Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH : Nama NIM Prodi : Lilik Andriyani : 13/348106/GE/07576 : Pembangunan Wilayah
Jadwal Praktikum : Kamis, 11.00 13.00 WIB Asisten : 1. Gerry Kristian 2. Inneke K. Haryana
LABORATURIUM PENGINDERAAN JAUH DASAR FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
ACARA 1 SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI I. TUJUAN Memperkenalkan beberapa unsur interpretasi melalui simulasi, terutama warna/rona, tekstur, dan pola. ALAT DAN BAHAN 1. Perlengkapan simulasi 2. Tabel isian 3. Alat tulis
II.
III. DASAR TEORI Penginderaan jauh adalah sebuah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). Karena dalam penginderaan jauh tanpa kontak langsung, maka diperlukan media agar objek dapat diamati dan didekati oleh penafsir. Media yang digunakan dapat berupa citra (image atau gambar). Citra dapat diperoleh melalui perekaman fotografis, yaitu pemotretan dengan kamera; dan dapat juga diperoleh melalui perekaman non-fotografis, misalnya dengan pemindai atau penyiam (scanner). Perekaman fotografis menghasilkan foto udara, sedangkan perekaman lain menghasilkan citra non-foto. Citra foto udara selalu berupa hard copy (gambar tercetak) yang diproduksi dan direproduksi dari master rekaman yang berupa film. Citra non-foto juga dapat (dan perlu) dicetak menjadi hard copy, untuk keperluan interpretasi secara visual. Interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi dan disiplin ilmu lainnya. Dalam menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor. Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan. Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci. Untuk melakukan interpretasi citra maupun foto udara digunakan kreteria/unsur interpretasi yaitu terdiri atas rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola,bayangan, situs dan asosiasi (Sutanto, 1986). Adapun penjelasan masing-masing unsur menurut Lillesand dan Kiefer (1979) dan Sutanto (1986): Rona/warna.
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Sedangkan warna adalah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Bentuk Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek, sehingga dapat mencirikan suatu penampakan yang ada pada citra dapat di identifikasi dan dapat dibedakan antar objek. Ukuran Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Tekstur Tekstur adalah ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar objek. Pola Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah lainnya. Bayangan Bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya. Dengan bantuan unsur bayangan ini juga dapat menentukan arah mata angin serta pengenalan terhadap suatu obyek yang kemungkinan sulit diamati sebelumnya. Situs Situs adalah lokasi suatu obyek dalam hubungannya dengan obyek lain dapat membantu dalam menginterpretasi foto udara ataupun citra. Asosiasi Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, dengan kata lain asosiasi ini hampir sama dengan situs. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering menjadi petunjuk adanya obyek yang lain. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengenali obyek, tidak semua unsur perlu digunakan secara bersama-sama. Ada beberapa jenis fenomena atau obyek yang langsung dapat dikenali hanya berdasarkan satu jenis unsur interpretasi saja. Ada pula yang membutuhkan keselurahan unsur tersebut. Ada kecenderungan bahwa pengenalan obyek penutup/penggunaan lahan pada foto udara skala besar untuk wilayah kekotaan membutuhkan lebih banyak unsur interpretasi seperti pada deskripsi di atas, dibandingkan pengenalan bentuklahan atau fisiografi pada citra skala sedang-kecil dan pada liputan wilayah yang luas. (Projo Danoedoro, 2006)
IV. CARA KERJA 4.1 Latihan Pengamatan Rona dan Warna Menyiapkan dua macam contoh warna (versi 1 dan versi 2) Memperhatikan pada versi 1, terdapat gradasi warna mulai dari 3% hingga 100% Memperhatikan pada versi 2 terdapat kombinasi warna, dimana setiap kelompok matriks warna dibentuk oleh tiga macam hue (Red, Green, Blue) dan akan menghasilkan warna tertentu. Melakukan estimasi berapa persen intensitas warna merah,hijau, dan biru yang membentuk warna (pada tabel versi 3) Menentukan presentase warna hijau pada himpunan warna versi 4, dimana terdapat 6 matriks warna dan masing-masing matriks tersusun dari 5x5 kotak dengan kombinasi warna yang berbeda Melakukan hal yang sama pada himpunan warna versi 5 dimana kotak ke-13 pada setiap matriks memuat warna kemerahan Menulis hasil pengamatan, pembahasan, dan membuat kesimpulan 4.2 Latihan Pengamatan Tekstur Mengamati tekstur tanpa warna dan dengan warna (tekstur versi 1)
Memberikan sebutan untuk tiap contoh tekstur tersebut dan kenampakan yang mewakilinya
4.3
Latihan Pengamatan Pola Mengamati contoh pola (pola versi 1&3, tekstur untuk versi 1), dimana sebagian dari contoh tersebut juga bisa digunakan untuk pengenalan tekstur (tekstur versi 1&2)
Memberikan sebutan untuk tiap contoh tekstur tersebut dan kenampakan yang mewakilinya (Penamaan)
V.
HASIL PEMBELAJARAN 1.3 Tabel gradasi warna versi 3 : estimasi persentase (Lampiran) 1.4 Versi 4 : estimasi persentase dengan latar belakang (Lampiran) 1.5 Versi 5 : estimasi persentase dengan latar belakang (Lampiran) 1.6 Contoh-contoh tekstur dan latihan pendefinisiannya (versi 2) (Lampiran) 1.7 a. Contoh pola dan latihan pendefinisiannya (Lampiran) 1.7 b. Contoh pola dan latihan pendefinisiannya (Lampiran) 1.8 Latihan pendeskripsian (Lampiran)
Setelah pengamatan serta pengidentifikasian rona atau warna, tekstur dan pola secara terpisah, selanjutnya ketiga unsur tersebut digabungkan dalam sebuah gambar dan harus diidentifikasi. Hal ini sangat bermanfaat untuk melatih seorang geograf dalam membaca citra dengan cepat dan tepat, sehingga nantinya dapat mendeskripsikan dengan jelas obyek-obyek yang tampak pada citra. VII. KESIMPULAN 1. Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di permukaan bumi tanpa melalui kontak langsung 2. Unsur-unsur interpretasi ada delapan yaitu : rona/warna, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs, dan asosiasi 3. Rona mengarah pada tingkat kecerahan relative obyek pada citra, misalnya : hitam/sangat gelap, agak cerah, sangat cerah/putih. 4. warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan spektrum yang lebih sempit atau spektrum tampak. Misalnya : merah, hijau, biru, dan sebagainya 5. tekstur merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek, misalnya : kasar atau halus 6. Pola merupakan pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek, misalnya : teratur, kurang teratur, konsentris, dan sebagainya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh, Jilid 1 dan 2, Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Danoedoro, Projo, dkk. 2014. Pedoman Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Meurah, Cut, dkk. 2004. Penginderaan Jauh. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN