You are on page 1of 73

strategis kawasan meliputi penataan ruang kawasan strategis nasional,

penataan ruang kawasan strategis provinsi (KSP), dan penataan ruang


kawasan strategis kabupaten/kota.
Dalam rangka perwujudan pengembangan KSP secara efisien dan efektif
yang penyusunan rencana tata ruang (RTR)-nya diamanatkan oleh
peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW)
provinsi, perlu suatu proses perencanaan untuk masing-masing KSP secara
baik dan benar serta implementasi RTR KSP yang disepakati oleh semua
pemangku kepentingan di daerah. Oleh karena itu, diperlukan acuan
dalam penyusunan RTR KSP dengan memperhatikan berbagai peraturan
perundang-undangan terkait.
Dengan adanya pedoman penyusunan RTR KSP, diharapkan dapat
mengakomodasi kebutuhan peraturan pelaksanaan dalam rangka
implementasi UU 26/2007.
1.2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun RTR KSP
oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya.
b. Tujuan
Pedoman ini bertujuan untuk mewujudkan RTR KSP yang sesuai
dengan ketentuan UU 26/2007 dan peraturan pelaksanaannya.
1.3. Ruang Lingkup
Pedoman ini memuat ketentuan umum muatan RTR KSP, ketentuan teknis
muatan RTR KSP, dan prosedur penyusunan RTR KSP.
1.4. Istilah dan Definisi
a.

b.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat


RTRW Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah provinsi, yang merupakan penjabaran dari RTRWN, dan yang
berisi: tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi;
rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola ruang wilayah
provinsi; penetapan kawasan strategis provinsi; arahan pemanfaatan
ruang wilayah provinsi; dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah provinsi.
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya
disingkat RTR KSP adalah rencana rinci dari RTRW Provinsi yang
memuat tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana

h.

i.

j.
k.

l.

m.
n.
o.

p.

q.

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.


Warisan Budaya/Adat Tertentu adalah kekayaan budaya (cultural
capital) yang mempunyai nilai penting bagi pemahaman dan
pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam
kerangka memupuk kepribadian masyarakat dan bangsa.
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan
prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air
yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau
bukti kejadian pada masa lalu.
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki
dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan
dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Masyarakat Adat adalah kelompok masyarakat yang secara turuntemurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan
pada asal-usul leluhur
Kawasan Teknologi Tinggi adalah kawasan yang menggunakan
teknologi untuk kegiatan pengamatan, perekaman, pengolahan, serta
pelaporan data dan informasi terkait dengan keadaan bumi dan
angkasa,
pengembangan
fasilitas
uji
terbang
roket,
serta
pengembangan teknologi dirgantara dan kebijakan kedirgantaraan
nasional.
Kawasan Sumber Daya Alam adalah kawasan yang muncul secara
alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia
berupa komponen biotik (hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan
abiotik (minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah).
Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk

dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala


pelayanan
primer/sekunder/tersier
dan
pelabuhan
internasional/nasional.
w. Jalan Arteri Sekunder adalah jaringan jalan yang menghubungkan
antara pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti dan pusat kegiatan di
kawasan perkotaan di sekitarnya.
x. Jalan Kolektor Primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan
secara berdayaguna antar-PKW dan antara PKW dengan PKL.
y.
Jalan Kolektor Sekunder adalah kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
z.
Arahan Perizinan adalah arahan yang berfungsi sebagai dasar dalam
menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota, yang harus dipenuhi oleh setiap
pihak sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
aa. Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif adalah arahan yang
berfungsi sebagai dasar dalam menyusun ketentuan insentif dan
disinsentif dalam RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota.
bb. Arahan Pengenaan Sanksi adalah arahan yang berfungsi sebagai dasar
dalam menyusun ketentuan sanksi dalam RTRW provinsi dan RTRW
kabupaten/kota.
1.5. Acuan Normatif
Pedoman ini disusun dengan memperhatikan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;

u.
v.
w.
x.
y.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan


Kawasan Ekonomi Khusus;
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang;
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulaupulau Kecil Terluar; dan
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.

1.6. Kedudukan Pedoman


Pedoman bidang penataan ruang saling terkait satu sama lain sehingga
masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat komplementer.
Secara diagramatis keterkaitan pedoman ini dengan peraturan perundangundangan bidang penataan ruang lainnya ditunjukkan pada Gambar 1.1
sebagai berikut

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

1.7. Fungsi dan Manfaat Pedoman


a. Fungsi
Fungsi pedoman penyusunan RTR KSP yaitu sebagai:
1) acuan yang secara umum memberikan pengertian dan wawasan
aspek ketataruangan, serta koridor dalam penyusunan RTR KSP; dan
2) acuan yang secara khusus memberikan prinsip-prinsip, konsep
pendekatan, arahan muatan teknis, arahan proses dan prosedur,
serta dasar hukum yang melandasi penyusunan RTR KSP.
b. Manfaat
Manfaat pedoman penyusunan RTR KSP yaitu untuk:
1) memberikan panduan untuk mencapai standardisasi kualitas RTR
KSP;
2) memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan persoalan dan
keanekaragaman dari setiap KSP; dan
3) membantu percepatan penyusunan RTR KSP.
1.8. Pengguna Pedoman
Pengguna pedoman ini adalah seluruh pemangku kepentingan dalam
penyusunan dan penetapan RTR KSP, khususnya instansi pemerintah daerah
yang berwenang menyusun RTR KSP, dan masyarakat dalam rangka
pemahaman pokok-pokok pengaturan RTR KSP.

Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar 2.1.
Kedudukan RTRKSP dalam Sistem Penataan Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
RTR KSP merupakan
erupakan penjabaran RTRW Provinsi yang disusun sesuai dengan
tujuan penetapan masing-masing
masing
KSP. Muatan RTR KSP ditentukan oleh nilai
strategis yang menjadi kepentingan provinsii dan beris
berisi aturan terkait dengan
hal-hal
al spesifik di luar kewenangan Pemerintah dan pemerintah
kabupaten/kota
kabupaten/kota.
Kepentingan provinsi pada KSP merupakan dasar
pertimbangan
utama
dalam
penyusunan
dan
penetapan
RTR
RTRW
kabupaten/kota RTR KSP juga menjadi acuan teknis bagi instansi sektoral
kabupaten/kota.
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
2.2. Fungsi dan Manfaat RTR KSP
a. Fungsi
Fungsi RTR KSP yaitu sebagai:
1) alat koordinasi penyelenggaraan
penyelenggaraan penataan ruang pada KSP yang
diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;
2) acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam
rangka pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan K
KSP;
3) dasar pengendalian pemanfaatan
pemanfaatan ruang KSP, termasuk acuan
penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam RTRW
kabupaten/kota dan dapat dijadikan dasar penerbitan perizinan
sepanjang skala informasi RTR KSP setara dengan kedalaman RTRW
yang seharusnya menjadi dasar perizinan dala
dalam
m hal peraturan daerah
(perda) tentang RTRW kabupaten/kota belum berlaku.
6

Kementerian Pekerjaan Umum

Isu strategis provinsi merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan provinsi


pada suatu kawasan sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai
KSP.
Isu strategis provinsi dikelompokkan berdasarkan sudut kepentingan
strategis provinsi yaitu 1) pertumbuhan ekonomi, 2) sosial dan budaya, 3)
pendayagunaan sumber daya alam (SDA) dan/atau teknologi tinggi, dan 4)
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Proses merumuskan isu strategis
provinsi dapat dilakukan melalui pendekatan top down dan/atau bottom up.
Isu strategis provinsi dapat berasal dari cara pandang pemerintah provinsi
terhadap potensi maupun permasalahan di daerah yang dianggap memiliki
nilai strategis provinsi (pendekatan top down), dan/atau berdasarkan
permasalahan yang diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi untuk diangkat menjadi isu strategis
provinsi (pendekatan bottom up).
Isu strategis provinsi tersebut dapat berupa isu-isu yang termuat dalam
berbagai dokumen kebijakan provinsi, antara lain meliputi:
a. Pertumbuhan Ekonomi:
1) masih adanya kesenjangan ekonomi di dalam wilayah provinsi yang
disebabkan oleh perbedaan potensi wilayah;
2) lemahnya interaksi ekonomi antar wilayah termasuk antardesa-kota,
yang ditandai dengan lemahnya keterkaitan aktivitas ekonomi huluhilir;
3) masih adanya keterbatasan prasarana dan sarana pendukung
pertumbuhan ekonomi wilayah;
4) lemahnya pengembangan nilai tambah produk unggulan di kawasan
strategis berbasis ekonomi, rendahnya standardisasi kualitas produk
nasional, dan belum terintegrasinya penerapan teknologi, kualitas SDM,
dan dukungan pengembangan industri unggulan untuk menghasilkan
produk-produk unggulan;
5) masih tingginya tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan pembagian
pendapatan, serta terbatasnya akses ekonomi dan sosial masyarakat
miskin;
6) kurangnya daya dukung pengembangan aktivitas ekonomi dalam
penyerapan tenaga kerja;
7) masih adanya alih fungsi lahan ekonomi potensial, sehingga diperlukan
pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga nilai strategis
kawasan potensial; dan
8) masih diperlukan pengembangan industri unggulan untuk mengolah
komoditas unggulan menjadi produk unggulan daerah.
b. Sosial dan Budaya
1) keberadaan objek sejarah yang perlu pelindungan dan pengamanan
pada kawasan warisan budaya yang ditetapkan sebagai warisan budaya
daerah;

Kementerian Pekerjaan Umum

menjamin fungsi kawasan;


2) belum dimilikinya penguasaan teknologi ramah lingkungan dan
kebijakan alokasi ruang pendukung yang mengakibatkan belum
optimalnya pemanfaatan potensi SDA yang ada, baik yang terbarukan
maupun yang tidak terbarukan;
3) tidak terkendalinya alih fungsi lahan pertanian termasuk lahan
pertanian pangan berkelanjutan (LP2B); dan
4) belum dipertimbangkannya aspek penataan ruang dalam penetapan
prasarana dan sarana pendukung, penetapan pusat-pusat pelayanan
dan ketentuan zonasi, serta upaya revitalisasi kawasan dalam kegiatan
pemanfaatan SDA dan pasca pemanfaatan SDA.
d. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
1) adanya kegiatan ekonomi yang masif dan kegiatan masyarakat
adat/tradisional yang memanfaatkan SDA baik di daratan maupun di
pesisir pantai dan laut, yang memberikan tekanan pada kawasan yang
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi;
2) meningkatnya kegiatan ekstraktif SDA khususnya kehutanan dan pola
hidup masyarakat yang mengancam ketersediaan pangan, air, dan
energi, pengembangan budi daya di pesisir dan pulau-pulau kecil, serta
kelestarian fungsi kawasan hutan;
3) menurunnya daya dukung lingkungan yang ditandai dengan
meningkatnya gangguan lingkungan terutama kekeringan, banjir,
longsor, dan menurunnya kualitas air;
4) tingginya potensi bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung
api di Indonesia akibat letak kawasan yang berada pada pertemuan
lempeng bumi dan lintasan gunung api aktif (ring of fire);
5) kurangnya pengendalian terhadap perkembangan permukiman di
kawasan rawan bencana, belum terbangunnya prasarana dan sarana,
serta bangunan yang mampu meminimalisasi dampak bencana, dan
masih belum optimalnya upaya mitigasi bencana; dan
6) adanya kerusakan ekosistem baik di darat maupun di laut yang
memiliki keanekaragaman hayati yang membutuhkan perlindungan
untuk menjamin keberlanjutan keberagaman flora dan fauna.
2.4. Tipologi KSP
RTR KSP disusun berdasarkan tipologi KSP. Tipologi KSP dimaksudkan untuk
menentukan muatan RTR KSP yang harus dimuat sesuai dengan kebutuhan
pengembangan kawasan.
Tipologi KSP ditetapkan dengan mempertimbangkan:
a. sudut kepentingan dan kriteria nilai strategis menurut PP 26/2008 dan PP
No. 15/ 2010;
b. isu strategis provinsi; dan
c. kawasan strategis yang sudah ditetapkan dalam RTRW Provinsi.
Dengan pertimbangan di atas, terdapat 12 (dua belas) tipologi KSP sebagai
berikut: kawasan Perkotaan, kawasan perdesaan, kawasan koridor ekonomi,
kawasan ekonomi cepat tumbuh, kawasan cagar budaya, kawasan
permukiman/komunitas adat, kawasan teknologi tinggi, kawasan sumber

Kementerian Pekerjaan Umum

Kementerian Pekerjaan Umum

Draft Pedoman Penyusunan R

Tabel 2.1. Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan, Kriteria, dan Isu Strategis Provi
SUDUT
KEPENTINGAN
Pertumbuhan
Ekonomi

Sosial dan
Budaya

KRITERIA

ISU STRATEGIS PROVINSI

a. memiliki potensi ekonomi cepat


tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang
dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi;
c. memiliki potensi ekspor;
d. didukung jaringan prasarana dan
fasilitas
penunjang
kegiatan
ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi yang
memanfaatkan teknologi tinggi;
f. berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi pangan dalam
rangka
mewujudkan
ketahanan
pangan;
g. berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi sumber energi
dalam
rangka
mewujudkan
ketahanan energi;
h. dapat merupakan kawasan yang
dapat mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal di dalam wilayah
provinsi.

a. masih adanya kesenjangan ekonomi di dalam wilayah

a. merupakan tempat pelestarian dan


pengembangan adat istiadat atau
budaya;
b. merupakan prioritas peningkatan
kualitas sosial dan budaya;
c. merupakan aset yang harus
dilindungi dan dilestarikan;
d. merupakan tempat perlindungan
peninggalan budaya;
e. memberikan perlindungan terhadap
keanekaragaman budaya;
f. memiliki potensi kerawanan
terhadap konflik sosial.;

TIPOLOGI

provinsi yang disebabkan oleh perbedaan potensi wilayah;


b. lemahnya interaksi ekonomi antarwilayah termasuk
antardesa-kota,
yang
ditandai
dengan
lemahnya
keterkaitan aktivitas ekonomi hulu-hilir;
c. masih adanya keterbatasan prasarana dan sarana
pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah;
d. lemahnya pengembangan nilai tambah produk unggulan di
kawasan
strategis
berbasis
ekonomi,
rendahnya
standardisasi kualitas produk nasional, dan belum
terintegrasinya penerapan teknologi, kualitas SDM, dan
dukungan pengembangan industri unggulan untuk
menghasilkan produk-produk unggulan;
e. masih tingginya tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan
pembagian pendapatan, serta terbatasnya akses ekonomi
dan sosial masyarakat miskin;
f. kurangnya daya dukung pengembangan aktivitas ekonomi
dalam penyerapan tenaga kerja;
g. masih adanya alih fungsi lahan ekonomi potensial,
sehingga diperlukan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk menjaga nilai strategis kawasan potensial; dan
h. masih diperlukan pengembangan industri unggulan untuk
mengolah komoditas unggulan menjadi produk unggulan
daerah.
a. keberadaan objek sejarah yang perlu pelindungan dan
pengamanan pada kawasan warisan budaya yang
ditetapkan sebagai warisan budaya daerah;
b. keberadaan sebaran objek budaya sebagai cagar budaya
terutama yang memiliki nilai sejarah tinggi yang perlu
ditetapkan menjadi objek vital daerah di bidang sosial dan
budaya; dan
c. keberadaan suku asli yang memiliki nilai adat istiadat dan
tradisi yang kuat serta penting untuk budaya bangsa yang
memerlukan pelindungan dan pelestarian.

