You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN
Nyeri tenggorokan dapat hilang timbul atau menetap. Biasanya nyeri ini terjadi karena
ada inflamasi di daerah nasofaring, orofaring, serta hipofaring. Inflamasi yang terjadi dapat
disebbkan oleh adanya infeksi dari virus, bakteri, fungal, ataupun adanya trauma inhalasi (asap
rokok, polusi udara) dan trauma mekanik (trauma tumpul atau tajam). Biasanya nyeri
tenggorokan dapat disertai juga dengan odinofagia atau nyeri menelan. Nyeri ini dapat menjalar,
timbulnya dapat mendadak, dan juga lama kelamaan dapat makin parah apabila tidak diobati.
Adapun hal yang dapat menyebabkan nyeri tenggorokan antara lain faringitis, tonsillitis,
hipertrofi adenoid, serta abses leher dalam yang berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses
parafaring, abses submandibula, angina !udovi"i (!ud#ig$s Angina). %engobatan untuk nyeri
tenggorokan adalah sesuai dengan penyebabnya. %engobatan dapat berupa obat obatan seperti
antibiotik, antipiretik dan analgesi" sampai tindakan operatif.
1
BAB II
ANATOMI
2.1. ANATOMI FARING
&ambar '. %otongan sagital rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring.
(
)aring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti "orong, yang besar di
bagian atas dan sempit di bagian ba#ah. *antong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke+,. *e atas, faring berhubungan dengan
2
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring di ba#ah berhubungan melalui aditus laring dan ke ba#ah
berhubungan dengan esofagus. %anjang dinding posterior faring pada orang de#asa kurang lebih
'- "m bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpamnjang. .inding faring dibentuk
oleh (dari dalam ke luar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot, dan sebagian fasia
bukofaringeal. )aring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring (hipofaring).
/nsur+unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mu"ous blanket) dan otot.
-,0
'. 1ukosa
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. %ada nasofraing karena
fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedamng epitelnya torak berlapis
yang mengandung sel goblet. .i bagian ba#ahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena
fungsinya untuk saluran "erna, epitelnya berlapis gepeng dan tidak bersilia.
.i sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam
rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. 2leh karena itu faring
dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
3. %alut lendir (mu"ous blanket)
.aerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung. .i bagian
atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan
arah gerak silia ke belakang. %alut lendir ini mengandung en4im lyso4yme yang penting untuk
proteksi.
(. 2tot
2tot+otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). 2tot+otot yang sirkular terdiri dari m.konstriktor faring superior, media, dan
inferior. 2tot+otot ini terletak di sebelah luar. 2tot+otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian
ba#ahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. .i sebelah depan, otot+otot ini
bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut 5rafe faring6
3
(raphe pharyngis). *erja otot konstriktor untuk menge"ilkan lumen faring. 2tot+otot ini
dipersarafai oleh n.vagus (n.7).
2tot+otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. !etak otot+otot ini di
sebelah dalam. 1.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring, sedangkan
m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian ba#ah faring dan laring.
8adi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. *erja kedua otot itu penting se#aktu menelan.
1.stilofaring dipersarafi oleh n.I7 sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.7.
%ada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia
dari mukosa yaitu m.levator veli palatini, m.tensor veli palatini, m.palatoglosus, m.palatofaring,
dan m.a4igos uvula.
'. 1.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba 9usta"hius. 2tot ini dipersarafi
oleh n.7.
3. 1.tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk mengen"angkan
bagian anterior palatum mole dan membuka tuba 9usta"hius. 2tot ini dipersarafi oleh n.7.
(. 1.palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus faring.
2tot ini dipersarafi oleh n.7.
-. 1.palatofaring membentuk arkus posterior faring. 2tot ini dipersarafi oleh n.7.
0. 1.a4igos uvula merupakan otot yang ke"il, kerjanya memperpendek dan menaikkan uvula
ke belakang atas. 2tot ini dipersarafi oleh n.7.
4
&ambar 3. :ongga mulut.
,
Pendarahan
)aring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang+kadang tidak beraturan. ;ang
utama berasal dari "abang a.karotis eksterna ("abang faring asendens dan "abang fausial) serta
dari "abang a.maksila interna yakni "abang palatina superior.
Persarafan
%ersarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus daring yang ekstensif.
%lesksus ini dibentuk oleh "abang faring dari n.vagus, "abang dari n.glososfaring dan serabut
simpatis. <abang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. .ari pleksus faring yang ekstensif
ini keluar "abang+"abang untuk otot+otot faring ke"uali m.stilofaring yang dipersarafi langsung
oleh "abang n.glosofaring (n.I7).
Kelenjar e!ah "en#n
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui ( saluran, yakni superior, media, dan
inferior. =aluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah
bening servikal dalam atas. =aluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening jugulo+
digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar
getah bening dalam ba#ah.
Pe$"a#an far#n
5
&ambar (. %embagian nasofaring
>
Berdasarkan letaknya faring dibagi atas?
-,0
'. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian ba#ah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra
servikal.
Nasofaring yang relatif ke"il, mengandung serta berhubungan dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan
resesus faring yang disebut fosa :osenmuller, kantong :athke, yang merupakan
invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa
faring di atas penonjolan kartilago tuba 9usta"hius, koana, foramen jugulare, yang dilalui
oleh n.glosofaring, n.vagus, dan n.asesorius spinal saraf kranial dan v.jugularis interna,
bagian petrosus os.temporalis dan foramen laserum, dan muara tuba 9usta"hius.
3. 2rofaring
2rofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atanya adalah palatum mole,
batas ba#ah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke
belakang adalah vertebra servikal.
6
=truktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterio faring, tonsil
palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual, dan
foramen sekum.
Dinding posterior faring
=e"ara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat dalam radang
akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot+otot di bagian
tersebut. &angguan otot posterior faring bersama+sama dengan otot palatum mole
berhubungan dengan gangguan n.vagus.
