You are on page 1of 10

NAMA : AGUNG AFIF

NPM : 170210120038
KELAS : B
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ), merupakan Negara kepulauan
terbesar di dunia, secara geografis berada pada batas dua samudra dan terletak
diantara 2 benua dan memiliki kurang lebih 18.110 pulau dengan garis pantai
sepanjang 108.000 km. berdasarkan konvensi hukum laut ( UNCLOS ) 1982, Dengan
potensi fisik sebesar ini, Indonesia dikaruniai pula dengan sumberdaya perikanan dan
kelautan yang besar. Dari sisi keanekaragaman hayati, Indonesia dikenal sebagai
negara dengan kekayaan hayati kelautan terbesar. Dalam hal ekosistem terumbu
karang (coral reefs) misalnya, Indonesia dikenal sebagai salah satu penyumbang
kekayaan hayati terumbu karang terbesar di dunia. Menurut data World Resources
Institute (2002), dengan luas total sebesar 50.875 km2, maka 51 % terumbu karang di
kawasan Asia Tenggara dan 18 % terumbu karang di dunia, berada di wilayah
perairan Indonesia.
Untuk memanfaatkan nilai manfaat sumber daya kelautan bagi pengembangan
wilayah secara berkelanjutan dan menjamin kepentingan umum secara luas,
diperlukan intervensi kebijakan dan penanganan khusus oleh pemerintah untuk
pengelolaan wilayah maritim namun demikian masalah-masalah kelautan termasuk
pembangunan ekonomi kelautan mempunyai hubungan yang erat dengan ketentuan
ketentuan hukum internasional. Oleh karena itu dalam pembangunan terkait masalah
kelautan Indonesia, ketentuan ketentuan yang terdapat dalam konvensi internasional
haruslah menjad acuan.
Indonesia telah meratifikasi konvensi PBB tentang hukum laut 1982 (united
nations convention on law of the sea ) yang lebih dikenal dengan sebutan UNCLOS
1982. Kemudian diratifikasi di dalam negeri dengan undang undang no.17 tahun
1985 sehingga dengan demikian konvensi tersebut berlaku di Indonesia. Setelah
meratifikasi, Indonesia diterima dan ditetapkan sebagai Negara kepulauan yang
mempuyai laut pedalaman. Artinya, laut di dalam Negara kepulauan Indonesia, adalah
wilayah juridiksi Negara.
Kebijakan luar negeri suatu negara tergantung kebijakan nasionalnya, sedang
kebijakan nasional tergantung kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional
masing-masing negara beragam, ada yang ingin mempertahankan keamanannya,
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, ada yang ingin mengembangkan ideologi dan
terakhir adalah ekspansi teritorial.
Bagi bangsa Indonesia, yang mendiami negara kepulauan, kepentingan
nasional di dan lewat laut adalah satu, terjaminnya stabilitas keamanan di perairan
yurisdiksi nasional. Dua, terjaminnya keamanan garis perhubungan laut antar pulau,
antarwilayah, antarnegara dan alur laut kepulauan Indonesia, Tiga, terjaminnya
keamanan sumber hayati dan nonhayati serta SDA lainnya di laut untuk kesejahteraan
bangsa, Empat, terpelihara dan terjaganya lingkungan laut dari tindakan yang
mengakibatkan kerusakan ekosistem kelautan. Lima, stabilitas kawasan area
kepentingan strategis yang berbatasan dengan negara-negara tetangga. Enam,
terjaminnya keamanan kawasan ZEE Indonesia. Tujuh, meningkatnya kemampuan
industri jasa maritim untuk mendukung upaya pertahanan negara di laut.
Posisi Geografis Indonesia yang strategis, antara dua benua dan dua samudra,
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, susunan demografis, sistem sosial
politik mempengaruhi sikap dan cara pandang Indonesia dalam memposisikan diri di
dunia internasional. Politik luar negeri Indonesia dijiwai pula oleh pengalaman
perjuangan mencapai kemerdekaan nasional, serta perjuangan dalam memberi wujud
dan mengisi kemerdekaan nasional, serta perjuangan dalam memberi wujud dan
mengisi kemerdekaan tersebut seperti halnya dengan kebanyakan Negara. Karena itu
salah satu factor atau ciri utama politik luar negeri Indonesia adalah sikap anti
penjajahan atau anti kolonialisme yang merupakan bagian dari rasa kebangsaan atau
nasonalisme bangsa Indonesia.
1

