di kampus-kampus yang warga minoritasnya telah berubah menjadi mayoritas berdasarkan jumlahnya. Beberapa orang lebih menyukai istilah omnibus/ anthology, mahasiswa berwarna, sementara yang lain tidak menyukainya karena istilah tersebut mengimplikasikan bahwa kulit putihlah yang merupakan standar atau normal.

Apakah pengajar memperlakukan para siswanya dengan adil dan setara? Seberapa nyaman Anda berpartisipasi di kelas ini? Apa yang membuat berpartisipasi di kelas ini mudah atau sulit bagimu? Apakah Anda merasa etnisitas, ras, jenis kelamin, atau peran gender memengaruhi interaksi Anda dengan pengajar di kelas? Bagaimana dengan mahasiswa lainnya? Apakah Anda memiliki saran-saran untuk mendorong terjadinya diskusi yang terbuka dan jujur di kelas?

Perkenalkan diskusi tentang keragaman dalam pertemuan jurusan/departemen. Usulkanlah untuk melibatkan sejumlah agenda dalam pertemuan departemen Anda, meliputi,

62

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

63

Beberapa kampus menggunakan istilah mahasiswa yang kurang terwakilkan dalam sejarah ketika mendiskusikan penerimaan dan penjagaan dalam pendidikan. Tanyakan pada mahasiswa apakah mereka lebih memiliki istilah Afrika Amerika atau kulit hitam. Sebagian orang di masyarakat ingin membedakan antara mereka yang asal usulnya dari kaum budak dengan mereka yang baru-baru ini berimigrasi dari Kepulauan Karibia, Amerika Selatan, atau Afrika. Lalu, apakah mahasiswa dengan ketu-runan ras campuran menggunakan istilah seperti multi-ras, dua ras, atau campuran? Di beberapa bagian negara AS, warga Amerika yang nenek moyangnya berasal dari Meksiko memilih istilah Chicana/Chicano, Mexicana/Mexicano, atau Mexican Amerika dibandingkan Hispanik, yang mengingatkan akan kolonialisme Spanyol. Namun demikian, di daerah Barat Daya, sejumlah keturunan dari imigran Spanyol lebih memilih istilah Hispanik, seperti halnya sejumlah orang di Florida, yang memiliki populasi yang besar dari orang Amerika-Kuba, Puerto Riko, dan Amerika Selatan. Sejumlah lainnya menggunakan istilah Latina/Latino untuk mengacu pada orang-orang yang nenek moyangnya berasal dari daerah berbahasa Spanyol atau Portugis di belahan bumi barat. Mestizo mewakili kelompok yang berlatar belakang campuran antara keturunan penduduk asli Amerika dengan Eropa. Oriental merupakan istilah yang telah sejak lama dianggap merendahkan, sebagai produk imperialisme Inggris. Karena Asia begitu luas dan beragam, banyak individu yang lebih memilih untuk tidak diidentifikasi oleh benua, tetapi oleh negara nenek moyangnya (misalnya, Thai Amerika, Korea Amerika). Di California, istilah Pacific Islander (penduduk pulau Pasifik) kini lebih dipilih oleh para mahasiswa yang nenek moyangnya berasal dari daerah tersebut, daripada dikelompokkan sebagai Asia-Amerika. Di antara para keturunan dari orang-orang asli Amerika Utara, beberapa lebih memilih istilah Penduduk Asli Amerika (Native American), yang lain memilih Indian Amerika, Indian, Penduduk Asli (Indigenous People), atau nama sukunya. Di Kanada, istilah yang dipilih adalah Bangsa Pertama (First Nation). Karena penduduk asli Alaska meliputi pula kelompok-kelompok selain Eskimo, istilah yang dipilih adalah Inuit (atau Inuk untuk menyebut per orangan). Di beberapa kampus, penyuka sesama jenis, baik pria/gay dan wanita/lesbian diberikan kesempatan untuk membentuk komunitas LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (berganti gender), Questioning (masih dipertanyakan)) atau LGBTQ2IA (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer (ingin tahu), Questioning, Intersex (interseksual), Allies (gabungan)). Sejumlah pihak dalam komunitas memandang Queer sebagai istilah yang inklusif, tetapi beberapa pihak lain memandang Queer sebagai istilah yang negatif/merendahkan. Orientasi seksual, identitas seksual, dan seksualitas, semuanya merupakan istilah yang digunakan; Preferensi/pilihan seksual adalah istilah yang tidak digunakan karena tidak akurat, sebab sebagian besar orang tidak percaya bahwa seksualitas mereka adalah suatu pilihan. Komunitas imigran digambarkan oleh peneliti sebagai Generasi Pertama (orang dewasa yang dilahirkan dan dididik di luar Amerika Serikat), Generasi 1,5 (satu setengah) (individu yang dilahirkan di luar Amerika Serikat dan mendapatkan pendidikan

sebagian di tanah kelahirannya dan sebagian lainnya di Amerika Serikat), dan Generasi Kedua (anak-anak dari imigran yang dilahirkan dan dididik di Amerika Serikat). Karena istilah terus berubah dan dapat membingungkan, sangatlah menggoda untuk menyerah saja terhadapnya. Akan tetapi, bagaimana kita merujuk kelompok-kelompok yang ada dapat membuat perbedaan pada mahasiswa. Ketika kita ragu, sekalian saja gunakan sisi yang lebih spesifik, bukan yang kurang- gunakan istilah Kamboja-Amerika daripada minoritas atau Asia-Amerika.

Pelajarilah tentang kelompok-kelompok di luar kelompok Anda. Budaya-budaya yang ada,


sebagai contoh, berbeda dalam memberikan nilai terhadap kemandirian perseorangan, kompetisi dan ambisi, keharmonisan sosial, dan sikap terhadap otoritas-semuanya dapat memengaruhi pembelajaran dan perilaku mahasiswa. Budaya di Amerika Serikat lebih mendukung individu yang mandiri, kompetitif, dan fokus pada pencapaian sukses. Individu yang berasal dari budaya Asia Timur lebih mementingkan konformitas dan keharmonisan dibandingkan individualisme dan keberhasilan pribadi. Beberapa budaya mengharapkan pengajar itu adalah orang yang ahli dan menjadi otoritas/pemegang keputusan akhir, sementara kebudayaan lainnya menyadari bahwa pengajar bukanlah orang yang mengetahui jawaban atas semua pertanyaan. Para mahasiswa yang berasal dari budaya yang mengajarkan sikap hormat pada kebijaksanaan orang yang lebih tua dapat memiliki keengganan untuk mengungkapkan pendapatnya, untuk berbeda pendapat dengan isi bacaan/buku, atau untuk berdebat dengan pengajarnya. Beberapa budaya sangat menghargai menghafal sebagai komponen penting dari proses belajar, dan para mahasiswa dari budaya tersebut dapat mengalami kebingungan ketika pengajar meniadakan hafalan dan menggantinya dengan analisis, sintesis, dan evaluasi secara kritis.

Sumber-sumber informasi tentang perbedaan budaya meliputi organisasi-organisasi kesiswaan, workshop dan konferensi pengembangan profesional, festival film dan museum budaya, dan literatur fiksi maupun non-fiksi. Barangkali, sumber yang terbaik adalah para mahasiswa itu sendiri, jika Anda secara terbuka berbagi ketidakpedulian Anda dan mengungkapkan keingintahuan yang tulus untuk mempelajari tentang kelompok yang berbeda dari Anda. (Sumber: American Psychological Association, 2003; Johnson, 1997; Pratt dkk., 1999; Shield, 2004-05; Yeh, 2004-05)

Tampilkan tingkat keyakinan yang sama terhadap kemampuan semua mahasiswa Anda.
Mahasiswa yang merasa bahwa ada harapan yang lebih pada mereka cenderung untuk berprestasi/menampilkan performa lebih baik dibandingkan mahasiswa yang merasa bahwa harapan terhadap mereka itu rendah, bagaimanapun kemampuan mereka yang sesungguhnya. Sama halnya dengan itu, persepsi bahwa seseorang termasuk ke dalam satu kelompok yang memiliki stigma tertentu dapat menyebabkan performanya lebih rendah dari potensinya, atau disebut juga ancaman stereotipe, yang terjadi ketika kecemasan mahasiswa bahwa dirinya akan melakukan stereotipe negatif justru menyebabkannya menampilkan unjuk kerja/performa yang buruk. Untuk menangani selffulfilling prophecy (kecenderungan untuk memenuhi prasangka terhadap diri sendiri) dan ancaman stereotipe, tunjukkan keyakinan Anda tentang potensi intelektualitas mahasiswa dan biarkan mahasiswa mengetahui bahwa Anda mengharapkan mereka untuk berusaha

64

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

65

keras di kelas, bahwa Anda ingin mereka merasa tertantang oleh materi yang dipelajari, dan bahwa Anda menetapkan standar yang tinggi untuk prestasi akademik mereka. Kemudian, terapkanlah apa yang sudah Anda katakan: harapkan mahasiswa untuk berusaha keras, merasa tertantang, dan mencapai standar yang tinggi. (Sumber: Gay, 2000; Steele, 1997; Steele dan Aronson, 1995)

Hindari komentar-komentar yang mengabaikan sudut pandang mahasiswa (Jangan jadi terlalu sensitif). Berikan contoh-contoh dan anekdot dari beragam konteks sosial dan budaya. (Sumber: Allan dan Madden, 2006; Hall dan Sandler, 1982; Sue dkk., 2007)

Janganlah mencoba melindungi kelompok mahasiswa manapun. Jika Anda menghindari


untuk menantang atau mengkritik performa mahasiswa kerena mereka merupakan bagian suatu kelompok demografis tertentu, atau jika Anda dalam cara tertentu mengistimewakan mahasiswa tersebut, besar kemungkinan Anda merendahkan harga diri mereka dan pandangan mereka terhadap kemampuan dan kompetisi mereka sendiri. (Sumber: Cohen dkk., 1999)

Adillah dalam mengakui prestasi setiap mahasiswa. Pujilah mahasiswa untuk kerja mereka
yang baik, tetapi hindari tampilan berlebihan yang membuat mahasiswa merasa tidak nyaman (Mengapa dia begitu terkejut ketika saya dapat melakukannya dengan baik?) atau cemas (Akankah aku mampu mempertahankan tingkat prestasi yang setinggi ini?). Ingatlah pula bahwa di beberapa budaya, menjadi menonjol karena pencapaian pribadi tidaklah dinilai penting atau dihargai. (Sumber: Cohen dkk., 1999; Guiffrida, 2005; Lynch, 1997)

Belajarlah untuk melafalkan nama para mahasiswa dengan tepat. Tanyakanlah pada mahasiswa secara langsung dan catatlah nama mereka secara fonetik (sesuai pelafalan bunyi). Tidak ada salahnya untuk mengatakan, Saya benar-benar berusaha untuk mempelajari bagaimana cara mengucapkan nama kalian dengan tepat. Dapatkah Kamu memberitahukan lagi bagaimana cara melafalkannya?. Universitas Politeknik Negara Bagian California (California State Polytechnic University), Pomona, telah mengembangkan panduan online cara pelafalan untuk nama-nama dalam bahasa Kanton, Cina/Mandarin, Filipina, Indonesia, Jepang, Korea, Thailand, dan Vietnam. Carilah kesempatan untuk memberi perhatian dan dukungan pada mahasiswa. Penelitian menunjukkan peran penting dari interaksi pengajar dan mahasiswa dalam kesuksesan dan kepuasan akademik mahasiswa. Mahasiswa memperoleh keuntungan ketika staf pengajar mengenal mereka di luar kelas, memberi kesempatan pada mereka untuk mengalami sendiri bagaimana menjadi pemelajar yang mampu/kompeten, dan mendorong mereka untuk sukses/berhasil. (Sumber: Allen, 1992; Anaya dan Cole, 2003; Cole, 2007; Fischer, 2007; Flowers, 2004-05; Hernandez dan Lopez, 2004-05; Hurtado dkk., 1999; Rendon, 1994) Kembangkanlah kelas yang inklusif (menerima keragaman). Sesuai kebutuhan, libatkanlah
sudut pandang yang beragam dalam materi di kelas, turun tanganlah/intervensi jika ada mahasiswa yang bertindak tidak menghormati orang lain, dan buatlah mahasiswa merasa nyaman untuk meminta bantuan/pertolongan. Untuk saran yang spesifik sesuai disiplin ilmunya, Anda bisa lihat dalam Chin, Berheide, dan Rome (2002) tentang memasukkan keragaman dalam perkuliahan di Sosiologi; Fowler dan Villanueva (2002) dalam Mata Kuliah Bahasa Inggris; dan Trent (2002) dalam Mata Kuliah Komunikasi. (Sumber: Evans, 2000; Hurtado dkk., 1998)

Waspadalah akan kemungkinan adanya salah pengartian terhadap perilaku nonverbal mahasiswa. Kontak mata, anggukan kepala, gumaman, kontak fisik, senyuman, jeda
setelah bicara, jarak fisik antara individu-semua perilaku ini berbeda-beda antar kelompok budaya. Sebagai contoh, di beberapa budaya, panjang waktu jeda antar pembicara adalah empat hingga lima detik, dibandingkan di Inggris Amerika yang hanya satu detik; mengalihkan pandangan dari si pembicara adalah tanda memerhatikan, bukannya tidak memerhatikan; dan tepukan di pundak adalah sumber rasa malu dan penghinaan-bukan tanda tugas diselesaikan dengan baik. (Sumber: Al-Issa, 2004; Lynch, 1997; Suinn, 2006).

Pendekatan Pedagogis (Pendidikan Anak)


Kenalilah asumsi-asumsi Anda sendiri yang dibatasi oleh budaya. Jika Anda telah meraih
gelar akademik Anda di kampus atau universitas di Amerika, Anda tahu bahwa pendidikan tinggi di Amerika cenderung untuk menghargai para mahasiswa yang mempertanyakan asumsi, menantang sudut pandang, berani berpendapat, dan berpartisipasi aktif. Meskipun demikian, beberapa mahasiswa Anda mungkin telah dibesarkan untuk mempercayai bahwa menantang atau bertentangan dengan pengajar adalah tindakan yang tidak hormat dan kasar. Beberapa mahasiswa lainnya mungkin enggan untuk mengajukan pertanyaan atau berpendapat karena mereka takut bahwa ini akan memperkuat stereotipe/cap tentang ketidakpeduliannya. (Sumber: Collet, 1990; Institut untuk Pembelajaran Perubahan Sosial/ Institute for the Study of Social Change, 1991).

Gunakanlah bahasa dan contoh yang inklusif (berlaku untuk semuanya). Cobalah untuk
menggunakan bahasa yang memahami keragaman dalam kelas: Gunakan istilah yang bebas gender, seperti pengasuhan orang tua (parenting) daripada pengasuhan ibu (mothering), ketua (chairperson) daripada bapak ketua (chairman) atau ibu ketua (chairwoman). Gunakan istilah yang lebih inklusif, seperti rumah peribadahan dibandingkan gereja. Hindari berkomentar yang mengandung asumsi tentang kehidupan mahasiswa (lalu, ketika masa orang tua Anda berkuliah ...). Gunakan istilah yang inklusif, seperti orang/teman dekat atau pasangan daripada pacar lelaki/cowok atau pacar wanita/cewek.

Berikanlah tugas kelompok dan kegiatan pembelajaran kolaboratif. Selain untuk


meningkatkan prestasi akademik, tugas kelompok dapat mengurangi prasangka dan salah pikir (bias) dengan memberikan mahasiswa kesempatan untuk berinteraksi dengan

66

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

67

mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Para mahasiswa melaporkan bahwa mereka memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai keragaman sebagai dampak sampingan dari proyek-proyek dan pelayanan masyarakat secara berkelompok. Terlebih lagi, kelompok dan sudut pandang yang beragam mengarahkan pada pembuatan keputusan dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Tugas dalam kelompok kecil dalam kelas bisa dilakukan secara sederhana, seperti mengelompokkan tiga sampai lima mahasiswa untuk memecahkan suatu permasalahan atau menjawab pertanyaan. (Sumber: Aronson, 2002; Gurin dan Nagda, 2006; Hurtado dkk., 1999; Institut DSt, 1991; Page, 2007; Slavin, 1995)

Diskusi Kelas

Tekankan pentingnya mempertimbangkan pendekatan yang berbeda-beda. Bantu


mahasiswa menghargai sudut pandang-sudut pandang yang berbeda. Dorong mereka untuk mengevaluasi kepercayaan (belief) mereka dan mengeksplorasi bagaimana suatu asumsi dasar (premis), pengamatan (observasi), dan interpretasi seorang individu dipengaruhi oleh identitas sosial dan latar belakangnya.

Isi dan Bahan Perkuliahan


Cobalah untuk memilih teks dan bacaan yang bahasanya bebas gender dan stereotipe. Jika Anda memberikan bacaan yang hanya menggunakan kata ganti orang pria (maskulin) atau mengandung stereotipe/pe-label-an, nyatakanlah kekurangan ini pada kelas dan beri mahasiswa kesempatan untuk mendiskusikannya. Berusahalah untuk menerapkan sebuah kurikulum yang inklusif. Berusahalah untuk
mengatur perkuliahan Anda sehingga mahasiswa dapat melihat konsep, kejadian, dan tema dari sudut pandang yang beragam, dibandingkan hanya memperlakukan pengalaman satu kelompok sebagai tolak ukur untuk mendefinisikan yang lainnya. Gunakanlah saran-saran berikut, jika dirasa tepat: Berikanlah teks atau bacaan yang merefleksikan beasiswa atau penelitian tentang kelompok yang kurang terwakilkan (minoritas) sebelumnya. Diskusikanlah kontribusi yang dibuat oleh kelompok yang pernah menjadi minoritas dalam sejarah, terhadap bidang Anda. Jelaskanlah bagaimana penelitian terkini tentang gender, ras, identitas seksual, dan kelas memengaruhi bidang studi Anda. (Sumber: Banks, 2006)

Jelaskanlah bahwa Anda menghargai semua komentar. Para mahasiswa perlu merasakan kebebasan untuk menyuarakan pendapat dan merasa berkuasa untuk mempertahankannya. Jika beberapa mahasiswa tampak mengabaikan sudut pandang orang lain, sebutkan kembali komentar yang diabaikan dalam diskusi. Jika Anda melihat mahasiswa berkernyit atau membuat bahasa tubuh yang menandakan ketidaksetujuan ketika mahasiswa lain berbicara, mintalah mahasiswa tersebut untuk menjelaskan sudut pandangnya sendiri. Jika sesuai, bahas kekhawatiran bahwa mahasiswa mungkin membatasi diri mereka sendiri akibat ketakutan akan dipandang sebagai seorang yang tidak sensitif atau sebaliknya, terlalu sensitif, akan isu-isu identitas. Imbangkanlah antara keterbukaan dan keamanan. Mahasiswa membutuhkan keseimbangan antara keterbukaan-suatu kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide yang mungkin tidak menyenangkan atau menyakitkan dan keamanan, yang bermaksud untuk menetapkan batasan demi mencegah komentar pribadi atau tak menghormati. Keterbukaan menuntut bahwa semua sudut pandang dapat dikemukakan, tetapi keamanan menuntut adanya interupsi terhadap pembicaraan yang menyerang-sebuah tindakan yang oleh beberapa mahasiswa akan diinterpretasikan sebagai bentuk penyensoran. Lingkungan kelas yang ideal adalah lingkungan di mana semua mahasiswa merasa bahwa mereka adalah bagiannya dan seolah-olah pandangan mereka adalah suatu hal yang berarti. Di awal semester, mintalah mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dan mendiskusikan perilaku yang dapat menghambat mereka untuk berpartisipasi di diskusi kelas . Atau mintalah kelompok-kelompok tersebut untuk mendefinisikan makna kelas yang aman bagi mereka. (Sumber: Adams dkk., 1997; Canetto dkk., 2003)

Jangan berasumsi bahwa semua mahasiswa akan mengenali referensi-referensi budaya, literatur, atau sejarah yang familier/akrab bagi Anda. Para mahasiswa Anda mungkin
tidak memiliki pengalaman budaya, allusions literatur, atau referensi literatur yang Anda anggap standar/biasa. Jika suatu bentuk pengenalan budaya menjadi persyaratan untuk perkuliahan Anda, diskusikanlah persyaratan ini di hari pertama perkuliahan (Tentu saja Anda dapat merujuk pada individu atau kejadian yang tidak familiar bagi mahasiswa Anda demi mendorong mereka melakukan penelitian individual atau proyek wiki kelompok, di mana mereka mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dan mengumumkan definisidefinisi).

Dorong semua mahasiswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas. Dari awal periode
semester, cobalah untuk mencegah satu kelompok manapun dari mahasiswa untuk memonopoli diskusi. Mintalah sudut pandang-sudut pandang alternatif, dan dorong mahasiswa untuk mendengarkan dan menghargaai komentar-komentar yang dibuat oleh sudut pandang yang berbeda dari milik mereka. Ingatlah selalu bahwa beberapa mahasiswa mungkin menolak untuk berbicara di kelas akibat takut salah. Meminta mahasiswa bekerja dalam kelompok kecil seawal mungkin pada semester perkuliahan akan memudahkan mereka untuk berbicara/berpendapat di setting/lingkungan yang lebih luas. (Sumber: Carroll, 1998; Steele, 1997)

Undanglah dosen/pengajar tamu. Perluas dan perkayalah kuliah Anda dengan mengundang rekan pengajar atau tenaga profesional di luar kampus dari kelompok etnis dan budaya yang berbeda untuk memberikan presentasi di kelas Anda.

Awasi perilaku Anda ketika merespons/bereaksi terhadap mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru cenderung untuk berinteraksi secara berbeda dengan mahasiswa pria dan wanita, serta dengan mahasiswa yang-atau yang dianggap oleh pengajar sebagai-berprestasi tinggi atau rendah. Yang lebih sering terjadi adalah, pola perilaku

68

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

69

tersebut tidak disadari, tetapi ini justru dapat menurunkan moral/kepercayaan diri mahasiswa. Sambil Anda mengajar, cobalah untuk melakukan juga menyeimbangkan hal-hal berikut ini: mengenali mahasiswa yang mengangkat tangan di kelas; mendengarkan dan merespons komentar dan pertanyaan mahasiswa; menunjuk mahasiswa menggunakan namanya; memberikan petunjuk pada mahasiswa untuk memberikan jawaban atau penjelasan yang lebih lengkap; memberikan waktu pada mahasiswa untuk menjawab sebuah pertanyaan sebelum melanjutkan materi; tidak menginterupsi mahasiswa atau membiarkan mereka diinterupsi oleh temannya; menghargai komentar-komentar mahasiswa saat memberikan kesimpulan (seperti yang dikatakan akim sebelumnya, ....); memberikan umpan balik dan menyeimbangkan antara kritikan dan pujian; melakukan kontak mata; (Sumber: Gay, 2000; Green, 1989; Hall dan Sandler, 1982; Sadker dan Sadker, 1990)

siswa kesempatan untuk belajar bahwa mereka bisa menangani sendiri diskusi yang sulit. (Sumber: Frederick, 1995)

Jangan perlakukan mahasiswa sebagai juru bicara bagi kelompok demografisnya.Meminta seorang mahasiswa berbicara atas nama keseluruhan ras, bangsa, atau kelompok lainnya, merupakan tindakan yang mengabaikan keragaman sudut pandang di antara anggota kelompok tersebut dan juga mendukung anggapan yang salah, yaitu bahwa setiap anggota suatu kelompok merupakan wakil resmi/representasi dari seluruh anggota di kelompoknya. Sebuah contoh hal yang perlu dihindari: setelah memberikan ceramah tentang hubungan antara ras dan penyakit jantung, seorang pengajar menyebut nama seorang mahasiswa Afrika-Amerika dan memintanya untuk menjelaskan bagaimana reaksi kalangan profesional kulit hitam terhadap penelitian tersebut.

Tugas dan Ujian


Peka terhadap para mahasiswa yang bahasa pertamanya bukan bahasa Inggris.
Kebanyakan kampus di Amerika Serikat mensyaratkan para mahasiswa yang tidak berbahasa Inggris sebagai bahasa ibu untuk mencapai kompetensi lisan dan tulisan, dengan mengambil mata kuliah bahasa Inggris. Mintalah bantuan tenaga ahli di kampus Anda untuk memperoleh saran tentang bagaimana menilai tugas dan makalah, serta untuk memperoleh informasi tentang pola umum kesalahan yang terjadi, terkait bahasa ibu para mahasiswa. Sebagai contoh, beberapa bahasa tidak memiliki kata kerja yang terdiri dari dua kata, dan pembicara bahasa-bahasa seperti itu mungkin akan membutuhkan bantuan-dan kesabaran-lebih seiring usaha mereka untuk menguasai ungkapan-ungkapan bahasa Inggris. Para mahasiswa yang berada dalam posisi demikian sebaiknya tidak mendapatkan pengurangan nilai jika salah menggunakan kata, misalnya, menjaga (take after), membawa (take in), berangkat (take off), menerima (take on), mengeluarkan (take out), dan mengambil alih (take over).

Nyatakanlah jika mahasiswa membuat komentar yang tidak sesuai-walau bercanda sekalipun. Jangan biarkan komentar yang menyakitkan terjadi tanpa disadari. Para
mahasiswa dapat mengartikan diamnya Anda sebagai pertanda pemakluman perilaku tersebut. Pertimbangkanlah untuk mengulang kembali kata-kata tersebut dengan persis sama, seakurat mungkin, kepada orang yang membuat komentar dan memberi mahasiswa tersebut kesempatan untuk menyatakan ulang. Atau jelaskanlah mengapa komentar tersebut bersifat menyerang atau tidak peka sebagai contoh, Apa yang kamu katakan membuat saya merasa tidak nyaman. Meskipun kamu tidak bermaksud demikian, tetapi itu dapat diinterpretasikan seperti yang saya katakan... Atau situasinya di-deindividuasi-kan (dibuat umum): Beberapa orang berpikir demikian. Asumsi apa yang mereka miliki? Atau mintalah mahasiswa untuk memberi komentar. Jagalah agar diskusi tetap berfokus pada masalahnya, bukan individu atau orangnya, sehingga mahasiswa dapat mundur secara terhormat dari posisi yang lemah/bersalah. Cobalah untuk tidak terpancing atau marah oleh komentar-komentar yang tidak sopaan dan, jika sesuai, lindungilah suara yang sendirian (baik yang diserang maupun penyerang), apa pun posisinya. (Sumber: Fouad dan Arredondo, 2006; Frederick, 1995; Vacarr, 2001)

Bantu mahasiswa membentuk kelompok belajar. Dukungan kelompok teman sebaya adalah faktor penting dalam menentukan ketahanan mahasiswa di sekolah. Dengan mengatur waktu dan ruangan di mana kelompok-kelompok belajar tersebut bisa bertemu, Anda dapat mendukung mahasiswa untuk menjalin pertemanan di luar jaringan pribadi mereka. Lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok untuk saran-saran tentang bagaimana untuk membentuk kelompok belajar. (Sumber: Pascarella dan Terenzini, 2005) Berikanlah tugas dan ujian yang mempertimbangkan keragaman latar belakang dan minat khusus mahasiswa. Jika sesuai dengan bidang Anda, Anda dapat mengembangkan topik
makalah atau proyek semester yang dapat mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi peran, status, kontribusi, dan pengalaman dari kelompok-kelompok yang telah lama kurang terwakili dalam penelitian ilmiah atau dalam lingkungan akademik.

Dinginkanlah komentar yang memanas. Jika muncul komentar yang menyakitkan hati,
hentikanlah diskusi, minta mahasiswa untuk mengambil waktu sejenak untuk menulis tentang kejadian tersebut, lalu berpasangan untuk saling bertukar pandangan sebelum Anda kembali memulai diskusinya. Atau, beralih sejenak dari topik utama diskusi ke dinamika kelompok dan membahas bagaimanakah kelompok ini ingin bekerja/ melanjutkan kegiatan. Cobalah untuk tidak terlalu cepat mengintervensi; berilah maha-

70

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas

71

Gunakanlah beragam nama dalam contoh-contoh di kelas dan pertanyaan ujian. Ambillah nama dari berbagai kelompok budaya yang berbeda: Fatima, Keisha, Tran, Fransisco, Juanita, Adam, Carol, Yu-Tin, dan sebagainya.

Daftar Referensi
Adams, M., Bell, L., and Griffin, P (Eds.) Teaching for Diversity and Social Justice: A Saurcebook. New York: Routledge, 1997. Al-Issa, A. Global Nomads and the Search for Cultural Identity: Tips from the Classroom. College Teaching, 2004,52(l), 31-32. Allan, E. J., and Madden, M. Chilly Classrooms for Female Undergraduate Students at a Research University: A Question of Method? Journal of Higher Education, 2006, 77(4), 684-711. Allen, W. R. The Color of Success: African American College Student Outcomes at Predominantly White and Historically Black Public Colleges and Universities. Horvard Educational Review, 1992, 62(1), 26-44. American Psychological Association. Guidelines on Multicultural Education, Training, Research. Practice and Organizational Change for Psychologists. American Psychologist 2003, 58(5), 377402. Anaya, G., and Cole, D. Active Involvement in Latina/o Student Achievement. In J. Castellanos and L. Jones (Eds.), The Majority in the Minority: Expanding the Representation of Latina/o Faculty, Administrator and Students in Higher Education. Sterling, VA: Stylus, 2003. Aronson, M. (Ed.). Improving Academic Achievement: Impact of Psychological Factor on Education. San Diego, CA: Academic Press, 2002. Astin, A.W. What Matters in College? Four Critical Tears Revisited. San Fancisco Jossey-Bass, 1993. Banks, J. A. Approaches to Multicultural Curriculum Reform. In J. A. Banks and C. A. M. Banks (Eds.), Multicultural Education: Issues and Perspective. (6th ed.) Boston: Allyn and Bacon, 2006. Bensimon, E.M. Closing the Achievement Gap in Higher Education: An Organizational Learning Perspective., New Directions for Higher Education, no. 131. San Francisco: Jossey-Bass, 2005, pp. 99-111. Canetto, S. S., Timpson, W. M., Borrayo, E. A., and Yang, R. Teaching about Human Diversity: Lessons Learned and Recommendations. In W. M. Timpson, S. S. Canetto, E. A. Borrayo, and R. Yang (Eds.), Teaching Diversity: Challenges and Complexities; Identities and Integrity. Madison, WI: Atwood, 2003. Carroll, G. Environmental Stress and African Americans: The Other Side of the Moon. Westport, CT: Praeger, 1998. Chin, J., Berheide, C. W, and Rome, D. (Eds.). Included in Sociology: Learning Climates That Cultivate Racial and Ethnic Diversity. Washington, DC: American Association for Higher Education in Cooperation with American Sociological Association, 2002. Cohen, G. L., Steele, C. M., and Ross, L. D. The Mentors Dilemma: Providing Critical Feedback across the Racial Divide. Personality and Social Psychology Bulletin, 1999, 25(10), 1302-1318. Cole, D. Do Interracial Interactions Matter An Examination of Student-Faculty Contact and Intellectual Self-Concept. Journal of Higher Education, 2007, 78(3), 249-281. Collett, J. Reaching African-American Students in the Classroom. In L. Hilsen (Ed.), To Improve the Academy. Vol. 9. Stillwater, OK: New Forums Press, 1990. Davis, M., Dias-Bowie, Y., Greenberg, K., Klukken, G., Pollio, H.R., Thomas, S. P ., and Soul Thompson, C. L. A Fly in the Buttermilk: Descriptions of University Life by Successful Black Undergraduate Students at a Predominantly White. Southeastern University. Journal of Higher Education, 2004, 75(4), 420-445. Engberg, M. E. Improving Intergroup Relations in Higher Education: A Critical Examination of the Influence of Educational Interventions on Racial Bias. Review of Educational Research, Winter 2004, 74(4). 473-524.

Pemberian Saran, Pembimbingan (Mentoring), dan Kegiatan di Luar Kelas


Bertemulah dengan mahasiswa secara informal. Kontak informal yang sering dan
menyenangkan dengan tenaga pengajar merupakan prediktor/penentu yang kuat dari kesuksesan dan keteguhan mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang pendidikannya. Kontak terus-menerus di luar kelas juga memberikan motivasi yang kuat pada mahasiswa untuk berprestasi baik di kelas Anda dan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan intelektual yang luas di institusi. Dorong mahasiswa untuk datang mengunjungi Anda di jam kerja, undang kelompok-kelompok mahasiswa untuk mengopi atau makan siang bersama, dan pertimbangkanlah untuk berpartisipasi dalam orientasi kampus dan program bimbingan akademik. Lihatlah Bab 57, Pembimbingan dan Pendamping Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana. (Sumber: Astin, 1993; Tinto, 1993)

Libatkanlah mahasiswa dalam penelitian dan kegiatan pendidikan Anda. Ketika Anda
mengundang mahasiswa untuk memeriksa atau berkontribusi dalam pekerjaan/karya Anda, Anda sedang mengajarkan mereka tentang bidang yang Anda tekuni, memberi mereka pandangan tentang kehidupan pengajar, dan membantu mereka untuk lebih merasa menjadi bagian dari komunitas kampus. Pertimbangkanlah men-sponsor-i para mahasiswa dalam mempelajari perkuliahan secara mandiri, mengatur magang, dan menyediakan kesempatan bagi mahasiswa tingkat sarjana (undergraduate) untuk terlibat dalam penelitian. Lihatlah Bab 27, Penelitian Tingkat Sarjana (Undergraduate).

Bantu mahasiswa mendirikan organisasi yang terkait departemen/jurusan/fakultas.Jika


departemen/jurusan/fakultas Anda tidak memiliki ikatan para lulusan sarjana, dorong mahasiswa untuk membentuknya. Organisasi mahasiswa dapat menyediakan pengajaran oleh teman sebaya dan memberikan saran, baik terkait kehidupan sosial maupun program akademik. Dalam bidang di mana kelompok demografis tertentu sejak lama kurang terwakilkan, beberapa mahasiswa akan lebih memilih untuk membentuk perkumpulan berdasarkan gender atau kesamaan budaya mereka.

Dukung mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler memberi mahasiswa kesempatan untuk membuat teman-teman baru, menemukan tempatnya, dan menjadi bagian dari komunitas yang peduli dan mendukung. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan sosial yang formal biasanya mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan kemungkinannya untuk berhenti kuliah lebih rendah secara signifikan. (Sumber: Fischer, 2007; Hernandez dan Lpez, 2004-05) Arahkan mahasiswa pada sumber daya-sumber daya kampus yang relevan. Biarkan
mahasiswa-mahasiswa Anda mengetahui tentang program bimbingan (mentoring), workshop, pelayanan dukungan, dan pusat-pusat sumber daya di kampus.

72

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah


Evens, N.J. "Creating a Positive Learning Environment for Gay, Lesbian, and Bisexual Students. New Direction for Teaching and Learning, no. 82. San Francisco: Jossey-Bass, Summer 2000, pp. 81-87. Fischer, M. J. Settling into Campus Life: Differences by Race/Ethnicity in College Involvement and Outcomes., Journal of night Education, 2067, 78(2), 125-161. Flowers, L. A. Retaining African-American Students in Higher Education: An Integrative Review. Journal of College Student Retention, 2004 -05, 6(1), 23-35. Fouad, N. A., and Arredondo, P. Becoming Culturally Oriented: Practical Advice for Pychologists and Educators. Washington, DC: American Psychological Association, 2006. Fowler. S. B., and Villanueva, V. (Eds.). Included in English Studies: Learning Climates that Cultivate Racial and Ethnic Diversity. Washington, DC: American Association for Higher Education in cooperation with-National Council of Teachers of English, 2002. Frederick, P . Walking on Eggs: Mastering the Dreaded Diversity Discussion. College Teaching, 1995, 43(3), 83-92. Gay, G. Culturarlly Responsive Teaching: Theory Research, and Practice. New York: Teachers College Press, 2000. Green, M. F. (Ed.). Minorities on Campus: A Handbook for Enriching Diversity. Washington, DC: American Council on Education, 1989. Guiffrida, D. Othermothering as a Framework for Understanding African American Students Definitions of Student-Centered Faculty. Journal of Higher Education, 2005, 76(6), 701-723. Gurin, P ., and Nagda, B. A. Getting to the What, How, and Why of Diversity on Campus. Educational Researcher, 2006, 35(1), 20-24. Hall, R. M., and Sandler, B. R. The Classroom Climate: A Chilly One for Women? Washington, DC: Association of American Colleges, 1982. Harris, S. M., and Nettles, M. T. Ensuring Campus Climates That Embrace Diversity, In L. I. Randon and R. O. Hope (Eds.), Educating a New Majority: Transforming Americas Educatioaal System for Diversity. San Francisco: Jossey-Bass, 1996. Hernandez J. C., and Lopez, M. A Leaking Pipeline: Issues Impacting Latina/o College Student Retention. Journal of College Student Retention, 2004-05, 6(1) 37-60. Hurtado, S., Milem, J. E, Clayton-Pedersen, A. R., and Allen, NV R. Enhancing Campus Climates for Racial/Ethnic Diversity: Educational Policy and Practice. Review of Higher Education, 1998, 21(3), 279-302. Hurtado, S., Milem, J. E, Clayton-Pedersen, A. R., and Allen, W R. Enacting Diverse Learning Environments: Improving the Climate for Racial/Ethnic University in Higher Education. ASHE-ER1C Higher Education Report, 26(8). Washington, DC: The George Washington University, Graduate School of Education and Human Development, 1999. Hyde, C. A., and Ruth, B. J. Multicultural Content and Class Participation: Do Students Self Censor? Journal of Social Work Education, 2002, 38(2), 241-256. Institute for the Study of Social Change. The Diversity Project: Final Report. Berkeley: University of California, 1991. Johnson, E. Cultural Norms Affect Oral Communication in the Classroom. New Directions for Teaching and Learning, no. 70. San Francisco: Jossey-Bass, 1997, pp. 47-52. Lynch, E. W. Instructional Strategies. In A. L. More, and M. K. Kitano (Eds,), Multicultural Course Tranformation in higher Education: A Broader Truth. Boston: Allyn and Bacon, 1997. Nora, A., and Cabrera, A. F. The Role of Perceptions of Prejudice and Discrimination on the Adjustment of Minority Students to College. Journal of Higher Education, 1996, 67(2), 119148.

Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas


73

Omi, M., and Winant, H. Racial Formation in the United States from the 1960s to the 1980s. (2nd ed.) New York: Routledge, 1994. Page, S. E. The Difference: How the Power of Diversity Creates Better Groups, Firms, Schools and Societies. Princeton, NJ: Princeton University Press. 2007. Pascarella, E. T., and Terenzini, P . T. How College Affects Students: A Third Decade of Research. Vol. 2. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Pratt, D. D., Kelly, M., and Wong, W. S. S. Chinese Conceptions of Effective Teaching in Hong Kong: towards Culturally Sensitive Evaluation of Teaching. International Journal of Lifelong Education, 1999, 18(4), 241-258. Rend6n, L. I. Validating Culturally Diverse Students: Toward a New Model of Learning and Students Development. Innovative Higher Education, 1994, 19(1), 33-51. Sadker, M., and Sadker, D. Confronting Sexism in the College Classroom. In S. L. Gabriel and I. Smithson (Eds.), Gender in the Classroom: Power and Pedagogy. Urbana: University of Illinois Press, 1990. Shield, R. M. The Retention of Indigenous Students in Higher Education: Historical Issues, Federal Policy, and Indigenous Resilience. Journal of College Student Retention, 2004-05, 6(1) 111-127. Slavin, R. E. Cooperative Learning and Intergroup Relations. ln J. A. Banks, and C. A. M. Banks (Eds.), Handbook of Research on Multicultural Education. New York: MacMillan, 1995. Steele, C. M. A Threat in the Air: How Stereotypes Shape Intellectual Identity and Performance. American Psychologist, 1997, 52(66), 613-629. Steele, C. M., and Aronson, J. Stereotype Threat and the Intellectual Test Performance of African Americans. Journal of Personality and Social Psychology, 1995, 69(5), 797-811. Suarez-Balcazar, Y, Orellana-Damacela, L., Portillo, N., Rowan, J. M., and Andrews- Guillen, C. Experiences of Differential Treatment among College Students of Color. Journal of Higher Education, 2003, 74(4), 428 444. Sue, D. W Multidimensional Facets of Cultural Competence, Counseling Psychologist, 2001, 29(6), 790-821. Sue, D. M., and Others. Racial Microaggressions in Everyday Life: Implications for Clinical Practice. American Psychologist, 2007, 62(4), 271-286. Suinn, R. M. Teaching Culturally Diverse Students. In W. J. McKeachie and M. Svinicki, McKeachies Teaching Tips (12th ed.) Boston: Houghton Miiflin, 2006. Tatum, B. D. Why Are All the Black Aids Sitting Together in the Cafetaria? New York: Basic Books, 2003. Tinto, V. Learning College: Rethinking the Causes and Cures of Student Attrilion. (2nd ed.) Chicago: University of Chicago Press, 1993. Torres, V., Howard-Hamilton, M. F, and Cooper, D. L. Identity Development of Diverse Population: Implication for Teaching and Administration in Higher Education. ASHE-ERIC; Higher Education Report, 29(6) San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Trent, J. S. (Ed.). Included in Communicatiaon: Learning Climate That Cultivate Racial and Ethnic Diversity. Washington DC: American Association for Higher Education in Cooperation with the National Communication Association, 2002. Vacarr, B., Moving Beyond Polite Correctness: Practicing Mindfulness in the Diverse Classroom. Harvard Educational Review, 2001, 71(2), 285-295. Yeh, T. L., Issues of College Persistence between Asian and Asian Pacific American Students. Journal of College Student Retention, 2004-05, 6(1), 81-96.

74

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

75

6
Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

Strategi-strategi Umum
Tuliskanlah pernyataan dalam silabus Anda yang mengundang mahasiswa berkebutuhan khusus untuk bertemu Anda secara pribadi. Minta mahasiswa untuk memberitahukan
kebutuhan mereka pada awal permulaan semester sehingga penyesuaian logistik dan akademik dapat dilakukan secara matang, tidak terburu-buru. Berikut adalah contoh pernyataan dalam silabus: Saya bersedia untuk berdiskusi secara pribadi tentang penyesuaian akademik bagi mahasiswa
berkebutuhan khusus. Mohon segera temui saya sehingga kita dapat melakukan pengaturan yang dibutuhkan. Mahasiswa dengan kebutuhan khusus juga didukung untuk menemui tenaga ahli di bagian Pelayanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus untuk meminta saran dan memverifikasi hak mereka untuk mendapatkan penyesuaian yang memadai.

Kampus-kampus dan para pengajarnya diwajibkan, berdasar hukum Federal (untuk konteks Amerika Serikat, diatur dalam Hukum tentang Kebutuhan Khusus tahun 1990; untuk Indonesia, sama dengan undang-undang atau Peraturan Pemerintah) dan sebagian besar undang-undang negara bagian (untuk konteks Amerika Serikat; untuk Indonesia sama dengan Peraturan Pemerintah Daerah), untuk membuat penyesuaian akademis yang memungkinkan bagi para mahasiswa berkebutuhan khusus yang terdokumentasikan. Penyesuaian tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua mahasiswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari, dan untuk mencapai standar intelektual baku yang ditetapkan institusi. Ketika mahasiswa berkebutuhan khusus diberikan penyesuaian yang memadai, mahasiswa yang lain dan pengajarnya pun mendapat keuntungan: kelas dapat berfungsi optimal ketika semua mahasiswanya dapat berkontribusi maksimal dalam kegiatan intelektual.

Buatlah pengumuman di kelas. Sebagai tambahan dari menempatkan pernyataan dalam silabus Anda, buatlah pengumuman secara umum di awal semester:
psikologis, atau terkait kesulitan belajar, dan belum menghubungi kantor pelayanan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, tolong segera lakukan. Jangan sungkan untuk berbicara secara pribadi dengan saya, baik setelah kelas usai maupun sepanjang jam kerja saya, terkait kebutuhan penyesuaian yang kamu butuhkan.

Jika kamu mungkin memerlukan penyesuaian untuk setiap kebutuhan khusus, baik secara fisik,

Ingatlah bahwa semua informasi terkait kebutuhan khusus mahasiswa bersifat rahasia. (Sumber: Hartman-Hall dan Haaga, 2002; Hodge dan Preston-Sabin, 1997)

Pada kebanyakan kampus, kantor pelayanan bagi kebutuhan khusus memastikan kebutuhan khusus dari mahasiswa dan membantu pengajar mengimplementasikan penyesuaian yang memadai. Banyak penyesuaian yang mudah untuk disediakan dan sering kali bermanfaat bagi banyak mahasiswa lainnya di kelas. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang dampak dari penyesuaian yang direncanakan, diskusikanlah kekhawatiran tersebut dengan staf di kantor pelayanan bagi kebutuhan khusus. Sesuai dengan penjelasan yang akan mereka berikan, penyesuaian tidak dianggap masuk akal jika hal tersebut secara mendasar dapat mengubah tujuan perkuliahan, tuntutan perkuliahan yang penting, atau standar akademik, atau jika hal tersebut menghadirkan kesulitan ekonomi atau akademik yang berlebihan (Scott, 1997; Simon, 2000). Sekitar 6-9% dari mahasiswa universitas menyatakan bahwa diri mereka memiliki kebutuhan khusus dalam aspek fisik, psikologis, atau belajar, yang membutuhkan penyesuaian (Henderson, 2001; Pusat Statistik Pendidikan Nasional AS/National Center for Education Statistics, 2002). Beberapa kebutuhan khusus telah langsung tampak jelas, tetapi terdapat pula yang tidak demikian, meliputi kesulitan belajar (sebagai contoh, disleksia), kesulitan sensorik ringan hingga menengah (keterbatasan penglihatan level rendah, kerusakan pendengaran ringan), kondisi-kondisi psikologis (depresi, gangguan bipolar, sindrom Asperger), dan kondisi kesehatan yang kronis (diabetes, gangguan kejang, lupus, kanker, HIV/AIDS).

Hindarilah pendekatan yang tidak bermanfaat (kontra produktif). Para ahli memperingatkan untuk berhati-hati terhadap sikap-sikap sebagai berikut (diadaptasi dari Aune, 2000; Bourke dkk., 2000; Burgstahler, 2003; Kleege, 2002):
Menjadi terlalu memanjakan mahasiswa berkebutuhan khusus atau memiliki harapan yang berbeda pada mereka. Memandang mahasiswa berkebutuhan khusus sebagai individu yang menyedihkan atau tak berdaya, atau sebaliknya, sebagai tokoh heroik dan menginspirasi. Menduga bahwa mahasiswa berkebutuhan khusus menginginkan agar dirinya memiliki kemampuan atau kondisi yang tidak mereka miliki. Memperlakukan mahasiswa dengan kesulitan belajar sebagai individu yang kurang nyata dibandingkan mahasiswa dengan ke-tuna-an secara fisik. Mengasumsikan bahwa keadilan berarti kesamaan. Memandang penyesuaian terhadap keterbatasan mahasiswa sebagai penanganan yang bersifat pilihan.

Universitas Washington, melalui proyek DO-IT-nya, menawarkan pengajaran online yang temponya disesuaikan kemampuan tiap orang, presentasi multimedia yang dapat diunduh, dan banyak sumber daya lainnya yang bertujuan untuk membantu pengajar mempelajari lebih dalam lagi tentang mahasiswa berkebutuhan khusus.

76

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

77

Waspadalah terhadap kekuatan bahasa. Dengarkanlah tentang bagaimana para mahasiswa menamakan kondisi kebutuhan khususnya dan ikutilah pilihan mereka tersebut atau tanyakan pada mereka tentang istilah tersebut. Beberapa mahasiswa akan lebih memilih frase atau istilah yang menyebutkan orangnya terlebih dahulu dan kebutuhan khususnya kemudian: mahasiswa dengan kesulitan pergerakan, orang yang memiliki schizophrenia (tetapi bukan orang yang menderita X atau terganggu oleh Y). Namun demikian, mahasiswa lainnya lebih menggunakan istilah yang mana kebutuhan khususnya disebutkan terlebih dulu (deaf people, blind people, disabled people). Bahasa yang cenderung menyinggung meliputi eufemisme (tertantang secara fisik (physically challenged), berkebutuhan khusus (disabled people) dan istilah yang menekankan kekurangan (tuli (hearing impaired) atau invalid) atau kelemahan (terbatas pada kursi roda (wheelchair bound), cacat (handicapped)). Namun, jangan khawatir terhadap istilah atau perumpamaan sehari-hari: mahasiswa tuna netra melihat idea atau konsep, seperti halnya mahasiswa yang tuna rungu mendengar apa maksud seseorang, dan pengguna kursi roda berjalan ke kelas. (Sumber: Asosiasi Psikologi Amerika, 1999: Gill dkk., 2003; Lewiecki-Wilson dan Brueggemann, 2008; Longmore, 2003; Michalko, 2002; Olkin, 2002; Pledger, 2003) Bantulah mahasiswa untuk mendapatkan dukungan akademik tambahan yang mereka butuhkan. Seorang mahasiswa mungkin mendapatkan alat bantu di kelas sebagai penyesuaian yang dimandatkan secara legal (alat/orang yang membantu mencatat, pengarti bahasa isyarat, amanuensis), tetapi alat atau bantuan tersebut bukanlah pengajar/tutor akademis. Mahasiswa berkebutuhan khusus dapat memperoleh manfaat dari pelayanan yang tidak dimandatkan, seperti bantuan/asistensi pengajaran (tutorial) berkelanjutan. Mereka juga dapat memperoleh manfaat dari perkuliahan yang dikhususkan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus untuk membantu mereka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kekhususan yang mereka miliki, menjadi pembela diri sendiri yang lebih efektif, menggunakan teknologi pembantu yang sesuai, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip kognitif untuk menjadi lebih pembelajar mandiri yang lebih efektif. Chiba dan Low (2007) menjelaskan perkuliahan yang berhasil bagi mahasiswa dengan masalah pembelajaran.

Akses Fisik
Berikanlah perhatian pada akses ruang kelas. Kebanyakan bangunan kampus memiliki pintu masuk atau gerbang yang dapat diakses oleh para mahasiswa dengan alat bantu gerak (kursi roda, tongkat, alat penyangga, dan alat berjalan), tetapi masing-masing ruang kelas dan laboratorium bisa jadi kurang mudah untuk diakses-periksalah dengan kantor penjadwalan penggunaan ruangan dan bersiaplah terhadap permintaan perubahan ruangan jika ada mahasiswa dengan keterbatasan kemampuan gerak terdaftar dalam perkuliahan Anda. Jika seorang mahasiswa dengan keterbatasan kemampuan gerak menggunakan elevator untuk mencapai kelas Anda, pastikanlah bahwa elevator tersebut berfungsi dan aturlah perubahan ruangan jika kerusakan terjadi berulang kali. Kantor pengaturan ruangan juga perlu memiliki daftar ruang kelas yang dilengkapi dengan sistem pendengaran infra merah, yang bekerja secara mandiri ataupun terkait dengan alat bantu dengar mahasiswa. Amatilah kebutuhan tempat duduk. Para mahasiswa yang menggunakan tongkat, alat
penyangga, atau alat berjalan akan menghargai jika mendapatkan tempat duduk yang dekat dengan pintu dan yang dapat diraih tanpa berjuang untuk menaiki tangga atau permukaan yang tak rata. Para mahasiswa yang menggunakan anjing penuntun akan menghargai tempat duduk di sudut ruangan. Para pengguna kursi roda memerlukan akses jalan yang rata atau menanjak dan meja yang memiliki ruang yang cukup untuk bagian kaki mereka. Beberapa mahasiswa mungkin ingin duduk di bagian depan ruang kelas untuk melihat dan mendengar lebih baik; dan beberapa mungkin lebih memilih untuk duduk jauh dari jendela. Alat-alat bantu (asisten laboratorium, pembaca) akan memerlukan pengaturan ulang tempat duduk. Tawarkanlah bantuan secara fisik hanya jika mahasiswa meminta bantuan atau jika ia benar-benar tampak membutuhkan, tetapi jangan pernah menyentuh mahasiswa kecuali mereka telah menunjukkan secara terbuka bahwa bantuan dihargai.

Pastikanlah akses untuk kegiatan di luar kelas. Lebih baik melibatkan mahasiswa dalam
kegiatan luar kelas dibandingkan memberikan saran kegiatan alternatif. Sensitiflah terhadap pertanyaan tentang akses ketika merencanakan kunjungan lapangan dan merekomendasikan untuk mengunjungi museum, kehadiran dalam ceramah di luar kampus dan presentasi yang dramatis, dan sebagainya. Sejumlah mahasiswa mungkin membutuhkan bantuan untuk transportasi, tempat duduk khusus, waktu istirahat yang sering, maupun orang atau alat penerjemah/pengarti. Kantor pelayanan bagi kebutuhan khusus biasanya merupakan tempat terbaik untuk mulai ketika sedang mencari solusi kreatif tentang masalah akses terhadap kurikulum. Ketika menjadwalkan jam kerja, jika memungkinkan, hindarilah waktu terlalu pagi yang terkadang menyulitkan mahasiswa-yang bergantung pada asisten pribadi untuk membantu memulai harinyauntuk hadir.

Perlakukanlah masalah penyesuaian untuk kebutuhan khusus-sesuai kenyataannyasebagai bagian dari beragamnya cara untuk Anda memastikan pembelajaran berlangsung efektif dan mengenali semua mahasiswa Anda sebagai individu. Pertimbangkanlah,
misalnya, meminta mahasiswa pada hari pertamanya untuk mengisi kartu indeks (atau menyelesaikan kuesioner online) dengan informasi kontak yang standar dan beberapa rincian tambahan (seperti tahun angkatan dan fakultas di sekolah), tetapi juga dengan kebebasan untuk menuliskan apa pun yang ingin mereka katakan pada Anda tentang situasi pribadi mereka yang mungkin akan mendukung pekerjaan mereka di perkuliahan: apakah mereka bekerja dalam waktu lama, bepergian jarak jauh tiap harinya, pengasuhan orang tua, dan sebagainya? Menyatakan penyesuaian terhadap kebutuhan khusus dalam daftar yang lebih luas akan menyiratkan pesan inklusivitas.

78

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

79

Pembelajaran yang Bebas Hambatan


Ikutilah praktik mengajar yang baik. Banyak teknik yang menolong para mahasiswa dengan keterbatasan sensorik atau kesulitan belajar, yang akan bermanfaat pula bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya di kelas. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
Menghadaplah ke arah para mahasiswa ketika Anda berbicara. Ketika Anda menulis di papan atau menarasikan suatu tayangan presentasi, cobalah untuk menghindari berbicara sambil menghadap ke arah papan atau layar. Berbicaralah dengan jelas dan dengan tingkat kekerasan suara (volume) dan kecepatan yang sesuai. Berhentilah sejenak setelah menyebutkan hal yang penting. Setelah mengajukan suatu pertanyaan pada para mahasiswa, berhentilah sejenak sebelum memanggil nama/menunjuk seseorang untuk menjawab. Mulailah setiap sesi pertemuan dengan mengkaji ulang secara singkat materi dari sesi sebelumnya dan membahas garis besar dari topik di sesi kali ini. Simpulkanlah setiap sesi dengan merangkum hal-hal (poin-poin) kunci. Jelaskan isi dari semua alat bantu visual (tampilan dari komputer, papan kerja, demonstrasi). Seiring Anda bekerja di papan, narasikanlah prosedur yang Anda lakukan: Menambahkan semua skor dan membaginya dengan banyaknya skor memberi kita nilai rata-ratanya (dibandingkan Menambahkan semua ini dan dibagi dengan itu menghasilkan ini). Sediakanlah beragam cara belajar: kerja kelompok, kegiatan praktik, tugas perseorangan. Variasikan bentuk pengajaran sehingga para mahasiswa tidak hanya mendengar secara pasif saja sepanjang sesi kelas. Pada saat yang sama, waspadalah terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh keragaman bentuk ini terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus. Menulis dalam kelas memberikan kesulitan pada mahasiswa yang membutuhkan perangkat teknologi pembantu untuk menyelesaikan tugas menulisnya; mahasiswa dengan masalah komunikasi mungkin tidak akan mampu berpartisipasi secara verbal (dengan kata-kata) dalam tugas kelompok-kecil. Pertimbangkanlah untuk memberitahu terlebih dulu para mahasiswa seperti ini sehingga mereka bisa datang ke kelas dengan tugas-tugas dalam kelas yang telah diselesaikan. Ketika membuat tugas, berikanlah instruksi baik secara lisan maupun secara tertulis. Berilah mahasiswa kesempatan untuk bertanya, mengklarifikasi, dan mengkaji ulang. Berikanlah mahasiswa umpan balik secara sering dan berkelanjutan, terkait performa akademik mereka, melalui ujian dan pengkajian ulang berkali-kali atas rancangan (draft) awal dari makalah semester mereka.

membutuhkan penyesuaian khusus. curb cut adalah contoh klasik dari desain universal: bukan hanya ini ramah terhadap pengguna kursi roda, tetapi juga terhadap pengguna papan luncur (skateboarder), pengguna sepatu roda (rollerblader), orang yang mendorong kereta bayi (stroller), orang yang bepergian dengan membawa koper, dan pejalan kaki yang menggunakan tongkat, alat penyangga, atau alat berjalan. Dengan prinsip yang sama, desain pengajaran yang universal bertujuan untuk membuat lingkungan pembelajaran dapat diakses oleh semua tipe pelajar tanpa perlu adaptasi khusus. Sebagai contoh, Sistem Pengajaran Pribadi Keller (Kellers Personalized System of Instruction) (Keller, 1968) memungkinkan mahasiswa untuk bekerja sesuai kecepatan mereka masing-masing, untuk mengikuti kembali ujian sesering yang mereka perlukan untuk menampilkan penguasaan mereka atas materi, dan untuk belajar materi perkuliahan, baik dari bahan tercetak maupun digital. Desain tes yang universal mensyaratkan tes/ujian untuk disusun dan diadministrasikan/dilaksanakan sedemikian rupa hingga penyesuaian tidak diperlukan, misalnya, melaksanakan ujian tanpa batasan waktu. Desain universal di pendidikan yang lebih tinggi memandang perbedaan dalam belajar sebagai suatu kontinum/garis panjang, dengan mahasiswa berkebutuhan khusus di satu ujungnya, dibandingkan sebagai kelompok yang terpisah atau berbeda. Desain universal bergantung pada penggunaan serangkaian materi/bahan pengajaran, beragam strategi pengajaran, dan pendekatan yang fleksibel dalam pengukuran tingkat pembelajaran atau pengetahuan mahasiswa. Situs web dari Asosiasi untuk Pendidikan Tinggi dan Kebutuhan Khusus (The Association for Higher Education and Disability/AHEAD) berisi daftar yang komprehensif tentang sumber daya-sumber daya yang dapat membantu Anda dalam mengimplementasikan desain universal (ahead.org/resources/ud). (Sumber: Belch, 2004-05; Brothen dkk., 2002; Burgstahler dan Cory, 2008; Scott dkk., 2003; Silver dkk., 1998; Sireci, 2005)

Rancanglah situs Web perkuliahan yang dapat diakses secara universal. Mintalah saran
pada tenaga profesional dalam bidang teknologi pengajaran di kampus Anda terkait rancangan situs Web yang dapat diakses. Strategi-strategi yang biasanya digunakan meliputi, antara lain:

Menyediakan penjelasan suara (audio) untuk semua bahan yang tertulis atau tergambar (visual) dan alternatif teks atau bacaan untuk semua bahan visual. Beri tulisan keterangan dalam semua video. Berilah nama/label yang unik dari semua kaitan (link) dan kontrol. Bergantunglah pada perintah yang diketik sebagai tambahan dari meng-klikgambar. Hindarilah unsur flash atau kedipan (yang dapat menyebabkan kejang pada mereka yang memiliki epilepsi akibat sensitif terhadap cahaya). Tawarkanlah pilihan yang dapat disesuaikan untuk setiap orang, terkait ukuran, warna, dan kontras dari teks/tulisannya.

Gabungkanlah prinsip-prinsip desain universal/umum ke dalam perkuliahan Anda.


Premis/asumsi dasar tentang desain universal adalah bahwa lingkungan yang diciptakan setiap harinya haruslah setara kemudahan aksesnya untuk semua orang, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki kebutuhan khusus/keterbatasan, tanpa

Tersedia panduan dari Web Accessibility Initiative (www.w3.org/WAI) yang juga mengkaji ulang piranti lunak (software) yang tersedia secara komersil dan dari

80

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

81

sumber bebas yang bertujuan untuk menguji kemudahan akses suatu Web. WebAIM (www.webaim.org), yang diciptakan oleh Negara Bagian Utah dan Pusat bagi Orang Berkebutuhan Khusus (The Center for Persons with Disabilities), juga menawarkan sumber daya-sumber daya untuk membuat situs Web dapat diakses.

Pastikanlah kesetaraan akses terhadap informasi. Jika Anda memiliki mahasiswa yang tuli/sulit mendengar di kelas Anda, ketika Anda menayangkan film, video, atau DVD, pastikanlah semua tersebut dapat menampilkan tulisan keterangan dari apa yang disampaikan (terjemahan/captioned) kapanpun memungkinkan. Sediakanlah versi elektronik dari selebaran/handout tercetak sehingga mahasiswa dapat menggunakan alat pembaca layar dan teknologi pembantu untuk menciptakan versi/bentuk yang lebih dapat diakses. Sebisa mungkin, pilihlah buku ajar, bahan bacaan, artikel jurnal, dan artikel surat kabar yang tersedia dalam bentuk/format digital selain juga dalam bentuk tercetak. Untuk informasi tentang membuat materi perkuliahan dan alat kolaborasi (papan diskusi, ruang berbincang/chat room, konferensi lewat video/videoconferencing) dapat diakses, lihatlah Barstow dkk., 2002. Kebanyakan kampus memiliki sumber daya untuk membantu membayar biaya pemindahan/transfer informasi dari bentuk tercetak (hard copy) ke media alternatif. Sediakanlah captioner atau penerjemah bahasa isyarat dengan istilah dan nama diberitahukan di awal. Kapanpun memungkinkan, sediakanlah daftar tertulis dari istilah
teknis dan nama yang patut yang akan Anda gunakan di kelas demi memastikan bahwa semua tereja dengan benar. Sesuai kebutuhan, sediakan salinan dari catatan Anda sebelum kelas dimulai. Biasakanlah diri Anda dengan teknologi-teknologi yang dapat diakses.

(cordless microphone). Ketika Anda melakukannya, ingatlah untuk menjelaskan elemen visual dari presentasi Anda (tampilan komputer, papan kerja, demonstrasi). Jika Anda memikirkan tentang penggunaan kembali materi perkuliahan oleh mahasiswa, mintalah mahasiswa untuk menandatangani perjanjian untuk tidak menyalin rekaman tersebut, tidak memberikan rekaman tersebut pada orang lain, dan untuk menghapus rekaman tersebut di akhir semester.

Sediakanlah petunjuk-petunjuk tentang bagaimana menguasai bahan. Saran dapat


membantu semua mahasiswa, bukan hanya mereka yang berkebutuhan khusus. Pertimbangkanlah strategi-strategi pengajaran berikut (diadaptasi dari Stage dan Milne, 1996; Swanson dan Hoskyn, 1998; Tincani, 2004):

Buatlah daftar tujuan-tujuan utama untuk kegiatan membaca dalam minggu tersebut. Ketika memberikan ceramah, gunakanlah pengaturan yang canggih yang dibentuk berdasarkan apa yang telah diketahui mahasiswa dan menyediakan konteks bagi informasi yang baru. Ketika memberikan ceramah, buatlah perpindahan langkah satu ke langkah berikutnya yang mudah dikenali dari suatu sub-topik ke sub-topik berikutnya. Gunakanlah contoh-contoh yang konkret dan demonstrasi visual untuk memperkuat pembelajaran. Kaji ulang strategi-strategi belajar yang efektif, seperti menggarisbawahi konsepkonsep penting, membahas kembali materi secara rutin, menyediakan waktu khusus untuk belajar, meluangkan waktu di perpustakaan dalam atmosfer belajar, dan menetapkan sasaran-sasaran dalam bentuk daftar harian jangka pendek. Distribusikanlah pertanyaan-pertanyaan latihan untuk ujian tengah semester dan akhir semester. Dorong mahasiswa untuk membentuk kelompok belajar yang bertemu di luar kelas.

Tanyakanlah pada pelayanan kebutuhan khusus di kampus Anda tentang teknologi perseorangan dan dalam ruang kelas yang dapat diakses. Alat-alat pribadi, seperti piranti lunak (software) pengenal suara, papan tombol (keyboard) yang dimodifikasi, tongkat mulut (mouthstick) dan tongkat kepala (headwand), pembesar layar, penyatu ucapan (speech synthesizer), Braille atau alat pencetak yang menghasilkan cetakan berukuran besar, program pembaca layar, dan pengatur informasi pribadi. Teknologi dalam ruang kelas yang dapat diakses dapat pula meliputi penulis teks/penerjemah langsung (real-time captioning), di mana penerjemah (captioner) menuliskan isi perkuliahan dan diskusi ke layar komputer sehingga mahasiswa dapat langsung membacanya di meja mereka (captioner tidak perlu hadir di dalam kelas selama mereka dapat mendengar apa yang terjadi). Pengetik (keyboarder) terlatih menggunakan teknologi seperti C-Print (wwwMntid.rit. edu/cprint) dalam mengetikkan perkuliahan secara langsung, pada saat itu juga, dan memproyeksikan hasilnya pada layar laptop untuk tiap mahasiswa atau ke layar di ruang kelas agar dapat dilihat seluruh kelas; Pengetikan ini bermanfaat bagi mahasiswa yang memiliki kesulitan pendengaran dan bagi mahasiswa yang bahasa pertamanya bukan bahasa Inggris. Catatan tersebut juga dapat dipublikasikan di situs Web perkuliahan setelah kelas berakhir.

Sediakanlah daftar bacaan sejak awal. Para mahasiswa yang bergantung pada tenaga pembaca atau memerlukan Braille, cetakan besar, disket komputer, atau versi rekaman suara dari buku dan artikel akan menghargai pemberitahuan awal sebanyak mungkin yang dapat diberikan. Di tengah semester, para mahasiswa ini berharap untuk memperoleh daftar bacaan untuk perkuliahan yang mereka perkiraan akan diambil di periode semester berikutnya.

Partisipasi di Kelas
Aturlah agar ada partisipasi kelas atau sebuah kegiatan alternatif. Mahasiswa yang memiliki keterbatasan atau kebutuhan khusus yang dapat menghambat mereka untuk mengangkat tangan di kelas untuk menjawab atau mengajukan pertanyaan dapat merasa terasing atau terabaikan dalam kelas. Pada pertemuan pribadi Anda dengan mahasiswa

Pakailah transmitter mikrofon tanpa kabel, jika diminta. Mahasiswa yang tidak bisa mencatat dan perlu untuk merekam sesi dalam kelas serta mahasiswa yang menggunakan alat bantuan dengar dapat meminta Anda untuk menggunakan pengeras suara tanpa kabel

82

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

83

tersebut untuk yang pertama kalinya, tanyakanlah bagaimana ia ingin dikenali atau diperhatikan di kelas. Beberapa mahasiswa menginginkan untuk dipanggil namanya/ ditunjuk; yang lainnya mungkin ingin dibuatkan pengaturan yang berbeda dalam memperoleh jawaban atas pertanyaan mereka. Para mahasiswa yang keterbatasan atau kebutuhan khususnya menghalangi mereka dari membaca dengan suara keras atau menjawab pertanyaan di kelas mungkin juga ingin mengembangkan pilihan-pilihan lain bagi dirinya.

Rancanglah ujian tercetak demi akses yang universal. Program bagi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus (The Disabled Students Program) di Universitas California di Berkeley merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
Gunakanlah ukuran huruf yang besar, warna gelap, dan berikanlah dua (double) atau tiga (triple) spasi antar butir ujian. Hindarilah memasukkan terlalu banyak pertanyaan atau permasalahan Matematika dalam satu halaman. Kelompokkanlah soal-soal dari jenis/tipe yang sama (contohnya, tipe benar-salah,tipe pertanyaan dengan jawaban singkat) dengan spasi tambahan di antara tiap tipe. Jika memungkinkan, tiadakanlah butir soal yang bersifat mencocokkan (matching) yang terlalu sulit untuk dibaca atau direkam. Jika memungkinkan, izinkanlah mahasiswa untuk melingkari jawaban yang dipilihnya pada lembar ujian daripada pada lembar oval atau Scantron.

Tuju siswanya, bukan alat bantunya. Ketika berbicara dengan mahasiswa yang memiliki asisten/pembantu, sapalah dan kenalilah kehadiran sang asisten/pembantu secukupnya, tetapi lihatlah dan tujukan pembicaraan Anda pada mahasiswa. Jika Anda terlibat dalam situasi yang lebih panjang daripada sekadar sapaan singkat dengan mahasiswa yang menggunakan kursi roda, tariklah kursi, duduklah, dan cobalah untuk berbicara dengan mahasiswa sambil menatap wajahnya atau sejajar dengan matanya/eye-level (tapi janganlah bersandar, menyentuh, atau mendorong kursi roda kecuali jika mahasiswa memintanya). Moderatori/mediasi secara aktif semua diskusi kelas. Sesuai kebutuhan, ulangilah komentar atau pertanyaan mahasiswa dan kenalilah pembicaranya. Cobalah untuk memastikan bahwa hanya satu orang yang berbicara dalam satu waktu. Dengarkanlah dengan penuh perhatian saat mahasiswa dengan kesulitan wicara sedang berbicara; jangan berusaha menyelesaikan atau memotong kalimat yang diucapkannya. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami mahasiswa, ulangi kembali apa yang Anda pahami dan minta mahasiswa untuk mengkonfirmasi, mengulangi, atau mem-parafrase. Berikanlah alternatif/pilihan lain untuk presentasi secara lisan, sesuai kebutuhan.
Presentasi lisan dapat memberikan kesulitan pada mahasiswa yang memiliki kesulitan wicara. Beberapa mahasiswa demikian mungkin menginginkan untuk menyampaikan presentasinya tanpa bantuan, tetapi yang lainnya mungkin menginginkan adanya bantuan dari seorang penerjemah. Mahasiswa lainnya mungkin ingin menuliskan presentasi mereka dan meminta penerjemah atau mahasiswa lainnya untuk membacakannya pada seisi kelas.

Sediakanlah kondisi pelaksanaan tes yang memadai. Kantor pelayanan kebutuhan khusus/ keterbatasan dapat memberikan satu atau beberapa penyesuaian sebagai berikut:
Alat bantu untuk membacakan ujian dengan keras atau untuk menuliskan jawaban yang didiktekan mahasiswa. Lembar ujian dengan versi cetakan yang lebih besar. Ruangan yang memiliki pencahayaan yang lebih baik, gangguan yang lebih sedikit, atau teknologi khusus. Tambahan waktu pengerjaan ujian, dengan atau tanpa waktu istirahat yang dijadwalkan. Pilihan untuk mengganti ujian lisan dengan ujian tertulis, atau ujian tertulis untuk ujian lisan, atau ujian dengan pilihan ganda untuk ujian essay/uraian.

Nilailah ujian seperti yang biasanya Anda lakukan. Ketika mahasiswa memperoleh
penyesuaian dalam melaksanakan ujian, maka tidak perlu untuk menambah kelonggaran terkait penilaian. Namun, tentu saja, menilai mahasiswa secara lebih keras karena mereka telah menerima, sebut saja, keuntungan berupa tambahan waktu akan menghapuskan dampak penyesuaian yang telah dilakukan.

Ujian
Perhatikanlah bentuk atau tampilan soal ujian. Ujian seharusnya dapat mengukur pengetahuan atau penguasaan mahasiswa terhadap isi perkuliahan, tetapi bentuk atau tampilan ujian itu sendiri tak bisa dipungkiri menguji keterampilan yang lain pula. Sebagai contoh, keberhasilan dalam mengerjakan ujian yang tercetak tergantung pada kemampuan pemrosesan informasi visual (penglihatan), keberhasilan dalam ujian berbentuk esai tergantung pada keterampilan motorik halus, dan keberhasilan dalam ujian lisan tergantung pada keterampilan pemrosesan informasi auditorial (pendengaran). Ketika keterbatasan mahasiswa menganggu kesempatannya untuk menunjukkan penguasaannya, penyesuaian mungkin dibutuhkan. (Sumber: Barstow dkk., 2002; Brinckerhoff dkk., 2002)

Perkuliahan di Laboratorium
Kaji ulang tata aturan/prosedur keselamatan dan evakuasi. Mintalah pada kantor fasilitas kampus Anda untuk menambahkan sistem peringatan bahaya secara auditorial (suara) atau visual sesuai kebutuhan. Sesuai kebutuhan, sesuaikanlah perabot, peralatan, dan alat-alat uji coba. Berikanlah mahasiswa tur atau kegiatan berkeliling di laboratorium dan tanyakanlah pada mereka, penyesuaian apakah yang mungkin diperlukan. Konsultasikanlah dengan kantor fasilitas kampus Anda terkait panduan dan penyesuaian sementara-sebagai contoh, bagaimana

84

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

85

untuk membuat sudut tempat praktik (counter), wadah pembuangan (sink), peralatan, dan penutup bau menjadi dapat diakses oleh mahasiswa yang menggunakan kursi roda. Peralatan laboratorium yang adaptif, seperti termometer yang bersuara, penghitung waktu yang dapat diraba (tactile timer), jarum yang dapat diraba (tactile syringe), dan petunjuk cahaya (light probe) akan memungkinkan mahasiswa dengan keterbatasan visual untuk melaksanakan eksperimen/percobaan di laboratorium. Menyediakan penggenggam bentuk C (C-clamp) untuk memegang benda-benda dan pengontrol angkat-dalam-satu tindakan (single-action-lever controls) dalam bentuk tombol-tombol dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang memiliki kesulitan pergerakan/mobilitas. Me-label/memberi keterangan perlengkapan, peralatan, dan bahan-bahan dapat membantu mahasiswa yang memiliki kesulitan belajar. Untuk saran yang lebih rinci, lihatlah situs Web DO-IT Universitas Washington tentang Laboratorium Sains (Science Labs).

Dengarkanlah dengan seksama dan, sesuai kebutuhan, konfirmasikan pemahaman Anda dengan mengulang kembali apa yang telah mahasiswa katakan. Jangan coba untuk mengonseling mahasiswa. Rekomendasikan pada pusat konseling di kampus Anda, atau buatkanlah jadwal pertemuan lewat telepon selagi mahasiswa ada di kantor Anda. Jika mahasiswa menolak dirujuk, hubungi jasa konseling Anda dan kemukakan kekhawatiran-kekhawatiran Anda.

Cobalah untuk membedakan antara stress negatif secara psikologis dan perilaku memberontak atau sebuah imajinasi yang aktif. Dalam penampilan dan perilaku mereka,
para mahasiswa sedang bereksperimentasi atau mengujicobakan peran-peran dan sikapsikap baru. Tidak semua mahasiswa yang mengenakan kaca mata hitam dalam kelas dan duduk sendirian di barisan belakang merupakan mahasiswa yang membutuhkan konseling. Sama juga halnya, tidak semua cerita pendek yang menampilkan kekacauan dan kekerasan merupakan ciri adanya psikosis. Meskipun demikian, terkadang perilaku berlebihan (drama) adalah bentuk upaya meminta bantuan atau usaha mencari perhatian, dan yang seperti ini tidak boleh diabaikan. Secara khusus, ancaman yang ditujukan pada anggota komunitas kampus manapun harus segera ditangani dengan membawa permasalahan tersebut pada ketua departemen/jurusan. Departemen Bahasa Inggris universitas Virginia Tech (The Virginia Tech) telah mengembangkan panduan yang membantu para pengajar, yang diberi judul Berespon terhadap Penulisan Kreatif yang Mengganggu (Responding to Disturbing Creative Writing) (tersedia di situs Web Virginia Tech), yang menjelaskan langkah-langkah yang perlu diambil jika hasil karya kreatif mahasiswa menimbulkan kekhawatiran.

Sediakanlah asisten laboratorium pribadi. Tenaga asisten laboratorium yang dipilih oleh pengajar, yang terbiasa/familier dengan tata aturan/prosedur laboratorium dapat membantu mahasiswa menyelesaikan tugas-tugas yang tak mampu mereka selesaikan jika tanpa bantuan. (Sumber: Pence dkk., 2003) Pertimbangkanlah pengaturan alternatif. Anda mungkin dapat menyesuaikan latihan
dan eksperimen di laboratorium untuk mengakomodasi kekhususan/keterbatasan mahasiswa dengan mengganti peralatannya dengan yang lebih mudah untuk digunakan, dengan menyusun sejumlah tugas laboratorium sebagai kerja kelompok, atau dengan menyediakan asisten di laboratorium. (Sumber: Womble dan Walker, 2001)

Eksplorasi eksperimen dengan laboratorium virtual. Beberapa mahasiswa mungkin akan


terbantu dengan melakukan eksperimen secara online (lewat internet), di mana tingkat kecekatan motorik dan kekuatan yang dituntut lebih rendah daripada di laboratorium yang sesungguhnya. (Sumber: Martinez-Jimenez dkk., 2003)

Hadapilah secara langsung kondisi emosional yang ekstrem dari mahasiswa. Para ahli
di Pelayanan Konseling dan Psikologis Universitas California di Berkeley membuat rekomendasi sebagai berikut:

Pengukuran Risiko Tingkah Laku


Waspadalah terhadap perilaku yang mengganggu atau merugikan. Masa transisi/
perpindahan menuju kehidupan kampus dapat secara khusus menjadi sangat menekan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Kesulitan-kesulitan ini makin meningkat jika mahasiswa memilih untuk tidak melakukan pengobatannya. Jika Anda khawatir akan perilaku mahasiswa-bereaksi berlebihan, penarikan diri yang berlebihan, atau menulis sesuatu yang sangat kasar atau aneh-konsultasikanlah dengan tenaga ahli konseling tentang langkah terbaik selanjutnya. Ahli kesehatan mental menawarkan rekomendasi sebagai berikut (diadaptasi dari Cohen, 2007): Dalam menyatakan hasil observasi dan alasan kekhawatiran Anda, ungkapkanlah dengan se-spesifik mungkin. Berikanlah kesempatan mahasiswa mendiskusikan perasaan dan pemikiran mereka. Hindarilah mengkritik atau menghakimi.

Pertahankan postur tubuh yang percaya diri/siap sedia, tidak takut, dan tempatkan diri Anda di belakang meja atau kursi, atau di dekat pintu, jika memungkinkan. Bicaralah dalam nada yang tenang, apa adanya. Batasilah interaksi Anda: jangan memaksa adanya sebuah penjelasan; jangan berdebat; jangan menjadi kasar atau menghukum. Nyatakan instruksi dan konsekuensinya dengan jelas; ulangi sesuai kebutuhan.

Diskusikanlah kekhawatiran-kekhawatiran Anda dengan pihak lain di kampus. Jika Anda mengkhawatirkan bahwa seorang mahasiswa dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain, peringatkanlah ketua departemen/jurusan atau dekan Anda. Jika kampus Anda memiliki tim penilaian risiko perilaku, hubungi juga mereka.

86

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus


87

Daftar Referensi
American Psychological Association, Enhancing Your Interactions with People with Disabilities, Washington DC: American Phsycological Association, Public Interest Directorate, 1999. Aune, B. Career and Academic Advising. In H. A. Belch (Eel.), Serving Students with Disabilities. New Directions for Student Services, no. 91. San Francisco: Jossey-Bass, 2000, pp. 55-67. Barstow, C., McKell, M., Rothberg, M., and Schmidt, C. IMS Guidelines for Developing Accessible Learning Applications. 2002. http://www.imsglobal.org/accessibility/accessiblevers/index. html Belch, H. A. Retention and Students with Disabilities. Journal of College Student Retention. 2004-05. 6(1). 3-22. Bourke, A. B., Strethorn, K. C., and Silver; P Faculty Members Provision of Instructional Accommodations to Students with LD. Journal of Learning Disabilities, 2000, 33(1), 26-32. Brinckerhofl; L. C., McGuire, J. M., and Shaw. S. M., Postsecondary Education and Transition, for Students with Learning Disabilities. (2nd ed.) Austin, TX: PRO-ED, 2002. Brothen, T; Wambach, C., and Hansen, G. Accommodating Students with Disabilities: PSI as an Example of Universal Instructional Design. Teaching of Psychology, 2002, 29(3), 239-240. Burgstahler, S. E. Accommodating Students with Disabilities: Professional Development Needs of Faculty. In C. M. Wehlburg and S. Chadwick-Blossey (Eds.), To Improve the Academy. Vol. 21. San Francisco: Jossey-Bass/Anker, 2003. Burgstahler.. S. E.. and Cory, R. C. (Eds.). Universal Design in Higher Education: From. Principles to Practice. Cambridge, MA: Harvard Education Press, 2008. Chiba, C., and Low. R. A Course-Based Model to Promote Successful Transition to College for Students with Learning Disorders. Journal of Postsecondary Education and Disability, 2007, 20(1), 40-53. Cohen, A. S. From Documentation to Accommodation: The Disability Service Providers Guide to Supporting Students with Psychiatric Disabilities. Horsham, PA: LRP Publications, 2007. Gill, C. J., Kewman, D. G., and Brannon, R.W. Transforming Psychological Practice and Society: Policies That Reflect the New Paradigm. American Psychologist. 2003, 58(4), 305-312. Hartman-Hall, H. M., and Haaga, D. A. College Students Willingness to Seek Help for Their Learning Disabilities. Learning Disability Quarterly, 2002, 25(4), 263-74. Henderson, C. College Freshmen with Disabilities, 2001: A Biennial Statistical Profile. Washington, DC: American Council on Education/HEATH Resource Center, 2001. Hodge, B. M., and Preston-Sabin, J. AccommodationsOr Just Good Teaching? Strategies for Teaching College Students with Disabilities. Westport, CT: Praeger, 1997. Keller, F. S. Good-Bye, Teacher .... Journal of Applied Behavior Analysis, 1968, 1(1), 79-89. Kleege, G. Disabled Students Come Out: Questions without Answers. In S. L. Snyder, B. J. Brueggemann, and R. Garland-Thomson (Eds.) Disability Studies: Enabling the Humanities. New York: Modern Language Association of America, 2002. Lewiecki-Wilson, C., and Brueggemann, B. J. (Eds.). Disability and the Teaching of Writing: A Critical Sourcebook. Boston: Bedford/St. Martins, 2008. Longmore, P . K. Why I Burned My Book and Other Essays on Disability. Philadelphia: Temple University Press, 2003. Martinez, Jimenez, P ., Pontes-Pedrajas, A., Polo, J., and Climent-Bellido, M Learning in Chemistry with Virtual Laboratories. Journal of Chemical Education. 2003. 80(3), 346-52. Michalko, R. The Difference That Disability Makes. Philadelphia, PA: Temple University Press, 2002.

National Center for Education Statistics. Profile of Undergraduates in US. Postsecondary Institutions: 1999-2000. National Postsecondary Student Aid Study Washington, DC: National Center for Education Statistics, US. Department of Education, 2002. Olkin, R. Could You Hold the Door for Me? Including Disability in Diversity. Cultural Diversity and Ethnic Minority Psychology, 2002, 8(2), 130-137. Pence, L. E., Workman, H. J., and Riecke, P . Effective Laboratory Experiences for Students with Disabilities: The Role of a Student Laboratory Assistant. Journal of Chemical Education, March 2003, 80(3), 295-298. Pledger, C. Discourse on Disability and Rehabilitation Issues: Opportunities for Psychology. American Psychologist, 2003, 58(4), 279-284. Scott, S. S. Accommodating College Students with Learning Disabilities: How Much Is Enough Innovative Higher Education, 1997, 22(2), 85-99. Scott, S. S., McGuire, J. M., and Shaw, S. F. Universal Design for Instruction: A New Paradigm for Adult Instruction in Postsecondary Education. Remedial and Special Education, 2003, 24(6), 369379. Silver, P , Bourke, A., and Strehorn, K. C. Universal Instructional Design in Higher Education: An Approach for Inclusion. Equity and Excellence in Education, 1998, 31(2), 47-5 1. Simon, J. Legal Issues in Serving Students with Disabilities in Postsecondary Education. In H. A. Belch (Ed.), Serving Students with Disabilities. New Directions for Student Services, no. 91. San Francisco: Jossey-Bass, 2000, pp. 69-81. Sircci, S. U. Unlabeling the Disabled: A Perspective on Flagging Scores from Accommodated Test Administrations. Educational Researcher, 2005, 34(1), 3-12. Stage, F. K., and Milne, N. V. Invisible Scholars: Students with Learning Disabilities. Journal of Higher Education, 1996, 67(4), 426-445. Swanson, H. L., and Hoskyn. M. Experimental Intervention Research on Students with Learning Disabilities: A Meta-Analysis of Treatment Outcomes. Review of Educational Research, 1998, 68(3), 277-321. Tincani, M. Improving Outcomes for College Students with Disabilities: Ten Strategies for Instructors. College Teaching, 2004, 52(4), 128-132. Womble, M. D., and Walker, C. R. Teaching Biology to the Visually Impaired: Accommodating Students Special Needs. Journal of College Science Teaching, 2001, 30(6), 394-396.

88

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa yang Masuk Kembali (Reentry Student)

89

7
Mahasiswa yang Masuk Kembali (Reentry Student) dan Mahasiswa Pindahan (Transfer Student)
Mahasiswa yang masuk kembali/reentry student (sering didefinisikan sebagai mahasiswa yang berusia dua puluh lima tahun ke atas, yang telah tidak berkuliah/bersekolah selama setidaknya dua tahun) dan mahasiswa pindahan/transfer student menyusun lebih dari setengah mahasiswa sarjana/S1 di seluruh negara Amerika Serikat (Bash, 2003). di luar banyaknya jumlah mereka, mahasiswa yang masuk kembali dan mahasiswa pindahan dapat merasa sudah ketinggalan jika dibandingkan dengan mahasiswa yang mulai di kampus sebagai mahasiswa baru.

Saran-saran di halaman-halaman berikut dapat membantu Anda menghadapi tantangan dan kesempatan yang muncul akibat bekerja dengan mahasiswa reentry dan mahasiswa pindahan.

Strategi-strategi Umum
Hindarilah men-cap/me-label (stereotyping) mahasiswa Anda. Sebagai contoh, janganlah membuat asumsi tentang kemampuan akademik mahasiswa berdasarkan status mereka sebagai mahasiswa reentry atau mahasiswa pindahan/transfer. Hindarilah menganggap mereka semua adalah kelompok yang homogen dengan tantangan, nilai, sikap, atau tujuan yang sama. (Sumber: Donaldson dan Townsend, 2007) Sadarilah dinamika antara mahasiswa yang lebih muda dan yang lebih tua. Secara umum, baik mahasiswa yang lebih muda maupun lebih tua memandang kelas yang terdiri dari beragam usia sebagai pengalaman yang positif. Bantulah mahasiswa menghargai sudut pandang satu sama lain. Bantu pula mereka untuk menyadari bagaimana keragaman sudut pandang menghidupkan dan memperkaya diskusi. (Sumber: Howard dkk., 1996; Lynch dan Bishop-Clark, 1993) Bantulah mahasiswa melakukan perpindahan/transisi ke dalam kampus empat tahun (universitas). Para mahasiswa berusia lebih tua, yang tidak pernah berkuliah atau
berperforma buruk di kampus saat pengalaman pertamanya, dapat merasa cemas (nervous) tentang kemampuan akademik mereka. Bantulah para mahasiswa ini untuk merasa nyaman dalam kelas Anda dengan menawarkan dukungan dan menunjukkan kepercayaan atas keterampilan mereka. (Sumber: Ross-Gordon, 2003)

Dibandingkan mahasiswa yang lebih muda, para mahasiswa reentry cenderung lebih termotivasi dan memiliki orientasi yang lebih praktis, terkait pemecahan masalah nyata (problem-solving), dalam pembelajaran; mereka sering kali memperlakukan dosennya sebagai teman sebaya; dan mereka biasanya memiliki tujuan pendidikan yang lebih jelas (Bean dan Metzner, 1985; Bishop-Clark dan Lynch, 1992). Kebanyakan mahasiswa reentry datang ke kelas dengan tujuan yang terkait dengan pekerjaan mereka (Aslanian, 2001; Hagedorn, 2005), dan mereka juga cenderung untuk berperforma lebih baik daripada mahasiswa yang lebih muda dalam kelas (Hagedorn, 2005; Richardson dan King, 1998). Para pengajar telah menggambarkan para mahasiswa reentry sebagai siswa yang sangat termotivasi dan bersemangat dalam belajar (Giczkowski, 1992), dan kehadiran serta partisipasi mereka dapat cukup memperkaya pengalaman belajar semua mahasiswa. Beberapa mahasiswa pindahan juga lebih tua (Cohen dan Brawer, 2002), tetapi rata-rata usia para mahasiswa pindahan terus menurun (Adelman, 2005). Pada saat yang sama, jumlah mahasiswa pindahan yang masuk di sekolah empat tahun (universitas) terus meningkat. Berlawanan dengan stereotipe (cap) yang ada, mahasiswa pindahan yang berasal dari sekolah dua tahun (D2) dapat setara secara akademik dengan teman sekelasnya di sekolah baru, yang berada di tingkat kelas tiga. Satu tantangan yang umum dihadapi mahasiswa pindahan, berapapun usianya, adalah gegar budaya (culture shock) yang mereka rasakan di kampus baru dengan perbedaan sistem pengajaran (sering kali fokus pada pengajaran oleh guru lebih rendah) dan situasi di mana mereka memiliki hanya sedikit teman dan jaringan kegiatan luar kampus/ekstrakurikuler (Bingham-Newman dan Hopkins, 2004). Mereka dapat merasa kurang terikat dengan kampusnya dan teman sekelasnya.

Sensitiflah terhadap hambatan logistik mahasiswa. Banyak mahasiswa reentry juga bergelut dengan tanggung jawab keluarga, komitmen pekerjaan, kewajiban sosial dan masyarakat, serta bepergian jauh untuk pulang-pergi (commuter). Menghadiri kunjungan lapangan dan kegiatan di akhir pekan atau kegiatan malam hari dapat menyebabkan masalah khusus bagi para mahasiswa ini, dan para mahasiswa komuter mungkin memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya, laboratorium, dan jasa tutorial. Jika memadai, cobalah untuk mengembangkan sumber daya online yang dapat mengatasi masalah-masalah logistik.

Menciptakan Ikatan
Doronglah mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kehidupan kampus. Semua mahasiswa
meningkat performanya ketika mereka merasa nyaman dan memiliki ikatan dengan kehidupan intelektual di kampus. Lakukanlah usaha untuk membantu mahasiswa merasa sebagai bagian dari kehidupan kampus, dan dorong mahasiswa reentry serta mahasiswa pindahan untuk saling membentuk jaringan dan membantu memecahkan masalah satu sama lain. Jika sesuai, bantulah mahasiswa untuk melakukan kontak dengan pengajar lain dan staf kampus. Kelompok kecil, diskusi, dan strategi pengajaran interaktif lainnya

90

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa yang Masuk Kembali (Reentry Student)

91

dapat meningkatkan hubungan kelompok. (Sumber: Donaldson dkk., 2000; Ross-Gordon, 2003)

Bantulah mahasiswa reentry dan pindahan untuk menemukan pekerjaan di kampus.


Sekitar 50 persen dari mahasiswa kampus empat tahun (universitas) dan 80 persen dari mahasiswa kampus dua tahun bekerja paruh waktu. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang bekerja di kampus, dibandingkan yang bekerja di luar kampus, cenderung lebih puas dengan pengalaman kuliah sarjana-nya (S1) dan cenderung merasa lebih terikat dengan kampusnya-dua faktor yang mendorong pada rata-rata jumlah lulusan yang lebih tinggi. (Sumber: Astin, 1993; Kodama, 2002; Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan (National Center for Education Statistics), 2005)

Variasikanlah cara Anda menyajikan materi perkuliahan Anda. Ketika bekerja dengan mahasiswa dengan usia sesuai jenjang pendidikannya pada umumnya, seorang pengajar di bidang bisnis menemukan bahwa cara yang paling efektif untuk memperkenalkan konsep atau ide baru dengan terlebih dulu mendiskusikan teorinya dan kemudian menyajikan sejumlah aplikasinya. Dengan mahasiswa yang lebih tua, sebaliknya, ia menemukan bahwa mereka akan lebih tertarik ketika ia memulai dengan aplikasinya lalu bergerak ke teorinya. (Sumber: Watkins, 1990)

Veteran (Mantan Tentara) yang Kembali Berkuliah


Hindarilah me-label (men-stereotype) veteran. Beberapa veteran telah melihat peperangan,
yang lain tidak. Beberapa veteran memiliki pandangan politik yang berbeda dengan mayoritas mahasiswa yang ada di kampus, walaupun yang lain tidak. Beberapa memiliki tanda-tanda dari adanya gangguan stres pasca kejadian traumatis (post-traumatic stress disorder), yang lainnya tidak. Dengan kata lain, janganlah membuat asumsi tentang pengalaman, nilai, atau kesehatan para mahasiswa ini hanya berdasarkan pengalaman militer mereka.

Bantulah mahasiswa pindahan dengan rekomendasi. Para mahasiswa pindahan kurang


diuntungkan karena mereka memiliki waktu yang lebih singkat untuk membangun hubungan dengan para pengajarnya, yang menjadi salah satu dasar memperoleh rekomendasi untuk kesempatan melanjutkan ke program studi lanjutan atau kesempatan karier. Terbukalah untuk menuliskan rekomendasi bagi para mahasiswa tersebut.

Praktik-praktik Pengajaran
Tekankanlah praktik pengajaran yang diketahui efektif untuk diterapkan pada pembelajar dewasa. Praktik-praktik pengajaran yang baik ini akan membantu semua mahasiswa:
menyajikan materi secara jelas, menjadi terorganisasi dengan baik, menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman, menyesuaikan beragam kebutuhan mahasiswa, menggabungkan strategi pembelajaran aktif dalam perkuliahan, dan menunjukkan kepeduliannya pada pembelajaran mahasiswa. (Sumber: Donaldson dkk., 1993)

Bantulah veteran mengatasi gegar budaya dan melakukan transisi ke kehidupan kampus.
Kembali ke kehidupan kampus setelah bertugas secara aktif dapat meninggalkan rasa hampa, tidak terhubung, atau cemas pada mahasiswa terkait performa akademik atau kemungkinan ditugaskan kembali. Bersabarlah dengan para mahasiswa seiring usaha mereka beradaptasi dengan lingkungan baru dan, sesuai kebutuhan, dorong mereka untuk memanfaatkan jasa pelayanan kampus, seperti bimbingan belajar dan konseling. Beberapa veteran dapat merasa cemas tentang bersaing secara akademis. Bantu mereka untuk melihat kekuatan dan ketahanan dirinya, dan tunjukkan pada mereka bahwa Anda memiliki kepercayaan terhadap kemampuan mereka untuk sukses. Para ahli yang bekerja dengan veteran di Universitas Texas, Universitas California di Berkeley, dan Universitas Minnesota juga membuat rekomendasi sebagai berikut untuk para veteran yang kembali ke kampus:

Adopsi/gunakanlah gaya pengajaran pedagogi yang partisipatif. Semua mahasiswa memperoleh keuntungan dari strategi-strategi belajar aktif, tetapi mahasiswa yang lebih tua cenderung kurang menerima diceramahi; mereka akan menginginkan untuk berinteraksi, berdiskusi, tanya jawab, dan bereksperimen. (Sumber: Wircenski dkk., 1999) Masukkanlah kerja kelompok dalam pengajaran. Pengalaman kehidupan dari para
mahasiswa veteran dapat memperkaya diskusi kelas dengan memberikan contoh-contoh yang dapat mengilustrasikan teori dan prinsip umum yang dipelajari. Manfaatkan sumber daya ini dengan memberikan kegiatan belajar kolaborasi (collaborative learning) yang memungkinkan mahasiswa untuk bekerja bersama dalam kelompok kecil.

Manfaatkanlah kapasitas para mahasiswa reentry untuk mengarahkan diri mereka sendiri (self-direction). Kebanyakan mahasiswa reentry pernah bekerja secara mandiri
dan otonom. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan memilih tugas merupakan pengakuan dan penguatan terhadap kemampuan dan gaya belajar mahasiswa seperti ini. Lihatlah Bab 27, Penelitian Tingkat Sarjana (Undergradute). (Sumber: Rossi-Gordon, 2003)

Batasilah jumlah unit (di Indonesia biasa disebut SKS) di tiap semester hingga beban perkuliahan yang masuk akal atau carilah pengurangan beban. Terlibatlah dalam kegiatan atau organisasi sekolah untuk berhubungan dengan komunitas kampus yang lebih besar dan membangun jaringan pendukung. Batasilah paparan terhadap informasi traumatis dari saluran berita kampus. Jadilah tenaga sukarela baik di dalam maupun luar kampus, pada kegiatan yang diminati. Ikutilah jadwal harian agar tetap teratur.

Jadilah lebih familiar/akrab dengan jasa pendukung kampus. Kampus Anda mungkin
memiliki kantor veteran yang dapat membantu mengembalikan anggota militer untuk menemukan pembimbing (tutor), mengatur pelaksanaan pekerjaan dan belajar, membuat hubungan dengan kelompok veteran setempat, dan memberi saran terkait tugas makalah

92

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mahasiswa yang Masuk Kembali (Reentry Student)


93

kampus dan militer. Veteran yang memiliki keterbatasan/kebutuhan khusus berhak memperoleh pelayanan dari program kebutuhan khusus di kampus Anda. Untuk saran terkait mahasiswa berkebutuhan khusus, lihatlah Bab 6, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus.

Hargailah privasi mahasiswa. Beberapa mahasiswa dapat lebih memilih untuk merahasiakan dari orang lain terkait tugas militer mereka. Beberapa lainnya mungkin menyebutkan tugas mereka tersebut pada pengajar, tetapi tidak pada mahasiswa lainnya karena mereka tidak ingin menanggung kemungkinan di-label nantinya atau mereka tidak ingin ditanyai tentang pengalamannya.

National Center for Education Statistics. Indicator 30: Employment of College Students. Washington DC: U.S. Department of Education, 2005. Richardson, J.T.E., and King, E. Adult Students in Higher Education: Burden or Boon? Journal of Higher Education, 1998, 69(1), 65-88. Ross-Gordon, J. M. Adult Learners in the Classroom. New Directions for Student Services, no. 102. San Francisco: Jossey-Bass, Summer, 2003, 43-52. Watkins, B. T Growing Number of Older Students Stirs Professors to Alter Teaching Styles. Chronicle of Higher Education, Aug. 1, 1990, A1, A12. Wircenski, M., Walker, M., Allen, J., and West, L. Age as a Diversity Issue in Grades K-12 and in Higher Education. Educational Gerontology, 1999, 25(6), 491-500.

Daftar Referensi
Adelman, C. Moving into Townand Moving On: The Community College in the Lives of Traditional Age Student, Washington, DC: U.S. Department Education, 2005. Aslanian. C. B. Adult Students Today. New York: College Board, 2001. Astin, A. W. What Matters in College? Four Critical Years Revisited. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Bash, L. Adult Learners in the Academy. San Francisco: Jossey-Bass/Anker; 2003. Bean, J. P., and Metzner, B. S. A Conceptual Model of Nontraditional Undergraduate Student Attrition. Review of Educational Research, 1985, 55(4), 485-540. Bingham-Newman, A. M., and Hopkins, R. L. Transfer Students: Air Overview. In T. J. Kerr, M. C. King, and T. Grites (Eds.), Advising Transfer Students: Issues and Strategies. National Academic Advising Association, Monograph Series, no. 12, 2004. Bishop-Clark, C., and Lynch, J. M. The Mixed-Age College Classroom. College Teaching, 1992, 40(3), 114-117. Cohen, A. M., and Brawer, F. B. The American Community College. (4th ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Donaldson, J. F., Flannery, D., and Ross-Gordon, J. A Triangulated Study Comparing Adult College Students Perceptions of Effective Teaching with Those of Traditional Students. Continuing Higher Education Review, 1993, 57(3), 147-165. Donaldson, J. E, Graham, S. W., Martindill, W., and Bradley, S. Adult Undergraduate Students: How Do They Define Their Experiences and Their Success? Journal of Continuing Higher Education, 2000, 48(2), 2-11. Donaldson, J. E, and Townsend, B. K. Higher Education, Journals Discourse about Adult Undergraduate Students. Journal of Higher Education, Jan/Feb 2007, 78(1), 27-50. Giczkowski, W The Influx of Older Students Can Revitalize College Teaching. Chronicle of Higher Education, March 25, 1992, B3. Hagedorn, L. S. Square Pegs: Adult Students and Their Fit in Postsecondary Institutions. Change, JanFeb., 2005, 22-29. Howard, J. R., Short, L. B., and Clark, S. M. Students Participation in the Mixed-Age College Classroom. Teaching Sociology, 1996, 24(l), 8-24. Kodama, C. M. Marginality of Transfer Commuter Students. NASPA Journal, 2002, 39(3), 233250. Lynch, J. M., and Bishop-Clark, C. Traditional and Nontraditional Student Attitudes Toward the Mixed-Age College Classroom. Innovative Higher Education, 1993, 18(2), 109-121.

94

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mengajar Mahasiswa yang Beragam Secara Akademis

95

8
Mengajar Mahasiswa yang Beragam Secara Akademis

(underestimate) tingkatan/level kelas. Para mahasiswa cenderung untuk belajar lebih banyak ketika perkuliahan dilaksanakan tepat di atas tingkatan/level nyaman mereka. (Sumber: Lucas, 1990)

Struktur Perkuliahan
Siapkanlah sebuah daftar bacaan yang merefleksikan keragaman dalam kelas. Daftar bacaan Anda dapat meliputi tiga bagian: bahan bacaan latar untuk para mahasiswa yang perlu untuk mengkaji ulang atau mendapatkan keterampilan atau pengetahuan untuk sukses dalam kelas; bahan bacaan dasar yang merupakan inti perkuliahan; dan bahan bacaan pendalaman, yang dikelompokkan berdasarkan topik, bagi mahasiswa yang ingin menguasai materi lebih mendalam. Tawarkanlah tugas-tugas yang menyerupai menu kantin. Biarkanlah mahasiswa untuk
memilih beragam kombinasi tugas-masing-masingnya bernilai sejumlah poin tertentu, merefleksikan kesulitan atau waktu yang diperlukan-untuk memenuhi persyaratan perkuliahan. Mahasiswa yang kemampuannya lebih rendah dapat memilih untuk mengumpulkan lebih banyak tugas yang lebih pendek atau lebih mudah, sedangkan mahasiswa yang kemampuannya lebih tinggi dapat memilih untuk mengerjakan hanya satu atau dua tugas yang lebih panjang atau lebih kompleks.

Banyak kelas program sarjanaterutama kuliah pengantar dan survei yang berkapasitas besar-mencakup para mahasiswa yang memiliki jangkauan perbedaan dalam kemampuan akademik, minat, keterampilan, dan tujuan/sasaran. Bagi para pengajar, tujuannya adalah untuk mencegah mahasiswa-mahasiswa yang lebih kuat atau tinggi kemampuannya menjadi bosan atau frustasi, tetapi juga untuk mencegah terlalu terbebaninya mahasiswa yang lebih lemah (lebih rendah kemampuannya). Saran-saran berikut ini dimaksudkan untuk membantu Anda dalam memenuhi kebutuhan kedua kelompok.

Strategi-strategi Umum
Tentukanlah persiapan apa yang perlu mahasiswa Anda lakukan sebelum mengambil kelas Anda. Lakukan analisis tentang bagaimana mata kuliah Anda terkait dengan
perkuliahan lain di tingkat yang lebih rendah dan lebih tinggi di departemen/jurusan Anda. Dalam deskripsi dan silabus mata kuliah Anda serta dalam perkuliahan di kelas yang pertama, jelaskanlah tentang pengetahuan atau keterampilan apa yang harus sudah mahasiswa miliki untuk dapat berhasil di perkuliahan Anda.

Berikanlah ujian awal pada mahasiswa untuk membantu mereka menentukan apakah dirinya siap atau tidak untuk mengikuti mata kuliah Anda. Pada pertemuan kelas yang
pertama, berikanlah sebuah ujian awal (pre-test) di kelas atau online, tugaskanlah untuk membuat contoh tulisan, atau berikanlah tugas perkenalan yang mencakup materi/bahan yang Anda harapkan untuk mahasiswa ketahui. Arahkanlah para mahasiswa yang kurang siap pada mata kuliah atau sumber daya lainnya, atau berikanlah mereka tugas pelengkap di awal semester. Jika mahasiswa yang tidak siap tetap ingin mengambil perkuliahan Anda, ingatkanlah mereka bahwa merekalah yang bertanggung jawab untuk mengejar ketertinggalannya.

Doronglah mahasiswa untuk saling belajar dari satu sama lain. Bantulah mahasiswa untuk membentuk kelompok belajar yang terdiri dari lima atau enam anggota kelompok; lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok. Atau, tugaskan mahasiswa untuk mengerjakan proyek secara berpasangan: mahasiswa yang lebih kuat kemampuannya akan mengembangkan keterampilan menjelaskan dan menganalisis materi, dan mahasiswa yang berkesulitan akan memperoleh manfaat dari bimbingan temannya. Anda juga dapat mendorong mahasiswa untuk saling bertukar rancangan tugas dengan teman sekelasnya untuk pengeditan oleh rekan sebaya; lihatlah Bab 34, Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan. Janganlah memberi nilai berdasarkan kurva/grafik persebaran hasil. Memberi nilai
berdasarkan grafik persebaran hasil ujian akan merugikan mahasiswa yang kurang siap. Lebih baik, nilailah mahasiswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dengan jelas sejak awal. Lihatlah Bab 44, Menghitung dan Memberikan Nilai.

Mengawasi Pembelajaran Mahasiswa


Datanglah awal untuk kelas. Gunakanlah waktu sebelum kelas dimulai untuk berbincang dengan para mahasiswa tentang sebaik apa pemahaman mereka terhadap materi perkuliahan dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mereka miliki terkait sesi terakhir sebelumnya atau dari tugas rumah yang diberikan.

Mengajarlah pada tingkatan/level yang Anda harapkan untuk diraih mahasiswa. Pada kebanyakan kelas di program pendidikan sarjana, Anda akan menginginkan untuk mengajar pada tingkatan/level mahasiswa yang tergolong kategori B. Jika ragu, adalah lebih baik bagi Anda untuk memandang lebih (overestimate) daripada merendahkan

96

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

Mengajar Mahasiswa yang Beragam Secara Akademis

97

Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan selama kelas. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang konsep dan topik kunci akan membantu Anda dalam menilai apakah para mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan atau justru tertinggal. Mintalah mahasiswa untuk memberikan definisi (arti), hubungan (asosiasi), dan aplikasi dari topik-topik yang ada, atau minta mahasiswa untuk menyebutkan dua atau tiga konsep kunci atau pikiran utama dari sesi hari itu. Lihatlah Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal. Kenalilah siapa yang berbicara di kelas. Apakah mahasiswa yang terkuat mendominasi diskusi? Jika ya, pastikanlah untuk mengarahkan komentar dan pertanyaan Anda untuk seluruh mahasiswa di kelas, dan ajukan pertanyaan lanjutan dari semua mahasiswa; lihatlah Bab 9, Memimpin Diskusi. Amati tanda-tanda non-bahasa (nonverbal). Jika Anda melihat mahasiswa mengalami
kesulitan dalam mencatat atau duduk dengan wajah yang kosong atau kebingungan, berhentilah menjelaskan dan katakan, Saya sepertinya mulai kehilangan beberapa di antara kalian; coba saya jelaskan hal ini dengan cara lainnya.

Siapkanlah bahan-bahan pendukung (bahan suplementer). Jika beberapa mahasiswa merasa bacaan yang ditugaskan dianggap terlalu sulit/menantang, rekomendasikanlah teks-teks lainnya yang menjelaskan konsep yang dipelajari dalam cara yang berbeda. Persiapkanlah atau berilah perhatian pada daftar istilah (glosarium) yang mencakup definisi singkat dan contoh-contoh. Pertahankanlah sesi kaji ulang dalam jam kerja. Daripada memperlambat tempo di kelas, undanglah para mahasiswa yang memiliki kesulitan dengan topik tertentu untuk bertemu demi melakukan pengkajian ulang secara berkelompok selama jam kerja Anda; jadwalkanlah peminjaman ruang kelas jika kantor Anda terlalu kecil. Tunjukkanlah pada mahasiswa bagaimana untuk mengerjakan tugas yang Anda tetapkan bagi seluruh mahasiswa di kelas. Mahasiswa yang harus berjuang keras kurang akan
mendapatkan manfaat dari pengingatan secara luas yang menganjurkan untuk berusaha lebih keras. Sering kali mereka membutuhkan saran tentang keterampilan yang spesifik (bagaimana cara membaca artikel jurnal secara kritis, bagaimana untuk bergerak dari topik ke tesis ketika sedang menulis sebuah makalah). Berilah mahasiswa saran-saran dalam empat topik: membaca teks tentang materi hingga mampu memahami dan mengingatnya, membuat dan mengkaji ulang catatan, belajar dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk belajar, serta menyiapkan diri untuk ujian. (Sumber: Forsyth, 2003)

Membantu Mahasiswa yang Memiliki Kesulitan


Di awal perkuliahan, identifikasilah para mahasiswa yang harus berjuang lebih keras. Jika
Anda memberi kuis atau ujian di dua atau tiga minggu pertama, Anda dan para mahasiswa Anda akan mengetahui seberapa baik performa mereka. Amati pula kehadiran mahasiswa di kelas (absensi). Ketika para mahasiswa merasakan kebingungan atau keberatan dengan suatu perkuliahan, mereka dapat menjaga jarak.

Bagikanlah salinan dari karya tulis atau laporan laboratorium yang Anda nilai baik.
Membagikan salinan dari hasil karya yang baik (B atau B+), tapi tidak luar biasa, dapat membantu para mahasiswa untuk memahami standar dan harapan Anda. Para mahasiswa juga dapat membandingkan hasil karya mereka dengan contoh/model yang ditunjukkan.

Mintalah waktu untuk bertemu dengan mahasiswa yang hasil karya tulis atau ujiannya rendah. Di atas sebuah tugas, kemukakanlah sebuah undangan yang mendukung: Saya
mempunyai sejumlah saran yang akan membantu kalian untuk melakukan tugas dengan lebih baik. Temui saya pada jam-jam kerja saya. (Sumber: Eaton dan Sleigh, 2003)

Doronglah mahasiswa tingkat pascasarjana atau mahasiswa sarjana yang lebih mahir untuk membimbing mahasiswa yang lebih muda/rendah tingkatannya. Mahasiswa
yang lebih tua, atau yang lebih mahir, terutama mereka yang telah berhasil mengatasi kesulitan akademik yang mereka hadapi sendiri, dapat membantu para mahasiswa tahun pertama untuk berusaha menghadapi permasalahan yang terkait manajemen waktu dan kebiasaan belajar. (Sumber: Bartlett, 2004)

Cobalah untuk menentukan sumber kesulitan mahasiswa. Ketika 250 mahasiswa dalam
masa uji coba akademis diminta untuk menyebutkan sumber dari permasalahan mereka, kekurangsiapan secara akademik tidak termasuk sepuluh jawaban teratas: menundanunda, membolos, stres, ketiadaan manajemen waktu, ketiadaan motivasi, masalah dalam pengerjaan ujian, lingkungan belajar yang buruk, kekurangan waktu belajar, dan ketidakmampuan berkonsentrasi. Beberapa dari permasalahan tersebut, tentu saja, di luar kendali Anda, tetapi Anda mungkin mampu untuk membantu mereka yang sering menunda pekerjaan dan mereka yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang buruk, dengan menambahkan lebih banyak struktur atau memberi jangka waktu yang segera dalam pengerjaan tugas. Mahasiswa lainnya yang perlu berusaha keras dapat memperoleh manfaat dari perujukan pada pusat bimbingan (tutoring) kampus. (Sumber: Kamphoff, n.d.)

Mendorong Mahasiswa-mahasiswa Terbaik Anda


Siapkanlah bahan-bahan pelengkap (bahan suplementer). Berikanlah kesempatan pada
mahasiswa-mahasiswa terbaik untuk mengerjakan tugas-tugas khusus, seperti bacaan yang direkomendasikan, karya tulis tambahan, atau kerja lapangan. Bahkan mereka yang tidak melaksanakannya akan tetap menghargai perhatian tambahan yang diberikan.

Gunakanlah jam kerja untuk meningkatkan eksplorasi dari suatu topik. Selama jam kerja, sediakanlah analisis mendalam dari suatu topik yang hanya dibahas secara singkat di kelas untuk sekelompok mahasiswa tertentu. Sarankanlah kegiatan belajar mandiri lanjutannya. Untuk para mahasiswa yang ingin mendalami topik tertentu secara lebih

98

BAGIAN II: Merespons Tubuh Mahasiswa yang Berubah

detail, rekomendasikanlah untuk mendaftar dalam kuliah penelitian mandiri di semester berikutnya.

Libatkanlah mahasiswa-mahasiswa terbaik Anda dalam penelitian. Lihatlah Bab 27:


Penelitian Tingkat Sarjana.

Daftar Referensi
Bartlett, T. "Back from the Brink: More Colleges Try to Help Students Who Struggle with Their Course." Chronicle of Higher Education, May 14, 2004. Eaton, R. F., and Sleigh, M.J. "Going the Extra Mile: Edentifying and Assisting Struggling Students." APS Observer, 2003, 16(2), 21-22, 30-31. Forsyth, D.R. The Professor's Guide to Teaching: Psychological Principles and Practives. Washington DC: American Psychlogical Association, 2003. Kamphoff, C.S. "Helping Students on Probation." On Course Newletter. n.d. http://www. oncourseworkshop.com/Miscellaneous013.htm Lucas A.F. "Using Psychological Models to Understand Student Motivation." In M.D. Svinicki (Ed.), The Changing Face of College Teaching. New Directions for Teaching and Learning, No. 42. San Francisco: Jossey-Bass, 1990, pp. 103-114.

Memimpin Diskusi

99

BAGIAN III

Strategi-strategi Diskusi
9. Memimpin Diskusi

10. Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi 11. Diskusi Online 12. Mengajukan Pertanyaan 13. Menangani Pertanyaan Mahasiswa

100

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Memimpin Diskusi

101

9
Memimpin Diskusi

Diskusi kelas memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan memperoleh pengetahuan serta pemahaman melalui pertukaran informasi, ide, serta opini, melalui tatap muka langsung. Sebuah diskusi yang hidup dan produktif dapat memberikan kesempatan untuk saling memberi dan menerima, memungkinkan mahasiswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka, berespons pada pendapat teman-teman sekelasnya, dan mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir secara mendalam tentang sebuah masalah, serta mengorganisasikan bukti-bukti yang ada berdasarkan pada bahasa dan metode suatu disiplin akademik (McGonigal, 2005).

Dalam kelas yang berkapasitas besar, instruktur dapat membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk diskusi. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bab 18: Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Kelas Berkapasitas Besar.

Strategi-strategi Umum
Jelaskan harapan-harapan Anda di awal sesi/semester. Pada hari pertama di kelas atau dituangkan dalam silabus, jelaskan peran diskusi dalam kelas yang akan dijalankan nantinya. Gambarkan pula tanggung jawab yang diharapkan dari mahasiswa. Biarkan mahasiswa tahu bahwa Anda mengharapkan semua orang untuk berpartisipasi, bahwa diskusi adalah waktu untuk menguji ide-ide dan pandangan-pandangan baru, dan bahwa diskusi akan menjadi lebih bermakna jika mahasiswa mempersiapkannya terlebih dulu sebelum datang ke kelas. Rencanakan bagaimana Anda akan melaksanakan tiap sesi diskusi. Nantinya, Anda
akan memberikan tugas-tugas yang dapat menyiapkan mahasiswa untuk diskusi yang akan dijalankan. Tugas tersebut terdiri dari daftar pertanyaan untuk mengarahkan dan memfokuskan diskusi. Anda juga akan mengidentifikasi atau mencari tahu kegiatan dalam kelas yang paling sesuai bagi mahasiswa, seperti kerja berpasangan atau mengeksplorasi ide (brainstorming). Pastikan Anda selalu mempersiapkan dua atau tiga cara yang akan Anda lakukan di awal diskusi, serta sisakan waktu untuk memberikan penutup serta rangkuman atau sintesis di akhir sesi. Karena pola-pola diskusi cenderung untuk alot

102

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Memimpin Diskusi

103

atau sulit di awal sesi, berikan usaha ekstra untuk bagian-bagian awal ini (Sumber: Fast & Courtenay, 2002).

Pertajam keterampilan mahasiswa dalam berdiskusi. Bantu para mahasiswa Anda untuk mengembangkan sikap-sikap dan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan untuk berpartisipasi dalam diskusi. Sebagai contoh, identifikasikan peran-peran yang memang dibuat untuk menjadikan diskusi lebih hidup dan bertujuan. Peran-peran itu meliputi peran detektif (yang bertugas mendengarkan bias/kesalahan yang luput dari perhatian) dan wasit (yang bertugas mendengarkan komentar-komentar yang mengkritik atau bertentangan). Jelaskan pada mahasiswa bahwa konflik adalah bagian yang alami dari proses diskusi. Jelaskan juga pada mereka bagaimana cara-cara untuk menangani konflik tersebut. Bicarakan pula tentang manfaat bertahan dalam gagasan awal diskusi dan tidak membiarkan diskusi melenceng pada topik-topik tambahan (Sumber: Brookfield & Preskill, 2005; Kramer & Korn, 1999). Pertajam kemampuan Anda dalam berdiskusi. Pemimpin diskusi yang efektif harus terlibat dalam diskusi, tetapi tetap memerhatikan dengan sungguh-sungguh tentang proses dalam kelompok. Anda mungkin akan perlu bertindak sebagai seorang penjaga gawang (contoh: Makayla, kamu terlihat diam sedari tadi. Apakah ada yang ingin kamu tambahkan?), seorang pengamat (contoh: Mengapa diskusi kita selalu terbawa melenceng setiap .. muncul/disebutkan?), seorang pengonfirmasi/validator (contoh: Gagasan yang sangat baik!), seorang negosiator (contoh: Bisakah kita mengambil kesepakatan tentang hal ini?), dan seorang penguji kenyataan/reality tester (contoh: Apakah kamu menyadari bagaimana komentar-komentar kita bisa diinterpretasikan?). (Sumber: Forsyth, 2003) Pertimbangkan norma-norma budaya yang berlaku. Beberapa mahasiswa Anda mungkin telah begitu lama diajarkan untuk diam dan menunjukkan sikap hormat atau patuh di kelas; sedangkan beberapa lainnya telah diajarkan bahwa menginterupsi dan berbicara dengan keras adalah sesuatu yang alamiah ketika seseorang merasa begitu bersemangat tentang sebuah topik. Bantu mahasiswa Anda dengan cara mengidentifikasi aturanaturan dasar dalam pelaksanaan diskusi dan minta mahasiswa yang ingin mendapatkan bimbingan tambahan untuk menemui Anda seusai jam pelajaran. (Sumber: Pusat Eberly untuk Kualitas Pengajaran dan Pusat Komunikasi Antar Budaya).

untuk mengembangkan panduan yang dapat mereka rujuk nantinya selama sesi atau semester berlangsung. Jurusan yang mengajukan pertanyaan ini pada mahasiswanya melaporkan bahwa mahasiswa terlibat secara aktif dan bersemangat, mahasiswamahasiswa mempersiapkan diri dengan baik, berpartisipasi secara luas, menghargai pendapat yang berbeda, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memprovokasi pemikiran, dan mendengarkan dengan bersungguh-sungguh (tulus). (Sumber: listserv guru di Universitas California, Berkeley).

Beritahukan hal-hal penting tentang bagaimana untuk berpartisipasi dalam sebuah diskusi. Jelaskan bahwa tujuan sebuah diskusi adalah eksplorasi pencarian atas lebih
banyak informasi dan pandangan-pandangan baru untuk dibandingkan dan diuji bukan pembelaan atau perdebatan. Tekankanlah nilai penting dari kemampuan mendengar dengan hati-hati, bertoleransi terhadap pandangan yang berlawanan, menahan atau menunda kritik hingga semua pemikiran selesai diungkapkan, menyadari bahwa mungkin saja tidak ada satu jawaban atau kesimpulan yang tepat, dan mengenali kapan seseorang tidak atau belum memahami suatu konsep atau ide. Tiberius (1999, diadaptasi dari hlm. 64) merekomendasikan untuk membagikan sebuah daftar berisi serangkaian saran bagi para partisipan/peserta diskusi:

Berfokuslah pada upaya mencari jawaban terbaik daripada usaha untuk meyakinkan orang lain. Cobalah untuk terus berpikir terbuka dan jangan biarkan pendapat atau pemikiran Anda sebelumnya mencampuri kemauan Anda untuk mendengarkan pemikiran dan ide orang lain. Berlatihlah mendengarkan dengan memasukkan pokok-pokok hal yang dikemukakan pembicara sebelumnya ke dalam kata-kata Anda sebelum Anda menambahkan sumbangan ide Anda sendiri. Hindarilah mengganggu diskusi dengan memperkenalkan masalah/isu baru; sebaliknya, tunggulah hingga topik yang sedang dibahas mencapai akhir; jika Anda ingin memperkenalkan atau membahas suatu yang baru, biarkanlah kelompok mengetahui bahwa Anda akan mengajukan topik baru dan bahwa Anda bersedia menahan komentar Anda hingga semua orang selesai mendiskusikan topik yang sedang dibahas. Tetaplah berfokus pada subjek yang dibahas dan berbicaralah dengan singkat dan padat. Hindarilah mengajukan cerita, anekdot, atau contoh yang panjang. Berilah dukungan dan persetujuan pada orang lain. Carilah pandangan yang berbeda-beda; keragaman akan memperkaya diskusi. Bersimpatilah dan pahamilah sudut pandang orang lain.

Penempatan Konteks untuk Diskusi


Jelaskan aturan-aturan dasar untuk berpartisipasi. Sebagai contoh, apakah mahasiswa
harus mengangkat tangan untuk bicara? Jika Anda menunjuk mahasiswa secara acak, apakah mereka memiliki hak untuk tidak menjawab (pass) tanpa terkena sanksi? Jika kelas Anda kecil, Anda dapat melibatkan mahasiswa dalam penyusunan aturan-aturan dasar tersebut. (Sumber: Brookfield dan Preskill, 2000)

Tugaskanlah untuk melakukan kegiatan persiapan. Lengkapilah tugas membaca dengan


serangkaian pertanyaan yang kemungkinan besar akan muncul dalam diskusi. Atau, mintalah mahasiswa untuk melaksanakan misi menemukan fakta, yaitu mencari dari buku atau teks tentang bukti-bukti nyata yang dapat mengklarifikasi suatu konsep atau

Tanyakan pada mahasiswa apa yang diperlukan untuk membuat diskusi kelas yang luar biasa. Baik dalam bentuk tertulis atau melalui diskusi kelompok kecil, mintalah mahasiswa

104

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Memimpin Diskusi

105

permasalahan. Atau, mintalah siswa untuk mempersiapkan lebih dulu sebelum datang ke kelas, karangan sepanjang satu atau dua paragraf, terkait posisi mereka dalam suatu topik atau dengan serangkaian pertanyaan yang ingin mereka diskusikan. (Sumber: Clarke, 1988; Cross, 2002)

Mintalah mahasiswa untuk mengingat kembali imej atau gambaran spesifik dari dalam tugas membaca. Mintalah mahasiswa untuk menyebutkan secara sukarela satu imej,
gambaran, kejadian, atau momentum dari dalam bacaan yang paling berkesan: Imej apa yang masih tetap Anda ingat setelah membaca The account of Wounded Knee? Buatlah daftar jawabannya di papan tulis dan eksplorasi/bahas lebih dalam tentang tema-tema yang muncul. (Sumber: Frederick, 1981)

Memulai Sebuah Diskusi


Mengaculah pada pertanyaan-pertanyaan perkuliahan. Mulailah diskusi dengan
mengajukan salah satu pertanyaan perkuliahan tersebut atau dengan menanyakan pada para mahasiswa tentang pertanyaan perkuliahan yang manakah yang mereka rasa paling provokatif atau paling sulit untuk dijawab.

Ajukanlah pertanyaan kontroversial dan minta para mahasiswa untuk menentukan posisi. Minta para mahasiswa untuk menyediakan pendapat yang mendukung (pro) dan
menyanggah (kontra) atau memberikan contoh-contoh kuat yang mendukung posisinya masing-masing. Anda juga dapat meminta mahasiswa untuk berdebat dengan pihak yang berlawanan posisinya hingga mencapai suatu titik yang mereka sepakati. Pendekatan ini dapat mendorong mahasiswa untuk memahami kompleksitas dari sebuah kontroversi, dan bukan hanya sekadar menguatkan pandangan awal mereka. (Sumber: Budesheim dan Lundquist, 1999)

Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang membuat mahasiswa merasa nyaman untuk berespons. Bukalah diskusi dengan sebuah pertanyaan yang tidak memiliki hanya satu
jawaban benar. Sebagai contoh, daripada menanyakan tentang suatu definisi (Apa itu entropi?), mintalah mahasiswa untuk menyebutkan hal baru yang mereka pelajari (Apa yang terlintas di pikiranmu tentang entropi?) atau untuk memberi contoh dari suatu konsep. Atau berilah mahasiswa Anda beberapa menit untuk menuliskan respons mereka terhadap pertanyaan Apakah kata yang paling penting dalam paragraf pertama (atau pertama) dari bacaan tersebut? Mengapa? dan mulailah diskusi dengan membahas pertanyaan tersebut. (Sumber: Kloss, 1996; Lowman, 1995; McKeachie dan Svinicki, 2006)

Mintalah pertanyaan dari mahasiswa. Beritahukanlah pada para mahasiswa Anda untuk menghadiri kelas dengan membawa satu atau dua pertanyaan tentang bacaan: Bawalah pertanyaan yang provokatif dan menjebak serta satu atau dua kalimat tentang mengapa kamu ingin pertanyaan itu yang didiskusikan. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, pilihlah secara acak satu di antaranya untuk memulai diskusi. Atau bagilah mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan mereka. (Sumber: Frederick, 1981) Ajukanlah pertanyaan pembuka dan pasangkanlah mahasiswa untuk berdiskusi. Berikanlah
tugas yang dinyatakan secara terbuka pada mahasiswa secara berpasangan, trio, atau kelompok kecil: Identifikasilah dua perbedaan paling mencolok antara bacaan hari ini dan minggu lalu. atau Identifikasi tiga tema yang umum dalam tugas membacanya. Berikanlah kelompok mahasiswa ini batasan waktu serta mintalah mereka untuk memilih seorang juru bicara yang akan mempresentasikannya kembali pada seluruh kelas. (Sumber: Frederick, 1981)

Menggali ide (Brainstorm). Dalam suatu latihan brainstorming, setiap orang dapat menyumbangkan ide/pemikirannya (walau seaneh atau setidak biasa apa pun ide itu), dan setiap ide dituliskan di papan atau layar. Asosiasi bebas, kreativitas, dan keaslian/originalitas adalah tujuannya; tidak ada ide yang dipertanyakan, dipuji, atau dikritik selama latihan berlangsung. Gunakanlah brainstorming untuk mendorong para mahasiswa agar menghasilkan beragam kemungkinan sebab, akibat, solusi, alasan, atau faktor yang berkontribusi pada suatu hal. Setelah waktu yang ditetapkan (misalnya, lima menit) atau ketika mahasiswa telah kehabisan ide, barulah kelompok mulai mengevaluasi semua ide yang muncul. Mintalah mahasiswa untuk merespons suatu kuesioner singkat. Pos-kan lewat situs web Anda atau bagikanlah di kelas serangkaian kuesioner singkat dan gunakanlah respons dari para mahasiswa sebagai pembuka diskusi. Amir, saya lihat kamu menjawab pertanyaan pertama di kutub negatif. Ebba, saya perhatikan bahwa kamu tidak setuju dengan Amir atau Minh, jawabanmu terhadap pertanyaan nomor empat sungguh menarik. Bisakah kamu jelaskan lebih lanjut? (Sumber: Davis, 1976) Mintalah mahasiswa menuliskan sejumlah fakta di kartu-kartu indeks. Bagikanlah kartukartu indeks yang masih kosong dan minta mahasiswa Anda untuk menuliskan dua atau tiga fakta tentang topik yang diberikan; kartu-kartu tersebut tidak ditandai. Anda kemudian mengumpulkan semua kartu tadi, mengocoknya, dan mengambilnya secara acak. Bacalah satu fakta dari kartu yang diambil dan minta para mahasiswa untuk berkomentar atau menambahkan informasi yang terkait. (Sumber: Devet, 1995)

Ajukanlah pernyataan pembuka dan mintalah mahasiswa meluangkan waktu selama lima menit untuk menuliskan respons mereka. Mengawali diskusi dengan tugas menulis
singkat memberi mahasiswa waktu untuk berpikir dan memperkaya diskusi yang akan dilakukan selanjutnya. (Sumber: Lang, 2008).

Gunakanlah latihan melengkapi kalimat. Brookfield dan Preskill (2005) menyarankan petunjuk sebagai berikut: Pertanyaan yang paling ingin aku ajukan pada sang pengarang adalah; Pemikiran yang paling ingin kubahas adalah; Bagian dari bacaan yang menurutku paling membingungkan adalah .

106

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Memimpin Diskusi

107

Membimbing Diskusi
Buatlah catatan kasar. Gunakan catatan tersebut untuk meringkas sesi. Anda juga dapat mencatat area-area yang perlu diklarifikasi serta komentar-komentar mahasiswa yang dapat digunakan untuk beralih ke topik/poin lainnya. Jagalah agar diskusi tetap fokus. Buatlah daftar pertanyaan atau topik yang muncul di hari itu pada layar atau papan tulis sehingga seluruh kelas dapat melihat ke manakah arah diskusi. Ringkasan singkat dari diskusi jangka pendek akan membantu, selama ringkasan tersebut tidak memotong secara prematur diskusi yang sedang berlangsung. Gunakanlah petunjuk-petunjuk non-bahasa (nonverbal) untuk mendorong partisipasi dan menjaga alur. Kontak mata, anggukan tanda persetujuan, dan sinyal-sinyal lainnya akan
membantu menjaga siswa terus terlibat. Untuk mengubah suasana (mood) dan kecepatan diskusi, Anda dapat berjalan berkeliling, duduk, berdiri, atau menulis di papan tulis. (Sumber: Faust dan Courtenay, 2002; Rosmarin, 1987)

Waspadalah pada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa diskusi mulai menyimpang.


Adalah wajar untuk menemui satu atau dua periode diam atau jeda dalam suatu diskusi, tetapi bersiaplah untuk bergerak ketika perhatian/atensi mahasiswa mulai terpecah. Tanda-tanda bahwa suatu diskusi mulai berantakan meliputi pilah-pilih atau kritik yang berlebihan, pengulangan suatu ide/poin, pembicaraan-pembicaraan pribadi (berbicara sendiri-sendiri), menolak untuk berkompromi, serangan yang merugikan, serta keterlibatan yang apatis. Mengajukan pertanyaan atau kegiatan baru dapat memulai ulang diskusinya. (Sumber: Tiberius, 1999)

Alihkanlah debat yang memanas. Ingatkanlah para mahasiswa bahwa konflik intelektual
adalah hal yang penting untuk penemuan akademik, tetapi tonjolkan pula pentingnya bekerja sama, menghindari penyerangan pribadi, dan bertoleransi terhadap keragaman sudut pandang. Jika suatu diskusi berisiko untuk menjadi terlalu panas, berikanlah komentar yang menenangkan (Mari kita perlambat dulu sejenak atau Tunggu. Tidaklah membantu jika lima orang berbicara sekaligus) dan baru kemudian melanjutkan diskusi. (Sumber: Johnson dan Johnson, 1997)

Kembalikanlah diskusi pada topik-topik utamanya. Arahkan kembali diskusi yang mulai keluar jalur: Tampaknya kita telah menyimpang dari topik awal kita. Mari kita bahas tentang pendapat bahwa . atau Ini semua sangat provokatif, tetapi kita juga perlu membicarakan tentang reaksi pemerintah sebelum kita mengakhiri hari ini. Dengarkanlah baik-baik pada apa yang mahasiswa katakan. Perhatikanlah (diadaptasi
dari Christensen, 1991): Isi, logika, dan substansi (makna). Apakah mahasiswa menyadari kelebihan dan kelemahan dari apa yang disampaikannya? Adakah sesuatu yang penting yang terlewatkan? Nuansa dan nada (tone). Apakah mahasiswa tersebut terdengar percaya diri atau ragu, sungguh terlibat atau acuh tak acuh? Konteks. Apakah komentar yang dikemukakan mahasiswa didasarkan pada pokok pikiran sebelumnya dan menguatkan alur diskusi? Konsensus/kesepakatan. Apakah para mahasiswa lainnya setuju atau tidak setuju dengan komentar mahasiswa tersebut?

Berilah penutup pada diskusi. Umumkanlah bahwa diskusi diakhiri: Adakah komentar terakhir sebelum kita menyatukan berbagai ide tadi?. Gunakanlah ringkasan penutup Anda untuk menekankan dua atau tiga topik/poin kunci dan untuk memberikan kerangka kerja bagi sesi selanjutnya. (Sumber: Clarke, 1988) Tugaskanlah mahasiswa untuk menyusun ringkasan. Di awal diskusi, pilihlah satu atau dua mahasiswa untuk menjadi peringkas topik-topik, isu-isu, masalah-masalah, dan kesimpulan-kesimpulan yang muncul selama diskusi. Atau, beritahukanlah pada seluruh siswa di kelas bahwa Anda akan menunjuk seseorang di akhir sesi nantinya untuk membuat ringkasan. Strategi ini akan mendorong para mahasiswa untuk mendengarkan secara lebih hati-hati selama diskusi karena mereka mungkin akan ditunjuk untuk membuat ringkasan. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan dan mengumpulkan pertanyaan yang paling mengena di pikirannya. Selama menit-menit penutupan di kelas, mintalah mahasiswa
untuk menuliskan satu atau dua pertanyaan dan mengumpulkannya secara anonim (tanpa nama). Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul ini untuk memulai pertemuan kelas berikutnya.

Klarifikasi kesalahpahaman mahasiswa. Jangan biarkan diskusi dibanjiri oleh pernyataanpernyataan yang membingungkan: Marilah kita luruskan kesalahpahaman ini sebelum kita lanjutkan, Kita telah membahas sejumlah topik penting sejauh ini. Apakah kamu terpengaruh atau terganggu dengan alur berpikir seperti ini? (Sumber: Lowman, 1995) Variasikanlah kecepatan dan nada. Untuk memacu partisipasi mahasiswa, ajukanlah pertanyaan yang khusus/spesifik daripada yang umum, atau tunjuklah mahasiswa yang cenderung menyatakan pendapat yang kuat. Untuk meredakan diskusi, ajukanlah pernyataan yang abstrak atau teoretis, turunkanlah tempo/kecepatan suara Anda, dan hindarilah menunjuk mahasiswa yang banyak berpendapat. (Sumber: Christensen, 1991; Rosmarin, 1987)

Mengevaluasi Diskusi

Tanyakanlah pada diri Anda sendiri beberapa pertanyaan evaluatif. Setelah kelas, luangkanlah beberapa menit untuk berpikir tentang pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bagian apakah yang telah disumbangkan kelas terhadap diskusi? Seberapa banyakkah Anda mendominasi sesi diskusinya? Bagaimanakah kualitas dari komentar siswa? Pertanyaan-pertanyaan apakah yang bermanfaat/berdampak baik?

108

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Memimpin Diskusi

109

Seberapa puaskah kelompok diskusi kelihatannya? Apakah para mahasiswa telah belajar sesuatu yang baru tentang topiknya?

Sesekali, luangkanlah beberapa menit untuk memberikan kesempatan mahasiswa menilai diskusi yang dilaksanakan. Mintalah para mahasiswa untuk mendiskusikan atau
menuliskan respons mereka terhadap pertanyaan sebagai berikut: Apa yang telah berjalan baik dalam diskusi kelas? Apa yang bisa ditingkatkan? Apakah kamu puas dengan partisipasimu dalam diskusi kelas? (Sumber: Hollander, 2002)

Menyelaraskan (harmonizing): mencoba untuk menyatukan perbedaan, melontarkan candaan pada saat yang tepat untuk mengurangi ketegangan, menyemangati anggota kelompok yang tidak aktif. Mengganggu (disrupting): mencampuri pekerjaan kelompok, mencoba meningkatkan ketegangan, membuat candaan menyerupai ancaman atau serangan yang terselubung. Mengevalusi (evaluating): menanyakan apakah kelompok puas dengan kemajuan yang dicapai atau topiknya, menunjukkan standar-baik yang implisit atau eksplisit-yang digunakan kelompok, menyarankan tugas dan praktek alternatif.

Rekam diskusi dengan video. Jika Anda ingin membuat analisis yang mendetail tentang
bagaimana Anda melaksanakan diskusi, rekamlah sesi tersebut dengan video. Satu cara untuk menganalisis rekamannya adalah dengan mencatat siapa-siapa yang melakukan hal-hal sebagai berikut (diadaptasi dari Davis, 1976: 85-86):

Seiring Anda mengobservasi perilaku mahasiswa dan Anda sendiri, pikirkan pula tentang cara-cara untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan yang produktif dan mengurangi yang sebaliknya. Mintalah kolega yang dipercaya atau ahli pengembangan pengajar di kampus Anda untuk menganalisis dan mengkaji ulang rekaman tersebut dengan Anda.

Memulai (initiating): mengusulkan tugas atau prosedur, mendefinisikan permasalahan, menentukan/mengidentifikasi langkah-langkah tindakan. Memunculkan (eliciting): meminta informasi, mengundang reaksi, meminta ide/ pemikiran. Memberi tahu (informing): menawarkan informasi, mengekspresikan reaksi, menyatakan fakta. Menutup (blocking): menampilkan ketidaksesuaian, mengubah subjek, mempertanyakan kompetensi orang lain. Menciptakan (entrenching): mengekspresikan sinisme, menciptakan gangguan/ distraksi, menyindir. Mengklarifikasi (clarifying): menjelaskan kebingungan, menyebutkan kembali kontribusi orang lain, menyarankan cara alternatif dalam melihat masalah atau isu. Mengaburkan (clouding): menciptakan kebingungan, menyatakan bahwa kata-kata tidak dapat benar-benar didefinisikan, bertahan untuk terus kebingungan, berkutat pada perbedaan semantik/susunan kata, mengaburkan permasalahan/isu. Meringkas (summarizing): menyatukan ide-ide terkait, menawarkan kesimpulan, menyatakan akibat/implikasi dari kontribusi orang lain. Mengartikan (interpreting): memerhatikan tindakan individual/perseorangan dan makna tindakan tersebut. Pengusulan konsensus (consensus proposing): menanyakan apakah kelompok sudah mendekati keputusan bersama, menawarkan kesimpulan untuk kesepakatan kelompok. Penolakan konsesus (consensus resisting): tetap bertahan dalam suatu topik atau pendapat setelah yang lain mencapai suatu keputusan atau tidak berminat lagi, kembali lagi ke hal dasar yang telah dilalui, mencari detail-detail yang memerlukan perhatian terus-menerus.

Daftar Referensi
Brookfield. S. D., and Preskill, S. Getting Lecturers to Take Discussion Seriously In M. Kaplan and D. Lieberman (Eds.), To Improve the Academy: Resources for Faculty, Instructional, and Organizational Development. Vol. 18. Bolton, MA: Anker, 2000. Brookfield, S. D., and Preskill, S. Discussion as a Way of Teaching: Tools and Techniques for Democratic Classrooms. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Budesheim, T L., and Lundquist, A. R. Consider the Opposite: Opening Minds through In-Class Debates on Course-Related Controversies. Teaching of Psychology, 1999, 26(2). Christensen, C. R. The Discussion Teacher in Action: Questioning, Listening, and Response. In C. R. Christensen, D. A. Garvin, and A. Sweet (Eds.), Education for Jugment: The Artistry of Discussion Leadership. Boston: Harvard Business School, 1991. Clarke, J. H. Designing Discussions as Group Inquiry College Teaching, 1988, 36(4), 140-143. Cross, K. P . The Role of Class Discussions in the Learning-Centered Classroom. The Cross Papers. League for Innovation in the Community College, Educational Testing Service, March 2002, no 6. Davis, J. R. Tacking Strategies for the College Classroom. Boulder, CO: Westview Press, 1976. Devet, B. Using Index Cards to Introduce a Subject. College Teaching, 1995, 13(1), 40. Eberly Center for Teaching Excellence and Intercultural Communication Center. Recognizing and Addressing Cultural Variations in the Classroom. Carnegie Mellon University, n.d. http:/www. emu.edu/teaching/resources/PublicationsArchives/InterualReports/culturalvariations.pdf Faust, D. F., and Courtenay, B. C. Interaction in the Intergenerational Freshman Class: What Matters. Educational Gerontology, 2002, 28(5), 401-422. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Frederick. P . The Dreaded Discussion: Ten Ways to Start. Improving College and University Teaching, 1981, 29(3), 109-114. Hollander, J. A. Learning to Discuss: Strategies for Improving the Quality of Class Discussion. Teaching Sosiology. 2002, 30(3), 317-327.

110

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi


Johnson, D. W., and Johnson, R. T. Academic Controversy: Increase Intellectual Conflict and Increase the Quality of Learning. In W. E. Campbell and K. A. Smith (Eds.). New Paradigms for College Teaching. Edina, AI N: Interaction Book Company, 1997. Kloss, R. J. Writing Things Down vs. Writing Things Up: Are Research Papers Valid? College Teaching, 1996, 44(1), 3-7. Kramer, T. J., and Korn, J. H. Class Discussions: Promoting Participation and Preventing Problems. In B. Perlman, L.I. McCann, and S. II. McFadden (Eds.), Lessons Learned: Practical Advice for the Teaching of Psyhology. Washington, DC: American Psychological Society, 1999. Lang, J. M. On Course: A Week-By-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. Lowman, J. Mastering the Techniques cf Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. McGonigal, K. Using Class Discussion to Meet Your Teaching Goals. Speaking of Teaching, 2005, 15(1). (Newsletter of the Center for Teaching and Learning, Stanford University) http://ctl. Stanford.edu/Newslatter/discussionleading.pdf McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Rosmarin, A. The Art of Leading a Discussion. In C. R. Christensen and A. J. Hansen (Eds.), Teaching and the Case: Method. Boston: Harvard Business School, 1987. Tiberius R. G. Small Group Teaching: A Trouble-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999.

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi

111

10
Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi

Antusiasme dan kemauan mahasiswa untuk berpartisipasi memengaruhi kualitas dari diskusi kelas. Tantangan bagi Anda adalah bagaimana untuk melibatkan mahasiswa, memastikan mereka terus saling bicara satu sama lain, dan membantu mereka mengem-bangkan pemahaman terhadap materinya. Roby (1988) memperingatkan akan kemungkinan berubahnya diskusi menjadi diskusi semu (quasi-discussion)-debat di mana mahasiswa berbicara, tetapi tidak mengembangkan maupun mengkritik posisinya sendiri. Dua bentuk umum dari diskusi semu adalah pertunjukan kuis (di mana pengajar/ dosennya yang memiliki jawaban benar) dan sesi omong kosong (yang dicirikan dengan omongan klise, disambung/stereotipe, generalisasi kosong, dan pembicaraan tak bertujuan). Partisipasi kelas cenderung meningkat ketika mahasiswa merasa percaya diri, tertarik pada topik, dan memiliki hubungan baik dengan anggota kelas lainnya (Fassinger, 1997). Saran-saran sebagai berikut dimaksudkan untuk membantu Anda menciptakan sebuah kelas di mana para mahasiswanya merasa nyaman untuk menguji dan membagikan pemikiran mereka.

Strategi-strategi Umum
Kenalilah mahasiswa Anda. Dalam kelas yang terdiri dari 30 (tiga puluh) orang atau kurang, pelajarilah nama semua mahasiswa Anda; lihatlah Bab 3, Hari-hari Pertama di Kelas untuk saran-saran terkait ini. Jika Anda memerlukan mahasiswa Anda untuk datang ke kantor Anda setidaknya sekali selama minggu awal perkuliahan, Anda juga dapat mempelajari tentang minat mereka. Partisipasi kelas dapat meningkat setelah para mahasiswa memiliki kesempatan untuk berbicara secara informal dengan pengajarnya. Aturlah tempat duduk yang lebih memungkinkan terjadinya diskusi. Pada meja seminar
yang panjang, tempatkanlah diri Anda di bagian sisinya daripada di ujung/kepala meja. Jika memungkinkan, mintalah mahasiswa untuk duduk dalam bentuk semi lingkaran sehingga mereka dapat saling melihat. Jika diskusinya cenderung didominasi oleh para mahasiswa yang duduk dekat dengan Anda, sarankan mereka untuk berpindah tempat

112

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi

113

duduk. (Sumber: Brookfield dan Preskill, 2005; Faust dan Courtenay, 2002; Jensen dkk., 2005)

Doronglah mahasiswa untuk saling bertemu satu sama lain. Mahasiswa cenderung untuk lebih berpartisipasi di kelas jika mereka merasa bahwa mereka berada di antara teman-temannya. Selama minggu pertama atau kedua perkuliahan, rencanakanlah beberapa kegiatan yang akan membantu mahasiswa untuk saling mengenal satu sama lain. Sebagai contoh, mintalah mahasiswa untuk memperkenalkan dirinya sendiri dan menceritakan tentang latar belakangnya terkait subjek yang dibahas. Perkenalan ini juga dapat memberi Anda sejumlah petunjuk tentang bagaimana membentuk pertanyaan diskusi yang menyentuh minat mahasiswa. Lihatlah Bab 3, Hari-hari Pertama di Kelas untuk memperoleh saran-saran terkait. (Sumber: Faust dan Courtenay, 2002) Bantulah mahasiswa menyingkirkan asumsi-asumsi yang salah terkait partisipasi di kelas.
Trosset (2000) telah menemukenali sejumlah asumsi yang salah, yang dapat mencegah partisipasi mahasiswa, sebagai berikut:

hanya terdiri dari tiga hingga empat orang. Bagilah mereka ke dalam kelompok-kelompok kecil, mintalah mereka mendiskusikan suatu pertanyaan selama lima hingga sepuluh menit, lalu kemudian satukan kembali seluruh anggota kelas. Pilihlah topik yang terfokus dan langsung: Apakah dua karakteristik/ciri paling penting dari evaluasi bebas sasaran (goal-free evaluation)? atau Mengapa percobaan tersebut gagal?. Ketika mahasiswa mulai berbicara dalam kelompok kecil, besar kemungkinan keengganan mereka untuk berbicara di depan seluruh kelas juga berkurang.

Berikanlah peran pemimpin pada mahasiswa. Mintalah dua atau tiga mahasiswa untuk memimpin sesi diskusi kelas selama semester berlangsung. Bertemulah lebih dahulu dengan para pemimpin diskusi untuk membahas ulang seluruh pertanyaan mereka dan format diskusi yang diajukan. Tugaskanlah para pemimpin tersebut untuk membagikan tiga hingga enam pertanyaan diskusi pada seluruh kelas seminggu sebelum diskusi dilaksanakan. Gunakanlah token (hadiah) untuk mendorong diskusi. Cobalah token economy (sistem hadiah), di mana Anda memberikan token (bisa berupa poin, catatan, stiker, dan lainlain.) untuk setiap partisipasi, yang kemudian dapat mahasiswa kumpulkan untuk ditukarkan dengan nilai tambahan atau dengan pilihan lain, seperti tidak mengikuti kuis. Atau, gunakanlah keping (chip) poker jika partisipasi berlebihan-atau kurangmenjadi masalahnya. Seorang pengajar membagikan tiga kepingan poker untuk tiap mahasiswa di kelasnya. Setiap kali seorang mahasiswa berbicara, satu keping diberikan kembali pada pengajar. Para mahasiswa harus menghabiskan sebagian besar dari kepingan mereka saat menjelang akhir periode diskusi. Anggota tim pengajar lainnya menggunakan kertas memo berpelekat (sticky note) yang ditempelkan oleh mahasiswa di atas mejanya setiap kali mereka berbicara. Ini akan memberitahu dengan cepat melalui pemandangan visual tentang kontribusi setiap mahasiswa. (Sumber: Boniecki dan Moore, 2003; Cross, 2002; Lang, 2008)

Partisipasi menuntut pembelaan atas suatu posisi tertentu. Suatu hal sebaiknya tidak didiskusikan jika akhirnya tidak mencapai kesepakatan. Pengalaman pribadi adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang sah (legitimate). Semua pengetahuan itu hanyalah pendapat semata. Orang memiliki hak untuk tidak ditantang. Seharusnya tidak ada satu pun orang dalam kelompok yang merasakan ketidaknyamanan.

Meningkatkan Partisipasi Mahasiswa


Ciptakanlah kesempatan bagi semua mahasiswa untuk berbicara dalam kelas selama dua minggu pertama. Semakin lama seorang mahasiswa dibiarkan melanjutkan perkuliahan
tanpa berbicara dalam kelas, semakin sulit pulalah baginya untuk mulai berpendapat. Gunakanlah kelompok kecil atau kerja berpasangan sejak awal semester sehingga semua mahasiswa dapat berpartisipasi dalam suasana lingkungan yang tidak terasa mengancam.

Menjaga Keberlangsungan Diskusi


Jalinlah hubungan baik dengan mahasiswa Anda. Berilah komentar positif tentang kontribusi mahasiswa dan hargailah ide/topik bagus yang mereka kemukakan dengan menyebutkan kembali (memparafrase) atau merangkumnya. Jika seorang maha-siswa melakukan pengamatan yang baik, yang diabaikan oleh para mahasiswa lainnya, kemukakanlah hal tersebut: Terima kasih Steve. Karen juga menyatakan tentang hal tersebut sebelumnya, tetapi tadi kita tidak memilih bahasan tersebut. Mungkin inilah saat untuk membahasnya lebih lanjut. Terima kasih atas kesabaranmu, Karen. (Sumber: Tiberius, 1999) Bawalah komentar mahasiswa di luar kelas ke dalam kelas. Jika mahasiswa membuat komentar yang bagus di luar kelas, melalui e-mail, atau selama jam kerja Anda, tanyakanlah apakah mereka bersedia untuk mengemukakan pendapat/pemikirannya itu di kelas. Jika mereka setuju, kemukakanlah komentar tersebut dalam kelas dengan

Sediakanlah waktu untuk pemanasan di kelas. Datanglah beberapa menit lebih awal
dan berbicaralah secara santai/informal dengan para mahasiswa. Atau mulailah kelas dengan perbincangan selama beberapa menit terkait kejadian-kejadian terkini, kegiatan kampus, atau masalah administratif.

Batasilah komentar Anda. Hindarilah godaan untuk merespons satu per satu, setiap kontribusi mahasiswa. Anda justru perlu membiarkan mahasiswa mengembangkan ide-ide mereka dan saling merespons antar mereka. Secara berkala, bagilah para mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Para mahasiswa mungkin akan merasa lebih mudah untuk berbicara dalam kelompok yang

114

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi

115

menyatakan sesuatu seperti, Jin, kamu mengatakan sesuatu terkait hal ini di jalan/ koridor kampus kemarin, maukah kamu mengulangnya untuk seluruh kelas?. Jika mahasiswa menunjukkan keengganan, Anda dapat mengemukakan sendiri topik tersebut dan tetap memberikan mahasiswa tambahan nilai.

Jelaskanlah bahwa diskusinya telah jadi terlalu satu arah dan mintalah pihak yang memonopoli untuk membantu dengan cara bertahan untuk diam: Larry, karena kita harus melanjutkan, maukah kamu untuk meringkas pendapatmu, dan kemudian kita akan mendengar reaksi dari anggota kelompok yang lain. Beritahukanlah tentang keterbatasan waktu yang dimiliki. Waktu kita sudah tinggal sedikit. Mari kita tetapkan batasan tiga puluh detik-an pada komentar setiap orang sejak saat ini. Berbicaralah dengan mahasiswa yang memonopoli diskusi setelah jam perkuliahan atau selama jam kerja Anda (di ruang kerja Anda). Beritahukanlah pada mahasiswa tersebut bahwa Anda menghargai partisipasinya dan berharap lebih banyak lagi mahasiswa yang bisa berkontribusi. Jika komentar mahasiswa ini baik, katakanlah demikian; akan tetapi, nyatakanlah bahwa belajar itu diperoleh dari proses memberi dan menerima, serta semua orang akan memperoleh manfaat dari mendengarkan beragam pendapat dan pandangan.

Gunakanlah petunjuk non-bahasa (nonverbal) untuk mendorong partisipasi. Tersenyumlah saat diharapkan dan mengangguklah ketika mahasiswa berbicara. Pertahankanlah kontak mata dengan para mahasiswa. Tunjukkanlah tampilan yang santai dan tertarik.

Tariklah semua mahasiswa ke dalam diskusi. Anda dapat melibatkan lebih banyak
mahasiswa dengan menanyakan apakah mereka setuju atau tidak dengan apa yang baru saja disampaikan atau apakah ada yang dapat memberikan contoh lainnya untuk mendukung atau menyanggah sebuah pemikiran/poin: Bagaimana perasaan yang lain tentang hal tesebut (yang baru dikatakan)? atau Apakah ada di antara mereka yang belum berbicara sedari tadi yang mau berkomentar tentang rencana penghijauan kampus?.

Berilah dorongan khusus bagi mahasiswa pendiam. Beberapa mahasiswa pendiam hanya
menunggu datangnya kesempatan yang tidak mengancam untuk berbicara. Untuk membantu para mahasiswa seperti ini, Anda dapat mencoba strategi-strategi sebagai berikut:

Bentuklah diskusi kelompok kecil (dua hingga empat mahasiswa). Ajukanlah pertanyaan sehari-hari yang tidak memiliki satu jawaban benar: Apakah yang paling kamu ingat dari bacaan tersebut? atau Artikel yang manakah yang menurutmu paling mudah dipahami? (McKeachie dan Svinicki, 2006). Berikanlah tugas kecil yang khusus bagi mahasiswa yang pendiam: Carrie, untuk sesi kelas berikutnya, dapatkah kamu mencari tahu berapakah pendapatan nasional (GNP) Chili tahun lalu? Tingkatkanlah kepercayaan diri mahasiswa dengan menuliskan komentar-komentar mereka di papan tulis. Berdiri atau duduklah di sebelah mahasiswa yang belum berkontribusi; kedekatan Anda dapat menarik mahasiswa yang enggan untuk berpartisipasi dalam diskusi.

Perbaikilah jawaban yang salah dengan taktis. Setiap bentuk pengabaian atau ketidaksetujuan akan menghambat mahasiswa dari keaktifan berbicara. Oleh karena itu, katakanlah sesuatu yang positif tentang aspek-aspek dari respons yang bermakna atau kreatif dan beritahukan pula aspek-aspek yang tidak berdasar/tidak tepat. Sediakanlah petunjuk, saran, atau pertanyaan lanjutan yang akan memungkinkan mahasiswa untuk memahami dan mengoreksi sendiri kesalahan mereka.

Menilai Partisipasi Kelas


Putuskanlah apakah Anda ingin menilai partisipasi mahasiswa. Beberapa pengajar menilai mahasiswanya berdasarkan partisipasi mereka di kelas, dan di beberapa kampus hal seperti ini sudah biasa. Ini dapat menguntungkan mahasiswa yang memperoleh hasil buruk pada ujian tetapi menampilkan pemahaman yang mendalam melalui komentarkomentarnya di kelas. Namun demikian, menilai partisipasi kelas dapat menghambat diskusi yang bebas dan terbuka, membuat mahasiswa enggan untuk berbicara karena takut menampilkan ketidakpedulian mereka atau dianggap sedang berusaha mengumpulkan nilai. Pengajar juga berpendapat bahwa keadaan diam sambil berpikir tidaklah tak produktif, dan bahwa mahasiswa yang pemalu sebaiknya tidak dirugikan hanya karena mereka pemalu. Beberapa pengajar menganggap tindakan menilai partisipasi sebagai tindakan yang terlalu subjektif untuk dipertahankan jika ada yang memprotes. (Sumber: Bean dan Peterson, 1998; Hollander, 2002) Jika Anda memberi nilai pada partisipasi, pilihlah standar yang sesuai. Berbagai contoh
jenis partisipasi yang dikemukakan Brookfield (2006) meliputi membawa artikel atau URL (alamat) situs Web yang menambah informasi atau sudut pandang baru; meminta kelompok untuk berdiam sejenak untuk berpikir; dan menyebutkan kembali (memparafrase) atau meringkas komentar-komentar sebelumnya. Bean dan Peterson (1998) menyarankan untuk menggunakan rubric yang menyeluruh (holistik) dalam menilai partisipasi; sebagai contoh, dari 1 (jika mengganggu dan kasar) hingga 6 (jika

Batasilah mahasiswa yang memonopoli diskusi. Berikut adalah sejumlah cara untuk
menangani mahasiswa yang dominan: Mintalah semua orang untuk memberikan respons terhadap pertanyaan Anda; kemudian pilihlah seseorang untuk berbicara. Pastikanlah ada waktu sekitar satu menit setelah mengajukan pertanyaan sebagai waktu diam dan menunggu, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk menyusun responsnya. (Bean dan Peterson, 1998) Nyatakan ulang harapan Anda akan adanya partisipasi lebih dari mahasiswa: Saya ingin mendengar dari yang lainnya dalam kelas ini. Hindarilah membuat kontak mata dengan mereka yang banyak bicara.

116

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi


117

mempersiapkan diri dengan baik, memajukan pembicaraan, menunjukkan perhatian dan hormat pada orang lain). Jika Anda menggunakan rubrik, beritahukanlah para mahasiswa Anda di awal semester, sehingga mereka mengetahui bagaimana mereka akan dinilai. Dancer dan Kamvounias (2005) mengatasi masalah subjektivitas pengajar dengan menggabungkan evaluasi antar teman (peer-to-peer evaluation). Anda dapat meminta para mahasiswa untuk saling menilai satu sama lain: Seberapa banyak mahasiswa X berkontribusi pada pembelajaranmu di perkuliahan ini?. Anda dapat melibatkan kelas Anda dalam menetapkan kriteria penilaian. Sebagai contoh, beberapa kelas telah menentukan kriteria seperti, mau mengambil risiko, membatasi partisipasi hingga porsi yang masuk akal, dan menyediakan cara-cara baru dalam berpikir tentang materi. Zaremba dan Dunn (2004) serta Lang (2008) menjelaskan contoh-contoh dari pengukuran dengan evaluasi diri, di mana mahasiswa menilai persiapan dan partisipasi lisan (verbal) maupun non-bahasa (nonverbal) diri mereka sendiri, di setiap akhir sesi kelas. Ketika hasil evaluasi diri mahasiswa sejalan dengan penilaian pengajar, penilaian oleh mahasiswa tersebut akan dicatat. Namun, jika keduanya berbeda, hasil penilaian pengajar akan didahulukan, dan mahasiswa akan mendapatkan penjelasan tentang penilaian oleh pengajar tersebut. Melvin (1998) menjelaskan gambaran penilaian yang berdasarkan pada penilaian teman dan pengajar: para mahasiswa diminta untuk menilai partisipasi di kelas dari setiap mahasiswa lainnya dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah. Jika nilai tengah (median) dari hasil penilaian teman (peer rating) ini lebih tinggi dari hasil penilaian pengajar, kedua penilaian ini akan dirata-rata. Namun, jika hasil penilaian teman lebih rendah, mahasiswa akan menerima hasil penilaian pengajar saja. Pengajar yang menilai partisipasi mahasiswa cenderung untuk membobotkannya sebesar 10 hingga 20 persen dari penilaian akhir untuk mata kuliahnya.

Fassinger, P A. Classes Are Groups: Thinking Sociologically about Teaching. College Teaching, 1997, 45(1), 22-25. Faust, D. E, and Courtenay, B. C. Interaction in the Intergenerational Freshman Class: What Matters. Educational Gerontology, 2002, 28(5), 401-422. Hollander, J. A. Learning to Discuss: Strategies for Improving the Quality of Class Discussion. Teaching, Sociology, 2002, 30(3), 317-327. Jensen, M., Farrand, K., Redman, L., Varcoe, T., and Coleman, L. Helping Graduate Teaching Assistants Lead Discussions with Undergraduate Students: A Few Supple Teaching Strategies. Journal of College Science Taching, 2005, 34(7), 20 24. Lang, J. M. On Course: A Week-By-Week Guide to 2our First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Melvin, K. B. Rating Class Participation: The Prof/Peer Method. Teaching of Psychology, 1988, 15(3), 137-139. Roby: T.W. Models of Discussion. In J. T. Dillon (Ed.), Questioning and Discussion: A Multidisciplinary Study. Norwood, NJ: Ablex. 1988. Tiberius, R. G. Small Group Teaching: A Trouhle-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999. Trosset, C. Obstacles to Open Discussion and Critical Thinking: The Grinnell College Study. In D. DeZure (Ed.), Learning, from Change: Landmarks in Teaching and Learning in Higher Education from Change Magazine, 1969-1999. Sterling, VA: Stylus Publishing, 2000. Zaremba, S. B., and Dunn, D. S. Assessing Class Participation through Self-Evaluation: Method and Measure. Teaching of Psychology, 2004, 31(3), 191-193.

Daftar Referensi
Bean, J. C., and Peterson, D. Grading Classroom Participation. New Direction for Teaching and Learning, no. 74. San Francisco: Jossey-Bass, 1998, pp. 33-40. Boniecki, K. A., and Moore, S. Breaking the Silence: Using a Token Economy to Reinforce Classroom Participation. Teaching of Psychology, 2003, 30(3), 224-227. Brookfield, S. D. The Skillful Teacher: On Technique, Trust, and Responsiveness in the Classroom. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Brookfield, S. D., and Preskill, S. Discussion as a Way of Teaching: Tools and Techniques for Democratic Classrooms. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Cross, K. P . The Role of Class Discussions in the Learning-Centered Classroom. The Cross Papers. League for Innovation in the Community College, Educational Testing Service, March 2002, no. 6. Dancer, D., and Kamvounias, P Student Involvement in Assessment: A Project Designed to Assess Class Participation Fairly and Reliably. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2005, 30(4), 445- 454.

118

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Diskusi Online

119

11
Diskusi Online

Perbincangan (chat) online secara langsung bermanfaat bagi pembelajaran jarak jauh, tetapi ini tampaknya kurang efektif dibandingkan papan diskusi untuk kelas yang memiliki pertemuan tatap muka langsung. Perbincangan online juga memiliki kesulitan, yaitu dalam menjaga fokus; terkadang, sulit juga mengetahui apakah seorang partisipan telah selesai berespons atau sedang berhenti sejenak untuk menyusun suatu komentar yang mendalam. Untuk alasan-alasan tersebut dan alasan lainnya, sebagian besar pengajar lebih memilih papan diskusi daripada perbincangan online. (Sumber: Bauer, 2002; Kirkpatrick, 2005)

Diskusi online yang berhasil membutuhkan perencanaan tujuan dan struktur dengan cermat, serta bimbingan/supervisi dari pengajar yang aktif. Jika faktor-faktor ini tidak ada, diskusi online sering kali hanya memberikan sedikit manfaat, dan para mahasiswa juga menjadi kurang antusias (Pena-Shaff dkk., 2005; Williams dan Pury, 2002). Perjelaslah tentang apa yang ingin Anda capai dari diskusi online yang Anda adakan. Diskusi online seharusnya menjadi bagian yang menyatu dari perkuliahan, bukan sekadar tempelan dan bukan juga sekadar kegiatan tambahan. Jika diskusi online Anda rasakan sebagai jalan untuk memperoleh lebih banyak waktu untuk ceramah di kelas, pertimbangkanlah untuk memindahkan beberapa materi ceramah ke dalam situs secara online agar dapat memperoleh waktu kosong untuk diskusi di kelas (Keefe, 2003; Silverstein, 2006). Jika partisipasi tetap (reguler) dalam suatu kelompok diskusi online adalah persyaratan dari perkuliahan Anda, maka kurangilah beban tugas rumah yang lainnya, untuk menyesuaikan.

Buatlah blog perkuliahan Anda. Beberapa pengajar menggunakan piranti lunak untuk membuat blog (blogging software) untuk mengatur materi-materi perkuliahan online dan untuk memfasilitasi pertukaran secara online di antara para siswa. Namun demikian, beberapa pengajar lainnya telah menemukan bahwa membuat blog tidaklah secara khusus efektif dalam meningkatkan interaksi antar mahasiswa. (Sumber: Krause, 2005)

Merencanakan Suatu Papan Diskusi (Discussion Board)


Koordinasikanlah antara tugas online, di luar kelas (offline), dan di dalam kelas. Sebagai contoh, akankah mahasiswa mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dalam kelas yang kemudian akan mereka eksplorasi lebih lanjut dalam diskusi online? Akankah mahasiswa ditugaskan untuk melaksanakan proyek yang harus diselesaikan dalam kelompok online? Bagaimana ide atau pendapat konsensus yang dihasilkan secara online akan dimasukkan dalam diskusi kelas, makalah, atau ujian? Para pengajar yang melaksanakan diskusi online sepakat bahwa kegiatan ini tidaklah menggantikan SUPPLANT kebutuhan akan diskusi secara langsung dalam kelas. (Sumber: de Bruyn, 2004) Kontrollah ukuran kelompok diskusi online. Pengajar yang berpengalaman merekomendasikan bahwa kelompok diskusi terdiri dari empat hingga dua belas mahasiswa, dan tidak lebih dari dua puluh orang mahasiswa. Dalam kelas perkuliahan yang besar, Anda dapat menuliskan daftar dari serangkaian topik diskusi dan berikanlah kesempatan pada mahasiswa untuk memilih diskusi mana yang ingin diikutinya. Atau, Anda dapat membagi kelas Anda menjadi tiga kelompok-satu kelompok yang mengajukan pertanyaan, satu kelompok yang merespons pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan satu kelompok lagi untuk membuat ringkasan dan berkomentar- dan minta siswa untuk merotasi kelompoknya di sepanjang semester. Seorang pengajar menyarankan untuk membagi kelas yang terdiri dari dua puluh lima mahasiswa menjadi dua kelompok, yang secara bergantian memposkan online. (Sumber: Bryant, 2005) Tetapkanlah harapan terhadap partisipasi mahasiswa. Beritahulah mahasiswa tentang berapa kali (atau seberapa sering) mereka Anda harapkan untuk masuk ke dalam forum dan untuk mengirimkan publikasi (mem-pos-kan); pengajar berpengalaman menya rankan dua kali seminggu. Beritahukanlah bagaimana partisipasi online mereka (baik kehadiran maupun kualitas partisipasinya) akan memengaruhi nilai mereka di mata kuliah Anda. Beberapa pengajar memberikan nilai tambahan untuk kontribusi berkualitas

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah sistem manajemen pembelajaran dari kampus Anda. Sistem manajemen pembelajaran atau lingkungan belajar dan kolaborasi Anda mungkin memuat pula piranti lunak (software) untuk melaksanakan diskusi online. Teknologi terkini menawarkan tiga cara untuk menstrukturisasi diskusi online:
Surat kelompok (mail-list) dan litserv, memungkinkan para pengajar dan tiap mahasiswa untuk bertukar pesan melalui surat elektronik (e-mail) dengan semua orang di kelas. Papan diskusi (papan buletin, forum), merupakan situs Web di mana para mahasiswa dapat mempos/mengumumkan pesan serta membaca pesan-pesan dari semua teman sekelasnya. Pesan-pesan tersebut biasanya dibuatkan alur/threaded (dikelompokkan berdasar judul subjeknya dan ditampilkan berdasar urutan kronologisnya). Sesi berbincang (chat session), memungkinkan perbincangan terketik langsung (realtime) di situs Web.

120

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Diskusi Online

121

tinggi; sedangkan yang lainnya memberi bobot partisipasi online sebanyak 10 persen atau kurang dari keseluruhan penilaian. Bauer (2002) menyediakan contoh-contoh dari rubrik untuk menilai partisipasi mahasiswa dalam diskusi online, termasuk jenis-jenis komentarnya. (Sumber: Bauer, 2002; Bender, 2003)

Ciptakanlah pertanyaan terfokus atau tugas-tugas khusus. Biasanya, adalah lebih baik untuk mendedikasikan diskusi online sebagai upaya pemecahan masalah daripada untuk membahas pertanyaan yang meluas, walaupun ini juga bisa efektif untuk meminta mahasiswa mengeksplorasi dan mencapai konsensus/kesepakatan dari suatu pertanyaan terbuka dalam serangkaian jangka waktu. Tugas lain untuk papan diskusi meliputi pembuatan pertanyaan ujian tengah semester atau ujian akhir semester; membuat balasan jawaban yang substantif pada empat teman sekelas, dengan masing-masing kemudian mem-pos-kan bagaimana umpan balik yang diberikan telah memengaruhi pemikirannya; melibatkan bintang tamu dalam diskusi, yang merupakan pengarang salah satu bacaan kuliah yang digunakan; dan melaksanakan debat di mana para mahasiswa saling berargumentasi untuk mendukung atau menolak suatu posisi tertentu. (Sumber: Greenlaw dan DeLoach, 2003) Jelaskanlah aturan dasarnya. Panduan berikut diadaptasi dari Gajadhar dan Green (2005);
Palloff dan Pratt (2007); Pena-Shaff, Altman, dan Stephenson (2005); Sevilla dan Wells (2002); dan Wakley (2002):

Tetapkanlah gaya berespons-nya. Seberapa formal atau informalkah pos/pengumuman dari mahasiswa yang Anda inginkan? Jelaskan dan berilah contoh-contoh dari gaya bahasa yang Anda inginkan untuk diikuti oleh para mahasiswa. Anda juga dapat menetapkan standar tentang bahasa yang diizinkan dan meminta para partisipan untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri dengan menyebutkan namanya setiap kali mem-pos-kan sesuatu. Para mahasiswa yang masih awam terhadap papan diskusi akan menghargai jika dapat melihat contoh-contoh dari pos/pengumuman yang bermutu dan sopan. (Sumber: Bender, 2003; Lawrence dkk., 2005) Bantulah mahasiswa untuk mengatur banyaknya/volume pesan. Para mahasiswa mungkin
membutuhkan tips tentang cara mengklasifikasi dan mengikuti perkembangan urutan jalinan komunikasi atau pesan elektronik (e-mail) yang paling menarik bagi mereka. Sarankanlah pada mahasiswa untuk melihat secara cepat semua pos/pengumuman setiap hari atau dua hari sekali, daripada menghadapi tumpukan dari begitu banyak pesan dua kali seminggu. (Sumber: Aitken dan Shedletsky, 2002)

Melaksanakan Diskusi Online


Mulailah diskusinya. Bangunlah suasana yang menerima dan mendukung, tunjukkanlah
pada mahasiswa bahwa Anda sedang memerhatikan. Pujilah para peserta, baik saat online maupun ketika di dalam atau setelah kelas, dan masukkanlah, jika sesuai, komentarkomentar mahasiswa dalam publikasi/hasil pos Anda. Sesekali, kemukakanlah komentar pendek yang bermakna/substantif, tetapi berfokus pada upaya merangsang mahasiswa agar memperluas komentarnya. Miguel, apakah yang kamu katakan itu sejalan dengan apa yang Sumi katakan tadi?, atau Sumi, penjelasan alternatif apa yang bisa kamu tambahkan pada penjelasan yang sudah kamu kemukakan tadi?. Jika diskusi mengalir dengan lancar, pujilah kualitas diskusi. (Sumber: Bender, 2003; Muilenburg dan Berge, 2000)

Tuliskanlah kalimat subjek yang informatif. Ketika merespons komentar sebelumnya, nyatakan hal spesifik yang ingin Anda respons/komentari. Jagalah agar komentar Anda singkat, tetapi tetap mencakup logika dan detail yang mendukung. Hindarilah mem-pos komentar seperti, Aku juga, Poin yang bagus, atau Menurutku ga gitu. Ketika Anda menyajikan suatu pendapat, dukunglah pendapat itu dengan bukti atau data. Mintalah klarifikasi jika Anda tidak mengerti suatu hal yang dikemukakan orang lain. Komunikasikanlah persetujuan dan juga ketidaksetujuan Anda, dan kemukakanlah pula alasannya. Baca kembali dengan cermat pos yang Anda buat. Asumsikanlah bahwa semua partisipan memiliki niatan/intensi yang baik. Tunggulah 24 jam sebelum merespons suatu pos yang Anda anggap negatif, untuk menurunkan emosi Anda. Sadarilah bahwa konflik merupakan bagian dari proses kelompok. Terbukalah untuk mengubah pikiran Anda. Berpegang teguhlah pada aturan-aturan umum kemanusiaan, kesopanan, dan penghargaan yang timbal balik.

Ajukkanlah pertanyaan pada tingkatan yang berbeda-beda. Pertanyaan-pertanyaan yang efektif adalah kunci untuk memulai dan mempertahankan diskusi (Lihatlah Bab 12, Mengajukan Pertanyaan). Para mahasiswa cenderung untuk mengabaikan pertanyaan yang kurang jelas atau terlalu meluas. Anda juga dapat merangsang diskusi dengan soal-soal melengkapi kalimat, suatu permasalahan atau skenario, atau dengan memainkan peran provokator/devils advocate (Sumber: Bender, 2003; Muilenburg dan Berge, 2000) Fasilitasi diskusinya. Doronglah terciptanya partisipasi aktif dari siswa kepada siswa lainnya
(student-to-student). Mintalah klarifikasi, tunjukkanlah pernyataan yang bertentangan, atau hangatkan diskusi jika diperlukan, tetapi cobalah untuk tetap berada di balik layar. Penelitian menunjukkan bahwa publikasi komentar (posting) yang sering oleh pengajar tidak meningkatkan partisipasi mahasiswa. (Sumber: Mazzolini dan Maddison, 2003; Oren dkk., 2002)

122

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Diskusi Online

123

Munculkan dan aturlah alur ide diskusinya. Mulailah meluncurkan ide awal untuk pertanyaan prosedural, sehingga pertukaran ini akan terpisah dari diskusi intinya. Umumkanlah topik umum untuk diskusinya, dan mulailah diskusinya dengan mengajukan pertanyaan pembuka. Arsipkan setiap alur ide yang telah memenuhi tujuannya dan memenuhi situs. Terutama pada awal perkuliahan, amatilah seberapa baik mahasiswa Anda menghormati batasan dari alur ide yang sudah ada sebelumnya dan memulai yang baru ketika memungkinkan. Dalam suatu diskusi yang mengikuti suatu alur ide, mintalah mahasiswa untuk mengomentari pertanyaan yang telah dipublikasi sebelumnya, sebelum menambahkan komentar mereka sendiri. Ingatkanlah mahasiswa untuk berespons pada komentar yang relevan dengan pertanyaan atau komentar yang mereka ajukan sebelumnya. (Sumber: de Bruyn, 2004) Waspadailah komentar-komentar yang kesepian dan para mahasiswa yang pendiam.
Terkadang, komentar atau pertanyaan mahasiswa mendapatkan sedikit respons atau bahkan tidak mendapatkan respons sama sekali dari mahasiswa lainnya. Pembuat komentar yang kesepian seperti ini bisa menjadi tak termotivasi dan kemudian keluar dari diskusi. Jika Anda melihat dinamika seperti ini, ingatkanlah dengan halus para mahasiswa lainnya untuk merespons komentar kesepian tersebut. Ketika mahasiswa yang lebih pendiam turut berpartisipasi, berikanlah mereka respons yang mendukung. (Sumber: Pena-Shaff dkk., 2005)

Daftar Referensi
Aitken, J.E., and Shedletsky, L.J. Using Electronic Discussion to Teach Communication Courses. Communication Education, 2002, 51(3), 327-331. Bauer, J. F. Assessing Student Work from Chatroom and Bulletin Boards. New Directions for Teaching and Learning no, 91. San Francisco: Jossey-Bass, 2002, pp. 31-36. Bender. T. Discussion-Based online Teaching to Enhance Student Learning: Theory, Practice, and assessment. Sterling. VA: Stylus, 2003. Bryant, B. K. Electronic Discussion Sections: A Useful Tool in Teaching Large University Classes. Teaching of Pychology, 2005, 32(4), 271-275. de Bruyn, L.L. Monitoring Online Communication: Can the Development of Convergence and Social Presence Indicate an Interactive Learning Environment? Distance Education, 2001, 25(1), 6781. Gajadhar, J., and Green, J. The Importance of Nonverbal Elements in Online Chat. Educause Quarterly, 2005, 28(4), 63-64. Greenlaw, S. A., and DeLoach, S. B. Teaching Critical Thinking with Electronic Discussion. Journal of Economic Education, 2003, 34(1), 36-52. Keefe, T. J. Using Technology to Enhance a Course: The Importance of Interaction. Educause Quarterly, 2003, 26(1), 24-34. Kirkpatrick, G Online Chat Facilities As Pedagogic Tools. Active Learning in Higher Education, 2005, 6(2), 145-159. Knowlton, D. S. Evaluating College Students Efforts in Asynchronous Discussion A Systematic Process. Quarterly Revieu of Distance Education, 2003, 41(1), 31-41. Krause, S. D. Blogs as a Tool for Teaching Chronicle of Higher Education, June 24, 2005. Lawrence, M., ODell, B., and Stephan L. Aligning Online. In D. H. Wulff (Ed.), Aligning for Learning Strategies for Teaching Effectiveness. Bolton, MA: Anker, 2005. Mazzolini, M., and Maddison, S. Sage, Guide or Ghost The Effect of Instructor Intervention on Student Participation in Online Discussion Forums. Computers and Education, 2003, 40(3), 237 253. Muilenburg, L., and Berge, Z. L. A Framework for Designing Questions for Online Learning. DEOSNEWS, 2000, 10(2). http://www.ed.psu.edu/acsde/deos/deosnews/dcosnews10 _2.asp. Murphy, E., and Loveless, J. Students Self Analysis of Contributions to Online Asynchronous Discussions. Australasian, Journal of Educational Technology, 2005, 21(2), 1:55 -172. Oren, A., Mioduser, D., and Nachmias, R. The Development of Social Climate in Virtual Learning Discussion Groups. International Review of Research in Open and Distance Learning, 2002, 3(1), 119. Palloff, R. M., and Pratt, K. Building Online Learning Communities. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2007. Pena-Shalf, J., Altman, W., and Stephenson, H. Asynchronous Online Discussions as a Tool for Learning: Students Attitudes, Expectations, and Perceptions. Journal of Interactive Learning Research, 2005, 16(4), 409-430. Sevilla, C., and Wells, T. Guiding and Evaluating Online Discussion: Practical Tips to Make Your Courses Successful. E-Learning, February 2002. Silverstein, S. The iPod Took My Seat. Los Angeles Times, January 17, 2006.

Awasi dan instruksikanlah para mahasiswa terkait penggunaan kalimat subjek. Ingatkanlah mahasiswa bahwa setiap pesan harus memiliki kalimat subjek yang akurat, yang mengindikasikan baik inti dari tujuan pesan (Re: argumentasi pro-insentif dari Kim), maupun apa yang akan ditambahkan oleh pesan tersebut (- tapi bagaimana tentang New Zealand?). Jangan biarkan siswa mengembangkan kebiasaan malas dengan sekadar menambahkan kata Balasan (Re) di awal kalimat subjek dari komentar sebelumnya. (Sumber: Sevilla dan Wells, 2002)

Sediakanlah ringkasan dan sintesisnya. Untuk menghindari diskusi yang telah diatur
alurnya (thread) menjadi kehilangan arah atau selesai begitu saja, secara berkala, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mensintesis dan merangkum thread tersebut. Anda juga dapat memberikan tugas ini dan peran perantara/moderator lainnya pada mahasiswa perseorangan. (Sumber: de Bruyn, 2004)

Evaluasilah partisipasi online. Di luar dihitung atau tidaknya partisipasi online dalam
nilai akhir perkuliahan, berikanlah komentar pada mahasiswa terkait kualitas partisipasi mereka. Kebanyakan piranti lunak (software) diskusi online memungkinkan Anda untuk menyimpan dan mengarsipkan kontribusi/peran serta mahasiswa dan kemudian mengkaji ulang kuantitas dan kualitas partisipasi mereka. (Sumber: Knowlton, 2003; Murphy dan Loveless, 2005; Wang dan Tucker, 2001)

124

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi


Wakley, D. The New Rules of Engagement: Keeping Online Students Involved and On Track in Asynchronous Discussion Forums. Journal of Instruction Delivery Systems, 2002, 16(2), 6-12. Wang, A. Y., Newlin, M. H., and Tucker, T L. A Discourse Analysis of Online Classroom Chats: Predictors of Cyber-Student Performance. Teaching of Psychology, 2001, 28(3), 222-226. Williams, S., and Pury. C. Student Attitudes toward and Participation in Electronic Discussion. International Journal of Educational Technology, 2002, 3(1).

Mengajukan Pertanyaan

125

12
Mengajukan Pertanyaan

Dinamika pengajuan dan penerimaan dalam kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan adalah hal utama dalam pembelajaran dan untuk mencapai pengajaran yang efektif. Jenis-jenis pertanyaan yang pengajar ajukan dan urutan dari pertanyaan haruslah mampu menarik perhatian mahasiswa, merangsang keingintahuan mereka, memperkuat hal-hal penting, mendorong terjadinya refleksi, dan meningkatkan pembelajaran aktif.

Strategi-strategi Umum
Susunlah pertanyaan-pertanyaan Anda sejak awal. Seiring dengan Anda mempersiapkan bahan ajar, identifikasi pertanyaan-pertanyaan dan antisipasi ragam kemungkinan respons mahasiswa. Pilih dan keluarkan pertanyaan dari daftar Anda seiring perjalanan diskusi, tergantung pada topik apa yang ingin didalami oleh mahasiswa. Untuk meningkatkan keterampilan investigasi (mencari tahu) mahasiswa, gunakanlah pertanyaan pembuka Anda untuk merangsang mahasiswa agar menciptakan pertanyaan mereka sendiri. Ajukanlah beberapa pertanyaan yang Anda sendiri masih kurang yakin bagaimana menjawabnya. Anda mungkin akan terkagum oleh ide mahasiswa Anda. (Sumber: Haroutunian-Gordon, 1998; Windschitl dan Buttemer, 2000) Tempatkanlah pertanyaan-pertanyaan Anda dalam suatu urutan. Anda mungkin ingin
bergerak dari yang umum ke yang khusus, dari yang sederhana ke yang kompleks, atau dari yang konvergen (satu kemungkinan jawaban) ke yang divergen (banyak kemungkinan jawaban). Pilihlah urutan yang akan memungkinkan mahasiswa untuk berhasil menjawab di awal, terutama ketika pertanyaan pembuka Anda. (Sumber: Pennell, 2000)

Siapkanlah strategi-strategi untuk mengajukan pertanyaan Anda. Pikirkanlah berbagai cara untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan Anda; kepada seluruh kelas, kepada pasangan mahasiswa, kepada kelompok kecil. Ciptakanlah pertanyaan yang dirancang untuk merangsang penghasilan ide sebanyak-banyaknya, pembuatan kesepakatan/ konsensus, atau debat. (Sumber: Kasulis, 1984)

126

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mengajukan Pertanyaan

127

Tentukanlah tentang bagaimana Anda akan menentukan siapa yang akan menjawab.
Beberapa pengajar hanya menunjuk mahasiswa yang mengacungkan tangannya; para pengajar lainnya memilih untuk menarik seluruh mahasiswa ke dalam diskusi dengan cara menunjuk seseorang dan memintanya untuk berespons. Jika Anda berkeliling ruangan sambil menunjuk para mahasiswa sesuai urutan absennya, perhatian beberapa mahasiswa mungkin akan tidak fokus hingga giliran mereka yang ditunjuk. Jika Anda memilih untuk memanggil-dengan-dingin (cold-call) secara acak dari para mahasiswa untuk memberinya pertanyaan, hangatkanlah (warm-up) situasinya terlebih dahulu. Sebagai contohnya. Pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa menanyakan pada teman sebelahnya sebelum menjawab pertanyaan; memberi jeda sejenak sebelum menunjuk seseorang demi memberi mahasiswa waktu berpikir; menuliskan pertanyaan Anda di papan tulis untuk membantu para mahasiswa agar dapat menjernihkan pikirannya lebih dulu; atau mengizinkan mahasiswa untuk memperoleh waktu sejenak agar dapat menuliskan respons atau mengemukakan beberapa poin utama. (Sumber: Dallimore dkk., 2004)

Pertanyaan tantangan (challenge questions) menguji asumsi, kesimpulan, dan interpretasi: Bagaimana lagi kita bisa menjelaskan hasil temuan eksperimen ini?, Asumsi apa yang mendasari sudut pandang ini? Pertanyaan hubungan (relational questions) menanyakan perbandingan tema-tema, ide-ide, atau masalah-masalah: Premis (pernyataan) apa dari kasus Plessy lawan (vs.) Ferguson yang dikemukakan Pengadilan Tinggi dalam memutuskan kasus Brown lawan (vs.) Dewan Pendidikan? Pertanyaan diagnosis (diagnostic questions) mencari tahu motif atau sebab: Mengapa Simone menerima identitas baru? Pertanyaan aksi (action questions) meminta sebuah kesimpulan atau aksi/tindakan: Dalam menanggapi situasi demonstrasi di aula California, apa yang sebaiknya Chancellor lakukan? Pertanyaan penghubung dan sebab-akibat (connective and cause-and-effect questions) menanyakan hubungan sebab-akibat antara ide-ide, aksi-aksi, atau kejadian-kejadian: Jika pemerintah menghentikan subsidi pertanian untuk tepung, apa yang akan terjadi pada harga roti? Pertanyaan perluasan (extension questions) memperluas diskusi: Bagaimana komentar ini berhubungan dengan apa yang telah kita kemukakan sebelumnya? Pertanyaan hipotesis (hypothetical questions) menampilkan perubahan dalam fakta atau permasalahan/isu: Seandainya Sergei kaya dan bukannya miskin seperti dalam cerita ini. Apakah hasil akhirnya akan sama? Pertanyaan prioritas (priority questions) berusaha mencari tahu tentang permasalahan yang paling penting: Dari semua yang telah kita bicarakan, apakah yang merupakan sebab paling utama dari penurunan kekompetitifan masyarakat Amerika? Pertanyaan ringkasan (summary questions) memunculkan sintesis: Tema atau pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kuliah kita hari ini?

Tampilkanlah rasa keingintahuan yang menggebu. Biarkanlah nada suara, ekspresi


wajah, dan bahasa tubuh Anda menunjukkan bahwa Anda sedang mencari pengetahuan, bukan menginterogasi tentara. Jadilah inklusif secara demografis (tidak hanya menuju kelompok demografis tertentu saja) dalam mengarahkan pertanyaan Anda dan dalam menunjuk mahasiswa. (Sumber: Payne dan Gainey, 2003)

Catatlah partisipasi kelas. Luangkanlah beberapa menit setelah tiap sesi kelas untuk mencatat pertanyaan mana yang paling mampu menghidupkan pertukaran informasi dalam kelas. (Sumber: Kasulis, 1984) Evaluasilah keterampilan bertanya Anda. Universitas Illinois di Urbana-Champaign telah mengembangkan panduan untuk mengevaluasi keterampilan bertanya pengajar (Metode Mengukur Keterampilan Bertanya/Methods for Assessing Questioning Skill, n.d.), yang meliputi contoh/sampel survey yang dapat diberikan pada mahasiswa untuk mendapatkan umpan balik mereka. Acheson dan Gall (2003) menyarankan dimensidimensi yang dapat digunakan mahasiswa atau pengajar dalam mengevaluasi perilaku bertanya pengajar, yang meliputi penggunaan beragam strategi dan perilaku bertanya yang membangkitkan partisipasi mahasiswa. Lihatlah pula Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas untuk mendapatkan saran-saran.

Tujulah keterampilan kognitif yang berbeda-beda. Cara lain untuk mengategorikan


pertanyaan mengikuti hierarki klasik tentang keterampilan Kognitif menurut Bloom (1956):

Tingkatan dan Tipe Pertanyaan


Variasikanlah jenis pertanyaan yang Anda tanyakan. Bergeraklah dari pertanyaanpertanyaan yang sederhana menuju yang membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam (diadaptasi dari Christensen, 1991; Elder dan Paul, 2005; McKeachie dan Svinicki, 2006; Rosmarin, 1987; Yip, 2001):
Pertanyaan eksplorasi (exploratory questions) mencari tahu fakta-fakta dan pengetahuan dasar: Bukti penelitian apa yang mendukung teori tentang kepribadian yang rentan terhadap kanker?

Pengetahuan/knowledge (mengingat/menghafal bahan yang telah dipelajari, seperti definisi, prinsip-prinsip, rumus): Definisikanlah pemerintahan bersama (shared governance), Apa sajakah tahapan perkembangan menurut Piaget? Pemahaman/comprehension (memahami makna dari bahan yang dihafal, biasanya ditandai dengan menyatakan ulang atau mengutip contoh): Jelaskanlah proses mitosis., Berilah beberapa contoh aliterasi/allegori (alliteration). Penerapan/aplication (menggunakan informasi dalam suatu konteks baru untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, melakukan suatu tugas): Bagaimanakah konsep elastisitas harga menjelaskan biaya serat gandum?, Bagaimana Anda membuat grafik dari data dalam sebuah sampel seperti ini? Analisis/analysis (memecah konsep menjadi bagian-bagiannya dan menjelaskan keterkaitan di antara mereka; membedakan bahan yang relevan dari bahan tam-

128

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mengajukan Pertanyaan

129

bahan): Faktor-faktor apa yang memengaruhi harga BBM (bahan bakar minyak)? Tunjukkan argumentasi yang digunakan penulis untuk mendukung asumsi/tesisnya tentang pencairan es di kutub. Sintesis/synthesis (menggabungkan bagian-bagian untuk membentuk satu hal baru yang menyeluruh; memecahkan permasalahan yang membutuhkan kreativitas atau orijinalitas): Bagaimana Anda akan merancang sebuah eksperimen untuk menunjukkan pengaruh pendidikan terhadap pendapatan, dengan menjaga faktorfaktor lain agar tetap konstan? Bagaimana Anda akan mengorganisasikan ulang taksonomi Bloom demi menciptakan penelitian baru dalam ilmu kognitif? Evaluasi/evaluation (menggunakan kriteria tertentu untuk mencapai penilaian yang beralasan tentang nilai suatu hal): Hingga sejauh manakah rangkaian usulan tentang kenaikan pajak dapat menyelesaikan kekurangan/defisit anggaran? Jika kokain dilegalkan, apa implikasinya terhadap pelayanan kesehatan masyarakat?

Hindarilah menanyakan, Ada pertanyaan? Pertanyaan Ada pertanyaan? sering kali tidak memunculkan pertanyaan apa pun. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan menyiratkan bahwa Anda mengharapkan adanya pertanyaan dan doronglah mahasiswa untuk mengajukannya. Sebagai contoh, Anda dapat mengatakan, Sampai di sini, saya yakin kalian memiliki beberapa pertanyaan atau Itu adalah hal yang kompleks. Apa yang saya lewatkan? atau Apakah pertanyaan yang paling terlintas dalam pikiranmu?. (Sumber: Felder, 1994; Pennell, 2000) Hindarilah menanyakan pertanyaan ya-tidak (yes-or-no question). Diskusi akan terhambat jika Anda mengajukan pertanyaan yang membutuhkan respons satu kata atau frase pendek saja. Sebaliknya, ajukanlah pertanyaan kenapa atau bagaimana yang akan mendorong mahasiswa untuk berusaha menjelaskan. Dibandingkan bertanya Apakah radon dapat dianggap sebagai polutan?, tanyakanlah, Mengapa radon dapat dianggap sebagai polutan?. Pertanyaan yang mengarahkan (leading question) (Tidakkah kamu setuju bahwa perubahan iklim dunia adalah ancaman lingkungan paling serius yang kita hadapi?) Juga menutup kemungkinan untuk terjadinya diskusi. Dan diskusi akan berhenti/selesai jika Anda menjawab pertanyaan Anda sendiri: Mengapa kita tidak bisa menggunakan pengujian chi-square di sini? Apakah ini karena unit/kelompoknya terlalu sedikit? Ajukanlah pertanyaan yang mengundang beragam jawaban. Seorang pengajar Teknik Kimia menghindari bertanya tentang angka yang benar dengan mengatakan, Sebelum Anda menghitung jawabannya, bagaimana prediksi Anda tentang seperti apa sistemnya akan berjalan secara keseluruhan?. Seorang pengajar Sejarah mengajukan pertanyaan yang sebagai jawabannya tersedia sejumlah hipotesis yang sama-sama memungkinkan untuk diterima-Mengapa angka kelahiran meningkat di Inggris pada pertengahah abad kedelapan belasan? atau Mengapa Napoleon III menyetujui rencana Cavour? dan tekankanlah pada mahasiswa bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut memang masih merupakan bahan kontroversi taau pertanyaan para ilmuwan. Pengajar tersebut juga menunjukkan bagaimana jawaban yang berbeda akan mengarahkan pada arah yang benar-benar berbeda pula. (Sumber: Felder, 1994) Ajukanlah pertanyaan yang terfokus. Sebuah pertanyaan yang terlalu luas, seperti Bagaimana dengan peristiwa runtuhnya Tembok Berlin? dapat menjauhkan mahasiswa dari topik utama. Sebaliknya, tanyakanlah Bagaimanakah jatuhnya Tembok Berlin-penyatuan kembali Jerman-memengaruhi kondisi ekonomi di Korea? Setelah mengajukan pertanyaan, tunggulah dengan tenang jawabannya. Janganlah takut pada keheningan. Sabarlah. Mahasiswa mungkin membutuhkan 10-30 detik untuk menyusun jawabannya terhadap pertanyaan Anda. Janganlah salah mengartikan diam yang terjadi sebagai sinyal apatisme (ketidakpedulian), penolakan, atau kemalasan. Berilah mahasiswa waktu untuk berpikir dan untuk menyusun kata-kata responsnya. Berhitunglah dalam hati ketika mahasiswa sedang berpikir; keheningan tersebut jarang bertahan lebih dari 10 hingga 15 detik. Menunggu mengindikasikan bahwa Anda menginginkan partisipasi yang penuh pemikiran, dan jika Anda mengomunikasikan suasana pengharapan, seseorang akan memecahkan keheningan, walau untuk sekadar mengatakan, Saya tidak paham dengan pertanyaannya.

