You are on page 1of 6

11

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Down Sindrom (mongoloid) adalah suatu kondisi di mana materi genetik
tambahan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak, dan kadang mengacu
pada retardasi mental. anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada
kromosom nomor 21 yang tidak terdiri dari 2 kromosom sebagaimana mestinya,
melainkan tiga kromosom (trisomi 21) sehingga informasi genetika menjadi
terganggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik. Dahulu orang-orang
dengan down sindrom ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol.
Istilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orang-orang Asia (oriental).
Istilah sindrom ini sepertinya sudah usang, sehingga saat ini kita menggunakan
istilah down sindrom. Angka kejadian down sindrom ini meningkat seiring
pertambahan usia ibu waktu hamil, dimulai sejak umur 35 tahun (Kumala, 2007).
Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dra. Frieda
Mangunsong, saat ini terdapat sekitar delapan juta penderita down sindrom di
seluruh dunia. Di RSUD Pirngadi Medan tidak ada data statistik yang nyata
mengenai jumlah penderita down sindrom di Medan, hal ini disebabkan karena
para orang tua malu memeriksakan anaknya yang down sindrom. Selain karena
rasa malu, di masyarakat Medan masih ada suatu keyakinan bahwa anak dengan
ciri-ciri down sindrom mengidap suatu penyakit plasik yaitu penyakit yang
disebabkan karena magic, sehingga masih banyak orang tua yang membawa
anaknya ke paranormal (Frieda, 2003).
Universitas Sumatera Utara


12
Perkembangan yang lambat merupakan ciri utama pada anak down
sindrom. Baik perkembangan fisik maupun mental. Hal ini yang menyebabkan
keluarga sulit untuk menerima keadaan anak dengan down sindrom. Setiap
keluarga menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap berita bahwa anggota
keluarga mereka menderita down sindrom, sebagian besar memiliki perasaan
yang hampir sama yaitu: sedih, rasa tak percaya, menolak, marah, perasaan tidak
mampu dan juga perasaan bersalah (Selikowitz, 2001). Untuk dapat membantu
mengoptimalkan perkembangan anak dengan Down Sindrom, keluarga
diharapkan untuk selalu memberikan dukungan sosial kepada anak tersebut.
Dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam
berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Kemudian
dukungan sosial memasukkan juga evaluasi individu atau keluarga, apakah
interaksi/hubungan bermanfaat dan sejauh mana bermanfaat. Lebih jauh lagi
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
bersangkutan sehingga individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan,
menghargai dan mencintainya (Friedman, 1998).
Kane (1985 dalam Friedman, 1998), mendefenisikan dukungan sosial
keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosialnya. Sehingga dalam proses ini akan terjadi interaksi atau hubungan timbal
balik. Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang
proses kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai
tahap-tahap siklus kehidupan. Misalnya jenis-jenis dan kuantitas dukungan sosial
dalam fase perkawinan sangat berbeda dengan banyak dan jenis-jenis dukungan
sosial yang dibutuhkan ketika keluarga sudah berada dalam fase kehidupan
Universitas Sumatera Utara


13
terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan
akal. Sebagai akibatnya, meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Lebih
jauh lagi dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat nagi individu
menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargi dan mencintainya
(Friedman, 1998).
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan informasi, dukungan
emosional, dukungan instrumen, dan dukungan penilaian. Dimana dukungan
informasi adalah dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga seperti
pemberian nasehat, dukungan emosional adalah dukungan yang diberikan oleh
anggota keluarga berupa kasih sayang, perhatian, rasa empati paada anak down
sindrom. Dukungan instrumen adalah dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga berupa pemberian materi seperti uang, sarana prasarana atau benda yang
dapat digunakan sebagai penunjang perkembangan anak down sindrom,
sedangkan dukungan penilaian adalah dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga berupa bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah pada anak down sindrom (Friedman, 1998).
Peran keluarga dan lingkungan sangat penting dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak down sindrom. Selain itu, banyak contoh
kasus keberhasilan penanganan penderita down sindrom di luar negeri, misalnya
ada yang mampu lulus SMA, Sarjana, atau yang memiliki keahlian tertentu
sehingga mampu main film. Salah satu yang mendukung keberhasilan ini adalah
dukungan dari keluarga (Frieda, 2003).
Universitas Sumatera Utara


14
Secara fisik dan psikologis anak-anak dengan sindrom ini mempunyai
keistimewaan yang bisa dikembangkan. Secara fisik anak-anak ini memiliki
ligamen-ligamen elastis penyambung tulang lebih fleksibel, sehingga tubuh
mereka lebih lentur dibandingkan anak normal. Apabila dilatih menari, gerakan
mereka terlihat indah. Mendidik anak down sindrom yang paling penting adalah
fokus. Bila fokus pada satu bidang tertentu, mereka akan mengerjakannya dengan
sepenuh hati. Hanya saja dalam menangani anak yang menderita down sindrom
perlu kesabaran ekstra. Untuk itu dalam hal ini sangat dibutuhkan dukungan sosial
keluarga untuk membantu mengoptimalkan perkembangan anak down sindrom
(Ramelan, 2008).
Beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat, keluarga yang telah
memberikan dukungan pada anak dengan down sindrom, dapat menerima keadaan
anak tersebut apa adanya. Seluruh anggota keluarga membesarkan, merawat anak
dengan down sindrom secara bersama-sama dirumah sendiri dan menganggap
anak yang menderita down sindrom itu bagian dari anggota keluarga. mereka
selalu memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang dan tak henti-hentinya
memberikan rangsangan kepada anak dengan down sindrom tersebut untuk
tumbuh dan belajar, sehingga perkembangan anak dengan down sindrom di
keluarga ini dapat berjalan hampir seperti anak normal (Selikowizt, 2001).
Mengingat pentingnya dukungan dari keluarga untuk mengoptimalkan
perkembangan anak dengan down sindrom, maka peneliti bermaksud untuk
mengetahui gambaran tingkat dukungan sosial keluarga dalam mengoptimalkan
perkembangan anak dengan down sindrom di YPAC Medan.

Universitas Sumatera Utara


15
1.2. PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimana tingkat dukungan sosial keluarga terhadap anak down
sindrom?

1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat dukungan sosial keluarga terhadap
anak Down Sindrom.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dukungan informasi yang diberikan oleh keluarga
dalam mengoptimalkan perkembangan anak dengan down sindrom.
2. Untuk mengetahui dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga
dalam mengoptimalkan perkembangan ank dengan down sindrom.
3. Untuk mengetahui dukungan instrumen yang diberikan oleh keluarga
dalam mengoptimalkan perkembangan anak dengan down sindrom.
4. Untuk mengetahui dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga
dalam mengoptimalkan perkembangan anak dengan down sindrom.

1.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai sumber informasi yang berguna untuk mengetahui gambaran
dukungan sosial keluarga terhadap anak down sindrom.

Universitas Sumatera Utara


16
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Anak Cacat
Memberikan informasi kepada Tim Pendidik anak cacat mengenai usaha
pengoptimalan perkembangan anak down sindrom yang tidak hanya
berfokus pada anak saja, tapi juga ditujukan pada keluarga.
1.4.3. Bagi Keluarga
Memberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai dukungan sosial
yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak down sindrom.
1.4.4. Bagi Penelitian
Sebagai bahan atau sumber data bagi penelitian lebih lanjut.















Universitas Sumatera Utara

You might also like