You are on page 1of 20

LI 1 Memahami dan Menjelaskan Biomekanik Pergerakan Gigi

LO 1.1 Biologi pergerakan gigi


LO 1.2 Mekanika pergerakan gigi
Jenis & biomekanik pergerakan gigi alat ortodonti lainnya
1) Pergerakan Tipping
Pergerakan Tipping Pergerakan tipping ialah pergerakan gigi dimana gigi yang
miring dapat ditegakkan dan gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan
hasil yang baik juga oklusi yang harmonis sesuai dengan bentuk lengkung gigi. Tipe
pergerakan ini merupakan yang paling sederhana dan mudah dilakukan.
Tekanan ortodonti diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi yang menyebabkan
gigi miring menjauhi arah tekanan. Mahkota gigi bergerak searah dengan gaya
sedangkan apeks gigi bergerak dalam arah yang berlawanan.
Bila gerakan tipping terjadi, ligamen periodontal akan tertekan tetapi tidak remuk.
Pembuluh darah masih vital dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian tekanan
ortodonti, osteoklas terlihat sepanjang permukaan tulang dan terjadi resorpsi tulang
pada sisi tekanan dan deposisi pada sisi tegangan.


2) Pergerakan Rotasi
Pergerakan rotasi adalah gerakan gigi berputar di sekeliling sumbu panjangnya. Rotasi
merupakan suatu penjangkaran gigi yang paling rumit dilakukan dan sukar untuk
dipertahankan. Rotasi gigi dalam soketnya membutuhkan aplikasi tekanan ganda.
Pergerakan rotasi ini dapat diperoleh dengan memberikan kekuatan pada satu titik dari
mahkota dan stop untuk mencegah bergeraknya bagian mahkota yang lain.
Pada pergerakan rotasi kecendrungan untuk relaps lebih besar, ini disebabkan
karena serat-serat yang melekatkan gigi ke tulang menjadi sangat mudah terorganisasi
kembali selama dan sesudah pergerakan gigi, serat-serat yang menyatukan gigi
dengan jaringan gingival masih utuh, hanya mengalami distorsi selama pergerakan
gigi dan kebanyakan serat-serat gingival tersebut meregang.


3) Pergerakan Bodili
Bodili adalah pergerakan translasi menyeluruh dari sebuah gigi ke posisi yang baru,
dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang setara. Tekanan harus
diaplikasikan pada daerah mahkota yang lebar dan setiap pergerakan tilting harus
dibatasi. Pergerakan bodily mengakibatkan resorpsi tulang terjadi pada daerah tekanan
dan pembentukan tulang terjadi pada daerah tarikan.


4)Pergerakan torque
Pergerakan torque adalah pergerakan akar gigi dengan hanya sedikit pergerakan
mahkota. Pergerakan torque mengakibatkan pada daerah tekanan akan terjadi resorpsi
jaringan dan pada daerah tarikan terjadi aposisi yang menyebabkan gigi miring
disekitar apeksnya.


5)Pergerakan vertikal
Pergerakan vertikal ada dua jenis yaitu pergerakan ekstrusi dan intrusi dimana kedua
pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan arah yang berlawanan. Ekstrusi adalah
pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi
dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan deposisi tulang yang dibutuhkan untuk
pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi. Pada umumnya pergerakan
ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur pendukung.
Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus. Intrusi gigi
menyebabkan resorpsi tulang, terutama di sekitar apeks gigi. Dalam pergerakan ini,
terjadi daerah tekanan pada seluruh struktur jaringan pendukung, tanpa adanya daerah
tarikan.


(Siti.2004.Pergerakan gigi dalam bidang ortodonsia dengan alat cekat.Fakultas
Kedokteran Gigi Sumatera Utara)

