Professional Documents
Culture Documents
Kalimantan
1) Awal Masuknya Agama Islam Di
Kalimantan
Di Kalimantan ajaran Islam masuk melalui dua pintu. Jalur pertama yang
membawa Islam masuk ke Kalimantan adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai
Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah
Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan
komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan. Jalur lain yang
digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari
Tanah Jawa.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ada di sekitar abad V M, di Kalimantan
Timur telah ada beberapa kerajaan Hindu. Di Kalimantan Timur berdiri kerajaan
Kutai, di Kalimantan Barat berdiri kerajaan Sukadana, dan di Kalimantan Selatan
berdiri kerajaan Banjar.
Pada abad XVI, Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan, pada
tahun 1950 kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam dengan sultan
pertamanya Sultan Giri Kusuma. Setelah itu ia digantikan putranya yang bernama
Sultan Muhammad Syafiuddin. Ia banyak berjasa dalam pengembangan agama
islam karena bantuan seorang mubaligh yang bernama Syekh Syamsudin.
Pada abad XVI M, di Kalimantan Selatan masih ada beberapa kerajaan
Hindu antara lain kerajaan Banjar, kerajaan Negara Dipa, kerajaan Kahuripan dan
kerajaan Daha. Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan kerajaan
Majapahit.
2) Kerajaan Tanjungpura
Merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat. Kerajaan yang terletak di
Kabupaten Kayong Utara ini pada abad ke-14 menjadi bukti bahwa peradaban
negeri Tanah Kayong sudah cukup maju pada masa lampau. Wilayah kekuasaan
Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau
Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah kerajaan besar: Borneo (Brunei),
Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin.
Pada tahun 1550 M, di Sukadana (Kalimantan Barat) telah berdiri kerajaan
islam. Ini berarti jauh sebelum tahun itu rakyat telah memeluk agama islam,
Adapun yang meng-islamkan daerah Sukadana adalah orang Arab islam yang
datang dari Sriwijaya. Di Sukadana Sultan yang masuk islam adalah Panembahan
Giri Kusuma (1591) dan Sultan Hammad Saifuddin (1677).
3) Kesultanan Pontianak
Didirikan oleh Syarif Abdurrahman Al Qadriputra Sayyid Habib Hussein
Al Qadri pada 23 Oktober 1771 bertepatan 12 Rajab 1185 Hijriyah, yakni
pada masa kekuasaan Van Der Varra (1761-1775), Gubernur Jenderal VOC
ke-29. Kesultanan Pontianak merupakan kesultanan terakhir di Kalimantan
Barat maupun kawasan Nusantara, bahkan di dunia internasional.
Kesultanan ini berlangsung selama hampir dua abad, yaitu sejak tahun 1771
hingga tahun 1950. Selama kesultanan ini masih eksis terdapat delapan
sultan yang pernah berkuasa. Kesultanan ini berakhir pada tahun 1950, yaitu
seiring dengan bergabungnya banyak daerah dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), maka sistem pemerintahan juga berubah menjadi
pemerintahan Kota Pontianak.
Kesultanan Qadriah dipimpin oleh delapan Sultan:
a. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (1771-1808)
b. Sultan Syarif Kasim Alkadrie (1808-1819)
c. Sultan Syarif Osman Alkadrie (1819-1855)
d. Sultan Syarif Hamid Alkadrie (1855-1872)
e. Sultan Syarif Yusuf Alkadrie (1872-1895)
f. Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944)
g. Sultan Syarif Thaha Alkadrie (1944-1945)
h. Sultan Syarif Hamid II Alkadrie (1945-1950)
Di Kalimantan Tengah
1) Kerajaan Kotawaringin
Adalah sebuah kerajaan Islam (kepangeranan cabang Kesultanan Banjar) di
wilayah yang menjadi Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan
Tengah yang menurut catatan istana al-Nursari (terletak di Kotawaringin Lama)
didirikan pada tahun 1615 dan Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan
Kotawaringin pada1637, tahun ini dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai
dengan Hikayat Banjar dan Kotawaringin.
Di Kalimantan Selatan
1) Kerajaan Banjar
Di Kalimantan Selatan, berdiri Kerajaan Islam Banjar pada sekitar
tahun 1562. Kerajaan Islam Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha
yang beragama Hindu. Raja pertamanya adalah Raden Samudra yang
memeluk Islam karen ahubungannya dengan Sultan Trenggono di Demak.
Sejak masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Pangeran Seuryanullah
atau Pangeran Suriansyah. Pangeran Suriansyah merupakan tokoh yang
amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Islam yang telah dianut
oleh tokoh dan pembesar-pembesar dalam sejarah Islam di Kalimantan itu
berkembang terus di Kalimantan. Hal ini dimungkinkan karena mereka
memberi perhatian dan dukungan yang kuat terhadap perkembangan Islam.
Di antara usaha pengembangan itu adalah kebijakan Sultan Tahilullah yang
memberangkatkan Muhammad Arsyad menuntun ilmu di Mekah dan
Madinah selama 30 tahun.
Setelah menuntut ilmu di Mekah dan Madinah, Muhammad Arsyad
kembali ke Kalimantan pada masa Sultan Tmjidillah. Ia kemudian diangkat
sebagai musytasyar (Mufti Besar Negara Kalimantan)
Di Kalimantan Timur