Fosa tonsil
)osa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya
adalah m.konstriktor faring superior. %ada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole)
terdapat suatu ruang ke"il yang dinamanakan fosa supratonsil. )osa ini berisi jaringan
ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah meme"ah ke luar bila terjadi abses.
)osa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut
kapsul yang sebenarnya bukan merupakan kapsul yang sebenarnya.
Tonsil
7
&ambar -. <in"in @aldeyer.
A
Bonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus di dalamnya.
Berdapat ( ma"am tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan
tonsil lingual yang ketiga + tiganya membentuk lingkaran yang disebut "in"in @aldeyer.
Bonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. %ada kutub
atas tonsil seringkali ditemukan "elah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring
yang kedua. *utub ba#ah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. %ermukaan medial
tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai "elah yang disebut kriptus. .i dalam
kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa
makanan. %ermukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut
kapsul tonsil. *apsul ini tidak melekat erat pada otot farings sehingga mudah dilakukan
diseksi pada tonsilektomi. Bonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina
asendens, "abang tonsil a.maksila eksterna, a.faring asendens, dan a.lingualis dorsal.
Bonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. .i garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Bempat ini kadang+
kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan se"ara klinik merupakan tempat
penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.
(. !aringofaring (hipofaring)
8
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior
ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior adalah vertebra servikal.
Bila laringofaring diperiksa dengan ka"a tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur
pertama yang tampak di ba#ah dasar lidah adalah valekula. Bagian ini merupakan dua
buah "ekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum
glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Calekula disebut juga 5kantong pil6 (pill$s po"ket),
sebab pada beberapa orang, kadang+kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.
.i ba#ah valekula terdapat epiglotis. %ada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan
pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang+kadang bentuk infantil
(bentuk omega) ini tetap sampai de#asa. .alam perkembangannya, epiglotis ini dapat
menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak
langsung tampak menutupi pita suara. 9piglotis berfungsi juga untuk melindungi
(proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut
menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.
Nervus laring superior berjalan di ba#ah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring. Dal ini penting untuk diketahui pada pemberian analgesia lokal di faring
dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.
La%#san fas#a leher dala$
)asia servikalis ?
A. )asia servikalis superfisialis
B. )asia servikalis profunda ?
'. !apisan superfisial
3. !apisan media ?
+ divisi muskular
+ divisi vis"era
(. !apisan profunda ?
+ divisi alar
+ divisi prevertebra
9
)asia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus organ, otot,
saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa ruang potensial. )asia
servikalis terbagi menjadi 3 bagian yaitu fasia servikalis superfisialis dan fasia servikalis
profunda.
)asia servikalis superfisialis terletak tepat diba#ah kulit leher berjalan dari perlekatannya
di prosesus 4igomatikus pada bagian superior dan berjalan ke ba#ah ke arah toraks dan aksila
yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. :uang antara fasia servikalis superfisialis dan fasia
servikalis profunda berisi kelenjar limfe superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena
jugularis eksterna.
)asia servikalis profunda terdiri dari ( lapisan yaitu ?
E,'F,''
'. !apisan superfisial
!apisan ini membungkus leher se"ara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak sampai
daerah toraks dan aksila. %ada bagian anterior menyebar ke daerah #ajah dan melekat pada
klavikula serta membungkus m. sternokleidomastoideus, m.trape4ius, m. masseter, kelenjar
parotis dan submaksila. !apisan ini disebut juga lapisan eksternal, investing layer , lapisan
pembungkus dan lapisan anterior.
3. !apisan media
!apisan ini dibagi atas 3 divisi yaitu divisi muskular dan vis"era. .ivisi muskular terletak
diba#ah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan membungkus m. sternohioid, m.
sternotiroid, m. tirohioid dan m. omohioid. .ibagian superior melekat pada os hioid dan
kartilago tiroid serta dibagian inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula.
.ivisi vis"era membungkus organ organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid, trakea dan
esofagus. .isebelah posterosuperior bera#al dari dasar tengkorak bagian posterior sampai ke
esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat pada kartilago tiroid dan os hioid. !apisan ini
berjalan ke ba#ah sampai ke toraks, menutupi trakea dan esofagus serta bersatu dengan
perikardium. )asia bukkofaringeal adalah bagian dari divisi vis"era yang berada pada bagian
posterior faring dan menutupi m. konstriktor dan m. buccinator.
(. !apisan profunda
!apisan ini dibagi menjadi 3 divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. .ivisi alar terletak
diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi prevertebra, yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai vertebra torakal II dan bersatu dengan divisi vis"era lapisan media fasia
10
servikalis profunda. .ivisi alar melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan
merupakan dinding anterior dari danger space.
.ivisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral meluas ke
prosesus tranversus serta menutupi otot+otot didaerah tersebut. Berjalan dari dasar tengkorak
sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space dan dinding
anterior dari korpus vertebra. *etiga lapisan fasia servikalis profunda ini membentuk selubung
karotis ( "arotid sheath ) yang berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang faringomaksilaris
sampai ke toraks.
R&an far#neal
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang se"ara klinik mempunyai arti
penting, yaitu ruang retrofaring, dan ruang parafaring.
-,0
'. :uang retrofaring (retropharyngeal spa"e)
.inding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari
mukosa faring, fasia faringobasilaris, dan otot+otot faring. :uang ini berisi jaringan ikat
jarang dan fasia prevertebralis. =erat+serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada
vertebra.
:uang retrofaring terdapat pada bagian posterior dari faring, yang dibatasi oleh ?
+ anterior ? fasia bukkofaringeal ( divisi vis"era lapisan media fasia servikalis profunda )
yang mengelilingi faring, trakea, esofagus dan tiroid
+ posterior ? divisi alar lapisan profunda fasia servikalis profunda
+ lateral ? selubung karotis ( carotid sheath ) dan daerah parafaring (fosa faringomaksila).
