You are on page 1of 109

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan
oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung
dan ayam). Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang
disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 pada manusia.
Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus
influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali
ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun
2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini
kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003
sampai sekarang.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain
menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia,
virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai
Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun
belum menyerang manusia. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74
kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%).
Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu virus
yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang
diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan
juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

2
Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemi yaitu
ada infeksi dari unggas ke manusia sedangkan penularan dari
manusia ke manusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas
hanya pada kontak erat.
Departemen Kesehatan RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI,
PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN, dan PAMKI serta PPNI)
menyusun Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah
Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan tatalaksana flu burung di Rumah Sakit dalam
rangka meminimalkan kesakitan, kematian dan penyebarannya.
2. Tujuan Khusus
Memberi informasi tentang pengertian umum flu burung dan
cara penularannya.
Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.
Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung di Rumah
Sakit.
Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung yang dirawat
dan tindak lanjutnya (follow-up).
Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung yang
meninggal dunia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah
pelayanan di Rumah Sakit.


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

3
D. Dasar Hukum

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3273).
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495).
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447).
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis
Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara
Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005
tentang Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/Menkes/SK/IX/2006
tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

4
BAB II
PENYAKIT FLU BURUNG

A. Etiologi
Virus influenza tipe A merupakan anggota keluarga
orthomyxoviridae. Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein,
yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan
sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada
unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 22
0
C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0
0
C. Di dalam tinja
unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati
pada pemanasan 60
0
C selama 30 menit, 56
0
C selama 3 jam dan
pemanasan 80
0
C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen,
desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin atau
alkohol 70%.
Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab
pandemi.


B. EPIDEMIOLOGI
1. Sebaran kasus
Data sebaran kasus pada unggas dan manusia sampai dengan
26 November 2006.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

5


2. Kelompok Risiko Tinggi, Cara Penularan, Masa Inkubasi
a. Kelompok Risiko Tinggi
Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu
burung adalah :
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirm.
- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti
bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak
dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

6
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi
H5N1 dalam satu bulan terakhir.
- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.

b. Cara Penularan
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain
yang sakit atau produk unggas yang sakit.
2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus
tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang
terserang Flu Burung.
3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya
beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang
tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1
dalam satu bulan terakhir.

c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). Masa penularan
pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah
gejala timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

7
BAB III
DIAGNOSIS

A. Definisi Kasus
Dalam mendiagnosis kasus flu burung ada 4 kriteria yang
ditetapkan yaitu :
Kasus dalam Investigasi
Kasus Suspek
Kasus Probabel
Kasus Konfirm

1. Kasus dalam investigasi
Seseorang yang telah diputuskan oleh dokter setempat untuk
diinvestigasi terkait kemungkinan infeksi H5N1.
Kegiatan yang dilakukan berupa surveilans semua kasus ILI
dan Pneumonia di rumah sakit serta mereka yang kontak
dengan pasien flu burung di rumah sakit.

2. Kasus Suspek H5N1
Seseorang yang menderita demam dengan suhu > 38
o
C
disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :
o batuk
o sakit tenggorokan
o pilek
o sesak napas
DAN DISERTAI
Satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum
mulainya gejala :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

8
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti
bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak
dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi
H5N1 dalam satu bulan terakhir.
- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
- Memegang/ menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.
- ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit di bawah nilai
normal).
- ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji
ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
- foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto.


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

9

3. Kasus Probabel H5N1
Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4
kali, dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda
atau uji ELISA.
b. hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5
(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum
tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke
Laboratorium Rujukan).
Atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran
napas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang
secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu, tempat
dan pajanan terhadap suatu kasus probabel atau suatu kasus
H5N1 yang terkonfirmasi.

4. Kasus H5N1 terkonfirmasi
Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau
probabel
DAN DISERTAI
Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam
suatu laboratorium influenza nasional, regional atau
internasional yang hasil pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh
WHO sebagai konfirmasi :
a. Isolasi virus H5N1
b. Hasil PCR H5N1 positif
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

10
c. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus
pula >1/80.
d. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya
titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot
spesifik H5 positif.

B. LANGKAH DIAGNOSTIK
1. Gejala Klinis
Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan
adalah demam > 38
0
C, batuk dan nyeri tenggorok. Gejala lain
yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot,
infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Bila
ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran napas
bawah yang memungkinkan terjadi perburukan. Jika telah
terdapat kelainan saluran napas bawah akan ditemukan ronki di
paru dan bila semakin berat frekuensi pernapasan akan semakin
cepat.

2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas
dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

11
nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi
diagnostik.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain
Reaction) untuk H5.
2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3. Uji Serologi :
3.1.Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
3.2.Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada
spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah
awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160
atau western blot spesifik H5 positif.
Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan
diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan
berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan
adalah :
Pemeriksaan Hematologi :
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan
trombositopeni.


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

12
Pemeriksaan Kimia darah :
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin
Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan
albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan
kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah
dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai
dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
b. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada
setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru
menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto
toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
c. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan post-
mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen
dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

3. Derajat Penyakit
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu burung dapat
dikategorikan menjadi :
Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal
napas
Derajat 3 : pasien dengan pneumonia berat dan gagal
napas
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

13
Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau
dengan kegagalan organ ganda (multiple organ
failure).

4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding disesuaikan dengan tanda dan gejala yang
ditemukan. Penyakit dengan gejala hampir serupa yang sering
ditemukan antara lain:
- Demam Dengue
- Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau
jamur
- Demam Typhoid
- HIV dengan infeksi sekunder
- Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis banding tergantung indikasi, antara lain:
- Dengue blot : IgM, IgG untuk menyingkirkan diagnosis
demam dengue
- Biakan sputum dahak, darah dan urin.
- Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan diagnosis
demam tifoid.
- Pemeriksaan anti HIV .
- Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)
dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.



Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

14
BAB IV
TATALAKSANA MEDIK

Pada dasarnya penatalaksanaan flu burung (AI) sama dengan influenza
yang disebabkan oleh virus yang patogen pada manusia.

A. Penatalaksanaan Umum
1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan Flu Burung
Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75
mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan
oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada
puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS
rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring,
dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop Case
Management & pengembangan laboratorium regional Avian
Influenza, Bandung 20 23 April 2006







Skor
Gejala
1

2

Demam
< 38C > 38C
RR
N > N
Ronki
Tdk ada Ada
Leukopeni
Tdk ada Ada
Kontak
Tdk ada Ada
Jumlah
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

15
Skor :
6 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan
oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien
dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar

2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi dirawat di Ruang
Isolasi.
Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien
ke ruang pemeriksaan.
Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan
APD dan melakukan kewaspadaan standar.
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto
toraks. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin
(hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang
pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pemeriksaan
PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang
setiap lima hari.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

16
Penatalaksanaan di ruang rawat inap
Klinis
1. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan
alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

B. Profilaksis Menggunakan Oseltamivir
Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke
manusia, namun penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum
terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini oseltamivir diberikan
pada petugas yang terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan
jarak < 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan
lebih 7 hari yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan.
Kelompok risiko tinggi untuk mendapat profilaksis adalah
Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau
konfirmasi H5N1 misalnya pada saat intubasi atau melakukan
suction trakea, memberikan obat dengan menggunakan
nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang
memadai. Termasuk juga petugas lab yang tidak menggunakan
APD dalam menangani sampel yang mengandung virus H5N1.
Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi
terinfeksi H5N1. Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka
juga terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang menularkan
penyakit.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

17
C. Antiviral
1. Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :
Dewasa atau anak 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari
selama 5 hari.
Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari
selama 5 hari.
Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan
sbb :
> 40 kg : 75 mg 2x/hari
> 23 40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15 23 kg : 45 mg 2x/hari
15 kg : 30 mg 2x/hari

Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan
gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini
belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi
malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi
oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita
hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar
dari potensi risiko pada janin.
2. Profilaksis
Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi
terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan
profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8
minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.



Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

18
D. Pengobatan lain
Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan
atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).
Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia
berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap
obat-obat vasopresor.
Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan
bergizi.
Rawat di ICU sesuai indikasi.

E. Perawatan Intensif
Kriteria pneumonia berat; jika dijumpai salah satu di bawah ini :
1. Frekuensi napas > 30 menit.
2. PaO
2
/FiO
2
< 300.
3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
5. Tekanan sistolik < 90 mmHg
6. Tekanan diastolik < 60 mmHg
7. Membutuhkan ventilasi mekanik
8. Infiltrat bertambah > 50%
9. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
10. Serum kreatinin 2 mg/dl.

Kriteria perawatan di ruang rawat intensif. ( ICU )
a. Gagal Napas
Kalau terjadi gangguan ventilasi dan perfusi, jika pada
pemeriksaan AGD ( Analisis Gas Darah ) ditemukan :
- PaCO
2
> 60 torr
- Ratio Pa O
2
/Fi O
2
:
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

19
< 200 untuk ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
< 300 untuk ALI (Acute Lung Injury)
- Frekuensi napas > 30 X menit
b. Syok (dapat hipovolemik, distributif, kardiogenik ataupun
obstruktif )
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (dewasa) atau untuk anak
Tekanan Arteri Rata-rata (TAR) < 50 mmHg, yang telah
dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan inotropik/
vasopresor > 4 jam.
Sebaiknya dengan menggunakan kateter vena sentral.
c. a + b memerlukan bantuan ventilator mekanik.
d. Jika memakai ventilator mekanik, maka dianjurkan dengan
menggunakan respirator dengan pressure cycle, dengan
pengaturan awal :
Mode : Pressure Control Ventilation
Volume Tidal : 6 8 cc / kg Berat Badan
PEEP > 5 Cm H
2
0
Frekuensi Napas : 12 X /menit
Fi O
2
: 1.0 (100 %)
P insp (Tekanan Inspirasi) : Mulai dari 10 Cm H
2
0

Mutlak dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting
awal.
Sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan PaO
2
di
atas 100 torr dan Sat O
2
diatas 95% dengan FiO
2
dibawah
60%.
e. Dapat juga digunakan NIPPV (Non Invasive Positive Pressure
Ventilation), pada pasien dengan kesadaran compos mentis.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

20
f. Dapat disapih dari respirator kalau:
1. Keadaan Umum pasien sudah membaik, kesadaran membaik
tanpa sedasi.
2. Nutrisi adekuat dengan status cairan adekuat.
3. Bebas infeksi.
4. Hemodinamik stabil tanpa inotropik atau vasopressor.
5. Status asam basa dan elektrolit stabil.
6. Tidak ada bronkospasme.
7. Oksigenasi baik dengan FiO2< 0.5 dengan PEEP < 5 CmH2O
8. Weaning Parameter :
- Frekuensi Pernapasan/Vt < 100.
- Frekuensi Pernapasan : 30 X/menit.
- Vt : 6 8 CC/kgbb.

Indikasi keluar dari ICU.
Setelah 24 jam setelah pasien disapih dan diekstubasi tanpa adanya
kelainan baru maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan.

F. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan
biasa :
- Terbukti bukan kasus flu burung.
- Untuk kasus PCR positif dipindahkan setelah PCR negatif.
- Setelah tidak demam 7 hari.
- Pertimbangan lain dari dokter.





Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

21
G. Kriteria kasus yang dipulangkan dari perawatan biasa :
- Tidak panas 7 hari dan hasil laboratorium dan radiologi
menunjukkan perbaikan.
- Pada anak 12 tahun dengan PCR positif, 21 hari setelah
awitan (onset) penyakit.
- Jika kedua syarat tak dapat dipenuhi maka dilakukan
pertimbangan klinik oleh tim dokter yang merawat.

H. Perawatan Tindak Lanjut
- Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol di
poliklinik Paru / Penyakit Dalam / Anak RS terdekat.
- Kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang yaitu foto toraks
dan laboratorium dan uji lain yang ketika pulang masih
abnormal.



