Pertanyaan-pertanyaan di tingkat yang lebih tinggi juga dapat dikategorikan menjadi tiga jenis utama (diadaptasi dari Edwards dan Bowman, 1996): Pertanyaan konvergen mengundang analisis dan integrasi dari data-data yang telah ada, dengan tujuan untuk mencapai satu kesimpulan. Pertanyaan divergen mengundang respondennya untuk mengelaborasi kesimpulan yang ada demi mencapai implikasi atau sintesis lebih lanjut dengan ide-ide lainnya. Pertanyaan evaluatif melibatkan pembuatan penilaian dengan seksama berdasarkan data atau bukti.

Apakah pertanyaan penting berikutnya yang harus kita tanyakan? adalah suatu pertanyaan tingkat tinggi yang luar biasa, yang memberikan mahasiswa kita bagian dari tanggung jawab untuk mengarahkan diskusi (OHare, 1993). Ada pula saat-saat di mana Anda perlu untuk mengajukan pertanyaan yang mendorong intuisi/perkiraan, lompatan inisiatif, dan tebakan yang terdidik.

Bertanya yang Efektif


Ajukanlah satu pertanyaan di satu waktu. Dalam usaha untuk memunculkan sebuah respons, terkadang pengajar mencoba untuk mengklarifikasi suatu pertanyaan dengan menyatakan ulang pertanyaan tersebut. Akan tetapi, sering kali penggunaan kata-kata baru justru membuat pertanyaan yang benar-benar baru, yang mengalihkan perhatian siswa ke arah yang berbeda. Strategi yang lebih baik adalah dengan mengajukan pertanyaan singkat dan menunggu responsnya. Daripada menanyakan Bagaimanakah Lacan dan Freud dapat dikatakan sama, misalnya dalam pandangan mereka tentang ketidaksa- daran, atau bagaimana dengan pendekatan mereka terhadap psikoanalisis?, tanyakanlah, Apakah teori Lacan tentang ketidaksadaran serupa dengan teori Freud? (Sumber: Hyman, 1989)

130

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mengajukan Pertanyaan

131

Jika keheningan terjadi melebihi 30 detik, tanyakan pada mahasiswa Anda apakah arti keheningan tersebut. Ruangannya menjadi hening. Mengapa? Atau dukung mereka dengan mengatakan, Bisakah seseorang memulai? Bahkan di saat seperti itu pun, Anda dapat menunda menunjuk seseorang hingga sejumlah tangan diacungkan; mengambil jeda sejenak memberitahukan pada mahasiswa bahwa jawaban mereka tidak harus diformulasikan dengan terburu-buru. Tunggulah kembali setelah seorang mahasiswa berespons, demi menunjukkan bahwa respons tersebut layak dipikirkan. Menunggu akan membantu mahasiswa untuk fokus pada apa yang teman-temannya katakan dibandingkan merencanakan komentar mereka berikutnya. (Sumber: Biggs, 2003; Pennell, 2000)

Untuk menggambarkan sudut pandang: Jika kamu harus memilih hanya satu faktor ... atau Dalam beberapa kata saja, sebutkan alasan terpenting dari ... Cara bertanya seperti ini juga dapat digunakan untuk mengontrol CAP mahasiswa yang banyak bicara. Untuk bergerak dari abstrak ke konkret, atau umum ke khusus: Jika kamu akan menggeneralisasikan ... atau Dapatkah kamu memberi beberapa contoh yang spesifik? Untuk memberitahukan hal/poin yang baik yang dikemukakan sebelumnya: Zhong, apakah kamu cenderung untuk menyetujui pendapat Carmen tentang hal ini? Untuk meringkas atau menyimpulkan: Sabah, jika kamu harus memilih dua atau tiga tema yang paling sering dikemukakan hari ini, apakah yang kamu pilih?

Carilah dasar kesamaan. Jika seorang mahasiswa merespons dengan segera, tindak lanjuti
dengan menanyakan mahasiswa lainnya tentang apa yang mereka pikirkan. Hadley, seberapa kuatkah kamu setuju atau tidak setuju dengan yang dikemukakan barusan? adalah cara yang baik untuk melibatkan lebih banyak mahasiswa dalam diskusi.

Gunakanlah strategi menggali. Penggalian adalah pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang


memfokuskan perhatian mahasiswa pada ide atau asumsi yang tersirat (implisit) dalam jawaban awal mereka. Penggalian dapat menanyakan bentuk khusus, klarifikasi, akibat, elaborasi, contoh yang setara, hubungan, atau penjelasan. Penggalian itu penting karena membantu mahasiswa untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan apa yang mereka ketahui, meski di saat mereka tidak yakin apakah mereka mengetahuinya (Hyman, 1980). Berikut adalah beberapa contoh dari penggalian (probing):

Ajukanlah pertanyaan yang meminta mahasiswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya. Daripada bertanya Apakah kalian mengerti? atau Apakah ada pertanyaan
tentang ini?, tanyakanlah, Apakah pertimbangan-pertimbangan yang perlu diingat jika Anda ingin hasil evaluasi Anda digunakan?. Dibandingkan Apakah kamu memahami instruksi program ini?, tanyakanlah, Bagaimana sebaiknya kita mengubah programnya jika kita ingin mengurutkan angka-angka tersebut dari kecil ke besar dan bukan dari besar ke kecil?. Daripada menanyakan Apakah semua memahami bagaimana saya mendapatkan jawaban ini?, tanyakanlah, Mengapa saya mengganti nilai delta dalam persamaan berikut? (Sumber: Pennell, 2000)

Rancanglah pertanyaan Anda untuk mendorong interaksi antar mahasiswa. Mahasiswa


menjadi lebih perhatian ketika Anda mengajukan pertanyaan yang menuntut mereka untuk merespons satu sama lain. Sebagai contoh, bertanya pada Molly, Dapatkah kamu mengaitkan dengan apa yang dikatakan Sam sebelumnya?, dan, jika diperlukan, bantulah Molly mengingat kembali apa yang Sam katakan. (Sumber: Kasulis, 1984)

PENGAJAR : Apakah cara-cara yang bisa kita lakukan demi mengatasi krisis energi? MAHASISWA : Penetapan harga yang tinggi (peak-load pricing) oleh perusahaan peralatan sehari-hari PENGAJAR : Asumsi apa yang kamu miliki tentang perilaku konsumen ketika kamu menyarankan solusi tersebut? PENGAJAR MAHASISWA PENGAJAR PENGAJAR MAHASISWA PENGAJAR : Apa itu neurosis? : Itu merupakan sebuah kondisi di mana ... sebuah keadaan mental di mana... (jeda dan ragu) : Apakah karakteristik atau ciri-ciri dari orang neurotis? : Sejauh manakah bolanya jatuh setelah tiga detik? : Saya tidak tahu : Baiklah, apa yang terjadi pada kecepatan bolanya?

Pancinglah mahasiswa yang tertutup atau tidak antusias. Pertanyaan terselubung dapat mendorong mahasiswa yang enggan untuk berbicara. Sebagai contoh, daripada bertanya Apakah inti dari karya John Dewey?, mengatakan, Saya ragu, apakah akurat jika mendeskripsikan karya John Dewey dengan kata-kata belajar sambil praktik (learning by doing) memberikan mahasiswa sebuah kesempatan untuk berkomentar tanpa merasa ditempatkan sebagai pusat perhatian. Sama halnya dengan itu, pertanyaan-pertanyaan seperti ini cenderung lebih mendorong keterlibatan mahasiswa yang pendiam: Aspek apakah dari bacaan tersebut yang Kalian pikir perlu kita diskusikan?, Bagian manakah dari bacaan tersebut yang paling mengejutkanmu?, Bisakah kamu memberikan satu atau dua poin/hal utama dari bab ini yang tampak sangat penting? Gunakanlah pertanyaan untuk mengubah tempo atau arah diskusi. Gunakanlah pertanyaan untuk mengatur kecepatan atau mengarahkan ulang percakapannya (diadaptasi dari Kasulis, 1984):

Sesekali lakukanlah penghitungan suara di kelas Anda. Mintalah mahasiswa Anda


mengacungkan tangan: Siapa yang percaya bahwa kediktatoran militer adalah, kurang lebih, hasil yang dapat diprediksi dari Revolusi Prancis?. Kemudian, ditindaklanjuti dengan meminta masing-masing mahasiswa untuk menjelaskan alasannya mengangkat atau tidak mengangkat tangannya.

132

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Mengajukan Pertanyaan

133

Berespons terhadap Respons Mahasiswa


Dengarkanlah mahasiswa Anda. Janganlah menginterupsi jawaban mahasiswa, walaupun Anda berpikir bahwa mahasiswa tersebut sedang menuju kesimpulan yang salah. Interupsi menandakan ketidaksabaran Anda dan menurunkan partisipasi. Sebaliknya, tunggulah satu atau dua detik setelah seorang mahasiswa berespons untuk memastikan bahwa ia telah berhenti bicara. Gunakanlah petunjuk-petunjuk non-verbal untuk memberitahukan perhatian Anda.
Pertahankanlah kontak mata dengan mahasiswa yang sedang berbicara. Anggukan kepala Anda, gunakan ekspresi wajah atau gerakan tangan untuk memberi petunjuk pada mahasiswa untuk melanjutkan pembicaraannya, atau adopsi postur yang menandakan bahwa Anda siap untuk beralih ke hal berikutnya.

nya: Pembakaran? Itu betul sekali. Lalu, kira-kira apa lagi yang mungkin dihasilkan?. Kelemahan dari memuji semua jawaban adalah munculnya kekikukan jika ada mahasiswa yang memberikan jawaban yang tidak jelas atau tidak relevan. (Sumber: Hyman, 1989; Tiberius, 1999)

Variasikanlah reaksi Anda terhadap jawaban mahasiswa. Tergantung pada komentar apa yang dikemukakan mahasiswa, Anda dapat berespons dalam salah satu dari caracara berikut (diadaptasi dari Hyman, 1989; Kovacs-Boerger, 1994; Yelon dan Cooper, 1984):
Perkuat poin/hal dengan menyatakan ulang apa yang dikatakan mahasiswa. Nyatakan kembali respons mahasiswa tanpa menilai betul atau salah demi memberi waktu pada mahasiswa tersebut untuk memikirkan ulang jawabannya, terutama jika parafrase Anda menekankan asumsi dasarnya. Mintalah klarifikasi: Dapatkah Kamu menjelaskan lebih spesifik tentang ... ? Ajaklah mahasiswa untuk lebih mengelaborasi: Kita ingin mendengarkan lebih lanjut tentang ... Perluaslah kontribusi mahasiswa: Hal itu benar sekali, dan untuk menindaklanjuti apa yang telah Kau katakan ... Akuilah kontribusi mahasiswa dan mintalah pandangan lainnya: Kamu benar tentang kemampuan bahasa anak-anak, tetapi bagaimana dengan perkembangan sosialnya? Akuilah orisinalitas dari pemikiran/ide mahasiswa: Faktor yang terpilih sendiri (self-selection factors) dapat bertanggung jawab terhadap hasilnya. Saya tadinya tidak berpikir tentang hal itu. Mengangguklah atau tampaklah tertarik, tetapi tetaplah diam. Anda tidak perlu mengomentari setiap respons. Anggukan sambil diam menjaga agar fokusnya tetap pada respons mahasiswa. Setelah beberapa mahasiswa berkomentar, Anda dapat menyingkat atau menggabungkan komentar-komentar mereka, dan mengaitkan satu dengan lainnya.

Perbaikilah jawaban yang salah dengan taktis. Tunggulah beberapa detik sebelum merespons jawaban yang salah, siapa tahu ada mahasiswa lain yang secara sukarela ingin memberikan jawaban yang lebih baik. Atau, mintalah mahasiswa yang lain untuk membantu daripada memberikan langsung bantuan tersebut. Ketika suatu jawaban hanya setengah benar, hindarilah memberikan respons, Ya, tetapi ... . Sebaliknya, doronglah mahasiswa untuk memparafrase atau merevisi jawabannya yang salah. Cobalah untuk mengoreksi jawaban, bukan mahasiswanya: Saya tidak yakin kalau jawaban tersebut benar dibandingkan Gary, kamu salah. Lihatlah secara lebih mendalam, melampaui jawabannya, kepada proses berpikirnya: Ini adalah konsep yang sulit untuk dipahami. Marilah kita cerna ini secara bertahap atau Kamu sudah benar tentang satu bagian, tetapi mari kita telaah bagian lainnya bersama-sama. Terkadang, jawaban yang salah atau arahan yang kurang tepat tetapi logis, dapat digunakan untuk membantu seisi kelas menemukan jawaban yang benar, sebagai contoh, dalam mendesain eksperimen dengan banyak langkah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah.

Daftar Referensi
Acheson, K. A., and Gall, M, D. Clinical Supervision and Teacher Development: Preservice and Inservise Applications. (5th ed.) New York: Wiley, 2003. Biggs, J. Teaching for Quality Learning at University. (2nd ed.) New York: Open University Press/McGrawHill, 2003. Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., and Krathwohl, D. R. (Eds.). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York: David McKay, 1956. Christensen, C. R. The Discussion Teacher in Action: Questioning, Listening, and Response. In C. R. Christensen, D. A. Garvin, and A. Sweet (Eds.), Education, for Judgement: The Artistry of Discussion Leadership. Boston: Harvard Business School, 1991. Dallimore, E.J., Hertenstein, J. H., and Platt, M. B. Faculty-Generated Strategies for Cold Calling Use: A Comparative Analysis with Student Recommendations. Journal on Excellence in Colloge Teaching, 2004, 16(1). Edwards, S., and Bowman, M. A. Promoting Student Learning through Questioning: A Study of Classroom Questions. Journal on Excellence in Collegge Teaching,1996, 7(2), 3-24. Elder, L., and Paul, R. The Miniature Guide to the Art of Asking Essential Questions. (3rd ed.) Dillon Beach, CA: Foundation for Critical Thinking, 2005. Felder, R. M. Any Questions? Chemical Engineering Education 1994, 28(3),179-175. Goodwin, S. S., Sharp, G. W., Cloutier, E. F., and Diamond. N. A. Effective Classroom Questioning. Urbana: Office of Instructional Resources, University of Illinois, 1985. http://www.oir.uiuc. edu/Did/dots/questioning.htm Haroutunian-Gordon, S. A Study of Reflective Thinking: Patterns in Interpretive Discussion. Educational Theory, 1998, 48(1), 33-58.

Pujilah jawaban yang benar secara hati-hati. Mahasiswa menjadikan pengajarnya sebagai pemberi bimbingan dan dukungan. Oleh karena itu, antusiaslah dalam memberikan pujian dan bukan sekadar datar saja, OK, Ya, Baik. Bagaimanapun, untuk memunculkan lebih banyak respons, lanjutkanlah pujian Anda dengan pertanyaan lain-

134

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi


Hyman, R.T. Improving Discussion Leadership. New York: Teachers College Press, 1980. Hyman, R. T. Questioning in the College Classroom. In R. A. Neff and M. Weimer (Eds.), Classroom Communication: Collected Reading for Effective Discussion and Questioning. Madison, WI: Atwood, 1989. Kasulis, T. P . Questioning, In M. M. Gullette (Ed.), The Art and Craft of Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 1984. Kovacs-Boerger, A. E. Responding to Students in Ways That Encourage Thinking. Journal of Chemical Education, 1994, 71(4), 302-303. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed) Boston: Houghton Mifflin. 2006. Methods for Assessing Questioning Skills. Center for Teaching Excellence, University of Illinois at Urbana-Champaign, n.d. http://www.cte.uiuc.edu/Did/does/QUESTION/ quest4.htm OHare, M. Talk and Chalk: The Blackboard as an Intellectual Tool. Journal of Policy Analysis and Management, 1993, 12(l), 238-246. Payne, B. K., and Gainey, R. R. Understanding and Developing Controversial Issues in College Courses. College Teaching, 2003, 51(2), 52-58. Pennell, M. L. Improving Student Participation in History Lectures: Suggestions for Successful Questioning. Teaching History: A Journal of Methods. 2000, 25(1), 25-35. Rosmarin, A. The Art of Leading a Discussion. In C. R. Christensen and A. J. Hansen (Eds.), Teaching and the Case, Method. Boston: Harvard Business School. 1987. Tiberius, R. G. Small Group Teaching: A Trouble-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999. Windschitl, AM., and Buttemer, H. What Should the Inquiry Experience Be for the Learner? American Biology Teacher, 2000, 62(5), 316-3,0. Yelon, S. L., and Cooper, C. R. Discussion: A Naturalistic Study of a Teaching Method. Instructional Science, 1984, 13(3), 213-224. Yip, D. Y. Assessing and Developing the Concept of Assumptions in Science Teachers. Journal of Science Education and Technology, 2001, 10(2), 173-179.

Menangani Pertanyaan Mahasiswa

135

13
Menangani Pertanyaan Mahasiswa

Ketika menjawab suatu pertanyaan mahasiswa, pengajar harus memikirkan tentang isi, nada, dan penempatan waktu dari respons mereka. Tips-tips berikut akan menjelaskan teknik-teknik untuk menangani baik pertanyaan maupun penanya yang rutin dan sulit.

Strategi-strategi Umum
Jawablah sebagian besar pertanyaan secara langsung. Memberikan respons secara
langsung menandakan bahwa pertanyaan tersebut berharga: Ya, saya juga berpikir bahwa sejarawan kurang akurat dalam menggambarkan Jalan Air Mata (Trail of Tears). Namun demikian, terkadang penting pula untuk memberi para mahasiswa kesempatan untuk menjawab. Jika Anda mengalihkan suatu pertanyaan ke kelas besar, tunjukkan pada si penanya bahwa Anda tidak sedang menghindari atau mengacuhkan pertanyaannya: Setelah kita mendengar apa yang ingin dikatakan oleh mahasiswa yang lain, saya akan menambahkan jika ada yang masih kurang. (Sumber: Cashin, 1995; Duell, 1994; Hyman, 1989)

Arahkanlah mahasiswa pada jawabannya. Sesekali Anda dapat memparafrase pertanyaan mahasiswa sedemikian rupa hingga mengarahkannya pada jawabannya (Sarah, sudahkah kamu memikirkan tentang ...?). Seorang staf pengajar di jurusan Arsitektur mengembalikan pertanyaan mahasiswa tentang masalah desain kepada mereka sendiri. Ketika seorang mahasiswa bertanya, Di manakah sebaiknya saya meletakkan dapurnya, di sudut utara atau selatan?, pengajarnya kembali bertanya pada si mahasiswa, Hal apa yang membuatmu ingin meletakkan dapurnya di sudut utara? Atau Anda dapat mengembalikan beberapa pertanyaan mahasiswa kepada seisi kelas: Bagaimana dengan yang lain? Apa yang kalian pikir sebagai alasan Perjanjian dari Guadalupe Hidalgo (Treaty of Guadalupe Hidalgo) diabaikan?. Melakukan hal seperti itu tidak hanya mendorong partisipasi kelas yang lebih besar, tetapi juga mengingatkan para mahasiswa bahwa kelonpok/peer mereka juga merupakan sumber. Hindarilah komentar atau bahasa tubuh yang menyurutkan pertanyaan mahasiswa.
Mahasiswa bisa berhenti mengajukan pertanyaan jika mereka merasa bahwa pengajarnya

136

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Menangani Pertanyaan Mahasiswa

137

tidak ingin mendengar mereka. Respons yang kasar atau tidak mendukung terhadap pertanyaan mahasiswa (Kita sudah mendiskusikan hal itu sebelumnya atau Pertanyaan itu tidak sesuai dengan pokok bahasan) akan meniadakan pertanyaan di masa datang. Bentuk tidak mendukungnya pengajar yang lainnya meliputi menginterupsi/memotong pertanyaan, menghindari kontak mata, menjawab pertanyaan dengan terburu-buru atau tidak lengkap, dan memperlakukan pertanyaan sebagai sebuah gangguan dibandingkan sebagai sumbangan terhadap proses pembelajaran. (Sumber: Hyman, 1989)

Akuilah ketika Anda tidak mengetahui jawabannya. Jika Anda tidak yakin tentang jawabannya yang benar; adalah lebih baik untuk menyatakan apa adanya (Saya tidak yakin; coba saya pikirkan lebih dulu. Itu adalah pertanyaan yang bagus) daripada memberikan jawaban yang salah lalu memperbaikinya kemudian. Cara lain untuk merespons meliputi sebagai berikut (diadaptasi dari Cashin, 1995):
Tanyakanlah apakah ada siswa yang memiliki jawabannya (dan periksa jawaban tersebut sebelum pertemuan berikutnya). Sarankanlah sumber-sumber yang akan membantu si penanya mendapatkan jawaban atas pertanyaannya (tetapi perlu diingat bahwa menugaskan mahasiswa untuk mencari tahu sendiri jawaban atas pertanyaan mereka dapat mendorong mahasiswa untuk mengajukan lebih sedikit pertanyaan). Tunjukkanlah pada mahasiswa tentang bagaimana untuk berpikir sambil diucapkan tentang jawabannya. Tawarkanlah untuk mencarikan jawabannya dan akan dijelaskan pada mahasiswa di pertemuan berikutnya.

Ulangi dan parafrase-kan-lah beberapa pertanyaan. Gunakanlah pengulangan (repetisi) dan penyebutan kembali dengan kata-kata sendiri (parafrase) untuk memastikan bahwa semua orang telah mendengar pertanyaannya dan untuk memastikan pemahaman Anda tentang pertanyaan tersebut. Terkadang parafrase juga dapat membantu mahasiswa untuk menjawab sendiri pertanyaannya. Namun, janganlah mengulang atau memparafrase setiap pertanyaan. Pengulangan yang seperti ini tidak mendorong siswa untuk membiasakan diri saling mendengarkan satu sama lain serta berisiko menimbulkan kebosanan dari seisi kelas. Meminta mahasiswa untuk mem-parafrase atau menyatakan ulang sebuah pertanyaan (dari Anda atau mahasiswa lainnya) dan meminta mereka untuk membandingkan berbagai cara mengajukan pertanyaan dapat membantu mereka untuk menjawabnya. (Sumber: Cashin, 1995; Dillon, 1998) Berilah petunjuk pada mahasiswa agar mengklarifikasi pertanyaannya. Jika Anda tidak
memahami suatu pertanyaan dari mahasiswa, mintalah klarifikasi: Berikan saya satu contoh atau Apakah yang kamu maksud adalah ... ?. Daripada menyatakan Pertanyaanmu tidak jelas, nyatakanlah, Mohon maaf, saya tidak memahami pertanyaanmu.

Janganlah menjawab pertanyaan yang didasarkan pada asumsi yang salah. Jika Anda
menyadari bahwa pertanyaan mahasiswa itu didasarkan pada asumsi yang salah, bahaslah asumsi tersebut, mungkin dengan meminta para mahasiswa lainnya untuk memberikan komentar terkait hal itu. (Sumber: Van der Meij, 1998)

Dalam bidang ilmu sains, terkadang ada suatu pertanyaan yang memang belum memiliki jawaban. Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan menyatakan batasan paling mendekati dari inti pertanyaannya dan berspekulasi tentang respons yang memungkinkan.

Tundalah menjawab pertanyaan yang memang akan dijelaskan nantinya. Jika pertanyaan yang diajukan memang akan dibahas kemudian di dalam sesi tersebut, sebutkanlah hal ini dan kembalilah pada pertanyaan tersebut kemudian, di waktu yang sesuai. Ketika Anda telah mencapai topik tersebut, tunjukkanlah pada mahasiswa bahwa Anda mengingat pertanyaannya: Inilah jawaban atas pertanyaan yang kamu tanyakan tadi, Harun. (Sumber: Cashin, 1995) Ketika merespons, berbicaralah pada seluruh kelas. Janganlah hanya berfokus pada si
penanya, tetapi lihatlah sekeliling ruangan untuk melibatkan seluruh mahasiswa dalam komentar/respons Anda.

Menjawab Pertanyaan yang Rutin


Panggillah penanya dalam urutan sehingga menunjukkan bahwa mereka dikenali. Jika beberapa mahasiswa ingin mengajukan pertanyaan, umumkanlah urutannya (Lizzie yang pertama, lalu Joe, kemudian Alex). Ingatlah bahwa mahasiswa bisa jadi berhenti mendengarkan begitu tangan mereka terangkat dan mereka tahu apa yang ingin mereka katakan. Berterima kasihlah pada mahasiswa karena telah mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang sangat bagus dan Terima kasih telah menanyakan hal itu adalah komentarkomentar yang menguatkan perilaku bertanya. Lebih baik lagi, jika Anda menyatakan apa yang membuat suatu pertanyaan itu bagus: Pertanyaan tersebut langsung membawa kita pada hubungan antara inflasi dan upah.

Periksa ulang dengan si penanya. Sebelum berpindah, konfirmasikanlah dengan mahasiswa yang bertanya bahwa pertanyaannya telah terjawab dengan memuaskan: Apakah itu yang Kamu tanyakan? atau Apakah itu membantumu? (Sumber: Van der Meij, 1998)

Menangani Pertanyaan dan Penanya yang Sulit


Hindarilah mengabaikan pertanyaan yang naif. Terkadang, pertanyaan yang terdengar sederhana dapat memunculkan diskusi yang hidup, dan bahkan pertanyaan uang teraneh berhak memperoleh respons yang taktis. Karena mahasiswa Anda berempati terhadap penanya, usaha Anda untuk menenangkan penanya yang cemas atau bingung akan

138

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi

Menangani Pertanyaan Mahasiswa

139

memenangkan niat baik kelas Anda (Sprague & Stuart, 2005). Pertimbangkanlah kedua set respons sebagai berikut (Sprague & Stuart, hlm. 403): Tidak Tidak : : Yah, seperti yang sudah saya katakan ... Coba saya kembali ke data tersebut lagi. Kamu telah tertukar antara fusi dan fisi. Banyak dari permasalahan itu memang terkait dengan fisi nuklir. Reaksi fusi cukup berbeda. Cara kerjanya adalah seperti ini ... Tetapi : Tetapi :

dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Berikut adalah beberapa tips dalam merespons mahasiswa-mahasiswa seperti ini (diadaptasi dari PsychTeacher dan kistserv POD): Bertemulah secara pribadi dengan mahasiswa tersebut. Beritahu mahasiswa tersebut bagaimana senangnya Anda karena ia begitu terlibat dalam kelas dan memiliki banyak hal yang menarik untuk disampaikan. Jelaskan bahwa tujuan Anda adalah untuk memberi kesempatan pada semua orang untuk berpartisipasi, dan mintalah ia untuk menunggu setidaknya 30 detik sebelum mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan. Anda juga dapat menetapkan batasan tentang jumlah/berapa kali Anda akan menunjuk dirinya di kelas serta memintanya datang menjumpai Anda pada jam kerja untuk mendiskusikan pertanyaan yang masih tersisa. Umumkan urutan mahasiswa yang akan Anda tunjuk. Bryan, berikutnya, saya akan meminta sukarelawan untuk menceritakan contoh nyata tentang konflik di tempat kerja. Maukah kami menjadi yang pertama? Kemudian Michele dan Debbie, maukah kalian menjadi yang kedua dan ketiga? Sebelum memberi kesempatan pada penjawab yang berturut-turut, katakanlah,Saya ingin mendengar dari seseorang yang belum banyak berbicara hari ini. Untuk menenangkan kembali mahasiswa yang bertanya atau menjawab beruntun, tunjuklah mereka setidaknya satu kali selama di kelas. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan jawaban mereka, lalu kemudian menceritakan respons mereka tersebut dengan teman di sebelahnya. Bergeraklah berkeliling ruangan dan berdirilah memunggungi penjawab beruntun ketika Anda mengajukan pertanyaan.

Cobalah untuk menjawab dua kali, kemudian biarkan mahasiswa mencoba. Jika jawaban pertama dan kedua Anda tidak memuaskan si penanya, mintalah bantuan pada kelas Anda: Maaf, tampaknya saya mengalami kesulitan di sini. Adakah yang bisa menolong saya dengan menjelaskan hal ini menggunakan kata-katanya sendiri?. Ketika menjawab pertanyaan membuat kelas menjadi jauh keluar jalur dari apa yang sedang dipelajari, atau ketika mahasiswa terus-menerus bertentangan, sarankanlah untuk mengadakan pertemuan di luar kelas, untuk diskusi lebih lanjut. (Sumber: McAllister, 1994; McNinch, 1999) Ketika mahasiswa mengajukan pertanyaan yang kompleks atau sampingan, mintalah mereka untuk menemui Anda setelah kelas. Beberapa pertanyaan jauh melampaui topik
diskusi: ketika mereka mengantisipasi topik yang akan datang, mencari tahu lebih detail, atau memunculkan isu/masalah baru. Ketika muncul pertanyaan yang demikian, yang membutuhkan respons yang panjang atau penyimpangan dari topik, tawarkanlah untuk menjawabnya setelah kelas atau selama jam kerja Anda.

Bersabarlah dengan mahasiswa yang mengajukan pertanyaan yang telah dijawab.


Meskipun Anda telah mendiskusikan suatu topik atau bahkan telah menjawab pertanyaan yang persis sama, mahasiswa mungkin belum memahami intinya saat itu. Hanya kemudian, ketika bahan/materinya telah lebih tercerna oleh mereka, inti atau bagian tertentu juga menjadi lebih bermakna. Saat menjawab pertanyaan yang berulang, cobalah untuk menggunakan bahasa dan contoh yang berbeda, sehingga Anda tidak membuat bosan para mahasiswa yang telah memahami pemikiran tersebut sebelumnya. Atau pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa lain di kelas untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Hentikanlah mahasiswa yang menginginkan dialog yang meluas. Jika mahasiswa enggan
untuk berbagi forum, hentikanlah pertukaran pendapat dan berikanlah pujian atau undangan: Kamu telah mengajukan cukup banyak hal yang sangat bagus. Mungkin Kamu bisa datang ke kantor saya nanti dan membicarakan hal ini lebih lanjut. Atau, Kamu telah membuat sejumlah komentar yang bagus; mengapa tidak kita dengarkan dari yang lain juga? (Sumber: Sprague dan Stuart, 2005)

Daftar Referensi
Cashin, W.E. "Answering and Asking Questions." IDEA Paper No. 31. Manhattan, KS: Center for Faculty Evaluation and Development, Kansas State University, January, 1995. Dillon, J.T. Theory and Practice of Student Questioning. In. S. A. Karabenick (Ed.), Strategic Help Seeking: Implications for Learning and Teaching, Chapter 8. Mahwah NJ: Erlbaum, 1998. Duell, O.K. "Extended Wait Time and University Student Achievement." American Educational Research Journal, 1994, 31(2), 397-414. Hyman, R.T. Questioning in the College Classroom. In R.A Neff and M. Weimer (Eds.), Classroom Communication: Collected Readings for Effective Discussion and Questioning. Madison, WI: Atwood, 1989. McAllister, B "Dumb Questions: Can't Live With 'Em, Can't Live Without 'Em." 1994,http://trc. virginia.edu/Publications/Teaching_Concerns/Fall_1994/TC_Fall_1994_McAllister.htm.

Antisipasi pertanyaan yang bertele-tele. Adakalanya, mahasiswa menggabungkan begitu banyak opini dan komentar tambahan ke dalam pertanyaannya. Salah satu cara untuk meresponsnya adalah dengan menjawab apa yang tampaknya menjadi topik utama mahasiswa tersebut, dan kemudian memberi kesempatan pada mahasiswa lainnya. Sebagai contoh: Kamu ingin tahu mengapa universitas menolak untuk mengurangi. Posisi Regent adalah bahwa Prinsip-prinsip Sullivan Global tentang Tanggung jawab Sosial sudah memadai. Sekarang mari kita dengar dari Jean; dia telah mengangkat tangannya cukup lama sedari tadi. (Sumber: Sprague & Stuart, 2005) Antisipasi penanya/penjawab yang terus-menerus. Beberapa mahasiswa akan dengan bersemangat menjawab setiap pertanyaan yang Anda berikan atau mendominasi kelas

140

BAGIAN III: Strategi-strategi Diskusi


McNinch, J. "Dealing with Difficulties in the Classroom." Teaching and Learning in Higher Education (Newsletter), April 1999. POT Listserv: An unmoderated online community for instructors and administrators with interests in teaching and learning in higher education; see http://podnetwork.org. PsychTeacher Listserv: A moderated online communit for instructors involved in teaching psychology: teachpsych.org/news/psychteacher.php. Sprague. J., and Stuart, D. The Speaker's Handbook. (7th ed.) Belmont, CA: Wadsworth/Thomson Learning, 2005. Van der Meij, H. The Great Divide between Teacher and Student Questionning, In. S. A. Karabenick (Ed.), Strategic Help Seeking: Implications for Learning and Teaching: Chapter 9. Mahwah, NJ: Erlbaum, 1998.

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

141

BAGIAN IV

Perkuliahan Kelas Besar


14. Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar 15. Menyampaikan Ceramah 16. Menjelaskan dengan Jelas 17. Personalisasi Perkuliahan Kelas Besar 18. Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar 19. Mempertahankan Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas

142

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

143

14
Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

Sejumlah besar pekerjaan yang terlibat dalam pengajaran kuliah kelas besar terjadi sebelum perkuliahan hari pertama. Dalam sebuah seminar, Anda dapat membuat serangkaian tugas yang bersifat dadakan, tetapi dalam kelas besar, Anda perlu mendistribusikan dan mengumumkan panduan. Bahkan, setiap aspek dari perkuliahan besar membutuhkan perencanaan dan pengorganisasian. Banyak dari saran-saran untuk pengajaran kelas besar berikut juga dapat diaplikasikan untuk kelas kecil: praktik pengajaran yang baik akan efektif di kelas dengan ukuran apa pun.

Strategi-strategi Umum
Menjadi nyaman dengan bahan/materi. Dalam suatu kuliah perkenalan awal, Anda bisa
jadi perlu mengajarkan topik-topik di luar kekhususan Anda. Seiring Anda membaca topik-topik tersebut, cobalah untuk mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang bisa jadi ditanyakan oleh mahasiswa pemula. Kaji ulang bahan-bahan, tugas-tugas, dan daftar bacaan dari perkuliahan tersebut yang berasal dari kolega yang mengajar perkuliahan tersebut sebelumnya. Pertimbangkanlah untuk melihat tayangan di situs web atau hadir di kelas yang diajar oleh kolega yang merupakan pengajar efektif di kelas besar, untuk melihat pemikiran dan teknik apa saja yang bekerja dengan baik, atau tanyakanlah pada mereka tentang pengalamannya mengajar perkuliahan kelas besar.

Memanfaatkan kekuatan dari ceramah. Ceramah yang disusun dan disampaikan dengan baik dapat menanamkan informasi sekaligus juga memotivasi dan menginspirasi mahasiswa dengan meneruskan pengetahuan tentang bagaimana seorang ahli memikirkan tentang isi yang kompleks, mengorganisasikan pengetahuan, dan mengaplikasikan berbagai metode disiplin. Bantu mahasiswa Anda memperoleh manfaat dari sebagian besar ceramah Anda dengan berbagi dengan mereka macam-macam analisis dan argumentasi yang membentuk bidang ilmu Anda. (Sumber: Brown dan Race, 2002; Burgan, 2006; Chanock, 1999; Cooper dkk., 2000; deWinstanley dan Bjork, 2002; Saroyan dan Snell, 1997; Twigg, 2003)

144

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

145

Kenalilah batasan-batasan dari ceramah. Penelitian menunjukkan bahwa ceramah


adalah metode yang sama efektifnya dengan metode pengajaran lainnya, seperti diskusi, dalam menyampaikan informasi, tetapi kurang efektif dalam mendorong pemikiran yang mandiri, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan memenuhi kebutuhan pedagogik perseorangan mahasiswa. (Sumber: Bligh, 2000; Laurillard, 2002; Wood dan Gentile, 2003)

menunda ketersediaan dokumentasi ceramah Anda hingga seminggu setelah sesi di kelas, memberikan kuis dalam kelas, atau mematikan kamera ketika mendiskusikan ujian yang akan datang. (Sumber: Brotherton dan Abowd, 2004; Deal, 2007; Rowe dkk., 2001; Young, 2008)

Janganlah merencanakan untuk memberi ceramah terus sepanjang perkuliahan untuk setiap pertemuan kelas. Penelitian menunjukkan bahwa memasukkan kesempatan untuk
berdiskusi atau berlatih memecahkan permasalahan, ke dalam ceramah-aktivitas yang mendorong mahasiswa untuk menjadikan bahan itu sebagai milik mereka sendiri-akan memperkaya pembelajaran dan meningkatkan penyimpanan informasi jangka panjang. Meminta mahasiswa untuk memecahkan permasalahan sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil yang duduk berdekatan, mengajukan pertanyaan pada seluruh isi kelas dan meminta mahasiswa meneriakkan jawabannya atau berespons menggunakan clicker, atau menampilkan demonstrasi. (Sumber: Bridges dan Desmond, 2000; Hake, 1998; Huxham, 2005; Leamnson, 1999; Weimer, 2002; Wood dan Gentile, 2003)

Mengorganisasikan Perkuliahannya
Putuskanlah materi apa saja yang dicakup. Setelah mengkaji ulang panduan atau contoh
kurikulum departemen/bagian Anda, tetapkanlah tujuan umum perkuliahan Anda. Tujuan dari kuliah perkenalan awal meliputi menstimulasi minat mahasiswa dalam bidang tersebut dan menyediakan dasar/fondasi bagi mereka untuk memenuhi ketertarikan tersebut. Identifikasilah tujuan pembelajaran spesifik mahasiswa: Apa yang Anda ingin mahasiswa ketahui atau mampu lakukan? Berikutnya, buatlah daftar dari topik-topik yang Anda rasa penting untuk dimasukkan dalam perkuliahan. Perkirakanlah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membahas topik-topik tersebut, lalu tambahkanlah perkiraan Anda tersebut sekitar 50% untuk memberikan waktu menerima pertanyaan dari mahasiswa dan untuk ketidaksesuaian yang tidak terhindarkan dalam kelompok besar. Untuk saran-saran tentang bagaimana mengurangi jumlah topik agar sesuai dengan panjang perkuliahan, lihatlah Bab 1, Mendesain atau Merevisi suatu Perkuliahan. (Sumber: Christensen, 1988; Wankat, 2002)

Aturlah waktu Anda. Mengajar perkuliahan di kelas besar menghabiskan cukup banyak
waktu dan energi. Buatlah jadwal mingguan untuk Anda sendiri, dan rencanakanlah bagaimana cara terbaik untuk menangani serangan di tengah dan akhir semester. Cobalah untuk mengurangi atau menempatkan di prioritas yang lebih di bawah kewajiban-kewajiban lainnya, jika bisa (Sumber: Stanley dan Porter, 2002)

Putuskanlah apakah akan mengizinkan penyimpanan materi perkuliahan Anda untuk penggunaan di masa datang. Beberapa pengajar khawatir akan terjadinya penurunan
kehadiran jika bahan perkuliahan mereka dipublikasikan dalam jaringan elektronik (webcast atau podcast); yang lainnya bahkan meniadakan pendokumentasian ceramah sebagai bentuk dorongan bagi para mahasiswa yang kurang memiliki motivasi atau keterampilan pengorganisasian untuk menghadiri kelas; dan yang lainnya lagi khawatir bahwa mahasiswa akan menjadi terlalu tergantung pada teknologi sebagai pengganti keterlibatan dalam kelas yang bermakna. Sisi pendukung pendokumentasian ceramah meyakini bahwa hal ini akan membantu mahasiswa untuk mengkaji ulang serta mempelajari materi yang kompleks setelah perkuliahan dan sebelum ujian. Mereka juga percaya bahwa ceramah yang terekam terutama bermanfaat bagi mahasiswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Sebagai tambahan, pengajar juga mengemukakan bahwa mempublikasikan lewat web memungkinkan mereka untuk melihat dan mengkritisi ceramah mereka sendiri.

Organisasikanlah topik-topik yang tercakup dalam urutan yang bermakna. Susunlah topiktopik perkuliahan berdasar kronologi (waktu), spasial (ruang), masalah dan solusinya, atau berdasar beberapa skema lainnya:

Topik. Suatu kuliah Psikologi menjelaskan bagaimana empat kelompok ahli teori mendekati perilaku manusia: ahli teori belajar sosial (social learning), ahli teori perkembangan, ahli teori psikoanalisis, dan ahli teori kognitif. Sebab-akibat. Suatu kuliah Ekonomi mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi distribusi kekayaan: pasar tenaga kerja, kebijakan pajak, kebijakan investasi, dan mobilitas sosial. Sekuensial (urutan waktu). Suatu kuliah Pendidikan di Amerika Serikat mendiskusikan sistem sekolah dalam lima tahapan: pra-sekolah, sekolah dasar, sekolah lanjutan, kampus/perkuliahan, dan sekolah lanjutan. Simbolik atau grafik. Ahli Biologi yang terintegrasi memulai setiap perkuliahan dengan memproyeksikan diagram detail dari otak manusia yang selalu sama. Ia kemudian memfokuskan pada detail struktural yang relevan dengan perkuliahan di hari itu. Struktural. Ahli fisiologi menggunakan format yang sama dalam mendiskusikan setiap sistem anatomis: organ-organnya, fungsi dari organ-organ tersebut, bagaimana organ-organ itu diatur, dan hubungan antar sistem organ. Masalah-solusi. Suatu perkuliahan Teknik memandang serangkaian kesalahan struktural dalam beragam jenis bangunan.

Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa paling banyak melihat webcast tepat setelah perkuliahan atau sebelum ujian. Mereka tidak melihat keseluruhan ceramah, tetapi menggunakan alat bantu cari (search tool) untuk menemukan lokasi topik tertentu. Pendokumentasian ceramah tidak menurunkan kehadiran dan tidak menunjukkan dampak yang signifikan pada nilai mahasiswa. Sebaliknya, hal ini terlihat mendukung kegiatan kajian ulang tambahan, dan mahasiswa juga menghargai sumber daya ini. Jika Anda mengkhawatirkan adanya penurunan dalam tingkat kehadiran, pertimbangkanlah

146

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

147

Sebutkanlah prinsip organisasi/pengaturan tersebut dalam silabus, di awal perkuliahan, dan sepanjang semester. Secara periodik, sisihkanlah satu bagian dari perkuliahan Anda untuk sudut pandang yang lebih luas.

Jawabannya akan diberikan selama masa perkuliahan di kelas, dengan mahasiswa secara aktif maupun pasif mengantisipasi atau mengarah menuju solusinya. Dalam metode studi kasus (case study), ceramahnya mengikuti situasi nyata secara bertahap untuk mengilustrasikan suatu prinsip umum atau strategi pemecahan masalah. Tergantung pada tingkatan mahasiswanya, bisa jadi pengajar yang memimpin atau justru mahasiswa yang menentukan solusinya. Lihatlah Bab 24, Studi Kasus. Ceramah terstruktur (structured lecture) dimulai dengan presentasi singkat yang menyusun tahapannya dan kemudian mengajukan permasalahan, tugas, atau pertanyaan (Apa yang membuat pengasaman danau?). Mahasiswa kemudian bekerja dalam trio atau kelompok kecil untuk menemukan jawabannya; instruksi yang diberikan meliputi panduan tentang bagaimana cara memproses dan batasan waktunya. Kelas ditutup dengan ceramah singkat lainnya yang menggabungkan semua tema atau masalah mayornya. (Sumber: Bligh, 2000; Bonwell, 1996; Boyce dan Hineline, 2002; Chaney, 2005; Frederick, 1986; Jenkins, 1992; Lowman, 1995; Middendorf dan Kalish, 1996; Saville dan Zinn, 2006)

Variasikanlah jenis ceramah yang Anda berikan. Pilihlah format yang sesuai dengan isinya:
Ceramah yang bersifat menjelaskan (expository) membahas sebuah pertanyaan atau permasalahan, biasanya dengan organisasi hierarkis dari hal-hal yang mayor dan minor. Pendekatan ini berguna untuk menyajikan dengan efisien konsep-konsep besar dan informasi yang mendasar. Dalam ceramah yang partisipatif (participatory), pembicara memadukan satu atau lebih kegiatan. Tipe ceramah seperti ini terkadang disebut juga interaktif, dibebaskan, digabungkan, umpan balik, divariasikan, dimodifikasi, dimediasi, terbuka, dilibatkan, atau diperkaya, dengan pembedaan sedikit saja (gradasi) di antara istilah-istilah tersebut. Dalam sebuah ceramah partisipatif, pembicara dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas (Sebutkan apa saja yang Kalian ketahui tentang DNA), kemudian klasifikasikanlah respons-respons yang muncul ke dalam kategori-kategori, dengan alur berupa contoh yang tepat dan contoh kebalikannya, generalisasi dan spesifikasi, atau aturan dan perkecualian, mendorong mahasiswa untuk menangkap topiknya. Selain itu, pengajar dapat memulai periode kerja dalam kelompok-kelompok kecil, tugas menulis singkat, atau pemecahan masalah individual atau berpasangan-kegiatan apa pun yang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berubah peran dari pendengar menjadi pelaku (aktor). Beberapa pengajar menggunakan waktu yang sama di setiap sesi pertemuannya untuk melaksanakan kegiatan ini, yang lain menyesuaikannya agar dapat digabungkan dalam sesi, dan yang lainnya menjadikan periode kelas untuk bekerja dalam kelompok kecil sebagai alternatif dari periode kelas untuk ceramah. Dalam pengajaran timbal balik (interteaching), pengajar menampilkan serangkaian pertanyaan yang digunakan mahasiswa untuk mempersiapkan periode kelas berikutnya. Pada sesi ini, para mahasiswa berpasangan atau membentuk trio (kelompok berisi tiga orang) untuk mendiskusikan pertanyaan tersebut. Pengajarnya bergerak menyusuri lorong kelas (ruang antarbangku), menjawab pertanyaan, dan mengawasi pemahaman mahasiswa. Pada akhir sesi, para mahasiswa mengisi catatan gabungan yang menyatakan pertanyaan mana yang sulit untuk dijawab, pertanyaan mana yang mereka inginkan untuk dikaji ulang dalam ceramah, dan komentar-komentar lainnya yang dapat bermanfaat bagi pengajar dalam menyiapkan ceramah klarifikasi untuk periode pertemuan kelas berikutnya. Beberapa pengajar menjadwalkan sesi interteaching dalam jadwal tetap, sedang yang lainnya menggunakan ini untuk hampir setiap kelas, dengan mahasiswa membentuk kelompok baru di setiap sesinya. Pemecahan masalah (problem solving), demonstrasi, pembuktian, dan misteri dimulai dengan pengajar mengajukan pertanyaan, kontradiksi, misteri, atau teka-tekisejumlah masalah yang provokatif, yang menstimulasi ketertarikan mahasiswa.

Dalam setiap ceramah, gabungkanlah dengan setidaknya satu contoh atau demonstrasi yang menarik bagi Anda. Mahasiswa berespons terhadap antusiasme pengajar, dan mereka
sering kali dapat mengetahui jika pengajarnya bosan. Cobalah untuk memasukkan ke dalam setiap ceramah setidaknya satu momentum yang sungguh-sungguh Anda nantikan: sebuah contoh yang memukau, percobaan/eksperimen yang cerdas, atau anekdot yang menghibur. Seorang tenaga pengajar memulai ceramah yang sulit tentang kebijakan dan aturan dengan misteri ini: Setelah tiga tahun penurunan sebesar 10% dalam konsumsi tembakau di Amerika Serikat di sepanjang akhir 1960, Big Tobacco melakukan sesuatu yang memiliki dampak luar biasa dalam menghentikan penurunan tersebut, meningkatkan konsumsi, dan memotong pengeluaran iklan hingga sepertiganya. Apakah itu? (Mereka secara sukarela menyetujui untuk menghentikan iklan di televisi). Tenaga pengajar lainnya memulai suatu ceramah yang kompleks tentang moluska dengan menampilkan gambar sesuatu yang bulat kecoklatan dan menanyakan, Apakah ini? Apakah ini makhluk hidup? Apakah ini suatu tanaman, hewan, alien, atau sisa-sisa kulkas yang terlupakan? (Objek yang dimaksud adalah kerang). (Sumber: Cialdini, 2005; Jones, 2003; Schwartz dan Bransford, 1998)

Pertimbangkanlah kemampuan dan minat mahasiswa Anda. Dalam menyiapkan perkuliahan Anda, tanyakanlah pada diri sendiri, Seberapa banyak yang akan mahasiswa ketahui tentang materi subjek Anda? Seberapa besar mereka akan tertarik pada materi tersebut? Pengalaman atau sikap apa yang dimiliki mahasiswa yang dapat Saya gunakan untuk menarik mereka ke dalam subjek ini? Siapkanlah silabus yang mendetail bagi mahasiswa. Semakin banyak informasi yang Anda berikan kepada mahasiswa Anda, semakin sedikit permasalahan yang akan Anda jumpai nantinya; lihatlah Bab 2, Silabus Perkuliahan yang Komprehensif. Sepanjang semester, cobalah untuk berpegang teguh pada jadwal yang terdapat dalam silabus. Jika

148

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

149

Anda terpaksa harus melenceng, jelaskanlah kapan dan mengapa Anda melenceng dari jadwal.

Bertemulah lebih dulu dengan pengajar dari mahasiswa pascasarjana sebelum semester dimulai. Diskusikanlah prosedur perkuliahan, tanggung jawab mereka, penilaian, dan
cara paling efektif untuk mereka melaksanakan pembagian. Lihatlah Bab 58, Memandu, Melatih, Mengawasi, dan Membimbing Pengajar dari Mahasiswa Sekolah Lanjutan.

Bereksperimenlah dengan bentuk yang berbeda dari catatan ceramah Anda. Beberapa topik memang lebih sesuai untuk garis besar yang tradisional, dengan judul dan subjudul. Jika Anda sangat familiar/mengenal materinya, daftar berisi topik-topik utama atau istilah-istilah kunci sudah cukup. Beberapa pengajar menyiapkan diagram pohon atau bagan alur (flowchart) yang meliputi topik-topik utama, pilihan penghentian, dan ilustrasi atau contoh. Pengajar lainnya membuat sketsa gambar yang akan ditempatkan di papan tulis. Siapkanlah catatan Anda untuk membantu penyampaian Anda. Bereksperimenlah menggunakan laptop Anda, lembaran-lembaran kertas, kartu indeks ukuran lima kali delapan, atau kartu-kartu kecil. Berilah penekanan pada poin-poin yang sulit, pembedaan antar contoh utama, dan informasi yang penting. Masukkan pula catatan yang menunjukkan waktu untuk jeda atau untuk memberikan pertanyaan, dan masukkan pula catatan pengingat (Minta mahasiswa untuk menuliskan responsnya atau Jika kurang dari sepuluh menit yang tersisa, langsung saja ke kesimpulan). Catatlah fakta-fakta dan formula-formula untuk referensi yang mudah. Dalam bagian tubuh dari catatan ceramah Anda atau di lembaran kertas yang terpisah, tuliskanlah semua fakta kunci, kutipan, perhitungan, dan analisis yang kompleks. Catatlah contoh-contoh yang jelas. Pengajar yang berpengalaman merekomendasikan agar Anda memberikan perhatian khusus pada persiapan contoh-contoh yang dapat diingat, contoh penyanggahnya, ilustrasi, dan demonstrasi. Penelitian menunjukkan bahwa karakteristik penting dari seorang guru yang efektif adalah kemampuan untuk menampilkan konsep-konsep yang sulit dalam cara yang sedemikian rupa hingga mahasiswa dapat memahami, melalui penggunaan metafora, perumpamaan (analogi), dan contoh; lihatlah Bab 16, Menjelaskan dengan Jelas. (Sumber: Erickson dkk., 2006; Schwartz dan Bransford, 1998; Stones, 1992) Siapkanlah ceramah Anda untuk pendengaran/telinga, bukan penglihatan/mata. Ketika mahasiswa sedang mendengarkan ceramah, mereka tidak dapat kembali dan membaca ulang suatu kalimat atau mencari sebuah kata dalam kamus. Berikut adalah beberapa tips untuk memfasilitasi pemahaman:
Gunakanlah kata-kata pendek, sederhana dan diksi informal, mencakup kata ganti pribadi (personal); Berbincanglah. Berbicaralah dengan singkat dan padat, dalam kalimat pendek, yang langsung pada intinya. Tawarkanlah penanda untuk transisi dan struktur: keberatan yang ketiga, marilah kita lihat pendapat ini dari sisi yang berbeda, sebaliknya, seperti yang telah kita lihat, sekarang kita dapat beralih ke. Nyatakan ulang dan ringkaslah poin-poin kunci secara berkala.

Kunjungilah ruang kelasnya sebelum pertemuan pertama. Perhatikanlah area bagi pengajar,
lokasi tombol lampu dan kontrol teknologi, serta fasilitas lainnya. Aturlah peralatan pengajaran yang akan Anda butuhkan. Ketika Anda mengunjungi ruang kelasnya, berdirilah di tempat di mana Anda akan mengajar, berlatihlah menggunakan peralatannya, dan menulislah di papan tulisnya. Periksalah apakah papan tulis Anda dapat dilihat dari bagian belakang ruangan.

Menyiapkan Catatan Ceramah


Siapkanlah ceramah Anda dengan hati-hati. Persiapan yang menyeluruh dapat mencegah
kepusingan di menit-menit akhir. Luangkanlah waktu untuk mengatur poin-poin Anda, mengembangkan contoh-contoh Anda, menuliskan definisi, dan memecahkan persamaan. Tidak peduli seberapaa baik Anda memahami suatu topik, Anda akan menginginkan untuk memiliki satu set catatan yang dapat mengingatkan Anda tentang urutan topik-topik utama, contoh-contoh terbaik, atau solusi-solusi alternatif. Beberapa pengajar menyiapkan catatan mereka dengan baik di awal dan memperbaikinya di sepanjang semester untuk mempertimbangkan respons mahasiswa terhadap ceramah sebelumnya. Pengajar lainnya menekankan manfaat persiapan yang dilakukan segera setelah pelaksanaan kelas, ketika pengalaman tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak, masih segar diingatan. Pengajar baru biasanya menyelesaikan mayoritas bacaan persiapan sebelum perkuliahan dimulai dan terus mempertahankan untuk berada satu atau dua minggu lebih maju dibanding mahasiswanya. Pengajar melaporkan penggunaan waktu dari sekitar dua hingga sepuluh jam untuk menyiapkan sebuah ceramah. Beberapa pengajar merekomendasikan untuk bekerja di bawah batas waktu yang ketat yang ditetapkan oleh diri sendiri. (Sumber: Eble, 1988; Heppner, 2007; Wankat, 2002)

Hindarilah membaca teks yang disiapkan. Jika Anda berdiri di mimbar/podium dan membaca dari catatan atau serangkaian tampilan presentasi, Anda tidak akan mampu mempertahankan kontak mata dengan mahasiswa Anda, suara Anda akan lebih mengarah pada catatan tersebut dibandingkan ke seluruh ruangan ceramah, dan Anda berisiko akan membuat mahasiswa Anda menjadi tidak terlibat. Menuliskan suatu ceramah juga sangat menghabiskan waktu: sebuah catatan untuk ceramah selama lima puluh menit dapat menghabiskan dua puluh lima hingga tiga puluh halaman dengan spasi dua. Jika Anda memang merasakan kebutuhan untuk menuliskan rancangan dari suatu ceramah, kurangilah draft tersebut menjadi garis besar kata dan frase kunci, kemudian berceramahlah dari garis besar ini; lihatlah Bab 15, Menyampaikan Ceramah dan Bab 51, Presentasi PowerPoint.

Kompensasikanlah penurunan-penurunan dalam perhatian/konsentrasi mahasiswa.


Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa untuk mengingat kembali bahan yang disajikan dalam ceramah selama lima puluh menit meningkat ketika mereka

150

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

151

memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan materi segera setelah ditampilkan. Mahasiswa juga cenderung lebih mengingat informasi yang disajikan di awal dan di akhir ceramah. Seiring Anda merencanakan ceramah Anda, cobalah untuk menggabungkan suatu kegiatan mahasiswa atau elemen baru lainnya sebagai titik tengahnya. (Sumber: Bligh, 2000; Fry dkk., 2003)

Latihlah ceramah Anda. Uji cobalah keseluruhan ceramah yang baru disiapkan untuk
meningkatkan kepercayaan diri Anda dan untuk mengukur panjang presentasi Anda. Jika waktu Anda untuk berlatih pendek, Anda bisa hanya berlatih bagian yang tersulit atau pembukaan dan penutupnya saja.

Perkenalan yang menarik perhatian Gambaran awal singkat dari poin-poin utamanya Pernyataan singkat tentang latar belakang atau konteks Penjelasan mendetail dari tidak lebih tiga poin utama, dengan yang paling penting dijelaskan lebih dulu Ringkasan kesimpulan untuk memperkuat tema-tema kunci

Ciptakanlah ceramah yang membantu mahasiswa untuk mengolah informasinya.


Mahasiswa lebih cepat memahami materi jika Anda (diadaptasi dari deWinstanley dan Bjork, 2002):

Membentuk Struktur Ceramah


Mulailah dengan menuliskan tema utamanya dan alasan mengapa mahasiswa harus mempelajarinya. Identifikasilah apa yang paling Anda inginkan untuk diingat oleh
mahasiswa dari suatu topik. Adalah lebih baik untuk mengajarkan dengan baik dua atau tiga poin utama saja dibandingkan membanjiri mahasiswa dengan informasi yang kemungkinan besar tidak akan mereka ingat. Brown dan Atkins (1988, hlm. 35-38) merekomendasikan proses berikut dalam menuliskan sebuah ceramah: Spesifikan topik atau topik-topik utamanya. Asosiasi/kaitkan secara bebas kata-kata, fakta-fakta, ide-ide, dan pertanyaanpertanyaan begitu datang pada Anda. Nyatakanlah suatu judul kerja atau pertanyaan umum berdasarkan pengelompokan dari asosiasi bebas Anda. Siapkanlah selembar sketsa atau rancangan awal ceramahnya. Bacalah dengan selektif, sesuai kebutuhan, dan catatlah ide-ide dan struktur yang penting. Rancanglah sebuah garis besar dan perkuatlah dengan contoh dan ilustrasi; identifikasilah poin-poin utama Anda. Periksalah pembuka dan penutupnya.

Menghindari membagi perhatian mereka. Pembelajaran akan berat jika mahasiswa harus berusaha membaca dan mendengarkan di saat yang bersamaan. Jika Anda menayangkan tampilan (slides), berilah waktu sebentar bagi mahasiswa untuk membacanya dan baru kemudian Anda melanjutkan pembicaraan; lihatlah Bab 51, Presentasi PowerPoint. Mengaitkan antara informasi baru dengan informasi yang sudah dimiliki mahasiswa. Mengulangi poin/hal penting dalam dua atau lebih sesi kelas. Menyajikan konsep-konsep dari lebih dari satu sudut pandang. Mendemonstrasikan relevansi dari pemikiran-pemikiran kunci dalam beberapa konteks. Menyediakan kesempatan pada mahasiswa untuk menggunakan informasinya-untuk melakukan sesuatu sebagai tambahan dari kegiatan mendengar dan mencatat. Menghindarkan beban kognitif yang berlebihan (menyajikan terlalu banyak informasi); lihatlah Bab 29, Membantu Mahasiswa Belajar.

Strukturisasi ceramah Anda untuk membuat poin-poin Anda tak terlupakan. Kesampingkanlah dulu pengetahuan dan keahlian Anda sejenak, dan cobalah untuk melakukan identifikasi bersama mahasiswa yang tidak mengetahui apa-apa mengenai topik tersebut. Berdasarkan Heath dan Heath (2007), hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajar pemula merespons terhadap ceramah yang memiliki karakteristik sebagai berikut: Sederhana Konkret Emosi Kejutan : berfokus pada inti pemikirannya, lepaskanlah segala bentuk elaborasi : gunakanlah bahasa yang spesifik dan jelas. : ketika Anda sungguh-sungguh peduli pada apa yang Anda katakan, mahasiswa juga akan peduli. : yang mengejutkan, yang menegangkan, dan yang tak terduga akan menarik keingintahuan mahasiswa dan mempertahankan perhatiannya. : narasi cenderung akan diingat, serta membantu mahasiswa dalam mengorganisasikan materi yang baru.

Organisasikanlah bahan Anda. Pendekatan yang umum mencakup pergerakan dalam


urutan kronologis, bekerja dari prinsip yang umum menuju contoh-contoh yang spesifik, membangun dari bagian-bagian menuju keseluruhannya, menelusuri satu pemikiran pada tempat-tempat yang berbeda, mengajukan suatu permasalahan dan solusinya, dan mengumumkan sebuah tesis atau pendapat dan memberikan bukti-bukti untuk mendukungnya.

Strukturisasi ceramah Anda untuk menekankan bagian/poin paling utamanya.Pertimbangkanlah tingkat kesulitan materinya dan tingkat kemampuan mahasiswa Anda. Bantulah mahasiswa mengidentifikasi dan berfokus pada poin-poin kunci, dengan melibatkan elemen-elemen sebagai berikut:

Bercerit

Libatkanlah penanda-penanda verbal (kata-kata). Berikanlah petunjuk-petunjuk yang menandakan perpindahan (Alasan keduanya adalah ) dan hal itu menekankan kaitan antara informasi yang baru dan lama. (Sumber: Saroyan dan Snell, 1997)

152

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar

153

Bentuklah ceramah Anda dalam bagian/blok per sepuluh atau lima belas menit. Setiap bagian/blok sebaiknya mencakup satu hal utama, memberikan contoh-contoh, dan diakhiri dengan ringkasan singkat serta perpindahan ke bagian berikutnya. Jika Anda kehabisan waktu, potonglah keseluruhan dari satu bagian atau persingkatlah bagian tengah dari sebuah bagian, daripada terburu-buru menuju ke ringkasannya. Anggarkanlah waktu untuk pertanyaan. Baik Anda memberikan kesempatan bertanya atau
tidak, sisakanlah waktu untuk mahasiswa yang akan meminta Anda untuk mengulang suatu materi atau untuk memberikan penjelasan lebih lanjut. Beberapa pengajar meminta pertanyaan dari para mahasiswa di permulaan kelas, mendaftarnya di papan tulis atau layar, dan berjanji untuk menjawabnya nanti di sepanjang waktu pertemuan.

Rencanakanlah bagaimana Anda akan menangani pengumuman mahasiswa. Beberapa pengajar melarang segala bentuk pengumuman mahasiswa dalam kelas. Beberapa lainnya mengadopsi satu atau lebih strategi sebagai berikut (diadaptasi dari listserv pengajaran UC Berkeley):
Pengumuman dalam kelas: Beberapa pengajar membatasi pengumuman dalam kelompok hingga hanya satu menit dan mengizinkan maksimal dua pengumuman saja untuk tiap sesi kelasnya. Beberapa pengajar mensyaratkan mahasiswa untuk mengirimkan surat elektronik (meng-email) terlebih dulu pengumuman yang akan dilakukan demi memperjelas. Beberapa pengajar juga membatasi pengumuman yang diizinkan hanyalah yang terkait secara langsung dengan isi perkuliahan. Pengumuman melalui surat elektronik (e-mail) perkuliahan: Pengajar biasanya memberitahukan pada mahasiswa bahwa mereka akan meng-edit semua pengumuman yang diajukan, terkait panjangnya, kejelasannya, dan relevansinya serta bahwa pengumuman ini akan dibatasi hingga dua atau tiga kali seminggu. Pengumuman yang dituliskan pada bagian khusus yang didesain di papan tulis. Penggunaan selebaran (leaflet): Mahasiswa dapat mendistribusikan selebaran di luar ruang kelas kepada para mahasiswa yang akan masuk, tetapi mereka tidak boleh membagikan selebaran di dalam atau meninggalkannya di tempat duduk mahasiswa.

Mulai dan akhirilah dengan pernyataan ringkasan. Kesinambungan dan penutupan


adalah penting: mahasiswa perlu melihat bagaimana setiap topik baru terkait dengan apa yang telah mereka pelajari, demikian juga bagaimana ini terkait dengan apa yang akan mereka pelajari di minggu-minggu berikutnya. Untuk memastikan poin-poin Anda diingat, gunakanlah kata-kata dan contoh yang berbeda dalam ringkasan pembukaan dan penutup.

Mengatur Perkuliahan Kelas Besar


Tetapkanlah aturan yang masuk akal untuk perilaku mahasiswa. Tetapkanlah kebijakan Anda terkait keterlambatan, perilaku makan selama kelas berlangsung, dan sejenisnya. Jelaskanlah aturan-aturan Anda pada pertemuan di minggu pertama, nyatakanlah dalam silabus Anda, dan tekankanlah pentingnya kerja sama dan kepedulian. Sebagai contoh, beberapa pengajar menetapkan batasan kapan mahasiswa dapat berbenah dan meninggalkan kelas: Kalian adalah milik saya hingga jam dua siang (14.00) atau Ketika kartun muncul di layar, Kalian boleh pergi atau Saya akan menyelesaikan setiap sesi satu menit lebih awal sehingga saya tidak perlu berulang kali mengingatkan tentang keributan akibat berbedah. Lihatlah Bab 4, Aturan dan Perilaku dalam Kelas. (Sumber: Carbone, 1998) Rencanakanlah bagaimana Anda akan menangani daftar tunggu. Daftar tunggu dari sebuah perkuliahan kelas besar yang sangat besar peminatnya dapat menghabiskan cukup banyak waktu Anda. Bersiaplah untuk adanya mahasiswa yang ragu-ragu selama satu minggu atau lebih tentang apakah ia akan mengambil mata kuliah Anda atau tidak, atau mahasiswa yang tidak masuk kelas hingga dua minggu pertama dari semester telah berjalan, dan mahasiswa dalam daftar tunggu yang menolak mengerjakan tugas (karena mereka tidak tahu apakah mereka akan terdaftar atau tidak) atau yang dengan sangat gigih meminta Anda untuk menambah kelas. Jika tidak ada kebijakan bagian/ departemen ataupun kebijakan kampus mengenai daftar tunggu, pertimbangkanlah untuk menetapkan kebijakan yang membatasi daftar tunggu hingga persentase yang masuk akal dari jumlah penerimaan, yang memperjelas daftar tunggu di hari pertama atau kedua dari pertemuan di kelas, dan yang menggugurkan mahasiswa yang tidak menghadiri pertemuan kelas yang pertama dan kedua.

Rencanakanlah bagaimana Anda akan menilai tugas rumah. Jika Anda tidak memiliki
asisten pengajar atau pembaca (reader) dari mahasiswa sekolah lanjutan (graduate student instructor/GSI), berilah nilai dari sebagian tugas rumah untuk menghemat waktu. Untuk tugas-tugas yang tidak Anda nilai, umumkanlah jawabannya sehingga mahasiswa dapat mengukur hasil kerjanya sendiri. Lihatlah Bab 19, Menjaga Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas.

Rencanakanlah bagaimana Anda akan mengumpulkan dan mengembalikan tugas rumah.


Prosedur berikut ini dapat mempercepat pengembalian tugas rumah dan menghindarkan kesalahan peletakan dari benda-benda:

Gunakanlah sistem atau kolaborasi manajemen pembelajaran dan lingkungan pembelajaran Anda untuk menerima dan mengembalikan tugas rumah. Buatlah kotak-kotak dengan penampung (folder) tugas rumah bagi setiap mahasiswa. Untuk kepentingan perlindungan rahasia pribadi (privacy), lipat dan satukanlah dengan pengokot (stapler) kertasnya sebelum memasukkan dalam folder atau mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan tugasnya dengan halaman muka (cover) yang hanya berisikan nama mereka. Tempatkanlah hasil kerja mahasiswa dalam kumpulan abjad (A-G, H-N, dan seterusnya). Berilah tiap pembaca (reader) atau GSI Anda satu kumpulan dan mintalah mahasiswa untuk menuju bagian ruangan yang berbeda untuk memperoleh kembali hasil kerjanya. Atau mintalah mahasiswa berbaris dalam urutan alfabet dan bergerak melewati Anda setelah Anda mengembalikan hasil kerja mereka. Kembalikanlah tugas rumah dalam periode jam kerja.

154

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar


155

Kumpulkan dan kembalikanlah tugas per bagian (jika perkuliahan Anda memiliki bagian-bagian). Umumkanlah jawaban yang benar secara online, tetapi tidak usah mengembalikan tugasnya.

Siapkanlah alternatif tanggal pengumpulan tugas karangan atau makalah. Seorang


tenaga pengajar meminta seluruh mahasiswanya yang berjumlah tiga ratus orang untuk menuliskan satu karya tulis selama semester, tetapi para mahasiswa menulis tentang topik yang berbeda-beda dan tiap karya tulis memiliki batas waktu pengumpulan yang berbeda-beda. Pada awal semester, ia membagi kelas secara acak menjadi sepuluh kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga puluh mahasiswa. Ia mengumumkan tenggat waktu pengumpulan karya tulis yang berbeda-beda untuk tiap kelompok. Semua mahasiswa memperoleh topik karya tulisnya dua minggu sebelum tanggal batas pengumpulannya. Menggunakan pendekatan ini, pengajar mampu membaca dan merespons keseluruhan tiga ratus tulisan tersebut, tetapi tidak perlu membaca lebih dari tiga puluh di setiap minggunya. (Sumber: Erickson dkk., 2006)

Gunakanlah ujian pilihan ganda sebagai alternatif. Gunakanlah sistem manajemen pembelajaran Anda untuk menciptakan ujian yang dapat dinilai secara online. Ujian pilihan ganda dapat mengukur, baik pengetahuan dasar maupun konsep yang kompleks. Untuk memberikan mahasiswa kesempatan praktik dalam menulis dan menangkap dengan pertanyaan yang terbuka (open-ended question), masukkan pula dua atau tiga butir soal yang menuntut jawaban berupa tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf penjelasan atau analisis. Jika Anda tidak menggunakan sistem manajemen pembelajaran untuk ujian, scan optic dan teknologi pengoreksi memungkinkan penilaian yang cepat dan dapat diandalkan dari ujian dalam kelas.

Daftar Referensi
Bligh, D. A. Whats the Use of Lectures? San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Bonwell, C. C. Enhancing the Lecture: Revitalizing the Traditional Format. New Directions for Teaching and Learning, 1996, no. 67, pp. 31-44. Boyce, T. E., and Hineline, P . N. Interteaching: A Strategy for Enhancing the UserFriendliness of Behavioral Arrangements in the College Classroom. Behavior Analyst, 2002, 25(2), 215-226. Bridges, G. S., and Desmond, S. (Eds.). Teaching and Learning in Large Glasses. Washington, DC: American Sociological Association, 2000. Brotherton, J. A., and Abowd, G.D, Lessons Learned from eClass: Assessing Automated Capture and Access in the Classroom. ACM (Association for Camputing Machinery) Transactions on ComputerHuman Interaction, 2004, 11(2), 121- 155. Brown, G., and Atkins, M. Effective Teaching in Higher Education. London: Methuen, 1988. Brown, S., and Race, P Lecturing: A Practical Guide. London: Kogan Page, 2002. Burgan, M. In Defense of Lecturing Change, Nov/Dec. 2006, 38(6), 30-34. Carbone. E. L. Teaching Large Classes: Tools and Strategies. Thousand Oaks, CA: Sage, 1998. Chaney, W. R. Top-of-the Hour Break Reviews Attention Span. Teaching Professor, June/July 2005, 19(6), 1, 5.

Chanock, K. One Good Thing about Lectures: They Model the Approach of the Disci pline. Journal of General Education, 1999, 48(1), 38-52 Christensen, N. Nuts and Bolts of Running a Lecture Course. In A. L. Denelf, C. D. Goodwin, and E. S. McCrate (Eds.), The Academic Handbook. Durham, NC: Duke University Press 1988. Cialdini. R. B. What's the Best Secret Device for Engaging Student Interest? The Answer Is in the Title. Journal of Social and Clinical Pychology, 2005, 24(1), 22-29. Cooper, J. L., MacGregor, J., Smith, K. A., and Robinson, P . (Eds.). Implementing SmallGroup Instruction: Insights from Successful Practitioners. New Directions for Teaching and Leaning, no. 81. San Francisco: Jossey-Bass, 2000, pp. 63-76. Deal, A. Podcasting. A Teaching with Technology White Paper. Carnegie Mellon University. 2007. http://www.cmu.edu/teaching/resources/PublicationArchives/StudicsWhitepapers/Podcasting_ Jun07.pdf deWinstanley, P . A., and Bjork, R. A. Successful Lecturing: Presenting Information in Ways That Engage Effective Processing, New Directions for Teaching and Learning, no. 89. San Francisco: Jossey-Bass, 2002, pp. 19-31. Eble, K. E. The Craft of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1988. Erickson, B. L., Peters, C. B., and Strommer, D.W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Frederick, P . J. The Lively LectureEight Variations. College Teaching, 1986, 34(2), 43-50. Fry, H., Ketteridge, S., and Marshall, S. A Handbook for Teaching and Learning in Higher Education: Enhancing Academic Practice. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer, 2003. Hake, R. R. Interactive-Engagements vs Traditional Methods: A Six Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics, 1998, 66(1), 64- 74. Heath, C., and Heath, D. Made to Stick: Why Some Ideas Survive and Others Dont. New York: Random House. 2007. Heppner, F., Teaching the Large College Class: A Guidebook-for Instructorc with Multitudes. San Francisco: Jossey-Bass, 2007. Huxham, M. Learning in Lectures: Do Interactive Windows Help? Active Learning in Higher Education, 2005, 6(1), 17-31. Jenkins, A. Active Learning in Structure Lectures. In G. Gibbs and A. Jenkins (Eds.), Teaching Large Classes in Higher Education: How to Maintain Quality with Reduced Resources. London: Kogan Page, 1992. Jones, L.L.C. Are Lectures a Thing of the past? Tips and Techniques for Success. Journal of College Science Teaching, 2003, 32(7), 453-457. Laurillard, D. Rethinking University Teaching: A Framework for the Effective Use of Learning Technologies. (2nd ed.) London: Routledge Falmer, 2002. Leamnson, R. Thinking about Teaching and Learning: Developing Habits of Learning with First Year College and University Students. Sterling, VA: Stylus, 1999. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching, (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Middendorf, J., and Kalish, A. The Change-Up in Lectures. National Teaching and Learning Forum, 1996, 5(2), 1-5. Rowe, L. A., Harley, D., Pletcher, P ., and Lawrence, S. BIBS: A Lecture Webcasting System. Berkeley: Center for Studies in Higher Education, University of California, 2001. Saroyan. A., and Snell. L. S. Variations in Lecturing Styles. Higher Education, 1997, 33(1), 85-104. Saville, B. K., Zinn, T.E., Neef, N. A., Van Norman, R., and Ferreri, S. J. A Comparison of Interteaching and Lecture in the College Classroom. Journal of Applied Behavior Analysis, 2006, 39(1), 49-61.

156

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar


Schwartz, D. L., and Bransford, J.D. A Time for Telling. Cognition and Instruction, 1998, 16(4), 475522. Stanley, C. A., and Porter, M. E. (Eds.). Engaging Large Classes: Strategies and Techniques for College Faculty. Bolton, MA: Anker. 2002. Stones, E. Quality Teaching: A Sample of Cases. New York: Routledge, 1992. Twigg. C. A., Improving Quality and Reducing Cost: Designs for Effective Learning. Changes July/ Aug 2003, 35(4), 22-29. Wankat P . C. The Effective Efficient Professor: Teaching, Scholarsip and Service. Boston: Allyn and Bacon, 2002. Weimer, M. Learner-Centered Teaching: Five Key Changes to Practice. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Wood, W B., and Gentile, J. M. Teaching in a Research Context. Science, 2003, 302(5650), 1510. Young, J. R. The Lectures Are Recorded, So Why Go to Class Chronicle of Higher Education, May 16, 2008, 54(36), Al.

Menyampaikan Ceramah

157

15
Menyampaikan Ceramah

Berceramah bukanlah sekadar kegiatan berdiri di depan kelas dan mengemukakan apa yang Anda ketahui. Ceramah dalam kelas adalah bentuk khusus dari komunikasi, di mana suara, bahasa tubuh, gerakan, ekspresi wajah, dan kontak mata dapat menjadi pelengkap atau justru pengalih perhatian dari isi materinya. Apa pun topik Anda, cara menyampaikan serta sikap bicara Anda akan sangat memengaruhi konsentrasi dan pembelajaran mahasiswa. Saran-saran berikut, didasarkan pada praktik mengajar tenaga pengajar dan hasil penelitian dalam bidang pidato dan komunikasi, ditujukan untuk membantu Anda menangkap dan mempertahankan minat mahasiswa serta meningkatkan kemampuan mereka menyimpan apa yang dipelajari.

Strategi-strategi Umum
Observasilah guru-guru yang luar biasa. Jika kampus Anda memberikan penghargaan
dalam bidang pengajaran, mintalah izin untuk mengunjungi kelas-kelas para pengajar yang telah dinobatkan sebagai pengajar yang luar biasa/hebat atau tontonlah mereka di tayangan di situs Web. Catatlah strategi-strategi mengajar mereka yang berbeda dari Anda. UC Berkeley memiliki klip-klip pendek, dengan teks penjelasan, dari pengajar yang telah memperoleh Penghargaan Pengajar Khusus (teaching.berkeley.edu/video. html).

Lihatlah diri Anda sendiri di video. Sering kali kita perlu melihat sendiri perilaku kita yang baik, untuk lebih mengeksploitasinya, dan melihat perilaku yang tidak diinginkan agar dapat memperbaikinya. Jika Anda ingin meningkatkan keterampilan Anda dalam berbicara di depan umum, menonton video rekaman diri kita sendiri dapat menjadi sangat berharga; lihatlah Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas. Belajarlah tentang bagaimana agar tidak membaca ceramah Anda. Idealnya, ceramah itu menyerupai percakapan alamiah, yang penuh pemikiran, antara pengajar dan mahasiswa, dengan tiap mahasiswa merasakan seolah pengajar sedang berbicara pada satu kesatuan pendengar. Jika Anda membaca ceramah Anda sendiribahkan walaupun Anda adalah pembaca yang dinamispresentasi Anda akan terlihat formal dan berjarak, dan Anda

158

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Menyampaikan Ceramah

159

kehilangan keragaman ekspresi, animasi, dan spontanitas dari percakapan yang alamiah. Membaca dari catatan juga mengurangi kesempatan Anda untuk melibatkan kelas Anda dalam percakapan serta mencegah Anda mempertahankan kontak mata. Pada titik ini, semua pembicara yang terampil menyetujui: gunakanlah catatan, tetapi jangan baca presentasi Anda.

Persiapkanlah diri Anda secara emosional untuk menghadapi kelas. Beberapa pengajar memainkan musik yang bersemangat sebelum berceramah. Yang lainnya menyisihkan lima belas hingga tiga puluh menit untuk menyendiri, untuk mengkaji ulang catatan mereka. Yang lainnya lagi berjalan menyusuri kelas yang kosong untuk mengumpulkan pemikirannya. Cobalah untuk mengidentifikasi bagi diri Anda sendiri, sebuah kegiatan yang memberi Anda energi dan fokus yang Anda butuhkan untuk dapat berbicara dengan antusias dan percaya diri. (Sumber: Lowman, 1995)

Dari suatu ceramah Bisnis: Teddy telah bersama perusahaan selama hampir empat tahun dan ia dianggap sebagai pekerja yang baik. Walau demikian, akhir-akhir ini, ia sedang bermasalah. Ia terlambat datang bekerja, bertindak semaunya, dan tampak tidak ceria. Suatu pagi, dia berjalan ke dalam kantornya, menabrak setumpuk kertas, dan membiarkannya terserak di lantai. Pengawasnya mengatakan, Teddy, bisakah kamu mengambil kertas-kertas itu sehingga tidak ada orang yang jatuh menimpanya?, Teddy kemudian menjawab dengan keras, Ambillah sendiri. Jika Anda adalah si pengawas, apa yang akan Anda lakukan? Dari suatu ceramah Retorika: Ketakutan nomor satu orang Amerikalebih menyeramkan daripada takut pada kematianadalah berbicara di depan umum (public speaking). Dari suatu ceramah Ekonomi: Seorang ahli ekonomi menampilkan sebuah tampilan (slide) tentang petani membuang susu dari truk atau membakar ladang jagung, dan menanyakan, Mengapa orang melakukan hal ini? Dari suatu ceramah Fisika: Perhatikanlah apa yang terjadi pada balon ini ketika udara dilepaskan. Dari suatu ceramah Arsitektur: Berapa banyak di antara kalian yang meyakini bahwa perumahan yang dibangun meninggi sama artinya dengan perumahan dengan kepadatan tinggi? Dari sebuah ceramah Kesejahteraan Sosial: Hampir tiga per empat dari semua penyerangan, dua per tiga dari semua usaha bunuh diri, separuh dari semua tindakan bunuh diri, dan separuh dari semua pemerkosaan dilakukan oleh orang yang berada dalam pengaruh obat-obatan apa? Berapa banyak yang berpikir itu adalah ganja? Heroin? Marijuana? Bukan semua itu? Jawaban yang benar adalah alkohol. Dari sebuah ceramah Psikologi: Lihatlah gambar sebuah koin uang yang tidak lengkap ini, sesuatu yang kau lihat setiap hari. Apakah yang hilang?

Membuka suatu Ceramah


Ambillah waktu sejenak untuk pemanasan. Pergilah ke kelas sedikit lebih awal dan berbincanglah dengan mahasiswa secara informal. Atau berjalanlah masuk ke kelas bersama mahasiswa dan libatkanlah mereka dalam percakapan. Menggunakan suara Anda secara informal sebelum memulai ceramah akan membantu Anda mempertahankan nada suara berbincang-bincang. Minimalisasi kecemasan. Sejumlah kecemasan adalah normal. Tariklah beberapa kali nafas panjang sebelum Anda mulai, atau kencangkan dan lemaskan otot-otot badan Anda mulai dari ujung jari hingga rahang. Begitu Anda memulai, kecemasan akan berkurang. Jika Anda mengalami kekakuan saat memberikan ceramah, pengajar yang berpengalaman menyarankan agar Anda meminum seteguk air, yang memberikan Anda waktu untuk mengumpulkan kembali pikiran Anda, lalu tersenyum dan melanjutkan kembali. Berilah tanda bahwa ceramah sedang dimulai. Berilah mahasiswa petunjuk untuk tenang:
kedipkan atau hidup-matikan cahaya lampu, ubahlah tampilan yang ditayangkan di layar, atau ketukkanlah gavel. Pilihlah alat bantu visual atau auditorial apa pun yang membuat Anda tidak perlu berteriak di antara keributan.

Umumkanlah tujuannya pada seluruh kelas. Beritahukanlah pada mahasiswa, apa yang Anda harapkan untuk dicapai dalam pertemuan di kelas tersebut, atau buatlah daftar tujuan Anda di layar atau papan tulis. Tempatkan ceramah hari tersebut dalam konteks dengan mengaitkannya dengan materi dari sesi sebelumnya. Jalinlah hubungan baik dengan mahasiswa Anda. Kehangatan dan hubungan baik memiliki dampak positif terhadap setiap pendengar/penonton. Mahasiswa akan lebih terlibat dalam kelas jika menit-menit pembukaannya bersifat pribadi, langsung, dan seperti percakapan. (Sumber: Heppner, 2007)

Tangkaplah perhatian mahasiswa dengan pembukaan Anda. Bukalah ceramah dengan


pertanyaan yang provokatif, pernyataan yang mengejutkan, analogi/perumpamaan yang tak biasa, contoh yang mengejutkan, anekdot pribadi, perbandingan yang berbeda secara dramatis, kutipan yang kuat, kuesioner singkat, demonstrasi, atau nyatakanlah kejadian terkini di berita. Berikut adalah beberapa contoh pembukaan:

Dari suatu ceramah Sosiologi: Menurut tebakan Anda, berapa banyak orang yang dikirimkan ke dalam penjara setiap minggunya di negara bagian California? Angkat tangan Anda jika Anda pikir 50 orang atau lebih sedikit. Siapa yang berpikir antara 51 hingga 100? 101 hingga 150? Lebih dari 150? (Jeda) Faktanya, lebih dari 250 orang ditempatkan dalam tahanan setiap minggunya.

Menangkap Minat Mahasiswa


Perhatikanlah penonton/pendengar Anda. Berfokuslah pada mahasiswa seolah Anda sedang berbicara pada kelompok kecil. Kontak mata satu lawan satu akan meningkatkan konsentrasi mahasiswa dan memungkinkan Anda untuk menangkap ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang mengindikasikan apakah Anda berbicara terlalu lambat atau

160

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Menyampaikan Ceramah

161

terlalu cepat, atau apakah mahasiswa membutuhkan contoh atau penjelasan lainnya. Kesalahan umum yang biasa penceramah buat adalah menjadi terlalu terhanyut dalam materinya sehingga mereka gagal untuk menyadari apakah mahasiswa memerhatikan dan mengikuti.

dan bergeraklah dengan dinamis di sekitar mimbar. (Sumber: Brown dan Race, 2002; Tauber dan Mester, 2007; Zimbardo, 1997)

Berbincanglah. Gunakanlah intonasi dan nada suara saat berbincang-bincang, variasikanlah


tinggi suara Anda seperti halnya saat di perbincangan sehari-hari. Jika Anda berfokus pada arti dari apa yang dikatakan, maka secara alamiah, insting Anda akan membuat Anda lebih ekspresif. Pilihlah bahasa yang informal, dan cobalah menjadi lebih alamiah dan langsung.

Variasikanlah cara Anda menyampaikan materi untuk menjaga perhatian mahasiswa.


Perhatian mahasiswa cenderung teralih selama perkuliahan dalam periode waktu di kelas. Untuk memperpanjang rentang perhatian mahasiswa dan menangkap kembali pikiran yang teralih, cobalah untuk mengikuti teknik-teknik sebagai berikut:

Ajukanlah pertanyaan pada poin-poin yang strategis atau mintalah komentar atau pendapat tentang suatu subjek. Berperanlah menjadi penguji atau mintalah mahasiswa untuk menantang sudut pandang Anda. Mintalah mahasiswa untuk memecahkan permasalahan secara perseorangan, atau minta mereka berpasangan, membentuk trio, atau kuartet (kelompok terdiri dari empat orang) untuk memunculkan banyak ide atau menjawab sebuah pertanyaan atau mendiskusikan sebuah topik. Berilah jeda sejenak untuk memberikan kesempatan mahasiswa untuk mengejar catatan mereka. Tampilkanlah gabungan tampilan presentasi, diagram, grafik, video, atau klip film. (Sumber: Bligh, 2000; Heppner, 2007; Wilson dan Korn, 2007)

Gunakanlah bahasa yang konkret, sederhana, dan berwarna. Gunakanlah kata ganti orang pertama dan kedua (saya, kami, kamu). Pilihlah kata sifat yang dramatis; sebagai contoh, poin vital dibandingkan poin utama atau poin selanjutnya. Hilangkanlah jargon, kata tak bermakna, dan kata tambahan yang tidak perlu (sedikit, seperti, semacam). Jika di kelas Anda terdapat mahasiswa yang tidak dapat berbicara bahasa resmi yang digunakan (Bahasa Inggris untuk negara berbahasa Inggris, dan lainnya), hindarilah bahasa gaul dan kutipan yang mungkin kurang familiar bagi mereka. Masukkanlah anekdot dan cerita dalam ceramah Anda. Ketika Anda berada dalam kondisi bercerita, suara Anda menjadi lebih seperti berbincang dan wajah Anda lebih ekspresif, dan mahasiswa juga cenderung mendengarkan lebih seksama. Gunakanlah anekdot untuk mengilustrasikan poin-poin kunci Anda, tetapi hindarilah keinginan untuk memasukkan detail-detail tidak berhubungan yang tidak mendukung tujuan pembelajaran Anda. Sebagai contoh, ketika menjelaskan proses meteorologis yang terlibat dalam pembentukan petir, jangan alihkan perhatian mahasiswa dengan statistik tentang jumlah orang yang tersambar petir. (Sumber: Harp dan Maslich, 2005) Jangan berbicara pada catatan Anda. Jika Anda tidak menggunakan mimbar dan Anda perlu untuk mengacu pada kartu catatan Anda, angkatlah kartu tersebut (dibandingkan menundukkan kepala Anda) dan pandanglah kartu tersebut dengan cepat. Anda akan memiliki waktu yang lebih mudah jika catatan Anda singkat dan dalam huruf yang berukuran besar. Pertahankan kontak mata dengan kelas. Pandanglah langsung ke arah mahasiswa Anda satu per satu, sekitar tiga hingga lima detik-memandang lebih lama akan membuat sebagian besar mahasiswa merasa tidak nyaman. Waspadalah terhadap tindakan memandang cepat menyeluruh atau menggoyangkan kepala ke depan dan belakang tanpa tujuan. Dalam hati, bagilah ruang ceramah menjadi tiga hingga lima bagian, dan arahkanlah komentar, pertanyaan, dan kontak mata pada setiap bagian selama berlangsungnya ceramah Anda, dimulai dari bagian tengah belakang ruangan. Pilihlah wajah-wajah yang bersahabat, tetapi cobalah untuk melibatkan pula yang lainnya. Janganlah membuang waktu berharap untuk memenangkan hari mereka yang secara kasat mata tampak tidak tertarik; berkonsentrasilah pada yang memang memerhatikan, Jika kontak mata secara langsung mengganggu konsentrasi Anda, pandanglah ke bagian antara dua mahasiswa atau ke arah dahi.

Eksplisitkanlah organisasi dari ceramah Anda. Tampilkan atau letakkanlah garis besar (outline) ceramah Anda di layar atau papan tulis sebelum Anda mulai, tuliskan gambaran garis besar perkembangan pemikiran seiring terjadinya, atau publikasikan daftar dari poin-poin utama secara online sebelum pertemuan di kelas. Garis besar membantu mahasiswa untuk mencatat dengan lebih baik dan fokus terhadap kemajuan materinya. Jika perhatian mereka terpecah, mahasiswa dapat lebih siap menangkap kembali ceramah bila mereka memilih sebuah garis besar di depannya. Tampilkanlah antusiasme terhadap materinya. Ingatlah kembali apa yang dulunya menginspirasi Anda, sebagai mahasiswa tingkat sarjana, serta apa alasan-alasan Anda memilih bidang akademik Anda saat ini. Walaupun Anda hanya sedikit tertarik pada topik tertentu, cobalah untuk datang dengan cara baru dalam memandangnya dan lakukanlah apa yang dapat Anda lakukan untuk menstimulasi antusiasme mahasiswa. Semua orang setuju bahwa jika Anda tampak bosan dengan topiknya, mahasiswa akan kehilangan minatnya dengan cepat. Para peneliti merekomendasikan animasi vokal dan fisik. Untuk beranimasi secara vokal, tariklah perhatian pada kata-kata penting dengan merendahkan nada suara Anda, menggunakan intonasi yang meninggi untuk menandakan suatu klimaks, dan sesekali berbicaralah dengan lembut, yang memaksa mahasiswa untuk mendengarkan dengan lebih seksama. Bahasa tubuh yang direkomendasikan meliputi juga membuat kontak mata dengan mahasiswa, menggunakan beragam ekspresi wajah, mengubah bahasa dan postur tubuh untuk memberi penekanan dan meminta perhatian,

162

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Menyampaikan Ceramah

163

Gunakanlah gerakan untuk mempertahankan perhatian mahasiswa. Benda yang bergerak lebih menarik perhatian dibandingkan benda yang diam. Sesekali, bergeraklah di sekitar ruangan. Gunkanlah bahasa tubuh yang direncanakan, bertujuan, berkelanjutan: memegang suatu objek, melepas kaca mata Anda, melipat lengan baju Anda. Untuk mengundang pertanyaan mahasiswa, tampilkanlah postur yang terbuka dan santai. Waspadalah terhadap perubahan posisi kaki yang menampilkan kecemasan. Gunakanlah gerakan untuk menekankan suatu poin penting atau mengarahkan menuju suatu topik baru. Beberapa pengajar bergerak ke salah satu sisi meja atau mimbar
ketika menyajikan satu sisi argumentasi dan bergerak sisi lainnya ketika menyajikan sisi argumentasi yang berlawanan. Gerakan ini tidak hanya akan menangkap perhatian mahasiswa, tetapi juga memperkuat pertentangan antara kedua sudut pandang. (Sumber: Heppner, 2007; Tauber dan Mester, 2007; Weimer, 1988)

Menguasai Teknik-teknik Penyampaian


Variasikanlah kecepatan bicara Anda. Mahasiswa memerlukan waktu untuk menerima dan memasukkan (mengasimilasi) informasi baru serta mencatat, tetapi jika Anda berbicara terlalu pelan, mereka bisa menjadi bosan. Cobalah untuk memvariasikan kecepatan bicara Anda sesuai gaya Anda, pesan Anda, dan penonton/pendengar Anda. Sebagai contoh, sajikanlah poin-poin penting secara lebih terencana dibandingkan contoh-contoh anekdot. Jika Anda memiliki kecenderungan berbicara cepat, cobalah untuk menyatakan ulang poin-poin mayor Anda sehingga mahasiswa dapat menyerapnya. Penelitian menunjukkan bahwa kecepatan bicara sekitar 100 kata per menit adalah yang optimal bagi pemahaman mahasiswa; pemahaman menjadi sulit ketika kecepatan mencapai 150-200 kata per menit. (Sumber: Robinson, dkk., 1997) Proyeksikan suara Anda atau gunakanlah mikrofon. Tanyakanlah pada mahasiswa apakah mereka dapat mendengar suara Anda atau tidak, atau mintalah pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan duduk di pojok belakang, untuk mengawasi kejelasan dan volume ceramah Anda. Ketika menggunakan mikrofon, berbicaralah dalam suara normal dan janganlah terlalu menempel ke mikrofon. Variasikan tinggi nada, volume, dan intonasi suara Anda. Ahli komunikasi menyarankan untuk memberikan penekanan pada kata benda dan kata kerja kunci serta membentuk kalimat itu agar menjadi kesimpulan yang empatik, dibandingkan membiarkannya menghilang begitu saja. Cobalah untuk tidak membiarkan volume suara Anda menurun di akhir kalimat. Berlatihlah teknik-teknik ini dan aplikasikan pada beberapa kalimat awal atau selama beberapa menit pertama dari ceramah Anda. Seiring waktu, Anda akan mengembangkan secara alamiah teknik ini pada keseluruhan ceramah Anda. Lowman (1995) menjelaskan serangkaian latihan suara untuk meningkatkan proyeksi, artikulasi, dan kualitas nada suara. (Sumber: Lang, 2008; Tauber dan Mester, 2007) Berilah jeda. Jeda adalah salah satu alat paling kuat dalam berbicara di depan umum.
Jeda adalah alat yang penting untuk mengumpulkan perhatian. Jeda dapat digunakan sebagai penanda untuk menandai sebuah pemikiran, kalimat, atau paragraf-dan juga untuk penekanan, sebelum atau setelah konsep atau ide kunci. Jika Anda mendadak berhenti di tengah kalimat, mahasiswa akan memalingkan pandangan dari catatannya ke arah Anda untuk melihat apa yang terjadi. Jeda yang direncanakan juga memberi Anda dan penonton/pendengar Anda istirahat sejenak. Beberapa pengajar meminum seteguk kopi atau air setelah mereka menyatakan sesuatu yang mereka ingin agar mahasiswa berhenti sejenak dan memikirkannya. Pengajar lainnya secara terencana berhenti sejenak, mengumumkan, Ini adalah pertimbangan yang sangat penting dan berhenti lagi sejenak sebelum melanjutkan.

Gunakanlah ekspresi wajah untuk mengekspresikan emosi. Jika Anda tampak antusias dan
bersemangat untuk berbicara, mahasiswa akan lebih antusias pula untuk mendengarkan Anda. Gunakanlah mata, alis mata, dahi, mulut, dan rahang Anda untuk menampilkan antusiasme, keyakinan, keingintahuan, dan kepedulian Anda. (Sumber: Lowman, 1995; Tauber dan Mester, 2007)

Tertawakanlah diri Anda sendiri jika Anda membuat kesalahan. Jika Anda salah melafalkan
kata atau menjatuhkan catatan, kemampuan Anda untuk melihat sisi humor dari situasi tersebut akan membuat semua orang lebih santai. Jangan biarkan kepercayaan diri Anda terganggu oleh kesalahan kecil.

Hindarilah gaya ceramah yang membosankan. Peneliti telah mengidentifikasi beberapa


karakteristik dari penceramah yang membosankan: mereka terus bicara, membahas terlalu banyak detail, memiliki tingkat aktivitas yang rendah, berbicara dalam tempo lambat yang monoton, sedikit melakukan kontak mata dan menampilkan sedikit ekspresi wajah, menunjukkan sedikit emosi dan cenderung afek datar (tanpa emosi), bereaksi minimal terhadap pertanyaan mahasiswa, serta menyelenggarakan kelas dan ceramah dalam rutinitas yang bisa ditebak. (Sumber: Forsyth, 2003)

Perhatikanlah waktu. Sadarilah berapa waktu yang Anda gunakan untuk menyampaikan
poin Anda. Putuskanlah di awal, materi apa yang harus Anda selesai sampaikan di setengah waktu pertama dalam periode perkuliahan di kelas dan materi apa yang akan Anda tinggalkan saja jika ceramah Anda lebih lama dibandingkan jadwal. Janganlah mencoba untuk menyampaikan materi dengan terburu-buru demi memberikan semua yang ada di catatan Anda. Buatlah rencana tentang apa yang akan dihapus: Jika saya tidak memiliki sisa waktu lima belas menit begitu mencapai judul yang ini, saya hanya akan menyampaikan satu contoh dan mem-pos-kan contoh-contoh lainnya secara online.

Hati-hati-lah pada jeda yang divokalisasikan. Cobalah untuk menghindari mengatakan


hm, yah, begitulah, OK, atau jadi. Jeda dengan diam adalah lebih efektif.

164

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Menyampaikan Ceramah

165

Gunakanlah pose berbicara yang alamiah. Seimbangkanlah postur tubuh Anda dengan berdiri di dua kaki, dengan jari dan tumit menjejak lantai. Berhati-hatilah pada kemungkinan mengayun-ayunkan atau menggoyang-goyangkan badan ke depan dan belakang. Jagalah lutut Anda agar sedikit relaks. Pundak harus ke arah bawah dan lemas, dengan siku terangkat, dan tangan Anda sejajar dengan pinggang. Bernafaslah secara normal. Bernafas secara normal mencegah hambatan vokal yang mengganggu tinggi nada dan kualitas bicara Anda. Jagalah agar pundak Anda relaks, leher Anda lemas, mata Anda terbuka lebar, dan rahang Anda juga relaks.

Mengembangkan Gaya Ceramah Anda


Buatlah catatan untuk diri Anda sendiri segera setelah tiap ceramah. Pertimbangkanlah penggunaan waktu Anda, efektivitas contoh-contoh Anda, kejelasan dari penjelasan Anda, dan seterusnya. Tuliskanlah semua pertanyaan yang diajukan atau komentar yang dibuat mahasiswa. Catatan ini akan membantu Anda agar dapat lebih efektif saat memberikan ceramah berikutnya. Rekamlah video dari ceramah Anda. Ketika mengkaji ulang rekaman video dari diri Anda sendiri yang tengah memberikan ceramah, Anda dapat menonton keseluruhan video, menonton video dengan suara dimatikan, atau mendengarkan suara video tanpa menontonnya. Sebagai saran dalam menganalisis video Anda, lihatlah Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas.

Menutup Sebuah Ceramah


Tariklah suatu kesimpulan. Bantulah mahasiswa melihat bahwa sebuah tujuan telah dipenuhi, bahwa sesuatu telah diperoleh selama sesi kelas. Kesimpulan yang direncanakan dengan baik melengkapi presentasi, mengencangkan akhir yang longgar, menyarankan cara bagi mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan, dan memberikan rasa penyelesaian. Akhirilah dengan tegas. Jangan biarkan ceramah Anda menurun atau berakhir di tengah kalimat karena waktunya habis, dan hindarilah kalimat Oh iya, Saya hampir lupa ... di menit terakhir. Sebuah akhir yang impresif akan bergaung terus dalam pikiran mahasiswa dan memberi petunjuk pada mereka untuk menyiapkan diri untuk pertemuan berikutnya. Akhirilah dengan pertanyaan atau permasalahan yang menggelitik pikiran, kutipan yang menegaskan kembali tema utamanya, ringkasan dari isu mayornya, atau gambaran awal dari tampilan menarik yang akan datang. Sebagai contoh, seorang Profesor Fisika mengakhiri ceramahnya dengan meminta seorang mahasiswanya yang bersedia menjadi sukarelawan untuk maju ke depan, berdiri dengan punggungnya di dinding, dan mencoba menyentuh jari kakinya. Ia kemudian menantang kelas untuk memikirkan mengapa si sukarelawan tidak berhasil di tugas ini. Dengan cara ini, sang pengajar telah memperkenalkan topik untuk kuliah berikutnya, pusat gravitasi, dengan dramatis. Jangan khawatir jika Anda selesai lebih awal beberapa menit; jelaskanlah bahwa Anda telah mencapai titik berhenti yang alamiah. (Namun demikian, jangan jadikan selesai lebih awal sebagai kebiasaan). Akhirilah ceramah Anda dengan volume naik. Buatlah suara Anda kuat, angkat dagu
Anda, dan pertahankan pandangan Anda ke arah penonton/pendengar Anda. Untuk menandakan bahwa kelas telah berakhir, katakanlah, Sampai bertemu Hari Rabu atau Semoga memiliki akhir pekan yang menyenangkan. Jika ruangan masih dapat digunakan, tinggallah sejenak, untuk beberapa menit, setelah kelas selesai, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa, atau untuk berjalan keluar kelas bersama mahasiswa.

Jika Anda hanya mendengarkan suaranya, berikut ini adalah prosedur yang efektif (diadaptasi dari Lowman, 1995): Dengarkan saja keseluruhannya lebih dulu, tanpa berhenti atau mencatat. Apa kesan umum Anda terhadap suara yang Anda dengarkan? Putar ulang rekamannya, dan tuliskan kata-kata yang menurut Anda paling baik dalam menggambarkan suara Anda. Putar ulang kembali rekamannya, kali ini berfokuslah pada penggunaan kata-kata tambahan, level ketenangan dan kelancaran dalam suara, pola pernafasan, volume, tinggi nada dan tempo, penekanan, dan artikulasi.

Anda bisa jadi terkejut senang karena menemukan bahwa kecemasan yang Anda rasakan tidak tampak di kelas.

Bekerjasamalah dengan konsultan komunikasi. Konsultan komunikasi dapat membantu


Anda mengembangkan keterampilan penyampaian ceramah yang efektif. Mintalah pada kantor pengembangan pengajar di kampus Anda nama-nama konsultannya atau jadwal workshop-workshop tentang ceramah dan bicara di depan umum (public speaking).

Daftar Referensi
Bligh, D. A. Whats the Use of Lectures? San Fracsisco: Jossey-Bass, 2000. Brown S., and Race, P . Lectures: A Practical Guide. London: Kogan Page, 2002. Forsyth, D. R. the Professors Guide to Teaching: and Psychological Principle and Practices. Washington DC: American Psychological Association, 2003. Harp, S. F, and Maslich, A. A. The Consequences of Including Seductive Details during Lecture. Teaching of Psychology, 2005, 32(2), 100-103. Heppner, F. Teaching the Large College Class: A Guidebook for Instructors with Multitudes. San Francisco: Jossey-Bass, 2007. Lang, J. M On Course: A-Week-by-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008.

166

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar


Lowman, J., Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Robinson, S. L., Sterling, H. E., Skinner, C. H, and Robinson, D. H. Effects of Lecture Rate on Students Comprehension and Ratings of Topic Importance. Contemporary, Educational Psychology, 1997, 22(2), 260-267. Tauber, R. T., and Mester, C. S Acting Lessons for Teachers: Using Performance Skills in the Classroom. (2nd ed.) Westport, CT: Praeger, 2007. Weimer, M. C. Ways and Means of Communicating Structure. Teaching Professor 1988, 2(7), 3. Wilson. K., and Korn, J. H. Attention during Lectures: Beyond Ten Minutes. Teaching of Psychology, 2007, 34(2), 85-89. Zimbardo. P. G. A Passion for Psychology: Teaching It Charismatically, Integrating Teaching and Research Synergistically, and Writing about It Engagingly. In R. J. Sternberg (Ed.), Teaching Introductory Psychology: Survival Tips from the Experts. Washington, DC: American Psychological Association, 1997.

Menjelaskan dengan Jelas

167

16
Menjelaskan dengan Jelas

Penelitian telah menunjukkan bahwa prestasi mahasiswa berkorelasi paling tinggi dengan dua karakteristik dari guru yang efektif (Feldman, 1989). Salah satunya adalah persiapan dan pengaturan (organisasi). Karakteristik lainnya adalah kejelasan dan kemudahan untuk dimengerti. Saran-saran berikut akan membantu Anda berkomunikasi dengan jelas dan cerdas untuk menstimulasi pemikiran mahasiswa dan memaksimalisasi pembelajaran mereka.

Strategi-strategi Umum
Berilah mahasiswa peta petunjuk. Di awal perkuliahan, sediakanlah garis besar singkat
(di papan tulis atau layar) dari kelas hari itu. Selama sesi, mengaculah pada garis besar ini untuk memberi pertanda pada mahasiswa tentang perpindahan dan hubungan antar poin. Sebagai tambahan, jika tidak tersedia dalam buku ajar, taruhlah di situs Web perkuliahan Anda definisi dari istilah-istilah baru; persamaan dan formula yang kompleks/rumit; serta grafik, diagram, dan gambar-gambar.

Tempatkanlah konsep-konsep kunci dalam konteks yang lebih besar. Untuk memberi rasa keberlanjutan dan kebermaknaan, perkenalkanlah topik baru dengan menjelaskan bagaimana topik tersebut terkait dengan materi sebelumnya dan dengan tema utama dari perkuliahan. Untuk menangkap perhatian mahasiswa, tekankanlah pentingnya topik tersebut dalam membahas suatu permasalahan spesifik atau untuk menjelaskan fenomena tertentu. Mahasiswa biasanya memedulikan relevansi dan aplikasi dari pemikiran dan konsep, dan mereka juga menghargai contoh-contoh dari kehidupan nyata. (Sumber: Bain, 2004)
dibanjiri dengan informasi. Sampaikanlah informasi yang paling penting dalam bagian/kelompok yang dapat ditangani. Berfokuslah pada dasar-dasarnya, gunakanlah generalisasi, dan jangan berikan terlalu banyak perkecualian dari peraturan.

Selektiflah. Mahasiswa menjadi bingung, pusing, atau bosan ketika mereka merasa

Aturlah kecepatan yang sesuai. Bicaralah lebih lambat ketika mahasiswa sedang mencatat dan ketika Anda sedang menjelaskan materi baru, topik yang kompleks, atau isu

168

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Menjelaskan dengan Jelas

169

yang abstrak. Anda dapat meningkatkan temponya ketika mengaitkan antar cerita, meringkas poin sebelumnya, atau menyajikan contoh-contoh.

Ukurlah kejelasan Anda sendiri. Perhatikanlah ekspresi bingung, penurunan yang dramatis pada kehadiran di kelas, dan penilaian yang rendah terhadap kejelasan dalam evaluasi pengajaran Anda. Seiring Anda menyelesaikan suatu topik, mintalah mahasiswa untuk mengidentifikasi poin-poin utamanya, untuk menyatakan pertanyaan apa pun yang masih belum terjawab, dan untuk mengidentifikasi poin yang terasa paling belum jelas. Hadapilah kesalahpahaman dengan segera. (Sumber: Hativa, 1998) Atasilah hambatan yang mungkin terjadi akibat aksen. Mahasiswa Amerika dapat
mengalami masalah memahami pengajar yang berasal dari negara lain yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dari bahasa Inggris Amerika yang biasa. Untuk menangani masalah aksen, para ahli menyarankan agar Anda memberi tugas-tugas dalam menulis; menggunakan sinyal bahasa ketika berbicara (Baik, mari kita mulai); dan katakanlah hal yang sama dalam beberapa cara berbeda. (Sumber: Sarkisian, 2006)

Mengumumkan perpindahannya: Tekanan pertama, kemudian, datang dari kekhawatiran tentang kesanggupan dan meningkatnya biaya pendidikan tinggi. Sekarang mari kita lihat faktor yang kedua: bagaimana para kandidat politik menekankan bertanggung jawab sebagai janji kampanye. Menyatakan ulang pikiran pokoknya: Kita telah melihat tiga tekanan pada kampus untuk melaksanakan prosedur pengujian: keinginan pemerintah untuk adanya efektivitas biaya, janji dari slogan kampanye di pemilihan sebelumnya, dan ketidakpuasan publik terhadap pendidikan tinggi.

Bergeraklah dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang familiar ke yang tidak familiar (asing). Kemukakan lebih dulu ide-ide yang paling mendasar, lalu kemudian
tampilkanlah kompleksitasnya. Mulailah dengan apa yang mahasiswa ketahui, baru kemudian bergerak ke area yang baru. (Sumber: Bain, 2004)

Mulailah dengan pernyataan umum, lalu kemudian sediakanlah contoh-contoh spesifik.


Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada umumnya mengingat fakta atau prinsip jika disajikaan di awal dengan aturan umumnya; baru kemudian contoh, ilustrasi, atau apllikasi khusus yang diberikan; lalu berikan pernyataan ulang tentang aturan, generalisasi, atau prinsip. Namun demikian, untuk pemikiran-pemikiran yang kompleks, awalnya Anda dapat memberikan contoh yang mudah, yang mengilustrasikan prinsipnya, kemudian sajikan pernyataan umum serta penjelasan dari peinsip tersebut, lalu kemudian berikanlah contoh atau ilustrasi yang lebih kompleks. (Sumber: Brown, 1978; King, 1994; Wittwer dan Renkl, 2008)

Membantu Pemahaman Mahasiswa


Bangunlah di atas pengetahuan awal dan pemahaman terkini mahasiswa. Jika suatu
penjelasan melampaui level pemahaman mahasiswa atau gagal memperhitungkan kesalahpahaman atau pengetahuan yang salah, yang mereka miliki tentang suatu topik, maka pemahaman akan gagal. (Sumber: Wittwer dan Renkl, 2008)

Identifikasi poin-poin yang mungkin sulit untuk dipahami mahasiswa. Pikirkanlah


tentang level persiapan mahasiswa Anda secara umum dan cobalah untuk mengantisipasi apa yang mungkin mereka tahu atau tidak tahu. Para peneliti menyarankan agar Anda melihat catatan Anda terlebih dulu sebelum kelas dimulai dan mengidentifikasi istilahistilah atau konsep-konsep yang mungkin kurang familiar. Tambahkanlah definisi untuk kata-kata atau ekspresi yang tidak biasa, serta istilah-istilah teknis. Perkenalkanlah satu istilah baru setiap kalinya, dan tayangkanlah tulisannya di layar atau tuliskanlah di papan tulis. Siapkanlah diri Anda untuk mengilustrasikan konsep-konsep dengan contoh. (Sumber: Sorcinelli, 2005)

Berilah mahasiswa kesempatan untuk mengaplikasikan penjelasan yang mereka dengar atau baca. Dengan melaksanakan suatu tugas, memecahkan suatu permasalahan,
atau menghasilkan penjelasan bagi dirinya sendiri, mahasiswa dapat memperluas dan memperdalam pemahamannya. (Sumber: Wittwer dan Renkl, 2008)

Menyajikan Poin-poin Utama dan Contoh-contoh


Batasilah jumlah poin yang Anda berikan dalam ceramah. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menyerap tiga hingga lima pin dalam periode lima puluh menit dan empat hingga lima poin dalam kelas sepanjang tujuh puluh lima menit. Tegakanlah hati ketika mengurangi jumlah poin mayor yang Anda buat, dan lebih dermawanlah dengan contoh dan ilustrasi yang dapat memperjelas argumentasi Anda. Buanglah keseluruhan topik daripada memampatkan satu dengan yang lainnya. Berilah rujukan pada mahasiswa yang tertarik pada sumber-sumber yang menyediakan penanganan lebih mendetail. (Sumber: Lowman, 1995) Tariklah perhatian untuk poin-poin yang penting. Mahasiswa Anda bisa jadi tidak
menangkap pentingnya suatu poin hingga Anda mengumumkannya: Ini sangat penting, karena itu dengarkan baik-baik atau Hal paling penting untuk diingat adalah ... atau Hal ini begitu penting sampai-sampai kalian sebaiknya mengukirnya di atas plakat

Peringatkanlah mahasiswa akan dimulainya suatu poin yang kompleks. Berilah petunjuk
pada mahasiswa ketika akan menyampaikan pemikiran yang paling sulit (Hampir semua orang mengalami kesulitan dengan yang satu ini, maka dengarkan baik-baik). Karena perhatian mahasiswa terus berkelana selama waktu ceramah, cobalah untuk menangkap kembali minat mereka sebelum Anda menjelaskan suatu hal yang sulit.

Ciptakanlah rasa keteraturan. Sampaikanlah struktur dari sesi Anda dengan teknikteknik sebagai berikut: Mengantisipasi topiknya: Hari ini saya ingin mendiskusikan tiga alasan mengapa pemerintah ingin memerintahkan pengukuran dari pembelajaran siswa di pendidikan tinggi.

170

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Menjelaskan dengan Jelas

171

atau Kalian tidak perlu menghafalkan apa-apa dalam perkuliahan ini, tetapi kalian harus ingat bahwa ... Kemudian ikuti dengan menjelaskan mengapa poin ini menjadi penting.

bahasa sehari-hari/informal. Atau, Anda dapat menyajikan poin yang sama dalam dua atau tiga cara yang berbedasecara verbal (dengan kata-kata), grafis (dengan gambar), dan numerik (dengan angka) atau dengan contoh-contoh yang berbeda.

Demonstrasikanlah suatu proses daripada hanya menjelaskannya saja. Daripada


memberitahu mahasiswa bagaimana cara untuk menyampaikan argumentasi yang logis, sajikanlah langsung argumentasi yang logis dan bantulah mereka untuk menganalisisnya. Daripada menjelaskan bagaimana cara untuk memecahkan suatu permasalahan, pecahkanlah permasalahan tersebut di hadapan mereka, sambil memberi nama setiap langkah yang Anda lakukan.

Gunakanlah penambahan untuk memberi kesempatan mahasiswa menangkap materinya.


Mahasiswa akan mengalami kesulitan untuk beralih ke topik kedua jika mereka masih meraba-raba yang pertama. Berilah kesempatan mahasiswa untuk mengejar ketertinggalannya dengan memberikan penumpukan, pengulangan, dan jeda.

Gunakanlah beragam contoh untuk menunjukkan bagaimana pemikiran yang sama dapat diaplikasikan di beragam konteks. Sebagai contoh tentang ayunan (oscillasi) aerodinamika,
seorang pengajar memberikan penjelasan dengan contoh memegang sehelai scarf keluar jendela sebuah mobil yang bergerak, memegang selembar kertas tipis di dekat pendingin ruangan, dan bepergian menyeberangi jembatan patahan yang digerakkan oleh angin yang kuat.

Daftar Referensi
Bain, K. What the Best College Teachers Do. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2004. Brown, G. Lecturing and Explaining. New York: Methuen, 1978. Davis, B. G. Tools for Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Feldman, K. A. The Association between Student Ratings of Specific Instructional Dimen sions and Student Achievement. Research in Higher Education, 1989, 30(6), 583-645. Ford, D. G. Teaching Anecdotally College Teaching, 2002, 50(3), 114-115. Hativa, N. Lack of Clarity in University Teaching: A Case Study. Higher Education, 1998, 36(3), 353-381. Kaufman, J. C., and Bristol A. S. When Allport Met Freud: Using Anecdotes in the Teach ing of Psychology. Teaching of Pychology, 2001, 28(1), 44-46. King, A. Inquiry as a Tool in Critical Thinking. In D. F. Halpern and associates (Eds.), Changing College Classrooms: New Teaching and Learning Strategies for an Increasingly Complex World. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. McKeachie, W, J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Middendorf, J., and Kalish, A. The Change-Up in Lectures. National Teaching and Learning Forum, 1996 5(2), 1-5. Sarkisian, E. Teaching American Students: A Guide for International Faculty and Teaching Astistants in Colleges and Universities. (3rd ed.) Cambridge MA: Harvard University Press, 2006. Sorcinelli. M. D. IDEA Item #10: Explained Course Material Clearly and Concisely. POD IDEA Center Notes, July 2005. http://www.idea.ksu.edu/podidea/Item10Formatted.pdf Wilson, K., and Korn, J. H. Attention during Lectures: Beyond Ten Minutes. Teaching of Psychology, 2007, 34(2), 85-89. Wittwer, J., and Renkl, A. Why Instructional Explanations Often Do Not Work: A Framework for Understanding the Effectiveness of Instructional Explanations." Educational Psychologist, 2008, 43(1), 49-64.

Gunakanlah analogi, anekdot, dan gambar yang jelas. Orang cenderung untuk mengingat
gambar dan anekdot yang kuat. Bantulah mahasiswa untuk memahami dan mengingat konsep-konsep penting dengan memasangkan isi yang abstrak dengan gambar yang jelas, anekdot yang mencerahkan, atau asosiasi yang konkret. Seorang profesor Fisika menjelaskan kecepatan dengan menampilkan gambar peluru yang sedang bergerak cepat. Seorang pengajar Biologi yang integratif membandingkan ukuran, tekstur, dan kualitas lainnya dari organ-organ tubuh dengan objek-objek yang familiar, seperti kacang walnut atau anggur. Seorang pengajar Ekonomi menjelaskan satu triliun dengan menyatakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghitung satu triliun menit (31.700 tahun). (Sumber: Ford, 2002; Kaufman dan Bristol, 2001; Lowman, 1995)

Menggunakan Pengulangan dan Penguatan


Gunakanlah pengulangan untuk menekankan materi yang penting. Walaupun secara
umum dipercaya bahwa mahasiswa hanya dapat mempertahankan perhatiannya selama lima belas menit sebelum pikirannya mulai teralih (Davis, 1993; McKeachie dan Svinicki, 2006; Middendorf dan Kalish, 1996), peneliti menemukan sedikit bukti empirik tentang jangka perhatian yang lima belas menit tersebut (Wilson dan Korn, 2007). Perhatian mahasiswa memang teralihkan, tetapi tidak pada interval yang tepat sama. Untuk menggarisbawahi pentingnya suatu poin, rencanakanlah untuk menyatakannya lebih dari satu kali.

Temukanlah beragam cara untuk mencapai poin yang sama. Tidak ada satu penjelasan yang mudah dipahami semua mahasiswa, jadi nyatakan ulang poin-poin mayor, dan biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa Anda sedang melakukan hal tersebut. Anda dapat menyatakan suatu poin dua kali, sekali dalam bahasa formal dan sekali dalam

172

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Personalisasi Perkuliahan Kelas Besar

173

17
Personalisasi Perkuliahan Kelas Besar

Buatlah ruangan menjadi lebih kecil. Ruang kuliah yang besar akan terlihat lebih kecil jika Anda berdiri di depan mimbar, bukan di belakangnya. Bergeraklah di sekeliling ruangan seiring Anda berceramah, gunakanlah juga lorong/ruang antar bangku, jika memungkinkan. Jika Anda memiliki pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, bergabunglah dengan mereka saat mendistribusikan bahan-bahan untuk kelas. (Sumber: Gleason, 1986)

Menciptakan Rasa Kebersamaan



Kelas-kelas yang berisi lebih dari seratus mahasiswa memberikan tantangan tersendiri bagi pengajar. Di kelas besar seperti itu, mudah bagi mahasiswa untuk merasa anonim/ tidak dikenali atau terisolasi dan sulit bagi mereka untuk saling mengenal demi mendapatkan dukungan dan kelompok belajar. Secara alamiah, perkuliahan kelas besar akan melibatkan mahasiswa dengan beragam kemampuan, minat, dan aspirasi, tetapi mereka menawarkan sedikit kesempatan untuk memberi perhatian pada perseorangan/ individu. Saran-saran berikut dirancang untuk membantu Anda memberikan mahasiwa Anda perasaan bahwa kehadiran dan partisipasi mereka berarti.

Strategi-strategi Umum
Jadilah se-fleksibel mungkin sejauh rencana kuliah Anda mengizinkan. Sediakanlah
lingkungan ruang kelas yang hangat, yang termasuk di dalamnya adalah waktu Anda untuk bergurau dengan komentar mahasiswa dan memberikan respons yang segera terhadap pertanyaan mereka.

Mendorong mahasiswa untuk mengenal satu sama lain. Mahasiswa yang merasa tidak dikenali dalam kelas akan kurang termotivasi untuk belajar dan cenderung kurang keras dalam berusaha, sedangkan mahasiswa yang memiliki rasa kebersamaan akan lebih memerhatikan dan berpartisipasi. Pada hari pertama di kelas, mintalah mahasiswa untuk memperkenalkan dirinya sendiri pada satu atau dua orang yang duduk di dekatnya. Jika kelas Anda tidak memiliki bagian-bagian, jelaskanlah bagaimana sistem kerja kelompok belajar, dan sisihkanlah waktu kelas untuk mengatur pembentukan kelompok (Lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok). Berikanlah tugas-tugas singkat berkelompok, atau minta kelas membentuk kelompok terdiri dari dua atau tiga mahasiswa untuk mengumpulkan pertanyaan ujian, bekerja dalam proyek kelas, dan sebagainya. Mintalah mahasiswa untuk bertukar informasi nomor kontak dengan dua orang lainnya dalam kelas atau untuk saling mencari informasi melalui situs jejaring sosial. Untuk lebih banyak ide, lihatlah Bab 3, Hari-hari Pertama di Kelas. Membuat usaha untuk bertemu secara informal dengan mahasiswa. Dalam kelas besar, Anda tidak akan bisa menjumpai setiap mahasiswa, tetapi mengenali beberapa dari mereka akan sangat berharga. Beberapa pengajar menyebarkan undangan pada mahasiswa untuk mampir di kafe untuk berbincang-bincang. Yang lainnya memilih dua atau tiga mahasiswa dari daftar absensi kelas, setiap minggunya, dan mengundang mereka untuk makan siang bersama. Yang lainnya lagi mengadakan acara minum teh siang hari di kantor mereka sepanjang semester. Seorang tenaga pengajar bahkan mengundang kelompokkelompok mahasiswanya ke pertandingan bola lokal. (Sumber: Padian, 1992) Cobalah untuk mempelajari nama beberapa mahasiswa dan panggillah mereka dengan menggunakan namanya. Mahasiswa dalam kelas besar tampak menghargai usaha pengajar
untuk mempelajari sejumlah nama. Jika seorang mahasiswa mengungkapkan suatu hal penting, tanyakanlah namanya, dan rujuklah poin atau pertanyaan tersebut nantinya sebagai miliknya (sesuatu yang mahasiswa tersebut kemukakan). Dampak dari perujukan secara personal ini akan terbawa ke seluruh mahasiswa. (Sumber: Benjamin, 1991)

Berbagilah antusiasme dan ketertarikan Anda. Pengajar terbaik memberikan kesan bahwa mereka sedang berbicara dengan beberapa orang temannya tentang topik yang terkait dengan ketertarikan besar, baik secara pribadi maupun profesional. Tunjukkanlah pada mahasiswa Anda bahwa ketertarikan dan nilai-nilai Anda jauh melebihi ruang kelas saja. Sebelum kelas dimulai, seorang anggota pengajar memainkan musik dari komposer atau musisi yang hari ulang tahunnya berdekatan dengan hari perkuliahan, atau sebuah karya musik yang menentukan nuansa kelas: jazz yang lembut saat ujian, rock yang keras di hari Jumat. Berilah perhatian pada lingkungan fisik ruang kelas Anda. Pastikanlah bahwa pencahayaan memadai untuk penulisan catatan, bahwa pendaran cahayanya tidak mengganggu pandangan mahasiswa ke arah layar atau papan tulis, dan bahwa suhu ruangannya nyaman. Doronglah mahasiswa untuk meningkatkan kenyamanannya dengan menutup tirai atau membuka jendela.

Mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan informasi pribadinya. Jika ukuran kelasnya memungkinkan, selama minggu pertama perkuliahan, mintalah mahasiswa untuk mengisi kuesioner singkat tentang namanya, informasi kontaknya, tahun kuliahnya, kota asalnya, alasan mengambil perkuliahan, harapan, hobi atau minat, pengalaman kerja, dan sebagainya. Rangkumlah informasi ini sehingga mahasiswa mengenal teman sekelasnya.

174

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Personalisasi Perkuliahan Kelas Besar

175

Anda juga dapat menggunakan informasi ini untuk memilih kegiatan perkuliahan atau mencocokkan contoh-contoh Anda dengan minat mahasiswa.

para mahasiswanya menghargai interaksi ini, dan sebagian besar menilainya sebagai pengalaman yang positif. (Sumber: Wheeler, 2000)

Berikanlah orientasi dalam kelas untuk mahasiswa baru dan mahasiswa pindahan.
Seorang tenaga pengajar Sains menyelesaikan kelas perkuliahan pengantarnya dua puluh menit lebih awal di minggu kedua dari semester tersebut dan mengundang mahasiswa tingkat pertamanya untuk tinggal di kelas. Pada pertemuan itu, ia memperkenalkan ulang dirinya dan pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, mempelajari sedikit tentang latar belakang mahasiswanya, dan memberi mereka saran-saran tentang bagaimana cara belajar, pentingnya hadir di kelas, manfaat membentuk kelompok belajar, sumber daya kampus untuk konseling dan pengajaran, serta bagaimana cara untuk mengenal para pengajar di sebuah universitas yang besar. (Sumber: Padian, 1992)

Sadarilah pencapaian mahasiswa di luar perkuliahan. Bacalah koran kampus Anda, lihat secara cepat bagian daftar dekan, berilah perhatian pada penghargaan dan pemberian hadiah pada mahasiswa sarjana, dan biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa Anda menyadari prestasi mereka. Sesekali datangilah bagian laboratorium atau diskusi. Menghadiri bagian-bagian tersebut
memberikan Anda kesempatan untuk bertemu dengan mahasiswa dan menjawab pertanyaan dalam situasi yang lebih pribadi.

Adakanlah kompetisi untuk memperoleh nilai tambahan. Seorang tenaga pengajar


menawarkan pada mahasiswa di kelas besar Sains Komputer, peluang untuk mengikuti tiga perlombaan setiap semester, untuk mendapatkan nilai tambahan. Ia melaporkan bahwa sekitar 10% dari kelasnya, yang terdiri dari empat ratus mahasiswa, mengambil tawaran tersebut. Perlombaan yang dimaksud meliputi pemograman permainan petualangan, robotik, dan animasi komputer. Ia memberikan semua pemenang sertifikat, nilai tambahan, dan sebuah undangan makan malam di rumahnya pada semester berikutnya. Perlombaan seperti itu dapat menantang, mendorong, dan memotivasi para mahasiswa terbaik. (Sumber: Levy, 2004)

Manfaatkanlah kejadian atau situasi di luar perkuliahan, selama sesuai. Kaitkanlah kejadian besar di dunia atau di kampus sebagai topik di kelas Anda serta untuk membentuk kehidupan mahasiswa Anda di luar kelas. Pertimbangkanlah untuk memublikasikan sebuah kalender atau tempat di luar waktu kelas untuk menyebutkan kejadian-kejadian lokal (drama, kuliah umum, pertunjukan) yang akan meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi dari subjek perkuliahan. Datanglah lebih awal dan berbincanglah dengan mahasiswa. Tanyakanlah bagaimana perkuliahan berjalan, apakah mereka menikmati bacaannya, apakah ada yang mereka ingin untuk Anda masukkan ke dalam ceramah. Atau mintalah mahasiswa untuk berjalan bersama Anda ke kantor Anda setelah kelas berlangsung. Bacalah sampel (beberapa perwakilan) dari tugas-tugas dan ujian-ujian. Jika Anda memiliki asisten pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan yang melakukan sebagian besar tugas penilaian, biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa Anda akan membaca dan menilai beberapa tugas dan ujian mereka. Cari tahulah mahasiswa yang memperoleh hasil kurang baik dalam perkuliahan.
Tuliskanlah Saya tahu Anda dapat melakukan lebih baik lagi; Temui saya pada jam kerja saya di semua ujian yang dinilai C- atau lebih rendah. Tawarkanlah bantuan dini pada mahasiswa yang mengalami kesulitan.

Meminimalisasi Jarak antara Pengajar dan Mahasiswa


Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa mereka bukan hanya sekadar wajah-wajah di antara penonton yang anonim. Dalam perkuliahan kelas besar, mahasiswa sering
berpikir bahwa perilaku mereka di ruang kelas (makan, berbincang-bincang, tertidur, datang terlambat, pulang lebih dulu) dapat terjadi tanpa terdeteksi. Dengan kata-kata dan tindakan Anda, tunjukkanlah pada mahasiswa bahwa Anda menyadari apa-apa saja yang sedang terjadi di kelas.

Mintalah mahasiswa untuk tidak duduk di baris-baris tertentu. Seorang Profesor


Matematika meminta mahasiswa untuk tidak duduk di baris ke-3, 6, 9, dan 12, sehingga ia dapat berjalan di antara bangku-bangku dan mengobservasi mahasiswa ketika mereka sedang mengerjakan soal-soal di dalam kelas.

Mintalah mahasiswa-mahasiswa tertentu untuk duduk di baris depan. Setiap sebelum kelas
dimulai, seorang tenaga pengajar menuliskan sebuah daftar nama-nama mahasiswa di papan tulis; para mahasiswa tersebut diminta untuk duduk di barisan kursi depan. Selama perkuliahan di semester tersebut, setiap mahasiswa akan duduk di depan setidaknya satu kali. Dalam beberapa menit di awal perkuliahan, sebelum ia mulai berceramah, sang pengajar berbicara secara informal kepada mereka yang duduk di baris depan tentang tugas rumah, perkuliahan mereka yang lain, dan sejenisnya. Ia melaporkan bahwa

Hargailah mahasiswa yang memperoleh hasil yang baik dalam perkuliahan. Tuliskanlah Pekerjaan yang baik! Temui saya setelah kelas pada semua ujian yang dinilai A- atau lebih tinggi. Sediakanlah waktu sejenak setelah kelas untuk memuji para mahasiswa yang memiliki performa sangat baik. Beberapa pengajar mengirimkan surat ucapan selamat pada para mahasiswa A di akhir semester. Jadwalkanlah topik-topik untuk jam kerja. Untuk mendorong lebih banyak mahasiswa untuk datang selama jam kerja Anda, secara berkala jadwalkanlah sesi asistansi/bantuan pada topik tertentu; lihatlah Bab 55, Menyediakan Jam Kantor. Bicarakanlah tentang pertanyaan-pertanyaan yang pernah ditanyakan mahasiswa di semester sebelumnya. Nyatakanlah pertanyaan spesifik yang pernah ditanyakan oleh
mahasiswa sebelumnya dan jelaskanlah mengapa pertanyaan tersebut termasuk dalam pertanyaan yang sangat baik. Penghargaan ini akan menunjukkan pada mahasiswa bahwa

176

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Personalisasi Perkuliahan Kelas Besar

177

Anda sungguh-sungguh menanggapi pertanyaan mereka dan bahwa pertanyaan mereka akan berkontribusi terhadap tawaran perkuliahan di masa datang. (Sumber: Gleason, 1986)

Dengarkanlah dengan seksama semua pertanyaan dan jawablah secara langsung. Jika
jawaban untuk suatu pertanyaan akan muncul di segmen berikutnya dari ceramah Anda, berilah penghargaan terhadap ketepatan dari pertanyaan yang diajukan, minta mahasiswa tersebut untuk menunggu sedikit lagi, dan langsung jawablah pertanyaan tersebut ketika Anda mencapai subjek yang dimaksud; lihatlah Bab 13, Menangani Pertanyaan Mahasiswa.

mintalah pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan untuk menuliskan daftar dua atau tiga poin yang menyebabkan kesulitan paling besar bagi mahasiswa dalam bagian diskusi. Anda juga dapat meminta hasil observasi mereka atas respons mahasiswa terhadap ceramah Anda.

Seringlah memberilah kuis dan berikanlah dua kali atau lebih ujian tengah semester.
Kuis yang sering (baik dinilai atau tidak) memberikan lebih banyak kesempatan pada mahasiswa untuk berhasil dalam perkuliahan Anda, dan memberi Anda kepekaan yang lebih baik mengenai kemajuan mahasiswa. Lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian.

Cobalah untuk berempati dengan para pemula. Ingatlah bahwa tidak semua mahasiswa Anda sama memiliki motivasi dan ketertarikan terhadap bidang yang dipelajari setinggi Anda ketika Anda menjadi mahasiswa. Kurangilah kecepatan ketika Anda menjelaskan pemikiran yang kompleks, dan akuilah tingkat kesulitan serta pentingnya konsep atau prosedur tertentu. Cobalah untuk mengingat kembali pengalaman Anda pertama kali berhadapan dengan suatu konsep-contoh, strategi, atau teknik apa yang dulu membantu memperjelas konsep tersebut bagi Anda? Dengan menjelaskan pengalaman tersebut dan jalan keluarnya kepada mahasiswa, Anda tidak hanya menjelaskan konsepnya, tetapi juga mengajarkan tentang perjuangan dan hadiah atas pembelajaran. (Sumber: Gleason, 1986)

Kumpulkanlah umpan balik selama semester tersebut. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik
Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran, dan Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal untuk beragam cara informal untuk mengecek kemajuan mahasiswa serta mengukur bagaimana dan apa yang mereka pelajari.

Daftar Referensi
Benjamin L,T, Personalization and Active Learning in the Large Introductory Psychology Class. Teaching of Psychology, 1991, 18(2), 68-74. Gleason, M. Better Communication in Large Courses. College Teaching, 1986, 34(1), 20-24. Levy, D. Contensts Motivate Top Students in Large Classes. Stanford Report, December 3, 2004. Padian, K. Three Suggestions for Improving Contact with Students. Journal of College Science Teaching, 1992, 21(4), 205-206. Wheeler, D.E. To the Front of the Class. Journal of Chemical Education, 2000, 77(11), 1440.

Memonitor Kemajuan Mahasiswa


Ajukanlah pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan, Anda mengubah mahasiswa menjadi partisipan aktif dan Anda juga dapat merasakan minat serta pemahaman mereka. Sebagai contoh, Anda dapat meluangkan waktu sepuluh atau lima belas menit terakhir untuk menampung pertanyaan para mahasiswa, dan jika beberapa mahasiswa terkait satu topik, masukkanlah presentasi tentang topik tersebut ke dalam ceramah Anda berikutnya. Jika kelas Anda terlalu besar untuk melaksanakan diskusi terbuka, kategorisasikanlah area partisipasi dari ruangan (bagian timur laut di satu periode, bagian barat daya di periode berikutnya, dan seterusnya) dan libatkanlah kelompok yang mendapat giliran hari tersebut dalam diskusi. Pertimbangkanlah menggunakan clicker atau strategi lainnya untuk mengecek pemahaman mahasiswa. Lihatlah Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal. Tambahkanlah waktu jeda untuk mengamati kelas setelah Anda membuat suatu poin kunci. Waspadalah terhadap reaksi non-verbal (reaksi yang bukan berupa ucapan)
yang mengindikasikan bahwa Anda telah kehilangan mahasiswa Anda. Sebagai contoh, apakah mahasiswa bertanya pada teman di sebelahnya tentang poin yang mereka lewatkan? Jika ya, cobalah untuk mengidentifikasi poin tersebut, atau mintalah mahasiswa untuk memberikan elaborasi atau ilustrasi.

Jika Anda memiliki pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, mintalah laporan berkala tentang masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa. Di akhir dari setiap minggu,

178

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar

179

18
Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar

sukarelawan, atau menyediakan respons Anda sendiri. Usahakanlah untuk keragaman dalam jenis kegiatan, ukuran kelompok, dan jarak waktu antara ceramah dan kegiatan. Dalam kelas yang terbesar, tentu saja, mahasiswa akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dan untuk menyelesaikan hasil kerjanya. (Sumber: Felder dan Brent, 2003)

Membagi Kelas ke dalam Kelompok-kelompok Kecil


Kelompokkanlah mahasiswa dalam pasangan berdua atau bertiga. Pada permulaan sesi kelas, minta mahasiswa untuk berpasangan dengan seseorang yang duduk di sebelah atau belakang mereka, untuk tujuan mendiskusikan suatu hal atau menyelesaikan sebuah permasalahan nantinya. Pada waktu penghentian dalam ceramah Anda, mintalah pasangan-pasangan tersebut untuk mendefinisikan istilah (Jelaskanlah efek Doppler kepada pasangan Anda), untuk menciptakan pertanyaan kenapa atau bagaimana dari bacaan yang diberikan, untuk menyelesaikan suatu permasalahan, untuk menjawab suatu pertanyaan, atau untuk mengidentifikasikan poin-poin utama dalam ceramah. Untuk menghindari segala bentuk kesalahan informasi, tawarkanlah pengkajian ulang singkat pada seluruh kelas ketika kegiatan berpasangannya telah selesai. Penelitian menunjukkan efektivitas strategi ini pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang mahasiswa. (Sumber: Prince, 2004) Gunakanlah pasangan-pasangan belajar. Berilah tugas untuk diselesaikan mahasiswa
sebelum pertemuan berikutnya. Tugasnya dapat melibatkan kegiatan membaca, memecahkan masalah, melaksanakan kunjungan lapangan, melakukan eksperimen laboratorium, atau sejumlah kegiatan lainnya. Sebagai tambahan dalam pengerjaan tugasnya, setiap mahasiswa diminta menyiapkan pula dua atau tiga pertanyaan mengenai tugas yang diberikan; sebagai contoh, Mengapa Kongres AS menyetujui Hukum Pemulangan (Repatriation) di tahun 1953?. Dalam kelas, mintalah mahasiswa untuk berpasangan dan mengajukan salah satu pertanyaan dari daftar yang dibuat pada pasangannya; mahasiswa harus bergantian berperan sebagai penanya dan penjawab. Pada pertemuan berikutnya, mintalah mahasiswa membentuk pasangan baru.

Ceramah tradisional memiliki kelemahan utama: komunikasi yang satu arah, di mana mahasiswa duduk, mendengarkan, dan mencatat. Padahal, mahasiswa belajar paling baik jika mereka mengambil peran yang aktif, ketika mereka mendiskusikan apa yang mereka baca, mempraktikkan apa yang mereka pelajari, dan mengaplikasikan konsep-konsep serta pemikiran-pemikiran. Teknik-teknik berikut ini telah lama digunakan dengan sukses oleh pengajar di beragam bidang ilmu untuk melibatkan kelas besar dari mahasiswa tingkat sarjana dalam interaksi antar mahasiswa dan antara mahasiswa dengan pengajar, keduanya untuk meningkatkan pembelajaran dan membagi kemungkinan kebosanan yang bisa timbul dari ceramah terus-menerus. Walaupun diorientasikan pada perkuliahan kelas besar, ide-ide berikut dapat pula diimplementasikan dalam kelas dengan berbagai ukuran. Lihatlah juga Bab 22, Kegiatan Belajar Kelompok Informal.

Strategi-strategi Umum
Tantanglah keyakinan mahasiswa tentang kelas besar. Banyak mahasiswa mengasumsikan
bahwa mereka dapat duduk diam di dalam kelas besar, mencatat, dan melihat saja pengajar melakukan semua pekerjaan. Menyiapkan mahasiswa untuk mengambil bagian dalam kegiatan belajar dalam kelas, jelaskanlah tentang strategi pengajaran dan harapan Anda di awal semester. Diskusikanlah hubungan antara partisipasi dalam kelas dan pembelajaran, dan biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa kegiatan dalam kelas akan memberikan mereka awalan yang penting dalam tugas rumah dan dalam belajar untuk ujian. Mulailah melibatkan mahasiswa pada sesi kelas yang pertama kali, ketika aturanaturan untuk kelas ditetapkan. (Sumber: Felder dan Brent, 2003; Freisem dan Coutu, 2005; Messineo dkk., 2007)

Rencanakanlah tentang bagaimana untuk melibatkan para mahasiswa. Seiring Anda


menyiapkan ceramah Anda, tetapkanlah pada poin yang mana Anda akan berhenti berceramah dan memberi mahasiswa sebuah tugas atau latihan (baik sebagai pribadi, pasangan, atau kelompok kecil) dalam durasi waktu tertentu (lima belas detik hingga lima belas menit). Pertimbangkanlah juga bagaimana Anda akan menangani pelaporan baliknya: memanggil individu-individu untuk menanyakan responsnya, meminta

Bentuklah kelompok-kelompok kerja kecil. Mintalah kelas Anda untuk membentuk kelompok yang terdiri dari tiga atau empat mahasiswa, dan ciptakanlah suatu tugas yang dapat diselesaikan kelompok-kelompok tersebut dalam dua atau tiga menit. Sebagai contoh, mintalah kelompok untuk me-ranking beberapa hal, untuk mengidentifikasi penyebab dari suatu kejadian tertentu, untuk menciptakan contoh-contoh yang mengilustrasikan poin tertentu, atau untuk menyarankan cara-cara untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu. Dalam suatu kelas Psikologi Kognitif, seorang tenaga pengajar meminta kelompok-kelompok untuk mengidentifikasi aspek yang manakah dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memiliki dampak terbesar dalam kehidupan manusia: robotik, sistem ahli, pengenal pola, atau bahasa alami. Dalam suatu kelas Matematika, seorang tenaga pengajar memberikan permasalahan singkat untuk diselesaikan di tempat oleh kelompok-kelompok yang ada, tetapi ia hanya membagikan

180

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar

181

satu salinan (satu copy) untuk tiap kelompok, yang memaksa para mahasiswa untuk berkolaborasi daripada bekerja sendiri-sendiri. Jika ukuran kelasnya mengizinkan, beritahukanlah pada mahasiswa bahwa Anda akan meminta respons dari setiap kelompok-ini akan menyediakan tambahan alasan bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugasnya. Jika ukuran kelasnya terlalu besar, mintalah satu atau dua kelompok untuk menyatakan kesimpulannya, dan tanyakanlah berapa banyak kelompok yang menyetujui.

Melibatkan Seluruh Kelas


Mintalah mahasiswa untuk mencurahkan pendapat. Beberapa pengajar, dalam kelas yang terdiri hingga empat ratus mahasiswa, mengajukan pertanyaan umum yang terbuka pada seluruh kelas dan meminta para mahasiswa mencurahkan pendapat, yaitu, menawarkan sebanyak mungkin saran tanpa menilai kebenaran/validitasnya. Sebagai contoh, Faktor-faktor apa saja yang berkontribusi pada pembentukan OPEC?. Berilah mahasiswa Anda panduan sebagai berikut untuk sesi pencurahan pendapat:
Kuantitas adalah tujuan: semakin banyak tujuan, semakin besar kemungkinan untuk memperoleh yang terbaik. Tidak ada yang boleh mengkritik saran apa pun. Ide-ide yang tidak biasa juga dipersilahkan.

Gunakanlah teknik diskusi bola salju. Mintalah mahasiswa di kelas untuk berpasangan.
Ciptakanlah pertanyaan umum yang akan memunculkan sejumlah pemikiran, bahkan dari mahasiswa yang paling kurang menguasai materi sekali pun: Siapakah tenaga ahli utama, selain arsiteknya, yang terlibat dalam pembuatan desain, pembiayaan, dan pembangunan suatu bangunan? Mintalah setiap pasangan untuk menghasilkan sebanyak mungkin jawaban yang memungkinkan selama periode waktu yang ditetapkan (tiga atau empat menit), dengan salah satu anggota kelompok mencatat jawaban-jawaban tersebut. Ketika waktunya habis, mintalah setap pasangan untuk bergabung dengan pasangan lain di dekat mereka, untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Kuartet tersebut dapat menggabungkan hasil pemikiran mereka ke dalam sebuah daftar dan dapat pula menambahkan hasil pemikiran baru. Jika diinginkan, kuartet-kuartet dapat bergabung lagi untuk membentuk kelompok yang terdiri dari delapan orang. Selama periode waktu yang terakhir, mintalah setiap kelompok untuk menentukan salah satu anggotanya yang akan mempresentasikan jawaban mereka kepada seluruh kelas.

Tuliskanlah saran-saran dari mahasiswa Anda di papan tulis atau ditampilkan di layar, dalam kategori besar (contohnya, faktor sosial, ekonomi, dan politik), tetapi jangan tuliskan nama kategorinya; Justru, mintalah mahasiswa Anda untuk menamai kategori atau tema tersebut. Atau Anda dapat memeriksa dari tiap daftar, mengombinasikan ideide yang terkait, dan sediakanlah kesimpulan besar oleh Anda sendiri. Beberapa pengajar berhenti di tengah ceramah dan meminta mahasiswa untuk menuliskan pemikiran mereka tentang subjek yang sedang didiskusikan. (Sumber: Bligh, 2000; Frederick, 1986)

Teknik ini bermanfaat di awal semester karena membuat mahasiswa berpikir tentang materi subjek kuliah, memungkinkan Anda mengetahui seberapa banyak yang telah mereka ketahui tentang bidang ilmu tersebut, membantu mahasiswa mengatasi rasa terisolasi dan ketiadaan pengenalan individu dalam kelas besar, dan menetapkan pola partisipasi mahasiswa untuk sepanjang semester tersebut. Anda dapat mengulang proses ini pada pertemuan nantinya di sepanjang semester dengan topik yang lebih kompleks.

Umumkanlah pertanyaan atau permasalahan. Mulailah periode perkuliahan dengan


meminta mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Tuliskanlah semuanya di papan atau tampilkan di layar, tetapi jangan jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut-hanya bantu mahasiswa Anda untuk menyatakan permasalahan mereka. Begitu daftar ini selesai dituliskan, Anda dapat membagi butir-butirnya ke dalam kategori-kategori. Jika daftarnya panjang dan waktunya terbatas, mintalah kelas untuk melakukan perhitungan suara untuk menentukan permasalahan mana yang sebaiknya lebih diprioritaskan. Kemudian Anda dapat berespons terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menjawabnya sendiri atau dengan memberikan pertanyaan tersebut sebagai tugas kelompok. Beberapa keuntungan dari mengumumkan pertanyaan di antaranya mencakup peningkatan partisipasi, kepemilikan sikap yang memandang permasalahan sebagai tantangan dan bukan bukti ketidakmampuan, dan peningkatan kepercayaan diri, seiring mahasiswa terbiasa membantu mahasiswa lainnya serta ditolong oleh yang lain. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Aturlah kelompok diskusi secara simultan. Umumkanlah sebuah topik atau pertanyaan dan minta mahasiswa membagi menjadi bagian-bagian diskusi besar (dua puluh hingga dua puluh lima orang) yang bertemu di pojok ruangan/auditorium ceramah atau pindah ke kelas kosong di sebelahnya. Duduklah sebentar dengan setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan, mengomentari suatu topik, dan membantu kelompok untuk tetap berada di jalur yang benar. Memberikan panduan pada mahasiswa tentang bagaimana untuk berpartisipasi dalam diskusi akan bermanfaat (lihatlah Bab 9, Memimpin Diskusi). Jika waktu memungkinkan, kumpulkanlah kembali seluruh anggota kelas untuk merangkum keseluruhan kegiatan kelompok. Gunakanlah aturan tiga puluh-lima/lima. Ketika 35 persen dari seluruh kelompok telah menyelesaikan sebuah tugas dalam kelas, kelompok yang tersisa memiliki sekitar lima menit menyelesaikan tugasnya. (Sumber: Michaelsen, 2004)

Kembangkanlah kuesioner online. Ciptakanlah kuesioner singkat yang mengandung satu atau dua topik (teori, hasil penelitian, posisi terhadap suatu permasalahan) yang kontroversial, yang akan dibahas pada perkuliahan. Setelah tiap pernyataan yang kontroversial, buatlah daftar respons dalam lima kategori: sangat setuju, setuju, raguragu/netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Mintalah para mahasiswa untuk mengisi kuesioner tersebut secara online.

182

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar

183

Sepanjang semester, beritahukanlah hasil yang didapat dari survei tersebut ketika hal itu terkait dengan konsep atau isu baru yang terdapat dalam ceramah atau bacaan. Tawarkanlah pada kelas untuk menayangkan gambaran singkat atau profil hasil tersebut sehingga setiap mahasiswa dapat melihat bagaimana dirinya jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Jika waktu mengizinkan, mintalah satu atau lebih anggota kelas yang mengambil posisi sangat setuju atau sangat tidak setuju untuk menyatakan alasan dan bukti-bukti mereka. Diskusi seperti itu memberikan kontroversi dalam kehidupan, dan mahasiswa cenderung tertarik dalam mendengarkan pendapat dan penalaran rekan mahasiswanya.

tersebut, kemudian meminta masing-masing mahasiswa untuk membaca pertanyaan dengan keras dan memberikan respons. (Sumber: Staley, 2003)

Berhentilah sejenak dalam ceramah Anda untuk memberikan permasalahan singkat atau mengajukan pertanyaan. Berilah mahasiswa beberapa menit untuk menyelesaikan
permasalahan di tempat duduk mereka (dalam kelas); setelah Anda menjelaskan jawabannya, lanjutkanlah dengan memberikan ceramah Anda. Sebagai contoh, mintalah mahasiswa untuk menyusun ulang urutan dari serangkaian langkah-langkah yang disusun secara acak, untuk membetulkan kesalahan dalam suatu argumentasi yang lemah, atau untuk memilih satu respons dari pertanyaan pilihan ganda. (Atau gunakanlah clickers untuk meminta penghitungan suara terhadap suatu isu atau jawaban; lihatlah Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal) Atau Anda dapat mengajukan pertanyaan yang memiliki jawaban satu atau dua kata-Apa angka selanjutnya dari deret Fibonacci 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, __?, Siapakah yang melukis Pelemparan dari Surga (Expulsion from Paradise)? Jagalah temponya agar cepat, bergeraklah berkeliling kelas, dan tunjuklah orang dengan kontak mata langsung. (Sumber: Cooper dan Robinson, 2000; Gleason, 1986)

Laksanakanlah diskusi kelompok besar. Untuk melaksanakan diskusi beberapa ratus mahasiswa, biarkanlah pertentangan memainkan bagian besar. Setelah seorang mahasiswa mengemukakan suatu sudut pandang, mintalah anggota kelas lainnya untuk menunjukkan apakah mereka setuju atau tidak. Begitu persetujuan dicapai dengan pengangkatan tangan, mintalah apa-apa yang menjadi poin dari ketidaksetujuan atau sudut pandang alternatif dan kembali lakukanlah pemungutan suara dengan pengangkatan tangan. Jagalah agar diskusi terus berjalan dengan mencari pemikiran-pemikiran yang berbeda dan mengundang komentar-komentar yang mendukung sudut pandang yang berbeda tersebut. (Sumber: Maier, 1963) Secara berkala, persingkatlah ceramah Anda. Sesekali akhirilah ceramah Anda setengah
jam lebih awal dan gunakanlah waktu tersebut untuk diskusi informal. Seorang tenaga pengajar mengizinkan mahasiswa untuk meninggalkan ruangan pada saat itu; bagi mereka yang tetap tinggal, ia menyatakan bahwa dirinya melaksanakan diskusi yang hidup tentang ceramahnya, tugas-tugas membaca, dan peraturannya. (Sumber: Padian, 1992)

Hindarilah untuk memulai sebuah diskusi serius saat mendekati akhir waktu perkuliahan.
Begitu kelas mendekati waktu berakhirnya, pertanyaan atau komentar mahasiswa dapat dihalangi oleh tekanan teman-teman sekelasnya agar kelas berakhir.

Berhentilah sejenak dalam ceramah Anda untuk kegiatan menulis yang tidak dinilai.
Lihatlah Bab 34, Membantu Mahasiswa untuk Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan untuk beragam kegiatan menulis dalam kelas yang informal.

Berikanlah waktu untuk mahasiswa menuliskan ringkasan dari apa yang telah dipresentasikan. Secara berkala, di akhir sesi kelas, mintalah mahasiswa untuk menuliskan dua
atau tiga poin kunci dari ceramah di hari tersebut atau pertanyaan-pertanyaan yang paling kuat muncul dalam pikirannya. Kumpulkanlah respons-respons mereka dan kajilah ulang sampelnya sebagai bukti atas apa yang telah mereka pelajari.

Mintalah mahasiswa untuk menjadi ahli pada suatu istilah kunci. Di awal semester, umumkanlah suatu daftar dari sejumlah konsep, pemikiran, nama orang, nama organisasi, atau kejadian. Mintalah setiap mahasiswa untuk memilih satu konsep/ istilah (di dalam kelas besar, beberapa kelompok mahasiswa boleh memilih istilah yang sama). Sebagai tugas pertama mereka, mahasiswa diminta mengumpulkan satu halaman definisi dari konsep/istilah yang mereka pilih. Sepanjang semester, mahasiswa didorong untuk membaca secara mendalam tentang istilah mereka dan berperan menjadi ahli internal ketika istilahnya muncul dalam ceramah. (Sumber: Christensen, 1988) Doronglah mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan. Jika kelasnya terlalu besar bagi
Anda untuk menunjuk mahasiswa, mintalah mereka untuk menuliskan pertanyaanpertanyaan mereka di kartu indeks dan mengoperkannya ke arah lorong kelas. Jika hanya terdapat beberapa pertanyaan, Anda dapat dengan cepat mengorganisasikannya dan memberikan jawaban langsung di tempat. Jika Anda menerima banyak pertanyaan, beritahukanlah mahasiswa bahwa Anda akan membahasnya di sesi berikutnya. Variasi yang bisa dilakukan adalah dengan mengocok dan mendistribusikan ulang kartu-kartu

Daftar Referensi
Bligh, D.A. What's the Use of Lectures? San Francisco: Jossey-Bass. 2000. Christensen, T. "Key Words Unlock Students' Minds." College Teaching, 1998, 36(2), 61. Cooper, J. L., and Robinson, P . "Getting Statted: Informal Small-Group Strategies in Large Classes." New Directions for Teaching and Learning, no. 81. San Francisco: Jossey-Bass, 2000, pp. 17-24. Felder, R.M., and Brent, R. "Learning by Doing" Chemical Engineering Education, 2003, 37(4), 282283. Frederick. P .J. "The Lively Lecture8 Variations." College Teaching, 1986, 34(2), 43-50. Freisem, K., and Coutu, L.M. Aligning in Large Class Instruction. In D.H. Wulff (Ed.), Aligning for Learning: Strategies for Teaching Effectiveness. Bolton, MA: Anker, 2005. Gleason, M. "Better Communication in Large Courses." College Teaching, 1986, 34(1), 20-24. Maier, N.R.F. Problem-Solving Discussions and Conferences. New York: McGraw-Hill, 1963. McKeachie, W.J., and Svinicki, M. McKeachie's Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin. 2006.

184

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar


Messineo, M., Gaither, G., Bott, J., and Ritchey, K. "Inexperienced versus Experienced Students' Expectations for Active Learning in Large Classes." College Teaching, 2007, 55(3), 125-133. Michaelsen, L.K. Team-Based Learning in Large Classes. In L.K. Midhaelsen, A.B.Knight, and L.D. Fink (Eds.), Team-Based Learning: A Transformatve Use of Small Groups in College Teaching. Sterling, VA: Stylus, 2004. Padian K. "Three Suggestions for Improving Contact with Students." Journal of College Science Teaching, 1992, 21(4), 205-206. Prince, M.J. "Does Active Learning Work? A Review of the Research." Journal of Engineering Education, 2004, 93(2), 223-231. Staley, C. Fifty Ways to Leave Your Lectern, Belmont, CA: Wadsworth/Thomson, 2003.

Mempertahankan Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas

185

19
Mempertahankan Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas
Dalam kelas besar, dibandingkan dengan kelas kecil, kurikulum yang lebih ketat ditetapkan, interaksi mahasiswa-pengajar lebih terbatas, dan prosedur lebih formal (Hattie, 2005). Meskipun mahasiswa dan fakultas dapat memilih kelas kecil, namun kendala keuangan banyak terjadi di perguruan tinggi dan universitas, terutama di sektor publik, yang memerlukan anggaran besar dalam pendaftaran. Lebih jauh lagi, program ini sering diajarkan tanpa pembaca dan pengajar tingkat lanjut, dan dengan sedikit atau tidak ada dana untuk dosen tamu, teknologi kelas, sesi laboratorium, atau kunjungan lapangan.

Dosen yang mengajar kelas besar ini harus memutuskan bagaimana menangani tanggung jawab dan tugas-tugas yang dulunya dipercayakan kepada pembaca dan asisten pengajar tingkat lanjut: Bagaimana tes dan tugas menulis akan dinilai? Apa yang akan menggantikan bagian mingguan? Bab ini membahas bagaimana memberikan pendidikan yang berkualitas pada anggaran yang ketat dengan restrukturisasi program dan mengadopsi ajaran biaya-efisien dan teknik pengujian.

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah teknologi sebagai bagian dari pengaturan ulang perkuliahan. Pengajar
dapat menggunakan piranti lunak manajemen pembelajaran untuk menciptakan secara online pembimbingan (tutorial), latihan, dan sumber-sumber lainnya yang menyasar keterampilan-keterampilan inti serta prinsip-prinsip dasar yang dulunya, secara tradisional, ditangani dalam bagian yang dipimpin oleh GSI. Penelitian menunjukkan bahwa setelah pengeluaran awal untuk pengembangannya, penghematan biaya dapat diperoleh melalui penggunaan teknologi, tanpa merugikan nilai, kemampuan mengingat, atau pemahaman konseptual mahasiswa. (Sumber: Guskin dan Marcy, 2003; Harley dkk., 2003; Twigg, 2003)

Kembangkanlah kemandirian mahasiswa. Bantulah mahasiswa mengembangkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi pembelajar yang mandiri, mampu mengatur diri sendiri. Berinvestasi dalam usaha untuk mendorong kemandirian mahasiswa sejak awal tahun perkuliahan mereka dapat mengefektifkan

186

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Mempertahankan Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas

187

pembiayaan dan menguntungkan pula dari segi pendidikan. Lihatlah Bab 29, Membantu Mahasiswa Belajar. (Sumber: Gibbs dan Jenkins, 1992)

Memberikan dan Menilai Tugas-tugas Menulis tanpa Pembaca dan GSI


Jangan membaca dan menilai semua tugas menulis. Walaupun Anda tidak dapat merespons setiap tugas menulis, mahasiswa akan belajar lebih tentang suatu topik jika mereka menuliskan sesuatu tentang hal itu. Mintalah mahasiswa untuk menganalisis atau mengkritisi tugas satu sama lain dalam kelompok kecil, baik dalam maupun di luar waktu kelas. Atau, mintalah mahasiswa untuk menulis demi tujuan mereka sendiri, tanpa adanya umpan balik. Mahasiswa akan mempelajari bahwa mereka menulis agar dapat berpikir lebih jernih, bukan untuk memperoleh nilai. Jika waktu memungkinkan, kumpulkanlah perwakilan/sampel dari tugas-tugas tersebut dan bacalah secara cepat saja (skim). Berikanlah tugas menulis singkat di dalam kelas. Sebelum mendiskusikan suatu topik, mintalah mahasiswa untuk menuliskan satu atau dua paragraf yang merangkum apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut atau pendapat apa yang mereka miliki. Tidak usah mengumpulkan tugas ini; tujuannya adalah untuk memfokuskan perhatian mahasiswa. Atau Anda dapat meminta mahasiswa untuk menulis sebagai respons terhadap pertanyaan dengan jawaban singkat yang Anda ajukan dalam kelas. Sebagai contoh, Anda dapat menanyakan tiga atau empat pertanyaan yang menguji ingatan mahasiswa tentang bacaan yang ditugaskan. (Sumber: Tollefson, 2002) Gunakanlah peer sebagai kelompok respons. Bagilah kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga atau empat mahasiswa dan jadwalkanlah sesi kritik, di mana pada sesi tersebut mahasiswa saling membaca dan mengomentari rancangan awalnya. Sediakanlah panduan bagi kelompok-kelompok tersebut untuk merespon rancangan temannya (lihatlah Bab 34, Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan). Pengajar yang meminta mahasiswanya untuk menilai hasil karya mahasiswa lain menyatakan bahwa nilai yang diberikan oleh mahasiswa cukup mendekati hasil pengukuran tenaga pengajarnya. (Sumber: Erickson dkk., 2006) Kembangkanlah lembar umpan balik yang terstandar. Masukkanlah kesalahan yang umumnya mahasiswa lakukan dengan jarak/spasi untuk tanda pengecekan dan kriteria pengukuran dengan jarak untuk komentar singkat. (Sumber: Race dkk., 2005).

Siapkanlah mahasiswa terhadapat cara-cara belajar yang baru. Jika Anda mengimplementasikan ujian kelompok, pengajaran oleh teman, atau strategi non-tradisional lainnya, diskusikanlah pendekatan-pendekatan ini dengan para mahasiswa Anda, serta berikanlah mereka keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan untuk dapat berhasil dalam tugas-tugas tersebut. Terbukalah dalam menjelaskan tentang tujuan pembelajaran, persyaratan dan kriteria pengukuran hasil belajar, dan tingkat dukungan akademik yang ada. (Sumber: Gibbs dan Jenkins, 1992)

Mengadministrasikan dan Menilai Ujian tanpa Pembaca dan GSI (Asisten Pengajar dari Mahasiswa Tingkat Lanjutan)
Mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan pertanyaan ujian yang diusulkan. Pengajar
telah berhasil dalam mengadaptasi butir-butir pertanyaan dari mahasiswa menjadi ujian tengah semester. Lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian.

Pertimbangkanlah pelaksanaan ujian kelompok. Dalam ujian kelompok, pasangan atau kelompok kecil mahasiswa menyelesaikan sebuah tes. Tantangan dari ujian kelompok adalah menentukan cara untuk mengukur unjuk kerja/performa yang adil bagi individu jika alat ukurnya adalah ujian perseorangan. Salah satu pilihan adalah untuk memberikan nilai yang sama bagi semua anggota suatu kelompok. Pilihan lainnya adalah memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk mendistribusikan sendiri nilai di antara mereka. Sebagai contoh, jika suatu ujian mendapatkan skor 80, keempat mahasiswa yang bekerja sama dalam ujian akan mendapat 320 (80 x 4) untuk dibagikan di antara mereka sendiri. Jika Anda ingin menggunakan strategi seperti ini, jelaskanlah prosesnya dan mintalah mahasiswa untuk menentukan kriteria dalam mengalokasikan skor sebelum mereka mengumpulkan ujiannya. Lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian. (Sumber: Cannon dan Newble, 2000) Pertimbangkanlah penilaian oleh teman. Untuk ujian tengah semester atau kuis (tetapi
bukan ujian akhir), aturlah agar setiap ujian dinilai secara individual oleh dua mahasiswa yang berbeda pada waktu kelas berlangsung (dengan Anda sebagai pembaca ketiga jika kedua penilai mengalami perbedaan). Mahasiswa memerlukan pelatihan, panduan penilaian, dan latihan untuk strategi ini agar bisa efektif. Namun, ini menyediakan kesempatan tambahan bagi mahasiswa untuk belajar. Lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian. (Sumber: Race dkk., 2005)

Memberikan dan Menilai Paket Persoalan tanpa Pembaca dan GSI


Seringlah memberi tugas rumah, tetapi jangan nilai semua tugas. Beberapa pengajar mengumpulkan semua tugas rumah dan hanya menilai satu atau dua soal di tiap tugasnya; pengajar lainnya mengumpulkan dua atau tiga soal saja per minggu untuk penilaian. Beberapa tenaga pengajar meminta mahasiswanya untuk mengumpulkan semua tugas mereka dalam buku catatan dan mengumpulkan buku tersebut untuk diperiksa setiap beberapa minggu sekali. Anda juga dapat memberikan dan menilai kuis singkat dalam

Kembangkanlah panduan dan kriteria penilaian. Untuk pertanyaan dengan jawaban


singkat dan esai, panduan dapat mengurangi waktu menilai secara signifikan. Sebagai tambahan, jika panduannya didistribusikan pada mahasiswa sebelum ujian, mereka bisa jadi akan menuliskan jawaban dengan kualitas lebih tinggi, yang akan menyebabkan lebih mudahnya penilaian. Lihatlah Bab 36, Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa. (Sumber: Race dkk., 2005)

188

BAGIAN IV: Perkuliahan Kelas Besar

Mempertahankan Kualitas Pengajaran dengan Sumber Daya yang Terbatas

189

kelas yang didasarkan pada paket soal yang dimiliki. Untuk tugas-tugas yang tidak dinilai, publikasikanlah lembar jawabannya secara online atau distribusikanlah satu lembar dalam kelas pada hari batas waktu pengumpuklan tugas tersebut dan mintalah mahasiswa memeriksa sendiri jawaban mereka. (Sumber: Zietz dan Cochran, 1997)

Daftar Referensi
Cannon, R., and Newble, D. A. Handbook for Teachers in Universities and Colleges: A Guide to Improving Teaching Methods, (4th ed.) London. Kogan Page, 2000. Civikly-Powell, J., and Wulff, D.H. Working with Teaching Assistants and Undergraduate Peer Facilitators to Address the Challenges of Teaching Large Classes. In C.A. Stanley and M. E. Porter., Engaging Large Classes: Strategies and Technique for College Faculty, San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Erickson, B.L., Peters, C.B., and Strommer, D.W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Gibbs, G., and Jenkins, A, (Eds.), Teaching Large Classes in Higher Education: How to Maintain Quality with Reduced Resources. London: Kogan Page, 1992. Guskin, A. E., and Marcy, M.B. "Dealing with the Future Now: Principles for Creating a Vital Campus in a Climate of Restricted Resource." Change, July/Aug. 2003, 35(4), 10-21. Harley, D., Maher, M., Henke, J., and Lawrence, S., "An Analysis of Technology Enhancements in a Large Lecture Course." Educause Quarterly, 2003, 26(3), 26-33. Hattie, J. "The Paradox of Reducing Class Size and Improving Learning Outcomes." International Journal of Educational Research, 2005, 423(6), 387-425. McKeegan. P . "Using Undergraduate Teaching Assistants in a Research Methodology Course." Teaching of Psychology, 1998, 25(1), 11-14. Miller, J.E., Groccia, J.E., and Miller, M.S. (Eds.). Student-Assisted Teaching: A Guide to Faculty Student Teamwork. Bolton, MA: Anker, 2001. Race, P., Brown, S., and Smith, B. 500 Tips on Assessment. (2nd ed.) London: Routledge Fallmer, 2005. Tollefson, S. K. Encouraging Student Writing. (Rev. ed.) Berkeley: Office of Educational Development, University of California, 2002. Twigg, C. A. "Improving Quality and Reducing Cost: Designs for Effective Learning." Change, July/Aug. 2003, 53(4), 22-29. Zietz, J., and Cochran, H. H. "Containing Cost without Sacrificing Achievement: Some Evidence from College-Level Economics Classes." Journal of Education Finance, 1997, 23, 177-192.

Doronglah mahasiswa untuk berkolaborasi dalam tugas rumah atau proyek. Mahasiswa
dapat belajar dari satu sama lain dengan bekerja sama. Mintalah mahasiswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan mengumpulkan sebuah tugas rumah. Untuk saran mengenai penilaian tugas kelompok, lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok.

Evaluasilah beberapa persyaratan kelas berdasarkan kelulusan/kegagalan. Daripada


memberikan nilai berupa angka atau huruf pada setiap tugas rumah, gunakanlah sistem dua nilai (lulus/tidak lulus) atau sistem tiga nilai (cek, cek plus, atau nol).

Melaksanakan Bagian Diskusi tanpa Pembaca dan GSI


Bangunlah diskusi secara online. Gunakanlah manajemen pembelajaran atau piranti
lunak (software) lainnya untuk menciptakan kelompok atau kamar perbincangan (chat room) untuk diskusi mahasiswa secara online. Teruslah berhubungan dengan mahasiswa melalui papan pesan; lihatlah Bab 11, Diskusi Online.

Gunakanlah asisten pengajar dari mahasiswa tingkat sarjana (undergraduate teaching assistants/UTAs). Beberapa departemen/bagian mengizinkan mahasiswa tingkat
sarjana yang berprestasi baik untuk memperoleh nilai melalui bagian pembimbingan dan pengajaran mahasiswa tahun pertama. Para UTA ini dapat menanggapi karya tulis, menilai ujian, dan melaksanakan sesi pembahasan ulang. Mahasiswa melaporkan bahwa para UTA sering kali menjadi pembimbing/tutor yang efektif karena mereka dapat lebih baik dalam mengingat kembali kesulitan-kesulitan yang mereka alami dalam mempelajari materi tersebut. Jika Anda memang menggunakan UTA, rencanakanlah untuk menyediakan panduan dan pemberian nasihat pedagogik, yang meliputi orientasi prasemester, pertemuan mingguan untuk mendiskusikan logistik dan pedagogik, observasi kelas, dan sejenisnya. Selain itu, jika kampus Anda memiliki serikat asisten pengajar, bekerjalah dengan serikat dalam mengembangkan rencana penggunaan PTA. (Sumber: Civikly-Powell dan Wulff, 2002; McKeegan, 1998; Miller dkk., 2001; Twigg, 2003)

Tawarkanlah pengganti untuk bagian diskusi. Dibandingkan pertemuan kecil, mingguan, yang dipimpin oleh GSI, tawarkanlah sesi yang lebih jarang, lebih besar, terbuka yang dapat dihadiri oleh siapapun mahasiswa yang ada di kelas Anda. Doronglah mahasiswa untuk mengajari satu sama lain selama sesi ini. Mahasiswa, tentu saja, akan lebih rendah pengetahuan dan keahliannya dibandingkan GSI, tetapi mereka akan memperoleh keuntungan dari pengalaman belajarnya tentang bagaimana untuk menjelaskan konsepkonsep kepada teman-temannya. (Sumber: Gibbs dan Jenkins, 1992)

Web 2.0

191

BAGIAN V

Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi


20. Web 2.0 21. Belajar dalam Kelompok 22. Kegiatan Belajar Kelompok Informal 23. Kegiatan Belajar Kelompok Formal 24. Studi Kasus 25. Simulasi: Bermain Peran, Permainan, dan Dunia Virtual (Maya) 26. Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat 27. Penelitian Tingkat Sarjana 28. Pembicara Tamu

192

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Web 2.0

193

20
Web 2.0

Istilah Web 2.0 diciptakan di tahun 2004 untuk mengacu kepada situs dan aplikasi Web yang mendorong kolaborasi, partisipasi penggunanya, interaktivitas, dan pembagian isi. Web 2.0 mencakup blog, blog mikro, wiki (kamus), jaringan sosial, pemberi label (tagging) dan penanda buku (bookmarking), papan diskusi online, multimedia dan pembagi berkas (file), pengorganisasi, siniar (podcast), dan lingkungan virtual untuk banyak pengguna (multi-user). Daftar berikut ini merangkum konsep-konsep yang mendasari Web 2.0 (diadaptasi dari Anderson, 2007; Brown dan Adler, 2008; David, 2007; Solomon dan Schrum, 2007; Sreebny, 2007): Memfasilitasi ciptaan dan manipulasi individu dari informasi dan artefak digital. Menawarkan dukungan yang kuat dan sedikit penghalang untuk berbagi hasil ciptaan individu. Menguatkan kekuatan kumpulan, kecerdasan kolektif dari sekelompok besar orang, dalam pemecahan masalah, peramalan/perkiraan, dan kegiatan lainnya, di mana penilaian mandiri dari para partisipan digabungkan. Memaksimalkan arsitektur dari partisipasi, di mana ketepatan atau nilai dari suatu aplikasi atau pelayanan berkembang seiring waktu ketika penggunaan meningkat. Mendukung keterbukaan dalam piranti lunak (software) dan distribusi isi yang memungkinkan penggunanya untuk mengakses, menggunakan ulang, dan mengombinasikan ulang (mengaduk) materi-materi digital.

Bab ini memberi beberapa contoh tentang bagaimana sejumlah pengajar telah mengintegrasikan Web 2.0 ke dalam perkuliahan mereka. Papan diskusi online telah dibahas di Bab 11, Diskusi Online; lingkungan virtual dengan banyak pengguna (multi-user) diperkenalkan dalam Bab 25, Simulasi; dan siniar (podcasting) didiskusikan dalam Bab 33, Mobile Learning (Belajar Melalui Telepon Genggam).

Strategi-strategi Umum
Terbukalah terhadap perkembangan-perkembangan baru. Cobalah untuk terus
mengetahui informasi tentang aplikasi dan media baru, tetapi janganlah khawatir jika

194

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Web 2.0

195

Anda tidak dapat terus mengikuti. Jika memungkinkan, andalkan kolega dan staf bagian informasi dan teknologi kampus Anda. Jika Anda memiliki ketertarikan dalam bidang ini, salah satu sumber yang membantu adalah Horizon Report, sebuah publikasi tahunan dari New Media Consortium and Educause Learning Initiative yang mengidentifikasi dan menjelaskan tentang teknologi yang muncul, yang memiliki kemungkinan besar untuk memengaruhi pengajaran, pembelajaran, dan ekspresi kreatif dalam pendidikan tinggi. Bagaimanapun, kebanyakan pengajar akan menginginkan untuk berpikir dua kali sebelum bergabung dengan para pengguna awal, yang menanggung risiko bahwa perusahaan yang memulainya dapat menghentikan pengoperasian atau pemberian dukungan teknologi. Beberapa perpustakaan kampus telah membangun program belajar mandiri secara online (disebut Learning 2.0), di mana pengajar dapat mengeksplorasi dan memperluas pengetahuan mereka tentang Web 2.0. (Sumber: Anderson, 2007; David, 2007)

Timbanglah semua pro dan kontra dari menggunakan aplikasi desktop berbasiskan Web.
Untuk pemrosesan kata, lembar kerja, surat elektronik, dan tugas lainnya, aplikasi berbasis Web adalah alternatif untuk aplikasi yang berada di dalam (ter-install) komputer penggunanya. Mungkin yang paling terkenal adalah berbagai alat dan aplikasi yang dikembangkan oleh Google. Masalah yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan apakah akan mengadopsi perangkat-perangkat gratis tersebut untuk penggunaan di ruang kelas atau tidak mencakup kemudahan pemakaian, keamanan dan kerahasiaan pribadi, cadangan (backup) data, iklan dan pemasaran, serta dukungan dan pelatihan.

Sebuah Contoh Aplikasi


Blog. Blog yang umum terdiri dari masukan yang ditandai berdasarkan urutan waktu
publikasi/pemposan oleh pencipta blog-nya, di mana masing-masingnya diikuti oleh komentar-komentar yang diberikan oleh para pembaca; sebuah vlog (video blog) menggunakan video sebagai sumber media utama. Banyak kampus memiliki sistem manajemen pembelajaran atau lingkungan pembelajaran kolaboratif yang memudahkan para pengajar dan mahasiswanya untuk menciptakan dan mempertahankan blog. Pengajar dan mahasiswa juga dapat menggunakan teknologi sumber terbuka (open-source) (lihatlah, sebagai contoh, alat-alat yang tersedia di www.blogger.com). Blog-blog diperbarui dari beberapa kali dalam sehari hingga beberapa kali dalam seminggu; mereka cenderung untuk menggunakan suasana yang informal dan seperti berbincang; dan mereka memberikan cara-cara yang mudah untuk menyadarkan para pembacanya ketika pos atau komentar yang baru ditambahkan. Para pengajar dapat menggunakan blog untuk tujuan-tujuan berikut (diadaptasi dari Britt, 2007; Educause Learning Initiative, Agustus 2005a; Educause Learning Initiative, Agustus 2005b; Warlick, 2007): untuk menyediakan jawaban terhadap pertanyaan tentang isi atau prosedur perkuliahan begitu muncul; untuk memberi para mahasiswa sudut pandang mereka seperti apa adanya dan mengundang perbincangan, reaksi, dan komentar; untuk menciptakan sebuah situs Web kelas, menggunakan penghubung (plug-in) yang memungkinkan surat elektronik (e-mail), surat suara (voice mail), dan pengumpulan suara cepat (quick polling); untuk menyediakan sebuah forum untuk pembahasan ulang oleh teman, dengan mahasiswa memposkan rancangan awal atau versi terakhir dari tulisan mereka sehingga mahasiswa lainnya dapat membaca dan mengomentarinya.

Pilihlah teknologi yang didasarkan pada prinsip pedagogik. Dalam istilah yang lebih
luas, tugas umum dari pengajar mencakup mengidentifikasi isi perkuliahan, mengatur pengalaman belajar mahasiswa, mengukur unjuk kerja/performa mahasiswa, dan menyediakan umpan balik pada pembelajar. Tugas-tugas umum mahasiswa mencakup membaca, mencari, mengumpulkan, dan menganalisis isi; mempraktikkan apa yang sedang dipelajari; menyajikan suatu sudut pandang; dan menampilkan sebuah penguasaan. Pertimbangkanlah teknologi Web 2.0 yang manakah yang akan digunakan dalam perkuliahan Anda demi memperjelas kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Sebagai contoh, dengan forum atau papan diskusi, mahasiswa dapat menyampaikan sudut pandangnya; dengan berbagi di multimedia, mereka dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari. (Sumber: McGee dan Diaz, 2007)

Kenalilah kesempatan dan tantangan pendidikan yang disebabkan oleh Web 2.0. Masih
terlalu awal bagi peneliti untuk memeriksa apalah aplikasi Web 2.0 meningkatkan pembelajaran mahasiswa, meskipun berdasar pemikiran awam, tampak bahwa kegiatan kolaboratif secara online dapat meningkatkan motivasi dan pembelajaran untuk banyak mahasiswa. Beberapa komentator, bagaimanapun, mengingatkan bahwa Web 2.0 menampilkan suatu budaya lakukan sendiri amatir yang lebih menghargai opini dibanding keahlian, serta yang mengabaikan metode tradisional untuk membuktikan keaslian pengetahuan dan penciptaan kekuasaan. Tantangan lain yang diajukan oleh Web 2.0 meliputi hal-hal sebagai berikut (dari Anderson, 2007; David, 2007; McGee dan Diaz, 2007):

Kecepatannya, di mana teknologi baru yang muncul lawan jangka waktu yang dibutuhkan pengajar untuk mengadopsi dan mengintegrasikan teknologi ke dalam perkuliahannya. Pertentangan antara kerahasiaan pribadi, hak pengarang bersama, hak milik intelektual, dan kepemilikan isi. Kesulitan dalam menentukan apakah materi berasal dari sumber terpercaya serta akurat dan terkini. Perjuangan mahasiswa untuk beradaptasi dalam menggunakan media dan aplikasi baru untuk tujuan pendidikan dibandingkan untuk hiburan.

Blog Mikro (Microblog). Dengan jasa blog mikro, para penggunanya dapat mengirimkan pembaruan berbasis teks atau memposkan pesan singkat, melalui situs Web, pengiriman pesan instan, dan perangkat HP, pada orang-orang yang telah berlangganan untuk menerimanya. Akhir-akhir ini, pesan dibatasi hingga 140 karakter (contohnya, dalam Twitter). Berikut adalah beberapa penggunaan blog mikro untuk pengajaran yang disarankan (diadaptasi dari PsychTeacher listserv):

196

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Web 2.0

197

untuk menyadarkan mahasiswa akan hal-hal baru atau kejadian yang sesuai terkait isi perkuliahan (lihatlah artikel tentang depresi dalam surat kabar New York Times hari ini); untuk meminta jawaban dari pertanyaan sederhana (apakah tugas rumah bermanfaat bagi topik kelas hari ini?); untuk segera memberi umpan balik pada kelas sambil menilai karya tulis mereka (pernyataan-pernyataan tesis perlu diolah); untuk segera memberitahukan mahasiswa ketika Anda berada di kantor dan bersedia untuk menemui mahasiswa (di kantor; tidak ada mahasiswa menunggu); untuk mendorong mahasiswa berkomentar tentang pengalaman yang dibagi, seketika saat terjadi; sebagai contoh, sambil mengamati demonstrasi laboratorium.

Meminta para mahasiswa merancang, merevisi, dan mengumpulkan tugas perseorangan dalam situs wiki. Sejarah revisi otomatis dari wiki akan menyimpan setiap rancangan dari tugas, yang memungkinkan pengajar untuk melihat evolusi dari tulisan tersebut. Menciptakan wiki untuk mahasiswa agar dapat menciptakan satu set catatan kelas yang kolaboratif, suatu daftar referensi atau bibliografi perkuliahan, atau suatu rangkuman dari poin-poin kunci di akhir satu unit perkuliahan. Menciptakan wiki untuk memfasilitasi kolaborasi antar disiplin ilmu atau antar institusi.

Wiki. Suatu wiki memungkinkan banyak pengguna untuk menulis dan mengedit suatu
dokumen Web. Ensiklopedia online, Wikipedia memberikan contoh keuntungan dan kerugian dari hasil penciptaan kolektif: kolaborasi dari banyak kontributor menambah keluasan dan kedalaman suatu masukan, walaupun ini membahayakan keakuratan dan objektivitasnya. Bentuk referensi wiki terbaru berusaha untuk mengatasi kesulitan ini dengan mensyaratkan kontributornya untuk menggunakan nama asli mereka atau dengan mengandalkan pada akademisi yang telah mapan dan pengkajian ulang oleh teman secara anonim. Untuk menciptakan suatu wiki untuk sebuah perkuliahan atau jurusan, pengajar dapat menggunakan sistem manajemen pembelajaran seputar kampus atau program dari sumber terbuka seperti www.wikispaces.com. Berikut adalah beberapa proyek wiki yang biasa dilakukan (diadaptasi dari Educause Learning Initiative, Juli 2005; Parry, 2008; Warlick, 2007): Meminta mahasiswa untuk mengecek fakta dan kemudian memperbarui suatu artikel di Wikipedia yang relevan dengan isi perkuliahan. Atau mintalah mahasiswa untuk memilih sebuah artikel kontroversial dalam Wikipedia (sebagai contoh, pemanasan global), mengkaji ulang sejarah dari artikel tersebut dan diskusi serta debat para kontributor yang sedang berlangsung (diakses melalui perintah tab yang berada di atas artikel), lalu kemudian menganalisis tema-tema dan dialog yang mengarah pada masukan terkini. Atau, meminta mahasiswa untuk menggunakan dokumen sumber utama untuk menyiapkan sebuah masukan bagi Wikipedia tentang suatu topik dari perkuliahan. Memberikan proyek kelompok dan meminta mahasiswa untuk menggunakan wiki untuk menciptakan tulisan kolaborasi dan berkelompok. Sebagai contoh, sejumlah kelompok mahasiswa bisa diminta untuk menginterprestasikan serangkaian puisi, kemudian memposkan komentar mereka di halaman wiki, dan saling merespons pernyataan satu sama lain. Atau, kelompok mahasiswa yang berbeda dapat merangkum bagian lainnya dari bacaan tersebut sehingga mereka kemudian dapat menggabungkan keseluruhannya hingga menjadi rangkuman yang komprehensif dari bacaan perkuliahan.

Penanda buku (bookmarking) dan pemberi label (tagging) sosial. Menggunakan bookmarking sosial (untuk menciptakan suatu daftar tautan/link Web) dan tagging (untuk menyediakan kata-kata kunci bagi setiap tautan), mahasiswa dapat mengumpulkan satu set sumber daya Web, membagi daftar mereka dengan yang lain, dan menyediakan skema klasifikasi untuk semua sumber daya tersebut. Di dalam konteks akademik, tagging berfungsi sebagai latihan analisis yang mensyaratkan mahasiswa untuk mengidentifikasi tematema yang sangat menonjol, poin-poin utama, dan nilai dari daftar sumber mereka untuk teman-teman sekelasnya dan pembaca lainnya. (Sumber: Educause Learning Initiative, Mei 2005) RSS dan Sindikasi (asosiasi) Melalui sindikasi Web, pencipta dari isi/materinya dapat
membuat berkas tulisan, video, atau audio mereka bisa tersedia untuk pelanggan perseorangan dan untuk situs Web lainnya. Pencipta isi menggunakan RSS (Really Simple Syndication atau Sindikasi Sangat Sederhana) atau feed lainnya untuk memberitahukan pelanggannya tentang pembaruan dari suatu situs Web, blog, atau podcast. Mengklik sebuah simbol kecil di halaman Web dan blog memungkinkan penggunanya untuk mendaftar dan menerima feed reguler dari situs tersebut di komputer atau perangkat HP mereka. Feed RSS dapat terdiri dari judul, bagian singkat dari teks/tulisannya, foto-foto, atau keseluruhan podcast-nya.

Peterson menjaga suatu Daftar Alamat Feed Kampus dan Universitas/College and University Feed Directory (directory.edufeeds.com) yang menampung daftar ratusan feed RSS pendidikan tinggi, yang diorganisasikan berdasarkan topik. Pengajar juga dapat menggunakan RSS untuk menjaga hubungannya dengan mahasiswa terkait tugastugas perkuliahan, kegiatan akademik lainnya, dan pengembangan dalam bidang ilmu mereka, tanpa harus berpindah dari situs Web yang satu ke situs Web lainnya. (Sumber: Anderson, 2007; David, 2007; Educause Learning Initiative, April 2007; Solomon dan Schrum, 2007)

Jejaring sosial. Awalnya, situs jejaring sosial menekankan pengaturan kelompok teman dan hubungan. Setiap partisipan dalam suatu situs jejaring sosial menciptakan profil minat dan kegiatan pribadi menggunakan teks, foto, video, musik, dan tautan untuk profil atau situs Web lainnya. Partisipan juga menciptakan jejaring dari orang-orang yang pada mereka partisipan dapat memperoleh beragam jenis akses dan pembaruan. Di kampus, situs jejaring sosial yang dikembangkan secara lokal (contohnya, melalui Ning) dapat dibatasi hanya untuk para mahasiswa di suatu perkuliahan, jurusan/departemen,

198

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Web 2.0

199

atau program antar disiplin dan dibangun di sekitar topik-topik akademik. Situs jejaring sosial kini telah berkembang hingga mencakup blog, dialog yang tidak bersamaan, dan lebih banyak isi, yang berevolusi menjadi landasan media umum. Situs jejaring sosial terkini dapat meningkatkan pembelajaran dan motivasi dengan memfasilitasi kolaborasi dan berbagi informasi. Kebanyakan dari penelitian terbatas dalam jejaring sosial di pendidikan tinggi, bagaimanapun, berfokus pada presentasi diri (bagaimana individu membentuk identitasnya secara online), unjuk pertemanannya, struktur jaringan, hubungan online/offline, dan masalah kerahasiaan pribadi (Boyd dan Ellison, 2007). Beberapa penelitian telah mulai mengeksplorasi masalah-masalah ras, etnisitas, dan kelas dalam situs jejaring sosial. Hargittai (2007), sebagai contoh, menemukan bahwa mahasiswa kulit putih lebih tertarik pada Facebook, sedangkan mahasiswa Latin atau keturunan Hispanik (Chicano/Latino/Hispanic) cenderung lebih memiliki halaman MySpace. Mahasiswa Asia-Amerika lebih memilih Facebook daripada MySpace, tetapi juga menggunakan situs jejaring sosial lainnya, seperti Xanga. Beberapa pengajar berpartisipasi dalam situs jejaring sosial sebagai cara mereka untuk tetap berhubungan dengan mahasiswa dan anak bimbingannya saat ini maupun yang lalu. Beberapa mahasiswa menghargai keterlibatan pengajar ini (Mazer dkk., 2007), tetapi yang lainnya memandang pengajar sebagai penyusup (Lipka, 2007). Satu kekhawatiran umum tenting situs komersialyang mungkin ingin Anda bagi dengan mahasiswanyaadalah bahwa para partisipannya tidak memiliki kontrol terhadap apa yang mungkin terjadi pada segala isi di situs setelah perubahan dalam kebijakan atau kepemilikan. Berikut ini adalah sejumlah saran dalam menggunakan situs jejaring sosial di kampus dan komersial untuk tujuan pengajaran (dari Boyd dan Ellison, 2007; Cho dkk., 2007; Lemuel, 2006; Lipka, 2007; Mazer dkk., 2007; Miller dan Jensen, 2007): Kemungkinan besar, profil Anda akan diperiksa secara intensif oleh mahasiswa. Jagalah agar semua masukan Anda profesional dan terkait dengan topik pendidikan. Tampilkanlah diri Anda sebagai seseorang yang dapat dipercaya, yang mengutamakan kepentingan mahasiswa. Hargailah kebebasan pribadi mahasiswa. Jangan gunakan situs jejaring sosial untuk bergosip atau memata-matai mahasiswa. Jangan menceramahi atau mengkritik mahasiswa terkait suatu hal dalam profil mereka. Carilah mahasiswa yang merupakan anak bimbingan Anda sebelum bertemu langsung dengan mereka, sehingga Anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik terkait kondisi mereka terkini. Pos/publikasikan gambar-gambar dari kunjungan lapangan atau kegiatan penelitian kelas. Cari tahulah informasi dari mahasiswa yang telah melewatkan beberapa pertemuan di kelas, untuk mengetahui apakah semuanya baik-baik saja. Pos/publikasikan permintaan untuk merekrut mahasiswa untuk proyek-proyek penelitan mahasiswa tingkat sarjana.

Berhati-hatilah tentang menjalin pertemanan; terimalah permintaan berteman dari mahasiswa, tetapi jangan mengajukan permintaan. Biarkan mahasiswa mengetahui apakah mereka bisa atau tidak membentuk kelompok belajar melalui situs jejaring sosial untuk saling bertukar saran, tips, dan pemikiran tentang pemberian tugas rumah atau apakah kelompok belajar sebaiknya dibentuk hanya melalui sistem manajemen pembelajaran atau juga melalui lingkungan pembelajaran kolaboratif.

Pembagian berkas (file sharing) antar teman (peer-to-peer). Seperti didefinisikan oleh
Wikipedia, file sharing mengacu pada penyediaan dan penerimaan berkas digital melalui suatu jaringan, biasanya diikuti oleh model peer-to-peer (P2P), di mana berkas-berkas disimpan dan diberikan oleh komputer pribadi para penggunanya. Biasanya, mahasiswa memberikan (mengunggah/upload) dan menerima (mengunduh/download) berkas, sering kali melalui flashdrive. File sharing sangat populer untuk bertukar musik dan film, sering kali dari sumber yang tidak resmi, di luar usaha industri hiburan untuk memperkarakan secara hukum pelanggaran terhadap hak cipta. Saat ini, aplikasi pendidikan dari file sharing P2P dibatasi meskipun beberapa universitas sedang mengerjakan proyek-proyek untuk bertukar berkas antar institusi pendidikan secara global.

