You are on page 1of 38

PEDOMAN

PENYUSUNAN
RIPDA












BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang di lakukan oleh seseorangatau
sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai berbagai
tujuan selain untuk mencari nafkah. Kegiatan berwisata merupakan hak asasi seseorang
yang perlu dihargai sebagaimana dinyatakan dalam Universal Declaration of Human
Rights. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang melakukan kegiatan wisata
dipelukan serengkaian upaya yang saling terkait dan terpadu oleh dunia usaha,
masyarakat dan pemerintah.
Hakekat pariwisata indonesia bertumpu pada keunikan dan kekhasan budaya dan alam,
serta hungana antara manusia. Melalui pengembangan pariwisata diharapkan dapat
memperkukuh jati diri bangsa dan lestarinya fungsi lingkungan. Namun demikian
pengembangan kepariwisataan Indonesia tetap menempatkan kebhinekaan sebagai suatu
yang hakiki dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.
Pembangunan kepariwisataan Indonesia sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional dilaksanakan secara berkelanjutan bertujuan untuk turut mewujudkan peningkatan
kemampuan manusia danmasyarakat Indonesia bedasarkan kemampuan nasional,
denganmemanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global.
Piwisata dikembangkan oleh banyak negara di dunia sebagai salah satu alternatif
dalam pembanguna ekonominya melalui berbagai macam pendekatan dan cara. Indonesia
mengembangkan kepariwisataannya memulai suatu konsepsi pembangunan yang bertumpu
pada asas kehidupan yang berkeseimbangan, Untuk Itu diperlikan suatu konsepsi yang
menjadi landasan dalam pengembangan kepariwisataan nasional. Konsepsi tersebut
meliputi filsafah pengembangan kepariwisataan nasional, sistem kepariwisataan nasional,
sistem kepariwisataan nasional dan sistem pariwisata nasional.
1. Falsafah Pengembangan Kepariwisataan Nasional
Pengembangan Kepariwisataan Indonesia harus tetap menjunjung dari khas bangsa
Indonesia, seperti yang tertuang dalam Pancasila, UUD 1945, GBHN dan ketetapan
MPR mengenai kesatuan dan persatuan bangsa serta etika berbangsa dan
bernegara. Pada intinya pengembangan kepariwisataan Indonesia harus selalu
merujuk pada norma-norma agama dan nilai-nilai Budaya dalam setiap segi
kehidupannya. Norma-norma dan nilai-nilai dasar tersebut mewarnai perilaku
pengembangan kepariwisataan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan ( Gambar 1 :
aspek kehidupan kebudayaan ) Hal ini merupakan keunggulan komparatif
pengembangan kepariwisataan Di Indonesia.
Gambar 1 : Aspek kehidupan kebudayaan
Kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan aset Penting
dalam pengembanagn pariwisata, di mana pariwisata sebagai alat pelestarian kebudayaan,
yang dapat berperan secara aktif memperkenalkan hasil-hasil budaya Indonesia.
Falsafah pengembangan kepariwisataan nasional dilandasi oleh konsep hidup bangsa
Indonesia yang berkeseimbangan yaitu hubungan manusia dengan Tuhan Maha Esa,
hubungan antara sesama manusia dan manusia dengan lingkungan alam, baik yang berupa
lingkungan sumber daya alam maupun lingkungan geografis ( Gambar 2 : Landasan
Filosofis pembangunan pariwisata Indonesia. )
Semua agama yang diakui di Indonesia pada dasarnya mengajarkan prinsip-prinsip
kehidupan yang berkeseimbangan, seperti misalnya : Agama Islam dengan prinsip
Hablumminallah wa hablumminannas, Agama nasrani mengajarkan hukum kasih, Agama
Buddha mengajarkan Mangalasutta, Agama Hindu Dharma dengan Tri Hita Karana, dan
Agama Khonghucu mengajarkan Tiar Oi Ren/Thian The Jen. Demikian pula dengan nilai-
nilai budaya yang berkembang di Indonesia, seperti misalnya Upacara Boras Si Pir Tondi di
Tapanuli yang menggambarkan rasa syukur manusia kepada.
Gambar 2 : Landasan Filosofis Pengembangan pariwisata Indonesia
Konsep hubungan kehidupan manusia yang berkeseimbangan ( balance of life ) dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Hubungan secara vertikal Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa

Segala usaha dan kegiatan pembangunan kepariwisataan hendaknya digerakkan
dan dikendalikan oleh keimana dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai
nilai luhur yang menjadi landasan spiritua, moral dan etika. Dengan demikian segala bentuk
kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut di atas, seperti perjudian, narkoba
dan perbuatan yang melangar kesusilaan, tidak dapat ditolelir dan bukan merupakan bagian
dari pengembangan pariwisata.


b) Hubungan Manusia dengan sesamanya

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena Itu ia harus
berinterraksi dengan sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat, interaksi yang dijalani harus tetap mengedepankan toleransi dan rasa
saling mengasihi, serta menjunjung tinggi asas keadilan dan kesetaraan. Dalam
pengembangan pariwisata hendaknya tetap mengacu pada prinsip-prinsip di atas.

c) Hubungan Manusia dengan Lingkungannya

Manusia hidup ditengah-tengah lingkungan alam dan mendapatkan ke hidupannya
dengan memanfaatkan alam, sehingga dalam rangka menjaga kesinambungan kehidupan
ia wajib memelihara dan melestarikan alam pengembangan pariwisata di Indonesia
memanfatkaan lingkungan, baik berupa sumber daya alam maupun kondisi geografis,
dengan menerapkan keseimbangan hubungan mikro (manusia) dan makro (alam) kosmos
untuk mencegah ketidakadilan, keserakahan dan pengrusakan budaya dan alam.
Konsep kehidupan yang berkeseimbangan tersebut di atas mengajarkan manusia
untuk tidak menjadi rakus dan selalu mempertimbangkan keseimbangan antara
pemanfaatan sumber daya dan pelestariannya. Konsep dimaksud sesungguhnya telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu dengan berbagai keunikan konsep pemikiran
yang dihasilkan dan dalam masyarakat sendiri tanpa campur tangan pihak luar (local
genius/local wisdom). Filosofi dan hakekat pembnagunan kepaeriwisataan nasional yang
menonjolkan prinsip-prinsip keseimbangan ini, di dalam operasionalisaisnya menekankan
pada aspek keseimbangan antara unsur pemanfaatan sumber daya dan konservasi, di
mana hal ini merupakan jiwa yanag dianut dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).
Di samping itu peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan
Kepariwisataan juga merupakan faktor penentu yang secara nyata di wujudkan Melalui
partisipasi masyarakat kepariwisataan nasional adalah pariwisata yang Berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan unutuk rakya. Pelibatan masyarakat secara aktif merupakan salah satu
landasan penting keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan. Pariwisata Inti Rakyat
merupakan sarana dalam perwujudan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Pembangunan kepariwisataan akan berhasil bila destinasi tersebut memiliki keunikan dan
kekhasan yang menjadi modal dasra daya tarik dan meningkatkan daya saing daerah
tersebut.
Salah satu unsur perjalanan wisatawan ke suatu destinasi adalah unutuk melihat
sesuatu yang unik yang belum pernah dilihat atau dirasakan. Dengan demikian destinasi
yang dapat mempertahankan keunikan, kekhasan serta kelokalan dan keaslian daerahnya
akan menjadi penentuan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan di daerah tersebut.

2. Sistem Kepariwisataan Nasional

Pengembangan kepariwisataan nasional mengacu pada landasan adil (Nilai-nilai
Agama dan Pancasila) dan landasan konsitusional (UUD 1945, Garis-garis Besar Haluan
dan UU No. 9 Tahun 1990) yang secara Operasional dilaksanakan oleh para pelaku utama
pengembangan kepariwisataan. Para pelaku utama tersebut menggerakan aspek-aspek
ketahanan ideologi,politik,ekonomi,sosial,budaya dan pertahanan keamanan yang secara
dinamis mendukung kepariwisataan nasional.
Pelaku utama yang menggerakan roda pembangunan pariwisata adalah unsur : dunia
usaha, masyarakat (termasuk pers, LSM, akademis) dan pemerintah. namun demikian,
pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator, sadangkan usaha pariwisata dan masyarakat
merupakan pelaku-pelaku langsung dan kegiatan pariwisata. Kepariwisataan Nasional yang
dilaksanakan dalam konsepsi tersebut di atas bersifat multi dimensi, interdisipliner dan
partisipatoris dalam sauatu sistem yang untuh dan terpadu. Melalui pembangunan
pariwisata yang dilakukan secara komprehensif dan Intergral dengan memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam dan kondisi Geografis Indonesia secara arif, maka akan
tercipta kehidupan bermasyarakat, Berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia,
yang pada akhirnya akan menciptakan ketahanan nasional yang tangguh (Gambar 3 :
Sistem Kepariwisataan Nasional).
Gambar 3 : Sistem Kepariwisataan Nasional
Kondisi yang diharapkan dari aspek-aspek yang memberikan pengaruh dan sekaligus
dipengaruhi oleh pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan
Keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan
untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatua nasional dan
kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa.
b. Ketahanan Politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa yang berlandasan
demokrasi yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang sehat
dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan
aktif.
c. Ketahanan Ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
berlandasan ekonomi kerakyatan, yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas ekonomi,kemampuan daya saing yang tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata.
d. Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi kehidupan sosial Budaya bangsa yang
dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, rukun, bersatu dalam kehidupan yang serba selaras, serasi,seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan nasional.
e. Ketahanan Pertahanan Keamanan adalah kodisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas keamanan, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya,
mempertahankan kedaulatan negara menangkal segala bentuk ancaman.