LO 1.3 Penjangkaran pergerakan gigi
Penjangkaran
Pergerakan sebuah gigi maupun sekelompok gigi secara ortodonti terjadi akibat
penerapan gaya yang disalurkan oleh komponen aktif, seperti pegas, busur kawat,
elastik, atau sekrup ekspansi. Ketika gigi-gigi digerakkan maka gaya reaksi akan
disalurkan melalui alat sehingga cenderung menghasilkan pergerakan gigi-gigi lain ke
arah yang berlawanan. Keadaan ini sesuai dengan Hukum Newton ke-3 yang
mengatakan bahwa setiap aksi menghasilkan reaksi yang besarnya sama dan
berlawanan arah. Masalahnya adalah bagaimana menghindari efek merugikan dari
gaya-gaya yang berlawanan tersebut, karena tujuan yang diharapkan dari suatu
perawatan adalah menggerakkan gigi yang dikehendaki
sementara struktur lain tidak bergerak.
Kemampuan bertahan terhadap gaya yang dihasilkan oleh komponen aktif disebut
penjangkaran. Pengontrolan penjangkaran ditujukan untuk sebanyak mungkin
menghasilkan
pergerakan gigi yang diinginkan sementara gerakan gigi yang tidak diharapkan dapat
ditahan
atau diupayakan sekecil mungkin. Penjangkaran dapat diperoleh secara intra oral
maupun ekstra oral, namun penjangkaran intra oral lebih umum digunakan pada alat
lepasan.

Penjangkaran intra oral
Penjangkaran intra oral ada dua macam, yaitu penjangkaran intramaksiler dan
intermaksiler. Penjangkaran intramaksiler diperoleh dari lengkung rahang yang
sama. Penjangkaran jenis ini adalah yang sering dipilih dalam pemakaian alat
lepasan aktif. Penjangkaran intermaksiler menggunakan lengkung rahang lawan
untuk memperoleh penjangkaran. Penjangkaran jenis ini biasa digunakan pada
perawatan menggunakan alat fungsional dan alat cekat, tetapi sulit untuk diterapkan
pada pemakaian alat lepasan untuk pergerakkan aktif gigi karena cenderung akan
melepaskan alat.
Penjangkaran intramaksiler dapat diperoleh dari gigi-gigi yang dijadikan sandaran
cangkolan atau gigi-gigi yang tertahan pada tempatnya oleh busur labial, pelat
landasan yang beradaptasi baik dengan palatum dan dengan permukaan gigi yang
tidak digerakkan, serta interdigitasi antara gigi-gigi rahang atas dengan rahang
bawah.
Penjangkaran intermaksiler dapat diperoleh pada penggunaan alat lepasan yang
dikombinasikan dengan alat cekat pada salah satu rahangnya. Salah satu contoh
kasus adalah pada maloklusi kelas II dengan susunan gigi rahang bawah yang baik.
Pada rahang bawah digunakan alat lepasan dengan ditambahkan hook pada
cangkolan di gigi molarnya untuk mengaitkan elastik intermaksiler sehingga
menghasilkan tarikan bagi segmen anterior dari alat cekat yang dipasang pada
rahang atas. Pada kasus maloklusi kelas III, alat lepasan pada rahang atas bisa
digunakan untuk menghasilkan traksi kelas III, dan bisa juga digunakan alat
ekspansi untuk proklinasi segmen insisif.

Penjangkaran ekstra oral
Penjangkaran ekstra oral dapat digunakan untuk memperkuat penjangkaran intra
oral, namun bisa juga sebagai sumber utama penjangkaran, misalnya untuk retraksi
segmen bukal. Gaya ekstra oral bergantung pada elastisitas dari elastik penghubung
yang terdapat pada headgear. Penjangkaran ekstra oral dapat diperoleh dengan
menggunakan headgear, bisa berupa headcap atau high pull headgear. Penghubung
antara headgear dengan alat lepasan adalah facebow atau J hooks.

Pemakaian headgear
Headgear yang digunakan adalah jenis headcap atau high pull headgear. Pada saat
memasang headcap, tinggi kaitan elastik bisa diatur sehingga menghasilkan arah
gaya yang diinginkan. Arah tarikan harus horisontal (penjangkaran occipital) atau
bisa juga dibuat sedikit lebih tinggi untuk menambah retensi. Komponen gaya ke
arah bawah harus dihindari karena menyebabkan alat lepasan cenderung lepas.
Penghubung antara headgear dengan alat lepasan dapat menggunakan face bow atau
Jhook dengan alat traksi ekstra oral. Facebow dipasang ke dalam tube yang
disolder pada bagian atas jembatan cangkolan di gigi premolar atau molar.
Walaupun facebow dijual di pasaran dengan ukuran yang bervariasi, pada saat
pemasangan tetap harus disesuaikan lagi sehingga mudah dimasukkan ke dalam
tube. Bisa juga digunakan band untuk memasang tube facebow sekaligus cangkolan
dari alat lepasan, namun cangkolan yang digunakan bukan Adam tetapi cangkolan
flyover. Inner bow harus sesuai dengan bentuk dan panjang lengkung gigi. Inner bow
diletakkan beberapa milimeter dari gigi insisif dan setinggi garis bibir aktif. Selama
perawatan, loop U mungkin perlu disesuaikan lagi untuk mengatur panjang inner
bow. Outer bow terletak sedekat mungkin dengan bibir dan pipi namun tidak
bersentuhan, letak hook untuk sangkutan elastik adalah setinggi permukaan mesial
molar pertama, sekitar 4 cm di depan hook dari headcap. Apabila headgear dipakai
bersama-sama dengan alat cekat, tinggi dan panjang outer bow menentukan vektor
gaya yang diaplikasikan pada gigi-gigi dan mempengaruhi gerakan yang dihasilkan,
namun pemasangan pada alat lepasan semata-mata agar arah tarikan tidak
mengakibatkan alat mudah lepas.

