Professional Documents
Culture Documents
t
b
b
t
n
dimana :
b
P
P
t
t
u
u +
= penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t + u
= penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar t
= selisih tahun dari tahun t ke tahun t +u
= rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun pada masa lalu
hingga data tahun terakhir
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-20
b. Model Regresi
Untuk memperhalus perkiran, teknik yang berdasarkan data masa lampau dengan
penggambaran kurva polinomial akan dapat digambarkan sebagai suatu garis regresi. Cara
ini disebut metode selisih kuadrat terkecil (least square). Cara ini dianggap penghalusan
cara ekstrapolasi garis lurus diatas, karena garis regresi memberikan penyimpangan
minimum atas data penduduk masa lampau (dengan menganggap ciri perkembangan
penduduk masa lampau berlaku untuk masa depan). Teknik ini menggunakan persamaan
matematis :
( ) X b a P
x t
+ =
+
P
t + x
X
a, b
= jumlah penduduk tahun (t + x)
= tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
= tetapan yang diperoleh dari rumus berikut
c. Model Bunga Berganda
Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan
sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi
bertambahnya tambahan jumlah penduduk. Hal ini analog dengan bunga berbunga. Oleh
karenanya persamaan yang digunakan merupakan persamaan bunga berganda, yaitu :
( )
u
u
r P P
t t
+ =
+
1
r = rata-rata persentase tambahan jumlah penduduk daerah yang diselidiki
berdasarkan data masa lampau
d. Model Kurva Gompertz
Kurva Gompertz mengikuti pola hiperbolik yang memiliki batas (asimtot) pada kedua belah
sisinya (atas dan bawah). Dasar pertimbangan model ini adalah prinsip Gompertz, yaitu
bahwa pertumbuhan penduduk di daerah yang sudah maju adalah rendah yang diikuti
oleh pertumbuhan yang cepat pada periode berikutnya, namun lebih lanjut pada periode
berikutnya lagi pertumbuhan tersebut menurun apabila jumlah dan kepadatan penduduk
mendekati maksimal. Kurva Gompertz ini mempunyai persamaan umum :
( ) a b k P atau a k P
x
x t
b
x t
x
log log log + = - =
+ +
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-21
Model ini sering digunakan karena didalamnya mempertimbangkan faktor perkembangan
penduduk pada setiap periode waktu.
Adapun persamaan umum untuk mendapatkan tetapan Gompertz adalah :
=
2 1
3 2
log log
log log
Y Y
Y Y
b
n
( )
( )
2
2 1
1
1
log log log
=
n
b
b
Y Y a
|
|
.
|
\
|
1
log
1
1
log
1
log a
b
b
Y
n
k
n
Atau
( ) ( )
|
|
.
|
\
|
+
=
1 3 2
1
2
2 3
log 2 log log
log log log
1
log
Y Y Y
Y Y Y
n
k
dimana :
n adalah sepertiga banyaknya data
5.2.3 Pendekatan Dan Metodologi Dalam Perumusan Konsep dan Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang
Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Sungai Penuh meliputi hal-hal berikut :
- Perumusan visi, misi, dan tujuan pembangunan Kecamatan Sungai Penuh yang
dilakukan berdasarkan hasil analisis di atas.
- Perkiraan Kebutuhan Pengembangan: Tujuan pengembangan dijabarkan ke dalam
perkiraan kebutuhan pengembangan fungsional pusat-pusat dan kawasan serta
kebutuhan keterkaitan fungsional pusat-pusat dan wilayah pengaruhnya yang
meliputi:
o Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;
o Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan;
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-22
o Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;
o Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan;
- kebutuhan ekstensifikasi;
- kebutuhan intensifikasi;
- perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
o Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.
- Perumusan RDTR Kecamatan Sungai Penuh : Hasil-hasil rumusan RDTR Kecamatan
Sungai Penuh selanjutnya diajukan dalam seminar dalam rangka membahas serta
menyepakati materi-materi RDTR :
o Isu strategis wilayah.
o Potensi dan permasalahan wilayah.
o Alternatif konsep pengembangan.
o Prioritas program pengembangan.
o Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang.
5.2.3.1 Pendekatan Preskriptif dalam Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan
Pendekatan preskriptif (prescriptive approach) merupakan jenis pendekatan yang bersifat
kualitatif dan dapat memberikan deskripsi analitis untuk menghasilkan rekomendasi yang
bermanfaat dalam mendukung suatu strategi penanganan ataupun kebijakan. Pendekatan ini
bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai suatu rencana alternatif kebijakan untuk kemudian
mengeluarkan rekomendasi yang tepat berkaitan dengan kemungkinan implementasi
kebijakan dan program-programnya di masa yang akan datang. Dengan penggunaan
pendekatan preskriptif ini, diharapkan studi tidak hanya terfokus pada analisa kondisi
eksisting, namun juga dapat memperhatikan potensi implikasi pemanfaatan suatu konsepsi
penanganan atau kebijakan.
