You are on page 1of 113

ioriQ

lek .
H. ABOEBAKAR ATJEH
BIBLIOTHEEK KITLV
TOLERANSI
NABI MUHAMMAD s.a.w.
DAN SAHABAT-SAHABATNJA
Oleh
H. ABOEBAKAR ATj EH
Pengarang Sedjarah Ka'bah, Sedjarah
Qur'an, Sedjarah Mesdjid, dl l .
PENERBIT
T O K O B U K U SALI M NABHAN" DJ. PANGGUNG US
SURABAJA
TOLERANSI
NABI MUHAMMAD S.A.W.
DAN SAHABAT - SAHABATNJA
Dipersembahkan
Untuk keselamatan Agama, Nusa dan Bangsa.
BAHAN BATJAAN
QUR' ANUL- KARI M.
HADI S ASJ - SJ ARI F.
MUHAMMAD RI DHA.
ABDURRAHMAN AZZAM.
BAHRUM RANGKUTI.
THOMAS CARLYLE.
I BN QAJJI M.
M. SJAUKANI.
H. ABOEBAKAR.
idem
Dr. G. F. PI J PER.
MD. ALY ALHAMIDY.
H. MAHMUD ' AZIZ.
MUHAMMAD AL- GHO-
ZALI.
BODLEY.
Tafsir Mahmud Junus, Djakarta 1957.
Muhammad Rasulullah, Mesir 1949.
Bathalul Abthal, Mesir 1938.
Perang & Diplomasi masa Rasulullah,
Djakarta 1956.
Zes Lezingen over Helden, Heldenvereering
en Heldengeest in de Geschiedenis, A' dam,
1850.
Zadil Ma' ad, Mesir.
Nailul Authar, Mesir, 1347 H.
Sedjarah Qur' an tjet. IV, Djakarta 1955.
Sedjarah Mesdjid, Djakarta, 1955.
Nederland en de Islam, Djakarta.
Rukun Hidup, Bandung, 1951.
Sedjarah Culafaur Rasjidin, Djakarta, t. th.
At-Ta' asub wat-Tasamuh, Mesir t. th.
Mohamad, the Massanger (Terdjemah
Arab: Muhammad Rasulullah).
/uenAaftuL
aait
Bapak Muljadi Djojomartono, Menteri Inti Kabinet Kerdja,
menjatakan tertarik kepada pidato saja mengenai toleransi dalam
Islam, jang pernah saja utjapkan dalam salah satu Konperensi
Alim-Ulama di Solo pada masa revolusi, dan oleh karena itu me-
merintahkan saja menulis uraian itu sekali lagi. Saja sanggupkan
melaksanakannja. Tetapi tertekun sedjenak! Tertekun karena tugas
jang sukar dan berat itu hendak dibitjarakan dalam beberapa
halaman terbatas, untuk dihadapkan kepada umum sebagai kupasan
perkenalan. Kutjari bahan-bahannja tak ada jang terkumpul, terserak
disana-sini. Memang banjak kitab-kitab tentang Nabi Muhammad
ditulis orang, bahkan jang terbanjak ditulis orang ialah tentang Nabi
Muhammad dalam bermatjam bahasa, terutama dalam bahasa Arab
jang merupakan bahan pokok. Tetapi chusus mengenai toleransinja
belum ada!
Banjak, memang banjak dibuat orang penindjauan. Thabari mi-
salnja melihat dari sudut sedjarah, Tarmizi dari sudut achlak umum,
Mawardi dan Halabi dari sudut mu'djizat dan keanehan, Ibn Hisjam
dari sudut kesusasteraan, bahkan ada jang menekankan kepada adjar-
an tauhid atau menjesuaikan kupasannja dengan suasana sekarang,
seperti jang dilakukan oleh Abdul Wahab Nadjdi dan Rasjid Ridha,
oleh Djadil Maula dan Haikal. Tetapi chusus mengenai toleransi
tak ada.
Ada Muhammad al-Ghazali menulis tentang toleransi dan chau-
vinisme dalam Islam, tetapi kupasannja itu terutama ditudjukan
kepada mendjawab serangan-serangan Barat Keristen terhadap per-
soalan, jang bahkan lebih merupakan pertukaran pikiran dari pada
pemberian gambaran jang objektif. Beberapa pengarang, seperti
Bushiri, Barzandji dan Nabhan, memberikan gambaran achlak Nabi
setjara tenang, tetapi pudjian dan sandjungannja itu begitu rupa
berlebih-lebihan, sehingga bukan membantu mengangkat, tetapi turut
merendahkan Nabi Muhammad dalam mata dunia kaum terpeladjar.
Kitab-kitab, jang ditulis oleh pengarang-pengarang Barat sedjak
dari Nldeke, Goldzihir sampai kepada Muir dan Bosworth Smith,
disamping memberikan gambaran karakter, tetapi djuga berisi edjekan
terhadap Nabi Muhammad. Bodley dan Leopold Weiss, jang kedua-
duanya telah mendjadi Muslim, hanja mengupas salah satu persoalan
sadja dari pada peri kehidupan Nabi atau memberi djawaban atas
serangan-serangan penulis Keristen Barat jang fanatik.
Dengan kalimat-kalimat jang ringkas Prof. Dr. G. F. Pijper
menggambarkan kemadjuan ini sebagai berikut :
Seabad jang lalu ahli filsafat Inggeris, John Stuart Mill, menga-
takan, bahwa hendaklah seringkali diperingatkan kepada manusia,
8
bahwa ada seorang jang pernah hidup ditengah-tengahnja bernama
Socrates. Setengah abad sesudah itu seorang ahli pengetahuan bangsa
Djerman, Adolf von Harnack, mengakui kebenaran dari utjapan MUI
tersebut, dengan menambahkan, bahwa lebih penting lagi untuk setiap
kali memperingatkan kepada manusia, bahwa pernah hidup ditengah
mereka seorang jang bernama Jesus Christus. Kita hidup lima puluh
tahun sesudah itu, dan ahli sedjarah Inggeris, Arnold Toynbee, menje-
but sebagai orang-orang besar jang telah berbuat baik kepada manusia,
disamping Jesus Christus dan Socrates, djuga Muhammad, pendiri
dari agama Islam. Muhammad adalah seorang jang terbesar jang telah
berbuat baik kepada umat manusia. Setelah berabad-abad lamanja
barulah seorang penulis terkemuka didunia Barat Kristen sampai
kepada pengakuan tersebut. Dalam abad pertengahan orang-orang
Eropah memandang Muhammad sebagai orang jang tak beradab, atau
sebagai seorang penipu, sebagai seorang jang hendak memetjah belah-
kan Geredja Kristen, atau sebagai Nabi palsu, bagaimanapun djuga
sebagai orang djahat penuh dengan dosa.
Dalam zaman baru, setelah perhatian di Eropah kepada penun-
tutan ilmu-ilmu Arab mendjadi besar, pendapat orang di Eropah
masih belum berubah. Dalam abad ketudjuh belas Muhammad bagi
orang-orang Katholik ataupun bukan Katholik masih merupakan nabi
palsu dan seorang penipu, dan musuh besar dari agama Keristen.
Pada achir abad tersebut Pierre Bayle masih menamakan Muhammad
seorang nabi palsu dan penipu. Baru dalam abad kedelapan belas
datang perobohan, dipengaruhi oleh dua aliran paham baru, jaitu
Pembaharuan dan Romantik, menimbulkan pandangan baru terhadap
Muhammad dan adjarannja, agama Islam. Banjak petundjuk
2
jang
dikemukakan oleh agama Islam dihargai oleh Voltaire, dan Qur'an
dikaguminja. Goethe pun pada suatu waktu tertarik sekali akan ke-
pribadian Muhammad dan setelah landjut umurnja ia menerangkan
dengan tegas, bahwa ia tak pernah dapat memandang Muhammad
sebagai seorang penipu.
Dalam bukunja Decline and Fall of the Roman Empire ahli
sedjarah^ Edward Gibbon menjediakan beberapa halaman guna
memudji dan mempertahankan djasa-djasa Muhammad dan adjar-
annja.
Meskipun demikian, baru dalam abad kesembilan belas ilmu penge-
tahuan ketimuran, Orientalistik, memberikan gambaran jang bersifat
historis dan kritis dari pada pribadi Muhammad, dan menempatkan
Islam dalam sedjarah agama-agama jang sedang tumbuh. Sekarang
datang pula seorang jang hidup sezaman dengan kita, Toynbee,
jang menjebutkan Muhammad sebagai pentjinta manusia. Ia melihat
dalam agama jang disiarkan oleh Muhammad, bahwa ada dua azas
jang sangat dihargai olehnja, jaitu kesatu sifat toleransi jang tinggi
]ang mendjadi tjiri dari agama Islam diwaktu jang silam, dan jang
termasuk adjaran pokok dari pada agama itu, dan kedua ketiadaan
sifat ta'assub bangsa dari pada pemeluk-pemeluk agama Islam itu.
9
Toynbee mengatakan selandjutnja bahwa agama jang seperti itu berhak
mempunjai tugas untuk mendjalankan missi batinnja jang besar pada
waktu ini, karena mungkin sekali djiwa Islam akan mendjadi sum-
bangan dalam melaksanakan toleransi dan perdamaian diantara
bangsa-bangsa didunia ini, dimana sekarang ta'assub tjinta bangsa
semakin lama semakin tumbuh dengan suburnja.
Demikian Prof. Dr. G. F. Pijper tentang pengarang-pengarang
Barat mengenai Muhammad. Memang tidak banjak jang djudjur.
Seorang diantara jang djudjur, jaitu Thomas Carlyle, jang mene-
rangkan: Pendapat kita (Barat) tentang Muhammad, bahwa ia se-
orang penipu, pembohong jang berpembawaan, dan agamanja tidak
lain dari pada dusta dan pengabuan mata, tak dapat lagi diterima
dengan sesungguhnja. Berita-berita bohong jang disiarkan orang
tentang pribadi orang ini, tidak lain dari pada memberi malu kita
semuanja.
Baik dengan toleransinja jang murni, maupun dengan perga-
ulannya jang luas, jang tak mengenal batas negara, bangsa dan warna
kulit untuk membawa umat manusia jang sudah kena kerandjingan
setan, sebagai jang diutjapkan oleh Presiden Soekarno, kepada
keadaan jang normal kembali, keadaan jang penuh dengan suasana
harga-menghargai dan damai.
Maka saja laksanakanlah tugas itu dengan mengumpulkan dari
sana sini bahan-bahan untuk uraian jang sangat sederhana dan ter-
batas, diperbuat dengan tergesa-gesa ini, untuk memperlihatkan kepada
umum, bahwa Islam selalu bersikap mengulur tangan kepada siapa-
pun djuga, selalu bersikap maaf-memaafkan dan harga-menghargai
terhadap segala golongan dan aliran, dalam pengertian-pengertian
jang tertentu. Nabi Muhammad telah memperlihatkan teladan jang
utama padanja, dan Chalifah-Chalifahpun telah memberikan siasat
dan kebidjaksanaan, jang sampai sekarang tertulis dengan megahnja
dalam kitab sedjarah Islam, mengenai kebebasan pergaulan dan
kebebasan berkejakinan untuk keselamatan Islam dan umatnja.
Pembahagian bahan pembitjaraan dalam risalah ini saja sesuai-
kan dengan sebuah tjeritera dari Ais j ah, ister i Nabi, bahwa Nabi
Muhammad membahagikan waktu sehari dalam tiga bahagian, se-
bahagian untuk kebahagian keluarga, sebahagian untuk ibadat dan
sebahagian untuk menghadapi manusia atau masjarakat. Maka dalam
melakukan pekerdjaannja sehari-hari itu, kelihatanlah toleransinja,
jang sebahagiannja saja tjatat mendjadi isi risalah ini.
Masih adanja tertjantum fasal-fasal mengenai kemerdekaan
beragama dan beribadat dalam U.U.D. 1945, kita umat Islam merasa
bersjukur kepada Tuhan, jang telah memberi kita kesempatan untuk
berdjihad selandjutnja guna agama, nusa dan bangsa kita jang kita
tjintai bersama. ,,Barang siapa jang berdjihad diatas djalannja, Allah
akan menundjukkan tjara penempuhan djalannja itu", demikian
bunji sebuah firman sutji dalam Al-Qur'an.
10
Kemudian dalam usaha menerbitkan kitab ini saja tidak dapat
melupakan mengutjapkan sepatah kata terima kasih atas bantuan De-
partemen Sosial, baik terhadap perhatian Pak Muljadi Djojomartono,
maupun terhadap sokongan Jajasan Dana Bantuan, begitu djuga
atas bantuan Sdr. E. A. Djazuli dan Toko Buku Salim Nabhan",
telah berichtiar menljetak dan mengoreksinja.
Mudah-mudahan semua ini mendjadi amal jang baik, jang
sesuai dengan apa jang diniatkan oleh penjusunnja.
Djakarta, 10 Nopember 1959. Wassalam,
H. ABOEBAKAR ATJEH.
I. KELUAEGA.
umak tdnaqa.
Siti Aisjah mentjeriterakan, bahwa Rasulullah membahagikan
waktunja dalam sehari semalam atas tiga bahagian, sebahagian
untuk amal ibadat, sebahagian untuk menjelenggarakan kepen-
tingan keluarganj a dan sebahagian lagi untuk masjarakat, untuk
kepentingan umum, termasuk pekerdjaan pemerintahan dan peker-
djaan sosial.
Kita ketahui bahwa isterinja jang pertama ialah Chadidjah,
seorang djanda kaja di Mekah, jang kemudian kawin dengan Nabi
karena tertarik kepada kemuliaan sifat dan achlaknja, ketjerdasan-
nja, dan kedudukannja dalam golongan Quraisj. Terutama jang
menarik Chadidjah itu ialah kedjudjuran dan kebenaran dalam
segala perbuatan dan perkataan Nabi.
Selama ia kawin dengan Chadidjah, Rasulullah hanja berbini
seorang sadja. Dari perkawinan ini lahir beberapa orang anak.
Chadidjah merupakan isteri satu-satunja jang setia, jang membantu
perdjuangannja lahir dan batin. Dikorbankannja segala harta
bendanja untuk berbuat baik menurut adjaran Muhammad, di-
belanja kehormatan suaminja dari penghinaan, jang dilantjarkan
oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisj.
Chadidjah termasuk orang Islam jang pertama, jang mula-
mula membenarkan kenabian Muhammad. Tatkala Nabi merasa
ketakutan menerima tugas Tuhan jang disampaikan kepadanja
berupa wahju, Chadidjahlah orang jang pertama menenteramkan
hati Nabi Muhammad. Ia berkata kepada Nabi: Bergembiralah,
hai anak pamanku. Tetapkanlah hatimu, demi Allah jang menen-
tukan djiwa Chadidjah, engkau ini benar-benar akan mendjadi Nabi
bagi ummat kita. Allah tidak akan mengetjewakan engkau. Bukan-
kah engkau selalu berusaha merapatkan persaudaraan? Bukankah
engkau senantiasa berkata benar? Bukankah engkau senantiasa
menolong anak jatim, memuliakan tamu, dan mengulurkan tangan
kepada setiap orang jang ditimpa malang dan sengsara?"
Oleh karena itu tjinta Nabi kepada Chadidjah tidak terbatas.
Nabi pernah berkata : Wanita jang utama dan jang pertama
masuk sorga ialah Chadidjah binti Chuwailid, Fathimah binti
Muhammad, Marjam anak Imran, Asijah binti Muzahim dan isteri
Firaun".
Pudjian kepada isterinja ini tidak pernah disembunjikan,
bahkan ia terlalu banjak memudji Chadidjah, sampai menimbulkan
tjemburu Aisjah, isterinja jang termuda.
Aisjah pernah mentjeriterakan, bahwa ia pada suatu kali,
tatkala mendengar Rasulullah memudji-mudji Chadidjah, jang
sudah meninggal, tentang kebaikan budi pekertinja, berkata bahwa
12
perempuan t ua itu sudah mati dan tidak usah disebut-sebut lagi,
dan ia telah diganti oleh Tuhan dengan seorang gadis, jaitu dirinja
sendiri. Mendengar itu timbullah amarah Rasulullah sampai seram
bulu romanja, ia berkat a: Tidak Aisjah! Tuhan belum pernah
menggantikan isteriku itu dengan seorang wanita jang lebih baik,
karena ia telah pertjaja kepadaku tatkala orang lain masih dalam
bimbang keingkaran, dia telah membenarkan daku, tatkala orang
lain mendustai daku, dia telah mengorbankan hart a bendanja,
tatkala orang lain menahan kemurahannja terhadapku, dan dia
telah melahirkan untukku beberapa orang anak, tatkala orang lain
mengharamkan anaknja kepadaku".
Aisjah menut up tjeriteranja, bahwa ia sedjak itu tidak berani
lagi mengeluarkan kata-kata jang dapat menget j ilkan kebesaran
Chadidjah.
Nabi mempunjai isteri beberapa orang, tetapi hampir semua-
nja djanda-djanda jang dikawininja unt uk menghiburkan kedu-
kaannj a. Kita sebutkan misalnj a Hafsah anak Umar, salah seorang
sahabatnja jang terdekat kepadanja. Hafsah adalah bekas isteri
Ibn Huzaifah, jang dikirim Nabi menghadap Kisra. Sesudah lakinja
itu meninggal, pernah ajahnja, Umar bin Chattab, menawarkan
anaknja itu kepada Abu Bakar, tetapi tidak mendapat perhatian.
Kemudian ditawarkannja lagi kepada Usman bin Affan, tatkala
Usman kematian isterinja jang bernama Ruqajjah, djuga tidak
mendapat sambutan. Lalu Umar mentjeriterakan keketjewaannja
kepada Nabi dengan rasa kesedihan. Nabi berkat a: Usman akan
kawin dengan wanita jang lebih baik dari pada Hafsah, dan Hafsah
akan kawin dengan laki-laki jang lebih baik dari pada Usman".
Lalu Usman dikawinkan dengan anak Nabi, dan ia sendiri kawin
dengan Hafsah, sehingga dengan demikian keketjewaan jang akan
menimbulkan keretakan perasaan dalam kalangan sahabat itupun
selesai.
Perkawinan Nabi dengan Zainab binti Chuzaimah, mempunjai
alasan jang hampir sama. Zainab binti Chuzaimah adalah isteri
Abdullah bin Djahsj, jang terbunuh dalam peperangan Uhud.
Perempuan jang ketjewa ini diambil mendjadi isteri Nabi, meskipun
hanja unt uk beberapa bulan, karena kemudian ia menjusul lakinja
meninggal dunia.
Satu tjontoh lagi adalah mengenai Shafijah binti Hujaj.
Tatkala Hujaj bin Achtab, pemimpin besar Jahudi, dengan Kabilah-
nja Bani Quraizah dan Bani Nazir dikalahkan t ent ara Islam, wanita
ini tertawan, dan menurut hukum perang ketika itu mendjadi
rampasan salah seorang pradjurit biasa. Tetapi tatkala diketahui
kedudukan jang tinggi dari wanita ini dalam pandangan kaumnja,
sukarlah ia didjadikan hamba bagi seorang pradjurit biasa, jang
berarti keketjewaan besar bagi rakjat kedua kabilah Jahudi itu.
Shabatnja membawa wanita itu kehadapan Nabi dan berkat a:
Hai Rasulullah! Shafijah ini adalah ibu dari segenap kabilah Bani
Quraizah dan Bani Nazir. Oleh karena itu ia hanja pat ut kembali
l.'
kepadamu". Usul ini diterima oleh Nabi, karena melihat kedudu-
kannja jang tinggi itu, lalu ia dimerdekakan. Sesudah ia dengan
kemauan sendiri memeluk agama Islam, ia diambil oleh Nabi
mendjadi isterinja. Pendapat umum menganggap bahwa kedjadian
itu merupakan kehormatan jang penuh bagi kedua kabilah Jahudi
tersebut. Shafijah mendjadi seorang isteri Nabi jang sangat setia,
jang berbahagia dapat merawat Nabi beberapa hari sebelum wafat-
nja. Dan mulutnja pernah keluar kata-kata: Wahai Nabi Allah,
tak samjpai hatiku melihat engkau menderita sakit. Alangkah
berbahagia aku, djika penanggungan jang engkau rasakan itu dapat
kupindahkan pada diriku!"
Satu perkawinan Rasulullah jang sangat direpotkan oleh
pengarang-pengarang Barat, ialah jang mengenai Zainab binti
Djahsj. Zainab ini anak paman Nabi, salah seorang pemuka Quraisj
jang ternama, dan salah seorang anak perempuan jang mula-mula
masuk Islam. Ia adalah seorang gadis jang tjantik dan terpeladjar.
Nama jang pertama Birrah, kemudian Nabi memberikan dia nama
Zainab pada waktu ia dikawinkan dengan Zaid bin Harisah, seorang
budak Nabi jang sudah dimerdekakan.
Pada mula pertama perkawinan ini sangat menggemparkan,
karena belum pernah kedjadian dalam sedjarah Arab seorang
perempuan bangsawan Quraisj dikawini oleh seorang bekas budak
belian, dan perkawinan ini dibolehkan menurut adjaran Islam.
Pada waktu itu belum ada perhatian kepada kufu, persamaan
tingkat dan pendapat antara laki isteri.
Tetapi kemudian terasa, bahwa sesuatu perkawinan tidaklah
hanja berarti pergaulan antara suami isteri, djuga pergaulan antara
mereka dan masjarakat sekitarnja. Wanita-wanita Quraisj mence-
moohkan Zainab, karena katanja, bahwa sebagai hasil ia masuk
Islam ia mendapat seorang laki bekas budak belian jang hitam dan
buruk rupanja. Keadaan ini mendjadi buah pembitjaraan ramai,
jang achirnja menimbulkan silang sengketa antara Zaid dan Zainab!
Pertjektjokan rumah tangga ini terdengar oleh Nabi, dan oleh
karena Zaid salah seorang sekretarisnja, jang menurut pendapat-
nja pertjektjokan itu akan mempengaruhi pekerdjaannja sehari-
hari, maka Nabi ingin menjelesaikan soal ini. Ia pergi seorang diri ke
rumah Zaid. Zaid tidak ada dirumah. Sesudah beberapa kali ia
mengetok pintu, keluarlah Zainab dengan badan jang agak terbuka.
Meskipun Nabi melihat kepadanja, ia tidak djadi masuk, lalu kem-
bali.
Sepulang Zaid, Zainab mentjeriterakan kedatangan Nabi
kepada lakinja, dan mungkin menambah, bahwa Nabi pernah
mehhatnja dengan penglihatan penuh perhatian. Entah alasan ini
dikemukakan untuk membela diri dari pada serangan-serangan
suaminja, entah memang menurut instink perempuan ia melihat
pada mata Nabi kesajangan terhadap dirinja, achirnja Zaid meng-
ambil keputusan bahwa, djika Nabi tjinta kepada perempuan itu,
maka ia harus memperkenankan dengan mentjeraikannja.
M
Sesudah bert jerai keadaan lebih sukar, tetangga-tetangga
Zainab mempercakapkan terus-menerus tentang djanda bekas
budak dari mulut ke mulut.
Maka untuk mentjegah dj angan sampai Zainab meninggalkan
Islam karena keketjewaan rumah tangga jang maha besar itu,
berbalik mendjadi musuh agamanja, Nabi memberikan kedudukan
kepadanja jang lebih tinggi dan mulia, dengan mengawininja, karena
pada waktu itu tak adalah jang mulia dan agung lebih dari pada
Nabi Muhammad.
Bahwa Nabi Muhammad merampas isteri anak angkatnja,
sebagai jang banjak disiarkan oleh pengarang Barat, adalah tidak
benar, ternjata dari tjeritera diatas ini jang pernah dibit j arakan
djuga oleh Bodley dalam kitabnja Mohammed, the Massanger".
Demikianlah diantara alasan-alasan perkawinan Nabi itu,
terbanjak oleh karena hendak menghilangkan keketjewaan atau
hendak memperkokoh ikatan persahabatan, untuk kepentingan dan
keselamatan Islam.
Begitu djuga tidak benar, bahwa perkawinan Nabi dengan
beberapa perempuan itu hanja disebabkan oleh hawa nafsu belaka.
Dan ini diakui oleh pengarang Inggeris jang terkenal, Thomas
Carlyle, dalam bukunja Hero and Hero's worship", bahwa orang
Eropah sangatlah tersesat untuk menamakan Muhammad ini
seorang jang hendak melepaskan sjahwat dan hawa nafsu belaka.
Dengan tidak memperhatikan alasan-alasan siasah dan agama,
tiap orang jang djudjurpun telah dapat melihat kemadjuan jang
dibawa Nabi untuk membatasi djumlah isteri dalam zamannja,
dikala adat Arab tidak tahu perbatasan itu. Djumlah isterinja
djauh lebih kurang dari djumlah isteri Nabi Sulaeman, jang ber-
djumlah tiga ratus orang banjaknja ditambah dengan tiga ratus
orang gundik pula, atau dengan djumlah isteri Nabi Dawud jang
tidak kurang dari sembilan puluh sembilan orang.
Memang dalam pembangunan rumah tangga dan menjedikit-
kan djumlah isteri atau bermewah-mewah dengan wanita, Nabi
Muhammad diakui telah berdjasa mengadakan semat j am revolusi.
Kita sudah sebutkan alasan-alasan jang mendorong Nabi memelihara
perempuan-perempuan itu, terutama disebabkan kejakinan, dan
dalam pada itu untuk memperkenankan pergaulannja dengan
mereka setjara jang diizinkan oleh agama. Maksud ini djelas sekali
kelihatan dalam perkawinannja dengan Ramlah anak Abu Suf j an,
pemimpin besar Quraisj dan musuh Islam jang sangat keras. Bagai-
mana dapat kita katakan bahwa perkawinan ini ditimbulkan oleh
hawa nafsu. Ramlah adalah termasuk orang jang mula-mula
memeluk Islam di Mekah. Ia mengikuti lakinja ke Habsjah sebagai
anggota rombongan pertama. Tatkala lakinja disana menukarkan
agamanja dengan agama Nasrani, dan ia ingin tetap memeluk
agama Islam, maka sesudah ia minta ditjeraikan, lalu kawin
dengan Rasulullah diluar negeri itu, dengan Usman bin Affan
sebagai walinja.
15
Bahkan Rasulullah sudah berhasil menetapkan bagi pengikut-
pengikutnja pembatasan isteri kepada ampat orang.
Ini adalah suatu kemenangan dalam perdjuangannja jang
gilang gemilang disekitar zaman biadab itu.
Dengan adjarannja ia memerintahkan kepada pengikut-
pengikutnja mempergauli isteri dan anak-anaknja dengan baik,
dengan lemah lembut, dan menetapkan hukum, bahwa seseorang
anak perempuan tidak boleh dibunuh dengan semena-mena, bahkan
tidak boleh dikawinkan oleh orang tuanja, djika tidak dengan
seizinnja sendiri, dan ia menetapkan tjara pembahagian pusaka
buat wanita, mentjegah kawin dengan perempuan bekas isteri
ajahnja, dan mentjegah kawin sewaan (mut'ah) sesudah perang
Chaibar, mentjegah zina dan liwath, jang bert j abui ketika itu.
Pembatasan kawin sampai djumlah ampat orang, disjaratkan
lagi olehnja dengan beberapa sjarat. Bagi orang jang tidak dapat
berlaku adil hanja diperkenankan seorang isteri sadja. Demikian
terdjadi dengan Ghailan bin Salmah, tatkala ia masuk Islam ter-
dapat, bahwa ia masih mempunjai sepuluh orang isteri. Rasulullah
berkata kepadanja: Pegang empat orang, tjeraikan jang lain".
Seorang sahabat lain datang kepadanja dan berkata, bahwa ia
kawin dengan dua orang wanita kakak beradik. Rasulullah berkata
kepadanja: Pilih salah seorang dari padanja mendjadi isterimu,
dan tjeraikan jang lain".
-2. rtiitw AekatLkatL.
Rasulullah adalah seorang jang tjinta dan setia kepada anak
isterinja, seorang bapa jang selalu melindungi anak isterinja dalam
kehidupan sehari-hari. Ia mentjintai mereka dengan tidak mem-
beda-bedakannja. Ia tidak sadja membagi giliran harinja dengan
adil, tetapi djuga memberi nafkahnja dengan tjukup. Iamengadjar
mereka hidup sederhana dan mempunjai hubungan baik dengan
tetangga dan masjarakat. Ia toleransi terhadap isteri-isterinja.
Dan oleh karena itu selalu terdapat suasana damai dalam rumah
tangga, sesuai dengan achlak Nabi jang lemah lembut.
Bahwa Nabi sangat mentjintai anak-anaknja ternjata dari
pada tjeritera dibawah ini.
Tiap kali Fathimah datang kepadanja, ia berbangkit dari
duduknja dan mentjiuminja, kemudian didudukkannja pada tem-
pat duduknja sendiri. Meskipun demikian, Fathimah tidak men-
djadi mandja dan sombong karenanja. Sebagaimana ajahnja, iapun
hidup sederhana dan miskin, penuh kesutjian dan kemurnian.
Riwajat-riwajat mentjeriterakan, bahwa Fathimah selalu mengeluh
tentang kemiskinannja, selalu kelihatan tangannja bengkak bekas
menimba air, mengangkut barang jang berat atau mengerdjakan
pekerdjaan rumah tangga. Sekali peristiwa ia pernah minta kepada
MARTI NUS NI JHOFF PUBLISHER THE HAGUE
JOHN LOCKE
A LETTER
CONCERNING TOLERATION
LATIN AND ENGLISH TEXTS REVISED AND EDITED WITH
VARIANTS AND AN INTRODUCTION
by
MARIO MONTUORI
1963. L and 123 pages. With 4 photographs. Cloth. Guilders 14.50
For the Netherlands 15.10
"This book provides in convenient form Locke's first published
work, his Latin Epistola de Tolerantia, together with William
Popple's English translation, A Letter Concerning Toleration. The
Latin text is printed on the left-hand page, with the English on the
right. In a spirited introduction, the Italian editor, Signor Mario
Montuori, argues that Locke wrote the Epistola as a short treatise
rather than as a personal letter to his friend Limborch, and he offers
good grounds for his view. More controversially, Signor Montuori
maintains that Locke authorized and checked William Popple's
translation as having been made "without my privity", and there
are unLockean phrases in Popple's preface to his version; but it
must be said in favour of Signor Montuori's theory that Locke has
recently been proved to have been far from frank in what he wrote
about his own works. Having been persecuted for his religious and
political opinions, Locke quickly decided that discretion was the
better part of valour; and he carried discretion to curious lengths."
Times Literary Supplement
One gui l der = ab. $ 0.28 = ab. sh 2/4 = env. Ffr. 1.36 = ca. DMW. 1.10
Obtainable through any bookseller or directly from the publisher
H;
Nabi untuk memberikan dia seorang dari pada tawanan jang banjak
itu, guna membantunja dalam urusan rumah tangganja. Tetapi
Nabi menolak permintaan itu.
Ditjeriterakan pula, bahwa Nabi at jap kali memperingatkan
Sajidina Ali, suami Fathimah itu, agar djangan bermewah-mewah
dirumahnja dengan makanan jang sedap-sedap, sedang orang-
orang miskin jang hidup diasrama Suf f ah selalu menderita keku-
rangan makan.
Pada suatu hari Nabi masuk ke rumah Fathimah. Didapatinja
anaknja itu sedang memperlihatkan sebuah gelang emas, jang
dibelikan lakinja, kepada seorang wanita tetangganja, sambil
berkata : Gelang ini dibelikan untukku oleh suamiku, Abu
Hasan". Rasulullah melihat hal itu dan mendengarnja. Ia tidak
djadi duduk, sedang air mukanja berubah. Ia berkata kepada
Fathimah: Adakah engkau akan gembira, manakala orang banjak
mengatakan kepadamu, bahwa Fathimah anak Nabi, memakai
gelang ditangannja, jang terbuat dari pada api Neraka?"
Lalu Rasulullah meninggalkan rumah Fathimah.
Fathimah terkedjut melihat sikap Nabi jang demikian itu.
Dengan segera dibukanja gelangnja dan disuruhdjualnja. Kemudian
dengan harga gelang itu dibelikan seorang budak lalu dimerdeka-
kannja. Tatkala kabar itu sampai kepada Nabi, ia kembali mene-
mui Fathimah dengan muka jang berseri-seri sambil berkata : Aku
mengutjap sjukur kepada Allah, jang telah melepaskan Fathimah
anakku dari pada api neraka".
Nabi adalah seorang jang sangat mulia hatinja, seorang
pemimpin jang lengkap. Ia mengepalai rumah tangga, ia menge-
palai urusan ibadat, ia memerintah mengadakan peraturan-
peraturan untuk keamanan negara, ia memimpin peperangan dan
mengadakan perundingan serta membuat perdjandjian-perdjan-
djian damai.
Perawakan badannja gagah, air mukanja manis dan sangat
menarik, lantjar berbitjara dan ahli dalam mengeluarkan pendapat.
Sukar ada orang besar seperti Nabi Muhammad. Ia membe-
tulkan sepatunja, ia menambal badjunja, ia memeras susu kambing,
ia turut men j apu membersihkan rumahnja, membantu ahli rumah-
nja dalam kesibukan. Ia tidak segan berdjalan dengan pelajannja
dan tidak pernah menjakitkan hati orang-orang rumahnja. Anas
mentjeriterakan, bahwa selama sepuluh tahun ia melajani Rasulul-
lah belum pernah ia mendengar Nabi mengeluh atau menegurnja.
Tiap masuk ke rumah ia memberi salam kepada isterinja, dan
tidak ingin mengganggu djikalau isterinja itu sedang tidur atau
sedang sibuk.
Sekali peristiwa tatkala ia sudjud dalam sembahjang, tjutjunja,
Hasan, menunggangi pundaknja, jang kalau ia bangkit akan terdja-
tuh. Oleh karena itu ia terus sudjud sekian lamanja, sehingga anak
ini turun dari atas badannja, kemudian barulah Nabi berbangkit
menjelesaikan sembahjangnja. Pernah pula ia, tatkala sudjud
17
dalam gelap, tertumbuk kepada kaki isterinja Aisjah jang sedang
tidur. Perlahan-lahan disingkirkannja kakinja itu sebentar, dan
sesudah ia selesai diletakkan kembali pada tempatnja, sehingga
dengan demikian tidak terganggu tidur isterinja itu.
Bersalam-salaman dan tanja menanjai hal ihwal orang lain,
terutama keluarga dan tetangganja, sangatlah digemarinja.
Memberi makan orang, memakai bau-bauan, berdjabat tangan
dengan siapapun djuga, menziarahi keluarga sahabat-sahabatnja,
mengundjungi orang sakit dan t urut mengantar djenazah kekubur,
adalah pekerdjaan jang lazim baginja.
Selandjutnja ditjeriterakan tentang sifatnja, bahwa ia tidak
pernah memukul isterinja atau pelajannja, atau amarah terhadap
mereka itu, sebaliknja selalu memanggil teman-temannja dengan
nama-nama jang baik, selalu bermusjawarat dengan sahabat-
sahabatnja, meskipun ia sendiri lebih mengetahui duduk sesuatu
perkara, tidak pernah memutuskan pembitjaraan orang lain, selalu
terbuka pintu untuk memberi nasihat-nasihat dan pertimbangan
kepada siapajDun djuga, menjukai menjikat gigi dan memakai tjelak
mat a, selandjutnja tidak enggan makan bersama-sama pelajannja,
membawa belandjaan sendiri dari pasar, dan lain-lain sifat jang
menundjukkan hidupnja sangat sederhana dan menundjukkan tidak
ada perbedaan sedikitpun diantara orang besar dan orang ketjil,
tuan dan budak, orang kaja dan miskin.
Dalam beramah tamah Nabi suka bersenda gurau dengan
segala lapisan ummat. Tetapi ia bergurau tidak pernah dengan
kata-kata jang rendah nilainja, berkelakar tidak dengan tjara jang
menjakitkan hati. Tiap senjumnja mempunjai arti, tiap kata-
katanja mempunjai makna. Ia bergurau dengan isterinja, ia
bergurau dengan sahabatnja, ia bergurau dengan wanita dan
dengan anak-anak. Pada suatu kali Nabi meletakkan diatas paha
kanan tjutjunja, jaitu Hasan anak Ali bin Abi Thalib, dan diatas
paha kirinja anak bekas budaknja, jaitu anak Zaid bin Harisah.
Dengan melihat kemuka kedua anak itu, jang mendjadi perlambang
bangsawan dan budak, ia berdo' a: O Tuhanku! Tjintailah kedua
anak ini, karena akupun mentjintai keduanja".
Memang gemar ia kepada anak-anak. Ia t urut bermain dengan
anak-anak dan t urut bergembira bersama mereka. Kepada seorang
anak jang sedang kematian burungnja dan berduka tjita, ia ber-
kat a: O, paman tjilik, apa kerdja burung gelatik?"
Terutama terhadap anak jatim ia lekas terharu, dan ia selalu
mengandjurkan, agar mereka dj angan disia-siakan. Katanja:
Sebaik-baik rumah kaum Muslimin, ialah rumah jang didalamnja
terdapat anak jatim, jang dirawat dengan baik. Dan sedjahat-
djahat rumah kaum Muslimin, ialah rumah jang didalamnja ter-
dapat anak-anak jatim jang disia-siakan hidupnja. Saja dan
pengasuh anak jatim ada dalam sorga. Mereka jang makan
hart a anak jatim akan dimasukkan kedalam neraka", demikian
pesannja.
IS
Pada suatu hari raja, ketika pulang sembahjang, ia bertemu
dengan anak-anak jang sedang bergembira. Ia melihat seorang
anak jang menjisih dirinja duduk termenung ditepi djalan, tidak
t urut riang bersama anak-anak jang lain. Lalu ia bertanja: Meng-
apa engkau tidak t urut bergembira bersama-sama temanmu i t u?"
Anak itu mendjawab: Bagaimana saja akan dapat bergembira,
saja tidak punja ibu bapa lagi, jang dapat membelikan pakaian
baru unt uk saja?" Rasulullah memegang tangan anak itu dan
membawa kerumahnja, sambil berkat a: Tidakkah engkau girang,
djika engkau mempunjai bapak Muhammad Rasulullah?"
Sembahjang hari raja biasanja dilakukan dilapangan terbuka,
musalla, dan ia pergi kesana melalui sebuah djalan, serta kembalinja
melalui djalan jang lain, agar dalam perdjalanan pagi hari raja itu
sebanjak-banjaknja ia bertemu dengan orang-orang unt uk bersalam
dan bermaaf-maafan.
Ia kelihatan hampir pada tiap pertemuan sahabat-sahabatnja,
ia kelihatan bersama pemeluk-pemeluk agama lain, ia kelihatan
bersama radja-radja, bahkan dalam perdjalanan at jap kali ia
berdjalan dibelakang sahabat-sahabatnja sambil berkat a: Biarkan
aku berdjalan dibelakangmu unt uk menjertai Malaikat Rahmat ".
Ia berdjalan kaki, tetapi djuga ia menunggang kuda dan keledai,
jang dihadiahkan Radja-Radja kepadanja. Ia diminta nasihat
oleh pembesar-pembesar ternama, tetapi djuga ia pernah ditahan
oleh d j anda jang miskin duduk sebentar dipinggir djalan unt uk
mendengarkan perkaranja.
Pada suatu kali ia berkelakar dengan seorang perempuan tua.
Kat anj a: Perempuan-perempuan tua tidak diperkenankan masuk
sorga". Wanita itu lalu terkedjut, dan bertanja dengan sedihnja,
apakah ia memang tidak mempunjai harapan masuk sorga. Nabi
tersenjum lalu mendjawab, sesuai dengan tjeritera jang tersebut
dalam Qur' an: Perempuan-perempuan t ua itu memang tidak
diperkenankan Tuhan masuk kedalam sorga, mereka itu lebih
dahulu didjadikan gadis kembali dan kemudian baru dipersilahkan
masuk kedalam sorga".
Tetapi sebaliknja Rasulullah pernah menegur Aisjah, tatkala
ia pada suatu hari kedatangan seorang perempuan bertanjakan
sesuatu. Pada waktu perempuan itu meninggalkan rumahnja,
Aisjah berkat a: Alangkah pendeknja perempuan ini!" Nabi
segera mendjawab: Hai Aisjah, itu adalah suatu edjekan". Kat a
Aisjah pula: Aku hanja berkata benar". Maka kat a Rasulullah:
Oleh karena itu, maka perkataanmu itu merupakan edjekan.