3. Latar Belakang

Pariwisata dikembangkan di suatu daerah dengan berbagai alasan, namun biasanya
yang menjadi alasan utama adalah untuk menghasilka manfaat ekonomi dari masuknya
devisa bagi daerah, negara, peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
pariwisata juga dapat mendorang proses perlindungan terhadap suatu lingkungan fisik
maupun sosial budaya dari masyarakat setempat, karena hal tersebut merupakan aset yang
dapat dijual kepada wisatawan dan jika ingin berlanjut, maka harus dipertahankan.
Pariwisata selain dapat menghasilkan banyak manfaat bagi daerah, juga dapat
Menimbulkan permasalahan, seperti distrosi terhadap masyarakat lokal, degradasi
Lingkungan, hilangnya identitas dan integritas bangsa, kesalahpahaman. Oleh karena Itu
untuk mengoptimalkan manfaat dan mengurangi berbagai masalah yang ditimbulkan
dengan adanya pengembangan pedoman penyusunan RIPPDA pariwisata, maka
diperlukan perencanaan yang baik dan manajemen pariwisata yang baik. Tujuan pariwisata
akan dapat dicapai dengan efektif jika pembangunan dilakukan dengan perencanaan yang
baik dan terintegrasi dengan pengembangan daerah secara keseluruhan. Secara umum,
perencanaan pariwisata diperlukan karena berbagai alasan,
diantaranya adalah sebagai beriku :
Pariwisata moderen merupakan suatu kegiatan yang relatif baru bagi sebagian
besar daerah, dan umumnya mereka tidak memiliki pengalaman untuk
mengembangkan dengan baik dan tepat. Sebuah rencana induk yang menyeluruh
dan terpadu, dapat memberikan arahan kepada daerah untuk melakukan
langkah-langkah pengembangan ini.
Pariwisata adalah sangat kompleks, multi sektor dan melibatkan berbagai
kegiatan, seperti pertanian, kehutanan, industri, perikanan, komponen rekreasi
dan lain-lain. Perencanaan pariwisata mengorganisasi komponen-komponen
tersebut sehinga dalam pengembangan yang dilakukan dapat terintegrasi
dengan baik, bukan sebagai bagian yang terpisah atau parsial.
Pariwisata akan menimbulkan dampak ekonomi baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga membutuhkan perencanaan yang terintegrasi.

Dengan alasan-alasan di atas, maka perlu disusun suatu pedoman di, dalam penyusunan
rencana induk pengembangan pariwisata yang akan dilakukan di daerah yang dikenal
dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) sebagai suatu proses
sistematis dengan tahapan-tahapan tertentu.

4. Tujuan
Tujuan Pedoman Penyusunan Rencana Imduk Pengembangan Pariwisata Daerah
untuk wilayah Kabupaten/Kota terdiri dari 2 bagian, yaitu :
a. Tujuan Umum
Buku pedoman RIPPDA ini dapat digunakan oleh pejabat di daerah sebagai
acuan bagi tersusunnya RIPPDA kabupaten/kota yang akan digunakan sebagai
landasan pengembangan dan pengendalian pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan. RIPPDA diharapkan menjadi pedoman yang mempunyai kekuatan
hukum yang menjadi acuan bagi pemberian perijinan pengembangan pariwisata.
b. Tujuan Khusus
Berdasarkan buku Pedoman ini, pemerintah daerah dapat menyusun :
Kerangka acuan Kerja, dan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang Perlu
dilakukan secara sistematis dan terstruktur untuk dapat menghasilkan Suatu
RIPPDA.



5. Pendekatan Perencanaan
Di dalam pengembangan pariwisata, saluran stakeholder yang akan bergerak di
bidang pariwisata perlu memahami isu-isu yang akan menjadi dasar di dalam
pengembangan pariwisata yang akan dilakukan. Sebaiknya sebelum diputuskan
untuk mengembangkan pariwisata, isu-isu tersebut dapat diwajib secara objektif dan
logis, sehinga usaha-usaha pengembangan yang akan dilakukan akan membawa
manfaat yang maksimal bagi wilayah dan masyarakat, serta meminimalkan biaya dan
dampak yang akan terjadi bila dilakukan pengembangan pariwisata. Pemahaman
terhadap isu-isu akan membantu seluruh pihak yang terlibat menetapkan arah
pembangunan kepariwisataan di daerah.
konsep perencanaan pariwisata dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan,
inkremental, berorientasi sistem, komprehensif, terintegresi dan memperhatikan
lingkungan, dengan fokus untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan dan
keterlibatan masyrakat. Penjelasan dari elemen pendekatan perencanaan tersebut
adalah sebagian berikut :
Pendekatan Kontinu, inkremental dan fleksibel - Perencanaan pariwisata
merupakan proses kontinu dengan melakukan penyesuaian berdasarkan hasil
pemantauan dan umpan balik, namun tetap dalam kerangka kerja untuk
menjaga tujuan dan kebijakan dasar dari pengembangan pariwisata
Pendekatan sistem pariwisata dipandang sabagai sistem yang saling
berkaitan dan harus di rencanakan dengan mamanfaatkan teknik analisis
sistem
Pendekatan kmprehensif Berkaitan dengan pendekatan sistem, seluruh
aspek dalam pengembangan pariwisata termasuk di dalamnya elemen
kelembagaan, lingkungan dan dampak sosial ekonomi, harus direncanakan
dan dianalisi secara komprehensif
Pendekatan terintegrasi Berkaitan dengan pendekatan sistem dan
komprehensif, perencanaan pariwisata harus direncanakan dan
dikembangkan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi baik untuk pariwisata
sendiri maupun untuk perencanaan secara keseluruhan dan pengembangan
secara total di daerah studi
Pendekatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan Pariwisata
hendaknya direncanakan dengan baik dengan tidak mengabaikan dan
merusak kondisi lingkungan fisik dan sosial budaya, lingkungan fisik dan
sosial-budaya hendaknya dijaga sebagai sumber daya permanen untuk
pemanfaatan di masa depan, oleh karena itu hendaknya perencanaan
melakukan analisis daya dukung.
Pendekatan masyarakat Adanya keterlibatan maksimum dari masyarakat
lokal dalam prpses perencanaan dan pengambilan keputusan sehingga
pengembangan yang dilakukan dapat diterima dan dapat menghasilkan
manfaat sosial ekonomik
Pendekatan implementasi Kebijaka, rencana dan rencana dan
rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan sehingga bersifat
realistik dan dapat diimplementasikan dengan memanfaatkan teknik-teknik
emplementasi
Pendekatan proses perencanaan sistemik Proses perencanaan bersifat
sistematika dengan tahapan yang logis dari setiap aktivitas.

6. Kedudukan RIPPD Kabupaten/kota
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten/Kota merupakan
pakan perencanaan pariwisata daerah pada tingkatan sub-DTW. Dalam proses
penyusunannya RIPPDA kabupaten/kota, mengacu pada dokumen rencana yang
berada pada hirarki yang lebih tinggi, yaitu RIPPDA propinsi (kalau sudah tersedia).
Selain itu sebagai bagian pengembangan salah satu sektor di daerah, maka
penyusunan dokumen ini mengacu pula pada rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota. Diharapkan dengan memperhatikan hirarki tersebut, pengembangan
pariwisata yang dilakukan di suatu daerah dapat merupakan suatu pengembangan
pariwisata yang dilakukan di suatu daerah dapat merupakan suatu pengembangan
yang terintegrasi baik secara vertikal maupun horisontal. Hirarki dari perencanaan
pembangunan kepariwisataan ini dapat dilihat pada gambar 4 : Hirarkhi Perencanaan
Pembangunan Kepariwisataan dan Penataan Ruang.












