You are on page 1of 13

AVIAN INFLUENZA

Definisi
Avian Influenza (AI) adalah penyakit virus menular dari burung (terutama unggas air liar
seperti bebek dan angsa), sering menyebabkan tidak ada tanda-tanda nyata dari penyakit.


Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae, yang terbagi atas :
1. Virus influenza tipe A yang secara antigenik sangat bervariasi dan dapat berubah-rubah
bentuk (Drift, Shift) dan merupakan penyebab dari sebagian besar kasus epidemi dan
pandemi.
2. Virus influenza tipe B dapat juga memperlihatkan perubahan antigenik dan kadang-
kadang menyebabkan epidemi.
3. Virus influenza tipe C yang secara antigenik bersifat stabil dan hanya menyebabkan
penyakit ringan.
Perbedaan antigenik diperlihatkan oleh protein struktural internal, nukloeprotein (NP),
dan protein matriks (M), digunakan untuk membagi virus influenza menjadi tipe A, B dan C.
Sedangkan variasi antigenik pada glikoprotein permukaan yang terdiri dari Hemaglutinin (H)
dan Neuramidase (N), digunakan untuk menentukan subtipenya. Virus influenza tipe A memiliki
beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H
dan 14 varian N.
Gambar 1. Virus Influenza

Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.
Sedangkan pada hewan terdapat jenis H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen adalah dari
subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 C dan
lebih dari 30 hari pada 0 C. Virus akan mati pada pemanasan 60 C selama 30 menit atau 56 C
selama 3 jam, dengan detergen dan dengan desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodine.

Epidemiologi
Seperti halnya SARS, epidemiologi dari flu burung ini sangat kompleks dan tidak
sepenuhnya dimengerti. Virus influenza A dapat menginfeksi manusia dan juga pada hewan
lainnya seperti bebek, ayam, babi, paus, kuda dan anjing laut, sedangkan virus influenza B dan C
beredar secara luas hanya pada manusia.
Burung liar adalah sumber primer semua subtipe dari virus influenza A dan juga
merupakan sumber penularan pada hewan lain, tetapi tidak pada manusia. Kebanyakan virus
influenza menyebabkan infeksi yang asimptomatik atau infeksi ringan pada burung dan gejala
yang timbul pada unggas tergantung pada strain dari virus. Infeksi dengan beberapa virus Avian
influenza A (contohnya pada strain H5 dan H7) dapat menyebabkan penyebaran penyakit yang
luas dan kematian pada beberapa spesies burung liar dan burung peliharaan seperti ayam dan
kalkun. Babi dapat terinfeksi oleh virus flu burung dan virus flu pada manusia selain virus flu
pada babi sendiri, maka babi mungkin terinfeksi oleh virus dari spesies yang berbeda pada saat
yang bersamaan.
Apabila ini terjadi, maka gen-gen dari virus yang menginfeksi dapat bercampur
sehingga akan menciptakan gen virus yang baru. Contoh: apabila seeokor babi terinfeksi oleh
virus flu burung dan flu manusia pada saat yang bersamaan virus tersebut dapat bercampur dan
menghasilkan virus baru yang memiliki gen yang mirip dengan virus dari manusia, namun
memiliki Hemaglutinin / Neuramidase dari virus flu burung. Maka virus tersebut akan dapat
menginfeksi dan menyebar diantara manusia, namun memiliki protein permukaan yang belum
pernah ditemukan sebelumnya pada virus influenza yang menginfeksi manusia. Perubahan
semacam ini disebut antigenic shift. Antigenic shift akan menghasilkan subtipe virus influenza A
baru, sehingga manusia hanya akan memiliki sedikit kekebalan atau bahkan tidak ada kekebalan
sama sekali terhadap virus tersebut. Jika virus ini menyebabkan sakit pada orang dan dapat
ditularkan pada orang dengan mudah dari manusia ke manusia maka akan timbul pandemi.
Epidemiologi yang tepat dan mekanisme yang pasti dari penyebaran virus ini ke manusia masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Perubahan antigenik itu sendiri terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah antigenic
drift atau penyimpangan antigen atau disebut dengan perubahan antigenik minor dimana hanya
terjadi perubahan kecil komposisi antigen dan tidak mengalami perubahan subtipe, proses ini
biasanya berjalan lama. Sedangkan antigenic shift atau pergeseran antigen atau juga disebut
perubahan antigenik mayor menyebabkan perubahan drastis pada rangkaian protein permukaan
virus. Mekanisme yang mungkin untuk kejadian ini adalah percampuran kembali genetika antara
virus influenza manusia dan non manusia, khususnya yang berasal dari burung. Virus influenza
tipe B dan C tidak menunjukan proses ini, hal ini dikarenakan hanya sedikit virus yang terkait
dengan hewan.
Apabila virus influenza terdapat pada peternakan domestik, virus ini mempunyai sifat
yang sangat menular, dan burung liar tidak lagi menjadi faktor penting dalam penyebaran.
Burung yang terinfeksi mengeluarkan virus dengan konsentrasi yang besar pada feses burung
dan sekret hidung dan mata. Apabila mengenai kumpulan burung, maka virus akan menyebar
dari satu kelompok ke kelompok lain dengan melibatkan burung yang terinfeksi, peralatan yang
terkontaminasi, telur, truk makanan dan kru pelayanan. Penyakit ini secara umum menyebar
pada kelompok dengan kontak langsung.