5.2.3.2 Pendekatan Interpretasi Kebutuhan Perencanaan
Dari hasil analisis kemudian dapat dilakukan interpretasi untuk berbagai macam faktor yang
akan memperngaruhi hasil rencana, yaitu:
1. Aspek strategis, yaitu mengkaji kota dalam konteks kebijaksanaan lokal dan regional serta
aspek implementasi dan persoalan/kondisi eksisting dewasa ini, dengan tahapan kajian
rinci sebagai berikut:
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-23
o Melakukan kajian terhadap berbagai kebijakan peran dan fungsi yang diemban oleh
kota dengan penekanan pada keselarasan, konsistensi berbagai peran dalam konteks
kebijaksanaan lokal maupun regional, serta aspek implementasi kebijaksanaan dengan
rencana tata ruang yang akan disusun.
o Kajian kondisi eksisting, yaitu identifikasi berbagai persoalan nyata akibat peran dan
fungsi yang diemban berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan implementasinya serta
aspek manajemen pembangunan dan proses dinamis akifitas perkotaan dengan kajian
dalam konteks hubungan makro maupun mikro. Kajian kondisi eksisting tidak hanya
pada data yang bertitik berat pada aspek fisik bernuansa spasial namun juga akan
mengungkapkan fenomena spasial dengan kajian aspek sosial ekonomi terkait
perwujudan kehidupan perkotaan berdasarkan pengalaman lapangan. Aspek-aspek
yang akan dikaji meliputi penelaahan kecenderungan perkembangan, sosial
kemasyarakatan dan kependudukan, pola struktur dan pemanfaatan ruang, aspek
perizinan, potensi dan daya dukung wilayah, perkembangan ekonomi kota,
kelengkapan sarana dan prasarana serta sistem pelayanan transportasi.
2. Aspek skenario masa depan kota apabila perkembangannya dibiarkan seperti adanya (do
nothing) dan issue apa yang menjadi faktor-faktor kritis masa depan untuk melakukan
tindakan antisipasi (do something) dengan meliha faktor negatif (kelemahan, ancaman)
dan faktor positif (kekuatan, peluang) berdasarkan tujuan pembangunan kota yang
diharapkan. Adapun kajian rincinya adalah sebagai berikut:
o Skenario perkembangan masa depan dalam berbagai aspek yang akan menjadi
gambaran perkembangan kota di masa yang akan datang;
o Isu kota; berdasarkan gambaran skenario masa datang dan dikaitkan dengan harapan
terhadap kota dapat dilihat kesenjangan antara harapan dengan realita. Berbagai
kesenjangan tersebut yang akan menjadi titik tolak pemikiran dalam melihat
permasalahan dalam konteks ruang dan waktu dan akan dicoba dikaitkan dengan
fakta-fakta persoalan yang terungkap baik berdasarkan kajian data sekunder,
pengamatan lapangan dan survai sosial ekonomi. Dengan kajian sesuai standar teknis
perencanaan kota dan wilayah serta masukan dari berbagai pihak maupun aspirasi
masyarakat dapat diungkapkan berbagai isu penting dalam rangka menentukan
berbagai faktor-faktor yang harus diperhatikan dan menjadi faktor kritis di masa yang
akan datang;
o Rumusan SWOT sebagai pengembangan lebih rinci dari analisis potensi dan masalah
yang dijabarkan dalam kajian eksternal dan internal. Berdasarkan kajian SWOT dapat
dibuat rumusan strategi pembangunan dan strategi arahan pemanfaatan ruang dan
sebagai landasan kajian analisis aspek-aspek strategis;
o Menentukan faktor kritis masa datang dengan dukungan pendekatan SWOT. Yang
dimaksud dengan faktor kritis adalah faktor yang bersifat membatasi perkembangan,
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-24
faktor yang menjadi ancaman yang akan menjadi persoalan yang dapat mengganggu
eksistensi kota sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aspek kajian sudah bersifat
integral dan komprehensif memperkaitkan berbagai aspek baik aspek fisik tata ruang,
lingkungan hidup dan sumber daya, fungsi-fungsi kegiatan, aspek sosial ekonomi
budaya kemasyarakatan, aspek kelembagaan dan manajemen pembangunan dalam
konteks regional maupun lokal;
5.2.4 Berbagai Pendekatan Dan Metode Penyusunan Rencana Detail Lainnya
Selain pendekatan dan metodologi spesifik yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan di setiap tahapan, sebagaimana dijabaran dalam sub bab sub bab di atas, terdapat
beberapa pendekatan dan metodologi umm yang dapat digunakan pada setiap tahapan dan
proses berkegiatan, sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan. Pendekatan dan
metodologi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
5.2.4.1 Pendekatan Perencanaan Incremental-Strategis dan Strategis Proaktif dalam
Penyusunan RDTR dan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan
a. Pendekatan Incremental-Strategis
Rencana Detail Tata Ruang untuk Kawasan Perkotaan merupakan bagian dari penataan
ruang kota, yang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan kota dalam aspek
keruangan. Rencana rinci penataan kawasan tersebut memuat serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai maksud dan tujuan pembangunan ruang kota, yaitu
membentuk wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang kota yang efektif dan efesien.