Bab II
Persiapan Penyusuan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Kabupaten/ Kota
1. Kriteria
a. Penyusunan RIPPDA kabupaten /kota merupakan kegiatan di dalam proses
perencanaan sektoral di dalam ruang wilayah kabupaten/kota yang:
1. Berazaskan:
Fungsi dan peranan sector pariwisata terhadap pengembangan
wilayah
Kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
Tidak bertantangan dengan agama, adat-istiadat, dan social budaya
masyarakat
Harmonis dengan pembangunan sector-sektor lain di dalam wilayah
dan berdayaguna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan
berkelanjutan
2. Bertujuan Untuk :
Mewujudkan rencana pengembangan pariwisata yang berkualitas,
serasi dan optimal, sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah
Mewujudkan kesesuaian antara kebutuhan pembangunan dan
kemampuan daya dukung lingkungan, melalui pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam, simber daya buatan.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Mencapai keseimbangan pembangunan antara sector dan antar
wilayah
Mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
b. Perencanaan pengembangan pariwisata daerah kabupaten/kota di dasarkan
kepada pendekatan kewilayahan, pendekatan pengembangan produk wisata dan
pendekatan pasar, di masa keseluruhan unsure-unsur pembentuk
kepariwisataan terintegrasi membentuk suatu kesatuan di dalam suatu system
wilayah
Perencanaan pariwisata melalui pendekatan wilayah adalah suatu upaya
perencanaan agar interaksi mahluk hidup/ manusia dengan lingkungannya dapat
berjalan serasi, selaras, dan seimbang menghasilkan kinerja pariwisata yang
lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kelestarian
lingkungan dan pengembangan budaya masyarakat.,
c. Penyusunan RIPPDA kabupaten/kota harus dilakukan dengan tetap
memperhatikan hubungan keterkaitan fungsional di antara RIPPDA, baik vertical
maupun horizontal serta harus di jaga konsistensi perencanaannya.
1. Keterkaitan Fungsional
Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antara wilayah satu dengan wilayah lainnya yang berdekatan.
2. Konsistensi Perencanaan
RIPPDA pada jenjang tentu bersifat menjabarkan/merinci RIPPDA pada
jenjang di atasnya, serta memberikan arahan/acuan kepada rencana jenjang
di bawahnya. Di samping itu RIPPDA tersebut harus selaras dengan
Rencana Tata Ruang pada jenjang yang sama.
d. Aspek teknik sektoral, aspek teknik ruang dan aspek kebijakan pemanfaatan
ruang perlu diperhatikan dalam penyusunan RIPPDA
1. Aspek Teknik Sektoral
Dalam melakukan analisis di butuhkan standar-standar dan criteria teknik
sektoral serta analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan keparwisataan,
seperti aspek pasar, dan aspek produk wisata.
2. Aspek Teknik Ruang
Dalam perumusan kebijakan dan strategi pembangunan pengembanagn
pariwisata hendaknya memperhatikan kebijkaan pembangunan wilayah dan
kebijakan sector lain yang terkait.
e. RIPPDA kabupaten/kota sekurang-kurangnya memperhatikan antara lain:
1. Kepentingan nasional dan daerah
2. Arah dan kebijakan pengembangan pariwisata tingkat nasional dan propinsi
3. Arah dan kebijakan penataan ruang wilayah tingkat nasional dan propinsi
4. Pokok permasalahan daerah (kabupaten/kota) dan mengutamakan
kepentingan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan
5. Keselarasan dengan aspirasi masyarakat
6. Persediaan dan peruntukan tanah, air, dan sumber daya alam lainnya
7. Daya dukung dan daya tampung lingkungan
8. RIPPDA daerah/kabupaten lainnya yang berbatasan

2. Tahapan Penyususnan
Penyusunan RIPPDA kabupaten/kota diselenggarakan melalui tahapan kegiatan
sebagai berikut :
a. Persiapan penyusunan
b. Pelaksanaan penyusunan
c. Pembahasan rancangan
d. Penetapan RIPPDA
a. Pesiapan Penyusunan
Kegiatan persiapan kegiatan penyusunan terdiri dari :
1. Persiapan penganggaran berisi perumusan mengenai :
Sumber dana
Pemrakarsa
Penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan
Program kerja dan jadwal kegiatan
2. Persiapan teknik yaitu penyusunan kerangka acuan kerja yang meliputi :
Latar belakang
Tujuan studi
Lingkup pekerjaan
Metodologi
Perumusan substansi
Proses dan produk rencana
b. Pelaksanaan Penyusunan
Kegiatan pelaksanaan penyusunan meliputi :
1. Pengumpulan serta pengelolaan data/informasi
2. Analisis yang terdiri dari :
a. Analisis kondisi eksisting terhadap aspek-aspek :
Kewilayahan
Produk pariwisata
Pasar
Daya dukung lingkungan
Investasi
Klembagaan
b. Analisis pengembangan
Proyeksi kunjungan wisatawan
Kebutuhan sarana dan prasarana penunjang
Perkiraan kapasitas/kemampuan pengembangan

3. Perumusan sasaran pengembangan
4. Perumusan rencana pengembangan, yang terdiri dari :
a. Kebijakan pengembangan
b. Strategi dan langkah pengembangan :
Struktur ruang
Produk
Pasar
Investasi
Pengelolaan lingkungan
SDM
Kelembagaan.
c. Indikasi program pengembangan meliputi :
Program utam (program-program kepariwisataan)
Program penunjang (program sector lain)
Indikasi program dijabarkan untuk kerangka waktu 1-5 Tahun

c. Pembahasan Rancangan RIPPDA dan Rancangan Peraturan Daerah
Kegiatan ini meliputi :
1. Pembahasan rencana RIPPDA termasuk laporan pendahuluan, laporan
kemajuan dan konsep rancangan RIPPDA
2. Penyempurnaan rancangan RIPPDA dan penyusunan rancangan
peraturan daerah
3. Pembahasan materi RIPPDA dan rancangan peraturan daerah

d. Penetapan RIPPDA dan Pengesahan RIPPDA
Kegiatan ini meliputi :
1. Penetapan RIPPDA setelah diperoleh pertimbangan teknis, pertimbangan
kelembagaan dan penyempurnaan
2. Pengesahan peraturan daerah tentang RIPPDA kabupaten/kota oleh
yang berwenang

3. Persiapan Penyusunan
Pada tahapan ini keputusan untuk melaksanakan studi penyusunan RIPPDA
kabupaten/kota sepenuhnya berada di tangan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Keputusan untuk melakukang pengembanagan dilakukan melalui konsultasi dengan
pihak legislative, swasta dan masyarakat melalui proses kelembagaan yang ada
Jika dalam pertemuan tersebut terdapat berbagai sanggahan atau keberatan untuk
melakukan pengembanagan pariwisata maka Pemerintah Daerah perlu melakukan
analisis pendahuluan kelayakan pengembangan pariwisata untuk mengidentifikasi
manfaat dan biaya yang di timbukan akibat pengembangan pariwisata di daerahnya
Bila hasil analisis dan kebijakan makro pembangunan daerah menujukan bahwa
pariwisata layak untuk dikembangakan maka keputusan untuk menyusun RIPPDA
kabupaten/kota dapat dilanjutkan dengan menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK)
a. Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms of Reference(TOR)
KAK/TOR ini pada dasarnya berisikan uraian mengenai ouput atau hasil akhir
dari pekerjaan RIPPDA yang di harapkan dan dicantumkan dengan jelas dengan
disertai rekomendasi-rekomendasi yang diperlukan. Rekomendasi tersebut
nantinya perlu didukung dengan kerangka waktu yang jelas untuk
mengindikasikan kapan rencana dan target dari sebuah rekomendasi dapat
terealisasikan
Selain itu dalam KAK/TOR juga di tetapkan jangka waktu perencanaan biasanya
meliputi perencanaan jangka panjang yang memiliki priode 5 tahun ke depan,
serta rekomendasi program implementasi tahunan dalam 5 tahun.
Namun untuk perencanaan jangka panjang akan sulit diperkirakan karena sifat
pariwisata yang sangat dinamis dan mudah dipengeruhi oleh berbagai factor-
faktor luar yang mudah berubah dan sulit untuk diprediksi sehingga danal
KAK/TOR perlu ditetapkan bahwa rencana yang dihasilkan haruslah fleksibel
untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi

Selanjutnya secara rinci TOR memuat :
1. Latar belakang yang berisikan antara lain :
Perlunya disusun RIPPDA
Isu-isu pengembangan pariwisata di daerah
Penjelasan singkat perkembangan sector pariwisata internal dalam
lingkup kabupaten/kota dan perkembangan sector pariwisata di
Propinsi:
2. Tujuan terdiri atas :
Tujuan umum yang berisikan tujuan pengembagan pariwista di daerah
dikaitkan dengan pengembangan wilayah kabupaten/kota secara
keseluruhan, visi dan misi daerah.
Tujuan khusus berisikan apa yang ingin dicapai dengan dilakukan
penyusunan RIPPDa kabupaten/kota ini.yang ingin dicapai baik
secara kualitatif maupun kuantitatif
3. Sasaran kegiatan : memberikan gambaran hal-hal yang lebih rinci mengenai
apa
4. Lingkup pekerjaan : memberikan gambaran kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan dalam rangka pelaksanaan penyusunan RIPPDA: selanjutnya juga
di jelaskan mengenai lingkup wilayah studi dan jangka waktu perencanaan
5. Keluaran pekerjaan yang berisikan materi-materi yang harus terdapat dan
diuraikan di dalam RIPPDA.
6. Tenaga Ahli yang berisikan tenaga ahli minimal yang diperlukan di dalam
penyusunan RIPPDA. Beserta uraian tugasnya serta disesuaikan dengan
karakteristik wilayah perencanaan. Tenaga ahli yang harus ada dalam tim
penyusun RIPPDA kabupaten/kota ada minimal adalah :
Ahli Perencanan Pariwisata
Ahli Pemasaran Pariwisata
Ahli Perencanaan Wilayah
Ahli Sosial Budaya dan Pengembangan Masyarakat
Ahli Ekonomi
Ahli Lingkungan
Ahli Arsitektur/Lansekap
Ahli Transportasi
Ahli Pengelolaan Sumber Daya Alam (misalnya : kelautan, kehutanan,
gua dan lain-lain). Sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah
Ahli Antropologi
Dan tenaga prifesional lainnya yang berpengalaman/bergerak secara
langsung di bidang pengembangan produk pariwisata
7. Jadwal waktu pelaksanaan
8. Sistem Pelaporan

Pelaporan terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan merupakan laporan yang berisikan :
Penjabaran atas Kerangka Acuan yang telah diberikan
Pendekatan Perencanaan
Metodologi atau kerangka umum pelaksanaan pekerjaan
Rencana kerja yang akan dilakukan
Di dalam laporan Pendahuluan juga telah dilampirkan kuesioner serta
daftar yang akan dikumpul.
Laporan Pendahuluan diserahkan paling lambat 30 hari kerja setelah
dilakukan. Laporan Pendahuluan ini kemudian di bahas dalam Rapat Tim
Pengarah ( Steering Committee) guna mendapat masukan

Hasil dari rapat dituangkan di dalam Notulen Rapat yang kemudian
ditandatagani oleh pihak pemberi karena kena dan pelaksana Pekerjaan,
dan merupakan dokumen kesepakatan untuk melanjutkan pekerjaan.