Jika muncul kembali gejala dan tanda flu burung
Segera ke Rumah Sakit
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

22
BAB V
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


Penatalaksanaan keperawatan pasien flu burung (AI) pada dasarnya
sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien pneumonia. Di
dalam buku ini difokuskan pada asuhan keperawatan pasien flu burung
tanpa alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang isolasi dan pasien
flu burung dengan alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang ICU.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi dengan rencana
pasien pulang (discharge planning). Diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada pasien flu burung antara lain pola napas tidak
efektif, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit,
gangguan Activity Daily Living (ADL) dan komunikasi verbal, resiko
penyebaran infeksi dan cemas. Rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang ditegakkan
antara lain manajemen cairan, manajemen asam basa, dan manajemen
ventilasi mekanik dengan menerapkan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi (terlampir). Evaluasi dlakukan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien flu burung.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis
kelamin dan penanggung jawab).
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Demam : Ya

Tidak

- Sesak napas : Ya

Tidak

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

23
- Batuk : Ya

Tidak

- Pilek : Ya

Tidak

- Sakit tenggorokan : Ya

Tidak

- Diare : Ya

Tidak


3. Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat pernah sakit paru : Ada

Tidak

- Riwayat sakit lain : Ada

Tidak


4. Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat sakit turunan : Ada

Tidak

- Riwayat sakit yang sama dengan
pasien

:

Ada



Tidak


- Riwayat sakit paru dalam keluarga : Ada

Tidak

- Genogram



5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
- Melakukan kunjungan ke daerah
atau bertempat tinggal di wilayah
yang terjangkit flu burung


:


Ya





Tidak



- Mengkonsumsi unggas sakit : Ya

Tidak

- Kontak dengan unggas / orang yang
positif flu burung

:

Ya



Tidak



6. Kondisi lingkungan rumah
- Dekat dengan pemeliharaan unggas : Ya

Tidak

- Memelihara unggas : Ya

Tidak

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

24
7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)
- Waktu bekerja :
- Jenis pekerjaan :
- Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan)

8. Pemeriksaan fisik
a. Status neurologi
- Tingkat kesadaran :
CM

Somnolent

Apatis

Sopor

- Glasgow Coma Scale (GCS):
Eye :.. Motorik :.. Verbal :.

b. Status respirasi
- Jalan Napas
Bersih

Ada Sumbatan

- Pernapasan
Sesak

Tidak Sesak

- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit
- Irama Napas
Teratur

Tidak Teratur

- Jenis Pernapasan
Spontan

Kusmaul

Cheynestokes

- Batuk
Ya

Tidak

- Sputum
Ya

Tidak

Warna

- Konsistensi
Kental

Encer

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

25
- Suara Napas
Vesikuler

Ronki

Wheezing

Rales

- Palpasi Dada : ..................
- Perkusi Dada : .................
- Nyeri saat bernapas
Ya

Tidak

- Menggunakan alat bantu pernapasan
Ya

Tidak


c. Status kardiovaskuler
- Nadi : ..x/menit
Irama : Teratur

Tidak teratur

Denyut : Teratur

Tidak teratur

- Tekanan darah :.. mmHg
- Distensi vena jugularis :
Kanan : Ya

Tidak

Kiri : Ya

Tidak

- Warna kulit :
Pucat

Cyanosis

Kemerahan

- Pengisian kapiler : /detik
- Edema :
Ya

Tidak

- Kelainan bunyi jantung :
Murmur

Gallop

- Sakit dada :
Ya

Tidak




Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

26
d. Gastrointestinal
- Keadaan mulut
Gigi : Caries Tidak
Stomatitis : Ya Tidak
Lidah kotor : Ya Tidak
Saliva : Normal Abnormal
- Muntah : Ya Tidak
- Nyeri daerah perut : Ya Tidak
- Bising Usus : ....x/menit
- Diare : Ya Tidak
- Konstipasi : Ya Tidak
e. Ekstremitas
- Kesulitan dalam pergerakan :
Ya

Tidak

- Keadaan tonus otot :
Baik

Hipotoni

Hypertoni

Atoni


- Kekuatan otot :

f. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah,
serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan
anti HIV, kultur, BTA.
- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan
g. Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan
dokter)


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

27
9. Riwayat psikososial dan spiritual
- Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
- Persepsi terhadap penyakit
- Masalah yang mempengaruhi pasien
- Mekanisme koping
- Sistem nilai kepercayaan
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi:
- Bersihan jalan napas tidak efektif
- Gangguan pertukaran gas
- Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
- Resiko tinggi penularan infeksi
- Intoleransi aktifitas
- Nyeri
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Ansietas
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:
- Pola nafas tidak efektif
- Jalan nafas tidak efektif
- Penurunan cardiac output
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan pemenuhan ADL
- Gangguan komunikasi verbal
- Resiko tinggi penyebaran infeksi
- Cemas

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

28
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG TANPA VENTILATOR

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional
1

Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d peningkatan
produksi sputum, penurun-
an energi, kelemahan
DS :
DO :
o Ronki
o Mengi
o Jalan napas terdapat
sekret
o Bunyi napas tidak normal
: ..
o Frekuensi napas :
x/menit

Jalan napas kembali efektif
dengan kriteria hasil :
o Frekuensi napas dalam batas
normal (1620 x/mnt)
o Bunyi napas vesikuler
o Bernapas tidak menggunakan
alat bantu napas
o Tidak ada dispnea dan
sianosis

Kaji frekuensi / kedalaman
pernapasan & gerakan dada



Auskultasi area paru, catat
adanya ronki, mengi, dan
krekels.

Observasi & catat batuk
yang berlebihan,
peningkatan frekusensi
napas, sekret yang
berlebihan.
Penghisapan sesuai dengan
indikasi

Berikan cairan sedikitnya
2500 ml/ hari

Bantu mengawasi efek
penggunaan nebulizer.

Berikan obat sesuai indikasi:
Mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
Takipnea, pernapasan
dangkal dan gerakan
dada tidak simetris
karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada.
Penurunan aliran udara
terjadi pada area
konsolidasi dengan
cairan
Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan napas
secara alami


Merangsang batuk atau
pembersihan secara
alami
Cairan yang hangat
memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret
Obat untuk menurunkan
spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret
2 Gangguan pertukaran gas
b.d perubahan membran
alveolar, gangguan kapasi-
tas pembawa O
2
darah,
gangguan pengiriman O
2

Menunjukkan perbaikan ventilasi
dengan kriteria hasil :
o Oksigenasi jaringan dengan
AGD dalam rentang normal
o Tak ada distress pernafasan
Kaji frekuensi, kedalaman
dan kemudahan bernapas



Manifestasi distress
pernapasan tergantung
pada derajat keterlibatan
paru dan status
kesehatan umum
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

29


Observasi warna kulit,
membran mukosa dan kuku,
catat adanya sianosis


Awasi suhu tubuh, bantu
tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam

Observasi penyimpangan
kondisi, catat hipotensi,
banyaknya jumlah sputum,
perubahan tingkat ke-
sadaran.
Berikan terapi O
2
dengan
benar
Awasi AGD dan Saturasi
Oksigen dengan pulse
oksimeter
Sianosis kuku menunjuk-
kan vasokonstriksi,
sianosis membran
mukosa menunjukkan
hipoksemia sistemik
Demam tinggi sangat
meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan O
2

Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian pada
pneumonia

Mempertahankan PaO
2

diatas 60 mmHg
Mengevaluasi proses
penyakit dan memu-
dahkan terapi paru
3 Resiko tinggi penularan
infeksi b.d proses penyakit

Pencegahan penularan infeksi
dengan kriteria hasil :
o Tidak terdapat tanda tanda
penularan infeksi dari pasien
ke pasien lain, keluarga dan
petugas kesehatan.
o Mencapai waktu perbaikan
infeksi berulang tanpa
komplikasi

Pantau ketat tanda-tanda
vital, khususnya pada awal
terapi
Anjurkan pasien
memperhatikan pengeluaran
sputum dan melaporkan
perubahan warna, jumlah
dan bau sputum
Cegah penyebaran infeksi
dari pasien lain, keluarga
dan petugas kesehatan
dengan mencuci tangan
secara konsisten sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien serta menggunakan
APD

Selama periode waktu ini
potensial komplikasi fatal
dapat terjadi
Perubahan karakteristik
sputum menunjukan
perbaikan pneumonia
atau terjadinya infeksi
skunder
Organisme yang mudah
menular dapat ditularkan
melalui kontak langsung.
Teknik mencuci tangan
penting dalam
mengurangi transian
lapisan luar kulit dan
menurunkan penyebaran
/ tambahan infeksi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

30
Kolaborasi pemberian anti
mikrobakterial
Obat ini digunakan untuk
membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia
4 Intoleran aktifitas b.d
kelemahan, ketidak
seimbangan antara suplai
dan kebutuhan O
2


Peningkatan aktifitas dengan
kriteria hasil:
o Menunjukan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas
o Tanda vital dalam rentang
normal

Evaluasi respon pasien
terhadap aktivitas, catat
laporan dispnea,
peningkatan kelemahan
Berikan lingkungan tenang
dan batasi pengunjung
selama fase akut sesuai
indikasi
Bantu pasien memilih posisi
nyaman untuk istirahat/
tidur


Bantu perawatan diri yang
tidak dapat dilakukan pasien

Menetapkan kemampuan
/ kebutuhan pasien


Menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat

Tirah baring dipertahan
kan untuk menurunkan
kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk
penyembuhan
Meminimalkan kelelahan
dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan O
2

5 Nyeri b.d inflamasi
parenkim paru, batuk
menetap

Nyeri terkontrol dengan kriteria
hasil:
o Menyatakan nyeri hilang atau
terkontrol
o Menunjukan rileks, peningkat-
an aktifitas dengan tepat

Tentukan karakteristik nyeri
misalnya tajam, konstan,
ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/ lokasi / intensitas
nyeri
Pantau tanda-tanda vital



Kolaborasi pemberian
analgesik dan antitusif

Nyeri dada biasanya ada
dalam beberapa derajat
pada pneumonia


Perubahan frekuensi
jantung/TD menunjukan
bahwa pasien mengalami
nyeri
Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk
nonproduktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkat-
kan kenyamanan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

31
6 Gangguan pemenuhan
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d peningkatan
kebutuhan metabolik
sekunder, anoreksia,
distensi abdomen

Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi selama perawatan
dengan kriteria hasil:
o Menunjukan peningkatan berat
badan
o Menunjukan peningkatan nafsu
makan
o Makan habis 1 porsi
o Tidak ada mual muntah

Auskultasi bising usus


Berikan makanan porsi kecil
dengan frekuensi sering

Sajikan makanan dalam
keadaan hangat
Berikan perawatan mulut

Timbang berat badan setiap
hari
Bising usus mungkin
menurun bila proses
infeksi berat
Meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
lambat untuk kembali
Mengurangi rasa mual

Menghilang rasa tidak
enak dan bau mulut
Mengetahui
perkembanganm status
nutrisi
7 Resiko tinggi kekurangan
volume cairan berlebihan
b.d kehilangan cairan
berlebihan (demam,
berkeringat banyak,
muntah, hiperventilasi)
Kebutuhan volume cairan tubuh
terpenuhi dengan kriteria hasil:
o Membran mukosa lembab
o Turgor kulit baik
o Pengisian kapiler kurang dari 3
detik
o Tanda-tanda vital stabil

Kaji tanda-tanda vital setiap
4 jam


Kaji turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa (bibir dan lidah)
Kaji adanya mual/muntah


Tingkatkan pemasukan
cairan minimal 2500 ml/
sesuai kondisi pasien
Pantau intake dan output
cairan
Peningkatan suhu atau
demam meningkatkan
laju metabolik melalui
evaporasi
Merupakan indikator
langsung keadekuatan
volume cairan
Adanya gejala ini
menurunkan masukan
oral
Menurunkan resiko
dehidrasi





Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

32
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG DENGAN VENTILATOR

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional
1

Pola napas tidak efektif b.d
fatique, perubahan ratio
O
2
/CO
2
ditandai dengan :
DS : -
DO :
- Pola napas
menggunakan ventilator
dengan mode Pressure
Control, PEEP > 5 Cm
H
2
O
- Hasil foto toraks :
pneumonia
(perburukan)
Pertahankan pola napas yang
efektif melalui ventilator dapat
dicapai dengan kriteria :
- Peningkatan kerja
pernapasan tidak ada
- Tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan/retraksi
- Tidak ada sianosis
- Analisis Gas Darah :
pH : 7.35 7.45
PaCO
2
: 35 45 mmhg
PaO
2
: 80 95 mmhg
Sat O
2
: 95 100 %
BE : -2.5 2.5
- Nadi normal sesuai umur
- TD : 90/60 120/90

Kaji ulang penyebab gagal
napas





Observasi pola napas atau
monitor usaha napas pasien
dan bandingkan dengan data
pada patient display







Auskultasi secara periodik
kualitas bunyi napas dan
inspeksi simetrisitas gerakan
dada
Pastikan bahwa pernapasan
sesuai dengan ventilator
atau ada perlawanan
(fighting)





Pemahaman penyebab
masalah pernapasan
penting untuk
menentukan kebutuhan
ventilasi dan tipe paling
tepat dukungan
ventilator
Pasien dengan ventilator
dapat mengalami
hiperventilasi sebagai
upaya memperbaiki
status oksigenasi

Memberikan informasi
mengenai distribusi
volume ke paru kanan
kiri baik/tidak, dan
evaluasi makin berat
Perubahan simetrisitas
menunjukan tidak
tepatnya posisi ETT atau
terjadinya barotrauma
Penyesuaian dibutuhkan
pada Volume Tidal,
frekuensi pernapasan
atau apakah pasien
memerlukan obat sedasi
untuk mensinkronkan
dengan program
ventilator jika pasien
mengalami fighting
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

33
Isi balon trakea/endotrakea
sesuai kebutuhan sehingga
tidak bocor


Cek sirkuit/selang ventilator
terhadap obstruksi (terlipat
atau ada akumulasi air).
Bebaskan bila ada yang
terlipat atau air pada sirkuit




Siapkan alat-alat resusitasi
dekat dengan tempat tidur
pasien dan lakukan ventilasi
manual bila diperlukan



Kolaborasi
Kaji seting ventilator dan
sesuaikan dengan pola
ventilator sesuai kondisi
pasien

Observasi konsentrasi O
2

(FiO
2
) yang diberikan
Balon pipa trakea diisi
sesuai kebutuhan agar
volume tidak masuk
sesuai dengan yang
diset/program
Lipatan pada selang /
sirkuit ventilator men-
cegah pengiriman
volume dan
meningkatkan tekanan
jalan napas. Air
mencegah distribusi gas
dan media pertumbuhan
bakteri
Untuk memberikan
ventilasi yang adekuat,
bila ada masalah pasien
atau masalah peralatan
yang memerlukan
ventilator dilepas untuk
sementara

Seting ventilator
mengacu pada pola yang
ditentukan berdasar pada
penyakit,kondisi pasien

FiO
2
disesuaikan untuk
mempertahankan saluran
dan kadar O
2
darah
2 Jalan napas tidak efektif b.d
adanya benda asing pada
jalan napas dan
ketidakmampuan pasien
untuk batuk efektif,
ditandai dengan :
Jalan napas efektif dicapai
dengan kriteria hasil :
- Tak terlihat adanya sekret
- Suara napas bersih
- Peak Inspiratory Airway
Pressure (puncak tekanan
Kaji kepatenan jalan napas