Suatu produk Rencana Detail Tata Ruang kawasan perkotaan yang baik harus operasional,
oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan yang ditetapkan harus realistis, demikian
pula dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan perencanaan yang realistis
adalah:
- Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota.
- Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota.
- Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses pembangunan.
- Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata.
- Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan kota.
- Mengenali aturan main yang berlaku dalam proses pembangunan kota.
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-25
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang adalah
Pendekatan Incremental yang lebih bersifat strategis, dimana sebagian besar kondisi-
kondisi awal (pra-kondisi) dari suatu persoalan pembangunan tidak diperhatikan atau
diluar kontrol. Adapun karakteristik pendekatan ini antara lain:
- Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata.
- Bersifat jangka pendek dan menengah
- Terkonsentrasi pada beberapa hal, tetapi bersifat strategis
- Mempertimbangkan eksternalitas
- Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final
Metoda SWOT merupakan contoh penjabaran dari pendekatan yang bersifat incremental-
strategis.
b. Pendekatan Strategis-Proaktif
Pendekatan strategis-proaktif merupakan bentuk kebalikan dari pendekatan incremental-
strategis. Adapun yang dimaksud rencana strategis proaktif adalah :
- Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan pembangunan,
tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan dan penyelesaian masalah,
yang kemudian dijabarkan pada program-program pembangunan dan alokasi
pembiayaan pembangunan.
- Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun eksternal,
dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal sangat kuat dalam
membentuk pola tata ruang kawasan yang terjadi.
- Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang akan datang
tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi tertentu, akan
tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya
kecenderungan-kecenderungan baru, faktor-faktor ketidakpastian, serta kejutan-
kejutan lain yang terjadi diluar perkiraan semula.
- Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan memberikan satu
acuan arah-arah pembangunan kawasan.
- Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action)
c. Pencampuran Kedua Pendekatan
Kedua jenis pendekatan ini dapat digunakan dalam pekerjaan ini. Perbedaan
penggunaannya hanya terdapat pada kesesuaian sifat pendekatan dengan karakteristik
kegiatan yang sedang dilakuakan. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-26
- Dalam perumusan konsepsi dan penyusunan rencana struktur, maka pendekatan
incremental-strategis perlu dikedepankan untuk dapat menghasilkan suatu konsepsi
pengembangan yang sifatnya cenderung utopis, namun hal ini memang disesuaikan
dengan kebutuhan perumusan visi-misi dan tujuan pengembangan kawasan yang
memiliki kecenderungan untuk mencapai suatu kondisi yang paling ideal, setidaknya
sebagai sebuah target jangka panjang yang perlu diwujudkan
- Dalam penyusunan rencana pembangunan, program pentahapan, dan aspek
pendukung lainnya, perlu dikedepankan pendekatan strategis-proaktif untuk dapat
menghasilkan suatu produk dokumen rencana yang realistis dan dapat
diimplementasikan sesuai tahapan pelaksanaannya.
5.2.4.2 Identifikasi Permasalahan Pembangunan dan Perwujudan Ruang Kawasan
Setelah dilakukan penetapan Kawasan Perencanaan Perkotaan, tahapan kedua dalam
penyusun RDTRK adalah identifikasi permasalahan dan perwujudan ruang kawasan. Tahapan
ini menekankan pada Identifikasi Isu-Isu startegis dan pengumpulan data-data terkait dengan
perwujudan ruang kawasan meliputi karekteristik wilayah pererencanaan dalam konstelasi
regional, karakteristik fisik alamiah, penggunaan lahan, sarana, parasarana, demografi,
kependudukan, sosial-ekonomi, transportasi, kelembagaan dan aspek perwujudan ruang kota
meliputi perpetakan bangunan, kepadatan bangunan, ketinggian bangunan dan sempadan
bangunan.
Isu-isu strategis ini diindentifikasikan sebagai hipotetisa awal untuk selanjutnya dilakukan
pengujian-pengujian lapangan maupun keterkaitannya dengan kebijaksanaan lainnya.
Tahapan Identifikasi isu strategis dan data-data karakteristik Kecamatan Sungai Penuh
dilaksanakan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
A. Pendekatan bottom up planning
Pendekatan bottom up planning meliputi :
- Teknik wawancara semi terstruktur instansional oleh tim konsultan kepada
pejabat/perwakilan dinas, kantor dan badan yang terkait penyusunan RDTRK ini.
Tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui temuan pokok-pokok dinamika
perkembangan kota meliputi isu-isu strategis maupun teknis pengembangan kawasan
fungsional Kecamatan Sungai Penuh 5 tahun terakhir hingga 5 tahun ke depan.
- Teknik penyebaran angket/ koesioner yang dilakukan oleh tim konsultan meliputi
kuesioner masyarakat umum, pedagang, bangkitan lalu lintas dan motivasi perjalanan.