10

1. Tipologi Kawasan P
Kriteria : a, b, c, d, e
Isu : a,b,c, d, e,f, g,h

2. Tipologi Kawasan P
Kriteria : b,c, f, h.
Isu : a, b, c, d, e, f, g,

3. Tipologi Kawasan K
Ekonomi
Kriteria : a, b, c, d, e,
Isu : b,c, f, g

4. Tipologi Kawasan E
Cepat Tumbuh
Kriteria : a, c, d, e, h
Isu :a,b, c, f,g,h

5. Tipologi Kawasan C
Kriteria : a,b, c, d,e
Isu : a, b

6. Tipologi Kawasan P
Komunitas Adat
Kriteria : a,b, c, d, e,
Isu : c.

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

SUDUT
KEPENTINGAN
Pendayagunaan
Sumber Daya
Alam dan/atau
Teknologi Tinggi

Fungsi dan
Daya Dukung
Lingkungan
Hidup

KRITERIA

ISU STRATEGIS PROVINSI

a. diperuntukan
bagi
kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasarkan lokasi
sumber
daya
alam
strategi,
pengembangan
antariksa,
serta
tenaga atom dan nuklir;
b. memiliki
sumber
daya
alam
strategis;
c. memiliki fungsi sebagai pusat
pengendalian dan pengembangan
antariksa;
d. memiliki fungsi sebagai pusat
pengendalian tenaga atom dan
nuklir;
e. memiliki fungsi sebagai lokasi
penggunaan
teknologi
tinggi
strategis.
a. merupakan tempat perlindungan
keanekaragaman hayati;
b. merupakan kawasan lindung yang
ditetapkan
bagi
perlindungan
ekosistem, flora dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan
akan punah yang harus dilindungi
dan/atau dilestarikan;
c. memberikan
perlindungan
keseimbangan tata guna air yang
setiap
tahun
berpeluang
menimbulkan kerugian;
d. memberikan perlindungan terhadap
keseimbangan iklim makro;
e. menuntut
prioritas
tinggi
peningkatan kualitas Lingkungan
hidup;
f. merupakan kawasan rawan bencana
alam;
g. merupakan kawasan yang sangat
menentukan dalam perubahan rona
alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

a. belum tersedianya alokasi ruang untuk kegiatan terkait


dengan penelitian, pemanfaatan, dan pengelolaan teknologi
tinggi serta pengamatan, pengolahan, pelaporan data dan
informasi dalam rangka menjamin fungsi kawasan;
b. belum
dimilikinya
penguasaan
teknologi
ramah
lingkungan dan kebijakan alokasi ruang pendukung yang
mengakibatkan belum optimalnya pemanfaatan potensi
SDA yang ada, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
c. tidak terkendalinya alih fungsi lahan pertanian termasuk
lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B); dan
d. belum dipertimbangkannya aspek penataan ruang dalam
penetapan prasarana dan sarana pendukung, penetapan
pusat-pusat pelayanan dan ketentuan zonasi, serta upaya
revitalisasi kawasan dalam kegiatan pemanfaatan SDA dan
pasca pemanfaatan SDA.

7. Tipologi Kawasan T
Tinggi
Kriteria : a,c,d,e
Isu : a,b

a. adanya kegiatan ekonomi yang masif dan kegiatan


masyarakat adat/tradisional yang memanfaatkan SDA
baik di daratan maupun di pesisir pantai dan laut, yang
memberikan tekanan pada kawasan yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi;
b. meningkatnya kegiatan ekstraktif SDA khususnya
kehutanan dan pola hidup masyarakat yang mengancam
ketersediaan pangan, air, dan energi, pengembangan budi
daya di pesisir dan pulau-pulau kecil, serta kelestarian
fungsi kawasan hutan;
c. menurunnya daya dukung lingkungan yang ditandai
dengan meningkatnya gangguan lingkungan terutama
kekeringan, banjir, longsor, dan menurunnya kualitas air;
d. tingginya potensi bencana gempa bumi, tsunami, dan
letusan gunung api di Indonesia akibat letak kawasan
yang berada pada pertemuan lempeng bumi dan lintasan
gunung api aktif (ring of fire);
e. kurangnya
pengendalian
terhadap
perkembangan
permukiman di kawasan rawan bencana, belum
terbangunnya prasarana dan sarana, serta bangunan yang
mampu meminimalisasi dampak bencana, dan masih
belum optimalnya upaya mitigasi bencana; dan
f. adanya kerusakan ekosistem baik di darat maupun di laut

9. Kawasan Perlindun
pelestarian Lingkung
Kriteria :a, b, c, d, e,
Isu : a, b, c, e,f

Kementerian Pekerjaan Umum

11

TIPOLOGI

8. Tipologi Kawasan S
Alam
Kriteria : a, b,
Isu : b, c,d

10. Tipologi Kawasan


Bencana
Kriteria : f, g
Isu : d,e
11. Tipologi Kawasam
Lingkungan
Kriteria : a,b,c,d,e,f,
Isu : a,b,c, f

12. Tipologi Kawasan


Perlindungan Pesis
kecil
Kriteria :a, b, c, d, e,
Isu : a, b, c, d, e, f

Draft Pedoman Penyusunan R

SUDUT
KEPENTINGAN

KRITERIA

ISU STRATEGIS PROVINSI

TIPOLOGI

yang memiliki keanekaragaman hayati yang membutuhkan


perlindungan
untuk
menjamin
keberlanjutan
keberagaman flora dan fauna.

Tabel 2.2 Dasar-Dasar Penetapan KSP Berdasarkan Tipologi


TIPOLOGI
1. Kawasan Perkotaan

2. Kawasan Perdesaan

3. Kawasan Koridor Ekonomi

4. Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh

5. Kawasan Cagar budaya

DASAR-DASAR PENETAPAN KSP

a. dapat berbentuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota.
b. dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan jasa, perdagangan, dan industri dengan jangkaua
dan/atau antarprovinsi.
c. ketersediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan.
a. dapat berbentuk kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten atau mencakup 2 (
pada satu wilayah provinsi.
b. potensi kawasan produksi pertanian;
c. sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian;
d. aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani, nelayan, penambang rakyat, atau pengrajin keci
e. kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan tangkap;
f. tempat permukiman perdesaan termasuk kawasan transmigrasi, pelayanan jasa pemerintahan, pelayana
g. kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah;
h. bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkunganalami.
a. potensi ekonomi yang beragam dan inklusif.
b. memiliki basis ekonomi yang integral dan kompetitif.
c. dapat terdiri atas beberapa pusat-pusat pertumbuhan.
d. didukung kebijakan pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan kompetitif.
e. memiliki sistem jaringan transportasi darat, laut, dan udara.
a. potensi ketersediaan sumberdaya alam yang meliputi sektor dan produk-produk unggulan yang dapat d
ketersedian pencadangan lahan bagi pengembangan investasi, khususnya dalam mendorong industri pe
baku lokal sebagai potensi penggerak pengembangan perekonomian kawasan secara berkelanjutan;
b. potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang relatif memadai sesuai kebutuhan pengembangan bis
kawasan;
c. keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan, dan pusat pertumbuhan dengan dae
suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi.
a. wilayah dimana terdapat benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesat
bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun,
b. mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun,
12

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

TIPOLOGI

6. Kawasan Permukiman/
Komunitas Adat Tertentu

7. Kawasan Teknologi Tinggi

8. Kawasan Sumber Daya Alam

9. Kawasan Perlindungan dan


pelestarian Lingkungan Hidup

10. Kawasan rawan bencana

11. Kawasan Kritis Lingkungan

Kementerian Pekerjaan Umum

DASAR-DASAR PENETAPAN KSP

c. memiliki nilai penting bagi ilmu sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;
d. memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan;
e. merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan mempunyai pengaruh sangat penting yang dala
wilayah provinsi.
a. wilayah dimana terdapat permukiman/komunitas adat tertentu dimana terdapat kelompok perm
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun,
b. mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun,
c. memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;
d. merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan mempunyai pengaruh sangat penting yang dala
provinsi.
a. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
c. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
d. potensi pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listri
e. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
a. potensi minyak dan gas bumi termasuk minyak dan gas bumi lepas pantai;
b. potensi sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral
genetik semuanya tidakdapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi;
c. potensi pertambangan mineral dan batubara.
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas yan
b. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil per
(seratus tujuh puluh lima) atau lebih;
c. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen);
d. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut
e. ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa;
f. kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata a
g. merupakan kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting dalam perlindungan dan pelestarian ling
a. kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana;
b. kawasan rawan bencana terdiri dari :
1) longsor, wilayah yang memiliki kerentanan gerakan tanah tinggi
2) zona patahan aktif, wilayah berada 250 m dari zona patahan aktif
3) tsunami, wilayah dengan elevasi rendah yang pernah atau berpotensi tsunami
4) letusan gunung berapi, wilayah sekitar kawah/kaldera, wilayah yang terkena aliran uap panas,
beracun
5) rawan gempa bumi, wilayah yang pernah atau berpotensi mengalami gempa bumi dengan skala 7 1
6) rawan bencana banjir,, wilayah dataran banjir, wilayah cekungan dan sempadan sungai
7) bencana lainnya.
a. indikasi terganggunya konservasi/pelestarian keanekaragaman hayati (flora dan fauna);
b. indikasi terganggunya kesuburan tanah;
c. indikasi terganggunya fungsi hidrologi/geohidrologis dan hidroorologis;
13

Draft Pedoman Penyusunan R

TIPOLOGI
12. Kawasan Perlindungan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil

DASAR-DASAR PENETAPAN KSP

d. pemanfaatan ruang di bentang alam (topografi) yang sudah beresiko tinggi bencana banjir dan longsor.
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas yan
b. kawasan pesisir yang dilindungi yaitu :
1) daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut
2) daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak
kondisi fisik pantai.
c. Pulau-pulau kecil merupakan suatu daratan yang pada saat pasang tertinggi tidak tertutupi air, dengan
d. kawasan perlindungan pesisir dan pulau kecil, terdiri dari ;
1) kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
2) suaka margasatwa laut;
3) cagar alam laut;
4) kawasan pantai berhutan bakau;
5) taman nasional laut;
6) taman wisata alam laut;

14

KSP berbasis kawasan merupakan KSP yang dicirikan oleh keberadaan


wilayah yang direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan entitas
kawasan fungsional, dapat meliputi satu atau lebih wilayah administrasi
kabupaten/kota. Contoh KSP berbasis kawasan antara lain Kawasan
Perkotaan Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti) di Provinsi Jawa
Tengah, Kawasan Koridor Ekonomi Banda Aceh-Meulaboh-Subulussalam,
dan Kawasan Teluk Balikpapan (Sepaku-Penajam-Balikpapan).
KSP berbasis objek strategis merupakan KSP yang dicirikan oleh
keberadaan objek strategis berkaitan dengan fungsi strategis objek yang
ditetapkan sebagai KSP. Contoh KSP berbasis objek strategis antara lain
Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto, Observatorium Bosscha di
Bandung, Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Provinsi Jawa
Timur.

Gambar 2.2 Ilustrasi Bentuk KSP Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis
KSP dapat berimpit dengan kawasan lain seperti KSN, KSK dan/atau
kawasan perkotaan yang diatur dengan RDTR. Beberapa contoh ilustrasi
kedudukan KSP dapat dilihat pada gambar berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum

15

Gambar 2.3. Ilustrasi Lokasi KSP


b. Delineasi
Penentuan delineasi KSP dilakukan sesuai dengan tipologi KSP dilakukan
dengan mempertimbangkan:
1) kondisi daya dukung dan daya tampung fisik dasar;
2) Kondisi penggunaan lahan;
3) potensi perekonomian;
4) interaksi sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya masyarakat;
5) potensi sumber daya alam;
6) potensi rawan bencana;
7) keberadaan infrastruktur;
8) pertimbangan batas fisik dan/atau administrasi; dan
9) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
c. Fokus penanganan
Penentuan fokus penanganan KSP dilakukan dengan mempertimbangkan
upaya yang perlu diprioritaskan untuk mewujudkan fungsi kawasan
berdasarkan nilai dan isu strategis kawasan sesuai dengan tipologi KSP.
d. Skala peta
Penentuan skala peta KSP disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan
dalam proses perencanaan RTR KSP dan penggunaan RTR KSP, serta
kebutuhan muatan materi yang akan diatur di dalam RTR KSP tersebut.
e. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang KSP dilakukan
dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus penanganan KSP.

16

Kementerian Pekerjaan Umum

dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima)


tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRWP)
beserta indikasi sumber pembiayaan.
h. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP dilakukan dengan
mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar pemanfaatan ruang
dilaksanakan sesuai dengan RTR KSP.
i. Pengelolaan
Penentuan pengelolaan KSP dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan
penanganan kawasan sesuai dengan tipologi KSP.
PENETAPAN TIPOLOGI
Sudut Kepentingan
(PP No 15/2010 pasal
46)

Isu Strategis
Provinsi

Kriteria
(PP 15/2010;

KSP di dalam
RTRWP

Tipologi KSP

PENYUSUNAN KERANGKA MUATAN RTR KSP


Identifikasi
Bentuk

Delineasi

Penetapan
Fokus
Penanganan

Penentuan
Skala Peta

PERUMUSAN MUATAN
RTR KSP
Tujuan, Kebijakan, dan Strategi

Konsep Pengembangan

Arahan Pemanfaatan Ruang

Arahan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang

Pengelolaan

Gambar 2.4. Penentuan Muatan RTR KSP

Kementerian Pekerjaan Umum

17

Draft Pedoman Penyusunan R

Tabel 2.4. Ketentuan Umum Muatan Pedoman RTR KSP berdasarkan Tipologi
Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

Skala
Peta

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

kawasan
perkotaan

ditentu
kan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa
n

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atika
n
siste
m
perk
otaa
n
dan
kesei
mba
ngan
ekolo
gis

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
sinergi
hubungan
fungsional
antara
kawasan
perkotaan inti
dan kawasan
perkotaan di
sekitarnya
sebagai pusat
permukiman
dan kegiatan
perekonomian
skala regional,
melalui
dukungan
sistem
jaringan
prasarana
yang handal

digunak
an
skala.

difokuskan
pada
- pengembangan
kependudukan
,
- pengembangan
perekonomian,
- pengembangan
struktur ruang
dan pola
ruang.

kawasan
perdesaan

ditentu
kan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
pengembanga
n kawasan
yang terpadu
dalam rangka
mendorong

digunak
an skala

difokuskan
pada
- pengembangan
sektor
unggulan
wilayah,
- pengembangan

Rencana
Struktur
Ruang

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

difokuskan
difokuska
pada
n pada:
hubungan
-pengatura
fungsional
n kawasan
kawasan
perkotaan inti lindung,
dan
dan kawasan
-pengatura
perkotaan di
n kawasan
sekitarnya
budi daya,
khususny
a
penjabara
n fungsi
permukim
an dan
fungsi
ekonomi

difokuskan
pada
- pusat
kegiatan
ekonomi
unggulan,
- sistem pusat

Difokuska
n pada
pengemba
ngan
sentra
ekonomi
unggulan
18

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang

difokuska difokuska
n pada
n pada:
perwujud - arahan
an
peraturan
hubunga
zonasi,
n
dan
fungsiona -arahan
l kawasan perizinan,
inti dan
insentif
kawasan
disinsentif
perkotaan , dan
sesuai
sanksi.
dengan
struktur
dan pola
ruang.

di
lem
m
ka

Difokuska Difokuska
n pada
n pada
perwujud -arahan
an fungsi
peraturan
pengemba zonasi,
ngan
dan
sektor
-arahan

di
lem
m
pe
te

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

kawasan
koridor
ekonomi

Kementerian Pekerjaan Umum

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

s
kawasa
n

atika
n
sebar
an
kegia
tan
ekon
omi
dan
kesei
mba
ngan
ekolo
gis

pengembanga
n sektor
unggulan
selektif
berbasis
masyarakat
(memiliki
kekuatan
pasar baik
lokal,dan
regional)
sebagai
penggerak
pertumbuhan
ekonomi
wilayah, serta
dukungan
sistem
jaringan
prasarana
yang handal

ditentu
kan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atika
n

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
pengembanga
n kawasan
koridor
ekonomi dan
sinergi
hubungan

Skala
Peta

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

Rencana
Struktur
Ruang

sistem
pelayanan,
prasarana, dan
dan
- sistem
ketenaga
jaringan
kerjaan serta
prasarana
perlindungan
kawasan.

digunak
an skala

19

difokuskan
pada
- penetapan
kegiatan
ekonomi,
- sistem
prasarana, dan
- perlindungan
kawasan

difokuskan
pada
hubungan
fungsional
kawasan inti
dan dan
kawasan
penyangganya
.

Rencana
Pola
Ruang
wilayah,
meliputi:
sentra
produksi,
sentra
pengolaha
n, sentra
koleksi
dan
distribusi

difokuska
n pada
- penentua
n zona
pada
kawasan
inti dan
- penentua
n zona

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang
unggulan
yang
terpadu

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang
perizinan,
dan
arahan
insentif
disinsentif

difokuska Difokuska
n pada
n pada :
perwujud -arahan
an fungsi
peraturan
kawasan
zonasi,
pengemba dan
ngan
arahan
ekonomi
perizinan,
wilayah
dan

di
lem
m
ek

Draft Pedoman Penyusunan R

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

kawasan
ekonomi
cepat
tumbuh

kawasan
warisan
budaya

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

kawa
san
inti
dan
kawa
sn
peny
angg
a

fungsional
dengan
kawasan
sekitarnya

ditentu
kan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa
n/
objek
strategi
s

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atika
n
kawa
san
inti
dan
kawa
sn
peny
angg
a

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
pengembanga
n kawasan
ekonomi cepat
tumbuh

ditentukan
sebagai
KSP
dengan

diten
tuka
n
deng
an

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
lingkungan
kawasan

Konsep Pengembangan
Kawasan

Skala
Peta

digunak
an
skala.

Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

digunakan
skala

Difokuskan
pada:
Peningkatan
fungsi
kawasan,
Dukungan
ketenagakerjaa
n,
sistem
prasarana, dan
perlindungan
kawasan

difokuskan
pada:
-pelindungan
terhadap
kawasan/objek

Rencana
Struktur
Ruang

difokuskan
pada
- pusat
kegiatan
ekonomi,
- sistem pusat
pelayanan,
dan
- sistem
jaringan
prasarana

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang

pada
kawasan
penyangg
a

arahan
insentif
disinsentif

difokuska
n pada:
- penentua
n zona
pada
kawasan
inti dan
- penentua
n zona
pada
kawasan
penyangg
a

difokuska Difokuska
n pada
n pada :
perwujud -arahan
an fungsi
peraturan
kawasan
zonasi,
ekonomi
dan
sesuai
-arahan
dukunga
perizinan,
n
dan
infrastruk arahan
tur.
insentif
disinsentif

di
lem
m
ek

difokuska difokuska
n
pada n pada:
perwujud -arahan
an
peraturan
kelestaria zonasi,

di
(le
m
da
da

difokuskan
difokuska
pada:
n pada:
- sistem pusat - penentua
pelayanan
n
zona
(untuk yang pada
20

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

kawasan
permukiman
komunitas
adat

Kementerian Pekerjaan Umum

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

Skala
Peta

bentuk
berbasi
s
kawasa
n/objek
strategi
s

mem
perh
atikan
kawa
san
inti
dan
kawa
san
peny
angg
a

dan/atau
objek budaya
yang
lestari
pada
jangka
panjang

ditentu
kan
sebagai
KSP
berbasi
s
kawasa
n

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atikan
kawa
san
inti
dan

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
lingkungan
kawasan
sosial dan
budaya yang
lestari pada
jangka
panjang

21

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

warisan
budaya,
-pengendalian
dan
pengembangan
kawasan inti
sesuai dengan
kearifan lokal
dan nilai-nilai
warisan
budaya, dan
- pengendalian
dan
pengembangan
kawasan
penyangga
untuk
melindungi
kawasan inti
difokuskan
digunapada:
kan
-pelindungan
skala
terhadap
kawasan
warisan
budaya,
-pengendalian
dan
pengembangan
kawasan inti
sesuai dengan
kearifan lokal
dan nilai-nilai

Rencana
Struktur
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang

berbasis
kawasan
kawasan),
inti, dan
dan
- penentua
- sistem
n
zona
jaringan
pada
prasarana
kawasan
(untuk yang penyangg
berbasis
a
kawasan dan
berbasis
objek
strategis)

n
kawasan
dan/atau
objek
budaya

-arahan
perizinan,
-arahan
pemberian
insentif
dan
disinsentif
, dan
-arahan
pengenaa
n sanksi

difokuskan
difokuska
pada:
n pada:
- sistem pusat - penentua
pelayanan
n
zona
(untuk yang pada
berbasis
kawasan
kawasan),
inti, dan
dan
- penentua
- sistem
n zona
jaringan
pada
prasarana
kawasan
penyangg
a

difokuska difokuska
n pada:
n pada
perwujud -arahan
peraturan
an
kelestaria zonasi,
-arahan
n
perizinan,
kawasan
-arahan
pemberian
insentif
dan
disinsentif
, dan

di
(le
m
da
da

Draft Pedoman Penyusunan R

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

Skala
Peta

kawa
san
peny
angg
a.

kawasan
teknologi
tinggi

ditentukan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s objek
strategi
s

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atikan
kawa
san
inti
dan
kawa
san
peny
angg
a

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
lingkungan
kawasan
dan/atau
objek
teknologi
tinggi
berfungsi
maksimal
sesuai dengan
jangka waktu
rencana
operasional

digunakan
skala

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

warisan
budaya, dan
- pengendalian
dan
pengembangan
kawasan
penyangga
untuk
melindungi
kawasan inti
difokuskan
pada:
- pelindungan
dan
persyaratan
teknis
kawasan
teknologi
tinggi,
- pengaturan
kegiatan dan
dukungan
prasarana
kawasan, dan
- pengendalian
pemanfaatan
ruang pada
kawasan
penyangga

Rencana
Struktur
Ruang

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang
arahan
pengenaa
n sanksi

difokuskan
pada:
- penyediaan
sistem
jaringan
prasarana
untuk
operasionalisasi
kawasan,
- pengendalia
n sistem
jaringan
prasarana
pada
kawasan
penyangga
dan
- pengendalia
n sistem
pusat
pelayanan
pada

difokuska
n pada
penentuan
zona di
kawasan
penyangga
untuk
menjamin
operasiona
lisasi
instalasi
teknologi
tinggi

22

difokuska difokuska
n pada
n pada:
perwujud - arahan
an fungsi
peratura
kawasan
n zonasi,
dan/atau
dan
objek
- arahan
teknologi
perizinan
tinggi
berfungsi
secara
maksimal

di
da
ya
te

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

Skala
Peta

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

Rencana
Struktur
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang

kawasan
penyangga
8

kawasan
sumber daya
alam

Ditentu
-kan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa
n

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atikan
kawa
san
inti
dan
kawa
san
peny
angg
a

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
keseimbangan
ekosistem
kawasan
dengan
melindungi
/memanfaatk
an SDA
secara aman

digunakan
skala

difokuskan
difokuskan
pada:
pada
- pemanfaatan
- sistem
SDA,
jaringan
- pengelolaan
prasarana,
lingkungan,
dan
- pengaturan
- sistem pusat
sistem jaringan
pelayanan
prasarana, dan
(saat
- pengelolaan
pemanfaatan
kawasan
dan pasca
penyangga
pemanfaatan
SDA)

difokuska
n pada:
- pengatura
n
keseimba
n-an
ekosistem
kawasan
dan
pemanfaa
t-an SDA
pada
kawasan
inti, dan
- penentua
n zona
pada
kawasan
penyangg
a

difokuska difokuska
n pada
n pada:
perwujud - arahan
an fungsi
peratura
keseimba
n zonasi,
ngan
dan
kawasan - arahan
ekosistem
pemberia
terkait
n insentif
pemanfaa
dan
t-an SDA
disinsenti
f

di
da
ya
pe
pe
ke

kawasan
perlindungan
dan pelestarian lingkungan Hidup

ditentukan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atika
n

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
lingkungan
kawasan
perlindungan
dan
pelestarian
lingkungan

digunakan
skala.

difokuskan
difokuskan
pada
pada
- pengelolaan
- pengendalian
lingkungan
pembanguna
- pengaturan
n sistem
kegiatan,
jaringan
- pengaturan
prasarana
sistem jaringan
dan
prasarana, dan - pengendalian

difokuska
n pada:
- penentua
n zona
pada
kawasan
inti dan
- penentua
n zona

difokuska difokuska
n pada:
n pada
perwujud - arahan
peratura
an fungsi
n zonasi,
lingkunga
dan
n
kawasan
arahan
yang
pemberian
lestari
insentif

di
da
ya
pe
pe
ke

Kementerian Pekerjaan Umum

23

Draft Pedoman Penyusunan R

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

1
0

Kawasan
rawan
bencana

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

kawa
san
inti
beru
pa
kawa
san
yang
dilin
dung
i/dile
stari
kan
dan
kawa
san
peny
angg
a

hidup yang
lestari

ditentukan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa
n

diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atikan
kawa
san
rawa
n

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
pemanfaatan
ruang
berbasis
mitigasi dan
adaptasi
bencana

Skala
Peta

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

- pengelolaan
kawasan
penyangga

digunakan
skala

difokuskan
pada:
- penetapan
kegiatan
dalam upaya
mitigasi dan
adaptasi
bencana,
- pengaturan
sistem
evakuasi, dan
- pengendalian
pemanfaatan

Rencana
Struktur
Ruang
sistem pusat
pelayanan.

difokuskan
pada sistem
evakuasi
bencana

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Rencana
Pola
Ruang
pada
kawasan
penyangg
a

difokuska
n pada:
- penentua
n zona
pada
kawasan
rawan
bencana,
dan
- penentua
n zona
pada jalur
evakuasi
24

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang
dan
disinsentif
, dan
sanksi

difokuska difokuska
n pada
n pada:
perwujud - arahan
an sistem
peratura
evakuasi
n zonasi,
dan
- arahan
pemberia
n insentif
dan
disinsenti
f

di
da
ya
be

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

1
1

1
2

Kawasan
Kritis
Lingkungan

Kawasan
Perlindungan
Pesisir dan
Pulau Kecil

Kementerian Pekerjaan Umum

Bentuk
KSP

Ditentu
-kan
sebagai
KSP
dengan
bentuk
berbasi
s
kawasa
n

ditentu
kan
sebagai
KSP
dengan

Delin
iasi

benc
ana
dan
jalur
evak
uasi
diten
tuka
n
deng
an
mem
perh
atikan
WS/
DAS
dan
kawa
san
ekosi
stem
beser
ta
peny
angg
anya
diten
tuka
n
deng
an

Fokus
penanganan

Skala
Peta

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

Rencana
Struktur
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang

ruang pada
kawasan
rawan
bencana
difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
komposisi
kawasan
lindung dan
kawasan budi
daya yang
menjamin
keserasian
antara
kemampuan
dan
pemanfaatan
unsur dalam
alam secara
timbal balik

digunakan
skala

difokuskan
dalam rangka
mewujudkan
komposisi
kawasan

digunakan
skala

25

difokuskan
difokuskan
pada:
pada:
- pengelolaan
- pengendalian
lingkungan,
pembanguna
- pengendalian
n sistem
sistem pusat
jaringan
pelayanan,
prasarana
- pengendalian
dan
sistem jaringan - pengendalian
prasarana,
pembanguna
- pengaturan
n sistem
fungsi lindung
pusat
dan fungsi
pelayanan
budi daya

difokuskan
pada:
- pengelolaan
lingkungan,
- pengendalian

difokuskan
pada:
- pengendalian
pembangun

difokuska
n pada
pengatura
n
komposisi
kawasan
lindung
dan
kawasan
budi daya
yang
menjamin
keserasian
kemampu
an dan
pemanfaat
an unsur
dalam
alam
secara
timbal
balik
difokuska
n pada:
- penentua
n zona

difokuska difokuska
n pada
n pada:
perwujud - arahan
an fungsi
peratura
keserasia
n zonasi,
n
dan
kemampu - arahan
an dan
pemberia
pemanfaa
n insentif
tan unsur
dan
dalam
disinsenti
alam
f
secara
timbal
balik

di
da
ya
SD

difokuska difokuska
n pada
n pada:
perwujud - arahan
an fungsi
peratura
keserasia
n zonasi,

di
da
ya
ke

ka

Draft Pedoman Penyusunan R

Muatan Rencana Tata Ruang

Tipologi

Bentuk
KSP

Delin
iasi

Fokus
penanganan

bentuk
berbasi
s
kawasa
n

mem
perh
atikan
ekosi
stem
kawa
san
pesis
ir
dan
pula
upula
u
kecil

lindung dan
kawasan budi
daya yang
menjamin
keserasian
antara
kemampuan
dan
pemanfaatan
unsur dalam
alam secara
timbal balik

Skala
Peta

Konsep Pengembangan
Kawasan
Tujuan,
Kebijakan dan
Strategi

sistem pusat
pelayanan,
- pengendalian
sistem
jaringan
prasarana,
- pengaturan
fungsi lindung
dan fungsi
budi daya

Arahan
Pemanfa
a-tan
Ruang

Rencana
Struktur
Ruang

Rencana
Pola
Ruang

an sistem
jaringan
prasarana
dan
- pengendalia
n
pembangun
an sistem
pusat
pelayanan

pada
kawasan
inti dan
- penentua
n zona
pada
kawasan
penyangg
a

26

Ketentua
n
Pengenda
lian
Pemanfaa
tan
Ruang

n
dan
kemampu - arahan
an dan
pemberia
pemanfaa
n insentif
tan unsur
dan
dalam
disinsenti
alam
f, dan
secara
sanksi
timbal
balik

Delineasi KSP mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti dan


kawasan penyangga atau yang tidak mempunyai kawasan inti dan kawasan
penyangga yang penetapannya didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis sektoral.
Pertimbangan dalam penentuan delineasi untuk masing-masing tipologi
diuraikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel.3.1. Penentuan Delineasi KSP
TIPOLOGI
1. Kawasan
Perkotaan

2. Kawasan
Perdesaan

3. Kawasan
Koridor
Ekonomi

ASPEK YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENENTUAN DELINIASI


KSP
a. Keterkaitan fungsional sosial-ekonomi dan budaya antara kawasan
perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya;
b. Perkembangan area terbangun;
c. Ketersediaan sarana dan prasarana;
d. Pergerakan masyarakat antar kawasan perkotaan;
e. Jarak dan waktu tempuh berdasarkan pergerakan komuter
f. Faktor keseimbangan ekologis dan sumber daya air;
g. Proyeksi kebutuahan ruang pengembangan kota;
h. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. Sebaran sentra produksi, sentra pengolahan, fasilitas koleksi dan
distribusi, dan sistem pusat pelayanan;
b. Aksesibilitas sentra produksi, sentra pengolahan, fasilitas koleksi dan
distribusi, dan sistem pusat pelayanan;
c. Kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan
Keterkaitan kegiatan di kawasan Inti dan kawasan penyangga:
a. Kawasan inti yaitu kawasan dengan batas tertentu yang merupakan
pusat kegiatan ekonomi
b. Kawasan penyangga pada kawasan koridor ekonomi adalah kawasan
dengan radius tertentu dari batas kawasan inti yang berpotensi
mempengaruhi kawasan inti atau dipengaruhi oleh kawasan inti

4. Kawasan
Ekonomi
Cepat
Tumbuh

a. Potensi kawasan yang terdiri dari:


- sumberdaya alam sektor dan
produk unggulan yang terfokus
sebagai penggerak perekonomian;
- sumberdaya manusia dan kelembagaan yang terkait dengan
pengelolaan pengembangan kawasan dan pengelolaan pengembangan
bisnis; dan
- sumberdaya prasarana dan sarana pendukung pengembangan bisnis
sektor dan produk unggulan.
b. Ketentuan teknis terkait pengembangan infrastruktur.

5. Kawasan
Cagar
Budaya

a. keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan penyangga dalam


rangka pelindungan dan pelestarian objek atau kawasan warisan
budaya:
- kawasan inti pada kawasan budaya tertentu yaitu kawasan dengan
batas tertentu sebagai objek atau kawasan warisan budaya tertentu
- kawasan penyangga pada kawasan budaya tertentu yaitu kawasan
dengan radius tertentu dari batas kawasan inti yang memiliki fungsi
melindungi kawasan inti
b. ketentuan peraturan perundang-undangan
a. Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan/atau kawasan penyangga
dalam
rangka
pengelolaan
perlindungan
dan
pelestarian
obyek/kawasan warisan budaya:
- Kawasan inti merupakan kawasan dengan batas tertentu sebagai
kawasan permukiman/komunitas adat tertentu;
- kawasan penyangga merupakan kawasan dengan radius tertentu dari
batas kawasan inti yang memiliki fungsi melindungi kawasan inti;
b. Wilayah hukum adat

6. Kawasan
Permukima
n/
Komunitas
Adat
Tertentu

Kementerian Pekerjaan Umum

27

8. Kawasan
Sumber
Daya Alam

berpotensi dipengaruhi oleh kawasan inti


b. ketentuan peraturan perundang-undangan
1. Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan penyangga;
a) kawasan inti merupakan kawasan dengan batas tertentu atau
kawasan dengan batas tertentu yang ditetapkan sebagai WUP, LP2B,
atau kawasan dengan batas tertentu sebagai kawasan pemanfaatan
sumber daya alam;
b) Kawasan penyangga merupakan kawasan dengan radius tertentu
dari batas kawasan inti yang berpotensi mempengaruhi kawasan inti
dan/atau sebaliknya sebagai kawasan yang berpotensi dipengaruhi
oleh kawasan inti.
2. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

9. Kawasan
Perlindung
an dan
pelestarian
Lingkunga
n Hidup

1. Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan penyangga:


a) Kawasan inti merupakan kawasan dengan batas tertentu sebagai
kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
b) Kawasan penyangga merupakan kawasan dengan radius tertentu
dari batas kawasan inti sebagai kawasan yang berpotensi
mempengaruhi kawasan inti.
2. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Kawasan
rawan
bencana

1. Keterkaitan kegiatan di kawasan rawan bencana/KRB dan hasil kajian


evakuasi bencana yang telah ada berdasarkan karakteristik bencana:
- pertimbangan dampak bencana dengan memperhatikan sejarah
bencana di masa lalu (histori) dan hasil kajian mengenai prediksi
kemungkinan bencana;
- Hasil kajian evakuasi bencana yang telah ada didasarkan pada
sejarah penanganan evakuasi dan hasil kajian penanganan evakuasi
yang mewadahi sistem evakuasi.
2. Ketentuan peraturan perundang-undangan

11. Kawasan
Kritis
Lingkunga
n

1. Kawasan inti ditentukan berdasarkan batas wilayah sungai (WS) atau


daerah aliran sungai (DAS) yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kawasan penyangga merupakan kawasan dengan radius tertentu dari
batas kawasan inti sebagai kawasan yang berpotensi mempengaruhi
kawasan inti
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan

12. Kawasan
1. Kawasan inti ke arah daratan mencakup wilayah administrasi
Perlindung
kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh sepertiga mil laut provinsi
an Pesisir
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
dan Pulaukepulauan.
Pulau Kecil 2. Kawasan penyangga ke arah daratan mencakup wilayah yang
berbatasan langsung dengan kawasan inti dan memiliki pengaruh
secara langsung terhadap kawasan inti; serta ke arah perairan laut
sejauh laut provinsi diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan.
3. Pertimbangan batas fisik dan/atau administrasi
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan

3.2. Fokus Penanganan KSP


Fokus penanganan merupakan muatan pokok yang menjadi tujuan utama
penanganan yang menjadi pertimbangan utama dalam perumusan muatan
RTR masing-masing tipologi KSP.
Penetapan fokus penanganan dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur
hal-hal penting yang perlu ditangani untuk masing-masing tipologi KSP.
Berikut ini adalah fokus penanganan minimal untuk masing-masing tipologi
KSP
28

Kementerian Pekerjaan Umum

d.

e.
2. Kawasan
Perdesaan

a.

b.

c.

d.
e.

f.
g.

h.
3. Kawasan
koridor
ekonomi

a.
b.
c.
d.