2. Laporan Kemajuan
Laporan kemajuan secara umum berisikan temuan awal dari hasil
kunjungan lapangan dan kajian mengenai aspek-aspek kebijakan daerah,
potensi kepariwisataan daerah, dan aspek-aspek terkait lainnya. Di dalam
laporan kemajuan ini telah dapat digambarkan isu-isu, potensi dan
kendala pengemvbangan pariwisata di daerah perencanaan. Lebih jauh
lagi dalam laporan ini telah dapat dituangkan rumusan sasaran
pembangunan kepariwisataan daerah.
Laporan Kemajuan dibahas dalam Rapat Tim Pengarah ( Steering
Committee) guna mendapat masukan hasil dari rapat tersebut dituangkan
dalam notulen rapat yang kemudian ditandatangani oleh pihak pemberi
kerja dan pihak pelaksana pekerjaan dan merupakan dokumen
kesepakatan unruk melanjutkan pekerjaan

3. Rancangan Laporan Akhir
Rancangan Laporan Akhir (Draf Final Report) berisi rumusan awal
rencana pengembangan pariwisata daerah yang memuat rumusan
kebijakan, strategi dan program pengembangan. Laporan ini telah
dilengkapi dengan peta-peta rencana serta gambar-gambar yang relevan
dengan kepentingan perencanaan

4. Lapran Akhir
Laporan akhir berisi rumusan rencana (kebijakan,strategi, dan indikasi
program pengembangan) sebagaimana tertuang dalam rencana Laporan
Akhir yang telah diperbaiki sebagaimana telah disepakati bersama di
dalam Notulen Rapat sebelumnya



b. Pembentukan Tim Pengarah/Steering Committee
Mengigat bahwa pengembvangan pariwisata daerah merupakan suatu
keputusan bersama antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Maka di
dalam pekerjaan penyususnan RIPPDA ini perlu di bentuk Tim Pengarah yang
melibatkan berbagai pihak terkait dari masing-masing unsur tersebut. Tim
Pengarah ini berperan memberikan berbagai masukan kepada pihak pelaksana
kebijakan agar RIPPDA tesebut tetap sejalan dengan tujuan pengembangan
pariwisata daerah.
























Bab III
Tahapan dan Langkah Penyusunan
(RIPPDA) Kabupaten/Kota

Tahapan-tahapan dan lingkup kegiatan di dalam pelaksanaan penyusunan
RIPPDA kabupaten/kota meliputi :
1. Pengumpulan data/survey.
2. Analisis.
3. Perumusan sasaran pengembangan pariwisata.
4. Perumusan rencana pengembangan pariwisata : kebijakan pengembangan,
strategi pengembangan dan indikasi program.


1. Pengumpulan Data/survey

Tahapan pengumpulan data/survey dalam proses perencanaan ini meliputi
pengumpulan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap
aspek-aspek yang berhubungan dengan pariwisata dan wilayah. Data yang
dikumpulkan meliputi : data sekunder (instansional), primer (wawancara dan
kuesioner), serta pengamatan langsung di lapangan sebagai dasar untuk
memahami kodisi wilayah perencanaan.

Survei terhadap aspek-aspek tersebut perlu dikelola dengan baik sehingga
Proses yang dilakukan dapat efektif dan efisien. Tahapan ini dilakukan Dengan
melakukan survey lapangan terhadap :
Objek dan daya tarik wisata
Fasilitas wisata
Pelayanan
Transportasi
Infrastruktur, dan lain-lain :
Dan melakukan diskusi dengan pemerintah, swasta dan tokoh masyarakat.

Pada tahapan ini sangat mugkin diperoleh gagasan-gagasan baru untuk
Pengembangan pariwisata dari berbagai pihak yang dapat dianalisis untuk
Dijadikan rekomendasi pada akhir studi.

Di samping survey untuk mengumpulkan data informasi dari lapangan Secara
umum, survey khusus untuk melihat aspek pasar perlu dilakukan, Survey ini
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para wisatawan, maupun
usaha perjalanan, untuk mengidentifikasi karakteristik demografi maupun
perjalanan wisatawan, yang meliputi komponen :

Pola pengeluaran
Demografi wisatawan
Maksud kunjungan
Kegiatan wisata yang dilakukan
Sikap serta
Tingkat keputusan terhadap masing-masing komponen pariwisata yang
mereka beli.

a. Kegiatan Mengumpulkan Data
Kegiatan pengumpulan data terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu :

1. Persiapan Survei

Kegiatan ini meliputi :
Studi keputusan untuk mendapatkan gambaran keadaan wilayah
perencanaan masa lalu dan sekarang
Menyiapkan metode dan jadwal survei, kuesioner/daftar isian,
daftar peta, daftar peralatan : serta menyiapkan administrasi, peta,
peralatan dan tenaga yang diperlukan.

2. Pelaksanaan survei

Kegiatan pelaksanaan survei meliputi survei instansional terkait
(pemerintah dan swasta) untuk mendapatkan data tertulis atau Peta serta
survei lapangan untuk memperoleh informasi dengan Cara pengamatan,
pengumpulan dan wawancara dengan pihak Industri pariwisata (hotel, biro
perjalanan, objek wisata), dan Wisatawan (mancanegara/nusantara), serta
masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat.

3. Kompilasi Awal

Kegiatan ini meliputi :
Seleksi dan pengelompokan data sesuai kebutuhan analisis
Mengubah bentuk data ke dalam peta, tabel, diagram, grafik,
gambar dan uraian,sesuai dengan tujuan analisis, yang dihmpun
dalam suatu dokumen kompilasi

b. Jenis dan Tingkat Kedalaman Data

Data yang dimaksud meliputi data yang berhubungan dengan wilayah
Perencanaan dan diluar wilayah perencanaan yang merupakan wilayah
Pengaruh dari wilayah perencanaan yang bersangkutan. Sesuatu
Pengamatan untuk RIPPDA Kabupaten/Kota adalah sampai dengan
Tingkat kecamatan.

Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang
Akan digunakan yang dapat dekelompokan ke dalam aspek-aspek :
1. Kebijakan pembangunan, investasi, arah pembangunan dan
pengembangan wilayah yang berkaitan dengan wilayah
perencanaan dan wilayah yang lebih luas (propinsi,kebijakan untuk
kawasan khusus misalnya kapet, kawasan berikat, kawasan
otorita) serta fungsi dan peran wilayah perencanaan dalam lingkup
regional dan nasional.

2. Karakteristik daerah yang meliputi :
Ekonomi wilayah
Kondisi sektor-sektor perekonomian
SDM dan kependudukan
Sosial kemasyarakatan
Kondisi alam/fisik lingkungan
Sumber daya alam
Sumber daya buatan
Di wilayah perencanaan.

3. Sediaan Produk wisata yang meliputi :
Obyek dan daya tarik wisata (alam,budaya,minat khusus)
Event-event
Sarana pariwisata (akomodasi, biro perjalanan/agen
perjalanan,restoran)
Paket-paket perjalanan yang ada.
Di samping itu perlu pula diinvestarisasi ketersediaan sarana dan
prasaranan pendukung/penunjang kepariwisataan, seperti :
Transportasi
Perbankan dan tempat penukaran uang
Fasilitas hiburan dan olah raga
Rumah sakit
Pos dan telekomunikasi
Ketersediaan air bersih

4. Sisis pasar berupa kunjungan wisatawan mancanegara, dan
wisatawan nusantara yang meliputi :
Pola perjalanan ekstrnal dan internal
Karakteristik wisatawan (asal,usia,jenis kelamin,maksud
kunjungan,obyek yang di kunjungi
Dan lain-lain

Data yang dihimpun hendaknya bersifat time-series.

2. Analisis

RIPPDA membutuhkan serangkaian analisi untuk memahami karakteristik
wilayah, karakteristik sediaan produk wisata, dan karakteristik pasar dan
komponen lainnya yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di suatu
wilayah. Untuk itu analisis dilakukan sekurang-kurangnya untuk :
a. Meliputi keadaan masa kini, meliputi penelitian keadaan :
Perkembangan pasar (kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara)
Perkembangan sediaan produk wisata (obyek wisata, akomodasi, biro
perjalanan/agen perjalanan, hotel/restoran)
Karakteristik wilayah dan ketersediaan antara wilayah perencanaan
dengan wilayah yang lebih luas, keadaan masyarakat, kegiatan usaha,
lingkungan dan modal pada masa kini, sehingga dapat memberikan
gambaran potensi, dan pemasalahan pembangunan wilayah dan
kepariwisataan di wilayah perencanaan.
b. Menilai kecendrungan perkembangan meliputi penelitian perkembangan :
1. Kunjungan wisatawan (mancanegara dan nusantara)
2. Perkembangan :
Sediaan produk wisata
Kegiatan usaha
Sumber daya alam
Investasi
Lingkungan
Pada masa lalu sampai masa kini, sehingga dapata memberikan
gambaran kemungkinan keadaan wilayah perencanaan pada masa yang
akan datang.
c. Menghitung kapasitas pengembangan, yang meliputi penghitungan :
Kemampuan modal
Lingkungan
Sumber daya alam
Kegiatan usaha
Sumber daya buatan dan masyarakat
Yang dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan gambaran
kemampuan pengembangan wilayah perencanaan.
d. Memperkirakan kebutuhan masa yang akan datang meliputi perkiraan
kebutuhan ketersediaan sarana dan prasaranan pariwisata dan
perkembangan kegiata usaha yang akan datang akibat dari kunjungan
wisatawa yang dipoyeksikan akan datang.
e. Memperkirakan arah perkembangan masa yang akan datang meliputi
perkiraan kemungkinan-kemungkinan perkembangan fisik, sosial dan
ekonomi, arah perkembangan jenis wisata yang akan dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan wilayah perencanaan sehingga dapat
membuka peluang-peluang pembangunan.

