Professional Documents
Culture Documents
B. LANDASAN TEORI.
Kata enzim berarti “dalam ragi”. Suatu enzim adalah suatu katalis biologis.
Hewan tingkat tinggi memiliki ribuan enzim. Hamper semua reaksi kimia dikatalis oleh
enzim. Bahkan kesetimbangan CO2 + H2O ↔ H2CO3 dikatalis oleh enzim karena laju
penyetimbangan tanpa katalis tidak menghasilkan asam karbonat yang cukup cepat untuk
keperluan hewan. Enzim merupakan katalis yang lebih efisien daripada kebanyakan katalis
laboratorium atau industri (seperti Pd pada eaksi dehidrogenasi). Reaksi biologis dalam
tubuh berlangsung pada 370C dan dalam medium air. Enzim suatu pengendali laju reaksi
yang yang tidak dimungkinkan oleh kelas katalis lain. Suatu enzyme adalah protein.
Beberapa memiliki struktur yang sederhana, namun sebagian besar memiliki struktur yang
rumit. Banyak enzim yang strukturnya tidak diketahui. Untuk aktivitas biologis. Beberapa
enzim memerluakan gugus-gugus prostetik ddan kofaktor. Kofaktor ini merupakan bagian
non-protein dari enzim itu. Suatu kofaktor dapat brupa ion logam sederhana, ion tembaga
misalnya merupakan suatu kofaktor bagi enzim suatu asam askorbat oksidase. Enzim lain
mengandung molekul organic non-protein sebagai kofaktor. Gugus prostetik organic
biasanya sering kali dirujuk sebagai suatu koenzim. Jika suatuorganisme tidak dapat
mensintesis suatu kofaktor yang diperlukan maka kofaktor itu harus terdapat dalam
makanan dalam jumlah kecil. Satuan-satuan aktif dari banyak kofaktor adalah vitamin
(Fessenden, 1989: 396).
Dalam pengolongan enzim berdasarkan reaksi yang dikatalis ada 6 kelas utama
enzim. Tiap-tiap enzim ditetapkan dalam empat tingkat nomor kelas dan di beri suatu nama
sistematik yang mengidentifikasi reaksi yang dikatalis. Kebanyakan enzyme mangatalis
pemindahan electron, atom, atau gugus fungsional. Oleh karena itu klasifikasi enzim
menjadi 6 golongan utama :
NO Kelas Jenis Reaksi yang Dikatalis
1. Oksidoredutase Pemidahan elektron.
2. Tranferase Reaksi pemindahan gugus
3. Hidrolase. fungsional.
Reaksi hidrolisis (pemindahan
4. Liase gugus fungsional ke air)
Penambahan gugus ke ikatan
5. Isomerase ganda atau sebaliknya.
Pemindahan gugus di dalam
6. Ligase molekul, menghasilakn bentuk isomer.
Pembentukan ikatan C-C, C-S,
C-O, dan C-N oleh reaksi kondensasi
yang berikatan dengan penguraian ATP.
F. ANALISIS DATA.
Persamaan Reaksi.
Amilum (s) + H2O Amilum (aq)
Amilum (aq) + H2O Amilodekstrin (aq)
Amilodekstrin (aq) + H2O Eritodekstrin (aq)
Eritodekstrin (aq) + H2O Akrodekstrin (aq)
Akrodekstrin (aq) + H2O Maltosa (aq)
G. PEMBAHASAN.
Enzyme adalah suatu protein yang memiliki fungsi sebagi katalis suatu reaksi
pada organisme., baik tumbuhan maupun hewan. Enzyme sering disebut sebagai biokatalis
karena hal diatas. Suatu enzyme sendiri hanya mengkatalis satu arah reaksi saja. Sehingga
di dalam tubuh memiliki banyak sekali enzyme. Dalam struktur enzyme sendiri dibagi
menjadi 2 bagian yaitu sisi protein dan sisi non-protein.
