You are on page 1of 22

ACARA V

KARBOHIDRAT

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara V Karbohidrat antara lain :
1. Mengetahui nilai absorbansi larutan glukosa standar.
2. Mengetahui kadar gula reduksi dari bahan serealia dan legum
dengan menggunakan metode Nelson-Somogyi.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon
dan meliputi kondensat polimer polimernya yang terbentuk. Nama
karbohidrat dipergunakan pada senyawa senyawa tersebut, mengingat
rumus empirisnya yang berupa C
n
H
2n
O
n
atau C
n
(H
2
O)
n
yaitu karbon
yang mengalami hidratasi. Namun demikian pada gugus karbon
bukanlah sebagai hidrat yang sebenarnya, misalnya tak dapat
dipisahkan atau dikristalkan tersendiri yang terlepas dari gugusnya.
Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat
dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O
sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C
6
H
12
O
6
dapat ditulis C
6
(H
2
O)
6,
C
12
H
22
O
11
sebagai C
12
(H
2
O)
11
dan seterusnya. Penentuan
monosakarida yang dihasilkan dapat dilakukan dengan cara kimiawi
metoda oksidasi dengan kupri. Metode ini didasarkan pada peristiwa
tereduksinya kuprioksida menjadi kuprooksida karena adanya gula
reduksi. Reagen yang digunakan merupakan campuran kuprisulfat, Na-
karbonat dan asam sitrat (Sudarmadji, 2010).
Karbohidrat merupakan salah satu dari tiga golongan utama
makronutrien. Terkandung dalam makanan seperti gula dan pati, yang
merupakan sumber energi utama pada pola makan, dan pada selulosa,
yaitu zat polisakaridanon pati yang utama. Karbohidrat sederhana yaitu
gula berbentuk kristal padat yang larut dalam air dan membuat cairan
berasa manis. Karbohidrat yang paling sederhana glukosa dan fruktosa
yang tergolong monosakarida dan merupakan unit yang sangat penting
untuk membentuk karbohidrat yang lebih kompleks (Lean, 2013).
Sampel disaring melalui kertas saring, Cawan kemudian
diinkubasi pada 80C selama 30 menit dalam bak air . Setelah itu
didinginkan sepenuhnya (15 menit). Didinginkan supaya reaksi
berjalan stabil karena jika terlalu panas kemungkinan akan ada
komponen senyawa yang rusak atau habis karena menguap. 75 ml
arsenomolybdate ditambahkan, dan dicampur dengan baik dengan
vortex. Pengukuran kolorimetri yang dibaca dengan menggunakan
panjang gelombang pada 500 nm. Sebuah standar kurva disusun
dengan menggunakan glukosa pada konsentrasi mulai 100-2000 mg /
ml. Langkah filtrasi adalah mengeliminasi kontaminasi dengan
mengukur perubahan warna berikutnya oleh panjang gelombang
daripada absorbans (Frederick, 1989).
Gula dipanaskan dengan larutan alkali yang dibuat dari tartrate
tembaga dan oksida tembaga, yang bereaksi dengan arsenomolybdate
untuk memberikan molibdenum biru, warna biru kemudian diukur
dalam kalorimeter. Natrium sulfat termasuk dalam campuran reaksi
yang meminimalkan masuknya oksigen atmosfer ke dalam larutan,
yang akan menyebabkan reoksidasi oksida tembaga. Gula reduksi
dianalisis menggunakan Nelson-Somogyi, metode yang cocok untuk
makanan dengan gula reduksi yang rendah. Konsentrasi gula pereduksi
diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer pada 520 nm dan
kurva standar glukosa pada 0-200 mg / ml digunakan (Nazni, 2012).
Glukosa sebagai monosakarida paling sederhana kebanyakan
bertindak sebagai gula pereduksi, yang mampu mereduksi senyawa
pengoksidasi. Klasifikasi warna yang dihasilkan tersebut lebih untuk
analisa kualitatif, sedangkan pengukuran dengan menggunakan
spektrometer untuk analisa secara kuantitatif. Semakin tinggi
konsentrasi glukosa maka semakin rendah intensitas yang
direfleksikan karena produk Cu
2
O yang dihasilkan makin besar.
(Indarti, 2011).
Metode Nelson-Somogyi, mengukur gula reduksi dengan
memakai kupri-arsenomolibdat. Kuprum mula-mula direduksi menjadi