Aspek-aspek yang dianalisis meliputi :

a. Analisi Kebijakan Pembangunan

Analisis kebijakan pembangunan,dilakukan terutama untuk menemukan
tujuan/sasaran peembangunan berupa target-target pembangunan
antara lain :
Pertumbuhan ekonomi
Struktur ekonomi
Perkembangan sektor
Arahan pengembangan tata ruang wilayah

b. Analisis kewilayahan

Analisis wilayah termasuk di dalamnya mengenai :
Kependudukan
Daya dukung lingkungan
Ekonomi wilayah
Geografi
Kesempatan.
Analisis ini termasuk untuk mengetahui potensi wilayah untuk mendukung
pengembangan pariwisata, sperti :
Kesempatan kerja.
Potensi sumber daya manusia.
Adat istiadat.
Daya dukung alam.
Kesesuaian lahan.
Kemampuan sektor-sektor dan dukungan sektor terhadap
pengembangan sektor pariwisata.
c. Analisis Sisi sediaan

Analisis sisi sediaan (suppy side) terutama untuk menemukan potensi dan
permasalahan daya tarik wisata serta kesiapaan sarana penunjang
pengembangan yang ada di wilayah perencanaan.

Analisis sisi sediaan meliputi kajian terhadap aspek :
1. Potensi obyek dan daya tarik wisata (yang berbasis pada alam serta
buatan manusia, dan daya budaya)
2. Sarana kepariwisataan (akomodasi, restoran, bio/agen perjalana,
angkutan wisata, sarana MICE)
3. Transportasi (darat, laut dan udara) yang memberkan gambaran
aksesibilitas ke, di dalam dan dari wilayah perencanaan
4. Paket-paket perjalanan wisata.
5. Prasarana penunjang lainnya, sperti ketersedian air bersih, listrik, rumah
sakit, kantor pos, sarana telekomunikasi, bank/money changer, dan lain-
lain

Di samping itu di dalam analisis sediaan juga telah dilakukan penghitungan
terhadap kebutuhan lahan, kebutuhan fasilitas dan infrastruktur, proyeksi
akomodasi dan kebutuhan lahan, kebutuhan moda transportasi dan lainnya.

d. Analisis Pasaran dan Proyeksi Wisatawan

Analisis pasar dimaksudkan untuk menemukan potensi dan karakteristik calon
pasar bagi wilayah perencanaan antara lain dari segi kuantitatif (jumlah
wisatawan yang ingin diraih) dan kunantitatif yang meliputi asal wisatawan,
lama tinggal, karakteristik wisatawan. Analisis pasar ini akan menentukan arah
pengembangan atraksi dan produk wisata yang akan dikembangkan,
kebutuhan sarana transportasi serta kebutuhan akomodasi.

Analisis pasar ke wilayah perencanaan harus meperhatika : pola kunjungan
wisatawan (mancanegara dan domestik) ke wilayah yang lebih luas (lingkup
propinsi, atau wilayah tujuan wisata yang lebih luas). Mengingat wilayah
perencanaan adalah tingkat kebupaten/kota, analisi kunjungan wisatawan
harus dilakukan lebih detail. Metode survey langsung/wawancara dengan
wisatawan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui karakteristik
wisatawan yang melakukan perjalanan di tingkat kabupaten/kota.

Analisis ini merupakan masukan penting dalam perencanaan obyek dan daya
tarik wisata, penentuan pengembangan fasilitas pariwisata, pelayanan,
transportasi dan prasaranan pendukung lainnya. Selain itu analisis pasar juga
merupakan dasar untuk merumuskan strategi pemasaran dan program
promosi.

Fokus utama dalam analisis pasar adalah sebagai masukan dalam persiapan
perencanaan pariwisata.namun, karena perkembangan pariwisata secara
umum, produk wisata dan daya saing dari sektor ini mengalami perubahan
yang sangat cepat, maka analisis pasar secara terpisah dan kontinyu dapat
merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan pariwisata di suatu
daerah.

Dalam proses penyusunan RIPPDA kabupaten/kota, analisis pasar tindak
dilakukan secara mendalam,namun, lebih bersifat umum mengingat bahwa
kunjungan wisatawan tidak dapat dibatasi oleh batasan administrasi tetap
merupakan suatu bagian yang terintegrasi dengan wilayah-wilayah di
sekitarnya. Trend kunjungan serta pola perjalanan wisatawan ke suatu
propinsi menjadi acuan di dalam melakukan analisis pasar pada tingkat
kabupaten/kota. Proyeksi wisatawan di lakukan untuk kerangka waktu 15
tahun, serta untuk 5 tahun pertama dirinci pertahun.

3. Perumusan Sasaran Pembangunan Pariwisata Daerah

Setelah melakukan analisis, perlu dirumuskan sasaran pengembangan
pariwisata sesuai dengan kapasitas daya dukung dan sumber daya yang
tersedia di wilayah perencanaan. Sasaran pembangunan ini akan menjadi
bench marking (tolak ukur) yang memberikan gambaran apakah
pembangunan pariwisata yang dilakukan telah sesuai dengan rencana yang
diuraikan dalam RIPPDA. Sasaran pembangunan pariwisata daerah
ditetapkan untuk jangka waktu tertent, yang terdiri dari :
a. Sasaran Jangka Panjang

Sasaran ini adalah untuk jangka waktu 15 tahun. Sasaran jangka panjang
ini dibagi atas 3 periode 5 tahunan. Pariwisata merupakan sektor yang
sangat dinamis, yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh fakto-faktor
situasi ekonomi,politik, pola liburan, kecendrungan/trend pasar, dan
lain-lain yang kadang kala sulit untuk diprediksi. Namun, demikian,
destinasi/daerah tujuan wisata harus dapat menentapkan sasaran
pembangunan jangka panjang yang digunakan sebagai tolak ukur
pembangunan. Dalam oprasionalisasinya, sasara jangka panjang
15 tahun ini kemudian dibagi menjadi 3 periode 5 tahunan untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama
jangka waktu tersebut.
b. Sasaran jangka pendek

Sasaran jangka pendek merupakan sasaran tahunan untuk setiap periode
5 tahunan. Sasaran jangka pendek ini dirumuskan sebagai tolak ukur bagi
pencapaian program-program yang akan dilakukan.

Rumusan sasaran pembangunan pariwisata meliputi :

1) Sasaran Jumlah Kunjungan Wisatawan

Dari hasil proyeksi wisatawan ditetapkan sasaran jumlah wisatawan
(baik wisma maupun wisnus) yang akan diraih oleh daerah yang telah
disesuaikan dengan kapasitas pengembangan rumusan sasaran ini
bersifat kuantitatif.

2) Sasaran Ekonomi

Sasaran ekonomi yang dimaksudkan adalah manfaat ekonomi
Yang diperoleh dari pengembangan pariwisata, yang meliputi jumlah
tenaga kerja yang diharapkan akan terserap di sektor pariwisata,
pendapatan daerah,. Kesempatan barusaha masyarakat di bidang
pariwisata (langsung dan tak langsung). Rumusan sasaran ini bersifat
kuantitatif.

3) Sasaran Sosial Budaya

Pengembangan pariwisata daerah juga hendaknya telah dapat
Merumuskan sasaran yang berkaitan dengan aspek sosial budaya,
Seperti : meningkatkanya apresiasi masyarakat terhadap budaya
lokal/tradisional, tergalinya aspek-aspek budaya tradisional atau
keunikan budaya lokal (cerita rakyat, tradisi masyarakat, dan lain-lain)
Yang kesemuanya akan mendorong pelestarian nilai-nilai budaya
tradisional, dan memelihara kepribadian bangsa. Sasaran ini bersifat
kualitatif dan normatif.

4. Perumusan Rencana Pengembangan

Perumusan rencana pengembangan terdiri dari :
a. Kebijakan pengembangan.
b. Strategi dan langkah pengembangan.
c. Indikasi program pengembangan.

Rumusan rencana pengembangan merupakan hasil dari analisis terhadap
sisi sediaan, sisi permintaan (pasar) dan aspek-aspek kewilayahan.

A. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Perumusan Rencana
Pengembangan

Rencana pengembangan pariwisata dapat memiliki berbagai bentuk,
Bergantung pada sasaran pengembangan pariwisata yang akan
Dicapai, sember daya yang dimiliki, serta kebijakan daerah yang dianut.
Beberapa aspek yang dipertimbangkan di dalam penentuan kebijakan
Pengembangan adalah :

1. Peran Pemerintah Daerah

Keputusan kebijakan dasar sangat bergantung pada asumsi peran
yang akan diambil oleh pemerintah. Pemerintah daerah dapat berlaku
aktif, pasif atau diantara keduanya. Peran tersebut tercermin di dalam
kebijakan, strategi dan program pengembangan yang akan dilakukan
dalam rangka pengembangan pariwisata.

Keterlibatan pemerintah secara aktif adalah jika pemerintah daerah
melakukan pengembangan secara khusus dengan manentukan
Tujuan tertentu, menyediakan dana khusus untuk melakukan poromosi
Pariwisata, memberikan pelatihan yang berkaitan dengan pariwisata
Secara intinsif, memberikan insentif bagi investasi di bidang pariwisata,
Pembuatan peraturan, peningkatan pelayanan di sektor transportasi,
penyediaan pusat informasi pariwisata. Di samping itu pemerintah daerah
juga melakukan investasi untuk pengembangan obyek wisata, dan
pengembangan fasilitas pariwisata lainnya.
Setiap daerah yang menginginkan pariwisatanya berkembang,maka
Pemerintah daerah dituntut untuk berperan secara aktif dalam
Mengadopsi kebijakan pariwisata, membuat rencana, membuat peraturan
Daerah, mengembangkan prasarana dan akses.

2. Perlindungan Lingkungan, konservasi budaya dan Pengembanga
Berkelanjutan

Penerapan konsep kontemporer dari pengembangan pariwisata,
umumnya akan menghasilkan kebijakan pengembangan pariwisata
yang dapat menjaga kualitas lingkungan fisik. Selain itu dengan
konsep ini lokasi-lokasi arkeologi dan bersejarah dilindungi, dari dampak
negatif terhadap sosial budaya masyarakat dapat diminimalkan, sehingaga
pola budaya yang dimiliki daerah sebagai salah satu daya tarik dapat
dijaga.

Pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan merupakan
Konsep yang memberikan perhatian khusus terhadap kelestarian alam,
Kelestarian dan pengembangan budaya serta, keikutsertaan masyarakat
Lokal dalam pengembangan pariwisata, di mana hal ini akan menjadikan
pengembangan pariwisata di daerah perencanaan berkelanjutan dan
memberikan manfaat yang lebih besar terhadap pembangunan
masyarakat di wilayah.

3. Tingkat/kKecepatan Pertumbuhan Pariwisata

Tingkat/kecepatan pertumbuhan pariwisata dapat berupa tingkat
Pertumbuhan rendah, sedang atau tinggi. Hal ini harus dipertmbangkan
Di dalam penentuan kebijakan.tiap-tiap daerah memiliki alasan-alasan
Tertentu dalam menentukan tingkat pertumbuhan, hal ini tergantung pada
tingkat kesiapan serta kondisi daerah masing-masing. Beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan di dalam penetapan tingkat pertumbuhan
pariwisata :
Sosial budaya : kesiapan serta tingkat penerimaan masyarakat lokal
untuk melakukan penyesuaian terhadap perkembangan pariwisata.
Pengembangan untuk menyeimbangkan pembangunan prasarana
dengan tingkat permintaan yang ada akibat ketersediaan dana
pemerintah yang masih terbatas.
Pengembangan untuk menyeimbangkan pembangunan prasarana
dengan tingkat permintaan yang ada akibat ketersediaan dana
pemerintah yang masih terbatas.
Perencanaan sumber daya manusia, yaitu memberikan kesempatan
waktu kepada tenaga kerja yang ada di daerah untuk dilatih sehingan
dapat bekerja di bidang pariwisata secara profesional.
Ekonomi dan proses integrasi berbagai sektor yang akan
dikembangkan sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
pembangunan yang dilakukan.

4. Jangka Waktu Penyusunan Rencana

Secara umum RIPPDA kabupaten/kota mempunyai rentang waktu 10
tahun, dimana jika diperlukan dapat dilakukan penyesuaian terhadap
sasaran dan strategi pengembangan tiap 5 tahun sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi di daerah.
Perumusan kebijakan pengembangan pariwisata, disusun untuk
jangka panjang 10 tahun. RIPPDA harus dapat merumuskan kebijakan
pengmbangan pariwisata jangka panjang sebagai landasan perumusan
rencana tingkat dibawahnya.
Perumusan strategi pengembangan, disusun dalam kurun waktu 5
tahunan selama 10 tahun yang dibagi atas strategi pengembangan 5
tahun pertama dan kedua. Strategi pengembangan ini merupakan
langkah operasional untuk mendukung pencapaian sasaran dan
merupakan turunan dari kebijakan yang telah dirumuskan.
Indikasi program pengembangan, disusun untuk jangka waktu
gitahunan pada periode 5 tahun pertama.
B. Perumusan Kebijakan Pengembangan Pariwisata

1. Aspek-aspek yang perlu dirumuskan dalam kebijakan pengembangan
pariwisata :
Aspek pemasaran.
Aspek pengembangan produk pariwisata.
Aspek pemanfaatan ruang untuk pengembangan pariwisata.
Aspek pengelolaan lingkungan.
Aspek pengembangan sumber daya manusia.
Aspek pemberdayaan masyarakat.
Aspek investasi.
2. Rumusan kebijakan merupakan jawaban atas isu-isu atau permasalahan
strategis baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh daerah.
3. Kebijakan merupakan arahan yang akan dijadikan landasan bagi
langkah-langkah pengembangan pariwisata yang lebih operasiona.
Beberapa hal yang dapat menjadi landasan dasar pengembangan
pariwisata daerah, sebagai contoh pengembangan pariwisata daerah
diarahkan pada :
Pariwisata yang menunjukkan ciri kelokalan dan keaslian daerah
setempat.
Pariwisata yang serasi dengan lingkungan di mana produk wisata
akan dikembangkan.
Pengembangan sarana pariwisata memperhatikan standar-
standar internasional dalam hal kualitas bangunan, keamanan,
kesehatan serta sirkulasi udara.
Pengembangan pariwisata memberikan kesempatan yang lebih
besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif.
4. Kebijakan diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

C. Perumusa Strategi Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan menujukkan langkah-langkah yang sistematis untuk
mencapai tujuan atau sasaran pengembangan sebagaimana tidak ditetapkan
sebelumnya. Strategi ini menjelaskan strategi-strategi dasar yang akan
dilakukan oleh daerah di dalm pengembagan pariwisata, yang merupakan
penjabaran dan kebijakan dan arahan pengembangan. Strategi
pengembangan terdiri dari :
Strategi pengembangan produk wisata.
Strategi pengembangan pasar dan promosi.
Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata.
Strategi pengembangan sumber daya manusia.
Strategi pengembangan investasi.
Strategi pengelolaan lingkungan.

1. Strategi Pengembangan Produk Wisata

Strategi pengembangan produk wisata menunjukkan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk pengembangan obyek dan daya tarik
wisata, pengembangan sarana akomodasi, pengembangan
aksesibilitas, dan lain-lain. Strategi ini merupakan penjabaran dari
kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-
aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisi dan sistesis
yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam melakukan perumusan strategi pengembangan produk wisata
sangat penting untuk dipahami bahwa terdapat berbagai perbedaan
bentuk dan fisk dari pengembanga pariwisata di suatu daerah. Setiap
daerah memiliki karakteristik kesesuaian pengembangan yang
berbeda dengan daerah lainya, sehinga dibutuhkan pendekatan
perencanaan yang berbeda pula. Perbedaan ini sangat bergantung
pada sumber daya, posisi geografis, lokasi, segmen pasar yang akan
diraih, kebijakan pariwisata yang dianut serta faktor-faktor lainnya.

a. Materi yang Dirumuskan

Strategi pengembangan produk wisata ditekankan pada aspek
pengembangan obyak dan daya tarik wisata, pengembangan
sarana prasarana pariwisata, dan pengembangan aksesibilitas dan
infrastruktur. Strategi dan arah pengembangan obyek dan daya
tarik wisata, sebagai contoh :
Pengembangan pariwisata minat khusus dan petualangan.
Pengembangan pariwisata pedesaan.
Pengembangan agrowisata.

b. Materi yang Diatur

1. Jenis Pengembangan Pariwisata

Jenis pengembangan pariwisata yang dimaksud adalah tipe
daya tarik dominasi yang akan dijadikan andalan bagi
pengembangan pariwisata di wilayah perencanaan. Terdapat
berbagai jenis atau tipe pengembangan yang disesuaikan
dengan kondisi wilayah serta tujuan pengembangan pariwisata
di masing-masing wilayah.

2. Skala Pengembangan

Berkaitan dengan jenis pengembangan pariwisata yang akan
diambil, seperti halnya pertimbangan sosialekonomi dan
lingkungan, kesesuaian pengembangan yang akan dilakukan
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses
penentuan kebijakan.