Kalau engkau tidak berkata benar, maka engkau telah termasuk
orang jang berdusta, jang lebih besar dosanja".
Pada suatu hari menurut tjeritera Darimi, ada seorang perem-
puan Madinah jang ditinggalkan oleh suaminj a jang pergi berdagang,
diantarkan Siti Aisjah kepada Nabi. Perempuan itu bertjeritera:
Ja Rasulullah suami saja sedang bepergian, ia meninggalkan daku
sedang hamil. Pada suatu malam aku bermimpi, seakan-akan
/
hl
melihat tiang rumahku pat ah dan anak jang kulahirkan buta
sebelah matanja". Djawab Nabi: Baik sekali mimpimu itu.
Suamimu akan pulang dengan selamat dan engkau akan melahirkan
seorang anak jang berbudi". Setelah ia bermimpi lagi, maka ia
datang pula hendak menanjakan ta' bir mimpinja kepada Rasulul-
lah. Kebetulan Rasulullah tidak ada dirumah. Ia diterima oleh
Aisjah, jang setelah mendengar mimpi perempuan itu, menerang-
kan: Djika benarlah mimpimu itu, ia berarti, bahwa suamimu
akan mat i dan engkau akan melahirkan seorang anak jang sombong
dan durhaka". Maka mendengar itu perempuan itu menangislah
tersedu-sedu, sehingga datang Rasulullah dan memeriksa perkara-
nja, lalu berkata kepada Aisjah: Wahai Aisjah, engkau terlalu.
Apabila engkau memberikan ta' bir mimpi bagi seorang Muslim,
maka hendaklah engkau ta' birkan dengan jang baik-baik sadja.
Karena mimpi itu sesuai dengan tjara berfikirnja orang jang mimpi
i t u".
Nabi tidak pertjaja kepada mimpi dan churafat, tetapi ia
pertjaja kepada mimpi jang benar, ru'jah shadiqah.
J. ^rCatta Aan kem,ukinai.
Banjak pengarang-pengarang Barat menuduh, bahwa Nabi
Muhammad itu adalah seorang penipu, seorang jang hanja gila
harta, wanita dan t aht a semata-mata. Bahwa pendapat ini tidak
benar, sehari demi sehari telah timbul pendapat jang baik dika-
1 angan bangsa Barat ini, laksana timbulnjaminjak dari dalam air.
Kita sudah terangkan tentang perkawinannja. Kita akan
terangkan, bahwa Nabi Muhammad dengan gerakan dan perdjuang-
annja sebenarnja tidak ingin mendirikan suatu t aht a keradjaan,
dimana ia turun temurun akan berkuasa sebagai seorang radja.
Kita ingin menerangkan disini serba sedikit, sesuai dengan halaman
kitab ini jang terbatas, bahwa demi Allah Nabi Muhammad itu
tidaklah termasuk orang jang gila harta.
Hampir semua pengarang jang menulis sedjarah hidupnja
mentjeriterakan, bagaimana kesukaran rumah tangganja sehari-
hari. Bukan sadja tidak terdapat perabot-perabot rumah tangga
jang mewah dan makanan jang enak-enak, tetapi alat rumah tangga
jang perlu sehari-haripun djarang terdapat, dan djangankan maka-
nan jang lezat, makanan jang biasa sehari-haripun belum tentu
terdapat saban waktu makan. Bahwa ia tidur diatas sepotong tikar,
sampai berbekas pada pipinja, dan bahwa sebagai makanan jang
terutama dirumahnja, jang dapat disadjikan isterinja, adalah roti
kering jang terbuat dari tepung kasar dengan segelas air minum,
sebutir atau dua butir korma, adalah tjeritera jang banjak dike-
tahui orang. Begitupun bahwa dirumahnja tidak terdapat medja
makan, sehingga ahli rumahnja terpaksa menghadapi hidangan
20
makan dengan duduk diatas tanah, inipun tjeritera jang banjak
dapat dibatja dalam kitab-kitab sedjarah.
Buchari men t j eri terakan, bahwa Aisjah mengeluh kepada
keponakannja Urwah dengan katanja: Lihatlah Urwah, kadang-
kadang berhari-hari dapurku tidak menjala dan aku djadi bingung
olehnja". Urwah bertanja: Apakah jang mendjadi makananmu
sehari-hari?" Djawab Aisjah: Paling untung jang mendjadi pokok
itu korma dan air, ketjuali djika ada tetangga-tetangga Anshar
mengantarkan sesuatu kepada Rasulullah, maka dapatlah kami
merasakan seteguk susu". Rasulullah menegaskan: Kami adalah
golongan jang tidak makan ketjuali kalau lapar, dan djika kami
makan tidaklah sampai kekenjangan".
Pada suatu hari ia keluar kemesdjid. Ia bertemu dengan Abu
Bakar dan Umar. Ia bertanja apakah jang menjebabkan kedua
mereka ini keluar kemesdjid. Keduanja mendjawab: Unt uk
menghiburkan lapar". Dan Nabi berkat a: Akupun keluar unt uk
menghiburkan laparku". Maka katanja pula: Marilah kita pergi
kerumah Abui Haisam, barangkali ada apa-apa disana jang boleh
dimakan".
Abui Haisam sangatlah gembiranja kedatangan tiga orang
besar itu kerumahnja. Lalu diperintahkannja memperbuat roti
gandum jang enak dan memotong seekor kambing, serta menje-
diakan beberapa gelas air dingin. Setelah makanan itu disadjikan
orang dan ketiga mereka itu santap dengan enaknja, maka Rasulul-
lah berkat a: Tak ada jang lebih dari ini nikmat Tuhan".
Rasulullah at jap kali berpuasa sunnat, jang barangkali mak-
sudnja, supaja waktu lapar itu tidak tersia-sia diluar amal. Setelah
beribadat di Mesdjid beberapa waktu, ia pulang kerumahnja dan
bertanja: Hai Aisjah, apakah ada sesuatu untuk di makan?"
Tatkala Aisjah mendjawab tidak ada, ia kembali lagi kemesdjid
dan menghabiskan waktunja dengan sembahjang sunnat. Ke-
mudian ia kembali pula bertanja kepada isterinja, jang memberikan
djawaban sebagai semula. Sesudah beberapa kali berulang-ulang,
achirnja berhasillah ia mendapati sepotong roti dirumah, jang
diantarkan kepada isterinja oleh Usman bin Affan.
Aisjah menerangkan lebih landjut, bahwa keluarga Muhammad
dalam sehari tidak pernah makan sampai dua kali, dan paling
banjak makanan tersimpan dirumah tidak lebih dari sepotong roti
jang dimakan oleh tiga orang.
Anas mentjeriterakan, bahwa Rasulullah pernah berkat a:
Ket akut anku kepada Tuhan lebih dari pada orang lain, dan
kegentaranku kepadanja t ak ada tolok bandingannja. Kadang-
kadang kulalui tiga puluh hari lamanja dengan tak punja simpanan
makanan dirumah, sehingga Bilal datang mengepit sepotong roti,
jang kami makan bersama-sama".
Demikian suara djiwa Nabi Muhammad, jang dituduh orang
tergila-gila kepada hart a dan kekajaan. Demikian hidupnja penuh
kesukaran, sedang anggapan umum bangsa Arab ketika itu menge-
21
nai kebahagiaan adalah hart a dan kekajaan. Sekitarnja belum ada
manusia jang merasakan lezat hidup dalam takwa dan kekajaan
rohani.
Nabi Muhammad-lah jang memberikan tjontoh pertama
tentang hidup sederhana itu, tentang menerima seadanja, mendjadi-
kan hidup rohani lebih tinggi dari pada hidup kebendaan jang
mewah, dan mengadjak manusia untuk meninggalkan berebut-
rebutan kekajaan dan kesenangan dunia, dengan meninggalkan
tudjuan hidup manusia jang pokok. Ia memberi tjontoh bahwa
kekajaan dan kesenangan itu tidak abadi, ia mengadjak agar
mentjari kelezatan hidup jang lebih tinggi dari pada itu, jaitu hidup
sepandjang adjaran Pentjipta dunia ini.
Sebuah tjeritera Ibn Mas' ud menerangkan, bahwa ia pernah
masuk kerumah Rasulullah, dan didapatinja Nabi sedang berbaring
diatas sepotong anjaman daun korma, jang memberi bekas kepada
pipinja. Dengan sedih Ibn Mas'ud bertanja: Ja Rasulullah, apa-
kah tidak baik aku mentjari sebuah bantal unt ukmu". Nabi
mendjawab: Tak ada hadjatku untuk itu. Aku dan dunia adalah
laksana seorang jang sedang bepergian, sebentar berteduh dikala
hari sangat terik dibawah naungan sepohon kaju jang rindang,
untuk kemudian berangkat pula dari situ kearah tudjuannja".
Demikian tjontoh jang diberikan oleh pemimpin manusia
terbesar ini, unt uk membuka mat a teman-temannja melihat, untuk
apa sebenarnja manusia itu hidup. Untuk membuka hati keluarga-
nja dan sahabat-sahabatnja lebih luas dari pada perutnja, dari pada
mulutnja, dari pada mat a, hidung dan telinganja, sehingga tubuh
jang kasar itu dapat menerima pertjikan tjahaja Ilahi jang lebih
tinggi tentang wudjud, sehingga dengan demikian dapatlah ter-
tjiptakan manusia jang sempurna unt uk hidup sederhana, mene-
rima seadanja, manusia jang adil, manusia jang bersamaan tingkat
dan deradjatnja, manusia jang mentjintai kebaikan dan kebadjikan,
manusia jang bermutu emas dalam bungkusan pakaian jang
tjompang tjamping!
Memang didikanlah jang dibawa Nabi bukan pengadjaran
semata-mata. Memang ia memberi tjontoh dengan perbuatan dan
tingkah lakunja, bukan hanja ia menjuruh atau mengandjurkan
jang ia sendiri tidak melakukannja.
Rumahnja mendjadi tjontoh, pakaiannja mendjadi tjontoh,
makanannja mendjadi tjontoh, dan sabar serta toleransinjapun
mendjadi tjontoh. Apakah tjontoh-tjontoh ini menundjukkan ia
ingin mempunjai hart a jang berlimpah-limpah? Diantara do' anja
berbunji: Ja Allah, biarlah aku hidup sebagai seorang miskin,
mati sebagai seorang miskin, dan himpunkanlah aku dengan go-
longan fakir miskin". Aisjah bertanja: Kenapa?" Sahut Nabi:
Karena mereka itu akan memasuki sorga ampat puluh musim
lebih dahulu dari pada golongan hartawan. 0 Aisjah, djanganlah
engkau menolak orang miskin. Berilah kepadanja meskipun sebutir
buah korma sekalipun. O Aisjah, tjintailah mereka dan dekatilah
22
mereka, karena dengan demikian engkau akan mendekati Tuhanmu
j^ada hari kijamat".
Kat a-kat jang dapat mentjutjurkan air mat a pengikut-
pengikutnja, tetapi djuga kata-kata jang telah membangkitkan
edjekan golongan Quraisj, jang menamakan Muhammad pengumpul
rosokan miskin dimesdjid.
Memang emas dan perak serta harta benda jang mengalir
kepadanja disalurkan untuk mereka. Semua hart a benda dan
makanan itu habis dibagikan kepada fakir miskin jang ada diseke-
lilingnja, atau dipergunakan unt uk membajar utang orang-orang
Islam serta tebusan perbudakan. Begitu pundi-pundi emas dibawa
orang ditjurahkan diatas lantai, begitu dibagi-bagikan kepada
mereka jang memerlukannja, tidak ingin dipakainja unt uk keper-
luan sendiri, tidak ingin disimpannja barang sebutir untuk per-
belan dj aan keluarganja dirumah.
Ditjeriterakan, bahwa pada suatu kali Nabi teringat dalam
sembahjangnja, bahwa dirumahnja masih tersimpan satu pundi-
pundi emas, jang belum disampaikan kepada mereka jang berhak
menerimanja. Lalu diringkaskannja sembahjangnja, dan dengan
tergesa-gesa ia pergi membagi-bagikan sedekah itu, karena ia
tidak ingin sepotong emaspun bermalam dirumahnja. Dalam pada
itu isterinja menunggu-nunggu, agar ia dapat menjediakan ma-
kanan sejiantasnja.
Kita tjatat djuga disini, bahwa pada suatu hari pernah diletak-
kan orang didepannja sekaligus tudjuh puluh ribu dirham emas.
Semua uang emas itu seketika itu djuga dibagi-bagikan dan se-
butirpun tidak ada jang tertinggal. Djuga kita tjatat disini, bahwa
sedjarah mentjeriterakan, pada suatu waktu Nabi sakit hendak
meninggal dunia, teringat olehnja bahwa dirumahnja masih ter-
simpan tudjuh buah dinar emas. Maka dipanggillah ahli rumahnja
untuk membagi-bagikan dengan segera mat a uang itu kepada fakir
miskin. Tjeritera ini dibenarkan oleh Siti Aisjah, jang mengaku
bahwa terlupa menjimpan mat a uang itu, karena kesibukannja
mengurus Nabi sakit, sehingga tidak teringat olehnja sampai hari
Ahad, sehari sebelum Nabi wafat. Tatkala orang bertanja kepada
Aisjah, apa jang diperbuatnja dengan tudjuh dinar itu. Ia
mendjawab, bahwa ia dengan segera pergi mengambilnja dan
menjerahkannja kepada Nabi. Nabi meletakkan mat a uang itu
diatas telapak tangannja dan berkata kepada Aisjah: Bagai-
manakah perasaan Muhammad pada waktu ia menghadap Tuhan-
nja dengan mat a uang ini ditangannja?" Lalu ia membagi-bagikan
uang itu kepada fakir miskin. Dan ia sendiri pergi menghadap
Tuhan dalam pakaian jang kasar dan kain jang tjompang-
tjamping.
Muhammad Ridha mentjeriterakan, bahwa pada waktu Rasul-
ullah wafat, tidak meninggalkan untuk keluarganja uang barang
sedinar atau sedirham, dan tidak pula seekor kambing atau keledai,
bahkan ketika itu sebuah tamengnja tergadai pada orang Jahudi
23
untuk nafkah keluarganja. Aisjah menegaskan, bahwa pada waktu
Nabi wafat, tidak ada sesuatupun jang boleh dimakan machluk
hidup, ketjuali sebatok gandum jang sudah apak, jang dimakannja
sedikit-sedikit unt uk memandjang hari. Begitu djuga Abdurrahman
bin 'Auf mentjeriterakan, bahwa pada waktu Nabi wafat tak ada
jang ketinggalan apa-apa, ketjuali sepotong roti, sebilah pedang,
dan seekor keledai jang biasa mendjadi tunggangannja sehari-hari,
serta sebidang tanah jang sudah diwakafkan, jang kemudian
mendjadi perkara antara Abu Bakar dan Fat hi mah serta laki
nja Ali.
Memang prinsip kesederhanaan hidup ini sangat dipegang
teguh dan diandjurkan oleh Nabi. Batas antara kaja dan miskin
baginja ditetapkan: Barang siapa berpagi-pagi hari merasa aman
dirumahnja, merasa sehat badannja dan melihat tjukup makanan-
nja unt uk sehari, maka seakan-akan Tuhan telah mengurniai
kepada orang itu seluruh dunia serta isinja". Oleh karena itu Usman
menetapkan ukuran hidup sepandjang adjaran Nabi ialah, bahwa
tak ada seorang manusiapun jang mempunjai hak lebih dari pada
tiga perkara: Rumah unt uk didiaminja, pakaian unt uk menutupi
auratnja dan sepotong roti serta segelas air minum.
Adjaran ini dipraktekkan oleh sahabat-sahabatnja. Tatkala
ada seorang bertanja kepada Abdullah bin Amar: Apakah kami
masuk orang fakir?" Katanja: Apakah engkau mempunjai isteri?"
Djawabnja: Ja". Tanjanja lagi: Apakah engkau mempunjai
rumah tempat tinggal?" Djawabnja: Ja". Maka kat a Abdullah
bin Amar: Engkau ini termasuk orang kaja". Kat a orang itu lagi:
Bahkan aku punja seorang pelajan". Lalu djawab Abdullah bin
Amar: Djika begitu engkau termasuk golongan radja-radja".
4. a^bu vava. Aan, anak.
Nabi Muhammad tidak sadja mengatur hidup berketurunan
jang baik, tidak sadja mengatur segala sesuatu jang diperlukan
untuk itu seperti mengatur perkawinan, mengatur hak waris, tetapi
djuga ia menanam dengan adjaran-adjarannja jang murni itu kasih
sajang kepada ibu bapa, sjukur kepada orang tua, t aat dalam
berbuat kebadjikan kepadanja, menghormat dan membantu mereka
terutama dihari-hari tuanja. Ia merasakan semua ini sebagai anak
jatim jang ditinggalkan ibu bapanja semasa ketjil, dan oleh karena
itu ia ingin melihat manusia itu berbahagia hidup dengan ibu
bajoanja.
Nabi sendiri djarang menumpahkan air matanja, sebagaimana
djarang ia tertawa tetapi hanja tersenjum sadja. Tetapi pada suatu
hari tatkala ia mengundjungi kuburan ibunja, terpaksa Nabi
mentjutjurkan air mat a, karena teringat akan budi bahasa ibunja,
akan djasa-djasanja jang tak dapat dibalas.
Oleh karena itu berbuat baik terhadap ibu bapa merupakan
adjaran-adjaran jang penting, jang selalu terdengar dalam nasehat-
nasehatnja.
Ia menanamkan dengan adjarannja, bahwa durhaka kepada
ibu bapa adalah dosa jang hampir setingkat dengan sjirk, jang tak
akan diampuni oleh Tuhan sebelum ibu bapanja memberi ampunan
lebih dahulu. Tuhanmu memerintahkan, supaja kamu djangan
menjembah selain dari pada Allah, dan Tuhanmu memerintah
berbuat baik kepada ibu bapamu. Djika seorang diantara kedua-
nja atau kedua-duanja telah berumur landjut, maka sekali-kali
djanganlah kamu mengeluarkan perkataan jang kasar kepada
mereka itu, djangan pula kamu hardik, tetapi hendaklah kamu
selalu mempergunakan kat a-kat a jang mulia dan lemah lembut
terhadap kedua orang t uamu itu. Rendahkanlah dirimu dengan
penuh ketjintaan kepadanja, dan sebaiknjalah kamu selalu berdo' a:
Hai Tuhanku, berikan apalah kiranja rahmatmu kepada kedua
orang tuaku, setimpal dengan djerih pajahnja dalam mendidik
daku ketika aku masih ketjil". (Qur'an XVII : 2324). Firman
Tuhan jang disampaikannja ini disusul dengan sabdanja: Tidak
dapat membalas seorang anak akan djasa orang tuanja, melainkan
kalau ia dapati orang tuanja itu mendjadi budak, lalu dibelinja
dan dimerdekakannja".
Bagaimana Nabi Muhammad menghormati orang tua, ternjata
tatkala pendudukan Mekah. Abu Bakar membawa kepadanja
ajahnja unt uk menghadap. Nabi begitu terharu melihat kedjadian
ini, sehingga ia berkata kepada sahabatnja i t u: Wahai Abu Bakar,
akulah jang lebih lajak mendatangi orang tua ini, bukan sebaliknja".
Diantara peraturan-peraturan perang disebutkan, bahwa Nabi
sangat melarang pengikut-pengikutnja membunuh orang-orang t ua
atau menjiksanja, disamping membunuh perempuan dan anak-anak.
Banjak tjeritera-tjeritera jang menundjukkan, bagaimana
bidjaksananja Rasulullah menanam tjinta kasih anak-anaknja
terhadap kepada ibu bapanja, disanding tjinta kasih orang t ua
terhadap anak-anaknja.
Pada suatu hari orang datang kepadanja bertanja, siapa jang
lebih lajak dit j intai sesudah Allah danRasulnja. Rasulullah berkat a:
Ibumu!". Kemudian orang itu bertanja lagi, siapa sesudah itu.
Rasulullah mendjawab pula ibunja, sampai tiga kali kat a itu di-
ulang-ulang, kemudian barulah ia kat akan: Ajahmu dan ke-
mudian orang-orang t ua jang lain".
Tjeritera jang lain meriwajatkan, bahwa pada suatu hari
disampaikan orang kepadanja bahwa Alqamah sakit keras hendak
meninggal dunia. Tetapi t at kal a diadjarkan orang mengutjapkan
sjahadat ia tak dapat mengutjapkannja. Dengan rasa tjemas Nabi
berangkat ke rumah Alqamah dan menjuruh memanggil kedua
orang tuanja. Ibu Alqamah menerangkan, bahwa ajahnja sudah
lama meninggal dunia, bahwa dialah jang membesarkan anak itu
merawatnja sampai dewasa.
25
Nabi bertanja: Ada kedjadian ajaa antaramu dan anakmu?"
Ibu Alqamah mentjeriterakan bahwa tidak ada kedjadian jang
jienting ant ara dia dan anaknja. Anaknja itu adalah seorang anak
saleh, jang mengcrdjakan sembahjang, mengerdjakan puasa dan
membajar zakat kepada fakir miskin.
Rasulullah menerangkan: Djika demikian ia musti dapat
mengutjapkan kalimah sjahadat. Mungkin ada dosanja padamu,
wahai orang t ua".
Ibu Alqamah mentjeriterakan dengan air mat a jang berlinang
bahwa Alqamah adalah seorang anak jang sangat ditjintainja.
Tetapi setelah ia besar dan dikawinkan, maka kelihatannja ia lebih
sajang kepada isterinja dari pada kej)ada ibunja sendiri.
Ketika itu Nabi lalu berkat a: Inilah jang dinamakan ke-
murkaan ibu. Demi Tuhan tidak akan memberi manfaat sedikit-
pun padanja segala ibadat sembahjangnja, segala ibadat puasanja,
segala ibadat zakatnja, djikalau ia beroleh kemurkaan ibunja.
Wahai Ibu Alqamah, berikanlah ampmnan kepada anakmu itu!
Djika tidak, Tuhan pasti akan memasukkan dia kedalam neraka.
Tuhan tidak akan memberi ampunan kepada anak jang berbuat
dosa terhadap ibu bapanja, sebelum ibu bajoanja sendiri memaaf-
kannja terlebih dahulu".
Tjeritera jang lain lagi meriwajatkan seorang anak laki-laki
datang mengadu kepada Nabi, bahwa ajahnja mengambil hart a
bendanja dengan tidak seizinnja sendiri, dan oleh karena itu ia
minta sujoaja Rasulullah mendjatuhkan hukuman. Nabi menjuruh
memanggil orang tuanja. Tatkala orang tua itu berdiri didepan Nabi,
Nabi bertanja kepadanja: Benarkah engkau telah mengambil hak
milik anakmu dengan tidak seizinnja sendiri?"
Orang jang telah tua bangka itu bertjeritera dengan air mat a
dipipinja: Ja Rasulullah, benar apa segala katanja. Pada waktu ia
masih ketjil, saja tidak dapat mengongkosinja, karena saja adalah
seorang miskin. Tetapi saja ingin anak ini dikelak kemudian hari
mendjadi seorang jang tjakap dan pandai. Saja berutang disana-
sini untuk memberikan dia makan, untuk memberikan dia pakaian
dan untuk memberikan pendidikan jang baik kepadanja. Saja
sudah tua, ja Rasulullah, tidak dapat mentjari nafkah lagi. Dan oleh
karena itu saja ambillah sedikit dari pada hak miliknja untuk
membajarkan utang-utang saja itu. Saja bersedia untuk didjatuhi
hukuman apapun djuga atas kesalahan saja!"
Rasulullah melihat kepada air mukanja dengan rasa jang
sangat terharu, dan kemudian memalingkan pula wadjahnja jang
muram kepada anak laki-laki tahadi, sambil berkata: Baik harta
bendamu, maupun djiwa ragamu sendiri, semuanja adalah milik
orang t uamu!"
v II. IBADAT.
/. ^~Duwa aaama Aan ibaAat.
Sedjarah hidup Nabi Muhammad mentjeriterakan, bahwa
sedjak ketjil kelakuannja berbeda dengan anak-anak Arab jang
semasa dengan dia. Sementara anak-anak' Quraisj itu kelihatan
kasar dan liar dalam permainannja, ia selalu kelihatan tenang dan
berfikir serta halus budi pekertinja. Ia tidak suka melihat sesuatu
jang kedjam, dan kelihatan selalu berusaha mendjauhkan dirinja
dari pada segala perbuatan jang tidak lajak dikerdjakan. Ia men-
tjeriterakan sendiri, bahwa ia pernah menghadiri sesuatu pepe-
rangan dimasa ketjilnja jang bernama perang Fudhul, dan perang
itu agaknja memberi bekas djuga jang dalam kepada djiwanja.
Begitu djuga pada waktu ia masih djedjaka, ia tidak meninggalkan
pergaulan dengan masjarakat dari segala lapisan, tetapi sebagai
jang ditjeriterakan didalam sedjarah, selalu ia berusaha, agar ia
tidak terlibat kedalam perbuatan-perbuatan jang terlarang oleh
agama, seperti berdjudi dan meminum minuman keras, jang
mendjadi kebiasaan anak-anak bangsawan Quraisj ketika itu.
Sedjak ketjil ia hidup sederhana, ditengah-tengah padang
pasir jang luas dan legar, dengan langitnja jang tjerah biru ber-
taburkan bintang, bergunung berbukit jang tjuram dan kokoh,
hidup mereka menghisap udara jang bersih ditempat jang tenang
dan sepi, mengheningkan tjipta mempersatukan hati dan tudjuan
terhadap Ulahi.
Menurut apa jang ditjeriterakan oleh Ibn Ishak memang sudah
mendjadi kebiasaannja tiap-tiap t ahun ia pergi sebulan ke gua Hira
untuk beribadat, dan apabila sudah selesai, belumlah ia kembali ke
rumahnja sebelum ia thawaf lebih dahulu mengelilingi Ka' bah.
Selandjutnja ia selalu beribadat sambil tafakkur.
Keadaan masjarakat sekitar zamannja memang merupakan
suatu keadaan jang sangat menjedihkan. Dan oleh karena itu
kekatjauan disekitarnja, kelaziman jang saban hari dilihat, keke--
djaman dan ketjurangan jang terdjadi antara manusia dengan
manusia, permusuhan antara satu kabilah dengan kabilah jang
lain, perhambaan manusia jang dilakukan set j ara kedjam dan
kasar, kemusjrikan terhadap Tuhan jang merupakan penjembahan
berhala dan pengorbanan diri manusia, adat istiadat Djahilijah
jang hanja didjadikan peraturan unt uk membela diri, membela
kedudukan, dan membela keuntungan, bukan membela peri ke-
manusiaan sebagaimana adjaran-adjaran jang pernah disampaikan
oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, semuanja itu menjebabkan ia, tafak-
kur, semuanja itu menjebabkan ia men jerah diri seluruhnja kepada
Allah untuk meminta ampun, meminta dilindungi dan ditundjuki
kepada djalan jang benar. Ia selalu gelisah melihat keadaan jang
27
demikian itu dan oleh karena itu ia selalu bermohon dan berdo' a
kepada Tuhan, jang mendjadi pokok kedjadian dunia dan isinja,
jang mendjadi pemimpin dan penjusun hidup segala manusia.
Terutama mengenai tjatjat dan t jela jang dihamburkan orang
kepadanja dan kepada anak jatim jang lain, sikap dan edjekan jang
sangat menghinakan kepada orang-orang miskin, wanita dan anak
2
perempuan, menjebabkan sesak dadanja. Tetapi Tuhan mengeta-
hui hal ini dan menerangkan dengan firmannja: Sungguh kami
telah mengetahui, bahwa dadamu sesak karena utjajmn
2
mereka
terhadapmu, maka bertasbihlah engkau memudji Tuhanmu, dan
rebahkanlah dirimu unt uk sudjud kepada Tuhan. Beribadatlah
engkau menjembah Tuhanmu, sehingga merupakan kejakinan
jang bulat bagimu" (Qur'cm XV: 99) Sembahlah dia, dan minta
kepadanja diberikan sabar dalam melakukan segala ibadatnja"
(Quran IX: 65). Tuhanlah jang maha mengetahui segala apa
jang ghaib dilangit dan dibumi, semua perkara akan kembali
kepadanja, maka sembahlah olehmu akan dia dan bertawakkallah
engkau kepadanja" (Qur'an XI: 123).
Bisik-bisikan sutji ini, jang .kemudian didjelaskan kembali
didalam Qur' an sebagai wahju, adalah laksana motor penggerak
djiwa Nabi Muhammad unt uk mengarahkan seluruh permohonan
bantuan kepada Tuhan semesta alam.
Bukankah Tuhan menjuruh meminta kepadanja untuk segala
sesuatu usaha? Bukankah Tuhan berkuasa menjelamatkan pen-
duduk alam ini? Mengapa tidak kepadanja diarahkan tiap permo-
honan? Mengapa tidak kepadanja ditjurahkan isi dada dan hasrat?
Mengapa manusia masih mentjari djuga penjembahan jang
lain, bahkan jang diperbuatnja dengan tangannja sendiri? Me-
ngapa bangsanja berdujun-dujun tiap detik dan saat pergi memeluk
dan menjembah bat u berhala, sedang Tuhan adalah terdekat ke-
padanja, adalah jang lebih lajak disembah oleh manusia sebagai
tjiptaannja.
Tidak! Tidak, djiwa jang begitu murni tidak dapat mengikuti
tjara hidup jang berlaku pada waktu itu. Djiwa jang sutji lagi
murni itu harus menjerah diri kepada Allah, Allah jang maha esa
n maha kuasa, menjerah diri dengan sesempurna-sempurnanja.
Tuhan berkat a: Serahkanlah dirimu. Dia berkata: Aku menje-
rahkan diriku bagi Tuhan seru sekalian al am" (Qur'an II: 131).
Segala do' anja, segala sembahjangnja, segala ibadatnja, segala
hidup dan matinja lalu diuntukkan bagi Allah, pemelihara segala
alam ini, Allah jang tidak dua dan tiga, Allah jang hanja satu dan
tunggal dan Allah jang lajak disembah, sesuai dengan adjaran Nabi
Ibrahim jang sutji. Dan inilah jang dianggap diperintahkan kepa-
danja, sehingga Muhammad mendjadi orang Islam jang pertama
dan ut ama, jang menjerahkan seluruh badan dan djiwanja kepada
Tuhan dengan do' anja: O Tuhanku, tundjukilah daku unt uk me-
ngerdjakan amal-amal jang baik, tundjukilah daku unt uk berlaku
dengan kelakuan jang terpudji, tidak ada jang akan menundjuki
28
daku untuk perbaikan hidupku, melainkan hanja engkau". Dalam
do' anja ia selalu berseru: O Tuhanku, djauhkanlah perbuatan
2
djahat dari padaku, hindarkanlah diriku dari pada tingkah laku
jang tertjela, dari pada segala matjam perangai jang terkutuk,
karena t ak ada jang akan dapat menghindarkan daku dari pada
segala kedjahatan itu melainkan hanja engkau djua. O Tuhanku,
hanja bagimulah aku ruku' dan sudjud, hanja kepadamulah aku
beriman dan pertjaja, hanja untukmulah aku islam dan menjerah
diri, dan hanja kepadamulah aku bertawakkal dan membulatkan
tekadku. Hanja engkaulah Tuhan dan tuanku, djadikanlah seluruh
djasadku chusju' bagimu, djadikanlah seluruh pendengaranku,
seluruh pemandanganku, seluruh dagingku, seluruh darah dan
tulangku tunduk mengabdi kepadamu, wahai Tuhan pentjipta se-
kalian alam. O Tuhanku, ampunilah dosaku jang lalu dan jang akan
datang, ampunilah apa jang terguris menjimpang dari pada ke-
hendakmu, jang tersembunji atau jang terang, karena engkaulah
jang lebih mengetahui dari pada gerak-gerik hati dan djiwaku,
engkaulah Tuhan jang tak ada mula sedjak kalanja, engkaulah
Tuhan jang t ak ada arhir kesudahannja, tak ada Tuhan melainkan
hanja engkau"!
Demikianlah djiwa agama Nabi Muhammad, demikianlah
djiwa ibadatnja, djiwa menjembah Tuhan mengagungkannja se-
hingga mendjadi satu dengan darah dagingnja, meresap merasa
dan merata seluruh anggotanja. Sungguh Nabi Muhammad telah
mentjapai tingkat jang tertinggi, deradjat jang tidak ternilai dalam
meng-ichlaskan hidupnja unt uk Allah, berfana diri dalam men-
t aat i dan mentjintai Tuhannja dengan ibadatnja siang malam.
Sedjarah hidupnja mengemukakan hal ini tidak dari satu
sumber tjeritera, tetapi tiap lawan dan kawan mengakui Nabi
Muhammad ialah seorang jang tiap detik dan saat membesarkan
Tuhannja dengan ibadat, menghubungi Tuhannja dengan do' a dan
madah hati seichlas-ichlasnja.
Ini diakui oleh pengarang barat dan pengarang timur.
I mam Mawardi (450 H.) tatkala menggambarkan peribadi
Nabi Muhammad berkata, bahwa ia adalah seorang tokoh bagi
achlak jang tertinggi dan afal jang terindah, seorang jang lajak
unt uk menduduki tempat tertinggi dan mengerdjakan perbuatan
jang terutama, karena tingkah laku dan perbuatannja itu mendjadi
t unt unan bagi umat manusia, dan kedudukannja sebagai Nabi
mengatasi kedudukan lain, karena kedudukan itu adalah merupa-
kan utusan ant ara Tuhan dan hambanja. Ia dibangkitkan unt uk
menjelamatkan manusia, tetapi djuga unt uk mentaati dan menga-
djarkan orang t aat kepada Chalik, kepada pentjiptanja. Tidak ada
jang dapat menjamai keagungannja dalam bentuk peribadi dan
dalam bentuk budi pekerti, dalam kata dan utjapan dan dalam
usaha serta perbuatan. Oleh karena itu Tuhan memudji tingkah
laku dan perangainja dalam Qur an dengan sandjungan: Sesung-
guhnja engkau adalah tjiptaan budi pekerti jang luhur". Menurut
i
29
Mawardi Nabi Muhammad adalah tjontoh dan tokoh ichlas, jang
lebih dit j intai oleh Sahabat-sahabatnja dari pada ibu bapanja dan
anaknja sendiri, lebih digemari dari pada segelas air sedjuk dite-
ngah-tengah padang pasir jang panas terik, karena peribadinja
dapat menarik djiwa sekitarnja, seakan-akan ia mempunjai daja
penarik jang luar biasa oleh ketjerdasan akalnja, kesehatan tjara
berfikir dan kesutjian tjita-tjitanja, ia selalu benar dalam perasa-
annja, selalu tepat dalam pandangannja, selalu dapat merangkup-
kan dan menangkupkan hubungan, sabar atas tiap-tiap malapetaka,
sederhana dalam hidupnja, selalu merendah diri, selalu tjinta dan
kasih sajang, sopan santun dalam segala keadaan, menepati djandji,
tiendekia dan bidjaksana, mempunjai ilmu pengetahuan jang
melaut, mempunjai kekuatan ingatan jang luar biasa, penggerak
dan pembangkit djiwa unt uk berbuat segala kebadjikan, seorang
jang fasih lidahnja, seorang jang lantjar bitjaranja, sumber
hukum
2
sjariat, pandai mempergunakan kemakmuran dunia se-
kedar unt uk keperluan hidup, dan berani menentang musuh dan
kezaliman.
Leonardo pernah berkata mengenai peribadi Nabi Muhammad :
,,l)jika ada seorang diatas muka bumi ini jang telah mengenal
Tuhan sebenar-benarnja, dan djika pernah ada seorang laki-laki
diatas bumi ini, jang pernah mengichlaskan dirinja kepada Tuhan-
nja itu, jang mempunjai pembawaan dalam mengchidmatmja
dengan niat memuliakan dan mempertahankan kesutjian Tuhan
itu, maka orang itu dengan tidak ragu-ragu dapat kita sebutkan
Muhammad Nabi orang Arab".
Dalam Encyclopaedia Brittannica tertulis dengan megah ten-
tang Nabi Muhammad: Muhammad telah mentjapai kemenangan
jang gilang-gemilang, jang belum pernah ditjapai oleh seorang
Nabipun sebelumnja dan tidak pula oleh salah seorang pemimpin
agama ditiap masa dan zaman.
Dan Bos worth Smith dengan tidak ragu-ragu menerangkan,
bahwa Muhammad t ak dapat dibantah lagi adalah seorang pem-
bangun budi pekerti manusia jang terbesar.
Memang t ak dapat diingkari bahwa Nabi Muhammad itu
menggantungkan seluruh hidupnja kepada kerelaan Tuhan, dalam
kesenangan ia bersjukur dan memudji, dalam kesukaran ia memo-
hon dan menjerah diri dan dalam menghadapi sesuatu larangan
Tuhan ia selalu meminta dilindungi dan disajangi. Ia mentjintai
Tuhan lebih dari pada ia mentjintai dirinja sendiri, kepada nikmat -
nja selalu ia sjukur, t ak pernah ia kufur.
Dengarlah apa jang sering diutjapkannja: , , 0 Tuhanku!
Bagimu segala pudji, engkaulah pentjipta langit dan bumi serta
isi kandungannja, t ak ' habis-habis aku bersjukur dan memudji,
engkaulah pentjipta angkasa dengan isinja, t ak habis-habis aku
bersjukur dan memudji, engkaulah tjahaja langit dan bumi serta
isinja, t ak habis-habis aku bersjukur dan memudji, engkaulah
radja langit serta isinja, dan bagimulah segala pudji dan san-
30
djungan, karena engkaulah kebenaran jang ditjari, engkaulah
kebenaran jang didjandjikan, engkau adalah hak jang benar,
djandjimu benar, akan menemui engkaupun benar, segala firman-
mupun benar, sorgapun benar, nerakapun benar, Nabi-Nabipun
benar, Muhammadpun benar dan hari kesudahannjapun benar,
semuanja adalah hak dan benar. O Tuhanku, hanja kepadamu
aku menjerah diri, hanja kepadamu aku beriman, hanja kepadamu
aku tawakkal, hanja kepadamu aku mengeluh, mengadukan na-
sibku dan hanja kepadamu aku berpedoman dan ment j ari hukum.
Ampunilah dosaku jang telah lalu, maupun jang akan datang,
baik jang tersembunji maupun jang terang-terang, engkau jang
mula tidak berpangkal, achir tidak berkesudahan, tidak ada
Tuhan melainkan engkau dan tidak ada daja upaja melainkan
dengan bantuan engkau".
Memang seluruh hidupnja takluk kepada Tuhan, tiap saat ia
menjebut namanja, tiap saat ia mengikuti firmannja, hanja Allah
jang ditakuti dan hanja Allah jang ditjintai, dalam memudjinjalah
tubuhnja hanjut dan lenjap baik siang maupun malam. Betapa
tidak, tiap perkara jang datang jang ditjintainja ia menjambut
dengan memudji Tuhan, jang menjempurnakan tiap-tiap perbaikan
dengan nikmatnja, dan tiap pekerdjaan jang tiba jang dibentjinja,
pun ia memudji Tuhan unt uk segala perkara, djika ia berkeinginan
akan berbuat sesuatu ia djuga memudji Tuhan dengan meminta
dibimbing dan ditundjuki, apabila ia hendak bepergian, ia berkala:
, , 0 Tuhan, dengan namamu aku mentjari hubungan dan dengan
namamu aku meletakkan langkah bepergian", dan apabila ia hendak
tidur, ia berkat a: , , 0 Tuhan, dengan namamu aku membaringkan
badanku dan dengan namamu pula aku menggerakkannja", apabila
ia bangun, ia memudji Tuhan pula, jang telah menghidupkannja
sesudah ia pernah dimatikan dan kepadanja ia kembali. Tiap ia
memakai pakaian baru, ia tidak lupa memudji Tuhan jang telah
memberikan dia bahan unt uk menghiasi badannj a diwaktu hidup,
djika ia makan djuga ia memudji Tuhan, jang memberikan dia
makanan dan minuman dan mendjadikan dia seorang muslim,
djika ia minum ia memudji Tuhan jang telah mendjadikan air itu
sedjuk dan njaman sebagai rahmat dari padanja, tidak mendjadi-
kan air itu asin dan berbahaja karena dosanja. Apabila ia berbalik
diatas tikar diwaktu malam ia berkata: Tidak ada Tuhan melain-
kan Allah jang esa dan perkasa, Tuhan jang memiliki tudjuh petala
langit dan bumi dengan segala kekuatan jang terdapat diseluruh
ruang angkasa, ialah Tuhan jang besar lagi pengampun", dan apa
bila ia berbangkit bangun ditengah malam hari dari pada tidur-
nja, tidak pula ia lupa mengutjapkan: O Tuhan, berikanlah aku
ampun dan belas kasihanilah aku serta tundjukilah aku kepada
djalan jang benar".
