You are on page 1of 24

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Singosari, 2009). Mengingat banyaknya manfaat yang terkandung dalam tanaman jagung maka menjadi peluang sendiri bagi dunia pemasaran dalam mendistribuskan benih-benih unggul tanaman jagung yang sekarang banyak dicari para petani pemuliaan tanaman. Namun dalam setiap jenis tanaman mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri dalam setiap jenisnya sehingga upaya untuk menyatukan keunggulan tanaman dari masing-masing Janis melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Dalam hal ini jenis tanaman jagung yang akan dikawin silangkan yaitu jenis jagung bonanza yang mempunyai rasa manis namun bertongkol pendek dengan jagung paramita yang bertongkol panjang dan bernas. sehingga diharapkan akan diperoleh tanaman jagung yang mempunyai sifat bertongkol panjang, manis dan bernas (Singosari, 2009). Jakarta (ANTARA) badan pusat statistic(BPS) memperkirakan produksi jagung pada tahun 2012 mencapai 19,38 juta ton pipilan kering, meningkat 1,37 juta ton atau 9,83% di banding realisasi produksi 2011 yang sebanyak 17,64 juta ton.

Peningkatan produksi jagung di perkirakan karna adanya pertambahan areal panen seluas 95,22000 hektar atau 3,44%, dan kenaikan produktifitas

sebesar 3,28 kuintal perhektar atau melonjak 7,19%. Menurut Suryamin, kenaikan produksi jagung tahun 2012 adalah angka sementara (asem), yaitu merupakan realisasi produksi selama satu tahun ( januari-desember), tetapi belum final karna mengantisisipasi kelangkaan laporan ia menjelaskan, kenaikan produksi jagung di dorong sejumlah faktor antara lain, aplikasi teknologi pertanian kemuditas jagung, penggunaan bibit unggul, system pengolahan lahan yang sudah lebih baik, serta keberhasilan program bantuan langsun benih unggul(BLBU) jagung hibrida kepada petani. Di jelaskan, peningkatan produksi tersebut terjadi di daerah jawa sebesar 1,24 juta ton, dan di luar jawa sebesar 0,49 juta ton. Luas panen jagung secara naisional pada tahun2012 mencapai 3,96 juta hektar sementara luas panen pada tahun 2011 mencapai 3,86 juta hektar. Menurut BPS, peningkatan produksi jagung tahun 2012 tertinggi terjadi di nusa tenggara barat sebesar 40,66%, selanjutnya di nusa tenggara timur sebesar 19,97%, jawa timur 15,64%, dan jawa tengah 9,70%. Adapun penurunan produksi jagung tertinggi terjadi di Sulawesi tengah yang mencapai 12,64%, disusul sumatera selatan 10,66%, dan lampung 4,18%. BPS juga menyebutkan bahwa pola panen jagung tahun 2012 relatif sama dengan pola panen tahun 2010 dan 2011, dengan pucak panen biasanya terjadi pada bulan februari.

1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan diadakannya praktikum pemuliaan ini adalah : 1. Untuk memberi pembelajaran kepada mahasiswa tentang teknik budidaya jagung. 2. Agar mahasiswa mampu mengetahui teknik persilangan tanaman jagung. 3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses persilngan pada tanaman jagung.

4. Untuk mengetahui hasil persilangan tanaman jagung antara varietas bonanza dan varietas paramita.

1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat diadakannya praktikum pemuliaan tanama ini adalah: 1. 2. Agar mahasiswa mengetahui tehnik budidaya tanaman jagung. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagai mana teknik persilangan tanaman jagung (Zea mays L), yaitu jagung manis dan jagung pulut. 3. Mahasiswa mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi proses persilangan tanaman jagung. 4. Agar mahasiswa mengetahui hasil teknik persilangan tanaman jagung.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Tanaman Jagung 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi a. Klasifikasi Jagung Menurut Singosari (2009), klasifikasi tanaman jaagung adalah sebagai berikut: Kerajaan Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Poales : Poaceae : Zea : Zea. mays L

b. Morfologi Jagung Menurut Singosari (2009) Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu,

dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. (Singosari, 2009). Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. (Singosari, 2009) a. Batang Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting dan mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat tertentu, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf. 1. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop). 2. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas. 3. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. 4. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda. Batang tunggal, berbentuk silinder, panjang dan ditutupi dengan upih daun dan mempunyai buku yang lebih rapat dekat pada pangkal. Daun tirus dan panjang dengan urat yang selari. a. Daun Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena

tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Rambut jagung (jambak bunga jantan) yang terdapat di hujung batang pokok menghasilkan biji-biji debunga sebelum bunga betina matang. Tongkol yang terdapat di ketiak daun pokok matang mengandungi biji benih jagung. b. Bunga (flos) Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae,"tumbuhan berbiji

tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret. c. Buah Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. 2.1.2 Syarat Tumbuh a) Iklim Menurut kartasapoetra (2000) Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperature rata-rata antara 14 30o C pada daerah dengan ketinggian sekitar 2200 m dpl, dengan curah hujan sekitar 600 1200 mm/tahun yang terdistribusi rata selama musim tanaman. b) Suhu Menurut Nurmala (1994) Suhu optimal untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24 25o C. Suhu optimal yang diperlukan untuk perkecambahan jagung adalah 30 32o C, untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30o C. Intensitas radiasi matahari sangat diperlukan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan sifat tanaman jagung sebagai golongan tanaman C4. Sebaiknya jagung mendapat cahaya matahari yang langsung tanpa adanya ruangan.

c) Curah hujan Menurut Rubatzky dan Yamaghuchi (1999) Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah sekitar 100 200 mm/bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 125 mm/bulan dengan distribusi yang merata. Angin dibutuhkan tanaman jagung untuk membantu proses penyerbukan. Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi pertumbuhannya selanjutnya maupun bagi pertumbuhannya (Kartasapoetra, 1988). d) Tanah Menurut Sutarya dan Grubben (1995)Tanaman jagung dapat ditanam di dataran rendah atau di dataran tinggi sampai ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Jagung yang diusahakan di dataran tinggi biasanya berumur lebih panjang daripada jagung yang diusahakan di dataran rendah. Tanaman ini juga tidak terlalu menuntut jenis tanah yang khusus untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah yang mengandung kadar lempung sedang, disertai dengan drainase yang baik serta banyak mengandung bahan organik yang tinggi adalah cocok untuk tanaman jagung. Keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar antara 5,5 6,8. Tanaman jagung yang ditumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu asam akan memberikan hasil yang rendah Menurut Sutarno (1995) Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi pertumbuhannya selanjutnya maupun bagi pembuahannya. Demikian pula keadaan yang terlalu basah tidak menguntungkan tanaman karena cenderung dapat mengandung berbagai penyakit tanaman Menurut Kartasapoetra (1988) Tanaman jagung dapat ditanam di dataran rendah atau di dataran tinggi, keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar antara 5,5 sampai 6,8

Menurut Nurmala ( 1994).

Macam- macam

tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah alluvial atau lempung yang subur,

terbebas pengairannya karena tanaman jagung tidak toleran pada genangan air Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah, akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya humus, mempunyai aerasi dan drainase yang baik.

2.1.3 Teknik Budidaya Menurut Baihaki (2005), budidaya tanaman jagung adalah sebagai berikut a) Syarat benih Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam). b) Pengolahan Lahan Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung. c) . Teknik Penanaman 1. Menurut Dahlan (1994) Penentuan Pola Tanaman di kelompokan menjadi beberapa cara a. Tumpang sari (intercropping) Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda) b. Tumpang gilir (Multiple Cropping) Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.

c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping) Pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : Penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. (Dahlan, 1994). 2. Lubang Tanam dan Cara Tanam Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang) 1. Penjarangan dan Penyulaman Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). 2. Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman. 3. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dibuat saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.