bentuk kupro dengan pemanasan dalam larutan gula. Kupro yang
terbentuk lebih lanjut mereduksi arsenomolibdat menjadi molybdenum
biru. Dengan membandingkannya dengan standar, konsentrasi dalam
sampel dapat ditentukan. Metode ini didasarkan pada sifat materi
dalam mengabsorpsi energi cahaya. Cahaya dengan frekuensi tertentu,
bertalian dengan foton, yang mempunyai sejumlah energi tertentu.
Jumlah energi yang dimiliki oleh foton yang menentukan apakah suatu
macam zat molekuler tertentu akan menyerap atau memancarkan
cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai (Alridiwirsah, 2010).
Metode Nelson Somogyi merupakan analisis spektrofotometri
metode kurva kalibrasi, sehingga tahapan awal dimulai dengan
pembuatan kurva standar yang dibuat dengan mengukur absorbansi
larutan standar pada panjang gelombang tertentu. Penentuan gula
pereduksi dengan metode Nelson-Somogyi diawali dengan terjadinya
reduksi komponen pereaksi Nelson oleh glukosa. Ion tembaga (II) dari
pereaksi Nelson akan tereduksi oleh glukosa menjadi tembaga (I).
Pemanasan campuran sampel dengan pereaksi Nelson dimaksudkan
untuk mempercepat reaksi dan mempertegas warna yang menunjukkan
adanya gula pereduksi, adanya gula pereduksi teridentifikasi dengan
adanya endapan merah bata yang berasal dari tembaga (I) oksida
(Cu
2
O). Pemanasan larutan dalam tahapan ini tidak menyebabkan
peningkatan kadar gula invert karena larutan dalam kondisi basa encer,
sehingga sukrosa yang terdapat dalam larutan stabil selama
pemanasan. Hasil reaksi pada tahapan ini menghasilkan senyawa yang
berwarna merah bata, namun senyawa tersebut tidak dapat digunakan
secara langsung dalam analisis kuantitatif menggunakan metode
spektrofotometri. Hal ini disebabkan senyawa tersebut cenderung
berupa endapan, sehingga campuran tidak homogen. Campuran antara
pereaksi Nelson dan sampel yang telah diencerkan juga
memungkinkan terjadinya oksidasi fruktosa menghasilkan produk
yang sama pada oksidasi glukosa. Hal ini disebabkan sifat basa
pereaksi Nelson hasil hidrolisis parsial (anion) beberapa garam
komponen pereaksi tersebut. Adanya sifat basa larutan pereaksi Nelson
memungkinkan fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan glukosa
dan manosa, oleh karena itu fruktosa dalam gula invert juga diukur
sebagai gula pereduksi. Oksidasi gula invert oleh pereaksi Nelson
secara keseluruhan menghasilkan asam glukonat. Pendinginan
campuran antara sampel dan pereaksi Nelson setelah pemanasan
dilakukan dengan merendam tabung reaksi dalam air dingin,
selanjutnya ditambahkan pereaksi Arsenomolibdat. Pada tahapan
kedua, penambahan pereaksi Arsenomolibdat mengakibatkan
terjadinya oksidasi ion tembaga (I) menjadi tembaga (II) yang disertai
terbentuknya komplek molibdenum berwarna biru kehijauan, semakin
tinggi kadar gula invert semakin pekat intensitas warna hijau larutan
(Razak, 2012).
Kurva standar dibangun setelah mendapatkan absorbansi dari
sejumlah konsentrasi dikenal setelah mendapatkan nilai absorbansi
dari sejumlah konsentrasi dikenal (standar) yang digunakan dalam
reaksi atau prosedur. Setelah diperoleh masing masing diplot pada
semilog (% transmitasi) atau linear (absorbansi) kertas terhadap
konsentrasi yang sesuai. Jika prosedur tersebut mengikuti Hukum
Beer, poin diplot umumnya akan sedemikian rupa sehingga garis lurus
dapat ditarik melalui mereka. Konsentrasi kontrol dan tidak diketahui
lainnya (sampel pasien) dapat ditentukan dengan menempatkan
meletakkan digaris, dan kemudian mennjatuhkan garis imajiner turun
dari titik itu untuk memotong sumbu konsentrasi. Regresi linear adalah
teknik statistik yang digunakan untuk memperkirakan atau
memprediksi nilai satu variabel, jika nilai variabel berkorelasi lain
dikenal di muka dan di asumsikan hipotesis (Alexander et al., 2011).