.aerah ini meluas mulai dari dasar tengkorak sampai ke mediastinum setinggi
bifurkasio trakea ( vertebra torakal I atau II ) dimana divisi vis"era dan alar bersatu.
Abses retrofaring sering ditemukan pada bayi atau anak. *ejadiannya ialah karena di
ruang retrofaring terdapat kelenjar+kelenjar limfa. .aerah retrofaring terbagi menjadi 3
daerah yang terpisah di bagian lateral oleh midline raphe . Biap tiap bagian
mengandung 3 0 buah kelenjar limfe retrofaring yang biasanya menghilang setelah
berumur - 0 tahun. *elenjar ini menampung aliran limfe dari rongga hidung, sinus
paranasal, nasofaring, faring, tuba 9ustakius dan telinga tengah. %ada peradangan
kelenjar limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang bilamana pe"ah, nanahnya akan tertumpah
11
di dalam ruang retrofaring. .aerah ini disebut juga dengan ruang retrovis"era,
retroesofagus dan ruang vis"era posterior.
3. :uang parafaring (fosa faringomaksila ? pharyngomaGillary fossa)
:uang ini berbentuk keru"ut dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak
dekat foramen jugularis dan pun"aknya pada kornu mayus os hioid. :uang ini dibatasi di
bagian dalam oleh m.konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asendens
mandibula yang melekat dengan m.pterigoideus interna dan bagian posterior kelenjar
parotis.
)osa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid
dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (prestiloid) adalah bagian yang lebih
luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang meradang, beberapa
bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis.
Bagian yang lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi a.karotis interna,
v.jugularis interna, n.vagus, yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung
karotis ("arotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan
fasia yang tipis.
&ambar 0. %otongan aGial orofaring menunjukkan ruang retrofaring dan parafaring.
'3
12
&ambar ,. %enampang sagital leher memperlihatkan posisi spatium retropharyngeum dan
submandibularis.
''
13
&ambar >. %otongan oblik leher menunjukkan ruang faringomaksila (parafaring), ruang
submaksila, dan ruang potensial lainnya.
'(
&ambar A. %otongan koronal ruang parafaring.
'(
=elain itu juga dijumpai daerah potensial lainnya di leher yaitu ?
- danger space : dibatasi oleh divisi alar pada bagian anterior dan divisi prevertebra pada bagian
posterior ( tepat di belakang ruang retrofaring ).
+ prevertebral space : dibatasi oleh divisi prevertebra pada bagian anterior dan korpus vertebra
pada bagian posterior ( tepat di belakang danger space ). :uang ini berjalan sepanjang kollumna
vertebralis dan merupakan jalur penyebaran infeksi leher dalam ke daerah koksigeus.
14
&ambar E. %otongan sagital faring menunjukkan ruang retrofaring, danger spa"e, dan
prevertebral spa"e.
'-
R&an s&"$and#"&la
:uang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. :uang sublingual
dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohioid. :uang submaksila selanjutnya dibagi lagi
atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior. :uang
mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh garis inferior dari badan mandibula, medial oleh
perut anterior mus"ulus digastri"us, posterior oleh ligament stylohyoid dan perut posterior dari
mus"ulus digastri"us, superior oleh mus"ulus mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh
lapisan superfi"ial dari deep servikal fas"ia. :uang ini mengandung glandula saliva sub
mandibular dan sub mandibular lymphanodes.
15
Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang sublingual ke dalam ruang
submandibula, dan membagi ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila
saja.
&ambar 'F. :uang sublingual dan ruang submandibula yang dibagi oleh m.mylohyoideus.
'0
&ambar ''. :uang sublingual di bagian superior dari m. mylohyoid. :uang
submandibular di inferior dari m. mylohyoid.
',
2.2. FI'IOLOGI FARING
16
)ungsi faring yang utama ialah untuk respirasi, pada #aktu menelan, resonansi suara, dan
untuk artikulasi.
-
F&ns# $enelan
Berdapat ( fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringeal, dan fase esofagal.
)ase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. &erakan disini disengaja (voluntary).
)ase faringeal yaitu pada #aktu transpor bolus makanan melalui faring. &erakan disini tidak
disengaja (involuntary). )ase esofagal, disini gerakannya tidak disengaja, yaitu pada #aktu bolus
makanan bergerak se"ara peristaltik di esofagus menuju lambung.
F&ns# far#n dala$ %r(ses "#)ara
%ada saat berbi"ara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot+otot palatum dan
faring. &erakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang faring.
&erakan penutupan ini terjadi sangat "epat dan melibatkan mula+mula m.salfingofaring dan
m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatini bersama+sama m.konstriktor faring superior.
%ada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas
belakang hampir mengenai dinding posterior faring. 8arak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan
(fold of) %assavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 3 ma"am mekanisme, yaitu
pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m.salfingofaring) dan oleh
kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. 1ungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada
#aktu yang bersamaan.
Ada yang berpendapat bah#a tonjolan %assavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi
ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang se"ara "epat bersamaan
dengan gerakan palatum.
17
BAB III
TIN*AUAN PU'TAKA
+.1 FARINGITI'
)aringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (-F+
,FH). Bakteri (0+-FH). Alergi, trauma, toksin dan lain+lain. Cirus dan bakteri melakukan invasi
ke faring dan menyebabkan inflamasi lokal.
'. )aringitis akut
a. )aringitis viral
:inovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis. &ejala dan tandanya adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit
menelan. %ada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Cirus influen4a, "oGa"hievirus
dan "ytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Adenovirus selain menghasilkan gejala
faringitis juga menimbulkan konjungtivitis pada anak. 9pstein Barr Cirus menyebabkan faringitis
beserta eksudat pada faring. Berdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali. )aringitis oleh DIC+' menimbulkan keluhan nyeri
tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. %ada pemeriksaan tampak faring hiperemis,
terdapat eksudat, limfadenopati akut pada leher dan pasien tampak lemah.