Tujuan penyebaran kuesioner ini untuk mengidentifikasikan aspirasi masyarakat, pola-
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-27
pola aktivitas, kecenderungan-kecenderungan yang terkait penataan ruang Kecamatan
Sungai Penuh yang sedang terjadi.
- Teknik diskusi jaring aspirasi masyarakat (jasmara) yang kemudian ditindak lanjuti
dengan visual preference (penilaian dan peninjauan kasus-kasus/ topik-topik diskusi
oleh penyedian jasa konsultasi bersama-sama masyarakat, unsur Pemerintahan dan
LPM sebagai perwakilan masyarakat di lapangan). Tujuan jasmara ini untuk
mengidentifikasikan potensi dan masalah lapangan serta aspirasi kebutuhan-
kebutuhan problem solving nya.
- Teknik observasi yaitu pengamatan lapangan oleh tim konsultan meliputi objek-objek
tertentu yang dinilai penting untuk penataan ruang Kecamatan Sungai Penuh. Tujuan
dari observasi ini adalah untuk identifikasi informasi gambaran visual keadaan wilayah
perencanaan Kecamatan Sungai Penuh secara eksisting. Teknik observasi ini juga
dilakukan oleh tim konsultasi bersama Penyedian Jasa untuk melihat bersama kasus-
kasus yang penting misalkan observasi trase jalan.
- Teknik survey blok yaitu pengamatan secara teliti oleh tim konsultan meliputi
keseluruhan objek bangunan, sarana dan prasarana yang di tiap blok perencanaan.
Tujuan survey blok ini untuk verifikasi penggunaan lahan hingga ketelitian jenis
bangunan, fungsi bangunan, ketinggian, sempadan bangunan, KDB dan kondisinya.
- Traffic Counting yaitu teknik pencatatan volume lalu lintas oleh tim konsultan. Tujuan
untuk me-nemukenali poetnsi dan masalah beban arus lalu intas eksisting.
- Survey data instansional berupa hasil kajian-kajian/ riset yang memuat data, analisis
dan kesimpulan serta rekomendasi yang mengarah pada upaya pengembangan
kawasan fungsional Kecamatan Sungai Penuh.
B. Pendekatan Top Down planning
Pendekatan top down planning dalam identifikasi isu strategis pengembangan kawasan
fungsional Kecamatan Sungai Penuh dilakukan dengan pendekatan studi litertur berupa
kajian komprehensif Kebijaksanaan dan rencana-rencana yang terkait penyusunan RDTR
Kecamatan Sungai Penuh meliputi:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sungai Penuh.
b. Rencana pengembangan dan penataan Kawasan inti Pusat Kota
c. Kebijkasanaan lainnya.
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-28
5.2.4.3 Perkiraan Kebutuhan Pelaksanaan Pembangunan Kawasan
Tahapan perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan pada prinsipnya adalah analisis dan
perhitungan-perhitungan / proyeksi dan predisksi serta pengolahan data-data yang telah
dikumpulkan pada tahapan sebelumnya. Tahapan ini juga merupakan upaya menguji hipotesis
berupa isu strategis yang telah diidentifikasikan pada tahapan sebelumnya.
Pendekatan yang dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan pelaksanaan pembangunan
meliputi :
a. Pendekatan Analisis Kuantitatif
Pendekatan memperkirakan kebutuhan pembangunan berdasarkan model perhitungan-
perhitungan tertentu dengan asumsi tertentu. Pendekatan ini dilaksanakan untuk
memberikan ukuran kebutuhan yang lebih bersifat teknis, akurat dan argumentatif
misalanya perhitungan proyeksi penduduk, kepadatan penduduk, perhitungan kebutuhan
jumlah dan luasan fasalitas, kebutuhan pengendalian bangunan meliputi perhitungan nilai/
besaran KDB, KLB dan sempadan.
b. Pendekatan Analisis Kualitatif
Pendekatan memperkirakan kebutuhan pembangunan berdasarkan model-model atau
metode analisis deskriptif dengan menggunkan perbandingan kriteria-kriteri / teori/
pedoman tertentu. Pendekatan ini dilaksanakan untuk memberikan ukuran kebutuhan
yang lebih bersifat strategis dan sosiologis misalkan analisis super imposes peta-peta fisik
alamiah untuk mendapatkan kesesuaian lahan dan daya dukung lahan. Contoh lain adalah
kebutuhan penanganan konservasi bangunan bersejarah dilakukan dengan perbandingan
kariteria-kriteria tertentu.
Berdasarkan subtansinya, tahapan perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan meliputi
tahapan sebagai berikut :
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-29
A. Perkiraan Kebutuhan pokok-pokok pengembangan
Perkiraan kebutuhan pokok-pokok pengembangan Kawasan Fungsional Kecamatan Sungai
Penuh, dilakukan dengan pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatf bobot skor SWOT
(Strenght, Weekness, Opportunity dan Treath) dalam 3 (tiga) jenis skenario.