J hook merupakan alternatif penghubung antara alat traksi ekstra oral dengan alat
lepasan. Alat ini disolder pada cangkolan yang terletak pada gigi insisif atau kaninus
atas. Pada perawatan menggunakan alat cekat, J hook digunakan untuk intrusi
segmen labial atas, namun pada perawatan dengan alat lepasan hasilnya belum
diketahui.

Tegangan elastik diperlukan untuk menyeimbangkan gaya yang timbul saat gaya
dari komponen aktif diaplikasikan. Besar gaya yang digunakan tiap sisi untuk
penguat penjangkaran mulai dari 150 gram hingga 200 gram dan untuk distalisasi
segmen bukal mulai 400 gram hingga 500 gr. Gaya bisa diukur menggunakan
tension gauge atau correx spring gauge.Jika periode awal perawatan dengan alat
ekstra oral sebagai penguat penjangkaran telah selesai, penggunaannya dapat
dikurangi menjadi malam hari saja, yaitu pada saat tidur. Apabila tidak diharapkan
terjadi anchorage loss, maka penggunaan headgear selama 10 hingga 12 jam per
hari. Untuk retraks i aktif segmen bukal, penggunaannya selama 12 hingga 14 jam
per hari.
Ketika memperagakan cara pemasangan alat ekstra oral kepada pasien dan orang
tuanya, kita harus menjelaskan bahwa facebow atau alat traksi ekstra oral
kemungkinan bisa terpental ke luar mulut. Keadaan ini bisa terjadi apabila pada saat
melepas facebow, elastic penghubungnya masih terpasang pada headcap, biasanya
karena pasien lupa atau kadang-kadang terlepas pada saat bermain.

Target waktu pemakaian headgear sebaiknya dicapai secara bertahap. Selama dua
minggu pertama, biasanya pasien diminta untuk memakai headgear di sore hari.
Apabila pasien dapat melaluinya dengan baik, maka dianjurkan untuk menambah
waktu pemakaian, yaitu pada saat tidur. Headgear harus diperiksa pada setiap
kunjungan dan pasien harus ditanya apakah selama tidur alatnya pernah lepas.
Penyebab lepasnya alat harus segera dicari dan diatasi, jika tidak maka pasien tidak
akan mau memakai alatnya pada saat tidur. Keterangan mengenai penyesuaian dan
pemeriksaan headgear pada setiap kunjungan harus dicatat dalam rekaman medik
pasien.

Merencanakan penjangkaran pada alat lepasan
Penjangkaran bisa dihasilkan secara intra oral, ekstra oral, atau keduanya.
Penjangkaran ekstra oral memiliki potensi keberhasilan yang besar jika digunakan
pada pasien yang kooperatif, namun penampilan alat ini tidak disukai pasien dan
tidak nyaman pada saat digunakan. Penjangkaran intra oral lebih bisa diterima oleh
pasien, namun kemampuan menjangkarnya sangat terbatas.
Penjangkaran akan lebih baik jika dipersiapkan sejak awal dibandingkan apabila
sudah terjadi anchorage loss. Jika penjangkaran ekstra oral digunakan sejak awal
perawatan, sebaiknya dinilai apakah pasien sanggup untuk mematuhi waktu
pemakaian, sebelum tahap rencana perawatan berikutnya dilanjutkan. Jika ragu
terhadap nilai penjangkaran yang dihasilkan, maka nilai penjangkaran harus
dievalusi pada setiap kunjungan. Operator harus selalu memperhatikan pergerakan
gigi yang terjadi dan membandingkannya dengan keadaan sebelum perawatan.
Pada prakteknya, sangat sulit untuk menentukan nilai penjangkar secara akurat. Hal-
hal mendasar yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan nilai
penjangkaran adalah besar gaya yang digunakan, tekanan yang disalurkan pada
membran periodontal, morfologi akar, ruangan yang tersedia, dan struktur jaringan
di sekitar gigi.