Sebagai sebuah Negara yang mempunyai belasan ribu pulau dan wilayah laut
yang teramat luas, idealnya Indonesia mempunyai angkatan perang dengan sistem
persenjataan canggih nan-mutakhir. Paling tidak, dengan kelengkapan seperti itu,
suatu Negara dapat di perhitungkan dalam suatu wilayah. Keberadaan angkatan
bersenjata yang kuat mampu mendatangkan efek tangkal (deterren effect), setidaknya
pada Negara tetangga.
Dalam upaya menjaga perbatasan (maritim) nasionalnya, Indonesia juga
membutuhkan suatu armada pertahanan laut yang efektif, besar dan canggih dan oleh
karenanya menuntut pula penyediaan fasilitas pertahanan laut yang memadai.
eksistensi Indonesia sebagai Negara maritime hanya bisa ditunjukan bila Indonesia
memiliki armada angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai dan
mengamankan wilayah lautnya.

1
Buku putih politik luar negeri Indonesia ( Badan pengkajian dan pengembangan kebijakan
departemen luar negeri Republik Indonesia, 2003 ), hlm.8
Sebagaimana tertuang dalam doktrin TNI AL Eka Sasana Jaya yang
menggariskan bahwa kebesaran suatu bangsa atau Negara maritime sangat ditentukan
oleh kekuatan lautnya, baik berupa kekuatan armada niaga dan kekuatan armada
bersenjata yaitu angkatan laut. Dengan demikian, kehadiran angkatan laut untuk
memberikan jaminan keamanan di laut, sudah merupakan suatu conditio sine qua non.
Dengan kata lain, tulang punggung pertahanan nasional tidak lagi tertuju pada
kekuatan angkatan darat (continental oriented), namun lebih difokuskan pada
kekuatan angkatan laut (maritime oriented) dan udara. Dengan kata lain, orientasi
utama pertahanan nasional harus diberikan kepada matra laut dan udara.
Mencermati perkembangan konteks strategis dengan berbagai isu yang
mengemuka tentang ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh Negara, maka
pembangunan kekuataan pertahanan Negara Indonesia merupakan kebutuhan yang
tidak dapat dihindari. Kebutuhan tersebut semakin mendesak bila dihadapkan dengan
kondisi personil dan material TNI. Baik kualitas maupun kuantitasnya masih memiliki
banyak kekurangan, sementara tuntutan tugas kedepan semakin berat dan kompleks.
Demikian pula halnya dengan komponen pertahanan lainya, yakni komponen
cadangan dan pendukung, yang penyiapan dan pengelolaanya belum sesuai harapan.
Perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan, dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi geografi dan demografi, sumber kekayaan alam dan
buatan, serta kondisi sosial termasuk kemampuan keuangan Negara. Sumber daya laut
sangat besar dimiliki oleh indonesia, sumber daya laut tersbut bisa membantu
keuangan negara dimana saling berkaitan antara pembangunan kekuataan pertahanan
dengan pemanfaatan sumber daya laut indonesia.
Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas
maupun keragamannya, Sumberdaya laut tersebut bila ditinjau dari kuantitas sangat
besar, adapun keragaman sumberdaya laut untuk jenis ikan diketahui terdapat 8.500
jenis ikan pada kolom perairan yang sama, 1.800 jenis rumput laut dan 20.000 jenis
moluska. Potensi perikanan tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun
dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,007 juta ton atau 80% dari
MSY (Maximum Sustainable Yield). Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5
juta ton sehingga tersisa peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh potensi perikanan
tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar US$15.1 milyar.
2