Pembagian multimedia (multimedia sharing). Beragam situs Web memungkinkan


penggunanya untuk mengunggah, melihat, mengomentari, dan berbagi foto, klip audio, dan klip video melalui berbagai perangkat [(desktop komputer, laptop, pemutar MP3 (MP3 player), HP)]. Pengguna juga dapat menciptakan daftar putar dari video favorit mereka dan melihat milik orang lain. Pengajar dapat memilih video pendidikan dari tempat penyimpanan online, memposkan video mereka sendiri (misalnya, ringkasan dari akhir suatu unit atau eksperimen laboratorium), dan menggabungkan multimedia ke dalam proyek dan tugas mahasiswa. Seorang tenaga pengajar meminta mahasiswanya untuk mencari video di YouTube yang terkait dengan topik tertentu dari dalam bacaan perkuliahan. Pengajar lainnya menugaskan mahasiswanya untuk mencari foto yang mengilustrasikan konsep-konsep penting dalam perkuliahannya. Beberapa universitas telah memposkan seluruh perkuliahan di YouTube, bersama dengan diskusi panel, pembacaan puisi, dan acara-acara kampus. (Sumber: Lang, 2008; Solomon dan Schrum, 2007; Trier, 2007)

Pencampuran (mashup) data. Seperti didefinisikan oleh Wikipedia, suatu mashup didefinisikan sebagai aplikasi Web yang mengombinasikan data lebih dari satu sumber menjadi satu alat yang terintegrasi. Sebuah contoh dari mashup data adalah peta dari kualitas udara di Amerika Serikat (AS), diciptakan oleh Agen Perlindungan Lingkungan AS/U.S. Environmental Protection Agency (EPA), yang mengombinasikan Google Earth dengan data tentang jumlah dan jenis polutan yang dihasilkan oleh industri. Pengajar menggunakan mashup untuk membantu mahasiswanya memahami pola kriminalitas secara lebih baik, misalnya, atau memahami respons pemerintah dan lembaga nirlaba terhadap bencana alam. (Sumber: New Media Consortium and Educause Learning Initiative, 2008)

200

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Web 2.0

201

Lingkungan belajar pribadi. Beberapa pendidik menggunakan istilah lingkungan belajar pribadi/Personal Learning Environment (PLE) untuk mengacu pada perangkat online yang memungkinkan mahasiswa untuk mengatur tugas akademik mereka dengan memilihkan aplikasi dan materi Web yang perlu mereka peroleh, dokumentasikan, dan mengomunikasikan keterampilan dan informasi yang mereka pelajari. Sebaliknya, pengajar-dan institusi-yang dikontrol oleh sistem manajemen pembelajaran membatasi isi, bantuan, dan aplikasi pada tempat penyimpanan terpusat.
PLE dapat mencakup aplikasi dan alat untuk penciptaan blog, wiki, podcast, bookmarking sosial, pesan instan, jejaring dan kumpulan sosial, serta kombinasi ulang dan mashup digital. Bahkan, begitu banyak aplikasi yang tersedia, sehingga tantangan pertama bagi mahasiswa dan pengajar adalah memilih dan mempelajari bagaimana untuk menggunakan alat-alat yang berbeda. (Sumber: PLE, 2008)

Pertukaran akademik online. Sebuah contoh skala besar dari pertukaran akademik online
adalah proyek H2O Universitas Harvard, suatu situs sumber terbuka yang memiliki dua komponen: Pertukaran Pemikiran (The Idea Exchange) dan Pemanggang (The Rotisserie). The Idea Exchange mencakup semua fitur yang diperlukan untuk menampung seluruh perkuliahan di H2O, termasuk juga aplikasi untuk mengunggah sumber-sumber (bacaan, catatan, video, dan seterusnya) dan untuk menjalankan papan diskusi. Sistemnya juga memfasilitasi perkembangan kolaboratif dari materi perkuliahan dengan mengizinkan ketua proyek untuk menjelajah, mencari, dan mengimpor materi dari ketua proyek lainnya. Karena materi yang diciptakan di Idea Exchange dilindungi oleh lisensi oleh a Creative Commons, semua ketua proyek berbagi dalam pertukaran bebas dari bahan pendidikan. The Rotisserie menampung papan diskusi yang mendorong diskusi dengan penuh pemikiran. Pengajar telah mengorganisasikan proyek H2O di topik-topik seperti kekuasaan, politik, dan negara; agama-agama di dunia; dan membawa kimia dalam kehidupan. (Sumber: Anderson, 2007; David, 2007; situs Web H2O Harvard; Solomon dan Schrum, 2007)

Daftar Referensi
Anderson, P . What Is Web 2.0? Ideas, Technologies and Implications for Education. UK: Joint Information Systems Committee, 2007. http://waswjisc.ac.uk/media/documents techwatch/tsw070I b.pdf Boyd, D.M., and Ellison, N. B. Social Network Sites: Definition, History and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 2007, 13(1) 210-230. Britt, M. A. Setting Up a Blog or Podcast for the Teaching of Psychology: A How To and Why To. Excellence in Teaching, Society for the Teaching of Psychology, October 2007. Brown, J. S., and Adler, R. P . Minds on Fire: Open Education, the Long Tail and Learning 2.0." Educause Review, January-February 2008, 43(1), 16-33. Cho, H., Gay, G., Davidson, B., and Ingraffea, A. Social Networks, Communication Styles, and Learning Performance in a CSCL Community. Computers and Education, 2007, 49(2), 309-329. David, C. Working the Web. University Business, April 2007, 10(4), 64-68. Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know about Social Bookmarking. May 2005. http://connect.educause.edu/library/abstract/7ThingsYouShouldKnow/39378

Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know about Wikis. July 2005. http://connect. educausc.edu/library/abstract/7ThhngsYouShouldKnow/39381 Educause Learning Initiative. "7 Things You Should Know about Blogs." August 2005a.http://connect. educause.edu/library/ELI/7ThingsYouShouldKnowAbout/39383 Educause Learning Initiative. "7 Things You Should Know about Videoblogging." August 2005b. http://connect.educause.edu/Library/ELI/7ThingsYouShouldKnowAbout/39382 Educause Learning Initiative. "7 Things You Should Know about RSS." April 2007. http://connect. educause.edu/library/abstract/7ThingsYouShouldKnow/39401 Hargittai, E. Whose Space? Differences among Users and Non-Users of Social Network Sites. Journal of Computer-Mediated Communication, 2007, 13(1), 276-297. Harvard H20. Home page, n.d. http://h2o.law.harvard.edu/index.jsp Lang, J. M. On Course: A Week-By-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. Lemuel, J. Why I Registered on Facebook. Chronicle of Higher Education, September 1, 2006. Lipka, S. For Professors, Friending Can Be Fraught. Chronicle of Higher Education, December 7, 2007, 54(15), A 1. Mazer, J. P , Murphy, R. E., and Simonds, C. J. Ill See You On Facebook: The Effects of ComputerMediated Teacher Self-Disclosure on Student Motivation, Affective Learning, and Classroom Climate. Communication Education, 2007. 56(1), 1-17. McGee, E, and Diaz, V Wikis and Podcasts and Blogs! Oh My! What Is a Faculty Member Supposed to Do? Educause Review, Sept./Oct. 2007, 42(5), 28-40. Miller, S. E., and Jensen, L. A. Connecting and Communicating with Students in Facebook. Computers in Libraries, 2007, 27(8), 18-22. New Media Consortium and Educause Learning Initiative. Horizon Report, 2008. http://www.nmc. org/publications/2008-horizon-report Parry, D. Wikipedia and the New Curriculum. Science Progress, 2008. http://www.scienprogress,press. org/2008/02/wikipedia-and-the-new-curriculum/ PLE (Personal Learning Environment). Learning Technologics Center Wiki, University of Manitoba. May 2008. lmttp://Itc.umanitoba.ca/wiki/Ple Solomon, G., and Schrum, L. Web 2.0: New Tools, New Schools. Washington, DC: International Society For Technology in Education, 2007. Sreebny, O. "Digital Rendezvous: Social Software in Higher Education." Educause Center for Applied Research, 2007, no. 2. Trier, J. Cool Engagements with YouTube: Part I. Journal of Adolescent and Adult Literacy, 2007, 50(5), 408-412. Warlick, D. F. Classroom Blogging. (2nd ed.) Raleigh, NC: Landmark Project, 2007.

202

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

203

21
Belajar dalam Kelompok

kolektif (collective learning), komunitas belajar (learning communities), pengajaran oleh teman (peer teaching), belajar bersama teman (peer learning), belajar timbal balik dengan teman (reciprocal peer learning), belajar dalam tim (team learning), belajar dalam sindikat (syndicate learning), kelompok belajar (study groups), kelompok pendukung (base groups), kelompok kerja (work groups); istilah-istilah yang menjelaskan pendekatan terstruktur untuk mengembangkan solusi terhadap permasalahan dunia nyata: belajar berdasar masalah (problem-based learning), belajar berdasar proyek (project-based learning), rancangan yang dibimbing (guided design), belajar investigasi (inquiry learning), belajar menemukan (discovery learning).

Penelitian menyatakan bahwa, di luar materi subjek perkuliahannya, mahasiswa yang bekerja dalam kelompok kerja cenderung untuk belajar lebih banyak dan menampilkan daya ingat yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang diajar dengan bentuk pengajaran lainnya. Mahasiswa yang bekerja dalam kelompok juga tampak lebih puas dengan kelasnya, dan kerja kelompok memberikan rasa kepemilikan tujuan bersama yang dapat meningkatkan moral dan motivasi. Sebagai tambahan, kerja kelompok memperkenalkan mahasiswa terhadap pemahaman makna, nilai, dan pandangan dari teman-temannya tentang dunia, serta menyiapkan mahasiswa untuk kehidupan setelah sekolah, ketika banyak orang akan bekerja dalam tim (Astin, 1993; Barkley dkk., 2004; Johnson dkk., 1991; Millis dan Cottell, 1998; Pascarella dan Terenzini, 2005; Prince, 2004; Slavin, 1996; Springer dkk., 1999). Kerja kelompok dapat digabungkan dengan hampir semua perkuliahan, bagaimanapun peserta dan isi perkuliahannya. Metode dan tekniknya memiliki banyak nama, sehingga jargon/istilahnya bisa membingungkan. Terlebih lagi, pembedaan antara berbagai istilah tersebut tidak selalu jelas. Satu cara untuk menyingkirkan debat yang merugikan tentang penyebutan istilah (terminologi) adalah dengan menyortir beragam pendekatan berdasar fokus utama: istilah-istilah yang menguatkan pendapat bahwa pembelajar atau mahasiswa adalah fokus utama dari pengajaran: learner-centered instruction (pengajaran yang berpusat pada pembelajar), student-centered instruction (pengajaran yang berpusat pada siswa), student-driven methods (metode yang dikendalikan siswa), student active teaching (pengajaran aktif oleh siswa); istilah-istilah yang menekankan pentingnya interaksi dan praktik: belajar praktik langsung (hands on learning), belajar partisipatif (participative learning), belajar nyata (authentic learning), belajar konstruktif (constructivist learning), pelibatan interaktif (interactive engagement), keterlibatan pedagogik (pedagogies of engagement), pembelajaran interaktif (interactive teaching and learning), pembelajaran induktif (inductive teaching and learning); istilah-istilah yang menekankan pentingnya bekerja dalam kelompok: belajar kooperatif (cooperative learning), belajar kolaboratif (collaborative learning), belajar

Beberapa orang menggunakan istilah payung, belajar aktif (active learning), untuk mencakup semua jenis pendekatan belajar tersebut sebelumnya, tetapi sejumlah orang lainnya menyatakan bahwa istilah ini salah kaprah dan sesungguhnya tidak ada keadaan yang disebut belajar pasif/passive learning (Lyons dkk., 2003). Semua strategi berikut ini berasal dari sejumlah asumsi (diadaptasi dari Bonwell dan Eison, 1991; Meyers dan Jones, 1993): Mendengarkan ceramah dan mencatat akan memajukan mahasiswa cukup jauh dalam perkembangan akademik dan intelektualnya. Mahasiswa perlu kesempatan untuk melakukan lebih dari sekadar mendengar dan melihat orang lain. Sebagai tambahan untuk meningkatkan pemindahan informasi, pendidikan tinggi harus membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan dan kapasitas mereka untuk pemikiran tingkat lebih tinggi. Mahasiswa sudah cukup matang untuk mengasumsikan sejumlah tanggung jawab untuk mengajari dirinya sendiri dan orang lain. Mahasiswa memperoleh manfaat dari tindakan merefleksikan apa yang mereka lakukan dan apa yang telah mereka pelajari.

Untuk mengimplementasikan konsep-konsep tersebut, para pengajar universitas/ kampus paling sering menggunakan tiga jenis kerja kelompok: kelompok pembelajaran informal (informal learning group), kelompok pembelajaran formal (formal learning group), dan kelompok belajar (study group) (diadaptasi dari Johnson dkk., 1991). Kelompok pembelajaran informal adalah pengelompokan yang tidak terencana dari sejumlah
mahasiswa selama dalam satu sesi kelas. Kelompok belajar informal dapat dimulai, sebagai contoh, dengan meminta mahasiswa untuk berkumpul dengan beberapa teman di sebelahnya dan menghabiskan waktu dua menit untuk mendiskusikan pertanyaan yang Anda ajukan. Pengajar dapat mengorganisasikan kelompok informal pada saat kapan pun di kelas dengan ukuran sebesar apa pun untuk memeriksa pemahaman mahasiswa akan materinya, untuk memberi mahasiswa kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang sedang mereka pelajari, atau untuk memberikan perubahan kecepatan. sebuah eksperimen laboratorium, menulis karya tulis tentang suatu sudut pandang, mengerjakan suatu proyek). Tugas-tugas tersebut dapat berlangsung hingga beberapa minggu atau sepanjang semester. Mahasiswa bekerja bersama hingga tugasnya selesai dan proyek mereka dievaluasi atau dinilai.

Kelompok pembelajaran formal dibentuk untuk melengkapi suatu tugas khusus (melaksanakan

204

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

205

Kelompok belajar adalah kelompok jangka panjang (biasanya sepanjang perkuliahan satu semester) dengan keanggotaan yang tetap, di mana tanggung jawab utamanya adalah untuk memberikan dukungan, dorongan, dan bantuan dalam menyelesaikan persyaratan dan tugas-tugas perkuliahan. Kelompok belajar juga membantu anggotanya mengejar ketertinggalan jika mereka pernah melewatkan kelas. Semakin banyak peserta perkuliahan dan semakin kompleks materi subjeknya, akan semakin berharga kelompok belajar itu.

berhubungan antar manusia (interpersonal skill) adalah kunci untuk pembelajaran yang sukses bagi mahasiswa yang bekerja dalam kelompok. (Sumber: Prichard dkk., 2004, 2006; Stein dan Hurd, 2000)

Pertimbangkanlah untuk menggunakan kontrak tertulis. Beberapa pengajar meminta


mahasiswanya menandatangani kontrak, baik yang dibuat oleh mahasiswa atau oleh pengajar, yang mendaftar semua tanggung jawab para anggota kelompok terhadap kelompok mereka serta konsekuensi/hukuman untuk setiap pelanggaran. Tanggung jawab yang dimaksud meliputi menyiapkan diri dan siap untuk berbagi, mendengar aktif, dan suportif/mendukung anggota lainnya. Contoh dari hukuman di antaranya adalah melaksanakan tugas tambahan dan membuatkan tugas yang terlewat. (Sumber: Barkley dkk., 2004)

Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda membentuk kelompok pembelajaran formal dan kelompok belajar. Tiga bab lainnya22, Kegiatan Belajar Kelompok Informal; 9, Memimpin Diskusi; dan 18, Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besarmenjelaskan beragam cara untuk menggabungkan kelompok belajar informal ke dalam perkuliahan Anda. Bab 34, Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan, mendiskusikan kegiatan menulis bersama/ kolaboratif secara informal. Bab 20, Web 2.0, menjelaskan cara-cara bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mendorong pembelajaran dalam kelompok. Bab 23, Kegiatan Belajar Kelompok Formal, menawarkan penjelasan singkat tentang pedagogik (pendekatan pembelajaran) yang telah digunakan pengajar untuk menggabungkan permasalahan dunia nyata ke dalam perkuliahan mereka.

Merancang Kerja Kelompok


Ciptakanlah tugas kelompok yang menuntut saling ketergantungan. Saling ketergantungan adalah sumber motivasi yang kuat untuk pembelajaran, dan kerja kelompok paling efektif ketika mahasiswa mengetahui bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama, ketika setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab dan bergantung pada yang lain, dan ketika tidak ada mahasiswa yang dapat berhasil kecuali semua anggota dalam kelompoknya berhasil. Strategi-strategi untuk menumbuhkan rasa saling ketergantungan mencakup menspesifikkan hadiah yang umum untuk kelompok, mendorong mahasiswa untuk berbagi tugas, dan membuat tugas yang mengharuskan para mahasiswa untuk mencapai suatu kesepakatan/konsensus. (Sumber: Engle dan Conant, 2002; Johnson dkk., 1991) Berikanlah tugas yang terkait dengan tujuan perkuliahan. Beberapa pengajar menyarankan untuk memberikan tugas yang membutuhkan analisis masalah yang kompleks dan yang mengandalkan penilaian dan pembuatan keputusan. Seperti dilaporkan oleh Johnson, Johnson, dan Smith (1991), sebagai contoh, di dalam suatu kelas Teknik, seorang anggota pengajar memberikan permasalahan untuk dipecahkan kelompok-kelompok yang ada: menentukan apakah kota sebaiknya membeli dua puluh lima atau lima puluh bus. Setiap kelompok menyiapkan laporan, dan seorang perwakilan dari tiap kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan solusi yang diajukan kelompok. Beberapa pendekatan yang digunakan oleh beragam kelompok kemudian dibandingkan dan didiskusikan oleh seluruh kelas. Ciptakanlah tugas yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuan mahasiswa.
Pada awal semester, berikanlah tugas yang relatif mudah; seiring semester berjalan, tingkatkanlah kesulitannya. Sebagai contoh, staf pengajar yang mengajarkan Metode Penelitian memulai dengan meminta mahasiwa untuk mengidentifikasi berbagai desain penelitian dan prosedur sampling (penentuan sampel). Berikutnya, anggota kelompok diminta menghasilkan desain penelitian mereka sendiri. Di akhir semester, setiap kelompok menyiapkan sebuah proposal untuk proyek penelitian dan mengumpulkannya pada kelompok lain untuk dikaji ulang dan dievaluasi.

Strategi-strategi Umum
Rencanakanlah setiap tahapan dari kerja kelompok. Ketika Anda menuliskan silabus perkuliahan Anda, putuskanlah topik, tema, atau proyek yang mana yang memang sesuai dengan kerja kelompok formal. Pikirkanlah tentang bagaimana Anda akan mengatur mahasiswa menjadi kelompok-kelompok, membantu para anggota kelompok bernegosiasi dalam kelompok, memberikan umpan balik pada kelompok, dan mengevaluasi hasil karya kerja kelompok. (Sumber: Race, 2000) Jelaskanlah dengan seksama pada kelas Anda bagaimana kelompok akan berjalan dan bagaimana mahasiswa akan dinilai. Ambillah sedikit waktu tambahan untuk menjelaskan
tujuan dari tugas kelompok dan menjelaskan arti dari konsep-konsep yang relevan. Mahasiswa akan membutuhkan saran tentang apa arti keanggotaan dalam kelompok, bagaimana untuk memulai, dan bagaimana mengetahui jika tugas mereka telah selesai. Para mahasiswa akan ingin mengetahui juga bagaimana mereka akan dinilai. Ingatlah bahwa tugas kelompok akan lebih berhasil ketika mahasiswa dinilai berdasarkan perbandingan dengan serangkaian standar daripada dibandingkan satu sama lain (pada suatu kurva). (Sumber: Bacon dkk., 1999)

Bantulah mahasiswa mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam kelompok. Banyak mahasiswa akan membutuhkan tips tentang mendengar aktif
dan toleran, saling membantu dalam menguasai isi perkuliahan, memberi dan menerima kritik yang membangun, serta menangani perbedaan pendapat dan konflik. Diskusikanlah keterampilan-keterampilan tersebut dengan mahasiswa Anda, sediakanlah sumbersumber yang dibutuhkan, dan beri contoh serta perkuat keterampilan-keterampilan ini sepanjang waktu dalam kelas. Penelitian menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan

206

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

207

Berikanlah tugas yang memungkinkan pembagian kerja yang adil. Cobalah untuk menyusun struktur tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok dapat memberikan kontribusi yang setara. Sebagai contoh, seorang pengajar meminta kelompok untuk menuliskan laporan tentang sumber daya energi alternatif. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk meneliti satu sumber daya, dan semua anggota kelompok bekerja bersama untuk menggabungkan kontribusi setiap orang menjadi satu laporan akhir. Pengajar lainnya meminta kelompok untuk menyiapkan surat kabar Abad Pertengahan. Mahasiswa meneliti aspek-aspek kehidupan di Abad Pertengahan, dan setiap mahasiswa menyumbangkan satu artikel besar untuk koran tersebut, yang mencakup berita, kisah, dan editorial. Mahasiswa melaksanakan penelitiannya secara mandiri dan menggunakan pertemuan kelompok untuk berbagi informasi, mengkritik dan mengedit artikel, membaca artikel orang untuk menemukan jika ada kesalahan, dan merancang tampilannya. (Sumber: Tiberius, 1999). Pertimbangkanlah untuk memberikan ujian kelompok. Pengajar yang menggunakan ujian kelompok melaporkan bahwa kelompok secara konsisten mencapai nilai yang lebih tinggi dibandingkan perseorangan dan bahwa mahasiswa menikmati untuk melaksanakan ujian secara kolaboratif. Pengajar yang menggunakan teknik ini menyarankan langkahlangkah berikut ini untuk ujian dalam kelas:
Tugaskan kerja kelompok di awal semester sehingga mahasiswa mengembangkan keterampilan untuk bekerja dalam kelompok. Gunakanlah ujian pilihan ganda yang mencakup pertanyaan dengan tingkat pemikiran lebih tinggi. Berikanlah waktu diskusi sekitar tiga menit untuk diskusi tiap pertanyaan (sebagai contoh, lima belas pertanyaan pilihan ganda untuk ujian empat puluh lima menit). Bagilah mahasiswa menjadi kelompok-kelompok dengan anggota tidak lebih dari lima. Mintalah mahasiswa untuk mengerjakan ujian secara perseorangan dan mengumpulkan jawaban mereka. Kemudian, mintalah kelompok berkumpul untuk mencapai sebuah jawaban bersama/konsensus untuk setiap pertanyaan. Untuk setiap jawaban yang benar yang berhasil dicapai kelompok, tambahkanlah poin bonus untuk nilai ujian setiap mahasiswa dalam kelompok.

perempuan atau mahasiswa berkebutuhan khusus yang jelas terlihat. Diskusikanlah secara terbuka dengan mahasiswa tentang bagaimana perbedaan (dalam budaya, etnis, kebangsaan, kebutuhan khusus, seksualitas, usia, bahasa, latar belakang, cara berpikir) tidak menghalangi tugas yang dihadapi, tetapi justru menguatkan kelompok dengan menyediakan sudut pandang, pengetahuan, dan pemahaman yang lebih beragam. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok pemecah masalah yang isinya beragam secara konsisten menunjukkan hasil yang lebih baik daripada kelompok yang sepenuhnya terdiri dari individu yang sangat terampil dalam memecahkan masalah (Page, 2007). Berikut adalah beberapa pendekatan umum dalam pembentukan kelompok: Tempatkan mahasiswa dalam suatu kelompok berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa mahasiswa mencoba untuk memaksimalkan heterogenitas kelompok, menciptakan percampuran antara laki-laki dan perempuan, mahasiswa yang aktif berbicara dan pendiam, mereka yang skeptis dan yang optimis, penyerah dan pejuang. Meskipun demikian, terkadang mahasiswa akan kurang percaya proses ini atau merasa ada pilih kasih. Tempatkan mahasiswa dalam kelompok secara acak. Beberapa pengajar menempatkan mahasiswa dalam kelompok menggunakan huruf pertama dari nama belakang mahasiswa, sebuah tabel angka acak, atau suatu prosedur penghitungan tertentu. Seorang tenaga pengajar menggunakan suatu kegiatan untuk membentuk kelompok secara acak dalam kelas-kelas kecil; kelas membentuk dua jalur paralel, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan, dengan urutan berdasarkan tinggi badan. Kedua jalur kemudian bersatu secara bergantian jika jumlah laki-laki dan perempuannya cukup setara, atau satu untuk dua atau lebih jika jumlahnya tidak proporsional. Satu jalur akhirnya kemudian berhitung, 1, 2, 3, . n untuk membentuk n kelompok. Penempatan dalam kelompok secara acak, bagaimanapun, dapat menghasilkan kelompok yang tidak seimbang dalam hal keterampilan dan keragaman. Mintalah mahasiswa untuk memilih sendiri teman sekelompoknya. Kelompok yang anggotanya dipilih sendiri cenderung akan berjalan paling baik jika mahasiswanya sudah saling mengenal satu sama lain; misalnya dalam kelas kecil dan dalam kampus berasrama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang dipilih sendiri biasanya lebih lekat/kohesif, yang kemudian meningkatkan unjuk kerja/ performanya, dan lebih mampu menangani konflik antar individu/interpersonal. Namun demikian, kelompok yang dipilih sendiri cenderung untuk didasarkan oleh kedekatan (teman, rekan satu tim, anggota kelompok etnis yang sama). Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada mahasiswa yang pemalu atau yang tidak termasuk dalam salah satu dari kelompok-kelompok besar yang ada di perkuliahan dan membuatnya merasa diasingkan (yang dipilih terakhir). Jika Anda meminta mahasiswa untuk membentuk kelompoknya sendiri, ingatkanlah mereka bahwa keragaman memperkuat sebuah kelompok karena melibatkan berbagai sudut pandang, keterampilan, dan nilai. Kelemahan lain dari kelompok yang dipilih sendiri adalah groupthinkgagal untuk melaksanakan penelitian yang memadai dan mencari alternatif lainnya demi menjaga solidaritas kelompok.

Lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian. (Sumber: Cottell, 2000; Michaelsen dkk., 2004; Toppins, 1989)

Mengorganisasikan Kelompok Belajar


Tentukanlah bagaimana kelompok akan dibentuk. Idealnya, semua mahasiswa akan memiliki kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dan merasa dilibatkan dalam kelompok. Anda mungkin membutuhkan usaha tambahan untuk mengurangi kemungkinan adanya mahasiswa yang secara penampilan berbeda dari yang lain dalam kelas yang merasa terisolasi; contohnya, mahasiswa laki-laki dalam kelas yang mayoritas isinya

208

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

209

Gunakanlah strategi kombinasi. Beberapa pengajar memilih kelompok setelah meminta para mahasiswanya untuk mengemukakan preferensi/pilihan mereka (Sebutkan tiga orang mahasiswa yang paling Anda inginkan untuk bekerja sama dengannya) dan tempatkanlah mahasiswa dalam kelompok dengan setidaknya satu teman sekelas yang mereka pilih tadi. Pengajar lainnya menspesifikkan kriteria untuk pembentukan kelompok-misalnya, campuran gender, jurusan/kekhususan, dan pilihan tambahan-kemudian membiarkan mahasiswanya untuk memilih sendiri anggota kelompoknya. Untuk kelas-kelas besar, beberapa pengajar menggunakan piranti lunak (software) dari sumber terbuka untuk melaksanakan pembagian kelompok: mahasiswa mengerjakan suatu kuesioner singkat, yang mencakup preferensi tentang teman sekelompoknya, dan piranti lunak tersebut kemudian melaksanakan pembagian yang memenuhi, baik kriteria yang dibuat pengajar, maupun preferensi mahasiswa. Gunakanlah pengukuran diri (self-assessment) mahasiswa dalam membentuk kelompok. Identifikasilah tiga atau empat keterampilan yang paling penting untuk dapat berhasil dalam proyek kelompok (seperti keterampilan komunikasi, keterampilan analisis, keterampilan menggunakan teknologi, dan latar belakang dalam area materi tertentu) dan tambahkanlah jack of all trade yang umum (seseorang yang memiliki banyak kemampuan, tapi bukan ahli di satu bidang). Mintalah mahasiswa untuk mengurutkan kekuatan mereka dalam kategori-kategori tersebut mulai dari tingkat terampil tertinggi hingga terendah. Kemudian, gunakanlah suatu porsi dari waktu kelas, minta mahasiswa untuk mengangkat tangannya jika mereka menilai dirinya sendiri memiliki kemampuan yang tinggi dalam bidang keterampilan yang diumumkan, dan tempatkanlah mahasiswa secara acak dalam n kelompok. Mahasiswa hanya mengangkat tangannya satu kali kecuali jika mereka masih belum ditempatkan dalam suatu kelompok.

dirinya. Atau, mintalah setiap kelompok untuk tampil dengan nama, logo/simbol, atau slogan yang mewakili kelompoknya. (Sumber: Decter-Schmelz dkk., 2002; Stein dan Hurd, 2000)

Bantulah mahasiswa untuk memulai dengan awal yang baik. Sebagai tugas pertama,
mintalah setiap kelompok untuk menyiapkan suatu respons bersama terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (diadaptasi dari listserv POD):

Faktor atau kondisi apa yang membentuk kelompok yang efektif dan berjalan dengan baik? Bagaimana Anda akan membantu kelompok Anda memenuhi masing-masing kondisi tersebut di atas untuk mencapai keberhasilan? Bagaimana kelompok Anda akan menangani anggota kelompok yang tidak hadir dalam pertemuan kelompok, gagal menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditetapkan, atau kurang baik dalam berinteraksi dengan orang lain? Hal spesifik apa yang dapat dilakukan tiap anggota untuk membantu kelompok bekerja secara harmonis dan produktif?

Jagalah kesatuan kelompok. Ketika kelompok tidak bekerja dengan baik, hindarilah pembubaran, walaupun kelompok yang memintanya. Penambahan anggota kelompok yang menyerah pada kelompok yang bertahan dapat melemahkan proses kelompok tersebut, dan kelompok bermasalah yang menghindar/melarikan diri menjadi tidak belajar untuk menghadapi interaksi mereka yang tidak produktif. (Sumber: Barkley dkk., 2004) Namun, pertimbangkanlah untuk merotasi anggota kelompok sepanjang semester.
Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa mereka akan memiliki kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dengan sejumlah mahasiswa yang berbeda nantinya dalam semester tersebut.

Karena metodologi untuk menempatkan mahasiswa ke dalam kelompok memiliki kekuatan dan kelemahan, beberapa pengajar memvariasikan metode yang mereka gunakan di sepanjang semester. (Sumber: Bacon dkk., 1999; Barkley dkk., 2004; Blowers, 2003; Jaques dan Salmon, 2007; Johnson dkk., 1991; Walvoord, 1986)

Membimbing Kerja Kelompok


Bantulah kelompok merencanakan bagaimana akan berjalan. Mintalah setiap kelompok untuk merancang suatu rencana kerja: siapa yang akan melakukan apa dan kapan. Kaji ulang rencana tertulis tersebit atau bertemulah dengan setiap kelompok untuk mendiskusikan rencana mereka. Berilah saran tentang bagaimana untuk membuat keputusan kelompok. Diskusikanlah
beragam metode untuk pembuatan keputusan (diadaptasi dari Barkley dkk., 2004): Setelah suatu periode diskusi, kelompok dapat melakukan pemungutan suara dan suara mayoritas menang; kekurangan dari proses ini adalah bahwa mayoritas yang berbeda tipis dapat mengungguli minoritasnya dan mendorong perpecahan kelompok menjadi bagian-bagian.

Sadarilah ukuran kelompok. Secara umum, kelompok yang terdiri dari empat atau
lima anggota berfungsi paling baik; dalam kelas yang lebih besar, mahasiswa memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk berpartisipasi. Kelompok yang terdiri dari empat orang memungkinkan untuk terjadinya kerja berpasangan, tetapi kelompok yang terdiri dari lima orang dapat mencegah terjadinya seri dalam penghitungan suara. Mahasiswa yang kurang terampil cenderung untuk bekerja paling baik dalam kelompok yang lebih kecil, dan tugas yang lebih singkat juga kondusif untuk kelompok yang lebih kecil. (Sumber: Bean, 1996; Brufee, 1999; Cooper dkk., 2003; Johnson dkk., 1991)

Dorong mahasiswa untuk memulai dengan kegiatan membangun kekompakan tim.


Sebagai contoh, mintalah mahasiswa untuk mengambil dua barang dari dalam tas punggung, tas tangan, atau kantongnya, kemudian memperkenalkan dirinya pada kelompok dengan menggunakan barang-barang tersebut untuk menjelaskan tentang

210

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

211

Dalam suatu variasi yang disebut minoritas negatif, kelompok mendiskusikan suatu daftar berisi saran-saran dan melakukan pemungutan suara untuk mengeliminasi yang paling tidak populer; diskusi dan eliminasi berlanjut hingga hanya tinggal satu saran yang tersisa. Metode ini memiliki keuntungan berupa kemampuan untuk menciptakan konsensus ketika terdapat banyak pemikiran dan sedikit orang yang terlibat dalam pemungutan suara. Namun, ini banyak memakan waktu dan beberapa anggota akan merasa tidak senang jika pemikirannya kalah dalam pemungutan suara. Dalam konsensus, kelompok mendiskusikan dan menegosiasikan suatu keputusan hingga semua orang merasa puas. Teknik ini memiliki keuntungan berupa adanya pemberian kesempatan bagi semua anggota untuk didengar dan untuk memengaruhi keputusannya, meskipun prosesnya bisa jadi melelahkan dan sangat memakan waktu. Menggunakan kriteria untuk membuat keputusan memiliki keuntungan berupa pemberian ukuran yang objektif dari kualitas suatu solusi, tetapi mahasiswa dapat bertentangan demi untuk mencapai kesepakatan atas kriteria yang sesuai. Kompromi menghindari keputusan yang sifatnya bukan keduanya, tetapi dapat memakan waktu yang lama karena mahasiswa harus terlibat dalam memberi dan menerima setiap ide yang termasuk dalam pertimbangan.

Batasilah anggota kelompok sebanyak tiga orang: sulit untuk menjadi pengelak tugas dalam kelompok kecil. Berilah beberapa saran pada kelompok tentang cara menangani perilaku kelompok yang tidak produktif: Sebagai kelompok, buatlah kesepakatan tentang harapan pada setiap anggotanya dan konsekuensi untuk pelanggarannya. Tangani perilaku bermasalah segera begitu terjadi daripada berharap itu akan membaik seiring waktu saja. Jika seorang anggota kelompok tidak merespons e-mail atau pesan di telepon, janganlah membuang waktu lebih banyak lagi untuk mengejar-ngejar dia. Jika seorang mahasiswa tidak hadir dalam pertemuan-pertemuan dan gagal mengumpulkan hasil kerja yang memuaskan, namanya tidak akan dituliskan dalam hasil karya yang telah selesai.

Secara teratur, periksalah kelompok-kelompok tersebut. Ketika jangka waktu penger- jaan tugasnya panjang hingga beberapa minggu, Anda akan menginginkan untuk menetapkan titik-titik pemeriksaan (checkpoint) dengan kelompok. Mintalah kelompok untuk mengumpulkan garis besar (outline) atau rancangan atau untuk menemui Anda. Minimalisasilah penentangan mahasiswa terhadap kerja kelompok. Jika beberapa
mahasiswa melemahkan kelompoknya, mengeluh tentang kerja kelompoknya, atau tampak agresif, cobalah untuk menentukan alasan penyebab resistensi/penolakannya tersebut. Bantulah mahasiswa untuk melihat bagaimana kerja kelompok sesuai dengan keseluruhan tujuan perkuliahan Anda. Diskusikanlah suatu contoh/sampel dari tugas kelompok dan jelaskan bagaimana kelompok sering kali menghasilkan solusi yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan perseorangan. (Sumber: Barkley dkk., 2004; Cooper dkk., 2003)

Izinkanlah kelompok, dengan suara mayoritas dalam pemungutan suara, untuk mengeluarkan anggota yang tidak memberikan sumbangsih yang setara dengan anggota lainnya. Mahasiswa yang dikeluarkan ini memiliki empat pilihan: persuasi kelompoknya untuk mempertimbangkan ulang, mencari penerimaan di kelompok lain, menyelesaikan proyeknya sendiri, atau menerima nilai yang buruk untuk proyek tersebut.

Mungkin cara terbaik untuk memastikan usaha yang setara oleh semua anggota kelompok adalah dengan merancang kegiatan yang di dalamnya terdapat pembagian kerja yang jelas dan setiap mahasiswa harus berkontribusi jika ingin kelompoknya mencapai tujuan.

Doronglah mahasiswa untuk menggunakan teknologi demi memfasilitasi koordinasi.


Ingatkanlah mahasiswa bahwa mereka dapat mengganti pertemuan secara langsung dengan konferensi telepon dan video, papan bulletin online dan ruang berbincang (chat room), serta surat elektronik (e-mail). Gunakanlah sistem manajemen pembelajaran, seperti Blackboard, atau lingkungan pembelajaran dan kolaboratif seperti Sakai, atau situs jejaring sosial, seperti Facebook, yang memiliki ruang pribadi (untuk kelompok dan memposkan dan mengkaji ulang materi, melakukan perbincangan online, dan seterusnya) serta ruang publik (memungkinkan teman sekelasnya dan pengajarnya untuk melihat pekerjaan/kegiatan yang tengah berlangsung). (Sumber: Clyde dan Delohery, 2005; Duarte dan Snyder, 1999)

Sediakanlah mekanisme untuk kelompok dalam menangani anggota yang tidak kooperatif.
Beberapa pengajar menyusun tugas-tugas kelompok untuk meliputi pengukuran lanjutan anonim, di mana setiap mahasiswa mengomentari partisipasi dari anggota kelompok lainnya, menentukan siapa yang melakukan tugas tambahan dan siapa yang mengelak dari tugas. Jika beberapa orang menyatakan bahwa seorang mahasiswa adalah pengelak tugas, ia akan memperoleh nilai yang lebih rendah dibandingkan yang lain dalam kelompoknya. Sistem ini bekerja paling baik ketika kelompok mengadakan diskusi di tengah proyek tentang apakah ada anggota yang tidak mengerjakan tugas bagiannya. Anggota yang dipandang sebagai pengelak tugas kemudian memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.

Mengevaluasi Kerja Kelompok


Pastikanlah bahwa kelompok mengetahui bagaimana kabar anggota kelompoknya.
Kelompok perlu untuk mengetahui siapa yang lebih membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugasnya, dan para anggotanya perlu mengetahui bahwa mereka tidak dapat berdiam saja dan membiarkan anggota kelompok yang lain untuk mengerjakan semuanya. Anda dapat melihat bagaimana kemajuan yang dibuat masing-masing

Berikut adalah beberapa pilihan lain untuk berhadapan dengan pengelak tugas (dari Oakley, 2002; Race, 2000; Walvoord, 1986):

212

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

213

mahasiswa dengan memberikan kuis singkat dan memanggil beberapa mahasiswa untuk melaporkan kondisi kelompok mereka. (Sumber: Johnson dkk., 1991)

Dari pengalaman ini, apa yang Anda pelajari tentang bagaimana Anda berinteraksi dengan orang lain? Bagaimana Anda akan mengaplikasikan apa yang telah Anda pelajari dalam situasi baru, tujuan masa depan Anda, kebiasaan belajar Anda? Apakah hal terbaik/terburuk/paling menantang yang pernah terjadi?

Berikanlah mahasiswa kesempatan untuk mengevaluasi efektivitas kelompok mereka. Satu


atau dua kali dalam periode pengerjaan tugas kelompok, mintalah para anggota kelompok untuk mendiskusikan dua pertanyaan: Tindakan apa yang telah dilakukan oleh setiap anggota kelompok, yang bermanfaat bagi kelompok? Tindakan apa yang dapat dilakukan oleh tiap anggota kelompok untuk membuat kelompoknya menjadi lebih efektif?

Tentukanlah bagaimana cara untuk menilai anggota dari suatu kelompok. Jelaskanlah
sistem penilaian Anda pada para mahasiswa sebelum mereka memulai pekerjaan mereka. Sistem tersebut harus mendorong terjadinya kerja kelompok, saling ketergantungan yang positif, dan tanggung jawab individu (perorangan). Beberapa pengajar memberikan semua mahasiswa dalam kelompok yang sama dengan nilai yang sama pada tugas kelompok. Menilai mahasiswa secara perorangan, menurut pendapat mereka, tidak dapat dihindari akan mendorong terjadinya kompetisi di dalam kelompok sehingga melemahkan keuntungan dari kerja kelompok. Bagaimanapun, mahasiswa dapat memandang nilai kelompok sebagai suatu hal yang tidak adil terhadap mereka yang tidak memenuhi kewajibannya. Beberapa pengajar menilai kontribusi setiap mahasiswa berdasarkan skor ujian perorangan dan hasil evaluasi kelompok terhadap hasil kerja setiap anggotanya.

Di akhir masa pengerjaan proyek, pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa mengisi evaluasi singkat yang dirahasiakan tentang efektivitas kelompok mereka beserta para anggotanya. Kembangkanlah lembar isian evaluasi dengan berkolaborasi dengan mahasiswa Anda; model berbasiskan Web dapat membuat pengumpulan dan analisis data menjadi lebih mudah. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang biasanya ditanyakan: Secara umum, seberapa efektifkah (nama anggota kelompok) dalam mengerjakan tugas ini? Sejauh apakah (nama anggota kelompok) menyiapkan diri mendengarkan dengan seksama berpartisipasi memenuhi janjinya meminta tanggapan atas kontribusinya mendorong yang lain untuk berpartisipasi menghargai pemikiran orang lain menghadapi konflik secara konstruktif

Jika Anda akan memperhitungkan hasil evaluasi kelompok terhadap hasil kerja setiap anggotanya, penelitian menunjukkan bahwa yang terbaik adalah dengan meminta mahasiswa saling mengevaluasi secara mandiri dan rahasia, menggunakan kriteria yang menyeluruh (Sharp, 2006). Tiga metode untuk menggabungkan hasil evaluasi mahasiswa yang paling sering digunakan adalah: Meminta mahasiswa untuk mengalokasikan nilai bagi diri mereka sendiri dan anggota kelompoknya yang lain berdasarkan tingkat usaha mereka. Sebagai contoh, jika suatu kelompok memiliki empat anggota, para anggota akan mengalokasikan nilai hingga empat poin. Jika Kevis melakukan pekerjaan lebih banyak dibandingkan yang lain, Kevis dapat menerima 1,3 poin. Jika Jared dan Julie melakukan pekerjaan yang setara jumlahnya, masing-masing dari mereka akan menerima nilai sebesar 1 poin. Oliver, yang berkontribusi lebih sedikit, akan menerima 0,7 poin. Kemudian, jika proyek kelompok mereka memperoleh skor 80 persen dari pengajarnya, maka Kevis akan memperoleh skor individual sebesar 104 persen (1,3 x 0,80), Jared dan Julie masingmasing akan menerima skor 80 persen (1 x 0,80), dan Oliver akan menerima skor 56 persen (0,7 x 0,8). Suatu metode alternatif meminta mahasiswa untuk memberikan persentase terhadap anggota kelompoknya. Amanya dan Anil, yang melakukan segala hal yang diharapkan, akan diberi 100 persen. Gina, yang melewatkan pertemuan kelompok dan melakukan pekerjaannya dengan kualitas di bawah yang lain, akan diberi 80 persen, dan Nadir, yang kemudian memperbaiki semua kekurangan, akan diberi 120 persen. Tiap persentase mahasiswa tersebut digunakan sebagai pengali untuk menentukan skor perorangan mahasiswa dalam proyek tersebut. Jika proyek kelompok ini memperoleh 40 poin (dari nilai tertinggi 50), Amanya dan Anil masing-masing akan memperoleh 40 poin (100% x 40), Gina akan memperoleh 32 poin (80% x 40), dan Nadir akan memperoleh 48 poin (120% x 40).

Berikanlah satu contoh hal yang Anda pelajari dari (nama anggota kelompok)

Beberapa penelitian menemukan bahwa evaluasi oleh teman di akhir perkuliahan dapat memperlemah kelekatan dan efektivitas tim (Bacon dkk., 1999), mungkin karena mahasiswa akan menoleransi situasi yang buruk, dibandingkan mengonfrontasi anggota timnya, dengan rencana untuk membalas melalui lembar isian evaluasi peer. Anda dapat meminimalisir dampak ini dengan menekankan bahwa kelompok harus sering memiliki perbincangan yang terbuka tentang dinamika dalam (internal) kelompok mereka. (Sumber: Barkley dkk., 2004; Freeman dan McKenzie, 2002; Gueldenzoph dan May, 2002; Johnson dkk., 1991; Walvoord, 1986)

Berilah mahasiswa kesempatan untuk mengevaluasi dirinya. Bantulah mahasiswa


merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya. Pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa mengisi kuesioner singkat dengan butirbutir sebagai berikut (diadaptasi dari Barkley dkk., 2004):

Dengan cara seperti apa Anda membantu atau menghambat kemajuan kelompok? Dari pengalaman ini, apa yang Anda pelajari tentang isi perkuliahan?

214

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

215

Meminta mahasiswa untuk memberi dirinya sendiri dan anggota kelompoknya yang lain nilai huruf berdasarkan kriteria yang ditetapkan sejak awal proyek. Setiap mahasiswa kemudian akan memperoleh nilai yang mewakili rata-rata dari nilai yang didapat dari pengajar terhadap hasil proyek kelompok, nilai yang didapat dari penilaiannya sendiri terhadap usahanya, dan nilai yang diperoleh dari mahasiswa lainnya dalam kelompok. Menggunakan formula statistik untuk menghitung nilai mahasiswa. Sebagai contoh, sebuah formula adalah Nilai Akhir Mahasiswa = IWF (Individual Weighting Factor/Besar Bagian Individu) x Nilai Akhir Proyek Kelompok, di mana IWF = Nilai Usaha Individu dibagi dengan Rata-rata Nilai Usaha Kelompok. Metode statistik untuk menghitung nilai perorangan mahasiswa berdasarkan kontribusi mereka dijelaskan dalam Sharp (2006).

tidak akan bisa menyelesaikan tugas mereka. Saran terbaik adalah untuk menjelaskan logika Anda, merancang tugas-tugas yang bermakna, memberi mahasiswa arahan yang jelas, menetapkan harapan tentang bagaimana anggota kelompok akan berkontribusi dan berinteraksi, serta mengajak mahasiswa untuk mencobanya.

Jika Anda memilih untuk memberikan nilai yang sama terhadap semua anggota dalam kelompok, nilainya seharusnya tidak dianggap menggambarkan lebih dari hanya sebagian kecil nilai mahasiswa di kelas, karena nilai kelompok dapat menggambarkan kemampuan rata-rata dari mahasiswa dalam kelompok dibandingkan usaha dan kemampuan perorangan. Beberapa pengajar menggunakan diskusi kelas untuk mencapai satu rangkaian pembobotan untuk unjuk kerja perorangan (self-rating/penilaian diri sendiri) dan unjuk kerja kelompok (kontribusi para anggotanya terhadap keberhasilan tim mereka). (Sumber: Cameron, 1999; Cheng dan Warren, 2000; Freeman dan McKenzie, 2002; Johnson dkk., 1991; Johnston dan Miles, 2004; Millis dan Cottell, 1998; Sharp, 2006; Stein dan Hurd, 2000)

Mahasiswa tidak akan bekerja dengan baik dalam kelompok. Kebanyakan mahasiswa dapat bekerja dengan baik dalam kelompok jika pengajarnya menetapkan harapan yang tinggi sejak awal semester. Periksalah kelompok-kelompok tersebut secara informal untuk melihat bagaimana semua berjalan, tawarkanlah bantuan jika dibutuhkan, dan sediakanlah waktu untuk kelompok mengukur efektivitas mereka sendiri. Lihatlah Bab 10, Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi, untuk saran-saran tentang bagaimana untuk meminimalisir anggota kelompok yang memonopoli, menarik keluar potensi dari mahasiswa yang pendiam, dan secara umum melibatkan semua mahasiswa dalam partisipasi aktif. Jika saya melakukan kerja kelompok, saya tidak akan mampu menyelesaikan materi sebanyak seharusnya sepanjang semester. Menambahkan kerja kelompok dapat berarti
menyelesaikan lebih sedikit topik. Namun, penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja dalam kelompok mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik dan menampilkan pemahaman terhadap materi yang lebih baik pula. Beberapa pengajar memberikan tugas rumah atau tugas membaca tambahan dan mendistribusikan catatan perkuliahan untuk mengganti pengurangan dalam pemberian ceramah. (Sumber: Cooper dkk., 2003; Millis dan Cottell, 1998)

Menangani Kekhawatiran Mahasiswa dan Pengajar tentang Kerja Kelompok


Saya membayar uang sekolah untuk belajar dari seorang Profesor, bukan untuk bekerja dengan teman sekelas yang sama-sama tak tahu. Di awal semester, biarkanlah mahasiswa
mengetahui bahwa Anda akan menggunakan beberapa teknik kelompok. Beritahukanlah mahasiswa mengenai hasil penelitian tentang efektivitas pembelajaran kolaboratif dan menjelaskan peran yang akan dimainkan kerja kelompok dalam perkuliahan Anda. (Sumber: Millis dan Cottell, 1998)

Mengatur Kelompok-kelompok Belajar


Beritahukanlah pada mahasiswa tentang keuntungan kelompok belajar. Kelompok belajar bertemu secara rutin di luar kelas untuk belajar bersama, membaca dan mengkaji ulang bahan perkuliahan, menyelesaikan tugas-tugas kuliah, mengomentari tugas tertulis satu sama lain, dan mempersiapkan diri untuk ujian harian dan ujian akhir. Penelitian telah membuktikan bahwa mahasiswa dengan semua tingkat kemampuan dapat memperoleh manfaat dari pengajaran oleh teman (peer teaching) dan dari penjelasan, komentar, serta pengajaran yang diberikan teman sekelasnya. Beberapa pengajar berbagi dengan mahasiswanya tentang hasil penelitian (seperti yang dilakukan Laughlin dkk., 2006) yang membuktikan bahwa kelompok dapat menghasilkan solusi yang lebih efektif dibandingkan individu terbaik yang bekerja sendiri. Jelaskanlah bagaimana kelompok belajar bekerja. Dalam satu model, semua mahasiswa dalam kelompok belajar membaca tugas yang sama dan setiap anggota kelompok bersepakat untuk menjadi ahli di satu bagian dari materi perkuliahan, menyediakan penguasaan yang mendalam, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan anggota kelompok yang lain. Dalam model lainnya, kegiatan kelompok bervariasi pada tiap pertemuannya dan dapat melibatkan pengkajian ulang catatan kelas untuk menentukan hal-hal yang paling penting, membahas ulang soal-soal suatu ujian untuk memastikan bahwa semua

Kelompok kami memang tidak bisa berhasil. Doronglah mahasiswa untuk terus bertahan dan bantulah mereka belajar tentang bagaimana untuk menjadi anggota kelompok yang efektif dengan memberikan mereka beberapa saran seperti yang terdapat dalam Bab 9, Memimpin Diskusi, dan Bab 10, Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Diskusi. Kesepakatan untuk mengganti keanggotaan kelompok hanya menjadi pilihan terakhir. Mahasiswa tidak akan mau bekerja dalam kelompok. Beberapa mahasiswa mungkin
akan keberatan, sebagian karena kebanyakan pendidikan mereka terdahulu berdasarkan upaya perorangan, dan mereka bisa merasa tidak nyaman untuk membantu orang lain atau meminta bantuan. Atau mereka bisa khawatir bahwa beberapa anggota kelompoknya

216

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Belajar dalam Kelompok

217

orang memahami jawabannya, mengkaji ulang sejumlah permasalahan, dan bertukar rancangan karya tulis untuk di-edit oleh teman (peer editing). Dalam model ketiga, setiap sesi ditujukan untuk satu set dari satu paket pertanyaan latihan yang disediakan oleh pengajar. Setelah tiga atau empat minggu, setiap anggota harus membawa pertanyaan latihan yang terkait dengan ceramah minggu tersebut, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian mendasari diskusinya. Pada akhir setiap sesi belajar, kelompok memilih sejumlah pertanyaan latihan yang menurut mereka paling berharga dan mengumpulkannya untuk dikaji ulang oleh pengajar. (Sumber: Guskey, 1988; Johnson dkk., 1991; Light, 1992)

Dalam kelas besar, mintalah mahasiswa mendaftar untuk kelompok yang dijadwalkan bertemu pada waktu yang berbeda-beda. Dalam kelas besar, mintalah mahasiswa
membentuk kelompok sepenuhnya berdasarkan pada kapan mereka dapat menghadiri secara rutin pertemuan kelompok belajar. Cobalah untuk membentuk kelompok berdasarkan bagian, sebab para mahasiswa di dalam bagian yang sama cenderung lebih memiliki rasa bertanggung jawab terhadap satu sama lain.

Di kelas lain, biarkanlah mahasiswa memilih sendiri kelompok belajar mereka. Jika
mahasiswa akan memilih sendiri anggota kelompoknya, jadwalkanlah beberapa kegiatan kelompok selama minggu-minggu awal di kelas dan rotasikanlah keanggotaan dari kelompok-kelompok informal ini sehingga mahasiswa dapat saling mengenal minat dan kemampuan satu sama lain. Aturlah satu atau dua kelompok terbuka untuk mahasiswa yang tidak mengenal mahasiswa lainnya di kelas.

Jika kelompok belajar adalah pilihan, tawarkanlah pada mahasiswa nilai tambahan untuk partisipasi. Sebagai contoh, mahasiswa yang merupakan anggota dari sebuah kelompok
belajar resmi akan memperoleh nilai tambahan di setiap tugas, berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok tersebut.

Perjelaslah tanggung jawab mahasiswa. Dalam kelompok belajar formal, mahasiswa


membuat kesepakatan-kesepakatan seperti berikut: Menghadiri semua pertemuan, datang tepat waktu, dan mempersiapkan diri lebih dulu. Menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kelompok pada para anggotanya. Berpartisipasi secara konstruktif selama sesi berlangsung. Mendorong pembelajaran dan keberhasilan anggota kelompok yang lain. Menyediakan bantuan, dukungan, dan dorongan pada anggota kelompok. Membatasi bergosip, bersosialisasi, dan kegiatan tidak produktif lainnya. Terlibat dalam penilaian diri (self-assessment) berkala untuk menentukan apakah kelompok belajar bekerja dengan sukses (Apakah terlalu banyak pekerjaan yang dibutuhkan? Apakah waktu dalam pertemuan kelompok belajar digunakan dengan baik?)

Gunakanlah sebagian waktu kelas untuk membentuk kelompok-kelompok belajar.


Umumkanlah bahwa kelompok belajar akan dibentuk pada minggu kedua atau ketiga perkuliahan. Pada saat itu, berikanlah deskripsi dari tanggung jawab mahasiswa, dan biarkanlah mahasiswa membentuk kelompok atau mendaftar untuk periode waktu yang terjadwal. Sarankanlah agar semua anggota kelompok belajar saling bertukar informasi kontak dan memilih satu orang sebagai pengatur pertemuan, yang akan memberitahukan semua anggota kelompok lainnya tentang di mana kelompok akan bertemu.

Mintalah kelompok-kelompok belajar tersebut untuk bertemu dalam satu sesi kelas.
Mintalah mahasiswa untuk berkumpul dengan kelompok belajarnya untuk membahas materi perkuliahan atau untuk menyiapkan diri menghadapi ujian atau tugas. Gunakanlah waktu ini untuk memeriksa kelompok-kelompok yang ada, melihat seberapa baik mereka berjalan. Beberapa pengajar mengganti waktu ceramahnya menjadi pertemuan kelompok belajar secara rutin. Sejauh yang memungkinkan, setidaknya satu kali dalam satu semester, kajilah laporan kondisi dari setiap kelompok belajar atau bertemulah sebentar dengan setiap kelompok belajar.

Sebagai tambahan, sarankanlah mahasiswa tentang manfaat dari agenda kegiatan yang direncanakan dengan jelas dan penentuan tujuan dari setiap sesi. Kelompok belajar juga bekerja lebih efisien jika semua pengaturan logistik telah disiapkan untuk sepanjang semester: waktu pertemuan, lamanya, dan lokasinya.

Daftar Referensi
Astin, A. W. What Matter in College? Four Critical Years Revisited. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Bacon, D. R., Stewart. K. A., and Silver, W. S. Lessons from the Best and Worst Student Team Experiences: How a Teacher Can Make the Difference. Journal of Management Education, 1999, 23(3), 467-488. Barkley; E. F, Cross, K. P , and Major, C. H. Collaborative Learning Techniques: A Handbook for College Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 2004. Bean, J. C. Engaging Ideas: The Professor Guide to Integrating Writing, Critical Thinkning and Active Learning in the Classroom. San Francisco: Jossey-Bass, 1996. Blowers, P . Using Student Skill Self-Assessments to Get Balanced Groups for Group Projects. College Teaching 2003, 51(3), 106-110. Bonwell, C. C., and Eison, J. A. Active Learning: Creating Excitement in The Classroom. Washington, DC: ASHE and George Washington University, 1991.

Bantulah mahasiswa menentukan tempat pertemuan. Aturlah dengan pembuat jadwal


di jurusan atau ruang kampus Anda untuk dapat menyediakan ruang pertemuan kecil bagi kelompok-kelompok belajar. Jika memungkinkan, pertimbangkanlah untuk menggunakan ruangan kelompok dalam aula asrama.

Batasilah kelompok hingga hanya lima atau enam mahasiswa. Kelompok yang anggotanya
lebih besar dari enam orang memiliki sejumlah kelemahan: mahasiswa dapat dengan mudah menjadi pengamat yang pasif, mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk sering mengungkapkan pendapat, dan rasa kebersamaan serta tanggung jawab mahasiswa dapat menjadi lemah.

218

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi


Brufee, K. A. Collaboralive Learning: Higher Education, Interdependence, and the Authory of Knoledge (2nd ed.) Baltimore,, MD: Johns Hopkins University Press, 1999. Cameron, B. J. Active Learning. Halifax, Canada: Society for Teaching and Learning in Higher Education. 1999. Cheng, W., and Warren, M. Making a Difference: Using Peers to Assess Individual Students Contributions to a Group Project. Teaching in Higher Education, 2000, 5(2), 243-256. Clyde, W, and Delohery A. Using Technology in Teaching. New Haven, CT: Yale University Press, 2005. Cooper J.L., Robinson, P. and Ball, D. (Eds.). Small Group Instruction in Higher Education: Lessons from the Past, Visions of the Future. Stillwater, OK: New Forums Press 2003. Cottell, P G. Let Your Students Set the Curve with a Cooperative Exam Critique. Journal of Cooperation and Collaboration in College Teaching, 2000, 10(1). 5-8. Deeter Schmelz, D. R., Kennedy; K. N., and Ramsey, R. P. Enriching Our Understanding of Student Team Effectiveness. Journal of Marketing Education, 2002, 24(2), 114-124. Duarte, D. L., and Snyder, N. T. Mastering Virtual Teams: Strategies, Tools and Techniques That Succeed. San Francisco: Jossey-Bass, 1999. Engle, R. A., and Conant, F. R. Guiding Principles for Fostering Productive Disciplinary Engagement: Explaining an Emergent Argument in a Community of Learners Classroom. Cognition and Instruction, 2002, 20(4), 399-483. Freeman, M., and McKenzie, J.SPARK, A Confidential Web-Based Template for Self and Peer Assessment of Student Teamwork: Benefits of Evaluating across Different Subjects. British, Journal of Educational Technology, 2002, 33(5), 551-569. Gueldenzoph, L. E., and May, G. L. Collaborative Peer Evaluation: Best Practices for Group Member Assessments. Business Communication Quarterly, 2002, 65(1), 9-20. Guskey, T. R. Improving Student Learning in College Classrooms. Springfield, IL: Thomas, 1988. Jaques, D., and Salmon, G. Learning in Groups. (4th ed.) New York: Routledge, 2007. Johnson, D. W., Johnson, R. T., and Smith, K. A. Cooperative Learning: Increasing College Faculty Instructional Productivity. ASHE-ERIC Higher Education. Report, 1991, no.4. (Publication of the School of Education and Human Development, George Washington University, Washington, DC) Johnston, L., and Miles, L. Assessing Contributions to Group Assignments. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2004, 29(6), 751-768. Laughlin, P R., Hatch, E. C., Silver J. S., and Boh, L. Groups Perform Better Than the Best Individuals on Levers-to-Numbers Problems: Elliris of Group Size. Journal of Personality and Social Psychology, 2006, 90(4), 644-651. Light, R. J. The Harvard Assessment Seminars: Second Report. Cambridge, MA: Harvard University. 1992. Lyons, R. E., McIntosh, M., and Kysilka. M. L. Teaching College in an Age of Accountability. Boston: Allyn and Bacon, 2003. Meyers, C., and Jones, T. B., Promoting Active Learning: Strategies for the College Classroom. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Michaelsen, L. K., Knight, A. B., and Fink, L. D. (Eds.). Team-Based Learning: A Transformative Use of Small Groups in College Teaching. Sterling, VA: Stylus, 2004. Millis. B. J., and Cottell; P . G. Cooperative Learning for Higher Education Faculty. Westport, CT: American Council On Education and Oryx Press, 1998. Oakley, B. It Takes Two to Tango: How Good Students Enable Problematic Behavior in Teams." Journal of Student Centered Learning, 2002, 1(1), 19-27.

Belajar dalam Kelompok


219

Page, S. E. The Difference: How the Power of Diversity Creates Better Groups, Firms, Schools and Societies. Princeton, NJ: Princeton University Press, 2007. Pascarella, E. T., and Terenzini, P . T. How College Affects Students: A Third Decade of Research. Vol. 2. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. POD Listserv: An unmoderated online community for instructors and administrators with interests in teaching and learning in higher education; see http://podnetwork.org. Prichard, J. S., Stratford, R. J., and Bizo, L. A. Team-Skills Training Enhances Collaborative Learning. Learning and Instruction, 2006, 16(3), 256-265. Prichard, J. S., Stratford, R. J., and Hardy, C. Training Students to Work in Teams: Why and How? York, UK: Learning and Teaching Support Network in Psychology (LTSN), 2004. Prince, M. Does Active Learning Work? A Review of the Research. Journal of Engineering Education, 2004, 93(3), 223-231. Race, P . 500 Tips on Group Learning. Sterling, VA: Stylus, 2000. Sharp, S. Deriving Individual Student Marks from a Tutors Assessment of Group Work. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2006, 31(3), 329 343. Slavin, R. E. Research on Cooperative Learning and Achievement: What We Know; What We Need to Know. Contemporary Educational Psychology, 1996, 21(1), 43-69. Springer, L., Stanne, M. E., and Donovan, S. S. Effects of Small-Group Learning on Undergraduates in Science, Mathematics, Engineering, and Technology: A Meta Analysis. Review of Educational Research, 1999, 69(1), 21-51. Stein, R. F., and Hurd, S. Using Student Teams in the Classroom: A Faculty Guide. Bolton, MA: Anker, 2000. Tiberius, R. G. Small Group Teaching: A Trouble-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999. Toppins, A.D. Teaching by Testing: A Group Consensus Approach. College Teaching, 1989, 37(3), 96-99. Walvoord, B. F., Helping Students Write Well: A Guide for Teachers in All Disciplines. (2nd ed.) New York: Modern Language Association, 1986.

220

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Informal

221

22
Kegiatan Belajar Kelompok Informal

di dalam kegiatan tersebut. Tentukanlah suatu penanda untuk berhenti bekerja bagi kelompok-kelompok, misalnya tangan yang diangkat, penanda waktu, atau peluit.

Mintalah umpan balik dari mahasiswa sepanjang semester tersebut. Mintalah mahasiswa untuk memberi Anda umpan balik informal segera setelah suatu kegiatan, atau laksanakanlah evaluasi tengah semester untuk membantu Anda memahami apa yang sudah berjalan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran. Konsultasikanlah dengan buku dan situs Web untuk ide-ide tentang kegiatan. Carilah situs Web yang ditujukan untuk pembelajaran aktif (active learning) dan kaji ulang buku-buku yang telah mengompilasi dan mengorganisasikan ratusan kegiatan belajar informal, seperti Barkley, Cross, dan Major (2004); Bean (1996); Jaques dan Salmon (2007); Silberman (2006); dan Stanley (2003). Contoh-contoh berikut ini adalah sampel dari apa yang dapat Anda lakukan di ruang kelas Anda.

Pengajar dapat mendorong pembelajaran dan interaksi mahasiswa dengan menggabungkan kegiatan kelompok informal ke dalam repertoar pengajarannya. Kegiatan-kegiatan berikut ini dapat dilaksanakan dalam kelas dengan ukuran sebesar apa pun, dalam hampir semua disiplin ilmu, untuk memperkuat konsep-konsep tertentu, memeriksa pemahaman mahasiswa, atau memberikan perubahan kecepatan perkuliahan. Beberapa kegiatan berikut ini membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta beberapa di antaranya mensyaratkan mahasiswa untuk bekerja berpasangan atau berkelompok di luar ruang kelas.

Contoh-contoh Kegiatan
Menolehlah pada tetanggamu. Ajukan suatu permasalahan atau pertanyaan dan mintalah mahasiswa untuk memikirkannya selama sekitar satu menit. Kemudian, mintalah mereka untuk menghadap ke orang di sebelahnya dan saling berbagi pemikiran mereka. Setelah beberapa menit, mintalah beberapa pasangan mahasiswa untuk membagi hasil pemikiran mereka dengan seluruh kelas. Teknik ini mendorong terjadinya pertukaran pemikiran, dan membantu mahasiswa mengklarifikasi sejumlah hal penting atau mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam suatu permasalahan atau situasi. (Sumber: Cameron, 1999; Lyman, 1992) Uji Konsep (ConcepTest). Sepanjang suatu ceramah, tantanglah mahasiswa dengan pertanyaan yang memiliki tingkat kesulitan menengah-pertanyaan yang hanya mampu dijawab dengan benar oleh sekitar 35 hingga 70 persen mahasiswa. Berilah mereka beberapa saat untuk menyusun pemikirannya, kemudian mendiskusikan jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok kecil. Ketika mahasiswa mengalami perbedaan pendapat, masing-masing orang harus berusaha mempersuasi yang lain dengan menjelaskan alasan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dalam ceramah Pengantar Fisika mendapatkan hasil ujian yang lebih baik saat ConcepTest digunakan sebagai bagian dari bentuk ceramah yang tradisional. Pertanyaan dapat dibentuk dari hal-hal yang sulit atau sering kali disalahpahami, atau dari pertanyaan ujian yang lalu, yang gagal dijawab oleh setidaknya setengah dari kelas. (Sumber: Mazur, 1997) Kelompok Buzz (Buzz group). Kelompok Buzz adalah kelompok yang terdiri dari empat
atau lima mahasiswa yang dibentuk tanpa persiapan (secara spontan) untuk merespons satu atau lebih pertanyaan; kelompok dapat mendiskusikan pertanyaan yang sama atau berbeda. Diskusi bersifat informal dan mahasiswa tidak perlu mencapai satu kesepakatan/ konsensusmereka hanya sekadar berbagi pemikiran. Dalam suatu variasi yang disebut Snowball, ukuran kelompok bertambah dua kali lipat di setiap putarannya, dan tugasnya

Jika Anda mengajarkan suatu perkuliahan dengan ceramah, Anda mungkin ingin untuk memilih satu atau dua kegiatan yang cocok dengan tujuan perkuliahan Anda dan melihat bagaimana para mahasiswa merespons. Untuk hasil terbaik, hindarilah mengenalkan terlalu banyak kegiatan baru dalam perkuliahan apa pun dan hindarilah menggunakan terlalu sering suatu kegiatan.

Strategi-strategi Umum
Bentuklah kelompok atau pasangan informal dalam sesi kelas. Untuk meningkatkan partisipasi dan interaksi mahasiswa, bagilah kelas Anda ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk suatu latihan dalam kelas. Mintalah mahasiswa untuk membentuk kelompok dengan dua, tiga, atau empat orang yang duduk di dekatnya. Mintalah mahasiswa untuk menghadap orang yang duduk di belakangnya (atau di depannya) karena mahasiswa cenderung duduk di sebelah orang yang dikenalnya. Atau mintalah mereka untuk membentuk kelompok kecil bersama mahasiswa yang belum mereka kenal dan minta mereka memperkenalkan dirinya masing-masing sebelum mulai mengerjakan tugas. Metode lainnya adalah dengan meminta mahasiswa berhitung (1, 2, 3, hingga jumlah kelompok yang Anda perlukan), lalu berkumpul berdasarkan nomornya (para penyebut nomor 1, 2, dan seterusnya) untuk mengerjakan tugasnya. Berilah instruksi yang jelas. Jelaskanlah pada mahasiswa gambaran kegiatan Anda, harapan Anda, apa yang harus mereka capai, dan jumlah waktu yang akan mereka habiskan

222

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Informal

223

menjadi lebih sulit. Sebagai contoh, selama putaran pertama, anggota kelompok berbagi pemikiran mereka; selama putaran kedua, kelompok yang lebih besar mengidentifikasi pola umum di antara ide-ide yang ada; dan selama putaran ketiga, kelompok yang lebih besar lagi mengembangkan panduan, aturan, atau rencana tindakan. Kelompok buzz biasanya digunakan sebagai pemanasan untuk diskusi kelas. (Sumber: Barkley dkk., 2004; Jaques dan Salmon, 2007)

Jigsaw. Dalam proyek jigsaw, setiap anggota kelompok menyelesaikan bagian yang
terpisah-pisah dari suatu tugas. Ketika anggota kelompok telah menyelesaikan bagiannya, mereka melaporkan temuan mereka pada anggota kelompok lainnya, dan akhirnya kelompok menyatukan bagian-bagian tersebut untuk menyelesaikan proyeknya. Sebagai contoh, dalam sebuah kuliah Kimia, setiap mahasiswa dalam kelompok yang terdiri dari enam orang anggota dapat ditugaskan untuk meneliti beragam bentuk penghasil energi (nuklir, bahan bakar fosil, pembangkit listrik tenaga air, dan sebagainya), lalu mengajarkan konsep-konsep kunci pada anggota kelompok lainnya. Kelompok tersebut kemudian bersama-sama menyiapkan laporan yang komprehensif. Ketika semua kelompok mengerjakan topik yang sama, para anggota dari kelompok-kelompok berbeda yang mengerjakan sub-topik yang sama dapat berkumpul untuk mengembangkan strategi demi pengajaran materi mereka pada kelompok asal (home group)-nya. Prinsip jigsaw biasa digunakan untuk mengatur diskusi. Para mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, di mana masing-masingnya mengembangkan keahlian pada suatu topik dan menciptakan cara-cara untuk mengajarkan topik mereka. Kelompokkelompok ahli ini kemudian berpencar, dan para mahasiswa pindah ke kelompok baru, yang terdiri dari para mahasiswa yang mengembangkan keahlian dalam subtopik yang berbeda-beda. Dalam kelompok putaran kedua ini, mahasiswa mengajarkan materinya dan memimpin diskusi tentang subtopik bagian mereka. Sebagai contoh, dalam kuliah Bahasa Inggris, setiap kelompok diberikan seorang penulis yang menggabungkan elemen otobiografinya dalam cerita singkat mereka. Pada putaran kedua, mahasiswa bergiliran untuk memimpin diskusi, seiring kelompok membicarakan tentang masing-masing penulis. Pengajar kemudian menggabungkan kembali seluruh kelas untuk suatu diskusi membandingkan para penulis yang menggunakan materi otobiografinya tersebut. Sumber daya dan panduan untuk menggunakan jigsaw dapat ditemukan dalam www. jigsaw.org. (Sumber: Barkley dkk., 2004; Jaques dan Salmon, 2007; Lai dan Wu, 2006)

membaca dan diminta untuk menyiapkan dua pertanyaan tentang bacaan tersebut. Dalam waktu di kelas, mahasiswa kemudian berpasangan dan saling bertanya serta menjawab pertanyaan satu sama lain. Dalam satu variasi, mahasiswa telah membaca tugas yang sama, dan mereka membandingkan pemahaman serta ingatan mereka, serta mengklarifikasi pemahaman mereka tentang materi tersebut. Dalam variasi lainnya, mahasiswa ditugaskan untuk membaca bacaan yang berbeda dan kemudian mereka menggabungkan informasi dan pandangan mereka. (Sumber: Goldschmid, 1971)

Sel pembelajaran (Learning Cell). Untuk tugas rumah, mahasiswa diberikan tugas

Pemetaan konsep (Concept mapping). Peta konsep mengilustrasikan hubungan antar istilah, pemikiran, atau konsep. Mahasiswa yang bekerja sendiri atau dalam kelompok membentuk peta konsep dengan menghubungkan istilah-istilah dengan garis yang labelnya mengindikasikan hubungan antara istilah-itilah tersebut. Mengembangkan peta konsep menuntut mahasiswa untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan informasi serta membangun hubungan antara bagian-bagian informasi. Mahasiswa membuat nodus (simpul) yang menunjukkan suatu konsep, dan nodus-nodus itu kemudian dihubungkan menggunakan garis, yang diberi label untuk menunjukkan hubungan antar konsep tersebut. Sesuai kebutuhan, pengajar dapat memberikan petunjuk tentang hubungan tersebut. Sebagai contoh dari peta konsep, lihatlah referensi yang dikutip di bawah dan gunakanlah alat pencari Web Anda untuk mencari tutorial peta konsep. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan peta konsep mencapai tingkat yang lebih tinggi dan menyimpan informasi lebih lama. Walaupun mahasiswa dapat memahami dan menghargai nilai pemetaan konsep, mereka cenderung tidak menggunakannya dalam proses pembelajaran mereka. (Sumber: Fox dan Morrison, 2005; Nakhleh dan Saglam, 2005; Romance dan Vitale, 1999; Santhanam dkk., 1998) Peta pikiran (Mind map). Sesuai dengan catatan Budd (2004), peta pikiran adalah rancangan garis besar di mana kategori-kategori utamanya menyebar dari imej yang berada di tengah (pusat), dan kategori turunannya digambarkan sebagai cabang-cabang dari cabang yang lebih besar. Mahasiswa menggunakan grafik, gambar, dan warna untuk mengidentifikasi tema, sub-tema, dan contoh pendukungnya. Sebagai contoh, pengajar meminta mahasiswa untuk membuat peta pikiran untuk konsep permintaan dan penawaran dalam harga perumahan. Mahasiswa menggambar sebuah rumah di tengah kertas dan di satu sisi menggambar gambar-gambar yang terkait penawaran (misalnya, tanah, bangunan, peraturan). Di sisi lain dari gambar rumah, mahasiswa menggambarkan gambar-gambar yang terkait permintaan (misalnya, lokasi, fasilitas, kemampuan/keterjangkauan). Peta konsep dapat digunakan di sepanjang kelas untuk membantu mahasiswa, baik secara perseorangan maupun kelompok, mengeksplorasi suatu konsep atau topik. (Sumber: Budd, 2004)

Petualangan Web (Webquest). Para mahasiswa yang terlibat dalam Webquest melaksanakan penelitian terstruktur, di mana informasinya berasal dari sumber-sumber online. Pengajar menyediakan mahasiswa hampir semua atau bahkan semua dari elemenelemen berikut: informasi latar belakang yang deskriptif, pernyataan tentang tugas khusus tertentu, sebuah daftar tentang sumber-sumber informasi yang berbasis Web, penjelasan tentang proses penelitian untuk menyelesaikan tugasnya, dan saran-saran untuk mengorganisasikan informasinya serta merefleksikan proses dan hasilnya. Rancangan ini memungkinkan mahasiswa untuk berfokus pada penginterpretasian informasi dibandingkan pencariannya. Koleksi WebQuest dan sumber-sumber pengajaran dapat dijumpai di webquest.org. Para pengajar telah menggunakan WebQuest dalam beragam topik, mulai dari kloning manusia, mengurangi kematian paus akibat tabrakan dengan kapal atau terperangkap dalam alat penangkap ikan/jaring, membedakan satir dan parodi, serta menentukan apakah memilih kertas atau plastik. (Sumber: Dodge, 1995; Lamb dan Teclehaimanot, 2005; Zheng dkk., 2005) Daftar dua kolom (Two-column lists). Mahasiswa diminta untuk membuat sebuah daftar dua kolom yang membandingkan pandangan-pandangan atau menyajikan pro dan kontra dasi suatu posisi, dan mereka diminta untuk menuliskan setiap poin yang relevan

224

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Informal

225

yang dapat mereka pikirkan untuk setiap kolom. Daftar ini digunakan untuk memulai suatu diskusi. Persyaratan untuk menuliskan butir-butir dalam kedua kolom biasanya menghasilkan diskusi yang lebih menyeluruh dan mendalam tentang suatu topik.

KWL. KWL merupakan singkatan dari what I Know (apa yang saya ketahui), what I
want to know (apa yang saya ingin ketahui), dan what I learned (apa yang saya pelajari). Untuk memperkenalkan suatu topik baru, pengajar meminta mahasiswa untuk mendaftar apa-apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka ingin ketahui tentang topik tersebut. Pengajar mengumpulkan daftar-daftar ini dan menggunakannya untuk memperbaiki pemikiran awal yang salah dan untuk menyesuaikan isi perkuliahan demi merefleksikan pengetahuan dan minat mahasiswa. Di akhir unit, mahasiswa mendaftar apa-apa yang telah mereka pelajari. Pengajar kemudian mengumpulkan dan membaca semua daftar, tetapi tidak menilainya. (Sumber: Fritz, 2002)

Kirimkan suatu permasalahan (Send-a-problem). Setiap kelompok mahasiswa diberikan sebuah permasalahan, mencoba untuk memecahkannya, lalu mengoper masalah dan solusi tersebut ke kelompok di sebelahnya/yang terdekat dengannya. Tanpa melihat solusi yang diajukan oleh kelompok sebelumnya, kelompok berikunya kemudian bekerja untuk memecahkan masalah tersebut. Setelah beberapa kali dioper, kelompokkelompok tersebut kemudian menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis responsrespons yang muncul terhadap permasalahan yang mereka terima di operan terakhir serta melaporkan solusi yang terbaik pada seluruh kelas. Strategi ini bekerja paling baik ketika permasalahannya kompleks dan tidak memiliki satu jawaban yang benar. Sebagai contoh, seorang pengajar dalam Perencanaan Kota meminta kelompok mahasiswa untuk mengerjakan masalah pengaturan ulang perumahan. Di sepanjang putaran terakhir, kelompok-kelompok mengevaluasi solusi-solusi yang telah mereka peroleh dan memilih yang terbaik. (Sumber: Barkley dkk., 2004) Pertanyaan yang menantang (Challenging Question). Berilah pertanyaan yang menantang pada kelompok atau pasangan mahasiswa untuk diselesaikan, atau, lebih baik lagi, mintalah mahasiswa menciptakan dan menjawab pertanyaan yang menarik berdasarkan prinsip-prinsip yang didiskusikan dalam perkuliahan terkait. Berikut adalah contohcontoh dari suatu kuliah Ekonomi: Mengapa tempat duduk anak dipersyaratkan di mobil, tetapi tidak di pesawat terbang? Mengapa telur coklat lebih mahal dibandingkan telur putih walaupun rasanya sama dan nilai nutrisinya persis sama? Mengapa pengantin wanita menghabiskan begitu banyak uang untuk gaun pengantin yang tidak akan pernah mereka pakai lagi, sedangkan pengantin laki-laki sering kali hanya menyewa jas murah meskipun mereka mungkin memiliki banyak acara di masa datang yang menuntut untuk menggunakan jas?

dipertahankan, dan diminta untuk menyajikan argumentasi demi mendukung posisi mereka dan untuk menyanggah argumentasi yang disajikan oleh tim yang berlawanan. Pemberian tugas untuk debat formal menyatakan dalil positif yang jelas dan tidak ambigu, menyediakan bagian waktu yang spesifik untuk setiap pembicara (biasanya lima menit atau kurang), dan menjelaskan tanggung jawab dari setiap pembicara. Dalam debat yang tradisional, misalnya, pembicara afirmatif (posisi pro) yang pertama mendefinisikan istilah utamanya dan menggambarkan garis besar kasus afirmasinya; pembicara negatif (posisi kontra) yang pertama menantang istilah yang didefinisikan dengan buruk serta menggambarkan garis besar kasus negatifnya; pembicara afirmatif dan negatif yang kedua melengkapi kasus di sisi mereka dengan menyediakan bukti; dan pembicara yang menantang berfokus pada kelemahan dari argumentasi pihak lawan yang paling penting. Mahasiswa yang tidak ikut dalam perdebatan dapat berperan sebagai juri dan mencatat argumentasi-argumentasi yang muncul. Sebagai tindak lanjut, setiap mahasiswa menuliskan ringkasan singkat dari salah satu sisi dalam debat, baik afirmatif atau negatif, yang melibatkan tesis/asumsi dasarnya, alasan-alasan, dan bukti-buktinya. Untuk debat informal, Anda dapat mengajukan sebuah dalil dan mintalah mereka yang setuju untuk duduk di satu bagian ruangan dan mereka yang tidak setuju untuk duduk di bagian kelas lainnya. Anda juga dapat menciptakan bagian ketiga untuk mereka yang belum dapat memutuskan. Mintalah mahasiswa dari satu bagian, kemudian bagian lainnya, untuk mendukung posisi mereka masing-masing. Pada jangka waktu yang ditetapkan (sepuluh atau lima belas menit), mintalah mahasiswa untuk berpindah ke bagian yang lain jika mereka berubah pikiran. Pendekatan alternatifnya adalah dengan menamai ulang bagian-bagian yang ada setelah para mahasiswa memilih sisi yang didukungnya dan meminta mahasiswa untuk berargumentasi melawan sudut pandang yang berbeda dari posisi awal mereka. Teknik ini dapat membantu mahasiswa untuk bergerak melampaui suatu pemahaman benar lawan salah dari sebuah topik menuju sudut pandang yang lebih toleran dan fleksibel (tidak kaku). Sebagai contoh dari pertanyaan dan materi pendukung suatu debat, lihatlah serial Taking Sides: Clashing Views in . Serial tersebut hadir dengan panduan dari seorang pengajar, dan lebih dari dua lusin buku, meliputi pertanyaan-pertanyaan debat dan bacaan yang relevan dalam bidang-bidang seperti Sejarah, Bioetika, Psikologi, Ilmu Politik, Hukum Pidana, Bisnis, dan Antropologi. Sebagai contoh, Taking Sides: Clashing Views on Educational Issues (Masalah Pendidikan) menciptakan pertanyaan debat (Apakah privatisasi adalah harapan untuk masa depan? Dapatkah prakarsa pemerintah federal/ pusat menyelamatkan sekolah yang gagal?) dan menyajikan artikel-artikel sebagai sumber utama untuk mendukung tiap posisi. (Sumber: Bean, 1996; Crone, 1997; Goodwin, 2003)

Pertanyaan-pertanyaan menarik ini (dan penjelasan ekonominya) ada di antara penjelasan-penjelasan yang dikemukakan dalam Frank (2007).

Diskusi Panel. Mahasiswa dibagi menjadi panel-panel dan setiap panel diberikan sebuah
topik untuk diteliti. Pada hari presentasi, setiap panelis melakukan presentasi sangat singkat sebelum mimbar dibuka untuk menerima pertanyaan dari kelas. Diskusi panel paling berhasil ketika pengajar memberikan petunjuk yang memadai pada mahasiswa tentang bagaimana menyiapkan presentasi mereka dan mempersiapkan diri untuk menindaklanjuti sesi tanya-jawab.

Debat. Debat menyediakan struktur yang efisien untuk presentasi kelas ketika materinya
mudah dibagi menjadi pandangan yang berlawanan, atau posisi pro dan kontra. Untuk debat formal, mahasiswa dimasukkan ke dalam kelompok, diberikan posisi yang harus

226

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Formal

227

Daftar Referensi
Barkley, E. F., Cross, K. P ,, and Major, C. H. Collaborative Learning Techniques: A Handbook for College Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 2004. Bean, J. C., Engaging Ideas: The Professors Guide to Integrating Writing, Critical Thinking, and Active Learning in the Classroom. San Francisco: Jossey-Bass, 1996. Budd, J. W., Mind Maps as Classroom Exercises. Journal of Economic Education, 2004, 35(1), 35-46. Cameron, B. J. Active Learning. Halifax, Canada: Society for Teaching and Learning in Higher Education, 1999. Crone, J. A. Using Panel Debates to Increase Student Involvement in the Introductory Sociology Class. Teaching Sociology, 1997, 25(3), 214-218. Dodge, B. WebQuests: A Technique for Internet-Based Learning. Distance Educator, 1995, 1(2), 10-13. Fox, J., and Morrison, D. Using Concept Maps in Learning and Teaching. in P . Hartley. A. Woods, and M. Pill (Eds.), Enhancing Teaching in Higher Educatioan: New Approaches for Improving Student Learning. New York: Routledge, 2005. Frank, R. H. The Economic Naturalist: In Search of Explanations for Everyday Enigmas. New York: Basic Books, 2007. Fritz, M. Using a Reading Strategy to Foster Active Learning in Content Area Courses. Journal of College Reading and Learning, 2002, 32(2), 189-194. Goldschmid. M. L. The Learning Cell: An Instructional Innovation. Learning and Development, 1971, 2(5), 1-6. Goodwin, J., Students Perspectives on Debate Exercises in Content Areas Classes. Communication Education, 2003, 52(2), 157-163. Jaques, D., and Salmon, G. Learning in Groups. (4th ed.) New York: Routledge, 2007. Lai, C-Y., and Wu, C-C. Using Handhelds in a Jigsaw Cooperative Learning Environment. Journal of Computer Asisted Learning, 2006, 22(4), 284-297. Lamb, A., and Teclehaimanot, B. A Decade of WebQuests: A Retrospective. In M. Orey, J. McClendon, and R. M. Branch (Eds.), Educational Media and Technology Yearbook. Vol. 30. Englewood, CO: Libraries Unlimited, 2005. Lyman, E. T. Think-Pair-Share. Thinktrix, Thinklinks, and Weird Facts: An Interactive System for Cooperative Learning. In N. Davidson and T. Worsham (Eds.), Enhacing Thinking through Cooperative Learning. New York: Teachers College Press, 1992. Mazur, E. Peer Instruction: A User's Manual, Upper Saddle Riser, NJ: Prentice Hall, 1997. Nakhleh. M. B., and Saglam, Y. Using Concept Maps to Figure Out What Your Students Are Really Learning. In N. J. Pienta, M. M. Cooper; and T. J. Greenbowe (Eds.), Chemists' Guide to Effective Teaching. Upper Saddle River. NJ: Prentice Hall, 2005. Romance. N. R., and Vitale, M. R Concept Mapping as wool for Learning: Broadening the Framework for Student-Centered Instruction. College Teaching, 1999, 47(2), 74-79. Santhanam, E., Leach, C., and Dawson, C. Concept Mapping: How Should It Be Introduced, and Is There Evidence for Long Tern Benefit? Higher Education, 1998, 35(3), 317-328. Silberman, M. Teaching Actively. Boston, MA: Pearson Education, 2006. Staley, C. Fifty Ways to Leave Your Lectern. Belmont, CA: Wadsworth/Thomson, 2003. Taking Sides: Clashing Views in .... A series of books from McGraw-Hill, various dates. Zheng, R., Stucky; B., McAlack, M., Menchana, M., and Stoddart, S. WebQuest Learning as Perceived by Higher-Education Learners Tech Trends, 2005, 49(4), 41-49.

23
Kegiatan Belajar Kelompok Formal

Mahasiswa yang mengajukan pertanyaan, memecahkan permasalahan, menciptakan solusi, mengusulkan alternatif, terlibat dalam kegiatan praktik, dan berpartisipasi dalam kelompok belajar cenderung untuk belajar lebih banyak serta menyimpan informasi dan keterampilan lebih lama daripada mahasiswa yang hanya duduk dan mendengarkan ceramah secara pasif (Astin, 1993; Pascarella dan Terenzini, 2005; Prince, 2004).

Bab ini mendata beragam pendekatan dalam kegiatan kelompok terstruktur yang akan melibatkan mahasiswa. Beberapa dapat dengan mudah digabungkan dalam perkuliahan dengan ceramah atau diskusi tradisional, sedangkan beberapa di antaranya mewakili pendekatan yang lebih kompleks dan ambisius terhadap bentuk dan struktur kelas. Lihatlah juga Bab 24, Studi Kasus dan Bab 25, Simulasi: Bermain Peran, Permainan, dan Dunia Virtual (Maya).

Strategi-strategi Umum
Pilihlah pendekatan yang sesuai dengan gaya dan tujuan pembelajaran Anda. Pilihlah kegiatan yang terasa nyaman bagi Anda. Mulailah dengan menggunakan satu strategi di sepanjang satu atau dua periode kelas atau untuk satu segmen perkuliahan. Ajarkanlah mahasiswa bagaimana untuk bekerja dengan pendekatan baru. Mahasiswa
mungkin membutuhkan beberapa saran atau bantuan dalam mengambil peran yang lebih aktif dalam ruang kelas. Tetapkanlah harapan bagi keterlibatan mahasiswa di awal perkuliahan dan perkuatlah harapan Anda tersebut di sepanjang semester. Bantulah mahasiswa memahami bahwa mereka dapat belajar lebih banyak dengan melakukan daripada sekadar mendengar, dan melalui kerja sama dengan orang lain dibandingkan bekerja sendiri. (Sumber: Felder dan Brent, 1996; Leeds dkk., 1998)

Mintalah umpan balik dari mahasiswa sepanjang semester. Evaluasi tengah semester akan membantu Anda melihat apa yang berhasil dijalankan dan apa yang perlu dikembangkan. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran.

228

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Formal

229

Contoh-contoh Kegiatannya
Belajar dengan penemuan (Discovery learning). Dalam bentuk penemuan, pengajar memberikan situasi yang baru, teka-teki yang menarik, serangkaian hasil observasi untuk dijelaskan, atau suatu pertanyaan terbuka yang dieksplorasi mahasiswa dengan cara yang sebagian besar mandiri. Mahasiswa dapat diminta untuk berspekulasi, dengan berdasarkan informasi yang terbatas, tentang bahan apa yang digunakan dalam artefak zaman kuno, atau mereka dapat diminta membuat hipotesis tentang konduktivitas (kemampuan menghantarkan) dari beragam cairan. Dalam bentuk discovery learning yang paling murni, pengajar menetapkan sejumlah permasalahan dan memberikan umpan balik atas upaya mahasiswa, tetapi tidak mengarahkan atau membimbing upaya tersebut. Bentuk murni seperti ini jarang digunakan di pendidikan tinggi karena ini dapat sangat memakan waktu. Lebih seringnya, pengajar menyediakan bimbingan di sepanjang proses, dalam bentuk mengidentifikasi kegiatan pemecahan masalah, memfasilitasi kegiatankegiatan selama proses penemuan, membantu mahasiswa untuk tetap bertahan dalam tugasnya, dan memberi petunjuk pada mahasiswa ke arah sumber-sumber yang sesuai. Penelitian menunjukkan bahwa penemuan yang dibimbing/guided discovery (gabungan antara bimbingan oleh pengajar dan sejumlah eksplorasi bebas) lebih efektif dibandingkan penemuan murni/pure discovery (di mana mahasiswa tidak menerima atau menerima sedikit sekali bimbingan). (Sumber: Kirschner dkk., 2006; Mayer, 2004; Prince dan Felder, 2006) Rancangan yang dibimbing (Guided design). Dalam guided design, yang awalnya dikembangkan dalam bidang teknik, mahasiswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima anggota, dan mereka didorong melalui sejumlah urutan langkah yang kompleks untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, dengan pembimbing menyediakan umpan balik di setiap langkahnya. Langkah-langkah tersebut dapat meliputi mendefinisikan situasi, menyatakan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, menghasilkan ide-ide dan memilih yang terbaik, mendefinisikan situasi baru yang akan dihasilkan ketika ide yang dipilih diimplementasikan, menyiapkan rencana mendetail untuk mengimplementasikan ide tersebut, mengimplementasikan rencana tersebut, serta mengevaluasi dan belajar dari kesuksesan atau kegagalan proses dan rencananya. Guided design berfungsi sebagai jembatan dari permasalahan teoretis yang memiliki satu solusi menuju permasalahan dunia nyata yang terbuka (memiliki banyak kemungkinan solusi). Sebagai contoh, dalam kuliah Teknik Metalurgi, seorang pengajar menggunakan proses ini untuk meminta mahasiswa mendesain ulang sebuah gerbang di garasi parker sehingga gerbang akan mencegah tabrakan dari mobil, mencegah kerusakan struktural pada mobil. (Sumber: Wales dan Stager, 1982; Wankat, 2002) Pembelajaran berbasis kelompok (Team-based learning). Dalam pembelajaran berbasis
kelompok, sebuah unit perkuliahan dimulai dengan mahasiswa menyelesaikan suatu set tugas awal, yang dapat melibatkan tugas membaca atau laboratorium. Mahasiswa kemudian melaksanakan tes pilihan ganda singkat untuk pengukuran kesiapan yang mengukur pemahaman mereka tentang konsep-konsep dasar. Setelah para mahasiswa melaksanakan tes secara individual, mereka bertemu dalam kelompok yang ditetapkan

untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mencapai kesepakatan atas jawabannya. Baik nilai mereka secara perseorangan maupun sebagai kelompok akan dicatat dan akan digunakan dalam perhitungan nilai mereka di perkuliahan tersebut. Pengajar memberikan ceramah singkat untuk mengklarifikasi setiap permasalahan yang muncul selama tes pengukuran. Berikutnya kelompok-kelompok tersebut melaksanakan tugas yang menantang; misalnya, dalam kuliah Psikologi, kelompok diminta untuk menentukan fenomena psikologis yang manakah yang menjelaskan alasan kegagalan orang untuk berolah raga secara teratur, membersihkan gigi dengan benang pembersih (floss) setiap harinya, serta memakan buah dan sayuran. Dimiliki oleh Universitas Oklahoma, www.teambasedlearning.org menawarkan panduan, sumber daya, contoh, dan tips pengimplementasian. (Sumber: Michaelsen dkk., 2004)

Pembelajaran nyata (Authentic learning). Pembelajaran yaitu berfokus pada masalah


dunia nyata dan solusinya. Pengajar memilih permasalahan yang didefinisikan kurang baik dan yang membutuhkan penyelidikan serta kolaborasi terus-menerus. Mahasiswa tidak diberi serangkaian daftar sumber daya, tetapi harus mencari serta membedakan sendiri informasi yang relevan dari yang tidak relevan. Kegiatan nyata melibatkan mahasiswa dalam pembuatan pilihan, mengevaluasi solusi tandingannya, dan menciptakan suatu produk akhir. Seorang pengajar menggunakan pembelajaran nyata untuk meminta mahasiswa mengasumsikan identitas para pemegang kepentingan di Basin Sungai Mekong dari Asia Tenggara dan mendebat keuntungan dari usulan proyek pengembangan yang menggunakan Mekong e-Sim, sebuah lingkungan belajar online. Yang lain menggunakan teknik untuk meminta mahasiswanya menyelidiki kontaminasi arsenik dalam persediaan air. Membangun rekonstruksi virtual tiga dimensi dari suatu pasar Athena kuno adalah tujuan dari upaya lainnya. (Sumber: Lombardi, 2007)

Pengajaran berbasis keingintahuan (Inquiry-based instruction). Dalam pembelajaran


berbasis keingintahuan terstruktur (structured inquiry), mahasiswa diberikan suatu perma-salahan untuk dipecahkan, suatu metode untuk memecahkan masalah, dan bahan-bahan yang dibutuhkan, tetapi tidak diberi tahu hasil yang diharapkan. Dalam pembelajaran berbasis keingintahuan yang dibimbing (guided inquiry), mahasiswa juga harus menemukan metode untuk memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu, mahasiswa mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan permasalahan yang bagus, mengidentifikasi dan mengumpulkan bukti yang sesuai, menyajikan hasilnya secara sistematis, menganalisis dan menginterpretasi hasil, menyusun kesimpulan, dan mengevaluasi nilai serta pentingnya kesimpulan tersebut. Metode pengajaran, baik yang digunakan satu per satu atau yang dikombinasikan, dapat mencakup ceramah interaktif, diskusi, kerja kelompok, studi kasus, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), simulasi, kerja lapangan, dan praktik laboratorium.

Pendekatan guided inquiry dapat menjadi paling efektif untuk kelas kecil dan mahasiswa tingkat pertama yang sedang membentuk kebiasaan belajar. Sebaliknya, pembelajaran open inquiry menuntut mahasiswa untuk menyusun pula permasalahan yang akan mereka teliti. Seperti penelitian mandiri, open inquiry paling sesuai untuk mahasiswa tingkat lanjutan.

230

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Formal

231

Dalam pembelajaran berbasis keingintahuan yang dibimbing dengan orientasi proses (process-oriented guided inquiry learning/POGIL), yang dikembangkan oleh pengajar dalam Kimia, mahasiswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil diberikan data atau informasi dan satu set pertanyaan penuntun yang dirancang untuk membimbing mereka dalam menyusun kesimpulannya. Siklus pembelajarannya terdiri dari eksplorasi, penemuan atau pembentukan konsep, dan aplikasi, di bawah bimbingan pengajar. Situs Web POGIL (www.pogil.org) menawarkan penjelasan tentang metodenya dan bahanbahan pengajarannya. Penelitian menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan bentuk pengajaran lainnya, pengajaran berbasis keingintahuan (inquiry-based) menghasilkan skor yang setara atau lebih tinggi dalam tes prestatif, pengurangan mahasiswa yang lebih sedikit, dan kepuasan mahasiswa yang lebih tinggi terhadap metode pengajarannya. Inquiry-based method sangat banyak digunakan dalam bidang Sains; guided inquiry terutama populer/banyak digunakan dalam Kimia. (Sumber: Cooper, 2005; Lee, 2004; Prince dan Felder, 2006)

Metode kasus. Dikembangkan dalam pendidikan bisnis dan hukum, metode kasus melibatkan sekelompok besar mahasiswa dalam diskusi tentang suatu permasalahan yang telah dianalisis secara seksama oleh mahasiswa, sebelum sesi kelas tersebut. Pengajar memimpin diskusi kelas, yang berfokus pada analisis kritis, eksplorasi terhadap beragam sudut pandang, aplikasi dari pemikiran-pemikiran dan prinsipprinsip, serta pembuatan keputusan. Ceramah. Pengajar memulai suatu ceramah dengan menyajikan suatu permasalahan untuk diskusi kelas.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning). PBL, yang dikembangkan dalam bidang Kedokteran, adalah metode pengajaran di mana masalah terbuka (masalah yang memiliki banyak kemungkinan jawaban) yang disusun dengan seksama diperkenalkan pada permulaan siklus pengajaran dan digunakan untuk menyediakan konteks dan motivasi bagi pembelajaran yang akan mengikuti. Dibandingkan mengajarkan mahasiswa tentang apa yang perlu mereka ketahui dan kemudian memberikan permasalahan, PBL mulai dengan suatu permasalahan yang menentukan apa yang dipelajari mahasiswa. Permasalahannya berasal dari fenomena atau kejadian yang dapat diamati, yang mana mahasiswa akan paham seiring mereka mempelajari tentang teori penjelas yang mendasarinya. Di sini mahasiswa terlibat dalam pembelajaran yang diarahkan secara mandiri, lebih sering di dalam kelompok.

Bagi pengajar yang menggunakan metode ini, tugas yang penting adalah mengembangkan permasalahan yang bagus, permasalahan yang memunculkan topik-topik yang meyakinkan dan yang terkait dengan tujuan perkuliahan. Universitas Delaware (www. udel.edu/pbl) dan Universitas Samford (www.samford.edu/ctls/problem_based_learning. html) mengoperasikan situs Web tentang PBL dengan deskripsi tentang informasi, contoh, silabus, dan sumber lainnya. PBL juga menuntut sejumlah keahlian dan fleksibilitas terkait materi yang menjadi subjek di sisi pengajarnya, yang harus mampu untuk membimbing mahasiswa menuju fakta-fakta, aturan-aturan, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang relevan. Pengajar juga memerlukan keterampilan dan kesabaran dalam bekerja dengan mahasiswa yang tidak terbiasa menangani manajemen proyek dan konflik antar pribadi (interpersonal). Penelitian telah menunjukkan dampak positif dari PBL pada pengembangan keterampilan, motivasi intrinsik, kemampuan untuk bekerja dalam tim, dan kemampuan mengingat kembali informasi setelah jangka waktu yang lama, pada mahasiswa. Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan mahasiswa yang diajar secara konvensional, mahasiswa PBL memiliki kesenjangan dalam pengetahuan kognitifnya dan memandang diri mereka kurang siap dalam hal disiplin. (Sumber: Albanese dan Mitchell, 1993; Duch dkk., 2001; Gijbels dkk., 2005; Hativa, 2000; Hmelo-Silver, 2004; Knowlton dan Sharp, 2003; Prince, 2004; Prince dan Felder, 2006; Savin-Baden, 2003; Schwartz dkk., 2001)

Sebagai contoh, mahasiswa disajikan sebuah permasalahan dunia nyata, yang bersifat terbuka, kemudian mereka diminta untuk menganalisis dan menghasilkan hipotesis yang menjelaskan data atau fenomena tersebut, mencari data-data tambahan untuk mendukung atau menantang hipotesis tersebut, mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan untuk belajar tambahan secara mandiri, serta menentukan bagaimana untuk memprosesnya. Penekanannya adalah pada pembelajaran suatu subjek dengan menangani suatu permasalahan, dibandingkan hanya pemecahan masalah itu sendiri; bahkan, permasalahan tersebut bisa jadi tidak dapat dipecahkan. Masalah paling sederhana mungkin memerlukan beberapa hari untuk bekerja, tetapi metode ini juga digunakan pada permasalahan kompleks, yang menghabiskan waktu sepanjang semester. Perkuliahan yang menggunakan PBL dapat menggabungkan beragam bentuk: Diskusi kelompok kecil dengan seorang pengajar. Mahasiswa bertemu sebagai satu kelompok dengan seorang tenaga pengajar yang berperan sebagai fasilitator dan tenaga ahli tidak tetap seiring mahasiswa mendiskusikan suatu permasalahan. Kelompok belajar kolaboratif. Mahasiswa bertemu sebagai kelompok, biasanya selama suatu bagian dari sesi kelas, untuk memecahkan suatu permasalahan, dengan pengajar siap sedia sebagai konsultan bagi semua kelompok.

Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning). Pembelajaran berbasis proyek dimulai dengan penugasan satu atau lebih tugas yang akan mengarahkan pada pembuatan hasil akhir (sebagai contoh, desain, model, peralatan, atau simulasi komputer). Jenis pembelajaran berbasis proyek yang berbeda memberikan derajat kemandirian yang berbeda pula pada mahasiswa:
Pada proyek tugas, kelompok mahasiswa bekerja pada proyek yang telah diberi batasan oleh pengajar dan mereka amat bergantung pada metode yang disarankan pengajar. Pada proyek disiplin, pengajar memberi batasan area subjek dan pendekatan umum yang akan digunakan, tetapi mahasiswanya menentukan proyek lebih spesifik dan memilih pendekatan tertentu. Pada proyek permasalahan, mahasiswa hampir sepenuhnya bebas untuk memilih proyek mereka dan pendekatan yang mereka gunakan.

232

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Kegiatan Belajar Kelompok Formal

233

Pembelajaran berbasis proyek umum digunakan dalam bidang teknik; sumbersumber untuk perkuliahan teknik tersedia di www.pble.ac.uk (suatu konsorsium dari universitas-universitas di Inggris/United Kingdom). Informasi lebih umum tentang pembelajaran berbasis proyek tersedia di situs Web Negara Bagian Boise (www.pblonline.org). Pembelajaran berbasis proyek sama dengan pembelajaran berbasis permasalahan (problem-based learning) di mana tim mahasiswa mengerjakan tugas yang bersifat terbuka, membuat strategi tentang solusinya, secara terus-menerus mengevaluasi ulang pendekatan mereka sebagai reaksi atas hasil dari upaya mereka. Namun, pem-belajaran berbasis proyek biasanya memiliki lingkup yang lebih luas dan dapat mencakup beberapa permasalahan. Lebih lanjut lagi, dalam pembelajaran berbasis proyek, keluaran/hasil terakhirnya adalah fokus utama dari tugasnya, dan penyelesaian proyek sangat tergantung pada aplikasi pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Sebaliknya, dalam pembelajaran berbasis permasalahan, penekanannya berada pada perolehan pengetahuan baru, dan solusi yang dihasilkan tidaklah sepenting pengetahuan yang diperoleh dari upaya pemecahan masalah tadi. Penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan mahasiswa yang diajar secara tradisional, mahasiswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran berbasis proyek lebih termotivasi, menampikan keterampilan komunikasi dan bekerja sama yang lebih baik, serta memiliki pemahaman yang lebih baik pula tentang sejumlah topik dan bagaimana mengaplikasikannya dalam permasalahan nyata. Bagaimanapun, mereka mungkin pemahaman yang kurang lengkap tentang dasar-dasar materinya. Sebagai tambahan, beberapa mahasiswa merasa tidak senang tentang waktu dan usaha yang dibutuhkan oleh proyek serta tentang konflik antar pribadi yang disebabkan oleh rekan satu tim-nya yang tidak peduli Mereka juga bisa merasa bahwa mereka bekerja lebih keras dibandingkan mahasiswa yang diajar secara tradisional, dan beberapa orang tidak menyukai diuji secara perorangan setelah melakukan sebagian besar dari pekerjaannya dalam kelompok (sebuah keluhan umum dari para mahasiswa yang bekerja dalam kelompok). (Sumber: Bacon, 2005; Donnelly dan Fitzmaurice, 2005; Prince dan Felder, 2006)

banyak pengajar mempercayai bahwa mahasiswa yang terlibat aktif dan tertantang setara manfaatnya dengan biaya berupa sedikit pemangkasan kurikulum dan tujuan perkuliahan.

Saya mengajar perkuliahan kelas besar dan akan timbul kekacauan jika melakukan apa pun selain ceramah. Pengajar telah meminta mahasiswanya di dalam kelas perkuliahan
besar untuk meniup balon demi memahami bagaimana alam semesta membentang, atau memasukkan botol plastik ke dalam kantong plastik berisi es untuk mengeksplorasi hubungan antara suhu dengan tekanan. Selama dalam kegiatan ini, pengajar masih tetap memegang kontrol kelas, tetapi kontrolnya lebih halus, sering pengajar membimbing para mahasiswa di sepanjang eksperimen. Kegiatan-kegiatan ini digunakan sebagai tambahan, bukan untuk mengganti, ceramah. (Sumber: Caprio dan Micikas, 1997-98)

Menyiapkan ini menghabiskan terlalu banyak waktu. Anda mungkin akan memerlukan lebih banyak persiapan saat pertama kali, tetapi hanya sampai Anda merasa terbiasa/familiar dengan suatu strategi. Di sisi lain, Anda dapat merasa bersemangat dengan melaksanakan pendekatan pengajaran yang baru.

Kegiatan seperti ini adalah tentang hiburan dan bukan tentang pembelajaran. Belajar itu bisa menyenangkan dan sekaligus bermanfaat. Strategi-strategi ini menantang mahasiswa dan membutuhkan usaha yang terkonsentrasi-kegiatan tersebut bukanlah sekadar permainan yang mudah atau hiburan kosong.

Daftar Referensi
Albanese, M. A., and Mitchell. S. Problem-Based Learning: A Review of the Literature on Its Outcomes and Implementation Issues. Academic Medicine; 1993, 68(1), 52-81. Astin A. W., What Matters in College? Four Critical Years Revisited. San Fransisco: Jossey-Bass, 1993. Bacon. D. R. The Effect of Group Projects on Content-Related Learning. Journal of Management Education, 2005, 29(2), 248- 267. Caprio, M. W., and Micikas, L. B. Getting There from Here. Journal of College Science Teaching, Dec. 1997 Jan. 1998, 27(3), 217-221. Cooper. M. M. An Introduction to Small-Group Learning. In N. J. Pienta. M. M. Cooper, and T.J. Greenbowe (Eds.), Chemists Guide to Effective Working. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall, 2005. Donnelly, R., and Fitzmaurice, M. Collaborative Project-Based Learning and Problem-Based Learning in Higher Education: A Consideration of Tutor and Student Roles in Learner Focused Strategies. In G. ONeill, S. Moore, and B. McMullin (Eds.), Emerging Issues in the Practise of University Learning and Teaching.Dublin: All Ireland Society for Higher Education (AISHE), 2005. Duch, B. J., Groh, S. E., and Allen, D. E. The Power of Problem-Based Learning. Sterling, VA: Stylus, 2001. Felder, R. M., and Brent, R. Navigating the Bumpy Road to Student-Centered Instruction. College Teaching, 1996, 44(2), 43-47. Gijbels, D., Dochy, F., Van den Bossehe, P ., and Segers, M. Effects of Problem-Based Learning: A Meta-Analysis from the Angle of Assessment. Review of Educational Research, 2005, 75(1), 2761.

Menangani Kekhawatiran Mahasiswa dan Pengajar


Mahasiswa tidak menyukai kegiatan seperti ini; mereka lebih memilih saya berceramah.
Mahasiswa yang terbiasa untuk pasif mungkin akan memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri menjadi aktif, dan di akhir semester, beberapa mahasiswa masih akan tetap lebih memilih ceramah tradisional. Jelaskanlah manfaat kegiatan selain ceramah di permulaan kuliah, dan perkuatlah harapan Anda di sepanjang semester. Cobalah sebaik mungkin yang Anda bisa untuk menghindari kelemahan, seperti memberikan tugas yang tidak jelas dan memusingkan serta menetapkan batasan waktu yang tidak realistis. (Sumber: Felder dan Brent, 1996; Leeds dkk., 1998)

Strategi seperti ini menghabiskan terlalu banyak waktu kelas. Kegiatan belajar kelompok
formal dapat menghabiskan lebih banyak waktu kelas dibandingkan ceramah, tetapi

234

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi


Hativa, N. Teaching, for Effective Learning in Higher Education. Norwell, MA: Kluwer Academic Publishers, 2000. Hmelo-Silver, C. E., Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn? Educational Psychology Review, 2004, 16(3), 235-266. Kirschner, P . A., Sweller, J, and Clark, R. E. Why Minimal Guidance during Instruction Does Not Work: An Analysis of the Failure of Constructivist, Discovery, Problem-Based, Experiential, and Inquiry-Based Teaching. Educational Psychologist, 2006, 41(2), 75-86. Knowlton, D. S., and Sharp, D. C. (Eds.). Problem-Based Learning in the Information Age. New Directions for Teaching and Learning, no. 95. San Francisco: Jossey-Bass, 2003, Lee, V. S. Teaching and Learning through Inquiry: A Guidebook for Institutions and Instructors. Sterling, VA: Stylus, 2004. Leeds, M., Stull, W., and Westbrook, J. Do Changes in Classroom Techniques Matter? Teaching Strategies and Their Effects on Teaching Evaluations. Journal of Education f or Business, 1998, 74(2), 75-78. Lombardi, M. M. Authentic Learning for the 21st Century: An Overview. Educause Learning Initiative, May 2007. http://connect.educause/edu/Library/ELI/AuthenticLearningforthe21 /39343 Mayer, R. E. Should There Be a Three-Strikes Rule against Pure Discovery Learning? American Psychologist, 2004, 59(1), 14-19. Michaelsen, L. K., Knight, A. B., and Fink, L. D. (Eds.). Team-Based Learning: A Transformative Use of Small Groups in College Teaching. Sterling, VA: Stylus, 2004. Pascarella, E. T, and Terenzini, P . T. How College Affect Students: A Third Decade of Research. Vol. 2. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Prince, M. J. Does Active Learning Work? A Review of the Research. Journal of Engineering Education, 2004, 93(3), 223-231. Prince, M. J., and Felder, R. M. Inductive Teaching and Learning Methods: Definitions, Comparisons, and Research Bases. Journal of Engineering Education. 2006, 95(2), 123-137. Savin-Baden, M. Facilitating Problem Based Learning. Berkshire, England: Society for Research in Higher Education and Open University Press, 2003. Schwartz, P, Mennin, S.. and Webb, G. Problem-Based Learning: Case Studies Experience and Practice. London: Kogan Page. 2001. Wales, C. E.. and Stager, R. A. Teaching Decision Making with Guided Design. Journal of College Science Teaching, 1982, 12(1), 24. Wankat. P . C. The Effective, Efficient Professor: Teaching, Scholarship and Service. Boston: Allyn and Bacon, 2002.

Studi Kasus

235

24
Studi Kasus

Metode kasus awalnya berasal dari pengajaran bidang Hukum dan Kedokteran (Boehrer dan Linsky, 1990), kemudian diperluas ke Bisnis, dan sekarang digunakan dalam berbagai disiplin ilmu di bidang Kemanusiaan (humanities), Ilmu Sosial, serta Ilmu Fisika dan Biologi (Dinan, 2005).

Sebuah kasus adalah cerita atau situasi yang menggambarkan masalah umum atau prinsip khusus. Kasus yang baik menyajikan situasi yang realistis (baik nyata maupun yang diciptakan) dan melibatkan latar belakang, fakta, konflik, dilema, dan urutan kejadian, yang relevanhingga suatu titik yang menuntut pembuatan keputusan atau tindakan. Ketika mahasiswa menganalisis dan mendiskusikan kasusnya, mereka mengulang kembali dan mengkritisi tindakan tokoh-tokohnya, mengajukan solusi, dan mencoba untuk menyimpulkan hasilnya. Kasus-kasus yang baik sering kali membuka peluang terhadap tindakan alternatif dan lebih dari satu solusi.

Strategi-strategi Umum
Identifikasilah tujuan pengajaran Anda. Studi kasus dapat digabungkan ke dalam suatu
perkuliahan atau berfungsi sebagai metode utama dari perkuliahan tersebut. Penggunaan kasus memberikan mahasiswa kesempatan untuk menganalisis, mensintensis, dan mengintegrasikan informasi; untuk mengembangkan penalaran dan keterampilan pemecahan masalah; untuk belajar bagaimana cara berkolaborasi dengan teman sebayanya (peer); dan untuk menentukan penilaian, menimbang pro dan kontra, serta mengevaluasi solusi secara kritis. (Boehrer, 1994; Grant, 1997; Smith dan Murphy, 1998; Wilcox, 1999)

Tentukanlah bagaimana mahasiswa akan mengerjakan kasusnya. Mahasiswa dapat bekerja secara perseorangan, berpasangan, dalam kelompok kecil, atau bersama-sama seluruh kelas. Secara khusus, studi kasus paling sesuai untuk dikerjakan dalam kelompok kecil, di mana beragam sudut pandang dapat mendukung penilaian dan pemahaman yang lebih luas. Penelitian telah menunjukkan bahwa mahasiswa merasa belajar lebih banyak dan lebih menyukai kegiatan belajar ketika mereka mengerjakan kasus dalam kelompok dibandingkan ketika mereka bekerja sendiri. (Sumber: Flynn & Klein, 2001; Fry dkk., 2003)

236

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Studi Kasus

237

Gunakanlah lebih dari satu kasus dalam perkuliahan. Mulailah dengan kasus singkat yang akan membiasakan mahasiswa dengan metode dan proses mengerjakan suatu kasus. Bangunlah keterampilan baru dan kepercayaan diri mereka dengan memberikan kasus yang meningkat kompleksitasnya secara bertahap. Kemampuan mahasiswa Anda untuk belajar dari suatu kasusdan fasilitasi Anda dalam mengajarkan studi kasusakan meningkat seiring latihan. (Sumber: Bilica, 2004; Herreid, 2001)

menguji hafalan dan pemahaman (Apakah fakta dalam kasus ini?). Pertanyaan lanjutannya harus menguji analisis, sintesis, dan evaluasi (Apakah masalah intinya? Permasalahan apa yang perlu ditangani?). Sesuaikanlah jumlah dan kompleksitas pertanyaan agar setara dengan keterampilan dan pengalaman mahasiswa Anda. Mahasiswa yang masih baru dalam pembelajaran berbasiskan kasus akan membutuhkan lebih banyak bimbingan. (Sumber: Leonard dkk., 2002)

Memilih suatu Kasus


Mulailah dengan menggunakan studi kasus yang sudah ada. Sebelum Anda menciptakan kasus buatan Anda sendiri, gunakanlah kasus yang dikembangkan oleh orang lain. Pusat Nasional untuk Pengajaran Studi Kasus dalam Sains (The national Center for Case Study Teaching in Science) di Universitas Negara Bagian New York di Buffalo memiliki koleksi kasus-kasus dalam bidang Fisika, Biologi, dan Ilmu Sosial; Pusat ini juga menawarkan saran dan sumber daya-sumber daya terkait metode studi kasus serta tautan-tautan dengan kasus-kasus dalam bidang Bisnis, Hukum, Kebijakan Publik, Manajemen, dan Hubungan Internasional. Beberapa kasus sepenuhnya atau sebagian besar didasarkan pada teks; yang lainnya meliputi pengubahan video dan cerita dokumenter. Pilihlah kasus-kasus yang mewakili prinsip-prinsip utama atau hal-hal kunci. Pilihkah
kasus-kauss dengan karakteristik sebagai berikut (diadaptasi dari Barnes dkk., 1994; Lynn, 1999; Schullery, 1999): dapat diaplikasikan pada semua mahasiswa di semua kelas, meskipun terdapat perbedaan dalam fokus atau latar belakang akademik mereka; cukup kompleks untuk memunculkan pertanyaan dan pilihan yang menarik; cukup sederhana untuk mencegah mahasiswa terjebak dalam detail-detail tambahannya; terbuka pada lebih dari satu solusi; kaya dalam penokohan, untuk memungkinkan interpretasi yang beragam dari motifnya; dapat dikelola dalam waktu kelas yang disediakan; dapat dikelola waktu persiapannya oleh mahasiswa (untuk suatu kasus yang akan dianalisis dalam satu sesi kelas, batasilah bacaan lanjutannya hingga sekitar tiga halaman buku teks saja).

Menyiapkan suatu Kasus


Berilah saran pada mahasiswa tentang bagaimana untuk menyiapkan. Tekankanlah pentingnya persiapan. Buatlah garis besar dari tugas kognitif utamanya: memahami faktanya, membedakan antara fakta dan asumsi, membedakan antara informasi yang penting dan tidak, mencari tahu bagaimana motif seseorang menentukan pernyataan mereka, mengidentifikasi kapankah lebih banyak informasi diperlukan, dan seterusnya. Bagian Pengajaran dan Pembelajaran Universitas Negara Bagian Penn (Penn State Universitys Teaching and Learning) dengan situs Web Teknologi menyediakan saran bagi mahasiswa tentang bagaimana untuk membaca dan memahami studi kasus (tlt.is.psu. edu/suggestions/cases/). (Sumber: Bilica, 2004; Honan dan Rule, 2002) Sediakanlah suatu struktur yang memotivasi mahasiswa untuk datang dengan persiapan.
Mahasiswa cenderung lebih siap jika Anda menggunakan satu atau lebih strategi sebagai berikut: Membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan meminta mereka untuk mengkaji ulang kasusnya sebelum sesi selanjutnya. Meminta mahasiswa atau kelompok untuk mengumpulkan memo singkat, paling lambat saat kelas akan dimulai, yang memberikan garis besar rekomendasi tindakan. Menugaskan setiap mahasiswa untuk bersiap, baik untuk menyajikan fakta dari kasus atau mengkritisi tindakan di dalam kasus. Menugaskan mahasiswa untuk bertanggung jawab mengambil bagian sebagai karakter atau kegiatan tertentu dalam kasus. Memilih kasus yang dapat diselesaikan dalam satu sesi kelas.

Persiapkanlah diri Anda sendiri untuk memimpin diskusi. Putuskanlah bagaimana Anda
akan memulai diskusinya, dan siapkanlah serangkaian pertanyaan yang menonjolkan poin-poin kuncinya. Perkirakanlah berapa banyak waktu untuk dihabiskan dalam setiap pertanyaan sehingga Anda dapat mengerjakan keseluruhan kasus dalam waktu yang disediakan. Cobalah untuk mengantisipasi titik-titik di mana mahasiswa dapat menyimpang atau bingung, dan putuskanlah bagaimana Anda akan berespons. (Sumber: Grant, 1997; Meyers dan Jones, 1993)

Carilah bukan hanya keterlibatan intelektual, tetapi juga keterlibatan emosional. Dalam studi kasus yang terbaik, mahasiswa mengidentifikasikan dirinya dengan karakterkarakter yang ada dan masalah yang terjadi pada mereka. Jika bagian dari daya tarik studi kasus adalah karena ia merepresentasikan kejadian terkini, cobalah untuk memilih situasi yang tidak lebih dari lima tahun lamanya. (Sumber: Herreid, 2001) Buatlah sebuah daftar pertanyaan diskusi. Studi kasus harus diakhiri dengan serangkaian
singkat untuk menstimulasi pemikiran dan diskusi. Bentuk pertanyaan paling sederhana

Berikanlah perhatian pada lingkungan. Jika mahasiswa tidak saling mengenal satu sama lain, mintalah mereka menggunakan label nama (name tag) atau memasang tanda di atas

238

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Studi Kasus

239

meja atau kursi mereka. Pengaturan kursi berbentuk huruf U (U-shaped) lebih kondusif bagi diskusi dibandingkan baris yang memanjang.

Kelompok kemudian mengikuti urutan tersebut dalam meminta mahasiswa lainnya untuk mempertahankan rekomendasinya. Di akhir diskusi, pengajar segera memberikan umpan balik. (Sumber: Desiraju dan Gopinath, 2001)

Memberikan Kasusnya
Mulailah dengan menempatkan kasusnya dalam konteks perkuliahan. Jelaskanlah
mengapa Anda memberikan kasus tersebut dan bagaimana kasus ini terkait dengan isi perkuliahan dan tujuan pembelajarannya. (Sumber: Grant, 1997)

Menutup Sesi Kasus


Rangkumlah poin-poin kunci dan bantulah mahasiswa untuk memahami apa yang telah mereka pelajari. Tonjolkanlah poin-poin kuncinya dan jelaskanlah bagaimana kasus
tersebut terkait dengan topik terdahulu atau topik di masa yang akan datang dalam perkuliahan. Nyatakan satu per satu permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari kasus yang ditangani, permasalahan-permasalahan yang diabaikan, dan pertanyaanpertanyaan kunci apa yang masih tersisa.

Perkenalkanlah kasusnya, atau mintalah mahasiswa untuk memperkenalkannya.


Perkenalan harus secara singkat merangkum situasi dan dilema tokoh protagonisnya. Anda juga dapat meminta mahasiswa Anda untuk menuliskan sebuah kalimat rangkuman dari kasus tersebut, atau mintalah para pasangan mahasiswa untuk berkolaborasi dalam membuat ringkasannya. (Sumber: Lynn, 1999; Wilcox, 1999)

Untuk kasus nyata, beritahukanlah penutup di kehidupan nyatanya. Presentasikan dan


diskusikanlah bagian penutup/akhirnya, atau mintalah mahasiswa untuk melakukan penelitian tentang kejadian-kejadian tersebut dan mencari tahu apa yang terjadi. Bandingkanlah antara penutup yang nyata dengan rekomendasi yang dibuat di sepanjang diskusi.

Mulailah diskusinya dengan menanyakan pertanyaan yang umum. Mintalah mahasiswa


untuk mengidentifikasi satu atau dua permasalahan yang dimunculkan oleh kasusnya atau untuk menjawab pertanyaan tentang kasus yang telah diberikan sebelumnya. Atau bukalah diskusi dengan menanyakan, Sudut pandang siapakah yang menurut Anda paling kuat? (Sumber: Cliff dan Nesbitt-Curtin, 2000; Herreid, 2001)

Mintalah mahasiswa untuk menulis tentang kasus tersebut. Berikanlah latihan menulis
singkat di dalam kelas atau analisis yang lebih panjang sebagai tugas rumah. Jika Anda menilai analisis kasus secara tertulis yang dibuat oleh mahasiswa, distribusikanlah sejak awal kriteria yang akan Anda gunakan. (Sumber: Gopinath, 2004)

Ambillah peran yang tidak mengarahkan, lebih memfasilitasi. Dorong dan tantanglah,
tetapi biarkanlah mahasiswa melakukan sebagian besar pembicaraan. Arahkanlah usaha Anda untuk membantu mahasiswa menganalisis kasus, mengambil suatu posisi, dan mempertahankan posisi mereka tersebut. Jagalah kelangsungan diskusi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut (diadaptasi dari Grant, 1997):

Kemungkinan-kemungkinan apa yang ada untuk tindakan di dalam kasus? Apakah konsekuensi-konsekuensi untuk tiap tindakan tersebut? Apa yang seharusnya Norma lakukan pada titik pembuatan keputusan yang pertama? Bagaimana Norma bisa terlibat dalam dilema ini? Jika Anda adalah teman Norma, saran apa yang mungkin Anda telah berikan? Tindakan apa yang seharusnya diambil? Konsep, prinsip, atau teori apa yang tampaknya akan mengikuti analisis ini?

Mintalah mahasiswa untuk mengevaluasi diskusinya. Sebagai contoh, mintalah sebuah essai satu katasebuah kata dari setiap mahasiswa yang paling baik mewakili pengalamannya dalam diskusi. (Sumber: Foran, 2001)

Menciptakan Kasus Anda Sendiri


Mulailah dengan menuliskan beberapa kasus singkat. Lynn (1999) memberikan saransaran yang bagus tentang bagaimana untuk menulis suatu studi kasus, dan Liedtka (2001) mendiskusikan penciptaan suatu studi kasus berdasarkan video. Kasus-kasus untuk perkuliahan mahasiswa tingkat sarjana bisa hingga sepanjang dua puluh halaman dengan dokumentasi pendukung, tetapi kasus yang lebih pendek cenderung lebih efektif. Untuk suatu kasus yang terfokus pada sebuah permasalahan khusus, beberapa paragraf saja mungkin telah mencukupi. Selalu terbukalah terhadap ide-ide untuk kasus. Kasus yang baik memberikan permasalahan
yang menantang. Anda dapat menemukan bibit suatu kasus dalam situs Web berita, artikel, atau laporan di jurnal, atau dalam pengalaman para tenaga ahli dan praktisi di bidang Anda. Kisah nyata memiliki daya tarik tersendiri (Ini benar-benar terjadi) dan dapat menawarkan penutup (Inilah bagaimana kejadian teratasi dengan sendirinya), tetapi menciptakan kasus juga dapat menangkap imajinasi dan minat mahasiswa.

Jauhkanlah diskusi dari bahan yang terkait emosi hingga mahasiswa telah menganalisis semua fakta. Simpanlah pendapat Anda selama mungkin hingga mahasiswa mengembangkan pendapatnya sendiri. (Sumber: Boehrer, 1994; Herreid, 2001; Lynn, 1999)

Mintalah sekelompok mahasiswa untuk memimpin diskusinya. Tugaskanlah semua


mahasiswa untuk mengumpulkan sebuah rekomendasi terhadap tindakannya, paling lambat beberapa hari sebelum diskusi berlangsung. Kelompok ini kemudian mengkaji ulang semua tugas yang dikumpulkan, memutuskan manakah yang akan dimasukkan ke dalam diskusi, dan memutuskan urutan pelibatannya dalam diskusi nantinya (sebagai contoh, dengan menempatkan butir paling kontroversial di urutan pertama).

240

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Studi Kasus

241

Menulislah dengan sunguh-sungguh. Masukkanlah konflik dan gunakanlah kutipan, sesuai kebutuhan. Menulislah dalam cara sedemikian rupa yang memaksa pembacanya untuk suatu titik pengambilan keputusan, tetapi tidak membongkar hasil akhirnya. Cobakanlah, revisi, dan cobalah lagi. Seiring Anda merasa nyaman dengan kasus yang Anda
buat, catatlah aspek-aspek yang mana yang menjadi pegangan mahasiswa. Pisahkanlah permasalahan-permasalahan yang tampak jelas dengan yang lebih terselubung, dan dengarkanlah ide-ide dan sudut pandang baru yang mungkin ingin Anda tambahkan di kelas masa mendatang. Untuk membuat suatu kasus sempurna sering kali membutuhkan beberapa uji coba dan revisi. (Sumber: Forbes dan Isabella, 1998)

Lynn, L. E., Jr. Teaching and Learning with Cases: A Guidebook. New York: Chatham House, 1999. Meyers, C., and. Jones, T. B. Promoting Active Learning. San Francisco: Jossey-Bass,1993. Schullery; N. Selecting Workable Cases for Classroom Use. Business Communication Quarterly, 1999, 61(4), 77-80. Smith, R. A., and Murphy, S. K. Using Case Studies to Increase Learning and Interest in Biology. American Biology Teacher, 1998, 60(4), 26-268. Wilcox, K. J. The Case Method in Introductory Anatomy and Physiology: Using the News. American Biology Teacher, 1999, 61(9), 668-671.

Daftar Referensi
Barnes, L. B.. Christensen, C. R., and Hansen, A. J. Teaching and the Case Method: Text, Casey, and Readings. Boston: Harvard Business School Press, 1994. Bilica, K. Lessons from Experts: Improving College Science Instruction through Case Teaching. School Science and Mathematics, 2004, 104(6), 273-278. Boehrer, J. On Teaching a Case International Studies Notes, 1994, 19(2), 14-20. Boehrer, J., and Linsky, M. Teaching with Cases: Learning to Question. In M. D. Svinicki (Ed.), The Changing Face of College Teaching. New Directions for Teaching and Learning, no. 42. San Francisco: Jossey-Bass, 1990. Cliff, W. H., and Nesbitt-Curtin, L. The Directed Case Method: Teaching Concept and Process in a Content-Rich Course. Journal of College Science Teaching, 2000, 30(1), 64-66. Desiraju, R., and Gopinath, C. Encouraging Participation in Case Discussions: A Comparison of the MICA and the Harvard Case Methods. Journal of Management Education, 2001, 25(4), 394-408. Dinan, F. J. Laboratory Base Case Studies: Closer to the Real World. Journal of College Science Teaching, 2005, 35(2) 27-29. Flynn, A. E., and Klein, J. D. The Influence of Discussion Groups in a Case-Based Learning Environment. Education Technology Research and Development, 2001, 49(3), 71-86. Foran, J. The Case Method and the Interactive Classroom. Thought & Action, 2001, 17(1), 41-50. Forbes, T., and Isabella, L. One More Time: The Art of Revising Case Studies. Management Communication Quarterly, 1998, 11(3), 486-492. Fry, H., Ketteridge, S., and Marshall, S. A Handbook for Teaching and Learning in Higher Education: Enhancing Academic Practice. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer, 2003. Gopinath, C. Exploring Effects of Criteria and Multiple Graders on Case Grading. Journal of Education for Business, 2004, 79(6), 317-322. Grant. R. A Claim for the Case Method in the Teaching of Geography. Journal of Geography in Higher Education, 1997, 21(2), 171-185. Herreid, C. F., Dont! What Not to Do When Teaching Cases. Journal of College Science Teaching, 2001, 30(3), 292-294. Honan, J. P ., and Rude, C. S. Using Cases in Higher Education: A Guide for Faculty and Administrators. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Leonard, J. A., Mitchell, K. L., Mevers, S. A., and Love, J. D. Using Case Studies in Introductory Psychology Teaching of Psychology, 2002, 29(2), 142-144. Liedtka, J. The Promise and Peril of Video Cases: Reflections on Their Creation and Use. Journal of Management Education, 2001, 25(4), 409-424.

242

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Simulasi: Bermain Peran, Permainan, dan Dunia Virtual (Maya)

243

25
Simulasi: Bermain Peran, Permainan, dan Dunia Virtual (Maya)
Simulasi dapat dilakukan di dalam ruang kelas, dimainkan di suatu papan, atau dijalankan di komputer, dan dapat digabungkan dalam hampir semua jenis perkuliahan. Penelitian menyatakan bahwa simulasi yang dipilih dengan baik dapat meningkatkan pembelajaran dan motivasi mahasiswa (DeNeve dan Heppner, 1997; McCarthy dan Anderson, 2000; Hertel dan Millis, 2002). Beberapa pengajar telah menyusun keseluruhan perkuliahannya di sekitar simulasi seperti tersebut sebelumnya, sebagai uji coba tiruan (MacKay, 2000) atau negosiasi (DeNeve dan Heppner, 1997).

Bermain Peran
Mulailah secara informal. Mulailah secara sederhana: bagilah kelas menjadi pasanganpasangan dan mintalah semua pasangan untuk bekerja sekitar lima atau sepuluh menit dalam situasi yang sama (pembeli dan penjual; manajer dan pegawai; pahlawan dan penjahat; pengumpul kesepakatan dan pemberi suara yang enggan). Seiring mahasiswa menjadi lebih nyaman dengan permainan perannya, mintalah beberapa mahasiswa mengamati yang lain. Jika kegiatan ini berhasil, berpindahlah pada kegiatan bermain peran yang lebih kompleks. Ciptakanlah skenario yang menarik. Skenario terbaik menggabungkan topik atau permasalahan yang menarik, yang dapat diselesaikan hanya melalui negosiasi atau analisis dan tindakan. Situasinya harus melibatkan pilihan, pembuatan keputusan, dan motif serta sudut pandang yang bertentangan. Ruang pengadilan, kamar legislatif, dan ruang direksi perusahaan adalah lokasi terjadinya konflik yang biasanya digunakan, tetapi Anda dapat membagi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok peneliti yang akan bersaing untuk memecahkan permasalahan, atau tugaskanlah mahasiswa untuk memainkan peran sebagai sel yang sedang mengalami mitosis (pembelahan), atau membuat dua kelompok yang saling bersaing untuk berusaha mempersuasi kelompok ketiga yang tidak terikat untuk menggunakan kebijakan mereka. Dalam Reacting to the Past yang dikembangkan oleh Barnard College, mahasiswa diberikan peran-peran dan tujuan-tujuan yang diberitahukan melalui teks klasik tentang sejarah Pemikiran. Seorang pengajar mengembangkan skenario kencang singkat di mana mahasiswa berperan menjadi tokoh utama dalam sejarah Psikologi. (Sumber: Francis, 1999; McDaniel, 2000: Monahan, 2000; Wyn dan Stegink, 2000; Zehr, 2004) Identifikasilah peran-peran utama. Oleh Anda sendiri atau dengan melibatkan kelas,
buatlah pernyataan yang mendefinisikan minat, kemampuan, dan batasan dari setiap peran. Mahasiswa yang kurang berpengalaman akan membutuhkan lebih banyak detail dan struktur, tetapi berilah semua mahasiswa sejumlah kebebasan dalam bagaimana mereka menggambarkan tokoh yang diperankannya. Pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa yang memerankan tokoh antagonis untuk bertukar peran di tengah jalan. (Sumber: Christensen dkk., 1991)

Bab ini membahas tiga jenis simulasi (diadaptasi dari Educause Learning Initiative, 2006; Frederick, 1981; New Media Consortium and Educause Learning Initiative, 2007; Rymaszewski dkk., 2006; Van Eck, 2006): Dalam bermain peran, mahasiswa diberikan suatu situasi dan sekelompok tokoh, dan mereka mengimprovisasi dialog serta tindakannya. Dalam kelas Sastra, mahasiswa dapat diminta untuk memainkan tokoh fiksi dan untuk berespons terhadap kegiatan yang terjadi di luar novel di mana para tokoh ini diceritakan. Dalam kelas Bahasa, mahasiswa dapat diminta untuk memeragakan situasi-situasi sehari-hari (memesan makan malam di restoran, menanyakan arah). Dalam kelas Perencanaan Kota, mahasiswa dapat mementaskan pertemuan komite suatu objek geografis lokal. Permainan papan (board game) dan permainan dalam komputer (computer game) telah dikembangkan untuk mengajarkan pada mahasiswa tentang tema-tema yang beragam seperti penentuan ulang daerah kongres (dewan) dan pilihan reformasi, kehidupan dalam kamp pengungsian Darfur, dan tantangan mendistribusikan makanan dan sumber-sumber daya pada penduduk sipil yang terjebak di zona perang. Dunia virtual mengandung unsur kegiatan bermain peran dan pembuatan skenario yang memungkinkan para pembelajar untuk membayangkan sejumlah tanggung jawab tanpa memberikan konsekuensi di kehidupan nyata. Mahasiswa dapat melakukan presentasi, mengatur pameran, membangun suatu bangunan, berbincang dengan tokoh sejarah, berlatih manajemen krisis, melakukan kunjungan lapangan ke museum dan stasiun cuaca, menonton ceramah yang disiarkan, serta berhubungan dengan mahasiswa, pengajar, dan tenaga ahli di seluruh dunia.

Bantulah mahasiswa mempersiapkan diri. Berilah mahasiswa tugas-tugas membaca, data, dan bahan-bahan lainnya. Untuk satu latihan bermain peran dalam kuliah Psikologi, mahasiswa menyimpan sebuah catatan tentang prasangka yang ditampilkan secara terbuka, dan sejumlah kejadian dari catatan tersebut kemudian menjadi bagian dari kegiatan bermain peran. (Sumber: Plous, 2000; Smith dan Boyer, 1996) Tetapkanlah aturan-aturan dasar. Akankah mahasiswa dibebaskan untuk melakukan apa pun hal menyenangkan atau tidak menyenangkan yang mungkin dilakukan oleh tokoh yang sebenarnya? Seberapa bebas para mahasiswa dalam hal bahasa, aturan tentang urutan, dan gerakannya?

244

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Simulasi: Bermain Peran, Permainan, dan Dunia Virtual (Maya)

245

Tetaplah terbuka terhadap perubahan seiring pelaksanaan tindakan. Begitu kegiatan bermain peran dimulai, mahasiswa harus membuat keputusan dan merasakan konsekuensinya; arahan dan keluaran dari suatu adegan akan merefleksikan keputusan dan pilihan yang mereka ambil di awal. Awasi, atur, dan intervensi-lah sesuai kebutuhan demi menjaga prosesnya terus berlangsung. (Sumber: Smith dan Boyer, 1996) Hentikanlah bermain peran pada titik tinggi. Jika situasinya tidak mendukung terjadinya konsensus atau tercapainya solusi, hentikanlah kegiatan bermain peran sebelum situasinya memburuk, meskipun mahasiswa ingin untuk melanjutkan. Hal ini akan membuat diskusi menjadi lebih hidup. Kegiatan bermain peran singkat dapat berlangsung sekitar lima hingga sepuluh menit. Diskusikan dan rangkumlah. Mulailah diskusinya segera setelah adegan selesai, ketika
perasaan dan pemahaman masih sangat segar. Anda dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang umum tentang apa yang telah terjadi dan mengapa, atau wawancarailah para pemainnya tentang tujuan dan tindakan mereka.

Suara melalui Protokol Internet) yang memungkinkan penggunanya untuk berbincang satu sama lain. (Sumber: Educause Learning Initiative, Juni 2008)

Jagalah hubungan dengan kemajuan yang cepat. Kekayaan pendidikan di teknologi ini kemungkinan besar akan berkembang. Educause.com adalah suatu sumber yang baik dari berita tentang teknologi yang berubah. Wikipedia juga menyediakan sumber terkini dalam teknologi terbaru.

Daftar Referensi
Christensen, C. R., Garvin, D. A., and Sweet, A. (Eds.). Education for Judgement The Artistry of Discussion Leadership. Boston: Harvard Business School, 1991. DeNeve, K. M., and Huppmer. M. J. Role Play Simulations: The Assessment of an Active Learning Technique and Comparisons with Traditional Lectures. Innovative Higher Education, 1997, 21(3), 231-246. Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know About Virtual Worlds. June, 2006, http://connect.educause.edu/Library/ELI/7ThingsYouShouldKnowAbout/39392 Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know About Second Life. June, 2008. http: //connect,educause.edu/library/ELI/ 7ThingsYouShouldKnowAbout /46892 Francis, P . J. Using Role-Playing Exercises to Teach Astronomy The Physics Teacher, October 1999, 37(7), 436-437. Frederick, P The Dreaded Discussion: Ten Ways to Start. Improving College and University Teaching, 1981, 29(3), 109-114. Gee, J. P . Good Video Games and Good Learning: Collected Essay on Video Games, Learning and Literary. New York: Peter Lang, 2007. Hertel, J. P ., and Millis, B. J. Using Simulations to Promote Learning in Higher Education. Sterling, VA: Stylus, 2002. MacKay, C. The Trial of Napoleon, A Case Study for Using Mock Trials. Teaching History: A Journal of Methods, 2000, 25(2). McCarthy, J. P ., and Anderson, L. Active Learning Techniques versus Traditional Teaching Styles: Two Experiments from History and Political Science. Innovative Higher Education, 2000, 24(4). McDaniel, K. N. Four Elements of Successful Historical Role-Playing in the Classroom. History Teacher, 2000, 33(3), 357-362. Monahan, W. G. Everybody Talks: Discussion Strategies in the Classroom. Teaching History:A Journal of Methods, 2000, 25(1), 6-14. New Media Consortium and Educause Learning Initiative, Horizon Report, 2007. http://www..mnc. org/horizon/2007/report Plous, S. Responding to Overt Displays of Prejudice: A Role-Playing Exercise. Teaching of Psychology, 2000, 27(3), 198-200. Rymaszewski, M., Au, W. J., Wallace. M., and others. Second Life: The Official Guide. Indianapolis, IN: Wiley, 2006. Smith. E. T., and Boyer; M. A. Designing In-Class Simulations. PS: Political Science and Politics, 1996, 29(4), 690-694. Van Eck, R. Digital Game-Based Learning: Its Not Just the Natives Who Arc Restless. Educause Review, 2006, 41(2), 17-30.

Permainan Video (Video Game) dan Dunia Virtual/Maya


Telitilah permainan-permainan video komersil. Permainan-permainan video yang populer
efektif untuk pembelajaran karena memiliki tujuan yang jelas; membuat orang merasa terbawa; mengandalkan pada keterampilan pemecahan masalah; menuntut pemain untuk sering mengambil keputusan; dan pemain dapat segera melihat akibat dari tindakannya. (Sumber: Gee, 2007; Van Eck, 2006)

Eksplorasilah dunia virtual. Beberapa perkuliahan kampus dan universitas melakukan


pertemuan dalam dunia virtual, di mana mahasiswa terlibat dalam segala jenis kegiatan: mereka menganalisis data secara langsung, menyusun model persamaan matematika yang kompleks, mementaskan drama, membangun model molekul, melaksanakan penelitian etnografi pada penduduk, menciptakan ulang kejadian bersejarah, memahami skizofrenia melalui halusinasi virtual, mempraktikkan keterampilan bahasa, menciptakan video, dan merespons bencana yang disimulasikan. Para partisipan dapat menciptakan dan menggunakan museum, laboratorium, perpustakaan, wiki, penggambaran bangunan tiga dimensi yang sangat mendetail, dan sumber pendidikan lainnya. Biasanya dunia visual memajang proyek pendidikan yang inovatif dan memandu pengajar dalam penggunaan terbaik dari lingkungan virtual untuk mendorong pembelajaran mahasiswa dan pemikiran dengan tingkat yang lebih tinggi.

Pertimbangkanlah simulasi sebagai suatu alat menempatkan (hosting) perkuliahan.


Beberapa pengajar sekarang menempatkan perkuliahan mereka (atau sejumlah bagiannya) dalam situs Web simulasi, seperti Second Life atau sumber terbuka versi meta dari piranti lunak (software) Croquet. Setiap mahasiswa dalam perkuliahan menciptakan satu avatar (makhluk imajinasi dalam dunia maya), dan perkuliahan-perkuliahan ini memiliki pertemuan nyata dan virtual (dunia maya). Para avatar dapat saling berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan media teks atau melalui VoIP (Voice over Internet Protocol/

246

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi


Wyn, M. A., and Stegink, S. J. Role-Playing Mitosis. American Biology Teacher, 2000, 62(5), 378381. Zehr. D, Two Active Learning Exercises for a History of Psychology Class. Teaching of Psychology, 2004, 31(1), 54-56.

Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat

247

26
Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat

Banyak kampus dan universitas menawarkan mahasiswa tingkat sarjananya kesempatan untuk belajar dengan praktik langsung. Memiliki banyak nama, seperti pelibatan masyarakat, latihan pelayanan, pelayanan umum, pelayanan masyarakat, beasiswa umum, praktik, keterlibatan dalam aksi sosial, beasiswa berkelanjutan, atau kerja lapangan, upaya-upaya tersebut secara aktif melibatkan mahasiswa dalam komunitasnya. Pelibatan komunitas dapat berupa beberapa bentuk (Bringle dkk., 2003; Furco, 1996; Bagian Tugas Universitas California di Berkeley, 2000): Pelayanan masyarakat menekankan kegiatan pelayanan seperti membantu membangun ulang perumahan dari komunitas berpenghasilan rendah yang terkena bencana alam, menjadi sukarelawan di pusat rekreasi, atau menyelamatkan aliran atau penampungan air. Kegiatan pelayanan ini tidak terkait dengan perkuliahan atau kurikulum tertentu, dan mahasiswa biasanya tidak memperoleh pelatihan tambahan maupun nilai akademik. Latihan pelayanan intrakurikuler menggabungkan pelatihan dan kegiatan pendukung, yang mendahului atau mendampingi pelayanannya. Sebagai contoh, partisipan dari tingkat sarjana dalam program California Membaca (California Reads, yang berfokus pada keaksaraan) memperoleh pelatihan terjadwal, menyimpan catatan harian, bertemu dengan ketua tim secara teratur, dan menghadiri sesi pengembangan setiap bulannya. Mahasiswa biasanya tidak memperoleh nilai akademik karena berpartisipasi dalam program-program seperti ini. Perkuliahan akademik dengan komponen lapangan atau pelayanan melibatkan satu atau lebih tugas lapangan atau kegiatan pelayanan. Sebagai contoh, suatu perkuliahan di Arsitektur dapat melibatkan tugas yang mensyaratkan mahasiswa untuk mewawancarai para pemuda lokal tentang penampungan untuk mereka yang kabur dari rumah. Latihan pelayanan akademik menekankan pada tugas akademik dan pelayanan secara setara. Pengalaman pelayanan diintegrasikan sepenuhnya ke dalam perkuliahan akademik berbasiskan disiplin ilmunya, dan isi perkuliahannya menentukan jenis pelayanan yang dilaksanakan mahasiswanya. Contohnya, perkuliahan dalam Fisiologis Penuaan mungkin menuntut mahasiswanya untuk bekerja dalam periode

248

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat

249

tiga jam, satu kali seminggu, selama satu semester di panti jompo terdekat untuk mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam situasi dunia nyata. Latihan pelayanan menekankan timbal balik antara mahasiswa dan sebuah agen luar dan kliennyapemahaman, pengalaman, dan keuntungan yang dapat ditawarkan oleh yang satu pada yang laindan meliputi serangkaian kegiatan refleksi formal. Para ahli terus berdebat tentang definisi dan nuansa dari klasifikasinya. Bab ini menggunakan istilah latihan pelayanan (service learning) untuk mewakili jenis pedagogik yang mencakup pengajaran dan pelibatan masyarakat. Perkuliahan dengan latihan pelayanan dapat (1) memperluas dan memperdalam isi intelektual dari pengajaran mahasiswa tingkat sarjana dengan mengintegrasikan antara teori dan praktik; (2) meningkatkan motivasi mahasiswa untuk terlibat dalam tugas akademik melalui pengalaman mengaplikasikan pengetahuan; (3) mendorong mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sebagai pembelajar dan penelitian; dan (4) berkontribusi pada rasa kemasyarakatan dan tanggung jawab sosial mahasiswa (Braskamp dkk., 2006). Panjang dan durasi dari kegiatan pelayanan tentu saja, tergantung pada jumlah kredit dari perkuliahannya dan persyaratan perkuliahan lainnya (membaca, karya tulis, ujian). Untuk sebagian besar perkuliahan dengan latihan pelayanan, pengajar yang berpengalaman menyarankan komitmen pelayanan selama dua atau tiga jam per minggu (Ozorak, 2003). Pengajar melaporkan bahwa menggabungkan kerja lapangan ke dalam perkuliahan mereka telah memperkaya pengalaman mengajar dan kualitas dari pengajaran mereka (Kendall dkk., 1990). Latihan pelayanan yang terstruktur dengan baik juga telah menunjukkan dampak akademik, kognitif, sikap, karier, dan pribadi yang positif pada mahasiswa (Astin dkk., 2000; Evangelopoulos dkk., 2003; Kezar dan Rhoads, 2001; Marullo, 1998). Latihan pelayanan dapat memainkan peranan penting di hampir semua disiplin akademik (Service Learning in the Disciplines, 2000), dan tugas lapangan dapat ditambahkan di hampir semua perkuliahan, termasuk bahasa asing (A Spanish Course, 2002) dan kelas menulis (Wills, 2005). Memulai kuliah dengan latihan pelayanan menghabiskan waktu bagi pengajar, terutama jika kampus atau universitas Anda tidak memiliki kantor pusat yang dapat membantu terkait lokasi penempatannya, orientasi dan penjelasan akhir bagi mahasiswa, serta dukungan logistik. Saran-saran berikut dapat membantu Anda menciptakan dan mengajarkan suatu perkuliahan dengan latihan pelayanan. Saran yang diberikan di sini dapat diaplikasikan pula pada jenis tugas kerja lapangan lainnya.

pelayanannya dibentuk untuk memenuhi tujuan pembelajaran khusus tertentu dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sebenarnya, serta jika didahului oleh orientasi dan persiapan. Tujuan umum dari pembelajaran pelayanan dapat meliputi membuat pembelajaran lebih bermakna dengan menantang mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori dan prinsip-prinsip dalam dunia nyata, membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan, menyiapkan mahasiswa untuk bergabung dengan dunia kerja, dan mendorong keterlibatan mahasiswa dalam masyarakat. (Sumber: Chapdelaine dkk., 2005; Colby dkk., 2003; Ehrlich, 2000; Ostrow, 2004)

Berkonsultasilah dengan sumber daya nasional. Sekitar seribu kampus dan universitas termasuk dalam Campus Compact (Padatan Kampus), sumber daya terdepan dalam penciptaan dan pengimplementasian program latihan pelayaann yang berusaha untuk mengembangkan kehidupan masyarakat dan mendidik mahasiswa tentang tanggung jawab sosial dan kemasyarakatan. Situs Web organisasi tersebut (compact.org) memiliki koleksi menyeluruh dari sampel/contoh-contoh silabus, tugas-tugas untuk refleksi terstruktur, perangkat alat, dan publikasi. Sumber online dari National Service Learning Clearinghouse/Institusi Keuangan dari Latihan Pelayanan Nasional (servicelearning. org) mencakup sebuah perpustakaan dari bahan-bahan latihan pelayanan serta fasilitas langganan katalog surat elektronik (e-mail list) dan surat kabar tentang latihan pelayanan. Dua organisasi nasional lainnya di bidang ini adalah Learn and Serve America/Belayar dan Layani Amerika (learnandserve.gov), upaya yang didanai pemerintah pusat Amerika Serikat untuk mendukung dan mendorong latihan pelayanan, serta The National Society for Experiential Education/ Masyarakat Nasional tentang Pendidikan Berpengalaman (nsee.org), yang memberikan akses online terhadap berbagai publikasi dan sumber daya. Berkolaborasilah dengan kelompok kampus lainnya untuk mengidentifikasi kesempatan latihan pelayanan. Kebanyakan permasalahan dunia nyata dapat ditangani paling baik
oleh tim yang multidisiplin (terdiri dari berbagai disiplin ilmu). Ketika mencari rekanan, carilah ke bagian akademik jurusan selain jurusan Anda sendiri, seperti halnya juga ke kantor urusan mahasiswa, kantor konseling karier, dan pusat pelayanan lainnya. (Sumber: Engstrom, 2003; Vaz, 2005)

Bangunlah hubungan dengan organisasi luar. Organisasi-organisasi nirlaba dapat menjadi


rekanan alamiah untuk kegiatan latihan pelayanan dan tugas lapangan. Sebelum merujuk mahasiswa ke kelompok-kelompok ini, bangunlah hubungan Anda dengan orang-orang dalam organisasi tersebut. (Sumber: Jacoby, 2003; Rubin, 2001)

Strategi-strategi Umum
Gabungkanlah komponen pelayanan untuk memenuhi tujuan perkuliahan dan hasil pembelajaran mahasiswa. Seperti yang dikemukakan Dewey (dikutip dalam Hutchings
dan Wutzdorff, 1988, hlm. 5), kegiatan saja tidak memastikan pengalaman. Latihan pelayanan akan paling memberikan pengalaman yang berharga secara akademik ketika

Tawarkanlah pilihan. Beberapa pengajar menawarkan pengalaman kerja lapangan sebagai alternatif terhadap suatu proyek perpustakaan atau penelitian. Dengan memberikan pilihan pada mahasiswa, Anda dapat mengakomodasi mahasiswa yang tidak mampu berkomitmen untuk meluangkan waktunya bagi penempatan oleh organisasi atau mereka yang memiliki masalah transportasi. (Sumber: Kretchmar, 2001)

250

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat

251

Mengorganisasikan suatu Kesempatan Latihan Pelayanan


Kenalilah dengan baik situasi pelayanan sebelum menempatkan atau mengirimkan mahasiswa. Pelajarilah secukupnya untuk mengetahui apa yang akan ditemui oleh
mahasiswa Anda. Bangunkah kontak yang baik di tiap lokasi sehingga mahasiswa Anda akan diterima dengan baik. Ketika Anda bertemu dengan perwakilan organisasinya, diskusikanlah topik-topik sebagai berikut: kebutuhan dan tujuan mereka; produk atau keluaran yang dapat dihasilkan dari penempatan mahasiswa; bagaimana proyek atau kegiatannya dapat sesuai dengan keterampilan, kebutuhan akademik, dan tujuan pembelajaran mahasiswa Anda; sumber-sumber dana yang mungkin dibutuhkan; sumber daya yang mungkin perlu disediakan oleh departemen/jurusan Anda (misalnya, fotokopi).

Sadarilah masalah-masalah hukum yang mungkin muncul. Menempatkan mahasiswa dalam situasi masyarakat memunculkan beragam permasalahan hukum, termasuk tanggung jawab hukum terhadap tindakan mahasiswa di lokasi lapangan dan tanggung jawab terhadap luka. The National Service Learning Clearinghouse (servicelearning.org) memberikan saran dan sumber daya terkait manajemen risiko dan tanggung jawab hukum. Pertanyaan atau kekhawatiran terkait keamanan mahasiswa harus didiskusikan dengan tenaga konsultasi hukum di kampus Anda. (Sumber: Chapdelaine dkk., 2005; Goldstein, 1990; Janosik dan Hirt, 2002) Buatlah perjanjian tertulis yang memperjelas peran dan tanggung jawab. Para ahli
menyarankan untuk menyiapkan perjanjian tertulis yang memberikan panduan tentang tanggung jawab organisasi pada mahasiswa, meliputi kebutuhan untuk adanya pengawasan/supervisi dan evaluasi, serta deskripsi dari jenis tugas yang akan dilaksanakan mahasiswa (Hurley dkk., 2005). Rubin (2001) menawarkan suatu daftar periksa (checklist) untuk dikaji ulang oleh para pengajar dan rekanan masyarakatnya:

Hindarilah penempatan yang melibatkan tugas-tugas klerikal atau administratif yang bersifat rutin, yang memiliki hanya sedikit atau bahkan tidak ada manfaatnya bagi tugas akademik mahasiswa.

Panjangnya waktu penempatan, dengan tanggal mulai dan berakhirnya Jumlah mahasiswa yang bisa diakomodir Jumlah waktu yang akan dihabiskan mahasiswa di tempat penempatannya Pengaturan transportasi/parkir Prosedur orientasi Pengawasan/supervisi di lapangan Prosedur terhadap evaluasi organisasi terhadap mahasiswa Mekanisme yang berlangsung untuk komunikasi antara staf organisasi, mahasiswa, dan tenaga pengajarnya. Prosedur pindah dan penyelesaian di akhir masa penempatan. Pertimbangan khusus (misalnya pendokumentasian sidik jari, suntikan TB/ tuberculosis)

Identifikasilah proyek atau rangkaian kegiatan khusus yang akan dilaksanakan mahasiswa.
Dalam beberapa kasus, mahasiswa dapat melaksanakan penelitian yang melayani suatu kelompok atau organisasi. Atau mahasiswa dapat memberikan pelayanan penting bagi klien dari organisasi: para tunawisama, korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), atau imigran yang beradaptasi dengan negara barunya. Penelitian menekankan pentingnya meminta mahasiswa memenuhi kebutuhan sesungguhnya/sama dengan kenyataan: suatu lokasi pelayanan tidak boleh diperlakukan sebagai sekadar laboratorium bagi pembelajaran mahasiswa. (Sumber: Corwin, 1996; Froese dkk., 2003; Furco, 2001; Ozorak, 2003)

Pertimbangkanlah fase perkembangan dari pengalaman lapangan mahasiswa. Peneliti


menjelaskan model perkembangan yang menggambarkan garis besar kebutuhan mahasiswa, mengidentifikasi strategi pembimbingan yang efektif, dan menjelaskan keluaran/hasil masing-masing tahapan dari empat tahapan yang ada. Tahap perkenalan melibatkan perolehan penerimaan di dalam situasi lapangan. Selama tahap penyesuaian, mahasiswa menjadi terbiasa/familiar dengan lokasinya dan berkurang ketergantungannya pada arahan dan informasi dari orang lain. Tahap penerapan, atau tahapan kerja optimal, terjadi ketika mahasiswa telah melebur sepenuhnya dengan tempatnya melakukan pelayanan dan mengetahui sejarahnya, para pelaksananya, serta politik di dalamnya. Akhirnya, tahap penutupan melibatkan mempertimbangkan kembali tentang apa yang sudah dipelajari dan apa yang masih perlu dipelajari. (Sumber: Winston dan Creamer, 2002)

Antisipasilah kebutuhan mahasiswa berkebutuhan khusus. Tanyakanlah pada mahasiswa di kelas Anda, apakah mereka membutuhkan penyesuaian atau memiliki kekhawatiran mengenai aksesnya.

Peran Mahasiswa
Perjelaslah peranan mahasiswa. Mahasiswa, tenaga pengajar, dan tenaga pengajar di lokasi
lapangan, semuanya harus memiliki harapan yang jelas tentang apa yang mahasiswa akan lakukan. Silabus perkuliahan dan panduan tertulis lainnya dapat membahas pertanyaanpertanyaan berikut: Apa yang akan mahasiswa pelajari atau mampu lakukan sebagai hasil dari kegiatan latihan pelayanan?

Perhatikanlah kalender perkuliahan. Untuk menghindari konflik antar jadwal, pastikanlah bahwa kegiatan latihan pelayanan tidak berlangsung melebihi periode semester akademik atau mengganggu libur tengah semester atau ujian akhir.

252

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat

253

Berapa banyak waktu pelayanan yang diminta? Tugas terkait lapangan (laporan, jurnal, portfolio, presentasi lisan) apakah yang akan mahasiswa kerjakan? Bagaimana mahasiswa akan mengintegrasikan pembelajaran di kelas dan pelayanan lapangan? Bagaimana mahasiswa akan dievaluasi?

kegiatan berbagi pengalaman melalui suatu forum atau wiki. (Sumber: Bringle dkk., 2003; Dunlap, 1998; Mills, 2001; Rubin, 2001)

Peran Pengajar
Berilah panduan yang memadai. Jumlah panduan yang dibutuhkan tergantung pada
tingkatan mahasiswa, kompleksitas kegiatannya, serta alokasi waktunya. Berilah mahasiswa informasi tertulis yang menjelaskan tentang lingkup proyeknya, tujuannya, kegiatannya, harapan dari organisasi, harapan Anda, dan tenggat waktunya.

Siapkanlah mahasiswa untuk latihan pelayanan. Anda mungkin ingin membahas


topik-topik seperti konsep dari latihan pelayanan dan mengapa ini menjadi bagian dari perkuliahan Anda; populasi yang akan dihadapi oleh mahasiswa; asumsi atau stereotype (pe-label-an) yang dimiliki mahasiswa; logistik dari penempatan mereka (misalnya, kelengkapan berpakaian yang sesuai, penanganan masalah); dan dokumen yang diperlukan untuk melengkapi penempatannya. (Sumber: Owen dan Troppe, 2002)

Ukurlah pengetahuan dan keterampilan yang mahasiswa bawa ke dalam proyek. Dalam persiapan, bantulah mahasiswa untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan apa yang akan mereka bawa ke dalam pelayanan atau penempatannya. Pengukuran oleh diri sendiri ini akan membangun kepercayaan diri mahasiswa dan memperjelas kelemahan apa yang perlu mereka perbaiki demi menjadi efektif di lapangan. (Sumber: Conrad dan Hedin, 1990) Buatlah pengukuran kebutuhan sebagai bagian dari peranan mahasiswa dalam latihan pelayanan. Jika memungkinkan, libatkanlah mahasiswa dalam pengumpulan informasi
tentang kebutuhan dari kelompok yang menjadi sasaran pelayanan mereka, mintalah mereka untuk menjelaskan kebutuhan yang teridentifikasi dari pekerjaan yang mereka tangani. (Sumber: Gelmon, 2003)

Diskusikanlah tentang integritas akademik. Dalam silabus dan selama minggu pertama kelas, beritahukanlah mahasiswa tentang integritas akademik dalam situasi latihan pelayanan. Jelaskanlah bahwa mahasiswa tidak boleh, misalnya, melebihkan jumlah jam pelayanannya saat di laporan, meninggalkan tempat sebelum jadwal mereka, mengisikan daftar kehadiran bagi mahasiswa lain, atau merekayasa pengalamannya dalam pembuatan jurnal. (Sumber: Owen dan Troppe, 2002) Berilah mahasiswa tugas yang terus meningkat. Sebagai contoh, jika mahasiswa membuat
jurnal, mintalah mereka untuk berfokus pada topik, area pengetahuan, atau tugas tertentu untuk setiap minggunya. Tugas yang diberikan dapat mencakup mengamati dan menjelaskan jenis klien yang menjadi tujuan pelayanan organisasi, menggambarkan denah tata letak kantor organisasi tersebut untuk mempelajari bagaimana tata letak tersebut mendorong atau menghambat komunikasi, dan merefleksikan kemajuan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Mintalah mahasiswa untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari secara terus-menerus dan secara kritis. Mintalah mahasiswa untuk membuat suatu buku catatan atau jurnal
yang merupakan catatan dari kegiatan sehari-hari dan rangkuman dari refleksi dan pemikiran mereka. Doronglah mereka untuk menulis dengan bebas. Owen dan Troppe (2002) menjelaskan tiga jenis jurnal:

Tunjukkanlah pada mahasiswa literatur yang relevan. Sebagai contoh, jika mahasiswa
Anda akan menuliskan tentang kesan awal terhadap tempat latihan pelayanannya, arahkanlah mereka pada karya dari ilmuwan sosial atau novelis yang telah menjelaskan lokasi lainnya. Jika mahasiswa diharapkan untuk melakukan wawancara, berilah mereka informasi tentang metode mewawancara dan contoh-contoh dari wawancara yang efektif. (Sumber: LoCicero dan Hancock, 2000)

Jurnal masukan ganda (double-entry), di mana mahasiswa menuliskan pemikiran dan reaksinya di bagian sebelah kiri, serta topik-topik kunci dari diskusi kelas dan bacaan di bagian sebelah kanan. Mahasiswa kemudian menggambarkan panah untuk mengindikasikan hubungan antara pengalaman pribadi mereka dan isi perkuliahan. Jurnal frase kunci (key-phrase), di mana Anda menyediakan, di awal semester, suatu daftar tentang istilah dan frase dari bahan perkuliahan. Mahasiswa dievaluasi berdasarkan penggunaan dan pemahaman yang ditampilkannya selama semester. Jurnal tiga bagian (three-part), di mana mahasiswa membagi setiap masukan jurnalnya menjadi tiga bagian: deskripsi, analisis, aplikasi.

Teruslah berhubungan dengan pengawas (supervisor) lapangan atau pelayanan. Pengawas lapangan berperan sebagai pengajar kedua bagi mahasiswa Anda. Berilah mereka salinan silabus dan bahan perkuliahan lainnya yang membantu menjelaskan tujuan pembelajarannya. Pastikanlah mereka terus mendapatkan informasi tentang perkuliahan lewat telepon atau e-mail, dan aturlah prosedur untuk kajian ulang yang berlangsung. Jadwalkanlah kunjungan lapangan dan, sesuai kebutuhan, undanglah pengawas lapangan ke sesi kelas, entah sebagai pembicara atau sebagai tamu. (Sumber: Howard, 200001) Awasilah unjuk kerja/performa mahasiswa. Ingatkanlah mahasiswa bahwa mereka mewakili kampus di lokasi masyarakat dan bahwa proyek dan kegiatan dapat dipublikasikan. Mengawasi dan mengkaji ulang adalah penting untuk memastikan bahwa hasil akhirnya terserah pada standar kelas dan layak untuk didistribusikan secara umum.

Jurnal juga dapat mencakup sejarah singkat organisasinya, peran dari kelompokkelompok yang berbeda, kondisi politik dan ekonomi dari situasinya, serta topik yang ditugaskan lainnya. Atur atau doronglah pembuatan jurnal kelompok elektronik dan

254

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat

255

Sediakanlah waktu bagi mahasiswa untuk mendiskusikan pelayanan yang mereka lakukan. Jadwalkan sejumlah waktu dalam kelas bagi mahasiswa untuk berbagi kekhawatiran, masalah, pencapaian, dan pemahaman mereka. Mintalah mahasiswa untuk mempresentasikan laporan singkat tentang kegiatan mereka, dan doronglah kelompok mahasiswa yang memperoleh penempatan yang sama untuk mengaitkan antara hasil observasi (pengamatan) lapangannya dengan topik-topik perkuliahan. (Sumber: Dunlap, 1998)

Kembangkanlah rencana berkelanjutan. Jangan biarkan permasalahan dalam unjuk kerja berlangsung terus-menerus. Jika mahasiswa menemui kesulitan yang besar, tawarkanlah pilihan seperti mengurangi tugas atau lingkup kegiatan. Jika mahasiswa berulang kali gagal memenuhi tenggat waktu atau memberikan alasan, hentikanlah keterlibatan mahasiswa dalam penempatannya. (Sumber: Sand, 1986)

menuliskan lembar tips untuk mahasiswa yang mungkin ditempatkan di organisasi yang sama semester berikutnya. Atau berilah tugas membuat suatu laporan tentang permasalahan atau topik tertentu terkait organisasi yang dimaksud, atau mintalah mahasiswa untuk membuat esai yang kritis tentang kerja lapangan.Tulisan-tulisan ini dapat dievaluasi berdasarkan kriteria akademik konvensional: Apakah aspek yang penting dari topik terkait dengan literatur yang ada? Apakah pengalaman mahasiswa menyebabkan pemahaman yang tepat dari teorinya? Apakah fokus dari tulisan sesuai dengan observasi yang mendasarinya? (Sumber: Conrad dan Hedin, 1990)

Periksalah dengan pengawas lapangan setelah pelayanannya selesai. Bertemulah dengan perwakilan dari organisasi atau kantor rekanan untuk mendiskusikan reaksi mereka terhadap unjuk kerja mahasiswa Anda. Mintalah komentar mereka tentang bagaimana untuk mengembangkan pengalaman mahasiswadan mereka sendiri.

Evaluasi terhadap Mahasiswa


Evaluasilah tugas akademik mahasiswa, bukan pengalamannya di lapangan. Jelaskanlah
pada mahasiswa bahwa mereka akan menerima nilai bukan sekadar karena telah menghabiskan waktu di lapangan, tetapi karena kualitas karya yang mereka hasilkan sebagai respons terhadap kegiatan latihan pelayanannya. Sebagai contoh, jika mahasiswa mengumpulkan jurnal, kriteria evaluasi Anda dapat mencakup keakuratan data yang dimasukkan, kedalaman, orisinalitas, dan jangkauan permasalahan yang dibahas. Atau Anda dapat berfokus pada perolehan pengetahuan mahasiswa tentang komunitas, peningkatan dalam keterampilan pribadi, penemuan diri, atau eksplorasi terhadap pilihan karier. Beberapa pengajar menilai jurnal-jurnal ini dengan skala centang-plus/centang/ centang-minus. (Sumber: Ozorak, 2003; Tai-Seale, 2001; Weisskirch, 2003; Zimmerman dkk., 1990)

Daftar Referensi
Astin, A. W., Vogelesang, L.J., Ikeda, E. K., and Yee, J. A. How Service Learning Affects Students. Los Angeles: UCLA Higher Education Research Institute, 2000. Braskamp, L. A., Trautvetter, L. C., and Ward, K. Putting Students First: How Colleges Develop Students Purposefully. Bolton, MA: Anker, 2006. Bringle, R. G., Phillips, M. A., and Hudson, M. The Measure of Service Learning: Research Scales to Assess Student Experiences. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Chapdelaine, A., Ruiz, A., Warchal, J., and Wells, C. Service Learning Code of Ethics. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Colby, A., Ehrlich,T., Beaumont, E., and Stephens, J. Educating Citizens: Preparing Americas Undergraduates for Lives of Moral and Civic Responsibility. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Conrad, D., and Hedin, D. Learning from Service: Experience Is the Best Teacher. or Is It? In J. C. Kendall and associates (Eds.), Combining Service and Learning: A Resource Book for Community and Public Service Vol. I . Raleigh NC: National Society for Internships and Experiential Education, 1990. Corwin, P . Using the Community as a Classroom for Large Introductory Sociology Classes. Teaching Sociology, 1996, 21(3), 310-315. Dunlap, M. R. Methods of Supporting Students Critical Reflection in Courses Incorporating Service Learning. Teaching of Psychology, 1998, 25(3), 208-210. Ehrlich, T (Ed.). Civic Responsibility and Higher Education. American Council on Education and Oryx Press, 2000. Engstrom, C. M. Developing Collaborative Student Afairs-Academic Affairs Partnerships for ServiceLearning. In B. Jacoby (Ed.). Building Partnerships for Servise-Learning. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Evangelopoulos, N., Sidorova, A., and Riolli, L. Can Service-Learning Help Students Appreciate an Unpopular Course? A Theoretical Framework. Michigan Journal of Community Service Learning, 2003, 9(2), 15-24. Eyler, J. Creating Your Reflection Map. In M. Canada and B. W. Speck (Eds.), Developing and Implementing Service-Learning Programs. New Directions for Higher Education, no. 114. San Francisco: Jossey-Bass, 2001, pp. 35-43.

Tekankanlah pada refleksi diri dalam mengevaluasi latihan pelayanan. Evaluasilah jurnal dan partisipasi dalam diskusi kelas berdasarkan pada seberapa aktif dan mendalam mahasiswa merefleksikan pengalamannya. Apakah mereka berpikir kritis tentang sikap, kepercayaan, asumsi, dan prasangka yang mereka miliki? Apakah mereka mengaitkan pengalaman latihan pelayanannya dengan konsep-konsep perkuliahan, menguji teori dalam lingkungan nyata, dan menciptakan teorinya sendiri berdasarkan pengalaman latihan pelayanannya? Apakah mereka mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam ruang kelas untuk memberikan pelayanan yang lebih efektif? (Sumber: Eyler, 2001; Eyler dan Giles, 1999; Owen dan Troppe, 2002) Evaluasilah pembelajaran mahasiswa dalam lebih dari satu cara. Sebagai contoh,
tulislah pertanyaan-pertanyaan ujian yang meminta mahasiswa untuk menampilkan pengenalannya terhadap bagian tubuh (isi) dari suatu literatur atau untuk mengaitkan antara bacaan perkuliahannya dengan pengalaman latihan pelayanannya. Dalam diskusi kelas, mintalah mahasiswa untuk mengaitkan antara pemahaman mereka tentang suatu topik dengan analisis kritis dari pengalaman lapangannya. Mintalah mahasiswa untuk

256

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi


Eyler J., and Giles, D. E. Wheres the Service in Service-Learning? San Francisco: Jossey-Bass, 1999. Froese, A. D., Vogts-Scribner, V., Ealey, S. E., and Fairchild. J. A. Service Data Institute: Bridging Research and Community Service. Teaching of Psychology, 2003, 30(1), 319-321. Furco, A. Service Learning: A Balanced Approach to Experiential Education. In B. Taylor (Ed.), Expanding Boundaries: Serving and Learning. Washington, DC: Corporation for National Service, 1996. Furco, A. Advancing Service Learning at Research Universities. New Directions for Higher Education, no.11. San Francisco: Jossey-Bass, Summer 2001, pp. 67-78. Gelmon, S. B. Assessment as a Means of Building Service-Learning Partnerships. In B. Jacoby (Ed.), Building Partnerships, for Service-Learning. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Goldstein, M. B. Legal Issues in Combining Service and Learning. In J. C. Kendall and associates (Eds.), Combining Service and Learning: A Resource Book for Community and Public Service. Vol. 2. Raleigh, NC: National Society for Internships and Experiential Education, 1990. Howard, J. Academic Service-Learning: Myths, Challenges, and Recommendations. Essays on Teaching Excellence, 200101, 12(3), 12-19. Hurley C., Renger, R., and Brunk, B. Learning from a Challenging Fieldwork Evaluation Experience: Perspectives of a Student and an Instructor. American, Journal of Evaluation, 2005, 26(4), 562578. Hutchings, P ., and Wutzdorff; A. Experiential Learning across the Curriculum: Assumptions and Principles. In P . Hutching and A. Wutzdorff (Eds.), Knowing and Doing: Learning Through Experience. New Directions for Teaching and Learning, No. 35. San Fransisco: Jossey-Bass, 1988. Jacoby, B. Fundamentals of Service-Learning Partnerships. In B. Jacoby (Ed.), Building Partnerships for Service Learning. San Fransisco: Jossey-Bass, 2003. Janosik, S. M., and Hirt, J. B. Legal and Ethical Issues. In D. L. Cooper, S. A. Saunders, R. B. Winston, J. B. Hirt, D. G. Creamer, and S. M. Janosik (Eds.), Learning through Supervised Practice in Student Affairs. New York: Brunner-Routledge, 2002. Kendall, J. C., and others. Increasing Faculty Involvement In J. C. Kendall and associates (Eds.), Combining Service and Learning: A Resource Book for Community and Public Service, Vol. 2. Raleigh, NC: National Society for Internships and Experiential Education, 1990. Kezar, A., and Rhoads, R. R. The Dynamic Tensions of Service Learning in Higher Education: A Philosophical Perspective. Journal of Higher Education, 2001, 72(2), 148-171. Kretchmar, M. D. Service Learning in a General Psychology Class: Description, Preliminary Evaluation and Recommendations. Teaching of Psychology, 2001, 28(1), 5-10. LoCicero, A., and Hancock, J. Preparing Students for Success in Fieldwork. Teaching of Psychology, 2000, 27(2), 117-120. Marullo, S. Bringing Home Diversity: A Service-Learning Approach to Teaching Race and Ethnic Relations. Teaching Sociology 1998, 26(4), 259-275. Mills, S. D. Electronic, Journaling: Using the Web-Based Group, Journal for Service-Learning Reflection, Michigan Journal of Community Service Learning, Fall 2001, 8(1), 27-35. Ostrow, J. Service-Learning and the Problem of Depth. In M. Langseth and W. M. Plater (Eds.), Public Work and the Academy: An Academic Administrators Guide to Civic Engagement and Service-Learning. San Francisco: Jossey-Bass, 2004. Owen, J., and Troppe, M. (Eds.) Faculty Handbook for Service-Learning. (2nd ed.) College Park: Commuter Affairs and Community Service, University of Maryland, 2002. Ozorak, E. W. Integrating Service-Learning into Psychology Courses. APS Observer, Nov. 2003, 16(11), 21-22, 36-37.

Latihan Pelayanan dan Pelibatan Masyarakat


257

Rubin, M. S. A Smart Start to Service-Learning. In M. Canada and B. W Speck (eds.), Developing and Implementing Service-Learning Programs. New Directions for Higher Education, no. 114. San Francisco: Jossey-Bass, 2001, pp. 15-26. Sand. P . Organizing Community Studies. In S. F. Schomberg (Ed.), Strategies for Active Teaching and Learning in University Classroom. Minneapolis: Office of Educational Development Programs, University of Minnesota, 1986. Service-Learning in the Disciplines,18 volumes. Washington, DC: American Association for Higher Education, 1997-2000. A Spanish Course Blends Classroom Work with Community Service. Chronicle of Higher Education, March 22, 2002, A10. Tai-Seale, T. Liberating Service Learning and Applying the New Practice. College Teaching, 2001, 49(1), 14-18. University of California at Berkeley Task Force. Advancing Public Service. Berkeley: Service Learning Research and Development Center, University of California, 2000. Vaz, R.F Connecting Science and Technology Education with Civic Understading: A Model for Engagement. AAC&U, Winter 2005, 13-16. Weisskirch, R. S. Analyzing Student Journals in a Service-Learning Course. Academic Exchange Quarterly, Summer 2003, 7(2), 141-145. Wills, E. "The Course: Intergenerational Creative Nonfiction Writing. Chronicle of Higher Education, June 17, 2005, A6. Winston, R.B., and Creamer, D. G. Supervision: Relationships That Support Learning. In D. L. Cooper, S. A. Saunders, R. B. Winston, J.B. Hirt, D. G. Creamer, and S. M. Janosik (Eds.) Learning through Supervised Practice in Student Affairs. New York: Brunner-Routledge, 2002. Zimmerman, J., and others. Journals: Diaries for Growth. In. J. C. Kendall and associates (Eds.), Combining Service and Learning: A Resource Book for Community and Public Service. Vol. 2. Raleigh, NC: National Society for Internships and Experiential Education, 1990.

258

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Penelitian Tingkat Sarjana

259

27
Penelitian Tingkat Sarjana

Strategi-strategi Umum
Berpikirlah secara luas tentang jenis tentang kegiatan terkait penelitian. Sebagai tambahan terhadap kegiatan laboratorium di Sains dan Teknik, mahasiswa dapat membantu organisasi setempat dalam memahami atau memecahkan suatu permasalahan, melaksanakan penelitian tentang suatu aspek dari kehidupan kampus, atau membantu dalam melakukan pengukuran terhadap perkuliahan yang Anda ajarkan. Untuk daftar yang luas tentang jenis-jenis proyek penelitian yang melibatkan mahasiswa tingkat sarjana, lihatlah The Undergraduate Research Apprentice Program (Program Magang Penelitian Mahasiswa Tingkat Sarjana) di UI Berkeley (research.berkeley.edu/urap) dan Undergraduate Research Opportunity Program (Program Kesempatan Peneliti Mahasiswa Tingkat Sarjana) di Universitas Michigan (www.lsa.umich.edu/urop/). (Sumber: Lancy, 2003; Picciotto, 1997; Strand dkk., 2003) Pertimbangkanlah proyek penelitian di musim panas. Waktu musim panas dapat menjadi waktu yang baik bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam penelitian. Jika institusi Anda memiliki suatu proyek senior atau program tesis bagi mahasiswa tingkat sarjana, penelitian di musim panas dapat mengarahkan pada tesis tingkat senior. (Sumber: Merkel dan Baker, 2002) Carilah pendanaan. Ambillah manfaat dari program kampus apa pun yang dapat memberikan dana untuk mendukung penelitian tingkat sarjana. Tulislah asisten penelitian tingkat sarjana ke dalam rencana anggaran dari pendanaan yang Anda ajukan. Beberapa posisi yang telah didanai, yang biasanya ditempati oleh mahasiswa pascasarjana dapat ditugaskan pada mahasiswa tingkat sarjana. (Sumber: Lancy, 2003) Konsultasikanlah dengan sumber nasional tentang penelitian tingkat sarjana. Dua asosiasi nasional yang bekerja sama menawarkan sumber daya-sumber daya untuk pengajar yang mensupervisi mahasiswa tingkat sarjana sebagai bagian dari tim penelitian atau sebagai peneliti mandiri. Komisi dalam Penelitian Tingkat Sarjana/The Council on Undergraduate Research (www.cur.org) menyediakan bagaimana cara untuk buku, jurnal, dan kegiatan untuk siapapun yang tertarik dalam mendukung penelitian dan pembelajaran kolaboratif antara mahasiswa dan pengajar. Konferensi Nasional dalam Penelitian Tingkat Sarjana/The National Conferences on Undergraduate Research (www.ncur.org) melaksanakan konferensi, di mana, para mahasiswa tingkat sarjana dalam beragam bidang mempresentasikan penemuan mereka.

Dengan pembimbingan yang memadai, mahasiswa tingkat sarjana dapat melaksanakan penelitian ilmiah, kegiatan artistik dan kreatif, serta bentuk penelitian dan pembelajaran lainnya dalam bidang apa pun. Proyek-proyek ini dapat dilakukan sebagai persyaratan perkuliahan, seperti studi mandiri, atau di luar kurikulum reguler/biasanya (Kinkead, 2003). Seorang mahasiswa dapat bekerja dengan seorang tenaga pengajar atau sebagai bagian dari tim yang dipimpin pengajar, yang merupakan campuran mahasiswa tingkat sarjana dan pascasarjana. Melibatkan mahasiswa tingkat sarjana dalam penelitian menguntungkan baik mahasiswa maupun pengajar secara signifikan (Bauer dan Bennett, 2003; Firestone, 1997; Jones dan Draheim, 1994; Kuh dkk., 2005; Landrum dan Nelsen, 2002; Malachowski, 2003; Merkel dan Baker, 2002; Nagda dkk., 1998; Pascarella dan Terenzini, 2005; Prince dkk., 2007; Seymour dkk., 2004; Shellito dkk., 2001). Mahasiswa tingkat sarjana yang berpartisipasi dalam proyek penelitian memperoleh pemahaman yang lebih kaya tentang disiplin ilmunya; mengembangkan pemikiran kritis, komunikasi, dan keterampilan analisis; menjadi lebih mandiri dan percaya diri; memiliki tujuan yang lebih jelas terkait pilihan kariernya; dan menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi dalam hal persistensi dan penyelesaian tugas. Untuk banyak mahasiswa, bekerja bersama tenaga pengajar dalam proyek penelitian menjadi masa cemerlang dalam tahun-tahun perkuliahannya.

Untuk para pengajar, pertanyaan dasar atau naf yang dikemukakan oleh mahasiswa tingkat sarjana dapat mengarahkan pertimbangan ulang tentang hipotesis awal atau memberi saran tentang arahan baru bagi penelitian. Pengalaman bekerja dengan mahasiswa tingkat sarjana dapat pula mengakibatkan peningkatan efektivitas pengajaran dalam ruang kelas. Saran-saran berikut ini ditujukan untuk menolong Anda merancang kesempatan, dan merekrut serta mengawasi para mahasiswa tingkat sarjana yang bekerja dalam proyek penelitian Anda atau milik mereka sendiri. Untuk cara-cara menggabungkan tugas penelitian ke dalam perkuliahan Anda, lihatlah Bab 35, Merancang Tugas Menulis yang Efektif.

Merancang Pengalaman Penelitian yang Berharga


Tetapkanlah tujuan pembelajaran yang jelas. Pada permulaan proyeknya, bertemulah dengan mahasiswa untuk menyetujui tujuan pembelajarannya. Tujuan-tujuan ini dapat mencakup membuat penemuan atau sintesis baru, menguasai metodologi suatu disiplin ilmu atau antar disiplin, mempelajari bagaimana memfokuskan suatu topik untuk penelitian, memperoleh keterampilan dalam proses ilmiah, menempatkan dan

260

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Penelitian Tingkat Sarjana

261

mengkritisi dokumen yang menjadi sumber utama, berpindah melalui data dan menarik kesimpulan, serta mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam presentasi hasil temuan, baik secara lisan maupun tulisan.

Kaitkanlah antara penelitian dengan karier dan sekolah lanjutan (pasca sarjana).
Berikanlah bimbingan karier sesuai kebutuhan dan diskusikanlah bagaimana proyek penelitian tingkat sarjana dapat membantu menyiapkan mahasiswa untuk belajar di tingkat lanjutan (pascasarjana) atau untuk kesempatan kerja/karier tertentu. (Sumber: Merkel dan Baker, 2002; Shellito dkk., 2001)

Ciptakanlah proyek yang sesuai dengan minat dan kemampuan mahasiswa Anda. Carilah
kesempatan yang akan memungkinkan mahasiswa untuk merancang dan menyelesaikan tugas mereka dalam waktu yang telah disediakan. Realistislah dalam memperkirakan jumlah waktu dan pelatihan yang akan dibutuhkan oleh mahasiswa tingkat sarjana untuk melaksanakan proyek tersebut. Selain itu, beberapa proyek penelitian tidak begitu saja dapat selesai dalam kerangka waktu yang ditentukan dan bahkan, terus berlanjut dari mahasiswa ke mahasiswa sepanjang beberapa tahun. (Sumber: Lancy, 2003; Shellito dkk., 2001)

Mengajarkan dan Membimbing Peneliti Tingkat Sarjana


Tetapkanlah suatu model untuk mengawasi (mensupervisi) mahasiswa. Baik mahasiswa melakukan penelitian orisinil mereka sendiri atau bekerja dalam proyek yang Anda rancang, struktur dan pengawasan dari proyeknya akan mengikuti salah satu dari empat model berikut (diadaptasi dari Landrum dan Nelsen, 2002):
model mentor sebagai rekanan, di mana mahasiswa bekerja secara dekat dan langsung dengan pengajar; model hierarki, di mana mahasiswa bekerja dengan mahasiswa tingkat pascasarjana yang, selanjutnya, disupervisi oleh pengajar; model magang, di mana mahasiswa bertanggung jawab terhadap lebih banyak tugas seiring perkembangan kemampuan unjuk kerjanya; model kontrak, di mana pengajar memberitahukan tugas-tugas dan tenggat waktu di awal.

Bantulah mahasiswa untuk memfokuskan suatu topik mandiri. Mahasiswa yang ingin
melaksanakan proyek penelitian mandiri akan membutuhkan bantuan dalam memilih dan memfokuskan topiknya. (Sumber: Bodi, 2002)

Merekrut Mahasiswa
Identifikasilah partisipan yang berpotensi. Beberapa kampus dan universitas memiliki
program penelitian tingkat sarjana pusat yang mencocokkan antara tenaga pengajar sebagai pendukung dan mahasiswa sebagai partisipan. Pada institusi lain, pengajar merekrut sendiri mahasiswanya. Mempublikasikan sebuah pengumuman dapat memunculkan beberapa respons, tetapi Anda sebaiknya juga menyebarkan undangan perorangan untuk memilih mahasiswa baru dan sebelumnya. Untuk beberapa proyek, kemampuan mahasiswa untuk memenuhi tenggat waktu dan melakukan pekerjaan yang bisa diandalkan bisa menjadi sangat penting; untuk proyek lainnya, pertimbangan utamanya bisa jadi adalah kemauan mahasiswa untuk secara jujur mengkritisi tugas dan tulisan Anda. Beberapa pengajar mencari mahasiswa di program kehormatan departemen atau bagiannya, sedangkan yang lainnya mencari mahasiswa yang kurang terwakili di bidang keilmuan mereka dan mahasiswa yang merupakan calon guru. Secara aktif, carilah mahasiswa yang memenuhi kualifikasi, tetapi berpotensi untuk rawan secara akademik (misalnya memiliki pendapatan rendah, merupakan generasi pertama yang berkuliah, atau mahasiswa imigran); keterlibatan dalam penelitian dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa mengingat. (Sumber: Jones dan Draheim, 1994; Kinkead, 2003; Lancy, 2003; Merkel, 2003; Steffes, 2004; Verity dkk., 2002)

Perjelaslah dengan mahasiswa Anda tentang model yang akan Anda gunakan untuk mensupervisi, dan ingatkanlah mereka bahwa peran Anda adalah untuk membimbing bukan mengarahkanpenelitian mereka. Diskusikan pula harapan satu sama lain (mutual).

Buatlah diri Anda tersedia, dapat dijangkau, dan mendukung. Luangkanlah waktu untuk
mengenal mahasiswa yang Anda bimbing. Luangkanlah sejumlah waktu setiap minggunya untuk periode tanya-jawab, dan doronglah mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan bodoh yang enggan atau malu mereka tanyakan. Berilah umpan balik yang positif dan konstruktif/membangun serta dorongan. Persiapkanlah mahasiswa untuk menangani perasaan putus asa/frustasi yang tidak terhindarkan dari perancangan dan pelaksanaan proyek penelitian, dan ingatkanlah mereka bahwa semua peneliti pernah mengalami kegagalan berulang kali. (Sumber: Kinkead, 2003; Merkel dan Baker, 2002; Shellito dkk., 2001)

Promosikanlah manfaat melakukan penelitian. Jelaskanlah pada mahasiswa keuntungan dari melaksanakan penelitian atau berpartisipasi dalam suatu proyek penelitian. Sebagai tambahan dari penjelasan tentang kesempatan belajar, diskusikanlah keuntungan dari bekerja di luar kelas dengan pengajar, mahasiswa tingkat lanjutan/pascasarjana, atau mahasiswa tingkat sarjana lainnya. Jika Anda merekrut mahasiswa untuk proyek Anda, beritahu mereka apa yang ditawarkan oleh lingkungan penelitian Anda, yang tidak dapat diperoleh di tempat lainnya. (Sumber: Benson, 2002)

Fokuslah pada pengalaman belajar mahasiswa. Sediakanlah suatu jalur yang jelas, sejelas yang bisa Anda sediakan, dari sekadar tugas-tugas tingkat dasar atau kerja kasar, menjadi tugas-tugas bermakna yang memberikan level tanggung jawab yang terus meningkat. Sebagai contoh, mahasiswa tingkat satudan duayang tidak siap untuk melakukan analisis data statistik dapat mengumpulkan dan memasukkan data, memeriksa literatur, dan merancang materi untuk bagian pengantar dari makalah tentang penelitiannya. (Sumber: Benson, 2002; Kuther, 2004; Lancy, 2003)

262

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Penelitian Tingkat Sarjana

263

Diskusikanlah etika penelitiannya. Tanganilah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul dalam pelaksanaan dan pelaporan penelitian: misalnya, penanganan dan perlakuan pada binatang laboratorium, integritas dalam melaporkan temuan penelitian apa pun hasilnya, serta aturan mengenai kebebasan pribadi dan kerahasiaan. (Sumber: Benson, 2002) Hargailah situasi mahasiswa. Kenali dan hargailah komitmen-komitmen mahasiswa di luar proyek penelitian. Tunjukkanlah bahwa Anda menghargai waktu mereka dengan telah dalam kondisi siap ketika mereka tiba di tempat penelitian. Jika dibutuhkan, mundurlah sedikit untuk menjelaskan berbagai konsep pada level mahasiswa. Pastikanlah bahwa mahasiswa memiliki persediaan, peralatan, dan akses yang mereka perlukan untuk melakukan tugasnya. (Sumber: Shellito dkk., 2001)
sekitar tiga hingga enam bulan atau lebih untuk membiasakan dirinya dengan teknikteknik penting dalam laboratorium, membaca artikel jurnal terkini, dan memahami lingkup proyeknya atau memahami bagaimana untuk merancang dan melaksanakan serangkaian eksperimen laboratorium. (Sumber: Firestone, 1997; Merkel dan Baker, 2002)

Ajaklah mahasiswa tingkat sarjana ke konferensi tentang disiplin ilmu Anda. Sosialisasikanlah profesi atau disiplin ilmu Anda pada mahasiswa. Biarkanlah mereka merasakan antusiasme kolektif yang muncul dalam konferensi. (Sumber: Lancy, 2003)

Daftar Referensi
Bauer, K. W., and Bennett J. S. Alumni Perceptions Used to Assess Undergraduate Research Experience. Journal of Higher Education, 2003, 74(2), 210-230. Benson, E. Learning by Doing: Four Keys to Fostering Undergraduate Research in Your Laboratory. Monitor on Psychology, December 2002, 33(11), 42 45. Bodi, S. How Do We Bridge the Gap between What We Teach and What They Do? Some Thoughts on the Place of Questions in the Process of Research. Journal of Academic Librarianship, 2002, 28(3), 109-114. Ferrari, J. R., and Hernovich, V. B. Student-Based Psychology Journals: Perceptions by Graduate Program Directors. Teaching of Psychology, 2004, 31(4), 272-275. Firestone, G. L. Undergraduate Research: An Integration of Discovery and Education. Science 21, 1997, 2(1), 9-10. Jones, J. L., and Draheim, M. M. Mutual Benefits: Undergraduate Assistance in Faculty Scholarship. Journal on Excellence in College Teaching,1994, 5(2), 85-96. Kinkead, J. Learning through Inquiry: An Overview of Undergraduate Research. In J. Kinkead (Ed.), Valuing and Supporting Undergraduate Research. New Directions for Teaching and Learning, no. 93. San Francisco: Jossey-Bass, 2003, pp. 5-17. Kuh, G. D., Kinzie, J., Schuh, J. H Whitt, E. J., and associates. Student Success in College: Creating Conditions That Matter. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Kuther, T.L. Student-Faculty Collaborative Research: Why and How to Do It. Newsletter of the Society for the Teaching of Psychology, Division 2 of the American Psychological Association. Fall 2004, 4-5. Lancy, D. F. What One Faculty Member Does to Promote Undergraduate Research. New Directions for Teaching and Learning, no. 93. San Francisco: Jossey-Bass, 2003, pp. 87-92. Landrum, R. E., and Nelsen. L. R. The Undergraduate Research Assistantship: An Analysis of the Benefits. Journal of Psychology, 2002, 29(1), 15-19. Malachowski, M. R. A Research-across-the-Curriculum Movement. In.J. Kinkead (Ed.), Valuing and Supporting Undergraduate Research. New Directions for Teaching and Learning, no. 93. San Francisco: Jossey-Bass, 2003, pp. 55-68. Merkel, C. A. Undergraduate Research at the Research Universities. In. J. Kinkead (Ed.), Valuing and Supporting Undergraduate Research. New Directions for Teaching and Learning, no. 93. San Francisco: Jossey-Bass, 2003, pp. 39-53. Merkel, C. A., and Baker, S. M. How to Mentor Undergraduate Researchers. Washington, DC: Council on Undergraduate Research, 2002. Nagda, B. A., Gregerman, S. R, Jonides, J., von Hippel, W., and Lerner, J. S. Undergraduate StudentFaculty Research Partnerships Affect Student Retention. Review of Hither Education, 1998, 22(1), 55-72. Pascarella, E. T., and Terenzini, P . T. How College Affects Students. A Third Decade of Research. Vol. 2. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Picciotto, M. Investigating the College: Teaching the Research Process. College Teaching, 1997, 45(1), 19-21.

