You are on page 1of 12

1

ACARA V
TEKANAN DARAH

A. PELAKSANAAN
Hari / tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014
Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : Laboratorium IPA Biologi IAIN Mataram

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tekanan darah arteri pada
manusia.

C. LANDASAN TEORI
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di
mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti
misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri
temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata
kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam
aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat
lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn, 2002).
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung
dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut
tahanan tepi. Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi Faktor-faktor
yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi sekuncup.










2

Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang
disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan
tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang
jauh lebih kecil dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan
tahanan yang lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar
kapiler yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya
terdapat sejumlah lintasann alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari
arteriole ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak
memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh
arteriole. (Doengoes, Marilynn E. 2000. 19)
Tahanan yang diberikan oleh arteriole dari ukuran tertentu bergantung
pada viskositas darah. Darah yang merupakan cairan kental, lengket, yang
memberikan tahanan dua sampai tiga kali lebih besar daripada air biasa atau
larutan garam. Viskositas darah bergantung sebagian pada plasma dan
sebagian pada jumlah sel darah merah yang ada.Viskositas darah biasanya
konstan, tetapi akan berkurang bila diberikan sejumlah besar larutan garam.
Pengganti plasma seperti dextran merupakan cairan kental. Pengurangan
dalam jumlah sel darah merah yang beredar sedikit berpengaruh pada
viskositas, tetapi akan meningkat pada polisitemia. Viskositas darah yang
rendah akan berhubungan dengan tekanan darah rendah dan darah
berviskositas tinggi dengan tekanan darah tinggi.( Gunawan, Lany. 2001. 73)
Suatu obstruksi di arkus aorta pada bagian duktus arteriosus disebut
koartaksio aorta. Darah akan mencapai anggota bagian bawah lewat
anastomose, sehingga kadang-kadang dapat diraba denyut di arteri-arteri
interkostal yang membesar dengan meletakkan tangan pada leher bagian










3

belakang seperti menegakkan penderita. Nadi di anggota bagian bawah
kemudian dapat dikurangi atau hilang, sehingga tekanan darah femoral akan
lebih rendah daripada tekanan darah brankial.( Sobel, Barry J. 1999.h.25)
Tekanan darah dalam arteria pada orang dewasa dalam keadaan duduk
atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena
tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka
tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap
atau kedua faktor tersebut. Curah jantung adalah hasil kali antara denyut
jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi
miokard dan volume darah yang kembali ke jantung.( Smith Tom. 1995. 50)
Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10
mmhg setiap 12 cm di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan
menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka
tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di
otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama Karena pengaruh
gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cmdi
bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah
yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210
mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring
kedua tekanan ini akan sama. (Kodim Nasrin. 2003. 273)

D. ALAT DAN BAHAN
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
3. Probandus










4


E. CARA KERJA
1. Cara pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung.
a. Cara Palpasi
1) Memberi penjelasan bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan darah.
2) Mempersilahkan probandus untuk beristirahat selama 10 menit.
3) Mempersilahkan probandus duduk kembali.
4) Memasang manset disalah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti.
Manset dipasang dalam keadaan tidak longgar/ terlalu ketat.
5) Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0 mmHg.
6) Meraba arteri radialis.
7) Memompa air raksa sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi.
8) Meningkatkan air raksa 10-30 mmHg di atas posisi pada saat arteri
radialis tidak teraba.
9) Menurunkan air raksa perlahan sampai denyut arteri radialis mulai
teraba lagi.
10) Menentukan tekanan sistol orang percobaan.
11) Menurunkan air raksa sampai 0 mmHg.
12) Mengulangi langkah 6 sampai 11 dengan sebanyak 2 kali.
13) Menetapkan tekanan sistol rata-rata dari 3 kali pengukuran dengan
benar.
b. Cara Auskultasi
1) Memberi petunujuk bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan darah.
2) Mempersilahkan probandus beristirahat selama 10 menit.
3) Mempersilahkan probandus duduk kembali.










5

4) Memasang manset disalah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti.
Manset dipasang dalam keadaan tidak longgar/ terlalu ketat.
5) Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0 mmHg.
6) Meraba arteri brakialis dan arteri radialis.
7) Memompa air raksa sambil meraba arteri radialis/brakialis.
8) Memasang stetoskop di atas arteri brakialis.
9) Meningkatkan air raksa perlahan sambil mendengarkan bunyi.
10) Menurunkan air raksa sampai 0.
11) Mengulangi langkah 7 sampi 11 dengan banyak sebanyak 2 kali.
12) Menetapkan tekanan sistol dan diastol rata-rata dari 3 kali pengukuran
benar.
2. Pengukuran tekanan darah arteri brakialis pada sikap berbaring, duduk, dan
berdiri.
a. Berbaring terlentang
1) Menyuruh probandus berbaring terlentang dengan tenang selama
10 menit.
2) Selama menunggu, memasang manset sfigmomanometer pada
lengan kanan atas probandus.
3) Mencari dengan palpasi denyut arteri brakialis pada fossa cubiti
dan denyut arteri radialis pada pergelangan tangan probandus.
4) Setelah probandus berbaring 10 menit, menetapkan kelima fase
korotkof dalam pengukuran tekanan daraha op tersebut.
5) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
b. Duduk
1) Tanpa melepas manset, probandus disusruh duduk.