Memang demikianlah gambaran djiwa agamanja dan djiwa
ibadatnja, segala perbuatannja mendjadi tjontoh, mendjadi sunnah
jang diikuti orang kemudian, tjara bersutjinja mendjadi tjontoh,
31
tjara ia berwudhu, tjara ia menjapu sepatunja, tjara tajammum,.
t j ara mandi, semuanja ditjatat orang untuk ditiru dikerdjakan
sehari-hari. Segala sembahjang jang wadjib dengan segala kaifi-
jatnja, sedjak dari iftitahnja sampai kepada memilih batjaan
2
nja
ditiap-tiap sembahjang itu, tjara rukuknja, tjara sudjudnja, tjara
duduknja, tjara bangunnja, tjara salamnja, qunutnja, do' anja,
takbirnja, tahmidnja, semuanja adalah tjontoh-tjontoh jang di-
kerdjakan oleh ummatnja. Begitu djuga tjara ia berpuasa, tjara
ia berniat, tjara ia beribadat malam hari, tjara ia makan sahur,
tjara ia berbuka, bahkan tjara ia memilih makanan unt uk berbuka,
tjara tidur, semuanja mendjadi bahan-bahan hukum fiqih bagi
orang Islam. Begitu djuga segala t ut ur katanja dan usahanja me-
ngumpulkan hart a benda dari orang kaja-kaja unt uk dibagikan
kepada orang miskin adalah bahan-bahan pembitjaraan mengenai
zakat dan pada achirnja tjara ia naik Hadji dan tjara ia ber-umrah,
tjara ia thawaf dan sa'i dan segala sesuatu ibadah sekitar Ka' bah
dan Masdjidil Haram, jang telah dibersihkan dari pada sjirk dan
penjembahan berhala, semuanja merupakan rukun Islam, meru-
pakan bab ibadat dan muamalat didalam kitab fiqih unt uk tun-
t unan hidup ummat Islam dikemudian hari.
Tetapi djuga dalam ibadahnja itu terdapat toleransi. Di-
samping ia beribadat sebanjak-banjaknja, ia tidak ingin pengikut-
nja beribadat pula seperti dia, karena ia t ahu bahwa mereka tidak
seiman, tidak seichlas dan tidak sekuat dia dalam melakukan bebe-
rapa tjara penjembahan terhadap Tuhan itu. Untuknja sendiri
memang selain unt uk keperluan umum dan kehidupan keluarnja
seluruh waktu' digunakan unt uk beribadat menjembah dan me-
ngagungkan Tuhan.
Anas bin Malik mentjeriterakan, bahwa ada beberapa ban jak
ahli ibadat pada suatu hari mengundjungi isteri dan rumah-rumah
Nabi unt uk menanjakan bagaimana tjara Nabi beribadat.
Sesudah Siti Aisjah mentjeriterakan, bagaimana sibuknja
Nabi siang dan malam dengan sembahjang dan do' anja, orang
2
itu
menggeleng-gelengkan kepalanja dan berkata: Apalah artinja
kegiatan dan kesungguhan kita selama ini dibandingkan dengan
ibadat Rasulullah". Maka melihat hal itu seorang diantara mereka
berkata, bahwa ia akan mengerdjakan ibadat sembahjang itu terus
menerus siang dan malam hari. Jang lain berkata pula, bahwa ia
berdjandji akan terus menerus saban hari puasa, dan jang lain lagi
berkata, bahwa ia tidak akan kawin selama-lamanja dan tidak akan
mau berhubungan lagi dengan wanita. Tatkala kabar ini sampai
kepada Rasulullah, maka iapun memanggil semua orang-orang itu
unt uk mendjelaskan duduk perkara ibadat ini, katanja: Bagiku
segala ibadat jang kukerdjakan itu kurasa ringan, tetapi belum
tentu bagimu. Tidaklah kukehendaki jang demikian itu unt uk kamu
kerdjakan pula. Demi Tuhan, bahwa aku adalah seorang jang lebih
t akut dan lebih takwa kepada Allah. Tetapi akupun berpuasa dan
berbuka, aku sembahjang pada malam hari dan meluangkan wakt a
32
unt uk tidur, aku kawin dan bergaul dengan isteriku. Maka barang
siapa jang tidak senang pda djalanku ini ia tidak termasuk golong-
anku".
Demikianlah Nabi meletakkan sesuatu pada tempatnja, tidak
ingin melihat orang diberatkan dengan ibadat meskipun ia sendiri
melakukan ibadat itu sebanjak-banjaknja. Demikianlah toleran-
sinja dalam ibadat. Bagi orang jang kuat mengerdjakan sekuat
kuasanja, bagi orang jang lemah memperhatikan akan kelemahan-
nja dan menjesuaikan diri dengan apa jang dilakukannja.
Mughirah bin Sju' bah pernah mentjeriterakan bagaimana
tjara Nabi sembahjang. Katanja: Nabi sembahjang demikian
lamanja, sehingga kaki dan betisnja mendjadi bengkak olehnja".
Tetapi tatkala ia bertanja, mengapa Nabi sekian lama berdiri dalam
sembahjangnja, Nabi mendjawab: Bukankah aku ini seorang
hamba Tuhan jang ingin bersjukur kepadanja ?"
Ibn Mas' udpun pernah sembahjang dengan Nabi pada suatu
malam. Ia mentjeriterakan, bahwa Nabi dalam sembahjangnja
demikian lama berdiri, sehingga Ibn Mas'ud tak kuat mengikutinja
dan hampir menjudahi ibadatnja lebih dahulu. Abdullah bin Umar
meriwajatkan bahwa Nabi pernah berkata: Sembahjang jang
kugemari ialah sembahjang Nabi Dawud, puasa jang kugemari
ialah puasa set j ara Nabi Dawud, karena Nabi Dawud itu tidur se-
tengah malam dan bangun pada sepertiga malam jang achir lalu
ia sembahjang. Ia puasa sehari berbuka sehari".
Memang demikianlah ibadat Nabi, tetapi djanganlah orang
bersangka, bahwa ia akan memberatkan sedemikian itu kepada
orang lain.
Siti Aisjah menerangkan, bahwa banjak sekali Nabi mening-
galkan didepan umum amalan-amalan jang digemari unt uk diker-
djakan, karena t akut bahwa orang akan mentjontoh jang demikian
itu kepadanja sedang ia berpendapat orang itu tak kuat menger-
djakan atau tiap amal ibadat itu dianggap fardhu semuanja.
Sementara ia at jap kali berpuasa meneruskan siang malam
dengan tidak berbuka dan makan sahur, terkadang sampai dua
atau tiga hari lamanja, terutama pada achir-achir Ramadhan,
sebagaimana jang pernah ditjeriterakan oleh Anas, ia tidak ingin
orang lain berbuat jang demikian itu. Bahkan ia nasihatkan kepa-
danja untuk tidak mengikut tjara ia berpuasa karena ia sendiri
berlainan sifatnja dengan orang banjak. Kat anj a: Meskipun aku
tidak berbuka, tetapi Tuhan memberikan daku makan dan minum
jang tjukup, meskipun dalam tidurku sekalipun".
Aisjah mentjeriterakan, bagaimana Nabi meninggalkan sem-
bahjang malam di Mesdjid dalam bulan puasa. Pada suatu malam
t at kal a Nabi sembahjang malam di Mesdjid, maka banjaklah orang
mengikutinja dibelakang. Pada malam jang kedua iapun keluar
sembahjang pula di Mesdjid, maka orang jang mengikutinja ber-
tambah banjak. Tatkala malam jang ketiga ternjata orang jang
menanti-nantikannja di Masdjid itu berlipat ganda dari pada jang
33
telah sudah, Rasulullah tidak djadi keluar untuk sembahjang ber-
sama mereka itu. Keesokan harinja ia berkata kepada sahabat
2
jang menanti-nantikannja semalam itu: Aku tahu akan niat dan
perbuatanmu berkumpul semalam. Tetapi aku tidak keluar untuk
mengimami salat malam itu, karena aku takut bahwa ibadat ini
akan dianggap difardhukan atasmu".
Djika ia memimpin sembahjang, ia sangat mendjaga agar
pimpinannja itu tidak memberatkan bagi pengikutnja. Atjap kali
mempertjepat sembahjangnja, atjap kali memendekkan batjaan
2
dan do'anja, atjap kali memendekkan chotbah dan segala sesuatu
jang dianggap dapat menjusahkan bagi pengikutnja itu.
Begitulah pada suatu hari dalam bulan Ramadhan Rasulullah
sembahjang dalam Masdjid. Anas datang dengan diam
2
sembah-
jang dibelakangnja. Kemudian datang pula dua tiga orang lain
lagi jang turut djuga berma'mum dibelakang Nabi. Tatkala Nabi
mengetahui sudah ada orang dibelakangnja, maka dengan tiba
2
ia mempertjepatkan sembahjangnja untuk memudahkan bagi pe-
ngikut-pengikutnja itu. Dan sesudah selesai dia mengimami salat,
ia pergilah kesuatu tempat lain jang sunji, dan disanalah dihabis-
kannja waktunja untuk sudjud dan rukuk. Tatkala pagi hari Anas
bertanja kepadanja: Apakah engkau sengadja meringankan
sembahjang itu bagi kami?", maka djawabnja: Sesungguhnja
jang berat dan pandjang itu hanja kukerdjakan bagiku sendiri
dalam kegembiraan".
Sungguh-sungguh Nabi tahu, bahwa ibadat jang baik itu adalah
ibadat jang dikerdjakan dengan suka rela, bukan dengan rasa pak-
saan atau dengan djiwa tertekan, maka akan tidaklah tertjapai
tudjuannja. Itulah maka sebabnja atjap kali ia menasehatkan
kepada orang lain, bahwa mereka dihari puasa segera berbuka dan
menta'chirkan makan sahur, itulah sebabnja ia menasehatkan
kepada Abu Thalhah jang ingin mewaqafkan semua kebon korma-
nja, supaja ia memperhatikan nasib keluarganja, dan oleh karena
itu tjukup sepertiga dari pada hartanja diwaqafkan, dan tidak lupa
kita kepada kewadjiban Had j i jang hanja diletakkan kepada
mereka jang mampu mengerdjakannja. Selandjutnja dapat ditje-
ritakan, bahwa pada suatu hari Abu Hurairah duduk dipinggir
djalan sedang ia merasa sangat lapar.Tatkala Abu Bakar lalu disitu,
ia bertanja ajat apa jang harus dibatja dari pada Qur'an untuk
menekan laparnja. Abu Bakar tidak mendjawab dan berdjalan te-
rus. Kemudian lalu pula Umar ibn Chattab. Abu Hurairah meminta
pula kepadanja, ditundjukkan ajat Qur'an jang dapat menahan
laparnja. Umar tidak berbuat apa
2
dan meneruskan perdjalanan-
nja. Kemudian lalulah disitu Nabi Muhammad. Nabi tersenjum
melihat Abu Hurairah, Nabi tersenjum karena mengetahui apa
jang terkandung dalam dirinja dan jang tersirat dimukanja. Nabi
mengadjak Abu Hurairah mengikut. Tatkala sampai dirumah
Nabi, ia mengeluarkan sebuah bedjana susu dan disuruh minum-
nja kepada Abu Hurairah sehingga tidak dapat dihabiskannja.
34
Ada suatu tjeritera pula jang menerangkan, bahwa disamping
ibadat, bagaimanapun diandjur dan dipudjikan, orang tidak boleh
melupakan kesanggupan badan sendiri.
Pada suatu hari Salman Farisi mengundjungi rumah Abu
Darda', jang telah dipersaudarakan Nabi dengan dia. Maka di-
dapatinja isterinja bermurung, tak gembira seperti biasa. Tatkala
ditanja, isterinja mentjeriterakan, bahwa Abu Darda' sedjak itu
ingin meninggalkan segala kesenangan dunia ini, ingin meninggal-
kan makan dan minum, karena dianggapnja makan dan minum
itu dapat mengganggu takwanja kepada Tuhan. Mendengar itu
Salman Farisipun murkalah, lalu sambil menjadjikan makanan
kepada Abu Darda' berkata dengan geramnja: Aku perintah-
kan kepadamu supaja engkau makan. Sekarang djuga!". Abu
Darda' lalu makan. Tatkala sampai waktu tidur Salman mem-
beri perintah lagi: Aku perintahkan kepadamu supaja engkau
pergi beristirahat dengan isterimu !". Dan kemudian tatkala
sampai waktu sembahjang ia membangunkan pula saudaranja itu
sambil berkata: Hai Abu Darda', bangunlah engkau sekarang
dari pada tidurmu dan sembahjanglah engkau mengagungkan
Tuhan".
Kemudian didjelaskan Salman kepada Abu Darda' dengan
katanja: Kuperingatkan kepadamu, bahwa beribadat terhadap
Tuhanmu merupakan suatu kewadjiban, merawat dirimupun me-
rupakan suatu kewadjiban, dan melajani keluargamu itupun suatu
kewadjiban pula untukmu. Penuhilah segala kewadjiban itu me-
nurut haknja masing-masing".
Tatkala pada keesokan harinja kelakuan dan tindakan
Salman Farisi ini terhadap Abu Darda' disampaikan kepada
Nabi, Nabi berkata: Benar sungguh apa jang dikatakan oleh
Salman".
Nabi bersifat tasamuh dan tajasur, harga menghargai dan
mudah-memudahkan. Ia tidak memberatkan manusia dengan
ibadat, tetapi meringankan ibadat itu sekuasanja. Ia berkata:
Permudahlah sesuatu, djanganlah kamu mempersukarkan".
Berbuatlah persediaan untuk hari achiratmu, tetapi djanganlah
melupakan kewadjiban-kewadjiban duniamu dan urusanmu di-
dunia ini". Ia berdo'a: O Tuhanku, djanganlah engkau bebani
kami ini dengan beban jang tak terpikul oleh kami, beri maaflah
kepada kami, dan ampunilah semua dosa kami, belas kasihanilah
kami, karena engkaulah Tuhan kami dan hindarkan apalah kami
dari pada dosa orang-orang kafir".
Memang agama itu ringan, dan oleh karena itu pada suatu hari
alangkah marahnja Rasulullah, tatkala kepadanja ditjeriterakan
orang, bahwa ada beberapa orang sahabatnja, jang sedang dalam
perdjalanan melihat sebuah gua, jang terletak didampingi mata
air, jang hening dan djernih dengan tumbuh-tumbuhan jang serba
hidjau dikelilingnja, ingin hendak mendjadikan tempat itu seba-
gai tempat beribadat dalam pertapaan. Tatkala Rasulullah men-
35
dengar tjeritera ini ia lalu berkata : Tjara jang demikian itu adalah
tjara jang terdjadi dalam kalangan orang-orang Jahudi dan Nas-
rani pada masa dahulu kala, tetapi aku datang dengan agama Nabi
Ibrahim jang sangat mudah dan ringan bagimu". Memang Rasulul-
lah sedapat mungkin mentjegah segala ibadah jang bersifat Ruh-
banijah, dan mengandjurkan kepada orang banjak agar dalam
beribadat mereka tidak merasa diberatkan.
Pada suatu perdjalanan ke Mekkah dalam bulan puasa, ia
memberikan tjontoh kepada manusia, bahwa agama itu tidak
mempunjai tudjuan untuk mengazabkan mereka, terutama di-
kala-kala jang penting dan penuh dengan penderitaan. Tatkala
semua pengikutnja kelihatan sangat lemah pada siang hari itu,
ia lalu mengangkat sebuah timba berisi air dan mulai membuka
puasanja sambil berkata: Inilah suatu keringanan Tuhan bagi
hambanja".
Tatkala dikatakan orang kepadanja, bahwa masih ada dian-
tara sahabat jang menganggap dirinja kuat hendak meneruskan
puasanja, iapun menerima berita itu dengan penuh hormat: Me-
reka itu adalah orang-orang jang kuat dalam melakukan amal
2
kebadjikan".
Tidak sadja untuk dirinja, tetapi untuk pengikut-pengikutnja
Nabi memberi tjontoh meringankan sembahjang dalam perdja-
lanan, baik dengan menggabungkan antara dua matjam sembah-
jang (djamak), baik dengan meringkaskan jang ampat mendjadi
dua raka'at
t
sadja (qashar), bahkan lebih ringan lagi bagi orang
jang sakit dengan sembahjang isjarat dan sembahjang duduk atau
berbaring.
Bagaimanakah tidak didjadikan teladan, orang jang demikian
indah dalam afal dan perbuatannja, orang jang demikian bidjak-
sana dalam memberikan tjontoh-tjontoh jang sesuai dengan watak
pengikutnja, penuh toleransi, penuh sabar dan keichlasan, selalu
berichtiar mempermudah dan tidak mempersukar, melatih dan
menggerakkan djiwa pengikutnja, agar dengan suka rela mereka
mengerdjakan amal ibadatnja, tidak dengan merasa terpaksa dan
tidak dengan merasa tertekan.
Tjontoh-tjontoh ini hanja dapat dimiliki oleh orang-orang
jang paham akan sunnah dan penghidupan Nabi, jang selalu
menghadapi suasana dengan dada jang lapang dan dengan
perasaan jang terbuka. Tjinta jang tumbuh dengan suka rela
akan abadi, tetapi tjinta jang dipaksakan biasanja tidak lama
usianja. Nabi lebih menghargakan sesuatu jang dikerdjakan
ummatnja dengan kejakinan jang tumbuh dari pada diri sendiri,
karena kegiatan jang tumbuh dari pada keinsjafan djiwa itu akan
tidak lapuk karena hudjan lekang karena panas. Tak lari gunung
dikedjar.
Inilah tjontoh-tjontoh toleransi jang diberikan kepada kita
oleh al matsalul a'la fitta'abbud wan nusuk", tjontoh jang utama
dalam beribadat dan berbuat kebadjikan.
-2. f^entetXekaciH be
etaaawiA.
Orang selalu menuduh, bahwa Islam disiarkan dengan pedang
dan paksaan. Orang selalu menjiar-njiarkan, bahwa pemeluk
2
Islam
pernah memperkosa pengikut-pengikut agama lain dengan keke-
djaman, supaja masuk Islam. Pikiran jang sesat ini, jang mula
2
dilemparkan oleh beberapa pengarang bangsa Barat kepada Islam,
perlahan-lahan telah mendjadi sumber kejakinan di Barat dan
di Timur, sehingga mereka jang hanja mengenal Islam dari
keterangan
2
jang tidak benar itu, meskipun mereka kadang
2
anak
dan putera dari orang-orang Islam sendiri, telah memandang agama
Islam tak dapat didjadikan dasar perdamaian, tak dapat didjadi-
kan dasar kerdja bersama dengan golongan jang lain paham kea-
gamaannja. Paham jang salah ini menimbulkan ketakutan jang
amat sangat didalam bermatjam-matjam golongan bangsa kita,
jang merasa dirinja, djikalau Islam kelak berpengaruh didalam
pemerintahan, mereka akan menderita kekedjaman dan peng-
hinaan.
Barang siapa mengetahui sedjarah Islam, baik riwajat per-
djuangan Nabi Muhammad s.a.w. maupun pemerintahan dizaman
Chalifah-Chalifah Islam dan radja-radja dahulu dan sekarang, jang
mengikut djedjak Djundjungan Islam itu, akan tersenjum melihat
ketakutan dan ketjurigaan jang tak pada tempatnja itu.
Maupun didalam penjiaran agama, didalam perdjuangan
sosial, politik dan ekonomi, maupun didalam penjerbuan dan
pertempuran, peperangan dan perkelahian, Islam selalu meme-
gang teguh prinsipnja, kesatrija, berlapang hati, selalu bersikap
menghargakan kepertjajaan golongan lain, belum pernah memper
gunakan kekedjaman dan perkosaan, djika tidak pada tempatnja.
Didalam memenuhi kewadjiban menjampaikan da'wah dan seruan
kebenaran, Islam membawa agama jang tel quel, terus terang, ter-
lihat njata dengan tak ada rahasianja, djika suka boleh diambil,
ingin boleh dipeluk.
Tuhan berkata dalam Qur'an, bahwa manusia diatas muka
bumi ini didjadikan bergolong-golongan, supaja mereka berkenal-
kenalan diantara satu sama lain. Dan pemeluk Islam berpegang
kepada perintah Allah, bahwa tak ada paksaan dalam agama, jang
baik sudah terang, jang buruk sudah ternjata. Orang Islam maupun
keradjaannja tidaklah bermaksud akan mengislamkan manusia
dengan kekedjaman, dengan pedang dileher, tetapi i'tikat mereka
jang teguh ialah akan membawa seluruh ummat manusia kedjalan
Allah, kedjalan Islam, djalan arah keselamatan dan bahagia, de-
ngan alasan-alasan jang njata, dengan paham agamanja jang luas
dan berdasar ilmu dan akal.
Mereka jakin, bahwa djika hak sudah datang, jang batal tentu
akan lenjap sendiri.
37
Qur'an menerangkan bahwa tiap-tiap manusia hanja menang-
gung djawab terhadap Tuhan, dan perselisihan tentang kejakinan
akan diputuskan kelak dipadang Mahsjar, hari peradilan.
Tetapi disamping itu, djika Islam diganggu, agamanja ditje-
markan, kemerdekaannja hendak dirampas, ketika itulah pemeluk
Islam menghunus pedangnja jang tadjam dibawah komando Allah
Serbulah mereka, sehingga tak ada fitnah lagi dan semua agama
mendjadi milik Allah" (Qur'an VIII: 39).
Pemeliharaan kemerdekaan beragama ini tidak didalam teori
sadja, tetapi Nabi Muhammad s.a.w. memperlihatkan sikap itu
dalam praktijk. Tidakkah beliau berdjandji melindungi djiwa,
agama dan harta benda kaum Kristen di Nadjran dan sekitarnja
dalam 631632 ? Diperintahkannja, bahwa kepertjajaan mereka
itu tidak boleh diganggu, kebiasaannja tidak boleh disinggung, hak
dan kewadjibannja tidak boleh diubah. Pendeta dan Guru agama-
nja tidak boleh dipetjat, besar ketjil semua mereka harus merasai
keamanan hidupnja, sebagaimana dizaman sebelum beliau, begitu
djuga dimasa beliau memegang kendali pemerintahan. Patung dan
palang salib tidak dibinasakan, mereka tidak boleh menindas dan
tidak boleh ditindas, mereka tidak boleh membalas dendam sebagai
dalam zaman djahilijah, bea persepuluhan tidak ditarik dan mereka
tidak diwadjibkan memberi makanan kepada tentera Islam dan
lain-lain. Ditjeriterakan, bahwa didalam zaman Rasulullah datang
kepada beliau beberapa orang pendeta Kristen, hendak berbitjara
tentang soal agama. Orang-orang Islam jang terkenal ramah-tamah-
nja menempatkan mereka itu dirumah-rumah disekeliling dan djuga
didalam mesdjid Djundjungan kita sendiri. Tamu-tamu itu me-
numpang disana beberapa hari sampai kepada hari Minggu, hari
Tuhan Jesus. Bagi orang Islam seluruh bumi Allah itu mesdjid dan
musalla, tetapi tamu-tamu Kristen itu harus pergi kegeredja, jang
didalamnja mereka dapat menjembah Tuhannja. Apa akal? Di-
sekeliling tempat mereka menumpang itu tidak ada geredja. Dan
didalam kesukaran rohani itu, Djundjungan Islam datang menolong.
Nabi Besar Muhammad s.a.w. mempersilahkan mereka memper-
gunakan mesdjid beliau sendiri. *)
Adakah tjontoh kesatria jang lebih sempurna? Rumah Allah,
tempat menjembah Tuhan jang tidak berbapak dan tidak beranak,
diserahkan untuk tempat sembahjang mereka jang pertjaja akan
adanja Anak Allah. Kedjadian jang tidak dapat digambar-gambar-
kan oleh mereka, jang selalu menghina dan bersempit hati terhadap
Islam, jang selalu melihat momok didalam agama jang satu-satunja
bersikap netral terhadap kepertjajaan golongan lain.
Tidak sadja ummat Kristen dan Jahudi jang masuk golongan
ahli kitab, jang dengan mereka itu disuruh berunding dengan
tjara jang baik", djika mereka tidak bermusuhan dengan Islam,
tidak mengganggu kemerdekaan agama dan nusanja, tetapi sikap
!) Ibnu Qajjim, Zadil Ma'ad, I I I : 49 (Wafd Nadjran).
38
jang muha itu diperlihatkan kepada pengikut Zoroaster, penjem-
bah api sebagai jang terdjadi dengan pengiriman surat beliau
kepada Farruch bin Sjachsan, saudara dari Salman Farsi, dan
kepada golongan-golongan jang berlainan paham ketuhanannja
dengan Islam. Pengarang-pengarang sedjarah Islam jang terkenal
atau jang tidak terkenal, dari anak Islam sendiri atau dari mereka
jang bukan Islam, sesudah menjelidiki keadaan jang sesung-
guh-a, mau tidak mau, mereka terpaksa menerangkan bahwa
diantara agama
2
dimuka bumi ini Islamlah jang terlalu bersikap
toleransi', bersikap sangat menghargakan kepada kepertiaiaan
golongan lain. '
J
Tidak sadja sikap Djundjungan Islam membuktikan hal itu
?l P.
l l t l kn
J
a d a n
djedjaknja selalu diturut dan diikuti oleh
Cnahfah jang empat, sahabat-sahabatnja, radja-radja Islam setiap
masa dan musim. Sedjak dari Chalifah Abu Bakar, jang selalu me-
nasihatkan panglima perangnja Chalid bin Walid harus memelihara
kemerdekaan beragama, melindungi djiwa dan harta golongan jang
berlainan paham, bersikap djudjur dan kesatria diwaktu peperang-
an, sedjak dan Sajjidina Umar bin Chattab, pembangun zaman
keemasan jang gilang-gemilang dalam sedjarah kenegaraan Islam
jang didalam pemerintahannja ummat Islam beroleh kemenangan
dimana-mana, di Buwaib, dalam peperangan Qudisijah, jang dapat
menentukan nasib Iraq, dalam mendjatuhkan kota Madain jang
angkuh dan menghinakan Islam, dalam kemenangan Nihawand
takluknja Mesopotamia, dalam membinasakan keradjaan Persia
jang oleh orang Islam disebut kemenangan dari segala keme-
nangan , sedjarah dan Sajjidina Umar, jang didalam pemerintah-
annja tentera Islam tidak sadja ke Timur tetapi mengalir sebagai
air bah ke Barat, kekuatan tentera jang waktu itu tak ada tan-
dmgannja, jang djika mereka hendak berbuat sewenang-wenang
dapat membinasakan agama dan kepertjajaan Zoroaster sampai
keakar-akarnja, namun tetap bersifat kesatria, berlapang hati
terhadap agama dan paham golongan ummat jang berlindung di-
bawah pandji-pandji pemerintahannja. Tidakkah didalam peme-
rintahan Sajjidina Umar, jang dengan pimpinan Abu Ubaidah,
IJamascus jang berpagarkan tembok setinggi gunung, djatuh, Syria
Utara takluk, kota Antioche hantjur dan Heraclius lari puntang-
panting? Tidakkah didalam pemerintahan Ibn Chattab itu dengan
pimpinan Amru bin 'Ash, Palestina menjerah, Artabin dengan
tentera Rumania binasa, dan djika mereka kehendaki seluruh
daerah Jerusalem dapat diratakan dengan tanah oleh tentera Islam?
letapi tidakkah dibawah Umar, Sajjidina Umar bin Chattab itu '
djuga, jang kebidjaksanaannja telah menarik bangsa Oubthi dan
Kristen lebih suka mendjadi rakjat negara Islam dari pada men-
djadi anak buah keradjaan Rumania, ummat Kristen di Jerusalem
dibawah pimpinan Pendeta Sophronius merasa tertjengang melihat
budi dan sifat jang terlalu manis dari tentara Islam jang menang
dan masuk kekota itu? J b
39
Selusin, malah berpuluh-puluh, bahkan beratus tjontoh, jang
diperlihatkan oleh sedjarah Islam tentang sikap menghargai
kejakinan golongan lain, tidak sadja didalam pemerintahan Chali-
fah Umar jang memang terkenal akan kebidjaksanaan politiknja,
jang oleh Imam Djamaluddin Abui Faradj disebut awwal hakim
dimuqrathi fil Islam", jang benar-benar seorang demokrat Islam
jang tulen, tetapi dizaman Chalifah Utsman jang pernah mendapat
pudjian dari Bisschop Fars, tulisan dari Patriarch Kristen dari
Marw, sampai kepada Chalifah Ali, pahlawan Islam jang pernah
disebut dengan gelaran Singa Allah karena gagah perkasanja dalam
perdjuangan mempertahankan Islam dari serangan musuh, dian-
taranja suratnja kepada Bahram Sjad, anak Chirardas, kepala kelen-
teng Zoroaster, mendjadi bukti jang senjata-njatanja, bahwa ke-
merdekaan beragama dari golongan manapun djuga sangat dihor-
mati dan diperlindungi oleh pemuka-pemuka keradjaan Islam.
Demikian gambarnja praktijk politik Islam dizaman Chalifah.
Djika keradjaan Islam menang, tidaklah pernah ia memaksa musuh
menjerah dengan tidak memakai sjarat, tidaklah ia menangkap
dan menghukum pahlawan-pahlawan musuh itu sebagai pendjahat
perang, karena mereka mati-matian telah mempertahankan tanah
air dan agamanja. Djika keradjaan Islam menang, tidaklah kepala
pemerintahannja menerima keuntungan, tetapi biasanja membuat
mewadjibkan ummat Islam memelihara keselamatan hidup mereka
itu, melindungi kemerdekaan agamanja, geredja dan kelentengnja
dan segala jang bersangkut-paut dengan itu.
Perlakuan jang baik itu dirasai setiap masa dan musim oleh
golongan
2
jang berlainan kejakinannja dengan Islam. Geredja Nes-
toria, katanja, masih menjimpan sebagai kenang-kenangan surat
dari Muktafi II, Chalifah Bagdad, surat jang menurut The Bul-
letin of John Rylands Library", Manchester (1926), belum berapa
lama didapat dan didjadikan bukti oleh Dr. Mingana, untuk menja-
takan sikap kehalusan budi dari radja-radja Islam dalam zaman
kekuasaan dan keemasan Islam terhadap golongan jang berlainan
kejakinannja.
Oleh karena sikap jang demikian ummat Islam didalam zaman
keemasan dit j intai oleh lawan dan kawan.
Patriach Geredja Nestoria Isho' Yab (650660 M.) berkata:
Orang-orang Arab jang pada zaman ini telah menjerahkan Peme-
rintahan dunia seluruhnja kepada Allah, tidak membinasakan
agama Kristen; tetapi sebaliknja, mereka menundjukkan peng-
hargaannja, menghormati pendeta-pendeta dan orang-orang sutji
kita, dan terlalu banjak berbuat baik terhadap geredja dan kloos-
ters" (Assemani, Bib. Orient III: 121).
Sikap politik jang sangat ethisch ini dipakai oleh keradjaan
2
Islam di Timur dan di Barat, di Asia, di Eropa dan di Afrika, di-
dalam zaman keemasan Islam maupun sesudah zaman itu, berbeda
sekali dengan sikap keradjaan Rumania jang undang-undangnja,
baik jang mengenai pergaulan, pemerintahan atau agama, berazas-
40
kan perbedaan terhadap rakjat jang didjadikannja bertingkat-
tingkat dan berkelas-kelas.
Sungguh ban jak orang menuduh, terutama ahli ketimuran
dan Barat, untuk mengabui mata dunia, bahwa ummat Islam itu
sangat fanatik kepada agamanja, dan untuk menerangkan, bahwa
golongan-golongan manusia jang lain fahamnja tidak mendapat
perlindungan dari ummat Islam, apalagi didalam keradjaan jang
susunan pemerintahannja berdasarkan Islam.
Tetapi beberapa tjontoh dari sedjarah Islam jang diuraikan
diatas sudah menundjukkan keadaan jang sebaliknja. Djika ada
perkataan netral terhadap agama" atau istilah kemerdekaan
berfikir" didalam ilmu siasat negara-negara jang berasaskan de-
mokrasi, maka jang sesungguh-sungguhnja telah mendjalankan
dasar itu barulah keradjaan-keradjaan Islam, sedjak dahulu sampai
sekarang.
Hanja Islam jang menang dalam mempraktekkan paham
kenetralan" sesungguhnja lebih tepat: rnenghargakan keja-
kinan orang lain itu, sehingga orang Barat sendiri jang terbuka
matanja dan terkembang kupingnja, seperti H.G. Wells, pengarang
dunia jang masjhur, mengaku kelapangan Islam dalam bukunja
What is Coming", dengan kalimat jang kira-kira demikian ter-
djemahannja: Agama Islam ialah agama jang berkembang dan
hidup diudara jang terbuka, agama jang agung dan sederhana
faham dan pemakaiannja. Tidak sedikit matjam bangsa dari Nigeria
sampai ke Tiongkok jang memeluk Islam. Agama Islam hanja satu
satunja agama jang sesuai buat seluruh penduduk dunia, agama
jang sudah kita dengar mendjadi buah tutur orang, agama jang
selaras dengan tabiat alam ". Oleh karena itu pula ahli
encyclopaedia, seperti pengarang The Encyclopaedia Brittannica,
menjebut Djundjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. the most
succesful of all prophets and religious personalities" seorang dari
pada Rasul Tuhan dan pengandjur keagamaan didunia jang telah
mentjapai kemenangan achir.
Apa sebab sikap Islam semurah itu ? Didalam Islam seorang
Muslim atau kafir Zimmi itu, golongan jang tidak menjerang ke-
merdekaan Islam, jang tidak berchianat kepada Islam, sama hak-
nja. Sajjidina Ali berkata, bahwa: Darah mereka itu ialah darah
kita djuga". Djika mereka itu membajar djizjah, padjak didalam
tanah Islam, mereka berhak mendapat perlindungan dan persama-
an hak. Tentang soal kepertjajaan dan kejakinannja, bagi ummat
Islam menurut apa jang difirmankan Allah dalam Kitab Sutjinja:
Bagi kamu agamamu, dan bagi kami agama kami". Djika ummat
Islam didalam masa damai hendak menj ampaikan kepada mereka
itu da'wah Islam, maka mereka lakukan menurut firman: Serulah
mereka itu kepada djalan Allah dengan kebidjaksanaan dan nasihat
jang baik".
III. M AS J AR AK AT.
/ . <=~UJala.m, maza, petaku
Sifat Nabi Muhammad sangat tegas menghadapi masjarakat
manusia. Qur'an menggambarkan, bahwa ia keras dan perkasa
terhadap musuh, lemah lembut terhadap teman sedjawatnja.
Dalam Islam tidak diperkenankan berperang, karena pepe-
rangan itu dibentji Tuhan, karena peperangan itu adalah pembu-
nuhan, dan karena peperangan itu adalah penderitaan bagi manusia
jang akibatnja berlarut-larut. Tuhan tidak menjukai orang jang
zalim dan Tuhan tidak menjukai orang jang berbuat semena-mena.
Siasat ini terdapat dalam kehidupan Nabi Muhammad.
D jikalau kita simpulkan ajat-ajat atau hadits jang mengenai
peperangan, maka akan kita dapati peperangan itu hanja diper-
kenankan untuk membela agama dan peri kemanusiaan. Agama
Islam hanja mengizinkan orang mengangkat sendjata dan berperang
untuk salah satu dari pada tiga alasan, pertama untuk mendjamin
kemerdekaan beragama, kedua membela tanah air, termasuk diri
dan harta benda, dan ketiga untuk mentjegah dan membasmi
kezaliman dan permusuhan. Peperangan jang bersifat mendjadjah
tidak ada dalam Islam, segala peperangan jang kita sebutkan itu
adalah peperangan jang bersifat mempertahankan diri dan keja-
kinan semata-mata, itupun dilakukan dalam batas-batas jang
tertentu menurut pertundjuk Allah dan Rasulnja.
Segala sesuatu pekerdjaan masjarakat diselesaikan dengan
perundingan, dibitjarakan dengan musjawarah. Begitu djuga segala
sesuatu perselisihan, baik antara suatu golongan dengan golongan,
maupun antara suatu bangsa dengan suatu bangsa, hendaklah
diselesaikan dengan perundingan jang berdasarkan harga meng-
hargai dan hormat menghormati pendirian masing-masing, serta
diichtiarkan agar dengan perundingan itu ditjapailah suatu per-
djandjian damai jang dapat mentjegah pertumpahan darah.
Dengan pendirian ini Rasulullah mengadakan perdjandjian-
perdjandjian damai itu, baik dengan suku bangsa Quraisj, maupun
dengan bangsa Jahudi dan Nasrani sekitar Madinah, dan belum
pernah menj erang atau menjuruh menj erang sesuatu suku bangsa,
sebelum mereka dengan sengadja merusakkan perd j and j ian perle-
takan sendjata atau perdjandjian damai.
Mari kita ambil tjontoh salah satu dari pada perundingan itu,
sebagai jang pernah dilakukan Rasulullah di Hudaibijjah. Dengan
penuh toleransi ia menghadapi perundingan ini, jang dikemukakan
musuhrija dengan t j ara dan kata-kata jang tidak sedap. Dengan
penuh toleransi ia menekan perasaan-perasaan kawan-kawannja
jang telah penuh meluap dengan rasa amarah dan jang telah berke-
jakinan, bahwa adanja perdjandjian damai itu merugikan bagi
HHMV
42
ummat Islam, jang telah siap sedia seribu lima ratus orang dengan
sumpah dan baiatnja dibawah pohon Ridhwan itu.
Nabi tidaklah lekas dihinggap oleh sentimen. Ia mengatasi
segala perasaan dengan akal dan kebidjaksanaannja. Ia melihat
kemasa jang lebih djauh, jang barang kali tak tampak oleh sahabat-
sahabatnja, jang berdiri dengan pedang terhunus dan iman jang
meluap-luap disekeliling Suhail bin 'Amr, jang mendjadi utusan
Quraisj untuk memperundingkan dan menanda tangani perdjan-
djian itu. Segala permintaan Suhail diterima Nabi dengan penuh
sabar dan toleransi. Ia menerima bahwa perdjandjian itu tidak
dimulai dengan nama Allah Jang Pengasih dan Penjajang, hanja
dengan nama Allah sadja, karena pengertian pengasih dan penj ajang
itu menimbulkan tafsiran lain bagi orang-orang Quraisj. Ia mene-
rima, bahwa istilah Rasulullah dibelakang namanja dihapuskan
dan ditukar dengan nama ajahnja, karena ia tahu bahwa peng-
hapusan itu hanjalah bersifat sementara, sedang jang penting
baginja adalah beberapa kalimat jang tersebut didalamnja, jang
akan membukakan baginja kemenangan jang besar dimasa jang
akan datang. Rasulullah memang seorang jang sangat bidjaksana,
jang dengan wahju Tuhan pandai meletakkan kalimat-kalimat jang
tersirat, bukan hanja jang tersurat. Ia lebih memberikan penghar-
gaan kepada djandji diperbolehkan masuk ke Mekkah pada tahun
jang akan datang, dari pada perdjandjian bahwa pengikut-pengikut
Muhammad jang akan masuk itu harus menanggalkan sendjatanja.
Ia lebih menghargakan djandji jang mengatakan, siapa sadja jang
ingin menggabungkan diri kepada Muhammad dan masuk dalam
sesuatu perdjandjian dengannja, beroleh kemerdekaan berbuat jang
demikian itu, dari pada djandji mengenai orang Islam, jang meng-
gabungkan diri dengan orang-orang Quraisj atau anak
2
Quraisj jang
belum mendapat izin dari orang tua dan walinja masuk Islam,
harus dikembalikan kepada orang tuanja.
Sekalian itu hanja dapat dilakukan oleh seorang jang mem-
punjai pandangan mata jang tadjam dan rasa toleransi jang luas.