Data yang diperoleh dari pembacaan absorbansi kemudian dari
data tersebut, dapat dibuat grafik persamaan garis linier sehingga
diperoleh persamaan matematis. Dimana y adalah nilai absorbansi dari
glukosa pada panjang gelombang 540 nm dan x adalah konsentrasi
glukosa. Dari persamaan tersebut, maka diperoleh perhitungan
konsentrasi glukosa sampel pada beberapa konsentrasi subtrat dengan
menggunakan data hasil pengamatan nilai absorbansi dari tiap sampel
(Barokah dan Ahmad, 2013).
Ketika reagen Somogyi digunakan dengan cara ini dengan
hampir semua dari berbagai reagen Fosfomolibdat, ditemukan antara
intensitas warna dan glukosa. Namun, semua reagen Fosfomolibdat
banyak diinginkan dalam reproduktifitas dari waktu ke waktu tetapi
tidak memiliki stabilitas warna yang diinginkan. Ketika reagen ini
digunakan dengan Reagen Somogyi, itu memberikan stabilitas yang
memuaskan dan reproduktifitas warna. Dengan ini berarti telah
memungkinkan untuk memanfaatkan reagen tembaga dalam prosedur
fotometrik untuk hampir semua penggunaan dimana prosedur metrik
disesuaikan. Ini termasuk komponen gula, glikogen, pengurangan urin,
maltosa, asam glukuronat, dll. Namun, penentuan diastase belum
berhasil karena pengaruh pati tidak tercerna pada kejelasan warna
dalam panjang gelombang spektofotometer (Nelson, 1944).
2. Tinjauan Alat dan Bahan
Cara yang lebih mudah dan murah untuk mendapatkan
karbohidrat adalah dengan mengekstraknya dari bahan-bahan nabati
sumber karbohidrat, yaitu serealia, umbi-umbian, dan batang tanaman
misalnya sagu. Sumber karbohidrat yang merupakan bahan makanan
pokok di berbagai daerah di Indonesia adalah biji-bijian, khususnya
beras dan jagung. Selama proses pematangan, pati pati yang
terkandung didalam bahan pangan akan berubah menjadi gula
pereduksi yang akan menimbulkan rasa manis (Winarno,1984).
Pangan sumber karbohidrat pada garis besarnya dibedakan
menjadi bahan berasal dari padi-padian dan yang berasal dari ubi
ubian. Serealia selain mengandung karbohidrat, juga mengandung
protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang cukup
memadai. Diantara sampel kacang kacangan, kacang tanah mempunyai
kandungan karbohidrat sebesar 21,1 gram dari 100 gram berat bahan
(Handajani, 1994).
Analisis kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi suatu zat
atau campuran zat yang merupakan informasi kualitatif mengenai ada
atau tidak adanya suatu unsur atau komponen dalam contoh. Selain itu
juga untuk mengukur jumlah atau banyaknya unsur yang diteliti atau
dengan perkataan lain adalah untuk mengetahui data kuantitatif, juga
dapat dipakai untuk menentukan struktur suatu zat. Metode
Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat
kecil. Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam daerah cahaya
tampak pada 500 560 nm digunakan pada larutan sampel berwarna
hijau dan warna komplementer merah lembayung (Triyati, 1985).
Larutan gula invert hasil pengenceran diambil masing-masing
sebesar 0,5 ml. Selanjutnya, campuran Nelson A dan B sebanyak 0,5
ml ditambahkan dan dipanaskan selama 10 menit dalam air mendidih.
Proses pemanasan dilakukan untuk mempertegas warna yang
menunjukkan adanya gula invert. Hasil yang diperoleh berupa padatan
berwarna antara biru sampai biru kehijauan. Adanya gula invert
ditandai dengan semakin hijaunya warna padatan. Setelah dingin,
padatan ditambah dengan 0,5 ml larutan arsenomolibdat, dimana
larutan ini digunakan untuk melarutkan padatan. Supaya larutan tidak
terlalu pekat sehingga bisa diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer maka ditambah 3,5 ml aquades lalu dikocok.
Pengukuran absorbansi dilakukan secara spektroskopi pada panjang
gelombang () 540 nm. Kurva standar gula invert dibuat antara
hubungan konsentrasi gula invert (C) terhadap absorbansi ()
(Hasanah, 2010).

