You are on page 1of 14

ACARA III

CHAIN SURVEYING DAN COMPASS SURVEYING

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memetakan suatu obyek dalam lingkup skala kecil.
2. Mahasiswa dapat memetakan suatu wilayah dengan menggunakan metode
kompas (compass surveying).

II. Alat dan Bahan


1. Yallon
2. Pita ukur
3. Statif
4. Waterpass
5. Compass geologi
6. Compas surveying

III. Dasar Teori


CHAIN SURVEYING
Chain surveying merupakan metode pengukuran yang kuno dimana
metode ini sesuai untuk areal yang sempit, datar, dan mudah, metodelebih praktis
dan efisien. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam metode ini, yaitu :
1. Penentuan batas – batas areal yang akan diukur.
2. Pemilihan satu atau lebih garis ukur yang akan digunakan sebagai patokan
pengukuran terhadap titik yang lain
3. Pemilihan garis ukur tersebut diatas harus dapat memberikan kemudahan
dalam pengukuran
4. Garis ukur harus dekat dengan kenampakkan – kenampakkan yang akan
diukur dan tidak menimbulkan offset yang panjang.
5. Pembuatan skets yang jelas sebelum melakukan pengukuran akan sangat
membantu dan memudahkan pekerjaan.
Offset adalah garis kenampakkan yang dibuat dari titik kenampakkan tegak
lurus terhadap garis ukur. Cara membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur
dapat dilakukan dengan cara :
1. Memperkirakan dengan mata garis tegak lurus yang dibuat dengan pita
ukur.
2. Dengan memutar pegas ukur ada offset sehingga mencapai jarak yang
terpendek.
obyek

garis ukur

3. Dengan prinsip membandingkan garis 3 : 4 : 5 ( rumus phytagoras ) dan


titik A ditarik pada jarak 3 m pada garis ukur ( 1 ) di titik B. Dari B dan A
dipotong jarak 4 m dan 5 m sehingga didapat A’ kemudian dibuat garis
yang menghubungkan titik A dengan titik A’ tegak lurus dengan garis
ukur ( 1 ).
A

Gambar metode pengukuran

phytagoras

B C

4. Dengan menggunakan alat optikal square ( kaca sudut ).


5. Dengan menggunakan penggaris segitiga.
Sedangkan metode untuk membuat offset s,esuai dengan kenampakkan
yang akan dipetakan ada tiga bentuk prosedur offsetting masing–masing, sebagai
berikut:

1. Kenampakkan yang tidak teratur (irregular features), dalam hal ini dibagi
menjadi garis patah – patah sesuai dengan tipe lekukan ( misalnya tepi
sungai, belokan jalan, dll ).
Garis ukur

2. Kemanpakkan yang lurus (straight features), seperti pagar tembok, pagar


kawat dll, hanya ujung–ujungnya saja yang digambar offsetnya.
Garis ukur

pagar

3. Kenampakkan yang melengkung diman offset diambil dan diukur pada


interval yang teratur, seperti halnya jalan raya, dan rel kereta api.

jalan

garis
ukur

berikut dibawah ini adalah contoh pemetaan dengan batas wilayah


komplek
Areal dengan batas-batas diatas memerlukan beberapa garis ukur dan
metode offsetting.

COMPASS SURVEYING

Jika dua buah garis ukur diperlukan dalam chain survey untuk
memasukkan informasi ke dalam peta, maka garis ketiga untuk membentuk
segitiga harus diukur, akan tetapi jika magnetik bearing telah diketahui, maka
tanpa garis ukur yang lain kedua garis tersebut sudah dapat digambar.

diketahui tanpa diukur sudah diketahui

B diketahui C

Dengan meletakkan kompas pada pertolongan kedua garis tersebut,


misalnya titik A, perpotongan garis ukur BA dan AC. Jika panjang AC dan AB
dan sudut BAC telah diukur, maka posisi relative dari titik A, B dan C telah dapat
diplot dalam peta. Proses tersebut dapat dilanjutkan melalui garis-garis ukur yang
lain, yang selain jarak diukur pula arah dengan kompas.
Kompas traversing merupakan kerangka peta dari pemetaan yang akan
dibuat pada daerah pemetaan. Kompas traversing dapat dibedakan menjadi dua
yaitu, Kompas tansverse tertutup (poligon tertutup) dan kompas transverse
terbuka (poligon terbuka).