Dan dengan demikian tertjiptalah dengan kebidjaksanaan
Rasulullah jang dinamakan Perdjandjian Hudaibijjah pada Pe-
bruari 628 M. -
Orang mengeluh kerugian, orang mengeluh, bahwa perdjan-
djian itu hanja suatu penghinaan terhadap ummat Islam, tetapi
Nabi menjampaikan dengan tjara sederhana wahju Tuhan : Tuhan
telah mengurniai keridhaannja kepada mereka, jang telah melaku-
kan baiat kepadamu dibawah pohon kaju, ia mengetahui apa jang
terkandung dalam hatinja, maka ia pasti menurunkan keamanan
kepada mereka dan membalas dengan suatu kemenangan jang tidak
akan berapa djauh lagi" (Qur'an XLVIII: 18).
Berpuluh-puluh dan beratus-ratus tahun kemudian barulah
orang sibuk membitj arakan, bahwa siasat Rasulullah itu adalah
suatu siasat jang luar biasa untuk menembus benteng Quraisj dari
luar dan dari dalam Mekkah. Kemudian baru ternjata terbukti
43
djandji Tuhan kepadanja: Kami telah memberi kemenangan
bagimu jang merupakan suatu kemenangan jang njata!" (Qur'an
XL VIII: 12). Banjak sahabat jang masuk ke Mekkah bersama
Nabi beberapa tahun kemudian untuk mengambil kota sutji itu se-
bagai buah kemenangan terachir, mentjutjurkan air mata, tatkala
membatja ajat ini, dan berasa malu tersipu-sipu, karena ia telah
mempunjai sesuatu perasaan terhadap Nabi dan pemimpinnja.
Mereka sama mengharapkan, mudah-mudahan Allah mengampuni,
dosanja jang dahulu dan jang kemudian, mudah-mudahan Allah
menjempurnakan nikmatnja dan menundjuki mereka itu djalan
jang lurus!
Tetapi didalam suatu masa, apabila perdjandjian-perdjandjian
damai itu dirusakkan, kehormatan-kehormatan ummat Islam
dilanggar, maka sikap Nabi berubah. Ia tidak lunak dan lemah
lembut lagi. Ia keras dan perkasa, karena keadilan sudah dilanggar,
kezaliman sudah dilakukan. Izin perang diberikan Tuhan kepada-
nja: Dibolehkan orang mu'min mengangkat sendjata dan berpe-
rang karena mereka telah dianiaja, Allah berkuasa memberikan
bantuan kepada mereka" (Qur'an XXII: 39).
Demikian izin ini turun sesudah tiga belas tahun Rasulullah
berusaha, agar penghormatan kepada agama itu dapat did j amin
dengan setjara damai. Sekian lama ia menanti, agar manusia meng-
erti, bahwa harga menghargai mengenai agama dan kejakinan dapat
dilakukan dengan tidak usah pertumpahan darah. Tetapi musuh-
musuhnja tidak dapat memahami maksudnja. Mereka tidak ber-
henti menganiaja dan menjiksa, mereka tidak berhenti mengedjek
dan mengutuk, menghina dan merintangi, merusakkan djandji-
djandji jang diperbuat setjara kesatria. Ia terpaksa meninggalkan
rumah tangga dan tanah tumpah darahnja, terutama Ka'bah
rumah sutji Tuhan, jang mendjadi tempat ibadat menenteramkan
dirinja terhadap Pentjiptanja, bahkan ditjemarkan dengan beratus-
ratus patung berhala jang tiap detik mengganggu djiwanja. Ia
terpaksa meninggalkan segala itu untuk kepentingan perdamaian,
pindah ke Medinah jang lebih aman untuk iman dan agamanja.
Sekarang Medinahpun diusik, banjak pengikut-pengikutnja
jang masih terus-menerus menderita dari pada kedjaran musuh.
Kepadanja diizinkan perang, peperangan untuk membela diri.
Dan berperanglah pada djalan Allah melawan mereka jang
memerangi kamu, dan dj anganlah melewati batas-batas, sesungguh-
nja Allah tidak tjinta kepada hambanja jang melewati batas itu.
Perangilah mereka, sehingga tak ada lagi fitnah, dan agama semata-
mata mendjadi milik dan kepunjaan Allah. Dan apabila mereka
mau berdamai, maka tak adalah j^ermusuhan melainkan terhadap
orang-orang jang zalim" (Qur'an II: 190193).
Tidak! Tidak pernah peperangan Islam ditudjukan hanja
untuk merebut kemegahan dunia, apalagi untuk memperkosa atau
mendjadjah sesuatu golongan atau bangsa, tetapi jang djelas segala
peperangan itu, baik jang langsung atau jang tidak langsung
u
dipimpin Nabi, ditudjukan untuk memberi djaminan jang tertentu
dalam tiga dasar jang diuraikan diatas: untuk melenjapkan kezali-
man dan permusuhan, untuk mempertahankan diri dan negeri
dan terutama untuk memelihara kemerdekaan orang beragama.
Untuk memperoleh kemerdekaan beragama, kemerdekaan
mendjalankan ibadat dan sembahjang, kemerdekaan berbuat amal
kepada fakir miskin, kemerdekaan dalam mendjalankan amar
ma'ruf nahi munkar, pendeknja untuk mendj amin kemerdekaan
tersiarnja agama Tuhan (li'i'lai kalimatillah), ummat Islam diper-
kenankan mengangkat sendjatanja. Djika sekiranja Allah tidak
menolak serangan segolongan manusia terhadap golongan lain,
sesungguhnja akan runtuhlah biara-biara, tempat ibadat dan
sembahjang, dan mesdjid-mesdjid tempat orang menjebut nama
Allah. Allah pasti menolong mereka jang membantunja. Sesung-
guhnja Allah maha perkasa dan kuasa. Hendaknja mereka jang
diberi kekuasaan diatas bumi ini mendirikan sembahjang, menge-
luarkan zakat, berbuat amar ma'ruf dan nahi munkar, dan mengem-
balikan segala perkara kepada Allah" (Qur'an XXII: 4041).
Dengan mendjundjung tugas Tuhan, Rasulullah memimpin
peperangan-peperangan pembelaan itu, dengan tidak melupakan
batas-batas jang ditentukan dalam Islam dan toleransi* jang
merupakan pembawaan peribadinja. Baik didalam sarijjah, j ai tu
peperangan jang dilakukan oleh pasukan bala tentara Islam jang
dikirim oleh Nabi sampai tiga puluh lima kali banjaknja, maupun
didalam ghazwah, peperangan jang disertai oleh Nabi sendiri, baik
ia ikut berperang bersama-sama, maupun tidak, djelas kelihatan
sifat-sifat jang kesatria dan penuh toleransi terhadap peri ke-
manusiaan. Dalam dua puluh tudjuh kali ghazwah, diantaranja
sembilan kali dikepalai oleh Nabi Muhammad sendiri, jaitu pepe-
rangan Badr al-Kubra, Uhud, Ahzab, Banu Quraizhah, Banu
Musthaliq, Chaibar, Fathu Makkah, Hunain dan Thaif, selalu Nabi
Muhammad memperlihatkan ketangkasan dan keberanian jang
djarang terdapat tolok bandingannja. Djika didalam waktu damai
behau tidak merasa gentar menghadapi siapapun djuga, dengan
perkataannja jang benar, maka didalam peperangan, beliau tidak
merasa takut dan ngeri menghadapi tentara manapun djuga dengan
ketangkasan dan keberaniannja, tidak bingung dan tidak pernah
berputus asa, tetapi dengan kejakinan berbakti kepada Allah,
madju, terus madju, sampai kemenangan tertjapai. Dan sesudah
kemenangan tertjapai dimedan peperangan, beliau tidak pernah
merasa bangga atau tjongkak, menjombong diri. Kemenangan
jang diperolehnja atas beberapa negeri dengan kekajaannja, tidak
mempengaruhi atau mengobah kehidupannja jang sederhana.
Kemenangan jang diperolehnja tidak dirajakannja dengan tempik
sorak, pesta dan keramaian, tetapi dirajakan dengan sudjud ke-
hadirat Allah, dengan memperbanjak zikir membesarkan Tuhan,
jang telah memberi dia taufik didalam mendjalankan kewadji-
bannja.
45
Sebagaimana dengan perundingan Hudaibijjah, Nabi Muham-
mad ternjata seorang jang mahir tentang siasat, begitu djuga
dengan peperangan-peperangan jang terdjadi dalam masanja,
ternjata bahwa ia merupakan seorang jang ahli dalam peperangan.
Banjak siasat-siasat perang, jang belum diketahui orang ketika
itu, ditjiptakan, misalnja siasat pengepungan, penj erangan dari
belakang, mengadakan parit pertahanan, memblokir perbekalan
musuh, memutuskan perhubungannja, penjimpanan rahasia, meng-
adakan pasukan gerak tjepat, dan lain-lain taktik perang, jang
memang menundjukkan keahliannja. Tetapi lebih utama dari pada
ini ialah, bahwa ia telah dapat mentjiptakan aturan-aturan, jang
dapat menjalurkan peperangan-peperangan itu tidak menjimpang
dari garis kemanusiaan, jang dapat mentjegah pembinasaan manu-
sia setjara kedjam, sebagai jang terdjadi dengan tentara Romawi
dan tentara Persia pada zaman itu. Nabi Muhammad telah men-
tjiptakan dasar-dasar kemanusiaan jang lebih tinggi dalam barisan-
nja, ia telah dapat mentjegah tent era-tentara membunuh mereka
jang tidak bersalah, mengelakkan membunuh wanita-wanita dan
anak-anak serta orang-orang tua jang sudah landjut usianja, ia
telah dapat menghindarkan tentara jang sedang ganas dalam
peperangan menguasai dirinja untuk tidak merusakkan barang-
barang jang berfaidah untuk masjarakat, seperti merusakkan
pohon-pohonan dan sawah ladang, merusakkan rumah-rumah sutji
dan tempat-tempat beribadat. Ia telah mempertinggi achlak dan
budi pekerti tentaranja dengan menghormati tawanan-tawanan
jang djatuh kedalam tangannja, memberi makan minum jang
tjukup, mendjaga kehormatan jang sesuai dengan dirinja. Sekalian
itu ratusan tahun sudah terdjadi dalam masa Muhammad, sebelum
orang berfikir mengadakan undang-undang peperangan inter-
nasional.
Herankah kita melihat, bahwa pengikut-pengikutnja demikian
tjinta dan taat kepadanja, sehingga mereka itu rela sehidup semati
dengan dia, rela memberikan darah dan djiwanja untuk melin-
dunginja dari pada setiap serangan dan chianat. Lebih dari pada
benteng wadja, Nabi Muhammad memperteguh benteng semangat,
semangat dan roch Islam jang tak kenal mundur, apalagi menjerah
kalah kepada musuh. Semangat iman dan tauhid inilah jang
membuat ummat Islam, jang ketjil bilangannja dan serba kurang
dalam persediaan dan alat sendjata, dapat mentjapai kemenangan
jang gilang-gemilang didalam peperangan dizaman Nabi itu.
Siapakah jang menj angka, bahwa tentara Islam jang dibentuk
oleh Hamzah, paman Nabi, dalam tahun Hidjrah kesatu, hanja
tiga ratus orang banjaknja dapat memaksa tentara Abu Djahal jang
berlipat ganda besarnja, meminta damai.
Memang tiga ratus orang! Hanja tiga ratus orang, diantaranja
botjah-botjah dan aki-aki, akan melawan seribu pahlawan Quraisj,
jang bersendjata lengkap, berpersediaan tjukup! Siapakah jang
jakin akan menang? Hanja Nabi Muhammad s.a.w. dengan peng-
46
lkutnja, Nabi jang telah diberi kabar lebih dahulu oleh Allah akan
menjerahkan satu dari dua kepadanja, angkatan perdagangan Abu
Suf j an bin Harb atau tentara Quraisj jang dipimpin oleh Abu
Djahal itu. Nabi berdo'a: Ja Allah! Kami bermohon, penuhilah
kiranja djandjimu. Kalau engkau biarkan ummat Islam jang ketjil
ini terhapus, maka didunia tidaklah engkau akan disembah dengan
sembahan jang sutji!" Abu Bakar membenarkan: Tjukuplah
Allah bagimu, ja Rasulullah".
Tawanan jang djatuh ketangan orang Islam dipelihara dengan
sempurna, mereka diberi tempat dan makanan sebaik-baiknja
sedang jang pandai membatja dan menulis dimerdekakan, hanja"
dengan sjarat mereka harus mengadjar sepuluh orang anak Islam
membatja dan menulis, dalam pada itu musuh jang kaja di-
merdekakan dengan uang tebusan, jang akan dibagi-bagikan kepada
takir miskin, dan jang miskin dibebaskan dengan pertjuma, jang
kemudian sebenarnja kembali lagi sebagai pengikutnja jang setia
Memang budi pekerti Nabi adalah budi pekerti jang luhur,
jang patut ditjontoh baik dalam masa perang maupun dalam masa
damai. Oleh karena achlaknja jang mulia itu, banjaklah kawan dan
lawan jang tertarik, banjak lawan dan musuh jang mulanja menen-
tang mati-matian, achirnja mendjadi kawan jang setia jang rela
menjerahkan djiwa raganja.
Seorang penulis berkata, bahwa orang Islam itu siang mendjadi
singa dalam medan perang, tetapi malam mengeluarkan suara jang
sedih pada waktu membatja Qur'an, jang dapat mengharukan tiap
orang jang mendengarnja.
2. I^emenan^att jcinq j'dana aein'dana.
Salah satu dari pada ajat perdamaian jang tertulis dengan
megahnja didalam Al-Qur'an, berbunji: Djikalau mereka menja-
takan suka damai, hendaklah engkau terima kehendak damai itu
seraja menjerahkan diri kepada Allah, karena ia mendengar lagi
mengetahui". (Qur'an VIII: 61).
Baik Le Bon, maupun Dozy menggambarkan Islam sebagai
berikut: Sedjarah dunia belum pernah melihat pembuka Negeri
L
an
l r
h a t l bel aS ka s i ha n l ebi h da r i
Pada ummat Islam". Hal ini
disebabkan karena tudjuan peperangan dalam Islam itu tidak
untuk menghantjurkan ummat manusia, hanja untuk memper-
tahankan kebenaran jang njata. Segala keburukan jang terdapat
dalam masjarakat manusia dilenjapkannja dan diganti dengan
keutamaan Islam, jang pada hakikatnja tidak lain dari pada per-
saudaraan, keadilan dan kebaikan budi pekerti. Dari sehari kese-
han adjaran-adjaran Islam jang berisi kebenaran itu kelihatan oleh
semua orang. Meskipun pemuka-pemuka Quraisj dan beberapa
kabilah Arab jang lain menghalang-halangi dengan halus dan kasar,
17
tetapi pengikut-pengikut Islam kian lama kian besar djumlahnja.
Satu kabilah demi satu kabilah menjerah kepada ummat Islam
dibawah pimpinan Nabi itu. Tetapi bagaimanapun banjak keme-
nangan-kemenangan jang ditjapai oleh tentara Islam, kemenangan
jang terpenting dan gilang-gemilang adalah kemenangan Rasulullah
waktu memasuki Mekkah kembali.
Kemenangan ini terdjadi dalam bulan Djanuari 630 M. Ummat
Islam jang bergerak ke Mekkah tidak kurang dari sepuluh ribu
banjaknja, terdiri dari segala suku jang telah menggabungkan diri
dengan pasukan Nabi.
Kemenangan ini adalah kemenangan jang gilang-gemilang,
kemenangan perang dan kemenangan siasat. Kota Mekkah di-
kepung dari segala djurusan, dengan tidak diketahui penduduknja
tiba-tiba kemah-kemah tentara Islam telah bertaburan disana-sini
dengan njala api unggun jang menakutkan. Seluruh isi kota
bingung karena tidak menj angka-nj angka mereka telah berada
ditengah-tengah musuh, untuk memilih satu dari dua, menjerah
kalah atau hantjur diratakan dengan bumi.
Siasat-siasat Nabi jang bidjaksana, jang penuh dengan toleransi
kelihatan njata dalam menghadapi Mekkah ini. Ia telah menjatakan
niatnja, bahwa tidak boleh ada pertumpahan darah ditanah sutji
itu. Nabi datang tidak untuk membalas dendam, tetapi untuk
memberikan ketjintaannja kepada Rumah Sutji Tuhan jang men-
djadi pokok perdjuangannja. Bukankah pernah ia berkata: Hai
Mekkah, kau lebih kut j intai dari tempat manapun djuga, tetapi
pendudukmu tidak mengizinkan aku tinggal padamu!"
Hari ini ia masuk kekota jang ditjintainja, ia masuk dengan
penuh belas kasihan dan rasa rahmah. Tidak ada niat untuk
berbuat kedjam, tidak ada niat untuk membanggakan diri, dan
tidak ada niat untuk mentjapai sesuatu selain dari pada kerelaan
Tuhan djuga.
Meskipun demikian, seluruh tentara musuh gentar, bingung
dan gugup. Pemimpinnja jang terbesar Abu Suf j an mundar-mandir
dengan penuh ketakutan, meskipun Nabi telah mengamanatkan,
agar pengikut-pengikutnj a j ang menemui orang itu tidak mem-
bunuhnja. Achirnja ketemulah Abbas, jang djuga mendjalankan
siasatnja jang tjerdik. Dibawanja Abu Suf j an itu keliling untuk
melihat, bagaimana rapinja susunan tentara dan kuatnja disiplin
peradjurit Islam jang banjak itu. Diinsjafkannja Abu Suf j an,
bahwa tidak ada lain djalan lagi jang terbuka untuknja melainkan
menjerah diri kepada Nabi Muhammad.
Nabi bertanja kepadanja : Apakah engkau belum sadar djuga,
hai Abu Suf jan, bahwa tak ada Tuhan jang patut disembah melain-
kan Allah?"
Abu Sufjan mendjawab: Demi ibu dan bapaku, tak ada orang
jang lebih mulia dan baik hati dari padamu. Aku j akin dengan
sejakin-jakinnja, bahwa djika adalah sesuatu Zat jang patut di-
sembah, maka ia itu adalah Tuhan jang engkau sebutkan".
^HHHMHHT
48
Meskipun demikian Abu Suf j an masih bimbang mengakui
Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah. Meskipun demikian
sesaat demi sesaat ia makin tertarik kepada pribadi Nabi, jang
selama ini dianggap tantangannja jang amat kedjam.
Ia aman ditengah-tengah musuh jang sekian banjaknja, ia
diberi makan dan bermalam sampai pagi hari, ia menjaksikan salat
Subuh jang dilakukan oleh beribu-ribu ummat Islam dinihari itu
dibawah pimpinan Nabi Muhammad, ruku' dan sudjud dibawah
satu komando.
Ia takdjub, bagaimana Nabi dengan sepatah kat a dapat
mentjegah kekedjaman Umar bin Chattab, jang hendak memenggal
lehernja, ia takdjub pula bagaimana Nabi bertindak terhadap Sa' ad
bin Ubaidah jang menamakan hari masuk ke Mekkah itu adalah
suatu hari pembalasan dan penjembelihan. Tatkala bulu romanja
tegak mendengar antjaman itu, ia memandang kepada Nabi.
Rasulullah berkat a: Apa jang telah dikatakan Sa' ad itu salah
sama sekali. Hari ini bukanlah hari penjembelihan, tetapi hari ini
adalah hari jang penuh rahmat bagi golongan Quraisj, hari jang
berbahagia, karena Ka' bah akan dihormati kembali oleh Allah".
Rasulullah segera memanggil Sa' ad dan memerintahkan kepadanja,
supaja menjerahkan bendera Anshar kepada anaknja bernama Qais.
Sedjurus kemudian berbarislah dikeliling Nabi regu Anshar
dan Muhadjirin jang istimewa sebanjak dua ribu orang dibawah
pimpinan Umar ibn Chattab dengan mengenakan pakaian perang.
Abbas membisikkan kepada Abu Suf j an, bahwa orang-orang itu
adalah pengawal pribadi Nabi.
Maka ummat Islampun bergeraklah kearah kota Mekkah
sambil meneriakkan takbir dan mengagungkan nama Tuhan. Abu
Ruwaihah diserahi membawa pandji-pandji Islam masuk kota,
sedang didepannja berdjalan dengan gagah Bilal, jang mengumum-
kan dengan suara jang keras, bahwa tiap orang jang masuk kerumah
Abu Sufjan, tiap orang jang berlindung dalam Mesdjidil-Haram,
tiap orang jang meletakkan sendjatanja, tiap orang jang menut up
pintu rumah dan tinggal didalamnja, dan tiap orang jang berlindung
dibawah pandji-pandji Islam itu, semua akan didjamin keselamatan
hidupnja.
Abu Sufjan jang mendengar segala itu merasa mendapat
kehormatan besar sebagai orang besar Quraisj jang masih dihor-
mati. Ia dibawa kesuatu t empat jang agak tinggi letaknja oleh
Abbas, agar ia dapat melihat dengan njata angkatan Islam jang
megah dan perkasa itu lalu dengan hebat dan dahsjatnja, sebaris
demi sebaris dengan rapi dan penuh ketaatan. Ia berbisik kepada
Abbas: Wahai Abbas, sudah selajaknja saudara sepupumu
mendjadi radja jang berkuasa didunia ini". Tetapi Abbas segera
mendjawab: Engkau keliru hai Abu Sufjan! Muhammad bukan
seorang radja, ia adalah seorang Nabi dan Rasul Tuhan".
Abu Sufjan masuk ke Mekkah dengan tergesa-gesa menjam-
paikan sjarat-sjarat perdamaian, jang telah dikemukakan Nabi

L
49
kepadanja, meskipun agak segan ia dengan rasa malu menghadapi
isterinja dan masjarakat Quraisj.
Maka mengalirlah ombak Islam itu kedalam Mesdjid dengan
suara takbir jang menderu, alun gelombang jang tak dapat ditahan,
baik oleh Abu Sufjan, maupun oleh Ikrimah anak Abu Djahl,
Sofwan bin Umajjah atau Suhail bin Amr. Ada jang merasa bangga
karena ia kembali ke Mekkah tidak lagi sebagai budak Bilal, jang
disiksa dan didjemur dipanas matahari, ada jang mengalirkan air
mat a karena ia kembali kepada keluarganja sesudah diusir dan
dikedjar-kedjar, dan ada jang dengan air muka berseri-seri karena
sesudah beberapa kali dikalahkan Ouraisj, mereka datang mengin-
djak kampung halaman mereka sebagai anggota Kabilah Chuza' ah
jang menang. Tetapi tak ada seorangpun jang berani mengangkat
tangan, semuanja tunduk kepada adjaran Nabi, bahwa hari itu
adalah hari rahmah, hari jang penuh ampunan dan belas kasihan,
hari menghilangkan semua dendam chasumat, kembali bersatu
dalam pangkuan Tuhan unt uk membangun budi pekerti manusia.
Tak ada edjek-mengedjek tjela-mentjela pada hari ini, Tuhan
memberi ampunan bagimu semua, karena ia maha pengasih!"
Dengan air mat a sjukur jang berlinang-linang Rasulullah
sudjud didepan Ka' bah dan melakukan thawaf dengan chusju'nja.
Ia memudji Tuhan dan memohon ampun atas mereka jang selama
ini salah mengerti dan melakukan kezaliman kepadanja. Ia telah
melakukan tugas menegakkan kembali tauhid, sebagaimana jang
pernah ditegakkan oleh Ibrahim dan Ismail ditempat ia berdiri itu,
ia membasmi semua sjirk, semua penjembahan selain Allah jang
maha Esa dan berkuasa. Maka dirombaklah penjembahan berhala
disekitar Ka' bah itu, satu per satu sampai sedjumlah tiga ratus
enam puluh buah banjaknja. Jang terachir dipetjahkan ialah patung
Hubal, berhala suku Ouraisj jang terkeramat. Ditjelab-tjelah suara
jang gemuruh karena kedjatuhan Hubal berkeping-keping ke tanah,
Zubair membisikkan ketelinga Abu Sufjan akan peristiwa perang
Uhud: Ingatkah engkau pada waktu menebas orang-orang Islam
n melukainja, engkau berteriak : kemenangan bagi Hubal ?"
Kelihatan semangat ummat Islam menjala-njala, sebagai
singa jang garang gementar sekudjur badannja hendak menerkam.
Tetapi Rasulullah menjalurkan segala kebengisan itu kepada meng-
hancur kan patung-patung berhala, menghapuskan semua tjoret-
tjoretan dan gambar-gambar pada dinding Ka' bah. Ia memimpin
keganasan itu dengan do' a: Ja Tuhanku! Djadikanlah aku masuk
dengan tjara jang baik, sebagaimana kepergianku dengan tjara jang
baik pula. Kurniakan daku kekuasaanmu, jang dapat membimbing
dan menolong usahaku!" Kemudian ia berkat a: Kebenaran sudah
datang, segala jang batal dan kepalsuan lenjap melarikan dirinja".
(Qnr'an XVII: 8081).
Kemudian terdengarlah suara azan, jang keluar melalui djivva
dan mulut Bilal, sedih dan santer, sebagaimana santer dan sedih
ketika ia mendjerit kesakitan beberapa t ahun jang lalu.
50
Suasana ketakutan dalam kalangan Quraisj bertambah besar,
terutama waktu mereka dikumpulkan didepan Nabi. Kegetaran
urat saraf jang pernah dikenal sedjarah manusia!
Dengan tenang Nabi mengarahkan kata-katanja kepada orang
Mekkah sambil berdiri didepan pintu Ka'bah: Tidak ada Tuhan
melainkan Allah, hanja ia sendiri tidak bersekutu. Sungguh tepat
dan benar djandjinja, sungguh besar pertolongannja kepada hamba-
nja, sungguh besar kekuasaannja dalam menghantjurkan regu-regu
musuhnja. Wahai orang Quraisj ! Pada hari ini Tuhan telah meng-
hapuskan bekas-bekas kebiadabanmu, pada hari ini Tuhan telah
menghapuskan bagimu penjembahan leluhur, ketahuilah, manusia
itu didjadikan dari Adam dan Adam itu ditjiptakan dari tanah.
O manusia seluruhnja! Ketahuilah bahwa kita ini didjadikan
Tuhan dari laki-laki dan perempuan, didjadikan bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah, supaja dapat kenal-mengenal dan bekerdja
sama antara satu sama lain. Ketahuilah bahwa orang jang ter-
mulia diantaramu dalam pandangan Allah ialah orang jang takwa
kepadanja".
Kemudian ia bertanja pula: Hai orang Quraisj, katakanlah
sekarang, hukum apa jang kamu rasa pantas untuk segala aniaja
dan kekedjaman jang telah kamu lakukan terhadap orang-orang
Islam, karena mereka itu telah diadjak menjemban Tuhan jang
sebenarnja?"
Mereka mendjawab: Engkau orang baik, engkau saudara
kami jang berhati mulia dan tinggi budi bahasa".
Banjak orang Quraisj bertanja-tanja, apa jang akan terdjadi
atas dirinja, hukum bunuhkah, mendjadi budakkah atau akan
diperlakukan sebagaimana Jusuf memperlakukan saudara-saudara-
nja jang sesat? Mereka tidak menduga-duga betapa tinggi budi
Nabi dan betapa mulia hatinja.
Nabi berkata: Semua kamu dibebaskan! Pergilah kemana
engkau suka!"
Bertahun-tahun Nabi menderita, bertahun-tahun ia ber-
perang dan berdjuang, dan bertahun-tahun ia sudjud ruku' meng-
harapkan kemenangan dari Tuhan. Dan kemenangan itu hari
ini tertjapai, suatu kemenangan jang gilang gemilang, suatu
kemenangan jang sebenar-benarnja kemenangan bagi Nabi, jaitu
mentjegah pertumpuhan darah dan memberi ampunan kepada
manusia dalam ikatan tauhid.
Inilah tjontoh jang tertinggi dan teladan bagi manusia
seluruhnja.
Apakah benar ia mengingini tahta dan mahkota? Apakah
benar ia mengingini harta dan wanita? Apakah ia hanja mem-
permain-mainkan kata dan sendjata? Tidak! Tidak, ia hanja
mengagungkan Tuhan semesta, ia hanja membasmi kezaliman,
meletakkan keadilan jang merata.
Sesudah ia masuk kedalam Ka'bah dan sembahjang sudjud
sjukur, Rasulullah menjerahkan kuntji Ka'bah itu kepada jang
fil
berhak, jaitu Usman ibn Talhah, dan mengembalikan pula urusan
protokol kepada jang berhak, jaitu Abbas bin Abdul Mutthalib.
Dengan demikian perselisihan selesai, dengan kebidjaksanaan
Rasulullah terkikislah semua bibit-bibit permusuhan dan perpe-
tjahan, baik diantara kekeluargaan, maupun diantara suku-suku ter-
dekat dan djauh. Sedjarah pertengkaran kabilah-kabilah Arab, jang
sudah terdjadi sedjak waktu jang dapat teringat oleh manusia, pada
hari itu t amat dan tidak akan terulang lagi. Semua mereka diikat
dalam suatu ikatan besar dan lebih kokoh dari pada ikatan suku-
suku dan bani-bani, jaitu ikatan Islam, jang mempunjai dasar: tidak
ada jang lebih mulia, baik dari bangsa Arab maupun dari bangsa
Adjam, melainkan orang jang takwa kepada Tuhan, barang siapa
berbuat baik ia akan masuk sorga, meskipun ia hanja seorang budak
Habsji, dan barang siapa berbuat djahat, ia akan masuk neraka,
meskipun ia seorang bangsawan Quraisj. Sama rat a dan sama rasa!
Memang seluruh mat a bangsa Arab ditudjukan kepada suasana
politik di Mekkah, ditudjukan kepada hubungan jang ada antara
suku-suku Quraisj. Mereka diluar menantikan perkembangan ini
dengan rasa berdebar-debar. Oleh karena itu amnesti jang diberikan
oleh Nabi Muhammad kepada orang Quraisj terlalu penting artinja,
ampunan ini melumpuhkan semangat dan tenaga musuh, dan me-
njebabkan bangsa Arab sekitarnja berdujun-dujun datang memeluk
agama Islam, berpuak-puak menjerah diri kepada agama Allah.
Memudjilah kepada Tuhanmu dengan pudjian dan sandjungan
jang indah, mintalah kepadanja ampunan, karena ia pengasih dan
pengampun".
Inilah kemenangan jang sebenarnja!
JJ. y y Laar A>an amp
an ampunan.
Memang sedjarah hidupnja menerangkan, bahwa Nabi suka
memaafkan dan memberi ampunan kepada orang-orang jang
mengedjek, menjakiti dan menjiksanja. Sifat jang mulia ini sesuai
dengan andjuran dalam Qur' an jang berbunji: Terimalah maaf!
Adjaklah kepada jang baik! Dan hindarkanlah diri dari pada segala
perbuatan orang jang djahil". Pengertian wahju ini lebih didjelas-
kan dengan sebuah haditsnja jang mengatakan maknanja ajat itu,
ialah, bahwa menghubungkan silaturrahmi dengan orang jang telah
memutuskan perhubungan, bermurah tangan kepada orang jang
tidak ingin memberikan apa-apa, dan memberi maaf serta ampunan
kepada orang jang telah berbuat zalim kepada kita adalah per-
buat an jang sangat terpudji.
Sudah kita terangkan sifat jang mulia ini adalah sifat jang
telah mendjadi pembawaan bagi Nabi Muhammad, bahkan dalam
pelaksanaannja demikian rupa tingginja, sehingga belum pernah
terdapat dalam sedjarah pemimpin manapun djuga, bahkan dalam
seluruh sedjarah kemanusiaan.
52
Hal ini kelihatan tatkala menduduki Mekkah.
Ditjeriterakan bahwa Mekkah dan Thaif adalah dua buah
benteng musuh jang terkuat dengan pcnduduknja pemeluk-pemeluk
jang sangat fanatik kepada berhala Lat a dan Uzza, sehingga mereka
merupakan musuh jang sangat djahat terhadap Nabi. Dalam pada
itu orang-orang Tsaqif di Thaif adalah orang-orang jang paling t aat
berbuat sjirk dan menjembah berhala. Dalam kedua kota ini ter-
dapat pemimpin-pemimpin musuh Nabi jang ternama, seperti Abu
Djahl bin Hisjam, Ikrimah anak Abu Djahl, Umajjah bin Chalaf,
Sofwan anak Umajjah, Ash bin Wa' il As-Sahmi, Walid bin Mughi-
rah, Abu Sufjan bin Harb, Amr bin Umair, Abu Mas'ud As-Saqafi,
Malik bin Auf, dan lain-lain jang dengan kejakinan berperang mela-
wan Nabi dan berkehendak sungguh-sungguh akan membunuhnja.
Kekedjaman-kekedjaman dan penindasan-penindasan jang
mereka lakukan itu terhadap Nabi, dapat kita bagi atas empat
mat j am.
Mat]am pertama merupakan gangguan-gangguan pribadi,
edjekan dan penghinaan, seperti jang pernah diutjapkan oleh Abu
Lahab kepada Nabi, tatkala Nabi mengumpulkan keluarganja di-
bukit Safa dan menerangkan, bahwa ia mendapat wahju. Edjekan-
edjekan ini sangat memalukan Nabi.
Matjam kedua merupakan sikap membekot, seperti andjuran-
anclj uran jang disiarkan dan ditulis serta digantungkan pada Ka' bah,
berisi menjuruh membekot suku Bani Hasjim, karena mereka
melindungi Nabi Muhammad. Pembekotan ini merupakan asutan
jang berbahaja, karena mengandung larangan kawin dan djual
beli dengan keluarga Bani Hasjim, termasuk Nabi Muhammad,
begitu djuga terlarang mengadakan segala matjam perhubungan
dalam bentuk apapun djuga. Njaris Nabi Muhammad mati kelapa-
ran, karena ia terpentjil dalam daerah Bani Hasjim itu.
Matjam ketiga merupakan kedjadian-kedjadian sesudah wafat
Abu Thalib, paman dan pelindung Nabi, dan sesudah wafat Chadi-
djah, isteri jang ditjintainja. Wakt u itu orang-orang Quraisj telah
berani terang-terangan menghina dan menjakiti Nabi, seperti
melemparkan t anah dan nadjis kekepalanja, jang kalau kurang-
kurang sabar dan kuat iman Nubuwahnja, ia terpaksa membunuh
diri atau menghentikan usahanja, karena sangat aib dan malunja.
Dalam suasana jang genting inilah ia pergi ke Thaif unt uk
meminta perlindungan dari kabilah Tsaqif. Tetapi permintaan
inipun ditolak setjara sangat menjedihkan. Bahkan ketiga orang
pemimpin Tsaqif, jang dikundjunginja, demikian rupa mengedjek
kepada beliau itu dengan kata-katanja jang sangat menjakitkan
hati dan memberi malu, sehingga ia terpaksa meminta, agar pernja-
taannja itu dirahasiakan sadja. Mereka mengerahkan anak-anak
dan budak unt uk meneriakkan kepadanja edjekan-edjekan, jang
tidak lajak, serta mentjutji maki dan melemparinja dengan bat u
dan barang-barang jang kotor, sehingga badannja berlumuran
dengan darah.
53
Meskipun demikian achlak dan budinja jang tinggi hanja
mendorong ia berdo' a kepada Tuhan: Ja Allah jang Maha Kuasa!
Kepadamulah aku mengeluh tentang kelemahanku, kepadamulah
aku mengadukan ketjewaku dalam pengharapan, aku tak ada harga
dimata orang. Engkaulah Tuhan jang maha murah tempat mem-
peroleh perlindungan. Berilah pertundjuk kepada kaumku jang
belum insaf i t u".
Setelah berlindung sebentar dikebun anggur Utbah bin Rabi' ah
dan mengutjapkan do' a itu, ia kembali ke Mekkah dan dengan
perlindungan Mut' im bin Adi ia dapat memasuki kota itu dengan
selamat.
Suasana jang ketiga inj diachiri dengan pertjobaan mem-
bunuhnja, jang dirantjangkan begitu rupa sehingga jang diserahi
tugas akan membunuh itu, terdiri dari pemuda-pemuda berbagai
kabilah, sehingga dengan demikian Bani Abdi Manaf dikelak ke-
mudian hari tidaklah akan sanggup lagi menuntut pembalasannja.
Maka Nabipun hidjrah ke Medinah dan dengan ini mulailah
suasana matjam jang keempat. Bagaimana kesukaran jang diderita
oleh Nabi, sedjak pengepungan rumahnja dan bersembunji didalam
gua bersama dengan sahabatnja Abu Bakar, sampai ke Medinah
(lengan rentetan peperangan dan penjerbuan Quraisj jang bertubi-
tubi, tidaklah dapat digambarkan kekedjamannja. Sekian ban jak
air mat a tertumpah, sekian banjak djiwa melajang, begitu djuga
kekatjauan jang ditimbulkan oleh asutan dan fitnahan musuh,
sehingga tidak terkatakan lagi penderitaan jang dialami oleh Rasu-
lullah sebagai pemimpin ummat Islam.
Memang ia terus berperang mempertahankan dirinja dan
kejakinannja, karena sudah diizinkan unt uk itu. Tetapi meskipun
dalam perkelahian dan pertempuran jang menentukan hidup dan
matinja, ia tidak melupakan tudjuannja: memberikan bahagia
kepada manusia, membawa mereka kepada pengakuan keesaan
Tuhan. Dan apabila tudjuan ini sudah tertjapai, pedang segeralah
dimasukkan kembali kedalam sarungnja. Ia tidak ditjiptakan unt uk
menghantjurkan suku-suku bangsa Arab jang ketjil itu, tetapi
untuk menggemblengkan suku-suku itu mendjadi suatu bangsa
jang besar dan megah. Ini tudjuannja sedjak semula, dan oleh
karena itu sendjata jang paling tadjam bukanlah pedang, tetapi
tasaimih dan tajasur, harga-menghargai dan mudah-memudahkan,
iifwan dan safhan, bermaaf-maafan dan ampun-mengampuni !
Ini ternjata sedjak ia mulai mengangkat sendjata. Dalam suatu
peperangan Nabi berada disuatu tempat, jang terpisah dengan
teman-temannja dan t ak ada perlindungan. Karena letihnja ia
tertidur dibawah sepohon kaju. Ketika itu datang kesana seorang
pahlawan Jahudi jang bernama Da' sur, jang mengatjungkan ke-
padanja sebilah pedang terhunus, sambil berkat a: Kat akanl ah,
siapa jang akan dapat menolong engkau dari tanganku ini?"
Dengan tidak gentar Rasulullah mendjawab: Allah jang Maha
Kuasa".
rri
Mendengar suara kejakinan jang membadja ini, Da' sur lalu
gementar dan pedangnja terdjatuh dari tangannja. Segera pedang
itu diambil oleh Nabi, dan sambil mengatjungkan kemuka Da' sur,
ia bertanja : Sekarang katakan pula olehmu, siapa jang akan dapat
melepaskan njawamu dari tanganku i ni ?" Da' sur tak dapat mem-
berikan djawaban apa-apa. Rasulullah tidak lantas membunuhnja,
tetapi menjuruh dia menjerah diri sambil mengutjapkan kalimah
sjahadat. Da' sur jang menurut tjeritera itu sangat terharu akan
sikap kesatria dan pengampun dari pada Nabi, lalu masuk
Islam.
Sifat im' ternjata djuga terhadap seorang penjair Ka' ab bin
Zuhair. Ka' ab bin Zuhair, penjair jang selalu mentjertja agama
Islam dan Djundjungannja dengan sjairnja jang tadjam-tadjam,
musuh Islam jang telah didjatuhkan putusan hukum bunuh karena
chianatnja kepada Islam, pada suatu ketika datang kehadapan
Rasulullah, dan bertanja: Ja Rasulullah, kalau aku membawa
Ka' ab sebagai seorang Muslim dihadapanmu, apakah tuan hamba
akan memberi ampun kepadanja?" Dengan tidak berfikir pandjang
Djundjungan kita mendjawab : Ja". Dan tatkala ketahuan bahwa
orang jang berkata itu ialah Ka' ab, sahabat-sahabatpun tak sabar
lagi, hendak menebaskan lehernja, tetapi Nabi melarangnja dan
berkata: Aku telah mengampuninja".