C. Metodologi
1. Alat
a. Neraca analitik
b. Pipet volume 1 ml
c. Pipet volume 10 ml
d. Beker glass 500 ml
e. Spektrofotometer
f. Kertas saring
g. Tabung reaksi
h. Penjepit
i. Penangas air
j. Vortex
k. Corong Bunchner
l. Propipet
2. Bahan
a. Larutan glukosa standar 10 mg glukosa anhidrat/100 ml
b. Reagensia Nelson
c. Reagensia Arsenomolibdat
d. Kacang tanah
e. Kacang hijau
f. Kacang kedelai hitam
g. Kacang kedelai putih
h. Kacang merah
i. Kacang tolo
j. Kacang koro pedang
k. Kacang glinding
l. Jagung
m. Millet
n. Aquades

3. Cara Kerja
a. Preparasi Sampel

















Dimasukkan pada
labu takar 250 ml
240 ml
aquadest
Disaring, bila belum jernih disetrifuge
sehingga diperoleh sampel jernih
10 gr kacang
tanah
Dihaluskan
b. Pembuatan kurva standar





Disiapkan 6 tabung
reaksi
0 ml
larutan
glukosa
standar
0,2 ml
larutan
glukosa
standar
1 ml
larutan
glukosa
standar
0,8 ml
larutan
glukosa
standar
0,6 ml
larutan
glukosa
standar
0,4 ml
larutan
glukosa
standar
ditambahkan
Aquadest hingga 1 ml
ditambahkan
1 ml reagensia Nelson
Dipanaskan pada penangas air selama 15 menit
didinginkan
ditambahkan
1 ml reagen Arsenomolibdat
ditambahkan
7 ml aquadest
divortex
Ditera absorbansi pada 540 nm dengan spektrofometer