Compass traversing tertutup Compass traversing terbuka

Keuntungan penggunaan kompas adalah :


- alat yang digunakan ringan dan mudah dibawa,
- pengukuran dapat lebih cepat,
- setiap bearing (sudut) tidak tergantung pengukuran sebelumnya,
Kelemahan penggunaan kompas adalah :
- pembacaan tidak teliti,sehingga pengukuran kompas sangat
terbatas, yaitu sebagai survey pelengkap dalam survey besar,
- pengaruh magnet setempat (local attraction) dari benda-benda
yang ada disekitar seperti besi, metal dan lain-lain cukup besar.

Local attraction ini dapat dihilangkan dengan cara:


- Koreksi yang sama harus dilakukan terhadap setiap pembacaan
pada setiap stasiun berikutnya.
- Pembacaan pergi dan pembacaan pulang dari setiap garis setelah
dikoreksi harus berselisih 1800.
Macam koreksi:
- sudut (menghitung sudut dengan mencari berapa
penyimpangannya),
- grafik /graphical plot (metode dengan sudut miring).

Koreksi yang dibicarakan diatas adalah dengan cara menghitung sudut


(berapa penyimpangan alatnya). Cara lain yang bisa digunakan untuk koreksi
adalah dengan cara graphical plot dari kompas surveying yaitu dengan cara, lihat
gambar dibawah ini :

A B C D E A’

IV. Cara Kerja


1. Memetakan daerah Gedung baru dan beberapa titik
dengan menggunakan metode :
Chain Surveying
a. Mempersiapkan beberapa yallon dan tancapkan beberapa yallon
tersebut pada titik yang telah ditentukan.
b. Mengukur jarak tiap titik.
c. Membuat beberapa garis ukur serta mengukur jaraknya.
d. Membuatlah offset titik-titik kenampakan yang ada serta menyeket
gambar hasil pengukuran tersebut.

Compass Surveying
a. Menancapkan yallon pada titik awal dan titik akhir yang akan diukur.
b. Mengukur jarak dan sudut antara titik pertama dan titik terakhir
tersebut.
c. Memasang kompas instrument pada titik pertama kemudian
mengarahkan ke yallon kedua.
d. Memasang kompas instrumaent dari titik kedua dan mengarahkan ke
titik pertama dan ketiga (mencatat besarnya sudut dan jarak antara titik
tersebut). Pembacaan untuk sudut pulang (back bearing) ke titik
pertama harus mempunyai selisih 1800.
e. Melakukan pengukuran tersebut pada titik-titik selanjutnya.

2. Melakukan koreksi (menghilangkan local attraction)


dengan graphical plot dan adjustment
3. Menggambar koreksi dengan graphical plot dalam
millimeter block
4. Menggambar koreksi dengan graphical plot dalam kertas
kalkir
5. Membuat Peta gedung baru dalam millimeter block
6. Membuat Peta gedung baru dalam kertas kalkir

V. Hasil Praktikum
1. Tabel pengukuran poligon dengan compass surveying
2. Peta Sebagian Wilayah Fakultas Geografi dengan chain surveying dan
compass surveying dalam kertas kalkir (terlampir)
3. Peta Sebagian Wilayah Fakultas Geografi dengan chain surveying dalam
kertas HVS (terlampir)
4. Pengkoreksian poligon secara grafis dalam milimeter blok (terlampir)
VI. Pembahasan
Pada praktikum acara kali ini akan membahas mengenai cara
pengukuran di lapangan dengan menggunakan metode chain surveying dan
compass surveying. Chain surveying ini dilakukan dengan cara mengukur
base line yang merupakan garis dasar. Dalam melakukan kegiatan praktikum
acara ketiga ini praktikan mengambil area di Fakultas Geografi.