Berapi yang diberikan adalah istirahat dan minum yang "ukup. *umur dengan air hangat.
Analgetika jika perlu. Antivirus metisoprinol diberikan dpada infeksi herpes simpleks dengan
dosis ,,F+'FF mgIkgBB dibagi dalam -+, kali pemberian per hari pada orang de#asa dan pada
anak J 0 tahun diberikan 0F mgIkgBB dibagi dalam -+, kali pemberian per hari.
b. )aringitis bakterial
Infeksi grup A =teptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis pada de#asa
('0H) dan anak ((FH). &ejala dan tandanya adalah nyeri kepala hebat, muntah, kadang+kadang
disertai demam dengan suhu tinggi dan batuk. %ada pemeriksaan tonsil membesar, faring dan
tonsil hiperemis dan terdapat eksudat pada permukaannya. Bimbul pete"hiae pada palatum dan
faring beberapa hari kemudian.kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan.
Berapinya adalah pemberian antibiotik, kortikosteroid, analgetika dan kumur dengan air
hangat atau antiseptik. Antibiotik yang diberikan bila diduga penyebabnya adalah grup A
streptokokus beta hemolitikus. Bisa berupa peni"illin & ban4atin, amoksisilin atau eritromisin.
18
". )aringitis )ungal
<andida dapat tumbuh di mukosa mulut dan faring. &ejala dan tandanya adalah keluhan
nyeri tenggorok dan nyeri menelan. %ada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
mukosa faring lainnya hiperemis. 8amur ini bisa dibiakkan di agar =aboraud deGtrosa. Berapi
dengan nystatin 'FF.FFF+-FF.FFF I/ 3 kali sehari. Analgetika juga bisa diberikan untuk
mengurangi nyeri.
3. )aringitis *ronik
Berdapat dua bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. )aktor
presdiposisinya adalah rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok dan alkohol, inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring dan debu. %enyebab lainnya adalah pasien yang bernapas le#at
mulut karena hidung tersumbat.
a. )aringitis kronik hiperplastik
%ada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.
Bampak kelenjar limfa diba#ah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. %ada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular. &ejala yang
timbul adalah tenggorok kering dan gatal hingga akhirnya batuk berserak. Berapi yang
diberikan adalah dengan kaustik faring dengan menggunakan 4at kimia argenti atau
dengan listrik.
b. )aringitis kronik atrofi
)aringitis kronika trofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. %ada rinitis atrofi,
udara napas tidak diatur suhu dan kelembabannya sehingga menimbulkas rangsangan dan
infeksi pada faring. &ejala dan tanda yang timbul adalah tenggorokan kering dan tebal
serta berbau. %ada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental
dan bila diangkat tampak mukosa kering. Berapi ditujukan untku rinitis atrofi dan untuk
faringitis atrofinya ditambahkan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
(. )aringitis spesifik
a. )aringitis luetika
Breponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti juga
penyakit lues di organ lain. &ambarannya tergantung stadium penyakitnya.
=tadium primer
*elainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding
posterior faring berbentuk ber"ak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung maka timbul
19
ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. 8uga didapatkan
pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan.
=tadium sekunder
=tadium ini jarang ditemukan. Berdapat eritema pada dinding faring menajlar ke arah
laring.
=tadium tertier
%ada stadium ini terdapat guma. %redileksinya pada tonsil dan palatum. 8arang pada
dinding posterior faring. &uma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra
servikal dan bila pe"ah menyebabkan kematian. &uma yang terbentuk pada palatum
mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menimbulkan gangguan fungsi
se"ara permanen.
.iagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologik. Berapi penisilin dalam dosis tinggi
merupakan obat pilihan utama.
b. )aringitis tuberkulosis
)aringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari BB paru. %ada infeksi
kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer. <ara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi melalui
udara. <ara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada BB miliaris. &ejala
tandanya adalah keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Nyeri
hebat di tenggorok, nyeri telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.
.iagnosis diperlukan pemeriksaan sputim BBA, foto toraks untuk melihat BB
paru dan biopsi jaringan untuk menyingkirkan proses keganasan dan men"ari BBA di
jaringan. Berapi sesuai BB paru (2AB).
+.2 TON'ILITI'
%engertian
Bonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman
strepto"o""usi beta hemolyti"us, strepto"o""us viridans dan strepto"o""us pyogenes dapat juga
disebabkan oleh virus.
E!#(l(#
.isebabkan oleh kuman strepto"o""us beta hemolyti"us, strepto"o""us viridans dan
strepto"o""us pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh virus.
20
)aktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh "ua"a, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang buruk.
Pa!(f#s#(l(#
%enyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain yang
juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Daemophilus influen4a dan bakteri dari golongan
pneumokokus dan stafilokokus. Cirus juga kadang kadang ditemukan sebagai penyebab
tonsilitis akut.
'.%ada Bonsilitis Akut
%enularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan 9pitel kemudian bila
9pitel ini terkikis maka jaringan /mfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.
3.%ada Bonsilitif *ronik
Berjadi karena proses radang berulang maka 9pitel mukosa dan jaringan limpold terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut. 8aringan ini
akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan di isi oleh detritus
proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris.
8adi tonsil meradang dan membengkak, terdapat ber"ak abu abu atau kekuningan pada
permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Ber"ak ber"ak tersebut
sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman kuman baik yang
hidup maupun yang sudah mati.
Man#sfes!as# Kl#n#s
*eluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang kadang pasien
tidak mau minum atau makan le#at mulut. %enderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot
dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau.
K($%l#,as#
K 2titis media akut.
K Abses parafaring.
21
K Abses peritonsil.
K Bronkitis,
K Nefritis akut, artritis, miokarditis.
K .ermatitis.
K %ruritis.
K )urunkulosis.
Pe$er#,saan Pen&njan
K *ultur dan uji resistensi bila perlu.
K *ultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.