(Isaacson K G, Muir J D, Reed R T. Removable orthodontic appliances.
Singapore:Elsevier. 2002: 1-2, 39-46, 93-7)

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Perawatan Non-invasif(CPP-ACP)
1.1 Fluoridasi
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang
lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan
asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan
mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut.
Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama
disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak
sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah
terbuktimenghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi
dari proses karies.
Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan
beberapa cara :
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor
1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada
enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1
jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor
terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah
harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum mampu berkumur dengan baik
sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat
di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi
pada sikat gigi).
3.Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%.
Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama
terjadi kenaikan karies (Angela, 2005). Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang
berumur diatas enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang
dewasa
yang mudah terserang karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortho.
Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor meliputi :
A. Indikasi
1.pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
2.gigi dengan permukaan akar yang terbuka
3.gigi yang sensitif
4.anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh:Down syndrome)
5.pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik
B. Kontraindikasi
1. pasien anak dengan resiko karies rendah
2. pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
3. ada kavitas besar yang terbuka
(Herdiyanti.2010.Penggunaan flour dalam kedokteran gigi. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Bandung : Padjajaran)

1.2 CPP-ACP

CPP-ACP merupakan singkatan dari Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium
Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein dan kalsium
fosfat amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai agen remineralisasi pertama kali
diungkapkan pada tahun 1998. Beberapa studi telah membuktikan bahwa CPP-ACP
merupakan suatu bahan yang dapat menghambat aktivitas kariogenik setelah dilakukan
penelitian di laboratorium, pada hewan maupun manusia dalam percobaan secara in
situ. Oleh karena itu CPP-ACP ini telah diperkenalkan sebagai salah satu bahan dalam
bidang kedokteran gigi yang berasal dari produk derivat kasein dan juga merupakan
alat baru untuk melawan penyakit karies. (Johansson,2002)

Fosfopeptida kasein (CPP) adalah kelompok peptida yang berasal dari kasein, bagian
dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah makanan protein yang
sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan nitrogen organik untuk
manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga mengandung faktor yang memiliki sifat
antikariogenik : kalsium, fosfat, kasein, dan lipid. Produk susu mulai diakui di akhir
1950-an sebagai kelompok makanan yang efektif dalam mencegah karies gigi.
(Johansson,2002)

CCP dianggap memiliki bioavailabilitas kalsium yang tinggi dan memiliki kemampuan
dalam menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat plak pada
permukaan gigi. Hal ini dikarenakan ikatan CPP yang mampu menjaga kalsium dan
fosfat pada saliva tetap dalam keadaan amorf non-kristalin yang artinya stabil,
kemudian ion kalsium dan fosfat dapat dengan mudah beradhesi ke enamel gigi
sehingga terbukti mengurangi risiko demineralisasi enamel dan membantu proses
remineralisasi email gigi. (Johansson,2002)

Kandungan CPP-ACP
Fosfopeptida kasein (CCP) yang mengandung kelompok urutan Ser(p)-Ser(p)-Ser(p)-
Glu-Glu memiliki kemampuan signifikan untuk membuat stabilisasi kalsium fosfat
amorf (ACP) dalam larutan yang bersifat metastabil. Melalui beberapa residu fosfoseril,
CPP berikatan dengan bentuk kelompok ACP nano yang mencegah perkembangan
bakteri pada ukuran kritis yang dibutuhkan untuk nukleasi dan fase transformasi. CPP
dapat menstabilisasi kalsium fosfat lebih dari 100 kali dibandingkan yang dapat
dilakukan secara normal dalam larutan cair. (Johansson,2002)
CPP yang merupakan derivat dari protein casein, dimana casein memberikan beberapa
manfaat lain seperti membantu respon imun, meningkatkan resistensi terhadap
patahogen, mengrurangi bakteri lain yang dapat merugikan tubuh, menjaga
keseimbangan mikroba di usus, meningkatkan kinerja system pencernaan dan
penyerapan makanan. Beberapa studi menunjukkan bahwa casein juga memiliki
pengaruh dalam ekologi rongga mulut. Asidogenik Lactobacillus dan Bifidobacteria
berkaitan erat dengan proses karies. Terdapat penelitian di Finlandia yang menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan kesehatan gigi dan penurunan jumlah Streptococcus
mutans pada anak-anak sekolah yang mengkonsumsi produk olahan berupa casein.
Bahkan beberapa memiliki efek positif dalam mengurangi jumlah Streptococcus
mutans di saliva rongga mulut manusia. (Johansson,2002)