4. Pengairan dan Penyiraman Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Dan setelah tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar. e. Hama dan Penyakit 1. Hama a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abuabu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman, tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan, Sanitasi kebun, semprot dengan PESTONA. b. Ulat Pemotong Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: Tanam serentak atau pergiliran tanaman, cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah), Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI. 2. Penyakit a. Penyakit bulai (Downy mildew) Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih, umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi, pada tanaman

dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: penanaman menjelang atau awal musim penghujan, pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan, cabut tanaman terserang dan musnahkan, Preventif diawal tanam dengan GLIO. b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh) Menurut Dahlan, (2004). Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: pergiliran tanaman, mengatur kondisi lahan tidak lembab, Prenventif diawal dengan GLIO c. Penyakit karat (Rust) Menurut Dahlan (2004) Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian, mengatur kelembaban menanam varietas tahan terhadap

penyakit,sanitasi kebun, semprot dengan GLIO (Dahlan, 1994). d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut) Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: mengatur kelembaban, memotong bagian tanaman dan dibakar, benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA (Dahlan, 1994). e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo

matang. Pengendalian: menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih, GLIO di awal tanam f. Panen dan Pasca Panen 1. Ciri dan Umur Panen Menurut Dahlan (2004). Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis. 2. Cara Panen Menurut Bahaki (2005) Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung. 3. Pengupasan Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan. 4. Pengeringan Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering 5. Pemipilan Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung (Dahlan, 1994). 6. Penyortiran dan Penggolongan Menurut Dahlan (2004) Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama. (Dahlan, 1994). 2.1.4 Macam-Macam Jagung Menurut Benyamin (2001), jagung dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: 1. Jagung Pulut Menurut Jugenheimer (2002) di beberapa daerah, jagung pulut (waxy corn) digunakan sebagai jagungrebus karena rasanya yang enak dan gurih. Kandungan

amilopektin padajagung pulut hampir mencapai 100%. Endosperm jagung biasa terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28% amilosa. Hasil jagung pulut umumnya rendah, hanya 2-2,5 t/ha dan tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini pemuliaan jagung pulut belum banyak mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya, padahal permintaan jagung pulut terus meningkat, terutama untuk industri jagung marning. Untuk itu perlu diintrogresikan gen jagung pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar, produktivitasnya lebih tinggi, danmemiliki nilai biologis yang tinggi atau dengan membentuk jagung puluthibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar. 2. Jagung Manis Menurut Hallauer dan Miranda 1981 Jagung manis (sweet corn) umum dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung kukus (steam), terutama bagi masyarakat di kota-kota besar. Jagung ini dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak karena kandungan gulanya tinggi. Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah perubahan gula menjadi pati (Purseglove 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah su2 (standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen standar, sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama atau disebut supersweet. Menurut Straughn (1907) dalam Alexander dan Creech (1977), kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis, bergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih banyak mengandung gula dibandingkan kerutan yang dangkal. 3. Jagung Biomas Tinggi Menurut Tangendjaja dan Gunawan (1988) Kebutuhan hijauan pakan jagung cacah semakin meningkat, terutama di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Sulawesi Selatan telah mengeksporsilase jagung ke Korea Selatan dan Jepang. Korea Selatan mengharapkan impor biomas jagung cacah dari Indonesia sekitar 12 juta/tahun. Untuk biomas jagung cacah, tanaman jagung dipanen pada saat tongkolnya masih muda atau pada saat tanaman berumur 65-75 hari bagi varietas berumur

masak fisiologis 90-110 hari. Tanaman dipanen dengan cara memotong batang pada permukaan tanah, kemudian seluruh bagian tanaman (batang, daun, tongkol muda) dicacah dengan mesin, ukuran cacah sekitar 5,0 cm, kemudian difermentasi menjadi silase. Hasil cacahan juga dapat digunakan langsung untuk pakan ternak dengan kadar total nutrisi tercerna (TNT) 60-75%, protein 11-15%, kaya akan asam amino, mineral, dan lebih disukai oleh ternak Menurut Hallaure dan Miranda (1971) Cara laina untuk memperoleh pakan dari tanaman jagung adalah memangkas daun tanaman di bawah dan di atas tongkol, menjelang masak fisiologis Usaha penyediaan pakan dalam bentuk hijauan yang berasal dari panen jagung sayur (baby corn) dan jagung muda memiliki potensi besar. Jagung yang ditanam dengan populasi 50.000 tanaman/ha memberikan hasil jagung sayur 1,0 t/ha dan hijauan 16,0 t/ha pada umur 52 hari dengan nilai R/C 1,22. Pada umur 70 hari, hasil jagung muda 14,0 t/ha dan hijauan 17,0 t/ha dengan nilai R/C 2,21 (Suhardjono dan Moegijanto 1998). Balitsereal telah meneliti varietas jagung dan populasi tanaman optimum untuk biomas hijauan (jagung cacah). Varietas bersari bebas (komposit) Lamuru dengan populasi 357.142 batang/ha memberikan