Bersabarlah. Sebagai contoh, mahasiswa tingkat sarjana mungkin akan memakan waktu

Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa kontribusi/sumbangsih mereka dihargai. Bahkan


mahasiswa tingkat sarjana yang baru saja bergabung di laboratorium dapat memiliki pemahaman yang bermanfaat. Ciptakanlah atmosfer yang terbuka, di mana semua orang merasa diundang untuk berbicara. (Sumber: Benson, 2002; Kinkead, 2003)

Mengomunikasikan Hasil Temuan


Doronglah mahasiswa untuk memublikasikan atau mempresentasikan hasil kerjanya. Situs Web kelas (atau blog mahasiswa yang terkait dengan kelas) adalah salah satu tempat untuk publikasi dan presentasi. Buatlah mahasiswa juga menyadari tentang jurnal elektronik dan tercetak yang memublikasikan artikel oleh mahasiswa tingkat sarjana, meskipunn Ferrari dan Hemovich (2004) memberikan sejumlah bukti bahwa beberapa direktur penerimaan dari mahasiswa pascasarjana psikologi memandang dengan ragu publikasi dalam jurnal yang berasal dari penelitian berbasis mahasiswa. Salah satu lembaga keuangan penelitian tingkat sarjana nasional (clearinghouse.missouriwestern. edu) berada di Kampus Negara Bagian Missouri Barat (Missouri Western State College). Pajangan poster penelitian mahasiswa dan produk lainnya juga dipublikasikan di kalangan dan asosiasi profesional, seperti Komite Dua Tahunan dalam Penelitian Tingkat Mahasiswa dan Konferensi Nasional tahunan Berbasiskan Penelitian Tingkat Sarjana di Washington DC, bernama Poster on The Hill. (Sumber: Kinkead, 2003) Untuk penelitian berbasis kelompok, libatkan mahasiswa sebagai penulis rekanan (coauthor). Firestone (1997) melaporkan bahwa sekitar sepertiga dari karya tulis yang
dipublikasikan oleh kelompok penelitian laboratoriumnya memiliki setidaknya satu mahasiswa tingkat sarjana sebagai penulis rekanan yang memainkan peran kunci dalam melaksanakan eksperimen dan menginterpretasi data.

264

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi


Prince, M. J., Felder, R. M. and Brent, R. Does Faculty Research Improve Undergraduate Teaching? An Analysis of Existing and Potential Synergics. Journal of Enginering Education, 2007, 96(4), 283-294. Seymour, E., Hunter, A-B., Laursen, S. L., DeAntoni, T Establishing the Benefits of Research Experiences for Undergraduates in the Sciences: First Findings from a Three-Year Study. Science Education, 2004, 88(4), 493-534. Shellito, C., Shea, K., Weissmann, G., Mueller-Solger, A., and Davis, W Successful Mentoring of Undergraduate Researchers: Tips for Creating Positive Student Research Experiences. Journal of College Science Teaching, 2001, 30(7), 460-464. Steffes, J. S. Creating Powerful Learning Environments beyond the Classroom. Change, May/June, 2004, 36(3), 46-50. Strand, K., Marullo, S., Cutforth, N. Stoecker, R., and Donohue, P . Community-Based Research and Higher Education: Principles and Practices. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Verity, P C., Gilligan, M. R., Frischer, M. E., Booth, M. G., Richardson, J. P ., and Franklin, C. Improving Undergraduate Research Experiences: Lessons from a Historically Black Universitys Unusual Collaboration. AAHE Bulletin, February 2002, 3-6.

Pembicara Tamu

265

28
Pembicara Tamu

Pembicara tamu dapat menambah minat, keahlian, keragaman, dan berbagai sudut pandang terhadap banyak jenis perkuliahan. Saran-saran berikut ini mendiskusikan tentang mengundang pembicara, mengatur untuk presentasi yang disiarkan melalui Web, dan menyiapkan diri menjadi pembicara tamu.

Strategi-strategi Umum
Mulailah lebih awal. Mengatur pembicara dari luar membutuhkan waktu dan kerja yang
cukup banyak. Mulailah menghubungi pembicara yang memungkinkan seawal mungkin sebisa Anda. Membuat jadwal dapat melibatkan sejumlah usaha untuk mengatur tanggaltanggal.

Tentukanlah tujuan dan nilainya. Carilah pembicara yang terkait dengan perkuliahan Anda dengan membahas suatu topik yang mana bacaan atau pengetahuan Anda sendiri masih lemah, dengan menyajikan sudut pandang yang penting, atau dengan memberikan sudut pandang alternatif. Masukkanlah materi dari presentasi pembicara tamu ke dalam tugas atau ujian Anda dan beritahukanlah mahasiswa tentang bagaimana presentasi tersebut akan dimasukkan dalam tugas perkuliahan mereka. (Sumber: Lyons dkk., 2003) Pilihlah pembicara yang efektif. Pastikanlah pembicaranya kredibel dan merupakan
seorang penyaji materi yang efektif. Berhati-hatilah dalam mengundang pembicara yang datang kepada Anda, meminta kesempatan untuk bicara. Undanglah pembicara yang akan menantang mahasiswa Anda dan memunculkan diskusi. Hindarilah suatu paket presentasi kecuali Anda telah melihat pelaksanaannya dan mengetahui bahwa memang hal itu persis dengan yang Anda inginkan. (Sumber: Mullins, 2001; Sorenson, 2001)

Putuskanlah bentuk kegiatan yang sesuai. Periksalah dengan pembicara tentang pilihanpilihan yang ada tentang bagaimana sesi dapat diatur: presentasi dengan tanya jawab; suatu kesempatan bagi kelas Anda untuk mewawancara ahlinya diskusi terbuka yang dipimpin oleh sang pembicara; perbincangan informal sehingga mahasiswa dapat mengenal pembicara, dan sebagainya. (Sumber: Sorenson, 2001)

266

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Pembicara Tamu

267

Mulailah dari sedikit kemudian perbesarlah. Mulailah dengan hanya seorang tamu di sepanjang semester. Pertimbangkanlah untuk menambah yang kedua di semester berikutnya, tetapi ingatlah selalu bahwa mengundang terlalu banyak pembicara dapat melemahkan fokus dan efektivitas perkuliahan. (Sumber: Mullins, 2001)

Menyiapkan Mahasiswa
Pada sesi sebelum kemunculan pembicara tamu, ingatkanlah mahasiswa tentang jadwal kegiatan tersebut. Ingatkanlah mahasiswa bahwa tamu akan datang dan sarankanlah
mereka untuk memikirkan tentang pertanyaan-pertanyaan yang ingin mereka ajukan. Jelaskanlah hubungan antara pembicara dengan topik perkuliahan. Untuk mendorong kehadiran, pastikanlah bahwa mahasiswa mengetahui bagaimana materi yang disampaikan pembicara tamu terkait dengan tujuan perkuliahan dan penilaian. Jika memungkinkan, mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan mereka sebelum hari presentasi; kemudian Anda atau mahasiswa dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut selama presentasi. (Sumber: Sorenson, 2001)

Menyiapkan Pembicara
Kembangkanlah undangan yang mendetail. Diskusikanlah isi dari perkuliahan Anda
dan bagaimana pembicara tersebut akan sesuai dengan bagian perkuliahan lainnya. Jelaskanlah tujuan Anda dan apa yang Anda harap untuk dicapai dengan adanya partisipasi sang pembicara dalam kelas Anda. Bicarakanlah tentang struktur sesi-nya. Jika Anda menginginkan sang pembicara untuk membahas poin-poin tertentu, sediakanlah suatu daftar atau garis besar, sesuai kebutuhan. Kirimkanlah informasi sebagai berikut dalam bentuk tulisan, beberapa waktu sebelum hari presentasi: waktu kedatangan, panjang waktu sesi, lokasi ruang kelas dan kantor Anda, nomor telepon kontak; instruksi berkendaraan, arahan tentang parkir, dan kartu parkir tamu; ukuran kelas, tingkat kesiapan mahasiswa, minat, dan lainnya.

Beritahukanlah mahasiswa tentang apa yang akan diharapkan dari mereka. Jika mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk memperkenalkan dirinya sendiri, beritahukanlah pada mereka. Jelaskan bahwa mereka dapat bebas untuk bertepuk tangan di akhir presentasi jika mereka merasa itu bermanfaat.

Menjadi Tuan Rumah bagi Pembicara Tamu


Perkenalkanlah pembicaranya. Gunakanlah informasi biografi apa pun yang telah disediakan pembicara dan perkenalkan pula topik presentasinya. Pastikanlah bahwa kebutuhan pembicara telah dipenuhi, dan sediakanlah minuman. Teruslah memberikan perhatian selama presentasi berlangsung. Persiapkanlah diri untuk menjadi moderator. Jelaskanlah aturan dasar apa pun yang
berlaku untuk sesi tersebut dan, jika dibutuhkan, bertindaklah sebagai moderator untuk periode tanya-jawab. Awasilah waktunya, dan hentikanlah dengan sopan jika pembicara melampaui batas waktunya. (Sumber: Lyons dkk., 2003)

Tanyakanlah jika ada kebutuhan atau permintaan khusus. Tanyakanlah pada tamu Anda
jika memiliki preferensi khusus tentang pengaturan tempat duduk, panjang waktu tanya jawab, kebutuhan fotokopi/perbanyakan berkas, atau peralatan seperti laptop dan proyektor. Jika kelas Anda kecil, tanyakanlah apakah pembicara menginginkan mahasiswa untuk memperkenalkan diri mereka sendiri dan mengucapkan sepatah kata tentang minat mereka.

Berilah pembicara salinan dari daftar bacaan untuk kelas. Atau mintalah pembicara untuk
memberikan saran bacaan yang perlu diselesaikan mahasiswa sebelum sesi mereka. (Sumber: Mullins, 2001)

Konfirmasilah kehadiran pembicara beberapa hari sebelum waktu yang ditetapkan.


Jika Anda mengetahui di saat-saat terakhir bahwa pembicara tidak dapat hadir, pertimbangkanlah alternatifnya: melibatkan mahasiswa dalam curah pendapat (brainstorm) terkait suatu konsep atau ide dari kelas sebelumnya; membagi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dan meminta mereka mengembangkan pertanyaanpertanyaan yang dapat digunakan dalam ujian tengah semester atau ujian akhir; menayangkan video yang relevan dengan isi perkuliahan; memberikan mahasiswa waktu untuk bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek atau tugas yang akan datang. (Sumber Lyons dkk., 2003)

Di bagian penutup, sampaikanlah terima kasih pada pembicara di depan umum. Pimpinlah tepuk tangan. Jika waktunya memungkinkan berikanlah sedikit komentar yang meringkas atau mengukur manfaat sesi tersebut. Setelah tamu pergi, diskusikanlah presentasinya. Tanggapilah setiap kritik mahasiswa terhadap pembicara tamu. Ingatkanlah bagaimana materi yang disampaikan terkait dengan tujuan pengajaran Anda. Tindak lanjuti-lah dengan catatan terima kasih pada pembicara. Anda dapat menyatakan
sesuatu tentang bagaimana kelas Anda menanggapi presentasinya dan bagaimana Anda akan menggabungkan presentasi tersebut ke dalam sesi kelas selanjutnya. Jika dimungkinkan, kirimkanlah sebuah salinan catatan terima kasih tersebut ke ketua atau supervisor departemen/jurusan dari pembicara.

268

BAGIAN V: Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi

Pembicara Tamu

269

Tata Aturan Pembicara Tamu dalam Webcasting


Hadirkanlah pembicara tamu melalui Webcast. Webcast adalah presentasi dalam bentuk videobaik secara langsung maupun rekamanyang ditansmisikan melalui internet. Webcast memberikan Anda akses pada para ahli yang tidak akan mampu untuk datang langsung ke kelas Anda. Gunakanlah webcast rekaman atau berdasarkan permintaan. Menggunakan webcast
rekaman memberikan Anda lebih banyak kontrol dari presentasinya dibandingkan jika mengatur webcast yang disiarkan langsung. Periksalah ke unit teknologi pengajaran atau koleksi sumber multimedia di kampus Anda untuk menetukan apa yang mereka sediakan. Di Universitas California di Berkeley, sebagai contoh, webcast yang disiarkan langsung dan yang berdasarkan permintaan, tentang perkuliahannya maupun kegiatan publik, didaftar dalam webcast.berkeley.edu. Untuk lebih banyak pilihan, Anda dapat mencari Web tentang webcast dan kata kunci dari topik Anda.

Jika jadwal Anda memungkinkan, beritahukanlah pada mahasiswa bagaimana cara menghubungi Anda. Mahasiswa menghargai kesempatan untuk menindaklanjuti ke
Anda jika mereka memiliki pertanyaan.

Daftar Referensi
Bell. S., Cyber-Guest Lecturers: Using Webcasts as a Teaching Tool. Tech Trends, 2003, 47(4), 1014. Cook, D., When You Are the Guest Lecturer. Teaching and Learning Exchange, 2005, 12(2). Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know about Virtual Meetings. February 2006, http://connect.educate.edu/Library/ELI/7ThingsYouShouldKnowAbout/39388. Lyons, R.E., McIntosh, M., and Kysilka, M.K. Teaching College in an Age of Accountability. Boston: Allyn and Bacon, 2003. Medlely, R. M., Inviting Exprets to Class through Computer-Mediated Discussions. College Teaching, 2005, 53(2), 71-74. Mullins, P .A. Using Outside Speakers in the Classroom. APS Observer, 2001, 14(8). Sorenson, L. Guest Speakers: Agony or Ecstasy. Brigham Young University, Focus on Faculty, 2001, 9(2), 4. http://fc.byu.edu/opages/reference/focusonfaculty.htm.

Tentukanlah apakah Anda akan menayangkan webcast-nya dalam kelas atau meminta mahasiswa untuk menontonnya sendiri-sendiri. Jika Anda memutuskan untuk
menayangkan webcast di kelas, bereksperimenlah dengan menayangkan webcast di komputer Anda sendiri sebelum menayangkannya pada mahasiswa Anda. Uji coba juga perangkat keras (hardware) dan piranti lunak (software) di dalam ruang kelas. Jika memungkinkan, unduh keseluruhan webcast sebelum presentasi. Siapkanlah juga rencana cadangan jikalau Anda mengalami masalah teknis. (Sumber: Bell, 2003)

Eksplorasi-lah bentuk lain dari penghadiran tamu yang dimediasi alat elektronik. Anda
dapat mengundang ahli dari luar kampus ke dalam diskusi online yang tidak disinkronkan dalam perkuliahan Anda. Videoconference (komunikasi yang ditayangkan dua arah melalui perangkat elektronik secara langsung) telah menjadi bagian umum dari program beberapa kampus, terutama di mana yang beberapa mahasiswanya menghadiri kampus satelit (kampus cabang yang letaknya terpisah dari kampus utama). (Sumber: Medley, 2005; Educause Learning Initiative, 2006)

Menjadi Pembicara Tamu


Tanyakanlah mengapa Anda yang diundang. Tanyakanlah pada pengajarnya, topik atau tema apa yang harus Anda berikan. Mintalah salinan silabus mereka dan penjelasan tentang mahasiswanya (angkatan, jurusan utama, jumlah peserta perkuliahan, dan sebagainya). Perjelaslah pula tentang honorarium dan apakah pengeluaran Anda akan ditanggung. Tonjolkan posisi materi Anda dalam rangkaian perkuliahannya. Mulailah pembicaraan Anda dengan memberikan gambaran tentang konteks dari topik Anda; kemudian bahaslah lebih mendalam dibandingkan meluas. Menjelang akhir presentasi Anda, rangkumlah poin-poin kuncinya. (Sumber: Cook, 2005)

Membantu Mahasiswa Belajar

271

BAGIAN VI

Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa


29. Membantu Mahasiswa Belajar 30. Gaya dan Preferensi Belajar 31. Memotivasi Mahasiswa 32. Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal 33. Mobile Learning (M. Learning)

272

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar

273

29
Membantu Mahasiswa Belajar

Anda dapat meningkatkan performa akademik mahasiswa Anda dengan menggabungkan konsep-konsep yang berasal dari penelitian tentang bagaimana pembelajar memperoleh, memproses, mengintegrasikan, mengeluarkan kembali dari ingatan, dan mengaplikasikan informasi dan keterampilan. Penelitian mendukung prinsip-prinsip umum sebagai berikut (diadaptasi dari Bransford dkk., 2000; Donovan dkk., 1999): Mahasiswa yang memiliki asumsi dan keyakinan yang tidak akurat atau tidak lengkap tentang sebuah topik akan memiliki kesulitan menangkap konsep dan informasi baru. Mahasiswa dapat lebih mudah mengingat kembali apa yang telah mereka tahu dan mengintegrasikan materi baru ketika mereka diberikan suatu kerangka kerja konseptual. Membagi materi baru menjadi kelompok-kelompok yang terpisah akan meningkatkan perolehan pemahaman tentang materi. Semua pembelajar membutuhkan latihan, umpan balik, dan pengkajian ulang. Interaksi dan perbincangan sosial memfasilitasi pembelajaran dan motivasi. Motivasi mahasiswa memengaruhi jumlah waktu dan usaha yang rela mereka dedikasikan untuk belajar. Karena belajar cenderung tergantung pada situasi, mahasiswa mungkin membutuhkan bantuan dalam mentransfer materi yang dipelajari dalam suatu situasi/konteks ke situasi lainnya.

Prinsip-prinsip tersebut menyarankan praktik-praktik sebagai berikut (diadaptasi dari Bransford dkk., 2000): Perkenalkan suatu topik baru dengan mengkaji ulang latar belakang dan informasi yang menjadi persyaratan, luangkanlah untuk membahas kesalahan-kesalahan pemahaman yang umum. Umumkanlah tujuan pembelajarannya: pengetahuan atau keterampilan yang Anda harap untuk diperoleh mahasiswa selama pertemuan di kelas atau di pertemuan berikutnya.

274

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar

275

Berikan penekanan pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar. Sajikan materi dalam kelompok-kelompok yang teratur dan dapat ditangani, yang meliputi kesempatan untuk praktik. Mintalah mahasiswa untuk mendemonstrasikan penguasaannya dengan menjawab pertanyaan atau menampilkan apa yang telah mereka pelajari. Berilah umpan balik pada mahasiswa untuk memperkuat pembelajaran mereka. Sediakanlah kesempatan bagi mahasiswa untuk menggeneralisasikan, mengaplikasikan, dan mentransfer apa yang telah mereka pelajari.

mahasiswa belajar untuk membedakan antara bukti yang lemah dan kuat, mereka juga mulai menyadari bahwa pengetahuan itu bersifat kontekstual dan situasional (tergantung pada latar belakang dan situasinya). Apa yang diketahui seseorang itu relatif dan dipengaruhi oleh nilai, asumsi, dan sudut pandang mereka. Ketidakjelasan adalah bagian dari hidup. Saat ini, pengajar dipandang sebagai sumber yang berpengalaman, yang mengajarkan prosedur khusus untuk menalar di dalam suatu disiplin ilmu, dan sebagai seseorang yang dapat membantu mahasiswa mempelajari penggunaan yang terampil dari metode-metode analisis untuk mengeksplorasi dan membandingkan antar sudut pandang alternatif. Dalam tahapan akhir dari perkembangan kognitif, mahasiswa mulai untuk menentukan posisi mereka sendiri dalam suatu topik/permasalahan, berdasarkan analisisnya sendiri, yang dipandang sebagai hasil dari nilai-nilai, pengalaman, dan pengetahuan mereka. Perry (1970) menyebut ini sebagai komitmen dalam relativitas, mencerminkan kebutuhan untuk mengambil posisi dan membuat komitmen. Belenky, Clinchy, Goldberger, dan Tarule (1986) menggambarkan level ini sebagai pengetahuan yang dibangun/construsted knowledge, yang mengintegrasikan antara pengetahuan yang dipelajari dari orang lain dengan pengetahuan yang dipelajari dari pengalaman diri dan refleksi diri.

Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda mengoptimalkan pembelajaran mahasiswa melalui kemampuan menyimpan materi dalam jangka panjang dan mengingat kembali, serta adaptasi yang fleksibel terhadap permasalahan dan situasi baru.

Mendorong Perkembangan Intelektual Mahasiswa


Menjadi familiar dengan model-model perkembangan intelektual. Perry (1970) telah mengonseptualisasikan perkembangan intelektual mahasiswa sebagai serangkaian tahapan yang terdiri dari sembilan tahap, yang umumnya dikelompokkan menjadi empat sub-tahapan. Tahapan paling awal didominasi oleh pemikiran kalau tidak A maka B (dualisme). Mahasiswa di tahapan ini meyakini bahwa ada satu jawaban benar, bahwa pengetahuan adalah satu paket kebenaran yang tidak bisa diperdebatkan, dan bahwa pendidikan itu terdiri dari seorang pengajar yang memberikan penjelasan otoritatif pada mahasiswa. Belenky, Clinchy, Goldberger, dan Tarule (1986), dalam memeriksa perkembangan epistemologi perempuan, menjelaskan situasi tersebut sebagai pengetahuan yang terberi, suatu ketergantungan pada otoritas. Seperti dikemukakan Erickson, Peters, dan Strommer (2006), mahasiswa pada tahapan ini menjadi tidak nyaman jika diminta untuk berpikir secara mandiri, menarik kesimpulannya sendiri, atau menyatakan sudut pandangnya sendiri; mereka juga tidak nyaman jika pihak otoritas tidak sepakat.
Seiring waktu, mahasiswa mulai merevisi pemikirannya, ketika mereka menjumpai lebih banyak area pertentangan pendapat di antara pihak-pihak otoritas, membandingkan pemaknaan (interpretasi) yang berbeda-beda, dan menyadari bahwa dalam beberapa topik tidak ada orang yang memiliki jawaban pasti. Di tahapan berikutnya ini (yang oleh Perry (1970) disebut penggandaan dan oleh Belenky dkk. (1986) disebut sebagai pengetahuan subjektif), pengetahuan tidak lagi hanya terdiri dari jawaban benar dan salah; pengetahuan menjadi masalah tentang pendapat yang berpendidikan. Mereka melihat baik pengajar maupun mahasiswa berhak untuk memiliki pendapatnya masingmasing, dan mereka mulai memperlakukan semua pendapat sebagai suatu yang setara kebenarannya. Jenis pemikiran seperti ini dominan di antara para mahasiswa (Kurfiss, 1998)

Sediakanlah struktur yang memadai bagi mahasiswa dalam perkuliahan pengantar.


Mahasiswa dalam perkuliahan pengantar cenderung menginginkan jawaban ya atau tidak, dan beberapa mungkin memiliki sedikit kesabaran terhadap diskusi yang terbuka (open-ended). Ketika Anda menilai makalah mahasiswa seperti ini, jelaskanlah secara eksplisit tentang kriteria penilaian Anda sehingga mahasiswa tidak mengabaikan komentar Anda dan menganggapnya sekadar sebagai pendapat Anda. (Sumber: Erickson dkk., 2006; Tiberius, 1999)

Bantulah mahasiswa untuk menjadi lebih matang secara intelektual. Doronglah mahasiswa untuk bergerak melebihi pemikiran jika bukan-maka. (diadaptasi dari Schmidt dan Davidson, 1983, dan dikutip dalam Tiberius, 1999):

Bantulah mahasiswa menghargai sudut pandang yang berbeda. Menantang pakem mahasiswa; mintalah mereka untuk menyediakan bukti-bukti yang mendukung pendapatnya; perkuatlah nilai dari sudut pandang bersaing yang menghibur; dukunglah mahasiswa dalam kesadaran mereka yang berkembang bahwa tidak ada rasa malu untuk mengubah pikiran seseorang, setelah menimbang-nimbang argumentasi yang bagus penalarannya. Bantulah mahasiswa mengevaluasi sudut pandang yang berbeda. Eksplorasilah mengapa beberapa sudut pandang secara logis lebih kuat dibandingkan yang lain; bantulah mahasiswa memahami mengapa terdapat ketidaksepakatan antar pihak otoritas; identifikasilah kriteria untuk memutuskan antara sudut pandang yang bertentangan; bagilah argumentasi menjadi komponen-komponennya; diskusikanlah kebenaran relatif dari beragam jenis buktinya. Bantulah mahasiswa memahami proses membuat penilaian. Ingatkanlah mahasiswa untuk memikirkan ulang keputusan mereka ketika keadaannya berubah atau ketika ada

Pemikiran mahasiswa mulai berubah lagi setelah pengajar dan teman berulang kali meminta mereka memberikan bukti untuk mendukung sudut pandangnya. Seiring

276

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar

277

informasi baru yang memberi pencerahan; diskusikanlah bagaimana untuk membuat keputusan ketika informasinya tidak pasti; jelaskanlah tentang keputusan yang beralasan; mendorong pernyataan yang penuh kemungkinan.

Berfokuslah pada topik atau permasalahan yang paling menimbulkan masalah bagi mahasiswa, terutama ketidakkonsistenan atau kesalahan pikir yang mencegah mereka dari memahami materi baru. Hindarilah tugas dan ujian yang membutuhkan pengingatan detail-detail yang tidak paham. Doronglah mahasiswa untuk mengaplikasikan konsep-konsep pada permasalahan dan pengalaman di dunia nyata.

Libatkanlah pengalaman-pengalaman dunia nyata dalam perkuliahan Anda. Kegiatan


praktik atau kerja lapangan menyediakan jembatan antara pembelajaran abstrak dan konkret, dan membantu mahasiswa mengembangkan pendekatan terhadap pembelajaran yang lebih kompleks. (Sumber: Kurfiss, 1998)

Pekalah terhadap perjuangan mahasiswa. Mahasiswa dapat memberikan bimbingan dan


empati dalam mengatasi beragam sudut pandang, membuat keputusan yang salah, dan menangani ketidakpastian. Mahasiswa yang kaku atau terpaku pada satu doktrin saja mungkin membutuhkan bantuan dalam melihat sudut pandang orang lain; mahasiswa yang peragu mungkin akan membutuhkan pertolongan dalam membuat keputusan; mahasiswa yang pasrah/mudah puas mungkin memerlukan bantuan untuk berpikir lebih skeptis. (Sumber: King dan Kitchener, 1994; Kurfiss, 1998; Schmidt dan Davidson, 1983; Tiberius, 1999)

Kuesioner Proses Belajar Biggs (Biggs dkk., 2001) dan Pendekatan Lancaster terhadap Pembelajaran (Ramsden, 2003) dapat diberikan pada mahasiswa untuk membantu mereka mengeksplorasi apakah mereka menggunakan strategi-strategi yang mendalam atau dangkal. (Sumber: Bacon dan Stewart, 2006; Donovan dkk., 1999; Fry dkk., 2003; Ramsden, 2003; Roediger dkk., 2002; Svinicki, 2004)

Membantu Mahasiswa Menempatkan Informasi Baru dalam Suatu Konteks


Tekanlah pembelajaran yang mendalam. Mahasiswa yang terlibat dalam pembelajaran yang mendalam mencoba untuk memahami signifikansi dan makna dari materi baru, dan mereka berusaha untuk mengintegrasikan informasi baru dengan apa yang telah mereka ketahui. Sebaliknya, mahasiswa yang terlibat dalam pembelajaran yang dangkal/ permukaan hanya melakukan secukupnya untuk menyelesaikan tugas atau lulus suatu ujian: mereka menghafal informasinya, melakukan sedikit usaha untuk mengaitkan informasi yang baru dengan yang lama, dan memperlakukan kegiatan belajar sebagai tugas yang dituntut pihak di luar dirinya. Pendekatan mendalam dan dangkal tidak bersifat menetap. Mahasiswa mengadopsi suatu pendekatan berdasarkan pandangannya tentang tugas tersebut. Pada waktu yang berbeda, mahasiswa dapat menggunakan pendekatan yang mendalam atau yang dangkal. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memperoleh pemahaman yang mendalam tentang isi perkuliahan mampu mengingatnya lebih lama dan memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang belajar hanya permukaannya saja.

Tanganilah secara menyeluruh kesalahan pikir yang dimiliki mahasiswa. Pelajar cenderung untuk menempatkan materi baru di dalam kerangka kerja dari apa yang telah mereka ketahui tentang subjek/topik tersebut. Ketika materi baru bertentangan dengan pemahaman atau kepercayaan yang telah dimiliki oleh mahasiswa sebelumnya, mereka dapat mengubah informasi yang baru sehingga dapat sesuai dengan kerangka kerja awal mereka. Dalam menstrukturisasi perkuliahan Anda dan dalam menyediakan umpan balik, tanyakan pada diri Anda sendiri, Apa yang mahasiswa saya tahu?, Apa yang mereka tidak tahu?, Apa yang mungkin salah mereka yakini? (Sumber: American Psychological Association, 1997; Dochy dkk., 1999; Donovan dkk., 1999; Bransford dkk., 2000; Linn, 2006; Pelligrino dkk., 2001; Taber, 2001) Ukurlah apa yang diketahui mahasiswa di awal semester. Apa dan seberapa banyak yang dipelajari dalam situasi apa pun tergantung pada pengetahuan dan pengalaman awal mahasiswa. Kembangkan tes diagnostik atau alat-alat lain untuk mengidentifikasi apa yang mahasiswa ketahui tentang topiknya. (Sumber: Dochy dkk., 1999; Halpen dan Hakel, 2003) Sajikanlah materi sedemikian rupa sehingga bermakna bagi mahasiswa. Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa mereka diharapkan untuk belajar, dan sadarkanlah mereka terhadap poin-poin kuncinya (Sekarang, ini sangat penting). Batasilah tiap sesi perkuliahan untuk tiga atau empat poin kunci. Sama halnya, untuk memaksimalkan penyimpanan ke dalam ingatan dan kemampuan mengingat kembali, bahaslah lebih sedikit topik dengan lebih mendalam di sepanjang semester dibandingkan membahas banyak topik hanya secara mendangkal. Cobalah untuk menciptakan contoh-contoh Anda agar sesuai dengan dengan minat dan latar belakang mahasiswa, dan doronglah mahasiswa untuk mengaitkan topik yang baru dengan apa yang telah mereka ketahui. (Sumber: American Psychological Association, 1997; Bacon dan Stewart, 2006; Donovan dkk., 1999; Erickson dkk., 2006; Lowman, 1995; Svinicki, 2004) Berikanlah mahasiswa kerangka kerja untuk menjadi batasan dalam memasukkan informasi baru. Gunakanlah garis besar (outline), panduan belajar, dan alat-alat bantu
lainnya untuk membantu mahasiswa melihat kerangka kerja dan sistem konseptualnya.

Cobalah untuk menyediakan sebuah lingkungan yang mendorong pembelajaran mendalam: Bantulah mahasiswa untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual yang dapat mereka gunakan untuk mengorganisasikan informasi ke dalam pola yang bermakna. Nyatakanlah tujuan pembelajaran yang menekankan sintesis, evaluasi, dan analisis. Jagalah agar beban kerja dan jadwal dapat ditangani.

278

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar

279

Berfokuslah pada konsep-konsep kunci, dan gunakanlah cerita yang jelas atau contoh yang tak terlupakan untuk menjelaskan konsep-konsep kunci tersebut. Hindarilah menyebutkan setiap data yang tak berhubungan dan detail-detail yang mungkin memberatkan atau memusingkan mahasiswa. (Sumber: Bransford dkk., 2000; Graesser dkk., 2002)

Karena muatan kognitif, kegiatan yang lebih kompleks dapat menjadi kurang efektif untuk pembelajaran, dibandingkan yang lebih sederhana. Ketika informasinya baru, kompleks, dan menantang, kapasitas kognitif pembelajar dapat terbebani.

Sadarilah bahwa mahasiswa yang berbeda itu belajar, berpikir, dan memproses informasi dalam cara yang berbeda-beda. Belajar adalah proses yang sangat pribadi. Karena
belajar itu didasarkan pada pemaknaan perseorangan, persepsi tentang situasi belajar, dan pengalaman sebelumnya tentang belajar, mahasiswa dapat bervariasi dalam hal cara mereka belajar-dan berapa lama yang mereka butuhkan untuk belajar. Perbedaanperbedaan ini tampak lebih terlihat ketika informasi barunya abstrak dan kompleks, dibandingkan jika sederhana dan konkret. Terlebih lagi, pembelajar tidaklah membuat kemajuan yang seragam. Terkadang mahasiswa mencapai tahap stabil dan kecepatan belajar mereka menurun. Penelitian juga membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan dapat berbeda dalam cara mengetahui dan bahwa wanita dapat berespons lebih baik pada jenis strategi pembelajaran tertentu, seperti diskusi kelompok kecil dan kegiatan belajar melalui pengalaman (experiential learning). (Sumber: American Psychological Association, 1997; Belenky dkk., 1986; Hayes dan Flannery, 2000; Prosser dan Trigwell, 1999)

Bantulah usaha mental mahasiswa dengan mengatur beban kognitifnya, menyediakan waktu belajar yang mencukupi, membedakan antara informasi yang inti dan tambahan, dan menyadari bahwa mahasiswa dapat gagal dalam suatu tugas karena beban kognitif yang berlebihan dan bukan karena ketiadaan motivasi atau usaha. (Sumber: Chew, 2007; Clark dkk., 2006)

Sediakanlah kesempatan untuk pembelajaran aktif. Mahasiswa belajar dengan praktik, menulis, berdiskusi, dan melakukan kegiatan atau berada dalam situasi lain yang memungkinkan mereka untuk menguji apa yang telah mereka pelajari dan seberapa menyeluruh mereka telah memahaminya. Semakin banyak kesempatan yang dimiliki mahasiswa untuk mengemukakan kembali atau mengaplikasikan konsep-konsep kunci, semakin baik pula kemampuan mereka untuk mengingat konsep-konsep tersebut. Dalam suatu frase: Jangan katakan pada mahasiswa jika Anda bisa menunjukkannya-dan jangan tunjukkan pada mereka jika mereka bisa menampilkannya sendiri. Mintalah mahasiswa untuk meringkas, memparafrase, atau menggeneralisasikan konsep-konsep penting melalui diskusi, bermain peran, simulasi, studi kasus, dan tugas tertulis. (Sumber: American Psychological Association, 1997; Lowman, 1995; Mentkowski dan rekan, 2000) Doronglah kerja sama dan kerja kelompok. Pembelajaran itu ditingkatkan melalui
interaksi sosial, karena mahasiswa membangun komunitas untuk praktik, menguji pemahaman, serta mengulang dan mengkaji kembali materi. Kerja kelompok dan proyek kolaboratif yang dilakukan oleh kelompok yang heterogen mendorong pemikiran dan pemecahan masalah pada tingkat yang lebih tinggi. (Sumber: American Psychological Association, 1997; Pelligrino dkk, 2001; Ybarra dkk., 2008)

Membantu Mahasiswa Menyimpan, Mengeluarkan Kembali, dan Mengaplikasikan Informasi


Tekankanlah manfaat dari pengkajian ulang. Penelitian menyatakan bahwa dalam hitungan hari atau minggu, mahasiswa dapat melupakan hingga setengah dari materi baru yang mereka jumpai jika mereka tidak mengkaji ulangnya secara berkelanjutan. Untuk membantu mahasiswa mempertahankan ingatannya tentang konsep-konsep kunci, doronglah mereka untuk mengembangkan petunjuk atau isyarat yang dapat membantunya mengingat kembali (seperti mnemonic/singkatan atau gambaran visual). Dalam kelas, ulangi kembali poin-poin penting di sepanjang semester. (Sumber: Bransford dkk., 2000; Grasha, 1996) Kenalilah bahwa usaha mental atau konsentrasi dapat menjadi sumber daya yang terbatas.
Teori muatan kognitif mengasumsikan bahwa usaha mental yang dapat didedikasikan orang untuk tugas yang menantang itu terbatas. Jika permintaan dari suatu tugas melebihi usaha mental yang tersedia, unjuk kerjanya akan buruk. Sejumlah usaha mental dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan kognitif dari tugas tersebut, dan usaha atau kapasitas tambahan juga dibutuhkan untuk merefleksikan dan memperoleh pembelajaran dari tugas tersebut. Mahasiswa mungkin mampu untuk menyelesaikan suatu kegiatan, tetapi tidak belajar apa pun dari tugas tersebut; jika mereka menggunakan semua usaha mental yang tersedia untuk menyelesaikan tugas tersebut, tidak akan ada lagi usaha cadangan yang tersedia untuk mempelajarinya.

Variasikanlah situasi dan kondisi untuk belajar dan ujian. Belajar umumnya meningkat ketika para pembelajar menjumpai prinsip-prinsip yang sama dalam beragam situasi atau bentuk (misalnya, penyajian secara auditorial/dengan suara, verbal/dengan kata-kata, visual/dengan gambar, spasial/dengan ruang). Walaupun mahasiswa mungkin lebih memilih untuk memecahkan masalah tugas rumah yang persis dengan yang didiskusikan di kelas, lebih besar kemungkinan mereka untuk menguasai konsep jika permasalahannya berbeda. (Sumber: Bransford dkk., 2000; Halpern dan Hakel, 2003) Ciptakanlah kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dalam situasi tantangan dunia nyata. Tantangan dunia nyata merefleksikan bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan
diaplikasikan dalam situasi sehari-hari-disebut pembelajaran situasi (situation learning). Contoh dari pembelajaran situasi meliputi meminta mahasiswa untuk menciptakan arsip dari bahan-bahan sumber utama dalam topik tertentu, mewawancara seseorang untuk suatu sejarah secara lisan, atau mengembangkan kampanye pemasaran untuk suatu kegiatan nirlaba. (Sumber: Anderson dkk., 1996; Lave dan Wenger, 1991)

280

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar

281

Berilah saran-saran yang spesifik pada mahasiswa. Umpan balik yang sering, segera, dan spesifik membantu mahasiswa belajar, dan kebanyakan mahasiswa meningkatkan usahanya sebagai reaksi terhadap pujian dan dorongan. Memfokuskan komentar Anda pada satu atau dua hal pada satu waktu, membantu mahasiswa untuk melihat tujuan, jalur, dan langkah berikut yang harus segera dilakukannya. Kritik yang membangun dan bukti kemajuan akan menjaga motivasi mahasiswa untuk belajar dan bertahan. (Sumber: American Psychological Association, 1997; Hattie dan Timperley, 2007; Lowman, 1995; Weimer, 2002) Berilah kesempatan untuk refleksi diri pada mahasiswa. Keyakinan dalam diri (Saya
buruk dalam Matematika), emosi, dan kecemasan dapat mengganggu pembelajaran. Demikian juga kesalahan pemikiran bahwa pembelajaran itu hanya terjadi tanpa usaha atau kegigihan. Hingga derajat yang memungkinkan, maksimalkanlah ketertarikan mahasiswa terhadap isi materi dan minimalkanlah kecemasan mereka. Beberapa mahasiswa dapat memperoleh keuntungan dari kegiatan menyimpan suatu catatan pembelajaran (catatan tentang apa dan bagaimana mereka belajar) atau suatu agenda pembelajaran (apa yang mereka butuhkan atau inginkan untuk dipelajari dan suatu rencana tindakan). (Sumber: Fink, 2003; Halpern dan Hakel, 2003; Leamnson, 1999; Mentkowski dan rekan, 2000)

Berhentilah sejenak secara berkala untuk memberikan waktu pada mahasiswa untuk mengasimilasi dan merekam informasi. Sediakanlah suatu garis besar yang menyadarkan mahasiswa terhadap pola organisasinya. Gunakanlah petunjuk-petunjuk untuk menguatkan pengorganisasian pemikiran/ide: topik, definisi, contoh, aplikasi, dan sejenisnya. Tandai konsep kunci dan pemikiran penting (Yakinlah untuk menandai konsep ini).

Beberapa pengajar meminta mahasiswa untuk tidak mencatat selama suatu bagian dari perkuliahan, misalnya, ketika pengajar mengerjakan suatu permasalahan di papan tulis. Setelah demonstrasi tersebut, mereka memberikan waktu selama lima menit pada mahasiswa untuk menuliskan contoh tersebut dan solusinya.

Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk mengkaji ulang catatan mereka di kelas.
Ingatkah ketika kita mendiskusikan Teori Penyatuan Besar (Grand Unification Theory)? Kalian harus menuliskan teori tersebut dalam catatan Anda. Apa yang sudah Kalian tuliskan? Atau berhentilah lima menit sebelum sesi berakhir dan mintalah mahasiswa untuk mengkaji ulang catatan mereka serta memberikan tanda atau menggarisbawahi konsep-konsep kunci. Beberapa pengajar memberitahukan mahasiswanya manakah poin-poin kunci yang harus mereka tandai. (Sumber: Chew, 2007)

Rancanglah ujian yang menekankan pada apa yang Anda ingin untuk dipelajari mahasiswa.
Penelitian menunjukkan bahwa belajar untuk kuis yang sering dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengingat jangka panjang. Apa yang mahasiswa ingat (dan apa yang mereka lupa) juga dipengaruhi oleh jenis materi yang ditampilkan dalam ujian. Ujian kumulatifyaitu ujian yang menyentuh semua topik yang telah dibahas dalam perkuliahan, bukan hanya yang terakhir dibahassangatlah efektif (walaupun sangat tidak populer) karena mereka menuntut mahasiswa untuk terus-menerus mengkaji ulang dan mengintegrasikan materi perkuliahan. (Sumber: Bacon dan Stewart, 2006; Halpern dan Hakel, 2003; Roediger dan Karpicke, 2006; Rohrer dan Pashler, 2007)

Berilah saran pada mahasiswa tentang bagaimana untuk mencatat dalam kelas Anda.
Beberapa pengajar memberikan saran pada mahasiswa dalam pencatatan, berupa teknikteknik sebagai berikut (diadaptasi dari Armbruster, 2000; Bjork, 2001; Helft, 2007; Kiewra, 1987; Peverly dkk., 2007; Titsworth dan Kiewra, 2004):

Kembangkanlah simbol atau penanda untuk membedakan poin utama dengan tambahan. Sisakan bagian yang kosong untuk materi atau poin yang tidak Anda mengerti. Tunggulah hingga suatu ide itu disajikan keseluruhan sebelum menuliskan catatan tentangnya. Parafrasekanlah pemikiran dan konsep utama dalam kata-kata Anda sendiri dibandingkan menuliskannya kata per kata persis penyajiannya (verbatim). Kaji ulanglah tayangan (webcast atau podcast) dari ceramah untuk mengisi bagianbagian yang kosong dalam catatan Anda.

Catatan Mahasiswa
Doronglah mahasiswa untuk membuat catatan. Mencatat meningkatkan perhatian mahasiswa dalam kelas serta meningkatkan unjuk kerja mereka dalam ujian, meskipun mencatat juga dapat mengganggu usaha mahasiswa untuk memahami konsepnya. (Sumber: Piola dkk., 2005)
Peneliti memperkirakan bahwa mahasiswa pada umumnya mencatat hanya sekitar sepertiga dari pemikiran-pemikiran penting dalam sebuah ceramah (Kiewra, 2002). Cobalah strategi-strategi berikut untuk memfasilitasi pembuatan catatan yang lebih baik oleh mahasiswa Anda (diadaptasi dari Armbruster, 2000; Chew, 2007; DeZure dkk., 2001; Kiewra, 1987; Peverly dkk., 2007; Titsworth, 2004): Percepat ceramah Anda untuk memberi mahasiswa waktu untuk menulis.

Seorang tenaga pengajar mensyaratkan setiap mahasiswanya untuk berjanji untuk mencatat satu pertemuan dalam satu semester. Dengan kelas besar, hal ini akan memberikan banyak paket catatan setiap harinya. Catatan-catatan ini kemudian ditempatkan secara online sehingga semua mahasiswa dapat melihat bagaimana mahasiswa lain mengorganisasikan dan memaknai materi tersebut.

Distribusikanlah catatan Anda. Beberapa pengajar mem-pos-kan catatan mereka sendiri ke dalam situs Web kelas untuk dikaji ulang oleh mahasiswa sebelum atau setelah kelasnya.

282

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar

283

Satu metode yang efektif adalah dengan mem-pos-kan suatu kerangka atau sebagian dari catatan pengajar sebelum waktu pertemuan di kelas, kemudian mendorong mahasiswa untuk menambah catatan tersebut selama pertemuan di kelas. Peneliti melaporkan bahwa mahasiswa yang menerima sebagian catatan menampilkan unjuk kerja yang lebih baik dalam pemeriksaan dan mendapatkan nilai perkuliahan yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang menerima catatan lengkap, Namun demikian, mahasiswa melaporkan bahwa menerima catatan lengkap dari pengajar memberi mereka sejumlah kepercayaan diri untuk dapat berhasil dalam perkuliahan. (Sumber: Cornelius dan Owen-DeSchryver, 2008; Murphy dan Cross, 2002; Vandehey dkk., 2004)

Membantu Mahasiswa Mengembangkan Strategi Belajar yang Efektif


Berilah saran tentang bagaimana untuk belajar. Sayangnya, hanya sedikit mahasiswa yang telah diajarkan bagaimana untuk belajar (Gardiner, 1998). Anda dapat membantu mahasiswa Anda menjadi pembelajar yang mandiri dengan melatih mereka tentang bagaimana untuk meningkatkan pemahaman dan hafalan terhadap bacaan, bagaimana untuk mencatat, bagaimana untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan bagaimana untuk belajar untuk ujian. Kebanyakan mahasiswa dapat memperoleh keuntungan dari strategi-strategi berikut (diadaptasi dari Bjork, 2001; Rohrer dan Pashler, 2007):
Bagilah materi yang akan dipelajari. Penelitian menunjukkan bahwa membaca lima hingga tujuh halaman suatu teks per hari lebih baik dibandingkan membaca keseluruhan bab pada satu atau dua hari sebelum ujian. Organisasikanlah informasinya. Merangkum poin-poin kunci atau menghasilkan contoh-contoh baru mengarahkan pada kemampuan mengingat jangka panjang yang lebih baik dibandingkan membaca dengan pasif. Ciptakanlah pertanyaan-pertanyaan tentang materinya sebagai suatu cara untuk memfokuskan usaha belajar dan mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang tidak. Bentuklah suatu kelompok belajar. Mahasiswa memperoleh keuntungan dari mendengarkan sudut pandang orang lain dan dari melihat bagaimana orang lain mengorganisasikan materinya. Praktikkanlah dengan mengucapkan pemikiran dengan keras, membuat gambar mental/bayangan dari pemikiran, dan hubungkanlah pengetahuan yang baru dengan sesuatu yang sudah biasa/familiar. Jadwalkanlah serangkaian sesi belajar dibandingkan menumpuknya tepat sebelum ujian. Hindarilah belajar berlebihan. Waktu yang dihabiskan untuk mempelajari materi yang telah dikuasai adalah strategi yang tidak efisien untuk ingatan jangka panjang. Begitu mahasiswa sudah menguasai isi materinya (menyelesaikan pembahasan secara menyeluruh), akan lebih efektif bagi ingatan jangka panjang jika pengkajian ulang konsep dan materi yang dipelajari dilakukan beberapa minggu atau bulan sebelumnya. Seimbangkanlah belajar dengan tidur, makanan sehat, dan olah raga. Carilah bantuan dari guru, pembimbing, dan mahasiswa lainnya.

Pembelajaran yang Diatur secara Mandiri


Bantulah mahasiswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri. Pembelajar yang mandiri mengawasi dan mengatur sumber (seperti waktu, ruang belajar), motivasi, dan strategi pembelajaran mereka. Mereka menetapkan tujuan untuk meningkatkan pengetahuannya, memiliki strategi yang sesuai, mengatur usahanya, merespons umpan balik dari luar, dan mengawasi dampak kumulatif dari praktik mereka. Pembelajar yang mandiri juga sadar akan pengetahuan, keyakinan, motivasi, dan proses kognitif. (Sumber: Pintrich, 2000; Schunk, 2004) Berilah pilihan pada mahasiswa. Agar regulasi diri dapat terjadi, pembelajar harus memiliki sejumlah pilihan dalam metode belajaranya, waktu yang dihabiskan untuk belajar, lingkungan di mana pembelajaran terjadi, dan sebagainya. Ketika pembelajar memiliki sedikit pilihan, perilaku mereka biasanya lebih diatur oleh pihak luar (eksternal), dibandingkan regulasi oleh diri sendiri. (Sumber: Zimmerman dan Schunk, 2001) Perkenalkanlah istilah keterampilan metakognitif. Metakognisi adalah proses merefleksikan, meregulasi/mengatur, dan mengarahkan proses kognitif seseorang. Penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajar yang mengawasi pemahamannya sendiri memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengingat kembali ketika mereka diuji. Bantulah mahasiswa untuk belajar tentang bagaimana menjelaskan konsep pada dirinya sendiri, bertahan pada tugas, menyadari kesenjangan dalam pemahaman mereka, membuat perencanaan ke depan, memperbaiki sendiri kesalahannya, dan mengalokasikan waktu dan usaha. (Sumber: Bransford dkk., 2000; Donovan dkk., 1999; Fink, 2003; Koriat dan Helstrup, 2007; Pellegrino dkk., 2001) Sediakanlah pengukuran dan saran berulang kali. Ketika seorang pengajar menyediakan
evaluasi/pengukuran dan umpan balik secara sering, mahasiswa dapat mengawasi kemajuannya secara lebih baik, menyadari apa yang tidak mereka ketahui, dan menentukan apakah strategi pembelajarannya berhasil. Umpan balik mengklarifikasi standar unjuk kerja yang baik, yang membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tugas mereka. (Sumber: Bransford dkk., 2000; Butler dan Winne, 1995; Kruger dan Dunning, 1999; Nicol dan Macfarlane-Dick, 2006)

Buatlah tugas-tugas untuk mendorong perencanaan yang realistis dan meminimalisir prokrastinasi (penundaan). Jika dibiarkan dengan perencanaan sendiri, kebanyakan
mahasiswa tidak mengambil manfaat dari tenggat waktu yang panjang: jika Anda menugaskan makalah di minggu kelima dari suatu semester yang terdiri dari lima belas minggu; mahasiswa pada umumnya akan menghabiskan waktu lima minggu, bukan sepuluh, pada proyek tersebut (Ackerman dan Gross, 2005). Sebagai tambahan,

284

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar


285

mahasiswa cenderung meremehkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyeleaikan suatu tugas akademik. Berikut adalah sejumlah strategi untuk mencegah prokrastinasi (menunda-nunda pekerjaan) dan memfasilitasi perencanaan yang realistis (diadaptasi dari Ackerman dan Gross, 2005; Buehler dkk., 2002; Wolters, 2003): Rencanakanlah tugas yang menarik minat, aspirasi profesional, dan hasrat mahasiswa untuk berpartisipasi dalam situasi dunia nyata. Berilah mahasiswa pilihan tugas. Sediakanlah pengajaran yang jelas tentang bagaimana untuk memulai dan bagaimana untuk melaksanakan. Mahasiswa yang bingung tentang apa yang diharapkan lebih cenderung untuk menunda-nunda pekerjaan. Bagilah tugas besar menjadi bagian-bagian, dan tetapkanlah tenggat waktu untuk setiap bagian. Tunjukkanlah pada mahasiswa bagaimana untuk mengubah tugas menjadi bagian yang dapat ditangani, yang membutuhkan sekitar satu jam di hari yang ditetapkan. Bantulah mahasiswa untuk menetapkan serangkaian harapan yang masuk akal tentang jumlah usaha yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas. Doronglah mahasiswa untuk membentuk jadwal mereka sendiri demi menyelesaikan tugas.

Daftar Referensi
Ackerman, D. S., and Gross, B. L. My Instructor Made Me Do It: Task Characteristics of Procrastination. Journal of Marketing Education, 2005, 27(1), 5-13 American Psychological Association. Learner-Centered Psychological Principles: Guidelines for School Redesign and Reform. Washington, DC: American Psychological Association, 1997. Anderson, J. R., Reder, L. M., and Simon. H. A. Situated Learning and Education. Educational Researcher, 1996, 25(4), 5-11. Armbruster, B. B. Taking Notes from Lectures. In R. F. Flippo and D. C. Caverly (Eds.), Handbook of College Reading and Study Strategy Research. Mahwah. NJ: Erlbaun, 2000. Bacon, D. R., and Stewart, K. A. How Fast Do Students Forget What They Learn in Consumer Behavior? A Longitudinal Study. Journal of Marketing Education. 2006, 28(3), 181-192. Belenky, M. F., Clinchy, B. M., Goldberger, N. R., and Tarule, J. M. Women's ways of Knowing: The Development of Self, Body, and Mind. New York: Basic Books, 1986. Biggs, J. B., Kember. D., and Leung, D. Y. P . The Revised Two-Factor Study Process Ques tionnaire: R-SPQ-2E British, Journal of Educational Psychology, 2001, 71(1), 133-149. Bjork, R. A. How to Succeed in College: Learn How to Learn. APS Observer, March 2001, 14(3), 9. Bransford, J. D., Brown. A. L., and Cocking, R. R. How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School. Washington, DC: National Academy Press, 2000. Buehler, R., Griffin, D., and Ross, M. Inside the Planning Fallacy: The Causes and Conse quences of Optimistic Time Predictions. In T. Gilovich, D. Griffin, and D. Kahneman (Eds.), Heuristics and Biases: The Psychology of Intuitive Judgment. New York: Cambridge University Press, 2002.

Butler, D., and Winne, P Feedback and Self-Regulated Learning: A Theoretical Synthesis. Review of Educational Research, 1995, 65(3), 245-281. Chew, S. L. Study More! Study Harder! Students and Teachers Faculty Beliefs about How People Learn. In S. A. Meyers and, J. R. Stowell (Eds.), Essays from Excellence in Teaching. Vol. 7. Society for the Teaching of Psychology, 2007. http://teachpsych.org/resources/ e-books/eit2007/eit2007. php Clark, R. C., Nguyen, F., and Sweller J. Efficiency in Learning: Evidence-Based Guidelines to Manage Cognitive Load. San Francisco: Pleiffer, 2006. Cornelius, T. L., and Owen-DeSchryver, J. Differential Effects of Full and Partial Notes on Learning Outcomes and Attendance. Teaching of Psychology, 2008, 35(1), 6-12. DeZure, D., Kaplan, M., and Deerman, M. A. Research on Student Notetaking: Implications for Faculty and Graduate Student Instructors. CRLT Occasional Paper no. 16. Ann Arbor: University of Michigan. Center for Research on Learning and Teaching 2001. Dochy, E, Segers, M., and Buehl, M. M. The Relation between Assessment Practices and Outcome of Studies The Case of Research on Prior Knowledge. Review of Educational Research, 1999, 69(2), 145-186. Donovan, M. S., Bransford, J. D., and Pellegrino, J.W; (Eds.). How People Learn: Bridging Research and Practice. Washington, DC: National Academy Press, 1999. Erickson, B. L., Peters, C. B., and Strommer D.W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass; 2006. Finks, L. D. Creating Significant Learning Experiences: An Integrated Approach to Designing College Course. San Francisco: Jossey-Bass; 2003. Fry, H., Ketteridge. S., and Marshall, S. A Handbook for Teaching and Learning in Higher Education: Enhancing Academic Practice. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer; 2003. Gardiner L. F., Why We Must Change: The Research Evidence. Thought & Action, Spring 1998, 14(1), 71-88. Graesser, A. G., Olde, B., and Klettke, B. How Does the Mind Construct and Represent Stories? In. M. C., Green, J.J. Strange, and T. C. Brock (Eds.), Narrative Impact: Social and Cognitive Foundations. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002. Grasha. A. F., Teaching with Style: A Practical Guide to Enhancing Learning by Understanding Teaching and Learning Styles. San Bernardino, CA: Alliance Publishers, 1996. Halpern, D. F., and Hakel, M. D. Applying the Science of Learning to the University and Beyond. Change, 2003, 35(4), 36-41. Hattie, J., and Timperley, H. The Power of Feedback. Review of Educational Research, 2007, 77(1) 81-112. Hayes, E., and Flannery, D. D. Women as Learners: The Significant of Gender in Adult Learning. San Francisco: Jossey-Bass; 2000. Helft, M. Take Note: Computing Takes Up Pen, Again. New York Times, May 30, 2007. Kiewra, K. A. Notetaking and Review: The Research and Its Implications. Instructional Science, 1987, 16(3), 233-249. Kiewra, K. A. How Classroom Teachers Can Help Students Learn and Teach Them How to Learn. Theory into Practice, 2002, 41(2), 71-80. King, P . M., and Kitchener, K. S. Developing Reflective Judgement: Understanding and Promoting Intellectual Growth and Critical Thinking. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Koriat, A., and Helstrup, T Metacognitive Aspects of Memory. In S. Magnussen and T. Helstrup (Eds.), Everyday Memory. New York: Psychology Press, 2007.

286

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Belajar


287

Kruger. J., and Dunning, D. Unskilled and Unaware of It: How Difficulties in Recognizing One's Own Incompetence Lead to Inflated Self-Assessments. Journal of Personality and Social Psychology, 1999, 77(6), 1121-1134. Kurfiss, J. Intellectual, Psychosocial, and Moral Development in College: Four Major Theories. In K. A. Feldman and M. B. Paulsen (Eds.), Teaching and Learning in the College Classroom. (2nd ed.) Needham Heights, MA: Simon and Schuster, 1998. Lave, J., and Wenger, E. Situated Learning. New York: Cambridge University Press, 1991. Leamnson, R. Thinking about Teaching and Learning: Developing Habits of Learning with, First Year College and University Students. Sterling, VA: Stylus, 1999. Linn, M. C. The Knowledge Integration Perspective on Learning and Instruction. In R. K. Sawyer (Ed.), The Cambridge Handbook of the Learning Sciences Cambridge, England: Cambridge University Press, 2006. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Mentkowski, M., and associates. Learning That Lasts: Integrating Learning, Development, and Performance in College and Beyond. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Murphy, T. M., and Cross V Should Students Get the Instructor's Lecture Notes? Journal of Biological Education, 2002, 36(2), 72-75. Nicol, D. J. and Macfarlane-Dick, D. Formative Assessment and Self-Regulated Learning: A Model and Seven Principles of Good Feedback Practice. Studies in Higher Education, 2006, 31(2), 199218. Pellegrino, J.W., Chudowsky N., and Glaser, R. (Eds.), Knowing What Students Know: The Sience and Design of Educational Assessment. Washinghon, DC: National Academy Press, 2001. Perry, W. G., Jr. Forms of Intelectual and Ethical Development in the College Years: A Sheme. New York: Holt, Rinechart & Winston, 1970, (Reprinted San Francisco: Jossey-Bass, 1998). Peverly S. T., Ramaswamy, V., Brown, C., Sumowski, J., Alidoost, M., and Garner, J. "What Predicts Skill in Lecture Note Taking?" Journal of Educational Psyxhology, 2007, 99(1), 167-180. Pintrich, P R. The Role of Foal Orientation in Slef-Regulated Learning. In M. Boekaerts, P . R. Pintrich, and M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-Regulation. San Diego: Academic Press, 2000. Piolat, A., Olive, T., and Kellogg, R. T Cognitive Effort during Note Taking. Applied Cognitive Psychology, 2005, 19, 291-312. Prosser, M., and Trigwell, K. Understanding Learning and Teaching: The Experience in Higher Education. Philadelphia: Society for Research into Higher Education and Open University Press, 1990. Ramsden, P . Learning to Teach in Higher Educatioin. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer, 2003. Roediger, H. L., Gallo, D. A., and Geraci, L. Processing Approaches to Cognition: The Impetus from the Levels-of-Processing Framework, Memory, 2002, 10(5-6), 319-332. Roediger, H. L., and Karpicke, J. D. Test-Enhanced Learning: Taking Memory Tests Improves Long -Term Retention. Psychological Science, 2006, 17(3), 249-255. Rohrer, D., and Pashler; H. Increasing Retention without Increasing Study Time. Current Directions in Psychological Science, 2007, 16(4), 183-186. Schmidt, J. A., and Davidson, M. L. Helping Students Think. Personnel and Guidawe, Journal, 1983, 61(9), 563-569. Schunk, D. H. Learning Theories: An Educational Perspective. (4th ed.) Upper Saddle Rivet NJ: Pearson Merrill Prentice Hall, 2004. Svinicki, M. D. Learning g and Motivation in the Postsecondary Classroom. Bolton, MA: Anker 2004. Taber K. S. The Mismatch between Assumed Prior Knowledge and the Learner's Conceptions: A Typology of Learning Impediments. Educational Studies, 2001, 27(2), 159-171. Tiberius, R. G. Small Group Teaching: A Trouble-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999.

Titsworth, B. S. Students Notetaking: The Effects of Teacher Immediacy and Clarity. Communication Education, 2004, 53(4), 305-320. Titsworth, B. S., and Kiewra, K. A. "Spoken Organizational Lecture Cues and Student Notetaking as Facilitators of Student Learning." Contemporary Educational Psychology, 2004, 29(4), 447-461. Vandehey, M. A., Marsh, C. M., and Diekhoff, G. M. Providing Students with Instructors' Notes: Problems with Reading, Studying and Attendance." Teaching of Psychology, 2004, 32(I), 49-52. Weimer, M. Learner-Centered Teaching: Five Key Changer to Practice. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Wolters, C. A. "Understanding Procrastination from a Self Regulated Learning Perspective." Journal of Educational Psychology, 2003, 95(1), 179- 187. Ybarra, O., Burnstein, E., Winkielman, P., Keller, M. C, Manis, M., Chan, E., and Rodriguez, J. "Mental Exercising through Simple Socializing: Social Interaction Promotes General Cognitive Functioning." Personality and Social Psychology Bulletin, 2008, 34(2), 248-259. Zimmerman, B. J., and Schunk, D. H. (Eds.). Self Regulated Learning and Academic Achievement: Theoretical Perspective. (2nd ed.) Mahwah, NJ: Erlbaum. 2001.

288

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Gaya dan Preferensi Belajar

289

30
Gaya dan Preferensi Belajar

Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk melakukan baik kerja kelompok maupun kerja mandiri. Cobalah untuk menyediakan pilihan untuk tugas: makalah tertulis, laporan lisan, dan portfolio multimedia. (Sumber: American Psychological Association, 1997; Chism dkk., 1989; Sarasin, 2006)

Berikanlah ujian yang menuntut keterampilan-keterampilan kognitif yang berbeda. Sebagai contoh, suatu ujian tengah semester dapat mencakup pertanyaan yang menanyakan tentang informasi spesifik (hafalan) dan pertanyaan yang menuntut analisis terfokus (membandingkan dan membedakan), atau bisa juga butir pertanyaan dengan jawaban singkat yang menuntut pemecahan masalah atau aplikasi praktis dari prinsip-prinsip teoretis. (Sumber: Claxton dan Murrell, 1987) Doronglah mahasiswa untuk menghargai gaya dan orientasi belajar yang berbeda.
Mahasiswa dapat memilih untuk bekerja dengan rekan sekelas yang gaya belajarnya mirip dengan mereka, tetapi beberapa penelitian menyatakan bahwa mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang bermanfaat dari bekerja dengan beragam pembelajar. Penelitian lainnya menyatakan bahwa gaya belajar dapat terkait dengan aturan budaya. Misalnya, mahasiswa dari budaya yang menghargai kelompok mungkin memiliki preferensi terhadap lingkungan belajar kolaboratif. (Sumber: Anderson, 1988; Bonham, 1989; Irvine dan York, 1995; Nisbett, 2003; Sanchez, 2000)


Konsep gaya belajar berasal dari hasil pengamatan bahwa tiap-tiap individu memiliki karakteristik dan cara yang lebih dipilih dalam mengumpulkan, memaknai, mengorganisasi, mengingat kembali, dan memikirkan tentang suatu informasi. Beberapa pembelajar lebih memilih untuk bekerja secara mandiri, sedangkan yang lain menampilkan unjuk kerja yang lebih baik di kelompok. Beberapa pembelajar lebih memilih untuk menyerap informasi dengan membaca; yang lain lebih memilih praktik dan percobaan. Tidak ada gaya belajar yang terbukti lebih efektif dibandingkan yang lain. Peneliti belum mencapai kesepakatan tentang nilai dan kegunaan dari beragam model dan teori tentang gaya belajar. Beberapa berpendapat bahwa model-model tersebut memiliki sedikit aplikasi praktis (Kratzig dan Arbuthnott, 2006; Leamnson, 1999); yang lain mengutip data yang menunjukkan bahwa pengajar dapat meningkatkan performa akademik mahasiswa dengan berfokus pada gaya belajar (Dunn dan Groggs, 2000). Untuk tenaga pengajar di kampus, konsep gaya belajar berfungsi sebagai pengingat yang bermanfaat, bahwa baik mahasiswa maupun pengajar dapat memperoleh keuntungan dari memperluas pengetahuan mereka tentang strategi dan proses kognitif. Sebagai contoh, pengajar dengan gaya analisis yang kuat juga akan menginginkan untuk menyajikan penjelasan yang akan memuaskan mahasiswa yang gaya belajarnya intuitif dan induktif (berpikir dari hal yang khusus menuju ke kesimpulan umum). Pengajar dengan gaya utamanya intuitif mungkin akan berpikir tentang menggabungkan materi yang akan memenuhi kecenderungan mahasiswa analitis mereka terhadap adanya definisi dan stuktur. Ingatlah selalu bahwa gaya belajar tidaklah membuat perbedaan dalam prestasi mahasiswa, seperti halnya faktor pengetahuan awal, keterampilan dan kemampuan, serta motivasi yang dimiliki mahasiswa (McKeachie, 1995).

Model-model Gaya Belajar


Taksonomi (kategori) model. Cassidy (2004) merangkum usaha untuk menyederhanakan dan mengategorikan lusinan model gaya belajar. Ia juga mengkritik beragam kuesioner lapor diri yang mengukur gaya belajar. Empat model dari gaya belajar akan dijelaskan secara singkat di sini. Gaya belajar Kolb. Kolb (1984) mengidentifikasi empat jenis pembelajar:
Converger (pengarah) mendasarkan pada konseptualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif; mereka lebih menyukai menemukan jawaban yang konkret dan bergerak cepat untuk menemukan solusi terhadap permasalahan; mereka baik dalam mendefinisikan masalah dan membuat keputusan. Diverger (penyebar) menggunakan pengalaman konkret dan observasi reflektif untuk menghasilkan sejumlah pemikiran; mereka unggul dalam curah pendapat (brainstorming) dan mengimajinasikan pilihan-pilihan. Assimilator (penggabung) mendasarkan pada konseptualisasi abstrak dan observasi reflektif; mereka lebih menyukai untuk mengasimilasi banyak informasi, dalam jangkauan yang luas, dan menyatakannya ulang dalam bentuk yang logis dan ringkas; mereka baik dalam perencanaan, pengembangan teori, dan penciptaan model. Accommodator (penyesuai) adalah yang terbaik dalam pengalaman konkret dan eksperimentasi aktif; mereka sering menggunakan usaha coba-coba (trial-anderror) atau strategi berdasar intuisinya dalam memecahkan permasalahan; mereka cenderung untuk mengambil risiko dan terjun langsung ke dalam permasalahan.

Strategi-strategi Umum
Variasikanlah metode pengajaran, tugas, dan kegiatan pembelajaran. Bereksperimentasilah dengan metode penyajian materi yang berbeda-beda: ceramah, diskusi, tugas membaca, materi audiovisual (gabungan gambar dan suara), dan kegiatan praktik.

290

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Gaya dan Preferensi Belajar

291

Terkait kegiatan di ruang kelas, converger cenderung lebih memilih memecahkan permasalahan yang memiliki jawaban pasti. Diverger dapat memperoleh lebih banyak manfaat dari kelompok diskusi dan bekerja secara kolaboratif (bersama orang lain) dalam suatu proyek. Assimilator akan merasa paling nyaman untuk mengobservasi, menonton kegiatan bermain peran dan simulasi dalam kelas, kemudian menghasilkan konsep-konsep. Accommodator dapat lebih memilih kegiatan praktik.

Membantu Mahasiswa Menyadari Gaya dan Preferensi Belajar Mereka


Jelaskanlah manfaat mengetahui tentang gaya belajar. Konsep gaya belajar dapat membantu mahasiswa Anda memahami proses pembelajarannya sendiri, mengidentifikasi (menemukan) kebutuhan pembelajarannya, mengembangkan perilaku belajar baru, menganalisis apa yang dilakukan oleh pembelajaran yang berhasil, dan belajar dengan lebih efektif. Dengan semangat ini, Anda dapat meminta mahasiswa untuk mengamati tindakan apa yang mereka ambil ketika mereka sedang berusaha mempelajari sesuatu. Misalnya, ketika berusaha mempelajari suatu aplikasi piranti lunak (software) yang baru, apakah mereka membaca petunjuk pemakaiannya? Belajar dengan mencobacoba? Meminta orang lain untuk menunjukkan pada mereka? Anda juga dapat meminta mahasiswa untuk memikirkan jenis kegiatan belajar seperti apa yang mereka temukan paling bermanfaat dan jenis seperti apa yang paling mereka takuti. (Sumber: Erickson dkk., 2006; Sims dan Sims, 1995) Rujuklah mahasiswa yang tertarik pada survei yang dinilai sendiri (self-scored). Maha- siswa dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka dengan menggunakan daftar isian (inventory) online seperti VARK (www.vark-learn.com), Kuesioner Strategi Termotivasi untuk Belajar/The Motivated Strategies for Learning Questionnaire (www. ulc.arizona.edu), atau Daftar Isian Gaya Belajar Kolb/Kolbs Learning Style Inventory (Duff, 2004). Biarkanlah mahasiswa mengetahui kuesioner-kuesioner tersebut sama sekali bukanlah tes intelegensi: mereka hanyalah ditujukan untuk membantu mahasiswa menjadi lebih sadar tentang bagaimana mereka belajar. Sarankanlah mahasiswa untuk mengabaikan hasil apa pun yang tidak sesuai dengan penilaian mereka sendiri tentang bagaimana cara belajar yang terbaik bagi mereka. Administrasikanlah sebuah daftar isian. Para peneliti telah mengembangkan daftar isian yang dapat diisi mahasiswa untuk membantu mereka memahami bagaimana mereka telah mempelajari suatu keterampilan atau area pengetahuan tertentu. Butir-butir dalam daftar isian meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam kegiatan belajar, motivasi untuk belajar, proses belajar yang dilaksanakan (melakukan observasi, praktik), dan proses kognitif yang digunakan (menganalisis informasi, menggunakan aturan untuk membimbing pemikiran, dan membentuk prinsip-prinsip). (Sumber: Grasha, 1990)

Penglihatan (visual), pendengaran (aural), membaca/menulis (read/write), gerakan (kinesthetic) (VARK). Model VARK menyatakan empat modalitas dasar untuk memperoleh
informasi: penglihatan (visual), pendengaran (aural), membaca dan menulis (reading and writing), serta gerakan atau manipulasi tangan (kinesthetic). Setiap orang diasumsikan memiliki satu gaya utama untuk mempelajari informasi baru (Fleming dan Mills, 1992), meskipun gaya dapat bervariasi tergantung tugas dan situasi, dan preferensi dapat menjadi tidak tentu seiring waktu. Terkait dengan strategi pengajaran, seorang pengajar mungkin ingin untuk mengombinasikan antara tayangan visual (diagram, bagan alur/flow chart), kegiatan auditory (ceramah, debat), tugas membaca dan menulis, serta kegiatan kinesthetic (bermain peran dan kunjungan lapangan).

Kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Gardner (1999) mendiskusikan delapan


jenis inteligensi: kata dan bahasa (verbal-linguistic), matematika dan logika (mathematicallogical), musik (musical), gambar dan keruangan (visual-spatial), tubuh dan gerakan (bodilykinesthetic), hubungan antar manusia (interpersonal), pemahaman diri (intrapersonal), dan alamiah (naturalistic). Sebagian besar orang lebih kuat di satu atau dua jenis inteligensi dan lebih lemah di jenis lainnya. Perkuliahan di kampus tradisional cenderung untuk menekankan pada pemikiran tentang kata dan bahasa (verbal-linguistic) serta matematika dan logika (mathematical-logical). Untuk meningkatkan pembelajaran, pengajar didorong untuk mengombinasikan strategi-strategi yang menyasar jenis inteligensi lainnya, misalnya, dengan menggunakan narasi, musik, bermain peran, menulis bebas, dan kerja berpasangan.

Gaya berpikir. Sternberg (1997) mengaitkan antara gaya berpikir dengan pengaturan
kecerdasan oleh diri: pemikiran legislatif ditujukan pada penciptaan dan perumusan, pemikiran eksekutif pada implementasi, dan pemikiran yudisial pada evaluasi dan penilaian. Model Sternberg menggambarkan empat tipe pemikir: pemikir monarkis memilih untuk melakukan satu tugas pada satu waktu; pemikir bertingkat (hierarchic) lebih suka menangani banyak tugas, tetapi menyadari bahwa beberapa lebih penting dibandingkan yang lain; pemikir oligarkis (oligarchic) nyaman menangani banyak tugas, tetapi bermasalah dalam menetapkan prioritas; dan pemikir anarkis (anarchic) menggunakan pendekatan yang acak terhadap tugas serta tidak menyukai hambatan. Menurut Sternberg, setiap individu memiliki gaya yang lebih disukai, tetapi juga mengombinasikan gaya-gaya yang berbeda untuk memenuhi tuntutan situasi tertentu.

Daftar Referensi
American Psychological Association. Learner-Centered Psychological Principles: Guidelines for School Redesign and Reform. Washington, DC: American Psychological Association, 1997. Anderson. J. A. Cognitive Styles and Multicultural Populations. Journal of Teacher Education, 1988, 39(1), 2-9. Bonham, L. A. Using Learning Style Information, Too. In E. Hayes (Ed.), Effective Teaching Styles. New Directions for Continuing Education, no. 43. San Francisco: Jossey-Bass, 1989.

292

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa


Cassidy, S. Learning Styles: An Overview of Theories, Models, and Measures. Educational Psychology, 2004, 24(4), 419-444. Chism, N. V, N, Cano, J., and Pruitt, A. S. Teaching in a Diverse Environment: Knowledge and Skills Needed by TAs. In J. D. Nyquist, R. D. Abbott, and D. H. Wulff (Eds.), Teaching Assistant Training in the 1990s. New Directions for Teaching and Learning, no. 39. San Francisco: JosseyBass, 1989. Claxton, C. S., and Murrell, P . H. Learning Styles: Implications for Improving Educational Practices. ASHEERIC Higher Education Report, 1987, no. 4. Duff, A. A Note on the Problem Solving Style Questionnaire: An Alternative to Kolb's Learning Style Inventory Educational Psychology, 2004, 24(5), 699-709. Dune, R., and Griggs, S. A. (Eds.). Practical Approaches to Using Learning Sides in Higher Education. Westport, CT: Bergin and Garvey, 2000. Erickson, B. L., Peters, C. B., and Strommer, D. W Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Fleming, N. D., and Milts, C. Not Another Inventory, Rather a Catalyst for Reflection. In D. Wulff and J. Nyquist (Eds.), To Improve the Academy, Vol. 11, San Francisco: Jossey-Bass, 1992. Gardner, H. Intelligence Reframed: Miltiple Intelligence for the 21st Century. New York: Basic Books, 1999. Grasha, T. The Naturalistic Approach to Learning Styles. College Teaching, 1990, 38(3), 106113. Irvine, J. J., and York, D. E. Learning Styles and Culturally Diverse Students: A Literature Review. In J. A. Banks and C.A.M. Banks (Eds.), Handbook of Research on Multicultural Education. New York: MacMillan, 1995. Kolh, D. A. Experiential Learning: Experiences as a Source of Learning and Development. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1984. Kratzig, G. P ., and Arbuthnott, K. D. Perceptual Learning Style and Learning Proficiency: Test of the Hypothesis. Journal of Etucat anal Pychology. 2006, 98(1), 238-246. Leamnson, R. Thinking about Teaching and Learning: Developing Habits of Learning with First Year College and University Students. Sterling, VA: Stylus, 1999. McKeachie. W. J. Learning Styles Can Become Learning Strategies. National Teaching and Learning Forum, 1995, 4(6), 1-3. Nisbett, R. E. The Geography of Thought: How Asians and Westerners Think Differently and Why. New York: Free Press, 2003. Sanchez, I. M. Motivating and Maximizing Learning in Minority Classrooms. New Directions for Community Colleges, 2000, 28(4), 35-44. Sarasin, L. C. Learning Style Perspectives: Impact in the Classroom. (2nd ed.) Madison, WI: Atwood, 2006. Sims, S. J., and Sims, R. R. Learning and Learning Styles: A Review and Look to the Future. In S. J. Sins and R. R. Sims (Eds.), The Importance of Learning Styles. Westport, CT: Greenwood, 1995. Sternberg, R. J. Thinking Styles. New York: Cambridge University Press., 1997.

Memotivasi Mahasiswa

293

31
Memotivasi Mahasiswa

Beberapa mahasiswa tampak antusias terhadap pembelajaran secara alamiah, tetapi banyak yang membutuhkanatau mengharapkanpengajarnya untuk menginspirasi, menantang, dan menstimulasi mereka. Apa pun tingkatan motivasi yang dibawa mahasiswa Anda ke dalam ruang kelas akan berubah, menjadi lebih tinggi atau rendah, berdasar apa yang terjadi di dalam kelas. Sayangnya, tidak ada satu rumus pasti untuk memotivasi mahasiswa. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi motivasi mahasiswa untuk belajar (Brophy, 2004; Svinicki, 2004; Wlodkowski, 1999): ketertarikan dalam materi subjeknya, persepsi tentang kegunaannya, hasrat umum untuk berprestasi, kepercayaan diri dan harga diri, demikian juga kesabaran dan kegigihan. Serta, tentu saja, tidak semua mahasiswa termotivasi oleh nilai, kebutuhan, hasrat, atau keinginan yang sama. Beberapa dari mahasiswa Anda akan termotivasi oleh memperoleh persetujuan orang lain, beberapa oleh penyelesaian masalah, beberapa oleh pencapaian suatu penguasaan, dan beberapa oleh perolehan nilai yang baik. Untuk mendorong mahasiswa menjadi pembelajar yang memotivasi dirinya sendiri, penelitian menyarankan agar pengajar menggunakan strategi-strategi: Memberikan umpan balik yang sering, segera, dan positif, yang mendukung keyakinan mahasiswa bahwa mereka dapat melakukan dengan baik. Memastikan adanya kesempatan untuk keberhasilan yang bermakna bagi mahasiswa dengan memberikan tugas-tugas yang tidak terlalu mudah dan gagal menantang mereka, maupun terlalu sukar dan membebani mereka. Mengemukakan ketertarikan pribadi pada mahasiswa dengan memanggil mereka menggunakan namanya, memulai perbincangan dengan mereka sebelum atau setelah kelas, mengajukan pertanyaan dalam kelas, dan mengacu menggunakan kata kelas kita. Menggunakan strategi-strategi pengajaran yang mengikat dan melibatkan mahasiswa secara aktif. Membantu mahasiswa untuk menemukan makna pribadi dan manfaat dalam materinya.

294

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Memotivasi Mahasiswa

295

Menciptakan lingkungan kelas yang menghargai keberhasilan dan menerima rintangan dan kegagalan yang mendampingi pembelajaran. Membantu mahasiswa merasakan bahwa mereka adalah anggota yang berharga dari komunitas pembelajar yang bertanggung jawab. (Sumber: Barron dan Hulleman, 2006; Benson dan Cohen, 2005; Bligh, 2000; Covington, 1997; Cross, 2001; Lowman, 1995; Sleigh dkk., 2002; Theall, 1999; Wilson, 2006)

termotivasi, pekerja keras, dan mandiri, mereka cenderung akan berperilaku demikian. Cobalah untuk menetapkan standar yang cukup tinggi untuk memotivasi mahasiswa untuk melakukan yang terbaik, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga mahasiswa akan merasa bahwa tujuannya melebihi kemampuan mereka. Mahasiswa perlu mempercayai bahwa prestasi yang bermakna dapat mereka raih, dan mereka perlu kesempatan di awal untuk berhasil. (Sumber: American Psychological Association, 1992; Bligh, 2000; Cross, 2001; Forsyth dan McMillan, 1991; Lowman, 1995)

Praktik pengajaran sehari-hari yang baik dapat melakukan suatu hal yang lebih untuk melawan apatisme (ketidakpedulian) dari mahasiswa dibandingkan upaya-upaya khusus untuk memengaruhi motivasi secara langsung. Kebanyakan mahasiswa bereaksi positif terhadap perkuliahan yang diatur dengan baik dan diajar oleh pengajar yang antusias, yang sungguh-sungguh tertarik pada mahasiswa dan apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu, kegiatan yang Anda lakukan untuk meningkatkan pembelajaran juga akan meningkatkan motivasi mahasiswa.

Memulai Semester dengan Catatan Positif


Beritahukanlah mahasiswa apa yang mereka butuhkan untuk dapat berhasil di perkuliahan Anda. Yakinkanlah mahasiswa bahwa mereka dapat berhasil dengan baik dalam
perkuliahan Anda, dan beritahukanlah mereka apa yang harus mereka lakukan untuk berhasil: Jika Kalian bisa menangani contoh-contoh dalam rangkaian permasalahan berikut ini, Kalian akan mampu lulus dari ujian. Mereka yang mengalami kesulitan dengan contoh-contoh tersebut dapat menghubungi saya untuk bantuan tambahan. Untuk mahasiswa yang tertinggal, arahkanlah caranya secara terbuka: Berikut ini adalah satu cara yang dapat Anda lakukan untuk mempelajari materi tersebut. Bagaimana saya bisa membantumu? (Sumber: Cashin, 1979; Tiberius, 1999)

Strategi-strategi Umum
Antusiaslah terhadap subjek Anda. Antusiasme pengajar adalah faktor yang sangat
penting dalam motivasi mahasiswa. Jika Anda tampak bosan atau apatis, mahasiswa akan kehilangan minat dan momentumnya. Pikirkanlah kembali apa yang membuat Anda tertarik pada bidang tersebut dan hidupkanlah aspek-aspek tersebut di dalam subjek perkuliahan untuk mahasiswa Anda. Jika bagian dari materi tampak membosankan bagi Anda, tantanglah diri Anda sendiri untuk menciptakan cara paling menarik untuk menyajikan materi tersebut.

Bantulah mahasiswa untuk menetapkan bagi diri mereka sendiri tujuan-tujuan yang dapat dicapai. Doronglah mahasiswa untuk berfokus pada perkembangan diri yang
berkelanjutan, bukan pada nilai mereka dalam suatu ujian atau tugas. Bantulah mahasiswa mengevaluasi kemajuannya dengan mendorong mereka untuk mengkritisi hasil kerjanya sendiri, menganalisis kekuatan diri mereka, dan mengatasi kelemahan dirinya. (Sumber: Cashin, 1979; Cross, 2001; Forsyth dan McMillan, 1991)

Tanganilah kebutuhan dan keinginan dasar mahasiswa. Kebutuhan dan hasrat mahasiswa
meliputi berhasil dalam suatu tugas atau kegiatan, menyempurnakan keterampilan, mengatasi tantangan, memperoleh keahlian/kompetensi, memiliki pengalaman baru, merasa terlibat, dan berinteraksi dengan orang lain. Memuaskan kebutuhan-kebutuhan seperti itu akan menjadi hadiah karena apa yang terkandung di dalam kegiatan itu sendiri (reward intrinsik), dan reward intrinsik seperti itu mempertahankan belajar lebih efektif dibandingkan nilai. Rancanglah tugas, kegiatan dalam kelas, dan pertanyaan diskusi yang menyasar dimensi-dimensi tersebut. (Sumber: McMillan dan Forsyth, 1991)

Hindarilah memperkuat dorongan untuk berkompetisi. Sejumput semangat persaingan/


kompetisi dapat memotivasi beberapa mahasiswa, tetapi kompetisi yang terlalu ketat akan menciptakan kecemasan, yang dapat mengganggu pembelajaran. Tetapkanlah nuansa yang konstruktif/membangun dengan menghindari pemberian kritik terhadap unjuk kerja mahasiswa di depan umum dan menghindari komentar atau kegiatan yang mengadu mahasiswa satu sama lain.

Ciptakanlah kesempatan untuk partisipasi aktif. Kepasifan menurunkan motivasi dan


keingintahuan mahasiswa. Mahasiswa belajar dengan melakukan, membuat, menulis, merancang, menciptakan, dan memecahkan. Lihatlah Bab 9, Memimpin Diskusi; Bab 18, Mendorong Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kelas Besar; dan Bagian V, Alternatif dan Pelengkap Ceramah dan Diskusi.

Mempertahankan Motivasi di Sepanjang Semester


Perkuatlah kelebihan dan minat mahasiswa. Temukanlah mengapa mahasiswa mendaftar di perkuliahan Anda dan cobalah untuk memasukkan contoh dan studi kasus yang terkait dengan minat dan pengalaman mahasiswa. Sebagai contoh, seorang pengajar Kimia dapat mengalokasikan sejumlah waktu di kelas untuk memeriksa kontribusi dari kimia untuk menyelesaikan masalah lingkungan. Jelaskanlah bagaimana isi dan tujuan perkuliahan Anda dapat membantu mahasiswa mencapai tujuan pendidikan, profesional, atau pribadinya.

Pertahankanlah harapan yang tinggi tetapi realistis untuk mahasiswa Anda. Penelitian
telah menunjukkan bahwa harapan pengajar memiliki dampak yang kuat terhadap unjuk kerja mahasiswa. Jika Anda memperlakukan mahasiswa sebagai pembelajar yang

296

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Memotivasi Mahasiswa

297

Ketika memungkinkan, berilah pilihan pada mahasiswa. Berilah mahasiswa pilihan dalam makalah atau tugas di sepanjang semesternya, biarkanlah mereka memutuskan antara dua lokasi dari kunjungan lapangannya, atau mintalah mereka memilih topik apa yang akan dieksplorasi lebih mendalam lagi. Memilih di antara pilihan-pilihan yang ada memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan meregulasi (mengatur) pembelajarannya sendiri: merencanakan apa yang akan dilakukan, menetapkan tujuan, mengawasi unjuk kerjanya, dan merefleksikan tindakan yang telah dilakukan. (Sumber: Cashin, 1979; Cross, 2001; Lowman1995; Young, 2003) Tingkatkanlah kesulitan dari materi kuliah seiring berjalannya semester. Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk berhasil di permulaan semester, dan kemudian tingkatkanlah tingkat kesulitannya. Jika tugas dan ujian mencakup pertanyaan yang lebih mudah dan lebih sukar, setiap mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk mengalami keberhasilan dan juga tantangan. (Sumber: Cashin, 1979)

nilai yang mereka inginkan. Jika Anda mendasarkan ujian Anda dari hafalan tentang halhal mendetail, mahasiswa akan fokus pada menghafal fakta-fakta. Jika Anda menekankan sintesis dan evaluasi dari informasi, mahasiswa akan termotivasi untuk mempraktikkan keterampilan-keterampilan tersebut ketika mereka belajar. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Hindarilah menggunakan nilai sebagai ancaman. Ancaman nilai yang rendah dapat mendorong beberapa mahasiswa untuk bekerja keras, tetapi mahasiswa lainnya dapat memilih untuk melakukan kecurangan akademik, beralasan untuk keterlambatan kerja, dan perilaku tidak produktif lainnya. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Memberikan Umpan Balik dan Saran


Berilah mahasiswa umpan balik sesegera mungkin. Kembalikanlah ujian dan makalah
dengan petunjuk, berilah mahasiswa saran tentang bagaimana untuk meningkatkannya, dan hadiahilah kesuksesan secara terbuka dan segera. Hadiah yang dimaksud dapat sesederhana mengatakan bahwa respons dari mahasiswa tersebut bagus, dengan penjelasan tentang mengapa hal tersebut bagus: Pandangan Ling-Chi tentang polusi sungguh telah mensintesis (menggabungkan) pemikiran-pemikiran yang sedang kita diskusikan. (Sumber: Cashin, 1979)

Variasikanlah metode pengajaran Anda. Keragaman membangkitkan kembali keterlibatan


mahasiswa dalam perkuliahan dan motivasi mereka. Selingilah kegiatan rutin dengan sebuah sesi bermain peran, debat, curah pendapat, pengalaman lapangan, demonstrasi, studi kasus, atau pembicara tamu.

Mintalah mahasiswa Anda untuk mengeksplorasi motivasi mereka. Sarankanlah agar mahasiswa mengisi survey online, seperti Kuesioner Strategi Motivasi untuk Pembelajaran/ Motivational Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ), yang dikembangkan oleh Universitas Michigan. Versi singkat tersedia dalam situs Web Universitas Arizona: www.ulc.arizona.edu/quick_mslq.php. Mahasiswa memperoleh nilai dalam orientasi belajarnya, keyakinannya terhadap kontrol, efektivitas diri, dan butir-butir lainnya. (Sumber: Duncan dan McKeachie, 2005)

Mengurangi Penekanan pada Nilai


Tekankanlah hadiah intrinsik dari kegiatan belajar. Penelitian menun-jukkan bahwa
motivasi itu menurun ketika mahasiswa berjuang untuk hadiah ekstrinsik, seperti nilai, dibandingkan hadiah intrinsik, yang mencakup penguasaan, ekspresi diri, mengalahkan tantangan, pertumbuhan pribadi, dan penemuan yang bermakna. Sebagai tambahan, mahasiswa yang termotivasi oleh hadiah intrinsik cenderung untuk memproses isi perkuliahan dalam tingkat yang lebih dalam, bertahan lebih lama dalam situasi belajar, dan menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap tugas perkuliahan dibandingkan mahasiswa yang termotivasi oleh nilai. Pengajar dapat menekankan tentang kepuasan pribadi yang berasal dari penguasaan materi dan isi perkuliahan, membantu mahasiswa mengukur kemajuan mereka, dan memuji serta memberi hadiah pada mahasiswa yang membuat kemajuan yang baik. (Sumber: Barron dan Hulleman, 2006; Brophy, 2004; Covington, 1997; Deci dan Ryan, 2002; Lowman, 1995)

Gunakanlah pujian secara bijak. Baik komentar positif maupun negatif memengaruhi motivasi, tetapi penelitian menyatakan bahwa mahasiswa terutama dapat terpengaruh oleh komentar positif yang spesifik. Jika hasil unjuk kerja/performa mahasiswa kurang baik, berikanlah komentar yang mengungkapkan keyakinan Anda atas kapasitasnya untuk berkembang dan berhasil seiring waktu. Jagalah komentar Anda agar tetap fokus pada tugas yang dikerjakan daripada mengalihkan perhatian mahasiswa pada dirinya sendiri, yang dapat mengalihkannya dari pembelajaran. (Sumber: Cashin 1979; Cross, 2001; Shute, 2008) Cobalah untuk memperhalus komentar negatif. Kritik adalah stimulus yang sangat kuat.
Ketika Anda menyatakan tentang kelemahan mahasiswa, pastikanlah dengan jelas bahwa komentar Anda tersebut terkait dengan suatu tugas atau performa kerja tertentu, bukannya pada mahasiswa sebagai pembelajar atau sebagai individu. Imbangilah komentar negatif dengan pujian tentang aspek-aspek dari tugas yang berhasil dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa. Hindarilah celetukan atau candaan yang dapat menyakiti perasaan mahasiswa. (Sumber: Cashin, 1979)

Berilah umpan balik untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa. Sebuah hasil penelitian telah menunjukkan cara-cara yang dapat digunakan pengajar untuk membuat umpan balik menjadi lebih efektif (diadaptasi dari Shute, 2008):
Berfokuslah pada tugasnya, bukan pembelajarnya. Sediakanlah bimbingan dalam bagian-bagian yang bisa ditangani sehingga tidak membebani mahasiswa, berikan informasi secukupnya untuk membantu mereka dan tidak lebih.

Rancanglah ujian yang mendorong jenis pembelajaran yang Anda ingin untuk dicapai mahasiswa. Banyak mahasiswa akan mempelajari apa pun yang diperlukan untuk meraih

298

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Memotivasi Mahasiswa

299

Berikanlah komentar dalam bentuk tulisan dibandingkan secara tatap muka/ langsung. Tekankanlah pembelajarannya dibandingkan unjuk kerja yang terlihat dengan memberitahukan peranan yang dimainkan oleh kesalahan dalam proses belajar. Hindarilah perbandingan normatif dengan mahasiswa lainnya. Berikanlah baik umpan balik segera (untuk memperbaiki kesalahan secara langsung) dan umpan balik yang ditunda (untuk mendorong transfer pembelajaran).

Berikanlah tugas yang dinilai berdasarkan bacaan. Mintalah mahasiswa untuk menyiapkan respons tertulis terhadap pertanyaan yang Anda ajukan tentang bacaan dan mengumpulkan respons mereka tersebut untuk dinilai atau memperoleh nilai tambahan. (Sumber: Uskul dan Eaton, 2005) Izinkanlah mahasiswa untuk menciptakan kartu bertahan/survival card yang dapat mereka gunakan dalam ujian. Pada permulaan setiap kelas, seorang pengajar Ilmu
Fisika meminta mahasiswanya untuk mengumpulkan kartu berukuran tiga kali lima yang berisi suatu garis besar, definisi, pikiran pokok, atau materi lainnya dari bacaan yang ditugaskan pada hari tersebut. Setelah kelas berakhir, ia memeriksa kartu-kartu tersebut dan mencapnya dengan namanya. Pada sesi kelas sebelum ujian tengah semester, ia mengembalikan kartu-kartu tersebut pada mahasiswa dan membiarkan mereka untuk menambah materinya, tetapi mereka tidak bisa mengumpulkan kartu tambahan. Mahasiswa kemudian mengumpulkan ulang kartu mereka, dan sang pengajar membagikannya pada para mahasiswa dalam ujian tengah semester. Anggota pengajar tersebut melaporkan bahwa teknik ini mendorong 90 persen dari mahasiswanya untuk menyelesaikan semua bacaaan. Pengajar lainnya menggunakan kartu berukuran lima kali delapan dan memberikan mahasiswa satu poin nilai tambahan untuk tiap kartu yang dikumpulkan serta mengizinkan mahasiswa untuk menggunakan kartu-kartu tersebut selama ujian. Tenaga pengajar ini menyatakan bahwa sekitar sepertiga dari kelas memperoleh nilai yang lebih tinggi sebagai hasilnya. (Sumber: Carkenord, 1994; Daniel, 1988)

Tugas-tugas Spesifik: Memotivasi Mahasiswa untuk Melakukan Kegiatan Membaca


Tetapkanlah aturan-aturannya sejak awal semester. Secara rata-rata, hanya sekitar
sepertiga dari mahasiswa Anda yang akan berhasil menyelesaikan bacaan yang ditugaskan pada hari yang ditetapkan. Tetapkan harapan dan jagalah agar mahasiswa mampu melakukan tugas membaca yang diminta dalam waktu yang ditetapkan. Jika Anda sama sekali tidak mengawasi apakah mahasiswa telah menyelesaikan bacaannya, beberapa mahasiswa akan menyimpulkan bahwa tugas membaca tersebut tidak ada konsekuensinya. (Sumber: Burchfield dan Sappington, 2000)

Berilah bimbingan pada mahasiswa tentang bagaimana untuk membaca tugasnya.


Diskusikanlah strategi membaca yang sesuai untuk bidang Anda: bagaimana untuk mendekati materinya, pentingnya membedakan antara topik utama dengan detail kecil, dan seterusnya. Kampus Anda mungkin memiliki sumber daya untuk membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan membaca kritis mereka; atau Anda dapat merujuk mahasiswa pada materi yang dikembangkan Dartmouth (Membaca Buku Ajar secara Efektif/Reading Textbooks Effectively) atau Stanford (Membaca Efektif/Reading Efficacy), yang tersedia di situs Web universitas dengan melakukan pencarian atas judulnya. Bean (1996) dan Erickson, Peters, dan Strommer (2006) juga menawarkan saran untuk membantu mahasiswa memperoleh sebanyak mungkin dari bacaan yang ditugaskan.

Berikanlah kuis berulang kali. Kuis dapat menjadi petunjuk bagi mahasiswa untuk
terus mengikuti bacaan dan memotivasi mahasiswa untuk menghadiri kelas. Sebagai tambahan, kuis yang sering memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berlatih melaksanakan ujian, yang membantu mengurangi kecemasan dan dapat mengarahkan pada peningkatan performa di ujian akhir. Kuis juga memberitahukan Anda dan mahasiswa Anda perasaan tentang seberapa baik mereka mempelajari materinya dan topik apa yang terutama sulit. Mahasiswa menyatakan bahwa mereka cenderung lebih akan membaca jika mereka berpikir bahwa akan ada kuis. Untuk mengurangi kecemasan mahasiswa tentang pengujian yang sering, beberapa pengajar menjadikan kuis sebagai kesempatan untuk memperoleh nilai tambahan. (Sumber: Kouyoumdjian, 2004; Marchant, 2002; Narloch dkk., 2006; Thorne, 2000)

Berikanlah bacaan dan pertanyaan untuk belajar setidaknya dua sesi sebelumnya. Berilah
mahasiswa waktu yang memadai untuk menyiapkan, dan berikanlah mereka pertanyaan belajar yang menonjolkan poin-poin kunci. Cobalah untuk merangsang keingintahuan mahasiswa tentang bacaan: Artikel ini adalah salah satu favorit saya, dan saya tertarik untuk mengetahui apa yang Anda pikirkan tentang ini. (Sumber: Lowman, 1995)

Mintalah mahasiswa untuk menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan bacaan tersebut. Jika ukuran kelas memungkinkan, mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan
dua kartu indeks, masing-masingnya berisi sebuah pertanyaan dan nama mereka. Secara acak, bagikan ulang kartu-kartu tersebut di kelas dan tunjuklah mahasiswa untuk membaca pertanyaan dari kartu yang dipegangnya, menyebutkan siapa yang menuliskannya, dan berusaha untuk menjawabnya; kemudian bukalah kesempatan bagi yang lain untuk berkomentar. (Sumber: Martin, 2000)

Tugas-tugas Spesifik: Memotivasi Mahasiswa untuk Menghadiri Kelas


Realistislah tentang kehadiran mahasiswa. Ketidakhadiran mahasiswa adalah, sayang-nya,
sesuatu yang umum terjadi di semua kampus dan universitas. Penelitian sejak awal tahun 1990-an menunjukkan bahwa di hari apa pun, sekitar sepertiga dari mahasiswa yang terdaftar di satu mata kuliah tidak muncul di kelas (Romer, 1993). Meskipun tidak ada penelitian terkini yang dapat dibandingkan, secara bercanda, pengajar melaporkan bahwa separuh dari kelas bisa jadi tidak hadir di waktu yang berbeda-beda selama semester.

300

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Memotivasi Mahasiswa

301

Beberapa pengajar sangat terluka ketika mahasiswa membolos, memasukkannya dalam hati, sebagai tanda tidak hormat pada pengajar dan mahasiswa lainnya. Untuk mereka, dinamika, iklim, dan pertukaran intelektual dalam ruang kelas menghilang ketika beberapa mahasiswa, dalam jumlah yang signifikan, absen dari kelas. Pengajar lainnya tidak terlalu terganggu oleh ketiadaan mahasiswa dan tetap. mengajar dengan antusias pada siapapun yang hadir. Bagaimana Anda, secara pribadi, merasa tentang kehadiran mahasiswa akan memengaruhi langkah apa yang akan Anda ambil untuk menangani masalah ini.

Pahamilah faktor-faktor yang memengaruhi kehadiran mahasiswa. Peneliti telah melakukan survei pada mahasiswa dan mengidentifikasi variabel-variabel yang tampaknya terkait dengan kehadiran (Brewer dan Burgess, 2005; Dolnicar, 2001; Fjortoft, 2005; Friedman dkk., 2001; Gump, 2005; Moore, 2005; Rocca, 2003):
IPK/indeks prestasi kumulatif (mahasiswa dengan catatan akademik yang lebih baik, lebih rutin dalam menghadiri kelas); perkuliahan yang penuh pilihan lawan perkuliahan yang penuh tuntutan (mahasiswa di perkuliahan yang elektif menghadiri kelas dengan lebih rutin); ukuran kelas (semakin kecil kelas, semakin besar kemungkinan mahasiswa untuk hadir); tipe metode pengajarannya (kehadiran cenderung paling rendah pada perkuliahan dengan metode ceramah); kualitas pribadi dari pengajarnya (mahasiswa cenderung lebih mau menghadiri kelas yang pengajarnya mereka pandang sebagai bersahabat dan dapat didekati, terbuka pada umpan balik dan kritik, menghormati mahasiswa, dan mengetahui nama dan minat mahasiswa menurut Friedman dkk. (2001).

yang terdokumentasikan memiliki dampak pada hasil belajar atau performa mahasiswa, tetapi pengajar meyakini bahwa webcasting dan podcasting berkontribusi pada tingkat kehadiran mahasiswa. Jika mahasiswa dapat mengakses materi yang sama secara online, menurut pendapat mereka, bukankah hal itu dapat menurunkan motivasi mereka untuk menghadiri kelas? Berasal dari premis (argumentasi) tersebut, beberapa pengajar membatasi apa yang mereka pos-kan hanya berupa garis besar atau catatan, menyimpan detail dan contoh untuk di kelas. Sedangkan yang lainnya menunda menyediakan webcast atau podcast hingga 24 atau 48 jam. Mahasiswa, bagaimanapun, cenderung untuk melihat webcast sebagai alat untuk mengkaji ulang, dibandingkan sebagai pengganti dari menghadiri kelas, meskipun sejumlah kecil dari mahasiswa mengindikasikan bahwa ketersediaan ceramah yang terdokumentasikan dapat membuat mereka cenderung membolos dari kelas. (Sumber: Deal, 2007; Grabe dan Christopherson, 2008)

Jelaskanlah manfaat dari menghadiri kelas. Beritahulah pada mahasiswa Anda hasil penelitian tentang kehadiran dan performa akademik: sejumlah penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa mahasiswa yang menghadiri kelas secara rutin memperoleh nilai perkuliahan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang secara rutin tidak hadir di kelas. Tumbuhkanlah rasa tanggung mahasiswa terhadap teman sekelasnya (peer): bahwa mahasiswa adalah bagian dari komunitas pembelajar dan dengan hadir di kelas secara rutin, mereka dapat membantu komunitasnya berkembang. Beberapa pengajar membacakan puisi luar biasa dari Tom Wayman, Did I Miss Anything? (Adakah yang Saya Lewatkan?) (www.loc.gov/poetry/180/013.html) pada mahasiswanya. (Sumber: Clump dkk., 2003; Durden dan Ellis, 1995; Gump, 2005; Launius, 1997; Marburger, 2001; Romer, 1993) Janganlah mengasumsikan bahwa mewajibkan kehadiran akan memecahkan permasalahan. Membuat kehadiran sebagai suatu kewajiban cenderung kurang membantu
mahasiswa untuk menjadi pembelajar yang termotivasi dari dalam diri sendiri. Akan lebih efektif untuk menggunakan strategi-strategi belajar aktif, interaksi antar pribadi yang terbuka dan mendalam, dan pengingat di sepanjang semester tentang pentingnya kehadiran. Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa apa yang terjadi di kelas tidak bisa diciptakan ulang (diduplikasi) di tempat lainnya. Cobalah untuk membuat setiap kelas itu unik, bukan pengalaman yang sepenuhnya dapat diprediksi. (Sumber: Moore, 2005; St. Clair, 1999)

Sebaliknya, faktor-faktor berikut ini tidak tampak signifikan memengaruhi kehadiran: usia mahasiswa atau tahun lamanya berada di kampus, status pekerjaan mahasiswa (bekerja atau tidak), kediaman mahasiswa (di dalam atau luar kampus), beban perkuliahan mahasiswa, dan jadwal perkuliahannya (waktu dalam hari tersebut atau hari dalam seminggu). Alasan populer untuk membolos meliputi, Saya harus belajar untuk persiapan ujian di kelas lain; Saya harus menyelesaikan urusan pribadi; Saya terlalu lelah dan membutuhkan istirahat; Saya tidak menyelesaikan tugas rumah; dan Kuliah itu tidak berguna.

Namun demikian, lakukanlah absensi. Tindakan mengabsen (mendata kehadiran)


itu sendiri cenderung meningkatkan jumlah mahasiswa yang hadir di setiap kelas dan meningkatkan performa akademik mahasiswa secara keseluruhan. Ketika Anda mengabsen, biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa catatan kehadiran tidak akan masuk dalam perhitungan Anda tentang nilai mahasiswa. (Sumber: Shimoff dan Catania, 2001)

Administrasikanlah survei singkat pada mahasiswa tentang kehadiran mereka. Jika


kehadiran adalah hal yang penting bagi Anda, cari tahulah mengapa mahasiswa membolos dengan memberikan survey online yang singkat (jika Anda memberikan surveinya di kelas, Anda akan kehilangan mereka yang sedang absen/tidak masuk). Contoh pertanyaan dapat ditemukan dalam Sleigh, Ritzer, dan Casey (2002); Friedman, Rodriguez, dan McComb (2001); dan Woodfield, Jessop, dan McMillan (2006).

Pertimbangkanlah apakah webcasting dan podcasting dapat memengaruhi kehadiran.


Penelitian hingga saat ini masih menyediakan sedikit bukti bahwa ketersediaan ceramah

Bereksperimenlah dengan insentif/hadiah khusus bagi kehadiran. Beberapa pengajar melaporkan keberhasilan dengan teknik-teknik sebagai berikut (diadaptasi dari POD dan PsychTeacher listserv):

302

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Memotivasi Mahasiswa

303

Tawarkanlah tugas untuk nilai tambahan untuk diselesaikan di luar kelas pada hari-hari di mana kehadiran biasanya rendah; mahasiswa datang pada saat kelas berlangsung agar dapat diizinkan untuk mengumpulkan tugas nilai tambahan. Berilah satu atau dua tugas singkat untuk tambahan nilai yang hanya bisa dikerjakan dalam kelas. Jika ukuran kelas mengizinkan, umumkanlah bahwa di akhir semester Anda akan meminta setiap mahasiswa untuk menyebutkan dua atau tiga mahasiswa yang partisipasinya di kelas paling bermanfaat bagi pembelajaran mereka, dan bahwa mahasiswa tersebut memperoleh nilai karena dinominasikan. Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa ujiannya akan mengandung materi yang hanya dikemukakan di dalam kelas. Berilah petunjuk-petunjuk untuk ujian di akhir kelas yang ditentukan secara acak dan jangan beritahukan pada mahasiswa kapankah itu; berilah petunjuk-petunjuk tersebut setelah penayangan webcast atau podcast berakhir. Kumpulkan dan kembalikanlah tugas rumah di kelas. Gunakanlah sistem respons perseorangan untuk melibatkan mahasiswa dan mengawasi kehadiran. Mintalah mahasiswa untuk melengkapi dua pertanyaan di akhir sesi terpilih dan berilah dua atau tiga poin nilai: Apakah hal terpenting yang Kalian pelajari di kelas hari ini? Apakah hal baru yang Kalian pelajari di kelas hari ini? Pertanyaan apakah yang Kalian miliki sebagai hasil dari kelas hari ini? Buatlah beberapa bahan yang tersedia hanya dalam kelas dan tidak secara online. Manfaatkanlah sifat sosial alamiah dari pembelajaran dengan melaksanakan kegiatan yang tidak dapat ditirukan mahasiswa dengan melihat webcast-misalnya, kerja berpasangan atau sesi tanya-jawab.

Namun demikian, sesuaikanlah harapan Anda tentang insentif/hadiah. Beberapa


penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perorangan tertentu, seperti kehati-hatian, lebih memengaruhi kehadiran mahasiswa dibandingkan insentif. Karena kehati-hatian tidak terpengaruh oleh pengaruh eksternal, insentif hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap apakah mahasiswa menghadiri kelas Anda atau tidak. (Sumber: Conrad, 2004)

Daftar Referensi
American Psychological Association. Learner-Centered Psychological Principles: Guidelines for School Redesign and Reform. 1992. littp://www..apa.org/ed/lcp2/Icpl4.html Barron, K. E., and Hulleman, C. S. Is There a Formula to Help Understand and Improve Student Motivation? Essays from Excellence in Teaching Vol. 6. Society for the Teaching of Psychology, 2006. http://list.kennesaxv.edu/archixms/psycliteachet-html Bean, J. C. Engaging Ideas: The Professors Guide to Integrating Miting, Critical Thinking, and Active Learning in the Classrooms. San Francisco: Jossey-Bass, 1996.

Benson, T A., and Cohen, A. L. Rapport: Its Relation to Student Attitudes and Behaviors Toward Teachers and Classes. Teaching of Psychology, 2005, 32(1), 237-239. Bligh, D, A. Whats the Use of Lectures? San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Brewer. E. W, and Burgess, D. N. Professors Role in Motivating Students to Attend Class. Journal of Industrial Teacher Education, 2005, 42(3), 23-47. Brophy. J. Motivating Students to Learn. (2nd ed.) Mahwah, NJ: Erlbaum, 2004. Burchfield, C. M., and Sappington, J. Compliance with Required Reading Assignments. Teaching of Psychology, 2000, 27(1), 58-60. Carkenord, D. M. Motivating Students to Read Journal Articles. Teaching of Psychology, 1994, 21(3), 162-164. Cashin, W. E. "Motivating Students." Idea Paper; no. 1. Center for Faculty Evaluation and Development in Higher Education, Kansas State University, 1979. trips/www.idea.k-state.edu/resources/index. html Clump, M. A., Bauer, H., and Whiteleather, A. To Attend or Not to Attend: Is That a Good Question. Journal of Instructional Psychology, 2003, 30(3), 220-224. Conrad, M. A. Conscientiousness Is Key: Incentives for Attendance Make Little Differ ence. Teaching of Psychology, 2004, 31(4), 269- 272. Covington, M. V. A Motivational Analysis of Academic Life in College. In R. P . Perry and J. C. Smart (Eds.), Effective Teaching in Higher Education: Research and Practice. New York: Agathon Press. 1997. Cross, K. P . Motivation: Er ... Will that Be on the Test? The Cross Papers, no.5. Mission Viejo, CA: League for Innovation in the Community College, 2001. Daniel, D. W. Survival Cards in Matti. College Teaching, 1988, 36(3), 110. Deal, A. Podcasting. A Teaching with Technology White Paper. Carnegie Mellon University, 2007. http// www.cmu.edu/teaching/resources/PublicationArchives/StudiesWhitepapers/Podcasting_Jun07. pdf Deci, E. L., and Ryan, R. M. The Paradox of Achievement: The Harder You Push, the Worse It Gets. In. J. Aronson (Ed.), Improving Academic Achievement: Impact of Psychological Fac tors on Education. San Diego: Academic Press, 2002. Dolnicar S. Should We Still Lecture or Just Post Examination Questions on the Web? The Nature of the Shift towards Pragmatism in Undergraduate Lecture Attendance. Quality in Higher Education, 2005, 11(2), 103-115. Duncan, T G., and McKeachie, W. J. The Making of the Motivated Strategies for Learning Questionnaire. Educational Psychologist, 2005, 40(2), 117-128. Durden, G. C., and Ellis, L. V The Effects of Attendance on Student Learning in Principles of Economics. American Economic Review, 1995, 85(2), 343-346. Erickson. B. L., Peters, C. B., and Strommer, D. W. Teaching First Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Fjortolt, N. Students Motivations for Class Attendance. American Journal of Pharmaceutical Education, 2005, 49(1), 107-112. Forsyth, D.R. and McMillan, J.H. Practical Proposals for Motivating Students. In R.J. Menges and M. D. Svinicki (Eds.), College Teaching From Theory to Practice. New Direc tions in Teaching and Learning, no. 45. San Francisco: Jossey-Bass, 1991. Friedman, P , Rodriguez, F., and McCornb, J. Why Students Do and Do Not Attend Classes: Myths and Realities. College Teaching, 2001, 49(4), 121-133. Grabe, M.. and Christopherson K. Optional Student Use of Online Lecture Resources: Resource Preferences, Performance and Lecture Attendance. Journal of Computer Assisted Learning, 2008,

304

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa


24(1), 1-10. Gump, S. E. The Cost of Cutting Class: Attendance as a Predictor of Student Success. College Teaching, 2005, 53(1), 21 26. Kouyoumdjian, H. Influence of Unannounced Quizzes and Cumulative Exam on Atten dance and Study Behavior. Teaching of Psychology, 2004, 31(2), 110-111. Launius, M. H. College Student Attendance: Attitudes and Academic Performance. College Student Journal, 1997, 31(1), 86-92. Lownan, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed), San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Marburger, D. R. Absenteeism and Undergraduate Exam Performance. Journal of Economic Education, 2001, 32(2), 99-109. Marchant, G. J. Student Reading of Assigned Articles: Will This Be on the Test? Teaching of Psychology, 2002, 29(1), 49-50. Martin, C. I. Peer Carding. College Teaching, 2000, 48(1), 19-20. McKeachie, W. J., and Svinicki, M, McKeachies Teaching Tips. (12th ed), Boston: Houghton Mifflin, 2006. McMillan, J. H., and Forsyth, D. R. What Theories of Motivation Say about Why Learners Learn. In R. J. Menges and M. D. Svinicki (Eds.), College Teaching: From Theory to Practice. New Directions for Teaching and Learning, no. 45. San Francisco: Jossey-Bass,1991. Moore, R. Attendance: Are Penalties More Effective than Rewards? Journal of Developmental Education, 2005, 29(2), 26-32. Narloch. R., Garbin, C. P ., and Turnage, K. D. Benefits of Prelecturc Quizzes. Teaching of Psychology, 2006, 33(2), 109-112. POD Listserv: An unmoderated online community for instructors and administrators with interests in teaching and learning in higher education; see http://podnetwoik.org. PsychTeacher listserv: A moderated online community for instructors involved in teaching psycholog; see teachpsych.org/news/psychteacher.php Rocca, K. A. Student Attendance: A Comprehensive Literature Review. Journal on Excellence in College Teaching, 2003, 14(1), 85-107. Romer, D. Do Students Go to Class? Should They? Journal of Economic Perspectives, 1993, 7(3), 167174. Shimoff, E., and Catania, A. C. Effects of Recording Attendance on Grades in Introductory Psychology. Teaching of Psychology, 2001, 28(3), 192-195. Shute, V. J. Focus on Formative Feedback. Review of Educational Research, 2008, 78(1), 153-189. Sleigh, M. J, Ritzer. D. R., and Casey, M. B. Student versus Faculty Perceptions of Missing Class. Teaching of Psychology, 2002, 29(1), 53-56. St. Clair, K, L. A Case against Compulsory Class Attendance Policies in Higher Education, Innovative Higher Education, 1999, 23(3), 171-180. Svinicki, M. D. Learning and, Motivation in the Postsecondary Classroom. Bolton, MA: Anker, 2004. Theall, M. (Ed.). Motivation from Within: Approaches for Encouraging Faculty and Students to Excel. New Directions for Teaching and Learning, no. 78. San Francisco. Jossey-Bass, 1999. Thorne, B. M. Extra Credit Exercise: A Painless Pop Quiz. Teaching of Psychology, 2000, 27(3), 204205. Tiberius, R. G. Small Group Teaching: A Trouble-Shooting Guide. London: Kogan Page, 1999. Uskul, A. K., and Eaton, J. Using Graded Questions to Increase Timely Reading of Assigned Material. Teaching of Psychology, 2005, 32(2), 118-118. Wilson, J. H. Predicting Student Attitudes and Grades from Perceptions of Instructors Atti tudes. Teaching of Psychology, 2006, 33(2), 91-95.

Memotivasi Mahasiswa

305

Wlodkowski, R.J. Enchancing Adult Motivation to Learn: A Comprehensive Guide for Teaching All Adults. (rev. ed.) San Francisco Jossey-Bass,1999. Woodfield, R., Jessop, D., and McMillan, L. Gender Differences in Undergraduate Atten dance Rates. Studies in Higher Education, 2006, 31(1), 1-22. Young, A. J. The Challenge to Challenge: Shifting the Motivational Climate of the College Classroom for Enhanced Learning. College Teaching, 2003, 51(4), 127-130.

306

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal

307

32
Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal

pertanyaan dalam satu menit, atau lainnya: Hal paling signifikan apa yang telah Kamu pelajari hari ini? dan Pertanyaan apakah yang teratas muncul di pikiranmu pada akhir kelas hari ini? Tulisan ini, yang dikumpulkan secara anonim, akan mengindikasikan seberapa baik Anda telah menyampaikan materi dan bagaimana Anda sebaiknya menyusun presentasi Anda di pertemuan kelas berikutnya. Sebuah variasi yang digunakan oleh pengajar Statistik di Harvard adalah menanyakan pada mahasiswa, Bagian mana yang paling tidak jelas dari ceramah saya hari ini? Pertanyaan lainnya: Hal apa yang paling mengejutkan atau tak terduga dari sesi kelas hari ini?, Pada bagian manakah dari pertemuan selama seminggu terakhir ini yang paling membuat Anda terlibat dalam kelas atau dalam materinya?, Apa yang membantu Anda belajar di kelas ini?, Apa yang membuat belajar menjadi sulit?

Dibanding menunggu untuk melihat seberapa baik mahasiswa berprestasi dalam suatu ujian, Anda dapat menggunakan metode informal untuk mengetahui apa dan seberapa baik mahasiswa Anda belajar, dan Anda dapat memanfaatkan informasi ini untuk membentuk pengajaran berikutnya. Teknik-teknik yang dijelaskan di bab ini, yang disebut juga pengukuran formatif (Shepard, 2006), akan membantu Anda menentukan informasi sebagai berikut (diadaptasi dari Lembaga Penelitian Nasional AS/National Research Council, 1997): Apa yang mahasiswa Anda ketahui tentang suatu topik? Apakah mahasiswa termotivasi untuk mempelajari materinya? Apakah mahasiswa telah memahami topik-topik utama yang sedang Anda coba sampaikan? Apakah mahasiswa siap untuk kelas Anda? Permasalahan apakah yang mahasiswa Anda miliki dengan materi yang diberikan?

Beberapa pengajar menggunakan waktu satu menit menulis di kelas ini untuk memancing terjadinya diskusi atau membagi-bagi ceramahnya. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tulisan satu menit meningkatkan performa mahasiswa dalam ujian. (Sumber: Angelo, 1991; Angelo dan Cross, 1993; Chizmar dan Ostrosky, 1998; Davis dkk., 1983; Mosteller, 1989; Stead, 2005)

Gunakanlah kartu reaksi. Dalam kelas berukuran kecilatau menengahbagikanlah


kartu indeks pada mahasiswa di permulaan kelas dan mintalah mereka untuk menuliskan nama mereka di kartu tersebut serta untuk menuliskan suatu komentar pada waktu tertentu dalam sesi kelas. Komentar dapat mencakup reaksi/respons terhadap pertanyaan yang Anda ajukan atau pertanyaan dari mahasiswa atau hasil observasi terhadap aspek apa pun dari kelas. Beritahukanlah pada mahasiswa bahwa Anda akan mengumpulkan kartu-kartu tersebut di akhir waktu perkuliahan, menuliskan respons singkat di bagian bawah dari setiap kartu, dan mengembalikan kartu-kartu tersebut pada sesi berikutnya. Baik pengajar maupun mahasiswa melaporkan bahwa kartu reaksi bermanfaat untuk mengidentifikasi permasalahan dalam isi perkuliahan dan mengawasi pembelajaran mahasiswa. (Sumber: Costello dkk., 2002)

Suatu telaah terhadap 250 penelitian menunjukkan bahwa menggunakan strategi pengukuran formatif, dan membuat penyesuaian dalam pengajaran sebagai hasilnya, dapat meningkatkan pembelajaran mahasiswa secara signifikan (Black dan Wiliam, 1998). Seiring Anda bereksperimentasi dengan teknik-teknik sebagai berikut, cobalah untuk menemukan keseimbangan: jika Anda menggunakannya terlalu sering, mahasiswa dapat merasa (baik secara benar maupun salah) bahwa pengukuran-pengukuran tersebut menyita waktunya dalam-daripada berkontribusi terhadap-pembelajaran dan kegiatan belajar mereka.

Mintalah mahasiswa untuk membuat daftar konsep atau ide kunci. Pada penutup dari serangkaian sesi atau kegiatan membaca tentang suatu topik, mintalah mahasiswa untuk menuliskan atau mem-pos-kan secara online frase singkat yang meringkas tiga hingga lima konsep kunci atau pikiran utama tentang topik tersebut. Telaah daftar ini untuk memverifikasi apakah mahasiswa Anda telah menangkap pemikiran-pemikiran pentingnya atau tidak. Anda dapat memulasi suatu diskusi kelas yang meminta mahasis wa untuk membandingkan hasil yang mereka kumpulkan atau untuk mendefinisikan dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut. (Sumber: Angelo dan Cross, 1993) Mintalah mahasiswa untuk memberikan definisi atau aplikasi dari konsep-konsep yang sulit. Selama sepuluh menit terakhir dari kelas, mintalah mahasiswa untuk melengkapi
pernyataan berikut ini atau yang sejenisnya: Seperti yang saya pahami, pikiran (atau konsep atau poin) utama dari sesi hari ini adalah Contoh yang bagus sebagai aplikasi dari pemikiran tersebut adalah

Memeriksa Pemahaman Mahasiswa: Respons Tertulis


Mintalah mahasiswa untuk menuliskan tulisan satu menit. Davis, Wood, dan Wilson
(1983) menjelaskan sebuah teknik yang dikembangkan oleh profesor Fisika dari UC Berkeley, Charles Schwartz, di akhir tahun 1970-an dan dipopulerkan oleh Angelo dan Cross (1993). Di akhir periode kelas, mintalah mahasiswa Anda untuk menulis dua

308

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal


Tema mikro berdasarkan data yang tersedia. Berikanlah mahasiswa satu paket data dan mintalah mereka untuk menjelaskan perubahan dan kecenderungan perkembangan yang ada. Sebagai contoh: Bayangkanlah seorang pendengar yang tidak melihat meja ini. Jelaskanlah pada mereka tentang perubahan dalam angka kelahiran dan kematian di Amerika Serikat di abad dua puluh satu. Jadilah seorang yang terlibat, memiliki banyak informasi (informatif), dan akurat. Tema mikro yang menyulitkan. Mintalah mahasiswa untuk menjelaskan tentang permasalahan yang diberikan pada seseorang yang mengetahui sedikit atau tidak mengetahui sama sekali tentang subjek tersebut. Sebagai contoh, jawablah surat berikut ini sejelas yang Anda bisa. Jika Anda menggunakan istilah Fisika, Anda harus mendefinisikannya. Yth. Dr. Sains: Pacarku dan aku sedang berada di pertandingan baseball dan seseorang berhasil memukul A POP FLY. Pacarku mengatakan bahwa ketika bola berhenti di tengah udara sebelum mulai jatuh, kecepatannya adalah nol (0), tetapi percepatan (akselerasi)-nya tidak nol (0). Aku mengatakan dia salah. Jika sesuatu sama sekali tidak bergerak, bagaimana mungkin ia memiliki percepatan? Manakah dari kami yang benar?

309

Poin utama dari sesi hari ini paling terkait dengan konsep, proses, kejadian, atau hal sebagai berikut: (Sumber: Lancaster, 1974)

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan pertanyaan ujian. Pada akhir suatu unit, mintalah mahasiswa untuk menuliskan suatu pertanyaan ujian (dalam bentuk yang telah Anda tentukan) untuk nilai tambahan. Sebagai tambahan untuk memberikan Anda perasaan tentang seberapa baik mahasiswa Anda memahami materinya, pertanyaan-pertanyaan ujian tersebut akan memberikan Anda ide dalam menyusun ujian Anda. Mintalah mahasiswa untuk menyediakan ringkasan penutup. Di akhir suatu sesi, mintalah mahasiswa, baik secara perseorangan atau berpasangan, untuk menuliskan ringkasan yang sangat singkat dari pokok pikiran dari apa yang dibahas di kelas. Atau saat di permulaan kelas, mintalah mahasiswa untuk merangkum pikiran-pikiran utama dari kelas atau bacaan sebelumnya dan untuk menuliskan satu pertanyaan yang mereka harapkan dapat dijawab di dalam kelas. Tanyailah mahasiswa tentang ujian tengah semester. Tambahkanlah satu atau dua
pertanyaan di bagian akhir ujian tengah semester atau mintalah mahasiswa untuk berespons pada sesi kelas berikutnya terhadap topik-topik berikut ini:

kesiapan mereka terhadap ujian tersebut; pertanyaan ujian yang manakah yang dianggap paling sulit dan mengapa; apa yang mungkin telah menghalangi mereka dari meraih nilai yang lebih tinggi; seberapa baik ujian tersebut membantu mereka dalam mempelajari materinya; apa yang mereka rencanakan untuk dilakukan berbeda dalam belajar demi ujian berikutnya.

Mintalah mahasiswa untuk membuat daftar pertanyaan yang dinamis. Sebagai tugas rumah yang singkat, mintalah mahasiswa untuk menuliskan daftar pertanyaan yang mereka harap dapat dijawab di akhir periode pertemuan di kelas. Selama kelas, mahasiswa mencoret (memberi tanda silang) pertanyaan yang telah dijawab dan menambahkan pertanyaanpertanyaan baru yang muncul. Di akhir kelas, mereka mengumpulkan pertanyaannya, yang akan memberi Anda gambaran sekilas tentang persiapan, pembelajaran selama sesi, dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dari mahasiswa. (Sumber: George dan Cowan, 1999) Mintalah mahasiswa untuk mendokumentasikan bagaimana mereka memecahkan suatu masalah. Sebagai bagian dari tugas rumah, mintalah mahasiswa untuk menuliskan
satu atau dua paragraf singkat tentang metode yang mereka gunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. Jika dibutuhkan, tawarkanlah pada mahasiswa Anda langkahlangkah tentang bagaimana untuk menjelaskan proses mereka secara jelas.

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan suatu tema mikro. Suatu tema mikro adalah komposisi yang muat dalam kartu catatan berukuran lima kali delapan. Beberapa pengajar menilai tema mikro ini; sedangkan yang lainnya membuat salinan dari beberapa yang terbaik untuk dibagikan demi diskusi kelas. Beberapa saran untuk tugas tema mikro (diadaptasi Bean dkk., 1982):
mahasiswa untuk mengidentifikasi pikiran pokok dan pikiran tambahan. Tema mikro ringkasan dapat sangat bermanfaat ketika kelas mempelajari pandangan yang bertentangan.

Memeriksa Pemahaman Mahasiswa: Pertanyaan dan Diskusi


Tanyakanlah apakah mahasiswa memahami Anda. Dibandingkan pertanyaan umum, Ada pertanyaan?, tanyakanlah, Pertanyaan apa yang kalian miliki?. Jika banyak dari mahasiswa Anda yang terlihat bingung, tanyalah, Bisakah kalian beritahu saya, di bagian mana saya mulai kehilangan kalian sehingga saya bisa kembali ke bagian itu dan memahami kalian? Cobalah untuk menghindari mengajukan pertanyaan yang menempatkan mahasiswa sebagai pusat perhatian (Siapa yang belum mengerti?). (Sumber: Komisi Penelitian Nasional/National Research Council, 1997) Laksanakanlah sesi tanya jawab. Sediakanlah waktu sepuluh menit terakhir dari kelas
untuk sebuah analisis tentang efektivitas dari diskusi hari tersebut. Melaksanakan tanya jawab pada sesi berikutnya setelah ujian tengah semester akan memungkinkan Anda untuk dapat menggali lebih jauh tentang reaksi mahasiswa terhadap pertanyaanpertanyaan ujian dan kecukupan dari persiapan mereka.

Tema mikro ringkasan. Meringkas suatu artikel dalam beberapa kalimat menuntut

Tema mikro yang mendukung tesis. Mintalah mahasiswa untuk memilih salah satu dari hipotesis (pernyataan kemungkinan) tentang suatu topik dan mengumpulkan faktafakta demi mendukung posisi mereka. Dua contohnya: Diversifikasi potrtfolio secara acak (adalah/bukan adalah) lebih reliabel/dapat dipercaya dibandingkan diversifikasi terpilih. Unjuk kerja pendanaan yang saling menguntungkan lebih baik dibandingkan unjuk kerja penanam modal (investor) rata-rata.

310

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal

311

Mintalah mahasiswa untuk berpikir-berpasangan-berbagi. Ajukanlah pertanyaan, dan mintalah mahasiswa untuk memikirkan tentang pertanyaan tersebut (dan mungkin menuliskan beberapa ide), kemudian berpaling pada teman di tempat duduk sebelahnya dan berbagi pemikirannya. Selanjutnya pasangan itu melaporkan hasil diskusinya pada pasangan lainnya, jika ukuran kelas dan waktunya memungkinkan, hingga ke seluruh kelas. (Sumber: Maier dan Panitz, 1996; Millis dan Cottell, 1998)

Pengajar yang menggunakan strategi pemungutan suara, terutama clicker, melaporkan peningkatan partisipasi, kehadiran, pembelajaran, pengetahuan tentang pandangan orang lain, ketertarikan, dan motivasi mahasiswa. Beberapa pengajar telah merestrukturisasi perkuliahan kelas besar yang mereka ajar menjadi interaktif penuh menggunakan clicker. (Sumber: Caldwell, 2007; Duncan, 2005; Kam dan Sommer, 2006; Kellum dkk., 2001; Marmolejo dkk., 2004; Mehta, 1995; Meltzer dan Manivannan, 2002; Nicol dan Boyle, 2003; Robertson, 2000)

Memeriksa Pemahaman Mahasiswa: Menggunakan Teknologi


Doronglah mahasiswa untuk mencatat reaksi mereka terhadap sesi hari itu secara online.
Universitas Stanford telah mengembangkan Pengukur Ceramah (Learning Gauge) (http://ctl.stanford.edu/Faculty/lecture_gauge.html), pertanyaan-pertanyaan online yang meminta mahasiswa untuk menilai seberapa menantangkah ceramahnya, untuk mengindikasikan poin yang paling penting, dan untuk mengidentifikasi bagian ceramah yang sulit untuk diikuti. Respons mahasiswa akan anonym. Pengajar dapat secara cepat melihat data keseluruhannya.

Dengan sistem manajemen pembelajaran, rancanglah tugas atau kuis di awal dan akhir kelas (pre dan post). Beberapa sistem manajemen pembelajaran atau lingkungan belajar
dan kolaboratif memungkinkan Anda untuk merancang, mengatur, dan menilai kuis pilihan ganda secara online, dengan hasil yang dapat segera tersedia untuk Anda dan mahasiswa. Kuis di awal (pre-quiz) suatu bacaan akan membantu mahasiswa menyiapkan diri untuk kelas. Kuis di akhir (post-quiz) menjamin bahwa mahasiswa mengkaji ulang apa yang telah mereka pelajari.

Laksanakanlah pemungutan suara (polling) online. Pengajar dalam kuliah pengatar Biologi menciptakan sejumlah pertanyaan pilihan ganda tentang konsep-konsep kunci dalam halaman Web perkuliahannya. Mahasiswa memilih jawaban terbaik dan menilai seberapa yakin mereka bahwa jawabannya benar. Begitu mereka mengumpulkan jawabannya, mereka dapat melihat hasilnya: persentase mahasiswa yang memilih setiap pilihan respons dan suatu grafik yang menayangkan tingkat kepercayaan diri para respondennya. Jawaban yang benar tidak diberitahukan hingga pertemuan di kelas berikutnya, yang menjadi suatu hadiah/insentif bagi mahasiswa untuk hadir. Pertimbangkanlah strategi-strategi online untuk menggali lebih dalam pemahaman mahasiswa tentang informasi perkuliahan, menyediakan umpan balik perseorangan, dan melacak performa mahasiswa. (Sumber: Brewer, 2004; Hunt dan Pellegrino, 2002) Implementasikanlah pendekatan tepat pada waktunya Pengajaran tepat pada waktunya memungkinkan mahasiswa untuk memberi tahu Anda apa yang mereka tahu beberapa jam sebelum datang ke kelas, sehingga Anda dapat mengatur sesinya dengan sesuai. Teknik ini menuntut pengajar untuk mem-pos-kan secara online beberapa pertanyaan dengan jawaban singkat atau pilihan ganda sekali dalam seminggu. Mahasiswa mengumpulkan responsnya secara online setidaknya tiga jam sebelum kelas dimulai, dan pengajarnya menggunakan respons mereka untuk menyiapkan kelasnya. Selama kelas, respons yang dipilih kemudian ditampilkan (yang benar, sebagian benar, salah) dan digunakan untuk mengilustrasikan beragam poin dalam ceramah atau diskusi. Respons mahasiswa ini dinilai dan dikembalikan. Peneliti melaporkan bahwa mahasiswa menikmati proses dan manfaat dari menerima umpan balik yang segera dalam tingkat pemahaman mereka. (Sumber: Benedict dan Anderton, 2004; Komisi Penelitian Nasional/ National Research Council, 2003; Novak dkk., 1999)

Laksanakanlah pemungutan suara (polling) singkat, gunakanlah clicker (alat penghitung).


Jika ruang kelas Anda memiliki sistem nirkabel yang mendukung clickers yang dapat digenggam tangan (sistem respons elektronik pribadi), Anda dapat membuat pertanyaan pilihan ganda selama kelas dan meminta mahasiswa melaksanakan pemungutan suara untuk pilihan jawaban yang dianggap benar. Pemungutan suara akan secara langsung ditampilkan, biasanya dalam bentuk grafik batang. Jika pendapat mahasiswa terbagi, Anda dapat meminta mereka untuk mendiskusikan jawabannya dengan tetangga duduk mereka dan memberikan ulang suaranya, atau Anda dapat menunjuk mahasiswa yang memberikan jawaban berbeda dan meminta mereka untuk menjelaskan alasannya.

Karena mahasiswa membeli clicker dan membayar untuk mendaftarkan mereka dalam perkuliahan tertentu, pengajar merekomendasikan agar Anda menggunakan clicker secara rutin untuk membuat semua biayanya menjadi berharga. Beberapa sistem menyediakan catatan tentang respons setiap mahasiswa selama semester tersebut. Beberapa pengajar memberikan nilai untuk partisipasi kelas berdasarkan persentase pemungutan suara yang direspons oleh mahasiswa (di luar tingkat kebenaran dari respons mereka).

Memeriksa Pemahaman Mahasiswa: Sumber Daya


Berikanlah pengukuran sederhana buatan Anda sendiri untuk memastikan seberapa baik mahasiswa Anda belajar. Angelo dan Cross (1993) menjelaskan beragam
teknik pengukuran di kelas (CATs/classroom assessment techniques) yang mudah untuk diimplementasikan dan akan memberikan Anda umpan balik tentang bagaimana mahasiswa belajar. Mereka juga menjelaskan bagaimana Anda dapat mengembangkan pengukuran Anda sendiri. Sebagai contoh, Penggalian Pengetahuan Latar Belakang/ Background Knowledge Probe adalah kuesioner singkat yang diberikan pada mahasiswa di awal perkuliahan untuk mengukur pemikiran awal mereka tentang isi perkuliahan.

Di beberapa universitas, program pemungutan suara instan dimasukkan dalam telepon genggam mahasiswa. Pengajar lainnya meminta mahasiswa mengangkat tangan atau menampilkan tanda huruf (A, B, C, D) atau kartu respons.

312

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal


313

Konsultasikanlah kompilasi di Web. Sumber-sumber lainnya tentang teknik pengukuran informal disajikan oleh FLAG (Field-tested Learning Assessment Guide/Panduan Pengukuran Pembelajaran yang Diuji di Lapangan) di www.flaguide.org; kompilasi strategi-strategi yang dihasilkan oleh pengajar untuk mengevaluasi pembelajaran mahasiswa ini terutama sesuai untuk perkuliahan dalam Sains, Matematika, Teknik, dan Teknologi.

Daftar Referensi
Angelo, T A. Introduction and Overview: From Classroom Assessment to Classroom Research. in T. A. Angelo (Ed.), Classroom Research: Early Lessons from Success. New Direc tions for Teaching and Learning, no. 46. San Francisco: Jossey-Bass, 1991. Angelo, T A., and Cross, K. P . Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teacher. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Bean, J. C., Drenk, D., and Lee, F. D. Microtheme Strategies for Developing Cognitive Skills. In C.W. Griffin (Ed.), Teaching Writing in All Disciplines. New Directions for Teaching and Learning, no.12.San Francisco: Jossey-Bass,1982. Benedict, J. O., and Anderton, J. B. Applying the just-in-Time Teaching Approach to Teach ing Statistics. Teaching of Psychology, 2004, 31(3),197-199. Black, P . and Wiliam, D. Assessment and Classroom Learning. Assessment in Education: Prin ciples, Policy and Practice, 1998, 5(1), 7-74. Brewer, C. A. Near Real-Time Assessment of Student Learning and Understanding in Biol ogy Courses. BioScience, 2004, 54(11),1034-1039. Caldwell, J. E. Clickers in the Large Classroom: Current Research and Best-Practice Tips. CBE-Life Sciences Education, 2007, 6(1), 9-20. Chizmar, J. F., and Ostrosky, A. L. The One Minute Paper: Some Empirical Findings. Journal of Economic Education, Winter 1998, 29(1), 3-10. Costello, M. L., Weldon, A., and Brunner, P . Reaction Cards as a Formative Evaluation Tool: Students Perceptions of How Their Use Impacted Classes. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2002, 27(1), 23-33. Davis, B. G., Wood, L., and Wilson, R. ABCr of Teaching with Excellence: A Berkeley Compendium of Suggestions for Teaching with Excellence. Berkeley: Office of Educational Development, Uni versity of California, 1983. http://teaching.berkeley.edu/compendium/ Duncan, D, Clickers in the Classroom. San Francisco: Addison Wesley, 2005. George, J. W., and Cowan, J. A Handbook of Techniques for Formative Evaluation. Sterling, VA: Stylus, 1999. Hunt, E., and Pellegrino, J. W. Issues, Examples and Challenges in Formative Assessment. New Direc tions for Teaching and Learning, no. 89. San Francisco: Jossey-Bass, 2002, pp. 73-85. Kam, C. D., and Sommer, B. Real-Time Polling Technology in a Public Opinion Course. PS: Political Science a and Politics, 2006, 39(1), 113-117. Kellum, K. K., Care J. E., and Dozier, C. L. Response-Card Instruction and Student Learning in a College Classroom. Teaching of Psychology, 2001, 28(2), 101-104. Lancaster, O. E. Effective Teaching and Learning. New York: Gordon and Breach, 1974. Maier, M. H., and Panitz, T. End on a High Note: Better Endings for Classes and Courses. College Teaching, 1996, 44(4), 145-148.

Marmolejo, E. K., Wilder, D. A., and Bradley, L. A Preliminary Analysis of the Effects of Response Cards on Student Performance and Participation in an Upper Division Univer sity Course. Journal of Applied Behavior Analysis, 2004, 37(3), 405- 110. Mehta, S. I. A Method for Instant Assessment and Active Learning. Journal of Engineering Education, 1995, 84(3), 295-298. Meltzer, D. L., and Manivannan, K. Transforming the Lecture-Hall Environment: The Fully Interactive Physics Lecture. American Journal of Physics, 2002, 70(6), 639-654. Millis, B. J., and Cottell, P G. Jr. Cooperative Learning for Higher Education Faculty. American Council on Education and Oryx Press, 1998. Mosteller, E The Muddiest Point in the Lecture as a Feedback Device. On Teaching and Learning, April Vol. 3, 1989, 10-21. National Research Council. Science Teaching Reconsidered: A Handbook. Washington, DC: National Academy Press, 1997. National Research Council Evaluating and Impot Undergraduate Teaching in Science, Technology Engneering, and Mathematics. Washington, DC: National Academy Press, 2003. Nicol, D. J., and Boyle, J. T. Peer Instruction versus Class-Wide Discussion in Large Classes: A Comparison of Two Interaction Methods in the Wired Classroom. Studies in Higher Education, 2003, 28(4), 157-473. Novak, G. M., Patterson, E.T., Gavrin, A. D., and Christian, W. Just-in-time Teaching: Blending Active Learning with Web Technology. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1999. Robertson, L. J. Twelve Tips for Using a Computerized Interactive Audience Response Sys tem. Medical Teacher, 2000, 22(3), 237-239. Shepard, L. A. Classroom Assessment. In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th cd) Westport, CT: American Council on Education/Praeger, 2006. Stead, D. R. A Review of the One-Minute Paper. Active Learning in Higher Education, 2005, 6(2), 118-131.

314

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mobile Learning (M. Learning)

315

33
Mobile Learning (M. Learning)

mahasiswanya yang membawa laptop untuk duduk di mana layar mereka dapat dipantau. (Sumber: Fried, 2008; Young, 2006)

Jika Anda mengizinkan alat genggam, tetapkanlah tata aturan etikanya. Pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa di awal semester untuk menetapkan aturan-aturan yang menciptakan penggunaan alat-alat genggam di dalam ruang kelas yang menghargai. Atau, nyatakanlah aturan Anda di dalam silabus, dan aculah aturan-aturan tersebut pada hari pertama di kelas. Aturan-aturan berikut ini diadaptasi dari Bloom (2007), Efaw, Hampton, Martinez, dan Smith (2004), Hembrooke dan Gay (2003), Lang (2001), Rubinstein, Meyer, dan Evans (2001), dan hasil diskusi dalam listserv UC Berkeley:
Tekankanlah bahwa penggunaan alat elektronik oleh mahasiswa untuk tujuan yang tidak relevan dengan perkuliahan mutlak harus dijaga hingga batas minimum. Mintalah mahasiswa untuk mengatur nada suara teleponnya dengan nada diam (silence). Beritahukanlah hasil penelitian tentang perpindahan tugas yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang melakukan banyak kegiatan sekaligus (multitasking) belajar lebih sedikit secara signifikan dan memperoleh hasil ujian lebih rendah dibandingkan mahasiswa yang hanya berfokus pada tugas kelasnya. Gunakanlah kegiatan sederhana untuk menunjukkan bagaimana bekerja pada banyak tugas sekaligus (multitasking) kurang efektif dibandingkan bekerja pada satu tugas saja (single tasking): Mintalah mahasiswa untuk menghitung dari satu hingga sepuluh, kemudian minta mereka menyebutkan huruf-huruf dari A sampai J. Masing-masing tugas itu membutuhkan waktu sekitar lima detik. Selanjutnya, mintalah mahasiswa untuk bergantian melaksanakan tugasnya: A, 1, B, 2, C, 3, . Kegiatan ini akan membutuhkan lebih banyak waktu karena tambahan waktu yang diperlukan untuk bertukar ke tugas sebelumnya dan kembali lagi. Mintalah mahasiswa untuk mematikan layar dan alat-alat elektronik mereka selama sebagian dari sesi kelas; berilah perkecualian, jika dibutuhkan, untuk mahasiswa dengan berkebutuhan khusus. Tunjukkanlah bagaimana laptop dapat mengalihkan perhatian dari mahasiswa yang duduk di dekatnya. Mintalah mahasiswa yang menggunakan laptop untuk menempatkan diri di bagian pinggir sehingga Anda dapat mempertahankan kontak mata. Tetapkanlah konsekuensi untuk penggunaan yang tidak sesuai. Rancanglah tugas di dalam kelas yang menggunakan laptop atau alat lainnya untuk pasangan atau kelompok kecil; latihan seperti ini akan mengurangi kesempatan mahasiswa untuk menggunakan peralatan mereka secara tidak sesuai. Berjalanlah berkeliling ruangan selama kelas berlangsung dan berdirilah di bagian belakang ruangan selama waktu tertentu.

Teknologi perangkat teknologi informasi genggam dan bergerak (mobile) menawarkan suatu cara untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan interaktif baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Generasi terkini dari berkomputer nirkabel (wireless) dan alat komunikasi yang dapat dibawa-bawa (portable) seperti laptop/tablet, PDA (personal digital assistant/asisten digital pribadi), telpon genggam, kamera digital, pemutar MP3, iPod, iPhone, pembaca buku elektronik kecil, dan beragam alat multifungsi.

Alat-alat genggam (mobile) dapat digunakan untuk memfasilitasi umpan balik atau penguat cepat; menyampaikan demonstrasi dan kuis interaktif; menyediakan pengalaman yang memikat (contohnya, bahasa asing); memperkaya pembelajaran di luar ruang kelas (contohnya, pengumpulan data di lapangan); dan berbagi informasi (contohnya, silabus, tugas, dan jadwal). Tentu saja, alat-alat ini dapat juga mengganggu pembelajaran ketika mahasiswa malah berbelanja online, berkirim e-mail, atau bermain selama kelas berlangsung. Beberapa mahasiswa bahkan dapat merasa gembira terlewat pertemuan di kelas jika mereka dapat melihat webcast-nya semau mereka.

Strategi-strategi Umum
Tentukanlah bagaimana perasaan Anda tentang mahasiswa menggunakan alat genggam (mobile) dalam kelas Anda. Meskipun Anda ingin meniadakan mahasiswa yang berbelanja
melalui laptop mereka, berkirim pesan melalui telepon genggamnya, dan terlibat dalam kegiatan elektronik lainnya selama kelas berlangsung, menyingkirkan alat-alatnya bisa jadi bukan solusi yang terbaik. Anda tidak dapat memaksa mahasiswa untuk memerhatikan jika mereka tidak mau. Bahkan jika Anda melarang semua peralatan elektronik, mahasiswa akan tetap melamun, berbisik, dan menyebarkan catatan. Melarang alat-alat elektronik juga dapat menimbulkan masalah komunikasi pada keadaan darurat. Bagaimanapun, beberapa pengajar yang melarang penggunaan laptop dalam kelas merasa bahwa mahasiswa lebih tertarik dan terlibat sebagai hasilnya. Pengajar lainnya menggunakan piranti lunak yang memungkinkan mereka untuk melihat program apa yang sedang dijalankan di laptop mahasiswa, untuk menghalangi (mem-block) aplikasi tertentu, dan untuk me-nonfungsi-kan laptop tertentu. Pengajar yang lain lagi meminta

Cobalah untuk mengantisipasi tantangan-tantangan teknis. Jika Anda akan menggunakan teknologi genggam (mobile) dalam kelas Anda, mintalah saran dari staf bagian

316

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mobile Learning (M. Learning)

317

teknologi di kampus Anda tentang bagaimana untuk menangani permasalahan seperti hubungan nirkabel yang tidak dapat diandalkan, perbedaan di antara alat-alat mahasiswa, perlindungan dan cadangan data, dan sejenisnya. (Sumber: Caudill, 2007; Corbeil dan Valdes-Corbeil, 2007; Reeves dan Ward, 2005; Rekkedal dan Dye, 2007)

Pengajar berpengalaman menawarkan saran-saran sebagai berikut (diadaptasi dari Bell dkk., 2007; Corbeil dan Valdes-Corbeil, 2007; Eisenberg, 2007; Frydenberg, 2006; Staley, 2007): Pilih atau ciptakanlah podcast berdasarkan asumsi bahwa banyak mahasiswa akan mengakses materi tersebut dari alat genggam (mobile) sambil mereka melakukan kegiatan lainnya (seperti dalam perjalanan, berolahraga, atau melakukan pekerjaan rumah). Dengan kata lain, mengasumsikan bahwa mahasiswa tidak dapat materi yang kompleks atau mengambil catatan. Pilih atau ciptakanlah podcast yang menyediakan materi pelengkap: wawancara dengan ahli, pembicara tamu, debat, klip film, berita dengan topik tertentu, dan seterusnya. Batasilah isi dari podcast pelengkap hingga beberapa tema utama saja. Jika dibutuhkan, bagilah topik atau presentasi menjadi bagian-bagian pendek (masingmasing 10 hingga 15 menit) dan ciptakanlah serangkaian podcast, yang darinya, mahasiswa dapat memilih topik yang menarik minat mereka. Jika Anda akan menciptakan podcast pelengkap buatan Anda sendiri, buatlah ringkasan per minggu dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama jam kerja, tawarkanlah contoh singkat dari unit yang akan datang, atau berikanlah kajian ulang sebelum ujian. Jika Anda akan merekam keseluruhan ceramah Anda, manfaatkanlah piranti lunak penangkap ceramah (lecture capture) yang merekam baik kata-kata maupun gambar digital. Piranti lunak seperti itu mengkategorikan kata-kata sehingga mahasiswa dapat mencari istilah atau bagian tertentu ketika mereka menayangkan ulang wawancara tersebut.

Contoh-contoh Mobile Learning


Laptop. Pengajar dapat memfungsikan laptop-laptop mahasiswa untuk bekerja dalam
beragam cara (Barak dkk., 2006; Efaw dkk., 2004; Felder dan Brent, 2005; Nilson dan Weaver, 2005): Meminta mahasiswa untuk berbagi akses tentang suatu informasi atau untuk menemukan fakta-fakta secara online (misalnya, dalam kelas Psikologi tentang kekurangan tidur, seorang pengajar menanyakan, Siapa yang memiliki catatan terpanjang tidak tidur selama berjam-jam berturut-turut?, Apakah lima ciri utama dari kekurangan tidur?). Melaksanakan pencarian online menggunakan sumber daya berupa situs Web perpustakaan atau akademik. Mengerjakan permasalahan menggunakan piranti lunak lembar distribusi (spreadsheet software). Mengerjakan kuis online. Melaksanakan eksperimen dalam laboratorium sains virtual. Menampilkan gambar dank lip video online. Meminta pertanyaan-pertanyaan anonim dari mahasiswa selama kelas berlangsung. Meminta mahasiswa untuk menghasilkan simulasi grafis (bergambar) dari proses matematika. Melaksanakan perbincangan umum/publik atau pesan teks pribadi melalui jalur belakang yang memberikan komentar tentang ceramah atau demonstrasi. Meminta mahasiswa bekerja dalam kelompok kecil yang menempati posisi mendukung atau menentang suatu permasalahan, dan mem-pos-kan poin-poin kunci mereka dalam suatu papan diskusi online.

Podcast. Podcast adalah program audio atau video digital (terkadang disebut vodcast) yang
dapat diakses melalui alat-alat genggam (mobile) sesuai kenyamanan pendengar atau penontonnya. Kantor-kantor teknologi pengajaran di beberapa kampus menjaga daftar alamat podcast, yang melaluinya, pengajar dapat memilih hal-hal yang sesuai dengan perkuliahan mereka. Sebagai tambahan, podcast pengajaraan tersedia di iTunesU dan YouTube, di mana, berbagai universitas memiliki halaman mereka sendiri-sendiri yang berisi daftar perkuliahan, pembicara, dan kejadian. Pengajar dengan minat, waktu, dan keterampilan juga dapat menciptakan podcast mereka sendiri atau membantu mahasiswa menciptakan podcast tentang topik terkait perkuliahan. UCLA dan Universitas Purdue menawarkan informasi tentang menciptakan podcast.

Telepon genggam sebagai alat terpadu. Telepon multifungsi dapat digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi data; mengunduh musik; menerima dan mengirim pesan singkat (SMS) dan e-mail; mengakses internet; menayangkan video; menyiarkan video secara langsung (live); konferensi melalui video (video conference); menerima dan mengirimkan sinyal pemindai global; menerima peringatan tentang keamanan kampus; menggantikan clicker sebagai alat perespons kelas; mengirimkan kabar-kabar terbaru terus-menerus; menjelajahi jaringan sosial telepon genggam; dan melaksanakan urusan kelas (menemukan nilai, mendaftar, menambah/membuang kelas, menggunakan sistem manajemen isi). Pengajar juga menggunakan telepon genggam untuk memberikan kuis pada mahasiswa selama kelas berlangsung; menugaskan mahasiswa untuk mengambil foto-foto selama kunjungan lapangan dan langsung mengirimkan hasil gambarnya tersebut pada pengajar; serta mengirimkan pesan singkat pada mahasiswa jika dibutuhkan.

Tak peduli seberapa sering Anda meminta mahasiswa untuk mengubah nada dering teleponnya menjadi diam, Anda akan tetap mendengar suara nada dering selama dalam kelas. Beberapa pengajar mengusulkan suatu hukuman (mahasiswa yang melanggar harus menyediakan makanan ringan bagi seluruh kelas untuk sesi berikutnya), dan yang lain menggunakan interupsi tersebut sebagai kesempatan untuk mengkaji ulang dan

318

Bagian VI: Meningkatkan Pembelajaran dan Motivasi Mahasiswa

Mobile Learning (M. Learning)


319

berinteraksi dengan mahasiswa, menanyakan, Siapa yang dapat merangkum poin-poin sebelumnya? atau Apakah hal terakhir yang Anda tuliskan di catatan Anda?(Sumber: Bloom, 2007; Campbell, 2006; Fischman, 2007)

Staley, L. Blended Learning Guide. Duhlin, OH: OCLCOnline Computer Library Center, 2007. Young, J. R. The Fight for Classroom Attention: Professor vs. Laptop. Chronicle of higher Education, June 2. 2006, 52(39), A27.

Daftar Referensi
Barak, M., Lipson, A., and Lerman, S. Wireless Laptops as Means for Promoting Active Learning in Large Lecture Halls. Journal of Research on Technology in Education, 2006, 38(3), 215-262. Bell, T., Cockburn, A., Wingkvist, A., and Green, R. Podcasts as a Supplement in Tertiary Education: An Experiment with Two Computer Science Courses. Paper presented at the conference on Mobile Learning Technologies and Applications, Massey University, Auckland, New Zealand, 2007. Bloom, A. Making Cell Phones in the Class a Community Builder. Teaching Professor, Mar. 2007, 4. Campbell, S. Perceptions of Mobile Phones in College Classrooms: Ringing, Cheating, and Classroom Policies. Communication Education, 2006, 55(3), 280-294. Caudill, J. G. The Growth of in-Learning and the Growth of Mobile Computing: Parallel Developments. International Review of Research in Open and Distance Learning, 2007, 8(2), 1-13. Carbeil, J. R., and Valdes-Corbeil, M. E. Are You Ready for Mobile Learning? Educause Quarterly, 2007, 30(2), 51-60. Efaw, J., Hampton, S., Martinez, S., and Smith S. Miracle or Menace Teaching and Learning with Laptop Computers in the Classroom. Educause Quartely, 2004, 27(3). 10-18. Eisenberg, A. What Did the Professor Say? Check Your iPod. New York Times, Dec. 9, 2007. Felder, R. M., and Brent, R. Screens Down Everyone: Effective Uses of Portable Computers in Lecture Classes. Chemical Engineering Education, 2005, 39(3), 200-201. Fischmau, J. The Campus in the Palm of Your Hand. Chronicle of Higher Education, May 11, 2007, A41-A42. Fried, C. B. In-Class Laptop Use and Its Effects on Student Learning. Computers and Education, 2008, 50(3), 906-914. Frydenberg, M. Principles and Pedagogy: The Two Ps of Podcasting in the Information Technology Classroom. In the Proceedings of the 23rd Amoral Conference of Information Systems Educators, Dallas, TX, 2006. Hembrooke, H., and Gay, G. The Laptop and the Lecture: The Effects of Multitasking in Learning Environments. Journal of Computing in Higher Education, 2003,15(1),16-64. Lang, A. The Limited Capacity Model of Mediated Message Processing. Journal of Communication, 2001, 50(1), 46-70. Nilson, L. B., and Weaver, B. E. (Eds). Enhancing Learning with Laptops in the Classroom. New Directions for Teaching and Learning, no. 101. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Reeves, J., and Ward, C. R. Wireless in the Lecture. In N. J. Pienta, M. M. Cooper, and T. J. Greenbowe (Eds.), Chemists Guide to Effective Teaching. Upper Saddle River, N?J: Prentice Hall, 2005. Rekkedal, R., and Dye, A. Mobile Distance Learning with PDAs: Development and Testing of Pedagogical and System Solutions Supporting Mobile Distance Learners. International Review of Research in Open and Distance Learning, 2007, 8(2), 1-26. Rubinstein, J. S., Meyer, D. E., and Evans, J. E. Executive Control of Cognitive Processes in Task Switching. Journal of Experimental Psychology: Human Perception and Performance, 2001, 27(4), 763797.

Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan

321

BAGIAN VII

Menguatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Menulis dan Memecahkan Masalah


34. Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan 35. Merancang Tugas Menulis yang Efektif 36. Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa 37. Tugas Rumah: Paket Permasalahan

322

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan

323

34
Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan

Dalam setiap disiplin akademik, tugas menulis dapat membantu mahasiswa menguasai materi baru, menyusun dan memperjelas pemikirannya, menunjukkan (mendemonstrasikan) kreativitas, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Anda tidak harus menjadi ahli dalam menulis, atau bahkan seorang penulis yang kuat, untuk membantu mahasiswa Anda mengembangkan keterampilan menulis mereka. Teknikteknik berikut ini menggambarkan bagaimana untuk menggabungkan kegiatan menulis ke dalam perkuliahan Andatanpa menambah terlalu banyak waktu yang perlu Anda berikan untuk menilai dan mengkaji ulang pekerjaan mahasiswa.

Strategi-strategi Umum
Pandanglah kegiatan menulis sebagai inti pembelajaran. Persyaratkanlah kegiatan menulis
selama semester berlangsung, sebagai tambahan terhadap ujian atau makalah akhir semester, dan berilah tugas menulis, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Ketika mahasiswa menulis untuk belajar, Anda tidak perlu untuk mengumpulkan atau membaca pekerjaan mereka. Saran untuk disiplin ilmu spesifik tentang bagaimana menggabungkan kegiatan menulis ke dalam sains tersedia untuk perkuliahan Biologi (Holyoak, 1998; Moore, 1994); Kimia (Kovac dan Sherwood, 1999); Fisika (Becker, 1995); dan Matematika (Artzt, 1994; Green, 2002; Panitz, 2001)

Diskusikanlah standar umum untuk tulisan yang baik. Definisikanlah apa yang disebut
tulisan yang baik, berdasarkan konteks, tujuan, dan pembaca yang sesuai dengan perkuliahan dan disiplin ilmu Anda. Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa Anda menghargai kejelasan, organisasi yang baik, dan penggunaan yang tepat. Jangan biarkan mahasiswa Anda mundur kembali akibat rasionalisasi tentang struktur kalimat (grammar), ejaan, dan diksi, yang hanya penting dalam kelas Bahasa Inggris.

Tunjukkanlah pada mahasiswa bahwa Anda menghargai tulisan mereka. Baik secara terbuka maupun secara perseorangan, pujilah mahasiswa yang tulisannya menunjukkan usaha yang produktif. Berikanlah contoh-contoh yang baik pada kelas dan tunjukkanlah apa yang bagus dari contoh tersebut. Dalam silabus, di hari pertama kelas, dan sepanjang

324

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan

325

semester, ingatkanlah mahasiswa untuk memberikan usahanya yang terbaik dalam mengekspresikan dirinya melalui tulisan.

Memperbaiki rancangan dengan mengembangkan ide, memperjelas makna, mengorganisasikan ulang Mengedit (melakukan pemeriksaan ulang) Menyajikan karya yang telah selesai pada pembaca (Sumber: Elbow, 1998)

Tanyakanlah pada mahasiswa tentang pandangan mereka terhadap menulis. Banyak


mahasiswa memiliki ketakutan tertentu tentang menulis secara akademis. Selama jam kerja, dalam kelas, atau di papan diskusi online, Anda dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut (diadaptasi dari OFarrell, 2005; Situating Student Writers/ Menempatkan Penulis Mahasiswa, 2003):

Berbagilah cerita tentang usaha Anda sendiri dalam menangani topik-topik yang sulit.
Mahasiswa tingkat sarjana cenderung meremehkan waktu dan usaha yang dibutuhkan kegiatan menulis. Diskusikanlah pengalaman Anda: jumlah rancangan yang Anda tuliskan sebelum mengumpulkan suatu artikel untuk dipublikasikan, proses pengkajian oleh pihak eksternal, dan perbaikan-perbaikan yang Anda buat setelah melihat komentar para pengkaji. Seorang tenaga pengajar menulis satu penelitian baru selama kerangka waktu yang sama dengan waktu mahasiswanya menyelesaikan makalah penelitian mereka, mengikuti langkah-langkah yang sama, dan berbagi dengan mahasiswanya tentang tantangan-tantangan yang dihadapinya serta rancangan-rancangannya. (Sumber: Edwards, 2002)

Kekhawatiran apa yang Anda miliki tentang tugas menulis yang akan Anda selesaikan di semester ini? Menulis itu seperti (mintalah mahasiswa untuk menuliskan respons singkat). Menjelaskan pengalaman menulis Anda yang terbaik dan mengapa itu sangat baik.

Pekalah terhadap kebutuhan mahasiswa berkebutuhan khusus. Beragam kebutuhan khusus dapat memengaruhi keterampilan mahasiswa dalam mengorganisasikan, mengekspresikan, atau memilih kata. Anda dapat membantu mahasiswa berkebutuhan khusus, dan semua mahasiswa, dengan menggabungkan kegiatan menulis dalam kelas yang tidak dinilai atau diberi bobot minimal, memberikan instruksi yang jelas tentang bagaimana mahasiswa dapat menyelesaikan latihan tersebut, dan menyediakan kesempatan untuk menilai diri sendiri. Lihatlah Bab 6, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus. (Sumber: Lewiecki-Wilson dan Brueggernann, 2008)

Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk membicarakan tentang perkembangan tugas mereka. Mahasiswa perlu berbicara dengan teman sebayanya tentang tulisan/
makalah yang sedang mereka kerjakan, dan mereka mendapatkan keuntungan dari mendengarkan atau membaca apa yang telah ditulis oleh temannya. Berilah mahasiswa waktu dalam atau setelah pertemuan di kelas untuk membicarakan tentang apa yang mereka rencanakan untuk ditulis atau untuk saling membaca rancangan mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Ciptakanlah papan bulletin online untuk mahasiswa menyajikan karya yang telah selesai pada orang lain.

Mengajarkan Dasar-dasar Menulis


Sediakanlah bimbingan di sepanjang proses penulisan. Setelah Anda memberikan tugas menulis formal, diskusikanlah manfaat dari garis besar dan catatan; bagaimana untuk memilih dan memfokuskan suatu topik; bagaimana menggunakan sumber daya yang ada dengan tepat; dan bagaimana untuk mengkaji ulang dan merevisi (memperbaiki). Mahasiswa cenderung lebih belajar dari bimbingan dan umpan balik selama masa perancangan dan perbaikan; sebaliknya, kebanyakan mahasiswa kurang tertarik pada komentar-komentar yang mereka peroleh setelah tugasnya dikumpulkan dan dinilai. Ingatkanlah mahasiswa bahwa menulis adalah suatu proses yang membantu kita memperjelas/mengklarifikasi ide. Jelaskanlah bahwa menulis adalah kegiatan yang berat,
kompleks, tidak lurus yang berisi awalan-awalan yang salah. Doronglah mahasiswa untuk melihat kegiatan menulis sebagai suatu proses-bukan suatu hasil/produksebagai suatu cara belajar dan menemukan apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui. Diskusikanlah langkah-langkah utama dari proses tersebut: Mengembangkan ide Menemukan suatu fokus dan sebuah tesis (perkiraan awal) Menyusun suatu rancangan Meminta umpan balik dan komentar dari mahasiswa lain

Bantulah mahasiswa mengembangkan jadwal menulis. Kalkulator (alat penghitung) Tugas online yang dikembangkan oleh Universitas Minnesota (www.lib.umn.edu/help/ calculator/) membagi tugas menulis menjadi bagian komponen-komponennya (seperti menulis pernyataan tesis/perkiraan awal, mengidentifikasi sumber-sumber), menetapkan tenggat waktu untuk setiap langkah (berdasarkan tenggat waktu pengumpulan tulisan), dan menyediakan sumber online untuk setiap tugas. Jelaskanlah pernyataan tesis. Salah satu kesulitan yang paling umum yang menyulitkan
penulis kalangan mahasiswa adalah ketiadaan pernyataan tesis/perkiraan awal atau pilihan dari suatu tesis yang masih luas (Asuransi kesehatan adalah masalah yang besar). Definisikanlah istilah pernyataan tesis bagi mahasiswa Anda (contohnya, suatu pernyataan tesis mendukung, atau menggeneralisasikan, sesuatu yang oleh tulisan tersebut dicoba untuk didukung), dan berilah contoh-contoh pernyataan tesis yang sesuai untuk suatu tugas. Metode tiga langkah dapat menolong mahasiswa memahami perbedaan antara suatu topik dengan tesis:

Topik: Pilihan karier yang dibuat oleh dokter muda Pertanyaan bagaimana/how dan mengapa/why: Mengapa lebih sedikit dokter muda yang memasuki praktik secara umum?

326

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan

327

Jawaban pertanyaan (= tesis): Dokter muda beralih dari praktik umum karena sistem kompensasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi kesehatan lebih menguntungkan praktisi spesialis dibandingkan umum.

Doronglah kerincian/spesifikasi. Laranglah mahasiswa menggunakan bahasa yang abstrak,


berlebihan, atau terlalu akademis. Jelaskanlah bahwa generalisasi (proses penyamaan reaksi terhadap penyebab yang sama di beragam situasi) perlu untuk didukung oleh bukti yang spesifik, contoh, dan detail konkret. Kaji ulang jenis bukti yang paling relevan dengan perkuliahannya.

tanpa komputer. Ingatkanlah mahasiswa bahwa pemeriksa ejaan tidak bisa membedakan antara role dan roll dan bahwa pemeriksa tata kalimat (grammar) dan gaya bukanlah alat yang efektif. Selain itu, biarkan pula mahasiswa mengetahui bahwa pengeja teknologi (B4, CU, dsb.), yang merupakan hal yang umum dalam pengiriman pesan singkat, tidak memadai untuk menulis di kampus.

Tekankanlah nilai dari revisi/perbaikan. Aturlah tenggat-tenggat waktu dari suatu


proyek menulis sehingga mahasiswa akan memiliki waktu untuk merevisi. Sebagai contoh, mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan garis besar dan rancangan awal dari tulisannya untuk Anda kaji atau untuk dikritisi teman-temannya. Sediakanlah daftar periksa bagi mahasiswa untuk mengkaji ulang tulisan mereka, dan mintalah agar daftar tersebut diisi dan ditandatangani oleh pengkaji dari pihak luar yang dipilih oleh mahasiswanya sendiri. Atau berilah mahasiswa pilihan untuk merevisi satu tugas selama periode semester tersebut untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi.

Putuskanlah apakah Anda akan menggunakan piranti lunak blogging atau tidak. Piranti lunak blogging dapat memfasilitasi kegiatan berbagi karya tulis. Ingatlah, setidaknya satu orang tenaga pengajar telah mengidentifikasi kelemahan blog dan menyimpulkan bahwa blog hanya bermanfaat secara pedagogik (bermanfaat bagi pembelajaran) pada kondisi yang sangat spesifik. (Sumber: Dawson, 2007; Ferdig dan Trammell, 2004; Martindale dan Wiley, 2005)

Latihan Menulis di dalam Kelas


Berikanlah tugas menulis singkat yang tidak dinilai. Tumbuhkanlah kebiasaan menulis pada mahasiswa. Latihan tiap minggu membantu mahasiswa memperjelas pemikirannya dan meningkatkan pembelajarannya. Penelitian melaporkan bahwa kegiatan menulis selama lima menit setiap minggunya (empat puluh lima menit per seperempat) mengarahkan pada nilai ujian yang lebih tinggi. Mahasiswa dapat diminta untuk mengemukakan pendapat mereka tentang kontroversi terkini dalam bidangnya, mengaplikasikan suatu konsep dari perkuliahan ke dalam pengalaman mereka sendiri, dan menentukan posisi setelah mendengar atau membaca tentang sudut pandang yang bertentangan. Kegiatan menulis informal lainnya dijelaskan dalam bagian ini. Berilah mahasiswa nilai untuk latihan menulis tanpa menghabiskan waktu untuk membaca atau menilainya. (Sumber: Drabick dkk., 2007) Mintalah mahasiswa untuk menuliskan apa yang mereka ketahui tentang suatu topik sebelum Anda mendiskusikannya. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan satu atau dua
paragraf dari apa yang mereka ketahui tentang suatu topik atau pendapat apa yang mereka miliki. Karena tujuan dari latihan ini adalah untuk memfokuskan perhatian mahasiswa, tidak ada alasan untuk mengumpulkan hasil kerja mereka. (Sumber: Tollefson, 2002)

Merujuk Mahasiswa pada Sumber Dayanya


Distribusikan dan rekomendasikanlah bahan untuk menggiatkan praktik menulis yang baik. Mintalah pada jurusan Bahasa Inggris, program komposisi, atau pusat menulis
di kampus Anda untuk lembar saran atau bahan-bahan lain yang bisa diposkan secara online. Kecuali Anda telah memiliki kesukaan/favorit, mintalah pada sumber-sumber tersebut untuk merekomendasikan buku singkat tentang menulis yang sesuai bagi mahasiswa Anda. Sebagai contoh, Lanham (2000, 2006, 2007), Elbow (1998), dan Fulwiler (2002) telah menulis buku yang dapat berguna. Jika sumber daya online milik institusi Anda kurang memadai bagi penulis mahasiswa, lihatlah bahan di situs Web kampus lain, termasuk the Online Writing Lab (Laboratorium Menulis Online) oleh Universitas Purdue, the Writing Center (Pusat Menulis) di Institut Politeknik Rensselaer, Writing Tutorial Service (Jasa Pengajaran Menulis) di Universitas Indiana, Bloomington, dan the Center for Writing (Pusat Menulis) di Universitas Minnesota. Jika kampus Anda tidak memiliki daftar panduan menulis yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu, berkonsultasilah pada daftar dari kampus lain, seperti Style Manuals and Citation Guides (Manual Gaya dan Panduan Mengutip) Perpustakaan Universitas Duke (2007)

Mintalah mahasiswa untuk merespons pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan selama kelas berlangsung, dalam bentuk tulisan. Di awal kelas, tampilkan dua atau tiga pertanyaan
yang membutuhkan jawaban singkat dan mintalah mahasiswa untuk menuliskan jawaban mereka. Pertanyaannya dapat menuntut pengkajian ulang dari materi yang telah dibahas sebelumnya atau menguji ingatan mahasiswa tentang bacaan yang ditugaskan. Meminta mahasiswa untuk menuliskan jawaban mereka juga membantu menghasilkan diskusi yang lebih hidup karena mahasiswa telah memiliki kesempatan untuk memikirkan tentang materinya. (Sumber: Tollefson, 2002)

Beritahukanlah pada mahasiswa tentang jasa pengajaran dari kampus. Kebanyakan kampus memberikan pengajaran menulis baik perseorangan maupun dalam kelompok. Cari tahulah bantuan apa yang ditawarkan Pusat Menulis kampus Anda dan desak mahasiswa Anda untuk mendaftarkan dirinya untuk meminta bantuan. Poskan informasi atau mintalah Pusat Pengajaran untuk memberikan presentasi di kelas Anda. Berilah poin-poin tentang keterbatasan piranti lunak (software) komputer. Tekankanlah bahwa mahasiswa melakukan pemeriksaan ejaan dengan komputer dan membaca ulang

Mintalah mahasiswa untuk menulis dari posisi pro dan kontra. Ketika suatu argumentasi/
pendapat telah disajikan di depan kelas, berhentilah untuk beberapa menit dan mintalah mahasiswa untuk menuliskan pendapat tersebut dan bukti yang mendukung

328

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan

329

satu sisi atau sisi lainnya. Gunakanlah pernyataan tersebut sebagai dasar diskusi. (Sumber: Tollefson, 2002)

Selama kelas berlangsung, berikanlah jeda untuk menulis selama tiga hingga menit.
Mintalah mahasiswa untuk menulis selama beberapa menit tentang pertanyaan yang diajukan atau suatu topik. Beritahu mereka untuk menulis dengan bebas, tanpa berhenti dan tanpa mengkhawatirkan organisasi atau tata bahasa dari tulisannya. Para ahli menulis meyakini bahwa bentuk menulis bebas seperti ini membantu mahasiswa mensintesis beragam pemikiran dan mengidentifikasi poin yang tidak mereka pahami. Tidak usah mengumpulkan tugas ini. (Sumber: Tollefson, 2002)

teman untuk setiap anggota kelompoknya. Jelaskanlah bahwa langkah paling penting untuk dilakukan para pengkaji adalah untuk memerhatikan bagian mana dari rancangan tersebut yang paling kuat dan untuk menjelaskan pada penulisnya mengapa hal tersebut berhasil. Sebagai tambahan, sediakanlah panduan untuk mengkritisi rancangan tersebut (berdasarkan lembar respons teman). Para pengkaji harus menjawab pertanyaanpertanyaan sebagai berikut setelah membaca singkat yang pertama kali: Apakah satu fitur dari tulisan tersebut yang menurutmu menonjol? Apakah yang menurutmu merupakan poin utama dari penulis? Apakah, jika ada, yang ada di dalam tulisan tersebut yang membingungkan?

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan ringkasan singkat di akhir kelas. Berilah beberapa menit pada mahasiswa untuk menuliskan tema-tema kunci, poin-poin utama, atau prinsip-prinsip umum dari diskusi hari tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang menuliskan ringkasan dari materi perkuliahan atau bacaan belajar lebih banyak dan memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada yang tidak. (Sumber: Davis dan Hult, 1997; Radmacher dan Latosi-Sawin, 1995) Praktikkanlah menulis untuk ujian dalam bentuk esai/uraian. Seorang pengajar Sejarah meminta mahasiswanya menuliskan essai yang terdiri dari empat paragraf (meliputi pembuka dan penutup) pada suatu topik yang mirip dengan yang dapat muncul di tes. Mahasiswa kemudian bertukar hasil pekerjaannya untuk mendapatkan respons dari temannya. (Sumber: Kneeshaw, 1999) Bentuklah diskusi kelompok kecil di sekitar tugas menulis. Sebagai contoh, mintalah setiap mahasiswa untuk memilih tiga kata yang yang paling penting dalam sesi hari ini. Kemudian mintalah kelas untuk menulis bebas selama dua hingga tiga menit berdasar salah satu katanya. Selanjutnya, berilah mahasiswa lima hingga sepuluh menit untuk berkumpul dalam kelompok yang terdiri dari tiga orang, berbagi apa yang telah mereka tuliskan dan menciptakan pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan di kelas. (Sumber: Tollefson, 2002)

Setelah proses membaca yang lebih santai, pembaca kemudian harus menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Garisbawahi pernyataan tesis (asumsi dasar)-nya. Apakah telah dinyatakan dengan jelas? Apakah ada dari poin-poin yang ada di dalamnya yang membutuhkan dukungan lebih banyak, rincian lebih banyak, atau penjelasan yang lebih baik? Seberapa baikkah penulisnya membuat perpindahan antar pikiran pokok? Sarankanlah dua atau lebih cara untuk meningkatkan rancangan tersebut. Apa yang ingin Anda ketahui lebih lanjut? Pertanyaan-pertanyaan apa yang masih Anda miliki? Dalam cara apa tulisan tersebut menarik, mengejutkan, memukau, dan sejenisnya?

Pekalah terhadap perbedaan budaya. Bagi mahasiswa yang tidak lancar berbahasa
Inggris atau yang latar belakang budayanya menghambat kritik oleh teman, bekerja berpasangan (dibandingkan bertiga atau berempat) akan lebih memudahkan. Mereka mungkin juga membutuhkan panduan yang lebih eksplisit untuk mengkaji karyanya. (Sumber: Nelson, 1997)

Menggunakan Pengkajian Ulang oleh Teman


Masukkanlah pengkajian oleh teman sebagai bagian perkuliahan Anda. Mahasiswa
memperoleh manfaat dari komentar teman (peer) mereka dan dari mengevaluasi hasil kerja orang lain. Jadwalkanlah pengkajian oleh teman seawal mungkin untuk memberikan waktu pada mahasiswa untuk merevisi hasil kerja mereka sebelum mengumpulkannya pada Anda. UCLA telah mengembangkan alat pengajaran berbasiskan Web yang disebut Calibrated Peer Review, yang membantu mahasiswa mengevaluasi teman dan tulisan mereka sendiri secara kritis. (Sumber: Educause, 2005; Koprowski, 1997; Marcoulides dan Simkin, 1995; Topping, 1998)

Pengkajian Ulang dan Penilaian yang Selektif


Jangan mengoleksi atau membaca setiap tulisan mahasiswa Anda. Mahasiswa dapat dan harus bisa menulis, utamanya untuk belajar dan memperjelas pemikiran mereka tentang suatu subjek. Singkatnya, tugas menulis informal memungkinkan mereka untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan mereka. (Sumber: Elbow dan Sorcinelli, 2006) Kupaslah secara cepat tulisan mahasiswa, tetapi jangan perbaiki kesalahannya.
Tunjukkan masalahnya, ajukan pertanyaan, tetapi jangan menghabiskan waktu untuk mengatur ulang, merevisi, atau mengubah karya mahasiswa. Biarkanlah mahasiswa menyelesaikan sendiri permasalahannya.

Berilah mahasiswa prosedur untuk pengkajian oleh teman. Bagilah kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga hingga empat mahasiswa, dan mintalah mereka untuk membawa salinan dari rancangan kasar mereka pada sesi pengkajian oleh

330

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Membantu Mahasiswa Menulis Lebih Baik di Semua Perkuliahan


331

Mintalah mahasiswa menilai karya mereka sebelum mengumpulkannya. Kritik diri sendiri membantu mahasiswa untuk memahami kriteria penilaiannya dengan lebih baik (Shepard, 2006). Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan untuk pengukuran diri sendiri (Elbow dan Sorcinelli, 2006; Hobson, 1996; Mattenson, 2004; Peer Response Sheet, n.d.):
Dalam satu kalimat, apakah poin utama yang sedang Kamu coba utarakan? Apa yang paling Kamu sukai dari tulisanmu? Apa yang paling Kamu tidak sukai? Apa yang akan Kamu lakukan secara berbeda jika menulis suatu tulisan lagi lain kali? Kenapa? Apa yang Kamu inginkan untuk saya bahas di komentar saya, yang akan membantumu dalam merevisi/memperbaiki tulisanmu?

Nilailah sejumlah perwakilan tugas yang diambil secara acak. Anda dapat mengumpulkan
semua tugas, tetapi nilailah hanya satu di antara lima atau satu di antara sepuluh.

Variasikanlah tanggal tenggat pengumpulan tugas. Jika Anda mengajar perkuliahan kelas
besar, berilah mahasiswa tenggat waktu pengumpulan tugas yang berbeda-beda secara acak, sehingga sepertiga kelas akan mengumpulkan tulisannya dalam satu minggu, sepertiga dari kelas mengumpulkan tulisannya seminggu kemudian, dan seterusnya. Atau, berilah mahasiswa nilai tambahan jika mereka mengumpulkan tulisannya di awal (pada tanggal yang Anda tentukan).

Bekerjalah dengan kolega/rekan. Aturlah antar rekan kerja agar berbagi tugas menulis
yang telah mereka kembangkan dan mendiskusikan bagaimana hasil kerja mahasiswa di tugas tersebut. Kumpulkan semua pemikiran tentang cara-cara di mana menulis dapat menolong mahasiswa mempelajari materi subyeknya. Eksplorasilah cara-cara untuk menggunakan teknologi untuk memfasilitasi pengkajian oleh teman dan kelompok menulis. (Sumber: Kuriloff, 2004)

Daftar Referensi
Artzt; A. E Integrating Writing and Cooperative Learning in the Mathematics Class. Mathematics Teacher, 1994, 87(2), 80-85. Becker, S. F Guest Comment: Teaching Writing to Teach Physics. American, Journal of Physics, 1995, 63(7), 587. Davis, M., and Hult, R. E. Effects of Writing Summaries as a Generative Learning Activity During Note Taking. Teaching of Pyschology ,1997, 24(1), 47-49. Dawson, K. YL Blog Overload. Chronicle of Higher Education, Feb. 2, 2007, 53(22), C2. Drabick, D.A.G., Weisberg, R., Paul, L., and Bubier, J. L. Keeping It Short and Sweet: Brief Ugraded Writing Assignments Facilitate Learning Teaching of Pyschology, 2007, 34(3), 172-176. Educause. Calibrated Peer Review: A Writing and Critical Thinking Instructional Tool, 2005. http://connect. educause.edu/library/abstract/ELIInnavationsImplem/39347 Edwards, M. E. Writing Before Students. A Model for Teaching Sociological Writing. Teaching Sociology, 2002, 30(2), 254-259.

Elbow, P . Writing with Power: Techniques for Mastering the Writing Process. New York: Oxford University Press, 1998. Elbow, P ., and Sorcinelli, M. D. How to Enhance Learning by Using High-Stakes and Low- Stakes Writing. In W. J. McKeachie and M. Svinicki, McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Ferdig, R. E., and Trammell, K. D. Content Delivery in the Blogosphere. T.H.E. Journal, 2004, 31(71), 12, 16-17, 20. Fulwiler, T. College Writing: A Personal Approach to Academic Writing. (3rd ed.) Portsmouth, NH: Boynton/ Cook/Heinemann. 2002. Green, K. H. Creating Successful Calculus Writing Assignments. PRIMUS: Problems, Resources, and Issues in Mathematics Undergraduate Studies, 2002, 12(2), 97-121. Hobson, E. H. Encouraging Self Assessment: Writing as Active Learning. New Directions for Teaching and Learning, no. 67, San Francisco: Jossey-Bass, 1996, pp. 45-58. Holyoak, A. R. A Plan for Writing throughout (Not Just across) the Biology Curriculum. American Biology Teacher, 1998, 60(3), 186-190. Kneeshaw, S. Using Reader Response to Improve Student Writing in History. OAH Magazine of History, 1999, 13(3), 62-65. Koprowski, J. L. Sharpening the Craft of Scientific Writing. Journal of College Science Teaching, 1997, 27(2), 133-135. Kovac, J., and Sherwood, D. W. Writing in Chemistry: An Effective Learning Tool. Journal of Chemical Education, 1999, 76(10), 1399-1403. Kuriloff P . C. Rescuing Writing Instruction: How to Save Time and Money with Technology." Liberal Education, 2004, 90(4), 36-41. Lanham, R. A. Revising Business Prose. (4th ed.) New York: Longman, 2000. Lanham, R. A. The Longman Guide to Revising Prose. New York: Pearson Longman, 2006. Lanham, R. A. Revising Prose. (5th ed.) New York: Pearson Longman, 2007. Lewiecki-Wilson, C., and Brueggemann, B. J. (Eds.) Disability and the Teaching of Writing. Boston: Bedford/St Martin's, 2008. Marcoulides, G. A., and Simkin, M.G. The Consistency of Peer Review in Student Writing Projects. Journal of Education for Business, 1995, 70(4), 220-223. Martindale, T., and Wiley, D. A. Using Weblogs in Scholarship and Teaching. TechTrends, 2005, 49(2), 55-61. Mattenson, L. M. Teaching Student Writers to Be Warriors. Chronicle of Higher Education, August 6, 2004. Moore, R. Writing to Learn Biology. Journal of College Science Teaching, 1994, 27(5), 289-295. Nelson, G. L. How Cultural Differences Affect Written and Oral Communication: The Case of Peer Response Groups. New Directions for Taeching and Learning, no. 70. San Francisco: Jossey-Bass, 1997. OFarrell, C The Write Approach: Integrating Writing Activities into Your Teaching. In G. ONeill S. Moore, and B. McMullin (Eds.), Emerging Issues in the Practice of University Learning and Teaching. Dublin: All Ireland Society for Higher Education, 2005. Panitz, T. Learning Together: Keeping Teachers and Students Actively Involved in Learning by Writing Across the Curriculum: A Sourebook of Ideas and Writing Exercises. Stillwater, OK: New Forums Press, 2001. Peer Response Sheet. Available from Derek Bok Center for Teaching and Learning at: http://isites. harvard.edu/fs/html/icb.topic58474/PeerResponse.html. Radmacher, S. A., and Latosi-Sawin, E. Summary Writing: A Tool to Improve Student Comprehension and Writing in Psychology. Teaching of Pyschology, 1995, 22(2), 113-115.

332

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa


Shepard, L. A., Classroom Assessment. In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th ed.) Westport, CT: American Council on Education/Pracger, 2006. Situating Student Writers. Faculty Resources: Writing on Your Classroom. The Writing Center University of North Carolina, April 9, 2003. http://mww.unc.edu/depts/wcweb/factilty-_ resources/classroom writing.html Style Manuals and Citation Guides, Duke University Libraries Web site, 2007. http://wwwlib. duke.edu/reference/style_manuais.html Tollefson, S. K. Encouraging Student Writing Berkeley: Office of Educational Development, University of California, 2002. http://teaching.berkeley.edu/publications.html. Topping, K. Peer Assessment between Students in Colleges and Universities. Review of Educational Research, 1998, 68(3), 249-276.

Merancang Tugas Menulis yang Efektif

333

35
Merancang Tugas Menulis yang Efektif

Untuk menghasilkan tugas menulis yang terbaik dari dirinya, mahasiswa memerlukan instruksi yang jelas dan spesifik terkait topik, pendekatan, dan bentuk/format untuk tulisan mereka. Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda menyiapkan tugas-tugas yang menantang mahasiswa tanpa mengintimidasi atau membuat mereka putus asa.

Strategi-strategi Umum
Tugaskanlah untuk membuat beberapa tulisan singkat. Tugas singkat di awal semester akan memungkinkan Anda mengidentifikasi mahasiswa yang kemampuan menulisnya lemah dan merujuknya pada pusat pengajaran di kampus. Tugas-tugas singkat juga memberi semua mahasiswa manfaat dari komentar dan saran Anda sebelum mereka menghadapi tugas menulis yang panjang. Kumpulkanlah kritik terhadap salinan rancangan Anda untuk suatu tugas. Mintalah asisten pengajar Anda, yang merupakan mahasiswa pascasarjana, untuk mengomentari kejelasan dari tugas (kriteria berdasarkan Speck, 2000):
Apakah tujuan dari tugas telah dinyatakan dengan jelas? Apakah target mahasiswa penerimanya dibatasi/dikhususkan? Apakah instruksinya mencakup tenggat waktu, panjangnya, dan kesepakatan bentuk yang relevan lainnya? Apakah tugasnya menjelaskan kriteria penilaian?

Pertimbangkanlah untuk meminta mahasiswa Anda mengkritik rancangan dari tugas sebelum Anda menetapkannya. (Sumber: Leahy, 2002)

Bagilah salinan dari tulisan yang bagus dengan mahasiswa. Mahasiswa menghargai
melihat keragaman contoh dari pekerjaan mahasiswa lain. Ingatlah bahwa Anda akan membutuhkan izin mahasiswa untuk memperoleh dan menyebarkan salinan tugas mereka.

334

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Merancang Tugas Menulis yang Efektif

335

Catatlah keberhasilan dan kekurangan dari setiap tugas. Sambil Anda menilai makalah/ tulisan mahasiswa, buatlah sebuah daftar terbuka dari permasalan-permasalahan yang ada. Gunakanlah catatan-catatan ini untuk memodifikasi versi masa datang dari suatu tugas.

target pembaca tugasnya (untuk membantu mahasiswa memutuskan tentang nuansa, bahasa, dan organisasi); perkiraan panjangnya (jumlah kata atau halaman); bentuk fisik dari tulisan (margin/batas pinggir, spasi baris); bagaimana tulisan akan dikumpulkan (online atau salinan tercetak); panduan tentang jenis dan jumlah sumber serta bentuk untuk kutipan, catatan kaki, atau daftar pustaka (bibliografi); pengingat (reminder) untuk menyimpan semua rancangan dan catatan (biasanya masalah plagiarisme/penjiplakan muncul) serta salinan dari tulisan yang telah lengkap; kriteria yang akan anda gunakan dalam menilai tugasnya sehingga mahasiswa sadar sejak awal bagaimana mereka akan dinilai; kesempatan pengkajian awal oleh Anda atau mahasiswa lain; jadwal untuk setiap pilihan merevisi tulisan demi mencapai nilai yang lebih tinggi; batasan tenggat waktu pengumpulan tugas dan kebijakan terkait tulisan yang terlambat.

Mengembangkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa


Definisikanlah tugasnya. Mahasiswa tingkat pertama dan kedua akan menghargai
penyediaan topik tulisan oleh Anda; jika tidak beberapa akan membuang banyak waktu untuk mencari sebuah topik. Bahkan mahasiswa junior dan senior sering kali dilayani lebih baik dengan diberikan satu kelompok topik untuk dipilih. Untuk hasil yang lebih baik, tugas tersebut sebaiknya mendefinisikan suatu pekerjaan, bukan sekadar menyatakan suatu topik. Berikut adalah sejumlah contoh (diadaptasi dari Simon, 1988, hlm. 8): Topik yang samar. Banyak yang telah dituliskan tentang penggunaan hewan dalam eksperimen laboratorium. Diskusikanlah sudut pandang tersebut dan pertimbangan moral yang membatasi perdebatan ini.

Tugas yang didefinisikan. Aktivis hak binatang meyakini bahwa eksperimen laboratorium pada hewan harus dibatasi secara signifikan dan diawasi dengan ketat. Tulislah sebuah esai yang mendebat sudut pandang mereka. Tugas yang didefinisikan. Aktivis hak binatang, ilmuwan, dan perusahaan yang mendanai penelitian terlibat di dalam perdebatan berkepanjangan tentang penggunaan hewan di eksperimen laboratorium. Definisikan dan pertahankanlah posisi Anda dalam perdebatan ini.

Tollefson (2002) menyajikan suatu contoh dari tugas tulisan/makalah akhir semester dalam Biologi yang dapat diadaptasi ke disiplin ilmu lainnya. Tugasnya menspesifikasikan secara jelas dan rinci kerjanya, menjelaskan bagaimana untuk mengembangkan pernyataan tesis/asumsi dasarnya, memberikan sumber-sumber penelitian, menawarkan saran-saran tentang penulisan, dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan umum yang mahasiswa jumpai di masa lalu.

Ubahlah setiap langkah dari suatu tugas besar menjadi tugas yang lebih kecil. Sebagai
contoh, berilah tenggat waktu yang terpisah untuk mengumpulkan rancangan (outline), bibliografi/daftar pustaka yang sudah dikomentari, dan rancangan awal. Atau, buatlah tugas kumulatif: dalam suatu kuliah Ilmu Politik, tulisan pertama mahasiswa menjelaskan aliran-aliran dasar pemikiran politik; tulisan kedua menjelaskan bahwa salah satu aliran paling baik dalam menjelaskan kejadian sejarah; tulisan ketiga menggunakan aliran pemikiran tersebut untuk menganalisis kejadian terkini. Mahasiswa kemudian merevisi tulisan mereka dan mengombinasikan ketiganya menjadi satu tulisan akhir semester yang kohesif. Menugaskan serangkaian tulisan singkat selama satu semester dapat menghemat waktu Anda ketika tiba saatnya penilaian esai akhir yang lebih panjang.

Segera libatkanlah mahasiswa secara aktif dalam tugas. Setelah menyajikan suatu tugas, gunakanlah sejumlah waktu kelas untuk diskusi kelompok kecil. Mintalah mahasiswa untuk mengaitkan secara bebas antar kata, pemikiran, pertanyaan untuk memulai menciptakan tesis-tesis atau merencanakan strategi-strategi penelitian mereka.

