You are on page 1of 20

PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PENYAKIT
Avian Influenza
Oleh
Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan
Dr I Nyoman Kandun MPH
Peningkatan jumlah penderita
flu burung
Pemutakhiran data 22 November 2006:
jumlah kumulatif penderita flu burung di
Indonesia sudah 74 penderita, meninggal
56 (angka kematian kasus 75 %).
Peningkatan lebih dari 3 kali lipat
dibandingkan dengan total kumulatif
penderita tahun 2005 (17 kasus dengan
11 kematian).
Peningkatan jumlah penderita
flu burung
Jumlah propinsi yang terkena juga
meningkat, dari 4 propinsi menjadi 9
propinsi.
Tahun 2006 Indonesia mempunyai cluster
penderita terbesar didunia, yaitu di Tanah
Karo (7 orang penderita, dimana hanya 1
orang yang bertahan hidup).
RENCANA DAN KOMNAS
RENCANA STRATEGI NASIONAL
PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN
INFLUENZA) DAN KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA
2006-2008.
Pada tanggal 13 Maret 2006,
berdasarkan PERATURAN PRESIDEN
No.7 tahun 2006 telah dibentuk
KOMITE NASIONAL PENGENDALIAN
FLU BURUNG DAN KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA
(KOMNAS FBPI) .
Komite ini bersifat multisektoral
diketuai oleh Bapak Menko Kesra.
Penderita flu burung di Indonesia ternyata 67 %
ditemukan di tiga propinsi yang berbatasan
langsung yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jawa
Barat
Penderita flu burung sudah ditemukan pada
29 Kabupaten/Kota (Grafik 2).
Penderita flu burung sudah ditemukan pada 53
Kecamatan di Indonesia ( Grafik 3).
Jumlah penderita pria lebih banyak
dari jumlah penderita wanita.
Penderita termuda berusia 1 tahun
dan yang paling tua 67 tahun.
Murid sekolah dasar 21,6 % dari seluruh
penderita flu burung di Indonesia.
CARA PENULARAN BELUM
DIKETAHUI PASTI
Penyelidikan epidemiologik: 80 % kasus flu
burung pada manusia mempunyai faktor risiko
kontak dengan ayam sakit/mati.
Ternyata banyak sekali orang yang kontak
langsung dengan ayam sakit/mati (tiren/ayam
mati kemaren) yang merupakan pekerjaan
mereka sehari-hari, ternyata sebagian kecil saja
yang terinfeksi flu burung H5N1.
Sampai sekarang cara penularan virus flu
burung H5N1 dari unggas ke manusia masih
belum diketahui dengan pasti. Karena itu masih
banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk
mengetahui secara pasti cara penularan itu.
CARA PENULARAN BELUM
DIKETAHUI PASTI
Banyak daerah di Indonesia di mana terjadi
KLB flu burung pada unggas dalam jumlah
yang besar namun tidak dijumpai adanya
kasus flu burung pada manusia di daerah itu.
Sejak bulan yang lalu juga terjadi KLB flu
burung pada unggas di propinsi Riau ( 6
Kabupaten) dan Sumatera Barat (2
Kabupaten), namun sampai saat ini belum
ada kasus flu burung pada manusia yang
dideteksi yang berkaitan dengan KLB itu.
CARA PENULARAN BELUM
DIKETAHUI PASTI
Lebih jauh lagi dapat ditelusuri bahwa KLB flu
burung H5N1 sudah timbul di Indonesia sejak
Agustus 2003 secara besar-besaran. Pada tahun
2004 sudah dilaksanakan survei serologik pada
manusia didaerah-daerah KLB pada unggas dan
tidak ditemukannya hasil serologik yang positif.
Padahal jumlah sampel survei serologik itu
cukup besar dan mencakup wilayah yang cukup
luas. Pada tahun 2005 dideteksi 1 kasus
serologik positif di Sulawesi Selatan yang tidak
mempunyai gejala dan tanda klinik apapun
juga.Kasus flu burung pada manusia baru
pertama kali dideteksi pada akhir bulan Juni
2005, dan pada kasus pertama ini faktor
resikonya belum jelas sampai sekarang.
Efektifitas oseltamivir belum
diketahui
Belum ada bukti bahwa
oseltamivir efektif untuk
mengobati penderita flu burung
baik pada penderita yang
terlambat berobat ke rumah sakit
maupun mereka yang diberikan
obat secara dini di lapangan sejak
obat itu didistribusikan ke tingkat
Puskesmas beberapa bulan yang
lalu.
Strategi
1. Pengendalian penyakit pada hewan
2. Penatalaksanaan kasus pada manusia
3. Perlindungan kelompok resiko tinggi
4. Surveilans epidemiologi pada hewan
dan manusia
5. Restrukturisasi sistem industri
perunggasan
6. Komunikasi risiko, edukasi dan
peningkatan kesadaran masyarakat
7. Penguatan dukungan peraturan
8. Peningkatan kapasitas (capacity
building)
9. Penelitian kaji tindak
10.Monitoring dan Evaluasi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
1. Pengendalian penyakit pada hewan dengan
melaksanakan depopulasi selektif,
vaksinasi, biosekuriti.
2. Penatalaksanaan kasus pada manusia
antara lain dengan menyediakan 44 RS
rujukan, pelatihan penatalaksanaan kasus
dan pengendalian infeksi)
3. Perlindungan kelompok risiko tinggi dengan
menyediakan dan menggunakan
penggunaan alat pelindung pribadi/PPE.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
4. Surveilans epidemiologi pada hewan dan
manusia; sudah diterapkan secara bertahap
surveilans dan respon pada hewan yang
bersifat partisipatif bersama masyarakat.
Dalam waktu dekat kegiatan surveilans
pada manusia akan diintegrasikan dengan
kegiatan yang telah dilaksanakan pada
hewan. Desa Siaga sebanyak 12.000 buah
yang baru dicanangkan pada Hari
Kesehatan Nasional yang lalu akan lebih
meningkatkan kegiatan surveilans terpadu
ini. Diharapkan pada tahun 2008 nanti,
seluruh desa akan menjadi Desa Siaga
5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan
akan dilaksanakan dengan pembersihan
permukiman dari ayam dan bebek.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
6. Komunikasi risiko, edukasi dan peningkatan
kesadaran masyarakat dilaksanakan
dengan pelatihan bagi petugas humas
berbagai departemen, distribusi bahan
penyuluhan, penggunaan media cetak dan
elektronik yang lebih masif.
7. Penguatan dukungan peraturan
dilaksanakan dengan Kepmenkes tentang
KLB flu burung dan Kepmenkes tentang
pembebasan biaya berobat di rumah sakit
bagi penderita atau tersangka penderita Flu
Burung.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
8. Peningkatan kapasitas dilaksanakan
dengan pelatihan SDM, pengadaan
alat dan laboratorium regional dll.
9. Penelitian kaji tindak antara lain
dengan pelaksanaan Proyek panduan
di Tangerang, kerjasama dengan
Singapura dalam pembuatan tes
diagnostik cepat dll.
10.Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan
oleh Tim Pakar Komnas dan Depkes,
Posko flu burung yang aktif 24 jam
setiap hari.
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIAN ANDA

You might also like