- Skenario pengembangan trend eksisting
- Skenario pengembangan target
- Skenario pengembangan moderat (gabungan)
B. Perkiraan Kebutuhan pengembangan Struktur Tata Ruang
Pengembangan struktur tata ruang Kecamatan Sungai Penuh meliputi :
b.1 Perkiraan kebutuhan pengembangan distribusi kepadatan penduduk dilakukan
dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan / proyeksi penduduk tiap unit lingkungan
- Perkiraan kepadatan penduduk tiap unit lingkungan
- Perkiraan daya tampung ruang tiap unit lingkungan.
b.2 Perkiraan kebutuhan pengembangan pusat-pusat pelayanan dilakukan dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan kebutuhan pengembangan tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut
lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam kawasan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jenis dan jumlah fasilitas pusat unit
lingkungan skala pelayanan 30.000 penduduk atau setingkat kelurahan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jenis dan jumlah fasilitas pusat tersier skala
pelayanan 120.000 penduduk atau setingkat Kecamatan atau Sub BWK.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jenis dan jumlah fasilitas pusat sekunder
skala pelayanan 480.000 penduduk atau setingkat Wilayah Pengembangan atau
BWK.
b.3 Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem per-gerakan dilakukan dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem jaringan jalan arteri sekunder,
jaringan jalan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer
(jumlah lajur, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan utama);
- Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem terminal.
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-30
- Perkiraan kebutuhan pengembangan moda split.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan Sistem jaringan kereta api
- Perkiraan kebutuhan pengembangan pedestrian.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem parkir.
b.4 Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan utilitas dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan primer, sekunder dan tersier
penyaluran air bersih dengan memperhatikan hasil perkiraan kebutuhan air secara
domestik dan fasilitas.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan penyaluran air kotor dengan
memperhatikan hasil perkiraan jumlah timbulan, keondisi geografis dan prasarana
pendukungnya.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan primer, sekunder dan tersier
drainase dengan memperhatikan hasil perkiraan jumlah limpasan keondisi
geografis dan prasarana pendukungnya.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan penyaluran persampahan dengan
memperhatikan hasil perkiraan jumlah timbulan/produksi sampah dan prasarana
pendukungnya.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi dengan
memperhati-kan hasil perkiraan jumlah kebutuhan layanan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan jaringan pemadam kebakaran dengan
memperhati-kan hasil perkiraan jumlah kebutuhan layanan.
C. Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Kawasan lindung dan Budidaya
Perkiraan kebutuhan pengembangan pola pemanfaatan ruang Kecamatan Sungai Penuh
meliputi :
c.1 Perkiraan kebutuhan pengembangan Kawasan perlindungan setempat dilakukan
dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan kebutuhan pengembagan ruang terbuka hijau (RTH) / proyeksi penduduk
tiap unit lingkungan
- Perkiraan kebutuhan kawasan cagar budaya konservasi bangunan bersejarah
disekitar Inti Pusat Kota.
c.2 Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan Budidaya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-31
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan perumahan menurut jenis dan
lokasi.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan perdagangan menurut jenis, lokasi
dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWK, Sub BWK dan atau unit
lingkungan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan jasa menurut jenis, lokasi dan skala
pelayanan meliputi regional, Kota, BWK, Sub BWK dan atau unit lingkungan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan pendidikan menurut jenis, lokasi
dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWK, Sub BWK dan atau unit
lingkungan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan kesehatan menurut jenis, lokasi dan
skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWK, Sub BWK dan atau unit lingkungan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan peribadatan menurut jenis, lokasi
dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWK, Sub BWK dan atau unit
lingkungan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan menurut
jenis, lokasi dan skala pelayanan meliputi regional, Kota, BWK, Sub BWK dan atau
unit lingkungan.
D. Perkiraan Kebutuhan Pengembangan perangkat pelaksanaan perwujudan ruang
Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem perang-kat pelaksanaan perwujudan ruang
dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit:
- Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman perpetakan bangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman kepadatan bangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman ketinggian bangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan pedoman sempadan bangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan prioritas penanganan blok peruntukan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan prioritas penanganan blok sarana dan prasarana.
E. Perkiraan Kebutuhan Pengembangan perangkat Pengendalian Ruang
Perkiraan kebutuhan pengembangan sistem perangkat pengendalian perwujudan ruang
dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme perijinan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pemberian insentif dan
disinsentif.
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-32
- Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pemberian kompensasi.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pengawasan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan perangkat mekanisme pemberian sanksi.
F. Perkiraan Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Pembangunan
Perkiraan kebutuhan pengembangan pengelolaan dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif sebagai berikuit :
- Perkiraan kebutuhan pengembangan program pembangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan kelembagaan terkait program pembangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan sumber-sumber keuangan terkait pelaksanaan
program pembangunan.
- Perkiraan kebutuhan pengembangan partisipasi masyarakat terkait pelaksanaan
program pembangunan.