c. Penentuan kadar gula reduksi sampel

1 ml larutan kacang
tanah jernih
Ditera dengan spektofotometer pada panjang
gelombang 540 nm. Dan ditentukan kadar
gula reduksi sampel dengan menggunakan
persamaan kurva standar
Ditambahkan ke
tabung reaksi
1 ml reagensia Nelson
Dipanaskan pada penangas air selama 15 menit
didinginkan
1 ml reagen Arsenomolibdat
7 ml aquadest
divortex
Ditambahkan ke
tabung reaksi
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 5.1 Absorbansi Larutan Glukosa Standar 1,2 mg/5ml Glukosa
Larutan
Glukosa
Standar (ml)
Aquades (ml)
Gula Reduksi
Terlarut (mg)
Absorbansi
()
0 1 0 0,033
0,2 0,8 0,048 0,170
0,4 0,6 0,096 0,327
0,6 0,4 0,144 0,522
0,8 0,2 0,192 0,726
1 0 0,240 0,817
Sumber : Laporan Sementara
Standar yang digunakan dalam pembuatan kurva standar adalah
glukosa anhidrat. Penentuan standar glukosa anhidrat sebagai standar
didasarkan pada tujuan analisis yang dilakukan yaitu analisis gula reduksi
sehingga standar yang digunakan harus digunakan adalah standar gula
reduksi. Glukosa anhidrat merupakan salah satu contoh gula reduksi.
Pada pembuatan kurva standar, dibuat larutan glukosa anhidrat
pada berbagai konsentrasi yang kemudian diuji dengan metode Nelson
Somogy. Glukosa anhidrat yang digunakan sebagai standar adalah 0 ml ;
0,2 ml ; 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml ; 0,9 ml. Dengan demikian dapat diketahui
absorbansi gula reduksi pada berbagai konsentrasi tersebut. Berdasarkan
hasil pengukuran absorbansi standar menggunakan spektofotometer
dengan panjang gelombang 540 nm diperoleh hasil absorbansi glukosa
anhidrat pada konsentrasi di atas berturut-turut 0,033 ; 0,170 ; 0,327 ;
0,522 ; 0,726 ; 0,817. Dari larutan glukosa standar dengan konsentrasi
glukosa didapatkan nilai gula reduksi terlarut 0 mg ; 0,048 mg ; 0,096 mg ;
0,144 mg ; 0,192 mg ; 0,240 mg. Sehingga dari plot nilai gula reduksi
terlarut (x) dan absorbansi (y) didapatkan persamaan regresi Y = 0,019 +
3,442X. Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk mencari gula
reduksi terlarut yang sudah dikatahui absorbansinya sampel lain dan
menghitung kadarnya.

Tabel 5.2 Kadar Gula Reduksi Sampel Legum dan Serealia
Kelompok Sampel
Absorbansi
()
Gula Reduksi
Terlarut (mg)
Kadar Gula
Reduksi (%)
1
A
0,143 0,036 0,360
11 0,519 0,145 1,450
2
B
1,085 0,310 0,775
12 1,136 0,325 0,813
3
C
0,208 0,055 0,550
13 0,300 0,082 0,820
4
D
0,281 0,076 0,760
14 0,245 0,066 0,660
5
E
0,148 0,037 0,370
15 0,160 0,041 0,410
6
F
0,112 0,027 0,270
16 0,854 0,243 2,430
7
G
0,155 0,040 0,400
17 0,264 0,071 0,710
8
H
0,602 0,169 0,423
18 0,679 0,192 0,480
9
I
0,268 0,072 0,180
19 0,243 0,065 0,163
10
J
0,340 0,093 0,233
20 0,298 0,081 0,203
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
A = Kacang Tanah F = Kacang Tolo
B = Kacang Hijau G = KacangKoro Pedang
C = Kacang Kedelai Hitam H = Kacang Glinding
D = Kacang Kedelai Putih I = Jagung
E = Kacang Merah J = Millet Putih
Menurut Sudarmadji (2010), karbohidrat adalah polihidroksi
aldehid atau polihidroksi keton dan meliputi kondensat polimer
polimernya yang terbentuk. Nama karbohidrat dipergunakan pada senyawa
senyawa tersebut, mengingat rumus empirisnya yang berupa C
n
H
2n
O
n
atau
C
n
(H
2
O)
n
yaitu karbon yang mengalami hidratasi. Namun demikian pada
gugus karbon bukanlah sebagai hidrat yang sebenarnya, misalnya tak
dapat dipisahkan atau dikristalkan tersendiri yang terlepas dari gugusnya.
Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari
karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2
berbanding 1 seperti air. Jadi C
6
H
12
O
6
dapat ditulis C
6
(H
2
O)
6,
C
12
H
22
O
11

