You are on page 1of 15

Amalgam

Pengertian amalgam
Amalgam adalah alloi yang berisi merkuri yang menjadi pasta keperak-perakan yang
lunak ketika dicampur dan kemudian akan mengeras. Sedangkan alloi (logam campur) sendiri
berarti suatu produk yang dibentuk oleh penggabungan dua logam atau lebih yang sama-sama
larut dalam air dan biasanya disuplay dalam bentuk bubuk dan dicampur dengan merkuri.
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan
ini dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya,
mudah beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun,
mengenai masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih
dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi
kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat
meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya.
Bahaya merkuri ini tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter
gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat
menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara
bahan dan lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas
terhadap fungsi biologi. Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis
yang merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik dan sifat kimia
melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan
biokompatibilitas adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi
merusakan jaringan rongga mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak
merusak lingkungan biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan
kedokteran gigi adalah:


1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.
2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi
dalam sistem sirkulasi.
3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.

Amalgam memiliki sifat -sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki
kekuatan untuk menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama
dengan merkuri untuk keperluan kedokteran gigi biasanya disebut dengan
dental amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan campuran bubuk membentuk
suatu bahan plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang
telah dipreparasi. Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis
bahan tumpatan untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam ter diri
dari mixing, triturasi, kondensasi, triming dan karving serta polishing yang
dapat mempengaruhi sifat -sifat fisisnya seperti tekanan kondensasi yang tinggi
menghasilkan kekuatan yang lebih besar.



Proses amalgamasi
Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang
disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke
dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.
Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas amalgam tergantung dari
tekanan yang terjadi antara alu dan lumpang. Tekanan yang berbeda beda dari operator
menyebabkan kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang
baik. Lain halnya dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan
amalgam yang homogen.



Klasifikasi Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Berdasarkan kandungan tembaga, yaitu:
a. Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga.
b. High Copper Alloys : mengandung lebih dari 6% tembaga.
High copper alloys dapat diklasifikasikan lagi atas:
Admixed alloy powder
Single composition (unicompositional) alloy powder
2. Berdasarkan kandungan seng, yaitu:
a. Zinc-containing alloy : mengandung lebih dari 0.01% zinc
b. Zinc-free alloy : mengandung kurang dari 0.01% zinc
3. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel alloy, yaitu:
a. Lathe cut alloys
b. Admixed alloys
c. Spherical alloys
4. Berdasarkan jumlah alloy, yaitu :
a. Binary alloys, terdiri dari logam silver dan tin.
b. Ternary alloys, terdiri dari logam silver, tin dan copper.
c. Quartenary alloys, terdiri dari logam silver, tin, copper dan indium.
5. Berdasarkan ukuran dari alloy, yaitu:
a. Microcut , yaitu alloy dengan ukuran kecil
b. Macrocut, yaitu alloy dengan ukuran besar.


A. Sifat Fisik Amalgam
1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara
bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam,
tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI ADA specification
no.1menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih
rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi
kandungan tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang
jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan
bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :
Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal.(Com
be, 1992)
Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan
mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams,
1979)
Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)

2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya
dan kemudian tetap stabil.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar
pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
2. Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya
3. Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total
area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan
mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan
mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
4. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu
triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan
terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.

3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan
koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan
mikroleakage dan sekunder karies.
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam

4. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya
sebuah substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

B. Sifat Mekanik Amalgam
1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur
tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur
yang lainnya. Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
1. Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka
partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy
tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan
membuat amalgam menjadi lebih rapuh.
2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan
amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe
dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.
3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran
partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.
4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi
kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih
penting adalah teknik triturasi yang baik.