Membentuk Tugas Makalah Penelitian atau Makalah Akhir Semester


Arahkanlah mahasiswa menuju sumber-sumber untuk memperoleh keterampilan meneliti. Cari tahulah pelatihan atau workshop yang ditawarkan perpustakaan kampus
Anda. Topik-topik penting meliputi bagaimana untuk menggunakan sumber elektronik perpustakaan, perbedaan antara majalah populer dan jurnal ilmiah, perbedaan antara bahan primer dan sekunder, dan bagaimana untuk mengevaluasi artikel jurnal. Pengajaran online akses terbuka dari Universitas Washington Research 101 (Penelitian 101) (n.d.) menjelaskan bagaimana untuk membingkai suatu topik, mengembangkan pertanyaan penelitian, serta memilih, mencari, dan mengevaluasi sumber-sumber informasi. Pustakawan di UC Berkeley, Universitas Negeri Bagian Mississippi, dan Gustavus Adolphus, diantaranya, telah mengembangkan tugas yang membiasakan

Distribusi atau pos-kan secara online sebuah catatan pegangan (handout) untuk setiap tugas tertulis. Masukkan semua informasi penting tentang tugasnya:
kerja spesifik dan harapan Anda tentang apa yang seharusnya dicakup dalam hasil akhirnya; jenre/jenis tulisan yang anda harapkan (contoh, memo, laporan, esai, surat, bagan alur);

336

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Merancang Tugas Menulis yang Efektif

337

mahasiswa dengan keterampilan-keterampilan meneliti. Booth, Colomb, dan Williams (2003) menjelaskan pada para mahasiswa bagaimana untuk mengonseptualisasikan permasalahan penelitian, menyediakan bukti untuk memperkuat suatu pendapat atau klaim, dan mengomunikasikan hasil temuannya secara jelas.

Undanglah pustakawan untuk menampilkan presentasi pada mahasiswa Anda. Kebanyakan pustakawan kampus bersemangat untuk mempresentasikan tentang keterampilan, melek informasi, sumber-sumber, dan strategi-strategi pencarian di perpustakaan. Selain itu, doronglah pula mahasiswa untuk meminta bantuan pada meja rujukan perpustakaan serta untuk memanfaatkan tur perpustakaan, workshop pengajaran, dan lembaran saran/tips. Bantulah mahasiswa memperoleh keterampilan untuk menjadi melek informasi. Asosiasi Perpustakaan Kampus dan Penelitian (The Association of College and Research Libraries) telah mendefinisikan melek informasi sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatankegiatan sebagai berikut (Johnson dan Magusin, 2005; Rockman dkk., 2004):
menentukan seberapa jauh informasi yang dibutuhkan; mengakses informasi yang diperlukan secara efektif dan efisien; mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis; menggabungkan informasi terpilih ke dalam dasar pengetahuan seseorang; menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu; memahami masalah ekonomi, hukum, dan sosial di sekitar penggunaan informasi, serta akses dan penggunaan informasi secara etis dan legal.

Aturlah kelompok-kelompok teman sebaya. Pertimbangkanlah untuk menggunakan teman sebaya untuk berbagi, meneliti, dan menulis makalah yang terkoor-dinasi. Teman sebaya dapat bermanfaat dalam mengomentari jenis atau jumlah penelitian yang telah lakukan seorang mahasiswa sebelum menulis rancangan pertama. Lihatlah diskusi tentang teman sebaya dalam Bab 34, Membantu Mahasiswa Menulis dengan Lebih Baik di Semua Perkuliahan. (Sumber: Henderson dan Buising, 2000) Spesifikasikanlah manual/panduan gaya. Jika tugasnya menuntut kutipan, catatan kaki,
atau daftar pustaka/bibliografi, sediakanlah suatu catatan pegangan yang menunjukkan bentuk untuk hal ini atau merujuk mahasiswa untuk suatu panduan atau manual gaya tertentu. Banyak kampus memiliki panduan online, atau Anda dapat memilih gaya dari asosiasi profesional, atau mintalah mahasiswa untuk mengikuti panduan dalam Manual untuk Penulis Makalah Akhir Semester, Tesis, dan Disertasi (A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations) dari Turabian (1996).

Alternatif terhadap Tugas Makalah Penelitian atau Makalah Akhir Semester


Reaksi terhadap bacaan. Mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan tulisan singkat yang meringkas, menilai, dan merespons bacaan. Latihan ini menyiapkan mahasiswa untuk mengambil bagian dalam diskusi kelas. Anda juga dapat memberikan pertanyaan pembelajaran untuk setiap tugas membaca dan meminta mahasiswa untuk mengumpulkan jawaban tertulisnya. (Sumber: Fishman, 1997; McCoy 1999; Pernecky, 1993) Artikel, abstrak, atau ulasan buku untuk jurnal profesional. Menspesifikkan sasaran pembaca yang dituju membuat tugas menulis menjadi lebih menantang dan realistis. Mintalah mahasiswa untuk menulis seolah-olah mereka akan mengumpulkannya pada suatu jurnal profesional. Atau distribusikanlah suatu artikel yang abstraknya sudah dihilangkan, dan mintalah mahasiswa untuk menuliskan abstraknya. Kemudian distribusikanlah abstrak yang telah dipublikasikan, dan mintalah mahasiswa untuk menuliskan perbandingan singkat antara versi mereka dengan versi penulis asli. Atau, sediakanlah contoh ulasan buku dari jurnal dalam bidang Anda, diskusikanlah fitur/ bagian yang membuatnya efektif, dan mintalah mahasiswa untuk menyiapkan sebuah ulasan buku yang cocok untuk publikasi. Proposal penelitian. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan proposal penelitian untuk sebuah kajian atau serangkaian kajian yang merefleksikan isi perkuliahan. Laporan kantor. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan sebuah memo, pengarahan, atau laporan bagi sasaran profesional yang belum biasa/familiar dengan bidang tersebut. Sebagai contoh, mahasiswa bisnis dapat menuliskan sebuah laporan untuk banker dan pendukung finansial lainnya. (Sumber: Tollefson, 2002) Memo yang merekomendasikan tindakan. Ciptakanlah isu kontroversial atau masalah
yang membingungkan dan mintalah mahasiswa untuk menyiapkan memo yang mem-

Ajarilah mahasiswa tentang penelitian perpustakaan elektronik dan penelitian internet.


Bahkan mahasiswa yang menilai dirinya sendiri sangat melek teknologi bisa saja tidak menyadari perbedaan antara penggunaan mesin pencari komersil (misalnya, Google) dan penggunaan alat pelanggan perpustakaan untuk mencari Web yang tersembunyi. Tugaskanlah mahasiswa untuk membandingkan dan membedakan penanganan suatu topik dalam suatu majalah populer dan suatu jurnal akademik, untuk membandingkan versi online dan salinan tercetak, serta untuk bereksperimen dengan pilihan pencarian yang berbeda (kompleks, ahli/tinggi, kata kunci). Periksalah untuk melihat apakah perpustakaan Anda telah mengembangkan daftar isian evaluasi halaman Web untuk membantu mahasiswa mengukur kualitas dari informasi di Web. Bantulah mahasiswa untuk melihat perbedaan antara pencarian beasiswa dan informasi. (Sumber: Harmon, 2007; Jenson, 2004; Mann, 2007)

Jelaskanlah kebijakan Anda terkait sumber. Jelaskanlah dengan spesifik, jenis sumber apa yang dapat dan tidak dapat diterima, bagaimana untuk mengevaluasi keandalan sumber, dan bagaimana untuk mengutip sumber. Jika Anda ingin mahasiswa Anda mencari di internet, bantulah mereka untuk mengembangkan istilah pencarian yang efektif atau mengarahkan mereka pada basis data atau situs yang sesuai. Untuk mencegah mahasiswa dari sekadar menjelajah Web untuk kutipan, beritahukanlah bahwa mereka harus bertanggung jawab untuk membaca bagian penting dari setiap dokumen yang mereka kutip. (Sumber: Lim, 2001)

338

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Merancang Tugas Menulis yang Efektif

339

berikan gambaran kasar dari arah tindakan dan menyatakan alasan mereka untuk memilih strategi tersebut. (Sumber: Tollefson, 2002)

Surat. Berikut adalah beberapa jenis surat yang dapat Anda tugaskan (diadaptasi dari
Cabe dkk., 1999; Daughaday, 1997; Fredericksen, 2000; Greenwald, 2000; Keith, 2001; Lambert, 1996; Tollefson, 2002): surat persuasif atau argumentatif untuk kantor publik atau karyawan perusahaan untuk mendukung atau menentang suatu kebijakan atau keputusan tertentu (mintalah mahasiswa untuk menyajikan bukti dan berespons terhadap pendapat berlawanan yang diantisipasi); kritik yang ditujukan terhadap pengarang dari buku ajar perkuliahan atau buku lainnya, menilai kekuatan dan kelemahan buku; surat terhadap editor, suatu karya op-ed, atau respons terhadap editorial yang sudah dipublikasikan; surat terhadap kerabat atau teman yang padanya mahasiswa menjelaskan topik teknis dalam bahasa yang informal/seperti berbincang; surat yang mengusulkan solusi terhadap permasalahan dunia nyata atau karangan (contohnya (diadaptasi dari Goma, 2001), mahasiswa dalam kelas Ekonomi dapat menuliskan sebuah surat terhadap menteri keuangan sebuah negara yang sedang berada dalam resesi berat demi merekomendasikan langkah-langkah yang sebaiknya pemerintah ambil); respons terhadap surat dalam kolom saran surat kabar tentang pribadi, bisnis, atau permasalahan lainnya.

Tema-tema mikro. Tema mikro adalah esai yang sangat singkat (sekitar 150 sampai 250 kata) sebagai respons terhadap pertanyaan yang sudah sangat difokuskan (Bean dkk., 1982; Clanton, 1997; Leahy, 1994). Berikut adalah beberapa contohnya (diadaptasi dari Bean dkk., 1982):
Dari data di tabel 1 (angka kelahiran berdasarkan etnisitas), ekstrapolasi/kelompokan perubahan yang signifikan yang telah terjadi dalam dua puluh tahun terakhir dan perkirakanlah apakah hal-hal yang menyebabkan perubahan tersebut. Bayangkan Anda meletakkan satu balok besar es dalam ember, kemudian mengisi ember tersebut dengan air sampai tinggi air persis sama dengan pinggiran ember. Setelah beberapa jam, esnya mencair. Manakah dari hal-hal berikut yang terjadi? (a) ketinggian air dalam ember tetap sama; (b) ketinggian air dalam ember menurun; (c) sejumlah bagian air tumpah keluar pinggiran ember. Tulislah penjelasan singkat untuk teman sekelas Anda yang tidak mengerti tentang pengapungan/flotation.

Obituary. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan sebuah tulisan singkat tentang


seseorang yang sudah meninggal (obituary) dari tokoh akademik ternama yang masih hidup. (Sumber: Foley, 2001)

Artikel investigasi tentang suatu aspek kehidupan kampus. Tugaskanlah mahasiswa


untuk memilih suatu topik terkait kampus, seperti peningkatan harga buku ajar, perkuliahan yang terlalu banyak peminatnya, biaya yang terus dikeluarkan pada proyek pembangunan, atau daur ulang dan usaha menjaga kelestarian; mengumpulkan informasi melalui penelitian; dan menyiapkan sebuah pengarahan untuk tenaga administrasi yang senior. (Sumber: Picciotto, 1997)

Panduan pembaca. Mintalah mahasiswa untuk menyajikan pandangan umum konseptual tentang suatu topik yang diberikan dengan menuliskan panduan bagi pembaca yang akan mereka bagi dengan teman-teman sekelasnya. Panduan tersebut meliputi: (1) suatu kerangka sub-sub topik, (2) suatu daftar teori-teori atau kontributor-kontributor utama dan alasan mengapa mereka penting, (3) serangkaian konsep penting yang terkait dengan topiknya, (4) topik-topik hangat terkini yang menimbulkan perdebatan, dan (5) pilihan dari sumber-sumber terpenting tentang suatu topik (Henderson, 2000) Pembaruan bacaan. Mintalah mahasiswa untuk memilih satu bagian dari naskah atau bacaan dan menyiapkan dua halaman pembaruan yang menekankan penelitian baru yang sebelumnya tidak tersedia bagi pengarang aslinya. Buku teks asli. Menggunakan dokumen sumber primer, mahasiswa menyiapkan 10-15 halaman bab dari naskah buku tentang suatu topik yang terkait dengan perkuliahan. (Sumber: Frye, 1999) Hasil pemikiran. Tugaskanlah pembuatan hasil pemikiran eksploratif singkat yang
menuntut satu tugas intektual: membandingkan antara dua pendekatan, menganalisis alasan-alasan terjadinya suatu perilaku, dan seterusnya. Nilailah karya pikiran ini dengan tanda cek, cek positif/plus, atau cek negatif/minus. (Sumber: Elbow dan Sorcinelli, 2006)

Kontribusi terhadap suatu basis pengetahuan online. Mintalah mahasiswa untuk memilih sebuah materi yang masuk/tersedia lalu memperluas atau mengembangkan pengetahuan tersebut melalui situs yang aksesnya terbuka, ditulis oleh pengguna, diedit secara kolaboratif, seperti Wikipedia. Secara bercanda, pengajar melaporkan bahwa mahasiswa berusaha lebih giat pada tugasnya jika mereka tahu bahwa hasil karyanya akan dibaca/dilihat penilai dari luar serta ditampilkan untuk umum/dipublikasikan. Salah satu variasi adalah untuk menggunakan wiki internal (untuk kalangan sendiri) di mana mahasiswa dapat berlatih menulis bagi umum yang ditujukan untuk penilaian dan perbaikan oleh teman-teman sekelas, tetapi dilindungi kata sandi (password). Dialog yang diciptakan. Mintalah mahasiswa untuk menuliskan perbincangan antara orang-orang yang nyata atau hanya khayalan/imajinasi; contohnya, Napoleon dan Caesar dapat mendiskusikan perbedaan antara keterampilan memimpin yang dibutuhkan untuk menaklukkan sebuah kerajaan dan yang dibutuhkan untuk mempertahankannya. (Sumber: Angelo dan Cross, 1993) Sesi poster dalam kelas. Mahasiswa menyiapkan dan menyajikan suatu proyek pada teman-teman sekelasnya dalam sebuah sesi poster yang mirip dengan yang ada dalam konferensi profesional dan ilmiah. Proyeknya dapat mencakup makalah tradisional, hasil penelitian, atau presentasi artistik. Prosesnya dapat disusun dalam tahapan-tahapan: (1)

340

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Merancang Tugas Menulis yang Efektif

341

proposal satu halaman, (2) presentasi awal secara singkat untuk mendapat umpan balik dari kelas, dan (3) presentasi final di akhir semester. (Sumber: Baird, 1991; CrowleyLong dkk., 1997; Henderson dan Buising, 2000)

Laporan konsumen. Mintalah mahasiswa untuk mengkaji suatu produk, jasa, atau alat konseptual yang terkait dengan perkuliahan. (Sumber: Hobson, 1998) Tugas-tugas lainnya. UCLA, melalui proyek Pengkajian Ulang oleh Teman yang Terstandarisasi (Calibrated Peer Review), telah menciptakan perpustakaan tugas berbasis Web yang menyimpan tugas-tugas yang dikembangkan pengajar, yang diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmunya (cpr.molsci.ucla.edu). Perpustakaan kampus Anda mungkin juga memiliki contoh dari tugas-tugas. Jika tidak, berkonsultasilah dengan, di antaranya, perpustakaan di Universitas Florida Tengah, Universitas Illinois, dan Kampus American River.

Skenario realistis. Mintalah mahasiswa untuk berkomunikasi dengan penonton/pendengar


sungguhan yang benar-benar memiliki kebutuhan akan informasi. Sebagai contoh, seorang pengajar Arsitektur memberikan tugas sebagai berikut:

Apa yang membuat arsitektur yang hebat? Dalam suatu usaha untuk mengenali,
menghargai, dan memublikasikan arsitektur yang hebat, seorang patron/penyandang dana filantropis dalam seni telah memutuskan untuk memulai Penghargaan Bucky Fuller untuk Kehebatan dalam Bangunan Umum. Sang penyandang dana telah memintamu untuk membantu menyiapkan panduan bagi penjurian dalam penghargaan tahunan ini. Tulislah sebuah memo ringkas (500 kata) kepada sang penyandang dana, yang membahas masalah-masalah sebagai berikut: Apakah definisi dari arsitektur yang hebat? Kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai bangunannya? Bukti apa yang sesuai untuk mendokumentasikan kehebatan arsitektural? Siapa yang sebaiknya menilai/menjadi juri dari kehebatan tersebut? Prosedur apa yang paling baik digunakan untuk menentukan kehebatan?

Menggunakan Jurnal atau Catatan Pembelajaran


Mintalah mahasiswa memiliki jurnal untuk perkuliahan. Doronglah mahasiswa untuk
membuat tulisan dalam jurnalnya, setidaknya dua kali dalam seminggu, yang memuat pemikiran, pertanyaan, atau komentar terkait perkuliahannya. Anda juga dapat meminta mereka membuat tulisan mingguan yang melaporkan pembelajaran mereka. Anda tidak perlu mengumpulkan ini. (Sumber: Etkina dan Andre, 2002; Hirt, 1995; Longhurst dan Sandage, 2004; Seshachari, 1994)

Anda harus mengajukan definisi Anda sendiri tentang kehebatan, tetapi Anda harus mendukung pandangan Anda tersebut dengan mengutip sumber yang sudah dipublikasikan. Contohnya, jika Anda merasa bahwa faktor sosial penting, rujuklah sang patron pada beberapa karya utama dalam literatur tentang faktor sosial dalam arsitektur.

Atau pertimbangkanlah contoh ini dari suatu kelas Bisnis. Untuk memunculkan pembuatan esai singkat yang menjelaskan apa yang dilakukan oleh Akuntan Publik Bersertifikat/APB (Certified Public Accountant/CPA), pengajar memberikan tugas sebagai berikut: Anda adalah APB di suatu firma akuntan dan konsultan bisnis yang besar, prestisius,
dan sangat dihormati. Anda telah dipanggil ke pengadilan tinggi untuk bersaksi sebagai saksi ahli dalam suatu kasus perceraian. Untuk menetapkan pembagian harta bersama yang adil antara suami dan istri tersebut, pengadilan perlu menentukan nilai dari restoran mereka. Anda telah memeriksa laporan keuangan restoran tersebut. Tetapi sebelum Anda menyampaikan analisis keuangan, hakim meminta Anda menetapkan batasan otoritas Anda dengan menjelaskan secara singkat bagaimana APB dilatih dan diakreditasi serta apakah bidang keahlian mereka serta tanggung jawab yang dimiliki.

Sediakanlah panduan tentang masukan ke dalam jurnal. Panduan berguna untuk mencegah mahasiswa menulis tentang segala sesuatu atau menyalin catatan dalam kelas ke dalam jurnal mereka. Anda dapat meminta mahasiswa untuk merangkum poin-poin utama dari bacaan ataupun perkuliahan, atau Anda dapat menyediakan pertanyaan pembelajaran. Beberapa pengajar memilih pertanyaan yang sesuai dari Stock (1987) sebagai tugas pertama untuk membuat mahasiswa berpikir dan membiasakannya menulis; misalnya, Bersediakah kamu untuk memiliki mimpi buruk setiap malam selama setahun jika kamu dihadiahi kekayaan yang luar biasa? Jika Anda akan mengumpulkan dan membaca jurnal mahasiswa, batasilah jumlah kata dan banyaknya masukan yang dikumpulkan. (Sumber: Fisher, 1996; Hirt, 1995) Berilah penghargaan, bukan nilai, untuk jurnal. Anda dapat memberikan poin pada mahasiswa karena mengerjakan tugas membuat jurnal, tanpa membaca dan menilai apa yang mereka kerjakan. Jika Anda mengomentari jurnal mereka, tulislah komentar yang positif, dan ungkapkanlah komentar negatif tentang kualitas atau usaha pada kelas secara keseluruhan. (Sumber: August, 2004; Bolin dkk., 2005; Brand, 1999; Chandler, 1997; Moore, 1994; Seshachari, 1994)

Wawancara. Tugaskanlah mahasiswa untuk mewawancarai tenaga pengajar lainnya,


seorang tenaga profesional, atau orang lainnya yang terkait dengan isi perkuliahan. Berikan panduan pada mahasiswa tentang bagaimana untuk melaksanakan dan menulis hasil wawancara.

Daftar Referensi
Angelo, T. A., and Cross, K. P . Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1993. August, A. The Readers Journal in Lower-Division History Courses: A Strategy to Improve Reading, Writing and Discussion. History Teacher, 2000, 33(3), 343-348.

342

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa


Baird. B. N. In-Class Poster Sessions. Teaching of Psychology, 1991, 18(1), 27-29. Bean, J. C., Drenk. D., and Lee, F. D. Microtheme Strategies for Developing Cognitive Skills. New Directions for Teaching and Learning, no. 12. San Francisco Jossey-Bass, 1982, pp. 27-38. Bolin, A. U., Khramtsova, I., and Saarnio, D. Using Student Journals to Stimulate Authentic Learning: Balancing Blooms Cognitive and Affective Domains. Teaching of Psychology, 2005, 32(3), 15159. Booth. W C., Colomb, G. C., and Williams, J. M. The Craft of Research. (2nd ed.) Chicago: University of Chicago Press, 2003. Brand, J. L. The Effective Use of Logbooks in Undergraduate Classes. Chemical Engineering Education, 1999, 33(3), 222-231. Cabe, P . A., Walker, M. H., and Williams, M. Newspaper Advice Column Letters as Teaching Cases for Developmental Psychology. Teaching of Psychology, 1999, 26(2), 128-130. Chandler, A. Is This for a Grade? A Personal Look at Journals. English Journal, 1997, 86(1), 4549. Clanton, G. A Semi-Painless Way to Improve Student Writing. Thought & Action, 1997, 13(1), 2130. Crowley-Long, K., Powell, J. L., and Christensen, C. Teaching Students about Research: Classroom Poster Sessions. The Clearing House, 1997, 70(4). Daughaday, L. Postcards From the Imagination: Using Letters to Teach Sociological Concepts. Teaching Sociology, 1997, 25(3). 234-238. Elbow, P ., and Sorcinelli, M. D. How to Enhance Learning by Using High-Stakes and Low- Stakes Writing. In W. J. McKeachie and M. Svinicki, McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Etkina, E., and Andre, K. Weekly Reports: Student Reflections on Learning: An Assessment Tool Based on Student and Teacher Feedback. Journal of College Science Teaching, 2002, 31(7), 476- 480. Fisher, B. J. Using Journals in the Social Psychology Class: Helping Students Apply Course Concepts to Life Experiences. Teaching Sociology, 1996, 24(2), 157-165. Fishman, S. M. Student Writing in Philosophy: A Sketch of Five Techniques. New Directions for Teaching and Learning, no. 69. San Francisco: Jossey-Bass, 1997. Foley, J. E. The Freshman Research Paper: A Near-Death Experience. College Teaching, 2001, 49(3), 83-86. Fredericksen, E. Letter Writing in the College Classroom. Teaching English in the Two-Year College, 2000, 27(3), 278-284. Frye, D. Can Students Write Their Own Textbooks? Thoughts on a New Type of Writing Assignment. History Teacher, 1999, 32(4), 517-523. Goma, O. D. Creative Writing in Economics. College Teaching, 2001, 49(4), 149-152. Greenwald, S. J. The use of Letter Writing Projects in Teaching Geometry. PRIMUS: Problems, Resources, and Jones in Mathematics Undergraduate Studies, 2000, 10(1), 1-14. Harmon, J. C. Let Them Use the Internet: Why College Instructors Should Encourage Student Internet Use. College Teaching, 2007, 55(1), 2-4. Henderson, B. B. The Readers Guide As an Integrative Writing Experience. Teaching of Psychology, 2000, 27(2), 130-132. Henderson L., and Buising, C. A Peer-Reviewed Research Assignment for Large Classes. Journal of College Science Teaching, 2000, 30(2), 109-113. Hirt, D. E. Student Journals: Are They Beneficial in Lecture Courses? Chemical Engineering Education, 1995, 29(1), 62-64.

Merancang Tugas Menulis yang Efektif


343

Hobson E. H. Designing and Grading Written Assignments. New Directions for Teaching and Learning, no. 74. San Francisco Jossey-Bass, 1998, pp. 51 57. Jenson, J. D. Its the Information Age, So Wheres the Information? Why Our Students Cant Find It and What We Can Do to Help. College Teaching, 2004, 52(3). Johnson, K., and Magusin, E. Exploring the Digital Library. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Keith, K. D. Letters Home: Writing for Understanding in Introductory Psychology. The Psychology Teacher Network, Jan./Feb. 2001, no. 11, 12-13. Lambert, S. Dear Gabby: Using the Advice-Column to Teach Logical Reasoning. Exercise Exchange: A Journal for Teachers of English in High Schools and Colleges, 1996, 41(2), 18-19. Leahy, R. Microthemes: An Experiment with Very Short Writings. College Teaching, 1994, 42(1), 15-18. Leahy, R. Conducting Writing Assignments. College Teaching, 2002, 50(2), 50-54. Lim, J. Effective Internet Research. The Clearing House, 2001, 75(1). Longhurst, J., and Sandage, S. A. Appropriate Technology and Journal Writing: Structured Dialogues That Enhance Learning. College Teaching, 2004, 52(2), 69. Mann, T. The Peloponnesian War and the Future of Reference, Cataloging, and Scholarship in Research Libraries. Washington, DC: AFSCME 2910, The Library of Congress Professional Guild, June 13, 2007. http://www.guild2910.org/Peloponnesian%20War% 20June%2013%202007.pdf McCoy, R. K. Integrating Writing in the Classroom with Reader Responses. Teaching History, 1999, 24(1), 28-36. Moore, R. Writing to Learn Biology. Journal of College Science Teaching, 1994, 23(5), 289-295. Pernecky, M. Reaction Papers Enrich Economics Discussions. College Teaching, Summer 1993, 41(3), 89-91. Picciotto, M. Investigating the College: Teaching the Research Process. College Teaching, 1997, 45(1), 19-21. Research 101. Online tutorial, University of Washington, n.d. http://wwwv.lib.washington.edu/uwill/ research 101 Rockman, I. F., and associates (Ed.). Integrating Information Literacy into the Higher Education Curriculum. San Francisco: Jossey-Bass, 2004. Seshachari, N. C. Instructor-Mediated, Journals: Raising Critical Thinking and Discourse Levels. College Teaching, 1994, 42(1), 7-11. Simon, L. The Papers We Want to Read. College Teaching, 1988, 36(1), 6-8. Smith, R. Sequenced MicroThemes: A Great Deal of' Thinking for Your Students, and Relatively Little Grading for You. Teaching Resources Center, Newsletter, 1994, 5(3). http://www.indiana. edu/-cwp/assgn/microseq.shtml Speck. B. W. Grading Students Classroom Writing: Issues and Strategies. ASHE-ERIC Higher Education Report, 2000, 27(3). Stock, G. The Book of Questions. New York: Workman. 1987. Tollefson, S. K. Encouraging Student Writing. Berkeley: Office of Educational Development, University of California, 2002. http://teaching.berkeley.edu/publications.html Turabian, K. L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations. (6th ed.) Chicago: University of Chicago Press, 1996. Zeiser, P . A. Teaching Process and Product: Crafting and Responding to Student Writing Assignments. PS: Political Science and Politics, 1999, 32(3).

344

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa

345

36
Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa

Mengevaluasi dan menilai tulisan adalah kesempatan untuk menguatkan kelebihan mahasiswa dan mengidentifikasi area-area yang memerlukan peningkatan. Buatlah saran-saran dari Anda setaktis dan serinci mungkintidak ada yang memperoleh manfaat dari komentar pedas atau petunjuk yang samar. Setidaknya satu penelitian menyatakan bahwa, bahkan di luar kelas menulis, mahasiswa menghargai dan akan menggunakan umpan balik untuk revisi/perbaikan (Beason, 1993). Poin-poin berikut ini akan membantu Anda mengevaluasi dan menilai hasil tulisan mahasiswa dengan efisien, adil, dan konstruktif.

Strategi-strategi Umum
Berilah diri Anda waktu untuk membaca tulisannya. Meskipun Anda ingin mengembalikan tulisan-tulisan tersebut dengan cepat, cobalah untuk menghindari membaca banyak tulisan sekaligus. Anda akan dapat berkonsentrasi dengan lebih baik dan mengaplikasikan standar secara konsisten jika Anda membaca beberapa tulisan saja dalam satu waktu. Setiap setelah istirahat, beberapa pengajar memulai dengan mengkaji ulang satu atau dua tulisan terakhir yang sudah dibaca untuk memastikan bahwa rasa lelahnya tidak menyebabkan evaluasi yang terlalu murah hati atau terlalu keras.

Mulailah dengan menangkap rasa umum dari keseluruhan tulisan. Beberapa pengajar
membaca sekilas seluruh tulisan dengan cepat, menyortirnya menjadi tiga atau empat tumpuk berdasarkan penilaian cepat terhadap kualitasnya. Begitu Anda telah mendapatkan rasa umum tentang seberapa baik mahasiswa menangani tugasnya, kecenderungan Anda untuk terlalu tinggi berharap pada tulisan yang biasa saja atau untuk menanti penuh harap munculnya tulisan yang luar biasa akan berkurang.

Menulislah dengan jelas. Jika Anda menilai di salinan tercetaknya , hindarilah menggunakan pulpen penanda yang terlalu tebal untuk bisa menulis jelas, dan gunakanlah warna yang mudah dibaca (hijau, oranye, ungu, merah). Menuliskan nilai dengan pensil memungkinkan Anda untuk melihatnya kembali dan mengecek kekonsistenan antara serangkaian tulisan sebelum menetapkan nilai akhirnya.

346

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa

347

Ketik atau ucapkanlah komentar Anda. Beberapa pengajar mengetikkan komentar akhir mereka sehingga jelas dan juga tersimpan. Yang lain menuntut pengumpulan secara elektronik dan menggunakan fitur komentar dan pengeditan dari piranti lunak pemrosesan kata untuk memodifikasi dan mengomputerisasikan komentar-komentar bagi permasalahan-permasalahan menulis yang paling umum dihadapi mahasiswa. Untuk respons yang lebih terperinci, bereksperimenlah dengan komentar suara yang disisipkan, yang pada beberapa penelitian dinyatakan lebih dipilih oleh mahasiswa. (Sumber: Bell, 2002; Still, 2006) Mintalah umpan balik atas umpan balik Anda. Selama semester berlangsung, mintalah
mahasiswa untuk mengomentari kebermanfaatan respons Anda terhadap tugas tertulis mereka. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menghargai umpan balik yang spesifik, memberikan saran untuk peningkatan, dan terkait dengan kriteria penilaian yang telah dibagikan sebelumnya. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Mengembangkan Pengajaran dan Pembelajaran untuk mendapatkan saran tentang bagaimana untuk meminta komentar mahasiswa (Sumber: Weaver, 2006)

dalam mempertanyakan tentang nilai mereka atau mengeluhkan bahwa mereka tidak mengetahui apa yang Anda harapkan dalam tugasnya. Pendekatan terkait, yang disebut analisis sifat dasar (Walvoord dan Anderson, 1998), mengidentifikasi faktor-faktor atau kualitas-kualitas yang akan diperhitungkan dalam penilaian dan membatasi skala yang digunakan dalam menilai performa mahasiswa di setiap kualitas. Daftar cek berisi skala peringkat/rating (misalnya, skala 5 angka, dengan 1 = rendah) pada aspek-aspek terpilih dari tugasnya; misalnya, kejelasan ekspresi, pengembangan logika, dan kepersuasifan. (Sumber: Andrade, 2005; Bednarski, 2003; Stevens dan Levi, 2005; Walvoord dan Anderson, 1998)

Adaptasi rubrik yang telah ada. Banyak rubrik telah diciptakan untuk begitu banyak
jenis tugas dan proyek. Pencarian secara online (untuk kata kunci sumber-sumber tentang rubrik atau rubrik contoh ditambah universitas atau kampus) akan memunculkan banyak tautan terhadap kumpulan rubrik, di antaranya, milik Universitas Auburn, Universitas Negara Bagian Winona, Kampus Komunitas Scottsdale, Universitas Indiana Kokomo, dan Kampus Santo Scholastica. Anda dapat mengunduh kerangka ini dan memodifikasinya untuk memenuhi kebutuhan Anda.

Panduan Penilaian
Gunakanlah rubrik atau panduan penilaian lainnya untuk menghemat waktu dan meningkatkan kekonsistenan dalam penilaian. Rubrik adalah serangkaian komponen dari
suatu tugas-misalnya, Tujuan, Pengorganisasian, Bukti, Gaya, dan Teknikdilengkapi oleh definisi/batasan tingkat performa untuk setiap komponen. Rubrik sering kali ditampilkan dalam bentuk tabel, dengan komponen-komponennya diurutkan di kolom paling kiri dan tingkatan performanya dituliskan melintang di kolom teratas (diadaptasi dari Steven dan Levi, 2005): Performance Level
Komponen Menyediakan bukti-bukti yang mendukung Berkembang Memberikan beberapa dukungan terhadap pernyataan utama, tetapi sumber-sumbernya tidak dapat diandalkan (misalnya, majalah populer, situs Web komersial) Kompeten Secara umum mendukung pernyataan utama dengan sumber-sumber primer dan sekunder tetapi tidak menyediakan bukti untuk poin-poin tambahan atau terlalu bergantung hanya pada beberapa sumber atau pada sumber-sumber yang kurang kini Ideal/Sangat bagus Menyediakan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk pernyataan utama dan tambahan dengan beragam sumber yang dapat diandalkan (misalnya artikel jurnal dan dokumen primer)

Ciptakanlah rubrik Anda sendiri. Setelah mengkaji rubrik-rubrik yang diciptakan orang
lain, Anda akan ingin menciptakan milik Anda sendiri. Untuk saran terperinci tentang menciptakan rubrik, lihatlah Arter dan McTighe (2001), Stevens dan Levi (2005), serta situs Web RubiStar (rubistar.4teachers.org/index.php), suatu alat online untuk membantu mahasiswa menciptakan rubrik.

Bagilah rubrik atau kriteria dengan para mahasiswa Anda. Ketika Anda menugaskan untuk membuat tulisan, jelaskanlah harapan dan kriteria Anda pada mahasiswa sehingga mereka tahu bagaimana mereka akan dinilai. Beberapa pengajar melaporkan pengalaman pembuka mata (pengalaman baru) ketika mereka menemukan pikiran mahasiswanya tentang bagaimana mereka seharusnya dievaluasi. (Sumber: Stevens dan Levi, 2005)

Menanggapi Tulisan Mahasiswa


Bacalah tulisan dengan cepat untuk membentuk kesan umum. Identifikasilah kelebihan dari tulisan mahasiswa dan beri catatan, tetapi jangan membahas atau mengoreksi areaarea yang bermasalah. Temukenalilah pokok pikiran dari tulisan dan fitur-fitur yang mengganggu kemampuan Anda untuk mngikuti alur pemikirannya. Proses membaca keseluruhan secara cepat ini akan membantu Anda memutuskan masalah-masalah utama yang akan dibahas di komentar Anda. Bereaksilah pada tulisan seperti yang dilakukan seorang pembaca atau pengkaji yang tertarik. Carilah hal-hal yang telah dilakukan dengan baik oleh mahasiswa, catatlah
kesalahan dan kelemahan yang membutuhkan perbaikan, dan pikirkanlah tentang

Ketika menggunakan rubrik, Anda hanya perlu membuat tanda lingkaran atau cek pada komentar yang berlaku untuk setiap tulisan, yang menghemat waktu Anda dan memberi mahasiswa Anda umpan balik secara rinci tentang hasil kerjanya. (Tentu saja, Anda selalu dapat menambahkan komentar pribadi). Karena mahasisiwa dapat mengkaji kriteria yang menjadi batasan setiap tingkat performa, mereka cenderung berkurang

348

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa

349

cara-cara yang dapat digunakan mahasiswa untuk meningkatkannya. Berfokuslah pada pengembangan ide, pembentukan suatu argumentasi, analisis, alur, dan penggunaan sumber-sumbernya. Pujilah kekuatan dan beritahukanlah kelemahan dalam tata bahasa, gaya, dan penggunaan katanya. Jika Anda menuliskan komenar Anda dalam lembaran kertas yang terpisah, kecenderungan Anda untuk menghabiskan waktu membenarkan karya mahasiswa akan berkurang. (Sumber: Elbow dan Sorcinelli, 2006; Tollefson, 2002)

Cobalah untuk menjadi konkret dan spesifik. Seorang mahasiswa mungkin tidak dapat memutuskan apakah komentar seperti aneh, tidak jelas, samar mengacu pada oganisasi tulisannya, isinya, atau hal-hal teknis. Komentar yang lebih membantu adalah seperti, Bagaimanakah cara lain yang bisa Kamu lakukan untuk menjelaskan hal ini?, Mengapa demikian?, Apakah Kamu mengatakan bahwa X tidak diperlukan?. Janganlah ragu untuk menuliskan, Saya tidak memahami kalimat ini. Tutuplah dengan gambaran singkat tentang seperti apakah tulisan yang mendapat nilai A itu. Hal ini membantu mahasiswa memfokuskan diri pada kriteria yang dapat mereka gunakan untuk mengukur hasil pembelajarannya sendiri. Janganlah menuliskan ulang tulisan mahasiswa Anda. Indikasikanlah masalahmasalah utamanya, tetapi tinggalkan perbaikannya pada mahasiswa Anda. Jika Anda melakukan penulisan ulang untuk mereka, hal utama yang akan mereka pelajari adalah bahwa Anda merupakan penulis yang lebih baik dibandingkan mereka.

Seimbangkanlah antara komentar memfasilitasi (fasilitatif) dan memerintah (direktif).


Komentar fasilitatif membantu mahasiswa untuk memikirkan ulang tentang tulisannya dengan mengajukan pertanyaan: Apa yang kamu harapkan akan dipahami oleh pembaca sebagai tesis-mu?. Komentar direktif memberikan saran dengan cara menyampaikan instruksi: Nyatakanlah tesis-mu secara lebih jelas. Gunakanlah komentar fasilitatif untuk menarik perhatian mahasiswa terhadap kurangnya tujuan, arah, analisis, atau struktur logis dari tulisan; komentar direktif dapat sesuai untuk masalah-masalah penggunaan kata dan gaya. (Sumber: Ransdell, 1999; Straub, 2000)

Gunakanlah bahasa yang membangun (konstruktif). Mahasiswa menghargai baik komentar umum (pengorganisasian, isi) maupun komentar khusus/spesifik (pilihan kata, struktur kalimat), dan mereka terutama tertarik terhadap saran-saran untuk pengembangan. Mahasiswa cenderung untuk belajar dari komentar-komentar yang berfokus pada tujuan pembelajaran atau kriteria yang telah ditetapkan. Berikut adalah sejumlah saran (diadaptasi dari Dornsife, 1993; Elbow dan Sorcinelli, 2006; Kluger dan DeNisi, 1996; Light, 1992; Pitts, 2005; Shepard, 2006; Smith, 1997; Speck, 2000; Straub, 1997; Tollefson, 2002):
Seimbangkanlah antara komentar positif dan negatif. Berikanlah beberapa komentar positif di setiap tulisan; baik untuk menyemangati mahasiswa maupun untuk menguatkan apa yang telah mereka lakukan dengan baik. Hindarilah melanjutkan komentar positif secara langsung dengan kata tetapi. Arahkanlah komentar positif pada mahasiswa (Kamu melakukan kerja yang baik dengan menyatakan tesis-mu secara jelas) dan komentar negatif pada tulisannya itu sendiri (Paragraf pembukanya membingungkan). Hindarkanlah komentar yang menyindir (sarkastik), mengganggu, atau menghukum. Nyatakanlah kritik dalam bentuk pertanyaan: Tanyakanlah Saya ingin tahu apakah yang Kamu peroleh dengan memasukkan paragraf ini dibandingkan Hapuslah paragraf ini. Sediakanlah saran-saran untuk pengembangan. Dibandingkan dengan menuliskan, Poin ini tidak dijelaskan dengan cukup menyeluruh, tuliskanlah, Jelaskan dengan lebih mendetail mengapa harga meningkat. Bantulah mahasiswa menemukan ambiguitas atau bagian yang memiliki peluang untuk terjadinya kesalahpahaman. Anda dapat menuliskan, Saya menangkap bahwa kalimat ini berarti X. Jika ini berbeda dari apa yang Kamu rencanakan, apa yang dapat Kamu lakukan untuk membantu pembaca melihat maksudmu?.

Hindarilah terlalu banyak memberi tanda. Jika Anda menandai setiap kesalahan tata bahasa, berespons terhadap setiap pemikiran, atau mengajukan pilihan lain untuk setiap bagian, Anda berisiko akan terlalu membebani mahasiswa dan mengalihkan perhatian mereka dari permasalahan utamanya. Cobalah untuk berfokus pada satu atau dua masalah utama serta pada pola kesalahannya. Beberapa pengajar menonjolkan semua kesalahan eja dan kesalahan tata bahasa, tetapi yang lainnya menyatakan hal ini hanya di beberapa halaman pertama saja dan menuliskan catatan umum di akhir tulisan: Cobalah untuk lebih memerhatikan tanda baca; kesalahanmu dapat mengalihkan pembaca dari pemikiranmu yang bagus. (Sumber: Zeiser, 1999) Hindarilah terlalu sedikit memberi tanda. Menempatkan hanya satu atau dua komentar
umum pada suatu tulisan dan kemudian memberikan suatu nilai, walaupun A, tidak terlalu membantu mahasiswa. Mahasiswa ingin mengetahui apa yang Anda pikirkan tentang hasil karya mereka. Pujilah kekuatan tulisan dan tawarkanlah kritik yang konstruktif atas kelemahannya.

Beresponlah secara tepat pada mahasiswa yang tidak mahir berbahasa Inggris. Saat Anda
membaca tulisan mahasiswa, berfokuslah pada kesalahan-kesalahan yang mengganggu pemahaman atas tulisan secara serius. Anda mungkin juga ingin untuk mengoreksi masalah-masalah yang umum, seperti menghilangkan akhiran kata kerja, masalah dengan perubahan bentuk kata kerja (dalam Bahasa Inggris/tense), kesesuaian antara subjek dan kata kerja, serta penggunaan artikel dan kata depan. Periksalah sumber-sumber dari kampus Anda untuk bantuan pengajaran bagi mahasiswa yang mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Sumber-sumber online tersedia, di antaranya, di situs Web Laboratorium Menulis Online Universitas Purdue, Universitas Minnesota, Universitas Ohio, Universitas Washington, dan Kampus Negara Bagian Utah Valley. (Sumber: Holt, 1997; Tollefson, 2002)

Gunakanlah simbol atau kode penanda. Anda dapat menghemat waktu dengan menggunakan simbol atau singkatan untuk kesalahan-kesalahan umum (misalnya, AGR

350

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa

351

untuk kesalahan dalam kesesuaian antara subjek dan kata kerja). Gunakanlah simbolsimbol dari buku teks karangan terstandar atau dari jurusan Bahasa Inggris atau pusat menulis kampus Anda. Atau, kembangkanlah simbol-simbol Anda sendiri. Seorang tenaga pengajar memberikan mahasiswa lembaran kode yang terdiri dari dua belas butir (#2 = lebih perhatikanlah hal-hal teknis seperti tanda baca; #9 = telah ditulis dengan sangat baik; poin Anda sudah jelas dan padat) dan gunakanlah kode-kode tersebut saat menilai tulisan. (Sumber: OKeefe, 1996)

Berfokuslah pada kesalahan yang menunjukkan kebingungan kognitif. Arahkanlah


perhatian mahasiswa pada kesalahan-kesalahan yang menunjukkan pemikiran yang bingung atau tidak logis, demikian pula pada kesalahan-kesalahan yang cenderung membingungkan pembaca: kata ganti yang kata depannya tidak ada atau salah; perubahan yang membingungkan antara bentuk kata lampau (past), kini (present), dan masa datang (future); serta pemasangan subjek dan kata kerja yang tak logis.

Penilaian
Jagalah agar tetap mudah. Seorang pengajar menghemat waktu dan menghindari protes mahasiswa dengan menggunakan sistem tiga nilai: 0 = tidak dapat diterima, 1 = dapat diterima, 2 = bagus sekali. Tingkatan-tingkatan ini didefinisikan sebagai berikut: bagus sekali = tidak membutuhkan perbaikan, memenuhi semua persyaratan tugas, tidak memiliki kesalahan teknis, memenuhi kebutuhan pembaca, menggunakan nuansa yang sesuai, dan ditulis dengan gaya; dapat diterima = membutuhkan beberapa perbaikan, memenuhi semua persyaratan tugas, memiliki beberapa kesalahan teknis yang terlihat jelas, memperkirakan pembacanya secara kurang akurat, mencakup istilah yang negatif; dan tidak dapat diterima = membutuhkan banyak revisi, tidak memenuhi persyaratan yang diminta tugas, memiliki kesalahan teknis yang terlihat jelas, mengabaikan pembaca, menggunakan nuansa yang tidak sesuai, memiliki istilah yang negatif. (Sumber: Dyrud, 2003) Gunakanlah rubrik atau daftar isian Anda sebagai panduan umum, tetapi nilailah tugas secara menyeluruh. Ketika Anda mengomentari tulisan/makalah yang dikumpulkan,
nyatakanlah komentar Anda dalam istilah-istilah berdasarkan kriteria tersebut. Namun, hindarilah memberikan nilai berdasarlan angka untuk setiap kriteria. Berilah nilai berdasarkan keputusan Anda terhadap kualitas keseluruhan. (Sumber: Dyrud, 2003; Holt, 1993; Rodgers, 1995; Stevens dan Levi, 2005; Tollefson, 2002)

A: Bagus dalam semua atau hampir semua aspek. Minat pembaca ditarik oleh ide-ide dan penyajiannya. Gaya dan organisasi terlihat alamiah dan sederhana. Tulisan ditandai oleh orisinalitas ide-idenya dan bebas dari kesalahan kecil (minor) dan besar (mayor). B: Kompeten secara teknis, dengan kesalahan di sana-sini. Tesis/asumsi dasarnya jelas, terbatasi dengan baik, dan masuk akal, serta gaya penulisannya secara umum efektif tanpa meningkat hingga pembedaan yang berkelanjutan. C: Hasil karya yang kompeten, tetapi belum bagus. Menulis masih merupakan suatu usaha bagi sang penulis. Tulisan yang mendapat nilai C masih kurang atau terlalu memadai ketika diorganisasikan di sepanjang jalinan yang jelas, dan tesis/asumsinya cenderung terlalu sederhana atau kurang pertimbangan, meski tidak terlalu mustahil. Struktur kalimat yang monoton masih jelas terlihat, dan kesalahan-kesalahan tampak di sana-sini. Dalam beberapa tulisan C, ide-ide yang luar biasa dirusak oleh penyajian yang buruk-baik dalam pengembangan, organisasi, atau kesalahan teknis. Di tulisan C lainnya, organisasi, struktur, dan tata bahasanya tidak salah, tetapi ide-ide dan bagaimana pengembangannya masih memerlukan perbaikan. Sedangkan di tulisan C lainnya, hanya terdapat beberapa kesalahan teknis serta pengorganisasian dan ide-idenya memadai, tetapi tidak istimewa. Di kampus, tulisan yang C itu cukup. D: Hasil karya yang menunjukkan sejumlah usaha dari penulisnya, tetapi terlalu dirusak oleh masalah-masalah teknis atau salah pikir dan pengembangan ide-ide-nya untuk dapat dianggap karya yang kompeten. F: Ini adalah nilai yang gagal, biasanya disimpan untuk hasil karya yang menunjukkan usaha yang minimum dari penulisnya. Penulisnya telah amat salah menginterpretasikan tugas dan menulis hanya setengah dari jumlah kata yang diminta. Pemisahan-pemisahan paragrafnya acak; subjek dan kata kerja, kata ganti dan kata depannya saling berlawanan satu sama lain dalam pertentangan yang liar. Plagiarisme termasuk dalam kategori ini pula. Kebanyakan pengajar menganggap tindakan memberi nilai F pada mahasiswa yang telah berusaha dengan tulis merupakan tindakan yang tidak produktif; nilai D merupakan nilai yang lebih tepat di kasus seperti ini.

Waspadalah terhadap faktor-faktor yang tidak relevan yang dapat memengaruhi penilaian Anda. Cobalah untuk tidak membiarkan panjang tulisan atau tampilan tulisan
memengaruhi nilai secara tak adil. Pastikanlah Anda tidak terlalu keras pada suatu tulisan hanya karena sudut pandang mahasiswa bertentangan dengan sudut pandang Anda. Hindarilah menjadi terlalu murah hati dengan mempersepsikan adanya ide-ide dalam tulisan meski sebenarnya tidak ada secara tertulis. Pisahkanlah simpati Anda terhadap mahasiswa dengan penilaian terhadap tulisannya. (Sumber: Culham dan Spandell, 1993)

Bertahanlah terhadap godaan untuk memberikan nilai yang terpisah (satu untuk isi, satu untuk tulisan). Membagi nilai cenderung menguatkan pemikiran yang salah bahwa isi
dapat dipisahkan dari bagaimana kejelasan dan ketepatan pengungkapan pemikirannya. (Sumber: Tollefson, 2002)

Berilah mahasiswa definisi dari kriteria untuk setiap nilai. Beberapa mahasiswa meyakini
bahwa penilaian adalah sesuatu yang sepenuhnya subjektif. Anda mungkin ingin menjelaskan apa arti penilaian Anda (diadaptasi dari Crews, 1983, hlm.14, dan Tollefson, 2002, hlm. 14):

352

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa

353

Mengembalikan Tugas-tugas
Kembalikanlah tulisan/makalah di akhir kelas. Jika Anda mengembalikan tulisan di permulaan kelas, mahasiswa akan lebih membaca komentar-komentar Anda dibandingkan memerhatikan apa yang sedang terjadi di kelas. Sebelum mengembalikan tulisan mereka, biarkanlah mahasiswa mengetahui kapankah jadwal jam kerja Anda berikutnya. Jika mahasiswa sangat berkeberatan terhadap nilai yang Anda berikan, sarankanlah agar ia menunggu sehari sebelum menemui Anda dan menyusun keluhan atau pertanyaan terlebih dahulu. Berilah mahasiswa gambaran umum tentang performa mahasiswa sekelas. Ketika Anda mengembalikan tulisan, berilah komentar atas keseluruhannya. Jika beberapa mahasiswa membuat jenis kesalahan yang sama, bagilah informasi tentang permasalahan tersebut pada seluruh kelas. Beritahulah mahasiswa apa yang ingin Anda lihat di tugas mendatang, dan perkuatlah tentang pentingnya menulis sebagai cara mempelajari materi subjeknya. Meluangkan waktu untuk membaca tulisan yang amat kuat pada kelas juga akan membantu. Mintalah mahasiswa untuk mengomentari tugasnya. Cari tahulah tentang kesulitan yang
mahasiswa miliki dengan tugasnya serta saran mereka untuk meningkatkannya.

Akankah apa yang telah kupelajari memengaruhi kebiasaan belajar atau tujuan pendidikanku? Apakah yang telah kutemukan tentang caraku belajar atau tentang kekuatanku serta area-area yang membutuhkan pengembangan?

Proses yang lebih sedikit memakan waktu adalah dengan meminta mahasiswa untuk mengidentifikasi dua karya tulis terbaiknya dan mengisi kuesioner reflektif singkat.

Putuskanlah apakah Anda akan menilai portofolio tersebut. Anda tidak perlu menilai
portofolio yang memuat tugas-tugas yang telah dinilai. Jika Anda memutuskan bahwa Anda ingin memberikan nilai, biarkanlah mahasiswa mengetahui kriteria apa yang akan Anda gunakan.

Untuk tugas tanpa teks (salinan tercetak), ciptakanlah portofolo elektronik (e-portofolio)
Portofolio elektronik memungkinkan mahasiswa untuk mengumpulkan teks, video, foto, rekaman suara, dan bahan-bahan multimedia lainnya. E-portofolio juga memudahkan untuk mengorganisasikan dan menyebarluaskan karyanya untuk tujuan-tujuan melebih dari satu perkuliahan. Konferensi Komposisi dan Komunikasi Kampus/ The Conference on College Composition and Communication (2007) telah menerbitkan panduan tentang e-portofolio.

Izinkanlah beberapa penulisan ulang. Mengizinkan mahasiswa untuk menulis ulang


makalah/karya tulisnya serta mengizinkannya dinilai ulang dapat membuat proses evaluasi menjadi lebih mendidik. Mahasiswa cenderung akan lebih memerhatikan komentar Anda ketika mereka memiliki kesempatan untuk memperbaiki. Tetapkanlah tenggat waktu yang tegas untuk perbaikan dan ciptakanlah panduan tentang apa yang termasuk dalam penulisan ulang. Mintalah mahasiswa mengumpulkan baik tulisan awal maupun hasil perbaikannya.

Daftar Referensi
Andrade, H. G. Teaching with Rubrics: The Good, the Bad, and the Ugly. College Teaching, 2005, 53(1), 27-30. Annis, L., and Jones, C. Student Portfolios: Their Objectives, Development and Use. In P . Seldin (Ed.), Improving College Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Arter, J., and McTighe, J. Scoring Rubrics in the Classroom. Thousand Oaks, CA: Corwin Press, 2001. Beason, L. Feedback and Revision in Writing across the Curriculum Classes. Research in the Teaching of English, 1993, 27(4), 395-422. Bednarski, M. Assessing Performance Tasks: Guidelines for Developing Objective Scoring Rubrics. The Science Teacher, 2003, 70(4), 34-37. Bell, S. Grading Papers Online. Teaching English in the Two-Year College, 2002, 30(2), 198-199. Conference on College Composition and Communication. Principles and Practices in Electronic Portfolios. Nov. 2007. http://www.ncte.org/cccc/announcements/l28846.htm Crews, F. English 1A-1B Instructors Manual. Berkeley: Department of English, University of California, 1983. Culham, R, and Spandel, V Problems and Pitfalls-Encountered by Raters. Portland, OR: Northwest Regional Educational Laboratory, 1993. http://research.cps.k12.il.us/cps/accouutweb/Assessment/ IdeasandRubrics/Introduction/Using.html Dornsife, R. S. Five Ways to Improve Written Responses to Student Work. The National Teaching and Learning Forum, 1993, 2(5), 4-5. Dyrud, M. A. Preserving Sanity by Simplifying Grading. Business Communication Quarterly, 2003, 66(1), 78-85.

Portofolio
Dalam perkuliahan dengan banyak tugas menulis, mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil tugas dan ujian tertulis yang
dipilih oleh mahasiswa yang memungkinkan orang lain untuk menilai kemampuannya (Annis dan Jones, 1995). Portofolio dapat menunjukkan pertumbuhan atau perubahan dari waktu ke waktu, menonjolkan kekuatan dan kekurangan, atau memamerkan hasil karya yang terbaik. Komponen paling penting dari sebuah portofolio adalah esai/tulisan reflektif yang disiapkan mahasiswa untuk menemani hasil karyanya. Esai ini mendorong mahasiswa untuk mengukur kemajuan mereka sebagai pembelajar dengan mendiskusikan jenis-jenis pertanyaan sebagai berikut (diadaptasi dari Zubizarreta, 2004, hlm. 8): Apakah yang sudah kupelajari? Apakah ini yang dulunya kupikir akan kupelajari? Apa yang telah kupelajari, yang tidak kuduga?

354

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa


Elbow, P , and Sorcinelli, M.D. How to Enhance Learning by Using High-Stakes and Low-Stakes Writing. In W. J. McKeachie and M. Svinicki, McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Holt, D. Holistic Scoring in Many Disciplines. College Teaching, 1993, 41(2), 71-74. Holt, S. L. Responding to Grammar Errors. New Directions for Teaching and Learning, no. 70. San Francisco: Jossey-Bass, 1997. Kluger, A. N., and DeNisi, A. The Effect of Feedback Interventions on Performance: A Historical Review, a Meta-Analvsis, and a Preliminary Feedback Intervention Theory. Psychological Bulletin, 1996, 119(2), 254-284. Light, R. J. The Harvard Assessment Seminars, Second Report. Cambridge, MA: School of Education, Harvard University, 1992. OKeefe, R. D. Comment Codes: Improving Turnaround Time for Student Reports. College Teaching, Fall 1996, 44(4), 137-138. Pitts, S. E. Testing, Testing ... How Do Students Use Written Feedback Active Learning in Higher Education, 2005, 6(3), 218-229. Ransdell, D. R. Directive versus Facilitative Commentary. Teaching English in the Two-Year College, 1999, 26(3), 269-276. Rodgers. M. L. How Holistic Scoring Kept Writing Alive in Chemistry. College Teaching, 1995, 43(1), 19-22. Shepard, L. A. Classroom Assessment. In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th ed.) Westport, CT: American Council on Education/Praeger, 2006. Smith, S. The Genre of the End Comment: Conventions in Teacher Responses to Student Writing. College Composition and Communication, 1997, 48(2), 249-268. Speck. B. M. Grading Students Classroom Writing: Issues and Strategies. ASHE-ERIC Higher Education Report, 2000, 27(3), 2000. Stevens, D. D., and Levi, A. J. Introduction to Rubrics: An Assessment Tool to Save Grading Time, Convey Effective Feedback and Promote Student Learning. Sterling, VA: Stylus, 2005. Still, B. Talking to Students. Embedded Voice Commenting as a Tool for Critiquing Student Writing. Journal of Business and Technical Communication, 2006, 20(4), 460-475. Straub, R. Students Reactions to Teacher Comments: An Exploratory Study. Research in the Teaching of English, 1997 31(1), 91-119. Straub, R. The Practice of Respose: Strategies for Commenting on Student Writing. Cresskill, NJ: Hampton Press. 2000. Tollefson, S. K. Encouraging Student Writing. Berkeley: Office of Educational Development, University of California, 2002. http://teaching.berkeley:edu/publications.html Walvoord, B. E., and Anderson, V, J. Effective Grading: A Tool for Learning and Assessment. San Francisco: Jossey-Bass, 1998. Weaver, M. Do Students Value Feedback? Student Perceptions of Tutors Written Responses. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2006. 31(3), 379-394. Zeiser, P . A. Teaching Process and Product: Crafting and Responding to Student Writing Assignments. PS: Political Science and Politics, 1999, 32(3), 593-595. Zubizarreta, J. The Learning Portfolio: Reflective Practice for Improving Student Learning. San Francisco: Jossey-Bass, 2004.

Tugas Rumah: Paket Permasalahan

355

37
Tugas Rumah: Paket Permasalahan

Terdapat beberapa keuntungan dari meminta mahasiswa mengumpulkan paket/kumpulan permasalahan atau tugas rumah yang singkat di sepanjang semester: Mahasiswa menjadi terbiasa pada kegiatan belajar yang rutin dan sistematis serta berkurang kecenderungan prokrastinasi (menunda-nunda)-nya. Mahasiswa memahami jenis-jenis permasalahan yang seharusnya mampu mereka atasi. Tugas-tugas tersebut memberikan Anda kesempatan yang terus-menerus untuk melihat bagaimana perkembangan mahasiswa Anda.

Jika Anda memberikan tugas rumah, Wankat dan Oreovicz (2003) menyarankan bahwa tugas-tugas rumah menyumbangkan sekitar 10 hingga 15 persen dari nilai kuliah mahasiswa. Jika tugas rumah memberikan sumbangan lebih sedikit, beberapa mahasiswa akan mengabaikan tugas-tugasnya. Jikatugas rumah memiliki porsi yang lebih besar, beberapa mahasiswa dapat tergoda untuk berbuat curang. Anda juga dapat bertanya pada mahasiswa tentang berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas rumahnya. Tergantung pada jawaban mereka, Anda dapat menyesuaikan jumlah tugas rumah yang Anda berikan atau mendiskusikan kebiasaan belajar serta teknik-teknik pemecahan masalah yang lebih efektif.

Strategi-strategi Umum
Distribusikanlah beban kerja secara imbang di sepanjang semester. Cobalah untuk mempercepat tugas-tugas sehingga mahasiswa tidak memiliki terlalu banyak tugas rumah pada saat minggu-minggu akhir semester atau segera sebelum atau setelah ujian tengah semester. Putuskanlah kapan Anda ingin mengumumkan pemberian tugas-tugas rumah. Beberapa pengajar mendistribusikan keseluruhan paket tugas untuk sepanjang semester pada hari pertama di kelas sehingga mahasiswa dapat merencanakan jadwal mereka. Pengajar lainnya mengumumkan satu tugas di satu waktu, yang memungkinkan mereka untuk

356

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Tugas Rumah: Paket Permasalahan

357

memodifikasi tugas-tugasnya agar memenuhi kecepatan dan kemampuan kelas. Sementara itu, pengajar yang lainnya lagi membuat daftar tenggat waktu dari tugas-tugasnya dalam silabus, tetapi membuat rincian tugasnya seiring berjalannya semester. Anda juga dapat memutuskan apakah Anda lebih memilih memberikan tugas di awal pertemuan kelas atau dekat dengan akhir pertemuan. Apa pun yang Anda putuskan, perjelaslah pada mahasiswa ketika tugas akan tersedia, kapan batas waktu pengumpulannya, dan apa yang akan mengikuti setelahnya.

masalahan yang terlalu rumit. Cobalah untuk tidak memberikan permasalahan yang sulit terlalu dini di awal semester; kegagalan atau keputusasaan yang terlalu dini dapat menurunkan motivasi mahasiswa untuk bekerja keras dalam permasalahan berikutnya. Kuatkanlah pembelajaran mahasiswa dengan mencakup suatu konsep atau topik dalam setidaknya dua tugas.

Beritahukanlah tujuan dari setiap tugas. Mahasiswa akan lebih termotivasi untuk bekerja keras dalam tugasnya jika Anda menjelaskan tujuan dari tugas rumah tersebut dan hubungannya dengan tujuan perkuliahan. Apakah yang akan mahasiswa pelajari dengan menyelesaikan paket permasalahannya? Bagaimana paket permasalahan memperkuat aspek-aspek perkuliahan lainnya? Bagaimana paket permasalahan terkait dengan ujian tengah semester dan ujian akhir? Batasilah jumlah waktu kelas yang Anda alokasikan untuk mengkaji tugas rumah. Seorang pengajar yang membahas keseluruhan permasalahan yang menjadi tugas rumah akan mencegah mahasiswa mengerjakan sendiri permasalahan yang sulit. Terlebih lagi, mahasiswa yang diberitahukan solusi dan kemudian diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang serupa terkadang masih tidak bisa memecahkan sendiri permasalahan tersebut. Jika Anda mengkaji tugas rumah di periode kelas, mintalah mahasiswa untuk maju ke papan tulis dan menunjukkan bagaimana mereka memecahkan permasalahan tersebut. (Sumber: Dominowski, 2002)

Kumpulkanlah paket-paket permasalahan dari beragam sumber. Carilah butir-butir permasalahan tersebut secara online dan dalam salinan buku teks milik pengajar yang membahas area subjek tersebut. Anda juga dapat bertukar paket permasalahan dengan kolega di institusi lainnya. Beberapa tenaga pengajar meminta mahasiswa untuk mengumpulkan soal/permasalahan untuk tugas di masa datang. Variasikanlah jenis tugas rumah yang Anda tugaskan. Sebagai contoh, dua atau tiga kali selama semester tersebut berilah mahasiswa tugas untuk merangkum konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau rumus-rumus penting dalam perkuliahan hingga materi hari tersebut. Meringkas membantu mahasiswa dalam mensintesis materi perkuliahan, berfokus pada konteks yang lebih luas dari perkuliahannya, dan membedakan antara materi yang penting dan kurang penting. Bagilah tugas rumah menjadi permasalahan yang dikumpulkan dan yang juga dikerjakan. Kumpulkanlah permasalahan-permasalahan yang yang dikumpulkan,
tetapi biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa permasalahan yang juga dilakukan dapat muncul di ujian tengah semester atau ujian akhir. (Sumber: Reznick, 1985)

Menyiapkan Paket-paket Permasalahan


Jadikanlah tugas pertama sebagai bahan kajian. Pada tugas pertama, masukkanlah materi yang seharusnya dipelajari mahasiswa dalam kuliah prasyarat. Gunakanlah tugas tersebut untuk menentukan apakah setiap mahasiswa telah cukup siap untuk dapat berhasil di perkuliahan Anda. Mintalah mahasiswa yang masih belum cukup siap untuk menunda ikut perkuliahan Anda atau arahkanlah mereka pada sumber-sumber yang dapat mengatasi kesenjangan dalam pengetahuan mereka. Koordinasikanlah antara paket-paket permasalahan dengan topik-topik perkuliahan.
Janganlah membuat mahasiswa Anda bingung atau putus asa dengan memberikan tugas-tugas yang membutujkan informasi, keterampilan, atau teknik yang belum mereka peroleh di kelas. Jika topik-topik perkuliahan dan tugas rumah meluas, jelaskanlah alasan Anda pada kelas.

Jika memungkinkan, kerjakanlah sendiri semua permasalahan sebelum diberikan pada mahasiswa. Dengan mengerjakan tugas tersebut sendiri, Anda dapat melihat apa yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan paket permasalahannya dan kesulitan-kesulitan apa yang dapat dijumpai mahasiswa. Cobalah untuk mengerjakan paket permasalahan tersebut satu atau dua minggu sebelum diberikan pada mahasiswa Anda. Jika Anda menyelesaikan semua tugas tersebut sebelum perkuliahan dimulai, Anda bisa jadi tidak mengingat permasalahan-permasalahan tersebut dengan cukup baik untuk dapat memberi saran pada mahasiswa.

Membantu Mahasiswa Belajar Memecahkan Permasalahan


Mintalah mahasiswa untuk mengerjakan contoh permasalahan di kelas secara kolaboratif.
Mahasiswa dapat belajar dari satu sama lain dengan bekerja bersama, dan kerja kelompok dapat menguntungkan mahasiswa dalam hal membedakan antara sifat dan kemampuan. Lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok. (Sumber: Baker dan Campbell, 2005; Wieschenberg, 1994)

Cobalah untuk menciptakan tugas-tugas yang bermakna. Mahasiswa akan menangani


tugas mereka dengan lebih berminat jika mereka dapat melihat aplikasi dan relevansi dari tugas tersebut.

Biarkanlah mahasiswa mengerjakan tugas rumah secara berkelompok di luar kelas.


Beberapa pengajar mencoba untuk meminimalisir penyalinan yang tidak jujur dengan melarang kerja kolaboratif, tetapi kebijakan seperti itu menyebabkan mahasiswa tidak dapat merasakan keuntungan dari pembelajaran melalui teman. Beberapa pengajar

Selektiflah dalam memilih permasalahan. Masukkanlah campuran latihan rutin dan


permasalahan yang lebih menantang dengan cukup masuk akal, tetapi hindarilah per-

358

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Tugas Rumah: Paket Permasalahan

359

mendorong mahasiswanya untuk mendiskusikan paket permasalahannya tetapi menuntut mahasiswa untuk menuliskan hasil kerjanya secara perseorangan. (Sumber: Wankat dan Oreovicz, 2003)

Beritahukanlah mahasiswa Anda tentang proses dan teknik pemecahan masalah yang Anda miliki. Diskusikanlah tentang bagaimana yang Anda pikirkan tentang suatu permasalahan
sebelum memutuskan pendekatan apa yang dilakukan untuk memecahkannya, bagaimana Anda mengklasifikasi permasalahan-permasalahan berdasarkan prinsip-prinsip yang mendasarinya, bagaimana Anda memisahkan informasi yang penting dan tidak, serta bagaimana Anda mengawasi performa dan kemajuan Anda. Cobalah untuk mengarahkan perhatian mahasiswa terhadap proses daripada solusinya, termasuk bagaimana Anda memproses ketika Anda merasakan kebuntuandan bagaimana Anda menentukan apakah Anda sedang mengalami kebuntuan. (Sumber: Anderson, 1993; Bransford dkk., 2000)

besar saran dalam pemecahan masalah. Polya mendiskusikan pilihan-pilihan pemecahan masalah di setiap empat langkah dasar: memahami permasalahannya, membuat rencana, melaksanakan rencananya, dan melihat kembali. Saran-saran untuk pemecahan masalah sebagai berikut diadaptasi dari Bransford, Brown, dan Cocking (2000); Brown dan Atkins (1988); Davidson dan Ambrose (1994); Dominowski (2002); Freisem, Messemer, dan Jacobson (2005); dan Polya (2004): Baca dan baca ulang dengan hati-hati gambaran permasalahannya. Tuliskanlah informasi yang secara khusus diminta oleh permasalahannya. Nyatakan ulang permasalahan tersebut dengan kata-kata Anda sendiri. Daftarlah semua yang diberikan, baik eksplisit (yang tampak) maupun implisit (yang tak tampak). Lihatlah dua kali pada kata-kata yang dapat disalahartikan. Temukenali poin-poin utamanya; tentukan apa yang penting dan apa yang tidak. Cobalah untuk menjelaskan permasalahan tersebut pada orang lain. Periksalah jenis permasalahan yang mirip, yang dikerjakan oleh orang lain atau permasalahan yang mirip yang telah berhasil Anda pecahkan. Curah pendapat (brainstorm); mungkin ada lebih dari satu jalan untuk memecahkan suatu permasalahan. Pelajari permasalahannya; kemudian tinggalkan dan kembali lagi tangani nanti. Buatlah bagan alur dengan pilihan ya/tidak, gambarlah sebuah diagram, atau wakili permasalahannya secara grafis (gambar) atau matematis. Pecahlah permasalahannya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Lakukanlah bagian yang termudah atau langkah pertama. Buatlah perkiraan kasar tentang bagaimana solusinya terlihat seharusnya. Secara sistematis, coba-cobalah (trial-error). Pikirkanlah tentang strategi pemecahan masalah Anda (metakognisi) dibandingkan memikirkan tentang permasalahannya. Ucapkanlah setiap langkah Anda sambil Anda memecahkan permasalahannya. Tekunlah ketika menghadapi keputusasaan: beberapa masalah mudah untuk dipecahkan. Jagalah kondisi mental yang santai, tenang, tetapi waspada. Jangan biarkan keputusasaan, kemarahan, atau perasaan-perasaan negatif lainnya menutupi pemikiran Anda. Setelah Anda memecahkan masalahnya, kaji ulanglah solusi yang Anda hasilkan: Dengan kata-kata, rangkumlah solusinya untuk menguatkan apa-apa yang telah Anda pelajari. Periksalah untuk melihat apakah ada metode yang lebih sederhana atau alternatifnya. Identifikasilah kelas permasalahan yang seperti apa yang dapat Anda pecahkan sekarang.

Pekalah terhadap perbedaan antara pemecah masalah yang sudah ahli dan amatir.
Sebagai seorang pengajar, berdasarkan definisinya, Anda telah mengembangkan keahlian yang mungkin kurang atau tidak dimiliki mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan yang amatir, para ahli memiliki pengetahuan yang luas; dapat secara fleksibel mengeluarkan aspek-aspek penting dari pengetahuannya, dengan mudah, dengan sedikit perhatian secara sadar; memiliki akses yang lebih besar terhadap gudang penyimpanan keterampilan yang luas; menghabiskan lebih banyak waktu dalam merencanakan dan menganalisis permasalahannya; dapat lebih mudah mengenali fitur dan pola dalam informasi; dapat mengurangi permasalahan yang kompleks menjadi ukuran yang dapat ditangani dengan memisahkan antara informasi yang relevan dan yang tidak; mengklasifikasikan permasalahan berdasar suatu struktur atau konseptulisasi yang mendasari; mengetahui kapankah informasi tambahan diperlukan; mempertimbangkan beragam pilihan sebelum memutuskan suatu kegiatan perkuliahan; dan lebih berhatihati dalam mengawasi sendiri pemahaman dan performa mereka.

Mahasiswa bergerak dari seorang baru menuju pengembangan kompetensi melalui serangkaian proses belajar. Bantulah mahasiswa mencapai hal-hal berikut (diadaptasi dari Bransford dkk., 2000, hal. 237-238): Mengaitkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengetahuan baru. Mengorganisasikan informasi sedemikian rupa sehingga mendukung kemampuan mereka untuk mengingat. Pergi melebihi informasi yang diberikan untuk menarik keterkaitan/hubungan dan kesimpulan. Memahami dalam kondisi-kondisi seperti apakah pengetahuan dapat diaplikasikan. Membuat perkiraan dan tebakan yang terpelajar. Mengatur proses mereka sendiri dan mengubah strategi sesuai kebutuhan.

Ajarkanlah mahasiswa tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Pertama kali


dipublikasikan di tahun 1945 dan terus-menerus dicetak, karya klasik Polya How to Solve It (Bagaimana untuk Memecahkannya) (2004) adalah titik awal bagi sebagian

360

BAGIAN VII: Menguatkan Keterampilan Mahasiswa

Tugas Rumah: Paket Permasalahan

361

Mintalah mahasiswa untuk mengerjakan melebihi solusi. Seorang pengajar Matematika memberikan mahasiswanya tugas sebagai berikut: Pilihlah salah satu, yang mana saja, dari permasalahan-permasalahan yang telah Anda pecahkan, dan jelaskanlah dalam kalimat lengkap, langkah demi langkah, bagaimana persisnya Anda memecahkan permasalahan tersebut. Anda dapat menggunakan penjelasan ini untuk memahami dengan lebih baik proses berpikir dan strategi pemecahan masalah mahasiswa Anda. Anda juga dapat menugaskan mahasiswa untuk bertugas, berbasiskan rotasi/giliran, sebagai ahli lokal untuk permasalahan tugas rumah setiap minggu. Atau Anda dapat meminta mereka untuk mendiskusikan atau menuliskan tentang strategi-strategi yang mereka gunakan untuk keluar dari kebuntuan. (Sumber: Angelo, 1991; Tripp, 1998)

jawabannya yang benar tidak mengandung kesalahan konseptual atau logika. Beberapa mahasiswa dapat menghasilkan solusi yang kratif atau baru diciptakan/inventif. Bahkan ketika metode mahasiswa dapat diterima, Anda dapat memberitahukan metode yang lebih sederhana atau lebih kuat.

Hargailah kemajuannya. Tentukanlah bagaimana untuk menilai jawaban yang hanya benar sebagian. Cobalah untuk menghadiahi mahasiswa yang memilih konsep atau metode yang benar, meskipun mereka melakukan kesalahan dalam perhitungannya. Seorang tenaga pengajar memberikan angka 0 jika permasalahannya kurang dari sepertiga yang selesai; angka 1 jika sepertiga hingga dua pertiga bagian yang selesai; dan angka 2 jika lebih dari dua pertiga bagian yang diselesaikan. (Sumber: Wieschenberg, 1994) Kembalikanlah tugas rumah dengan segera. Cobalah untuk mengembalikan tugas rumah
atau umumkan jawabannya sebelum sesi kelas berikutnya, sehingga mahasiswa akan memiliki pemahaman terkini tentang apa yang masih belum mereka kuasai.

Mengumpulkan Tugas Rumah


Tetapkanlah aturan-aturan yang jelas untuk tugas. Beberapa pengajar memberi
sangsi pada tugas yang terlambat dengan angka nilai yang tetap untuk setiap hari keterlambatannya kecuali mahasiswa memiliki alasan yang meyakinkan sehingga kelewatan tenggat waktunya. Pengajar lainnya mengumumkan bahwa satu atau dua tugas rumah mahasiswa yang terburuk tidak akan dihitung. Beberapa pengajar memberikan hadiah tambahan dua hari sepanjang semester, yang dapat mahasiswa gunakan untuk mengumpulkan suatu tugas dengan keterlambatan dua hari atau dua tugas dengan masing-masing terlambat satu hari.

Daftar Referensi
Anderson, J. R. Problem Solving and Learning. American Psychologist, 1993, 48(1), 35-44. Angelo, T. A. Ten Easy Pieces: Assessing Higher Learning in Four Dimensions. In T. A. Angelo (Ed.), Classroom Research: Early Lessons from Success. New Directions for Teaching and Learning, no. 46. San Francisco: Jossey-Bass, 1991. Baker, D. F, and Campbell, C. M. When Is There Strength in Numbers? A Study of Undergraduate Task Groups. College Teaching, 2005, 53(1), 14-18. Bransford, J. D., Brown, A. L., and Cocking, R. R. (Eds.). How People Learn: Brain, Mind, Experience and School. Washington, DC: National Academy Press, 2000. Brown, G., and Atkins M. Effective Teaching in Higher Education. London: Methuen, 1998. Davidson. C. L, and Ambrose, S. A. The New Professors Handbook: A Guide to Teaching and Research in Engineering and Science. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Dominowski, R. L. Teaching Undergraduates. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002. Freisem, K., Messemer, C., and Jacobson, W. H. Aligning in Math, Science and Engineering Courses. In D. H. Wulff (Ed.), Aligning for Learning: Strategies for Teaching Effectiveness. San Francisco: JosseyBass, 2005. Polya, G. How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. Princeton, NJ: Princeton University Press, 2004. Reznick, B. A. Chalking It Up: Advice to New TA. New York: Random House, 1985. Tripp, J. S. Getting Students to Do Homework. The Mathematics Teacher, 1998, 91(6), 478- 479. Wankat, P ., and Oreovicz, F. Teaching: Getting Homework to Work. ASEE-PRISM, 2003, 12(6). Wieschenberg, A. A. Overcoming Conditioned Helplessness in Mathematics. College Teaching, 1994, 42(2).

Jika Anda mengumpulkan salinan tercetaknya, tetapkanlah batas pengumpulan di permulaan kelas. Jika Anda menerima pengumpulan tugas rumah menjelang akhir
periode di kelas, mahasiswa bisa jadi akan datang terlambat ke kelas.

Menilai
Nilailah hanya suatu sampel dari tugas rumah. Anda dapat mengumpulkan semua
tugas rumah, tetapi hanya menilai satu atau dua permasalahan untuk tiap paketnya, atau mengumpulkan dua atau tiga permasalahan dalam seminggu untuk dinilai, atau memberikan kuis singkat pada permasalahan yang terpilih dan menilainya. Beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk menempatkan semua tugas mereka dalam satu buku catatan atau sebuah file online, yang akan dikumpulkan untuk diperiksa setiap beberapa minggu sekali. Untuk tugas-tugas yang tidak Anda nilai, umumkan/pos-kan lembar jawabannya setelah batas waktu pengerjaan tugas tersebut berakhir sehingga mahasiswa dapat memeriksa jawaban mereka.

Periksalah juga metode yang digunakan mahasiswa selain jawabannya. Ketika Anda menilai tugas rumah mahasiswa, tulislah komentar singkat untuk memuji hal yang secara khusus baik. Jika solusi yang dihasilkan tidak tepat, temukanlah kesalahannya atau sarankanlah pendekatan yang lebih baik. Jika seorang mahasiswa memecahkan permasalahan dengan metode yang berbeda dari yang akan Anda pilih, pastikanlah bahwa

Mendorong Kejujuran Akademik

363

BAGIAN VIII

Pengujian dan Penilaian


38. Mendorong Kejujuran Akademik 39. Kuis, Tes, dan Ujian 40. Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian 41. Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan 42. Ujian Jawaban Singkat dan Uraian 43. Praktik Penilaian 44. Menghitung dan Memberikan Nilai

364

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

365

38
Mendorong Kejujuran Akademik

Dalam survei-survei, setengah hingga tiga per empat dari mahasiswa kampus mengakui telah berbuat tidak jujur/curang setidaknya sekali selama perjalanan karier akademik mereka (Cizek, 1999; Lang, 2008; Maramark dan Maline, 1993; McCabe dan Trevino, 1996). Mahasiswa menjelaskan perilaku curang mereka dalam berbagai cara: mereka curang dalam berespons terhadap tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik, atau dalam usaha untuk mengatasi kelas yang tampaknya tidak adil atau terlalu menuntut, atau karena mereka tidak yakin tentang batasan antara perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima, atau ketika mereka merasa bahwa pengajarnya tidak peduli atau tidak simpatik terhadap pengajaran mereka atau pembelajaran mahasiswa. Prokrastinasi (menunda-nunda), ketidakpedulian, panik dalam menghadapi batasan waktu, tekanan kelompok untuk mendukung teman, atau keyakinan bahwa semua orang melakukannya merupakan alasan-alasan mengapa mahasiswa berbuat curang.

Beberapa dari faktor-faktor berikut berada di luar kontrol pengajar, tetapi Anda dapat melakukan beberapa langkah untuk mendorong kejujuran akademik (diadaptasi dari Aiken, 1991; Davis dkk., 1992; Roberts dan Rabinowitz, 1992; Whitley, 1998): Nyatakanlah standar-standar untuk pembelajaran dan perilaku. Tempatkanlah standar-standar tersebut dalam silabus dan diskusikanlah hal-hal tersebut dalam kelas. Jelaskanlah bagaimana kecurangan menyakiti mahasiswa dan jelaskanlah sangsi kampus untuk ketidakjujuran. Aturlah perkuliahan Anda sehingga mahasiswa tidak akan tergoda untuk berbohong (misalnya, mengizinkan mahasiswa untuk melewatkan satu kuis tanpa hukuman/ konsekuensi). Ambillah tindakan pencegahan yang tampak nyata untuk mendeteksi kecurangan; tunjukkanlah pada mahasiswa bahwa Anda tidak akan menoleransi perilaku yang tidak etis. Jika kecurangan terjadi, beresponslah dengan cepat.

366

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

367

Strategi-strategi Umum
Diskusikanlah standar kejujuran akademik pada awal semester. Peringatan umum untuk hindarilah kecurangan relatif tidak efektif. Bantulah mahasiswa membedakan antara perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dengan memberikan contoh dari plagiarisme (pencontekan), kerja sama yang tidak diizinkan, dan praktik-praktik kecurangan lainnya. Sebagai contoh, apakah plagiarisme jika mahasiswa memasukkan ide-ide dari teman atau pengajar di pusat belajar mahasiswa? Apakah boleh bagi mahasiswa untuk bekerja dengan teman-teman dalam tugas rumah? Diskusikanlah aturan, prosedur dan hukuman terhadap pelanggaran akademik yang ditetapkan oleh universitas. Jelaskanlah alasan untuk kutipan yang memadai dari hasil karya orang lain. Mintalah mahasiswa untuk memikirkan tentang bagaimana kecurangan mengambil alih dan mencegah pembelajaran (Isserman, 2003). Bukalah kesempatan untuk diskusi tentang pertanyaanpertanyaan seperti Mengapa setiap kita harus peduli tentang integritas akademik? atau Jenis lingkungan akademik seperti apakah yang menginspirasi perilaku etis?. (Sumber: Landau dkk., 2002; Lipson dan Reindl, 2003) Distribusikanlah kebijakan institusi/lembaga. Beberapa kampus dan jurusan menghasilkan lembar catatan pegangan yang mencakup definisi dari perilaku jujur dan tidak jujur, serta mereka meminta mahasiswanya untuk menandatangani suatu pernyataan bahwa mereka telah memahami materinya. Berikut adalah contoh definisi dari satu jurusan dalam Universitas Califormia di Berkeley: Berbuat curang berarti mendapatkan bantuan yang tidak sah dalam suatu tugas, kuis, atau ujian. (1) Anda tidak boleh menerima dari mahasiswa lainnya atau memberikan pada mahasiswa lain, informasi, jawaban, atau bantuan apa pun selama ujian. (2) Anda tidak boleh menggunakan sumber-sumber yang tidak sah dalam menjawab selama ujian. Anda tidak boleh membawa catatan, buku, telepon genggam, PDA, kalkulator, laptop, atau alat teknologi lainnya ke dalam ujian ketika alat-alat tersebut dilarang, dan Anda juga tidak boleh merujuk pada buku, catatan, atau alat bantu lain apa pun ketika Anda sedang mengikuti ujian kecuali jika pengajarnya menyatakan bahwa ujiannya merupakan ujian buka buku/open book. (3) Anda tidak boleh memperoleh pertanyaan ujian secara ilegal sebelum ujian berlangsung atau memanipulasi suatu ujian setelah ujian tersebut dikoreksi. Plagiarisme berarti mengumpulkan suatu karya sebagai hasil kerja Anda meskipun itu merupakan karya orang lain. Sebagai contoh, menyalin materi dari sebuah buku, situs Web, atau sumber-sumber lainnya tanpa memberitahukan bahwa kata-kata atau pemikiran tersebut adalah milik orang lain dan bukan dari Anda sendiri merupakan plagiarisme. Jika Anda menyalin kata-kata seorang penulis dengan persis, perlakukanlah bagian naskah tersebut sebagai kutipan langsung dan sediakanlah keterangan kutipan yang tepat. Jika Anda menggunakan ide orang lain, bahkan jika Anda memparafrase/menyatakan ulang kata-katanya, pengakuan yang memadai harus diberikan. Anda telah melakukan plagiarisme jika Anda membeli makalah semester secara online atau dari mahasiswa lain, menyalin tulisan dari seseorang yang sebelumnya telah mengikuti mata kuliah

tersebut, mengunduh suatu tulisan dari Web, atau mengumpulkan suatu tulisan yang tidak Anda tulis sendiri dengan menggunakan nama Anda.

Masukkanlah informasi tentang integritas akademik dalam silabus Anda. Beberapa


pengajar membagikan pernyataan singkat tentang pentingnya integritas akademik, kutipan dari kebijakan institusi mereka tentang ketidakjujuran akademik, definisi dari kerja sama yang diizinkan dan yang tidak, serta informasi tentang sanksi-sanksinya (Jika Kalian ditemukan telah berbuat curang pada tugas rumah atau ujian, maka kalian akan mendapatkan nilai F di tugas tersebut). Contoh pernyataan dipublikasikan dalam situs Web dari Pusat Kemajuan Pengajaran (the Center for Advancement of Teaching) Universitas Rutgers.

Anda mungkin juga ingin memasukkan informasi sebagai berikut (diadaptasi dari Whitley dan Keith-Spiegel, 2002): Daftar dari sumber-sumber kampus untuk mahasiswa (pusat konseling, pusat belajar mahasiswa, workshop perpustakaan, program pembimbingan belajar/tutoring). Rekomendasi untuk sumber-sumber yang mendiskusikan tentang bagaimana mengutip karya yang menjadi acuan. Sebuah undangan untuk melaporkan adanya ketidakjujuran akademik: Silahkan datang pada saya dengan kekhawatiran apa pun yang kalian miliki tentang perilaku mahasiswa lainnya. Kalian akan membantu saya dan semua yang lain di kelas ini, dan saya akan menjaga sepenuhnya kerahasiaan komentar Anda. Sebuah undangan untuk mendiskusikan pertanyaan apa pun tentang suatu tugas: Jika Kalian memiliki kesulitan dengan suatu tugas atau jika tidak yakin tentang perilaku yang diizinkan dan yang tidak, silahkan datang kepada saya dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Kembangkanlah iklim ruang kelas dan norma kelompok yang mendukung kejujuran.
Mahasiswa akan kurang mampu berbuat curang jika mereka merasa bahwa pengajarnya memperlakukan mahasiswa dengan adil, menilai secara konsisten, mendorong dan menghargai kontribusi mahasiswa, mendukung kerja kelompok, terbuka pada mahasiswa, dan memiliki hubungan yang baik dengan mahasiswa. Anda juga dapat meminta mahasiswa Anda untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara untuk melaksanakan ujian di bawah sistem kehormatan (tanpa pengawas). Penelitian menunjukkan tingkat kecurangan yang lebih rendah di kampus yang memiliki sistem kehormatan atau aturan kehormatan yang dimodifikasi dan budaya integritas akademik yang kuat. (Sumber: McCabe dan Pavela, 2000; McCabe dkk., 2001; McKeachie dan Svinicki, 2006; Pulvers dan Diekhoff, 1999; Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

Pastikanlah akses yang setara terhadap bahan-bahan pelajaran. Ciptakanlah penyimpanan (dalam perpustakaan atau kantor jurusan atau di situs Web perkuliahan) untuk tugas-tugas dan pertanyaan-pertanyaan ujian yang lama. Atau lampirkanlah contoh pertanyaan ujian yang lalu dalam silabus. (Sumber: Singhal dan Johnson, 1983)

368

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

369

Sebelum ujian, bahaslah kembali topik tentang integritas akademik. Biarkanlah mahasiswa mengetahui harapan Anda dan kriteria yang akan Anda gunakan dalam mengevaluasi unjuk kerja mereka. Berilah mereka informasi tentang sumber-sumber di kampus yang dapat membantu dalam belajar dan menangani stres. Karena kecenderungan mahasiswa untuk berbuat curang berkurang jika mereka mengetahui bahwa mereka dapat berhasil tanpa mengandalkan kecurangan, memberikan lebih banyak dan bukan lebih sedikit ujian, serta mendorong mahasiswa untuk mendiskusikan kesulitan-kesulitannya dengan Anda (lihatlah Bab 40, Meredakan Kecemasan Mahasiswa terhadap ujian, dan Bab 43, Praktik Penilaian). Kajilah tugas mahasiswa di sepanjang semester sehingga mereka mengetahui bahwa Anda mengetahui tingkat kemampuan dan prestasi mereka. (Sumber: Eble, 1988; Malehorn, 1983) Bedakanlah antara alasan yang menipu, dapat diterima, dan tidak dapat diterima.
Alasan yang dapat diterima atau sah adalah yang didasarkan pada kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol mahasiswa; alasan yang menipu adalah yang dibuat untuk menghindari tanggung jawab akademik; alasan yang tidak dapat diterima, misalnya lupa ketika suatu tulisan sudah mencapai batas waktu pengumpulannya, mungkin jujur tetapi bukanlah alasan yang tepat untuk kegagalan melaksanakan tugas yang diberikan. Biarkanlah mahasiswa mengetahui apa yang Anda pertimbangkan sebagai alasan-alasan yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, serta beritahukanlah mereka bahwa Anda dapat meminta buktinya. Namun, cobalah untuk tidak menjadi terlalu sinis sehingga Anda mengasumsikan setiap alasan sebagai buatan. Beberapa pengajar yang memberikan beragam ujian memungkinkan mahasiswanya untuk membuang nilai yang terendah. Mahasiswa yang kelewatan suatu ujian untuk alasan apa pun menerima nilai nol dan dapat menghilangkan saja nilai tersebut. Pengajar lainnya memberikan satu tes pengganti yang dapat diikuti mahasiswa manapun dan menggantikan nilai dari ujian sebelumnya. (Sumber: Caron dkk., 1992; Segal, 2000)

Suatu modul pengajaran online yang dikembangkan di Universitas Dalhousie membahas tentang plagiarisme dan bagaimana untuk menghindarinya. Modul pengajaran online Universitas Georgetown, Scholarly Research and Academic Integrity Tutorial (Modul Pengajaran Integritas Akademik dan Penelitian Ilmiah) diperlukan oleh mahasiswa baru. Pencarian Web untuk pengajaran tentang plagiarisme akan memunculkan kutipankutipan lainnya. Seorang tenaga pengajar memberikan tugas yang akan dinilai mahasiswa untuk mendefinisikan plagiarisme. Bagian yang tidak ditandai dari respons-respons tersebut didistribusikan di kelas, dan suatu diskusi singkat yang berfokus pada kesenjangan antara definisi-definisi tersebut dilaksanakan.

Berilah tugas rumah tentang plagiarisme. Seorang tenaga pengajar memberikan tugas di mana mahasiswa diberikan satu halaman yang telah dipotong dari suatu dokumen rancangan dari artikel jurnal (biasanya halaman pertamanya) dan diminta untuk mengindikasikan di mana kutipan dibutuhkan, seperti, Penelitian sebelumnya telah mengindikasikan . Mahasiswa yang menyelesaikan tugas rumah kutipan melaporkan pemahaman yang lebih baik tentang plagiarisme dan memiliki masalah mengutip yang lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol. (Sumber: Schuetze, 2004) Adakanlah diskusi kelas tentang berbuat curang. Dalam suatu perkuliahan Sosiologi,
seorang tenaga pengajar meminta mahasiswa untuk menuliskan respons yang tidak perlu diberi nama terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Pernahkah Kamu berbuat curang di sekolah atau kampus? Jika ya, bagaimana Kamu menjelaskan perilakumu? Mengapa saat itu Kamu berbuat curang? Bagaimanakah situasinya saat itu? Apakah saat itu Kamu meyakini bahwa Kamu berbuat salah? Mahasiswa juga mengindikasikan apakah respons mereka dapat dibagi dengan kelas. Dari mereka yang memberikan izin, pengajar membacakan dengan keras beberapa respons sebagai bagian dari diskusi kelas. (Sumber: Brezina, 2000)

Mengukur Pemahaman Mahasiswa tentang Norma-norma Akademik


Berilah kuis atau latihan tentang perilaku akademik. Kuis paling sederhana hanya meminta mahasiswa untuk mengindikasikan apakah tindakan tertentu dapat diterima atau tidak (misalnya, berkolaborasi dengan mahasiswa lain dalam suatu tugas, menggunakan pandangan orang lain tanpa pengenalan yang memadai, menyembunyikan buku-buku perpustakaan). Universitas Negara Bagian Iowa, Universitas Indiana, Universitas Negara Bagian Penn, dan Universitas California Selatan, diantaranya, telah mengembangkan ujian online secara formal, dan survei Roig (1997) mengukur pemahaman mahasiswa tentang plagiarisme (dicetak ulang dalam Cizek, 2003, hal. 98-99). Peneliti (Landau dkk., 2002) melaporkan bahwa mahasiswa yang memperoleh umpan balik tentang performanya dalam survei tersebut lebih mampu untuk mendeteksi plagiarisme dibandingkan mahasiswa yang tidak mengisi survei.

Perkirakanlah kebutuhan khusus apa pun dari mahasiswa internasional. Mahasiswa internasional yang baru masuk dalam institusi Anda mungkin belum menyadari normanorma akademik Amerika. Mereka mungkin telah tumbuh dengan kepercayaan yang berbeda dengan, misalnya, kolaborasi/kerja sama yang diizinkan atau nilai tentang menyalin atau memparafrase kata-kata dari pihak otoritas yang dihargai (contohnya, menyalintanpa pengenalan-dapat dipandang sebagai tanda menghargai dan memahami karya dari ilmuwan yang terpandang). Anda mungkin akan memberikan usaha khusus demi membantu para mahasiswa ini. Para peneliti menyarankan untuk memberikan tips pada para mahasiswa internasional ini tentang ruang kelas di Amerika dan nilai-nilai yang Anda miliki terhadap usaha pribadi, hak cipta pengarang, pemikiran mandiri, dan prestasi. (Sumber: MacDonald, 2003; Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

370

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

371

Mendefinisikan Plagiarisme
Perjelaslah perbedaan antara plagiarisme, parafrase, dan kutipan langsung. Berilah mahasiswa contoh-contoh tentang cara yang benar dan salah dalam menggunakan pemikiran dan kata-kata orang lain. Anda dapat meminta izin untuk mendistribusikan contoh berikut, dari The Random House Handbook (Buku Pegangan Rumah Acak), edisi ke-6, oleh Frederick Crews (New York, McGraw-Hill, 1992, hlm. 181-183):

agresi, Ethiopia kehilangan kemerdekaannya, dan Italia tetap saja akhirnya diasingkan. (Roberts, hlm. 845) Komentar: Masih merupakan plagiarisme. Dua kutipan dari Roberts yang benar berperan seperti alibi/alasan untuk penggunaan frase lainnya, yang tidak disebutkan pengarang aslinya. Namun, alibi tersebut tidak memiliki kekuatan: beberapa kata-kata Roberts masih disajikan sebagai kata-kata milik penulis. Versi C: Banyak yang telah ditulis tentang militerisme dan dipersenjatainya kembali Jerman pada periode 1933-1939. Namun, dominansi Jerman di Eropa adalah, tanpa maksud apa pun, kesimpulan yang tidak dapat dihindarkan. Faktanya adalah bahwa keseimbangan kekuatan mungkin telah menguntungkan Hitler jika satu atau dua hal terjadi secara berbeda. Ambil saja ketertarikan Italia terhadap persekutuan dengan Jerman, sebagai contoh. Persekutuan tampak sangat tak terhindarkan hingga Inggris dan Perancis benar-benar bungkam untuk mengkritik invasi terhadap Ethiopia demi harapan dapat tetap berteman dengan Italia. Mereka melawan Italia dalam Perserikatan Bangsabangsa, seperti yang diamati oleh J.M. Roberts, lemah dan setengah hati karena mereka tidak ingin mengasingkan kemungkinan calon sekutu melawan Jerman. (J.M. Roberts, History of the World/Sejarah Dunia (New York: Knopf, 1976), hal. 845) Seandainya Italia, Perancis, dan Inggris mempertahankan sejumlah ketertarikan yang sama. Akankah Hitler mampu untuk lolos dengan bualan dan penyiksaannya yang luar biasa di akhir tahun tiga puluhan? Komentar: Bukanlah plagiarisme. Penulisnya telah dipengaruhi oleh fakta-fakta umum yang dikemukakan oleh Roberts, tetapi ia tidak mencoba untuk menyalin kesimpulan Roberts sebagai miliknya sendiri. Satu yang jelas ia pinjam telah diberi keterangan yang memadai.

Pertimbangkanlah sumber berikut dan tiga cara yang dapat menggoda mahasiswa dalam penggunaannya: Sumber: Joker dalam kelompok negara-negara Eropa di masa lalu adalah Italia. Untuk suatu masa, timbul harapan untuk dihibur olehnya sebagai kekuatan melawan Jerman, tetapi ini menghilang di bawah kepemimpinan Mussolini. Pada 1935, Italia melakukan usaha yang terlambat untuk turut serta dalam kekacauan Afrika dengan menginvansi Ethiopia. Hal ini jelas merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan Perserikatan Bangsa-bangsa karena salah satu anggotanya menyerang anggota yang lain. Prancis dan Inggris Raya, sebagai kekuatan besar, kekuatan-kekuatan dari Mediterania, dan kekuatan koloni Afrika, bersatu untuk memimpin perlawanan terhadap Italia dalam Perserikatan. Namun, mereka melakukannya begitu lemah dan setengah hati karena mereka tidak ingin mengasingkan kemungkinan sekutu untuk melawan Jerman. Hasilnya bahkan lebih buruk dari yang dapat dibayangkan: Perserikatan gagal untuk mendeteksi agresi militer, Ethiopia kehilangan kemerdekaannya, dan Italia pada akhirnya tetap diasingkan. (J.M. Roberts, History of the World/ Sejarah Dunia (New York: Knopf, 1976), hlm. 845) Versi A: Italia, dapat dikatakan, pernah menjadi joker dalam jajaran negara-negara Eropa. Ketika Italia menginvansi Ethiopia, jelas merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan Perserikatan Bangsa-bangsa; namun usaha-usaha dari Inggris dan Prancis untuk memimpin perlawanan terhadap Italia saat itu lemah dan setengah hati. Tampaknya kekuatan-kekuatan besar itu tidak memiliki keinginan untuk mengasingkan kemungkinan sekutu untuk melawan Jerman yang dipimpin oleh Hitler. Komentar: Jelas merupakan plagiarisme. Meskipun fakta-fakta yang dikutip merupakan pengetahuan umum, tetapi frase yang dicuri bukan pengetahuan umum. Perhatikan bahwa usaha penulis untuk mencampurkan kata-katanya sendiri dengan yang berasal dari sumber tidak membuatnya bebas dari tuduhan plagiarisme. Versi B: Italia pernah menjadi joker dalam jajaran negara-negara Eropa. Di bawah kepemimpinan Mussolini di tahun 1935, ia membuat usaha yang terlambat untuk berpartisipasi dalam kekacauan Afrika dengan menginvansi Ethiopia. Seperti yang dinyatakan oleh J.M. Roberts, hal ini melanggar kesepakatan Perserikatan Bangsa-bangsa. (J.M. Roberts, History of the World/Sejarah Dunia (New York: Knopf, 1976), hlm. 845) Namun demikian, Prancis dan Inggris, tidak ingin mengasingkan kemungkinan calon sekutu melawan Jerman, hanya melakukan perlawanan yang lemah dan setengah hati terhadap petualangan Ethiopia tersebut. Hasilnya, seperti yang diamati oleh Roberts, adalah hal terburuk yang mungkin terjadi: Perserikatan gagal untuk mendeteksi

Diskusikanlah tentang mendaur ulang dan plagiarisme pribadi. Ingatkanlah mahasiswa bahwa mereka tidak dapat mengumpulkan kembali tulisan mereka yang telah dibuat dulu sebagai karya baru untuk perkuliahan Anda. Mintalah mahasiswa untuk memeriksakan pada Anda jika mereka memiliki makalah atau proyek lama yang ingin mereka gunakan sebagai dasar bagi tugas yang baru. Kegiatan yang dibolehkan dapat mencakup menganalisis ulang data lama menggunakan metode yang berbeda atau mengambil kesimpulan dari makalah lama sebagai pembuka bagi yang baru.

Sesuai kebutuhan, distribusikanlah tulisan dari pabrik tulisan/makalah semester. Ratusan situs Web menjual ribuan tulisan. Pertimbangkanlah untuk membeli salah satunya, yang terkait dengan isi perkuliahan Anda. Mintalah mahasiswa menuliskan kritik tentang sebuah tulisan atau berbagilah dengan mereka tentang kriteria Anda hingga suatu tulisan dapat dikatakan tidak terlalu bagus. Atau distribusikan dan diskusikanlah essai milik Hansen (2004) yang menunjukkan tentang kemungkinan kualitas suatu tulisan yang diunduh, yang bisa saja ditulis dengan sangat buruk. Anda juga dapat memperingatkan mahasiswa tentang pabrik tulisan yang mengambil keuntungan terlalu besar dari mahasiswa. Jika mahasiswa mengeluh, usaha jasa tersebut mengancam akan melaporkan mereka pada pihak otoritas kampus. (Sumber: Campbell dkk., 2000)

372

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

373

Menugaskan Makalah dan Tugas Tertulis


Berikanlah topik spesifik. Ciptakanlah topik-topik yang cenderung membutuhkan penelitian baru, yang menekankan pemikiran dan analisis lebih mendalam dari sekadar mengingat fakta-fakta, dan yang menantang tapi tidak terlalu membebani. Topik yang terlalu sulit akan mengundang kecurangan, demikian pula topik yang membosankan, tidak penting, dan tidak menarik (lihatlah Bab 35, Merancang Tugas Menulis yang Efektif). Pilihan topik Anda tidak akan mencegah mahasiswa yang tak jujur dari perilaku membayar orang lain untuk menuliskan makalahnya, tapi Anda akan menyulitkan mahasiswa untuk menggunakan jasa gudang tulisan atau untuk mengumpulkan ulang makalahnya sendiri atau orang lain, jika Anda, secara tepat, menggunakan topik dalam konteks kejadian, masalah lokal, atau konferensi atau pertemuan yang diadakan di kampus, yang terkini. Anda juga dapat menurunkan kecurangan dengan memberikan topik-topik yang menuntut mahasiswa untuk melaksanakan wawancara, melaksanakan penelitian lapangan, memecahkan suatu permasalahan, atau membandingkan kekuatan dan kelemahan dari dua laporan penelitian yang terkait. Pertimbangkanlah tugas-tugas yang berbentuk surat untuk penulis, percakapan fiktif antara dua penulis atau karakter, atau penjelasan tentang konsep untuk pembaca tertentu, seperti seorang teman yang tidak mengetahui apa pun mengenai subyeknya atau para siswa sekolah dasar. (Sumber: Anson, 2003-04; Eble, 1988; Singhal dan Johnson, 1983; Sterngold, 2004) Ubahlah tugas-tugas setiap kali menawarkan perkuliahan. Mengubah topik-topiknya biasanya mencegah mahasiswa dari mengumpulkan ulang karya yang dikerjakan oleh mahasiswa angkatan sebelumnya. Mintalah referensi khusus. Jika Anda meminta mahasiswa untuk menggunakan sumber tertentu (misalnya, basis data tertentu) atau untuk mengutip setidaknya satu sumber yang tidak lebih dari setahun usianya, para mahasiswa berkemungkinan sangat kecil akan mampu memenuhi tuntutan Anda dengan karya tulis yang dibeli atau sekedar disalin dan digabung-gabungkan (cut and-paste). Berilah ceramah singkat tentang bagaimana melakukan penelitian dan menuliskan laporan. Ajarilah para mahasiswa keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan
untuk menghindari plagiarisme, dan bantulah mereka untuk memahami bahwa menulis adalah proses yang sulit dan bahwa perjuangan adalah sesuatu yang alamiah. Ingatkanlah mahasiswa tentang bahan-bahan dan jasa konsultasi yang disediakan oleh perpustakaan kampus dan pusat pembelajaran mahasiswa.

Bagilah suatu tugas yang besar menjadi bagian-bagian. Berilah mahasiswa tenggat waktu untuk masing-masing dari kelima langkah berikut: (1) menyatakan suatu topik atau asumsi awal, (2) mengumpulkan daftar pustaka yang telah dimaknai, (3) menghasilkan catatan penelitian, (4) mengumpulkan kerangka tulisannya, (5) mengumpulkan rancangan pertama. Pendekatan ini membantu mahasiswa menulis karya tulis yang lebih baik dan mencegah mereka dari tindakan menunda-nunda atau dari tindakan mengunduh suatu tulisan yang telah jadi. Dalam beberapa perkuliahan, Anda dapat meminta mahasiswa untuk menceritakan kerangka tulisan dan rancangan awalnya dengan Anda, dengan asisten pengajar, atau dengan mahasiswa lainnya. Persyaratkanlah agar tulisan yang dikumpulkan untuk dilengkapi oleh sumber-sumber kutipan terpilih. Sesuai kepatutan, mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan salinan
dari sumber yang dikutip-halaman pertama dari artikel, buku, atau situs Webatau dapat pula semua halaman yang mengandung kalimat yang mereka kutip dalam tulisannya. Atau beritahukanlah pada mahasiswa bahwa Anda nantinya akan memilih satu dari berbagai sumber dalam daftar pustaka dan akan meminta mereka untuk menyediakan sumber tersebut.

Mintalah mahasiswa untuk memiliki jurnal atau buku catatan penelitian. Mintalah
mahasiswa untuk membuat daftar dari pencarian dalam Web yang pernah mereka lakukan (memberikan kata-kata kunci untuk setiap pencarian), basis data jurnal yang pernah mereka cari, pustakawan yang mereka temui, dan sebagainya. Untuk setiap butir dalam daftar, mahasiswa menentukan apakah usaha tersebut membantu atau tidak. Atau mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan buku catatan tentang semua pihak pustakawan, pengajar di pusat pembelajaran, pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, rekan sesama mahasiswayang telah berkomentar pada pekerjaan atau rancangan mereka.

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan esai reflektif singkat tentang pengalaman mereka dalam menuliskan makalah/karya tulis. Mintalah mahasiswa untuk menjelaskan hal
terpenting yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka mencari sumber data, jalan buntu yang pernah mereka jumpai, sumber-sumber yang mereka rasa paling membantu atau paling tidak membantu, bagaimana pemikiran mereka berevolusi, atau bagaimana mereka mengembangkan struktur organisasi dari tulisannya.

Mintalah mahasiswa untuk menandatangani pernyataan bukti pembuatan. Beberapa


pengajar meminta sebuah kalimat pernyataan tentang hak cipta (bukti bahwa mereka pengarang yang sebenarnya), dan yang lainnya menggunakan suatu daftar isian untuk setiap langkah dari prosesnya. Beberapa pengajar, menemukan bahwa pernyataanpernyataan seperti itu mengganggu, menggunakan sejumlah bagian dari waktu kelas untuk mengembangkan pernyataan hak cipta yang merefleksikan standar dan pemahaman bersama antar mahasiswa.

Tugaskanlah satu atau lebih tulisan singkat. Tugas-tugas singkatditulis di kelas atau
di rumahmembantu mahasiswa mengembangkan keterampilan menulis mereka dan membantu Anda mengukur keterampilan mahasiswa. Selain itu, jika Anda memberikan tugas membuat tulisan singkat sejak permulaan semester, Anda akan memiliki contoh tulisan dari setiap mahasiswa, yang dapat membantu Anda menemukenali tulisan akhir semester yang bukan merupakan karya mahasiswa sendiri. Lihatlah Bab 34, Membantu Mahasiswa Menulis dengan lebih Baik di Semua Perkuliahan.

Kumpulkanlah tulisan dari mahasiswa selama kelas berlangsung atau mintalah mahasiswa mengumpulkan tulisan secara online. Jika tulisan-tulisan dikumpulkan ke kantor bagian/
jurusan atau pengajar, pertimbangkanlah untuk menggunakan kotak surat yang terkunci

374

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

375

dengan periode terbuka untuk pengumpulan. Jika Anda meminta mahasiswa untuk mengumpulkan tulisannya secara online, Anda berpotensi untuk mengecek hasil karya mahasiswa dibandingkan dengan Web atau basis data tentang plagiarisme.

mendeteksi tulisan yang dibuat khusus/berdasar pesanan. (Sumber: Hansen, 2003; Johnson dkk., 2004; Scanlon, 2003)

Mendeteksi Plagiarisme
Waspadalah terhadap tanda-tanda yang jelas dari plagiarisme. Tulisan hasil peniruan/ plagiarisme mungkin memiliki ketidakkonsistenan tampilan/bentuk dengan apa yang Anda minta, mungkin mengandung kalimat yang aneh, yang dicampurkan ke dalam bagian yang seharusnya koheren/sejalan (hasil dari usaha mahasiswa untuk menyesuaikan tulisannya), mungkin mencakup kepustakaan atau kutipan yang telah lama yang tidak lagi tersedia di perpustakaan Anda, dan mungkin berbeda dalam gaya penulisan atau kualitasnya dibandingkan hasil kerja mahasiswa sebelumnya (Sumber: Lathrop dan Foss, 2000) Gunakanlah pencarian melalui Web untuk menemukan bahan yang di-plagiat (ditiru).
Dengan menyalin suatu kalimat atau serangkaian kata ke dalam medan pencarian, Anda dapat melihat apakah frase tersebut muncul di tempat lain. Untuk keterangan instruksi tentang bagaimana menggunakan mesin pencarian Web atau basis data perpustakaan tentang artikel jurnal untuk mendeteksi plagiarisme, berkonsultasilah dengan petugas perpustakaan kampus Anda.

Mengembangkan dan Mengadministrasikan Ujian


Ubahlah pertanyaan ujian sesering yang memungkinkan. Mintalah mahasiswa (dan asisten
pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, jika Anda memilikinya) untuk mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan, yang kemudian dapat Anda adaptasi untuk ujian di masa datang (lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian). Sadarilah situs Web kumpulan ujian online, di mana mahasiswa mem-pos-kan dan dapat membaca ujian dan jawaban di masa lalu. Beberapa pengajar menyatakan bahwa situs-situs tersebut dapat digunakan untuk berbuat curang. Pengajar lainnya kurang peduli karena mahasiswa akan selalu mendistribusikan ulang ujiannya. Strategi yang terbaik adalah untuk membuat ujian baru dan menjaga butir-butir pertanyaan Anda selalu baru. (Sumber: Young, 2008)

Pelajarilah tentang aturan kampus, jika ada, tentang piranti lunak pencocokan naskah (text-matching software). Perbandingan antar naskah/teks untuk mendeteksi plagiarisme
ditawarkan oleh penjual komersial (misalnya, Turnitin.com, yang menggunakan jasa penyedia pihak ketiga) dan dikemas sebagai bagian dari sistem manajemen pembelajaran. Beberapa kampus memiliki lisensi situs untuk piranti lunaknya; beberapa kampus lainnya mendasarkan keputusannya pada jurusan dan pengajar perseorangan. Pengajar yang memutuskan untuk menggunakan piranti lunak tersebut sebaiknya memberitahukan tujuannya pada mahasiswa. Universitas McGill menawarkan saran tentang apa yang akan dikatakan pada mahasiswa (www.mcgill.ca/integrity/textmatching/). Di beberapa universitas, para mahasiswa didorong untuk mengumpulkan tulisan mereka melalui piranti lunak ciptaan mereka sendiri sebelum mengumpulkan tulisannya untuk penilaian. Peringatan: Jangan gunakan jasa pendeteksian plagiarisme yang mengiklankan diri di Web. Beberapa dari situs-situs tersebut mencuri tulisan yang Anda masukkan dan menjualnya kembali.

Untuk ujian pilihan ganda, gunakanlah beragam bentuk. Acaklah urutan halaman ujian (misalnya halaman 2 sebelum halaman 1 untuk beberapa salinan), atau acaklah urutan pertanyaannya. Untuk memperjelas versi ujian yang berbeda, cetaklah halaman pertama dengan hanya judul perkuliahan dan tanggal pada kertas yang berwarna berbeda. Bagaimanapun, hindarilah untuk menggunakan kertas yang berwarna mencolok untuk keseluruhan ujian karena penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menunjukkan kinerja yang terbaik ketika ujiannya dicetak di kertas putih atau warna pastel ringan. (Sumber: Skinner, 2004; Tal dkk., 2008) Amankanlah ujian Anda. Simpanlah versi elektroniknya dalam sebuah CD (compact disc) yang kemudian disimpan di suatu tempat yang aman. Jangan pernah mengirimlan ujian melalui e-mail. Simpanlah salinan tercetaknya dalam laci atau kotak terkunci, dan hancurkanlah salinan lebihnya. Awasilah ujian. Kecuali institusi atau kelas Anda adalah berada dalam sistem kehormatan, awasilah ujiannya oleh Anda sendiri atau sediakanlah pengawas. Selama ujian seorang pengawas sebaiknya berjalan naik turun di lorong antar tempat dduk dan waspada terhadap perilaku yang tak biasa: rangkaian posisi tangan dan kaki atau ketukan-ketukan (untuk menandakan respons terhadap pertanyaan pilihan ganda), pembukaan suatu buku atau pertukaran kertas secara diam-diam, atau penggunaan alat-alat elektronik. Contohcontoh Cizek (1999) dari pelanggaran mahasiswa mencakup pula sistem pengkodean dengan permen M&M berwarna untuk memberikan sinyal jawaban dan penggunaan pembungkus permen karet sebagai lembar contekan. Situs YouTube memiliki klip-klip yang memberikan saran pada siswa tentang cara-cara mencontek.

Piranti lunak pencocokan naskah dapat memiliki dampak pencegahan yang kuat, dan ini dapat menghindarkan pengajar dari keharusan melakukan pencarian online satu per satu demi mengecek materi yang dijiblak (di-plagiat). Bagaimanapun, tempat penyimpanan penjual dari tulisan-tulisan mahasiswa dalam jasa penyedia di luar universitas (untuk perbandingan di masa datang) meningkatkan kekhawatiran tentang kepemilikan intelektual, hak milik, dan kerahasiaan mahasiswa. Beberapa pengajar juga mempercayai bahwa penggunaan piranti lunak tersebut memunculkan ketidakpercayaan dalam hubungan mahasiswa dan pengajar. Dan, tentu saja, piranti lunak ini tidak dapat

Pengawas harus menghabiskan sejumlah waktu di bagian belakang ruangan, sehingga mahasiswa yang berpikir untuk mencontek akan harus menoleh atau berputar ke arah belakang untuk melihat dimanakah pengawas berada. Para mahasiswa lebih cenderung untuk mencontek ketika asisten pengajar yang mengawasi ujian dibandingkan ketika pengajarlah yang ada di ruangan. Dalam kelas besar, kecurangan menurun seiring

376

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

377

peningkatan jumlah pengawas. (Sumber: Davis dkk., 1992; Kerkvliet dan Sigmund, 1999; Singhal dan Johnson, 1983)

Tempatkanlah posisi duduk secara acak. Aturlah posisi duduk yang akan memisahkan antar teman dan menempatkan mahasiswa dalam tempat duduk yang berbeda-beda. Sebelum periode ujian mulai, tempatkanlah denah tempat duduk dalam proyektor data atau transparansi, sehingga mahasiswa dapat menemukan tempat duduk yang ditetapkan untuknya. Mintalah mahasiswa menempatkan barang-barang pribadinya di lantai dibandingkan di kursi yang kosong. Jika diperlukan, mintalah ruang kelas kedua. Dalam kelas besar, periksalah foto kartu pengenal mahasiswa. Beritahukanlah sejak
awal pada mahasiswa (dalam silabus dan sebelum ujian) bahwa Anda akan memeriksa foto di tanda pengenal/kartu mahasiswa dibandingkan daftar nama kelas untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa mengerjakan sendiri ujiannya. Mahasiswa dapat menempatkan kartu pengenalnya di atas mejanya sambil mengerjakan ujian atau mereka dapat menujukkannya pada pengajar ketika mereka mengumpulkan ujiannya. Jika Anda tidak ingin menggunakan foto di kartu pengenal, tempatkanlah mahasiswa per bagian sehingga pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan dapat menentukan apakah semua mahasiswanya hadir dan bahwa joki tidak mengikuti ujian. (Sumber: Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

atau arahkanlah mahasiswa pada kursi lain. Jika Anda mengamati adanya kecurangan, posisikanlah diri Anda dekat si pelaku untuk mencegah mereka terus melakukannya. Atau buatlah pengumuman pada seluruh kelas: Silahkan kerjakanlah pekerjaan Anda sendiri. Jika Anda memiliki kecurigaan tentang mahasiswa, izinkan mereka untuk menyelesaikan ujian, catat hasil pengamatan Anda, dan tandai hasil ujiannya untuk pemeriksaan ulang secara lebih seksama. (Sumber: Cizek, 1999; McKeachie dan Svinicki, 2006)

Mintalah mahasiswa untuk menandatangani ujiannya, yang menunjukkan bahwa karya tersebut adalah hasil karyanya sendiri. Beberapa pengajar meminta mahasiswa untuk
menuliskan, menandatangani, dan memberi tanggal atas pernyataan sebagai berikut: Saya tidak memberikan atau menerima bantuan dalam ujian ini.

Pertahankanlah keteraturan ketika mahasiswa mengumpulkan ujiannya di akhir periode. Mintalah mahasiswa untuk menandatangani lembar kehadiran ketika mereka
mengumpulkan ujiannya, atau kumpulkanlah ujian dari mahasiswa per barisan. Perhitungkanlah kehadiran tersebut dan pastikanlah bahwa jumlah peserta ujian sesuai dengan jumlah hasil ujian yang terkumpulini akan mencegah mahasiswa yang tidak mengumpulkan ujiannya dari klaim/pernyataan bahwa mereka telah mengumpulkan dan bahwa ujiannya hilang atau salah taruh kemudian.

Simpanlah denah tempat duduk. Bagikanlah buku biru atau ujian dengan nomor kursi yang telah ditentukan sebelumnya. Jika ruangan tanpa nomor kursi, kumpulkanlah ujiannya berdasarkan urutan barisannya. (Sumber: Singhal dan Johnson, 1983) Laranglah semua alat elektronik, kecuali yang dibutuhkan untuk ujian. Telepon genggam,
PDA, serta jam tangan dan pena yang dapat diprogram bisa digunakan untuk menyimpan, mengakses, mengomunikasikan, atau menyebarluaskan informasi. Beberapa pengajar membawa jam yang besar ke kelas atau menulis waktu yang tersisa di papan tulis dan meminta mahasiswa untuk menyimpan jam tangannya dalam kantong mereka. Jika mahasiswa diizinkan untuk menggunakan kalkulator (alat bantu hitung), cobalah untuk memastikan bahwa data yang tersimpan telah dihapus sebelum mahasiswa memulai ujiannya. Beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk membeli jenis kalkulator tertentu sehingga mahasiswa yang menggunakan alat yang tidak diizinkan akan mudah ditemukenali. Jangan publikasikan kunci jawaban atau penjelasan apa pun di Web hingga setelah ujian selesaimahasiswa yang curang dapat menggunakan telepon genggam untuk meminta temannya mengunduh jawaban dari Web dan meng-SMS mereka saat ujian berlangsung. (Sumber: Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

Menggunakan Buku Biru


Mintalah mahasiswa mengumpulkan buku biru sebelum ujian dimulai. Kumpulkanlah buku
biru pada pertemuan kelas sebelum ujian, periksalah mereka, tandailah dengan suatu kode, dan distribusikan ulang buku biru tersebut secara acak di hari ujian. (Sumber: Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

Mintalah mahasiswa untuk menulis hanya di salah satu sisi dari buku biru (kiri atau kanan).
Atau mintalah mahasiswa untuk menyisakan sejumlah halaman kosong di bagian awal buku birunya. Ini mencegah mahasiswa dari mengisi buku biru dengan catatan untuk mengantisipasi ujian.

Sediakanlah kertas hitungan (coretan). Beberapa pengajar tidak mengizinkan mahasiswa untuk menggunakan kertas atau halaman dari buku biru mereka sendiri.

Periksalah semua buku biru sebelum meninggalkan ruang kelas. Dalam suatu kecurangan, seorang mahasiswa berpura-pura mengerjakan ujiannya, tetapi mengumpulkan buku biru yang kosong tanpa namanya di sampul halaman. Mahasiswa tersebut kemudian menyelesaikan ujiannya di rumah lalu meletakkan buku biru yang telah diselesaikan di lorong dekat ruang kelas atau kantor pengajarnya. Ketika buku biru dikembalikan pada tenaga pengajar, ia diperkirakan akan menganggap bahwa buku tersebut terjatuh dari tumpukan.

Ambillah tindakan jika Anda mengamati perilaku yang tidak sesuai. Jangan biarkan hal
tersebut berlangsung tanpa diperiksa. Jika Anda melihat adanya mata yang berkeliling, bisikkanlah peringatan pada mahasiswa (Kamu mungkin tidak menyadari hal ini, tapi perilakumu ini membuatmu terlihat seperti sedang melihat ujian orang lain),

Memberikan Nilai dan Mengembalikan Hasil Ujian


Tandailah dengan jelas jawaban yang salah. Gunakanlah tanda X atau garis bawah yang ditebalkan untuk menunjukkan jawaban yang salah atau kosong. Tujuannya adalah untuk

378

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik

379

mencegah mahasiswa dari mengubah jawaban dan menyatakan kesalahan penilaian. Jika Anda mengizinkan penilaian ulang dari ujian, duplikasi (fotokopi) ujian atau kuis dari mahasiswa yang sebelumnya pernah meminta dinilai ulang sebelum mengembalikan ujiannya yang terkini. (Sumber: Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

informal, Anda mungkin tetap ingin melaporkan hasilnya secara terpusat pada kantor permasalahan aturan mahasiswa di kampus Anda. Mereka dapat menyimpan catatan dan mengidentifikasi pelanggar yang kronis. (Sumber: Gehring dan Pavela, 1994; Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

Ingatkanlah mahasiswa tentang piranti lunak yang mendeteksi kecurangan dalam ujian pilihan ganda. Program analisis kesalahan membandingkan respons dua mahasiswa untuk
menentukan kemungkinan bahwa jawaban-jawaban mereka lebih karena hasil kebetulan dan tidak merupakan hasil menyalin. Prosedur ini, bagaimanapun, tidak sepenuhnya dapat diandalkan; beberapa pengajar bergantung sepenuhnya pada nilai pencegahan dari memberitahukan mahasiswa bahwa mereka akan menggunakan piranti lunak tersebut. (Sumber: Bellezza dan Bellezza, 1995; Cizek, 2003; Dwyer dan Hecht, 1996; Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

Ketika Anda menduga adanya kecurangan atau plagiarisme, panggillah mahasiswa tersebut ke kantor Anda. Jangan pernah memberikan suatu hukuman tanpa mendiskusikan tuduhan kesalahannya dengan mahasiswa. Bertemulah dengan mahasiswa secara perseorangan, jika lebih dari seorang mahasiswa yang terlibat dalam suatu kejadian. Bicarakanlah kecurigaan Anda dengan mahasiswa dan dengarkanlah secara seksama responsnya. Ingatlah, tentu saja, bahwa mahasiswa tidak bersalah hingga dibuktikan bahwa ia memang bersalah. Para peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut (diadaptasi dari Cizek, 2003; Stevens, 1996; Whitley dan Keith-Spiegel, 2002):

Kembalikanlah ujian dan tugas secara perseorangan. Jagalah keamanan dari ujian yang telah dinilai: jangan ditinggalkan di kantor jurusan/bagian atau di atas meja Anda untuk diambil mahasiswa. Untuk perkuliahan kelas besar dengan pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, kembalikanlah ujian tersebut berdasarkan bagian tempat duduknya. Untuk perkuliahan besar tanpa pengajar dari mahasiswa tingkat lanjutan, gunakanlah teknik-teknik yang dijelaskan dalam Bab 14, Persiapan untuk Mengajar Perkuliahan Kelas Besar.

Jika Anda tidak yakin tentang apa yang akan dikatakan, berkonsultasilah dengan kolega yang berpengalaman atau ketua jurusan Anda; atau mintalah panduan dan prosedur dari kedisiplinan mahasiswa di kampus Anda. Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk memahami apa yang salah dengan menanyakan, Apakah ada yang ingin Kamu katakan tentang tugas atau ujian ini? Jelaskanlah kekhawatiran Anda. Perlakukanlah mahasiswa dengan rasa hormat dan adil, tetapi komunikasikanlah tentang betapa seriusnya situasi tersebut. Hindarilah menggunakan kata yang provokatif atau agresif. Daripada menggunakan kata curang atau plagiarisme, gunakanlah kata menyalin atau penggunaan kutipan yang tidak tepat. Tanyakanlah pada mahasiswa suatu pertanyaan yang tidak menuduh dan terbuka: Ceritakanlah pada saya tentang tulisan ini. Dengarkanlah dengan seksama penjelasan mahasiswa, tanpa menginterupsi. Dalam banyak kasus, Anda akan mendengar campuran antara pembelaan, alasan, dan kisah tentang kerja keras dan situasi yang membenarkan. Jika seorang mahasiswa menyanggah tindakan salah apa pun, ajukanlah pertanyaan tentang aspek-aspek spesifik dari tulisan atau ujian tersebut. Sebagai contoh, mintalah definisi dari istilah, interpretasi/pemaknaan, atau pernyataan ulang dari suatu poin yang dibuat. Jika mahasiswa mengakui tindakan salahnya, jelaskanlah konsekuensinya dan ambillah tindakan apa pun sesuai dengan yang ditentukan institusi Anda. Jika mahasiswa tidak mengakui tindakan salahnya, jelaskanlah bahwa kasus tersebut akan dirujuk pada kantor masalah pelanggaran hukum kampus untuk penyelidikan lanjutan. Jika mahasiswa menjadi panik atau sedih, tunjukkanlah simpati Anda. Jika sesuai, sarankanlah rujukan ke pusat konseling. Hindarilah membuat catatan saat Anda bertemu mahasiswa; jika ada tindakan hukum lanjutan, suatu catatan tidak lengkap atas apa yang terungkap akan lebih buruk dibandingkan tidak ada catatan sama sekali.

Menangani Kasus-kasus yang Diduga Merupakan Ketidakjujuran Akademik


Tanganilah permasalahan dengan segera. Menangani kasus ketidakjujuran akademik
dapat sangat melelahkan, tidak menyenangkan, dan menghabiskan waktu. Beberapa pengajar menolak untuk bertindak karena mereka takut akan proses hukum atau protes, atau mereka meyakini bahwa kebijakan kampus tidak mendukung pengajar atau bahwa kebijakan dan sanksi kampus terlalu lunak, terlalu keras, terlalu kaku, atau terlalu subjektif. Namun, pengajar yang mengabaikan kecurangan akan mengirimkan pesan yang salah pada mahasiswa, dan mahasiswa menjadi tidak termotivasi jika mereka menyadari bahwa pengajarnya tidak berbuat apa-apa. (Sumber: Cizek, 2003; Hansen, 2003; Keith-Spiegel dkk., 1998; McCabe dan Pavela, 2004; Tabachnick dkk., 1991)

Ikutilah aturan institusi Anda. Beberapa kampus mengizinkan pengajarnya untuk menyelesaikan kasus baik secara resmi (formal) maupun tidak (informal), sedangkan institusi lainnya menuntut agar semua kasus dilaporkan secara terpusat. Penyelesaian secara informal cenderung lebih sedikit menghabiskan waktu dan lebih tidak melelahkan, dan lebih dipilih oleh sebagian besar mahasiswa. Penyelesaian seperti ini juga mendorong pada tindakan perbaikan segera (jika mahasiswa melanggar standar integritas akademik), dan memungkinkan untuk resolusi/penyelesaian sederhana dalam kasus-kasus di mana permasalahannya disebabkan oleh kesalahan pemahaman, ketidakpahaman, atau kesalahan. Catatlah bahkan jika Anda memberi sanksi seorang mahasiswa secara

380

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Mendorong Kejujuran Akademik


381

Putuskanlah sanksi yang sesuai jika seorang mahasiswa mengakui kesalahannya.


Tergantung pada prosedur pendisiplinan di institusi Anda, Anda memiliki kebebasan untuk memberikan atau tidak nilai F pada tugas atau ujian mahasiswa, atau untuk mengizinkan atau tidak mahasiswa untuk menulis karya lain atau mengikuti ujian ulang, atau untuk tidak mengikutsertakan nilai tugas atau ujian tersebut ketika penghitungan nilai akhir perkuliahan, atau menciptakan sanksi buatan Anda sendiri. Sebagai contoh, seorang tenaga pengajar, setelah menemukan bahwa dua orang mahasiswa mengumpulkan jawaban yang persis sama di ujian rumah, memberikan satu nilai atas hasil pekerjaan tersebut dan membagi dua nilai itu. Sebelum memutuskan sanksi apa yang Anda berikan, Anda dapat bertanya pada ketua jurusan/departemen Anda tentang praktik dan pilihan di kampus. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Jangan begitu saja memberikan nilai F dalam perkuliahan. Ini adalah hukuman yang sangat
berat, yang paling baik diberikan sebagai hasil proses persidangan formal. (Sumber: Whitley dan Keith-Spiegel, 2002)

Jika Anda menjumpai lebih dari satu kasus kecurangan dalam perkuliahan, kemukakanlah kekhawatiran Anda di kelas. Seorang pengajar yang menemukan sejumlah kasus
plagiarisme di suatu tugas memulai kelas dengan mengatakan, Saya telah membaca semua karya Kalian. Adakah yang ingin membicarakan tentang kejujuran? Selama diskusi, mahasiswa mengajukan pertanyaan, berdebat satu sama lain, membicarakan dampak berbuat curang pada mahasiswa lain, dan mengajukan pendapat mereka tentang sanksi kecurangan (beberapa mungkin akan cukup berat). Diskusi ini juga akan memperkuat pemikiran tentang standar komunitas/masyarakat. Pengajar tersebut kemudian mengembalikan tulisan para mahasiswa dan memberikan mereka kesempatan untuk mengubah/merevisinya.

Daftar Referensi
Aiken, L. R. Detecting, Understanding, and Controlling for Cheating on Tests. Research in Higher Education, 1991, 32(6), 725-736. Anson, C. M. Student Plagiarism: Are Teachers Part of the Solution or Part of the Problem? Teaching Excellence, 2003-04, 15(l)1. Bellezza, F S., and Bellezza. S. F Detection of Copying on Multiple-Choice Tests: An Update. Teaching of Psychology, 1995, 22(3), 180-182. Brezina. T. Are Deviants Different than the Rest of Us? Using Student Accounts of Aca demic Cheating to Explore a Popular Myth. Teaching Sociology, 2000, 28(1), 71-78. Campbell, C. R., Swift, C. O., and Denton, L. Cheating Goes Hi-Tech: Online Term Paper Mills. Journal of Management Education, 2000, 24(6), 726-740. Caron, M. D., Whitbourne, S. K., and Halgin, R. P . Fraudulent Excuse Making Among College Students. Teaching of Psychology, 1992, 19(2), 90-93. Cizek, G. J. Cheating on Tests: How to Do It, Detect it, and Prevent It. Mahwah, NJ: Erlbaum, 1999. Cizek, G. J. Detecting and Preventing Classroom Cheating: Promoting Integrity in Assessment. Thousand Oaks, CA: Corwin Press, 2003.

Davis, S. E, Grover., C. A., Becker, A. H., and McGregor L. N. Academic Dishonesty: Prevalence, Determinants, Techniques, and Punishments. Teaching of Psychology, 1992, 19(1), 16-20. Dwyer. D. J., and Hecht, J. B. Using Statistics to Catch Cheaters: Methodological and Legal Issues for Student Personnel Administrators. NASPA Journal, 1996, 33(2), 125-135. Eble, K. E. The Craft of Teaching (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1988. Gehring, D., and Pavela, G. Issues and Perspectives on Academic Integrity. (2nd ed.) Washington, DC: National Association of Student Personnel Administrators, 1994. Hansen, B. Combating Plagiarism. The CQ Researcher. Sept. 19, 2003, 13(32), 773-796. Hansen, S. Dear Plagiarists: You Get What You Pay For. New York Times Back to School section, Aug. 22, 2004, 11. Isserman, M. Plagiarism: A Lie of the Mind. Chronicle of Higher Education, May 2, 2003, 49(34), B12. Johnson, D., Patton, R., Bimber, B., Almeroth, K., and Michaels, G. Technology and Pla giarism in the University: Brief Report of a Trial in Detecting Cheating AACE, Journal, 2004, 12(3), 281299. Keith-Spiegel, P ., Tabachnick, B. G., Whitley, B. E., and Washburn, J. Why Professors Ignore Cheating: Opinions of a National Sample of Psychology Instructors. Ethics and Behavior, 1998, 8(3), 215227. Kerkvliet, J., and Sigmund, C. L. Can We Control Cheating in the Classroom Journal of Economic Education, 1999, 30(4), 331-343. Landau, J. D., Druen, P . B., and Arcuri, J. A. Methods for helping Students Avoid Plagia rism. Teaching of Pcychology, 2002, 29(2), 112-115. Lang, J. M. On Course: A Week-By-Week Guide to Your First Semester of College Teaching. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2008. Lathrop, A., and Foss, K. Student Cheating and Plagiarism in the Internet Era: A Wake-Up Call. Englewood, CO: Libraries Unlimited, 2000. Lipson, A., and Reindl, S. M. The Responsible Plagiarist: Understanding Students Who Misuse Sources. About Campus, July-Aug. 2003, 7-14. MacDonald, D. Originality and the Paraphrasing Machine. College Teaching, 2003, 51(4), 166-168. Malehorn. H. Term Papers for Sale and What to Do about It. Improving College and University Teaching, 1983, 31(3), 107-108. Maramark, S., and Maline, M. B. Academic Dishonesty among College Students, Washington, DC: Office of Research, U.S. Department of Education. 1993. McCabe, D. L., and Pavela, G. Some Good News about Academic Integrity Change, 2000, 32(5), 32-38. McCabe, D. L., and Pavela, G. Ten (Updated) Principles of Academic Integrity Change, May/June 2004, 36(3), 10-33. McCabe, D. L., and Trevino, L. K. What We Know About Cheating in College. Change, 1996, 28(1), 29-33. McCabe, D. L., Trevino, L. K., and Butterfield, K. D. Dishonesty in Academic Environ ments: The Influence of Peer Reporting Requirements. Journal of Higher Education, 2001, 72(1), 29-45. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (I2th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Pulvers, K., and Diekhoff G. M. The Relationship between Dishonesty and College Class room Environment. Research in Higher Education, 1999. 40(4), 487-498. Roberts, D., and Rabinowitz, W. An Investigation of Student Perceptions of Cheating in Academic Situations. Review of Higher Education, 1992, 15(2), 179-190.

382

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Roig, M. Can Undergraduate Students Determine Whether Text Has Been Plagiarized Psychological Record, 1997, 47(1), 113-122. Scanlon, P . M. Student Online Plagiarism: How Do We Respond? College Teaching, 2003, 51(4), 161-165. Schuetze, P . Evaluation of a Brief Homework Assignment Designed to Reduce Citation Problems. Teaching Psychology, 2004. 41(4), 257-259. Segal C. F. The Dog Ate My Disk and Other Tales of Woe. Chronicle gf Higher Education, Aug. 11, 2000, A64. Singhal, A., and Johnson, P . How to Halt Student Dishonesty. College Student Journal, 1983, 17(1), 13-19. Skinner, N. F. Differential Test Performance from Differently Colored Paper: White Paper Works Best. Teaching of Psychology, 2004, 31(2), 111-113. Sterngold, A. Confronting Plagiarism: How Conventional Teaching Invites Cybercheating. Change, May/June 2004, 36(3), 16-21. Stevens, E. H. Informal Resolution of Academic Misconduct Cases: A Due Process Paradigm. College Teaching, 1996, 44(4), 140-144. Tabachuick B. G., Keith-Spiegel, P ., and Pope, K. S. Ethics of Teaching: Beliefs and Behav iors of Psychologists as Educators. American Psychologist, 1991, 46(5), 506-515. Tal, I. R., Akers, K. G., and Hodge, G. K. Effect of Paper Color and Question Order of Exam Performance. Teaching of Psychology, 2008, 35(1), 26-28. Whitley, B. E. Factors Associated with Cheating among College Students: A Review. Research in Higher Education, 1998, 39(3), 235-274. Whitley, B. E. and Keith-Spiegel, P . Academic Dishonesty: An Educators Guide. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002. Young, J. R. When Web Sites Post Test Answers Online, Professors Worry. Chronicle of Higher Education, August 1, 2008, 54(47), A8.

Kuis, Tes, dan Ujian

383

39
Kuis, Tes, dan Ujian

Ujian adalah bagian tak terpisahkan dari pengajaran, dan ujian yang dirancang dengan baik memiliki empat fungsi. Pertama, ujian dapat memotivasi mahasiswa dan membantu mereka mengatur usaha akademisnya. Penelitian menyatakan bahwa mahasiswa belajar dalam cara-cara yang merefleksikan pikiran mereka tentang bagaimana mereka akan diuji (Martinez, 1999; McKeachie dan Svinicki, 2006; Wergin, 1988). Jika mereka merasa bahwa ujiannya akan berfokus pada fakta-fakta, mereka akan menghafal rinciannya; jika mereka merasa bahwa ujiannya akan membutuhkan pemecahan masalah atau analisis, mereka akan mempraktikkan keterampilan-keterampilan tersebut. Kedua, ujian memberi petunjuk pada mahasiswa tentang topik-topik atau keterampilan-keterampilan yang manakah yang belum mereka kuasai dan harus mereka perhatikan. Ketiga, ujian membantu pengajar menemukan kesalahan dan kesalahpahaman mahasiswa serta menyesuaikan pengajarannya untuk meningkatkan pembelajaran. Keempat, ujian membantu pengajar mendokumentasikan apakah mahasiswa mempelajari apa yang diharapkan untuk mereka pelajari. Saran-saran berikut dapat meningkatkan kemampuan Anda untuk merancang ujian yang efektif dalam memotivasi, mengukur, dan menguatkan pembelajaran.

Suatu catatan terkait penggunaan istilahnya: Kebanyakan pendidik menggunakan kata ujian untuk mengacu pada ujian tengah semester dan ujian akhir, berkebalikan dengan tes, yang lebih terbatas dalam hal lingkup dan durasi, serta kuis, yang lebih terbatas lagi, Dalam bab ini, bagaimanapun, tes dan ujian digunakan bergantian (dianggap setara), karena prinsip-prinsip dalam perencanaan, pembuatan, dan pemberian (administrasi)-nya sama.

Strategi-strategi Umum
Mulailah dengan berfokus pada tujuan pembelajaran. Seiring Anda menyiapkan suatu
ujian, pikirkanlah tentang jenis pembelajaran yang ingin Anda ukur: Apa yang Anda ingin untuk diingat, dipahami, dipraktikkan, dianalisis, dievaluasi, atau diciptakan mahasiswa? Tujuan-tujuan tersebut akan menentukan jenis butir soal, jangkauan kesulitan dari soal, panjang dan batas waktu untuk ujian, bentuk dan tampilan dari ujian, serta prosedur penilaiannya.

384

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Kuis, Tes, dan Ujian

385

Pandanglah ujian sebagai kesempatan untuk memahami kemajuan intelektual mahasiswa Anda. Sebagai tambahan untuk menentukan apakah mahasiswa telah memahami
dengan benar isi perkuliahan (pendekatan penguasaan pada pengujian), ujian dapat mengeksplorasi bagaimana mahasiswa telah mengorganisasikan secara mental pengetahuannya dan bagaimana mahasiswa memikirkan tentang konsep-konsep yang sedang dipelajari (pendekatan kognitif pada pengujian). Lihatlah Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa Secara Informal dan Bab 29, Membantu Mahasiswa Belajar. (Sumber: Bain, 2004; Black dan William, 1998; Carver, 2006; Means, 2006; Ramsden, 2003)

sangat singkat cenderung tidak reliabel. (Sumber: AERA, 1999; Miller dkk., 2008; Moss dkk., 2006)

Putuskanlah apa yang ingin diukur. Dalam sejumlah cara, pengujian menentukan kurikulum. Pengukuran mengirimkan pesan tentang standar dan jumlah usaha yang dibutuhkan serta tentang aspek-aspek mana dari perkuliahan yang paling penting. Langkah pertama dalam membuat ujian adalah mengidentifikasi konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan dasar yang membatasi kompetensi dalam subjek di tahapan kemajuan yang berbeda. Untuk mengaitkan antara dasar-dasar ini dengan pengukuran, beberapa ahli merekomendasikan untuk membuat suatu tabel Spesifikasi, dengan satu kolom yang mendaftar pengetahuan atau materi kunci dari atas ke bawah di satu sisi halaman dan sasaran kognitif atau kompetensi di sisi atas (misalnya, mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan). Tugas Anda kemudian adalah menciptakan butir-butir soal untuk setiap sel/kotak yang ada. (Sumber: Brookhart, 1999; Connor-Greene, 2000; Jacobs dan Chase, 1992; Ory dan Ryan, 1993; Payne, 2003; Ramsden, 2003) Sasarlah validitas dan reliabilitas. Validitas mengacu pada kebenaran, kekuatan untuk dipercaya, atau legitimasi dari penyimpulan, keputusan, atau tindakan yang dibuat berdasarkan hasil sebuah tes/ujian. Walaupun orang sering membicarakan tentang validitas suatu tes, tes atau ujian itu sendiri sebenarnya tidaklah valid atau tidak valid. Validitas berkaitan dengan kelayakan dan kepantasan dari suatu interpretasi spesifik/ khusus tentang sebuah hasil tes. Misalnya, nilai dalam sebuah tes menulis dapat memiliki derajat validitas yang tinggi dalam menunjukkan tingkatan keterampilan mengarang dari seorang mahasiswa, derajat validitas yang menengah dalam memprediksikan kesuksesan di kuliah mengarang berikutnya, dan tidak valid dalam memprediksikan kesuksesan di bidang Fisika. Untuk ujian kelas, permasalahannya adalah apakah isi dari ujian telah secara memadai mewakili isi perkuliahan sehingga pengajar dapat menarik kesimpulan yang valid tentang kompetensi mahasiswa berdasarkan nilai ujiannya. Suatu ujian yang terdiri dari hanya tiga pertanyaan yang relatif sulit, misalnya, tidak akan memberikan penyimpulan yang valid mengenai apa yang mahasiswa ketahui.
Reliabilitas adalah derajat sejauh mana skor tes dapat diandalkan dan konsisten. Apakah skor/nilai yang sama persis atau hampir sama dapat diraih, misalnya, ketika tes/ujiannya dinilai oleh orang yang berbeda? Tes atau ujian yang lingkupnya hingga negara bagian (provinsi) dan nasional bergantung pada prosedur teknis untuk menentukan reliabilitas, tetapi untuk ujian kelas pada umumnya, saran terbaik adalah untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ambigu, memberikan arahan yang jelas, dan menggunakan kriteria penilaian yang objektif. Satu pertimbangan lainnya: tes yang

Gunakanlah beragam bentuk ujian. Mahasiswa yang memiliki keterampilan belajar yang baik dan percaya diri dengan kemampuan akademiknya sering kali lebih memilih ujian berbentuk esai, sedangkan mahasiswa dengan keterampilan belajar yang rendah dan mereka yang cemas lebih memilih ujian berbentuk pilihan ganda. Untuk memberi kesempatan pada semua mahasiswa Anda supaya dapat menampilkan usaha terbaiknya, gunakanlah beberapa jenis pertanyaan. Untuk hasil yang terbaik, jangan perkenalkan bentuk ujian baru di ujian akhir semester: jika Anda telah menggunakan kuis dan ujian tengah semester berbentuk pilihan ganda, jangan minta mahasiswa untuk menuliskan ujian akhir yang semuanya berbentuk esai. (Sumber: Bridgeman dan Morgan, 1996; Jacobs dan Chase, 1992; Lowman, 1995; McKeachie dan Svinicki, 2006; Birenbaum dan Feldman, 1998) Ciptakanlah pertanyaan-pertanyaan yang menguji keterampilan selain sekadar menghafal.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan ujian dalam kelas terlalu menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa menghafal informasi (Milton dkk., 1986). Untuk mengukur beragam keterampilan, tuliskanlah pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan kata kerja sebagai berikut (diadaptasi dari Anderson dkk., 2001; Fuhrmann dan Grasha, 1983; Montepare, 2005):

Untuk mengukur pengetahuan (tentang istilah-istilah, prinsip-prinsip, prosedurprosedur): definisikan, sebutkan, identifikasi, beri nama/label, buatlah daftar, cocokkan, namai, gambarkan garis besar, sebutkan kembali, pilihlah, nyatakan, tabulasikan. Contoh: Buatlah daftar langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan timgkat racun potensial dari suatu obat baru. Untuk mengukur pemahaman (menjelaskan atau menginterpretasikan makna dari materi): klasifikasikan, ubahlah, buktikan, bedakan, perkirakan, contohkan, jelaskan, perluaslah, generalisasikan, berilah contoh, simpulkan, interpretasikan/maknai, prediksikan, rangkumlah. Contoh: Rangkumlah prinsip-prinsip dasar dekonstruktivisme. Untuk mengukur pengaplikasian (menggunakan suatu konsep atau prinsip untuk memecahkan suatu permasalahan; mengaplikasikan konsep dan prinsip terhadap situasi baru): aplikasikan, perhitungkan/kalkulasikan, demonstrasikan, laksanakan, implementasikan, modifikasi, manfaatkanlah, operasikan, persiapkan, ciptakan, kaitkan, tunjukkan, pecahkan/selesaikan, gunakanlah. Contoh: Perhitungkanlah pemantulan cahaya di bawah seragam. Untuk mengukur kemampuan analisis (memahami keterkaitan dari bagian-bagian; mengenali asumsi atau kesalahan logika yang tidak dinyatakan; membedakan antara fakta dan penyimpulan/asumsi): analisis, atribusikan, gambarkan diagram/ bagan, diskriminasikan, bagilah, bedakan, ilustrasikan, simpulkan, organisasikan/susunlah, tunjukkan, kaitkan, pilih, pisahkan, kategorisasikan. Contoh: Dalam pidato yang dikemukakan Presiden Amerika Serikat, pernyataan manakah yang berdasarkan fakta dan manakah yang berdasarkan asumsi?

386

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Kuis, Tes, dan Ujian

387

Untuk mengukur kemampuan evaluasi (menilai dan mengukur): kajilah, periksalah, bandingkan, simpulkan, bandingkan, dukunglah, kritisi, putuskan, sebutkan, rancanglah, bedakan, sanggah, evaluasi, jelaskan, nilailah, justifikasilah, interpretasikanlah, buktikan, rekomendasikan, kuatkanlah, berikan teorinya. Contoh: Mengapa karya Bach Mass di B Minor dikenal sebagai suatu karya klasik? Untuk mengukur kemampuan sintesis dan penciptaan (menghasilkan sesuatu yang baru dari bagian-bagian yang ada; mengintegrasikan pembelajaran dari area-area yang berbeda; memecahkan permasalahan dengan pemikiran kreatif): bangunlah, ciptakan, rancang, kembangkan, jelaskan, hasilkan, bayangkan, organisasikan/susunlah, rencanakan, buatlah, atur ulang, buat ulang, revisi, ceritakanlah. Contoh: Bagaimana Anda akan merestrukturisasi/mengatur ulang jadwal sekolah untuk merefleksikan kebutuhan perkembangan anak?

Libatkanlah asisten pengajar dari tingkat lanjutan (GSI/graduate student instructor) Anda dalam merancang tes. Setidaknya, mintalah asisten GSI Anda untuk membaca
rancangan awal dari ujian yang Anda susun dan mengomentarinya. Namun demikian, akan lebih baik jika Anda melibatkan mereka dalam pembuatan soal ujian. Mereka tidak hanya akan memberikan saran-saran yang bermanfaat, tetapi partisipasi mereka dalam merancang ujian juga akan membantu mereka dalam menilai hasil ujian nantinya.

Ujian uraian (essay). Ujian uraian menuntut mahasiswa untuk mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan menginterpretasikan materi, serta untuk menyatakannya dengan bahasa mereka sendiri. Lihatlah Bab 42, Ujian Jawaban Singkat dan Uraian sebagai panduan dalam membuat ujian jenis ini. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa belajar lebih efisien untuk ujian uraian dibandingkan ujian pilihan ganda: mahasiswa yang menyiapkan diri untuk ujian uraian berfokus pada topik-topik yang luas, konsepkonsep umum, dan keterkaitan yang ada, dibandingkan detail-detail spesifik. Pendekatan ini menghasilkan kinerja dalam ujian yang lebih baik pada semua jenis soal ujian. Ujian uraian juga memberikan kesempatan bagi pengajar untuk mengomentari kemajuan mahasiswa, kualitas pemikiran mereka, kedalaman pemahaman mereka, dan kesulitankesulitan yang mereka hadapi. Namun demikian, karena ujian uraian hanya memberikan sedikit pertanyaan, validitas isinya bisa jadi rendah. Sebagai tambahan, reliabilitas dari ujian uraian dapat berkurang akibat subjektivitas atau ketidakkonsistenan dalam penilaian.

Waspadalah untuk menghindari kecurangan. Lihatlah Bab 38, Mendorong Kejujuran


Akademik.

Jenis-jenis Ujian
Ujian pilihan ganda. Butir-butir soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan sederhana dan konsep yang kompleks. Karena mahasiswa dapat menjawab pertanyaan pilihan ganda dengan cepat, Anda dapat mengukur penguasaan mereka tentang banyak topik dalam ujian selama lima puluh menit. Sebagai tambahan, butirbutir soalnya dapat dinilai dengan mudah dan reliabel. Pertanyaan pilihan ganda yang baik sulit untuk dituliskan. Namun demikian, lihatlah Bab 41, Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan, untuk panduan tentang bagaimana mengembangkan dan mengadministrasikan tes jenis ini.

Variasi dari suatu ujian uraian adalah dengan meminta mahasiswa untuk memperbaiki sekumpulan jawaban berbentuk uraian. Seorang tenaga pengajar menggunakan teknik berikut: Dua minggu sebelum ujian, ia membagikan sepuluh hingga dua belas pertanyaan uraian, yang didiskusikan bersama para mahasiswa dalam pertemuan di kelas. Untuk ujiannya, ia memilih empat dari semua pertanyaan tersebut dan menyiapkan jawaban yang ditulis dengan baik, tetapi cacat secara intelektual, untuk diubah, dikoreksi, dikembangkan, dan disanggah oleh mahasiswa. Contoh jawaban uraian yang disediakan tersebut mengandung kesalahpahaman yang umum terjadi, respons yang benar tetapi tidak lengkap, dan penyimpulan yang tidak logis. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Ujian jawaban singkat. Soal jawaban singkat dapat meminta jawaban yang berupa satu atau dua kalimat atau suatu paragraf panjang. Ujian jawaban singkat lebih mudah untuk ditulis, dibandingkan ujian pilihan ganda, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penilaiannya. Lihatlah Bab 42, Ujian Jawaban Singkat dan Uraian, sebagai panduan. Paket (rangkaian) permasalahan. Dalam perkuliahan di bidang Matematika dan Sains, ujian-ujiannya sering kali mengandung paket permasalahan. Sebagai aturan umumnya, berikanlah mahasiswa waktu sepuluh menit untuk memecahkan masalah yang dapat Anda selesaikan dalam dua menit. Lihatlah Bab 37, Tugas Rumah: Paket Permasalahan untuk memperoleh saran tentang pembuatan dan penilaian paket permasalahan. Ujian lisan (oral). Ujian lisan jarang digunakan untuk mahasiswa tingkat sarjana, kecuali untuk kelas-kelas bahasa asing. Kebanyakan pengajar menilai ujian lisan terlalu memakan waktu, dan terlau sulit untuk dinilai, walaupun ujian tersebut direkam. Seorang pengajar mahasiswa telah bereksperimentasi dengan memberikan waktu untuk setiap orang selama tiga puluh menit, pada suatu kelas kecil dari mahasiswa tingkat sarjana. Para mahasiswa memperoleh pertanyaannya lebih dulu dan diperkenankan untuk membuang salah satu soal yang dipilihnya, atau mereka memilih satu pertanyaan dari dalam topi (seperti undian). Selama ujian lisan berlangsung, pengajar menggali

Ujian benar-salah. Karena menebak akan memberikan jawaban benar pada setengah
dari seluruh peluangnya, maka ujian benar-salah cenderung untuk menghasilkan nilai yang tinggi. Tempatkanlah soal-soal benar-salah dalam bagian yang berbeda, jangan dicampurbaurkan dengan jenis soal lainnya. Beberapa pengajar menambahkan suatu kolom jelaskan, di mana mahasiswa menuliskan satu atau dua kalimat untuk mendukung respons yang diberikannya.

Ujian mencocokkan. Bentuk mencocokkan adalah cara yang efektif untuk menguji pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antar kata dan definisi, kejadian dan tanggal, kategori dan contoh, dan sebagainya. Lihatlah Bab 41, Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan untuk saran-saran tentang mengembangkan ujian jenis ini.

388

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Kuis, Tes, dan Ujian

389

secara mendalam pemahaman mahasiswa mengenai teori dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Seorang pengajar Statistik memberikan lima belas menit ujian lisan untuk tiap individu. Mahasiswa diminta untuk melewatkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya (menghemat waktu), dan nilai mereka nantinya ditentukan bukan hanya oleh jumlah jawaban benar, tetapi juga oleh keluasan dan tingkat pemahamannya. Para pengajar yang memberikan ujian lisan merekomendasikan untuk memberikan waktu sejenak untuk membuat mahasiswa merasa nyaman, mengatur tempat duduk secara informal, taktis ketika memberikan umpan balik, dan membiarkan mahasiswa yang lebih banyak berbicara. (Sumber: OConnor, 2004; Race dkk., 2005)

menuliskan jawaban-jawaban mereka di kelas. Beberapa pengajar membagikan sepuluh pertanyaan dan mengumumkan bahwa tiga pertanyaan di antaranya akan muncul dalam ujian.

Ujian buka buku (open-book). Ujian buka buku mensimulasikan tempat kerja, di mana
orang-orangnya secara rutin menggunakan buku-buku referensi dan sumber-sumber lainnya untuk memecahkan permasalahan, menyiapkan laporan, atau menulis memo. Ujian buka buku biasanya lebih tidak menekan bagi mahasiswa, tetapi penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tidaklah menunjukkan kinerja yang lebih baik secara signifikan dalam ujian-ujian yang bersifat buka buku. Ujian buka buku dapat menurunkan motivasi mahasiswa untuk belajar, dan beberapa mahasiswa menampilkan hasil yang buruk karena mereka mereka menghabiskan waktu lebih banyak untuk mencari-cari di referensi yang mereka gunakan daripada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ujiannya. Jika Anda menawarkan ujian buka buku, tentukan secara spesifik sumbersumber mana yang diizinkan dan apakah mahasiswa akan dapat menggunakan laptop-nya ketika ujian berlangsung. Demi mencegah penyalahgunaan surat elektronik/e-mail dan pesan singkat/sms, beberapa pengajar mengajukan kode etik untuk ujian. Pengajar juga menyarankan untuk mengingatkan mahasiswa tentang menghabiskan terlalu banyak waktu mencari-cari dalam bahan-bahan referensi yang digunakan. (Sumber: Crooks, 1988; Golub, 2005; Ioannidou, 1997; Race dkk., 2005; Theophilides dan Koutselini, 2000; White dkk., 2001)

Ujian praktik. Ujian praktik meminta mahasiswa untuk mendemonstrasikan kemahiran


dalam melaksanakan suatu eksperimen, melaksanakan serangkaian langkah, mengikuti sejumlah instruksi, menciptakan gambar-gambar, memanipulasi bahan atau alat, atau menanggapi situasi nyata atau simulasi. Ujian praktik dapat diberikan secara perseorangan atau berkelompok. Ujian jenis dapat menjadi sangat sulit untuk dipersiapkan dan sukar untuk dinilai, tetapi ujian praktik tepat untuk kelas-kelas yang menuntut mahasiswanya untuk menunjukkan keterampilannya (misalnya, bidang-bidang Kesehatan, Sains, Pendidikan). Jika Anda menggunakan ujian praktik, berikut beberapa tips untuk Anda (diadaptasi dari Race dkk., 2005):

Tentukan sejelas mungkin kriteria yang akan digunakan untuk menilai (misalnya, tingkat keakuratan dalam melaksanakan langkah-langkahnya, atau batasan waktu untuk menyelesaikan suatu tugas). Nyatakan tugas atau permasalahannya sehingga mahasiswa mengetahui secara pasti apa yang seharusnya mereka lakukan. Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk mengerjakan tugasnya lebih dari sekali atau untuk mengerjakan beberapa contoh tugas. Masukkan pula penilaian oleh diri sendiri (self-assessment).

Ujian kelompok. Berdasarkan para peneliti, ujian kelompok menawarkan tiga keuntungan: kerja kelompok mendukung pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi, kinerja kelompok lebih baik daripada perseorangan, dan ujian secara berkelompok memberikan tekanan yang lebih rendah.

Model Ujian Alternatif


Ujian yang dikerjakan di rumah. Ujian yang dikerjakan di rumah memungkinkan mahasiswa untuk bekerja sesuai kecepatan mereka sendiri dengan akses luas terhadap buku dan sumber lainnya. Ujian yang dikerjakan di rumah juga memungkinkan pemberian pertanyaan yang lebih panjang dan lebih kompleks, tanpa mengorbankan waktu di kelas yang berharga untuk waktu ujian. Paket pertanyaan, jawaban singkat dan uraian adalah bentuk-bentuk soal yang paling sesuai untuk ujian yang dikerjakan di rumah. Waspadalah terhadap pembuatan ujian rumah yang terlalu sulit atau suatu ujian yang tidak memiliki batasan panjang respons/jawabannya (atau waktu yang digunakan). Berilah pula instruksi yang sejelas-jelasnya mengenai kolaborasi/kerja sama yang diizinkan dan yang tidak. Sebagai contoh, bolehkah mahasiswa mencari tahu di situs-situs pengetahuan berbasis-masyarakat, di mana penggunanya saling bertanya dan menjawab satu sama lain? Satu variasi dari ujian yang dibawa pulang ke rumah adalah dengan memberikan soal-soalnya seminggu lebih awal atau lebih awal lagi, tetapi meminta mahasiswa

Beberapa pengajar memberikan ujian kelompok sebagai ujian yang berdiri sendiri. Sebagai contoh, untuk ujian dalam kelas yang berdurasi lima puluh menit, mereka memberikan ujian pilihan ganda yang terdiri dari dua puluh atau dua puluh lima soal. Pada ujian paling awal dalam semester tersebut, mahasiswa dibagi ke dalam kelompok secara acak (ukuran yang paling efektif adalah tiga hingga lima mahasiswa). Pada ujianujian berikutnya, mahasiswa dapat diletakkan dalam kelompok-kelompok lainnya demi meminimalisir perbedaan nilai antar kelompok, atau untuk menyeimbangkan antara mahasiswa yang aktif bicara dan pendiam, atau untuk mengelompokkan mahasiswa yang menampilkan kinerja di tingkatan yang sama. Setiap mahasiswa memperoleh nilainya dari nilai kelompok. Variasi lainnya adalah dengan memberikan ujian kelompok secara lisan dan publik, di mana mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara perseorangan, tetapi bersaing demi memperoleh nilai dalam kelompok. Pengajar lainnya meminta mahasiswanya untuk menyelesaikan ujian secara perseorangan dan kemudian berkumpul sebagai kelompok lalu mengumpulkan suatu hasil ujian secara kelompok. Ketika nilai kelompok lebih tinggi dari nilai perseorangan anggota kelompoknya, nilai tambahan akan diberikan pada tiap nilai perseorangan. Atau, pengajar dapat menggabungkan antara nilai perseorangan (75 persen dari keseluruhan nilai) dengan nilai kelompok (25 persen dari keseluruhan nilai). Variasi lainnya adalah

390

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Kuis, Tes, dan Ujian

391

dengan meminta mengerjakan serangkaian pertanyaan ujian secara berkelompok di luar kelas, tetapi mengerjakan ujian tersebut secara perseorangan di dalam kelas; pada teknik ini, ujian di dalam kelas meliputi beberapa butir pertanyaan yang sudah diberikan di rangkaian tugas rumah serta beberapa butir pertanyaan yang baru. Variasi yang lain lagi adalah dengan meminta mahasiswa untuk mengerjakan ujian secara perseorangan, bertemu untuk diskusi kelompok, dan kemudian mengerjakan ulang ujian secara perseorangan kembali. Nilai akhirnya bisa didapat dengan merata-rata kedua nilai yang diperoleh, atau nilai yang pertama ditambah nilai bonus berdasarkan nilai dari ujian kedua. Para pengajar yang menggunakan ujian kelompok menawarkan tips sebagai berikut: Berikanlah mahasiswa latihan untuk bekerja dalam kelompok sebelum menerapkan ujian kelompok. Mintalah mahasiswa untuk mengerjakan soalnya secara perseorangan dan kemudian membandingkan hasil kerjanya. Mintalah mahasiswa untuk mendiskusikan setiap pertanyaan secara menyeluruh dan timbanglah kelebihan dari tiap jawaban yang muncul daripada sekadar mengambil suara terbanyak (voting) untuk setiap jawaban. Ambillah langkah-langkah untuk meminimalisir social loafing (penganggur dalam kelompok) atau free-rider (penumpang nama) yang tidak melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Mintalah setiap mahasiswa untuk menandatangani ujian kelompok, memverifikasi bahwa hasil ujian tersebut merefleksikan hasil kerja kelompok secara akurat. Tunjukkanlah pada mahasiswa persebaran nilai-nilai mereka ketika bekerja perseoragan dan ketika sebagai kelompok; dalam kebanyakan kasus, nilai kelompok akan lebih tinggi dibandingkan nilai perseorangan manapun. (Sumber: Hodges, 2004; Jensen dkk., 2002; Morgan, 2003; Revere dkk., 2008; Shindler, 2004; Slusser dan Erickson, 2006; Webb, 1997; Yuretich, 2003)

(purposeful) memasangkan mahasiswa berdasarkan tingkat prestasi atau karakteristik lainnya. Dalam pemasangan mandiri (self-selection), mahasiswalah yang memilih pasangannya, yang mungkin dapat meredakan kecemasan sejumlah mahasiswa serta menghilangkan tanggung jawab pengajar jika mahasiswa mengatribusikan/menyalahkan pasangannya atas kinerja yang buruk. Jika mahasiswa di kelas Anda berjumlah ganjil, putuskanlah apakah Anda akan membentuk trio (kelompok bertiga) atau mengizinkan seorang mahasiswa untuk bekerja sendirian. Untuk ujian berpasangan dalam kelas, berikanlah waktu yang cukup untuk mahasiswa berdiskusi dan mencapai kesepakatan. Lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok. (Sumber: Muir dan Tracy, 1999; Zimbardo dkk., 2003)

Portofolio. Sebuah portofolio adalah pilihan dari karya-karya dalam perkuliahan yang
dikumpulkan mahasiswa untuk mengilustrasikan pertumbuhan dan pencapaian mereka selama periode semester tersebut. Suatu portofolio dapat mencakup satu atau lebih karya tulis (rancangan dan revisinya), karya yang masuk jurnal, ujian-ujian essai, laporan laboratorium, sketsa, prototipe atau model contoh, atau rangkaian permasalahan. Instruksi untuk pengumpulan portofolio harus menyatakan prinsip-prinsip dalam pemilihan tiap hasil karya, jenis-jenis dari materi kelas dan media yang dapat diterima (salinan tercetak, dokumen elektronik, audio, video, dan sebagainya), serta jumlah minimal dan maksimal dari materi yang dikumpulkan. Beberapa kampus mendorong mahasiswanya untuk menciptakan portofolio elektronik dalam jaringan penyedia (server) institusi. Beberapa pengajar menilai portofolio sebagai lulus/tidak lulus. Jika Anda menggunakan nilai huruf, jelaskanlah kriteria penilaiannya saat Anda memberikan tugasnya. (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992; Race dkk., 2005; Shermis dan Daniels, 2002)

Ujian online. Untuk kebanyakan bagiannya, nilai mahasiswa dalam ujian online sama
dengan nilai mereka dalam ujian sebenarnya. Beberapa mahasiswa mengeluh bahwa ujian online mencegah mereka dari memberikan penekanan pada istilah-istilah kunci dan menandai pertanyaan sambil mereka memikirkan tentang topik tersebut serta jawabannya. Mahasiswa juga tidak menyukai ujian online yang tidak memungkinkan mereka untuk melompati butir pertanyaan dan kembali ke butir tersebut nantinya.

Ujian berpasangan. Untuk ujian berpasangan, dua mahasiswa bekerja bersama dan mengumpulkan satu hasil ujian. Beberapa mahasiswa bisa jadi akan menolak untuk berbagi nilai, tetapi mahasiswa yang baik akan berkemungkinan besar memperoleh nilai yang sama dengan yang akan mereka peroleh jika bekerja sendiri. Sejumlah peneliti melaporkan bahwa para mahasiswa yang mengerjakan ujian dengan pasangan yang dipilihnya sendiri akan menampilkan kinerja lebih baik dibandingkan saat mereka bekerja sendiri di ujian-ujian berikutnya, dibandingkan dengan para mahasiswa yang mengerjakan semua ujiannya secara solo atau perseorangan. Ujian berpasangan juga dapat mengurangi kecemasan dan kecurangan serta meningkatkan kepercayaan diri dan kesukaan pada perkuliahan.

Ketika suatu ujian online akan dinilai, ujian tersebut harus aman dan kebal dari kecurangan. Pilihan yang tersedia meliputi penggunaan ruang kelas di mana komputer diawasi; penggunaan piranti lunak (software) yang menghalangi akses terhadap informasi dalam laptop, perangkat disket, atau jaringan; serta pemberian ujian buka buku (openbook). Menjaga agar ujian online singkat (sepuluh menit atau kurang) juga meminimalisir kesempatan untuk berbuat curang. Penggunaan ujian online yang sangat baik adalah dengan menyediakan kuiskuis sebagai latihan, yang dijalankan mahasiswa ketika belajar. Kuis-kuis seperti itu terutama bermanfaat karena menyediakan mahasiswa dengan umpan balik yang segera tentang kinerja mereka. Beberapa sistem manajemen pembelajaran akan menyiapkan dan memberikan kuis-kuis ini segera setelah pengajar meluangkan waktu untuk mengembangkan bank pertanyaan yang dikelompokkan berdasarkan topik, tujuan

Pasangan dapat ditentukan dengan tiga cara: Pemasangan acak (random) memecah kelompok-kelompok kecil (cliques), menghindari adanya yang terakhir dipilih, dan mencegah persepsi akan adanya bias (ketidaknetralan) pengajar. Pemasangan bertujuan

392

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Kuis, Tes, dan Ujian

393

pembelajaran, dan tingkat kesulitannya. Investasi usaha awal tersebut dibayar kembali ketika sistemnya menghasilkan kuis-kuis online khusus perseorangan; beberapa sistem bahkan melacak berapa banyak waktu yang dihabiskan mahasiswa pada tiap pertanyaan. Jika sistem manajemen pembelajaran Anda tidak memiliki suatu fitur kuis online, tersedia beberapa paket piranti lunak komersiil. (Sumber: Brooks dkk., 2003; Brothen dan Wambach, 2004; Daniel dan Broida, 2004; Drasgow dkk., 2006; LoSchiavo dan Shatz, 2002; Naglieri dkk., 2004)

mengintegrasikan dan mensintesis isi perkuliahan. Lihatlah Bab 29, Membantu Mahasiswa Belajar. (Sumber: Bain, 2004; Halpern dan Hakel, 2003)

Lihatlah panduan online tentang penyusunan ujian. Banyak universitas menawarkan panduan online untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda, benarsalah, mencocokkan, jawaban singkat, dan isian panjang. Jika kampus Anda tidak mempunyainya, lihatlah panduan-panduan yang dikembangkan oleh Universitas Oregon atau Universitas Negara Bagian Illinois. Panduan berikut ini dapat diaplikasikan pada semua tes (diadaptasi dari McKeachie dan Svinicki, 2006; Sechrest dkk., 1999):
Siapkanlah instruksi/petunjuk pengerjaan yang jelas. Ujilah instruksi Anda dengan meminta kolega atau asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana untuk membacanya. Tambahkan saran tentang berapa banyak waktu yang sebaiknya dihabiskan di tiap bagian. Letakkanlah beberapa butir soal yang mudah di awal. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih mudah membantu mahasiswa untuk menenangkan ketegangan mereka dan membuat mereka merasa lebih percaya diri. Tantanglah mahasiswa terbaik Anda. Pertimbangkanlah untuk mengakhiri ujian dengan satu pertanyaan yang sangat sulit tetapi bukan pertanyaan jebakan untuk menantang mahasiswa terbaik Anda. Uji cobakanlah terlebih dulu waktunya. Berikanlah sekitar setengah menit per soal untuk pertanyaan benar-salah, satu menit per soal untuk pertanyaan pilihan ganda, dua menit untuk tiap soal jawaban singkat memerlukan beberapa kalimat, sepuluh atau lima belas menit untuk pertanyaan esai yang terbatas, dan sekitar tiga puluh menit untuk pertanyaan esai yang lebih luas. Berikan sekitar lima atau sepuluh menit bagi mahasiswa untuk mengkaji ulang pekerjaan mereka, dan faktor lain yang perlu diperhitungkan dalam waktu adalah pembagian dan pengumpulan ujian. Aturan umum lainnya adalah untuk memberikan waktu sekitar tiga atau empat kali lipat dari waktu yang Anda (atau asisten pengajar) perlukan untuk menyelesaikan ujian tersebut. Perhatikanlah tampilan atau tata letaknya. Gunakanlah marjin/batas pinggir halaman dan spasi/jarak antar baris yang membuat ujian mudah dibaca. Jika butir soalnya memiliki nilai yang berbeda, nyatakanlah nilai tersebut di sebelah butir soalnya. Kelompokkanlah butir-butir soal yang sama jenisnya (seperti pertanyaan benarsalah dengan pertanyaan benar-salah atau pertanyaan pilihan ganda dengan pilihan ganda). Ingatlah bahwa mahasiswa akan mengartikan jumlah spasi yang tersedia setelah suatu soal jenis jawaban singkat sebagai indikator panjang jawaban yang Anda harapkan.

Membentuk Ujian yang Efektif


Persiapkanlah tes yang baru setiap Anda mengajar suatu perkuliahan. Meskipun
mengembangkan tes itu memakan waktu, ujian yang lama tidak akan merefleksikan perubahan-perubahan dalam bagaimana Anda telah menyajikan materi dan topik-topik yang Anda beri penekanan di semester ini. Satu cara untuk memastikan bahwa ujiannya merefleksikan perkuliahan yang terkini adalah dengan menulis pertanyaan-pertanyaan tes di akhir tiap sesi kelas atau di akhir minggu. Ketika Anda membuat ujian yang baru, pertimbangkanlah untuk menyediakan salinan dari ujian yang lama bagi mahasiswa.

Mintalah mahasiswa untuk mengumpulkan pertanyaan ujian. Pengajar yang meminta pertanyaan-pertanyaan tes dari mahasiswa biasanya membatasi jumlah butir soal yang dapat dibuat oleh mahasiswa (misalnya, dua pertanyaan per ujian), mendetailkan bentuk pertanyaannya (seperti pilihan ganda atau jawaban singkat), dan meminta mahasiswa untuk menyediakan kutipan dari bacaan atau catatan kelas untuk jawaban yang benar. Beritahukanlah pada mahasiswa bahwa pertanyaan-pertanyaan mereka harus melibatkan penalaran induktif atau deduktif serta sintesis dari materi perkuliahan. Beberapa pengajar mengumpulkan semua pertanyaan dan jawaban yang dihasilkan oleh mahasiswa menjadi suatu gudang data (database) dan mendorong mahasiswa untuk menggunakan gudang data ini sebagai alat belajar. Pengajar-pengajar lainnya memilih atau mengadaptasi butir pertanyaan dari mahasiswa untuk digunakan dalam ujian. Jika Anda mengajar di kelas yang mahasiswanya berjumlah banyak (kelas besar), Anda dapat mengambil secara acak dari keseluruhan soal yang ada hingga Anda memiliki jumlah pertanyaan yang memadai untuk ujiannya. (Sumber: Carroll, 2001; Feldberg, 1999; Fellenz, 2004; Green, 1997; Hare, 1997) Berhati-hatilah tentang penggunaan bank soal dari penerbit buku ajar atau yang ditemukan secara online. Jangan ambil semua pertanyaan ujian Anda dari bank soal.
Beberapa dari soal tersebut bisa jadu ditulis dengan buruk, atau difokuskan pada topik yang tidak penting atau pada konsep yang tidak menjadi penekanan Anda sebelumnya. Beberapa bank soal diisi dengan butir-butir soal yang diciptakan dengan terburu-buru sehingga belum sempat diujiikan ulang sebelumnya. (Sumber: Forsyth, 2003; Renner dan Renner, 1999; Scialfa dkk., 2001)

Buatlah ujian Anda sebagai gabungan/kumulatif. Tes kumulatif menuntut mahasiswa untuk mengkaji ulang materi-materi yang telah mereka pelajari, sehingga memperkuat hasil belajar mereka. Tes kumulatif juga memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk

Merespons Unjuk Kerja yang Buruk dalam Ujian oleh Seluruh Kelas
Pastikanlah apakah ujiannya salah atau tidak. Jika semua atau hampir semua mahasiswa Anda menampilkan kinerja yang buruk dalam suatu ujian, perhatikanlah dengan seksama

394

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Kuis, Tes, dan Ujian


395

ujiannya: Apakah petunjuk pengerjaannya jelas? Apakah soal-soalnya disiapkan dengan baik tidak terlalu menjebak dan tidak menyebabkan pemahaman yang salah? Apakah ujiannya telah mewakili materi yang dipelajari? Apakah mahasiswa memperoleh waktu yang cukup untuk menyelesaikan ujiannya?

Analisislah mengapa mahasiswa menampilkan kinerja yang begitu buruk. Perhatikanlah dengan seksama jawaban-jawaban mahasiswa. Apakah terdapat bukti bahwa mereka tidak membaca materi yang dipelajari secara efektif atau tidak memahami contoh-contoh yang diberikan di kelas? Jenis-jenis pertanyaan seperti apakah yang tidak mampu dijawab mahasiswa? Jangan secara otomatis menaikkan nilai mahasiswa. Begitu saja menambahkan angka pada
nilai setiap mahasiswa menurunkan makna dari ujian. Mahasiswa perlu mengusahakan pencapaian nilai berdasarkan apa yang mereka ketahui dan mampu demonstrasikan. Dibandingkan sekadar menambah nilai, Anda dapat memutuskan untuk membuang nilai terendah setiap mahasiswa selama semester tersebut, atau Anda dapat menawarkan ujian atau tugas pengganti. (Sumber: PsychTeacher listserv)

Bicarakanlah tentang hasil yang mengecewakan tersebut dengan seluruh kelas. Tanyakanlah pada mahasiswa Anda apakah yang menurut mereka menyebabkan seluruh kelas memperoleh hasil yang buruk? Kebiasaan belajar yang tidak stabil? Harapan/target yang tidak realistis? Tekanan waktu?

Daftar Referensi
American Educational Research Association (AERA), American Psychological Association, and National Council on Measurement in Education. Standards for Educational and Psychological Testing. Washington, DC: American Educational Research Association, 1999. Anderson, L. W., and Krathwohl, D. R. (Eds.), A Taxonony f or Learning, Teaching and Assesing: of Blooms Taxanomy of Educational Objectives. New York: Addison-Wesley/Longman, 2001. Bain, K. What the Best College Teachers Do. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2004. Birenbaum, M., and Feldman, R. A. Relationships between Learning Patterns and Attitudes towards Two Assessment Formats. Educational Research, 1998, 40(1), 90-98. Black, P . J., and Wiliam, D. Assessment and Classroom Learning. Assessment in Education: Principles, Policy and Practice, 1998, 5(1), 7-74. Bridgeman, B., and Morgan, R. Success in College for Students with Discrepancies between Performance on Multiple-Choice and Essay Tests. Journal of Educational Psychology, 1996, 88(2), 333-340. Brookhart, S. M. The Art and Science of Classroom Assessment: The Missing Part of Pedagogy. ASHE-ERIC Higher Education Report, 1999, 27(1). Brooks, D. W., Nolan, D. E., and Gallagher, S. Automated Testing. Journal of Science Educa tion and Technology, 2003, 12(2), 183-186. Brothen, T, and Wambach, C. The Value of Time Limits on Internet Quizzes. Teaching of Psychology, 2004, 31(1), 62-64. Carroll, D. W. Using Ignorance Questions to Promote Thinking Skills. Teaching of Psychology, 2001, 28(2), 98-100.

Carver, S M. Assessing for Deep Understanding. In R. K. Sawyer (Ed.), The Cambridge Handbook of the Learning Sciences. New York: Cambridge University Press, 2006. Connor-Greene, P A. Assessing and Promoting Student Learning: Blurring the Line between Teaching and Testing. Teaching of Psychology, 2000, 27(2), 84-88. Crooks, T. J. The Impact of Classroom Evaluation Practices on Students. Review of Educational Research, 1988, 58(4), 438-181. Daniel, D. B., and Broida, J. Using Web-Based Quizzing to Improve Exam Performance: Lessons Learned. Teaching of Psychology, 2004, 31(3), 207-208. Drasgow, F., Luecht, R. M., and Bennett, R. E. Technology and Testing. In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th ed.) Westport, CT: American Council on Education/Praeger, 2006. Feldberg, R. S. Increasing Student Involvement in Lectures: (Very) Low Tech Innovations in a Biochemistry Lecture Class. Biochemical Education, 1999, 27(2), 71-73. Fellenz, M. R. Using Assessment to Support Higher Level Learning: The Multiple Choice Item Development Assignment. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2004, 29(6), 703719. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Fuhrmann, B. S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown, 1983. Golub, E. PCs in the Classroom and Open Book Exams. Ubiquity, 2005, 6(9), 1-4. http://portal. acm.org/citation.cfm?id=1066320. Green, D. H. Student-Generated Exams: Testing and Learning. Journal of Marketing Education, 1997, 19(2), 43-53. Halpern, D. F, and Hakel, M.D. Applying the Science of Learning to the University and Beyond. Change, 2003, 35(4), 36-41. Hare, A. C. Active Learning and Assessment in Mathematics. College Teaching, 1997, 45(2), 7677. Hodges, L. C. Group t Exams in Science Courses. New Directions for Teaching and Learning, no. 100. San Francisco: Jossey-Bass, 2004, pp. 89-93. Ioannidou, M. K. Testing and Life-Long Learning: Open-Book and Closed-Book Examina tion in a University Course. Studies in Educational Evaluation, 1997, 23(2), 131-139. Jacobs, L. C., and Chase, C. I. Developing and Using Tests Effectively: A Guide for Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 1992. Jensen, M., Johnson, D. W, and Johnson, R. T. Impact of Positive Interdependence during Electronic Quizzes on Discourse and Achievement. Journal of Educational Research, 2002, 95(3), 161-166. LoSchiavo, F. M., and Shatz, M. A. Students Reasons for Writing on Multiple Choice Examinations. Teaching of Psychology, 2002, 29(2), 138-140. Lowman, J. Mastering the 'Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Martinez, M. E. Cognition and the Question of Test Item Format. Educational Psychologist, 1999, 34(4), 207-218. McKeachie, W. J. and Svinicki, M. McKeachie's Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Means, B. Prospects for Transforming Schools with Technology-Supported Assessment. In R. K. Sawyer (Ed.), The Cambridge Handbook of the Learning Sciences. New York: Cambridge University Press. 2006. Miller, M. D., Linn, R. I, and Gronlund, N. E. Measurement and Assessment in Teaching. (10th ed.) Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2008.

396

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Milton, O., Pollio, H. R., and Eison, J. A. Making Sense of College Grades: Why the Grading System Does Not Work and What Can Be Done about It. San Francisco: Jossey-Bass, 1986. Montepare, J. M. A Self-Correcting Approach to Multiple Choice Tests. APS Observer, Oct. 2005, 18(10). Morgan, B. M. Cooperative Learning in Higher Education: Undergraduate Student Reflec tions on Group Examinations for Group Grades. College Student Journal, 2003, 37(1), 40-49. Moss, P A., Girard, B. J., and Haniford, L. C. Validity in Educational Assessment. In J. Green and A. Luke (Eds.), Review of Research in Education, Vol. 30. Thousand Oaks, CA: Sage, 2006. Muir, S. P , and Tracy, D. M. Collaborative Essay Testing: Just Try It. College Teaching, 1999, 47(1), 33-35. Naglieri, J. A., Drasgow, F, Schmit, M., Handler, L., Prifitera, A., Margollis, A., and Velasquez, R. Psychological Testing on the Internet. American Psychologist, 2004, 59(3), 150-162. O'Connor, R. J. Using Oral Examinations in a Statistics Class. Teaching Professor, Jan. 2004-5. Ory, J. C., and Ryan, K. E. Tips for Improving Testing and Grading. Newbury Park, CA: Sage, 1993. Payne, D. A. Applied Educational Assessment. (2nd ed.) Belmont, CA: Wadsworth Thomson, 2003. PsychTeacher Listserv: A moderated online community for instructors involved in teaching psychology; see teachpsych.org/news/psychteacher.php Race, P , Brown, S., and Smith, B. 500 Tips on Assessment. (2nd ed.) London: RoutledgeFalmer, 2005. Ramsden, P . Learning to Teach in Higher Education. (2nd ed.) New York: RoutledgeFalmer, 2003. Renner, C. H., and Renner, M, J. How to Create a Good Exam. In B. Perlman, L. I. McCann, and S. H. McFadden (Eds.). Lessons Learned: Practical Advice for the Taching of Pychology. Washington, DC: American Psychological Society, 1999. Revere. L., Elden, M., and Bartsch. R. Designing Group Examinations to Decrease Social Loafing and Increase Learning. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2008, 2(1). http://academics.georgiasouthern.edu/ijsotl/v2n I /articles/Revere-Elden Bartsch/index.htm Scialla. C., Legare, C., Wenger, L., and Dingley, L. "Difficulty and Discriminability of Introductory Psychology Test Items. Teaching of Psychology, 2001, 28(1), 11-15. Sechrest, L., Kihlstrom, J. E, and Bootzin, R. How to Develop Multiply-Choice Tests. In B. Perlman, L.I. McCann, and S. H. McFadden (Eds.), Lessons Learned: Practical Advice for the Teaching of Psychology. Washington, DC: American Psychological Society. 1999. Shermis, M. D., and Daniels, K. Web Applications in Assessment. In T. W. Banta (Ed.), Building a Scholarship of Assesssment. San Francisco: Jossey-Bass, 2002, pp. 148-166. Shindler, J. W Greater than the Sum of the Parts Examining the Soundness of Collaborative Exams in Teacher Education Courses. Innovative Higher Education, 2004, 28(4), 273-283. Slusser, S. R., and Erickson, R. J. Group Quizzes: An Extension of the Collaborative Learn ing Process. Teaching Sociology, 2006, 31(3), 249-262. Theophilides. C., and Koutselini, M. Study Behavior in the Closed-Book and Open-Book Examination: A Comparative Analysis. Educational Research and Evaluation, 2000, 6(4), 379-393. Webb, N. M. Assessing Students in Small Collaborative Groups. Theory into Practice, 1997, 36(4), 205-213. Wergin, J. F. Basic Issues and Principles in Classroom Assessment. In J. H. McMillan (Ed.), Assessing Students Learning. New Directions for Teaching and Learning, no. 34. San Fran cisco: Jossey-Bass, 1988. White, B., Ceglie, R., and Puopolo, D. Note Sheets: A Reliable Predictor of Success? Journal of College Science Teaching, 2001, 31(3), 188-193. Yuretich, R. F. Encouraging Critical Thinking: Measuring Skills in Large Introductory Sci ence Classes. Journal of College Science Teaching, 2003, 33(3), 40-45. Zimbardo, P . G., Butler, L. D., and Wolfe, V. A. Cooperative College Examinations: More Gain, Less Pain When Students Share Information and Grades. Journal of Experimental Education, 2003, 71(2), 101-125.

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

397

40
Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

Kecemasan dapat mengganggu kinerja mahasiswa dalam tes/ujian. Anda dapat mengurangi kecemasan mahasiswa dengan mengurusi bagaimana Anda mempersiapkan mahasiswa untuk ujiannya, bagaimana Anda mengadministrasikan dan mengembalikan ujian, serta bagaimana Anda menangani ujian perbaikan. Semua mahasiswa, terutama mahasiswa tahun pertama, dapat memperoleh keuntungan dari mengetahui apa yang akan mereka lalukan dalam suatu ujian dan akan seperti apa kondisi ujiannya. Mahasiswa juga akan merasa lebih santai dan berkurang rasa terintimidasinya jika Anda memberikan keyakinan dan dorongan. Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda menyiapkan mahasiswa untuk melakukan yang terbaik di ujian mereka.

Strategi-strategi Umum
Berilah saran pada mahasiswa tentang bagaimana cara belajarnya. Bantulah mahasiswa untuk mengembangkan strategi-strategi untuk mengorganisasikan dan memahami materi perkuliahan (diadaptasi dari Pressley dkk., 1997; Roediger dan Karpicke, 2006):
Tunjukkan pada mahasiswa bagaimana untuk menemukan pikiran-pikiran penting dalam bacaan, dan beritahukanlah pada mahasiswa tentang tingkat rincian yang Anda harapkan untuk mereka ingat. Jelaskanlah pentingnya bahan bacaan acuan jika dibandingkan dengan bahan yang dibahas di kelas. Berilah langkah-langkah tentang cara untuk membuat catatan dan ulasan. Ingatkan mahasiswa untuk mengaitkan antara informasi baru dari bahan yang dipelajari dengan hal-hal yang telah mereka ketahui. Sediakanlah butir-butir soal latihan atau ujian yang lampau. Bantulah mahasiswa untuk menganalisis dan meningkatkan kebiasaan belajar mereka.

Pusat Pembelajaran Mahasiswa di kampus Anda akan memiliki saran-saran tambahan. Lihatlah juga Bab 29, Membantu Mahasiswa Belajar.

398

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

399

Doronglah mahasiswa untuk belajar dalam kelompok. Berdasarkan para peneliti, mahasiswa yang belajar dalam kelompok belajar lebih banyak daripada mahasiswa yang bekerja sendiri; lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok. (Sumber: Millis dan Cottell, 1998; Slavin, 1991) Sediakanlah penyesuaian, sesuai kebutuhan, untuk mahasiswa berkebutuhan khusus.
Mahasiswa berkebutuhan khusus yang telah terdokumentasikan berhak untuk menerima penyesuaian yang masuk akal sehingga mereka dapat mendemonstrasikan keterampilan dan prestasi mereka. Penyesuaian yang umum mencakup perpanjangan waktu untuk menyelesaikan ujian, presentasi lisan dari suatu ujian tertulis melalui piranti lunak pembantu atau seorang asisten pribadi, lingkungan ujian yang dimodifikasi (ruangan yang tenang), dan teknologi pembantu seperti peralatan pembesar tulisan atau komputer yang diaktivasi dengan suara. Lihatlah Bab 6, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus. (Sumber: Cohen dan Wollack, 2006)

melaporkan bahwa mahasiswa meraih nilai yang lebih tinggi secara signifikan dan mengingat materinya lebih lama dibandingkan mahasiswa yang tidak diuji di setiap awal sesi kelas. Bagaimanapun, pengujian yang sering seperti itu juga berisiko bahwa mahasiswa lebih berfokus pada nilai dibandingkan pembelajarannya. Sebagai tambahan, waktu yang digunakan untuk ujian menjadi waktu yang diambil dari waktu untuk kegiatan kelas. (Sumber: Forsyth, 2003; Kennedy dkk., 2002; Landrum, 2007; Leeming dkk., 2002; Myers dan Myers, 2007; Padilla-Walker, 2006; Roediger dan Karpicke, 2006; Sporer, 2001)

Carilah saran tentang bagaimana jika mahasiswa meminta suatu penyesuaian karena mengalami kecemasan terhadap tes. Beberapa mahasiswa bisa jadi menampilkan tandatanda kecemasan yang sangat besar terhadap ujian. Beberapa hukum telah menegaskan bahwa kecemasan terhadap ujian tidak termasuk kebutuhan khusus, tetapi jalan terbaik adalah meminta staf/karyawan di bagian program pelayanan mahasiswa berkebutuhan khusus di kampus Anda untuk menentukan apakah kecemasan mahasiswa terhadap ujian membutuhkan suatu akomodasi khusus. Lihatlah Bab 6, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus. (Sumber: Kecemasan terhadap Ujian Bisa Jadi Tidak ..., 2004; Zuriff, 1997)

Putuskanlah apakah akan memberikan kuis kejutan atau tidak. Penelitian menunjukkan bahwa kuis kejutan (mendadak) dapat meningkatkan kinerja mahasiswa, meski secara tak adil juga dapat merugikan mahasiswa yang salah memilih hari untuk datang ke kelas tanpa persiapan. Walaupun para mahasiswa biasanya tidak menyukai kuis kejutan, mereka menyadari bahwa kuis membantu mereka untuk mempertahankan pelajaran mereka. Seorang tenaga pengajar memberikan nilai tambahan bagi kinerja yang baik dalam kuis kejutan (yang disebut latihan tambahan nilai) dan mengabaikan nilai yang buruk. Penawaran adanya tambahan nilai meningkatkan kehadiran dan persiapan di kelas. Kuis juga membantu mahasiswa memonitor kemajuan dirinya dan memungkinkan mereka untuk memperoleh gambaran tentang jenis-jenis pertanyaan yang akan mereka jumpai di ujian tengah semester dan ujian akhir nantinya. Tenaga pengajar yang lain mengumumkan pada mahasiswanya bahwa akan ada kuis mingguan, tetapi kemudian mengundi dengan koin untuk menentukan apakah para mahasiswa akan mengerjakan kuis tersebut secara individual (sendiri-sendiri) atau berkelompok dan memperoleh nilai kelompok. (Sumber: Byrnes dan Byrnes, 2007; Graham, 1999; Snooks, 2004; Thorne, 2000) Alihkanlah keluhan yang biasa muncul terhadap ujian. Ambillah langkah pencegahan terhadap empat keluhan paling umum yang biasa mahasiswa kemukakan tentang ujian di kelas: ujiannya terlalu sulit; ujiannya tidak sesuai dengan isi atau tingkat kesulitan dari kuliah atau tugas rumah yang diberikan; ujiannya ditulis dengan buruk (misalnya, pertanyaannya tidak jelas atau tidak bisa selesai dijawab dalam waktu yang disediakan); dan bentuk ujiannya tidak terduga/mengejutkan. Untuk menangani kekhawatiran ini, berilah mahasiswa latihan ujian, kembangkanlah butir-butir soal yang merefleksikan isi perkuliahan, beritahukanlah pada mahasiswa apa yang Anda harapkan untuk mereka pelajari atau mampu mereka lakukan, dan diskusikanlah mengenai struktur atau bentuk ujiannya (jumlah pertanyaan, pilihan ganda atau uraian; boleh lihat buku atau tidak). Untuk memperkirakan panjang waktu pengerjaan ujian, cobalah untuk mengerjakannya terlebih dulu dan perkirakanlah bahwa mahasiswa cenderung membutuhkan waktu tiga kali lipat lebih lama dibanding Anda dalam mengerjakannya. (Sumber: Hativa, 2000)

Tanyakanlah pada mahasiswa tentang bagaimana Anda dapat membantu mereka untuk mengurangi kecemasannya. Seringkali, mahasiswa akan meminta Anda untuk
menjelaskan bentuk tes/ujiannya, untuk memberikan sesi pembahasan ulang, atau untuk menyediakan pilihan bagi ujian ulang atau ujian perbaikan jika hasil mereka buruk. (Sumber: Chapell dkk., 2005)

Pendekatan terhadap Ujian


Buatlah ujian pertama relatif mudah. Penelitian tentang motivasi menyatakan bahwa
keberhasilan di awal perkuliahan meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri mahasiswa. (Sumberh: Guskey, 1988; Lucas, 1990)

Berilah ujian dan kuis berkala. Mahasiswa belajar lebih banyak, mengingat lebih banyak, dan menampilkan kinerja yang lebih baik di ujian akhir ketika mereka telah diuji sepanjang semester. Ujian berkala juga mengurangi tekanan dalam Ujian Besar, memungkinkan mahasiswa untuk berkonsentrasi pada sekumpulan/serangkaian materi saja pada satu waktu, serta memungkinkan para mahasiswa dan pengajar untuk mengawasi kemajuan akademik mereka. Seorang tenaga pengajar memberikan kuis berkala dan ujian akhir gabungan yang mengulang butir-butir soal dari kuis-kuis tersebut, tetapi dengan pilihan respons yang diacak. Pengajar yang memberikan kuis singkat di awal setiap kelasnya

Mempersiapkan Mahasiswa untuk Suatu Ujian


Berilah tes diagnostik sejak awal semester. Tes diagnostik sejak awal akan menumbuhkan
kesadaran mahasiswa akan keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam kelas Anda. Beberapa pengajar memberikan suatu survei pengetahuan

400

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

401

yang meminta mahasiswa untuk menilai (dalam skala tiga angka) kepercayaan diri mereka mengenai kemampuan mereka untuk menjawab dengan benar pertanyaannya. (Sumber: Nuhfer dan Knipp, 2003; Ochs, 1998)

Membaca dengan strategis (membaca cepat; berfokus pada bagian pembukaan dan penutup), memberikan perhatian khusus terhadap bacaan-bacaan yang disebutkan di kelas. Mencoba untuk membagi-bagi kegiatan belajarnya, sebagai lawan dari menumpuk kegiatan belajar di satu waktu (sistem kebut semalam). Memvariasikan kegiatan belajar: membaca ulang buku teks dan catatan, menulis ulang catatan di kelas, menandai dan menghafal informasi, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi sambil belajar. Mencari bantuan dari sumber-sumber di kampus. Belajar di lingkungan yang tenang, dengan sedikit gangguan dan interupsi. Belajar bersama orang lain yang siap dan dapat saling membantu. Memperoleh waktu tidur yang cukup. (Sumber: Perlman dkk., 2007; Van Etten dkk., 1997)

Publikasikan (pos-kan dalam situs web) ujian-ujian yang lampau. Membahas kembali
ujian-ujian yang lampau memberikan petunjuk pada mahasiswa mengenai apa yang harus dipelajari. Mahasiswa dapat menganalisis ujian-ujian tersebut untuk mengetahui bentuk ujian (panjang ujian, jumlah nilai untuk setiap jenis pertanyaan), jenis pertanyaan, dan tingkat kesulitannya.