6

2) Tunggu 3 menit.
3) Kemudian mengukur lagi tekanan darah pada saat probandus
duduk.
4) Mengulangi pengukuran sebnayak 3 kali.
c. Berdiri
1) Tanpa melepas manset, probandus diminta berdiri.
2) Setelah ditunggu 3 menit megukur kembali tekanan darah dengan
cara yang sama.
3) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
4) Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah probandus pada
ketiga sikap yang berbeda di atas.
3. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot
1) Mengukur tekanan darah arteri brankialis probandus dengan
dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk
(probandus tak perlu yang sama seperti pada B).
2) Tanpa melepaskan manset menyuruh probandus berlari ditempat
dengan frekuensi kurang lebih 120 loncatan/menit selama 2 menit.
Segera setelah selesai probandus disuruh duduk dan mengukur
tekanan darahnya.
3) Mengulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai
tekanan darahnya kembali seperti semula.
4) Mencatat hasil pengukuran tersebut.

F. HASIL PENGAMATAN
a. Cara Palpasi










7

Tabel 1 pengukuran dengan cara palpasi
No Nama
Probandus
Cara palpasi (sistol) Data
Uji I Uji II Uji III
1 Mentari 110/90 110/100 100/90
2 Idayani 100/80 100/90 100/90
3 BQ Dina 100/90 120/80 110/90

b. Pengukuran Tekanan Darah Auskuntasi
Duduk
Probandus Fase
korotkop
Pengukuran mmHg Rata-
rata 1 2 3
Mentari I 100/90 100/80 110/90
Idayani I 100/80 100/70 100/80
BQ Dina I - 100/90 110/90


Berbaring
Probandus Fase
korotkop
Pengukuran mmHg Rata-
rata 1 2 3
Mentari I 100/90 100/80 110/90
Idayani I 100/80 100/80 100/70
BQ Dina I 100/80 100/90 110/90

Berdiri










8

Probandus Fase
korotkof
Pengukuran mmHg Rata-
rata 1 2 3
Mentari I 100/90 100/80 110/90
Idayani I 100/80 100/80 100/70
BQ Dina I 100/80 100/90 110/90

Aktivitas
Probandus Fase
korotrof
Pengukuran mmHg Rata-rata
1 2 3
Naufal 130/110 130/110 130/110


G. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dilaboratorium biologi,
kami mencoba melakukan penengsian tekanan darah, kami melakukan ini
dengan lima orang temen- temen, Tekanan darah arteri dapat diukur dengan 2
cara, yaitu cara palpasi dan cara auskultasi, manset dipasang pada diatas fosa
cubitidengan cara palpasi (perabaaan). Orang percobaan dengan tekanan darah
dengan meraba arteri radialis. Pengukuran darah dengan cara palpasi tersebut
hanya dapat mengetahui tekanan darah sistol pada saat memasangkan alat
maset usahakan tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
Pada dasarnya jumlah darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang
terkandung di dalam arteri tersebut. Makin besar jumlah darah di dalam arteri,
makin tinggi tekanan arteri dan makin kecil jumlah darah yang terkandung di
dalam arteri, makin rendah tekanan arteri. Jumlah darah yang terkandung di










9

dalam arteri tergantung pada jumlah darah yang memasuki arteri dan yang
meninggalkan arteri. Jika jumlah darah yang masuk banyak maka darah yang
terkandung di dalam arteri makin bertambah, dan sebaliknya jika darah yang
meninggalkan arteri lebih banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri
berkurang. Jumlah darah yang masuk ke dalam arteri ditentukan oleh
frekuensi jantung dan volume sekuncup jantung.
Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom,
yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi
fungsi jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya
frekuensi jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan
vasokonstriksi pembuluh darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi
fungsi jantung saja dan pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi
jantung. Jadi, naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom,
pemacuan saraf simpatis menaikkan tekanan darah arteri dan penghambatan
saraf simpatis ditambah dengan pemacu saraf parasimpatis yang
mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik turunnya tekanan darah
arteri terjadi secara reflektoris. Pemacuan tekanan darah arteri dapat
menimbulkan shock, yaitu keadaan dimana jumlah darah yang masuk ke
jaringan berkurang sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis tertentu.
Misalnya menurunnya kesadaran, kepala terasa ringan, pucat, kaki dan tangan
dingin, keluar keringat dingin, dan lain-lain. Cardiogenic shock adalah
menurunnya tekanan darah karena melemahnya pemompaan darah oleh
jantung. Tekanan darah dalam arteria pada orang dewasa dalam keadaan
duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.
Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer,










10

maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi
setiap atau kedua faktor tersebut. Curah jantung adalah hasil kali antara
denyut jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh
kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung

H. KESIMPULAN
I. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh
darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau
elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan
menurunkan tekanan darah. Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama
yang mendorong kearah jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat
dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk
menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan
lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal
mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua,
tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja
tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta
kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus.

J. DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustak Utama.










11

Doengoes, Marilynn E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC
Gunawan, Lany.2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:
Penerbit. Kanisius
Sobel, Barry J, et all.1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan
Terapi. Jakarta: Penerbit Hipokrates
Kodim Nasrin.2003. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan: @
tempointeraktif.com
Smith Tom.1995. Tekanan darah Tinggi Mengapa terjadi Bagaimana
mengatasinya. Jakarta: Penerbit Arcan










12

You might also like