Peranan CPP-ACP Pada Gigi
1. CPP-ACP membantu proses remineralisasi enamel gigi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kargul B. bertempat di Universitas
Marmara, Turkey dimana menguji efektisivitas dari pasta yang mengadung bahan CPP-
ACP dengan kadar 10% terhadap kekasaran permukaan dari enamel secara in vitro.
Dan hasil dari penilitian tersebut mengungkapkan bahwa 10% CPP-ACP mempunyai
efek positif terhadap remineralisasi email. Dimana mekanisme antikariogenik yang
dihasilan oleh CPP-ACP adalah merupakan suatu proses terlokalisasinya ion kalsium
dan fosfat pada permukaan gigi, sehingga menjaga berlangsungnya proses buffer oleh
saliva. Oleh karena itu hal ini membantu untuk mempertahankan keadaan netral pada
email gigi, yang kemudian akan menurunkan proses demineralisasi, dan meningkatkan
remineralisasi. (Johansson,2002)

2. CPP-ACP membantu mereduksi aktivitas karies.
Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna membantu
proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian dengan
mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida, yang
merupakan salah satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam permukaan
email dan mempengaruhi proses karies. Sesuai dengan gambar II.1 ketika CPP-ACP
diaplikasikan pada permukaan gigi maka CPP-ACP akan menghasilkan k-casien, b-
casein serta ikatan nano-kompleks yang akan bertindak sebagai barrier penghalang
dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans. (Johansson,2002)

CPP-ACP menghalangi perlekatan dari bakteri Streptococcus mutans.
5
Sumber:
Ingegerd, Johansson, Milk and dairy products: possible effect on dental health. Scand J
Nutr. 2002; 46(3):120


Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana 0.5% mg/ml larutan dari CPP-ACP
nanokompleks diibaratkan setara dengan 500ppm larutan fluoride dapat mereduksi
aktivitas karies. Larutan CPP-ACP ini diaplikasikan 2 kali sehari pada permukaan gigi
tikus yang sebelumnnya sudah diinjeksikan bakteri Streptococcus sobrinus, yang
merupakan bakteri penyebab karies pada manusia. Secara signifikan mampu
mengurangi aktivitas karies dengan 0.1% mg/ml CPP-ACP mereduksi sebesar 14% .
Sedangkan pada kadar 1% mg/ml CPP-ACP mereduksi sebesar 55% aktivitas karies.
(Johansson,2002)

Kegunaan CPP-ACP
Selain pada kemampuan CPP-ACP dalam membantu proses remineralisasi pada email
gigi serta kemampuannya dalam mereduksi perlekatan bakteri, dalam bidang
kedokteran gigi CPP-ACP juga memiliki kegunaan lain, seperti: (Johansson,2002)
a. CPP-ACP dalam bentuk sedian pasta dapat memperbaiki keseimbangan mineral
didalam lingkungan mulut.
b. Memberi perlindugan extra terhadap gigi.
c. Membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan sumber asam
internal dan external lain.
d. Terdapat dalam kemasan berbagai rasa dan membuat permukaan gigi lebih halus dan
bersih.
e. Pasca perawatan bleaching (perawatan pemutihan gigi)
f. Pasca scalling (pembersihan karang gigi) baik secara elektrik maupun secara manual
g. Untuk pasien abrasi (kerusakan pada bagian servikal gigi),
h. Xerostomia ( mulut kering)
i. Untuk pasien dengan kondisi hipersensitif dentin
j. Untuk pencegahan terhadap kerusakan gigi karena asam yang dihasilkan bakteri.

Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan CPP-ACP
Indikasi penggunaan CPP-ACP ini, meliputi: (Johansson,2002)
a. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang mengalami defisiensi
saliva seperti xerostomia atau ketika tindakan membersihkan gigi sulit dilakukan.
b. Memperbaiki keseimbangan setelah tindakan perawatan seperti scalling, root planing
dan kuretase, juga mengurangi akibat apapun dari hipersensitif dentin.
c. Riset membuktikan Recaldent (CPP - ACP) juga dapat mengubah warna gigi karena
white-spot ke arah gigi yang terlihat translusens alamiah.
d. Dapat digunakan untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan pada bayi terutama
anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi karies awal.
e. Digunakan untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang dengan gangguan
intelektual, gangguan perkembangan dan fisik,serebral palsi, Down sindrom dan pasien
dengan masalah medis seperti terapi radiasi(Johansson,2002)
Kontra indikasi penggunaan CPP-ACP,yaitu : (Johansson,2002)
Pada anak atau pasien yang terdapat riwayat alergi pada jenis makanan yang
mengandung susu.