Disamping kesatria dari Pemimpin besar Islam itu mengam-
puni Ka' ab, tak dapat tidak dapat diartikan djuga hasrat jang
mendorong Djundjungan Islam mengambil keputusan itu karena
keinginan memelihara pengetahuan dan kesusasteraan. Ia tukang
sjair jang terkenal dalam zaman Djahilijah, tetapi sesudah ia insaf,
mendjadi tukang sjair jang terkenal pula dizaman Islam. Hal ini
ternjata dengan anugerah selembar djubah beliau jang dilempar-
kan kepada Ka' ab, sesudah ia selesai bersjair ketika itu untuk
melahirkan terima kasihnj atas sifat pengampun jang luar biasa
dan Nabi Muhammad. Dengan hati jang bergetar dan suara jang
merdu Ka' ab dalam sjairnja jang terkenal dengan nama Banat
Su'adu" berkata: Engkaulah, wahai Djundjunganku, obor jang
menerangi dunia, engkau adalah pedang Allah unt uk membinasa-
kan ketjemaran".
Dan sifat ini terutama ternjata pada waktu hari masuk
Mekkah. Segala amarah dan dendam chasumat jang telah bertahun-
tahun, bahkan ada jang telah turun-temurun, atas pimpinannja
jang mulia itu, lebur dan lenjap dalam suara takbir jang gegap
gempita, tatkala masuk ke Mekkah kembali. Air mat a jang harus
ditjurahkan untuk mengingatkan keluarga dan handai taulan jang
sudah terbunuh, ditjurahkan untuk mentjintai sesama manusia,
tangan jang gemetar jang telah bersedia-sedia hendak menetak
dan memarang, diulurkan untuk menjambut tangan-tangan Quraisj
jang berlumuran darah itu, guna kepentingan manusia, guna
penjiaran adjaran tauhid jang akan mentjiptakan suatu peradaban
besar dikemudian hari.
fifi
Tidakkah sedjarah manusia mengagumkan, bagaimana pang-
lima perang Muhammad memaafkan Abu Sufjan dan memperla-
kukannja tidak sebagai pendjahat perang, tetapi sebagai seorang
besar Quraisj jang bersahabat? Kedatangannja hendak menjelidik
kekuatan tentara Islam disuruh sambut kepada Abbas dengan
memberikan kuda tunggangannja sendiri, diadjak makan dan
bermalam didalam kemah Djenderal-Djenderalnja jang ternama.
Ia mentjegah Umar jang akan menebas batang leher Abu Sufjan, ia
mentjabut kat a-kat a antjaman pemimpin Anshar Sa' ad ibn Ub-
badah dan menggantikannja dengan susunan kalimat jang menen-
teramkan, dan ia mengumumkan rumah Abu Sufjan unt uk t empat
perlindungan penduduk-penduduk Mekkah jang merasa dirinja
bersalah. Memang kekerasan dengan kekerasan atjap kali tidak
dapat membawa penjelesaian, sebaliknja dj arang orang dapat
menentang budi bahasa jang manis. Air mat a sering kali lebih
tadjam dari pada pedang!
Ampunan! Fat ah Mekkah adalah hari ampunan! Abu Sufjan
diberi ampun. Isterinjapun diberi ampun, isterinja Hindun binti
Ut bah, jang pernah menarik-narik djanggut lakinja dan mengedjek
didepan umum tatkala ia hendak damai dengan Nabi, isterinja jang
pernah dalam perang Uhud mengandjurkan membunuh beberapa
pahlawan Islam sambil berdendang dan menari-nari dengan meng-
alungkan djantung Hamzah jang sudah terbunuh dilehernja, di-
ampuni. Perempuan Quraisj jang paling djahat dan buas, dengan
mudah diberi ampun dihari Fat ah Mekkah itu. Tatkala ia datang
kepada Nabi hendak melakukan baiatnja, Nabi berkata dengan
senjum simpul: Belum aku mau menerima pengakuan kesetiaan-
mu itu, sebelum engkau membersihkan terlebih dahulu telapak
tanganmu itu jang merupakan dua buah pentjakaran singa".
Kemudian Nabi menerima penjesalan dan penjerahan diri Hindun
bin Ut bah dengan sikap dan wadjah muka jang berseri-seri, jang
sama sekali tidak menjimpan bekas kekedjaman wanita jang ganas
ini, tatkala merobek-robek badan sepupu dan pahlawannja jang
terbesar, Hamzah anak Abdul Mutthalib, serta mengalungkan
djantung dan hatinja pada leher. Ia menerima dengan hati jang
pengampun dan muka jang putih bersih kembali kedua tangan
Hindun, jang telah terkerat kukunja dan telah berpatjar dengan
indahnja, seakan-akan sudah tjukup bersih dari pada lumuran
darah jang kedji, jang pernah membasahi kedua tangan perempuan
itu. Dikala Nabi melihat djantung Hamzah itu digigit-gigit dan
dikalungi, Nabi pernah berkat a: Kalau masuk sepotong ke-
dalam perutnja, Hindun pasti tidak akan dimakan lagi oleh api
neraka", artinja demikian sutjinja t ubuh Hamzah itu. Dan
demikian pula sutjinja hati Nabi jang mengampuni pembunuhnja
jang kedjam.
Oh sungguh dj arang dalam sedjarah tjeritera-tjeritera jang
seperti ini. Bahkan disamping Hindun, Wahsjipun diberi ampunan,
Wahsji jang sudah termasuk dalam daftar pendjahat perang jang
56
haras dibunuh. Kita ketahui dalam pertempuran Badar, Hamzah
telah menundjukkan keperwiraannja. Dalam tangannja gugur be-
berapa pahlawan Quraisj jang terkenal, seperti Ut bah bin Rabiah,
ajah Hindun sendiri, dan Sjaibah bin Rabiah, dan tidak kurang dari
pada tiga puluh satu orang pahlawan lain dari kalangan Ouraisj
jang tewas olehnja. Maka oleh karena itu barang tentu orang-orang
Quraisj sangat marah kepadanja. Diupahnja seorang budak Habsji
jang bernama Wahsji, seorang jang sangat pandai memanah, unt uk
membunuh Hamzah itu. Oleh karena budak ini ingin merdeka,
maka segala usaha dilakukannja unt uk dapat melaksanakan
tudjuan tuannja. Dan dengan demikian ia berhasil ditengah-tengah
medan peperangan Uhud mentj ari Hamzah dan memanahnja
diperut sampai pahlawan Islam itu gugur seketika itu djuga sebagai
bur ga Islam jang indah dan harum baunja.
Dan oleh karena itu Wahsji tertjatat dalam daftar ummat
Islam unt uk didjatuhi hukuman bunuh. Tetapi oleh kemurahan dan
kemuliaan hati Nabi dimaafkannja Wahsji itu, diberi ampun kepada
Washji jang pernah membuat ia menangis.
Mari kita ikuti tjeritera Wahsji sendiri tatkala ia diberi ampun
oleh Nabi. Kat anj a: Aku keluar, lalu mendekati Nabi, setelah ia
menguasai Mekkah dan Thaif. Dengan sekonjong-konjong aku
sudah berdiri didekatnja. Ketika ia melihat aku, ia bertanja:
Wahsjikah ini?" Djawabku: Benar ja Rasulullah, aku ini Wah-
sji". Katanja pula: Duduklah! Dan tjeriterakanlah kepadaku,
bagaimana tjaranja engkau membunuh Hamzah?". Lalu aku
tjenterakan kepadanja seluruh kissah itu sampai selesai. Setelah
selesai beliau berkat a: Enjahlah engkau dari sini. Djangan
menundjukkan sekali lagi mukamu kepadaku!" Sedjak itu aku
selalu mendjauhinja, agar tak kelihatan lagi olehnja, sehingga ia
mangkat ". Demikian tjeritera Wahsji sendiri jang telah diberi
ampun oleh Nabi akan dosanja, dan jang sekarang mempunjai
kejakinan bahwa ia sebagai budak dapat merdeka dari Nabi
Muhammad dengan tidak membunuh manusia.
Alangkah indahnja tjeritera ini. Ia melukiskan betapa orang
dapat menahan hati, dan ia menggambarkan set j ara jang sangat
indah akan sifat pemaaf dan pengampun Nabi Muhammad. Nabi
sangat terharu, Nabi sangat bent j i melihat dan mengenangkan
perbuatan jang terkutuk semat j am itu. Ia tidak mau melihat
kembali muka Wahsji, jang mendjadi pembunuh pamannja. Wahsji
adalah seorang budak jang tidak berketurunan dan tidak mempu-
njai suku, jang menurut perasaan bangsa Arab adalah sangat hina.
Meskipun demikian Nabi memaafkan dan mengampuni dia, sesudah
dari mulutnja keluar utjapan Sjahadat. Sedang seluruh kaum Islam,
ketika itu menanti-nanti pelaksanaan hukum bunuhnja, karena
ingin melihat darah orang jang kedjam itu mengalir sebagaimana
mereka telah melihat usus Hamzah jang tertikam oleh tombaknja,
dan jang dirobek-robek dikalungkan pada leher Hindun sambil
menari-nari dan bertandak-tandak dengan sombongnja.
Nabi mengampuni sekalian itu. Muhammad datang merupakan
rahmat buat semua manusia, bukan laknat dan dendam chasumat.
Apakah kurang indah pula tjara Nabi memberi ampunan
kepada seorang pemuda Quraisj Fudhalah? Fudhalah bin Umair
sudah lama berniat hendak menikam Nabi dengan diam-diam.
Ia mengikuti Nabi thawaf dekat Ka' bah dan pada suatu tempat
jang gelap ia hendak melepaskan tikaman dari belakang. Tiba-tiba
Nabi bertanja: Engkaukah ini Fudhal ah?" Benar ja Rasulullah",
djawabnja. Rasulullah bertanja pula : Apakah jang sedang engkau
fikirkan, ' nak?" Tatkala Fudhalah mendjawab, bahwa ia sedang
berzikir kepada Tuhan, Nabi memalingkan muka kepadanja dengan
tersenjum sambil berkat a: Mintalah ampun kepada Allah, wahai
anakku jang manis!", seraja meletakkan tangannja diatas dada
Fudhalah. Demikian kaget Fudhalah ketika itu, karena ia merasa
seakan-akan djantungnja berhenti tidak bergerak lagi. Barulah ia
ingat akan dirinja dan sadar, kemudian berkata: Demi Tuhan,
sedjak ia mengangkat tangannja kembali dari dadaku, maka t ak
adalah seorang manusia jang lebih kutjintai diatas muka bumi ini
selain dari Nabi Muhammad".
Sepulang kerumah di t j eri terakan hal itu kepada isterinja
dengan beberapa bentuk sadj ak:
Djika kaulihat Muhammad datang,
bersama kawannja pagi dan petang.
Tahulah engkau, Islam terbentang.
Seorangpun tak dapat lagi menentang.
Laksana bandjir menjerang pematang.
Islam laksana air bah datang.
Tak dapat ditahan tak dapat ditentang.
Berhala hantjur tumbang melintang.
Adinda, wahai permata nilam.
Aku sudah masuk Islam,
Keluar dari suasana kelam.
Karena Muhammad Alaihissalam.
Demikianlah tjeritera Fudhalah mendapat ampunan Nabi.
Dan banjak jang lain-lain, berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-
ribu. Dan ini terdjadi diwaktu dia sudah berkuasa, diwaktu ia sudah
beroleh kemenangan jang gilang-gemilang dalam pertempuran.
Ini terdjadi diwaktu ia memasuki kota Mekkah dengan tentara jang
belum ada t ara bandingnja sebelum itu. Dan ini terdjadi sesudah ia
melalui Hunain dan Thaif. Kepadanja dihadapkan enam ribu orang
tawanan dari suku Hawazin dan Tsaqif. Semuanja mendapat peng-
ampunan umum. Sementara pemimpin-pemimpinnja Malik bin Auf,
Jalilu bin Amr, lari lintang-pukang karena ketakutan, Rasulullah
sibuk memberikan ampunan dan membalas pembesar-pembesar
jang dulu bersikap sombong dan bertindak sewenang-wenang,
58
dengan kebaikan, dan Rasulullah sibuk menerima mereka jang
datang kepadanja berbaiat dan masuk Islam, sementara para
pahlawan hampir diseluruh muka bumi dalam masa dan keadaan
jang serupa itu hanja kenal sikap menghukum pendjahat perang,
hanja kenal sikap membalas menebas leher musuh.
Rasulullah tidak demikian. Djangankan sesudah perang,
sesudah ia beroleh kemenangan, dalam peperanganpun sikap
mengampuni itu adalah pembawaannja. Bukankah Sjaibah, se-
orang penduduk Makkah, seorang musuh jang kedjam pula?
Bukankah ia lari ke Thaif menggabungkan diri dengan musuh di
Hunain unt uk men t j ari kesempatan membunuh Nabi, dengan
niatnja jang tetap, ia terus-menerus akan menentangnja meskipun
seluruh dunia sudah masuk Islam? Tatkala perang sedang mendjadi-
djadi, Sjaibah menghunus pedangnja dan bergerak ketempat Nabi.
Setelah dekat ia gelisah, karena ia seolah-olah melihat unggunan api
jang bemjala-njala. Ditengah-tengah kebingungan itu ia mendengar
suara Rasulullah jang datang mengusap-usap dadanja sambil
berkat a: O Tuhan, bebaskanlah Sjaibah dari pada segala pikiran
jang djahat". Lalu sikap Sjaibah berobah seperti siang dengan
malam. Dari pada membunuh Nabi, ia mentjintainja, sebagaimana
katanja sendiri, lebih dari pada segala apa jang ada didunia ini.
Kat anj a: Sedjak waktu itu pikiranku ialah, bahwa aku ingin mat i
untuk Rasulullah, bahkan djika bapaku sendiri datang menghalang-
halangi daku, sedetikpun aku tak akan bimbang menusukkan
pedang kedalam dadanja".
Kebengisan jang berubah mendjadi ketjintaan jang but a,
ketjintaan kepada Tuhan jang tidak ada batasnja.
Kita ingin menjisipkan disini sebuah tjeritera jang pelik,
kedjadian ditengah-tengah tawanan orang Islam di Hunain.
Ditengah-tengah tawanan itu terdapat seorang perempuan bernama
Sjima', anak Halimah jang pernah menjusukan Nabi diwaktu ketjil.
Ia berkata kepada Rasulullah, bahwa ia adalah saudara sesusunja
serta menundjukkan tanda parut bekas digigit Rasulullah waktu
mereka masih kanak-kanak. Mendengar itu Rasulullah teringat
kembali akan ibu angkatnja Halimah, jang membuat air matanja
berlinang-linang, dan teringat kembali pula akan perbuatannja jang
salah terhadap saudara sepupunja Sjima' itu. Ia membentangkan
sorbannja dan mempersilahkan duduk: Mintalah kepadaku apajang
engkau kehendaki, aku akan penuhi permintaanmu. Apakah kakak
mengharapkan pertolonganku, pasti sekarang djuga akan kuberi".
Sjima' ini termasuk seorang dari tawanan orang Islam jang
banjak dari Bani Sa' ad, jang berdjumlah enam ribu orang banjaknja
Ia diutus oleh tawanan itu menghadap Rasulullah dan meminta
ampun serta bebas atas tawanan itu. Kehendak itu tertjapai,
bahkan lebih dari pada apa jang diharapkan. Mereka dibebaskan
dari tawanan dan kepada Sjima' ia berkat a: Kakak, aku gembira
menemui engkau kembali. Pertemuan dengan engkau menimbulkan
kembali kenang-kenangan kepada ibu Halimah jang baik itu, jang
.-)!)
sama-sama kita tjintai". Nabi mengutjapkan kata-kata ini dengan
air matanja jang berlinang-linang dan nafasnja jang putus-putus.
Kemudian ia melandjutkan katanja: Kakak, djika engkau sudi
tinggallah bersama aku, akan kulajani engkau dengan penuh tjinta
dan kemuliaan. Tetapi djika engkau ingin kembali kepada kaummu,
pulanglah engkau dengan selamat. Engkau sudah dimerdekakan!"
Sjima' memilih pulang kepada kaumnja dan mentjeriterakan bahwa
ia dikurniai Nabi dengan bermatjam-matjam pemberian jang
berharga, seorang budak laki-laki bernama Mahhul dan seorang
budak perempuan unt uk teman hidupnja.
Memang seorang mulia tidak melupakan budi orang, tidak
bersikap panas setahun dihapuskan oleh -hudjan sehari. Adapun
budi, budi djuga namanja, ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
Dengarlah apa orang katakan, bahwa Rasulullah itu seorang
jang kedjam. Sedjarah membuktikan sebaliknja. Menurut daftar
jang dikemukakan oleh Muhammad Ridha dalam kitabnja Sedjarah
Nabi Muhammad, adalah lima belas orang musuh jang telah di-
putuskan mendapat hukuman mati diantara laki-laki dan perem-
puan jang sangat besar kesalahannja, atau pengchianatannja
selama perang-perang jang terdjadi dalam masa Rasulullah. Tetapi
terbukti kebanjakannja dimerdekakan atau masuk Islam dengan
mendapat ampunan. Hanja dua atau tiga orang sadja jang ter-
bunuh, baik disengadja karena melawan atau karena kedjadian
sebelum diketahui Nabi.
Abdullah bin Abi Sjarah misalnja tertjatat sebagai musuh
nomor satu jang harus didjatuhi hukuman mati, tetapi tatkala
Usman, saudara sesusunja, membawa orang itu kedepan Nabi, ia
dimerdekakan, masuk Islam dan mendjadi orang Islam jang baik.
Begitu djuga jang lain-lain, seperti jang sudah kita sebutkan,
Hindun, Wahsji, Ka' ab bin Zuhair, Haris bin Hisjam, Zuhair bin
Umajjah, Sarah, budak perempuan, bahkan Ikrimah anak Abu
Dj ahl dan Sof wan bin Umaj j ah, dua pendj ahat besar j ang sebenarn j a
menurut pendapat biasa tak lajak dibebaskan dari hukum bunuh.
Dari mereka jang harus mendjalankan hukum mat i ialah Ab-
dullah bin Chattal, seorang jang keluar masuk dalam agama Islam,
seorang jang menghabiskan wang zakat kaum Muslimin dan seorang
jang telah membunuh keluarga jang memberikan dia makan minum
serta merawat hidupnja dengan baik. Tentu sadja Nabi tidak
akan membiarkan lagi manusia jang seperti itu keluar dari pada
hukuman jang telah diputuskan oleh pengadilan perang sahabat-
sahabatnja. Ia berdosa kepada masjarakat dan harus menerima
keadilan masjarakat. Ia tidak diberi ampun, karena dosanja tidak
' ditudjukan kepada Nabi, tetapi ditudjukan kepada merobohkan
t at a keselamatan masjarakat umum.
Adapun Ikrimah anak Abu Djahl, bagaimanapun besar dosa-
nja, masih menundjukkan bibit-bibit perbaikan dalam dirinja jang
mungkin t umbuh. Isterinja seorang Islam jang sebenar-benarnja.
Tatkala ia hendak lari meninggalkan tanah Arah naik kapal ke
60
Afrika, isterinja berkata kepadanja: Mengapa? Apakah engkau
hendak lari dari pada seorang jang demikian baik budi pekertinja
seperti Rasulullah ? ' '
Tatkala Ikrimah mengetahui dari isterinja, bahwa Rasulullah
adalah seorang jang suka memaafkan dan memberi ampunan, serta
mengetahui dari isterinja, bahwa Rasulullah sedia memberi ampu-
nan kepadanja, ia lalu balik kembali ke Mekkah dan menghadap
Nabi. Katanja: Saja beroleh pengertian dari isteri saja, bahwa
engkau telah memaafkan orang seperti aku ini?" Benar isterimu
itu. Aku telah memaafkan engkau", djawab Rasulullah.
Ikrimah lalu beroleh kejakinan, bahwa orang jang dapat
memaafkan salah seorang musuhnja jang terbesar, tidaklah mung-
kin orang itu palsu. Itulah sebabnja lalu dinjatakannja kepertjajaan
kepada Islam, seraja katanja: Aku naik saksi, bahwa Tuhan
adalah Esa dan tak ada sekutu baginja, aku naik saksi, bahwa
engkau adalah hambanja dan Rasulnja". Tatkala Ikrimah dengan
utjapan jang demikian itu menundukkan kepalanja dengan merasa
malu, Nabi Muhammad segera berkata kepadanja: Ikrimah,
bukan sadja aku telah memaafkan engkau, tetapi sebagai bukti
kasih sajang aku kepadamu, bahwa aku telah memutuskan akan
memperkenankan sesuatu permintaanmu kepadaku. Mintalah
sesuatu kepadaku !" Ikrimah mendjawab : Tak ada jang lebih baik
dan lebih berharga jang akan kupintakan kepadamu, melainkan
sudilah mendo' a kepada Tuhan, supaja diampunkannja aku ini
untuk segala aniaja dan pelampauan batas jang telah kulakukan
kepadamu". Seketika itu djuga Rasulullah mengangkat tangan dan
berdo' a kepada Tuhan: Rabbi, ampunkanlah segala permusuhan
jang telah dikandung oleh Ikrimah terhadap diriku. Dan ampun-
kanlah segala perkataannja jang telah dilontarkannja dari pada
bibirnja itu kepadaku". Sambil berdiri menjelubungi Ikrimah ia
berkata: Siapa sadja jang datang kepadaku dan pertjaja kepada
Allah, adalah satu dengan daku. Rumahku adalah rumahnj a".
Demikianlah sedjarah Ikrimah masuk Islam. Sementara itu
tidak kurang indahnja tjeritera seorang pend jahat perang besar,
Sofwan bin Umajjah menjerah diri kepada Nabi.
Sofwan bin Umajjah adalah seorang musuh Nabi jang paling
kedjam dan jang paling banjak merintangi kemadjuan Islam.
Ia termasuk dalam daftar orang-orang jang harus dibunuh oleh
orang Islam. Dan ia sendiri mengetahui hal ini. Oleh karena itu ia
melarikan diri akan menjeberang lautan. Maka datanglah anak
pamannja Umair bin Wahab kepada Nabi mengatakan: J a
Nabijullah, Sofwan itu adalah kepala suku jang dihormati. I a
telah melarikan diri dari padamu karena ketakutan dan akan ber-
lajar. Aku bermohon kepadamu, agar engkau memberikan dia
ampunan, sebagaimana engkau memberikan ampunan kepada
semua orang lain dengan tidak memandang bulu dan kulit". Maka
kata Rasulullah : Tjegatlah anak pamanmu itu, ia telah mendapat
ampunanku".
(il
Tatkala Umair meminta tanda aman dan ampunan kepada
Nabi, Nabi memberikan kepadanja kopiahnja jang dipakai pada
waktu masuk ke Mekkah.
Umair memperlihatkan t anda itu kepada Sofwan dan berkat a:
Aku ini datang dari seorang manusia jang paling baik dimuka
bumi ini, dari seorang manusia jang suka berbuat baik, jang mulia
hati dan tinggi budi bahasanja, jaitu anak pamanmu jang telah
memberikan keistimewaan kepadamu untuk kembali".
Mula-mula Sofwan agak takut, tetapi tatkala Umair mengata-
kan, bahwa peribadi Nabi itu lebih mulia dari pada apa jang dapat
dikira-kirakan oleh Sofwan, maka ketakutannjapun hilanglah, dan
kedua anak muda itu datang menghadap Nabi.
Sofwan berkata kepada Nabi: Umair men j ampaikan ke-
padaku, bahwa engkau telah mend j amin keamananku".
Nabi berkat a: Apa jang dikatakannja itu benar".
Sofwan berkata pula : Apakah engkau sedia akan memberikan
waktu bagiku dua bulan untuk berfikir, apakah aku akan memeluk
Islam atau akan tinggal diluar Isl am?"
Nabi menjahut: Kepadamu kuberikan waktu empat bulan
unt uk berfikir".
Pada waktu Nabi keluar pergi ke peperangan Hawazin, Nabi
memindjam empat puluh ribu dirham dari padanja, djuga meminta
memindjam banjak alat-alat peperangan jang ada pada Sofwan.
Tatkala Sofwan bimbang, apakah pengambilan ini merupakan
rampasan perang, jang harus ditunaikannja, Nabi Muhammad
berkata: Tidak, bukan rampasan, ini hanja pindjaman, terdjamin
dan akan dikembalikan".
Demikian kita lihat sebelum ia masuk Islam, Sofwan sudah
bekerdja-sama dengan Nabi, dalam suatu kerdja-sama jang rapat.
Nabi tidak lalu memaksakan kejakinannja, ia diberi kesempatan
sampai empat bulan lamanja untuk berfikir.
Nabi pergi berperang dengan Hawazin di Hunain bersama-
sama dengan Sofwan, jang masih musjrik dalam kejakinannja.
Tatkala peperangan itu selesai, Nabi tidak sadja mengembalikan
segala pindjamannja dan membajar segala utang piutang, tetapi
djuga melimpahkan kemurahannja dengan kurnia jang luar biasa,
baik kepada Sofwan maupun kepada peserta-peserta peperangan
jang lain. Ia memberikan kepada Abu Sufjan bin Harb empat puluh
kati perak dan seratus ekor unta, ia memberikan kepada Jazid dan
Muawijah hadiah sebanjak itu pula, ia memberikan kepada Hakim
bin Hizam hadiah seratus unt a dan ditambah pula kemudian
dengan seratus unt a lagi. Selandjutnja Nabi memberikan kepada
Nazar bin Haris seratus unta, begitu djuga kepada Usaid bin
Djarijah, Haris bin Hisjam, Sofwan bin Umajjah, Qais bin Adi,
Suhail bin Amr, dan lain-lain, jang sebahagian besar bekas-bekas
pendjahat perang jang sesungguhnja harus dihukum mati, tetapi
sekarang mendjadi pahlawan-pahlawan Islam jang setia dan ber-
djasa.
62
Konon kabarnja pembahagian unta sadja sebagai hadiah pada
hari itu berdjumlah hampir lima belas ribu ekor, belum hadijah
jang berupa emas dan perak serta barang-barang lain jang berharga.
Sofwan heran menghadapi kenjataan ini, heran ia melihat
kemurahan Nabi, jang selalu didengar-dengarnja adalah orang jang
tamak kepada harta-benda. Setelah diserahkan kepadanja seratus
unta, kemudian Nabi menambah dua kali lagi seratus-seratus unt a,
dengan harta benda lain jang bernilai dan berharga. Nabi melihat
kepada wadjah Sofwan jang menundjukkan keheranan dan berkata:
Apakah engkau merasa aneh?" Sofwan mendjawab: Sesung-
guhnja ja Rasulullah". Setelah Nabi berkata, bahwa semua barang
jang bertimbun-timbun itu adalah untuknja, Sofwan berkat a:
Radja-radjapun tak ada jang sekaja dan semurah ini, djika ada
jang demikian, maka orang itu ialah hanja Nabi jang kuhadapi
sekarang ini". Kemudian dia tegak dengan kejakinan didepan
Rasulullah dan dengan muka jang berseri-seri lalu diutjapkannja
dengan bibir dan lidah jang tidak ragu-ragu: Aku mengaku bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku mengaku pula bahwa
Muhammad itu adalah pesuruhnja!"
Dengan demikian Sofwan bin Umajjah, djuga jang pernah
termasuk salah seorang pendjahat perang jang mestinja harus
dihukum mati, masuk Islam atas kehendaknja sendiri, dengan tidak
mempergunakan kesempatan waktu jang diberikan Nabi kepada-
nja empat bulan. Kebenaran mengatakan kepadanja, waktu itu
terlalu pandjang dan ia dengan bukti-bukti jang njata dari pada
budi pekerti Nabi jang luhur harus dengan segera masuk Islam,
menjerah diri kepada Tuhan.
Demikian sedjarah Sofwan jang hendak lari, tetapi kembali
kepangkuan kejakinan jang benar. Demikian pula sedjarah maaf
dan ampunan jang pernah diperlihatkan Nabi kepada musuh-
musuhnja dengan budi bahasa jang halus. Kami telah memberikan
kemenangan jang gilang-gemilang kepadamu, supaja Allah meng-
ampuni dosamu jang dahulu dan jang akan datang, semoga Allah
mengurniai kamu dengan kesenangan jang tidak berhingga, dan
menundjuki kamu selandjutnja akan djalan jang lurus" (Our'an
XLVIII: 12).
4. ^rtataamenait
atqai.
aamenak ata
Sikap Nabi mengenai harga-menghargai ant ara orang Islam
dan orang jang berlainan agama, tersimpan dalam sebuah firman
Tuhan jang berbunji: Tuhan Allah tidak melarang engkau bergaul
dengan orang jang tidak memerangi kamu dan tidak mengusirmu
dari t anah airmu. Hendaklah kamu bersikap baik kepada mereka
dan berlaku adil terhadap mereka. Sesungguhnja Allah amat tjinta
kepada orang jang bersifat adil". (Qur'an LX : 8).
63
Salah satu dari pada rukun iman ialah pertjaja kepada semua
Rasul-Rasul dan pertjaja kepada semua kitab-kitab sutji jang di-
turunkan kepada mereka. Oleh karena itu ummat Islam selain
terhadap Nabi Muhammad, djuga menghormati Nabi-Nabi lain
sebagai Nabi dan Rasul jang pernah diutus Tuhan dan mengang-
gap mereka itu seperti Nabi-Nabi mereka djuga. Dan mereka per-
tjaja bahwa kitab-kitab sutji jang diturunkan kepada Nabi-Nabi
itu adalah kitab-kitab sutji Tuhan jang berisi wahju dan adjaran
2
jang harus disampaikan kepada manusia. Djadi mereka pertjaja
sedjak dari Nabi Adam, jang mendjadi bapa sekalian manusia, Nabi
Noh jang menjelamatkan keturunan manusia dari bandjir besar,
Nabi Ibrahim jang adjaran tauhidnja dihidupkan kembali oleh
Nabi Muhammad, Nabi Isma' il jang t urut membina Ka' bah dengan
ajahnja dan merupakan mojang dari segala bangsa Arab, Nabi
Dawud jang t j ara sembahjang dan puasanja mendjadi kegemaran
Nabi Muhammad, Nabi Sulaeman jang meletakkan dasar Masdjidil-
Aqsha, salah satu masdjid jang sangat dihormati oleh orang Islam
selain Masdjidil-Haram dan Masdjid Madinah, Nabi Musa jang
pernah bertjakap-tjakap dengan Tuhan dibukit Thursina, Nabi
Isa jang mendjadi perlambang kesutjian Tuhan dan djuru selamat
manusia, dan lain-lain Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul jang tidak
terhitung djumlahnja, dan jang sebahagian besar diriwajatkan
kembali dengan kat a-kat a jang indah dalam kitab sutji Al-Qur' an.
Begitu djuga ummat Islam mempertjajai akan kitab-kitab
sutji mereka, seperti Taurat, Zabur, Indjil dan kitab-kitab Suhuf
jang lain jang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul itu,berisi
suruh dan tegahnja kepada manusia. Bahkan kejakinan inilah
jang menjebabkan ummat Islam menghargakan pemeluk-pemeluk
agama Nasrani dan Jahudi, dan menggolongkan mereka kedalam
golongan ahlul-kitab, jang diberikan Tuhan beberapa prioritet
tertentu dalam pergaulan dengan ummat Islam.
Sesuai dengan adjaran Qur' an, seolah-olah ummat Islam ber-
djandji: Tidak kami bedakan barang seorangpun diantara Rasul-
Rasulnja, dan berkata: Kami mendengar dan mematuhi, dengan
ampunanmu kami kembali kepadamu". (Qur'an II : 285).
Lantaran itu terdjadilah perhubungan jang baik antara golong-
an Islam dengan golongan-golongan itu dalam masa perdjandjian
damai. Nabi pernah berutang piutang dengan orang Jahudi, Nabi
pernah berdiri unt uk menghormati djenazah seorang Jahudi jang
diantarkan kekuburnja melalui rumah beliau. Tatkala orang ber-
tanja mengapa ia berdiri memberi hormat itu, ia mendjawab bahwa
orang Jahudi itu manusia djuga seperti orang Islam. Ia pernah
menjuruh mempeladjari bahasa Jahudi , dan ia pernah mengadakan
pertukaran fikiran tentang dasar kepertjajaan, jang dilakukan
dalam suasana ramah t amah dan persahabatan jang baik, penuh
rasa hormat menghormati.
Ia pernah pergi ke Sjam dengan pamannja dan bergaul disana
dengan orang-orang Nasrani set j ara mesra. Ditengah djalan pernah
(VI
Nabi disambut oleh seorang pendeta Nasrani, jang bernama Bu-
liaira, mendjamuinja dan menerangkan bahwa padanja terdapat
tanda-tanda seorang Nabi pada achir zaman. Didalam Our' an di-
terangkan, bahwa makanan mereka halal dimakan orang Islam,
dan makanan orang [siam halal dimakan mereka. Dengan perem-
puan Nasrani atau Jahudi dibolehkan orang Islam mengadakan
perkawinan jang sah, dengan tidak usah lebih dahulu perempuan
jang beragama Nasrani atau Jahudi itu masuk kedalam agama
Islam.
Disamping Nabi banjak menerimanja utusan-utusan Nasrani
Jahudi dan Madjusi, jang dilajani dengan baik, djuga Nabi mentjari
hubungan persahabatan dengan mereka itu, baik dengan tjara
mengirimkan utusannja, maupun dengan tjara mengirimkan surat
kiriman mengadjak mereka sama-sama mempertahankan kebenar-
an Tuhan.
Nabi pernah mengirimkan utusan kepada Radja Habsjah,
jang diterima dengan baik bahkan setelah mendengar keterangan
2
mengenai agama jang disiarkan oleh Nabi Muhammad, ia lalu
menukarkan agamanja dengan agama Islam. Ia memberikan banjak
bantuan kepada ummat Islam jang hidjrah kesana sampai dua
kali dan memberikan banjak hadiah-hadiah jang berharga kepada
Nabi Muhammad dan pengikutnja. Diantara lain-lain djasanja ialah
mengawinkan Ramlah atau Ummu Habibah, anak Abu Sufjan,
jang telah bertjerai dengan lakinja, dengan Nabi Muhammad,
karena Ramlah itu tak mau meninggalkan agama Islam dan tak
mau mengikut lakinja masuk agama Masehi.
Surat Nabi kepada Radja Kopti di Mesir, Mukaukis, pun di-
sambut baik dan membuahkan persahabatan jang baik pula. Ada-
pun radja itu tidak bersedia memeluk agama Islam tidaklah diambil
ketjil hati, bahkan dihargakan pendirian itu. Radja jang berbudi
itu mengirimkan beberapa banjak bingkisan, jang terdiri daripada
barang-barang jang mahal-mahal harganja. Djuga menuruti adat
radja-radja dahulu, ia mengirimkan djuga beberapa orang dajang
2
.
Seorang diantranja jang bernama Marijah diambil mendjadi isteri
Nabi, dan dari perkawinan ini lahir seorang putera Nabi bernama
Ibrahim.
Diantara' surat jang penting djuga dikirimkan Nabi kepada
radja-radja, kita sebutkan surat kepada Radja Romawi, Heraclius.
Tatkala surat ini sampai ditangan radja itu, kebetulan rombongan
Abu Sufjan ada di Palestina. Abu Sufjan diminta datang ke Istana
dan dinjatakan segala sesuatu mengenai pribadi Nabi Muhammad.
Meskipun Abu Sufjan pada waktu itu merupakan musuh Nabi jang
besar, namun ia tidak berani berkata dusta tentang diri Nabi. Ia
menerangkan, bahwa Nabi berasal dari keluarga jang baik-baik
dan terhormat, salah seorang dari kerabatnj a, bahwa ia tidak pernah
berdusta dan belum pernah ia menundjukkan sesuatu keadaan
jang lemah dan salah dalam ketjakapan dan keahliannja, bahwa
ia seorang jang mentjintai orang miskin, bahwa pengikutnja tidak
65
ada jang murtad, tidak pernah memungkiri djandji dan jang ter-
penting ialah bahwa ia mengadjarkan supaja orang menjembah
Tuhan jang satu dan djangan mempersekutukannja, sambil meng-
ail djurkan mendjahui segala perbuatan jang djahat-djahat dan
kedji. Dari pada keterangan-keterangan jang diberikan oleh Abu
Sufjan itu, radja Rumawi itu mengambil kesimpulan bahwa Muh-
ammad itu benar
2
seorang Nabi. Meskipun ia tidak mau masuk
Islam, Heraclius itu sangat menjatakan kagum terhadap pribadi
Nabi Muhammad.
Tatkala Mansur Oalawun, salah seorang dut a Radja Islam,
mengundjungi Istana Keradjaan di Roma, pernah ditundjukkan
orang kepadanja naskah asli dari pada surat Nabi itu. Maha Radja
Roma pada waktu itu menerangkan, beroleh kehormatan, mem-
perlihatkan kepadanja surat jang pernah diterima oleh leluhurnja
dari Nabi Muhammad.
Lain dari pada itu banjak Nabi mengirimkan sura tn j a kepada
radja-radja dan pembesar-pembesar, ada jang diterima dengan
baik, ada pula jang menerima dengan edjekan dan tjemoohan,
seperti jang terdjadi dengan Radja Persia. Dalam suratnja kepada
kepala Pemerintahan di Bahrein, Nabi menegaskan agar memberi
kemerdekaan kepada orang-orang Jahudi dan Madjusi jang tinggal
dalam daerahnja, djika mereka memenuhi kewadjibannja memba-
jar iuran Negara, ialah jang dinamakan djizjah.
Memang orang-orang jang berlainan agama jang tinggal dalam
negara-negara Islam didjamin keselamatan djiwa dan hart a ben-
danja. Mereka dinamakan Zimmi, warga Negara jang dilindungi
keselamatan hidup, agama dan kebudajaannja. Nabi pernah ber-
kat a: Barang siapa jang menjakiti orang Zimmi, sesungguhnja
ia telah menjakiti diriku sendiri".
Lantaran sikap harga menghargai ini terdjadilah dalam tiap
2
negara Islam suatu pergaulan jang sangat baik diantara warga
negara dan pemeluk bermatjam-matjam agama. Hal ini tidak ter-
djadi dalam masa Nabi sadja, tetapi djuga dalam masa Chalifah
2
jang memerintah kemudian itu.
Tatkala Cnalifah Abu Bakar akan mengirimkan tentaranja
melawan tentara Romawi didaerah perbatasan Palestina, sangatlah
dipesankan kepada t ent ara Islam itu, agar dj angan melakukan
hal-hal jang merugikan sikap harga menghargai. Dikatakannja,
supaja tentara Islam dj angan memotong pohon-pohon kaju jang
berbuah, dj angan mengganggu binatang ternak, dan dj angan
mengusik pendeta-pendeta jang sedang tertekun beribadat dalam
biaranja.
Begitu djuga dalam masa pemerintahan Umar ibu Chattab,
sikap harga-menghargai ini sangat diutamakan. Bahkan dalam
masa pemerintahannja terasa betul diamalkan prinsip
2
demokrasi
Islam, jaitu keadilan, persamaan dan persaudaraan. Ia termasuk
seorang sahabat jang sangat perkasa dan keras, tetapi kekerasannja
itu selalu ditudjukan unt uk mempertahankan hukum
2
Islam untuk
66
mendjaga agar keadilan berlaku unt uk segala lapisan masjarakat,
begitu djuga ia sangat mendjaga agar hukum-hukum negara tidak
berlaku hanja unt uk sebahagian ummat sadja, tetapi merata unt uk
semua golongan dan tingkat, sehingga terdjadilah suatu persauda-
raan jang sangat kuat dalam Islam. Oleh karena itu ia dinamai
pentjipta demokrasi Islam jang pertama. Ia pernah menghukum
seorang anaknja jang berzina sampai mati, tetapi pernah djuga ia
dikalahkan dalam debat oleh seorang perempuan, sehingga ia me-
ngaku: Salah Umar dan benar apa jang dikatakan perempuan
i t u". Ia pernah marah kepada orang-orang besar di Mekah, jang
pada waktu makan tidak mengadjak pelajan-pelajannja makan
bersama-sama.
Pada suatu kali tatkala Jerusalem telah diduduki oleh tentara
Islam dibawah pimpinan Abu Ubaidah bin Djarrah, Radja Pendeta
Sophronius minta supaja ia dapat menjerahkan daerah Nasrani
jang kalah itu kepada Chalifah Umar sendiri. Umar bin Chattab
jang pada waktu itu bergelar Amirul Mu' minin, Radja segala orang
jang beriman, menerima permintaan itu, dan datang ke Jerusalem
menunggang seekor unt a. Unt a itu ditunggangi bergant i
2
dengan
budak pengawalnja, sekali budaknja menuntun dan Chalifah Umar
menunggang, sekali budaknja jang duduk diatas dan Chalifah Umar
jang menarik tali unt a itu sambil berdjalan kaki. Tatkala ia sampai
di Jerusalem semua orang tertjengang, terlebih-lebih pembesar
2
Nasrani jang mengelu-elu datang menjambutnja dengan berpakaian
kebesaran. Chalifah Umar, jang kebetulan beroleh giliran berdjalan
kaki menuntun unt a jang sedang ditunggangi budaknja, melepas-
kan tali unt a itu dan bersalam-salaman serta berpeluk-pelukan
dengan Radja Pendeta Nasrani jang datang menerimanja.