Obstruksi dapat
disebabkan oleh
penumpukan sekret,
sumbatan mukus,
problem dari posisi ETT

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

34
DS : -
DO :
- Ronki +/+, mengi +/+
- Alarm ventilator berbunyi
- Jalan napas terdapat
sekret (kental)
- Hasil pemeriksaan AGD
tidak normal

jalan nafas > 40 cmH
2
O)
- Sekret encer dan mudah di
suctioning (dihisap)
- Pola napas sesuai program
- Tanda-tanda vital :
Frekuensi napas normal sesuai
umur
Nadi 60-100 x/mnt
TD 90/60-140/90 mmHg
AGD :
PH : 7.35 7.45
PaCO
2
: 35 45 mmhg
PaO
2
: 80 95 mmhg
SatO
2
: 95 100 %
BE : -2.5 2.5

Evaluasi gerakan dada dan
auskultasi bunyi napas








Monitor tempat ETT, catat
tanda garis bibir bandingkan
dengan tempat yang
diinginkan, plester pipa
dengan aman

Catat batuk yang berlebihan,
peningkatan frekuensi
napas, bunyi alarm/tekanan
pada ABN, sekret yang
terlihat pada ETT/banyak
ronki




Lakukan penghisapan jika
dibutuhkan, pilih kateter
penghisap dengan ukuran
1/3 dari lumen ETT. (ingat
1x penghisapan tidak lebih
dari 15 detik)
Ajarkan teknik batuk efektif

Rubah posisi secara periodik

Gerakan dada simetris
dan napas terdengar
pada seluruh lapang
paru, menunjukkan
posisi pipa sudah tepat.
Obstruksi jalan napas
bagian bawah
(atelektasis/pneumonia)
menyebabkan bunyi
nafas ronki/mengi)
Pipa dapat masuk ke
bronkus kanan, sehingga
terjadi obstruksi aliran
udara ke paru kiri yang
dapat menyebabkan
tension pneumothoraks
Pasien yang diintubasi
mempunyai reflek batuk
yang tidak efektif atau
masalah neuro sensory
yang menyebabkan
ketidakmampuan pasien
batuk. Pasien ini
tergantung pada suction
untuk mengeluarkan
sekret
Penghisapan sekresi
sebaiknya tidak terlalu
sering dilakukan dan
lamanya tidak lebih dari
15 detik

Meningkatkan keefektifan
usaha batuk
Meningkatkan drainase
sekret dan ventilasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

35



Hidrasi cukup sesuai
kebutuhan

Kolaborasi:
Lakukan chest fisioterapi



Pemberian obat
bronkodilator mukolitik

Tindakan bronchoscopy
untuk semua bagian paru
dan penurunan resiko
terjadinya atelektasis
Membantu/menjamin
sekret tetap encer oleh
karena status cairan
yang cukup
Meningkatkan ventilasi
pada semua segmen
paru & membantu
drainase sekret
Oleh karena relaksasi
otot polos bronkus dan
encernya sekret
Untuk mengeluarkan
sekret dan sumbatan
dengan langsung melihat
lokasi di bagian paru
sebelah mana
3 Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit:
Kurang dari kebutuhan
tubuh b.d hipertermi
DS : -
DO :
- Turgor kulit
- Balance cairan
- Capillary refill < 3 detik
Pasien dapat mencapai
keseimbangan cairan yang
adekuat
Kriteria Hasil:
Terhidrasi secara adekuat
dibuktikan dengan TD, nadi,
berat badan dan produksi urine
dalam batas normal
Pantau suhu, nadi,
pernapasan pada interval
teratur


Catat perubahan turgor kulit,
hidrasi, membran mukosa
dan karakter sekret.



Ukur / hitung masukan,
pengeluaran dan ke-
seimbangan cairan
Berikan kompres hangat dan
tepid sponging di tempat
tidur
Kekurangan cairan
meningkatkan frekuensi
jantung, menurunkan
TD, dan mengurangi
volume nadi.
Kekurangan cairan juga
dapat diidentifikasi
dengan penurunan turgor
kulit, membran mukosa
kering, dan viskositas
sekret kental.
Memberikan informasi
tentang status cairan
umum.
Membantu mengurangi
demam dengan
mekanisme evaporasi.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

36
Kolaborasi:
Pemberian cairan enteral
dan parenteral


Pemberian terapi antipiretik

Mencegah terjadinya
dehidrasi yang akan
meningkatkan suhu
tubuh.
Mengurangi demam
dengan aksi sentral di
hipotalamus.
4 Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d.
Intake yang tidak adekuat,
ditandai dengan
DS : -
DO :
- BB :kg, TB :cm
- Pasien terlihat kurus
- Pasien terpasang NGT
- Hasil pemeriksaan elektrilt
tidak normal
Kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi selama perawatan
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan
berat badan mendekati normal
- Menunjukkan perilaku /
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat badan
yang normal
Kaji kebiasaan diet,
masukan makanan saat ini
mengevaluasi berat badan
dan ukuran tubuh
Auskultasi bising usus








Berikan makan cair sesuai
program
Hindari makanan yang
sangat panas dan sanngat
dingin

Untuk mengetahui status
nutrisi, kebiasaan makan
pasien sebelum sakit

Penurunan bising usus
menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan
konstipasi yang
berhubungan dengan
pembatasan pemasukan
cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan
aktivitas dan hipoksemia
Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Menghindari terjadinya
iritasi dalam saluran
pencernaan.

5 Gangguan pemenuhan ADL
b.d. Kelemahan fisik,
imobilisasi, ditandai dengan
DS :-
DO :
- Pasien istirahat total
- ADL pasien dibantu
sepenuhnya oleh perawat
Kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi
Kriteri Hasil :
Pasien bersih, terpenuhi
kebutuhannya selama perawatan
Bantu pasien setiap hari
dalam hal personal hygiene

Ubah posisi pasien tiap 3
jam



Meningkatkan ke-
nyamanan dan ke-
bersihan diri pasien.
Membantu meningkatkan
sirkulasi peredaran darah
dan mencegah terjadinya
kontraktur pada
muskuloskeletal.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

37
- Pasien tampak lemah Lakukan ROM secara pasif
apabila pasien di-knockdown
Bantu ROM bila pasien telah
sadar
Pasang kasur dekubitus
Mencegah terjadinya
atropi otot.
Melatih keseimbangan
tubuh.
Mencegah terjdinya
dekubitus
6 Gangguan komunikasi
verbal b.d. Adanya
pemasangan ETT dan
ventilasi mekanik, ditandai
dengan :
DS : -
DO :
- Pasien terpasang ETT dan
ventilasi mekanik
- Pasien mendapat terapi
pengobatan relaksan

Kebutuhan komunikasi
terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat mengungkapkan
keinginannya/keluhanya
- Hubungan terapeutik perawat-
pasien, pasien-keluarga, dan
tim kesehatan lain tetap
terjaga
- Pasien kooperatif pada
program pengobatan dan
perawatan
Kaji kemampuan komunikasi
pasien untuk pola
komunikasi pengganti
Lakukan komunikasi yang
mudah dimengerti, melalui
bahasa isyarat dan tulisan
Berikan bel yang dapat
diraih dan pastikan pasien
dapat menggunakannya

Beri tanda bahwa pasien
mengalami gangguan verbal

Beri waktu pada keluarga
satu orang yang dekat
dengan pasien dan ajarkan
cara-cara berkomunikasi
yang sudah dipahami pasien
Ajar lebih tepat untuk
komunikasi

Melalui bahasa isyarat
dan tulisan pasien tetap
dapat berkomunikasi
Dengan semua sarana
komunikasi yang jelas
dan adanya komitmen
perawat-pasien
Agar semua tim yang
bekerja siap membantu
bila diperlukan
Mempertahankan pola
komunikasi keluarga
pasien tetap harmonis
7 Resiko tinggi penyebaran
infeksi b.d proses
perjalanan penyakit
Pencegahan penularan infeksi
Kriteria hasil:
Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi nosokomial dan
komplikasi proses penyakit.
Cuci tangan secara konsisten
dilakukan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien.
Gunakan alat perlindungan
diri/ APD sesuai prosedur.
Ganti sirkuit ventilator setiap
48 jam.
Keluarkan air dalam sirkuit
tiap 3 jam.


Teknik mencuci tangan
penting dalam
mengurangi transien
lapisan luar kulit.
Menghindari penyebaran
infeksi
Menghindari pertumbuh-
an virus dalam sirkuit.
Menghindari masuknya
air dalam sirkuit ke paru
melalui ETT.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

38
Kolaborasi :
Pemberian antibiotik
Pemeriksaan kultur darah,
sputum dan sputum

8 Cemas b.d. prosedur
infasif yang dilakukan pada
pasien.
DS :
- Keluarga menanyakan
tentang penyakit yang
diderita pasien.
DO :
- Keluarga bertanya
mengenai alat yang
terpasang pada pasien.
- Keluarga pasien tampak
cemas dan gelisah.
- Pasien terlihat gelisah
Program pengobatan dan
keperawatan pasien efektif baik
di RS dengan kriteria hasil :
Setelah diberikan penjelasan,
demonstrasi, tanya jawab dan
diskusi melalui beberapa kali
pertemuan keluarga dan pasien
dapat mengerti dan memahami
manfaat alat yang terpasang
pada pasien.
Kontrak waktu dengan
keluarga mengenai kapan
dilaksanakan pendidikan
kesehatan


Gali sejauh mana
pemahaman, pengetahuan
keluarga mengenai manfaat
alat yang terpasang pada
pasien.

Beri pengertian kepada
pasien dan keluarga tentang
manfaat pemasangan ETT.
Dengan kontrak dan
tujuan yang jelas serta
kesepakatan pasien-
perawat dalam
kerjasama mencapai
tujuan
Dengan mengetahui
sejauh mana pengetahu-
an keluarga tentang alat
yang terpasang pada
pasien mengurangi
kecemasan.
Dengan mengetahui
manfaat pemasangan
ETT pasien dan keluarga
tidak merasa cemas.







Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

39
C. PERENCANAAN PULANG (DI SCHARGE PLANNI NG)
1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit
flu burung serta cara pencegahannya.
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir
dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang
memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu)
minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada
keluhan.
5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum
obat/terapi yang dibawa pulang.
6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra
indikasi.
8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan
bahwa yang bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh dari
penyakit flu burung.

D. EVALUASI
1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.
2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, dan
elektrolit
5. Aktivitas kembali normal
6. Tidak menunjukan kecemasan
7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien
maupun orang lain
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

40
BAB VI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Flu burung berpotensi untuk berkembang menjadi pandemi, oleh karena
itu pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan hal yang sangat
penting dalam penanggulangan flu burung. Dalam buku ini akan
diuraikan tentang universal precautions secara umum, kemudian
penerapannya pada transportasi pasien, perawatan di ruang isolasi dan
ICU, hingga pemulasaraan jenazah.
A. Pengertian
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan
isolasi untuk pasien flu burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan
meliputi:
1. Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yang
terkontaminasi sekret pernapasan
2. Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak
dengan pasien
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti
stetoskop, termometer, tensimeter, dan lain-lain
3. Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila
berada pada jarak 1 (satu) meter dari pasien.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

41
4. Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne,
Gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi.

B. Ruang perawatan isolasi
Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua
pasien flu burung mulai dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi
harus dirawat di ruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat
(strict barrier).
Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
Ruang ganti umum
Ruang bersih dalam
Stasi perawat
Ruang rawat pasien
Ruang dekontaminasi
Kamar mandi petugas

Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang
perawatan isolasi yaitu:
Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif
dibanding tekanan di koridor.
Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan
menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)
Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat
petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

42
mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah
infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai -
gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).
Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan seperti yang
tercantum dalam lampiran 8.

C. Standar Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
1. Mengenakan pakaian pelindung
a. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai
ukuran badan.
Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan
sesuai ukuran kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)
atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih
ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang
bersih.
Masker N95 dan kaca mata pelindung
Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang
barang pribadi.
b. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi, masuk
kedalam ruang bersih luar. Lakukan hal sebagai berikut:
Lepaskan cincin, jam atau gelang
Lepaskan pakaian luar
Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

43
Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan
barangbarang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci
yang telah disediakan.
c. Mencuci tangan
Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan.
Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran
Bungkukkan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari
percikan air.
Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehingga batas siku.
Ambil sabun dan balik-balikan secukupnya dalam
genggaman kedua belah tangan (hindari aliran air).
Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati-hati
Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat ditangan
yang basah.
Gosok dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari-jari
kedua tangan sekurang-kurangnya 10-15 detik, ratakan ke
seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah
kuku dan di antara jari-jari.
Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir.
Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang
telah disediakan dan gunakan lap untuk mematikan kran
(Awas, bagian tersentuh kran pada kain / kertas lap tidak
boleh tersentuh tangan yang sudah bersih) atau keringkan
tangan di bawah pengering udara (gunakan siku untuk
menyalakan atau mematikan tombol).
Buang kertas lap atau kain terpakai ke tempat yang telah
disediakan.


