You are on page 1of 22

ACARA VI EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN

A. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis asam (asam klorida dan asam asetat) yang ditambahkan dalam proses ekstraksi pigmen antosianin buah bit dan ubi jalar ungu dengan menggunakan pelarut etanol 96% terhadap rendemen pekatan yang dihasilkan. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Alat dan Bahan Ubi jalar ungu (Ipomoe batatas var Ayamurasaki) adalaha jenis umbi-umbian yang memiliki banyak keunggulan dibanding umbi lainnya karena memiliki kandungan gizi yang beragam. Karbohidrat terdapat pada ubi jalar ungu termasuk karbohidrat kompleks dengan klasifikasi indeks glikemik (IG) 54 yang rendah. Kandungan utama ubi jalar ungu adalah pati. Kandungan pati pada ubi jalar ungu terdiri dari 30-40% amilosa dan 60-70% amilopektin. Ubi jalar ungu memiliki kadar serat pangan yang tinggi yaitu 4,72% per 100 gram. Selain itu, ubi jalar ungu juga mengadung banyak sumber antioksidan yang berasal dari antosianin pada ubi jalar ungu yaitu 110-120 mg/100 g. Kandungan betakaroten sebebsar 1.208 mg dan vitamin C sebesar 10,5 mg (Nintami, 2012). Seperti yang diketahui semua pemasak bit, buah ini bisa membuat kotoran dimana-mana. Penyebabnya adalah banyaknya kandungan pigmen merah yang cenderung meluber menjadi krim asam, ke tangan Anda, dan seluruh celemek Anda. Untuk buah yang kayak akan warna merah, mungkin mengejutkan mengetahui bahwa bit sama sekali tidak mengandung anthocyanin. Warna merah mereka ternyata berasal dari kelompok merah yang tidak biasa bernama betacyanin, yang juga menjadi bahan warna untuk tanaman tropis nan indah, bugenvil. Bit

juga mengadung bahan tidak biasa yang disebut betain yang juga ditemukan di beberapa makanan lain (Joseph, dkk, 2002). Rotary evaporator adalah alat yang dirancang khusus untuk penguapan pelarut (satu tahap atau distilasi lurus) di bawah vakum. Evaporator terdiri dari bak pemanasan dengan termos berputar, di mana cair didistribusikan sebagai film tipis di atas permukaan dinding panas dan dapat mudah menguap. Tingkat penguapan diatur oleh mandi pemanas suhu, ukuran labu, tekanan penyulingan dan kecepatan rotasi. Rotary evaporator vacum terdiri dari : 1. Bagian penguapan Pelarut dipanaskan melalui bak pemanasan. Sebuah film tipis bentuk larutan pada permukaan bagian dalam dari termos menguap berputar, sehingga tingkat yang lebih tinggi penguapan. Rotasi memastikan homogen pencampuran sampel dan mencegah overheating dalam termos. 2. Rotary Drive Drive unit menyediakan rotasi konstan labu penguapan untuk alasan tersebut di atas. 3. Bagian Kondensasi Uap pelarut mengalir dengan kecepatan tinggi ke bagian kondensasi (kondensor) dari rotary evaporator. Pada titik ini energi dalam pelarut uap ditransfer ke media pendingin (biasanya air) dan pengembun pelarut. Pelarut terkondensasi sekarang mengalir dengan kekuatan gravitasi ke dalam labu penerima. 4. Labu penerima Labu penerima digunakan untuk menampung pelarut yang terkondensasi. 5. Vakum Vakum digunakan untuk menurunkan suhu mendidih karena meningkatkannya efisiensi pada proses penyulingan. (Hoegger, 1998).