sebagai C
12
(H
2
O)
11
dan seterusnya.
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang
bebas dan reaktif. Menurut Indarti (2011), gula pereduksi adalah gula yang
mampu mereduksi senyawa pengoksidasi. Senyawa pengoksidasi yang
selalu direduksi oleh monosakarida adalah Fe(CN)
2
, H
2
O
2
dan ion kupri
(Cu
2+
). Gula akan dioksidasi pada gugus karbonilnya.
Dalam penentuan kadar gula reduksi digunakan metode Nelson-
Somogyi karena metode ini dilakukan untuk bahan yang kandungan gula
reduksinya sangat sedikit, hal tersebut karena metode Nelson Somogyi
sangat peka terhadap konsentrasi karbohidrat yang rendah pada bahan.
Menurut Alridiwirsah (2010), prinsip metode Nelson-Somogyi, mengukur
gula reduksi dengan mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida. Kupro
oksida yang terbentuk lebih lanjut mereduksi arsenomolibdat menjadi
molibdenum biru yang intensitas warnanya diukur dengan
spektrofotometer.
Setelah larutan sampel disaring sampai jernih, diambil sebanyak 1
ml ke dalam tabung reaksi dan ditambah 1 ml reagensia Nelson. Terjadi
perubahan warna dari bening menjadi biru karena larutan glukosa
mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida. Menurut Razak (2012),
penentuan gula pereduksi dengan metode Nelson-Somogyi diawali dengan
terjadinya reduksi komponen pereaksi Nelson oleh glukosa. Ion tembaga
(II) dari pereaksi Nelson akan tereduksi oleh glukosa menjadi tembaga (I).
Teridentifikasinya adanya reaksi reduksi terlihat dengan intensitas warna
biru yang terbentuk.
Lalu dilakukan pemanasan selama 15 menit didalam penangas air.
Menurut Razak (2012), pemanasan campuran sampel dengan pereaksi
Nelson dimaksudkan untuk mempercepat reaksi dan mempertegas warna
yang menunjukkan adanya gula pereduksi. Tidak ada perubahan warna
yang terjadi, sehingga warna tetap biru. Lalu larutan didinginkan. Dan
ditambah 1 ml reagen Arsenomolibdat. Terjadi perubahan warna dari biru
menjadi hijau kebiruan. Menurut Razak (2012), pada tahapan kedua,
penambahan pereaksi Arsenomolibdat mengakibatkan terjadinya oksidasi
ion tembaga (I) menjadi tembaga (II) yang disertai terbentuknya komplek
molibdenum berwarna biru kehijauan, semakin tinggi kadar gula invert
semakin pekat intensitas warna hijau larutan. Ditambah 7 ml aquades.
Warna yang terjadi menjadi lebih pudar dikarenakan konsentrasi dalam
larutan tersebut tidak besar lagi. Menurut Hasanah (2010), supaya larutan
tidak terlalu pekat sehingga bisa diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer maka larutan harus ditambahkan aquades. Lalu larutan
divortex, tidak ada perubahan warna yang terjadi. Tujuan larutan divortex
untuk menghomogenkan sampel sehingga bercampur rata dan
spektofotometer mudah dalam melakukan peneraan absorbansi.
Menurut Frederick (1989), didinginkan supaya reaksi berjalan
stabil karena jika terlalu panas kemungkinan akan ada komponen senyawa
yang rusak atau habis karena menguap. Sehingga setelah dipanaskan,
larutan sampel sebaiknya didinginkan dahulu selama 15 menit. Dalam
peneraan absorbansi digunakan panjang gelombang sebesar 540 nm.
Dilakukan pembacaan absorbansi pada panjang gelombang 540 nm karena
pada panjang gelombang ini molekul glukosa dapat menyerap sinar secara
optimum sehingga pembacaan absorbansi dapat berjalan dengan baik.
Selain itu menurut Triyati (1985), pada panjang gelombang 540 nm
digunakan dengan sampel berwarna hijau. Warna hijau sama dengan
warna larutan sampel setelah diberi reagen nelson, reagen arsenomolibdat,
dan aquades.