4. Kawasan
Ekonomi
Cepat
Tumbuh

a.

b.

c.
d.
e.

f.
g.

Kementerian Pekerjaan Umum

Pengaturan pola ruang yang serasi antara peruntukan kegiatan


budi daya dan kegiatan lindung untuk pemenuhan kebutuhan
sosial ekonomi masyarakat;
Pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan;
Pengaturan komoditas unggulan, meliputi; komoditas unggulan
sektor primer (kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan
peternakan), sektor sekunder (industri pertanian) dan sektor tersier
(pariwisata);
Pengaturan pengembangan usaha (bussiness development) yang
berisi antara lain bussiness plan dan pengembangan kasus pada
minimal 1 (satu) komoditas unggulan dan beberapa komoditas
turunannya;
Pengaturan sistem pusat pelayanan yang mengakomodir proses
produksi pengolahan pendukung komoditas unggulan dengan
memperhatikan struktur ruang dalam RTRW Provinsi;
Pengaturan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya manusia
terkait pengembangan kawasan perdesaan;
Pengaturan sistem jaringan prasarana utama (transportasi) terkait
komoditas unggulan dan sistem pusat pelayanan termasuk pusat
koleksi-distribusi (bandara, pelabuhan laut dan dermaga sungai);
Pengaturan sistem jaringan prasarana lainnya meliputi sistem
jaringan energi, air bersih dan sistem jaringan telekomunikasi;
Pengaturan arahan zonasi pada koridor sistem prasarana utama
kawasan, perizinan dan pola insentif disinsentif pada kawasan
prioritas;
Pengaturan kelembagaan pengelolaan kawasan.
Pengaturan kawasan ekonomi yang beragam dan inklusif.
Pengaturan pengembangan potensi masing-masing kawasan;
Pengaturan sinergi pembangunan sektoral dan daerah untuk
menjaga keuntungan kompetitif;
Pembangunan dan atau peningkatan keterkaitan fungsional antar
pusat kegiatan ekonomi dalam koridor
Penanganan potensi kawasan yang terdiri dari:
sumberdaya alam sektor dan produk unggulan yang terfokus
sebagai penggerak perekonomian;
sumberdaya manusia dan kelembagaan yang terkait dengan
pengelolaan
pengembangan
kawasan
dan
pengelolaan
pengembangan bisnis; dan
sumberdaya prasarana dan sarana pendukung pengembangan
bisnis sektor dan produk unggulan.
Pengaturan kawasan sesuai dengan kriteria teknis pengembangan
infrastruktur. potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang
relatif memadai seperti jalan, jembatan, air bersih, listrik, bahan
bakar, dan telekomunikasi; serta sarana penunjang, seperti alat
angkutan/transportasi, gudang, pendingin (coldstorage), peralatan
pengolahan dan distribusi, sesuai kebutuhan pengembangan bisnis
sektor dan produk uggulan di kawasan.
Pengaturan kegiatan ekonomi di kawasan
Pengaturan alokasi ruang pengaman/pencegah externalitas negatif
kawasan industri
Pengaturan sistem jaringan prasarana utama terkait fungsi
pelayanan infrastruktur dalam sistem pusat pelayanan termasuk
pusat koleksi-distribusi (bandara, pelabuhan laut dan dermaga
sungai);
keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan,
dan pusat pertumbuhan dengan daerah tertinggal di sekitarnya
dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi;
kelembagaan pengelolaan kawasan, serta pengelolaan bisnis sektor
dan produk unggulan kawasan, yang didukung dengan sistem dan
29

6. Kawasan
Permukim
an/
Komunita
s Adat
Tertentu

7. Kawasan
Teknologi
Tinggi

a.

b.

a.

b.

8. Kawasan
Sumber
Daya
Alam
Darat

a.
b.
c.
d.

e.

Pengaturan zona dan kegiatan di kawasan penyangga


Pengaturan kawasan inti meliputi :
Pengaturan zona dan kegiatan yang difokuskan pada
perlindungan/ pelestarian warisan budaya/adat tertentu;
Pengaturan jenis dan kualitas pelayanan prasarana pendukung
berbasis nilai-nilai warisan budaya dan adat tertentu.
Pengaturan kawasan penyangga meliputi;
Pengaturan
batas/radius
kawasan
penyangga
untuk
perlindungan kawasan inti;
Pengaturan zona dan kegiatan di kawasan penyangga;
Pengaturan prasarana pendukung pengembangan kawasan
penyangga, termasuk antisipasi bencana banjir dan kebakaran.
Pengaturan kawasan inti meliputi:
pengaturan zonasi dan kegiatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
pengaturan
pembangunan
prasarana
pendukung
sesuai
peraturan perundang-undangan.
Pengaturan kawasan penyangga meliputi;
Pengaturan
batas/radius
kawasan
penyangga
untuk
perlindungan kawasan inti dan perlindungan keselamatan
penduduk di sekitar kawasan inti;
Pengaturan zona dan kegiatan di kawasan penyangga;
Pengaturan prasarana pendukung pengembangan kawasan
penyangga.
Pengaturan perlindungan kawasan inti dari ancaman bencana,
yang antara lain dapat berupa perlindungan dari potensi
gangguan sosial, cahaya, suara, getaran, kebakaran, banjir dan
bencana akibat posisi geografis.
Pengaturan keseimbangan ekosistem kawasan untuk kepentingan
strategis provinsi;
Pengaturanpengelolaan lingkungan yang berkelanjutan terkait
dampak pemanfaatan sumber daya alam;
Pengaturan zona dan kegiatan terkait kawasan-kawasan pasca
pemanfaatan sumber daya alam,
Pengaturan kawasan inti, meliputi;
Pengaturan zona dan kegiatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (zona eksploitasi, zona pembuangan
limbah, dan zona penunjang),
Pengaturan sistem jaringan jalan poros/jalan utama kawasan
yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung
struktur
pengembangan wilayah pasca pemanfaatan sumber daya alam.
Pengaturan kawasan penyangga;
Pengaturan
batas/radius
kawasan
penyangga
untuk
perlindungan kawasan inti;
Pengaturan zona dan kegiatan;
Pengaturan
prasaranapendukung
pengembangan kawasan
penyangga untuk mengantisipasi kemungkinan kesenjangan
dengan kawasan inti.
Pengaturan keberlanjutan fungsi pusat pelayanan pasca
pemanfaatan sumber daya alam.

30

Kementerian Pekerjaan Umum

pusat-pusat pelayanan yang berpotensi mengganggu kawasan inti.


10. Kawasan
rawan
bencana

a.
b.
c.
d.

11. Kawasan
Kritis
Lingkunga
n
12. Kawasan
Perlindun
gan
Pesisir
dan Pulau
Kecil

a.
b.
a.

b.

c.

pengaturan sistem evakuasi


pengaturan fungsi lindung dan fungsi budi daya sesuai dengan
karakteristik daya dukung pada kawasan rawan bencana
pengaturan kegiatan pada kawasan rawan bencana (termasuk
hunian sementara) terkait dengan pengelolaan kegiatan pada
kawasan rawan bencana
pengaturan sistem prasarana pendukung di lokasi evakuasi sesuai
dengan standar pelayanan minimal yang ditentukan
Pengaturan komposisi kawasan lindung dan kawasan budidaya
yang menjamin keserasian kemampuan dan pemanfaatan unsur
dalam alam secara timbal balik;
Pengaturan fungsi budidaya terkait daya rusak air khususnya
sistem pusat pelayanan, fasilitas ekonomi penting, sistem
transportasi, serta sistem jaringan sumber daya air.
Pengaturan kawasan inti meliputi:
pengaturan zona dan kegiatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
pengaturan
pembangunan
prasarana
pendukung
sesuai
peraturan perundang-undangan.
Pengaturan kawasan penyangga;
pengaturan
batas/radius
kawasan
penyangga
untuk
perlindungan kawasan inti.
Pengaturan zona dan kegiatan,
Pengendalian sistem pelayanan dan sistem prasarana,
Pengaturansistem jaringan prasarana utama dan keberadaan pusatpusat pelayanan yang berpotensi mengganggu kawasan inti

3.3. Skala Peta


Penetapan skala peta KSP dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
informasi yang diperlukan dalam proses perencanaan tata ruang KSP, serta
mempertimbangkan luasan geografis dan nilai strategis KSP.
Skala peta KSP untuk masing-masing tipologi KSP yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3. Skala Peta RTR KSP berdasarkan tipologi
SKALA PETA

TIPOLOGI KSP
1. Kawasan
Perkotaan

minimal 1:25.000

2. Kawasan
Perdesaan

a. Kawasan inti : 1: 5.000


b. Kawasan penyangga : 1: 50.000 1:25.000

3. Kawasan Koridor
Ekonomi

minimal 1: 25.000

4. Kawasan Ekonomi
Cepat Tumbuh

a. Kawasan inti minimal: 1 : 5.000


b. Kawasan penyangga : 1: 50.000 1:25.000

5. Kawasan Cagar
budaya

a. Kawasan inti: minimal1:5.000


b. Kawasan penyangga: 1: 10.000 - 1:5.000

6. Kawasan
Permukiman/
Komunitas Adat

a. Kawasan inti: minimal 1:5.000


b. Kawasan penyangga: 1:10.000 - 1:5.000

7. Kawasan
Teknologi Tinggi

a. Kawasan inti: minimal - 1:5.000


b. Kawasan penyangga: 1:10.000 - :5.000

Kementerian Pekerjaan Umum

31

11. Kawasan Kritis


Lingkungan

a. Kawasan inti minimal 1:5.000


b. Kawasan penyangga : 1: 50.000 1:25.000

12. Kawasan
Perlindungan
Pesisir dan PulauPulau Kecil

a. Kawasan inti minimal 1:25.000


b. Kawasan penyangga minimal 1:25.000

3.4. Muatan RTR KSP


3.4.1.Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang serta Konsep
Pengembangan
a. Tipologi Kawasan Perkotaan
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan perkotaan
yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a) posisi strategis dalam konteks lokasi geografis dan
perekonomian terhadap wilayah di sekitarnya serta kawasan
perkotaan lainnya jika ada;
b) hubungan sistem perkotaan;
c) kondisi sistem jaringan prasarana utama dan sistem
jaringan prasarana lainnya; dan
d) kondisi daya dukung dan daya tampung fisik dasar.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka secara rinci muatan
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai
berikut:
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan
difokuskan pada perwujudan sinergi hubungan fungsional
antara kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di
sekitarnya sebagai pusat permukiman dan kegiatan
perekonomian skala regional melalui dukungan jaringan
prasarana yang handal.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
1) kebijakan pengembangan kependudukan (pertumbuhan,
distribusi, dan ketenagakerjaan),
2) kebijakan pengembangan perekonomian perkotaan,
3) kebijakan terkait dengan sistem pusat-pusat pelayanan
perkotaan (sistem kota-kota) dan pelayanan sosial,
ekonomi, budaya masyarakat,

32

Kementerian Pekerjaan Umum

(pertumbuhan, distribusi, dan ketenagakerjaan), meliputi:


(a) strategi pengaturan pertumbuhan penduduk yang
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan
perkotaan;
(b) strategi penetapan arahan sebaran penduduk yang
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan
perkotaan, serta peluang pengembangan prasarana dan
sarana perkotaan; dan
(c) strategi pengembangan ketenagakerjaan yang sesuai
dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan peluang
pengembangannya di sektor perkotaan.
2) strategi terkait dengan pengembangan perekonomian
perkotaan, meliputi:
(a) strategi penentuan sektor perekonomian perkotaan yang
mempertimbangkan potensi wilayah, peluang eksternal,
serta daya dukung dan daya tampung kawasan
perkotaan;
(b) strategi penetapan sebaran kegiatan perekonomian
perkotaan yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung
kawasan
perkotaan,
serta
peluang
pengembangan prasarana dan sarana perkotaan; dan
(c) strategi penentuan sektor perekonomian perkotaan
terkait dengan penyediaan lapangan kerja yang selektif
sesuai dengan visi pembangunan perkotaan yang
dicanangkan.
3) strategi terkait dengan sistem pusat-pusat pelayanan
perkotaan (sistem kota-kota) serta pelayanan sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat, meliputi:
(a) strategi penetapan jumlah, jenis, dan sebaran pusat
kegiatan utama perkotaan sebagai aplikasi dari
kebijakan perekonomian; dan
(b) strategi penetapan jumlah, fungsi, dan sebaran pusatpusat pelayanan perkotaan yang berorientasi pada
pelayanan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
4) strategi terkait dengan sistem jaringan prasana utama dan
sistem jaringan prasarana lainnya yang mendukung
operasionalisasi sistem perkotaan, meliputi:
(a) strategi pengembangan sistem jaringan transportasi
yang berorientasi jauh ke depan, efisien (integrasi
moda), berbasis pada transportasi massal, dan ramah
lingkungan; dan
(b) strategi pemenuhan kebutuhan sistem jaringan energi,
sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber
daya air, sistem penyediaan air minum, sistem jaringan
drainase,
sistem jaringan air limbah, dan sistem
pengelolaan persampahan untuk pelayanan kegiatan
utama dan pelayanan masyarakat perkotaan.
5) strategi terkait dengan pola ruang (optimasi penggunaan
ruang termasuk RTH perkotaan), meliputi:
(a) strategi pendistribusian ruang untuk kawasan lindung
dalam rangka menjamin keberlangsungan kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum

33

a) Rencana struktur ruang


Rencana struktur ruang terdiri atas:
(1) sistem pusat-pusat permukiman yang meliputi:
(a)kawasan perkotaan inti; dan
(b)
kawasan perkotaan di sekitarnya (diarahkan memiliki
dukungan populasi kurang lebih sebesar 500.000 (lima
ratus ribu) jiwa per kawasan perkotaan.
(2) sistem jaringan transportasi yang meliputi:
(a) sistem jaringan transportasi darat yang terdiri atas:
1. sistem jaringan jalan yang meliputi:
i. jaringan jalan yang melayani eksternal kawasan yang
terdiri atas jaringan jalan arteri primer; dan
ii. jaringan jalan yang melayani internal kawasan yang
terdiri atas jaringan jalan arteri primer dan jalan
arteri sekunder.
2. sistem jaringan perkeretaapian yang meliputi:
i. jaringan jalur kereta api yang terdiri atas:
1. jaringan jalur kereta api umum yang meliputi:
a. jaringan jalur kereta api antarkota; dan
b. jaringan jalur kereta api perkotaan;
1) jaringan kereta api cepat (Mass Rapid Transit);
dan
2) jaringan kereta api kecepatan sedang (Mass
Medium-Rapid Transit yaitu dengan Light Rail
atau monorail).
(Seluruh jalan rel kereta api baik yang cepat
maupun sedang harus terhubung dan dapat
digunakan untuk fungsi darurat).
2. jaringan jalur kereta api khusus;
ii. stasiun kereta api; dan
iii. fasilitas operasi kereta api.
3. jaringan
transportasi
sungai,
danau,
dan
penyeberangan; dan
4. lalu lintas dan angkutan jalan mencakup jalur atau
lajur atau jalan khusus berbasis jalan untuk Bus Rapid
Transit (BRT).
(b) sistem jaringan transportasi laut yang berupa tatanan
kepelabuhanan dan alur pelayaran; dan
(c) sistem jaringan transportasi udara yang berupa tatanan
kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan;
(3) sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak
dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan
transmisi tenaga listrik;
(4) sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan
terestrial dan satelit;
(5) sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sumber air
baku dan prasarana air baku; dan sistem jaringan
prasarana perkotaan.