Pena!ala,sanaan Med#s
=ebaiknya pasien tirah baring. <airan harus diberikan dalam jumlah yang "ukup, serta makan
makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan. Analgetik
diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. .i pasaran banyak beredar
analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk
menyegarkan badan.
8ika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. 2bat pilihan adalah
penisilin. *adang kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan
sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 0 sampai 'F hari.
8ika melalui biakan diketahui bah#a sumber infeksi adalah =treptokokus beta hemolitkus grup
A, terapi antibiotik harus digenapkan 'F hari untuk men"egah kemungkinan komplikasi nefritis
dan penyakit jantung rematik. *adang kadang dibutuhkan suntikan ben4atin penisilin ',3 juta
unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.
K Berapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap.
K Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 0 hari.
K Antipiretik.
K 2bat kumur atau obat isap dengan desinfektan.
K Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin.
T(ns#l#!#s ,r(n#,
22
E!#(l(#
.isebabkan oleh kuman strepto"o""us beta hemolyti"us, strepto"o""us viridans dan
strepto"o""us pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh virus.
)aktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh "ua"a, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang buruk.
Ana$nes#s
- :ingan tanpa keluhan sakit tenggorok
- Debat eksaserbasi akut
- :asa ada benda asing
- bau mulut
Pe$er#,saan f#s#,
&ambaran klinis bervariasi tergentung bentuk infeksi
- Bonsil hipertropi? tonsil membesar, jaringan parut (L), kripte melebar M eksudat purulen
diantara kripte
- Bonsil atropi ? tonsil ke"il membentuk lekukan dg tepi hiperemis
- =ekret purulen tipis
- .idapatkan pembesaran kelenjar submandibula tanpa nyeri tekan
- /kuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dg infeksi kronis I berulang
K($%l#,as#
2titis media akut.
K Abses parafaring.
K Abses peritonsil.
K Bronkitis,
K Nefritis akut, artritis, miokarditis.
K .ermatitis.
K %ruritis.
K )urunkulosis.
23
Tera%# (%era!#f
tonsilektomi
Indikasi Mutlak:
'. <orpulmonal karena obstruksi jalan nafas menahun
3. Dipertropi tonsil (adenoid) dg sindroma sleep apneu
(. Dipertropi gangguan makan dg penurunan berat badan yg "epat
-. Biopsi karena "uriga keganasan
0. %ost abses peritonsiler yg berulang atau abses yg meluas ke jaringan sekitar
Indikasi Relatif:
'. =erangan berulang (-+0G Ith) #alau pemberian terapi sudah adekuat
3. Bonsilitis dg karier a.l ? difteri, strep B hemolitikus
(. Diperplasia tonsil M obstruksi fungsional Diperplasia M obstruksi yg menetap setelah
infeksi mononukleosis
-. :i#ayat demam rematik jantung yg berhubungan dg tonsilitis yg berulang
0. Bonsilitis kronis menetap respon penatalaksanaan medis tidak berhasil
,. Dipertropi tonsil dan adenoid
>. Bonsilitis kronis yg berhubungan dg adenopatia servikal persisten
+.+ ADENOID HIPERTROFI
*eradangan berulang I iritasi pada adenoid akibat aIl ? rinitis kronis, sinusitis kronis
post nasal drip
Gejala ,l#n#s
+ 2bstruksi nasi sehingga berakibat ? :inolalia oklusa
+ adenoid fa"e
+ Nafsu makan menurun
+ =ering pilek
+ =ering sakit kepala
+ %endengaran berkurang
+ Batuk yg sukar sembuh
24
+ Aproseksia nasalis (sukar konsentrasi)
+ :inoskopi anterior ? palatum mole penomen (+) I terbatas
Tera%# (%era!#f
Adenoidektomi
Indikasi Adenoidektomi?
- 2bstruksi jalan nafas kronis Nasofaring purulen kronis #alaupun dg terapi adekuat
- 2titis media serosa
- 2titis media supuratifa akut yg rekuren penatalaksanaan medis (+)
- 2titis media supuratifa kronik
- <uriga keganasan nasofaring
+.- AB'E' PERITON'ILER
Abses peritonsiler dapat terjadi pada umur 'F+,F tahun, namun paling sering terjadi pada
umur 3F+-F tahun. %ada anak+anak jarang terjadi ke"uali pada mereka yang menurun sistem
immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada anak+anak.
Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki+laki dan perempuan. Bukti menunjukkan
bah#a tonsilitis kronik atau per"obaan multipel penggunaan antibiotik oral untuk tonsilitis akut
merupakan predisposisi pada orang untuk berkembangnya abses peritonsiler. .i Amerika insiden
tersebut kadang+kadang berkisar (F kasus per 'FF.FFF orang per tahun, dipertimbangkan hampir
-0.FFF kasus setiap tahun.
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai
akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. &ejala dan tanda klinik
dapat berupa nyeri dan pembengkakan. Abses peritonsiler (Nuinsy) merupakan salah satu dari
Abses leher dalam dimana selain itu abses leher dalam dapat juga abses retrofaring, abses
parafaring, abses submanidibula dan angina ludovi"i (!ud#ig Angina).
Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian kepala
dan leher. &abungan dari bakteri aerobi" dan anaerobi" di daerah peritonsilar. Bempat yang bisa
berpotensi terjadinya abses adalah adalah didaerah pillar tonsil anteroposterior, fossa piriform
inferior, dan palatum superior.
25
Abses peritonsil terbentuk oleh karena penyebaran organisme bakteri penginfeksi
tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang longgar disekitar faring menyebabkan
pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam batas otot
konstriktor faring.
%eritonsillar abs"ess (%BA) merupakan kumpulanItimbunan (a""umulation) pus (nanah) yang
terlokalisirIterbatas (lo"ali4ed) pada jaringan peritonsillar yang terbentuk sebagai hasil dari
suppurative tonsillitis.