2. Tinjauan Teori Kelas utaman pigmen lainnya adalah anthocyanin (dari bahasa Yunani anthos, bunga dan kranos, biru tua). Pigmen ini melengkapi spektrum pelangi, dengan bergam warna mulai dari merah tua dan magenta sampai ungu dan indigo. Pigmen ini dapat ditemui pada semua kerajaan tanaman. Senyawa ini membuat mawar berwarna merah dan violet berwarna biru- dan ilmuwan menghargai asosiasi ini dengan memberikan anthocyanidin (antosianin yang paling dasar) dengan nama bunga-bungaan seperti delphinidin, petunidin, peonidin, dan rosinidin. Anthocyanidin juga banyak ditemukan pada makanan yang kita makan. Ceri, plum, kismis merah, dan blueberry memiliki warna indah berkat anthicyanin. Pigmen ini berjumlah lebih dari 300 macam, 70 di antaranya dilaporkan terkandung dalam buah-buahan. Anthocyanin berasal dari grup senyawa bernama flavonoid (namanya berasal dari bahasa Latin flavus yang berarti kuning, karena

beberapa anggota pertama dari grup ini berwarna kuning). Flavonoid sendiri merupakan bagian dari kelas yang lebih besar yang disebut polyphenolic., yang merupakan antioksidan potensial (Joseph, 2008). Flavonoid merupakan kelompok pigmen tanaman yang

memberikan perlindungan terhadap serangan radikal bebas uang merusak. Senyawa ini berperan dalam memberikan warna pada buah dan bunga. Beberapa fungsi flavonoid di antaranya meningkatkan kadar vitamin C dalam tubuh, melindungi kerusakan akibat serangan radikal bebas dan memperkuat struktur persendian. Beberapa flavonoid berfungsi sebagai antialergi misalnya quercetin (perlindungan terhadap serangan radikal bebas uang merusak). Senyawa ini berperan dalam memberikan warna pada buah dan bunga (Yuliarti, 2011). Antosianin merupakan salah satu pigmen tanaman yang

mempunyai cakupan warna luas ungu, biru, jingga, merah sampai biru agak kehijauan, merupakan pigmen pada buah-buahan, bunga dan sayur-sayuran. Pigmen ini bersifat larut dalam air dan terdapat di

dalam cairan sel tumbuhan. Untuk mengekstrak suatu pigmen diperlukan metode ekstraksi yang sesuai dengan sifat bahan (sumber pigmen), seperti pemilihan jenis pelarut, agar dihasilkan rendemen dan stabilitas pigmen yang tinggi. Begitu juga dengan antosianin yang berasal dari kubis merah. Antosianin merupakan pigmen yang bersifat polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut-pelarut polar. Rabino dan Mancinelli (1986) at Wirda, 2011 menyatakan bahwa pigmen antosianin dari tanaman Brassica oleracea dapat diekstraksi

menggunakan pelarut metanol yang mengandung larutan HCl 1% selama 48 jam pada suhu 4oC. Sedangkan buah Basella rubra diekstraksi antosianinnya menggunakan metanol 99,9% yang

ditambahkan HCl. Hasil penelitian Hanum (2000) at Wirda, 2011 bahwa penggunaan metanol yang ditambahkan asetat dapat

menghasilkan rendemen antosianin yang tinggi dari ekstrak ketan hitam yaitu sekitar 260,24 mg/100g dibandingkan ketika diekstraksi menggunakan metanol dan HCl, yaitu sekitar 116,75 mg/100g (Wirda dkk, 2011) Antosianin adalah warna ungu pada sayur-sayuran dan buahbuahan. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan (Handajani, 2010). Antosianin dan antoxiantin tergolong pigmen yang di sebut flavonoid yang umunya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga karbon tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di antara dua cincin benzena. Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida

(glukosa, galaktosa, ramnosa, dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Konsentrasi pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna (hue). Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah, dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan banyak mengubah warna antosianin. Dalam penholahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman lerutan banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pada permasakan bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet, tetapi bila ditambahkan cuka warna akan menjadi merah terang kembali (Winarno, 1984). Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki

kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk glikosidanya (Santoso, 2006 at Arivani, 2010).

Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis solven, seperti air, etanol, metanol, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan metanol yang diasamkan dengan HCl. Tetapi karena sifat toksik dari metanol biasanya dalam sistem pangan digunakan air atau etanol yang diasamkan dengan HCl (Francis, 1982; Yu Gao and Cahoon, 1998 at Ariviani, 2010 ). Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang di duga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering ( dry rendering dan wet rendering), mechanical expression, dan solvent extraction. Rendering merupakan cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak

dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Mechanical expression (pengepresan mekanik) merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Dua cara umum dalam pengepresan mekanis, yaitu pengepresan hidraulik (hidraulik pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing). Ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction) adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak (Ketaren, 1986). Warna bahan pangan dari makanan dapat disebabkan oleh beberapa sumber, dan salah satu yang terpenting disebabkan pleh pigmen yang ada di dalam bahan nabati atau bahan hewani. Sebagai contoh misalnya klorofil yang memberikan warna hijau pada daun selada atau buncis, karoten yang memberikan warna jingga pada wortel dan jagung, likopen yang memberikan warna merah pada buah tomat dan semangka, antosianin memberikan warna ungu pada buah bit dan buah kopi, dan mioglobin yang memberikan warna nmerah pada daging (Winarno, 1980). Dipilihnya etanol sebagai pelarut dalam mengekstrak didukung oleh banyak literatur yang menyebutkan bahwa antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarutpelarut polar. Warna merah pada kulit buah rambutan di duga mengandung pigmen antosianin oleh sebab itu pada penelitian ini akan dicoba menggunakan pelarut etanol dengan berbagai konsentrasi

sehingga diketahui konsentrasi etanol yang tepat untuk mengekstrak kulit buah rambutan dan menghasilkan intensitas warna yang maksimal (Lydia, 2001).

Ekstraksi merupakan pemisahan komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen bahan seperti vitamin, zat warna, protein dengan pemanasan komponen tersebut akan mudah larut. Cara ekstraksi yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda terhadap rasa, warna, aroma, dan kekentalan yang berbeda oleh karena itu perlu dicari proses pengolahan dan ekstraksi yang tepat sehingga menghasilkan produk sirup rosella yang disukai panelis dengan kandungan vitamin C tetap tinggi dan mutu fisik yang sesuai dengan mutu dari sirup (Mukaromah, 2010). Ekstraksi dapat didefisinikan sebagai suatu proses penarikan keluar atau proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut. Komponen yang dipisahkan dalam ekstraksi dapat berupa padatan dari suatu sistem campuran padat-cair, berupa cairan dari suatu sistem campuran cairan-cairan, atau padatan dari suatu sistem padatan-padatan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya menggunakan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Faktorfaktor yang mempengaruhi ekstraksi antosianin yaitu jenis pelarut, pH dan suhu ( Isnaini, 2010). Distantina dkk (2010) dalam Distantina dkk (2007) meneliti pengaruh perendaman rumput laut Glacilaria (dari Bali) menggunakan HCl terhadap proses ekstraksi dengan pelarut air. Dari penelitian itu, lama waktu perendaman tidak mempengaruhi rendemen agar-agar. Dilaporkan pula ada kecenderungan dengan semakin meingkat kadar HCl (0,01 N-0,5N), rendemen agar-agar yang diperoleh semakin tinggi. Penggunaan asam asetat sebagai larutan perendaman telah dipelajari Distantina dkk (2006). Dilaporkan bahwa kada asam asetat semakin besa maka kecepatan ekstraksi semakin cepat pula dan asam asetat memberikan yield yang lebih besar dibandingkan HCl (Distantina dkk, 2007).