5.2.4.4 Pendekatan Pelibatan Pelaku Pembangunan
Penyusunan rencana tata ruang tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat sebagai pemanfaat
ruang (pelaksana rencana tata ruang) dan sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun
negatif dari perencanaan ruang itu sendiri. Oleh karena itu dalam penyusunan rencana ini
digunakan pendekatan partisipasi pelaku pembangunan (stakeholder approach) untuk
mengikutsertakan masyarakat di dalam proses penyusunan rencana tata ruang melalui forum
diskusi pelaku pembangunan. Konsultan dalam hal ini berusaha untuk melibatkan secara aktif
pelaku pembangunan yang ada dalam setiap tahapan perencanaan. Pelibatan pelaku
pembangunan dalam pekerjaan ini dapat digambarkan dengan diagram berikut ini.
Gambar V-2 Keterlibatan Pelaku Pembangunan Dalam Penyusunan Rencana
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-33
Di dalam penyusunan rencana ini masyarakat tidak hanya dilihat sebagai pelaku pembangunan
(stakeholder) tetapi juga sebagai pemilik dari pembangunan (shareholder). Keterlibatan
masyarakat sebagai shareholder dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan wilayah
terhadap investor dari luar wilayah, tetapi yang diharapkan adalah kerjasama antara investor
dengan masyarakat sebagai pemilik lahan di wilayah tersebut. Dengan posisi sebagai
shareholder diharapkan masyarakat akan benar-benar memiliki pembangunan diwilayahnya,
dapat bersaing dengan penduduk pendatang, dan dengan demikian masyarakat lokal tidak
tergusur dari wilayahnya.
5.2.4.5 Metode Analisis SWOT
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat, atau Kekuatan, Kelemahan, Peluang,
Ancaman) adalah metodologi yang populer untuk digunakan dalam banyak aspek dan sektor
penganalisaan. SWOT mempunyai keunggulan antara lain :
- Dapat diaplikasikan di banyak bidang penelitian dan pekerjaan
- Mudah dimengerti dan sederhana aplikasinya
- Merupakan pendekatan kualitatif
Hasil analisis SWOT sangat tergantung pada tingkat pengetahuan dan pemahaman
penggunanya. Semakin detail pemahaman pengguna maka semakin tajam pula hasil
analisisnya. SWOT akan menghasilkan rumusan masalah dan bahan untuk menentukan
langkah-langkah penanganan selanjutnya.
Prosedur SWOT yang umum digunakan adalah:
1. Tentukan variabel-variabel yang mempengaruhi, misalnya aspek kebijaksanaan dan
arahan pada penyelanggaraan prasarana dan sarana
2. Pilah-pilah varibel tersebut ke dalam empat kelompok, yaitu kelompok Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Pada proses ini sangat dibutuhkan kejelian
pengguna dalam mengklasifikasikan variabel tersebut untuk disesuaikan dengan goals
karena sebuah variabel dapat menjadi ancaman sekaligus sebagai peluang, tergantung
dari cara pandang dan tujuannya.
3. Setiap variabel yang dimasukkan sebagai Kekuatan diberikan label S1, S2, S3, dan
seterusnya. Demikian juga dengan Kelemahan (label W), Peluang (label O) dan
Ancaman (label T)
4. Kemudian pengguna mencoba mengkombinasikan setiap label, misalnya S1 dengan T1
(kekuatan 1 dengan ancaman 1) dan kemudian secara kualitatif dianalisis apa dampak
dan pengaruhnya terhadap pencapaian. Demikian juga untuk kombinasi variabel
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN V-34
lainnya. Disinilah dibutuhkan kejelian pengguna untuk mengkombinasikan setiap
variabel, mengembangkannya sesuai tujuan dan merumuskan hasilnya.
5. Kumpulan kesimpulan tersebut, kemudian dipilah sesuai prioritas dan besarnya
pengaruh, sehingga diperoleh rumusan kesimpulan sebagai masukan pegambilan
keputusan dan kebijakan.
Gambar V-3 Matriks SWOT Analysis
STRENGTHS WEAKNESSES
O
P
P
O
R
T
U
N
I
T
I
E
S
STRATEGI S-O
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
T
H
R
E
A
T
H
S
STRATEGI S-T
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI W-T
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
menghindari ancaman
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-1
BAB VI RENCANA PELAKSANAAN
PEKERJAAN
6.1 Tahapan Rencana Kerja
Secara umum kegiatan pekerjaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Sungai
Penuh meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut:
6.1.1 Tahap Persiapan
Tahapan ini dituangkan dalam laporan pendahuluan dan dilakukan selama 1 (satu) minggu
setelah adanya surat perintah melaksanakan pekerjaan (SPMK). Tahap ini meliputi kegiatan
melengkapi administrasi pelaksanaan pekerjaan (kontrak kerja, SPK dan surat izin survei),
orientasi lapangan, mobilisasi tim, penyusunan jadual survey, penyusunan check list data serta
koordinasi dengan pemberi tugas/Tim Teknis. Hasil dari tahapan ini merupakan laporan
pendahuluan yang dilengkapi dengan :
- Mobilisasi Peralatan dan Konsolidasi Tim Konsultan
- Koordinasi dengan Pengguna Jasa
- Inventarisasi RRTRW Kecamatan di Wilayah Kota Sungai Penuh yang sudah ada
- Pengumpulan Data dan Informasi yang Terkait dgn Kegiatan
- Penyiapan Peta Dasar Skala 1: 5.000
- Perumusan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
- Penyusunan Rencana Kerja
6.1.2 Tahap Survei
Merupakan tahap pengumpulan data primer dan data sekunder, baik berupa peta, tabel
maupun data dan informasi yang lengkap meliputi :
1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang
Data ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran arah dan kebijakan pengembangan
rencana tata ruang wilayah Kota Jambi.