34

Kementerian Pekerjaan Umum

(c) penetapan kawasan lindung non RTH,


(d) penetapan
kawasan
lindung
lainnya
ditetapkan
berdasarkan analisis resiko bencana.
(2) rencana pola ruang kawasan budidaya disusun dengan
memperhatikan:
(a) penetapan kawasan hutan untuk kawasan hutan
produksi,
(b) dominasi kegiatan berdasarkan analisis daya dukung dan
daya tampung.
(c) orientasi pengembangan kawasan terkait kebutuhan
pengembangan permukiman perkotaan, pengembangan
kegiatan primer dan sekunder.
(d) Mencegah urban sprawling
b. Tipologi Kawasan Koridor Ekonomi
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan koridor
ekonomi dengan sebagai berikut:
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a) posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan
disekitar kawasan;
b) sektor utama pendukung kawasan koridor ekonomi;
c) penyediaan permukiman;
d) infrastruktur ekonomi; dan
e) area terbangun sekitar kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai
berikut:
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan
difokuskan pada perwujudan kawasan koridor ekonomi yang
memiliki keunggulan serta dukungan jaringan prasarana yang
handal.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
1) kebijakan terkait dengan penetapan kegiatan;
2) kebijakan terkait dengan
prasarana kawasan;

dukungan

sistem

jaringan

3) kebijakan terkait dengan penetapan standar pelayanan


minimal prasarana dan sarana pendukung; dan
4) kebijakan terkait dengan pelindungan kawasan (termasuk
RTH kawasan).

Kementerian Pekerjaan Umum

35

regional, maupun internasional; dan


(b) strategi
penetapan
jenis
kegiatan
mempertimbangkan persaingan usaha.

dengan

2) strategi terkait dengan ketenagakerjaan, meliputi:


(a) strategi penetapan target penyerapan tenaga kerja; dan
(b) strategi penetapan komposisi tenaga kerja.
3) strategi terkait dengan dukungan sistem jaringan prasarana
utama kawasan yaitu strategi penetapan standar pelayanan
minimal pelayanan sistem jaringan transportasi (darat, laut,
dan udara);
4) strategi terkait dengan penetapan standar pelayanan
minimal prasarana dan sarana pendukung kawasan
termasuk hunian khusus, meliputi:
(a) strategi penyediaan permukiman;
(b) strategi penyediaan sistem jaringan energi;
(c) strategi penyediaan sistem jaringan telekomunikasi;
(d) strategi penyediaan sistem jaringan sumber daya air;
(e) strategi penyediaan sistem penyediaan air minum; dan
(f) strategi penyediaan sistem jaringan air limbah.
5) strategi terkait dengan pelindungan kawasan (termasuk
RTH kawasan), meliputi:
(a) strategi pengaturan ruang sekitar kawasan dari kegiatan
disekitar kawasan yang berpotensi mengganggu; dan
(b) strategi pengaturan aksesibilitas
ekonomi dengan perlakuan khusus.

menuju

kawasan

2) Konsep pengembangan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:
a) Rencana struktur ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
1) sistem pusat pelayanan; dan
2) sistem jaringan prasarana dan sarana untuk mendukung
fungsi kawasan, meliputi:
(a) sistem jaringan prasarana utama yang mendukung
aksesibilitas kawasan koridor ekonomi dengan pusat
kegiatan ekonomi lain terkait yang terintegrasi dengan
rencana sistem prasarana utama pada RTRW; dan
(b) sistem jaringan prasarana lainnya yang terintegrasi
dengan rencana sistem prasarana utama pada RTRW.

36

Kementerian Pekerjaan Umum

hal-hal berikut:
1) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a) kondisi sektor unggulan dan sektor turunannya yang terkait
b) kondisi tingkat daya saing ekonomi kawasan terkait sektor
unggulan kawasan;
c) Kondisi infrastruktur pendukung aktivitas pengolahan sektor
unggulan dan aktivitas perekonomian kawasan
d) kondisi sumber daya manusia terkait strategi pertumbuhan
ekonomi wilayah
e) Kondisi secara umum pola pemanfaatan lahan kawasan
perdesaan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan
pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai
berikut:
a) Tujuan
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan pengembangan
kawasan dalam rangka mendorong investasi untuk
pengembangan
sektor
unggulansebagai
penggerak
pertumbuhan ekonomi wilayah.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan pengembangan ekonomi wilayah termasuk
didalamnya kebijakan pengembangan sektor unggulan
yang selektif dan terukur,
(2) Kebijakan pengembangan struktur ruang terkait
penguatan sistem pusat pelayanan, sistem koleksi dan
distribusi, serta sistem jaringan prasarana pendukung.
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan
kebijakan. acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut:
(1) Perumusan strategi terkait kebijakan pengembangan
ekonomi wilayah termasuk didalamnya kebijakan
pengembangan sektor unggulan yang selektif dan
terukur meliputi:
(a) menetapkan kegiatan ekonomi unggulan wilayah,
mempertimbangkan penyediaan lapangan kerja yang
sesuai kebutuhan wilayah.
(b) menetapkan rencana pengembangan sektor unggulan
wilayah yang terukur dan berbasis pasar lokal dan
nasional.
(2) Perumusan strategi terkait kebijakan pengembangan
struktur ruang terkait penguatan sistem pusat
Kementerian Pekerjaan Umum

37

(c) mengembangkan sistem jaringan prasarana lainnya


terkait kebutuhan pengembangan kawasan.
2) Konsep pengembangan kawasan
Konsep pengembangan KSP
dijabarkan sebagai berikut:

tipologi

kawasan

perdesaan

a) Rencana struktur ruang


Rencana struktur ruang kawasan, terdiri atas:
(1) Rencana struktur ruang pada kawasan inti meliputi :
penetapan sentra ekonomi unggulan wilayah dengan
memperhatikan hirarki sistem perkotaan dalam wilayah
kabupaten/kota untuk mendukung dan menguatkan fungsi
dan kinerja kawasan. Sentra ekonomi unggulan wilayah yang
dimaksud yaitu:
(a) Pengaturan sistem pusat pelayanan yang mengakomodir
proses produksi pengolahan pendukung komoditas
unggulan dengan memperhatikan struktur ruang dalam
RTRW Provinsi
(b) sentra
produksi
primer
(pertanian,
perikanan,
perkebunan,
pertambangan,
kehutanan,
dan
peternakan),
(c) sentra produksi sekunder (industri pengolahan/industri
manufaktur), dan
(d) Outlet distribusi.
(e) Sistem jaringan prasarana pendukung nilai strategis
kawasan perdesaan. Pengaturan sistem jaringan utama
(transportasi) terkait komoditas unggulan dan sistem
pusat pelayanan termasuk pusat koleksi-distribusi, serta
pengaturan sistem jaringan prasarana lainnya meliputi
sistem jaringan energi, air bersih, drainase, dan sistem
jaringan telekomunikasi yang mendukung nilai strategis
kawasan perdesaan.
(2) Rencana struktur ruang pada kawasan penyangga meliputi:
jaringan prasarana pendukung nilai strategis kawasan
perdesaan
b) Rencana pola ruang
Rencana pola ruang, terdiri atas:
(1) rencana pola ruang pada kawasan inti bersifat arahan
untuk
meningkatkan
produktifitas
dan
menjaga
kontinuitas produksi.
(2) rencana
pola
ruang
pada
kawasan
penyangga
dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya alam
kawasan perdesaan.

38

Kementerian Pekerjaan Umum

b) kondisi infrastruktur ekonomi; dan


c) dukungan ketenagakerjaan dan sistem perkotaan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan
tujuan, kebijakan, dan strategipenataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan
difokuskan pada perwujudan pengembangan kawasan ekonomi
kawasan
memiliki
sektor
unggulansebagai
penggerak
pertumbuhan ekonomi wilayah.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai
tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi yang berbasis
pengembangan ekonomi lokal; dan
(2) kebijakan terkait dengan penguatan sistem pusat pelayanan
kegiatan ekonomi, sistem jaringan prasarana prasarana dan
sarana pendukung.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perumusan strategi difokuskan pada:
(1) strategi terkait dengan pengembangan ekonomi yang berbasis
pengembangan ekonomi lokal, meliputi:
(a) strategi perwujudan kegiatan ekonomi unggulan wilayah;
(b) strategi
pembangunan
faktor-faktor
pengembangan ekonomi unggulan wilayah.

pendukung

(c) strategi pembangunan hubungan fungsional antarfaktor


pendukung pengembangan ekonomi unggulan wilayah.
(2) strategi terkait dengan penguatan sistem pusat pelayanan
kegiatan ekonomi sistem jaringan prasarana, meliputi:
(a) strategi pengintegrasian rencana pengembangan pusat
pelayanan kegiatan ekonomi kawasan dengan kebijakan
sistem perkotaan pada RTRW; dan
(b) strategi pengintegrasian rencana pengembangan sistem
jaringan prasarana dengan kebijakan sistem jaringan
prasarana dalam RTRW.

Kementerian Pekerjaan Umum

39

(3) sistem jaringan energi yang menjabarkan kebutuhan dan sistem


penyediaan energi yang terintegrasi dengan rencana sistem
jaringan energi pada RTRW;
(4) sistem jaringan telekomunikasi yang menjabarkan kebutuhan dan
sistem penyediaan telekomunikasi yang terintegrasi dengan
rencana sistem jaringan telekomunikasi pada RTRW; dan
(5) sistem jaringan sumber daya air yang menjabarkan kebutuhan dan
sistem penyediaan sumber air dan prasarana air yang terintegrasi
dengan rencana sistem jaringan sumber daya air pada RTRW.
Rencana struktur ruang pada kawasan penyangga memuat rencana
jaringan prasarana sebagai pendukung kawasan inti
b) Rencana pola ruang
Rencana pola ruang terdiri atas:
1) Rencana pola ruang pada kawasan inti meliputi ruang-ruang untuk
berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan ruang pendukung
terkait nilai strategis kawasan
2) Rencana pola ruang pada kawasan penyangga lebih menekankan
kepada fungsi penyangga bagi kawasan inti.
e. Tipologi Kawasan Cagar Budaya
Muatan yang diatur dalam tipologi RTR KSP kawasan cagar budaya yaitu
berikut:
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan KSP
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a) Nilai keunikan dan kearifan lokal warisan budaya,
b) Kondisi Lingkungan non terbangun, terbangun dan kegiatan di sekitar
kawasan dan/atau obyek warisan budaya
yang berpotensi
mendukung maupun mengganggu,
c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang mengancam
kawasan dan/atau obyek warisan budaya (khususnya kebakaran,
banjir dan pergerakan tanah),
d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan.
e) Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan:
tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan
pada perwujudan Lingkungan kawasan dan/atau obyek budaya
daerah yang lestari pada jangka panjang.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai
tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
40

Kementerian Pekerjaan Umum

c) Strategi
strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Perumusan strategi difokuskan pada :
(1)

strategi terkait perlindungan kawasan dan atau obyek warisan


budaya yang dikoordinasikan dengan pengelola kawasan ,
meliputi :
(a) strategi penetapan kawasan dan/atau
budaya yang harus dilindungi; dan

obyek

warisan

(b) strategi penetapan tujuan dan wujud perlindungan.


(2)

Strategi terkait dengan perwujudan kawasan inti, meliputi:


(a)
(b)
(c)
(d)

(3)

Strategi penetapan jenis;


Strategi penetapan intensitas;
Strategi penetapan pengelolaan;
Strategi penetapan jenis dan standar pelayanan minimal
berbasis kearifan lokal dan nilai warisan budaya.
Strategi terkait dengan perwujudan kawasan penyangga,
meliputi:

(a) Strategi penetapan batas kawasan penyangga;


(b) Strategi penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga;
(c) strategi Penetapan sistem jaringan prasarana utama yang
tidak berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai
warisan budaya, dan
(d) Strategi Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan yang
tidak berpotensi mengganggu kelanjutan nilai-nilai warisan
budaya dan memberikan dukungan pengembangan jasa
wisata
2) Konsep pengembangan kawasan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut :
a) Rencana struktur ruang
Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas wilayah
penyangga) terdiri atas:
1) lokasi kawasan inti dan pusat-pusat kegiatan di Lingkungan luar
kawasan inti yang berfungsi sebagai kawasan penyangga;
2) Prasarana lainnya di lingkungan kawasan inti dan kawasan
penyangga didasarkan pada kebutuhan pelestarian nilai warisan
budaya, dan
3) Aksesibilitas di dalam kawasan inti dan kawasan penyangga yang
meliputi :
(a) jaringan jalan akses, dari simpul transportasi (bandara, terminal,
stasiun, pelabuhan) menuju pusat pelayanan terdekat lokasi
obyek dan/atau kawasan,

Kementerian Pekerjaan Umum

41

(b) sistem drainase kawasan,


(c) sistem jaringan energi,
(d) sistem pembuangan limbah,
(e) sistem persampahan,
(f) sistem jaringan telekomunikasi.
b) Rencana pola ruang
rencana pola ruang terdiri atas :
1) zona pada kawasan inti, meliputi :
(a) zona pemanfaatan terbatas yang ditujuka untuk pelestarian
kawasan warisan budaya dan/atau objek warisan budaya dengan
mempertimbangkan kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya;
(b) zona publik yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan prinsipprinsip fungsi mendukung pelestarian kawasan warisan budaya
dan/atau objek warisan budaya.
2) Penetapan zonasi pada kawasan penyangga;
(a) zona pemanfaatan terbatas yang jika dibutuhkan dukungan
terhadap kawasan warisan budaya
dan/atau objek warisan
budaya berupa ruang non terbangun pada radius tertentu ; dan
(b) zona publik dan jasa wisata yang berasda pada kawasan yang
diperbolehkan untuk digunakan kegiatan publik dan jasa wisata
terbatas
f. Tipologi Kawasan Permukiman/Komunitas Adat Tertentu
Muatan yang diatur dalam RTR KSN tipologi kawasan permukiman
komunitas adat tertentu yaitu berikut:
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan
mempertimbangkan :
a) Nilai keunikan dan kearifan lokal,
b) Kondisi lingkungan non terbangun, terbangun dan kegiatan di sekitar
kawasan permukiman adat yang berpotensi mendukung maupun
mengganggu,
c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang mengancam
kawasan permukiman adat (khususnya kebakaran, banjir dan
pergerakan tanah); dan
d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan
tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada
perwujudan lingkungan kawasan permukiman adat yang lestari pada
jangka panjang.