Infeksi Avian Influenza pada manusia
Infeksi pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997, dimana
virus H5N1 menyebabkan penyakit pernafasan yang berat pada 18 orang, 6 orang diantaranya
meninggal. Infeksi yang terjadi pada manusia bersamaan dengan terjadinya epidemi pada virus
influenza yang mempunyai patogenitas yang tinggi, yang disebabkan oleh strain yang sama pada
peternakan di Hongkong.
Pada penelitian lebih lanjut pada kejadian ini, tergantung dari kontak langsung dengan
unggas hidup yang terinfeksi (sumber infeksi). Pada penelitian genetika, ditemukan virus
berpindah secara langsung dari burung ke manusia.


Dengan adanya pemusnahan yang dilakukan secara cepat dalam waktu 3 hari terhadap
sekitar 5.000.000 burung pada peternakan di Hongkong, mengurangi kesempatan lebih jauh
infeksi ke manusia dan mencegah terjadinya pandemi.

Tahun Negara Jumlah kasus Jumlah Kematian Tipe Virus Influenza A
1997 Hongkong 18 6 H5N1
1999 Hongkong 2 0 H9N2
1999 Cina 2 0 H9N2
2003 Hongkong 2 1 H5N1
2003 Belanda 89 1 H7N7
2003 Hongkong 1 1 H9N2
2003 NewYork 1 0 H7N2
2004 Thailand 12 8 H5N1
2004 Vietnam 23 15 H5N1
2004 Canada 1 0 H7N3

Tabel 1.1 Daftar kasus flu burung pada manusia sejak tahun 1997-2004
Kepentingan dari subtipe virus influensa tipe A H5N1
Dari 15 subtipe dari virus influenza, H5N1 merupakan subtipe yang mendapat
perhatian khusus. H5N1 bermutasi dengan cepat dan telah terbukti bahwa subtipe ini
mendapatkan gen dari virus yang menginfeksi hewan spesies lain dan memiliki virulensi yang
tinggi pada manusia terutama pada anak. Burung yang bertahan hidup dari infeksi akan tetap
mengekskresikan virus dalam 10 hari, baik secara peroral maupun melalui feses yang kemudian
akan menginfeksi hewan lain maupun pada burung yang bermigrasi.
Pada penelitian terbaru WHO didapatkan bahwa virus H5N1 ini tidak memperlihatkan
tanda-tanda adanya transmisi virus dari manusia ke manusia. Hal ini diteliti pada satu keluarga di
Vietnam, dimana ditemukan 2 anggota keluarga yang terkena virus ini. Bahan materi dari dari
genetik virus ini diambil dari sampel kakak beradik masing berumur 23 tahun dan 30 tahun.
Ternyata kedua virus tersebut berasal dari unggas dan tidak mengandung gen dari virus influenza
manusia. Penemuan ini memperlihatkan bahwa virus tidak berubah menjadi bentuk yang dapat
menular dari satu orang ke orang lain. Dilaporkan juga tidak ada anggota keluarga lain yang
sakit, orang disekitarnya ataupun pekerja medis yang terlibat dalam perawatan pasien ini.