Chain surveying yang dilakukan dalam praktikum kali ini merupakan


metode pengukuran garis yang dilakukan secara langsung. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini cukup sederhana yaitu yalon, meteran, dan
kompas. Untuk memperoleh garis lurus yang nantinya akan digunakan
sebagai base line maka diperlukan yalon untuk kontrol agar garis yang dibuat
tersebut dapat lurus dan tidak miring. Base line yang dibuat diukur seberapa
besar sudut yang dibentuknya terhadap arah utara. Untuk menentukan obyek
yang akan digambar lebih baik mengambil obyek yang jaraknya tidak terlalu
jauh karena offset yang ditimbulkan akan besar. Dalam metode chain
surveying ini digunakan obyek yang berada di sisi kanan dan sisi kiri base
line yang berupa gedung dan lapangan voli untuk kemudian akan diplot pada
pembuatan sketsa wilayah.

Dalam praktikum ini praktikan harus mengukur jarak yang sebenarnya


di lapangan secara teliti. Dalam melakukan pengeplotan kita harus
menskalakan terlebih dahulu. Dalam praktikum ini praktikan menggunakan
skala 1 : 400, yang artinya setiap 4 meter jarak yang diukur di lapangan
diwakili oleh garis 1 cm pada peta yang dibuat.

Untuk pengukuran daerah yang sempit metode ini cukup praktis,


sederhana, dan mudah dikerjakan. Lahan yang datar juga tidak mempersulit
pada saat dilakukan pengukuran. Ini adalah salah satu keuntungan yang
diperoleh dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan metode chain
surveying. Selain itu kelebihan metode ini adalah penggunaan peralatan yang
tidak begitu banyak dan mudah dilakukan sehingga efisien dan efektif
sedangkan kelemahannya adalah tidak cocok untuk pemetaan daerah yang
luas dan hasilnyapun kurang akurat.

Dalam melakukan pengukuran di lapangan banyak sekali faktor yang


dapat mempengaruhi terjadinya kesalahan pada waktu dilakukan pengukuran
jarak langsung, antara lain pelurusan yalon yang kurang benar, kesalahan
menghitung, kesalahan membaca jarak pada meteran, dan atau kesalahan
dalam melakukan hasil pengukuran di lapangan.

Compass surveying dilakukan dengan mengukur suatu bidang. Dalam


praktikum ini yalon ditancapkan sehingga membentuk bidang segi lima yang
jika dihubungkan dengan garis akan membentuk poligon yang tertutup.
Praktikum ini dilakukan di sebelah timur lapangan voli. Pada pengukuran
dengan metode compass surveying ini terlebih dahulu menentukan arah utara
magnetis dengan menggunakan kompas geologi. Selanjutnya compass survey
diletakkan pada statif A dan membidik yalon yang berada pada titik B dan E,
dan setelah itu compas survey diletakkan pada statif B membidik titik A dan
C, begitu seterusnya hingga kelima titik dapat diketahui sudutnya.

Pada pembacaan sudut diukur dua kali misalnya dari sudut A ke B,


dan sudut B ke A, dan seterusnya. Dari pengukuran keduanya secara teori
seharusnya selisih yang diperoleh adalah 180°, apabila tidak 180° maka
pembacaan itu salah sehingga harus ada koreksi untuk menentukan sudut
yang mempunyai selisih 180°.

Ada 2 macam koreksi yaitu koreksi graphical plot dan matematis.