Bagikan atau distribusikanlah ujian latihan. Ujian latihan membantu mahasiswa untuk
memprediksikan apa yang diharapkan dari mereka. Namun, ujian latihan paling efektif jika mahasiswa benar-benar mengerjakannya, dibandingkan sekadar membacanya seolaholah ujian tersebut adalah panduan belajar. (Sumber: Baich, 1998)

Berikanlah ujian akhir pada pertemuan pertama di kelas. Seorang tenaga pengajar dalam
Ilmu Fisika memberikan mahasiswanya tiga puluh soal yang akan menjadi dasar ujian akhir nantinya. Seorang tenaga pengajar dalam Ilmu Sosial membagikan lima puluh pertanyaan uraian. Di kedua kasus tersebut, kelas mendiskusikan butir-butir soal tersebut sepanjang semester, dan ujian akhir terdiri dari sebagian soal tersebut. Mahasiswa mengetahui bahwa jika mereka dapat menjawab soal-soal contoh tersebut, mereka akan mengerjakan dengan baik di ujian akhir, dan mereka terbebas dari minggu-minggu mencemaskan tentang apa yang akan muncul di ujian akhir.

Tekankanlah pentingnya bagi mahasiswa untuk mengawasi pembelajaran mereka sendiri secara seksama. Pengawasan metakognitif yang oleh para ahli didefinisikan
sebagai derajat di mana pembelajar menyadari tentang sejauh mana mereka telah atau belum menguasai keterampilan dan pengetahuan dapat menjadi sama pentingnya dengan tingkat keterampilan atau pengetahuan yang telah mereka kuasai sesungguhnya. Orang biasanya hanya memiliki sedikit pemahaman mengenai keterbatasan mereka dan cenderung untuk menilai lebih tinggi keahlian dan bakat mereka. Mahasiswa, pada khususnya, memiliki pemahaman yang buruk mengenai perkiraan metakognitif tentang seberapa baik mereka telah menyiapkan diri untuk suatu ujian. Lihatlah Bab 29, Membantu Mahasiswa Belajar. (Sumber: Koriat dan Bjork, 2006; Peverly dkk., 2003)

Jadwalkanlah jam kerja tambahan sebelum ujian. Menjadwalkan jam kerja tambahan di sepanjang minggu sebelum sebuah ujian akan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengkaji ulang bagian-bagian yang sulit. Beberapa pengajar sangat mendorong kelompok belajar untuk mengunjungi mereka pada jam-jam tambahan ini. Jadwalkanlah sesi pembahasan ulang sebelum ujian akhir. Lihatlah Bab 59, Hari-hari
Terakhir di Kelas untuk saran mengenai bagaimana untuk menstrukturisasi sesi pembahasan ulang.

Bantulah mahasiswa untuk membedakan emosi-emosi akademik mereka. Penelitian


menunjukkan bahwa tidak apa-apa bagi mahasiswa untuk merasakan cemas sebelum suatu ujian/tes. Bahkan, pada kenyataannya, kecemasan tidak terlalu berpengaruh pada prestasi jika dibandingkan dengan perasaan putus asa dan kebosanan. (Sumber: Pekrun dkk., 2002)

Berilah mahasiswa sejumlah saran yang masuk akal. Ingatkanlah mahasiswa untuk
menghindari menumpuk belajar di waktu menjelang ujian (sistem kebut semalam), untuk memperoleh waktu tidur yang memadai, untuk makan dengan cukup sebelum ujian, dan untuk tiba lebih awal. (Sumber: Beilock dkk., 2004; Flippo dkk., 2000)

Biarkanlah mahasiswa mengetahui tentang berbagai sumber daya di kampus. Banyak


pusat konseling menyediakan penyediaan bimbingan bagi mahasiswa yang merasa terlalu terbebani. Beritahukan pada mahasiswa mengenai pelayanan-pelayanan yang tersedia di kampus Anda.

Mintalah mahasiswa untuk berbagi tips mereka. Mintalah mahasiswa untuk memberikan strategi dan tips belajar mereka, serta publikasikanlah tips tersebut secara online (melalui jaringan internet) untuk kelas Anda. Dalam penelitian-penelitian kualitatif, mahasiswa yang berprestasi tinggi menyebutkan perilaku-perilaku sebagai berikut:
Menghadiri kelas secara teratur. Memerhatikan di kelas.

Mengadministrasikan Ujian
Administrasikan (berikan)-lah ujiannya oleh Anda sendiri. Anda mungkin akan memberikan
pengumuman mengenai segala bentuk pembetulan (misalnya dari kesalahan cetak) atau perubahan dalam ujian. Kehadiran Anda juga dapat memotivasi dan menenangkan mahasiswa serta memberikan tanda pada mereka mengenai pentingnya ujian tersebut.

402

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

403

Hadirlah lebih awal di hari ujian untuk menyapa para mahasiswa ketika mereka memasuki ruang ujian serta menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir dari mereka, dan tinggallah lebih lama untuk berbincang dengan mahasiswa. (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992; Lowman, 1995)

Bacalah instruksinya dengan lantang di awal kelas. Meskipun Anda telah menuliskan instruksinya dengan sangat jelas, membacakannya dengan lantang kepada seluruh kelas dan menjawab pertanyaan mahasiswa terkait prosedur pengerjaan akan membantu mereka. Rencanakanlah tindak lanjut dan tindakan darurat. Putuskanlah tentang bagaimana akan
menanggapi pertanyaan-pertanyaan seperti, Bagaimana kalau saya tidak selesai?, atau Bagaimana jika saya pikir ada dua jawaban yang benar?, atau Bagaimana jika saya perlu pergi ke toilet?.

Beberapa pengajar memberikan petunjuk-petunjuk selama tes berlangsung: Jika Anda masih belum sampai ke pertanyaan nomor 5 (lima), Anda perlu bekerja sedikit lebih cepat lagi. Tetapkanlah secara tegas batas akhir waktu pengerjaannya; adalah tidak adil untuk membiarkan beberapa mahasiswa terus bekerja ketika yang lainnya harus pergi keluar ke kelas lainnya.

Luangkanlah bagian dari sesi di kelas untuk mengkaji ulang jawaban bersama dengan mahasiswa. Seorang tenaga pengajar memberikan ujian tengah semester selama tiga
puluh menit pada pertemuan di kelas yang berdurasi lima puluh menit. Para mahasiswa mengumpulkan lembar jawabannya setelah tiga puluh menit, tetapi mereka menyimpan lembar soalnya, kemudian sisa waktu di kelas digunakan untuk mendiskusikan jawaban yang benar. Variasi dari teknik ini adalah dengan membagi kelas menjadi kelompokkelompok kecil dan meminta mereka untuk mengkaji ulang jawabannya lalu kelompokkelompok tersebut kembali bergabung sebagai satu kelas untuk mendiskusikan area-area yang masih belum disepakati atau membingungkan. Tenaga pengajar lainnya membagikan lembar jawaban ujian yang benar pada mahasiswa saat mereka keluar dari kelas.

Anda juga sebaiknya memiliki rencana jika tiba-tiba ujian diganggu oleh bunyi alarm kebakaran. Tentu saja, semua orang harus keluar dari bangunan. Beberapa pengajar meminta mahasiswa untuk membawa serta ujian mereka dan duduk di luar bangunan untuk menyelesaikannya. Pengajar lainnya meminta mahasiswa untuk meninggalkan ujiannya di atas meja masing-masing. Apa pun yang Anda putuskan, beritahukanlah informasinya dalam silabus dan beritahukan ulang sebelum ujian. Berikut ini adalah apa yang dimasukkan seorang pengajar dalam silabusnya: Ketika ujian akhir terganggu oleh alarm kebakaran: Jika alarm dibunyikan setelah ujian berlangsung setidaknya dua jam (untuk ujian akhir yang jangka waktunya tiga jam), ujian akan dianggap selesai, dan saya akan menyesuaikan skala penilaiannya. Jika alarm dibunyikan setelah ujian berlangsung kurang dari 15 menit, ujian akan dilanjutkan setelah ada tanda bahwa semua aman dan kita kembali ke kelas. Jika alarm dibunyikan di waktu-waktu lainnya, saya akan memberikan ujian yang baru (waktu dan tempat akan diumumkan).

Memberikan Kesempatan pada Mahasiswa untuk Menunjukkan apa yang Mereka Tahu
Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk menjelaskan jawaban mereka. Para peneliti menyatakan bahwa memberikan mahasiswa ruang untuk menjelaskan jawaban mereka terhadap butir soal pilihan ganda pada ujian akan membantu meredakan kecemasan mereka dan mengurangi keluhan setelah ujian. Para mahasiswa diarahkan untuk menulis penguatan singkat dari setiap jawaban yang mereka rasa memerlukan penjelasan lebih atau untuk setiap pertanyaan yang dianggap menjebak. Para peneliti tersebut menemukan juga bahwa mahasiswa rata-rata memberikan kurang dari satu penjelasan per ujian untuk tiap empat ujian yang dijalani. Para pengajar menambahkan satu angka untuk suatu penjelasan yang baik dari jawaban yang salah dan mengurangi satu angka dari penjelasan yang buruk dari jawaban yang benar. Penjelasan mahasiswa, yang baik maupun yang buruk, juga dapat dimasukkan ke dalam diskusi kelas mengenai pemikiran kritis. (Sumber: Dodd dan Leal, 1988; Kee, 1994; Nield dan Wintre, 1986; Wallace dan Williams, 2003) Masukkanlah satu atau lebih pertanyaan untuk nilai tambahan. Berilah kesempatan pada mahasiswa untuk menjawab pertanyaan tambahan demi memperoleh nilai tambahan di akhir waktu ujian. Berilah nilai sebagian. Untuk ujian pilihan ganda, beberapa pengajar membiarkan mahasiswa tahu bahwa mereka dapat memilih lebih dari satu jawaban, tetapi akan memperoleh pengurangan nilai atas setiap jawaban yang salah. Beberapa pengajar mengizinkan mahasiswa memilih hanya satu jawaban tetapi memberikan nilai setengah/ sebagian untuk jawaban yang mendekati tetapi salah. Cara lain untuk memberikan nilai sebagian adalah dengan menggunakan teknologi penggores (scratch-off) sebagai alternatif

Ketika ujian tengah semester diganggu oleh alarm kebakaran: Prosedur seperti tersebut di atas akan diberlakukan, kecuali jika evakuasi berlangsung lebih dari 10-15 menit, saya akan menjadwal ulang ujiannya. (Sumber: Listserv di UC Berkeley).

Minimalisir kesempatan untuk berbuat curang. Awasilah ujian secara aktif, kecuali institusi Anda berada dalam sistem kehormatan. Waspadalah, tetapi tidak perlu hilir mudik di dalam kelas. Lihatlah Bab 38, Mendorong Kejujuran Akademik, untuk saran mengenai cara-cara mengurangi kecurangan dalam ujian. Jika tidak ada jam di dalam kelas, pastikanlah mahasiswa memerhatikan waktu. Di
permulaan ujian, tuliskanlah di papan tulis waktu mulai ujian, waktu selesai, dan waktu yang tersisa. Perbarui informasi mengenai waktu yang tersisa setiap sekitar dua puluh menit, dan umumkanlah bagian waktu terakhir (Anda punya sisa waktu lima menit).

404

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

405

terhadap pemindai optik. Dengan bentuk goresan, jawaban yang benar ditunjukkan dengan sebuah bintang yang berada di bawah suatu lapisan lilin. Untuk semua pilihan lainnya, di balik pelapisannya akan kosong. Untuk setiap pertanyaan, mahasiswa memilih suatu jawaban dan menggores lapisannya. Jika pilihan mahasiswa benar, sebuah gambar bintang akan tampak dan mahasiswa melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Jika pilihan mahasiswa salah, bidang kosong-lah yang akan tampak. Mahasiswa meneruskan untuk menggores pilihan-pilihan yang ada hingga gambar bintangnya terungkap. Mahasiswa memperoleh nilai penuh jika menjawab dengan benar pad ausaha pertama. Jika mereka membutuhkan percobaan hingga dua atau tiga kali demi menemukan jawaban yang benar, maka mereka memperoleh nilai yang secara bertahap berkurang. Pengajar melaporkan bahwa mahasiswa tampak menyukai bentuk goresan karena ini memungkinkan mereka segera mengetahui jawaban yang benar dari tiap pertanyaan, dan karena bentuk ini memberi mereka nilai sebagian. Kelemahannya adalah bentuk ini dapat menyita waktu lebih panjang bagi mahasiswa untuk menyelesaikan ujiannya. (Sumber: Bush, 2001; Denyer dan Hancock, 2002; Di Battista dkk., 2004)

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan evaluasi anonim terhadap ujian yang diberikan.
Di pertemuan kelas berikutnya, beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk memberikan surat penilaian terhadap isi, bentuk, dan keadilan tes/ujian yang telah diberikan, sedangkan pengajar lainnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:

Tentukanlah pertanyaan-pertanyaan yang tidak Anda perkirakan akan jumpai di ujian. Apakah pertanyaan-pertanyaannya cukup jelas sehingga, walaupun Anda tidak mengetahui jawabannya, Anda memahami apa yang sedang ditanyakan? Pertanyaan-pertanyaan apa yang membingungkan Anda?

Doronglah mahasiswa untuk merefleksikan kinerja mereka dalam ujian. Mintalah


mahasiswa untuk memikirkan tentang persiapan mereka, kebiasaan belajarnya, kesiapannya menghadapi ujian , dan perubahan yang akan mereka buat dalam menyiapkan diri untuk ujian berikutnya. Sebagai contoh, mahasiswa dapat bertanya pada dirinya sendiri, Apa yang sudah aku lakukan dengan baik dan mengapa? Apa yang telah aku lakukan dengan buruk dan mengapa? Apa yang dapat aku lakukan untuk meningkatkan prestasiku di ujian berikutnya? (Sumber: Aldrich, 2001; Kher dkk., 2002)

Biarkanlah mahasiswa membeli informasi selama ujian berlangsung. Beritahukanlah mahasiswa bahwa di pertengahan ujian mereka dapat mengajukan pertanyaan pada Anda dengan biaya pengurangan nilai. Sebagai contoh, menanyakan apakah suatu jawaban betul atau salah dapat mengurangi satu angka; menanyakan suatu persamaan atau rumus, dua angka; menanyakan suatu pengaturan diagram, empat angka. Seorang tenaga pengajar Matematika melaporkan bahwa setengah dari kelas biasanya membeli informasi untuk membantu mereka mencairkan permasalahan atau soal yang sukar. Seorang profesor Kimia memberikan setiap mahasiswa suatu halaman asuransi tes dalam bentuk lotre goresan; halaman tersebut berisi petunjuk-petunjuk akan jawaban-jawaban ujian, dan setiap kali mahasiswa menggores suatu petunjuk, nilai akan dikurangi dari total nilai ujian mereka. (Sumber: Ellis, 1992; Gordon, 1988) Putuskanlah apakah Anda mengizinkan penggunaan catatan pembantu atau tidak.
Beberapa pengajar mengizinkan mahasiswanya untuk menyiapkan selembar kartu indeks berukuran lima kali delapan inchi atau selembar kertas yang bisa mereka lihat selama ujian berlangsung. Catatan pembantu mengurangi kecemasan sebelum ujian, dan pembuatannya memaksa mahasiswa untuk memutuskan tentang materi yang manakah yang paling penting. Kerugiannya adalah dapat membuat beberapa mahasiswa belajar lebih sedikit, dan mahasiswa lainnya dapat menjadi gagal untuk menjawab pertanyaan ujian dengan tepat karena mereka sekadar menyalin apa yang ada dalam kertas pembantunya, bukan membaca pertanyaan dengan teliti. Penelitian menunjukkan bahwa catatan pembantu membuat mahasiswa merasa lebih percaya diri, tetapi tidak memfasilitasi pembelajaran atau meningkatkan kinerja dalam ujian secara signifikan. Jika Anda mengizinkan penggunaan catatan pembantu, para peneliti merekomendasikan agar Anda memberitahu para mahasiswa untuk menjadikan catatan tersebut sebagai alat bantu belajar, sebagai alat untuk mengkaji ulang dan mengorganisasikan materi-bukan sebgai pengganti dari persiapan yang matang. (Sumber: Dickson dan Miller, 2005; Janick, 1990; Vessey dan Woodbury, 1992; White dkk., 2001)

Berilah mahasiswa kesempatan kedua untuk belajar. Strategi-strategi berikut ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk meningkatkan nilai mereka dalam ujian pilihan ganda:

Setelah mahasiswa mengumpulkan ujian tertutup (closed-book) yang mereka kerjakan di kelas, mereka menerima salinan kedua untuk dibawa pulang dan dikerjakan sebagai ujian terbuka (open book), termasuk berdiskusi dengan mahasiswa lainnya. Kedua hasil ujian tersebut dinilai, dan mahasiswa memperoleh nilai tambahan jika mereka memperbaiki jawabannya yang salah. Beberapa hari setelah ujian dinilai dan dikembalikan, mahasiswa mengerjakan tes kedua yang berisi butir-butir soal yang setara. Kedua nilai digunakan, dengan nilai yang lebih rendah ditetapkan pada, sebut saja, 25 persen, dan nilai yang lebih tinggi pada 75 persen. Mahasiswa memiliki waktu seminggu, setelah penerimaan hasil ujian mereka yang sudah dinilai, untuk mengumpulkan perbaikan tertulis dari sejumlah jawaban yang salah sebelumnya. Perbaikan tersebut harus mencakup kutipan dari bacaan dan catatan kelas yang mendukung jawaban yang mereka pilih. Mahasiswa memperoleh nilai tambahan untuk perbaikan yang persuasif. Mahasiswa memiliki waktu seminggu, setelah menerima hasil ujian yang telah dinilai, untuk menuliskan penjelasan tentang mengapa jawaban yang benar terhadap suatu pertanyaan adalah lebih baik dibandingkan pilihan yang salah yang telah mereka pilih. Mahasiswa dapat memperoleh nilai tambahan untuk penjelasan yang mendalam. (Sumber: Deeter, 2003; Hamilton, 2003; Hare, 1997; Kottke, 2001; Montepare, 2005)

406

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

407

Mengembalikan Hasil Ujian


Jelaskanlah bahwa pengujian dan pengukuran merupakan bagian dari pembelajaran.
Bantulah mahasiswa untuk melihat pengukuran sebagai bagian dari proses pembelajaran, bukan sebagai hadiah atau hukuman: berilah umpan balik tepat waktu, berikanlah saransaran untuk perbaikan, dan pertahankanlah nada yang menghormati. (Sumber: Wiggins, 1998)

Berilah saran pada mahasiswa tentang bagaimana untuk mempelajari hasil ujian mereka secara mandiri. Sarankanlah agar mereka melihat pertanyaan-pertanyaan yang dijawab
salah untuk menentukan mana yang berasal dari bacaan dan mana yang berasal dari catatan di kelas. (Sumber: Weimer, 2002)

Jadwalkanlah jam kerja tambahan setelah mengembalikan suatu hasil ujian. Bersiaplah
untuk menghadapi mahasiswa yang tidak puas dengan nilainya: Mintalah mahasiswa yang ingin mendiskusikan tentang nilainya untuk menunggu 24 (dua puluh empat) jam sebelum menemui Anda. Ini akan memberi mereka kesempatan untuk membaca ulang ujiannya, menenangkan dirinya, dan menyiapkan pertanyaan yang detail. Biarkanlah mahasiswa mengetahui bahwa jika mereka meminta pengkajian ulang terhadap hasil ujian mereka, hasilnya bisa menyebabkan nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah. Mintalah mahasiswa untuk menemui Anda dengan pertanyaan yang mendetail (bukan Kenapa nilai saya rendah sekali?). Beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk menyiapkan satu paragraf singkat atau menyelesaikan satu bentuk isian singkat, yang dapat diberi judul Permintaan untuk Mengkaji Ulang Suatu Butir Soal Ujian, yang mengekspresikan keluhan dan pembelaan mereka terhadap kebenaran jawaban mereka, dengan rujukan spesifik pada bacaan atau catatan kelas. Dengarkanlah keluhan mahasiswa dengan seksama. Janganlah interupsi untuk menyanggah setiap poin. Cobalah untuk mengalihkan fokus diskusi, dari tentang nilai menjadi tentang pemecahan masalah. Tanyakanlah, Apa yang dapat kita lakukan untuk membantumu lebih baik di ujian berikutnya? Bantulah mahasiswa untuk mengurangi pemikiran menyalahkan Anda atau ujiannya dan lebih banyak memikirkan tentang bagaimana belajar dengan lebih efektif. Janganlah mengubah nilai karena rasa simpati atau kasihan. Buatlah perubahan hanya jika Anda memang telah membuat kesalahan klerikal atau salah mengevaluasi suatu jawaban. Tetapkanlah batas waktu seminggu untuk mahasiswa yang ingin meminta pengkajian ulang nilai ujiannya. (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992; Kher dkk., 2002; Lucas, 2002; McKeachie dan Svinicki, 2006)

Kembalikanlah ujian dengan petunjuk. Kebanyakan mahasiswa mengalami kecemasan


terkait keingintahuan mereka tentang bagaimana kinerja yang telah mereka tampilkan, dan umpan balik yang cepat juga mendorong pembelajaran ulang atau perbaikan pembelajaran. Sebagian besar ahli menyarankan agar ujian dikembalikan dalam lima hari. Hukum yang mengatur privasi dan kerahasiaan catatan perkembangan mahasiswa melarang pengumuman nilai dengan menggunakan nama, inisial, atau nomor identifikasi mahasiswa. Walau demikian, pengajar dapat mengumumkan nilai dengan menggunakan kode tersendiri yang hanya diketahui oleh pengajar dan mahasiswa. Kerahasiaan dan perhatian mengenai keamanan juga menyatakan bahwa ujian tidak ditinggalkan saja dalam bentuk tumpukan di kantor jurusan atau diedarkan dalam bentuk tumpukan di kelas agar dapat dipilah sendiri oleh para mahasiswa. Sebaiknya, bagilah hasil-hasil ujian tersebut dalam kelompok-kelompok dan mintalah asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana (graduate student instructor/GSI) atau pembaca Anda untuk membantu membagikannya di sudut-sudut ruangan yang berbeda dengan memanggil nama mahasiswa satu per satu. Atau, siapkanlah map atau amplop dari kertas manila yang telah ditulisi nama masing-masing mahasiswa, kemudian tempatkanlah amplop-amplop tersebut di sekeliling ruang untuk dapat diambil sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan, (Sumber: Lowman, 1995)

Gunakanlah waktu di kelas untuk mendiskusikan hasil ujian secara keseluruhan. Jelaskanlah
bagaimana ujian dinilai dan kriteria yang Anda gunakan. Berikanlah petunjuk mengenai bagaimana hasil kinerja keseluruhan kelas, atau tayangkanlah persebaran nilai dari seluruh anggota kelas. Beritahukanlah butir-butir soal yang mana yang tidak dapat diselesaikan dengan benar oleh banyak mahasiswa, dan perbaikilah kesalahpahaman yang telanjur meluas. Untuk ujian esai (uraian panjang), jelaskanlah elemen-elemen dari jawaban yang baik dan sebutkanlah permasalahan yang paling banyak muncul. Beberapa pengajar membacakan atau membagikan salinan tanpa nama dari uraian panjang yang sangat bagus. Untuk ujian pilihan ganda, beberapa pengajar meminta para mahasiswanya untuk mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Meminta mahasiswa untuk membahas ulang ujiannya dalam kelompok sering kali memakan waktu yang lebih singkat dibandingkan jika pembahasan ulang yang dilakukan oleh pengajar sendiri, dan mahasiswa dapat lebih menikmatinya. Seorang tenaga pengajar memberikan nilai pada mahasiswa sebelum pembahasan ulang ujian di kelas sehingga mereka mengetahui nilainya secara keseluruhan, tetapi tidak mengetahui butir soal yang mana yang mereka salah kerjakan. Selama waktu di kelas, mahasiswa mendiskusikan mengapa mereka sebelumnya memilih suatu pilihan tersebut, kemudian pengajar membiarkan seluruh kelas mengetahui jawaban yang benar. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006; Lucas, 2002; Wininger, 2005)

Mengatur Ujian Pengganti


Putuskanlah apakah Anda memberikan ujian pengganti. Mayoritas mahasiswa yang meminta ujian pengganti biasanya memiliki kebutuhan yang beralasan, seperti sakit, urusan keluarga yang darurat, kegiatan religius/keagamaan, atau perjalanan tak terhindarkan untuk wawancara sekolah lanjutan/pascasarjana atau kompetisi atletik.

408

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian

409

Doronglah mahasiswa untuk memberitahukan sesegera mungkin pada Anda jika mereka tahu akan melewatkan ujian. Pilihan-pilihan untuk ujian pengganti mencakup memberikan soal ujian yang sama pada waktu yang sama-sama disepakati atau membuat soal ujian yang baru dalam bentuk yang sama.

Bagikanlah pertanyaan uraian panjang (essay) terlebih dulu. Jika Anda membagikan suatu daftar pertanyaan uraian yang akan menjadi sumber untuk soal ujian tengah semester (UTS), Anda tidak akan perlu membuat ujian pengganti. (Sumber: Lewis, 1990) Berilah ujian akhir yang lebih singkat dan gunakanlah waktu-waktu terakhir untuk ujian pengganti. Dengan memberikan ujian pengganti dalam periode waktu yang memang
telah disediakan untuk ujian akhir, Anda dapat menghindari kompleksitas penjadwalan khusus.

Gandakanlah bobot ujian yang telah ditempuh mahasiswa. Ujian pengganti dapat menjadi problematika: ujian baru bisa tidak setara dengan ujian aslinya, tetapi menggunakan soal ujian yang sama bisa jadi menguntungkan mahasiswa yang sudah berbincang dengan mahasiswa yang telah ikut ujian, menjadwalkan ujian pengganti juga dapat menyulitkan. Beberapa pengajar memberikan dua kali ujian tengah semester (UTS) dan menggandakan bobot salah satunya ketika mahasiswa melewatkan yang lainnya. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006) Putuskanlah apakah Anda akan mengizinkan mahasiswa membuang nilai ujian mereka yang terendah. Pengajar lainnya menghindari ujian pengganti dengan memberikan
ujian berkali-kali di sepanjang semester dan mengizinkan mahasiswa membuang nilai terendahnya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa mahasiswa bisa tidak belajar serajin biasanya jika mengetahui bahwa mereka dapat membuang suatu nilai ujian. Jika Anda memutuskan untuk melakukan hal ini, ingatlah selalu bahwa suatu nilai rendah mungkin bukanlah nilai yang paling baik untuk dibuang mahasiswa kecuali jika semua ujian dihargai dengan bobot nilai yang sama. Kane dan Kane (2006) memberikan contoh sebagai berikut: Leslie memperoleh nilai 80 dari skala 100 pada UTS ke-1, 20 dari skala nilai 100 pada UTS ke-2, dan nilai 1 dari skala nilai 20 pada UTS ke-3. Jika nilai UTS ke-3 yang dibuang, maka nilai rata-ratanya dari UTS ke-1 dan ke-2 akan menjadi (80+20)/(100 + 100) = 50. Sebaliknya, jika nilai UTS ke-2 yang dibuang, ia akan memperoleh nilai rata-rata dari (80+1)/(100+20) = 67.5. Kane dan Kane telah mengembangkan suatu algoritma yang efisien untuk memaksimalkan hasil nilai rata-ratanya. Jika Anda memang mengizinkan mahasiswa Anda untuk membuang nilai ujiannya yang paling rendah, pastikanlah Anda memberikan ujian akhir kumulatif sehingga mahasiswa mempelajari semua materi di perkuliahan. (Sumber: Forsyth, 2003; Kane dan Kane, 2006; McKeachie dan Svinicki, 2006)

Berikanlah ujian lisan sebagai ujian pengganti. Dalam kelas-kelas kecil dan perkuliahan di tingkat yang lebih tinggi, Anda dapat menawarkan ujian lisan. Ujian lisan biasanya mencakup bahan yang lebih sedikit, tetapi lebih mendalam daripada ujian tertulis. Anda juga dapat mengikutsertakan tugas menulis lanjutan yang khusus disusun untuk menggali secara lebih mendalam tentang sejumlah bagian yang relevan dari materinya. (Sumber: Listserv di Universitas California, Berkeley) Berikanlah tugas makalah untuk ujian yang terlewatkan. Menilai suatu makalah dapat
memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan merancang dan menilai ujian yang baru.

Daftar Pustaka
Aldrich, H. E. How to Hand Exams Back to Your-Class. College Teaching, 2001, 49(3), 82. Balch, W R. Practice versus Review Exams and Final Exam Performance. Teaching of Psychology, 1998, 25(3), 181-185. Beilock, S. L., Kulp, C. A., Holt, L. E., and Carr, T. H. More on the Fragility of Perfor mance: Choking under Pressure in Mathematical Problem Solving., Journal of Experimental Psychology: General, 2004, 133(4), 584-600. Buchanan, R. W., and Rogers, M. Innovative Assessment in Large Classes. College Teaching, 1990, 38(2), 69-73. Bush, M. A Multiple Choice Test That Rewards Partial Knowledge. Journal of Further and Higher Education, 2001, 25(2), 157-163. Byrnes, M., and Byrnes, J. F. Quizzes Are the Right Answer. Teaching Professor, March 2007. Chapell, M. S., Blending Z. B., Silverstein, M. E., Takahashi, M, Newman, B., Gubi, A., and McCann, N. Test Anxiety and Academic Performance in Undergraduate and Graduate Students. Journal of Educational Psychology, 2005, 97(2), 268-274. Cohen, A. S., and Wollack, J. A. Test Administration, Security, Scoring and Reporting: In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th ed.) Westport, CT: American Council on Education/Praeger, 2006. Deeter. L. Incorporating Student Centered Learning Techniques into an Introductory Plant Identification Course. North American Colleges and Teacher of Agriculture (NACTA) Journal, June 2003, 47-52. Denyer, G., and Hancock, D. Graded Multiple Choice Questions: Rewarding Understand ing and Preventing Plagiarism. Journal of Chemical Education, 2002, 79(8), 961-964.

Berilah pilihan pada mahasiswa mengenai jumlah ujian yang akan mereka jalani. Beberapa pengajar memberikan tiga pilihan pada mahasiswanya: (1) empat ujian pilihan ganda, (2) empat ujian pilihan ganda dan satu ujian akhir, atau (3) tiga ujian pilihan ganda dan satu ujian akhir. Dalam pilihan 1 dan 3, setiap ujian diberi bobot 25 persen dari keseluruhan nilai perkuliahan; dalam pilihan 2, setiap ujian diberi bobot 20 persen. Mahasiswa yang melewatkan salah satu dari ujian-ujian pilihan ganda harus memilih pilihan ke-3, dan mahasiswa yang melewatkan dua ujian diberikan penanganan berdasar kasus per kasus. (Sumber: Buchanan dan Rogers, 1990)

Berilah ujian tambahan untuk seluruh kelas di akhir semester. Nilai dari ujian tambahan
ini dapat menggantikan nilai ujian yang terlewatkan atau nilai yang rendah bagi mahasiswa yang memiliki hari absen/tidak masuk. (Sumber: Shea, 1995)

410

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Di Battista, D., Mitterer, J. O., Gosse, L. Acceptance by Undergraduates of the Immediate Feedback Assessment Technique for Multiple-Choice Testing. Teaching in Higher Education, 2004, 9(1), 17-28. Dickson, K. L., and Miller, M. D. Authorized Crib Cards Do Not Improve Exam Perfor mance. Teaching of Psycology, 2005, 32(4). 230-233. Dodd, D. K., and Leal, L. Answer Justification: Removing the trick from Multi-Choice Questions. Teaching of Psychology, 1988, 15(1) 37-38. Ellis, A. Scratching for Grades. National Teaching and Learning Forum, 1992, 1(5), 4-5. Flippo, R. F., Becker, M. J., and Wark, D. M. Preparing for and Taking Tests. In R. F. Flippo and D. C. Caverly (Eds.), Handbook of College Reading and Study Strategy Research. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2000. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Gordon, L. Cost-Benefit Testing Academic Leader, 1988, 4(4), 1-2. Graham, R. B. Unannounced Quizzes Raise Test Scores Selectively for Mid-Range Students. Teaching of Psychology, 1999, 26(4), 271-273. Guskey, T. R. Improving Student Learning in College Classrooms. Springfield, IL: Thomas, 1988. Hamilton, T. M. Everyone Deserves a Second Chance: Using the Day after the Exam as a Learning Opportunity. College Teaching, 2003, 51(1), 21. Hare, A. C. Active Learning and Assessment in Mathematics. College Teaching, 1997, 45(2), 7677. Hativa, N. Teaching for Effective Learning in Higher Education. Norwell, MA: Kluwer Academic Publishers, 2000. Jacobs, L. C., and Chase, C. I. Developing and Using Tests Effectively: A Guide for Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 1992. Janick, J. Crib Sheets. Teaching Professor, 1990, 4(6), 2. Kane, D. M, and Kane, J. M. Dropping Lowest Grades. Mathematics Magazine, June 2006, 79(3), 181-189. Kee, C. Multiple-Choice Questions: A New Twist for an Old Standard. Teaching Professor, 1994. 8(6), 6. Kennedy. .J., Lawton, L., and Plumlee, E. L. Blissful Ignorance: The Problem of Unrec ognized incompetence and Academic Performance. Journal of Marketing Education, 2002, 24(3), 243252. Kher, N., Juneau, G., and Molstad. S. Test Feedback Class Sessions: Creating a Positive Learning Experience. College Teaching, 2002, 50(4), 148-150. Koriat, A., and Bjork, R. A. Illusions of Competence during Study Can Be Remedied by Manipulations That Enhance Learners Sensitivity to Retrieval Conditions at Test. Memory and Cognition, 2006, 34(5), 959-972. Kottke. J. L. Students Reactions to Written Test Item Rebuttals. Journal of Instructional Psychology, 2001, 28(4), 256-261. Landrum. R. E. Introductory Psychology Student Performance: Weekly Quizzes Followed by a Cumulative Final Exam. Teaching of Psychology, 2007, 34(3), 177-180. Leeming, F. C. The Exam-a-Day Procedure Improves Performance in Psychology Classes. Teaching of Psychology, 2002, 29(3), 210-212. Lewis, K. G. Taming the Pedagogical Monster. (3rd ed.) Austin: Center for Teaching Effectiveness, University of Texas, 1990. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995.

Meredakan Kecemasan Mahasiswa Terhadap Ujian


411

Lucas, A. F. Using Psychological Models to Understand Student Motivation. In M. D. Svinicki (Ed.), The Changing Face of College Teaching. New Directions for Teaching and Learning, no. 42. San Francisco: Jossey-Bass, 1990. Lucas. S. G. Returning Graded Assignments Is Part of the Learning Experience. In B. Perlman, L. I. McCann, and S. H. McFadden (Eds.), Lessons Learned: Practical Advice for the Teaching of Psychology. Vol. 2. Washington, DC: American Psychological Society, 2002. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Millis, B., and Cottell, P . G. Cooperative Learning for Higher Education Faculty. American Council on Education and Oryx Press. 1998. Moutepare, J. M. A Self Correctingg Approach to Multiple Choice Tests. APS Observer, October 2005, 18(10). Myers, C. B., and Myers, S. M. Assessing Assessments: The Effects of Two Exam Formats on Course Achievement and Evaluation, Innovative Higher Education, 2007, 31(4), 227-236. Nield, A. F, and Wintre, M. Multiple Choice Questions with an Option to Comment: Stu dents Attitude and Use. Teaching of Psyhology, 1986, 13(4). 196-199. Nuhfer, E., and Knipp, D. The Knowledge Survey: A Tool for All Reasons. In C. M. Wehlburg and S. Chadwick-Blossey (Eds.), To Improve the Academy. Vol. 21. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Ochs, R. S. The First-Day Quiz as a Teaching Technique. Journal of Chemical Education, 1998, 75(4), 401-403. Padilla-Walker, L. M. The Impact of Daily Extra Credit Quizzes on Exam Performance. Teaching of Psychology, 2006, 33(4), 236-239. Pekrun, R., Goetz, T, Titz, W., and Perry, R. P . Academic Emotions in Students' SelfRegulated Learning and Achievement: A Program of Qualitative and Quantitative Research. Educational Psychology, 2002, 37(2), 91-105. Perlman, B., McCann, L. I., and Prust, A. Students Grades and Ratings of Perceived Effec tiveness of Behaviors Influencing Academic Performance. Teaching of Psychology, 2007, 34(4), 236-240. Peverly S. T., Brobst. K. E., Graham. M., and Shaw. R. College Adults Are Not Good at Self-Regulation: A Study on the Relationship of Self-Regulation. Note Taking and Test Taking. Journal of Educational Psychology, 2003, 95(2), 335-346. Pressley, M., Yokoi, L., van Meter; P ., van Etten, S., and Freehern, G. Some of the Reasons Why Preparing for Exams Is So Hard: What Can Be Done to Make It Easier? Educational Psychology Review, 1997, 9(1), 1-38. Roediger, H. L., and Karpicke, J.D. Test-Enhanced Learning: Taking Memory Tests Improves LongTerm Retention. Psychological Science, 2006, 17(3), 249-255. Shea, M. A. Compendium of Good Ideas on Teaching and Learning. Boulder: Faculty Teaching Excellence Program, University of Colorado, 1995. Slavin, R. E. Synthesis of Research on Cooperative Learning. Educational Leadership, 1991, 48(5), 71-82. Snooks, M. K. Using Practice Tests on a Regular Basis to Improve Student Learning. New Directions for Teaching and Learning, no. 100. San Francisco: Jossey-Bass, 2004, 109-113. Sporer, R. The Quick Fix: The No-Fault Quiz. College Teaching, 2001, 49(2), 61. Test Anxiety May Not Be a Disability But It Can Impair Functioning. Disability Compliance for Higher Education, Aug. 2004,10(1), 3. Thorne, B. M. Extra Credit Exercise: A Painless Pop Quiz. Teaching of Psychology, 2000, 27(3), 204205.

412

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Van Etten, S.. Freebern, G., and Pressley, M. College Students Beliefs about Exam Preparation. Contemporary Educationral Psychology, 1997, 22(2), 192-212. Vessey, J. K., and Woodbury, W. Crib Sheets: Use with Caution. Teaching Professor, 1992, 6(7), 6-7. Wallace, M. A., and Williams, R. L. Multiple-Choice Exams: Explanations for Student Choices. Teaching of Psychology, 2003, 30(2), 136-138. Weimer, M. Learner-Centered Teaching: Five Key Changer to Practice. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. White, B., Ceglie, R., and Puopolo, D. Note Sheets: A Reliable Predictor of Successss? Journal of College Science Teaching, 2001, 31(3), 188-193. Wiggins, G. Educative Assessment: Designing Assessment to Inform and Improve Student Performance. San Francisco: Jossey-Bass, 1998. Wininger, S. R. Using Your Tests to Teach: Formative Summative Assessment. Teaching of Psychology, 2005, 32(3), 164-166. Zuriff; G. E. Accommodations for Test Anxiety under ADA? Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law, 1997, 25(2), 197-206.

Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

413

41
Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

Butir soal pilihan ganda menyajikan suatu pertanyaan atau pernyataan yang belum lengkap (pernyataan utama) dan tiga hingga lima pilihan jawaban atau pelengkap yang disarankan, yang mana salah satunya adalah jawaban yang terbaik (kuncinya); pilihanpilihan yang salah disebut pengecoh. Butir soal mencocokkan menyajikan dua kolom informasi (seperti istilah, nama, atau tanggal) dan meminta mahasiswa untuk memilih sebuah respons dari kolom kedua, yang dianggap cocok dengan stimulus yang disajikan di kolom pertama. Ujian pilihan ganda dan mencocokkan adalah dua bentuk ujian respons terpilih yang paling terkenal (juga disebut ujian pilihan yang diharuskan, ujian dengan respons yang dibentuk, atau ujian tipe pilihan).

Butir-butir soal dengan respons terpilih bermanfaat untuk menguji keluasan pembelajaran mahasiswa (suatu ujian/tes respons terpilih dapat mencakup lebih banyak topik dibandingkan tes uraian) dan untuk menguji tingkatan-tingkatan pembelajaran yang berbeda (dari tingkat hafalan informasi faktual hingga pemecahan masalah). Dibandingkan ujian dengan jawaban singkat dan uraian (disebut ujian jenis persediaan/ supply-tipe test), ujian dengan respons terpilih membutuhkan waktu persiapan yang lebih panjang, tetapi waktu menilai yang lebih pendek. Walaupun ujian respons terpilih sering kali dikritik sebagai ujian yang hanya mengukur hasil hafalan, butir-butir soal respons terpilih juga dapat digunakan untuk mengukur penguasaan mahasiswa atas konsep dan pemikiran yang kompleks.

Strategi-strategi Umum
Tuliskanlah butir soal ujian selama sepanjang semester. Butir soal ujian yang baik itu sulit dibuat, dan adalah mustahil untuk menyusun ujian respons terpilih yang efektif hanya pada saat-saat terakhir. Sebarlah pekerjaan tersebut dengan menuliskan tiga hingga lima butir soal setiap minggunya. (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992) Berikanlah saran pada mahasiswa tentang bagaimana untuk mengerjakan ujian respons terpilih. Tips berikut ini akan membantu mahasiswa Anda untuk melakukan yang
terbaik yang mereka bisa (diadaptasi dari McKeachie dan Svinicki, 2006; Sechrest dkk., 1999):

414

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

415

Bacalah ujian dari awal sampai akhir dan jawablah semua pertanyaan yang Kamu bisa. Ketika Kamu mengerjakan ujian dari awal lagi, alokasikan sejumlah waktu yang memadai untuk setiap soal, tetapi bergeraklah ke soal berikutnya jika mengalami kebuntuan. Jika Kamu mengalami kebuntuan, cobalah untuk menalar jawaban yang benar dari sejumlah konsep atau prinsip umum. Ubahlah jawabanmu jika Kamu menginginkannya; penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa lebih memperoleh keuntungan dibanding merugi pada jawabannya yang berubah (Kruger dll., 2005). Luangkanlah sejumlah waktu di akhir untuk memeriksa ulang jawabanmu dan pastikanlah Kamu tidak melakukan kesalahan-kesalahan teknis.

B. Peningkatan penyewaan, yang diikuti peningkatan dalam penawaran perumahan. C. Penurunan penyewaan dan penurunan penawaran perumahan. D. Tidak ada perubahan penyewaan karena kontrol harga biasanya ditetapkan pada pertemuan antara penawaran dan permintaan. Untuk pertanyaan 3, mahasiswa harus menganalisis situasi, memilih kebijakan yang paling tepat, dan memprediksi akibat dari kebijakan tersebut.

3. Karena peningkatan yang pesat dari anggaran belanja pertahanan nasional, negara Parador akan mengalami inflasi harga, kecuali suatu tindakan diambil untuk membatasi pertumbuhan permintaan sektor swasta. Jika Parador ingin meminimalisir dampak terbalik dari kebijakan anti-inflasi pada pertumbuhan ekonomi, negara ini harus menerapkan A. Kebijakan moneter yang ketat karena hal tersebut akan membatasi pengeluaran konsumsi lebih besar daripada investasi. B. Kebijakan moneter yang ketat karena hal tersebut akan membatasi pengeluaran konsumsi. C. Peningkatan pajak pendapatan pribadi karena hal tersebut akan membatasi pengeluaran konsumsi lebih besar daripada investasi. D. Antara kebijakan moneter yang ketat atau peningkatan pajak pendapatan pribadi, karena keduanya sama-sama menekan investasi secara setara.

Jenis-jenis Pertanyaan Pilihan Ganda


Masukkanlah beberapa butir soal yang membutuhkan pemikiran yang kompleks. Sebagai
contoh, tuliskanlah sebuah pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk meramalkan hasil akhir dari suatu situasi, atau mintalah mahasiswa untuk memilih contoh-contoh yang menggambarkan suatu abstraksi atau prinsip. Atau, berilah contoh-contoh dan mintalah mahasiswa untuk memilih prinsip atau teori yang digambarkan oleh contohcontoh tersebut. Butir-butir soal pilihan ganda berikut menggali hasil pembelajaran dengan jangkauan yang luas (diadaptasi dari Welsh, 1978). Pertanyaan 1 menuntut mahasiswa untuk membuat generalisasi dari perbandingan.

Ciptakanlah pertanyaan-pertanyaan Anda adalah gurunya. Beberapa butir soal pilihan ganda menuntut mahasiswanya untuk mengevalui respons dari suatu pertanyaan singkat (dari Jensen dkk., 2006, hlm. 69):
suatu kuis. Berapa banyak kesalahan ilmiah yang terkandung dalam jawaban berikut? Catatan: Jumlah kesalahan maksimal dalam setiap kalimat adalah 1 (satu).

1. Manakah dari pilihan berikut yang telah paling lama berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat? A. Meningkatkan tarif pajak penghasilan pribadi. B. Mengurangi jam kerja per minggu untuk menyebarkan pekerjaan pada lebih banyak orang. C. Meningkatkan tarif harga barang-barang impor yang bersaing dengan barang produksi lokal. D. Meningkatkan tingkat pendidikan dan pengembangan teknologi. Pertanyaan 2 meminta mahasiswa untuk mengaplikasikan prinsip penawaran dan permintaan pada situasi tertentu.

Bayangkan Anda sebagai guru Sains yang sedang mengoreksi jawaban berikut terhadap

Selama fase depolarisasi dari suatu potensial aksi, gerbang sodium terbuka dan sodium berdifusi dari cairan ekstrasel menjadi cairan intrasel. Di akhir fase depolarisasi, gerbang sodium menutup dan gerbang potassium membuka. Repolarisasi dimulai ketika potassium bergerak oleh transportasi aktif dari cairan intrasel menuju cairan ekstrasel dari sel tersebut. Setelah potensial aksi berlalu, kadar ion dipertahankan oleh pompa sodium/potassium. A. 0 kesalahan B. 1 kesalahan C. 2 kesalahan D. 3 kesalahan E. 4 kesalahan

2. Suatu kota besar sedang menyelidiki ketiadaan kontrol penyewaan perumahan ketika taraf ketersediaannya sangat rendahhanya 1 (satu) persen. Manakah dari situasi berikut yang lebih mungkin terjadi jika kontrol penyewaan ditiadakan? A. Peningkatan permintaan perumahan, yang diikuti oleh penurunan penawaran perumahan.

Jensen dkk. (2006) merekomendasikan agar jenis pertanyaan seperti ini hanya digunakan setelah mahasiswa menyelesaikan rangkaian latihan sebelum ujian.

416

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

417

Bereksperimentasilah dengan soal sebab-akibat (assertion-reason question/ ARQ). Suatu ARQ terdiri dari dua pernyataan-sebuah pernyataan kondisi dan sebuah sebab/alasanyang dihubungkan oleh kata karena. Mahasiswa memilih satu dari lima pilihan respons yang menunjukkan kebenaran dari tiap pernyataan dan ketepatan penalarannya. Berikut ini contohnya (diadaptasi dari Williams, 2006, hlm. 292):
suatu barang lebih rendah dibandingkan harga domestik, jumlah barang yang disediakan oleh produsen domestik akan menjadi lebih besar dibandingkan jumlah permintaan lokal, yang meningkatkan surplus dari produsen domestik.

Nyatakanlah keseluruhan permasalahan dalam kalimat utamanya, umumnya sebagai pertanyaan. Pastikanlah bahwa mahasiswa dapat memahami permasalahan sebelum
membaca pilihan-pilihan jawabannya. Pertanyaan langsung biasanya lebih jelas dibandingkan melengkapi kalimat, meskipun pernyataan yang tidak lengkap dapat menghindarkan pernyataan yang bertele-tele. Pernyataan utama juga dapat mencakup suatu peta, diagram, gambar, atau grafik.

(Kondisi) Dalam suatu ekonomi terbuka yang kecil, jika harga dunia yang ditetapkan atas

Dalam pasangan berikut ini, kalimat utama dari soal yang diciptakan dengan buruk sangatlah singkat sehingga gagal menyatakan permasalahannya. Buruk: Penilaian adalah
A. Paling sering digunakan untuk membedakan antar mahasiswa. B. Suatu cara melaporkan kemajuan mahasiswa. C. Satu-satunya alasan mahasiswa belajar. D. Sesuatu yang ditunda pengajar jika bisa.

Karena (Alasan) Dalam suatu ekonomi terbuka yang kecil, surplus apa pun di pasar domestik akan diserap oleh bagian dunia lainnya. Hal ini meningkatkan surplus konsumen domestik. A. Pernyataan kondisi dan alasan keduanya betul, dan alasannya tepat sebagai penyebab. B. Pernyataan kondisi dan alasan keduanya betul, tetapi alasannya tidak tepat sebagai penyebab. C. Pernyataan kondisi betul, tetapi pernyataan alasan salah. D. Pernyataan kondisi salah, tetapi pernyatan alasan betul. E. Baik pernyataan kondisi maupun alasan, salah.

Lebih baik: Apakah alasan utama kebanyakan universitas menggunakan sistem penilaian menggunakan huruf? A. Kenyamanan dalam melaporkan kemajuan mahasiswa. B. Kepraktisan dalam menyimpan catatan yang permanen. C. Kemudahan dalam membedakan antar mahasiswa. D. Kebermanfaatan dalam memotivasi mahasiswa untuk belajar.

Jika Anda ingin menggunakan ARQ, berilah waktu pada mahasiswa Anda untuk membiasakan diri dengan bentuk soalnya dan sediakanlah contoh serta kuis untuk latihan. ARQ menyulitkan mahasiswa yang keterampilan memahami bacaannya berada di bawah rata-rata. (Sumber: Williams, 2006)

Ketika butir soalnya berkaitan dengana definisi/pengertian suatu istilah, bentuk yang dipilih adalah menyajikan definisi dalam kalimat utama dan mendaftar beberapa istilah sebagai pilihan jawaban, dibandingkan menempatkan istilahnya dalam kalimat utama dan mendaftar beberapa definisi sebagai pilihan jawaban. (Sumber: Kehoe, 1995)

Menciptakan Soal-soal Ujian Pilihan Ganda


Instruksikanlah mahasiswa untuk memilih jawaban terbaik dibandingkan jawaban yang benar. Meminta mahasiswa memilih jawaban yang benar dapat mengundang
argumentasi dari mahasiswa yang berbeda pendapat, bahwa jawaban mereka juga sama benarnya. Jika Anda meminta jawaban yang terbaik, Anda dapat mengakui bahwa pilihan jawaban lainnya juga mengandung sejumlah kebenaran atau keakuratan, tetapi jawaban yang ditetapkan sebagai kunci jawaban adalah yang terbaik. (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992)

Letakkanlah semua materi yang relevan dalam kalimat utama. Jangan mengulang suatu frase dalam pilihan jawaban jika frase tersebut dapat dinyatakan dalam kalimat utama. Pada contoh berikut, mahasiswa pasti membuang waktunya untuk membaca pengulangan dipilih oleh (diadaptasi dari Ory dan Ryan, 1993):
A. dipilih oleh rakyat. B. dipilih oleh anggota Kongres. C. dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat. D. dipilih oleh Institusi Pemilihan.

Buruk: Dalam pemilihan umum di Amerika Serikat, presiden secara resmi


Dalam instruksi ujian, nyatakanlah bonus atau penalti untuk menebak. Beberapa pengajar
mendorong mahasiswanya untuk membuat tebakan terbaik mereka, walaupun mereka tidak yakin tentang jawaban yang benar. Pengajar lainnya memberikan penalti/potongan nilai mahasiswa yang menebak jawaban. Beberapa pengajar menghadiahkan nilai setengah untuk jawaban yang salah tetapi beralasan. (Sumber: Baranchik dan Cherkas, 2000)

Lebih baik: Pada pemilihan umum di Amerika Serikat, siapakah yang secara resmi memilih presiden? A. rakyat. B. anggota Kongres. C. Dewan Perwakilan Rakyat. D. Institusi Pemilihan.

418

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

419

Jagalah agar kalimat utamanya singkat. Dalam contoh berikut, informasi yang tidak diperlukan di dalam kalimat utama cenderung membingungkan mahasiswa dan membuang waktu mereka (diadaptasi dari Frary, 1995):
Buruk: Kehadiran dan perkumpulan pejantan tampaknya memiliki dampak yang besar pada fisiologi betina pada hewan peliharaan. Penelitian menunjukkan bahwa pada hewan ternak, kehadiran seekor banteng memiliki dampak-dampak sebagai berikut:

Jika Anda harus menggunakan kata yang negatif, berikanlah penekanan dengan memberikan garis bawah, huruf besar, atau huruf yang ditebalkan (bold). (Sumber: Clegg dan Cashin, 1986; Kehoe, 1995)

Hindarilah penggunaan kata-kata seperti selalu, tidak pernah, semua, atau tidak satupun. Mahasiswa yang paham mengetahui bahwa hanya sedikit pernyataan yang
absolut atau benar secara universal. (Sumber: Clegg dan Cashin, 1986)

Lebih baik: Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran banteng memiliki dampak-dampak yang manakah dari pilihan berikut pada kumpulan sapi?

Tulislah respons yang benar (kunci jawaban) terlebih dulu, kemudian ciptakanlah respons pengecoh yang menggoda. Formulasikanlah secara jelas jawaban yang terbaik
atau yang benar, baru kemudian rancanglah serangkaian jawaban pengecoh. Jika pengecohnya terlalu jauh menyimpang, mahasiswa akan menebak dengan terlalu mudah jawaban yang benar. Pengecoh yang efektif mewakili kesalahan-kesalahan yang umumnya dilakukan mahasiswa: pernyataan yang mengandung kesalahan logika atau interpretasi, pernyataan yang terlalu umum atau terlalu spesifik dari yang diminta oleh permasalahan, pernyataan yang akurat tetapi tidak sepenuhnya menjawab permintaan dari permasalahan, serta pernyataan yang salah yang akan tampak benar bagi mahasiswa yang kurang menyiapkan diri. (Sumber: Clegg dan Cashin, 1986; Forsyth, 2003; Sechrest dkk., 1999)

Hindarilah memberikan semua jawaban di atas atau tidak satupun dari jawaban di atas sebagai pilihan. Butir-butir seperti tersebut tidak dapat jelas membedakan
antar mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang berbeda. Mahasiswa hanya perlu membandingkan antara dua pilihan saja: jika keduanya dapat diterima, maka pilihan semua jawaban di atas adalah jawaban yang logis, meskipun jika mahasiswa tersebut tidak yakin mengenai pilihan yang ketiga. (Sumber: Haladyna, 2004; Jacobs dan Chase, 1992)

Mulailah dengan beberapa soal yang mudah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa menunjukkan kinerja yang lebih baik ketika urutan butir pertanyaan ujian menggambarkan urutan penyajian materi dalam bacaan-bacaan dan perkuliahan di kelas, tetapi menempatkan beberapa pertanyaan mudah di awal akan menenangkan para mahasiswa yang cemas. (Sumber: Sechrest dkk., 1999)

Batasilah jumlah pilihan jawabannya. Penelitian menunjukkan bahwa butir soal yang
memiliki tiga pilihan jawaban lebih efektif atau kurang lebih sama efektifnya dengan butir soal dengan empat pilihan jawaban, tetapi tetap saja bentuk empat pilihan jawaban adalah yang paling populer. Jangan pernah memberikan mahasiswa lebih dari lima pilihan jawaban. Anda tidak perlu memberikan jumlah pilihan yang sama untuk tiap butir soal ujian. Namun demikian, jika mahasiswa menggunakan lembar jawaban pindai (scan) optik atau perlu menandai jawaban mereka di lembar jawaban, gunakanlah jumlah pengecoh yang sama untuk tiap pertanyaan demi meminimalisir kemungkinan kesalahan pengaturan. (Sumber: Green, 1997; Haladyna, 2004; Landrum dkk., 1993; McKeachie dan Svinicki, 2006; Sechrest dkk., 1999)

Buatlah pilihan jawaban yang struktur bahasanya konsisten dengan pernyataan utama.
Bacalah dengan keras kalimat utamanya dan setiap pilihan jawaban untuk memastikan bahwa masing-masing telah tepat dalam penggunaan kata depannya, bentuk tunggal atau jamaknya, serta kesesuaian antara subjek dan kata kerjanya. Pada contoh berikut, kata-kata dalam pilihan B dan C sebaiknya diperbaiki (diadaptasi dari Welsh, 1978):

Buruk: Fungsi Penyimpanan nasional adalah untuk menyediakan negara persediaan uang
yang fleksibel dan untuk B. A. membantu menjaga stabilitas ekonomi. perbaikan statistika pendapatan nasional. C. Perbaikan hukum dalam pajak. D. Membantu pengumpulan pajak properti.

Buatlah semua pilihan kurang lebih setara panjangnya. Jangan memberikan pertanda
pilihan yang terbaik dengan membuatnya lebih panjang, lebih mendetail, atau lebih berbeda dibandingkan pilihan-pilihan lainnya. (Sumber: Green, 1997; Kehoe, 1995; Sechrest dkk., 1999)

Hindarilah penyampaian secara negatif. Penggunaan kata yang negatif sering kali
membingungkan mahasiswa, misalnya:

Buruk: Manakah dari pilihan berikut ini yang bukan merupakan karakteristik Brutalisme? Lebih baik: Manakah dari pilihan berikut ini yang paling baik membedakan antara Brutalisme dengan gerakan arsitektural lainnya?

Variasikanlah letak jawaban terbaik. Penelitian menunjukkan bahwa pengajar cenderung menempatkan jawaban terbaik di posisi pilihan B atau C. Jika sesuai, urutkanlah pilihan jawaban berdasarkan abjad atau dalam suatu urutan yang bermakna (misalnya, sesuai besarannya, kronologinya, atau konsepnya). Atau gunakanlah satu pak kartu untuk meletakkan pilihan yang benar secara acak (jika kartu yang Anda buka adalah hati, jawaban yang benar ditempatkan di A; jika sekop, di pilihan B, dan seterusnya). Untuk kemudahan membaca, tandailah setiap pilihan dengan huruf besar dan tempatkanlah pilihan-pilihan tersebut secara vertikal. (Sumber: Haladyna, 2004) Berhatilah-hatilah terhadap butir-butir pertanyaan yang tumpang tindih. Buatlah
pertanyaan-pertanyaan ujian yang mandiri satu sama lain sehingga pernyataan utama

420

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

421

atau pilihan jawaban di satu soal tidak memberikan mahasiswa petunjuk atas jawaban yang benar dari soal lainnya. (Sumber: Haladyna, 2004)

Menilai Ujian
Gunakanlah sistem penilaian dengan mesin. Peralatan pemindai optik (scanner) dapat menilai ujian respons terpilih dengan cepat. Sistem manajemen pembelajaran Anda juga dapat memiliki fitur-fitur untuk pengujian dan penilaian secara online. Teknologi penggores (scratch-off) juga dapat menghemat waktu. Mintalah mahasiswa menilai hasil ujian mereka sendiri. Penilaian mandiri memberikan
mahasiswa umpan balik yang segera dari kinerja mereka. Untuk meyakinkan bahwa penilaiannya akurat dan adil, berikanlah mahasiswa lembar jawaban yang terpisah (lembar deklarasi) bersama dengan lembar soal ujiannya. Ketika mengerjakan ujian, mahasiswa menandai jawabannya pada lembar soal dan mereka juga menandai (mendeklarasikan) jawabannya di lembar deklarasi yang telah ditandatangani. Ketika semua mahasiswa telah menyelesaikan ujiannya, lembar deklarasinya kemudian dikumpulkan, kunci jawaban diberitahukan, kemudian mahasiswa menilai ujiannya sendiri dan mengumpulkannya. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menilai dan melaporkan nilai mereka secara akurat sehingga pengajar tidak perlu menghabiskan waktu untuk menilai ujian setiap mahasiswa. (Sumber: Carkenord dan Laws, 2005)

Jagalah agar panjang ujian dapat ditangani. Mahasiswa dapat menyelesaikan antara satu
hingga dua butir pertanyaan pilihan ganda per menit. (Sumber: Lowman, 1995)

Cetaklah ujian pada kertas berwarna putih. Walaupun beberapa pengamat merekomendasikan untuk mencetak bentuk alternatif dari ujian pilihan ganda pada kertas berbeda warna untuk mencegah kecurangan, peneliti melaporkan bahwa kertas putih mendorong pada hasil ujian yang lebih baik. Jika Anda mengacak urutan pertanyaannya, tambahkanlah kertas sampul yang berbeda warna (dengan hanya cetakan nama kelas dan tanggal), dan tetap cetak soal-soalnya pada kertas putih. (Sumber: Skinner, 2004)

Butir Soal Ujian Mencocokkan


Tuliskanlah instruksi yang jelas. Beritahukanlah mahasiswa tentang dasar pemasangan antar butir-butir penyataan, di mana untuk menuliskan jawaban, dan apakah suatu pilihan jawaban dapat digunakan lebih dari sekali. Sebagai contoh: Di samping setiap gerakan yang disebutkan di kolom 1, tuliskanlah huruf dari pekerjaan yang ada di kolom 2, yang paling baik menggambarkan gerakan tersebut. Anda dapat menggunakan setiap pekerjaan di kolom 2 lebih dari sekali atau tidak sama sekali. Janganlah mencampuradukkan butir pernyataan dari kelompok yang berbeda dalam satu kolom. Sebagai contoh, kolom 1 dapat berisi daftar kejadian dan kolom 2 berisi tanggaltanggal, tetapi jangan mencampuradukkan antara kejadian, tanggal, dan nama dalam satu kolom.

Analisis Soal
Lakukanlah analisis soal untuk mengevaluasi ujiannya. Dalam kelas-kelas yang cukup besar untuk dapat memberikan hasil statistik yang bermanfaat (misalnya, lima puluh mahasiswa atau lebih), Anda dapat melakukan analisis soal untuk menentukan soal manakah yang terlalu mudah atau terlalu sukar dan seberapa baikkah butir-butir soal tersebut membedakan antara mahasiswa yang berada di peringkat atas dan bawah. Kebanyakan piranti lunak penilai ujian dan sistem manajemen pembelajaran memiliki pilihan untuk perhitungan-perhitungan tersebut; kantor pengujian di kampus Anda juga bisa jadi memiliki alat analisis. Hasilnya akan membantu Anda mengembangkan versi mendatang dari butir-butir soal. (Sumber: Ory dan Ryan, 1993) Perhatikanlah tingkat kesulitan dari tiap butir soal. Hitunglah persentase mahasiswa yang menjawab setiap butir soal dengan benar. Jika Anda mengujikan ujian tersebut untuk menentukan para mahasiswa yang dapat menunjukkan kinerja terbaik (ujian berdasar norma), ujian yang ideal hanya akan berisi sedikit soal yang sangat sulit (dijawab dengan benar oleh kurang dari 30 persen mahasiswa) atau sangat mudah (dijawab dengan benar oleh lebih dari 90 persen mahasiswa). Untuk ujian yang berdasarkan norma, para ahli menyarankan tingkat kesulitan sebagai berikut: 5 persen soal dijawab dengan benar oleh 90 persen mahasiswa (untuk meningkatkan kepercayaan diri), 5 persen soal dijawab dengan benar oleh 10 persen mahasiswa, dan sisa soalnya dijawab dengan benar ratarata 50 persen mahasiswa.

Tempatkanlah responsnya secara berurutan. Ketika butir-butir pernyataan di kolom 2 berurutan (baik berdasar abjad, kronologis, atau konseptual), mahasiswa akan mampu membaca rangkaiannya dengan cepat dan menemukan jawabannya dengan lebih cepat. Batasilah isi kolom 2 dari lima hingga sepuluh butir; daftar yang lebih panjang menuntut mahasiswa untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam mencari jawabannya. (Sumber: Ory dan Ryan, 1993) Perhatikanlah tata letak dan bentuknya. Jangan biarkan kolomnya terbagi antar halaman; mahasiswa sebaiknya tidak harus membola-balik halaman. Sediakanlah tempat kosong untuk meletakkan jawaban di bagian kiri dari setiap pernyataan di kolom 1. Gunakanlah penomoran untuk setiap butir pernyataan di kolom 1, dan gunakanlah huruf besar untuk tiap respons di kolom 2. Letakkanlah suatu judul di atas tiap kolom. (Sumber: Fuhrmann dan Grasha, 1983)

Sebaliknya, jika Anda mengadministrasikan ujian untuk mengukur informasi, keterampilan, dan kompetensi yang perlu dikuasai oleh semua mahasiswa (ujian berdasar

422

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan

423

standar), maka titik tekan dari analisis soal Anda bukanlah untuk memeriksa persebaran nilai, tetapi untuk memastikan seberapa baik butir-butir soalnya mewakili kompetensi yang ditargetkan. Jika suatu butir soal terbukti terlalu sulit untuk banyak mahasiswa Anda , pertimbangkanlah tiga kemungkinan: Apakah soal tersebut ditulis dengan kurang baik atau tidak jelas? Apakah kandungan soalnya terlalu menantang? Apakah terlalu banyak mahasiswa yang kurang siap menghadapi ujian tersebut? (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992; Lowman, 1995; Scialfa dkk., 2001; Sechrest dkk., 1999; Wergin, 1988)

Daftar Pustaka
Baranchik, A., and Cherkas, B. Correcting Grade Deflation Caused by Multiple-Choice Scoring. International Journal of Mathematical Education in State and Technology, 2000, 31(3), 371-380. Carkenord, D. M., and Laws, E. L. Assuring Accuracy of Student Self-Scored Quizzes. Teaching of Psychology, 2005, 32(3), 175-177. Clegg, V. L., and Cashin, W. E. Improving Multiple-Choice Tests. Idea Paper, no. 16. Manhattan: Center for Faculty Evaluation and Development in Higher Education, Kansas State University. 1986. Forsyth, D. R. The Professor, Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Frary, R. B. More Multiple-Choice Item Writing Do's and Don'ts. Practical Assessment, Research and Evaluation, 1995, 4(11). http://pareonline.net/gctvn.asp?v=4&n=11 Fuhrmann. B. S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown, 1983. Green, D. H. Student-Generated Exams: Testing and Learning. Journal of Marketing Education, 1997, 19(2), 43-53. Haladyna, T. M. Developing and Validating Multiple-Choice Test Items. (3rd ed.) Mahwah, NJ: Erlbaum. 2004. Jacobs, L. C., and Chase, C. I. Developing and Using Tests Effectively: A Guide for Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 1992. Jensen, M.. Duranczyk, L, Staats, S., Moore, R., Hatch, J., and Somdahl, C. Using a Reciprocal Teaching Strategy to Create Multiple Choice Exam Questions. American Biology Teacher, 2006, 68(6), 67-71. Kehoe, J. Writing Multiple-Choice Test Items. Practical Assessment, Research and Evaluation, 1995, 4(9). Kruger, J., Wirtz, D., and Miller, D. T. Counterfactual Thinking and First Instinct Fallacy. Journal of Personality and Social Psychology, 2005, 88(5), 725-735. Landrum, R. E., Cashin, J. R., and Theis, K. S. More Evidence in Favor of Three-Option Multiple Choice Tests. Educational and Psychological Measurement, 1993, 53, 771-778. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teachinng. San Francisco: Jossey-Bass, 1995. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin. 2006. Miller, M. D., Linn. R.I., and Gronlund, N. E. Measurement and Assessment in Teaching. (10th ed.) Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2008. Ory, J. C., and Ryan, K. E. Tips for Improving Testing and Grading. Newbury Park. CA: Sage, 1993. Schmeiser, C. B., and Welch, C. J. Test Development. In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th ed.) Westport, CT: American Council on Education/Praeger, 2006. Scialfa, C., Legare, C., Wenger, L., and Dingley, L. Difficulty and Discriminability of Introductory Psychology Test Items. Teaching of Psychology, 2001, 28(1), 11-15. Sechrest, L., Kihlstrom, J. F, and Bootzin, R. How to Develop Multiple-Choice Tests. In B. Perlman, L. I. McCann, S. H. and McFadden (Eds.), Lessons Learned: Practical Advice for the Teaching of Psychology. Washington, DC: American Psychological Society, 1999. Skinner, N. F. Differential Test Performance from Differently Colored Paper: White Paper Works Best. Teaching of Psychology. 2004, 31(2), 111-113.

Perhatikanlah seberapa baik setiap butir soal membedakan antara peraih nilai yang tinggi dan rendah. Diskriminasi soal (item discrimination) adalah suatu teknik analisis untuk
menghitung seberapa baik suatu butir soal membedakan antara para peraih nilai tinggi dan rendah dalam suatu ujian. Piranti lunak penilai ujian dapat menghasilkan rasio diskriminasi-suatu angka antara -1,0 dan +1,0-untuk tiap soal. Semakin dekat rasionya dengan +1,0, maka butir soal tersebut semakin efektif dalam membedakan antara mahasiswa yang mengetahui materi ujian dan yang tidak. Idealnya, setiap soal akan mem iliki rasio setidaknya 0,30, tetapi beberapa soal yang memiliki rasio diskriminasi yang lebih rendah berguna untuk memastikan bahwa suatu ujian mengandung beberapa soal yang dapat dijawab dengan benar oleh semua orang. Jika Anda memiliki suatu butir soal yang dapat dijawab dengan benar hanya oleh sedikit mahasiswa peraih nilai tertinggi, cari tahulah kekurangan dari struktur soal dan pengecohnya. (Sumber: Lowman, 1995; Miller dkk., 2008; Schmeiser dan Welch, 2006; Sechrest dkk., 1999)

Periksalah koefisien reliabilitasnya. Jika piranti lunak penilai ujian Anda melakukan perhitungan perkiraan reliabilitas, koefisien sebesar 0,65 atau lebih tinggi yang diharapkan. Koefisien yang kurang dari 0,60 dapat diinterpretasikan sebagai tanda bahwa ujian tersebut berkemungkinan kecil untuk menghasilkan hasil yang sama pada pengujian yang kedua kalinya. (Sumber: Ory dan Ryan, 1993) Gunakanlah analisis ini untuk mengembangkan ujian Anda. Biarkanlah hasil dari analisis
statistik memberikan Anda masukan mengenai butir soal yang mana yang perlu Anda buang atau revisi pada ujian mendatang. Targetkanlah untuk membuat ujian yang persentase rata-rata dari jawaban benarnya sekitar 70 persen, dengan butir-butir soal yang tingkat kesulitannya antara 30 hingga 70 persen (butir soal dalam jangkauan ini diperkirakan untuk memiliki rasio diskriminasi yang dapat diterima, +0,30 atau lebih). Jika suatu butir soal memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan rasio diskriminasi yang rendah (di bawah +0,30), maka soal tersebut perlu direvisi. Butir-butir soal yang berada pada perbatasan (rasio diskriminasinya tepat di bawah +0,30 dan tingkat kesulitannya berada diantara 30 hingga 70 persen) tidak memerlukan revisi. (Sumber: Schmeiser dan Welch, 2006; Sechrest dkk., 1999)

Periksalah pengecohnya. Lihatlah persentase mahasiswa yang memilih pengecoh tertentu,


dan pertimbangkanlah untuk mengganti pengecoh yang hanya dipilih oleh sedikit mahasiswa. Mungkin Anda juga ingin mengecek ulang butir-butir soal yang dijawab salah oleh mayoritas mahasiswa, terutama butir-butir soal yang pengecohnya lebih sering dipilih dibandingkan jawaban yang benar. (Sumber: Sechrest dkk., 1999)

424

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Welsh, A. L. Multiple Choice Objective Tests. In P . Saunders, A. L. Welsh, and W. L. Hansen (Eds.), Resource Manual for Teaching Training Programs in Economics. New York: Joint Council on Economic Education, 1978. Wergin, J. F. Basic Issues and Principles in Classroom Assessment. In J. H. McMillan (Ed.), Assessment Students Learning. New Directions for Teaching and Learning, no. 34. San Fran cisco: Jossey-Bass, 1988. Williams, J. Assertion-Reason Multiple Choice Testing as a Tool for Deep Learning: A Qualitative Analysis. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2006, 31(3), 287-301.

Ujian Jawaban Singkat dan Uraian

425

42
Ujian Jawaban Singkat dan Uraian

Butir-butir soal jawaban singkat menuntut jawaban sepanjang sekitar lima puluh kata atau kurang: Definisikanlah impedansi; Tuliskanlah tiga penyebab kegagalan konkret; Apa yang terjadi selama gerhana bulan? Pertanyaan uraian, sebaliknya, menuntut mahasiswa untuk menunjukkan pemahaman mereka mengenai suatu topik dan kemampuan mereka untuk berpikir secara kritis serta mengorganisasikan pemikirannya. Meskipun soal-soal jawaban singkat dan uraian lebih mudah dibuat daripada soal pilihan ganda, penilaian soal jenis ini lebih memakan waktu, dan menjaga kekonsistenan dalam penilaian lebih sulit ketika mengevaluasi uraian. Sebaliknya, ujian uraian adalah pengukur terbaik untuk mengukur keterampilan mahasiswa dalam pemikiran tingkat yang lebih tinggi dan ekspresi tertulis. Sebagai tambahan terhadap saran-saran di bawah ini, lihatlah juga Bab 35, Merancang Tugas Menulis yang Efektif, dan Bab 36, Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa, untuk mendapatkan ide-ide lain mengenai pembuatan topik dan penilaian uraian/essai.

Strategi-strategi Umum
Jangan gunakan pertanyaan uraian untuk mengevaluasi pemahaman yang dapat diukur melalui pertanyaan pilihan ganda. Simpanlah pertanyaan uraian untuk mengukur
penalaran dan keterampilan berpikir. Tugas-tugas yang sesuai untuk uraian mencakup sebagai berikut (diadaptasi dari Reiner dkk., 2003): Menganalisis : Temukan dan perbaiki kesalahan-kesalahan penalaran dalam bacaan berikut. Gambarkanlah suatu situasi yang mengilustrasikan prinsip ... Temukan dua persamaan dan dua perbedaan antara ... Buatlah suatu argumentasi untuk mendukung rekomendasimu terhadap ... Ciptakanlah suatu rencana untuk ... Ukurlah kekuatan dan kelemahan dari ...

Mengaplikasikan : Membandingkan :

Membela : Merancang : Mengevaluasi :

426

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Jawaban Singkat dan Uraian

427

Menggeneralisasikan: Nyatakanlah suatu rangkaian prinsip-prinsip yang menjelaskan kejadian-kejadian sebagai berikut. Menyimpulkan : Bagaimana tokoh X akan bereaksi jika ...? Interpretasikanlah stanza kedua dari ... Jelaskan mengapa kamu setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut ini. Apa yang akan terjadi ketika ...? Apakah penyebab utama dari ...? Bagaimanakah dampak yang paling mungkin terjadi akibat ...? Menginterpretasi : Menjelaskan : Meramalkan :

cinta yang berbeda dalam novel ini? Pernyataan hipotesisnya bisa jadi Dalam menggambarkan cinta biseksual, homoseksual, dan keluarga dalam Women in Love, Lawrence menunjukkan bahwa kebencian dan pengasingan tetap hadir walau dalam hubungan cinta yang paling dekat (berdasar Walvoord, 1986, hal. 11) Ikutilah kerangka yang dibuat seiring Kamu menulis. Berilah jarak untuk setiap baris tulisan demi memberikan ruang bagi tambahan atau perubahan yang terpikirkan saat membaca ulang jawabanmu. Dukunglah hipotesismu dengan contoh-contoh dan bukti. Masukkanlah suatu kesimpulan, meskipun jika hanya satu baris atau dua baris yang digabungkan dengan poin utama dan menyatakan apa pentingnya. Baca ulanglah hasil ujianmu sebelum mengumpulkannya. Periksalah jika ada kekurangan, pengulangan, dan kesalahan. Hapus dan tambahkan kata serapi mungkin. Jika Kamu kekurangan waktu, tuliskanlah poin-poin utamamu serta contohcontohnya, dan tuliskanlah, kehabisan waktu. (Sumber: Brooks, 1990; Forsyth, 2003; McKeachie dan Svinicki, 2006; Sanders, 1966; Walvoord, 1986)

Menghubungkan : sebab dan akibat

Berilah mahasiswa beberapa saran pengerjaan ujian. Kebanyakan mahasiswa akan


memperoleh keuntungan dari daftar seperti berikut ini: Lihatlah keseluruhan ujian secara cepat (lakukan survei), perhatikanlah petunjukpetunjuk yang ada, dan perkirakanlah tingkat kepentingan dan kesulitan dari tiap pertanyaan. Jika terpikirkan ide atau jawaban, segera tuliskan. Lakukan pembuangan otak tuliskanlah semua hal yang Kamu takutkan akan terlupakan nantinya. Bagilah waktu yang disediakan untuk semua soal yang ada. Alokasikanlah lebih banyak waktu untuk pertanyaan yang penting atau sulit. Alokasikan pula waktu di akhir ujian untuk memeriksa ulang jawaban-jawaban Anda. Ikutilah rencana Andaempat jawaban yang kurang lengkap akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan hanya dua jawaban yang sangat lengkap dan dua kosong. Analisislah setiap pertanyaan dan bagian-bagiannya. Kata benda utama dalam pertanyaan akan memberitahukan topik serta sub-sub topiknya, dan kata kerja (membandingkan, mendefinisikan, meramalkan) akan menunjukkan suatu pendekatan terhadap topik tersebut. Amati setiap batasan (misalnya, dari 1900 hingga 1945) yang dinyatakan dalam pertanyaan. Jika Anda benar-benar dipusingkan oleh suatu pertanyaan, tuliskan segera apa pun yang Anda pikir bisa jadi relevan. Asosiasi bebas bisa membantu mengeluarkan ingatanmu. Buatlah kerangka setiap jawaban sebelum mulai menuliskannya. Tuliskanlah poinpoin utama Anda, susunlah dalam suatu pola, dan tambahkanlah detail untuk setiap poin. Kerangka cepat ini akan membantumu menulis dengan tujuan, kejelasan, kelengkapan, dan kecepatan yang lebih baik. Paragraf pertama dari suatu jawaban uraian seharusnya mengandung pernyataan hipotesis (perkiraan) yang mengekspresikan poin utama atau kesimpulan Anda. Jika pertanyaan ujiannya menyatakan suatu topik, ciptakanlah suatu pertanyaan bagaimana atau kenapa tentang topik tersebut. Jawaban Anda terhadap pertanyaan tersebut akan menjadi hipotesis Anda. Misalnya, jika ujiannya menyatakan Diskusikanlah konsep cinta dalam novel Women in Love karya D.H. Lawrence, satu pertanyaan bagaimana adalah Bagaimanakah Lawrence menggambarkan jenis-jenis

Jangan berikan pilihan pada mahasiswa tentang pertanyaan yang harus dijawab. Ada
tiga kekurangan dari memberikan pilihan pada mahasiswa. Pertama, beberapa mahasiswa akan membuang waktunya ketika mencoba memutuskan pertanyaan mana yang akan dijawab. Kedua, Anda tidak akan mengetahui apakah semua mahasiswa memiliki pengetahuan yang setara tentang semua topik yang dicakup dalam ujian. Ketiga, karena beberapa pertanyaan cenderung lebih sulit dibandingkan yang lain, ujian akan menjadi tidak adil. (Sumber: Jacobs dan Chase, 1992; Reiner dkk., 2003)

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan lebih dari satu uraian. Ujian-ujian yang hanya menanyakan satu pertanyaan kurang valid dan reliabel jika dibandingkan ujian dengan jumlah sampel soal yang lebih luas. Dalam suatu ujian lima menit, Anda dapat mengajukan dua atau tiga pertanyaan uraian atau delapan hingga sepuluh pertanyaan jawaban singkat.

Menulis Pertanyaan Ujian yang Efektif


Nyatakan pertanyaannya secara jelas dan tepat. Hindarilah pertanyaan umum yang dapat mengundang beragam interpretasi dan yang akan menyulitkan untuk dinilai. Daripada meminta mahasiswa untuk mendiskusikan suatu topik, pilihlah kata kerja yang menyarankan suatu pendekatan terhadap topik tersebut. Sering kali, menambahkan bagaimana atau mengapa terhadap suatu pertanyaan uraian akan membantu mahasiswa mengembangkan suatu hipotesis. Contoh-contoh berikut ini menggambarkan pertanyaan-pertanyaan yang efektif dan yang tidak (diadaptasi dari Cashin, 1978; Jacobs dan Chase, 1992; Reiner dkk., 2003; Welsh, 1978):

428

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Jawaban Singkat dan Uraian

429

Kurang baik: Apakah tiga jenis organisasi pasar? Bagaimanakah mereka berbeda satu
sama lain? Lebih baik: Definisikanlah oligopoli. Bagaimanakah oligopoli berbeda dengan kompetisi sempurna dan monopoli dalam aspek jumlah perusahaan, kontrol harga, kondisi jalan masuk, struktur biaya, dan keuntungan jangka panjangnya? Sebutkanlah prinsip-prinsip yang menentukan kebijakan luar negeri Amerika Serikat setelah peristiwa 11 September. Deskripsikanlah tiga prinsip yang menjadi dasar kebijakan luar negeri Amerika Serikat sejak 11 September 2011; gambarkanlah tiap prinsip dengan dua tindakan yang telah diambil oleh badan eksekutif pemerintah.

Kurang baik: Lebih baik:

Kurang baik: Anda adalah Presiden Amerika Serikat. Kebijakan ekonomi apakah yang akan Anda ambil? Lebih baik: Anda adalah Presiden Amerika Serikat. Sebutkanlah target Anda untuk pekerjaan, tingkat harga, dan kecepatan pertumbuhan ekonomi sektor riil. Kebijakan fiskal dan moneter apakah yang akan Anda implementasikan untuk mencapai target tersebut? Mengapa suatu mesin dengan pembakaran internal bekerja? Jelaskan fungsi bahan bakar, karburator, distributor, dan sistem kerja komponen silinder dalam membuat mesin dengan pembakaran internal bekerja. Apakah naskah di atas ditulis oleh pengarang klasik atau Latin patristik? Mengapa Anda berpikir demikian? Tentukan apakah naskah di atas ditulis oleh pengarang klasik atau Latin patristik. Dukung jawaban Anda dengan menemukan frase spesifik atau tampilan bahasa/linguistik lainnya yang merupakan gaya pengarang.

Kurang baik:

Lebih baik:

Kurang baik: Lebih baik:

Nilai 9 atau 10: uraian secara jelas menyatakan posisi (sikap) penulisnya, menyediakan pendukung untuk posisi tersebut, dan mengemukakan setidaknya satu bantahan atau pandangan lain kemudian menyanggahnya. Bukti yang digunakan persuasif dan juga orisinil. Bantahan yang dikemukakan signifikan. Nilai 7 atau 8: uraian menyatakan posisi penulisnya, mendukungnya, serta mengemukakan suatu pandangan lain yang membantah dan kemudian menyanggahnya. Uraian mengandung salah satu atau lebih dari kekurangan berikut: bukti yang digunakan tidak persuasif secara seragam, pandangan lain yang dikemukakan bukanlah suatu ancaman serius bagi posisinya, beberapa poin jauh menyimpang. Nilai 6 : uraian menyatakan suatu posisi dan mengemukakan pandangan lain yang membantahnya, tetapi tidak satu pun yang dikembangkan dengan baik. Keberatan atau pandangan bantahan yang digunakan tampak cenderung sepele atau tak signifikan. Nilai 5 : uraian menyatakan suatu posisi dan memberikan bukti yang mendukung posisi tersebut, tetapi tidak mengemukakan keberatan atau pendapat bantahan yang mungkin muncul. Nilai 3 atau 4 : uraian menyatakan suatu posisi dan menyediakan beberapa pendukung, tetapi buktinya melompat-lompat, tidak signifikan, atau secara umum saja. Uraiannya panjang terutama akibat pengulangan ide daan pelibatan informasi yang tidak relevan. Nilai 1 atau 2 : uraian tidak menyatakan posisi penulis, tetapi hanya sekadar menyatakan ulang pertanyaannya dan merangkum bukti yang sudah didiskusikan di kelas atau dalam bacaan.

Jelaskan dengan spesifik kandungan nilai dan kriteria untuk setiap pertanyaan. Memberitahukan kandungan nilai akan membantu mahasiswa mengalokasikan waktu mereka. Menyatakan kriteria penilaianmisalnya, keakuratan, kelengkapan, relevansi/kesesuaian, kejelasan, dan kekuatan argumentasidapat membantu mahasiswa untuk memfokuskan usaha mereka. (Sumber: Reiner dkk., 2003) Tuliskanlah kunci jawabannya. Gunakanlah jawaban versi Anda untuk membantu Anda merevisi pertanyaannya dan untuk memperkirakan berapa lama waktu yang akan dibutuhkan mahasiswa. Jika Anda dapat menjawab pertanyaan tersebut dalam sepuluh menit, maka kemungkinan, mahasiswa akan membutuhkan dua puluh lima hingga tiga puluh menit. Beberapa pengajar memberikan saran pada mahasiswanya tentang berapa banyak waktu yang dihabiskan pada tiap pertanyaan.

Berikut ini adalah contoh dari suatu kelas Ekonomi (diadaptasi dari Ory dan Ryan, 1993, hlm. 85). Mahasiswa diberikan pertanyaan sebagai berikut: Bisbol jauh kurang penting jika dibandingkan dengan makanan dan baja, tetapi pemain bisbol profesional memperoleh jauh lebih banyak penghasilan dibandingkan petani dan karyawan pengolahan baja. Mengapa demikian? Tulislah dua atau tiga kalimat untuk merangkum bagaimana seorang ekonom akan menjelaskan perbedaan pendapatan tersebut. Panduan penilaian dapat mengalokasikan 7 angka secara keseluruhan untuk pertanyaan ini: 3 angka untuk menyatakan bahwa pendapatan didasarkan oleh perbandingan antara
permintaan dengan persediaan jasanya 2 angka untuk menyatakan bahwa pemain bisbol yang hebat itu jarang (persediaannya sedikit) 2 angka untuk menyatakan bahwa banyak klub bola yang menginginkan pemain yang hebat (permintaannya tinggi)

Menilai dan Mengevaluasi Ujian


Menciptakan dan menggunakan panduan atau tabel penilaian. Putuskanlah fakta-fakta atau pemikiran-pemikiran yang harus dikemukakan mahasiswa untuk memperoleh nilai penuh atau sebagian. Panduan berikut ini memberikan kerangka tentang penilaian suatu ujian yang terdiri dari 10 soal uraian (diadaptasi dari Erickson dkk., 2006, hlm.173):

Bacalah ujian tanpa melihat nama mahasiswanya. Cobalah agar penilaian Anda tidak terpengaruh oleh keberadaan persepsi Anda mengenai masing-masing individu. Beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk menuliskan nomor atau nama samaran dalam ujian dan menempatkan kode tersebut pada suatu kartu indeks yang dikumpulkan bersama ujiannya. Pengajar lainnya meminta mahasiswa menuliskan namanya di halaman terakhir dari buku biru atau di balik ujiannya.

430

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Ujian Jawaban Singkat dan Uraian

431

Lihatlah semua ujian secara cepat (skimming), tanpa memberikan nilai apa pun. Sebelum Anda mulai menilai, cobalah untuk memperoleh suatu gambaran menyeluruh dari level kinerja umum dan rentang respons mahasiswa. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006) Berikan nilai ujian dengan menilai satu per satu soal untuk semua mahasiswa daripada menilai semua soal untuk seorang mahasiswa. Kocoklah kertas-kertas ujian sebelum
menilai jawaban dari soal berikutnya untuk membagi kelelahan Anda secara acak. Dengan mengocok kertas ujiannya, Anda juga menghindari efek urutan (yaitu, bahwa nilai B Riley selalu diikuti hasil A Coco dan Riley menjadi korban akibat perbandingan tersebut). (Sumber: Fuhrmann dan Grasha, 1983; Ory dan Ryan, 1993)

Bertemulah sebagai kelompok untuk mendiskusikan jawaban dari setiap pertanyaan. Putuskanlah berapa banyak nilai yang akan diberikan untuk jenis jawaban yang seperti apa. Kaji ulang kriteria penilaian, tabel, dan contoh jawaban yang telah disiapkan oleh anggota tim pengajar. Buatlah tim yang terdiri dari dua atau tiga orang untuk tiap pertanyaan uraian. Berilah setiap tim delapan atau sepuluh ujian, dan mintalah masing-masing anggota tim untuk secara mandiri menilai jawaban atas soal yang menjadi tugas timnya pada setiap ujian. Bandingkanlah nilai yang diberikan oleh para anggota tim dan diskusikanlah mengenai kesenjangan yang ada hingga dicapai kesepakatan. Jika diperlukan, mintalah tim-tim tersebut menilai dan mendiskusikan gelombang ujian kedua sehingga tim-tim tersebut merasa yakin bahwa mereka telah mencapai kriteria umum. Sejak saat itu, setiap anggota memberi nilai secara mandiri. Jika ada anggota tim yang tidak yakin mengenai ujian tertentu, maka ujian tersebut diberikan pada anggota tim lainnya untuk memperoleh pendapat.

Hindarilah menilai ujian berdasarkan faktor-faktor di luar ujian itu sendiri. Jangan biarkan bentuk tulisan tangan, penggunaan pensil atau pulpen, atau faktor-faktor lain sejenis itu memengaruhi penilaian Anda tentang kualitas respons mahasiswa. Tuliskanlah komentar di lembar ujian mahasiswa. Tuliskanlah pesan singkat tentang
kekuatan dan kelemahan demi menunjukkan apa yang telah dilakukan dengan baik oleh mahasiswa dan di manakah mereka perlu melakukan pengembangan. Menuliskan komentar-komentar juga akan mempertahankan perhatian Anda serta akan menyentil ingatan Anda jika ada mahasiswa yang datang untuk berbicara dengan Anda tentang ujian. Beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk menulis hanya pada halaman bernomor ganjil dari buku biru mereka, dan mengosongkan halaman bernomor genap untuk tempat komentar dari pengajar. Cobalah untuk menyeimbangkan antara komentar positif dan kritikan, dan berfokuslah pada pengorganisasian respons-nya, bukan pada apakah Anda setuju atau tidak dengan pemikiran mahasiswa. (Sumber: Cashin, 1987; McKeachie dan Svinicki, 2006; Sanders, 1966)

Mengembalikan Ujian Uraian


Kembalikanlah ujian dengan cepat. Pengembalian dengan cepat memperkuat pembelajaran dan mengembangkan keingintahuan mahasiswa terhadap hasilnya. Cobalah untuk mengembalikan ujian dalam seminggu atau sekitarnya.

Bacalah ujian sebanyak yang memungkinkan saja di satu waktu. Tetapkanlah batasan waktu untuk setiap hasil tulisan, dan ambillah jeda singkat berkala. Jika memungkinkan, bacalah semua respons terhadap satu pertanyaan dalam satu sesi demi meminimalisir dampak faktor-faktor lain yang tak berhubungan (waktu kerja, suhu, dan lain-lain) pada penilaian Anda. Jika waktu mengizinkan, bacalah beberapa hasil tulisan dua kali. Tunggulah sehari atau
dua hari dan kaji ulanglah beberapa ujian yang dipilih secara acak tanpa melihat nilai yang telah Anda berikan. Membaca ulang membantu Anda meningkatkan reliabilitas Anda sebagai penilai.

Kaji ulang ujian dalam kelas. Berilah salinan panduan penilaian, tabel, atau kriteria penilaian pada mahasiswa. Biarkan mahasiswa mengetahui bagian-bagian dari suatu jawaban yang baik dan kesalahan-kesalahan yang paling umum dibuat oleh kelas. Jika waktu mengizinkan, bacalah contoh-contoh dari jawaban yang baik dan buruk yang telah Anda buat. Berilah informasi tentang persebaran nilai hasil ujian pada mahasiswa sehingga mereka tahu di mana posisi mereka. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006) Bentuklah kelompok-kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ujian.
Beberapa pengajar membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan jawaban-jawaban ujiannya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terpecahkan dikemukakan pada seluruh kelas. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Letakkanlah nilai pada halaman terakhir ujian. Berhati-hatilah untuk melindungi rahasia
pribadi mahasiswa ketika Anda mengembalikan atau ketika mereka mengambil hasil ujiannya.

Tanyalah pendapat mahasiswa mengenai ujiannya. Mintalah mahasiswa untuk memberitahukan Anda hal apakah yang dirasa sangat sulit atau tidak terduga. Cari tahulah bagaimana mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dan apa yang mereka harapkan bisa mereka lakukan secara berbeda. Berikan tips-tips terbaik yang muncul untuk kelas tahun berikutnya. (Sumber: Walvoord, 1986) Simpanlah dokumentasi pertanyaan-pertanyaan uraian. Masukkan sebuah salinan ujian dengan catatan-catatan Anda mengenai cara-cara untuk meningkatkannya, kesalahankesalahan yang mahasiswa buat dalam merespons beragam pertanyaan, persebaran

Ciptakanlah prosedur terstandarisasi untuk para asisten yang menilai ujian. Proses
berikut ini dapat meningkatkan konsistensi di antara para asisten mahasiswa pascasarjana serta para pembaca (diadaptasi dari McKeachie dan Svinicki, 2006):

432

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Praktik Penilaian

433

hasil kerja mahasiswa, dan komentar-komentar apa pun yang dikemukakan mahasiswa tentang ujian tersebut. Simpanlah juga salinan dari ujian terbaik dan terburuk. (Sumber: Cashin, 1987)

43
Praktik Penilaian

Daftar Referensi
Brooks, P . Working in Subject A Courses. Berkeley: Subject A Program, University of California, 1990. Cashin, W. E. Improving Essay Tests. Idea Paper. no. 17. Manhattan: Center for Faculty Evaluation and Development in Higher Education, Kansas State University, 1987. Erickson, B. L., Peters, C. B., and Strommer, D. W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Fuhrmann, B. S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown. 1983. Jacobs, L. C., and Chase, C. I. Developing and Using Tests Effectively: A Guide for Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 1992. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Ory, J. C., and Ryan, K. E. Tips for Improving Testing and Grading. Newbury Park, CA: Sage, 1913. Reiner, C. M., Bothell, T. W., and Sudweeks, R. R. Preparing Effective Essay Questions. Stillwater, OK: New Forums Press, 2003. Sanders, N. M. Classroom Questions: What Kind? New York: Harper & Row, 1966. Walvoord, B. F. Helping Students Write Well: A Guide for Teachers in All Discipline. (2nd ed.) New York: Modern Language Association, 1986. Welsh, A. L. Essay Questions and Tests. In P . Saunders, A. L. Welsh, and W. L. Hansen (Eds.), Resource Manual for Teacher Training Programs in Economics. New York: Joint Council on Economic Education, 1978.

Seperti yang dikemukakan Erickson, Peters, dan Strommer (2006), keputusan mengenai praktik penilaian sangat tergantung pada nilai-nilai, asumsi, dan filosofi pendidikan sang pengajar. Sebagai contoh, pengajar yang memandang kuliah pengantar sebagai kelas sortir (kuliah yang memisahkan mahasiswa yang tampaknya berkemungkinan kecil untuk sukses dalam bidang tersebut) akan mengambil pendekatan yang berbeda dalam penilaian dibandingkan pengajar yang memandang kelas pengantar sebagai pengajaran keterampilan-keterampilan penting yang perlu dikuasai semua mahasiswa.

Selain menyediakan informasi tentang seberapa baik mahasiswa belajar, nilai sering kali digunakan juga untuk tujuan-tujuan lainnya (Scriven, 1974): untuk menjelaskan berharganya, merit, atau nilai dari suatu karya; untuk menstimulasi dan mendorong hasil kerja yang baik dari mahasiswa; untuk mengomunikasikan penilaian pengajar mengenai kemajuan mahasiswa; untuk menginformasikan pada pengajar apa yang telah dan belum dipelajari mahasiswa; untuk memilih mahasiswa yang berhak memperoleh hadiah atau pendidikan lanjutan; untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menemukenali pekerjaan yang bagus, untuk meningkatkan evaluasi diri atau keterampilan mendiskriminasi mereka.

Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda mengembangkan kebijakan menilai yang jelas dan adil yang menekankan pada pembelajaran. Untuk tips tentang penghitungan nilai akhir, lihatlah Bab 44, Menghitung dan Memberikan Nilai.

Strategi-strategi Umum
Berilah nilai pada mahasiswa berdasarkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Batasilah penilaian Anda pada kinerja akademik. Hilangkanlah pertimbangan-pertimbangan non-akademik, seperti perilaku dalam kelas, kedisiplinan waktu,

434

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Praktik Penilaian

435

sikap, kepribadian, kebutuhan, atau ketertarikan terhadap materi perkuliahan. Beberapa pengajar menilai hasil kerja mahasiswa tanpa melihat nama mahasiswanya demi meningkatkan objektivitas dan menghindarkan dari kecenderungan tertentu (bias). (Sumber: Guskey dan Bailey, 2001; Jacobs dan Chase, 1992; Scott, 1995)

perkuliahan mahasiswa tingkat satu dan semester-semester awal, Erickson, Peters, dan Strommer (2006) merekomendasikan untuk memberikan kuis, ujian singkat, atau tugas tertulis setiap dua atau tiga minggu.

Cobalah untuk tidak terlalu menitikberatkan pada nilai. Jelaskanlah kebijakan penilaian Anda di awal semester, tetapi janganlah berulang kali membahas kembali topik tersebut. Menekankan pada nilai cenderung meningkatkan kecemasan mahasiswa, menurunkan motivasi mereka untuk belajar demi tujuan pembelajaran itu sendiri, dan memupuk kompetisi yang tidak sehat serta tak produktif. (Sumber: Church dkk., 2001; Fuhrmann dan Grasha, 1983; Weimer, 2002) Beritahukanlah mahasiswa mengenai kemajuan mereka sepanjang semester. Untuk tiap karya tulis, tugas, ujian tengah semester (UTS), atau proyek yang Anda nilai, berikanlah mahasiswa kesadaran bahwa nilai mereka tersebut mengindikasikan seberapa baik mereka sudah mempelajari materi perkuliahannya. Laporan kemajuan singkat membantu mahasiswa mengembangkan strategi belajarnya dan menghindari kejutan yang tidak menyenangkan di akhir semester. Seorang pengajar memberi setiap mahasiswanya penanda atas hasil ujian tengah semester mereka (bagus, OK, atau perlu ditingkatkan) dalam dimensi-dimensi sebagai berikut: menulis dengan efektif; mengajukan pertanyaan yang membangun dalam diskusi; melakukan pengembangan dari pemikiran yang diajukan orang lain, yang muncul dalam diskusi; bertanggung jawab terhadap diri dan pembelajarannya; menampilkan ketertarikan dan keingintahuan; menoleransi ambiguitas/ketidakpastian; memandang kegiatan berpikir sebagai cara hidup. (Sumber: Kloss, 1997)

Ketika memungkinkan, distribusikanlah kriteria penilaian Anda bersama dengan tugasnya.


Sebagai contoh, lengkapilan suatu tugas menulis dengan penjelasan mengenai karakteristik dari tulisan yang mendapat nilai A atau B; Lihatlah Bab 36, Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa. (Sumber: Walvoord dan Anderson, 1998)

Ingatkanlah mahasiswa bahwa nilai bukanlah sekadar penilaian tentang orangnya.


Beberapa mahasiswa memandang nilai sebagai tanda persetujuan atau ketidaksetujuan pengajar, atau sebagai ukuran keberhargaan diri mereka. Ingatkanlah mahasiswamahasiswa yang seperti ini bahwa pengajar hanyalah menilai sehelai kertasnya, bukan orangnya. Bagi mahasiswa yang memandang bahwa nilai rendah adalah penghancur aspirasi profesional mereka, Anda dapat menyatakan bahwa sejumlah hasil penelitian membuktikan ketiadaan hubungan antara nilai dengan kesuksesan karier akhirnya. (Sumber: Roth dkk., 1996; Waldman dan Korbar, 2004)

Meminimalisasi Keluhan Mahasiswa tentang Nilai


Nyatakanlah prosedur penilaian Anda dalam silabus perkuliahan, dan bahas kembali informasi ini di kelas. Mahasiswa ingin mengetahui bagaimana nilai akan diberikan,
bobot dari berbagai ujian dan tugas, serta apakah mahasiswa di kelas tersebut akan dinilai berdasar kurva normal atau berdasar sistem lainnya. Jelaskanlah tentang kebijakan Anda terkait nilai tambahan, tugas yang terlambat dikumpulkan, dan revisi/perbaikan makalah atau karya tulis, serta jalankanlah kebijakan-kebijakan tersebut secara konsisten sepanjang semester berlangsung. Karena perubahan kebijakan di tengah-tengah perkuliahan dapat melunturkan kepercayaan mahasiswa akan keadilan Anda, berikanlah penjelasan lengkap pada mahasiswa jika terjadi perubahan.

Berilah dorongan pada mahasiswa yang menampilkan kinerja kurang baik. Mahasiswa yang memperoleh nilai yang kurang baik dalam ujian atau hasil tulisannya dapat memperoleh bantuan dalam menyesuaikan ulang harapan mereka yang terlalu optimistis; sejumlah penelitian menyatakan bahwa kebanyakan mahasiswa memperkirakan terlalu tinggi nilai yang akan mereka peroleh di perkuliahan dengan suatu rata-rata dari satu nilai yang penuh. Berikanlah saran pada para mahasiswa seperti ini tentang bagaimana untuk mengembangkan kebiasaan dan hasil belajar mereka; jangan biarkan mereka menyalahkan faktor-faktor seperti ketiadaan bakat (Aku memang tidak punya bakat di bidang ini). (Sumber: Forsyth, 2003; Lowman, 1995; Svanum dan Bigatti, 2006; Weimer, 2002; Wendorf, 2002) Berbicaralah dengan mahasiswa yang marah atau kesal dengan nilai mereka. Mintalah mahasiswa yang kesal untuk mengggunakan satu atau dua hari untuk merefleksikan diri dan untuk mengerjakan suatu tulisan. Beberapa pengajar meminta mahasiswanya untuk menyelesaikan suatu bentuk tugas singkat yang seolah dinilai, yang membutuhkan adanya kutipan dari materi perkuliahan demi mendukung kasus mereka. Ketika Anda bertemu dengan mahasiswa seperti di kantornya, siapkanlah salinan dari pertanyaanpertanyaan ujian, kunci jawaban atau kriteria penilaian, dan contoh-contoh dari jawaban yang baik. Biarkanlah mahasiswa tersebut berbicara terlebih dulu, dengarkanlah dengan pikiran terbuka, dan hindarilah menginterupsi. Cobalah untuk menentukan manakah dari hal berikut yang mencerminkan intensi mahasiswa tersebut (diadaptasi dari Sabee dan Wilson, 2005):
Untuk mempelajari lebih jauh tentang penyebab buruknya hasil yang ia peroleh supaya mampu untuk meningkatkan kinerja di masa datang. (Percakapannya adalah tentang instruksi). Untuk membujuk Anda agar mengubah nilai yang rendah menjadi lebih tinggi. (Percakapannya adalah tentang negosiasi).

Sediakanlah banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Dengan memberikan banyak kesempatan pada mahasiswa untuk
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari, Anda dapat memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai kemampuan mereka dan terhindar dari menghukum mahasiswa yang sedang kurang optimal pada saat ujian. Sebagai tambahan untuk ujian akhir, berilah beberapa ujian di tengah semester serta satu atau dua makalah singkat. Untuk

436

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Praktik Penilaian

437

Untuk menyalurkan kemarahan dan frustasi terhadap nilai yang lebih rendah dari yang diharapkan. (Percakapannya adalah untuk mendukung atau mencari pembenaran atas perasaan mahasiswa itu). Untuk mengesankan Anda dan memperbaiki imej mahasiswa tersebut di mata Anda. (Percakapannya adalah tentang pendapat Anda mengenai diri mahasiswa serta pandangan mahasiswa tersebut tentang dirinya sendiri).

jumlah nilai A, tapi tidak dengan jumlah nilai B? Atau apakah departemen Anda lebih mengkhawatirkan mengenai perkuliahan yang memiliki rata-rata ketidaklulusan yang tinggi (D dan F)? (Sumber: Walvoord dan Anderson, 1998)

Bersiaplah untuk menunjukkan pada kolega dan tenaga administrasi tentang silabus, tugas, ujian, kriteria, dan standar Anda. Buatlah kumpulan contoh-contoh hasil karya
mahasiswa di tiap tingkatan nilai, sehingga kolega Anda dapat memeriksa standar Anda. (Sumber: Walvoord dan Anderson, 1998)

Tanggapilah dengan cara yang tenang: jangan biarkan diri Anda menjadi pihak antagonis, dan jangan menjadikan mahasiswa tersebut sebagai antagonis/lawan. Jelaskanlah elemen-elemen kunci dari jawaban yang baik, dan tunjukkanlah bagaimana jawaban mahasiswa tersebut termasuk tidak lengkap atau salah. Bantulah mahasiswa tersebut untuk memahami alasan Anda memberikan nilai yang sudah diberikan. Luangkanlah waktu untuk memikirkan permintaan mahasiswa atau untuk membaca ulang ujiannya jika diperlukan, tetapi bertahanlah terhadap tekanan untuk mengubah suatu nilai karena situasi mahasiswa (seperti keinginan untuk mempertahankan indeks prestasi yang tinggi atau untuk menghindari masa percobaan akademik). Jika memungkinkan, untuk nilai akhir dari perkuliahan Anda, tawarkanlah untuk menuliskan surat pada pembimbing akademik mahasiswa tersebut atau pada yang lainnya, yang menjelaskan tentang hasil kerja mahasiswa dan situasi-situasi lain yang membatasi. (Sumber: Hampton, 2002; McKeachie dan Svinicki, 2006; Sabee dan Wilson, 2005)

Cobalah untuk meluruskan kesalahan persepsi yang umum terjadi terkait praktik penilaian.
Berdasarkan Lowman (1995), hasil penelitian menampilkan kenyataan yang berkebalikan dengan beberapa keyakinan umum mengenai penilaian:

Tidaklah benar jika dinyatakan bahwa kualitas pendidikan yang diperoleh mahasiswa memiliki kaitan dengan kesulitan dalam meraih nilai yang tinggi. Kualitas pendidikan dari suatu kampus lebih merupakan fungsi dari kualitas pengajarnya, kualitas pengajarannya, dan keseluruhan populasi mahasiswa. Tidaklah benar jika penilaian yang sulit menyebabkan ketidakpuasan mahasiswa. Mahasiswa menyukai secara setara pengajar yang menilai dengan ketat dan yang menilai dengan longgar, dan mayoritas mahasiswa lebih mencari perkuliahan sulit yang dinilai positif daripada perkuliahan mudah yang dinilai kurang baik. Tidaklah benar jika penilaian yang ketat memotivasi mahasiswa untuk belajar. Mahasiswa lebih termotivasi oleh hubungan (pengajar, rekan sekelas, dan teman yang perhatian) dan oleh hasrat untuk penguasaan.

Sadarilah tentang variasi budaya dalam penilaian. Di beberapa negara, mahasiswa hanya
dinilai berdasarkan ujian akhir yang komprehensif/menyeluruh, bukan berdasarkan tugas-tugas dan persyaratan perkuliahan lainnya di sepanjang semester. Mahasiswa internasional akan menghargai perbincangan mengenai perbedaan budaya dan dampak dari tekanan yang tidak realistisbaik yang datang dari keluarga atau penyokong danauntuk memperoleh nilai tertinggi. (Sumber: Pusat Kemajuan Pengajaran dan Pusat Komunikasi Internasional Eberly, n.d.)

Inflasi Nilai
Sadarilah kecenderungan nasional dalam penilaian. Rata-rata indeks prestasi (IP) telah
meningkat pada beberapa dekade akhir, terutama di universitas-universitas riset dan kampus-kampus yang sangat terpilih. Peningkatan ini mungkin mencerminkan persiapan yang lebih baik oleh mahasiswa yang masuk kuliah, peningkatan dalam pengajaran, perluasan penggunaan nilai yang berdasar standar baku, peningkatan kesempatan bagi mahasiswa untuk merevisi dan mengumpulkan ulang tugas mereka atau kesempatan untuk diuji ulang, perhatian yang lebih besar dari institusi pendidikan pada pengajaran di tingkat sarjana, dan kebijakan yang lebih longgar yang mengizinkan para mahasiswa dengan prestasi rendah untuk membatalkan pengambilan sejumlah mata kuliah. Beberapa kampus dan jurusan juga mencemaskan bahwa sejumlah bagian dari peningkatan tersebut disebabkan oleh inflasi nilai penurunan secara bertahap standar tugas bernilai A dan B. (Sumber: Basinger, 1997; Boretz, 2004; Kuh dan Hu, 1999; Kwon dkk., 1997; Rosovsky dan Hartley, 2002)

Simpanlah catatan yang akurat. Sebagian besar kantor jurusan atau departemen menyimpan salinan dari laporan nilai akhir, tetapi Anda mungkin akan menginginkan untuk menyimpan semua nilai yang telah diberikan di sepanjang semester, demi berjaga jika ada mahasiswa yang ingin mempertanyakan nilainya, ingin melengkapi bagian nilai yang belum lengkap, atau meminta surat rekomendasi.

Meminimalisasi Keluhan dari Dalam Jurusan/Departemen tentang Nilai


Tanyakanlah tentang kebijakan departemen atau jurusan Anda mengenai persebaran nilai. Beberapa departemen atau jurusan memiliki kesepakatan formal maupun informal
tentang berapa banyak nilai tinggi yang diinginkan di suatu perkuliahan tingkat sarjana. Cobalah untuk memahami norma-norma dan batasan-batasan yang ada di departemen Anda, atau ajukanlah agar suatu diskusi mengenai penilaian ditambahkan dalam agenda pertemuan departemen yang akan datang. Adakah kekhawatiran tentang pembatasan

Sadarilah beberapa mitos seputar inflasi nilai. Beberapa orang mempercayai bahwa inflasi
nilai disebabkan oleh pengajar yang melonggarkan perkuliahan mereka dan menaikkan nilai yang mereka berikan demi menjaga agar memperoleh penilaian (rating) yang lebih

438

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Praktik Penilaian

439

tinggi dari mahasiswa pada evaluasi akhir perkuliahan. Penelitian tidak membuktikan pendapat ini (Marsh dan Roche, 2000). Pengajar tidak memperoleh penilaian dari siswa yang lebih tinggi dari rata-rata karena memberikan perkuliahan yang lebih mudah dan memberikan nilai yang lebih tinggi dari yang berhak mahasiswa dapatkan. Beberapa pengamat memang menunjukkan adanya hubungan korelasi (bukan sebab-akibat) antara nilai dari pengajar dengan penilaian yang diberikan mahasiswa (Eiszler, 2002; Johnson, 2003), tetapi terdapat penjelasan bersaing tentang penemuan ini. Lihatlah Bab 60, Formulir Penilaian oleh Mahasiswa. Ketika sejumlah orang mempercayai bahwa masalah terbesar terkait dengan penilaian adalah inflasi nilai, suatu masalah yang lebih serius di beberapa kampus adalah kesenjangan nilai diantara mata kuliah-mata kuliah yang berbeda. Kesenjangan ini, terutama ketika ini memengaruhi pilihan mata kuliah mahasiswa, dapat menyebabkan peningkatan indeks prestasi institusi dan tampak seperti inflasi nilai (Hu, 2005)

Pilihlah sistem penilaian yang sesuai untuk tugas atau ujian tertentu. Sistem penilaian dengan huruf yang tradisional, yang menggunakan plus dan minus, terdiri dari tiga belas tingkatan (dari A+ hingga F). Sistem penilaian lainnya memiliki tingkatan yang lebih sedikit:
: : A, B, C, D, F Centang (V) plus, centang, centang minus, tanpa centang; 4, 3, 2, 1 Luar biasa, kompeten, tidak dapat diterima; Sangat baik, memuaskan, butuh peningkatan; Sangat baik, dapat diterima, tidak dapat diterima; 2, 1, 0 (atau 4, 2, 1) Lulus, tidak lulus; Mendapat nilai, tidak mendapat nilai; Memuaskan, tidak memuaskan

Lima tingkat
Tiga tingkat

Empat tingkat :

Dua tingkat

Diskusikanlah tentang topik inflasi nilai dengan kolega-kolega Anda. Sejumlah kampus dan jurusan bereksperimen dengan teknik-teknik untuk membatasi atau membalikkan kecenderungan peningkatan nilai. Teknik-teknik tersebut meliputi menganjurkan pengajar untuk membatasi jumlah nilai yang tinggi; merekomendasikan agar pengajar menggunakan suatu formula/rumus untuk menetapkan nilai; menambahkan informasi tambahan di samping setiap nilai pada transkrip mahasiswabaik berupa peringkat di kelas atau rata-rata nilai perkuliahan; serta memublikasikan persebaran nilai dari setiap tenaga pengajar. Situs web, seperti pickaprof.com, secara rutin memublikasikan persebaran nilai untuk tiap-tiap perkuliahan. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang dipublikasikan yang meneliti tentang dampak penyebarluasan persebaran nilai pada publik. (Sumber: French, 2005; Kuh dan Hu, 1999; Rosovsky dan Hartley, 2002) Pertahankanlah standar akademik yang sesuai. Kekhawatiran kampus dan jurusan tentang inflasi nilai dapat diminimalisir jika semua pengajar memastikan bahwa penilaian mereka mencerminkan pertimbangan yang seksama tentang prestasi dan kinerja mahasiswa jika dibandingkan dengan tujuan atau standar pembelajaran yang telah disampaikan dengan jelas. (Sumber: Guskey dan Bailey, 2001; Kwon dkk., 1997; Walvoord dan Anderson, 1998)

Para ahli merekomendasikan untuk menggunakan tingkat penilaian yang paling sedikit demi menyesuaikan dengan tugasnya dan mendorong pembelajaran yang efektif oleh mahasiswa. Secara umum, semakin sedikit kategori yang Anda gunakan, semakin dapat diandalkan dan semakin akurat nilainya. Dan semakin sedikit tingkatannya, semakin cepat Anda dalam menilai. Bahkan jika kampus Anda menggunakan sistem tiga belas tingkat untuk nilai akhir perkuliahan, Anda dapat menggunakan sistem yang lebih sederhana untuk setidaknya beberapa ujian dan tugas, lalu kemudian mengkonversinya ke sistem nilai yang umum sebelum akhirnya menghitung nilai akhir. (Sumber: Baker dan Bates, 1999; Bressette, 2002; Chang, 1994; Guskey dan Bailey, 2001; Landrum dan Dietz, 2006; McClure dan Spector, 2005; Walvoord dan Anderson, 1998)

Tetapkanlah kebijakan tentang nilai tambahan. Mahasiswa menghargai kesempatan untuk memperoleh nilai tambahan, tetapi sejumlah pengajar mengkhawatirkan bahwa mahasiswa akan mengabaikan aspek-aspek yang diperlukan dari perkuliahan akibat adanya kemungkinan perolehan nilai tambahan. Penelitian, bagaimanapun, menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih cenderung untuk mengambil tugas demi memperoleh nilai tambahan adalah mereka yang telah memiliki kinerja baik di perkuliahan; mahasiswa yang masih kesulitan justru lebih kecil kecenderungannya untuk memperjuangkan nilai tambahan. Jika Anda mengizinkan pemberian nilai tambahan, hal-hal berikut merupakan kebijakan yang bermanfaat (diadaptasi dari Forsyth, 2003; Palladino dkk., 1999):
Sediakanlah kesempatan memperoleh nilai tambahan untuk semua mahasiswa di kelas, bukan hanya mereka yang menampilkan kinerja buruk, dengan perkecualian untuk mereka yang telah gagal menyelesaikan tugas utama atau berpartisipasi dengan memadai di kelas. Umumkanlah pilihan-pilihan yang ada untuk nilai tambahan di awal semester, dan jelaskanlah alasan serta intensi Anda. Pilihlah tugas-tugas nilai tambahan yang sesuai secara pedagogik dan sesuai dengan isi perkuliahan. Sediakanlah beberapa pilihan untuk kesempatan memperoleh nilai tambahan. Batasilah jumlah nilai tambahan yang dapat diperoleh mahasiswa. (Sumber: Forsyth, 2003; Hardy, 2002; Moore, 2005; Palladino dkk., 1999)

Taktik dan Kebijakan


Kembalikanlah tugas atau ujian yang pertama dinilai sebelum batas waktu pengambilan atau pembatalan. Tugas yang diberikan sejak awal pertemuan dapat membantu
mahasiswa dalam memutuskan apakah mereka telah siap untuk mengikuti kelas mata kuliah Anda. Beberapa tenaga pengajar memberi pilihan pada mahasiswanya untuk membuang nilai yang diperolehnya pada ujian pertama. Para mahasiswa dapat memperoleh nilai yang rendah karena mereka belum mengetahui apa yang dituntut oleh pengajar atau karena mereka salah memperkirakan tingkat persiapan yang diperlukan untuk dapat berhasil.

440

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Praktik Penilaian

441

Tetapkanlah kebijakan tentang pengumpulan tugas yang terlambat. Akankah Anda menolak setiap tugas yang dikumpulkan terlambat? Mengurangi nilai berdasarkan seberapa terlambatkah tugas itu dikumpulkan? Menangani pengumpulan tugas yang terlambat berdasarkan kondisi per kasus? Apa pun kebijakan yang Anda adopsi, nyatakanlah dalam silabus Anda, dan di situs Web perkuliahan Anda, serta rujuklah kebijakan ini dalam kelas.

menetapkan standar yang jelas dan mengumumkannya di awal semester dan di sepanjang perkuliahan; mengaplikasikan standar yang sama pada semua mahasiswa secara konsisten; bertahan dari tekanan mahasiswa untuk mengubah suatu nilai ketika Anda dalam posisi yang benar; mengakui ketika anda membuat kesalahan dan memperbaikinya; menganggap serius hasil kerja mahasiswa; mempelakukan mahasiswa secara netral dan dengan hormat. (Sumber: Forsyth, 2003; Glenn, 1998; Holmes dan Smith, 2003; Walvoord dan Anderson, 1998)

Beberapa pengajar menolak untuk menerima tugas yang terlambat dan memberi mahasiswanya nilai F untuk tugas tersebut. Pengajar lainnya menganggap bahwa terlalu banyak penekanan yang diletakkan pada pemberian hukuman atas tugas yang terlambat dikumpulkan. Pengajar yang lain mengajukan berbagai jenis dari hukuman pengurangan nilai: Pengurangan satu tingkat dari nilai huruf (dari B menjadi B-, misalnya) atau sejumlah angka. Penalti yang terus menurun (misalnya, pengurangan 5 angka untuk keterlambatan sehari, serta tambahan 1 angka untuk keterlambatan per hari berikutnya) dengan tanggal batasan (tugas-tugas yang dikumpulkan lebih dari seminggu memperoleh nilai gagal). Suatu hukuman nilai ditambah satu dari kondisi berikut: Tugas-tugas yang baru tidak dapat dikumpulkan hingga tugas yang terlambat dikumpulkan lebih dulu. Tugas yang terlambat tidak akan dinilai hingga akhir semester. Tugas yang terlambat akan dikembalikan tanpa adanya komentar atau umpan balik.

Mengevaluasi Kebijakan Penilaian Anda


Bandingkanlah persebaran nilai Anda dengan persebaran nilai dari perkuliahan yang mirip di dalam jurusan/departemen Anda. Perbedaan-perbedaan yang ada di antara persebaran
nilai Anda dengan nilai yang dikeluarkan kolega Anda tidak selalu berarti bahwa terdapat kesalahan dalam metode Anda. Namun demikian, tampaknya kesenjangan-kesenjangan tersebut akan memberi pertanda bagi Anda untuk memeriksa ulang praktik penilaian Anda. (Sumber: Frisbie dkk., 1979)

Masukkanlah pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan terkait penilaian di evaluasi akhir perkuliahan. Dalam lembar evaluasi, tanyakanlah pada mahasiswa Anda pertanyaanpertanyaan seperti berikut (diadaptasi dari Frisbie dkk., 1979, hlm. 22): Apakah prosedur penilaian untuk perkuliahan ini sudah adil? Apakah prosedur penilaian untuk perkuliahan ini sudah diberitahukan secara jelas? Apakah Anda sudah menerima umpan balik yang memadai mengenai kinerja Anda? Apakah permintaan untuk adanya penilaian ulang atau pengkajian kembali telah ditangani secara adil? Apakah pengajar sudah mengevaluasi hasil kerja Anda dengan cara yang bermakna dan hati-hati?

Beberapa pengajar menawarkan sejumlah kecil nilai tambahan untuk tugas-tugas yang dikumpulkan tepat waktu (suatu bonus atas perilaku yang baik). Tugas-tugas yang terlambat tidak menerima bonus tersebut dan malah memperoleh denda pengurangan nilai.

Tetapkanlah kebijakan tentang pemberian status nilai tidak lengkap. Pastikanlah pada pihak jurusan Anda mengenai kebijakan tentang pemberian status incomplete. Di beberapa kampus, pemberian status incomplete diperbolehkan hanya dalam kasus kesulitan yang situasional, seperti masalah kesehatan atau keadaan darurat di keluarga. Di kampus lainnya, status incomplete dapat diberikan jika hasil karya mahasiswa yang dikumpulkan tepat waktu belum lulus standar kualitasnya dan hal-hal yang kurang tersebut tergolong minor atau kecil. Tidak ada kasus yang membenarkan pemberian status tidak lengkap pada mahasiswa yang menginginkan waktu tambahan agar mampu mengerjakan pekerjaan tambahan demi meningkatkan nilainya. Menilailah dengan adil. Keadilan adalah kekhawatiran utama di antara para mahasiswa,
dan persepsi tentang ketidakasilan adalah sumber dari banyak keluhan. Keadilan dalam penilaian dipupuk melalui praktik sebagai berikut (diadaptasi dari Glenn, 1998):

Daftar Referensi
Baker, H. E., and Bates, H. L. Student and Faculty Perceptions of the Impact of Plus/Minus Grading: A Management Department Perspective. Journal of Excellence in College Teaching, 1999, 10(1), 23-33. Basinger, D. Fighting Grade Inflation: A Misguided Effort? College Teaching, 1997, 45(3), 88-91. Boretz, E. Grade Inflation and the Myth of Student Consumerism. College Teaching, 2004, 52(2), 42-46.

442

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Bressette, A. Arguments for Plus/Minus Grading: A Case Study. Educational Research Quarterly, 2002, 25(3), 29-11. Chang, L. A Psychometric Evaluation of 4-Point and 6-Point Likert-Type Scales in Relation to Reliability, and Validity. Applied Psychological Measurement. 1994, 18(3), 205-215. Church, M. A., Elliot, A. J., and Gable, S. L. Perceptions of Classroom Environment, Achievement Goals and Achievement Outcomes. Journal of Educational Psychology, 2001, 93(1), 43-54. Eberly Center for Teaching Excellence and Intercultural Communication Center. Recognizing and Addressing Cultural Variations in the Classroom. Carnegie Mellon University, n.d. /http//www. cmu.edu/teaching/resources/PublicationsArchives/InternalReporrs/culturalvariations.pdf Eiszler, C. F. College Students Evaluations of Teaching and Grade Inflation. Research in Higher Education, 2002, 43(4), 483-501. Erickson, B. L., Peters, C. B., and Strommer, D. W. Teaching First-Year College Students. San Francisco: Jossey-Bass, 2006. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. French, D. P . Grade Inflation: Is Ranking Students the Answer? Journal of College Science Teaching, 2005, 34(6), 66-67. Frisbie, D. A., Diamond, N. A., and Ory, J. C. Assigning Course Grades. Urbana: Office of' Instructional Resources, University of Illinois, 1979. Fuhrmann, B. S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook fo College Teaching. Boston: Little, Brown, 1983. Glenn, B. J. The Golden Rule of Grading: Be Fair. PS: Political Science and Politics. 1998, 31(4), 787788. Guskey, T. R., and Bailey, J. M. Developing Grading and Reporting Systems for Student Learning. Thousand Oaks, CA: Cor win Press, 2001. Hampton, D. R. The Quick Fix: Making Complaining Appealing. College Teaching, 2002, 50(2), 62. Hardy, M. S. Extra Credit: Gifts for the Gifted? Teaching of Psychology, 2002, 29(3), 233-234. Holmes. L. E., and Smith, L. J. Student Evaluations of Faculty Grading Methods. Journal of Education for Business, 2003, 78(6), 318-323. Hu, S. Beyond Grade Inflation: Grading Problems in Higher Education. ASHE-ERIC Higher Education Report, 2005, 30(6). Jacobs, L. C., and Chase, C. I. Developing and Using Tests Effectively: A Guide for Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 1992. Johnson, V. E. Grade Inflation: A Crisis in College Education. New York: Springer, 2003. Kloss, R. J. The Way It Looks Right Now: A Simple Feedback Technique. College Teaching, 1997, 45(4), 139-142. Kuh, G. D., and Hu, S. Unraveling the Complexity of the Increase in College Grades from the Mid1980s to the Mid-1990s. Educational Evaluation and Policy Analysis, 1999, 21(3), 297-320. Kwon, I. G., Kendig, N. L., and Bae. M. Grade Inflation from a Career Counselors Perspective. Journal of Employment Counseling, 1997, 34(2), 50-54. Landrum, R. E., and Dietz, K. H. Grading without Points: Does It Hurt Student Perfor mance? College Teaching, 2006, 54(4), 298-301. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Marsh, H. W, and Roche, L. A. Effects of Grading Leniency and Low Workload on Stu dents Evaluations of Teaching: Popular Myth, Bias, Validity, or Innocent Bystanders? Journal of Educational Psychology, 2000. 92(1), 202-228.

Praktik Penilaian

443

McClure, J. E., and Spector, L. C. Plus/Minus Grading and Motivation: An Empirical Study of Student Choice and Performance. Assessment and Evaluation in Higher Education 2005, 30(6), 571-579. McKeachie, W,J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Moore, R. Who Does Extra-Credit Work in Introductory Science Courses.? Journal of College Science Teaching, 2005, 34(7), 12-15. Palladino, J. J., Hill, G. W, and Norcross, J. C. Using Extra Credit. In B. Perlman, L. I. McCann, and S. H. McFadden (Eds.), Lessons Learned: Practical Advice for the Teaching of Psychology. Washington. DC: American Psychological Society, 1999. Rosovsky, H., and Hartley, M. Evaluation and the Academy: Are We Doing the Right Thing? Grade Inflation and Letters of Recommendation. Cambridge, MA: American Academy of Arts and Sciences, 2002. Roth, P . L., BeVier, C. A., Switzer F. S., and Schippmann, J. S. Meta-analyzing the Rela tionship between Grades and Job Performance. Journal of Applied Psychology, 1996, 81(5), 548-556. Sabee, C. M., and Wilson, S. R. Students Primary Goals, Attributions, and Facework during Conversations about Disappointing Grades. Communication Education, 2005, 54(3), 185-204. Scott. E. L. MokitaThe Truth That Everybody Knows But Nobody Talks About: Bias in Grading. Teaching English in the Two-Year College. 1995, 22(3), 11-16. Scriven, M. Evaluation of Students. Unpublished manuscript, University of California, Berkeley, 1974. Svanum, S., and Bigatti, S. Grade Expectations: Informed or Uninformed Optimism or Both? Teaching of Psycology. 2006, 33(1), 14-18. Waldman, D. A., and Korbar, T. Student Assessment Center Performance in the Prediction of Early Career Success. Academy of Management Learning and Education, 2004, 3(2), 151-167. Walvoord, B. E., and Anderson, V. J. Effective Grading: A Tool for Learning and Assessment. San Francisco: Jossey-Bass, 1998. Weimer, M. Learner-Centered Teaching: Five Key Changes to Practice. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Wendorf, C. A. Grade Point Average and Changes in (Great) Grade Expectations. Teaching of Psychology, 2002, 29(2), 136-138.

444

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Menghitung dan Memberikan Nilai

445

44
Menghitung dan Memberikan Nilai

Saran-saran berikut ini dirancang untuk membantu Anda memahami kelebihan dan kelemahan dari berbagai strategi penilaian.

Strategi-strategi Umum
Biasakanlah diri Anda dengan standar di departemen/jurusan Anda. Lihat kembali
dan pelajarilah bagaimana penilaian dilakukan dalam perkuliahan yang Anda pegang saat semester-semester sebelumnya, dan cobalah untuk memperoleh persebaran nilai di kesempatan lebih awal. Tanyakanlah pada kolega yang sebelumnya mengajar di perkuliahan tersebut mengenai kriteria penilaian mereka dan gambaran kinerja kelas mereka secara keseluruhan. (Sumber: Heppner, 2007)

Keputusan pengajar tentang penilaian tergantung pada jenis perkuliahan yang mereka ajarkan, kebijakan departemen atau jurusannya, serta pandangan mereka mengenai tujuan nilai itu sendiri. Dalam istilah terluasnya, pilihan berada antara penilaian yang berdasar pada standar tertentu dengan penilaian yang berdasar pada norma.

Kaitkanlah standar departemen/jurusan dengan pemikiran Anda mengenai perkuliahannya. Identifikasilah tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang Anda ingin untuk dicapai
oleh mahasiswa Anda. Keterampilan dan pengetahuan apa saja yang mutlak diperlukan mahasiswa untuk dapat lulus dari perkuliahan ini? Apa yang Anda harapkan dari mahasiswa nilai A?

Pada penilaian yang berdasarkan standar (disebut juga penilaian yang berdasar kriteria, penilaian berdasar tugas, atau penilaian mutlak), suatu nilai mencerminkan tingkat pencapaian mahasiswa jika dibandingkan dengan standar atau patokan yang spesifik, tidak terkait dengan bagaimana hasil kinerja mahasiswa lainnya dalam kelas perkuliahan tersebut. Jika semua mahasiswa dalam suatu seminar menyajikan presentasi lisan yang kuat, mereka semua akan memperoleh nilai A atau B di proyek tersebut. Sebaliknya, jika tidak ada satu pun mahasiswa di suatu kelas yang menampilkan hasil yang lebih dari 80 persen pada ujian tengah semester, maka tidak ada seorang pun di kelas tersebut yang akan memperoleh nilai lebih tinggi dari B- di ujiannya. Pada penilaian yang berdasarkan norma (disebut juga penilaian berdasar grafik/ kurva, penilaian relatif, atau penilaian berdasarkan kelompok), sebaliknya, suatu nilai mencerminkan tingkat pencapaian mahasiswa jika dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dalam kelas. Umumnya, proporsi perolehan nilai mahasiswa mengikuti pola berupa sedikit nilai A, banyak nilai B dan C, serta sedikit nilai D dan F. Dalam kelas besar, di mana nilai ujian mahasiswa tersebar merata dengan adil, tidak menjadi masalah model penilaian seperti apa yang dipilih pengajar. Namun, di kelas yang jumlah mahasiswanya lebih kecil (empat puluh mahasiswa atau kurang), hal ini dapat sangat berpengaruh: dengan penilaian berdasarkan norma, hanya sedikit mahasiswa dengan nilai yang tertinggi yang akan memperoleh A tidak peduli sebanyak apa pun mahasiswa yang menampilkan kinerja sangat baik di ujiannya. Para ahli dalam pengukuran dalam pendidikan sangat menyarankan sistem penilaian yang berdasarkan standar, terutama untuk kelas-kelas kecil, sehingga suatu nilai akan mencerminkan seberapa baik mahasiswa telah menguasai materi perkuliahannya dan bukan seberapa baik hasil kinerja seorang mahasiswa dibandingkan dengan mahasiswa lainnya (Brookhart, 1999; Dominowski, 2002; Gronlund dan Waugh, 2008; Payne, 2003; Shepard, 2006).

Timbanglah berbagai komponen perkuliahan berdasarkan tingkat kepentingannya.


Suatu ujian berdurasi tiga jam atau laporan penelitian sepanjang lima belas halaman seharusnya, tentu saja, memiliki porsi yang lebih besar daripada nilai dua kali kuis berdurasi lima belas menit. Pertimbangan lainnya: biasanya ujian akhir sebaiknya tidak diperhitungkan lebih dari sepertiga nilai perkuliahan. Jika ujian akhir diberi pembobotan yang terlalu besar, mahasiswa akan mengebut belajar hanya di akhir semester dan bukannya bekerja dengan kecepatan yang stabil di sepanjang semester. (Sumber: Lowman, 1995)

Gunakanlah buku nilai elektronik. Kebanyakan sistem manajemen pembelajaran memiliki fitur buku nilai elektronik (e-gradebook), dan tersedia juga piranti lunak (software) buku nilai yang berdiri sendiri. Buku nilai elektronik menyederhanakan upaya penyimpanan data-data nilai, memudahkan untuk memasukkan dan menghitung informasi numerik/ angka, serta menawarkan pilihan untuk menghasilkan data statistik (seperti nilai ratarata dan standar deviasinya).

Pendekatan-pendekatan yang Berdasarkan Standar


Penilaian berdasarkan standar yang mutlak. Standar mutlak/absolut mengacu pada tingkat kinerja yang ditetapkan pengajar di awal periode pengajaran. (Beberapa pengajar terkadang lebih murah hati dalam memberi nilai dibandingkan standar yang diumumkannya). Sebagai contoh, pengajar dapat menetapkan skala sebagai berikut dalam ujian yang bernilai 100 angka: nilai 93 atau lebih tinggi = A; 90-92 = A-; 86-89 = B+, dan seterusnya. Pembagian untuk setiap tingkat nilai tidak harus berukuran sama.

446

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Menghitung dan Memberikan Nilai

447

Ini adalah model pendekatan berdasar standar yang paling banyak digunakan. Kelebihan dari pendekatan ini adalah tidak membatasi berapa banyak mahasiswa yang dapat memperoleh nilai A dan B. Selain itu, mahasiswa mengetahui sejak awal seberapa baik mereka harus menampilkan usaha demi memperoleh nilai yang mereka inginkan. Satu kesulitan muncul terkait bagaimana untuk menetapkan standar yang rasional. Pengajar yang terlatih dapat menetapkan batasan berdasarkan bagaimana biasanya hasil kerja mahasiswa (sudut pandang pendekatan berdasarkan norma), tetapi pengajarpengajar baru mungkin membutuhkan bimbingan. Dominowski (2002, hal. 137) mengajukan pedoman sebagai berikut: A = 90 persen ke atas; B = 82-89; C = 63-81 (di mana, pusat dari jangkauan C adalah 72 persen); D = 48-62; F = 47 ke bawah. Jika banyak mahasiswa yang menampilkan kinerja sangat buruk, beberapa pengajar menetapkan ulang standarnya untuk mencerminkan kinerja mahasiswa, tetapi penyesuaian seperti itu bertentangan dengan ide dasarnya untuk membuat standar yang mutlak; lihatlah Bab 39, Kuis, Tes, dan Ujian, untuk mengetahui diskusi tentang bagaimana bereaksi ketika seluruh kelas memperoleh hasil yang buruk. (Sumber: Dominowski, 2002; McKeachie dan Svinicki, 2006; Sadler, 2005)

tampaknya subjektif, tetapi bergantung pada intuisi pengajar keahlian dan perasaan yang dikembangkan pengajar dari waktu ke waktu tidaklah transparan atau objektif. Memberikan contoh-contoh (membuat daftar ciri-ciri kinerja umum yang berada pada tingkat kualitas atau kompetensi yang ditetapkan) tidaklah realistis atau sesuai untuk semua perkuliahan dan semua pengajar. (Sumber: Sadler, 2005)

Pendekatan-pendekatan yang Berdasarkan Norma


Penilaian berdasarkan suatu grafik/kurva. Dalam pendekatan ini, nilai ditentukan dengan membandingkan kinerja seorang mahasiswa dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya dalam kelas. Semua skor ujian dalam kelas diurutkan dari yang tertinggi hingga yang terendah, kemudian nilai diberikan berdasarkan titik potongnya. Beberapa pengajar bergantung pada alokasi/pembagian yang tetap; misalnya, Gronlund dan Waugh (2008) menyarankan panduan sebagai berikut: 10 hingga 20 persen nilai A, 30 persen nilai B, 40 hingga 50 persen nilai C, 10 hingga 20 persen nilai D, 0 hingga 10 persen nilai F. Pengajar lainnya menggunakan piranti lunak (software) untuk menghitung nilai rata-rata dan standar deviasinya, menkonversikan tiap skor mahasiswa menjadi SS/skor standar (standard score), lalu mengkonversikan SS tersebut menjadi persentil berdasarkan kurva normal. Skor A untuk mahasiswa diperkirakan berada pada persentil 80 atau persentil 60, dengan pengajar yang menetapkan sejak awal persentil-persentil yang mewakili nilai huruf.

Penilaian berdasarkan pencapaian tujuan perkuliahannya. Pendekatan berdasarkan standar yang ini menuntut pengajar untuk menyiapkan suatu daftar tentang sasaran atau tujuan pembelajaran yang terinci, keterampilan dan pengetahuan yang terukur, yang diharapkan untuk dicapai mahasiswa. Pengajar kemudian mengevaluasi apakah mahasiswa telah atau belum mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pada model ini, kebanyakan mahasiswa yang berusaha dengan cukup keras dan memperoleh pengajaran yang baik akan memperoleh nilai yang baik. Kesulitannya adalah bahwa pengajar harus mampu mendefinisikan dengan jelas pengetahuan dan keterampilan yang diwakili oleh setiap nilai serta cara-cara terbaik untuk mengukur pencapaiannya. Di banyak perkuliahan, isinya begitu luas sehingga seorang pengajar tidak dapat menspesifikasi dengan akurat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. (Sumber: Frisbie dkk., 1979; Hanna dan Cashin, 1988; Ory dan Ryan, 1993; Sadler, 2005) Penilaian berdasarkan pola pencapaian yang telah ditetapkan dengan spesifik. Dalam
model ini, seorang pengajar merinci berbagai level kinerja untuk setiap nilai; misalnya, seorang mahasiswa akan memperoleh nilai A jika ia menampilkan kinerja di level A pada setidaknya dua per tiga dari seluruh tugas yang dinilai dan di level B untuk sepertiga sisanya. Kelebihan dari pendekatan ini adalah pada rumus yang berbeda dan pembobotan yang relatif, yang memungkinkan mahasiswa untuk mengkompensasi kinerjanya yang lemah di beberapa area dengan kinerja yang sangat baik di area lainnya. Kelemahannya mencakup kompleksitas (pengajar harus membuat perincian dan level performa dari waktu ke waktu secara jelas untuk tiap komponennya) dan adanya kebutuhan untuk membiasakan mahasiswa dengan metode yang tidak biasa ini. (Sumber: Sadler, 2005)

Penilaian berdasarkan kurva merupakan pendekatan fleksibel yang memberikan penghargaan bagi mahasiswa yang kinerja akademiknya menonjol jika dibandingkan teman-temannya. Pendekatan ini juga memanfaatkan kecenderungan kompetitif mahasiswa. Namun demikian, ini memiliki banyak kekurangan: Nilainya tidak menunjukkan seberapa banyak atau seberapa sedikit mahasiswa telah belajar hanya di mana posisi mereka dalam kaitannya dengan yang lain. Tidak peduli seberapa kuatnya prestasi kelas, beberapa mahasiswa akan memperoleh nilai yang rendah; tidak peduli seberapa lemah prestasi kelasnya, beberapa mahasiswa akan memperoleh nilai yang tinggi. Beberapa pengajar mengkompensasi ketidakadilan ini dengan melakukan penyesuaian skor pemotongnya atau dengan memberikan persentase nilai A yang lebih besar ketika kelasnya luar biasa baik. Standar penilaian dapat berfluktuasi dari semester ke semester. Mahasiswa yang memperoleh nilai C+ bisa jadi memperoleh nilai B- jika mengikuti perkuliahan di semester sebelumnya. Sejumlah peneliti menemukan bahwa penilaian berdasarkan kurva dapat mendorong ekslusivitas, isolasi, dan perasaan kompetitif. Ini juga dapat mengancam rasa otonomi dan keadilan mahasiswa keyakinan mereka bahwa nilai mereka seharusnya tergantung pada usaha mereka, bukannya pada bagaimana orang lain menampilkan kinerjanya. Penilaian berdasarkan kurva mengasumsikan bahwa setiap kelas itu cukup besar dan beragam untuk menghasilkan jangkauan nilai yang penuh. Namun, suatu kelas kecil yang terdiri dari para mahasiswa yang sangat termotivasi bisa jadi tidak berisi

Tantangan-tantangan dalam menetapkan standar. Semua metode tersebut menuntut


pengajar untuk menguasai cara menetapkan standar. Pemotongan dengan angka

448

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Menghitung dan Memberikan Nilai

449

mahasiswa yang kemampuannya di bawah rata-rata. Dalam perkuliahan yang sulit, pesertanya bisa jadi tidak representatif karena mahasiswa yang berprestasi kurang biasanya membatalkan ikut perkuliahan tersebut karena memperoleh hasil yang buruk di kuis pertama. Penilaian berdasarkan kurva mengaburkan dampak desain dan pengajaran perkuliahan (apakah itu yang baik atau yang buruk) karena faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan saat menganalisis kinerja mahasiswa. Penilaian berdasarkan standar menyulitkan pengajar untuk memberitahukan pada mahasiswa, di awal semester, tentang apa yang harus mereka ketahui atau mampu lakukan demi memperoleh suatu nilai A atau B. (Sumber: Dominowski, 2002; Forsyth, 2003; Guskey dan Bailey, 2001; Hanna dan Cashin, 1988; Sadler, 2005)

Model-model Percampuran (Hibrida)


Penilaian berdasarkan nilai-nilai tertinggi yang dicapai dan prosentase yang mengikutinya.
Model hibrida seperti ini (dikembangkan oleh Carter seperti dilaporkan dalam Fuhrmann dan Grasha, 1983, hlm. 184) mengombinasikan keuntungan dari pendekatan yang mengacu pada standar dan yang mengacu pada norma. Nilai diberikan dengan membandingkan skor setiap mahasiswa dengan skor tertinggi yang diperoleh di kelas: Hitunglah skor untuk setiap mahasiswa. Hitunglah skor rata-rata dari sebagian kelas yang memperoleh hasil terbaik: Untuk sebuah kelas yang tergolong rata-rata, gunakanlah skor dari 10 persen teratas; untuk suatu kelas yang tergolong superior, gunakanlah skor dari 15 hingga 20 persen teratas; sedangkan untuk kelas yang lemah, gunakan 5 hingga 8 persen teratas. Tambahkan semua skor di sampel bagian teratas tersebut dan bagi dengan banyaknya skor yang terdapat dalam sampel tersebut. Hasilnya merupakan nilai rata-rata dari hasil terbaik. Berikanlah nilai berdasarkan skala yang telah ditetapkan sebelumnya; misalnya: A = 95 persen dari nilai rata-rata hasil terbaik, B = 85 persen dari nilai rata-rata, C = 75 persen dari nilai rata-rata, D = 65 persen dari nilai rata-rata.

Beberapa pengajar mencoba untuk memiliki persebaran nilai yang mencerminkan ratarata yang telah dilaporkan dalam departemen mereka. Semua pengajar yang mengajar perkuliahan yang sama mungkin mengembangkan suatu kesepakatan dalam hal persebaran nilai yang sesuai untuk kelas pada umumnya (katakanlah, 20 persen A, 25 persen B, 30 persen C, 20 persen D, dan 5 persen F), dengan penyesuaian-penyesuaian untuk kelas yang secara tidak biasa sangat baik atau sangat lemah. (Sumber: Hanna dan Cashin, 1988) mendaftar skor-skor mahasiswa, dari yang tertinggi hingga terendah, dan mencari jarak atau perpecahan alamiah dalam persebarannya. Misalnya, jika enam mahasiswa memperoleh skor 80 atau lebih tinggi, dan tidak ada yang memperoleh skor di antara 73 dan 79, dan dua mahasiswa memperoleh skor 72, maka pengajarnya dapat memberikan nilai A pada para mahasiswa yang memperoleh skor 80 ke atas, dan mulai memberikan nilai B pada skor 72. Kesenjangan yang signifikan, bagaimanapun, jarang dijumpai di kelas yang besar. Bahkan suatu jarak yang kelihatannya berarti bisa jadi tidak mewakili perbedaan pencapaian yang sesungguhnya, seperti halnya ketidakpastian akibat ujian yang tidak reliabel, tebakan yang baik, atau butir soal yang ditulis dengan buruk. Lebih jauh, persebaran nilai tergantung pada penilaian yang dibuat setelah mahasiswa melaksanakan ujian dibandingkan pada panduan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dapat dinyatakan sebelum ujiannya berlangsung (sumber: Forsyth, 2003; Jacobs dan Chase 1992; Ory dan Ryan, 1993; Payne, 2003)

Penilaian berdasarkan kebiasaan di departemen/jurusan atau kesepakatan para pengajar.

Penilaian berdasarkan pembagian dalam persebaran. Dalam model ini, pengajar

Dalam model ini, kinerja kelas memengaruhi skor yang diperlukan untuk tiap nilai, tetapi jumlah mahasiswa yang dapat memperoleh A dan B tidak terbatas. Beberapa pengajar mengambil jalan pintas dengan menggunakan nilai tertinggi (daripada ratarata nilai-nilai tertinggi), tetapi jalan pintas ini terlalu tergantung pada skor seorang mahasiswa.

Penilaian berdasarkan tujuan-tujuan utama dan perkembangan. Dalam model ini,


pengajar mengidentifikasi tujuan-tujuan utama, atau isi materi yang terpenting, yang harus dikuasai mahasiswa hingga suatu derajat memuaskan tertentu untuk memperoleh nilai lulus. Pengajar juga mengidentifikasi aspek-aspek dari isi materi yang mungkin tidak akan pernah dikuasai sepenuhnya oleh mahasiswa, tetapi dapat menjadi aspirasi mereka (disebut sebagai tujuan pengembangan). Dalam Kimia 1A misalnya, tujuan utamanya mencakup konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan yang akan diperlukan mahasiswa demi menyiapkan diri untuk Kimia 1B; tujuan pengembangannya dapat berupa berpikir seperti ilmuwan. Tujuan utamanya dinilai berdasarkan perbandingan dengan standar mutlak (mahasiswa antara mengetahui atau tidak mengetahui materi inti/utama tersebut), tetapi tujuan pengembangan dinilai dengan membandingkan antar mahasiswa (Sumber: Gronlund dan Waugh, 2008)

Penilaian pada kurva normal (grafik lonceng). Kurva normal adalah model statistik yang simetris yang kurang sesuai untuk menilai hasil kerja perkuliahan. Kurva normal yang tradisional berasal dari distribusi nilai sebagai berikut: 7 persen A, 24 persen B, 38 persen C, 24 persen D, 7 persen F. Kurva normal memiliki fungsinya sendiri, tetapi hasil kinerja mahasiswa tidaklah tersebar secara normal dalam suatu kelas, begitu juga ujian yang dibuat pengajar, tidak dirancang dengan baik untuk menghasilkan persebaran nilai yang berbentuk lonceng. Bahkan para pendukung penilaian berdasarkan kurva tidak merekomendasikan untuk menggunakan kurva normal. (Sumber: Gronlund dan Waugh, 2008)

Pendekatan-pendekatan Lainnya
Penilaian oleh diri sendiri dan oleh teman sesama mahasiswa. Beberapa pengajar membiarkan mahasiswanya menilai dirinya sendiri. Nilainya harus didampingi oleh penjelasan yang mempertimbangkan keluasan dan kedalaman pembelajaran mereka,

450

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Menghitung dan Memberikan Nilai

451

kinerja mereka di ujian dan tugas-tugas, persepsi mereka atas pemahamannya terhadap materi, jumlah waktu yang dihabiskan dalam perkuliahan, dan jumlah bacaan yang telah diselesaikan. Pendekatan ini memiliki kelebihan berupa pengembangan kemampuan mahasiswa untuk mengevaluasi usaha mereka, tetapi ini menghilangkan salah satu tanggung jawab utama pengajar, yaitu melakukan penilaian profesional mengenai pembelajaran dan kinerja mahasiswa. Penilaian oleh diri sendiri, bagaimanapun, dapat digunakan secara formatif untuk memberikan mahasiswa keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan untuk mengukur pembelajarannya sendiri. Penilaian oleh rekan/ peer, di mana para mahasiswa saling menilai hasil karya satu sama lain, biasanya berjalan paling baik di kelas-kelas yang banyak mengadakan kerja kelompok kecil; lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok, untuk sejumlah saran. (Sumber: Adams dan King, 1995; Dochy dkk., 1999; Jacobs dan Chase, 1992; MacGregor, 1993; Strong dkk., 2004)

bobot, angka hasil akumulasi, penilaian dengan nilai tengah (median), dan penilaian secara holistik/menyeluruh atau atas penguasaan elemen-elemen utamanya. Lihatlah Brookhart (1999), Ory dan Ryan (1993), Walvoord dan Anderson (1998), atau Zlokovich (2004). Salah satu strategi yang umum digunakan dijelaskan di bawah ini.

Konversikanlah (ubahlah) nilai-nilai di semua komponen perkuliahan menjadi angka.


Menghitung nilai akhir biasanya paling mudah jika semua tugas dikonversikan menjadi skor angka/numerik. Untuk tujuan tersebut, banyak pengajar menggunakan A = 95, A- = 90, B+ = 87, dan seterusnya. (Sumber: Brookhart, 1999; Forsyth, 2003)

Putuskanlah bagaimana untuk menangani nilai-nilai yang kosong. Beberapa pengajar


mengabaikan tugas yang kurang dan mendasarkan perhitungan mereka pada nilai-nilai lainnya; pengajar lainnya mempertimbangkan alasan ketiadaan tugas tersebut. Jika Anda ingin memberikan suatu angka untuk tugas atau ujian yang kosong, pilihan Anda mencakup (1) memberikan nilai nol tetapi hal ini cenderung terlalu menghukum mahasiswa dan tidak direkomendasikan; (2) memberikan skor terendah dari jangkauan nilai F; (3) memberikan skor yang lebih rendah dari skor terendah yang diperoleh oleh rekan sekelasnya di tugas tersebut; (4) memberikan skor sesuai skor terendah yang diperoleh oleh rekan sekelasnya. (Sumber: Brookhart, 1999; Forsyth, 2003)

Penilaian kontrak. Dalam penilaian secara kontrak, pengajar menciptakan suatu menu dari tugas-tugas wajib dan pilihan, lalu setiap mahasiswa memutuskan tugas-tugas yang akan dilakukan dan berapa besar bobot yang akan ditanggung oleh tiap tugas tersebut. Sebagai contoh, menu berikut ini menuntut mahasiswa untuk membuat pilihan-pilihan hingga jumlahnya 200 poin:
Menyelesaikan dua tugas wajib: Dua ujian (masing-masing bernilai 20 hingga 35 poin) Proyek kelompok (50 hingga 70 poin)

Sebagai tambahan, menyelesaikan dua dari tugas-tugas pilihan berikut:

Menyiapkan bibliografi/daftar pustaka yang telah dikomentari (15 hingga 35 poin) Mengkaji suatu artikel jurnal (15 hingga 35 poin) Menulis abstrak dari suatu karya tulis yang belum dipublikasikan (15 hingga 35 poin) Menyimpan catatan pembelajaran mingguan (15 hingga 35 poin)

Penilaian dengan kontrak memberikan mahasiswa pilihan dalam tujuan pembelajarannya serta dalam bagaimana mereka dievaluasi, yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar. Kelemahannya adalah peningkatan beban administratif, karena pengajar harus mengembangkan alternatif-alternatif penilaian, menegosiasikan dan menegosiasikan ulang kontrak-kontraknya, serta menyimpan rekaman peningkatan dari setiap mahasiswa, yang segera saja dapat menjadi tidak praktis, di perkuliahan dengan jumlah peserta yang sedang/menengah atau besar. (Sumber: Hiller dan Hietapelto, 2001)

Berikanlah bobot untuk tiap komponen perkuliahan. Gunakanlah bobot yang telah Anda umumkan di awal semester. Secara umum, pembobotan harus mencerminkan tingkat pentingnya tiap komponen nilai terhadap tujuan perkuliahan serta kompleksitas dan tingkat kesulitannya; sebagai tambahan, kebanyakan pengajar memberikan bobot yang lebih besar pada ujian-ujian yang lebih akhir. Seorang pengajar menyesuaikan pembobotannya demi mencerminkan kinerja mahasiswanya: dalam perkuliahan dengan dua ujian tengah semester dan satu ujian akhir, nilai tertinggi mahasiswa diberikan bobot 50 persen, nilai yang tengah 30 persen, dan nilai yang terendah 20 persen. Mahasiswa menghargai jika hasil kerja terbaik mereka diberi bobot besar dalam penentuan nilai akhir mereka di perkuliahan, tetapi kekurangannya adalah bahwa mahasiswa tidak tahu hingga setelah ujian akhir tentang seberapa besar bobot dari setiap komponen. (Sumber: Brookhart, 1999; Dominowski, 2002; Forsyth, 2003; Guskey dan Bailey, 2001) Ciptakanlah suatu nilai gabungan. Piranti lunak Anda akan menyesuaikan skor
angka di setiap komponen dengan bobot yang Anda tentukan dan memberikan skor gabungan untuk setiap mahasiswa. (Jika Anda melakukan perhitungan ini secara manual, konsultasikanlah dengan kantor pengujian di kampus Anda.) Anda kemudian akan memberikan nilai akhir menggunakan titik potong yang ditetapkan sebelumnya (berdasarkan standar), atau ditentukan tergantung posisinya dalam kelas (berdasarkan norma), atau suatu metode hibrida.

Penghitungan Nilai Akhir Perkuliahan


Biasakanlah diri Anda dengan beragam metode. Terdapat banyak cara yang berbeda-beda untuk menghitung nilai suatu perkuliahan, menggunakan nilai huruf yang sudah diberi

Jika Anda menggunakan model berdasarkan standar, Anda dapat menyederhanakan perhitungannya dengan menggunakan metode penilaian poin total seperti yang dijelaskan oleh Forsyth (2003): di awal semester, nyatakanlah jumlah nilai maksimal yang dapat mahasiswa peroleh untuk tiap tugas dan ujian, dengan poin-poin ini merefleksikan tingkat kepentingan tiap komponen. Sebagai contoh, masing-masing dari dua ujian

452

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian

Menghitung dan Memberikan Nilai

453

mungkin memperoleh 100 poin, tugas rumah 150, dan ujian akhirnya 150 untuk total nilai sebesar 500 poin. Demi memperoleh niai A, mahasiswa akan membutuhkan jumlah nilai 450 poin (90 persen dari 500 poin). Jika Anda menggunakan model yang berdasarkan norma, Anda mungkin perlu mengambil langkah tambahan berupa penyeimbangan variasinya jika tidak, maka ujian yang jangkauan nilainya luas akan lebih besar memengaruhi nilai akhir daripada ujian dengan persebaran yang lebih sempit. Sebagian besar piranti lunak ujian dan penilaian melakukan konversi ini; berkonsultasilah dengan kantor pengujian Anda untuk memperoleh lebih banyak informasi.

menengah: sedikit nilai tambahan untuk perkembangan yang stabil dan signifikan di sepanjang semester. Seorang pengajar matematika mengkuantifikasi perkembangan mahasiswa di sepanjang semester. Katakanlah suatu kelas memiliki dua ujian tengah semester yang berharga 100 poin masing-masingnya dan ujian akhir yang berharga 200 poin. Skor Ole adalah 50 dari 100 di ujian tengah semester yang pertama, 80 dari 100 di ujian tengah semester yang kedua, dan 190 dari 200 di ujian akhir. Skor totalnya yang belum disesuaikan untuk perkuliahan tersebut adalah 320. Untuk turut memperhitungkan perkembangan Ole yang stabil, pengajarnya memberi bobot skor ujian Ole yang kedua dan ujian akhirnya lebih besar. Bobot dari ujian tengah semesternya yang kedua dihitung dengan mengurangi skor total yang dapat diperoleh di ujian pertama dan kedua dengan skor yang diperoleh Ole di ujian pertama, atau 200 50 = 150. Skor Ole yang sebenarnya di ujian kedua kemudian digandakan dengan faktor bobot ini. Oleh karenanya, nilai hasil penyesuaian untuk Ole di ujian keduanya adalah (200-50)(80/100) = 120. Nilai pertamanya dan nilai keduanya, yang sudah disesuaikan, kemudian ditambahkan, 50 + 120 = 170. Nilai Ole di ujian akhir yang disesuaikan dihitung dengan menggunakan proses yang sama. Skor total keseluruhan Ole (170) dikurangkan pada keseluruhan nilai yang tersedia untuk kedua ujian tengah semester dan ujian akhirnya (400). Nilai Ole yang sebenarnya di ujian akhir kemudian digandakan oleh faktor pembobotan yang baru ini, atau (400-170)(190/200) = 218,5. Untuk menghitung skor total yang disesuaikan, tambahkanlah skor ujian tengah semesternya yang telah disesuaikan (170) pada skor ujian akhirnya yang telah disesuaikan (218,5) untuk memperoleh nilai total 388,5. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006; Ory dan Ryan, 1993)

Kaji ulanglah kasus-kasus yang berada di perbatasan. Karena penilai dapat salah dan
penilaian tidak pasti, periksalah dengan seksama mahasiswa-mahasiswa yang nilainya berada tepat di bawah nilai batas untuk nilai yang lebih tinggi. Pertimbangkanlah keseluruhan jangkauan dari prestasi mahasiswa dan pola peningkatan kinerjanya. Akankah membuang skor ujian yang pertama atau skor ujian yang terendah meningkatkan nilai akhirnya? Jika ujian akhir merupakan gabungan dari keseluruhan materi, seorang pengajar dapat memberikan nilai yang lebih tinggi jika mahasiswanya dapat melakukannya dengan baik.

Seorang anggota pengajar mengizinkan mahasiswanya untuk membeli asuransi nilai dengan menyelesaikan sejumlah kecil soal kapanpun sebelum ujian akhir. Jika nilai perkuliahan seorang mahasiswa tidak berada di perbatasan,soal-soal yang menjadi asuransinya tidak dinilai. Namun, para mahasiswa yang berada dalam satu prosentase nilai dari titik perpotongan akan menerima nilai yang lebih tinggi jika mereka menjawab soal-soal asuransinya secara benar. Pengajar lainnya melibatkan suatu pertanyaan pilihan di ujian akhir. Pertanyaan pilihan ini hanya dibacakan jika seorang mahasiswa berada pada posisi kurang dari lima poin dari nilai tertinggi berikutnya, dan pertanyaan ini diberi skor antara 0 hingga 5. (Sumber: Brookhart, 1999; Dominowski, 2002; Peploski, 2004)

Putuskanlah tentang bagaimana menghadapi usaha. Penelitian menunjukkan bahwa


mahasiswa tingkat sarjana meyakini bahwa jika mereka bekerja keras, mereka harus memperoleh setidaknya nilai C di perkuliahan, bahkan meskipun mereka tidak dapat menampilkan bahwa mereka telah memenuhi tujuan perkuliahan tersebut. Kebanyakan pengajar, bagaimanapun, tidak mempercayai bahwa usaha (diukur bagaimanapun) mewakili pembelajaran dalam perolehan nilai. Para ahli menyarankan bahwa pengajar harus memperjelas masalah ini di awal semsester. (Sumber: Adams, 2005; Gaultney dan Cann, 2001; Miley dan Gonsalves, 2004)

Putuskanlah tentang bagaimana menghadapi peningkatan. Beberapa pengajar meyakini bahwa nilai perkuliahan seharusnya memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa sepanjang semester. Jika tidak, menurut para pengajar ini, seorang mahasiswa yang memasuki perkuliahan dengan cukup pengetahuan akan memperoleh nilai A bahkan jika ia belajar sangat sedikit atau menampilkan begitu sedikit usaha. Namun, penekanan berlebihan pada perkembangan juga dapat menghasilkan ketidakadilan: mahasiswa yang memperoleh nilai 55 di kedua kuis pertamanya dan 70 di ujian akhir telah membuat kemajuan yang berarti, tetapi memahami lebih sedikit subjek perkuliahannya jika dibandingkan mahasiswa yang memperoleh nilai 85 di kedua kuis pertamanya dan 88 di ujian akhirnya. Dan hanya mahasiswa kedualah yang berhak memperoleh nilai yang cukup tinggi untuk melanjutkan ke mata kuliah yang lebih menantang di tingkat yang lebih tinggi. Penilaian berdasarkan perkembangan juga menyulitkan mahasiswa untuk mengartikan apa arti nilai mereka: apakah nilai B berarti bahwa hasil kerja mereka di atas rata-rata atau bahwa perkembangan mereka yang di atas rata-rata? Para ahli menyarankan bahwa bonus apa pun yang diberikan untuk perkembangan mahasiswa haruslah cukup

Daftar Referensi
Adams, J. B. What Makes the Grade? Faculty and Student Perceptions. Teaching of Psychology, 2005, 32(1), 21-24. Adams, C., and King, K. Towards a Framework for Student Self-Assessment. Innovations in Education and Training International, 1995, 32(4), 336-343. Brookhart, S. M. Art and Science of Classroom Assessment: The Missing Part of Pedagogy. ASHEERIC Higher Education Report, 1999, 27(l). Washington, DC: George Washington University, Graduate School of Education and Human Development. Dochy, F, Segers, M., and Sluijsmans, D. The Use of Self-, Peer and Co-Assessments in Higher Education: A Review Studies in Higher Education, 1999, 24(3), 331-350.

454

BAGIAN VIII: Pengujian dan Penilaian


Dominowski, R. L. Teaching Undergraduates. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Frisbie, D. A., Diamond, N. A., and Ory J. C. Assigning Course Grades. Urbana: Office of Instructional Resources, University of Illinois, 1979. Fuhrmann, B. S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown, 1983. Gaultney J. F., and Cann, A. Grade Expectations. Teaching of Psychology, 2001, 28(22), 84-87. Gronlund, N. E., and Waugh, C. K. Assessment of Student Achivement. (9th ed.) Boston: Allyn and Bacon, 2008. Guskey, T. R., and Bailey J. M. Developing Grading and Reporting Systems for Student Learning.Thousand Oaks. CA: Corwin Press, 2001. Hanna, G. S., and Cashin, W. E. Improving College Grading. Idea Paper, no. 19. Manhat tan: Center for Faculty Evaluation and Development, Kansas State University, 1988. Heppner, F. Teaching the Large College Glass: A Guidebook for Instructors with Multitudes. San Francisco: Jossey-Bass, 2007. Hiller, T. B., and Hietapelto, A. B. Contract Grading: Encouraging Commitment to the Learning Process through Voice in the Evaluation Process. Journal of Management Education, 2001, 25(6), 660-684. Jacobs, L. C., and Chase, C. I. Developing and Using Tests Effectively: A Guide for Faculty. San Francisco: Jossey-Bass, 1992. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching, (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. MacGregor, J. (Ed.). Student Self-Evaluation: Fostering Reflective Learning New Directions in Teaching and Learning, no. 56. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Miley, W. M., and Gonsalves, S. Grade Expectations: Redux. College Student Journal, 2004, 38(3), 327-332. Ory, J. C., and Ryan, K. E. Tips for Testing and Grading. Newbury Park, CA: Sage, 1993. Payne, D. A. Applied Educational Assessment. (2nd ed.) Belmont, CA: Wadsworth/Thomson, 2003. Peploski, J. Grade Insurance in Large Enrollment Courses. Teaching Professor, October 2001, 18(8), 6. Sadler, R. Interpretations of Criteria-Based Assessment and Grading in Higher Education. Assessment and Evaluation in Higher Education, April 2005, 30(2), 175-194. Shepard, L. A. Classroom Assessment. In R. L. Brennan (Ed.), Educational Measurement. (4th ed.) Westport, CT: American Council on Education/Praeger, 2006. Strong, B., Davis, M., and Hawks, V Self-Grading in Large General Education Classes: A Case Study, College Teaching, 2004, 52(2), 52-57. Walvoord, B. E., and Anderson, V. J. Effective Grading: A Tool for Learning and Assessment. San Francisco Jossey-Bass, 1998. Zlokovich, M. S. Grading for Optimal Student Learning. In B. Perlman, L. 1. McCann, and S. H. McFadden (Eds.), Lessons Learned: Practical Advice for the Teaching of Psychology. Vol. 2. Washington, DC: American Psychological Society, 2004.

Flipchart

455

BAGIAN IX

Teknologi-teknologi Presentasi
45. Flipchart 46. Papan Tulis 47. Papan Putih Interaktif 48. Proyektor (OHP) 49. Tayangan Slide (Slide Shows) 50. Rekaman Video dan Klip 51. Presentasi PowerPoint

456

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Flipchart

457

45
Flipchart

Seperti papan tulis, sebuah flipchart sebendel lembaran kertas besar seukuran koran yang diletakkan di atas rangka berkaki tiga atau penyangga untuk pajangan yang dapat digunakan untuk materi yang telah disiapkan atau untuk penulisan catatan sewaktu-waktu (tanpa direncanakan). Keuntungan penggunaan flipchart mencakup kepraktisannya untuk dibawa-bawa (penting bagi para pengajar yang melaksanakan kelas di luar ruangan) dan kemudahannya untuk disiapkan. Pilihlah lembaran yang berukuran kurang lebih 22 inci kali 32 inci (55,88 x 28,28 cm). Flipchart paling baik digunakan untuk kelompok-kelompok kecil; untuk kelompok yang lebih besar, pertimbangkanlah untuk menggunakan proyektor/OHP (overhead projector).

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah flipchart untuk menonjolkan organisasi dari presentasi Anda, untuk memberi penekanan pada hal-hal utamanya, dan untuk menstimulasi minat mahasiswa. Baik Anda
menyiapkan flipchart sebelum kelas dimulai maupun baru menuliskannya ketika kelas berlangsung, Anda dapat menggunakannya untuk memperkuat presentasi Anda secara visual. Sebagai contoh, Anda dapat menggunakannya untuk tujuan-tujuan berikut: Menggarisbawahi topik atau jadwal hari itu. Menuliskan nama-nama, istilah-istilah, atau perbendaharaan kata asing yang sulit. Menampilkan diagram, bagan, grafik, gambar, atau ilustrasi. Membuat daftar tanggal-tanggal penting. Mengerjakan rumus-rumus, pembuktian, atau pembuatan teorema. Merangkum hal-hal utama. Menangkap pemikiran-pemikiran mahasiswa.

Buatlah tulisan yang jelas terbaca. Dalam kelas kecil, huruf setinggi dua inci seharusnya cukup besar; di ruang kelas yang lebih besar, gunakanlah huruf setinggi empat inci. Pastikanlah untuk membuat huruf tercetak. Batasi jumlah materi di tiap lembarnya

458

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Flipchart

459

hanya beberapa kata kunci atau hal utama. Tonjolkanlah hal-hal yang penting dengan menggarisbawahinya, memberikan kotak di sekelilingnya, atau mewarnainya. Warna yang tebal, seperti merah, biru tua, dan hitam merupakan yang terbaik. Grafik atau diagram pai (pie charts) lebih dipilih dibandingkan tabel untuk mewakili data-data numerik/angka.

Jangan menghabiskan terlalu lama waktu di tiap halaman. Rencanakanlah setiap lembarnya sehingga Anda dapat berganti halaman dalam beberapa menit saja. Jika Anda ingin menghabiskan lebih banyak waktu pada satu hal, berikan lebih dari satu halaman untuk membahasnya. Ikutilah langkah-langkah untuk membuat presentasi dengan PowerPoint. Setelah membalik suatu flipchart, berhentilah sejenak sebelum berbicara, untuk memberi waktu pada mahasiswa untuk melihat singkat/memindai keseluruhan materi yang sedang Anda tampilkan; jangan membaca materi dalam flipchart yang dapat mahasiswa baca sendiri. (Lihatlah Bab 51, Presentasi PowerPoint).

Jangan memunggungi kelas untuk melihat flipchart Anda. Dengan latihan, Anda dapat membalikkan halaman-halamannya tanpa memutuskan kontak mata. Jika Anda menggunakan alat penunjuk dan berdiri di sisi sebelahnya, Anda akan dapat menghadap kelas tanpa menghalangi mahasiswa Anda memandang bagannya. Bawalah alat tulis tambahan. Simpanlah serangkaian cadangan alat yang siap digunakan.

Daftar Referensi Gunakanlah Flipchart sebagai Papan Tulis


Aturlah pekerjaan Anda. Mulailah pada sudut kiri atas dan teruskanlah menyamping, lalu turun ke garis di bawahnya, seperti yang biasa Anda lakukan di selembar kertas kosong. Tempatkanlah materi yang penting di bagian atas halaman, bagian flipchart yang paling jelas terlihat. Ganti-gantilah warna untuk tiap hal atau pemikiran baru sehingga tulisannya lebih mudah dibaca. Gunakanlah prinsip-prinsip yang sama bagi tulisan di flipchart seperti yang Anda akan gunakan jika menulis di papan tulis. Sebagai contoh, gunakanlah judul dan pembuka
untuk memberi struktur pada pekerjaan Anda, garis bawahi atau berikan kotak pada pernyataan-pernyataan utama, berikan waktu untuk mahasiswa menyalin apa yang telah Anda tuliskan, bagikanlah bagan atau gambar yang kompleks secara online atau dalam salinan tercetak daripada meminta mahasiswa untuk mencoba menyalinnya sendiri.
Wankat, P ., and Oreovicz. F. Turning Back the Clock: Simple Aids Make Teaching Effective without Denting Your Budget. ASEE PRISM, 2001, 11(4). http.//www.prism-magazine.org/dec01/ teaching/cfm.

Berikanlah kesempatan menggunakan flipchart pada mahasiswa Anda. Flipchart merupakan sesuatu yang umum dalam industri, dan mahasiswa dapat memperoleh manfaat dari menggunakannya ketika bekerja di kelompok kecil. Mintalah mahasiswa Anda untuk menggunakan flipchart ketika melakukan curah pendapat, mengembangkan pilihan-pilihan, dan memecahkan permasalahan-permasalahan. (Sumber: Wankat dan Oreovicz, 2001)

Menggunakan Flipchart yang Sudah Disiapkan


Tempatkankanlah lembaran-lembarannya secara berurutan. Jika Anda mengacu pada bagan atau diagram tertentu di beberapa hal dari presentasi Anda, akan lebih mudah untuk memasukkan salinan dari halaman tersebut pada tiap hal tersebut daripada membolak-balik halaman untuk menemukannya. Jika Anda merencanakan untuk membolak-balik lembaran-lembarannya, tandai halaman-halaman utamanya dengan catatan tempel besar untuk membantu Anda menemukan materinya dengan cepat.

460

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Papan Tulis

461

46
Papan Tulis

Gunakanlah papan untuk menyediakan penguatan visual, untuk menonjolkan pengaturan dari presentasi Anda, dan untuk memberikan penekanan pada hal-hal utama yang Anda sampaikan. Anda dapat menggunakan papan tulis dalam cara-cara sebagai berikut:
Menuliskan kerangka garis besar topik atau hal-hal utama dari sesi saat itu. Jika Anda menuliskan kerangka garis besarnya terlebih dulu, mahasiswa dapat melihat kemanakah arah perkuliahan Anda dan menemukan posisi mereka ketika perhatian mereka menyimpang. Atau Anda dapat menuliskan kerangka tersebut sambil memberikan kuliah, menambahkan setiap butir baru seiring saat Anda mulai membicarakannya (Walksler, 1996). Merangkum pemikiran-pemikiran yang dimunculkan selama diskusi kelas. Menuliskan nama-nama secara tepat, kata-kata yang asing, dan istilah-istilah baru. Menyajikan bagan, grafik, dan alur waktu. Menunjukkan rumus, perhitungan, atau langkah-langkah pembuktian.

Papan tulis baik chalkboard (untuk kapur) maupun whiteboard (untuk spidol) merupakan alat yang dapat diandalkan dan bermanfaat untuk menayangkan tulisan dan bagan. Papan jenis ini menyediakan lebih banyak area tayangan dibandingkan alat tayangan elektronik, dan tidak membutuhkan steker atau kabel, tidak rusak, dan memungkinkan isinya untuk diganti di tengah jalan (Forsyth, 2003; OHare, 1993). Kekurangan dari papan tulis ini dan papan putih adalah sifat isinya yang hanya bertahan sementara. Pekerjaan di papan juga menuntut pengajar untuk menulis dengan jelas dan mengorganisasikan beragam istilah, contoh, dan bagan (Forsyth, 2003).

Jika memungkinkan, aturlah papan Anda sedemikian rupa hingga Anda dapat menghapus rinciannya dan meninggalkan hal-hal pokoknya saja sebagai suatu ringkasan.

Beberapa pengajar dapat hadir di kelas sebelum kelas mulai dan menulis kerangka dan diagram secara mendetail di papan. Sedangkan yang lainnya menggunakan papan tulis hanya saat kelas sedang berlangsung, menuliskan istilah atau bagan utama ketika muncul di tengah perkuliahan atau menuliskan daftar jawaban mahasiswa terhadap suatu pertanyaan. Karena kebanyakan mahasiswa menyalin atau memfoto menggunakan telepon genggamnya apa yang tampil di papan, akan berharga jika Anda melakukan perencanaan yang baik tentang pekerjaan Anda di papan tulis.

Strategi-strategi Umum
Analisislah bagaimanakah Anda menggunakan papan akhir-akhir ini. OHare (1993)
memberikan ciri-ciri dari beragam jenis penggunaan papan sebagai tayangan (catatan yang disiapkan lebih dulu dan dituliskan di papan sebelum kelas dimulai); catatan perkuliahan (menempatkan istilah-istilah atau hal-hal penting ketika Anda sedang menyampaikannya dalam kelas); dan catatan umum (menempatkan istilah-istilah atau hal-hal penting ketika diangkat oleh mahasiswa). Pendekatan tayangan cenderung untuk menyampaikan pada mahasiswa bahwa apa yang akan Anda sampaikan adalah ajeg, dan bahwa keterlibatan mereka tidak akan mengubah apa yang disampaikan dalam perkuliahan. Catatan perkuliahan mengundang lebih banyak interaksi, masukan mahasiswa memengaruhi apa yang akan dituliskan di papan.

Berikanlah mahasiswa waktu untuk mencatat. Mahasiswa cenderung untuk menyalin semua yang dituliskan pengajar di papan tulis, tetapi mereka tidak dapat mendengarkan dan menyalin informasi baru pada waktu yang bersamaan. Biarkan mereka menangkap apa yang Anda sampaikan sebelum Anda melanjutkan perkuliahan atau memulai suatu diskusi. Seorang pengajar memperoleh saran yang baik dari mahasiswa di kelasnya tentang bagaimana untuk mengurangi kecenderungannya menghapus terlalu cepat: meletakkan penghapusnya di atas meja terdekat, daripada meletakkannya di kotak kapur. Beberapa mahasiswa akan memilih memfoto atau memvideokan apa yang tertulis di papan daripada mencatatnya. Beritahukanlah pada mahasiswa bahwa tindakan mencatat dapat membantu memperkuat pembelajaran mereka. (Sumber: Lowman, 1995; White dkk., 1978) Jika ukuran kelasnya memungkinkan, undanglah mahasiswa untuk bekerja di papan tulis.
Dalam mata kuliah Bahasa, Kuantitatif, dan perkuliahan-perkuliahan lainnya, Anda dapat memiliki beberapa mahasiswa bekerja secara mandiri di papan tulis pada waktu yang bersamaan. Anda dapat menggunakan hasil pekerjaan mahasiswa di papan tulis untuk menggali pemahaman tentang pemikiran, pemecahan masalah, dan proses menulis mahasiswa. Beberapa pengajar mendorong mahasiswanya untuk bereksperimen dengan menghapus dan memperbaiki sambil mereka mengerjakannya, atau untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan dari orang lain di papan tulis. Anda mungkin juga ingin memulai proses kerja mahasiswa di papan tulis dengan meminta mereka untuk lebih dulu bekerja secara individual atau berpasangan di tempat duduk mereka, baru kemudian menampilkan contoh-contoh yang baik di papan tulis untuk publikasi. Dobbs (1997) menawarkan tips-tips untuk membuat papan tulis sebagai bagian dari area mahasiswa. Jones (1993) dan Black (1993) menjelaskan berbagai cara yang berbeda untuk meminta

462

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Papan Tulis

463

sekelompok kecil mahasiswa, masing-masingnya, menyelesaikan suatu soal Kimia di papan tulis, yang diikuti oleh diskusi kelas mengenai jawabannya.

Tips-tips Praktis
Untuk papan tulis kapur, gunakanlah kapur tulis besar bergelombang. Lebih mudah untuk menghasilkan huruf cetak dengan jelas menggunakan kapur yang besar. Tetap gunakan kapur berwarna kuning atau putih. Kapur berwarna merah, biru, dan hijau akan sulit dilihat. Hindarilah mendecitkan kapur tulis. Untuk menghindari bunyi goresan yang menimbulkan
rasa menggelitik tulang, peganglah kapur tulisnya pada posisi miring 45 derajat dan tekanlah dengan cukup kuat ke papan tulis. Membagi kapur tulis menjadi dua bagian juga akan menghentikan bunyi berdecit yang mengganggu.

Penguatan Visual
Ciptakanlah suatu catatan bersama/publik. Gunakanlah papan tulis untuk mencatat
langkah-langkah atau fase-fase dari suatu diskusi. Catatan seperti ini dapat membantu mahasiswa dalam memikirkan dengan mendalam tentang suatu permasalahan, dan ini juga dapat membantu menyimpan komentar atau pertanyaan yang bisa jadi terlupakan. Jangan dulu menuliskan analisis atau pandangan-pandangan yang rumit di papan tulis hingga semua dijelaskan atau diselesaikan. (Sumber: OHare, 1993; Waksler, 1996)

Untuk whiteboard, gunakanlah spidol-spidol yang berbeda warna. Hitam dan biru
adalah yang paling mudah dibaca. Hindarilah kuning dan oranye.

Catatlah komentar-komentar mahasiswa secara verbatim (rinci kata per kata). Ketika menggunakan papan tulis untuk merangkum suatu diskusi, tulislah sama persis dengan apa yang mahasiswa katakan. Jika komentarnya ambigu, tuliskanlah dalam bentuk pertanyaan, jika sang pembicaranya setuju. (Sumber: OHare, 1993) Berhati-hatilah dengan bagan. Berlatihlah menggambar bagan-bagan Anda sebelum kelas
dimulai. Jika suatu bagan akan bertambah besar seiring berlangsungnya perkuliahan, beritahukanlah sejak awal pada mahasiswa tentang seberapa banyak ruang yang perlu mereka sisihkan dalam catatan mereka. Jika Anda memodifikasi suatu gambar, gunakanlah garis terputus-putus atau kapur warna atau spidol warna untuk menunjukkan perubahannya, dan berikanlah waktu yang cukup bagi mahasiswa untuk menyalin bagan yang telah dimodifikasi tersebut. (Sumber: White dkk., 1978)

Menulislah dengan jelas. Periksalah beberapa contoh tulisan Anda di papan tulis dari bagian belakang ruangan sebelum kelas dimulai. Huruf-huruf balok/tegak lurus yang tebal dengan tinggi sekitar 3 inci seharusnya akan dapat terbaca hingga jarak 30 kaki. Aturlah bayangan dari jendela agar tidak ada pantulan di papan tulis. Setelah Anda menulis sesuatu, berdirilah di bagian samping sehingga papan tulis dapat terlihat oleh semua mahasiswa. (Sumber: Svinicki dan Lewis, 2002; White dkk., 1978) Bacalah dengan keras apa yang sedang Anda tuliskan. Membacakan dengan suara keras
merupakan sesuatu yang penting, terutama untuk pengajar Matematika dan Sains yang menuliskan rumus di papan tulis, dan hal ini juga akan membantu mahasiswa-mahasiswa yang berkebutuhan khusus dalam hal penglihatan. Teknik ini memungkinkan mahasiswa untuk mencatat sambil Anda menulis, membantu mereka untuk mengikuti presentasinya. Hindarilah mendiskusikan hal-hal lain ketika Anda sedang di depan papan tulis dengan posisi memunggungi para mahasiswa Anda.

Dalam kelas-kelas kuantitatif, tuliskanlah secara lengkap pernyataan yang ingin Anda buktikan. Ketika menuliskan pembuktikan, jelaskanlah arti dari simbol atau notasi
khusus. Masukkanlah semua langkah-langkah yang penting. Jangan menyederhanakan langkah dengan menghapuskannya; sebagai gantinya, coretlah dengan satu garis.

Bersikaplah selektif. Tuliskanlah prinsip-prinsip dasarnya saja dan nyatakanlah penghilangan rincian jika ada (operasi penambahannya dihilangkan). Jika pekerjaan Anda di papan tulis melibatkan bagan yang kompleks atau penurunan rumus yang rinci, sediakanlah selebaran catatan (handout) secara online atau yang tercetak, sehingga mahasiswa akan memiliki pemaknaan yang akurat mengenai apa yang sedang dituliskan di papan tulis. Jelaskanlah setiap kesalahan yang Anda buat di papan tulis sebelum memperbaikinya.
Jika Anda membuat kesalahan, pastikanlah mahasiswa Anda mengetahui secara pasti di manakah letak kesalahannya sebelum Anda menghapus dan memperbaikinya.

Sebutkanlah hal yang sedang Anda bahas. Ketika membicarakan tentang istilah-istilah yang tertulis di papan tulis, daripada mengucapkan ini atau itu, sebutkanlah nama hal yang sedang Anda maksudkan (konsep kemerdekaan, ketua partai). Dengan cara ini, mahasiswa yang mencatat tidak akan melewatkan apa yang Anda acu, dan rekaman suara atau podcast akan lebih lengkap. (Sumber: Waksler, 1996) Hapuslah pekerjaan yang sebelumnya. Hapuslah hasil kerja pengajar sebelumnya di papan tulis sebelum kelas dimulai, dan hapuslah tulisan Anda sendiri selama kelas berlangsung, setelah para mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk menyalinnya dan sebelum Anda beralih ke suatu topik baru. Mahasiswa akan menggunakan momen tersebut untuk menangkap maksud Anda dan mengarahkan kembali perhatian mereka. Setelah perkuliahan, sebagai sebuah sopan santun, hapuslah papan tulis agar dapat digunakan oleh pengajar berikutnya. Aturlah pekerjaan Anda di papan tulis. Gunakanlah judul, kepala kalimat, garis bawah, lingkaran, kotak, dan huruf besar untuk membedakan serta memberikan penekanan pada hal-hal yang dituliskan. Anda juga dapat mengatur pekerjaan Anda dengan membagi

Tonjolkanlah hal-hal yang penting secara visual. Sebelum Anda meninggalkan suatu
topik, berikan penekanan pada hal-hal, asumsi-asumsi, atau kesimpulan-kesimpulan utama dengan memberikan garis bawah, melingkari, atau menandai kata-kata kuncinya di papan tulis.

464

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Papan Tulis

465

papan tulis menjadi bagian-bagian; misalnya pengerjaan pembuktian dan perhitungan di bagian kanan papan, serta menuliskan daftar teorema atau hukum-hukum di bagian kiri. Atau, tuliskanlah semua pendapat mahasiswa di sebelah kanan, dan rangkumlah kesimpulannya di bagian kiri.

Gunakanlah bagian papan tulis yang mudah dilihat untuk hal-hal yang paling penting.
Sudut bagian kiri atas papan tulis merupakan titik yang paling menonjol. Perhatikanlah apakah para mahasiswa mengangkat lehernya atau mengubah-ubah posisi duduknya saat menulis sebuah tanda yang pasti bahwa pekerjaan Anda di papan tulis sulit untuk dilihat. Pastikanlah bahwa barang-barang yang ada di meja atau podium Anda tidak menghalangi pandangan. (Sumber: White dkk., 1978)

Lowman, J. Mastering The Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. O'Hare, M. Talk and Chalk: the Blackboard as an Intellectual Tool. Journal of Policy Analysis and Management, 1993, 12(1). Svinicki, M. D., and Lewis, K. G. Media Aids for the Classroom. Center for Teaching Effectiveness, University of Texas at Austin, October 3, 2002. http://www.utexas.edu/academic/ctre/ sourcebook/media.pdf Waksler, R. Teaching Strategies for a Barrier Free Classroom. Journal on Excellence in College Teaching, 1996, 7(2), 99-111. White, S., Hennessey, R., and Napell, S. Blackboardsmanship fbr Neophytes. Journal of College Science Teaching, 1978, 7(3), 178-179.

Dengan papan tulis tiga lapis, isilah papan bagian yang tengah terlebih dulu. Setelah papan bagian tengah penuh terisi, doronglah ke atas, dan tariklah papan bagian depan hal ini menjaga agar apa yang Anda telah tuliskan tetap terlihat. Terakhir, dorong ke atas papan bagian depan dan gunakanlah papan bagian belakang. (Sumber: White dkk., 1978) Bawalah kapur tulis atau spidol dan penghapus cadangan ke kelas. Jika kapur tulis yang tersedia sudah tinggal bagian-bagian kecilnya atau tinta spidol yang ada sudah mengering, maka Anda akan siap dengan milik Anda sendiri.

Mengevaluasi Pekerjaan Anda di Papan Tulis


Mintalah mahasiswa untuk memberitahu pada Anda apakah tulisan Anda di papan tulis sudah jelas. Anda juga dapat menyediakan sedikit waktu setelah kelas selesai, untuk
berjalan ke bagian belakang ruangan kelas dan mengkritisi pekerjaan Anda di papan tulis, sebelum menghapusnya. (Sumber: Svinicki dan Lewis, 2002)

Mintalah satu atau dua mahasiswa untuk meminjamkan catatannya pada Anda. Jelaskanlah bahwa Anda ingin memperoleh pemahaman tentang seberapa baik Anda melakukan tugas Anda. Perhatikanlah seberapa banyak para mahasiswa menyalin dari papan tulis dan apa yang mereka salin. Apakah hal-hal intinya sudah jelas? (Sumber: White dkk., 1978)

Daftar Referensi
Black, K. A. What to Do When You Stop Lecturing: Become a Guide and a Resource. Journal of Chemical Education, 1993, 70(2), 140-144. Dobbs, J. The Blackboard as an Active/Interactive Language Teaching Tool. College ESL, 1997, 7(2). Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psychological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association. 2003. Jones, M. B. A Day at the Blackboard. Journal of College Science Teaching, 1993, 22(5), 308.

466

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Papan Putih Interaktif

467

47
Whiteboard Interaktif

Whiteboard interaktifinteraktif whiteboard(disebut juga sebagai papan putih elektronik atau papan pintar) adalah layar proyeksi berukuran sangat besar yang disambungkan dengan laptop dan internet. Papan putih interaktif dapat menampilkan catatan-catatan yang ditempatkan di papan, dokumen-dokumen yang disimpan dalam komputer, dan halaman-halaman yang diunduh dari internet. Beberapa papan putih interaktif dapat menerima teks yang diketik pengajar dalam komputer maupun catatan yang ditulis tangan secara langsung pada papan dengan menggunakan stilus (pena elektronik). Semua catatan yang diketik maupun dituliskan tersebut dapat dengan mudah disimpan sebagai dokumen dalam komputer; kedua jenis catatan tersebut kemudian juga dapat dikirimkan melalui e-mail, dipublikasikan ke suatu halaman Web, dimasukkan ke dalam suatu blog, atau dicetak dan dibagikan pada para mahasiswa. Pengajar juga dapat menyimpan suatu rekaman suara/audio pendamping.

Berikanlah penekanan pada kemampuan interaktifnya. Undanglah mahasiswa untuk maju ke papan tulis demi memecahkan suatu permasalahan, belajar secara kolaboratif/ bersama teman lain, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Beauchamp dan Parkinson (2005) menjelaskan bagaimana seorang pengajar Sains menggunakan papan putih interaktif untuk melibatkan mahasiswa dalam diskusi dan menghasilkan hipotesis: Di papan tulis, pengajar menampilkan suatu video mengenai benda padat yang dipanaskan, beserta suatu tabel dan bagan yang menggambarkan perubahan suhu seiring berjalannya waktu. Secara berkelompok-kelompok, mahasiswa kemudian diminta untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi dengan partikel-partikelnya seiring peningkatan suhunya, dan para mahasiswa tersebut kemudian menuliskan penjelasannya di papan tulis. Pengajar kemudian menggunakan piranti lunak (software) simulasi untuk menjelaskan tentang pergerakan partikel pada berbagai suhu dan untuk membandingkan hasilnya dengan hipotesis dari para mahasiswa.

Tips-tips Praktis
Gunakanlah papan ketik nirkabel. Papan ketik nirkabel (wireless keyboard) memung kinkan Anda untuk bergerak ke belakang atau samping ruangan dan untuk melihat papan dari sudut pandang mahasiswa. Maka, mahasiswa dapat memusatkan perhatiannya pada layar daripada pada Anda. Pilihlah bahan-bahan dengan penuh pertimbangan. Bertahanlah dari godaan untuk memberikan jumlah materi yang sangat banyak. Terlalu banyak memberikan informasi pada mahasiswa dapat membebani atau menekan mereka. Aturlah dengan seksama apa yang Anda sajikan demi memastikan bahwa hal tersebut memang sesuai dengan tujuan pembelajaran Anda. Periksa ulang tautan apa pun yang Anda rencanakan untuk digunakan. Tandailah situssitusnya dan periksalah semuanya tepat sebelum kelas dimulai. Para mahasiswa akan segera teralih jika mereka harus melihat Anda berjuang untuk menemukan halaman Web yang tepat. Gunakanlah layarnya untuk memusatkan perhatian mahasiswa. Ketika mahasiswa berjalan masuk ke dalam kelas, tayangkanlah pengingat atau gambaran garis besar dari kegiatan hari tersebut atau suatu kegiatan pembuka untuk dilakukan para mahasiswa di tempat duduknya.

Keuntungan utama dari penggunaan whiteboard interaktif adalah bahwa presen tasinya dapat mencakup berbagai teks, gambar, video, dan suara yang telah dipersiapkan. Sebagai tambahan, perhatian mahasiswa akan tertuju pada materi perkuliahan, bukannya pada masing-masing laptop atau alat pembelajaran yang dapat dipindahkan (mobile device), di mana godaan belanja atau bermain online dapat mengganggu mereka (Smith dkk., 2005). Kekurangan paling utamanya adalah waktu persiapannya, waktu yang dibutuhkan untuk menguasai peralatan ini, serta kebutuhan akan dukungan teknisi untuk menangani permasalahan yang mungkin muncul (Glover dkk., 2005)

Strategi-strategi Umum
Galilah kemampuan-kemampuan yang dimiliki alat multimedia ini. Sebuah papan elektronik
bukanlah sekadar pengganti papan tulis biasa (konvensional). Bereksperimenlah dengan penggunakan presentasi multimedia dan jalur hubungan Web (webstreaming), misalnya, untuk menunjukkan sel-sel dalam masa perubahannya di suatu percobaan atau untuk menampilkan peta, hasil karya seni, dan rekaman suara yang mendampingi perkuliahan tentang peperangan pada masa Perang Sipil.

Daftar Referensi
Beauchamp, G., and Parkinson, J. Beyond the Wow Factor: Developing Interactivity with the Interactive Whiteboard. School Science Review, 2005,86(316), 97-103. Glover, D., Miller, D., Averis, D., and Door, V. The Interactive Whiteboard: A Literature Survey. Technology, Pedagogy and Education, 2005, 1(2), 155-170. Smith. H. J., Higgins, S., Wall, K., and Miller, J. Interactive Whiteboards: Boon or Bandwagon? A Critical Review of the Literature. Journal of Computer Assisted Learning, 2005, 21(2), 91-101.