E !#(l(#
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mu"us @eber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabnya sama
dengan kuman penyebab tonsilitis. Biasanya unilateral dan lebih sering pada anak+anak yang
lebih tua dan de#asa muda.
Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang bersifat
anaerob. 2rganisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah
=trepto"o""us pyogenes (&roup A Beta+hemolitik strepto""us), =taphylo"o""us aureus, dan
Daemophilus influen4ae. =edangkan organisme anaerob yang berperan adalah)usoba"terium.
26
%revotella, %orphyromonas, )usoba"terium,dan %eptostrepto"o""us spp. /ntuk kebanyakan
abses peritonsiler diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik.
P a!(f#s#(l(#
%atofisiologi %BA belum diketahui sepenuhnya. Namun, teori yang paling banyak
diterima adalah kemajuan (progression) episode tonsillitis eksudatif pertama menjadi
peritonsillitis dan kemudian terjadi pembentukan abses yang sebenarnya (frank abs"ess
formation).
.aerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena
itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini, sehingga
tampak palatum mole membengkak. Abses peritonsil juga dapat terbentuk di bagian inferior,
namun jarang.
%ada stadium permulaan, (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak juga
permukaan yang hiperemis. Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan ber#arna
kekuning+kuningan. Bonsil terdorong ke tengah, depan, dan ba#ah, uvula bengkak dan terdorong
ke sisi kontra lateral.
Bila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi
pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus. Abses dapat pe"ah spontan, sehingga dapat
terjadi aspirasi ke paru.
=elain itu, %BA terbukti dapat timbul de novo tanpa ada ri#ayat tonsillitis kronis atau
berulang (re"urrent) sebelumnya. %BA dapat juga merupakan suatu gambaran (presentation) dari
infeksi virus 9pstein+Barr (yaitu? mononu"leosis).
G ejala Kl#n#s dan D#an(s#s
=elain gejala dan tanda tonsilitis akut, terdapat juga odinofagia (nyeri menelan) yang
hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga (otalgia), muntah (regurgitasi), mulut
berbau (foetor eG ore), banyak ludah (hipersalivasi), suara sengau (rinolalia), dan kadang+kadang
sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.
Bila ada nyeri di leher (ne"k pain) dan atau terbatasnya gerakan leher (limitation in ne"k
mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan peradangan otot tengkuk ("ervi"al mus"le
inflammation).
27
%rosedur diagnosis dengan melakukan Aspirasi jarum (needle aspiration). Bempat
aspiration dibius I dianestesi menggunakan lido"aine dengan epinephrine dan jarum besar
(berukuran ','A) yang biasa menempel pada syringe berukuran 'F"". Aspirasi material yang
bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim untuk dibiakkan.
K ($%l#,as i
*omplikasi yang mungkin terjadi ialah?
'. Abses pe"ah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau
piema.
3. %enjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring.
*emudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan mediastinitis.
(. Bila terjadi penjalaran ke daerah intra"ranial, dapat mengakibatkan
thrombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.
Tera%#
%ada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. 8uga
perlu kumur+kumur dengan air hangat dan kompres dingin pada leher. Antibiotik yang diberikan
ialah penisilin ,FF.FFF+'.3FF.FFF unit atau ampisilinIamoksisilin (+- G 30F+0FF mg atau
sefalosporin (+- G 30F+0FF mg, metronida4ol (+- G 30F+0FF mg.
Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian diinsisi untuk
mengeluarkan nanah. Bempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada
pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir. Intraoral
in"ision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya diletakkan di
lipatan supratonsillar. .rainase atau aspirate yang sukses menyebabkan perbaikan segera
gejala+gejala pasien. Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia
lokal di ganglion sfenopalatum.
*emudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi 5a6 "haud. Bila tonsilektomi
dilakukan (+- hari setelah drainase abses disebut tonsilektomi 5a6 tiede, dan bila tonsilektomi -+
, minggu sesudah drainase abses disebut tonsilektomi 5a6 froid. %ada umumnya tonsilektomi
dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 3+( minggu sesudah drainase abses.
28
Bonsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses peritonsilaris
berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. Abses peritonsil mempunyai
ke"enderungan besar untuk kambuh. =ampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi
dilakukan pada abses peritonsil. =ebagian penulis menganjurkan tonsilektomi ,A minggu
kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi
menganjurkan tonsilektomi segera.
%enggunaan steroids masih kontroversial. %enelitian terbaru yang dilakukan 24bek
mengungkapkan bah#a penambahan dosis tunggal intravenous deGamethasone pada antibiotik
parenteral telah terbukti se"ara signifikan mengurangi #aktu opname di rumah sakit (hours
hospitali4ed), nyeri tenggorokan (throat pain), demam, dan trismus dibandingkan dengan
kelompok yang hanya diberi antibiotik parenteral. Abses retrofaring adalah suatu peradangan
yang disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring. *eadaan ini merupakan salah satu
infeksi pada leher bagian dalam ( deep neck infection ). %ada umumnya sumber infeksi pada
ruang retrofaring berasal dari proses infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal,
yang menyebar ke kelenjar limfe retrofaring. 2leh karena kelenjar ini biasanya atrofi padaumur -
0 tahun, maka sebagian besar abses retrofaring terjadi pada anak+anak dan relatif jarang pada
orang de#asa.
+.. AB'E' RETROFARING
29
E !#(l(#
=e"ara umum abses retrofaring terbagi 3 jenis yaitu ?
'. Akut.
=ering terjadi pada anak+anak berumur diba#ah - 0 tahun. *eadaan ini terjadi akibat infeksi
pada saluran nafas atas seperti pada adenoid, nasofaring, rongga hidung, sinus paranasal dan
tonsil yang meluas ke kelenjar limfe retrofaring ( limfadenitis ) sehingga menyebabkan
supurasipada daerah tersebut.
=edangkan pada orang de#asa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena trauma akibat
penggunaan instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi, se#aktu adenoidektomi ) atau benda
asing.