biomas segar 120,0 t/ha dan hasil biji 4,1 t/ha dengan nilai R/C 2,8 (Subandiet al. 2004). Pemuliaan jagung untuk menghasilkan varietas dengan bobot biomas

tinggi baru dimulai pada tahun 2005, yang diawali dengan evaluasi daya gabung aksesi plasma nutfah jagung biomas pada populasi 66.666 tanaman/ha. Hasil evaluasi menunjukkan bobot biomas jagung biji putih silang tunggal berkisar antara 90,0-110 t/ha. Silang tunggal MZ-0159 x MZ-0332 memberikan bobot biomas tertinggi (115 t/ha) atau terjadi heterosis sebesar 31% terhadap tetua tertinggi (MZ-0159, dengan bobot biomas 85,0 t/ha). Varietas Srikandi Putih-1 memberikan bobot biomas 71,0 t/ha. Untuk jagung biji kuning, bobot biomas silang tunggal berkisar antara 51,0-72,0 t/ha. Varietas Bima-1 memberikan bobot biomas 72,0 t/ha, dan varietas Sukmaraga 71,0 t/ha (Mejaya et al. 2005).

Perbaikan genetik populasi jagung dapat dilakukan dengan metode seleksi daur berulang, sedangkan pembentukan dan perbaikan galur jagung dengan metode seleksi pedigree atau silang balik (back cross). 4. jagung umur genjah Menurut Subandi et al (2000) Persyaratan utama untuk mendapatkan produktivitas jagung yang optimal pada wilayah pengembangan yang beriklim kering adalah tersedianya varietas unggul umur genjah, benih berkualitas tinggi, dan paket teknologi budidayanya. Sekitar 50% pertanaman jagung terdapat di lahan tegalan dan 10% di lahan sawah tadah hujan yang sering mengalami cekaman kekeringan sehingga memerlukan varietas umur genjah (+80 hari). Varietas jagung berumur genjah diperlukan untuk menyesuaikan pola tanam pada lahan sawah dan pemanfaatan ketersediaan air setelah panen padi. Jagung berumur genjah berpeluang terhindar dari kekeringan sehingga dapat mengurangi risiko kegagalan panen Tanaman jagung pada lahan tegalan sering mengalami kekeringan pada fase pengisian biji. Cekaman kekeringan akan menurunkan hasil biji, bobot tongkol, memperlambat waktu berbunga, dan memperbesar interval berbunga,

memperpendek tanaman, dan meningkatkan jumlah tanaman yang mandul. Vasal et al. (1995) melakukan seleksi untuk umur genjah dan hasiltinggi terhadap tujuh populasi jagung selama 5-9 daur. Kemajuan seleksi 87-123 kg/ha per daur seleksi. Troyer dan Larkins (1987) melaporkan kemajuan seleksi selama 11 daur terhadap 10 populasi jagung. Kemajuan seleksi rata-rata per daur 167 kg/ha. Di beberapa daerah seperti Madura, petani menanam jagung umur genjah yang ditumpangsarikan dengan kacang hijau. Petani lebih menyukai varietas jagung dengan ukuran biji kecil dan warna biji oranye sebagai bahan pangan pokok atau diekspor untuk pakan burung. Balitsereal telah melepas varietas jagung umur genjah (82 hari), berbiji kuning, dan potensi hasil tinggi (9,0 t/ha) dengan nama Gumarang yang berasal dari populasi MS.K(RRS)C2.

2.2 Pemuliaan Tanaman 2.2.1 Pengertian Pemuliaan Tanaman Suatu tehnik menemukan spesies baru melalui varietas tanaman yang berbeda hingga menghasilkan bibit yang tahan terhad2. Pemuliaan tanaman adalah suatu teknologi dan seni untuk memanipulasi gen dan kromosom atau kemampuan genetik tanaman sehingga sifat sifat tanaman tersebut menjadi mulia dan lebih berguna sesuai dengan keperluan manusia yang sangat meningkat. 1. Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan suatu varietas, sesuai dengan metode baku

mengembangkan

untukmenghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang di hasilkan. 2. Pemuliaan tanaman adalah suatu teknologi dan seni untuk memanipulasi gen dan kromosom atau kemampuan genetik tanaman sehingga sifat sifat tanaman tersebut menjadi mulia dan lebih berguna sesuai dengan keperluan manusia yang sangat meningkat. 3. Pemiliaan tanaman adalah suatu ilmu tentang perubahan susunan genetik sehingga memperoleh tanaman yang menguntungkan manusia.

2.2.2 Sejarah Perkembangan Pemuliaan Tanaman Manusia kebanyakan tergantung tergantung pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahan makanan berupa daging, susu, telur dan lain- lain, untuk memproduksinya juga memerlukan pakan yang sebagian besar berasal dari tanaman. Dalam membudidayakan tanaman petani selalu memerlukan bahan tanam berupa benih. Hasil tanaman yang di usahakan petani akan tergantung pada benih yang di tanam dan cara membudidayakannya. Dari benih yang baik akan memungkinkan petani akan mendapatkan hasil yang baik pula .Dari sejak zaman dahulu disadari atau tidak, petani telah memilih benih yang baik sebagai bahan tanam, untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik serta hasil sebanyak mungkin. Usaha tersebut sebenernya merupakan bagian pemuliaan tanaman, oleh karena itu perkembangannya untuk terlepas dari sejarah perkembangan pertanian.

Disamping itu pula sejarah perkembanganpemuliaan tanaman juga sangat terkait dengan sejarah perkembangan genetika dan setilogi. Bangsa Asyrians dan Babylonian pada pemuliaan sejak tahun 700sebelum masehi telah melakukan persalinganbuatan pada tanaman sejenis palem. Bangsa Indian Amerika telah melakukan kegiatan pemuliaan tanaman jagun,jauh sebelum Bangsa kulit putih datang ke Amerika Hooke ( 1635-1703), Grew (1641-1712) dan Malphigi (1628-1694) merupakan pengguna mikrokup untuk pertama kali, dan merupakan pelopur penelitian pemuliaan dari Sel Milington (1716) mengemukaakan fungsi tepung sari, sebagai organ kelamin jantan. Camerarius (1694) untuk pertama kali mendemonstrasikan organ seks pada tanaman, Cotton Mather (1716) menentukan persilangan alami pada tanaman jagung. Sejak itu orang mulai melakukan persilangan pada tanaman untuk memperoleh jenis hibrida yang di pelopori oleh: Fairchild (1717), Joseph Koelreuter (1760-1766) dan Andrew Knight (1757-1835). Brown (1831) menemukan inti sel. Schwann (1838-1839), mengemukaakan teori sel. Remak dan Vircow (1858), memberikan ketegasan bahwa semua sel itu terjadi karena adanya pembelahan dari sel sebelumnya. Gregor Mendel (1822-1884), mengumumkan hasil penelitian dengan kacang polong, yaitu berupa penurunan sifat dari induk (parent) kepada anak-anaknya (filials), dan dikenal sebagai Hukum Mandel. Tetapi hasil penelitian melaopokan gambaran inti sel secara lengkap. Hertwig (1875), menegaskan bahwa gametgamet yang bersatu itu berasal dari induknya masing-masing. Hertwig (1875) dan Strasburger (1877)menegaskan bahwa intisel

(nucleus)mempunyai peranan penting pada fertilisasi maupun pembelahan sel. Dengan demikian terciptalah konsep epigenesis yang menegaskan bahwa setiap organisme baru itu merupakan kreasi baru yang di hasilkan oleh pertumbuhan zigot. Weldeyer (1877), mengemukakan istilah gamet dan kromosom. Fleming (1882), pertama kali memberikan nama kromatin untuk bagian kromosom yang mudah mengisap zat warna.