Enzyme diberi nama berdasarkan subtratnya dan berakhiran –ase. Contohnya
amilum = amylase. Enzyme sendiri di golongkan menjadi 6 macam golongan utama antara
lain Oksireduktase, Transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase (Lehningger, 1988).
Pada praktikum ini kita hanya membahas enzyme amylase yang termasuk sebagai
golongan enzyme hidrolase. Enzyme ini menghidrolisis amilum menjadi maltosa secara
bertahap . tahapan hidrolisis amilum adalah sebagai berikut. Amilum-amilum terlarut-
amilodekstrin-eritodekstrin-akrodekstrin-maltosa. Masing-masing tahap ini akan
menghasilkan warna yang berbeda jika larutan ditambahkan larutan iod, yang awalnya biru
Karena terbentuknya kompleks antara amilosa dengan iod, dan semakin keci seperti
eritodekstrin akan memberikan warna merah dengan larutan iod (poedjiadi,1994).
Enzyme amylase sendiri hanya memecah ikatan (1-4) glikosida bukan memecah
ikatan (1-6) glikosida, jadi untuk memecahkanya di perlukan suatu enzyme lain yang
disebut glokusidase. Dekstrin sendiri yang dapat di identifikasi dalam praktikum ini adalah
berupa campuran oligosakarida yang memiliki ikatan (1-4) dan (1-6) glikosida (Fessenden,
1989).
Enzyme amylase sendiri dapat di peroleh dari saliva atau pancreas. Pada air seni
juga terdapat sedikit amylase, maka untuk mengetahuinya pada praktikum ini dilakukan uji
dengan penambahan urin pada 10 tabung reaksi dengan kosentrasi yang berbeda. Sebagai
indikatornya kita mengunakan larutan iod, sedangkan untuk larutan ujinya kita
mengunakan larutan amilum 0,1% yang mengandung NaCl. NaCl ini berfungsi agar
larutan tahan (awet), karena amilum cepat rusak saat penyimpanan terlalu lama, amilum
mudah rusak karena adanya bakteri di udara bebas. Karena reaksi ini cukup lambat maka
kita melakukan pemanasan tetapi dengan suhu tertentu agar diperoleh suhu maksimum
sehingga enzyme berjalan cukup cepat. Pemanasan dilakukan pada suhu 37oC selama
30menit. Setelah pemanasan tabung reaksi di dinginkan agar reaksi langsung berhenti
sehingga diharapkan hasil dapat diamati dengan jelas. Tapi pada hasil pengamatan yang
didapat tidak terjadi perubahan pada ke-10 tabung tersebut. Hal ini dikarenakan semua
milum yang ada telah ter hidrolisis menjadi maltosa, dimana maltosa tidak memberikan
warna pada larutan saat diberi indikator iod. Pada dasarnya amilum akan memberika warna
biru, dan eritodekstrin akan memberikan warna merah. Kesalahan ini bias disebabkan
karena pemanasan yang terlalu lama sehingga reaksi terus berjalan hinga semua amilum
menjadi terhidrolisis.
H. KESIMPULAN.
Dari hasil pengamatan, analisa data, dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Enzime merupakan biokatalis dalam makhluk hidup.
2. Enzime diberi nama sesuai subtract atau reaksi yang dikatalis dengan penambahan
akhiran –ase
3. Enzime dibagi menjadi 6 golongan utama, oksireduktase, transferase, hidrolase,
liase, isomerase, dan ligase.
4. Amylase termasuk enzyme hidrolase.
5. Pada urin mengandung enzyme amylase.
6. Pemanasan terlalu lama mengakibatkan semua amilum menjadi terhidrolisis.
DAFTAR PUSTAKA.
Coronado MJ, Vargas C, Mellado E, Tegos G, Drainas C, Nieto JJ, Ventosa A. 2000. The
-amylase gene amyH of the moderate halophile Halomonas meridiana: cloning
and molecular characterization. Microbiology 146:861-868.
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. 1989. Kimia Organik edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Poedjiadi, Anna, dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-
Press.