2. Kondisi existing wilayah kabupaten/kota
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-2
Data ini diperlukan untuk mengenali potensi dan permasalahan Kota Jambi melalui
inventarisasi data sebagai berikut :
- Inventarisasi/Pengumpulan Data-data Kebijakan Pemerintah Kota Sungai Penuh
- Identifikasi Sistem, Pras. dan Sarana Transportasi Kota
- Identifikasi Ketersediaan dan Kualitas Pras. dan Sarana Perkotaan
- Identifikasi Kondisi dan Pola Tata Air
- Identifikasi Kondisi Geologi dan Lingkungan Kota
- Survei Peruntukan Lahan sampai Kedalaman Blok Peruntukan
- Inventarisasi Warisan Budaya Kota : Gedung dan Kawasan Bersejarah
- Pengumpulan Data Kependudukan dan Sosial Budaya
- Survei dan Pengumpulan Data Ekonomi Kota
- Review/Peninjauan Kembali terhadap RRTRW Kecamatan di Kota Sungai Penuh
Tahapan pengumpulan data dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dimulai dari minggu ketiga
dan akan berakhir pada minggu enam dari dari jadwal pekerjaan.
6.1.3 Tahap Analisis
Tahapan analis dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dimulai dari bulan dua dan akan berakhir
pada ketiga dari dari jadwal pekerjaan. Pekerjaan didalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi :
- Analisis Daya Dukung Pras., Sarana dan Utilitas
- Analisis Daya Dukung Lingkungan
- Analisis Potensi dan Permasalahan Fisik Kota
- Analisis Kebutuhan Pelestarian Unsur-Unsur Kota
- Analisis Pemanfaatan Ruang
- Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya
- Analisis Pengembangan Ekonomi Kota
- Analisis Potensi dan Permasalahan Sosial Ekonomi Kota
- Analisis Kapasitas Pengembangan Kawasan
- Analisis Kebutuhan Pengembangan Kawasan
6.1.4 Tahap Rancangan Rencana
Tahapan Rancangan Rencana dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu dimulai dari bulan ketiga
dan akan berakhir pada bulan keempat dari dari jadwal pekerjaan. Pekerjaan didalam
pelaksanaan kegiatan ini meliputi :
- Perumusan Konsep Rencana Detail Tata Ruang Kota
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-3
- Perumusan Tujuan Pengembangan Kota
- Perumusan Rencana Struktur Dan Pola Ruang
- Perumusan Rencana Blok Pemanfaatan Ruang
- Perumusan Peraturan Zonasi
- Perumusan Arahan Pelaksanaan Dan Pengendalian Pembangunan
6.1.5 Tahap Penyusunan Rencana
Hasil rancangan rencana dibahas dalam forum diskusi/seminar, maka beberapa masukan/input
dalam forum diskusi/seminar tersebut akan dijadikan bahan perbaikan. Pekerjaan
penyempurnaan ini dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan, dimulai dari bulan keempat dari
jadwal pelaksanaan hingga bulan lima.
6.2 Waktu Pelaksanaan Kerja
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) Jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan
PENYUSUNAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI KOTA SUNGAI PENUH adalah 90 ( sembilan
puluh ) hari kalender atau 3 (tiga ) bulan terhitung sejak Surat Perjanjian Kerja Sama/Kontrak
ditandatangani.
Untuk melaksanakan Pekerjaan tersebut secara garis besar dimulai dengan tahap persiapan,
pengukuran dan inventarisasi data primer dan sekunder, tahap analisis, tahap rumusan
rancangan rencana dan tahap penyusunan rencana. Jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut
dapat dilihat pada Tabel VI-1.