42

Kementerian Pekerjaan Umum

pengaturan zonasi dan kegiatan serta pelayanan sistem jaringan


prasarana dan sarana kawasan sesuai dengan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan di kawasan penyangga.
c) Strategi
strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perumusan strategi di fokuskan pada :
(1) strategi terkait dengan perlindungan kawasan permukiman adat
yang dikoordinasikan dengan pengelola kawasan, meliputi:
(a) strategi penetapan kawasan permukiman adat yang harus
dilindungi; dan
(b) strategi penetapan tujuan dan wujud perlindungan.
(2) strategi terkait denga perwujudan kawasan inti, meliputi:
(a) strategi penetapan jenis;
(b) strategi penetapan intensitas;
(c) strategi penetapan pengelolaan;
(d) strategi penetapan jenis dan standar pelayanan minimal berbasis
kearifan lokal dan nilai warisan budaya.
(3) strategi terkait dengan perwujudan kawasan penyangga, meliputi:
(a) strategi penetapan batas kawasan penyangga;
(b) strategi penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga;
(c) strategi Penetapan sistem jaringan prasarana utama yang tidak
berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai di kawasan
permukiman adat, dan
(d) strategi Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan yang tidak
berpotensi mengganggu kelanjutan nilai-nilai kearifan lokal di
kawasan permukiman adat, dan memberikan dukungan
pengembangan jasa wisata
2) Konsep pengembangan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:
a) Rencana struktur ruang
Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas wilayah
penyangga) terdiri atas:
1) lokasi kawasan inti dan pusat-pusat kegiatan di Lingkungan luar
kawasan inti yang berfungsi sebagai kawasan penyangga;
2) Prasarana lainnya di lingkungan kawasan inti dan kawasan
penyangga di dasarkan pada kebutuhan pelestarian nilai warisan
budaya/adat tertentu, dan

Kementerian Pekerjaan Umum

43

1) Dukungan prasarana pada pusat pelayanan terdekat lokasi kawasan


permukiman adat, meliputi :
(a) sistem jaringan air bersih,
(b) sistem drainase kawasan,
(c) sistem jaringan energi,
(d) sistem pembuangan limbah,
(e) sistem persampahan,
(f) sistem jaringan telekomunikasi.
2) Dukungan sarana pada pusat pelayanan terdekat lokasi obyek
dan/atau kawasan terkait jasa wisata;
3) Penyediaan sarana dan prasarana di Lingkungan kawasan inti
didasarkan pada kebutuhan dan nilai adat istiadat serta nilai-nilai
warisan budaya.
b) Rencana pola ruang
rencana pola ruang terdiri atas :
1) zonasi pada kawasan inti, meliputi :
i.

zona pemanfaatan terbatas yang ditujukan untuk pelestarian


kawasan permukiman adat (zona privat, zona suci atau zona
inti), dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan nilai-nilai
warisan budaya;

ii.

zona publik yang dapat dimanfaatkan, sesuai dengan prinsipprinsip fungsi pendukung pelestarian kawasan. (misal; terkait
pengembangan jasa wisata)

2) zonasi pada kawasan penyangga, meliputi ;


i. zona pemanfaatan terbatas yang jika dibutuhkan dukungan
terhadap kawasan berupa ruang bebas aktifitas publik. (misal;
penetapan radius tertentu untuk pemanfaatan non terbangun)
ii. zona publik dan jasa wisata yang berada pada kawasan yang
diperbolehkan untuk digunakan kegiatan publik dan jasa wisata
terbatas.
g. Tipologi Kawaan Teknologi Tinggi
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan teknologi tinggi yaitu
berikut:
1)

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang


Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a) nilai kepentingan dan standardisasi kondisi lingkungan yang harus
diciptakan untuk operasionalisasi teknologi tinggi secara maksimal
dan sesuai dengan waktu pemanfaatan yang telah ditetapkan;

44

Kementerian Pekerjaan Umum

e) kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan.


Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada
perwujudan lingkungan kawasan dan/atau objek teknologi tinggi
berfungsi maksimal sesuai dengan jangka waktu rencana operasional.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai
tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
a) kebijakan terkait dengan instalasi teknologi tinggi yang harus
dilindungi
dan
persyaratan
teknis
kawasan
pendukung
operasionalisasi teknologi tinggi;
b) kebijakan terkait dengan perwujudan kawasan inti yang
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan sektor terkait, meliputi
pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan inti, serta dukungan
prasarana dan sarana penunjang kawasan inti;
c) kebijakan terkait dengan pengendalian kawasan penyangga yang
pelaksanaannya dikordinasikan dengan sektor terkait, meliputi
pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan penyangga,
pengendalian sistem jaringan prasarana utama, pelindungan dari
bencana yang mengancam kawasan inti terutama ancaman bahaya
banjir, kebakaran, dan gerakan tanah, serta gangguan sosial.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perumusan strategi difokuskan pada:
1) strategi terkait
meliputi:

dengan

pelindungan

instalasi

teknologi

tinggi,

(a) strategi penetapan instalasi teknologi yang harus dilindungi;


(b) strategi penetapan persyaratan teknis
operasional instalasi teknologi tinggi; dan

kawasan

pendukung

(c) strategi penetapan tujuan dan wujud pelindungan instalasi


teknologi tinggi.
2) strategi
terkait
dengan
perwujudan
kawasan
dikoordinasikan dengan sektor terkait, meliputi:
(a) strategi penetapan jenis kegiatan;
(b) strategi penetapan intensitas kegiatan;
(c) strategi penetapan pengelolaan kegiatan; dan
(d) strategi penetapan standar pelayanan minimal; dan

Kementerian Pekerjaan Umum

45

inti

yang

2) Konsep pengembangan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:
a) Rencana struktur ruang
Rencana struktur ruang (dikoordinasikan dengan pengelola/sektor
terkait) terdiri atas:
(1) kawasan inti;
(2) pusat-pusat kegiatan di kawasan penyangga;
(3) sistem jaringan prasarana utama yang mendukung kawasan inti;
(4) sistem jaringan prasarana lainnya yang mendukung kawasan inti
sesuai kebutuhan, dapat berupa:
(a) sistem jaringan energi;
(b) sistem jaringan telekomunikasi.
(c) sistem jaringan air bersih; dan
(d) sistem pencegahan bencana, terutama terkait dengan ancaman
bahaya banjir, kebakaran, dan gerakan tanah serta potensi
bencana akibat posisi geografis.
b) Rencana pola ruang
Rencana pola ruang terdiri atas:
(1) pola ruang pada kawasan inti yang penetapannya dikoordinasikan
dengan sektor terkait;
(2) pola ruang pada kawasan penyangga yang dapat berupa zona
larangan kegiatan, zona hijau dengan tegakan, zona hijau (tidak
disyaratkan dengan tegakan), zona tanpa hunian, dan zona dengan
hunian terbatas yang ditetapkan dengan mempertimbangkan:
(a) pelindungan terhadap kawasan inti yang dapat terutama
berupa pelindungan dari potensi gangguan sosial, cahaya,
suara, getaran, kebakaran, banjir, bencana akibat posisi
geografis;
(b) penetapan radius
kawasan inti; dan

kawasan

penyangga

sesuai

kebutuhan

(c) pelindungan keselamatan masyarakat terhadap keberadaan


instalasi teknologi tinggi

46

Kementerian Pekerjaan Umum

transportasi dan sistem pusat pelayanan,


c) Kebutuhan tenaga kerja dan penyediaan permukiman,
d) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan sumber daya
alam,
e) Daya dukung fisik dasar terkait lokasi kawasan sumber daya alam,
dan
f) Teknologi pemanfaatan sumber daya alam.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan:
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada
perwujudan keseimbangan ekosistem kawasan dalam rangka menjaga
potensi SDA terkait dengan pemanfaatan SDA yang aman untuk
kepentingan strategis provinsi.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai
tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan terkait pemanfaatan sumber daya alam,
(2) Kebijakan terkait pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,
(3) kebijakan terkait dengan dukungan sistem jaringan prasarana
utama kawasan SDA sesuai standar pelayanan minimal yang
ditetapkan; dan
(4) kebijakan terkait dengan perwujudan kawasan penyangga, meliputi
penetapan batas, zonasi, penetapan kegiatan, dan dukungan sistem
jaringan prasarana kawasan.
(5) Kebijakan terkait pengelolaan kawasan penyangga.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perumusan strategi difokuskan pada:
(1) strategi terkait pemanfaatan sumber daya alam disesuaikan dengan
kebijakan dan strategi pihak pengelola/sektor terkait, meliputi:
(a) strategi penetapan batas eksploitasi,
(b) strategi penetapan jenis bahan tambang yang dieksploitasi,
(c) strategi penetapan perkiraan kapasitas sesuai jangka waktu
eksploitasi (target sampai akhir tahun perencanaan).
(2) strategi terkait
meliputi:

pengelolaan

lingkungan

(a) strategi penetapan kawasan perlindungan,


(b) strategi penetapan teknologi eksploitasi,
Kementerian Pekerjaan Umum

47

yang

berkelanjutan,

zona pengolahan hasil eksploitasi, zona pembuangan limbah,


zona administrasi, zona hunian dan zona publik), dan
(b) strategi terkait penetapan jenis kegiatan, intensitas kegiatan,
dan pengelolaan SDA pada setiap zona kawasan sumber daya
alam.
(4) strategi terkait pelayanan sistem jaringan
kawasan sumber daya alam, meliputi:

prasarana

utama

(a) strategi penetapan kebutuhan sistem jaringan prasarana utama


terkait pengembangan wilayah,
(b) strategi penetapan jenis dan standar pelayanan minimal
(5) Perumusan
meliputi:

strategi

terkait

perwujudan

kawasan

penyangga,

(a) penetapan batas kawasan penyangga, khususnya pertimbangan


dampak kegiatan pengelolaan sumber daya alam) dan
sebaliknya kemungkinan pengaruh negatif kegiatan sekitar
kawasan.
(b) penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga,
(c) penetapan dukungan sistem jaringan prasarana di kawasan
penyangga untuk menjaga kesetaraan pelayanan dengan
kawasan fungsional.
2) Konsep pengembangan
Konsep pengembangan KSP dirumuskan sebagai berikut:
a) Rencana struktur ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
(1) Rencana struktur ruang pada kawasan inti meliputi:
(a) Sistem jaringan prasarana:
- sistem jaringan jalan
- sistem jaringan energi
- sistem jaringan telekomunikasi
- sistem penyediaan sumber air bersih
- sistem jaringan drainase termasuk jaringan drainase di luar
kawasan,
- sistem jaringan air limbah
- sistem pengelolaan persampahan
(b) Dukungan sarana; (pengaturan pada sarana yang dapat
digunakan untuk kepentingan publik permanfaatan bersama
masyarakat di sekitar kawasan)
(2) Rencana struktur ruang pada kawasan penyangga meliputi:
(a) mengacu dan memperhatikan sistem pusat pelayanan, yang
ada dalam RTRW terkait, meliputi:
48

Kementerian Pekerjaan Umum

- sistem jaringan air limbah


- sistem pengelolaan persampahan.
(c) dukungan sarana;
- sarana sosial-budaya,
- sarana ekonomi,
- sarana kesehatan.
b) Rencana pola ruang
Rencana pola ruang terdiri atas:
(1)

Rencana pola ruang pada kawasan inti meliputi;


(a) zona perlindungan, merupakan zona di dalam kawasan sumber
daya alam yang difungsikan untuk memberikan perlindungan
terhadap zona pemanfaatan terbatas.
(b) zona pemanfaatan, meliputi zona pemanfaatan sumber daya
alam termasuk tempat pembuangan limbah, (didasarkan
pertimbangan amdal), dan kawasan industri pengolahan
turunan sumber daya tambang.

(2)

Rencana pola ruang pada kawasan penyangga:


(a) kawasan penyangga, berada dilingkungan luar kawasan inti,
untuk
mengendalikan
dampak
negatif
dari
kegiatan
pemanfaatan SDA terhadap lingkungan sekitar dan sebaliknya.
(b) zona penyangga diklasikasikan sesuai karakteristik dukungan
terhadap kawasan inti; dapat berupa zona larangan kegiatan,
zona hijau dengan tegakan, zona hijau (tidak disyaratkan
dengan tegakan), zona tanpa hunian, zona dengan hunian
terbatas.
(c) zona hunian, merupakan zona di dalam kawasan penyangga
yang digunakan untuk kegiatan permukiman para pekerja di
lingkungan sumber daya alam.
(d) zona publik, didasarkan pada kebutuhan fungsi pendukung
operasionalisasi zona pemanfaatan, dapat digunakan untuk
fungsi pelayanan publik yang berada di dalam kawasan sumber
daya alam digunakan bersama dengan masyarakat di luar
kawasan umumnya untuk kegiatan sosial, ekonomi dan budaya

i. Tipologi Kawasan Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup


Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan Perlindungan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup mencakup hal-hal berikut:
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan KSP
Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi KSP tipologi
kawasan Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup, meliputi:

Kementerian Pekerjaan Umum

49

tujuan, kebijakan dan strategi adalah sebagai berikut:


a) Tujuan:
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan lingkungankawasan
Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup yang lestari pada
jangka panjang.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai
tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) Kebijakan terkait pengelolaan Lingkungan yang berkelanjutan,
(2) Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan pada kawasan
inti,
(3) Kebijakan terkait persyaratan pembangunan sistem jaringan
prasarana kawasan (disesuaikan dengan peraturan perundangan
yang berlaku dalam rangka perlindungan kawasan),
(4) Kebijakan terkait kawasan penyangga; penetapan batas, zonasi,
penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan prasarana dan
sarana kawasan
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan.
Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut:
(1) Perumusan strategi terkait
berkelanjutan, meliputi:

pengelolaan

lingkungan

yang

(a) mencegah pemanfaatan ruang di dalam dan disekitar kawasan


fungsional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung
kawasan;
(b) membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan
di sekitar kawasan inti yang dapat memicu perkembangan
kegiatan budi daya yang tidak sesuai;
(c) merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di
sekitar kawasan inti dan
(d) mengembangkan kegiatan budi daya yang berfungsi sebagai
zona penyangga kawasan inti
(2) Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan kegiatan
kawasan fungsional, meliputi:
(a) penetapan zonasi, dan
(b) penetapan kegiatan (jenis, intensitas dan pengelolaan) pada
setiap zona pada kawasan fungsional.
(3) Perumusan strategi terkait pelayanan sistem jaringan prasarana
kawasan inti (dikoordinasikan dengan instansi yang berwenang),
meliputi:
(a) penetapan kebutuhan,
(b) penetapan jenis dan standar pelayanan minimal.
50

Kementerian Pekerjaan Umum

Arahan pengembangan KSP tipologi kawasan Perlindungan


Pelestarian Lingkungan Hidup dijabarkan sebagai berikut:

dan

a) Rencana struktur ruang


Rencana struktur ruang terdiri atas :
(1) rencana struktur ruang pada kawasan inti bersifat arahan untuk
sistem jaringan prasarana.
(2) rencana struktur ruang pada kawasan penyangga bersifat arahan
untuk
- mengendalikan sistem pusat
menganggu fungsi kawasan; dan
- mengendalikan sistem jaringan
menganggu fungsi kawasan.

pelayanan
prasarana

yang

berpotensi

yang

berpotensi

b) Rencana pola ruang


Rencana pola ruang, terdiri atas:
(1) Rencana pola ruang pada kawasan inti mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait.
(2) Rencana pola ruang pada kawasan penyangga (daerah penyangga),
meliputi:
(a) zona penyangga, berada dilingkungan luar kawasan inti, untuk
mengendalikan dampak negatif kegiatan disekitar kawasan
terhadap kawasan inti.
(b) zona penyangga diklasikasikan sesuai karakteristik dukungan
terhadap kawasan inti; dapat berupa zona larangan kegiatan,
zona hijau dengan tegakan, zona hijau (tidak disyaratkan dengan
tegakan), zona tanpa hunian, zona dengan hunian terbatas.
j. Tipologi Kawasan Rawan Bencana
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan rawan bencana yaitu
sebagai berikut:
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a) area kawasan rawan bencana atau perkiraan kawasan rawan
bencana atau kawasan dengan sejarah bencana;
b) kondisi sebaran dan sosial dan ekonomi penduduk kawasan rawan
bencana;
c) kondisi pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana dan sekitarnya
terutama keberadaan pusat kegiatan dan pusat pelayanan di sekitar
kawasan rawan bencana; dan
d) kondisi sistem jaringan prasarana utama, sistem jaringan prasarana
lainnya, dan kondisi sarana pada kawasan rawan bencana, dan
e) sebaran kawasan aman bencana.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang KSP yaitu sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum

51

(2) kebijakan terkait dengan penetapan kegiatan pada kawasan rawan


bencana (termasuk penetapan kegiatan hunian sementara di
kawasan rawan bencana); dan
(3) kebijakan terkait dengan sistem evakuasi.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perumusan strategi difokuskan pada:
(1) strategi terkait dengan penetapan fungsi lindung dan fungsi budi
daya pada kawasan rawan bencana, meliputi:
(a) strategi penetapan kawasan lindung sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan dan penetapan kawasan
lindung baru sesuai dengan pertimbangan daya dukung serta
ketetapan instansi yang bertanggungjawab; dan
(b) strategi penetapan kawasan budi daya sesuai daya dukung
kawasan rawan bencana pada saat tidak terjadi bencana
(khususnya untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat
setempat).
(2) strategi terkait dengan penetapan kegiatan pada kawasan rawan
bencana (termasuk penetapan kegiatan hunian sementara di
kawasan rawan bencana), meliputi:
(a) strategi penetapan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan
karakteristik sumber daya masyarakat setempat dan
karakteristik daya dukung; dan
(b) strategi penetapan ruang hunian sementara terkait dengan
fungsi pelayanan kebutuhan pengembangan kawasan produksi.
(3) strategi terkait dengan sistem evakuasi, meliputi:
(a) strategi penetapan lokasi kawasan aman bencana terkait
dengan sistem evakuasi bencana;
(b) strategi penetapan sistem prasarana utama (jaringan
transportasi), sekaligus berfungsi sebagai jalur evakuasi dalam
sistem evakuasi bencana;
(c) strategi penetapan dukungan sarana dan sistem jaringan
prasarana lainnya untuk mendukung ruang evakuasi sesuai
standar pelayanan minimal yang ditentukan.
2) Konsep pengembangan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:
a) Rencana struktur ruang
Rencana struktur ruang (berupa perwujudan sistem evakuasi) terdiri
atas:
(1) sistem jaringan prasarana utama berbasis mitigasi bencana;
(2) sistem jaringan prasarana lainnya berbasis mitigasi bencana
yang terintegrasi antara kawasan rawan bencana dan kawasan
aman bencana termasuk kekhususan sistem jaringan pada ruang
evakuasi di mana sistem tetap operasional pada saat bencana,
meliputi:
- sistem jaringan energi;
- sistem jaringan telekomunikasi;
- sistem jaringan sumber daya air;
52