Maka berdjalanlah dua pemimpin besar Agama masuk ke
Baital Makdis, seorang Radja Pendeta Sophronius dengan mahkota
salib keemasan diatas kepalanja dan pakaian kebesaran jang
penuh dengan kemegahan, seorang Amirul Mu'minin, Maharadja
Islam jang terbesar ketika itu, Umar ibn Chattab, jang pakaiannja
penuh dengan debu dan penuh dengan tambalan, sambi) mendjing-
djing sebuah kendi air ditangannja. Tatkala ia bertanja bagaimana
sikap tentara Islam terhadap masjarakat Nasrani, Pendeta itu me-
mudji
2
sikap harga-menghargai dan hormat-menghormati, jang
mendjadi perhiasan budi ummat Islam dikala itu.
Tatkala datang waktu Lohor, Chalifah Umar, jang sedang di-
adjak melihat-lihat sebuah Geredja Nasrani jang bersedjarah, ingin
hendak menunaikan sembahjangnja. Lalu ia dipersilahkan sembah-
jang didalam Geredja itu. Sebaliknja dari pada jang terdjadi dengan
orang-orang Masehi dari Nadjran sembahjang dalam Mesdjid,
Chalifah Umar menampik sembahjang dalam Geredja itu dengan
alasan: Oleh karena pada waktu ini jang menang Ummat Islam,
saja tidak mempergunakan kesempatan sembahjang dalam Geredja
saudara-saudara, karena saja t akut ummat dibelakang saja akan
mengikuti djedjak saja itu, jang mungkin berarti pelanggaran bagi
(17
rumah sutji saudara-saudara". Cha'ifah Umar lalu sembahjang
diambang pintu Geredja itu, tidak didalamnja.
Tjeritera ini dibenarkan oleh F. Buhl dalam karangannja Al-
Kuds, t ermuat dalam Shorter Encyclopaedia of Islam
1
), bahwa
sesudah Djenderal Abu Ubaidah menaklukkan Jerusalem ia me-
minta dalam t ahun 17 H. (637638 M) supaja Chalifah Umar
datang kemarkas perangnja di Djabia, karena rakjat Jerusalem
atau Baital Makdis hanja akan menjerah kepadanja dengan sjarat
2
jang diperbuat olehnja sendiri. Chalifah Umar datang dan mem-
berikan djaminan-djaminan jang sangat baik kepada penduduk
Kristen dan Jahudi jang ada disana mengenai kemerdekaan pribadi,
hart a benda, agama dan rumah-rumah sutji, pembajaran padjak
dan sebagainja, bahkan demikian rupa, sehingga belum pernah
suatu negeri j angkal ah menerima sjarat-sjarat kemerdekaan jang
begitu luas dan baik sebagai jang diberikan oleh orang-orang Islam
ini. Hal ini diakui diantara lain-lain oleh penulis-penulis Kristen
sendiri, misalnja oleh Theophanes, jang menulis pada achir abad ke
VIII M, jang mentjeriterakan, bahwa Chalifah Umar dalam tahun
637 dengan sjarat-sjarat perdjandjian jang sangat menguntungkan
bagi orang-orang Kristen masuk kekota sutji itu sambil memakai
pakaian jang sangat sederhana. Eutychius, seorang penulis Mesir
Kristen dalam abad ke X, menerangkan bahwa Chalifah Umar
pernah menolak mcngerdjakan shalat dalam geredja jang bernama
Geredja Kiamat (Church of the Resurrection), tetapi diatas tangga
diluar geredja itu, dengan alasan supaja perbuatannja diambil
tjontoh oleh orang-orang Islam jang lain, agar tidak mengubah
sesuatu geredja mendjadi mesdjid.
Ia pernah mendjatuhkan hukuman ditempeleng didepan umum
kepada Radja Djabalah, jang karena djubahnja dimdjak oleh seorang
budak dan menempeleng budak itu. Tatkala Radja ini berkata,
bahwa hukuman itu tidak lajak baginja, Umar mendjawab: Ke-
adilan Islam tidak membedakan ant ara radja dan rakjat murba".
Tjeritera jang lain menerangkan bahwa anak seorang Gubernur
di Mesir, Amr ibn Ash, djuga menempeleng seorang rakjat Mesir.
Gubernur itu dengan anaknja dipanggil ke Mekah atas pengaduan
orang ditempeleng itu. Didepan umum anak Gubernur itu didjatuhi
hukuman, ditempeleng kembali oleh orang jang pernah ditempe-
lengnja. Kemudian Umar bin Chattab berkata kepada ajahnja:
Apakah engkau hendak memperbudak kembali manusia, jang
sedjak dilahirkan ibunja sudah merdeka"?
Tjontoh ini terdapat djuga pada Chalifah-Chalifah jang lain.
Misalnja Chalifah Usman, jang pada suatu hari demikan amarah-
nja, sehingga ia mentjentil telinga budak pelajannja. Tatkala ia
insaf kembali, dengan segera ia menundjukkan telinganja kepada
budak itu supaja ditjentil pula, sambil berkat a: Pukullah aku
ini, ambillah kisas didunia ini djuga".
a
) H.A.R. Gibb, Shorter Encycl. of Islam Leiden, 1953, hal. 270.
68
Ali bin Abi Thalib terkenal sebagai seorang jang gagah perwira.
Tetapi ia pernah menjediakan dirinja unt uk dibunuh orang Quraisj
diatas tempat tidur Nabi unt uk menggantikannja tatkala Nabi
dikepung. Disamping ia seorang jang berani, ia terkenal djuga se-
bagai seorang jang pemurah dalam pergaulan. Banjak musub
2
nja,
jang kemudian djatuh kedalam tangannja, dimerdekakan kembali,
seperti Marwan bin Hifan, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Ash dan
lain-lain. Tatkala tentara Muawijah membekot mat a air kepadanja,
supaja tentaranja mati kehausan, ia berdjuang merebut kembali
mat a air itu. Tatkala tentaranja menjuruh dia membekot mat a air
itu untuk t ent ara Muawijah, ia tidak mau melakukan jang demi-
kian sambil berkata: Demi Allah! Aku tidak suka mengerdjakan
sebagai jang dikerdjakan mereka kepada kita. Biarkanlah mereka
mendapat air minum jang tjukup. Pedangku tjukup tadjam untuk
menaklukkan mereka dan memberi kemenangan kepadamu!"
Sifat harga-menghargai ini selalu terdapat dalam pergaulan
sehari-hari ant ara ummat Islam dengan ummat jang berlainan
agama. Di Istana
2
radja Umajjah dan Abbasijah, banjak sekali
terdapat orang
2
Jahudi, Nasrani dan Madjusi Persia bekerdja ber-
sama-sama dengan orang Islam dalam segala lapangan. Di Istana
Bani Umajjah pernah hidup seorang pudjangga Nasrani jang ter-
besar, Al-Achtal namanja, jang dengan sjair-sjairnja jang tadjam
dan tinggi nilainja bersama-sama mempertahankan Bani Umajjah
dengan Djarir dan Firzadak kedua-duanja pemeluk agama Islam.
Begitu djuga banjak terdapat dalam zaman Bani Umajjah itu
orang-orang Nasrani, jang mendjadi negarawan jang pandai dan
bidjaksana, ahli administrasi dan susunan negara, pengarang,
penulis dan lain-lain, semuanja bekerdja dengan rasa penuh
harga-menghargai.
Diantara ahli pengobatan terkenal Tabib Nasrani D Jibril bin
Bachtisju' , jang melajani keluarga radja sampai t urun temurun.
Anaknjapun mendjadi tabib pula dan t et ap tinggal di Istana Kera-
djaan Abbasijah. Semua mereka t et ap dalam agamanja masing
2
.
Harun Al-Rasjid memberi izin kepada anaknja tabib jang ternama
itu unt uk mendirikan biara diatas kuburan ajahnja dengan bantuan
Chalifah.
Di Mesirpun terdapat kerdja-sama ini. Setelah Mesir takluk
kedalam kekuasaan Islam, Amr ibn Ash menetapkan kembali
pendeta-pendeta Nasrani dalam kedudukannja semula. Memang
orang-orang Jahudi dan Nasrani tidak sedikit djasanja dalam ke-
madjuan ilmu pengetahuan. Mereka bersama-sama ummat Islam
telah dapat membantu menerdjemahkan banjak kitab-kitab filsafat
Junani kedalam bahasa Arab. Berkat kerdja sama ini, dapatlah
orang mentjiptakan kemadjuan-kemadjuan jang pesat dalam
segala lapangan. Di Timur Tengah, Sepanjol dan Portugis didirikan
orang sekolah-sekolah rendah, menengah dan tinggi jang bermutu
baik. Perpustakaan-perpustakaan jang didirikan disampingnja
penuh berisi segala matjam kitab-kitab jang mengandung ilmu
69
pengetahuan, jang ditulis oleh ahli
2
filsafat, ahli
2
ilmu pengetahuan
dan ahli
2
sjair Ijang ternama dari Hellenia. Murid
2
jang mengun-
djungi sekolah itu berasal dari seluruh pendjuru dunia, dari ber-
matjam bangsa dan bahasa, baik jang beragama Islam maupun
jang beragama Masehi. Ahli-ahli ilmu pengetahuan, jang namanja
kemudian terkenal di Eropah, seperti Michael Scott, Daniel Morley
Adelard dari Bath, begitu djuga Robertus Anglicus, jang namanja
terkenal sebagai ahli penterdjemah jang pertama kali dari Al-Qur'an
kedalam bahasa Inggeris, dan lain-lain, kebanjakannja berasal dari
sekolah tinggi Islam di Toledo itu.
Dimana-mana didirikan orang rumah sakit dengan ruangan
2
tempat berobat dan beladjar, disamping bangsal
2
jang tersendiri
tempat merawat orang-orang jang menderita bermat jam-mat j am
penjakit. Tabib-tabib jang bekerdja pada rumah-rumah sakit itu
sebagai pemimpin dan ahli-ahli bedah jang terutama, baik jang
beragama Islam, maupun jang beragama Jahudi dan Kristen,
t urut memberikan kuliah-kuliah jang penting kepada mahasiswa
2
jang menunt ut ilmu pengetahuan pada sekolah-sekolah itu. Begitu
djuga setelah murid-murid itu selesai dengan peladjarannja, kepada
mereka itu diberikan kesempatan menempuh udjian
2
jang tertentu
unt uk mendapat idjazah guna melakukan praktek
2
ketabiban
dimana-mana.
Berkat kerdja sama ini Islam melahirkan putera-puteranja
jang gilang-gemilang. Zaman keemasan itu telah melahirkan Ibn
Sina, telah melahirkan Al-Razi, kedua-duanja ahli dalam ilmu djiwa
dan ilmu tabib, telah melahirkan Abui Qasim, sebagai ahli bedah,
telah melahirkan Ali bin Ridhwan, ahli ilmu kedokteran, Ammar
Al-Mausuli sebagai ahli ilmu penjakit mata, Ibn Zuhur, Ibn Rusjd,
Ibn Al-Katib dan Ibn Chatimah, sebagai ahli
2
penjakit menular.
Djuga dalam ilmu-ilmu lain, zaman keemasan itu telah melahirkan
putera-puteranja, misalnja Djabir bin Haj jan, seorang ahli dan bapa
pentjipta ilmu kimia, Al-Kindi dengan ilmu optik, Al-Haitham,
Al-Biruni, sebagai ahli sedjarah dan ilmu bumi, Tsabit bin Qurra' ,
jang terkenal dengan ilmu bintang, Ibn Qutaibah, pengarang se-
djarah dunia, sebagai Al-Mas'udi, begitu djuga Ibn Djuldjul di
Andalus dengan ilmu t umbuh-t umbuhan, Al-Maliki, jang mengem-
bara dari pantai kepantai, Ibn Suri dengan ilmu bertjotjok t anam,
Ad-Dhamiri dan As-Safadi dengan ilmu hewan dan peternakan,
kemuadian tidak kita lupakan Ibn Chaldun dari Tunisia dengan
ilmu kemasjarakatan dan Ibn Hazm dengan ilmu perbandingan
agama-agama.
Harga-menghargai ini kelihatan dalam masa perang, seperti
jang terdjadi ant ara Salahuddin Al-Ajjubi dengan radja-radja
Kristen Eropah dalam masa perang Salib, dan kelihatan djuga
dalam masa damai seperti jang kita uraikan diatas. Pada suatu
masa pernah ummat Islam dan ummat Kristen di Palestina be-
kerdja sama dalam menentang pendjadjahan Jahudi , dengan
membawa bendera bulan sabit dan palang Salib. Zaglul Pasja per-
70
nah berkata di Mesir: Siapa jang sanggup dan tjakap, itulah jang
naik memimpin negara, walaupun Islam atau Kristen!". Radja
Faisal berkata: Saja adalah seorang anak Arab, sebelum saja
mendjadi seorang Islam". Mufti Amin Al-Husaini pernah mendjadi
pemimpin negara Palestina dengan penduduknja orang
2
Islam dan
Kristen. Begitu djuga Sultan Akbar pernah mendjadi radja dari
rakjat jang terdiri dari orang-orang Hindu. Demikian sikap harga-
menghargai dari Sultan Akbar ini terhadap agama Hindu, sehingga
oleh beberapa temannja jang Islam dengan berbisik-bisik mena-
rnakannja Sultan Akfar", Sultan jang kufur, karena pembelaan
2
-
nja terhadap pemeluk agama lain hampir-hampir menjimpang dari
Islam.
Djuga di Indonesia harga-menghargai ini mendjadi adat radja
2
.
Tjeritera Wali-Wali Songo mengemukakan penggalan
2
sedjarah
jang mengagumkan. Misalnja mengenai Sunan Bonang jang
keramat dan sangat alim. Ia dimusuhi oleh orang Hindu, karena
tersiarnja agama Islam di Djawa demikian tjepatnja sehingga
satu demi satu keradjaan Hindu itu hantjur. Tersebutlah tjeritera,
bahwa ada seorang pendeta Hindu konon tergerak oleh kedjadian
itu hendak pergi ke Djawa berdebat dengan Sunan Bonang. Ia
berangkat dengan sebuah kapal lajar jang memuat kitab-kitab
adjaran agamanja. Didekat Tuban kapal ini diserang topan dan
tenggelam kedasar laut. Ia terlempar kepantai dengan basah kujup.
Dan tatkala ia berdiri kelihatan didepannja ada seorang t ua jang
sedang melihat kepadanja. Ia mentjeriterakan nasibnja dan ber-
kata, bahwa usahanja gagal karena kitab-kitabnja sudah tenggelam
ditengah laut, gagal unt uk mengalahkan Sunan Bonang. Orang
itu menantjapkan tongkatnja kedalam pasir, dan tatkala tongkat-
nja diangkat kembali memantjurJah dari dalam lubang itu air, jang
makin sesaat makin bertambah besar dan deras. Dan achirnja
keluarlah dari dalam air itu segala barang-barang kepunjaan orang
Hindu itu. Dengan kedjadian ini, jang dilihat oleh orang Hindu
itu dengan penuh keheranan, diketahuinjalah, bahwa ia sebenarnja
berhadapan dengan Sunan Bonang jang keramat itu. Dengan ter-
senjum ia membawa musuhnja itu kerumah unt uk memperdebat-
kan soal agama, dan achirnja konon tertarik oleh sifat ramah-tamah
dan harga menghargai dari Sunan Bonang itu, orang Hindu itupun
men jerah kalah dan memeluk agama Islam. Sumur jang adjaib itu
sampai sekarang masih terdapat ditepi pantai Tuban dan terkenal
sebagai Sumur Srumbung, jang meskipun terletak ditengah air
laut jang asin, airnja tawar djuga rasanja.
Memang adjaran jang dibawa Nabi Muhammad, jang terdapat
didalam agama Islam tidak mementingkan dunia semata-mata,
tetapi djuga tidak hanja menudju keachirat dengan melupakan
kehidupan dalam dunia ini. Adjarannja itu adalah adjaran jang
dapat mengatasi kedua pertentangan paham, sebagaimana jang
diutjapkan Nabi sendiri, bahwa ummatnja itu adalah ummat per-
tengahan.
71
Islam menjuruh pengikutnja: Bekerdjalah unt uk duniamu
seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanja, dan bekerdjalah
unt uk achiratmu seakan-akan kamu akan mat i esok hari.
Seorang pemimpin Indonesia menerangkan tentang Islam,
sebagai kejakinan jang berd jalan ditengah-tengah aliran ber-
matjam-matiam paham, sebagai berikut.
Islam adalah agama jang sangat praktis, jang tidak menjuruh
pengikutnja memikul beban jang tidak dapat dipikul oleh tiap
2
orang, dan kalau tidak bisa dipikulnja, karena sesuatu sebab diluar
kemauannja, selalu memberi kelonggaran kepadanja. Islam tidak
memberi kepada ummatnja hak jang tidak terbatas, melainkan
djuga diluar ummatnja. Islam mengakui adanja beberapa hak.
Dengan demikian, maka Islam mendidik ummatnja hormat-meng-
hormati dan harga menghargai sesama manusia, djuga jang tidak
seagama atau tidak sepaham dengan Islam. Tuhan telah berfirman:
Dalam agama t i dak ada paksaan. "
Fanatisme, membentji agama atau orang lain, adalah asing
kepada Islam. Dan kalau terdjadi fanatisme itu, seperti di Atjeh
waktu zaman Belanda, maka sebab-sebabnja biasanja terletak pada
agama atau orang-orang diluar Islam sendiri. Fanatisme dalam
Islam timbul sebagai reaksi, sebagai perlawanan terhadap serangan-
serangan dari luar, kadang
2
djuga karena kepitjikan, karena kurang
pengertian, tetapi bukan karena adjaran-adjaran Islam sendiri.
Semangat harga-menghargai itu dapat kita saksikan dalam seluruh
sedjarah Islam.
Kadang-kadang semangat itu adalah begitu luas, hingga me-
njebabkan runtuhnja sesuatu negara Islam. Misalnja Turki dengan
memberi capitularia, hak unt uk hidup dibawah hukum dan diadili
oleh hakimnja sendiri, kepada bangsa-bangsa Barat jang berada
di Turki, memberi pengaruh kepada bangsa Franca jang lambat
laun begitu meluas dan mendalam, hingga Turki achirnja runtuh
karenanja. Hal ini ditjeriterakan oleh Prof. Hiissbaum dalam kitab-
nja Concise history of the law of nations".
IV. SIASAT DAN KE BID JAKS ANA AN CHALIFAH.
/ . <=-bu ^akat, ULmat, LC^ntun Aan <=d-li.
Keempat orang pengikut jang mengganti Nabi berturut-turut
memerintah ummat Islam sesudah wafatnja, ialah Abu Bakar,
Umar, Usman dan Ali. Mereka adalah sahabat jang terdekat dan
jang terkuat mengikut djedjak Nabi dimasa hidupnja, dan sesudah
wafatnja mereka mendjalankan pemerintahannja sedapat mungkin
sesuai dengan t unt unan Qur' an dan sunnah Nabi. Tjara mereka
memerintah, jang penuh dengan keadilan dan kebidjaksanaan,
djuga mendjadi suri teladan bagi Chalifah-Chalifah dan Radja
2
Islam sesudahnja. Oleh karena itu mereka dinamakan empat orang
Chalifah jang bidjaksana (Chulafaur-Rasjidin), karena mereka
sangat tjendekia dalam memberikan pimpinan-pimpinan jang
sesuai dengan adjaran Allah dan Rasulnja.
Sedjak hari-hari pertama telah kelihatan, bahwa diantara
sahabat Nabi, Abu Bakar adalah jang terdekat kepada Nabi. Ia
jang pertama memeluk agama Islam diantara orang
2
laki
2
jang
dewasa, ia jang paling banjak memberikan pengorbanannja, baik
kepada Nabi chususnja, maupun kepada Islam umumnja. Tidak
sadj a ia melindungi Nabi berdua dalam gua Hira waktu hid j rah
ke Medinah, tidak sadja ia merupakan orang jang pertama mem-
benarkan Rasulullah sepulang dari Isra' dan Mi' radj, tetapi seorang
jang telah memberi pengorbanan jang tidak terbatas kepada Nabi.
Ia telah mengawinkan anaknja dengan Rasulullah dan ia telah
menghabiskan semua kekajaannja unt uk beramal diatas djalan
Allah. Bukankah tiap-tiap Rasulullah bertanja kepada sahabatnja,
siapa jang bersedia memberikan hart a bendanja, ia telah mendja-
wab: Aku ja Rasulullah!" Lalu diserahkannja seratus unta, ke-
mudian seratus unt a, kemudian seratus unta, demikian seterusnja
sampai t ak seekor unt apun lagi jang tinggal padanja. Dari seorang
hartawan dan saudagar besar jang kaja raja di Mekkah sampai
mendjadi seorang miskin, jang kadang-kadang harus menderita
kelaparan. Tatkala Nabi bertanja kepadanja: Apakah jang
tinggal padamu lagi, djika seluruh unt a ini engkau sumbangkan V',
ia mendjawab: Tjukup bagiku Allah dan Rasulnja!". Pengor-
banan jang terachir ialah memberikan anaknja dikawini Nabi,
meskipun masih sangat remadja, jaitu Aisjah, jang kemudian
mendjadi kesajangan dan kepertjajaan seluruh ummat Islam.
Memang Abu Bakar adalah seorang sahabat Nabi jang mem-
punjai achlak serta budi pekerti jang terpudji. Menurut Ibn Hisjam
ia adalah seorang peramah, pandai bergaul, suka menolong, disukai
handai taulan dan sahabat kenalan, karena sopan santunnja dan
ilmu pengetahuannja, t erut ama mengenai suku-suku bangsa dan
keturunan kabilah-kabilah Arab. Aisjah mentjeriterakan, bahwa
73
ia tidak pernah meminum minuman keras, baik sebelum Islam
apalagi sesudahnja. Pengalamannja dalam perniagaan menjebab-
kan ia seorang jang berpengaruh dalam kalangan orang kaja-kaja
di Mekkah. Imannja sangat kuat dan Islamnja sangat kokoh. Nabi
berkata tentang ini demikian: Tiap-tiap orang jang saja adjak
kepada Islam, tidak ada jang tidak menjatakan keragu-raguan
dan berfikir-fikir lebih dahulu, ketjuali Abu Bakar, ia terus mene-
rima dengan tidak ragu-ragu dan tidak menunggu-nunggu lagi".
Bahwa ia adalah seorang jang sangat takwa dan saleh, ter-
njata dari pada sebuah tjeritera, jang menerangkan, bahwa tiap
2
ia membatja Qur' an terbau didekatnja kebakaran, jang konon
demikian chusju' nja, seakan-akan hatinja t urut terbakar dan air
mat an j a t urut berhamburan. Suara ia membatja Qur' an itu demi-
kian sedihnja, sehingga banjak tetangga-tetangganja menjampai-
kan hal ini kepada Nabi unt uk mentjegahnja membatja Qur' an
itu pada malam hari, karena terganggu ketenangan djiwa mereka
jang t urut terharu mendengarnja.
Tatkala Nabi sakit dan merasa lemah akan wafat, ia dipanggil
unt uk memimpin sembahjang di Mesdjid.
Tatkala Nabi wafat dan seluruh ummat Islam gempar, serta
Umar mengantjam akan membunuh siapa sad j a jang berani mem-
benarkan kabar kematian Nabi itu, ia tampil kemuka umum dan
berkata dengan tegas: Memang Nabi sudah wafat. Ketahuilah
olehmu sekalian, barang siapa jang menjembah Muhammad,
Muhammad itu sudah mati, dan barang siapa jang menjembah
Allah, Allah itu hidup selama-lamanja. Allah berfirman : Muham ad
itu tidak lain dari pada seorang utusan, sebagaimana utusan
2
Allah
jang terdahulu. Baik ia mati atau terbunuh, apakah engkau akan
berbalik mendjadi kafir? Barang siapa jang berbalik itu tidak akan
merugikan Allah sedikit djuga, dalam pada itu Allah akan mengur-
niai balasannja kepada mereka jang t et ap bersjukur". Kat a jang
tegas ini telah menenangkan hati orang banjak, sebagaimana pikir-
annja jang bidjaksana telah dapat menjelesaikan perselisihan
antara golongan Anshar dan Muhadjirin mengenai penggantian
pimpinan ummat Islam. Kata-katanja jang dapat menekan asutan
Habab bin Munzir, dan sikapnja jang dapat mengatasi dua per-
tentangan paham, menundjukkan bahwa ia adalah seorang negara-
wan jang tinggi nilainja.
Tatkala ia dipilih mendjadi Chalifah Rasul jang pertama, ia
mengutjapkan kat a-kat a jang menundjukkan kedjudjuran dan
keichlasannja pula: Sekarang aku telah kamu angkat mendjadi
kepala negara. Tetapi ketahuilah bahwa keangkatan itu aku terima,
bukan karena aku orang jang lebih baik diantara kamu. Oleh karena
itu djika aku benar dalam siasat dan kebidjaksanaanku, sokong
dan bantulah aku, tetapi djika aku salah dan menjimpang dari pada
adjaran Allah dan sunnah Rasul, perbaikilah kesalahanku itu.
Benar itu adalah kedjudjuran dan dusta itu adalah pengchianatan.
Jakinlah bahwa orang jang lemah mendjadi kuat padaku dengan
74
membela haknja jang benar, sebaliknja orang jang kuat akan men-
djadi lemah padaku, djika ia zalim. Waspadalah dan teruskanlah
djihadmu dalam membela kebenaran Tuhan".
Dalam pidatonja menghadapi sumpah setia atau baiat, Umar
bin Chattab berkat a: Bahwa Allah telah menjerahkan pimpinan
urusan kepada orang jang sebaik-baiknja, ialah sahabat Rasulullah
jang setia, satu-satunja kawan dalam gua Hira, jaitu Abu Bakar
Siddik. Njatakanlah sumpah dan kesetiaanmu kepadanja".
Chalifah Abu Bakar dalam pemerintahannja meneruskan
dasar-dasar peraturan dan pergaulan jang telah diletakkan Nabi
sedjak dari Mekkah sampai ke Medinah dengan kebidjaksanaannja.
Beberapa pemberontakan ditekannja dan beberapa soal peperangan
mengenai Mesopotamia dan Syria diselesaikannja dengan tenaga
jang ada padanja. Ia menekankan perdjuangannja kepada pem-
basmian orang-orang murtad dan kepada kelantjaran pemungutan
zakat, jang dianggapnja mendjadi djiwa perbendaharaan negara.
Dalam usahanja ia dibantu oleh pahlawan-pahlawan jang ternama,
seperti Chalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah, dan lain-lain.
Kepada tiap-tiap pradjurit ia tidak lupa menj ampaikan
amanat : Djanganlah kamu berchianat, djanganlah kamu berlaku
serong, djanganlah kamu berlaku t jurang, djanganlah kamu meru-
sakkan badan orang jang sudah mati, djanganlah kamu membunuh
anak-anak ketjil, perempuan dan orang
2
tua, djanganlah kamu
menebang pohon korma atau membakarnja, djanganlah kamu
memotong pohon buah-buahan, djanganlah kamu menjembelih
kambing, lembu dan unta ketjuali sekedar jang perlu unt uk dima-
kan. Selandjutnja hendaklah kamu ingat, bahwa kamu djangan
mengusik orang-orang j ang beribadat dalam geredj a-gered j a dan j ang
sedang mendjalankan upatjara ibadatnja, hendaklah kamu biarkan
mereka itu berbakti kepada Tuhan dalam rumah-rumah sut j i
mereka, selandjutnja djika dibawakan orang hidangan, makanlah
sedikit-sedikit dengan menjebut nama Allah". Kepada Usamah ia
berpesan, supaja memperbuat apa jang diperintahkan Rasul
kepadanja dari pada adjaran-adjaran dan kelakuan jang baik
dalam peperangan.
Diantara toleransi Abu Bakar kita sebutkan sadja satu tjontoh
mengenai Asj'as, jang berchianat da^am peperangan menaklukkan
kaum murtad di Hadramaut dan Kindah, sehingga ratusan wanita
jang mendjadi korban. Meskipun ia telah didjatuhi hukuman mati,
tetapi setelah ia minta ampun atas kesalahannja dan berdjandji
akan kembali kepada Islam mendjadi orang jang baik dan t aat ,
maka Chalifah Abu Bakar mengampuninja dan membebaskan.
Djalan kezaman keemasan Islam mulai terbentang, djalan
jang dalam masa Chalifah Abu Bakar masih beronak dan ber-buku
2
,
dalam masa Umar bin Chattab, Chalifah kedua, mulai terang di-
tebas dan diretas disana-sini, baik dalam lapangan politik, ekonomi
dan sosial, maupun dalam lapangan pengetahuan dan kesenian.
Disamping soal-soal militer, terutama mengenai djalan peperangan
7 f)
di Persia, Mesir dan Syria, perhatiannja djuga ditudjukan kepada
pembangunan. Urusan pengumpulan Al-Qur' an jang sudah dimulai
sedjak zaman Abu Bakar diteruskan, meskipun urusan ini sempurna
dalam masa pemerintahan Chalifah Usman jangmenggantikannja.
Dalam memimpin peperangan, Umar menundjukkan siasatnja
jang sangat tjerdik. Dalam masanjalah boleh dikatakan keradjaan
Romawi dibarat dan keradjaan Persia ditimur menjerah kepada
Islam, dalam tangannjalah beberapa negara-negara jang penting
dapat diduduki oleh ummat Islam, seperti Asia Ketjil dan Afrika
Utara. Pahlawan-pahlawannja jang terkenal gagah berani dalam
sedjarah Islam, seperti Abu Ubaidah, Jazid dan Muawijah ibn Abu
Suf j an, Amr bin Ash, menaruh penghargaan t erhadap dirinja. Ia
mengatur perhubungan antara pusat dan daerah
2
, baik mengenai
hubungan militer, hubungan perang dan damai, maupun mengenai
hubungan administrasi negara dan penjiaran agama, dan menga-
wasinja dengan bidjaksana dan adil, sehingga rakjat-rakjat jang
bermatjam-matjam kejakinan dan adat istiadatnja, merasa aman
dalam pemerintahannja. Ia djuga memelihara hubungan jang baik
dengan panglima-panglima dan pembesar-pembesar bawahannja,
jang ditempatkan di Damascus, Palestina, Mesir, Nihawan, Jaman
dan lain-lainnja.
Dalam kesibukan itu ia masih sempat mentjiptakan pekerdjaan-
pekerdjaan jang besar dalam urusan negara, seperti mengadakan
Baital-mal, jang mengurus pengumpulan zakat dan mengatur
penggunaannja unt uk kepentingan negara, perbaikan mesdjid,
sekolah, rumah sakit, rumah jatim dan pesanggrahan musafir,
mengatur pembukuan dalam hal keuangan negara, pegawai dan
tentara, memperbaiki perhubungan lalu lintas dan pemasukan serta
pengangkutan makanan dari laut, menerima dan mengirimkan
utusan-utusan negara. Dalam masa pemerintahannja ditetapkan
t ahun Islam, jang dimulai dari Hidjrah Nabi ke Medinah, meng-
adakan sembahjang tarawih berdjamaah dalam bulan Ramadhan,
mengadakan pelarangan kawin sewaan (mut'ah), melarang orang
mempermain-mainkan thalak, begitu djuga memperkeras peng-
awasan t erhadap zina dan pentjurian. Ia memerintahkan mengum-
pulkan wahju-wahju jang terserak, jang biasanja t ert j at at pada
tulang-tulang dan daun-daun at au jang tersimpan dalam ingatan
sahabat-sahabat, jang telah mulai gugur dan terserak disana-sini,
diusahakan mendjadi sebuah mashaf Al-Qur' an. Atas usaha Umar
djuga diadakan penggalian terusan ant ara sungai Nil dan laut
Merah, diadakan djembatan-djembatan, benteng-benteng dan
pendjagaan pantai, diadakan usaha membangun Masdjidil Aqsha,
umumnja banjak usaha dalam pembangunan masjarakat jang
besar-besar.
Semua ini dapat dilakukan karena pembawaan pribadi Umar
jang ichlas dan djudjur, jang keras dan adil, jang kuat dan teguh
sekali memegang agamanja, dan jang mempunjai pandangan djauh
mengenai perkembangan Islam. Ia memberi keputusan jang tegas
2
-
Te,
dan benar, tetapi djuga menerima kebenaran dari siapapun, asal
benar dan hak. Ia pernah dikalahkan dalam suatu pertemuan oleh
seorang perempuan tua dan oleh seorang budak dalam perdebatan,
oleh karena alasan itu benar ia menjerah kalah dan berkata dengan
tidak enggan didepan umum: Umar jang salah, ia jang benar!".
Memang achlaknja sangat terpudji. Muawijah bin Abu Sufjan
pernah mentjeriterakan kepada Sa' abah bin Suhan tentang Umar:
Chalifah Umar adalah seorang jang mengetahui keadaan rakjat,
adil memberi hukuman, tidak ada mempunjai sifat-sifat sombong,
menerima pengaduan rakjat walaupun dari siapa sadja, sangat
hati-hati mendjalankan jang benar, sangat kasih kepada orang jang
lemah, menjama-ratakan diantara segala golongan manusia, suka
dalam segala urusan dengan bermusjawarat, menerima nasehat
walaupun dari siapa sadja, mementingkan urusan rakjat walaupun
bukan Islam dan tidak suka memperhamba manusia"..
Oleh karena itu ia digelarkan Faruk, pemisah antara hak dan
batal, perkataannja disebut Qaulul Fashal, keputusan jang tegas
jang t ak dapat ditawar-tawar, dan unt uk keperwiraannja ia di-
panggil Saii'ullah, pedang Tuhan. Tetapi gelaran jang teristimewa
baginja ialah Amirul-Mu' minin Umar Ibn Chattab r.a.
Umar mempunjai riwajat hidup jang aneh dalam Islam. Di
Mekkah dikenal orang dua pahlawan Quraisj jang gagah perkasa,
seorang bernama Umar ibn Chattab dan seorang lagi bernama Umar
ibn Hisjam. Oleh karena keganasan dua Umar ini, orang Islam
beribadat dibawah pimpinan Nabi Muhammad set j ara sembunji
2
dirumah Arqam, ditjelah bukit Safa. Nabi berdo' a unt uk keme-
nangan Islam: Ja Tuhanku, perkuatkanlah Islam ini dengan
salah seorang dari pada dua Umar!".
Rupanja doa ini diperkenankan Tuhan. Pada suatu hari Umar
ibn Chattab demikian amarahnja mendengar, bahwa adjaran Islam
jang dibawa Muhammad itu telah membawa perpetjahan jang he-
bat dalam kalangan Quraisj. Dengan pedang terhunus ia berangkat
ment j an Muhammad. Ditengah djalan ia bertemu dengan seorang
kenalannja, jang menerangkan bahwa adiknjapun, Fathimah,
telah memeluk agama baru itu dirumahnja. Dengan rasa jang
sebal ia pulang kerumah adiknja itu dan mengetok pintu. Tatkala
pmt u dibuka kelihatan adiknja sedang mempeladjari ajat-ajat Al-
Qur' an jang tertulis pada sepotong kertas. Demikian marahnja
kepada saudaranja dan iparnja sehingga ia memukul adiknja itu
sampai mengeluarkan darah. Fat hi mah berdiri dengan tegak dan
berkata dengan tidak merasa t akut : Hai, Ibn Chat t ab! Berbuat-
lah apa kemauanmu, memang aku telah masuk Islam!". Ia me-
minta kertas jang dipegang oleh adiknja unt uk dilihatnja. Tetapi
adiknja menampik permintaan itu, dan baru memberikan sesudah
ia mengutjapkan kalimat sjahadat sebagai djaminan. Umar sendiri
mentjeriterakan, bahwa belum pernah dalam hidupnja ia merasa
beroleh getaran djiwa sebagaimana ketika ia membatja ajat-ajat
Qur' an jang tertulis diatas perkamen itu.
77
Ajat itu berbunji: Hai laki-laki! Tidaklah kami turunkan
Qur' an ini unt uk memetjah-belahkan, tetapi unt uk mendjadi ]>eri-
ingatan bagi orang jang t akut kepada Tuhan, Qur' an ini diturunkan
dari pentjipta langit dan bumi jang maha agung, Tuhan jang pe-
ngasih jang bersemajam diatas Arasj jang tinggi. Miliknja semua
jang terdapat pada tudjuh petala langit dan bumi, dan jang
terdapat diantara keduanja, begitujDun jang terpendam dibawah
t anah dan jang tidak kelihatan. Ia mengetahui suaramu jang di-
utjapkan terang
2
an, tetapi ia mengetahui djuga apa
2
jang tergaris
dalam kalbumu. Itulah Allah, tidak ada Tuhan melainkan dia, bagi-
n j a kembali segala nama dan gelaran j ang indah ' '. (Qur'an XX : 18).
Sesudah diberitahukan oleh Fat hi mah, Umar pergi menemui
Nabi dirumah Arqam. Tatkala ia menokok pintu dan orang ketahui
bahwa jang menokok itu Umar, orang-orang jang hadir merasa
tjemas dan pandang-memandang antara satu sama lain. Tetapi
Nabi menjuruh membukanja, dan bertanja kepada Umar: Hai
Umar! Apa maksudmu datang kemari ?" Umar mengutjapkan dua
kalimah sjahadat dan menjatakan dirinja masuk Islam. Semua jang
hadir bertakbir menjambut ke-Islaman Umar ini. Nabi Muhammad
bersjukur kepada Tuhan jang telah memperkuat Islam dengan
Umar ibn Chattab.
Hari jang bersedjarah ini adalah hari kemenangan pertama
bagi ummat Islam. Siarkanlah terang-terangan apa jang diperin-
t ahkan Allah kepadamu, dan tinggalkan orang-orang musjrik itu !"
(Qur'an XV : 94). Ummat Islam keluar dari persembunjian dan
masuk kedalam Mesdjid dengan takbir jang men-deru
2
, dibawah
pimpinan Nabi, jang diapit sebelah kanan oleh Umar bin Chattab
dan disebelah kiri oleh Hamzah bin Abdul Mutthalib.
Memang Umar mempunjai sedjarah jang istimewa dalam
Islam, sedjarah perdjuangannja jang istimewa dan sedjarah peri-
badinja jang istimewa. Sedjarah kebesarannja meninggalkan
kebanggan seorang pembesar Islam, dan sedjarah peribadinja me-
ninggalkan kesan jang kadang-kadang dapat mengharukan kaum
Muslimin.
Ia pernah dit j ari oleh seorang Gubernur Romawi jang datang
ke Medinah dengan chajal akan diterima oleh Chalifah Islam jang
terbesar dalam sebuah istana jang indah. Tetapi setelah beberapa
hari ia mentjaii, ia dapati Umar berbaring dipinggir djalan dibawah
sepohon korma, karena letihnja mengundjungi djanda-djanda dan
anak jatim. Ia pernah mengambil dari isterinja sebotol berlian jang
dikirimkan oleh seorang Radja sebagai hadiah kepadanja, dan oleh
Umar dimasukkan kedalam baitulmal. Ia pernah mengembalikan
harga unta jang didjual anaknja kepada jang membeli, karena
dianggapnja tidak lajak harga jang setinggi itu. Ia pernah memikul
pundi-pundi uang sendiri dan mengantarkan kesalah sebuah kota
jang sedang diantjam kelaparan. Tatkala ditanja orang, mengapa
jang demikian itu dilakukan sendiri, ia mendjawab agar kakinj;*
dan bahunja turut mendjadi saksi, bahwa ia telah melakukan
78
perintah Tuhan kepada masjarakat. Bahwa ia pernah datang ke
Syria dengan tjara jang sangat menakdjubkan, sudah kita tjeritera-
kan dalam salah satu bahagian karangan ini. Tatkala ia datang ke
Syria, ia mengundjungi Abu Ubaidah bin Djarrah dalam tempat
kediamannja. Tatkala ia mendapati, bahwa Abu Ubaidah dirumah-
nja hanja mempunjai sepotong sadjadah dan sebuah kendi air, ia
bertanja: Hanja inikah hart a benda seorang pahlawan Islam jang
ternama dalam sedjarah?". Abu Ubaidah mendjawab: Hai Umar,
Aku telah djual dunia ini dengan sepotong sadjadah, tempat aku
tidur dan se mbahjang, dan aku telah djual dunia ini dengan sebuah
kendi air, tempat aku minum dan berwudhu. Apakah aku akan
membeli kembali dunia ini untuk kemewahanku dengan barang-
barang i t u?" Umar hanja menundukkan kepalanja.