Pariwisata yang dikembangkan dapat merupakan pariwisata
skala kecil dengan jumlah kunjungan ratusan orang pertahun,
hingga pariwisata skala besar dengan kunjungan wisatawan ke
daerah berjumlah puluhan ribu bahkan ratusan ribu wisatawan.
Hal ini bergantung.
Contoh strategi pengembangan produk pariwisata :
a. Strategi 1

Menjadikan Wisata Pantai sebagai Daya Tarik Utama di
Wilayah Perencanaan

Hal-hal yang perlu dilakukan unuk mendukung strategi
tersebut :
Menentukan lokasi-lokasi prioritas pengembangan.
Melakukan perencanaan detail untuk kawasan yang akan
dikembangkan.
Rencana pengembangan atraksi wisata dan sarana
pendukung.
Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan yang akan
dikembangkan.
Rencana pengelolaan lingkungan.
Sasaran pengembangan dan skala waktu
pengembangan.

b. Strategi 2

Pengembangan Desa Wisata untuk mendorong
Pertumbuhan Wilayah dan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi
tersebut :
Menentukan lokasi-lokasi pengembangan.
Menyusun rencana pengembangan yang meliputi aspek
(fisik, manajemen, dan kelembagaan).
Rencana pengembangan atraksi wisata.
Sasaran pengembangan dan skala waktu
pengembangan.
Meningkatkan aksesibilitas ke lokasi yang
dikembangkan.
Rencana pengelolaan lingkungan.

c. Strategi 3

Konservasi Hutan dan Kawasan Nonbudidaya untuk
Mendukung Pengembangan Ekowisata

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi
tersebut adalah :
Menyusun rencana pengembangan ekowisata di lokasi
yang akan dikembangkan.
Menyusun rencana pengelolaan kawasan.
Menyusun pedoman-pedoman yang berkaitan dengan
pemanfaatan hutan.
Sosialisasi dan kordinasi dengan instansi terkait,
masyrakat setempat dan usaha pariwisata yang akan
mengembangkan paket tersebut.

Strategi pengembangan produk ini kemudian dijabarkan
lebih rinci di dalam rumusan program pengembangan
produk.

2. Strategi Pemasaran dan Pengembangan Pasara

Strategi pemasaran dan pengembangan pasar menujukkan
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh daerah dalam rangka
Mencapai target serta sasaran pasar yang telah dirumuskan di
dalam arahan kebijakan pengembangan pasar. Strategi ini
Meliputi aspek pengembangan pasar, promosi, market intelegent
dan positioning. Strategi ini merupakan penjabaran dari kebijakan
yang di tetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek
terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisi yang telah
dilakukan sebelumnya.

a. Strategi Pengembangan Pasar

Dalam strategi pengembangan pasar ini dirumuskan orientasi
pasar yang akan diraih dan langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk meraih pasar tersebut. Penentuan segmen
pasar yang diraih ini mempertimbangkan jenis dan potensi
obyak dan daya tarik potensial yang ada serta jenis/bentuk
pariwisata yang akan dikembangkan. Penentuan kelompok
atau segmen pasar yang akan diraih mempertimbangkan
antara lain :

1) Asal Wisatawan :
Wisatawan Mancanegara atau Wisatawan Nusantara

Penting untuk ditentukan arah kebijakan pariwisata yang
akan dikembangkan apakah lebih ditunjukan untuk bangsa
pasar mancanegara ataukah nusantara, mengingat hal ini
membawa konsekuensi di dalam pengembangan sisi
sediaan. Walaupun demikian, hal ini bukan berarti bila
bangsa pasar yang akan dikembangkan adalah wisatawan
mancanegara, maka kebutuhan penyediaan fasilitas dan
jenis pengembangan untuk segmen pasar wisatawan
nusantara tidak diperhatikan sama sekali. Yang perlu di
perhatikan adalah bila suatu daerah ingin mengembangkan
pariwisata berskala internasional, maka daerah tersebut
harus mengembangkan fasilitas dan pelayanan yang
memiliki standar internasional yang berlaku. Dan seringkali
terjadi perkembangan pariwisata internasional yang
berhasil akan mendorong pula pertumbuhan kunjungan
wisatawan nusantara.

2) Kelas Pendapatan :
Wisatwan Kelas Atas atau Backpackers

Penentuan kelas wisatawan juga akan sangat berpengaruh
terhadap penyediaan fasilitas, skala dan jenis
pengembangan wisata yang akan dilakukan. Bila daerah
kabupaten/kota menginginkan kunjungan wisatwan yang
berasal dari kelompok wisatawan kelas atas, maka
fasilitas yang harus dibangun lebih bersifat ekslusif.
Mengingat bahwa biasanya kelompok ini tidak berminat
pada pengembangan yang bersifat masstourism. Hal ini
biasanya membutuhkan investasi yang cukup besar.

b. Strategi Promosi

strategi promosi menjelaskan langkah-langkah yang perlu
dilakukan daerah dalam mempromosikan daerah. Strategi
promosi ini dilakukan dengan mempertimbangkan
sasaran/target wisatawan yang akan diraih. Strategi promosi
meliputi antara lain :
Sarana promosi yang akan digunakan : media cetak, media
elektronik, website.
Bentuk promosi : famtour, menghadiri event-event (dalam
dan luar negeri).
Strategi pengembangan pasar dan promosi antara lain
meliputin :
1. Pemasaran bersama dengan daerah lain yang memiliki
pasar sasaran sejenis
2. Pengembangan dan pemantapan sistem informasi
kepariwisataan
3. Peningkatan kegiatan promosi daya tarik wisata dan
investasi pariwisata.
4. Penetapan dan pemantapan event pariwisata.
Strategi pengembangan pemasaran dan promosi ini kemudian
dijabarkan lebih rinci didalam penyusunan program pemasaran
dan promosi.

3. Strategi Pemanfaatan Ruang Untuk Pengembangan
Pariwisata

a) Materi yang Dirumuskan

Strategi pengembangan ruang pariwisata pada lingkup
kabupaten/kota memberikan gambaran dan indikasi lokasi-lokasi
prioritas pengembangan, berdasarkan hasil analisis terhadap
potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah
tersebut. Secara umum arahan pengembangan ruang untuk
kepariwisataan meliputi :
Penetapan pusat-pusat pengembangan.
Penetapan kawasan prioritas pengembangan.
Penetapan jalur/koridor wisata.

b) Materi yang Diatur

Kedalaman materi yang diatur sebagaimana dijabarkan di
bawah ini :

1) Penetapan pusat-pusat Pengembangan

Pusat pengembangan pariwisata dalam lingkup wilayah
biasanya sam dengan pusat pelayanan dan jasa (dalam hal
ini adalah ibukota kabupaten/kota, atau kota kecamatan). Di
dalam pusat pengembangan pariwisata tersebut tersedia
sarana kepariwisataan, sperti sarana akomodasi,restoran,
serta fasilitas pendukung lainnya, seperti layanan kantor pos
dan telekomunikasi, tempat penukaran uang, pusat informasi
pariwisata, terminal angkutan penumpang dan lain-lain.
Pusat pengembangan ini merupakan titik distribusi dari
penyebaran wisatawan dalam kabupaten/kota.

2) Penetapan Kawasan Prioritas Pengembangan

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap potensi
sumber daya yang ada, ditentukan beberapa kawasan untuk
pengembangan. Kawasan tersebut dapat merupakan
kawasan yang berada di daerah pantai, pegunungan, atau di
daerah perkotaan/terbangun. Pertimbangan lain yang perlu
di perhatikan adalah jenis pengembangan yang akan
dilakukan, ketersediaan lahan, serta kemampuan/daya
dukung lingkungan (alam, dan sosial budaya).
Kawasan prioritas pengembangan ini dapat terdiri dari
Suatu :
Kawasan yang terintegrasi di mana beberapa fasilitas
kepariwisataan dibangun untuk mendukung pengembangan
obyek dan daya tarik wisata di wilayah tersebut
Kawasan tersebut hanyalah merupakan obyek wisata, di
mana wisatawan yang berkunjung hanya menikmati daya
tarik yang ada, dan fasilitas kepariwisataan yang
dikembangkan seminimal mungkin dan hanya yang
menunjang kegiatan wisata. Hal ini dapat terjadi bila
kawasan prioritas yang akan dikembangkan adalah di
daerah taman-taman nasional, cagar alam, kawasan
konservasi atau kawasan di mana lingkungan alamnya
sangat rentan terhadap kegiatan pembangunan fisk.
Kawasan tersebut biasanya dikembangkan untuk jenis
ekowisata, dan wisata alternatif lainnya yang daya tarik
utamanya adalah keaslian lingkungan alamnya.

3) Pengembangan Jalur/Koridor Wisata

Pengembangan jalur/koridor wisata dalam lingkup
kebupaten/kota akan meningkatkan daya tarik serta lama
tinggal wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut. Jalur
wisatawan yang dikembangkan akan menghubungkan
beberapa obyek dan daya tarik wisata yang berbeda-beda,
dengan pengaturan rute perjalanan yang berbeda pula.
Alternatif jalur wisata yang dikembangkan sbauknya memiliki
tema yang berbeda sesuai dengan jenis/daya tarik wisata
yang ditawarkan.

4. Strategi Pengembangan sumber Daya Manusia

Strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan
strategi yang mendukung pengembangan produk dan pemasaran.
Pengembangan sumber daya manusia di bidang kepariwisataan
sangat penting dilakukan agar daerah yang akan mengembangkan
pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan akan tenaga-
tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga
kerja lokal. Di samping itu juga akan meningkatkan apresiasi dan
pengertian terhadap pariwisata, sehingga dapat memberikan
pelayanan sesuai dengan standar internasional.
Pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan bagi aparat
pembina kepariwisataan daerah, agar dapat melaksanakan fungsi-
fungsi pembinaan dalam rangka menerapkan kebijakan-kebijakan
yang telah disepakati bersama.
Strategi pengembangan sumber daya manusia antara lain adalah :
Penyiapan tenaga-tenaga terampil di bidang prhotelan,
restoran, biro perjalana dan pamandu wisata.
Peningkatan kemampuan berbahasa asing di kalangan
stakeholder yang bergerak di bidang pariwisata dan terkait
dengan pengembangan pariwisata, seperti : tenaga kerja di
usaha pariwisata, dan pemerintah daerah.
Peningkatan dan pemantapan kesiapan masyarakat sebagai
tuan rumah.
Peningkatan kemampuan teknis di bidang manajemen
kepariwisataan.
Peningkatan kemampuan di bidang perencanaan, dan
pemasaran pariwisata.