Berdasarkan penelitian pendahuluan dengan menggunakan pelarut etanol 96 % ditambahkan asam asetat 5 % atau asam sitrat 5 % terhadap 250 ml pelarut, diperoleh konsentrasi antosianin tertinggi pada penambahan asam asetat 5 %. Pada kondisi asam antosianin akan lebih stabil dibandingkan dengan pada kondisi basa atau netral. Pada kondisi asam antosianin berubah warna menjadi merah, keadaan netral antosianin berubah warna menjadi ungu muda sampai tidak berwarna dan pada keadaan basa berwarna biru dan kadang-kadang bewarna kuning. Penambahan asam asetat pada penelitian ini berguna untuk optimalisasi ekstraksi antosianin dan menjaga kondisi antosianin agar tetap stabil (Arinaldo, 2011). Prosedur klasik untuk zat aktif pemisahan dari bahan tanaman dengan distilasi uap dan ekstraksi dengan pelarut organik memiliki kelemahan serius. Prosedur distilasi hanya memungkinkan pemisahan senyawa volatil (minyak esensial), yang, untuk sebagian besar atau lebih kecil, diubah di bawah pengaruh yang ditinggikan suhu. Di sisi lain, ekstraksi dengan pelarut organik tidak dapat membuat suatu ekstrak bebas dari jejak pelarut organik, yang tidak diinginkan baik untuk organoleptik dan atau alasan kesehatan. Selain itu, pelarut organik kurang selektif, sehingga, selain zat aktif, mereka juga melarutkan beberapa seiring senyawa (Zekovic, 2009). Anosianin pada ubi jalar ungu mempunyai aktivitas sebagai anti oksidan. Perbedaan aktivitas antioksidan pada ubi jalar merah adalah pada jenis zat warnanya.pada ubi jalar merah ditemukan dominant adalah jenis pelargonidin-3-rutinoside-5-glucoside, sedangkan pada ubi jalar ungu adalah antosianin dan peonidin glikosida yang mempunyai aktivitas antioksidan lebih kuat. Dengan demikian ubi jalar ungu mempunya pontensi besar sebagai sumber antioksidan alami dan sekaligus sebagai pewarna ungu (Hardoko, 2010). C. Metodologi 1. Alat

a. Timbangan Analitik b. Pipet c. Erlenmeyer d. Gelas Ukur e. Labu Takar f. Kertas saring g. Pemarut h. pH meter i. Rotary Evaporator Vacum 2. Bahan a. Buah bit b. Ubu jalar ungu c. Etanol 96% d. Asam Klorida e. Asam Asetat f. Aquades

3. Cara Kerja Buah Bit dan Ubi Jalar ungu

Disortasi sebanyak 50 gram

Buah Bit dan Ubi Jalar ungu yang telah disortasi

Diparut

Masing-masing dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 50 gram

Ditambahkan 300 mL Etanol 96% ke dalam erlenmeyer dengan perbandingan 1:6

Asam klorida dan asam asetat

Di tambahkan masing-masing sedikit demi sedikit sampai pH 3

Dibiarkan pada suhu ruang selama 24 jam

Disaring dan ampas dibuang, lalu di uapkan dengan menggunakan rotaru evaporator vacum

Dihitung rendemen yang didapat

D. Hasil dan Pembahasan Tabel 6.1 Hasil Ekstraksi Pigmen Antosianin Buah Bit Kelompok Penggunaan Asam HCl CH3COOH pH Berat Awal (gram) 50 50 Berat Akhir (gram) 7 11,4 Rendemen (%) 14 22,8 Warna

1-7 8-14

3,35 4,31

Merah Pekat Merah Kehitaman Warna

Tabel 6.2 Hasil Ekstraksi Pigmen Antosianin Ubi Jalar Ungu Kelompok Penggunaan pH Berat Berat Rendemen Asam Awal Akhir (%) (gram) (gram) 15-21 HCl 3,18 50 7 14 22-27 CH3COOH 4,2 50 26,2 52,4

