You are on page 1of 5

ACARA 3

ABSTRAKSI Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah acara III dengan judul acara Tekstur Tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Rabu, 12 Maret 2014.. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tekstur tanah secara kualitatif dalam keadaan basah. Contoh tanah yang digunakan yaitu Entisol, Alfisol, Ultisol, Renzina, dan Vertisol. Hasil percobaan menunjukkan tekstur tanah Entisol berupa geluh pasiran, Alfisol berupa geluh debuan, Ultisol berupa geluh lempungan, Vertisol berupa lempung dan mollisol berupa lempung. Percobaan ini berguna sebagai bahan informasi dalam menentukan tanaman budidaya apa yang cocok pada daerah tersebut dengan jenis tekstur tertentu.

PENGANTAR Dalam tanah terdapat berbagai jenis sifat fisis dan kimia. Sifat fisis meliputi banyak hal diantaranya tekstur, struktur dan aerasi, sedangkan sifat kimia meliputi pH tanah, kapasitas pertukaran ion, kandungan bahan organik, koloid tanah, dan lainnya. Tekstur tanah perlu dipelajari sebab tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungannya dengan udara dan air. Tanah mempengaruhi pertumbuhan pohon terutama keberhasilan pembibitan. Selain itu, tanah juga berfungsi untuk mengetahui fraksi yang dominan dalam proporsi dan komposisinya antara jenis tanah satu dengan tanah yang lain yang berbeda- beda. Tekstur tanah juga sering digunakan untuk menduga asal bahan induk tanah dan proses-proses yang berlangsung pada suatu bentang alam. Tekstur tanah ialah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir-debu dan liat. Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butirbutir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah (Bailey, 1984). tekstur tanah adalah salah satu karakteristik tanah paling penting. Tekstur mempengaruhi banyak sifat pada pengaturan lahan. Beberapa istilah sering digunakan untuk mendeskripsikan macam-macam urutan nama golongan tekstural untuk membahas kecukupan hubungan ini: geluhan atau tekstur menengah (untuk geluh pasiran, geluh, pasir, geluh debuan, geluh pasir lempungan, geluh lempungan, dan geluh lempung pasiran); dan lempung atau tekstur tanah halus (untuk lempung pasiran, lempung debuan, geluh lempung debuan) (Brown, 2007). Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuannya yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi keras dan menyangga,

kapasitas untuk melakukan drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Tekstur merupakan sifat tanah yang lebih permanen dan terpenting (Foth, 1994). Keragaman sifat tanah dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu bentang lahan merupakan akibat dari banyak faktor yang berbeda dan saling berinteraksi satu dengan lainnya. Topografi dan tipe penutupan lahan merupakan faktor penentu proses geomorfik yang terjadi pada gilirannya mempengaruhi keragaman tanah yang terbentuk (Darusman dan Abubakar, 1998). Kepadatan tanah akibat beban dan tekanan yang bekerja pada tanah terdiri dari tekanan arah horizontal dan vertikal. Tekanan arah horizontal disebabkan oleh kerja implement (bajak), sedangkan tekanan arah vertikal disebabkan berat dinamis traktor. Sifat reaksi tanah terhadap beban ini adalah memberikan penahanan dengan arah horizontal dan kemampuan menyangga beban dinamis traktor ke arah vertikal, serta kekerasan tanah atau kemampuan penetrasi. Ketiga bentuk sifat mekanis ini ditentukan oleh kandungan koloid, bahan pengikat partikel-partikel tanah, tekstur, dan struktur tanah (Yunus, 2006).

DAPUS (DAPUS PENGANTAR)

Bailey, H. 1984. Kuliah Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Ilmu Tanah, Palembang. Brown, R.B. 2007. Soil Introduction .<http://edis.ifas.ufl.edu/55169>. Foth, H.D. 1994. Fundamental of Soil Science. 10th ed. John Willey and Sons Inc., Singapore. Yunus, Y. 2006. Perubahan sifat fisika-mekanika akibat lintasan pengolahan tanah dengan traktor pada lahan miring dan efeknya terhadap kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian 5: 1920.