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang
tidak kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi

Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda
dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktoryang
mempengaruhi kekuatan diantaranya :
1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam
campuramalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang
kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam
tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi
2. Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan
merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan
logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya
amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh
merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam
itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan
korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.
3. Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur,
semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan
logam campurlathe- cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi
kekuatankompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi
yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase
matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk
mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut. Sebaliknya,
amalgamsferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan
yang baik.
4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan
oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam
waktu 20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah
apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada
kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak
memperoleh kekuatan secepat yang kitainginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam
komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004)

C. Sifat Kimia Amalgam
1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau
alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus
galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak dan daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa
restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam amalgam , perbedaan potensial korosi
sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang
mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik
.artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus
galvanic yang dihasilkan.

2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur
dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi
dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan
penggunaan.(Marke, 1992)
Solusi;
1.memoles tumpatan amalgam
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.

3. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat
dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran
silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.

D. Sifat Biologi Amalgam
1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang
ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala
lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek
sampingfisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi
oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat.(Anusavice, 2004)
Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)



2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah
mulai dipertanyakan.Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi.
Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa
yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan
keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa
yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling
menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap
uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan;
Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur
dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-
paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari
paru-paru oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri
dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta
kepada janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada
bayi yang akan dilahirkan.
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi
atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam
prosespembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe,
2008)
Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas.
2. Menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. Pemilihan tipe lantai yang cocok
4. Penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia
5. Jangan disentuh dengan tangan
6. Menggunakan masker
7. Memakai teknik hand condensor
8. Ruang tidak berkarpet

Pemanipulasian Amalgam

Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy amalgam
dengan merkuri. Rasio powder alloy amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan adalah
1:1.1-3 Pada alloy spherical, rasio powder : liquid biasanya lebih kecil, dengan kandungan
merkuri sekitar 45%.
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan powder dengan liquid yang dapat
dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara mekanis
menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya suatu
massa plastis yang disebut amalgam.
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam
carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang besar
menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding kavitas.
Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri
yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan porositas pada
amalgam.
Prosedur selanjutnya adalah carving yang dilakukan untuk mendapatkan kontur,
kontak dan anatomi yang sesuai sehingga mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di
sekitarnya. Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) dengan burnisher untuk
meminimalisir korosi dan mencegah perlekatan plak.Pemolesan dilakukan 24 jam setelah
penambalan, setelah tambalan cukup kuat.

Reaksi Pengerasan Amalgam

Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah alloy dan merkuri dicampur.
Pencampuran ini menyebabkan lapisan luar partikel alloy larut dalam merkuri dan
membentuk dua fase baru yang solid pada temperatur kamar. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn(7-8)Hg
+ merkuri + 1 + 2
powder liquid alloy yang tidak matriks
bereaksi
Tidak semua partikel alloy akan larut dalam merkuri. Struktur bahan setelah reaksi
pengerasan berupa struktur inti ( yang tidak bereaksi), 1 dan2 yang secara mikroskopis
membentuk suatu susunan jala yang tidak terputus-putus
Menurut ANSI/ADA specificatin no.1, kekerasan maksimal amalgam dicapai setelah 24 jam
pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan pemampatan yang cukup akan mencegah
terjadinya ekspansi maupun kontraksi yang tidak diinginkan. Ekspansi maupun kontraksi
tersebut merupakan manifestasi dari perubahan dimensi.
Pada high-copper amalgam, tembaga akan terdisitribusi secara merata. Peningkatan
kandungan tembaga dalam alloy akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Sehingga untuk
amalgam tipe high copper terdapat reaksi sekunder yang berlangsung setelah reaksi pertama.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 + Ag-Cu Cu6Sn5 + 1
Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak mengandung atau sedikit
mengandung fase .
Modifikasi reaksi pengerasan yang terjadi pada amalgam tipe high copper
menghasilkan beberapa kelebihan, yaitu:
a. Compressive strength lebih tinggi
b. Final strength terjadi lebih cepat
c. Meminimalisasi creep
d. Meminimalisasi korosi
e. Hardness yang lebih tinggi

Kelebihan dan Kekurangan Amalgam
Kelebihan :
Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat
dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam
dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa
penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang
baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan
dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan
tambal resin komposit.
Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan :.
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga
tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga
tampak membayang kehitaman.
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan
pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau
dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang
setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
Sering menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies. Solusinya enggunakan
cavity varnish yang mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang
menguap misalkan eter dan harus tahan air.
Mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan
logam lain. Solusinya dengan melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan
amalgam.


