Merah Pekat Merah Tua

Antosianin adalah warna ungu pada sayur-sayuran dan buahbuahan. Pigmen ini melengkapi spektrum pelangi, dengan bergam warna mulai dari merah tua dan magenta sampai ungu dan indigo. Pigmen ini dapat ditemui pada semua kerajaan tanaman. Senyawa ini membuat mawar berwarna merah dan violet berwarna biru- dan ilmuwan menghargai asosiasi ini dengan memberikan anthocyanidin (antosianin yang paling dasar) dengan nama bunga-bungaan seperti delphinidin, petunidin, peonidin, dan rosinidin. Flavonoid merupakan kelompok pigmen tanaman yang memberikan perlindungan terhadap serangan radikal bebas uang merusak. Senyawa ini berperan dalam memberikan warna pada buah dan bunga. Beberapa fungsi flavonoid di antaranya meningkatkan kadar vitamin C dalam tubuh, melindungi kerusakan akibat serangan radikal bebas dan memperkuat struktur persendian. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan hasil rendemen yang didapatkan. Pada penambahan HCl pada buah bit dan ubi jalar ungu didapatkan rendemen sebesar 7% sedangkan pada penambahan asam asetat didapatkan rendemen buah bit dan ubu jalar ungu sebesar 22,8% dan 52,4%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil rendemen yang didapatkan antara penambahan HCl dengan asam asetat.

Dari hasil ini dapat kita lihat bahwa pada penambahan asam asetat menghasilkan lebih banyak rendemen pekatan dibandingkan dengan hasil rendemen pada penambahan HCl. Hal ini juga sesuai dengan teori dan Distantina dkk (2010) dalam Distantina dkk (2007) yang meneliti pengaruh perendaman rumput laut Glacilaria (dari Bali) menggunakan HCl terhadap proses ekstraksi dengan pelarut air. Dari penelitian itu, lama waktu perendaman tidak mempengaruhi rendemen agar-agar. Dilaporkan pula ada kecenderungan dengan semakin meningkat kadar HCl (0,01 N0,5N), rendemen agar-agar yang diperoleh semakin tinggi. Penggunaan asam asetat sebagai larutan perendaman telah dipelajari Distantina dkk (2006). Dilaporkan bahwa kada asam asetat semakin besar maka kecepatan ekstraksi semakin cepat pula dan asam asetat memberikan yield yang lebih besar dibandingkan HCl (Distantina dkk, 2007). Jadi hasil praktikum yang dilakukan telah sesuai dengan teori yang ada bahwa hasil rendemen yang dilakukan dari ekstraksi dengan penambahan asam asetat menghasilkan rendemen pekatan yang lebih banyak dibandingkan dengan penambahan asam asetat. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Apa yang disebut bahan nabati, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah simplisia nabati. Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut

pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%. Proses ekstraksi yang digunakan pada ekstraksi ini adalah digesti. Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Kelebihannya adalah : 1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan-lapisan batas. 2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan. 3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan. 4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana.

Kekurangannya adalah : 1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja 2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari. Rotary evaporator adalah alat yang dirancang khusus untuk penguapan pelarut (satu tahap atau distilasi lurus) di bawah vakum. Itu evaporator terdiri dari bak pemanasan dengan termos berputar, di mana cair didistribusikan sebagai film tipis di atas permukaan dinding panas dan dapat mudah menguap. Tingkat penguapan diatur oleh mandi pemanas suhu, ukuran labu, tekanan penyulingan dan kecepatan rotasi. Rotary evaporator vacum terdiri dari : 1. Bagian penguapan Pelarut dipanaskan melalui bak pemanasan. Sebuah film tipis bentuk larutan pada permukaan bagian dalam dari termos menguap berputar, sehingga tingkat yang lebih tinggi penguapan. Rotasi memastikan homogen pencampuran sampel dan mencegah overheating dalam termos. 2. Rotary Drive Drive unit menyediakan rotasi konstan labu penguapan untuk alasan tersebut di atas. 3. Bagian Kondensasi Uap pelarut mengalir dengan kecepatan tinggi ke bagian kondensasi (kondensor) dari rotary evaporator. Pada titik ini energi dalam pelarut uap ditransfer ke media pendingin (biasanya air) dan pengembun pelarut. Pelarut terkondensasi sekarang mengalir dengan kekuatan gravitasi ke dalam labu penerima. 4. Labu penerima Labu penerima digunakan untuk menampung pelarut yang

terkondensasi. 5. Vakum

Vacuum digunakan untuk menurunkan suhu mendidih karena meningkatkannya efisiensi pada proses penyulingan.