Hidupnja sendiripun sangat sederhana. Keadaan keluarganja
samalah dengan keadaan orang miskin biasa, ia makan sekedar
untuk menolak kelaparan dan memakai pakaian sekedar menutup
aurat. Ia sangat hati-hati dalam mendjaga baitulmal dan penge-
luarannja, baik unt uk belandja jang ditentukan baginja maupun
unt uk pengeluaran jang lain. Tatkala Abu Bakar mendjadi Chalifah
dan didapatinja sedang berdjualan kain dipasar untuk ment j ari
nafakah isterinja, ia mengadjak pulang dan dengan disaksikan
oleh sahabat-sahabat jang lain, barulah ia berani mengeluarkan
sedjumlah pengeluaran dari baitulmal untuk menjumbang kehi-
dupan Abu Bakar.
Memang kehidupan Umar jang aneh itu ban jak meninggalkan
dongeng
2
dan tjeritera
2
jang menakdjubkan. Untuk menundjukkan,
betapa kuat rasa tauhidnja, tjukup kita terangkan bahwa tatkala
ia hendak mentjium Hadjar Aswad, Batu Hi t am jang melekat pada
Ka' bah, ia berkata: Djika tidak kulihat Rasulullah mentjiummu,
pasti aku tidak akan mengutjup engkau, karena engkau ini hanja
sepotong batu, jang tidak dapat memberi manfaat dan madharat
kepada manusia". Tatkala ia pada suatu kali sebagai Chalifah
diundang berchutbah dalam salah satu Mesdjid di Fustat, jang
irumpunjai mimbar jang tinggi dan mewah, Umar dengan rasa
kurang senang memerintahkan mengeluarkan mimbar itu dari
dalam mesdjid kepada Amr bin Ash, karena ia merasa tidak pantas
menaikkan dirinja di mikian tingginja diatas kepala kaum Muslimin,
sehingga kaum Muslimin jang mendengar chutbahnja se-akan
2
duduk diatas telapak kakinja.
Bahwa Umar disegani orang bahkan lebih dari pada Nabi dan
sahabat-sahabat lain ternjata dari pada sebuah tjeritera, bahwa
sekembalinja Nabi dari suatu peperangan datanglah kepadanja
seorang perempuan Arab menerangkan bahwa ia bernazar, djika
Nabi kembali dengan selamat akan membunjikan bunji-bunjian
dimukanja. Kat a Nabi: Djika engkau bernazar demikian, bunji-
kanlah bunji-bunjianmu i t u". Perempuan itu memainkan musiknja
dengan tidak segan-segan didepan Nabi. Wakt u itu datanglah ke-
situ Abu Bakar, Ali dan Usman. Perempuan itu terus djuga mem-
79
bunjikan bunji-bunjian itu. Kemudian datang pulakesitu Umar, ba-
rulah ia berhenti dan meninggalkan tempat itu. Nabi tersenjum dan
berkat a: Setan itu telah lari, karena t akut kepadamu, hai Umar".
Menurut Tarmizi, Ibn Umar pernah menerangkan Nabi ber-
sabda: Sesungguhnja Allah telah mendjadikan hak dan kebe-
naran pada lidah dan hati Umar ibn Chat t ab".
Kita kembali kepada kebidjaksanaan orang besar ini dalam
siasat dan peperangan. Panglima-panglima perangnja selalu ber-
tindak menurut nasihatnja, jang berisi penuh toleransi t erhadap
musuh jang menjerah dan penduduk jang berlainan agama, sesuai
dengan sifatnja jang kesatria itu, sifatnja jang sedia memberi dan
menerima. Tatkala ia berkata dalam pidato keangkatannja men-
djadi Chalifah, bahwa manusia itu seperti unt a jang diberi bertali,
jang harus menurut kepada jang menghelanja, dan bahwa ia se-
bagai Chalifah akan menghela orang
2
jang hadir kepada djalan
jang benar, dengan sjarat djika kedapatan ia bersalah tidak sesuai
dengan perintah Allah dan Rasulnja, hendaklah hadirin itu mem-
betulkan, tiba-tiba bangkit berdiri seorang laki-laki biasa dengan
pedang terhunus, seraja berkat a: Hai Umar, aku akan mem-
betulkan engkau dengan pedangku ini, djika engkau bersalah",
Umar dengan rendah hati mendjawab: Saja mengutjapkan terima
kasih kepadamu jang berniat baik terhadap diriku".
Disamping perintah perang jang tegas dan keras, selalu ia
memberikan sjarat-sjarat perlindungan jang baik kepada panglima
2
perangnja. Tatkala ia membuat perdjandjian dengan pemerintah
Romawi diantara lain-lain ditjantum dalam perdjandjian itu bahwa
rakjat Romawi jang sudah menjerah itu merdeka mengerdjakan
agama dan adat istiadat, rakjat Romawi dan rakjat Islam mem-
punjai hak dan kewadjiban jang sama dalam negeri jang diduduki
itu, dengan perbedaan, rakjat Islam membajar zakat, dan rakjat
jang bukan Islam membajar padjak atau djizjah.
Tatkala dua belas ribu tentara Islam, dikepalai oleh Zubair
bin Awam masuk ke Mesir, Mukaukis meminta diadakan per-
damaian. Permintaan damai itu diterima, asal penduduk Negeri
itu membajar padjak kepada pemerintah Islam, dengan djaminan
bahwa mereka mendjalankan agama, adat-istiadat, dan radja
Mukaukis diakui t et ap diatas t aht a keradjaannja. Begitu djuga
kepada Amr bin Ash amanat pemeliharaan keselamatan diri dan
kejakinan ini diumumkan di Iskandarijah jang ditaklukkannja.
Siasat jang didjalankan tentaranja dalam peperangan t erhadap
Negeri musuh jang dikalahkan, ialah bahwa rakjat jang kalah itu
dibolehkan memilih ant ara dua, masuk Islam at au membajar
padjak, dengan djaminan, bahwa rakjat itu diberi kemerdekaan
dalam segala hal, merdeka mendjalankan agama, merdeka berfikir,
bersuara atau mengeluarkan kritik kepada pemerintah dan pemim-
pin-pemimpinnja. Perbedaan kelas diantara orang jang memerintah
dengan jang diperintah tidak ada. Dalam Islam persamaan diantara
rakjat itu dipegang teguh dan didjalankan. Penindasan tidak ada,
^ ^ ^ ^
80
hukum-hukum didjalankan dengan adil kepada seluruh rakjat.
Oleh karena itulah rakjat jang pernah dimerdekakan oleh tentara
Islam, merasa senang dan sjukur dibawah perlindungannja, walau-
pun rakjat itu masih terus memeluk agama jang lama, seperti
Kristen, Jahudi dan ada pula jang musjrik.
Memang kebidjaksanaan Umar ini banjak mendjadi tjeritera
dongeng. Ditjeriterakan, bahwa pada suatu hari dihadapkan kepada
Umar seorang radja musjrik Persia jang ditawan, bernama Hurmu-
zan. Umar berkata kepadanja: Masuklah memeluk Islam, supaja
engkau selamat dunia acherat". Hurmuzan mendjawab: Aku ma-
sih suka kepada agamaku dan bentji kepada agama Islam". Tat-
kala Umar mengangkat pedangnja se-akan
2
hendak membunuh,
Hurmuzan berkat a: J a Amirul Mu' minin! Apakah engkau tidak
kasihan kepadaku, kalau aku mati kehausan? Berikanlah aku air
mi num". Tatkala air minum diserahkan kepadanja, Hurmuzan ber-
kata pula: Apakah keselamatanku terdjamin sebelum aku mene-
guk air i ni ?". Umar mendjawab sambil meletakkan pedangnja:
Keselamatanmu terdjamin selama engkau belum meminumnja".
Menepati sesuatu djandji adalah sesuatu jang membawa
kepada tjahaja jang terang benderang", udjar Hurmuzan.
Engkau benar", djawab Umar.
Hurmuzan tidak mau meminum air itu, dan Umar lalu
menjarungkan pedangnja kembali.
Konon kabarnja, setelah Hurmuzan kemudian meminum air
itu, barulah ia mengutjapkan dua kalimah sjahadat.
Umar heran lalu bertanja: Apakah sebabnja engkau kemu-
dian d j adi masuk djuga Islam ?"
Djawab Hurmuzan: Aku tidak suka masuk Islam sebelum-
nja, kalau
2
ada orang jang menjangka, bahwa aku masuk Islam itu
karena t akut kepada pedang Umar".
Chalifah Umar lalu memuliakan dan menghormatinja. Hur-
muzan-lah salah seorang jang memberi djalan unt uk memperoleh
kemenangan-kemenangan di Persia dihari-hari kemudian itu.
Demikianlah tjeritera dongeng-dongeng jang menggambarkan
kebidjaksanaan Umar. Sangat banjaknja, ada jang mentjeriterakan
bahwa ia t urut mengurus perempuan jang sedang bersalin, mem-
balas djasa anak Al-Ghaffari, dengan bersusah pajah ment j ari dan
mengangkut buah-buahan daridjauh, membantu ment j ari ma-
kanan unt uk satu keluarga jang sedang kelaparan, memberi zakat
sebanjak empat ribu dirham kepada seorang penderita tjatjat jang
berperang membela Islam, mengenai pembahagian pakaian kepada
Ummi Sulaith, mengenai wanita pendjual susu palsu, mengenai
bantuannja mengurus rumah seorang buta, mengobati unt a jang
sakit, mendjaga barang-barang kalifah djangan ditjuri orang,
dongeng tentang Chalifah Umar makan roti kering dengan garam,
tentang ia menerima nasihat orang miskin, pendeknja tentang ber-
matjam
2
soal, jang menundjukkan betapa ichlasnja, rendah hatinja,
sederhana hidupnja, tjintanja kepada rakjat dan orang miskin,
81
ringan tangannja dalam memberi bantuan dan sifat toleransinja
jang mulia. Ia sendiri berkata: Manusia jang berakal ialah
manusia jang suka menerima nasihat dan meminta maaf serta
memberi maaf".
Dalam masa Usman bin Affan mulailah terasa kesukaran siasat
dalam pimpinan pemerintahan. Kesukaran ini disebabkan oleh
karena Chalifah Usman terlalu ber-lebih-lebihan memberikan tole-
ransinja, sehingga disalah gunakan orang. Pemberian maaf dan
kepertjajaan jang berlebih-lebihan menjebabkan terdjadinja keku-
sutan, baik dalam ketentaraan maupun dalam pemerintahan. Ia
adalah gambaran seorang jang sangat saleh, jang begitu besar me-
ngorbankan harta bendanja kepada perdjuangan Islam, sehingga
ia dari orang jang sangat kaja mendjadi seorang jang sangat miskin.
Ia adalah seorang jang menjempurnakan pembukuan Al-Qur'an
dan menjiarkan mashaf-mashaf itu kepada beberapa negeri dalam
pemerintahannja. Selain dari pada meneruskan usaha
2
jang telah
ditjiptakan oleh Chalifah-Chalifah sebelumnja, ia terkenal dalam
kebidjaksanaannja membagi-bagi tanah kepada rakjat dan menga-
dakan kantor pengadilan tersendiri, jang sebelumnja selalu diada-
kan didalam mesdjid. Tindakannja mengangkat pembesar
2
dari
keluarganja sendiri menimbulkan rasa tidak senang, jang kemudian
merupakan fitnah jang membinasakan dirinja sendiri. Bahkan
kekusutan ini menimbulkan kesukaran-kesukaran untuk Chalifah
berikutnja, jaitu Ali bin Abu Thalib.
Ali adalah seorang jang luas ilmu pengetahuannja, seorang
jang fasih berbitjara dan pandai menulis dan mengarang, ia seorang
jang zahid, seorang jang kuat beribadat, paham dalam politik dan
gagah perkasa dalam peperangan. Ia seorang jang suka memberi
ampunan kepada mereka jang pernah berbuat kedjahatan terhadap
dirinja. Ia pernah memberi ampunan kepada ibn Hifan, musuhnja
jang tertangkap dalam peperangan Djamal, ia memberi ampunan
kepada Abdullah bin Zubair, jang pernah memburuk-burukkan
namanja dalam chutbah di Basrah, ia melepaskan Sa'id bin Ash
dan memberi keluasan kepada tentara Muawijah, jang sebenarnja
musnah karena ketiadaan air minum, membantunja mendapat
minuman jang tjukup, sedang antaran j a dan Muawijah masih
dalam pertempuran. Ia tidak mau mengalahkan musuh dengan
tipu muslihat, tetapi setjara kesatria dan berhadap-hadapan.
a*,
2.. > ani ULmanak, pjan,i <=d-bb
Jratltimitiak A,an <=-nu.bina.k.
Perselisihan paham tentang politik tidak menghambat ke-
madjuan kebudajaan Islam, pemisahan tenaga, Umajjah dibarat
dan Abbasijah ditimur, jang antara satu sama lain bersaing-saingan,
_ _ ^ _
82
bahkan menjebabkan kesadaran dalam lapangan ilmu pengetahuan
dan kesenian bertambah lantjar djalannja, sehingga pada suatu
masa ia pernah sampai kepuntjak peradaban, jang pernah dikenal
sedjarah dunia.
Mengenai kebidjaksanaan Muawijah dalam masa pemerintah-
annja dapat diterangkan sebagai berikut.
Dalam soal keagamaan fahamnja luas dan merdeka. Ke-
angkatan Sardjun, seorang Kristen, mendjadi menteri keuangannja,
begitupun perbuatannja dalam memperbaharui geredja-geredja di
Irak jang dirubuhkan oleh gempa bumi, menundjukkan bahwa
toleransi Muawijah sangat luas. Banjak orang-orang Jahudi dan
Nasrani hidup dalam daerahnja dengan tenteram dan mengakui
akan keadilannja dan ketiadaan rasa beda-membedakan dalam
soal agama. Bahkan banjak diantara orang-orang jang berlainan
agamanja datang men jerahkan perkaranja kepada Muawijah
sendiri.
Toleransi jang diberikan ummat Islam di Andalus terutama
kelihatan dalam masa pemerintahan Abdurrahman kedua. Baik
Chalifah maupun Amir-Amirnja memberikan kemerdekaan ber-
agama jang luas kepada penduduk Andalus, jang diberi kemerde-
kaan memilih agama jang akan dianutnja dan diamalkan menurut
peraturan-peraturannja. Berlainan agama tidak membawa atau
menimbulkan tjedera diantara rakjat. Antara ummat Keristen dan
ummat Islam sering terdjadi kerdja-sama, baik dalam berperang
atau dalam membangun negara. Banjak orang-orang Keristen
dalam masa pemerintahan Bani Umajjah di Andalus itu memangku
djabatan-djabatan jang tinggi dan jang penting, baik dalam kalang-
an tentara ataupun dalam lingkungan pemerintahan sipil.
Kebidjaksanaan pembesar-pembesar Islam di Andalus banjak
menarik orang-orang Spanjol masuk Agama Islam. Set j ara gotong-
rojong ummat jang sebangsa tetapi berlainan agama itu mem-
bangun kebudajaan Islam, jang sampai sekarang masih dikagumi
orang. Gedung-gedung bekas pembesar-pembesar Islam, seperti
Alhamra, sampai sekarang termasuk keheranan dunia. Orang-orang
Spanjol jang beragama Nasranipun berbitjara dan menulis dalam
bahasa Arab, sehingga banjaklah pengarang-pengarang dan penjair-
penjair jang ternama sampai sekarang masih tersimpan namanja
dalam kesusasteraan bahasa itu.
Meskipun kemudian Islam terpaksa meninggalkan Andalus,
tetapi kebudajaan jang pernah ditanamnja didaerah itu sampai
sekarang masih kelihatan hidup dan digemari.
Kedjadian-kedjadian jang menjedihkan djuga pernah terdapat
dalam masa pemerintahan Chalifah Abdurrahman I I . Beberapa
banjak pendeta-pendeta Nasrani menanam bibit fitnah pada achir
zaman pemerintahannja, mereka menghina Nabi Muhammad dan
mentjela agamanja setjara terang-terangan. Oleh karena menurut
peraturan jang diadakan pada waktu itu oleh Pemerintah Islam,
bahwa segala perbuatan menghina sesuatu agama dianggap suatu
83
kedjahatan besar jang mengakibatkan hukuman mati bagi siapa
jang melakukannja, maka Abdurrahman II lalu memberikan perin-
tah menghukum mati orang-orang jang mengasut, menghina dan
menjebar fitnah itu. Sebagai akibatnja pembesar-pembesar Geredja
Keristen mengadakan pertemuan, jang memutuskan bahwa tidak
dibolehkan men t jela Nabi Muhammad dan Qur' annja berterang-
terangan. Dengan adanja keputusan ini maka keamanan dapat
dipulihkan kembali dan suasana mendjadi tenang pula, sehingga
rasa harga menghargai dan hormat-menghormati t umbuh dan
terpimpin kearah jang baik.
Sedjarah menerangkan bahwa radja-radja Abbasijahpun sangat
memperhatikan kepentingan pergaulan dari warga negara jang
bermatjam-matjam asal bangsa dan agamanja. Kita ketahui bahwa
kemadjuan ilmu pengetahuan sudah pernah memuntjak dalam
daerah-daerah keradjaan ini. Dalam zaman Chalifah Ma' mun, hanja
dua abad sepeninggal Nabi Muhammad, kitab-kitab jang tidak ada
dalam bahasa Arabpun ditulis dan dibatja orang salinannja dalam
bahasa Arab.
Didalam kitabnja A Literary History of the Arabs" R. A.
Nicholson mentjeriterakan, bagaimana Chalifah Ma' mun mengirim
utusan kepada Kaisar Romawi unt uk membit j arakan kitab-kitab
jang akan disalin kedalam bahasa Arab. Teladan jang diberikan Cha-
lifah itu ditiru oleh beberapa dermawan. Tiga saudara Muhammad,
Ahmad dan Hasan, ketiganja terkenal dengan nama Banu Musa,
menarik penjalin-penjalin dari negeri jang djauh-djauh, dari ber-
matjam-matjam agama, dengan gadji jang mahal-mahal. Dengan
demikian keadjaiban ilmu pengetahuan djadi terbuka dan tersiar.
Oleh Chalifah Ma' mun banjak pengarang-pengarang dan penjalin-
penjalin dari berbagai agama dan kejakinan dipekerdjakan ber-
sama-sama dalam gedung ilmu Baitul-Hikmah, j ai tu sebua hgedung
perpustakaan besar jang penuh dengan kitab-kitab pengetahuan,
dan dalam balai penindjau perbintangan (Observatorium Astro-
nomy). Tak perlu disebut disini pandjang-pandjang mengenai
pendapat-pendapat orang Islam sendiri dalam ilmu pengetahuan
dan filsafat. Bahwa dalam beberapa t j abang ilmu pengetahuan
mereka telah menambah banjak pendapat sendiri, tidaklah dapat
dibantah. Orang Barat mengaku, bahwa ummat Islamlah jang
djadi peretas djalan ilmu dan pembawa suluh jang bertjahaja ke
Eropah, jang sedang dalam gelap gelita zaman pertengahan itu..
Sedjarah kemadjuan karang-mengarang dan tulis-menulis
sudah kita uraikan dalam bahagian jang lalu. Dalam uraian menge-
nai kesusasteraan itu termasuk djuga masa kegiatan menterdjemah,
menjalin kitab-kitab jang terpenting dari Junani, Persia, India dan
Syria. Unt uk keperluan ini didirikan badan-badan jang chusus,
seperti Baitul-Hikmah jang sudah diterangkan itu, jang didirikan
oleh Chalifah Al-Ma' mun dalam t ahun 830 di Bagdad, bermodal
tidak kurang dari 200.000 dinar. Gedung ini tidak hanja merupakan
perguruan tinggi, balai penjelidikan dan perpustakaan umum,
84
tetapi djuga badan penerdjemahan dan sidang karang-mengarang
jang terpenting dalam zaman keemasan itu. Dibawah pimpinan se-
orang ahli tabib dan ilmu djiwa Kristen Nestoria, Hunain ibn Ishaq
(809873) dikerdjakanlah terdjemahan-terdjemahan jang penting
kedalam bahasa Arab seperti Categories, Physics dan. Magna Mora-
lia, karangan Aristoteles, Republic, Timaeus dan Lows, karangan
Plato, Aphorisms, karangan Hippocrates, Materia Medica, karangan
Dioscorides, Quadripartitum, karangan Ptolemaeus, sampai kepada
penerdjemahan Ki t ab Indjil Lama dari bahasa Junani. Ulama-
ulama, seperti Al-Hudjdjadj bin Mathar, Ibn Bathriq dan lain-lain
turut bekerdja dalam gedung ilmu pengetahuan itu, dan kabarnja
anak Hunain sendiri, Ishaq ibn Hunain, termasuk salah seorang
penerdjemah jang ulung dan menjalin banjak sekali kitab-kitab
karangan Aristoteles, sehingga sekitar tahun 850 M. hampir semua
kitab-kitab Junani klasik dalam segala lapangan tersalin kedalam
bahasa Arab. Dan dengan demikian tersimpanlah ilmu pengetahuan
itu, sehingga badan penjalin jang ditanam oleh Raymond, dibawah
pimpinan Dominicus Gundisalvus, dapat menerdjemahkan kembali
kitab-kitab itu dari bahasa Arab kebahasa Latin, bahkan dengan
perbaikan dan tafsirah jang luas atau penambahan pendapat-
pendapat baru dari pada ummat Islam sendiri.
Gedung-gedung sidang pengarang dan penerdjemahan seperti
ini amat banjak terdapat dalam keradjaan-keradjaan Islam, seperti
Chizanatul Hikmah, jang didirikan oleh Al-Munadjdjim (m. 275 H.),
Darul Ilm, jang didirikan oleh perdana menteri Abu Nasr Sabur bin
Ardsjir di Baghdad dalam tahun 338 H., dan lain-lain, bahkan boleh
dikatakan hampir tiap istana mengadakan tempat bagi pengarang-
pengarang dan penerdjemah-penerdjemah kitab ilmu pengetahuan
kedalam bahasa Arab. Maka tersiarlah kesusasteraan Arab itu
keseluruh dunia.
Kitab-kitab ilmu pengetahuan itu dipergunakan dan dibatja
orang disekolah-sekolah, sehingga bahasa Arab pada masa itu
mendjadi suatu bahasa jang hidup, bahasa kaum terpeladjar jang
mempengaruhi kehidupan dan kebudajaan negeri-negeri jang bukan
Islam jang dimasukinja.
Kenneth H. Crandall menulis dalam kitabnja Pengaruh Islam
terhadap Keristen" mengenai pengaruh bahasa Arab ini dalam
daerah Barat Keristen sebagai berikut.
Diantara nama-nama tempat dan benda di Sepanjol dan
Portugis, banjak jang berasal dari kata-kata Arab jang digunakan
diwaktu Islam masih menguasai kedua negeri tersebut. Istilah-istilah
seperti caravan, dragoman, jar syrup, tariff, admiral, arsenal,
alcove, mattress, sofa, alcohol, cipher, zero, algebra dan muslem"
menundjukkan betapa besarnja pengaruh Islam dalam bahasa
Inggeris.
Pengaruh puisi Arab terlihat pula dalam njanjian-njanjian ahli
sja'ir Sepanjol. Pantun-pantun Al-Abbas Ibn Al-Ahnaf dan kemu-
diannja lirik-lirik Sepanjol-Arab mempunjai nounces lagu-lagu
,S.
r
)
tjinta jang seksuil dan roman-roman dalam istana jang asalnja ialah
buah tangan penj air-pen j air Islam dan kemudian kepada penjair-
penjair Sepanjol, penjair-penjair Perantjis Selatan dan biduan-
biduan Djerman.
Penj air-penj air Perantjis itu seperti William dari Poitiers djuga
mentjontoh bentuk dan ukuran-ukuran sadjak Muslim Sepanjol
jang pelik, demikian djuga seorang Perantjis jang belum ternama,
pernah meniru bentuk prosimetris dari narrator (dalang) Arab dalam
suatu tulisan jang bernama Aucassin et Nicolette. Tjeritera-
tjeritera Timur seperti jang terdapat dalam Hikajat 1001 malam,
terdapat djuga dalam tulisan-tulisan Djerman, Perantjis, Italia dan
Inggeris. Tjeritera-tjeritera dalam buku Decameron jang ditulis
oleh Bocaccio dan Squire's Tale oleh Chaucer ada sangkut-pautnja
dengan tjeritera-tjeritera tadi. Dan boleh djadi demikian pula hal-
nja dengan tjeritera Robinson Crusoe dan Perdjalanan Gulliver.*).
Tjeritera-tjeritera Timur ini sampai djuga mempengaruhi
Goethe, Schiller dan penulis-penulis roman Eropah jang lainnja.
Dante dalam bukunja Divena Comedia", mentjampurkan
adjaran mistik Keristen dengan beberapa hal-hal kerohanian dan
pengalaman-pengalaman Islam jang djaja. Sudah barang tentu ia
dipengaruhi oleh ahli-ahli chajal Islam, seperti Ibn Al-Arabi dan
Murcia, dan lagi tulian-tulisannja mengandung unsur-unsur teori
kelahiran dunia menurut Islam dan tjeritera-tjeritera mi' radj Nabi
Muhammad s.a.w.
2
).
Buku bahasa Arab Tjeritera Sinbad" jang berasal dari bahasa
Sanskerta ada pula dalam terdjemahan-terdjemahan bahasa Syria,
Junani, Jahudi, Sepanjol, Latin dan Inggeris. Dictes and Savings
of the Philosophers", buku jang pertama ditjetak dalam bahasa
Inggeris, aslinja ialah dalam bahasa Arab dan sampai kebahasa
Inggeris dari terdjemahan dalam bahasa Perantjis, Latin dan
Sepanjol.
Menurut Gibb pengaruh jang terbesar dari kesusasteraan Arab
ialah berupa dorongan terhadap semangat menulis. Dorongan ini
membebaskan alam pikiran Eropah dari disiplin tradisi jang sempit
dan tertekan. Ia menggerakkan kekuatan-kekuatan jang bersifat
membangun jang dahulunja pasif dan beku.
Islam djuga memperkenalkan Eropah dengan berbagai mat j am
alat dan istilah musik. Diantara alat-alat dan nama-nama ini ialah
lute, gitar dan rebeck. Orang-orang Arab telah menggunakan fret,
musik jang diukur, gloss atau bunga-bungaan melodi, lama sebelum
ahli-ahli teori mengenalnja.
Bunga-bungaan melodi inilah jang mendjadi asal dari harmoni.
Orang-orang Islam telah memasukkan ke Eropah t j ara mem-
buat kertas jang berasal dari Tiongkok
3
). Mereka ini pandai pula
mendjilid kitab dengan menjamak kulit.
!) H.A.R. Gibb dalam The Legacy of Islam, hal. 201.
2
) H.A.R. Gibb dalam The Legacy of Islam, hal. 198.
8
) Will Durant, The Age of Faith, New York, 1950, pg. 236.
86
Dalam lapangan kesenian dan keradjinan tangan, kaum Musli-
min dahulu merupakan pandai emas dan perak jang sangat baik,
dan djuga ahli dalam pekerdjaan mengukir dan menatah. Langit-
langit rumah mereka jang melengkung itu tidak ada bandingannja
di Eropah, malahan kesenian mereka mempengaruhi pula bentuk
geredja-geredja Keristen. Kaum Muslimin ini terbilang pula dise-
babkan oleh hasil-hasil buah tangan mereka, seperti dalam pem-
bikinan katja berwarna, barang keramik, barang-barang t anah liat
jang berkilat, pasu, botol-botol obat, gelas dan barang-barang
keristal. Kain sutera dari Sepanjol dan Arab sangat disukai dan
dihargai, terutama sekali dikalangan kaum-kaum geredja. Malahan
saku-saku ketjil dari sutera itu digunakan djuga oleh Kathedral
Canterbury dinegeri Inggeris.
Permainan t j atur jang berasal dari India itu, orang Islam djuga
jang memperkenalkan kepada dunia Barat itu. Diantara bentuk-
bentuk jang terpenting dari arsitektur Islam di Sepanjol dan
Portugal, jang terdapat pada rumah-rumah di Eropah Barat
(Gothic) pat ut ditjatat disini, misalnja tentang gapura rumah jang
bergerigi, djendela-djendela jang berukir, pintu gerbang jang
berudjung lantjip, menggunakan tulisan-tulisan dan ukir-ukiran
Arabesque sebagai motif hiasan, dan mungkin djuga at ap jang
beruas-ruas. Bentuk istana-istana pada achir abad pertengahan
menjerupai benteng-benteng Syria.
Zaman jang gilang-gemilang itu tidak selamanja kekal. Ada
masanja dia naik ada masanja dia turun. Ia datang dan menjingsing,
apabila iman sesuatu ummat kuat dan teguh, bersemangat menjala-
njala, ia tetap terpelihara dan berkemadjuan, apabila achlak ummat
itu meningkat dan thaatnja kepada Tuhan tidak berkurang. Tetapi
apabila sesuatu ummat karena kemakmuran dan kemegahan
melupakan Tuhan, achlaknja rusak, kepentingan dan kesenangan
diri sendiri lebih diutamakan dari pada kepentingan umum dan
negara, dari pada kepentingan rakjat dan Tuhan, maka ummat itu
akan menghadapi keruntuhan.
Islam turun membawa persatuan dan persatuan inilah jang
menumbuhkan zaman keemasan dalam Islam, karena dengan
persatuan itu ia mengadakan suatu tenaga jang tidak terbatas dan
terhingga. Ia mengadjarkan: Berikanlah kepada Tuhan bantuanmu,
nistjaja ia memberikan dikau bantuannja.
Karena lalai kepada pengadjaran agama dan menuruti hawa
nafsu jang serakah, petjahlah keradjaan besar itu mendjadi beber-
apa buah keradjaan ketjil jang satu sama lain berperang-perangan.
Salah satu diantara keradjaan itu ialah keradjaan Banjl Ahmar,
jang berpusat di Granada.
Manfuluthi melukiskan dengan t j ara jang sangat indah dalam
sebuah tjeritera, jang termuat dalam Al-Abarat, bagaimana ke-
runtuhan keradjaan ini dan betapa kesedihan jang diderita oleh
keturunan jang achir dari pada radja-radja Islam itu.
i
87
Sementara radja-radja Banil Ahmar bermewah-mewah hidup-
nja didalam istana, bangsa Sepanjol menanti-nanti kelemahan
mereka, supaja boleh dihalaukan dengan mudah dari negerinja.
Saat jang dinanti-nanti itu tiba, tatkala persatuan antara keradjaan
keradjaan Islam itu retak dan masing-masing radja itu telah
tenggelam dalam djurang hawa nafsu jang serakah. Pada tahun
1469 kedua keradjaan Sepanjol jang besar, Aragon dan Castelie
bersatu dibawah pimpinan Ferdinand dan Elyzabeth, memerangi
keradjaan Banil Ahmar di Granada, jang waktu itu dikepalai oleh
Abu Abdillah. Setelah beberapa lama serang menjerang, achirnja
pada tahun 1492, keradjaan Islam jang hanja tinggal satu itu dapat
dikalahkan oleh musuhnja. Abu Abdillah bersama sanak keluarga-
nja dititahkan keluar dari Andalus, setelah ia menjerahkan ke-
tangan musuh keradjaannja jang besar itu, keradjaan jang didirikan
oleh nenek mojangnja dengan djiwa dan pengorbanan, dan diper-
tahankannja dengan kebidjaksanaan siasat dan toleransi.
Dengan lenjapnja keradjaan ini, lenjap pulalah kemerdekaan
beragama, sikap harga menghargai dan toleransi dalam kejakinan,
suatu prinsip jang sut j i jang dilukiskan dengan tinta mas dalam
Qur'an dan sunnah Rasul, dan telah dilaksanakan oleh Chahfah-
Chalifahnja turun-temurun, bahkan kadang-kadang sampai rae-
njimpang dari pada garis-garis pertundjuk Rasul.
Saja sangat terharu membatja gubahan Manfuluthi itu, dimana.
dikissahkan pertjintaan jang sutji dari Pangeran Sa'id, sebagai
keturunan terachir dari Banil Ahmar, dengan seorang gadis Ke-
risten, jang akan kawin dengan tidak mengubahkan kejakinan
agamanja masing-masing, karena Islam mengizinkan jang demikian
itu dalam hukumnja, sebagaimana saja terharu membatja kitab
Nihajah Andalus", sedjarah keruntuhan Sepanjol Islam, dimana
ditjeriterakan kekedjaman-kekedjaman fanatik jang dilakukan
terhadap kejakinan Islam dan pemeluknja, meskipun pada waktu
penjerahan keradjaan itu kembali kepada Ferdinand dan Elyzabeth
telah ditanda-tangani suatu perdjandjian damai antara Pemerintah
Keristen jang menang dan Pemerintah Islam jang kalah, dimana
agama, kebudajaan, djiwa-raga dan harta kekajaan ummat Islam
didjamin keselamatannja. Tetapi sebagaimana kata Manfuluthi,
perdjandjian antara orang jang kuat dan orang jang lemah adalah
ibarat sebilah pedang pada tangan orang jang kuat dan seutas rantai
pada leher orang jang lemah itu.
Toleransi kejakinan ini terdapat djuga dalam kalangan Chahfa-
Chalifah Fathimijjah dan Ajjubijjah. Sebagaimana jang sudah kita
singgung disana-sini merekapun sangat mendjaga kesutjian adjaran
Al-Qur'an: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku
adil kepada orang-orang jang tidak memerangi kamu karena agama-
mu, dan kepada orang-orang jang tidak mengusir kamu dari tanah
airmu, sesungguhnja Allah mengasihi orang-orang jang berlaku adil
itu" (Qur'an LX : 8). Mereka ingin melaksanakan dalam negerinja:
Oleh sebab itu berda'wahlah kamu kepada mereka dan berbuat
"
sa
adillah sebagaimana diperintahkan kepadamu, djanganlah kamu
menuruti hawa nafsu mereka, katakan terus terang kepadanja:
kami pertjaja kepada kitab-kitab sutji jang diturunkan Allah, kami
diperintahkan untuk berlaku adil terhadap kamu semua. Allah itu
adalah Tuhan kami, tetapi Tuhan kamu djuga, tak ada silang-
sengketa antara kami dengan kamu, dan Allah itu mengumpulkan
kita dalam satu ikatan, untuk kemudian kita kembali bersama-sama
kepadanja" (Qur'an XLII : 15).
Penulis-penulis Salib mengakui bahwa penjiaran Islam di Mesir
sangat tjepatnja, dalam masa antara tahun dua puluh sampai tahun
dua ratus lima puluh dua hidjrah, artinja dari tahun penaklukan
Mesir sampai kepada masa pemerintahan Ibn Thulun, Mesir telah
mendjadi negara Islam, tidak lagi negara Kopti, pemeluk-pemeluk
agama Nasrani Kopti merupakan golongan terketjil dalam negara.
Pada waktu semangat peperangan tentara Islam tidak dapat
ditahan lagi, Mukaukis mengirimkan beberapa utusan kepada Amr
bin Ash, untuk merundingkan penjerahan. Sesudah dua hari, utusan
mi kembali kepada radjan j a serta memberikan gambaran peri laku
tentara Islam sebagai berikut: Sungguh kami gentar melihat
mereka. Mati itu bagi mereka, bagi tiap mereka, lebih tertjinta dari
pada hidup didunia, hidup merendah diri lebih digemari dari pada
hidup bermegah-megah, tidak ada hadjatnja kepada kesenangan
dunia, mereka duduk bersimpuh diatas tanah, mereka makan diatas
lutut, radjanja berbuat sama dengan mereka itu, tidak mengenal
kedudukannja jang lebih tinggi, tidak ada beda antara bangsawan
dan budak. Dan apabila sampai waktu sembahjang, tidak seorang-
pun jang ketinggalan, semuanja berebut-rebut membersihkan diri-
nja dengan air, dan setelah itu dengan chusju'nja berdiri melakukan
sembahj angn j a ".
Setelah baik kekuatan maupun semangat tidak dapat diatasi-
nja, keradjaan Kopti menjerah. Dengan ini urusan perang selesai.
Perdamaian mempersatukan kembali antara ummat Islam dengan
ummat Kopti Keristen. Penjiaran agama terdjamin, dan kemadjuan
dalam perkara ini terserah kepada kegiatan masing-masing. Tugas
ummat Islam mendjaga keadilan dan persamaan hak. Pemerintah
Islam mengangkat orang-orang Kopti kembali dalam djabatan dan
kedudukannja masing-masing, terlepas dari pada chauvinisme
(bari'un min at-ta'asshub al-a'ma), bahkan banjak diantara mereka
jang meninggalkan agamanja lalu masuk Islam. Sifat ampun meng-
ampuni dan berlapang hati dari pada tentara dan pembesar Islam
membuat musuh-musuhnja tjinta kepadanja.
Dimana negeri-negeri jang telah mendjadi Islam, kata Muham-
mad Al-Ghazali dalam kitabnja At-Ta'asshub wat-Tasamuh"
(Mesir, t.th.), tidak lain jang kita dapati melainkan negara-negara
jang merupakan daerah-daerah tempat melakukan persamaan hak
dan kewadjiban diantara mereka jang berlain-lainan agamanja.
Seorang pengarang Keristen, Michael Assuri, menulis dalam
sedjarahnja, bahwa Nuruddin pernah mengirim surat kepada
89
Chalifah Abbasijjah, menerangkan, bahwa orang-orang Islam telah
memerintah selama lima ratus tahun, tetapi tidak pernah menja-
kitkan hati teman-temannja golongan Nasrani. Adapun sekarang
terdjadi sebaliknja, bahwa golongan Nasrani itu telah mulai meng-
chianat. Apakah kita masih berkewadjiban membiarkan hidup
mereka dalam negara-negara Islam, tidakkah sudah sampai waktu-
nja, barang siapa jang tidak Islam kita bunuh sadja? Demikian
pertanjaan Nuruddin. Chalifah Abbasijah mendjawab: Bahwa
engkau tidak mengerti perkataan Nabi, jang menerangkan bahwa
Allah tidak pernah memerintah kita akan membunuh seseorang
jang tidak berbuat djahat"
1
).
Oh! Akan kita sebutkan djuga disini sikap Salahuddin Al-
Ajjubi? Reneau menggambarkan pribadi Salahuddin (Saladin),
bahwa ia adalah seorang jang tidak paham membentji orang
Keristen set j ara perseorangan, kalau ia pernah menghadapi orang-
orang itu dengan kebentjian, adalah set j ara golongan dan dalam
peperangan.
Diantara dongeng jang ditjeriterakan tentang Salahuddin,
sebuah berbunji demikian. Bangsa-bangsa Keristen di Eropah
sangat bentji kepadanja sebagai seorang Radja Islam jang mengu-
asai Palestina, sebagai negeri sutji orang Keristen. Kebentjian ini
mengakibatkan terdjadinja suatu gabungan angkatan perang jang
sangat besar, terdiri dari Inggeris, Belanda, Sepanjol, Itali, Peran-
tjis dan lain-lain, jang masing-masing dipimpin oleh seorang radja-
nja jang gagah perkasa. Semua gabungan itu memidju ke Jerusalem
dibawah pimpinan seorang radja Inggeris jang sangat berani,
bernama Richard the Lionheart, Ris j ad Hati Singa. Tatkala Jeru-
salem dikepung, Salahuddin tanpa pengawal keluar sendiri
menemui Risjad, suatu kedjadian jang belum pernah terdapat di
Eropah. Konon keduanja bertjakap-tjakap sambil berdiri diatas
sebuah gunung, dari mana tampak Jerusalem dengan rumah-
rumahnja jang indah.
Tanja Salahuddin: Apa maksud tuanku datang dengan bala
tentara jang sekian banjaknja, lengkap dengan alat sendjata ke-
mari?"
D jawab radja Risjad: Kami dengar, bahwa kemerdekaan
agama Keristen di Jerusalem dan Palestina sangat dipersempit
dalam pemerintahan Islam jang tuanku pegang. Oleh karena itu
mendjadi kewadjiban kami semua datang kemari untuk membebas-
kan rumah-rumah sutji dan ummat Keristen jang teraniaja itu".