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

44
LANGKAH-LANGKAH MENCUCI TANGAN

A B C

D E F

G











KETERANGAN

A. Gosokkan kedua telapak tangan
B. Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan dengan tangan
kiri dan sebaliknya
C. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan
D. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
E. Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan
lakukan sebaliknya
F. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kiri di telapak
tangan kanan dan sebaliknya
G. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

45
d. Sebelum petugas masuk kedalam ruang perawatan pasien,
petugas harus memakai APD lengkap di ruang bersih dalam (ante
room). Langkah-langkah penggunaan APD
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.
Kenakan gaun luar / Jas operasi
Kenakan apron plastik (bila memakai jas operasi)
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.
Kenakan Masker N 95.
Kenakan penutup kepala.
Kenakan kaca mata pelindung.
Kenakan kedua belah sepatu bot karet.
Peralatan tetap dipakai selama di ruang perawatan.
Siapkan peralatan cadangan di ruang bersih dalam seperti:
Sarung tangan
Apron plastik
Masker
Fasilitas cuci tangan
Fasilitas menggantung jas operasi

e. Masuk langsung ke Ruang rawat kasus suspek / probabel /
konfirmasi.







Pedo

CON
Cata






oman Pena
NTOH DA
atan :
Ikuti p
Untuk v
Apabila
dimana
Kacam
renang
talaksanaa
N CARA P
rosedur p
virus flu
a baju
a bagian
ata pelin
g.
an Flu Bur
PEMAKAI
pemakaia
burung g
pelindun
dalam m
ndung d
ung di Rum
IAN ALAT
an APD d
gunakan
ng tidak
menjadi ba
apat dig
mah Sakit
T PELIND
dengan b
masker N
ada, g
agian lua
gantikan
DUNG DIR
enar.
N95.
unakan
ar.
dengan
RI (APD)

jas huj
kacama
46

an
ata
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

47
2. Melepaskan Alat Pelindung Diri
Bahan Dekontaminasi Pembersihan
Desinfeksi
Tingkat
Tinggi
Sterilisasi
Kaca mata
pelindung
dan penutup
wajah.

Lap dengan
larutan klorin 0,5
% setelah setiap
prosedur.
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau
handuk, setelah
setiap prosedur.

Tidak perlu Tidak perlu
Linen (kap,
masker, baju
cuci, gaun
penutup)
Tidak perlu. (Staf
binatu harus
memakai gaun,
sarung tangan,
sepatu tertutup,
dan alat pelindung
mata kalau
menangani linen
kotor)
Cuci dengan detergen
dan air untuk
menghilangkan
semua partikel
kotoran. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau dengan
mesin. Pakaian yang
dikeringkan di udara
dapat disetrika
sebelum dipakai.
Tidak perlu Tidak perlu
Apron
(plastik atau
karet yang
berat)
Lap dengan
larutan klorin 0,5
%. Bilas dengan
air bersih.
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau dengan
handuk.
Tidak perlu Tidak perlu
Alas kaki
(sepatu karet
atau sepatu
bot)
Lap dengan
larutan klorin 0,5
%. Bilas dengan
air bersih.
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau dengan
handuk.
Tidak perlu Tidak perlu
Gaun bedah,
duk linen dan
pembungkus
Tidak perlu (Staf
binatu harus
memakai
apron/celemek,
sarung tangan,
dan alat pelindung
mata sewaktu
menangani linen
kotor).
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, udara atau
mesin pengering
sesudah pakai.
Tidak perlu Lebih
diinginkan





Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

48
- Mencuci tangan,
Sama dengan langkah cuci tangan saat akan menggunakan
pakaian pelindung.
D. Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi
Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat
Perlindungan Diri (APD).
Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian
umum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.
Mandi dan cuci rambut (keramas)
Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari
pintu masuk.
E. Penerapan dalam transportasi kasus
Dalam memindahkan (merujuk) pasien flu burung dari satu tempat
ke tempat lain harus mengikuti langkah-langkah berikut:
Mencuci tangan dengan baik dan benar.
Petugas kesehatan menggunakan alat perlindungan diri (APD)
lengkap.
Pasien menggunakan masker.
Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien.
Desinfeksi alat transport dan peralatan lain setelah selesai

Keluarga pasien atau Petugas Kebersihan:
Bagi penunggu pasien atau petugas kebersihan yang membersihkan
ruangan dan mengambil APD yang kotor, diperlakukan seperti
petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan APD.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

49
F. Memroses Linen
- Staf binatu harus menggunakan APD lengkap.
- Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sesedikit
mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah perlukaan
dan penyebaran mikroorganisme.
- Anggap semua bahan kain yang telah dipakai untuk suatu
prosedur sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya
kontaminasi.
- Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik
untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam
area tertentu sampai dibawa ke binatu.
- Pilih dengan hati-hati semua linen di area binatu sebelum dicuci.
Jangan mulai memilih atau mencuci linen pada saat mau
dipakai.
G. Penatalaksanaan Limbah / Sampah
Penatalaksanaan limbah / sampah yang terkontaminasi yang benar
mencakup :
Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat
dipasang dengan rapat.
Pisahkan sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Beri
tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi.
Taruh tempat sampah ditempat yang memerlukan dan nyaman bagi
pemakai.
Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membuang
sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
Cuci semua wadah atau tempat sampah dengan menggunakan
larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air secara
teratur. Petugas kebersihan harus memakai APD.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

50
H. Penerapan dalam pemulasaraan jenazah
Penatalaksanaan terhadap jenazah pasien flu burung dilakukan
secara khusus sesuai dengan UU Undang Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular :
a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan
perundangan yang berlaku.
b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas
kesehatan.
c. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan
bahan dan alat yang digunakan dalam penatalaksanaan
jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
1. Kamar Jenazah
Seluruh petugas pemulasaraan jenazah telah mempersiapkan
kewaspadaan umum (universal precaution).
Sebelumnya mencuci tangan dengan sabun, serta sebelum dan
sesudah sarung tangan dilepas.
Perlakuan terhadap jenazah : luruskan tubuh, tutup mata,
telinga, dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan
alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester
dengan rapat.
Jika diperlukan untuk memandikan jenazah (air pencuci
dibubuhi bahan desinfektan) atau perlakuan khusus terhadap
jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus
dengan tetap memperhatikan universal precaution.
Jenazah pasien flu burung ditutup dengan kain kafan / bahan
dari plastik (tidak dapat tembus air). Dapat juga jenazah
ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah
tercemar.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

51
Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.
Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas
khusus, autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak
keluarga dan direktur rumah sakit.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil
jenazah.
Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di
dalam pemulasaraan jenazah.
2. Tempat Pemakaman Umum :
Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik,
maka pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah
tersebut.
Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.


Catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Berhubung penanganan jenazah pasien Flu Burung bersifat khusus,
maka menurut keterangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hukum
yang digunakan menurut Syariat Islam adalah Hukum Darurat.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

52
BAB VII
SISTEM RUJUKAN

Flu burung yang merupakan New Emerging Disease dalam
penatalaksanaannya membutuhkan metode, sarana, fasilitas dan
peralatan khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan
mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu
burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 44 RS rujukan flu
burung yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, juga telah
ditetapkan laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen guna
menegakkan diagnosis flu burung. Diharapkan dengan menerapkan
sistem rujukan yang baik dapat meningkatkan keberhasilan
penanggulangan flu burung.
Rujukan pada flu burung meliputi 2 aspek yaitu :
A. Rujukan Pasien
B. Rujukan Spesimen
A. Rujukan Pasien
Mengingat bahwa tidak semua sarana pelayanan kesehatan
mempunyai sarana, fasilitas dan peralatan khusus untuk perawatan
pasien flu burung, maka perawatannya harus dilakukan di RS
Rujukan flu burung yang telah ditetapkan. Apabila di Sarana
Pelayanan Kesehatan non Rujukan flu burung mendapatkan pasien
suspek flu burung harus sesegera mungkin merujuk pasien ke RS
Rujukan flu burung.
Dalam merujuk pasien suspek flu burung, rumah sakit yang merujuk
harus menghubungi rumah sakit yang akan menerima pasien
tersebut.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

53
Langkah langkah yang harus dilakukan dalam merujuk pasien flu
burung :
Rumah sakit yang merujuk harus memberi informasi kondisi
pasien
Informed consent kepada pasein dan keluarganya
Pasien yang akan dirujuk sedapat mungkin dalam kondisi stabil.
Seluruh foto kopi dokumen medik pasien harus disertakan pada
saat merujuk, termasuk pemeriksaan pemeriksaan yang telah
dilakukan, seperti foto toraks, laboratorium.

Beberapa kriteria dalam merujuk pasien flu burung :
Alat transportasi yang
dipergunakan, adalah ambulans
khusus :
- Dapat didesinfeksi
- Tersedia stretcher
- Tersedia alat - alat medis & obat untuk Bantuan Hidup Dasar.
- Tersedia radio komunikasi
Ambulans tersebut harus cukup aman dan nyaman serta tidak
memperburuk keadaan pasien selama di rujuk.






Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

54


Kondisi pasien
Prinsip stabilisasi pasien selama dirujuk
A Airway
Jalan napas bebas
Apabila diperlukan intubasi lakukan pemeriksaan
ulang terutama pada saat pasien di pindahkan
B Breathing
Berikan 0
2
100%
Bila tidak dapat bernapas dengan spontan dan tidak
di intubasi, lakukan bantuan pernapasan dengan
menggunakan bag valve mask, pemberian oksigen
tidak lebih 5L/min dengan frekuensi napas normal.
Jika terpasang intubasi, ventilator diatur ke keadaan
normal (PCO
2
35 -40 mmHg), sesuaikan dengan hasil
pantauan pulse oxymetri ( nilai SpO
2
> 90%)

C Circulation
Dilakukan pemasangan infus untuk mencegah
kekurangan cairan intravaskuler. Pemantauan ketat
pada kapiler, tekanan darah, EKG, urin, gas darah
arteri dan laktat untuk evaluasi asidosis. Lakukan
pemasangan IV line di 2 tempat.

D Disability
Lakukan pemeriksaan ulang, serta pemeriksaan
neurologi. Monitor gula darah jika ada kejang berikan
anti kejang. Pemeriksaan laboratorium termasuk
analisis gas darah, elektrolit, hematokrit dan x-ray.

E Exposure
and
Environment
Pemantauan ketat suhu tubuh, hindari dan terapi
hipertermia serta hipotermia (< 36
0
C)
G Gastro
I ntestinal
Pemasangan NGT untuk mencegah dekompresi
gaster.

R Renal &
Lakukan pemantauan ketat pengeluaran urin > 1ml
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

55
Restraint /kg/hr. Monitor ketat keadaan pasien

Petugas :
Petugas yang mendampingi pasien flu burung selama dirujuk
minimal berjumlah 2 (dua) orang, dengan kriteria :
- Sudah mendapat pelatihan Basic Life Support (BLS)
- Sudah mendapat pelatihan Pengendalian Infeksi.
- Mengetahui permasalahan pasien yg akan dirujuk

B. Rujukan Spesimen
Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya
mengikuti dengan benar penerapan Kewaspadaan Standar upaya
perlindungan untuk meminimalisasi pajanan.
Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam
wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk
bahan spesimen tersebut (yaitu tempat plastik bahan spesimen
biohazard). Petugas yang membawa bahan hendaknya dilatih untuk
penanganan yang aman dan prosedur dekontaminasi jika terjadi
tumpahan.
Rumah sakit harus memberitahu laboratorium yang akan menerima
bahwa bahan spesimen tersebut sedang dalam perjalanan. Bahan
spesimen sebaiknya dikirimkan dan diserahkan langsung kepada
petugas yang memeriksa. Sistem tabung pneumatik tidak digunakan
untuk membawa bahan spesimen.
Sebaiknya dibuat suatu daftar nama petugas yang telah menangani
bahan spesimen dari pasien yang sedang di investigasi untuk suatu
penyakit menular.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

56
Alur
Alur
spesimen
spesimen
Flu
Flu
Burung
Burung






Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

57
BAB VIII
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

A. Sistem Pembiayaan
Dengan keterbatasan dana yang ada pada Pemerintah Pusat dan
berkembangnya era Otonomi Daerah, maka pembiayaan pasien flu
burung menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat
(dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan RI) dan Pemerintah
Daerah.
Pembiayaan yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan
RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
756/MENKES/SK/IX/2006 Tentang Pembebasan Biaya Pasien
Penderita Flu Burung yang ditetapkan pada tanggal 20 September
2006.
Pembebasan biaya tesebut berlaku bagi pasien yang dirawat di
rumah sakit rujukan flu burung dan rumah sakit non rujukan flu
burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum
dirujuk ke rumah sakit rujukan flu burung, yang meliputi :
1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU
dan Jasa dokter;
3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi);
4. Obatobatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan).

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

58
B. Aspek Etik Legal
Sehubungan dengan peliknya permasalahan penanganan pasien flu
burung, terutama masalah penanganan jenasah, yang antara lain
disebabkan oleh latar belakang agama dan sosial budaya masyarakat
yang beragam (sehingga pemahaman dan reaksi masyarakat
terhadap flu burung pun turut beragam) mengharuskan setiap
petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit yang menerima
pasien flu burung menjelaskan segala tindakan yang mungkin akan
dilakukan terhadap pasien tersebut baik kepada diri pasien sendiri
(jika mungkin) maupun keluarganya secara jelas dan terperinci
sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.
Hal tersebut dapat dituangkan dalam suatu I nformed Consent
sebagaimana tercantum di bawah ini :
















Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

59
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Bapak/Ibu yang terhormat, bersama ini kami sampaikan informasi
tentang pasien :
No. Reg :
Nama
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Yang diduga menderita flu burung
1. Flu burung merupakan penyakit yang berpotensi menular, sehingga
perlu dilakukan berbagai tindakan pengendalian infeksi
2. Dalam proses menegakkan diagnosis flu burung diperlukan
berbagai tindakan diagnostik.
3. Pengendalian infeksi :
a. Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) pada pasien
maupun keluarga/pengunjung pasien
b. Pasien dirawat di ruang isolasi atau ruang perawatan
intensif (ICU) jika diperlukan, dengan atau tanpa alat bantu
napas (ventilator).
4. Tindakan Diagnostik
a. Pengambilan darah dan cairan tubuh lain secara berulang
sesuai keperluan
b. Foto Toraks secara berulang sesuai keperluan
c. Usap tenggorok secara berulang sesuai keperluan
d. Pemeriksaan teropong saluran napas (Bronkoskopi) jika
diperlukan

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

60
e. Pengambilan sedikit jaringan tubuh baik pada saat pasien
masih hidup maupun setelah meninggal dunia.
Jika diperlukan akan dilakukan tindakan bedah jenasah
(autopsi)
5. Jika pasien meninggal dunia, pemulasaran Jenasah akan dilakukan
secara khusus sesuai kewaspadaan standar dengan tetap
memperhatikan kaidah agama yang dianut.