vacum

Bagian Kondensasi

Rotary Driver Labu Penerima Bagian penguapan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa jenis asam sangat mempengaruhi hasil rendemen dari masing-masing buah. Hasil rendemen dengan penambahan asam asetat lebih banyak dibandingkan hasil rendemen dari ekstraksi dengan penambahan asam klorida. Selain itu menurut Wirda dkk (2011) faktor yang mempengaruhi nilai rendemen ada 3, yaitu faktor yang pertama adalah jenis pelarut (p), faktor yang kedua adalah jenis asam dan yang ketiga adalah faktor pH. Hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil rendemen dari ekstraksi buah bit dan ubi jalar ungu. Hasil rendemen dari buah bit dengan penambahan asam klorida didapatkan rendemen antosianin sebesar 14% sedangkan untuk hasil rendemen ekstraksi dengan penambahan asam asetat didapatkan hasil rendemen sebesar 22,8%. Sedangkan pada ekstraksi

ubi jalar ungu dengan penambahan asam klorida didapatkan hasil rendemen sebesar 14% dan untuk hasil rendemen dari ekstraksi ubi jalar ungu dengan penambahan asam asetat di dapatkan hasil renemen sebesar 52,4%. Yang membuat hasil rendemen berbeda tiap adalah penggunaan asam, namun yang mempengaruhi tiap sampelnya adalah kadar

antosianinnya. Menurut Hardoko (2010) pada ubi jalar ungu adalah antosianin dan peonidin glikosida yang mempunyai aktivitas antioksidan lebih kuat. Dengan demikian ubi jalar ungu mempunya pontensi besar sebagai sumber antioksidan alami dan sekaligus sebagai pewarna ungu. Sedangkan pada buah bit ternyata tidak terdapat kadar antosianin hal ini sesuai dengan, Joseph dkk (2002) bahwa bit sama sekali tidak mengandung anthocyanin. Warna merah mereka ternyata berasal dari kelompok merah yang tidak biasa bernama betacyanin, yang juga menjadi bahan warna untuk tanaman tropis nan indah, bugenvil. Bit juga mengadung bahan tidak biasa yang disebut betain yang juga ditemukan di beberapa makanan lain. Perubahan warna pada hasil rendemen menjadi mkerah pekat dikarenakan kandungan antosianin akan berubah menjadi merah keunguan apabila di campur dengan asam. E. Kesimpulan Dari hasil praktikum Acara VI Ektraksi Antosianin dapat diambil kesimpulan : 1. Hasil rendemen dari buah bit dengan penambahan asam klorida adalah sebesar 14%. 2. Hasil rendemen dari buah bit dengan penambahan asam asetat adalah sebesar 11,4%. 3. Hasil rendemen dari ubi jalar ungu dengan penambahan asam klorida adalah sebesar 14%. 4. Hasil rendemen dari ubi jalar ungu dengan penambahan asam asetat adalah sebesar 52,4%.

5. Hasil rendemen pada penambahan asam asetat lebih banyak dibandingkan hasil rendemen pada ektraksi dengan penambahan asam klorida 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen adalah penggunaan pelarut, jenis asam, dan pH.