Koreksi matematis dengan menggunakan perhitungan pada tabel yaitu
pengukuran sudut pulang dengan sudut pergi berselisih 1800, karena sudut ini
digunakan sebagai patokan untuk koreksi sudut yang lainnya. Koreksi ini
lebih baik bila dibandingkan dengan koreksi grafis karena hasil dari sudutnya
saling berkaitan satu sama lain. Dari hasil praktikum diperoleh data yang
hasilnya mendekati benar yaitu selisihnya 180° sehingga tidak perlu dikoreksi,
namun ada pula yang memerlukan koreksi karena sudut pulang dan perginya
tidak berselisih 180°. Koreksi ini lebih baik bila dibandingkan dengan koreksi
grafis karena hasil dari sudutnya saling berkaitan satu sama lain.
Koreksi grafis merupakan koreksi dengan membuat sket gambar dari
hasil pengukuran. Pada gambar sket poligon gambar hasil pembacaan dengan
gambar setelah dikoreksi perbedaannya hanya kecil atau hampir sama, jarak A
dengan A′ hanya kecil sehingga pergeseran garisnya hanya kecil saja dan
perbedaan kenampakannya hanya kecil saja atau hampir tidak terlihat. Selisih
antara A dan A’ dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan besar
koreksi tiap titik lainnya sehingga akan didapatkan pengeplotan titik baru
yang sesuai dengan panjang koreksi. Poligon yang terbentuk merupakan
poligon baru yang telah terkoreksi. Dalam memplotkan ke dalam gambar
digunakan skala 1 : 100 sehingga hasil gambar yang diperoleh agak besar.
Keuntungan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan
metode compass surveying adalah alat-alat yang diperlukan praktis dan
mudah dibawa, pengukurannya cepat dilakukan, dan apabila terjadi kesalahan
maka tidak akan mempengaruhi karena hasilnya tidak akan mempengaruhi
hasil pengukuran yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah bila pembacaan
salah maka koreksi akan besar sehingga akan jauh dari keadaan yang
sebenarnya. Pada metode compas survey dapat dilakukan koreksi, metode
chain survey tidak sehingga hasil akhirnya juga akan tetap salah.

Pengukuran di lapangan sering terjadi kesalahan, kesalahan tersebut


yaitu kesalahan random, sistematis dan kesalahan kasar. Kesalahan random
adalah kesalahan akibat pengaruh alam misalnya gempa, hujan, dll.
Kesalahan sistematis adalah kesalahan akibat peralatan yang digunakan. Misal
kompas sudah tidak akurat lagi. Dan kesalahan yang paling banyak dilakukan
di lapangan adalah kesalahan kasar yaitu kesalahan yang dilakukan akibat
manusianya/pengukur sendiri. Misalnya kurang teliti membaca alat. Dan oleh
karena itu menjadi kekurangan dan hambatan dalam praktikum kali ini
sehingga data kurang akurat. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik
kompas harus dijauhkan dari benda-benda bermagnet atau benda-benda yang
mengandung besi, karena magnet jarum akan terpengaruh oleh benda-benda
tersebut sehingga akan menyebabkan kesalahan dalam penentuan arah/sudut.

VII. Kesimpulan
1. Metode chain surveying lebih mudah digunakan karena praktis dan
menggunakan alat-alat yang sederhana
2. Kelemahan chain survey adalah tidak cocok untuk pemetaan daerah yang
luas dan kurang akurat
3. Pada compas survey besar selisih sudut (pulang pergi) harus 180°.
4. Kelemahannya adalah bila pembacaan salah maka koreksi akan besar.
5. Kelebihan compas survey dibandingkan chain survey adalah ketelitian
dan keakuratan hasil pengukuran lebih baik dibandingkan dengan chain
survey dan cakupan wilayahnya lebih luas.
6. Pengoreksian dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu graphical plot dan
matematis
DAFTAR PUSTAKA

Sudaryatno. 2001. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta ;


Fakultas geografi Universitas Gadjah Mada.
Sukoco, Mas, Sukwardjono. 1996. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta ;
Fakultas geografi Universitas Gadjah Mada.
Wongsocitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta ; Kanisius
Tabel Pengukuran Poligon dengan Compass surveying

No. Garis ukur Jarak Azimuth Koreksi Azimuth terkoreksi


AB 1550 -5 1500
1 7,5 m
BA 3300 0 3300
BC 2200 0 2200
2 8,45 m
CB 400 0 400
CD 2970 0 2970
3 5,83 m
DC 1170 0 1170
DE 3580 0 3580
4 8,4 m
ED 1790 -1 1780
EA 770 -1 760
5 8 m
AE 2550 +1 2560

You might also like