Hajlman Nilson(1890), mengembangkan varietas baru yang berasal dari seleksi turunan tanaman penyerbuk sendiri, dengan cara tersebut pemuliaan tanaman mulai menggunakan dasar ilmiah untuk pertama kali. Hugo de Tschermak (1900) melakukan kembali penelitian sama dengan yang di lakukan oleh GregorMendel, tetapi pada lokasi yang berbeda. Hasil penelitian dari ketiga ilmuan tersebut, menunjukan prinsip yang sama dengan yang di hasilkan oleh Mandel Sejak itu Hukum Mandel berkembang dengan pesat.Boston (1900), mengemukakan tentang istilah allerlomorf homozigot dan filial. Punnet dan Bateson (1902) menumjukan adanya peristwa linkade pada organisme. Shull (1904) mengembangkan galur hibrida pata tanaman jagung. Dan mengusulkan istilah heterosis untuk keterangan hibrida. Haris (1912)

mengusulkan penggunaan. Chi-square Winkler (1912), menggunakan nama genoom untuk sepasang kromosom. Edward F, Jones East dan Donald (1918) mengembangkan farietas hibrida untuk kepentingan para petani. T.J. Jenkin (1919), mengembangkan varietas sintetis pada jagung.

2.2.3 Metode Pemuliaan Tanaman

1. Tinggi Tanaman Data penelitian untuk mengambil data tinggi tanaman di ambil setiap dua minggu sekali untuk mengetahui perkembangan tanaman jagung. Cara untuk mengukur tinggi tanaman yaitu di lakukan dari permukaan tanah sampai ke ujung daun. Dengan mengukur data tinggi tanaman, berawal dari atas permukaan tanah sampai ujung daun yang paling tinggi. 2. Jumlah Daun Data penelitian untuk mengambil data jumlah daun di ambil setiap minggu sekali untuk mengetahui perkembangan tanaman jagung. Cara untuk menghitung jumlah daun yaitu di lakukan dari daun yang paling bawah sampai daun yang paling atas. 3. 4. chi square

Penghitungan data hasil biji jagung dari 25 tongkol jagung yang telah di tanam dan masukan kedalam table chi square setelah itu menulis pembahasan dalam bentuk kata.

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum Pemuliaan Tanaman ini dilaksanakan pada hari minggu, 9 Oktober 2013. Bertempat di Jl. Soekarno Hatta, Kampus STIPER, Kec. Sengatta Utara, Kab. Kutai Timur. Propinsi Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan a. Alat: 1. Cangkul 2. Ember 3. Timba 4. Kamera 5. Pulpen 6. Buku b. Bahan: 1. Jagung bonanza 2. Jagung Paramita 3. Top soil 4. Polybag 5. Pupuk 3.3 Metode Praktimum 1. Sebelum dilakukan penanaman siapkan terlebih dahulu tanah dalam

plibag yang sudah di campurkan topsoil, pupuk kandang dan, sekam padi. 2. Memakai polibag sebanyak 25, polibag terdiri dari 20 polibag di isi

jagung manis dan yang 5 polibag di isi jagung pulut. 3. Penanaman benih jagung manis lebih didahului, satu minggu kemudian baru di lakukan penanaman jagung pulut. 4. Pengambilan data setiap 2,4,6, dan 8 minggu setelah tanam sesuai dengan parameter masing-masing.Penyulaman tanaman di lakukan 7 sampai 14

harisetelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh atau benih yang tumbuhnya abnormal. 5. Lakukan penyiraman setiap hari pad pagi dan sore hari atau di sesuaikan kondisi di lapangan ( jika turun hujan tidak dilakukan penyiraman). 6. Penyiangan gulma pada tanaman di dalam polibag atau di sekitar polibag dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut dengan tangan dan jangan sampai menganggu tanaman jagung tersebut. 7. Bila tanaman sudah berbunga, maka akan di lakukan penutupan bunga jantan dengan mengunakan amplop, hal ini bertujuan agar benang sari tidak terbang ke sembarang tempat. 8. Setelah benang sari masak, maka lakukan penyilangan dari bunga jantan jagung puylut ke bunga betina jagung manis dan sebaliknya. 9. Panen dilkukan dengan cara kreteria panen. 10. Tongkol buah yang sdah di panen di jemur dibawah sinar matahari dengan tujuan agar jagung dapat kering sehingga dapat diwiwil. 11. Lakukan pengwiwilan pada jagungyang sudah di panen, lalu pilah-pilah jagung antara jagung kuning bulat, kuning keriput,putih bulat, dan putih keriput. 12. Yang terakhir lakukan perhitungan, lalu masukan data hasil perhitumgan kedalam table chi square dan di beri pembahasan.

3.4 Parameter yang diamati 1. Pengukuran tinggi tanaman dari umur 2,4,6, dan 8 minggu setelah tanam (MST). Tinggi tanaman di hitung dengan menggunakan meteran atau mistar, Diuukur mulai dari permukaan tanah sampai pada titik tumbuh tanaman jagung. 2. Jumlah daun umur 2,4,6, dan 8 mi nggu setelah tanam (MST) Jumlah daun dihitung dengan menghitung daun-dau yang telah terbentuk dari setiap tanamannya. 3. Umur tanaman berbunga 80 %

Hari pertama berbunga 80% dihitung dengan menghitung hari yang di butuhkan minimal 20 polibag tanaman jagungnya sudah mengeluarkan bunga 4. Test Chi Square biji jagung Perhitungan Test Chi Square dilakukan dengan menghitung data dari hasil biji jagung di semua polibag (akan ada 25 tongkol jagung).

DAFTAR PUSTAKA
Singosari, 2009, Tanaman Jangung Serta perkembangannya dinusantara. Fakultas Pertanian, universitas Indonesia. Jakarta. Baihaki, A. 2005. Phenomena heterosis. Dalam Kumpulan Materi Perkuliahan Latihan Teknik Pemuliaan Tanaman dan Hibrida. Balittan Sukamandi, Balitbang Pertanian Deptan, dan Fakultas Pertanian UNPAD. Tidak Dipublikasikan. Dahlan, M.M. 2004. Pemuliaan tanaman. Diktat Bahan Kuliah Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Putra Bangsa, Surabaya. Damardjati, D.S., Subandi, K. Kariyasa, Zubachtirodin, S. Saenong. 2005. Prospek dan arah pengembangan agribisnis jagung. Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. Deptan. 2007. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan galur jagung hibrida ST B11-209/Mr 14 sebagai varietas unggul dengan nama Bima-2 Bantimurung. Gardner, E.J. and D.P. Snusta. 1981. Principles of Genetic. Six Edition. John Wiley and Sons. New York. Hallauer A.R. and J.B. Miranda FO. 1987. Quantitative Genetics in Maize Breeding (2nd edition). Iowa State Univ. Press. Halloran, G.M., R. Knight, K.S. Mc Whirter and D.H.B. Sparrow. 1979. Plant Breeding. Australian Vice-Chancellors Committee. Jenkins, M. T. 1978. Maize Breeding During the Development and Early Years of Hybrid Maize. Maize Breeding dan Genetics. John Wiley and Sons, Inc. Canada. Jones, D.F. 1918. The effect of inbreeding and cross breeding upon development of maize. Corn. Agric. Exp. Station Bulletin. O. 207. Jugenheimer, R.W.2001. Corn Improvement, Seed production, and Uses. John Wiley, New York.

Mejaya, M.J., M. Dahlan, M. Pabendon. 2004. Pola heterosis dalam pembentukan varietas unggul jagung bersari bebas dan hibrida. Seminar Puslitbangtan, Bogor (Fauziati et al. 1998), Tangendjaja dan Gunawan (2002) tehnik hibridisasi pengembangan pemuliaan tanaman. Subandi et al (2000) tehnik pengembangan produktifitas jagung.

You might also like