468

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Proyektor (OHP)

469

48
Proyektor (OHP)

Bagaimanapun, proyektor juga memiliki beberapa ketidaknyamanan (OHare, 1993; Paldy, 1997): Layarnya biasanya lebih kecil daripada papan tulis atau whiteboard inter-aktif. Suara dari peralatannya atau dari kipas pendinginnya bisa mengganggu konsentrasi. Pengajar mungkin harus terus berada dekat dengan alat ketika menggunakannya. Pengaturan untuk menyimpan, meminjam, dan mengembalikan peralatan yang digunakan bersama bisa jadi merepotkan.

Kebanyakan kampus memiliki beberapa jenis proyektor yang tersedia untuk digunakan dalam kelas: Proyektor transparansi (lembar bening) yang menampilkan teks atau gambar yang ada di atas lembar plastik bening atau transparan ke layar. Proyektor ini dapat diletakkan di atas meja, mudah untuk dioperasikan dan dapat digunakan dalam ruangan yang pencahayaannya cukup terang maupun yang setengah gelap. Pembicara dapat menyiapkan transparansinya terlebih dulu atau menulis di atas suatu transparansi kosong saat sedang presentasi. Kamera dokumen digital memproyeksikan baik objek-objek dua dimensi (termasuk gambar, foto, dan artikel koran yang mendetail) maupun objek-objek tiga dimensi (seperti eksperimen dengan beberapa botol lalat buah yang ditayangkan secara langsung) ke layar lebar. Sebagai tambahannya, kamera dokumen adalah proyektor yang memiliki kemampuan alat pemindai (scanner), mikroskop, dan komputer; sebagai contoh, alat ini dapat memperbesar, menghentikan tayangan, dan menampilkan suatu objek dari sudut pandang yang berbeda-beda. Proyektor LCD (liquid crystal display) dan proyektor DLP (digital light proccessiry) dikaitkan dengan komputer dan menampilkan video, data, dan dokumen-dokumen teks pada suatu layar atau permukaan yang datar lainnya.

Bagian-bagian berikutnya akan mendiskusikan tentang penggunaan proyektor transparansi (lembar bening); banyak dari tips berikut dapat diaplikasikan pula pada jenis proyektor lainnya.

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah transparansi untuk presentasi Anda. Anda dapat menonjolkan
pengorganisasian presentasi Anda, memberikan penekanan pada hal-hal utama dari apa yang Anda sampaikan, merangsang minat mahasiswa, dan menyimpan serta mensintesis (menggabungkan) diskusinya. Batasilah diri Anda agar tidak menampilkan lebih dari selusin transparansi dalam perkuliahan sepanjang lima puluh menit. (Sumber: Cook, 1995)

Pastikanlah bahwa para mahasiswa dapat melihat layar dan gambar yang ditampilkan.
Fokuskanlah proyektor sebelum kelas dimulai dan pastikanlah bahwa pencahayaan di ruang kelas tidak mengganggu gambar yang ditayangkan. Tempatkanlah proyektor sedikit di sisi samping ruangan, daripada di tengah, untuk memberikan jalur melihat yang lebih baik. Para ahli menyarankan agar proyektornya berjarak sekitar enam kaki dari layar. Siapkanlah sebuah lampu cadangan, dan ketahuilah bagaimana untuk mengganti bola lampu yang mati. Meredupkan sedikit lampu di ruangan akan membantu penglihatan. (Sumber: Cook, 1995)

Dalam kelas, ketiga jenis proyektor tersebut memiliki kelebihan dibandingkan papan tulis (diadaptasi dari OHare, 1993; Paldy, 1997): Pengajar dapat dengan mudah menyiapkan transparansi (lembar bening) yang bagus tampilannya dan gambar atau citra digital, menggunakan piranti lunak komersil, dan mereka dapat menggunakan ulang bahan-bahan ini sesuai keinginan. Pengajar dapat menulis di atas transparansi atau menggunakan komputer sambil menghadap ke arah mahasiswanya. Gambar atau citra yang diproyeksikan lebih jelas dan lebih mudah dilihat daripada gambar0 di atas papan tulis. Proyektor dapat diredupkan atau dimatikan selama presentasi berlangsung untuk memusatkan perhatian mahasiswa pada pengajar atau pada hal lainnya.

Pertahankanlah kontak mata dengan para mahasiswa Anda. Berdirilah di samping proyektor sehingga Anda tidak menghalangi layar. Jangan balikkan badan Anda dari kelas untuk melihat ke arah layar; Anda dapat mencuri pandang ke arah layar hanya untuk memeriksa fokus atau kejelasan gambar. Menjauhlah dari proyektor ketika Anda tidak perlu untuk menggunakannya. (Sumber: Cook, 1995) Dapatkanlah umpan balik dari mahasiswa. Suatu hari, seorang pengajar yang sangat bangga dengan OHPnya meminta maaf pada para mahasiswanya karena tidak dapat menemukan proyektornya tersebut. Para mahasiswa di kelasnya berdiri dan bertepuk tangan. Pengajar tersebut kemudian menganalisis dan mengembangkan tekniknya. (Sumber: Cook, 1995)

470

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Proyektor (OHP)

471

Menggunakan Proyektor Overhead sebagai Papan Tulis Kapur


Menulislah di atas transparansi seperti halnya Anda akan menulis di atas papan tulis.
Mulailah menulis di ujung kiri atas lembaran, kemudian menyamping, lalu bergerak ke bawah ke jalur berikutnya; gunakanlah judul, kepala kalimat, dan garis bawah atau warnawarna untuk memberikan penekanan pada pernyataan-pernyataan kunci; berikanlah waktu pada mahasiswa untuk menyalin apa yang telah Anda tuliskan; bagikanlah salinan dari bagan-bagan atau gambar-gambar yang kompleks. Jika Anda membuat kesalahan atau ingin menggunakan ulang transparansinya, hapuslah apa yang tertulis dengan tisu atau kain yang lembab.

atau membentang (menggunakan lebar halaman, bukan panjangnya) sehingga teksnya tidak terputus di bagian kepala/judul dalam pandangan penonton. Jika alat cetak (printer) tidak dapat menangani lembar transparansi, periksalah di pusat media institusi Anda atau pergilah ke jasa fotokopi komersial. (Sumber: Cook, 1995; Gribas dkk., 1996)

Batasilah jumlah materi dalam satu transparansi. Cetaklah atau tulislah dengan hurufhuruf besar dan kecil. Tulislah tidak lebih dari tujuh baris tulisan pada tiap transparansi dan tidak lebih dari tujuh kata per barisnya. Huruf setinggi satu inci akan dapat terbaca hingga jarak tiga puluh dua kaki; dalam ruangan yang lebih kecil, gunakanlah huruf yang lebih kecil. Uji cobakanlah beragam ukuran huruf dalam ruang kelas Anda pada kondisi pandangan secara umum. (Sumber: Cook, 1995; Svinicki dan Lewis, 2002) Gunakanlah warna. Gunakanlah tinta biru atau hitam; warna merah atau hijau akan sulit
dibaca. Tonjolkanlah hal-hal penting seiring Anda menjelaskan dengan menggarisbawahi dan memberikan kotak dengan pulpen warna yang khusus untuk digunakan di atas transparansi. (Tinta dalam pulpen biasa tidak menempel di atas plastik transportasi).

Berhati-hatilah dalam menyiapkan transparansi dengan tulisan tangan. Gunakanlah tinta permanen jika Anda berniat untuk menggunakan kembali transparansi tersebut; sebaliknya, gunakanlah tinta yang larut dalam air atau minyak. Warna-warna yang terbaik adalah hitam, biru, dan hijau. Huruf-huruf setinggi kira-kira seperempat atau setengah inci akan terproyeksikan dengan baik dalam ruang kelas yang kecil. Taruhlah selembar kertas bergaris di bawah transparansi untuk menjadi panduan seiring Anda menulis di atas lembaran transparansi tersebut. Untuk mencegah noda atau corengan, tempatkanlah sehelai kertas yang bersih di bawah tangan Anda.

Menampilkan Transparansi yang Sudah Dipersiapkan


Aturlah transparansi Anda sesuai urutan yang akan Anda tampilkan. Pastikanlah bahwa
catatan Anda memiliki urutan yang persis sama. Tempelkanlah penanda di garis batas catatan Anda untuk menunjukkan kapan memasang transparansi berikutnya. Untuk menghindari terlalu banyak menyingkapkan cahaya saat mengganti transparansi, tahanlah lembar yang baru di atas dan turunkanlah ketika Anda menyingkirkan yang sebelumnya.

Gunakanlah alat penunjuk yang kecil. Gunakanlah alat penunjuk yang akan dapat bertumpu di suatu bagian di atas transparansi (Cook, 1995, merekomendasikan pengaduk koktail dari plastik berukuran kecil). Karena apa pun gerakan alat penunjuk akan diperbesar oleh proyeksi, Anda perlu untuk menggerakkan penunjuk dengan pelan dan mantap di atas transparansi. Gerakan-gerakan yang cepat akan mengagetkan, dan goyangan ringan akan tampak seperti goncangan keras di layar. Tempatkanlah selembar kertas tidak transparan di atas proyektor untuk menandakan jeda. Ketika Anda berbicara tetapi tidak lagi mengacu pada transparansi, gelapkanlah
layar dengan menempatkan selembar kertas setengah buram di atas proyektor. (Layar kosong yang menyala dapat mengganggu, tetapi mematikan mesin dapat membuat ruangan terlihat terlalu gelap, dan beberapa proyektor akan terkunci otomatis jika dimatikan dan dihidupkan kembali dengan terlalu cepat).

Setelah menayangkan suatu transparansi, tunggulah sebentar sebelum berbicara.


Berilah waktu pada mahasiswa untuk membaca sekilas materinya; jangan membaca kannya untuk mereka. Tayangkanlah transparansi dengan cukup lama agar mahasiswa dapat mencatat atau memfoto materinya; beritahukanlah pada mereka jika Anda akan mem-pos-kan materi tersebut secara online.

Taruh sehelai plastik bening di atas transparansi yang akan Anda gunakan berulang kali.
Pada plastik yang diletakkan di atas, Anda dapat menonjolkan atau memberikan penekanan pada bagian-bagian utama dari transparansi yang permanen, atau menambahkan rincian pada apa yang ada di transparansi permanen tersebut.

Bawalah setidaknya satu lembar transparansi ke kelas. Gunakanlah transparansi kosong


untuk mencatat pemikiran-pemikiran mahasiswa, mengembangkan suatu konsep yang baru disebutkan secara singkat sebelumnya, atau mengklarifikasi hal-hal yang muncul saat kelas berlangsung.

Menciptakan Rangkaian Transparansi (Lembar Bening untuk Diproyeksikan)


Gunakanlah piranti lunak (software) pemroses kata, presentasi, atau pembuat grafik.
Akan mudah untuk menghasilkan transparansi yang tampak bagus dengan menggunakan komputer, dan Anda juga dapat membuat salinan tercetak atau mem-pos-kan transparansi secara online. Pilihlah huruf (font) sans serif (seperti Helvetica), dan gunakanlah huruf besar dan kecil dari setidaknya 30-40. Aturlah halaman Anda dalam posisi landscape

Daftar Referensi
Cook, D. Use and Abuse of Overhead Transparencies. University of Alberta, Teaching and Learning Exchange, 1995, 2(3). Gribas, C., Sykes, L., and Dorochoff, N. Creating Great Overheads with Computers. College Teaching, 1996, 44(2).

472

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian


O'Hare, M. Talk and Chalk: the Blackboard as an Intellectual Tool. Journal of Policy Analysis and Management, 1993, 12(1). Paldy, L. G. Graphics in the Lecture Hall. Journal of College Science Teaching, 1997, 27(1), 4-5. Svinicki, M. D., and Lewis, K. G. Media Aids for the Classroom. Center for Teaching Effectiveness, University of Texas at Austin, October 3, 2002. http://www.utexas.edu/academic/cte/ sourcebook/media.pdf

Tayangan Slide (Slide Shows)

473

49
Tayangan Slide (Slide Shows)

Pada beberapa perkuliahan misalnya, dalam Sejarah Seni, Arsitektur, dan Biologi Tanaman sebagian waktu di kelas digunakan untuk menunjukkan slide-slide digital. Penambahan gambar dapat menambah daya tarik, keragaman, dan manfaat pengajaran pada presentasi dalam bidang apa pun. Satu gambar dapat mengikutsertakan mahasiswa dalam cara-cara yang tidak dapat dilakukan oleh penjelasan lisan maupun tulisan. Kekurangan utama dari memproyeksikan gambar ke layar adalah bahwa ruangan harus digelapkan, yang dapat menyulitkan bagi mahasiswa yang mencatat di kertas (tetapi tidak bagi yang menggunakan laptop).

Karena slide fotografik berkurang kualitasnya seiring waktu, beberapa ahli menyarankan untuk mengubah slide fotografik menjadi dokumen-dokumen digital (Pitt dkk., 2002). Banyak alat pemindai (scanner) yang tidak mahal yang dapat melakukan konversi tersebut, dengan beragam hasil dan kecepatan. Peralatan yang lebih canggih diperlukan untuk memastikan reproduksi warna yang dapat diandalkan atau untuk membuat penyesuaian lainnya pada gambar (Carlson, 2005; Lancy, 1999). Meski gambar fotografik lebih tajam dan bisa jadi lebih bagus, gambar digital lebih praktis, lebih mudah disimpan, dan menawarkan pilihan untuk menambahkan teks atau bagan pada gambar aslinya. Beberapa kampus menyediakan jasa pengkonversian digital.

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah gambar-gambar untuk memperkuat pengenalan konsep, mengilustrasikan pemikiran, atau merangsang minat mahasiswa. Anda dapat menggunakan gambar-gambar
untuk mengilustrasikan langkah-langkah dari suatu proses, untuk mengklarifikasi hubungan antar ruang/spasial atau tampilan/visual, dan untuk menunjukkan objekobjek atau dokumen-dokumen sumber. (Sumber: Pitt dkk., 2002)

Rancanglah presentasi Anda di seputar gambar yang Anda gunakan. Gambar-gambar yang Anda gunakan dan perkuliahan Anda harus saling melengkapi. Jika Anda hanya memiliki enam atau tujuh gambar, Anda mungkin ingin untuk mengumpulkan kesemuanya dari-pada menyebarkannya di sepanjang kelas yang berdurasi lima puluh menit. Atau Anda mungkin ingin untuk membuat beberapa unit kecil dari materi di sekitar setiap slide.

474

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Tayangan Slide (Slide Shows)

475

Sadarilah tentang undang-undang hak cipta. Di bawah persyaratan penggunaan yang adil, dari undang-undang hak cipta Amerika Serikat (AS), pengajar dapat membuat satu salinan untuk tujuan pendidikan dari sebuah gambar yang dilindungi hak ciptanya, yang berasal dari suatu buku atau jurnal atau majalah tanpa perlu meminta izin dari pemegang hak ciptanya. Namun, undang-undang hak cipta sedang berubah, dan persyaratan untuk menyalin imej dari internet, khususnya, tampaknya akan berubah. Untuk mempersiapkan kemungkinan tak terduga di masa datang, simpanlah catatan tentang sumber dari setiap gambar. Catatan mengenai sumber-sumber ini juga akan menjadi penting jika nantinya Anda ingin menggunakan suatu gambar untuk mengilustrasikan sebuah artikel, esai, atau monograf. (Sumber: Lancy, 1999)

Gunakanlah alat penunjuk laser. Penunjuk manual (yang dikendalikan dengan tangan) atau gerakan tangan bisa tidak terlihat dalam suatu slide yang diproyeksikan. Gunakanlah proyektor LCD dengan pengontrol jarak jauh nirkabel. Untuk kemudahan pergerakan yang maksimal, pilihlah proyektor yang memiliki pengontrol jarak jauh (remote control) yang nirkabel. Kebanyakan alat pengontrol memiliki tiga tombol (memajukan, memundurkan, memfokuskan) dan mudah digunakan. Tampilkanlah suatu slide selama satu hingga tiga menit. Anda mau memberikan waktu pada mahasiswa untuk mempelajari slide-nya dan mendengarkan apa yang Anda katakan tentangnya. Pengajar yang berpengalaman menayangkan tidak lebih dari empat puluh slide dalam pembicaraan berdurasi lima puluh menit, dan yang lebih umum lagi adalah dua puluh hingga tiga puluh slide. Tunjukkanlah slide yang lebih sedikit dan lebih baik daripada terburu-buru karena menunjukkan terlalu banyak, kecuali maksud Anda memang untuk menghayati banyak sekali slide secara cepat. Jika dibutuhkan, hentikan, perbesar, dan perkecil slide dan detail-detailnya. Tampilkanlah slide secara bersisian/ bersebelahan untuk perbandingan atau melihat sudut pandang. Jika diperlukan, mintalah mahasiswa untuk menggambarkan slide yang ditampilkan dalam catatan mereka. Menggambar slide akan memperkuat pemahaman dan ingatan
mahasiswa. Selain mem-pos-kan slide-nya dalam situs Web perkuliahan, Anda juga dapat mem-pos-kannya di luar kantor Anda dan mengundang mahasiswa untuk mampir dan mengembangkan gambar mereka. Jangan terkejut jika beberapa penggambar kemudian membentuk kelompok diskusi secara spontan.

Menempatkan dan Menciptakan Slide


Manfaatkanlah koleksi-koleksi yang sudah ada. Periksalah koleksi-koleksi slide fotografik dan gambar digital yang tersedia di kampus. Bangunlah jaringan dengan pengajar lainnya untuk saling berbagi dan mengeksplorasi sumber-sumber yang ada. Cari tahulah penyedia online dari gambar-gambar dalam bidang Anda, seperti ARTstor atau Getty Images. (Sumber: Rockenbach dan Marmor, 2005) Ciptakanlah gambar milik Anda sendiri. Menggunakan komputer, pemindai (scanner),
mesin fotokopi, dan kamera, Anda dapat menyalin dan memodifikasi hampir semua gambar tercetak atau online. Namun demikian, kebanyakan ilustrasi buku teks dan peta yang mendetail kurang bagus untuk direproduksi; carilah peta yang lebih sederhana yang menekankan lokasi atau rute yang paling penting. Gunakanlah piranti lunak (software) pemroses kata, gambar, dan tabel untuk menciptakan bagan, gambar, dan grafik. Untuk gambar-gambar yang tidak akan ditampilkan lama di layar, jangan menghabiskan terlalu banyak waktu dalam nilai penciptaannya. Berjuanglah untuk menghasilkan gambargambar dengan pencahayaan baik yang memiliki kontras yang baik dan sedikit atau tidak ada sama sekali informasi pengganggu atau tambahannya. (Sumber: Svinicki dan Lewis, 2002)

Dalam kelas-kelas besar, tampilkanlah slide ketika mahasiswa sedang berdatangan.


Dengan menampilkan slide-slide ketika mahasiswa sedang menyesuaikan dirinya sendiri, Anda dapat mengarahkan perhatian mereka ke arah bagian depan ruangan, sehingga akan lebih mudah untuk meminta kelas untuk menjadi lebih teratur. Ketika lampu di ruangan dihidupkan, hanya slide yang bersih dan sederhana yang akan dapat terlihat. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Pilihlah piranti lunak (software) yang sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan Anda.
Jika Anda belum pernah menggunakan piranti lunak (software) pengoreksi gambar sebelumnya, mintalah saran pada kolega dan mahasiswa Anda mengenai program apa yang akan sesuai dengan kebutuhan Anda. Program-program yang canggih, seperti Photoshop, dapat menciptakan gambar yang sangat bagus dan kompleks, tetapi programprogram tersebut menuntut waktu dan kesabaran dalam mempelajarinya. Jika tujuan Anda adalah untuk menciptakan bagan alur yang sederhana, Anda dapat pula memilih untuk bekerja dengan alat yang lebih sederhana.

Daftar Referensi
Carlson. S. Ditch the Slide Projector: An Art Professor Brings Paintings to Life with Software. Chronicle of Higher Education, June 24, 2005. Lancy. D. F Teaching with TechnologyDigital Slides. College Teaching, 1999, 47(3), 82-83. McKeachie, W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Pitt, S. P , Updike, C. B., and Guthrie, M. E. Integrating Digital Images into the Art and Art History Curriculum. Educause Quartery, 2002, 25(2), 38-44. Rockenbach, B., and Marmor, M ARTstors Digital Landscape. Library Journal, 2005, 130(12), 3437. Svinicki, M. D., and Lewis, K. C. Media Aids for the Classroom. Center for Teaching Effectiveness, University of Texas at Austin, October 3, 2002. http://www.utexas.edu/academic/cte/ sourcebook/media.pdf

Tips-tips Praktis
Aturlah cahaya yang kecil untuk catatan Anda. Jika podium di ruang kelas Anda tidak
diperlengkapi dengan lampu, bawalah lampu senter.

476

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Rekaman Video dan Klip

477

50
Rekaman Video dan Klip

yang lebih lama harus memenuhi tujuan pembelajaran tertentu, seperti pengajaran tentang proses atau pemahaman tentang waktu atau tempat yang jauh jaraknya. Analisislah tujuan-tujuan Anda, dan aturlah kegiatan-kegiatan yang sesuai untuk sebelum, selama, dan setelah penayangan video.

Tontonlah terlebih dulu keseluruhan video sebelum Anda menayangkannya di kelas.


Pastikanlah bahwa muatannya sesuai untuk mahasiswa Anda dan video tersebut memang merupakan cara terbaik bagi mahasiswa untuk mempelajari konsep atau materi yang ingin Anda ajarkan. Pastikanlah apakah Anda ingin menayangkan video tersebut selama waktu di kelas atau menugaskan mahasiswa untuk menontonnya sebagai tugas rumah. Ketika Anda menonton terlebih dulu materinya, hentikanlah video untuk segera menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam kelas setelah penayangannya.

Di sebagian besar kampus, peralatan untuk melihat dan membuat video biasanya tersedia dipusat multimedia atau perpustakaan, dan banyak kampus memiliki koleksi video yang begitu beragam. Beragam jenis video juga dapat diunduh dari internet; situssitus seperti YouTube, Video Google, dan Video Yahoo menawarkan ribuan klip-klip singkat dan, makin meningkat, perkuliahan dalam beragam topik secara penuh. Tayangan dokumenter televisi terpilih, diskusi panel, program yang membahas masalah masyarakat, dan pertunjukan tentang bagaimana untuk dan hiburan, yang dipublikasikan, juga tersedia secara online dalam situs Web channel televisi tersebut atau di situs video pihak ketiga. Beberapa pengajar dan mahasiswa membuat videonya sendiri tentang percobaan ilmiah, wawancara, pertunjukan, dan pembicara tamu. Di beberapa kelas, mahasiswa mengumpulkan proyek video atau proyek akhir semester yang mengandung komponen video. Jika Anda merencanakan untuk merekam dan menyajikan pada kelas Anda materi yang dimiliki hak ciptanya oleh pihak lain (misalnya, semua atau sebagian dari program televisi), tanyakanlah terlebih dulu pada petugas yang mengurusi hak cipta, staf bagian media, atau pustakawan di kampus Anda, untuk membantu memutuskan apakah Anda memerlukan izin tertulis dari pemegang hak ciptanya.

Mengatur Pengalaman Menonton yang Aktif


Persiapkanlah mahasiswa Anda untuk menonton video. Jelaskanlah mengapa Anda
menayangkan video dan apa yang Anda harapkan untuk dipelajari mahasiswa darinya. Apakah videonya menunjukkan contoh-contoh dari konsep-konsep kunci, mengkaji ulang materi yang telah dibahas sebelumnya, atau mengajukan permasalahan baru? Kaitkanlah video tersebut dengan apa yang sudah mahasiswa ketahui tentang subjeknya, dan perkenalkanlah istilah-istilah baru atau nama-nama yang tepat di papan tulis.

Sediakanlah pertanyaan-pertanyaan pemandu. Penelitian menyatakan bahwa mahasiswa memperoleh lebih banyak pengetahuan faktual/nyata dari menonton suatu video dan lebih berhasil dalam menarik kesimpulan dari video tersebut jika mereka menuliskan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menjadi pertanyaan pemandu ketika mereka sedang menonton videonya. Langkah seperti ini lebih efektif daripada menghentikan sejenak video demi melontarkan pertanyaan pemahaman pada kelas. (Sumber: Kreiner, 1997; Lawson dkk., 2006) Pasangkanlah suatu video dengan tugas membaca. Bassham dan Nardone (1997),
misalnya, mendiskusikan topik tentang berpikir kritis dengan memasangkan film figur JFK (John F. Kennedy) dengan bacaan-bacaan yang relevan.

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah klip video pemacu. Beberapa pengajar menggunakan klip-klip video singkat
untuk memacu atau merangsang diskusi kelas, memberi jeda pada ceramah yang panjang, menimbulkan reaksi emosi, atau menangkap perhatian mahasiswa. Sebagai contoh, para pengajar Psikologi Sosial menemukan bahwa menayangkan klip-klip yang isinya relevan dapat menumbuhkan minat mahasiswa dan meningkatkan pemahaman mereka mengenai konsep-konsep dasar. (Sumber: Eaton dan Uskul, 2004)

Susun ulang bagian-bagian video saat menampilkannya. Anda dapat menghentikan videonya sejenak untuk meminta mahasiswa memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Atau hentikanlah videonya untuk mendiskusikan pandangan mereka yang berkembang mengenai suatu hal atau permasalahan sebelum mereka melihat hasil akhirnya. Atau, tayangkanlah bagian penutup atau hasilnya terlebih dulu dan tantanglah mahasiswa untuk menjelaskan tahapan atau urutan yang terjadi sebelumnya. Laksanakanlah kegiatan lanjutannya. Setelah penayangan, libatkanlah mahasiswa dalam mengevaluasi makna dari apa yang telah mereka lihat dan kaitannya dengan isi perkuliahan. Anda dapat memimpin suatu diskusi, meminta mahasiswa untuk menulis

Sesuaikanlah video yang digunakan dengan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, video
dapat secara efektif menggantikan sejumlah demonstrasi langsung dalam kelas Sains, sehingga menghemat waktu dan usaha pengajar (Laroche dkk., 2003). Penayangan video

478

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Presentasi PowerPoint

479

analisis singkat, atau meminta mereka membentuk kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan sejumlah permasalahan atau mendiskusikan hal-hal atau permasalahan yang dikemukakan dalam videonya.

51
Presentasi PowerPoint

Tips-tips Praktis
Mintalah mahasiswa untuk menghasilkan video mereka sendiri. Beberapa pengajar mengajar dengan membimbing mahasiswa melalui suatu proses perekaman kegiatan atau fenomena dan kemudian menganalisisnya. (Sumber: Lessie, 2001) Ketika Anda menayangkan suatu video di kelas, menontonlah bersama dengan mahasiswa.
Anda dapat belajar banyak dengan mengamati mahasiswa-mahasiswa Anda saat mereka sedang menonton videonya. Hindarilah menjadikan tayangan video sebagai cara Anda menyibukkan mahasiswa saat Anda tidak dapat masuk kelas atau saat Anda perlu melakukan hal-hal yang lain.

Fungsikanlah perlengkapan yang dimiliki mahasiswa. Banyak mahasiswa membawa perlengkapan untuk video ke kelas: laptop, telepon genggam, dan peralatan penayang lainnya. Anda dapat memanfaatkan perlengkapan-perlengkapan tersebut dengan memberikan tugas pada kelompok-kelompok kecil untuk menganalisis video atau bagian dari video yang berbeda-beda untuk kemudian dilaporkan kembali ke seluruh kelas sebagai bagian dari penelitian yang lebih luas.

Daftar Referensi
Bassham, G., and Nardone, H. Using the Film, JFK to Teach Critical Thinking. College Teaching, 1997, 15(1), 10. Eaton, J., and Uskul, A. K. Using The Simpsons to Teach Social Psychology. Teaching of Psychology, 2004, 31(4). 277-278. Kreiner, D. S. Guided Notes and Interactive Methods for Teaching with Videotapes. Teaching of Psychology,1997, 24(3) 183-185. Laroche, L. H., Wulfsberg, G., and Young, B. Discovery Videos: A Safe, Tested, Time Efficient Way to Incorporate Discovery-Laboratory Experiments into the Classroom. Journal of Chemiral Education, 2003, 80(8), 962-966. Lawson, T. J., Bodle, J. H., Houlette, M. A., and Haubner, R. R. Guiding Questions Enhance Student Learning front Educational Videos. Teaching of Psychology, 2006, 33(1), 31-33. Lessie, D. Video Capture and Analysis: Seizing on Computer Technology to Teach the Physical Sciences. Journal of College Science Teaching, 2001, 30(4).

Beragam program piranti lunak (software) dapat digunakan untuk membuat slide dari teks dan gambar yang telah disusun, tetapi program PowerPoint dari Microsoft telah begitu mendominasi pasar hingga banyak orang menggunakan kata PowerPoint seolah kata tersebut merupakan istilah yang umum. Pihak-pihak yang mendungnya menyatakan bahwa PowerPoint dan program-program lain yang serupa merupakan alat yang cepat dan efektif yang dapat menghemat waktu para pengajar, mengurangi beban mencatat pada mahasiswa (karena mereka dapat memperoleh salinan tercetak dari slide-slide tersebut), dan memungkinkan presentasi untuk dimodifikasi, ditambahkan keterangan, dan disimpan dengan mudah (Doumant, 2005; Lyons dkk., 2003). Pihakpihak yang mengkritik menggunakan slogan PowerPointless(kekuatan tanpa arti) dan Death by PowerPoint (mati akibat PowerPoint) untuk menjelaskan kerugian intelektual dan pedagogis (terkait pendidikan) dari penggunaan tayangan slide tersebut: struktur kerangka yang bertingkat mengendalikan presentasinya, menuntut agar pemikiranpemikiran yang ada harus diolah ulang dan dipotong-potong menjadi titik-titik bulat; pola klik-klik dapat melemahkan isi presentasi, terlalu menyederhanakan pemikiranpemikiran yang rumit, tidak mendukung spontanitas, menghalangi analisis yang serius, dan menjadikan pemirsanya menjadi pemikir yang pasif dan tidak kritis (Adams, 2006; Klemm, 2007; Tufte, 2006).

Para peneliti yang telah meneliti efek PowerPoint dalam kelas melaporkan bahwa mahasiswa cenderung lebih terpuaskan dengan presentasinya, tetapi dampaknya pada pembelajaran mahasiswa masih beragam (Apperson dkk., 2006; Bartsch dan Cobern, 2003; Hardin, 2007; James dkk., 2006; Susskind, 2005). PowerPoint tampak-nya tidak menghalangi dan tidak pula meningkatkan pembelajaran mahasiswa (Clark, 2008; Levasseur dan Sawyer, 2006; Noppe dkk., 2007). Saran-saran berikut ini akan membantu Anda untuk menghindari masalah-masalah yang umum dihadapi dengan PowerPoint. Untuk saran dalam asek-aspek teknis, konsultasikanlah dengan Pusat Teknologi kampus Anda atau bacalah materi-materi yang dikembangkan oleh universitas-universitas lain, seperti Universitas Washington (catalyst. washington.edu).

480

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Presentasi PowerPoint

481

Strategi-strategi Umum
Gunakanlah PowerPoint secara bijaksana. Jangan gunakan PowerPoint pada setiap sesi kelas,
dan jangan gunakan PowerPoint selama periode kelas berlangsung secara terus-menerus. Kombinasikanlah presentasi singkat menggunakan PowerPoint dengan media lainnya dan dengan menggunakan papan tulis. (Sumber: Gallagher dan Reder, 2004-05)

gaya berbincang lebih baik daripada gaya yang resmi/formal; pengaturan materi dengan kerangka dan judul yang jelas; menghubungkan antara kata dan gambar yang ditayangkan pada waktu bersamaan atau berurutan satu sama lain di layar; animasi disajikan dengan kata-kata yang diucapkan daripada teks tertulis.

Jangan pernah membaca slide Anda. Gunakanlah slide untuk menonjolkan inti atau
kepala/ide umum dari apa yang Anda bicarakan. Membacakan slide secara lantang, seolah berasal dari sebuah penerjemah jarak jauh (teleprompter), adalah salah satu hal paling membosankan yang dapat dilakukan pengajar dalam kelas.

Jangan berikan masternya. Penelitian menunjukkan bahwa PowerPoint meningkatkan pembelajaran ketika mahasiswa dapat memperoleh salinan tercetak dari slide-slide perkuliahannya. Hindarilah menyediakan terlalu banyak materi yang tersedia untuk diunduh hingga membuat mahasiswa tidak melihat alasan untuk datang ke kelas. Ingatkanlah para mahasiswa mengenai pentingnya peranan menuliskan catatan dalam proses belajar. Beberapa pengajar meniadakan beberapa materi dari versi slide yang dapat diunduh materi tersebut hanya ditayangkan di dalam kelas. Jika Anda menampilkan slide bersamaan dengan suatu buku ajar, tambahkanlah materi-materi lain yang belum ada dalam buku sehingga mahasiswa tidak merasa bahwa kuliah di kelas hanyalah sekadar ringkasan dari buku tersebut. Beberapa pengajar menyiapkan butir-butir pembicaraan yang perlu diunduh mahasiswa sebelum kelas dimulai dan dipersiapkan untuk didiskusikan di kelas. Pengajar lainnya, sesuai yang dimungkinkan oleh ukuran perkuliahan, membagikan catatan kerangka sebelum perkuliahan, berisi dengan istilah-istilah kunci, kerangka umum, dan bagan-bagan yang dapat diisi mahasiswa selama kelas berlangsung. Catatan: Karena tidak semua mahasiswa dapat mengakses atau menggunakan software PowerPoint, publikasikanlah catatan-catatan Anda dalam bentuk PDF, yang gratis. (Sumber: Levasseur dan Sawyer, 2006; Klemm, 2007; Noppe dkk., 2007; Quible, 2002) Milikilah rencana cadangan. Jika masalah teknis terjadi, jangan habiskan waktu Anda untuk mencoba memperbaikinya. Datanglah ke kelas dengan lebih dulu menyiapkan rencana cadangan setumpuk salinan tercetak dari presentasi Anda atau serangkaian transparansi (lembar bening untuk presentasi) untuk OHP . (Sumber: Lyons dkk., 2003)

Batasilah jumlah slide-nya. Beberapa pengajar menyarankan untuk membatasi presentasi dengan PowerPoint hanya hingga lima belas menit dalam suatu kelas yang berlangsung selama satu jam. Jika Anda ingin menyajikan presentasi yang lebih lama, para peneliti menyarankan untuk menyajikan tidak lebih dari tiga puluh slide untuk presentasi selama empat puluh lima menit, dan menyisakan lima belas menit di akhir untuk diskusi. (Sumber: Bates dan Poole, 2003) Bersikaplah ekonomis terkait dengan teks/tulisan. Ketika mahasiswa membaca suatu
slide, mereka tidak mendengarkan Anda. Untuk slide yang berorientasi horizontal (landscape), ikutilah prinsip satu slide, satu topik. Panjang teks sebaiknya tidak lebih dari satu kalimat atau dua judul. Gunakanlah bentuk huruf yang sederhana, jenis huruf sans serif (Arial, Helvetica, atau Lucida Grande), huruf besar dan huruf kecil, dalam cetakan tebal berukuran 18 hingga 30. (Sumber: Alley, 2003; Yaffe, 2008)

Batasilah jumlah daftar yang ditandai dengan bulatan-bulatan. Karena Anda dibatasi hanya sedikit kata saja, daftar dengan bulatan-bulatan dapat terlalu menyederhanakan pemikiran-pemikiran yang kompleks, membuat informasi yang penting menjadi tidak terjelaskan, atau menyebabkan generalisasi yang terlalu dangkal. Jika Anda menggunakan bulatan-bulatan, jagalah agar daftarnya tersusun atas beberapa hal dan teksnya diletakkan secara pararel (sejajar). (Sumber: Alley, 2003; Tufte, 2006) Gunakanlah grafik dan bagan daripada tabel. Grafik atau bagan biasanya lebih mudah
untuk dibaca dan dipahami daripada tabel; jika tabel dibutuhkan, bagikanlah pada mahasiswa sebagai selebaran. Periksa ulanglah setiap grafik untuk memastikan bahwa Anda telah mendefinisikan variabel-variabelnya, memberi nama untuk tiap snanku, dan memberi nama untuk komponen-komponennya.

Pilihlah warna dengan hati-hati. Untuk kebanyakan tujuan, Anda akan menginginkan
untuk menggunakan huruf berwarna putih di atas latar belakang hitam. Layar yang putih dengan huruf berwarna hitam dapat menyulitkan mata. Hindarilah kombinasi di mana latar belakang menelan atau mengalahkan teksnya: teks warna putih di atas merah; putih di atas biru; kuning di atas biru; biru di atas kuning; merah di atas hitam. Pilihlah perpaduan warna yang membuat teks menjadi mudah dibaca. Sekitar 8 (delapan) hingga 10 (sepuluh) persen laki-laki memiliki sejumlah derajat buta warna (biasanya kebutaan warna merah-hijau), jadi pastikanlah bahwa warna-warna yang penting berbeda dalam tingkat terangnya juga. Kecuali Anda memiliki latar belakang dalam bidang desain grafis, batasilah diri Anda hingga dua atau tiga warna saja pada tiap slide. (Sumber: Marieb dan Hoehn, 2006; Yaffe, 2008)

Menyiapkan Sebuah Presentasi


Rancanglah presentasi Anda dengan mengingat prinsip-prinsip pembelajaran. Penelitian
dalam pembelajaran multimedia menunjukkan bahwa ciri-ciri berikut ini membuat belajar menjadi lebih efektif (diadaptasi dari Mayer, 2005): kata-kata dan ilustrasi (gambar, dan lain-lain) dibandingkan kata-kata saja; tidak ada materi-materi tambahan;

482

BAGIAN IX: Teknologi-teknologi Presentasi/Penyajian

Presentasi PowerPoint

483

Hindarilah permen mata. Penelitian menunjukkan bahwa mengelaborasi (menambahnambahkan atau menghias-hias) bentuk slide sesungguhnya dapat menyebabkan pembelajaran yang lebih rendah. Bertahanlah dari godaan untuk menambahkan teks yang terbang, gambar-gambar clip art, animasi, dan suara. Daripada berusaha untuk menghias materi yang tidak menarik, pilihlah materi yang memang menarik. Gunakanlah gambargambar yang diam, latar belakang yang sederhana, dan kontras yang baik antara keduanya. Ketika Anda ragu tentang suatu gambar, tinggalkanlah. Jangan gunakan suara kecuali memang terkait langsung dengan apa yang Anda bahas. (Sumber: Levasseur dan Sawyer, 2006) Laksanakanlah uji coba teknis. Untuk memastikan bahwa teks dan gambar yang digunakan
dapat terbaca, tayangkanlah lebih dulu slide-slide Anda dalam kondisi yang mirip dengan yang ada di ruang kelas. Kerjakan ulang slide-slide yang berantakan atau terlalu rinci. Gunakanlah handout (selebaran berisi catatan), daripada slide, untuk menampilkan bagan yang kompleks/rumit.

Daftar Referensi
Adams, C. PowerPoint, Habits of Mind, and Classroom Culture. Journal of Curriculum Studies, 2006, 33(4). 389-411. Alley, M. The Craft of Scientific Presentations: Critical Steps to Succeed and Errors to Avoid. New York: Springer, 2003. Apperson, J. M., Laws, E. L., and Scepansky, J. A. The Impact of Presentation Graphics on Students Experience in the Classroom. Computers and Education. 2006, 47(1), 116-126. Bartsch, R. A., and Cobern, K. M. Effectiveness of PowerPoint Presentations in Lectures. Computers and Education, 2003, 41(1), 77-86. Bates, A. W, and Poole, G. Effective Teaching with Technology in Higher Education. San Francisco: JosseyBass, 2003. Clark, J. PowerPoint and Pedagogy: Maintaining Student Interest in University Lectures.College Teaching, 2008, 56(1), 39-45. DenBeste, M. PowerPoint Technology and the Web: More Than Just an Overhead Projector for the New Century? History Teacher, 2003, 36(4), 491-504. Doumant, J. L. The Cognitive Style of PowerPoint: Slides Are Not All Evil. Technical Communication, 2005, 52(1), 64-70. Gallagher, E. V, and Reder, M. PowerPoint: Possibilities and Problems. Teaching Excellence, 2004-05, 16(3). Hardin, E. E. Presentation Software in the College Classroom: Don't Forget the Instructor. Teaching of Psychology, 2007, 34(1),53-56. James, K. E., Burke, L. A., and Hutchins, H. M. Powerful or Pointless? Faculty vs. Student Perceptions of PowerPoint Use in Business Education. Business Comnunication Quarterly, 2006, 69(4), 374396. Klemm, W. R. Computer Slide Shows: A Trap for Bad Teaching. College Teaching, 2007, 55(3), 121124. Levasseur, D. G., and Sawyer, J. K. Pedagogy Meets PowerPoint: A Research Review of the Effects of Computer Generated Slides in the Classroom. Review of Communication, 2006, 6(1), 101-123. Lyons, R. E., McIntosh, M., and Kysilka, M. L. Teaching College in an Age of Accountability. Boston: Allyn and Bacon, 2003. Marieb, E. N., and Hoehn, K. Human Anatomy and Physiology. (7th ed.) San Francisco: Benjamin Cummings. 2006. Mayer, R. E. Introduction to Multimedia Learning. In R. E. Mayer (Ed.), The Cambridge Handbook of Multimedia Learning. Cambridge, England: Cambridge University Press, 2005. Noppe, I., Achterberg, J., Duquanie, L., Huebbe, M., and Williams, C. PowerPoint Presentation Handouts and College Student Learning Outcomes. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2007, 1(1). http://academic.georgiasouthern.edu/ijsotl/v l n l/noppe/ IJ_Noppe.pdf Quible, Z. K. Maximizing the Effectiveness of Electronic Presentations." Business Communication Quarterly, 2002, 65(2), 82-85. Susskind, J. E. PowerPoints Power in the Classroom: Enhancing Students Self-Efficacy and Attitudes. Computers and Education, 2005, 45(2), 203-215. Svinicki, M. D., and Lewis, K. G. Media Aids for the Classroom. Center for Teaching Effectiveness, University of Texas at Austin, October 3, 2002. http//www.utexas.edu//academic/cte/ sourcebook/media.pdf Tufte, E. R. The Cognitive Style of PowerPoint: Pitching Out Corrupts Within. (2nd ed.) Cheshire, CT: Graphics Press, 2006. Yaffe, P . Why Visual Aids Need to Be Less Visual. Ubiquity, Mar. 25-31, 2008, 9(12).

Tips-tips Praktis
Awasi dan pertahankanlah keterlibatan mahasiswa. Aliran slide yang stabil menenangkan mahasiswa hingga menjadi pasif. Arahkanlah dan pusatkanlah kembali perhatian mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau memasukkan slide-slide yang mengajukan pertanyaan. Pertahankanlah kontak mata dengan para mahasiswa. (Sumber: Klemm, 2007)

Pastikanlah bahwa slide yang sedang ditayangkan berhubungan dengan apa yang sedang Anda bicarakan. Kosongkanlah sebuah slide untuk sementara ketika Anda sedang
memberikan komentar yang tidak terkait dengan slide atau saat sedang berinteraksi dengan mahasiswa untuk melibatkan mereka dalam suatu diskusi. Jika tidak, mahasiswa akan terganggu perhatiannya dengan mencoba untuk mencari tahu hubungan antara kata-kata Anda dengan slide yang ditampilkan. (Sumber: Klemm, 2007)

Berilah spontanitas dalam presentasi Anda. Sebagai contoh, Anda dapat menggunakan pena tinta digital untuk memberikan tambahan penjelasan atau komentar pada slide Anda saat sedang melakukan presentasi. Hapuslah jika dibutuhkan, dan simpanlah hasil akhirnya untuk nantinya dibagikan pada mahasiswa. Tayangkanlah suatu gambar di layar saat para mahasiswa mulai memasuki ruang kelas. Gambar tersebut dapat menentukan nuansa untuk sesi di kelas, menarik minat
mahasiswa, atau menjadi dasar bagi pertanyaan pembuka yang Anda ajukan pada kelas Anda. (Sumber: DenBeste, 2003)

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran

485

BAGIAN X

Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran


52. Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran 53. Rekaman Video dan Observasi Kelas 54. Portofolio Pengajaran

486

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran

487

52
Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran
Metode yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi pengajaran adalah kuesioner di akhir perkuliahan yang diisi oleh mahasiswa. Namun demikian, kuesioner ini datang terlalu terlambat, untuk dapat memberikan manfaat pada mahasiswa yang melakukan evaluasinya. Kuesioner-kuesioner seperti itu juga biasanya tidak mendorong mahasiswa untuk memberikan komentar-komentar khusus yang mungkin dibutuhkan pengajar, baik dalam menemukan kelemahan dalam pengaturan kelas, kecepatan, dan beban kerja, atau untuk menentukan seberapa baik mahasiswa telah memahami materinya.

Yang jauh lebih efektif adalah kegiatan pemberian umpan balik dini yang dilakukan selama semester berlangsung (terkadang disebut evaluasi formatif atau umpan balik yang informatif). Pemberian umpan balik dapat memunculkan komentar-komentar khusus dan kritik-kritik yang konstruktif yang Anda butuhkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai materi dan kinerja mahasiswa dalam ujian-ujian setelahnya. Sebagai tambahan, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa mengumpulkan umpan balik selama semester berlangsung memungkinkan pengajar untuk mengembangkan bahkan kelas-kelas yang sangat menantang, memperkuat pembelajaran mahasiswa, meningkatkan motivasi mahasiswa, serta membentuk sikap mahasiswa terhadap pengajar dan perkuliahan secara positif (Cohen, 1980; Fabry dkk., 1997; Hamilton dkk., 2002; Hampton dan Reiser, 2004; Kreutzer, 1993; LHommedieu dkk., 1990; Marincovich, 1999; Overall dan Marsh, 1979; Rando dan Lenze, 1994; Svinicki, 2001). Teknik-teknik yang dijelaskan di sini membutuhkan usaha yang cukup ringan, mudah dilaksanakan, menghabiskan hanya sedikit waktu kelas, dan berfokus pada pengalaman belajar mahasiswa saat perkuliahan. Lihatlah Bab 32: Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal, untuk strategi-strategi tambahan.

Strategi-strategi Umum
Putuskanlah apa yang ingin Anda ukur. Ketika Anda mengumpulkan informasi tentang
efektivitas pengajaran Anda, berfokuslah pada hal-hal yang dapat Anda ubah selama semester berlangsung misalnya, kecepatan perkuliahan, perputaran waktu dalam ujian dan tugas, atau tingkat kesulitan materinya. Mintalah mahasiswa Anda untuk mem-

488

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran

489

berikan komentar-komentar yang spesifik tentang masalah-masalah tertentu daripada respons secara umum saja terhadap perkuliahan atau pengajaran Anda.

Memunculkan Pendapat Tertulis dari Mahasiswa tentang Perkuliahan


Bagikanlah kartu indeks pada lima atau sepuluh menit pertama atau terakhir dari perkuliahan di kelas, jika ukuran kelas Anda kurang dari 100. Bagikanlah tiga hingga lima
lembar kartu tersebut pada mahasiswa dan mintalah mereka untuk menanggapi dua pertanyaan secara anonim (tanpa nama), satu pertanyaan di bagian depan kartu, satunya lagi di bagian belakang. Jelaskanlah bahwa tujuan Anda adalah untuk mendapatkan umpan balik. Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum tentang apa yang sudah berjalan baik di perkuliahan dan apa yang perlu ditingkatkan atau diubah. Pertanyaan-pertanyaan umum lainnya meliputi: Apa yang kamu ingin agar lebih banyak? Lebih sedikit? Bagaimana pandanganmu tentang perkuliahannya? Adakah saran untuk mengembangkan perkuliahannya? Adakah permasalahan? Apakah yang kamu butuhkan sebelum akhir semester? Bagaimana saya dapat membantumu belajar dengan lebih baik? Apa yang membantumu dalam belajar di perkuliahan ini? Apa yang membuat belajar menjadi sulit? Jika kamu dapat mengubah satu hal tentang perkuliahan ini, apakah itu? Brookfield (1995) menyarankan saran-saran berikut ini: Pada saat seperti apakah dalam kelas di minggu terakhir ini, di mana Anda merasa paling terlibat dengan apa yang sedang terjadi? Merasa paling tidak berjarak? Tindakan apakah yang dilakukan oleh pengajar atau teman sesama mahasiswa yang Anda rasa paling membantu? Yang paling membingungkan? Apakah dari kelas ini pada minggu terakhir yang paling mengejutkan Anda? Anda dapat memilih untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik/khusus tentang berbagai aspek perkuliahan, seperti apakah rangkaian permasalahan yang diberikan terlalu menantang atau apakah kecepatan perkuliahannya menyebabkan mahasiswa merasa kesulitan. Tinggalkanlah ruangan ketika para mahasiswa menuliskan komentar mereka. Mintalah seorang sukarelawan dari mahasiswa untuk mengumpulkan kartu-kartu tersebut dalam sebuah amplop manila dan mengembalikannya ke kantor Anda.

Jadwalkanlah pemberian umpan balik pada waktu-waktu yang sesuai dengan perkuliahannya. Jika Anda mengajarkan suatu mata kuliah untuk pertama kalinya atau telah
merevisi secara signifikan suatu mata kuliah yang pernah Anda ajarkan sebelumnya, Anda mungkin ingin segera mencari tahu dari mahasiswa Anda, sekitar tiga atau empat minggu setelah semester perkuliahan dimulai. Jika Anda mengajarkan mata kuliah yang telah berulang kali Anda ajarkan sebelumnya, Anda mungkin dapat menunggu hingga pertengahan semester sebelum menanyakan penilaian mahasiswa. (Bagaimanapun, jika Anda meminta umpan balik segera setelah ujian tengah semester, sebagian besar komentar akan terkait dengan ujiannya)

Doronglah mahasiswa untuk memberikan umpan balik yang bermakna. Beritahukanlah


pada mahasiswa bahwa Anda akan menggunakan komentar-komentar mereka untuk merencanakan perkuliahan-perkuliahan selanjutnya yang tersisa dalam semester tersebut dan bahwa Anda akan merangkum komentar-komentar itu untuk kelas tersebut. Jika dibutuhkan, berikanlah contoh-contoh tentang bagaimana komentar dari para mahasiswa di semester sebelumnya mengarahkan pada perubahan yang terjadi di semester yang sedang berlangsung kini. Svinicki (2001) menyarankan agar Anda mendorong mahasiswa untuk:

Memberi contoh-contoh yang spesifik/khusus. Pengajar membawa catatan yang salah kelas pada dua kesempatan adalah komentar yang lebih membantu daripada Pengajar adalah seorang yang ceroboh. Berfokus pada perilaku-perilaku yang tampak. Ketika saya ingin mendatangi kantornya pada jam kerjanya, pengajar tidak berada di sana adalah komentar yang lebih membantu daripada Pengajar yang ini tidak peduli tentang mahasiswanya. Menjelaskan dampak dari perilaku pengajar pada pembelajaran. Ketika pengajar menghadap papan tulis saat sedang berbicara, saya mengalami kesulitan untuk mengikuti presentasinya. Menyatakan pilihan dan kecenderungan. Mohon bagikan topik-topik esai pada hari Jumat sebelum akhir pekan daripada di hari Senin. Menyediakan baik komentar positif maupun negatif.

Mintalah mahasiswa untuk mengisi suatu kuesioner singkat di kelas. Di beberapa menit
pertama atau terakhis dari kelas Anda, bagikanlah sebuah kuesioner singkat pada para mahasiswa atau pada sebagian mahasiswa yang dipilih secara acak dalam suatu kelas besar, yang banyak peserta perkuliahannya. Jagalah agar jumlah butir kuesionernya sedikit tidak lebih dari sepuluh atau dua belas (Boice, 2000). Anda dapat menggunakan butir-butir pertanyaan yang relevan dari kuesioner akhir semester milik kampus atau departemen Anda, menciptakan pertanyaan-pertanyaan Anda sendiri, atau memilih pertanyaan-pertanyaan dari alat ukur yang sudah ada. Murray (1987) telah menentukan enam puluh butir pertanyaan, yang masing-masingnya mengacu pada perilaku mengajar dalam kelas yang spesifik, yang berkorelasi secara signifikan dengan efektivitas pengajaran. Alat ukur miliknya mencakup butir-butir tentang kecepatan kelas, kejelasan dari penjelasannya, interaksi antara mahasiswa dengan pengajar, dan sebagainya.

Gunakanlah teknik-teknik yang berbeda di sepanjang semester. Banyak dari teknik-teknik


yang dijelaskan berikut adalah teknik yang cukup sederhana dan hanya memakan sedikit waktu; beberapa membutuhkan perencanaan atau bantuan teknis. Pilihlah teknik-teknik yang sesuai dengan pendekatan dan filosofi mengajar Anda. Tentu saja, Anda tidak ingin menggunakan semua teknik berikut dalam satu perkuliahan; Anda juga tidak ingin untuk menggunakan teknik yang sama berulang-ulang kali. Bereksperimenlah dengan teknik yang menarik bagi Anda, modifikasilah jika Anda menginginkannya, dan lihatlah teknik mana yang memberikan informasi yang paling bermanfaat.

490

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran

491

Pertanyaan-pertanyaan yang Anda pilih seharusnya adalah butir-butir yang dapat Anda tanggapi dalam semester yang sedang berlangsung; jika tidak, mahasiswamahasiswa Anda dapat mengembangkan harapan yang salah tentang sisa perkuliahan Anda di semester yang sedang berlangsung. Masukkanlah pertanyaan-pertanyaan yang membantu mahasiswa berfokus pada pembelajaran mereka sendiri (Bagaimana Anda mengetahui bahwa Anda telah mempelajari materinya?), atau galilah apa yang dapat mahasiswa lakukan secara mandiri dalam kelas (Apakah satu hal yang Anda ingin untuk dilakukan oleh para mahasiswa lainnya demi meningkatkan perkuliahan ini? Apakah yang kamu perlu lakukan untuk meningkatkan pembelajaranmu dalam perkuliahan ini?). Anda dapat menanyakan tentang tingkat kesulitan dari materi perkuliahan, kualitas dan kuantitas tugas-tugasnya, penggunaan waktu di kelas, hal-hal yang dilakukan pengajar yang meningkatkan atau justru menghambat pembelajaran mahasiswa, bentuk dan kondisi persiapan mahasiswa di luar kelas, atau kecepatan/ritme kelas. Svinicki (2001) menyarankan untuk menambahkan sebagai butir terakhir, Pertanyaan apa yang seharusnya saya tanyakan tetapi tidak saya lakukan, dan apa seharusnya reaksi Anda? Mintalah mahasiswa agar menulis untuk Anda, bukan tentang Anda. Untuk memastikan bahwa mahasiswa menanggapi secara diam-diam, tinggalkanlah ruangan ketika mereka menyelesaikan kuesionernya secara anonim, dan mintalah seorang sukarelawan mahasiswa untuk mengumpulkan hasil isian-hasil isiannya dalam sebuah amplop dari kertas manila, dan mengembalikan amplop tersebut pada Anda atau menempatkannya dalam kotak surat departemen/jurusan Anda.

berlangsung, Berkontribusi dalam diskusi, Datang ke kelas tanpa menyelesaikan bacaannya), sedangkan Anda mengisi kuesioner yang mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan mahasiswa untuk berhasil di kelas Anda (misalnya, Mengajukan pertanyaan dalam kelas, Berpartisipasi dalam diskusi kelas, Datang ke kelas dengan siap setelah menyelesaikan tugas baca). Butir-butir tersebut diambil dari CLASSE, sebuah proyek dari Jajak Pendapat Nasional mengenai Keterlibatan Mahasiswa di AS, yang menyediakan lembar/formulir isian untuk para mahasiswa dan pengajar (nsse.iub. edu). Dalam melihat hasilnya, berpusatlah pada kesenjangan apa pun yang ada antara harapan Anda dan perilaku mahasiswa serta gunakanlah hal ini sebagai dasar untuk diskusi kelas.

Mintalah mahasiswa untuk mengirimkan pesan singkat pada Anda. Berilah tiga kartu pos untuk tiap mahasiswa di awal semester dan mintalah mereka untuk mengirimi Anda kartu selama semester berlangsung, kapanpun mereka ingin memberikan umpan balik mengenai perkuliahan. Variasi lainnya adalah dengan meminta mahasiswa mengirimi Anda surat singkat atau e-mail yang mencerminkan pembelajaran yang telah terjadi sejauh ini dalam perkuliahan. (Sumber: Hallet, n.d.; Rando dan Lenze, 1994) Gunakanlah kotak saran model tradisional. Letakkanlah sebuah kotak yang diberi label di
belakang ruang kelas. Undanglah mahasiswa untuk mengumpulkan komentar-komentar, pertanyaan-pertanyaan, aplikasi di kehidupan nyata, atau saran-saran. Seorang anggota tenaga pengajar yang menggunakan kotak pertanyaan meminta mahasiswanya untuk menuliskan nama mereka pada apa yang mereka kumpulkan. Jika mahasiswa yang mengumpulkan empat lembar atau lebih memperoleh nilai yang berada diantara dua tingkat nilai akhir, pengajar akan menghadiahinya nilai yang lebih tinggi. (Sumber: Stein, 1997)

Mintalah mahasiswa untuk mengisi suatu kuesioner singkat secara online. Beberapa sistem manajemen pembelajaran (seperti, Blackboard) serta lingkungan pembelajaran dan kerja sama (misalnya, Sakai) memungkinkan Anda untuk melakukan jajak pendapat para mahasiswa selama semester berjalan dan menerima ringkasan hasilnya. Anda juga dapat membuat kuesioner online Anda sendiri melalui situs Web seperti FAST (Free Assessment Summary Tool/Alat Perangkum Pengukuran Gratis) yang dikembangkan oleh Kampus Mount Royal di Kanada. Beberapa pengajar memberikan sedikit nilai tambahan jika mahasiswa menyelesaikan lembar formulir evaluasi online-nya. Situs-situs komersiil dapat melaporkan nama-nama mahasiswa yang mengisi lembar evaluasi, terlepas dari apa pun tanggapan yang mereka berikan. Pengajar yang membuat jajak pendapat online-nya sendiri membangun fitur sedemikian rupa sehingga setelah mahasiswa menyelesaikannya, mereka diarahkan pada halaman untuk mencetaknya dan kemudian mengumpulkannya pada pengajar untuk mendapatkan nilai tambahan. Bandingkanlah persepsi mahasiswa tentang perkuliahan dengan persepsi Anda sendiri.
Sebelum melihat kuesioner yang telah diisi mahasiswa, isilah terlebih dulu lembar evaluasi tersebut berdasarkan persepsi Anda sendiri mengenai perilaku Anda atau apa yang Anda harap, secara rata-rata, akan dikatakan para mahasiswa Anda. Secara umum, evaluasi diri cenderung akan lebih positif daripada tanggapan mahasiswa. Dalam membandingkan penilaian Anda dengan yang diberikan oleh mahasiswa Anda, carilah setiap kesenjangan dan kekurangan yang ada. Variasi lainnya adalah dengan meminta mahasiswa mengisi kuesioner yang menggali apa-apa yang telah mereka lakukan dalam kelas sejak semester tersebut dimulai (misalnya, Mengajukan pertanyaan selama kelas

Memunculkan Pendapat Mahasiswa melalui Diskusi dan Wawancara


Bagilah para mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk Berhenti/Mulai/ Melanjutkan. Mintalah kelompok-kelompok kecil tersebut untuk menentukan kegiatan
dan perilaku mengajar apa yang mereka harapkan dapat Anda berhenti lakukan, mulai lakukan, dan terus lakukan, serta untuk memberikan alasan atau penjelasan bagi tiap permintaan. Variasi lainnya adalah untuk memusatkan perhatian pada kelasnya, dan bukan pengajarnya: Apa yang kelas lakukan yang mengganggu atau menghalangi pembelajaran Anda? Apa yang dapat kita lakukan sebagai sebuah kelas yang akan membantu Anda belajar? Mintalah kelompok-kelompok tersebut untuk melaporkan kembali pada kelas dan berbagi daftar yang mereka hasilkan. (Sumber: George dan Cowan, 1999)

Aturlah agar mahasiswa Anda dapat diwawancara. Undanglah seorang kolega atau anggota pengajar lainnya untuk melaksanakan suatu evaluasi lisan dengan para mahasiswa Anda pada sepuluh atau lima belas menit terakhir dari waktu di kelas, yang disebut Diagnosa Pengajaran Kelompok Kecil (Small Group Instructional Diagnosis/SGID)

492

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran

493

atau Analisis Kelompok Kecil (Small Group Analysis). Setelah Anda meninggalkan kelas, evaluatornya bertanya pada para mahasiswa untuk bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima atau enam anggota dan memanfaatkan beberapa menit untuk melakukan hal-hal berikut: Memilih seorang juru bicara yang juga akan menuliskan komentar-komentar kelompok. Menyebutkan sesuatu dalam perkuliahan yang mereka rasa membantu atau berharga dan yang telah membantu pembelajaran mereka. Menyebutkan sesuatu yang telah menghambat pembelajaran mereka dan yang mereka inginkan untuk diubah; menentukan bagaimana perubahan akan diimplementasikan. Menyebutkan sesuatu yang dapat mahasiswa lakukan sendiri untuk meningkatkan perkuliahan.

kebutuhan mahasiswa. (Sumber: Black, 1998; Clark dan Redmond, 1982; Coffman, 1991; Diamond, 2002; Lenze, 1997; Lieberman, 1999; Millis, 2004; Snooks dkk., 2004)

Kumpulkanlah kelompok-kelompok terfokus (focus group). Mintalah beberapa sukarelawan untuk bertemu dengan Anda dan membicarakan tentang perkuliahan serta pengembangan dalam aspek pengaturan, struktur, tugas-tugas, dan sebagainya. Mulailah dengan mengajukan suatu permasalahan, kekhawatiran, atau dilema dan mintalah kelompok sukarelawan ini untuk membantu Anda memahami hal tersebut. Tindakan ini lebih efektif daripada menanyakan, Pengembangan apa yang diperlukan dalam perkuliahan ini?. Pengajar yang menggunakan teknik ini melaporkan adanya diskusi yang hidup, yang berisi saran-saran yang bermanfaat. Para pengajar yang membentuk kelompok-kelompok terfokus juga cenderung memperoleh penilaian yang lebih tinggi dari mahasiswa di akhir semester. (Sumber: Hamilton dkk., 2002; Tiberius, 2001) Tunjuklah sekelompok pemerhati/pengamat untuk setiap sesi di kelas. Pemerhati/ pengamat adalah mahasiswa yang datang ke kelas beberapa menit lebih awal dan melaporkan pada Anda tentang aspek-aspek yang bermasalah atau tantangan-tantangan dalam tugas, bacaan, atau sesi kelas sebelumnya. Rencanakanlah untuk menanggapi permasalahan yang dikemukakan pemerhati secepatnya, di permulaan kelas. Dalam perkuliahan kelas besar, sistem memerhatikan/mengamati ini juga akan memberikan Anda kesempatan untuk bertatap muka dengan lebih banyak mahasiswa. (Sumber: Fisch, 1996) Dirikanlah suatu kelompok penghubung mahasiswa. Mintalah dua hingga empat orang mahasiswa untuk bertemu dengan Anda secara berkala di luar kelas untuk membahas tentang kesulitan-kesulitan atau ketidakpuasan-ketidakpuasan dalam perkuliahan. Anggota dari kelompok ini dapat dirotasi dari daftar nama para sukarelawan, asalkan seluruh kelas selalu tahu siapa-siapa penghubung yang bertanggung jawab saat itu dan bagaimana serta alasan mengapa menghubungi mereka. Jika Anda mengajar perkuliahan dengan banyak kelompok diskusi, undanglah tiap kelompok untuk mengirimkan perwakilannya. Doronglah mahasiswa penghubung untuk berkeliling dan mencari tahu informasi-informasi dari mahasiswa lainnya, baik secara formal, maupun informal. Laporkan kembali pada kelas tentang pertemuan Anda dengan kelompok penghubung. (Sumber: Fuhrmann dan Grasha, 1983; National Research Council (Dewan Penelitian Nasional), 2003; Tiberius, 1997) Bentuklah tim manajemen mahasiswa. Setelah tiga atau empat minggu pertama di kelas,
mintalah sukarelawan dari mahasiswa untuk berperan sebagai tim manajemen atau tim sumber daya untuk perkuliahan. Tim ini bertemu secara rutin untuk menentukan areaarea yang bermasalah dan mengajukan perubahan, dan Anda mengunjungi pertemuan mereka untuk mendengarkan saran-saran yang diajukan. Pengajar yang menggunakan strategi ini menemukan bahwa teknik ini efektif untuk peningkatan kualitas perkuliahan dan mereka antusias terhadap hasilnya. (Sumber: Kogut, 1984; Nuhfer, 1997)

Evaluatornya berkeliling di antara kelompok-kelompok tersebut ketika mereka sedang bekerja untuk mengingatkan mereka tentang berapa banyak waktu tersisa yang mereka miliki dan untuk memastikan bahwa mereka tetap mengerjakan tugasnya. Evaluator kemudian meminta setiap juru bicara kelompok untuk melaporkan temuantemuan kelompoknya, lalu evaluator mencatat hasilnya di papan tulis. Setelah semua kelompok menyampaikan laporannya, evaluator kemudian merangkum butir-butir kesepakatan untuk seluruh kelas dan meminta klarifikasi atas butir-butir yang belum disepakati. Evaluator kemudian mengumpulkan komentar-komentar tertulis dari para juru bicara dan menyiapkan rangkuman lisan atau tertulis untuk Anda. Sebuah variasi dari teknik ini adalah dengan meminta para mahasiswa untuk memilih lima butir dari yang ada dalam daftar untuk setiap pertanyaan, yang paling penting bagi mereka. Kemudian, mereka mengurutkan secara mandiri dari 1 (paling penting) hingga 5 (kurang penting). Hasilnya kemudian dihitung dan diberitahukan pada kelas dan juga Anda. Variasi lainnya disebut Bare Bones Questions (Pertanyaan-pertanyaan Tulang Bersih) cukup mengurangi jumlah waktu dan pelatihan yang dibutuhkan oleh teknik SGID, tanpa mengurangi efektivitas dengan menyederhanakan diskusi kelasnya dan membagi data-data mentahnya, bukan laporan rangkumannya. Teknik lain yang lebih hemat waktu dan tenaga adalah Quick Course Diagnosis (Diagnosa Perkuliahan Cepat). Para mahasiswa menulis langsung kata atau frase di atas kartu indeks untuk menggambarkan perkuliahannya dan sebuah urutan dari 1 (satu) hingga 5 (lima) untuk menandakan tingkat kepuasan mereka. Para mahasiswa kemudian membagi respons mereka dengan yang lain dalam kelas. Berikutnya, para mahasiswa diberikan selembar kertas kosong dan diminta untuk menentukan kelebihan dan kekurangan kelas perkuliahan tersebut. Lembaran kertas tersebut dioper secara bergilir dari satu mahasiswa ke lainnya dengan setiap mahasiswa menambahkan pemikiran dan membacakan dengan keras apa yang mereka tuliskan. Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut kemudian diberi urutan ranking oleh kelompok untuk mencapai kesepakatan. Sejumlah peneliti melaporkan bahwa SGID dan variasi-variasinya mengarahkan terjadinya peningkatan dalam perkuliahan dan pemahaman yang lebih baik atas

Doronglah mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok belajar. Undanglah


perwakilan dari tiap kelompok belajar untuk bertemu dengan Anda untuk mendiskusikan

494

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran

495

kesulitan apa pun yang dihadapi dengan materi yang dipelajari. Kelompok-kelompok belajar memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dari satu sama lain, dan beberapa mahasiswa mungkin merasa lebih mudah untuk mencari bantuan sebagai satu kelompok dibandingkan sebagai perseorangan. Sementara teknik ini terlihat dapat dilakukan dalam kelas-kelas kecil, teknik ini dapat sangat efektif di suatu perkuliahan kelas besar, di mana para mahasiswa dapat merasa kurang terhubung dengan temanteman sekelasnya. Jika Anda membentuk kelompok-kelompok belajar dalam kelas, penting bagi Anda untuk membantu agar semua mahasiswa merasa dilibatkan. Lihatlah Bab 21, Belajar dalam Kelompok.

perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa pengajar yang memperoleh konsultasi dari tenaga ahli berkemungkinan lebih besar untuk meningkatkan pengajarannya. (Sumber: Brinko, 1991; Cohen, 1980; Marincovich, 1999)

Beritahukanlah mahasiswa perubahan-perubahan apa yang akan Anda buat sebagai tanggapan atas umpan balik mereka. Sampaikanlah terima kasih Anda pada mahasiswa
atas komentar-komentar yang mereka berikan dan undanglah mereka untuk berpartisipasi aktif dalam membantu Anda meningkatkan perkuliahannya. Pemberitahuan pada umum mengenai kekhawatiran bersama (misalnya, suara yang ditimbulkan dari pembangunan di luar ruang kelas, tirai penutup jendela yang macet, dan lainnya) dapat menurunkan tingkat kekesalan dan meningkatkan semangat. Sediakanlah waktu untuk mengklarifikasi (memperjelas) kesalahpahaman apa pun yang ada tentang tujuan-tujuan Anda atau tentang harapan-harapan mahasiswa. Jelaskanlah mana saja dari saran-saran mereka yang akan Anda tindaklanjuti di semester yang sedang berlangsung, mana saja yang harus menunggu hingga perkuliahan ditawarkan kembali di kesempatan berikutnya, dan mana saja yang tidak akan Anda tindaklanjuti. Beritahukanlah pula pada mahasiswa tentang hal-hal sapa saja yang bisa mereka lakukan. Sebagai contoh, jika banyak mahasiswa menuliskan bahwa mereka sering kali dibingungkan oleh tulisan Anda di papan tulis, undanglah mereka untuk lebih sering mengajukan pertanyaan. Saat Anda membahas hal-hal tersebut, cobalah untuk menghindari terdengar membela diri, marah, atau memohon maaf yang berlebihan. (Sumber: Kreutzer, 1993)

Menanggapi Umpan Balik dari Mahasiswa


Tanggapilah komentar-komentar mahasiswa dengan cepat. Melaporkan kembali apa yang Anda terima pada mahasiswa menunjukkan pada mereka bahwa Anda menghargai dan menghormati kekhawatiran mereka, dan hal ini juga membantu mereka memahami keragaman pendapat diantara teman sekelas mereka. Ketika Anda membagikan kartukartu indeks, mengadministrasikan kuesioner online, atau menjadwalkan wawancara, tanggapilah komentar-komentar mahasiswa pada pertemuan kelas berikutnya yang sesuai. Jika Anda bekerja dengan tim atau kelompok mahasiswa, rencanakanlah untuk memberikan laporan pada kelas secara berkala. Pertimbangkanlah dengan seksama apa yang mahasiswa katakan. Mulailah dengan
melihat komentar-komentar positif yang mahasiswa Anda berikan. Hal ini penting karena kita mudah dipengaruhi oleh komentar-komentar negatif. Kemudian, bacalah pernyataan mereka mengenai permasalahan-permasalahan yang ada dan saran-saran pengembangan yang mereka berikan. Carilah polanya: Apakah permasalahan yang paling umum terjadi? Adakah kesepakatan atau justru perbedaan pendapat yang begitu luas? Apakah komentar-komentar mereka menguatkan perkiraan-perkiraan Anda? Cobalah untuk tidak terlalu menekankan pada komentar salah seorang mahasiswa saja. Seiring Anda menemukan tema-tema besarnya, kelompokkanlah saran-saran mahasiswa Anda menjadi tiga kategori: Hal-hal yang dapat Anda ubah di semester yang sedang berlangsung ini (misalnya, waktu perputaran/pengumpulan dan pengembalian tugas-tugas rumah). Hal-hal yang harus menunggu hingga lain waktu, ketika perkuliahan dibuka kembali (misalnya, buku ajar yang digunakan). Hal-hal yang Anda tidak bisa atau tidak akan ubah (misalnya, banyaknya kuis atau ujian yang diberikan).

Pilihlah suatu metode menanggapi yang sesuai untuk Anda. Kebanyakan pengajar cukup mendiskusikan hasilnya dengan kelasnya secara keseluruhan. Beberapa pengajar menyediakan selebaran (handout) tanggapan terhadap semua pertanyaan selain yang tampak pribadi atau khusus (misalnya, sebuah keluhan tentang x atau y). Pengajar lainnya menyiapkan grafik dan bagan dari tanggapan-tanggapannya, atau mem-pos-kan rangkuman tanggapan di situs Web perkuliahan. Apa pun metode yang Anda pilih, hal yang terpenting adalah untuk memberikan tanggapan dengan cara yang bijak dan sesuai.

Gunakanlah Video dan Evaluasi oleh Kolega


Videokanlah salah satu kelas Anda. Menonton diri Anda sendiri di video digital memungkinkan Anda untuk melihat sendiri apakah Anda mendominasi diskusi, apakah Anda memberikan waktu yang cukup bagi mahasiswa untuk memikirkan suatu pertanyaan, apakah Anda mempertahankan kontak mata yang memadai, dan sebagainya. Untuk petunjuk-petunjuk tentang bagaimana Anda merencanakan dan menggunakan video, lihatlah Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas. Undanglah seorang pengamat untuk mengunjungi kelas Anda. Undanglah seorang kolega
atau konsultan pengajaran untuk mengamati salah satu kelas Anda dan memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek khusus dari presentasi Anda; lihatlah Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas. Sebelum kelas mulai, jelaskan lebih dulu pada pengamat tentang tujuan-tujuan khusus Anda untuk sesi tersebut atau tentang suatu

Ketika Anda menampilkan temuan-temuan Anda ini pada kelas, beritahukanlah respons-respons yang bertentangan yang muncul dalam topik-topik di ketiga kategori tersebut, sehingga mahasiswa dapat menyadari keragaman pendapat yang ada di dalam kelas. Selain itu, Anda juga mungkin ingin meminta seorang kolega atau konsultan pengajar untuk membantu Anda menentukan pilihan-pilihan yang ada untuk membuat

496

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran


497

teknik khusus yang Anda coba sempurnakan (misalnya, tingkat dan metode bertanya). Bertemulah dengan pengamat tersebut segera setelah kelas selesai, saat pengalamannya masih segar dalam ingatan Anda berdua. Pertimbangkanlah untuk berpasangan dengan pengajar lainnya untuk saling mengamati kelas masing-masing dan untuk bertemu secara rutin untuk mendiskusikan tentang pengajaran. (Sumber: Braskamp dan Ory, 1994; Katz dan Henry, 1988)

Mintalah seorang kolega untuk mengkaji silabus, tugas-tugas, ujian, atau bahan lainnya dari perkuliahan Anda. Mintalah seorang kolega yang mengajar perkuliahan yang sejenis
(dapat diperbandingkan) atau yang memiliki pengetahuan tentang materi perkuliahan Anda untuk melihat materi-materi yang Anda ajarkan dan memberikan saran-saran tentang topik-topik seperti jumlah bacaan yang ditugaskan, apakah ujian-ujiannya telah cukup mencakup materi perkuliahannya, atau apakah tugas-tugas rumahnya memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dan menunjukkan pemahaman mereka. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006)

Doronglah asisten pengajar (asisten dari mahasiswa pascasarjana/GSI) Anda untuk memberikan komentar mengenai perkuliahan Anda. Dalam perkuliahan-perkuliahan
kelas besar, kebanyakan keluhan mahasiswa akan sampai pada asisten pengajar/GSI. Jika Anda memiliki beberapa GSI, mintalah mereka untuk memberi Anda laporan tertulis singkat mengenai permasalahan apa pun yang sedang dihadapi mahasiswa. Anda juga dapat meminta GSI untuk membuat daftar rangkaian topik atau permasalahan yang paling menyulitkan para mahasiswa dalam minggu terakhir.

Daftar Referensi
Black. B. Using the SGID Model for a Variety of Purposes. In M. Kaplan (Ed.), In Improve It Academy. Vol. 17. Stillwater, OK: New Forums Press, 1998. Boice, R. Advice for New Faculty Members. Boston: Allyn and Bacon, 2000. Braskamp, L. A., and Ory, J. C. Assessing Faculty Work: Enhancing Individual and Institutional Performance. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Brinko, K. T. The Interactions of Teaching Improvement. In M. Theall and J. Franklin (eds.), Effective Practices for Improving Teaching. New Directions for Teaching and Learning, no. 48, San Francisco: Jossey-Bass, 1991. Brookfield, S. D. Becoming a Critically Reflective Teacher. San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Clark, J., and Redmond, M. Small Group Instructional Diagnosis Final Report. (ED 217954) Seattle: Department of Biology Education, University of Washington, 1982. Coffman, S. J. Improving Your Teaching through Small-Group Diagnosis. College Teaching, 1991, 39(2), 80-82. Cohen, P . Effectiveness of Student Rating Feedback for Improving College Instruction: A MesaAnalysis of Findings. Research in Higher Education, 1980, 13, 321-341. Diamond, N. A. Small Croup Instructional Diagnosis: Tapping Student Perceptions of Teaching. In K. H. Gillespie (Ed.), A Guide to Faculty Development. San Francisco: Jossey-Bass, 2002. Fabry, V .J., Eisenbach, R., Curry, R. R., and Golich, V L. Thank You for Asking: Classroom Assessment Techniques and Students Perceptions of Learning. Journal on Excellence in College Teaching, 1997, 8(1), 3-2 I .

Fisch, L. The Chalk-dust Collection. Stillwater. OK: New Forums Press, 1996. Fuhrmann, B. S., and Grasha, A. F. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown, 1983. George, J. W., and Cowan, J. A Handbook of Techniques for Formative Evaluation. Sterling, VA: Stylus, 1999. Hallett, K. Postcards. Instructional Consulting, Indiana University, ad. http://www.indiana. edu/icy/assessment/postcard.html Hamilton, D. M., Pritchard, R. E., Welsh, C. N., Potter, G. C., and Saccucci, M. S. The Effects of Using In-Class Focus Groups on Student Course Evaluations. Journal of Education for Business, 2002, 77(6), 329-333. Hampton, S. E., and Reiser, R. A. Effects of aTheory-Based Feedback and Consultation Process on Instruction and Learning in College Classrooms. Research in Higher Education, 2004, 45(5), 497-527. Katz, J., and Henry, M. Turning Professors into Teachers. New York: American Council on Education and MacMillan, 1988. Kogut, L. S. Quality Circles: A Japanese Management Technique for the Classroom. Improving College and Universiyt Teaching. 1981, 32(3), 123-127. Kreutzer. C. S. Midterm Evaluation of Teaching Provides Helpful Feedback to Instructors. Teaching of Psychology, 1993, 20(4), 238-240. Lenze, L. F. Small Group Instructional Diagnosis (SGID). In K. Brinko and R. Menges (Eds.), Practically Speaking: A Sourcebook for Instructional Consultants in Higher Education. Stillwater, (OK: New Forums Press, 1997. LHommedieu. R., Menges, R., and Brinko, K. Methodological Explanations for the Modest Elects of Feedback. Journal of Educatioral Psychology, 1990, 82(2), 232-211. Lichermau, D. A. Evaluating Teaching through Electronic Classroom Assessment. In P Seldin and Associates (Eds.), Changing Practices in Evaluating Teaching. San Francisco:. Jossey-Bass. 1999. Marincovich, M. Using Student Feedback to Improve Teaching. In P Seldin and Associates (Eds.). Changing Practices in Evaluating Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1999. McKeachie. W. J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) New York: Houghton Mifflin, 2001.1. Millis, B. J. A Versatile Interactive Focus Group Protocol for Qualitative Assessments. In C. M. Wehlburg (Ed.), To Improve the Academy. Vol. 22. San Francisco: Jossey-Bass, 2004. Murray; H. G. Acquiring Student Feedback that Improves Instruction. New Directions for Teaching and Learning, no. 32. San Fransisco: Jossey-Bass, 1987, 85-96. National Research Council. Evaluating and Improving Undergraduate Teaching in Science, Technology, Engineering, and Mathematics. Washington. DC: National Academy Press, 2003. Nuhfer, E. B. Student Management Teams: The Heretics Path to Teaching Success. In W. E. Campbell and K. A. Smith (Eds.), New Paradigms for College Teaching. Edina, MN: Interaction Book Company, 1997. Overall, J. U., and Marsh, H. W. Midterm Feedback from Students: Its Relationship to Instructional Improvement and Students Cognitive and Affective Outcomes. Journal of Educational Psychology, 1979, 71(6), 856-865. Rando, W. C., and Lenze, L. F. Learning from Students: Early Term Feedback in Higher Education. University Park, PA: National Center on Postsecondary Teaching, Learning and Assessment Publications, Pennsylvania State University 1991.

498

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran


Snooks, M. K., Neeley S. E., and Williamson, K. M. From SGID and GIFT to BBQ: Streamlining Midterm Student Evaluations to Improve Teaching and Learning. In C. M. Wehlburg (Ed.), To lmprove the Academy. Vol. 22. San Francisco: Jossey-Bass, 2004. Stein. A. The Suggestion Box: An Old Idea Brings the Real World Back to Freshman Chemistry Students (and Professors). Journal of Chemical Education, 1997, 74(7), 788-790. Svinicki M. D. Lucouraging Your Students to Give Feedback. New Direction for Teaching and Learning. no.117. San Francisco: Jossey-Bass, 2001, pp. 17-24. Tiberius. R. Small Group Methods of Collecting Information from Students. In K. T. Brinko and R. J. Menges (Eds.), Practically Speaking: A Sourcebook for Instructional Consultants in Higher Education. Stillwater. OK: New Forums Press, 1997. Tiberius, R. Making Sense and Making Use of Feedback from Focus Groups. News Directions for Teaching and Learning, no, 87. San Francisco: Jossey-Bass, 2001, pp. 63-75.

Rekaman Video dan Observasi Kelas

499

53
Rekaman Video dan Observasi Kelas

Menonton sebuah rekaman video tentang pengajaran Anda merupakan pengalaman yang ampuh dan sangat berharga. Video memungkinkan Anda untuk melihat dan mendengar diri Anda sendiri mengajar, dan juga untuk mengamati keseluruhan atmosfer kelas serta tanggapan-tanggapan para mahasiswa Anda terhadap pengajaran Anda. Dengan menganalisis dinamika dalam ruang kelas Anda di video, Anda dapat memeriksa ketepatan persepsi Anda mengenai pengajaran Anda sendiri dan menemukan teknikteknik yang memang bekerja serta teknik-teknik yang memerlukan perbaikan.

Cara lain untuk memperoleh pemahaman mengenai pengajaran Anda adalah dengan mengundang seorang kolega untuk mengobservasi/mengamati kelas Anda. Tenaga pengajar dari semua tingkat dan dalam semua disiplin ilmu dapat memperoleh manfaat dari kesempatan untuk refleksi diri yang diberikan oleh observasi/pengamatan yang direncanakan secara seksama oleh rekan kerja atau tenaga ahli pengembangan pengajar (Braskamp dan Ory, 1994; Millis dan Kaplan, 1995; Webb dan McEnerney, 1995) Saran-saran berikut ini akan membantu Anda menggunakan rekaman video dan observasi kelas untuk memikirkan tentang pengajaran Anda dan mengembangkan koleksi strategi pengajaran yang lebih luas lagi.

Menyiapkan Rekaman Video


Hubungilah kantor teknologi pendidikan di kampus Anda. Banyak kampus dan universitas yang menawarkan jasa video di ruang kelas atau webcast (sambungan ke Web) untuk para pengajarnya. Kantor teknologi pendidikan dapat menjelaskan jasa dan peralatan apa yang tersedia. Di beberapa kampus, perkuliahan-perkuliahan kelas besar secara rutin menyiarkan lewat Web (webcast) untuk sepanjang semester, membuat akses ke rekaman sesi di kelas menjadi mudah. Pilihlah kelas yang biasa atau sebuah kelas yang baru (inovatif). Kebanyakan pengajar memilih sesi kelas yang mewakili pengajaran mereka sehari-harinya dan yang mencakup baik kegiatan ceramah maupun diskusi. Namun, Anda mungkin juga ingin merekam sebuah sesi dimana Anda sedang mencoba sebuah bentuk pengajaran baru atau mengajarkan materi baru untuk pertama kalinya.

500

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Rekaman Video dan Observasi Kelas

501

Umumkanlah bahwa kelas akan direkam. Beritahukanlah pada para mahasiswa Anda bahwa tujuan perekaman adalah agar Anda dapat mengkaji kinerja Anda sendiri bukan mereka dan menganalisis pengajaran Anda. Yakinkanlah mereka bahwa rekaman tersebut tidak akan disimpan, atau jelaskanlah bagaimana rekaman tersebut akan digunakan sebagai bagian dari portofolio Anda (lihatlah Bab 54, Portofolio Pengajaran). Beberapa peneliti menyarankan untuk menciptakan suatu zona bebas video bagi para mahasiswa yang tidak ingin muncul dalam rekaman. (Sumber: Malmstrom dkk., 2004) Jangan khawatirkan tentang kameranya. Peralatan rekamannya tidak mengganggu, dan
tidak membutuhkan tambahan pencahayaan. Meskipun Anda mungkin merasa sedikit kikuk atau tidak biasa di permulaan sesi, fokuslah pada pengajaran Anda dan Anda akan segera melupakan tentang kameranya. Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang akan melihat rekaman tersebut selain Anda sendiri, kecuali Anda memilih untuk membaginya pada orang lain.

mengabaikan hal-hal yang Anda telah lakukan dengan baik: berbicara pada kelas, bukan layar; menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas; dan merangkum hal-hal utamanya. Selama masa menonton ini, berfokuslah pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (dari Fuhrmann dan Grasha, 1983, hlm. 214): Hal-hal khusus apa yang sudah saya lakukan dengan baik? Hal-hal apa yang seharusnya dapat saya lakukan dengan lebih baik? Apakah yang tampaknya paling dinikmati mahasiswa? Apakah yang tampaknya paling tidak dinikmati mahasiswa? Bagaimanakah alur kelas secara keseluruhan? Jika saya dapat mengajar ulang sesi tersebut, tiga hal apa yang akan saya ubah? Bagaimana saya dapat membuat perubahan-perubahan tersebut?

Menyaksikan Rekamannya
Tontonlah videonya dengan konsultan yang mendukung. Seorang anggota tenaga
pengajar di kantor pengembangan pengajar atau kantor peningkatan pengajaran kampus Anda dapat membantu Anda dalam menemukan kekuatan-kekuatan dan kekurangankekurangan Anda. Selain memberikan saran-saran yang membantu, konsultan tersebut dapat membantu Anda menghadapi kecenderungan apa pun untuk terlalu mengkritik diri Anda sendiri. Atau mintalah kolega (rekan kerja) yang terpercaya dan berpengalaman untuk memberi Anda umpan balik yang membangun.

Pada penayangan berikutnya, berfokuslah pada aspek tertentu yang dipilih. Sebagai contoh, Anda mungkin ingin untuk memberi perhatian pada gaya presentasi Anda, atau pada jenis-jenis pertanyaan yang Anda ajukan atau jenis-jenis jawaban yang Anda berikan pada pertanyaan-pertanyaan mahasiswa. Temu kenali kekuatan-kekuatan Anda serta area-area yang membutuhkan peningkatan. Tontonlah suatu bagian dari video dengan suaranya dimatikan sehingga Anda dapat fokus pada perilaku non-verbal (bahasa tubuh) Anda. (Sumber: Murray, 1995) Buatlah tabel tentang frekuensi dan jenis interaksi dalam kelas. Untuk kelas seminar
dan kelas kecil, satu metode sederhana dalam menganalisis diskusi dalam ruang kelas adalah BIAS (Browns Interaction Analysis System/ Sistem Analisis Interaksi Brown) terbatas. Seiring Anda menonton bagian tertentu dari video tersebut, berhentilah setiap lima detik untuk memberikan tanda centang dalam salah satu dari tiga kolom berikut: Guru Bicara, Mahasiswa Bicara, Keheningan. Anda juga dapat membuat tanda Q setiap kali Anda atau mahasiswa mengajukan sebuah pertanyaan. (Sumber: Brown dan Atkins, 1988)

Tontonlah videonya sesegera mungkin. Rencanakanlah untuk menonton video tersebut langsung di hari pembuatannya, atau keesokan harinya sehingga ingatan Anda tentang kelas tersebut masih segar. Putarlah sepuluh atau lima belas menit pertama dari video tersebut hanya untuk membiasakan Anda menonton diri Anda sendiri di video. bersiaplah untuk seporsi keputusasaan yang ditimbulkan oleh video, suatu gejala kelainan yang umum yang ditimbulkan oleh distorsi media. Kebanyakan orang akan merasa malu dengan suara, penampilan, bahasa tubuh, dan perilaku mereka: Apakah saya sungguh terdengar seperti itu? Apakah rambut saya selalu berantakan seperti itu? Kenapa saya tidak menyadari bahwa kerah baju saya tidak rapi? Adalah penting untuk menyadari bahwa hal-hal mendetail seperti itu dibesar-besarkan dalam video dan jauh kurang diperhatikan maupun mengganggu dalam kehidupan nyata. Dalam keadaan bagaimanapun, blus yang kusut, atau dasi yang terlipat tidak berkaitan sama sekali dengan pengajaran yang efektif. (sumber: Krupnick, 1987) Rencanakanlah untuk meluangkan setidaknya dua jam untuk menganalisis suatu rekaman sepanjang satu jam. Begitu Anda terbiasa menonton diri Anda sendiri dalam
video, putar ulanglah rekamannya dan mulailah untuk menganalisisnya. Area-area yang bermasalah akan cenderung bermunculan begitu saja pada Anda, tetapi jangan terlalu

Analisislah jenis komentar-komentar khusus tertentu. Berfokuslah pada jenis-jenis khusus dari pertanyaan dan pernyataan: pertanyaan pengajar, tanggapan mahasiswa atas pertanyaan pengajar, pertanyaan mahasiswa, tanggapan guru atas pertanyaan mahasiswa, penguatan dan pernyataan pujian dari pengajar, serta kritik pengajar. Untuk menganalisis bagaimana Anda menggunakan pertanyaan, misalnya, tontonlah videonya, tuliskanlah semua pertanyaan yang telah Anda tanyakan, dan periksalah masalah-masalah berikut:
Berapa banyak pertanyaan yang benar-benar meminta tanggapan mahasiswa? Apakah semua pertanyaan menuntut tanggapan ya/tidak atau jawaban singkat? Atau apakah beberapa pertanyaan menuntut jawaban yang lebih kompleks? Apakah beberapa pertanyaan menuntut agar mahasiswa menjelaskan penalaran mereka? Jenis pemikiran (atau tingkat berpikir) apa yang dituntut oleh pertanyaan-pertanyaannya? Apakah Anda memberikan waktu yang memadai antar pertanyaan untuk mahasiswa memberikan tanggapan?

502

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Rekaman Video dan Observasi Kelas

503

Jika Anda mengobservasi/melihat bahwa Anda menanyakan terlalu banyak pertanyaan atau tidak memberi jeda untuk memberi mahasiswa waktu menjawab, Anda dapat berfokus pada peningkatan aspek-aspek keterampilan bertanya Anda. (Sumber: Acheson dan Gall, 2003)

Kejelasan dari Penjelasan dan Pemahaman Mahasiswa Apakah Anda mendefinisikan istilah-istilah, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip baru? memberikan contoh-contoh, ilustrasi, atau aplikasi untuk memperjelas konsepkonsep yang abstrak? dengan jelas mengaitkan antara pemikiran-pemikiran baru dengan yang sudah umum? mengetahui ketika kelas memahami atau tidak memahami Anda? mengetahui kapan mahasiswa kebingungan atau tak yakin? memberikan penjelasan alternatif ketika mahasiswa tidak paham? menurunkan kecepatan ketika mendiskusikan pemikiran yang kompleks atau sulit? menghindari penyimpangan yang tidak perlu dari topik utamanya? menggunakan teknologi secara efektif? menulis dengan jelas dan rapi?

Gunakanlah daftar pengingat (checklist) untuk memfokuskan analisis Anda. Buatlah daftar pengingat observasi diri yang mencerminkan area minat khusus Anda, atau pilihlah butirbutir yang sesuai dengan gaya pengajaran, materi perkuliahan, dan ukuran kelas Anda, dari daftar pengingat berikut (diadaptasi dari Davis, 1988, berdasarkan kuesioner dari Universitas California, Berkeley; Universitas California, Los Angeles; Universitas Illinois, Urbana-Champaign; Universitas Texas di Austin; dan Universitas Northwestern):
Pembukaan, Pengaturan, dan Penutupan Apakah Anda menyatakan tujuan dari sesi kelas dan hubungannya dengan kelas sebelumnya? merangkum secara singkat konsep-konsep utama dari kelas sebelumnya? menampilkan rangkuman atau kerangka singkat dari isi perkuliahan di permulaan sesi atau menyatakan permasalahan yang akan dipecahkan atau didiskusikan? menekankan atau menyatakan ulang pemikiran-pemikiran yang paling penting? membuat perpindahan yang mulus dari satu topik ke topik lainnya? menyatakan ulang, di penghujung kelas, apa yang diharapkan untuk diperoleh mahasiswa dari sesi kelas tersebut? merangkum hal-hal utama atau meminta mahasiswa untuk melakukannya? menghubungkan sesi hari itu dengan presentasi yang akan datang? tampak nyaman dengan materinya? memulai dan mengakhiri kelas tepat waktu?

Keterampilan Bertanya Apakah Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan apakah mahasiswa mengetahui tentang topiknya? mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara berkala untuk mengukur apakah mahasiswa memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit informasi tentang suatu topik? memberi jeda yang cukup setelah semua pertanyaan untuk memberikan waktu bagi mahasiswa menanggapi? mengajukan tingkat dan jenis pertanyaan yang berbeda untuk menantang dan melibatkan mahasiswa? mendorong mahasiswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dengan memberikan petunjuk-petunjuk atau menyatakan ulang dengan kalimat berbeda? mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan jika jawaban mahasiswa tidak lengkap atau masih dangkal? memfokuskan pertanyaan-pertanyaan tidak biasa dari mahasiswa, jika memungkinkan, untuk membantu menjelaskan konsep-konsep perkuliahan? ketika dibutuhkan, meminta mahasiswa untuk memperjelas pertanyaan mereka? meminta agar pertanyaan-pertanyaan yang memakan waktu lama, yang mewakili minat mahasiswa tertentu saja, untuk didiskusikan di jam kerja saja (di luar perkuliahan)?

Suara, Kecepatan, dan Kontak Mata Apakah Anda berbicara dengan suara yang jelas, kuat, dan mudah didengar? berbicara dengan tidak terlalu cepat maupun terlalu lambat? berbicara pada kecepatan yang memungkinkan mahasiswa untuk mencatat? menghindari frase pengisi waktu seperti kamu tahu atau umm? menggunakan intonasi untuk memvariasikan penekanannya? menyesuaikan kecepatan ketika diperlukan? membuat kontak mata yang sesuai dan berbicara pada kelas, dan bukan pada papan atau jendela? menghindari membaca dari catatan?

504

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Rekaman Video dan Observasi Kelas

505

Minat dan Partisipasi Mahasiswa Apakah Anda menyemangati pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar mahasiswa? mendengarkan komentar-komentar dan pertanyaan-pertanyaan mahasiswa secara seksama, tanpa menyela/menginterupsi? menerima sudut pandang yang berbeda? menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan apa yang mereka pelajari pada contoh-contoh atau situasi-situasi baru? melibatkan keingintahuan intelektual mahasiswa? memerhatikan dan menanggapi petunjuk-petunjuk nonverbal atas ketidakyakinan, kebingungan, atau kebosanan mahasiswa?

mengenali permasalahan, jika ada, dengan tingkat kebisingan, ventilasi, dan pencahayaan ruangan? mengatur perabotan dalam kelas, jika sesuai, untuk mencerminkan strategistrategi pengajaran Anda?

Meminta Kolega Mengobservasi Kelas Anda


Undanglah seorang konsultan pengembangan pengajar atau kolega untuk mengobservasi Anda saat mengajar. Jika kampus Anda memiliki kantor pengembangan pengajar atau
peningkatan pengajaran, salah seorang tenaga karyawannya dapat mengobservasi Anda saat mengajar. Atau Anda dapat meminta seorang kolega berpengalaman, yang mendukung mungkin seseorang dengan reputasi pengajaran yang sangat baik untuk duduk di dalam kelas Anda. Pisahkanlah observasi ini dengan proses apa pun dalam departemen/jurusan Anda yang terkait dengan status pekerjaan ataupun hadiah lainnya. Terdapat keuntungan-keuntungan dari memilih seseorang yang akrab dengan isi perkuliahannya, tetapi pengajar dari bidang studi yang berbeda dapat lebih mampu untuk fokus pada metode pengajaran Anda. Jika tidak ada satu kelas yang mewakili keseluruhan perkuliahan Anda, mintalah pengamat untuk hadir di dua sesi. Untuk kelaskelas kecil, beritahukanlah sejak awal pada mahasiswa bahwa Anda telah mengundang seorang pengamat untuk duduk di dalam kelas. (Sumber: Braskamp dan Ory, 1994; Keig, 2000; Webb dan McEnerney, 1995)

Iklim Kelas Apakah Anda berbicara pada semua atau beberapa mahasiswa dengan menggunakan namanya? menunjuk mahasiswa-mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang setara atau proporsional? menunjuk mahasiswa-mahasiswa yang duduk di area-area yang berbeda dari ruang kelas? memberi pujian, dorongan, dan kritik dengan adil? menghindari bahasa dan contoh-contoh yang dapat mengesampingkan atau menyinggung suatu kelompok? menawarkan dorongan dan dukungan yang berarti?

Aturlah suatu pengkajian ulang kolaboratif oleh rekan. Dalam pengkajian ulang
kolaboratif oleh rekan (disebut juga pengkajian ulang timbal balik), dua atau lebih pengajar bersepakat untuk saling bertukar kunjungan dan observasi ke kelas masingmasing. Orang yang bekerja sama dengan Anda bisa berada pada tingkatan yang sama, atau seorang kolega yang lebih senior yang dapat memberikan pandangan yang lebih berpengalaman. Suatu variasi yang disebut segi empat pengajaran (teaching square) terdiri dari empat orang tenaga pengajar dari disiplin ilmu yang berbeda-beda, yang mengobservasi setidaknya salah satu kelas yang diajar oleh tiga rekan lainnya. Para pengamat (observer) membagi komentar-komentarnya secara berpasangan lebih dulu, lalu kemudian dengan keseluruhan rekan-rekannya. Variasi lainnya, yang disebut klub video (video club) melibatkan para pengajar saling menonton rekaman digital satu sama lain dan mendiskusikan praktik-praktik yang terbaik. Pengkajian ulang kolaboratif tersebut di atas juga dapat melibatkan memeriksa materi-materi perkuliahan, seperti silabussilabusnya, selebaran-selebaran catatannya (handout), dan ujian-ujiannya. (Sumber: Hammersley-Fletcher dan Orsmond, 2004; Keig, 2000; Keig dan Waggoner, 1995; Rhem, 2003; Sherin, 2000)

Diskusi Apakah Anda mendorong semua mahasiswa untuk berpartisipasi dalam diskusi? menarik mahasiswa yang diam dan menghindari mahasiswa yang vokal (banyak berbicara) dari memonopoli diskusi? menghindarkan diri Anda sendiri dari memonopoli diskusi? memberikan kesempatan mahasiswa untuk mendebat apa yang anda katakan? mendorong mahasiswa untuk saling mendebat dan menanggapi? menengahi konflik atau perbedaan pendapat yang terjadi? membawa penyelesaian pada diskusinya?

Ruang Fisik dan Fitur/Tampilan Ruang Kelas Apakah Anda bergerak dalam ruangan untuk mengurangi jarak fisik antara Anda dan mahasiswa serta mempertahankan minat mereka? melibatkan para mahasiswa yang duduk di belakang ruangan?

Rencanakanlah observasinya. Bertemulah dengan pengamat sebelum kun-jungan ke


kelas untuk mendiskusikan tentang tujuan-tujuan, strategi-strategi pengajaran, kegiatankegiatan yang direncanakan dalam kelas, serta persiapan, motivasi, dan keterlibatan mahasiswa. Tawarkanlah pada pengamat tersebut salinan dari silabus perkuliahan Anda dan garis besar topik-topik untuk periode kelas tersebut, serta nyatakanlah fitur

506

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Rekaman Video dan Observasi Kelas

507

atau aspek-aspek khusus yang Anda inginkan untuk menjadi fokus pengamat dalam kelas Anda. Anda dan pengamat sebaiknya juga memutuskan metode observasi yang akan digunakan (misalnya, dengan suatu daftar pengingat (checklist), lembar peringkat/ urutan, atau komentar-komentar terbuka). Beberapa peneliti menyarankan untuk menggunakan enam hingga delapan pertanyaan terbuka dalam topik-topik seperti organisasi/pengaturan presentasinya, jalinan hubungan antara pengajar dan mahasiswa, dan kejelasan dari penjelasan yang diberikan. Yang lainnya menyarankan suatu kombinasi antara daftar pengingat (checklist), pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan narasi atau penjelasan terbuka. Atau, pengamat dapat mencatat apa yang sedang terjadi dalam jangka waktu tertentu (setiap dua menit, misalnya) pada suatu bagian dari kelas. Atau, Anda dapat meminta pengamat untuk menghitung perilaku spesifik tertentu (misalnya, gender dari mahasiswa yang bertanya, jumlah pertanyaan dari mahasiswa yang sangat dominan, dan sebagainya). Sebagai contoh dari bentuk pemberian peringkat/urutan, petunjukpetunjuk narasi, dan sistem perilaku pengajar, lihatlah Chism (2007). Terlepas dari apa pun bentuknya, pengamat seharusnya mencoba untuk melaporkan tindakan-tindakan yang ada tanpa memasukkan pendapat atau membuat penilaian. Berikut adalam contohcontoh pernyataan umpan balik yang baik dari pengamat-pengamat yang berpengalaman. Perhatikanlah bahwa mereka semua memulai dengan kata Saya: Saya memerhatikan bahwa energi mahasiswa menurun saat Anda mulai membicarakan
tentang X. Saya paling memahami prinsip tersebut ketika Anda menggunakan contoh Y. Saya dapat mengetahui bahwa Herb merasa didukung ketika Anda memahami apa yang sedang ia coba sampaikan. Saya memerhatikan ia menyampaikan pendapatnya lagi. (Sumber: Chism, 2007; DeZure, 1999; Kumaravadivelu, 1995; Millis, 1992)

dari mengetahui pandangan orang lain tentang pengajaran Anda. Ingatlah selalu bahwa pengamat juga dapat memperoleh manfaat dari penguatan yang positif: Terima kasih untuk memerhatikan hal tersebut. Saya tidak menyadarinya sebelumnya. (Sumber: Martin dan Double, 1998; Saroyan dan Amundsen, 2004)

Daftar Referensi
Acheson, K. A., and Gall, M. D. Clinical Supervision and Teacher Development: Preservice and Inservice Applications. (5th ed.) New York: Wiley. 2003. Braskamp, L. A., and Ory, J. C. Assessing Faculty Work: Enhancing Individual and Institutional Performance. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Brown, G. and Atkins, M. Effective Teaching in Higher Education. London: Methuen, 1998. Chism, N.V.N. Peer Review of Teaching: A. Sourcebook. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2007. Davis, B. G. Sourcebook for Evaluating Teaching. Berkeley: Office of Educational Development, University of California, 1988. DeZure, D. Evaluating Teaching through Peer Classroom Observation. In P . Seldin and associates (Eds.) Changing Practices in Evaluating Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1999. Fuhrmann, B. S., and Grasha, A. E. A Practical Handbook for College Teachers. Boston: Little, Brown, 1983. Hammersley-Fletcher L.. and Orsmond, P . Evaluating Our Peers: Is Peer Observation a Meaningful Process? Studies in Higher Education, 2004, 29(4), 489-503. Keig, L. Formative Peer Review of Teaching: Attitudes of Faculty at Liberal Arts Colleges toward Colleague Assessment. Journal of Personnel Evaluation in Education, 2000, 14(1), 67-87. Keig, L. W, and Waggoner, M.D. Peer Review of Teaching: Improving College Instruction through Formative Assessment. Journal on Excellence in College Teaching, 1995, 6(3), 51-83. Krupnick, C. G. The Uses of Videotape Replay. In C. R. Christensen with A. J. Hansen (Eds.), Teaching and the Case Method. Boston: Harvard Business School, 1987. Kumaravadivelu. B. A Multidimensional Model for Peer Evaluation of Teaching Effectiveness. Journal on Excellence in College Teaching, 1995, 6(3), 95-113. Malmstrom. T. K., Kennedy, E. A., and Korn, J. H. Videotaping Teaching: Student and Teacher Viewpoints. Teaching of Psychology, 2004, 31(3), 185-188. Martin, G. A., and Double, J. M. Developing Higher Education Teaching Skills through Peer Observation and Collaborative Reflection. Innovations in Education and Training International. 1998. 35(2), 161-170. Millis, B.J. Conducting Effective Peer Classroom Observations. In D. H. Wulff and, J. D. Nyquist (Eds.), To Improve the Academy. Vol. 11. Stillwater. OK: New Forums Press. 1992. Millis. B. J., and Kaplan, B. B. Enhancing Teaching through Pier Classroom Objectives. In P . Seldin and associates; (Eds.), Improving College Teaching. San Prancisco: Jossey-Bass, 1995. Murray, J. P . Successful Faculty Development and Evaluation: The Complete Teaching Portfolio. ASHE-ERIC Higher Education Report, no. 8, 1995. Rhem, J. Teaching Squarea. National Teaching and Learning Forum, 2003, 13(1). Saroyan, A., and Amudsen, C. (Eds.), Rethinking Teaching in Higher Education: From a Course Design Worshop to a Faculty Development Framework. Sterling. VA: Stylus, 2004 Sherin, M. G. Viewing Teaching on Videotape. Educational Leadership, 2000, 57(8), 36-38. Webb, J., and McEnerney, K. The View from the Back of the Classroom: A Faculty-Based Peer Observation Program. Journal on Excellent in College Teaching. 1995, 6(3), 145-160.

Perkenalkanlah pengamat pada kelas, jika sesuai. Dalam kelas-kelas kecil, di mana
pengamat dapat disadari keberadaannya, beritahukanlah pada mahasiswa tentang tujuan observasi yang sedang dilakukan (misalnya, untuk memberi Anda umpan balik tentang pengajaran Anda) dan apa yang akan dilakukan pengamat dalam kelas (misalnya, mencatat) dan tidak lakukan (misalnya, berpartisipasi dalam kegiatan kelas).

Bertemulah dengan pengamat sesegera mungkin setelah kunjungan tersebut. Semakin


cepat Anda bertemu, akan semakin segar pula ingatan Anda berdua. Anda dapat memulai dengan membahas kesan umum terhadap kelas: Aspek-aspek apakah yang telah berjalan baik? Aspek-aspek apakah yang belum? Apakah yang umum atau tidak umum? Adakah kejutan-kejutan? Apakah tujuan-tujuan Anda untuk sesi kelas tersebut dapat tercapai? Kemudian, mintalah komentar-komentar spesifik pengamat tentang perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan tertentu. Anda juga dapat menanyakan pada pengamat tentang saran-saran yang ada untuk peningkatan dalam dua atau tiga area khusus tertentu. Selama pembahasan ini dilaksanakan, cobalah untuk mendengarkan dengan pikiran yang terbuka dan cobalah untuk tidak menanggapi kritik dengan defensif (berusaha membela diri). Jika sang pengamat membuat komentar yang negatif, perlakukanlah komentar tersebut sebagai informasi yang baru bukan sebagai suatu serangan. Bahkan jika Anda tidak setuju dengan komentar pengamat tersebut, Anda akan selalu dapat memperoleh manfaat

508

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Portofolio Pengajaran

509

54
Portofolio Pengajaran

Menciptakan suatu portofolio pengajaran, atau rekaman, dengan mengumpulkan materimateri pengajaran Anda dan dokumen-dokumen terkait, memberikan Anda kesempatan untuk merefleksikan pencapaian-pencapaian Anda dan untuk menyusun informasiinformasi yang akan bermanfaat dalam revisi-revisi berikutnya dalam perkuliahan tersebut. Portofolio yang diciptakan untuk tujuan-tujuan penilaian diri sendiri ini disebut portofolio kerja, portofolio perkembangan, atau bank portofolio.

Portofolio-portofolio yang lebih selektif (terpilih) dapat diminta oleh panitia yang memutuskan tentang kepegawaian, promosi, dan jabatan tetap; portofolio-portofolio ini, yang mengombinasikan materi-materi dari beberapa perkuliahan, disebut portofolio presentasi, portofolio evaluasi, portofolio penilaian, atau portofolio pajangan. Tidak ada kesepakatan utama yang mengatur isi dari suatu portofolio; contohcontoh dari portofolio tersedia secara online, di antaranya, dalam situs Web Universitas Cornell, Universitas Nebraska, dan Universitas Massachusetts. Saran-saran berikut ini membicarakan tentang materi-materi yang dapat Anda kumpulkan untuk diri Anda sendiri dan kemudian mengadaptasinya untuk tim kepegawaian untuk memutuskan tentang nilai dan promosi.

Strategi-strategi Umum
Siapkanlah portofolio kerja yang ringkas untuk setiap perkuliahan yang Anda ajar.
Tempatkanlah salinan dari dokumen-dokumen yang relevan dalam suatu wadah seiring semester berjalan: silabus perkuliahan, materi-materi perkuliahan, contoh-contoh tugas, ujian, dan contoh-contoh hasil kerja mahasiswa. Tuliskanlah semua ide untuk mengembangkan perkuliahan seketika pemikiran itu muncul di benak Anda, dan rangkaikanlah portofolio tersebut segera setelah akhir semester, ketika ingatan Anda masih sangat jelas.

Masukkanlah contoh dari kesuksesan dan kegagalan. Pemilihan materi-materi yang


seksama dan dipikirkan dengan matang akan membantu Anda berpikir lebih kritis tentang pengajaran Anda. Bagaimanapun, jangan mengabaikan kesalahan dalam pengajaran Anda. Pengajar yang baik mengambil risiko dan bereksperimen dengan

510

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Portofolio Pengajaran

511

pemikiran-pemikiran baru. Seiring Anda membuat portofolio Anda, refleksikanlah apa yang Anda telah dan belum lakukan secara kritis.

Simpanlah dokumen pengajaran selama semester berlangsung. Menulis secara rutin tentang pengajaran Anda dapat berkontribusi pada pertumbuhan Anda sebagai pengajar. Aturlah suatu dokumen berikutnya (salinan tercetak atau online) untuk setiap kelas yang Anda ajar, dan luangkanlah lima atau sepuluh menit segera setelah setiap sesi untuk menuliskan sejumlah komentar: Pada hal-hal yang manakah mahasiswa Anda tampak bingung? Pertanyaan-pertanyaan apakah yang mereka tanyakan? Sebaik apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan mampu melibatkan mahasiswa? Sebaik apakah Anda mengalokasikan waktu dalam kelas? Tambahkan juga pertanyaan ujian yang terpikir, dan buatlah daftar dari satu atau dua hal yang Anda dapat lakukan untuk meningkatkan sesi ini. Kaji ulanglah catatan-catatan tersebut ketika Anda menyiapkan diri untuk mengajar perkuliahan ini lagi. (Sumber: McKeachie dan Svinicki, 2006; Mues dan Sorcinelli, 2000)

membantu mahasiswa mempelajari pengetahuan yang faktual/sesuai kenyataan, prinsip-prinsip dasar, dan cara-cara untuk mengaplikasikan materi perkuliahan dalam situasi baru; menumbuhkan kemampuan berpikir kritis (kemampuan untuk menganalisis pemikiran-pemikiran dan informasi-informasi dari beragam sudut pandang); memfasilitasi/membantu perolehan keterampilan-keterampilan belajar seumur hidup; mengembangkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah (problem solving); mengembangkan kapasitas kreatif (menemukan, merancang, menampilkan diri dalam seni, musik, atau drama); menguatkan penulisan; membantu mahasiswa mengekspresikan dirinya sendiri secara lisan; mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menginterpretasi atau mengekspresikan konsep-konsep menggunakan perwakilan visual atau matematis.

Komponen-komponen suatu Portofolio Kerja


Gambarkanlah perkuliahannya. Catatlah judul perkuliahan dan nomor perkuliahannya. Berapa kali Anda telah mengajar perkuliahan tersebut? Apakah perkuliahan tersebut merupakan mata kuliah wajib atau pilihan? Bagaimanakah perkuliahan tersebut sesuai dengan kurikulum departemen atau jurusan Anda? Apakah ada kegiatan perkuliahan yang memberikan tuntutan tersendiri pada waktu Anda (misalnya, kunjungan lapangan atau proyek mahasiswa)? Gambarkanlah para mahasiswa Anda. Berapa banyak mahasiswa yang terdaftar? Apakah
para mahasiswa tersebut tampak lebih atau kurang terlibat, ingin tahu, pasif, atau bekerja keras dibandingkan mahasiswa-mahasiswa lain yang pernah Anda ajar? Berapa banyak mahasiswa yang terdaftar di awal perkuliahan, tetapi kemudian membatalkannya? Seberapa stabilkah tingkat kehadiran mahasiswa di sepanjang semester? Apakah mahasiswa datang pada jam-jam kerja Anda? Apakah Anda melakukan usaha tambahan untuk bekerja dengan mahasiswa yang belum cukup siap untuk perkuliahan tersebut atau dengan mahasiswa yang menghadapi tantangan-tantangan tertentu? Apakah Anda melakukan usaha tambahan untuk bekerja dengan mahasiswa terbaik Anda?

Filosofi dan metode. Tuliskanlah pernyataan singkat tentang nilai-nilai yang menggambarkan pengajaran Anda. Hal-hal terpenting apakah yang membimbing pengajaran Anda? Apa yang Anda lakukan untuk membantu mahasiswa belajar? Bagaimanakah tujuan-tujuan Anda diterjemahkan ke dalam tindakan? Bagaimanakah pilihan strategi-strategi pengajaran Anda terkait dengan tujuan-tujuan Anda? Bagaimanakah metode-metode Anda mempertimbangkan tingkatan dan kemampuan mahasiswa Anda? Apakah kebijakan penilaian Anda? Perubahan-perubahan apakah yang Anda lakukan dalam topik-topik, bacaan-bacaan, atau tugas-tugas untuk perkuliahan yang telah Anda ajarkan berulang kali? Seberapa baikkah perubahan-perubahan tersebut bekerja? (Sumber: Chism, 1997-98; Coppola, 2002) Karena mengajar adalah sesuatu yang pribadi, Anda mungkin ingin merancang pernyataan filosofi Anda sebelum melihat contoh-contoh dari orang lain. Jika Anda mengalami kebingungan, cobalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut (Korn, 2003): Apakah ciri-ciri dari pengajar terbaik dan terburuk yang pernah Anda miliki? Metafora (perumpamaan) apa yang akan menggambarkan pengajaran Anda? Jika Anda memutuskan untuk melihat contoh-contoh, carilah situs Webnya atau situs Web universitas Anda (menggunakan kata kunci filosofi pengajaran atau pernyataan pengajaran) atau lihatlah Tollefson dan Davis (2002). Dampak. Jelaskanlah bagaimana pengajaran Anda mendorong pemikiran mandiri, pengembangan intelektualitas, dan antusiasme mahasiswa terhadap materi yang dipelajari. Bagaimana Anda menentukan apakah mahasiswa sudah memiliki kompetensi yang diharapkan dan mempelajari materinya? Bukti apakah yang Anda miliki tentang pembelajaran oleh mahasiswa? Berapa banyak mahasiswa yang menampilkan pemahaman dan pada tingkatan apa? Apa saja kesalahan pikir yang mahasiswa miliki dan bagaimana Anda menangani hal tersebut? Seberapa baik hasil kerja mahasiswa memenuhi tujuantujuan intelektual Anda terhadap perkuliahan tersebut? (Sumber: Bernstein, 2002)

Tuliskanlah penilaian singkat tentang pengajaran Anda sendiri dalam perkuliahan ini.
Penilaian diri sendiri biasanya mencakup empat komponen: (1) tujuan perkuliahan, (2) filosofi dan metode-metode pengajaran Anda, (3) dampak perkuliahan Anda pada pembelajaran mahasiswa, dan (4) rencana-rencana Anda untuk pengembangannya.

Tujuan. Apakah tujuan-tujuan Anda dalam mengajarkan perkuliahan tersebut? Seberapa baikkah perkuliahan tersebut telah memenuhi tujuan-tujuannya? Masalahmasalah apakah yang Anda jumpai dalam usaha Anda untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut? Berikut adalah contoh-contoh tujuan (diadaptasi dari materi-materi dalam situs Web Universitas Negara Bagian Iowa, Universitas Carnegie Mellon, dan niversitas Indiana/Universitas Purdue di Indianapolis):

512

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Portofolio Pengajaran

513

Pengembangan. Apakah titik kelebihan dan kelemahan dari perkuliahan dan pengajaran Anda? Apakah yang akan Anda lakukan secara berbeda lain kali? Apakah yang Anda temukan paling menarik tentang perkuliahan ini? Yang paling mengganggu? Sebagai tambahan, tuliskanlah pemikiran-pemikiran spesifik apa pun yang Anda miliki untuk mengembangkan pengajaran Anda.

perkuliahan tersebut; serta publikasi dan presentasi yang telah mahasiswa lakukan di bawah bimbingan Anda. Ingatlah untuk memperoleh izin dari mahasiswa untuk menyimpan salinan makalah/karya tulis, buku/laporan laboratorium, tugas, atau laporan mereka.

Kumpulkanlah materi perkuliahan yang terpilih. Masukkanlah salinan-salinan dari silabus


perkuliahan, ujian dan tugas, hasil tugas baca dalam perkuliahan, handout, dan catatan mengajar Anda. Berilah penjelasan atau catatan pada materi-materi tersebut untuk memberikan rincian tentang bagaimana Anda menggunakannya dan penilaian jujur Anda tentang efektivitasnya. Perhatikanlah secara kritis materi-materi tersebut untuk menentukan jenis-jenis tugas intelektual yang Anda berikan pada mahasiswa. Apakah materi-materi tersebut mencerminkan keluasan dan kedalaman yang memadai? Komentar atau penjelasan Anda dapat berupa tanggapan terhadap jenis-jenis pertanyaan sebagai berikut:

Jelaskanlah inovasi atau percobaan (eksperimen) apa pun yang telah Anda lakukan. Baik percobaan-percobaan Anda tersebut berhasil atau tidak, bahaslah tentang apa yang Anda telah coba lakukan, serta dampaknya pada mahasiswa dan pengajaran Anda. Masukkan pula segala upaya untuk memperoleh umpan balik dari mahasiswa selama semester berlangsung serta perubahan-perubahan yang Anda buat untuk menanggapinya; lihatlah Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal dan Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran. Berikanlah komentar pada penilaian mahasiswa dari perkuliahan tersebut. Masukkanlah
sebuah salinan dari lembar penilaian mahasiswa dan hasilnya, dengan menuliskan proporsi tanggapannya (persentase mahasiswa Anda yang mengumpulkan kuesioner penilaiannya). Tanggapilah evaluasi dan kritik dari mahasiswa secara singkat dan terbuka, dengan mengomentari aspek-aspek manakah yang Anda sependapat dan akan diubah pada periode berikutnya serta aspek-aspek manahkah yang tidak Anda sepakati; lihatlah Bab 60, Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

Apakah konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip utama telah dibahas dengan memadai sehingga mahasiswa dapat memahami pemikiran-pemikiran yang maju dan penelitian dalam bidang tersebut? Apakah penanganan terhadap materi yang dipelajari konsisten dengan penelitian dan pemikiran yang terkini dalam bidangnya? Apakah materi ini berharga dan penting untuk diketahui? Apakah topik-topiknya disusun secara logis? Apakah setiap topik memperoleh perhatian yang sepantasnya jika dibandingkan dengan topik-topik lainnya? Apakah bacaan-bacaannya mewakili karya terbaik dalam bidang ini? Apakah mereka (bacaan-bacaannya) menawarkan pandangan-pandangan yang beragam dan terkini? Apakah tugas-tugas bacanya sesuai, dalam hal tingkatan dan panjangnya? Apakah tugas-tugasnya disesuaikan dengan silabusnya secara efektif dan berkesinambungan secara baik dalam perkuliahan? Apakah frekuensi pemberiannya sudah sesuai? Apakah ujian-ujian dan tes-tesnya memberikan mahasiswa kesempatan yang adil untuk menampilkan kemampuan mereka? Apakah mereka dapat mencakup materi perkuliahannya secara memadai? Apakah pertanyaan-pertanyaan ujiannya mengukur kemampuan mahasiswa untuk menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dan juga keakuratan ingatan mereka? Apakah standar penilaiannya telah disampaikan secara jelas pada mahasiswa? Apakah penilaiannya adil dan konsisten? Apakah komentar-komentar yang ditulis di kertas ujian bersifat membangun dan membantu?

Evaluasilah peran Anda dengan asisten pengajar. Jika Anda bekerja dengan asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana (graduate student instructor/GSI), kajilah peranan Anda dalam membimbing, mengawasi, dan mengevaluasi mereka. Apakah yang telah Anda lakukan yang terutama efektif dalam membantu mereka belajar tentang bagaimana untuk mengajar? Apakah yang dilakukan oleh GSI yang terutama membantu para mahasiswa atau Anda? Seberapa puas Anda dengan kinerja pengajaran GSI? Apa yang akan Anda lakukan secara berbeda jika Anda mengajar mata kuliah ini lagi? Lihatlah Bab 58, Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar dari Mahasiswa Pascasarjana. Tambahkanlah evaluasi apa pun yang diberikan oleh pengkaji atau pengamat. Jika kolega atau konsultan pengajaran mengobservasi perkuliahan Anda, mewawancarai mahasiswa Anda, atau mengkaji materi-materi pengajaran Anda, masukkanlah catatan-catatan mereka dalam portofolio Anda. Jika sesuai, tambahkanlah pernyataan-pernyataan dari pengajar di departemen/jurusan Anda atau dari bagian lain di kampus Anda terkait tingkat persiapan para mahasiswa Anda untuk perkuliahan-perkuliahan berikutnya. Tempatkanlah portofolio salinan tercetak Anda dalam bentuk yang nyaman. Simpanlah materi-materinya dalam wadah (folder) atau kotak yang telah diberi label, sedemikian rupa sehingga akan dapat dengan mudah diperbarui saat Anda mengajar perkuliahan tersebut berikutnya. Map tiga lubang (three-ring binder) juga dapat berfungsi dengan baik. Berilah tanggal semua materi-materi tersebut, dan buatlah tabel daftar isinya secara singkat.

Masukkanlah contoh-contoh yang mewakili (representatif) pembelajaran mahasiswa. Jika sesuai, masukkanlah persebaran nilai ujian para mahasiswa; contoh-contoh hasil kerja mahasiswa dengan komentar-komentar Anda; rancangan berkelanjutan dari makalah/ karya tulis mahasiswa dengan komentar-komentar Anda untuk pengembangannya; hasil kerja yang sudah dinilai dari mahasiswa yang hasilnya tertinggi dan terendah dalam

514

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Portofolio Pengajaran

515

Buatlah sebuah portofolio elektronik. Dibandingkan dengan salinan tercetak, materimateri elektronik lebih mudah untuk diperbarui, diarahkan, dan disebarluaskan. Portofolio elektronik (e-portfolio) juga dapat mencakup video dan rekaman suara, atau tautan (link) dengan materi multimedia. Dengan portofolio elektronik, bahkan lebih penting lagi untuk membatasi jumlah informasi dan untuk mengorganisasikannya. Barrett (2003) menjelaskan bagaimana untuk menciptakan suatu portofolio elektronik; contoh-contoh dari portofolio elektronik, pro dan kontranya, serta alat-alat dan sumber daya-sumber dayanya dijelaskan dalam Batson (2002), Heath (2005), serta Lorenzo dan Ittelson (2005). Rencana Portofolio Sumber Terbuka/The Open Source Portfolio Initiative (www.osportfolio.org), yang dirancang untuk bekerja sama dengan Proyek Sakai (www. sakaiproject.org), menawarkan piranti lunak (software) dan cetakan (template) serta alatalat untuk para pengajar yang tertarik mengembangkan portofolio elektronik (e-portfolio). Laboratorium Pengetahuan (The Knowledge Lab) di Yayasan Carnegie untuk Kemajuan Pengajaran dan Pembelajaran (The Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching and Learning) memuat galeri portofolio-portofolio pengajaran multimedia dan KEEP , suatu perangkat peralatan gratis (www.CarnegieFoundation.org/KML/KEEP/index/htm).

singkat. Portofolio presentasi dapat mencakup beberapa hal dari daftar berikut (diadaptasi dari Braskamp dan Ory, 1994; Knapper dan Wright, 2001; Mues dan Sorcinelli, 2000; Murray, 1995; ONeil dan Wright, 1995; dan Seldin, 2004): deskripsi dari tanggung jawab pengajaran (perkuliahan-perkuliahan yang diajarkan, pembayaran, frekuensi, jam kerja dan pemberian bimbingan, upaya-upaya untuk melibatkan mahasiswa dalam penelitian dan publikasi); pernyataan tentang filosofi, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan pengajaran; pembahasan tentang tujuan, strategi, dan metodologi pengajaran; materi-materi yang mewakili pengajaran (silabus, ujian, tugas, bacaan dalam perkuliahan, situs Web perkuliahan, selebaran/handout); kegiatan evaluasi yang dilaksanakan selama semester (umpan balik pada pengajaran dan pembelajaran); evaluasi akhir semester atas pengajaran Anda oleh mahasiswa; observasi dalam ruang kelas oleh rekan sesama pengajar atau tenaga administrasi; hasil kajian materi-materi pengajaran oleh kolega internal maupun eksternal; bukti hasil pembelajaran mahasiswa (tugas-tugas dengan komentar-komentar Anda, ujian yang sudah dinilai, serta pengukuran-pengukuran lainnya); upaya-upaya untuk meningkatkan pengajaran (inovasi, revisi kurikulum, konferensi atau workshop yang dihadiri, dana bantuan untuk pengembangan pengajaran dan pembelajaran); kontribusi pada institusi atau profesinya (publikasi tentang pengajaran, partisipasi dalam kerja sama institusi pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa); pengakuan dan penghargaan dalam pengajaran.

Portofolio Presentasi
Caritahulah apa yang diminta oleh institusi Anda dan bagaimana portofolio dievaluasi.
Beberapa pengamat (Burns, 1999, 2000; Pratt, 2005; Wright dkk., 1999) telah mengemukakan kekhawatiran tentang penggunaan portofolio untuk memutuskan tentang bonus dan promosi: para pengajar dan tenaga administrasi mungkin tidak tahu bagaimana untuk mengkaji portofolio; terdapat penelitian terbatas tentang reliabilitas dan validitas dari penilaian mahasiswa dengan data jenis ini; pengkajian portofolio dapat memakan banyak waktu; dan filosofi pengajaran masing-masing pengkaji dapat sangat memengaruhi evaluasi mereka. Para pengamat lainnya (Braskamp dan Ory, 1994; Centra, 2000; Zubizarreta, 1999) meyakini bahwa portofolio dapat memberikan informasi yang bermanfaat ketika banyak/beberapa pengkaji bekerja berdasarkan standar evaluasi yang terdefinisikan dengan jelas. Quinlan (2002) menganalisis bagaimana tenaga akademik mengkaji portofolio koleganya, menemukan bahwa para pengkaji cenderung untuk memberikan perhatian terbesar pada evaluasi mahasiswa, esai refleksi diri, dan silabus perkuliahannya. Quinlan juga menyarankan agar pengajar yang praktik pengajarannya tidak biasa/berbeda dari kebanyakan untuk menjelaskan dasar pemikiran mereka pada para pengkaji. Panduan Bernstein (2002) untuk pengkajian portofolio perkuliahan oleh rekan (peer review) berfokus pada empat area evaluasi: kandungan intelektual perkuliahannya, kualitas praktik pengajarannya, kualitas pemahaman mahasiswa, serta kualitas dari refleksi dan pengembangan diri.

Usahakanlah membuat sesuatu yang singkat. Jagalah agar komentar-komentar Anda singkat, dan sajikanlah hanya materi-materi dan dokumen-dokumen yang didampingi oleh analisis dan pemikiran yang mendalam. Para peneliti menyarankan untuk membatasi teks hanya hingga sepuluh halaman, di luar kata daftar isi atau tulisan tambahan lainnya (Sumber: Knapper dan Wright, 2001) Tampilkanlah kesadaran diri, tetapi jangan terlalu mengkritik diri sendiri. Anda kemungkinan tidak akan dihargai jika memfokuskan pada kelemahan-kelemahan Anda. Tampilkanlah hasil kerja terbaik Anda, dan tonjolkanlah hal tersebut. Namun demikian, institusi Anda akan lebih menghargai sejumlah derajat kejujuran; yang sebaiknya didampingi oleh rencana-rencana Anda untuk melakukan peningkatan. (Sumber: Murray, 1995)

Masukkanlah materi-materi yang menunjukkan kontribusi/sumbangan Anda secara luas.


Tunjukkanlah kontribusi pengajaran Anda, baik di dalam maupun di luar ruang kelas. Susun/organisasikanlah materi-materinya dalam cara yang mewakili pemikiran Anda tentang pengajaran, tanggung jawab Anda yang terkini, serta cara-cara Anda untuk meningkatkan kinerja Anda. Sediakanlah tabel daftar isi dan rangkuman utama yang

516

BAGIAN X: Evaluasi untuk Meningkatkan Pengajaran

Portofolio Pengajaran

517

Daftar Referensi
Barrett, H. C. Electronic Portfolios. In A. Kovalchick and K. Dawson (Eds.), Education and Technology: do Encylopedia. Santa Barbara, CA: ABC-OLIO, 2003. Batson, T. The Electronic Portfolio Boom: Whats It All About Syllabus. December 2002, 16(5), 14-17. Bernstein. D. J. Representing the Intellectual Work in Teaching through Peer-Reviewed Course Portfolios. In S. F. Davis and W. Buskist (Eds.), The Teaching of Psychology: Essays in Honor of Wilbert J. McKeachie and Charles L. Brewer. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002. Braskamp, L. A.. and Ory J. C. Asessing Faculty Work: Enhancing Individual and Institutional Performance. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Burns, C. W. Teaching Portfolios and the Evaluation of Teaching in Higher Education: Confident Claims, Questionable Research Support. Studies in Educational Evaluation, 1999, 25(2), 131142. Burns, C. W. Teaching Portfolios: Another Perspective. Academe, Jan. Feb. 2000, 86(1), 44-47. Centra. J. Evaluating the Teaching Portfolio: A Role for Colleagues. New Directions for Teaching and Learning. no. 83. San Francisco: Jossey-Bass, 2000, pp. 87-93. Chism, N. V. N. Developing a Philosophy of Teaching Statement. Essays on Teaching Excellence. 199798, 9(3), 1-2. Coppola, B. Writing a Statement of Teaching Philosophy Journal of College Science Teaching, 2002, 31(7),118-453. Heath, M. Are You Ready to go Digital? The Pros and Cons of Electronic Portfolio Development. Library Media Connection, 2005, 23(7), 66-70. Knapper, C., and Wright, W. A. Using Portfolios to Document Good Teaching: Premises, Purposes, Practices. New Direction for Teaching and Learning, no. 88. San F'rancisco: Jossey -Bass, 2001. pp. 19-29. Korn, J. H. Writing a Philosophy of Teaching. ln W. Buskist, V. W. Hevern, B. K. Saville, and. T. Zinn (Eds.), Essays from Excellence in Teaching. Vol. 3. Society for the Teaching of Psychology, 2003. http://teachpych.lemoyne.edu/teachpsych/eit/eit2003/index.html Lorenzo, G., and Ittelson, J. An Overview of E-Portfolios. Boulder, CO: Educause Learning Initiative, July 2005. http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ELI3001.pdf McKeachic, W J., and Svinicki, M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Mues, F., and Sorcinelli. M. D. Preparing a Teaching Portfolio. Amherst: Center for Teaching, University of Massachusetts, Amherst, 2000. Murray, J. P . Succesful Faculty Development and Evaluation: The Complete Teaching Portfolio. ASHE-ERIC Higher Education Report, 1993, no. 8. ONeil, C., and Wright, A. Recording Teaching Accomplishment: A Dalhousie Guide to the Teaching Dossier. Halifax, Nova Scotia: Dalhousie University Office of Instructional Development and Technology, 1995. Pratt. D. Personal Philosophies of Teaching: A False Promise? Academe, JanFeb., 2005, 91(1), 3236. Quinlan, K. M. Inside the Peer Review Process: How Academics Review a Colleagues Teaching Portlolio. Teaching and Teacher Education, 2002, 18(8), 1035-1049. Seldin, P . The Teaching Portfolio: A Practical Guide to Improved Performance and Promotion/Tenure Decisions. (3rd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 2004.

Tollefson, S. K., and Davis. B. G. What Good Teachers Say About Teaching. University California, Berkeley, 2002. http://teaching.berkeley.edu/publications.html Wright, W. A., Knight, P . T., and Pomerleau, N. Portfolio People: Teaching and Learning Dossiers and Innovation in Higher Education. Innovative Higher Education, 1999, 24(2), 89-103. Zubizarreta, J. Evaluating Teaching through Portfolios. In P . Seldin and associates (Eds.), Changing Practices in Evaluating Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.

Menyediakan Jam Kantor

519

BAGIAN XI

Mengajar di Luar Kelas


55. Menyediakan Jam Kantor 56. Surat Elektronik (E-mail), Pesan Singkat, dan Pesan Instan 57. Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana 58. Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar dari Mahasiswa Pascasarjana

520

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Menyediakan Jam Kantor

521

55
Menyediakan Jam Kantor

Jam-jam kantor memberikan tiga manfaat utama. Pertama, memberikan waktu pada Anda dan mahasiswa Anda untuk mengkaji ulang ujian-ujian dan makalah-makalah, untuk mendiskusikan topik-topik yang belum terbahas di kelas, untuk memeriksa pertanyaanpertanyaan secara lebih mendalam, dan untuk mengeksplorasi masa depan dan karier akademik mahasiswa (lihatlah Bab 57, Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana). Kedua, jam kantor memberikan kesempatan pada Anda dan mahasiswa Anda untuk lebih mengenal satu sama lain, yang akan memotivasi sejumlah mahasiswa untuk berusaha lebih keras dan belajar lebih giat (Qualters dan Diamond, 2004). Ketiga, jam kerja memberikan Anda kesempatan untuk memperkirakan bagaimana perkuliahan berjalan dan seberapa baik para mahasiswa Anda memahami materinya. Jika beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan yang sama pada jam kerja, Anda tahu bahwa itulah hal yang perlu Anda bahas di kelas.

Meskipun banyak keuntungan yang ditawarkan, para peneliti (Jaasma dan Koper, 1999; Nadler dan Nadler, 2000) melaporkan bahwa sekitar setengah dari mahasiswa yang terdaftar dalam suatu perkuliahan tidak akan pernah datang pada jam kantor tenaga pengajar. Saran-saran berikut ini dirancang untuk meningkatkan motivasi mahasiswa dan memudahkan mereka untuk berinteraksi dengan Anda di luar kelas.

Strategi-strategi Umum
Ikutilah kebijakan-kebijakan departemen/jurusan Anda. Jika departemen/jurusan Anda
tidak memiliki kebijakan tetap, mulailah dengan menyediakan dua hingga empat jam kantor per minggu. Sering kali waktu-waktu terbaik adalah segera sebelum atau setelah kelas dilaksanakan, tetapi penting pula untuk memvariasikan waktunya untuk menghindari bentrok dengan kelas-kelas mahasiswa yang lain; misalnya, daripada Senin-Rabu-Jumat jam 11-12, cobalah Senin jam 11-12, Kamis jam 9-10, dan Kamis jam 14-15. Beritahukanlah pula pada mahasiswa bahwa Anda juga bersedia bertemu dengan perjanjian terlebih dulu. Jika Anda memiliki asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana, lebih variasikanlah jam kantor Anda untuk memberikan cakupan yang

522

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Menyediakan Jam Kantor

523

maksimal. Kemungkinan mahasiswa untuk hadir pada Senin pagi atau Jumat siang menjelang sore lebih kecil. (Sumber: Brinkley dkk., 1999)

Masukkanlah jam-jam kantor Anda dalam silabus dan situs Web perkuliahan. Masukkan pula nomor ruang kantor, nomor telepon kantor, alamat e-mail, dan nomor faksimili Anda. Jika kantor Anda sulit ditemukan, sediakanlah peta. Sebutkanlah jam-jam kantor Anda pada hari pertama perkuliahan serta sebelum ujian besar dan batas waktu pengumpulan makalah. Tempelkanlah jam-jam kantor Anda di depan kantor Anda. Jelaskanlah manfaat jam-jam kantor. Mahasiswa baru mungkin akan lebih nyaman dan terbiasa dengan penggunaan surat elektronik (e-mail) untuk memperoleh informasi atau mengajukan pertanyaan. Beritahukanlah mahasiswa tentang manfaat interaksi tatap muka dan percakapan informal tentang topik-topik perkuliahan, tugas-tugas, bacaan tambahan/di luar perkuliahan, dan kemajuan akademik mereka. Selalu tepatilah jam kantor Anda; umumkanlah perubahan-perubahan mendadak apa pun. Mahasiswa yang berusaha untuk datang pada jam kantor Anda akan kecewa jika
pengajar pulang lebih awal, dan perasaan ini dapat melemahkan motivasi Anda untuk bekerja keras. Jika Anda tidak bisa tersedia sesuai jadwal, kirimkanlah e-mail pada kelas dan taruhlah catatan di pintu kantor Anda. (Sumber: Lowman, 1995)

mereka memulai proyek atau pembuatan makalahnya, atau untuk membahas kuis atau ujian terkini yang sudah dilaksanakan. Sekali mahasiswa telah datang ke kantor Anda, mereka akan lebih nyaman untuk menemui Anda. (Sumber: Nilson, 2003)

Gunakanlah jam kantor untuk memberikan arahan pada mahasiswa yang melewatkan pertemuan kelas yang pertama. Ketika ada mahasiswa yang baru mengambil perkuliahan
Anda setelah pertemuan pertama, jadwalkanlah suatu jam kantor untuk kelompok, untuk membahas tentang persyaratan-persyaratan, harapan-harapan, serta prosedur-prosedur perkuliahan.

Kembalikanlah tugas mahasiswa dengan catatan Temui saya pada jam kantor. Komentarkomentar di ujian dan makalah yang dikembalikan sering kali memotivasi mahasiswa yang berjuang mengatasi kesulitannya untuk datang pada jam kantor.

Mintalah mahasiswa untuk memenuhi persyaratan perkuliahan pada jam-jam kantor.


Sebagai contoh, mintalah mahasiswa untuk melakukan presentasi lisan singkat atau membawa kerangka dari makalah mereka untuk dikaji ulang, jika ukuran kelas memungkinkan.

Untuk meminimalkan waktu tunggu mahasiswa, jadwalkanlah janji pertemuan.


Gunakanlah kalender online atau formulir pendaftaran yang diletakkan di pintu kantor Anda, dan bagilah jam-jam kantor Anda menjadi bagian-bagian yang masing-masing selama lima belas hingga dua puluh menit. Tepatilah jadwalnya, dan biarkanlah beberapa bagian tetap kosong untuk permintaan yang mendadak atau darurat.

Jika mahasiswa mengajukan permasalahan pribadi, rujuklah mereka untuk konseling.


Mahasiswa terkadang meminta saran tentang permasalahan pribadi. Pada kebanyakan kasus, pilihan terbaiknya adalah Anda menyampaikan kekhawatiran Anda tentang kesejahteraan mahasiswa tersebut dan merujuknya pada jasa konseling kampus yang tersedia. Tanda-tanda peringatan yang membutuhkan rujukan sesegera mungkin untuk konseling meliputi: kemarahan yang kuat, keputusasaan yang ekstrem, dan persepsi atas kenyataan yang terganggu. (Sumber: Lancaster, 2006; Nilson, 2003)

Mendorong Mahasiswa untuk Hadir pada Jam Kantor


Tampillah secara bersahabat dan dapat dijangkau serta tetap tinggallah setelah kelas.
Mahasiswa dapat merasa terintimidasi hanya oleh pikiran tentang berbicara secara langsung dan pribadi dengan seorang pengajar. Semakin Anda mudah dijangkau, semakin besar kemungkinan mahasiswa untuk datang mengunjungi Anda: pelajarilah nama mahasiswa, datanglah lebih awal ke kelas, dan tinggallah setelahnya. Undanglah mahasiswa untuk mengunjungi Anda pada jam-jam kerja dan ulangi undangannya beberapa kali selama semester berlangsung. (Sumber: Nilson, 2003)

Hubungilah mahasiswa yang tidak jadi hadir pada pertemuan yang sudah dijadwalkan. Jika mahasiswa melewatkan jadwal pertemuannya, kirimkanlah e-mail untuk mencari tahu apa yang telah terjadi atau tanyakanlah secara langsung di kelas. Beritahukanlah pada mahasiswa bahwa jika mereka menjadwalkan pertemuan, Anda mengharapkan mereka untuk muncul atau untuk memberitahukan pada Anda jika ada perubahan. (Sumber: Office Hours, 1989) Bukalah pintu kantor Anda kapanpun Anda bersedia untuk menemui mahasiswa. Jika pintu
Anda tertutup, mahasiswa akan berpikir bahwa Anda sedang sibuk. Gantungkanlah sebuah buku catatan dan pensil di atas atau di dekat pintu Anda sehingga mahasiswa dapat meninggalkan pesan. Buatlah kantor Anda agar terlihat mengundang, dan tunjukkanlah sesuatu tentang siapa Anda dengan meletakkan foto-foto atau benda-benda lain yang mencerminkan minat Anda. (Sumber: Lang, 2003, 2004; Shoichet, 2002)

Mintalah mahasiswa untuk mengunjungi kantor Anda satu kali di awal semester. Jika kelas Anda tidak terlalu besar, jadwalkanlah setiap mahasiswa untuk pertemuan selama sepuluh hingga dua puluh menit pada masa-masa awal perkuliahan. Dalam kelas-kelas besar, jadwalkanlah kelompok-kelompok kecil mahasiswa untuk sesi pertemuan selama lima belas menit. Gunakanlah pertemuan ini untuk mempelajari tentang mahasiswa Anda (alasan-alasan mereka mengambil perkuliahan Anda, masalah-masalah yang mereka perkirakan akan atau sedang dihadapi), untuk mencari tahu dari mahasiswa sebelum

Sediakanlah jam-jam kantor di luar kantor Anda. Pertimbangkanlah untuk menyediakan jam kantor di ruang makan kampus, ruang belajar, pusat pengajaran, atau laboratorium komputer, terutama jika kantor Anda berada di lokasi yang jauh atau terpisah sehingga sulit untuk dikunjungi mahasiswa. Atau pertimbangkanlah jam kantor berjalan. Seorang pengajar bertemu dengan pasangan mahasiswa yang telah ditentukan sebelumnya untuk berjalan-jalan berkeliling kampus selama tiga puluh menit untuk mendiskusikan tentang topik-topik perkuliahan dan masalah-masalah akademik lainnya. (Sumber: Steinhaus, 1999)

524

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Menyediakan Jam Kantor

525

Jangkaulah mahasiswa yang memiliki kesulitan akademik. Doronglah mahasiswa yang memiliki masalah dengan tugas kuliah mereka untuk datang menemui Anda untuk membahas keadaan mereka dan memperoleh, sesuai kebutuhan, rujukan pada sumbersumber pengajaran yang ada di kampus. Pengajar yang memasukkan tawaran pertolongan secara terbuka dalam silabusnya menemui lebih banyak mahasiswa dibandingkan pengajar yang silabusnya tidak menyebutkan apa-apa tentang masalah ini. (Sumber: Perrine dkk., 1995) Pertimbangkanlah untuk mengubah sejumlah jam kantor menjadi perkuliahan atau sesi pengajaran spontan. Adakanlah sesi selama satu atau dua jam untuk Anda dan asisten
pengajar mahasiswa pascasarjana Anda menyediakan diri di suatu ruang kelas yang tidak sedang digunakan atau di pusat pembelajaran mahasiswa, di mana pengajaran oleh teman juga tersedia. Mahasiswa dapat datang berkelompok maupun sendiri untuk belajar, meminta bantuan terkait tugas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar perkuliahan, atau mengerjakan tugas rumah dalam kelompok-kelompok kecil. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dalam perkuliahan-perkuliahan tentang Fisika dan Logika lebih memilih pusat-pusat perkuliahan seperti tersebut sebelumnya, dibandingkan jam-jam kantor biasa, sebagai cara memperoleh bantuan akademik, mengikuti tuntutan dari tugas rumah, dan terlibat dalam beragam kegiatan belajar yang produktif. (Sumber: Chung dan Hsu, 2006)

Batasilah waktu yang Anda habiskan dengan mahasiswa ketika mahasiswa lain menunggu.
Beritahukanlah mahasiswa, sejak awal percakapan, bahwa Anda memiliki waktu yang terbatas untuk dihabiskan bersama mereka karena mahasiswa-mahasiswa yang lain sedang menunggu atau berharap dapat bertemu pula dengan Anda. Atau, setelah sejumlah waktu yang memadai, beritahukanlah pada mahasiswa bahwa Anda perlu berbicara dengan mahasiswa berikutnya yang sedang mengantri. (Sumber: Brinkley dkk., 1999)

Bertemulah dengan kelompok-kelompok mahasiswa. Jika sejumlah besar mahasiswa


datang, undanglah mereka untuk masuk dalam kelompok-kelompok. Dengan cara seperti itu, Anda tidak harus mengulang-ulang informasi, dan para mahasiswa dapat saling berbagi pemikiran serta belajar dari satu sama lain.

Ingatkanlah mahasiswa bahwa jam kantor bukanlah waktu untuk mengulangi ceramah di kelas yang mereka lewatkan. Doronglah mahasiswa untuk menghubungi rekan
sekelasnya yang lain untuk meminjam catatan atau menanyakan tentang tugas.

Dalam kuliah-kuliah kuantitatif, berfokuslah pada strategi-strategi pemecahan masalahnya dan bukan pada jawaban-jawabannya. Mintalah mahasiswa untuk berusaha memecahkan
permasalahannya secara mandiri. Jika diperlukan, tuliskanlah jawaban-jawaban Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan mahasiswa sehingga mereka dapat merujuk pada catatan tersebut ketika mempelajarinya. Pecahkanlah permasalahan-permasalahan tersebut dengan suara lantang sehingga mahasiswa dapat mengikuti langkah-langkah yang Anda lakukan hingga tiba pada solusinya. (Sumber: Qualters dan Diamond, 2004)

Jadwalkanlah jam-jam kantor elektronik sebagai tambahan atas jam-jam kantor reguler.
Jam-jam kantor elektronik dapat sangat berguna untuk mahasiswa yang merupakan komuter (seorang yang melalui perjalanan jauh untuk pulang dari dan pergi ke kampus) dan mahasiswa yang pendiam. Perbincangan online juga dapat mengurangi jumlah waktu yang Anda habiskan untuk saling berkirim e-mail dengan mahasiswa secara perseorangan, dan ini dapat membantu mahasiswa untuk membentuk kelompok-kelompok peminatan khusus yang tidak menuntut kehadiran Anda secara langsung. Beberapa profesor/ pengajar juga mengembangkan undangan perbincangan online hingga pada pakar yang menjadi pembicara tamu. (Sumber: McKeage, 2001; Wallace dan Wallace, 2001)

Tentukanlah topik-topik khusus untuk pertemuan di jam-jam kantor Anda. Umumkanlah bahwa Anda akan menyediakan sejumlah jam kantor Anda untuk mengkaji ulang topik-topik tertentu. Jika sejumlah besar mahasiswa ingin menghadiri sesi bantuan yang Anda berikan ini, jadwalkanlah pemakaian kelas untuk waktu tersebut.

Melaksanakan Kegiatan pada Jam Kantor


Buatlah mahasiswa merasa diterima. Tanyakanlah nama mahasiswa, jika Anda belum
mengetahuinya. Beberapa saat perbincangan ringan dapat membantu mahasiswa merasa lebih santai. Rasa terintimidasi mahasiswa akan berkurang jika Anda duduk di depan atau di samping meja Anda daripada di belakangnya. Jika mahasiswa membutuhkan pemicu, tanyakanlah, Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?

Tetapkanlah batasannya. Jam kantor hanyalah salah satu dari berbagai tanggung jawab Anda sebagai pengajaran. Berhati-hatilah dari menyediakan diri bagi mahasiswa dalam jumlah jam yang tidak proporsional.

Membuat Jam Kantor Produktif


Bersiaplah untuk mahasiswa-mahasiswa yang mampir tanpa tujuan khusus. Mahasiswa
bisa saja ingin menjumpai Anda, tetapi tidak mengetahui apa yang kemudian ingin dikatakan. Mereka mungkin merasa terintimidasi, malu, atau enggan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi di kelas. Tanyakanlah pada mereka tentang diri mereka sendiri dan perkuliahan-perkuliahan lain yang juga sedang mereka ambil, dan cobalah untuk bersabar dengan mahasiswa yang tampak kebingungan. (Sumber: Brinkley dkk., 1999)

Berikanlah perhatian Anda yang tak terbagi pada mahasiswa. Beberapa mahasiswa
mungkin khawatir bahwa mereka sedang membuang-buang waktu Anda; Anda dapat menghapuskan kekhawatiran ini dengan mendengarkan mereka secara seksama. Kesampingkanlah tumpukan kertas atau pekerjaan Anda yang lain. Cobalah untuk tidak membiarkan panggilan telepon atau tamu mengganggu pertemuan Anda dengan mahasiswa. (Sumber: Office Hours, 1989)

Kenalilah sumber daya-sumber daya kampus yang tersedia untuk mahasiswa. Mahasiswa mungkin memiliki pertanyaan atau permasalahan terkait bantuan keuangan (beasiswa),

526

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Menyediakan Jam Kantor


527

perumahan mahasiswa, kesempatan kerja untuk mahasiswa, dan sejenisnya. Rujuklah mahasiswa pada kantor yang sesuai.

Ketika lebih dari seorang mahasiswa yang berada di kantor Anda, kenalkanlah mereka satu sama lain. Jika Anda baru saja selesai menjelaskan sesuatu pada seorang mahasiswa
dan mahasiswa lainnya datang dengan pertanyaan yang sama, mintalah mahasiswa yang pertama untuk menjelaskan pada mahasiswa kedua, sedangkan Anda mendengarkannya atau membantu mahasiswa yang lain. Jika banyak mahasiswa datang secara bersamaan, cobalah untuk mengelompokkan mereka yang memiliki pertanyaan yang sama dan mintalah mahasiswa untuk membatasi diri mereka pada pertanyaan-pertanyaan yang paling mendesak atau penting saja. Undanglah mahasiswa untuk datang kembali ketika Anda tidak terlalu sibuk, atau bagikanlah formulir pendaftaran. (Sumber: Brinkley dkk., 1999)

Nilson, L. B. Teaching at Its Best: A Research-Based Resource for College Instructors. (2nd ed.) Bolton, MA: Anker, 2003. Office Hours. Teaching Profesor, 1989, 3(7), 7-8. Perrine, R. M., Lisle, J., and Tucker, D. L. Effects of a Syllabus Offer of Help, Student Age, and Class Size on College Students Willingness to Seek Support from Faculty. Journal of Experimental Education, 1995, 64(1). 41- 52. Qualters, D. M., and Diamond, M. R. Chalk Talk. Stillwater, OK: New Forums Press, 2004. Shoichet, C. E. Professorial Pinups. Chronicle of Higher Education, September 13, 2002, A6. Steinhaus, C. Walking with Students to Increase Satisfaction and Retention. NACADA Journal, 1999, 19(1), 54-58. Wallace, F. L., and Wallace. S. R. Electronic Office Hours: A Component of Distance Learning. Computers and Education. 2001, 37(3), 195-209.

Jika tidak ada mahasiswa yang menunggu, tanyakanlah pada mahasiswa tentang perkuliahan Anda secara umum. Setelah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan
mahasiswa, tanyakanlah pendapat mereka tentang sesi di kelas, tugas-tugas, bacaanbacaan, dan aspek-aspek lainnya dari perkuliahan: aspek-aspek apa yang menantang; apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu mereka.

Bersikap taktislah dengan mereka yang datang terlambat. Jika mahasiswa tiba lima menit sebelum berakhirnya jam kantor Anda, berterima kasihlah pada mereka karena sudah datang, tetapi tambahkanlah bahwa Anda hanya dapat tinggal untuk beberapa menit saja. Doronglah mereka untuk kembali pada awal jam kantor Anda berikutnya.

Daftar Referensi
Brinkley, A., Dessants, B., Flamm, M., Fleming, C., Forcey, C., and Rothschild, E. The Chicago Handbook for Teachers: A Practical Guide to the College Classroom. Chicago: University of Chicago Press, 1999. Chung, C., and Hsu, L. Encouraging Students to Seek Help: Supplementing Office Hours with a Course Center. College Teaching, 2006, 54(3), 253-258. Jaasma, M. A., and Koper, R. J. The Relationship of Student-Faculty Out-of-Class Communication to Instructor Immediacy and Trust and to Student Motivation. Communication Education, 1999, 48(1)41-17. Lancaster, H. Not a Counselor: What, Exactly Should a Professor Do when Confronted by a Student with Psychological Problems? Chronicle of Higher Education, February 3, 2006, 52(22), C2. Lang, J. M. Putting in the Hours: You Can Tell a Lot about Faculty Members by How They Set Up Their Office Hours. Chronicle of Higher Education. May 16, 2003, 49(36), C3. Lang, J, M. Flamboyant Features of the Academic Habitat. Chronicle of Higher Education, June 11, 2004, 50(40), C1. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. McKeage, K. Office Hours as You Like Them. College Teaching, 2001, 49(1), 32. Nadler M. K., and Nadler, L. B.Out-of-Class Communication between Faculty and Students: A Faculty Perspective. Communication Studies, 2000, 51(2), 176-188.

528

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Surat Elektronik (E-mail), Pesan Singkat, dan Pesan Instan

529

56
Surat Elektronik (E-mail), Pesan Singkat, dan Pesan Instan

kata-kata yang umum, seperti w8 untuk wait dan untuk why dalam Bahasa Inggris, atau t4 untuk tempat dan yg untuk yang dalam Bahasa Indonesia. (Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan singkatan-singkatan pesan (dalam Bahasa Inggris), netlingo.com telah mengumpulkan lebih dari lima ribu istilah.) Di samping popularitas dari pesan singkat, mahasiswa lebih memilih untuk menerima pesan resmi dari pengajar dan tenaga administrasi melalui e-mail kecuali untuk peringatan keadaan darurat kampus (Caruso dan Salaway, 2007; Harley dkk., 2007). Pada masa kini, teknologi-teknologi komunikasi digital sudah saling bercampur. Sebagai contoh, beberapa penyedia jasa e-mail menawarkan fitur-fitur situs jaringan sosial, seperti melacak teman, memungkinkan panggilan suara, dan memudahkan pengiriman pesan singkat tanpa perlu menggunakan piranti lunak (software) khusus. Teknologi-teknologi yang menggabungkan sejumlah aspek dari pesan instan dan pesan singkat, seperti Twitter, memungkinkan penggunanya untuk mengirimkan pesan singkat dari telepon genggam kepada sejumlah kontak (daftar teman) yang telah ditetapkan sebelumnya, yang memilih suatu media penerimaan pesan: IM (instant message/pesan instan), telepon genggam, program yang berdasarkan pada Web/jaringan komputer (Educause Learning Initiative, 2007).

Pengajar memiliki banyak pilihan untuk berkomunikasi dengan mahasiswa di luar kelas: dengan berbincang-bincang, tentunya, tetapi juga bisa dengan surat, telepon, surat elektronik (e-mail), pesan singkat (SMS), dan pesan instan (IM). Untuk beberapa tujuan, hanya perbincangan tatap muka atau surat akan cukup. Sebagai contoh, pengungkapan rasa simpati, permintaan maaf yang formal, keingintahuan tentang perilaku menyimpang dari mahasiswa, serta diskusi tentang masalah-masalah yang kompleks, pribadi, atau sensitif sebaiknya tidak ditangani dengan media elektronik.

Untuk beberapa tujuan, bagaimanapun, komunikasi elektronik dapat sesuai dan efektif. Setiap bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing: E-mail adalah cara yang efisien, tidak terlalu mengganggu, untuk berkomunikasi dengan perseorangan atau sekelompok orang di berbagai kampus atau bahkan berbagai benua. Baik pengirim maupun penerima akan memiliki catatan dari pertukaran suratnya, dan keduanya dapat membentuk dan membaca surat-surat tersebut sesuai jadwal mereka masing-masing. Bagaimanapun, e-mail dapat menyebabkan pertukaran yang menghabiskan waktu (terutama jika pesan awalnya ambigu atau tidak jelas). Selain itu, penerima dapat dengan mudah salah mengartikan nada pengirim pesan, yang membuat e-mail menjadi pilihan yang kurang tepat untuk berita buruk, negosiasi, atau resolusi konflik. Pengiriman ulang pesan, baik yang sengaja maupun tidak, juga dapat menimbulkan permasalahan (Shipley dan Schwalbe, 2007) Pesan instan memungkinkan orang-orang terpilih (yaitu mereka yang terdapat pada daftar kawan) untuk mengirimkan dan menerima pesan mencakup gambar, tautan, video, dan rekaman suara secara langsung. Para penggunanya juga dapat melihat siapa lagi yang sedang aktif (online) dan terbuka untuk berbincang. Pertukaran pesan instan (IM) cenderung lebih singkat daripada panggilan telepon atau pertukaran e-mail (Garrett dan Danziger, 2007). Masa kini, pesan singkat (SMS) adalah bentuk komunikasi elektronik yang paling banyak digunakan (dominan) di antara para mahasiswa. Namun, mengetik di peralatan genggam membatasi kebanyakan penggunanya pesan yang terlalu singkat, bahkan sering kali membingungkan, ditaburi oleh singkatan-singkatan untuk

Strategi-strategi Umum

Tetapkanlah aturan-aturan main untuk komunikasi elektronik dalam perkuliahan Anda.


Jelaskanlah kebijakan-kebijakan Anda dalam silabus: Nyatakanlah cara untuk dihubungi yang Anda pilih (e-mail, situs Web kelas, situs jaringan sosial). Berikanlah contoh-contoh dari pesan-pesan yang sesuai (topik-topik, jenis-jenis pertanyaan yang diajukan, serta jenis-jenis pesan yang akan Anda jawab). Doronglah mahasiswa untuk berpikir secara mendalam dan bijaksana, dan ingatkanlah mereka bahwa pesan elektronik merupakan dokumen umum. Nyatakanlah seberapa sering Anda akan memeriksa dan menanggapi pesan-pesan dari mahasiswa (misalnya, setiap 24 jam sekali, setiap 48 jam sekali, balasan hanya dikirimkan pada jam-jam kantor Anda). Sediakanlah suatu bentuk (format) tentang kalimat perihal/subjek dari e-mail terkait perkuliahan. Memberitahukan bentuk tersebut akan membantu Anda menyaring dan memilah pesan-pesan yang masuk. Sebagai contoh, kalimat-kalimat perihal berikut memiliki bentuk nama perkuliahan: jenis pertanyaan: Fisika 10: pertanyaan tentang ujian Fisika 10: pertanyaan tentang tugas rumah Fisika 10: pertanyaan tentang nilai Fisika 10: pertanyaan tentang perkuliahan di kelas Fisika 10: pertanyaan tentang masalah administrasi

530

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Surat Elektronik (E-mail), Pesan Singkat, dan Pesan Instan

531

Ingatkanlah mahasiswa untuk memperkenalkan diri mereka dengan menuliskan nama dalam badan pesan (dan tidak mengasumsikan bahwa Anda tahu siapakah swimgirl90 itu) Jelaskanlah apakah dan kapan mahasiswa dapat menggunakan fitur bendera penanda penting atau berikan laporan pada pengirim. Jika diperlukan, tetapkanlah batasan panjang pesan atau jumlah pesan yang dikirimkan mahasiswa. Masukkanlah sebuah rujukan untuk panduan online bagi etika e-mail kampus (misalnya, teaching.berkeley.edu/etiquette.html). Untuk pesan instan (IM), beritahukanlah mahasiswa apakah mereka sebaiknya menambahkan rekan-rekan sekelasnya dan pengajar dalam daftar teman mereka.

Mengirimkan Pesan melalui Surat Elektronik (E-mail)


Tuliskanlah kalimat keterangan perihal/subjek yang informatif. Dibandingkan Informasi Penting atau Pertanyaan Cepat, cobalah Tugas hingga 3 Oktober atau Pergi Kunjungan Lapangan?. Usahakanlah untuk singkat (kalimat perihal/subjek yang panjang dapat terpotong, terutama pada perangkat genggam) dan letakkanlah kata-kata yang penting di awal. Ketika suatu pertukaran pesan mengalami perubahan arah, ubahlah pula kalimat perihalnya untuk menggambarkan kandungan pesan yang terkini. (Sumber: Munter dkk., 2003; Shipley dan Schwalbe, 2007) Untuk pesan yang singkat, gunakanlah hanya kalimat perihal. Tambahkanlah (EOM/ADP) (End of Message atau Akhir dari Pesan) sehingga penerima pesan tahu bahwa mereka tidak perlu membuka e-mail-nya: Pembicara tiba pada pukul 2 siang (ADP). (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007) Bantulah para pembaca yang hanya membaca sekilas. Letakkanlah informasi yang
penting di bagian awal pesan Anda; sisihkanlah informasi latar belakangnya di bagian akhir. Gunakanlah kalimat-kalimat pendek, paragraf-paragraf singkat, sub-judul, dan daftar nomor. (Sumber: Munter dkk., 2003; Song dkk., 2007)

(Sumber: Managing Electronic Communication (Mengatur Komunikasi Elektronik), n.d.; Munter dkk., 2003)

Luangkanlah waktu Anda untuk membaca dan menanggapi pesan-pesan mahasiswa.


Beberapa pakar menyarankan untuk menjadwalkan sekitar tiga puluh menit dari bagian waktu Anda untuk menangani e-mail. Menjawab sejumlah surat secara bersamaan cenderung lebih efisien dibandingkan menanggapi satu atau dua pesan di suatu waktu sepanjang hari, terutama jika beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan yang sama. (Sumber: Song dkk., 2007)

Triase (pertimbangkanlah urgensinya) dan buatlah prioritas. Sebagai contoh, prioritaskanlah untuk menanggapi pesan dari para mahasiswa yang merasa cemas jika Anda dapat dengan mudah menurunkan kekhawatiran mereka. (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007) Batasilah waktu yang Anda habiskan untuk e-mail. Jika Anda mendapati diri Anda
menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menangani e-mail, lakukanlah langkah-langkah berikut untuk mengurangi jumlah pesannya (diadaptasi dari Shipley dan Schwalbe, 2007; Song dkk., 2007):

Gunakanlah sapaan pembuka dan penutup. Pilihlah pembuka yang sesuai dengan nuansa hubungan antara Anda dengan penerima pesan: Yts. Micah (Dear Micah); Salam; Halo; Hi. Penutup yang umum digunakan meliputi Yang terbaik; Dengan hormat; Salam hangat; Sehat selalu. Setelah penutupnya, tuliskanlah nama yang Anda inginkan untuk digunakan penerima dalam menyebut diri Anda (hanya nama depan, nama lengkap, atau gelar dan nama keluarga/nama belakang) dan sediakanlah bagian penanda (nama lengkap, gelar, departemen/jurusan, informasi kontak). (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007) Perhatikanlah nada atau nuansa surat Anda. Para peneliti melaporkan bahwa para pengguna e-mail cenderung terlalu melebihkan baik kemampuan mereka untuk menyampaikan nada yang ingin disampaikan, maupun kemampuan mereka untuk mengartikan secara benar nada dari pesan yang mereka terima. Bacalah rancangan surat Anda dengan suara keras dan pertimbangkanlah untuk menambahkan beberapa kata atau hal yang lebih menghentak untuk menghidupkan bagian yang datar. Misalnya, Luar biasa! akan lebih pribadi dan dekat dibandingkan Itu ide yang bagus. Gunakanlah tolong, terima kasih, dan bersediakah Kamu/Anda untuk menyampaikan penghargaan. (Sumber: Kruger dkk., 2005; Munter dkk., 2003; Shipley dan Schwalbe, 2007) Berhentilah sejenak sebelum Anda mengirimkan pesan. Bacalah ulang rancangan Anda
dan tanyakanlah pada diri Anda sendiri, akankah saya merasa terganggu jika e-mail ini ditempelkan di pintu kantor departemen/jurusan atau dicetak dalam surat kabar mahasiswa? Kesampingkanlah lebih dulu rancangan apa pun yang telah tertulis pada saat Anda merasa marah atau kesal, dan tunggulah hingga perasaan/mood Anda membaik kembali. (Sumber: Munter dkk., 2003)

Kirimlah lebih sedikit pesan. Para ahli memperkirakan bahwa untuk setiap lima e-mail yang Anda kirimkan, Anda akan memperoleh tiga tanggapan. Oleh karena itu, hindarilah mengirimkan pesan-pesan yang tidak perlu, termasuk pesan-pesan tentang informasi umum (FYI/for your information) dan ucapan terima kasih yang sopan tetapi tidak penting. Berikanlah tanggapan secara singkat dan padat. Jawablah pertanyaan-pertanyaan mahasiswa secara langsung dan seefisien mungkin. Halangilah pertukaran pesan yang diperpanjang. Tambahkanlah keterangan Tidak perlu dibalas atau Tidak perlu ucapan terima kasih dalam pesan Anda. Mintalah mahasiswa untuk mengirimkan ulang pertanyaan-pertanyaan mereka ke listserv perkuliahan, ruang perbicangan elektronik (chat room), atau papan buletin; lihatlah Bab 11, Diskusi Online.

532

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Surat Elektronik (E-mail), Pesan Singkat, dan Pesan Instan

533

Batasilah lampiran (attachment). Lampiran-lampiran menghabiskan ruang (kapasitas) yang disediakan oleh penyedia jasa surat elektronik, membutuhkan langkah-langkah tambahan untuk dapat dibaca, dan sulit untuk dilihat pada perangkat genggam. Ketika memungkinkan, salinlah tulisan/teks ke dalam badan e-mail Anda, atau jika tidak memungkinkan, kirimkanlah suatu tautan ke halaman Web. Ketika Anda memang mengirimkan lampiran, sediakanlah ringkasan singkat dalam badan e-mail-nya dan berikanlah nama yang menjelaskan isinya pada lampiran tersebut. (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007; Song dkk., 2007) Hindarilah menggunakan fitur/tampilan bendera penanda penting dan berikan laporan pada pengirim. Banyak orang merasa terganggu dengan penggunaan bendera
penanda penting dan permintaan untuk memberikan laporan pada pengirim pesan. Daripada menggunakan fitur tersebut, cobalah untuk menuliskan kalimat perihal yang menyatakan alasan untuk tanggapan segera. Anda juga dapat menutup surat/pesan dengan memintanya, Tolong beritahukan saya jika Anda telah mendapatkan pesan ini, meskipun jika Anda tidak dapat menyediakan informasinya segera. (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007)

Kirimkanlah tanggapan bahkan walaupun Anda sangat terlambat. Minta maaflah secara
singkat dan tulus untuk keterlambatan tanggapan Anda.

Tanganilah keluhan melalui pertemuan langsung. Jangan coba menangani masalah yang sulit atau sensitif melalui e-mail. Sebaliknya, kirimkanlah jawaban singkat: Saya sudah membaca pesan Anda dan tampaknya penting. Tolong datang pada jam kantor saya sehingga kita bisa mendiskusikan hal ini.

Menulis Pesan Singkat (SMS) dan Pesan Instan (IM) dari Peralatan Genggam
Masukkanlah kalimat penanda Dikirim dari peralatan genggam. Biarkanlah penerima
pesan mengetahui bahwa Anda menggunakan peralatan genggam, yang turut berperan pada adanya kesalahan cetak dan sangat pendeknya pesan.

Eksplorasilah penggunaan pesan singkat dan pesan instan (IM) sebagai mekanisme untuk dukungan akademik. Para peneliti melaporkan bahwa banyak mahasiswa suka
menggunakan IM dalam kelas untuk mendiskusikan tugas dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, untuk berbagi dokumen, untuk melaksanakan kerja kelompok, dan untuk mengomentari isi perkuliahan. Beberapa pengajar menggunakan penggunaan pesan singkat untuk melaksanakan kuis singkat dengan pilihan jawaban ya-tidak, untuk memberikan umpan balik pada mahasiswa atas hasil tugas mereka, dan untuk mendorong mahasiswa agar mengajukan pertanyaan pada saat sesi kelas, meskipun beberapa mahasiswa menyatakan bahwa mereka merasa kurang nyaman untuk mengirimkan pesan singkat pada pengajar. (Sumber: de Bakker dkk., 2007; Harley dkk., 2007)

Menanggapi Pesan melalui Surat Elektronik (E-mail)


Tempatkanlah tanggapan Anda di bagian atas, bukan di bawah, dari pesan Anda. Hal ini memudahkan pembaca untuk menemukan tanggapan Anda. Selain itu, jagalah agar hanya bagian pesan yang relevan saja yang Anda tanggapi. (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007) Tentukanlah seberapa resmi/formal atau bersahabat-kah Anda menginginkan pertukaran pesan tersebut. Cobalah untuk memulai dan mengakhiri pesan dengan komentar yang
menyenangkan atau bersahabat: Senang bisa melihatmu/Anda di kolokium atau Senang mengetahui bahwa Kamu/Anda dapat mengikuti perkuliahan dengan baik. Untuk meningkatkan nuansa bersahabat/informalitas, Anda dapat menggunakan nama depan mahasiswa, mengakhiri dengan nama depan Anda, memuji tugas dan usaha mahasiswa tersebut, serta menggunakan humor selama masih sesuai. (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007; Waldeck dkk., 2001)

Putuskanlah apakah Anda mendukung pelaksanaan saluran belakang dalam kelas.


Diskusi saluran belakang adalah percakapan elektronik yang mahasiswa laksanakan selama perkuliahan sedang berlangsung. Dengan menggunakan IM (pesan instan), sebagai contoh, mahasiswa dapat saling mengajukan pertanyaan tentang topik perkuliahan, mengomentari perkuliahan yang sedang berlangsung, menyebarluaskan tautan-tautan yang mendukung atau menyanggah hal yang disampaikan pengajar, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pengajar. Penggunaan saluran belakang mendorong partisipasi mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang enggan untuk berpendapat atau bertanya, tetapi ini juga dapat membingungkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak ahli dalam menggunakan IM. Sejumlah mahasiswa dan pengajar menilai penggunaan saluran belakang sebagai sesuatu yang tidak sopan dan menyatakan bahwa mengerjakan sejumlah kegiatan secara bersamaan (multitasking) dapat menyebabkan perhatian yang terbagi terus-menerus. Lebih lanjut, menurut mereka, mengapa mendorong mahasiswa untuk lebih menggunakan alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan mereka terganggu oleh pembacaan pesan-pesan pribadinya atau kegiatan belanja online. Penggunaan saluran belakang cenderung tidak perlu dalam kelas-kelas kecil dan dapat terlalu membingungkan dan membebani dalam kelas-kelas yang lebih besar dari empat puluh mahasiswa. (Sumber: Educause Learning Initiative, 2005; Yardi, 2008)

Kesalahan pada sisi kehangatan. Beberapa mahasiswa akan mencari tahu petunjukpetunjuk tentang bagaimana perasaan Anda pada mereka dari apa yang Anda tuliskan. Jika Anda tidak dapat menanggapi suatu e-mail panjang secara terinci, gunakanlah frase/kalimat seperti berlomba ke kelas atau lebih banyak lagi ketika kita bertemu pada jam-jam kerja. (Sumber: Shipley dan Schwalbe, 2007) Jika Anda tidak dapat mengirimkan balasan tepat waktu, kirimkanlah pemberitahuan.
Pesan singkat Saya akan kembali menghubungi Anda minggu depan yang disampaikan dengan cepat akan mencegah mahasiswa dari mengartikan diamnya Anda sebagai pengabaian atau tidak adanya ketertarikan. (Sumber: Munter dkk., 2003)

534

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana

535

Daftar Referensi
Caruso, J. B., and Salaway, G. The ECAR Study of Undergraduate Students and Information Technology, 2007. Educause Connect, Sept. 12, 2007. http://connect.educause.edu/Library/ ECAR/TheECARStudyofUndergradua/45076 de Bakker, G., Sloep, P ., and Jochems, W. Students and Instant Messaging: A Survey of Current Use and Demands for Higher Education. Association for Learning Technology Journal: Research in Learning Technology, 2007, 15(2). 143-153. Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know about Instant Messaging. November 2005. htrp/www.educause.edu/LibraryDetailPage/666?ID=EL17008. Educause Learning Initiative. 7 Things You Should Know about Twitter. July 2007. http://connect. educause.edu/Library/ELI/7thingyoushouldknowabout/44762. Garrett, R. K., and Danziger, J. N. IM=Interruption Management? Instant Messaging and Disruption in the Workplace. Journal of Computer Mediated Communication, 2007, 13(1), article 2. Harley, D., Winn, S., Pemberton. S., and Wilcox, P . Using Texting to Support Students Transition to University Innovatiom in Education and Teaching International, 2007, 44(3), 229-241. Kruger, J., Epley, N., Parker, J., and Ng, Z. Egocentrism over E-mail: Can We Communicate as Well as We Think? Journal of Personality and Social Psychology, 2005, 89(6), 925-936. Managing Electronic Communication. UCLA Teaching Assistant Training Program, n.d. http://www. oid.ucla.edu/units/tatp/old/lounge/pedagogy /communication. Munter, M., Rogers, P . S., and Rymer, J. Business E-mail Guidelines for Users. Business Communication Quarterly, 2003, 66(1), 26-40. Shipley, D., and Schwalbe, W. Send. New York: Knopf, 2007. Song, M., Halsey, V., and Bunress, T. The Hamster Revolution. San Francisco: Berrett-Koehler, 2007. Waldeck, J., Kearney, P ., and Plax, T, Teacher E-Mail Message Strategies and Students Willingness to Communicate Online. Journal of Applied Communication Research, 2001, 29(1), 54-70. Yardi, S. Whispers in the Classroom. In T. McPherson (Ed.), Digital Youth, Innovation and the Unexpected. Cambridge, MA: MIT Press, 2008.

57
Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana
Kebanyakan tenaga pengajar terlibat secara rutin dalam beberapa jenis kegiatan pembimbingan. Sebagai pembimbing akademik, pengajar memberikan panduan pada mahasiswa tentang pemilihan mata kuliah dan jurusan utamanya (peminatan utama), membantu mahasiswa memperjelas tujuan pendidikan dan profesional/karier mereka, dan menyediakan rujukan pada layanan-layanan pendukung. Sebagai pembimbing karier, pengajar membantu mahasiswa untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan karier yang tersedia dan kesempatan-kesempatan yang ada untuk pendidikan dan pelatihan lebih lanjut. Beberapa pengajar juga berperan sebagai pembimbing ekstrakurikuler (luar akademik) untuk kelompok atau organisasi mahasiswa. Seperti yang dikemukakan Nathans (1988), setiap pengajar, baik ditunjuk secara resmi atau tidak untuk memikul tanggung jawab penasihat, juga merupakan seorang pembimbing.

Meskipun beberapa fakultas dan departemen/jurusan memandang kegiatan pembimbingan sebagai sesuatu yang biasa (Habley, 2003; Wankat, 2002), penelitian menemukan bahwa frekuensi dari interaksi tak resmi/informal, di luar kelas, antara mahasiswa dan pengajar yang mendukung merupakan prediktor yang kuat atas ingatan mahasiswa, kepuasan mahasiswa, dan prestasi mahasiswa (Alexitch, 2002; Chickering dan Gamson, 1991; Pascarella dan Terenzini, 2005). Menurut Light (2001), pembimbingan yang baik dapat menjadi salah satu komponen yang paling diremehkan dari sebuah pengalaman mahasiswa tingkat sarjana yang berhasil. Pembimbingan yang efektif didasarkan pada keterampilan-keterampilan yang sama dengan pengajaran yang efektif (Appleby, 2002): perhatian dan ketertarikan terhadap mahasiswa yang ditampilkan secara nyata; ketersediaan dan kemudahan untuk dijangkau; kemampuan untuk mendengar dengan netral/tanpa menghakimi; kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang baik; kesediaan untuk berperan aktif dalam membantu mahasiswa belajar, menyeimbangkan pilihan-pilihannya, dan membuat keputusan; kemampuan untuk menciptakan iklim yang terbuka dan menerima; serta penghargaan untuk para mahasiswa dari latar belakang yang berbeda dan tujuan yang beragam pula. Pendampingan mirip dengan pembimbingan akademik, tetapi dengan interaksi yang lebih sering dan rutin serta dengan pelibatan yang lebih besar dalam keseluruhan tujuan akademik dan profesional mahasiswa. Seorang pendamping membantu mahasiswa

536

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana

537

untuk menanamkan nilai-nilai akademik, menyediakan dukungan dan visi, serta berperan sebagai contoh utama (Daloz, 1999). Saran-saran berikut ini akan membantu Anda untuk membimbing dan mendampingi para mahasiswa tingkat sarjana serta membimbing organisasi mahasiswa dengan keyakinan diri dan tujuan. Lihatlah juga Bab 55, Menyediakan Jam Kantor, untuk ide-ide tentang pembimbingan tak resmi/informal.

Menjadi Siap dan Berpengetahuan


Cari tahulah kebijakan kampus Anda terkait kerahasiaan data mahasiswa. Pemberian data mahasiswa pada pihak-pihak ketiga dibatasi oleh hukum Federal (negara bagian untuk di Amerika Serikat atau hukum nasional untuk di Indonesia) dan pada kebanyakan kasus, membutuhkan izin pemberian tertulis yang ditandatangani oleh mahasiswa tersebut. Dengan beberapa perkecualian, Anda memerlukan sebuah izin tertulis dari mahasiswa sebelum membagi informasi tentang kemajuan akademik mahasiswa dengan anggota keluarganya. Ingatlah bahwa mahasiswa bebas untuk melihat data tentang diri mereka sendiri. (Sumber: Becker, 2000) Biasakanlah diri Anda dengan buku panduan dan situs Web kampus Anda. Pada umumnya, kampus memiliki buku panduan dan situs Web yang berisi informasi tentang kualifikasi untuk perolehan gelar, persyaratan untuk peminatan, mata kuliah-mata kuliah pra-profesi, prosedur penggantian peminatan, masa percobaan dan penundaan, menambahkan dan membatalkan mata kuliah yang diambil, dan sebagainya. Anda mungkin ingin juga menyimpan sebuah basis data dari materi-materi tercetak yang menanggapi pertanyaan yang umumnya diajukan oleh mahasiswa, seperti persyaratanpersyaratan dari kampus atau peminatan utama. Antisipasilah kebutuhan-kebutuhan mahasiswa. Habley (2000) dan Alexitch (2006) membuat daftar kebutuhan dan tujuan mahasiswa yang umum seperti berikut ini:
mengembangkan sebuah rencana pendidikan; mengembangkan suatu rencana karier; memperkuat keterampilan-keterampilan akademik; mempelajari keterampilan-keterampilan pembuatan keputusan; mengaitkan antara keterampilan, minat, dan tujuan hidup dengan kesempatankesempatan dan sumber-sumber akademik yang tersedia; memperoleh rujukan atau acuan pada sumber-sumber pendukung institusi atau komunitas.

Strategi-strategi Umum
Pelajarilah bagaimanakah pembimbingan dilaksanakan di departemen/jurusan Anda.
Berbagai institusi beragam pula dalam harapan mereka terhadap para pembimbingnya. Pada beberapa departemen, setiap tenaga pengajar ditugaskan untuk menangani sejumlah mahasiswa, dan para mahasiswa dipersyaratkan untuk memperoleh persetujuan pembimbingnya pada setiap semester untuk menentukan mata kuliah-mata kuliah yang ingin mereka ambil di semester tersebut. Departemen-departemen lainnya mempersyaratkan pertemuan hanya pada tiga titik pemeriksaan utama: (a) sebelum mahasiswa baru atau pindahan masuk, ketika mahasiswa membutuhkan bantuan untuk melaksanakan transisi/perpindahan ke kehidupan kampus, (b) di akhir tahun kedua, ketika mahasiswa mulai memilih peminatan (jurusan mayornya), dan (c) di awal tahun keempat, ketika mahasiswa perlu memeriksa bahwa semua persyaratan telah terpenuhi dan perlu bimbingan dalam merencanakan pendidikan pascasarjana. (Sumber: Halgin dan Halgin, 1984; Vowell dan Farren, 2003)

Perjelaslah peranan dan tanggung jawab yang ada. Mahasiswa mungkin perlu untuk
diingatkan bahwa mereka bertanggung jawab untuk membuat keputusan mereka sendiri, berdasarkan penilaian terbaik mereka sendiri dan yang diinformasikan oleh saran dari pembimbing mereka. Beritahukanlah mahasiswa bahwa mereka harus berinisiatif dalam menjadwalkan pertemuan untuk bimbingan, menyiapkan untuk pertemuan bimbingan, mencari cara dan nomor kontak serta informasi yang terkait dengan perencanaan program akademik mereka, dan memahami persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh program perkuliahan dan gelar yang mereka tuju. Beritahukanlah mahasiswa bahwa Anda akan menolong mereka merencanakan program akademik mereka, mengawasi kemajuan akademik mereka, dan membuat rujukan yang sesuai pada kantor lain dalam kampus. (Sumber: Wankat, 2002)

Bantulah para mahasiswa bimbingan Anda untuk bertemu satu sama lain. Pertimbangkanlah untuk mengundang sekelompok kecil mahasiswa bimbingan Anda ke kantor Anda atau untuk makan siang atau minum kopi bersama. Pertemuan dalam kelompok dapat mendorong mahasiswa yang pemalu untuk mengatur pertemuan pribadi, dan ini juga dapat membantu mahasiswa untuk menjalin jaringan dengan satu sama lain. Anda dapat membentuk kelompok-kelompok online menggunakan daftar alamat e-mail, situs jejaring sosial, dan papan diskusi untuk berbagi informasi dengan para mahasiswa bimbingan dan untuk memfasilitasi kemampuan mereka dalam saling membantu. (Sumber: White dan Leonard, 2003)

Para mahasiswa yang rawan secara akademis, anak pertama dalam keluarga mereka yang berkuliah, yang bekerja di luar kampus, atau yang memiliki kewajiban-kewajiban keluarga, dapat memiliki kebutuhan bimbingan yang khusus dan akan menghargai strategi-strategi untuk memperkuat rasa keterikatan mereka terhadap kampus. (Sumber: Ender dan Wilkie, 2000; Priest dan McPhee, 2000)

Sadarilah kondisi kesehatan jiwa mahasiswa. Jika Anda berpikir bahwa mahasiswa dapat mengalami depresi secara serius atau setidaknya membutuhkan konseling psikologis, sarankanlah sebuah pertemuan dengan konselor kampus atau tenaga profesional kesehatan mental lainnya dan mintalah mahasiswa untuk membuat janji pertemuan dengan telepon dari kantor Anda. Jika mahasiswa menunjukkan tanda-tanda bunuh diri atau masalah serius lainnya, antarkanlah mahasiswa tersebut ke pusat konseling. Jangan mengasumsikan bahwa adalah hak pribadi mahasiswa untuk mencegah kampus

538

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana

539

menghubungi anggota keluarga atau meminta bantuan kesehatan. Jika pusat konseling kampus Anda tidak memiliki situs Web yang memberikan saran tentang menemukan dan menanggapi masalah-masalah kesehatan mental, periksalah situs Web Virginia Tech, Universitas California di Berkeley, dan Universitas Texas di Austin, diantaranya. (Sumber: Angelo, 2004; Glenn, 2005)

Gunakanlah sistem pembimbingan online. Banyak kampus telah melakukan komputerisasi audit gelar yang merekam kemajuan setiap mahasiswa menuju pemenuhan syaratsyarat pencapaian gelarnya. Beberapa dari sistem tersebut juga mencantumkan kalender di mana mahasiswa dapat menjadwalkan pertemuan pembimbingan dan menyatakan kenapa mereka ingin bertemu dengan Anda. (Sumber: McCauley, 2000) Evaluasilah efektivitas Anda sebagai pembimbing. Jika Anda memiliki waktu dan keinginan, mintalah mahasiswa untuk mengisi kuesioner singkat, baik dalam bentuk online maupun tercetak, secara anonim (tanpa nama) untuk membantu Anda menemukan kekuatankekuatan Anda serta area-area yang membutuhkan peningkatan. Anda dapat meminta mahasiswa untuk mengevaluasi pembimbingan Anda dalam hal-hal sebagai berikut:
pengetahuan Anda (pengenalan Anda pada kebijakan, prosedur, persyaratan, sistem pembimbingan online, serta jasa pendukung yang ada di kampus); ketersediaan Anda (penyediaan waktu yang cukup untuk diskusi; waktu tunggu yang minimal untuk pertemuan yang sudah dijadwalkan); hubungan yang terjalin (penempatan mahasiswa dalam posisi yang nyaman, pemahaman atas tantangan-tantangan yang mahasiswa hadapi); minat Anda terhadap kemajuan akademik dan rencana karier atau pendidikan pascasarjana mahasiswa (bantuan pada mahasiswa dalam mencapai tujuannya, fasilitasi atas pembuatan keputusan); metode-metode yang digunakan (komunikasi yang jelas; penggunaan waktu pertemuan yang efektif).

Ambillah langkah pertama jika diperlukan. Pembimbing yang efektif menjadikan diri mereka dapat diakses oleh mahasiswa dan mengambil inisiatif untuk menghubungi ketika diperlukan. Mahasiswa membutuhkan (dan menyatakan bahwa mereka menginginkan) bimbingan yang baik, tetapi dalam kenyataannya hanya sedikit dari mereka yang mengunjungi pembimbingnya selain untuk meminta tanda tangan pada formulir-formulir yang diperlukan. Hubungilah mahasiswa jika diperlukan. Jangan pernah melewatkan janji pertemuan jika Anda dapat mengusahakan untuk datang, dan pastikanlah Anda menempelkan catatan pesan jika Anda tidak bisa datang. Gunakanlah surat elektronik (e-mail), pesan singkat, atau telepon untuk tetap berhubungan dengan mahasiswa di antara pertemuan tatap muka langsung, jika dirasa tepat. Doronglah mahasiswa untuk secara aktif menemui Anda untuk pertemuan pembimbingan berikutnya. (Sumber: Alexitch, 2006) Latihlah keterampilan komunikasi dan keterampilan mendengar yang baik. Pendengar
yang efektif mendengarkan secara netral (tanpa menghakimi) dan berperan aktif dalam membantu mahasiswa membuat keputusan. Mereka menghindari menyarankan solusisolusi sebelum mahasiswa menjelaskan sepenuhnya permasalahannya dan menemukan sendiri sejumlah pilihan pemecahan masalahnya. Jika dirasa tepat, mereka menunjukkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dan mengeksplorasi bagaimana mahasiswa dapat menghindari permasalahan yang sama di masa yang akan datang. (Sumber: Creamer dan Scott, 2000; Nutt, 2000)

Strukturisasilah sesinya. Anda dapat memulai dengan menanyakan tentang keadaan mahasiswa secara umum dan bagaimana semester tersebut berjalan, atau mengacu pada sesi pembimbingan sebelumnya dan menanyakan apa yang telah mahasiswa lakukan sejak saat itu. Diskusikanlah tujuan dari pertemuan saat ini, mulai dengan agenda/rencana dari mahasiswa tersebut dan berlanjut pada hal-hal lain yang ingin Anda bahas. Jika diperlukan, berikanlah rujukan. Akhirilah sesi tersebut dengan merangkum apa-apa yang telah dicapai dalam sesi dan membuat daftar tugas yang akan dilakukan mahasiswa sebelum pertemuan berikutnya. (Sumber: Nutt, 2000) Buatlah catatan dari sesi Anda. Terdapat alasan-alasan etis, profesional, legal (sah secara hukum), dan praktis untuk membuat catatan tentang sesi pembimbingan Anda. Sebagai tambahan atas informasi dasar (tingkatan mahasiswa, peminatan/jurusan mayornya), catatlah tanggal-tanggal pertemuannya, topik-topik yang dibahas, dan keputusan-keputusan atau hal-hal khusus lainnya. Segarkan ulang ingatan Anda dengan melihat sekilas catatan Anda sebelum pertemuan dengan mahasiswa, dan tindaklanjuti pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang menonjol. (Sumber: White dan Leonard, 2003)

Membimbing Mahasiswa Tingkat Pertama dan Mahasiswa yang Pendiam


Kenalilah sumber daya-sumber daya yang ada di kampus untuk pembimbingan mahasiswa tingkat pertama dan mahasiswa yang pendiam. Banyak sekolah memasukkan
pembimbingan dalam kuliah-kuliah yang berfokus pada pemupukan pengetahuan dan keberhasilah akademik mahasiswa tingkat pertama. Beberapa universitas besar memiliki pembimbing profesional yang sudah mengenal tata tertib, aturan, dan prosedur di kampus serta memberikan saran teknis dan akademik pada mahasiswa. Sekolah-sekolah lainnya memiliki program pembimbingan oleh teman yang memasangkan antara mahasiswa tingkat atas dan tingkat bawah; penelitian menunjukkan bahwa program-program seperti ini dapat mendorong peningkatan pemahaman dan keterikatan mahasiswa dengan kampus. (Sumber: Crockett, 1985; Halgin dan Halgin, 1984; Wilbur, 2003)

Pertimbangkanlah pembimbingan berkelompok. Anda dapat menggunakan pengaturan kelompok untuk menyampaikan informasi-informasi dasar dan membantu para mahasiswa untuk bertemu mahasiswa lainnya yang memiliki kesamaan minat dan kekhawatiran akademik. Jaringan informal antar mahasiswa juga dapat membantu mahasiswa yang pendiam dalam mengatasi masalah-masalah terkait pemilihan mata

540

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana

541

kuliah, peminatan (kuliah mayor), dan jalur kariernya. (Sumber: Glennen, 2003; King, 2000; Strommer, 1995)

Terbukalah dalam mengakui perbedaan-perbedaan etnis atau budaya antara Anda dan mahasiswa bimbingan Anda, jika dibutuhkan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat,
seorang pengajar kulit putih yang mengakui secara terbuka perbedaan etnis/budaya dan hambatan-hambatan yang ditimbulkannya, dan bukan menampilkan citra tidak peduli warna kulit, justru dipandang sebagai sumber yang kredibel/dapat dipercaya oleh para mahasiswa laki-laki yang berasal dari ras Afrika-Amerika. Apa pun etnisitas Anda atau mahasiswa bimbingan Anda, tekankanlah standar kinerja yang tinggi dan konsisten serta keyakinan atas kapasitas mahasiswa untuk meraih standar tersebut. Untuk saran-saran tentang menanggapi perbedaan ras, etnis, dan budaya, lihatlah Bab 5, Keragaman dan Inklusi dalam Ruang Kelas. (Sumber: Cohen dkk., 1999; Grant-Thompson dan Atkinson, 1997)

Bersiaplah untuk kebutuhan-kebutuhan khusus mahasiswa baru (tingkat pertama).