REFERENSI UNTUK PEMBAHASAN

Tanah Vertisol yang diteliti mempunyai tekstur yang tergolong pada liat berat dengan kandungan fraksi liat > 60%. Tingginya kandungan fraksi liat berhubungan dengan bahan induk tanahnya. Bahan induk Vertisol yang diteliti terdiri atas alluvium napal, peridotit, batu kapur, volkan andesitik, dan dasitik. Bahan-bahan tersebut tergolong pada bahan mudah lapuk, serta endapan banjir dan lakustrin yang memang sudah halus ukuran butirnya. Sedangkan menurut percobaan yang telah dilakukan praktikan, memberikan hasil bahwa tanah Vertisol memiliki tekstur geluh lempungan karena rasa kasar dan halus seimbang ketika dirasakan dengan jari tangan (Prasetyo, 2007). Entisol lahan pertanian dan hutan mempunyai kelas tekstur sama yaitu pasir geluhan, tetapi dari fraksi-fraksi penyusun tanah menunjukkan tingkat perkembangan tanah yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari fraksi penyusun tanah lahan pertanian mempunyai kandungan pasir 83,69 %, debu 13,12 %, dan lempung 3,20 %. Entisol hutan mempunyai kandungan pasir 78,47 %, debu 15,18 % dan lempung 6,35 % (Arifin, 2011). Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo 1986 cit. Prasetyo dan Suriadikarta, 2006), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus (Subardja 1986; Subagyo et al. 1987; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005 cit. Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut (Rachim et al. 1997; Isaet al. 2004; Prasetyo et al. 2005 cit. Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Komposisi mineral pada bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol. Bahan induk yang didominasi mineral tahan lapuk kuarsa, seperti pada batuan granit dan batu pasir, cenderung mempunyai tekstur yang kasar. Bahan induk yang kaya akan mineral mudah lapuk seperti batuan andesit, napal, dan batu kapur cenderung menghasilkan tanah dengan tekstur yang halus (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Tanah Vertisol memiliki persen pasir yang lebih dominan yaitu sebesar 57% dan diikuti oleh persen liat sebesar 38% dan persen debu 5%. Dari jumlah persen pasir, debu, dan liat, tanah Vertisol memiliki kelas tekstur liat berpasir (Suwardji dkk., 2006). Tanah Entisol memiliki 66,5% fraksi pasir, 6,5% fraksi debu dan 27% fraksi liat. Tanah ini termasuk dalam kelas lempung liat berpasir yang hampir sama dengan lempung berliat hanya sedikit lebih kasar karena dominan fraksi pasir. Pada tanah dengan dominan pasir memiliki ruang pori makro yang lebih banyak dibandingkan pori mikro sehingga jumlah air yang diikat lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh daya ikat antar partikel tanah lemah. Tanah Alfisol memiliki 69,5% fraksi pasir, 2,5% fraksi debu dan 28% fraksi pasir. Tanah ini tergolong dalam kelas tekstur lempung liat berpasir. Alfiso memiliki kandungan fraksi pasir yang paling tinggi (Suwardji, 2006 cit. Novrizal dan Suwardji, 2007). Tanah Rendzina atau disebut dengan tanah karbonat kaya humus di Topografi karst berkembang pada lereng yang curam dengan kemiringan 60-75%. Menurut fraksinya, tanah Rendzina dirajai oleh fraksi debu dan lempung. Tanah ini dicirikan oleh kaya kerakal, tekstur geluh pasiran, dan struktur granuler (Nurcholis et al., 2003).

DAPUS (REFERENSI)

Arifin, Z. 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah entisol pada penggunaan lahan yang berbeda. Agroteksos 21 (1):47-54. Darusman dan A. K. Bakar. 1998. Keragaman spasial sifat-sifat fisik tanah Andisol sebagai fungsi lereng pada 3 tipe penutupan lahan di Aceh Tengah. Agrista2: 100101. Novrizal dan Suwardji. 2007. Prospek pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) pada berbagai order tanah di Pulau Lombok. Seminar Nasional Dukungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan dalam Mewujudkan Agribisnis Industrial Pedesaan BPTP NTB:23-30. Nurcholis, M., Sasmita, E. R., dan Sutoto, S.B. 2003. Kualitas tanah di topografi karst di Bedoyo Gunungkidul dan hubungannya dengan reklamasi lahan bekas tambang. Prosiding Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem untuk Mereduksi Potensi Konflik Antar Daerah:220-227. Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah Vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia 9(1):23. Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2):39-47.

METODOLOGI Percobaan ini dilaksanakan di Laboraturium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada tanggal 12 Maret 2014. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cawan sebagai tempat adonan tanah. Bahan yang digunakan adalah tanah kering Vertisol diameter 2 mm dan air aquadest. Tanah kering tersebut diambil segenggam kemudian dibuat adonan seperti adonan kue dengan ditambahkan air sedikit demi sedikit, lalu dengan menggunakan jari tangan, dirasakan apakah rasa yang dominan kasar atau halus licin. Setelah itu, tanah tersebut ditentukan teksturnya berdasarkan tabel. Hasil percobaan disajikan dalam Tabel Hasil Percobaan Tekstur Tanah. Parameter tekstur yang diamati dalam praktikum ini adalah keliatan dan kekasaran tanah. Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah metode secara kualitatif. Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menentukan tekstur suatu tanah dengan mengetahui tingkat keliatan dan kekasaran pada tanah.

You might also like