Penularan













Gambar 3. Penularan Avian Influenza
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia, melalui udara
yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari air liur, sekret hidung dan feses yang menderita flu
burung. Penularan juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung atau kontak dengan unggas
yang terinfeksi flu burung. Kelompok resiko tinggi tertular penyakit ini, yaitu : pekerjaan di
peternakan unggas, pemotong unggas dan penjamah produk unggas lainnya. Sampai saat ini
belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke
manusia atau menular melalui makanan.

Masa Inkubasi
Pada unggas masa inkubasi berlangsung kurang lebih 1 minggu, sedangkan pada
manusia berkisar 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum timbul gejala sampai 3-5 hari timbul
gejala. Pada anak-anak berlangsung sampai 21 hari.

Manifestasi Klinis
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas







seperti depresi

b. Gejala pada manusia
Demam (suhu badan diatas 38 C)
Batuk dan nyeri tenggorokan
Batuk
Pilek
Mialgia
Infeksi mata
Radang saluran pernafasan atas
Pneumonia
Respiratori distress sindrom

Kriteria Diagnosis
a. Kasus Observasi
Panas badan diatas 38 C disertai lebih dari 1 gejala berikut :
Batuk
Radang tenggorokan
Pilek
Napas pendek / sesak nafas dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak
dengan unggas sakit / mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya
dan produk mentahnya.
Pasien masih dalam observasi klinis, epidemiologis dan pemeriksaan laboratorium.
b. Kasus Tersangka
Panas badan diatas 38 C disertai lebih dari 1 gejala berikut :
Batuk
Radang tenggorokan
Pilek
Sesak nafas / napas pendek
pneumonia
Disertai tanda dibawah ini:
pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit / mati mendadak yang
belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala diatas
pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam
14 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas
pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala diatas
pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala diatas (bekerja di laboratorium untuk AI)
ditemukan leukopeni 3000 / l atau mm
ditemukan adanya titer antibody terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test
menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influenza A tanpa subtipe
ATAU
Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau
lebih keadaan dibawah ini :
Leukopenia atau limfopenia (relatif / diff count) dengan atau tanpa
trombositopenia (trombosit < 150.000)
Foto thorax menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat dikedua sisi paru
yang makin meluas pada serial

c. Kasus Probable
Kasus tersangka ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :
- Ditemukan adanya kenaikan titer antibody minimum 4 kali terhadap H5 dengan
pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau ELISA test.
- Hasil laboratorium terbatas untuk positif influenza H5 (dideteksi antibody
spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal)menggunakan neutralisasi tes
- Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/ gagal napas/ meninggal dan
terbukti tidak ada penyebab lain.

d. Kasus Pasti
kasus suspek atau probable dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini :
Hasil biakan virus influnza A (H5N1) positif atau
Hasil dengan pemeriksaan PCR untuk H5 positif
Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar >4x
Hasil dengan IFA untuk antigen H5 positif



PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Uji Konfirmasi
- Kultur dan identifikasi virus H5N1. Sample dapat diambil dari swab tenggorok, cairan
dari trakea, aspirat saluran hidung tenggorok, cairan bronkoalveolar.
- Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5. Spesimen yang
diambil yaitu bilasan hidung atau usapan tenggorokan, ini merupakan bahan terbaik
untuk isolasi virus dan harus didapatkan dalam 3 hari setelah timbul gejala.
- Pemeriksaan Serologi:
o imunofluorescence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan menggunakan
antibody monoklonal influenza A H5N1
o uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibody spesifik influenza A / H5N1
sebanyak 4x dalam paired serum dengan uji netralisasi
o uji penapisan :
rapid test : untuk mendeteksi influenza A
HI test : dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1
enzyme imunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1
Pemeriksaan Lain
- hematologi :
o Darah lengkap (Hb, leukosit, hitung jenis leukosit dan LED) umumnya ditemukan
leukopeni, limfositopeni, atau limfositosis relatif dan trombositopeni
- Kimia
o Penurunan Albumin / Globulin
o Peningkatan SGOT / SGPT
o Peningkatan Ureum, kreatinin
o Keratin kinase meningkat
o Analisis gas darah normal atau abnormal
o Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
ditemukan.
- Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks PA dan Lateral dapat ditemukan gambaran pnemonia berupa
infiltrat yang tersebar di paru.
Penanganan
o Penderita dirawat diruang isolasi selama 7 hari (masa penularan), karena ditakutkan
adanya transmisi melalui udara.
o Oksigenasi, jika terdapat sesak nafas dan apabila terdapat kecendrungan adanya gagal
nafas, dengan cara mempertahankan saturasi 0
2
> 90%
o Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus) atau minum yang banyak
o Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetik, antipiretik, dekongestan dan
antitusif
o Amantadine / Rimantadine yang berfungsi menghambat hemaglutinin diberikan pada
awal infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Bila BB > 45kg diberikan 100 mg dua kali sehari.
Pada orang lanjut usia dan penderita dengan penurunan fungsi hari atau ginjal, dosis
harus diturunkan.
o Oseltamivir yang berfungsi menghambat neuramidase diberikan untuk anak < style="">
sebanyak 45 mg dua kali sehari; BB 23-40 kg sebanyak 60 mg dua kali sehari; BB > 40
kg sebanyak 75 mg dua kali sehari. Dosis pada penderita dengan usia> 13 tahun sebanyak
75 mg dua kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah onset influenza.
Pemberian dilakukan selama 5 hari.
o Pada kasus dengan respiratori distress, maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS
sebagaimana lasimnya, dan penderita dimasukan ke ruang perawatan intensif (ICU).
o Selanjutnya dapat dirawat di ruang perawatan biasa, jika :
Hasil apus tenggorokan negatif dengan PCR atau biakan.
Setelah 7 hari demam, kecuali demam berlanjut, atau sesuai pertimbangan dokter
yang merawat atau penanganan adalah kasus demi kasus.