Setelah membaca dan memahami informasi di atas, dengan ini saya :
Nama :
Status : (pasien / ayah / ibu / istri / suami / anak / .)
Umur :
Jenis Kelamin :
Nomor jati diri : (KTP/SIM/Paspor/.......)

................., ....- .....- 20...
Pasien / Keluarga Dokter yang menerangkan


(nama lengkap)


(nama lengkap)

Keluarga / Saksi


Perawat

(nama lengkap) (nama lengkap)




Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

61
C. Pelaporan
1. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)
a. Pelaporan Harian.
Pada saat ditemukan pasien Suspek flu burung di sarana
pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi
dan penetapan jumlah penderita flu burung dengan cepat
diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko flu
burung Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada
Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan. Formulir ini
digunakan untuk kepentingan surveilans.
Laporan Harian dikirim ke alamat :




b. Pelaporan Bulanan
Rumah Sakit membuat laporan bulanan kasus flu burung
guna keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
Laporan Bulanan dikirim ke alamat :





DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
c/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar
Gedung Depkes Lantai V Blok B Ruang 508
Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4-9
Jakarta Selatan 12850
Telepon : 021-5222430 Fax : 021-52902046
POSKO PENANGGULANGAN FLU BURUNG DEPKES RI
Gedung Ditjen P2PL Depkes RI
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat
Telepon / Fax : 021-4257125
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

62
2. Alur pelaporan
Pelaporan dibuat berjenjang dari rumah sakit yang menemukan
kasus sampai pada menteri kesehatan. (sesuai bagan terlampir)



3. Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Untuk melihat keberhasilan penanggulangan medis flu burung
dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan
dan berkala melalui :
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Analisis laporan



DINKES
PROP dan
KAB/KOTA
RUMAH SAKIT
POSKO FB
DITJEN P2PL
DITJEN BINA
YANMED
MENKES
KET :
BULANAN
HARIAN
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

63
i. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)
Laporan Harian Tersangka Flu Burung
Nama RS :
Tgl membuat laporan :


NO

NAMA
UMUR

ALAMAT

TGL

M
A
S
U
K

ASAL

R
U
J
U
K
A
N

RIW.

KONTAK

GEJALA KLINIS LABORATORIUM

R
A
D
I
O
L
O
G
I


T
E
R
A
P
I

KET
L P S
U
H
U

B
A
T
U
K
S
K
T
.
T
E
N
G
G
O
R
O
K
P
I
L
E
K
S
E
S
A
K
D
I
A
R
E
L
A
I
N
-
L
A
I
N
L
E
U
K
O
S
I
T
T
R
O
M
B
O
S
I
T
L
I
M
F
O
S
I
T
H
I
R
T

P
C
R
P
O
S
T

M
O
R
T
E
M
L
A
I
N
-
L
A
I
N





Catatan :
1. Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat Penanggung Jawab
2. Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati


TTD

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

64
ii. Formulir Laporan Bulanan

NO IDENTITAS
RIWAYAT
KONTAK
GEJALA
KLINIS
WAKTU
MASUK
RS
PEMERIKSAAN
FISIK
LAB RADIOLOGI
TERAPI &
TINDAKAN
POST
MORTEM
KET





















PENANGGUNG JAWAB
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

65
65
BAB IX
NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

A. BAGI KELUARGA PASIEN (BUDAYA HIDUP SEHAT)
1. Peralatan Rumah Tangga
Seluruh peralatan rumah tangga yang terkena cairan tubuh pasien
harus dibersihkan dengan sabun dan desinfektan.
2. Lantai.
Bersihkan lantai sesering mungkin (setiap hari sesuai kebutuhan)
dengan lap basah, deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada
kontaminasi, seperti darah atau percikan cairan tubuh lain seperti
yang diuraikan di bawah.
Pel basah adalah alat paling umum dan dianjurkan untuk
membersihkan lantai.
- Teknik satu ember : digunakan satu ember larutan pembersih,
yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih berkurang
dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.
- Teknik dua ember : satu ember mengandung larutan
pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu
diperas dahulu sebelum dicelup ke dalam larutan pembersih
sehingga dapat menghemat tenaga dan bahan.
- Teknik tiga ember : ember ketiga digunakan untuk memeras
pel sebelum dibilas, yang akan memperpanjang masa pakai air
bilasan.
3. Kamar Mandi / WC
Bersihkan sesering mungkin dengan pel khusus, sikat, dan gunakan
larutan pembersih desinfektan.

4. Kamar pasien.
Bersihkan setiap hari dan sewaktu pasien pulang, dengan
menggunakan prosedur di atas. Proses pembersihan juga dilakukan
di kamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga perlu dibersihkan dan
desinfektan sebelum digunakan di kamar lain.
5. Kain/linen kotor.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

66
66
Kumpulkan kain kotor setiap hari dalam kontainer tertutup
antibocor.
6. Sampah dan Tempat Sampah
Kumpulkan sampah setiap hari, hindari sampah berserakan.
Bersihkan tempat sampah yang terkontaminasi sesudah setiap
dikosongkan. Bersihkan tempat sampah bersih sekurang-kurangnya
satu kali seminggu. Pakailah larutan pembersih desinfektan dan
sikat untuk menghilangkan material organis dan kotoran lainnya.


B. BAGI ORANG YANG TINGGAL DI DAERAH TERJANGKIT

1. Penyebaran virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya
dapat dicegah. Yang dimaksud daerah terjangkit adalah daerah
dimana terdapat unggas mati akibat H5N1 pada radius 1 km.
a. Cara terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat
mungkin menghindari kontak dengan ayam, bebek, burung
peliharaan atau jenis unggas lainnya, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
b. Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggi, beritahu agar:
Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya
Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan
Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak
dengan unggas dan kotorannya
Jangan tidur berdekatan dengan unggas.
c. Jangan membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat
ke tempat lain walau anda yakin unggas anda sehat.
d. Tangani unggas yang terjangkit di daerah tersebut.
e. Jangan sajikan unggas dari daerah terjangkit.
f. Jika anda tidak sengaja kontak dengan unggas:
Cuci tangan anda secara benar dengan sabun dan air setelah
kontak
Letakkan sepatu di luar rumah dan bersihkan dari kotoran
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

67
67
Periksa suhu tubuh paling tidak sekali sehari selama satu
minggu. Jika anda mengalami panas tinggi (> 38
0
C),
periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

1. Penanganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai
flu burung atau mati adalah penting untuk tindakan pengendalian
dalam rangka mencegah penyebaran penyakit.
a. Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan sakit
b. Jika anda menangani unggas mati dan sakit, pastikan anda
terlindungi.
c. Jika anda menghadapi unggas yang sakit dan mati untuk
pertama kali, segera beritahu yang berwenang dan yang
berpengalaman untuk penanganan.

3. Dekontaminasi areal peternakan dan kandang ayam akan
membantu pengendalian penyebaran penyakit.
a. Jika mungkin, tanyakan petugas profesional
b. Jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat pelindung diri (APD).
c. Burung mati harus dibakar dan dikubur dengan aman
d. Virus influenza dapat bertahan hidup lama, pencucian dengan
deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan organik
harus dibuang dari rumah peternakan.
e. Area di luar rumah yang digunakan untuk unggas yang sulit di
bersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area
tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk
merusak virus residual
f. Penyemprotan desinfektan di area luar atau tanah dengan ukuran
terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia oleh bahan
organik.
4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.
a. Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian setempat tentang
bagaimana mengubur hewan mati dengan aman
b. Ketika membakar burung mati atau kotorannya, hindari debu
yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling tidak
pada kedalaman 1 meter.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

68
68
c. Setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur, bersihkan
semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus
influenza akan mati oleh deterjen dan desinfektan.
5. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara
benar dan di buang.
a. Setelah area dibersihkan, buang semua bahan pelindung dan cuci
tangan dengan sabun dan air.
b. Cuci pakaian dengan air sabun panas atau hangat. Jemur di
bawah terik matahari.
c. Taruh sarung tangan yang telah digunakan dan bahan habis
pakai lain lain pada tas plastik untuk pembuangan aman.
d. Bersihkan alat yang dapat digunakan kembali seperti sepatu
karet dan kacamata pelindung dengan air dan deterjen, tetapi
selalu ingat mencuci tangan setelah penanganan alat.
e. Alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur.
f. Bilas/cuci badan menggunakan sabun dan air. Cuci rambut anda.
g. Jangan biarkan diri anda terkontaminasi atau area yang sudah
bersih dengan menghindari kontak dengan kotoran, pakaian dan
alat-alat yang terkontaminasi.
h. Yang terpenting, cuci tangan setiap setelah penanganan alat-alat
terkontaminasi.

6. Sepatu yang digunakan harus di dekontaminasi
a. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi, bersihkan
sepatu dengan sabun dan air.
b. Ketika membersihkan sepatu, jangan mengibaskan partikel ke
wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik di tangan,
lindungi mata dengan kacamata pelindung, tutupi mulut dan
hidung dengan kain.
c. Tinggalkan sepatu kotor di luar rumah hingga dibersihkan dengan
benar.

7. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan
pencegahan tambahan.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

69
69
a. Adalah sangat penting mencegah penyebaran influenza manusia
di daerah terjangkit. Ketika virus flu burung dan virus influenza
manusia kontak satu sama lain maka terdapat risiko terjadi
perubahan genetik sehingga virus baru akan muncul.
b. Setiap orang yang sakit seperti flu harus hati-hati dengan sekresi
hidung dan mulut bila di sekeliling orang lain, khususnya anak
kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia
c. Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin. Gunakan tisu
dan buang di tempat sampah setelah dipakai. Ajari anak-anak
untuk melakukan hal tersebut dengan baik
d. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan
sekresi dari hidung dan mulut.
e. Anak-anak cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan
tangan kotor. Ajari pentingnya membersihkan tangan setelah
batuk, bersin dan menyentuh bahan-bahan kotor.
f. Beritahukan ke institusi kesehatan segera dan cari nasehat medis
dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit, seperti
demam dan/atau gejala seperti flu.

8. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan
mengunjungi teman ataupun saudara yang dirawat di fasilitas
kesehatan.
a. Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi dengan flu burung
ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan
APD.
b. Pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak langsung dengan
pasien dan atau lingkungan pasien.
c. Gunakan masker dengan benar dan sempurna.
d. Tinggalkan semua peralatan APD waktu meninggalkan ruangan
pasien, cuci tangan dengan air dan sabun.

9. Pada daerah yang terjangkit flu burung, jangan memakan daging
yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati.
Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas
baik yang sehat maupun sakit dari peternakan yang terinfeksi flu
burung tersebut.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

70
70

10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, langkah-langkah
tindakan pencegahan yang harus dilakukan:
a. Menyembelih unggas gunakan metode yang tidak mencemari
lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feses dan kotoran
lainnya.
b. Menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/ayam dalam air
mendidih sebelum mencabuti bulunya.
c. Membersihkan isi tubuh unggas, gunakan metode yang tidak
mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah, debu,
feces dan kotoran hewan lainnya.
d. Jangan mengusap muka dan inderanya (contoh menggosok
mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
unggas, kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun
dan air.

11. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa
semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan baik dan
aman untuk dimakan (konsumsi).
a. Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak dengan baik.
b. Juga demikian dengan telur. Tindakan yang harus dilakukan
dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah mencuci
cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya.
Telur dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5
menit, 70
o
C) tidak akan menularkan flu burung kepada
konsumen.
c. Pada umumnya, semua makanan harus dimasak sampai matang
pada suhu 70
o
C atau lebih.











Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

71
71

BAB X
P E N U T U P

Pedoman ini merupakan revisi dari pedoman tatalaksana flu burung di
sarana pelayanan kesehatan yang diterbitkan pada Agustus 2006.
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi tenaga
kesehatan di Rumah Sakit saat menatalaksana pasien flu burung dan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.
Pedoman ini perlu disosialisasikan ke seluruh Sarana Pelayanan
Kesehatan. Pada pelatihanpelatihan penatalaksanaan kasus flu burung
untuk petugas kesehatan di Rumah Sakit pedoman ini dapat
diimplementasikan dengan baik.
Secara berkala pedoman ini akan dievaluasi, sehingga bila diperlukan
perubahan perubahan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan akan
dilakukan revisi agar pedoman ini menjadi lebih sempurna sehingga
penanganan flu burung menjadi lebih baik lagi.

















Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

72
72
Lampiran 1. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Sarana Pelayanan
Kesehatan Non Rujukan












































SUSPEK
FLU BURUNG
Tidak Ya
DATANG SENDIRI
Tanpa RISTI
RAWAT
JALAN / INAP
POLIKLINIK :
- Umum
- Paru
- P. Dalam
- Anak
RUJUKAN

TRIAGE
IRD
TEMPAT
PENDAFTARAN
PASIEN
Berikan
Oseltamivir
Kirim ke Rumah
Sakit Rujukan FB
DATANG SENDIRI
Dengan RISTI
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

73
73
Lampiran 2. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Rumah Sakit
Rujukan












































SUSPEK
FLU BURUNG
Tidak Ya
DATANG SENDIRI
Tanpa RISTI
RAWAT
JALAN / INAP
POLIKLINIK :
- Umum
- Paru
- P. Dalam
- Anak
RUJUKAN

TRIAGE
IRD
TEMPAT
PENDAFTARAN
PASIEN
RAWAT
INAP
ISOLASI
Alur
Penatalaksanaan
Medis
DATANG SENDIRI
Dengan RISTI
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

74
74
Lampiran 3. Tabel panduan pemberian antibiotik untuk
pneumonia

Rawat jalan Tanpa faktor modifikasi
- Golongan laktam atau laktam + anti
laktamase
Dengan faktor modifikasi
- Golongan laktam + anti laktamase atau
fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,
moksifloksasin, gatifloksasin
Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru
(roksitromisin,klaritromisin, azitromisin)
Rawat inap Tanpa faktor modifikasi :
- Golongan betalaktam + anti betalaktamase iv,
atau
- Sefalosporin G2,G3 iv,atau
- Fluorokuinolon respirasi iv
Dengan faktor modifikasi :
- Sefalosporin G2,G3 iv atau
- Fluorokuinolon respirasi iv
Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik ditambah
makrolid baru
Ruang rawat
intensif
Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin G3 iv non pseudomonas ditambah
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv
Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah fluorokuinolon antipseudomonas
(siprofloksasin) iv atau aminoglikosida iv
Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik
sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah aminoglikosida iv, ditambah lagi
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv

Catatan :

Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah :
C. Pneumokokus resisten terhadap Penisilin
Umur lebih dari 65 tahun
Memakai obat obatan golongan beta laktam selama tiga bulan
terakhir
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

75
75
Pecandu alkohol
Penyakit gangguan kekebalan
Penyakit penyerta yang multipel

D. Bakteri enterik gram negatif
Penghuni rumah jompo
Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
Mempunyai kelainan penyakit multipel
Riwayat pengobatan antibiotik

E. Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis
Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
Gizi kurang


























Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

76
76
Lampiran 4. Panduan untuk mengumpulkan bahan pemeriksaan

A. Persiapan petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
- Laboratorium jas (lengan panjang)
- Sarung tangan (karet)
- Kaca mata pelindung
- Masker (N95 untuk petugas dan pasien)
- Tutup kepala (plastik)

B. Macam / Jenis spesimen
1. Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas
Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus
dan pemeriksaan dengan PCR. Spesimen tersebut meliputi :
- Usap nasofaring
- Bilasan nasofaring
- Usap orofaring

Bilasan nasofaring merupakan spesimen untuk mendeteksi virus
saluran napas, terutama pada anak anak berumur 2 tahun atau
kurang.

Untuk usap nasofaring :
Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang
atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan
usapan pada kedua lubang hidung.

Untuk usap orofaring
Lakukan usapan pada bagian belakang faring dan daerah tonsil,
hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian masukkan swab
sesegara mungkin kedalam cryotube (tabung tahan pendinginan)
yang berisi 2 ml media transport virus (hanks BSS + antibiotika).
Putuskan tangkai plastik di daerah mulut botol / tabung agar botol /
tabung dapat dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini
dengan tisu bersih dan masukkan kertas koran yang telah diremas
remas untuk menghindari terjadinya benturanbenturan pada
tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak
pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis
tupper ware ).

2. Spesimen dari saluran pernapasan bagian bawah
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

77
77
Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan bronkoalveolar,
aspirasi transtrakeal, atau cairan pleural. Setelah itu, separuh cairan
disentrifugasi (pada laboratorium dengan BSL-2+) dan endapan
selnya difiksasi dalam botol dengan tutup luar yang bagian
dalamnya mengandung ring untuk penahan. Semua spesimen ini
masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas.

3. Spesimen darah / sera
Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit) harus
diambil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus
dilakukan lagi pada fase konvalesen (714 hari setelah pengambilan
darah primer) dan segera dikirimkan.

Cara pengambilan sampel darah / sera:
Diambil 25 ml darah vena dalam tabung steril (2 ml dari anak anak
dan 5 ml dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan
kewaspadaan universal secara ketat).
a. Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa
1) Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung bertutup karet
(tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah).
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus
dilakukan di Badan Litbangkes, Jakarta, atau laboratorium yang
ada sentrifus.
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan memasukkan
kertas koran yang telah diremas ke dalam kotak pengiriman
primer.


b. Pengambilan darah pakai jarum vacutainer

1) Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet
sebanyak 2 ml dari anak anak dan 5 ml dari orang dewasa.
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung steril membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan
di Badan Litbangkes, Jakarta, atau di laboratorium yang ada
sentrifuge dengan G. 5.000 10.000.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

78
78
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan masukkan
kertas koran yang telah diremas ke dalam kolak pengiriman
primer.

C. Cara pemberian label

Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang
berisi informasi : nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal
pengambilan, lokasi pengambilan, jenis spesimen. (S
= Darah/Serum, Nt = usap Oro dan Nasofaring).
Label ditulis dengan pensil 2B, ballpoint atau spidol yang tidak luntur.
Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik
harus menuruti ketentuan WHO. Bungkus kotak pengiriman dengan
tisu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah benturan
benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak
pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung
lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu
pengiriman suhu sama. Bila pengiriman dalam suhu 4 C, masukkan
beberapa kantong es yang sudah dibekukan lebih dahulu.

a). Pengepakan primer (Kotak Pengiriman Primer)
- Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya
berulir harus dilapisi dengan parafilin atau sejenisnya.
- Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah
untuk mencgah pecah akibat berhimpitan.
- Gunakan material pendukung di selasela wadah yang
mempunyai daya hisap untuk menghisap seluruh isi yang
terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau
pecah.
- Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim
sertakan besarnya volume media transport yang digunakan.
- Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml
atau 500 gram bahan.
- Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen
diagnostik.

b). Pengepakan sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder)
- Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan
infeksius.
- Pengepakan sekunder harus kedap air.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

79
79
- Wadah bagian luar dilabel dengan :
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN
2. JANGAN DIBALIK
3. KEPADA (alamat tujuan)

KEPADA
Kepala Puslitbang Pemberantasan Penyakit
Badan Litbang Kesehatan
Jln. Percetakan Negara no 29, Jakarta 10560
Telepon : 021 426 1088 ext 134/ 021 425 9860
Fax : 021 424 5389
Kp3m@litbang.depkes.go.id
selitbang@litbang.depkes.go.id







































Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

80
80
Lampiran 5. Formulir Spesimen


NOMOR IDENTIFIKASI PASIEN

AI













J ENIS Kode Kode Umur J enis


PASIEN

Propinsi

kab/ kota

dlm thn

kelamin
Nomor

Keterangan
J enis pasien : C =Kasus K =Kontak S =Survei
Kode Propinsi, Kode Kab / Kota liaht di lampiran no Epid
J enis kelamin : L =laki-laki P =Perempuan



Nomor Sampel










Nomor kasus J enis Sampel

sampel
keberapa



Jenis sampel : T = Usap tenggorokan
H: Usap hidung
N: Usap nasofaringeal
F: Faeces
U: Urine
R: Trakeal
S: Serum









Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

81
81
Lampiran 6.
Manajemen Tindakan Keperawatan Pada Penatalaksanaan
Keperawatan Flu Burung

1. MANAJEMEN JALAN NAPAS
Definisi:
Mempertahankan kepatenan jalan napas
Aktifitas:
Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Pasang Orofaringeal Tube bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada Orofaringeal Tube
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara
Atur keseimbangan cairan
Monitor respirasi dan status O
2


2. MANAJEMEN CAIRAN
Definisi:
Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi dari
abnormalitas status cairan
Aktifitas:
Timbang BB tiap hari dan monitor kenaikan BB
Pertahankan intake dan output secara akurat
Pasang kateter bila perlu
Monitor status hidrasi (membran mukosa, kekuatan pulse,
tekanan darah orthostatik)
Monitor hasil laborat yang berhubungan dengan retensi air
(peningkatan BUN, penurunan HCT dan peningkatan osmolalitas
urine)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

82
82
Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, PCWP.
Monitor tanda-tanda vital
Monitor indikasi adanya overload, retensi cairan
Tetapkan lokasi dan luasnya oedem
Monitor pemasukan cairan dan nutrisi dan tentukan/hitung intake
kalori tiap hari
Berikan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai dosis
Berikan cairan iv sesuai dengan suhu kamar
Tingkatkan intake oral
Beri cairan selama 24 jam
Monitor respons pasien terhadap terapi elektrolit
Konsul jika muncul tanda dan gejala kelebihan cairan
Siapkan produk darah bila perlu


3. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK
Definisi:
Menggunakan alat artificial untuk membantu pasien bernapas
Aktifitas:
Monitor kelemahan otot-otot respirasi
Monitor kelemahan (impending) respirasi
Konsultasikan dengan tim kesehatan lain dalam penggunaan
mode di ventilator
Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai alat-alat atau
rasanya penggunaan ventilator mekanik
Monitor secara rutin penggunaan ventilator
Monitor peningkatan tekanan inspirasi
Pastikan alarm ventilator dalam posisi menyala
Berikan sedatif, analgetik narkotik bila perlu sesuai program
Monitor efektifitas ventilasi mekanik pada status
psikologik/fisiologik pasien
Lakukan tindakan dengan tenang
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

83
83
Berikan alat-alat yang diperlukan pasien untuk komunikasi
(kertas, pensil)
Cek seluruh konektor ventilator secara reguler
Kosongkan air dari selang bila perlu
Pastikan perubahan sirkuit ventilator tiap 24 jam bila perlu
Gunakan prosedur aseptik
Monitor tekanan ventilator dan bunyi napas
Selama penghisapan, stop pemberian NGT dan 30-60 menit
setelah fisioterapi dada
Matikan alarm ventilator selama penghisapan untuk menurunkan
frekuensi/alarm kekeliruan
Monitor perkembangan pasien saat terpasang ventilator dan
lakukan perubahan sesuai indikasi
Posisi semi Fowler
Kolaborasi dengan dokter untuk menggunakan CPAP dan PEEP
untuk meminimalkan hipoventilasi alveolar
Lakukan fisioterapi dada
Lakukan suction seminimal mungkin dengan teknik close suction
Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
Lakukan perawatan mulut secara teratur
Monitor respon pasien terhadap pemakaian ventilator dan setiap
perubahan setting ventilator (kadar AGD, SaO
2
, CO
2,
volume
tidal)
Monitor derajat dari shunt, kapasitas, V2/V1, MVV, kekuatan
inspirasi, FEV, untuk kesiapan menyapih dari ventilator mekanik
berdasarkan pada protap.

4. MANAJEMEN ASAM BASA
Definisi:
Mempertahankan keseimbangan asam basa dan mencegah
komplikasi dari ketidakseimbangan asam basa.
Aktifitas:
Pertahankan kepatenan akses iv
Pertahankan kepatenan jalan napas
Monitor tingkat analisis gas darah dan elektrolit
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

84
84
Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, dan
PCWP jika terpasang
Monitor kehilangan asam dari muntah, produk NGT, diare dan
produk diuresis
Monitor kehilangan basa dari drainase dan diare
Atur posisi untuk memfasilitasi ventilasi adekuat misalnya jalan
napas terbuka dan elevasi kepala
Monitor adanya gagal napas (PaO
2
turun, PaCO
2
naik dan
kelemahan otot pernapasan)
Monitor pola pernapasan
Monitor determinan
Kirimkan spesimen untuk pemeriksaan laborat dari
keseimbangan asam basa
Kurangi pemakaian O
2
jika perlu
Monitor status neurolgis
Atur pemberian obat alkali bila perlu
Beri perawatan mulut secara teratur
Instruksikan pada klien dan keluarga untuk kegiatan pengobatan
ketidakseimbangan asam basa

















Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

85
85

Lampiran 7. Formulir Rujukan Pasien

Kepada
Yth. Teman Sejawat ................................
Di
.....................................



Bersama ini kami merujuk pasien Flu Burung sebagai berikut :

Nama :...................................................................
Umur :..................... thn bln
Jenis Kelamin :..................... ( L / P )
Alamat :Jln... No
Rt. Rw .
Kelurahan :.
Kecamatan :..
Tanggal mulai sakit : .
Tanggal mulai dirawat :.Jam.

A. Hasil Pemeriksaan Klinis :






B. Hasil Pemeriksaan Penunjang :






Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

86
86
C. Pengobatan yang telah diberikan :







........................., ..... ................... 20....
( nama sarana pelayanan kesehatan )
Dokter / Perawat yang merawat


( nama terang )














Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

87
87

Lampiran 8. Surat Keterangan Pasien Pulang



Surat Keterangan Pasien Pulang
No. .............................

Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : .................................
NIP : .................................
Jabatan : .................................
Instansi : .................................

Menerangkan bahwa pasien :
Nama : .................................
Umur : .................................
Jenis Kelamin : .................................
Alamat : .................................
Pekerjaan : .................................

Saat ini dinyatakan bukan pengidap/sembuh* dari penyakit flu burung.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.


........................, ..../..../20....