Sumberdaya perikanan juga memiliki potensi yang besar hingga sering disebut
bahwa sektor perikanan merupakan raksasa yang sedang tidur (the sleeping giant).
Hasil riset Komisi Stok Ikan Nasional menyebutkan bahwa stok sumberdaya
perikanan nasional diperkirakan sebesar 6,7 juta ton per tahun. Hal ini tentu estimasi
kasar karena belum mencakup potensi ikan di perairan daratan (inland waters
fisheries). Demikian juga dengan sumberdaya alam kelautan lainnya seperti
sumberdaya minyak yang berkontribusi secara signifikan terhadap total produksi
minyak dan gas (67 %), gas dan mineral laut lainnya, dan potensi material untuk
bioteknologi yang diperkirakan mencapai kapitalisasi pasar triliunan rupiah. Total
kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDB nasional mencapai 25 % dan
menyumbang lebih dari 15 % lapangan pekerjaan.
3

Namun demikian, besarnya potensi sumberdaya alam perikanan dan kelautan
ini tidak semerta tanpa persoalan baik struktural maupun fungsional, khususnya pada
era pemerintahan pasca-orde lama. Sebagai hasilnya, besarnya potensi yang ada tidak
diimbangi dengan pemanfaatan optimal dengan tujuan untuk kemakmuran rakyat. Isu-

2
Pusat data dan statistik departemen kelautan dan perikanan., dalam
http://www.dkp.go.id/content.php?c=145., diakses 21 juni 2009.

3
Tridoyo Kusumastanto, revitalisasi perikanan dan kelautan secara berkelanjutan (Bogor:
institute pertanian bogor,2006),hlm2
isu kemiskinan nelayan, misalnya, telah menjadi isu struktural sejak lama bagi
pengelolaan (governance) sektor perikanan dan kelautan. Pada saat yang sama, isu-
isu rusaknya sumberdaya alam perikanan dan kelautan pun telah lama diketahui. Studi
yang dilakukan oleh Burke, et.al (2002) misalnya menyebut bahwa kerusakan
terumbu karang di Indonesia telah sampai pada tahap mengkhawatirkan. Hampir 51
% kawasan terumbu karang yang terancam di Asia Tenggara berada di Indonesia,
disusul sebesar 20 % di Filipina.
4

Penangkapan ikan ilegal (ilegal fishing) penangkapan ikan oleh kapal kapal
asing di wilayah indonesia oleh kapal-kapal pukat harimau dan jaring lebar di wilayah
perairan sekitar pantai. Pihak pemerintah menyatakan bahwa negara mengalami
kerugian sebesar US $ 4,5 juta akibat kegiatan pencurian ikan. Angka tersebut
membuat kerdil jumlah pendapatan ekspor perikanan Indonesia setiap tahunnya
sebesar US $ 2,2 juta. Selain itu, ditengarai pula sekitar 300 pabrik pengolahan ikan
Thailand mendapatkan pasokan dari perairan Indonesia.
5
bahkan menyatakan pada
tahun 2007 kerugian negara dikarenakan pencurian ikan ini mencapai US $ 3 Milyar/
tahun, pencurian terjadi di lima wilayah : pencurian ikan di lima daerah yaitu Batam,
Pontianak, Medan, Jakarta dan Tual. Kerugian itu terdiri atas penangkapan ikan di
ZEEI dan ekspor yang tidak termonitor, sebesar US$1.200 juta, Kapal-kapal ilegal
yang melanggar daerah penagkapan sebesar US $ 574 juta.
6

Masalah utama dari pencurian ikan adalah akibat kurang sempurnanya sistem
dan mekanisme perizinan untuk menangkap ikan. Ternyata dari sekitar 7000 kapal
penangkap ikan berbendera Indonesia yang memperoleh izin menangkap ikan di

4
ibid
5
Pusat data statistic dan informasi departemen kelautan dan perikanan

6
illegal fishing., http://mukhtar-api.blogspot.com/search/label/Illegal%20Fishing., diakses
23 juni 2009
perairan ZEEI, sekitar 70% dimiliki oleh pihak asing seperti Thailand Filiphina,
Taiwan dan RRC.
7