1.2 DHE
OBAT KUMUR
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga
mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja
sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan
menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua
bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk hampir semua individu obat kumur
merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal
dalam rongga mulut.
Komposisi yang terkandung dalam obat kumur Hampir semua obat kumur mengandung
lebih dari satu bahan aktif dan hampir semua dipromosikan dengan beberapa
keuntungan bagi pengguna.
1. Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga
mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium
chloride, boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid.
2. Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan
busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen
peroksida, perborate
3. Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan
demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida,
seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
4. Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol,
minyak watergreen
5. Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi sisa
makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate
6. deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari
proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil
7. deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahan-
bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat menghancurkan dinding sel
bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen
membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel
sulfate
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).

Sikat gigi
Mengevaluasi dan meningkatkan kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi 2 x
/hari. Pembersihan gigi dan mulut 2x/hari, sesudah sarapan pagi dan malam sebelum tidur.
Pasien diinformasikan cara, waktu dan frekuensi yang tepat dan efektif dalam menyikat
gigi. Sikat gigi dengan menggunakan pasta gigi berfluoride minimal 30 menit setelah
makan. Pada malam hari sebelum tidur penting untuk menyikat gigi karena selama tidur,
laju alir saliva berkurang sehingga fungsi proteksi saliva sebagai larutan buffer menjadi
menurun. Pasien juga akan diajarkan untuk menyikat gigi dengan metode roll teknik /
modifikasi Stillman. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan
oklusal, ujung bulu sikat mengarah ke apex, gerakan perlahan melalui permukaan gigi
sehingga bagian belakang kepala sikat bergerak dalam lengkungan. Pada waktu bulu-bulu
sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email.
Ulangi gerakan ini sampai lebih kurang 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat.









LI 3 Memahami dan Menjelaskan Perawatan Ortodontik Lepasan
LO 3.1 Indikasi & Kontraindikasi
Indikasi :
Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan
overjet hanya sebatas yang bisa dikoreksi dengan mengubah inklinasi gigi
insisif,
Perawatan bisa dilakukan hanya pada salah satu rahang, misalnya rahang atas
menggunakan alat lepasan sementara rahang bawah hanya dicabut atau tidak
dirawat,
Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan
tipping,
Perawatan dengan pencabutan yang membutuhkan hanya gerakan tipping
untuk
menutup ruang pencabutannya,
Maloklusi dalam arah buko-lingual yang diikuti dengan pergeseran mandibula,
contohnya crossbite unilateral gigi posterior,
Penutupan ruang pencabutan yang menyisakan ruangan sehingga gigi segmen
bukal harus dimajukan.

Kontra-Indikasi :
Maloklusi skeletal yang nyata, misalnya kelas I protrusif bimaksiler, kelas II
dan kelas III skeletal, openbite atau deepbite skeletal,
Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan
bawah,
Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah, serta melibatkan banyak
akar,
Membutuhkan pergerakan secara bodily,
Kelainan dalam arah vertikal seperti deepbite, openbite, dan kelainan
ketinggian gigi,
Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar.
(Muir J D, Reed R T. Tooth movement with removable appliances. England: Pitman
Publishing. 1979: 1-10, 71-81)


LO 3.2 Keuntungan & Kekurangan
Kelebihan :
Biaya lebih murah, mudah dibuka dan dipasang sendiri, serta mudah dibersihkan.
Penjangkaran dapat diperoleh dari palatum dan dapat digunakan pada pasien anak-
anak untuk mengurangi overjet.

Kekurangan :
Mudah patah bahkan hilang, seringkali mengganggu fungsi bicara, dan pemakaian
pada rahang bawah lebih sulit ditoleransi dibandingkan rahang atas sehingga pasien
jarang yang menggunakannya secara purna waktu. Gerakan yang bisa dihasilkan
hanya tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif untuk
pergerakkan sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di laboratorium,
maka memerlukan keterampilan dan keahlian yang memadai.