3. *ronis.
Biasanya terjadi pada orang de#asa atau anak+anak yang lebih tua. *eadaan ini terjadi akibat
infeksi tuberkulosis ( BB< ) pada vertebra servikalis dimana pus se"ara langsung menyebar
melalui ligamentum longitudinal anterior. =elain itu abses dapat terjadi akibat infeksi BB< pada
kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar limfe servikal. %ada banyak kasus sering
dijumpai adanya kuman aerob dan anaerob se"ara bersamaan. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan abses retrofaring adalah?
'. *uman aerob ? treptococcus beta !hemolyticus group " ( paling sering ),
treptococcus pneumoniae# treptococcus non !hemolyticus# taphylococcus aureus #
$aemophilus sp
3. *uman anaerob ? %acteroides sp# &eillonella# 'eptostreptococcus# Fusobacteria
K e,era%an
Abses retrofaring jarang ditemukan dan lebih sering terjadi pada anak diba#ah usia 0 tahun. Dal
ini terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
%enelitian selama (0 tahun terhadap anak+anak yang diterapi di (hildren)s $ospital# !os Angeles
dijumpai sebanyak 0FH kasus berusia kurang dari ( tahun dan >'H kasus berusia kurang dari ,
tahun. =edangkan di =ydney, Australia didapati sebanyak 00H kasus berusia kurang dari ' tahun
dimana 'FH diantaranya dijumpai pada periode neonatus.
G ejala dan Tanda Kl#n#s
30
.ari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. &ejala dan tanda klinis yang
sering dijumpai pada anak ?
'. demam
3. sukar dan nyeri menelan
(. suara sengau
-. dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada satu sisi.
0. pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan
,. pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ).
%ada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bisa
dijumpai adanya ?
>. kekakuan otot leher ( neck stiffness ) disertai nyeri pada pergerakan
A. air liur menetes ( drooling )
E. obstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispnea
&ejala yang timbul pada orang de#asa pada umumnya tidak begitu berat bila dibandingkan pada
anak. .ari anamnesis biasanya didahului ri#ayat tertusuk benda asing pada dinding posterior
faring, pas"a tindakan endoskopi atau adanya ri#ayat batuk kronis. &ejala yang dapat dijumpai
adalah ?
'. demam
3. sukar dan nyeri menelan
(. rasa sakit di leher ( neck pain )
-. keterbatasan gerak leher
0. dispnea
%ada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai terjadi
pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas.
D #an(s#s Band#n
'. Adenoiditis
3. Abses peritonsil
(. Abses parafaring
-. 9piglottitis
0. <roup
31
,. Aneurisma arteri
>. Bonjolan korpus vertebra
D #an(s#s
'. Anamnesis
3. %emeriksaan klinis
(. !aboratorium ?
a. darah rutin ? lekositosis
b. kultur spesimen ( hasil aspirasi )
-. :adiologis ?
a. )oto jaringan lunak leher lateral
.ijumpai penebalan jaringan lunak retrofaring ( prevertebra ) ?
+ setinggi <3 ? O > mm ( normal ' + > mm ) pada anak+anak dan de#asa
+ setinggi <, ? O '- mm (anak+anak , N ? 0 '- mm ) dan O 33 mm (de#asa, N ? E 33 mm )
%embuatan foto dilakukan dengan posisi kepala hiperekstensi dan selama inspirasi. *adang+
kadang dijumpai udara dalam jaringan lunak prevertebra dan erosi korpus vertebra yang terlibat.
b. <B ="an
". 1:I
P ena!ala,sanaan
I . 1empertahankan jalan nafas yang adekuat ?
+ posisi pasien supine dengan leher ekstensi
+ pemberian 23
+ intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung I intubasi fiber optik
+ trakeostomi I krikotirotomi
II. 1edikamentosa
'. Antibiotik ( parenteral )
%emberian antibiotik se"ara parenteral sebaiknya diberikan se"epatnya tanpa menunggu hasil
kultur pus. Antibiotik yang diberikan harus men"akup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram
positif dan gram negatif. .ahulu diberikan kombinasi %enisilin & dan 1etronida4ole sebagai
32
terapi utama, tetapi sejak dijumpainya peningkatan kuman yang menghasilkan B laktamase
kombinasi obat ini sudah banyak ditinggalkan. %ilihan utama adalah clindamycin
yang dapat diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan sefalosporin generasi kedua
( seperti cefuro*ime ) atau beta ! lactamase ! resistant penicillin seperti ticarcillin + clavulanate#
piperacillin + ta,obactam# ampicillin + sulbactam. %emberian antibiotik biasanya dilakukan
selama lebih kurang 'F hari.
3. =imtomatis
(. Bila terdapat dehidrasi, diberikan "airan untuk memperbaiki keseimbangan
"airan elektrolit.
-. %ada infeksi Buberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.
III. 2peratif ?
a. Aspirasi pus ( needle aspiration )
b. Insisi dan drainase ?
%endekatan intra oral ( transoral ) ? untuk abses yang ke"il dan terlokalisir.
%asien diletakkan pada 5posisi Brendelenburg6, dimana leher dalam keadaan hiperekstensi dan
kepala lebih rendah dari bahu. Insisi vertikal dilakukan pada daerah yang paling
berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segera diisap dengan alat penghisap untuk
menghindari aspirasi pus. !alu insisi diperlebar dengan forsep atau klem arteri untuk
memudahkan evakuasi pus.
%endekatan eksterna ( eGternal approa"h ) baik se"ara anterior atau posterior
untuk abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring. %endekatan anterior dilakukan dengan
membuat insisi se"ara hori4ontal mengikuti garis kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara
tulang hioid dan klavikula. *ulit dan subkutis dielevasi untuk memperluas pandangan sampai
terlihat m.sternokleidomastoideus. .ilakukan insisi pada batas anterior
m.sternokleidomastoideus. .engan menggunakan klem erteri bengkok,
m.sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke arah lateral. =etelah abses terpapar
dengan "unam tumpul abses dibuka dan pus dikeluarkan. Bila diperlukan insisi
dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain ( 'enrose drain ). %endekatan posterior dibuat
dengan melakukan insisi pada batas posterior m. sternokleidomastoideus. *epala diputar ke
33
arah yang berla#anan dari abses. =elanjutnya fasia dibelakang m.sternokleidomastoideus diatas
abses dipisahkan. .engan diseksi tumpul pus dikeluarkan dari belakang selubung karotis.