Apabila kita berhadapan dengan seorang yang terkena gejala seperti flu,
kemoprofilaksis efektif untuk mencegah penularan influenza dibutuhkan. Profilaksis dengan
amatadine efektif untuk mencegah sebagian besar tipe flu (Influenza A). Bagi yang tidak toleran
terhadap amatadine dapat menggunakan Oseltamivir (tamiflu) sebagai obat alternatif. Jika sudah
mendapatkan vaksinasi, maka kemoprofilaksis tidak dibutuhkan. Direkomendasikan durasi
pemberian profilaksis adalah 7-10 hari.
Pasien-pasien yang memiliki resiko tinggi penularan influenza, maka sebaiknya
diberikan obat antiviral, jika disekitarnya ada yang terkena influenza maka harus diberikan
kemoprofilaksis.
Obat antiviral efektif untuk treatment dari influenza jika dipakai setelah muncul gejala-
gejala awal. Sebab pemakaian antiviral ini terbatas, penggunaan obat antiviral dipergunakan
hanya pada masyarakat yang memiliki resiko terjadinya komplikasi yang berat dari influenza
yakni mulai dari hari ke-2 onset penyakit tersebut.
Dalam keadaan apapun, pengobatan juga harus diberikan kepada orang yang
mengunjungi pasien yang didiagnosis mengidap influenza. Pengobatan yang disarankan untuk
influenza yaitu oseltamivir (tamiflu) yang sesuai dengan dosis harian serta usia untuk
penyembuhan influenza. Lamanya pengobatan direkomendasikan selama 5 hari. Untuk
mengontrol infeksi tersebut dilakukan monitoring oleh lembaga kesehatan seperti rumah sakit.

Pencegahan
Pada unggas :
- Pemusnahan unggas atau burung yang terinfeksi flu burung
- Vaksinasi pada unggas atau burung yang sehat.

Pada manusia:
(pekerja peternakan dan pedagang)
Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja
Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi
Gunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian kerja
Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja
Membersihkan kotoran unggas setiap hari

Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat
yang cukup
Mengolah unggas dengan cara yang benar yaitu: pilih unggas yang sehat
(tidak terdapat gejala-gejala penyakit dalam tubuhnya)
Memasak daging unggas sampai suhu 80 C selama 1 menit dan pada telur
sampai suhu 64 C selama 4.5 menit.

Petugas laboratorium dan petugas kesehatan
o dianjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus, dan
pengamatan perubahan secara serologi pada pekerja ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedkoteran Indonesia.
2. Accessed in March 2012. Available at URL
:http://medicastore.com/penyakit/3001/Flu_Burung.html
3. WHO. (2006) : Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza
A/(H5N1) Re- ported to WHO, 28 Agustus 2006. A vailable from : http://
www.who.int/csr/disease/ avian_influenza/country/ cases_table_2006_08_23/en/
index.htm.
4. Avian Influenza A Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran Pada Manusia. Available at
URL :http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006.pdf
5. The New England Journal of Medicine. Available at URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM

You might also like