Gambar 5.1. Grafik Hubungan Antara Gula Reduksi Terlarut dengan
Absorbansi

Penentuan panjang gelombang maksimum yang digunakan dalam
pengukuran absorbansi larutan standar maupun larutan sampel ditentukan
dengan mengukur nilai absorbansi maksimum konsentrasi larutan standar.
Tujuan pembuatan kurva standar yaitu menghubungkan absorbansi dengan
konsentrasi dari masing-masing larutan standar. Dari kurva yang
dihasilkan dapat dilihat bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi dan
absorbansi dimana semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin tinggi
pula nilai absorbansi. Sehingga diperoleh persamaan garis yang
merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x) larutan
standar (Taib dkk, 2014).
Hubungan antara nilai absorbansi dengan gula reduksi terlarut
yaitu sebanding. Karena dari kurva yang dihasilkan dapat dilihat bahwa
terdapat korelasi antara konsentrasi dan absorbansi dimana semakin tinggi
konsentrasi maka akan semakin tinggi pula nilai absorbansi. Sehingga
diperoleh persamaan garis yang merupakan hubungan antara absorbansi
(y) dengan konsentrasi (x) larutan standar (Taib dkk, 2014).
Data yang diperoleh dari pembacaan absorbansi kemudian dari
data tersebut, dapat dibuat grafik persamaan garis linier sehingga diperoleh
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 0.048 0.096 0.144 0.192 0.24
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
n

(

)

Gula reduksi terlarut (mg)
Kurva Standar
persamaan matematis. Dimana y adalah nilai absorbansi dari glukosa pada
panjang gelombang 540 nm dan x adalah konsentrasi glukosa. Dari
persamaan tersebut, maka diperoleh perhitungan konsentrasi glukosa
sampel pada beberapa konsentrasi subtrat dengan menggunakan data hasil
pengamatan nilai absorbansi dari tiap sampel (Barokah dan Ahmad, 2013).
Sampel yang memiliki kadar gula reduksi terbesar adalah kacang tolo yang
diuji oleh kelompok 16 yaitu 2,430% dan yang terkecil jagung milik
kelompok 19 yaitu 1,623%. Menurut Handajani (1994), jagung memiliki
kadar karbohidrat 30,3 gr, sedangkan kacang tolo memiliki kadar
karbohidrat 61,6 gr. Namun, diantara 10 sampel tersebut kacang tanah
mempunyai kadar karbohidrat terendah yaitu 21,1 gr. Sehingga dari hasil
praktikum ini terjadi penyimpangan. Penyimpangan terjadi karena faktor
pengenceran sampel yang terlalu besar.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Acara V Karbohidrat
antara lain :
1. Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi
yang bebas dan reaktif.
2. Persamaan regresi antara gula reduksi terlarut (x) dan absorbansi
(y) adalah Y = 0,019 + 3,442X. Dari persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mencari gula reduksi terlarut sampel lain dan
menghitung kadarnya.
3. Sampel yang memiliki kadar gula reduksi terbesar adalah kacang
tolo yang diuji oleh kelompok 16 yaitu 2,430% dan yang terkecil
jagung dari kelompok 19 yaitu 1,623%.
4. Menurut teori, jagung memiliki kadar karbohidrat 30,3 gram,
sedangkan kacang tolo memiliki kadar karbohidrat 61,6 gram.
Namun, diantara 10 sampel tersebut kacang tanah mempunyai
kadar karbohidrat terendah yaitu 21,1 gram.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Amit., Rashmi Chaurasia., Junaid Khan., Swarna., Sanjeev Sahu., dan
Sandip Patel. 2011. Spectrophotometric Method Of Standard Curve
Preparation And Calculation For Metronidazole. International Journal Of
Pharma Professionals Research vol.2 no.1.
Alridiwirsah. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Semangka Terhadap
Pupuk Kandang Dan Mulsa Cangkang Telur. Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah. Sumatera Utara. Vol.16.
No.2. Oktober 2010.
Barokah, Qismatul., Ahmad Abtokhi. 2013. Analisis Kadar Glukosa pada
Biomassa Bonggol Pisang Melalui Paparan Radiasi Matahari, Gelombang
Mikro, dan Hidrolisis Asam. Jurnal Neutrino Vol.5 No.2.
Frederick., Carol A. Clausen, dan Terry L. Highley. 1989. Adaptation of the
Nelson-Somogyi Reducing-Sugar Assay to a Microassay Using Microtiter
Plates. Analytical Biochemistry 182, 197-199.
Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Sebelas Maret University Press.
Surakarta.
Hasanah, Elok Nur Isroul. 2010. Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Invertase
Yang Diamobilisasi Dengan Na-Alginat. Fakultas MIPA ITS. Surabaya.
Indarti, Dwi. 2011. Karakterisasi Film Nata De Coco-Benedict secara Adsorpsi
untuk Sensor Glukosa dalam Urine. Jurnal Ilmu Dasar Universitas Jember.
Vol.12. No.2. Hal.200-209.
Lean, Michael. 2013. Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan Edisi Ketujuh. Penerbit
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Nazni. 2012. Air Drying Kinetics On The Variety Of Capsicum. International
Journal of Recent Scientific Research. India. Vol.3. No.3. Hal.141-144.
Nelson, Norton. 1944. A Photometric Adaptation Of The Somogyi Method For
The Determination Of Glucose. Journal Biological Chemistry. Vol.153.
Hal.375-380.
Razak, Rahman. 2012. Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin
Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science Universitas Tadulako.
Palu. Vol.1. No.1. Hal.119-131.
Sudarmadji, Slamet. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta.
Taib, Muh. Zaid, Frenly Wehantouw, dan Fatimawali. 2014. Analisis Senyawa
Benzoat pada Kecap Manis Produksi Lokal Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi UNSRAT Vol. 3 No.1.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Jurnal Oseana Vol. X No.1.
Winarno, FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.