Kata Salahuddin pula: Ini adalah suatu maksud baik, daulat
tuanku, jang kami hargakan tinggi. Tetapi apa jang daulat tuanku
tjeriterakan itu tidaklah benar sama sekali, pada pikiran hamba
semuanja fitnah belaka. Kami besedia memberikan kesempatan
untuk melihat-lihat di Jerusalem. Semua pintu rumah-rumah sutji
terbuka bagi saudara-saudara jang datang dari djauh hendak menu-
!) M. Al-Ghazali. At-Ta' asshub wat-Tasamuh, hal. 223.
SKSRMNHMannHHHKBKSSaBai^BIHH
90
naikan kebaktiannja. Tetapi djika tuan-tuan semua hanja datang
unt uk berperang dengan kami karena kebentjian kepada Islam
semata-mata, kami minta dengan hormat agar tuan-tuan berangkat
kembali sadja ke Eropah". Sambil menundjuk kekota Jerusalem,
Salahuddin berkata: Saja kira tanah ini tjukup besar unt uk
menguburkan semua tuan-tuan jang datang dari Eropah i t u".
Landjutan tjeritera ini menerangkan, bahwa semua radja-radja
Eropah itu diadjak ke Istana Salahuddin dan didjamu makan.
Kemudian diadakan suatu pertundjukan memotong sekerat besi
dengan pedang sekaligus. Tatkala kerat besi itu putus dua oleh
Radja Risjad, terdengarlah tepuk tangan jang gegap gempita dari
chalajak ramai itu. Kemudian setelah Salahuddin memudji-mudji
akan keberanian dan kekuatan Radja Risjad, ia memberikan pula
sorban suteranja unt uk dipotong pula sekaligus dengan pedang
salibnja. Usaha ini gagal! Dan tepuk tangan ramai membuat muka
Radja Risjad dan Radja-Radja Eropah jang lain merah padam
karena malu. Dengan senjum jang sangat manis, Salahuddin ambil
kembali sorban suteranja itu serta dilambungkannja keatas. Ia
ment j abut pedang bulan sabitnja dan menjambut sorban jang
melajang itu dengan tetakan jang demikian tjepatnja, sehingga kain
sorban sutera itu terpotong berkeping-keping djatuh kebumi. Maka
terdengarlah sorak sorai jang sangat ramai dan memetjahkan anak
telinga.
Salahuddin berkata: Kekuat an jang dipaksakan membuat
potongan besi jang keras itu putus dua, tetapi sikap jang lemah
l embut ' dapat mengerat kain sutera itu dengan mudahnja. Djika
tuan-tuan ini ingin masuk ke Jerusalem dan Palestina dengan damai,
kami akan menerima dengan tangan terbuka t ampa pertumpuahan
darah. Tetapi djika tuan-tuan datang menjerang kami dengan ke-
kerasan, hamba berani memastikan: tanah Jerusalem ini tjukup
luasnja untuk menguburkan semua tuan-tuan jang datang kemari
dari Eropah itu".
Ini adalah t j ont oh peribadi pahlawan Islam. Lemah lembut
dalam sikapnja, tetapi keras dalam mempertahankan keadilan dan
kehormatan bangsa serta agamanja.
Konon kabarnja sesudah itu terdjadilah perdamaian ant ara
ummat Keristen dan ummat Islam, dan terdjadilah sikap harga
menghargai dan hormat menghormati. Bahkan demikian djauhnja
tjeritera itu, sehingga orang dapat membatja dengan penuh kehe-
ranan, bahwa achirnja Salahuddin sebagai seorang Radja Islam
jang megah kawin dengan adik Radja Richard the Lionheart,
sebagai pahlawan Keristen. Memang djiwa tasamuh dan toleransi
ini sampai diwaktu jang achir selalu terdapat di Palestina dan
Jerusalem diantara agama-agama jang terdapat disana. Berlainan
agama dan kejakinan tetapi satu bangsa dan satu keturunan!
Orang Keristen mendasarkan kerdja-sama dalam prinsip tjinta-
mentjintai antara sesama manusia, ummat Islam mendnsarkan
kerdja-sama itu sedapat mungkin sesuai dengan adjaran Our' an:
b
Ol
Kat akanl ah: Kami pertjaja kepada Allah dan pertjaja kepada
kitab jang diturunkan kepada kami dan kepada kitab-kitab jang
diturunkan kepada Nabi-Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Ja' qub dan
segala anak-anaknja, begitu djuga kami pertjaja kepada kitab-kitab
jang diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa, dan kepada kitab-kitab
jang diturunkan unt uk segala Nabi, dengan tidak kami beda-beda-
kan diantara seorang dengan seorang mereka, kami semuanja
menjerahkan diri kepada Tuhan" (Qur'an II : 136). Ummat Islam
selalu sedia mengulurkan tangannja untuk mentaati firman Tuhan-
nja: Wahai segala ahli ki t ab! Marilah kita berpegang kepada
sebuah dasar jang sama antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah melainkan Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan
sesuatu penjembahan jang lain, tidak kita djadikan manusia sebagai
Tuhan selain Allah. Apabila mereka tidak djuga ingin memper-
hatikan adjakan ini, saksikanlah bahwa kami t et ap mendjadi orang
Islam" (Qur'an III: 64).

92
3. v<*ad/a(/<Ca.d/a, c r ^ / ,
,ja.-ff^*a,f
t
laut.
Memang dalam pertumbuhan sesuatu kekuasaan, biasanja
orang melupakan toleransi dan tidak memperhatikan, bagaimana
sesuatu kekerasan diterima umum.
Pengalaman jang bertahun-tahun dalam dunia pemerintahan
Islam telah melahirkan sebuah sjair jang sangat indah, jang harus
ditjermmi oleh umat Islam dalam setiap masa dan waktu. Djika
sjair itu saja terdjemahkan setjara bebas, kira-kira demikian
bunjmja dalam bahasa Indonesia: Djanganlah engkau berbuat
zahm, apabila kekuasaan ada ditanganmu, karena kezaliman itu
adalah batas pembalasan. Pada waktu engkau berkuasa berbuat
zalim itu, mat amu tidak melihat, sedang mat a orang jang engkau
zalimi itu terbuka lebar, dan mereka berdo' a unt uk kehancuran-
mu, dan pengawasan Allah itu selalu berdjalan dengan tak ada
henti-hentinja".
Demikian kita lihat dalam pemerintah umat Islam di India,
rodanja berputar sekitar pengalaman, radja-radja jang tidak me-
ngindahkan keadilan, persaudaraan dan persamaan, menamat kan
sedjarahnja dalam waktu jang pendek, sebaliknja radja-radja jang
sangat memperhatikan akan perinsip-perinsip pemerintahan Islam
mi dan mendjalankannja dengan penuh toleransi, berdjalanlah
pemenntahannja itu dengan penuh kebahagiaan kearah kemak-
muran dan kesedjahteraan bersama.
Banjak tjontoh-tjontoh ditinggalkan oleh sedjarah India.
Pertama-tama saja kutip beberapa peninggalan dari buah tangan
D.M.G. Koch dalam Herleving".
Dalam masa kemegahan Hindu, Asoka adalah seorang radja
jang terkenal gagah perkasa dalam peperangan memperluas dae-
rahnja. Tetapi setelah melihat ratusan ribu korban orang Keling
di Teluk Benggala, ia berubah tiba-tiba mendjadi seorang jang
hendak menebus kekerasannja dengan tjinta kasih sa jang kepada
sesama manusia. Sedjak peperangan itu ia tidak pernah lagi me-
makai kata-kata selain dari pada panggilan anak-anak kepada
rakjatnja, dan ia mendjadi penganut agama Buddha jang disiar-
kannja dengan mengorbankan segala hart a bendanja. Ia mendjadi
seorang jang penuh toleransi, ia mendjadi seorang jang mempunjai
paham luas terhadap segala masaalah jang dihadapinja, dan ia
mendjadi seorang penggerak perdamaian dan amal kebadjikan.
Tugu-tugu peringatan jang bertaburan dimana-mana di India
masih mendjadi saksi dan masih menjimpan susunan kata-kata
jang indah mengenai sikap toleransi radja Asoka ini.
Tetapi meskipun demikian ia tidak dapat menandingi achlak
dan kebidjaksanaan radja-radja Islam, jang memerintah India
sesudahnja, baik dari keturunan Ghazni, baik dari keturunan Ghori,
apalagi dari keturunan Mongol.
93
Sesudah Tamurland, jang terkenal ditakuti itu, dikalahkannja
dalam peperangan di Panipat, pada t ahun 1526, Babar menguasai
Delhi dan mentjiptakan dinasti Mongol, jang menulis sedjarah
Islam jang gilang gemilang di India.
Dalam t ahun 1542 lahirlah seorang tjutjunja, jang kemudian
menduduki singgasana Delhi sebagai Sultan Akbar, jang sedjarah
pemerintahannja hampir-hampir merupakan dongeng 1001 malam
kedua di India. Ia terkenal sebagai seorang panglima perang jang
ternama, jang dengan mudah dapat menaklukkan negeri-negeri
besar ketika itu, seperti Gudjarat, Benggala, Kabul, Kashmir, Sindh,
Chandes, Ahmadnagar dan Birar, tetapi ia lebih terkenal lagi
sebagai seorang Sultan jang adil, jang penuh toleransi, jang sampai
sekarang mendjadi kenang-kenangan, jang tidak dapat dilupakan
baik oleh orang Islam maupun oleh orang Hindu. Salah satu dari
pada pembawaannja ialah tjinta damai, damai dengan segala rakjat
dan damai dengan segala aliran dan agama. Ia selalu bertjita-tjita
memakmurkan rakjatnja, tetapi djuga ingin melihat mereka gem-
bira dan tertarik kepadanja, dan sifat ini memang telah pernah
mentjiptakan rasa kebahagiaan dalam kalangan orang-orang Hindu
jang mendjadi rakjatnja. Koch mengat akan: Ia tidak kenal
sesuatu pengertian jang tidak termasuk toleransi, dan oleh karena
itu tiap rakjatnja mempunjai penuh kemerdekaan unt uk memeluk
agama apapun ia suka, kejalunan apapun ia kehendaki". Oleh
karena itu tidaklah heran kita melihat, bahwa baik Hindu maupun
Muslim menduduki djabatan-djabatan tinggi pamongpradja atau
ketenteraan, dan berdjuang mati-matian unt uk Sultan Akbar.
Saj a masih ingat, bagaimana seorang pengarang ment j eri terakan
toleransi Sultan Akbar ini. Saban bulan ia mengadakan pertemuan
set j ara besar-besaran dalam istananja jang indah dan megah itu,
dimana dikumpulkannja pembesar
2
dari ber-bagai
2
agama dan ke-
jakinan untuk memperdebatkan masaalah-masaalah jang dikemuka-
kannja. Dalam mengambil keputusan ia selalu memilih sikap jang
begitu besar toleransinja, sehingga menimbulkan edjekan daripada
ulama-ulama Islam jang tak dapat menjetudjuinja, dengan mena-
makan dia Sultan Akfar", artinja sultan jang terbesar kufurnja.
Bahwa ia sangat keras membasmi paksaan dalam agama, ter-
njata dari sebuah tjeritera jang demikian bunjinja.
Pada suatu pagi sesudah sembahjang subuh ia mendengar,
bahwa ada seorang radja Hindu meninggal dunia dan majatnja,
hendak dibakar. Menurut kejakinan agama Hindu itu, djika majat
seorang radja dibakar, maka djandanjapun serta segala hamba
sahajanja dengan suka rela t urut masuk kedalam api dan mat i
bersama-sama. Kebetulan djanda radja itu tidak mau mat i terbakar
bersama-sama lakinja. Hal ini mendjadikan suatu keaiban bagi
anaknja, jang akan menggantikan ajahnja mendjadi radja. Oleh
karena itu dengan kekerasan dipaksanjalah ibunja, supaja t urut
dibakar bersama-sama ajahnja, dan diseretnjalah perempuan tua
itu pada rambutnja kemedan pembakaran radja itu.
94
Tjeritera ini sangat menggontjangkan pikiran dan bertentang-
an dengan kejakinan Sultan Akbar mengenai politik kemerdekaan
beragama. Pada prinsip ia tidak melarang seseorang Hindu menurut
kejakinan agamanja masuk terbakar kedalam api pembakaran
sutji dengan suka rela, tetapi ia tidak akan membiarkan orang
memaksa seseorang jang tidak mempunjai keinginan unt uk me-
ngerdjakan jang demikian itu.
Chabarnja, tatkala mendengar ada paksaan itu, dengan tidak
sempat berpakaian, ia melompat keatas seekor kuda menudju tem-
pat kedjadian itu. Tidak sadja ia melepaskan permaisurinja radja
itu dari pembakaran paksaan, tetapi djuga ia menghukum anaknja
jang hendak memaksa ibunja masuk api itu dengan pukulan dan
menurunkannja dari singgasana keradjaan.
Memang sedjarah toleransi Islam di India masih menjimpan
kebidjaksanaan Sultan Akbar jang gilang gemilang dalam peme-
rintahannja terhadap kaum musjrik Hindu, jang berbeda dengan
sikap chalifah-chalifah Islam didaerah lain. Bagaimanapun djuga
tindjauan orang terhadap peribadinja, sikapnja jang bersifat sangat
mengulurkan tangan itu kepada rakjatnja, jang berlainan agama
dan kejakinan dengan dia, tak dapat terlepas dari pada siasat
da' wah Islam, jang dianggapnja t ak boleh tidak harus dilakukan-
nya dalam pemerintahannja, dengan djumlah penduduk Hindu jang
djauh berlipat ganda dari pada orang Islam. Buah dari pada kebi-
djaksanaan pemerintahannja itu diantara lain-lain kelihatan dalam
kerdja sama jang erat antara pemeluk agama Hindu dan pemeluk
agama Islam, jang pernah mentjiptakan kebudajaan-kebudajaan
jang gilang gemilang, jang sampai sekarang merupakan kebanggaan
umat Islam di India dari satu generasi kepada generasi jang lain.
Berpuluh-puluh mesdjid-mesdjid, gubah-gubah jang indah-indah,
gedung-gedung peribadatan umum dan menara jang mendjulang
keangkasa dengan ukiran-ukiran jang bertatahkan ajat-ajat Qur' an
masih mendjadi saksi dari pada hasil kerdja sama tangan Hindu
dan tangan Islam jang pada satu masa ulur-mengulurkan guna
kemegahan peradaban manusia.
Djika kita ikuti dengan seksama liku-liku sedjarah pemerin-
tahan keturunan-keturunannja, baik mengenai masa Djehangir,
Sjah Djehan atau Aurengseb, maupun masa-masa jang lain, bagai-
manapun kekerasan jang terdapat didalam sepak terdjangnja,
ditjelah-tjelah kekerasan itu, selalu terdapat uluran tangan kepada
pemeluk-pemeluk kejakinan jang bukan Islam, dalam mendjamin
kemerdekaan dan kehormatan mereka. Bahkan rakjat keradjaan
Hindu Mahratta, jang kemudian menumbaskan keradjaan Mongol,
terkenal sebagai suatu daerah Hindu jang terkuat dan fanatik, dan
jang melahirkan radja-radja Hindu jang ternama seperti Sifadji
Bhonsla dan Sjahu, beberapa lama tunduk djuga dengan t aat
kepada radja-radja Islam, karena terpesona oleh politik toleransi-
nya jang dianggap merdeka tidak membawa perbedaan dan peng-
hinaan dalam kehidupan sehari-hari.
95
Djika tidaklah terukirkan mendjalankan politik toleransi
Islam itu, akan tidaklah dapat berdiri keradjaan Islam di India,
atau akan terdjadilah pertumpahan darah jang maha dahsjat, jang
tak akan ada habis-habisnja karena pertentangan paham kejakinan
antara Hindu dan Islam jang seperti siang dengan malam. Ingatkan
sadja kedjadian-kedjadian sehari-hari seperti penjembelihan sapi,
jang oleh orang Hindu dianggap binatang keramat, oleh orang
Islam dianggap penjembelihan sutji sebagai amal kebadjikan pada
hari-hari raja korban dan lain-lain. Sementara agama Islam me-
ngadjarkan bahwa dosa jang sebesar-besarnja ialah sjirk atau pe-
njembahan berhala, orang Hindu menganggap patung-patung bat u
jang tersimpan didalam dan diluar tjandi itu adalah dewa-dewa,
dan tuhan-tuhan mereka jang disembahnja. Sementara Islam hanja
menjuruh menjembah Allah, orang Hindu menjembah binatang
2
jang dianggap sutji, seperti ular, monjet, buaja dan sebagainja.
Dan sementara Islam melarang membunuh sesama manusia jang
tidak bersalah, pemeluk-pemeluk agama Hindu dan Budha me-
mandang suatu pekerdjaan baik, djika keluarga seorang jang mat i
melemparkan dirinja hidup-hidup kedalam api pembakaran majat.
Tidaklah akan dapat seluruh hukum Islam didjalankan
didalam daerah sjirk jang seperti itu, djika tidak disesuaikan
dengan hikmah-hikmah kebidjaksanaan toleransi, dan ini dipahami
sungguh-sungguh oleh radja-radja Islam jang pernah memerintah
daerah India itu.
Dalam pada itu mereka tidak lupa, disamping toleransi, men-
djalankan da' wah Islam jang sehebat-hebatnja, sehingga djumlah
umat Islam dengan tjepat bertambah besar dan mempengaruhi
masjarakat-masjarakat jang terdapat di India itu. Kat a-kat a
tabligh, jang meskipun pada asalnja berarti men j ampaikan azan
sembahjang, segera mendjadi populer dan mempunjai pengertian
jang tentu dalam kalangan umat Islam unt uk menjiarkan adjaran
Islam kepada masjarakat musjrik Hindu. Kat a-kat a ini, jang
kemudian diambil oleh perkumpulan-perkumpulan Islam di Indo-
nesia, mempunjai arti dan tjara pelaksanaan, jang sangat luas
dalam perdjuangan penjiaran Islam di India.
Sesudah India dipegang oleh pemerintahan Inggeris, pernah
terdjadi, bahwa umat Islam membeku lagi dan hendak menjendiri
dari pada kerdja sama dengan Inggeris, jang sedjak waktu itu
dengan sendirinja memegang segi-segi penghidupan dan kemadjuan.
Siasat baru belum ditentukan, sedang siasat memisahkan diri dan
tidak mau mempergunakan kesempatan kerdja sama dengan Ing-
geris unt uk kemadjuan Islam, sekurang-kurangnja unt uk mem-
pertahankan apa jang pernah ditjapai dalam perdjuangan Islam,
dianggap orang merugikan. Hindu jang menganggap Islam itu
merupakan suatu bahaja besar baginja, segera mempergunakan
kesempatan bekerdja sama dengan Inggeris, sehingga kepentingan-
kepentingannja dapat diselenggarakan dengan lantjar, baik dalam
dendidikan dan pengadjaran, dalam menerima ilmu pengetahuan
96
Barat dan dalam memasuki kantor-kantor pemerintahan, terutama
dalam men t j ari perlindungan kejakinannja pada Inggeris untuk
menghadapi Islam.
Hanja satu tali jang dapat menghubungkan dua golongan jang
jang sangat bertentangan ini, jaitu tjinta bangsa, sama-sama men-
t j intai tanah air India, orang Islam India mentjintainja dan orang
Hindu Indiapun mentjintainja. Ketjintaan tanah air ini kadang
2
dapat menggerakkan persatuan untuk menentang Inggeris, tetapi
merupakan persatuan jang laksana menating minjak penuh. Dikala
toleransi agama diperbesar berdjalanlah usaha-usaha nasional itu
seperti Ali Indian Congress, dikala ia dilupakan karena perasaan
2
jang meluap berpetjahlah ia kembali. Dikala Inggeris bertindak
kedj am terhadap India, bersatulah umat Hindu dengan Islam,
tetapi dikala keadaan tenang kembali berpetjah pulalah golongan
2
itu masing-masing berdjalan sendiri-sendiri. Baik Hindu maupun
Islam tak dapat menentang Inggeris, jang djauh berbeda ketjakap-
annja dalam mendirikan usaha-usaha besar, dalam memerintah dan
mengatur dengan tehniknja jang mengagumkan, dengan pegawai
pegawainja jang terlatih baik, jang semuanja melimpahkan keun-
tungan jang berganda-ganda. Sukar dapat ditandingi oleh rakjat
India, terutama oleh umat Islam India dengan kekurangan ilmu
pengetahuannja.
Djika timbul perselisihan antara Inggeris dan India, seperti
jang terdjadi dengan revolusi dalam tahun 1857, kerugian tidak
ternilai besarnja, tidak sadja kerugian djiwa, tetapi djuga keru-
gian kedudukan umat Islam. Banjak radja-radja Islam jang telah
memerintah turun-temurun dipetjat, digantikan dengan radja
2
Hindu jang mau kerdja sama dengan Inggeris.
Bentjana-bentjana ini kemudian membuka mata umat Islam
di India. Pemimpin-pemimpinnja, seperti Ahmad Khan, Jinnah,
bertekun memikirkan suatu siasat baru untuk perdjuangan umat
Islam. Peperangan itu tidak selamanja mesti merupakan perlawan-
an menentang membabi buta, tetapi peperangan itu djuga berarti
tipu muslihat. Jang perlu ialah tudjuannja mentjapai kemenangan
achir !
Ahmad Khan melihat, bahwa diatas pundaknja terletak suatu
tugas jang sangat berat, jaitu menarik pengikutnja dari lembah
bahaja, membawa mereka dari dunia impian abad-abad keemasan
jang lampau kepada dunia kenjataan jang dihadapi umat Islam
sekarang ini. Timbullah kesadaran jang luar biasa dalam dirinja,
tidak sadja untuk menjembuhkan kembali luka-luka jang parah
karena perpetjahan, tetapi djuga mentjiptakan dasar-dasar per-
djuangan jang kuat dalam ekonomi dan sosial, terutama dalam
mempertebal kesadaran batin rakjat India menghadapi dunia Ero-
pah jang berkuasa dan menguasai itu. Ia melihat sebagai siasat
jang pertama ialah pentingnja memperbaiki kembali hubungan
baik antara orang Islam dan Inggeris. Ia hendak memburu kedu-
dukan Hindu jang sangat mendekati Inggeris itu dan mengambil
97
untung sebanjak-banjaknja unt uk kepentingan golongann]a, ka-
rena ia insaf, bahwa pendirian Inggeris, jang menganggap umat
Islamlah jang merupakan motor terpenting dalam pemberontakan
di Pesiawar dan oleh karena itu mereka memboikot orang Islam
dalam segala lapangan, jang sangat merugikan masjarakat islam
diseluruh India. j i
r o+
Ia mengambil taktik toleransi, pertama unt uk memperdekat
golongan Hindu dengan Islam dan kedua unt uk membolehkan,
kerdja sama ant ara orang Islam dan orang Inggeris. Unt uk keper-
luan ini ia menulis banjak sekali karangan-karangan, dimana ia
menerangkan, bahwa Islam memperkenankan mengadakan hu-
bungan fang baik antara pemeluknja dengan mereka jang bukan
Muslim, meskipun orang jang bukan Muslim itu merupakan golong-
an jang memerintah, begitu djuga ia menerangkan bahwa oleh
karena itu orang-orang Inggeris tidaklah usah memikirkan apalagi
t akut , bahwa pemerintahannja di India dapat mendorong orang
Islam mengadakan perang sutji atau perang sabil terhadap mereka.
Ditegaskannja bahwa dorongan untuk mengadakan perang sutji
itu hanja djika orang Islam diganggu dalam mengerdj akan perin-
tah-perintah agamanja. Sebagai alasan dikemukakan, diantara
lain-lain, bahwa Nabi Jusuf jang oleh Qur' an diakui sebagai Muslim,
pernah melajani pemerintah musjrik, jaitu pemerintah Fir aun
di Mesir, dan oleh karena itu orang Islam di India sebagai rakjat
Inggeris tidak terlarang mentaati pemerintah Inggeris itu.
Dengan adanja penerangan ini suasanapun tenanglah kem-
1
Tetapi tindakan Ahmad Khan ini bukan tidak ada dasarnja.
Politik perdamaian ini dilakukan hanja sekedar dengan kerdja sama
untuk mengangkat India dan mempeladjari benar-benar ilmu pe-
ngetahuan dan tjara bekerdja orang Barat. Semua ini baru bisa
tertjapai djika rakjat India sedia bekerdja sama dengan orang asing
dan mengakui orang Inggeris sebagai guru mereka Tudjuan siasat-
nja ini kelihatan d.a.l. bahwa, tatkala suasana sudah agak sedikit
tenang ia dengan segera dalam tahun 1869 peri ke Inggeris, unt uk
mempeladjari setjara mendalam keadaan-keadaan jang dapat
menguntungkan umat Islam di India. Ia mempeladjari t]ara
pemerintahan, ia mempeladjari tjara mmperbaiki ekonomi rakjat,
tjara mengurus kehidupan sosial, tetapi jang terpenting segala
sesuatu jang bertalian dengan pengadjaran dan pendidikan. Unt uk
keperluan terachir ini ia terpaksa beberapa waktu menumpahkan
perhatian istimewa unt uk menjelidiki universitas
2
dan perguruan
tinggi di Cambridge dan Oxford, penjelidikan mana sesudah ia
kembali ke India membuahkan suatu sistim pengadjaran jang ideal
buat umat Islam, jaitu penggabungan antara Pntutan ilmu
pengetahuan dan perbaikan budi pekerti. Sedjak 1870 ia mempro-
pagandakan pembaharuan tjara berfikir mi dalam kalangan umat
Islam di India, baik dengan rapat
2
umum dan kundjung-mengun-
djungi, maupun dengan siaran
2
jang luas. Diantara madjalahnja
-.IS
jang terkenal dimana ia selalu membentangkan paham-paham
pembaharuannya ialah madjalah Tahzib al-Akhlaq jang tertulis
f t
U r d u d a n
, J *
ter
bil dari nama sebuah karangan
ahli filsafat dan pendidik Islam jang terkenal Ibn Maskawaih jang
pertama-tama mentjiptakan sistim pendidikan jang berdasarkan
ol X
g
m
e t
t r r
n
h
d a i
^
bU
H
dl PekCrti
'
jang kemudi
-
lebih
*
agama
A 1
"
G h a z a h d e n
^
a n
sembojan menghidupkan ilmu
r n
D a l
^
m
Ai
a h u

1 8 7 5 b e r d i r i l a h
Mohammadan Anglo-Oriental
College di Aligarh, meskipun harus melalui bermatjam kesulitan'
bermacam tantangan dan bermatjam pemboikotan, baik dari Ing-
geris maupun dan Hindu. Dan beberapa tahun kemudian berdirikh
disana gedung-gedung jang indah sebagai pusat kemadjuan ilmu
pengetahuan dari orang Islam India. Aligarh mendjadi tempat
S *
t e
f
a
f t
n a g a t er
Pel adj ar Islam dan mendfad ffu
penjerangan terhadap pengetahuan Barat dan peradabannja
belain dan itu dengan adanja Aligarh orang-orang Islam
jang tadmja merupakan masjarakat pengekor dan edjekan menge-
tahui, bahwa mereka dengan ilmu pengetahuan, dengan menghi-
dupkan ilmu pengetahuan jang berasll dari merel a sendiri Te nl a n
kesatuan dan pengorbanan, kekuatan hati dan pentjiptan mes
d i a !
J d ] U m l a h n
'
a
'
d a
P
a t m e n d
i
a d i
satu faktor jang ber kuah
Kita lihat bahwa sikap toleransi Ahmad Khan itu tidaklah sia
2
S , , !
a n S l n ] a
W ,
] u a S
'
j a n
^
k a d a n
g
2
menimbulkan tuduhan
dan kalangan umat Islam sendiri, bahwa ia bukan orang Islam
jang benar, bahwa ia seorang Kristen dan bahwa ia hanja kaki
mnn
g
f \
? g e n S
'
+
S e
T
h
1
a n d e m i S e h a r i me
nghasi l kan buah-buah jang
manis bagi umat Islam, tidak sadja dalam lapangan pendidikan
dan pengabaran, tetapi djuga dalam segala lapangan- t erut ama
dalam lapangan politik dan pemerintahan. Dengan bantuan
pemimpm-pemimpm Islam jang lain, seperti Jinnah dan l oba"
S e n ,
J
T
a
s l ^
A h d a n A b d
?
K a l a m A z z a d
' diperkuatkann S
benteng Islam jang sungguh-sungguh tjakap, jang tidak hania
berdasarkan sentimen dan ta' assubf tetapi terdiri dari o r a n g S g
ndian Z l ^ T ^ ^ T ^
k e
P
e n t i n
g
a n
n a t Islam d i a m
Indian National Congress dan perwakilan-perwakilan rakjat iajig
h t A ? T '
1
, l
S l a m
? i
n d i a h a n
J
a
^ r u p a k a n s i p
bahagian dan djumlah penduduk, tetapi sesudah diperbaharui
tjara berpikir dan perdjuangannja, mereka merupakan suara
2
jang terpenting, jang harus diperhatikan, baik oleh orang I nggr i s
S r X
n
r - i i t , TT
g H
>
d U
-
P a h a m
- P
a h a
m PoMik jang s dah
teratur rapi itu, kemudian menjalur kedalam Moslem League
i s k m^ k i s t e n
U Z a m a n k e m e r d e k a a n
membuahkan Republik
Kita lihat pula bahwa dalam negara Pakistan jang t er ang
menamakan dinnja Republic of Islam, prinsip toleransi jang mef-
djadi tjin Islam, tidak dilepaskan. Tentu tidak ada tempatnja
99
100
IC
eALmvulan
UhaL bLn
r
ZT
m
T?
]mg SUdah ka
kemukakan itu ke-
Sm dua Tal ^ t ^ f m
m
rSUtamakan sifat toleransi
memudahkandall
Te
f
ad
f
emduk
^lam selalu berichtiar
Triho?l soal-soal agama dan peribadatan (tajasur),
L i l l
P
i
eme
!
Uk ian
Z
bukm Islam
* menundukkan sifat
d e Z t Z T
Pendirian 0rmS
l'"*
herlain
*g* (t^amuh)
dengan tidak segan-segan menjalakan pendirian Islam sendi
asLia
a
fl
ah
3f
f
f
h mem
t
raktikk
^ Pendirian ini dalam
stasatma dan kebijaksanaannya sehari-hari, bahkan atia-bkali
alaiTlTal
gg
7
an
n
gle
l
ik
- ^ ^ ^ Memerdekai/
be
-
uZZstmZJl
e
l:
a
r
ah 1
7
g dUuduki atau dikua
i oleh
uma. Islam untuk kepentingan keamanan dan propaganda Islam.
h
v

3
'
Dal
t
m
\
masa Chali
f*h-Chalifah sesudahnja, kemerdekaan
beragama itu terutama dilakukan untuk kepentingan keTdiasama
4 Disamping itu sifat Nabi suka maaf-memaafkan dan harpa
menghargai dijadikan teladan dalam kebidfaksanlTmZerTntah
sepandjang zaman Chalifah-Chalifah itu, sehingga dZZn tidak
ada sifat mengutamakan diri atau 'suku sendiri ( t S
dalValr
Slam
'
JaitU mengadak
P^aLan, pZ'sautfol
,n^t-
Toleran
t
i
1
an
8
da
P
t
membawa kepada sikap menualah
(ZL)TdJdZerk
Slam
k
^r
eri
l
tganrin
^
ka
- ^Znja
lil ' I P
erken
<kan dalam Islam, karena bertentangan
dengan prinsipnya jaitu membina paham ketauhidan dafZ
JoaTZ^^/f
1
^^
t e r l m g
^ndjukZ
Pen far gaan terhadap kepada pendirian kejakinan or ans lain
bahkan dipudjikan berbuat fang demikian itu.
g
L A M P I RAN
102
]_)aLetattot%
Non-Muslim subjects in a Muslim State enjoy full religious and
civil liberty. We find evidence of respect for their rights, of broad-
tolerance, generosity and justice towards them in the Charters of the
Prophet and of the early Caliphs. Thus, in the Charter of Muhammad
to the Christians of Nah'an and the neighbouring territories, it is
mentioned that "the security of God and the pledge of His Apostle are
extended for their lives, their religion and their property; there shall
be on interference with the practice of their faith or their observances;
no bishop shall be removed from his bishopric; nor any monk from his
monastery. Nor are the Christian churches to be pulled down for the sake
of building mosques or houses for the Muslims. Should the Muslims
be engaged in hostilities with outside Christians, no Christian resident
among the Muslims should be treated with contempt on account of his
creed They shall not oppress or be oppressed".
In his instructions to the leaders of the expeditions against hostile
tribes and enemy people, the Prophet invariably enjoined them m'pe-
remptory terms to be always humane: "Molest not the harmless inmates
of homes; spare the weakness of women; injure not the infant at the
breast, or those who are ill in bed. Abstain from demolishing the dwell-
ings of unresisting inhabitants; destroy not the means of their fruit
trees; and touch not the palm".
Abu Bakar, the first Caliph, following the Prophet, thus enjoined
his captain: "Be sure you do not oppress the people, but advise with
them in all your affairs, and take care to do that which is right and
j
us
t If you gain victory (over your enemies) kill not little children,
nor old people, nor women. Destroy no palm trees, nor burn any fields
of corn; cut down no fruit trees, nor do any mischief to cattle
When you make any covenant stand to it, and be as good as your word.
As you go on, you will find some religious (Christian) persons who
live retired in monasteries, and who propose to themselves to serve
God that way. Let them alone, and neither kill them, nor destroy their
monasteries.
Omar, the second Caliph, issued edicts and ordinances which bring
to light the policy and practice of the Islamic State in dealing with its
non-Muslim subjects: For instance, we find the following passage in
his order to Abu Ubaida, the Commander of the Army, after the con-
quest of Syria: "Forbid the Muslims so that they may not oppress the
non-Muslims, nor commit any damage to them, nor seize their property
without a valid cause, and fulfill all the terms and conditions which you
have covenanted with them". And the following passage occurs in the
treaties of Persia, Jerusalem and other Conquered provinces^ "Gua-
rantee of protection is given to them (non-Muslims) for their lives and
properties, and religion and law, no change will be made in any one of
them".
103
As Wahed Hussain*) points out that not only did the Caliphs
issue such edicts, but their lieutenants and governors in the conquered
territories, followed the example of their masters and promulgated
similar orders. To quote one such order, as included in the terms of
the treaty concluded by Habib ibn Maslama with the people of Dabil in
Armenia: In the name of God, the merciful, the Clement. This is a
letter from Habib ibn Maslama to the people of Dabil-Christians,
Magians and Jews, such of them as are present and such of them as
are absent. Verily I guarantee the safety of your lives, properties,
churches, temples and city-walls; you are secured, and it is incumbent
upon us faithfully to observe this treaty as long as you observe it and
pay the poll-tax and the landtax. God is witness and He sufficeth
as a witness".
Dr. Zaki AH. Islam in the World. Lahore, 1947.
The Holy Prophet not only emphasized the desirability of tolerance
in religious matters but set a very high standard in this respect. A de-
putation from a Christian tribe of Najran visited him in Medina to
exchange views on religious matters. It included several Church digni-
taries. The conversation was held in the mosqe and extended^ over
several hours. At one stage the leader of the deputation asked permission
to depart from the mosque and to hold their religious service at some
convenient spot. The Holy Prophet said that there was no need for them
to go out of the mosque, which was itself a place consecrated to the
worship of God, and they could hold their service in it (Zurqani).
Bashiruddin Mahmud Ahmad.
Introduction to the Study of the Holy Quran.
London 1949.
1
*) Administration of Justice during the Muslim rule in India, with
a History of the Origin of the Islamic legal Institutions, Calcutta, 1934,
pp. 152S3.
"
104
De islam
Een eeuw geleden heeft de Engelse wijsgeer John Stuart Mill gezegd
dat de mensheid niet genoeg er aan kan ivorden herinnerd, dat er eens
een man, genaamd Socrates, heeft geleefd. Een halve eeuw later ongeveer
heeft de Duitse godgeleerde Adolf von Harnack de waarheid van Mills
uitspraak erkend maar er aan toegevoegd, dat het nog belangrijker is,
de mensheid telkens weer er aan te herinneren, dat er eens een man,
genaamd Jesus Christus, in haar midden heeft gestaan. Wij leven
weer vijftig jaar later, en de Engelse geschiedschrijver Arnold Toynbee
noemt onder de grootste weldoeners der mensheid, naast Jezus Christus
en Socrates, ook Mohammed, de stichter van de Islam. Mohammed n
der grootste wldoeners van het mensdom. Het heeft lang geduurd eer een
belangrijk schrijver in het Christelijke Westen tot deze erkentenis kwam.
In de Middeleeuwen werd Mohammed in Europa beschouwd als
een Heidense afgod, of als een bedrieger, of als een scheurmaker der
Christelijke Kerk, of als een valse profeet, in elk geval een verderfelijk
mens, met zonden beladen. In de nieuwere tijd, n de opkomst der
Arabische studin in Europa, werd het nauwelijks beter: nog in de zeven-
tiende eeuw is Mohammed voor Roomse en Onroomse geleerden de valse
profeet, de aartsvijand van het Christendom. De verlichte Pierre Bayle
noemt tegen het einde der eeuw Mohammed nog een valse profeet en een
bedrieger.
Pas in de achttiende eeuw komt er een kentering: onder invloed
van de twee grote geestelijke bewegingen, de Verlichting en de
Romantiek, vormt zich een nieuw oordeel over Mohammed en zijn stich-
ting, de Islam. Voltaire vindt veel in de voorschriften van de Islam te
prijzen, en de Koran bewondert hij. De jonge Goethe is geboeid door de
persoonlijkheid van Mohammed, op latere leeftijd verklaart hij uitdruk-
kelijk, dat hij in Mohammed nooit een bedrieger heeft kunnen zien.
De historicus Edward Gibbon schrijft in zijn Decline and Fall of the
Roman Empire prachtige bladzijden tot verdediging van de verdiensten
van Mohammed en van zijn leer. Echter heeft pas in de negentiende
eeuw de orientalistische wetenschap een historisch-critisch beeld van
Mohammed ontworpen en de opkomende godsdienstgeschiedenis meer
recht gedaan aan de Islam. En nu komt onze tijdgenoot Toynbee, die
Mohammed een weldoener der menscheid noemt en in de godsdienst
waarvan Mohammed de grondlegger geweest is, vooral deze twee begin-
selen waardeert: ten eerste, de hoge godsdienstige verdraagzaamheid
die de Islam in het verleden gekenmerkt heeft en die tot het wezen van de
Islam behoort, en ten tweede, de volslagen afwezigheid 'van rasbewustzijn
bij de belijders van de Islam. Zulk een godsdienst, betoogt Toynbee,
heeft nog een grootse geestelijke missie te vervullen, het is denkbaar
dat de geest van de Islam in een tijd van stijgend rasbewustzijn kan
bijdragen tot verdraagzaamheid en vrede onder de volken.
Dr. G. F. PIJPER.
Nederland en de Islam.
LEIDEN, 1955.
105
' t . ' . ft / " *
xpv^ij.. &[/z}\ja$ty%-\?i -1
1" y < sy'yy "X y^-y y ' s' J.,' s t t " yy yyf , ' t ',
tv*
, s yy<?_\' /y C?y y; * y' l '~i< ,*/**'.>' y,',. \,f\'<l.\' ,
J^3^y^3WK^<^^Jf^y*A^^O^^y^C?
3
^j3 '
%&$&^^ -v
j . * / ! , ; > . /yy..' y i
vr , c / / .'y=*^^S^'&jss^'
\ - . ^ i > '
106
'y^J^'o^y \ - l
107
' Jj ^J^^^C ^ ^ < ^ l " ^ i ^ j ^ i J i ' s j J - L- j Ot - Aj J^ A^ i j
u^,y*j ' ^ ^ ^ j ^ ^ j ^ j o ^ j i j i ^ v ^ v ^ o ^ s ' j c ^
1
a ^ j ^ (V->y
s
> w ^ ^fcSii UJ^JOJ^^U "
^Mi^AyW^^ ^jpj j ^-fc ; J
/ S
^ j y j j y . j U l JL- ^ ^ J -
1
;>V,
108
f -H-^J ^ J cry UJ >_~^ >
RAHMAN TAMIN - SURABAJA
S.I.P.K. No. 40/JL. Tgl. 12 Oktober 1959.

You might also like