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-4
Tabel VI-1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTR) dan Peraturan Zonasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I . Persiapan
1.1. Mobilisasi Team
1.2. Laporan Pendahuluan
1.3. Penyusunan Materi Survey
I I . Survey
2.1. Observasi Lapangan
2.2. Kunjungan Dinas / Instansi
2.3. Wawancara Tokoh Masyarakat
I I I . Kompilasi dan Analisa
3.1. Fisik Geografis
3.2. Kependudukan
3.3. Perekonomian
3.4. Sarana dan Prasarana
3.5. Daya Dukung Wilayah
3.7. Potensi dan Permasalahan
I V. Perumusan Konsep Rencana
4.1. Tata Ruang Wilayah
4.2. Kependudukan
4.3. Perekonomian
4.4. Sistem Sarana dan Prasarana
4.3. Pemanfaatan Ruang
4.4. Pengelolaan Ruang
V. Penyusunan Rencana
5.1. Tata Ruang Wilayah
5.2. Kependudukan
5.3. Perekonomian
5.4. Sarana dan Prasarana
5.5. Pemanfaatan Ruang
5.6. Pengelolaan Ruang
No. Tahapan Kegiatan
B U L A N
Keterangan I I I I I I
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-5
6.3 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan
Struktur organisasi pekerjaan Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi di Kota Sungai Penuh
menjelaskan hubungan struktural maupun koordinasi terdiri dari :
- Pemerintah Kota Sungai Penuh
- Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh
- Konsultan Pelaksana Teknis
- Instansi Terkait
Konsultan sebagai institusi yang diberi kepercayaan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai
Penuh bertanggung jawab dan berkewajiban menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK). Didalam pelaksanaan pekerjaan, konsultan membawa surat tugas
dari Pemerintah Kota Sungai Penuh c/q Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh yang
ditujukan ke instansi-instansi terkait dalam upaya untuk memperoleh data yang akurat.
Untuk melakukan kontrol terhadap kualitas hasil pekerjaan pemberi tugas (Dinas Perhubungan
Provinsi Sungai Penuh) membentuk Tim Teknis yang terdiri dari beberapa instansi terkait.
Struktur organisasi pelaksanaan Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi di Kota Sungai
Penuh dapat dilihat pada Gambar VI-1.
Gambar VI-1 Struktur Organisasi Proyek
KOTA SUNGAI PENUH
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-6
6.4 Struktur Organisasi Konsultan
Didalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi di Kota Sungai
Penuh, PT. Santika Consulindo mengusulkan sebuah Tim yang lengkap dan mampu
menangani administrasi, teknis dan keuangan. Tim tersebut secara keseluruhan adalah
merupakan Regu Pelaksanaan Tugas (RPT) yang dipimpin oleh Ketua Regu Pelaksanaan Tugas
(KRPT). Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar, maka KRPT adalah Ketua Tim (Tim
Leader).
Ketua Regu Pelaksanaan Tugas (KRPT) bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan
pekerjaan kepada direktur proyek. Direktur proyek melakukan hubungan kontraktual dan
bertanggung jawab kepada pemberi tugas atau pimpinan proyek. Dalam pengendalian mutu
Direktur Proyek dibantu oleh Penasehat Senior Ahli, melakukan kontrol atas kualitas produk
yang dihasilkan.
KRPT atau Team Leader diberikan hak ( wewenang ) untuk mengelola keuangan / biaya untuk
melaksanakan Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi di Kota Sungai Penuh. Untuk
pelaksanaan tugas tersebut, KRPT menyusun Rencana Operasional Pelaksanaan Tugas (ROPT)
yang memuat rencana kerja dan rencana biaya untuk pelaksanaan pekerjaan. Mengacu dari
ROPT tersebut perusahaan akan mengeluarkan biaya operasional setiap bulan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Tenaga ahli yang terlibat dalam Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi di Kota Sungai
Penuh terdiri dari :
1. Ahli Perencana Wilayah dan Kota sebagai Team Leader
2. Ahli Prasarana Wilayah sebagai Tenaga Ahli
3. Ahli Urban Design sebagai Tenaga Ahli
4. Ahli System Informasi Geografis (GIS) sebagai Tenaga Ahli
5. Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan sebagai Tenaga Ahli
6. Ahli Teknik Lingkungan sebagai Tenaga Ahli
7. Ahli Kelembagaan sebagai Tenaga Ahli
8. Ass. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota sebagai Asisten Tenaga Ahli
9. Ass. Ahli Urban Design sebagai Asisten Tenaga Ahli
Struktur organisasi Tim Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi di Kota Sungai Penuh terdiri
dari ; tenaga ahli, asisten dan tenaga perndukung yang terlibat.
BIDANG TATA RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH
LAPORAN PENDAHULUAN VI-7
6.5 Jadwal Penugasan Personil
Jadwal penugasan personil dalam pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kota Sungai Penuh, baik tenaga ahli maupun tenaga pendukung dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel VI-2 Jadwal Penugasan Personil
NO TENAGA AHLI NAMA TENAGA AHLI
BULAN I BULAN II BULAN III
I II III IV I II III IV I II III IV
I
1 Ahli Perencana Wilayah dan Kota Yudi Syafril, ST
2 Ahli Prasarana Wilayah Ir. Sri Wiyasa
3 Ahli Urban Design Bimo Chondro T
4 Ahli GIS Ir. Bambang Gunarso W.
5 Ahli Lingkungan TB. Rafiudin
6 Ahli Hukum Yeltriana, SH.MH
7 Ahli Ekonomi Pembangunan Ir. Rian Permana, M. Si
II
1 Asisten Perencanaan Wilayah dan Kota To be Name
2 Asisten Urban Design To be Name
III
1 Operator Komputer Tobe Name
2 CAD Draftman Tobe Name
3 Surveyor Tobe Name
4 Tenaga Administrasi Tobe Name