Tingginya illegal fishing yang merugikan Negara Rp. 30-40 Triliyun
Pertahunnya disamping disebab-kan oleh konflik kewenangan antar aparat penegak
hukum, juga disebabkan adanya aturan hukum yang memberikan kemudahan khusus
keimigrasian (Dahsuskim) kepada nelayan asing yang menangkap ikan di wilayah
laut Indonesia, dimana nelayan asing bebas untuk turun ke darat untuk pendaftaran
dan sidik jari, bebas dari keharusan memiliki Izin Masuk dan Visa, sehingga orang
asing bebas keluar masuk ke dan dari wilayah laut Indonesia. Tidak heran apabila
nelayan asing beranggapan bahwa menangkap ikan di wilayah laut Indonesia tidak
dilarang.

Selama ini manajemen penegakan keamanan dan hukum di laut Indonesia
menganut sistem koordinatif dengan melibatkan 13 badan dalam pelaksanaannya
seperti TNI AL, Polair, KPLP dan Patroli DKP. Logikanya keamanan laut Indonesia
menjadi lebih terjamin, namun pada kenyataannya gangguan keamanan di laut dari
tahun ke tahun cenderung meningkat baik secara kualitas maupun
kuantitasnya. Kondisi ini akan menghambat pembangunan ekonomi nasional dan
menimbulkan citra negativ Indonesia di forum internasional karena dianggap tidak
serius menjamin keamanan perairan seperti yang diamanatkan oleh hukum laut
internasional ( UNCLOS 1982 ).

7
Http://www.dkp.go.id/content.php?c=145 .,diakses 25 juni 2009

Sistem koordinatif ternyata tidak mampu mensinergikan kinerja badan-badan
penegakan keamanan laut yang masing-masing memiliki payung undang-undang-nya
sendiri. Para pengguna laut Indonesia pun mengeluhkan banyaknya pemeriksaan oleh
patrol badan-badan tersebut padahal objek yang diperiksa sama. Berkaca dengan
kesuksesan penegakan keamanan laut oleh banyak negara di dunia yang sebagian
besar dilaksanakan dengan sistem eksekutif badan tunggal yakni terbentuknya coast
guard atau bisa disebut penjaga laut dan pantai.
Idealnya Coast Guard berbentuk Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) yang independen langsung dibawah Presiden agar fokus pada tugasnya
(bukan melaksanakan sebagian dari tugas-tugas organisasi di atasnya. Sifat Coast
Guard adalah semi militer yang dapat melaksanakan pembinaan dan penggunaan
kekuatan yang diarahkan sebagai komponen cadangan pertahanan negara matra laut.
Keberadaan Coast Guard tidak akan mengurangi tugas-tugas konstabulari angkatan
laut yang berlaku universal dan ditetapkan dalam hukum laut internasional dan hukum
nasional. Di masa damai TNI AL mendukung Coast Guard dalam mengamankan
laut Indonesia dari pelanggaran hukum dan ancaman keamanan laut lainnya, di masa
perang Coast Guard menjadi kekuatan pengganda atau cadangan bagi TNI AL dalam
pengamanan matra laut.
Dari permasalahan ini dapat kita lihat bahwa Kebijakan politik luar negeri
Indonesia cukup penting dalam penanganan illegal fishing, maka dalam hal ini
penulis mengambil judul:
KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM BIDANG
KEAMANAAN PERBATASAN LAUT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PENANGANAN ILLEGAL FISHING






2.Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, untuk memudahkan penulis
dalam melakukan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Sejauh mana Kontribusi dari Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam Bidang
Keamanan Perbatasan Laut Kaitannya Terhadap penanganan illegal fishing
yang terjadi di laut Indonesia.?

perbatasan laut dan implikasinya terhadap penanganan illegal fishing antara lain:
1) Untuk mengetahui Bagaimana proses pengambilan kebijakan Indonesia dalam
penanganan keamanaan perbatasan laut.
2) Untuk Mengetahui Bagaimana kondisi atau permasalahan illegal fishing di
Indonesia.
3) Untuk mengetahui Sejauh mana kebijakan luar negeri Indonesia dalam
penanganan keamanaan perbatsan laut pengaruhnya terhadap illegal fishing.

You might also like