K($%l#,as#
*omplikasi abses retrofaring dapat terjadi akibat ?
'. 1assa itu sendiri ? obstruksi jalan nafas
3. :uptur abses ? asfiksia, aspirasi pneumoni, abses paru
(. %enyebaran infeksi ke daerah sekitarnya ?
a. inferior ? edema laring , mediastinitis, pleuritis, empiema,
abses mediastinum
b. lateral ? trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses
parafaring
". posterior ? osteomielitis dan erosi kollumna spinalis
-. Infeksi itu sendiri ? necroti,ing fasciitis, sepsis dan kematian.
+./ AB'E' PARAFARING
:uang parafaring megalamai infeksi dengan "ara langsung yaitu akibat tusukan jarum
pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. %roses supurasi kelenjar limfa leher bagian
dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat
merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses. %enjalaran infeksi dari ruang peritonsil,
retrofaring atau submandibula.
&ejala dan tanda yang timbul adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol
ke medial.
.iagnosis ditegakkan berdasarkan ri#ayat penyakit , gejala dan tanda klinik. Bila
meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto polos dan <B s"an.
Berapi yang bisa diberikan adalah pemberian antibiotika dosis tinggi se"ara parenteral
terhadap kuma aerob dan anaerob. 9vakuasi abses juga harus segera dilakukan bila tidak ada
perbaikan dengan antibiotika dalam 3-+-A jam. <aranya melakukan insisi dari luar.
+.0 AB'E' 'UBMANDIBULA
34
:uang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Abses dapat
terbentuk di ruang submandibula atau komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah
kepala leher.
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa
submandibula. 1ungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam yang lain.
&ejala dan tandanya adalah demam dan nyeri leher serta pembengkakan diba#ah
mandibula dan atau diba#ah lidah, mungkin berfluktuasi. Brismus sering ditemukan.
Berapi yang diberikan adalah antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob
se"ara parenteral. 9vakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses dangkal
eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
+.1 ANGINA LUDO2I3I
Angina !udovi"i ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas
berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras
pada perabaan submandibula. =umber infeksi seringkali berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh
kuman aerob dan anaerob.
Gejala dan !anda
Berdapat nyeri tenggorok dan leher, disertai pembengkakan di daerah sumbandibula, yang
tampak hiperemis dan keras pada perabaan.
D#an(s#s
.iagnosis ditegakkan berdasarkan ri#ayat sakit gigi, mengorek atau men"abut gigi,
gejala dan tanda klinik.
Tera%#
35
=ebagai terapi diberikan antiobika dengan dosis tinggi, untuk kuman aero dan anaerob,
dan diberikan se"ara parenteral. =elain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan
dekompresi (mengurangi ketegangan) dan evakuasi pus (pada angina !udovi"i jarang terdapat
pus) atau jaringan nekrosis. Insisi dilakukan di garis tengah se"ara hori4ontal setinggi os hioid
((+- jari di ba#ah mandibula). %erlu dilakukan pengobatan terhadap sumber infeksi (agigi),
untuk men"egah kekambuhan. %asien dira#at inap sampai infeksi reda.
BAB I2
KE'IMPULAN
Nyeri tenggorokan dapat hilang timbul atau menetap. Biasanya nyeri ini terjadi karena
ada inflamasi di daerah nasofaring, orofaring, serta hipofaring. Inflamasi yang terjadi dapat
disebbkan oleh adanya infeksi dari virus, bakteri, fungal, ataupun adanya trauma inhalasi (asap
rokok, polusi udara) dan trauma mekanik (trauma tumpul atau tajam).
.engan mengetahui penyakit penyakit yang bias menyebabkan nyeri pada tenggorokan
kita sebagai dokter umum dapat memberikan penatalaksanaan berupa medikamentosa ataupun
operatif yang dapat memberikan kesembuhan bagi pasien
36
.A)BA: %/=BA*A
'. )a"hruddin .. Abses !eher .alam. .alam? =oepardi 9A, Iskandar N, Bashiruddin 8,
:estuti :.. Buku Ajar Ilmu *esehatan Belinga Didung Benggorok *epala M !eher. 9disi
*eenam. 8akarta ? Balai %enerbit )akultas *edokteran /niversitas Indonesia. 3FFA. Dal.
33,+(F.
3. Adams, &.!. %enyakit+%enyakit Nasofaring .an 2rofaring. .alam? Boies, Buku Ajar
%enyakit BDB. 8akarta ? 9&<. 'EE>. Dal.(((.
(. Bhe 1outh. .alam? &ray$s Anatomy of Bhe Duman Body. ;ahoo 9du"ation. .iakses? A
.esember 3F''. Berdapat di? http?IIedu"ation.yahoo."omIreferen"eIgrayIsubje"tsI subje"tI
3-3.
-. :usmarjono, Dermani B. 2dinofagia. .alam? =oepardi 9A, Iskandar N, Bashiruddin 8,
:estuti :.. Buku Ajar Ilmu *esehatan Belinga Didung Benggorok *epala M !eher. 9disi
37
*eenam. 8akarta ? Balai %enerbit )akultas *edokteran /niversitas Indonesia. 3FFA. Dal.
3'3+,.
0. =nell :=. %harynG. .alam? =nell :=. Anatomi *linik /ntuk 1ahasis#a *edokteran. 9disi
,. 8akarta? 9&<. 3FF,. Dal. >E0+AF'.
38

You might also like