Para mahasiswa tingkat pertama, jika dibandingkan dengan mahasiswa tingkat atas, cenderung lebih melihat proses pembimbingan sebagai sarana untuk mendiskusikan masalah-masalah pribadi. Para mahasiswa tingkat pertama juga cenderung lebih membutuhkan arahan, wawancara terstruktur, dan hubungan pembimbingan yang lebih sering. Anda juga akan menemukan bahwa mahasiswa tingkat pertama menghargai saran tentang strategi-strategi dan kebiasaan-kebiasaan belajar yang efektif. (Sumber: Kramer, 2000)

Bantulah mahasiswa baru dalam melakukan transisi ke kehidupan kampus. Bantulah para mahasiswa baru untuk mengukur kebutuhan akademik mereka dan mencari tahu tentang layanan-layanan dukungan akademis yang ada, kelompok mahasiswa di kampus, serta kegiatan-kegiatan mahasiswa di kampus. Para mahasiswa baru juga dapat memperoleh manfaat dari saran tentang bagaimana untuk mengatur waktu mereka serta bagaimana untuk memperkirakan seberapa banyak waktu dan usaha yang akan diperlukan dalam perkuliahan-perkuliahan mereka. Doronglah mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kehidupan kampus. Beritahukanlah mahasiswa tentang ikatan mahasiswa di departemen/jurusan Anda, kelompok-kelompok mahasiswa tingkat kampus, kesempatan-kesempatan untuk proyek penelitian mahasiswa tingkat sarjana, kelompok-kelompok belajar, dan kegiatan-kegiatan eksplorasi karier. Doronglah mahasiswa untuk berpartisipasi dalam setidaknya satu kegiatan. Keterlibatan pribadi adalah motivator utama dalam pembelajaran dan rasa keterikatan. (Sumber: Frost, 1991; Kramer dan Spencer, 1989; Light, 2001) Jelaskanlah manfaat dari keterlibatan secara pribadi. Mahasiswa paling cenderung untuk
mengabaikan kampus pada tahun awal perkuliahannya dan sebelum dimulainya semester kedua. Anda dapat meningkatkan ketahanan mahasiswa dengan menyarankan agar mahasiswa mengambil setidaknya satu mata kuliah yang benar-benar menarik untuk mereka serta agar mereka mengambil kelas-kelas yang kecil serta seminar-seminardi mana mereka akan mengenal pengajar dan mahasiswa lainnya. Anda juga dapat mengusulkan agar mahasiswa berusaha untuk berbincang dengan setidaknya seorang tenaga pengajar pada setiap semesternya. (Sumber: Light, 2001; Tinto, 1993)

Membimbing Mahasiswa yang Peminatannya pada Departemen Anda


Kajilah syarat dan ketentuan departemen Anda untuk peminatan tersebut. Jika syarat dan ketentuan dari departemen Anda rumit, bantulah mahasiswa bimbingan Anda menggambarkan jalan-jalan alternatif untuk memenuhi setiap persyaratan. Bantulah mahasiswa untuk menghindari kesalahan berupa memilih mata kuliah tidak sesuai alur/ urutannya, menunda mata kuliah yang dipersyaratkan, dan mengabaikan persyaratannya. (Sumber: Halgin dan Halgin, 1984) Informasikanlah pada mahasiswa tentang kesempatan karier di bidang Anda atau areaarea yang terkait. Di banyak kampus, pusat kariernya menyediakan konseling karier,
tetapi para mahasiswa tingkat tiga dan empat lebih cenderung untuk bertanya pada Anda tentang berbagai pekerjaan dan kesempatan untuk sekolah tingkat pascasarjana. Doronglah mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pengalaman belajar mandiri, seperti kegiatan magang atau penelitian, untuk belajar secara mendalam tentang kemungkinankemungkinan karier. Cobalah untuk menghubungkan mahasiswa dengan alumni yang bekerja di bidang yang sesuai.

Gunakanlah pembimbingan kelompok untuk melengkapi pertemuan individual.


Pembimbingan kelompok menumbuhkan pertemanan di antara para mahasiswa yang memiliki minat akademik yang serupa dan dapat mendorong eksplorasi karier dan masalah akademik yang lebih mendalam. Topik-topik diskusi yang mungkin mencakup mata kuliahmata kuliah apa yang akan diambil pada semester berikutnya (dan mengapa), tips belajar menghadapi ujian tengah semester, serta cara-cara yang dilakukan mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan mereka dengan birokrasi. (Sumber: Glennen, 2003)

Sediakanlah suatu struktur bagi mahasiswa yang masih kebingungan untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan yang tersedia. Beberapa mahasiswa yang pendiam dapat memperoleh
manfaat dari memeriksa empat area pengetahuan: diri sendiri, program-program dan peminatan pendidikan, pekerjaan-pekerjaan dan cara masuknya, serta pembuatan keputusan. Kuesioner singkat dan lembar isian minat dapat membantu mahasiswa dalam menentukan sumber dari kebingungan mereka dan di manakah minat mereka terletak. Pusat konseling atau layanan karier di kampus Anda dapat memberikan (mengadministrasikan) dan menginterpretasikan kuesioner-kuesioner seperti itu. (Sumber: Gordon, 1995; Strommer, 1995)

Pembimbingan Antisipatif (Pencegahan)


Sediakanlah pembimbingan antisipatif untuk mahasiswa yang mungkin membutuhkannya. Pembimbingan antisipatif (istilah yang lebih lunak dari pembimbingan

542

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana

543

mencampuri/intrusive advising yang diciptakan oleh Glennen dan Baxley, 1985) terdiri dari strategi-strategi intervensi terstruktur untuk mahasiswa baru dan mahasiswa yang berada dalam masa percobaan atau yang memiliki masalah akademik. Di sini, pembimbingnya yang berinisiatif dalam menjadwalkan pertemuan rutin untuk membahas kemajuan mahasiswa dan untuk menghindari potensi-potensi kesulitan. Para peneliti melaporkan keberhasilan pembimbingan mencampuri dalam mempertahankan mahasiswa yang berada dalam masa percobaan dan mahasiswa yang merupakan anggota dari kelompok-kelompok yang kurang terwakili sebelumnya. Untuk menentukan para mahasiswa yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan jenis ini, lihatlah tandatanda seperti nilai SAT atau ACT jika tersedia (di Indonesia dapat berupa nilai TPA/Tes Potensi Akademik), hasil ujian penempatan di kampus, apakah mahasiswa tersebut merupakan yang pertama dalam keluarganya yang berkuliah, komitmen/tanggung jawab kerja di luar kampus, masalah-masalah keuangan, jam belajar yang diperkirakan, serta pengukuran/pengujian oleh diri sendiri dalam hal kekuatan, kelemahan, dan keraguan akademik. (Sumber: Heisserer dan Parette, 2002; Stokes, 2003; Voorhees, 1990)

minat mahasiswa, menantang mahasiswa untuk meraih kesempatan dan pengalaman pendidikan, serta membantu mahasiswa untuk meraih pengakuan, misalnya, melalui pernghargaan kampus. (Sumber: Jacobi, 1991; Zachary, 2000)

Hubungilah mahasiswa yang didampingi di luar kelas. Kesempatan-kesempatan untuk


bertemu dengan mahasiswa secara tidak resmi mencakup waktu makan siang atau minum kopi, acara makan di aula tempat tinggal mahasiswa, atau kegiatan yang diikuti mahasiswa (misalnya, pertunjukan drama, pertunjukan musik/resital, atau pertandingan sepak bola). Anda juga dapat tetap berkomunikasi dengan mengirimkan catatan-catatan pemberi semangat sebelum ujian akhir dan surat-surat penghargaan bagi prestasi yang membanggakan.

Pertahankanlah kontak/komunikasi yang rutin. Para mahasiswa yang berada dalam masa percobaan atau rawan secara akademik dapat merasa enggan untuk bertemu dengan pembimbing secara sukarela. Komunikasi secara rutin dapat mendukung kedekatan dan rasa percaya yang lebih kuat, yang membantu mahasiswa untuk melihat Anda sebagai rekan atau sekutu yang mendukung dalam menghadapi kekhawatiran-kekhawatiran akademik maupun pribadi. Jika waktu Anda terbatas, menjumpai mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil dapat efisien, terutama untuk menyampaikan strategistrategi dasar dalam manajemen waktu dan belajar serta menyediakan suatu struktur di mana mahasiswa dapat belajar dari dan mendukung satu sama lain. Perhatikanlah, bagaimanapun juga, untuk tidak menyatukan sekumpulan mahasiswa yang sedang dalam masa percobaan tanpa memperoleh izin dari mereka terlebih dulu, karena hal itu dapat melanggar hak mahasiswa akan kerahasiaan pribadi. (Sumber: Upcraft dan Kramer, 1995) Bersikaplah mengatur dan tegas. Pertimbangkanlah untuk menetapkan kontrak yang menyatakan apa-apa yang akan diusahakan atau dicapai mahasiswa. (Sumber: Heisserer dan Parette, 2002)

Ajarkanlah mahasiswa tentang nilai-nilai dan sudut pandang akademik. Para mahasiswa perlu belajar tentang bagaimana akademisi berpikir tentang dan memecahkan masalah. Para pendamping dapat memberikan dorongan dan dukungan dengan mengundang para mahasiswa untuk menghadiri pertemuan-pertemuan para profesional tingkat lokal, melibatkan mahasiswa dalam proyek-proyek penelitian, mendorong pekerjaan komunitas, dan merekomendasikan mahasiswa untuk hadiah dan penghargaan akademik. (Sumber: Lagowski dan Vick, 1995; Light, 2001)

Membimbing Organisasi Mahasiswa


Bersikaplah aktif dan waspada. Bertemulah dengan dewan eksekutif kelompok/organisasi
dan klarifikasi/perjelaslah lingkup tanggung jawab Anda. Sadarilah tanggung jawab resmi Anda sebagai pembimbing kelompok tersebut termasuk tanggung jawab untuk mencegah perilaku yang melanggar aturan. Jika kelompok tersebut tidak terdaftar di institusi Anda, bantulah para mahasiswa tersebut untuk menjadi kelompok resmi. Kelompok resmi cenderung lebih mendapatkan dukungan institusi secara resmi serta penghormatan lainnya. Hadirilah pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan mereka, terutama yang mengandung potensi tanggung jawab resmi atau dana (keuangan). (Sumber: Dunkel dan Schuh, 1998; Tribbensee, 2004)

Pendampingan
Pertimbangkanlah untuk menjadi seorang pendamping. Seperti yang dinyatakan oleh Eble (1988), seorang pendamping tidak terlalu banyak memberitahukan mahasiswa apa yang harus dilakukan, melainkan memberikan mereka dorongan untuk melakukannya. Terdapat tiga komponen umum dari hubungan pendampingan: dukungan emosional dan psikologis, bantuan langsung terkait pengembangan karier dan profesional, serta pemberian contoh. Sebagai seorang pendamping, Anda akan diharapkan untuk bertemu dengan mahasiswa secara rutin, menyediakan umpan balik yang membangun dan mendukung, mendorong mahasiswa untuk mengambil risiko, mencari tahu

Bertindaklah sebagai sumber informasi. Para ketua mahasiswa mungkin akan membutuhkan Anda untuk mengartikan kebijakan dan aturan institusi Anda. Mereka mungkin juga akan bertanya pada Anda tentang bagaimana untuk memesan suatu kendaraan atau ruang pertemuan, atau bagaimana cara mendapatkan pembicara tamu. Jika diperlukan, rujuklah para mahasiswa ini pada staf di kantor kegiatan mahasiswa atau dekan/pimpinan kantor urusan mahasiswa. (Sumber: Dunkel dan Schuh, 1998) Sesuaikanlah peran Anda dengan kebutuhan organisasinya. Kelompok-kelompok yang
baru akan mulai berjalan mungkin membutuhkan penasihat/pembimbing untuk membantu mereka merumuskan misi dan metode mereka; kelompok-kelompok yang telah memiliki tujuan yang terumuskan dan kegiatan yang sudah ditetapkan mungkin membutuhkan sumber yang mendukung dan pengajar; kelompok yang sudah mapan (lama berjalan) mungkin membutuhkan seorang fasilitator dan pemecah masalah. Pada

544

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana

545

semua kasus, tugas Anda adalah untuk memberikan mahasiswa manfaat atas nasihat Anda, tetapi tetap membiarkan mereka membuat keputusannya sendiri. Pembimbing yang baik tahu kapan saatnya membiarkan suatu kegiatan gagal akibat perencanaan yang salah atau kurangnya pengawasan oleh mahasiswa. (Sumber: banks dan Combs, 1989)

Tata Perilaku Profesional


Pertahankanlah etika perilaku yang sesuai. Seberapapun santai/informalnya suasana yang dihadapi, hindarilah perilaku yang mengundang kesalahpahaman: komentar atau pernyataan menggoda tentang pakaian, gender, atau kegiatan seksual; cerita-cerita atau candaan yang buruk; dan sentuhan atau kontak fisik yang tidak perlu. Tanyakanlah pada diri Anda sendiri pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (berdasarkan Elliott dan Lester, 2001):
Ketika Anda menyebarkan undangan sosial, apakah Anda memudahkan mahasiswa untuk menolaknya, atau mungkinkah mereka merasa terpaksa untuk menghadirinya? Apakah sejumlah mahasiswa meminta perkecualian atau bantuan khusus dari Anda? Apakah Anda bersikap inklusif (melibatkan semua), atau apakah Anda meninggalkan sejumlah mahasiswa dari lingkaran sosial Anda? Dapatkah Anda berbicara secara terbuka dengan kolega Anda mengenai hubungan Anda dengan mahasiswa, atau apakah Anda merasa memiliki sesuatu yang disembunyikan?

Hindarilah mencampurkan antara hubungan profesional dan romantis. Sejak tahun 1990an, telah terdapat gerakan kontroversial di kampus-kampus dan universitas-universitas di Amerika Serikat untuk secara resmi melarang hubungan romantis (asmara) atau seksual antara pengajar dan mahasiswa. Gerakan ini didasari pada pemikiran bahwa hubungan seperti itu tidaklah didasari kerelaan kedua pihak meskipun ketika pihakpihak yang terlibat menganggapnya sebagai hasil kerelaan (suka sama suka) dan tidak ada penyalahgunaan yang tampak jelas karena perbedaan kekuasaan yang ada. Jika Anda memiliki ketertarikan pada mahasiswa yang mungkin menjadi tanggung jawab Anda secara akademis, tundalah tindakan romantis apa pun hingga tanggung jawab Anda tersebut selesai. Jika Anda berada dalam hubungan yang berdasarkan kerelaan (suka sama suka) dengan seseorang yang atasnya Anda memiliki tanggung jawab supervisi, membuat keputusan, mengontrol, mengevaluasi, atau membimbing, bertindaklah untuk memutuskan diri Anda dari segala bentuk pembuatan keputusan profesional yang terkait orang tersebut. (Sumber: Bargh dan Raymond, 1995; Gray, 1994; Lane, 2006; Stamler dan Stone, 1998) Ambillah langkah-langkah untuk menghindari kesalahpahaman Perilaku yang antusias dari sisi Anda dapat disalahartikan oleh mahasiswa sebagai suatu pelecehan seksual. Sebagai contoh, menyarankan mahasiswa untuk melaksanakan belajar mandiri di bawah arahan Anda dapat salah dibaca sebagai ekspresi minat pribadi dan bukannya minat profesional. Minimalisirlah kesempatan terjadinya misinterpretasi/salah pengartian dengan membuka pintu kantor Anda selama pertemuan dengan mahasiswa, bertemu dengan mahasiswa di luar kelas dalam kelompok-kelompok kecil dan bukan pertemuan empat mata saja, serta menghindari kontak fisik dengan mahasiswa. Jika Anda merasa mahasiswa melakukan pendekatan pribadi, segera bicarakan. Pengabaian perilaku atau tetap diam dapat diartikan sebagai persetujuan yang implisit. Sebaiknya, berilah tanggapan berupa tidak sepantasnya saya membahas masalah-masalah pribadi seperti ini denganmu. Jika mahasiswa menyandarkan dirinya pada Anda atau berjarak terlalu dekat dengan Anda, bergeraklah atau berdiri. Jika mahasiswa tersebut tetap kukuh/bertahan, simpanlah catatan detail dari kejadian tersebut, mencakup tanggalnya, waktunya, tempatnya, orang-orang yang terlibat, dan apa yang telah dikatakan atau dilakukan. Berbicaralah pula dengan ombundsman atau ketua departemen Anda.

Dapatkanlah salinan dari kebijakan kampus tentang pelecehan seksual dan prosedur penyelesaian keluhan. Periksalah situs Web kampus Anda atau tanyakanlah pada
ombudsman atau kantor Gelar IX (Title IX) kampus Anda tentang kebijakan kampus tentang pelecehan seksual dan tentang hubungan romantis (asmara) dengan mahasiswa. Secara umum, pendekatan seksual yang tidak diharapkan, permintaan untuk bantuan seksual, dan tindakan verbal (bahasa) atau fisik yang termasuk bentuk seksual lainnya termasuk pelecehan seksual (1) ketika kepatuhan pada perilaku seperti itu disebabkan oleh pernyataan atau kondisi eksplisit maupun implisit yang berupa instruksi, ikatan kerja, atau keterlibatan dalam kegiatan kampus lainnya; (2) ketika kepatuhan atau penolakan atas perilaku seperti itu oleh seseorang digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan akademis atau pekerjaan yang memengaruhi orang tersebut; atau (3) ketika perilaku seperti itu memiliki tujuan atau dampak yang secara tidak masuk akal memengaruhi kinerja seseorang atau menciptakan lingkungan kampus yang mengancam, tidak menyenangkan, atau menjijikkan. Perhatikanlah bahwa jenis perilaku yang mendahului tersebut dipandang memiliki dampak membuat iklim yang mengancam bahkan meskipun bukan itu tujuan awalnya.

Daftar Referensi
Alexitch, L. R. The Role of Help-Seeking Attitude and Trendencias in Students Preference for Academic Advising. Journal of Collage Student Development, 2002, 43(1), 5-14 Alexitch, L. R. Help Seeking and the Role of Academic Advising in Higher Education. In S. A. Karabenick and R. S. Newman (Eds.), Help Seeking in Academic Settings: Goals, Groups; and Contest. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2006. Angelo, J, M. Privacy, or Peril? Where, Many Are Asking, Is the Line between the Parents Right to Know about Their Childs Mental State and the Students Right to Privacy? University Business, January 2004, 7(10), 39-42.

546

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas


Appleby, D. C. The Teaching-Advising Connection. In S. F. Davis and W. Buskist (Eds.), The Teaching of Psychology: Essays in Honor of Wilbert J. McKeachie and Charles L. Brewer. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002. Banks, M. C., and Combs, H. W The Evolving Leadership Role of the Faculty Advisor in Building a Successful Student Organization. Journal of Education or Business 1989, 65(2), 60-63. Bargh, J. A., and Raymond, P The Nave Misuse of Power: Nonconscious Sources of Sexual Harassment, Journal of Social Issues, 1995, 51(1), 85-96. Becker; B. A. Legal Issues in Academic Advising. In V. N. Gordon, W. R. Habley, and associates, Academic advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Chickering. A. W., and Gamson, Z. F. (Eds.). Applying the Seven Principles for Good Practice in Undergraduate Education. New Directions for Teaching and Learning, no. 47. San Francisco: Jossey-Bass, 1991. Cohen, G. L., Steele, C. M., and Ross, L. D. The Mentors Dilemma: Providing Critical Feedback across the Racial Divide. Personality and Social Psychology Bulletin, 1999, 25(10), 1302-1318. Creamer, E C., and Scott, D. W. Assessing Individual Advisor Effectiveness. In V. N. Gor don, W. R. Habley, and associates, Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Fran cisco: Jossey-Bass, 2000. Crockett, D. S. Academic Advising. In L. Noel, R. Levitz, D. Saluri, and associates (Eds.), Increasing Student Retention. San Francisco: Jossey-Bass, 1985. Daloz, L. A. Mentor: Guiding the Journey of Adult Learners. San Francisco: Jossey-Bass, 1999. Dunkel, N. W., and Schuh, J. H. Advising Student Groups and Organization, San Francisco: .Jossey-Bass, 1998. Fable, K. E. The Craft of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1988. Elliott, D., and Lester. P M. When Is It OK to Invite a Student to Dinner? Chronicle of Higher Education, October 8, 2001. Ender, S. C., and Wilkie, C. J. Advising Students with Special Needs. In V. N. Gordon, W. R. Habley, and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Frost, S. H. Academic Idvising for Student Success: A System of Shared Responsibility. ASHE-ERIC Higher Education Report, no. 3. Washington, DC: School of Education and Human Development, George Washington University, 1991. Glenn, D. College Instructors Should Be Prepared for Students Mental-Health Crises, Experts Say, Chronicle of Higher Education, August 19, 2005. http://chronicle.com/daily/2005/08/ 2005081906n.htm Glennen, R. E. The Importance of Faculty Advising: A CEO and CAO Perspective. In G. L. Kramer (Ed.), Faculty Advising Examined: Enhancing the Potential of College Faculty as Advisers. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Glennen, R. E., and Baxley. D. M. Reduction of Attrition through Intrusice Adving. NASPA Journal, 1985, 22(3), 10-14. Gordon, V. N. The Undecided College Student: An Academic and Career Advising Challenge. (2nd ed.) Springfield, IL: Charles C. Thomas, 1995. Grant Thompson, S. K., and Atkinson, D. R. "Cross-Cultural Mentor Effectiveness and African American Male Students. Journal Black of Psychology, 1997, 23(2), 120-134. Gray, M. W. Its Power, Stupid! New Directions for Higher Education, no. 88. San Francisco: Jossey-Bass, 1994, pp. 21-31. Habley, W. R. Current Practices in Academic Advising. In V. N. Gordon, W. R. Habley, and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000.

Pembimbingan dan Pendampingan Akademik pada Mahasiswa Tingkat Sarjana


547

Habley, W. R. Faculty Advising: Practice and Promise. In G. L. Kramer (Ed.), Faculty Advising Examined: Enhancing the Potential of College Faculty as Advisers. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Halgin, R. P ., and Halgin, L. F. An Advising System for a Large Psychology Department. Teaching of Psychology, 1984, 11(2), 67-70. Heisserer, D. L., and Parette, P . Advising At-Risk Students in College and University Settings. College Student Journal, 2002, 36(1), 69-84. Jacobi. M. Mentoring and Undergraduate Academic Success: A Literature Review. Review of Educational Research, 1991, 61(4), 505-532. King, N. S. Advising Students in Groups. In V. N. Gordon; W. R. Habley; and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Kramer, G. L. Advising Students at Different Educational Levels. In V. N. Gordon, W. R. Habley, and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Joss ey-Bass, 2000. Kramer. G. L., and Spencer, R. W. Academic Advising. In M. L. Upcraft, J. N. Gardner, and associates (Eds.). The Freshman Year Experience, San Francisco: Jossey Bass, 1989. Lagowski, J. M., and Vick, J. W. Faculty as Mentors. New Directions for Teaching and Learning, no. 62. San Francisco: Jossey-Bass,1995, pp. 79-85. Lane, A. J. Gender, Power, and Sexuality: First, Do No Harm. Chronicle of Higher Education, May 5, 2006. Light, R. J. Making the Most of College: Students Speak Their Minds. Cambridge, MA: Harvard the University Press, 2001. McCauley, M. E. Technological Resources That Support Advising. In V. N. Gordon. W. R. Habley, and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Nathans, E. S. New Faculty Members and Advising. In A. L. DenelL C. D. Goodwin, and E. S. McCrate (Eds.), The Academics Handbook. Durham, NC: Duke University Press, 1988. Nutt C. L. One-to-One Advising. In V. N. Gordon, W. R. Habley, and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Pascarella, E. T., and Terenzini. P . T. How College Affects Students: A Third Decade of Research. Vol. 2. San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Priest, R., and McPhee, S. A. Advising Multicultural Students: The Reality of Diversity. In V. N. Gordon, W. R. Habley, and associates. Academic Advising: A Comprehensive Handbook. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Stamler, V. L., and Stone, G. L. Faculty-Student Sexual Involvement: Issues and Intervention.Thousand Oaks. CA: Sage, 1998. Stokes, M. Preparing for the First Advising Contact. The Mentor: An Academic Advising Journal, June 16, 2003. http://www.psu.edu/dus/mentor/ Strommer, D. W. Advising Special Populations of Students. In A. G. Reinarz and E. R. White, Teaching through Academic Advising: A Faculty Perspective. San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Tinto, X. Leaving College: Rethinking the Causes and Cures of Student Attrition. (2nd ed.) Chicago: University of Chicago Press, 1993. Tribbensee, N. E. Faculty Adviser, Beware: Yon May Be Liable. Chronicle of Higher Education, June 25, 2004. Upcraft, M. L., and Kramer, G. (Eds.). Fist-Year Academic Advising: Patterns in the Present, Pathways to the Future. Columbia: National Resource Center for the Freshman Year Experience and Students in Transition, University of South Carolina, 1995. Voorhees, R. A. A Survey of Academic Advising as an Area of Inquiry: In J. C. Smart (Ed.), Higher Education: Handbook of Theory and Research. Vol. 6. New York: Agathon Press, 1990.

548

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas


Vowell, E, and Farren, P . J. Expectations and Training of Faculty Advisors. In G. L. Kramer (Ed.), Faculty Advising Examined: Enhancing the Potential of College Faculty as Advisers. San Fran cisco: Jossey-Bass, 2003. Wankat, P . C. The Effetive, Efficient Professor: Teaching, Scholadhip and, Service. Boston: Allyn and Bacon. 2002. White, E. R., and Leonard, M. J. Faculty Advising and Technology In G. L. Kramer (Ed.), Faculty Advising Examined: Enhancing the Potential of College Faculty as Advisers. San Francisco: Jossey-Bass, 2003. Wilbur, F. P . Outstanding Faculty Advising Programs: Strategies That Work. In G. L. Kramer (Ed.), Faculty Advising Examined: Enhancing the Potential of College Faculty as Advisers. San Francisco: JosseyBass, 2003. Zachary, L. J. The Mentors Guide. San Francisco: Jossey-Bass, 2000.

Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar

549

58
Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar dari Mahasiswa Pascasarjana
Pengajaran kuliah untuk mahasiswa tingkat sarjana dengan para pengajar dari mahasiswa pascasarjana (Graduate Student Instructor/GSI), disebut juga asisten pengajar atau asisten dosen/asdos (Teaching Assistan/TA), adalah bentuk khusus dari pengajaran dalam tim/ kelompok.

Pada banyak fakultas atau jurusan, asisten pengajar memimpin diskusi mingguan atau bagian pembacaan/resitasi dari perkuliahan kelas besar; bagian-bagian tersebut dapat mencakup kegiatan mengerjakan serangkaian soal atau studi kasus, mendiskusikan materi baru, mengaplikasikan materi perkuliahan pada soal atau konteks yang baru, menganalisis dan mengevaluasi pendapat-pendapat dan bukti yang ada, atau mengkaji ulang topik-topik yang telah dibahas dalam ceramah perkuliahan. Pada program-program bahasa asing dan musik, asisten pengajar sering kali mengajarkan bagian kuliah pengantar. Pada mata kuliah-mata kuliah sains, asisten pengajar dapat mengajarkan bagian praktik di laboratorium, dengan tugas yang meliputi mengatur tatanan laboratorium, mengajarkan teknik-teknik dan penggunaan peralatan yang tepat, menjelaskan percobaannya, menilai laporan laboratorium dan kuis-kuisnya, serta mendiskusikan materi perkuliahan. Para asisten pengajar sering mengeluh bahwa mereka tidak memperoleh pelatihan, bimbingan, dan dukungan yang cukup dari tenaga pengajar utamanya (Branstetter dan Handelsman, 2000; Duba-Biederman, 1994; Prieto dan Meyers, 1999). Dengan menyediakan diri sebagai mentor/pembimbing, bertemu dengan para asisten pengajar sebelum dan selama semester berlangsung, serta menetapkan tata cara/prosedur evaluasi, Anda dapat meningkatkan pendidikan yang diterima oleh para mahasiswa Anda dan turut pula menyumbang pada pengembangan para pengajar masa datang dari kampus dan universitas Anda.

Menyiapkan untuk Mengajar


Pilihlah para asisten pengajar Anda seawal mungkin. Semakin awal pemberitahuan yang
diperoleh oleh para asisten pengajar, makin baik pula mereka akan dapat mempersiapkan diri untuk tugas-tugas pengajaran mereka. Tunjuk dan tunjuk ulanglah para asisten

550

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar

551

pengajar berdasarkan keterampilan komunikasinya, penguasaannya terhadap materi perkuliahan, serta potensi kemampuan mengajar maupun kemampuan mengajar yang telah mereka tampilkan. Bagaimanapun, di beberapa kampus, pengajar tidak memilih sendiri asisten pengajarnya, yang ditempatkan pada perkuliahan mereka oleh ketua jurusan. Periksalah dengan ketua jurusan Anda terkait kebijakan ini.

Pastikanlah adanya komunikasi yang lancar dan terbuka antara Anda dan asisten pengajar.
Untuk mengembangkan dan menjaga hubungan baik, dengarkanlah secara seksama apa yang dikatakan para asisten pengajar tentang perkuliahan Anda dan permasalahanpermasalahan yang dihadapi para mahasiswa, serta berikanlah mereka tanggung jawabtanggung jawab yang sesuai dengan pengalaman mereka.

Untuk perkuliahan dengan banyak kelas, pilihlah ketua atau senior asisten pengajar.
Mintalah asisten pengajar yang senior untuk mengatur kegiatan asisten pengajarasisten pengajar lainnya, memberikan pengarahan/orientasi atau bertindak sebagai pembimbing untuk asisten pengajar-asisten pengajar baru, melaksanakan kelas-kelas percontohan, serta mengamati dan mengawasi kinerja asisten pengajar lainnya. (Sumber: Nyquist dan Wulff, 1996)

Bagilah anekdot-anekdot tentang pengalaman mengajar Anda sendiri. Sebagai contoh, ceritakanlah pada asisten pengajar Anda tentang jenis-jenis permasalahan yang Anda alami ketika awal Anda mulai mengajar, dan ceritakanlah juga tentang bagaimana kini Anda mengatur waktu Anda untuk menyeimbangkan antara mengajar dan melakukan penelitian. (Sumber: Boyle dan Boice, 1998; Nyquist dan Wulff, 1996) Pandanglah pelatihan asisten pengajar sebagai bagian dari pengembangan profesional mahasiswa pascasarjana. Perlakukanlah para asisten pengajar dengan hormat dan
pekalah terhadap diri mereka sebagai pribadi maupun sebagai anggota tim pengajar. Mintalah para asisten pengajar untuk memberi Anda saran-saran yang membangun tentang cara-cara untuk meningkatkan pengaturan dalam ruang kelas Anda. Dengan mendorong para asisten pengajar untuk mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka tentang perkuliahan tersebut, Anda meningkatkan keterlibatan dan investasi mereka dalam pengajaran. (Sumber: Seymour dkk., 2005)

Selenggarakanlah setidaknya satu kali pertemuan pengarahan/orientasi dengan para asisten pengajar sebelum semester dimulai. Segera setelah Anda memilih para asisten
pengajar Anda, adakanlah pertemuan untuk membahas isi, kebijakan, prosedur/tata cara, kegiatan, dan tanggung jawab dalam perkuliahan. Bagikanlah buku ajar dan daftar bacaan dalam perkuliahan Anda sehingga para asisten pengajar dapat membiasakan diri dengan materinya.

Perkenalkanlah diri Anda pada para asisten pengajar baru. Jika Anda tidak mengenal asisten pengajar Anda, beritahukanlah pada mereka sesuatu tentang diri Anda sendiri, minat akademik Anda, serta posisi perkuliahan Anda dalam kurikulum. Tanyakanlah pada para asisten pengajar tentang latar belakang mereka. Beberapa dari mereka mungkin memiliki pengalaman mengajar yang kaya. Untuk asisten pengajar yang benar-benar baru atau belum berpengalaman, ajaklah mereka untuk membahas kekhawatiran yang mungkin mereka miliki tentang kemampuan mereka atau tentang kebutuhan untuk mengatur beragam tanggung jawab mereka.

Merinci Peran dan Tanggung Jawab Para Asisten Pengajar (GSI)


Diskusikanlah tentang jumlah waktu yang diharapkan untuk diberikan oleh para asisten pengajar untuk tanggung jawab mereka dalam pengajaran. Berilah para asisten pengajar
Anda perkiraan jumlah waktu yang dituntut dari mereka, dan ingatkanlah mereka bahwa kegiatan mengajar mereka walaupun sangat penting sebaiknya tidak melebihi tugas akademik mereka sendiri. Sarankanlah hal-hal yang menjadi prioritas dalam bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka di antara persiapan dan tugas-tugas perkuliahan lainnya.

Membangun Nuansa yang Bersahabat dengan Para Asisten Pengajar


Pembimbing sekaligus juga pelatih. Beberapa asisten pengajar lebih menghargai pembimbingan dan pengajaran pribadi dibandingkan pelatihan atau workshop formal, dalam hal keterampilan-keterampilan mengajar, karena adanya kesempatan untuk interaksi informal dan dukungan yang disesuaikan secara khusus. Selain berbicara dengan asisten pengajar Anda mengenai hal-hal khusus dalam perkuliahan, diskusikanlah pula topik-topik yang terkait dengan pengembangan pengajaran dan karier profesional, terbukalah tentang keberhasilan dan kegagalan Anda sendiri, serta luangkanlah waktu untuk perbincangan yang meningkatkan hubungan yang bersahabat. Tanyakanlah pada para asisten pengajar Anda tentang minat akademik dan target profesional mereka, terutama pada para asisten pengajar dari luar jurusan asal Anda. (Sumber: Boyle dan Boice, 1998; Celeste dkk., 2003; Meyers, 1995; von Hoene dan Mintz, 2002)

Bagikanlah panduan tentang peran dan tanggung jawab dari asisten pengajar dan tenaga pengajar pengawas. Para asisten pengajar dapat diminta untuk memikul tanggung
jawab-tanggung jawab sebagai berikut (diadaptasi dari Davidson dan Ambrose, 1994, dan Lewis, 1997):

Menghadiri kelas/perkuliahan. Melaksanakan sesi laboratorium, diskusi, praktik di studio, atau pembacaan (resitasi). Mengisi jam kantor Anda. Membuatkan tugas-tugas rumah. Menuliskan rangkaian jawaban untuk tugas rumah yang diberikan. Menyumbangkan pertanyaan-pertanyaan ujian.

552

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar

553

Melaksanakan sesi pembahasan ulang materi (review). Mengawasi ujian. Menilai tugas rumah, esai, makalah, atau ujian. Menjaga catatan/nilai kehadiran dari suatu bagian perkuliahan. Membantu mempersiapkan lembar catatan , presentasi, atau materi-materi perkuliahan lainnya. Mengatur situs Web perkuliahan. Melaporkan secara rutin kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Mengajar penuh satu sesi perkuliahan. Berpartisipasi dalam pelatihan asisten pengajar yang diselenggarakan oleh jurusan/ departemen atau kampus Anda. Menghadiri pertemuan dengan pengajar/lektor utama dan asisten pengajar lainnya dalam mata kuliah tersebut.

kontak fisik dengan mahasiswa (bahkan dalam candaan), serta pentingnya memperla kukan semua mahasiswa secara adil dan hormat. (Sumber: Davidson dan Ambrose, 1994)

Diskusikanlah tentang perkuliahannya secara rinci. Bahaslah topik-topik sebagai


berikut: Tujuan-tujuan perkuliahan. Jelaskanlah apa yang Anda ingin capai dalam perkuliahan dan apa yang diharapkan akan mahasiswa pelajari, ketahui, atau mampu lakukan di akhir semester. Peran asisten pengajar dalam perkuliahan. Apakah tujuan sesi perkuliahan adalah untuk membahas ulang materi, menyajikan materi baru, mengaplikasikan materinya pada tugas dan konteks/situasi baru, membahas kembali tugas rumah, mendiskusikan bacaan, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa? Seberapa besar kebebasan yang dimiliki asisten pengajar dalam memilih materi subjek, menetapkan kebijakan terkait kehadiran mahasiswa, dan membawa materi baru? Bagaimanakah sesi/bagian perkuliahan tersebut akan mendorong pada pencapaian tujuan perkuliahan? Silabus perkuliahan. Berikanlah salinan silabus dan bacaan Anda pada para asisten pengajar seawal mungkin dan setidaknya sebulan sebelum kelas dimulai. Jika diperlukan, berikanlah sumber-sumber tambahan pada para asisten pengajar untuk membantu mereka memperbaiki pemahaman mereka akan isi perkuliahan. Beritahukanlah pada mereka apakah mereka diharapkan untuk menyiapkan suatu silabus untuk sesi atau kelas bagian mereka sendiri, dan jika demikian, berikanlah contoh pada mereka. Ujian-ujian sebelumnya. Bagikanlah salinan dari ujian-ujian lama untuk memberikan gambaran pada para asisten pengajar tentang materi-materi yang penting. Logistik. Berapakah jumlah maksimal dari mahasiswa yang diizinkan untuk mengikuti suatu kelas bagian perkuliahan? Bagaimanakah sebaiknya asisten pengajar menangani masalah-masalah seperti ruang kelas yang terlalu kecil, buku-buku pesanan yang belum tiba, atau penempatan mahasiswa ke dalam bagian-bagian/kelas pecahan? Permintaan dan permasalahan mahasiswa. Tenaga pengajar yang berpengalaman menyarankan agar para pengajar utama-lah, dibandingkan para asisten pengajar, yang menangani permintaan mahasiswa untuk penilaian ulang, perpanjangan tenggat waktu, atau ujian susulan; kasus dugaan kecurangan atau plagiarisme (peniruan karya); dan permasalahan yang kompleks lainnya.

Jika para asisten pengajar Anda tergabung dalam suatu serikat/perkumpulan, pastikanlah bahwa peran dan tanggung jawab mereka sesuai dengan kontrak pekerja. Tanggung jawab dari tenaga pengajar pengawas atau pendamping dapat meliputi sebagai berikut: Membantu para asisten pengajar dalam menetapkan prioritas di antara persiapan kelas, jam-jam kantor, dan penilaian tugas atau karya mahasiswa. Mendiskusikan masalah-masalah pedagogik dan praktik pengajaran yang baik. Memberikan umpan balik pada para asisten pengajar tentang efektivitas pengajaran mereka. Bertemu setiap minggunya dengan para asisten pengajar untuk mendiskusikan tentang isi perkuliahan dan penekanan yang perlu diberikan pada topik-topik yang berbeda, pertanyaan-pertanyaan yang perlu diberikan, atau butir-butir penting yang harus dibahas, dan area-area yang berpotensi menimbulkan masalah. Menyediakan lembar kunci jawaban atau solusi atas kuis-kuis dan ujian-ujian, serta panduan yang terinci untuk menilai hasil tulisan, makalah, rangkaian soal, dan sejenisnya. Jika diperlukan, bagikanlah contoh-contoh makalah yang sudah dinilai yang dapat memberi contoh standar penilaian dari pengajar utama. Mengawasi dan mengamati penilaian asisten pengajar terhadap tugas mahasiswa dan menetapkan standar untuk waktu-waktu pergantian.

Bahaslah kebijakan-kebijakan kampus dan jurusan yang relevan. Pelajarilah deskripsi pekerjaan untuk posisi asisten pengajar, kebijakan jurusan/departemen Anda terkait evaluasi asisten pengajar, serta tata cara penunjukan ulang dan promosi asisten pengajar. Buatlah para asisten pengajar menyadari akan kebijakan kampus tentang integritas akademik, pelecehan seksual, pemberian nilai tak lengkap, mengkategorikan keluhan, serta tata cara penyampaian keluhan oleh mahasiswa. Ingatlah para asisten pengajar tentang pentingnya menghargai kerahasiaan mahasiswa, pentingnya menghindari

Beritahukanlah layanan-layanan pendukung dari jurusan. Akankah para asisten pengajar memiliki akses terhadap bantuan administratif, persediaan alat-alat kantor, mesin fotokopi, dan sejenisnya? Apakah terdapat anggaran untuk bahan-bahan atau beasiswa perkuliahan melalui pusat pengajaran kampus? Informasikanlah pada para asisten pengajar tentang sumber-sumber pembelajaran tentang pengajaran. Beritahukanlah pada para asisten pengajar Anda tentang program-

554

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar

555

program pelatihan, perkuliahan khusus, konferensi pengarahan, buku pegangan, dan sumber-sumber lainnya untuk para asisten pengajar, yang disediakan oleh kampus. Jika kampus Anda belum mengembangkan bahan-bahan pelatihan untuk para asisten pengajar, carilah informasi online di situs-situs Web kampus dan universitas lain. Sebagai contoh, Universitas California di Berkeley (gsi.berkeley.edu) memiliki sumber daya yang sangat kaya untuk para asisten pengajar, mencakup modul-modul pelatihan dan saran online untuk para tenaga pengajar utama yang mengawasi dan membimbing mereka. Beritahukanlah pula pada para asisten pengajar tentang para pengajar atau asisten pengajar berpengalaman yang dapat menjadi contoh, baik di dalam maupun di luar jurusan Anda. Dimana, mereka ini dapat memberikan bantuan atau diamati cara mengajarnya. (Sumber: Marincovich dkk., 1998)

Bertemu dengan Para Asisten Pengajar Selama Semester Berlangsung


Aturlah pertemuan rutin sepanjang semester berlangsung. Jika Anda memiliki lebih dari seorang asisten pengajar, jadwalkanlah pertemuan kelompok setiap minggu atau setiap mingguan lainnya sehingga mereka dapat belajar dari satu sama lain (Austin, 2002). Korespondensi surat elektronik (e-mail) juga dapat efektif. Topik-topik yang dibahas dapat mencakup sebagai berikut (diadaptasi dari Boyle dan Boice, 1998, dan Davis dan Huss, 2002):
aspek-aspek dari pengajaran asisten pengajar yang telah berjalan baik; aspek-aspek dari pengajaran asisten pengajar yang menjadi masalah dan bagaimana mereka menanganinya selama ini; masalah-masalah yang mahasiswa hadapi pada tugas rumah yang sebelumnya; gambaran singkat tugas atau topik berikutnya dan potensi-potensi kesulitannya; saran-saran soal atau pertanyaan yang akan digunakan dalam ujian tengah atau akhir semester; diskusi masalah pengajaran, misalnya, bagaimana untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Membantu para asisten pengajar dapat mengarahkan pada awal yang baik. Untuk
membantu para asisten pengajar baru dalam mempersiapkan diri untuk hari pertamanya di kelas, lihatlah Bab 3, Hari-hari Pertama di Kelas. Jika memungkinkan, aturlah agar asisten-asisten pengajar yang baru dapat berbicara dengan para asisten pengajar yang berpengalaman mengenai masalah-masalah yang biasa muncul. Para asisten pengajar baru mungkin menginginkan saran-saran tentang bagaimana untuk menstimulasi dan memimpin diskusi. Para asisten pengajar mungkin juga memerlukan saran tentang bagaimana untuk menghindari masalah-masalah umum seperti ini (Buskist, 2000):

memulai kelas secara terburu-buru atau dengan dingin, dibandingkan dengan menggunakan pernyataan atau pertanyaan pengantar yang sesuai; menggabungkan atau menghubungkan hal-hal utama dengan lemah, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas; terlalu bergantung pada catatan dan berbicara saat sedang membelakangi kelas; tidak memberi penguatan pada keterlibatan mahasiswa dan tidak mengulangi pertanyaan atau komentar mereka.

Kajilah isi materi yang lalu dan materi yang baru. Bahaslah topik-topik yang disajikan di
kelas-kelas sebelumnya serta topik-topik yang akan diperkenalkan di pertemuan yang akan datang, dan diskusikanlah tentang strategi-strategi pengajarannya.

Bicarakanlah tentang bagaimana perkuliahan berjalan. Tanyakanlah pada para asisten pengajar apakah mahasiswa mereka memahami ceramah yang diberikan dan mampu mengikuti bacaannya. Asisten pengajar adalah sumber informasi yang baik mengenai masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa dalam perkuliahan. Kembangkanlah kriteria bersama untuk menilai tugas dan ujian mahasiswa. Bahas
ulang komentar-komentar dan nilai-nilai yang diberikan para asisten pengajar pada rangkaian esai, rangkaian soal, kuis, atau laporan laboratorium awal, dan diskusikanlah kebutuhan akan adanya kriteria yang disepakati bersama. Sarankanlah pada para asisten pengajar mengenai cara-cara memberikan komentar yang membangun/konstruktif pada mahasiswa. Lihatlah Bab 36, Mengevaluasi Hasil Tulisan Mahasiswa, dan Bab 43, Praktik Penilaian.

Informasikanlah pada para asisten pengajar tentang sumber-sumber daya di kampus yang tersedia bagi para mahasiswa. Para asisten pengajar perlu mengetahui ke manakah
mereka dapat merujuk mahasiswa yang memiliki masalah emosi, pribadi, kesehatan, keuangan, atau akademik.

Buatlah lembaran waktu. Mintalah para asisten pengajar untuk mencatat tentang berapa jam yang mereka berikan untuk menghadiri kelas Anda, menyiapkan suatu bagian, memimpin bagian/kelas pecahan mereka, melaksanakan jam kantor, berpartisipasi dalam pertemuan antara asisten pengajar dan staf pengajar, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Kajilah lembar waktu mereka tersebut untuk memastikan bahwa mereka tidak terlalu banyak mempekerjakan diri mereka sendiri dan bahwa mereka mengalokasikan waktunya secara efektif.

Mintalah asisten pengajar untuk membantu menemukenali mahasiswa yang mengalami kesulitan. Anda dapat meminta para asisten pengajar untuk menuliskan satu atau dua hal
yang paling menyulitkan mahasiswa dalam kelas di pertemuan minggu sebelumnya. Cari tahulah berapa banyak dan manakah mahasiswa yang memiliki masalah, dan berikanlah saran pada asisten pengajar tentang bagaimana untuk membantu para mahasiswa tersebut, termasuk rujukan ke pusat pembelajaran mahasiswa, pusat penulisan, atau pusat pengajaran. Para asisten pengajar juga akan menghargai saran-saran tentang bagaimana untuk menangani para mahasiswa yang menyebabkan kesulitan, seperti

556

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar

557

cara-cara untuk mencegah mahasiswa mendominasi diskusi atau cara-cara untuk mendorong mahasiswa-mahasiswa yang pemalu.

Doronglah pengggunaan jam kantor yang kreatif. Beberapa asisten pengajar memiliki lebih banyak keberhasilan dengan meja belajar dibandingkan dengan jam pertemuan satu per satu. Kelompok-kelompok dari para asisten pengajar dapat berkolaborasi untuk menawarkan jam kantor super, di mana para mahasiswa dapat pula saling membantu dalam menyelesaikan tugas rumah dan rangkaian soal. Lihatlah Bab 55, Menyediakan Jam Kantor. (Sumber: Lee, 2003)

Aturlah agar para asisten pengajar direkam dengan video. Jika kampus Anda memiliki perekam di ruang kelas atau jasa siaran melalui Web (webcast), sarankanlah agar para asisten pengajar direkam pada awal semester serta direkam kembali saat mendekati akhir semester. Tawarkanlah untuk membahas video hasil rekaman tersebut dengan para asisten pengajar Anda, jika mereka menginginkannya. Lihatlah Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas. Jika sesuai, undanglah para asisten pengajar untuk memberikan ceramah pada seluruh mahasiswa dalam kelas. Berikanlah komentar pada para asisten pengajar terkait aspekaspek kunci dari presentasi mereka: organisasi/susunannya, penjelasan atau contohcontohnya, kecepatan dan nada suaranya, penggunaan teknologinya, dan caranya menangani pertanyaan.

Mengevaluasi dan Mengembangkan Kinerja Asisten Pengajar


Berilah umpan balik berkelanjutan, termasuk umpan balik yang positif. Para asisten
pengajar sering kali merasa bahwa mereka hanya memperoleh umpan balik ketika mereka telah melakukan kesalahan. Pastikanlah untuk mengomentari juga hal-hal baik yang mereka lakukan. Seperti halnya semua pembelajar, para asisten pengajar akan belajar maksimal jika umpan balik yang diberikan tepat waktunya. (Sumber: Duba-Biederman, 1994)

Di akhir semester, siapkanlah suatu evaluasi tertulis atas kinerja setiap asisten pengajar.
Tuliskanlah pembahasan singkat yang menonjolkan kekuatan dan kelemahan sang asisten pengajar, serta berikanlah saran-saran untuk pengembangannya.

Doronglah para asisten pengajar untuk mencatat jurnal pengajaran. Sarankanlah agar
para asisten pengajar menggunakan jurnal mereka untuk merefleksikan apa-apa yang berhasil dan apa-apa yang tidak, kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi mahasiswa dalam perkuliahan, apa yang dapat diubah pada saat mereka mengajar di pertemuan berikutnya. Atau, berilah tugas menulis khusus pada para asisten pengajar untuk minggu tersebut, misalnya, menggambarkan contoh perilaku yang salah dari mahasiswa dan bagaimana mereka menanganinya. Sediakanlah cara-cara untuk para asisten pengajar berbagi hasil observasi dalam jurnal mereka.

Pertimbangan-pertimbangan Khusus dalam Bekerja dengan Asisten Pengajar dari Mahasiswa Internasional
Pekalah terhadap kebutuhan-kebutuhan asisten pengajar internasional. Bantulah para
asisten pengajar Anda yang merupakan mahasiswa kelas internasional, sesuai kebutuhan, dengan memberikan mereka suatu gambaran mengenai sistem pendidikan di Amerika, metode-metode pengajaran, dan perilaku dalam ruang kelas. Beritahukanlah mereka tentang luasnya jarak kemampuan dan tingkat motivasi yang kemungkinan besar akan mereka jumpai diantara para mahasiswanya. Nyatakanlah bagaimana para mahasiswa Amerika cenderung untuk mengekspresikan pendapat mereka dengan bebas dan bahkan mendebat pemahaman atau strategi pemecahan masalah yang disampaikan pengajarnya. Jelaskanlah harapan-harapan yang dimiliki oleh para mahasiswa Amerika terhadap asisten pengajar dan pilihan mahasiswa terhadap lingkungan belajar yang santai dan interaktif. Jelaskanlah tentang keseimbangan antara ceramah dan diskusi kelas yang Anda ingin untuk dipertahankan oleh para asisten pengajar. Jika kampus Anda tidak memiliki sumber daya untuk para asisten pengajar internasional, periksalah situs Web universitas lain; Universitas California di Santa Barbara memiliki materi-materi yang dirancang untuk para asisten pengajar internasional, termasuk Buku Pegangan Asisten Pengajar Internasional/International Teaching Assistant Handbook (1999). (Sumber: Sarkisian, 2006; Twale dkk., 1997)

Aturlah agar para asisten pengajar dievaluasi oleh para mahasiswanya di tengah dan akhir semester. Semua pengajar dapat memperoleh manfaat dari evaluasi mahasiswa,
terutama para asisten pengajar baru. Doronglah mereka untuk meminta komentar informal tertulis dari para mahasiswanya di tengah semester. Kajilah komentar-komentar tersebut dan berilah para saran-saran pengembangan khusus untuk para asisten pengajar. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran dan Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal.

Aturlah agar para asisten pengajar diobservasi. Rencanakanlah untuk melakukan pengamatan atau observasi setidaknya pada satu sesi atau bagian yang dipimpin oleh setiap asisten pengajar Anda. Jadwalkanlah kunjungan Anda tersebut di awal, dan tetapkanlah waktu tambahan segera setelahnya untuk mendiskusikan hasil observasi Anda. Jika Anda memiliki beberapa asisten pengajar, mintalah mereka untuk saling mengunjungi sesi atau kelas bagian masing-masing. Lihatlah Bab 53, Rekaman Video dan Observasi Kelas, untuk saran-saran tentang bagaimana melaksanakan observasi.

Jika diperlukan, temukenalilah sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan oleh para asisten pengajar yang perlu meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggrisnya. Jika ada di
antara para asisten pengajar Anda yang berbicara dengan aksen yang kental, sarankanlah agar mereka memulai semester dengan mengundang mahasiswa untuk menyampaikan jika mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh sang asisten pengajar. Anda juga dapat menyarankan agar asisten pengajar tersebut mengulang kata-kata dan frase-

558

BAGIAN XI: Mengajar di Luar Kelas

Pembimbingan, Pelatihan, Pengawasan, dan Pendampingan Pengajar


559

frase penting secara perlahan, serta menggunakan lembar catatan, tayangan komputer, tayangan dengan proyektor, atau tulisan di papan tulis, untuk melengkapi presentasi lisan mereka.

Pasangkanlah para asisten pengajar. Tunjuklah pasangan teman dan doronglah kolaborasi/kerja sama di antara para asisten pengajar di jurusan/departemen Anda, untuk membangun persahabatan dan menyediakan sumber-sumber dukungan, akulturasi (penyatuan budaya), dan pertukaran informasi tentang praktik-praktik pengajaran.

Diskusikanlah pentingnya mahasiswa internasional di kampus dalam kelas Anda.


Beberapa mahasiswa tingkat sarjana mungkin dengan cepat berprasangka pada para asisten pengajar yang bahasa utama/bahasa ibunya bukanlah Bahasa Inggris (atau bahasa lain yang menjadi bahasa utama di negara tersebut). Mereka juga dapat dengan cepat menyalahkan keterampilan komunikasi asisten pengajar tersebut untuk masalahmasalah yang dihadapinya dalam perkuliahan. Penelitian menunjukkan bahwa para mahasiswa cenderung lebih mudah belajar dari asisten pengajar internasional jika mereka menyadari dan peka terhadap perbedaan dalam komunikasi dan gaya antar budaya. Anda mungkin perlu untuk mengingatkan para mahasiswa Anda tentang nilai dan manfaat dari memiliki asisten pengajar yang merupakan mahasiswa internasional. Anda juga dapat menyarankan langkah-langkah yang dapat para mahasiswa ambil untuk membuat pembelajaran mereka jadi lebih mudah dan efisien, seperti mengajukan pertanyaan klarifikasi dan menghadiri jam-jam kantor asisten pengajar mereka. (Sumber: Damron, 2003; Jenkins, 2000; Tang dan Sandell, 2000)

Daftar Referensi
Austin, A. E. Preparing the Next Generation of Faculty: Graduate School as Socialization to the Academic Career. Journal of Higher Education, 2002, 73(1), 94-122. Boyle. P ., and Boice, B. Systematic Mentoring for New Faculty Teachers and Graduate Teaching Assistants. Innovative Higher Education, 1998, 22(3), 157-179. Branstetter, S. A., and Handelsman, M. M. Graduate Teaching Assistants: Ethical Training, Beliefs, and Practices. Ethics and Behavior, 2000, 10(1), 27-50. Buskist, W. Common Mistakes Made by Graduate Teaching Assistants and Suggestions for Correcting Them. Teaching of Psychology, 2000, 27(4), 280-282. Celeste, G. A., Corts, D. P., Tatum, H. E., and Allen, J. The GTA Mentoring Program: An Interdisciplinary Approach to Developing Future Faculty as Teacher-Scholars. College Teaching, 2003, 51(2), 61-65. Damron, J. Whats the Problem? A New Perspective on ITA Communication. Journal of Graduate Student Teaching Assistant Development, 2003, 9(2), 81-88. Davidson, C. L, and Ambrose, S. A. The New Professors Handbook: A Guide to Teaching and Research in Engineering and Science. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Davis, S. F,, and Huss, M. T. Training Graduate Teaching Assistants. In S. F. Davis and W. Buskist (Eds.), The Teaching of Psychology: Essays in Honor of Wilbert J. McKeachie and Charles L. Brewer. Mahwah, NJ: Erlbaum, 2002.

Duba-Biederman, L. Graduate Assistant Development: Problems of Role Ambiguity and Faculty Supervision. Journal of Graduate Teaching Assistant Development, 1994, 1(3), 119-125. International Teaching Assistant Handbook. University of California at Santa Barbara, 1999. http:// www.oic.id.ucsb.edu/ta/ITA/title.html Jenkins, S. Cultural and Linguistic Miscues: A Case Study of International Teaching Assistant and Academic Faculty Miscommunication. International Journal of Intercultural Relations, 2000, 24(4), 477-501. Lee, J. Students Rave about Office Hour Alternative. Daily California, April 2, 2003. Lewis, K. G. Training Focused on Postgraduate Teaching Assistants: The North American Model. National Teaching and Learning Forum, 1997. http://www.ntlf.com/html/lib/bib/lewis.htm Marincovich, M., Prostko, J., and Stout, F. (Eds.). The Professional Development of Graduate Teaching Asistants. San Francisco: Jossey-Bass, 1990. Meyers, S. A. Enhancing Relationships between Instructors and Teaching Assistants. Journal of Graduate Teaching Assistants Development, 1995, 2(3), 107-112. Nyquist, J. D., and Wulff, D. H. Working Effectively with Graduate Assistants. Thousand Oaks, C. A: Sage. 1996. Prieto, L. R., and Meyers, S. A. Effects of Training and Supervision on the Self-Efficacy of Psychology Graduate Teaching Assistants. Teaching of Psychology, 1999, 26(4), 264- 266. Sarkisian, E. Teaching American Students: A Guide for International Faculty and Teaching Assistants in Colleges and Universities. (3rd ed.) Cambridge, MA: Harvard University Press, 2006. Seymour, E., Melton, G., and Wiese, D. J. Partners in Innovation: Teaching Asistants in College Science Courses. Lanham, MD: Rowman and Littlefield, 2005. Tang, L., and Sandell, K. Going beyond Basic Communication Issues: New Pedagogical Training of International TAs in SMET Fields in Two Ohio Universities Journal of Graduate Teaching Asistants Development, 2000, 7(3), 163-172. Twale,D. J., Shannon, D. M., and Moore, M. S. NGTA and IGTA Training and Experience: Comparisons between Self-Ratings and Undergraduate Student Evaluations. Innovative Higher Education, 1997, 22(1), 61-77. von Hoene, L., and Mintz, J. Research on Faculty as Teaching Mentors. In D. Lieberman and C. Wehlburg (Eds.), to Improve the Academy Vol, 20. San Francisco: Jossey-Bass, 2002.

Hari-hari Terakhir di Kelas

561

BAGIAN XII

Penyelesaian
59. Hari-hari Terakhir di Kelas 60. Formulir Penilaian oleh Mahasiswa 61. Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

562

BAGIAN XII: Penyelesaian

Hari-hari Terakhir di Kelas

563

59
Hari-hari Terakhir di Kelas

Akhir semester adalah masa yang sangat sibuk untuk semua orang: para pengajar bergegas untuk menyelesaikan topik-topik terakhir dalam mata kuliahnya, dan para mahasiswa mengalihkan perhatiannya dari mempelajari hal-hal baru kepada memikirkan ujian akhir. Sebagai tambahan atas tugas menyelesaikan silabus, terdapat tiga tugas lainnya yang mungkin Anda ingin lakukan pada hari-hari terakhir kelas Anda: (1) mengadakan sesi pembahasan ulang sebelum ujian akhir, (2) memberikan rasa penyelesaian pada para mahasiswa, dan (3) melaksanakan evaluasi akhir perkuliahan. Bab ini membahas dua tugas yang pertama. Untuk saran mengenai tugas yang ketiga, lihatlah Bab 60, Formulir Penilaian oleh Mahasiswa.

Sesi pembahasan ulang yang dikembangkan dengan baik dapat membantu mahasiswa untuk mengarahkan perhatian mereka pada isi perkuliahan dan mengurangi kecemasan mereka terhadap ujian/tes. Sesi pembahasan ulang juga dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk ujian, untuk memverifikasi apa yang diharapkan dari dirinya, dan untuk mengukur pengetahuan serta keterampilan yang telah mereka peroleh selama semester tersebut. Meskipun bukti empirisnya masih samar, pengajar yang memberikan sesi pembahasan ulang meyakini bahwa para mahasiswa yang menghadiri sesi tersebut cenderung memperoleh hasil yang lebih baik di ujian akhir (Exam Review Session (Sesi Pembahasan Ulang Ujian), 1998). Kebanyakan mahasiswa juga menghargai adanya waktu untuk menyadari akhir semester melalui kegiatan-kegiatan yang membantu mereka merefleksikan pentingnya apa-apa yang telah mereka pelajari.

Merencanakan Sesi Pembahasan Ulang


Cobalah untuk menjadwalkan pembahasan ulang setelah semua kelas berakhir.
Sediakanlah sesi pembahasan ulang saat sehari atau dua hari menjelang ujian akhir. Mahasiswa menampilkan kinerja yang lebih baik saat ujian akhir jika sesi pembahasan ulangnya diadakan setelah mereka sempat belajar dan mempersiapkan diri. (Sumber: Sahadeo dan Davis, 1988)

564

BAGIAN XII: Penyelesaian

Hari-hari Terakhir di Kelas

565

Namun, ingatlah selalu kebutuhan mahasiswa Anda. Menjadwalkan sesi pembahasan ulang di luar jam kelas rutin dapat menyulitkan beberapa mahasiswa untuk menghadirinya karena kewajiban kerja mereka, tanggung jawab keluarga, atau konflik lainnya. Jika sulit untuk menjadwalkan sesi pembahasan ulang setelah semua kelas selesai, laksanakanlah pembahasan ulang pada minggu terakhir dalam kelas. Laksanakanlah sendiri sesi pembahasan ulang tersebut. Meminta asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana untuk memimpin sesi pembahasan ulang dapat menimbulkan masalah jika pemahaman mereka tentang materinya tidak sama dengan Anda. Anda tentu tidak ingin mahasiswa mengomentari nilai yang rendah di ujian akhir dengan mengatakan, Asisten pengajarnya mengatakan hal yang berbeda pada sesi pembahasan ulang. (Sumber: Sahadeo dan Davis, 1988)

Kerjakanlah soal-soal dari ujian latihan. Bagikanlah contoh-contoh pertanyaan ujian untuk dikerjakan mahasiswa sebelum sesi pembahasan ulang. Gunakanlah contoh-contoh soal ini sebagai titik loncatan untuk membahas ulang isi perkuliahannya. Untuk soal-soal jawaban singkat dan esai, bahaslah fitur/tampilan-tampilan jawaban yang dapat dan tidak dapat diterima. Untuk soal-soal pilihan ganda, mintalah mahasiswa untuk menjelaskan penalaran mereka. Pertimbangkanlah untuk menggunakan bentuk permainan atau teka-teki. Beberapa
pengajar telah berhasil menyusun sesi pembahasan ulang mengikuti pola seperti tayangan permainan di televisi. Sebagai contoh, seorang pengajar meminta para mahasiswanya bermain Jeopardy, di mana para kontestannya diberikan sebuah jawaban dan harus memberikan pertanyaan yang tepat. Pengajar-pengajar lainnya meminta mahasiswanya untuk memainkan peran menggunakan kata-kata, frase-frase atau konsep-konsep menantang yang terkait dengan isi perkuliahan, yang telah mereka temukenali/identifikasi sebelum sesi pembahasan ulang tersebut. Pengajar lainnya menggunakan teka-teki silang yang diciptakannya secara khusus untuk membantu mahasiswa membahas ulang materi perkuliahannya. (Sumber: Gibson, 1991; Weisskirch, 2006)

Melaksanakan Sesi Pembahasan Ulang


Ciptakanlah atmosfer/suasana yang santai pada saat pembahasan ulang. Tenangkanlah mahasiswa yang gelisah atau tegang dengan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat berhasil di ujian akhir; lihatlah Bab 40, Meredakan Kecemasan Mahasiswa terhadap Ujian. Nyatakanlah kembali informasi logistik. Ingatkanlah mahasiswa tentang waktu dan tempat dilaksanakannya ujian serta apa yang perlu mereka bawa saat itu. Pastikanlah bahwa mereka mengetahui bacaan-bacaan atau topik-topik apa yang akan diujikan dalam ujian serta jumlah dan bentuk soalnya. Sediakanlah periode untuk pertanyaan dan jawaban terbuka. Jika kelas Anda tidak terlalu
besar, undanglah mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan khusus atau rinci mengenai topik-topik atau permasalahan-permasalahan yang ingin mereka bahas ulang selama pertanyaannya tidak berupa, Apakah kita harus tahu tentang x untuk ujian?

Tawarkanlah saran-saran tentang bagaimana menyiapkan diri untuk ujian akhir. Jika
sesuai, bahaslah keuntungan belajar dalam kelompok, kebutuhan untuk memacu diri sendiri, pentingnya membaca instruksi ujian dengan seksama, serta manfaat menyisakan waktu untuk membaca ulang jawaban untuk soal uraian. Untuk saran-saran yang terperinci, lihatlah Bab 41, Ujian Pilihan Ganda dan Mencocokkan; Bab 42, Ujian Jawaban Singkat dan Uraian; serta Bab 40, Meredakan Kecemasan Mahasiswa terhadap Ujian.

Memberikan Penutupan
Akhirilah dengan catatan yang kuat. Buatlah usaha khusus untuk menyiapkan hari terakhir di kelas, yang akan menyegarkan, mendalam, dan penuh makna. Seorang pengajar mengakhiri perkuliahannya dengan ceramah perpisahan sepanjang 10 hingga 15 menit, di mana ia menganalisis, merangkum, dan mengevaluasi perkuliahannya. Ia dengan terbuka mengkritik upayanya sendiri dan mengomentari kinerja mahasiswa secara keseluruhan. Pengajar lainnya membuka hari terakhirnya di kelas dengan musik berenergi tinggi, lalu kemudian memulai diskusi kelompok tentang pencapaian/prestasi, kekecewaan, dan kesalahan, serta tanggung jawab yang datang bersamaan dengan pengetahuan yang telah diperoleh mahasiswa. (Sumber: Newman, 1992; Uhl, 2005) Tempatkanlah perkuliahannya dalam konteks yang lebih luas. Diskusikanlah relevansi
perkuliahan Anda dalam kurikulum atau urutan posisi perkuliahan dalam departemen/ jurusan Anda. Atau jelaskanlah bagaimana para praktisi menerapkan isi perkuliahan Anda. Misalnya, seorang tenaga pengajar dalam Biologi Sel membahas tentang obatobatan baru yang berpotensi, yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

Mintalah mahasiswa untuk melakukan curah pendapat tentang konsep-konsep atau ide-ide kunci. Mintalah para mahasiswa untuk menemukenali topik, tema, atau hal-hal
yang paling penting dari perkuliahan. Catatlah semua tanggapan mahasiswa di papan tulis, tambahkanlah masalah-masalah kunci jika perlu, dan mintalah mahasiswa untuk menemukan hubungannya, pengerucutannya, atau hal-hal yang membingungkan di antaranya.

Sarikanlah inti dari perkuliahannya. Sediakanlah ringkasan garis besar yang mengintegrasikan tema-tema atau topik-topik utama dalam perkuliahan. Atau, ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu mahasiswa menemukenali hubunganhubungan kuncinya. Dalam mempersiapkan pembahasan ulang jenis ini, Anda mungkin menemukan bahwa silabus perkuliahan Anda memberikan suatu kerangka konseptual. (Sumber: Duffy dan Jones, 1995)

566

BAGIAN XII: Penyelesaian

Hari-hari Terakhir di Kelas

567

Mintalah mahasiswa untuk merefleksikan perkuliahannya. Pada hari-hari terakhir perkuliahan seminar atau diskusi, ajukanlah sejumlah pertanyaan untuk didiskusikan dalam kelompok, atau mintalah mahasiswa untuk menuliskan tanggapan yang anonim/ tanpa nama (dari Newman, 1992; Uhl, 2005; Wagenheim, 1994):
Apakah satu hal yang menurutmu akan paling kamu ingat dari mata kuliah ini? Apakah satu hal yang kini kamu tahu belum kamu ketahui sebelum kamu mengambil mata kuliah ini? Sebagai hasil dari kelas ini, apakah yang sudah kamu pelajari tentang dirimu sendiri? Sebagai hasil dari kelas ini, apakah yang sudah kamu pelajari tentang mahasiswa yang lain? Apa yang akan kamu lakukan secara berbeda dalam perkuliahan ini jika kamu memiliki kesempatan untuk mengulanginya kembali? Tindakan-tindakan baru apa yang akan kamu ambil untuk meningkatkan pembelajaranmu dalam kuliah-kuliah berikutnya? Bagaimana kamu akan menggunakan pengetahuan yang telah kamu peroleh dari perkuliahan ini?

Mintalah para mahasiswa untuk tetap menjaga hubungan. Biarkanlah para mahasiswa mengetahui bahwa Anda tertarik pada perjalanan karier akademik serta rencana-rencana mereka setelah kelulusan nantinya. Undanglah mereka untuk datang pada jam-jam kantor Anda untuk mendiskusikan rencana masa depannya.

Daftar Referensi
Duffy; D. K., and Jones, J. W. Teaching within the Rhythms of the Semester. San Francisco: Jossey -Bass, 1995. Eggleston, T. J. and Smith, G. E. Parting Ways: Ending Your Course. APS Observer, March 2002, 15(3), 15-16, 29-30. Exam Review Sessions. Teaching Professor, 1988, 2(9), 1-2. Gibson, B. Research Methods Jeopardy: A Tool for Involving Students and Organizing the Study Session. Teaching of Psychology, 1991, 18(3), 176-177. Maier, M. H., and Panitz. T. End on a High Note: Better Endings for Classes and Courses. College Teaching, 1996, 44(4), 145-148. Newman, D. M. Gills: 20 Great Ideas from Teaching Sociology. Teaching Sociology, 1992, 20(4), 321325. Sahadeo, D., and Davis, W. E. ReviewDont Repeat. College Teaching, 1988, 36(3), 111-113. Timmons, V. and Wagner, B. D. The Last Class: A Critical Course Component. Teaching Professor, Jan. 2007, 21(1), 2. Uhl, C. The Last Class. College Teaching, 2005, 53(4), 165-166. Wagenheim, G., and Gemmill, G. Feedback Exchange: Managing Group Closure. Journal of Management Education, 1994, 18(2), 265-270. Weisskirch, R. S. An Analysis of Instructor-Created Crossword Puzzles for Student Review, College Teaching. 2006, 54(1), 198-201.

Setelah mengumpulkan kartu-kartu jawaban mahasiswa, bacakanlah tanggapannya dengan lantang. Evaluasi diri seperti itu dapat membantu mahasiswa dalam memikirkan tentang bagaimana mereka dapat meningkatkan kinerja akademiknya serta dapat memberikan masukan bagi Anda tentang cara-cara meingkatkan tata cara kelas Anda.

Mintalah mahasiswa untuk menuliskan surat pendek berisi saran bagi para mahasiswa perkuliahan ini di masa datang. Surat ini dapat menyampaikan informasi yang Anda
harapkan dapat mereka peroleh sebelum mereka memulai perkuliahan ini: strategistrategi belajar, tips-tips untuk sukses, saran-saran tentang bagaimana untuk mempelajari materinya, relevansi atau pentingnya perkuliahan tersebut, atau area-area yang berpotensi menimbulkan masalah/kesulitan. Anda dapat menyimpan surat-surat ini atau mempos-kannya pada situs Web perkuliahan Anda untuk para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Anda di tahun akademik berikutnya. (Sumber: Eggleston dan Smith, 2002; Maier dan Panitz, 1996)

Lakukanlah perbandingan sebelum dan sesudah. Beberapa pengajar membagikan pretest (tes sebelum) di awal semester dan mengulanginya lagi di minggu-minggu terakhir perkuliahan. Para mahasiswa membandingkan kedua versi ujian mereka tersebut untuk melihat seberapa banyak mereka telah belajar atau bagaimana persepsi mereka tentang isi perkuliahan telah berubah. Variasi atau cara lainnya adalah dengan meminta para mahasiswa menulis tentang harapan dan tujuan/target mereka di kartu-kartu kecil/ indeks tanpa nama di hari pertama perkuliahan mereka, lalu kemudian membagikan kartu-kartu tersebut secara acak pada hari terakhir perkuliahan untuk diskusi dalam kelompok-kelompok kecil. (Sumber: Eggleston dan Smith, 2002; Timmons dan Wagner, 2007)

568

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

569

60
Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

Pembelajaran. Penilaian efektivitas pengajaran secara keseluruhan berkorelasi secara sedang dengan pengukuran mandiri terhadap pembelajaran dan prestasi mahasiswa. Para mahasiswa dari pengajar yang dinilai tinggi mencapai nilai ujian akhir yang lebih tinggi, dapat menerapkan materi perkuliahan dengan lebih baik, dan lebih tekun dalam menguasai subjek tersebut kemudian (Abrami, 2001; Braskamp dan Ory, 1994; Cohen, 1981; Feldman, 1997; Kulik, 2001; Marsh dan Dunkin, 1992). Stabilitas. Penilaian tenaga pengajar untuk mata kuliah yang sama cenderung relatif konsisten dari tahun ke tahun jika tidak ada suatu jenis intervensi tertentu yang ditujukan untuk pengembangan pengajaran; tidak banyak variasi dalam penilaian mahasiswa untuk seorang pengajar, baik formulir penilaian tersebut diberikan pada mahasiswanya kini maupun pada alumni (Braskamp dan Ory, 1994; Centra, 1993; Marsh, 2007; Marsh dan Dunkin, 1992; Overall dan Marsh, 1980). Ketahanan. Para mahasiswa dari pengajar yang memperoleh penilaian tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk membatalkan pengambilan mata kuliahnya (Hoffman dan Oreopoulos, 2006). Karakteristik mahasiswa. Terdapat sedikit atau tidak ada hubungan sama sekali antara ciri-ciri berikut dari mahasiswa dengan penilaian mereka terhadap pengajarnya: usia, indeks prestasi kumulatif (IPK), tingkatan di kampus, dan kemampuan akademis (Abrami, 2001; Braskamp dan Ory, 1994; Centra, 2003; Marsh dan Dunkin, 1992; Marsh dan Roche, 2000; Ory, 2001). Mata Kuliah Pilihan. Mahasiswa cenderung menilai mata kuliah-mata kuliah dalam bidang utama mereka dan mata kuliah-mata kuliah pilihan lebih tinggi dibandingkan mata kuliah-mata kuliah wajib di luar bidang peminatannya (Marsh dan Dunkin, 1992; Marsh dan Roche, 1997; McKeachie, 1997).

Formulir penilaian oleh mahasiswa (disebut juga sebagai kuesioner akhir perkuliahan atau evaluasi pengajaran) diberikan pada akhir semester untuk mensurvei pendapat mahasiswa tentang suatu perkuliahan. Formulir-formulir ini mencakup baik pertanyaan rangkuman maupun butir-butir khusus, dan digunakan oleh dewan pimpinan maupun tenaga administrasi fakultas untuk membuat keputusan tentang peningkatan penghargaan atau honor, promosi, dan ikatan kerja, serta oleh para pengajar untuk peningkatan pengajaran mereka sendiri.

Pernah pada satu waktu, memberikan formulir penilaian oleh mahasiswa dianggap kontroversial. Meskipun masih ada penentang-penentang yang vokal, yang secara aktif menantang validitasnya (Trout, 2000; Williams dan Ceci, 1997; Yunker dan Yunker, 2003), formulir-formulir seperti ini telah menjadi sesuatu yang biasa. Sebuah badan penelitian yang penting telah menyimpulkan bahwa memberikan kuesioner yang dirancang dengan baik pada mahasiswa adalah valid dan juga dapat diandalkan (reliabel), dan adalah sesuatu yang masuk akal untuk mensurvei para mahasiswa, pembelajar itu sendiri, sebagai satu sumber informasi untuk mengevaluasi pengajaran. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa mengkaji kuesioner di akhir perkuliahan saja cenderung tidak membantu pengajar untuk meningkatkan pengajarannya (Hampton dan Reiser, 2004; Kember dkk., 2002; Marincovich, 1999; Nasser dan Fresko, 2002; Schmelkin dkk., 1997). Peningkatan lebih mungkin terjadi dari konsultasi tentang pengembangan pengajaran serta umpan balik yang diberikan oleh mahasiswa selama semester berlangsung. Lihatlah Bab 52, Umpan Balik Dini untuk Meningkatkan Pengajaran dan Pembelajaran dan Bab 32, Mengukur Pembelajaran Mahasiswa secara Informal.

Lama tahun pengalaman. Para pengajar dengan pengalaman kurang dari setahun cenderung menerima penilaian yang lebih rendah, dan para pengajar dengan pengalaman tiga hingga dua belas tahun cenderung menerima penilaian yang tertinggi (Franklin, 2001) Karakteristik-karakteristik pribadi pengajar. Semakin dapat disukai, dapat dijangkau, dan menarik seorang pengajar di mata para mahasiswanya, semakin besar kemungkinan bahwa mahasiswanya akan menyatakan memperoleh pembelajaran dari pengajar tersebut (Gurung dan Vespia, 2007) Gender dari mahasiswa. Beberapa penelitian (Centra dan Gaubatz, 2000) telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam penilaian yang diberikan oleh mahasiswa laki-laki maupun perempuan, sedangkan hasil penelitian lainnya melaporkan bahwa terdapat penilaian yang lebih tinggi dari salah satu gender dibandingkan gender lainnya (Wachtel, 1998). Gender dari pengajar. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara gender pengajar dan penilaian mahasiswa; penelitian lainnya

Pendapat Bersama tentang Evaluasi Pengajaran oleh Mahasiswa


Puluhan tahun penelitian tentang formulir penilaian mahasiswa telah menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang diterima secara umum sebagai berikut:

570

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

571

menunjukkan perbedaan dalam bagaimana pengajar laki-laki dan perempuan dinilai, tetapi tidak ada kelompok yang secara konsisten dinilai lebih tinggi (Andersen dan Miller, 1997; Basow, 1995; Cramer dan Alexitch, 2000; Marsh dan Dunkin, 1992; Wachtel, 1998; Weinberg dkk., 2007). Orientasi seksual pengajar. Orientasi seksual dari pengajar tidak terlihat memengaruhi penilaian dari mahasiswa (Liddle, 1997). Ukuran kelas dan disiplin. Para pengajar dari kelas-kelas yang sangat kecil cenderung menerima penilaian yang lebih tinggi; penilaian cenderung lebih rendah dalam kelas-kelas yang terdiri dari empat puluh hingga enam puluh mahasiswa. Para pengajar jurusan Kemanusiaan cenderung menerima penilaian yang lebih tinggi dibandingkan para pengajar dalam bidang sains fisika, dengan bidang-bidang ilmu sosial dan tingkah laku di antaranya (dApollonia dan Abrami, 1997; Franklin, 2001; Marsh dan Dunkin, 1992; Marsh dan Roche, 1997; Ory, 2001). Inovasi. Mata kuliah-mata kuliah yang baru atau direvisi sering kali mendapatkan penilaian yang lebih rendahdari yang diharapkanketika pertama kali muncul (Franklin, 2001) Beban kerja. Rata-rata, para mahasiswa memberikan penilaian yang lebih tinggi pada mata kuliah yang lebih sulit dibandingkan yang lebih mudah, di mana mereka tidak belajar sama banyaknya. Akan tetapi, mata kuliah yang sulit luar biasa, yang tidak memberikan pendampingan yang memadai bagi mahasiswa, akan menerima penilaian yang lebih rendah (Bain, 2004; Dee, 2007; Marsh, 2001; McKeachie dan Svinicki, 2006). Para mahasiswa cenderung lebih memilih perkuliahan yang lebih menantang dibandingkan yang kurang menantang (Jacobson dan Lawrence, 2005). Harapan. Harapan mahasiswa dapat memengaruhi penilaian mereka: mahasiswa yang mengharapkan suatu perkuliahan atau pengajarnya baik umumnya mendapatkan harapannya terpenuhi (Marsh dan Roche, 1997). Nilai. Hubungan antara nilai dalam suatu perkuliahan dengan penilaian yang diberikan mahasiswa itu bertentangan dan kompleks. Penelitian-penelitian berikut ini telah memeriksa nilai yang sebenarnya diperoleh mahasiswa (distribusi nilai mata kuliah) atau telah mengukur nilai yang dilaporkan mahasiswa sebagai nilai yang mereka harapkan. Beberapa penelitian menemukan sedikit hubungan antara praktik penilaian yang liberal dengan penilaian mahasiswa atas pengajarnya (dApollonia dan Abrami, 1997). Penelitian lainnya menemukan bahwa mahasiswa memberikan penilaian yang tinggi pada pengajar yang memberikan nilai tinggi (Greenwald dan Gillmore, 1997; Weinberg dkk., 2007). Secara umum, tampak bahwa terdapat korelasi positif yang kecil antara nilai mahasiswa dan penilaian yang mereka berikan (Emerson dkk., 2000; Feldman, 1997). Namun demikian, terdapat penjelasanpenjelasan penyanggah untuk temuan ini, di samping bahwa dosen pemurah nilai mendapatkan evaluasi yang tinggi:

Para mahasiswa yang diajar dengan lebih lebih baik oleh pengajar yang lebih baik akan belajar lebih banyak dan (sewajarnya) memperoleh nilai yang lebih tinggi (Emerson dkk., 2000; Marsh dan Roche, 1997). Mahasiswa yang baik memperoleh nilai yang baik dan memberikan penghargaan pada pengajarnya atas pembelajaran yang mereka peroleh (Blackhart dkk., 2006; McKeachie, 1997). Pengajar yang baik memiliki mahasiswa-mahasiswa yang berhasil, yang menilai pengajarnya dengan tinggi (Franklin, 2001). Pengajaran yang lebih efektif menginspirasi mahasiswa untuk berusaha lebih giat dan memperoleh nilai yang lebih baik (Wachtel, 1998). Penilaian yang lebih mudah dapat memotivasi peningkatan usaha mahasiswa, yang menghasilkan nilai yang lebih tinggi dan penilaian yang lebih tinggi pula pada pengajar (dApollonia dan Abrami, 1997). Ketika seorang tenaga pengajar menghargai mahasiswa melalui nilai yang tinggi, mahasiswa tersebut, sebagai balasannya, menghargai pengajarnya dengan memberikan penilaian yang tinggi pula (Germain dan Scandura, 2005). Karakteristik mahasiswa yang telah dimiliki sebelumnya (seperti minatnya pada subjek yang dipelajari) memengaruhi baik nilai tinggi yang diperolehnya dan penilaian tinggi yang diberikannya (Wachtel, 1998).

Seperti yang Marsh dan Roche (2000) simpulkan, para pengajar paling mungkin memperoleh penilaian yang tinggi ketika mereka menyediakan materi yang menuntut dan menantang, memfasilitasi upaya-upaya mahasiswa untuk menguasai materinya, dan mendorong mahasiswa untuk menghargai pembelajaran mereka. Bagaimanapun, karena korelasi yang kecil antara penilaian dari mahasiswa dan nilai yang diberikan untuk mahasiswa, formulir penilaian mahasiswa seharusnya meminta mahasiswa untuk melaporkan tidak hanya kepuasan mereka terhadap perkuliahan, tetapi juga seberapa banyak mereka telah belajar, yang merupakan suatu indikator kuat dari keseluruhan efektivitas pengajar (Komite Penelitian Nasional AS/National Research Council, 2003).

Memilih atau Merancang Kuesionernya


Gunakanlah formulir yang sudah ada kapanpun memungkinkan. Theall dan Franklin
(1990) memperingatkan tentang bagaimana sulitnya dan menghabiskan waktunya untuk menciptakan formulir yang valid dan reliabel. Jika Anda perlu untuk menciptakan suatu formulir isian, bagaimanapun, peneliti-peneliti berikut ini menyediakan katalog butir-butir kuesioner: Abrami, dApollonia, dan Rosenfeld (1996); Arreola (2000); Berk (2006); Kulik (1991); dan Sriven, yang dikutip dalam Stake dan Cisneros-Cohernour (2000).

572

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

573

Masukkanlah pertanyaan umum tentang efektivitas pengajaran. Butir pertanyaan yang umum (sebagai contoh, Secara keseluruhan bagaimana Anda akan menilai efektivitas oleh pengajar ini?) cenderung untuk memiliki korelasi yang lebih tinggi untuk mengukur pembelajaran mahasiswa dibandingkan jenis-jenis pertanyaan lainnya.

Untuk setidaknya beberapa butir inti/kunci, sediakanlah suatu skala penilaian numerik.
Penilaian berbentuk skala numerik membantu kita karena dapat memperhitungkan rata-rata tanggapan dari kelas serta persebaran tanggapan-tanggapan tersebut. Gunakanlah skala lima angka (dengan 1 mewakili ujung terendah dari rangkaian dan 5 mewakili ujung tertinggi) serta pilihan tidak tahu atau tidak dapat diterapkan.

Bagaimanapun, beberapa peneliti berpendapat bahwa tidak ada satu pun butir pertanyaan yang mampu menangkap secara adekuat multidimensionalitas dari pengajaran (Marsh dan Dunkin, 1992). Marsh dan kolega-koleganya telah melaksanakan lebih dari selusin penelitian yang mendukung sembilan dimensi kunci yang membedakan antara pengajaran yang efektif dengan yang tidak efektif: pembelajaran/nilai, antusiasme, organisasi, interaksi kelompok, jalinan hubungan perseorangan, luas cakupan, ujianujian/nilai-nilai, tugas-tugas, dan beban kerja. (Sumber: Abrami dkk., 1996; Braskamp dan Ory, 1994; Cashin dan Downey, 1992; Centra, 1993; dApollonia dan Abrami, 1997; Koon dan Murray, 1995; McKeachie, 1997)

Berikut ini adalah contoh-contoh dari beberapa jenis skala (meskipun Anda tidak akan menggunakan semua skala berikut dalam satu kuesioner): Persetujuan Butir: Perkuliahan ini menantang saya secara intelektual. Pilihan tanggapan (dari 1 sampai 5): Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju Perilaku Butir: Seberapa sering pengajar dapat dijangkau oleh mahasiswa pada jam-jam kantor? Pilihan tanggapan (dari 1 sampai 5): Sangat Jarang atau Tidak Pernah, Hanya Beberapa Kali dari Waktu yang Ada, Sekitar Sebagian dari Waktu yang Ada, Sebagian Besar Waktu/Sering, Sepanjang Waktu atau Hampir Selalu Frekuensi

batkan baik data kuantitatif maupun naratif memberikan gambaran terluas dari reaksi mahasiswa. Jenis-jenis pertanyaan berikut memberikan haisl-hasil yang paling dapat dipercaya (reliabel): keseluruhan penilaian terhadap perkuliahan dan pengajar; perkiraan tentang seberapa banyak yang telah dipelajari mahasiswa; efektivitas pengajar dalam menstimulasi minat mahasiswa dalam materi yang dipelajari; derajat tantangan yang diberikan oleh perkuliahan pada mahasiswa secara intelektual (Bain, 2004; Braskamp dan Ory, 1994; Cashin, 1999). Untuk daftar ini dapat ditambahkan pertanyaan-pertanyaan tentang keterlibatan diri dan tingkat usaha mahasiswa serta penghargaan dan penanganan yang adil dari pengajar kepada mahasiswanya di dalam kelas.

Masukkanlah baik butir-butir kuantitatif dan naratif. Formulir-formulir yang meli-

Butir: Apakah ujian, tugas rumah, dan materi-materi yang dinilai lainnya dikembalikan berdasarkan batasan waktu? Pilihan tanggapan (dari 1 sampai 5): Hampir Tidak Pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering kali, Hampir Selalu Kualitas

Gunakanlah butir-butir pernyataan/pertanyaan yang merefleksikan kriteria jurusan Anda untuk pengajaran yang efektif. Jika institusi Anda memberikan Anda pilihan bentuk

atau butir kuesioner, pilihlah yang mewakili tujuan filosofis, praktis, dan pendidikan dari pengajaran di jurusan Anda.

Butir: Bagaimanakah kamu menilai kualitas keseluruhan dari perkuliahan ini?

Pastikanlah bahwa butir-butir yang dilibatkan berada dalam jangkauan penilaian mahasiswa.
Sebagai contoh, mahasiswa dapat menilai seberapa teraturnya seorang pengajar dan seberapa efektifnya pengajar menggunakan waktu di kelas, menjelaskan konsep-konsep, dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Namun, mahasiswa tidak memenuhi syarat/kompeten untuk menilai apakah pengajarnya memiliki pengetahuan terkini tentang bidangnya atau apakah suatu perkuliahan menyiapkan mereka untuk perkuliahan yang lebih tinggi/kompleks di bidangnya. (Sumber: Scriven, 1995)

Pilihan tanggapan (dari 1 sampai 5): Sangat Buruk, Buruk, Rata-rata, Baik, Sangat Baik Kuantitas Butir: Berapa banyakkah kamu belajar dari perkuliahan ini? Pilihan tanggapan (dari 1 sampai 5): Hampir Tak Ada, Sedikit, Beberapa, Cukup, Banyak Akan memudahkan responden dan mempersingkat panjang kuesioner jika Anda dapat menggunakan satu jenis skala untuk sebagian besar butir pertanyaannya. Ingatlah juga untuk menyatakan pertanyaan-pertanyaannya menggunakan kamu atau saya dibandingkan mahasiswa.

Periksalah bahwa kejelasan dari butir-butir pernyataan/pertanyaan dan pilihan jawabannya. Pengajar secara rutin merangkum hal-hal utama tidaklah ambigu, tetapi
Pengajar teratur dan tersedia di luar kelas mencampuradukkan dua masalah yang berbeda. Hapuskanlah pertanyaan-pertanyaan yang tidak berhubungan dengan perilaku pengajaran (misalnya, Ruang kelasnya tidak nyaman) serta pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kategori tanggapan yang mengerucut atau tidak jelas. (Sumber: Tagomori dan Bishop, 1995)

Libatkanlah setidaknya satu butir yang menanyakan pada mahasiswa tentang dampak perkuliahan dalam pembelajaran mereka. Mintalah mahasiswa untuk menjelaskan atau
menilai pengetahuan, penghargaan, atau keterampilan yang mereka peroleh dalam perkuliahan atau pertumbuhan intelektual, pribadi, atau profesional mereka sebagai hasil dari pengajaran dosennya. Berikut ini adalah contoh-contoh dari pertanyaan seperti itu (dari Lewis, 2001):

574

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

575

Dengan cara-cara apakah perkuliahan ini telah mengembangkan keterampilan dan minat
intelektualmu? Apakah yang paling menolong pembelajaranmu dalam kelas ini? Apa yang paling menghambat pembelajaranmu dalam kelas ini? Saran-saran perubahan apa yang kamu miliki, yang akan meningkatkan pembelajaranmu dalam kelas ini?

Doronglah mahasiswa untuk memberikan saran pada mahasiswa di masa yang akan datang. Apakah satu atau dua tips yang akan kamu berikan pada para mahasiswa
yang mengambil mata kuliah ini di semester berikutnya? atau Bagaimanakah kamu akan merangkum perkuliahan ini untuk rekan sesama mahasiswa? Pos/publikasikan rangkuman-rangkuman tersebut dalam situs Web perkuliahan Anda di penawaran mata kuliah berikutnya. Jika mahasiswa baru mengetahui bahwa Anda telah menanggapi komentar-komentar mahasiswa sebelumnya secara serius, mereka mungkin akan lebih terdorong untuk menyediakan tanggapan yang bermakna ketika mereka menyelesaikan formulir penilaian yang akan datang.

Masukkanlah pertanyaan-pertanyaan tentang efektivitas secara umum dari pengajar dan perkuliahannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang efektivitas secara umum dapat
dibentuk dalam skala 5 angka: Pertimbangkanlah baik keterbatasan maupun kemungkinan yang ada dari materi yang dipelajari dan perkuliahannya, bagaimanakah kamu menilai efektivitas pengajar ini secara keseluruhan? Sangat efektif 5

Mintalah mahasiswa untuk menyarankan pertanyaan-pertanyaan untuk formulir penilaian di masa datang. Pertanyaan apa yang menurutmu seharusnya dilibatkan dalam formulir
penilaian ini? dapat mengidentifikasi sudut pandang atau kekhawatiran yang tidak dicakup oleh butir-butir pertanyaan lainnya.

Tidak efektif Cukup sama sekali efektif 1 2 3 4

Jagalah agar formulirnya singkat. Para peneliti menyarankan untuk menanyakan sedikit
pertanyaan yang berfokus pada pengajaran dosen secara umum dan pada pembelajaran mahasiswa. Formulir yang diadministrasikan/diberikan untuk membantu para pengajar berkembang, bagaimanapun, dapat mencakup sepuluh atau dua belas butir pertanyaan khusus yang membahas perilaku-perilaku yang dapat diubah. (Sumber: Cashin, 1999; Forsyth, 2003; Lowman, 1995)

Pertimbangkanlah baik keterbatasan maupun kemungkinan yang ada dari materi yang dipelajari dan perkuliahannya, bagaimanakah kamu menilai efektivitas perkuliahan ini secara keseluruhan? Sangat efektif 5

Tidak efektif Cukup sama sekali efektif 1 2 3 4

Ikutilah praktik-praktik terbaik dalam penyusunan kuesioner. Meskipun tidak spesifik untuk penilaian oleh mahasiswa, Dillman (2007) menawarkan saran yang rinci tentang penulisan pertanyaan yang baik dan penyusunan formulir survei yang efektif.

Mengadministrasikan/Memberikan Kuesionernya di Kelas


Umumkanlah tanggal pengadministrasian di awal. Jadwalkanlah pembagian formulir
penilaian pada dua minggu terakhir dari semester; luangkanlah sepuluh hingga lima belas menit untuk kegiatan ini. Untuk memperkuat pentingnya formulir kuesioner ini, berikan penanda yang menonjolkan tanggal tersebut di silabus perkuliahan. Para peneliti menyarankan agar formulir ini diisi pada awal kelas dimulai, ketika para mahasiswa masih lebih terjaga atau di pertengahan kelas sebagai istirahat. Jangan bagikan formulir ini saat ujian akhir, ketika para mahasiswa sedang disibukkan dengan hal-hal lainnya. (Sumber; Dunegan dan Hrivnak, 2003)

Masukkanlah setidaknya satu butir pertanyaan terbuka yang menanyakan tentang efektivitas secara umum dari pengajarnya. Sebagai contoh, Tolong identifikasi apa
yang kamu anggap sebagai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan terbesar dari pengajaran dosen ini.

Batasilah jumlah pertanyaan tentang karakteristik mahasiswa. Karakteristik mahasiswa memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap penilaian mereka atas efektivitas secara umum. Anda mungkin ingin mengetahui, bagaimanapun juga, apakah mahasiswa mengambil mata kuliah Anda sebagai pilihan atau untuk memenuhi persyaratan dan nilai apakah yang mereka harapkan dalam perkuliahan ini. (Sumber: Cashin, 1999) Tanyakanlah tentang usaha dan minat mahasiswa dalam perkuliahan. Sebuah butir pertanyaan tentang berapa banyak bacaan atau tugas rumah yang telah diselesaikan mahasiswa serta berapa banyak kelas yang telah mereka hadiri akan menyediakan konteks untuk menginterpretasi hasilnya. Para pengkaji mungkin ingin mengenyampingkan penilaian dari para mahasiswa yang menghadiri hanya sedikit pertemuan di kelas.

Jelaskanlah tujuan dari kuesionernya. Beritahukanlah pada mahasiswa bahwa penilaian dan komentar mereka akan digunakan oleh Anda dan jurusan/departemen Anda. Penelitian (Chen dan Hoshower; 2003) menunjukkan bahwa mahasiswa termotivasi untuk melengkapi evaluasi jika mereka mengetahui bahwa data tersebut akan digunakan untuk meningkatkan perkuliahannya. Berikut adalah beberapa contoh instruksi (diadaptasi dari pengajar di UCLA dan UC Berkeley):

576

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

577

Kami harap kalian akan menggunakan waktu yang disediakan untuk menjawab setiap

pertanyaan dengan cermat, masak-masak, dan mendalam. Informasi yang kalian berikan akan menjadi bagian dari upaya kami yang terus-menerus untuk meningkatkan kurikulum dan pengajaran di jurusan/departemen ini. Sejak bertahun-tahun lalu, para mahasiswa telah memberikan kami saran-saran yang sangat membantu dan membangun. Kami berharap agar pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kalian untuk merefleksikan tentang pengalaman belajar kalian dalam perkuliahan ini dan tentang beragam kualitas yang membentuk pengajaran yang baik. Untuk menjaga kerahasiaan, formulir isian ini akan dikumpulkan oleh seseorang yang bukan pengajar dan tidak akan diberikan pada pengajar hingga setelah nilai-nilai perkuliahan diserahkan.

Umumkanlah tanggal dari periode evaluasinya. Survei online dapat dijadwalkan dalam periode tujuh hingga sepuluh hari di akhir semester. Untuk meningkatkan pentingnya kegiatan ini, berilah penanda yang berbeda untuk periode evalusi ini di silabus perkuliahan. Jika lembaga/institusi Anda memiliki suatu mekanisme yang menuntut mahasiswa untuk mengisi terlebih dulu formulir penilaian sebelum mereka dapat menilai nilainya di tiap mata kuliah, Anda dapat meminta mahasiswa untuk mengumpulkan evaluasi mereka atas perkuliahan setelah mereka menyelesaikan ujian akhirnya. Tentukanlah insentif untuk meningkatkan jumlah tanggapan. Satu tantangan dalam menggunakan formulir penilaian online adalah bagaimana memperoleh tingkat tanggapan yang tinggi. Alasan tingkat tanggapan yang rendah dengan penggunaan formulir online mencakup anggapan kurangnya anonimitas, kurangnya waktu, apati, ketidaknyamanan, dan masalah-masalah teknis (Clark dkk., 2005). Strategi-strategi berikut ini dapat meningkatkan tingkat tanggapan hingga setara dengan yang biasa diperoleh dari pemberian formulir tradisional (kertas dan pensil/paper-and-pensil) di kampus Anda (Ballantyne, 2003; Dommeyer, dkk., 2004; Johnson, 2003):
Buatlah kegiatan mengisi formulir penilaian (atau masuk ke dalam situs Web dan keluar dari situs tersebut) sebagai suatu tuntutan kelas yang tidak dinilai. Beritahukanlah mahasiswa mengapa Anda menggunakan formulir online dan pastikanlah mereka tahu bagaimana untuk mengaksesnya. Tampilkanlah di kelas bagaimana untuk mengisi formulir online tersebut. Ingatkanlah mahasiswa tentang formulir penilaian selama periode evaluasi berjalan, dan kirimkanlah mereka sebuah surat elektronik (e-mail) pengingat pada satu atau dua hari sebelum periode survei berakhir. Tekankanlah bahwa Anda menghargai pendapat mahasiswa dan bahwa hasilnya akan digunakan untuk meningkatkan pengajaran. Tawarkanlah suatu insentif, seperti nilai kredit tambahan untuk keikutsertaan, dengan syarat bahwa 80 hingga 90 persen dari kelas harus mengisi formulirnya untuk tiap mahasiswa dapat menerima nilai tambahan. Gunakanlah waktu kelas untuk meminta mahasiswa melengkapi formulir penilaiannya dengan laptop mereka, alat belajar genggam, atau di laboratorium komputer kampus. Berilah mahasiswa akses pada hasil dari butir-butir tertentu dalam formulir tersebut untuk membantu mereka memilih perkuliahan di masa datang. Berilah mahasiswa akses awal pada nilai mereka jika mereka telah mengisi formulir penilaian online (atau keluar setelah menyelesaikan formulirnya di situs Web). Dekatilah mahasiswa dengan pengundian hadiah yang bermakna (misalnya, kupon toko buku, pendaftaran kuliah lebih awal) Sediakanlah hadiah atau insentif positif, seperti sumbangan pada suatu amal sosial untuk setiap formulir yang diisi.

Mintalah mahasiswa untuk melengkapi formulir kuesionernya secara anonim. Mintalah


para mahasiswa untuk menandatangani formulir isiannya akan meningkatkan penilaian. Sebagai tambahan, anonimitas dapat menghapuskan kecemasan mahasiswa tentang kemungkinan pembalasan dari dosen. (Sumber: Fries dan McNinch, 2003; Marsh dan Roche, 1997)

Tunjuklah seorang mahasiswa atau asisten dosen untuk mengumpulkan formulirformulir yang telah diisi. Anda dapat membagikan formulir kuesioner yang perlu diisi,
tetapi sebaiknya Anda tidak hadir ketika mahasiswa mengisi kuesioner tersebut, dan Anda sebaiknya juga tidak mengumpulkan formulir-formulir hasil isiannya. Mintalah pengumpul yang sudah ditunjuk untuk menempatkan formulir-formulir tersebut ke dalam amplop besar, mencatatkan nama Anda, kode nomor perkuliahan, jumlah mahasiswa yang hadir, jumlah formulir yang terkumpul, dan tanggalnya, di bagian luar amplop. Amplop yang sudah disegel harus diantarkan ke kantor jurusan/departemen. Jangan melihat isi formulir tersebut hingga setelah Anda mengumpulkan nilai akhir dari Anda.

Memberikan Kuesionernya secara Online


Pertimbangkanlah untuk membagikan dan mengumpulkan formulir penilaiannya secara online. Para peneliti menyatakan bahwa evaluasi perkuliahan secara online memberikan
umpan balik yang lebih cepat pada pengajar, memastikan anonimitas mahasiswa, menghasilkan komentar-komentar yang lebih panjang dan mendalam mengenai perkuliahannya, memungkinkan bentuk formulir dan laporan yang disesuaikan, mengurangi waktu kerja staf untuk memprosesnya, serta meminimalisir kesalahan. Para mahasiswa lebih memilih survei online dibandingkan kuesioner yang tercetak, dan survei online telah terbukti tidak memiliki bias (keberpihakan) atau kecenderungan positif dari penilaian mahasiswa terhadap pengajar. Untuk penjelasan tentang piranti lunak (software) penilaian ini, baik yang komersial maupun yang sumber terbuka, lihatlah situs Universitas Brigham Young, OnSET (onset.byu.edu), yang berfungsi sebagai lembaga penyimpan dan penyedia (clearing house) sumber-sumber tentang penilaian mahasiswa secara online. (Sumber: Anderson dkk., 2005; Dommeyer dkk., 2002; Dommeyer dkk., 2004; Gamliel dan Davidovitz, 2005; Heath dkk., 2007; Johnson, 2003; Layne dkk., 1999; Sorenson dan Johnson, 2003).

578

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

579

Jelaskanlah bagaimana sistem online tersebut menjaga kerahasiaan mahasiswa dan ingatkanlah mereka bahwa Anda tidak akan melihat hasilnya hingga setelah Anda menyerahkan nilai mahasiswa.

Merangkum Tanggapan-tanggapannya

penilaian yang dikumpulkan oleh mahasiswa, isilah sendiri formulir tersebut. Dalam kebanyakan kasus, evaluasi diri Anda akan lebih positif dibandingkan penilaian mahasiswa. Dalam membandingkan penilaian mahasiswa dan evaluasi diri Anda, fokuslah pada tiap kesenjangan dan pada area-area di mana Anda memberi nilai terendah pada diri Anda sendiri. (Sumber: Centra, 1993) data-datanya untuk Anda, bagilah jumlah formulir yang terisi dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar dalam kelas (misalnya, 80 formulir dibagi dengan 110 mahasiswa = 0,73, atau 73 persen). Para ahli menyarankan bahwa ketika kurang dari dua pertiga mahasiswa dalam kelas yang berisi seratus atau kurang mahasiswa, atau ketika kurang dari setengah mahasiswa dalam kelas yang berisi lebih dari seratus mahasiswa mengumpulkan formulir penilaian, data-data tersebut harus diinterpretasikan dengan hati-hati untuk keputusan terkait personalia/kepegawaian. (Sumber: Cashin, 1990; Theall dan Franklin, 1990)

Isilah juga kuesioner yang telah diberikan pada mahasiswa. Sebelum melihat penilaian-

Ringkaslah komentar-komentar naratif. Ringkasannya harus mencerminkan baik keluasan maupun kecenderungan dari komentar-komentar yang muncul. Para mahasiswa yang paling berkemungkinan untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan terbuka adalah mereka yang berada di sisi ekstrem: mereka yang sangat puas atau yang sangat tidak puas. Untuk menyiapkan suatu ringkasan, bacalah semua komentar mahasiswa tentang satu pertanyaan, kembangkanlah kategori atau judul-judul yang mengelompokkan sebagian besar komentar secara bermakna, serta hitunglah jumlah komentar di tiap kategori. Hindarilah kecenderungan untuk berfokus pada satu komentar negatif tajam hingga mengabaikan tanggapan-tanggapan positif dari sebagian besar mahasiswa dalam kelas. (Sumber: Theall dan Franklin, 1991)

Hitunglah tingkat tanggapannya. Jika jurusan/departemen Anda tidak merangkum

Mengartikan Tanggapan-tanggapannya
Untuk pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikuantifikasi, tentukanlah persentase tanggapan yang dilewati. Para mahasiswa mungkin melewatkan butir-butir pertanyaan
yang mereka pikir tidak dapat diterapkan atau tidak berkaitan dengan perkuliahannya. Butir-butir pertanyaan dengan tingkat tanggapan yang rendah sebaiknya diabaikan atau diartikan dengan hati-hati.

Putuskanlah apakah Anda akan menggabungkan seluruh data atau tidak. Mengombinasikan penilaian-penilaian seorang pengajar untuk mata kuliah-mata kuliah yang berbeda dapat mengaburkan perbedaan-perbedaan dalam efektivitas pengajaran dan dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang pembobotan yang sesuai dari tanggapan-tanggapan di setiap perkuliahan. Menggabungkan data untuk sejumlah kontribusi dari mata kuliah yang sama akan mengaburkan kecenderungan/tren jangka panjang, baik positif maupun negatif. Baik data-data tersebut dijaga tetap terpisah atau dikombinasikan, untuk gambaran terlengkap dari pengajaran Anda, gunakanlah hasilhasil dari setidaknya dua perkuliahan setiap semester untuk setidaknya dua tahun demi pembuatan keputusan personalia/kepegawaian. (Sumber: Cashin, 1999) Janganlah merangkum data jika terdapat kurang dari sepuluh kuesioner. Kuesionerkuesioner mahasiswa dari seminar-seminar kecil dapat diakumulasikan selama beberapa semester dan dirangkum ketika jumlahnya cukup besar. (Sumber: Cashin, 1999)
Ringkasan haruslah mencakup frekuensi persebaran penilaian mahasiswa untuk setiap butir (jumlah dan persentase mahasiswa yang memilih setiap pilihan tanggapan) serta rata-rata dari tanggapan tersebut, baik dari ukuran rerata (mean) maupun nilai tengah (median). Jika departemen/jurusan Anda menggunakan program ringkasan otomatis, laporannya juga dapat mencakup standar deviasi (suatu indeks persetujuan atau perbedaan di antara para responden).

Lihatlah pada penilaian rata-rata untuk pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikuantifikasi. Penilaian rata-rata dapat diartikan berdasarkan suatu skala mutlak dan dalam
kaitannya dengan penilaian mata kuliah-mata kuliah dan pengajar-pengajar lain yang hampir sama, meskipun sering kali tidak mudah untuk menetapkan kelompok pembanding. Barangkali, informasi pembanding yang terbaik datang dari memerhatikan perubahan dalam penilaian suatu mata kuliah yang telah Anda ajar beberapa kali. (Sumber: Kulik, 1991)

Lihatlah pada rentang (keluasan) dari tanggapan mahasiswa pada pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikuantifikasi. Sebagai contoh, penilaian rata-rata dari satu butir pertanyaan/
pernyataan mungkin 3,5 dari skala 5 angka. Namun demikian, adalah berharga untuk memerhatikan apakah semua mahasiswa memberi nilai 3 atau 4 di butir tersebut, atau apakah beberapa penilaian 1 dan 2 diimbangi oleh beberapa nilai 5. Jika penilaian untuk suatu butir mengelompok pada kedua ujung skala, pikirkanlah tentang mengapa aspek pengajaran Anda yang itu berhasil hanya bagi satu kelompok mahasiswa dan cobalah untuk memformulasikan pendekatan alternatifnya. Standar deviasi juga memberikan informasi yang berguna. Suatu standar deviasi yang kurang dari 1,00 (dalam skala 5 angka) menunjukkan kesepakatan yang cukup baik di antara para responden (pengisi kuesioner). (Sumber: Theall dan Franklin, 1990)

Siapkanlah statistik ringkasan untuk pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikuantifikasi.

Perhatikanlah butir-butir yang dinilai tertinggi dan terendah. Dengan memfokuskan pada butir-butir yang menjadi nilai tertinggi dan terendah Anda, Anda dapat menentukan apakah kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan Anda mengelompok dalam pola tertentu. Biasanya yang akan menyebabkan kekhawatiran adalah ketika sepertiga atau lebih mahasiswa dari kelas memberikan penilaian yang rendah pada beberapa aspek perkuliahan. (Sumber: Kulik, 1991)

580

BAGIAN XII: Penyelesaian

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa

581

Bersiaplah untuk membaca beberapa komentar yang menyedihkan atau menyakitkan.


Semua pengajar, bahkan yang paling banyak pencapaiannya pun, menjumpai komentarkomentar yang secara khusus menyakitkan, menusuk, atau tidak adil. Ketika Anda menerima komentar seperti itu, kesampingkanlah dulu hingga emosi Anda mereda. Tanyalah pada diri Anda sendiri, apakah kiranya yang mungkin telah memengaruhi mahasiswa hingga menuliskan komentar-komentar tersebut, dan apakah komentarkomentar tersebut memang mengandung sesuatu yang relevan dengan pengajaran Anda. Beberapa komentar mungkin pada intinya berisikan sesuatu yang membangun; yang lainnya sekedar mencerminkan ketidakmatangan, frustasi, dan ketidaksenangan secara umum dari mahasiswa tersebut saja. Seorang tenaga ahli pengembangan tenaga pengajar atau kolega pengajar yang mendukung dapat membantu menghadapi komentar semacam itu.

yang hanya dapat diperolehnya melalui situs tersebut. (Sumber: Heyden dan Henthorne, 2002; Lang, 2003)

Pertimbangkanlah untuk membuka beberapa hasil penilaian Anda pada mahasiswa.


Beberapa departemen dan kampus menyediakan beberapa atau semua hasil penilaian untuk diketahui mahasiswanya, yang menggunakan informasi tersebut dalam memilih mata kuliah. Topik-topik yang khususnya menarik minat mahasiswa meliputi beban kerja, keadilan penilaian, keluasan pembelajaran, responsivitas pengajar terhadap surat elektronik (e-mail), kejelasan alur waktu pengembalian ujian dan tugas rumah, keterbukaan tentang kebijakan-kebijakan perkuliahan, dan tingkat kesulitan dari perkuliahan.

Gunakanlah komentar-komentar di pertanyaan terbuka untuk menemukenali masalahmasalah khusus. Carilah keluhan-keluhan yang khusus misalnya, kecemasan mahasiswa
tentang tingkat kesulitan ujian. Jika keluhannya tampak beralasan, buatlah rencana untuk menangani permasalahan tersebut. Ingatlah selalu bahwa mahasiswa memang lebih baik dalam menemukan permasalahan dibanding membuat saran yang terperinci untuk pengembangannya. Jika Anda memiliki waktu atau dapat berkonsultasi dengan kon-sultan pengajaran yang berpengalaman, Anda dapat menganalisis komentar-komentar dari pertanyaan terbuka menggunakan teknik jaringan (grid technique), suatu metode untuk menentukan apakah mahasiswa yang menilai tinggi suatu mata kuliah mengatakan halhal yang sama dengan mahasiswa yang menilai mata kuliah tersebut lebih rendah, yang dapat menolong Anda mengartikan dan memanfaatkan komentar-komentar mahasiswa secara lebih efektif. (Sumber: Braskamp dkk., 1984; Lewis, 2001)

Beberapa mempercayai bahwa anggota pengajar akan bekerja lebih giat di tugasnya mengajar jika mereka tahu bahwa hasil penilaiannya dapat dilihat oleh rekan dan mahasiswanya, pengajaran memiliki kualitas yang lebih tinggi ketika formulir penilaian dari mahasiswa disediakan untuk dilihat oleh umum. Lebih lanjut, jika institusi memublikasikan data tersebut, para mahasiswa akan berkurang kecenderungannya untuk bergantung pada informasi dari situs-situs komersial yang dapat salah menggambarkan pengajaran seorang dosen. Selain itu, beberapa peneliti menyatakan bahwa tidaklah setia untuk mengingkari kesempatan mahasiswa untuk melihat hasil penilaian yang merupakan kontribusi mereka juga. Bertentangan dengan keuntungan-keuntungan tersebut adalah kekhawatiran pengajar tentang pelanggaran privasi, potensi penghinaan akibat nilai yang rendah, serta kecenderungan nyata, atau yang dipersepsikan, untuk menurunkan standar akademik demi memperoleh evaluasi yang baik. Masih belum diketahui apakah publikasi secara terbuka terhadap penilaian pengajaran menghambat atau meningkatkan pengembangan diri pengajar yang tergolong buruk/kurang baik. Karena masalah hukum, evaluasi pengajaran tidak dapat disebarluaskan pada umum tanpa izin pengajar yang bersangkutan. (Sumber: Coladarci dan Kornfield, 2007; Dunegan dan Hrivnak, 2003; Howell dan Symbaluk, 2001; Robinson dkk., 1996; Scriven, 1981)

Pertimbangkanlah bagaimana karakteristik-karakteristik dari suatu perkuliahan dapat memengaruhi penilaian. Kelas-kelas kecil, mata kuliah pilihan, dan mata kuliah-mata
kuliah di bidang Humanis cenderung memperoleh nilai yang lebih baik. Anda juga berkemungkinan besar menemukan bahwa mata kuliah yang paling Anda nikmati mengajarnya serta mata kuliah yang Anda ajar secara rutin memperoleh penilaian yang lebih baik dibandingkan mata kuliah yang hanya Anda ajar berdasarkan permintaan ketua jurusan/departemen.

Daftar Referensi
Abrami, P . C. Improving Judgments about Teaching Effectiveness Using Teacher Rating Forms. New Directions for Institutional Research, no. 109. San Francisco: Jossey-Bass, 2001, pp. 59-87. Abrami, P . C., dApollonia, S., and Rosenfield, S. The Dimensionality of Student Ratings of Instraction: What We Know and What We Do Not. In J. Smart (Ed.), Higher Education Handbook of Theory and Research. Vol. Xl. New York: Agathon Press, 1996. Andersen, H. M., Cain, J., and Bird. E. Online Student Course Evaluations: Review of Literature and a Pilot Study. American Journal of Pharmaceutical Education, 2005, 69(1), 31-93. Andersen, K., and Miller, E. D. Gender and Student Evaluations of Teaching. PS: Political Sience and Politics, 1997, 30(2), 216-219. Arrcola, R. A. Developing a Comprehensive Faculty Evaluation System. San Francisco: Jossey-Bass, 2000. Bain. K. What the Best College Teachers Do. Cambridge, MA: Harvard University Press, 2004.

Ketersediaan Hasilnya untuk Umum


Kenali dan waspadalah terhadap situs-situs web komersial yang menilai tenaga pengajar.
Situs-situs komersial tidak memiliki jaminan pengamanan untuk memastikan bahwa komentar-komentar yang masuk memang berasal dari mahasiswa yang terdaftar dalam suatu mata kuliah yang Anda ampu, atau bahkan terdaftar di kampus atau universitas Anda. Lebih jauh, pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan tidak mendorong tanggapan-tanggapan yang mendalam dan seksama, dan mungkin tidak berhubungan dengan hasil-hasil penelitian tentang pengajaran yang efektif. Beberapa pengajar, bagaimanapun, secara rutin memeriksa situs-situs ini untuk memperoleh informasi

582

BAGIAN XII: Penyelesaian


Ballantyate, C. Online Evaluations of Teaching: An Examination of Current Practice and Considerations for the Future. New Direction for Teaching and Learning, no. 96. San Francisco: Jossey-Bass, 2003, pp. 103-112. Basow, S. A. Student Evaluations of College Professors: When Gender Matters. Journal of Educational Psychology, 1995, 87(4), 656-665. Berk, R. A. Thirteen, Strategies to Measure College Teaching. Sterling, VA: Stylus. 2006. Blackhart, G. C., Peruche, B. M., DeWall, C. N., and Joiner, T. E. Factors Influencing Teaching Evaluations in Higher Education. Teaching of Psychology, 2006, 33(1), 37-39. Braskamp, L. A., Brandenburg, D. C., and Ory, J. C. Evaluating Teaching Effectiveness: A Practical Guide. Newbury Park, CA: Sage, 1984. Braskamp, L. A., and Ory, J. C. Assessing Faculty Work: Enhancing Individual and Institutional Performance. San Francisco: Jossey-Bass, 1994. Cashin, W. E. Student Ratings of Teaching: Uses and Misuses. In P . Seldin and associates (Eds.), Changing Practices in Evaluating Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1999. Cashin, W. E., and Downey, R. C. Using Global Rating Items for Summative Evaluation. Journal of Educational Psychology, 1992, 84(4), 563-572. Centra, J. A. Reflective Faculty Evaluation: Enhancing Teaching and Determining Faculty Effectiveness. San Francisco: Jossey-Bass, 1993. Centra, J. A. Will Teachers Receive Higher Student Evaluations by Giving Higher Grades and Less Course Work? Research in Higher Education, 2003, 44(5), 495-518. Centra. J. A., and Gaubatz, N. B. Is There Gender Bias in Student Evaluations of Teaching? Journal of Higher Education, 2000, 71(1), 17-33. Chen, Y., and Hoshower, L. B. Student Evaluation of Teaching Effectiveness: An Assessment of Student Perception and Motivation. Assessment and Evaluation in Higher Education. 2003. 28(1), 71-87. Clark, S. J., Reitter, C. M., and Johnson. T. D. Online Course Ratings and the Personnel Evaluation Standards. In D. D. Williams, M. Hricko, and S. L. Howell (Eds.), Online Assessment, Measurement, and Evaluating Emerging Practices. Vol. 3. Hershey, PA: Idea Group Publishing, 2005. Cohen. P . A. Student Ratings of Instruction and Student Achievement. Review of Educational Research, 1981, 51(3), 281-309. Coladarci, T, and Kornheld, I. Ratemyprofessors.com versus Formal In-Class Student Evaluations of Teaching. Practical Assessment, Research and Evaluation, 2007, 12(6). http://pareonline.net/ pdf/vI2n6.pdf Cramer, K. M., and Alexitch. L. R. Student Evaluation of College Professors: Identifying Sources of Bias. Canadian Journal of Higher Education, 2000, 30(2), 143-164. dApollonia, S., and Abrami, P . C. Navigating Student Ratings of Instruction. American Psychologist, 1997, 52(11), 1198-1208. Dee, K. C. Student Perceptions of High Course Workloads Are Not Associated with Poor Student Evaluations of Instructor Performance. Journal of Engineering Education, 2007, 96(1), 69-78. Dillman, D. A. Mail and Internet Surveys: The Tailored Design Method. (2nd ed.) Hoboken, NJ: Wiley. 2007. Dommeyer, C. J., Baum, P ., Chapman, K. S., and Hanna, R. W. Attitudes of Business Faculty towards Two Methods of Collecting Teaching Evaluations: Paper vs. Online. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2002, 27(5), 455-462. Dommeyer, C. J. Baum, P ., Hanna. R. W., and Chapman, K. S. Gathering Faculty Teaching Evaluations by In-Class and Online Surveys: Their Effects on Response Rates and Evaluations. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2004, 29(5), 611-623.

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa


583

Dunegan, K. J., and Hrivnak. M. W. Characteristics of Mindless Teaching Evaluations and the Moderating Effects of Image Compatibility. Journal of Management Education, 2003, 27(3), 280303. Emerson, J. D., Mosteller, F., and Youtz, C. Students Can Help Improve College Teaching: A Review and an Agenda for the Statistics Profession. In C. R. Rao and G. J. Szekely (Eds.), Statistics for the 21st Century. New York: Marcel Dekker, 2000. Feldman, K. A. Identifying Exemplary Teachers and Teaching: Evidence from Research Ratings. In R. P . Perry and J. C. Smart (Eds.), Effective Teaching in Higher Education: Research and Practice. New York: Agathon Press, 1997. Forsyth, D. R. The Professors Guide to Teaching: Psycological Principles and Practices. Washington, DC: American Psychological Association, 2003. Franklin, J. Interpreting the Numbers: Using a Narrative to Help Other Read Student Evaluation of Your Teaching Accurately. New Directions for Teaching and Learning, no. 87. San Francisco: JosseyBass, 2001, pp. 85-100. Fries. C. J., and McNinch, R. J. "Signed versus Unsigned Student Evaluations of Teaching: A Comparison." Teaching Sociology, 2003, 31(3), 333-344. Gamliel, E., and Davidovitz, L, Online Versus Traditional Teaching Evaluation. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2005, 30(6), 581-592. Germain, M., and Scandura. T. A. Grade Inflation and Student Individual Differences as Systematic Bias in Faculty Evaluation Journal of Instructional Psychology, 2005. 32(1), 58-67. Greenwald, A. G., and Gillmore, G.M. Grading Leniency is a Removable Contaminant of Student Ratings. American Psychologist, 1997, 52(11) 1209-1217. Gurung, R.A.R., and Vespia, K. M. Looking Good, Teaching Well? Linking Liking, Looks, and Learning. Teaching of Psychology, 2007, 34(1), 5-10. Hampton, S. E., and Reiser, R. A. Effects of a Theory-Based Feedback and Consultation Process on Instruction and Learning in College Classrooms. Research in Higher Education, 2004, 45(5), 497-527. Heath, N. M., Lawyer, S. R., and Rasmussen, E. B. Web-Based versus Paper-and-Pencil Course Evaluations. Teaching of Psychology, 2007, 34(4), 259-261. Heyden. T, and Henthorne, T. What a @%#: Listening to What Students Say about Their Composition Teachers Online. Teaching English in the Two-Year College, 2002, 30(2), 156-161. Hoffman F., and Oreopoulos, P . Professor Qualities and Student Achievement. NBER Working Paper, no. 12596. Cambrige, MA: National Bureau of Economic Research, 2006. Howell, A. J. and Symbaluk, D. G., Published Student Ratings of lnstruction: Revealing and Reconciling the Views of Students and Faculty. Journal o Educational Psychology, 2001, 93(4), 790-796. Jacobson, W, H., and Lawrence, M. Aligning Evaluation Practices. In D. H. Wulff (Ed.), Aligning for Learning: Strategies for Teaching Effectiveness, San Francisco: Jossey-Bass, 2005. Johnson, T. D. Online Student Ratings: Will Students Respond? New Directions for Teaching and Learning, no. 96. San Francisco Jossey-Bass, 2003, pp. 49-59. Kember, D., Leung, D.Y.P ., and Kwan, K. P Does the Use of Student Feedback Questionnaires Improve the Overall Quality of Teaching? Asessment and Evaluation in Higher Education, 2002, 27(5), 411-425. Koon; J., and Muray, H. G. Using Multiple Outcomes to Validate Student Ratings of Overall Teaching Effectiveness. Journal of Higher Education, 1995 , 66(1), 61-81. Kulik, J. A. Student Ratings of Instruction. CRLT Occasional Paper, no. 4. Ann Arbor: Center for Research on Learning and Teaching, University of-Michigan, 1991.

584

BAGIAN XII: Penyelesaian


Kulik, J. A. Student Ratings: Ratings: Validity; Utility, and Controversy. New Directions for Institutional Research, no. 109. San Francisco: Jossey-Bass, Spring 2001, pp. 9-25. Lang, J. M. RateMyBuns.com. Chronicle of Higher Education, Dec. 1, 2003. Layne, B. H., DeCristoforo, J. R., and McGinty, D, Electronic versus Traditional Student Ratings of Instruction. Research In Higher Education, 1999, 40(2), 221-232. Lewis K. G. Making Sense Student Written Comments. New Directions for Teaching and Learning, no. 87. San Francis co: Jossey-Bass, 2001, pp. 25-32. Liddle, B. J. Coming Out in Class: Disclosure of Sexual Orientation and Teaching Evaluations. Teaching of Psychology, 1997, 24(1),32-35. Lowman, J. Mastering the Techniques of Teaching. (2nd ed.) San Francisco: Jossey-Bass, 1995. Marincovich, M. Using Student Feedback to Improve Teaching. In P . Seldin and associates (Eds.), Changing Practices in Evaluating Teaching. San Francisco: Jossey-Bass, 1999. Marsh, H. W. Distinguishing between Good (Useful) and Bad Workloads on Students Evaluation of Teaching American Educational Research Journal, 2001, 38(1), 183-212. Marsh, H. W. Do University Teachers Become More Effective with Experience? A. Multilevel Growth Model of Students Evaluations of Teaching over 13 Years. Journal of Educational Psychology, 2007, 99(4), 775-790. Marsh, H. W., and Dunkin, M. J., Students Evaluations of University Teaching: A Multidimensional Perspective In.J. C. Smart (Ed.), Higher Education: A Handbook of Theory and Research. Vol. 8. New York: Agathon Press, 1992. Marsh, H. W., and Roche L. A. "Making Students Evaluations of Teaching Effectiveness Effective. American Psychologist, 1997, 52( 11), 1187-1197. Marsh, H. W., and Roche L. A. Effects of Grading Leniency and Low Workload on Students Evaluations of Teaching: Popular Myth, Bias. Validity, or Innocent Bystanders? Journal of Educational Psychology, 2000, 92(I), 202-228. McKeachie, W. J. Student Ratings: The Validity of Use. American Psychologist, 1997, 52(11), 12181225. McKeachie, W. J. and Svinicki. M. McKeachies Teaching Tips. (12th ed.) Boston: Houghton Mifflin, 2006. Nasser, F., and Fresko, B. Faculty Views of Student Evaluation of College Teaching. Assessment and Evaluation in Higher Education, 2002, 27(2), 187-198. National Research Council. Evaluating and Improving Undergraduate Teaching in Science, Technology, Engineering, and Mathematics. Washington DC: National Academic Press, 2003. Ory, J. C., "Faculty Thoughts and Concerns about Student Ratings." New Directions for Teaching and Learning, no. 87. San Francisco: Jossey-Bass, 2001, pp. 3-15. Overall, J. U., and Marsh, H. W Students Evaluations of Instruction: A Longitudinal Study of-Their Stability. Journal of Educational Psychology, 1980, 72(3). 321-325. Robinson, R. K., Canty, .N., and Fink, R. L. Public Disclosure of Teaching Evaluations: Privacy and Liability Considerations. Journal of Educations for Business, 1996, no. 71, 284-287. Schmelkin, L. P ., Spencer, K. J., and Gellman, E. S. Faculty Perspectives on Course and Teacher Evaluations. Research in Higher Education, 1997, 38(5), 575-592. Scriven, M. Summative Teacher Evaluation. In. J. Millman (Ed.), Handbook of Teacher Evaluation, Beverly Hills: Sage, 1981. Scriven, M. Student Ratings Offer Useful Input to Teacher Evaluations. Practical Assessment, Research and Evaluation, 1995, 4(7), (Available from ERIC Digests, ED 398240, 1995). Sorenson, D. L., and Johnson, T. D (Eds.), Online Student Ratings of Instruction. New Directions for Teaching and Learning, no. 96. San Francisco: Jossey-Bass. 2003.

Formulir Penilaian oleh Mahasiswa


585

Stake, R. E., and Cisneros-Cohernour, E. J. Situational Evaluation of Teaching on Campus. New Directions for Teaching and Learning, no. 83. San Francisco: Jossey-Bass, 2000, pp. 51-72. Tagomori, H. T., and Bishop, L. A. Student Evaluation of Teaching: Flaws in the Instruments. Thought & Action, 1995, 11(1), 63-78. Theall, M., and Franklin, J. (Eds.), Student Ratings of Instruction: Issues for Improving Practice. New Directions for Teaching and Learning, no. 43. San Francisco: Jossey-Bass. 1990. Theall, M., and Franklin, J. Using Student Ratings for Teaching Improvement. New Directions for Teaching and Learning, no. 48. San Francisco: Jossey-Bass, 1991, pp. 83-96. Trout, P . A. Flunking the Test: The Dismal Record of Student Evaluations. Academe, 2000, 86(4), 58-61. Wachtel, H. K. Student Evaluations of College Teaching Effectiveness: A Brief Review Assessment and Evaluation in Higher Education, 1998, 23(2), 191-211. Weinberg, B. A., Fleisher, B. M., and Hashunoto, M. Evaluating Methods for Evaluating Instruction: The Case of Higher Education. NBER Working Paper. no. 12844. Cambridge, MA: National Bureau of Economic Research. 2007. Williams. W. M., and Ceci, S.,J. Howm I doing? Problems with Student Ratings of Instructors and Courses. Change, 1997, 29(5). 12-23. Yunker P . J., and Yunker, J. A. Are Student Evaluations of Teaching Valid? Evidence from an Analytical Business Core Course. Journal of Education for Business, 2003, 78(6), 313-318.

586

BAGIAN XII: Penyelesaian

Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

587

61
Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

Sebagai anggota tenaga pengajar di kampus, Anda akan dimintai tolong untuk menuliskan surat atau bertindak sebagai pemberi referensi/rekomendasi untuk para mahasiswa yang mengirimkan aplikasi/lamaran untuk beasiswa kerjasama, pendidikan pascasarjana, dan pekerjaan. Jika Anda tidak mengenal dengan baik seorang mahasiswa atau memiliki pendapat yang biasa saja tentang hasil kerjanya, beritahukanlah pada mahasiswa tersebut bahwa Anda tidak akan mampu untuk menuliskan surat rekomendasi yang persuasif dan mintalah ia untuk meminta pada pengajar yang lain. Jika Anda menyetujui untuk menuliskan suratnya, berikut adalah beberapa saran untuk menyusun surat rekomendasi yang efektif.

Strategi-strategi Umum
Biarkanlah mahasiswa mengetahui nuansa umum dari apa yang akan Anda tuliskan.
Terutama jika surat Anda akan mencakup pula keengganan (hal kurang positif untuk mahasiswa), beritahukanlah secara pribadi pada mahasiswa tentang apa yang Anda rencanakan untuk dikatakan sehingga ia dapat memutuskan apakah ia tetap akan menjadikan Anda sebagai referensi/pemberi rekomendasinya. Seorang pengajar memberitahukan pada mahasiswanya yang tidak ia kenal baik bahwa ia hanya dapat menuliskan surat yang biasa/standar, menjelaskan gambaran dan tingkat kesulitan dari perkuliahannya, nilai yang telah diperoleh mahasiswa tersebut dalam perkuliahannya, dan peringkat mahasiswa tersebut jika dibandingkan dengan kelasnya yang terdiri dari dua ratus mahasiswa. Ia menyarankan pada mahasiswanya bahwa jenis surat seperti ini tidak terlalu membantu, jika dibandingkan dengan surat dari seseorang yang dapat menulis penilaian yang lebih pribadi.

Buatlah suratnya bersifat pribadi. Rekomendasi yang paling efektif menyampaikan


penilaian yang menyeluruh dari kinerja seorang mahasiswa. Gunakanlah anekdot (catatan pribadi), hasil observasi, dan contoh-contoh mendetail untuk memperkuat penilaian Anda. Sebagai persiapan untuk menuliskan surat tersebut, tanyakanlah pada mahasiswa (baik secara lisan maupun tertulis) untuk menggambarkan kekuatan/kelebihannya dan mintalah ia untuk memberikan contoh-contohnya, serta untuk menuliskan area-area

588

BAGIAN XII: Penyelesaian

Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

589

dari dirinya yang masih membutuhkan pengembangan. Beberapa pengajar meminta mahasiswanya memberikan resume (curriculum vitae/CV) singkat, pernyataan tentang tujuannya, transkrip nilai tidak resmi (tanpa legalisasi), atau daftar tujuan karier yang diinginkannya, prestasi atau pencapaiannya, atau ambisi-ambisinya. Tanyakanlah apakah terdapat hal-hal tertentu yang mahasiswa rasa perlu disebutkan dalam suratnya.

Kaji ulanglah buku atau catatan nilai lama Anda. Beberapa pengajar menemukan hal-hal yang baik maupun yang kurang terlalu baik tentang mahasiswa dari catatan perkuliahannya segera setelah penutupan semester. (Sumber: Humphreys dan Wickersham, 1988)

Ingatlah bahwa mahasiswa memiliki hak untuk melihat surat yang Anda tulis. Hukum
Federal (di Amerika Serikat) memberikan hak pada mahasiswa untuk melihat salinan dari surat rekomendasi untuk dirinya atau untuk memberikan persetujuan (pernyataan) untuk melepaskan hak tersebut. Derajat kerahasiaan surat, bahkan jika mahasiswa telah memberikan persetujuan, tidaklah jelas, meskipun tuntutan hukum (litigasi) sangatlah jarang. Beberapa kantor penerimaan mahasiswa di sekolah pasca sarjana memberikan bobot kecil pada surat yang tidak dilengkapi dengan surat pernyataan; yang lain tidaklah peduli. (Sumber: Appleby, 2005; Rosovsky dan Hartley, 2002)

Menyiapkan Suratnya
Batasilah suratnya hanya satu atau dua halaman. Apa pun yang lebih panjang dari dua halaman membutuhkan niat baik dari pembacanya, dan apa pun yang lebih pendek dari sehalaman dapat menyiratkan ketiadaan antusiasme terhadap mahasiswa. Beberapa pembaca surat yang berpengalaman melihat tanda tangan, membaca paragraf terakhir, dan kemudian memutuskan apakah mereka akan membaca sisa suratnya. (Sumber: Appleby, 2005; Palmer, 1983) Jelaskanlah bagaimana Anda mengenal mahasiswa dan hubungan Anda dengannya.
Nyatakanlah seberapa lama Anda telah mengenal mahasiswa tersebut, seberapa baik, dan dalam kapasitas apa (misalnya, mantan mahasiswa, mahasiswa bimbingan, atau asisten penelitian). Pernahkah Anda bekerja dekat dengan mahasiswa tersebut ataukah hanya mengamati kinerjanya dalam kelas? Jika mahasiswa tersebut berperan sebagai asisten penelitian, gambarkanlah secara rinci tanggung jawabnya yang terkait dengan pekerjaan atau studi pascasarjana yang dituju.

Perolehlah persetujuan mahasiswa sebelum Anda menuliskan suratnya. Jika pihak


ketiga meminta surat karena Anda telah terdaftar sebagai pemberi rekomendasi, pastikanlah terlebih dulu pada mahasiswa tersebut, apakah ia masih menginginkan posisi yang ditawarkan. Tentu saja, mahasiswa yang sopan akan memberitahukan terlebih dulu pada Anda bahwa mereka memasukkan nama Anda dalam daftar pemberi rekomendasi. (Sumber: Swensen dan Keith-Spiegel, 1991)

Bersiap untuk Menulis


Pastikanlah apakah terdapat bentuk atau format khusus tertentu. Beberapa sekolah pascasarjana atau program beasiswa meminta agar surat rekomendasi dikumpulkan dalam bentuk khusus tertentu. Pastikanlah Anda memiliki semua informasi yang Anda butuhkan, termasuk kemanakah mengirimkan suratnya dan kapankah batas waktu pengirimannya. Jika mahasiswa yang sama meminta lebih dari satu surat dari Anda, pisahkanlah materi-materi untuk tiap institusi. Mintalah mahasiswa untuk menjelaskan tentang pekerjaan atau program tujuannya.
Untuk menulis sebuah surat yang efektif, Anda akan memerlukan gambaran dari pekerjaan atau program pascasarjana yang dituju, serta pemahaman tentang mengapa mahasiswa Anda memutuskan untuk melamar disana. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan seperti, Apa yang menarik Anda pada program ini di sekolah pascasarjana yang ini?, atau Di manakah Anda pandang letak pekerjaan atau perusahaan ini dalam tujuan karier jangka panjang Anda?

Sesuaikanlah suratnya dengan lowongan pekerjaan atau program akademik tertentu.


Jelaskanlah mengapa Anda meyakini bahwa mahasiswa tersebut memiliki potensi untuk berhasil dalam pekerjaan atau sekolah/institusi pendidikan tertentu ini. Jika seorang mahasiswa melamar untuk suatu pekerjaan, cobalah untuk menerjemahkan keterampilan-keterampilan akademik mahasiswa menjadi keterampilan bisnis misalnya, suatu proyek kelompok yang sangat baik menunjukkan kapasitas untuk bekerja sebagai bagian tim/kelompok. Fokuslah pada kelompok kemampuan dan pengetahuan yang paling relevan (diadaptasi dari Appleby, 2005; Kiernan, 2004; Office of Instructional Development (Kantor Pengembangan Pengajaran), 1988; Wolke, 1988; Workman dkk., 2005):

Kemampuan intelektual dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang Anda ajar. Kreativitas dan kapasitas untuk pemikiran yang mandiri, orisinil. Keterampilan-keterampilan akademik dan analitis, kapasitas untuk mempelajari dan mengaplikasikan informasi dan untuk menanggapi hal-hal yang kompleks atau abstrak. Pengetahuan tentang bidang studinya. Sikap terhadap tugas akademik, meliputi keingintahuan intelektual, sikap terhadap pembelajaran, partisipasi kelas, dan ketekunan dalam menyelesaikan tugastugasnya. Kinerja dalam suasana aplikatif, seperti situasi laboratorium atau klinik.

Mintalah mahasiswa untuk menyediakan Anda salinan-salinan dari karya tulis/makalah yang pernah dikumpulkannya untuk mata kuliah Anda, terutama yang berisi komentar Anda. Rujuklah karya tulis/makalah-makalah tersebut saat Anda menuliskan tentang
kemampuan intelektual, keterampilan akademik, dan sejenisnya dari mahasiswa tersebut. (Mintalah mahasiswa untuk memberikan juga amplop berperangko yang telah dituliskan alamatnya sehingga nantinya Anda dapat mengembalikan karya tulis atau makalahnya).

590

BAGIAN XII: Penyelesaian

Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

591

Keterampilan komunikasi, bicara dan menulis. Kepemimpinan: kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, memimpin. Kemampuan untuk bekerja sebagai bagian kelompok dan keterampilan-keterampilan interpersonal (antar manusia). Inisiatif, motivasi, dan kegigihan (persistensi). Tanggung jawab dan dedikasi. Karakteristik-karakteristik pribadi: kematangan, dapat diandalkan, kejujuran, integritas, sensitivitas, empati, ketulusan, responsivitas terhadap kritik yang membangun, profesionalisme. Pencapaian/prestasi atau kegiatan pribadi. Kesadaran diri akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Situasi-situasi khusus yang mungkin telah memengaruhi kinerja mahasiswa.

mahasiswa yang Anda ingin bantu. Pilihan yang lebih baik adalah untuk meredakan kecenderungan apa pun untuk menyampaikan secara berlebihan kekuatan atau kelebihan kandidat dan untuk menyebutkan area-area di mana kandidat dapat diharapkan untuk meningkat, tumbuh, dan berkembang. Penilaian yang jujur, yang memotret secara akurat keterampilan, pencapaian, produktivitas, kelemahan, dan potensi yang dijanjikan oleh seorang mahasiswa akan lebih berbobot. (Sumber: Grote dkk., 2001; Office of Instructional Development (Kantor Pengembangan Pengajaran), 1988; Palmer, 1983; Rosovsky dan Hartley, 2002; Smith, 1998; Workman dkk., 2005)

Sediakanlah bukti untuk komentar yang negatif. Cobalah untuk menempatkan kelemahan dalam konteks/situasi: Addy masih kurang percaya diri pada tahun pertamanya, yang mungkin turut menyebabkan rendahnya beberapa nilai yang dicapainya, tetapi ia kemudian meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilannya serta menampilkan hasil yang cukup baik.

Rincilah. Daripada mengatakan seorang mahasiswa yang sangat baik, berikanlah suatu
penilaian yang dapat diperbandingkan: mahasiswa terbaik dalam kelas yang terdiri dari dua puluh lima mahasiswa atau berada di antara sepuluh mahasiswa terbaik yang pernah saya ajar di institusi/lembaga pendidikan ini. Keterampilan komunikasi yang baik dapat dipertajam menjadi mampu menjelaskan dalam diskusi kelas atau menulis analisi-analisis yang diorganisasikan dengan baik dan kuat. Ilustrasikanlah penilaian Anda dengan contoh atau anekdot yang mendukung. Sebagai contoh, jika Anda menuliskan suatu surat rekomendasi untuk mahasiswa pascasarjana yang melamar posisi pengajaran, jelaskanlah bagaimana kandidat ini menarik mahasiswa ke dalam diskusi, menanggapi pertanyaan mahasiswa, atau menangani situasi pengajaran yang sulit. Berikut adalah contoh lainnya (diadaptasi dari Swensen dan Keith-Spiegel, 1991, hlm. 1). Daripada mengatakan, Rita tampil baik dalam mata kuliah Psikologi Sosial yang saya ajar dan merupakan salah satu mahasiswa terbaik dalam kelas; ia berkemungkinan besar akan menjadi pengajar yang baik, dukunglah observasi Anda dengan fakta-fakta dan rincian-rincian: Dalam tugas proyek penelitian, Rita mengembangkan hipotesis yang didefinisikan dengan baik dan menciptakan suatu desain penelitian yang lebih dapat dilakukan (visibel) dalam batasan waktu dan dana yang ada, dibandingkan mahasiswamahasiswa lainnya dalam perkuliahan tersebut. Presentasi lisan yang ia sampaikan atas proyeknya jelas dan penuh pemikiran. Presentasinya tersebut diilustrasikan dengan sejumlah contoh yang menarik dan sesuai yang mampu mempertahankan perhatian mahasiswa selama periode lima belas menit. Berdasarkan hasil observasi ini, saya perkirakan ia akan menjadi pengajar yang sangat baik.

Berikut adalah contoh lainnya dari deskripsi yang rinci atas kelemahan (diadaptasi dari Swensen dan Keith-Spiegel, 1991, hlm.1). Dibandingkan menyatakan, Bailey pernah menjadi mahasiswa yang tergolong rata-rata, tidak terlalu berminat dalam kelas, nyatakanlah, Bailey memperoleh nilai di bawah 70 persen pada dua kali ujian tengah semester dan ujian akhir. Rata-rata pencapaian kelas saat itu lebih dari 80 persen (jumlah mahasiswa terdaftar adalah 120). Makalah penelitiannya tidak diorganisasikan dengan baik dan melewatkan komponen-komponen yang penting, seperti pengkajian literatur dan arahan untuk penelitian di masa datang.

Hindarilah komentar pribadi. Jangan menyebutkan usia, etnisitas, tampilan, agama,


status kewarganegaraan, asal kewarganegaraan, status pernikahan atau orang tua, karakteristik fisik, atau atribut-atribut pribadi lainnya. Jika seorang mahasiswa telah berhasil menyeimbangkan tugas akademik dan tanggung jawab keluarga, tanyakanlah pada mahasiswa tersebut apakah ia ingin informasi tersebut dimasukkan dalam surat rekomendasinya.

Tuliskanlah ulang pernyataan-pernyataan yang memungkinkan kesalahpahaman. Berikut adalah beberapa contoh dari Yager dkk. (1984) seperti yang dikutip dalam Swensen dan Keith-Spiegel (1991, hlm. 2):
Dia telah berusaha keras untuk mengembangkan dirinya dan dia berhasil melakukannya. (Seperti apa mahasiswa saat ia memulai kuliahnya?) Ia menampilkan komitmen untuk meraih yang terbaik dalam area-area yang menarik minatnya. (Bagaimana dengan area-area yang tidak menarik baginya?) Ia telah menunjukkan kemajuan yang dapat dipertimbangkan. (Dari apa menjadi apa?) Ia terutama efektif dalam (Dan tergolong menengah atau buruk dalam aspek lainnya?)

Bedakanlah antara pendapat dan fakta. Gunakanlah fakta-fakta untuk mendukung


pendapat dan observasi Anda dan berupayalah untuk menjamin keakuratan fakta.

Sajikanlah gambaran yang berimbang. Para pengamat telah memerhatikan adanya


peningkatan yang mengganggu dalam penggunaan retorika yang terlalu tinggi, pujian yang berlebihan, serta perbandingan yang terlalu jauh. Surat yang terlalu berlebihan dapat merusak kredibilitas Anda sebagai pemberi rekomendasi, dan itu juga akan merugikan

Akhirilah dengan rekomendasi secara umum. Indikasikanlah seberapa baikkah mahasiswa tersebut memenuhi persyaratan untuk pekerjaan atau program pascasarjana yang

592

BAGIAN XII: Penyelesaian

Menuliskan Surat Rekomendasi untuk Mahasiswa

593

ditujunya. Tekankanlah potensi atau kemungkinan kinerja mahasiswa tersebut di masa datang, jika Anda bisa. Komentarilah apakah Anda akan memilih pelamar ini untuk studi pascasarjana atau posisi karier yang dilamar.

Tambahkanlah bahwa Anda mempersilakan permintaan akan informasi lebih lanjut.


Masukkanlah informasi kontak Anda. Pembaca surat berpengalaman akan melihat ini sebagai suatu tanda bahwa Anda memiliki perasaan yang kuat terhadap kandidat tersebut. (Sumber: Palmer, 1983)

Simpanlah salinan dari surat-surat rekomendasi yang Anda berikan. Salinan-salinan tersebut jika penerimanya menghubungi Anda untuk meminta informasi lebih lanjut, atau jika mahasiswa yang sama meminta surat rekomendasi lainnya. Anda juga dapat menggunakan surat yang lama sebagai panduan untuk menuliskan surat yang baru.

Daftar Referensi
Appleby, D. C. A Developmental Strategy to Write Effective Letters of Recommendation. APS Observer, May 2005, 18(5), 35-36, 45-47. Grote, C. L., Robiner, W. N., and Haut, A. Disclosure of Negative Information in Letters of Recommendation: Writers Intentions and Readers Experiences. Professional Psychology: Research and Practice, 2001, 32, 655-661. Humphreys, L., and Wickersham, B. Letters of Recommendation. In.J. Janes and D. Hauer (Eds.), Now What? Littleton, NIA: Copley, 1988. Kiernan, V. If You Like This Student, Click Here. Chronicle of Higher Education, June 4, 2004, A23. Office of Instructional Development. Letters of Recommendation. In. J. Janes and D. Hauer (Eds.), Now What? Littleton, MA: Copley, 1988. Palmer, S. E. What to Say in a Letter of Recommendation? Sometimes What You Dont Say Matters Most. Chronicle of Higher Education, Sept. 7, 1983, 21-22. Rosovsky, H., and Hartley, M. Evaluation and the Academy: Are We Doing the Right Thing? Cambridge, MA: American Academy of Arts and Sciences. 2002. Smith, C. Beware the Pitfalls of Letters of Recommendation. Chronicle of Higher Education, March 20, 1998, A56. Swensen, E. V., and Keith-Spiegel, E, Writing Letters of Recommendation for Students: How to Protect Yourself from Liability. Washington, DC: American Psychological Association, 1991. Wolke, R. Writing Letters of Recommendation. In. J. Janes and D. Hauer (Eds.), Now What? Littleton, MA: Copley, 1988. Workman, J., Oeltmann, T., and Elam, C. Composing a Letter of Evaluation that Captures the Applicant as an Individual. The Advisor. Mar. 2005, 25(1), 20-26.

Baca ulanglah surat Anda dengan seksama. Pastikanlah bahwa nama-nama yang ada
dieja dengan tepat serta tanggal-tanggal dan fakta-fakta yang ada akurat.

Menggunakan Sistem Online untuk Mengumpulkan Surat-surat


Pahamilah proses pengumpulan secara online. Banyak sekolah/lembaga pendidikan
pascasarjana menggunakan sistem online, baik milik sendiri maupun komersial, dan beberapa lainnya tidak lagi menerima surat non-elektronik. Setelah Anda setuju untuk menulis suratnya, mahasiswa tersebut mengumpulkan alamat surat elektronik (e-mail) Anda pada program tersebut, yang kemudian akan mengirimkan alamat halaman Webnya pada Anda. Anda diberikan pilihan antara menuliskan komentar-komentar Anda langsung ke formulir online-nya atau mengunggah file pemrosesan kata yang akan diubah ulang bentuknya menjadi faksimile elektronik dari bentuk kertasnya. Bentuk yang biasa digunakan meliputi baik pertanyaan pilihan ganda maupun pertanyaan terbuka. Para mahasiswa dapat memeriksa situs Web-nya untuk melihat apakah surat-surat telah dikumpulkan, tetapi mereka tidak dapat melihat isi suratnya. (Sumber: Kiernan, 2004)

Kenalilah batasan-batasan dari sistem online. Bentuk kertas memungkinkan para respondennya untuk mengabaikan pertanyaan-pertanyaan terstandar dan menggantikan suatu surat naratif. Sebaliknya, sebagian besar sistem online-nya tidak akan menerima rekomendasinya jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak dijawab dan beberapa sistem membatasi ruang untuk komentar-komentar terbuka. Beberapa pengajar memiliki kekhawatiran tentang keamanan, terutama dalam situs-situs yang dikelola pihak ketiga: Apakah surat-suratnya tetap online selama-lamanya? Dapatkah pembajak (hacker) memasuki sistemnya? Dapatkah mahasiswa memberikan alamat e-mail palsu dan mengirimkan surat rekomendasi bohong? Para penyedia atau pengelola situs menyatakan bahwa surat rekomendasi palsu dapat terjadi dan bahwa mereka telah membangun sistem penjaga untuk mendeteksi pengumpulan yang bermasalah. (Sumber: Kiernan, 2004)

Menindaklanjuti
Tanyakanlah tentang hasilnya. Mintalah mahasiswa untuk memberitahukan pada Anda
tentang apakah aplikasi/lamarannya berhasil atau tidak.

Indeks

595

INDEKS

A
Abowd, G.D., 154 Abrami, P . C. 581, 582 Acheson, K. A., 133, 507 Achterberg, J. 483 Ackerman, D.S., 284 Adams, C. 453, 483 Adelman, 88, 92 Adler, R.P . 200 Aiken, L. R. 380 Aitken, J.E. 123 Akers, K. G., 382 Alat (perangkat) genggam untuk pembelajaran: generasi terkini dari, 314; memutuskan apakah mengizinkan penggunaannya di ruang kelas, 315; menetapkan aturan-aturan etika untuk, 315; contoh-contoh pembelajaran dengan alat genggam, 316 Al-Issa., 64, 71 Albanese., M. A., 233 Aldrich, H., 409 Alexitch., 535, 537, 538, 545, 570, 582 Alidoost, M., 286 Allan, E. J., 71 Allen, D. E., 558, 65, 71, 72, 93, 233 Allen, J., 93 Allen, W. R., 71 Alley, 481, 483 Almeroth, K., 381 Altman., 13, 120, 123 Ambrose, S. A., 551, 553, 558, 361 Amundsen., 507 Anaya, 65., 71 Anderson, J. A., 291 Anderson, J. R., 284 Anderson, L. W., 394 Anderson, P ., 200 Anderson, V, J., 354 Andrade., 347, 353 Andre, K., 342 Andrews-Guillen., 73 Angelo, J. M., 545 Angelo, T. A., 47, 342

Annis, L., 353 Anson, C. M., 380 Apperson, J. M., 483 Appleby, D. C., 546, 592 Arbuthnott., K.D., 288, 292 Arcuri, J. A., 381 Armbruster, B. B., 284 Armstrong, J., 47 Aronson, J. M., 73 Arredondo, P ., 72 Arreola., R.N., 571 Arter, J., 353 Artzt., A.F., 323 Asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana, 513, 521, 564, 393, 406 Aslanian., C.B., 88 Astin., A.W., 39, 47, 70, 71, 90, 92, 202, 217, 227, 233, 248, 255 Atkins., M., 507, 154 Atkinson, D. R., 546 Au, W. J., 245 August, A. 342 Austin, A. E. 558 Averis, D., 467 Asisten pengajar. Lihat asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana Asisten pengajar dari mahasiswa pascasarjana (graduate student instructor/GSI): mengukur peran pengajar dengan, 406; dasar untuk memilih, 406; diskusi perkuliahan dan pengkajian kebijakan dengan, 441; tanggung jawab dan peran dari, 551; memastikan komunikasi yang terbuka dengan, 551; mengevaluasi dan meningkatkan kinerja dari, 556; dan rancangan ujian, 563; internasional, pertimbanganpertimbangan untuk bekerja sama dengan, 559; mempertahankan kualitas pengajaran tanpa, 185; baru, persiapannya, 300; sebagai sumber potensial akan umpan balik, 556; berperan sebagai pendamping bagi, 535; membimbing/ men-supervisi, 118.

B
Bacon, D. R., 217, 284

596
Bae, M., 442 Bailey, J. M., 442 Bain, K., 36, 171, 394, cdxciv Baird, B. N., 342 Baker, D. F., 361 Baker, H. E., 441 Baker, S. M., 263 Balch, W. R., 409 Ball, D., 218 Ballantyne, 577 Banks, J. A., 71 Banks, M. C., 546 Barak, M., 318 Baranchik, A., 423 Bagian-bagian diskusi, melaksanakannya tanpa pembaca dan asisten pengajar, 180 Bahan bacaan: memilih,30; tips-tips untuk mahasiswa menggunakan, 463 Bare Bones Questions (Pertanyaan-pertanyaan Tulang Bersih), digunakan untuk umpan balik pengajaran dan pembelajaran, 492 Beban kerja mahasiswa, pertimbangan-pertimbangan untuk, 557 Belajar dengan penemuan ( discovery learning ), penjelasan dan penggunaannya, 228 Belajar kelompok: menangani kekhawatiran mahasiswa dan pengajar tentang, 214; saran tentang pembuatan keputusan untuk, 66; asumsi-asumsi tentang, 61; menghadapi anggota yang tidak kooperatif, 210; keputusan untuk pembentukan, 208; merancang dan membuat tugas-tugas untuk, 372; strategistrategi umum untuk, 425; panduan untuk, 501; mengorganisasikan keputusan untuk, 221; dampak positif dari, 231; pengaturan untuk, 469; istilah dari pendekatan-pendekatan terhadap, 64; evaluasi mahasiswa terhadap diri dan kelompok dalam, 213; jenis-jenis dari, 217. Lihat juga Kegiatan belajar kelompok informal Bentuk dan rancangan ujian, untuk mahasiswa berkebutuhan khusus, 398. Lihat juga Ujian Bermain peran: menciptakan skenario yang menarik untuk, 243; peranan-peranan contoh untuk, 252; bimbingan pengajar dalam, 228 BIAS (Browns Interaction Analysis System/Sistem Analisa Interaksi Brown) terbatas, 501 Bimbingan akademik: akses terhadap, 535; mengenali perbedaan etnis atau budaya, 541; pencegahan, 541; dalam kesempatan karir, 541; memperjelas peran dan tanggung jawab mahasiswa dalam, 536; kebutuhan dan tujuan mahasiswa yang umum dalam, 537; penanganan jurusan/ departemen terhadap 552; tentang mayor/ pilihan utama jurusan, 537; mengevaluasi

Indeks
efektivitas dari, 539; ekstrakurikuler/luar jam kuliah, 564; dari mahasiswa tahun pertama dan pendiam, 539; dalam bentuk kelompok, 494; dan interaksi pengajar/dosen-mahasiswa yang informal, 65; jenis-jenis kegiatan dalam 512; tanggung jawab hukum dari membimbing organisasi mahasiswa, 543; sistem online untuk, 590; dan kesehatan mental mahasiswa, 537 Blog, penjelasan dan penggunaannya dalam pendidikan, 193 Blog mikro, penjelasan dan penggunaan pengajaran dari, 193 Buku ajar: kriteria untuk pemilihan, 298; menangani kesalahan-kesalahan dalam, 34; tips-tips untuk penggunaan oleh mahasiswa, 467

Indeks
piranti lunak (software) untuk melaksanakan, 119; penggunaan piranti lunak kegiatan blog (blogging) dalam, 327; cara-cara untuk menstrukturisasi, 118.

597
penilaian mahasiswa Hari-hari awal di kelas: tugas-tugas administratif selama,viii, 57; membangun rasa kebersamaan dalam, 56; ujian awal (pre-test) atau survei diagnostik yang diberikan selama, 94; strategi-strategi umum untuk, 38; menciptakan lingkungan kelas yang positif untuk, 60; menetapkan harapan dan standar perkuliahan untuk, 63; menggunakan kegiatan pemecah suasana (icebreaker) dalam, 62 Hierarki Bloom tentang ketrampilan-ketrampilan kognitif, dan kategorisasi dari pertanyaanpertanyaan Hubungan pendampingan: komponen-komponennya, 542; dan hubungan di luar kelas dengan mahasiswa yang didampingi, 343; peranan dan tanggung jawab dalam, 536

E
Evaluasi-evaluasi untuk meningkatkan pengajaran. Lihatlah Observasi pengajaran dalam kelas; Rekaman video pengajaran. Evaluasi tugas tertulis: strategi-strategi umum untuk, 352; dan penilaian, 188; pendekatan analisis sifat dasar/primary trait analysis terhadap, 347; dan pengembalian tugas-tugas, 494; panduan penilaian untuk, 337; dan pengumpulan portofolio, 391; rubrik untuk, 346; menggunakan bahasa yang membangun/konstruktif dalam, 554; cara-cara untuk menanggapi, 493

C
Catatan pembantu, keuntungan dan kerugiannya, Ceramah: memilih isi dan bentuk untuk, 143; dan izin untuk mendokumentasikan, 144; menyiapkan catatan untuk, 148; kekuatan dan batasan dari, 144; mentsrukturisasi, 150 Curang, dalam ujian online,

F
Flipchart: keuntungan dari menggunakan, 457; tujuan-tujuan umum dari, 457; menyiapkan, 458; digunakan sebagai papan tulis, 458 Formulir penilaian oleh mahasiswa: diadministrasikan dalam kelas, 513; ketersediaan hasilnya, 513; dan situs Web penilaian yang komersial, 580; dan pertanyaan-pertanyaan umum tentang efektivitas pengajaran dalam, 530; meningkatkan tingkat tanggapan secara online terhadap, 530; kecenderungan perolehan penilaian yang tinggi dalam, 570; skala penilaian numerik untuk, 572; online, 572; butir-butir kuantitatif dan naratif dalam, 571; pertanyaan-pertanyaan tentang efektivitas secara umum dari pengajar dan perkuliahan dalam, 571; konsensus penelitian tentang, 568; memilih atau merancang, 571; merangkum dan mengartikan tanggapan-tanggapan terhadap, 577; jenis dan penggunaan dari, 577.

I
Isi perkuliahan: mendefinisikan dan membatasinya, 27; pola-pola untuk menyusunnya, 101

J
Jadwal kelas, penyusunannya, 40 Jadwal perkuliahan, persyaratan dan penggunaannya, 41 Jam kantor: dan kunjungan yang dijadwalkan secara elektronik, 346; mendorong mahasiswa untuk berkunjung selama, 346; tujuantujuan utama dari, 40; kebijakan-kebijakan untuk melaksanakan, 524; dan kunjungankunjungan produktif, 524; dan kunjungan yang diminta (diwajibkan), 526; saran-saran untuk melaksanakan, 526 Jujur. Lihat Kejujuran akademik.

D
Daftar dua kolom, tujuan dari, 223 Debat, sebagai kegiatan pembelajaran kelompok, 224 Diagnosis Pengajaran Kelas Kecil (Small Group Instructional Diagnosis/SGID), digunakan untuk umpan balik tentang pengajaran, 492 Diskusi kelas: menangani mahasiswa yang suka memonopoli dalam, 504; dampak antusiasme mahasiswa terhadap kualitas dari, 111; meningkatkan partisipasi dalam, 111; evaluasi dari, 116; asumsi-asumsi yang salah tentang, 112; strategi-strategi umum untuk, 111; menilai partisipasi dalam, 115; meningkatkan partisipasi dalam, 112; melibatkan mahasiswa pendiam dalam, 114; memulai dan melaksanakannya, 114; mempertahankan momentum dalam, 105; dan diskusi semu (kuasi), 111; menetapkan konteks dan aturan untuk, 102; strategi-strategi untuk meningkatkan, 103; dan norma-norma budaya mahasiswa, 102; saran-saran untuk memulai dan membimbing, 104; kegunaan rekaman video dari, 263. Lihatlah juga Diskusi online. Diskusi online: perencanaan papan diskusi dalam, 119; harapan-harapan untuk partisipasi dalam, 119; aturan-aturan dasar untuk, 120; pertimbangan-pertimbangan ukuran kelompok, 208; menyatukan ke dalam perkuliahan, 118; merencanakan tujuan dan struktur untuk, 118;

K
Kamera dokumentasi dijital, penggunaan proyeksi dan kemampuan dari, Kartu reaksi, untuk mengawasi pembelajaran mahasiswa, 307 Kebijakan perkuliahan: silabus sebagai sumber untuk, 30; jenis-jenisnya, 30 Kebijakan terkait kehadiran: mengklarifikasi/memperjelas, 44; pengaturan tentang, 44 Kecurangan akademik: dan pengakuan kesalahan, 297; tugas-tugas untuk mengurangi, 296; diskusi kelas tentang, 337; dan izin untuk membagi informasi dari mahasiswa, 537; menangani kasus-kasus yang dicurigai adalah, 378; mengembangkan dan memberikan/mengadministrasikan ujian-ujian untuk mencegah, 375; kebijakan

G
Gaya belajar: konsep tentang, 288; strategi-strategi umum untuk menghadapi 288; membantu mahasiswa untuk mengenali gaya mereka sendiri; model-model dari, 289; dan kecerdasan majemuk; dan gaya berpikir, 290; dan jenis-jenis pembelajar, 289

H
Hari-hari akhir di kelas, tugas-tugas dalam, 563. Lihat juga Sesi Pembahasan ulang; Formulir

598
institusi mendefinisikan, 366; dan persyaratanpersyaratan untuk menggunakan buku biru, 377; alasan-alasan mahasiswa untuk, 365 Kegiatan belajar kelompok formal: menangani kekhawatiran mahasiswa dan pengajar tentang, 214; kegiatan-kegiatan yang dipilih untuk, 207. Lihatlah juga kegiatan-kegiatan khusus Kegiatan belajar kelompok informal: contoh-contoh dari, 220; strategi-strategi umum untuk memanfaatkan, 220; teknik untuk bertukar pendapat dalam, 229 Kegiatan luar kelas, sebagai motivasi untuk kinerja mahasiswa, 77 Kegiatan pembelajaran kolaboratif, dalam kelas yang beragam, 65 Kejujuran akademik: mengembangkan iklin ruang kelas untuk, 367; dan alasan-alasan untuk ujian yang dilewatkan, 408; menangani kecurigaan akan ketidakjujuran, 367; dan kebijakan institusi, 366; dan pernyataan kepemilikan hak cipta, 474; langkah-langkah untuk meningkatkan, 545; dan pemahaman mahasiswa tentang norma-norma akademik 368 Kelompok Buzz, penjelasan tentangnya, Keragaman dalam kelas. Lihatlah Ruang kelas yang beragam dan inklusif. Kelas yang beragam dan inklusif: pemberian saran dan pembimbingan dalam, 59; masalah-masalah tugas dan ujian dalam, 69; mengkomunikasikan dan menumbuhkan rasa hormat dalam, 61; kompleksitas dalam, 29; isi dan materi perkuliahan dalam, 30; contoh-contoh interaksi yang seimbang dengan para mahasiswa di dalam, 119; dan informasi tentang perbedaan budaya dan kelompok, 329; interaksi dengan identitas mahasiswa yang beragam dan berubah dalam, 61; pendekatan pedagogik dalam, 194; pertanyaan-pertanyaan untuk mengeksplorasi sikap dan perilaku dalam,233; bereaksi terhadap komentar yang menyakitkan atau tidak peka di dalam, 579; strategi-strategi untuk, 585; istilah (terminologi) untuk kelompok-kelompok etnis dan budaya tertentu, 28; penggunaan bahasa dan kurikulum inklusif di dalam, 64 Ketidakhadiran mahasiswa, tanggapan pengajar terhadap, 299. Lihat juga Memotivasi mahasiswa untuk menghadiri kelas Komunikasi elektronik: keuntungan dan kerugiannnya, 528; dan saluran belakang di dalam kelas, 533; menetapkan aturan-aturan dasar untuk, 102; menjadwalkan waktu untuk menanggapi pesan-pesan, 400 Kuis. Lihat Kuis-kuis latihan Kuis-kuis latihan: ujian online untuk, 368; mengerjakan soal-soal dari, 174 KWL, penjelasan dan tujuannya, 224

Indeks

Indeks
kebutuhan-kebutuhan mahasiswa Mahasiswa yang masuk kembali ( re-entry ) dan mahasiswa pindahan (transfer): karakteristik dari, 88; menciptakan hubungan dengan kehidupan kampus dan pengajar untuk, 90; strategi-strategi umum untuk bekerja dengan, 89; hambatan-hambatan logistik dari, 89; dan dinamika kelas yang terdiri dari beragam usia (mixed-age), 89; veteran yang kembali sebagai, 91; dan pengarahan diri, 70; dan praktik-praktik serta gaya-gaya pengajaran, 290 Materi-materi perkuliahan: dalam kelas yang beragam dan inklusif, 544; pemilihannya, 544 Memotivasi mahasiswa: dan mengurangi penekanan pada nilai, 237; contoh faktor-faktor dari, 237; umpan balik dan saran untuk, 261; dan praktik pengajaran sehari-hari yang baik, 294; antusiasme dan strategi-strategi pengajar untuk, 294; di awal semester, 298; cara-cara untuk mempertahankan motivasi, 295 Memotivasi mahasiswa untuk membaca, bimbingan dan tugas-tugas khusus untuk, 299 Memotivasi mahasiswa untuk menghadiri kelas: dampak-dampak potensial dari webcasting dan podcasting pada, 300; insentif/hadiah khusus untuk kehadiran, 301; dan variabel-variabel yang terkait dengan kehadiran, 481 Mencatat: keuntungan dan kerugian dari, 33; dan penggunaan papan tulis oleh pengajar, 56; dan publikasi dari catatan pengajar, 60; teknik-teknik dan strategi-strategi untuk meningkatkan, 135 Mengajukan pertanyaan: mengevaluasi ketrampilan Anda untuk, 126; strategi-strategi umum dan saran-saran untuk, 125; strategi-strategi menggali (probing) dalam, 131; menanggapi reaksi mahasiswa, 495 Metode-metode pengajaran: memilih, 505; memotivasi dampak dari keragaman dalam, 174 Model VARK untuk pembelajaran informasi baru, 290

599

P
Paket perkuliahan: silabus dan, 33; tips-tips untuk penggunaannya, 33 Papan putih interaktif: keuntungan dan kerugian dari, 460; dijelaskan, 460; tips-tips praktis untuk, 463; kemampuan multimedia dari, 464; penggunaan dari, 464 Papan tulis kapur dan papan tulis putih: keuntungan dan kerugian dari penggunaannya, 460; membuat serangkaian lembar transparansi untuk, 471; mengevaluasinya, 471; tips-tips praktis dalam menggunakannya, 463; proyektor overhead digunakan sebagai, 470; jenis-jenis penggunaan untuk, 463; dan penguatan penglihatan (visual), 466. Lihatlah juga Papan putih interaktif Pembaca, mempertahankan kualitas pengajaran tanpa, 58 Pembagian berkas antar teman ( peer-to-peer file sharing), definisi dan penggunaannya, 199 Pembagian multimedia ( multimedia sharing ), penjelasan dan penggunaannya, 199 Pembelajaran berbasis masalah ( problem-based learning): definisi dan contoh dari, 229; bentukbentuk dari, 229; dampak-dampak positif dari, 299 Pembelajaran berbasis keingintahuan yang dibimbing (guided inquiry), penjelasannya, Pembelajaran berbasis keingintahuan yang dibimbing dengan orientasi proses (process-oriented guided inquiry learning/POGIL), kerja kelompok kecil dalam, 230 Pembelajaran berbasis keingintahuan yang terstruktur (structured inquiry), penjelasan tentang, 229 Pembelajaran berbasis kelompok, sebagai kegiatan belajar kelompok formal, 204 Pembelajaran berbasis proyek, jenis-jenis dari, 231 Pembelajaran dengan praktik. Lihatlah Latihan pelayanan Pembelajaran nyata, gambaran dan penerapannya, Pembelajaran mahasiswa: kesempatan belajar aktif untuk, 90; dan saran tentang bagaimana untuk belajar, 69; dan teori muatan kognitif tentang usaha mental, 278; dalam konteks tantangan dunia nyata, 279; dan kontekstualisasi dari informasi baru, 273; dan cara-cara yang ebrbeda untuk pembelajaran dan pemrosesan informasi, 82; membantu mahasiswa mengembangkan strategi-strategi untuk,182; memasukkan prinsip-prinsip dan praktik-praktik berdasar penelitian untuk, 182; dan penyajian materi yang bermakna, 288; mencatat dan, 310; dan pengetahuan serta pengalaman sebelumnya (prior knowledge), 168; dan penyimpanan serta

L
Laptop, penggunaan di ruang kelas dari, 266 Latihan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, dalam kelompok-kelompok informal, Latihan pelayanan: dalam perkuliahan akademik dengan komponen lapangan atau pelayanan, 247; mengukur dan mempersiapkan mahasiswa untuk, 267; intrakurikuler, 247; kegiatan pelayanan masyarakat dalam, 247; perkuliahan, dampak-dampak positif dari,159; penjelasan tentang, 159; peran pengajar dalam, 253; strategi-strategi umum untuk menciptakan dan mengajarkan, 248; masalah-masalah hukum dalam, 251; mengorganisasikan kesempatan untuk, 250; sumber daya untuk, 250; evaluasi mahasiswa dalam, 254; dan fase perkembangan dari pengalaman lapangan mahasiswa, 254 Lingkungan belajar pribadi, definisi dan aplikasi dari, 200 Lingkungan kelas, menciptakan suasana positif dalam, 60 Lingkungan kolaborasi dan pembelajaran: sebagai sistem kampus sumber terbuka, 35; alat-alat yang tersedia dalam, 35

M
Mahasiswa berkebutuhan khusus: strategi-strategi untuk merancang situs Web yang dapat diakses, 40; teknik-teknik pembelajaran yang bebas hambatan untuk, 78; dan pengukuran resiko tingkah laku, 84; pengaturan partisipasi kelas untuk, 81; dan silabus perkuliahan, 434; memastikan akses fisik untuk, 77; bentuk dan rancangan ujian untuk, 83; strategi-strategi umum untuk menanggapi, 75; implementasi penyesuaian yang sesuai untuk, 75; pengaturan perkuliahan di laboratorium untuk, 83; sumber-sumber dukungan akademik tambahan untuk, 76; pilihan istilah untuk, 80; menguji penyesuaian untuk, 82; dan jenis kebutuhan khusus, 74; dan prinsip-prinsip rancangan universal yang digabungkan ke dalam perkuliahan, 22 Mahasiswa pindahan (transfer). Lihat Mahasiswa yang masuk kembali (re-entry) dan mahasiswa pindahan (transfer) Mahasiswa yang beragam secara akademik: dan dorongan untuk mahasiswa-mahasiswa terbaik, 88; strategi-strategi umum untuk pengajaran, 89; mengawasi pembelajaran, 95; menyusun perkuliahan untuk 323; dan memperjuangkan
598

N
Nama para mahasiswa, strategi-strategi untuk pembelajaran, 60

O
Observasi pengajaran dalam kelas: dan pengkajian kolaboratif oleh rekan (peer review), 505; oleh kolega atau konsultan pengembangan tenaga pengajar, 505; sebagai kesempatan untuk refleksi diri, 514; perencanaan dan tindak lanjut untuk, 225

600
penerapan/aplikasi informasi, 168; mandiri (self-regulated), 282; strategi-strategi untuk meningkatkan perkembangan intelektual, 274; dan struktur untuk mahasiswa dalam kuliah pengantar, 433; dampak rancangan ujian terhadap, 380 Pembicara tamu: menjadi tuan rumah sang pembicara, 267; persiapan untuk menjadi pembicara tamu, 266, 267; persiapan pembiacara dan mahasiswa, 267; strategi-strategi untuk mengundang, 265; melalui publikasi web (webcast), 268 Pembuatan ujian/tes: untuk perkuliahan kelas besar, 204; dan pengawasan metakognitif, 282; panduan online untuk, 337; dan meminta pertanyaan ujian dari mahasiswa, 392 Pemikiran di tingkat yang lebih tinggi (higher-order thinking), ujian berupa uraian/essai sebagai pengukur dari, 244 Penanda buku ( bookmarking) dan pemberi label (tagging) sosial, penggunaan pada pengajaran, 193 Pencampuran data ( data mashup ), definisi dan penggunaannya, Penelitian tingkat sarjana: keuntungan untuk mahasiswa dan pengajar dalam, 258; dan bimbingan karir, 251; merancang pengalaman yang berharga untuk, 259; mengidentifikasi dan merekrut mahasiswa untuk, 205; pendampingan dan pembimbingan dalam, 258; mempublikasikan atau menyajikan.mempresentasikan karya mahasiswa, 187; saransaran untuk merancang kesempatan dan merekrut mahasiswa untuk, 258 Pengajaran berbasis keingintahuan (inquiry-based), penjelasan dan penggunaan dari, 229 Pengajaran tepat pada waktunya, untuk pengukuran hasil belajar mahasiswa secara informal, 306 Pengawasan metakognitif, dan persiapan ujian, 401 Pengukuran hasil pembelajaran secara informal: dan pengukuran formatif untuk memeriksa pemahaman, 203; pertanyaan-pertanyaan dan diskusi tentang, 308; tugas-tugas tema mikro untuk, 308; teknologi dan sumber-sumber untuk, 310; tanggapan tertulis dalam, 310 Penilaian, berdasarkan norma: dan model statistik kurva normal/lonceng, 448; pendekatan penilaian berdasarkan kurva, 448; arti dari nilai huruf dalam, 450 Penilaian, berdasarkan standar: berdasarkan jarak dalam persebaran skor, 451; dan pencapaian tujuan perkuliahan, 446; kelebihan dan kelemahan dari pendekatan, 446; menilai berdasarkan standar mutlak dalam, 449; nilai huruf dalam, 450; model-model dari, 289; menetapkan standar untuk, 295; dan

Indeks
penguasaan mahasiswa terhadap materi, 413 Penilaian: kontrak, 451; menerjemahkan nilai ke skor angka, 451; menciptakan skor gabungan untuk, 451; menangani kekecewaan dan permintaan mahasiswa tentang, 565; standar jurusan/ departemen untuk, 575; menghindari kesalahan persepsi tentang, 23; meniadakan pertimbangan non-akademik dari, 433; penjelasan dari kriteria untuk, 350; kebijakan nilai tambahan dalam, 330; akhir, menghitung dan memberikan, 433; dan inflasi nilai, 437; dan tingkatan penilaian, 437; tugas rumah, 369; dalam model-model hibridam dasar untuk memberikan nilai dalam, 449; dan nilai serta asumsi pengajar, 65; kebijakan pengumpulan tugas yang terlambat dalam, 360; meminimalisir keluhan tentang, 434; penilaian oleh diri sendiri dan oleh teman (peer), dalam, 449; kebijakan tentang nilai yang tidak lengkap, 440; tujuan dari, 356; dan hubungan antara nilai dengan keberhasilan karir, 435; menghargai lawan mengabaikan usaha dalam, 69; memilih sistem untuk, 51; dan pengembangan mahasiswa, 69; dan penilaian mahasiswa, 69; saran-saran untuk, 94; taktik dan kebijakan dalam, 438; dan jenis perkuliahannya, 444; bobot ujian akhir dalam, 408; dari tugas tertulis, 372 Penilaian berdasarkan kriteria. Lihat Penilaian, berdasarkan standar. Penilaian berdasarkan tugas. Lihat Penilaian, berdasarkan standar. Peningkatan ketrampilan-ketrampilan penulisan: strategi-strategi umum untuk, 220; latihanlatihan dalam kelas untuk, 220; sumber-sumber untuk meningkatkan, 335; pengkajian dan penilaian yang selektif dari tulisan mahasiswa untuk, 329; dan ketakutan mahasiswa tentang penulisan akademik, 324; dasar-dasar pengajaran untuk, 324; dan teknik-teknik untuk memasukkan kegiatan menulis dalam perkuliahan, 323; dan pernyataan tesis, 325; menggunakan pembahasan oleh teman (peer), 326; manfaat dari perbaikan/revisi dalam, 328; dan menulis sebagai proses untuk memperjelas pemikiran/ide, 327; penggunaan Kalkulator Tugas untuk, 325 Peningkatan pengajaran dan pembelajaran: mengumpulkan kelompok-kelompok terfokus untuk, 493; strategi-strategi umpan balik dini untuk, 513; bentuk-bentuk untuk memberikan umpan balik tentang, 533; metode-metode untuk mengevaluasi, 568; umpan balik yang bermakna tentang, 488; dan evaluasi lisan dengan mahasiswa, 491; menanggapi umpan balik dari mahasiswa, 494; memilih teknik-

Indeks
teknik untuk, 487; dan evaluasi diri, 577; kelompok penghubung mahasiswa untuk, 493; dan pertanyaan-pertanyaan kuesioner mahasiswa, 489; video dan evaluasi oleh kolega yang digunakan untuk, 495; pendapat tertulis tentang, 489. Pengkajian oleh Peer yang Terstandarisasi (Calibrated Peer Review) Penyampaian ceramah: menangkap minat mahasiswa dalam, 159; strategi-strategi penutupan untuk, 152; persiapan emosional untuk, 158; strategistrategi umum untuk, 157; menguasai teknikteknik untuk, 163; persiapan pembukaan untuk, 158; saran-saran untuk mengembangkan,165 Perilaku di kelas: dan keluhan melalui dunia maya (cyber), 71; dan perilaku pengajar, 71; dan reaksi pengajar terhadap peristiwa tragedi, 71; panduan untuk perilaku yang dapat diterima dalam, 68; menangani pelanggaran dalam, 69; strategi-strategi dalam menjaga keteraturan dalam, 377 Perkuliahan kelas besar: kegiatan yang melibatkan seluruh kelas dalam, 181; membantu pemahaman mahasiswa dalam, 168; menganggarkan waktu untuk diskusi informal dalam, 44; pengaturan topik-topik dalam, 43; menumbuhkan rasa kebersamaan dalam, 56; menyampaikan penjelasan yang jelas di dalam, 68; melibatkan mahasiswa dalam, 77; menilai tugas-tugas tanpa pembaca dan asisten pengajar di, 186; diskusi kelompok besar dalam, 183; mempertahankan kualitas pengajaran dengan sumber daya yang terbatas dalam, 278; mengatur dan merencanakan, 278; mengawasi kemajuan mahasiswa dalam, 536; pengorganisasian, 143; strategi-strategi personalisasi untuk, 536; persiapan untuk pengajaran, 141; menyajikan poin-poin utama dan contoh-contoh dalam, 151; aturanaturan untuk perilaku mahasiswa dalam, 152; kelompok-kelompok kecil untuk diskusi dan pemecahan masalah dalam, 144; interaksi pengajar dan mahasiswa dalam, 65; teknologi untuk perancangan ulang perkuliahan, 185; jenis-jenis penilaian dalam, 185; penggunaan pengulangan dan penguatan dalam, 170; dan kebijakan daftar tunggu, 152. Lihatlah juga Penyampaian ceramah; Ceramah Permainan video (video game) dan dunia virtual: kegiatan perkuliahan dalam, 244; sebagai alat pembelajaran yang efektif, 439 Pernyataan tesis, membantu mahasiswa untuk memahami, 386 Pertanyaan: tingkat dan jenis pertanyaan, 503; jawaban singkat, 533. Lihatlah juga Mengajukan

601
pertanyaan; Pertanyaan mahasiswa Pertanyaan mahasiswa: sulit, menangani, 553; rutin, menanggapi, 572; strategi-strategi untuk memetakan, 585 Pertukaran akademik secara online, contoh dan penggunaan-penggunaanya, 200 Pesan melalui surat elektronik (e-mail): keuntungan dan kerugiannya, 528, 531; menanggapi, 532; langkah-langkah untuk mengurangi, 530; pilihan mahasiswa untuk, 557; tips-tips untuk mengirimkan,530 Pesan instan: penjelasan tentang, 533; sebagai mekanisme pendukung akademik, 50 Pesan singkat: untuk mengadministrasikan kuis ya-tidak singkat, 317; penjelasan tentang, 316; sebagai mekanisme pendukung akademik, 317; tips-tips untuk penggunaan dalam ruang kelas, 317 Peta konsep, penjelasan dan penggunaannya, Peta pikiran (mindmap), penjelasan dan penggunaan dari, 222 Piranti lunak untuk kegiatan blog, dan tugas tertulis mahasiswa, 268 Piranti lunak untuk mencocokkan teks, dan pendeteksian plagiarisme, 374 Plagiarisme: dan larangan tentang alat-alat elektronik, 374; pendeteksian dari, 374; mendefinisikan, 374; memberikan kuis-kuis dan tugas-tugas tentang, 391; kebijakan institusi mendefinisikan tentang, 366; dan pendaurulangan oleh mahasiswa serta plagiarisme diri sendiri, 368; cara-cara untuk mendeteksi dan mencegah, 374 Podcast, tips-tips untuk memilih atau menciptakan, 317 Portofolio. Lihatlah Portofolio pengajaran Portofolio kerja: pemilihan materi perkuliahan untuk, 352; contoh-contoh perwakilan dari pembelajaran mahasiswa dalam, 494; komponen penilaian diri dalam, 509, 510 Portofolio pengajaran: penjelasan dan penilaian, 514; elektronik, pembuatan dari, 514; strategistrategi umum untuk, 509; tujuan-tujuan dan jenis-jenis, 512; sumber-sumber untuk, 516; contoh-contoh keberhasilan dan kegagalan dalam, 550; untuk pengumpulan tugas tertulis, 514. Lihat juga Portofolio presentasi; Portofolio kerja Portofolio presentasi: dan pertimbangan evaluasinya, 514; materi-materi untuk menunjukkan kontribusi/sumbangan Anda pada pengajaran dalam, 514; pengkajian oleh rekan ( peer review), Presentasi PowerPoint : menghindari masalahmasalah umum terkait, 579; tips-tips praktis

602
untuk menggunakan, 482; mempersiapkan, 480; pandangan-pandangan yang mendukung dan mengkritik tentang, 481; penggunaan yang selektif dari, 482; dampaknya pada pembelajaran mahasiswa, 482 Prosedur keamanan dan situasi darurat, 523 Proses pengaduan keluhan mahasiswa, 71 Prosedur penyelesaian keluhan dan pelecehan seksual, 544 Proyek jigsaw, penjelasan dan penggunaannya, 223 Proyektor dengan pemrosesan cahaya dijital/DLP (digital light processing), Proyektor LCD (liquid crystal display/tampilan kristal cair), 468 Proyektor overhead: keuntungan dan penjelasan dari, 470; dan transparansi (lembaran bening) yang disiapkan, 471; jenis-jenis dari, 470; digunakan sebagai papan tulis

Indeks
dan penggunaannya, 201 Rekaman video dan klip: dan pengalaman menonton aktif, 477; ketersediaan dari, 477; dan menonton terlebih dulu isi, 477; dan materi yang dilindungi hak cipta, 476; tips-tips praktis untuk penggunaan, 478; strategi-strategi untuk menstimulasi diskusi dalam ruang kelas dengan, 476 Rekaman video dari pengajaran: membuat tabel tentang frekuensi dan jenis interaksi dalam kelas, 501; mempersiapkan, 499; daftar pengingat (checklist) observasi diri untuk, 502; menayangkan dan menganalisa, 266 Rubrik, mengevaluasi karya tertulis mahasiswa dengan, 346

Indeks
tegis-strategi umum untuk mengajarkan, 235; menyiapkan dan melaksanakan,237 Surat rekomendasi: isi dan bentuk dari, 585; dan tindak lanjutnya, 586; pentingnya memperinci, 588; pengumpulan secara online dari, 590; hakhak mahasiswa terkait, 91; disesuaikan untuk pekerjaan atau program akademik tertentu, 587; permintaan pihak ketiga untuk, 537 Tujuan-tujuan perkuliahan, diskusi tentang, 63

603

U
Ujian: meredakan kecemasan mahasiswa terhadap, 397; bentuk-bentuk alternatif dari, 403; membeli informasi selama ujian berlangsung, 404; kekhawatiran untuk mengadministrasikan, 402; menciptakan butir-butir soal untuk, 384; kumulatif, 392; alasan-alasan untuk melewatkan, 388; bentuk-bentuk dari, 388; empat fungsi utama dari, 383; mencegah keluhan-keluhan yang paling umum tentang, 399; membantu mahasiswa mengembangkan strategi-strategi belajar untuk, 397; dan pembelajaran dalam kelompok-kelompok, 204; pengganti, pengaturan, dan pilihanpilihan untuk, 407; mengukur jangkauan ketrampilan dalam, 407; meminimimalisir kesempatan untuk berbuat curang dalam, 391; dan nilai ujian pilihan ganda, 403; dan nilai sebagian, 403; penggunaan secara berkala dan rutin dari, 398; perencanaan untuk tindak lanjut dan tindakan darurat dalam, 402; mempersiapkan mahasiswa untuk, 402; menanggapi kinerja keseluruhan kelas dalam, 445; membahas jawaban dengan mahasiswa, 369; mengembalikan dan mendiskusikan hasil, 406; strategi-strategi dan tips-tips belajar mahasiswa untuk, 400; dan penjelasan mahasiswa tentang tanggapan atau jawaban mereka, 327; dan kuis kejutan/mendadak, 399; dan pendekatan-pendekatan pengujian, 406; dan saran-saran pengujian, 406; jenis-jenis, 386; validitas dan reliabilitas dalam, 384 Ujian berpasangan, penjelasan tentang, 490 Ujian buka buku (open-book), kinerja mahasiswa dalam, 491 Ujian dengan respons terpilih: saran dalam mengerjakan, 413; untuk mengukur penguasaan dari konsep-konsep yang kompleks, 413; strategi-strategi pengajar untuk, 413; analisis soal (item analysis) untuk mengevaluasi, 421; penilaian dengan mesin dan penilaian oleh diri sendiri dari, 421 Ujian jawaban singkat, batasan waktu dalam menilai, 425 Ujian jenis persediaan (supply-type test), dibandingkan ujian respons terpilih, 413 Ujian kelompok, keuntungan dan penggunaannya, 389 Ujian lisan (oral), bereksperimentasi dengan, 387 Ujian mencocokkan: penjelasan tentangnya, 386; penyusunan butir soal dalam, 392; penggunaannya, 386

T
Tata perilaku profesional: dan etika perilaku yang sesuai, 544; dan prosedur penyelesaian keluhan dan pelecehan seksual di kampus, 544; dan hubungan romantis atau seksual antara pengajar dan mahasiswa, 544 Tayangan slide (Slide show): kekurangan utama dari, 473; dan pengkonversian (pengubahan) slide fotografik menjadi dokumen-dokumen dijital, 474; undang-undang hak cipta tentang, 474; tips-tips praktis untuk, 474; menempatkan dan menciptakan slide , 474; dan beragam penggunaan imej, 475 Teknologi-teknologi komunikasi dijital, pencampuran dari, 529 Teknologi-teknologi presentasi, pentingnya mempertahankan kontak mata dalam penggunaan, viii. Lihatlah juga jenis-jenis khususnya. Telpon multifungsi, penggunaan oleh mahasiswa, 317 Tema-tema mikro (uraian/essai): definisi dan contoh-contoh dari, 339; saran-saran untuk penulisan, 324 Tugas-tugas penambah nilai, contoh-contohnya, 36 Tugas-tugas kelompok, dalam kelas yang beragam, 61 Tugas-tugas rumah: keuntungan-keuntungan dari meyerahkannya, 95; mengumpulkannya, 360; strategi-strategi umum untuk, 355; dan persiapan rangkaian permasalahannya, 356; dan penelitian tentang pemecah masalah yang baru dan ahli, 357; mengkaji ulang, 323; untuk memecahkan serangkaian permasalahan, 357; mengajarkan ketrampilan memecahkan masalah, 358; jenis-jenis tugas, 355. Lihatlah juga Penilaian Tugas yang terlambat, kebijakan perkuliahan tentang, 434 Tulisan mahasiswa, dalam pengukuran formatif, 306. Lihat juga Rancangan tugas menulis; Peningkatan ketrampilan menulis; Evaluasi tugas tertulis Tulisan satu menit, sebagai alat memeriksa pemahaman mahasiswa, 306 Tujuan pembelajaran: taksonomi dan kerangka untuk, 289; tips-tips untuk menulis, 283

S
Sel pembelajaran, penjelasan dan penggunaannya, 222 Sesi pembahasan ulang (review): merencanakan dan melaksanakan, 563; dan ujian praktik, 564; menyediakan penutup untuk, 565; tujuan dan hasil dari, 563 Silabus. Lihat Silabus perkuliahan Silabus perkuliahan: komprehensif: komponenkomponen dari, 30; menyusun, 22; bentuk dan contoh-contoh dari, 22; informasi tentang integritas akademik di dalamnya, 253; untuk kuliah pengantar, 433; memotivasi penggunaannya, 437; pembuatannya secara online, 373; tujuan dari, 433; strategi-strategi untuk menyiapkannya, 433; hasil karya mahasiswa, 374; memperbaharuinya, 433 Simulasi: penggunaan dalam ruang kelas dari, 193; sebagai alat menempatkan ( hosting ) perkuliahan, 214; jenis-jenis dari, 242. Lihatlah juga jenis khususnya Sindikasi Sangat Sederhana (Really Simple Syndication/ RSS), penggunaan dari, 197 Sindikasi web, penggunaan dalam pengajaran, 197 Sistem manajemen pembelajaran: fitur buku nilai elektronik dari, 445; contoh-contoh dari, 445; rancangan tugas sebelum dan sesudah (pra dan pasca) perkuliahan, 369; piranti lunak (software) untuk menciptakan sumber-sumber untuk perkuliahan kelas besar, 374; dan survei-survei mahasiswa, 365 Situs-situs jejaring sosial, untuk meningkatkan pembelajaran dan motivasi, 383 Strategi mengirimkan suatu permasalahan, sebagai kegiatan belajar kelompok informal, 178 Studi Kasus: pemilihan kasus dalam, 236; rangkuman dan evaluasi dalam, 239; menciptakan kasus untuk, 239; didefinisikan sebagai, 238; stra-

R
Rancangan atau revisi perkuliahan: keterkaitan dari elemen-elemen perkuliahan di dalamnya, 22; kebijakan kelas dan, 22; berfokus pada hasil pembelajaran dalam, 26; mengidentifikasi tujuan terkait isi maupun tujuan tidak terkait isi dari, 449; kerangka pembelajaran untuk, 427; pengumpulan informasi awal dalam, 22; dan prinsip-prinsip untuk meningkatkan pembelajaran dan pengembangan mahasiswa, 46; memilih buku ajar dan materi perkuliahan untuk, 339; dan karakteristik mahasiswa, 569; jenis-jenis informasi untuk dimasukkan di dalamnya, 28; prinsip-prinsip rancangan universal dan, 22 Rancangan pengajaran universal, dan mahasiswa berkebutuhan khusus Rangkaian permasalahan: memberikan dan menilai tanpa pembaca dan asisten pengajar mahasiswa pascasarjana, 58; sebagai ujian yang dibawa pulang ( take-home test ), 388; waktu yang diberikan untuk menyelesaikan, 26 Rancangan tugas menulis: dan sumber-sumber penulisan alternatif, 337; dari tugas-tugas mendefinisikan suatu tugas, 338; dan penyebaran informasi penting tentang, 333; saransaran umum untuk, 333; kebijakan tentang sumber-sumber, 326; dan skenario yang realistis, 34; dari penelitian atau makalah akhir semester, 325; dan ketrampilan-ketrampilan meneliti mahasiswa, 334; penggunaan penelitian dalam perpustakaan elektronik dan internet, 326; penggunaan jurnal-jurnal atau catatan-catatan belajar dalam, 341 Rancangan yang dibimbing (guided design), penjelasan

604
Ujian online: mahasiswa mengeluh tentang, 391; digunakan untuk menyediakan kuis-kuis latihan, 391 Ujian praktik, penjelasan dan penggunaannya, 388 Ujian pengganti, 407; pengaturan dan pilihan-pilihan untuk, 407 Ujian pilihan ganda: menyusun butir-butir soal ujian untuk, 392; penjelasan tentang, 386; konsistensi tata bahasa dalam, 348; menebak dalam, 386; jenis-jenis pertanyaan dalam, 386 Ujian uraian panjang ( essay ): keuntungan dan kerugiannya, 387; tugas-tugas yang sesuai untuk, 387; mengevaluasi dan menilai, 428; sebagai ukuran dari tingkat pola pikir yang lebih tinggi (higher order thinking), 425; langkahlangkah untuk penilaian oleh asisten pengajar, 428; mengembalikan dan mengkaji, 400; daftar saran menghadapi ujian untuk, 211; tips-tips untuk membaca, 230; variasi dalam, 230; menulis pertanyaan-pertanyaan yang efektif untuk, 427 Ujian yang berdiri sendiri, untuk pengujian berkelompok, 389 Ujian yang dibawa pulang (take-home test), rancangan dari, 388

Indeks
Uji konsep (ConcepTest), penggunaannya, 221 Umpan balik mahasiswa, jadwal untuk mengumpulkan, 46

V
VARK, Lihat Model VARK untuk pembelajaran, 291

W
Web 2.0: kesempatan dan tantangan pendidikan yang disebabkan oleh, 194; strategi-strategi umum untuk, 193; integrasi strategi-strategi untuk, 193; konsep-konsep utama dari, 281; aplikasi contoh dari, 195; dan teknologi-teknologi yang berdasarkan prinsip-prinsip pedagogik, 194 WebQuest, penjelasan dan penggunaan dari, 223 Wes Accessibility Initiative (WAI), 79 Wiki: keuntungan dan kerugian dari hasil penciptaan kolektif dalam, 196; proyek-proyek yang biasa untuk, 196

You might also like