5. Strategi Pengembangan Investasi

Strategi pengembangan investasi ini berisikan langkah-langkah
strategi yang diperlukan dalam rangka peningkatan investasi di
bidang kepariwisataan, yang dilakukan baik oleh pananaman
modal yang berasal dari luar daerah maupun penanaman modal
yang beras dari daerah itu sendiri.
Strategi pengembangan investasi antara lain :
Meningkatkan iklim yang kondusif bagi penanaman modal
pada usaha pariwisata.
Memberikan insentif bagi pengusaha menengah kecil dan
masyarakat yang akan berusaha di bidang kepariwisataan.
Menciptakan kepastian hukum dan keamanan.
Menyiapkan infrastruktur antara lain : jaringan jalan, jaringan
telekomunikasi, listrik dan lainnya.
Memberikan subsidi bagi investor yang mau menanamkan
modal bagi daerah-daerah yang kurang menarik bagi investasi
tetapi memiliki potensi pariwisata.

6. Strategi Pengelolaan Lingkungan

Strategi pengelolaan lingkungan merupakan strategi umum yang
Mendasari semua pengembangan kepariwisataan yang akan
dilakukan. Strategi ini mendukung kebijakan pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan dan merupakan langkah proaktif di
Dalam upaya pelestarian lingkungan ini merupakan pula langkah
dalam, menjawab perubahan paradigma pariwisata global, di
mana isu lingkungan menjadi salah satu isu sentral pembangunan.
Strategi pengelolaan lingkungan antara lain adalah :
Pengembangan usaha pariwisata yang ramah lingkungan dan
hemat energi.
Peningkatan kesadaran lingkungan di obyek dan daya tarik
wisata.
Peningkatan dan pemantapan konservasi kawasan-kawasan
yang rentan terhadap perubahan.
Strategi penglolaan lingkungan ini kemudian di jabarkan secara
lebih rinci kedalam program-program pengembangan.


D. Indikasi Program Pengembangan

Indikasi program pengambangan merupakan jabaran rinci dari setiap
strategi yang disusun kedalam suatu bentuk program yang akan dilakukan
pada jangka waktu tertentu. Indikasih program disusun untuk kerangka
waktu 5 tahun, dan tiap 5 tahun program hendaknya dikaji kembali dengan
mempedomani kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan.

Rincian indikasi program terdiri dari :
Program Jangka Panjang, dengan skala waktu 10 tahun, yang dibagi
menjadi program 5 tahunan. Perumusan program masih bersifat umum
dan garis besar, tetap memperlihatkan langkah-langkah yang akan
dilakukan pada setiap lima tahunan selama 10 tahun.
Program Jangka Pendek, dengan skala waktu 5 tahun, yang terdiri,
dari program tahunan. Merupakan program 5 tahun pertama dari
program 10 tahun, yang mengidikasikan materi program utama dan
program pendukung.

Gambar 5 : Kerangka Proses dan Tahapan Penyusunan Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten/Kota.

Rincian indikasi program meliputi :
Program Utama, yaitu program yang berkaitan dengan substansi
pariwisata, meliputi : pengembangan produk, pemasaran dan promosi,
sumber daya manusia, pengelolaan lingkungan, pemantapan
kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat.
Program Pendukung, yaitu program-program yang diharapkan
dilakukan oleh instansi lain untukl mendukung pengembangan
pariwisata.
Indikasi program pengembangan memuat :
Nama program.
Sasaran dan tujuan program dan kaitannya di dalam mendukung
strategi tertentu.
Justifikasi dan rincian program.
Jadwal pelaksanaan program.
Pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan program.
Sumber dana serta indikasi biaya yang diperlukan.






Bab IV
Materi Produk-Produk RIPPDA Kabupaten/ Kota

Prodok-produ RIPPDA, Kabupaten/Kota adalah produk yang dihasilkan dalam rangka
penyusunan atau peninjauan kembali RIPPDA kebupaten/kota yang terdiri dari dokumen-
dokumen :
1. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang RIPPDA Kabupaten/Kota
2. Rancangan RIPPDA Kabupaten/Kota
3. Analisis dan Sintesis RIPPDA Kabupaten/Kota
4. Kompilasi Data RIPPDA kabupaten/kota
Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada Butir 1 di atas berupa uraian lengkap
secara kualitatif beserta peta. Table dan diagram. Uraian lengkap sebagaimana dimaksud
pada butir 2 untuk dokumen-dokumen rancangan perda meliputi :
Pola piker yang berisi penjelasan-penjelasan yang melatarbelakangi perlunya
peraturan tersebut, hal-hal diatur, siapa yang diatur, dan bagaimana mengaturnya.
Rancangan Perda RIPPDa kabupaten/kota yang berisi konsideran, batang tubuh,
aturan peralihan, penutup, serta lampiran materi RIPPDA kabupaten/kota
Uraian lengkap sebagaimana dimaksud pada butir 2 utuk kopilasi data, analisis dan
rancangan RIPPDA kabupaten/kota dapat dilihat pada bab dan pedoman penyusunan
RIPPDA kabupaten/kota dan di sesuaikan dengan kondisi dan karakteristik di masing-
masing daera. Ketentuan presentasi peta-peta untuk RIPPDA kabupaten/kota sebagimana
di maksud dalam sesuai dengan yang di pergunakan didalam penyusunan RTRW
kabupaten/kota. Uraian lengkap sebagimna dimaksud pada butir 2 untuk rancangan
kabupaten/kota meliputi :
Tujuan pengembangan Kepariwisataan Daerah
Metodologi dan Pendekatan Perencanaan
Gambaran Potensi dan Permasalahan Kepariwisataan Daerah
Sasaran Pengembangan Pariwisata
Rencana Pengembangan Pariwisata yang terdiri dari: kebijakan pengembangan
pariwisata daerah, strategi pengembangan kepariwisataan, dan indikasi program
pengembangan kepariwisataan.
Tujuan pengembangan kepariwisataan daerah sebagimana di maksud dalam butir 6 di
atas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian
daerah, serta pelestaraian budaya dan lingkungan alam daerah, sebagimna dimaksud di
dalam GBHN serta visi misi pengembangan pariwisat.
Metodologi pendekatan sebagaimana di maksud dalam butir 6 di atas menjabarkan
bagaimana pariwisata dikembangkan di tinjua dari berbagai aspe dan selaras dengan
konsep pembangunan wilayah dan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Pendekatan-pendekatan serta pertimbangan-pertimbangan umum yang di adopsi untuk
pengembangan pariwisata menunjang tujuan pembangunan wilayah dijabarkan dalam
bentuk konsepsi-konsepsi perencanaan pembangunan.
Gambaran potensi dan permasalahan pembangunan kepariwisataan wilayah
sebagimana di maksud dalam butir 6 di atas menjabarkan hasil evaluasi terhadap aspek-
aspek kewilayahan, aspek sediaan (produk wisata) dan aspek permintaan (pasar)
sebagaimana di atur dalam Bab III.
Sasaran pengembangan kepariwisataan merupakan target-target, baik yang bersifat
kuantitatif, kualitatif ataupun normative dalam pengembangan kepariwisataan di daerah.
Sasaran tersebut meliputi :
Sasaran jumlah kunjungan wisata
Sasaran ekonomi
Sasaran social budaya
Sasaran pengelolaan fisik/lingkungan
Kebujakan pengembangan pariwisata merupakan arahan umum yang kan dijadikan
landasan bagi langka-langka pengembangan pariwisata yang lebih operasional. Kebijakn ini
menjawab isu-isu strategis internal dan eksternal yang terjadi dan dihadapi oleh daerah,
kebijakan pengembangan pariwisata, meliputi aspek-aspek :
Produk
Pasar
Pemanfaatan Ruang
SDM
Lingkungan
Investasi
Pemberdayaan Masyarakat
Strategi Pengembangan keparisataan merupakan langka-langka strategis yang perlu
dilakukan berkaitan dengan aspek-aspek pengembangan kepariwisataan agar arahan
pengembanagn kepariwisataan dapat terwujud . Perumusan strategis memperhatikan
pendekatan :
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
Kesesuaian produk dengan pasar
Kelestarian lingkungan

Strategis pengembangan kepariwisataan ini meliputi :
Strategi pengembangan produk
Strategi pengembangan pasar dan promosi
Strategi pengembangan sumber daya manusia
Strategi pengembangan investasi
Strategi pemberdayan masyarakat
Strategi pengelolaan lingkungan
Indikasi program pengembangan kepariwisataan merupakan penjabaran strategi ke
dalm kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional, yang telah menujukan rincian-rincian
program, justifikasi program, sasaran dan tujuan program, jadwal waktu pelaksanaan
program, pihak yang terlibat, serta sumber dana/ pembiayaan dan indikasi biaya.

You might also like