LAMPIRAN Analisis Hasil Pengamatan a. Rendemen Pada Buah Bit 1. Penggunaan Asam = HCl Berat awal = 50 gram Berat akhir = 7 gram Rendemen = = x 100% x 100%

= 14% 2. Penggunaan Asam = CH3COOH Berat awal = 50 gram Berat akhir = 11,4 gram Rendemen = = x 100% x 100%

= 22,8% b. Rendemen Pada Ubi Jalar Ungu 1. Penggunaan Asam = HCl Berat awal = 50 gram Berat akhir = 7 gram Rendemen = = x 100% x 100%

= 14% 3. Penggunaan Asam = CH3COOH Berat awal = 50 gram Berat akhir = 26,2 gram Rendemen = x 100%

= = 52,4 Foto Hasil Praktikum Hasil Rendemen Buah Bit

x 100%

Penambahan Asam Asetat Hasil Rendemen Ubi jalar Ungu

Penambahan Asam Klorida

Penambahan Asam Asetat

Penambahan Asam Klorida

DAFTAR PUSTAKA

Arinaldo, Bas. 2011. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Asam Asetat Pada Pelarut Etanol Terhadap Efektifitas Ekstraksi Zat Warna Antosianin Terung Belanda. Skripsi S1. Distantina, Sperisa, dkk. 2007. Pengaruh Rasio Berat Rumput Laut-Pelarut Terhadap Ekstraksi Agar-Agar. Ekuilibrium vol. 6 (2) juli 2007 : 53-58. Handajani, Sri, Endang Setyorini, dan Danar Prasetiangga. 2010. Pengolahan Hasil Pertanian ; Teknologi Tradisional dan Terkini. Surakarta : UNS Press. Hardoko, Liana Hendarto, dan Tagor Marsillam Siregar. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.Poir) sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan sumber Antioksidan Pada Roti Tawar. Jurnal Tekno dan Industri Pangan Vol XXI No. 1 Tahun 2010. Hoegger, Rosemary. 1998. Training Papers Distilation with A Rotary Evaporator. BUCHI Labortechnik AG 1998 Isnaini, Lailatul. 2010. Ekstraksi Pewarna Merah Cair Alami Berantioksidan dari Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa, L) dan Aplikasinya Pada Produk Pangan. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 1 (April 2010) 18 26. Joseph, James A, Daniel A. Nadeau, dan Anne Underwood. 2008. Diet Sehat dengan Kode Warna Makanan. Jakarta : Mizan Media Utama. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI- Press. Lydia, Simon B. Widjanarko, Tri Susanto. 2001. Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) var. Binjai. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi Volume 2 Nomor 1, April 2001. Mukaromah, Ummu, Sri Hetty Susetyorini, Siti Aminah. 2010. Kadar Vitamin C, Mutu Fisik, pH dan Mutu Organoleptik Sirup rosella (Hibiscus sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01 Tahun 2010. Nintami, Ayudya Luthfia dan Ninik Rustanti. 2012. Kadar Serat, Aktivitas Antioksidan, Amilosa dan Uji kesukaan Mi Basah dengan Substitusi Tepung Ubi jalar ungu (Ipomoea batatasn var Ayamurasaki) bagi penderita Diabetes Militus Tipe 2. Jurnal Of Nutrition College, Vol 1 (1) tahun 2012, hal 486-504. Winarno, F.G, Srikandi Fardiaz, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : PT. Gramedia. Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wirda, Zurrahmi, dkk. 2011. Pengaruh Berbagai Jenis Pelarut dan Asam Terhadap Rendemen Antosianin dari Kubis Merah (Brassica oleraceae capitata). Agriscientiae Volume 18 No. 2 Agustus 2011. Yuliarti, Nurheti. 2011. 1001 Khasiat Buah-buahan. Yogyakarta : Andi Offset.

Zekovic, Zoran P, Zika D. Lepojevic, Ibrahim O. Mujic. 2009. Laurel Extracts Obtained by Steam Distillation, Supercritical Fluid and Solvent Extraction. Journal of Natural Products Vol 2 2009.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN

Disusun Oleh : Aditya Pujasakti Isni Fatimah Novita Nurlia Rahayu S. R Sekar Prasetyaningtyas Rima Discha Yulinda (H0912002) (H0912068) (H0912090) (H0912104) (H0912121) (H1912022)

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

You might also like