Kementerian Pekerjaan Umum

teknis terkait dan mempertimbangkan sebaran kawasan rawan


bencana; dan
(2) pola ruang pada kawasan budi daya dengan mempertimbangkan
sebaran kawasan rawan bencana dan aman bencana dalam rangka
mencapai tujuan fungsi permukiman dan kelanjutan aktivitas
sosial-ekonomi-budaya masyarakat.
k. Tipologi Kawasan Kritis Lingkungan
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan rawan bencana mencakup
hal-hal berikut:
1) Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang
Tujuan, kebijakan, dan penataan ruang dirumuskan dengan
mempertimbangkan:
a) fungsi kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan
terkait
dengan
besarnya
manfaat
konservasi/pelestarian
keanekaragaman hayati (flora dan fauna), keanekaragaman bentang
alam (topografi), hidrologi/geohidrologis, dan hidroorologis;
b) kondisi pemanfaatan ruang kawasan ekosistem termasuk kawasan
kritis lingkungan;
c) kondisi ancaman bencana yang dapat berupa kebakaran hutan,
banjir, longsor, gunung berapi, dan bencana lainnya di kawasan
ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan;
d) kondisi sosial-ekonomi masyarakat di kawasan ekosistem termasuk
kawasan kritis lingkungan;
e) keberadaan sistem pusat pelayanan di kawasan ekosistem termasuk
kawasan kritis lingkungan;
f) kondisi sistem jaringan prasarana di kawasan ekosistem termasuk
kawasan kritis lingkungan; dan
g) kondisi potensi jasa lingkungan
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan,
kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada
perwujudan kawasan ekosistem yang lestari untuk kepentingan umat
manusia.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai
tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan terkait dengan bentuk pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan; dan
(2) kebijakan terkait dengan sistem pusat pelayanan dan sistem
jaringan prasarana di kawasan ekosistem termasuk kritis
lingkungan; dan
(3) kebijakan terkait dengan perwujudan kawasan penyangga melalui
pengaturan zonasi, penetapan kegiatan, serta penyediaan
dukungan sistem jaringan prasarana dan sarana kawasan kritis
lingkungan.
Kementerian Pekerjaan Umum

53

(c) strategi rehabilitasi/revitalisasi fungsi konservasi dan lindung


yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang
berkembang di dalam dan di sekitar kawasan inti; dan
(d) strategi pengendalian kegiatan budi daya di kawasan
penyangga yang berfungsi melindungi kawasan inti yang dapat
berupa pembatasan prasarana dan sarana di dalam dan di
sekitar kawasan inti untuk mencegah perkembangan kegiatan
budi daya yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
(2) strategi terkait dengan sistem pusat pelayanan dan sistem
jaringan prasarana di kawasan ekosistem termasuk kritis
lingkungan, meliputi:
(a) strategi pengaturan dan penyediaan prasarana dan sarana
dalam rangka pelestarian sosial-ekonomi-budaya masyarakat
asli/adat di lingkungan kawasan inti; dan
(b) strategi pengaturan dan penyediaan prasarana dan sarana
dalam rangka pelestarian kawasan inti.
(3) strategi terkait dengan perwujudan kawasan penyangga, meliputi:
(a) strategi penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga;
dan
(b) strategi pengaturan dan penyediaan prasarana dan sarana
dalam rangka pengendalian kawasan penyangga.
2) Konsep pengembangan
a) Rencana struktur ruang terdiri atas:
1) struktur ruang pada kawasan inti berupa sistem jaringan
prasarana yang terintegrasi dengan upaya pelestarian kawasan
ekosistem dan pemulihan kembali kawasan kritis lingkungan;
2) struktur ruang pada kawasan penyangga, meliputi:
(a) sistem pusat pelayanan yang berfungsi untuk mengendalikan
perkembangan kawasan penyangga yang dapat berupa
pelayanan sosial-ekonomi-budaya untuk masyarakat di sekitar
kawasan ekosistem termasuk kritis lingkungan dan/atau
kegiatan pemanfaatan kawasan ekosistem termasuk kritis
lingkungan; dan
(b) sistem jaringan prasarana yang berfungsi untuk mengendalikan
perkembangan kawasan penyangga, meliputi prasarana utama
dan prasarana lainnya.
b) Rencana pola ruang
Rencana pola ruang terdiri atas:
1) pola ruang pada kawasan inti mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait termasuk konvensi internasional yang
telah diratifikasi; dan
2) pola ruang pada kawasan penyangga yang dapat berupa kawasan
lindung dan kawasan budi daya dengan klasifikasi zona sesuai
dengan daya dukung kawasan terhadap kawasan inti.

54

Kementerian Pekerjaan Umum

penetapan tahapan indikasi program utama.


Penyusunan ketentuan terkait dengan arahan pemanfaatan ruang untuk
masing-masing tipologi KSP paling sedikit mempertimbangkan hal-hal
sebagaimana termuat pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4. Indikasi Program Utama Jangka Menengah KSP Berdasarkan
Tipologi
Tipologi
1. Kawasan
Perkotaan

2. Kawasan
Koridor
Ekonomi

Kementerian Pekerjaan Umum

Indikasi Program Utama


Indikasi program utama perwujudan rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang difokuskan pada
perwujudan sinergi hubungan fungsional antara
kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di
sekitarnya sebagai pusat permukiman dan kegiatan
perekonomian skala regional.
Indikasi program utama kawasan perkotaan disusun
dengan memperhatikan paling sedikit:
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan pusat-pusat
permukiman;
2) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan transportasi
3) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan energi
4) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan telekomunikasi
5) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan sumber daya air
6) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan air limbah
7) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan drainase
8) Indikasi program utama perwujudan sistem
persampahan
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan kawasan
lindung
2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
budidaya
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan perkotaan
Indikasi program utama perwujudan rencana
struktur ruang dan pola ruang difokuskan pada
perwujudan kawasan ekonomi yang beragam dan
inklusif; sinergi pembangunan sektoral dan daerah
untuk menjaga keuntungan kompetitif; sistem
jaringan transportasi darat, laut, dan udara;
55

Indikasi program utama perwujudan sistem


jaringan transportasi
3) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan energi
4) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan telekomunikasi
5) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan sumber daya air
6) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan air limbah
7) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan drainase
8) Indikasi program utama perwujudan sistem
persampahan
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan kawasan
inti
2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
penyangga
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan koridor ekonomi
Indikasi program utama perwujudan konsep rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang difokuskan
pada perwujudan lingkungan kawasan dan sektor
ekonomi yang berkelanjutan dan produktif.
Acuan minimal indikasi program utama kawasan
ekonomi sektor unggulan paling sedikit meliputi:
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) indikasi program utama perwujudan fungsi
sektor unggulan;
2) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan jalan/akses dari/ke kawasan ekonomi
sektor basis;
3) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan energi;
4) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan telekomunikasi;
5) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan sumberdaya air;
6) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan prasarana lainnya;
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan perdesaan
2)

3. Kawasan
Perdesaan

56

Kementerian Pekerjaan Umum

5. Kawasan
Cagar
budaya

Kementerian Pekerjaan Umum

sistem pusat-pusat perekonomian;


2) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan jalan;
3) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan energi;
4) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan telekomunikasi;
5) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan sumberdaya air;
6) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan pengolahan limbah; dan
7) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan drainase.
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan ekonomi cepat tumbuh
Indikasi program utama perwujudan konsep rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang difokuskan
pada perwujudan Lingkungan situs dan cagar budaya
yang lestari pada jangka panjang.
Acuan minimal indikasi program utama kawasan
warisan budaya/sejarah paling sedikit meliputi:
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) indikasi program utama perwujudan fungsi objek
strategis kawasan cagar budaya;
2) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan jalan/akses dari/ke kawasan cagar
budaya;
3) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan energi;
4) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan telekomunikasi;
5) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan sumberdaya air;
6) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan prasarana;
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan ekonomi cepat tumbuh

57

1) indikasi program utama perwujudan fungsi


kawasan pemukiman/ adat tertentu;
2) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan jalan/akses dari/ke kawasan
pemukiman/ adat tertentu;
3) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan energi;
4) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan telekomunikasi;
5) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan sumberdaya air;
6) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan prasarana;
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan permukiman/adat tertentu
7. Kawasan
Teknologi
Tinggi

Indikasi program utama perwujudan konsep rencana


struktur ruang dan rencana pola ruang difokuskan
pada perwujudan Lingkungan kawasan dan/atau
obyek teknologi tinggi berfungsi maksimal sesuai
jangka waktu rencana operasional.
Acuan minimal indikasi program utama kawasan
teknologi tinggi paling sedikit meliputi :
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) indikasi program utama perwujudan fungsi objek
strategis berteknologi tinggi;
2) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan jalan/akses dari/ke kawasan teknologi
tinggi;
3) indikasi program utama perwujudan fungsi
pelabuhan dan dermaga dengan akses ke
kawasan teknologi tinggi;
4) indikasi program utama perwujudan fungsi
bandar udara dengan akses ke kawasan
teknologi tinggi;
5) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan energi;
6) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan telekomunikasi;
7) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan sumberdaya air.
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
58

Kementerian Pekerjaan Umum

9. Kawasan
perlindungan
dan
pelestarian
lingkungan
hidup

Kementerian Pekerjaan Umum

dalam rangka menjaga potensi sumberdaya alam


terkait pemanfaatan sumberdaya alam yang aman.
Acuan minimal indikasi program utama kawasan
sumberdaya alam meliputi :
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan sumberdaya alam;
2) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan jalan/akses dari/ke kawasan SDA;
3) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan energi;
4) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan telekomunikasi;
5) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan sumberdaya air;
6) indikasi program utama perwujudan fungsi
jaringan prasarana.
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan sumber daya alam
Indikasi program utama perwujudan konsep rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang difokuskan
pada perwujudkan Lingkungan kawasan yang lestari
pada jangka panjang. Acuan minimal indikasi
program utama kawasan hutan lindung meliputi :
Indikasi program utama terkait dengan kegiatan
perlindungan kawasan, rehabilitasi, revitalisasi, dan
pemanfaatan secara lestari.
Acuan minimal indikasi program utama kawasan
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup
paling sedikit meliputi :
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) indikasi program utama perwujudan kawasan
inti
2) indikasi program utama perwujudan kawasan
penyangga
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
59

a. Indikasi program utama perwujudan struktur


ruang:
1) Indikasi program utama perwujudan sistem
evakuasi bencana;
2) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan transportasi;
3) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan energi;
4) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan telekomunikasi; dan
5) Indikasi program utama perwujudan sistem
jaringan sumberdaya air.
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang:
1) Indikasi program utama perwujudan kawasan
lindung; dan
2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
budi daya.
11. Kawasan
Kritis
Lingkungan

Indikasi program utama perwujudan konsep rencana


struktur ruang dan rencana pola ruang difokuskan
pada perwujudan komposisi kawasan lindung dan
kawasan budidaya yang menjamin keserasian
kemampuan dan pemanfaatan unsur dalam alam
secara timbal balik, dengan penekanan pada:
a.
restorasi, rehabilitasi, dan konservasi lahan;
b.
konservasi sumberdaya air, pendayagunaan
sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air.
Acuan minimal indikasi program utama kawasan
kritis lingkungan paling sedikit meliputi
a. Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang, meliputi:
1) indikasi program utama perwujudan kawasan
inti
2) indikasi program utama perwujudan kawasan
penyangga
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan kritis lingkungan

12. Kawasan
Perlindungan
Pesisir dan
Pulau Kecil

Indikasi program utama perwujudan konsep rencana


struktur ruang dan rencana pola ruang difokuskan
pada perwujudan kawasan ekosistem esensial yang
serasi antara pemanfaatan dan pelestariannya,
dengan penekanan pada:
60

Kementerian Pekerjaan Umum

inti
2) indikasi program utama perwujudan kawasan
penyangga
b. Indikasi program utama perwujudan pola ruang,
meliputi:
1) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan inti; dan
2) Indikasi program utama perwujudan fungsi
kawasan penyangga.
c. Indikasi program utama lain terkait dengan
perwujudan kawasan perlindungan dan pelestarian
lingkungan hidup
Indikasi sumber pembiayaan memuat perkiraan pendanaan yang dapat
berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. pembiayaan masyarakat; dan/atau
c. sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Indikasi instansi pelaksana memuat instansi pemerintah daerah sebagai
pelaksana program pemanfaatan ruang. Adapun indikasi waktu
pelaksanaan memuat tahapan pelaksanaan program pemanfaatan ruang
sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
3.4.3. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP
Ketentuan terkait dengan Ketentuan Pengendalian pemanfaatan ruang KSP
paling sedikit memuat:
a. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan umum peraturan zonasi KSP merupakan ketentuan zonasi
pada sistem provinsi, yang meliputi ketentuan umum peraturan zonasi
untuk struktur ruang provinsi dan pola ruang provinsi.
Ketentuan umum peraturan zonasi memuat mengenai:
1) jenis kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan
tidak diperbolehkan,
2) intensitas pemanfaatan ruang,
3) prasarana dan sarana minimal, dan
4) ketentuan lain yang dibutuhkan.
b. Arahan Perizinan
Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:
1) menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang;
2) mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
3) melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
Kementerian Pekerjaan Umum

61

mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;


2) memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana
tata ruang; dan
3) meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.
d. Arahan Sanksi
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi
Penetapan Ketentuan Pengendalian pemanfaatan
berdasarkan tipologi dapat dilihat pada Tabel 3.5.

ruang

strategis

provinsi

Tabel 3.5. Penetapan Arahan Peraturan Zonasi Berdasarkan Tipologi


Arahan Peraturan Zonasi
Muatan Peraturan Zonasi
Sudut
Kepentin
gan

Pertumbu
han
Ekonomi

Tipologi
KSP

intensi
tas
pemanf
aatan
ruang

prasara
na dan
sarana
minim
al

ketentu
an lain
yang
dibutuh
kan

Arahan
Perizin
an

Arah
an
Sank
si

1.

Kawasan
Perkotaan

2.

Kawasan
Koridor
Ekonomi

Kawasan
Perdesaa
n

Kawasan
Ekonomi
Cepat
Tumbuh

Kawasan
Cagar
budaya

Kawasan
Permuki
man/Ada
t
Tertentu

3.

4.

Sosial dan
budaya

5.

2.

6.

pendayag
unaan
sumberda
ya alam
dan/atau

jenis kegiatan
yang
diperbolehkan,
diperbolehkan
dengan syarat,
dan tidak
diperbolehkan

Arahan
Pemberi
an
Insentif
dan
Disinsen
tif

7.

Kawasan
Teknologi
Tinggi

62

Kementerian Pekerjaan Umum

Kawasan
perlindun
gan dan
pelestaria
n
lingkunga
n hidup

Kawasan
Rawan
Bencana

Kawasan
Kritis
Lingkung
an

Kawasan
Perlindun
gan
Pesisir
dan
PulauPulau
Kecil

Daya
Alam
fungsi dan
daya
dukung
Lingkunga
n

9.

10.

11.

12.

Keterangan

Perlu memuat ketentuan tersebut


Tidak memuat ketentuan tersebut
3.4.4. Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan kawasan memperhatikan:
a. status kelembagaan yang telah diatur dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;
b. keterkaitan KSP dengan kewenangan daerah provinsi;
c. keterkaitan KSP dengan kewenangan daerah kabupaten/kota; dan
d. pemangku kepentingan lainnya.
3.5. Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat
Hak, kewajiban, dan peran masyarakat diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3.6. Format Penyajian
Konsep RTR KSP disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
a. Materi teknis RTR KSP, yang terdiri atas:
1) Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
2) Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
3) Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal
dalam format A1 yang dilengkapi dengan peta digital yang mengikuti

Kementerian Pekerjaan Umum

63

3.7. Masa Berlaku RTR KSP


RTR KSP berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan dapat
ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RTR KSP dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi
perubahan lingkungan strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundangundangan;
b. perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-undang;
dan/atau
c. perubahan RTRWP yang menuntut perubahan terhadap RTR KSP.