LAMPIRAN

1. Analisis Data
a. Gula reduksi terlarut larutan glukosa standar 1,2 mg/5 ml glukosa
i. Larutan glukosa standar 0 ml = 1,2/ 5 x 0= 0 mg
ii. Larutan glukosa standar 0,2 ml= 1,2/5 x 0,2= 0,048 mg
iii. Larutan glukosa standar 0,4 ml= 1,2/5 x 0,4= 0,096 mg
iv. Larutan glukosa standar 0,6 ml= 1,2/5 x 0,6= 0,144 mg
v. Larutan glukosa standar 0,8 ml= 1,2/5 x 0,8= 0,192 mg
vi. Larutan glukosa standar 1 ml = 1,2/5 x 1= 0,240 mg
b. Persamaan antara gula reduksi terlarut dengan absorbansi larutan
glukosa standar
Y = 0,019 + 3,442X
c. Perhitungan gula reduksi terlarut kelompok 1 sampel kacang tanah
Y = 0,019 + 3,442X
0,143 = 0,019 + 3,442 X
X = 0,036 mg
d. Perhitungan kadar gula reduksi kelompok 1 sampel kacang tanah
% kadar gula reduksi =



% kadar gula reduksi =


% kadar gula reduksi = 0,360 %

2. Dokumentasi

Gambar 5.2. Sampel larutan jernih kacang tanah


Gambar 5.3. Penyaringan sampel kacang tanah


Gambar 5.4. Larutan kacang tanah ditambah dengan reagen nelson

Gambar 5.5. Larutan kacang tanah ditambah dengan reagen nelson dan
reagen arseno molibdat


Gambar 5.6. Larutan sampel setelah ditambah aquades dan di vortex

You might also like