(Littlewood S J, Tait A G, Mandall N A, Lewis D H. The role of removable appliance in
contemporary orthodontics. Br Den J l. 2001, 191 (6): 304-310)
LI 4 Memahami dan Menjelaskan Macama-macam Alat Orthodontik Lepasan
Komponen alat lepasan terdiri dari :
A.Pelat Dasar /Baseplate merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan,
umumnya berupa plat akrilik, berfungsi untuk:
Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis
spring, klammer, busur labial dan lain-lain.
Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.
Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.
Melindungi spring-spring di daerah palatal.
Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan
B.Komponen Retentif :
Klamer / Clasp Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa
cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi untuk :
- Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.
- Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
-Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan pertahanan
yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk
menggerakkan gigi.
- Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik.
Kait / Hook
Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
C.Komponen Aktif :
Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs Pir-pir pembantu (auxilliary springs) adalah
pir-pir ortodontik yang digunakan untuk menggerakkan gigi-gigi yang akan dikoreksi
baik secara individual atau beberapa gigi secara bersama-sama. Macam-macam spring
:
-Pir Jari / Finger spring fungsinya untuk menggerakkan gigi kea rah mesial atau distal

- Pir Simpel / Simple spring fungsinya untuk menggerakkan gigi individual ke arah
labial atau bukal.

- Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring fungsinya untuk meretraksi gigi
kaninus atau premolar ke arah distal.

- Pir Kontinyu / Continous spring fungsinya untuk mendorong dua gigi atau lebih
secara bersama ke arah labial/bukal, misalnya gigi incisivus, caninus, dan premolar.

Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow merupakan kawat melengkung yang
menempul pada permukaan labial gigi. Fungsinya adalah untuk meretraksikan gigi depan
kearah lingual/palatinal, mempertahankan lengkung gigi dari arah labial, dan
mempertinggi retensi serta stabilitas alat.

Skrup Ekspansi / Expansion Screw fungsinya adalah untuk menngerakkan gigi, yaitu
sekrup ekspansi atau coffin spring, atau pir-pir penolong (auxilliary spring).

Karet Elastik / Elastic Rubber
D.Komponen Pasif :
Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire
Peninggi Gigitan / Biteplane adalah alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan
peinggi gigitan (Biteplane), yaitu penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi
anterior atau disebelah oklusal gigi-gigi posterior sehingga beberapa gigi di regio lainnya
tidak berkontak saat beroklusi. Indikasinya :
-Pada perawatan maloklusi yang disertai dengan overbite yang berlebihan (deep overbite
atau excessive overbite).
-Untuk perawatan sendi rahang/TMJ (Temporo Mandibular Joint) yang terasa sakit
akibat gangguan dimensi vertikal karena adanya oklusi gigi yang salah.
- Untuk merawat gigitan terbalik (cross bite) diregio anterior
- Untuk menghilangkan kebiasaan jelek (bad habit) seperti kerot (night grinding
/bruxism)
Kontra indikasinya adalah :
- Jika overbite lebih kecil dari normal/gigitan dangkal (shalow bite).
- Pada kasus gigitan tepi lawan tepi (edge to edge bite)
- Pada kasus gigitan terbuka ( open bite)
E.Komponen Penjangkar :
Verkeilung
Busur Labial dalam keadaan tidak aktif
Klamer-klamer. dan modifikasinya

2.4 Macam-macam
Macam Alat :
Pelat dengan Pir Pembantu
Pelat Peninggi Gigitan
Pelat Ekspansi
Aktivator
(Ardhana.2011.Ortodonsia 1.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada)

LI 5 Memahami dan Menjelaskan Alat Orhtodontik cekat
orthodontic cekat hanya bisa dipasang dan dilepas oleh dokter gigi.
Konstruksi alat cekat lebih komplek dari alat lepasan. Terdiri dari 2 komponen :
1) Komponen pasif, berfungsi untuk mendukung komponen aktif :
a. Bucaal tube
b. Band
c. Bracket
2) Komponen aktif berfungsi untuk menggerakkan gigi :
a. Arch wire
b. Auxillaries
c. Sectional
wire




Gambar A



Gambar B

Perbedaan alat ortodonti lepasan & cekat
Alat cekat mempunyai tiga komponen dasar yaitu bracket, archwire dan assesori.
Interaksi dari ketiga komponen ini menentukan cara berfungsinya suatu alat. Faktor-
faktor mekanis yang menentukan pilihan komponen alat cekat berhubungan dengan
gerakan gigi yang dikehendaki. Kekuatan yang dipergunakan harus sesuai dengan
kekuatan optimal yang sudah ditentukan untuk berbagai jenis pergerakan gigi.