Untuk lebih bisa memahami, kavitas kelas II dibagi dalam 2 kategori: klas II amalgam
insipien adalah adalah tambalan yang sedikit banyak menutupi lubang masuk melalui
aktivitas mikroba dapat menyerang gigi dan klas II amalgam yang diperluas merupakan
tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak
AMALGAM KLAS II INSIPIEN
Lesi insipien biasanya kecil dan terletak tepat dibawah titik kontak anatomi dari gigi.
1. Preparasi melibatkan alur oklusal dan ceruk,preparasi dengan bur bulat no.1/2.
2. Mendapatkan akses ke lesi proksimal, operator membuat takikan dengan bur
bulat no.1/2 menembus linggir tepi untuk membuka pertautan dento-email


A dan B. Penetrasi melalui linggir tepi sampai mencapai dentin
C. Preparasi meliputi alur oklusal
3. Setelah orifis dari parit terbalik dibuat ,preparasi dentin dengan bur bulat, dan potong
sebuah alur sempit fasio-lingual dibawah lapisan proksimal dari email.Bur perlahan
memperpanjang alur ke bawah arah gingiva yang juga sekaligus membentuk dinding aksial.

4. Lapisan email ditembus dengan alur vertikal
5.Lapisan email yang telah lemah karena alur bisa dipatahkan dengan bilah instrumen
(hatchet,pahat,ekskavator) yang digunakan untuk mengungkit.
6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan pahat dan hatchet.
7. Bur no.330 dipakai untuk memperdalam dinding aksial atau untuk membentuk kembali
alur aksial.Serta penyempurnan tepi sepanjang oklusal. Preparasi sekarang telah selesai
AMALGAM KLAS II YANG DIPERLUAS
Perluasan fasial dan lingual dari karies menentukan lebar preparasi kavitas. Ketiga dinding
ini dipreparasi datar dan lurus dengan sudut cavosurface 90. Berbeda dengan kavitas insipien,
sudut fasio-gingiva dan linguo-gingiva lebih baik tajam daripada bulat.
Komponen retentif dasardari boxproksimal adalah alur aksio-fasial dan aksio-lingual. Alur-
alaur ini lebih dalam pada gingivanya danmenghilang ke arah oklusal.

Dengan bur fisur runcing kecepatan rendah, dentin dibawah email proksimal dibuang,diikuti
dengan mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi.


Karies sekarang diperiksa dan dibuang
Memperbaiki dinding oklusal dan sudut


Memperbaiki dinding oklusal dan sudut garis
Pembevelan sudut pulpoaksial dengan pengasah tepi gingiva













DAFTAR PUSTAKA

Anusavice,Kenneth J.1996.Phillipsscience Of Dental Materials. florida : W.B Saunders
company
-------------------------. 2004. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta
Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Balai Pustaka. Jakarta
Craig, R.G. et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulation 7th edition. Toronto:
Mosby
Harty,FJ dan Ogston,R.1995.Kamus Kedokteran Gigi.Jakarta:EGC,ISBN.
Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral Environment dalam
Adv Dent Res 6:100-109 Amalgam And Other Metallic Restoration In Elsevier Ltd
Journals 20: 823-831
Sumawita,Narlan drg.Sp.KG.2006. SENARAI ISTILAH KEDOKTERAN GIGI (Inggris-
Indonesia.Jakarta:EGC,ISBN.
Sukartini,Endang.Jurnal Penglepasan Kadar Hg dalam urin setelah restorasi amalgam
yang di triturasi secara manual.Bandung:Fakultas Kedkteran Gigi Universitas Padjajaran
Septian Wahyu,dkk. Jurnal Sifat-Sifat Amalgam (Sifat Fisik,Kimia,Mekanik serta Biologi).Medan:
Fakultas Kedokteran Gigi Unuversitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19190/4/Chapter%20II.pdf

You might also like