(Nama Lengkap)
NIP.................
* Coret yang tidak perlu








KOP SURAT INSTANSI YANG BERSANGKUTAN
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

88
88
Lampiran 9. Ruang Isolasi
Gb-1. Model Alur Pelayanan Ruangan Pasien Flu Burung ke R. Isolasi














































R. Dekontaminasi di IGD
Triase (IGD)
Poliklinik Rawat J alan Ambulan Poliklinik Rawat Inap
Selasar RS (pasien dan
petugas menggunakan
APD)
Gedung Isolasi
R.Rawat Pasien
Terkonfirmasi
R.Rawat Pasien
Suspek
R.Rawat Pasien
Probabel
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

89
89
A
ir C
u
rta
in
A
ir C
u
rtain
A
ir C
u
rta
in
I V C e i l i n g - T r a c k B
e
d
H
e
a
d
U
n
it
Medical Stainless Steel
Sink
Hand-dryer
M
in
im
a
l
1
2
0
c
m
S
ir
k
u
la
s
i
R
.

R
a
w
a
t
S
t
a
s
i
P
e
r
a
w
a
t

R
.

I
s
o
la
s
i
P
a
s
ie
n

T
e
r
k
o
n
f
ir
m
a
s
i
(
;
C
o
n
f
ir
m

N
u
r
s
e

S
t
a
t
io
n

A
r
e
a
)
M
o
d
u
la
r
T
t
-
C
O
N
F
IR
M
RoomCabinet
w/Flat Top
Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top
W
a
s
te

P
P
E
-C
a
b
in
e
t
w
/F
la
t T
o
p
Stainless Steel
Sink
Stainless Steel
Sink
Hand-dryer
R. Antara -2
(;Preparation Rm)
R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)
A
ir C
u
rtain
A
ir C
u
rtain
R. Rawat Intensif Isolasi
Pasien TERKONFIRMASI
(;CONFIRM H5N1
Isolation Ward)
Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006
RoomCabinet
w/Flat Top Medical Stainless Steel
Sink
I V C e i l i n g - T r a c k B
e
d
H
e
a
d
U
n
it
M
o
d
u
la
r
T
t
.
C
O
N
F
IR
M
Hand-dryer
R. Antara -2
(;Preparation Rm)
Stainless Steel
Sink
Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top
Stainless Steel
Sink
Hand-dryer
R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)
A
ir C
u
rta
in
A
ir C
u
rtain
W
a
s
te

P
P
E
-C
a
b
in
e
t
w
/F
la
t T
o
p
A
ir C
u
rta
in
A
ir C
u
rta
in
S
ir
k
u
la
s
i
R
.

R
a
w
a
t
A
ir C
u
rtain
S
t
a
s
i
P
e
r
a
w
a
t

R
.

I
s
o
la
s
i
P
a
s
ie
n

T
e
r
k
o
n
f
ir
m
a
s
i
(
:
C
o
n
f
ir
m

N
u
r
s
e

S
t
a
t
io
n

A
r
e
a
)
M
in
im
a
l
1
2
0
c
m
A i r C u r t a i n
A
ir C
u
rta
in
A
ir C
u
rta
in
A
ir C
u
rta
in
S
ir
k
u
la
s
i
R
.

R
a
w
a
t
S
ir
k
u
la
s
i
R
.

R
a
w
a
t
R. Rawat Intensif Isolasi
Pasien TERKONFIRMASI
(;CONFIRM H5N1
Isolation Ward)
R. Rawat Intensif Isolasi
Pasien Berkemungkinan
(;PROBABLE H5N1
Isolation Ward)
Modular
Tt-PROBABLE
Modular
Tt-SUSPECT
R. Rawat Intensif Isolasi
Pasien Tercurigai
(;SUSPECT H5N1
Isolation Ward)
A i r C u r t a i n
S
t
a
s
i
P
e
r
a
w
a
t

R
.

I
s
o
la
s
i
P
r
o
b
a
b
le
(
;
P
r
o
b
a
b
le

N
u
r
s
e

S
t
a
t
io
n

A
r
e
a
)
S
t
a
s
i
P
e
r
a
w
a
t

R
.

I
s
o
la
s
i
S
u
s
p
e
c
t

(
;
S
u
s
p
e
c
t
N
u
r
s
e

S
t
a
t
io
n
A
r
e
a
)
A
ir C
u
rta
in
R.Spoelhoeck &
Desinfektanisasi
R.Transfer
Dirty
Utility &
Linen
A
ir C
u
rta
in
Clean
Storage
(Linen,
Equipment
&
Medicine)
Clean
Storage
Air Lock /
Tranfer
Chamber
R.Loker
Petugas
R.KM/WC
Petugas
A i r C u r t a i n
A
ir C
u
rta
in
R.Rekam
Medik
Internal &
Diskusi
R.Adm.
Internal
R Lab
Km/Wc
Wanita
Km/Wc Pria
R. Antara /
Transfer
Chamber /
Air-Lock
R. Tunggu
Pasien
R. Tunggu
Pasien
Model Varian
Tata-Ruang Dalam R.Isolasi Skala Garis
0
0
2 m 4 m 6 m
200 400 600
SELASAR RUMAH SAKIT


Gb-2. Model Varian R. Isolasi untuk Flu Burung













































Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

90
90
Gb-3. Model Varian-1 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung















































R. Rawat Intensif Isolasi
(;H5N1 Isolation Ward)
I
V

C
e
ilin
g
-
T
r
a
c
k
Bed Head Unit
M
e
d
ic
a
l
S
t
a
in
le
s
s

S
t
e
e
l
S
in
k
H
a
n
d
-
d
r
y
e
r
Minimal (p)
Modular
400 cm
Minimal
Sirkulasi
240 cm
(Max. Bed Length in the
Medical Equipment
Market is +2352mm at
Feb,2006)
Minimal (p)
Modular
200 cm
Minimal
120 cm
Sirkulasi
R. Rawat
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006
D
e
s
i
g
n

C
o
p
y
r
i
g
h
t

b
y

c

A
r
y
o
s
i

-

P
S
P
P
K
-
2
0
0
6
Syrenge Pump w/Standard Tripod
Infusion Pump w/Standard Tripod
Adult/Pediatric Ventilator Set
Mobile Aneroid Sphigmanometer Set
w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
Instrument Table w/ Top
Foldable Writing Table
Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top
Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Stasi Perawat R. Isolasi
(;Nurse Station Area)
Minimal (l)
Modular
400 cm
Minimal (l)
Modular
400 cm
Minimal (l)
Modular
150 cm
R
o
o
m

C
a
b
in
e
t

w
/
F
la
t

T
o
p
High Volume 15" Exhauster
Exhauster Shaft
C
le
a
n

P
P
E
-
C
a
b
in
e
t

w
/
F
la
t

T
o
p
Waste
PPE-Cabinet
w/Flat Top
S
t
a
in
le
s
s

S
t
e
e
l
S
in
k
S
t
a
in
le
s
s

S
t
e
e
l
S
in
k
H
a
n
d
-
d
r
y
e
r
Minimal (p)
Modular
300 cm
Model Varian - 1
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-2
Skala Garis
0
0
200
2 m
400
4 m
600
6 m
R. Antara -2
(;Preparation Rm)
R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

91
91
Gb-4. Model Varian-2 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung












































Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)








Modular
R. Rawat
0
0
2 m
200
4 m
400
6 m
600
Skala Garis
Air Curtain Air Curtain Air Curtain
A
ir

C
u
r
t
a
in
I
V

C
e
ilin
g
-
T
r
a
c
k
Bed Head Unit
S
t
a
in
le
s
s

S
t
e
e
l
S
in
k
H
a
n
d
-
d
r
y
e
r
Stainless
Steel
Sink
Hand-
dryer
Minimal (p)
Modular
300 cm
Minimal
Sirkulasi
240 cm
(Max. Bed Length in the Medical
Equipment Market is +2352mm at
Feb,2006)
Minimal (p)
Modular
200 cm
Minimal
120 cm
Sirkulasi
R. Rawat
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006
Syrenge Pump w/Standard Tripod
Infusion Pump w/Standard Tripod
Adult / Pediatric Ventilator Set
Mobile Aneroid Sphigmanometer Set
w/ Stand &Adult Dual Head Stethoscope
Instrument Table w/ Top Foldable
Writing Table
ed-Side Cabinet w/ Flat Table Top
Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Stasi Perawat R.Isolasi
(;Nurse Station Area)
R. Rawat Intensif Isolasi
(;H5N1 Isolation Ward)
R. Antara
Petugas
(; Air Lock
Foyer for
Medical Staff )
Minimal (l)
Modular
300 cm
Minimal (l)
Modular
300 cm
Minimal (l)
Modular
150 cm
R
o
o
m

C
a
b
in
e
t

w
/
F
la
t
T
o
p
C
le
a
n

P
P
E
-
C
a
b
in
e
t

w
/
F
la
t

T
o
p
R
o
o
m

C
a
b
in
e
t

w
/
F
la
t
T
o
p
W
a
s
t
e

P
P
E
-
C
a
b
in
e
t

w
/
F
la
t

T
o
p
High Volume 15" Exhauster
Exhauster Shaft
A
ir

C
u
r
t
a
in
Model Varian - 2
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

92
92

Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)













































Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu
Burung







0
0
2 m
200
4 m
400
6 m
600
Skala Garis
Mobile Aneroid Sphigmanometer Set
w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
Instrument Table w/ Top Foldable
Writing Table
Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top
Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Stasi Perawat R.Isolasi
(;Nurse Station Area)
R. Rawat Intensif Isolasi
(;H5N1 Isolation Ward)
R. Antara
Petugas
(; Air Lock
Foyer for
Medical Staff )
Minimal (p)
Modular
300 cm
Minimal
Sirkulasi
240 cm
(Max. Bed Length in
the Medical
Equipment Market
is +2352mm at
Feb,2006)
Minimal (p)
Modular
200 cm
Minimal
120 cm
Sirkulasi
R. Rawat
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006
Syrenge Pump w/Standard Tripod
Infusion Pump w/Standard Tripod
Adult / Pediatric Ventilator Set
Modular
R. Rawat
Air Curtain Air Curtain Air Curtain
A
ir
C
u
r
ta
in
IV
C
e
ilin
g
-
T
r
a
c
k
Bed Head Unit
S
ta
in
le
s
s
S
te
e
l
S
in
k
H
a
n
d
-
d
r
y
e
r
Stainless
Steel
Sink
Hand-
dryer
Minimal (l)
Modular
300 cm
Minimal (l)
Modular
300 cm
Minimal (l)
Modular
150 cm
R
o
o
m
C
a
b
in
e
t
w
/F
la
t T
o
p
C
le
a
n

P
P
E
-
C
a
b
in
e
t
w
/F
la
t T
o
p
W
a
s
te

P
P
E
-
C
a
b
in
e
t
w
/F
la
t T
o
p
High Volume 15" Exhauster
Exhauster Shaft
A
ir
C
u
r
ta
in
Model Varian - 3
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.
Km/WC
Air Curtain Air Curtain
Minimal (l) Modular 300 cm
Minimal (p) Modular
120 cm
Minimal (p) Modular
150 cm
R. Antara Km/WC
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

93
93
Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu
Burung






















































280,00 cm
375,00~400,00 cm
17,50 cm
45,00 cm
77,50 ~102,50 cm
45,00 cm
80,00 ~85,00 cm
45,00 cm
10,00 cm
UDARA BERSIH
RUANGAN MASUK
(; ROOM CLEAN
AIR-INTAKE)
UDARA BERSIH KELUAR
(; FRESH AIR-OUTLET)
UDARA KOTOR
RUANGAN KELUAR
(; ROOM WASTE
AIR-OUTLET)
UDARA KOTOR
RUANGAN KELUAR
(; ROOM WASTE
AIR-OUTLET)
UDARA BUANGAN BERSIH
STERILISATOR UDARA
(;STERISATOR CLEAN WASTE
AIR-OUTLET)
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
Indoor Unit
(min) 1 Pk
(Bergantung Besaran
Ruangan)
UV-Lamp Set
UV-Lamp Set
Pre / EPA Filter Set
Burner Set
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
Pre / EPA Filter Set
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
Design & Drawing Copyright by Aryosi-PSPPK-2006
PSPPK, SETJ EN, DEPKES-RI c 2006
TAMPAK POTONGAN A-A
RUANG ISOLASI & STERILISATOR UDARA
R. Perawatan
Isolasi
R.Antara
/Persiapan
/TC
S
e
l
a
s
a
r
R
.
P
e
r
a
w
a
t
a
n


I
s
o
l
a
s
i
A A
DENAH SKEMATIK
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

94
94


Daftar Peralatan Di Ruang Isolasi Flu Burung

No. Nama Alat
I Alat Kedokteran/Keperawatan/Kesehatan
1.
Bronkoskopi
2.
TT 3 Posisi +matras
3.
Ventilator
4.
Bed Side Monitor
5.
Analisis Gas Darah
6.
Mobile X Ray
7.
Ultra Violet Lamp
8.
APD (Alat Perlindungan Diri)
9.
Nebulizer
10.
Intubasi set
11.
Oxgen Consentrator Complete with Accessories
12.
Infusion Pump
13.
Syringe pump
14.
EKG 12 Channel
15.
Defribilator
16.
Automatic Film Processor
17.
Vena Sectie
18.
Sterilasator Kering
19.
Suction Pump
20.
Central Monitor
21.
Stretcher
22. Manometer O2 central
23. Tensimeter
24. Stethoscope
25. Termometer
26. Standar Infus

II APD
1. Baju Operasi
2. Gaun/Jas Operasi
3. Sepatu Boot
4. Topi Bedah/Tutup Kepala
No. Nama Alat
5. Masker Bedah
6. Masker N95
7. Sarung Tangan Panjang
8. Sarung Tangan Biasa/Bedah
9. Kaca Mata Pelindung
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

95
95
10. Apron Plastik

III Alat Rumah Tangga
1. Lemari Alat Tenun
2. Lemari Pakaian
3. Ember Besar dan Kecil
4. Tempat Sampah Medis
5. AC / Kipas Angin
6. Sikat Cuci Tangan

IV Alat Habis Pakai
1. Desinfektan
2. Sabun
3. Tisu
4. Plastik Sampah



























Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

96
96

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi Flu Burung

1) Perawatan Isolasi (Isolation Room)
a. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
e. Modular minimal = 3 x 3 m2
2) Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
3) Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang
rawat isolasi
d. Modular minimal = 3 x 2,50 m2
4) Area Sirkulasi (Circulation Corridor)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal lebar = 2,40 m

5) Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

97
97


Lampiran 10. Diagnosis Klinis Flu Burung oleh WHO

Definisi Kasus untuk Infeksi Virus Influenza A (H5N1)
WHO pada Manusia
29 Agustus 2006

Latar Belakang

Pelaporan kasus influenza H5N1 yang cepat dan akurat adalah landasan
utama untuk memonitor baik evolusi global penyakit flu burung dan risiko
yang menyertainya bahwa suatu virus pandemik mungkin muncul. Dalam
kerja sama dengan beberapa mitra, WHO sudah mengembangkan definisi
kasus yang baku untuk memfasilitasi :
1. Pelaporan dan klasifikasi kaus-kasus infeksi H5N1 pada manusia oleh
para pejabat kesehatan nasional dan internasional.
2. Pembakuan bahasa untuk tujuan-tujuan komunikasi.
3. Keterbandingan data lintas waktu dan daerah geografik.