64

Kementerian Pekerjaan Umum

2. pelibatan pemangku kepentingan; dan


3. pembahasan.
Prosedur penyusunan RTR KSP secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar
4.1.
Proses penyusunan RTR KSP meliputi:
1. persiapan penyusunan;
2. pengumpulan datadan informasi;
3. pengolahan dan analisis data;
4. perumusan konsepsi rencana; dan
5. penyusunan naskah raperda.
Tata cara penyusunan RTR KSP secara lebih rinci dapat dilihat pada pada
Gambar 4.2.
Prosedur penetapan RTR KSP merupakan tindak lanjut dari prosedur
penyusunan RTR KSP sebagai satu kesatuan proses. Prosedur penetapan RTR
KSP dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap penyusunan RTR KSP
disesuaikan dengan situasi dan kondisi KSP yang bersangkutan. Situasi dan
kondisi dimaksud dapat terkait dengan aspek politik, sosial, budaya,
pertahanan, keamanan, keuangan/pembiayaan pembangunan daerah,
ketersediaan data, dan faktor-faktor lainnya baik yang berada di dalam
maupun di luar/sekitar KSP bersangkutan. Adapun waktu yang dibutuhkan
untuk tahap penetapan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Total jangka waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
perencanaan tata ruang KSP diperkirakan paling sedikit yaitu 8 (delapan)
bulan dan paling lama 18 (delapan belas) bulan yang secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 4.1.

Kementerian Pekerjaan Umum

65

Kabupaten dan Kota; (2)


Lembaga di daerah;

2.3.1 Pelibatan Peran


Masyarakat
Pemerintah telah melibatkan
masyarakat secara pasif dengan
pemberitaan mengenai
informasi penataan ruang
melalui media publikasi sesuai
kebutuhan.

di daerah

2.3.2 Pelibatan Peran


Masyarakat
Peran masyarakat/organisasi
masyarakat dapat dilakukan lebih
aktif dalam berbagai bentuk
media komunikasi/interaksi sesuai
dengan situasi dan kondisi tiap
kawasan strategis provinsi.

Kabupaten, dan Kota; (2)


Lembaga di daerah;.

2.3.3 Pelibatan Peran


Masyarakat
Peran masyarakat/organisasi
masyarakat dapat dilakukan
lebih aktif dalam berbagai
bentuk media
komunikasi/interaksi sesuai
dengan situasi dan kondisi tiap
kawasan strategis provinsi.

2.4.1 Pembahasan
(1)Pembahasan rencana kegiatan
pelaksanaan penyusunan RTR KSP;
(2)Penyepakatan nilai strategis
pembentukan KSP; (3) penyepakatan
perumusan isu strategis perlunya
penyusunan RTR KSP; (4) Penyepakatan
kebijakan terkait wilayah perencanaan; (5)
Penyepakatan potensi dan permasalahan
awal wilayah perencanaan, serta gagasan
awal pengembangan , pengaturan
dan/atau pengendalian wilayah
perencanaan; (6) Penyepakatan
metodologi pelaksanaan pekerjaan;
(7)Penyepakatan pertama mengenai batas
delineasi kawasan (sebelum survey); dan
(8) Penyepakatan target setiap tahapan
pelaksanaan penyusunan RTR KSP .

2.4.2 Pembahasan
(1)Pembahasan hasil-hasil
pengumpulan data dan informasi;
dan (2) Pembahasan rencana
kegiatan analisis.

2.5.2 Berita Acara


Penyepakatan Delineasi kawasan
dan Perumusan Isu Strategis

2.4.3 Pembahasan
(1)Pembahasan hasil-hasil
analisis; dan (2) Penyepakatan
batas delineasi kawasan
(setelah tahapan pengolahan
data dan informasi).

2.2.4 Pelibatan Pemangku


Kepentingan (selain
masyarakat)
(1) Pemerintahan Provinsi,
Kabupaten, dan Kota; (2) Lembaga
di daerah.

2.3.4 Pelibatan Peran


Masyarakat
Masyarakat dapat terlibat
secara aktif dan bersifat
dialogis/komunikasi dua arah
melalui berbagai bentuk
media komunikasi/interaksi.

2.4.4 Pembahasan
Pembahasan rumusan konsep RTR
KSP

2.5.4 Konsensus

2.5.3 Konsensus
(1)Pencapaian consensus
mengenai hasil-hasil analisis; (2)
Pencapaian konsensus mengenai
batas delineasi kawasan.

Pencapaian konsensus mengenai


rumusan konsep RTR KSP

2.5.1 Berita Acara


Usulan delineasi kawasan dan
perumusan isu strategis

3.1.1 Target Minimal


(1)Gambaran umum wilayah perencanaan;
(2) Hasil kajian awal; (3) Metodologi
pendekatan pelaksanaan pekerjaan; (4)
Rencana kerja pelaksanaan penyusunan
rencana tata ruang kawasan strategis
nasional; dan (5) Perangkat survey data
primer dan sekunder.

3.1.2 Target Minimal


(1)Mengorganisasikan hasil-hasil
pengumpulan data dan informasi;
dan (2) Penyusunan buku data &
analisis.

3.1.4 Target Minimal

3.1.3 Target Minimal


(1)Melakukan pengolahan dan
analisis data dan informasi; dan
(2) Penyusunan buku data &
analisis.

(1)Perumusan Konsepsi rencana;


dan (2) Penyusunan buku rencana
RTR KSP

Proses
Legalisasi

Gambar 4.1. Prosedur Penyusunan RTR KSP

perumusan arahan pemanfaatan


ruang dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang

Gambar 4.2. Tata Cara Proses Penyusunan RTR KSP

66

Kementerian Pekerjaan Umum

4.1. Proses Penyusunan RTR KSP


Proses penyusunan RTR KSP dilakukan melalui tahapan persiapan
penyusunan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data,
perumusan konsep rencana, dan penyusunan naskah rancangan peraturan
daerah.
4.1.1.Tahap Persiapan Penyusunan
a. Kegiatan persiapan penyusunan meliputi:
1) Penyusunan kerangka acuan kerja (KAK) memperhatikan
kebutuhan penataan ruang bagi KSP yang dimaksud. Kerangka
acuan kerja harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Pertanyaan kritis dan rumusan permasalahan
kebutuhan penataan ruang bagi KSP dimaksud;

mengenai

b) Persoalan yang dihadapi sekarang oleh KSP dan kemungkinan


persoalan di masa datang; dan
c) Harapan yang bisa dituangkan dalam penanganan persoalan
KSP melalui penataan ruang untuk jangka panjang.
2) Penganggaran kegiatan penyusunan RTR KSP oleh dinas terkait
yang disiapkan minimal setahun sebelum kegiatan penataan ruang
KSP akan dilakukan;
3) Pemberitaan kepada publik oleh dinas terkait perihal akan
dilakukannya penyusunan RTR KSP;
4) Persiapan awal pelaksanaan kegiatan, meliputi pemahaman
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Penyiapan Rencana Anggaran
Biaya (RAB);
5) Kajian
awal
data
sekunder,
mencakup
review
RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota terkait dan kebijakan terkait lainnya.
Target kajian data awal terdiri atas:
a) Identifikasi nilai strategis pembentukan KSP;
b) Identifikasi dan perumusan isu strategis perlunya penyusunan
RTR KSP; dan
c) Identifikasi hal-hal lain terkait dengan
pengaturan, dan/atau pengendalian KSP.

pengembangan,

6) Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:


a) penyimpulan informasi dan data awal (termasuk dengan
menyimpulkan hasil kajian awal data sekunder di langkah
sebelumnya);
b) penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan kegiatan;
c) penyiapan rencana kerja rinci; dan
d) penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan,
panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan
dokumentasi, dan lain-lain), serta mobilisasi peralatan dan
personil yang dibutuhkan.
Kementerian Pekerjaan Umum

67

c) identifikasi dan perumusan isu strategis perlunya penyusunan


RTR KSP;
d) potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan, serta
gagasan
awal
pengembangan,
pengaturan,
dan/atau
pengendalian wilayah perencanaan; dan
e) identifikasi awal batas delineasi kawasan.
3) metodologi
digunakan;

pendekatan

pelaksanaan

pekerjaan

yang

akan

4) rencana kerja pelaksanaan penyusunan RTR KSP; dan


5) perangkat survei data primer dan sekunder yang akan digunakan
pada saat proses pengumpulan data dan informasi (survei).
c. Waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan persiapan adalah 1 (satu) bulan,
tergantung dari kondisi kawasan dan pendekatan yang digunakan.
4.1.2.Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
a. Pengumpulan data dan informasi paling sedikit meliputi:
1) Data terkait nilai strategis dan isu strategis KSP;
2) Data kebijakan penataan ruang dan sektoral terkait (termasuk
peruntukan ruang);
3) Data kondisi fisik/Lingkungan dan sumber daya alam;
4) Data pemanfaatan ruang/penggunaan lahan
5) Data sumber daya buatan/ prasarana dan sarana;
6) Data kependudukan dan sumber daya manusia;
7) Data perekonomian, sosial, dan budaya;
8) .Data kelembagaan;
9) Peta dasar (RBI dan citra satelit); dan
10) Data lainnya sesuai dengan karakteristik tipologi KSP
b. Hasil pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan informasi
Hasil kegiatan pengumpulan data dan informasi disatukan dalam
buku data dan analisa.
c. Waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan informasi
adalah 2-3 (dua sampai dengan tiga) bulan.
4.1.3.Tahap Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan dan analisa data
Pengolahan dan analisis data paling sedikit meliputi perangkat dan
teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang
dimilikinya. Penggunaan perangkat dan teknik analisis disesuaikan
dengan kebutuhan analisis berdasarkan kisi-kisi mengenai lingkup
pengaturan sesuai dengan tipologi KSP yang meliputi:

68

Kementerian Pekerjaan Umum

Analisis yang dilakukan paling sedikit meliputi :


1) review terhadap RTR yang terkait dengan KSP
2) penyusunan Kajian Lingkungan hidup strategis (KLHS) sesuai
dengan tipologi KSP, yang meliputi:
a) analisis daya dukung kawasan dan optimasi pemanfaatan ruang;
b) analisis daya tampung kawasan;
3) analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis KSP;
4) analisis deliniasi kawasan;
5) analisis konsep pengembangan kawasan untuk menentukan:
a) arahan strategis; atau
b) rencana struktur ruang dan/atau rencana pola ruang
6) analisis kebutuhan ruang; dan
7) analisis pembiayaan pembangunan
8) analisis lainnya sesuai dengan karakteristik tipologi KSP
Hasil dari keseluruhan kegiatan analisis meliputi :
1) visi pengembangan kawasan;
2) potensi dan masalah penataan ruang KSP;
3) peluang dan tantangan penataan ruang KSP;
4) kecenderungan
perkembangan
pengembangan KSP;

dan

kesesuaian

kebijakan

5) Alternatif konsep pengembangan konsep pengembangan KSP; dan


6) daya dukung dan daya tampung Lingkungan hidup KSP.
b. Pengolahan dan analisa data
Hasil kegiatan pengolahan dan analisis data dibukukan sebagai satu
kesatuan dengan dengan hasil pelaksanaan kegiatan tahapan sebelumnya
dalam buku data dan analisis. Kerangka buku data dan analisis disusun
sebagai suatu kesatuan laporan yang terintegrasi.
c. Waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan pengolahan dan analisis data adalah 2-6 (dua
sampai dengan enam) bulan.
4.1.4. Tahap Perumusan Konsepsi Rencana
a. Perumusan konsepsi rencana
Perumusan konsepsi RTR KSP paling sedikit harus :
1) mengacu pada:
a) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
b) Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.

Kementerian Pekerjaan Umum

69

b) konsep pengembangan KSP, yang terdiri atas:

c)

(1)

arahan strategis (arahan struktur atau pola ruang); atau

(2)

rencana struktur ruang dan/atau rencana pola ruang

arahan pemanfaatan ruang; dan

d) Ketentuan Pengendalian pemanfaatan ruang.


b. Hasil pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi rencana
Hasil pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi rencana adalah berupa
rumusan konsep RTR KSP, yang dibukukan dalam RTR KSP yang
merupakan materi teknis RTR KSP.
c. Waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi rencana adalah 2-7
(dua sampai dengan tujuh) bulan.
4.1.5. Tahap Penyusunan Naskah Rancangan Peraturan Daerah
a. Penyusunan naskah Rancangan Peraturan Daerah
Penyusunan naskah rancangan peraturan daerah tentang RTR KSP
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Hasil pelaksanaan
Peraturan Daerah

kegiatan

penyusunan

naskah

Rancangan

Hasil pelaksanaan kegiatan adalah berupa naskah rancangan peraturan


daerah yang siap untuk diproses dalam kegiatan selanjutnya yaitu
penetapan Raperda.
c. Waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan penyusunan rancangan peraturan daerah
tentang RTR KSP adalah satu bulan.
4.2.

Prosedur Penyusunan RTR KSP


Prosedur penyusunan RTR KSP meliputi:
a. pembentukan tim penyusun RTR KSP yang beranggotakan unsur-unsur
dari Kementerian/Lembaga khususnya yang berada dalam lingkup
BKPRD;
b. pelaksanaan penyusunan RTR KSP memperhatikan keterlibatan
pemangku kepentingan sesuai dengan jenis tipologi KSP, yang
dilaksanakan pada semua tahapan penyusunan RTR KSP. Pemangku
kepentingan yang harus dilibatkan yaitu:
1) Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota;
2) Peran masyarakat; dan
3) Lembaga/organisasi di daerah.
c. pelibatan peran masyarakat melalui:
1) pada tahap persiapan, pemerintah telah melibatkan masyarakat secara
pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan ruang melalui
media publikasi sesuai kebutuhan;
70

Kementerian Pekerjaan Umum

d. Pembahasan dilakukan berdasarkan


membahas hal-hal sebagai berikut:

empat

tahapan

proses

dan

1) Tahap ke-1 mengenai persiapan penyusunan RTR KSP:


a) Pembahasan rencana kegiatan pelaksanaan penyusunan RTR KSP;
b) Penyepakatan nilai strategis pembentukan KSP;
c) Penyepakatan perumusan isu strategis perlunya penyusunan RTR
KSP;
d) Penyepakatan kebijakan terkait wilayah perencanaan; dan
e) Penyepakatan
potensi
dan
permasalahan
awal
wilayah
perencanaan, serta gagasan awal pengembangan, pengaturan,
dan/atau pengendalian wilayah perencanaan;
f) Penyepakatan metodologi pelaksanaan pekerjaan;
g) Penyepakatan pertama
(sebelum survei); dan

mengenai

batas

delineasi

kawasan

h) Penyepakatan target setiap tahapan pelaksanaan penyusunan RTR


KSP.
2) Tahap ke-2 mengenai pengumpulan data dan informasi:
a) Pembahasan hasil-hasil pengumpulan data dan informasi; dan
b) Pembahasan rencana kegiatan analisis.
3) Tahap ke-3 mengenai pengolahan dan analisis data:
a) Pembahasan hasil-hasil analisis; dan
b) Penyepakatan batas delineasi
pengolahan data dan informasi).

kawasan

(setelah

tahapan

4) Tahap ke-4 mengenai perumusan konsep rencana KSP:


- Pembahasan rumusan Konsep RTR KSP.
e. Konsensus dilakukan berdasarkan empat tahapan proses dan membahas
hal-hal sebagai berikut:
1) Tahap ke-1 mengenai persiapan penyusunan RTR KSP:
- Tidak dilakukan konsensus secara khusus, hanya dilakukan
penyepakatan pada tahap pembahasan.
2) Tahap ke-2 mengenai pengumpulan data dan informasi:
- Tidak dilakukan konsensus secara khusus, hanya dilakukan
penyepakatan pada tahap pembahasan.
3) Tahap ke-3 mengenai pengolahan dan analisis data:
- Pencapaian konsensus mengenai hasil-hasil analisis; dan
- Pencapaian konsensus mengenai batas delineasi kawasan.
4) Tahap ke-4 mengenai perumusan konsep rencana KSP:
- Pencapaian konsensus mengenai rumusan Konsep RTR KSP.

Kementerian Pekerjaan Umum

71

72

Kementerian Pekerjaan Umum

RTR KSPtetap harus memperhatikan faktor dan karakteristik lokal di atas.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal . 2013
MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DJOKO KIRMANTO

Kementerian Pekerjaan Umum

73

You might also like