1. Band, 2. Bracket, 3. Stopper, 4. Arcg wire,
5. Vertcal loop, 6. Buccal tube, 7. Face bow buccal tube

(Ardhana.2011.Ortodonsia 1.Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada)

Fixed
Sesuai dengan namanya, fixed orthodontik merupakan alat ortodonti yang dicekatkan
langsung pada gigi.
Keuntungan:
Mengontrol gigi dengan tepat
Dapat menggerakkan gigi sekaligus
Kerugian:
Oral hygiene harus sangat dijaga
Estetik kurang baik
Biaya mahal
Kontrol penjangkaran menjadi lebih sulit
Pengawasan perawatan lebih sulit
Indikasi:
Fixed orthodontic appliances diindikasikan untuk pasien yang membutuhkan pergerakan
beberapa gigi sekaligus seperti, intrusi, derotasi, controlled space closure di daerah ekstraksi,
pergerakan bodily, ekstrusi atau kontrol torque, dan lain sebagainya.
Kontraindikasi:
Kesehatan gigi buruk
Maloklusi diluar jangkauan fixed orthodontik appliances
Komponen:
Komponen fixed orthodontik terbagi menjadi dua berdasarkan gaya yang dihasilkan:
1. Komponen aktif
Termasuk komponen yang dapat menggerakkan gigi:
a. Separators: digunakan untuk membuat ruang diantara dua gigi yang berdekatan,
tujuannya untuk banding
b. Archwires: kawat sebagai penghubung antar bracket
c. Elastics
d. Elastomerics
e. Springs: biasanya digunakan untuk torque dan menegakkan gigi
f. Magnets: digunakan untuk menutup celah
2. Komponen pasif
Komponen ini tidak dapat menggerakan gigi tetapi berfungsi untuk attachment:
a. Bands: berfungsi untuk memberikan celah agar alat pendukung seperti buccal
tubes,lingual buttons dan lain sebagainya dapat melekat pada gigi
b. Brecket: sebagai alat pendukung
c. Buccal tubes: biasanya digunakan pada gigi molar yang fungsinya membantu
memperbaiki kontrol three dimensional dari jangkar gigi
d. Lingual attachment: sebagai attachment accessory
e. Ligature wires: digunakan untuk mengikat archwires dengan brackets

Gurkeerat singh.2007. Textbook of Orthodontics.New Delhi:Jaypee

Fase pergerakan gigi
1. Fase Inisial
Selama fase ini, pergerakan gigi terjadi pada jarak yang pendek yang kemudian
berhenti. Pergerakan ini mengakibatkan pergerakan gigi di dalam ruang membrane
periodontal dan memungkinkan membelokkan tulang alveolar pada suatu jarak yang
luas.. Baik gaya ringan dan gaya berat dapat memindahkan gigi pada taraf yang sama.
2. Fase Lag.
Selama fase ini, tidak ada pergerakan gigi, jika ada hanya dalam jarak yang kecil,
Fase ini dikarakteristikkan dengan pembentukan jaringan hyaline dalam ligament
periodontal yang akan diresorbsi sebelum terjadi pergerakan gigi lebih lanjut.
Durasi fase ini tergantung pada tekanan yang diberikan untuk menggerakkan gigi. Ika
gayanya ringan, maka area hyalinisasinya kecil dan terjadi resorpsi frontal. Jika
gayanya besar, maka area hyalinisasinya juga besar dan resorpsi undermining terjadi.
Lama periode fase lag bergantung pada pengeliminasian jaringan hyalin. Fase ini
biasanya terjadi 2-3 minggu tapi bisa mencapai 10 minggu. Durasi fase ini bergantung
pada faktor densitas tulang, umur pasien, dan luas jaringan hyalin.
3. Fase Post Lag.
Setelah fase lag, pergerakan gigi terjadi secara cepat setelah daerah hyalin telah
dihilangkan dan tulang mulai mengalami resorpsi. Selama fase ini osteoklas akan
ditemukan pada daerah permukaan yang menghasilkan langsung resorpsi pada
permukaan tulang yang menghadang ligamen periodontal.
Bhalajhi Sundaresa I yyer. 2004. Orthodontics The Art and Science. 3rd Edition. New
Delhi: Arya (MEDI ) Publishing House

You might also like