Penerapan Definisi Kasus H5N1
1. Definisi kasus itu berlaku pada fase kewaspadaan pandemik sekarang
ini (fase 3) dan mungkin berubah ketika informasi baru tentang
penyakit flu burung dan epidemiologinya tersedia.
2. Pejabat nasional yang berwenang harus melaporkan secara resmi
kasus-kasus H5N1 yang probabel dan konfirm kepada WHO. Definisi
kasus untuk orang-orang yang dalam investigasi dan kasus-kasus
suspek telah dikembangkan untuk membantu para pejabat nasional
yang berwenang dalam mengklasifikasi dan menelusuri kasus-kasus.
3. Definisi kasus itu tidak dimaksudkan untuk menyediakan deskripsi-
deskripsi penyakit yang lengkap pasien-pasien tetapi untuk
membakukan pelaporan kasus-kasus.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

98
98
4. Dalam situasi klinik yang membutuhkan putusan-putusan mengenai
pengobatan, pelayanan atau triage orang-orang yang mungkin
terinfeksi H5N1, dan bukan ketaatan pada definisi kasus. Karena
sebagian besar pasien dengan infeksi H5N1 menunjukkan demam dan
keluhan-keluhan saluran napas bagian bawah spektrum klinik luas.

Definisi Kasus
Orang yang dalam Investigasi
Seseorang yang telah diputuskan oleh para pejabat kesehatan yang
berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi kemungkinan
H5N1

Kasus Suspek H5N1
Seseorang dengan penyakit saluran napas bawah yang tidak bisa
dijelaskan disertai demam (suhu > 38
o
C), batuk, sesak napas atau
kesulitan bernapas. Dan satu atau lebih dari pemaparan dalam 7 hari
sebelum mulainya gejala :
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter) dengan seseorang (merawat,
berbicara dengan atau meraba) orang yang dicurigai menderita
penyakit flu burung, probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
- Pemaparan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) terhadap ternak ayam
atau unggas liar atau bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang
tercemar oleh kotoran unggas-unggas itu dalam wilayah dimana infeksi
dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai atau
dikonfirmasi dalam bulan terakhir.
- Konsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak
sempurna dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan
atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir.
- Kontak dekat dengan seekor binatang yang telah dikonfirmasi
terinfeksi H5N1 bukan ternak ayam atau unggas-unggas liar (misalnya
kucing atau babi)
- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai
mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium atau tempat
lainnya.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

99
99

Kasus Probabel H5N1 (Lapori WHO)
Definisi 1 probabel
Seseorang memenuhi kasus suspek
DAN
Satu kriteria tambahan berikut ini :
a. Infiltrat atau bukti dari suatu pneumonia akut pada gambaran foto
toraks ditambah denagn bukti gagal napas (hipoksemia, takipneu
berat)
ATAU
b. Konfirmasi laboratorium positif untuk infeksi Influenza A tetapi bukti
untuk infeksi H5N1 tidak cukup positif.

Definisi 2 probabel
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas akut
yang tidak bisa dijelaskan yang dianggap secara epidemiologi berkaitan
karena waktu, tempat dan pemaparan terhadap kasus H5N1 yang sudah
terkonfirmasi.
Kasus H5N1 terkonfirmasi (Lapori WHO)
Seseorang yang memenuhi kriteria untuk kasus suspek atau probabel
DAN :
Satu dari hasil-hasil berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu
laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang hasil
pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi.
a. Isolasi suatu H5N1 virus
b. Hasil-hasil H5 PCR positif dari pemeriksaan-pemeriksaan menggunakan
dua sasaran PCR yang berbeda misalnya primer khusus untuk influenza
A dan H5 HA
c. Suatu peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam titer antibodi netralisasi
untuk H5N1 berdasarkan pemeriksaan dari suatu spesimen serum
akut (diambil 7 hari atau setelah gejala penyakit mulai) dan suatu
spesimen serum konvalesen. Titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula 1 : 80 atau lebih tinggi.
d. Suatu titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1 : 80 atau lebih dalam
suatu spesimen serum yang diambil pada hari ke 14 atau sesudahnya
setelah gejala penyakit mulai dan suatu hasil positif menggunakan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

100
100
suatu assay serologi yang berbeda, misalnya titer HI sel-sel darah
merah kuda 1 : 160 atau lebih atau suatu hasil positif H5 western blot.





























Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

101
101
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 756/MENKES/SK/IX/2006

TENTANG
PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang: a. bahwa kecenderungan meningkatnya penderita penyakit flu
burung (Avian influenza) yang berpotensial menjadi pandemi
melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan flu
burung sebagai Kejadian Luar Biasa(KLB);
b.

bahwa penanganan penderita penyakit flu burung
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta
memerlukan biaya yang cukup besar;
c. bahwa untuk meringankan beban biaya masyarakat
penderita flu burung diperlukan langkah kebijakan
pembebasan biaya pasien penderita flu burung yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat: 1. UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

2. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

3. UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3447);

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989
tentang J enis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan dan Tata Cara
Penanggulangannya;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung (Avian Influenza);




Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

102
102

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung
Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta
Pedoman Penanggulangannya;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.


M E M U T U S K A N

Menetapkan:


Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU
BURUNG DI RUMAH SAKIT.
K e d u a : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu
berlaku bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang telah
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan
Rumah Sakit Non Rujukan Flu Burung (pemerintah maupun
swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke Rumah
Sakit Rujukan Flu Burung.
K e t i g a : Pembebasan biaya dimaksud Diktum Kedua meliputi :
1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi,
Ruang ICU dan J asa dokter;
3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi);
4. Obatobatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran J enazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan).
Keempat : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga
berlaku untuk :
a. Pasien suspek flu burung sampai hasil pemeriksaan Lab
PCR (-);
b. Pasien suspek flu burung dengan hasil pemeriksaan Lab
PCR (+) sampai dinyatakan sembuh atau PCR (-);
c. Pemulasaran J enazah.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

103
103
Kelima
:
Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua
yang menangani pasien flu burung dapat mengajukan
penggantian biaya (klaim biaya) kepada Departemen
Kesehatan dengan mengacu pada prosedur sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.




Keenam : Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien penderita flu burung terhitung mulai
berlakunya Keputusan ini agar mengacu pada ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Keputusan ini.
Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 20 September 2006


MENTERI KESEHATAN RI,




Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)





























Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

104
104
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006
Tanggal : 20 September 2006


PEDOMAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PENANGANAN
PASIEN PENDERITA FLU BURUNG


A. PENDAHULUAN
Konsensus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UndangUndang Dasar 1945
pasal 28 H dan UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara.
Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggungjawab mengatur
agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.
Saat ini salah satu penyakit yang mengancam hak fundamental masyarakat untuk
hidup sehat adalah penyakit Flu Burung. Penyakit ini menyerang sistem
pernafasan dengan angka kematian yang sangat tinggi (>50 %), penyebabnya
adalah virus Influenza A subtipe H5N1 subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam),
namun pada tahun 1997 infeksi flu burung telah berpindah dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influensa A
subtipe H5N1.
Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997
dimana dari 18 orang penderita 6 orang meninggal dunia. Data Depkes per
tanggal 6 September 2006 dilaporkan bahwa jumlah kasus konfirm sebanyak 62
orang dengan angka kematian sebanyak 47 orang. Akhir-akhir ini kasus flu
burung berkembang dengan cepat dihampir seluruh propinsi di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Menteri Kesehatan RI melalui Surat
Keputusan Nomor : 1371/Menkes/SK/IX/2005 telah menetapkan 44 Rumah Sakit
sebagai rujukan dalam menangani pasienpasien menderita Flu Burung dan
menetapkan penyakit ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sehubungan dengan hal tersebut Departemen Kesehatan telah mempersiapkan
secara bertahap Rumah Sakit Rujukan Flu Burung baik di segi sarana (peralatan
medis, bahan habis pakai dan obatobatan), prasarana (ruang isolasi) maupun
peningkatan SDM yang terampil. Pembiayaan perawatan pasien termasuk biaya
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

105
105
rujukan dan penguburan merupakan hal yang sangat penting untuk ditata secara
baik, mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan selama pasien dirawat di rumah
sakit.

B. TUJ UAN
Umum :
Mempercepat penanganan pasien Flu Burung.
Khusus :
1. Mempercepat akses ke Rumah Sakit.
2. Memberikan pelayanan sesuai Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di
Rumah Sakit.
3. Menyederhanakan mekanisme pengajuan klaim ke pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan RI.

C. MEKANISME KERJA DALAM PENGAJUAN KLAIM
1. Direktur Utama/Direktur Rumah Sakit yang merawat penderita membuat
permohonan penggantian biaya pengobatan bagi pasien Flu Burung
Kepada Departemen Kesehatan,
Cq : Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar
Gedung Departemen Kesehatan
Lt V Blok B Ruang 508
Jl. HR. Rasuna Said X5 Kav 59
Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5222430
Fax : 021-5222430, 021-52902046
dengan melampirkan bukti-bukti lengkap dan asli sesuai prosedur
administrasi yang berlaku bagi pengelola keuangan negara.
2. Mengisi Formulir Pasien dan Rekapitulasi Pasien penderita Flu Burung
yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam rangkap 3
(tiga) asli.(contoh terlampir)
3. Penulisan kwitansi dalam rangkap 3 asli (contoh terlampir).
4. Melampirkan fotocopy Medical Record Pasien.
5. Melampirkan obat & Bahan Habis Pakai yang digunakan.
6. Pemeriksaan Laboratorium & Radiologi didasarkan atas indikasi medis
semata & atas permintaaan dokter yang merawat.
7. Biaya rujukan di sesuaikan oleh jarak asal rujukan ke Rumah sakit rujukan
dengan memperhatikan azas kewajaran.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

106
106
8. Penggunaan obatobatan dan bahan habis pakai mengacu pada pedoman
penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan yang
dikeluarkan Departemen Kesehatan.
9. Seluruh Berkas akan di Verifikasi dan selanjutnya bila sudah sesuai dengan
prosedur administrasi yang berlaku akan dibayarkan kepada Rumah Sakit
yang mengajukan klaim tersebut.
10. Bagi RS non Rujukan yang menerima pasien Suspek Flu Burung, agar
sesegera mungkin merujuk ke RS Rujukan Flu Burung setempat.
D. PENUTUP
Dengan terbitnya pedoman ini diharapkan penanganan terhadap pasien Flu
burung di Rumah Sakit menjadi lebih baik lagi, sehingga angka kematiannya dari
hari kehari dapat diturunkan.
E. CONTOH FORM
Form 1 contoh: format rekapitulasi
Form 2 contoh: format kwitansi


MENTERI KESEHATAN RI,




Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)




Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

107
107
FORM 1:
REKAPITULASI PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

Propinsi :
Kabupaten/Kota :
Rumah Sakit :

No. Nama Penderita
No
Rekam
Medik
Umur
Sex
L/P
Alamat
Rawat
Biaya
Lab
Biaya
Radiologi
Biaya
Rujukan
Diagnosa
Ambulans
J enasah
Peti
J enasah
J umlah KET
Inap J alan










































TOTAL







...........,
..200



Mengetahui Direktur RS .
Kepala Dinas Kesehatan.


() ()

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

108
108
FORM 2
CONTOH:
K W I T A N S I

SUDAH TERIMA : (kosongkan saja)

BANYAKNYA UANG : .

UNTUK PEMBAYARAN : Penggantian biaya perawatan pasien penderita Flu burung di RS................


J umlah Rp.

Direktur Rumah Sakit


Materai 6000
Tandatangan / Stempel
Nama jelas / NIP
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

109
109

REFERENSI


1. World Health Organization, Western Pacific Region. Avian
Influenza, 15 January 2004.

2. World Health Organization, South-East Regional Office. Avian
Influenza Virus A (H5N1), 20 July 2004.

3. JNPK KR, YBP SP, JHPIEGO. Panduan Pencegahan Infeksi
Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya
Terbatas

4. World Health Organization. Cumulative Number of Confirmed
Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1). Available at :
http://www.who.int.

5. Working Group on Therapeutic Care, Departemen of Medical
Services. Clinical Practice Guideline for Human Avian Influenza
(H5N1), Revised version, December 19, 2005.

You might also like